BAB 2. Tinjauan Pustaka

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2. Tinjauan Pustaka"

Transkripsi

1 BAB 2 Tinjauan Pustaka Dalam bab ini akan diuraikan teori-teori yang berkaitan dengan variabel pola asuh orang tua serta variabel manajemen waktu, juga subjek remaja hingga kerangka berpikir dari penelitian ini berdasarkan keterkaitan antar variabel. 2.1 Pola Asuh Orang Tua Definisi pola asuh Menurut Santrock (2009) pola asuh atau pegasuhan ialah peran orang tua ketika menghadapi berbagai pilihan akan bagaimana orang tua merespon kebutuhan anak mereka dengan seberapa besar kendali orang tua diterapkan serta bagaimana orang tua menerapkan kendali tersebut. Pola asuh juga merupakan cara orang tua membesarkan anak dengan memenuhi kebutuhan anak, memberi perlindungan, mendidik anak, serta mempengaruhi tingkah laku anak dalam kehidupan sehari-hari (Baumrind dalam Papalia, 2004). Menurut Yusuf & Sugandhi (2012) pola asuh merupakan gaya perilaku orang tua dan kontribusi orang tua terhadap kompetensi sosial, emosional, serta intelektual seseorang. Pola asuh orang tua juga mengajarkan akan nilai-nila serta norma kehidupan melalui pendidikan serta bimbingan dari mereka (Sarwono, 2012). Jadi dapat disimpulkan pola asuh adalah interaksi orang tua dengan anak, di mana orang tua memberikan pengetahuan serta nilai-nilai yang dianggap paling tepat oleh orang tua, agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara kompeten dari berbagai aspek Jenis-jenis pola asuh Santrock (2009) menjelaskan bahwa gaya pengasuhan orang tua atau pola asuh yang diterapkan orang tua biasanya memiliki empat gaya utama yaitu: a. Pola asuh otoriter (authoritarian parenting) Orang tua dengan pola asuh otoriter biasanya bersifat membatasi serta mengukum. Orang tua dengan gaya otoriter ini biasanya mendesak anak untuk mengikuti semua tuntutan orang tua secara tegas dan kaku. Batas dan kendali ditentukan 9

2 10 oleh orang tua dengan sedikit komunikasi verbal. Orang tua otoriter biasanya meminimalisir perdebatan verbal dengan anak, menggunakan kekerasan, menggunakan aturan aturan secara kaku tanpa menjelaskan permasalahan serta memperlihatkan amarah kepada anak. Hasil perilaku anak dengan pola asuh ini biasanya cenderung khawatir dengan perbandingan sosial seperti minder kemudian memiliki rasa ketakutan, gagal untuk memulai aktivitas, serta memiliki keterampilan komunikasi yang lemah. b. Pola asuh otoritatif (authoritative parenting) Orang tua dengan pola asuh otoritatif biasanya mendorong anak untuk mandiri, namun tetap memberikan batasan-batasan dan mengendalikan tindakan mereka. Orang tua dengan pola asuh otoritatif juga memberikan kesempatan anak untuk mengkomunikasikan berbagai hal secara verbal. Sikap yang muncul dari orang tua dengan pola asuh otoritatif adalah memberikan pengasuhan serta memberikan dukungan terhadap perilaku konstruktif anak salah satunya dengan cara memeluk serta berkomunikasi dengan nyaman. Anak dengan pola asuh ini dapat berprilaku kompeten secara sosial, dapat percaya diri, dapat menunda keinginan (pengendalian diri), berorientasi pada prestasi, serta menunjukan harga diri yang tinggi. c. Pola asuh mengabaikan (neglectful parenting) Pola asuh ini merupakan gaya pengasuhan dimana orang tua tidak ikut terlibat dalam kehidupan anak-anak mereka. Orang tua membiarkan akan kehidupan anak mereka. Anak dengan pola asuh ini menerapkan pemikiran bahwa aspek-aspek lain yang dimiliki orang tua lebih penting daripada diri mereka. Anak dengan pola asuh ini biasanya sering kurang cakap secara sosial, memiliki harga diri yang rendah, kemandirian yang buruk, tidak termotivasi untuk berprestasi. Biasanya pada tahap remaja anak dengan pola asuh mengabaikanmenunjukan perilaku suka membolos. d. Pola asuh memanjakan (Permissive parenting) Pola asuh memanjakan merupakan gaya pengasuhan dimana orang tua sangat terlibat dengan anak namun hanya menempatkan sedikit batasan atau larangan atas perilaku mereka. Orang tua dengan pola asuh memanjakan membiarkan anak mereka untuk melakukan apa yang diinginkan serta mendapatkan keinginan mereka. Beberapa orang tua menggunakan cara ini karena mereka menggangap kombinasi keterlibatan secara hangat dan sedikit batasan akan menghasilkan anak yang kreatif, namun anak dengan pola asuh memajakan menjadi tidak belajar mengenai cara mengendalikan

3 11 perilakunya, kurang meghormati orang lain serta berharap selalu mendapatkan keinginan. Mereka juga bisa menjadi egosentris dan tidak menuruti aturan yang ada Faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh Menurut Gunarsah dan Yulia (2008) pola asuh orang tua dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini ; a. Pengalaman masa lalu orang tua akan pola asuh orang tua terdahulu. Biasanya dalam mendidik anak orang cenderung untuk mengulangi sikap atau pola asuh orang tua mereka terdahulu apabila hal tersebut dirasa memiliki manfaat. Ketika pola asuh orang tua sebelumnya dirasakan tidak bermanfaat orang tua cenderung untuk tidak mengulangi pola asuh yang digunakan oleh orang tuanya terdahulu. b. Nilai-nilai yang dianut oleh orang tua. Ketika orang tua memiliki nilai-nilai yang digunakan, biasanya hal tersebut juga berpengaruh terhadap usaha orang tua ketika sedang mendidik anak mereka. Nilai-nilai ini bisa berupa nilai moral dan sosial. c. Tipe kepribadian orang tua. Kecendrungan dari kepribadian orang tua juga memiliki peran dalam mempengaruhi pola asuh orang tua kepada anak mereka. Contohnya ketika orang tua terlalu cemas dengan anaknya mereka akan terlalu melindungi anak mereka sehingga mempengaruhi pola asuh yang diterapkan oleh orang tua. d. Kehidupan perkawinan orang tua. Ketika perkawinan keluarga kurang harmonis, biasanya orang tua lebih jarang melakukan interaksi di dalam rumah, hal ini terkadang menjadi pengaruh terhadap pola asuh orang tua yang lebih mengabaikan anak mereka. 2.2 Manajemen Waktu Definisi manajemen waktu Menurut Vienažindien &Vienazindiene (2014) manajemen waktu adalah tindakan atau proses perencanaan dan mengontrol secara sadar atas jumlah waktu yang digunakan untuk suatu kegiatan, terutama untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi atau produktivitas seseorang. Ini merupakan meta-kegiatan yang bertujuan untuk memaksimalkan serangkaian kegiatan dalam batasan kondisi dari jumlah waktu yang

