BAB I PENDAHULUAN. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMP/MTs kelas VII terdapat

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMP/MTs kelas VII terdapat Standar Isi yang memuat Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Salah satu Standar Kompetensi tersebut adalah memahami isi berbagai teks bacaan sastra dengan Kompetensi Dasar menceritakan kembali cerita anak yang dibaca. Untuk bisa memahami bacaan sastra, usaha yang dilakukan yaitu dengan membaca. Selain itu, kegiatan membaca karya sastra berhubungan erat dengan kegiatan apresiasi. Aminuddin (2009:15) mengungkapkan bahwa upaya pemahaman unsur-unsur dalam bacaan sastra tidak dapat dilepaskan dari masalah membaca. Upaya pemahaman itu di antaranya memahami manfaat membaca sastra serta memahami unsur intrinsik dan ekstrinsik. Oleh karena itu, para calon apresiator harus benarbenar memahami bacaan sastra tersebut dengan kegiatan membaca. Dalam pembelajaran sastra, seorang guru harus mampu mengarahkan dan membimbing siswa dengan baik ke dalam kegiatan apresiasi. Seperti diungkapkan oleh Rusyana (dalam Nurhayatin, 2007:1) bahwa dengan unsur komunikatif guru dituntut untuk dapat mengembangkan pengajaran sastra ke dalam kegiatan apresiasi. Dengan unsur komunikatif itu akan memberikan pengaruh positif terhadap pandangan siswa yang akhirnya menganggap apresiasi sastra adalah 1

2 2 kegiatan yang menyenangkan dan tidak membosankan. Kegiatan apresiasi tersebut akan membawa siswa pada manfaat memahami nilai-nilai kehidupan. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Semi (dalam Hidayati, 2006:33) bahwa pengajaran sastra di sekolah pada dasarnya bertujuan agar siswa memiliki rasa peka terhadap karya sastra yang berharga, sehingga mereka merasa terdorong dan tertarik untuk membacanya. Dengan membaca karya sastra, para siswa diharapkan akan memperoleh pengertian yang baik tentang manusia dan kemanusiaan, mengenal nilai-nilai dan mendapatkan ide baru. Pembelajaran sastra di sekolah-sekolah masih kurang optimal. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya adalah sebagai berikut. 1) Guru tidak menyukai sastra sehingga kurang memahami materi. 2) Guru hanya mengajarkan teori seperti definisi unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik. 3) Guru tidak menggunakan pendekatan, model, atau teknik yang cocok untuk pembelajaran sastra. 4) Kurang tersedianya sarana dan prasarana seperti buku sastra dan media lain yang menunjang. Oleh karena itu, pembelajaran apresiasi sastra harus dikembangkan. Guru harus mengubah paradigma mengajar mereka, terutama dalam pembelajaran apresiasi sastra. Guru harus memahami materi lebih dalam dan menerapkan metode, teknik, model, atau pendekatan yang tepat agar pembelajaran sastra lebih terarah, siswa banyak berlatih untuk mengasah kemampuannya, dan siswa dibawa serta untuk menikmati, menghayati dan memahami manfaat dalam mengapresiasi

