BAB I PENDAHULUAN. Penjajahan pada periode sebelum terjadinya era modernisme menjadi
|
|
- Dewi Kartawijaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penjajahan pada periode sebelum terjadinya era modernisme menjadi sebuah rekaman bagi bangsa-bangsa yang akan mulai membentuk identitasnya. Berbicara mengenai penjajahan, kehidupan umat manusia saat ini mengalami dinamika hidup pada tataran yang lebih manusiawi. Periode ini kata penjajahan di muka dunia sudah banyak yang memasuki masa senja. Akan tetapi, di sisi lain, masih banyak masyarakat yang sering berucap bahwa penjajahan ternyata masih ada di mana-mana. Penjajahan masih menghantui pemikiran dan rasa yang dimiliki umat manusia. Sebuah pertanyaan besar menghantui penulis untuk berani melakukan penelitian mengenai fenomena penjajahan. Apakah penjajahan memiliki kemampuan untuk reinkarnasi di kehidupan masa kini? Bangsa Timur (Asia) secara umum dan Indonesia secara khusus memiliki ribuan ingatan pahit mengenai penjajahan. Penjajahan dikaitkan dengan yang terjajah dan yang menjajah. Masih ada dalam ingatan bangsa Indonesia mengenai bangsa Belanda yang menjajah Indonesia selama kurang lebih tiga setengah abad. Indonesia dalam sejarahnya berhasil bebas dari praktik kolonial secara politik pada tanggal 17 Agustus Kekelaman bangsa Indonesia pada tahun itu belum berakhir. Belanda baru mengakui kedaulatan Indonesia pada tahun Dari masa ke masa, Belanda secara superior mengendalikan Indonesia. Belanda berhasil menjadikan Indonesia sebagai daerah koloni yang paling berhasil. 1
2 2 Koloni dapat diartikan sebagai daerah pendudukan, penaklukan, atau penguasaan, sedangkan kolonial berarti pihak yang meng-koloni. Proses penaklukan pihak kolonial terhadap daerah koloni disebut kolonisasi. Dari istilahistilah tersebut munculah kolonialisme. Paham tentang penguasaan suatu negara atas daerah atau negara lain dengan maksud memperluas negara tersebut adalah konsep dari kolonialisme. Kolonialisme dapat dipahami sebagai penaklukan atau penguasaan suatu bangsa atau daerah terhadap bangsa atau daerah lain untuk membentuk pemukiman baru. Menurut Ashcroft, dkk (2003: xxii) poskolonial berkaitan dengan kebudayaan-kebudayaan nasional setelah runtuhnya kekuasaan imperial. Wacana poskolonial menganalisis hubungan antara Barat dan Timur sesudah bekas koloni memperoleh kemerdekaannya. Banyak masalah yang dapat ditemukan melalui teori poskolonial. Teori poskolonial memberikan pandangan-pandangan pada masa kolonial berkaitan dengan dinamika sosial yang terjadi pada masa itu. Fenomena dan dinamika sosial dalam masa poskolonial banyak terangkum dalam teks-teks kesusastraan. Kesusastraan poskolonial adalah kesusastraan dengan konteks waktu pada masa kolonial. Karya sastra poskolonial menggunakan tema kehidupan kolonial dengan perpsektif poskolonial. Membaca kesusastraan poskolonial dapat dipahami sebagai pembacaan pascakolonialisme. Pascakolonialisme secara longgar dipahami sebagai suatu kajian tentang bagaimana sastra mengungkapkan jejak kolonialisme dalam konfrontasi ras-ras, bangsa-bangsa, dan kebudayaan-kebudayaan yang terjadi dalam lingkup hubungan kekuasaan yang tak setara (Foulcher, dkk. 2006: xi). Terlebih lagi, Foulcher menegaskan bahwa pascakolonialisme adalah strategi
3 3 membaca teks sastra yang mempertimbangkan kolonialisme dan dampaknya dalam teks sastra, serta posisi atau suara pengamat yang berkaitan dengan isu-isu tersebut (Foulcher, dkk. 2006: xi). Novel merupakan salah satu genre dalam karya sastra yang berhasil mengaplikasikan fenomena dan dinamika pada masa poskolonial. Novel, memiliki unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik yang dapat diapresiasi keduanya karena novel merupakan karya seni yang memberikan banyak manfaat. Melihat novel-novel buah karya orang Indonesia yang bertemakan poskolonial, kegelisahan dan rasa penasaran penulis terhadap pandangan sastrawan terhadap permasalahan kolonisasi semakin bertambah. Novel-novel poskolonial berhasil mengacaukan pemikiran penulis yang selama ini menganggap bahwa sejarah kolonial hanya tinggal sejarah. Ternyata, masa kolonial memiliki efek domino yang berkepanjangan bagi bangsa Indonesia. Kesusastraan poskolonial memiliki dua karakter utama. Pertama, dalam bentuk paling mutakhirnya, karya sastra itu terlahir dari pengalaman kolonisasi. Kedua, pernyataan-pernyataannya mengungkapkan ketegangan-ketegangan berkaitan dengan hadirnya kekuatan imperial, dan sekaligus menekankan perbedaannya dengan asumsi-asumsi yang dibangun oleh pusat imperial (Ashcroft, dkk. 2003: xxiii). Berdasarkan uraian di atas, novel terlihat sebagai situs penting bagi rekaman sejarah kolonisasi masa lalu. Novel dapat menggambarkan dinamika kehidupan kolonial dahulu di Indonesia. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini penulis akan menggunakan objek kajian berupa novel yang diasumsikan mampu menginterpretasikan kehidupan kolonisasi pada masa penjajahan Belanda. Novel
