LAPORAN TAHUNAN TAHUN Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Donggala

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN TAHUNAN TAHUN Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Donggala"

Transkripsi

1 LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2014 Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Donggala Tahun 2015

2 2014 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah, karena atas rahmat dan karunia-nya sehingga laporan tahunan Balai Litbang P2B2 Donggala tahun 2014 dapat diselesaikan. Laporan tahunan ini mencakup seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2014 yang disertai dengan hasil dan pembahasannya serta dukungan dan permasalahan yang ditemukan. Semoga laporan tahunan ini dapat memberikan manfaat dan menjadi bahan pertimbangan khususnya bagi pengambil kebijakan di lingkungan Badan Litbangkes Kemenkes Rl dalam upaya pengembangan fungsi Balai Litbang P2B2 Donggala. Menyadari keterbatasan dan kendala yang ada, maka saran-saran untuk perbaikan format dan substansi laporan tahunan berikutnya sangat kami harapkan baik dikomunikasikan secara langsung, surat resmi maupun melalui . Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan buku laporan tahunan ini. i

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii iv v BAB I. ANALISIS SITUASI AWAL TAHUN Hambatan Tahun Kelembagaan Sumber Daya... BAB II. TUJUAN DAN SASARAN KERJA Dasar Hukum Tujuan, Sasaran dan Indikator... BAB III. STRATEGI PELAKSANAAN Strategi Pencapaian Tujuan dan Sasaran Hambatan dalam Pelaksanaan Tujuan Terobosan yang Dilakukan... BAB IV. HASIL KERJA Pencapaian Tujuan dan Sasaran Pencapaian Kinerja Realisasi Anggaran Upaya untuk meraih WTP dan Reformasi Birokrasi... BAB V. PENUTUP ii

4 DAFTAR TABEL Tabel 1 Tabel 2 Tabel 3 Tabel 4 Tabel 5 Tabel 6 Tabel 7 Tabel 8 Tabel 9 Tabel 10 Tabel 11 Jumlah Pegawai Balai Litbang P2B2 Donggala berdasarkan Jabatan..... Jumlah Pegawai Balai Litbang P2B2 Donggala berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun Jumlah Sarana dan Prasarana Kantor Balai Litbang P2B2 Donggala Tahun Jumlah Alokasi Dana Balai Litbang P2B2 Donggala Tahun 2013 Uraian Tugas, Fungsi dan Output Balai Litbang P2B2 Donggala Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Balai Litbang P2B2 Donggala Tahun Hasil Pemeriksaan Parasitemia pada mencit Hasil Pengukuran Konsentrasi DNA sampel cacing S. Japonicum... Hasil pengukuran Konsentrasi DNA Sampel Cacing S. Japonicum Pencapaian Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Balai Litbang P2B2 Donggala Tahun 2014 Realisasi anggaran Balai Litbang P2B2 Doonggala berdasarkan Jenis Belanja iii

5 DAFTAR DIAGRAM/GAMBAR Diagram 1 Diagram 2 Diagram 3 Gambar 1 Gambar 2 Diagram Jumlah Pegawai Balai Litbang P2B2 Donggala berdasarkan Kelompok Umur Diagram Jumlah Pegawai Balai Litbang P2B2 Donggala berdasarkan Jenis Kelamin Diagram Jumlah Pegawai Balai Litbang P2B2 Donggala berdasarkan Golongan.. Hasil amplifikasi PCR DNA keong O.h.lindoensis dengan primer ITS OH Hasil amplifikasi PCR DNA cacing S. Japonicum hasil infeksi serkaria dengan primer 18 S S. Japonicum iv

6 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Realisasi Anggaran berdasarkan jenis belanja Formulir penunjang keuangan dengan sasaran kinerja tahun 2014 Sarana dan prasaran Balai Litbang P2B2 Donggala Desember 2014 Publikasi Ilmiah Balai Litbang P2B2 Donggala Tahun 2014 Dokumentasi Kegiatan Penelitian dan kegiatan instalasi Tahun 2014 v

7 BAB I ANALISIS SITUASI AWAL TAHUN 1. Hambatan Tahun 2013 Hambatan yang ditemui dalam pelaksanaan program kegiatan Balai Litbang P2B2 Donggala tahun 2013 adalah : a. Belum adanya SDM teknisi litkasyasa serta masih banyak calon peneliti yang belum mengikuti Diklat Jabatan Fungsional Peneliti. b. Belum lengkapnya sarana dan prasarana ( genset, koneksi internet ) yang tersedia untuk mendukung kegiatan operasional kantor dan penelitian. c. Terlambatnya bahan penelitian ( phorbol ester ) sehingga menghambat pelaksanaan dan tidak terlaksana sesuai jadwal karena bahan yang harus diimpor dari Jerman. d. Masih adanya pegawai yang rangkap jabatan, 2. Kelembagaan Balai litbang P2B2 Donggala merupakan salah satu unit pelaksana teknis di lingkungan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, yang mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pengembangan pengendalian penyakit bersumber binatang. Balai Litbang P2B2 Donggala bertanggung jawab kepada Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Secara administrasi dibina oleh sekretaris Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, dan secara teknis fungsional dibina oleh Pusat Teknologi dan Intervensi Kesehatan Masyarakat (P TIKM). Dalam pelaksanaan kegiatannya, selalu berupaya untuk mendukung visi badan Litbangkes yaitu sebagai lokomotif penelitian, pengawal kebijakan dan legitimator program 1

8 pembangunan kesehatan dalam mendukung pencapaian visi Kemenkes RI. Visi Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI) menuju masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan. Adapun susunan organisasi Balai Litbang P2B2 Donggala berdasarkan peraturan Menkes RI Nomor 920/MENKES/V/2011 sebagai berikut : 1. Kepala 2. Subbagian Tata Usaha 3. Seksi Program dan Kerjasama 4. Seksi Pelayanan Penelitian 5. Instalasi 6. Kelompok Jabatan Fungsional Berikut ini struktur organisasi Balai Litbang P2B2 Donggala: 2

9 Bagan Struktur Organisasi Balai Litbang P2B2 Donggala SK MENKES No. 920/MENKES/V/2011 K E P A L A Jastal, SKM, M.Si SUBBAGIAN TATA USAHA Sitti Chadijah, SKM, M.Si SEKSI PROGRAM DAN KERJA SAMA Rosmini, SKM, M.Sc SEKSI PELAYANAN PENELITIAN Hayani Anastasia, SKM, MPH INSTALASI KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL 3

10 3. Sumber Daya Balai Litbang P2B2 memiliki sumber daya manusia, sarana dan prasarana serta alokasi anggaran sebagaimana diuraikan berikut ini: a. Sumber Daya Manusia (SDM) Peningkatan kualitas dan kuantitas penelitian harus disertai dengan peningkatan sumber daya baik manusia maupun sumber daya pendukung lainnya. Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan komponen penggerak utama dalam menunjang pelaksanaan program kerjanya. Upaya yang terpadu dan berkesinambungan untuk meningkatkan profesionalisme SDM harus dilakukan sinergis dengan peningkatan mutu ilmiah penelitian kesehatan yang dilakukan. Rincian jumlah pegawai Balai Litbang P2B2 Donggala dapat dilihat pada tabel 1. Berdasarkan jabatan Balai Litbang P2B2 Donggala mempunyai tugas melaksanakan Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang sehingga diharapkan tenaga fungsional yang ada di Balai Litbang P2B2 Donggala menduduki jabatan fungsional peneliti, Ada empat pegawai Balai Litbang P2B2 Donggala yang memiliki jabatan fungsional peneliti dalam pelaksanaan tugasnya merangkap sebagai pejabat struktural. 4

11 Tabel 1. Jumlah Pegawai Balai Litbang P2B2 Donggala Berdasarkan Jabatan Tahun 2014 No Jabatan Jumlah Eselon III.b / Peneliti Muda Eselon IV.b / Peneliti Muda Eselon IV.b / Peneliti Pertama Fungsional Peneliti (Pertama dan Muda 5 Fungsional Umum Jumlah 40 Berdasarkan Kelompok Umur Pegawai Balai Litbang P2B2 Donggala pada tahun 2014 menurut kelompok umur paling banyak di antara umur tahun (62,5) dan paling sedikit pada umur < 30 tahun (17,5%) seperti disajikan pada diagram 1. Diagram 1.Jumlah Pegawai Balai Litbang P2B2 Donggala Berdasarkan Kelompok Umur Tahun

12 Berdasarkan Jenis Kelamin Pegawai Balai Litbang P2B2 Donggala terdiri dari pegawai perempuan (55%) dan pegawai laki-laki (45%) seperti disajikan pada diagram 2 Diagram 2. Jumlah Pegawai Balai Litbang P2B2 Donggala Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2014 Berdasarkan Golongan Keadaan pegawai Balai Litbang P2B2 Donggala menurut pangkat/golongan pada tahun 2014, sebagian besar adalah golongan III (92,5%) dan paling sedikit adalah pegawai dengan golongan IV dan golongan I masing-masing 1 pegawai (2,5%) seperti disajikan pada diagram 3 6

13 Diagram 3. Jumlah Pegawai Balai Litbang P2B2 Donggala Berdasarkan Golongan Tahun 2014 Berdasarkan Tingkat Pendidikan Klasifikasi pendidikan tenaga definitif Balai Litbang P2B2 Donggala yaitu Strata 2 ( 30%), Strata 1 (5 5%), Diploma 3 (10%), SMA dan SMP masing-masing sebanyak 1 pegawai (2,5%). Tabel 2. Jumlah Pegawai Balai Litbang P2B2 Donggala Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun No Tingkat Pendidikan Tahun Strata Strata Diploma SMA SMP 1 1 Jumlah

14 b. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana merupakan salah satu sumber daya penunjang dalam mencapai tujuan dan sasaran Balai Litbang P2B2 Donggala. Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai dan berdaya guna akan memudahkan SDM Balai Litbang P2B2 Donggala dalam melaksanakan setiap kegiatan dan program yang telah ditetapkan. Inventarisasi sarana dan prasarana di lingkungan Balai Litbang P2B2 Donggala salah satunya dilakukan melalui pelaporan Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-BMN). Balai Litbang P2B2 Donggala memiliki aset BMN periode per 31 Desember 2014 senilai Rp ,-. Dapat dilihat pada tabel 3 Tabel 3. Satker Balai Litbang P2B2 Donggala Jumlah Sarana dan Prasarana Kantor Balai Litbang P2B2 Donggala Tahun 2014 Sarana Prasarana Peralat Gedung Aset Jaring Tanah an dan dan Irigasi Tetap an (m²) Mesin Bangunan (unit) Lainnya (unit) (buah) (unit) (buah) Aset Tetap yang tidak digunakan (unit) Rincian sarana dan prasarana dapat dilihat pada Lampiran 4. c. Alokasi Anggaran Sumber pembiayaan kegiatan yang dilaksanakan berasal dari DIPA Balai Litbang P2B2 Donggala tahun 2014 dan DIPA Badan 8

