Namun begitu, untuk jarak jauh, juga kegelapan belaka yang tertampak, lama-lama A Siu menjadi ketakutan dan duduk ditanah sambil menangis.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Namun begitu, untuk jarak jauh, juga kegelapan belaka yang tertampak, lama-lama A Siu menjadi ketakutan dan duduk ditanah sambil menangis."

Transkripsi

1 air beracun. Maka tanpa merasa A Siu telah mengejar kelinci itu sampai beberapa li dan memasuki sebuah lembah yang dikedua tepi dinding tebing curam, makin jauh jalan makin lika-liku, tapi ia masih terus mengudak. Maka tanpa merasa haripun mulai gelap, perutnya berasa lapar, barulah sekarang A Siu ingat pada ayah dan bibi Jing-koh, ia mulai bingung dan kuatir, segera ia bermaksud kembali kejalan semula, tapi makin putar makin kesasar, haripun makin gelap hingga berulang kali ia jatuh bangun, saking letihnya ia merebah sekenanya ditanah dan pulas. Besok paginya, ia ber-lari2 lagi hendak pulang kembali, tapi sudah kian kemari masih belum ketemukan jalan yang betul, sampai kelaparan, lalu ia petik buahbuahan yang diketemukan dan dimakan sekedarnya, keadaan begitu sampai beruntun tiga malam, baiknya dimalam hari, karena dadanya memakai kalung permainan mutiara yang memancarkan cahaya terang, maka ia masih bisa berjalan dengan bebas. Namun begitu, untuk jarak jauh, juga kegelapan belaka yang tertampak, lama-lama A Siu menjadi ketakutan dan duduk ditanah sambil menangis. Tidak lama, tiba-tiba didengarnya dari jauh ada suara tindakan orang yang sedang mendatangi, mula-mula A Siu menyangka itulah ayahnya, cepat ia berhenti menangis sambil mendengarkan, dan memang benar suara tindakan orang, saking girangnya ia terus meloncat bangun sambil berseru : Ayah, Jing-koh, aku berada disini, kemanakah kalian, A Siu sendirian menjadi ketakutan!" Selesai ia berkata, orang itupun sudah mendekat, ketika A Siu menengadah, tanpa merasa ia mundur beberapa tindak. Ternyata yang datang ini bukan ayahnya, bukan lagi Jing-koh tapi seorang lelaki bangsa Han yang berusia 30-an yang tampaknya linglung, ketika tiba-tiba melihat A Siu, orang itu terus menubruk maju dan A Siu dipondongnya tinggi-tinggi sambil menggumam sendiri ; Oh, Jing-kin, Jing-kin, sesungguhnya aku tiada maksud mencelakai kau!" A Siu menjadi bingung mendengar ocehan yang tak karuan junterungannya itu, ia lihat mata orang mengembang air mata, dalam hati kecilnya menjadi heran, apakah orang ini juga kesasar jalan, maka menangis? Dasar kanak-kanak, segera iapun menanya : Toacek, kenapakah kau menangis, apakah kau kesasar? Jangan kuatir, sebentar kalau ayah dan Jing-koh sudah datang, nanti kita bersama-sama pergi pulang". Mendengar nada suara A Siu ini, seketika orang itu tercengang, dengan teliti ia mengamat-amati A Siu sejenak, mendadak katanya : Eh, kau bukan Siau Yan? Anak siapakah kau?"

2 Sebaliknya A Siu bertambah heran, sahutnya : He, kaupun kenal enci Siau Yan? Aku adalah kawan baiknya dan kelak akan datang memain kerumahnya, demikian Jingkoh berkata padaku?" Siapa namamu?" tanya orang itu dengan wajah berubah. A Siu, ayahku bernama Kek Pang", sahut sidara cilik. Hm, kiranya anak Biau, benda didepan dadamu itu darimana kau dapatkan?" jengek orang itu mendadak. A Siu tidak tahu akan perubahan air muka orang, maka sahutnya wajar saja : Jing-koh yang memberikan padaku!" Jing-koh siapa?" bentak orang itu. Berbareng tangannya mengulur terus hendak menarik kalung mutiara yang dipakai A Siu itu. Jangan kau merebut barangku!" teriak A Siu sambil tangannya yang kecil memegangi kalungnya kencang2. Tapi sekali tangan orang itu mengipat, kontan A Siu terlempar jatuh, kasihan bocah sekecil itu, tentu saja tidak tahan oleh sengkelitan itu, ia jatuh kesakitan hingga pingsan. Orang itu tertegun sejenak, tapi segera berjongkok hendak mengambil mutiara dari kalung yang dipakai A Siu itu. Tak terduga, baru saja tangannya menyentuh mutiara itu, tahu2 pergelangan tangannya se-akan2 terjepit sesuatu, ketika ia menunduk, ia menjadi terkejut sekali. Ternyata pergelangan tangannya seperti kena dipegang oleh tangan seseorang, cuma tangan itu se-akan2 bersisik yang tumbuh diatas kuku jarinya, tenaga cekalan itu

3 demikian besarnya hingga bagai tanggam, sampai setengah tubuhnya ikut kesemutan kaku. Orang itu sendiri tidak rendah ilmu silatnya, tentu saja ia terkejut, cepat ia berpaling maka terlihatlah ada seorang tua pendek gemuk merebah telentang ditanah. Orang ini tubuhnya pendek, wajahnya jelek, malahan mukanya seperti bersisik pula, sebaliknya kedua lengannya panjang luar biasa melebihi badannya, kalau berdiri, boleh jadi kedua tangannya itu akan menyentuh tanah. Sepasang matanya menyorotkan sinar ber-kelip2, rambutnya serawutan bagai rumput kering, manusia aneh semacam demikian, sungguh jarang terlihat. Siapa kau?" bentak lelaki pertama tadi. Dan kau sendiri siapa?" balas orang aneh ini. Aku she Cu bernama Hong-tin, orang dari Tionggoan", sahut laki2 itu. Ya, aku sudah menduga kau bukan orang Biau kami, tak nanti mereka berjiwa rendah seperti kau", jengek kakek aneh itu. Sambil berkata, Cu Hong-tin itu merasa genggaman tangan kakek aneh itu bertambah kencang hingga tulang tangannya kesakitan luar biasa, walaupun orang itu tampak merebah saja, tapi terang memiliki lwekang yang tinggi, dalam gugupnya ia menanya lagi : Sobat, selamanya kita tiada kenal, kenapa kau mencari setori padaku?" Dan permusuhan apa dara cilik itu dengan kau, kenapa kau hendak mencelakainya?" sahut orang tua itu dengan bengis. Cu Hong-tin menjadi bungkam, selang agak lama, barulah ia berkata : Dara cilik ini tiada permusuhan apa2 dengan aku, tapi mutiara yang berkalung dilehernya ini justru adalah milik seorang musuhku yang besar, haraplah kau lepaskan aku, nanti kututurkan yang jelas!" Kiranya Cu Hong-tin yang masih muda ini memang sama orangnya dengan Cu Hong-tin pada permulaan cerita ini. Tatkala mana ia belum menjadi Tosu, ilmu kebutnya Kek-lok-hut-hoat juga belum terlatih, jadi ilmu silatnya masih belum tergolong tinggi, walaupun begitu, sekali cekal telah dibikin tak berdaya seperti sekarang ia diperlakukan si orang aneh ini, selamanya belum pernah dialaminya. Sebab itulah, ia ganti siasat memakai permohonan dengan kata2 halus. Betul juga kakek aneh itu terbujuk, ia kendorkan cekalannya dan berkata : Baiklah, coba apa yang bisa kau terangkan." Diluar dugaan, Cu Hong-tin terus melompat mundur jauh2, habis itu tanpa berpaling lagi terus lari dalam kegelapan. Tentu saja kakek aneh itu sangat gusar, ia mengaum keras hingga menggema jauh dilembah, ia coba berdiri, tapi kakinya terlalu lemas, kembali ia jatuh ditanah, saking gemasnya kedua tangannya yang panjang besar itu memukul tanah berulang2 hingga menerbitkan suara keras. Tampaknya percuma saja ia memiliki ilmu kepandaian tinggi, karena kedua kakinya lemas bagai tak bertulang, sama sekali

4 tak bisa berjalan. Sesudah ber-teriak2 aneh beberapa kali, lalu ia merangkak kesamping A Siu. Waktu itu A Siu telah siuman kembali, ia menangis pula sambil merintih kesakitan. Jangan takut, nak, jahanam itu sudah kuusir", kata kakek itu sembari mengamatamati A Siu, lalu tanyanya pula : Kau tinggal digua mana? Ketika A Siu melihat orang yang berada di hadapannya sedemikian luar biasa hampir2 ia menjerit kaget, namun kakek aneh itu telah menghiburnya lagi. Lambat laun A Siu menjadi berani, sahutnya kemudian ; Aku tinggal di Tiok-teng-tong". He, orang Tiok-teng-tong? seru kakek itu seperti sangat senang oleh keterangan A Siu itu. Pernah kau mendengar cerita bahwa Tiok-teng-tong itu ada seorang aneh yang bernama Lo-liong-thau yang telah diusir kegunung dan kemudian telah menghilang?" Ia merandek sejenak lalu dengan menghela napas ia menyambung pula : Tapi, ah, kau masih kecil, tak mungkin kau mengetahuinya. Ya, ya, aku pernah mendengar, kata A Siu tiba2, Pernah ayah bercerita bahwa Encim Teng-kiu tetangga telah melahirkan seorang bayi aneh yang bersisik, dan kedua lengannya panjang luar biasa, sebaliknya kaki lemas bagai tak bertulang. Encim Teng-kiu tak berani bilang pada orang lain, kuatir kalau orang menyangka bayi itu adalah siluman, maka diam2 membesarkannya sampai tujuh tahun, akhirnya telah diketahui orang luar dan diusir pergi kegunung kangzusi.com, anak itu dipanggil Lo-liong-thau, kata ayah, diam2 ia malah bersahabat dengan Lo-liong-thau itu, maka iapun tidak pernah ceritakan pada orang lain. He, ayahmu bernama Kek Pang bukan?" seru kakek aneh itu dengan girang. Ya, ya, betul," sahut A Siu. Ah, kiranya kau puteri Kek Pang!" kata kakek aneh itu sembari merangkul A Siu dengan mesra. Baik2kah ayahmu?" Baik, sahut A Siu mengangguk, kami bersama-sama berburu kegunung ini, aku menguber seekor kelinci hingga terpencar dengan dia!" Dan dimana Encim Teng-kiu?" tanya si orang aneh lagi. Entahlah, mungkin sudah meninggal," sahut A Siu. Orang itu menghela napas terharu, katanya kemudian : A Siu, akulah Lo-liongthau yang diusir para tetangga kegunung itu. Mata A Siu membelalak heran, katanya kemudian sambil menggeleng kepala : Bukan, bukan! Kata ayah, sesudah Lo-liong-thau masuk gunung, ia telah berubah seekor siluman naga yang mempunyai kepandaian luar biasa".

5 Ya, Lo-liong-thau memang berkepandaian tinggi, lihatlah A Siu, kata orang itu sambil ulur sebelah tangannya mencengkeram sekenanya satu pohon kecil disampingnya, maka terdengarlah suara krak-krak", batang pohon itu telah kena dipatahkan mentah2. Hebat sekali, Lo-liong-thau, marilah kau ajarkan kepandaian demikian padaku", seru A Siu terkesima oleh tenaga luar biasa Loliong-thau itu. Kau adalah puterinya sobatku Kek Pang, tentu saja aku akan mengajarkan kepandaian kepadamu", sahut Lo-liong-thau. Marilah kau ikut padaku!" Habis berkata, sekali menggelundung, cepat sekali ia telah merangkak pergi jauh, lekasan A Siu menyusulnya berlari-lari. Tidak Iama mereka telah memasuki sebuah gua batu yang diluarnya teraling-aling dua buah batu seakan-akan daun pintu buatan alam. Dalam gua itu ternyata penuh beraneka batu-batu hiasan dinding hingga bersinar gilap ketika tersorot cahaya mutiara dikalungnya A Siu itu. Karuan bocah ini kegirangan, ia bertepuk-tepuk tangan gembira. Lihatlah lukisan didinding itu! kata Lo liong-thau. Ketika A Siu berpaling kearah yang ditunjuk, ia lihat dinding batu itu halus licin selebar lebih dua tombak dan terukir tujuh orang dewasa, ada yang berduduk, ada yang berdiri, yang berjongkok, yang merebah, macam-macam. Dibawah ukiran orang-orang besar itu, dibawahnya ada lagi ukiran yang lebih kecil dan semuanya dilukis dalam berbagai gaya yang tidak sama, malahan ada lagi catatancatatan dengan huruf-huruf kecil. Apakah itu, Lo-liong-thau? tanya A Siu. Entah, sahut si orang tua, aku sendiripun tidak tahu, secara tak sengaja aku terluntang-lantung sampai disini, lalu tinggal menetap disini sampai dua tahun, sesudah memperoleh api, barulah mengetahui di dinding situ ada lukisan, saking iseng, aku menirukan gaya gambar2 itu, beberapa tahun kemudian, diluar dugaan sekali ayun tangan, aku telah bisa patahkan satu pohon. Kalau sekarang kau ikut aku tinggal disini, bukankah juga dapat mempelajari ilmu kepandaian hebat ini?" Dengan ragu2 A Siu memandangi dinding itu, tiba2 sahutnya : Lo-liong-thau, ayahku hendaklah dicari kemari, biar kita bersamasama mempelajari ilmu kepandaian hebat ini, bukankah lebih baik?" Ya, tentu saja lebih baik," sahut Lo-liong thau. Tapi pegunungan seluas ini, Lo-liong-thau sendiri tak bisa berjalan, kemana harus mencarinya?" A Siu tak rewel lagi, ia lihat gua itu sangat menarik, maka ia tinggal disitu bersama Lo liong-thau dan tanpa merasa 12 tahun sudah lampau. Selama itu, seperti halnya Lo-liong-thau, setiap hari A Siu menirukan gaya lukisan di dinding itu untuk belajar, lama2 tubuhnya menjadi

