ANALISIS GANGGUAN KEPRIBADIAN AMBANG PADA TOKOH KAZUE SATO DALAM NOVEL GROTESQUE KARYA NATSUO KIRINO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS GANGGUAN KEPRIBADIAN AMBANG PADA TOKOH KAZUE SATO DALAM NOVEL GROTESQUE KARYA NATSUO KIRINO"

Transkripsi

1 ANALISIS GANGGUAN KEPRIBADIAN AMBANG PADA TOKOH KAZUE SATO DALAM NOVEL GROTESQUE KARYA NATSUO KIRINO Rien Jalan palem hijau G4/4a Harapan Indah Bekasi, , Rien, Linda Unsriana S.S., M.Si ABSTRAK Novel-novel karya Natsuo Kirino sering kali bertemakan tentang pembunuhan atau penyakit-penyakit kejiwaan yang dialami tokohnya. Pada novel Grotesque, hampir setiap tokoh memiliki gangguan pada kepribadiannya. Diantara semua tokoh, tokoh Kazue Sato yang cukup menonjol dalam hal kepribadian yang kompleks. Kazue mengalami gangguan kepribadian pada identitasnya sebagai masyarakat, siswa dan seorang anak. Teori gangguan kepribadian ambang menurut DSM IV-TR dalam Millon (2000, hal. 414) adalah suatu pola yang menetap dari ketidakstabilan hubungan interpersonal, citra diri dan afek dan impulsivitas yang nyata dimulai pada masa dewasa awal. Dengan pendekatan deskriptif analisis, penulis mencoba menganalisis perilaku dan perkataan Kazue yang dihubungkan dengan kriteria gangguan kepribadian ambang, serta mendeskripsikan ciri dan bukti dari analisis tersebut. Dengan metode penelitian ini, penulis menemukan bahwa adanya kesamaan sikap dan perkataan yang ditunjukkan Kazue dengan lima butir kriteria gangguan kepribadian ambang. Kata Kunci: Grotesque, Kazue Sato, Gangguan kepribadian ambang ABSTRACT Novels by Natsuo Kirino often using the murder or mental illness theme on the characters. In the novel Grotesque, almost every character has an personality disorder. Among all the characters, Kazue Sato are quite prominent in the case of a complex personality. Kazue has personality disorder on her identity as a society member, students and a child. The theory of personality disorders according to DSM-IV TR in Millon (2000, p. 414) is a persistent pattern of instability of interpersonal relationships, self-image, and affects, and impulsivity real beginning in early adulthood. With the descriptive analysis approaching method, the author tries to analyze the behavior and words of Kazue, connected to personality disorders criterias, and describe characteristics and evidence from the analysis. With this research method, the author found there are the similarity in attitude and words shown by Kazue with the five-point criteria of borderline personality disorder. Keywords: Grotesque, Kazue Sato, Borderline personality disorder 1

2 PENDAHULUAN Psikologi sastra menjadi tema yang menarik untuk diulas karena perkembangan karya sastra Jepang yang cukup pesat saat ini. Banyak karya-karya novelis Jepang yang sudah diakui oleh dunia internasional. Seperti Natsume Soseki, Akutagawa Ryunosuke dan sebagainya. Saat ini salah satu novelis terkenal Jepang yang cukup terkenal adalah Natsuo Kirino. Novel-novelnya yang bertemakan pembunuhan, seksualitas, dan gangguan kepribadian pada tokoh-tokohnya membuat karyanya diminati banyak pembaca di seluruh dunia. Kerumitan karakter dalam setiap tokohnya membuat karyanya semakin menarik untuk dibaca dan diteliti. Karena inti dari sebuah novel adalah psikologi (Mandah, 1992, hal. 42), maka sudah seharusnya yang menjadi ciri khas dan daya tarik sebuah novel adalah keunikan yang terdapat pada sisi psikologis tokohnya. Inilah sebabnya penulis tertarik untuk meneliti dan memverifikasi gangguan kepribadian yang dialami oleh salah satu tokoh dalam novel karya Natsuo Kirino yang berjudul Grotesque. Pada penelitian ini, penulis akan meneliti lima kriteria gangguan kepribadian ambang yang terdapat pada tokoh Kazue Sato. Pada penelitian sebelumnya, ada beberapa karya ilmiah yang telah mengulas seputar gangguan kepribadian yang terdapat dalam diri tokoh, yang mengambil korpus data berupa komik ataupun dorama (film drama). Seperti contohnya Analisis gangguan kepribadian pada tokoh Kimura Julia dalam drama TV Seito Shokun karya Mareki Harehiro. Dalam penelitian ini, penulisnya membahas gangguan kepribadian yang dialami tokoh Kimura Julia. Dengan menggunakan beberapa teori dari gangguan kepribadian, penulisnya mengaitkan tingkah laku dan perkataan Kimura Julia dengan beberapa ciri gangguan kepribadian, diantaranya adalah schizoid, paranoid, schizotipal, antisocial, borderline, histrionic, narcistic, dependent, avoidant, dan obsesif-kompulsif. (Enri, 2009). Jika dibandingkan, penelitian ini membahas gangguan kepribadian secara bersamaan, dan tentu saja membuat ruang lingkup penelitiannya menjadi terlalu luas dan kurang fokus. Sehingga hasil penelitiannyapun menjadi kurang dalam. Teori-teori yang digunakan juga menjadi tidak mendalam. Selain penelitian gangguan kepribadian tadi, juga terdapat penelitian lain dengan tema serupa yaitu, analisis pengaruh konsep Shuudanshuugi pada gangguan kepribadian Schizoid tokoh Aoyama Keito dalam drama Cat Street. (Wicaksono, 2010). Pada penelitian ini, penulisnya mengaitkan antara gangguan kepribadian Schizoid yang terdapat pada tokoh dengan konsep shuudanshuugi Jepang. Tema seperti ini mencakup dua topik. Dengan menggunakan teori gangguan kepribadian Schizoid dengan konsep Shuudanshuugi membuat pembaca kurang memahami kesimpulan dan tujuan dari penelitian. Sedangkan penelitian analisis gangguan kepribadian ambang pada tokoh Kazue Sato dalam novel Grotesque karya Natsuo Kirino terbatas pada lima kriteria gangguan kepribadian ambang. Yang menurut APA sudah cukup membuktikan bahwa seseorang mengidap gangguan kepribadian ambang. Dengan satu tema yang fokus dan ruang lingkup yang jelas, penelitian ini membuat pembaca lebih memahami tujuan penelitian ini. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis, dimana penulis menjabarkan teori yang bersangkutan dan mencari bukti dari keterkaitan masalah dengan korpus data. Dalam pencarian data, penulis menggunakan metode kepustakaan. Penulis menggunakan buku-buku teori psikologi abnormal yang terdapat di perpustakaan UNIKA ATMAJAYA serta perpustakaan Universitas Bina Nusantara. Dengan menggunakan metode analisis teks, penulis mengutip dan meneliti korpus data. Metode analisis teks dilakukan dengan cara menyesuaikan kutipan-kutipan perkataan dan sikap serta perilaku dari tokoh Kazue dengan lima kriteria gangguan kepribadian ambang, penulis memilih beberapa kutipan yang kemudian akan dianalisis bagian-bagian yang mencerminkan lima kriteria tersebut. Kemudian kutipan-kutipan tersebut dijabarkan dan di kaitkan dengan teori-teori utama dan pendukung. Hasil penelitian ini telah diuji oleh dosen-dosen penguji dari jurusan sastra Jepang Universitas Bina Nusantara. 2

