BAB III METODOLOGI PENELITIAN. paradigma, menurut Nyoman Kutha Ratna (2011: 21) paradigma penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODOLOGI PENELITIAN. paradigma, menurut Nyoman Kutha Ratna (2011: 21) paradigma penelitian"

Transkripsi

1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Para ahli memberikan beberapa batasan mengenai pengertian paradigma, menurut Nyoman Kutha Ratna (2011: 21) paradigma penelitian adalah: Secara luas paradigma didefinisikan sebagai seperangkat keyakinan mendasar, pandangan dunia yang berfungsi untuk menuntun tindakan-tindakan manusia yang disepakati bersama, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun penelitian ilmiah. Bagi seorang ilmuwan paradigma dengan demikian dianggap sebagai konsep-konsep kunci dalam melaksanakan suatu penelitian tertentu, sebagai jendela dari mana ia dapat menyaksikan dunianya secara jelas. Senada dengan Ratna, pengertian lain mengenai paradigma dikemukakan oleh M Atar Semi (1993: 51), paradigma adalah: Orientasi teori yang membimbing peneliti dalam berpikir dan meneliti dinamakan paradigma. Dari batasan paradigma yang dikemukakan Ratna dan Semi di atas, dapat disimpulkan, bahwa paradigma merupakan landasan dasar suatu penelitian bagi seorang peneliti. Pendekatan, metode, teknik dan langkahlangkah penelitian lainnya, masing-masing elemen tidak akan terjalin selaras dan memiliki relevansi penelitian tanpa paradigma peneletian. Berkenaan dengan penelitian yang peneliti lakukan berupa kajian terhadap sastra klasik Mundinglaya Di Kusumah, paradigma penelitian yang dijadikan landasan penelitian yaitu, bahwa karya sastra adalah fenomena sosial.

2 Suatu karya sastra merupakan fenomena sosial. Bisa jadi karya sastra itu merupakan reaksi penulis terhadap keadaan sosial saat itu, atau bisa juga merupakan potret kehidupan masyarakat saat itu, atau mungkin juga merupakan ajaran filosofis hidup yang dikemas dalam bentuk cerita agar mudah diajarkan kepada masyarakat dan disampaikan secara turun temurun. Sastra klasik Mundinglaya Di Kusumah menarik untuk dikaji, karena merupakan hasil produk masyrakat Sunda pada abad ke-16 (karena tidak diketahui siapa pengarangnya). Dengan menganalisis sastra klasik Mundinglaya Di Kusumah, berarti akan mengungkap kondisi masyarakat Sunda saat itu dengan segala aspek kehidupannya. B. Pendekatan Struktural Pendekatan adalah, cara-cara yang digunakan peneliti untuk menghampiri objek penelitian (Ratna, 2011: 53). Ada bermacam-macam pendekatan dalam penelitian sastra, misalnya pendekatan: sosiologi sastra, psikologi sastra, biografi sastra, antropologi sastra, mitopoik, intrinsik, ekstrinsik, struktural (objektif), ekspresif, mimetik dan pragmatik. Pendekatan yang peneliti pilih untuk digunakan mengkaji sastra klasik Mundinglaya Di Kusumah, adalah pendekatan struktural (objektif). Pilihan ini dilakukan dengan pertimbangan pendekatan struktural merupakan pendekatan yang menitikberatkan pada karya sastra itu sendiri sebagai bahan kajian, mengenyampingkan faktor-faktor ekstrinsik dari karya sastra itu sendiri. Sastra klasik Mundinglaya Di Kusumah, sudah tidak dikenali lagi siapa penciptanya, konsepsi latar belakang pemikiran apa dari pengarangnya,

3 kondisi sosial yang melahirkan karya sastra itu dan aspek-aspek lainnya. Dengan dasar pemikiran seperti itu, peneliti menggunakan pendekatan struktural sebagai pendekatan penelitian. Melalui pendekatan struktural ini, peneliti berusaha mengungkap makna cerita melalui keterjalinan antarunsur cerita. Nyoman Kutha Ratna (2011: 73), menjelaskan bahwa pendekatan strukturalisme (objektif) merupakan: Pendekatan objektif merupakan pendekatan yang terpenting sebab pendekatan apa pun yang dilakukan pada dasarnya bertumpu atas karya sastra itu sendiri. Secara historis pendekatan ini dapat ditelusuri pada zaman Aristoteles dengan pertimbangan bahwa sebuah tragedi terdiri atas unsur-unsur kesatuan, keseluruhan, kebulatan, dan keterjalinan. Dalam mengkaji sastra klasik Mundinglaya Di Kusumah, peneliti melakukan kajian struktur menggunakan strukturalisme Levi-Strauss. Langkah-langkah yang dilakukan adalah: (1) membagi cerita dalam episodeepisode, (2) tiap-tiap episode diurai menjadi peristiwa-peristiwa kecil yang mengandung satu makna cerita (mytheme), dan (3) menghubungkan antarunsur secara sintagmatik dan paradigmatik. Kajian struktur cerita seperti di atas, akan memberikan pemahaman yang utuh dan menyeluruh terhadap isi cerita. C. Metode Kualitatif Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara

4 yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis, artinya proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis (Sugiyono, 2003 : 3). Senada dengan Sugiyono, Nyoman Kutha Ratna (2011: 34) menyatakan bahwa metode adalah: Dalam pengertian yang lebih luas metode dianggap sebagai cara-cara, strategi untuk memahami realitas, langkah-langkah sistematis untuk memecahkan rangkaian sebab akibat berikutnya. Apabila disimpulkan dari pendapat pakar di atas, metode dapat diartikan cara-cara, strategi atau langkah-langkah yang ditempuh peneliti dalam melakukan penelitian. Banyak sekali metode penelitian sastra yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengkaji suatu karya sastra, misalnya: metode intuitif, metode hermeneutika, metode kualitatif, metode analisis isi, metode formal dan metode deskriptif analisis. Dalam penelitian sastra klasik Mundinglaya Di Kusumah, peneliti memilih menggunakan metode kualitatif. Pertimbangan ini dilakukan karena metode kualitatif berupaya menafsirkan suatu teks, kemudian mendeskripsikannya. Di samping itu, metode kualitatif lebih luas mengungkap gejala-gejala sosial yang terdapat pada teks, seperti: pengarang,