6 enteng, tenaganya besar luar biasa, nyata kemajuannya tidak terhingga. Sudah tentu A Siu senang sekali, namun demikian, sebab apa dan ilmu kepandaian apa yang dipelajarinya itu, sama sekali ia tak mengerti. Sama sekali tak tersangka olehnya bahwa lukisan2 yang terukir didalam gua itu sebenarnya adalah dasar2 latihan Lwekang yang maha tinggi tinggalan Siau-yang Cinjin dijaman dahulu yang sudah lenyap dalam dunia persilatan itu, yaitu yang disebut Siau-yang-chit-kay" atau tujuh kunci dasar latihan Siau-yang. Siau-yang Cinjin itu asalnya adalah seorang tukang kayu, tanpa sengaja dipegunungan sunyi diperolehnya satu kitab Lwekang yang mujijat, dengan giat ia melatih diri beberapa puluh tahun hingga menjagoi dunia persilatan pada jamannya. Ketika merasa hidupnya tiada tandingnya lagi, ia telah menyepi kedaerah Biau serta tinggal didalam gua ini, disini ia menciptakan lagi ilmu Lwekangnya yang meliputi inti sari dari cabang2 ilmu silat lain dan diberi nama Siau-yang-chitkay". Setiap kunci itu punya 7x7 gerakan, maka seluruhnya menjadi 7x7x7 = 343 gerak tipu. Ketika hari tuanya ia telah mengukir hasil karyanya itu didinding gua, lalu tinggal pergi menghilang tak ketahuan rimbanya. Sungguh sama sekali tak terduga bahwa ilmu luar biasa yang hanya didengar orang Bu-lim, tapi belum pernah dilihat itu, kini bisa diperoleh seorang Biau yang aneh dan cacat serta anak perempuan yang sepele. Kecerdasan A Siu sudah terang jauh melebihi Lo-liong-thau, tapi karena tidak mendapatkan petunjuk dan bimbingan orang pandai, serupa saja, iapun tak paham dimana letak rahasia ajaran menurut lukisan itu. Namun begitu, berkat kegiatannya selama dua belas tahun, beberapa bagian kepandaian Siau-yang-chitkay itupun dapat diperolehnya, dan sedikitnya sudah setingkat dengan jago silat kelas tinggi umumnya. Tahun itu ia baru menginjak umur lima belas, namun cantiknya sudah kentara lain dari yang lain, karena ber-tahun2 tinggal digua pegunungan, pakaian yang dikenakan telah berganti dengan kulit binatang, namun begitu makin menggairahkan bagi siapa yang melihat akan gadis jelita ini. Berbareng dengan makin bertambah usianya urusan yang diketahuinya pun bertambah banyak, pengawasan Lo-liong-thau kepadanya pun tidak keras lagi, seringkali ia pergi ngelayap jauh tinggalkan gua itu sampai beberapa hari lamanya. Suatu hari, sudah tiga-empat hari ia tinggalkan Lo-liong-thau, ia terus menuju kedepan. Tiba2 teringat olehnya tempat tinggal ayahnya adalah Tiok-teng-tong, lalu dimanakah tempat itu, kalau ketemukan orang, bukankah bisa menanya? Dan betapa baiknya kalau bisa pulang menyambangi orang tua?

7 Setelah mengambil keputusan itu, segera ia percepat langkahnya kedepan, sampai hari hampir petang, dari jauh tiba-tiba dilihatnya ada asap seperti mengepul dari cerobong rumah penduduk, tak lama lagi, dilihatnya ditepi jalan ada empat-lima orang lagi merubungi segundukan api unggun dan sedang makan rusa panggang. Melihat orang, tentu saja A Siu bergirang. Sesudah dekat, ia lihat seluruhnya ada lima orang. Tiga diantaranya laki-laki berewok semua dan lainnya, yang satu adalah hwesio gendut, sedang satunya lagi seorang lelaki kurus kecil. Para paman, pergi ke Tiok-teng-tong harus ambil jalan mana?" segera A Siu menanya. Rupanya kelima orang itu rada kaget ketika mendadak mendengar suara teguran orang, mereka menoleh berbareng, dan mereka menjadi tercengang demi melihat seorang gadis jelita berpakaian kulit binatang telah berdiri disitu. Namun sejenak saja, satu diantara laki-laki berewok itu terus bersiul panjang seperti lelaki bangor umumnya. Ehmmm, alangkah manisnya nona cilik ini, darimanakah kau dara cantik?" segera kawannya menggoda. Ah, kau ini, orang menanya kau, sebaliknya kau menegur?" ujar temannya yang satu lagi. Sebagai seorang gadis yang masih hijau, sudah tentu A Siu tak paham kata-kata orang yang bersifat rendah, ia masih menantikan jawaban orang sambil membetulkan sedikit pakaiannya, ketika tanpa sengaja mutiara kalungnya itu tertarik keluar hingga memancarkan sinar gemilapan, kelima orang itu menjadi curiga. He, mutiara mestika seperti ini, masakan dijagat ini ada dua butir?" seru satu diantara lelaki berewok tadi. Mana bisa ada dua butir?" sahut silelaki kurus kecil tadi dengan suaranya yang banci. Lihatlah untaian kalungnya itu begitu indah buatannya, kalau bukan bikinan Ong-lothau, tukang emas kenamaan di Tiangsah yang terkenal itu, siapa lagi mampu membuatnya?" Hai, anak dara, dimana Ang Jin-kin berada, lekas kau mengaku!" bentak sihwesio gendut mendadak. A Siu menjadi bingung, ia tidak mengerti mengapa kelima orang itu sedemikian garang kepadanya, ia hanya mengulangi nama Ang Jin-kin" yang ditanya itu, ia pikir nama ini seperti sudah dikenalnya, tapi siapa dan dimana ia tidak ingat. Karena itu, dengan membelalak ia pandangi paderi gemuk itu. Mendadak Hwesio itu putar2 tongkat paderinya hingga mengeluarkan angin, lalu bentaknya lagi: Hayo, anak dara, lekas katakan yang benar, dimana adanya Ang Jin-kin?" Hai, Hwesio gede," tiba2 silelaki kurus kecil itu menukas,

8 caramu begini dan potonganmu bagai raksasa apa takkan bikin takut dara jelita ini?" Ya, ya, daripada Siucay kecut macam orang sakit tbc seperti kau, masih berani kau berlagak apa?" sahut si hwesio tak mau kalah. Karuan lelaki kurus kecil itu menjadi gusar. Kiranya ia berjuluk Im-su Siucay atau si sastrawan akherat, walaupun datang berombongan dengan hwesio gemuk yang bergelar Tiat-pi Siansu itu, namun dalam hati mereka sebenarnya saling iri dan bermusuhan. Karena kena diolok2, tentu saja menjadi murka. Lihatlah ketiga saudara she Tio, keledai gundul ini yang mencari gebuk, bukan aku lm-su Siucay Swe Hiang-ang yang tidak kenal sobat," seru lelaki kurus itu kepada tiga kawannya yang berewok itu. Lalu ia berpaling kepada Tiat-pi Siansu dan mendamprat : Baiklah, hari ini biar aku memberi hajaran kepada keledai gundul, supaya kau kenal lihaynya orang she Swe!" Bagus, biar aku pereteli juga tulang2mu yang terbungkus kulit melulu itu! teriak Tiat pi Siansu murka. Ketiga lelaki berewok itu tidak melerai, sebaliknya mereka mundur semakin jauh supaya mereka berkelahi lebih bebas. Namun begitu, entah sengaja atau tidak, mereka seakan-akan mengurung A Siu ditengah-tengah. A Siu sendiri ter-longo2 melihat kelima orang itu saling bertengkar sendiri. Ia lihat Tiat pi Siansu tinggi besar bagai raksasa, sebaliknya si Im-su Siucay itu kurus kecil, keduanya terang tak setanding. Namun dasar masih kanak kanak, ia menjadi ketarik akan perkelahian yang bakal terjadi itu. Kiranya datangnya kelima orang itu memang bukan tiada maksud tujuan, mereka sama-sama hendak mencari jejaknya seseorang. Cuma satu sama lain hanya lahirnya saja akur, dalam batin setiap waktu bila perlu tidak segan2 menjegal pihak lain. Ketiga lelaki berewok itu terkenal didaerah Hun-lam dengan julukan Thian-lamsam-say kangzusi.com " atau tiga singa dari Hun lam selatan, yang tertua bernama Tok-jiau-say Thio Jiang, singa bercakar tunggal, kakak kedua bernama Kiu-thausay Thio Seng, singa berkepala sembilan, dan yang terakhir ialah Cui-say-cu Thio Sia, singa mabuk. Kini melihat Swe Hiang-ang akan saling gebrak dengan Tiat-pi Siansu, kebetulan malah bagi mereka, maka sengaja menonton akan menarik keuntungan dari pertengkaran kedua orang itu. Sementara itu Tiat-pi Siansu sudah membentak : Nah, Siucay setan madat, lekas keluarkan senjatamu, supaya orang tidak mengatakan aku menghina seorang setan kurus macammu ini!" Melayani keledai gundul seperti kau, kenapa perlu pakai senjata?" sahut Im-su

9 Siucay Swe Hiang-ang dengan tertawa dingin. Berbareng itu, pukulan pertama terus dilontarkannya mengarah dada lawan. Bagus, biar aku mengalah tiga serangan padamu!" sambut Tiat-pi Siansu dengan lincahnya, tubuhnya yang gede gemuk itu telah memutar kesamping dengan cepat sambil tongkatnya diangkat tinggi2, betul juga ia tidak balas menyerang. A Siu menjadi senang melihat pertandingan telah dimulai. Ia lihat cara menghindar si hwesio gendut itu tidak terlalu pintar, kalau saja Im-su-siucay itu terus menubruk maju dan menyusuli hantaman, pasti ia takkan dapat menghindarkan diri. Apa yang dipikirkan oleh A Siu ini adalah ilmu silat tertinggi dalam Siau-yang-chit-kay" yang lihay, tentu saja hal mana tak mungkin diketahui Im-su-siucay. Dan karena serangan pertama tak kena, segera Im-susiucay melontarkan serangan kedua. Ketika melihat tenaga serangan sekali ini tidak terlalu keras, Tiat-pi Siansu bermaksud membiarkan dirinya dihantam dengan menggunakan ilmu Ngekang, tapi sekilas dapat dilihatnya pada telapak tangan lawan penuh berduri kecil2 dan tajam dengan warna merah tua, ia menjadi terkejut dan lekas mundur kebelakang. Tapi dengan tertawa aneh sekali, lagi2 Im-su-siucay merangsang maju dan sebelah tangannya menggaplok lagi keatas kepala hwesio yang gundul. Belum lagi Tiat-pi Siansu berdiri tegak, tiba2 melihat serangan orang yang sayup-sayup membawa angin yang berbau busuk, maka insyaflah dia kalau telapak lawan tentu berbisa. Kalau sampai kena berkenalan dengan tangan orang, pasti kepalanya akan berlubang seperti sarang tawon oleh duri2 ditangan orang. Maka tak terpikir lagi olehnya apakah kata-katanya akan mengalah tiga kali serangan itu sudah habis belum, sekali tongkatnya mengetok ketanah, mendadak senjata itu terus membal keatas, secepat kilat ujungnya menyodok ketelapak tangan lawan sambil berteriak : Cara turun tanganmu terlalu keji, jangan kau salahkan aku tak pegang janji, Siucay kecut!" Walaupun Hwesio gendut ini tampaknya urip, tapi lucu-lucu ngong-tit", atau geblek-geblek jujur. Dengan serangannya yang lihay yang disebut ting-thian-lip-te" atau berdiri di bumi menyundul langit, kalau sampai Im-su-siucay Swe Hiang-ang kesodok, pasti dadanya akan amblek berlubang. Tapi disaat berbahaya itu, sempat Swe Hiang-ang merosot kesamping hingga sodokan tongkat Tiat-pi Siansu mengenai tempat kosong. Sebaliknya begitu turun ketanah, mendadak Im-su-siucay berjongkok, kedua kakinya terus menyepak. Karena serangannya tadi luput, Tiat-pi Siansu lagi melengak, maka depakan musuh tak sempat dihindarinya, pahanya telah kena hingga tubuhnya ter-huyung2 mundur, dan akhirnya jatuh terlentang dengan muka pucat sambil ber-kaok2 kesakitan. Ketika ia meraba pahanya, ternyata tangannya berlumuran darah.