4 4 yang dipilih untuk menjadi objek kajian adalah novel berjudul Parijs van Java karya Remy Sylado. Novel Parijs van Java merupakan buah karya Remy Sylado yang naik cetak untuk pertama kali pada Februari tahun Sebagian besar novel Remy Sylado bertemakan kehidupan pada masa kolonial ataupun setelah masa kolonial. Novel Parijs van Java mengambil sudut waktu pada masa kolonial Belanda di Indonesia, Bandung khususnya. Penelitian terhadap novel ini dilakukan dengan maksud bahwa novel ini menggambarkan kehidupan kolonial zaman dahulu di Indonesia. Hiruk pikuk kehidupan di Bandung pada masa kolonisasi Belanda digambarkan oleh Remy Sylado melalui dua tokoh utamanya. Ternyata, pada masa penjajahan dahulu tidak selalu hal-hal yang berbau politik dan ekonomi yang unggul dalam masalah kehidupan. Masalah sosial dan budaya yang dimiliki bangsa Barat tidak bisa lepas begitu saja saat di negara koloninya. Hal tersebut seringkali menimbulkan polemik baru dalam dinamika penjajahan. Novel Parijs van Java memiliki gagasan mengenai sikap bangsa Barat terhadap bumiputera dan sikap bangsa Barat terhadap kaumnya sendiri. Hampir seluruh orang Barat yang berada di Indonesia memiliki sifat kolonialisme dan imperialisme. Dalam novel ini ditampilkan kebaruan ide mengenai orang Barat yang tidak memiliki sifat kolonialisme dan imperialisme, bahkan cenderung untuk mendukung perjuangan dan hak bumiputera untuk bebas dari penjajahan. Dalam perjalanannya, poskolonial mengalami berbagai macam persoalan. Ambivalensi, hibriditas, mimikri, dan stereotip merupakan rangkaian efek dari praktik kehidupan pada masa kolonial. Keempat hal tersebut penulis rangkum
5 5 dalam suatu konsep yang disebut dinamika sosial kehidupan di masa kolonial. Ragam dinamika sosial yang terjadi pada masa kolonial dapat mengasumsikan riwayat penjajahan yang dialami bangsa Indonesia. Dinamika sosial dapat dipahami sebagai gerak antar budaya yang menimbulkan perubahan dalam tatanan hidup masyarakat. Penguasaan terhadap negara atau bangsa lain membuat adanya kontak fisik dengan orang dari budaya berbeda. Dinamika sosial tersebut membuat penulis tertarik untuk bisa melihat lebih dalam apa yang terjadi pada masa penjajahan, disamping faktor politik dalam perjalanan kolonisasi. Berdasarkan konteks waktu kolonial dalam novel Parijs van Java maka penelitian ini akan menggunakan kajian poskolonial yang berkaitan dengan teori poskolonial. Istilah poskolonial sendiri telah digunakan sebagai suatu cara untuk menyusun kritik terhadap totalisasi historisisme Barat. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan maka rumusan masalah yang akan dijawab dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga butir sebagai berikut. 1. Bagaimanakah posisi pengarang Parijs van Java dalam konteks poskolonial? 2. Bagaimanakah bentuk stereotip yang ditampilkan dalam novel Parijs van Java? 3. Bagaimanakah bentuk ambivalensi, hibriditas, dan mimikri yang ditampilkan dalam novel Parijs van Java?
6 6 Tiga rumusan masalah ini akan menggiring penelitian untuk mengungkapkan apa intensi pengarang menunjukkan bentuk-bentuk stereotip, ambivalensi, hibriditas, dan mimikri dalam konteks poskolonial. 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki dua tujuan utama, yaitu tujuan teoretis dan praktis. Tujuan teoretis penelitian ini mencakup tiga hal. Pertama, mendeskripsikan posisi pengarang Parijs van Java dalam kondisi poskolonial. Kedua, mendeskripsikan bentuk-bentuk dari stereotip yang terjadi dalam kehidupan antara bangsa Belanda dengan bumiputera. Ketiga, mendeskripsikan ambivalensi, hibriditas, dan mimikri, yang terjadi dalam novel Parijs van Java. Tujuan praktis dari penelitian ini adalah untuk menunjukkan kepada pembaca mengenai situasi dinamika kehidupan masyarakat pada masa kolonial. Efek-efek kolonial terekam dalam karya sastra yang hingga saat ini masih berkembang. Perkembangan kolonisasi Belanda kala itu tidak terus menerus penderitaan yang dialami bumiputera, melainkan kebaruan-kebaruan lain mengenai perjuangan bangsa Belanda untuk melawan kaumnya sendiri. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan menjadi sebuah wawasan baru mengenai gambaran tentang dinamika kehidupan masyarakat kolonial pada masa penjajahan Belanda di Indonesia dahulu. 1.4 Tinjauan Pustaka Sejauh yang diketahui oleh peneliti, pembicaraan dengan ulasan novel Parijs van Java secara khusus dengan kajian poskolonial belum pernah dilakukan
