II. KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. mengakui pekerjaan orang lain sebagai pekerjaannya sendiri (Gaberson, 1997).

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "II. KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. mengakui pekerjaan orang lain sebagai pekerjaannya sendiri (Gaberson, 1997)."

Transkripsi

1 II. KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori Pengertian Kecurangan Akademik Kecurangan akademik merupakan keterlibatan seseorang dengan sengaja, untuk mengakui pekerjaan orang lain sebagai pekerjaannya sendiri (Gaberson, 1997). Kecurangan adalah segala tindakan yang melanggar peraturan dalam pelaksanaan suatu ujian, segala perilaku yang memberikan keuntungan kepada siswa yanf mengerjakan ujian dengan cara tidak adil bagi siswa lain, atau segala tindakan yang dilakukan oleh siswa yang dapat mengurangi tingakt akurasi hasil ujian (Cizek, 2001) Kecurangan akademik adalah perbuatan tidak jujur yang dilakukan dengan sengaja untuk mendapatkan keberhasilan (Eckstein, 2003). Kecurangan akademik adalah perilaku tidak etis yang dilakukan dengan sengaja oleh mahasiswa meliputi pelanggaran aturan-aturan dalam menyelesaikan tugas atau ujian dengan cara yang tidak jujur, pengurangan keakuratan yang diharapkan dari performansi mahasiswa dengan penekanan pada tindakan mencontek, plagiarisme, mencuri serta memalsukan sesuatu yang berhubungan dengan akademik (Nursalam, et al, 2013)

2 14 Peraturan Menteri Pendidikan RI No. 17 tahun 2010 menyebutkan mengenai plagiat, yaitu perbuatan secara sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh atau mencoba memperoleh kredit atau nilai untuk suatu karya ilmiah, dengan mengutip sebagian atau seluruh karya dan/atau karya ilmiah pihak lain yang diakui sebagai karya ilmiahnya, tanpa menyatakan sumber secara tepat dan memadai Bentuk Kecurangan Akademik Wood dan Warnken (2004) mengklasifikasikan 8 jenis aktivitas yang tergolong dalam kecurangan akademik: 1. Plagiat, yaitu aktivitas seseorang yang meniru (imitate) dan/atau mengutip (secara identik tanpa memodifikasi) pekerjaan orang lain tanpa mengungkapkan/menyebutkan nama penulis sebelumnya, dan mengakui bahwa tulisan tersebut adalah hasil karyanya. Orang yang melakukan ini disebut plagiarist. 2. Collussion, yaitu kerjasama yang tidak diijinkan antara dua orang atau lebih (baik antar siswa maupun antara siswa dengan dosen/guru) untuk mengerjakan tugas atau ujian, agar salah satu pihak atau kedua pihak diuntungkan dengan nilai yang diperoleh. 3. Falsification, yaitu memasukkan hasil pekerjaan orang lain, dan diakui sebagai pekerjaannya.

3 15 4. Replication, yaitu memasukkan / mengumpulkan hasil pekerjaan / tugas yang sama, baik seluruhnya maupun sebagian ke dalam lebih dari satu media/tempat untuk mendapat kredit poin tambahan. 5. Membawa dan/atau menggunakan catatan atau perangkat yang tidak diijinkan selama ujian. 6. Memperoleh dan/atau mencari copy soal dan/atau jawaban ujian. 7. Berkomunikasi atau mencoba berkomunikasi dengan sesama peserta ujian selama ujian berlangsung 8. Menjadi pihak penghubung antar peserta ujian yang bekerjasama/melakukan kecurangan, atau menjadi orang yang pura-pura tidak tahu jika ada yang sedang melakukan kecurangan. Cizek (2003) membagi perilaku curang dalam tiga kategori yaitu (1) memberi, mengambil, atau menerima informasi tertentu, (2) menggunakan suatu alat yang dilarang, (3) memanfaatkan kelemahana orang, prosedur, proses untuk mendapatkan keuntungan Faktor-faktor Yang Memengaruhi Kecurangan Akademik Purnamasari (2013) meneliti faktor-faktor yang memengaruhi perilaku kecurangan akademik terdiri dari; pertama self-efficacy, yaitu kepercayaan pada kemampuan diri sendiri dalam mengatur dan melaksanakan suatu tindakan yang diperlukan dalam rangka pencapaien hasil usaha, kedua perkembangan moral yaitu perubahan penalaran, perasaan, dan perilaku tentang standar mengenai benar atau salah, dan

4 16 ketiga religi yang didefiniskan sebagai simbol, sistem keyakinan, sistem nilai, dan sistem perilaku yang terlembagakan, yang semuanya berpusat pada persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi. Hasilnya faktor efikasi diri yang paling dominan memengaruhi tindakan kecurangan akademik. Abbas dan Naeemi (2011) meneliti lima faktor terkait kecurangan akademik berupa menyalin konten dari mahasiswa lain pada universitas di Pakistan, yaitu; indeks prestasi kumulatif, terdiri dari mereka yang ingin mempertahankan IPK tinggi dan mereka yang memiliki IPK rendah sehingga ingin mencontek untuk menaikkan nilai, tekanan dari orang tua untuk mendapat nilai yang bagus, kurangnya persiapan, keikutsertaan dalam kegiatan ekstrakulikuler, dan jenis kelamin. Klocko (2014) menuliskan faktor-faktor yang memengaruhi perilaku kecurangan akademik dibagi menjadi; pertama faktor kontekstual seperti tekanan orang tua, tekanan untuk mendapat pekerjaan yang bagus, ketidakjelasan mengenai konteks apa saja yang termasuk perilaku curang, beban tugas yang terlalu berat dan tidak adanya kebijakan yang jelas mengenai kecurangan akademik. Kedua faktor rasionalisasi pribadi, penyangkalan, kurangnya tanggung jawab, malas, atau bahkan keinginan untuk melakukan kecurangan, dan yang ketiga yaitu sikap mahasiswa terhadap definisi skecurangan akademik itu sendiri. McCabe dan Trevino (1996) menemukan ada lima alasan utama perilaku kecurangan yaitu; malas, untuk menaikkan nilai, tekanan dari luar, tidak mengetahui jawaban, dan pekerjaan yang terlalu banyak Menurut Eckstein (2003) ada faktor

5 17 subjektif dan objektif yang memengaruhi tindakan kecurangan akademik. Faktor subjektif adalah sikap dan individu; kondisi, ambisi, persaingan. Faktor objektif adalah tekanan terhadap individu dari keluarga, masyarakat dan faktor eksternal lainnya. Gerdeman (2000) menuliskan faktor-faktor yang menyebabkan kecurangan akademik yaitu; karakteristik pribadi, pengaruh kelompok peer, pengaruh instruktur, dan kebijakan institusi. Handayani (2013) menuliskan bahwa menurut Theory of Planned Behavior (TPB), kecurangan akademik dipengaruhi oleh sikap, norma subjektif, kontrol perilaku, dan kewajiban moral Theory of Planned Behavior Theory of Planned Behavior diturunkan dari Theory of Reasoned Action (TRA) yang dikembangkan oleh Fishbein dan Ajzen ( Beck dan Ajzen, 1991) yang mengungkapkan bahwa reaksi dan persepsi seseorang terhadap sesuatu hal, akan menentukan sikap dan perilaku orang tersebut. TRA mengasumsikan bahwa niat seseorang mendahului faktor motivasi yang memengaruhi perilaku seseorang. Teori ini mendefinisikan dua ukuran niat seseorang untuk melaksanakan sebuah perilaku; sikap (attitudes) yang merefleksikan perasaan favourable atau un favourable terhadap sebuah perilaku dan norma subjektif yang merefleksikan pengaruh pendapat orang lain yang signifikan terhadap individu untuk melakukan atau tidak melakukan sebuah perilaku.

