PENGEMBALIAN KREDIT SEPEDA MOTOR PEDAGANG AYAM BROILER

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGEMBALIAN KREDIT SEPEDA MOTOR PEDAGANG AYAM BROILER"

Transkripsi

1 PENGEMBALIAN KREDIT SEPEDA MOTOR PEDAGANG AYAM BROILER DAN PEDAGANG SAYUR (KASUS PADA PT. FIF (FEDERAL INTERNATIONAL FINANCE) CABANG BOGOR, JAWA BARAT) Oleh : Mukti Widayat A PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

2 RINGKASAN MUKTI WIDAYAT. Pengembalian Kredit Sepeda Motor Pedagang Ayam Broiler dan Pedagang Sayur (Studi Kasus di PT.FIF (Federal International Finance) Cabang Bogor, Jawa Barat). Skripsi Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Dibawah Bimbingan MUHAMMAD FIRDAUS Membeli dengan cara kredit sudah menjadi hal yang sangat biasa ditengah masyarakat dewasa ini, baik masyarakat diperkotaan sampai masyarakat dipedesaan terutama untuk memenuhi kebutuhan yang sulit dijangkau dengan cara membeli cash atau tunai, seperti kepemilikan rumah dan kepemilikan kendaraan. Selain bank dan koperasi yang sudah dikenal masyarakat dalam penyaluran kredit permodalan, melalui surat keputusan bersama (SKB) tiga menteri tahun 1974, yaitu Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian dan Menteri Perdagangan, lahirlah lembaga pembiayaan (Multi Finance) di Indonesia. Perusahaan leasing di Indonesia telah ikut berperan aktif dalam memberikan kredit kepada masyarakat, jika sebelumnya hanya terfokus pada pembiayaan transportasi, kini semakin memperluas produk pembiayaannya pada keperluan alat-alat kantor, manufaktur, konstruksi dan alat-alat pertanian. Melalui perusahaan pembiayaan atau leasing, setiap calon nasabah yang modalnya kurang atau menengah dapat memperoleh barang-barang untuk kegiatan operasional dengan mudah dan cepat. Hal ini sungguh berbeda jika mengajukan kredit kepada bank konvensional yang memerlukan persyaratan serta jaminan yang besar, sehingga menghemat biaya dalam hal pengeluaran dana dibandingkan dengan membeli secara tunai. Salah satu perusahaan yang bergerak dibidang jasa pembiayaan adalah PT.FIF (Federal International Finance), merupakan anak perusahaan dari Astra Group Company (AGC) yang bergerak dibidang pembiayaan sepeda motor produksi Astra Honda Motor (AHM). PT. FIF berdiri pada tanggal 1 Mei 1989 dengan nama PT. Mitrapusaka Artha Finance yang bergerak dibidang multi finance dan pada tahun 1991 berubah nama menjadi PT. Federal International Finance setelah bergabung dibawah bendera perusahaan PT. Astra International Tbk. Kemudian PT. FIF ditempatkan pada Divisi Jasa Keuangan Pembiayaan Konsumen, yaitu pembiayaan kredit sepeda motor merek Honda produksi PT.AHM (Astra Honda Motor) dari Divisi Otomotif. PT. FIF yang fokus pada pembiayaan sepeda motor memiliki peluang untuk mendapatkan konsumen dari sektor agribisnis di Bogor, dimana warga Bogor sebanyak 33 persen memiliki mata pencaharian disektor agribisnis, seperti : pertanian, perkebunan, peternakan, agrowisata, perdagangan hasil pertanian dan lainnya. Dan ditambah dengan kondisi geografis wilayah di Bogor yang sebagian besar pegunungan dengan infrastruktur jalan secara umum kurang baik, telah membuka peluang untuk menawarkan kredit alat transportasi, seperti sepeda motor kepada pedagang ayam Broiler dan pedagang sayur yang diambil sampel dalam penelitian ini. Dalam menjalankan kegiatan usahanya PT. FIF memiliki kendala yang menjadi resiko dalam bisnis pembiayaan, seperti kredit macet. Dimana pada tahun 2008 PT. FIF membukukan asset bisnis sebesar 13 Triliun dengan nilai NPL (non perfoming loan) sebesar 6,2 persen, yang berada 1,2 persen lebih tinggi dibandingkan ketentuan dari Bank Indonesia untuk rasio NPL yang efektif, yaitu sebesar 5 persen. Tujuan penelitian ini merupakan respon terhadap fenomena hal tersebut diatas. Secara garis besar tujuan penelitian ini, adalah mempelajari fakor-faktor yang mempengaruhi tingkat kelancaran pengembalian kredit bagi pedagang ayam Broiler dan

3 pedagang sayur. Penelitian ini dilakukan pada konsumen PT.FIF (Federal International Finance) cabang Bogor. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara, sedangkan data sekunder diperoleh dari catatan-catatan atau dokumen yang terdapat diberbagai instansi terkait, seperti perpustakaan, internet dan data-data yang berasal dari perusahaan. Kemudian data yang diperoleh diolah dengan menggunakan 2 alat analisis, yaitu analisis deskriptif dan alat analisis regresi logistik (logit). Hasil penelitan ini menunjukan bahwa secara umum karakteristik konsumen PT FIF dari konsumen pedagang ayam Broiler dan pedagang sayur yang lancar dalam pengembalian kredit sepeda motornya, adalah berusia antara tahun, berpendidikan SLTA, memiliki jumlah tanggungan keluarga 3-5 orang, memiliki pengalaman usaha lebih dari 5 tahun, memiliki omzet usaha rata-rata per bulan lebih dari 25 juta, mengambil jangka waktu pengembalian kredit selama 2 tahun (23 bulan), setuju atau tidak keberatan dengan beban bunga yang ditetapkan perusahaan dan pengalaman ambil kredit 1-2 kali. Terjadi ketidak lancaran pengembalian kredit sepeda motor pada pedagang ayam Broiler dan pedagang sayur, seperti usia yang terlalu muda (21-30 tahun) dan usia yang terlalu tua (51-60 tahun) berpengaruh terhadap Character konsumen, pendidikan rendah (SD) berpengaruh terhadap Capacity konsumen, jumlah tanggungan keluarga > 5 orang berpengaruh terhadap Capital konsumen, pengalaman usaha < 5 tahun berpengaruh terhadap Capacity dan Condition konsumen, omzet usaha rata-rata per bulan < 25 juta berpengaruh terhadap Capital konsumen, jangka waktu pengembalian kredit selama 3 tahun (35 bulan) berpengaruh terhadap Character konsumen, tidak setuju dengan beban bunga yang ditetapkan perusahaan berpengaruh terhadap Character konsumen dan pengalaman ambil kredit > 3 kali berpengaruh terhadap Character konsumen. Berdasarkan hasil analisis terhadap fungsi peluang logit, diketahui bahwa faktor yang berpengaruh nyata (signifikan) terhadap pengembalian kredit sepeda motor pedagang ayam broiler, yaitu : taggungan keluarga (nilai P = 0,006), omzet usaha (nilai P = 0,040) dan pengalaman ambil kredit (nilai P = 0,026). Sedangkan faktor yang berpengaruh nyata (signifikan) pada pedagang sayur, yaitu : tanggungan keluarga (nilai P = 0,020) dan pengalaman ambil kredit (nilai P = 0,034). Dengan demikian ada kesamaan faktor yang berpengaruh nyata pada kelancaran pengembalian kredit dari pedagang ayam Broiler dan pedagang sayur, yaitu faktor tanggungan keluarga dan pengalaman ambil kredit, sedangkan perbedaannya faktor omzet usaha berpengaruh nyata pada pedagang ayam Broiler. Berdasarkan identifikasi dari hasil penelitian ini, ada beberapa upaya yang perlu mendapatkan perhatian PT. FIF dalam rangka perbaikan kelancaran pengembalian kredit, yaitu : Mempertimbangkan faktor usia, tanggungan keluarga, jangka waktu pengembalian kredit dan pengalaman ambil kredit yang bernilai negatif, serta tanggungan keluarga, omzet usaha, dan pengalaman ambil kredit yang berpengaruh nyata terhadap pengembalian kredit. Sebaiknya PT FIF memasukan kedalam sistem data penerimaan calon kosumen, dari semua kriteria yang memberatkan tersebut, dengan demikian bagi calon konsumen dengan usia masih relatif muda atau bahkan terlalu tua, tanggungan keluarga yang lebih dari 5 orang dan sudah beberapa kali mengambil kredit dapat secara sistem di tolak untuk mencegah kerugian lebih lanjut. Bagi PT FIF disarankan juga untuk memberikan pelayanan terhadap konsumen yang lebih baik lagi dan mempertahankan pelayanan yang sudah dianggap baik, karena bukan tidak mungkin disamping faktor yang sudah di analisis oleh peneliti, ternyata beberapa faktor yang sudah dianggap sangat kecil peluang terjadi kemacetannya dikhawatirkan pada akhirnya dapat menjadi masalah atau kendala baru, seperti jarak

4 konsumen dengan kantor yang sudah dapat diatasi dengan adanya tempat-tempat pembayaran yang semakin dekat dengan konsumennya dan penerapan teknologi informasi (on-line) yang sudah baik.

5 PENGEMBALIAN KREDIT SEPEDA MOTOR PEDAGANG AYAM BROILER DAN PEDAGANG SAYUR (KASUS PADA PT. FIF (FEDERAL INTERNATIONAL FINANCE) CABANG BOGOR, JAWA BARAT) MUKTI WIDAYAT A Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Agribisnis pada Program Sarjana Ekstensi PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

6 Judul Skripsi : Pengembalian Kredit Sepeda Motor Pedagang Ayam Broiler Dan Pedagang Sayur (Kasus Pada PT. FIF (Federal International Finance) Bogor, Jawa Barat) Nama : Mukti Widayat NRP : A Disetujui, Pembimbing Muhammad Firdaus, Ph.D NIP Diketahui, Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP Tanggal Lulus :

7 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengembalian Kredit Sepeda Motor Pedagang Ayam Broiler dan Pedagang Sayur (Kasus Pada PT. FIF (Federal International Finance) Cabang Bogor, Jawa Barat) adalah hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain, telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini. Bogor, Maret 2010 Mukti Widayat A

8 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kecamatan Pangandaran, Kabupaten Ciamis, Propinsi Jawa Barat, pada tanggal 16 Juli 1982 sebagai anak ke-dua dari dua bersaudara keluarga pasangan Bapak Tuyan, SPdI dan Ibu Rodiah. Penulis mengikuti pendidikan Sekolah Dasar di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Pangandaran, Ciamis, Jawa Barat dan lulus pada tahun 1995, kemudian Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama diselesaikan pada tahun 1998 di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Pangandaran, Ciamis, Jawa Barat, sedangkan Sekolah Lanjutan Tingkat Menengah diselesaikan pada tahun 2001 di Madrasah Aliyah Negeri 1 Majenang, Cilacap, Jawa Tengah. Pada Tahun 2001, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Studi Diploma III Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor dan lulus pada tahun Penulis kemudian melanjutkan Studi pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor sejak tahun 2005.