7 7 sebelumnya. Namun, penelitian dengan menggunakan novel Parijs van Java sebagai objek kajian penelitian pernah dilakukan oleh Edo Muftiandar dalam skripsinya yang berjudul Pengaruh Cerita Panji Kembang Kuning Wayang Beber Pacitan terhadap Novel Parijs van Java karya Remy Sylado (Kajian Sastra Bandingan) yang terbit pada tahun 2006 (Universitas Negeri Surabaya. 2006). Edo Muftiandar mengkaji novel Parijs van Java dengan menggunakan teori intertekstual yang berprinsip pada hipogram oleh Michael Riffaterre, yaitu dengan menjelaskan hipogram sebagai kelompok kata suatu sajak yang memperlihatkan hubungan antar teks untuk menjadi modal sajak yang lahir setelahnya. Penelitian tersebut bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan dan pengaruh ekspansi, konversi, modifikasi, dan ekserp cerita Panji Kembang Kuning Wayang Beber terhadap novel Parijs van Java. Penelitian lain yang menggunakan novel Parijs van Java sebagai objek kajian penelitian juga dilakukan oleh Heny Yulyani melalui tesisnya yang berjudul Perempuan Bangsa Kolonial di Hindia Belanda dalam Novel Varijs van Java Darah, Keringat, Air mata karya Remy Sylado; Sebuah Kajian Kritik Sastra Feminis. Penelitian yang diterbitkan oleh Universitas Gadjah Mada pada tahun 2006 tersebut mengkaji novel Parijs van Java dengan menggunakan pendekatan kritik sastra feminis dan strukturalisme Mukarovsky, yaitu dengan melihat permasalahan perempuan sebagai objek seksual sebagai pemicu pergerakan kaum feminis dan permasalahan konteks sosial yang merupakan masalah penting dalam novel tersebut. Penelitian tersebut bertujuan untuk menunjukkan bahwa dibalik lemahnya fisik perempuan, ada ketabahan dan ketegaran jiwa dalam diri perempuan.
8 8 Sementara itu, kajian poskolonial telah banyak digunakan untuk meneliti karya-karya sastra seperti penelitian yang dilakukan oleh Faruk dan Rachmi Yunita. Faruk membuat penelitian yang kemudian dibukukan pada tahun 2007 dengan judul Belenggu Pasca-kolonial: Hegemoni dan Resistensi dalam Sastra Indonesia. Tulisan Faruk tersebut berhasil mengidentifikasi beberapa hal, antara lain pengalaman dan respons poskolonial yang khas pada masyarakat Indonesia, khususnya pada kesusastraan dengan genre novel; dan berbagai macam kondisi hegemoni dan resistensi dalam karya-karya sastra poskolonial Indonesia. Rachmi Yunita melalui skripsinya pada tahun 2013 meneliti novel De Winst karya Afifah Arfa dengan menggunakan kajian poskolonial. Penelitian yang berjudul Novel De Winst Karya Afifah Afra : Tinjauan Poskolonial tersebut berisi posisi pengarang dan kondisi-kondisi poskolonial, yaitu hibriditas, mimikri, ambivalensi, dan resistensi terhadap wacana kolonial dalam novel De Winst. Dalam penelitian tersebut, Rachmi Yunita berhasil mengidentifikasi hibriditas, mimikri, ambivalensi, dan resistensi dalam kehidupan tokoh yang terdapat dalam novel De Winst. Dari penelusuran literatur yang telah dilakukan oleh penulis, penulis belum menemukan kajian terhadap novel Parjis van Java dengan menggunakan teori poskolonial. Kajian atas novel Parijs van Java dapat menjadi pelengkap atas kajian-kajian poskolonial yang sudah ada. Pertama, novel ini membicarakan persoalan kolonialisme dan menampilkan kebaruan dalam hal citra sebagai bangsa Barat yang diperoleh dari sudut pandang masyarakat Barat. Melalui hal tersebut, banyak terlihat kontra batin dari masyarakat Barat yang menyebabkan timbulnya ambivalensi. Kedua, novel Parijs van Java ini terbilang menarik dengan
9 9 memanfaatkan fakta-fakta cerita yang memang merupakan contoh dari kehidupan kolonial di Hindia Belanda pada zaman kolonisasi. Pemanfaatan unsur sejarah dalam novel ini merupakan sarana yang dimanfaatkan Remy Sylado untuk menyampaikan suatu pesan yang akan digali melalui penelitian ini. 1.5 Landasan Teori Secara garis besar, studi poskolonial dipahami sebagai sebuah pengetahuan tentang fenomena-fenomena pada masa kolonisasi hingga sesudah masa kolonisasi. Poskolonial sering dipahami sebagai dekolonisasi representasi yang artinya dekolonisasi teori Barat tentang bukan Barat, dan tantangan terhadap mitologi orang-orang berkulit putih. Istilah poskolonial dan pascakolonial dalam berbagai perbincangan sesungguhnya memiliki makna yang sama. Istilah poskolonial lebih tepat digunakan untuk menyebut kritik lintas budaya yang meliputi seluruh kebudayaan yang pernah mengalami kekuasaan kolonial dari awal sejarah kolonisasi hingga kurun waktu saat ini, sedangkan istilah pascakolonial lebih merujuk untuk digunakan dalam penyebutan masa sesudah praktik kolonial. Said mengungkapkan bahwa warisan sejarah dapat menjadi saksi bahwa empat perlima permukaan bumi dan dua pertiga penduduk bumi pernah mengalami kolonialisme (Said dal am Foulcher, 2008: 3). Akan tetapi, istilah kolonialisme bisa diartikan sebagai bentuk-bentuk penjajahan oleh suatu bangsa terhadap bangsa lain yang lebih inferior untuk membentuk suatu peradaban baru di daerah koloni.