4 12 terbatas (Vienažindien, 2014). Lakein (dalam Macan, 1994) mendeskripsikan manajemen waktu merupakan perilaku seseorang yang menentukan kebutuhannya serta keinginannya terlebih dahulu, lalu kemudian diurutkan berdasarkan derajat kepentingannya. Manajemen waktu juga merupakan sebuah proses yang dihasilkan seseorang dari cara mereka mengontrol waktu serta hal-hal yang mereka lakukan (Ocken & Wass dalam Hellsten, 2011). Dari berbagai literatur yang ada Claessens Et al. (2007) mendefinisikan bahwa manajemen waktu ialah perilaku yang digunakan untuk meraih keefektifan dari penggunaan waktu ketika melakukan aktifitas tujuan yang sudah ditetapkan. Manajemen waktu menurut (Macan, 1990) adalah pengaturan diri dalam menggunakan waktu seefektif dan seefisien mungkin dengan melakukan perencanaan, penjadwalan, mempunyai kontrol atas waktu, selalu membuat prioritas menurut kepentingannya, serta keinginan untuk terorganisasi yang dapat dilihat dari perilaku seperti mengatur tempat kerja dan tidak menunda-nunda pekerjaan yang harus diselesaikan. Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen waktu ialah sebuah perilaku yang dilakukan seseorang dalam mengatur waktunya agar dapat digunakan secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan utama yang sudah ditentukan atau diinginkan Komponen manajemen waktu Macan (1990) membagi manajemen waktu kedalam empat komponen sebagai berikut, a. Menetapkan tujuan dan prioritas (goal setting and prioritizing) Komponen ini berupa bentuk pengaturan tujuan mengenai apa yang diinginkan seseorang untuk mencapai dan memprioritaskan tugas yang penting agar tujuan tersebut tercapai (Macan, 1990). b. Mekanisme dari manajemen waktu (mechanics of time manajement) Komponen ini merupakan perilaku yang biasanya terkait dengan cara seseorang mengelola waktu (perencanaan). biasanya seperti membuat daftar tugas-tugas yang harus diselsaikan, penjadwalan mana tugas yang harus selsai terlebih dahulu, serta perencanaan kapan tugas harus terselesaikan hingga pengecekan kembali pada tugastugas yang sudah selsai (Macan, 1990).

5 13 c. Preferensi untuk mengatur (preference for organization) Komponen ini merupakan pendekatan yang digunakan seseorang untuk pengaturan dan mengerjakan sesuatu dengan baik serta pemeliharaan lingkungan belajar/kerja yang terstruktur atau terorganisir (Macan, 1990). d. Persepsi seseorang untuk mengontrol waktu (Percieved control over time) Komponen ini merupakan Persepsi seseorang untuk mengontrol waktunya. Komponen ini juga berhubungan dengan perasaan seseorang akan kemampuan mengatur waktu dan mengontrol berbagai hal yang dapat mempengaruhi penggunaan waktunya. sejauh mana subjek merasakan bahwa ia secara efektif mengontrol dan mengelola waktu nya Faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen waktu Manajemen waktu yang dilakukan oleh seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini; a. Regulasi diri Kemampuan manajemen waktu yang di miliki seseorang dipengaruhi oleh regulasi diri seseorang. Jadi seseorang yang memiliki regulasi diri yang baik juga dapat mengatur waktunya dengan baik (Hofer Et al, 2007). b. Motivasi Ketika seseorang memiliki motivasi yang cukup tinggi biasanya mereka sudah memiliki energy arahan serta bagaimana cara mempertahankan perilakunya. Jadi jika seseorang memiliki motivasi akan mencapai sesuatu maka ada dorongan dari dalam dirinya untuk menentukan apa yang harus didahului serta mengatur waktu dengan baik (Hofer Et al, 2007). c. Penetapan tujuan Ketika seseorang sudah dapat menetapkan tujuan secara spesifik, biasanya ia akan mengatur waktunya agar tujuan yang dimiliki dapat tercapai (Hofer Et al, 2007). d. Karakteristik individu Orang yang memperoleh skor tinggi pada ketepatan waktu, perencanaan, dan polychronicity (dalam waktu yang sama dapat menyelesaikan lebih dari satu pekerjaan) mungkin memiliki kebutuhan yang lebih tinggi untuk mengendalikan situasi dan memanajemen waktu mereka (Claessens et al, 2005).