5 keadaan masyarakat, budaya dan sebagainya, sebagaimana dikatakan Nyoman Kutha Ratna (2011: 47): metode kualitatif dianggap sebagai multimetode sebab penelitian pada gilirannya melibatkan sejumlah besar gejala sosial yang relevan. Dalam penelitian karya sastra, misalnya, akan dilibatkan pengarang, lingkungan sosial di mana pengarang berada, termasuk unsur-unsur kebudayaan pada umumnya. Lebih lanjut Ratna menjelaskan bahwa, penelitian kualitatif bukan hanya mengkaji secara tekstual saja, tapi lebih jauh mengungkapkan maknamakna yang terkandung dalam tindakan yang mendorong timbulnya gejala sosial tersebut, atau mengungkapkan nilai-nilai yang terkandung dalam teks, atau mengungkapkan pesan-pesan yang terkandung dalam teks. Ratna (2011: 47), memberikan ciri-ciri terpenting metode kualitatif, yaitu sebagai berikut: 1. Memberikan perhatian utama pada makna dan pesan, sesuai dengan hakikat objek, yaitu sebagai studi kultural. 2. Lebih mengutamakan proses dibandingkan dengan hasil penelitian sehingga makna selalu berubah 3. Tidak ada jarak antara subjek peneliti dengan objek penelitian, subjek peneliti sebagai instrumen utama, sehingga terjadi interaksi langsung di antaranya. 4. Desain dan kerangka penelitian bersifat sementara sebab penelitian bersifat terbuka. 5. Penelitian bersifat alamiah, terjadi dalam konteks sosial budayanya masing-masing.

6 Sastra klasik Mundinglaya Di Kusumah yang peneliti kaji, berupa cerita Mundinglaya Di Kusumah dalam bentuk tiga sub genre sastra, yaitu: (1) sub genre sastra klasik lisan (pantun) yang telah ditransliterasikan dalam bentuk tulisan, (2) sub genre sastra klasik tulis (wawacan) dan (3) sub genre sastra modern (novel). Dari ketiga sub genre sastra itu, semuanya peneliti kaji. Cara yang peneliti gunakan dalam penelitian untuk menggali aspek-aspek kehidupan yang terdapat pada teks, peneliti melakukan kajian struktural, semiotik dan kandungan nilai budaya yang terdapat pada teks. Langkah-langkah kajian yang peneliti lakukan, adalah: 1. Kajian Struktural Kajian struktural yang digunakan, adalah kajian struktural Levi- Strauss. Kajian struktural model Levi-Strauss peneliti pilih, karena kajian model ini dapat menggali aspek-aspek kehidupan masyarakat yang terdapat dalam teks. Langkah-langkah yang peneliti tempuh dalam melakukan kajian struktural, adalah: a. Membuat ringkasan cerita. b. Ringkasan cerita dibagi dalam beberapa episode. c. Tiap-tiap episode diurai menjadi peristiwa-peristiwa (disebut mytheme). Setiap satu peristiwa hanya memiliki satu makna yang diungkapkan dalam satu kalimat atau hanya beberapa kalimat, tapi hanya memiliki satu makna.

7 d. Antara satu peristiwa dengan peristiwa lain, dicari hubungan antarunsurnya. e. Peristiwa-peristiwa itu kemudian dituangkan dalam skema yang menggambarkan hubungan antarunsur secara sintagmatik dan paradigmatik. 2. Kajian Semiotik Kajian semiotik digunakan, yaitu untuk menggali tanda-tanda yang terdapat pada teks. Tanda-tanda itu bisa jadi berupa pesan, simbol atau makna lain (konotasi) yang terkandung dibalik cerita. Langkah-langkah kajian semiotik yang peneliti lakukan, adalah: a. Mengidentifikasi penanda yang terdapat pada teks, baik berupa kalimat (untuk ditafsirkan konotasinya), indeks, ikon atau simbol. Mengingat keterbatasan tenaga dan waktu, tidak semua penanda yang terdapat pada teks dikaji. Penanda yang dikaji, hanyalah penanda yang terdapat pada mytheme yang dikaji. b. Menafsirkan petanda dari penanda yang telah diidentifikasi untuk dikaji. 3. Kajian Nilai Budaya Kajian nilai budaya, adalah kajian terhadap watak atau karakteristik tokoh cerita yang dianggap memilki nilai posistif oleh masyarakat, seperti sikap religius, rajin, berani, setia, kerja keras, taat pada orang tua dan lain-lain. Mengingat keterbatasan waktu dan tenaga, tidak

8 semua karakteristik tokoh cerita, dikaji nilai budayanya. Figur yang dikaji kandungan nilai budayanya, hanya figur Mundinglaya Di Kusumah. Hasil kajian kandungan nilai budaya yang terdapat pada tokoh Mundinglaya Di Kusumah itu, dijadikan bahan pembelajaran bagi siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP). Nilai budaya pada Mundinglaya Di Kususmah yang telah diidentifikasi oleh siswa itu, kemudian mereka jadikan landasan untuk bahan mengarang tentang cita-cita mereka di masa yang akan datang. Nilai budaya itu secara eksplisit dan implisit harus tergambar pada karangan peserta didik itu. D. Teknik Pengumpulan Data 1. Sumber Data Sumber data penelitian sastra klasik Mundinglaya Di Kusumah, peneliti peroleh melalui studi kepustakaan. Bobot studi kepustakaan, memiliki nilai yang sama dengan mencari sumber data secara terjun langsung ke masyarakat, sebagaimana dikatakan Nyoman Kutha Ratna (2011: 39): Hakikat karya sastra sebagai dunia yang otonom menyebabkan karya sastra berhak untuk dianalisis terlepas dari latar belakang sosial yang menghasilkannya. Sebuah novel, misalnya, bahkan sebuah puisi dianggap memiliki kualitas yang sama dengan masyarakat tertentu. Sehubungan dengan hakikat otonomi di atas, maka imajinasi, dengan berbagai unsur yang berhasil untuk diciptakan, juga berhak untuk dianalisis secara ilmiah, sama dengan unsur-unsur lain dalam masyarakat yang sesungguhnya. Lokasi penelitian, baik dalam kaitannya dengan data primer maupun sekunder dengan demikian terletak di perpustakaan.

