BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemenuhan aspek-aspek terkait dengan Hak Asasi Manusia merupakan amanat kemanusiaan yang wajib ditunaikan oleh setiap bangsa. Negara yang maju adalah Negara yang tidak hanya mampu mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi namun juga dapat menciptakan keadaan kondusif yang sedemikian rupa serta mengupayakan kesejahteraan bagi warga Negaranya. Seperti yang tertuang dalam alinea keempat Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang menyatakan sebagai berikut : Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum. Kesejahteraan segenap rakyat Indonesia merupakan salah satu cita-cita luhur bangsa Indonesia. Dalam upaya perwujudan kesejahteraan rakyat bagi warga Negaranya, sebagaimana yang dicetuskan oleh teori welfarestate dalam pelaksanaannya hendaknya didasarkan kepada aspek-aspek antara lain demokrasi, penegakan hukum, perlindungan hak asasi manusia, keadilan sosial dan penghapusan diskriminasi. Negara Republik Indonesia mengakui dan menjunjung tinggi hak asasi manusia dan kebebasan dasar manusia sebagai hak yang secara kodrati melekat pada dan tidak dapat dipisahkan dari manusia yang harus dilindungi, dihormati dan dihormati. Indonesia sejatinya telah berupaya memberikan jaminan perlindungan luar biasa terhadap hak asasi warga Negaranya. Dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 termaktub sudah perlindungan atas keberadaan hak asasi manusia yang 1

2 2 melekat pada setiap warga Negara Indonesia. Dalam Pasal 28A Undangundang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 disebutkan bahwa : Setiap orang berhak untuk hidup serta mempertahankan hidup dan kehidupannya. Dalam hal untuk hidup serta mempertahankan hidup dan kehidupannya, setiap manusia, tanpa terkecuali; ketika sudah mencapai kriteria-kriteria tertentu berhak untuk mencari dan mendapatkan pekerjaan sesuai dengan kemampuan serta ilmu yang mereka miliki. Hal tersebut sejalan dengan amanat konstitusi dalam Pasal 27 ayat (2) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yakni : (2) Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Pasal tersebut menegaskan bahwa setiap warga Negara Indonesia tanpa terkecuali berhak mendapatkan pekerjaan serta penghidupan yang layak untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Hal tersebut kembali dikuatkan dengan 28D ayat (2) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang menyatakan bahwa setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja. Demikian pentingnya perlindungan hak untuk mendapatkan pekerjaan bagi setiap warga Negara Indonesia, sehingga dirasa kurang apabila hanya menginduk pada konstitusi semata. Hal tersebut yang pada akhirnya mendorong Pemerintah untuk membuat peraturan perundang-undangan lain sebagai peraturan pelaksana amanat dari Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 seperti Undang-undang Nomor 9 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, Undang-undang Nomor 13 Tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan dan peraturan perundang-undangan lainnya. Dalam skala Internasional, Indonesia telah mengakui eksistensi hak asasi manusia dengan menghormati keberadaan Universal Declaration of Human Rights atau Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia serta telah

3 3 meratifikasi beberapa konvensi Internasional hak asasi manusia yang penting, antara lain: (i) Kovenan tentang Hak Sipil dan Politik; (ii) Kovenan tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya; (iii) Konvensi tentang Hak Anak; (iv) Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Wanita; (v) Konvensi menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi, atau Merendahkan Martabat Manusia; (vi) Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial (Domu P. Sihite, Jurnal Dignitas, No. 1, 2011:85). Pada dasarnya, setiap individu berkedudukan sama di mata hukum. Perlakuan diskriminatif tidak lagi diperkenankan diberlakukan pada siapapun. Berdasarkan Pasal 1 angka 3 Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, diskriminasi dijabarkan sebagai berikut : Diskriminasi adalah setiap pembatasan, pelecehan, atau pengucilan yang langsung ataupun tak langsung didasarkan pada pembedaan manusia atas dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok, golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa, keyakinan politik, yang berakibat pengurangan, penyimpangan atau penghapusan pengakuan, pelaksanaan atau penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan dasar dalam kehidupan baik individual maupun kolektif dalam bidang politik, ekonomi, hukum, sosial, budaya, dan aspek kehidupan lainnya. Tak dapat dielakkan bahwa tidak semua manusia dilahirkan dalam keadaan sempurna jasmani serta rohaninya. Keberadaan penyandang difabel dalam sebuah masyarakat menjadi sebuah keadaan yang seringkali menjurus pada lahirnya diskriminasi perlakuan publik. Secara sosiologis, apabila dilihat dari ideologi kenormalan, seorang manusia yang dianugerahi fisik yang sempurna sering berasumsi bahwa penyandang difabel hampir selalu bertemperamen tinggi/ mudah tersinggung, sukar untuk berkomunikasi serta tidak mudah bergaul. Sebaliknya, penyandang difabel seringkali merasa rendah diri karena sadar pasti akan kekurangannya. Terhadap manusia normal,