10 10 Tulisan poskolonial merupakan tulisan yang membahas berbagai persoalan pengaruh kekuasaan politik dan kebudayaan kolonial terhadap bangsa terjajah sampai ke masa kemerdekaan bangsa tersebut (Faruk, 200 7: 5). Dalam ranah kesusastraan, karya-karya poskolonial merupakan tulisan yang memuat sisi historis dan efek pembentukan kebudayaan dari kolonialisme. Kritik poskolonial menjadi saksi kekuatan yang tidak merata dalam representasi budaya yang terlibat dalam konteks untuk otoritas politik dan sosial dalam tataran dunia modern. Perspektif poskolonial sering muncul dari kesaksian kolonial dari negara-negara dunia ketiga dalam wacana minoritas divisi geopolitik Timur dan Barat, Utara dan Selatan. Kritik seputar masalah perbedaan budaya, otoritas sosial, dan diskriminasi politik diungkapkan saat terjadi peran ambivalensi dalam rasionalisasi modernitas (Bhabha, 1994: 245). Ambivalensi merupakan salah satu dinamika sosial yang terdapat dalam praktik kolonial. Ambivalensi merupakan hasil yang diperoleh dari para pelaku kolonialisme. Ambivalensi dan mimikri memiliki hubungan yang sangat erat. Proses diskursif yang berasal dari mimikri, tidak hanya mengenai sesuatu yang tidak tersampaikan, melainkan juga terciptanya subjek kolonial yang bertransformasi sesuai dengan keinginan sistem kolonial. Dua hal yang menandai hal tersebut adalah sesuatu yang tidak lengkap serta tidak nyata. Kedua hal ini merupakan bentuk timbulnya kekuatan-kekuatan dari kolonial yang berasal dari representasi beberapa strategi pembatasan atau undang-undang mengenai peraturan wewenang kolonial. Kesuksesan sistem kolonial bergantung dengan perkembangan pada objek yang telah mengalami kegagalan strategi (Bhabha, 1994:123).
11 11 Dalam perjalanannya, pertukaran silang budaya pada masa poskolonial juga sangat sering terjadi. Ungkapan hibriditas merupakan ungkapan yang tepat untuk menggambarkan dinamika pertukaran budaya tersebut. Semua ungkapan dan sistem budaya dibangun dalam sebuah ruang yang disebut third space of enunciation. Kebudayaan internasional tidak dibangun berdasarkan eksotisisme multikulturalisme atau keberagaman budaya, tetapi berdasarkan inskripsi dan artikulasi hibriditas kebudayaan (Bhabha, 1994: 37-38). Bhabha dalam kesempatan yang lain menyatakan bahwa sebagai tanda, wacana kolonial selalu bersifat ambigu, polisemik. Oleh karena itu, konstruksi kolonial mengenai dirinya maupun mengenai Timur dapat memperoleh pemaknaan yang bermacam-macam dan bahkan bertentangan. Peniruan yang dilakukan oleh masyarakat terjajah terhadap model-model kehidupan yang ditawarkan oleh wacana kolonial, identifikasi masyarakat terjajah terhadap Barat, tidak harus berarti kepatuhan masyarakat untuk meniru ( to mimic), tetapi dapat pula menjadi suatu ejekan ( mockery) terhadap penjajah karena mereka tidak melakukan peniruan dengan sepenuhnya pada model yang ditawarkan penjajah (Bhabha dalam Faruk, 2007: 6). Satu fitur penting dari wacana kolonial adalah ketergantungan pada konsep kepastian dalam pembangunan ideologi keberbedaan. Ketetapan sebagai tanda budaya, sejarah, perbedaan ras dalam wacana kolonialisme adalah representasi yang berkonotasi atas kekakuan dan perintah yang tidak berubah. Stereotip termasuk dalam salah satu konsep poskolonial. Stereotip dalam poskolonial adalah bentuk pengetahuan dan identifikasi antara pihak superior terhadap inferior (Bhabha, 1994: 95). Stereotip juga mencakup idealisasi selektif
12 12 terhadap liyan. Liyan yang dimaksud di sini adalah bentuk-bentuk objektif terhadap ras atau bangsa lain. Hegemoni gagasan Barat terhadap Timur sebagai liyan dari Eropa, merupakan praktik yang sengaja diciptakan untuk mendukung superioritas Eropa (Barat) (Said, 2001: 8-10). Awal mula Barat melakukan ekspansi ke dunia Timur bertujuan untuk melakukan peziarahan. Dengan alasan tersebut, mereka mengunjungi, memotret, bahkan mengeksploitasi dunia Timur. Kemudian dari peziarahan berlanjut kepada penulisan pengalaman selama berada di Timur. Pengalaman pribadi tersebut menjadi sebuah jurnal ilmiah yang digunakan sebagai bahan kajian ketimuran bagi kepentingan Barat. Selama Barat berada di Timur, mereka tetap menutup diri dari pengaruh ketimuran. Oleh karena itu, tulisan Barat terhadap Timur sama sekali tidak terpengaruh terhadap studi ketimuran. Barat menjadikan Timur sebagai panggung imajinatif, yang pada akhirnya dapat dieksploitasi sesuai dengan kepentingan mereka sendiri (Said, 2010: 257). Pandangan yang dibentuk Barat terhadap Timur inilah yang disebut dengan stereotip. Pada saat pasukan dan pejabat kolonial Inggris mulai berdatangan ke Malaka, mereka memandang masyarakat Melayu dengan pandangan yang merendahkan. Inggris memandang bangsa Melayu tidak memperoleh tingkat perkembangan intelektual yang tinggi, memiliki karakter primitif dan tidak beradab (Alatas, 1998:53). Fokus penulis terhadap penelitian ini adalah permasalahan ambivalensi, hibriditas, mimikri, dan stereotip yang semuanya itu terangkum dalam dinamika sosial masa kolonial. Dinamika sosial ini lebih mengutamakan keleluasaan Barat