6 18 Attitude Behavioral intenton Usage Behavior Subjective norm Gambar 2.1 Theory of Reason Action Sumber: Limayem, et al. (2001) Selanjutnya, Ajzen (1985) mengungkapkan bahwa sebuah perilaku tidak hanya berada di bawah kontrol kehendak jika perilaku tersebut tergantung pada ada tidaknya kesempatan dan sumber daya yang cukup, seperti waktu, keahlian, dan uang. Maka kemudian Ajzen mengembangkan TPB yang mengikutsertakan faktor ketiga untuk menambahkan attitudes dan subjective norm, yaitu konsep behavioural control yang dianggap bisa dirasakan serta kontrol aktual terhadap perilaku. Konsep Theory of Planned Behavior menyebutkan ada tiga faktor yang menentukan niat (intention) (Ajzen, 1985); 1. Yang pertama adalah attitude toward the behavior, yaitu ukuran dari evaluasi seseorang terhadap hasil dari sebuah perilaku, apakah positif atau negatif. Sikap seseorang terhadap sebuah perilaku terdiri dari keyakinan akan hasil dari perilaku tersebut. Semakin seseorang yakin sebuah perilaku memberi hasil

7 19 yang positif, maka orang tersebut akan semakin memihak perilaku tersebut. Keyakinan yang mendasari seseorang bersikap terhadap perilaku disebut Behavioral Belief. 2. Yang kedua adalah subjective norm, yaitu persepsi seseorang tentang tekanan sosial yang memengaruhi keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan sebuah perilaku. Norma subjektif diturunkan dari keyakinan terhadap norma (keyakinan tentang apa yang dipikirkan orang lain tentang sebuah perilaku) dan motivasi untuk memenuhi keyakinan ini. Keyakinan ini disebut dengan Normative Belief. 3. Yang ketiga adalah perceived behavioral control, yaitu persepsi individu tentang kemudahan dan kesulitan dari melakukan sebuah perilaku. Perceived behavioral control diturunkan dari faktor internal individu (informasi, keahlian, kemampuan, emosi, dan paksaan) dan faktor kontrol ekstenal individu (sumber, kesempatan, dan ketergantungan terhadap orang lain) Niat (intention) diasumsikan sebagai faktor motivasi yang memengaruhi perilaku, merupakan indikasi seberapa keras seseorang ingin untuk mencoba atau seberapa banyak usaha yang direncanakan akan dilakukan untuk melaksanakan perilaku yang terkait. Niat untuk berperilaku dapat menjadi perilaku sebenarnya hanya jika perilaku tersebut ada di bawah kontrol individu yang bersangkutan. Individu tersebut memiliki pilihan untuk memutuskan menampilkan perilaku terterntu atau tidak sama sekali (Ajzen, 1991). Niat (intention) secara umum

8 20 berhubungan langsung dengan behavior. Behavioral Beliefs Attitude Toward the Behavior Normative Beliefs Subjective Norm Intention Behavior Control Beliefs Perceived Behavioral Control Gambar 2.2 Theory of Planned Behavior Sumber: Ajzen (2006) Secara umum, semakin baik attitude dan subjective norm sehubungan dengan perilaku, dan semakin besar perceived behavioral control, seharusnya semakin besar niat (intention) seseorang untuk menampilkan sebuah perilaku. Selanjutnya intention dilihat sebagai sesuatu yang langsung mendahului sebuah perilaku. Maka semakin kuat niat seseorang untuk melakukan perilaku tertentu atau mencapai tujuan dari sebuah perilaku, semakin suskes orang tersebut (Beck dan Ajzen, 1991)

9 Pengembangan Hipotesis Pengaruh sikap (attitude toward behavior) terhadap niat (intention) Menurut Beck dan Ajzen (1991) sikap terhadap perilaku (attitude toward behavior) merupakan derajat dimana seseorang memiliki evaluasi atau penilaian positif atau negatif terhadap perilaku yang akan ditampilkan. Respon positif atau negatif itu adalah hasil proses evaluasi (outcome evaluation) terhadap keyakinan (behavioral belief strength) individu yang mendorong perilaku. Menurut aturan umum yang berlaku, semakin positif sikap seseorang terhadap sebuah perilaku maka semakin besar niat seseorang untuk melakukan perilaku tersebut (Beck dan Ajzen, 1991). Penelitian Beck dan Azjen (1991) mengenai faktor yang memengaruhi kecurangan berupa cheating, shoplifting, dan lying menunjukkan adanya pengaruh signifikan antara attitude dan niat berperilaku. Penelitian Harding, et al (2007) menunjukkan bahwa attitude berpengaruh signifikan terhadap intention. Stone, et al (2010) juga menemukan hal yang sama yaitu attitude berpengaruh signifikan terhadap intention melakukan kecurangan akademik. Lin dan Chen (2011) yang menerapkan TPB untuk meneliti kecurangan di tempat kerja menemukan bahwa attitude berpengaruh signifikan terhadap niat sehingga responden yang memiliki sikap positif terhadap penggunaan sumber perusahaan untuk keperluan pribadi cenderung memiliki niat yang lebih kuat untuk melakukannya.

10 22 Cara seseorang melihat dan menanggapi sesuatu akan memengaruhi apa yang akan dilakukan selanjutnya. Jika seseorang merasa kecurangan akademik baik dan mendapat manfaat dengan perilaku tersebut, maka ia cenderung akan mengikuti, karena dianggap memberi dampak positif serta sebaliknya jika dianggap tidak baik dan merasa tidak mendapat manfaat, maka akan cenderung untuk tidak mengikutinya. Niat untuk melakukan kecurangan akademik timbul berdasarkan sikap tersebut, sebelum akhirnya melakukan kecurangan akademik. Sikap dosen yang merasa mendapat manfaat dari tehadap perilaku kecurangan akademik, akan menguatkan niat dosen untuk melakukan kecurangan aakademik. Penulis tertarik untuk menguji pengaruh sikap (attitude) terhadap niat berperilaku (intention). Maka hipotesis pertama dirumuskan sebagai berikut. H1: Sikap terhadap perilaku kecurangan akademik (attitude) berpengaruh terhadap niat (intention) dosen akuntansi di Bandar Lampung untuk melakukan kecurangan akademik Pengaruh norma subjektif (subjective norm) terhadap niat (intention) Norma subyektif adalah persepsi tekanan sosial untuk menampilkan atau tidak menampilkan perilaku tertentu. Norma subyektif merupakan fungsi dari harapan yang dipersepsikan (injunctive normative beliefs) individu dimana satu atau lebih orang di sekitarnya (misalnya, saudara, teman sejawat) menyetujui perilaku tertentu dan memotivasi individu (motivation to comply) tersebut untuk mematuhi mereka

11 23 (Ajzen, 1991). Secara umum dalam teori TPB, jika seseorang memiliki norma subjektif yang baik maka semakin besar niat orang tersebut untuk berperilaku (Beck dan Ajzen, 1991). Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan signifikan antara subjective norm dan intention. Penelitian tersebut antara lain dilakukan oleh; Harding, et al (2007), Stone, et al (2010), Handayani (2013). Kassem, et al (2000) yang meneliti tentang faktor-faktor yang memengaruhi kebiasaan minum softdrink pada remaja perempuan juga menunjukkan adanya hubungan signifikan antara subjective norm dengan niat (intention) untuk minum softdrink. Dalam hidup bermasyarakat, kita tidak bisa lepas dari pendapat orang lain. Dukungan dari orang sekitar akan sangat memengaruhi keberadaan seseorang, terlebih di Indonesia dengan adat timur yang terkenal dengan sikap gotong royong dan kekeluargaan. Jika orang di sekitar, terlebih yang memiliki pengaruh besar atau kita hormati menganggap kecurangan akademik itu baik atau bahkan mendukung, maka seseorang cenderung ingin melakukannya karena merasa bahwa hal tersebut adalah wajar. Norma subjektif yang dirasakan dosen akan berpengaruh terhadap niat dosen untuk melakukan kecurangan akademik. Maka hipotesis kedua dirumuskan sebagai berikut. H2: Norma subjektif (subjective norm) berpengaruh terhadap niat (intention) dosen akuntansi di Bandar Lampung untuk melakukan kecurangan akademik.