9 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim. Puji dan syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang telah membimbing hamba-hambanya menuju kebahagiaan, Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Habibana Wanabiana Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabatnya dan kita selaku umatnya. Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Illahirabbi atas HidayahNya penulis dapat menyelesaikan proses penulisan skripsi berjudul Pengembalian Kredit Sepeda Motor Pedagang Ayam Broiler dan Pedagang Sayur (Kasus Pada PT.FIF (Federal International Finance) Cabang Bogor, Jawa Barat). Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Manusia sebagai makhluk yang tidak sempurna, tentunya dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu saran dan kritikan yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Besar sekali harapan penulis agar skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang terkait, maupun mereka yang berminat mendalami dan mempelajarinya lebih mendalam. Akhir kata, semoga skripsi ini juga bermanfaat bagi penulis pribadi dimasa yang akan datang, amiin. Bogor, Maret 2010 Mukti Widayat

10 UCAPAN TERIMA KASIH Proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan terimakasih yang tulus tiada terhingga kepada : 1. Bapak Muhammad Firdaus, Ph.D. selaku dosen pembimbing yang memberikan bimbingan, dorongan motivasi, saran dan perhatiannya bagi penulis selama penyusunan skripsi ini. 2. Bapak Rahmat Yanuar, SP., MSi. atas kesediaanya menjadi dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan dalam penyempurnaan skripsi ini. 3. Ibu Ir. Juniar Atmakusuma, MS. selaku dosen komdik yang telah memberikan masukan dan saran kepada penulis. 4. Manajemen dan staff PT. FIF (Federal International Finance), terutama kepada HRD bapak Nur Cholis dan semua karyawan yang telah membantu memberikan data-data dan informasi terkait dengan penyusunan skripsi ini. 5. Manajemen dan staff sekretariat Program Sarjana Ekstensi yang telah membantu administrasi penulis. 6. Bapak dan Ibu (Bpa Tuyan, SPdI dan Ibu Rodiah), teteh Asyana dan a Supri, keponakanku sikembar Fina-Fani dan Wildan, serta semua keluarga tersayang di Pangandaran, yang selalu mendo akan, memberikan motivasi dan arahan hidup, serta kasih sayang tiada terputus kepada penulis. 7. Teman-teman asrama Felicia IPB (Ari, Ade, Kiki, Irul, Ferri, Trubus, Fizar, Drajat, Eko, Darma, Wiliam, Sigit, Abas, Firman Ridho dan eks penghuni asrama lainnya) yang telah membantu menemani hari-hari selama masa studi dan penyusunan skripsi penulis. 8. Penulis juga mengucapkan rasa sayang dan terimakasih kepada Yanti Ratna Dewi dan keluarga di Pondok Gede, yang selalu mendo akan dan memberikan motivasi kepada penulis. Bogor, Maret 2010 Mukti Widaya

11 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i iv v BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian... 7 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Pasar Ayam Broiler Kondisi Pasar Sayuran Pengertian Kredit Penawaran dan Permintaan Kredit Teori Keseimbangan Kredit Prosedur Penagihan Kredit Tinjauan Umum Kredit Sepeda Motor Studi Terdahulu Tentang Pengembalian Kredit BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Pengertian Pembiayaan Pihak-pihak yang Terlibat dalam Pembiayaan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit Sepeda Motor Kerangka Pemikiran Operasional Hipotesis Definisi Operasional BAB IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data Analisis Model Regresi Logit Nilai Odds Ratio Uji Ratio Likelihood Analisis Deskriptif... 32

12 BAB V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah Singkat PT.FIF (Federal International Finance) Struktur Organisasi PT.FIF (Federal International Finance) Job Description pada PT.FIF(Federal International Finance). 36 BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peluang Pengembalian Kredit Berdasarkan Karakteristik Konsumen Deskripsi Karakteristik Individu Berdasarkan Pola Pengembalian Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Usia Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Tanggungan Keluarga Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Jangka Waktu Pengembalian Kredit Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Pengalaman Ambil Kredit Deskripsi Karakteristik Usaha Berdasarkan Pola Pengembalian Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Pengalaman Usaha Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Omzet Usaha Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Beban Bunga Kredit Analisis Faktor-faktor Yang Berpengaruh Terhadap Pengembalian Kredit Faktor-faktor Yang Berpengaruh Terhadap Pengembalian Kredit Pada Pedagang Ayam Broiler Faktor-faktor Yang Berpengaruh Terhadap Pengembalian Kredit Pada Pedagang Sayur BAB VIII. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

13 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Konsumen PT. FIF Pada Sektor Agribisnis dan Sektor Non Agribisnis Konsumen PT. FIF (Federal International Finance) Cab Bogor Tingkat Pedagang Ayam Broiler dan Pedagang Sayur Tahun Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Usia Pedagang Ayam Broiler Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Usia Pedagang Sayur Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pedagang Ayam Broiler Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pedagang Sayur Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Tanggungan Keluarga Pedagang Ayam Broiler Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Tanggungan Keluarga Pedagang Sayur Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Jangka Waktu Pengembalian Kredit Pedagang Ayam Broiler

14 10. Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Jangka Waktu Pengembalian Kredit Pedagang Sayur Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Pengalaman Ambil Kredit Pedagang Ayam Broiler Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Pengalaman Ambil Kredit Pedagang Sayur Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Pengalaman Usaha Pedagang Ayam Broiler Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Pengalaman Usaha Pedagang Sayur Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Omzet Pedagang Ayam Broiler Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Omzet Pedagang Sayur Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Beban Bunga Kredit Pedagang Ayam Broiler Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Beban Bunga Kredit Pedagang Sayur Hasil Pengolahan Regresi Logistik Mengenai Faktor-fator yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit Sepeda Motor

15 Pedagang Ayam Broiler Hasil Pengolahan Regresi Logistik Mengenai Faktor-fator yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit Sepeda Motor Pedagang Sayur DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Bagan Alur Pemikiran Penelitian... 23

16 2. Struktur Organisasi PT. FIF (Federal International Finance). 33 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman

17 1. Link Function Logit Pedagang Ayam Broiler Link Function Logit Pedagang Sayur Kuisioner Penelitian... 70

18 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Membeli dengan cara kredit sudah menjadi hal yang sangat biasa ditengah masyarakat dewasa ini, baik masyarakat diperkotaan sampai masyarakat dipedesaan terutama untuk memenuhi kebutuhan yang sulit dijangkau dengan cara membeli cash atau tunai, seperti kepemilikan rumah dan kepemilikan kendaraan. Selain bank dan koperasi yang sudah dikenal masyarakat dalam penyaluran kredit permodalan, melalui surat keputusan bersama (SKB) tiga menteri tahun 1974, yaitu Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian dan Menteri Perdagangan, lahirlah lembaga pembiayaan (Multi Finance) di Indonesia (Dahlan, 2006). Pada tahun 1999 perusahaan pembiayaan mampu berkembang cukup mengesankan, tepat setelah bangsa Indonesia dilanda krisis moneter pada tahun 1997 sampai Jumlahnya terus mengalami peningkatan pesat, yaitu sebanyak 6,778 perusahaan sampai tahun 2007 menjadi sebanyak 11,204 perusahaan. Hal tersebut dipengaruhi iklim investasi dan perekonomian Indonesia yang sudah mengalami pemulihan, bahkan berdasarkan ramalan Asosiasi Sepeda Motor Indonesia (AISI) perusahaan pembiayaan terutama yang bergerak dibidang pembiayaan otomotif akan terus mengalami penambahan sampai akhir tahun 2014 (Jurnal PT. FIF, 2008). Perusahaan leasing di Indonesia telah ikut berperan aktif dalam memberikan kredit kepada masyarakat, jika sebelumnya hanya terfokus pada pembiayaan transportasi, kini semakin memperluas produk pembiayaannya pada keperluan alat-alat kantor, manufaktur, konstruksi dan alat-alat pertanian. Melalui perusahaan pembiayaan atau leasing, setiap calon nasabah yang modalnya kurang atau menengah dapat memperoleh barang-barang untuk kegiatan operasional dengan mudah dan cepat. Hal ini sungguh berbeda jika mengajukan kredit

19 kepada bank konvensional yang memerlukan persyaratan serta jaminan yang besar, sehingga menghemat biaya dalam hal pengeluaran dana dibandingkan dengan membeli secara tunai (Djohan, 2006). Salah satu perusahaan yang bergerak dibidang jasa pembiayaan adalah PT.FIF (Federal International Finance), merupakan anak perusahaan dari Astra Group Company (AGC) yang bergerak dibidang pembiayaan sepeda motor produksi Astra Honda Motor (AHM). PT. FIF berdiri pada tanggal 1 Mei 1989 dengan nama PT. Mitrapusaka Artha Finance yang bergerak dibidang multi finance dan pada tahun 1991 berubah nama menjadi PT. Federal International Finance setelah bergabung dibawah bendera perusahaan PT. Astra International Tbk. Kemudian PT. FIF ditempatkan pada Divisi Jasa Keuangan Pembiayaan Konsumen, yaitu pembiayaan kredit sepeda motor merek Honda produksi PT.AHM (Astra Honda Motor) dari Divisi Otomotif. PT.FIF memberikan fasilitas kemudahan bagi semua calon konsumennya untuk mengambil kredit sepeda motor, yaitu dengan hanya menunjukan Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK), serta dengan memberikan uang muka, maka kendaraan sepeda motor dapat langsung dibawa pulang. Selain itu PT. FIF juga memberikan pelayanan maksimal untuk melakukan pembayaran angsuran kapanpun dan dimanapun secara on line, yaitu : melalui kantor post, debet ATM (Anjungan Tunai Mandiri) Bank BNI, BRI, BCA, NISP dan PERMATA, serta menempatkan CS (Customer Service) di Dealer-dealer Honda dan service Collector yang melakukan pengambilan angsuran ke rumah-rumah konsumen secara langsung. 1.2 Perumusan Masalah