4 4 penyandang difabel memiliki asumsi-asumsi bahwa mereka tidak dapat menerima kekurangan penyandang difabel sehingga menimbulkan ketakutan tersendiri akan adanya pelecehan/ perlakuan diskriminatif. Jurang-jurang tersebutlah yang menyebabkan kurang wajarnya interaksi sosial yang timbul antar masyarakat dan penyandang difabel di sekitar mereka. Penanganan model panti, pada akhirnya merespon difabilitas dengan metode pemberian keterampilan-keterampilan praktis. Adanya stigma bahwa penyandang difabel rata-rata ulet, telaten, boleh jadi bukan karena pembawaan sejak lahir, namun dapat terjadi karena proses pembentukan yang sudah terkondisikan sedemikian rupa. Penanganan pada panti-panti sosial maupun rehabilitasi lebih banyak mengarah kepada pengasahan keterampilan saja; seperti membuat kemoceng, menjahit kain perca, sehingga kemampuan intelektual penyandang difabel menjadi sangat terabaikan. Padahal apabila dipahami lebih dalam, tidak semua penyandang difabel masuk dalam kategori difabel mampu latih, namun lebih pantas digolongkan ke golongan difabel mampu didik, yang mana berarti bahwa intelektualitas penyandang difabel yang bersangkutan sama sekali tidak berbeda dengan manusia normal lainnya. Penyandang difabel; meski memiliki keterbatasan kemampuan, tidak serta merta menghilangkan hak konstitusional mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang layak demi mempertahankan kehidupannya. Berdasarkan Pasal 4 Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor: KEP- 205/MEN/1999 Tentang Pelatihan Kerja dan Penempatan Tenaga Kerja Penyandang Cacat disebutkan bahwa : (1) Untuk setiap 100 (seratus) orang pekerja, maka pengusaha wajib mempekerjakan sekurang-kurangnya 1 (satu) orang tenaga kerja penyandang cacat sesuai dengan persyaratan jabatan dan kualifikasi pekerjaan. (2) Pengusaha yang menggunakan teknologi tinggi dan mempekerjakan tenaga kerja kurang dari 100 (seratus) orang wajib mempekerjakan satu atau lebih tenaga kerja penyandang cacat.

5 5 Dengan adanya klausul tersebut, nampak jelas bahwa sebetulnya lapangan pekerjaan bagi warga penyandang difabel tidak melulu terbatas pada sektor keterampilan saja. Penyandang difabel dapat bekerja baik pada instansi pemerintah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), maupun perusahaan swasta sesuai dengan kualifikasi serta kemampuan yang dimilikinya. Kota Surakarta merupakan salah satu kota yang telah membuahkan sebuah peraturan daerah sebagai bentuk usaha perlindungan hak-hak penyandang difabel. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 2 Tahun 2008 tentang Kesetaraan Difabel dibentuk sebagai upaya pemberian kepastian hukum dalam memberikan jaminan penghormatan terhadap hak asasi manusia; dalam hal ini khususnya penyandang difabel, dalam lingkup daerah Kota Surakarta. Dalam keberjalanannya, kondisi di lapangan seringkali belum sesuai dengan apa yang telah diatur dengan peraturan perundang-undangan yang sudah ada. Meskti telah diatur secara eksplisit pada Pasal 19 ayat (2) mengenai pelaksanaan pengaturan perihal kesempatan kerja pada warga penyandang difabel, sangat jarang BUMN, BUMD, maupun Swasta yang mempekerjakan sekurang-kurangnya 1 orang difabel dari 100 orang pekerjanya. Disini peran Pemerintah Kota Surakarta menjadi sangat penting terkait dengan implementasi Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 2 Tahun 2008 tentang Kesetaraan Difabel. Menjadi sebuah hal yang menarik untuk dikaji, bagaimana fungsi sebuah Pemerintahan Daerah; dalam hal ini Pemerintah Kota Surakarta, dalam upaya pemenuhan hak konstitusional ketenagakerjaan warga penyandang difabel. Bagaimana dalam aspek penyebaran kesempatan kerja, dapat dikatakan penyandang difabel masih saja dipandang sebelah mata dalam bursa kerja. Bagaimana dampak dari pola penanganan difabel yang sejak awal lebih difokuskan pada pembekalan keterampilan dapat berimbas pada output kemampuan penyandang difabel itu sendiri. Peningkatan peran Pemerintah

6 6 Daerah serta pembenahan-pembenahan dalam upaya penyetaraan difabel; terutama dalam aspek ketenagakerjaan, yang masih harus terus diupayakan demi terwujudnya kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia, menjadi sebuah permasalahan hukum yang menarik untuk dilihat lebih dalam. Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka Penulis bermaksud untuk mengangkat sebuah isu hukum yang kemudian dituangkan dalam suatu penulisan hukum skripsi dengan judul Implementasi Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Kesetaraan Difabel Terkait Pemenuhan Hak Konstitusional Di Sektor Ketenagakerjaan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang menggambarkan betapa kompleksnya permasalahan terkait kesempatan kerja sebagai hak dasar bagi warga penyandang difabel dengan peran Pemerintah Daerah Kota Surakarta dalam pemenuhan hak konstitusional warga penyandang difabel, maka pokok masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana implementasi Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 2 Tahun 2008 tentang Kesetaraan Difabel dalam pemenuhan hak konstitusional di bidang ketenagakerjaan bagi warga penyandang difabel di Surakarta? 2. Bagaimana kendala dan upaya Pemerintah Kota Surakarta dalam mengimplementasikan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 2 Tahun 2008 tentang Kesetaraan Difabel terkait dengan pemenuhan hak konstitusional di bidang ketenagakerjaan bagi warga penyandang difabel di Surakarta? C. Tujuan Penelitian

7 7 Suatu penelitian selayaknya memiliki tujuan yang hendak dicapai dan diharapkan penelitian tersebut akan mampu memberikan manfaat bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam menyusun sebuah penelitian, pada dasarnya dikenal 2 (dua) tujuan penelitian yaitu tujuan objektif dan tujuan subjektif. Secara ringkas, dapat dijelaskan bahwa tujuan objektif dari sebuah penelitian merupakan tujuan dari penulisan penelitian dilihat dari tujuan umum yang berasal dari penelitian itu sendiri. Sedangkan tujuan subjektif penelitian merupakan tujuan penulisan yang dapat dilihat dari pribadi penulis sendiri sebagai dasar dalam melakukan penelitian ini. Adapun tujuan objektif dan tujuan subjektif yang hendak dicapai oleh penulis melalui penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Tujuan Objektif a. Untuk mengetahui bagaimana implementasi dari Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 2 Tahun 2008 tentang Kesetaraan Difabel dalam pemenuhan hak konstitusional di bidang ketenagakerjaan bagi warga penyandang difabel di Surakarta. b. Untuk menganalisis kendala dan upaya Pemerintah Kota Surakarta dalam mengimplementasikan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 2 Tahun 2008 tentang Kesetaraan Difabel terkait dengan pemenuhan hak konstitusional di bidang ketenagakerjaan bagi warga penyandang difabel di Surakarta. 2. Tujuan Subjektif a. Untuk menambah, memperdalam, serta mengembangkan wawasan serta ilmu pengetahuan penulis baik teori maupun praktik mengenai aspek ilmu hukum pada umumnya serta hukum tata Negara pada khususnya.

