BAB II KAJIAN PUSTAKA. kehidupan memerlukan bahasa karena bahasa, manusia mengetahui sesuatu yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. kehidupan memerlukan bahasa karena bahasa, manusia mengetahui sesuatu yang"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bahasa Kehadiran bahasa sangat penting bagi kehidupan manusia. Semua bidang kehidupan memerlukan bahasa karena bahasa, manusia mengetahui sesuatu yang terjadi dan dihasilkan manusia itu sendiri (Nurgiyantoro, 2014:1). Namun, para pakar linguistik mendefinisikan bahasa sebagai suatu sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer. yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat untuk berinteraksi dan mengidentifikasikan diri (Chaer, 30:1994). Suatu ungkapan yang mengandung maksud untuk menyampaikan sesuatu kepada orang lain disebut dengan bahasa. Sesuatu yang dimaksudkan oleh pembicara dapat dipahami dan dimengerti oleh pendengar atau lawan bicara melalui bahasa yang diungkapkan. Chaer (1995:33) fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Hal ini sejalan dengan pendapat Tarigan (2009:5-6) bahwa fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi untuk melakukan interaksi. Moeliono (1989: ) menyampaikan bahwa bahasa dapat dibedakan menjadi dua jenis, yakni ragam lisan dan ragam tulis. Ragam lisan berbeda dengan ragam tulis karena peserta percakapan mengucapkan tuturan dengan tekanan, nada, irama, jeda, atau lagu tertentu untuk memperjelas makna dan maksud tuturan. Selain itu kalimat yang digunakan oleh peserta percakapan tidak selalu merupakan kalimat lengkap. Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam mengamati ragam ujaran dan ragam tulisan. 9

2 10 Pertama, berhubungan dengan suasana peristiwa. Ketika menggunakan sarana tulisan kita beranggapan bahwa orang yang diajak berbahasa tidak ada di depan mengakibatkan bahasa yang diujarkan perlu lebih terang dan jelas, karena ujaran tidak jelas dapat disertai oleh gerak isysrat, pandangan, atau anggukan, tanpa penegasan di pihak kita atau pemahaman di pihak pendengar. Salah satu bahasa sebagai ragam tulis adalah surat-menyurat baik surat menyurat secara formal maupun non-formal. Keunggulan bahasa tulis tidak perlu bertatap muka dengan informan untuk menyampaikan informasi dan tidak menggunakan suara keras ketika menulis surat. Oleh karena itu, kalimat dalam ragam tulisan harus lebih cermat dan jelas, agar informan tidak salah mengartikan maksud dari penulis surat. Hal kedua yang membedakan ragam lisan dengan ragam tulisan berkaitan dengan beberapa upaya yang kita gunakan dalam ujaran. Misalnya, tinggi rendahnya dan panjang pendeknya suara, serta irama kalimat yang sulit dikembangkan dengan ejaan dan tata tulis yang dimiliki. Jadi, penulis acap kali perlu merumuskan kembali kalimatnya jika ia ingin menyampaikan jangkauan makna yang sama lengkapnya atau ungkapan perasaan yang sama telitinya. Ragam tulis memiliki kelebihan dibanding ragam ujaran. Seperti, huruf kapital, huruf miring, tanda kutip, paragraf atau alinea, dan ragam tulis tidak mengenal padanannya yang sama jelasnya dalam ujaran. Tiap penutur bahasa pada dasarnya dapat memanfaatkan kedua ragam lisan dan tulisan sesuai dengan kebutuhan pemakainya, apa pun latar belakangnya. Meskipun demikian, kita dapat berharap orang yang kurang mendalam proses belajarnya menggunakan ragam tulisan dengan keterampilan orang terpelajar.

3 11 Kemampuan menggunakan berbagai gaya pada hakikatnya terjangkau oleh setiap orang, namun kemahiran tidak datang dengan sendirinya melainkan diraih dengan pelatihan dan pengalaman. Ketercapaian maksud memungkinkan penutur mengamati dan mencontoh gaya orang yang dianggapnya cocok pada suasana tertentu. Kemampuan seseorang dalam pengembangan bahasa juga dapat dilihat dari luas pergaulan, pendidikan, profesi, kegemaran, dan pengalaman. 2.2 Bahasa dalam Surat Pengertian surat menurut Soedjito dan Solchan (1979:1), surat dapat ditinjau menjadi empat macam, yakni dari segi sifat isinya, ujud penuturannya, fungsi, dan sebagai dokumentasi. Surat ditinjau dari segi isinya merupakan jenis karangan (komposisi) paparan penulis untuk mengemukakan maksud dan tujuannya, dan menjelaskan perasaan yang sedang dialaminya. Ditinjau dari wujud penuturannya, surat adalah percakapan tertulis antara penulis dengan penerima surat. Sejenis dengan ragam percakapan (dialog) yang biasa dipakai dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan jika ditinjau dari fungsinya, surat adalah suatu alat atau sarana komunikasi tulis. Surat juga dipandang sebagai alat komunikasi tulis yang paling efisien, efektif, ekonomis, dan praktis dibanding dengan alat komunikasi lisan. Sedangkan, surat sebagai dokumentasi merupakan alat bukti historis dan dipakai sebagai pengingat sejarah atas keadaan, kegiatan, atau kejadian pada masa lampau. Oleh sebab itu, surat merupakan paparan penulis untuk mengungkapkan maksud, tujuan dan apa yang sedang dialami kala itu. Tulisan yang didokumentasikan menjadi saksi bisu sebuah sejarah perjuangan seseorang dalam menjunjung tinggi martabat bangsa atau negara dan pernyataan

4 12 tersebut dapat dikategorikan menjadi karya sastra, karena sastra merupakan segala sesuatu yang tertulis dan tercetak serta dapat dinikmati oleh banyak orang. R.A Kartini menulis surat-suratya dengan sangat meyakinkan, sebagai sebuah cerita kejadian yang dialaminya dan sebagai sejarah hidupdalam memperjuangkan hakhak kaum perempuan yang tertindas. Badudu (1983:92-93) mengemukakan bahwa bahasa surat ialah bahasa yang digunakan dalam surat, terutama bahasa dalam bagian inti surat. Bahasa yang digunakan harus tunduk kepada semua aturan bahasa yang berlaku, baik struktur kata dan kalimat maupun penggunaan tanda-tanda baca, pemakaian alinea atau paragraf, dsb., dengan memilih kata yang baik dan benar. Pada alinea pembuka yang merupakan pengantar isi sarat, penulis surat biasanya menggunakan kalimatkalimat khusus yang disesuaikan dengan maksud surat yang akan ditulis. Misalnya, memberitahukan sesuatu, menanyakan sesuatu, meminta sesuatu, membalas surat maupun menjawab pertanyaan. Pada alinea penutup, kalimat penutup surat juga disesuaikan dengan isi surat yang ditulis. Pada umumnya, bagian akhir surat tidak lupa untuk menyampaikan rasa terima kasih atas bantuan, perhatian, kerjasama yang ditunjukkan baik penulis maupun penerima surat. Penulisan kalimat penutup haruslah ditempatkan pada alinea khusus, yaitu alinea penutup dan jangan disambungkan dengan bagian isi surat. Bahasa dalam surat menurut Soejdito dan Solchan (1993:15-16) dapat dibedakan menjadi dua, yakni bahasa baku dan bahasa efektif. Bahasa baku, ialah bahasa yang diakui benar menurut kaidah yang sudah dilazimkan. Penggunaan bahasa baku dapat membawa wibawa seseorang dan dipandang sebagai lambang status sosial yang tinggi. Penggunaan bahasa baku juga dapat dikenali dari empat