20 PT. FIF fokus pada usaha pembiayaan sepeda motor untuk masyarakat secara umum dari semua kalangan baik disektor agribisnis ataupun sektor non agribisnis, seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Konsumen PT. FIF Pada Sektor Agribisnis dan Sektor Non Agribisnis No Sektor Agribisnis Sektor Non Agribisnis Bidang Usaha Persenta Persentase Bidang Usaha se (%) (%) 1 Petani 4,49 Jasa 30,54 2 Nelayan 3,68 Karyawan 21,67 3 Pedagang Pedagang non 7,88 agribisnis agribisnis 16,87 4 Peternak 3,44 Wiraswasta 11,43 Sumber : Marketing HO PT.FIF (Federal International Finance) 2008 Tabel 1 menunjukan bahwa konsumen PT. FIF dari sektor non agribisnis lebih banyak dibandingkan dengan konsumen sektor agribisnis, terutama dari konsumen yang bekerja dibidang jasa sebanyak 30,54 persen, yaitu didominasi oleh konsumen yang bekerja pada jasa sewa angkutan dengan sepeda motor atau yang sering disebut ojek. Sedangkan konsumen pada sektor agribisnis meskipun masih terbilang sedikit, tapi peluang untuk dikembangkan sebagai pangsa pasar potensial bagi PT. FIF sangat tinggi terutama di Bogor. Warga Bogor sebanyak 33 persen memiliki mata pencaharian disektor agribisnis, seperti : pertanian, perkebunan, peternakan, agrowisata, perdagangan hasil pertanian dan lainnya (Kartini.R, 2002). PT. FIF yang fokus pada pembiayaan sepeda motor memiliki peluang untuk mendapatkan konsumen dari sektor agribisnis di Bogor, terutama pada pedagang Ayam Broiler dan pedagang sayur. Jumlah perusahaan ayam Broiler di Bogor meningkat mulai tahun 1999 dari 36 perusahaan menjadi 64 perusaahaan pada tahun 2000 (Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2000). Sedangkan jumlah pedagang sayuran di Bogor juga terus mengalami peningkatan sekitar 65 persen pada tahun Mulai dari pedagang besar atau tengkulak, pedagang pengecer, sampai pedagang keliling yang

21 terkonsentrasi dibeberapa pasar, seperti : pasar Kebon Kembang, pasar Baru/pasar Anyar, pasar Ramayana, pasar Merdeka, pasar Sukasari, pasar Gunung Batu, pasar Citeureup, pasar Cibinong, pasar Leuwiliang, pasar Ciawi dan pasar Cipanas (Kartini.R, 2002) Kondisi geografis wilayah di Bogor yang sebagian besar pegunungan dengan infrastruktur jalan secara umum kurang baik, membuka peluang untuk menggunakan alat transportasi seperti sepeda motor. Para pedagang ayam Broiler dan pedagang sayur tidak harus menunggu sampai mendapatkan dana yang cukup untuk membeli secara tunai, cukup menunjukan kartu identitas dan surat keterangan usaha untuk mendapatkan kredit sepeda motor pada PT. FIF (Federal International Finance). Dalam menjalankan kegiatan usahanya PT. FIF memiliki kendala yang menjadi resiko dalam bisnis pembiayaan, seperti kredit macet. Pada tahun 2008 PT. FIF membukukan asset bisnis sebesar 13 Triliun dengan nilai NPL (non perfoming loan) sebesar 6,2 persen, yang berada 1,2 persen lebih tinggi dibandingkan ketentuan dari Bank Indonesia untuk rasio NPL yang efektif, yaitu sebesar 5 persen. PT. FIF cabang Bogor, adalah salah satu cabang dengan predikat Big Branch atau cabang dengan jumlah konsumen yang besar. Sampai akhir tahun 2008 PT.FIF cabang Bogor membukukan konsumen sebanyak konsumen, dimana 347 konsumen atau 0,86 persen adalah pedagang ayam Broiler dan konsumen atau 6,64 persen adalah pedagang sayur dengan tingkat kelancaran pembayaran angsuran seperti dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Konsumen PT. FIF Cab Bogor Tingkat Pedagang Ayam Broiler dan Pedagang Sayur Tahun 2008 BULAN PEDAGANG AYAM BROILER TDK LANCAR (unit) (%) LANCAR (unit) TDK LANCAR LANCAR (unit) PEDAGANG SAYUR TDK LANCAR (unit) TDK LANCAR (%) JANUARI , ,89 FEBRUARI , ,29 MARET , ,58

22 APRIL , ,94 MEI , ,16 JUNI , ,21 JULI , ,37 AGUSTUS , ,86 SEPTEMBER , ,70 OKTOBER , ,09 NOPEMBER , ,72 DESEMBER , ,978 Sumber : Data Konsumen PT.FIF Cabang Bogor Tahun 2008 Berdasarkan Tabel 2 Terjadi fluktuatif kelancaran dan ketidak lancaran pembayaran angsuran dalam rangka proses pengembalian kredit dari pedagang ayam Broiler dan pedagang sayur kepada PT. FIF. Setiap bisnis tentunya memiliki resiko usaha terlebih untuk sektor agribisnis dengan karakteristik barang yang diperdagangkan mudah rusak, demikian pada pedagang ayam Broiler dan pedagang sayur, dalam pengembalian kredit sepeda motor kedapa PT. FIF terlihat mengalami tingkat kemacetan kredit yang cukup tinggi. Pedagang ayam Broiler 8,52 persen mengalami kredit macet, sedangkan pedagang sayur 9,31 persen macet dalam pengembalian kredit sepeda motornya. Hal tersebut mencerminkan adanya beberapa faktor yang terindikasi mempengaruhi kelancaran atau ketidak lancaran pengembalian kredit dari pedagang ayam Broiler dan pedagang sayur yang terjadi di PT.FIF cabang Bogor. Faktor-faktor yang diduga kuat mempengaruhi kelancaran atau ketidak lancaran, seperti : faktor usia, faktor tingkat pendidikan, faktor tanggungan keluarga, faktor pengalaman usaha, faktor omzet usaha, faktor jangka waktu pengembalian kredit, faktor pengalaman ambil kredit dan faktor beban bunga kredit. Faktor-faktor yang diduga kuat berpengaruh terhadap kelancaran pengembalian kredit, dikarenakan dapat mempengaruhi karakteristik individu dan karakteritik usaha konsumen. Beberapa faktor yang diduga mempengaruhi karakteristik individu konsumen, seperti faktor usia yang mempengaruhi keberanian dalam mengambil keputusan dan menjadi prasyarat pengajuan kredit, faktor tanggungan keluarga yang

23 mempengaruhi pengeluaran dan bertambahnya beban biaya hidup, faktor jangka waktu pengembalian yang mempengaruhi pola pembayaran angsuran, faktor pengalaman ambil kredit yang mempengaruhi pengetahuan konsumen terhadap peratuan kredit dan faktor tingkat pendidikan mempengaruhi pemahaman dalam proses akad kredit seperti : jatuh tempo pembayaran, asuransi dan pasal-pasal hukum yang disepakati. Sedangkan beberapa faktor yang diduga mempengaruhi karakteristik usaha konsumen, seperti faktor pengalaman usaha yang mempengaruhi resiko kegagalan usaha, faktor beban bunga yang mempengaruhi kemampuan pembayaran angsuran dan faktor omzet usaha yang menentukan tingkat pendapatan usaha. Faktor-faktor yang sudah diduga berpengaruh terhadap kelancaran pengembalian kredit inilah yang akan dianalisis dalam penelitian ini, sehingga dapat diketahui apakah faktor-faktor tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap kelancaran pengembalian kredit. PT.FIF menawarkan beberapa keuntungan kepada calon konsumennya untuk memberikan daya tarik tersendiri, seperti : pemberian hadiah, kredit tanpa uang muka dan cepatnya proses pencairan kredit. Bagi PT. FIF meningkatnya jumlah pedagang ayam Broiler dan pedagang sayur yang mengajukan kredit sepeda motor, haruslah bisa ditangani secara cermat dan menerapkan prinsip kehati-hatian pada awal pengajuan kredit untuk meminimalisir kerugian. Pada akhirnya penelitian ini diharapkan dapat membantu memberi informasi sebagai bahan pertimbangan dan saran yang bermanfaat bagi PT. FIF. Lebih spesifik lagi permasalahannya adalah : 1. Fakor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat kelancaran pengembalian kredit bagi pedagang ayam Broiler?.