6 14 e. Pelatihan program memanajemen waktu Orang-orang yang sudah pernah mengikuti pelatihan program manajemen waktu biasanya dapat menggunakan waktunya dengan lebih efektif karena mereka diberikan laporan serta feedback dari kemampuannya sehingga seseorang dapat dapat menyadari akan pentingnya manajemen waktu (Claessens et al, 2005). 2.3 Remaja Definisi remaja Menurut Santrock (2009), remaja meruapakan suatu masa perkembangan transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Berdasarkan batasan usia yang ditetapkn oleh WHO (dalam Hagell, Coleman, & Brooks 2013) individu yang berada dalam usia tahun masih digolongkan dalam kelompok kaum muda yang disebut dengan kelompok remaja. Selain itu pada remaja yang berusia tahun merupakan kelompok usia yang sama yaitu kelompok yang sedang dalam masa transisi menuju dewasa (Brooks, 2011). Di Indonesia batasan usia remaja ialah pada umur 11 tahun hingga batas maksimal 24 tahun dan masih belum menikah serta masih bergantung dengan orang tua. Secara umum seseorang memasuki perguruan tinggi dari periode umur tahun (Muss dalam Sarwono, 2013). Sehingga dapat disimpulkan bahwa mahasiswa yang masih dalam batasan umur tahun masih termasuk dalam kategori remaja. WHO mengembangkan definisi remaja kedalam tiga kriteria yaitu psikologis, biologis serta sosial ekonomi. Secara psikologis remaja merupakan masa transisi perkembangan antara masa anak menuju masa dewasa. Kemudian secara biologis remaja merupakan individu yang berkembang dimulai dari pubertas hingga kematangan seksual yang ditandai oleh perubahan yang pesat dalam berbagai aspek perkembangan baik fisik maupun psikis. Secara sosial ekonomi terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi dengan seseorang kedalam keadaan lebih mandiri (WHO dalam sarwono, 2012). Remaja merupakan periode transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa yang terjadi perubahan dalam aspek biologis, psikologis serta sosial (Yusuf & Sugandhi, 2012).

7 Aspek-aspek perkembangan remaja Pekembangan fisik Masa remaja diawali dengan masa kematangan fisik yang meliputi perubahan tubuh ataupun aspek hormonal, ini disebut juga sebagai pubertas (Santrock, 2009). Perubahan tubuh ini ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Perubahan fisik biasanya meliputi berbagai aspek perkembangan seperti mestruasi pertama pada wanita atau perubahasan suara menjadi besar pada pria dan sebagainnya. Lalu, perubahan hormon yang mempengaruhi perubaha fisik seperti kelenjar gonads yang mempengaruhi ovaries pada wanita dan testis pada pria (Yusuf & Sugandhi, 2012) Perkembangan kognitif Perkembangan kognitif merupakan perkembangan akan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa serta kapasitas seseorang untuk memanipulasi serta mengingat informasi. Piaget (dalam Santrock, 2008) menyatakan bahwa perkembangan kognitif remaja berada pada tahap berpikir formal yaitu tahap keempat dari tahap perkembangan kognitif. Pada tahap berpikir formal ini remaja mempersepsikan dunia secara subjektif serta idealistik. Kemudian remaja juga sudah dapat berpikir abstrak serta sudah mulai dapat menyesuaikan diri terhadap bencana ataupun kondisi yang tidak stabil yang sudah di alaminya. Remaja dapat memahami bahwa tindakan yang dilakukan pada saat ini dapat memiliki efek pada masa yang akan datang. Dengan demikian, seorang remaja mampu memperkirakan konsekuensi dari tindakannya, termasuk adanya kemungkinan yang dapat membahayakan dirinya. Meskipun kemampuan kognitif remaja dipadang sudah berkembang lebih baik seperti dapat memecahkan masalah abstrak, mampu memperkirakan konsekuensi dari tindakan mereka serta dapat mengatasi naik turunya emosi yang mereka alami, remaja tetap masih memiliki pemikiran yang kurang matang dan berpengaruh terhadap bagaimana cara mereka mengatur emosi. Menurut David Elkin (dalam Papalia,Old & Feldman, 2008) terdapat enam karakteristik yang belum dewasa pada remaja yaitu, idealisme dan terlalu kritis, terlalu argumetatif ketika menyusun fakta serta logika ketika mencari alasan. Lalu, memiliki rasa ragu-ragu ketika harus memilih. Kemudian, menunjukan hypocrisy atau terlalu idealis dalam menetapkan sesuatu namun kurang

8 16 pegorbanan untuk hal tersebut. Terakhir, kesadaran diri yang kurang serta menunjukan keyakinan yang berlebihan karena mereka spesial, unik serta tidak tunduk pada peraturan. Selain itu, ketika terdapat remaja yang kurang baik dalam mengelola emosi mereka, ini menyebabkan remaja dapat mengalami masalah depresi serta kurang mampu meregulasikan diri, sehingga memicu berbagai permasalahan seperti kesulitan belajar, dan perilaku-perilaku menyimpang lainnya Perkembangan kepribadian dan sosial Menurut Papalia, Old & Feldman (2008) yang dimaksud dengan perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi mereka secara unik, sedangkan perkembangan sosial berarti perubahan dalam berhubungan dengan orang lain. Perkembangan kepribadian yang penting pada masa remaja adalah pencarian identitas diri. Erikson (dalam Santrock, 2009) mendefinisikan identitas diri sebagai konsep tentang diri, penentuan tujuan, nilai dan keyakinan yang dipegang teguh oleh seseorang. Tugas utama remaja adalah memecahkan krisis identitas ini, agar dapat menjadi orang dewasa yang memahami dirinya secara utuh, dan memahami perannya di masyarakat. Selain itu terdapat lima faktor besar dari kepribadian seseorang. Pertama, keterbukaan terhadap pengalaman seperti imajinatif, variatif serta independen. Kedua kesadaran seperti terorganisir atau tidak, lalai atau tidak disiplin atau impulsif. ketiga ekstraversi yaitu rasa ingin bersosialisasi. Keempat agreeableness yaitu sikap yang dimiliki seseorang seperti mengembangkan sikap percaya atau curiga dan yang terakhir neoritis atau bentuk dari kestabilan emosi seseorang. Dari kelima faktor ini yang paling mempengaruhi remaja ialah faktor kesadaran. Faktor kesadaran ini dapat menjadi prediktor pada pencapaian prestasi pada remaja, serta kualitas hubungan dengan orang lain (Yusuf & Sugandhi, 2012) Faktor yang mempengaruhi perkembangan remaja Perkembangan remaja dapat dipengaruhi oleh beberapa aspek berikut ini: a. Faktor genetik Faktor genetik merupakan keseluruhan karakter seseorang yang diwariskan orang tua kepada anak atau segala potensi fisik maupun psikis yang sudah dimiliki oleh seseorang yang diwariskan dari orang tua melalui gen-gen (Yusuf & Sugandhi, 2012).