13 13 yang menjadikan bangsa Timur sebagai objek inferior dalam novel Parijs van Java. Stigma-stigma Belanda terhadap Indonesia (Hindia Belanda) pada masa kolonial tersebut dianggap masih melekat hingga saat ini. Bangsa Timur dirasa masih memiliki spesifikasi yang menggambarkan identitas liyan bagi Barat. 1.6 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian novel Parijs van Java karya Remy Sylado menggunakan metode penelitian kualitatif. Metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Bogdan dan Tylor dalam Moleong, 2009: 4). Cara kerja sistematis yang digunakan dalam penelitian tentang studi poskolonial ini terbagi dalam tiga tahap. Pertama, tahap persiapan penelitian. Pada tahap ini, penulis menentukan topik, memilih objek, merelasikan teori-teori dengan objek kajian, dan melakukan studi pustaka. Dari hasil pengamatan yang dilakukan penulis, penelitian objek kajian novel Parijs van Java dengan menggunakan teori poskolonial belum pernah dilakukan sebelumnya. Penggunaan teori poskolonial dirasa tepat untuk digunakan karena novel ini bisa diasumsikan sebagai novel yang menggambarkan kehidupan kolonial pada masa penjajahan Belanda. Kedua, analisis data. Analisis data ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif analisis, yaitu metode yang dilaksanakan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta kemudian disusul analisis (Ratna, 2012: 53). Analisis data
14 14 dilaksanakan dengan cara pemberian pemahaman dan penjelasan. Langkahlangkah tersebut berisi pemilahan data yang berhubungan dengan rumusan masalah dalam penelitian. Penulis mengidentifikasi dan mengklasifikasi data yang sesuai dengan kerangka teori poskolonial. Tahap ketiga merupakan tahap akhir, yaitu penyusunan hasil analisis. Penyusunan ini dilaksanakan secara sistematis dan deskriptif. 1.7 Sistematika Laporan Penelitian Hasil penelitian ini akan disusun dengan sistematika laporan penelitian sebagai berikut. Bab pertama mencakup latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bab kedua mencakup identifikasi posisi pengarang dalam kondisi poskolonial dalam novel Parjis van Java. Bab ketiga mencakup analisis tentang ragam stereotip yang terdapat pada novel Parijs van Java. Bab keempat mencakup analisis sekaligus mendeskripsikan dinamika sosial pada masa kolonial, yaitu ambivalensi, hibriditas, dan mimikri yang terdapat dalam novel Parjis van Java. Bab kelima atau bab terakhir berisi kesimpulan hasil analisis.
commit to user BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra berfungsi sebagai penuangan ide penulis berdasarkan realita kehidupan atau imajinasi. Selain itu, karya sastra juga dapat diposisikan sebagai dokumentasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembangnya sastra. Sastra tidak hanya sekedar bidang ilmu atau bentuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra yang banyak diterbitkan merupakan salah satu bentuk dari berkembangnya sastra. Sastra tidak hanya sekedar bidang ilmu atau bentuk seni, tetapi sastra juga
Lebih terperinciBAB VII PENUTUP. 7.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis terhadap kelima novel terlihat bahwa sastra
1 BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap kelima novel terlihat bahwa sastra kolonial Belanda memiliki pertalian yang kuat dengan kolonialisme Belanda. Sastra kolonial Belanda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. persoalan yang melingkupinya. Persoalan-persoalan ini bila disatukan tidak hanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam menjalani kehidupannya selalu dihadapkan pada berbagai persoalan yang melingkupinya. Persoalan-persoalan ini bila disatukan tidak hanya terbatas pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dekade pertama hingga ketiga abad ke-20 kolonialis Eropa telah. menguasai hampir 85% permukaan bumi. Bagi masyarakat Hindia Belanda
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dekade pertama hingga ketiga abad ke-20 kolonialis Eropa telah menguasai hampir 85% permukaan bumi. Bagi masyarakat Hindia Belanda sekarang Indonesia, periode
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan yang terjadi dalam setiap aspek di kehidupan tidak terlepas dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan yang terjadi dalam setiap aspek di kehidupan tidak terlepas dari peran serta sejarah. Peran sejarah dalam kehidupan adalah sebagai pembelajaran
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
14 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoretik 1. Teori Poskolonial Kata kolonialisme, menurut Oxford English Dictionary (OED) via Loomba (2003) berasal dari kata Latin/Romawi colonia yang berarti tanah pertanian
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. identik dengan bacaan-bacaan liar dan cabul yang mempunyai corak realisme-sosialis.
BAB IV PENUTUP Kesimpulan Kemunculan karya sastra Indonesia yang mengulas tentang kolonialisme dalam khazanah sastra Indonesia diprediksi sudah ada pada masa sastra Melayu Rendah yang identik dengan bacaan-bacaan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN SAMPUL BAHASA INDONESIA... i. HALAMAN SAMPUL BAHASA INGGRIS... ii. HALAMAN JUDUL... iii. HALAMAN PENGESAHAN...
DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL BAHASA INDONESIA... i HALAMAN SAMPUL BAHASA INGGRIS... ii HALAMAN JUDUL... iii HALAMAN PENGESAHAN... iv HALAMAN PERNYATAAN... v HALAMAN MOTO... vi HALAMAN PERSEMBAHAN... vii KATA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat memberikan tanggapannya dalam membangun karya sastra.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk realita dari hasil imajinasi dan pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana ekspresi pengarang saja,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 lalu merupakan fase
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 lalu merupakan fase awal untuk membebaskan bangsa ini dari belenggu penjajahan. Melalui perjuangan bersenjata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tercipta sebagai reaksi dinamika sosial dan kultural yang terjadi dalam masyarakat. Terdapat struktur sosial yang melatarbelakangi seorang pengarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan medium bahasa. Sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semua bangsa di dunia memiliki cerita rakyat. Cerita rakyat adalah jenis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua bangsa di dunia memiliki cerita rakyat. Cerita rakyat adalah jenis sastra oral, berbentuk kisah-kisah yang mengandalkan kerja ingatan, dan diwariskan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut, Jabrohim, dkk. (2003:4) menjelaskan yaitu, Bahasa memang media
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah sebuah kreasi yang indah, baik lisan maupun tulisan yang memiliki peran penting dalam menciptakan karya sastra dengan hakikat kreatif dan imajinatif,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cermin dari sebuah realitas kehidupan sosial masyarakat.
1. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Karya sastra merupakan cermin dari sebuah realitas kehidupan sosial masyarakat. Sebuah karya sastra yang baik memiiki sifat-sifat yang abadi dengan memuat kebenarankebenaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang. Adapun proses kreatif itu berasal dari pengalaman pengarang sebagai manusia yang hidup di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari luapan emosional. Karya sastra tidak menyuguhkan ilmu pengetahuan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu kegiatan kreatif pada sebuah karya seni yang tertulis atau tercetak (Wellek 1990: 3). Sastra merupakan karya imajinatif yang tercipta dari luapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusiawi dan tidak adil di negerinya sendiri. Gesekan-gesekan sosial akibat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selama tiga ratus lima puluh tahun, Indonesia dijajah oleh Belanda. Selama itu pula masyarakat Indonesia mengalami perlakuan yang tidak manusiawi dan tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan merupakan sebuah bentuk ekspresi atau pernyataan kebudayaan dalam suatu masyarakat. Sebagai ekspresi kebudayaan, kesusastraan mencerminkan sistem sosial,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati dan dipahami serta dimanfaatkan oleh masyarakat pembaca. Karya sastra memberikan kesenangan dan pemahaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pandangan pengarang terhadap fakta-fakta atau realitas yang terjadi dalam
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai karya sastra, novel muncul sebagai sebuah representasi atau pandangan pengarang terhadap fakta-fakta atau realitas yang terjadi dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan ungkapan kehidupan manusia yang memiliki nilai dan disajikan melalui bahasa yang menarik. Karya sastra bersifat imajinatif dan kreatif
Lebih terperinciBab I. Pendahuluan. bermaksud melakukan perdagangan rempah-rempah di Indonesia. Salah satu
Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat itu bangsa Belanda melalui maskapai dagangnya, VOC, juga bermaksud melakukan perdagangan rempah-rempah di Indonesia. Salah satu persinggahannya adalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perselingkuhan sebagai..., Innieke Dwi Putri, FIB UI, Universitas Indonesia
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra menggambarkan jiwa masyarakat. Karya sastra sebagai interpretasi kehidupan, melukiskan perilaku kehidupan manusia yang terjadi dalam masyarakat. Segala
Lebih terperinciSumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Relasi antara Sastra, Kebudayaan, dan Peradaban Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan berdasarkan imajinasi dan berlandaskan pada bahasa yang digunakan untuk memperoleh efek makna tertentu guna mencapai efek estetik. Sebuah
Lebih terperinciJudul : Struktur sastra dan aspek sosial novel toenggoel karya Eer Asura Nama : Umri Nur aini
1 Judul : Struktur sastra dan aspek sosial novel toenggoel karya Eer Asura Nama : Umri Nur aini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bagian dari kebudayaan, kelahirannya di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreatif penulis yang berisi potret kehidupan manusia yang dituangkan dalam bentuk tulisan, sehingga dapat dinikmati,
Lebih terperinciTINJAUAN POSKOLONIALISME DALAM NOVEL ANAK SEMUA BANGSA KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER
TINJAUAN POSKOLONIALISME DALAM NOVEL ANAK SEMUA BANGSA KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER SKRIPSI Oleh: Harry Andana NIM 201110080311056 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra sebagai sebuah ungkapan pribadi pengarang berdasarkan kreativitas/ imajinasi pengarang. Sastra juga dapat dijadikan sebagai wadah seorang pengarang untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. XVIII dan XIX. Universitas Indonesia
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu benda budaya yang dapat ditinjau dan ditelaah dari berbagai sudut. Teks-teks sastra bersifat multitafsir atau multiinterpretasi. Isi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang diterapkan oleh pemerintah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang diterapkan oleh pemerintah untuk menggantikan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang telah berlaku selama kurang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan wadah yang digunakan oleh pengarang dalam menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap berbagai masalah yang diamati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi atau berinteraksi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Interaksi sosial memainkan peran dalam masyarakat individu atau kelompok. Interaksi diperlukan untuk berkomunikasi satu sama lain. Selain itu, masyarakat membutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai budaya terdapat di Indonesia sehingga menjadikannya sebagai negara yang berbudaya dengan menjunjung tinggi nilai-nilainya. Budaya tersebut memiliki fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang
BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui berbagai kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai lingkungan fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu membedakan
Lebih terperinciBAB VIII KESIMPULAN. kesengsaraan, sekaligus kemarahan bangsa Palestina terhadap Israel.