3 HASIL DAN BAHASAN Penelitian ini menggunakan lima kriteria gangguan kepribadian ambang menurut DSM-IV TR yaitu, nomor 1, 3, 6, 7, 8. Kriteria Gangguan Kepribadian Ambang menurut DSM IV-TR dalam Oltmanns & Emery (1998, hal 279) No. KRITERIA GANGGUAN KEPRIBADIAN AMBANG 1. Usaha yang dilakukan dengan ketakutan untuk mengindari penolakan yang nyata atau imajiner. 2. Gangguan identitas: ketidakstabilan citra diri atau pemahaman diri yang nyata dan terus-menerus 3. Afek yang tidak stabil yang ditandai mood yang reaktif (contoh: episode disforia yang sering, iritabel atau kecemasan yang berlangsung beberapa jam dan jarang lebih dari 2 hari) 4. Perasaan kosong yang kronis 5. Kemarahan yang tidak tepat, sering atau kesulitan dalam mengendalikan amarah (contoh: sering menunjukkan kemarahan, marah yang terus-menerus, sering berkelahi) Gambar 2.1 Borderline Personality Disorder DSM-IV Criteria (Sumber : APA,1994) Dengan mengaitkan lima kriteria tersebut, penulis menggunakan beberapa teori pendukung yang membuktikan hipotesis penelitian ini. Teori-teori yang digunakan bukan hanya yang berasal dari teori gangguan kepribadian ambang, melainkan juga teori remaja. Alasan pemakaian teori remaja dalam penelitian ini adalah karena gangguan kepribadian ambang dimulai pada saat masa-masa remaja. Untuk lebih memudahkan memahami hasil penelitian, di bawah ini tercantum tabel yang menjabarkan hasil penelitian. Kriteria Unsur Gangguan Kepribadian Ambang yang Muncul Pada Diri Tokoh Kazue Sato dalam Novel Grotesque Karya Natsuo Kirino 1. *Melakukan upaya penyesuaian diri agar dapat diterima lingkungan sosial ( Santrock, 1998, hal.351) *Kepanikan dan ketakutan menghadapi penolakan. Ketakutan merasakan kesendirian (Sarason, 1999, hal.285) *Upaya untuk menghindari aksi penolakan dari teman sebaya. Kebutuhan diterima teman sebaya (Santrock, 1998, hal. 351) 3

4 2. *Tidak memahami diri. Mengidap gangguan makan. (Sarason, 1999, hal 157). *Gangguan pada citra diri. Kebutuhan penegasan mengenai harga diri dari orang lain (Sarason, 1998, hal. 286) *Pengadopsian atau penyesuaian tingkah laku karena tekanan lingkungan (Santrock, 1998, hal. 354) 3. *Perubahan perasaan dari senang dalam sekejap menjadi sedih dan kecewa akibat masalah gambar diri (Santrock, 1998, hal 188) *Perubahan perasaan marah menjadi kecemasan lalu menjadi sedih (Borderline Personality Disorder) *Serangan episode disforia atau depresi (Nolen, 1998, hal 441) 4. *Perasaan kosong, kesedihan, kecemasan (Sarason, 1999, hal. 286) *Gangguan identitas tercermin dalam perasaan kosong dan kebosanan kronis (Hurt&Clarkin dalam Sarason, 1990, hal.288) *Perasaan kosong karena akibat memiliki nilai diri (Maslow dalam Minderop, 2010, hal.301) 5. *Mudah salah paham dan menyalah artikan situasi berakibat kemarahan tak terkendali (Nolen, 1998, hal. 441) *Ketidak mampuan mengendalikan amarah, diekspresikan melalui semburan kata-kata, sarkasme, kepahitan (Grohol, 2007) *Perubahan emosi berkaitan erat dengan harga diri (Santrock, 1998, hal. 188) SIMPULAN DAN SARAN Sepanjang hidupnya, Kazue menunjukkan pola sikap yang mencerminkan gangguan kepribadian ambang. 5 butir kriteria gangguan kepribadian ambang yang diteliti yaitu usaha untuk menghindari pengabaian orang lain, gangguan identitas, ketidak stabilan mood, kekosongan yang kronis, dan yang terakhir adalah ketidak mampuan mengendalikan kemarahan yang tidak tepat. (APA, 1994). Perubahan sikap Kazue yang aneh mulai diamati saat di sekolah lanjutan. Ia menjadi anak yang sangat ambisius dalam segala hal. Ia melakukan upaya apa saja untuk membuat dirinya berada di posisi teratas dalam segala bidang. Kazue memiliki ketidak mampuan dalam membangun relasi dengan orang-orang di sekitarnya. Hal ini pun membuat Kazue di jauhi oleh semua orang. Hingga ia beranjak dewasa dan memiliki pekerjaan. Kejanggalan dalam kepribadiannya terus berlanjut dan semakin jelas terlihat. Kazue memiliki dua pekerjaan sekaligus. Pada siang hari ia bekerja sebagai wanita karir di perusahaan arsitektur dan mesin yang terkenal dan berkelas, dan dimalam hari, ia mencari uang dengan bekerja sebagai pekerja seks komersial. Hal ini dilakukannya karena ia tidak merasa puas dengan pekerjaannya sebagai karyawan perusahaan ternama. Di perusahaan itu, Kazue sudah berupaya untuk meraih prestasi dalam pekerjaannya, tetapi tetap saja ia tidak menerima penghargaan dari rekan kerjanya. Ketidakpuasan itu membawa Kazue menggeluti dunia malam. Ia berpendapat bahwa karyawan-karyawan perusahaan level atas itu tidak akan mampu melakukan apa yang ia lakukan sebagai pekerja seks komersial. Kazue merasa pada pekerjaan malamnya ia diterima dan dihargai. Selain itu saat ia berjumpa dengan pelanggannya ia selalu menunjukkan kartu namanya sebagai karyawan perusahaan kelas atas, dengan harapan para pelanggannya menghargainya sebagai wanita yang hebat. Hingga akhir hidupnya, ia menemukan bahwa ia semakin merosot dan semakin menuju kegagalan dalam setiap hal yang ia kerjakan. Bagi Kazue, kegagalan berarti kehilangan segalanya. Karena itulah, ia membiarkan dirinya dibunuh oleh pelanggan terakhir yang ia cintai. Gangguan identitas yang dialami Kazue disebabkan oleh nilai-nilai dan tuntutan yang diberikan ayahnya kepadanya. Ayahnya ingin Kazue menjadi sukses sepertinya tanpa pernah memperhatikan perasaan Kazue. Sejak Kazue kehilangan ayahnya, ia kehilangan identitas dan harga dirinya. 4

5 Penulis menyarankan bagi para pembaca yang ingin meneliti masalah gangguan kepribadian ambang pada sebuah novel Jepang yang memiliki kerumitan karakter pada tokoh-tokohnya, akan lebih menarik jika dikaitkan dengan komplikasi gangguan kepribadian ambang dengan gangguan kepribadian lainnya seperti histrionik, antisosial, depresi atau gangguan makan. Karena gangguan kepribadian ambang memiliki banyak kemiripan ciri dengan gangguan kepribadian lain, dan juga banyak ahli-ahli yang meneliti kaitan di antaranya. 5

6 REFERENSI Allen,David M.(2003).Psychotherapy with borderline patients.usa:lawrence Erlbaum Associates Publishers America Psychiatric Assosiation.(1994).DSM-IV-TR Criteria for borderline personality disorder. Dalam Thomas F.Oltmanns, Robert E. Emery. (1998). Abnormal Psychology. (pp.279). USA: Pearson Education, Inc Barlow,David H & Burand,V Mark.(2002).Abnormal psychology third editition. USA:Wadsworth Group Baumeister, Roy F.(2004).Self-concept, self-esteem, and identity. Diunduh 7 Juli 2012 dari Endraswara,Suwardi.(2008).Metode penelitian psikologi sastra.yogyakarta:fbs Universitas Negeri Yogyakarta Enri. (2009). Analisis gangguan kepribadian pada tokoh Kimura Julia dalam drama TV seito shokun karya mareki harehiro. Skripsi tidak diterbitkan. Jakarta: Universitas Bina Nusantara Grohol, John.M.(2007).Characteristics of borderline personality disorder. Psych Central. Diunduh 13 Juni 2012, Gunarsa,Singgih D & Gunarsa, Y Singgih D. (2010). Psikologi remaja. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia Herman,Waluyo J.(2002).Pengkajian sastra rekaan.salatiga:widya Sari Press Ishihara,Chiaki.(1991).Yomutameno riron.japan: Kabuyoori Shobou Jahn,Manfred.(2005).Narratology: A guide to the theory of narrative.english Department, University od Cologne. Kaname,Sugino.(2011).Kyookairei ni okeru (dooitsusei no fukakujitsusei). Kyooiku Gaku Kenkyuu Kahen,No. 39, diakses 31 Mei 2012 dari Kartikawangi,Dorien.(2009).Self-concept, self-awareness, self-esteem, dan pengembangannya. Jakarta: Unika Atma Jaya Kirino,Natsuo.(2003).Grotesque. Japan: Bungei Sunju LTD Kirino, Natsuo. (2010).Grotesque. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Larsen,R.J.(2005). Personality disorder.uk:world Psychology Of Science Press Mandah,Darsimah., Hutabarat, Jonnie R.,Mandah,Ermah.,Abdurachman,Adi S.,Ratnaningsih,Sri.(1992).Pengantar kesusastraan Jepang.Jakarta:PT Grasindo Millon,Theodore., Davis,Roger., Millon,Carrie., Escovar,Luis., Meagher,Sarah.(2000).Personality disorder in modern life.canada:john Wiley & Sons, Inc. Minderop,Albertine.(2010).Psikologi sastra.jakarta:yayasan Pustaka Obor Indonesia. Myers,David G.(2007).Psychology.USA:Worth Publishers 6

7 Neale,John M & Davison,Gerald C & Haaga,A.F.(1996).Exploring abnormal psychology.canada:john Wiley & Jons.Inc Nilam,Dewi Anggraeni. (2011). Hubungan antara dukungan sosial dengan tingkat depresi pada lansia di panti wreda di Jakarta (studi kuantitatif pada dua panti wreda). Skripsi tidak diterbitkan. Jakarta: Universitas Bina Nusantara Nolen,Susan & Hoeksema.(1998).Abnormal psychology.newyork:the Mc Graw-Hill Companies,Inc Nugriyantoro,Burhan.(2002).Teori pengkajian fiksi.yogyakarta:gadjah Mada University Press Oltmanns, Thomas F & Emery, Robert E. (1998). Abnormal psychology. USA: Pearson Education, Inc Purba, Antilan. (2010). Esensi Ilmu Sastra. Pengantar ilmu sastra, 9. Diunduh dari 13 April 2012 dari books.google.co.id Santrock, John W.(1998).Adolescence.New York:The McGraw Hill Companies, inc Santrock, John W.(1998).Children..New York:The McGraw Hill Companies, inc Sarason,Irwin G & Sarason, Barbara R.(1999).Abnormal Psychology. New Jersey:Pearson Education, Inc Sari,L.P. (2008). Skrips analisis konsep utopia dalam novel Kappa karya Akutagawa Ryunosuke. Skripsi tidak diterbitkan. Jakarta: Universitas Bina Nusantara Surajaya, I Ketut, Prof. Dr. M.A. (2001). Pengantar sejarah Jepang I. Jakarta: Nihon Kyooiku Gakkai Profile. diakses 5 Mei 2012 dari Kyookaisei paasonariti shoogai-borderline personality disorder. Diunduh 8 Juni 2012 dari Wibawarta,Bambang.(2004).Akutagawa Ryunosuke, terjemahan dan pembahasan Rashomon.Jakarta:Kalang 7

8 RIWAYAT PENULIS Rien lahir di kota Jakarta pada 20 Oktober Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Sastra Jepang pada tahun

Bab 5. Ringkasan. Setelah melakukan analisis pada bab tiga, penulis mengambil kesimpulan bahwa

Bab 5. Ringkasan. Setelah melakukan analisis pada bab tiga, penulis mengambil kesimpulan bahwa Bab 5 Ringkasan Setelah melakukan analisis pada bab tiga, penulis mengambil kesimpulan bahwa tokoh Kazue Sato mengalami gejala gangguan kepribadian ambang, karena ditemukan 5 kriteria gangguan kepribadian

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Jepang seperti yang banyak kita ketahui merupakan suatu negara maju dan

Bab 1. Pendahuluan. Jepang seperti yang banyak kita ketahui merupakan suatu negara maju dan Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar belakang Jepang seperti yang banyak kita ketahui merupakan suatu negara maju dan modern hampir di segala bidang. Kemajuan di segala bidang ini tidak terkecuali media hiburan.

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Salah satu hal yang paling menjadi daya tarik bagi pembaca untuk membaca

Bab 2. Landasan Teori. Salah satu hal yang paling menjadi daya tarik bagi pembaca untuk membaca Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan Salah satu hal yang paling menjadi daya tarik bagi pembaca untuk membaca sebuah novel adalah tokoh atau karakter-karakter yang berperan di dalamnya. Tokoh-tokoh

Lebih terperinci

ANALISIS GANGGUAN KEPRIBADIAN PADA TOKOH KIMURA JULIA DALAM DRAMA TV SEITO SHOKUN KARYA MAREKI HAREHIRO. Skripsi. Oleh.

ANALISIS GANGGUAN KEPRIBADIAN PADA TOKOH KIMURA JULIA DALAM DRAMA TV SEITO SHOKUN KARYA MAREKI HAREHIRO. Skripsi. Oleh. ANALISIS GANGGUAN KEPRIBADIAN PADA TOKOH KIMURA JULIA DALAM DRAMA TV SEITO SHOKUN KARYA MAREKI HAREHIRO Skripsi Oleh Enri (0800776596) Universitas Bina Nusantara Jakarta 2009 i ANALISIS GANGGUAN KEPRIBADIAN

Lebih terperinci

Orang lain menganggap dia jauh, menyendiri, dan tidak bisa terikat dengan orang lain

Orang lain menganggap dia jauh, menyendiri, dan tidak bisa terikat dengan orang lain Schizoid Orang dengan gangguan kepribadian Schizoid menghindari hubungan dengan orang lain dan tidak menunjukkan banyak emosi. Tidak seperti avoidants, schizoids benarbenar lebih suka menyendiri dan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakatnya. Salah satu fenomena

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakatnya. Salah satu fenomena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu negara maju, Jepang mengalami banyak fenomenafenomena yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakatnya. Salah satu fenomena yang sedang menjamur di

Lebih terperinci

P ER SO N A LITY. Kelompok 14 : Elsa Puspita Muslamiyah Hanas Muthmainnah Nia Permata Sari Putri Deas Hadilofyani Reza Lutf

P ER SO N A LITY. Kelompok 14 : Elsa Puspita Muslamiyah Hanas Muthmainnah Nia Permata Sari Putri Deas Hadilofyani Reza Lutf P ER SO N A LITY D ISO R D ER Kelompok 14 : Elsa Puspita Muslamiyah Hanas Muthmainnah Nia Permata Sari Putri Deas Hadilofyani Reza Lutf Personality Disorder = Gangguan Kepribadian gangguan pola pikir dan

Lebih terperinci

BAB 5. Ringkasan. memaparkan ringkasan isi skripsi yang mengenai latar belakang penyebab hiperseksual

BAB 5. Ringkasan. memaparkan ringkasan isi skripsi yang mengenai latar belakang penyebab hiperseksual BAB 5 Ringkasan Pada bab ini yang juga merupakan bab terakhir dalam skripsi ini, penulis akan memaparkan ringkasan isi skripsi yang mengenai latar belakang penyebab hiperseksual pada tokoh Yuriko Hirata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. orang lain. Sejak manusia dilahirkan, manusia sudah menjadi makhluk sosial karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. orang lain. Sejak manusia dilahirkan, manusia sudah menjadi makhluk sosial karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat melepaskan diri dari jalinan relasi sosial, dimana manusia selalu membuat kontak sosial atau berhubungan

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. daripada karya fiksi (Wellek & Warren, 1995:3-4). Sastra memiliki fungsi sebagai

BAB 1. Pendahuluan. daripada karya fiksi (Wellek & Warren, 1995:3-4). Sastra memiliki fungsi sebagai BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Karya sastra merupakan karya imajinatif yang dipandang lebih luas pengertiannya daripada karya fiksi (Wellek & Warren, 1995:3-4). Sastra memiliki fungsi sebagai hiburan

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN APLIKASI SISTEM PAKAR ANALISIS PENYAKIT GANGGUAN KEPRIBADIAN MENGGUNAKAN TEOREMA BAYES

PEMBANGUNAN APLIKASI SISTEM PAKAR ANALISIS PENYAKIT GANGGUAN KEPRIBADIAN MENGGUNAKAN TEOREMA BAYES PEMBANGUNAN APLIKASI SISTEM PAKAR ANALISIS PENYAKIT GANGGUAN KEPRIBADIAN MENGGUNAKAN TEOREMA BAYES TUGAS AKHIR DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN MENCAPAI DERAJAT SARJANA TEKNIK INFORMATIKA OLEH

Lebih terperinci

Trauma Tokoh Nayla dalam Novel Nayla Karya Djenar Maesa Ayu

Trauma Tokoh Nayla dalam Novel Nayla Karya Djenar Maesa Ayu Trauma Tokoh Nayla dalam Novel Nayla Karya Djenar Maesa Ayu Oleh: Esa Putri Yohana 1 Abstrak Skripsi ini berjudul Trauma Tokoh Nayla dalam Novel Nayla Karya Djenar Maesa Ayu. Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU 1 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU Oleh : Chinta Pradhika H. Fuad Nashori PRODI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai

Lebih terperinci

BAB 4 SIMPULAN DAN SARAN. Kesusastraan Jepang merupakan salah satu keunikan dari kesusastraan tradisional

BAB 4 SIMPULAN DAN SARAN. Kesusastraan Jepang merupakan salah satu keunikan dari kesusastraan tradisional BAB 4 SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan Kesusastraan Jepang merupakan salah satu keunikan dari kesusastraan tradisional Asia. Kehidupan dalam karya sastra dapat diperindah, diejek, atau digambarkan bertolak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mengandung instruksi atau pedoman, dari kata dasar sas instruksi atau

BAB I PENDAHULUAN. yang mengandung instruksi atau pedoman, dari kata dasar sas instruksi atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Istilah sastra secara etimologi berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya teks yang mengandung instruksi atau pedoman, dari kata dasar sas instruksi atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2011:54). Analisis psikologi terhadap karya sastra, terutama fiksi dan drama

BAB I PENDAHULUAN. 2011:54). Analisis psikologi terhadap karya sastra, terutama fiksi dan drama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Psikologi sastra adalah interdisiplin antara psikologi dan sastra (Endraswara dalam Minderop, 2011:59). Psikologi sastra adalah karya sastra yang diyakini mencerminkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu karya imajinatif dari seorang yang dilandasi kesadaran dan tanggung jawab dari segi kreativitas sebagai karya seni. Karya sastra banyak

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Negara Jepang telah lama mengenal gaya serta ritual penghancuran diri yang lebih

Bab 1. Pendahuluan. Negara Jepang telah lama mengenal gaya serta ritual penghancuran diri yang lebih Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Negara Jepang telah lama mengenal gaya serta ritual penghancuran diri yang lebih kita kenal sebagai bunuh diri atau disebut juga jisatsu. Jisatsu merupakan suatu bentuk

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang merupakan negara maju dari segi ekonomi juga dalam bidang teknologi, pendidikan, dan informasi. Generasi muda diharapkan untuk dapat menjadi seorang yang berkualitas.

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. elektronik. Media hiburan ini yang sering disebut dengan dorama atau serial televisi

Bab 1. Pendahuluan. elektronik. Media hiburan ini yang sering disebut dengan dorama atau serial televisi Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang seperti yang banyak kita ketahui adalah negara maju dan modern hampir di segala bidang. Kemajuan di segala bidang ini tidak terkecuali media hiburan. Media hiburan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jepang adalah salah satu negara maju yang cukup berpengaruh di dunia saat ini. Jepang banyak menghasilkan teknologi canggih yang sekarang digunakan juga oleh negara-negara

Lebih terperinci

Ringkasan Novel Grotesque

Ringkasan Novel Grotesque Ringkasan Novel Grotesque Sekolah Q merupakan sekolah elit yang diperuntukkan bagi siswa-siswi yang pandai. Ketika seorang anak berhasil menjadi murid sekolah Q, orang tua anak tersebut akan merasa sangat

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Jepang memiliki beraneka ragam seni kebudayaan seperti matsuri, odori, film,

Bab 1. Pendahuluan. Jepang memiliki beraneka ragam seni kebudayaan seperti matsuri, odori, film, Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang memiliki beraneka ragam seni kebudayaan seperti matsuri, odori, film, ongaku, haiku dan lain-lain. Film Jepang adalah film yang diproduksi untuk diputar di Jepang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu

Lebih terperinci

Gangguan Kepribadian. Mustafa M. Amin Departemen Psikiatri FK USU

Gangguan Kepribadian. Mustafa M. Amin Departemen Psikiatri FK USU Gangguan Kepribadian Mustafa M. Amin Departemen Psikiatri FK USU Gangguan Kepribadian Definisi: Suatu gangguan mental yang dikarakteristikkan dengan corak-corak maladaptif dari penyesuaian dirinya terhadap

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL NEGERI PARA BEDEBAH KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL NEGERI PARA BEDEBAH KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL NEGERI PARA BEDEBAH KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Siti Fatimah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Keberhasilan ekonomi sebagai akibat dari kemajuan teknologi menjadikan Jepang

Bab 1. Pendahuluan. Keberhasilan ekonomi sebagai akibat dari kemajuan teknologi menjadikan Jepang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Keberhasilan ekonomi sebagai akibat dari kemajuan teknologi menjadikan Jepang sebagai negara Asia yang penting. Begitu juga dengan kebudayaannya. Jepang merupakan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Harga diri pada remaja di panti asuhan dalam penelitian Eka Marwati (2013). Tentang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Harga diri pada remaja di panti asuhan dalam penelitian Eka Marwati (2013). Tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Harga diri pada remaja di panti asuhan dalam penelitian Eka Marwati (2013). Tentang pelatihan berpikir optimis untuk meningkatkan harga diri pada remaja di panti asuhan.

Lebih terperinci

ABNORMALITAS. By : IkaSari Dewi

ABNORMALITAS. By : IkaSari Dewi ABNORMALITAS By : IkaSari Dewi DEFINISI Perilaku, pikiran & perasaan yg m bahayakan idv maupun org lain. Bentuk Bahayaspt : pengalaman yg tidak menyenangkan (cemas / depresi), tdk mampu berfungsi dlm suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan jabaran dari kehidupan yang terjadi di muka bumi ini. Sastra merupakan salah satu seni yang

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Ruka Kishimoto Dalam Serial Drama Jepang Last Friends. Adapun tujuan dan metode penelitian juga tercantum dalam pendahuluan.

Bab 5. Ringkasan. Ruka Kishimoto Dalam Serial Drama Jepang Last Friends. Adapun tujuan dan metode penelitian juga tercantum dalam pendahuluan. Bab 5 Ringkasan 5.1 Ringkasan Isi Skripsi Mengenai Analisis Psikologi Transgender Pada Tokoh Ruka Kishimoto Dalam Serial Drama Jepang Last Friends. Dalam bab ini, penulis akan menjabarkan ringkasan dari

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Setiap individu memiliki berbagai gagasan-gagasan mengenai dirinya, dimana gagasan

Bab I Pendahuluan. Setiap individu memiliki berbagai gagasan-gagasan mengenai dirinya, dimana gagasan Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Setiap individu memiliki berbagai gagasan-gagasan mengenai dirinya, dimana gagasan tersebut muncul sebagai bentuk keinginannya agar diterima oleh sosial dan masyarakat.

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Sesuai dengan Sastra dalam Wikipedia Indonesia Ensiklopedia Bebas Berbahasa

Bab 1. Pendahuluan. Sesuai dengan Sastra dalam Wikipedia Indonesia Ensiklopedia Bebas Berbahasa Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan Sastra dalam Wikipedia Indonesia Ensiklopedia Bebas Berbahasa Indonesia (2008), kesusastraan adalah sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Drama sendiri berarti perbuatan, tindakan, menurut Yapi Tambayong (2012 : Hal 189),

Bab 1. Pendahuluan. Drama sendiri berarti perbuatan, tindakan, menurut Yapi Tambayong (2012 : Hal 189), Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Permasalahan Di zaman sekarang ini rasanya sudah tidak asing lagi bagi kita dengan kata drama. Drama sendiri berarti perbuatan, tindakan, menurut Yapi Tambayong (2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepanjang rentang kehidupannya individu mempunyai serangkaian tugas perkembangan yang harus dijalani untuk tiap masanya. Tugas perkembangan tersebut terbentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG MASALAH Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam pendidikan. Perguruan Tinggi diadakan dengan tujuan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kasih sayang dari orangtua yang disebabkan oleh beberapa hal, bisa karena

BAB V PENUTUP. kasih sayang dari orangtua yang disebabkan oleh beberapa hal, bisa karena BAB V PENUTUP Broken home adalah kondisi hilangnya perhatian keluarga atau kurangnya kasih sayang dari orangtua yang disebabkan oleh beberapa hal, bisa karena perceraian, kesibukan orangtua atau tidak

Lebih terperinci

GAMBARAN PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PERSIAPAN PENSIUN KARYAWAN BUMN PT. X FARATIKA NOVIYANTI ABSTRAK

GAMBARAN PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PERSIAPAN PENSIUN KARYAWAN BUMN PT. X FARATIKA NOVIYANTI ABSTRAK GAMBARAN PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PERSIAPAN PENSIUN KARYAWAN BUMN PT. X FARATIKA NOVIYANTI ABSTRAK Dalam menjalani karirnya individu akan terus mengalami pertambahan usia sampai memasuki fase pensiun.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peneliti ingin meneliti salah satu karya dari Asa Nonami berjudul Kogoeru Kiba.

BAB I PENDAHULUAN. peneliti ingin meneliti salah satu karya dari Asa Nonami berjudul Kogoeru Kiba. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asa Nonami merupakan seorang novelis terkenal di Jepang, ia lahir pada 19 Agustus 1960 di Tokyo. Asa Nonami adalah penulis cerita fiksi kejahatan dan cerita horor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang saling terkait, berkesinambungan, dan berlangsung secara bertahap. Tingkat perkembangan individu memicu adanya berbagai

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II. Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang tinjauan pustaka, dimana dalam bab ini peneliti akan menjelaskan lebih dalam mengenai body image dan harga diri sesuai dengan teori-teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang pada umumnya ditandai dengan perubahan fisik, kognitif, dan psikososial, tetapi

Lebih terperinci

Oleh: ADE F SYAIRAH B Pembimbing : dr. Asmarahadi, SpKJ

Oleh: ADE F SYAIRAH B Pembimbing : dr. Asmarahadi, SpKJ GANGGUAN KPERIBADIAN (PERSONALITY DISORDER) Oleh: ADE F.1102007002 SYAIRAH B. 1102008249 Pembimbing : dr. Asmarahadi, SpKJ KEPRIBADIAN Totalitas dari ciri perilaku dan emosi yang merupakan karakter atau

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. tertua di dunia seperti budaya Mesir, Cina, Babilonia, hingga kebudayaan yang termuda.

Bab 1. Pendahuluan. tertua di dunia seperti budaya Mesir, Cina, Babilonia, hingga kebudayaan yang termuda. Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Ada begitu banyak kebudayaan dalam dunia tempat kita tinggal. Mulai dari budaya tertua di dunia seperti budaya Mesir, Cina, Babilonia, hingga kebudayaan yang termuda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam masyarakat, seorang remaja merupakan calon penerus bangsa, yang memiliki potensi besar dengan tingkat produktivitas yang tinggi dalam bidang yang mereka geluti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wellek and Warren (1963:22) mengatakan bahwa literature seems best

BAB I PENDAHULUAN. Wellek and Warren (1963:22) mengatakan bahwa literature seems best BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di dalam kehidupan ada banyak realitas yang dialami oleh setiap manusia yang dapat mempengaruhi sifat dan sikap manusia itu sendiri. Setiap peristiwaperistiwa akan

Lebih terperinci

PROBLEM PSIKOSOSIAL PADA REMAJA YANG ORANG TUA NYA MERANTAU NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

PROBLEM PSIKOSOSIAL PADA REMAJA YANG ORANG TUA NYA MERANTAU NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta PROBLEM PSIKOSOSIAL PADA REMAJA YANG ORANG TUA NYA MERANTAU NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Tidak bisa dipungkiri bahwa bangsa Jepang telah banyak memberikan inspirasi

Bab 1. Pendahuluan. Tidak bisa dipungkiri bahwa bangsa Jepang telah banyak memberikan inspirasi Bab 1 Pendahuluan 1.1 latar belakang Tidak bisa dipungkiri bahwa bangsa Jepang telah banyak memberikan inspirasi kedisiplinan dalam tatanan hidup umat manusia sebagai makhluk sosial secara menyeluruh.

Lebih terperinci

JOHN SKILLPA S DISSOCIATIVE DISORDERS IN PEACOCK THESIS BY DHIMAS IRFANTARA NIM

JOHN SKILLPA S DISSOCIATIVE DISORDERS IN PEACOCK THESIS BY DHIMAS IRFANTARA NIM JOHN SKILLPA S DISSOCIATIVE DISORDERS IN PEACOCK THESIS BY DHIMAS IRFANTARA NIM 0811113087 STUDY PROGRAM OF ENGLISH DEPARTMENT OF LANGUAGES AND LITERATURE FACULTY OF CULTURAL STUDIES UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peneliti menganggap bahwa penelitian tentang kecerdasan emosional pada mahasiswa yang bekerja sangat penting, karena siapa pun dapat mengalami emosi, tak terkecuali

Lebih terperinci

PENDIDIKAN SEKSUALITAS PADA REMAJA MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN SEKSUALITAS PADA REMAJA MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN SEKSUALITAS PADA REMAJA MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN Diana Dewi Wahyuningsih Universitas Tunas Pembangunan Surakarta dianadewi_81@yahoo.com Kata Kunci: Pendidikan Seksualitas, Aspek Psikologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan sering menilai seseorang berdasarkan pakaian, cara bicara, cara berjalan, dan bentuk tubuh. Lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam

Lebih terperinci

HUBUNGAN BODY IMAGE DENGAN PERILAKU DIET BERLEBIHAN PADA REMAJA WANITA YANG BERPROFESI SEBAGAI PEMAIN SINETRON

HUBUNGAN BODY IMAGE DENGAN PERILAKU DIET BERLEBIHAN PADA REMAJA WANITA YANG BERPROFESI SEBAGAI PEMAIN SINETRON HUBUNGAN BODY IMAGE DENGAN PERILAKU DIET BERLEBIHAN PADA REMAJA WANITA YANG BERPROFESI SEBAGAI PEMAIN SINETRON ANJANA DEMIRA Program Studi Psikologi, Universitas Padjadjaran ABSTRAK Perkembangan dunia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Body Image 1. Pengertian Body image adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos.

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos. 7 BAB II LANDASAN TEORI E. Pengertian Psikologi Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos. Psyche artinya jiwa dan logos berarti ilmu. Dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perjalanan hidup seorang anak tidak selamanya berjalan dengan baik. Beberapa anak dihadapkan pada pilihan yang sulit bahwa anak harus berpisah dari keluarganya

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Object Relation Theories

Psikologi Kepribadian I Object Relation Theories Modul ke: Psikologi Kepribadian I Object Relation Theories Fakultas Psikologi Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Relasi Objek Teori Relasi Objek: 1. Pentingnya pola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak anak yang menjadi korban perlakuan salah. United Nations Children s

BAB I PENDAHULUAN. banyak anak yang menjadi korban perlakuan salah. United Nations Children s BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kekerasan pada anak telah menjadi perhatian dunia, begitu banyak anak yang menjadi korban perlakuan salah. United Nations Children s Fund (UNICEF) (2012)

Lebih terperinci

KONFLIK ITRAPSIKIS TOKOH UTAMA DALAM NOVEL KERUMUNAN TERAKHIR KARYA OKKY MADASARI (Kajian Psikoanalisis Sosial Karen Horney)

KONFLIK ITRAPSIKIS TOKOH UTAMA DALAM NOVEL KERUMUNAN TERAKHIR KARYA OKKY MADASARI (Kajian Psikoanalisis Sosial Karen Horney) KONFLIK ITRAPSIKIS TOKOH UTAMA DALAM NOVEL KERUMUNAN TERAKHIR KARYA OKKY MADASARI (Kajian Psikoanalisis Sosial Karen Horney) Disusun Oleh: NURUL INTAN MAULUDIYAH - 13010113130106 FAKULTAS ILMU BUDAYA,

Lebih terperinci

OEDIPUS-KOMPLEKS PADA TOKOH MA KUN DALAM NOVEL TOKYO TAWĀ: OKAN TO BOKU, TOKIDOKI, OTON KARYA RIRI FURANKI

OEDIPUS-KOMPLEKS PADA TOKOH MA KUN DALAM NOVEL TOKYO TAWĀ: OKAN TO BOKU, TOKIDOKI, OTON KARYA RIRI FURANKI 1 OEDIPUS-KOMPLEKS PADA TOKOH MA KUN DALAM NOVEL TOKYO TAWĀ: OKAN TO BOKU, TOKIDOKI, OTON KARYA RIRI FURANKI Putu Linda Trisnayanti Putrawan Program Studi Sastra Jepang Fakultas Sastra dan Budaya Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena perilaku seks pranikah di kalangan remaja di Indonesia semakin

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena perilaku seks pranikah di kalangan remaja di Indonesia semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Fenomena perilaku seks pranikah di kalangan remaja di Indonesia semakin meningkat prevalensinya dari tahun ke tahun. Hasil survei yang dilakukan oleh Biro

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mental Emosional 2.1.1 Definisi Mental Emosional Mental adalah pikiran dan jiwa, sedangkan emosi adalah suatu ekspresi perasaan, atau dapat juga diartikan sebagai sebuah afek

Lebih terperinci

PROFIL MOTIVASI BERPRESTASI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MUSIK STKIP CITRA BAKTI PERIODE 2016/2017

PROFIL MOTIVASI BERPRESTASI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MUSIK STKIP CITRA BAKTI PERIODE 2016/2017 PROFIL MOTIVASI BERPRESTASI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MUSIK STKIP CITRA BAKTI PERIODE 2016/2017 Ferdinandus Bate Dopo 1 1 Pendidikan Musik, STKIP Citra Bakti ferdinbate@gmail.com Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN SOSIAL TERHADAP KENAKALAN REMAJA PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SUMBER GEMPOL TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN SOSIAL TERHADAP KENAKALAN REMAJA PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SUMBER GEMPOL TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN SOSIAL TERHADAP KENAKALAN REMAJA PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SUMBER GEMPOL TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menganggap dirinya sanggup, berarti, berhasil, dan berguna bagi dirinya sendiri,

BAB 1 PENDAHULUAN. menganggap dirinya sanggup, berarti, berhasil, dan berguna bagi dirinya sendiri, 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Harga diri adalah penilaian seseorang mengenai gambaran dirinya sendiri yang berkaitan dengan aspek fisik, psikologis, sosial dan perilakunya secara keseluruhan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan suatu keadaan yang mendorong atau merangsang seseorang untuk melakukan sesuatu atau kegiatan

Lebih terperinci

Bab 4. Simpulan dan saran. bahwa tokoh yang bernama Frank dalam novel In The Miso Soup karya Ryu

Bab 4. Simpulan dan saran. bahwa tokoh yang bernama Frank dalam novel In The Miso Soup karya Ryu Bab 4 Simpulan dan saran 4.1 Simpulan Melalui analisis yang telah dilakukan oleh penulis, maka dapat disimpulkan bahwa tokoh yang bernama Frank dalam novel In The Miso Soup karya Ryu Murakami mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seorang manusia dalam menjalani kehidupannya sejak kecil, remaja, dewasa hingga lanjut usia memiliki kecenderungan yang relatif serupa dalam menghadapi suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population) karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk Indonesia

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL CINTA 2 KODI KARYA ASMA NADIA

KARAKTERISTIK KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL CINTA 2 KODI KARYA ASMA NADIA KARAKTERISTIK KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL CINTA 2 KODI KARYA ASMA NADIA Lisa Novrianti, Aruna Laila, Ricci Gemarni Tatalia Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak remaja sebenarnya tidak mempunyai masa yang jelas. Remaja. tergolong kanak-kanak, mereka masih harus menemukan tempat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Anak remaja sebenarnya tidak mempunyai masa yang jelas. Remaja. tergolong kanak-kanak, mereka masih harus menemukan tempat dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak remaja sebenarnya tidak mempunyai masa yang jelas. Remaja ada diantara anak dan orang dewasa. Remaja belum mampu untuk menguasai fungsi-fungsi fisik maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkenal adalah Senseijutsu Satsujin Jiken. Novel ini berhasil menjadi finalis dalam

BAB I PENDAHULUAN. terkenal adalah Senseijutsu Satsujin Jiken. Novel ini berhasil menjadi finalis dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Soji Shimada adalah novelis besar Jepang yang telah banyak menghasilkan karya sastra bermutu tinggi dan dihargai oleh masyarakat penikmat sastra dunia. Soji Shimada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana pernyataan yang diungkap oleh Spencer (1993) bahwa self. dalam hidup manusia membutuhkan kepercayaan diri, namun

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana pernyataan yang diungkap oleh Spencer (1993) bahwa self. dalam hidup manusia membutuhkan kepercayaan diri, namun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepercayaan diri merupakan salah satu unsur kepribadian yang memegang peranan penting bagi kehidupan manusia. Banyak ahli mengakui bahwa kepercayaan diri merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya berdasarkan cara berpakaian, cara berjalan, cara duduk, cara bicara, dan tampilan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penuh konflik. Pada masa ini remaja tumbuh dan berkembang baik secara fisik maupun psikis, perubahan terhadap pola perilaku dan juga

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang merupakan satu dari sekian negara yang tergolong cepat melakukan pembangunan dalam bidang ekonomi, pendidikan dan teknologi di dunia, semenjak dari masa isolasinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext).

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra adalah sebuah karya imajiner yang bermedia bahasa dan memiliki nilai estetis. Karya sastra juga merupakan sarana untuk mengungkapkan ide, gagasan

Lebih terperinci

ANTARA ELING DAN RAGU: ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL DEWI KAWI

ANTARA ELING DAN RAGU: ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL DEWI KAWI ANTARA ELING DAN RAGU: ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL DEWI KAWI I Gede Iwan Astadi Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana Abstract Analysis of the psychology literature

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang adalah salah satu negara yang memiliki kekuatan dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. Jepang adalah salah satu negara yang memiliki kekuatan dalam bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Jepang adalah salah satu negara yang memiliki kekuatan dalam bidang sastra dan budaya. Selain itu, Jepang juga melahirkan banyak penulis berbakat. Salah satunya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Novel Cinta Brontosaurus karya Raditya Dika belum pernah dijadikan objek penelitian sebelumnya. Oleh karena itu, penulis memberikan

Lebih terperinci

TRAIT FACTOR THEORY EYSENCK, CATTELL, GOLDBERG. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

TRAIT FACTOR THEORY EYSENCK, CATTELL, GOLDBERG. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi Modul ke: 13 Yoanita Fakultas PSIKOLOGI TRAIT FACTOR THEORY EYSENCK, CATTELL, GOLDBERG Eliseba, M.Psi Program Studi Psikologi HANS EYSENCK Dasar umum sifat-sifat kepribadian berasal dari keturunan, dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO masa remaja merupakan masa peralihan dari masa. anak-anak ke masa dewasa. Masa remaja adalah masa perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO masa remaja merupakan masa peralihan dari masa. anak-anak ke masa dewasa. Masa remaja adalah masa perkembangan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa remaja adalah masa perkembangan yang paling penting, karena pada masa ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Sebelumnya Pada penelitian sebelumnya sudah ada penelitian mengenai teori motivasi tindakan Abraham Maslow, yaitu penelitian yang ditulis oleh Setyawan Budi Jatmiko

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun. Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun. Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun. Menurut Peraturan Mentri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang

Lebih terperinci

Bab 4. Simpulan dan Saran. disimpulkan bahwa tokoh Ruka Kishimoto dalam serial drama Jepang Last Friends

Bab 4. Simpulan dan Saran. disimpulkan bahwa tokoh Ruka Kishimoto dalam serial drama Jepang Last Friends Bab 4 Simpulan dan Saran 4.1 Simpulan Berdasarkan analisis data yang penulis lakukan pada bab analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa tokoh Ruka Kishimoto dalam serial drama Jepang Last Friends merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan hidup manusia dialami dalam berbagai tahapan, yang dimulai dari masa kanak-kanak, remaja dan dewasa. Dalam setiap tahapan perkembangan terdapat

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Hubungan Antara..., Gita Handayani Ermanza, F.PSI UI, 20081

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Hubungan Antara..., Gita Handayani Ermanza, F.PSI UI, 20081 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja mengalami masa puber yang dianggap sebagai periode tumpang tindih karena mencakup masa akhir kanak-kanak dan masa awal remaja. Masa puber ditandai dengan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu fenomena yang ada akhir-akhir ini yang sangat memprihatinkan adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun masal sudah merupakan berita harian di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai karena ada pembaca yang memberikan nilai. Sebuah karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai karena ada pembaca yang memberikan nilai. Sebuah karya sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra sangat erat hubungannya dengan pembaca, karena karya sastra ditujukan kepada kepentingan pembaca sebagai penikmat karya. Selain itu, pembaca juga yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KESTABILAN EMOSI DENGAN PERILAKU KENAKALAN REMAJA SISWA KELAS VII SMPN 2 PAGERWOJO TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

HUBUNGAN ANTARA KESTABILAN EMOSI DENGAN PERILAKU KENAKALAN REMAJA SISWA KELAS VII SMPN 2 PAGERWOJO TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 HUBUNGAN ANTARA KESTABILAN EMOSI DENGAN PERILAKU KENAKALAN REMAJA SISWA KELAS VII SMPN 2 PAGERWOJO TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan luar. Perubahan-perubahan tersebut menjadi tantangan besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan luar. Perubahan-perubahan tersebut menjadi tantangan besar bagi BAB I PENDAHULUAN Masa remaja merupakan masa peralihan atau masa transisi dari masa anakanak ke masa dewasa yang disertai dengan perubahan (Gunarsa, 2003). Remaja akan mengalami berbagai perubahan dalam

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup bermasyarakat atau dikenal dengan

Bab I Pendahuluan. Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup bermasyarakat atau dikenal dengan 1 Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup bermasyarakat atau dikenal dengan istilah zoon politicon. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak hanya mengandalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan dimana seorang remaja mengalami perubahan baik secara fisik, psikis maupun sosialnya. Perubahan fisik remaja merupakan perubahan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA Rita Sinthia Dosen Prodi Bimbingan Konseling FKIP Universitas Bengkulu Abstract:This study was

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KONFLIK ORANGTUA (AYAH IBU) - ANAK DENGAN DEPRESI PADA REMAJA

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KONFLIK ORANGTUA (AYAH IBU) - ANAK DENGAN DEPRESI PADA REMAJA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KONFLIK ORANGTUA (AYAH IBU) - ANAK DENGAN DEPRESI PADA REMAJA Oleh : Finda Fatmawati Hepi Wahyuningsih PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence)

BAB I PENDAHULUAN. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence) yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Dalam perkembangan kepribadian seseorang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. karena setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai

BAB II KAJIAN TEORI. karena setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai BAB II KAJIAN TEORI A. Kepuasan Kerja 1. Pengertian Kepuasan Kerja Setiap orang yang bekerja mengharapkan memperoleh kepuasan dari tempat kerjanya. Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat

Lebih terperinci

KESIAPAN MAHASISWA TINGKAT AKHIR MENGHADAPI DUNIA KERJA DITINJAU DARI KONSEP DIRI DAN KOMPETENSI YANG DIMILIKI

KESIAPAN MAHASISWA TINGKAT AKHIR MENGHADAPI DUNIA KERJA DITINJAU DARI KONSEP DIRI DAN KOMPETENSI YANG DIMILIKI KESIAPAN MAHASISWA TINGKAT AKHIR MENGHADAPI DUNIA KERJA DITINJAU DARI KONSEP DIRI DAN KOMPETENSI YANG DIMILIKI Rachmawati, Wulan Murni Sulianti Universitas Wisnuwardhana rachma.widyantoro@gmail.com, wulanmurni@ymail.com

Lebih terperinci