9 Mengacu pada pendapat Ratna di atas, peneliti mengumpulkan karya-karya sastra yang berkenaan dengan cerita Mundinglaya Di Kusumah. Dari data yang terkumpul, peneliti memilih, membandingkan dan memilahnya untuk mendapatkan sumber data yang valid. Setelah melakukan interpretasi data, peneliti memutuskan untuk memilih cerita Mundinglaya Di Kusumah dalam tiga sub genre sastra untuk dikaji, yaitu sub genre sastra klasik lisan (pantun), sub genre sastra klasik tulis (wawacan) dan sub genre sastra modern (novel). 2. Identitas Data a. Sub Genre Sastra Klasik Lisan (Pantun) 1) Judul pantun : Mundinglaya Di kusumah 2) Pemantun : Ki Atjeng Tamadipura 3) Daerah asal pantun : Situraja, Sumedang 4) Ditransliterasikan oleh : Ajip Rosidi 5) Penerbit : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah 6) Tahun : ) Banyaknya larik pantun : 7522 larik b. Sub Genre Sastra Klasik Tulis (Wawacan) 1) Judul wawacan : Munding Laya 2) Didangdingkan oleh : MA Salmoen

10 3) Penerbit : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Penerbitan Buku Bacaan dan Sastra Indonesia dan daerah 4) Tahun : ) Banyaknya dangding: 810 pupuh (dangding), terdiri atas: - Dangdanggula 78 bait - Kinanti 160 bait - Pangkur 151 bait - Durma 77 bait - Magatru 86 bait - Pucung 30 bait - Maskumambang 31 bait - Asmarandana 119 bait - Sinom 89 bait c. Sub Genre Sastra Modern (Novel) 1) Judul buku : Mundinglaya Di Kusumah 2) Penulis : Ajip Rosidi 3) Penerbit : Nuansa 4) Kota penerbit : Bandung 5) Tahun terbit : ) Jumlah halaman : 185 halaman

11 E. Instrumen Penelitian Agar hasil penelitian memiliki kualitas yang tinggi, maka instrumen penelitian harus memiliki reliabilitas dan validitas yang tinggi. Reliabilitas adalah konsistensi atau keajegan instrumen tersebut, sedangkan validitas berarti instrumen tersebut dapat dipercaya atau dapat diandalkan. (Setiyadi, 2006 : 16) Alat ukur yang tepat, harus memenuhi kriteria valid (sahih) atau dapat dipercaya dan reliabel (ajeg) atau konsisten, agar temuan penelitian menjadi bermakna. Apabila kita akan mengukur suatu benda, tentu alat ukur yang digunakan harus alat ukur yang standar agar hasil mengukur itu dapat dipercaya (valid). Di samping itu, alat ukur tersebut harus memiliki konsistensi (keajegan) artinya apabila digunakan pada waktu yang berbeda, hasilnya tetap sama. Menurut Sugiyono (2010: 172) validitas dan reliabilitas, adalah: Hasil penelitian yang valid adalah apabila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Kalau dalam objek berwarna merah, sedangkan data yang terkumpul memberikan data warna putih, maka hasil penelitian tidak valid. Selanjutnya penelitian yang reliabel, bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Kalau dalam objek berwarna merah, maka sekarang dan besok tetap berwarna merah. Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data, diharapkan hasil penelitian akan valid dan reliabel. Jadi instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan penelitian yang valid dan reliabel. Hal ini tidak berarti bahwa dengan menggunakan instrumen yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya,

12 otomatis data penelitian menjadi valid dan reliabel. Hal ini masih akan dipengaruhi oleh kondisi objek yang diteliti dan kemampuan orang yang menggunakan instrumen itu dalam pengumpulan data. Oleh karena itu peneliti harus mampu mengendalikan objek yang diteliti dan meningkatkan kemampuan menggunakan instrumen untuk mengukur variabel yang diteliti. Instrumen yang tidak teruji validitas dan reliabilitasnya bila digunakan dalam penelitian, akan menghasilkan data yang sulit dipercaya kebenarannya. Salah satu langkah yang peneliti lakukan untuk memperoleh instrumen yang valid dan reliabel, adalah dengan melakukan triangulasi instrumen kepada para ahli. Hasil dari triangulasi itu, peneliti mendapatkan suatu instrumen sebagai berikut: 1. Instrumen Struktural a. Landasan Teori 1) Menurut Nyoman Kutha Ratna (2011: 134), bahwa: Pada dasarnya mitos merupakan pesan-pesan kultural terhadap anggota masyarakat. Dengan kalimat lain, Levi-Strauss menggali gejala di balik material cerita, sebagaimana tampak melalui bentukbentuk yang telah termodifikasikan dan harus direkonstruksi melaluinya. Oleh karena itu, sebagai sistem ide, maka hasilnya logis, sesuai dengan mitologi primitip. Mytheme yang mungkin susunannya tidak teratur, sebagaimana dekronologisasi kejadian dalam plot, maka tugas penelitilah untuk menyusun kembali, sehingga ditemukan makna karya sastra yang sesungguhnya. 2) Menurut Mudji Sutrisno dan Hendar Putranto (2005: 134), bahwa: Relasi-relasi yang berada pada struktur dalam dapat diperas atau

13 disederhanakan lagi menjadi oposisi biner (binary opposition) seperti menikah > < tidak menikah, siang > < malam, hitam > < putih, besar > < kecil dan sebagainya. 3) Menurut M Rafiek (2010: 76), bahwa: Ceriteme-ceriteme atau mytheme-mytheme disusun secara diakoronis dan sinkronis atau mengikuti sumbu sintagmatik dan paradigmatik. Makna mitos akan diperoleh setelah menganalisis relasi sintagmatis dan paradigamtis dengan unsur-unsur lainnya. b. Langkah-langkah Langkah-langkah yang peneliti lakukan untuk mengkaji cerita menggunakan instrumen struktural (dalam hal ini adalah pengembangan dari teori struktural Levi-Strauss), sebagai berikut: 1) Cerita dibagi dalam beberapa episode. 2) Tiap-tiap episode, dibagi lagi dalam peristiwa-peristiwa (mythememytheme), menjadi peristiwa 1 (P1), peristiwa 2 (P2), peristiwa 3 (P3) dan seterusnya. Tiap peristiwa hanya mengandung satu makna, yang terungkapkan dalam satu kalimat atau lebih dari satu kalimat. 3) Dari peristiwa-peristiwa itu dicari hubungan antarunsur atau untuk ditemukan makna. 4) Peristiwa-peristiwa penting, kemudian dimasukkan ke dalam skema yang menggambarkan hubungan sintagmatik dan paradigmatik, agar makna cerita dapat dipahami secara utuh menyeluruh.

14 c. Bentuk Instrumen Hubungan sintagmatik Peristiwa 1 Peristiwa 2 Peristiwa 3 Peristiwa 4 Peristiwa 5 Hubungan Paradigmatik Relasi anatrunsur, Hubungan opsisi Relasi antarunsur, Hubungan oposisi Relasi antarunsur, Hubungan oposisi Relasi antarunsur, Hubungan oposisi Relasi antarunsur, Hibingan oposisi d. Penjelasan Instrumen 1. Hubungan sintagmatik, adalah hubungan cerita secara linear. Suatu cerita dibangun oleh rangkaian peristiwa (mytheme) yang tersusun secara berurutan (peristiwa 1, peristiwa 2, dst.). 2. Hubungan paradigmatik, adalah hubungan yang menjelaskan bahwa antara peristiwa (peristiwa 1, peristiwa 2, peristiwa 3 dst.), memiliki hubungan antarunsur atau hubungan oposisi (berlawanan) antara peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lainnya. Misalnya peristiwa 1, memiliki hubungan sebab akibat dengan peristiwa 4. Tokoh pada peristiwa 2, memiliki hubungan kekerabatan dengan tokoh pada peristiwa 5. Peristiwa 2 memiliki konteks hubungan dengan kondisi masyarakat saat ini. atau tokoh pada peristiwa 3, memiliki karakter oposisi dengan tokoh pada peristiwa

15 2. Instrumen Kajian Semiotik a. Landasan Teori 1) Semiotika adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda. Sebuah tanda adalah segala sesuatu yang secara signifikan dapat menggantikan sesuatu yang lain. Sesuatu yang lain tidak harus eksis atau hadir secara aktual. Semiotika tidak hanya diterapkan pada bidang seni, melainkan semua kegiatan praktis kehidupan sehari-hari sepeti; mode pakaian, reklame, tata hidangan, perabot rumah tangga, asesoris, model mobil, gaya hidup dan lain-lain (Ratna, 2004: 102). 2) Peirce membagi tanda dalam tiga jenis, yaitu; ikon, indeks dan lambang. Ikon, adalah hubungan antara representamen dengan objeknya memiliki identitas serupa, tapi sifatntya hanya mewakili, misalnya foto, lukisan naturalis, patung naturalis dan sebaginya. Indeks, adalah hubungan antara representamen dengan objeknya memiliki hubungan sebab akibat, misalnya asap merupakan indeks dari api, bau amis indeks dari ikan. Lambang, adalah hubungan antara representamen dengan objeknya yang tidak termasuk pada ikon dan indeks. Lambang, adalah sesuatu yang tidak termasuk pada ikon dan indeks, hanya merupakan wujud konvensi masyarakat, misalnya tanda-tanda lalu lintas (Hoed, 2011: 22). 3) Penanda (signifiant) adalah citra bunyi atau kesan psikologis bunyi yang timbul pada pikiran kita. Petanda (signifie) adalah pengertian atau kesan makna yang ada dalam pikiran kita (Chaer, 1994: 348).

16 4) Penelitian semiotik, cenderung menggunakan penelitian kualitatif. Data yang dijadikan objek kajian dapat berupa teks, auditif atau audiovisual (Hoed, 2011: 8).. b. Langkah-langkah 1) Dari setiap peristiwa-peristiwa pada cerita, dicari penanda yang berkenaaan dengan hubungan transedental (hubungan dengan Tuhan), alam, kemasyarakatan, politik/pemerintahan dan hasil karya manusia. Penanda itu bisa berupa teks, audio, audiovisual atau ikon, indeks dan simbol. 2) Setelah ditemukan penandanya (dalam bentuk teks atau ikon, indeks dan simbol), kemudian dicari petandanya. c. Bentuk Instrumen 1) Alur cerita (Peristiwa) a) Penanda: b) Petanda:. 2) Alur cerita (Peristiwa) a) Penanda:. b) Petanda:.. 3) Alur cerita (Peristiwa) a) Penanda:.. b) Petanda: 4) Alur cerita (Peristiwa) a) Penanda:..

17 b) Petanda: d. Penjelasan Instrumen Dari alur cerita ({Peristiwa) yang ada dalam teks dicari penanda yang berhubungan dengan hubungan transedental, alam, kemasyarakatan, politik/pemerintahan atau karya manusia. Setelah ditemukan ditemukan penandanya, kemudian dicari petandanya. 3. Instrumen Nilai Budaya a. Landasan Teori 1) Pengertian nilai budaya menurut Koentjaraningrat (2002: 25): nilai-budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi, yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar warga masyarakat, mengenai hal-hal yang harus mereka anggap amat bernilai dalam hidup. Karena itu, suatu sistem nilai-budaya biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia. Sistem-sistem tata kelakuan manusia lain yang tingkatnya lebih konkret, seperti aturan-aturan khusus, hukum dan norma-norma, semuanya juga berpedoman kepada sistem nilai-budaya itu. 2) Pengertian nilai budaya menurut Djamaris (dalam Fanani, 1997: 5): nilai budaya itu biasanya mendorong suatu pembangunan spiritual, seperti tahan menderita, berusaha dan bekerja keras, toleransi terhadap pendirian atau kepercayaan orang lain dan gotong-royong. b. Parameter Sikap dan perilaku Mundinglaya yang ada dalam teks, diidentifikasi nilai-nilai budayanya, yaitu perilaku yang dianggap bernilai dalam

18 hidup. Sikap dan perilaku tokoh lain tidak diidentifikasi, karena pertimbangan keterbatasan waktu c. Bentuk Instrumen 1) Sikap Religius a) Bunyi teks:.. b) Terjemahan:.. c) Penjelasan: 2) Sikap Tabah.. a) Bunyi teks: b) Terjemahan:. c) Penjelasan:. 3) Sikap Santun a) Bunyi teks:. b) Terjemahan:. c) Penjelasan:. 4) Sikap Ksatria a) Bunyi teks:.. b) Terjemahan:..

19 c) Penjelasan:.. d. Penjelasan Kriteria sikap hidup yang dijadikan parameter, yaitu sikap hidup masyarakat Sunda pada abad ke-15 di Galuh yang tercermin dalam Siksa Kandang Karesian yaitu ajaran mengenai pandangan hidup, etika, kewajiban manusia, huhungan dengan sesama manusia dan pandangan mengenai kearifan lokal masyarakat. 4. Instrumen Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran a. Acuan Pendidikan Karakter Parameter yang digunakan sebagai acuan implementasi Pendidikan Karakter dalam pembelajaran, yaitu butir-butir kerakteristik yang telah ditetapkan pada Pendidikan Karakter dan Budaya Bangsa yang diterbitkan oleh Balitbang Pusat Kurikulum, Kemendiknas, Tahun 2010, terdiri atas 18 butir karakteristik yaitu: (1) religius, (2) jujur, (3) toleransi, (4) disiplin, (5) kerja keras, (6) kreatif, (7) mandiri, (8) demokratis, (9) rasa ingin tahu, (10) semangat kebangsaan, (11) cinta tanah air, (12) menghargai prestasi, (13) bersahabat/komunikatif, (14) cinta damai, (15) gemar membaca, (16) peduli lingkungan, (17) peduli sosial, (18) tanggung jawab b. Konsepsi Implementasi Nilai Budaya pada Pendidikan Karakter Konsepsi nilai budaya yang telah diidentifikasi oleh peserta didik yang terdapat pada figur Mundinglaya Di Kusumah, kemudian oleh peserta

20 didik nilai budaya-nilai budaya yang telah mereka identifikasi itu dijadikan topik karangan mengenai sikap mereka dalam meraih citacita. Karangan peserta didik tersebut kemudian diidentifikasi, apakah ada relevansinya dengan butir-butir karakter yang telah diterbitkan oleh Balitbang Pusat Kurikulum, Kemendiknas, Tahun 2010? c. Strategi Pembelajaran 1) Pendekatan Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kooperatif (Cooperative Learning), yaitu proses belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama. Berada pada struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok yang terdiri atas dua orang atau lebih (Sastromiharjo, 2008: 164). 2) Metode Metode yang digunakan, adalah metode integratif, yaitu suatu metode di mana dalam pembelajaran bahasa, dilandasi oleh pemikiran bahwa aspek-aspek keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca dan menulis) dilaksanakan secara terpadu tidak terpisah aspek demi aspek (Sastromiharjo, 2008: 152). 3) Teknik Teknik pembelajaran yang digunakan, yaitu teknik menulis mengembangkan kata kunci, karena siswa ditugaskan

21 mengidentifikasi nilai-nilai budaya yang terdapat pada teks, kemudian kata kunci itu dikembangkan menjadi sebuah karangan (Sastromiharjo, 2008: 134). d. Silabus yang Digunakan Silabus yang digunakan sebagai acuan pembelajaran, adalah KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) SMP Pasundan Subang. Yaitu Standar Isi (SI) yang telah dikembangkan sesuai kebutuhan satuan pendidikan. Pengembangan ini berpijak pada Panduan Penyusunan KTSP yang diterbitkan oleh BSNP Tahun Acuan operasional Penyusunan KTSP, di antaranya harus memperhatikan, Kondisi sosial budaya masyarakat setempat, yakni: Kurikulum harus dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik sosial budaya masyarakat setempat dan menunjang kelestarian keragaman budaya. Penghayatan dan apresiasi pada budaya setempat harus terlebih dahulu ditumbuhkan sebelum mempelajari budaya dari daerah dan bangsa lain. e. Kegiatan Pembelajaran 1) Guru melakukan apersepsi 2) Guru menjelaskan mengenai nilai budaya 3) Siswa dibagi dalam beberapa kelompok 4) Setiap kelompok, membaca cuplikan cerita Mundinglaya Di Kusumah, kemudian mereka identifikasi nilai-nilai budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pandangan hidup apabila warga negaranya memiliki jati diri. Jati

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pandangan hidup apabila warga negaranya memiliki jati diri. Jati BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jati diri bagi suatu bangsa sangat penting karena suatu bangsa akan memiliki pandangan hidup apabila warga negaranya memiliki jati diri. Jati diri bangsa itu akan terimplementasi

Lebih terperinci

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR. MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) MADRASAH TSANAWIYAH (MTs.)

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR. MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) MADRASAH TSANAWIYAH (MTs.) MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) MADRASAH TSANAWIYAH (MTs.) DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT BALAI PENGEMBANGAN BAHASA DAERAH DAN KESENIAN 2013 DRAFT-1 DAN MATA PELAJARAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode merupakan cara kerja dalam memahami objek yang menjadi

BAB III METODE PENELITIAN. Metode merupakan cara kerja dalam memahami objek yang menjadi 58 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode merupakan cara kerja dalam memahami objek yang menjadi sasaran penelitian. Peneliti dapat memilih salah satu dari berbagai metode yang ada sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan termasuk salah satu dasar pengembangan karakter seseorang. Karakter merupakan sifat alami jiwa manusia yang telah melekat sejak lahir (Wibowo, 2013:

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. memberikan pemaparan hasil-hasil yang ditemukan dalam penelitian ini. Penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. memberikan pemaparan hasil-hasil yang ditemukan dalam penelitian ini. Penelitian yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Penelitian ini akan dilakukan dengan metode penelitian deskriptif dengan cara memberikan pemaparan hasil-hasil yang ditemukan dalam penelitian ini.

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN 55 BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN Dalam metode penelitian ini akan diuraikan beberapa hal yang berkaitan dengan penelitian, yakni metode penelitian, teknik pengumpulan data, data dan sumber data

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Kajian pustaka menjelaskan gagasan, pemikiran atau studi-studi mutakhir

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Kajian pustaka menjelaskan gagasan, pemikiran atau studi-studi mutakhir BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka menjelaskan gagasan, pemikiran atau studi-studi mutakhir yang pernah diteliti oleh peneliti terdahulu yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan mengekspresikan gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan ruang lingkup penelitian. 1.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan, dan pendapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Penelitian mengenai makna simbol dalam sastra lisan telah banyak

BAB II KAJIAN TEORI. Penelitian mengenai makna simbol dalam sastra lisan telah banyak BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Penelitian mengenai makna simbol dalam sastra lisan telah banyak dilakukan antara lain sebagai berikut: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Dewi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan nasional. Pendidikan nasional menuntut adanya sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan nasional. Pendidikan nasional menuntut adanya sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan, yaitu sebagai alat komunikasi baik lisan maupun tulis. Komunikasi dengan menggunakan bahasa lisan maupun bahasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan lembaga untuk peserta didik. Kurikulum pendidikan sudah beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahasa digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lain. Bahasa mempunyai fungsi intelektual,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya terdapat daya kreatif dan daya imajinasi. Kedua kemampuan tersebut sudah melekat pada jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan perkembangan yang terjadi pada peserta didik. Supaya perubahan pada peserta didik dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan. Kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan. Kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan pengungkapan realitas kehidupan masyarakat secara imajiner. Dalam hal ini, pengarang mengemukakan realitas dalam karyanya berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan dalam pembelajaran berpengaruh pada tingkat pencapaian hasil belajar. Hasil belajar yang dicapai tentu harus melalui proses pembelajaran secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban manusia sesuai dengan lingkungan karena pada dasarnya, karya sastra itu merupakan unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah cerita fiksi atau rekaan yang dihasilkan lewat proses kreatif dan imajinasi pengarang. Tetapi, dalam proses kreatif penciptaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1).

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara etimologis sastra atau sastera berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari akar kata Cas atau sas dan tra. Cas dalam bentuk kata kerja yang diturunkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. penelitian yang ditemukan oleh para peneliti terdahulu yang berhubungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. penelitian yang ditemukan oleh para peneliti terdahulu yang berhubungan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka menjelaskan gagasan, pemikiran atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh para peneliti terdahulu yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan bahan acuan yang dipakai dalam penelitian sekaligus sebagai sumber ide untuk menggali pemikiran dan gagasan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka mempunyai peranan penting dalam melakukan penelitian karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa siswa, karena siswa tidak hanya belajar menulis, membaca,

BAB I PENDAHULUAN. bahasa siswa, karena siswa tidak hanya belajar menulis, membaca, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) menjadi sebuah proses belajar bahasa yang berada pada fase paling penting bagi penguasaan bahasa siswa, karena siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan landasan bagi peneliti dalam pengambilan masalah. Kemudian masalah

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan landasan bagi peneliti dalam pengambilan masalah. Kemudian masalah 1 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini peneliti memaparkan mengenai latar belakang masalah yang dijadikan landasan bagi peneliti dalam pengambilan masalah. Kemudian masalah tersebut peneliti rumuskan dalam

Lebih terperinci

penelitian. Pendeskripsian meliputi mencatat dan meneliti novel Ipung 1 karya Prie

penelitian. Pendeskripsian meliputi mencatat dan meneliti novel Ipung 1 karya Prie digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat dalam penelitian ini tidak menggunakan tempat khusus karena penelitian ini menggunakan kajian pustaka, wawancara dengan

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN: SENI BUDAYA (SENI RUPA)

SILABUS MATA PELAJARAN: SENI BUDAYA (SENI RUPA) SILABUS MATA PELAJARAN: SENI BUDAYA (SENI RUPA) Satuan Pendidikan : SMP Kelas : VII Kompetensi Inti : KI 1 :Menerima, menanggapi, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya. KI 2 : Menghargai perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia yang berupa karya bahasa. Dari zaman ke zaman sudah banyak orang menciptakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra bukanlah hal yang asing bagi manusia, bahkan sastra begitu akrab karena dengan atau tanpa disadari terdapat hubungan timbal balik antara keduanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang selain dikenal sebagai negara maju dalam bidang industri di Asia, Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra prosa,

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMA SMA Negeri 1 Wonogiri Mata Pelajaran/Tema : Bahasa Indonesia/ Kelas/Semester Waktu : XI / Ganjil : 1 x Pertemuan (2 x 45 menit) Hari : Kamis, 23 Desember

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai rancangan penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Karya sastra adalah sebuah struktur yang kompleks. Oleh karena itu, untuk dapat memahaminya haruslah karya sastra dianalisis. Dalam analisis itu karya sastra diuraikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari pengabdian perasaan dan pikiran pengarang yang muncul ketika ia berhubungan dengan lingkungan sekitar. Sastra dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Karya satra merupakan hasil dokumentasi sosial budaya di setiap daerah. Hal ini berdasarkan sebuah pandangan bahwa karya sastra mencatat kenyataan sosial budaya

Lebih terperinci

ANALISIS BUKU AJAR BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) KELAS IX. Oleh Meilia Pratiwi Drs. Syamsul Arif, M.Pd.

ANALISIS BUKU AJAR BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) KELAS IX. Oleh Meilia Pratiwi Drs. Syamsul Arif, M.Pd. ANALISIS BUKU AJAR BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) KELAS IX Oleh Meilia Pratiwi Drs. Syamsul Arif, M.Pd. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui relevansi, konsistensi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Kurikulum Pendidikan (KTSP) merupakan penyempurna

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Kurikulum Pendidikan (KTSP) merupakan penyempurna BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tingkat Satuan Kurikulum Pendidikan (KTSP) merupakan penyempurna dari Kurikulum 2004 (KBK) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Menurut Syamsun (2014:52) metodologi penelitian adalah suatu cara bertindak menurut sistem aturan atau tatanan yang bertujuan agar kegiatan praktis dilaksanakan secara rasional

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. Dalam melakukan sebuah penelitian memerlukan adanya kajian pustaka.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. Dalam melakukan sebuah penelitian memerlukan adanya kajian pustaka. BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Dalam melakukan sebuah penelitian memerlukan adanya kajian pustaka. Kajian pustaka merupakan pedoman terhadap suatu penelitian sekaligus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra Bali merupakan salah satu aspek kebudayaan Bali yang hidup dan berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu maka di Bali lahirlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. global. Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan tersebut adalah kurikulum,

BAB I PENDAHULUAN. global. Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan tersebut adalah kurikulum, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan nasional senantiasa harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan yang terjadi baik ditingkat lokal, nasional, maupun global.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut BSNP 2006a (dalam Sufanti, 2010: 7) mata pelajaran bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Menurut BSNP 2006a (dalam Sufanti, 2010: 7) mata pelajaran bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut BSNP 2006a (dalam Sufanti, 2010: 7) mata pelajaran bahasa Indonesia berorientasi pada pembelajaran bahasa, bahwa belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian yang berjudul Kajian Sosiologi Sastra dan Nilai Pendidikan Karakter dalam Novel Karya Diyana Millah Islami dan Relevansinya sebagai Materi

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu perwujudan dari seni dengan menggunakan lisan maupun tulisan sebagai medianya. Keberadaan sastra, baik sastra tulis maupun bentuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Untuk memperjelas dan memantapkan ruang lingkup permasalahan, sumber data, dan kerangka teoretis penelitian ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati dan dipahami serta dimanfaatkan oleh masyarakat pembaca. Karya sastra memberikan kesenangan dan pemahaman

Lebih terperinci

a. Judul Modul Bagian ini berisi nama modul dari suatu mata pelajaran tertentu. b. Petunjuk Umum

a. Judul Modul Bagian ini berisi nama modul dari suatu mata pelajaran tertentu. b. Petunjuk Umum BAB V BAHAN AJAR TEKS SASTRA DI SMP A. Dasar Pemikiran Hasil kajian struktur dan nilai-nilai moralpada cerpen-cerpensurat kabar Suara Merdeka yang telah dilakukan perlu ditindaklanjuti dengan menawarkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Paradigma penelitian ini menggunakan pendekatan kritis melalui metode kualitatif yang menggambarkan dan menginterpretasikan tentang suatu situasi, peristiwa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari luapan emosional. Karya sastra tidak menyuguhkan ilmu pengetahuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dari luapan emosional. Karya sastra tidak menyuguhkan ilmu pengetahuan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu kegiatan kreatif pada sebuah karya seni yang tertulis atau tercetak (Wellek 1990: 3). Sastra merupakan karya imajinatif yang tercipta dari luapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. materi yang harus diajarkan dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra

BAB I PENDAHULUAN. materi yang harus diajarkan dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra, yaitu puisi, prosa (cerpen dan novel), dan drama adalah materi yang harus diajarkan dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan dengan judul skripsi, buku-buku yang digunakan dalam pengkajian ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum Nasional merupakan pengembangan dari Kurikulum 2013 yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum Nasional merupakan pengembangan dari Kurikulum 2013 yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum Nasional merupakan pengembangan dari Kurikulum 2013 yang telah disempurnakan lagi. Kurikulum Nasional disiapkan untuk mencetak generasi yang siap dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN Pada bab ini akan diuraikan empat hal pokok yaitu: (1) kajian pustaka, (2) landasan teori, (3) kerangka berpikir, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan berbahasa seseorang dapat menunjukkan kepribadian serta pemikirannya.

Lebih terperinci

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) KURIKULUM 2013 KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) / MADRASAH TSANAWIYAH (MTS) KELAS VII - IX MATA PELAJARAN : ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) Nama Guru NIP/NIK Sekolah : : : 1

Lebih terperinci

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli Mashura SMP Negeri 2 ToliToli, Kab. ToliToli, Sulteng ABSTRAK Strategi

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan Kamus Besar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan Kamus Besar BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah unsur penelitian yang amat mendasar dan menentukan arah pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pertemuan Ke- : 1, 2, 3, 4 Alokasi Waktu : 4 40 menit Standar Kompetensi : Memahami pembacaan puisi Kompetensi Dasar : Menanggapi cara pembacaan puisi 1. mengungkapkan isi puisi 2. menangkap isi puisi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menemukan kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran. Usaha untuk mengejar kebenaran dilakukan

Lebih terperinci

2. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SMP/MTs

2. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SMP/MTs 2. KOMPETENSI INTI DAN BAHASA INDONESIA SMP/MTs KELAS: VII Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya lapisan masyarakat terhadap setiap gerak langkah dan perkembangan dunia

BAB I PENDAHULUAN. upaya lapisan masyarakat terhadap setiap gerak langkah dan perkembangan dunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesadaran tentang pentingnya pendidikan yang dapat memberikan harapan dan kemungkinan yang lebih baik di masa mendatang, telah mendorong berbagai upaya lapisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum adalah program kegiatan yang terencana disusun guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Salah satu kurikulum yang pernah berjalan di

Lebih terperinci

MATA PELAJARAN : BAHASA DAN SASTRA SUNDA SATUAN PENDIDIKAN : SMP NEGERI 2 BANJAR

MATA PELAJARAN : BAHASA DAN SASTRA SUNDA SATUAN PENDIDIKAN : SMP NEGERI 2 BANJAR MATA PELAJARAN : BAHASA DAN SASTRA SUNDA SATUAN PENDIDIKAN : SMP NEGERI 2 BANJAR KELAS : VIII KOMPETENSI INTI : 8.1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya 8.2 8.3 8.4 Menghargai dan menghayati

Lebih terperinci

H. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SMALB TUNADAKSA

H. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SMALB TUNADAKSA - 1517 - H. KOMPETENSI INTI DAN BAHASA INDONESIA SMALB TUNADAKSA KELAS: X Tujuan Kurikulum mencakup empat Kompetensi, yaitu (1) sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbukti dari banyak sekali karya sastra yang muncul, baik berupa puisi,

BAB I PENDAHULUAN. terbukti dari banyak sekali karya sastra yang muncul, baik berupa puisi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan karya sastra di Indonesia saat ini cukup pesat. Hal itu, terbukti dari banyak sekali karya sastra yang muncul, baik berupa puisi, cerpen, dan drama. Semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan medium bahasa. Sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan 45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. makna asal dari bahasa inggris. Metode sendiri berasal dari kata methode,

BAB III METODE PENELITIAN. makna asal dari bahasa inggris. Metode sendiri berasal dari kata methode, 58 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian atau bisa disebut juga metode riset ini memiliki makna asal dari bahasa inggris. Metode sendiri berasal dari kata methode, yang berarti ilmu yang menerangkan

Lebih terperinci

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Media bahasa merupakan salah satu media yang digunakan oleh seorang sastrawan untuk menyampaikan karya seni yaitu sebuah karya sastra untuk para pembaca. Keindahan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya sebuah karya sastra tentu tidak akan terlepas dari kehidupan pengarang baik karya sastra yang berbentuk novel, cerpen, drama, maupun puisi. Latar belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu alat komunikasi dan alat pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan hasil kebudayaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia. Pendidikan merupakan tumpuan harapan bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang sangat penting untuk dikuasai. Untuk itu kemampuan menulis perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh

Lebih terperinci

UNSUR INTRINSIK PADA CERPEN MENJELANG LEBARAN, MBOK JAH, DAN DRS CITRAKSI DAN DRS CITRAKSA

UNSUR INTRINSIK PADA CERPEN MENJELANG LEBARAN, MBOK JAH, DAN DRS CITRAKSI DAN DRS CITRAKSA UNSUR INTRINSIK PADA CERPEN MENJELANG LEBARAN, MBOK JAH, DAN DRS CITRAKSI DAN DRS CITRAKSA KARYA UMAR KAYAM SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR BAHASA INDONESIA DI SMA Sun Suntini Program Studi Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

STANDAR ISI KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL BAHASA JAWA SMP/SMPLB/MTs PROVINSI JAWA TENGAH

STANDAR ISI KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL BAHASA JAWA SMP/SMPLB/MTs PROVINSI JAWA TENGAH STANDAR ISI KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL BAHASA JAWA SMP/SMPLB/MTs PROVINSI JAWA TENGAH A. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN Sikap Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya mencapai kedewasaan subjek didik yang mencakup segi intelektual, jasmani dan rohani, sosial maupun emosional. Undang-Undang Sisdiknas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah alat yang digunakan sastrawan untuk mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah alat yang digunakan sastrawan untuk mengungkapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah alat yang digunakan sastrawan untuk mengungkapkan berbagai fenomena kehidupan manusia. Fenomena kehidupan manusia menjadi hal yang sangat menarik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bahan kajian bahasa Indonesia diarahkan kepada penguasaan empat keterampilan

I. PENDAHULUAN. bahan kajian bahasa Indonesia diarahkan kepada penguasaan empat keterampilan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), standar kompetensi bahan kajian bahasa Indonesia diarahkan kepada penguasaan empat keterampilan berbahasa,

Lebih terperinci

Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Satuan Pendidikan : SMP Daarut Tauhiid boarding school Bandung Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas/Semester : VII/1 Tema : Cinta Lingkungan Hidup

Lebih terperinci

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN. ditarik beberapa kesimpulan dan dirumuskan beberapa saran sebagai berikut.

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN. ditarik beberapa kesimpulan dan dirumuskan beberapa saran sebagai berikut. BAB VI SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang dikemukakan pada Bab V dapatlah ditarik beberapa kesimpulan dan dirumuskan beberapa saran sebagai berikut. 6.1 Simpulan Memperhatikan rumusan

Lebih terperinci

Oleh: Tri Wahyuningsih Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh: Tri Wahyuningsih Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia NILAI-NILAI RELIGIUS DALAM NOVEL SURAT DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA DAN RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN DI SMA Oleh: Tri Wahyuningsih Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Ntriwahyu87@gmail.com

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTURALISME GENETIK NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ANALISIS STRUKTURALISME GENETIK NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA ANALISIS STRUKTURALISME GENETIK NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh : Tri Maryani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammaddiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran

Lebih terperinci

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/SEKOLAH MENENGAN KEJURUAN/ MADRASAH ALIYAH/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/SMK/MA/MAK)

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/SEKOLAH MENENGAN KEJURUAN/ MADRASAH ALIYAH/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/SMK/MA/MAK) KOMPETENSI INTI DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/SEKOLAH MENENGAN KEJURUAN/ MADRASAH ALIYAH/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/SMK/MA/MAK) MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN JAKARTA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain penelitian 1. Metode Penelitian Dalam bagian lebih dahulu, penulis telah merumuskan masalah penelitian ini, maka sekarang untuk menjawab rumusan masalah diperlukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian sastra, seorang peneliti harus memiliki kemampuan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian sastra, seorang peneliti harus memiliki kemampuan 117 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Dalam penelitian sastra, seorang peneliti harus memiliki kemampuan memilih dan menggunakan metode sesuai dengan kekhasan sifat karya sastra yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kreativitas imajinatif. Secara garis besar dibedakan atas sastra lisan dan tulisan, lama

BAB I PENDAHULUAN. kreativitas imajinatif. Secara garis besar dibedakan atas sastra lisan dan tulisan, lama 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah berbagai bentuk tulisan, karangan, gubahan, yang didominasi oleh aspek-aspek estetis. Ciri utama yang lain karya sastra adalah kreativitas imajinatif.

Lebih terperinci

PENERAPAN TEKNIK TPS (THINK, PAIR, AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KALIMAT UTAMA PARAGRAF DESKRIPSI

PENERAPAN TEKNIK TPS (THINK, PAIR, AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KALIMAT UTAMA PARAGRAF DESKRIPSI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia, sebagai salah satu identitas atau pembeda dari bangsa lain, selain sebagai bahasa persatuan juga berkedudukan sebagai bahasa negara dan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Struktur karya sastra dibedakan menjadi dua jenis yaitu struktur dalam

BAB I PENDAHULUAN. Struktur karya sastra dibedakan menjadi dua jenis yaitu struktur dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Struktur karya sastra dibedakan menjadi dua jenis yaitu struktur dalam (intrinsik) dan luar (ekstrinsik). Pada gilirannya analisis pun tidak terlepas dari kedua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk diteladani. Berdasarkan isi karya sastra itu, banyak karya sastra yang dipakai

BAB I PENDAHULUAN. untuk diteladani. Berdasarkan isi karya sastra itu, banyak karya sastra yang dipakai digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan bagian dari ilmu pengetahuan. Sastra banyak diminati masyarakat karena bersifat mendidik dan menghibur (sebagai bacaan). Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah ungkapan pribadi seorang penulis yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan.

Lebih terperinci