12 Pengaruh kendali perilaku yang dirasakan (perceived behavioral control) terhadap niat (intention) Ajzen (1991) mendefinisikan perceived behavioral control sebagai persepsi kemudahan atau kesulitan untuk melakukan perilaku. Kendali perilaku yang dirasakan (perceived behavioral control) dapat memengaruhi niat perilaku, baik secara langsung atau tidak langsung. Semakin besar kendali perilaku yang dirasakan semakin besar pula niat seseorang untuk melakukan perilaku yang sedang dipertimbangkan. Penelitian Beck dan Ajzen (1991) menunjukkan hubungan yang signifikan antara perceived behavioral control dan intention untuk melakukan kecurangan akademik yang terdiri dari cheating, lying, dan shoplifting. Stone, et al (2010) juga menunjukkan hubungan yang signifikan antara perceived behavioral control dan intention untuk melakukan kecurangan akademik. Begitu juga dengan penelitian Handayani (2013) yang menggunakan modifikasi dari TPB untuk meneliti kecurangan akademik yang dilakukan di Universitas Brawijaya. Seseorang yang mengetahui kemudahan dan kesulitan melakukan kecurangan akademik akan dapat menentukan cara yang tepat bagaimana menghadapi perilaku kecurangan akademik. Hal ini akan memberikan implikasi pada motivasi sehingga mempengaruhi niat seseorang untuk melakukan kecurangan akademik. Ketika dosen

13 25 memilki kendali terhadap perilaku kecurangan akademik, maka akan menimbulkan niat untuk untuk melakukan kecurangan akademik. Maka hipotesis ketiga dirumuskan sebagai berikut: H3: Kendali perilaku yang dirasakan (perceived behavioral control) berpengaruh terhadap niat (intention) dosen akuntansi di Bandar Lampung untuk melakukan kecurangan akademik. 2.3 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian sebelumnya yang sejenis dan terkait dengan referensi dalam penelitian dapat dilihat dalam tabel berikut. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No. Penulis Judul Variabel Hasil 1. Lisa Beck, Predicting - Intention - Intention terhadap Icek Ajzen Dishonest - Attitudes cheating, shoplifting, and (1991) Actions Using - Subjective Norm lying secara signifikan the Theory of - Perceived dipengaruhi oleh attitudes, Planned Behavioral Control subjective norm, dan Behavior - Moral Obligation perceived of behavioral control.

14 26 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu (lanjutan) No. Penulis Judul Variabel Hasil - Behavior (Cheating, Shoplifting, and Lying) - Behavior secara signifikan dipengaruhi oleh intention dan perceived behavioral control. Moral obligation hanya berpengaruh terhadap lying. 2. Mary Elsie Attitudes, - Attituds - Ada hubungan yang Bursey Subjective - Subjective Norm signifikan antara intention (1996) Norm, - Perceived utnuk berhenti merokok Perceived Behavioral Control dengan attitude dan Behavioral - Intention perceived behavioral Control, And - Behavior control. Intention - Tidak ada hubungan yang Related to Adult signifikan antara intention Smoking untuk berhenti merokok Cessation After dan subjective norm. Coronary - Intention untuk berhenti Artery Bypass merokok tidak Graft Surgery berhubungan dengan perilaku (behavior) berhenti merokok.

15 27 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu (lanjutan) No. Penulis Judul Variabel Hasil 3. Moez Intention Does - Attitude - Semua faktor berhubungan Limayem, Not Always - Perceived signifikan kecuali Sabine Matter: The Cosequences hubungan antara attitude Gabriele Contingent Role - Habit dan intention, tidak Hirt, Wynne of Habit on It - Intention signifikan. W. Chin Usage Behavior - Facilitating - Antara habit dan intention (2001) Condition menunjukkan hubungan - IT usage negatif, berarti peningkatan habit menurunkan intention. - Intention tidak memengaruhi penggunaan IT, karena saat ini penggunaan IT merupakan hal yang otomatis. 4. Aaron U. Self Control, - Self Control - Self Control yang rendah Bolin (2004) Perceived - Perceied berpengaruh secara Opportunity, Opportunity signifikan terhadap and Attitudes as - Attitudes towards perceived opportunity dan Predictors of Academic attitudes towards academic Dishonesty dishonesty.

16 28 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu (lanjutan) No. Penulis Judul Variabel Hasil Academic - Academic - Attitudes towards academic Dishonesty Dishonesty dishonesty berpengaruh secara signifikan terhadap academic dishonesty. 5. Hsieh-Hua Attitudes, - Attitudes - Attitudes dan Subjective Yang, Jui- Subjective - Subjectives Norm Norm berpengaruh secara Chen Yu, Norms and - Behavioral Control signifikan terhadap niat Hung-Jen Intention - Behavioral menggunakan software Yang, Hsin- toward using Intention statistik. Yih Tsai the Statistical - Perceived Behavior (2007) Software Control tidak berpengaruh secara signifikan terhadap niat menggunakan software statistik. - Antara experimental group dan control group ada perbedaan untuk attitudes dan subjective norm, yaitu pada experimental group memiliki attitudes lebih positif dan subjective norm

17 29 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu (lanjutan) No. Penulis Judul Variabel Hasil yang lebih tinggi. 6. Trevor S. The Theory of - Cheating - Moral obligation, attitude, Harding, Planned (homework dan subjective norm Matthew J. Behavior as a cheating and test prediktor yang signifikan Mayhew, Model of cheatinga) bagi niat seseorang untuk Cynthia J. Academic - Intention mencontek Finelli, Dishonesty in - Attitude toward - Perceived behavior control Donald D. Engineering beahvior tidak berpengaruh secara Carpenter and Humanities - Subjective norm signifikan terhadap niat (2007) Undergraduates - Perceived - Perilaku di masa lalu behavioral control merupakan prediktor yang - Moral obligation signifikan bagi niat. - Siswa yang memiliki nilai moral reasoning yang tinggi akan merasakan kewajiban moral utuk menghindari mencontek, memiliki sikap positif yang lebih sedikit terhadap mencontek, dan lebih sensitif terhadap norma

18 30 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu (lanjutan) No. Penulis Judul Variabel Hasil subjektif melawan mencontek. 7. Thomas H. Predicting - Attitude - Attitudes, subjective norm, Stone, I. M. Academic - Subjective Norm dan perceived behavioral Jawahar, dan Misconduct - Perceived control berpengaruh secara Jennifer L. Intention and Behavioral Control signifikan terhadap Kisamore Behavior Using - Cheating Behavior intention.,(2010) the Theory of - Adjustment - Intention dan perceived Planned - Prudence behavioral control Behavior and berpengaruh secara Personality signifikan terhadap perilaku kecurangan akademik. - Dampak dari prudence terhadap niat mencontek dan perilaku mencontek dimediasi oleh komponen TPB dan dampak dari adjustment terhadap niat mencontek dan perilaku mencontek tidak dimediasi