10 Hm, keledai gundul, sekarang sudah kenal kelihayan tuanmu belum?" jengek Im-su-siucay menyindir. Tiat-pi Siansu sesungguhnya tidak mengerti cara bagaimana pahanya bisa terluka, hanya kena didepak saja. Begitu pula A Siu yang menyaksikan itupun merasa bingung, hanya Thian-lam-samsay saja yang tahu bahwa diujung sepatu Im-su-siucay itu dipasang pelat baja yang sangat tajam, tentu saja daging paha musuh yang tertendang takkan tahan. Tapi Tiat-pi Siansu masih merasa penasaran, cepat ia merangkak bangun, ia angkat tongkatnya lagi, tanpa bicara terus mengemplang dengan tipu Thay-san-ap-teng" atau gunung raksasa menindih kepala. Betapapun lihaynya Im-su-siucay, tak nanti ia berani menangkis serangan hebat ini, apalagi ia bertangan kosong, terpaksa cepat berkelit kesamping. Dan saking bernafsunya kemplangan Tiat-pi Siansu itu hingga sebuah batu kena dihantam remuk, tangan sendiri yang berasa kesemutan, malah luka pahanya tadi ikut2 kesakitan lagi. Karuan kesempatan bagus ini digunakan Im-su-siucay dengan baik untuk menubruk maju dari samping terus menggablok kepundak lawan. Maka terdengarlah teriakan Tiat-pi Siansu terus terguling ketanah. Waktu Im-susiucay periksa tangannya, ternyata telapak tangannya sudah berlepotan darah. Kiranya tangan Im-su-siucay itu terkenal sebagai Sian-jing-ciang" atau tangan dewa alias tangan kaktus, yaitu memakai kaos tangan dari kulit landak yang berduri. Tentu saja pundak Tiat-pi Siansu yang kena dihantam itu seketika bertambah berpuluh lubang2 kecil dan jatuh knock-out", ia menggereng kesakitan, tapi tak berani merangsang maju lagi, melainkan dengan mata mendelik memandangi lawan yang licik itu. Melihat Tiat-pi Siansu telah kalah kena hantamannya, Swe Hiang-ang menjadi jumawa seperti ayam jago yang habis mendapat kemenangan, dengan sinar mata sombong yang tiada takeran ia mengerling pada Thian-lam-sam-say hingga yang tersebut belakangan ini merasa kebat kebit. Ha, ilmu kepandaian Swe-toako memang benar hebat!" kata Thian-lam-sam-say setengah mengejek. Hm, bila kalian ingin coba2, boleh tunggu nanti!" sahut Swe Hiang-ang dengan angkuhnya. Habis ini ia berpaling kepada A Siu dan membentak : Bocah, hayo katakanlah, dari manakah kau peroleh mutiara yang kau pakai itu?"

11 A Siu melengak oleh teguran itu, ia lihat wajah Im-su-siucay yang kurus bengis itu lagi memandang padanya dengan sinar mata jahat, ia menjadi muak rasanya. Mutiara ini pemberian Jing-koh", sahutnya kemudian sambil melengos. Sudah tentu Im-su siucay tidak pandang sebelah mata pada seorang gadis desa seperti A Siu, dengan suara keras ia membentak pula: Siapa Jing-koh? Dia berada dimana? Lekas katakan!" A Siu mengkerutkan keningnya, lalu katanya : Kenapa kau begitu galak, aku justeru tak mau katakan," sahutnya kemudian. Im-su-siucay menjadi murka. Budak kurang ajar!" bentaknya, terus melesat maju. Tangannya diangkat terus hendak mencengkeram kemuka si gadis. Hai, Im-su..." bentak Thiam-lam-sam-say hendak mencegah. Tapi belum sampai ucapannya habis, tahu2 bukannya A Siu yang kena dicengkeram, tapi Im-su-siucay sendiri yang terpental pergi bagai layangan yang putus benangnya, hingga tepat terbanting disampingnya Tiat-pi Siansu. Kalau tadi Im-su-siucay masih mentah2 bersitegang, siapa tahu sekarang ia sendiri menggeletak juga ditanah sambil meng-gereng2. Thian-lam-say-say dan Tiat-pi Siansu menjadi bingung menyaksikan itu. Tapi segera Tiat pi Siansu ter-bahak2 juga, Bagus, sekarang kaupun tahu rasa! serunya sembari merangkak bangun terus balas menyepak ketubuh Im-su-siucay hingga sasaran ini terpental pergi setombak lebih. Dalam keadaan terluka kena Lwekang yang dilontarkan A Siu tadi, dengan sendirinya Im-su-siucay tak dapat menghindari depakan si hwesio itu, malahan Tiat-pi Siansu merangkak bangun hendak menambahi sekali tendang lagi untuk melampiaskan rasa dongkolnya tadi, namun keburu diteriaki A Siu. Tiat-pi Siansu menjadi gusar mendengar ada orang berani merintangi perbuatannya, segera ia hendak memaki, tapi mendadak teringat olehnya bahwa robohnya Im-susiucay itu justeru disebabkan anak dara itu, jika dirinya berani-berani memakinya, mungkin akan celaka juga. Karena itu ia menjadi terheran-heran. Melihat Hwesio yang tolol2 lucu ini, A Siu menduga orang tentu tidak berjiwa jahat, segera ia hendak maju mengajak bicara pula. Jangan lari!" bentak Thio Seng mendadak. Habis itu bertiga saudara mereka lantas merubung kedepannya A Siu. A Siu menjadi dongkol kebebasannnya dirintangi. Kalian mau apa?" bentaknya kemudian. Apakah nona anak muridnya Bwe-hoa-siancu Ang Jin-kin

12 ?" tanya Thiam lam-sam-say itu. Entahlah, aku tidak kenal Bwe-hoa atau Thoa-hoa," sahut A Siu. Lekas minggir! Akan tetapi Thian-lam-sam-say itu malah mendesak lebih dekat. Sesudah saling memberi tanda, mendadak Tok-jiau-say Thio Jiang, singa bercakar tunggal, mendadak ulur tangan terus mencakar ke lehernya A Siu hendak menarik kalung mutiara yang dipakainya itu. Melihat kekurang ajaran orang, A Siu sangat mendongkol, sekenanya ia tangkis serangan orang. Dengan tipu Tok-jiau-kim-liong" atau cakar tunggal menawan naga, tujuan Thio Jiang ialah hendak mengarah mutiara dileher orang, tapi karena tangkisan A Siu itu, maka cengkeramannya itu menjadi kena ditangan si gadis. Melihat A Siu kecil mungil, lengannya kecil bagai batang kayu, sebaliknya lengannya Thio Jiang hitam lebat dengan bulunya yang panjang-panjang, pula besar kuat penuh otot, setiap jarinya saja hampir sebesar lengan si A Siu, kalau sampai kena dicengkeram, sungguh entah bagaimana jadinya? Demikian pikir Tiat pi Siansu, maka ia merasa penasaran, segera berteriak : Tok jiau say, jangan kau agulkan lenganmu yang lebih besar!" A Siu tersenyum sambil melirik kearah Hwesio itu, ia pikir hati paderi dogol ini ternyata memang betul tidaklah jahat. Pada saat itulah kelima jari tangan Thio Jiang sudah kontak dengan lengannya, cepat ia keluarkan tenaga dalamnya hingga Thio Jiang tergetar pergi seakan-akan kena aliran listerik. Thio Jiang terkejut, ia bingung pula akan kepandaian A Siu itu, ia masih penasaran, sekali membentak, kembali ia mencengkeram lagi keatas kepala si gadis. Diam2 A Siu mendongkol akan kebandelan lawan, sekali ini tak ia beri ampun lagi, sekonyong-konyong ia samber tangan orang terus disengkelit pergi hingga tubuh Thio Jiang yang besar terlempar keudara. Melihat saudara mereka bakal kebanting mati, cepat2 Thio Sia dan Thio Seng berlari-lari hendak menyanggapi badannya Thio Jiang. Di luar dugaan kangzusi.com, tenaga yang dipakai A Siu tampaknya enteng, tapi sebenarnya sangat besar, ketika tubuh Thio Jiang dapat mereka tangkap, mereka berdua ikut terguling juga ditanah. Karuan yang paling geli adalah Tiat-pi Siansu, ia tepuk tangan bersorak tertawa. Bagus, bagus, tiga ekor singa kalah dengan seekor kucing!" serunya ter-bahak2. Dan kau bagaimana, kau takluk padaku tidak?" tanya A Siu mendadak kepada Tiatpi Siansu dengan tertawa-tawa.

13 Tiat-pi Siansu melengak. Takluk?" ia menegas. Tapi segera iapun geleng2 kepala : Ah, tidak, tidak!" Tiba2 A Siu menghampiri Tiat-pi Siansu hingga tubuh mereka satu sama lain seperti anak kecil berhadapan dengan raksasa saja. Tanpa bicara A Siu terus ulur jari tengahnya menutuk pelahan ke Hoa-kap-hiat" didada orang. Ilmu kepandaian A Siu diperoleh dari menirukan gambar2 Siau-yang-chit-kay sebanyak tiga ratus empat puluh tiga jurus dalam gua itu, ia hanya tahu cara menggunakannya, tapi tidak mengerti bahwa Hoa-kap-hiat" yang ditutuknya itu adalah salah satu jalan darah terpenting ditubuh manusia, dengan Lwekangnya, kalau sampai kena, dapat diduga Tiat-pi Siansu akan melayang jiwanya. Tapi jelek2 Tiat-pi Siansu adalah keluaran" Siau-lim-si, karena tololnya serta tak taat pada pantangan2 perguruan, maka ia diusir. Sudah tentu dalam pengertian ilmu silat ia lebih paham daripada A Siu. Ketika tiba2 merasa dadanya seakan2 diseruduk suatu tenaga yang maha besar. Karuan ia terkejut, cepat ia hendak berkelit, tapi sudah terlambat, terasa sebuah tulang iganya kena tertutuk patah hingga Tiat-pi Siansu terhuyung-huyung kebelakang dengan muka pucat. Ah, Toahwesio telah terluka bukan?" tanya A Siu cepat. O, tak...tak apa, hanya luka sedikit, aku takluk sudah," sahut Tiat-pi Siansu dengan menahan sakit. Menyaksikan itu, barulah sekarang Thiam lam-sam-say dan Im-su-siucay Swe Hiangang insyaf bahwa nona jelita yang mereka hadapi itu sebenarnya memiliki ilmu kepandaian luar biasa, tanpa bicara lagi, Thian-lam-sam-say yang lukanya enteng terus merangkak bangun dan kabur pergi. Begitu pula Swe Hiang-ang, walaupun dengan rasa sayang, iapun larikan diri. A Siu tak urus mereka, sebaliknya ia merasa menyesal telah melukai sihwesio gede itu maka tanyanya : Toahwesio, apakah lukamu parah?" Dasar wataknya Tiat-pi Hwesio memang tolol jujur, terhadap kepandaian A Siu, sekarang ia sudah menyerah benar2, sahutnya : Ah, tidak, luka patah tulang ini sedikit hari saja akan baik." Toahwesio, apakah orang2 tadi adalah kawanmu, kenapa mereka hendak merampas mutiaraku ini?" tanya A Siu tiba2 dengan heran. Ya, mutiara mestika yang kau pakai itu sesungguhnya tak ternilai harganya, tapi bukan maksudku hendak mengincarnya," sahut Tiat-pi Siansu. Aku hanya ingin mencari tahu jejak seseorang yang bernama Ang Jin-kin, yaitu pemilik asal dari mutiaramu itu." Mendengar ini A Siu menjadi teringat pada peristiwa dua belas tahun yang lalu ketika Jing-koh memberikan kalung mutiara itu padanya, tatkala mana orang seperti perkenalkan diri bernama Ang Jing-kin, pantas ketika tadi mendengar nama

14 itu disebut, ia merasa seperti sudah kenal. Dan sekali ingat akan itu, segera ia menjadi ingat juga kejadian diwaktu kecilnya ketika kesasar dipergunungan itu. Maka tuturnya kemudian : Ya, benar, Toa hwesio, bibi yang memberi mutiara ini memang bernama Ang Jing-kin, ada apakah kau hendak mencarinya?" Ceritanya terlalu panjang," kata Tiat-pi Hwesio, orang Bulim yang hendak mencarinya bukan aku saja, tapi masih sangat banyak. Dia bersama suaminya sudah menghilang dua belas tahun tapi dua macam pusaka dipuncak Kim-teng-san diwilayah Kuiciu diketahui dibawa oleh mereka suami isteri! A Siu menjadi bingung oleh cerita itu, ia menjadi ketarik dan menanya lebih jelas. Tapi dasar Tiat-pi Siansu tidak pandai bicara, setelah melantur2 kalang kabut, akhirnya barulah A Siu dapat menangkap maksud kedatangan mereka berlima itu adalah karena ingin mencari jejaknya Bwe-hoa-siancu Ang Jing-kin bersama suaminya, Sam-siangsin-tong Siang Hiap. Kiranya pada dua belas tahun yang lalu pada saat Chit-bok-Lo-sat Ki Teng-nio lagi bersemedi, Ang Jin-kin dan Siang Hiap telah menggerayangi tempat kediamannya dan dapat menggondol lari dua macam pusaka. Ki Teng-nio itu adalah tokoh terkemuka dari aliran sesat, baru saja ia selesai menjalankan tirakatnya lantas mengetahui pusakanya dicuri orang, akibatnya darah naik dan badan lumpuh, yaitu dalam istilah silat disebut Cau hwe-jip-mo" atau api membakar diri sendiri. Dengan badan lumpuh sudah tentu ia tak bisa menguber musuh, sampai siapa pencurinya ia pun tidak tahu. Kemudian dikalangan Kangouw lantas tersiar kabar bahwa pernah orang melihat ada empat orang berkedok telah menguber Bwe-hoa-siancu dan Sam-siang-sin-tong berdua sampai kedaerah perbatasan diwilayah suku Biau. Sejak itu pula empat orang berkedok dan suami istri Bwehoa-siancu menghilang juga. Sedangkan diantara orang2 Kangouw yang terkenal dari lapisan Hek-to hanya tiga orang saja yang ikut lenyap, yaitu yang terkenal dengan Bong-san sam-sia atau tiga momok dari gunung Bong. Karena itu, lantas orang menyangka Bong-san-samsia dapat mencium bau bahwa pada diri Bwe-hoa-siancu berdua ada menggondol pusaka orang maka mereka terus menguber dan akhirnya samasama lenyap didaerah Biau. Namun orang2 berkedok itu seluruhnya ada empat orang, lalu kecuali Bong-san-sam-sia, siapa lagi yang seorang itu? Sebenarnya ayahnya Bwe-hoa-siancu Ang Jing-kin adalah pendekar besar diwilayah barat Ohlam, pergaulannya luas dengan segala lapisan dan golongan. Walaupun Samsiang-sin-tong Siang Hiap resminya adalah anak menantunya tapi Siang Hiap sejak kecil sudah pintar dan cerdas luar biasa, makanya mendapat

15 julukan Sin-tong" atau anak sakti. Tidak heran kalau sang mertua memandangnya bagai anak sendiri. Ketika mendengar puteri kesayangan dan menantunya itu lenyap berbareng, pernah juga orang tua itu mencarinya jauh ketanah Biau ini, tapi sayang hasilnya nihil, malahan setahun kemudian, seluruh isi keluarganya telah dibunuh musuh hingga bersih, hanya puteri satu2nya Ang Jing-kin yang nama kecilnya disebut Siau Yan yang berhasil lolos, tapi kemana perginya juga tidak diketahui. Sedari itu, sang waktu lewat dengan cepatnya, sekejap saja dua belas tahun sudah lalu. Namun orang2 Bu-lim masih belum melupakan dua macam pusaka milik Ki Tengnio yang dibawa Ang Jing-kin itu, maka tidak pernah berhenti orang berusaha mencari jejaknya Ang Jing-kin, cuma semuanya harus pulang dengan kecewa atau mati menjadi korban binatang berbisa ditanah Biau ini. Begitu pula maksud kedatangan Tiat-pi Siansu berlima itu, tiada lain juga serupa saja. Nyata cerita ini serba baru semua bagi A Siu, sama sekali tak terduga olehnya bahwa di dunia ini masih begitu luas serta penuh manusia-manusia kejam. Ia merenung sejenak, kemudian katanya : Jika sejak masuk gunung, Jing-koh tak pernah keluar lagi, lalu bagaimana dengan suaminya? Lapat2 aku masih ingat Jing-koh datang bersama seorang lelaki berkerudung katanya lelaki itu terluka, harus disembuhkan dengan dua macam obat apa yang aku tidak ingat lagi, mereka lantas berpisah sejak itu dan akupun terpencar dengan dia selama dua belas tahun tinggal dipegunungan." Nona...nona tinggal selama dua belas tahun didalam gunung, apakah tak pernah berjumpa pula dengan Ang Jin-kin?" tanya Tiat-pi Hwesio ragu2, semula ia bermaksud menanya kepandaian A Siu dipelajari dari siapa, tapi tidak jadi. Tidak, akupun tidak tahu kalau dia masih tertinggal digunung, tapi sekarang aku harus mencarinya," ujar A Siu. Biar aku ikut," seru Tiat-pi Hwesio. Tapi bagaimana dengan lukamu?" Asal nona suka menolong, sedikit turun tangan saja, pasti lukaku akan baik!" Betul?" A Siu menegas dengan mata membelalak. Ya, dengan Lwekangmu yang tinggi itu, tidak sulit rasanya lukaku hendak disembuhkan," kata Tiat-pi Hwesio. Walaupun sebenarnya Lwekang A Siu sudah mencapai tingkatan jago kelas satu, tapi ia sendiri hakekatnya tidak mengerti. Maka katanya : Bagaimana caranya, coba kau ajarkan padaku!" Tiat-pi Hwesio menjadi heran dan melongo oleh sahutan si gadis. Ia tutuk punggungnya sendiri dan berkata : Tempelkan telapak tanganmu disini dan kerahkan tenaga dalammu!" A Siu menurut. Ketika tangannya menyentuh punggung

16 Tiat-pi Hwesio dengan sendirinya timbul semacam tenaga perlawanan dari tubuhnya, sekejap saja beberapa jalan darahnya yang tadinya buntu kini tiba2 menjadi tembus. Kiranya Tiat-pi Hwesio ini berhenti setengah jalan dan diusir dari Siau-lim-si, maka kepandaian yang masih dapat diandalkan olehnya adalah ilmu Gwakang, kini dengan bantuan A Siu, tanpa merasa tenaga dalamnya bertambah banyak hingga merupakan dasar latihan Lwekangnya dikemudian hari, karuan girangnya tidak kepalang sampai ia bersuara gembira. Menyangka orang sudah sembuh seluruhnya, A Siu telah tarik kembali tangannya. Tiba2 pikiran Tiat-pi Hwesio tergerak, mendadak ia menjura terus memberi sembah kepada A Siu dan katanya : Nona, meski usiamu lebih muda dariku, tapi aku mohon kau suka menerima aku sebagai Toute (murid)!" A Siu melengak, ia tidak paham maksud orang, tanyanya : Apakah Toute itu?" Dengan ter-heran2, Tiat-pi Hwesio mendongak memandang si gadis, pikirnya, semua orang suka bilang aku tolol, tapi gadis ini ternyata lebih tolol dari padaku. Namun begitu tak berani diucapkannya, hanya sahutnya : Artinya aku mengangkat nona sebagai suhu!" Tapi A Siu masih tidak paham apa Suhu, apa Toute segala. Maka Tiat-pi Hwesio coba menerangkan : Aku panggil nona Suhu dan nona sebut aku Toute." Mau tak mau Tiat-pi Hwesio garuk2 kepala, sebab ia sendiri merasa sulit juga untuk menerangkan. Lalu Suhu mengajarkan kepandaian kepada toute dan toute akan menurut segala perkataan Suhu. Suhu suruh toute melakukan apa, toute lantas menurut," sahutnya kemudian. A Siu menjadi gembira. Ya, tahulah aku sekarang. Baiklah, aku menjadi suhumu!" katanya tertawa. Tanpa disuruh lagi Tiat-pi Hwesio terus menjura memberi hormat sambil memanggil Suhu. Kedua orang ini yang satu adalah Hwesio tolol, yang lain adalah nona cilik yang kekanak-kanakan, maka tidak heran apapun dapat terjadi. Namun demikian ada baiknya juga bagi Tiat-pi Hwesio hingga kelak ia dapat mempelajari ilmu Lwekang yang tinggi dari A Siu.

17 Toute, daripada kita nganggur, marilah kita pergi mencari Jing-koh," kata A Siu kemudian. Sudah tentu Tiat-pi Hwesio mengia. Segera mereka berdua kembali kejalan pegunungan itu. Sedapat mungkin A Siu ingin meng-ingat2 masa dahulu ketika dirinya dipanggul dipundak ayahnya pergi mencari obat bersama Jing-koh dan tempat mana yang telah didatanginya. Namun ia tidak ingat lagi, hanya samar2 masih ingat pernah menguber2 kelinci hingga akhirnya ditolong Lo-liong-thau ketika seorang lelaki hendak mencelakai dirinya. Begitulah mereka terus menjelajahi lereng pegunungan itu hingga dua hari, tapi tiada sesuatu yang mereka ketemukan, tapi sudah dekat dengan gua kangzusi.com tempat tinggal Lo-liong-thau itu, A Siu pikir kenapa tidak pulang dulu untuk menanyakan orang aneh itu, mungkin ia masih ingat cara bagaimana dahulu menemukan dirinya. Sesudah ambil keputusan, segera Tiat-pi Hwesio diajaknya kesana. Dari jauh sudah tampak Lo-liong-thau lagi duduk didepan gua sambil melongak-longok, dan begitu melihat A Siu segera orang tua itu berteriak aneh : A Siu, kemana saja kau ngelayap sampai hari ini baru pulang?" Sudah tentu Tiat-pi Hwesio tidak paham apa yang dimaksudkan kata2 orang dalam bahasa Biau yang ngawur itu, ia menyangka A Siu sedang dimaki, maka dengan mata mendelik ia membentak: Hai, kau setan alas ini, berani kurang ajar pada Suhuku!" tanpa pikir lagi ia mendekati dengan langkah lebar, begitu tongkatnya diangkat, mendadak ia mengemplang kepala orang. Tapi Lo-liong-thau seperti tidak menghiraukannya, masih katanya dengan gusar : A Siu, siapakah orang ini? Kenapa kau membawa kemari?" Habis itu, baru cepat ia mengulur tangannya memapak tongkat sihwesio yang sementara itu sudah hampir berkenalan dengan kepalanya. Sekali tangkap dan ditarik, tahu2 tubuh Tiat-pi Hwesio menyelonong kedepan. Karena inilah baru Hwesio tolol itu insyaf orang Biau yang aneh ini ternyata jauh lebih lihay daripada si A Siu, lekas2 ia kendorkan cekalannya dan menyusul terdengarlah suara krak", tongkatnya telah patah ditekuk orang aneh itu. Saking terkejutnya sampai Tiat- pi Hwesio mencelat mundur pula setengah mengumpet dibelakang A Siu. Cepat A Siu mendekati Lo-liong-thau, Tiat pi hendak ikut maju, tapi mendadak terasa suatu tenaga maha besar telah mendorongnya dibarengi dengan bentakan Loliong-thau :

18 Kau enyah keluar sana!" seketika tubuh Tiat-pi Hwesio terhuyung2 mundur setombak lebih. Toute jangan takut, memang beginilah watak Lo-liong-thau, kau tunggu dulu diluar situ," kata A Siu. Sudah tentu Tiat-pi Hwesio tak berani membantah, dengan mata membelalak heran ia mundur lagi beberapa tindak. Selama dua belas tahun ini, sudah tentu kepandaian Lo-liong-thau bertambah tinggi lagi daripada dulu. Sekali tangannya menahan ditanah segera tubuhnya menerobos kedalam gua dan disusul A Siu dengan cepat. Tapi A Siu menjadi heran ketika sudah berada didalam gua, ternyata disitu sudah bertambah seorang nenek. Siapakah dia, Lo-liong-thau?" He, kenapa orang sendiri kau tak kenal lagi!" ujar Lo-liong-thau dengan tertawa. Tiba2 nenek itu berbangkit sambil mengamati-amati A Siu. Ai, kau benar2 A Siu, betapa rindunya ibumu akan dirimu," serunya dengan girang. Nenek, kau...." Aku adalah Tiat-hoa-popo, masakan kau tidak ingat lagi?'' potong nenek itu sebelum A Siu menanya. Tapi sesungguhnya A Siu tidak ingat siapakah gerangan Tiat-hoa-popo ini, maka ia rada kesima. Ibu Lo-liong-thau, nini Teng-kiu adalah adik perempuanku, waktu kau masih kecil, sering juga aku menggendong kau." ujar nenek itu. Samar2 A Siu coba mengingat masa dulu memang seperti ada seorang nenek seperti ini, maka dengan girang serunya : Ah, tentunya ayah dan ibuku juga baik2 bukan? Aku tadinya hendak pulang menjenguk mereka, tapi sampai tengah jalan telah putar balik..." Ai, ibumu saking berduka ditinggal pergi ayahmu, lalu jatuh sakit dan sudah meninggal tahun yang lalu, sela Tiat-hoa-popo dengan menghela napas. Apa, ibuku sudah meninggal?" A Siu menegas dengan sedih. Jika begitu, terang ayahku tidak pernah pulang? Tentu Jing-koh juga benar2 masih berada ditengah gunung!" Jing-koh siapa?" tanya sinenek. Ialah wanita yang minta ayahku membawanya kegunung

19 dahulu itu," sahut A Siu. Ya, ingatlah aku," kata Tiat-hoa-popo. Gara2 kedua orang asing itu, sekeluargamu jadi morat-marit. Sesudah suaminya ditinggal pergi dirumahmu dan memesan agar kain kerudung suaminya itu jangan dibuka. Siapa duga, suatu kali ibumu kurang hati2 hingga menyingkap kainnya itu, ibumu berteriak kaget, sebab muka lelaki itu sudah tidak berwujut manusia lagi, tapi penuh dengan darah kering dan bernanah pula. Mendengar jeritan ibumu, lelaki itupun terus meloncat bangun dan berlari pergi entah kemana. Orang sama berkata bahwa kedua orang asing itu adalah siluman yang sengaja datang hendak mencelakai sekeluargamu." A Siu ter-mangu2 sejenak, dalam hati ia pikir tidaklah mungkin orang baik seperti Jing-koh itu, tak nanti mencelakai keluarganya. Kalau bukan Tiat-hoa-popo kesasar jalan digunung dan dapat kupergoki tanpa sengaja, mungkin kita belum lagi tahu bahwa pemilihan Seng-co dari tujuh puluh dua gua suku kita segera akan diadakan dua tahun yang akan datang," kata Loliong-thau kemudian. A Siu terkesima tidak paham tentang Seng-co apa segala. Maka Tiat-hoa-popo telah berkata lagi : Ya, sekali ini mungkin bintang suku kita sudah mulai terang hingga terdapat dua orang kalian. Dengan kepandaianmu, Lo-liong thau, rasanya kedudukan Seng-co kita takkan jatuh ditangan bangsa Han lagi!" Tapi akupun takkan menjadi Seng-co," sahut Lo-liong-thau sesudah memikir sebentar. Jika ingin kedudukan Seng-co tidak jatuh ditangan bangsa lain, rasanya A Siu yang dapat memenuhi kewajiban itu." Sudah tentu A Siu tidak peduli tentang Seng-co" apa segala dan betapa artinya kedudukan itu bagi bangsa mereka. Ya, A Siu sibocah ini memang sejak semula orang menyangkanya punya rejeki besar, kini ternyata memiliki kepandaian tinggi, tentu saja kita sangat bersyukur," kata Tiat-hoa-popo kemudian. Baiklah, dua tahun lagi, kalau waktunya sudah dekat, bolehlah kau kemari lagi," kata Lo-liong-thau. Tiat-hoa-popo mengiakan dan sejak itu sering ia datang menjenguk Lo-liong-thau. Cuma terhadap pertemuan mereka ini yang selamanya tak pernah diceritakannya kepada orang lain. Sebaliknya Tiat-hoa-popo sendiri juga tidak sedikit memperoleh faedah dari Siau-yang chit-kay" yang terukir didalam gua itu hingga menjadikannya diindahkan suku bangsanya serta diangkat se-akan2 pemimpin mereka. A Siu," kata Lo-liong-thau kemudian, rasanya sudah tibalah waktunya kita menghadapi hari2 bahagia. Sesudah kelak kau menjabat Seng-co, hendaklah datang membawa aku kembali kerumah. Maka Hwesio gede tadi lekaslah kau enyahkan." -o0dwkz*hendra0o-

20 Jilid 6 LO-LIONG-THAU, Toahwesio itu sudah mengangkat guru padaku, rasanya ia pasti akan turut perintahku," sahut A Siu, dan sesudah merandek sejenak, tiba2 ia menanya tentang kejadian dahulu dan tempat dimana ia diketemukan orang aneh itu. Kejadian sebenarnya aku sendiri tidak tahu, ujar Lo-liong-thau, tapi tempat kutemukan kau adalah dibukit sebelah sana yang tidak jauh dari sini. Tanpa bicara lagi segera A Siu berlari pergi sembari menteriaki Tiat-pi Hwesio. Kemudian ia berpaling melambaikan tangan kepada Lo-liong-thau dan berseru : Lo-liong-thau, aku ingin pergi lagi untuk beberapa lamanya akan mencari tahu jejaknya Jing-koh! Dengan sendirinya Lo-liong-thau tidak tahu siapa Jing-koh itu, dia hanya gelenggeleng kepala melihat kelincahan si gadis itu. Sementara itu Tiat-pi Hwesio terus saja menyusuli A Siu dengan kencang, sesudah melintasi suatu bukit, A Siu coba membayangkan kejadian masa dahulu, tapi sama seperti sudah tak teringat olehnya, hanya lapat-lapat seperti ada air disuatu tempat yang dapat dibuat patokan olehnya. Toute, ternyata Jing-koh itu benar-benar tidak pernah kembali kepada suaminya yang ditinggalkan itu dan katanya mukanya penuh darah, entah apa sebenarnya yang sudah terjadi, masakan mereka benar-benar jelmaan siluman?" tanya A Siu ditengah jalan. Siluman? Mana mungkin," sahut Tiat-pi Hwesio. Menurut kabar orang Kangouw katanya mereka kena dipedayai Bong-san Sam-sia yang mahir menggunakan racun itu, dan Sam-siang-sin-tong Siang Hiap terkena racun jahat, maka isterinya, Ang Jingkin tidak kenal jeri payah menyingkir kedaerah Biau ini dengan maksud mencari obat." Tempo hari A Siu sudah mendengar sedikit tentang Ang Jing-kin dan suaminya itu, maka dia menjadi ketarik akan kisah-kisah Bu-lim, kembali dia tanya : "Toute, cobalah ceritakan sedikit tentang jago2 silat yang menarik diantara bangsa Han kalian. Benar Tiat-ti Hwesio seorang dogol tapi pengalamannya di Kangouw sesungguhnya cukup luas. Maka dia menjadi bangga diminta oleh sang guru agar bercerita, segera dia memulai dengan dirinya sendiri yang tidak lupa dibumbu-bumbui dan ditiup2 setinggi langit sampai A Siu ter-senyum2 geli tapi tak mencelanya. Kemudian Tiat-pi menceritakan tentang Jing-lingcu dari Heng-san yang katanya sebatang pedangnya tiada tandingan dikolong langit, tentang dua paderi wanita dari puncak emas Go bi-san yaitu Sian-hoat Suthay dan Biau-in Sut-hay yang mahir ilmu "Ji-lay-it-ci atau jari tunggal Budha dan pernah menaklukan delapan iblis terkenal di Jing-le-kok lalu tentang betapa lihaynya Thi-thau-o dari Ngo-tay-san yang atos kepalanya, tentang kelakuan Thong-thian-sin-mo Jiauw Pek-king yang tak terkekang, tapi ilmu silatnya tiada bandingan hingga tiga saudara she ln dari Holan yang terkenal dengan ilmu pukulan geledek kena ditundukan dan tentang

21 tokoh kenamaan didaerah Kang-lam, Tai-lik-sin Tong Po yang takut bini, tentang Chit-bak-losat Ki Teng-nio dan sumoynya Li-giam-ong To Hiat koh yang kejam tak kenal ampun. Serentetan kisah yang aneh2 dan Iucu2 telah diceritakannya hingga A Siu terlongong2 saking ketarik. Dan tanpa merasa haripun sudah petang. Dibawah sebuah pohon besar mereka duduk mengaso buat lewatkan sang malam, A Siu duduk bersila bersemadi menurutkan ukiran yang dipelajarinya dari gua, iapun memberi beberapa petunjuk seperlunya kepada Tiat-pi Hwesio hingga tidak sedikit manfaat bagi paderi itu. Besok paginya mereka melanjutkan perjalanan, tapi tidak jauh tiba2 mereka mendengar gemerciknya air, A Siu menjadi girang, serunya, Hei, air, air air! Ya, mungkin suatu sungai kecil, ya, ya, sungai kecil dan aku diletakkan ketanah oleh ayah ditepi air itu!" Segera A Siu mendahului berlari kedepan, tapi sudah dekat sungai itu masih tidak tertampak, setelah menerobos sebuah sela2 batu, tiba2 pandangan didepan terbeliak, sebuah sungai kecil mengalir dengan airnya yang bening menyusur sebuah lembah yang sekelilingnya terkurung oleh tebing2 curam. Perlahan-lahan A Siu menyusur tepi sungai itu, sampai suatu tempat, tiba2 ia berkemak-kemik: Ya, ya, ini tempatnya ayah meletakkan aku ketanah." Pada saat itulah tiba2 Tiat-pi Hwesio di belakangnya telah berseru : Hai, Suhu, apakah yang berada disamping kakimu itu?" Waktu A Siu menunduk, dia menjadi kaget. Ternyata tidak jauh dari tempat berdirinya situ ada kerangka tengkorak yang utuh seperti tengkurap ditepi sungai. Segera Tiat-pi mendekati kerangka tulang itu dan memeriksanya, tiba2 ia berseru lagi : Eh, pada tulang orang ini bersemu warna hitam, terang mati keracunan. He, disini ada lagi sepotong lencana emas segi tiga!" Mendengar ada lencana emas disitu, hati A Siu tergerak. Sebab ia masih ingat diwaktu kecilnya pernah memainkan sepotong lencana emas milik ayahnya yang biasanya dipakai sebagai jimat untuk menolak gangguan. Maka cepat ia minta lencana itu dari Tiat-pi Hwesio. Ia lihat diatas benda itu terukir seekor ayam jago yang lagi berkokok, terang sudah ia memang benar barang ayahnya dahulu, tanpa merasa ia mengeluh : O, ayah, jadi kau telah meninggal keracunan disini!" Mendengar kerangka tulang itu adalah ayah si gadis, tiba2 Tiat-pi berseru : Aha, kebetulan, jika ayahmu berada disini, tentu Ang Jin-kin itupun takkan jauh dari tempat ini".

22 Lalu ia memandang sekitarnya terus berlari menuju kehilir sungai sana. A Siu tidak urus kelakuan Hwesio dogol itu karena sedang berduka, tapi sejenak kemudian ia mendengar Tiat-pi lagi memanggilnya dikejauhan: Suhu lekas kemari!" Mendengar suara agak genting, cepat A Siu menyusul kesana. Sesudah menerobos suatu gua, terlihatlah dibalik sana Tiat-pi Hwesio lagi berdiri disuatu empang. Ditepi ada lagi tiga kerangka tulang, dan diatas batu besar yang menonjol di-tengah2 empang ada lagi kerangka tulang lainnya, sebelah tangannya melambai kebawah seperti sebelum ajalnya telah melemparkan sesuatu kedalam empang, sebab itu sebagian tulang lengan itupun jatuh kedalam empang, hanya ketinggalan buku bagian atas. Disamping kerangka tulang itu ada lagi seutas tulang ular dan sebutir biji buah-buahan. Tiap-pi Hwesio tampak lagi memegangi tiga macam benda yang bentuknya aneh dan berkilau. Toute, barang apakah yang kau lihat itu?" tanya A Siu tidak mengerti. Tiat-pi tertawa bangga, sahutnya: Orang selalu mengatakan aku goblok, tapi sekali ini rasanya akulah yang paling pintar. Ketiga macam senjata ini disebut Tui-hong-liap-hun-boan (petel mencabut nyawa), adalah senjata andalan dari Bong-san-sam-sia, rasanya ketiga rangka tulang di tepi empang ini bukan lain adalah tulang Bong-san-sam-sia yang sudah menghilang selama dua belas tahun itu!" Lalu siapa lagi yang berada diatas batu di tengah empang itu?" tanya A Siu. Tiat-pi Hwesio menjadi bingung, padahal tadi ia sombongkan dirinya pintar. Namun dijawabnya juga. Aku menduga pasti seorang manusia juga." A Siu geli melihat jawaban yang tak tegas itu. Sengaja ia menanya lagi : Dan ketiga orang itu sebab apa telah mati?" Tentu saja Tiat-pi Hwesio semakin repot, ia hanya geleng2 kepala tak bisa menjawab. Mereka mati keracunan oleh air sungai ini, tentu," ujar A Siu kemudian. Ya, ya, memang aku sudah menduga mereka mati keracunan, sebab tulang mereka bersemu hitam," seru Tiat-pi. Cuma air sungai sebening ini, masakan ada racunnya?" A Siu cukup cerdik, ketika melihat kerangka tulang ayahnya dan Bong-san-sam-sia sama tengkurap ditepi empang, segera ia menduga air ada sesuatu yang tak benar. Maka katanya pula: "Kalau perlu boleh coba kau minumnya seceguk.

alah Jing-ling-cu, Wi Ko, Boh-hoat Suthay, Jun-yan serta gurunya, Jiau Pek-king yang sejak tadi tidak ambil tindakan apa-apa.

alah Jing-ling-cu, Wi Ko, Boh-hoat Suthay, Jun-yan serta gurunya, Jiau Pek-king yang sejak tadi tidak ambil tindakan apa-apa. alah Jing-ling-cu, Wi Ko, Boh-hoat Suthay, Jun-yan serta gurunya, Jiau Pek-king yang sejak tadi tidak ambil tindakan apa-apa. Diam2 Wi Ko membisikkan Jun-yan: Sebentar bila perlu biar kita ber-ramai2 mengerubut

Lebih terperinci

Diceritakan kembali oleh: Rachma www.dongengperi.co.nr 2008 Cerita Rakyat Sumatera Utara Di tepi sebuah hutan kecil yang hijau, sebuah danau yang berair jernih berkilau disapa mentari pagi. Permukaannya

Lebih terperinci

Anak laki-laki itu segera mengangkat kakinya. Maaf, ujarnya, sementara si anak

Anak laki-laki itu segera mengangkat kakinya. Maaf, ujarnya, sementara si anak PROLOG S eorang anak laki-laki berjalan menuju rumahnya dengan lemas. Padahal ini adalah hari pertamanya masuk SD, seharusnya dia merasa senang. Dia juga termasuk anak lakilaki yang pemberani karena dia

Lebih terperinci

Pantang Menyerah. Nasution 1. Zahra Kalilla Nasution Rigen Pratitisari Bahasa Indonesia 13 September 2011

Pantang Menyerah. Nasution 1. Zahra Kalilla Nasution Rigen Pratitisari Bahasa Indonesia 13 September 2011 Nasution 1 Zahra Kalilla Nasution Rigen Pratitisari Bahasa Indonesia 13 September 2011 Pantang Menyerah Saya berjalan di tengah kota, cuaca begitu indah. Dagangan di kota tampaknya telah terjual semua.

Lebih terperinci

Setelah para penyamun pergi, Alibaba memberanikan diri keluar dari tempat

Setelah para penyamun pergi, Alibaba memberanikan diri keluar dari tempat Dahulu kala, dikota Persia, hidup 2 orang bersaudara yang bernama Kasim dan Alibaba. Alibaba adalah adik Kasim yang hidupnya miskin dan tinggal didaerah pegunungan. Ia mengandalkan hidupnya dari penjualan

Lebih terperinci

TUGAS PERANCANGAN FILM KARTUN. Naskah Film Dan Sinopsis. Ber Ibu Seekor KUCING

TUGAS PERANCANGAN FILM KARTUN. Naskah Film Dan Sinopsis. Ber Ibu Seekor KUCING TUGAS PERANCANGAN FILM KARTUN Naskah Film Dan Sinopsis Ber Ibu Seekor KUCING DISUSUN OLEH : INDRA SUDRAJAT 09.12.3831 09-S1SI-05 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2011/2012

Lebih terperinci

Raja Langit, Raja Bumi, dan Putri Bulan Kisah dari Sulawesi Selatan

Raja Langit, Raja Bumi, dan Putri Bulan Kisah dari Sulawesi Selatan Raja Langit, Raja Bumi, dan Putri Bulan Kisah dari Sulawesi Selatan Kisah ini mengajarkan dua hal: Pertama, bahwa setiap peperangan yang dikobarkan oleh rasa iri dan benci hanya akan menghancurkan semua

Lebih terperinci

Dan ia baru menyadari betapa salahnya dirinya. Disana, muncul dari sebelah kirinya, ia merasakan gerakan udara yang cepat. Angin yang berhembus

Dan ia baru menyadari betapa salahnya dirinya. Disana, muncul dari sebelah kirinya, ia merasakan gerakan udara yang cepat. Angin yang berhembus SATU Kalau manusia didesain untuk memiliki lebih dari dua kaki oleh sang Pencipta, ia akan sangat bersyukur saat ini. Ia adalah seorang pria; kegelapan malam menutupi wujudnya. Kegelapan itu merupakan

Lebih terperinci

PROLOG. Wow, lihat! Dia datang. Kata Ronald sambil bersiul.

PROLOG. Wow, lihat! Dia datang. Kata Ronald sambil bersiul. PROLOG Frankfurt, Germany. Nick umur 9 tahun. Aku berlarian di padang rumput. Mengitari lapangan yang seperti permadani hijau. Rumput-rumputnya sudah mulai meninggi. Tingginya hampir melewati lututku.

Lebih terperinci

2. Gadis yang Dijodohkan

2. Gadis yang Dijodohkan 2. Gadis yang Dijodohkan Burung-burung berkicau merdu di tengah pagi yang dingin dan sejuk. Dahan-dahan pohon bergerak melambai, mengikuti arah angin yang bertiup. Sebuah rumah megah dengan pilar-pilar

Lebih terperinci

[Fanfic] Sebuah gambar aneh menarik perhatianmu. Gambar itu jelek, tapi memiliki sesuatu yang membuatmu penasaran. Cast : Kalian yang membaca~

[Fanfic] Sebuah gambar aneh menarik perhatianmu. Gambar itu jelek, tapi memiliki sesuatu yang membuatmu penasaran. Cast : Kalian yang membaca~ DOODLE [Fanfic] Sebuah gambar aneh menarik perhatianmu Gambar itu jelek, tapi memiliki sesuatu yang membuatmu penasaran Cast : Kalian yang membaca~ Part 1: Coretan Gambar Aku melihatnya lagi Gambar itu

Lebih terperinci

Mata Tomi terbelalak, ketika menyadari dia berada

Mata Tomi terbelalak, ketika menyadari dia berada Petualangan Tomi di Negeri Glourius Oleh: Desi Ratih Mata Tomi terbelalak, ketika menyadari dia berada di tempat yang begitu asing baginya. Suasana gelap dan udara yang cukup dingin menyelimuti tempat

Lebih terperinci

Belajar Memahami Drama

Belajar Memahami Drama 8 Belajar Memahami Drama Menonton drama adalah kegiatan yang menyenangkan. Selain mendapat hiburan, kamu akan mendapat banyak pelajaran yang berharga. Untuk memahami sebuah drama, kamu dapat memulainya

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.7

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.7 SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.7 1. Aduh, Kaka, kalau rambutmu kau sisir model begitu kau kelihatan lebih tua. Kau seperti nenek-nenek! Alah kau ini hanya sirik,

Lebih terperinci

Perlu waktu bagi anak anak itu untuk menjadi bagian dari kegelapan sebelum pohon pohon terlihat lebih jelas. Sebelum semak semak tinggi terlihat

Perlu waktu bagi anak anak itu untuk menjadi bagian dari kegelapan sebelum pohon pohon terlihat lebih jelas. Sebelum semak semak tinggi terlihat Perlu waktu bagi anak anak itu untuk menjadi bagian dari kegelapan sebelum pohon pohon terlihat lebih jelas. Sebelum semak semak tinggi terlihat lebih jelas. Sebelum batang pohon terlihat seperti batang

Lebih terperinci

Aku menoleh. Disana berdiri seorang pemuda berbadan tinggi yang sedang menenteng kantong belanjaan di tangan kirinya. Wajahnya cukup tampan.

Aku menoleh. Disana berdiri seorang pemuda berbadan tinggi yang sedang menenteng kantong belanjaan di tangan kirinya. Wajahnya cukup tampan. 1st Spring Hujan lagi. Padahal ini hari Minggu dan tak ada yang berharap kalau hari ini akan hujan. Memang tidak besar, tapi cukup untuk membuat seluruh pakaianku basah. Aku baru saja keluar dari supermarket

Lebih terperinci

Ayo, minum, katanya seolah mengajaknya ikut minum bersamanya.

Ayo, minum, katanya seolah mengajaknya ikut minum bersamanya. Keledai Cerpen Dedy Tri Riyadi (Koran Tempo, 6 April 2014) LELAKI tua itu memandang ke arah jalan yang ramai di luar jendela. Di jalanan, entah karena apa, banyak sekali orang seperti sedang menunggu sesuatu

Lebih terperinci

SATU. Plak Srek.. Srek

SATU. Plak Srek.. Srek SATU Plak Srek.. Srek Kertas coklat bertuliskan WANTED itu terlepas dari dinding tempat ia tertempel tadi. Tejatuh ke lantai yang juga terbuat dari kayu. Sehingga gambarnya orang bertopi besar mirip pembungkus

Lebih terperinci

LUCKY_PP UNTUKMU. Yang Bukan Siapa-Siapa. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

LUCKY_PP UNTUKMU. Yang Bukan Siapa-Siapa. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com LUCKY_PP UNTUKMU Yang Bukan Siapa-Siapa Diterbitkan secara mandiri melalui Nulisbuku.com UNTUKMU Yang Bukan Siapa-Siapa Oleh: Lucky_pp Copyright 2014 by Lucky_pp Desain Sampul: Ii dan friend Diterbitkan

Lebih terperinci

Yui keluar dari gedung Takamasa Group dengan senyum lebar di wajahnya. Usaha kerasnya ternyata tak sia-sia. Dia diterima berkerja di perusahaan itu

Yui keluar dari gedung Takamasa Group dengan senyum lebar di wajahnya. Usaha kerasnya ternyata tak sia-sia. Dia diterima berkerja di perusahaan itu PROLOG Yui mengerjapkan matanya yang berat dan menggerakan tubuhnya turun dari ranjangnya. Seluruh badannya terasa remuk, dan kepalanya terasa amat pening. Mungkin karena aku terlalu banyak minum semalam,

Lebih terperinci

Kuda Berkacamata Hitam

Kuda Berkacamata Hitam Kuda Berkacamata Hitam Jeko adalah kuda yang paling gagah di hutan. Tidak hanya gagah, ia pun kuat dan dapat berlari dengan cepat. Saking hebatnya, warga hutan yang lain memberikan gelar Kuda Perkasa padanya.

Lebih terperinci

"Jika saya begitu takut maka biarlah saya mati malam ini". Saya takut, tetapi saya tertantang. Bagaimanapun juga toh akhirnya kita harus mati.

Jika saya begitu takut maka biarlah saya mati malam ini. Saya takut, tetapi saya tertantang. Bagaimanapun juga toh akhirnya kita harus mati. Malam di Perkuburan Diposkan pada 03 Januari 2016 Sebelumnya saya tidak pernah tinggal di tanah perkuburan. Dan tak ingin tinggal di sana. Namun suatu saat saya mengajak seorang pa-kow. Ketika saya sampai

Lebih terperinci

1 Curahan Hati Sebatang Pohon Jati

1 Curahan Hati Sebatang Pohon Jati 1 Curahan Hati Sebatang Pohon Jati Oleh: Alberta Angela (@black_printzesa) Hai, namaku Jati. Mungkin kalian semua sudah sering mendengar namaku. Tapi mungkin kalian belum terlalu mengenal aku dan kehidupanku.

Lebih terperinci

Sayang berhenti menangis, masuk ke rumah. Tapi...tapi kenapa mama pergi, Pa? Masuk Sayang suatu saat nanti pasti kamu akan tahu kenapa mama harus

Sayang berhenti menangis, masuk ke rumah. Tapi...tapi kenapa mama pergi, Pa? Masuk Sayang suatu saat nanti pasti kamu akan tahu kenapa mama harus SATU Love is that condition in which the happiness of another person is essential to your own - ROBERT A. HEINLEIN Kenapa Mama harus pergi? tanya seorang anak berusia sekitar delapan tahun. Mama harus

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.5

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.5 1. Perhatikan penggalan teks fabel di bawah ini! SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.5 Sayembara yang dinanti sudah tiba. Semua bintang berkumpul. Termasuk binatang

Lebih terperinci

Eliora. orang yang sedang menjalaninya. 1 Artinya, seberat-berat kami melihat sesuatu terjadi, lebih menyakitkan lagi bagi

Eliora. orang yang sedang menjalaninya. 1 Artinya, seberat-berat kami melihat sesuatu terjadi, lebih menyakitkan lagi bagi 1 Nadia Eliora Yuda Putri Bahasa Indonesia 7 13 September 2012 Pelarian Jauh Di Hutan Duarr! Bunyi ledakan bom tentara-tentara Jepang. Setelah ledakan pertama itu, orang-orang di desaku menjadi kalang

Lebih terperinci

Semalam Aldi kurang tidur. Hujan deras ditambah. Rahasia Gudang Tua

Semalam Aldi kurang tidur. Hujan deras ditambah. Rahasia Gudang Tua Rahasia Gudang Tua Semalam Aldi kurang tidur. Hujan deras ditambah suara petir yang silih berganti membuatnya susah memejamkan mata. Hiasan gantung di luar jendela kamarnya selalu bergerak ditiup angin

Lebih terperinci

Lalu Yesus bertanya kepada mereka: Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini? 16. Maka jawab Simon Petrus: Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!

Lalu Yesus bertanya kepada mereka: Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini? 16. Maka jawab Simon Petrus: Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup! Xc3 Kunjungan ke Kaisarea Filipi 96 Petrus Mengakui untuk Kedua-kalinya bahwa Yesus adalah Mesias 88 Matius 16:13-20, Mar kus 8:27-30, Lukas 9:18-21 13 Setelah Yesus beserta murid-muridnya berangkat ke

Lebih terperinci

ONIMUSHA Written by REZA FAHLEVI ( )

ONIMUSHA Written by REZA FAHLEVI ( ) ONIMUSHA Written by REZA FAHLEVI ( 09.12.3843 ) Copyright 2011 Reza Fahlevi All Right Reserved SINOPSIS adalah seorang anak laki-laki dari pasangan Yusaku Matsuda dan dari desa kecil bernama Chikuya di

Lebih terperinci

Lima Belas Tahun Tidak Lama

Lima Belas Tahun Tidak Lama Dari Kumpulan Cerpen "Keberanian Manusia" Lima Belas Tahun Tidak Lama Kota kami telah hampir berusia setengah abad, dan hampir saja hanyut karena kecelakaan gunung berapi. Beberapa tahun belakangan ini

Lebih terperinci

SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.9

SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.9 SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.9 1. Di suatu siang yang terik, seekor burung pipit tengah asik menikmati buah Delima kesukaannya. Tiba-tiba ia dikejutkan oleh teriakan

Lebih terperinci

Kura-kura dan Sepasang Itik

Kura-kura dan Sepasang Itik Kura-kura dan Sepasang Itik Seekor kura-kura, yang kamu tahu selalu membawa rumahnya di belakang punggungnya, dikatakan tidak pernah dapat meninggalkan rumahnya, biar bagaimana keras kura-kura itu berusaha.

Lebih terperinci

yang paling tidak pernah luput dari kematian adalah cairan ini. Wanita itu meringis ngilu. Semua yang menimpanya kini sudah jelas bagian dari

yang paling tidak pernah luput dari kematian adalah cairan ini. Wanita itu meringis ngilu. Semua yang menimpanya kini sudah jelas bagian dari PROLOG Queenstown Singapore, 1970 Apartemen setinggi ratusan kaki itu mustahil akan membuatnya mudah turun dan keluar. Dia ada di lantai paling atas. Bersama tiga nyawa yang telah hilang dengan beragam

Lebih terperinci

Angin senja terasa kencang berembus di antara

Angin senja terasa kencang berembus di antara Bab I Angin senja terasa kencang berembus di antara gedung-gedung yang tinggi menjulang. Di salah satu puncak gedung tertinggi, terlihat sebuah helikopter berputar di tempat, berusaha untuk mempertahankan

Lebih terperinci

Siapakah Yesus Kristus? (5/6)

Siapakah Yesus Kristus? (5/6) Siapakah Yesus Kristus? (5/6) Nama Kursus : SIAPAKAH YESUS KRISTUS? Nama Pelajaran : Yesus Memiliki Semua Kuasa dan Penakluk Kematian Kode Pelajaran : SYK-P05 Pelajaran 05 - YESUS MEMILIKI SEMUA KUASA

Lebih terperinci

TIMUN EMAS. Nyi Loro Kidul. Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara. Nyai Dasima. Dongeng Kera Sakti. Asal Usul Rawa Pening. Buaya Perompak. Leny M.

TIMUN EMAS. Nyi Loro Kidul. Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara. Nyai Dasima. Dongeng Kera Sakti. Asal Usul Rawa Pening. Buaya Perompak. Leny M. Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara TIMUN EMAS Si Manan dan Si Beku Nyai Dasima Pengalaman I Kodok Asal Usul Rawa Pening Dongeng Kera Sakti Buaya Perompak Dongeng Durbet Asal Mula Bukit Demulih Nyi Loro Kidul

Lebih terperinci

Hari Raya Korban? (Idul Adha)

Hari Raya Korban? (Idul Adha) Hari Raya Korban? (Idul Adha) Ini merupakan cerita yang terkenal pada saat Allah bertanya pada Abraham untuk mengorbankan anaknya. Juga merupakan cerita seorang anak muda yang dihukum mati oleh Tuhan.

Lebih terperinci

Sebuah kata teman dan sahabat. Kata yang terasa sulit untuk memasuki kehidupanku. Kata yang mungkin suatu saat bisa saja meninggalkan bekas yang

Sebuah kata teman dan sahabat. Kata yang terasa sulit untuk memasuki kehidupanku. Kata yang mungkin suatu saat bisa saja meninggalkan bekas yang Prolog Seorang teman atau bahkan lebih dari sekedar teman, ya tepatnya adalah sahabat? Apa yang kalian tau tentang teman ataupun sahabat? Dua kata yang hampir serupa, namum mempunyai arti begitu berbeda

Lebih terperinci

Di Unduh dari : Bukupaket.com

Di Unduh dari : Bukupaket.com bab 5 kejujuran gambar 5.1 tesa sedang berkumpul dengan teman temannya lihatlah gambar di atas tesa sedang berkumpul dengan teman temannya tentu kalian juga sering melakukannya setiap hari kita bergaul

Lebih terperinci

SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.6

SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.6 SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.6 1. Bacaan untuk soal nomor 2-4 Di suatu siang yang terik, seekor burung pipit tengah asik menikmati buah Delima kesukaannya. Tiba-tiba

Lebih terperinci

Mengajarkan Budi Pekerti

Mengajarkan Budi Pekerti 4 Mengajarkan Budi Pekerti Sukakah kamu membaca cerita dan dongeng? Banyak cerita dan dongeng anak-anak yang dapat kamu baca. Dalam sebuah cerita, terdapat pelajaran. Belajarlah dari isi cerita dan dongeng.

Lebih terperinci

Tukang Grafir. Dari Kumpulan Cerpen "Keberanian Manusia"

Tukang Grafir. Dari Kumpulan Cerpen Keberanian Manusia Dari Kumpulan Cerpen "Keberanian Manusia" Tukang Grafir Hanya ada satu tukang grafir di kota kami dan kebetulan dia adalah paman saya. Kalau dia bercakap dengan saya akhir-akhir ini, dia takkan bercerita

Lebih terperinci

Air mataku berlinang-linang sewaktu dokter mengatakan

Air mataku berlinang-linang sewaktu dokter mengatakan Bagian I 1 2 Air mataku berlinang-linang sewaktu dokter mengatakan keputusasaannya untuk mengobatiku. Aku ingat benar bagaimana harapanku dulu untuk sembuh di dalam rawatannya seperti pasien-pasien yang

Lebih terperinci

PENJAGAL ANGIN. Tri Setyorini

PENJAGAL ANGIN. Tri Setyorini PENJAGAL ANGIN Tri Setyorini Awal yang ku lihat adalah abu putih yang berterbangan. Pikirku itu adalah salju yang menyejukkan. Namun ternyata bukan karena abu ini justru terasa panas dan membakar telapak

Lebih terperinci

Level 2 Pelajaran 5. PELEPASAN Oleh Don Krow

Level 2 Pelajaran 5. PELEPASAN Oleh Don Krow Level 2 Pelajaran 5 PELEPASAN Oleh Don Krow Hari ini kita akan bahas mengenai setan/iblis (demonology). Sewaktu Yesus masih melayani di dunia ini, Ia mengusir setan-setan, menyembuhkan yang sakit, membangkitkan

Lebih terperinci

Pertama Kali Aku Mengenalnya

Pertama Kali Aku Mengenalnya 1 Pertama Kali Aku Mengenalnya Aku berhasil menjadi kekasihnya. Laki-laki yang selama 4 tahun sudah aku kagumi dan cintai. Aku pertama kali bertemu dengannya ketika aku duduk di bangku SMP. Saat itu hidupku

Lebih terperinci

Level 3 Pelajaran 5. PENGANIAYAAN Oleh Don Krow

Level 3 Pelajaran 5. PENGANIAYAAN Oleh Don Krow Level 3 Pelajaran 5 PENGANIAYAAN Oleh Don Krow Di Matius 10:16-23, Yesus ingin mempersiapkan murid-muridnya untuk menghadapi oposisi (perlawanan); Dia ingin memberitahu mereka bahwa akan muncul perlawanan.

Lebih terperinci

Bintang Pembuka. Kepada orang-orang yang tidak pernah naik keatas atap rumahnya untuk sekedar melihat betapa indahnya bintang-bintang.

Bintang Pembuka. Kepada orang-orang yang tidak pernah naik keatas atap rumahnya untuk sekedar melihat betapa indahnya bintang-bintang. Bintang Pembuka Kepada orang-orang yang tidak pernah naik keatas atap rumahnya untuk sekedar melihat betapa indahnya bintang-bintang. Kepada orang-orang yang belum pernah merasakan nikmatnya menatap bintang

Lebih terperinci

Sang Pangeran. Kinanti 1

Sang Pangeran. Kinanti 1 Sang Pangeran Langkah Rara terhenti mendengar percakapan dari ruang tamu. Suara seseorang yang sangat dikenalnya. Suara tawa yang terdengar khas itu semakin memperkuat dugaannya, membuat jantung Rara berpacu

Lebih terperinci

Hari Raya Korban? Hari Raya Korban? (Idul Adha) (Idul Adha) Yesus menyatakan:

Hari Raya Korban? Hari Raya Korban? (Idul Adha) (Idul Adha) Yesus menyatakan: Yesus menyatakan: Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata

Lebih terperinci

Loyalitas Tak Terbatas

Loyalitas Tak Terbatas Loyalitas Tak Terbatas Agra Utari Saat orang bertanya pada saya, Hal favoritmu di dunia ini apa, Gra? Saya selalu dengan pasti menjawab, Anjing. Ya, saya sangat cinta dengan makhluk berkaki empat ini.

Lebih terperinci

AKU AKAN MATI HARI INI

AKU AKAN MATI HARI INI AKU AKAN MATI HARI INI Cerpen Ardy Kresna Crenata AKU BELUM TAHU DENGAN CARA APA AKU AKAN MATI. Apakah mengiris nadi dengan pisau akan menyenangkan? Atau memukul-mukul tengkorak dengan batu akan jauh lebih

Lebih terperinci

Buku BI 1 (5 des).indd 1 10/12/2014 8:43:03

Buku BI 1 (5 des).indd 1 10/12/2014 8:43:03 Buku BI 1 (5 des).indd 1 10/12/2014 8:43:03 Ibu Utha berjualan gorengan di tepi jalan. Di sana ada pisang, bakwan, tahu, dan cireng tersedia. Rasanya? Kata para pembelinya, gorengan Ibu Utha renyah dan

Lebih terperinci

Bayangan Merah di Laut dan Tempat Untuk Kembali:

Bayangan Merah di Laut dan Tempat Untuk Kembali: Noand Hegask Bayangan Merah di Laut dan Tempat Untuk Kembali: Kisah-kisah pendek dan sajak rumpang Diterbitkan melalui: Nulisbuku.com Darah Biasanya keluar rumah Saat tengah malam Sambil menangis Hanya

Lebih terperinci

Sepasang Sayap Malaikat

Sepasang Sayap Malaikat Sepasang Sayap Malaikat Mereka sepasang sayap terbang ke awan-awan ingatan pemiliknya memilih menapak tanah, menikah dengan gadis pujaan. Setahun lalu, ia bertemu seorang gadis di sebuah kebun penuh air

Lebih terperinci

berada dan segera sadar kalau dia tanpa sengaja tertidur di lantai dua. Semua masih sama pada posisinya, sofa-sofa itu masih ada di sana,

berada dan segera sadar kalau dia tanpa sengaja tertidur di lantai dua. Semua masih sama pada posisinya, sofa-sofa itu masih ada di sana, Tetapi tetap tidak ada jawaban. Aku mencoba mengeluarkan diriku dari tumpukan kertas ini. Kau tahu adegan dimana ada sebuah perahu yang bocor di tengah lautan dan orangorang di dalam perahu mencoba mengeluarkan

Lebih terperinci

My Journey with Jesus #2 - Perjalananku dengan Yesus #2 THE JOY OF THE LORD SUKACITA DALAM TUHAN

My Journey with Jesus #2 - Perjalananku dengan Yesus #2 THE JOY OF THE LORD SUKACITA DALAM TUHAN My Journey with Jesus #2 - Perjalananku dengan Yesus #2 THE JOY OF THE LORD SUKACITA DALAM TUHAN Hari ini judul khotbah saya adalah THE JOY OF THE LORD/SUKACITA DALAM TUHAN. Saya rindu hari ini bahkan

Lebih terperinci

Siapakah Yesus Kristus? (3/6)

Siapakah Yesus Kristus? (3/6) Siapakah Yesus Kristus? (3/6) Nama Kursus : SIAPAKAH YESUS KRISTUS? Nama Pelajaran : Yesus adalah Allah Sejati dan Manusia Sejati Tanpa Dosa Kode Pelajaran : SYK-P03 Pelajaran 03 - YESUS ADALAH ALLAH SEJATI

Lebih terperinci

Alkitab untuk Anak-anak. memperkenalkan. Daud si Anak Gembala

Alkitab untuk Anak-anak. memperkenalkan. Daud si Anak Gembala Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan Daud si Anak Gembala Allah menunjuk kepada Tuhan dalam Alkitab. Penulis: Edward Hughes Digambar oleh: Lazarus Disadur oleh: Ruth Klassen Diterjemahkan oleh: Julie

Lebih terperinci

CINTA 2 HATI. Haii...! Tiara terkejut, dan menatap pada pria itu. Pada saat itu, ternyata pria itu juga menatap kearah Tiara. Mereka saling menatap.

CINTA 2 HATI. Haii...! Tiara terkejut, dan menatap pada pria itu. Pada saat itu, ternyata pria itu juga menatap kearah Tiara. Mereka saling menatap. CINTA 2 HATI Udara sore berhembus semilir lembut,terasa sejuk membelai kulit.kira kira menunjukan pukul 16.45 WIB. Seorang gadis yang manis dan lugu sedang berjalan didepan rumahnya itu. Tiba tiba seorang

Lebih terperinci

BABAK I DI KOTA INDAH NAN MULIA

BABAK I DI KOTA INDAH NAN MULIA BABAK I DI KOTA INDAH NAN MULIA Betapa indah dan bahagia duduk di pangkuan ayah tercinta dalam dimensi kemuliaan ini. Tinggal di kota sorgawi yang penuh dengan kemuliaan dan cahayanya sama seperti permata

Lebih terperinci

Surat Cinta Untuk Bunda Oleh : Santi Widiasari

Surat Cinta Untuk Bunda Oleh : Santi Widiasari Surat Cinta Untuk Bunda Oleh : Santi Widiasari Namaku nanda, lengkapnya Nanda Prastika. Aku tinggal di sebuah desa bersama seorang wanita paruhbaya yang biasa aku panggil dengan sebutan emak ijah. Hidup

Lebih terperinci

Batu yang Menjadi Roti

Batu yang Menjadi Roti Batu yang Menjadi Roti Berikut ini adalah kisah tentang Tuhan Yesus dan para murid-nya. Kisah ini hanya sebuah kiasan, ceritanya sendiri tidak tertulis dalam Injil mana pun. Oleh karenanya kisah ini hanya

Lebih terperinci

Buah Kejujuran Putri Amanda Karimatullah LL

Buah Kejujuran Putri Amanda Karimatullah LL Buah Kejujuran Putri Amanda Karimatullah LL Berita duka menyelimuti kerajaan Airllie, patih kerajaan itu meninggal dunia karena tertimpa bebatuan yang jatuh dari atas bukit saat sedang menjalankan tugas

Lebih terperinci

Cinta, bukan satu hal yang patut untuk diperjuangkan. Tapi perjuangan untuk mendapatkan cinta, itulah makna kehidupan. Ya, lalu mengapa...

Cinta, bukan satu hal yang patut untuk diperjuangkan. Tapi perjuangan untuk mendapatkan cinta, itulah makna kehidupan. Ya, lalu mengapa... 6 Cinta, bukan satu hal yang patut untuk diperjuangkan. Tapi perjuangan untuk mendapatkan cinta, itulah makna kehidupan. Ya, lalu mengapa... OooOooOooO "Hye..." "Hhmmm..." "Aku mencintaimu..." "Nado. Aku

Lebih terperinci

Tante, please... Saya benar-benar membutuhkan bantuan. Pemuda itu tampak memohon. Tapi... Ini menyangkut hidup mati seseorang, tante!

Tante, please... Saya benar-benar membutuhkan bantuan. Pemuda itu tampak memohon. Tapi... Ini menyangkut hidup mati seseorang, tante! Bab I Karenina mengangkat kopernya dengan tergesa-gesa. Bi Sumi yang menggendong Alea, putrinya yang baru berumur 9 bulan, juga mengikuti langkahnya dengan tergesa-gesa. Kita harus cepat, Bi. Acaranya

Lebih terperinci

Lampiran. Ringkasan Novel KoKoro. Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai

Lampiran. Ringkasan Novel KoKoro. Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai Lampiran Ringkasan Novel KoKoro Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai Kamakura menjadi sejarah dalam kehidupan keduanya. Pertemuannya dengan sensei merupakan hal yang

Lebih terperinci

Bab 6. Persahabatan. M e n u U t a m a. Peta Konsep. M e n u T a m b a h a n. Persahabatan. Memahami cerita dan teks drama. Bertelepon dan bercerita

Bab 6. Persahabatan. M e n u U t a m a. Peta Konsep. M e n u T a m b a h a n. Persahabatan. Memahami cerita dan teks drama. Bertelepon dan bercerita Bab 6 Persahabatan M e n u U t a m a Peta Konsep Persahabatan dibahas Memahami cerita dan teks drama Bertelepon dan bercerita Memahami teks Menulis paragraf dan puisi fokus fokus fokus fokus Membaca teks

Lebih terperinci

Dengan berhati-hati dan waspada Kyai Singoprono mengelilingi sawahnya, dan Kyai Singoprono merasa tentram, sebab tanamannya tak satupun yang rusak.

Dengan berhati-hati dan waspada Kyai Singoprono mengelilingi sawahnya, dan Kyai Singoprono merasa tentram, sebab tanamannya tak satupun yang rusak. ASAL MULA NAMA SIMO Sawah dan ladang milik Kyai Singoprono subur dengan hasil melimpah ruah, namun kesemuanya itu merupakan hasil kerja keras dan doa yang senantiasa menghiasinya. Suatu malam yang cerah,

Lebih terperinci

Memang benar. Asap tebal membubung tinggi ke angkasa. Kancil ketakutan melihatnya. Dia langsung bangkit dan berlari mengikuti teman-temannya.

Memang benar. Asap tebal membubung tinggi ke angkasa. Kancil ketakutan melihatnya. Dia langsung bangkit dan berlari mengikuti teman-temannya. Siang itu panas sekali. Matahari bersinar garang. Tapi hal itu tidak terlalu dirasakan oleh Kancil. Dia sedang tidur nyenyak di bawah sebatang pohon yang rindang. Tiba-tiba saja mimpi indahnya terputus.

Lebih terperinci

Tanggal kelima belas bulan Juni. Purnama bersinar

Tanggal kelima belas bulan Juni. Purnama bersinar Oleh: Astari Ulfa Tanggal kelima belas bulan Juni. Purnama bersinar terang di langit. Bintang-bintang juga tampak kerlipnya, walaupun samar, kalah oleh cahaya rembulan. Malam ini penduduk Negeri Zaira

Lebih terperinci

Seorang gadis sedang berjalan bahagia di

Seorang gadis sedang berjalan bahagia di Chapter I: The First Meeting Seorang gadis sedang berjalan bahagia di sepanjang jalan pada malam yang cerah. Ia melihat ke sekelilingnya dengan senyum ceria. Ia berharap hal aneh itu tidak akan muncul

Lebih terperinci

Cermin. Luklukul Maknun

Cermin. Luklukul Maknun Cermin Luklukul Maknun Orang-orang terkekeh-kekeh setelah melihat dirinya di cermin. Mereka tersenyum, memerhatikan dirinya, lalu tersenyum lagi. Setelah itu, mereka mencatat sesuatu di buku. Mereka memerhatikan

Lebih terperinci

Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Daud si Anak Gembala

Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Daud si Anak Gembala Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan Daud si Anak Gembala Allah menunjuk kepada Tuhan dalam Alkitab. Penulis: Edward Hughes Digambar oleh: Lazarus Disadur oleh: Ruth Klassen Diterjemahkan oleh: Julie

Lebih terperinci

Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika

Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika 1 Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika Kepada yang kekasih saudara-saudari saya seiman di Tesalonika yaitu kalian yang sudah bersatu dengan Allah Bapa dan Tuhan kita Kristus Yesus: Salam

Lebih terperinci

Mempertimbangkan Pendekatan Saudara

Mempertimbangkan Pendekatan Saudara Mempertimbangkan Pendekatan Saudara Di negara saya ada pepatah yang berbunyi, "Dengan satu tongkat orang dapat menggembalakan 100 ekor domba, tetapi untuk memimpin 100 orang dibutuhkan 100 tongkat." Semua

Lebih terperinci

POLA ASUH MELALUI KOMUNIKASI EFEKTIF AUD. Zumrotus Sholichati PPL PLS UNY

POLA ASUH MELALUI KOMUNIKASI EFEKTIF AUD. Zumrotus Sholichati PPL PLS UNY POLA ASUH MELALUI KOMUNIKASI EFEKTIF AUD Zumrotus Sholichati PPL PLS UNY 2016 085643378090 PENGERTIAN Komunikasi pada dasarnya merupakan kegiatan penyampaian pesan. Proses tersebut melibatkan dua pihak

Lebih terperinci

Setelah berlari melewati gang-gang kecil, kini mereka berdua telah tiba di sungai dekat tempat tinggal mereka.

Setelah berlari melewati gang-gang kecil, kini mereka berdua telah tiba di sungai dekat tempat tinggal mereka. Gadis kecil itu berlari dan terus berlari menghindari kejaran sang ayah. Kejadian ini bukan kali pertama yang dialaminya. Sering ia menerima siksaan fisik maupun batin dari sang ayah. Sejak ayah dan ibunya

Lebih terperinci

DIPA TRI WISTAPA MEMBILAS PILU. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

DIPA TRI WISTAPA MEMBILAS PILU. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com DIPA TRI WISTAPA MEMBILAS PILU Diterbitkan secara mandiri melalui Nulisbuku.com MEMBILAS PILU Oleh: Dipa Tri Wistapa Copyright 2014 by Dipa Tri Wistapa Penerbit Dipa Tri Wistapa Website dipoptikitiw@gmail.com

Lebih terperinci

Siang itu terasa sangat terik, kami merasa lelah

Siang itu terasa sangat terik, kami merasa lelah SATU Siang itu terasa sangat terik, kami merasa lelah sekali. Namaku Reginia, Nia begitu sapaan orang-orang kepadaku. Aku dan suamiku Santoso baru saja pindah rumah. Maklum saja, aku dan Santoso adalah

Lebih terperinci

.satu. yang selalu mengirim surat

.satu. yang selalu mengirim surat .satu. yang selalu mengirim surat Bunyi klakson motor berwarna oranye, dengan teriakan khas Pos! setiap hari selalu aku nantikan. Mata tak lepas dari balik pagar besi lusuh bewarna coklat tua. Ketika pagi

Lebih terperinci

ROSE PAPPER AND BLOODY LILY Part 1

ROSE PAPPER AND BLOODY LILY Part 1 ROSE PAPPER AND BLOODY LILY Part 1 Sinar matahari siang ini begitu terik hingga sanggup menembus setiap celah kain berlapis yang menutupi kulit setiap orang yang menantangnya. Langkah Guri semakin cepat

Lebih terperinci

KOPI DI CANGKIR PELANGI..

KOPI DI CANGKIR PELANGI.. KOPI DI CANGKIR PELANGI.. Irama detik menuju menit yang semakin jelas terdengar, menandakan sunyi telah memonopoli malam. Malam memang selalu berdampingan dengan sunyi, dan kemudian memadu kasih untuk

Lebih terperinci

Mungkin mereka tidak akan menemuiku, ujarku dalam hati.

Mungkin mereka tidak akan menemuiku, ujarku dalam hati. Saat ini usiaku masih sepuluh tahun namun entah mengapa hari ini adalah hari yang sangat aku tidak inginkan. Aku harus rela meninggalkan Indonesia, terlebih tiga sahabatku. Keluarga ku harus pindah ke

Lebih terperinci

Karya Kreatif Tanah Air Beta

Karya Kreatif Tanah Air Beta Mulyanissa 1 Hapsari Athaya Mulyanissa Rigen Pratitisari Bahasa Indonesia 1 Desember 2011 Karya Kreatif Tanah Air Beta Bagian I: Tujuan Penulisan Tanah Air Beta adalah novel yang dibuat berdasarkan film

Lebih terperinci

TEMAN KESUNYIAN BUKU PUISI BAGUS EKO SAPUTRO

TEMAN KESUNYIAN BUKU PUISI BAGUS EKO SAPUTRO TEMAN KESUNYIAN BUKU PUISI BAGUS EKO SAPUTRO TEMAN KESUNYIAN Bagus Eko Saputro Copyright 2016 by Bagus Eko Saputro Desain Sampul: Agung Widodo Diterbitkan Secara Mandiri melalui: www.nulisbuku.com 2 Daftar

Lebih terperinci

Chapter I. Saudaraku,

Chapter I. Saudaraku, Chapter I Michael sedang berbicara dengan para malaikat yang lain. Rupanya di surga, tempat yang kudus, tenang, dan dipenuhi oleh sungai-sungai yang dialiri susu, telah terjadi kejadian yang menggemparkan,

Lebih terperinci

yang berbentuk datar bagian atasnya dengan sebuah ukiran kepala singa. Mereka yang berada di ruangan sudah berdiri di atas shinéga sejak dari tadi.

yang berbentuk datar bagian atasnya dengan sebuah ukiran kepala singa. Mereka yang berada di ruangan sudah berdiri di atas shinéga sejak dari tadi. Prolog Orion mempercepat langkah kakinya, baju perang yang dikenakannya membuat langkah kakinya menjadi berat, suaranya menggema di lorong gua, bergema dengan cepat seiring dengan langkah kaki yang dia

Lebih terperinci

Wonderheart ditinggali oleh manusia-manusia yang memiliki kepribadian baik. Tidak hanya itu, hampir semua dari mereka nampak cantik dan

Wonderheart ditinggali oleh manusia-manusia yang memiliki kepribadian baik. Tidak hanya itu, hampir semua dari mereka nampak cantik dan Bab 1 Wonderheart Di suatu titik di alam semesta ini, terdapat sebuah galaksi yang begitu mirip dengan galaksi Bimasakti. Di dalamnya terdapat sebuah planet yang juga memiliki kehidupan mirip seperti Bumi.

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BAHASA INDONESIA BAB 4. Ketrampilan BersastraLatihan Soal 4.2. Pengenalan. Klimaks. Komplikasi. Penyelesaian

SMP kelas 9 - BAHASA INDONESIA BAB 4. Ketrampilan BersastraLatihan Soal 4.2. Pengenalan. Klimaks. Komplikasi. Penyelesaian SMP kelas 9 - BAHASA INDONESIA BAB 4. Ketrampilan BersastraLatihan Soal 4.2 1. Bacalah kutipan cepen berikut! Pagi hari ini adalah hari pertama di Kota Yogyakarta buat seorang Revanda. Dia dan keluarganya

Lebih terperinci

Prosa Tradisional (Hikayat Indera Nata)

Prosa Tradisional (Hikayat Indera Nata) Prosa Tradisional (Hikayat Indera Nata) Sinopsis Kisah bermula bermula apabila Indera Jenaka tiba ke negeri Rom setelah sekian lama mengembara dan sampai ke rumah bondanya Si Batu Kembar. Bondanya bertanya

Lebih terperinci

Dari jarak sepuluh meter bisa kukenali siapa lelaki yang duduk menundukkan kepalanya dan bertumpu pada lengannya yang ia letakkan di atas lutut.

Dari jarak sepuluh meter bisa kukenali siapa lelaki yang duduk menundukkan kepalanya dan bertumpu pada lengannya yang ia letakkan di atas lutut. Dari jarak sepuluh meter bisa kukenali siapa lelaki yang duduk menundukkan kepalanya dan bertumpu pada lengannya yang ia letakkan di atas lutut. Aku putuskan duduk di sebelahnya. Ia sadar ada orang yang

Lebih terperinci

Xen.. aku tutup mata kamu sebentar ya oke? ujar Ican dengan hati-hati menutupi maksudnya. Kalau aku tidak mau bagaimana? jawab Xena santai.

Xen.. aku tutup mata kamu sebentar ya oke? ujar Ican dengan hati-hati menutupi maksudnya. Kalau aku tidak mau bagaimana? jawab Xena santai. KOPI - Sudah ya capek aku lari-larian terus.. niat sekali ya ngelitikin aku?? ujar Xena ketika Ican mengejarnya di sebuah Taman Tiara yang biasa mereka datangi di waktu senggang. Xena dan Ican sudah dua

Lebih terperinci

Level 2 Pelajaran 12

Level 2 Pelajaran 12 Level 2 Pelajaran 12 KASIHNYA ALLAH (Bagian 1) Oleh Don Krow Hari ini kita akan bahas mengenai kasihnya Allah. Di 1 Korintus 13:13 tertulis berikut ini: Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman,

Lebih terperinci

Awal, Sosok Sang pembunuh Aaarrrrrggghh terdengar suara guraman keras aahhhh, tolong aku teriakan seorang wanita. Ternyata ada demon yang mencoba

Awal, Sosok Sang pembunuh Aaarrrrrggghh terdengar suara guraman keras aahhhh, tolong aku teriakan seorang wanita. Ternyata ada demon yang mencoba Awal, Sosok Sang pembunuh Aaarrrrrggghh terdengar suara guraman keras aahhhh, tolong aku teriakan seorang wanita. Ternyata ada demon yang mencoba memakan jiwa seorang wanita, wanita itu terduduk lemas

Lebih terperinci

CINTA TELAH PERGI. 1 Penyempurna

CINTA TELAH PERGI. 1 Penyempurna CINTA TELAH PERGI 1 Penyempurna Enam belas tahun yang lalu seorang ibu bernama Rosa melahirkan seorang bayi perempuan, bayi yang selama ini bu Rosa dan pak Adam (suami bu Rosa) idam-idamkan selama dua

Lebih terperinci

Saya tidak peduli siapa kalian, tapi perbuatan kalian itu sangatlah kejam dan tidak berperi kemanusiaan!, jawab si Pitung.

Saya tidak peduli siapa kalian, tapi perbuatan kalian itu sangatlah kejam dan tidak berperi kemanusiaan!, jawab si Pitung. Pada jaman penjajahan belanda dahulu, di daerah Jakarta (dahulu Batavia) hiduplah seorang pria gagah yang bernama si Pitung Dia lahir dari pasangan suami istri yang bernama pak Piun dan bu Pinah Pekerjaan

Lebih terperinci

1 1 Dari Paul, Silwanus, dan Timotius.

1 1 Dari Paul, Silwanus, dan Timotius. 1 Tesalonika Salam 1:1 1 1 Dari Paul, Silwanus, dan Timotius. Kepada jemaah Tesalonika yang ada dalam Allah, Sang Bapa kita, dan dalam Isa Al Masih, Junjungan kita Yang Ilahi. Anugerah dan sejahtera menyertai

Lebih terperinci

BAGIAN PERTAMA. Kumpulan Kisah-Kisah Hikmah

BAGIAN PERTAMA. Kumpulan Kisah-Kisah Hikmah BAGIAN PERTAMA Kumpulan Kisah-Kisah Hikmah 2 MOTIVASI HIKMAH 1 Cinta Sang Wanita Penghibur Apakah ada di dunia ini orang tua yang rela menghancurkan hidup anak kandungnya? Apa kau tahu rasanya hidup terkatung-katung

Lebih terperinci

Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Elisa, Manusia Mujizat

Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Elisa, Manusia Mujizat Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan Elisa, Manusia Mujizat Allah menunjuk kepada Tuhan dalam Alkitab. Penulis: Edward Hughes Digambar oleh: Lazarus Disadur oleh: Ruth Klassen Diterjemahkan oleh: Widi

Lebih terperinci