3 3 sastra. Hal tersebut tidak terlepas dari peran guru sebagai pendidik yang dituntut untuk kreatif. Selain itu, sekolah harus mampu menyediakan sarana dan prasarana yang menunjang untuk perkembangan dan kreativitas siswa dalam mengapresiasi sastra. Salah satu Standar Kompetensi pelajaran bahasa Indonesia SMP kelas VII adalah memahami isi berbagai teks bacaan sastra. Bacaan sastra yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dongeng. Untuk memahami dongeng, upaya yang dilakukan yaitu dengan kegiatan apresiasi. Mustaqimah (2008) dalam papernya menyatakan bahwa pembelajaran apresiasi dongeng merupakan salah satu contoh pembelajaran apresiasi sastra dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Secara khusus, tujuan pembelajaran apresiasi sastra adalah agar siswa mampu menikmati, menghayati, memahami manfaat-manfaat dengan membaca karya sastra. Berdasarkan tujuan tersebut, pembelajaran apresiasi dongeng diarahkan ke pencapaian (outcome) penikmatan, penghayatan, dan pemahaman terhadap manfaat-manfaat yang diperoleh dari apresiasi dongeng. Penulis memilih dongeng karena dongeng memiliki fungsi di antaranya bersifat mendidik dan menghibur. Hal itu diungkapkan oleh Durachman (2009) bahwa dongeng sebagai bacaan sastra bukan hanya diperuntukkan bagi anak-anak, sesungguhnya orang tua pun memerlukannya selain sebagai pelipur lara, juga untuk fungsi-fungsi lainnya. Fungsi-fungsi tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Selain itu, dongeng yang akan diapresiasi merupakan cerita rakyat yang berasal dari berbagai daerah di Nusantara. Hal tersebut dilakukan untuk

4 4 memperkaya pengetahuan siswa tentang budaya Indonesia, menghargai karya sastra Indonesia, menimbulkan rasa bangga dan cinta tanah air. Penulis mencoba untuk meningkatkan kemampuan apresiasi dongeng siswa melalui teknik kancing gemerincing. Teknik ini merupakan salah satu teknik yang terdapat dalam model cooperative learning. Penerapan teknik kancing gemerincing dalam mengapresiasi dongeng ini diharapkan agar siswa dapat menikmati, menghayati, memahami, dan menghargai sastra sehingga kemampuan siswa dalam mengapresiasi sastra akan meningkat. Penulis memilih teknik kancing gemerincing karena dalam teknik ini, apresiasi dongeng dilakukan dengan berkelompok. Setiap siswa akan bekerja sama dengan anggota kelompoknya dan saling bertukar ide, misalnya dalam menganalisis unsur-unsur intrinsik dan menuliskan kembali dongeng yang dibaca. Masing-masing anggota kelompok berhak mengeluarkan pendapatnya sesuai dengan jumlah kancing yang dipunyainya. Kancing-kancing ini digunakan untuk membantu proses belajar siswa dalam menjawab soal dan mengeluarkan pendapatnya. Dengan berkelompok, siswa akan menghargai setiap pendapat yang dikeluarkan oleh masing-masing anggota kelompoknya. Berdasarkan penemuan penulis, jauh sebelumnya teknik kancing gemerincing telah digunakan oleh beberapa peneliti yaitu Fajar Fitriah (2007) yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Bahasa Arab (Studi Eksperimen terhadap Siswa Kelas XI SMA PGII I Bandung Tahun Ajaran 2006/2007), Berdasarkan hal tersebut, peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan

5 5 metode eksperimen. Data yang diperoleh terbagi dalam dua kelompok, yaitu data kualitatif (hasil observasi dan angket) dan kuantitatif (hasil pretest dan posttest). Adapun Instrumen yang digunakan untuk pengambilan data kuantitatif adalah tes tertulis yang berbentuk tes objektif dengan 5 opsi sebanyak 20 butir soal. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA PGII I Bandung tahun ajaran 2006/2007 dengan sampel yang dipilih secara acak (random) dari sepuluh kelas yang ada. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya perbedaan antara siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing dengan siswa yang belajar tanpa menggunakan model kooperatif. Ini dibuktikan dengan data yang diperoleh yaitu: rata-rata N-Gain kelas eksperimen = 0, Rata-rata ini lebih besar jika dibandingkan dengan rata-rata N-Gain kelas kontrol sebesar = Penelitian yang menggunakan teknik kancing gemerincing juga dilakukan oleh Nihayatun Hasanah dengan judul Pembelajaran Penemuan Terbimbing dengan Teknik Kancing Gemerincing untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa (PTK Pada Siswa Kelas XI IPA 2 SMAN 1 Kalirejo). Hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa (1) persentase peningkatan rata-rata penguasaan konsep kimia siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 5,5% dan dari siklus II ke siklus III sebesar 12,7%, (2) standar ketuntasan belajar siswa tercapai pada siklus III, (3) peningkatan persentase siswa yang sangat berminat terhadap pembelajaran kimia dari prasiklus I sampai akhir siklus III sebesar 25%, (4) peningkatan persentase siswa yang sangat terampil dari akhir siklus I ke akhir siklus III sebesar 30%. Indikator kinerja tercapai pada akhir siklus III. Selain itu, penelitian lainnya dilakukan oleh Asep Hidayat dengan

6 6 judul Pembelajaran Menulis Ringkasan dengan Menggunakan Metode Cooperative Learning Model Kancing Gemerincing pada Siswa Kelas XI SMA YPI Bandung. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, hipotesis pertama diterima dengan jumlah nilai rata-rata yang diperoleh adalah 3,62 dengan katagori baik sekali. Hipotesis kedua diterima, dengan adanya peningkatan nilai rata-rata pretes sebesar 5,71 dan nilai rata-rata postes sebesar 69,53. Hipotesis ketiga diterima, dengan pembuktian hasil pretes dan postes jika hasil uji t hitung sebesar 69,5 t tabel 2,038 pada tingkat kepercayaan 95%, Sehingga t hitung lebih besar dari t tabel. Berdasarkan fakta-fakta tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menulis ringkasan dengan menggunakan model cooperative learning teknik kancing gemerincing ternyata menunjukkan keberhasilan. Berdasarkan pemaparan di atas, penggunaan teknik kancing gemerincing menunjukkan keberhasilan dan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Penulis tertarik untuk menerapkan teknik kancing gemerincing dalam pembelajaran apresiasi dongeng. Dalam penelitian ini, penulis menitikberatkan pada kemampuan yang harus dikuasasi oleh siswa yaitu memahami unsur intrinsik dengan menceritakan kembali dongeng yang dibaca. Siswa akan menuliskan kembali dengan bahasa sendiri dongeng yang telah dibacanya. Oleh karena itu, penelitian ini berbeda dengan penelitian mengenai apresiasi dongeng yang pernah dilakukan sebelumnya. Roger dan David Johnson (dalam Lie, 2008:29) menyatakan bahwa untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan, di antaranya (1) saling ketergantungan positif, (2) tanggung

7 7 jawab perseorangan, (3) tatap muka, (4) komunikasi antaranggota, dan (5) evaluasi proses kelompok. Unsur yang pertama, saling ketergantungan positif yaitu keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Masing-masing anggota akan berusaha melakukan yang terbaik. Setiap anggota kelompok akan menyumbangkan ide gagasannya karena masing-masing anggota kelompok merasa bertanggung jawab untuk keberhasilan tugasnya. Unsur yang kedua adalah tanggung jawab perseorangan. Masing-masing anggota kelompok merasa mempunyai tanggung jawab untuk melaksanakan tugasnya. Hal ini berhubungan langsung dengan unsur ketergantungan positif. Unsur yang ketiga adalah tatap muka. Hal ini merupakan suatu keharusan dalam setiap kerja kelompok. Setiap anggota kelompok akan diberi kesempatan untuk saling mengenal anggota kelompoknya dan saling menerima perbedaan yang ada. Setiap anggota kelompok berasal dari latar belakang yang berbeda, baik dari segi sosial ekonomi maupun pengalaman. Akan tetapi, perbedaan-perbedaan inilah yang akan memperkaya anggota kelompok. Unsur yang keempat adalah komunikasi antaranggota. Masing-masing anggota kelompok diarahkan dan dibimbing dalam berkomunikasi, seperti bagaimana cara mengungkapkan pendapat, sanggahan, dan persetujuan yang baik dan bijaksana agar tidak menyinggung perasaan anggota lain. Unsur yang terakhir adalah evaluasi proses kelompok. Penilaian proses kelompok ini akan melihat keefektivan jalannya kegiatan cooperative learning, misalnya untuk mengetahui apakah setiap anggota saling membantu, memberikan kontribusi dan mendengar pendapat masing-masing anggota dengan baik.

8 8 Ciri utama dari teknik kancing gemerincing adalah memberi kesempatan kepada masing-masing siswa untuk mengeluarkan pendapatnya sehingga mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok (Lie, 2008:63). Teknik ini menggunakan kancing-kancing, bisa bendabenda kecil lainnya seperti biji-bijian, kacang merah, dan sebagainya. Kancingkancing ini digunakan untuk membantu proses belajar siswa dalam menjawab soal dan mengeluarkan pendapatnya. Teknik kancing gemerincing ini akan menumbuhkan semangat kerja sama antaranggota kelompok karena masingmasing siswa memiliki tanggung jawab untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pembelajaran. Teknis pelaksanaan teknik kancing gemerincing ini masing-masing kelompok mendapatkan beberapa kancing (sesuai kesukaran tugas yang diberikan). Jika ada yang ingin berpendapat, ia harus meletakkan kancingnya di tengah. Apabila kancing salah satu anggota sudah habis, ia tidak boleh berpendapat lagi sampai rekannya menghabiskan kancing mereka. Jika semua kancing sudah habis sedangkan tugas belum selesai mereka boleh mengulangi prosedurnya kembali. Dongeng merupakan bagian dari cerita rakyat. Bascom (dalam Danandjaja, 2007: 50) membagi cerita rakyat ke dalam tiga golongan besar, yaitu: (1) mite (myth), (2) legenda (legend), dan dongeng (folktale). Dongeng merupakan cerita rekaan dan tidak benar-benar terjadi. Dongeng memiliki banyak fungsi selain untuk menghibur dan mendidik. Hal ini juga diungkapkan oleh Danandjaja (2007:83) bahwa dongeng diceritakan terutama untuk hiburan walaupun banyak

9 9 juga yang melukiskan kebenaran, berisikan pelajaran (moral), atau bahkan sindiran. Dengan mengapresiasi dongeng, siswa akan lebih menghargai nilai luhur yang terkandung dalam dongeng dan bertukar ide agar ide-ide yang disampaikan lebih variatif. Penerapan teknik kancing gemerincing dalam mengapresiasi dongeng bertujuan agar pemerataan tanggung jawab dalam kelompok bisa tercapai. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penulis memberi judul penelitian ini Efektivitas Teknik Kancing Gemerincing dalam Pembelajaran Apresiasi Dongeng (Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas VII-A SMP Negeri 1 Kertasemaya Tahun Ajaran 2010/2011) 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut. 1) Guru hanya mengajarkan teori tentang unsur intrinsik dan ekstrinsik sehingga siswa tidak dibawa serta untuk mengapresiasi sastra dengan baik dan mendalam. 2) Guru tidak menggunakan metode, teknik, model, atau pendekatan yang tepat untuk meningkatkan kemampuan apresiasi siswa terhadap sastra khususnya dongeng. 3) Siswa merasa kesulitan dalam menentukan unsur-unsur intrinsik dongeng seperti tokoh, latar, dan alur.

10 10 4) Dalam mengapresiasi dongeng, siswa hanya menganalisis unsur intrinsik saja, hal itu mengakibatkan siswa menjadi bosan. 5) Selama ini pembelajaran apresiasi dongeng tidak membawa siswa kepada penikmatan, penghayatan, dan pemahaman terhadap manfaat-manfaat yang diperoleh dari apresiasi dongeng. 6) Kurangnya sarana dan media yang menunjang untuk memotivasi siswa agar meningkatkan kemampuan dalam mengapresiasi sastra. 1.3 Pembatasan dan Rumusan Masalah Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini, penulis membatasi masalah pada efektivitas teknik kancing gemerincing dalam pembelajaran apresiasi dongeng siswa kelas VII-A SMP Negeri 1 Kertasemaya Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka dapat dirumuskan beberapa masalah dalam penelitian yaitu sebagai berikut. 1) Bagaimana hasil tes awal dan tes akhir kemampuan apresiasi dongeng siswa pada kelas yang menggunakan teknik kancing gemerincing? 2) Bagaimana hasil tes awal dan tes akhir kemampuan apresiasi dongeng siswa yang menggunakan teknik konvensional? 3) Bagaimana perbedaan kemampuan apresiasi dongeng siswa pada kelas yang menggunakan teknik kancing gemerincing dengan kelas yang menggunakan teknik konvensional?

11 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Mendeskripsikan hasil tes awal dan tes akhir kemampuan apresiasi dongeng siswa pada kelas yang menggunakan teknik kancing gemerincing. 2) Mendeskripsikan hasil tes awal dan tes akhir kemampuan apresiasi dongeng siswa yang menggunakan teknik konvensional. 3) Mendeskripsikan perbedaan kemampuan apresiasi dongeng siswa pada kelas yang menggunakan teknik kancing gemerincing dengan kelas yang menggunakan teknik konvensional Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan untuk mengembangkan pembelajaran sastra khususnya dalam meningkatkan kemampuan apresiasi dongeng siswa. Dengan mengapresiasi dongeng, siswa akan menemukan nilai-nilai dari hasil apresiasinya sendiri. Selain itu, manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Guru Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan menjadi alternatif bagi guru dalam mengajarkan apresiasi dongeng karena siswa dibawa serta untuk menikmati, menghayati, dan memahami manfaat mengapresiasi dongeng agar tercipta suasana belajar yang aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan. 2) Siswa

12 12 Hasil penelitian ini sangat bermanfaat bagi siswa untuk terus mengembangkan kreativitas serta mampu bekerja sama dengan anggota kelompoknya untuk menuangkan ide gagasan dalam mengapresiasi dongeng khususnya. 3) Peneliti Penulis dapat mengembangkan diri sebagai calon pendidik dalam bidang studi bahasa Indonesia dan mengetahui fenomena yang terjadi dalam pembelajaran sastra khususnya apresiasi dongeng sehingga penulis akan berusaha untuk menerapkan strategi yang tepat, yang akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. 1.5 Anggapan Dasar dan Hipotesis Anggapan Dasar Penulis memiliki anggapan dasar sebagai berikut. 1) Apresiasi dongeng merupakan salah satu pembelajaran sastra yang tercantum di dalam KTSP Bahasa dan Sastra Indonesia 2) Dongeng merupakan salah satu bacaan sastra, bersifat rekaan, dan bagian dari cerita rakyat. 3) Penggunaan teknik pembelajaran yang tepat dapat membantu meningkatkan kemampuan siswa dalam mengapresiasi dongeng. 4) Penggunaan teknik kancing gemerincing kemungkinan bisa diterapkan dalam pembelajaran apresiasi dongeng. 5) Kemampuan apresasi dongeng siswa bervariasi.

13 Hipotesis Penulis memiliki hipotesis yaitu terdapat perbedaan yang berarti antara kemampuan apresiasi dongeng siswa pada kelas yang menggunakan teknik kancing gemerincing dengan kelas yang menggunakan teknik konvensional. 1.6 Definisi Operasional Untuk menghindari penafsiran-penafsiran yang berbeda terhadap judul penelitian ini, maka penulis menjelaskan definisi operasional variabel sebagai berikut. 1) Teknik kancing gemerincing adalah teknik yang digunakan untuk mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok karena setiap anggota kelompok diberi kesempatan untuk berperan serta mengeluarkan pendapatnya dan tidak ada unsur mendominasi masing-masing anggota kelompok 2) Pembelajaran apresiasi dongeng adalah pembelajaran yang mendorong siswa dalam menikmati, menghayati, dan memahami manfaat-manfaat yang terdapat di dalam dongeng dilihat dari kemampuan memahami unsur intrinsik dongeng dan menuliskan kembali dongeng yang telah dibaca dengan memperhatikan alur, latar/setting, tokoh, tema dan amanat, judul dan penggunaan bahasa.