19 31 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu (lanjutan) No. Penulis Judul Variabel Hasil oleh komponen TPB. 8. Saeeda Cheating - Gender - Mahasiswa dengan IPK Batool, Behavior - CGPA tinggi berpotensi Anam Abbas, Among - Parental mencontek. Zahra Undergradute - Involevement in - Menurut jenis kelamin, Naeemi Students Extra Activities laki-laki cenderung lebih (2011) - Lack of banyak mencontek Preparation daripada perempuan. - Cheating - Tekanan dari orang tua tidak terbukti mendorong mahasiswa mencontek. - Kurangnya persiapan meningkatkan kemungkinan mahasiswa mencontek. - Keikutsertaan dalam kegiatan ekstra kulikuler meningkatkan potensi mahasiswa untuk mencontek karena tidak memiliki waktu yang

20 32 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu (lanjutan) No. Penulis Judul Variabel Hasil cukup untuk belajar. 9. Chun-Hua Application of - Attitudes - Attitudes, Subjective Norm, Susan Lin, Theory of - Subjective Norm dan Perceived Behavioral Chua-Fei Planned - Perceived Control berpengaruh secara Chen (2011) Behavior on the Behavioral Control signifikan terhadap niat Study of - Intention untuk melakukan Workplace - Workplace kecurangan di tempat kerja. Dishonesty dishonest behavior - Intention berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku kecurangan di tempat kerja. 10. Yanti Trie Faktor Faktor - Sikap - Sikap tidak berpengaruh Handayani, Yang - Norma Subjektif tehadap niat berperilaku. (2013) Memengaruhi - Kontrol Perilaku - Norma subjektif Perilaku yang dipersepsikan berpengaruh terhadap niat Ketidakjujuran - Kewajiban Moral berperilaku Akademik : - Minat - Kontrol perilaku yang Modifikasi - Perilaku dirasakan berpengaruh Theory of ketidakjujuran terhadap niat berperilaku. Planned akademik - Kewajiban moral Behavior (TPB) berpengaruh terhadap niat

21 33 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu (lanjutan) No. Penulis Judul Variabel Hasil berperilaku. Niat berperilaku berpengaruh terhadap perilaku ketidakjujuran akademik. 11. Desi Faktor Faktor - Self Efficacy - Kecurangan akademik yang Purnamasari Yang - Perkembangan dilakukan mahasiswa (2013) Memengaruhi Moral Unnes angkatan 2010 Kecurangan - Religi cenderung tinggi. Akademik Pada - Kecurangan - Faktor efikasi diri paling Mahasiswa Akademik dominan mempengaruhi kecurangan akademik yang dilakukan mahasiswa.

22 Model Penelitian Model penelitiannya adalah sebagai berikut: Behavioral Beliefs Attitude Terkait hasil dari melakukan kecurangan akademik Terhadap perilaku kecurangan akademik H1 Normative Beliefs Tentang pentingnya pihak lain yang signifikan dalam mendukung kecurangan akademik Subjective Norm Terkait tekanan sosial yang dirasakan untuk mendukung kecurangan akademik H2 Intention Dosen akuntansi di B.L. Untuk melakukan kecurangan akademik Control Beliefs Terkait adanya tidaknya faktor yang mendukung perilaku kecurangan akademik Perceived Behavioral Control Terkait kemampuan untuk mengendalikan faktor yang mendukung kecurangan akademik H3 :indikator : variabel laten : pengukur :pengaruh Gambar 2.3 Model Struktural Penelitian Berdasarkan TPB

23 35 Menurut Theory of Planned Behavior (Ajzen, 1991), niat dosen akuntansi di Bandar Lampung untuk melakukan kecurangan akademik dipengaruhi oleh sikap mereka, norma subjektif, dan kendali perilaku yang dirasakan terkait dukungan mereka terhadap kecurangan akademik. Sikap dipengaruhi oleh keyakinan dosen akuntansi tentang konsekuensi dari melakukan kecurangan akademik. Keyakinan normatif membentuk ukuran utama dari norma subjektif. Kendali perilaku yang dirasakan oleh para dosen dipengaruhi oleh control beliefs mereka tentang adanya faktor yang bisa menfasilitasi atau menghalangi kecurangan akademik.

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS Ketidakjujuran Akademik (Academic Dishonesty)

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS Ketidakjujuran Akademik (Academic Dishonesty) 8 BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ketidakjujuran Akademik (Academic Dishonesty) Salah satu bentuk kecurangan yang terjadi dibidang pendidikan dinamakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biasa disebut academic dishonesty sudah tidak dapat terelakkan lagi di kalangan

BAB I PENDAHULUAN. biasa disebut academic dishonesty sudah tidak dapat terelakkan lagi di kalangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perilaku terhadap pelanggaran, ketidakjujuran, dan penyimpangan akademik atau biasa disebut academic dishonesty sudah tidak dapat terelakkan lagi di kalangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bagi masyarakat, terkait kegiatan yang efisien dan kepercayaan publik terhadap

I. PENDAHULUAN. bagi masyarakat, terkait kegiatan yang efisien dan kepercayaan publik terhadap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecurangan akademik merupakan masalah serius dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan tinggi atau perkuliahan (Bolin, 2004). Hal ini menjadi ancaman mahal bagi masyarakat,

Lebih terperinci

FOKUS MANAJERIAL Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan

FOKUS MANAJERIAL Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan FOKUS MANAJERIAL Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan UNIVERSITAS SEBELAS MARET Jurnal online: http://fokusmanajerial.org Model Theory of Planned Behavior (TPB) Untuk Memprediksi Niat Mahasiswa Melakukan

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori

Bab 2. Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1. Teori Perilaku Rencanaan (Theory Of Planned Behavior) Melanjutkan sekolah dan menyelesaikan pendidikan merupakan sebuah tujuan yang semestinya dicapai oleh setiap siswa. Untuk

Lebih terperinci

THEORY OF REASONED ACTION

THEORY OF REASONED ACTION THEORY OF REASONED ACTION THEORY OF REASONED ACTION INTRODUCTION Akar teori : Psikologi Sosial Menjelaskan bagaimana dan mengapa sikap mempengaruhi perilaku 1872, Charles Darwin studi tentang sikap terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Theory of Planned Behavior Fishbein dan Ajzen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Theory of Planned Behavior Fishbein dan Ajzen BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Theory of Planned Behavior Fishbein dan Ajzen Theory of planned behaviour merupakan pengembangan lebih lanjut dari Theory of Reasoned Action (Fishbein dan Ajzen, 1980; Fishbein

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. INTENSI Intensi menurut Fishbein dan Ajzen (1975), merupakan komponen dalam diri individu yang mengacu pada keinginan untuk melakukan tingkah laku tertentu. Intensi didefinisikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Theory of Planned Behavior Theory Reasoned Action (TRA) pertama kali dicetuskan oleh Ajzen pada tahun 1980 (Jogiyanto, 2007). Teori ini disusun menggunakan asumsi dasar bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. spesialis, dan doktor. Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik,

BAB I PENDAHULUAN. spesialis, dan doktor. Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN v vii ix 1 PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 5 Tujuan Penelitian 6 Manfaat Penelitian 6 Ruang Lingkup Penelitian 7 2 TINJAUAN PUSTAKA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. 2. Rerangka Teori dan Pengembangan Hipotesa

BAB II TINJAUAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. 2. Rerangka Teori dan Pengembangan Hipotesa BAB II TINJAUAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2. Rerangka Teori dan Pengembangan Hipotesa 2. 1. Rerangka Teori 2.1.1 Pengertian Pajak dan Wajib Pajak Menurut UU KUP No. 16 Tahun 2009, pasal 1 ayat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lulus sebagai Sarjana Strata 1 (S1) salah satu syarat yang harus dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN. lulus sebagai Sarjana Strata 1 (S1) salah satu syarat yang harus dipenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di Fakultas Psikologi Universitas X Bandung untuk dapat dinyatakan lulus sebagai Sarjana Strata 1 (S1) salah satu syarat yang harus dipenuhi mahasiswa adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sudah beberapa kali mengalami perubahan. Pada tanggal 1 Maret 2005, BBM jenis Premium dan Solar kembali dinaikkan.

BAB I PENDAHULUAN. sudah beberapa kali mengalami perubahan. Pada tanggal 1 Maret 2005, BBM jenis Premium dan Solar kembali dinaikkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selama satu dekade terakhir, kebijakan harga BBM jenis Premium sudah beberapa kali mengalami perubahan. Pada tanggal 1 Maret 2005, pemerintah menaikkan BBM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan untuk selalu berkembang dengan pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan untuk selalu berkembang dengan pendidikan. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan. Hal ini berarti bahwa setiap manusia Indonesia berhak mendapatkannya dan diharapkan untuk selalu berkembang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Theory of Reasoned Action (Teori Tindakan Beralasan). Theory of Reasoned Action (TRA) pertama kali diperkenalkan oleh Martin Fishbein dan Ajzen dalam Jogiyanto (2007). Teori

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Theory of Planned Behavior (TPB) tampaknya sangat cocok untuk menjelaskan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Theory of Planned Behavior (TPB) tampaknya sangat cocok untuk menjelaskan 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan teori 2.1.1 Theory of Planned Behaviour Theory of Planned Behavior (TPB) tampaknya sangat cocok untuk menjelaskan niat, dalam hal ini adalah tindakan yang dilakukan

Lebih terperinci

II KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS

II KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS II KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS Kepatuhan Pajak Menurut Norman. D.Nowak dalam Zain (2004) kepatuhan Wajib Pajak diartikan sebagai suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan,

Lebih terperinci

KUESIONER PLANNED BEHAVIOR

KUESIONER PLANNED BEHAVIOR Lampiran 1 RAHASIA KUESIONER PLANNED BEHAVIOR IDENTITAS Nama (inisial) : Usia : Jenis kelamin : L / P (lingkari salah satu) Pendidikan : Lamanya menjalani hemodialisis : PETUNJUK PENGISIAN Berikut ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan budaya. Perubahan-perubahan ini turut mempengaruhi proses

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan budaya. Perubahan-perubahan ini turut mempengaruhi proses BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, Indonesia mengalami berbagai macam perubahan yang terjadi di setiap aspek kehidupan seperti ilmu pengetahuan dan teknologi, politik, ekonomi, sosial

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan permasalahan dalam penelitian Teori Perilaku Terencana (Theory Of Planned Behaviour)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan permasalahan dalam penelitian Teori Perilaku Terencana (Theory Of Planned Behaviour) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Teori adalah seperangkat konsep, definisi, dan proporsi yang terkait secara sistematis untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena (fakta) (Cooper dan Schindler,

Lebih terperinci

Gambaran Intensi Golput pada Pemilih Pemula dalam Pemilihan Umum 2014

Gambaran Intensi Golput pada Pemilih Pemula dalam Pemilihan Umum 2014 Gambaran Intensi Golput pada Pemilih Pemula dalam Pemilihan Umum 2014 oleh : Yoga Adi Prabowo (190110080095) Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran ABSTRAK Golput atau golongan putih merupakan suatu

Lebih terperinci

KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS

KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS II. KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS Theory of Planned Behavior/TPB digunakan sebagai model dan kerangka teori karena sudah banyak diterapkan dan teruji dalam menangkap hubungan antara variabel-variabel

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NIAT MAHASISWA KOS UNTUK BERPERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI TEMBALANG SEMARANG ABSTRACT

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NIAT MAHASISWA KOS UNTUK BERPERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI TEMBALANG SEMARANG ABSTRACT FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NIAT MAHASISWA KOS UNTUK BERPERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI TEMBALANG SEMARANG Muhammad Saifuddin Gehapasa *) *) mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem nilai yang memuat norma-norma tertentu. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem nilai yang memuat norma-norma tertentu. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki kebebasan dalam memeluk agama. Agama berfungsi sebagai suatu sistem nilai yang memuat norma-norma tertentu. Dalam Encyclopedia of Philosophy,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku merokok merupakan salah satu penyebab yang menimbulkan munculnya berbagai penyakit dan besarnya angka kematian. Hal ini wajar, mengingat setiap tahunnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penilaian bahkan sampai pada penulisan tugas akhir. Cheating merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penilaian bahkan sampai pada penulisan tugas akhir. Cheating merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecurangan (cheating) merupakan salah satu fenomena pendidikan yang sering muncul menyertai aktivitas proses pembelajaran dan dalam proses penilaian bahkan sampai

Lebih terperinci

Kesimpulannya, intensi seseorang terhadap perilaku tertentu dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku (Ajzen

Kesimpulannya, intensi seseorang terhadap perilaku tertentu dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku (Ajzen 55 PEMBAHASAN Berdasarkan karakteristik contoh dan karakteristik keluarga contoh, hasil penelitian menunjukkan bahwa profil contoh mempunyai karakteristik sebagai berikut: (1) pada contoh yang hanya mengikuti

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior) Teori Perilaku Terencana atau Theory of Planned Behavior (selanjutnya disingkat TPB, dikemukakan olehajzen (1991). Teori

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2 Model Theory of Reason Action (TRA) (Sumber : Fishbein dan Ajzen 1975)

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2 Model Theory of Reason Action (TRA) (Sumber : Fishbein dan Ajzen 1975) 9 TINJAUAN PUSTAKA Teori Perilaku yang telah Direncanakan (Theory of Planned Behavior) Para teoritikus sikap memiliki pandangan bahwa sikap seseorang terhadap suatu objek sudah dapat dijadikan prediktor

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Llabel adalah bagian dari sebuah barang yang berupa keterangan (kata-kata) tentang

BAB II LANDASAN TEORI. Llabel adalah bagian dari sebuah barang yang berupa keterangan (kata-kata) tentang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Label Halal Label adalah sejumlah keterangan pada kemasan produk. Secara umum, label minimal harus berisi nama atau merek produk, bahan baku,

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TAX COMPLIANCE PENYETORAN SPT MASA (Survei pada Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Boyolali)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TAX COMPLIANCE PENYETORAN SPT MASA (Survei pada Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Boyolali) ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TAX COMPLIANCE PENYETORAN SPT MASA (Survei pada Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Boyolali) NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Ahmad Farras Adibuddin

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Tindakan Beralasan (Theory of Reasoned Action) Icek Ajzen dan Martin Fishbein bergabung untuk mengeksplorasi cara untuk memprediksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel dan Definisi Operasional Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstruk dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ajzen yang merupakan penyempurnaan dari reason action theory yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ajzen yang merupakan penyempurnaan dari reason action theory yang A. Teori Planned Behavior BAB II TINJAUAN PUSTAKA Theory of planned behavior merupakan teori yang dikembangkan oleh Ajzen yang merupakan penyempurnaan dari reason action theory yang dikemukakan oleh Fishbein

Lebih terperinci

INTENSI MENCONTEK DITINJAU DARI THEORY OF PLANNED BEHAVIOR. Riyanti Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang

INTENSI MENCONTEK DITINJAU DARI THEORY OF PLANNED BEHAVIOR. Riyanti Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang INTENSI MENCONTEK DITINJAU DARI THEORY OF PLANNED BEHAVIOR Riyanti Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang ruiyanti99@gmail.com Perilaku mencontek masih saja dilakukan oleh para pelajar di

Lebih terperinci

BAB V KETERBATASAN, SARAN, KESIMPULAN, DAN KONTRIBUSI PENELITIAN

BAB V KETERBATASAN, SARAN, KESIMPULAN, DAN KONTRIBUSI PENELITIAN BAB V KETERBATASAN, SARAN, KESIMPULAN, DAN KONTRIBUSI PENELITIAN 5.1. Keterbatasan Penelitian Dalam pelaksanaannya, penelitian ini tidak lepas dari keterbatasan. Beberapa keterbatasan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Diploma, Sarjana, Magister dan Spesialis. Berdasarkan website resmi Universitas X

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Diploma, Sarjana, Magister dan Spesialis. Berdasarkan website resmi Universitas X BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi merupakan jenjang pendidikan formal yang mencangkup program pendidikan Diploma, Sarjana, Magister dan Spesialis. Berdasarkan website resmi

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB 1 PENDAHULUAN. yang bisa dikatan kecil. Fenomena ini bermula dari trend berpacaran yang telah

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB 1 PENDAHULUAN. yang bisa dikatan kecil. Fenomena ini bermula dari trend berpacaran yang telah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Periode sekolah dimulai saat anak berusia kurang lebih 6 tahun. Periode tersebut meliputi periode pra-remaja atau pra-pubertas. Periode ini berakhir saat anak berusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di berbagai bidang kehidupan, seperti bidang ilmu pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di berbagai bidang kehidupan, seperti bidang ilmu pengetahuan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke-21, masyarakat Indonesia diharapkan mengalami perubahan di berbagai bidang kehidupan, seperti bidang ilmu pengetahuan, teknologi, politik,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Intensi 2.1.1 Definisi Intensi Intensi didefinisikan sebagai dimensi probabilitas subjek individu dalam kaitan antara diri dan perilaku. Intensi merupakan perkiraan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Selatan dan Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Selatan dan Jakarta BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah ibukota negara Indonesia. Provinsi DKI Jakarta terbagi menjadi 5 wilayah kota administrasi, yaitu: Jakarta

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode survei untuk mengumpulkan data. Penelitian kuantitatif dilakukan berdasarkan ukuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini dinilai sebagai salah satu usaha serius yang dilakukan pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN. ini dinilai sebagai salah satu usaha serius yang dilakukan pemerintah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualitas sumber daya manusia merupakan faktor bagi kemajuan negara, beberapa waktu yang lalu pemerintah indonesia menaikkan anggaran pendidikan, hal ini dinilai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 Sistem Informasi Sistem merupakan satu kesatuan kelompok yang saling berinteraksi dan bekerjasama satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Skripsi merupakan karya tulis ilmiah dari hasil penelitian yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Skripsi merupakan karya tulis ilmiah dari hasil penelitian yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Skripsi merupakan karya tulis ilmiah dari hasil penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana, selain itu skripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. global. Hal tersebut lebih penting dibandingkan dengan sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN. global. Hal tersebut lebih penting dibandingkan dengan sumber daya alam yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia yang berkualitas memiliki faktor penting dalam era global. Hal tersebut lebih penting dibandingkan dengan sumber daya alam yang berlimpah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan sebagai dampak dari gaya hidup yang semakin maju. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan sebagai dampak dari gaya hidup yang semakin maju. Perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dekade belakangan ini gaya hidup manusia berkembang pesat. Muncul berbagai perubahan sebagai dampak dari gaya hidup yang semakin maju. Perubahan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan adalah masa yang unik dalam hidup seorang wanita, yaitu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan adalah masa yang unik dalam hidup seorang wanita, yaitu keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kehamilan adalah masa yang unik dalam hidup seorang wanita, yaitu keadaan mengandung embrio atau fetus di dalam tubuh setelah penyentuhan sel telur dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. diperkenalkan oleh Fred D. Davis. Davis et al. (1989) menyebutkan bahwa TAM

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. diperkenalkan oleh Fred D. Davis. Davis et al. (1989) menyebutkan bahwa TAM BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Technology Acceptance Model (TAM) Technology Acceptance Model (TAM) merupakan model yang diperkenalkan oleh Fred D. Davis. Davis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya,

BAB I PENDAHULUAN. konsep dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Definisi dari ilmu pengetahuan yaitu keseluruhan sistem pengetahuan manusia yang telah dibakukan secara sistematis, atau keseluruhan pemikiran, gagasan, ide,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dan mempertimbangkan akibat dari tindakan mereka. Ajzen. pertimbangan tersebut akan membentuk intensi untuk melakukan suatu

TINJAUAN PUSTAKA. dan mempertimbangkan akibat dari tindakan mereka. Ajzen. pertimbangan tersebut akan membentuk intensi untuk melakukan suatu 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Theory of Planned Behaviour (TPB) Manusia pada umumnya berperilaku dengan cara yang masuk akal, mereka mempertimbangkan perilakunya berdasarkan informasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. menggunakan perangkat mobile serta jaringan nirkabel (Ayo et al., 2007). Jonker

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. menggunakan perangkat mobile serta jaringan nirkabel (Ayo et al., 2007). Jonker BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Mobile commerce Mobile commerce adalah kegiatan transaksi yang bersifat komersial dengan menggunakan perangkat mobile serta jaringan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Intensi Merokok

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Intensi Merokok 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Intensi Merokok 1. Intensi Merokok Intensi diartikan sebagai niat seseorang untuk melakukan perilaku didasari oleh sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan persepsi terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan banyak diperoleh melalui pendidikan, terutama sekolah. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan banyak diperoleh melalui pendidikan, terutama sekolah. Untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan pada masa dewasa ini berkembang sangat pesat. Ilmu pengetahuan turut memegang peranan yang penting di dalam pembangunan. Pengetahuan banyak diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kesempatan untuk mendapatkan perangkat lunak ilegal.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kesempatan untuk mendapatkan perangkat lunak ilegal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar organisasi di semua sektor, baik industri, bisnis, maupun pemerintahan bergantung pada sistem informasi dalam menjalankan aktivitasnya. Penggunaan komputer

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Komunitas Berkaitan dengan kehidupan sosial, ada banyak definisi yang menjelaskan tentang arti komunitas. Tetapi setidaknya definisi komunitas dapat didekati melalui

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Teori Perilaku Terencana (Theory Of Planned Behavior)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Teori Perilaku Terencana (Theory Of Planned Behavior) BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Teori Perilaku Terencana (Theory Of Planned Behavior) Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior) merupakan perluasan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat dibandingkan dengan waktu waktu sebelumnya, misalnya

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat dibandingkan dengan waktu waktu sebelumnya, misalnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang terjadi sekarang ini sudah sangat berkembang pesat dibandingkan dengan waktu waktu sebelumnya, misalnya yang terdapat pada bidang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Theory of Planned. dikemukakan oleh Bandura (2000) tentang seberapa baik dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Theory of Planned. dikemukakan oleh Bandura (2000) tentang seberapa baik dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alasan Pemilihan Teori Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Theory of Planned Behavior (TPB) sebagai landasan berpikir. Peneliti memilih teori tersebut dikarenakan beberapa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami berbagai perubahan di berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan,

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami berbagai perubahan di berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki ambang millenium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami berbagai perubahan di berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, politik, ekonomi,

Lebih terperinci

ANALISIS PENERIMAAN NASABAH TERHADAP PRODUK BARU PERBANKAN PermataRancang Dana BANK PERMATA

ANALISIS PENERIMAAN NASABAH TERHADAP PRODUK BARU PERBANKAN PermataRancang Dana BANK PERMATA ANALISIS PENERIMAAN NASABAH TERHADAP PRODUK BARU PERBANKAN PermataRancang Dana BANK PERMATA ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa penerimaan nasabah dalam hal niat menabung mereka pada produk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Technology Acceptance Model (TAM) diadopsi dari model The Theory of

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Technology Acceptance Model (TAM) diadopsi dari model The Theory of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Technology Acceptance Model (TAM) Technology Acceptance Model (TAM) diadopsi dari model The Theory of Reasoned Action (TRA), dengan satu premis bahwa reaksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi (population) yaitu wilayah generalisasi yang terdiri atas sekelompok

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi (population) yaitu wilayah generalisasi yang terdiri atas sekelompok 20 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian 3.1.1 Populasi Penelitian Populasi (population) yaitu wilayah generalisasi yang terdiri atas sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalani kehidupannya, seorang individu akan melewati beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalani kehidupannya, seorang individu akan melewati beberapa BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupannya, seorang individu akan melewati beberapa tahap perkembangan. Keseluruhan tahap perkembangan itu merupakan proses yang berkesinambungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Era pasar bebas berdampak pada adanya persaingan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Era pasar bebas berdampak pada adanya persaingan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era pasar bebas berdampak pada adanya persaingan yang sangat ketat bagi para pelaku bisnis, sehingga berdampak pada adanya tuntutan bagi setiap manajemen perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecurangan akademik merupakan fenomena umum di sekolah menengah dan perguruan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecurangan akademik merupakan fenomena umum di sekolah menengah dan perguruan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecurangan akademik merupakan fenomena umum di sekolah menengah dan perguruan tinggi (Cizek, 1999; Evans & Craig, 1990a, 1990b; Leveque & Walker, 1970; Schab,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran intention dan determinandeterminannya dalam melakukan usaha untuk dapat naik kelas pada siswa kelas XI di SMAN X Bandung ditinjau dari teori planned

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. memperkirakan perilaku dari pengukuran sikap. Teori ini dinamakan reason action karena

BAB II LANDASAN TEORI. memperkirakan perilaku dari pengukuran sikap. Teori ini dinamakan reason action karena BAB II LANDASAN TEORI A. Intensi Berwirausaha 1. Pengertian Intensi Berwirausaha Fishbein dan Ajzein (Sarwono, 2002) mengembangkan suatu teori dan metode untuk memperkirakan perilaku dari pengukuran sikap.

Lebih terperinci

Studi Mengenai Intensi Perilaku Merokok Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) Di RS X Bandung

Studi Mengenai Intensi Perilaku Merokok Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) Di RS X Bandung Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Mengenai Intensi Perilaku Merokok Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) Di RS X Bandung 1) Febby Zoya Larisa, 2) Suhana 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas

Lebih terperinci

Studi Mengenai Intensi Membuang Sampah di Sungai Cikapundung pada Ibu-Ibu RW 15 Kelurahan Tamansari Bandung. ¹Raisha Ghassani, ²Umar Yusuf

Studi Mengenai Intensi Membuang Sampah di Sungai Cikapundung pada Ibu-Ibu RW 15 Kelurahan Tamansari Bandung. ¹Raisha Ghassani, ²Umar Yusuf Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Mengenai Intensi Membuang Sampah di Sungai Cikapundung pada Ibu-Ibu RW 15 Kelurahan Tamansari Bandung ¹Raisha Ghassani, ²Umar Yusuf 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas

Lebih terperinci

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 digilib.uns.ac.id PENGARUH ATTITUDE TOWARD PIRATED SOFTWARE, SUBJECTIVE NORMS, PERCEIVED BEHAVIOURAL CONTROL, PAST PIRACY BEHAVIOUR, DAN MORAL OBLIGATION PADA USE INTENTION OF PIRATED SOFTWARE (Studi Kasus

Lebih terperinci

Studi Mengenai Kontribusi Determinan Intensi Terhadap Intensi Datang Latihan Pada Anggota Perkusi Komunitas United State Of Bandung Percussion

Studi Mengenai Kontribusi Determinan Intensi Terhadap Intensi Datang Latihan Pada Anggota Perkusi Komunitas United State Of Bandung Percussion Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Mengenai Kontribusi Determinan Intensi Terhadap Intensi Datang Latihan Pada Anggota Perkusi Komunitas United State Of Bandung Percussion 1 Tivanny Salliha P 2

Lebih terperinci

Benediktus Kukuh Ganang Indarto NRP

Benediktus Kukuh Ganang Indarto NRP Benediktus Kukuh Ganang Indarto NRP 5209 100 028 Dosen Pembimbing I : Tony Dwi Susanto,S.T.,M.T.,Ph.D Dosen Pembimbing II : Anisah Herdiyanti, S.Kom, M.Sc Kebutuhan & Tuntutan PT. Lisa Concrete Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk yang memiliki beragam kebutuhan, dan setiap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk yang memiliki beragam kebutuhan, dan setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang memiliki beragam kebutuhan, dan setiap kebutuhan yang dimiliki manusia tersebut menurut J. P. Guilford, (Jalaluddin,2002) dapat

Lebih terperinci

SIKAP, NORMA SUBJEKTIF, DAN KONTROL TINGKAH LAKU YANG DIPERSEPSI; BAGAIMANA PENGARUHNYA TERHADAP INTENSI MENCONTEK PADA MAHASISWA?

SIKAP, NORMA SUBJEKTIF, DAN KONTROL TINGKAH LAKU YANG DIPERSEPSI; BAGAIMANA PENGARUHNYA TERHADAP INTENSI MENCONTEK PADA MAHASISWA? SIKAP, NORMA SUBJEKTIF, DAN KONTROL TINGKAH LAKU YANG DIPERSEPSI; BAGAIMANA PENGARUHNYA TERHADAP INTENSI MENCONTEK PADA MAHASISWA? Hudawan Satria Jati dan Bagus Takwin Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berperilaku ditentukan oleh 3 faktor penentu yaitu:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berperilaku ditentukan oleh 3 faktor penentu yaitu: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Theory of Planned Behavior (TPB) Dalam Theory of Planned Behavior (TPB) perilaku yang ditampilkan oleh individu timbul karena adanya niat untuk berperilaku.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikaji. Sejauh ini Negara memiliki dua sumber pendapatan yaitu pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. dikaji. Sejauh ini Negara memiliki dua sumber pendapatan yaitu pendapatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam mewujudkan kelangsungan dan peningkatan pembangunan nasional, masalah pembiayaan Negara menjadi hal yang sangat penting untuk dikaji. Sejauh ini Negara

Lebih terperinci

SURVEI DESKRIPTIF FAKTOR MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK NEGERI DI BIDANG TIK SE-BALI TAHUN AJARAN 2014/2015

SURVEI DESKRIPTIF FAKTOR MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK NEGERI DI BIDANG TIK SE-BALI TAHUN AJARAN 2014/2015 SURVEI DESKRIPTIF FAKTOR MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK NEGERI DI BIDANG TIK SE-BALI TAHUN AJARAN 2014/2015 Ni Putu Ratna Wiryani 1, I Made Gede Sunarya 2,Gede Saindra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan jaman sekarang ini, terdapat perkembangan di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan jaman sekarang ini, terdapat perkembangan di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan jaman sekarang ini, terdapat perkembangan di beberapa bidang, beberapa diantaranya yaitu bidang teknologi dan transportasi. Dengan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mengkomsumsi rokok. Banyak di lapangan kita temui orang-orang merokok

BAB I PENDAHULUAN. yang mengkomsumsi rokok. Banyak di lapangan kita temui orang-orang merokok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok adalah perilaku membakar dedaunan (tembakau) yang dilinting atau diletakkan pada pipa kecil lalu menghisapnya melalui mulut dan dilakukan secara berulang-ulang

Lebih terperinci

The Psychology of Entrepreneurship

The Psychology of Entrepreneurship The Psychology of Entrepreneurship Bagaimana individu memutuskan menjadi seorang entrepreneur dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi? Dua faktor yang mempengaruhi berwirausaha (Suryana, 2001): Internal

Lebih terperinci

5. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5. ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini akan membahas analisis hasil pengolahan data yang telah dilakukan pada Bab 4, disertai dengan hubungannya dengan teori penunjang, data-data empiris, hipotesis penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, menurut Suparmono dan Damayanti (2010:10) mengatakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, menurut Suparmono dan Damayanti (2010:10) mengatakan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan tumpuan pemerintah dalam menjalankan roda pemerintahan, menurut Suparmono dan Damayanti (2010:10) mengatakan sebagai salah satu sumber penerimaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. langsung ke pengurus koperasi yang ada di Bandar lampung.kuesioner yang

BAB III METODE PENELITIAN. langsung ke pengurus koperasi yang ada di Bandar lampung.kuesioner yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh melalui metode survey dengan menggunakan kuesioner dan disebarkan secara langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di dunia industri saat ini semakin tinggi. Tidak heran jika

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di dunia industri saat ini semakin tinggi. Tidak heran jika BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Persaingan di dunia industri saat ini semakin tinggi. Tidak heran jika perusahaan semakin menuntut kemampuan dan kompetensi karyawan. Salah satu kompetensi

Lebih terperinci

GAMBARAN INTENSI MELAKUKAN OBSESSIVE CORBUZIER S DIET (OCD) PADA MAHASISWA

GAMBARAN INTENSI MELAKUKAN OBSESSIVE CORBUZIER S DIET (OCD) PADA MAHASISWA GAMBARAN INTENSI MELAKUKAN OBSESSIVE CORBUZIER S DIET (OCD) PADA MAHASISWA Studi Deskriptif Mengenai Intensi untuk Melakukan Diet OCD Pada Mahasiswa Universitas Padjadjaran dilihat dari Attitude Toward

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muka. Fenomena ini yang kemudian dapat dilihat dalam bisnis e-commerce yang

BAB I PENDAHULUAN. muka. Fenomena ini yang kemudian dapat dilihat dalam bisnis e-commerce yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem informasi akuntansi belakangan ini banyak menyinggung tentang e-commerce dengan berorientasi pada Business-to-Customer (B2C). Saat ini banyak orang yang menggunakan

Lebih terperinci

Penyusunan Alat Pengukur Berbasis Theory of Planned Behavior 1

Penyusunan Alat Pengukur Berbasis Theory of Planned Behavior 1 BULETIN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA VOLUME 19, NO. 2, 2011: 55-69 ISSN: 0854-7108 Penyusunan Alat Pengukur Berbasis Theory of Planned Behavior 1 Neila Ramdhani 2 Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

Anteseden Niat Berwirausaha: Studi Kasus Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Methodist Indonesia

Anteseden Niat Berwirausaha: Studi Kasus Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Methodist Indonesia Anteseden Niat Berwirausaha: Studi Kasus Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Methodist Indonesia Maludin Panjaitan Prodi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Methodist Indonesia Jalan Hang

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Sikap, Subjective Norm dan Perceived Behavioral Control Terhadap Purchase Intention Pelanggan SOGO Department Store

Analisis Pengaruh Sikap, Subjective Norm dan Perceived Behavioral Control Terhadap Purchase Intention Pelanggan SOGO Department Store Jurnal Strategi Pemasaran Vol. 2, No. 1, (2014) 1-7 Analisis Pengaruh Sikap, Subjective Norm dan Perceived Behavioral Control Terhadap Purchase Intention Pelanggan SOGO Department Store di Tunjungan Plaza

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. organisasi tersebut seharusnya kongruen dengan nilai-nilai yang ada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. organisasi tersebut seharusnya kongruen dengan nilai-nilai yang ada BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Legitimasi Teori legitimasi didasarkan pada adanya fenomena kontak sosial antara sebuah organisasi dengan masyarakat, di mana diperlukan sebuah tujuan

Lebih terperinci

Kajian Mengenai Penerimaan Teknologi dan Informasi Menggunakan Technology Accaptance Model (TAM)

Kajian Mengenai Penerimaan Teknologi dan Informasi Menggunakan Technology Accaptance Model (TAM) Kajian Mengenai Penerimaan Teknologi dan Informasi Menggunakan Technology Accaptance Model (TAM) Khairani Ratnasari Siregar Telkom Institute of Management, Bandung, Jawa Barat, Indonesia E-mail: raniratnasari@gmail.com

Lebih terperinci

ABSTRAK. iii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iii Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh determinan-determinan intention terhadap intention untuk minum obat secara teratur pada penderita TBC di Balai Besar Kesehatan X Bandung. Pemilihan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teory Planned Behavior (TPB) merupakan teori perluasan teori sebab

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teory Planned Behavior (TPB) merupakan teori perluasan teori sebab BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teory Planned Behavior (TPB) Teory Planned Behavior (TPB) merupakan teori perluasan teori sebab akibat (TRA) (Ajzen &Fishbein,

Lebih terperinci

Bab 3. Metode Penelitian

Bab 3. Metode Penelitian Bab 3 Metode Penelitian 3.1 Jenis dan Lokasi Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian mengenai pengujian model Theory Planned Behavior dalam menentukan pengaruh sikap siswa, norma subjektif,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara ringkas pengertian intensi adalah ubahan yang paling dekat dengan perilaku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara ringkas pengertian intensi adalah ubahan yang paling dekat dengan perilaku BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Intensi Secara ringkas pengertian intensi adalah ubahan yang paling dekat dengan perilaku yang dilakukan oleh individu, dan merupakan ubahan yang menjembatani antara sikap dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Theory of Planned Behavior pada awalnya bernama Theory of Reasoned

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Theory of Planned Behavior pada awalnya bernama Theory of Reasoned BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Theory of Planned Behavior Theory of Planned Behavior pada awalnya bernama Theory of Reasoned Action (TRA) dikembangkan tahun 1980 (Jogiyanto, 2007). Teori ini disusun menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global dan dibukanya ASEAN China Free Trade Agreement (ACFTA)

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global dan dibukanya ASEAN China Free Trade Agreement (ACFTA) BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Krisis global dan dibukanya ASEAN China Free Trade Agreement (ACFTA) berdampak negatif terhadap produk-produk dalam negeri. Produk-produk dalam negeri akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minat terhadap profesi wirausaha (entrepreneur) pada masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Minat terhadap profesi wirausaha (entrepreneur) pada masyarakat Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Minat terhadap profesi wirausaha (entrepreneur) pada masyarakat Indonesia masih sangat kurang. Kurangnya profesi wirausaha pada masyarakat Indonesia ini dapat

Lebih terperinci