BAB VIII KESIMPULAN Puisi Maḥmūd Darwīsy merupakan sejarah perlawanan sosial bangsa Palestina terhadap penjajahan Israel yang menduduki tanah Palestina melalui aneksasi. Puisi perlawanan ini dianggap unik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam peradaban manusia semenjak ribuan tahun lalu. Penelitian terhadap karya sastra penting
Lebih terperinciKAJIAN POSTKOLONIALISME DAN KONSTRUKSI MASYARAKAT TERHADAP LGBT (LESBIAN, GAY, BISEKSUAL, TRANSGENDER)
KAJIAN POSTKOLONIALISME DAN KONSTRUKSI MASYARAKAT TERHADAP LGBT (LESBIAN, GAY, BISEKSUAL, TRANSGENDER) Definisi Postkolonialisme Mendefinisikan istilah postkolonialisme sama susahnya dengan mendefinisikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil ungkapan kejiwaan seorang pengarang, yang berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik suasana pikir maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu berupa akal, cipta, rasa,
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. telah dikaji oleh banyak sejarawan. Hubungan historis ini dilatarbelakangi dengan
201 BAB V PENUTUP A. Simpulan Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hubungan historis antara Turki Utsmani dan Hindia Belanda sejatinya telah terjalin lama sebagaimana yang telah dikaji oleh banyak
Lebih terperinciImaji Vol. 4 - No. 2/ Februari 2009 RESENSI BUKU
RESENSI BUKU JUDUL BUKU : Cultural Studies; Teori dan Praktik PENULIS : Chris Barker PENERBIT : Kreasi Wacana, Yogyakarta CETAKAN : Ke-IV, Mei 2008 TEBAL BUKU : xxvi + 470 halaman PENINJAU : Petrus B J
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini
1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Drama merupakan kisah utama yang memiliki konflik yang disusun untuk sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini drama bukan hanya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan karya sastra tidak lepas dari penilaian-penilaian. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu seni adalah yang imajinatif,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sisi-sisi kehidupan manusia dan memuat kebenaran-kebenaran kehidupan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan refleksi atau cerminan kondisi sosial masyarakat yang terjadi di dunia sehingga karya itu menggugah perasaan orang untuk berpikir tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya sebuah karya sastra tentu tidak akan terlepas dari kehidupan pengarang baik karya sastra yang berbentuk novel, cerpen, drama, maupun puisi. Latar belakang
Lebih terperinciSOSIOLOGI SASTRA SEBAGAI PENDEKATAN DALAM PENELITIAN SASTRA (Metode Penelitian Sastra)
SOSIOLOGI SASTRA SEBAGAI PENDEKATAN DALAM PENELITIAN SASTRA (Metode Penelitian Sastra) A. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan pencerminan masyarakat, melalui karya sastra, seorang pengarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perempuan oleh masyarakat kadang-kadang masih dianggap sebagai manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan tidak lebih penting
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kolonial berasal dari akar kata colonia, bahasa Romawi, yang berarti
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kolonial berasal dari akar kata colonia, bahasa Romawi, yang berarti tanah pertanian atau pemukiman (Ratna, 2011:205). Secara etimologis, kolonial tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia (Trisman, 2003:12). Karya sastra terdiri atas puisi, prosa, dan drama.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil imajinasi yang memiliki unsur estetis dan dituangkan ke dalam bentuk tulisan dengan media bahasa. Karya sastra sendiri dapat diartikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang selain dikenal sebagai negara maju dalam bidang industri di Asia, Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra prosa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam berekspresi dapat diwujudkan dengan berbagai macam cara. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menciptakan sebuah karya sastra baik
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. Pertama, poligami direpresentasikan oleh majalah Sabili, Syir ah dan NooR dengan
BAB VI KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan Hasil analisa wacana kritis terhadap poligami pada media cetak Islam yakni majalah Sabili, Syir ah dan NooR ternyata menemukan beberapa kesimpulan. Pertama, poligami direpresentasikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan suatu karya yang lahir dari hasil perenungan pengarang terhadap realitas yang ada di masyarakat. Karya sastra dibentuk
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Lajang karya Ayu Utami ini menggunakan jenis penelitian deskriptif
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Strategi Penelitian Jenis penelitian dalam mengkaji novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Simpulan. hubungan intertekstual antara novel Tantri Perempuan yang Bercerita karya Cok
digilib.uns.ac.id BAB V PENUTUP A. Simpulan Fokus kajian dalam penelitian ini adalah menemukan benang merah hubungan intertekstual antara novel Tantri Perempuan yang Bercerita karya Cok Sawitri terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahasa. Seni bahasa tersebut berupa kata-kata yang indah yang terwujud dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keindahan dalam karya sastra dibangun oleh seni kata atau seni bahasa. Seni bahasa tersebut berupa kata-kata yang indah yang terwujud dari ekspresi jiwa pengarang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan refleksinya. Penyajiannya disusun secara menarik dan terstruktur dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu bentuk kontemplasi dan refleksi pengarang terhadap keadaan di luar dirinya, misalnya lingkungan atau masyarakat. Hal ini sejalan dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan karya sastra di Indonesia saat ini cukup pesat. Terbukti dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan drama. Hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sastra tadi harus dapat dikomunikasikan kepada orang lain, karena dapat saja
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah bentuk rekaman dengan bahasa yang akan disampaikan kepada orang lain. Sastra adalah komunikasi. Bentuk rekaman atau karya sastra tadi harus dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengetahui pandangan budaya dalam suatu masyarakat, tidak hanya didapatkan dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang bersangkutan,
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut.
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai rancangan penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hal ini disebabkan masing-masing pengarang mempunyai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat ide, pikiran, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu membedakan
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional ( 2005:588), konsep didefenisikan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada semua masyarakat (Chamamah-Soeratno dalam Jabrohim, 2003:9). Karya sastra merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Karya sastra itu dapat dinikmati dan dipahami oleh semua
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra dijadikan sebagai pandangan kehidupan bermasyarakat. Karya sastra itu dapat dinikmati dan dipahami oleh semua orang, khususnya pecinta sastra.
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Munculnya feminisme memang tak lepas dari akar persoalan yang ada di kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih dianggap sebagai makhluk inferior.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada bulan Pebruari merupakan titik permulaan perundingan yang menuju kearah berakhirnya apartheid dan administrasi minoritas kulit putih di Afrika Selatan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya ketidakadilan dan sikap sewenang-wenang terhadap rakyat. Dengan kata lain, gerakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia kesastraan mengenal prosa sebagai salah satu genre sastra di samping genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian yang lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi yang diciptakan oleh sastrawan melalui kontemplasi dan suatu refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nasionalisme adalah suatu konsep dimana suatu bangsa merasa memiliki suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes (Chavan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ciri khas merupakan tuntutan dalam derasnya persaingan industri media massa yang ditinjau berdasarkan tujuannya sebagai sarana untuk mempersuasi masyarakat. Sebagaimana
Lebih terperinciSemua informasi tentang buku ini, silahkan scan QR Code di cover belakang buku ini
POSKOLONIAL; Teori dan Penerapannya dalam Sastra Indonesia Mutakhir, oleh I Nyoman Yasa, S.Pd., M.A. Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-889398; Fax: 0274-889057;
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara etimologis sastra atau sastera berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari akar kata Cas atau sas dan tra. Cas dalam bentuk kata kerja yang diturunkan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP Kesimpulan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang lain karena mengangkat konsep multikulturalisme di dalam film anak. Sebuah konsep yang jarang dikaji dalam penelitian di media
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. materi yang harus diajarkan dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra, yaitu puisi, prosa (cerpen dan novel), dan drama adalah materi yang harus diajarkan dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah cerita fiksi atau rekaan yang dihasilkan lewat proses kreatif dan imajinasi pengarang. Tetapi, dalam proses kreatif penciptaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Karya sastra lahir karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat ide, pikiran, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu membedakan karya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak makna dan banyak aspek didalamnya yang dapat kita gali. Karya sastra lahir karena ada daya
Lebih terperinciSeiring dengan perkembangan zaman, desain kebaya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebaya merupakan busana tradisional wanita masyarakat Indonesia dan sudah dikenal di mata Internasional, sehingga kebaya menjadi bagian utama bagi kepribadian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kaum Aborigin sebagai penduduk pertama (first people) telah menduduki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kaum Aborigin sebagai penduduk pertama (first people) telah menduduki Australia selama sekitar 50.000 sampai 120.000 tahun yang lalu. Mereka hidup sebagai pemburu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Wacana merupakan salah satu kata yang sering digunakan dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wacana merupakan salah satu kata yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat umumnya memahami wacana sebagai perbincangan terkait topik tertentu.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kejadian-kejadian yang sudah dilegitimasikan dalam teks tidak bisa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sering disebut sebagai dunia dalam kata, bukan dunia manusia. Kejadian-kejadian yang sudah dilegitimasikan dalam teks tidak bisa diterjemahkan kembali ke dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah ungkapan pribadi seorang penulis yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan.
Lebih terperinciNovel momoye mereka memanggilku karya Eka Hindra dan Koichi Kimura : tinjauan sosiologi sastra BAB I PENDAHULUAN
Novel momoye mereka memanggilku karya Eka Hindra dan Koichi Kimura : tinjauan sosiologi sastra Disusun Oleh : Stephanie Kurnia Trihapsari C0204061 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua penelitian ilmiah dimulai dengan perencanaan yang seksama, rinci, dan mengikuti logika yang umum, Tan (dalam Koentjaraningrat, 1977: 24). Pada dasarnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Seorang pengarang bebas untuk mengeksplorasi pikiran, perasaan, dan imajinasinya untuk dituangkan dalam sebuah karya sastra. Karya sastra lahir karena adanya
Lebih terperinciINTISARI BAB I PENDAHULUAN
INTISARI Novel teenlit menjadi fenomena menarik dalam perkembangan dunia fiksi di Indonesia. Hal itu terbukti dengan semakin bertambahnya novel-novel teenlit yang beredar di pasaran. Tidak sedikit pula
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan kata serapan dari bahasa sanskerta śāstra, yang berarti teks yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan kata serapan dari bahasa sanskerta śāstra, yang berarti teks yang mengandung instruksi atau pedoman, dari kata śās- yang berarti instruksi
Lebih terperinci