15 Litbangkes tahun Rincian anggaran dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Jumlah Alokasi Dana Balai Litbang P2B2 Donggala Tahun 2014 No Sumber Dana Jumlah (Rp) 1 DIPA Balai Litbang P2B2 Donggala ,- 2 DIPA Badan Litbangkes Risbinkes ( 3 Penelitian) ,- Jumlah ,- Dana DIPA Balai Litbang P2B2 Donggala tahun 2013, sebesar ,- mengalami 5 kali revisi. Revisi pertama bertujuan untuk buka Blokir mandiri, Revisi Kedua bertujuan untuk penggunaan output cadangan, Revisi ketiga adanya pergeseran akun belanja dalam satu Komponen dalam satu output, Revisi ke empat adanya pergeseran pagu anggaran antara satu output ( Penamabahan Gaji) sedangkan Revisi ke lima karena adanya pergeseran pagu anggaran dalam satu output (Penambahan Gaji Pokok Pegawai, Tunjangan Suami/Istri dan Uanga Makan), tetapi revisi tersebut tidak mengurangi pagu anggaran. Berdasarkan laporan keuangan (SAI), total realisasi penyerapan anggaran Balai Litbang P2B2 Donggala selama tahun 2014 adalah sebesar Rp ,- (96,19%). Berdasarkan jenis belanja, realisasi belanja pegawai Rp ,- (98,41%), belanja barang Rp ,732,- (93,45%) dan belanja modal ,- (98,78%). 9

16 BAB II TUJUAN DAN SASARAN KERJA 1. Dasar Hukum Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta kelembagaan Balai Litbang P2B2 Donggala didasarkan pada: Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 5 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan Pasal Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1995 tentang Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor : 920/Menkes/V/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Litbang P2B2 Donggala. 2. Tujuan, Sasaran dan Indikator Program yang diselenggarakan oleh Balai Litbang P2B2 Donggala bertujuan untuk mendukung program Badan Litbangkes diarahkan untuk menghasilkan IKU berupa jumlah produk / model / prototipe / standar / formulasi hasil penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan. Uraian tugas dan fungsi Balai Litbang P2B2 dapat dilihat pada tabel 5. 10

17 Tabel 5. Uraian Tugas, Fungsi dan Output Balai Litbang P2B2 DonggalaTahun 2014 No Uraian Tugas dan Fungsi Output (RKAKL) 1 Pelaksanaan penelitian dan Terlaksananya 2 penelitian di pengembangan pengendalian bidang parasitik jaringan penyakit bersumber binatang 2 Penyusunan rencana dan program penelitian dan pengembangan pengendalian penyakit bersumber binatang 3 Pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan penelitian dan pengembangan pengendalian penyakit bersumber binatang 4 Pelaksanaan Keuangan, Kekayaan Negara, dan Tata Usaha 5 Pelaksanaan penyebaran informasi, dokumentasi dan diseminasi hasil penelitian 6 Pelaksanaan pengadaan fasilitas laboratorium 7 Pelaksanaan manajemen laboratorium 8 Pengembangan hukum, organisasi dan kepegawaian Tersusunnya 2 dokumen perencanaan dan anggaran yaitu RKA-KL Balai Litbang P2B2 Donggala dan laporan perjalanan rakerkesnas Tersusunnya 4 dokumen yaitu LAPTAH, LAK, LAPTRI dan PP39 Balai Litbang P2B2 Donggala Tersusunnya 4 dokumen yaitu laporan Manajemen SAK dan SIMAK-BMN, manajemen SAPPA- W, Optimalisasi PNBP serta laporan perjalanan pertemuan lintas sektor Tersusunnya 5 dokumen yaitu laporan Pameran, manajemen informasi dan publikasi, laporan perjalanan rakerkesnas, serta penerbitan profil dan jurnal. Tersedianya alat laboratorium sejumlah 8 unit berupa timbangan miligram, glass chember, maestro nano, anemometer, kulkas transparan dan kulkas rumah tangga Tersusunnya 1 dokumen yaitu laporan penyelenggaranaan laboratorium Tersusunnya 2 dokumen yaitu laporan pengembangan dan peningkatan kapasitas SDM serta laporan perjalanan pertemuan lintas sektor 11

18 9 Pengembangan bidang ilmiah dan etik 10 Pelaksanaan administrasi Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang. 11 Pengadaan perangkat pengolah data dan kominikasi 12 Pengadaan peralatan dan fasilitas perkantoran Tersusunnya 1 dokumen yaitu laporan manajemen etik dan ilmiah Terlaksananya layanan perkantoran selama 12 bulan Tersedianya alat pengolah data sejumlah 8 unit berupa printer inject, komputer desktop, LCD projektor, unit power suplay seta PC touch screen Tersedianya alat pengolah data sejumlah 26 unit berupa generator otomatis, AC split, exhaust fan, alat penghancur kertas, tabung pemadam kebakaran, filing cabinet, rak arsip serta kursi laboratorium Dalam Dokumen Rencana Aksi Balai Litbang P2B2 Donggala tahun , sasaran outcome hasil program dan kegiatan Balai Litbang P2B2 Donggala adalah mendukung pencapaian kinerja PTIKM sebagai pengampu yaitu meningkatnya penelitian dan pengembangan di bidang teknologi intervensi kesehatan masyarakat. Untuk mewujudkan hal tersebut, Indikator Kinerja Utama (IKU) yang telah ditetapkan oleh Balai Litbang P2B2 Donggala adalah jumlah produk / model intervensi / prototype / standar / formula hasil penelitian dan pengembangan di bidang teknologi intervensi kesehatan masyarakat. IKU tersebut ditetapkan dalam rangka mencapai sasaran outcome sebagaimana tercantum dalam dokumen Rencana Aksi Kegiatan Balai Litbang P2B2 Donggala tahun

19 Tabel 6. Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Balai Litbang P2B2 Donggala Tahun 2014 Sasaran strategis Indikator Kinerja Target 2014 Meningkatnya penelitian dan pengembangan di bidang teknologi intervensi kesehatan masyarakat. Jumlah produk di bidang teknologi intervensi kesehatan masyarakat Jumlah publikasi ilmiah di bidang teknologi intervensi kesehatan masyarakat yang dimuat pada pada media cetak dan elektronik: 2 a. Nasional 2 b. Internasional 0 13

20 BAB III STRATEGI PELAKSANAAN 1. Strategi Pencapaian Tujuan dan Sasaran Strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran dalam menjalankan tugas dan fungsinya meliputi : a. Pengembangan SDM melalui pelatihan dan pendidikan lanjutan. b. Peningkatan sarana dan prasarana melalui pengadaan dan pemeliharaan. c. Penyebarluasan dan pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan dengan mengikuti seminar, pameran, penerbitan jurnal, profil dan kerjasama dengan instansi lainnya. d. Menyediakan data dan informasi hasil-hasil penelitian kepada pihak-pihak yang membutuhkan. e. Menyusun perencanaan penentuan output bersama-sama dengan penanggungjawab kegiatan. f. Membuat komitmen pegawai dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tugas pokok dan fungsi. 2. Hambatan dalam Pelaksanaan Tujuan Pelaksanaan kegiatan dan program tahun 2014 Balai Litbang P2B2 Donggala mengalami berbagai hambatan dalam mencapai tujuan dan sasarannya, yaitu Pada penelitian faktorfaktor risiko penularan filariasis mengalami 2 kali amandemen pemindahan lokasi dari Kota Ambon Provinsi Maluku, di Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku Kabupaten Buru, Provinsi Maluku. Setelah mengalami pemindahan lokasi 14

21 penelitian sebanyak 3 kali, namun tidak ditemukan penderita filariasis, sehingga pelaksanaan periodisitas mikrofilaria tidak terlaksana namum kegiatan tersebut tidak menghambat dalam pencapaian output kinerja balai litbang P2B2 Donggala tahun Terobosan yang dilakukan Terobosan yang dilakukan untuk mencapai tujuan selama tahun 2014 yaitu : a. Terobosan melalui peningkatan mutu Litbangkes, dengan strategi : 1) Pertemuan kajian IPTEK tahunan yang melibatkan lintas sektor. 2) Pembahasan Proposal, protokol dan hasil penelitian di komite Peneliti dan Litkayasa. b. Terobosan diseminasi hasil Litbang, dengan strategi: 1) Pelaksanaan seminar hasil Litbangkes, kerjasama Dinkes Kabupaten poso dan Dinkes Provinsi Maluku 2) Ikut serta kegiatan yang dilakukan oleh lintas sektor dalam bentuk pameran hasil Balai Litbang P2B2 Donggala. 3) Meningkatkan publikasi hasil litbangkes melalui pameran, seminar, dan penerbitan jurnal 15

22 BAB IV HASIL KERJA 1. Pencapaian Tujuan dan Sasaran Kegiatan yang dilaksanakan Balai Litbang P2B2 Donggala untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dibagi dalam tiga program pokok, yaitu: a. Penelitian dan Pengembangan P2B2 b. Pengembangan SDM, Sarana dan Prasarana c. Penyebarluasan dan Pemanfaatan Hasil Litbang Program-program pokok tersebut dijabarkan pada kegiatan-kegiatan berikut ini : a. Penelitian dan Pengembangan P2B2 Penelitian dan pengembangan P2B2 terdiri dari dua kegiatan yaitu: Penelitian Kegiatan penelitian di Balai Litbang P2B2 Donggala pada tahun 2014 terdiri dari empat penelitian. Adapun sumber pembiayaannya yaitu berasal dari DIPA Balai Litbang P2B2 Donggala sebanyak 2 penelitian dan DIPA Sekretariat Badan Litbangkes sebanyak 2 penelitian. Adapun rincian hasil penelitian sebagai berikut : 1. Penelitian DIPA Balai Litbang P2B2 a) Faktor- Faktor Risiko Penularan Filariasis Di Kabupaten Seram Bagian Barat dan Kabupaten Buru, Provinsi Maluku Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran faktorfaktor risiko penularan filariasis di Kabupaten Seram Bagian Barat dan Kabupaten Buru, Provinsi Maluku, dengan tujuan khusus yaitu mengidentifikasi spesies microfilaria dan 16

23 periodisitas cacing filaria; menilai faktor risiko, pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat tentang filariasis; dan memetakan distribusi epidemiologi filariasis secara spasial di Kabupaten Seram Bagian Barat dan Kabupaten Buru, Provinsi Maluku. Penelitian dilakukan di Kecamatan Taniwel Timur, Kabupaten Seram Bagian Barat dan di Kecamatan Lolong Guba, serta Kecamatan Waeapo, Kabupaten Buru. Jumlah penduduk yang mengikuti survei darah jari (SDJ) di Kabupaten Seram Bagian Barat dan Kabupaten Buru sebanyak 770 orang. Pelaksanaan SDJ di Kabupaten Seram Bagian Barat dilakukan di lima desa yaitu Desa Sohuwe, Lumahlatal, Hatunuru, Matapa, dan Seakasale. sedangkan di Kabuapten Buru SDJ dilaksanakan di dua kecamatan di tujuh desa, yaitu : Desa Ohilahin, Wanakarta, Waegeran, Basalale, dan Waisgoret. Hasil pemeriksaan mikroskopis tidak ditemukan adanya penderita positif mikrofilaria. Hasil wawancara dengan responden menunnjukkan bahwa hampir semua responden mempunyai pengetahuan dan perilaku tentang filariasis tergolong kurang, dan tidak ada yang tergolong yang baik. Berbeda dengan sikap tentang filariasis yang sudah tergolong baik. Pada Penelitian ini ditemukan penderita kronis filariasis sebanyak 17 orang, 11 orang di Kabupaten Seram Bagian Barat dan enam orang di Kabupaten Buru. Penderita kronis terbanyak ditemukan pada golongan umur tahun, sedangkan di Kabupaten Buru, ditemukan penderita kronis 17

24 pada golongan umur tahun. Penderita kronis ditemukan baik pada laki-laki maupun perempuan. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah: Di Kecamatan Taniwel Timur Kabupaten Seram Bagian Barat, Kecamatan Lolong Guba dan Waelata Kabupaten Buru tidak ditemukan penderita mikrofilaremia atau penderita positif mikrofilaria; rendahnya pengetahuan dan perilaku masyarakat tentang gejala, penyebab, penular, pencegahan, dan pengobatan filariasis; dan distribusi kasus kronis filariasis di Kecamatan Taniwel Timur Kabupaten Seram Bagian Barat, cenderung mengelompok di Desa Sohuwe, sedangkan di Kabupaten Buru di Kecamatan Lolong Guba dan Waelata cenderung menggelompok di Desa Ohilahin. Adapun saran dalam penelitian ini adalah: perlunya dilakukan survei darah jari di kecamatan yang lain yang masih terdapat penderita kronis filariasis; perlunya peningkatan pengetahuan dan perilaku masyarakat terkait filariasis dengan cara pemberian informasi melalui penyuluhan intensif yang melibatkan berbagai pihak seperti kader, tokoh masyarakat (pendeta), dan pemerintah daerah setempat, agar masyarakat dapat membantu pemerintah dalam penemuan penderita klinis filariasis secara dini, serta agar masyarakat dapat mencegah diri untuk tidak terkena penyakit ini, dan perlunya penanganan kepada penderita kronis, berupa informasi tentang cara perawatan anggota tubuhnya yang mengalami pembengkakan, dan mengubah persepsi negatif masyarakat terhadap penerita kronis filariasis, sehingga penderita tidak 18

25 malu bergaul dengan masyarakat dan keberadaan mereka diterima dengan baik. b) Uji Lapangan diagnosis Schistosomiasis dengan Dot Blot dan Plate pada penderita di Napu Sulawesi Tengah ( Penentuan Sensitivitas dan Spesifisitas) Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian tahun sebelumnya, dimana akan dilakukan uji lapangan diagnosis schistosomiasis dengan teknik dot blot dan plate di daerah endemis. Penelitian ini dilakukan untuk melihat teknik diagnosis yang telah dikembangkan di laboratorium untuk diterapkan di lapangan, dengan harapan dapat menjadi acuan dalam penjaringan penderita schistosomiasis di Indonesia. Hasil penelitinan dari uji dot blot yaitu diperoleh nilai sensitivitas 74% dan spesifisitas 78% dengan akurasi uji 77%, sedangkan untuk uji plate diperoleh nilai sensitivitas sebesar 77% dan spesifisitas 84% dan akurasi uji 79,3%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah teknik dot blot dan plate yang merupakan pengembangan dari metode ELISA yang dilakukan mempunyai nilai sensitivitas dan spesifisitas yang baik untuk mendeteksi antigen ES S. japonicum pada penderita schistosomiasis. Disarankan kepada program pengendalian schistosomiasis dalam rangka penemuan penderita sebaiknya mempertimbangkan untuk menggunakan dot blot dalam survei terutama saat terjadi peningkatan kasus agar dapat mengefesiensikan tenaga dan waktu. Harapan lain adalah agar capaian survei dapat sesuai dengan standar nasional yaitu minimal 80% dari jumlah penduduk. 19

26 2. Penelitian DIPA Badan Litbangkes a) Studi Keragaman Anopheles spp pada Berbagai Ekosistem yang Dikaitkan dengan Pemanfaatan Lahan di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah Penelitian ini dilaksanakan untuk mendapatkan datakeragaman dan penyebaran Anopheles spppada ekosistem pedalaman dan pegunungan. Jenis penelitian ini observasionaldeskriptif dengan menggunakan rancangan potong lintang, Metode penangkapan nyamuk Anopheles pada malam hari dengan umpan orang di dalam dan di luar rumah, nyamuk yang hinggap di dinding dalam rumah dan di sekitar kandang. Penangkapan nyamuk pagi hari di dalam dan di luar rumah dan survei jentik di habitat perkembangbiakan.penelitian ini dilaksanakan pada dua wilayah ekosistem yaitu ekosistem pedalaman di Puskesmas Kaleke, Desa Kaluku Tinggu dan ekosistem pegunungan di Puskesmas Palolo, Desa Rejeki. Hasil penelitian di pedalaman ditemukan empat spesies Anopheles yaitu An. barbirostris, An. parangensis, An. indefinitus dan An. vagus. Di pegunungantertangkap tujuh spesies Anopheles, yaitu An. barbirostris, An. nigerrimus, An. tesselatus, An. indefinitus, An. vagus, An. umbrosus dan An. peditaeniatus. Spesies yang dominan di pedalaman dan pegunungan adalah Anopheles vagus.di ekosistem pedalaman dan pegunungan, ditemukanan. barbirostris yang telah terkonfirmasi sebagai vektor malaria di Sulawesi Tengah. 20

27 Spesies yang lain juga telah terkonfirmasi sebagai vektor malaria di Indonesia. Hasil survei jentik dan habitat perkembangbiakan, diketahui jenis habitat perkembangbiakan di pedalaman dan pegunungan yang dominan adalah daerah persawahan dengan umur padi yang bervariasi. Uumur tanaman padi yang bervariasi, membuktikan bahwa pengolahan sawah dilakukan bergantian. Kondisi ini menyebabkan tersedianya habitat perkembangbiakan nyamuk sepanjang tahun, sehingga mata rantai siklus hidup nyamuk berlangsung sepanjang tahun. Distribusi habitat perkembangbiakan nyamuk Anopheles spp, berada disekitar pemukiman masyarakat. Saran dari penelitian ini adalah Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang distribusi spesies Anopheles,penyebaran dan jenis habitat perkembangbiakan, berdasarkan pemanfaatan lahan yang dilaksanakan pada musim hujan. b) Faktor Risiko Kontaminasi Parasit Usus pada Karkas di Tempat Pemotongan Hewan di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah Tujuan penelitian ini adalah Mendapatkan risiko kontaminasi parasit usus pada karkas di tempat pemotongan hewan di Kabupaten Sigi Propinsi Sulawesi Tengah. Penelitian ini dilakukan dalam skala lapangan dan laboratorium. Skala lapangan meliputi pengambilan feses di Rumah Potong Hewan (RPH) Biromaru, tiga Tempat Pemotongan Hewan (TPH) Babi milik perseorangan di Desa Jonooge, dan Peternakan Kambing di desa Baliase dan Jonooge. Wawancara dilakukan pada responden yang langsung berhubungan dengan hewan 21

28 ataupun karkas serta dilakukan observasi lingkungan di sekitar RPH/TPH. Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini adalah Hasil yang didapatkan terlihat sapi yang terinfeksi kecacingan sebanyak 63,91 % dan protozoa sebanyak 3,09 %. Rata-rata cacing yang menginfeksi adalah Facsiola sp, Paramphistomum sp, Trichuris sp, Strongyloidea sp, dan oesophagustomum sp. Sebanyak 27,27 % cacing yang menginfeksi babi dan jenis yang dominan menginfeksi yakni Ascaris sp. Pada kambing yang dominan didapatkan yakni tipe Trichostrongyloidea sp sebanyak 23,52 % dan 2,94 % protozoa. Dari hasil pemeriksaan tidak didapatkan jenis parasit usus yang bersifat dapat menular ke manusia. Hal ini dikarenakan yang didapatkan hanya berupa telur cacing sehingga kita tidak bisa mengidentifikasi jenis dari cacing tersebut. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terlihat pengetahuan responden tentang kebersihan di RPH masih kurang dan juga berdasarkan observasi terlihat RPH/TPH yang ada tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah didapatkan jumlah parasit yang menginfeksi pada sapi sebanyak 63,91 % dan protozoa sebanyak 3,09 %. Pada babi 27,27 % kecacingan. Pada kambing sebanyak kecacingan 23,52 % dan 2,94 % protozoa. Tidak didapatkan jenis parasit usus yang bersifat patogen bagi manusia pada sapi, babi, dan kambing. Kontaminasi pada karkas di RPH/TPH dapat terjadi akibat sistem pemotongan tidak sesuai standar yang ada, adanya kontaminasi dari feses 22

29 hewan yang mengandung parasit patogen, dan tingkat pengetahuan serta kebersihan pekerja yang buruk. Saran yang bisa diberikan yakni Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengidentifikasi jenis parasit usus yang patogen bagi manusia. Perlu dilakukan pembenahan secara menyeluruh terhadap sistem yang ada di Rumah pemotongan hewan sapi maupun babi sehingga produk yang dihasilkan baik dan aman untuk dikonsumsi masyarakat. c) Analisis Variasi Genetik (Polimorfisme) Nyamuk Anopheles spp pada Ekosistem yang Berbeda dengan menggunakan Metode PCR-RAPD Tujuan Penelitian ini adalah mendapatkan variasi genetik (polimorfisme) nyamuk Anopheles barbirostris pada ekosistem yang berbeda. Jenis penelitian ini adalah observasional laboratorium. Penelitian ini meliputi ekstraksi DNA nyamuk An. barbirostris, amplifikasi DNA dengan mesin PCR, elektroforesis dengan gel agarose, pengamatan pita DNA. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa di ekosistem pedalaman maupun di ekosistem pegunungan terdapat perbedaan variasi genetik dengan nilai polimorfisme 57% di ekosistem pedalaman dan 53% di ekosistem pegunungan. Perbedaan kondisi geografis dapat menyebabkan variasi terhadap satu atau beberapa urutan pita DNA antara nyamuk dalam satu spesies. Namun adanya perbedaan yang tidak terlalu jauh mengindikasikan perbedaan tersebut tidak menimbulkan isolasi reproduksi sehingga aliran genetik akibat perkawinanan antara populasi nyamuk di ekosistem 23

30 pegunungan (dataran tinggi) dan e kosistem pedalaman (dataran rendah) masih dapat terjadi. Jika dibandingkan nilai polimorfisme dan nilai monomorfisme, terlihat nilai polimorfisme baik di ekosistem pedalaman maupun ekosistem pegunungan lebih besar daripada monomorfismenya. Hal ini menandakan polimorfisme nyamuk yang hidup di alam cenderung lebih tinggi. Pada populasi in breeding seperti halnya pada koloni laboratorium biasanya memiliki kecenderungan dengan variasi genetik yang lebih rendah (monomorfisme). Hal ini berarti tingkat polimorfis me genetik yang tinggi akan menyebabkan nyamuk tahan terhadap perubahan lingkungan sehingga dapat tetap sukses hidup yang pada akhirnya tingkat populasinya juga tinggi di alam. Kondisi tersebut memberi peluang nyamuk kontak dengan manusia dan kesempatan untuk menularkan atau menyuntikan sporozoit ke dalam darah manusia. Hasil analisis koefisien persamaan genetik menunjukkan ada individu Anopheles barbirostris yang terpisah dari kelompok lainnya. Meskipun demikian beberapa individu An. barbirostris di ekosistem pedalaman dan di ekosistem pegunungan mengelompok secara berdekatan atau cenderung memiliki kesamaan dengan hasil koefisien persamaan genetik 66 sampai 89 persen (koefisien 0,66-0,89) sehingga persentase jarak genetik (perbedaannya) hanya sekitar 11 sampai 34 % (koefisien 0,11-0,34). Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa terdapat variasi genetik (polimorfisme) antara nyamuk An. barbirostris di ekosistem pedalaman dan di ekosistem pegunungan dengan nilai polimorfisme 0,4 kali lipat lebih besar 24

31 di ekosistem pedalaman. Hal ini mengindikasikan adanya latar belakang genetik yang cukup dekat antara An. barbirostris di ekosistem pedalaman dan ekosistem pegunungan. d) Hubungan Perilaku Anak Sekolah Dasar dengan Kejadian Schistosomiasis di Kecamatan Lindu Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perilaku anak sekolah dasar dengan kejadian schistosomiasis di Kecamatan Lindu, Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah. Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional dengan menggunakan desain penelitian cross sectional. Hasil penelitian ditemukan prevalensi pada anak sekolah dasar dikecamatan Lindu sebesar 8,1 %. Hasil uji chi square dari keempat variabel diperoleh tidak ada hubungan perilaku anak sekolah dasar dengan kejadian schistosomiasis. Meskipun dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara perilaku dengan kejadian schistosomiasis namun diharapkan pihak sekolah tetap terus melakukan penyuluhan yang lebih intensif tentang cara penularan Schistosomiasis agar siswa lebih waspada dan mengurangi kontak dengan air sungai/parit yang terinfeksi schistosomiasis dalam bentuk kegiatan apa pun seperti bermain di daerah fokus dan tetap menggunakan sepatu boot pada saat beraktivitas/bermain. Saran diharapkan pihak sekolah tetap terus melakukan penyuluhan yang lebih intensif tentang cara penularan schistosomiasis agar siswa lebih waspada dan mengurangi 25

32 kontak dengan air sungai/parit yang terinfeksi schistosomiasis dalam bentuk kegiatan apa pun seperti bermain di daerah fokus dan tetap menggunakan sepatu boot pada saat beraktivitas/bermain. Penyelenggaraan Laboratorium 1) Instalasi Laboratorium Parasitologi Kegiatan yang dilaksanakan di Unit Parasitologi yaitu: Kultur In vivo Plasmodium berghei sebanyak 2 kali dengan 3 tahap kegiatan a. Pembuatan, pewarnaan dan pemeriksaan isolat P.berghei b. Pengecekan mencit yang akan digunakan di Instalasi Hewan Coba c. Infeksi P. berghei pada Mus musculus (mencit) dengan menggunakan isolat yang lama Hasil kegiatan : isolat yang diperiksa berjumlah 6 dengan 2 yang positif, dari 2 isolat yang positif kemudian di infeksikan ke mencit secara intraperitoneal dengan dosis 0,25 ml ke 4 ekor mencit dan 0,5 ml ke 1 ekor mencit, hasil pemeriksaan dapat dilihat pada tabel berikut : 26

33 Tabel 7. Hasil Pemeriksaan Parasitemia pada Mencit Hasil Pemeriksaan (%) Hari Mencit Jantan Mencit betina Ket. Pengamatan Kepala Dada Ekor Punggung Punggung I II III IV V VI VII Cross check slide malaria hasil survey malaria di dusun sesere tahun 2013 ( dua slide) Hasil kegiatan : dua slide positif Plasmodium malariae Identifikasi Protozoa pada hewan Hasil kegiatan : semua slide yang di identifikasi semua negatif (48 slide) Pemeriksaan Isolat P.berghei Hasil kegiatan : semua slide yang di identifikasi semua negatif (32 slide) Identifikasi protozoa Hasil kegiatan : semua slide malaria (165 slide) dan sampel tinja (31 sampel) yang di identifikasi semua negatif 27

34 Pemeriksaan tinja menggunakan metode konsentrasi dan direct Hasil pemeriksaan : dari 34 slide yang diperiksa semua negatif. Survei tinja pada masyrakat dan pada anak sekolah kelas 1 di SDN 2 Labuan Toposo Kegiatan yang dilaksanakan di Unit Helmintologi yaitu : Uji in vivo schistosomiasis terhadap mencit Kegiatan ini menggunakan 10 ekor mencit dengan menginfeksikan serkaria. Hasil kegiatan : Dari uji in vivo schistosomiasis pada mencit setelah selesai tahap pemeliharaan (36 hari) yaitu dengan melakukan pemeriksaan feses, dengan hasil pemeriksaan tinja yaitu 7 ekor mencit masih negatif telur cacing S. japonicum dan 3 ekor tidak sempat dilakukan pemeriksaan tinja karena mencit mati. Hasil pemeriksaan tinja mencit yang menunjukkan hasil negatif maka mencit masih tetap dipelihara hingga 60 hari. Berdasarkan pengalaman uji in vivo yang pernah dilakukan tahun sebelumnya yaitu mencit positif telur cacing setelah hari diinfeksi sercaria. Kegiatan nekropsi dilakukan pada 6 ekor mencit karena dalam tahap pemeliharaan hari satu ekor mencit mati. Hasil nekropsi dari 6 ekor mencit tersisa setelah dipelihara selama 60 hari yaitu ditemukan positif cacing Schistosoma japonicum pada tiga ekor mencit yaitu dengan tanda sepanjang punggung dua ekor dan kepala satu ekor. 28

35 Jumlah cacing yang berhasil dikoleksi yaitu sejumlah 31 pasang cacing dewasa dan 15 pasang cacing muda. Uji in vitro cacing terhadap tanaman Rondo Kegiatan uji in vitro dilakukan di laboratorium Helmintologi selama 4 hari, Metode uji yang dilakukan menggunakan cacing Ascaris suum terhadap larutan ekstrak murni dari tanaman rondo yang kemudian dibuat dalam 4 konsentrasi yaitu 8 mg/ml, 16 mg/ml, 24 mg/ml, 32 mg/ml, dengan pengulangan 3x dengan kontrol negatif pada suhu 37 C. Konsentrasi ini dibuat berdasarkan pada konsentrasi dasar yang digunakan pada masyarakat Kulawi untuk pengobatan kecacingan pada manusia yaitu 16 mg/ml (3 sendok makan ekstrak murni) diminum 3 x sehari. Pengujian kemampuan cacing bertahan terhadap ekstrak tanaman rondo dengan konsentrasi yang telah dibuat diamati dalam 1 jam pertama selama 6 jam, selanjutnya diamati per 12 jam lalu per 24 jam selama 4 hari. Hasil Kegiatan : 1. Pengamatan 1 jam selama 6 jam : Konsentrasi 8 mg/ml : Cacing uji bergerak aktif sama seperti cacing pada kontrol negatif. Konsentrasi 16 mg/ml, 24 mg/ml, dan 32 mg/ml : cacing uji kurang bergerak dibandingkan dengan kontrol dan terlihat agak meregang. 2. Pengamatan per 12 jam (6 jam kedua) : Konsentrasi 8 mg/ml : Cacing uji masih bergerak aktif sama seperti cacing pada kontrol negatif. Konsentrasi 16 mg/ml dan 24 mg/ml cacing kurang bergerak dengan posisi tidak 29

36 berubah dan pada konsentrasi 32 mg/ml : cacing uji malah bergerak sangat aktif dibandingkan dengan cacing pada kontrol. 3. Pengamatan per 24 jam ( 12 jam kedua) : cacing uji yang ada di keempat konsentrasi yang digunakan, terlihat meregang, kurang pergerakan terutama dikonsentrasi 24 mg/ml dan 32 mg/ml, namun cacing uji tersebut masih dalam kondisi hidup. 4. Pengamatan per 24 jam ( 24 jam kedua s/d 24 jam ke empat) : Pengamatan pada jam 24 kedua cacing uji yang ada di konsentrasi terendah yaitu 8 mg/ml dan 16 mg/ml masih terlihat mulus permukaan kulitnya dan larutan kultur tidak berbusa. Cacing uji yang ada pada konsentrasi 24 mg/ml dan 32 mg/ml terlihat meregang dan permukaan kulit lembek serta larutan kultur yang digunakan berbusa. Namun keseluruhan cacing masih dalam kondisi hidup. Cacing yang ada pada wadah kontrol masih terlihat mulus dan bergerak seperti awal pengujian. Pengukuran konsentrasi Antigen dan Antibodi Metode yang digunakan dalam pengujian kualitas antigen dan antibodi yaitu dengan terlebih dahulu mengoperasikan alat dengan memilih item pada tanda pengukuran protein. Setelah alat disetel sesuai kebutuhan lalu masukkan blank yaitu larutan PBS sebanyak 2 µl pada tempat sampel lalu tutup dan enter untuk membaca, selanjutnya bersihkan dengan tissue lensa larutan PBS yang telah diukur 30

37 konsentrasinya. Sampel yaitu antigen dan antibodi dikur sama prosedurnya dengan larutan PBS tadi, disela pemeriksaan harus dibersihkan dengan tissue lensa sebelum mengukur sampel selanjutnya. Hasil kegiatan : Hasil kegiatan dari uji konsentrasi AgES asal cacing dan antigen anti ES Schiatosoma japonicum adalah yaitu konsentrasi protein dalam AgES = 2,48 mg/ml pemeriksaan pertama 2,251 mg/ml pemeriksaan kedua sehingga rata-rata 2,5 mg/ml dengan konsentrasi BSA 3,28 mg/ml. Pemeriksaan antibodi anti ES S. japonicum yaitu 15,281 mg/ml dan pemeriksaan kedua 15,785 sehingga rata-rata yaitu sekitar 15,5 mg/ml dengan konsentrasi BSA 23,228 mg/ml. Identifikasi Helmint 1. Kegiatan identifikasi telur cacing dilakukan pengumpulan sampel tinja pada mahasiswa magang UNHAS pada bulan Agustus Dari 11 orang mahasiswa hanya terkumpul 7 sampel tinja. Metode yang digunakan untuk pemeriksaan sampel tinja adalah metode KATO KATZ. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa semua sampel negatif atau tidak ditemukan telur cacing. 2. Kegiatan identifikaasi helmint ini juga dilakukan pada mikrofolaria yaitu pengambilan darah perifer melalui ujung jari pada 11 orang mahasiswa UNHAS, yang kemudian dilakukan pembuatan sediaan darah, pewarnaan menggunakan giemsa dan pemeriksaan spesimen filariasis. Dari hasil pemeriksaan 11 slide 31

38 sediaan darah filariasis menunjukkan hasil yang negatif mikrofilaria. 3. Kegiatan identifikasi telur cacing selanjutnya dilakukan pada masyarakat di desa Lemban Tongoa. Kegiatan ini juga meliputi pengambilan sampel tinja dan sampel darah untuk mengidentifikasi telur cacing dalam tinja dan mengidentifikasi mikrofilaria dalam darah. Survei dilakukan di dusun I sampel tinja yang terkumpul berasal dari 31 orang, spesimen tinja dibuat menggunakan metode Kato Katz dan direct. Hasil pemeriksaan menunjukkan semua sampel tinja negatif telur cacing. Kegiatan SDJ yaitu pengambilan darah perifer melalui ujung jari, yang kemudian dilakukan pembuatan sediaan darah sesuai standard WHO yaitu spesimen filariasis dibuat dalam 3 paralel,pewarnaan menggunakan giemsa dengan perbandingan 1 : 50 selama 30 menit. Hasilpemeriksaan dari 164 responden semua spesimen menunjukkan hasil negatif mikrofilaria. 4. Identifikasi helmint yaitu dilakukan survei tinja pada petugas Balai Litbang P2B2 Donggala yaitu di kalangan CS. Sampel tinja yang berhasil dikumpulkan berasal dari 17 orang. Spesimen tinja dibuat menggunakan metode Kato Katz. Hasil pemeriksaan spesimen yaitu diperoleh semua spesimen negatif telur cacing. 5. Identifikasi helmint masih dilanjutkan karena dari semua survei hasil negatif telur cacing, sehingga dilakukan survei tinja pada masyarakat di Dusun I Labuan Toposo dan pada anak sekolah kelas I dan II di SDN 2 Labuan 32

39 Toposo. Metodde yang digunakan yaitu dengan Kato katz. Hasilnya hanya satu spesimen positif telur cacing yaitu Tricuris triciura dan tidak ditemukan telur cacing Hook worm. 2) Instalasi Entomologi Kegiatan yang dilaksanakan yaitu sebagai berikut: Survei jentik Aedes spp di Tempat-Tempat Umum di Kecamatan Tanantovea. Hasil kegiatan : Dari 46 TTU yang tersebar di 10 desa, dengan 14 ttu yang positif jentik nyamuk desa wani 1 paling banyak di temukan TTU ( 12 ) dengan proporsi keberadaan jentik 26,09%. Koleksi serangga Koleksi serangga dilakukan dengan menyelipkan pada kegiatan penelitian yang dilaksanakan didesa rezeki. Adapun hasilnya sebagai berikut. a. Penangkapan nyamuk dewasa - An. ludlowae 22 ekor - Cx. vishnui 5 ekor - Cx. mimulus 1 ekor - Ae. albopictus 4 ekor - Ar. kuchingensis 1 ekor - Ar. subalbatus 1 ekor - Anopheles (10 spesies); - Culex (4 spesies); - Aedes ( 1 spesies); - Armigeres ( 1 spesies); - Mansonia ( 1 spesies); - Uranotaenia (1 spesies) 33

40 b. Survey jentik - An. maculatus 1 ekor - An. peditaeniatus 2 ekor - An. sinensis 2 ekor - An. flavirostris 1 ekor - Ae. albopictus 1 ekor c. Serangga lainnya - Ordo Lepidoptera (kupu-kupu) : 31 ekor - Ordo Odonata (capung) : 3 ekor Uji susceptibility insektisida - Uji Kerentanan Aedes Aegypti Terhadap Insektisida Malation 8% (expired date Mei 2014) hasil kematian 100% pada nyamuk, menunjukan bahwa insektisida malathion 8% yang digunakan masih peka. - Uji Kerentanan Aedes Aegypti Terhadap Insektisida Permethrin 0,75% (expired date mei 2012) Hasil kematian 4% pada nyamuk uji menunjukkan bahwa insektisida Permethrin 0,75%, daya bunuh bahan aktifnya sesuai dengan masa kadaluarsanya yang telah kadaluarsa sejak Mei 2012 sehingga tidak efektif lagi membunuh nyamuk uji Pendampingan orentasi CPNS Pendampingan mahasiswa kedokteran UNTAD melakukan uji insektisida ekstrak kulit buah Durian Mendampingi Guru dan siswa SMA Negeri 1 Palu melakukan uji insektisida ekstrak Daun Beluntas. Pendampingan mahasiswa melakukan uji repellent ekstrak etanol kulit buah langsat ( Lansium domesticum) terhadap aktivitas nyamuk Aedes aegypti pada berbagai konsentrasi, sebanyak 3 kali pendampingan. 34

41 Pendampingan mahasiswa magang (UNHAS) : pengenalan alat entomologi, pembekalan materi sekilas tentang nyamuk, survei jentik Anopheles sp disekitar sawah dan sungai, survei nyamuk Aedes sp di rumah dinas, penangkapan nyamuk dewasa, Identifikasi nyamuk, pembedahan nyamuk, survei keong di Napu. Perawatan dan penambahan spesimen Hasil kegiatan : terawatnya 8 kotak spesimen serangga dan penambahan spesimen berupa An vagus (8), An. Tesselatus (15), An. barbumrosus (1), An.nigerrimus (9), An.barbirostris (15). 3) Instalasi Sumber Daya Hayati Kegiatan yang dilaksanakan yaitu: Budidaya Tanaman obat/ Peremajaan Tanaman obat Kegiatan Budidaya tanaman obat sampai saat ini adalah melakukan peremajaan kembali tanaman obat yang telah dipanen ataupun mengganti yang kurang berkembang, diantaranya adalah kumis kucing, mahkota dewa, Lidah buaya, Miana, Lavender, Kunyit, Kunyit putih, Temulawak, Temu hitam, kunyit hitam, temulawak, lavender, sirih merah, zodia, daun landep- sembung, daun unggu dan gedi merah, kencur, temu kunci, kayu putih, brotowali, kualot, Pembuatan Simplisia Simplisia yang dihasilkan terdiri dari mahkota dewa sebanyak 1,9 kg, serai sebanyak 600 gr, temulawak sebanyak 1,5 kg, Rosella sebnyak 1,1 kg, kunyit putih 35

42 sebanyak 800 gr, biji kualot, Rosella dan temu hitam, mawar, kenanga 350 gr. Pembuatan herbarium basah Pembuatan herbarium basah sebanyak tiga jenis yaitu herbarium basah kunyit temulawak dan temu hitam masingmasing 1 toples Uji toksik getah biduri terhadap larva nyamuk Aedes aegypti (uji Pendahuluan) Pada uji pendahuluan ini, dengan menggunakan konsentrasi 250 ppm, 500 ppm, 1000 ppm, 1500 ppm, 2000 ppm, namum yang efektif pada konsentrasi 1000 ppm, 1500 ppm, 2000 ppm Pemeliharaan predator jentik Pemeliharaan predator jentik dilakukan dengan cara melakukan budidaya ikan nila sebanyak 2 ekor, ikan mujair 4 ekor, Pembuatan starter pupuk kompos (secara anaerob) Tempat pembuatan starter yang masih sangat sederhana, sehingga waktu panen masih tercampur antara cairan starter dengan bahan utamanya, tetapi dengan keterbatasan tempat dapat diahsilkan 3 L starter pupuk kompos. Pembuatan pupuk kompos (kotoran sapi, daun -daunan, batang pisang dan stater EM4) Tempat pembuatan kompos yang masih sangat sederhana, sehingga hasil yang diperoleh kurang maksimal namum 36