24 2. Fakor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat kelancaran pengembalian kredit bagi pedagang sayur?. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menganalisis fakor-faktor yang mempengaruhi tingkat kelancaran pengembalian kredit bagi pedagang ayam Broiler. 2. Menganalisis fakor-faktor yang mempengaruhi tingkat kelancaran pengembalian kredit bagi pedagang sayur. 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi perusahaan sebagai bahan pertimbangan pihak-pihak yang terlibat dalam proses pengajuan kredit sampai pada proses pengembalian angsurannya. Bagi peneliti, mahasiswa dan pihak-pihak yang memerlukan informasi tentang pembiayaan, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi dan wacana penelitian lebih lanjut. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai sarana melatih diri dalam mengamati dan menganalisis fenomena yang terjadi dimasyarakat. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Fokus dari penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap kelancaran dan ketidak lancaran pengembalian kredit sepeda motor pedagang ayam Broiler dan pedagang sayur kepada PT FIF. Studi ini dibatasi pada kasus yang terjadi di PT FIF cabang Bogor, terutama pengembalian kredit dari pedagang ayam Broiler dan pedagang sayur tingkat menengah dan kecil. Data yang dibutuhkan adalah data hasil wawancara dengan pedagang ayam Broiler

25 dan pedagang sayur, serta data-data dari perusahaan yang mendukung penelitian ini dari bulan Agustus sampai dengan Oktober BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Pasar Ayam Broiler Keadaan pasar ayam Broiler dapat dibagi menjadi musim ramai dan musim sepi. Musim ramai biasanya terjadi pada hari-hari besar keagamaan, seperti : hari raya idul fitri, tahun baru, dan lain-lain. Kecenderungan yang terjadi pada musim ramai, yaitu permintaan daging ayam Broiler meningkat tajam, sehingga dimanfaatkan oleh kalangan peternak dari dalam dan diluar perternak. (peternak musiman) untuk memacu produksi daging ayam Broiler didalam negeri. Namun hal tersebut menyebabkan over produksi dipasar, sehingga dapat menurunkan harga jualnya dan hal ini terjadi sebaliknya dimusim sepi, (Prawirokusumo,1987). Dari sisi pelaku perternakan ayam Broiler masih didominasi oleh peternakpeternak kecil yang berupa usaha keluarga, sedangkan perternakan besar mendominasi dari sisi jumlah produksi. Menurut Prawirokusumo (1987), sekitar 50,5 persen dari produksi daging ayam Broiler dikuasai oleh sekitar 14.6 persen pengusaha saja. Atau dengan kata lain, 85.4 persen peternak kecil hanya menguasai pangsa pasar sebesar 49.5 persen saja. Dalam bisnis ayam Broiler dikenal segmentasi pasar supermarket (clean market) dan pasar tradisional (wet market). Hingga saat ini supermarket dan restoran siap saji sebagai pelaku pasar, hanya menyerap 20 persen pangsa pasar ayam Broiler di Indonesia. Makna pasar dalam industri daging ayam Broiler itu sendiri sangat luas. Hal ini terkait dengan perilaku konsumen yang sangat kompleks dan dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu faktor ekonomi, sosial budaya, politik, psikologi, teknologi dan sebagainya, (Prawirokusumo, 1987). Faktor ekonomi yang paling mencolok, adalah masyarakat cenderung membeli di pasar tradisional yang harganya relatif murah. Akibatnya sebagian besar ayam Broiler yang diproduksi peternak dijual di pasar tradisional. Faktor psikologi dan sosial yang pengaruhnya relatif besar adalah mayoritas penduduk Indonesia beragama islam. Sehingga relatif sensitif dengan isu kehalalan produk.

26 2.2 Kondisi Pasar sayuran Keadaan pasar sayuran selalu meningkat setiap tahunnya hampir 65 persen dengan pemerataan distribusi yang baik, semakin membuka peluang bagi pedagang untuk konsisten dalam menjalani usaha. Dalam bisnis sayuran dikenal segmentasi supermarket (clean market) dan pasar tradisional (wet market). Namun secara keseluruhan sayuran masih beredar diantara pasar-pasar tradisional saja. Hal ini dikarenakan produktivitas petani sayur masih terkonsetrasi dengan produksi yang berlimpah tanpa melihat kualitas sayurannya (Kartini.R, 2002). 2.3 Pengertian Kredit Kata kredit berasal dari bahasa latin credere yang artinya kepercayaan atau credo yang berarti saya percaya. Dengan kata lain kredit mengandung pengertian tentang adanya transaksi dari dua pihak, yaitu adanya suatu kepercayaan dari seseorang atau badan usaha yang disebut sebagai kreditur yang memberikan sumber ekonomi berupa uang, barang atau jasa kepada seseorang atau badan usaha yang disebut debitur dengan diikat oleh suatu perjanjian (Firdaus, R & M. Ariyanti, 2004). Menurut Undang-undang No. 10 Tahun 1998, pengertian kredit adalah penyediaan uang atau tagihan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga. Dapat disimpulkan bahwa kredit merupakan sejumlah uang yang telah disediakan oleh pihak bank dalam bentuk pinjaman dengan dikenakan bunga yang telah ditetapkan oleh bank yang bersangkutan. Proses kredit didasarkan pada suatu perjanjian yang mengikat dimana kedua belah pihak akan saling mematuhi dan telah menyetujui kewajiban dan tanggung jawab masing-masing pihak. Dalam melakukan penilaian kriteria-kriteria serta aspek penilaiannya tetap sama untuk bank ataupun pembiayaan yang lainnya. Biasanya kriteria yang harus dilakukan oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar menguntungkan dilakukan dengan analisis 5 C (Firdaus, R & M. Ariyanti 2004). Metode 5 C adalah sebagai berikut : 1. Character

27 Suatu keyakinan bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya, hal ini tercermin dari latar belakang nasabah, baik dari pekerjaan maupun bersifat pribadi, seperti gaya hidup, keadaan keluarga dan sebagainya. 2. Capacity Untuk melihat nasabah dalam kemampuannya dibidang bisnis yang dihubungkan dengan pendidikannya. Kemampuan bisnis juga diukur dengan kemampuannya dalam memahami tentang ketentuan-ketentuan pemerintah, sehingga akan terlihat pula kemampuannya dalam pengembalian kredit. 3. Capital Untuk melihat penggunaan modal apakah sudah efektif atau belum, yang dapat dilihat dari laporang keuangan laba rugi dan harus dilihat juga darimana saja sumber modal yang dimiliki nasabah. 4. Collateral Merupakan jaminan yang diberikan nasabah, baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan dan diteliti keabsahannya, sehingga jika terjadi suatu masalah jaminan akan dapat dipergunakan untuk menutupi kerugian. 5. Condition Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonominya dan kondisi politik sekarang dan dimasa yang akan datang sesuai dengan sektor masing-masing, serta prospek usaha yang dijalankan nasabah Penawaran dan Permintaan Kredit Penawaran komoditas barang dan jasa adalah jumlah dari komunitas yang ditawarkan produsen kepada konsumen dalam pasar dengan tingkat harga dan jangka waktu tertentu. Sumber penawaran meliputi produksi pada waktu tertentu dengan persediaan pada waktu sebelumnya. Penawaran atau harga dan jumlah yang ditawarkan semakin meningkat. Begitu juga dengan penawaran kredit, jika modal yang dimiliki semakin meningkat, maka jumlah kredit yang ditawarkan akan semakin meningkat juga. Pada kondisi ini menggunakan teori penawaran yang cateris paribus, yaitu variable lain dianggap konstan atau tetap, maka faktor lain selain komoditas tersebut tidak mengalami perubahan (Andriani S, 2008).

28 Menurut Agung at al (2001) faktor-faktor penyaluran (L) atau penawaran kredit dipengaruhi oleh resiko kredit (R), modal bank (K), jumlah agunan (A), kondisi keuangan debitur (CF), kebijakan moneter (MP), dan adverse selection. Sehingga hubungan tersebut dapat diperlihatkan dalam persamaan sebagai berikut: L = f (R, K, A, CF, MP) Dalam resiko kredit mengandung asymetric information dan moral hazard Asymetic information merupakan faktor yang harus dihadapi oleh perbankan, karena bank tidak mengetahui kondisi yang sebenarnya terjadi pada perusahaan dalam melakukan aplikasi kredit. Kondisi ini akan menimbulkan terjadinya moral hazard, dengan pihak peminjam tidak memiliki kemampuan yang baik dalam mengembalikan pinjaman yang diberikan oleh bank. Resiko kredit ini memiliki hubungan negatif, ketika resiko kredit meningkat maka akan menurunkan penawaran kredit. Modal bank memiliki pengaruh positif terhadap penawaran kredit. Hal ini disebabkan oleh kondisi likuiditas bank ditentukan dalam kemampuan bank untuk menyalurkan kredit, sebab kredit merupakan bagian dari aset bank. Agunan merupakan suatu bentuk komitmen dari debitur berupa suatu penjamin aset yang dimilikinya kepada pihak bank dalam menyalurkan kredit. Agunan memiliki hubungan negatif dengan penawaran kredit. Kondisi keuangan debitur memiliki hubungan dengan output yang dihasilkan dan kualitas pengembalian kredit Teori Keseimbangan Kredit Keseimbangan kredit terbentuk dari perpotongan antara kurva penawaran kredit (S 0 ) dan permintaan kredit (D 0 ). Keseimbangan tersebut menghasilkan tingkat suku bunga sebesar r 0 dan kuantitas kredit sebesar L 0. Suku bunga S 0 r 0 D 0 L Kualitas kredit

29 Sumber : Adriani S. (2008) Gambar 1. Keseimbangan Kredit Berdasarkan gambar tersebut, penurunan penawaran kredit akan mengakibatkan pergeseran S 0 ke kiri atas, dan sebaliknya jika terjadi peningkatan. Sementara bila terjadi penurunan permintaan kredit akan mengakibatkan pergeseran D 0 ke kiri bawah, dan juga sebaliknya. Menurut Agung at.al (2001), turunnya kredit yang disalurkan oleh perbankan dapat disebabkan oleh : 1. Penurunan Kredit Akibat Turunnya Permintaan Pergeseran permintaan kredit akibat lemahnya perekonomian akan menyebabkan kredit permintaan dari kredit, yaitu D 0 menurun menjadi D 1, dengan asumsi penawaran yang tetap. Hal tersebut akan mengakibatkan terjadinya penurunan pada tingkat suku bunga menjadi r 1. Jika perubahan kredit didorong oleh faktor-faktor struktural mikroekonomi maka penurunan kurva permintaan kredit juga diikuti oleh semakin menajamnya kemiringan dari kurva permintaan yang mengakibatkan menurunnya sensitivitas perubahan suku bunga terhadap permintaan kredit. Kondisi tersebut ditunukkan oleh kurva D 2. Suku bunga S r 0 r 1 D 0 D 1 L L Sumber : Adriani S. (2008) Gambar 2. Penurunan Kredit Akibat Menurunnya Permintaan D 2 kuantits kredit 2. Penurunan Kredit Akibat Turunnya Penawaran Penawaran kredit dapat disebabkan oleh turunnya kemauan bank untuk menyalurkan kredit pada tingkat suku bunga yang berlaku. Keengganan menyalurkan kredit tersebut dapat berasal dari faktor internal maupun eksternal. Faktor internal