9 17 b. Faktor lingkungan keluarga Keluarga memiliki peranan penting dalam perkembangan seseorang karena keluarga merupakan kelompok sosial pertama yang menjadi pusat idetifikasi seseorang, pengenalan nilai-nilai kehidupan anak, orang yang dianggap penting hingga memfasilitasi kebutuhan-kebutuhan (Yusuf & Sugandhi, 2012). Orang tua juga memiliki peranan yang berbeda setiap tahapanya, ketika masa bayi orang tua menjadi perawat, ketika pada masa kanak-kanak orang tua menjadi pelindung, ketika anak pada masa pra sekolah orang tua menjadi pengasuh, ketika anak menduduki sekolah dasar orang tua menjadi pendorong hingga pada masa remaja orang tua berperan menjadi konselor (Hamner & turner dalam Adiastri dalam Yusuf & Sugandhi, 2012). c. Faktor lingkungan pendidikan Lembaga formal pendidikan secara sistematis melakasanakan program bimbingan, Pengajaran, serta pelatihan untuk membantu siswa agar mampu mengebangkan potensi secara optimal mulai dari berbagai aspek, sedangkan karakterisktik yang dikembangkan merupakan nilai-nilai karakter bangsa Indonesia berdasarkan dari ; agama, pancasila, budaya, serta tujuan pendidikan nasional (Yusuf & Sugandhi, 2012). d. Kelompok teman sebaya Teman sebaya merupakan lingkungan sosial anak yang memiliki peranan cukup penting ketika remaja. Pengaruhnya pun dapat bersifat positif serta negatif (Yusuf & Sugandhi, 2012 ). e. Media massa Saat ini peran media masa dinilai sangat mempengaruhi seseorang dengan memberikan informasi pendidikan serta hiburan. Dampak positif dari media ialah informasi yang didapat dapat memperluas wawasan akan berbagai aspek kehidupan memberikan hiburan hingga pendidikan umum hingga agama. Sedangka dampak negatifnya ialah seseorang dapat mengembangkan perilaku negative karena proses pembelajaran dari nilai-nilai negatif yang ada pada media (Yusuf & Sugandhi, 2012).

10 Kerangka Berpikir Area akademik pelajar tidak hanya sekedar menyelesaikan tugas-tugas kuliah saja tetapi juga tugas-tugas lainnya seperti tugas administratif serta tugas kehadiran (Solomon dan Rothblum dalam Ursia, Siaputra & Sutanto, 2013). Akan tetapi tidak semua mahasiswa dapat melaksanakan tugas akademisnya. Berdasarkan hasil wawancara kepada beberapa mahasiswa Universitas Bina Nusantara, diketahui bahwa masih terdapat mahasiswa yang memiliki masalah pada area akademik seperti melakukan penundaan akademik. Penundaan akademis yang dilakukan mahasiswa biasanya karena mereka lebih memilih untuk mendahulukan aktifitas yang dianggap menyenangkan hingga batas waktu ataupun melebihi batas waktu yang sudah ditentukan (Ferrari, 2010). Hal ini dapat berdampak pada waktu kelulusan yang tertunda. Padahal, Universitas Bina Nusantara telah menerapkan program binusian, sebagai salah satu upaya agar mahasiswa dapat lulus tepat waktu. Terjadinya penundaan akademis ini dikarenakan mahasiswa tidak mengetahui bagaimana langkah untuk belajar dengan memanfaatkan waktu yang mereka miliki (Balduf, 2009). Ketika mahasiswa dapat memanajemen waktunya dengan baik maka peningkatan akademis mahasiswa dapat terjadi (Hirsch, 2013). Ini sejalan dengan penelitian Britton & Tesser (1991) serta Macan Et Al (1990) bahwa manajemen waktu yang baik dapat berkontribusi terhadap pencapaian prestasi akademik mahasiswa. Pada penelitian yang dilakukan oleh Ros & Gonzalez (2012) juga diketahui bahwa manajemen waktu memiliki hubungan dengan kinerja akademik mahasiswa yang berada pada tahun pertama mereka belajar di universitas. Mengatur waktu atau memanajemen waktu agar berjalan lebih efektif serta efisien merupakan bagian dari proses regulasi diri seseorang (Zimmerman, 1998). Regulasi diri merupakan kemampuan diri seseorang untuk membangkitkan pikiran, perasaan dan perilaku untuk mencapai tujuan akademik (Zimmerman, 1998). Salah satu faktor yang mempengaruhi regulasi diri seseorang ialah bimbingan dari orang tua (Parke & Gauvain, 2009). Lingkungan keluarga serta pola asuh yang digunakan oleh orang tua kepada anak dapat mempengaruhi Perkembangan seorang anak (Huey, Sayler, & Rinn dalam Schilling, Sparfeldt, & Rost, 2013). Pola asuh atau gaya pengasuhan merupakan pendekatan yang digunakan orang tua untuk membesarkan anak (Santrock, 2013). Santrock (2009) menyatakan bahwa pola asuh orang tua terbagi kedalam 4