43 tidak mengurangi semangat untuk melakukan kembali pembuatan pupuk. Pemanfaatan Instalasi SDH oleh Mahasiswa dan Instalasi di Balai Litbang P2B2 Donggala 1. Uji kualitatif TO di antaranya : Daun delima, daun jambu biji, daun miana, sereh, rondo. 2. Uji bioinsectisida getah widuri. Hasil kegiatan : Getah biduri mrngandung alkaloid, fenolat, flavonoid, dan tannin. 3. Uji efektifitas getah widuri terhadap keong Oncomelania Hupensislindoensis. Hasil kegiatan : Getah biduri efektif terhadap keong O.H. Lindoensis 4. Pendampingan penelitian mahasiswa Hasil kegiatan : Mendampingi mahasiswa FKIP-kimia, Kedokteran, Universitas Tadulako (UNTAD), dan Mahasiswa FKM-UNHAS, 4) Instalasi Biomolokuler Kegiatan yang dilakasanakan yaitu Konfirmasi spesies Aedes aegypti dari HC (pada F52 yang kurang jelas secara morfologi. Hasil kegiatan : a. Ekstraksi DNA Nyamuk Aedes aegypti Proses ekstraksi DNA nyamuk Ae. aegypti berhasil dilaksanakan. DNA genom yang berhasil diisolasi dicek 37

44 konsentrasinya dengan alat maestro nano. Konsentrasi DNA yang diperoleh adalah sebagai berikut: a. Telur Aedes I: 16,65 ng/ul b. Kulit larva Aedes I: 10,71 ng/ul c. Kulit pupa Aedes I: 14,90 ng/ul d. Telur Aedes II: 18,97 ng/ul e. Kulit pupa Aedes II: 18,97 ng/ul f. Kulit larva instar 3 Aedes II: 13,56 ng/ul b. Kegiatan amplifikasi DNA Nyamuk Aedes aegypti menggunakan PCR Kegiatan amplifikasi DNA dilakukan dengan menggunakan Primer ITS2 ( Ae. aegypti). Tahap ampilifkasi sudah dilakukan sesuai prosedur, yaitu sebanyak 35 siklus. Pada saat siklus tengah berlangsung 27 siklus, terjadi mati lampu, sehingga proses PCR terhenti. Produk PCR yang belum selesai tetap dicoba untuk dielektroforesis untuk melihat apakah amplifikasi sudah optimal. Hasil elektroforesis tidak menunjukkan adanya band dari DNA nyamuk Ae. aegypti. Berdasarkan hal tersebut, kegiatan amplifikasi harusnya dilakukan kembali dengan DNA genome Ae. aegypti yang sudah tersedia. Studi keragaman Anopheles (Ekstraksi DNA, Elektroforesis dan PCR Nyamuk Anopheles) Ekstraksi DNA nyamuk menggunakan kit invitrogen. DNA genom yang berhasil diisolasi dicek konsentrasinya dengan 38

45 alat maestro nano. Konsentrasi DNA yang diperoleh adalah sebagai berikut: a. Sampel I1 : 17,33 ng/ul b. Sampel I2 : 19,84 ng/ul c. Sampel B1: 34,79 ng/ul d. Sampel B2: 25,76 ng/ul e. Sampel E1: 23,89 ng/ul Studi molekuler epidemiologi O.h.lindoensis (Ekstraksi DNA, Elektroforesis dan PCR keong O.h.lindoensis) DNA keong berhasil diisolasi dan diamplifikasi dengan primer ITS O.hupensis. Hasil pengukuran konsentrasi DNA keong O.h.lindoensis dengan maestro nano adalah sebagai berikut: Sampel keong 1: 91,55 ng/ul; Sampel keong 2: 122,04 ng/ul; Sampel keong 3: 42,98 ng/ul. 39

46 M K1 K2 K3 Gambar 1. Hasil Amplifikasi PCR DNA keong O.h.lindoensis Dari Lindu dengan Primer ITS OH Profil elektroforesis hasil PCR DNA keong O.h.lindoensis dari Lindu dengan primer ITS2 OH. M: marker; K1-K3: sampel keong O.h.lindoensis 1-3. Pemeriksaan Toksoplasmosis dengan metode ELISA Pemeriksaan Toksoplasmosis dengan metode ELISA dilakukan pada 6 sampel darah dari lingkungan Balai Litbang P2B2 Donggala. Hasil ELISA menunjukkan satu sampel positif IgG Toksoplasma dari 6 sampel yang diperiksa. 40

47 Analisis keragaman genetik cacing schistosoma japonicum DNA cacing berhasil diisolasi dan diamplifikasi dengan primer 18S S. japonicum. Hasil pengukuran konsentrasi DNA keong cacing S.japonicum dengan maestro nano adalah sebagai berikut: Pengukuran konsentrasi DNA dilakukan terhadap sampel cacing S.japonicum, dua jantan dan dua betina yang sudah diinkubasi selama satu bulan. Konsentrasi DNA sampel adalah sebagai berikut: Tabel 8. Hasil pengukuran konsentrasi DNA sampel cacing S.japonicum No Kode sampel Konsentrasi DNA (ng/ul) 1 J ,28 2 J ,48 3 J ,73 4 J ,71 5 B ,63 6 B ,48 7 B ,43 8 B ,86 41

48 M Gambar 2. Hasil amplifikasi PCR DNA cacing S.japonicum hasil infeksi serkaria dengan primer 18 S S.japonicum Gambar 2. Profil elektroforesis hasil PCR DNA keong S.japonicum dengan primer 18S S.japonicum; M: marker; 1-2: sampel cacing S.japonicum betina; 3-4: sampel cacing S.japonicum jantan. 42

49 Isolasi DNA tanaman obat DNA tanaman obat (lavender) b erhasil diisolasi dan diukur konsentrasinya mengggunakan alat maestro nano. Pengukuran konsentrasi DNA dilakukan secara duplo terhadap empat sampel tanaman lavender. DNA sampel adalah sebagai berikut: Konsentrasi Tabel 9. Hasil pengukuran konsentrasi DNA sampel cacing S.japonicum No Kode sampel Konsentrasi DNA (ng/ul) , , , , , , , ,67 5) Instalasi Hewan Coba Kegiatan yang dilaksanakan yaitu : a. Kegiatan pemeliharaan dan pengembangbiakan mencit (Mus musculus) dan tikus (Rattus norvegicus) : - Mencit dan tikus dikembangbiakan secara terpisah. Untuk mencit dikandangkan di tempat khusus mencit yang berisi serbuk gergaji. Setiap kandang diisi dengan satu ekor mencit jantan dan 1 5 ekor mencit betina. Sedangkan tikus putih setiap kandang diisi dengan satu ekor tikus putih jantan dan 2 ekor tikus putih betina. - Memberi makanan berupa campuran dari jagung dan pelet setiap hari jam 9.00 pagi. Pakan untuk mencit dan 43

50 tikus diberikan dua kali sehari secara rutin. Kemudian memberi air minum ad libitum setiap hari, menambah air jika air pada botol minum mulai berkurang. Dilakukan penimbangan berat badan mencit dan tikus sekali seminggu. Untuk mengontrol kesehatan mencit dan tikus putih dilakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin. - Mencit yang bunting (21 hari) dipisahkan dan dikandangkan dalam box kandang dengan perawatan khusus yaitu selama mencit melahirkan sampai menyusui (18-21 hari) sekam tidak boleh diganti dan setiap hari diberikan pakan dan air minum. Setelah anak mencit berumur 22 hari, anak mencit tersebut disapih dari induknya. Kemudian anak mencit tersebut dibiarkan satu kandang selama 8-10 minggu. Setelah itu anak mencit dipisah dan siap untuk dikawinkan. b. Kegiatan Pemeliharaan Nyamuk : 1. Pemeliharaan Aedes spp - Telur yang didapatkan dari nyamuk dewasa, dihitung kemudian ditetaskan dalam nampan penetasan. Dicatat umur telur, tanggal penetasan, generasi, suhu air, ph air suhu dan kelembaban udara. Nampan diisi air dengan volume 2/3 dari nampan. Nampan tersebut ditutup dengan kain kasa untuk menghindari adanya nyamuk lain yang bertelur di nampan tersebut atau untuk mencegah adanya pupa yang belum dipindahkan ke gelas plastik sudah menjadi nyamuk terlepas. Setelah 1 3 hari telur akan menetas menjadi larva instar I. Proses penetasan kadangkala 44

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Donggala

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Donggala LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2014 Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Donggala Tahun 2015 LAKBALAI LITBANG P2B2 DONGGALA 2014 KATA PENGANTAR Puji syukur kami

Lebih terperinci

Selamat Datang di PENYAKIT BERSUMBER DONGGALA BINATANG (P2B2) DONGGALA BALAI LITBANG PENGENDALIAN PENYAKIT PROFIL TAHUN 2016

Selamat Datang di PENYAKIT BERSUMBER DONGGALA BINATANG (P2B2) DONGGALA BALAI LITBANG PENGENDALIAN PENYAKIT PROFIL TAHUN 2016 Selamat Datang di PROFIL TAHUN 2016 BALAI LITBANG PENGENDALIAN PENYAKIT BALAI BERSUMBER LITBANG BINATANG PENGENDALIAN (P2B2) PENYAKIT BERSUMBER DONGGALA BINATANG (P2B2) DONGGALA BADAN LITBANGKES KEMENTERIAN

Lebih terperinci

LABORATORIUM PARASITOLOGI DAN ENTOMOLOGI

LABORATORIUM PARASITOLOGI DAN ENTOMOLOGI LABORATORIUM PARASITOLOGI DAN ENTOMOLOGI Kegiatan Infeksi cercaria Schistosoma japonicum pada hewan coba (Tikus putih Mus musculus) 1. Latar belakang Schistosomiasis atau disebut juga demam keong merupakan

Lebih terperinci

KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN

KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN KEGIATAN PENELITIAN Schistosomiasis atau disebut juga demam keong merupakan penyakit parasitik yang disebabkan oleh infeksi cacing yang tergolong dalam genus Schistosoma. Ada tiga spesies Schistosoma yang

Lebih terperinci

LAPORAN TAHUNAN TAHUN Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Donggala

LAPORAN TAHUNAN TAHUN Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Donggala LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2015 Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Donggala Tahun 2016 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah, karena atas rahmat dan

Lebih terperinci

LAPORAN TAHUNAN TAHUN Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Donggala

LAPORAN TAHUNAN TAHUN Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Donggala LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2013 Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Donggala Tahun 2014 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah, karena atas rahmat dan

Lebih terperinci

Prevalensi Trematoda pada Sapi Bali yang Dipelihara Peternak di Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung

Prevalensi Trematoda pada Sapi Bali yang Dipelihara Peternak di Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung Prevalensi Trematoda pada Sapi Bali yang Dipelihara Peternak di Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung THE PREVALENCE OF TREMATODES IN BALI CATTLE BREEDERS REARED IN THE SOBANGAN VILLAGE, MENGWI

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Pengadaan dan Pemeliharaan Nyamuk Aedes aegypti Pemeliharaan Nyamuk Aedes aegypti

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Pengadaan dan Pemeliharaan Nyamuk Aedes aegypti Pemeliharaan Nyamuk Aedes aegypti 14 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama tujuh bulan mulai dari bulan Juli 2011 hingga Februari 2012, penelitian dilakukan di Insektarium Bagian Parasitologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah Explanatory Research yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan antara variabel variabel melalui

Lebih terperinci

Rencana Kinerja Tahunan Balai Litbang P2B2 Donggala Tahun 2015

Rencana Kinerja Tahunan Balai Litbang P2B2 Donggala Tahun 2015 Rencana Kinerja Tahunan Balai Litbang P2B2 Donggala Tahun 2015 KEMENTERIAN KESEHATAN R.I BADAN LITBANG KESEHATAN BALAI LITBANG P2B2 DONGGALA Mei 2014 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL 1 DAFTAR ISI 2 EDITOR 3 KATA

Lebih terperinci

Proses Penularan Penyakit

Proses Penularan Penyakit Bab II Filariasis Filariasis atau Penyakit Kaki Gajah (Elephantiasis) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Filariasis disebabkan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Lokasi Pengambilan Sampel

BAHAN DAN METODE Lokasi Pengambilan Sampel BAHAN DAN METODE Lokasi Pengambilan Sampel Nyamuk untuk bahan uji dalam penelitian ini berasal dari telur Aedes aegypti yang diperoleh dari wilayah Jakarta Timur yang memiliki kasus demam berdarah tertinggi.

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Donggala

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Donggala LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2015 Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Donggala Tahun 2016 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Alllah SWT, karena

Lebih terperinci

TABEL HIDUP NYAMUK VEKTOR MALARIA Anopheles subpictus Grassi DI LABORATORIUM.

TABEL HIDUP NYAMUK VEKTOR MALARIA Anopheles subpictus Grassi DI LABORATORIUM. TABEL HIDUP NYAMUK VEKTOR MALARIA Anopheles subpictus Grassi DI LABORATORIUM Nur Rahma 1, Syahribulan 2, Isra Wahid 3 1,2 Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin 3 Jurusan Parasitologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Filariasis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filaria (Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, Brugia timori). Penyakit ini ditularkan melalui nyamuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. klasifikasinya nyamuk dibagi dalam dua subfamili yaitu Culicinae yang terbagi

BAB I PENDAHULUAN. klasifikasinya nyamuk dibagi dalam dua subfamili yaitu Culicinae yang terbagi 1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Nyamuk merupakan vektor atau penular utama dari penyakit. Menurut klasifikasinya nyamuk dibagi dalam dua subfamili yaitu Culicinae yang terbagi menjadi 109 genus

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK SURAT PENGESAHAN NOMOR SP DIPA--0/AG/2014 DS 7003-9134-1092-0094 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. UU No. 23 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN.  1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Filariasis merupakan penyakit menular yang terdapat di dunia. Sekitar 115 juta penduduk terinfeksi W. Bancrofti dan sekitar 13 juta penduduk teridentifikasi sebagai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

III. METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah III. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). B. Waktu dan Tempat Penelitian

Lebih terperinci

RENCANA KERJA TAHUNAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA TAHUNAN TAHUN 2015 RENCANA KERJA TAHUNAN TAHUN 2015 KEMENTERIAN KESEHATAN RI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN LOKA LITBANG P2B2 BATURAJA 1 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. A. latar belakang. Di indonesia yang memiliki iklim tropis. memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dengan baik

BAB I. Pendahuluan. A. latar belakang. Di indonesia yang memiliki iklim tropis. memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dengan baik BAB I Pendahuluan A. latar belakang Di indonesia yang memiliki iklim tropis memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dengan baik dan dapat berfungsi sebagai vektor penyebar penyakitpenyakit seperti malaria,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sebagai vektor penyakit seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sebagai vektor penyakit seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara tropis di dunia dan memiliki kelembaban dan suhu optimal yang mendukung bagi kelangsungan hidup serangga. Nyamuk merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Serangga mempunyai berbagai peran di ekosistem yang oleh manusia

BAB I PENDAHULUAN. Serangga mempunyai berbagai peran di ekosistem yang oleh manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Serangga mempunyai berbagai peran di ekosistem yang oleh manusia dikelompokan menjadi serangga yang menguntungkan atau merugikan. Serangga yang dianggap merugikan misalnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimental dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimental dengan 40 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Konsentrasi ekstrak daun jambu biji merah (Psidium

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAHAN DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juni 2010 sampai dengan bulan Desember 2010 di kandang percobaan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kaki gajah, dan di beberapa daerah menyebutnya untut adalah penyakit yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kaki gajah, dan di beberapa daerah menyebutnya untut adalah penyakit yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Filariasis atau elephantiasis dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai penyakit kaki gajah, dan di beberapa daerah menyebutnya untut adalah penyakit yang disebabkan infeksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Nyamuk Aedes Sp Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya relatif optimum, yakni senantiasa lembab sehingga sangat memungkinkan pertumbuhan

Lebih terperinci

Risk factor of malaria in Central Sulawesi (analysis of Riskesdas 2007 data)

Risk factor of malaria in Central Sulawesi (analysis of Riskesdas 2007 data) Penelitian Jurnal Epidemiologi dan Penyakit Bersumber Binatang (Epidemiology and Zoonosis Journal) Vol. 4, No. 4, Desember 2013 Hal : 175-180 Penulis : 1. Junus Widjaja 2. Hayani Anastasia 3. Samarang

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 42 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR,

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 42 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR, BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 42 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR, Menimbang : a. bahwa untuk pelaksanaan lebih lanjut Peraturan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian daya tolak ekstrak daun pandan wangi (P. amaryllifolius) terhadap

III. METODE PENELITIAN. Penelitian daya tolak ekstrak daun pandan wangi (P. amaryllifolius) terhadap 21 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian daya tolak ekstrak daun pandan wangi (P. amaryllifolius) terhadap nyamuk Ae. aegypti dilakukan pada bulan Maret 2010 dilakukan di laboratorium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit penyebab masalah kesehatan masyarakat terutama di negara tropis dan sub tropis yang sedang berkembang. Pertumbuhan penduduk yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan mematikan bagi manusia, seperti demam berdarah (Aedes aegypti L.), malaria

I. PENDAHULUAN. dan mematikan bagi manusia, seperti demam berdarah (Aedes aegypti L.), malaria I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Nyamuk merupakan vektor atau penular beberapa jenis penyakit berbahaya dan mematikan bagi manusia, seperti demam berdarah (Aedes aegypti L.), malaria (Anopheles), kaki

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan konsentrasi ekstrak daun

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan konsentrasi ekstrak daun 36 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan konsentrasi ekstrak daun

Lebih terperinci

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN BUPATI BONDOWOSO NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN BUPATI BONDOWOSO NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI BONDOWOSO PERATURAN BUPATI BONDOWOSO NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BONDOWOSO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BONDOWOSO,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Peneiltian Penelitian ini menggunakan eksperimen murni dengan metode post test only control group design. Desain penelitian ini dipilih karena perlakuannya dilakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian penentuan daya tolak ekstrak daun sirih (Piper bettle L.) terhadap

III. METODE PENELITIAN. Penelitian penentuan daya tolak ekstrak daun sirih (Piper bettle L.) terhadap III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian penentuan daya tolak ekstrak daun sirih (Piper bettle L.) terhadap nyamuk Ae. aegypti ini dilakukan pada bulan Maret 2010 yang meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles,

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles, Culex, Armigeres.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan September - Oktober 2014 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan September - Oktober 2014 di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan September - Oktober 2014 di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles sp. betina (Depkes R.I.,

1. PENDAHULUAN. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles sp. betina (Depkes R.I., 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Malaria merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini banyak ditemukan dengan derajat dan infeksi yang bervariasi. Malaria

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and Development, PT Gunung Madu Plantations (PT GMP), Kabupaten Lampung Tengah.

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi

Lebih terperinci

Revisi ke 01 Tanggal : 31 Juli 2014

Revisi ke 01 Tanggal : 31 Juli 2014 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 27 Tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap ketahanan nasional, resiko Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) pada ibu

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap ketahanan nasional, resiko Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) pada ibu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria sebagai salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, berdampak kepada penurunan kualitas sumber daya manusia yang dapat menimbulkan

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2014 NOMOR : SP DIPA /2014 DS:

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2014 NOMOR : SP DIPA /2014 DS: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar : 1. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2. UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3. UU No. 23 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan menempati urutan pertama di Asia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan menempati urutan pertama di Asia. Pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia dan menempati urutan pertama di Asia. Pada tahun 2014, sampai pertengahan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI FILARIASIS YANG DISEBABKAN OLEH CACING NEMATODA WHECERERIA

IDENTIFIKASI FILARIASIS YANG DISEBABKAN OLEH CACING NEMATODA WHECERERIA IDENTIFIKASI FILARIASIS YANG DISEBABKAN OLEH CACING NEMATODA WHECERERIA Editor: Nama : Istiqomah NIM : G1C015022 FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN KEPERAWATAN TAHUN AJARAN 2015 /2016 1 IDENTIFIKASI FILARIASIS

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN SCHISTOSOMIASIS DI DESA PUROO KECAMATAN LINDU KABUPATEN SIGI TAHUN 2014 ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN SCHISTOSOMIASIS DI DESA PUROO KECAMATAN LINDU KABUPATEN SIGI TAHUN 2014 ABSTRAK ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN SCHISTOSOMIASIS DI DESA PUROO KECAMATAN LINDU KABUPATEN SIGI TAHUN 2014 Rasyika Nurul 1, Muh. Jusman Rau 2, Lisdayanthi Anggraini 2 1.Bagian Promosi Kesehatan, Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara tropis terbesar di dunia. Iklim tropis menyebabkan timbulnya berbagai penyakit tropis yang disebabkan oleh nyamuk dan sering

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 27 Tahun

Lebih terperinci

Revisi ke : 04 Tanggal : 24 Juli 2014

Revisi ke : 04 Tanggal : 24 Juli 2014 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : SATU SET DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN A. DASAR HUKUM : 1. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2. UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lebih dari setengah penduduk menggantungkan hidupnya pada beras yang

I. PENDAHULUAN. lebih dari setengah penduduk menggantungkan hidupnya pada beras yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padi (Oryza sativa L.) di Indonesia merupakan tanaman pangan terpenting karena lebih dari setengah penduduk menggantungkan hidupnya pada beras yang dihasilkan tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular yang menahun yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles, Culex, Armigeres.

Lebih terperinci

Siklus kelamin poliestrus (birahi) g jantan dan betina

Siklus kelamin poliestrus (birahi) g jantan dan betina Lama bunting Kawin sesudah beranak Umur sapih Umur dewasa kelamin Umur dikawinkan Siklus kelamin poliestrus (birahi) Lama estrus Saat perkawinan Berat lahir Berat dewasa Jumlah anak perkelahiran Kecepatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di negara negara

I. PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di negara negara I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Nyamuk Aedes aegypti merupakan salah satu vektor yang dapat menyebabkan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Penyakit DBD merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 27 Tahun

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Bab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Filariasis limfatik adalah penyalit menular yang disebabkan oleh cacing filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk dan berdampak pada kerusakan sistem limfe

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria masih merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia, terutama di negara-negara tropis dan subtropis. Kurang lebih satu miliar penduduk dunia pada 104 negara (40%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya terdapat sekitar 15 juta penderita malaria klinis yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya terdapat sekitar 15 juta penderita malaria klinis yang mengakibatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Malaria adalah salah satu penyakit yang mempunyai penyebaran luas, sampai saat ini malaria menjadi masalah kesehatan masyarakat Indonesia. Berdasarkan Survei

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 21 III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan konsentrasi ekstrak daun pandan wangi yaitu 30%, 35%, 40%, 45% dan 50% serta aquades sebagai

Lebih terperinci

IKHTISAR EKSEKUTIF Balai Litbang P2B2 Banjarnegara Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015

IKHTISAR EKSEKUTIF Balai Litbang P2B2 Banjarnegara Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015 IKHTISAR EKSEKUTIF Balai Litbang P2B2 telah berupaya untuk secara bertahap dapat melaksanakan visi, misi, tugas dan fungsinya sebagai unit Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Deklarasi Milenium yang merupakan kesepakatan para kepala negara dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Deklarasi Milenium yang merupakan kesepakatan para kepala negara dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Deklarasi Milenium yang merupakan kesepakatan para kepala negara dan perwakilan dari 189 negara dalam sidang Persatuan Bangsa-Bangsa di New York pada bulan September

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN BABI TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK

PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN BABI TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN BABI TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 KATA PENGANTAR Pengembangan pembibitan

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD

KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD Nomor : Revisi Ke : Berlaku Tgl: KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD UPT KESMAS TAMPAKSIRING 1. Pendahuluan Dewasa ini, pembangunan kesehatan di Indonesia dihadapkan pada masalah

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Eliminasi Malaria di Daerah; BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 67 TAHUN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena dalam penelitian ini dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih me rupakan salah satu masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih me rupakan salah satu masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih me rupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan 29 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan desain Rancangan Acak Lengkap (RAL) berdasarkan prosedur yang direkomendasikan oleh

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.)TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III

EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.)TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.)TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan

Lebih terperinci

PENGARUH PERILAKU HIDUP SEHAT TERHADAP KEJADIAN ASCARIASIS PADA SISWA SD NEGERI SEPUTIH III KECAMATAN MAYANG KABUPATEN JEMBER

PENGARUH PERILAKU HIDUP SEHAT TERHADAP KEJADIAN ASCARIASIS PADA SISWA SD NEGERI SEPUTIH III KECAMATAN MAYANG KABUPATEN JEMBER PENGARUH PERILAKU HIDUP SEHAT TERHADAP KEJADIAN ASCARIASIS PADA SISWA SD NEGERI SEPUTIH III KECAMATAN MAYANG KABUPATEN JEMBER SKRIPSI Oleh Abdi Jauhari NIM 032010101009 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Revisi ke 05 Tanggal : 27 Desember 2017

Revisi ke 05 Tanggal : 27 Desember 2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin

BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera dan primata lainnya, hewan melata dan hewan pengerat, yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam Berdarah Dengue Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai dengan demam mendadak

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing filaria yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing filaria yang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit menular merupakan penyakit yang ditularkan melalui berbagai media. Penyakit menular menjadi masalah kesehatan yang besar hampir di semua negara berkembang

Lebih terperinci

Rencana Kinerja Tahunan Balai Besar Pelatihan Kesehatan (BBPK) Jakarta Tahun 2015

Rencana Kinerja Tahunan Balai Besar Pelatihan Kesehatan (BBPK) Jakarta Tahun 2015 Rencana Kinerja Tahunan Balai Besar Pelatihan Kesehatan (BBPK) Jakarta Tahun 2015 BADAN PENGEMBANGAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2015 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menetap dan berjangka lama terbesar kedua di dunia setelah kecacatan mental (WHO,

BAB I PENDAHULUAN. menetap dan berjangka lama terbesar kedua di dunia setelah kecacatan mental (WHO, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Filariasis merupakan salah satu penyakit tertua dan paling melemahkan yang dikenal dunia. Filariasis limfatik diidentifikasikan sebagai penyebab kecacatan menetap dan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.15/MEN/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.15/MEN/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.15/MEN/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorium. dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) atau completely randomized

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorium. dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) atau completely randomized III. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorium dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) atau completely randomized design yang terdiri dari 4 perlakuan

Lebih terperinci

Revisi ke 04 Tanggal : 31 Juli 2015

Revisi ke 04 Tanggal : 31 Juli 2015 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 27 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap individu masyarakat yang harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk memproteksi masyarakatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Escherichia coli yang merupakan salah satu bakteri patogen. Strain E. coli yang

BAB I PENDAHULUAN. Escherichia coli yang merupakan salah satu bakteri patogen. Strain E. coli yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit ginjal dan usus pada manusia sangat erat kaitanya dengan bakteri Escherichia coli yang merupakan salah satu bakteri patogen. Strain E. coli yang bersifat zoonosis

Lebih terperinci

BAB III METODE PERCOBAAN. Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan, yaitu perlakuan jenis

BAB III METODE PERCOBAAN. Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan, yaitu perlakuan jenis BAB III METODE PERCOBAAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan, yaitu perlakuan jenis isolat (HJMA-5

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No.5543 LINGKUNGAN HIDUP. Penyakit Hewan. Peternakan. Pengendalian. Penanggulangan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 130) PENJELASAN ATAS

Lebih terperinci

WALIKOTA MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA MALANG PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN ANALISIS EFEKTIVITAS PEMBIAYAAN SEDIAAN BIOLARAS DALAM RANGKA KEMANDIRIAN BAHAN BAKU BIOLARVASIDA

LAPORAN PENELITIAN ANALISIS EFEKTIVITAS PEMBIAYAAN SEDIAAN BIOLARAS DALAM RANGKA KEMANDIRIAN BAHAN BAKU BIOLARVASIDA LAPORAN PENELITIAN ANALISIS EFEKTIVITAS PEMBIAYAAN SEDIAAN BIOLARAS DALAM RANGKA KEMANDIRIAN BAHAN BAKU BIOLARVASIDA Yusnita Mirna Anggraeni, Selma Siahaan, Esti Rahardianingtyas, Wening Wijayanti, Revi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.15/MEN/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.15/MEN/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.15/MEN/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh virus dengue. DBD merupakan penyakit dengan jumlah kasus yang tinggi di

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh virus dengue. DBD merupakan penyakit dengan jumlah kasus yang tinggi di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue. DBD merupakan penyakit dengan jumlah kasus yang tinggi di daerah tropis dan subtropis

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. variabel pada satu saat tertentu (Sastroasmoro, 2011). Cara pengumpulan

BAB III METODE PENELITIAN. variabel pada satu saat tertentu (Sastroasmoro, 2011). Cara pengumpulan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain penelitian Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan menggunakan rancangan cross sectional yaitu melakukan observasi atau pengukuran variabel pada satu

Lebih terperinci

- 1 - BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 44 TAHUN 2011 TENTANG

- 1 - BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 44 TAHUN 2011 TENTANG - 1 - BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 44 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PETERNAKAN KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (BALITTAS) Karangploso Malang pada bulan Maret sampai Mei 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. (BALITTAS) Karangploso Malang pada bulan Maret sampai Mei 2014. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (BALITTAS) Karangploso Malang pada bulan Maret sampai Mei 2014. 3.2 Alat dan Bahan

Lebih terperinci

PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I. (Bagian Parasitologi) didik.dosen.unimus.ac.id

PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I. (Bagian Parasitologi) didik.dosen.unimus.ac.id PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I (Bagian Parasitologi) Pengertian Parasitologi adalah ilmu yang mempelajari jasad renik yang hidup pada jasad lain di dalam maupun di luar tubuh dengan maksud mengambil

Lebih terperinci

3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian

3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian 13 3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian Kabupaten Bulukumba secara geografis terletak di jazirah selatan Propinsi Sulawesi Selatan (+150 Km dari Kota Makassar), yaitu antara 0,5 o 20 sampai 0,5 o 40

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2011a). Tahun 2010 Indonesia tercatat sebagai negara dengan angka kejadian

BAB I PENDAHULUAN. 2011a). Tahun 2010 Indonesia tercatat sebagai negara dengan angka kejadian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan endemis di sebagian kabupaten/kota di Indonesia (Kementerian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi demam akut yang disebabkan oleh empat serotipe virus dengue dari genus Flavivirus ditularkan melalui gigitan nyamuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai perantara (vektor) beberapa jenis penyakit terutama Malaria

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai perantara (vektor) beberapa jenis penyakit terutama Malaria BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyamuk adalah Serangga yang termasuk dalam Phylum Arthropoda, yaitu hewan yang tubuhnya bersegmen-segmen, mempunyai rangka luar dan anggota garak yang berbuku-buku.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Vektor Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa vektor mekanis dan biologis, juga dapat berupa vektor primer dan sekunder.vektor mekanis adalah

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN I. UMUM Pengaturan pengendalian dan penanggulangan Penyakit Hewan menjadi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL ). Perlakuan yang diberikan

III. METODE PENELITIAN. menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL ). Perlakuan yang diberikan 30 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental laboratorium, dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL ). Perlakuan yang diberikan adalah dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi tingginya angka

Lebih terperinci