30 mengenai permasalahan seperti rendahnya kualitas dari jumlah aset yang dimiliki oleh perbankan, tingginya tingkat NPL dan turunnya modal yang dimiliki oleh bank akibat menurunnya tingkat keuntungan. Sisi eksternal permasalahan terjadi akibat lemahnya kondisi keuangan perusahaan serta bank tidak mengetahui secara pasti mengenai kondisi dari satu perusahaan serta kemampuan untuk membayar pinjaman. Suku bunga S 2 S 1 r 2 S 0 r 1 D L 2 L 1 L 0 Sumber : Adriani S. (2008) Gambar 3. Penurunan Kredit Akibat Menurunnya Penawaran Kuantitas kredit Menurunnya jumlah kredit akibat perubahan faktor penawaran dapat dilihat dengan bergesernya kurva penawaran ke kiri atas dari S 0 menjadi S 1. Implikasi dari pergeseran ini adalah kenaikan tingkat suku bunga dan penurunan jumlah penyaluran kredit. Terkadang keengganan bank untuk menyalurkan kredit tidak diikuti dengan perubahan tingkat suku bunga. Hal ini menyebabkan kurva penawaran bergeser ke kiri dan berubah menjadi vertikal (S 2 ), dan kurva penawaran menjadi tidak sensitif terhadap perubahan tingkat suku bunga. Efek seperti ini disebut sebagai Non Price Credit Rationing. Hal ini dapat dipahami sebagai akibat memburuknya resiko kredit dunia usaha dan karena persoalan informasi yang membuat bank tidak dapat membedakan kualitas debitur. Persoalan ini lebih buruk lagi ketika ada pergantian manajemen didalam perbankan dengan orang baru. Karena hubungan bank dengan nasabah jangka panjang pergantian manajemen bank menyebabkan kurang mengertinya kondisi nasabah. Akibatnya, bank cenderung lebih berhati-hati dalam menyalurkan kredit berpendapat bahwa hanya nasabah yang kualitas rendah yang bersedia membayar tingkat suku bunga pinjaman yang tinggi (adverse selection problem) Prosedur Penagihan Kredit

31 Prosedur pengembalian kredit adalah langkah-langkah yang dilakukan oleh peminjam untuk melunasi hutangnya atau mengangsur hutangnya kepada pihak yang memberikan pinjaman dalam hal ini adalah pihak bank sesuai dengan perjanjian pelunasan kredit yang telah disepakati. Prosedur penagihan kredit adalah langkah-langkah atau urutan-urutan yang melibatkan bagian penagihan untuk melakukan penagihan kredit kepada nasabah dengan cara yang telah ditetapkan. Prosedur penagihan kredit ini merupakan kebijaksanaan bank dalam melakukan kegiatan kredit yang telah diberikan pada saat jatuh tempo angsuran. Hal ini dilakukan untuk menjaga harta perusahaan, yaitu dana yang telah disalurkan kepada nasabah lewat kredit dapat dikembalikan pada saat jatuh tempo beserta keuntungan. Untuk menilai suatu sistem penagihan kredit berhasil, maka dikaitkan dengan tingkat pengembalian kredit dari nasabah yang dapat digolongkan menjadi : lancar, yaitu tepat waktu atau sebelum jatuh tempo, bermasalah, yaitu kurang lancar atau menunggak tetapi masih dapat membayar, serta macet yaitu menunggak dan sudah tidak mampu membayar sehingga pihak bank dapat mengambil alih agunan (kolateral). 2.4 Tinjauan Umum Kredit Sepeda Motor Kredit atau pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank atau lembaga keuangan dengan pihak lain, yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil (Kasmir, 2002). Kredit dilihat dari tujuannya terdiri dari kredit konsumtif, kredit produksi dan kredit perdagangan. Kredit konsumtif, yaitu kredit yang diberikan dengan tujuan untuk memperoleh atau membeli barang-barang dan kebutuhan lainnya yang bersifat konsumtif. Kredit produksi, yaitu kredit yang diberikan dengan tujuan untuk memperlancar jalannya proses produksi. Sedangkan kredit perdagangan, yaitu kredit yang diberikan dengan tujuan untuk membeli barang-barang untuk dijual kembali (Suyatno at al, 1991) Menurut penggunannya, kredit dapat dibagi menjadi kredit eksploitasi dan kredit investasi (Suyatno at al,1991). Kredit eksploitasi adalah kredit berjangka waktu pendek yang diberikan oleh suatu bank pada perusahaan untuk membiayai kebutuhan modal kerja, sehingga perusahaan dapat berjalan dengan lancar. Kredit ini berupa pembelian bahan

32 baku, bahan penolong dan biaya produksi lainnya, seperi : upah buruh, biaya pengepakan, distribusi dan sebagainya. Tujuan kredit ini meningkatkan produksi baik kuantitatif maupun kualitatif. Kredit investasi adalah kredit jangka waktu menengah atau panjang yang diberikan oleh suatu bank pada perusahaan untuk melakukan investasi atau penanaman modal diantaranya untuk pembelian barang modal, serta jasa yang diperlukan rehabilitasi atau moderenisasi atau ekspansi proyek yang sudah ada atau pendirian proyak baru, pembangunan pabrik, pembelian mesin yang bertujuan untuk meningkatkan produktifitas. Perusahaan pembiayaan atau (laessing) adalah bentuk perusahaan yang bergerak pada jasa sewa beli, dimana pada akhir tenor konsumen menjadi pemilik dari suatu barang tersebut (Kasmir, 2002). PT FIF sebagai salah satu perusahaan pembiayaan hasil produksi PT Astra Honda Motor (AHM) memberikan fasilitas kredit sepeda motor untuk semua kalangan masyarakat yang memenuhi standar penerima kredit, dengan langkah-langkah seperti : 1. Proses order pembiayaan, yaitu : a. Customer datang ke Daeler. b. PIC Dealer/Customer Service/Surveyor, mengirim order ke PT FIF c. PT FIF memberikan perintah kepada Surveyor untuk melakukan Survey. 2. Proses Survey yang dilakukan oleh Surveyor,yaitu : a. Interview langsung. b. Memeriksa lingkungan tempat tinggal c. Memeriksa tempat usaha atau kerja. 3. Penandatanganan dokumen kontrak, yaitu : a. Aplikasi kredit. b. PP (Perjanjian Pembiayaan). c. 3 Surat kuasa pembebanan jaminan Fidusia. d. Surat kuasa penerimaan kembali dan asuransi kendaraan. e. Surat persetujuan suami istri. f. Pernyataan persetujuan penutupan asuransi g. Kelengkapan dokumen 4. Pengecekan dokumen utama dan dokumen Additional, seperti : a. KTP Pemohon (dokumen utama)

33 b. KTP pasangan bila berkeluarga (dokumen utama) c. Kartu keluarga (dokumen utama) d. Slip gaji untuk karyawan (dokumen Additional) e. Bukti pembayaran PBB, rekening telepon, listerik, rekening air f. (dokumen Additional) g. Rekening tabungan (dokumen Additional) h. Akta sewa rumah bila rumah bukan milik sendiri (dokumen Additional) 2.5 Studi Terdahulu Tentang Pengembalian Kredit Beberapa studi terdahulu telah mempelajari tentang kredit. Dalam analisis yang dilakukan oleh Alamsyah (2007), berjudul faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian kredit usaha pedesaan (Kupedes) sektor agribisnis (BRI unit Ciomas), menyimpulkan bahwa karakteristik individu debitur Kupedes sektor agribisnis yang mengalami kemacetan kredit sebagian besar berada pada usia produktif, berpendidikan SD, memiliki jumlah tanggungan keluarga sebanyak 3 orang, mengikuti pembinaan dari petugas BRI unit Ciomas dan memiliki rumah berjarak sekitar 2-4 kilometer dengan BRI unit Ciomas. Adapun karakteristik usaha debitur yang mengalamai kemacetan sebagian besar memiliki pengalaman usaha antara 3-6 tahun, memiliki jangka waktu pengembalian kredit 24 bulan, menyatakan tidak keberatan dengan beban bunga dan memiliki omzet usaha perbulan Rp ,- sampai Rp ,- Berdasarkan hasil analisis terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembalian Kupedes menggunakan metode regresi logistik terdapat beberapa faktor yang berpengaruh nyata. Faktor tersebut adalah jumlah tanggungan keluarga, jarak rumah dari kantor BRI unit Ciomas dan omzet usaha. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Haerudin (2007), berjudul kinerja keuangan dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian kredit Swamitrakowapi (Kasus USP Swamitra-kwapi, Cikini Jakarta Pusat) dapat disimpulkan bahwa, secara umum karakteristik nasabah Swamitra-kowapi antara lain : berumur tahun, perempuan, berpendidikan SLTA, sudah menikah, memiliki jumlah tanggungan keluarga lebih dari 4 orang, pekerjaan utamanya berdagang, pendapatan usaha rata-rata per bulan 1 juta sampai 5 juta dan sebagian nasabah sudah pernah mengambil kredit di Swamitrakowapi.

34 Sedangkan kinerja keuangan dilihat dari sisi rasio likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas antara bulan September 2006 menujnukan nilai rata-rata yang diperoleh dari masing-masing rasio tersebut masih dibawah batas minimum yang ditetapkan Bank Indonesia, artinya kondisi keuangan Usaha Simpan Pinjam (USP) Swamitra-kowapi masih digolongkan kategori baik atau sehat. Penilitian yang dilakukan oleh Muhammamah (2007), berjudul analisis faktorfaktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian kredit oleh UMKM (Kasus nasabah Kupedes BRI unit Cigudeg, cabang Bogor), dapat disimpulkan bahwa berdasarkan hasil analisis regresi logistik dan korelasi, faktor-faktor yang mempengaruhi dan memiliki keterkaitan yang nyata dengan tingkat pengembalian kupedes adalah omzet usaha dan frekuensi peminjaman dengan pengaruh yang positif. Artinya, semakin tinggi omzet usaha dan frekuensi peminjaman debitur, maka semakin tinggi peluang dan kecenderungannya untuk dapat mengembalikan kredit dengan lancar dan begitu pula sebaliknya. Sedangkan faktor usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, lama usaha, nilai plafond dan jangka waktu pengembalian tidak berpengaruh ataupun keterkaitan dengan tingkat pengembalian kredit. Hasil penelitaian terdahulu tentang kredit, belum ada yang membahas kredit yang disalurkan melalui lembaga pembiayaan (leassing), tapi hanya kredit melalui lembaga keuangan (bank) dan kredit melalui koperasi. Penilitian dengan judul Pengembalian Kredit Sepeda Motor Pedagang Ayam Broiler dan Pedagang Sayur Kasus di PT FIF (Federal International Finance) Cabang Bogor, Jawa Barat, akan dilihat bagaimana faktor-faktor yang diduga mempengaruhi terhadap pengembalian kredit sepeda motor, yaitu usia, tingkat pendidikan, tanggungan keluarga, pengalaman usaha, omzet usaha, jangka waktu pengembalian kredit, pengalaman ambil kredit dan beban bunga kredit, sehingga pedagang ayam Broiler dan pedagang sayur mampu melakukan pengembalian kredit sepeda motor dengan lancar kepada PT.FIF (Federal International Finance).