5 13 segi, yakni ejaan, pemakaian kata, bentuk kata, dan kalimat. Bahasa efektif, bahasa efektif ialah bahasa yang secara tepat dapat mencapai sasarannya. Bahasa efektif dapat dikenali dari pemakaian bahasa yang sederhana/wajar, ringkas, jelas, sopan, dan menarik. Oleh karena itu, penulisan bahasa dalam penulisan surat sebaiknya memperhatikan kaidah-kaidah tata bahasa dan menggunakan bahasa (kalimat atau kata) secara baku dan efektif, agar penerima surat dapat memahami apa maksud dan tujuan penulisan yang ditulis. 2.3 Surat-Surat R.A Kartini Pada akhir Desember 1997 berita mengenai terbitnya kumpulan surat-surat R.A Kartini yang baru merupakan kejutan yang menggembirakan bagi peminat Kartini di luar Indonesia pada umumnya dan pada khususnya di Indonesia. Jumlah surat yang di tulis cukup besar samai seratus lima puluh pucuk surat (Sutrisno, 2000:x-xi). Sutrisno (2000:x-xii) mengungkapkan bahwa Kartini selalu mencurahkan isi hatinya tanpa pembatasan kepada Nyonya Abendanon, seperti yang dinyatakan dalam salah satu suratnya bahwa Nyoya Abendanon yang pertama dan yang pasti tetap satu-satunya di antara teman-temannya di Jawa. Dalam suratnya pula Kartini menyatakan bahwa Nyonya Abendanonlah satu-satunya yang boleh tahu tentang seluk-beluk kehidupan batinnya dan sehubungan dengan hal tersebut Kartini sangat menghormati dan menyayangi Nyonya Abendanon dan memanggilnya dengan sebutan Kekasih. Masalah yang sedang dihadapi Kartini adalah mempunyai dua orang ibu tiri, ingin melepaskan diri dari adat istiadat masyarakat Jawa, cita-cita yang tidak

6 14 dapat ia wujudkan, dan ia dijodohkan dengan Bupati Rembang. Permasalahan tersebut membuat R.A Kartini mengungkapkannya dengan menggunakan kemampuan berbahasanya dengan pilihan kata yang tepat dan apik. Setiap tulisan yang di tulis olehnya mengandung makna yang terpendam dan mempunyai makna yang sangat dalam bagi hidupnya dan perasaannya. Oleh karena itu, bahasa yang digunakan Kartini dalam suratnya disebabkan oleh penderitaan atau kesengsaraan dalam hidupnya yang tidak dapat ia katakana dengan menggunakan atau memilih bahasa yang tepat untuk mengungkapkan perasaannya tersebut. Surat-surat yang ditulis R.A Kartini pada tahun seribu sembilan ratus dan diterbitkan oleh penerbit Djambatan. Kumpulan surat R.A Kartini kepada suamiistri Abendanon, saudara, serta sahabat-sahabatnya berjumlah seratus lima puluh surat. umumnya mengisahkan kehidupan sehari-hari kepada Kekasihnya (suamiistri Abendanon), sahabat-sabat, serta saudara-saudaranya. Tulisan tersebut keluhan dan isi hatinya atas kehidupan yang sedang dijalani oleh R.A Kartini. Isi hati yang diungkapkan dalam surat-suratnya berisikan tentang penderitaan seorang perempuan yang menginginkan kebahagiaan di masa muda. Kebahagiaan yang selalu diimpikan oleh kaum perempuan muda adalah tidak dilakukannya poligami paksa, serta dapat melanjutkan pendidikan seperti kaum perempuan elit negeri Belanda. R.A Kartini pada saat menulis surat kepada sahabat, saudara, serta kepada Kekasihnya mengungkapkan perasaannya dengan menggunakan pilihan kata yang dapat mewakili perasaannya dan tidak dapat diungkapkan dengan bahasa yang sederhana. Kata-kata yang dipilih oleh R.A Kartini sebagian besar menceritakan tentang penderitaannya dan kata-kata yang dipilih mengandung makna terpendam

7 15 bagi perjalananan hidupnya. Oleh karena itu, penderitaan dan pengalaman yang diterima ketika menjalani hidup dapat membuat R.A Kartini memilih atau menggunakan kata-kata yang dapat mewakili perasaannya yang dalam dan berat. 2.4 Manusia dan Penderitaan Setiap manusia pasti pernah mengalami sebuah cobaan atau musibah, serta gangguan-gangguan dalam kehidupannya. Gangguan-gangguan seperti itu, bisa berupa penderitaan fisik atau batin. Penderitaan fisik yang dialami oleh manusia dapat diatasi dengan bantuan medis untuk menangani atau menyembuhkannya. Penderitaan batin (psikis) disebabkan oleh keadaan batin yang tidak menentu, sedangkan cara untuk menanganinya terletak pada kemampuan manusia atau (si penderita) dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang sedang dihadapinya. Penderitaan manusia dapat dibedakan menjadi lima macam. Kelima penderitaan tersebut, ialah rasa takut, kegagalan, siksaan fiksi maupun batin, rasa sakit, serta penderitaan yang paling berat diantara keempat macam tersebut (Suratman, dkk., 2013:62-68). Penderitaan, berasal dari bahasa Sansekerta dhra, artinya menahan atau menanggung dan ikut merasakan suatu kejadian yang tidak menyenangkan batin seseorang. Penderitaan merupakan bagian paling berat diantara jenis penderitaan yang lain. Intensitas penderitaan seseorang bertingkat-tingkat, ada yang berat dan ada juga yang ringan. Peranan individu juga menentukan berat-tidaknya intensitas penderitaan. Suatu peristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang, belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Artinya, suatu penderitaan dapat

8 16 menjadi energi untuk bangkit atau sebagai langkah awal untuk mencapai kenikmatan dan kebahagiaan (Soelaeman, Tanpa tahun:66). Rasa takut, manusia yang dalam banyak hal sudah menguasai dunia, sebagian besar masih bisa dipermainkan oleh rasa takut. Mereka tidak menyadari terkadang rasa takut datang dari khayalannya sendiri. Kuatnya daya khayal dapat merasuk pada diri seseorang dan dapat menyebabkan gangguan jiwa yang disebut dengan phobia. Sebagian besar phobia dimulai dengan adanya shock emisional atau tekanan batin pada waktu tertentu. Dengan menggunakan akal sehat, rasa takut dapat dihindari dalam diri seseorang dan membiarkan diri menjadi tuan. Artinya, dapat menerima atau menolak suatu hal dengan kehandak sendiri. Kegagalan, banyak orang menganggap kegagalan adalah hal yang wajar dan dianggap sebagai suatu pengalaman dan pengalaman merupakan pelajaran paling baik dalam kehidupan. Kegagalan juga dapat membuat seseorang menjadi frustasi, karena seseorang terlalu memikirkan kegagalan dan terkadang merasa kecewa atau tidak puas dengan hasil yang telah diperbuat. Prof. Dr. Zakiah Daradjat (dalam Suratman, 2013:64) berpendapat frustasi merupakan suatu proses yang menyebabkan orang merasa akan adanya hambatan terhadap terpenuhinya kebutuhan-kebutuhannya atau menyangka bahwa akan terjadi sesuatu yang menghalangi keinginannya. Artinya, seseorang dapat mengalami frustasi, apabila objek dan tujuannya tidak tercapai, karena satu atau beberapa hal yang menghalanginya. Siksaan, dapat berupa penyakit, siksaan hati, siksaan badan oleh orang lain, dan sebagainya. Manusia dengan siksaannya dapat menimbulkan kreativitas baik yang pernah mengalami atau orang yang berjiwa seni juga dapat menyaksikan

9 17 langsung maupun tidak langsung. Hal tersebut terbukti dengan adanya tusilan baik berupa berita, cerpen, ataupun novel yang mengisahkan siksaan orang atau penulisnya sendiri. Dengan membaca hasil seni berupa siksaan dapat diambil hikmahnya, karena dapat menilai arti manusia, harga diri, kejujuran, kesabaran, dan ketakwaan (yang telah dikuasai nafsu syaitan), kesadisan, dan tidak mengenal perikemanusiaan. Rasa sakit, rasa yang tidak enak bagi penderitanya. Penyakit atau sakit sehingga ada rasa sakit dapat menimpa setiap hidup manusia. Rasa sakit atau sakit dalam pengalaman hidup dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni sakit hati, sakit jiwa, dan sakit fisik. Sakit hati dapat menyebabkan seseorang berfikir terus dan mengakibatkan penderita sakit fisik. Misalnya, karena gossip atau celotehan orang mengenai dirinya berupa ejekan atau sindiran, namun banyak hikmah yang dapat diambil kala mengalami nasib tersebut, antara lain dapat menimbulkan rasa kasihan terhadap penderita dan dapat membuka rasa keprihatinan manusia, rasa sosial, dan dermawan. 2.2 Diksi atau Pilihan Kata Pengertian Diksi atau Pilihan Kata Diksi atau pilihan kata adalah menggunakan atau memilih kata yang tepat untuk menyatakan atau mengungkapkan sesuatu. Pilihan kata merupakan satu unsur yang sangat penting, baik dalam dunia karang-mengarang maupun dalam dunia tutur setiap hari. Kata yang tepat dapat membantu seseorang dalam mengungkapkan dengan tepat maksud yang ingin disampaikan baik lisan maupun tulisan (Arifin dan Amrah, 1988:145). Sadar tidaknya penulis karangan berhada-

10 18 pan langsung dengan diksi atau pilihan kata. Komunikasi dapat menjadi efektif dengan menggunakan kosakata tepat (Moeliono, 1989: ). Pemakaian bahasa atau pulihan kata dapat dibagi menjadi dua cara, yakni kata yang konkrit dan kata yang abstrak. Kata konkrit mengacu ke barang yang spesifik di dalam pengalaman kita. Kata yang konkrit dapat efektif sekali di dalam karangan pengisahan (narasi) dan pemerian (deskripsi) karena merangsang pancaindera. Namun tidak semua karangan perlu bersifat konkrit. Kata abstrak ialah kata yang merujuk ke sifat (panas, dingin, baik), ke nisban (kepribadian atau keeksistensian, jumlah, urutan), dan gagasan (keadilan, keberterimaan, kesatuan). Kata abstrak sering dipakai untuk mengungkapkan kata gagasan yang rumit. Kata itu nampu menjelaskan perbedaan yang halus di antara gagasan yang bersifat teknis dan khusus. Oleh karena itu, diksi atau pilihan kata merupakan penggunakan atau pemakaian kata yang akan digunakan untuk menyampaikan suatu gagasan dengan menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat dan gaya yang akan digunakan dalam oleh penulis atau petutur dalam suatu situasi (Keraf, 1984:24) Jenis Diksi atau Pilihan Kata 1) Kata Denotasi Menurut Moeliono (1989: ) jalan untuk mencapai kosa kata yang luas dan untuk memperoleh kepekaaan bahasa yang lebih luas, dapat memilih kata baik karena denotasinya maupun konotasinya. Kakna denitasi adalah hubungan antara kata (atau ungkapan) dengan barang, orang, tempat, sifat, proses, dan kegiatan di luar sistem bahasa (disebut dengan denotatannya). Oleh karena itu,

11 19 denotatif adalah suatu pengertian yang dikandung sebuah kata secara objektif. Kata denotatif juga sering disebut dengan kata yang umum. Misalnya, denotatan kata Kuda ialah kelas hewan mamalia pemakan rumput yang dipelihara manusia untuk mengangkut muatan, barang, atau dikendarai. 2) Kata Konotasi Kata konotasi merupakan jumlah semua tautan pikiran yang menerbitkan nilai rasa. Kata konotasi dapat bersifat pribadi dan bergantung pada pengalaman seseorang dengan kata atau dengan barang atau gagasan yang diacu oleh kata tersebut. Selain itu, berlaku untuk satu kelompok atau bahkan untuk sebagian besar warga masyarakat bahasa yang berbagi sikap dan perasaan. Misalnya, bagi beberapa orang kata ular, jaksa, radikal, dan penyesuaian harga mempunyai nilai rasa tambahan. Kata yang syarat dengan konotasi ialah kata pantang, khususnya yang berupa makian dan yang bersifat cabul, dan nama orang yang menjadi pusat perhatian masyarakat. Kata konotatif sifatnya lebih professional dan operasional dibanding dengan kata denotatif. Kata konotatif disebut sebagai kata khusus yang dikaitkan dengan suatu kondisi dan situasi tertentu. Perhatikan contoh berikut ini. Berikut contoh kata dalam bentuk kalimat. (a) Dia adalah wanita cantik. (b) Dia adalah wanita manis. Kata cantik lebih umum daripada kata manis. Kata cantik akan memberikan gambaran umum tentang seorang wanita. Akan tetapi, dalam kata manis terkandung suatu maksud yang lebih bersifat memukau perasaan.

12 20 3) Idiomatik Moeliono (1989:177) mengemukakan bahwa, di samping konsep denotasi dan konotasi, konkret dan abstrak, umum dan khusus, serta majas, masih ada pokok idiom. Karangan yang cermat, tepat, dan kuat dalam diksinya sebaiknya bersifat idiomatik. Idiomatik merupakan ungkapan-ungkapan bahasa yang artinya tidak secara langsung dapat dijabarkan dari arti unsur-unsurnya. Oleh karena itu, bahasa yang idiomatik diartikan juga sebagai bahasa yang wajar dan dipakai oleh penutur asli. Tidak ada alasan logis mengapa idiom bentuknya harus demikian. Perlu diketahui juga idiom termasuk ke dalama satuan leksikal yang utuh, karena itu tidak dapat diubah tanpa merusak keutuhannya. Tabel 1 Contoh Kata Indiomatik No. Kata Idiomatik 1. Panjang Tangan 2. Rendah Hati 3. Berbesar Hati 4. Terdiri atas 5. Berbeda dengan Sumber: Moeliono, Kembara Bahasa: Kumpulan Karangan Terbesar (1989:177). 4) Kata Indria Kata Indria adalah penggunaan istilah-istilah yang menyatakan pengalamaanpengalaman yang diserap oleh pancaindria, yaitu cerapan indria penglihatan, pendengaran, peraba, perasa, dan penciuman. Oleh sebab itu, pengalaman diserap oleh pancaindria yang khusus maka daya gunanya lebih terjamin (Keraf,1984:94).

13 Makna Diksi atau Pilihan Kata 1) Makna Denotasi dan Makna Konotasi Makna denitatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna wajar ini adalah makna apa adanya. Denotatif adalah suatu pengertian yang dikandung sebuah kata secara objektif. Makna denotatif juga sering disebut dengan makna yang umum. Makna konotatif merupakan makna yang timbul sebagai akibat dari sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual. Makna konotatif sifatnya lebih professional dan operasional dibanding makna denotatif. Makna konotatif juga disebut sebagai makna khusus yang dikaitkan dengan suatu kondisi dan situasi tertentu. Berikut contoh makna denotatif dan makna konotatif. Tabel 2 Contoh Makna Denotasi dan Makna Konotasi No. MAKNA DONOTASI MAKNA KONOTASI 1. Cantik Manis, Mancung, Tembem 2. Rumah Gedung, Wisma, Graha 3. Bunting Hamil, Mengandung 4. Mati Meninggal, Wafat, Almarhum Sumber: Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa (1984:94). Berikut contoh kata dalam bentuk kalimat. (a) Dia adalah wanita cantik. (b) Dia adalah wanita manis. Kata cantik lebih umum daripada kata manis. Kata cantik akan memberikan gambaran umum tentang seorang wanita. Akan tetapi, dalam kata manis terkandung suatu maksud yang lebih bersifat memukau perasaan.

14 22 2) Bentuk Makna dalam Ungkapan Menurut Arifin dan Amran (1988: ) Suatu karangan di dalamnya terkadang perlu dipergunakan kata-kata yang berbentuk ungkapan, agar karangan itu lebih hidup dan terlihat konkret. Makna yang terkandung dalam ungkapanungkapan itu disebut makna majasi. Pendapat tersebut sejalan dengan pandangan Moeliono (1989:175) untuk mengkonkretkan dan menghidupkan karangan dapat menggunakan majas atau figure of speech. Kata dan ungkapan dapat ditafsirkan menurut arti harfiahnya dan menurut majasi (figurative)-nya. Harfiah sama artinya dengan denotasi kata. Makna majasi diperoleh bila makna denotasi kata dipakai untuk menyatakan makna denotasi kata yang lain. Kata-kata yang mengandung makna majasi itu disebut majas. Oleh karena itu, bentuk-bentuk majas terkadang harus dipakai dalam karangan untuk menghidupkan suatu karangan. Makna tersebut yakni, diksi yang bersifat persamaan, diksi yang bersifat metafora, diksi yang bersifat litites, diksi yang bersifat hiperbol, dan diksi yang bersifat ironi (Moeliono, 1989:176). (1) Diksi yang Bersifat Simile atau Persamaan Majas simile adalah majas persamaan, yaitu persamaan dua hal. Kedua hal itu dapat disela oleh kata seperti, ibarat, atau bagai. Misalnya, Gadis itu seperti bunga melati dan Ia manis bagai pitri dari kayangan. (2) Diksi yang Bersifat Metafora Metafora adalah majas yang mengimplisitkan persamaan. Metafora menyatakan sesuatu secara langsung dua benda yang sama. apabila simile mengungkapkan: Gadis itu seperti bunga melati, metafora mengungkapkan dengan cara lain, yaitu: Aku bertemu dengan bunga melati kampong kami. Dua

15 23 hal yag diperbandingkan itu dapat berupa beririsan, sehingga membentuk suatu majas metafora. Perhatikan contoh berikut ini. (a) Ia sampah masyarakat. (b) Ia berkenalan dengan bintang film. (3) Diksi yang Bersifat Metomini Metonimi adalah majas yang berorientasi pada bagian kecil suatu benda. Metonimi adalah anggota himpunan yang besar. Melati adalah metonimi bunga; corolla adalah metonimi mobil, dll. Untuk menyebutkan sesuatu, cukup disebutkan bagian metoniminya saja agar makna kalimat itu lebih jelas. Perhatikan contoh berikut ini. (a) Ia datang dengan corolla. (maksudnya mobil) (b) Ia sedang membentul. (sedang merokok) (4) Diksi yang Bersifat Personifikasi Personifikasi adalah majas penginsanan kepada barang yang tidak bernyawa dan idea yang abstrak. Majas ini adalah majas pemanusiaan alam. Alam dianggap manusia, dapat berbicara, bertindak, dan bergerak seperti manusia. Perhatikan contoh berikut ini. (a) angin yang meraung, (b) penelitian menuntut kecermatan, dan (3) cinta itu buta. (5) Diksi yang Bersifat Litotes Litoses adalah majas yang merendahkan diri secara berlebih-lebihan. Contoh, Ia berhuang dengan menitikkan darahnya ke persada tanah tercinta ini dan Engkau menganggap ceritaku hanya angin lalu.

16 24 (6) Diksi yang Bersifat Hiperbola Hiperbola adalah majas yang melebih-lebihkan sesuatu dengan cara meninggikan hal-hal yang tidak semestinya. Misalnya, Harga sembako sekarang mencekik leher dan Ia mengabadikan keluarga itu Ketepatan dan Kesesuaian Diksi atau Pilihan kata Syafi ie (1990:95-100) berpendapat bahwa pemilihan kata pada dasarnya adalah pendayagunaan kata yang berkaitan ketepatan memilih untuk mengungkapkan suatu gagasan, hal atau barang yang akan diamanatkan dan kesesuaian atau kecocokan dalam mempergunakan kata yang telah dipilihnya. persoalan dalam ketepatan memilih kata dan menggunakannya yang sanggup menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar seperti yang dipikirkan oelh penulis atau pembicara. Oleh larena itu, ketepatan pemilihan kata akan menyangkut makna kata dan kosakata yang dimiliki seseorang. Syarat agar pemilihan kata benar-benar tepat dalam pemilihan kata, yaitu (1) membedakan secara cermat antara denotasi dan konotasi, (2) gunakan kata yang bertenaga, (3) membedakan kata yang mirip dalam ejaan, (4) penggunaan kata kerja (KK) berkata depan, dan (5) waspada terhadap akhiran asing. 1) Membedakan Secara Cermat Antara Denotasi dan Konotasi Berikut cara membedakannya: Tabel 3 Contoh Perbedaan Denotasi dan Konotasi No. KATA I KATA II 1. Wanita Perempuan 2. Istri Bini 3. Gadis Perawan Sumber: Syafi ie, Bahasa Indonesia Profesi (1990:95-100).

17 25 Sikap sosial bangsa Indonesia pada umumnya lebih banyak memakai kata wanita, istri, gadis, dan menghindari kata-kata perempuan, bini, perawan. Sikap sosial menilai kelompok kata I lenih tinggi daripada kelompok kata II. Oleh karena itu Ketepatan penggunaan kata denotasi dan konotasi perlu di perhatikan. 2) Gunakan Kata yang Bertenaga Razak (1988:69-70), mengemukakan bahwa penggunaan sebuah kata dalam kehidupan sehari-hari sering kita gauli, tanpa disadari, tersimpan suatu kekuatan didalamnya. Kekuatan tersebut dapat menghasilkan kalimat yang sugestif, yakni mampu menggerakkan tenaga, pikiran, dan emosi orang. Penulis professional menyadari betul akan hal tersebut. Mereka tahu kata yang kut dan lemat. Studi bahasa menunjukkan bahwa ada sejumlah kata yang sejak lahir sudah ditakdirkan memiliki tenaga kuat. Misalnya, kata tendang lebih kuat dari kata sepak. Perhatikan contoh berikut ini. Tabel 4 Contoh Penggunaan Kata Bertenaga No. LEMAH KUAT 1. Dalam pikirannya tiba-tiba terasa Dalam pikirannya tiba-tiba muncul suatu gagasan baru. Ia melihat polisi sedang membongkar amunisi. Ketika berkemah banyak timbul kesan yang dapat dijadikan seribu kenangan. suatu gagasan baru. Ia menyaksikan polisi sibuk membonkar amunisi. Ketika berkemah banyak muncul kesan yang dapat membawa seribu kenangan. Sumber: Razak, Kalimat Efektif: Struktur Gaya dan Variasi (1988:69-70).

Bahasa Indonesia UMB. Pilihan Kata (Diksi) Kundari, S.Pd, M.Pd. Komunikasi. Komunikasi. Modul ke: Fakultas Ilmu. Program Studi Sistem

Bahasa Indonesia UMB. Pilihan Kata (Diksi) Kundari, S.Pd, M.Pd. Komunikasi. Komunikasi. Modul ke: Fakultas Ilmu. Program Studi Sistem Bahasa Indonesia UMB Modul ke: Pilihan Kata (Diksi) Fakultas Ilmu Komunikasi Kundari, S.Pd, M.Pd. Program Studi Sistem Komunikasi www.mercubuana.ac.id Standar Kompetensi : Mahasiswa dapat memahami dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kumpulan surat Habis gelap Terbitlah Terang ditulis oleh R.A Kartini pada

BAB I PENDAHULUAN. Kumpulan surat Habis gelap Terbitlah Terang ditulis oleh R.A Kartini pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kumpulan surat Habis gelap Terbitlah Terang ditulis oleh R.A Kartini pada tahun 1911. Kumpulan surat tersebut pertama kali dibukukan oleh sahabat pena R.A Kartini yang

Lebih terperinci

KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU. Makalah Bahasa Indonesia

KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU. Makalah Bahasa Indonesia KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU Makalah Bahasa Indonesia KATA PENGANTAR Syukur alhamdulilah kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat yang telah di limpahkannya. Sehingga penyusunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. Ungkapan tersebut berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, semangat, dan keyakinan dalam suatu kehidupan, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dan kesinambungan mengandung irama dan ragam nada (suara yang berirama) disebut

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dan kesinambungan mengandung irama dan ragam nada (suara yang berirama) disebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lagu merupakan seni nada atau suara dalam urutan, kombinasi dan hubungan temporal biasanya diiringi dengan alat musik untuk menghasilkan gubahan musik yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa siswa, karena siswa tidak hanya belajar menulis, membaca,

BAB I PENDAHULUAN. bahasa siswa, karena siswa tidak hanya belajar menulis, membaca, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) menjadi sebuah proses belajar bahasa yang berada pada fase paling penting bagi penguasaan bahasa siswa, karena siswa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN Pada bab ini akan diuraikan empat hal pokok yaitu: (1) kajian pustaka, (2) landasan teori, (3) kerangka berpikir, dan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ BANDUNG

UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ BANDUNG UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ BANDUNG SOAL TUGAS TUTORIAL III Nama Mata Kuliah : Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD Kode/SKS : PDGK 4504/3 (tiga) Waktu : 60 menit/pada pertemuan ke-7 I. PILIHLAH SALAH

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN Pada bagian ini akan diuraikan secara berturut-turut: simpulan, implikasi, dan saran A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat

Lebih terperinci

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA Modul ke: 10 MATA KULIAH BAHASA INDONESIA DIKSI ATAU PILIHAN KATA Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id SUPRIYADI, S.Pd., M.Pd. HP. 0815 1300 7353/ 0812 9479 4583 E-Mail:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang dilakukannya penelitian. Selanjutnya dalam Bab 1 ini, penulis juga menjelaskan tentang identifikasi masalah, pembatasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia secara formal mencakup pengetahuan kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi pembelajaran mengenai asal-usul

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Berikut ini terdapat beberapa penelitian relevan yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai berikut.

Lebih terperinci

Th Tahun : : Bahasa Indonesia dalam Psikologi. Pendahuluan

Th Tahun : : Bahasa Indonesia dalam Psikologi. Pendahuluan Matakuliah Th Tahun : 2010 : Bahasa Indonesia dalam Psikologi Pendahuluan Pertemuan 01 D i k s i Pertemuan 2 Sumber utama: Widjono Hs, Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian untuk Perguruan

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia. Ragam Bahasa. Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd. Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen

Bahasa Indonesia. Ragam Bahasa. Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd. Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Bahasa Indonesia Modul ke: Ragam Bahasa Fakultas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd. Hakikat Bahasa Kedudukan Bahasa Kedudukannya Sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kemampuan Menurut Moeliono (2002:701) kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan. Selanjutnya Menurut Moenir (2001:16) kemampuan berasal dari kata dasar mampu yang jika

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Astri Rahmayanti, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Astri Rahmayanti, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap hari media massa dapat memberikan aneka sajian yang dapat dinikmati para pembaca setianya. Dalam satu edisi para pembaca mendapatkan berbagai informasi

Lebih terperinci

1. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SD/MI

1. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SD/MI SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG KOMPETENSI INTI DAN PELAJARAN PADA KURIKULUM 2013 PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH 1. KOMPETENSI INTI

Lebih terperinci

Masmimar Mangiang, Dasar-dasar Penulisan materi kuliah Departemen Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Indonesia

Masmimar Mangiang, Dasar-dasar Penulisan materi kuliah Departemen Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Indonesia Menulis adalah merekonstruksi fakta, dan alat untuk merekonstruksi itu adalah bahasa. Kata atau pilihan kata menjadi sangat menentukan dalam hal mengungkapkan makna atau pengertian yang hendak kita nyatakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersifat imajinatif yang lahir

II. TINJAUAN PUSTAKA. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersifat imajinatif yang lahir II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puisi Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersifat imajinatif yang lahir dari perasaan penyair dan diungkapkan secara berbeda-beda oleh masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena bahasa merupakan alat komunikasi antar manusia. Secara luas dapat diartikan bahwa komunikasi

Lebih terperinci

INTERFERENSI BAHASA JAWA DALAM KARANGAN NARASI BERBAHASA INDONESIA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SAWIT BOYOLALI TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI

INTERFERENSI BAHASA JAWA DALAM KARANGAN NARASI BERBAHASA INDONESIA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SAWIT BOYOLALI TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI INTERFERENSI BAHASA JAWA DALAM KARANGAN NARASI BERBAHASA INDONESIA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SAWIT BOYOLALI TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAHASA INDONESIA KARAKTERISTIK BAHASA INDONESIA. Drs. SUMARDI, M. Pd. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS

BAHASA INDONESIA KARAKTERISTIK BAHASA INDONESIA. Drs. SUMARDI, M. Pd. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS BAHASA INDONESIA Modul ke: KARAKTERISTIK BAHASA INDONESIA Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Drs. SUMARDI, M. Pd Program Studi MANAJEMEN www.mercubuana.ac.id A. Pengertian Bahasa 1. Bloch & Trager Bahasa adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran menjadi salah satu kegiatan yang bernilai edukatif, hal ini terjadi karena adanya interaksi antara guru dan siswa. Interaksi yang dilakukan mengharapkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasinya. Seseorang yang kaya dengan kosa kata akan mudah

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasinya. Seseorang yang kaya dengan kosa kata akan mudah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penguasaan bahasa seseorang ikut menentukan kemampuan komunikasinya. Seseorang yang kaya dengan kosa kata akan mudah berkomunikasi dengan orang lain. Dalam komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sesuai dengan pendapat yang diutarakan oleh Keraf (2000:1) bahwa retorika adalah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sesuai dengan pendapat yang diutarakan oleh Keraf (2000:1) bahwa retorika adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Retorika adalah penggunaan bahasa dengan baik atau efektif yang harus dipelajari seseorang yang menggunakan bahasa dengan cara yang efektif untuk tujuan tertentu. Hal

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan. asing, kata sapaan khas atau nama diri, dan kata vulgar. Kata konotatif digunakan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan. asing, kata sapaan khas atau nama diri, dan kata vulgar. Kata konotatif digunakan BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan hingga pembahasan, dapat diambil simpulan sebagai berikut. 1. Gaya Kata (Diksi) Pada naskah film Kembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dengan memakai tanda-tanda, bunyi-bunyi, gesture, atau tanda-tanda yang

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dengan memakai tanda-tanda, bunyi-bunyi, gesture, atau tanda-tanda yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat yang sistematis untuk menyampaikan gagasan atau perasaan dengan memakai tanda-tanda, bunyi-bunyi, gesture, atau tanda-tanda yang disepakati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seseorang dapat bertutur dengan bahasa tertentu secara tiba-tiba dalam situasi penuturan baik bersifat formal maupun yang bersifat informal. Mengganti bahasa diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia menuntut siswa untuk mampu menuangkan pikiran serta perasaan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Sehubungan dengan

Lebih terperinci

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN A.T. MAHMUD

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN A.T. MAHMUD ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN A.T. MAHMUD SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah

Lebih terperinci

PENGGUNAAN GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN KATA KHUSUS PADA KUMPULAN PUISI KETIKA CINTA BICARA KARYA KAHLIL GIBRAN

PENGGUNAAN GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN KATA KHUSUS PADA KUMPULAN PUISI KETIKA CINTA BICARA KARYA KAHLIL GIBRAN PENGGUNAAN GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN KATA KHUSUS PADA KUMPULAN PUISI KETIKA CINTA BICARA KARYA KAHLIL GIBRAN Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi

Lebih terperinci

03Teknik RAGAM BAHASA DALAM BAHASA INDONESIA. Ragam Lisan dan Tulisan Bahasa Indonesia Baku Ragam Lisan dan Tulisan Bahasa Indonesia Tidak Baku

03Teknik RAGAM BAHASA DALAM BAHASA INDONESIA. Ragam Lisan dan Tulisan Bahasa Indonesia Baku Ragam Lisan dan Tulisan Bahasa Indonesia Tidak Baku Modul ke: RAGAM BAHASA DALAM BAHASA INDONESIA Fakultas 03Teknik Ragam Lisan dan Tulisan Bahasa Indonesia Baku Ragam Lisan dan Tulisan Bahasa Indonesia Tidak Baku SUGENG WINARNA, M.Pd Program Studi Mesin

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Kemampuan Menulis Deskripsi Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan kita berusaha dengan diri sendiri (Moeliono, 2005: 707). Menulis merupakan keterampilan berbahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan salah satu alat komunikasi dan sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan salah satu alat komunikasi dan sebagai alat 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Bahasa Indonesia merupakan salah satu alat komunikasi dan sebagai alat pemersatu bangsa indonesia dan diperjelas didalam isi sumpah pemuda yang berbunyi kami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan struktur kebahasaannya dengan baik (penggunaan kosa kata, tatabahasa,

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan struktur kebahasaannya dengan baik (penggunaan kosa kata, tatabahasa, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013 merupakan suatu bentuk pembelajaran yang berbasis teks. Pembelajaran bahasa Indonesia yang berbasis teks ini menjadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran karakter menjadi orientasi pengajaran di sekolah saat ini. Sebagai aspek kepribadian, karakter merupakan cerminan dari kepribadian secara utuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem lambang bunyi yang bermakna dan dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 2004:1), sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Bahasa digunakan untuk menyampaikan informasi yang berupa pesan, ide,

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Bahasa digunakan untuk menyampaikan informasi yang berupa pesan, ide, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat yang digunakan manusia untuk berkomunikasi dalam kehidupan bermasyarakat. Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian sejenis yang peneliti temukan dalam bentuk skripsi di

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian sejenis yang peneliti temukan dalam bentuk skripsi di 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevan Penelitian sejenis yang peneliti temukan dalam bentuk skripsi di perpustakaan Universitas Muhammadiyah Purwokerto ada dua yaitu skripsi Muput

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat seperti organisasi sosial. Di dalam kelompok itu, manusia selalu

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat seperti organisasi sosial. Di dalam kelompok itu, manusia selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang disadari atau tidak, selalu hidup berkelompok dan saling membutuhkan satu sama lain. Kelompok tersebut dimulai dari suatu

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus. dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan

Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus. dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

Lebih terperinci

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang penelitian. Ruang lingkup penelitian dibatasi pada unsur intrinsik novel, khususnya latar dan objek penelitian

Lebih terperinci

GAYA BAHASA PUISI TANPA SYARAT PADA AKUN SEBAGAI MEDIA AJAR PEMAKNAAN PUISI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

GAYA BAHASA PUISI TANPA SYARAT PADA AKUN SEBAGAI MEDIA AJAR PEMAKNAAN PUISI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS GAYA BAHASA PUISI TANPA SYARAT PADA AKUN INSTAGRAM @PuisiLangit SEBAGAI MEDIA AJAR PEMAKNAAN PUISI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS Theresia Pinaka Ratna Ning Hapsari, Veronica Melinda Nurhidayati Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arifin dan Hadi (2009: 1) menjelaskan bahwa bahasa Indonesia sudah ditetapkan sebagai bahasa negara, seperti tercantum dalam Pasal 36, Undang- Undang Dasar 1945.

Lebih terperinci

RAGAM BAHASA DALAM BAHASA INDONESIA

RAGAM BAHASA DALAM BAHASA INDONESIA Modul ke: RAGAM BAHASA DALAM BAHASA INDONESIA Ragam Lisan dan Tulisan Bahasa Indonesia Baku Ragam Lisan dan Tulisan Bahasa Indonesia Tidak Baku Fakultas Dadi Waras Suhardjono, S.S., M.Pd. Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Segala aktivitas kehidupan manusia menggunakan bahasa sebagai alat perantaranya.

BAB I PENDAHULUAN. Segala aktivitas kehidupan manusia menggunakan bahasa sebagai alat perantaranya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak bisa terlepas dari bahasa. Sebab bahasa merupakan alat bantu bagi manusia dalam berinteraksi dengan sesamanya. Segala aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran dan perasaannya bilamana tidak saling menyerap tanda-tanda yang

BAB I PENDAHULUAN. pikiran dan perasaannya bilamana tidak saling menyerap tanda-tanda yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya bahasa dipahami sebagai alat komunikasi dalam kehidupan masyarakat. Manusia dalam hidup bermasyarakat saling menyampaikan pikiran dan perasaannya. Manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lisan maupun tulisan. Bahasa menurut Kridalaksana (2001: 21) adalah sistem

BAB I PENDAHULUAN. lisan maupun tulisan. Bahasa menurut Kridalaksana (2001: 21) adalah sistem 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting bagi manusia baik lisan maupun tulisan. Bahasa menurut Kridalaksana (2001: 21) adalah sistem lambang bunyi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Orang banyak menyangka bahwa penguasaan tiap bahasa pertama seakanakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Orang banyak menyangka bahwa penguasaan tiap bahasa pertama seakanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Orang banyak menyangka bahwa penguasaan tiap bahasa pertama seakanakan tidak memerlukan usaha sama sekali dari pihak anak. Pendapat itu tentulah kurang tepat.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia yaitu menyangkut bahasa yang digunakan oleh warga negara Indonesia dan sebagai bahasa persatuan antar warga, yang merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa unsur. Unsur-unsur tersebut sengaja dipadukan pengarang dan dibuat

BAB I PENDAHULUAN. beberapa unsur. Unsur-unsur tersebut sengaja dipadukan pengarang dan dibuat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu bentuk karya sastra berupa novel. Novel dibangun melalui beberapa unsur. Unsur-unsur tersebut sengaja dipadukan pengarang dan dibuat mirip dengan dunia nyata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang memiliki peran sangat penting untuk diajarkan dalam kehidupan manusia. Dengan keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapat dari seorang penutur kepada mitra tutur. mengemukakan pendapat, yang perlu diperhatikan bukan hanya kebahasaan

BAB I PENDAHULUAN. pendapat dari seorang penutur kepada mitra tutur. mengemukakan pendapat, yang perlu diperhatikan bukan hanya kebahasaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia memperlakukan bahasa sebagai alat komunikasi. Keinginan dan kemauan seseorang dapat dimengerti dan diketahui oleh orang lain melalui bahasa dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa yang tidak dapat keluar dari sistem yang mengikatnya atau mengaturnya.

BAB I PENDAHULUAN. bahasa yang tidak dapat keluar dari sistem yang mengikatnya atau mengaturnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa berperan penting dalam dunia pendidikan, yaitu pada saat menyampaikan materi kepada peserta didik di sekolah khususnya saat penyampaikan materi bahasa

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGUASAAN DIKSI DENGAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 15 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

HUBUNGAN PENGUASAAN DIKSI DENGAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 15 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015 HUBUNGAN PENGUASAAN DIKSI DENGAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 15 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015 Oleh Azmayunira Muharramah Sabran Dr. Wisman Hadi, M.Hum. Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperhitungkan efek yang ditimbulkan oleh perkataan tersebut, karena nilai

BAB I PENDAHULUAN. memperhitungkan efek yang ditimbulkan oleh perkataan tersebut, karena nilai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dasar penggunaan bahasa dalam sastra bukan sekedar paham, tetapi yang penting adalah keberdayaan kata untuk meninggalkan kesan kepada pembaca atau pendengarnya. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan karya sastra dari zaman dahulu hingga sekarang tentunya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan karya sastra dari zaman dahulu hingga sekarang tentunya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan karya sastra dari zaman dahulu hingga sekarang tentunya mengalami perubahan baik dari segi isi maupun bahasanya. Salah satu perubahan di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan sengaja dengan melibatkan siswa secara aktif mengembangkan potensi yang dimiliki, mengubah sikap,

Lebih terperinci

LARAS dan RAGAM BAHASA

LARAS dan RAGAM BAHASA LARAS dan RAGAM BAHASA STMIK CIC CIREBON - 2016 Kedudukan Bahasa Indonesia FUNGSI BAHASA LARAS & RAGAM BAHASA Implikasi BI dalam hidup sehari-hari LARAS BAHASA Adalah kesesuaian antara bahasa dan fungsi

Lebih terperinci

PENERAPAN EJAAN YANG DISEMPURNAKAN PADA SURAT PRIBADI PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 6 GORONTALO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENERAPAN EJAAN YANG DISEMPURNAKAN PADA SURAT PRIBADI PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 6 GORONTALO TAHUN PELAJARAN 2012/2013 PENERAPAN EJAAN YANG DISEMPURNAKAN PADA SURAT PRIBADI PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 6 GORONTALO TAHUN PELAJARAN 2012/2013 OLEH Murniyati Gobel Dakia N. Djou Asna Ntelu JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi yang digunakan oleh setiap individu dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa adalah sarana atau media yang digunakan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan landasan bagi peneliti dalam pengambilan masalah. Kemudian masalah

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan landasan bagi peneliti dalam pengambilan masalah. Kemudian masalah 1 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini peneliti memaparkan mengenai latar belakang masalah yang dijadikan landasan bagi peneliti dalam pengambilan masalah. Kemudian masalah tersebut peneliti rumuskan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi dan berinteraksi kepada orang lain. Kegiatan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa bisa berlangsung secara efektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan ciri yang paling khas manusia yang membedakan dengan makhluk-makhluk lain. Dengan bahasa manusia dapat mengadakan komunikasi, sebab bahasa adalah alat

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN BAHASA GAUL DALAM WACANA CERPEN REMAJA DI TABLOID GAUL EDISI BULAN JANUARI-FEBRUARI 2009 SKRIPSI

ANALISIS PENGGUNAAN BAHASA GAUL DALAM WACANA CERPEN REMAJA DI TABLOID GAUL EDISI BULAN JANUARI-FEBRUARI 2009 SKRIPSI 0 ANALISIS PENGGUNAAN BAHASA GAUL DALAM WACANA CERPEN REMAJA DI TABLOID GAUL EDISI BULAN JANUARI-FEBRUARI 2009 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan sehari-hari. Tidak terlalu berlebihan jika dikatakan sejak bangun tidur

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan sehari-hari. Tidak terlalu berlebihan jika dikatakan sejak bangun tidur 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa pada hakikatnya merupakan suatu hal yang tak mungkin dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Tidak terlalu berlebihan jika dikatakan sejak bangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah mempertinggi kemahiran siswa dalam menggunakan bahasa meliputi kemahiran menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manfaat, serta definisi operasional yang berkaitan dengan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. manfaat, serta definisi operasional yang berkaitan dengan penelitian. BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini, akan diuraikan mengenai latar belakang, masalah, tujuan, manfaat, serta definisi operasional yang berkaitan dengan penelitian. 1.1 Latar Belakang Bahasa berperan penting

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. singkat penggunaan gaya bahasa tertentu dapat mengubah serta menimbulkan

BAB 1 PENDAHULUAN. singkat penggunaan gaya bahasa tertentu dapat mengubah serta menimbulkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya bahasa adalah gaya bahasa indah yang digunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta membandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KUMPULAN CERPEN INSOMNIA KARYA ANTON KURNIA SKRIPSI

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KUMPULAN CERPEN INSOMNIA KARYA ANTON KURNIA SKRIPSI 0 ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KUMPULAN CERPEN INSOMNIA KARYA ANTON KURNIA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan

Lebih terperinci

KAJIAN PEMAKAIAN GAYA BAHASA PERULANGAN DAN PERBANDINGAN PADA KUMPULAN PUISI KARENA BOLA SKRIPSI

KAJIAN PEMAKAIAN GAYA BAHASA PERULANGAN DAN PERBANDINGAN PADA KUMPULAN PUISI KARENA BOLA SKRIPSI 0 KAJIAN PEMAKAIAN GAYA BAHASA PERULANGAN DAN PERBANDINGAN PADA KUMPULAN PUISI KARENA BOLA MATAMU KARYA SYAIFUL IRBA TANPAKA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana (S-1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia lainnya. Di dalam interaksi tersebut, terjadi adanya proses komunikasi dan penyampaian pesan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil karya manusia, baik lisan maupun tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki nilai estetika yang dominan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Seni bahasa tersebut berupa kata-kata yang indah yang terwujud dari

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Seni bahasa tersebut berupa kata-kata yang indah yang terwujud dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keindahan dalam karya sastra dibangun oleh seni kata atau seni bahasa. Seni bahasa tersebut berupa kata-kata yang indah yang terwujud dari ekspresi jiwa pengarang.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. prakteknya penggunaan bahasa dalam menulis tidaklah sama dengan komunikasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. prakteknya penggunaan bahasa dalam menulis tidaklah sama dengan komunikasi 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Hakikat Menulis 2.1.1. Pengertian Menulis Menulis mempunyai peranan yang sangat penting bagi manusia. Menulis merupakan salah satu sarana komunikasi seperti halnya berbicara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. SMP N 2 Banyudono terletak di Jalan Jembungan, Banyudono, Boyolali.

BAB I PENDAHULUAN. SMP N 2 Banyudono terletak di Jalan Jembungan, Banyudono, Boyolali. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah SMP N 2 Banyudono terletak di Jalan Jembungan, Banyudono, Boyolali. Walaupun tempatnya berada di tengah pedesaan, tetapi kualitasnya tidak jauh berbeda dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal,

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Membaca Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual,

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAHASA INDONESIA D I K S I. Drs. SUMARDI, M. Pd. Modul ke: Fakultas SISTEM INFORMASI. Program Studi SISTEM INFORMASI.

BAHASA INDONESIA D I K S I. Drs. SUMARDI, M. Pd. Modul ke: Fakultas SISTEM INFORMASI. Program Studi SISTEM INFORMASI. BAHASA INDONESIA Modul ke: D I K S I Fakultas SISTEM INFORMASI Drs. SUMARDI, M. Pd Program Studi SISTEM INFORMASI www.mercubuana.ac.id Pengertian Diksi Diksi adalah pilihan kata yang tepat dan selaras

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Salah

BAB I PENDAHULUAN. sendiri mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ciptaan Tuhan yang paling tinggi derajatnya adalah manusia, manusia sendiri mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Salah satu kelebihan

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK SKRIPSI Usulan Penelitian untuk Skripsi S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Diajukan Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. membimbing dan memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar.

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. membimbing dan memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar-mengajar dilakukan siswa dan guru di sekolah. Siswa mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. Kegiatan Belajar Mengajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjalan dengan baik. Sarana itu berupa bahasa. Dengan bahasa masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. berjalan dengan baik. Sarana itu berupa bahasa. Dengan bahasa masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan masyarakat manusia membutuhkan alat komunikasi untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Dalam berkomunikasi diperlukan adanya sarana

Lebih terperinci

ANALISIS AMANAT DAN PENOKOHAN CERITA PENDEK PADA BUKU ANAK BERHATI SURGA KARYA MH. PUTRA SEBAGAI UPAYA PEMILIHAN BAHAN AJAR SASTRA DI SMA

ANALISIS AMANAT DAN PENOKOHAN CERITA PENDEK PADA BUKU ANAK BERHATI SURGA KARYA MH. PUTRA SEBAGAI UPAYA PEMILIHAN BAHAN AJAR SASTRA DI SMA ANALISIS AMANAT DAN PENOKOHAN CERITA PENDEK PADA BUKU ANAK BERHATI SURGA KARYA MH. PUTRA SEBAGAI UPAYA PEMILIHAN BAHAN AJAR SASTRA DI SMA oleh INEU NURAENI Inneu.nuraeni@yahoo.com Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bahasanya. Bahasa setiap daerah memiliki style atau gaya tersendiri dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bahasanya. Bahasa setiap daerah memiliki style atau gaya tersendiri dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat penting dalam kehidupan individu untuk berinteraksi dengan orang lain. Bahasa dapat digunakan dalam berkomunikasi dengan yang lain, juga untuk

Lebih terperinci

DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN

DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN 1 DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan salah satu aset kebudayaan bagi bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan salah satu aset kebudayaan bagi bangsa 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan salah satu aset kebudayaan bagi bangsa Indonesia. Salah satu ragam bahasa di Indonesia adalah peribahasa. Berbicara mengenai peribahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu berupa akal, cipta, rasa,

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA HIPERBOLA DAN PERSONIFIKASI PADA NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS GAYA BAHASA HIPERBOLA DAN PERSONIFIKASI PADA NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI NASKAH PUBLIKASI ANALISIS GAYA BAHASA HIPERBOLA DAN PERSONIFIKASI PADA NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian ini, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian ini, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi 1 BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab 1, peneliti akan memaparkan hal-hal yang melatarbelakangi penelitian ini, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi operasional. 1.1 Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kata merupakan bentuk atau unit yang paling kecil dalam bahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kata merupakan bentuk atau unit yang paling kecil dalam bahasa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata merupakan bentuk atau unit yang paling kecil dalam bahasa yang mengandung konsep atau gagasan tertentu. Dalam kegiatan komunikasi, katakata dijalin satukan

Lebih terperinci

K BAB I PENDAHULUAN

K BAB I PENDAHULUAN Analisis pemakaian bahasa dalam karangan deskriptif siswa SMP Negeri 1 Polanharjo Disusun oleh: Cholik Mawardi K 1202503 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia sangat penting untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Keterampilan berbahasa

Lebih terperinci

ANALISIS JENIS DAN LATAR BELAKANG PENGGUNAAN DIKSI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIIIC SMP MUHAMMADIYAH 10 SURAKARTA

ANALISIS JENIS DAN LATAR BELAKANG PENGGUNAAN DIKSI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIIIC SMP MUHAMMADIYAH 10 SURAKARTA ANALISIS JENIS DAN LATAR BELAKANG PENGGUNAAN DIKSI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIIIC SMP MUHAMMADIYAH 10 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, identifikasi BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, batasan masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat. Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat. Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu faktor penting bagi kehidupan manusia dalam masyarakat. Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat untuk berkomunikasi baik secara verbal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Empat keterampilan berbahasa yang harus dimiliki siswa dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat

Lebih terperinci