11 19 bentuk yaitu otoriter (authoritarian), otoritatif (authoritative), menuruti (permissive),mengabaikan (neglectful). Pola pengasuhan otoriter (authoritarian) adalah gaya membatasi dan menghukum. pola pengasuhan otoritatif (authoritative) biasanya mendorong anak untuk bersikap lebih mandiri dengan tetap menetapkan batasan dan kendali dari setiap hal yang akan dilakukan oleh anak. Pola asuh mengabaikan (neglectful) biasanya orang tua dengan gaya ini dinilai tidak terlibat terhadap kehidupan anak. menuruti (permissive) merupakan kebalikan dari pola mengabaikan (neglectful) karena orang tua sangat terlibat dengan anak walaupun tidak banyak memberikan tuntutan dan kontrol mereka tetap membiarkan anak untuk selalu mendapatkan apa yang diinginkan. Berdasarkan hasil penelitian Turner Chandler & Heffer (2009) dan Silva Et Al. (2007) diketahui bahwa pola asuh memiliki peran yang penting dalam pencapaian prestasi akademik Mahasiswa. Dari kerangka berpikir serta penjelasannya, diketahui bahwa manajemen waktu serta pola asuh memiliki kontribusi dalam pencapaian prestasi mahasiswa. Ketika orang tua sangat membatasi dan sangat mengontrol (otoriter) anak dapat mengembangkan perilaku yang cenderung minder, memiliki rasa takut serta gagal dalam memulai aktifitas yang akan dilakukan sehingga asumsi peneliti adalah orang tua dengan gaya otoriter akan berpengaruh buruk terhadap perilaku manajemen waktu mahasiswa. Ketika orang tua mendorong anak untuk mandiri, serta tetap memberikan batasan dan pengendalian tindakan mereka seperti pola asuh otoritatif anak dapat berperilaku secara kompeten dan dapat mengendalikan dirinya sendiri (Santrock, 2009), sehigga asumsi peneliti adalah anak dengan pola asuh orang tua otoritatif anak dapat memanajemen waktunya dengan baik. Ketika pola asuh orang tua memajakan (permisif) dimana orang tua sangat terlibat dengan anak namun hanya sedikit batasan serta larangan yang diberikan, anak dapat berperilaku buruk seperti tidak menghormati orang lain, serta kurang bisa mengendalikan perilakunya (Santrock, 2009). Sehingga asumsi peneliti adalah anak pola asuh ini tidak dapat memanajemen waktu mereka dengan baik juga. Ketika pola asuh orang tua mengabaikan (neglectful) yaitu tidak ikut terlibat terhadapa anak, anak dapat mengembangkan perilaku yang kurang baik seperti tidak termotivasi untuk berprestasi, serta kemandirian yang buruk (Santrock, 2009). Sehingga asumsi

12 20 peneliti adalah anak dengan pola asuh mengabaikan tidak dapat memanajemen waktuya dengan baik. Berikut merupakan bentuk kerangka berpikir penelitian ini, Gambar2.1 Kerangka Berpikir 2.5 Hipotesis Terdapat delapan hipotesis dalam penelitian ini yaitu H01: Tidak ada hubungan yang signifikan antara manajemen waktu dengan pola asuh orang tua otoriter pada mahasiswa Bina Nusantara. Ha1: Ada hubungan yang signifikan anara manajemen waktu dengan pola asuh orang tua otoriter pada mahasiswa Bina Nusantara. H02: Tidak ada hubungan yang signifikan antara manajemen waktu dengan pola asuh orang tua otoritatif pada mahasiswa Bina Nusantara. Ha2: Ada hubungan yang signifikan antara manajemen waktu dengan pola asuh orang tua otoritaif pada mahasiswa Bina Nusantara. H03: Tidak ada hubungan yang signifikan antara manajemen waktu dengan pola asuh orang tua memanjakan (permissive) pada mahasiswa Bina Nusantara. Ha3: Ada hubungan yang signifikan antara manajemen waktu dengan pola asuh orang tua memanjakan (permissive) pada mahasiswa Bina Nusantara. H04: Tidak ada hubungan yang signifikan antara manajemen waktu dengan pola asuh orang tua mengabaikan (neglectful) pada mahasiswa Bina Nusantara. Ha4: Ada hubungan yang signifikan antara manajemen waktu dengan pola asuh orang tua mengabaikan (neglectful) pada mahasiswa Bina Nusantara.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh 1.1 Definisi Pengasuhan adalah kegiatan kompleks yang mencakup berbagai tingkah laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh anak (Darling,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

BAB 5. Simpulan, Diskusi & Saran

BAB 5. Simpulan, Diskusi & Saran BAB 5 Simpulan, Diskusi & Saran Pada bab ini, peneliti akan memberikan kesimpulan dan diskusi mengenai hasil penelitian, serta saran terkait pelaksanaan penelitian serupa dimasa yang akan datang. 5.1 Simpulan

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP AGRESIFITAS ANAK DI TAMAN KANAK-KANAK KARTIKA 1-61 PADANG

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP AGRESIFITAS ANAK DI TAMAN KANAK-KANAK KARTIKA 1-61 PADANG 1 HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP AGRESIFITAS ANAK DI TAMAN KANAK-KANAK KARTIKA 1-61 PADANG Yozi Dwikayani* Abstrak- Masalah dalam penelitian ini yaitu banyaknya orang tua murid TK Kartika 1-61 Padang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orangtua Pola asuh orangtua merupakan interaksi antara anak dan orangtua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orangtua mendidik, membimbing,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Valentina, 2013). Menurut Papalia dan Olds (dalam Liem, 2013) yang dimaksud

BAB I PENDAHULUAN. Valentina, 2013). Menurut Papalia dan Olds (dalam Liem, 2013) yang dimaksud BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi perkembangan yang terjadi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan baik itu secara biologis

Lebih terperinci

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB 2 Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Pola asuh 2.1.1 Definisi pola asuh Dalam keluarga terdapat pola pengasuhan anak, Wahyuning,et al.( (2005) mendefinisikan pola asuh sebagai cara atau perlakuan orang tua yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi hampir bersamaan antara individu satu dengan yang lain, dan

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi hampir bersamaan antara individu satu dengan yang lain, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia selalu mengalami perubahan sepanjang kehidupan yakni sejak dalam kandungan sampai meninggal. Fase-fase perkembangan yang terjadi hampir bersamaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Istilah pubertas juga istilah dari adolescent yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sepanjang rentang kehidupannya memiliki tahap-tahap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sepanjang rentang kehidupannya memiliki tahap-tahap 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Manusia sepanjang rentang kehidupannya memiliki tahap-tahap perkembangan yang harus dilewati. Perkembangan tersebut dapat menyebabkan perubahan-perubahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami perubahan-perubahan di berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, politik, ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara berpikir remaja mengarah pada tercapainya integrasi dalam hubungan sosial (Piaget dalam Hurlock, 1980).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berhubungan dengan manusia lainnya dan mempunyai hasrat untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. berhubungan dengan manusia lainnya dan mempunyai hasrat untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada hakekatnya manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat lepas berhubungan dengan manusia lainnya dan mempunyai hasrat untuk berkomunikasi atau bergaul dengan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja 2.1.1 Pengertian Remaja Pada umumnya remaja didefiniskan sebagai masa peralihan atau transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan mengalami perubahan-perubahan bertahap dalam hidupnya. Sepanjang rentang kehidupannya tersebut,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kemandirian 2.1.1 Pengertian Kemandirian Kemandirian merupakan isu psikososial yang muncul secara terus menerus dalam seluruh siklus kehidupan individu (Steinberg, 2002). Isu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. rendah atau tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan mereka terhadap

BAB II LANDASAN TEORI. rendah atau tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan mereka terhadap BAB II LANDASAN TEORI II. A. Harga Diri II. A. 1. Definisi harga diri Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri secara rendah atau tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang variabel-variabel dimana didalamanya terdapat definisi, faktor dan teori dari masing-masing variabel dan juga berisi tentang hipotesis penelitian ini. 2.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riesa Rismawati Siddik, 2014 Kontribusi pola asuh orangtua terhadap pembentukan konsep diri remaja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riesa Rismawati Siddik, 2014 Kontribusi pola asuh orangtua terhadap pembentukan konsep diri remaja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah usia seseorang yang sedang dalam masa transisi yang sudah tidak lagi menjadi anak-anak, dan tidak bisa juga dinilai dewasa, saat usia remaja ini anak ingin

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Prestasi Akademik A.1. Pengertian Prestasi Akademik Prestasi akademik merupakan perubahan dalam hal kemampuan yang disebabkan karena proses belajar. Bentuk hasil proses belajar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagi remaja itu sendiri maupun bagi orang-orang yang berada di sekitarnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagi remaja itu sendiri maupun bagi orang-orang yang berada di sekitarnya. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang menarik untuk dikaji, karena pada masa remaja terjadi banyak perubahan yang dapat mempengaruhi kehidupan, baik bagi remaja itu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Self regulated learning. (Najah, 2012) mendefinisikan self regulated learning adalah proses aktif dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Self regulated learning. (Najah, 2012) mendefinisikan self regulated learning adalah proses aktif dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Self regulated learning 1. Pengertian Self regulated learning Menurut Zimmerman dan Martinez-Pons (1990) self regulated learning adalah tingkatan dimana partisipan secara aktif

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola asuh merupakan interaksi yang diberikan oleh orang tua dalam berinteraksi

Lebih terperinci

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan dalam masa transisi itu remaja menjajaki alternatif dan mencoba berbagai pilihan sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar belakang

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar belakang BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar belakang Masa remaja merupakan periode peralihan perkembangan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, yang melibatkan perubahan biologis, kognitif, dan sosioemosional (Santrok,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak 7 TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Keluarga merupakan tempat pertama dan utama dimana seorang anak dididik dan dibesarkan. Berdasarkan Undang-undang nomor 52 tahun 2009, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk

BAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya dunia pendidikan, kini orangtua semakin memiliki banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk mendaftarkan

Lebih terperinci

Materi kuliah e-learning HUBUNGAN ORANG TUA DENGAN ANAK REMAJA oleh : Dr. Triana Noor Edwina DS, M.Si Dosen Fakultas Psikologi Universitas Mercu

Materi kuliah e-learning HUBUNGAN ORANG TUA DENGAN ANAK REMAJA oleh : Dr. Triana Noor Edwina DS, M.Si Dosen Fakultas Psikologi Universitas Mercu Materi kuliah e-learning HUBUNGAN ORANG TUA DENGAN ANAK REMAJA oleh : Dr. Triana Noor Edwina DS, M.Si Dosen Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta Selamat membaca, mempelajari dan memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa perpindahan dari anak-anak ke remaja

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa perpindahan dari anak-anak ke remaja BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masa remaja merupakan masa perpindahan dari anak-anak ke remaja dengan perubahan yang mengacu pada perkembangan kognitif, biologis, dan sosioemosional (Santrock, 2012).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kata, mahasiswa adalah seorang agen pembawa perubahan, menjadi seorang

BAB I PENDAHULUAN. kata, mahasiswa adalah seorang agen pembawa perubahan, menjadi seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menyandang gelar mahasiswa merupakan suatu kebanggaan sekaligus tantangan. Betapa tidak, ekspektasi dan tanggung jawab yang diemban oleh mahasiswa begitu besar. Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan globalisasi serta perubahan-perubahan lain yang terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan globalisasi serta perubahan-perubahan lain yang terjadi di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tantangan globalisasi serta perubahan-perubahan lain yang terjadi di sekolah menjadi beberapa sumber masalah bagi siswa SMAN 2 Bangkinang Barat, jika siswa tidak dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Friz Oktaliza, 2015). Menurut WHO (World Health Organization), remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, menurut

BAB I PENDAHULUAN. dalam Friz Oktaliza, 2015). Menurut WHO (World Health Organization), remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi dari anak-anak menuju dewasa, dimana terjadi kematangan fungsi fisik, kognitif, sosial, dan emosional yang cepat pada laki-laki

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. remaja ini terbagi di SMKN 1, SMKN 2, SMKN 5, SMA Mataram, SMA

BAB IV HASIL PENELITIAN. remaja ini terbagi di SMKN 1, SMKN 2, SMKN 5, SMA Mataram, SMA BAB IV HASIL PENELITIAN A. Orientasi dan Kancah Penelitian Penelitian ini dilakukan pada remaja berusia 17-21 tahun. Para remaja ini terbagi di SMKN 1, SMKN 2, SMKN 5, SMA Mataram, SMA Ksatrian dan di

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Konsumtif 1. Pengertian Perilaku Konsumtif Menurut Schiffman & Kanuk (2004), konsumen yang melakukan pembelian dipengaruhi motif emosional seperti hal-hal yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. pergolakan dalam dalam jiwanya untuk mencari jati diri.

BAB I PENDAHULUAN. memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. pergolakan dalam dalam jiwanya untuk mencari jati diri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan tahap perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa yang ditandai oleh perubahan fisik umum serta perkembangan kognitif dan sosial. Masa remaja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Body Image 1. Pengertian Body image adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi segala kebutuhan dan keinginan dan keinginan, misalnya dalam bersosialisasi dengan lingkungan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motivasi Berprestasi 2.1.1. Pengertian Motivasi Berprestasi Motivasi berasal dari kata latin movere yang berarti dorongan atau daya penggerak. Motivasi adalah penting karena dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Di usia remaja antara 10-13 tahun hingga 18-22 tahun (Santrock, 1998), secara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kepercayaan Diri Anak Usia Remaja. yang berkualitas adalah tingkat kepercayaan diri seseorang.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kepercayaan Diri Anak Usia Remaja. yang berkualitas adalah tingkat kepercayaan diri seseorang. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kepercayaan Diri 1. Pengertian Kepercayaan Diri Anak Usia Remaja a. Pengertian Kepercayaan Diri Salah satu aspek kepribadian yang menunjukkan sumber daya manusia yang berkualitas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Remaja

TINJAUAN PUSTAKA Remaja TINJAUAN PUSTAKA Remaja Remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolescent yang mempunyai arti tumbuh menjadi dewasa. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial setiap manusia mempunyai dorongan untuk berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai dorongan untuk bersosialisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan pembangunan di berbagai bidang kehidupan, seperti pendidikan, ekonomi, teknologi dan budaya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran dari kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu sejak dilahirkan akan berhadapan dengan lingkungan yang menuntutnya untuk menyesuaikan diri. Penyesuaian diri yang dilakukan oleh individu diawali dengan penyesuaian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Remaja 2.1.1 Definisi Remaja Masa remaja adalah periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan biologis, kognitif, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan sering menilai seseorang berdasarkan pakaian, cara bicara, cara berjalan, dan bentuk tubuh. Lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rentang kehidupan individu mengalami fase perkembangan mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Rentang kehidupan individu mengalami fase perkembangan mulai dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rentang kehidupan individu mengalami fase perkembangan mulai dari masa pranatal, bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, dan masa tua. Masing-masing fase memiliki

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN oleh: Dr. Lismadiana,M.Pd

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN oleh: Dr. Lismadiana,M.Pd PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN oleh: Dr. Lismadiana,M.Pd Pertumbuhan : Perubahan fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berjalan normal pada anak yang sehat dalam perjalanan

Lebih terperinci

TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 12-17 TAHUN

TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 12-17 TAHUN TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 12-17 TAHUN LATAR BELAKANG Lerner dan Hultsch (1983) menyatakan bahwa istilah perkembangan sering diperdebatkan dalam sains. Walaupun demikian, terdapat konsensus bahwa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Fisik dan Kognitif Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Masa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kematangan Emosi Chaplin (2011) mengartikan kematangan (maturation) sebagai: (1) perkembangan, proses mencapai kemasakan/usia masak, (2) proses perkembangan, yang dianggap berasal

Lebih terperinci

BE SMART PARENTS PARENTING 911 #01

BE SMART PARENTS PARENTING 911 #01 BE SMART PARENTS PARENTING 911 #01 Coffee Morning Global Sevilla School Jakarta, 22 January, 2016 Rr. Rahajeng Ikawahyu Indrawati M.Si. Psikolog Anak dibentuk oleh gabungan antara biologis dan lingkungan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan salah satu tempat bertumbuh dan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan salah satu tempat bertumbuh dan berkembangnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu tempat bertumbuh dan berkembangnya anak-anak. Anak menghabiskan hampir separuh harinya di sekolah, baik untuk kegiatan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhi oleh kematangan emosi baik dari suami maupun istri. dengan tanggungjawab dan pemenuhan peran masing-masing pihak yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhi oleh kematangan emosi baik dari suami maupun istri. dengan tanggungjawab dan pemenuhan peran masing-masing pihak yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan bagi manusia merupakan hal yang penting, karena dengan menikah seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara biologis, psikologis maupun secara

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 Simpulan Penelitian ini ingin mengetahui gambaran pola asuh yang diberikan oleh orang tua pada remaja yang melakukan penyalahgunaan narkoba. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena hubungannya dengan perguruan tinggi yang diharapkan dapat menjadi caloncalon intelektual. Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang. kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang. kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap perkembangan remaja akhir (18-20 tahun)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan merupakan proses yang terjadi secara terus menerus dan berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan yang dialami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut Papalia et, al (2008) adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, remaja berasal dari kata Latin adolensence yang berarti tumbuh atau

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, remaja berasal dari kata Latin adolensence yang berarti tumbuh atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan suatu masa yang penuh dengan dinamika. Dikatakan demikian karena memang masa remaja adalah masa yang sedang dalam tahap pertumbuhan. Ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diharapkan oleh kelompok sosial, serta merupakan masa pencarian identitas untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diharapkan oleh kelompok sosial, serta merupakan masa pencarian identitas untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa yang penuh konflik, karena masa ini adalah periode perubahan dimana terjadi perubahan tubuh, pola perilaku dan peran yang diharapkan oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orang Tua 1. Pengertian pola asuh Orang tua mempunyai peran dan fungsi yang bermacam-macam, salah satunya adalah mendidik anak. Menurut (Edwards, 2006), menyatakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Santrock menyebutkan bahwa remaja (adolescene) diartikan sebagai masa. perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Santrock menyebutkan bahwa remaja (adolescene) diartikan sebagai masa. perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Remaja Santrock menyebutkan bahwa remaja (adolescene) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif,

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Pola Asuh Orang Tua dan Persepsi Definisi Menurut Kastutik & Setyowati (2014) orang tua memiliki kecenderungan untuk

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Pola Asuh Orang Tua dan Persepsi Definisi Menurut Kastutik & Setyowati (2014) orang tua memiliki kecenderungan untuk Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Pola Asuh Orang Tua dan Persepsi 2.1.1 Definisi Menurut Kastutik & Setyowati (2014) orang tua memiliki kecenderungan untuk membentuk karakteristik-karakteristik tertentu dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak tumbuh dan berkembang di bawah asuhan orang tua. Melalui orang tua,

BAB I PENDAHULUAN. Anak tumbuh dan berkembang di bawah asuhan orang tua. Melalui orang tua, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak tumbuh dan berkembang di bawah asuhan orang tua. Melalui orang tua, anak beradaptasi dengan lingkungannya dan mengenal dunia sekitarnya serta pola pergaulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan kehadiran individu lain dalam kehidupannya. Tanpa kehadiran

Lebih terperinci

GAMBARAN POLA ASUH ORANGTUA PADA ANAK PENYANDANG EPILEPSI USIA BALITA DI POLIKLINIK ANAK RSUP.PERJAN DR. HASAN SADIKIN BANDUNG.

GAMBARAN POLA ASUH ORANGTUA PADA ANAK PENYANDANG EPILEPSI USIA BALITA DI POLIKLINIK ANAK RSUP.PERJAN DR. HASAN SADIKIN BANDUNG. GAMBARAN POLA ASUH ORANGTUA PADA ANAK PENYANDANG EPILEPSI USIA BALITA DI POLIKLINIK ANAK RSUP.PERJAN DR. HASAN SADIKIN BANDUNG Dyna Apriany ABSTRAK Usia balita merupakan masa-masa kritis sehingga diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan intelektual dan kognitif. Kemampuan intelektual ini ditandai

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan intelektual dan kognitif. Kemampuan intelektual ini ditandai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa kanak-kanak akhir disebut juga sebagai usia sekolah dasar. Pada periode ini, anak dituntut untuk melaksanakan tugas belajar yang membutuhkan kemampuan intelektual

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan BAB 2 LANDASAN TEORI Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan prestasi belajar. 2.1 Self-Efficacy 2.1.1 Definisi self-efficacy Bandura (1997) mendefinisikan self-efficacy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan istilah kunci yang penting dalam kehidupan manusia,

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan istilah kunci yang penting dalam kehidupan manusia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar merupakan istilah kunci yang penting dalam kehidupan manusia, khususnya dalam setiap dunia pendidikan, sehingga tanpa belajar tak pernah ada pendidikan. Belajar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan penelitian yang akan dilakukan. Dalam penelitian ini, peneliti

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan penelitian yang akan dilakukan. Dalam penelitian ini, peneliti BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Dalam melakukan penelitian, metode penelitian sangat erat kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia, melalui upaya pengajaran dan pelatihan, serta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan pembangunan di sektor ekonomi, sosial budaya, ilmu dan teknologi.

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan pembangunan di sektor ekonomi, sosial budaya, ilmu dan teknologi. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era kompetitif ini, Indonesia adalah salah satu negara yang sedang mengalami perkembangan pembangunan di sektor ekonomi, sosial budaya, ilmu dan teknologi.

Lebih terperinci

Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya. agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup secara

Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya. agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup secara BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. LA TAR BELAKANG MASALAH Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Siswa 1. Pengertian Siswa Siswa adalah komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang selanjutnya diproses di dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualiatas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Normative Social Influence 2.1.1 Definisi Normative Social Influence Pada awalnya, Solomon Asch (1952, dalam Hogg & Vaughan, 2005) meyakini bahwa konformitas merefleksikan sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahap perkembangan, siswa SMP dapat dikategorikan sebagai remaja awal. Pada usia remaja, pendidikan menjadi suatu kewajiban yang mutlak harus dijalani. Namun

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini menguraikan teori teori yang berkaitan dengan pola asuh orang tua, remaja, narkoba, kerangka berpikir dan hipotesis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini menguraikan teori teori yang berkaitan dengan pola asuh orang tua, remaja, narkoba, kerangka berpikir dan hipotesis BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menguraikan teori teori yang berkaitan dengan pola asuh orang tua, remaja, narkoba, kerangka berpikir dan hipotesis 2.1 Pola Asuh Orang Tua 2.1.1 Definisi Pola Asuh Orang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prokrastinasi Steel (2007) mengemukakan prokrastinasi sebagai suatu perilaku menunda dengan sengaja melakukan kegiatan yang diinginkan walaupun individu mengetahui bahwa perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus 16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus remaja seakan-akan merasa terjepit antara norma-norma yang baru dimana secara sosiologis, remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN. akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya. Individu akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya dan ketergantungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Perubahan pada masa remaja mencakup perubahan fisik, kognitif, dan sosial. Perubahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Seksual Pranikah 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah Menurut Sarwono (2005) perilaku seksual pranikah adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pada Bab I dikemukakan latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, manfaat penelitian, asumsi penelitian, metode, lokasi dan sampel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilaku remaja. Dimana konsep-konsep ini akan membantu dalam menjelaskan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilaku remaja. Dimana konsep-konsep ini akan membantu dalam menjelaskan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai konsep dari pola asuh orangtua dan perilaku remaja. Dimana konsep-konsep ini akan membantu dalam menjelaskan mengenai hubungan pola asuh orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah perilaku seksual pada remaja saat ini menjadi masalah yang tidak dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih menganggap tabu untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan nasional di Indonesia memiliki tujuan sebagaimana tertulis dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Ayah 1. Definisi Peran Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun informal (Supartini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dimana usianya berkisar antara tahun. Pada masa ini individu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dimana usianya berkisar antara tahun. Pada masa ini individu mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju masa dewasa dimana usianya berkisar antara 12-21 tahun. Pada masa ini individu mengalami berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara berkembang, remaja merupakan bagian terbesar dalam populasi. Data demografi menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia mencapai 243,8 juta jiwa dan sekitar 33,9 persen diantaranya adalah anakanak usia 0-17 tahun (Badan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini perubahan terjadi terus menerus, tidak hanya perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini perubahan terjadi terus menerus, tidak hanya perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman modern ini perubahan terjadi terus menerus, tidak hanya perubahan kearah yang lebih baik tetapi perubahan ke arah yang semakin buruk pun terus berkembang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wellbeing merupakan kondisi saat individu bisa mengetahui dan mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya, menjalin hubungan yang baik dengan orang lain, dan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh Keluarga 1.1. Pengertian Pola Asuh Keluarga. Pola asuh merupakan pola perilaku orangtua yang paling dominan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh Keluarga 1.1. Pengertian Pola Asuh Keluarga. Pola asuh merupakan pola perilaku orangtua yang paling dominan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh Keluarga 1.1. Pengertian Pola Asuh Keluarga Pola asuh merupakan pola perilaku orangtua yang paling dominan dalam menangani anaknya sehari-hari. Pengasuhan anak adalah

Lebih terperinci