35 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pengertian Pembiayaan Pengertian sewa guna secara umum menurut Kasmir, 2002 adalah perjanjian pihak lessor (perusahaan leassing) dengan lessee (nasabah) dimana lessor menyediakan barang dengan hak penggunaan oleh lessee dengan imbalan pembayaran sewa untuk jangka waktu tertentu. Sedangkan pengertian sewa guna usaha sesuai dengan keputusan menteri keuangan No. 1169/KMK.01/1991 adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal, baik secara sewa guna usaha dengan opsi (Finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa opsi (Operating lease) untuk digunakan oleh lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala. Selanjutnya yang dimaksudkan dengan Finance lease adalaha kegiatan sewa guna usaha dimana lesse pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa yang disepakati. Sebaliknya operating lease tidak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha. Sedangkan dilihat dari pengertiannya, pengertian lessor adalah perusahaan yang melakukan kegiatan usaha leasing dengan menyediakan berbagai macam barang modal, sedangkan lessee adalah nasabah yang menginginkan barang modal tersebut (Kasmir, 2002). Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian fasilitas pembiayaan atau kredit adalah sebagai berikut : 1. Kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Membeli dengan cara kredit sudah menjadi hal yang sangat biasa ditengah masyarakat dewasa ini, baik masyarakat diperkotaan sampai masyarakat dipedesaan terutama untuk

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pengertian Pembiayaan Pengertian sewa guna secara umum menurut Kasmir, 2002 adalah perjanjian pihak lessor (perusahaan leassing) dengan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT BERMASALAH OLEH NASABAH DI SEKTOR PERDAGANGAN AGRIBISNIS (KASUS PADA BPR RAMA GANDA BOGOR)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT BERMASALAH OLEH NASABAH DI SEKTOR PERDAGANGAN AGRIBISNIS (KASUS PADA BPR RAMA GANDA BOGOR) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT BERMASALAH OLEH NASABAH DI SEKTOR PERDAGANGAN AGRIBISNIS (KASUS PADA BPR RAMA GANDA BOGOR) SKRIPSI DICKY TRIWIBOWO A 14105530 PROGRAM SARJANA EKSTENSI

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR Oleh : DIKUD JATUALRIYANTI A14105531 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank 2.2. Unsur-unsur dan Tujuan Kredit

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank 2.2. Unsur-unsur dan Tujuan Kredit II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank Penyaluran kredit merupakan salah satu jasa perbankan yang utama dalam mendukung perputaran ekonomi. Melalui kredit, sektor usaha akan mendapatkan

Lebih terperinci

KINERJA PENYALURAN KREDIT UMUM PEDESAAN (KUPEDES) SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA NASABAH DI PT. BRI UNIT CITEUREUP CABANG BOGOR

KINERJA PENYALURAN KREDIT UMUM PEDESAAN (KUPEDES) SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA NASABAH DI PT. BRI UNIT CITEUREUP CABANG BOGOR KINERJA PENYALURAN KREDIT UMUM PEDESAAN (KUPEDES) SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA NASABAH DI PT. BRI UNIT CITEUREUP CABANG BOGOR Disusun Oleh : SEVIA FITRIANINGSIH A 14104133 PROGRAM

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pertumbuhan suatu usaha dipengaruhi dari beberapa aspek diantaranya ketersediaan modal. Sumber dana yang berasal dari pelaku usaha agribisnis sendiri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur pengertian prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Kredit, Teori Permintaan dan Penawaran Kredit Berdasarkan asal mulanya, Kasmir (2003) menyatakan kredit berasal dari kata credere yang artinya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Menurut Undang-undang No 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan,yang dimaksud dengan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

Lebih terperinci

VI. MEKANISME PENYALURAN KUR DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

VI. MEKANISME PENYALURAN KUR DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN VI. MEKANISME PENYALURAN KUR DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 6.1. Mekanisme Penyaluran KUR di BRI Unit Tongkol Dalam menyalurkan KUR kepada debitur, ada beberapa tahap atau prosedur yang harus dilaksanakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembalian pembiayaan sudah banyak dilakukan sebelumnya, yaitu pada pembiayaan yang disalurkan oleh lembaga keuangan bank.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal (clerical),

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal (clerical), BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Pengertian prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat

Lebih terperinci

ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP SUSU FORMULA LAKTOGEN (Studi Kasus di Ramayana Bogor Trade Mall, Kota Bogor)

ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP SUSU FORMULA LAKTOGEN (Studi Kasus di Ramayana Bogor Trade Mall, Kota Bogor) ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP SUSU FORMULA LAKTOGEN (Studi Kasus di Ramayana Bogor Trade Mall, Kota Bogor) SKRIPSI AULIA RAHMAN HASIBUAN A.14104522 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian, Fungsi,Jenis dan Sumber Dana Bank. rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian, Fungsi,Jenis dan Sumber Dana Bank. rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian, Fungsi,Jenis dan Sumber Dana Bank a) Pengertian Bank Menurut Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 tahun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur pengertian prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Suatu penalaran dari penulis yang didasarkan atas pengetahuan,teori dan dalil dalam upaya menjawab penelitian dituangkan dalam kerangka pemikiran

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberdayaan Usaha Mikro (UM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

Financial Check List. Definisi Pembiayaan. Mengapa Masyarakat. Memerlukan Jasa. Pembiayaan? Kapan Masyarakat. Memerlukan Jasa. Pembiayaan?

Financial Check List. Definisi Pembiayaan. Mengapa Masyarakat. Memerlukan Jasa. Pembiayaan? Kapan Masyarakat. Memerlukan Jasa. Pembiayaan? Daftar Isi Financial Check List 1 01 Definisi Pembiayaan 3 02 Mengapa Masyarakat Memerlukan Jasa Pembiayaan? 5 5 03 Kapan Masyarakat Memerlukan Jasa Pembiayaan? 6 6 04 Siapa Saja Nasabah 8 Jasa Pembiayaan?

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sistem Perusahaan memerlukan sistem untuk menunjang kegiatan perusahaan dengan kata lain sistem merupakan rangkaian dari prosedur yang saling berkaitan dan secara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kredit 2.1.1.1 Pengertian Kredit Kegiatan bank yang kedua setelah menghimpun dana dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan giro,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) 2.1.1 Pengertian UMKM Ada beberapa pengertian UMKM menurut para ahli atau pihak yang langsung berhubungan dengan UMKM, antara lain: 1.

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT BERMASALAH OLEH NASABAH DI SEKTOR PERDAGANGAN AGRIBISNIS (KASUS PADA BPR RAMA GANDA BOGOR)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT BERMASALAH OLEH NASABAH DI SEKTOR PERDAGANGAN AGRIBISNIS (KASUS PADA BPR RAMA GANDA BOGOR) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT BERMASALAH OLEH NASABAH DI SEKTOR PERDAGANGAN AGRIBISNIS (KASUS PADA BPR RAMA GANDA BOGOR) SKRIPSI DICKY TRIWIBOWO A 14105530 PROGRAM SARJANA EKSTENSI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut :

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut : BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kredit 2.1.1.1 Pengertian Kredit Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut : Permberian prestasi oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Pengertian Bank Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan dalam bentuk giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi suatu negara menjadi lebih maju dan usaha-usaha berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi suatu negara menjadi lebih maju dan usaha-usaha berkembang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi ekonomi suatu negara menjadi lebih maju dan usaha-usaha berkembang dengan cepat, sumber-sumber dana diperlukan untuk membiayai usaha tersebut. Salah

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Sejarah Singkat PT.FIF (Federal International Finance) PT. FIF (Federal International Finance) berdiri pada tanggal 1 Mei 1989 dengan nama PT. Mitrapusaka Artha Finance

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan diperhadapkan dengan sumber pendapatan yang tidak mencukupi

BAB I PENDAHULUAN. dan diperhadapkan dengan sumber pendapatan yang tidak mencukupi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring berkembangnya zaman kebutuhan masyarakat terus meningkat dan diperhadapkan dengan sumber pendapatan yang tidak mencukupi sehingga kredit menjadi salah satu alternatif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tentang Lembaga Pembiayaan Pada tanggal 20 Desember 1988 (PakDes 20, 1988) memperkenalkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tentang Lembaga Pembiayaan Pada tanggal 20 Desember 1988 (PakDes 20, 1988) memperkenalkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tentang Lembaga Pembiayaan Pada tanggal 20 Desember 1988 (PakDes 20, 1988) memperkenalkan istilah lembaga pembiayaan yakni badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Prosedur Prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kredit 2.1.1 Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti kepercayaan, atau credo yang berarti saya percaya (Firdaus dan Ariyanti, 2009).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lembaga pembiayaan melakukan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau

I. PENDAHULUAN. lembaga pembiayaan melakukan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan zaman dan pesatnya pembangunan, lembaga keuangan bukan bank sangat diperlukan untuk ikut serta mengemban fungsinya sebagai perantara di bidang keuangan,

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi Kredit

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi Kredit II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi Kredit Hasil analisis deksriptif (Wangi SP, 2008) memperlihatkan bahwa semakin besar nilai pengajuan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat ekonomi tinggi, menengah dan rendah. hukum. Kehadiran berbagai lembaga pembiayaan membawa andil yang besar