8 8 b. Untuk mencoba mengenal lebih dalam kehidupan warga penyandang difabel serta kedudukannya di mata hukum. c. Untuk menerapkan ilmu-ilmu serta penalaran kritis yang telah didapat pada masa perkuliahan sehingga dapat berkontribusi secara nyata dalam menyebarluaskan ilmu pengetahuan kepada masyarakat. d. Untuk memenuhi persyaratan akademis guna meraih gelar Sarjana Hukum pada bidang Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret. D. Manfaat Penelitian Sebuah penelitian, disamping memiliki tujuan-tujuan yang hendak dicapai seyogyanya dapat memberikan manfaat terutama pada bidang ilmu yang ditekuni. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih terhadap perkembangan ilmu hukum pada umumnya serta hukum tata Negara pada khususnya, sehingga hukum dapat bergerak dinamis sesuai dengan kemajuan masyarakat. b. Penelitian ini diharapkan dapat menawarkan solusi atas permasalahanpermasalahan hukum di bidang hukum tata Negara yang menjadi fokus kajian dalam penelitian ini. c. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah referensi dan literatur maupun acuan dalam penelitian dengan bidang yang sama di kemudian hari. 2. Manfaat Praktis

9 9 a. Sebagai sarana penulis dalam mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir dinamis serta kritis sekaligus mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu yang diperoleh. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan cara pandang baru pada masyarakat luas serta masukan kepada pihak-pihak yang terkait dengan pokok bahasan dalam penelitian ini. E. Metode Penelitian Metode Penelitian merupakan uraian teknis yang digunakan dalam sebuah penelitian (Bahder Johan Nasution, 2008:3). H.J. van Eikema Hommes dalam Peter Mahmud Marzuki menyatakan bahwa setiap ilmu pengetahuan memiliki metodenya sendiri. Pernyataan tersebut mengindikasikan bahwa tidak dimungkinkannya penyeragaman metode untuk semua bidang ilmu (Peter Mahmud Marzuki, 2014:18). Adapun metode penelitian yang digunakan Penulis dalam menyusun penulisan hukum ini antara lain adalah sebagai berikut: 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan hukum ini adalah penelitian hukum empiris atau non-doctrinal research untuk mengetahui keadaan-keadaan faktual yang terjadi di dalam praktek. Penelitan hukum empiris merupakan penelitian yang didasarkan pada metode, sistematika, sertra pemikiran-pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala sosial tertentu dengan cara menganalisanya. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan atau observasi-observasi yang mendalam terhadap fakta sosial tersebut untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan yang timbul dari gejala yang bersangkutan. Pada penulisan sosiologis atau empiris maka yang diteliti

10 10 pertama adalah data sekunder yang memberikan penjelasan mengenai penulisan penelitian hukum, untuk kemudian dilanjutkan dengan penelitian data primer di lapangan atau terhadap masyarakat terkait (Soerjono Soekanto, 2014 : 52). 2. Sifat Penelitian Sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif (Soerjono Soekanto, 2014 : 10). Sifat penelitian deskriptif dimaksudkan untuk memberikan data yang diteliti tentang implementasi Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 2 Tahun 2008 tentang Kesetaraan Difabel di sektor ketenagakerjaan berdasarkan keadaan atau gejala-gejala lainnya, untuk mempertegas hipotesa-hipotesa agar dapat membantu dalam memperkuat teori-teori lama atau di dalam kerangka menyusun teori-teori baru 3. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif karena dengan menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan mendasarkan pada data-data yang digunakan responden secara lisan atau tertulis, dan juga perilakunya yang nyata diteliti dan dipelajari sebagai suatu yang utuh (Soerjono Soekanto, 2014:250). 4. Sumber Penelitian Sumber data yang digunakan penulis dalam menyusun penelitian hukum ini antara lain adalah : a. Sumber Data Primer Data primer merupakan data yang diperoleh dan dikumpulkan secara langsung dari lapangan yang menjadi obyek penelitian atau diperoleh melalui wawancara yang berupa keterangan atau fakta-fakta

11 11 atau juga bisa disebut dengan sumber data yang diperoleh dari sumber yang pertama (Soerjono Soekanto, 2014 : 12). b. Sumber Data Sekunder Data sekunder adalah data yang di dapat dari keterangan atau pengetahuan-pengetahuan yang diperoleh secara tidak langsung antara lain mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berupa laporan (Soerjono Soekanto, 2014:12). 1) Bahan Hukum Primer Bahan hukum primer merupakan bahan hukum mengikat berupa peraturan perundang-undangan dan terdiri dari : 1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. 3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial. 4. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. 5. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat. 6. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005 Tentang Pengesahan International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights (Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya). 7. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Convention On The Rights Of Persons With Disabilities (Konvensi Mengenai Hak-Hak Penyandang Disabilitas). 8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.

12 12 9. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah jo. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. 10. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 2 Tahun 2008 tentang Kesetaraan Difabel. 11. Peraturan Walikota Surakarta Nomor 15-U Tahun 2011 tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Satuan Polisi Pamong Praja Kota Surakarta. 12. Peraturan Walikota Surakarta Nomor 9 Tahun 2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 2 Tahun 2008 tentang Kesetaraan Difabel. 2) Bahan Hukum Sekunder Bahan hukum sekunder merupakan bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer. Bahan hukum sekunder dapat berupa rancangan undang-undang, hasilhasil penelitian, hasil karya dari kalangan hukum, buku-buku, jurnal dan majalah (Soerjono Soekanto, 2014: 52). 3) Bahan Hukum Tersier Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder yaitu kamus hukum, ensiklopedia, dan internet (Soerjono Soekanto, 2014: 52) 5. Teknik Pengumpulan Data Dalam Penelitian pada umumnya dikenal tiga jenis alat pengumpulan data yaitu studi dokumen atau bahan pustaka, pengamatan atau observasi, dan wawancara atau interview (Soerjono Soekanto, 2014: 21). Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penulisan

13 13 hukun ini adalah studi kepustakaan dan wawancara. Teknik pengumpulan data sekunder dengan menggunakan studi kepustakaan yaitu dengan mempelajari buku-buku literatur, peraturan perundang-undangan, dokumen-dokumen resmi, hasil penelitian terdahulu, dan bahan kepustakaan lain yang berkaitan dengan masalah yang diteliti (Soerjono Soekanto, 2014: 12). Dalam penelitian ini penulis juga melakukan pengumpulan data melalui wawancara atau interview kepada narasumber-narasumber yang berkaitan dengan penulisan hukum ini guna mendapatkan informasi dan keterangan sebagai pelengkap data. wawancara atau interview dapat dilakukan dengan tatap muka maupun tidak. Wawancara-wawancara dilakukan dengan berbagai narasumber dari berbagai latar belakang yang Penulis nilai cukup kompeten dalam bidang ini dan dapat memberikan pernyataan yang dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya. Narasumber dalam penelitian ini adalah : 1. Bapak Sri Setyo dalam wewenangnya selaku Seksi Pembinaan dan Pelatihan Tenaga Kerja khususnya dalam hal pengantar kerja penyandang cacat Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Surakarta. 2. Bapak Toto Sumakno dalam wewenangnya selaku Seksi Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Surakarta. 3. Bapak Triman dalam wewenangnya selaku Seksi Panti dan Anak Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Surakarta. 4. Ibu Sri Sudarti dalam wewenangnya selaku anggota Tim Advokasi Difabel Kota Surakarta.

14 14 5. Bapak Handojo dalam wewenangnya selaku salah satu perumus Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 2 Tahun 2008 tentang Kesetaraan Difabel. 6. Bapak Sapto Nugroho dalam wewenangnya selaku Ketua Yayasan Talenta. 7. Ibu Pamikatsih dalam wewenangnya selaku anggota LSM Interaksi Surakarta. 6. Teknik Analisis Bahan Hukum Penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif dengan menggunakan, mengelompokan, dan menyeleksi data yang diperoleh dari penelitian lapangan, kemudian dihubungkan dengan teori-teori, asas-asas, dan kaidah-kaidah hukum yang diperoleh dari studi kepustakaan. Dalam teknis analisis data ini terdapat tiga komponen utama, antara lain (H.B. Sutopo, 2006 : ) : a. Reduksi Data Reduksi data merupakan proses penyeleksian, penyederhanaan, dan abstraksi data yang diperoleh dari catatan tulis yang terdapat di lapangan. Reduksi adalah bagian dari proses analisis yang mempertegas, memperpendek, membuat focus, membuang hal-hal yang tidak penting, dan mengatur data sedemikian rupa sehingga menjadi narasi sajian data dan simpulansimpulan dari unit-unit permasalahan yang dikaji dalam penelitian yang dilakukan. b. Penyajian Data Penyajian data merupakan rangkaian informasi yang memungkinkan untuk ditarik kesimpulan dari penelitian yang akan dilakukan. Selain berbentuk kajian dengan kalimat, sajian data

15 15 dapat ditampilkan dengan berbagai jenis gambar, kaitan kegiatan dan tabel. c. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi Penarikan kesimpulan berdasarkan atas semua hal yang terdapat dalam reduksi data dan sajian yang meliputi berbagai hal yang ditemui dengan melakukan pencatatan-pencatatan, pernyataan dan konfigurasi yang mungkin berkaitan dengan data. F. Sistematika Penulisan Pada dasarnya sebuah penulisan hukum ditulis berdasarkan kaidah serta sistematika penulisan, agar hasil akhir dari penulisan hukum tersebut mudah untuk dipahami. Sistematika penulisan hukum merupakan gambaran secara umum dan menyeluruh dari sebuah penulisan hukum. Sistematika penulisan hukum diuraikan guna memberikan gambaran umum terhadap pembahasan sebuah isu hukum sesuai identifikasi masalah dan paparan pendukung dari pembahasan isu hukum tersebut. Adapun sistematika penulisan hukum ini terdiri dari 4 (empat) bab, dimana pada setiap bab terbagi menjadi beberapa sub-bab dan dimungkinkan pula pada setiap sub-bab tersebut terbagi lagi menjadi beberapa poin yang pada intinya adalah sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Dalam bab ini penulis akan mengemukakan latar belakang masalah yang menjadi isu hukum dalam penelitian ini serta menguraikan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan hukum penelitian ini. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

16 16 Dalam bab ini penulis akan menguraikan kerangka teori dan kerangka pemikiran yang berkaitan dengan judul dan permasalahan yang hendak diteliti. Adapun kerangka teoritis yang mendasari penulisan ini adalah tinjauan tentang Pemerintah Daerah, tinjauan tentang Peraturan Daerah, tinjauan tentang Hak Asasi Manusia, tinjauan tentang Hak Konstitusional, tinjauan tentang Ketenagakerjaan, tinjauan tentang Difabel serta tinjauan tentang Teori Sistem Hukum. Kerangka pemikiran menjelaskan dan memberikan gambaran secara lebih ringkas dan mudah mengenai konsep alur berpikir penulis terhadap permasalahan yang menjadi isu hukum dalam penelitian ini yang kemudian dituangkan dalam sebuah bagan disertai dengan uraian singkat. BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini memuat substansi pembahasan dari identifikasi masalah yang dirumuskan guna menjawab isu hukum yang diteliti. Adapun isu hukum yang menjadi dasar Penulis melakukan penelitian yaitu: A. Peran Pemerintah Daerah dalam pemenuhan hak konstitusional warga penyandang difabel di Kota Surakarta dari aspek ketenagakerjaan sebagai implementasi Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 2 Tahun 2008 tentang Kesetaraan Difabel. B. Solusi hukum untuk meningkatkan peran Pemerintah Daerah dalam pemenuhan hak konstitusional warga penyandang difabel di Kota Surakarta dari aspek ketenagakerjaan sebagai implementasi Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 2 Tahun 2008 tentang Kesetaraan Difabel.

17 17 BAB IV : PENUTUP Dalam bab ini dipaparkan kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian dan pembahasan serta saran-saran yang diajukan penulis sebagai implikasi dari simpulan yang didapat. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan hidup adalah pengetahuan dasar tentang bagaimana makhluk hidup berfungsi dan bagaimana merreka berinteraksi satu sama lain dengan lingkungan mereka.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara berkembang yang saat ini sedang menggalakkan pembangunan di segala bidang. Pembangunan di segala bidang yang dilaksanakan bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan dan berkedudukan sama di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan dan berkedudukan sama di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan dan berkedudukan sama di hadapan Tuhan. Manusia dianugerahi akal budi dan hati nurani sehingga mampu membedakan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasca amandemen itu mengatur mengenai pemerintahan daerah dalam BAB VI, yaitu Pasal 18, Pasal 18A

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. haknya. Bahwa manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang

BAB I PENDAHULUAN. haknya. Bahwa manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia dilahirkan merdeka dan sama dalam martabat dan hak haknya. Bahwa manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang mengemban tugas mengelola dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara hukum. Hal tersebut dengan tegas dirumuskan dalam Pasal 1 ayat (3) yang menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menjelaskan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelamin, suku, ras, agama, dan aliran politik sesuai dengan minat dan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. kelamin, suku, ras, agama, dan aliran politik sesuai dengan minat dan kemampuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak tanpa membedakan jenis kelamin, suku, ras, agama,

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam konsiderans Undang-Undang No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan antara lain dikatakan bahwa Negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yogyakarta merupakan salah satu daerah otonom di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, selain Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yogyakarta merupakan salah satu daerah otonom di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, selain Kabupaten 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yogyakarta merupakan salah satu daerah otonom di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, selain Kabupaten Sleman, Bantul, Gunung Kidul dan Kulon Progo. Kota Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia jumlah pertambahan penduduk dari tahun ke tahun semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia jumlah pertambahan penduduk dari tahun ke tahun semakin 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia jumlah pertambahan penduduk dari tahun ke tahun semakin meningkat. Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk juga mempengaruhi pembangunan infrastruktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan masyarakat non disabilitas. Sebagai bagian dari warga negara Indoesia,

BAB I PENDAHULUAN. dengan masyarakat non disabilitas. Sebagai bagian dari warga negara Indoesia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyandang disabilitas memiliki kedudukan, hak dan kewajiban yang sama dengan masyarakat non disabilitas. Sebagai bagian dari warga negara Indoesia, sudah sepantasnya

Lebih terperinci

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK Diskriminasi merupakan bentuk ketidakadilan. Pasal 1 ayat 3 Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, menjelaskan bahwa pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Anak adalah amanat sekaligus karunia Tuhan, yang senantiasa harus kita jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak sebagai manusia yang harus

Lebih terperinci

PENGANGKATAN ANAK BERDASARKAN PENETAPAN PENGADILAN SERTA PERLINDUNGANNYA MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002 (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Pacitan)

PENGANGKATAN ANAK BERDASARKAN PENETAPAN PENGADILAN SERTA PERLINDUNGANNYA MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002 (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Pacitan) PENGANGKATAN ANAK BERDASARKAN PENETAPAN PENGADILAN SERTA PERLINDUNGANNYA MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002 (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Pacitan) Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Konsideran huruf a Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Konsideran huruf a Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsideran huruf a Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang Konvensi Mengenai Hak-Hak Penyandang Disabilitas, hak Asasi Manusia merupakan hak dasar yang secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penetapan status tersangka, bukanlah perkara yang dapat diajukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. penetapan status tersangka, bukanlah perkara yang dapat diajukan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengajuan permohonan perkara praperadilan tentang tidak sahnya penetapan status tersangka, bukanlah perkara yang dapat diajukan dalam sidang praperadilan sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri manusia. Sebagai hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia, hak

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri manusia. Sebagai hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia, hak BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Hak asasi manusia merupakan hak dasar yang secara kodrati melekat dalam diri manusia. Sebagai hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia, hak asasi manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Perlindungan terhadap tenaga kerja yang di maksudkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Perlindungan terhadap tenaga kerja yang di maksudkan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Perlindungan terhadap tenaga kerja yang di maksudkan untuk menjamin hak-hak dasar pekerja. Selain itu juga menjamin kesamaan kesempatan serta perlakuan tanpa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Internet berkembang demikian pesat sebagai kultur masyarakat modern, dikatakan sebagai kultur karena melalui internet berbagai aktifitas masyarakat cyber seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar Negara yang berdasarkan atas

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar Negara yang berdasarkan atas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah Negara Hukum, hal ini ditegaskan pada Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar 1945. 1 Negara yang berdasarkan atas hukum berarti segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Keberadaan Desa di Indonesia sudah ada sejak lama, sebelum Indonesia merdeka hal ini dapat dilihat dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang menginginkan menjalani

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang menginginkan menjalani BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tidak ada seorangpun di dunia ini yang menginginkan menjalani kehidupan sebagai seorang penyandang disabilitas, apakah itu karena kecelakaan, penyakit, atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan berbagai rupa yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan berbagai rupa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan berbagai rupa yang berbeda antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya. Setiap manusia memiliki kelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Segala bentuk kekerasan yang dapat mengakibatkan hilangnya nyawa seseorang harus dapat ditegakkan hukumnya. Penghilangan nyawa dengan tujuan kejahatan, baik yang disengaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Oleh : Baskoro Adi Nugroho NIM. E

BAB I PENDAHULUAN. Oleh : Baskoro Adi Nugroho NIM. E Pelaksanaan peradilan tindak pidana penyalahgunaan senjata api yang dilakukan oleh anggota TNI ( studi kasus di pengadilan militer II 11 Yogyakarta ) Oleh : Baskoro Adi Nugroho NIM. E.0004107 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disabilitas yang tidak menyadari dengan potensi yang mereka miliki. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. disabilitas yang tidak menyadari dengan potensi yang mereka miliki. Sudah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia kerja memang menuntut manusia untuk mampu menguasai dan melaksanakan bidang pekerjaan yang sedang digeluti. Terlebih dengan semakin berkembangnya teknologi yang

Lebih terperinci

PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA Disajikan dalam kegiatan pembelajaran untuk Australian Defence Force Staff di Balai Bahasa Universitas Pendidikan Indonesia di Bandung, Indonesia 10 September 2007

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah adalah karunia dari Tuhan Yang Maha Esa kepada umat manusia di muka bumi yang juga menjadi kebutuhan dasar manusia. Sejak lahir sampai meninggal dunia,

Lebih terperinci

Hak Beribadah di Indonesia Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 4 Agustus 2015; disetujui: 6 Agustus 2015

Hak Beribadah di Indonesia Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 4 Agustus 2015; disetujui: 6 Agustus 2015 Hak Beribadah di Indonesia Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 4 Agustus 2015; disetujui: 6 Agustus 2015 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) menyebut istilah basic human rights (hak-hak asasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah dilaksanakan sebanyak empat tahapan dalam kurun waktu empat tahun (1999, 2000, 2001, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan, berlandaskan kemampuan nasional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penegakan hukum merupakan salah satu usaha untuk menciptakan tata tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan usaha pencegahan maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang- Undang Dasar 1945 menetapkan bahwa Negara Republik Indonesia itu suatu Negara hukum (rechstsaat) (Julita Melissa Walukow, 2013: 163).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luasnya pergaulan internasional atau antar negara adalah adanya praktek

BAB I PENDAHULUAN. luasnya pergaulan internasional atau antar negara adalah adanya praktek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu dampak akan pesatnya teknologi yang berakibat pada luasnya pergaulan internasional atau antar negara adalah adanya praktek perkawian campuran. Di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi terjadinya peredaran rokok ilegal dan pita cukai palsu.

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi terjadinya peredaran rokok ilegal dan pita cukai palsu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengendalian dan penegakan hukum yang tepat dapat mencegah dan menanggulangi terjadinya peredaran rokok ilegal dan pita cukai palsu. Terjadinya peredaran rokok ilegal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sama oleh hakim tersebut (audi et alterampartem). Persamaan dihadapan

BAB I PENDAHULUAN. yang sama oleh hakim tersebut (audi et alterampartem). Persamaan dihadapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang berdasarkan hukum (Pasal 1 ayat (3) UUD 1945). Terdapat tiga prinsip dasar negara hukum yaitu: supremasi hukum, persamaan dihadapan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA)

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia sebagai negara kesatuan menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN 2011-2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan Hidup merupakan salah satu sumber alam yang memiliki peran yang sangat strategis terhadap kehidupan manusia. Undang-Undang Dasar Negara Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanat dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanat dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan amanat dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Di tangan mereka peranperan strategis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perang Dunia II dan pada waktu pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun

BAB I PENDAHULUAN. perang Dunia II dan pada waktu pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Human rights atau Hak Asasi Manusia menjadi pembahasan penting setelah perang Dunia II dan pada waktu pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1945. Istilah hak

Lebih terperinci

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk (multi-ethnic society). Kesadaran akan kemajemukan tersebut sebenarnya telah ada sebelum kemerdekaan,

Lebih terperinci

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PELAYANAN BAGI PENYANDANG DISABILITAS

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PELAYANAN BAGI PENYANDANG DISABILITAS - 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PELAYANAN BAGI PENYANDANG DISABILITAS I. UMUM Para penyandang disabilitas seringkali tidak menikmati

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Ilmu hukum mengarahkan refleksinya kepada norma dasar yang diberi bentuk konkret dalam norma-norma yang ditentukan dalam bidangbidang tertentu. Metode Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kehidupan umat manusia. Setiap manusia yang lahir sudah melekat hak asasinya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kehidupan umat manusia. Setiap manusia yang lahir sudah melekat hak asasinya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hak asasi manusia (HAM) merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan umat manusia. Setiap manusia yang lahir sudah melekat hak asasinya. Orang lain tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahannya semakin lama semakin komplek, seiring dengan. perkembangan dan kemajuan masyarakat. Dan semakin maju masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. permasalahannya semakin lama semakin komplek, seiring dengan. perkembangan dan kemajuan masyarakat. Dan semakin maju masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahwa bidang Hukum Agraria adalah sangat luas ruang lingkupnya, karena di dalamnya menyangkut segala hal ikhwal mengenai Hukum Pertanahan. yang permasalahannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cara mengucap rasa syukur, merawat, menjaga, dan. mengembangkan potensi yang dimiliki semaksimal mungkin. Karena diluar sana

BAB I PENDAHULUAN. cara mengucap rasa syukur, merawat, menjaga, dan. mengembangkan potensi yang dimiliki semaksimal mungkin. Karena diluar sana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah SWT yang paling sempurna diantara makhluk-makhluk lain. Maka dari itu manusia hendaknya selalu bersyukur atas pemberian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata materiil dan spiritual dalam era demokrasi ekonomi, berdasarkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 22 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Penahanan Aung San Suu Kyi 1. Pengertian Penahanan Penahanan merupakan proses atau perbuatan untuk menahan serta menghambat. (Kamus Besar Bahasa Indonesia: 2006),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan. peradilan pidana di Indonesia. Sebelum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

BAB I PENDAHULUAN. semua warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan. peradilan pidana di Indonesia. Sebelum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara hukum yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, yang menjunjung tinggi hak asasi manusia dan semua warga negara bersama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia yang secara geografis merupakan negara kepulauan dan secara ekonomi merupakan negara berkembang sangat membutuhkan jasa pengangkutan untuk menghubungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap makhluk hidup pasti membutuhkan makanan seperti halnya manusia yang sangat membutuhkan makanan. Manusia adalah mahluk Tuhan yang mempunyai sifat individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dan peningkatan pembangunan nasional pada umumnya dan. perkembangan kegiatan ekonomi pada khususnya, menyebabkan pula

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dan peningkatan pembangunan nasional pada umumnya dan. perkembangan kegiatan ekonomi pada khususnya, menyebabkan pula BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan dan peningkatan pembangunan nasional pada umumnya dan perkembangan kegiatan ekonomi pada khususnya, menyebabkan pula perkembangan dunia usaha dan perusahaan.

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2015 TANGGAL 22 JUNI 2015 RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA TAHUN BAB I

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2015 TANGGAL 22 JUNI 2015 RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA TAHUN BAB I LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2015 TANGGAL 22 JUNI 2015 RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA TAHUN 2015-2019 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Komitmen Negara Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi fisik bahkan kondisi sosial penyandang disabilitas pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi fisik bahkan kondisi sosial penyandang disabilitas pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi fisik bahkan kondisi sosial penyandang disabilitas pada umumnya dinilai rentan, baik dari aspek ekonomi, pendidikan, keterampilan, maupun kemasyarakatannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan ini manusia mempunyai kebutuhan yang beraneka ragam,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan ini manusia mempunyai kebutuhan yang beraneka ragam, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan ini manusia mempunyai kebutuhan yang beraneka ragam, untuk dapat memenuhi semua kebutuhan tersebut manusia dituntut untuk bekerja. Baik pekerjaan yang

Lebih terperinci

Oleh: Retno Arifingtyas NIM. E BAB I PENDAHULUAN

Oleh: Retno Arifingtyas NIM. E BAB I PENDAHULUAN Pelaksanaan pemberhentian sementara dari jabatan terhadap pegawai negeri sipil yang diduga terlibat tindak pidana korupsi berdasarkan peraturan pemerintah Nomor 4 Tahun 1966 (studi kasus dugaan tindak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa tujuan nasional adalah untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan ketenagakerjaan sebagai bagian integral dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan ketenagakerjaan sebagai bagian integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ketenagakerjaan sebagai bagian integral dari pembangunan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, dilaksanakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG KETENTRAMAN, KETERTIBAN DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT DALAM RANGKA PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tidak dapat berjalan lancar sesuai dengan harapan dan cita-cita luhur

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tidak dapat berjalan lancar sesuai dengan harapan dan cita-cita luhur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kerja telah menjadi salah satu modal utama dan menduduki peranan yang sangat penting untuk memajukan pembangunan nasional Indonesia. Tanpa didukung tenaga kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertama, hal Soerjono Soekanto, 2007, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cetakan

BAB I PENDAHULUAN. Pertama, hal Soerjono Soekanto, 2007, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cetakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara hukum pada dasarnya bertujuan untuk mencapai kedamaian hidup bersama, yang merupakan keserasian antara ketertiban dengan ketentraman.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan

BAB I PENDAHULUAN. Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-nya yang wajib dihormati,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanahkan beberapa kewajiban negara, salah satu yang penting adalah

Lebih terperinci

MENCEGAH DISKRIMINASI DALAM PERATURAN DAERAH

MENCEGAH DISKRIMINASI DALAM PERATURAN DAERAH MENCEGAH DISKRIMINASI DALAM PERATURAN DAERAH (Mengenal Pedoman Pengujian Kebijakan Konstitusional) Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Disampaikan dalam Workshop Perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia jumlah penyandang disabilitas atau sering kali disebut difabel tergolong sangat banyak. Berdasarkan hasil pendataan atau survey Pusdatin Depsos

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON CIVIL AND POLITICAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK) DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Bab IV Penutup. A. Kebebasan Berekspresi sebagai Isi Media

Bab IV Penutup. A. Kebebasan Berekspresi sebagai Isi Media Bab IV Penutup A. Kebebasan Berekspresi sebagai Isi Media Keberadaan Pasal 28 dan Pasal 28F UUD 1945 tidak dapat dilepaskan dari peristiwa diratifikasinya Universal Declaration of Human Rights (UDHR) 108

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi, sebagai bagian dari pembangunan nasional, merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Negara Indonesia adalah negara hukum, pernyataan ini telah jelas terlihat dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Konsekuensi ini

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON CIVIL AND POLITICAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK) DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 Pasal 1 ayat (1) tentang. Penyandang Disabilitas mengatur bahwa;

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 Pasal 1 ayat (1) tentang. Penyandang Disabilitas mengatur bahwa; 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 Pasal 1 ayat (1) tentang Penyandang Disabilitas mengatur bahwa; Penyandang Disabilitas adalah setiap orang yang mengalami

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian hukum merupakan suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Ilmu hukum mengarahkan refleksinya kepada norma dasar yang diberi bentuk konkret dalam norma-norma yang ditentukan dalam bidang-bidang tertentu. Metode Penelitian

Lebih terperinci

MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR XVII /MPR/1998

MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR XVII /MPR/1998 MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA -------------- KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR XVII /MPR/1998 TENTANG HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PENGESAHAN CONVENTION ON THE RIGHTS OF PERSONS WITH DISABILITIES (KONVENSI MENGENAI HAK-HAK PENYANDANG DISABILITAS) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENT ANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON CIVIL AND POLITICAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK) DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya buku Dei delitti e delle pene/on crimes and Punishment (Pidana

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya buku Dei delitti e delle pene/on crimes and Punishment (Pidana A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Lahirnya buku Dei delitti e delle pene/on crimes and Punishment (Pidana dan pemidanaan) karya Cesare Beccaria pada tahun 1764 yang menjadi argumen moderen pertama dalam

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 1 ayat (3) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum. Segala tingkah laku yang diperbuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pria di depan hukum dalam hal memperoleh kehidupan yang. yang dinginkanya dengan catatan wanita tersebut melakukan pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. dengan pria di depan hukum dalam hal memperoleh kehidupan yang. yang dinginkanya dengan catatan wanita tersebut melakukan pekerjaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penjelasan umum Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan menegaskan bahwa setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan sama untuk memperoleh

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 119, 2005 AGREEMENT. Pengesahan. Perjanjian. Hak Sipil. Politik (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG KETENTRAMAN, KETERTIBAN DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT DALAM RANGKA PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pegawai Negeri menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Republik. Indonesia Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Pegawai Negeri menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Republik. Indonesia Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pegawai Negeri menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1974

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMENUHAN HAK PENYANDANG DISABILITAS

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMENUHAN HAK PENYANDANG DISABILITAS GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMENUHAN HAK PENYANDANG DISABILITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia secara alamiah menghendaki agar dalam kehidupannya dapat dijalani dengan layak dan serba

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia secara alamiah menghendaki agar dalam kehidupannya dapat dijalani dengan layak dan serba BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia secara alamiah menghendaki agar dalam kehidupannya dapat dijalani dengan layak dan serba berkecukupan, tidak kekurangan suatu apapun baik dalam hal pangan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Hukum mempunyai banyak aspek yang meliputi banyak hal sehingga pengertian hukum juga bermacam-macam. Tidak ada kesatuan pendapat para ahli tentang pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok

BAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Promosi dan proteksi Hak Asasi Manusia (HAM) boleh dikatakan telah menjadi agenda internasional. Jika sebelumnya, selama lebih dari 40 tahun, ide dan pelaksanaan HAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang dilahirkan dengan keadaan yang berbeda-beda. Tidak semua orang terlahir dengan keadaan yang sempurna. Beberapa orang terlahir dengan keadaan fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan institusi yang sangat penting dalam masyarakat, eksistensi institusi ini adalah melegalkan hubungan hukum antara seorang laki-laki dengan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK Di dalam UUD 1945 Bab XA tentang Hak Asasi Manusia, pada dasarnya telah dicantumkan hak-hak yang dimiliki oleh setiap orang atau warga negara. Pada

Lebih terperinci

PELUANG DAN KENDALA MEMASUKKAN RUU KKG DALAM PROLEGNAS Oleh : Dra. Hj. Soemientarsi Muntoro M.Si

PELUANG DAN KENDALA MEMASUKKAN RUU KKG DALAM PROLEGNAS Oleh : Dra. Hj. Soemientarsi Muntoro M.Si PELUANG DAN KENDALA MEMASUKKAN RUU KKG DALAM PROLEGNAS 2017 Oleh : Dra. Hj. Soemientarsi Muntoro M.Si KOALISI PEREMPUAN INDONESIA Hotel Ambara, 19 Januari 2017 Pengertian Keadilan dan Kesetaraan Gender

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hampir di setiap kabupaten/kota yang ada di Indonesia selalu dihadapkan dengan permasalahan sampah. Pertambahan penduduk dan perubahan pola konsumsi masyarakat

Lebih terperinci

TANGGUNG JAWAB HUKUM PT ASURANSI JASA INDONESIA DALAM MENYELESAIKAN KLAIM ASURANSI PENGANGKUTAN BARANG DI LAUT

TANGGUNG JAWAB HUKUM PT ASURANSI JASA INDONESIA DALAM MENYELESAIKAN KLAIM ASURANSI PENGANGKUTAN BARANG DI LAUT TANGGUNG JAWAB HUKUM PT ASURANSI JASA INDONESIA DALAM MENYELESAIKAN KLAIM ASURANSI PENGANGKUTAN BARANG DI LAUT Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Hukum pada

Lebih terperinci

NOTARIS DAN BADAN HUKUM (STUDY TENTANG TANGGUNG JAWAB NOTARIS DALAM PEMBUATAN AKTA PENDIRIAN BADAN HUKUM)

NOTARIS DAN BADAN HUKUM (STUDY TENTANG TANGGUNG JAWAB NOTARIS DALAM PEMBUATAN AKTA PENDIRIAN BADAN HUKUM) NOTARIS DAN BADAN HUKUM (STUDY TENTANG TANGGUNG JAWAB NOTARIS DALAM PEMBUATAN AKTA PENDIRIAN BADAN HUKUM) Disusun Dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Syarat-Syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci