Batik Garut dalam tinjauan Geometri Fraktal 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Batik Garut dalam tinjauan Geometri Fraktal 1"

Transkripsi

1 Batik Garut dalam tinjauan Geometri Fraktal 1 Yun Hariadi 2 Head of Research Pixel People Project 3 Muhamad Lukman 4 Head of Design Pixel People Project 3 Abstrak Paper ini membahas secara khusus batik garut dalam tinjauan Geometri fraktal. Paper ini juga sebagai kelanjutan paper sebelumnya yang menunjukkan bahwa batik secara umum memiliki sifat fraktal. Batik Garut dalam tinjauan dimensi fraktal memiliki sifat yang khas diantara batik-batik lainnya. Batik Garut bersama dengan batik Madura memiliki kedekatan dimensi fraktal dengan batik Yogya dan batik Solo. Melalui dimensi fraktal tingkat fraktal batik Garut diukur dan dibandingkan. Kata Kunci: batik, fractal,garut,jbatik,madura 1. Pendahuluan Dalam penelitian paper sebelumnya [Hariadi et al, 2007] telah ditunjukkan bahwa dimensi fraktal batik Garut berada dalam satu kelompok dengan batik Yogya dan batik Solo. Pada paper ini akan dilakukan secara khusus pengukuran dimensi fraktal batik Garut. Perhitungan dimensi fraktal batik menunjukkan hadirnya fraktal. Hadirnya fraktal dalam batik menimbulkan pertanyaan lebih jauh, kenapa batik bersifat fraktal? Untuk menjawab pertanyaan ini, perlu dipahami sifat fraktal itu sendiri. Bahwa hadirnya fraktal berarti terdapat self-similarity atau selfaffine. Sifat self-similarity dan self-affine ini berarti terdapat pendetailan geometri pada skala yang lebih kecil. dalam batik, proses isen memberi sumbangan yang besar dalam membentuk pendetailan dalam skala yang lebih kecil, karena motif utama dan isen ini tidak harus sama secara geometris, maka proses ini lebih dekat dengan self-affine dibanding dengan self-similarity. Pertanyaan selanjutnya, kenapa proses isen ada dalam batik? Proses isen dalam batik, dan dalam seni dekoratif lainnya, bukanlah sekedar untuk mengisi ruang kosong belaka, lebih dari itu proses ini sebagai manifestasi penyempurnaan dan memberi makna secara menyeluruh. Tentu saja hal ini bisa kita pahami, bahwa batik memiliki nilai simbolis bahkan mistik. Unsur simbolis dan mistik ini terkait erat 1 Paper dipresentasikan pada Japan Foundation 2 yun.hariadi@gmail.com pxl_ppl@yahoo.com

2 dengan fungsi batik yang berhubungan dengan fungsi ritual. Lebih jauh lagi jika kita amati sebaran dimensi fraktal ini pada batik, terlihat bahwa sifat fraktal ini tidak terkonsentrasi pada bagian tertentu, tetapi menyebar secara simetris. Hampir semua motif batik bersifat simetri dalam penyebaran dimensi fraktalnya. Hal ini terkait dengan konsep keharmonisan dan kesetimbangan dalam memaknai simbolisme batik. Sistematika paper ini sebagai berikut: pada bagian pertama metodologi penghitungan dimensi fraktal dengan menggunakan tranformasi Fourier. Pada bagian ke dua dilakukan analisis batik Garut relative terhadap batik batik daerah lainnya. Pada bagian terakhir merupakan kesimpulan. 2. Metodologi Dimensi Fraktal =lim log log 1 Misalkan Z sebuah gambar dengan ukuran, dengan nilai pada masing-masing pixel adalah, Transformasi Fourier dari Z =,,= 1,,=,, = 1, Besaran pada tiap pixel didefinisikan sebagai besarnya G =, Nilai pada setiap W, dikelompokkan dalam parameter sudut (m sudut berbeda) dan jarak tertentu (n jarak berbeda), dengan acuan pada ordinat,, = tan, +

3 Gambar 1 pembagian koordinat pada sudut dan jarak =, = + =,,, = =,, = =1,, = 3. Analisis Berikut ini hasil penghitungan dimensi fraktal untuk beberapa motif batik Garut diantara batik-batik daerah lainnya. Secara umum, batik berdasarkan asal daerahnya memiliki dimensi fraktal diantara 1 sampai 2. Diantara batik-batik daerah lainnya batik Garut berada dalam kondisi normal tidak berada dalam kndisi eksitrim misalnya batik Tasik(mendekati Df=2) atau batik Cirebon(mendekati Df=1).

4 Figure 2. sebaran dimensi fraktal pada setiap sudut. Dimensi fraktal batik Garut berada diantara batik-batik daerah lainnya. Hasil perhitungan terhadap dimensi fraktal pada sample batik daerah dan selanjutnya dilakukan pengujian anova menunjukkan bahwa daerah asal batik menunjukkan perbedaan. Hasil uji anova membagi pengelompokan batik berdasarkan dimensi fraktalnya. Pada kelompok pertama, dengan dimensi fraktal sekitar 1.1 hanya beranggotakan batik cirebon. Hal ini menunjukkan, berdasarkan dimensi fraktalnya, batik cirebon berdeda dengan batik dari daerah lainnya. Pada kelompok ke dua dengan dimensi fraktal sekitar 1.3(1.4) beranggotakan batik solo, garut, yogya, dan madura, hal ini berarti bahwa dimensi fraktal batik solo(1.3) mirip dengan dimensi fraktal batik garut, yogya, dan madura atau dimensi fraktal batik yogya(1.4) mirip denga dimensi fraktal batik solo, garut, dan madura. Pada kelompok ke tiga dengan dimensi fraktal sekitar 1.25 beranggotakan batik garut, yogya, dan solo. Pada kelompok ke empat dengan dimensi fraktal sekitar 1.4 beranggotakan batik madura, yogya, dan solo. Sedangkan pada kelompok ke lima dengan dimensi fraktal sekitar 1.6 beranggotakan batik lasem dan tasik. Pada kelompok ke dua, tiga, dan empat, terlihat bahwa baik pada dimensi fraktal batik madura maupun garut, batik yogya dan batik solo memiliki kemiripan dalam dimensi fraktalnya. Batik garut dan batik madura berbeda dalam dimensi fraktal meskipun keduanya dekat dengan dimensi fraktal batik yogya maupun solo. Hal ini berarti, bahwa batik yogya dan batik solo berpengaruh terhadap batik garut dan batik madura, meskipun pengaruh tersebut berbeda dalam dimensi fraktalnya. Hal ini cukup menarik jika kita hubungkan pada letak geografis antara yogya&solo terhadap garut dan madura. Garut secara geografis berada disebelah barat yogya&solo sedangkan madura berada disebelah timur yogya&solo.

5 Figure 3. Uji Anova pengelompokkan dimensi fraktal terhadap batik daerah, terdapat lima pengelompokkan batik berdasarkan asal daerah. Batik Garut memiliki kedekatan dimensi fraktal dengan batik Yogya dan Solo. Sekaligus pula berada dalam satu kelompok dengan batik Madura. Figure 4. sebaran dimensi fraktal batik Garut pada keseluruhan sudut. Mayoritas sudut memiliki dimensi fraktal antara 1 sampai 2, dan pada beberapa sudut memiliki dimensi fraktal lebih dari 2 namun kurang dari 3.

6 Figure 5. distribusi dimensi fraktal batik Garut. Frekwensi tertinggi berada dalam rentang 1.5 hingga 2. Hal ini berbeda dengan analisis sebelumnya (figure 2) yang menunjukkan dimensi fraktal kurang dari 1.5. perbedaan ini disebabkan oleh jumlah objek batik Garut yang dianalisis. Pada analisis ini jumlah objek batik Garut jauh lebih banyak, sehingga member gambaran yang paling masuk akal. 4. Kesimpulan Batik Garut memiliki kemiripan dimensi fraktal dengan batik Yogya dan batik Solo. Hal ini ditunjukkan dalam pengujian Annova yang mengelompokkan batik Garut dengan batik Yogya dan batik Solo. Pengelompokkan batik daerah berdasarkan dimensi fraktal membagi menjadi lima kelompok. dengan batik yogya dan batik solo merupakan irisan antara batik madura dan batik garut. Sifat fraktal dalam batik yang ditunjukkan oleh dimensi fraktal batik yang berada di sekitar 1.5 menunjukkan bahwa dalam batik terdapat tingkat kedetailan yang tinggi pada skala yang berbeda-beda. Lebih jauh sifat fraktal ini menyebar secara simetris terhadap motif batik (kecuali motif banji) dan batik daerah. Secara umum batik bersifat fraktal, secara khusus dimensi fraktal antar motif berbeda demikian juga terhadap batik kedaerahan. Kekonsistenan dimensi fraktal dari batik yang berada diantara dimensi 1 dan 2 menunjukkan kepatuhan terhadap pakem batik. Selain kepatuhan pada pakem, keterbatasan media yang menggunakan canting, kain, garis sebagai efek dari lilin juga berperan dalam menjaga dimensi fraktal untuk tetap pada rentangnya.

7 Penambahan data batik Garut berakibat pada dimensi fraktal batik Garut konsisten berada diantara 1.5 hingga 2. Daftar Pustaka 1. Hariadi, Yun., Lukman, Muhamad., Haldani, Achmad. (2007). Batik Fraktal: from traditional art to modern Complexity. Proceeding Generative Art X, Milan Italia. 2. Hariadi, Yun. (2008) Fraktal Geometri on Batik. Journal Social Complexity Bandung Fe Institute. 3. Hariadi, Yun. Batik Wujud Kompleksitas Sosial. Kompas 10 Maret Achjadi, Judi (ed). Batik Spirits of Indonesia. Yayasan Batik Indonesia,PT Buku Antar Bangsa, Haldani, Achmad. Estetika Batik Tradisional dan Potensi Pengembangannya. Naskah diskusi 2007.

Yang Dapat Didaur Ulang

Yang Dapat Didaur Ulang Perancangan Motif Batik Model Fraktal IFS Yang Dapat Didaur Ulang Tedjo Darmanto Program Studi Teknik Informatika STMIK AMIK Bandung Jl. Jakarta 28 Bandung tedjodarmanto@stmik-amikbandung.ac.id Abstrak

Lebih terperinci

Pengembangan Desain Batik Labako Dengan Menggabungkan Geometri Fraktal Kurva Naga dan Corak Daun Tembakau

Pengembangan Desain Batik Labako Dengan Menggabungkan Geometri Fraktal Kurva Naga dan Corak Daun Tembakau Jurnal ILMU DASAR, Vol.18 No. 2, Juli 2017 : 125-132 125 Pengembangan Desain Batik Labako Dengan Menggabungkan Geometri Fraktal Kurva Naga dan Corak Daun Tembakau (Development of Labako Batik Design with

Lebih terperinci

Batik Solituda Dulcinea Pembatik: Iis Rosmini (Siswi Kelas III SMKN 14 Bandung)

Batik Solituda Dulcinea Pembatik: Iis Rosmini (Siswi Kelas III SMKN 14 Bandung) Batik Solituda Dulcinea Pembatik: Iis Rosmini (Siswi Kelas III SMKN 14 Bandung) Merupakan interpretasi mbatik atas bagian dari Fraktal Himpunan Julia yang menggunakan pola fungsi terbalik sistem fungsi

Lebih terperinci

Geometri Fraktal pada Batik: tinjauan kompleksitas dalam seni tradisional. 1. Pendahuluan

Geometri Fraktal pada Batik: tinjauan kompleksitas dalam seni tradisional. 1. Pendahuluan Geometri Fraktal pada Batik: tinjauan kompleksitas dalam seni tradisional Yun Hariadi Dept. Dynamical System Bandung Fe Institute yh@dynsys.bandugfe.net abstrak Perhitungan dimensi fraktal melalui tranformasi

Lebih terperinci

Memahami Pola Pembentuk Estetika Batik Cakar

Memahami Pola Pembentuk Estetika Batik Cakar Memahami Pola Pembentuk Estetika Batik Cakar Klara Puspa Indrawati Tulisan mengenai batik sebagai sebuah produk geometri ini muncul dari ketertarikan saya terhadap keindahan pada detail. Dalam ilmu arsitektur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Tekstur adalah salah satu elemen dasar citra. Elemen dasar ini berupa ciriciri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Tekstur adalah salah satu elemen dasar citra. Elemen dasar ini berupa ciriciri 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tekstur adalah salah satu elemen dasar citra. Elemen dasar ini berupa ciriciri atau sifat-sifat yang terdapat didalam citra dan membentuk suatu pola-pola dengan interval

Lebih terperinci

U N I V E R S I T A S K R I S T E N M A R A N A T H A ABSTRAK

U N I V E R S I T A S K R I S T E N M A R A N A T H A ABSTRAK ABSTRAK Batik merupakan warisan budaya Bangsa Indonesia yang sudah diakui keasliannya. Pengakuan tersebut menyebabkan batik terus berkembang di dunia fashion Indonesia. Batik menunjukkan eksistensinya

Lebih terperinci

REDESAIN POLA MOTIF KAIN TENUN CUAL BANGKA DENGAN MENGGUNAKAN METODE FRAKTAL

REDESAIN POLA MOTIF KAIN TENUN CUAL BANGKA DENGAN MENGGUNAKAN METODE FRAKTAL REDESAIN POLA MOTIF KAIN TENUN CUAL BANGKA DENGAN MENGGUNAKAN METODE FRAKTAL Ilham Ary Wahyudie 1, Zanu Saputra 2 1 Jurusan Teknik Mesin, 2 Jurusan Teknik Elektro dan Informatika, POLMAN NEGERI BANGKA

Lebih terperinci

ANALISIS VISUAL MOTIF BATIK KARAWANG

ANALISIS VISUAL MOTIF BATIK KARAWANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batik merupakan sebuah karya seni yang berasal dari budaya Indonesia dengan corak yang beragam dengan mengadaptasi berbagai bentuk dari eksplorasi alam maupun kebudayaan

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2015 ISSN: PENGEMBANGAN SISTEM CAD (COMPUTER AIDED DESIGN) MOTIF BATIK BERBASIS KARAKTER

Seminar Nasional IENACO 2015 ISSN: PENGEMBANGAN SISTEM CAD (COMPUTER AIDED DESIGN) MOTIF BATIK BERBASIS KARAKTER PENGEMBANGAN SISTEM CAD (COMPUTER AIDED DESIGN) MOTIF BATIK BERBASIS KARAKTER Sapta Asmal 1*, Subagyo 2, Arif Wibisono 3, Andi Sudiarso 4 1,2,3,4 Jurusan Teknik Mesin dan Industri, Universitas Gadjah Mada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batik merupakan salah satu seni budaya Indonesia yang sudah menyatu dengan masyarakat Indonesia sejak beberapa abad lalu. Batik menjadi salah satu jenis seni kriya yang

Lebih terperinci

MUSEUM BATIK DI YOGYAKARTA

MUSEUM BATIK DI YOGYAKARTA P LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR MUSEUM BATIK DI YOGYAKARTA PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR NEO VERNACULAR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

PEMBANGKITAN SEGITIGA SIERPINSKI DENGAN TRANSFORMASI AFFINE BERBASIS BEBERAPA BENDA GEOMETRIS

PEMBANGKITAN SEGITIGA SIERPINSKI DENGAN TRANSFORMASI AFFINE BERBASIS BEBERAPA BENDA GEOMETRIS Prosiding Seminar Nasional Matematika, Universitas Jember, 19 November 2014 365 PEMBANGKITAN SEGITIGA SIERPINSKI DENGAN TRANSFORMASI AFFINE BERBASIS BEBERAPA BENDA GEOMETRIS KOSALA DWIDJA PURNOMO 1 1 Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan manifestasi suatu bangsa yang berupa hasil budi manusia untuk mencapai kesempurnaan hidup dan mengandung nilai-nilai kebaikan, keindahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat meningkatkan ekonomi dengan cara melakukan pemasaran lebih luas,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat meningkatkan ekonomi dengan cara melakukan pemasaran lebih luas, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman budaya yang dapat meningkatkan ekonomi dengan cara melakukan pemasaran lebih luas, inovasi produk, dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. komoditas terbesar dari budaya Indonesia, karena batik mewariskan suatu nilai

BAB 1 PENDAHULUAN. komoditas terbesar dari budaya Indonesia, karena batik mewariskan suatu nilai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keanekaragaman motif dari batik dapat menjadikan batik menjadi sebuah komoditas terbesar dari budaya Indonesia, karena batik mewariskan suatu nilai tradisional di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya bermunculan berbagai macam motif batik di semua daerah kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. adanya bermunculan berbagai macam motif batik di semua daerah kepulauan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Motif batik saat ini berkembang dengan pesat, hal ini ditandai dengan adanya bermunculan berbagai macam motif batik di semua daerah kepulauan nusantara, seperti batik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sakur, Kajian Faktor-Faktor yang Mendukung Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Spirit Publik, Solo, 2011, hal. 85.

BAB I PENDAHULUAN. Sakur, Kajian Faktor-Faktor yang Mendukung Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Spirit Publik, Solo, 2011, hal. 85. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi sebagai akibat adanya krisis moneter yang terjadi sejak pertengahan Juli 1997, berakibat bangkrutnya perusahaanperusahaan berskala besar tetapi

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Batik Indonesia merupakan warisan budaya dunia yang sudah diakui melalui keputusan United Nation Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) pada tanggal

Lebih terperinci

Aplikasi Himpunan Julia dalam Membuat Rancangan Motif Fraktal Songket Palembang

Aplikasi Himpunan Julia dalam Membuat Rancangan Motif Fraktal Songket Palembang Aplikasi Himpunan Julia dalam Membuat Rancangan Motif Fraktal Songket Palembang Eka Susanti Jurusan Matematika, Fakultas MIPA, Universitas Sriwijaya Jl. Palembang Prabumulih Km.32 Indralaya Sumatera Selatan

Lebih terperinci

03FDSK. Persepsi Bentuk. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si.

03FDSK. Persepsi Bentuk. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si. Modul ke: Persepsi Bentuk Fakultas 03FDSK Penjelasan mengenai kontrak perkuliahan yang didalamnya dijelaskan mengenai tata tertib, teknis, serta bahan untuk perkuliahan di Universitas Mercu Buana Denta

Lebih terperinci

pembuatannya dengan cara tertentu (mula-mula ditulis atau ditera dengan lilin, laludiwarnakan dengan tarum dansoga).

pembuatannya dengan cara tertentu (mula-mula ditulis atau ditera dengan lilin, laludiwarnakan dengan tarum dansoga). BAB I PENDAHULUAN 1.1. JUDUL PROYEK TUGAS AKHIR : MUSEUM BATIK PEKALONGAN Merancang Museum Batik dengan mentransformasikan motifbatik JIamprang kedalam karakter bangunan. 1.2. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

Lebih terperinci

PENCIPTAAN BATIK MEDAN

PENCIPTAAN BATIK MEDAN PENCIPTAAN BATIK MEDAN Oleh : Wahyu Tri Atmojo ABSTRAK Keterbatasan pengetahuan materi seni budaya sub bab membatik, karena mereka memang belum pernah megang canting dan proses membuat batik, menginpsirasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang alamnya terbentang luas dari Sabang sampai Merauke. Kekayaan dan keunikan budayanya telah lama menjadi buah bibir di

Lebih terperinci

SURVEI POLA GRUP KRISTALOGRAFI BIDANG RAGAM BATIK TRADISIONAL

SURVEI POLA GRUP KRISTALOGRAFI BIDANG RAGAM BATIK TRADISIONAL JMA, VOL. 11, NO. 2, DESEMBER, 2012, -- 1 SURVEI POLA GRUP KRISTALOGRAFI BIDANG RAGAM BATIK TRADISIONAL A.D.GARNADI, S. GURITMAN, A. KUSNANTO, F. HANUM Departemen Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pembahasan bab I pendahuluan antara lain: latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

Blangkon gaya Yogyakarta ditinjau dari bentuk motif dan makna simbolisnya

Blangkon gaya Yogyakarta ditinjau dari bentuk motif dan makna simbolisnya Blangkon gaya Yogyakarta ditinjau dari bentuk motif dan makna simbolisnya Oleh Sarimo NIM: K3201008 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjalanan peradaban bangsa Indonesia telah berlangsung dalam kurun

Lebih terperinci

APLIKASI POLA BATIK MENGGUNAKAN METODE FRAKTAL DAN ALGORITMA LINGKARAN 8 WAY SIMETRIS. Abstrak

APLIKASI POLA BATIK MENGGUNAKAN METODE FRAKTAL DAN ALGORITMA LINGKARAN 8 WAY SIMETRIS. Abstrak APLIKASI POLA BATIK MENGGUNAKAN METODE FRAKTAL DAN ALGORITMA LINGKARAN 8 WAY SIMETRIS Angga Prastyo, Teady Matius Surya Mulyana angga.prastyo05@gmail.com, tmulyana@bundamulia.ac.id Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengakuan United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) untuk batik Indonesia sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan

Lebih terperinci

Variasi Fraktal Fibonacci Word

Variasi Fraktal Fibonacci Word SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 Variasi Fraktal Fibonacci Word Kosala Dwidja Purnomo, Reska Dian Alyagustin, Kusbudiono Jurusan Matematika FMIPA Universitas Jember kosala.fmipa@unej.ac.id

Lebih terperinci

Rasjoyo MODEL. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Ayo Belajar Batik. untuk Kelas VI SD dan MI PT TIGA SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI SOLO

Rasjoyo MODEL. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Ayo Belajar Batik. untuk Kelas VI SD dan MI PT TIGA SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI SOLO Rasjoyo MODEL Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Ayo Belajar Batik untuk Kelas VI SD dan MI 3 Berdasarkan Kurikulum Muatan Lokal Pekalongan Tahun 2006 PT TIGA SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI

Lebih terperinci

Implementasi Konsep Rekursifitas Pada Desain Batik Fractal

Implementasi Konsep Rekursifitas Pada Desain Batik Fractal Implementasi Konsep Rekursifitas Pada Desain Batik Fractal Ilma Alifia Mahardika - 13516036 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan. Kain batik sudah menjadi semacam identitas tersendiri bagi masyarakat Jawa. Motif dan coraknya yang beragam dan memikat memiliki daya jual yang tinggi.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Dari segi peristilahan, kata potensi berasal dari bahasa Inggris to patent yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Dari segi peristilahan, kata potensi berasal dari bahasa Inggris to patent yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Potensi Dari segi peristilahan, kata potensi berasal dari bahasa Inggris to patent yang berarti keras, kuat. Dalam pemahaman

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka. pembahasan Batik Magetan seperti penelitian-penelitian terdahulu dalam bentuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka. pembahasan Batik Magetan seperti penelitian-penelitian terdahulu dalam bentuk BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka Dalam tinjauan pustaka ini dipilih beberapa tulisan yang berkaitan dengan pembahasan Batik Magetan seperti penelitian-penelitian terdahulu dalam bentuk skripsi.

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA BATIK MADURA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN DI KEC BLUTO SEBAGAI UPAYA PELESTARIAN BUDAYA LOKAL MADURA

PENGGUNAAN MEDIA BATIK MADURA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN DI KEC BLUTO SEBAGAI UPAYA PELESTARIAN BUDAYA LOKAL MADURA ISSN: 2528-259x Seminar Nasional Pendidikan Matematika 2017 Volume 2, Tahun 2017 Universitas Kanjuruhan Malang PENGGUNAAN MEDIA BATIK MADURA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN DI KEC BLUTO

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Batik merupakan ikhwal kriya tekstil yang tak asing bagi orang Indonesia, bahkan telah menjadi simbol suatu bangsa Indonesia. Batik dikenal erat kaitannya dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar belakang masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang masalah Dalam kehidupan, manusia sebagai makhluk sosial tentu saja memiliki kebutuhan kebutuhan pokok. Dalam bahasa jawa sering disebutkan adalah sandang, pangan, papan.

Lebih terperinci

BAB II DATA DAN ANALISA

BAB II DATA DAN ANALISA BAB II DATA DAN ANALISA 2.1. Metode Penelitian yaitu : Dalam proses pembuatan makalah ini, diperlukan beberapa beberapa metode, Kajian pustaka Berupa data yang didapat dari buku buku mengenai batik, artikel

Lebih terperinci

PENGENALAN TEKNOLOGI DASAR (PTD)

PENGENALAN TEKNOLOGI DASAR (PTD) Pengenalan Teknologi Dasar Kelas VII PENGENALAN TEKNOLOGI DASAR (PTD) KELAS VII Disusun Oleh : BAB I PENGENALAN BATIK 1.1 DEFINISI BATIK Dari segi etimologi (bahasa), Batik berasal dari bahasa Jawa, yaitu

Lebih terperinci

BAB1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Batik merupakan salah satu teknik pembuatan sandang secara secara tradisional yang ditemukan dan dimiliki bangsa Indonesia. Tradisi membentuk melewati kurun abad dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aini Loita, 2014 Pola Pewarisan Budaya Membatik Masyarakat Sumedang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aini Loita, 2014 Pola Pewarisan Budaya Membatik Masyarakat Sumedang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan Indonesia dikenal unik oleh dunia dengan hasil kebudayaannya yang bersifat tradisional, hasil kebudayaan yang bersifat tradisional itu berupa seni rupa, seni

Lebih terperinci

Penerapan Transformasi Geometri pada Karya Seni Indonesia

Penerapan Transformasi Geometri pada Karya Seni Indonesia Penerapan Transformasi Geometri pada Karya Seni Indonesia Letivany Aldina/13514067 Program Studi Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kesatuan yang memiliki beranekaragam kebudayaan. Budaya Indonesia yang beraneka ragam merupakan kekayaan yang perlu dilestarikan dan dikembangkan

Lebih terperinci

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil kegiatan pengabdian kepada masyarakat berupa Inteks Bagi Masyarakat (IbM) dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut : a. Batik khas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri kreatif merupakan kumpulan aktivitas terkait dengan penciptaan atau penggunaan ilmu pengetahuan dan informasi untuk menciptakan nilai dan pemecahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batik merupakan salah satu karya seni bangsa Indonesia yang keberadaannya telah diakui dunia internasional. Banyak desainer fashion dunia sekarang yang sudah mengadaptasi

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM. digunakan, kemudian dilanjutkan dengan rancangan sistem aplikasi berupa cetak biru

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM. digunakan, kemudian dilanjutkan dengan rancangan sistem aplikasi berupa cetak biru BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM Pada Bab 3 ini akan dijelaskan mengenai proses perancangan program aplikasi Fractal Batik, diantaranya adalah analisis mengenai kebutuhan sistem yang akan digunakan,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. bagian akhir ini penulis dapat membuat beberapa kesimpulan sebagai berikut :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. bagian akhir ini penulis dapat membuat beberapa kesimpulan sebagai berikut : BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan sebelumnya, maka pada bagian akhir ini penulis dapat membuat beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Efisiensi

Lebih terperinci

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

Mata Kuliah Persepsi Bentuk Modul ke: Mata Kuliah Persepsi Bentuk Pertemuan 3 Fakultas FDSK Nina Maftukha, S.Pd., M.Sn. Program Studi Desain Produk www.mercubuana.ac.id Bentuk Bentuk merupakan penjabaran geometris dari bagian semesta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pula pada kemampuan pengusaha untuk mengkombinasikan fungsi-fungsi. tersebut agar usaha perusahaan dapat berjalan lancar.

BAB I PENDAHULUAN. pula pada kemampuan pengusaha untuk mengkombinasikan fungsi-fungsi. tersebut agar usaha perusahaan dapat berjalan lancar. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan oleh para pengusaha dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk berkembang

Lebih terperinci

PERSEPSI BENTUK. Bentuk Modul 3. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk

PERSEPSI BENTUK. Bentuk Modul 3. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk PERSEPSI BENTUK Modul ke: Bentuk Modul 3 Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn Fakultas Desain dan Seni Kreatif Program Studi Desain Produk www.mercubuana.ac.id Abstrak Bentuk merupakan elemen penting dalam desain.

Lebih terperinci

Variasi Motif Batik Palembang Menggunakan Sistem Fungsi Teriterasi dan Himpunan Julia

Variasi Motif Batik Palembang Menggunakan Sistem Fungsi Teriterasi dan Himpunan Julia Variasi Motif Batik Palembang Menggunakan Sistem Fungsi Teriterasi dan Himpunan Julia Eka Susanti Jurusan Matematika, Fakultas MIPA, Universitas Sriwijaya Jl. Palembang Prabumulih Km.32 Indralaya Sumatera

Lebih terperinci

Rasjoyo MODEL. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Ayo Belajar Batik. untuk Kelas V SD dan MI PT TIGA SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI SOLO

Rasjoyo MODEL. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Ayo Belajar Batik. untuk Kelas V SD dan MI PT TIGA SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI SOLO Rasjoyo MODEL Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Ayo Belajar Batik untuk Kelas V SD dan MI 2 Berdasarkan Kurikulum Muatan Lokal Pekalongan Tahun 2006 PT TIGA SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI SOLO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. GambarI.1 Teknik pembuatan batik Sumber: <www.expat.or.id/infi/info.html#culture>

BAB I PENDAHULUAN. GambarI.1 Teknik pembuatan batik Sumber: <www.expat.or.id/infi/info.html#culture> BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan museum tidak hanya sekedar untuk menyimpan berbagai bendabenda bersejarah saja. Namun dari museum dapat diuraikan sebuah perjalanan kehidupan serta

Lebih terperinci

Pola Fraktal sebagai Pemberi Bentuk Arsitektur Apartemen yang Menenangkan

Pola Fraktal sebagai Pemberi Bentuk Arsitektur Apartemen yang Menenangkan JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 6, No.2, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) G 319 Pola Fraktal sebagai Pemberi Bentuk Arsitektur Apartemen yang Menenangkan Sadida Aghnia dan I Gusti Ngurah Antaryama

Lebih terperinci

NILAI ESTETIS BATIK SITUBONDO HASIL TRANSFORMASI LUKISAN VONI WIJAYANTI

NILAI ESTETIS BATIK SITUBONDO HASIL TRANSFORMASI LUKISAN VONI WIJAYANTI NILAI ESTETIS BATIK SITUBONDO HASIL TRANSFORMASI LUKISAN VONI WIJAYANTI Voni Wijayanti 1, Hardiman 2, I Gusti Ngurah Sura Ardana 3 Jurusan Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi saat ini khususnya penggunaan teknologi perangkat smartphone semakin meningkat. Smartphone tidak hanya alat yang digunakan untuk komunikasi,

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN KARYA. Karya Tugas Akhir ini penulis mengambil judul Posisi Duduk. Crossed Leg Sebagai Motif Batik Kontemporer.

BAB IV TINJAUAN KARYA. Karya Tugas Akhir ini penulis mengambil judul Posisi Duduk. Crossed Leg Sebagai Motif Batik Kontemporer. BAB IV TINJAUAN KARYA A. Tinjauan Umum Karya Tugas Akhir ini penulis mengambil judul Posisi Duduk Crossed Leg Sebagai Motif Batik Kontemporer. Pada pengerjaan karya Tugas Akhir ini penulis mengalami beberapa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN. Batik Lukis (Batik Tulis) diajukan konsep berkarya. Pada dasarnya, manusia baik

BAB III METODE PENCIPTAAN. Batik Lukis (Batik Tulis) diajukan konsep berkarya. Pada dasarnya, manusia baik 43 BAB III METODE PENCIPTAAN A. Konsep Berkarya Pada tugas akhir penciptaan berjudul Padi sebagai Sumber Ide Penciptaan Batik Lukis (Batik Tulis) diajukan konsep berkarya. Pada dasarnya, manusia baik secara

Lebih terperinci

Karakteristik pada sekitar Tindak Pengawasan

Karakteristik pada sekitar Tindak Pengawasan Karakteristik pada sekitar Tindak Pengawasan Yun Hariadi Dept. Dynamical System Modeling Bandung Fe Institute yh@dynsys.bandungfe.net Abstrak Bursa Efek Jakarta melakukan tindak pengawasan terhadap emiten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan

Lebih terperinci

BAB II IDENTIFIKASI DATA. A. Data Perusahaan

BAB II IDENTIFIKASI DATA. A. Data Perusahaan BAB II IDENTIFIKASI DATA A. Data Perusahaan 1. Sejarah Berdirinya Perusahaan Sejarah berdirinya perusahaan batik Putra Laweyan Solo ini berawal dari didirikannya perusahaan batik Bintang Mulya pada tahun

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Batik adalah budaya yang telah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia. Batik merupakan suatu cara untuk memberi hiasan pada kain dengan cara menutupi bagianbagian tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum, data citra digital ditandai oleh informasi dengan jumlah bit yang besar sehingga menimbulkan masalah untuk memindahkan, memproses atau menyimpannya. Biasanya

Lebih terperinci

PENCIPTAAN SERAGAM BATIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

PENCIPTAAN SERAGAM BATIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Batik merupakan salah satu warisan leluhur Indonesia yang telah dikenal secara luas oleh masyarakat Indonesia, tetapi banyak masyarakat yang belum mengerti

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Wilayah sentra industri kerajinan batik di Desa Trusmi Wetan merupakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Wilayah sentra industri kerajinan batik di Desa Trusmi Wetan merupakan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 4.1.1 Keadaan Fisik dan Geografis Wilayah sentra industri kerajinan batik di Desa Trusmi Wetan merupakan daerah kabupaten Cirebon

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP) Satuan Pendidikan : SMP/MTs Mata Pelajaran : Seni Budaya Kelas / Semester : VII / Materi Pokok : SENI RUPA Sub Materi Pokok : Menerapkan Ragam Hias pada Bahan Keras

Lebih terperinci

Desain Motif Teralis Pintu dan Jendela Dari Bentuk Geometri Dasar

Desain Motif Teralis Pintu dan Jendela Dari Bentuk Geometri Dasar Prosiding Seminar Nasional Matematika, Universitas Jember, 19 November 2014 374 Desain Motif Teralis Pintu dan Jendela Dari Bentuk Geometri Dasar Hermanto 1, Kusno 2, Ahmad Kamsyakawuni 2, 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

PELESTARIAN BUDAYA BANGSA INDONESIA MELALUI PRODUK BATIK Oleh : Nanie Asri Yuliati PTBB FT UNY

PELESTARIAN BUDAYA BANGSA INDONESIA MELALUI PRODUK BATIK Oleh : Nanie Asri Yuliati PTBB FT UNY PELESTARIAN BUDAYA BANGSA INDONESIA MELALUI PRODUK BATIK Oleh : Nanie Asri Yuliati PTBB FT UNY ABSTRAK Batik adalah seni kerajinan yang perlu dilestarikan kebaradaannya karena merupakan salah satu budaya

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB V PEMBAHASAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id BAB V PEMBAHASAN Data dalam penelitian ini adalah hasil tes tertulis dan wawancara terhadap 4 siswa yaitu 2 subjek yang memiliki gaya kognitif visualizer dan 2 subjek yang memiliki gaya kognitif verbalizer.

Lebih terperinci

KONSEP SENI SEMEN PADA BATIK

KONSEP SENI SEMEN PADA BATIK KONSEP SENI SEMEN PADA BATIK Suwito Casande Program Studi Desain Komunikasi Visual Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Indraprasta PGRI Jl. Nangka 58 Tanjung Barat, Jakarta Selatan, Indonesia scasande@gmail.com.

Lebih terperinci

Transformasi Datum dan Koordinat

Transformasi Datum dan Koordinat Transformasi Datum dan Koordinat Sistem Transformasi Koordinat RG091521 Lecture 6 Semester 1, 2013 Jurusan Pendahuluan Hubungan antara satu sistem koordinat dengan sistem lainnya diformulasikan dalam bentuk

Lebih terperinci

KAJIAN RAGAM HIAS BATIK LASEM MASA KINI

KAJIAN RAGAM HIAS BATIK LASEM MASA KINI KAJIAN RAGAM HIAS BATIK LASEM MASA KINI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Rupa Program Studi Kriya Seni/Tekstil Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin maju dan modern serta meningkatnya akan ilmu pengetahuan menuntut manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup yang modern. Maka perkembangan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.2. Tujuan Proyek I.3. Manfaat Proyek I.4. Cakupan Proyek...

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.2. Tujuan Proyek I.3. Manfaat Proyek I.4. Cakupan Proyek... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN PERNYATAAN... iv INTISARI.. v KATA PENGANTAR...vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN....

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL MEDIA INFORMASI MOTIF BATIK MERAK NGIBING

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL MEDIA INFORMASI MOTIF BATIK MERAK NGIBING BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL MEDIA INFORMASI MOTIF BATIK MERAK NGIBING III.1 Strategi Perancangan Strategi perancangan yang akan dibuat mengenai media informasi motif batik Merak Ngibing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad XVIII atau awal

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad XVIII atau awal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerajinan batik di Indonesia telah dikenal sejak zaman Majapahit dan terus berkembang hingga kerajaan berikutnya. Meluasnya kesenian batik menjadi milik rakyat

Lebih terperinci

PEMBANGKITAN RAGAM BATIK KONTEMPORER DENGAN POLA MENGIKUTI GRUP KRISTALOGRAFI BIDANG

PEMBANGKITAN RAGAM BATIK KONTEMPORER DENGAN POLA MENGIKUTI GRUP KRISTALOGRAFI BIDANG PEMBANGKITAN RAGAM BATIK KONTEMPORER DENGAN POLA MENGIKUTI GRUP KRISTALOGRAFI BIDANG AGAH D.GARNADI 1, PUTRANTO H. UTOMO 2, FARIS S. ROMZA, MUCHAMMAD FACHRI, F. HANUM 1 1 Departemen Matematika Fakultas

Lebih terperinci

MATEMATIKA PADA GAPURA BALI

MATEMATIKA PADA GAPURA BALI MATEMATIKA PADA GAPURA BALI Brigita Florensia Rusmiyati Uba Ina 1), Riris Ayu Panuntun 2), Winarko Atmojo 3) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma 1 email: gitaflorensia23@gmail.com

Lebih terperinci

Oleh: Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

Oleh: Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta RAGAM HIAS TRADISIONAL Oleh: Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Pengertian Ragam Hias Ragam hias adalah bentuk dasar hiasan yang biasanya

Lebih terperinci

Kajian Estetika Corak Batik Tegal di Kelurahan Bandung Kecamatan Tegal Selatan. Nur Hayati 1 Sarah Rum Handayani 2 Theresia Widiastuti 3

Kajian Estetika Corak Batik Tegal di Kelurahan Bandung Kecamatan Tegal Selatan. Nur Hayati 1 Sarah Rum Handayani 2 Theresia Widiastuti 3 1 Kajian Estetika Corak Batik Tegal di Kelurahan Bandung Kecamatan Tegal Selatan Nur Hayati 1 Sarah Rum Handayani 2 Theresia Widiastuti 3 Tegal adalah kota strategis memiliki batik yang berbeda dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor penting dalam pembangunan perekonomian bangsa-bangsa di dunia (Naude

BAB I PENDAHULUAN. sektor penting dalam pembangunan perekonomian bangsa-bangsa di dunia (Naude BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Industri pariwisata telah berkembang pesat dan selalu mengalami transformasi bentuk dan model yang inovatif. Pariwisata merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009 sebagai Masterpiece of Oral and

BAB I PENDAHULUAN. dari UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009 sebagai Masterpiece of Oral and BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dunia internasional, batik Indonesia telah mendapatkan penghargaan dari UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009 sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of

Lebih terperinci

MATEMATIKA DASAR TAHUN 1987

MATEMATIKA DASAR TAHUN 1987 MATEMATIKA DASAR TAHUN 987 MD-87-0 Garis singgung pada kurva y di titik potong nya dengan sumbu yang absisnya positif mempunyai gradien 0 MD-87-0 Titik potong garis y + dengan parabola y + ialah P (5,

Lebih terperinci

BATIK INDONESIA SEBAGAI SUMBER IDE. Suciati, S.Pd, M.Ds Prodi Pendidikan Tata Busana PKK FPTK UPI

BATIK INDONESIA SEBAGAI SUMBER IDE. Suciati, S.Pd, M.Ds Prodi Pendidikan Tata Busana PKK FPTK UPI BATIK INDONESIA SEBAGAI SUMBER IDE Suciati, S.Pd, M.Ds Prodi Pendidikan Tata Busana PKK FPTK UPI Nama Djawa Hokokai mengikuti nama organisasi propaganda Jepang yaitu organisasi Putera menjadi Organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Akhir-akhir ini dunia hobi sangat berkembang pesat di kota-kota besar Indonesia, termasuk di kota Jogjakarta. Salah satu hobi yang berkembang saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Novi Pamelasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Novi Pamelasari, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilson menyatakan bahwa kebudayaan adalah pengetahuan tentang ditransmisi dan disebarkan secara sosial, baik bersifat eksistensial, normatif maupun simbolis yang tercemin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batik merupakan kerajinan bernilai seni tinggi dan menjadi salah satu warisan budaya Indonesia. Kain batik yang memiliki corak yang beragam serta teknik pembuatannya

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Batik merupakan salah satu kain tradisional yang memiliki ragam hias motif. Kain batik yang memiliki motif yang berbeda-beda di setiap daerah di seluruh Indonesia.

Lebih terperinci

BAB II MENGENAL BATIK TULIS TASIKMALAYA. mengenai pengertian batik. Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia

BAB II MENGENAL BATIK TULIS TASIKMALAYA. mengenai pengertian batik. Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia BAB II MENGENAL BATIK TULIS TASIKMALAYA 2.1. Pengertian Batik Tulis Batik merupakan kesenian masyarakat Indonesia yang telah lama menjadi bagian dari kebudayaan Indonesia. Banyaknya ragam batik di Indonesia

Lebih terperinci

Kelebihan MDS. 1. Analisis dapat dilakukan di level individu (disaggregate analysis)

Kelebihan MDS. 1. Analisis dapat dilakukan di level individu (disaggregate analysis) Pendahuluan 0 MDS memetakan persepsi dan preferensi responden secara visual pada peta geometri (spatial map/perceptual map) 0 Perbedaan MDS dengan analisis multivariat lain adalah pembandingan dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan teknik resist menggunakan material lilin. Kata batik berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. dengan teknik resist menggunakan material lilin. Kata batik berasal dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Batik adalah seni gambar diatas kain untuk pakaian yang dibuat dengan teknik resist menggunakan material lilin. Kata batik berasal dari bahasa Jawa yang berarti

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK RANCANGAN

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK RANCANGAN BAB III DATA DAN ANALISA PE A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK 1. Keramik Keramik pada awalnya berasal dari bahasa Yunani Keramikos yang artinya suatu bentuk dari tanah liat yang telah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang beraneka ragam, salah satu hasil budaya tersebut adalah batik. Batik merupakan warisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. Sepanjang sejarah, manusia tidak terlepas dari seni. Karena seni adalah salah satu

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. bergaya doodle. Pertama, permasalahan visual yaitu bagaimana

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. bergaya doodle. Pertama, permasalahan visual yaitu bagaimana BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan maka ada tiga permasalahan yang muncul dalam mengembangkan motif kekayaan bahari menjadi sebuah motif batik bergaya doodle.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Fotogrametri adalah suatu seni, pengetahuan dan teknologi untuk memperoleh informasi yang dapat dipercaya tentang suatu obyek fisik dan keadaan sekitarnya melalui proses

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA PERESMIAN ACARA PESONA BATIK PESISIR UTARA JAWA BARAT. Di Hotel Sari Pan Pasific. Tanggal, 19 Mei 2016.

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA PERESMIAN ACARA PESONA BATIK PESISIR UTARA JAWA BARAT. Di Hotel Sari Pan Pasific. Tanggal, 19 Mei 2016. SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA PERESMIAN ACARA PESONA BATIK PESISIR UTARA JAWA BARAT Di Hotel Sari Pan Pasific. Tanggal, 19 Mei 2016. Yth. Pimpinan dan Pengurus Yayasan Batik Indonesia; Yth. Pimpinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Warisan budaya Indonesia sangat beragam, salah satunya kain tradisional yaitu Batik. Batik dalam Bahasa Jawa ditulis dengan bathik, mengacu pada huruf Jawa tha yang

Lebih terperinci