BAB I PENDAHULUAN. tingkat ekonomi tinggi, menengah dan rendah. hukum. Kehadiran berbagai lembaga pembiayaan membawa andil yang besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia sebagai negara berkembang juga turut memacu roda perekonomian masyarakat. Sayangnya pertumbuhan ekonomi tersebut tidak ditopang oleh pembangunan

Lebih terperinci

V. MODEL PEMBIAYAAN PENGEMBANGAN USAHA

V. MODEL PEMBIAYAAN PENGEMBANGAN USAHA V. MODEL PEMBIAYAAN PENGEMBANGAN USAHA 5.1 Tipe Pembiayaan Berdasarkan kebutuhan biaya dalam kegiatan pengembangan usaha pengolahan tepung ubi jalar kelompok Tani Hurip termasuk ke dalam pembiayaan kredit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Rasio Keuangan a. Pengertian Rasio Keuangan Menurut Kasmir (2008:104), rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. statistik menunjukan perputaran keuangan pada sektor perbankan 2011

BAB I PENDAHULUAN. statistik menunjukan perputaran keuangan pada sektor perbankan 2011 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbankan merupakan sarana yang strategis dalam rangka pembangunan ekonomi, peran yang strategis tersebut disebabkan oleh fungsi utama bank sebagai penghimpun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini industri perbankan pasca krisis multidimensi yang melanda

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini industri perbankan pasca krisis multidimensi yang melanda 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini industri perbankan pasca krisis multidimensi yang melanda Indonesia telah memperoleh banyak pelajaran berharga tentang pentingnya suatu kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu roda. perekonomian masyarakat. Namun sayangnya pertumbuhan institusi

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu roda. perekonomian masyarakat. Namun sayangnya pertumbuhan institusi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu roda perekonomian masyarakat. Namun sayangnya pertumbuhan institusi perekonomian tersebut tidak

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN III.

KERANGKA PEMIKIRAN III. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengendalian Kredit Bank Pada penyaluran kredit bank, perlu diperhatikan beberapa aspek yang terkait dengan nasabah penerima kredit untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi sangat memerlukan tersedianya dana. Oleh karena itu, keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi sangat memerlukan tersedianya dana. Oleh karena itu, keberadaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pembangunan nasional suatu bangsa mencakup di dalamnya pembangunan ekonomi. Dalam pembangunan ekonomi diperlukan peran serta lembaga keuangan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan unit usaha yang banyak dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha Kecil dan Menengah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghimpun dana dari masyarakat (tabungan, giro, deposito) dan menyalurkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghimpun dana dari masyarakat (tabungan, giro, deposito) dan menyalurkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Kredit Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam latar belakang, kegiatan bank ialah menghimpun dana dari masyarakat (tabungan, giro, deposito)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kredit Usaha Mikro Pasal 1 angka (1) Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah menyebutkan: Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA SKRIPSI EKO HIDAYANTO H34076058 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Menurut Kuncoro (2002:68), Bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut kemasyarakat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bisnis utamanya adalah pembiayaan retail sepeda motor Honda baik baru maupun

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bisnis utamanya adalah pembiayaan retail sepeda motor Honda baik baru maupun BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Lembaga perkreditan FIF merupakan bagian dari kelompok Astra yang berdiri pada tanggal 1 Mei 1989 dengan nama PT. Mitrapusaka Artha Finance dan

Lebih terperinci

Kuisioner Penelitian untuk Debitur ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PRODUK KREDIT MASYARAKAT DESA KOMERSIL DI BANK X BOGOR

Kuisioner Penelitian untuk Debitur ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PRODUK KREDIT MASYARAKAT DESA KOMERSIL DI BANK X BOGOR LAMPIRAN 65 66 Lampiran 1. Kuisioner penelitian Kuisioner Penelitian untuk Debitur ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PRODUK KREDIT MASYARAKAT DESA KOMERSIL DI BANK X BOGOR Gambaran Ringkas Penelitian Sektor

Lebih terperinci

POTENSI PASAR BANK YANG BERBASIS AGRIBISNIS BAGI PENGEMBANGAN PT. BANK BUKOPIN, TBK CABANG KARAWANG DI WILAYAH KABUPATEN PURWAKARTA

POTENSI PASAR BANK YANG BERBASIS AGRIBISNIS BAGI PENGEMBANGAN PT. BANK BUKOPIN, TBK CABANG KARAWANG DI WILAYAH KABUPATEN PURWAKARTA POTENSI PASAR BANK YANG BERBASIS AGRIBISNIS BAGI PENGEMBANGAN PT. BANK BUKOPIN, TBK CABANG KARAWANG DI WILAYAH KABUPATEN PURWAKARTA SKRIPSI EMMY WARDHANI A14102528 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

a. Mencapai volume penjualan tertentu. b. Mendapat laba tertentu. c. Menunjang pertumbuhan perusahaan.

a. Mencapai volume penjualan tertentu. b. Mendapat laba tertentu. c. Menunjang pertumbuhan perusahaan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjualan 2.1.1 Pengertian Penjualan Menurut Swastha (2009) penjualan adalah interaksi antara individu saling bertemu muka yang ditujukan untuk menciptakan, memperbaiki, menguasai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Kelayakan Benda Jaminan Dalam Pembiayaan di KSU. KOTA SANTRI Cabang Karanganyar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Kelayakan Benda Jaminan Dalam Pembiayaan di KSU. KOTA SANTRI Cabang Karanganyar BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kelayakan Benda Jaminan Dalam Pembiayaan di KSU KOTA SANTRI Cabang Karanganyar Koperasi Serba Usaha KOTA SANTRI Cabang Karanganyar dalam memberikan kredit

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. prosedur juga dapat memudahkan para pekerja dalam menyelesaikan suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. prosedur juga dapat memudahkan para pekerja dalam menyelesaikan suatu BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Prosedur Prosedur merupakan rangkaian atau langkah-langkah yang dilaksanakan untuk menyelesaikan kegiatan atau aktivitas, sehingga dapat tercapainya tujuan yang diharapkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tinjauan Mengenai Bank 2.1.1.1 Pengertian Bank Menurut Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Prosedur Pengikatan Jaminan Pada Pembiayaan Murabahah di BPRS

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Prosedur Pengikatan Jaminan Pada Pembiayaan Murabahah di BPRS BAB IV HASIL PENELITIAN A. Prosedur Pengikatan Jaminan Pada Pembiayaan Murabahah di BPRS SURIYAH Kc Kudus Sebagai lembaga keuangan syariah aktivitas yang tidak kalah penting adalah melakkukan penyaluran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN benar. 1 Dalam melakukan kelayakan pembiayaan, bank syariah diwajibkan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Penerapan Prinsip 5C pada Produk Ijarah di BPRS PNM Binama Semarang Sebelum suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa latin credere atau credo yang berarti kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa latin credere atau credo yang berarti kepercayaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi di suatu negara sangat bergantung pada perkembangan dinamis dan kontribusi nyata dari sektor perbankan. Pasca krisis ekonomi dan moneter di Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43

I. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah merupakan salah satu sektor usaha yang paling banyak diminati oleh para pelaku usaha dan cukup prospektif untuk dikembangkan. UMKM dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank selain sebagai tempat menyimpan uang juga dikenal sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank selain sebagai tempat menyimpan uang juga dikenal sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang Kredit 2.1.1. Pengertian Kredit Bank selain sebagai tempat menyimpan uang juga dikenal sebagai tempat meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkannya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. transaksi dapat terjadi berulang kali dan dilaksanakan secara seragam.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. transaksi dapat terjadi berulang kali dan dilaksanakan secara seragam. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Kata Prosedur Kredit terdiri dari 2 (dua) kata yaitu Prosedur dan Kredit. Menurut Ardiyos (2004:73) arti dari Prosedur adalah suatu bagian

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu penalaran dari seorang penulis yang didasarkan atas pengetahuan, teori, dan dalil dalam upaya menjawab

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBERIAN KREDIT PRODUK KCA (KREDIT CEPAT AMAN) DAN PENANGANAN KREDIT MACET PADA PT.PEGADAIAN CABANG WONOKROMO SURABAYA SKRIPSI

ANALISIS PEMBERIAN KREDIT PRODUK KCA (KREDIT CEPAT AMAN) DAN PENANGANAN KREDIT MACET PADA PT.PEGADAIAN CABANG WONOKROMO SURABAYA SKRIPSI ANALISIS PEMBERIAN KREDIT PRODUK KCA (KREDIT CEPAT AMAN) DAN PENANGANAN KREDIT MACET PADA PT.PEGADAIAN CABANG WONOKROMO SURABAYA SKRIPSI Diajukan Oleh : BELLA RISTIANI 1013010084/FE/EA FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian baik untuk negara ataupun daerah. Peran penting UKM tersebut telah

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian baik untuk negara ataupun daerah. Peran penting UKM tersebut telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian baik untuk negara ataupun daerah. Peran penting UKM tersebut telah mendorong banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini banyak perusahaan membutuhkan dana yang cukup besar untuk memulai investasi atau memperbesar usahanya. Untuk memperoleh dana tersebut perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Semakin tingginya tingkat persaingan antar bank dan resiko perkreditan, menyebabkan pihak manajemen Bank perlu menerapkan suatu pengendalian yang memadai. Pengendalian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cara yakni dengan cara tunai maupun kredit. Penjualan secara tunai akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cara yakni dengan cara tunai maupun kredit. Penjualan secara tunai akan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dari Kredit Dalam melaksanakan penjualan kepada kosumen dapat dilakukan dengan dua cara yakni dengan cara tunai maupun kredit. Penjualan secara tunai akan menimbulkan

Lebih terperinci

SEKTOR MONETER, PERBANKAN DAN PEMBIAYAAN BY : DIANA MA RIFAH

SEKTOR MONETER, PERBANKAN DAN PEMBIAYAAN BY : DIANA MA RIFAH SEKTOR MONETER, PERBANKAN DAN PEMBIAYAAN BY : DIANA MA RIFAH PENGERTIAN Menurut DFID (Department For International Development) sektor keuangan adalah seluruh perusahaan besar atau kecil, lembaga formal

Lebih terperinci

dan jumlah tanggungan keluarga berpengaruh negative terhadap tingkat pengembalian kredit TRI. Penelitian Sarianti (1998) berjudul faktor-faktor yang

dan jumlah tanggungan keluarga berpengaruh negative terhadap tingkat pengembalian kredit TRI. Penelitian Sarianti (1998) berjudul faktor-faktor yang II TINJAUAN PUSTAKA Penilaian tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembalian kredit sudah banyak dilakukan sebelumnya, baik pada kredit yang disalurkan oleh lembaga keuangan (bank) maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan nasional dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan suatu pembangunan yang berhasil maka diperlukan

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kredit dan Pengertiannya Kata kredit berasal dari bahasa Yunani credere artinya kepercayaan atau credo berarti saya percaya (Shintawati, 2010; Triandaru dan Budisantoso, 2009;

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pergeseran persepsi mengenai mobil sebagai suatu icon yang menandakan suatu

I. PENDAHULUAN. pergeseran persepsi mengenai mobil sebagai suatu icon yang menandakan suatu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mobil sebagai jenis kendaraan yang mendukung aktivitas masyarakat semakin hari keberadaannya semakin dibutuhkan baik sebagai sarana transportasi umum, pribadi, sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya didukung oleh unit-unit usaha kecil. Kemampuan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya didukung oleh unit-unit usaha kecil. Kemampuan masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang sebagian besar perekonomiannya didukung oleh unit-unit usaha kecil. Kemampuan masyarakat Indonesia yang terbatas dalam mendirikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka Lembaga perbankan memegang peranan yang sangat penting dan dibutuhkan oleh masyarakat. Perbankan melayani kebutuhan pembiayaan dan memperlancar

Lebih terperinci

PENGARUH LABA USAHA DAN NILAI JAMINAN KREDIT TERHADAP KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT INVESTASI

PENGARUH LABA USAHA DAN NILAI JAMINAN KREDIT TERHADAP KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT INVESTASI PENGARUH LABA USAHA DAN NILAI JAMINAN KREDIT TERHADAP KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT INVESTASI di PT.BANK RAKYAT INDONESIA(PERSERO)Tbk. KANTOR CABANG SIDOARJO SKRIPSI Diajukan oleh : Moch. Adam Sudharta 0513315044/FE/EA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertambangan. Industri Pengolah-an (Rp Milyar) (Rp Milyar) na

I. PENDAHULUAN. Pertambangan. Industri Pengolah-an (Rp Milyar) (Rp Milyar) na I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kredit adalah salah satu faktor yang berperan penting di dalam pengembangan usaha. Pada umumnya ada dua jenis kredit, yaitu kredit modal kerja dan kredit investasi. Kredit

Lebih terperinci

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Pemberian Kredit Pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Pasir Pengaraian

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Pemberian Kredit Pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Pasir Pengaraian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Pemberian Kredit Pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Pasir Pengaraian Andrian Fauline Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan ekonomi mengakibatkan tingkat kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan ekonomi mengakibatkan tingkat kebutuhan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesatnya pertumbuhan ekonomi mengakibatkan tingkat kebutuhan yang ada di masyarakat sangat beraneka ragam. selain kebutuhan sandang dan pangan, kebutuhan akan perumahan

Lebih terperinci

Pengalokasian Dana Bank (Kredit dan Pembiayaan)

Pengalokasian Dana Bank (Kredit dan Pembiayaan) Materi 3 Pengalokasian Dana Bank (Kredit dan Pembiayaan) Subpokok bahasan : Pengertian Kredit & Pembiayaan (Produk Lending) Jenis-jenis kredit Prinsip-prinsip pemberian kredit Jenis-jenis pembebanan suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pemerintah berkewajiban mensejahterakan rakyatnya secara adil dan merata. Ukuran sejahtera biasanya dapat dilihat dari kemampuan seseorang dalam

Lebih terperinci

VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT DAN REPAYMENT CAPACITY

VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT DAN REPAYMENT CAPACITY VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT DAN REPAYMENT CAPACITY 7.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian KUR Analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Pengertian Prosedur adalah suatu urutan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu bagian atau lebih, disusun untuk menjamin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Nomor 10 Tahun Menurut Pasal 1 ayat 2

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Nomor 10 Tahun Menurut Pasal 1 ayat 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengertian bank secara otentik telah dirumuskan di dalam Undangundang Perbankan 7 Tahun 1992 yang telah diubah menjadi Undangundang Perbankan Nomor 10 Tahun

Lebih terperinci

PENILAIAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT RESTORAN ORIENTAL FOOD (Kasus Restoran Makisu dan Shanghai Garden di Gedung Bursa Efek Indonesia) SKRIPSI

PENILAIAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT RESTORAN ORIENTAL FOOD (Kasus Restoran Makisu dan Shanghai Garden di Gedung Bursa Efek Indonesia) SKRIPSI PENILAIAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT RESTORAN ORIENTAL FOOD (Kasus Restoran Makisu dan Shanghai Garden di Gedung Bursa Efek Indonesia) SKRIPSI DWIANA SILVI LEUNAWATI A14103669 PROGRAM EKSTENSI MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB II Kajian Pustaka. mampu diserap dari masyarakat dan disalurkan kembali kepada masyarakat yang

BAB II Kajian Pustaka. mampu diserap dari masyarakat dan disalurkan kembali kepada masyarakat yang BAB II Kajian Pustaka 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Dunia keuangan khususnya perbankan dari tahun ketahun telah mengalami peningkatan yang signifikan. Peningkatan ini ditunjukkan dari jumlah

Lebih terperinci

WAKA<LAH PADA KJKS MBS

WAKA<LAH PADA KJKS MBS BAB IV ANALISIS TERHADAP MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MURAlah di KJKS Muamalah Berkah Sejahtera Pembiayaan Mura>bah}ah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. LANDASAN TEORI 2.1.1 Pengertian Bank Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara. Semua sektor usaha baik sektor industri, perdagangan, pertanian,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN A. Upaya Pencegahan Pembiayaan Bermasalah di BMT Al Hikmah Ungaran BMT Al Hikmah merupakan sebuah lembaga keuangan syariah non bank yang menghimpun dana dari masyarakat

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PEMBERIAN KREDIT TERHADAP CALON DEBITUR

ANALISIS KELAYAKAN PEMBERIAN KREDIT TERHADAP CALON DEBITUR ANALISIS KELAYAKAN PEMBERIAN KREDIT TERHADAP CALON DEBITUR ( Studi Kasus Calon Debitur Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kantor Cabang Hayam Wuruk Jakarta) Agriando 22209826 LATAR BELAKANG Kepercayaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 10 November 1998 tentang perbankan, menyatakan bahwa yang dimaksud

BAB II LANDASAN TEORI. 10 November 1998 tentang perbankan, menyatakan bahwa yang dimaksud 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, menyatakan bahwa yang dimaksud dengan bank adalah badan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar seperti Medan. Selain itu tingkat konsumsi masyarakat mengalami

BAB I PENDAHULUAN. besar seperti Medan. Selain itu tingkat konsumsi masyarakat mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan akan sarana mobilitas yang efektif, efisien, dan ekonomis bagi masyarakat Indonesia semakin meningkat dari waktu ke waktu, terutama dikotakota besar seperti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rakyat (BPR) Jawa Timur (Periode ). Penelitian tersebut memiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rakyat (BPR) Jawa Timur (Periode ). Penelitian tersebut memiliki BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Dari penelitian yang dilakukan oleh Anggraeni (2007) yang berjudul Faktor-faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit oleh Bank Pengkreditan Rakyat (BPR)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Suatu penelitian kaitan antara landasan teori dan fakta empirik sangat penting. Menghindari kesalahan pengertian dalam pemahaman dan untuk memperoleh kesatuan pandangan terhadap beberapa

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR PADA PT. ADIRA FINANCE. perusahaan pembiayaan non-bank (multi finance).

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR PADA PT. ADIRA FINANCE. perusahaan pembiayaan non-bank (multi finance). BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR PADA PT. ADIRA FINANCE A. Gambaran Umum PT Adira Finance PT Adira Dinamika Multi Finance, Tbk (Adira Finance) adalah sebuah perusahaan pembiayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha dewasa ini, perusahaan dituntut untuk selalu

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha dewasa ini, perusahaan dituntut untuk selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha dewasa ini, perusahaan dituntut untuk selalu bisa mengantisipasi situasi dan kemauan pasar. Menghadapi tuntutan pasar yang semakin kompleks

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Dengan melihat uraian diatas maka penulis menyusun laporan kerja

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Dengan melihat uraian diatas maka penulis menyusun laporan kerja BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Dengan melihat uraian diatas maka penulis menyusun laporan kerja praktek dan menuangkannya dengan judul PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peranan sangat strategis dalam struktur perekonomian nasional. Karena

I. PENDAHULUAN. peranan sangat strategis dalam struktur perekonomian nasional. Karena I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha mikro dan kecil merupakan sektor usaha yang mempunyai peranan sangat strategis dalam struktur perekonomian nasional. Karena jumlah industrinya yang besar dan terdapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Kasmir (2010:11) Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan. kemasyarakat serta memberikan jasa bank lainnya.

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Kasmir (2010:11) Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan. kemasyarakat serta memberikan jasa bank lainnya. 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Menurut Kasmir (2010:11) Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dan menyalurkannya kembali dana tersebut kemasyarakat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 9 BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan mengenai pengaruh faktor suku bunga kredit, dana pihak ketiga, nilai tukar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS Produksi Mencerminkan Tingkat Pendapatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS Produksi Mencerminkan Tingkat Pendapatan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Produksi Mencerminkan Tingkat Pendapatan Produksi adalah upaya atau kegiatan untuk menambah nilai pada suatu barang. Arah kegiatan ditujukan

Lebih terperinci

ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN TOMAT BANDUNG DI SUPERMARKET SUPER INDO MUARA KARANG JAKARTA UTARA SKRIPSI

ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN TOMAT BANDUNG DI SUPERMARKET SUPER INDO MUARA KARANG JAKARTA UTARA SKRIPSI ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN TOMAT BANDUNG DI SUPERMARKET SUPER INDO MUARA KARANG JAKARTA UTARA SKRIPSI Oleh: ARIEF FERRY YANTO A14105515 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci