BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. aspek dari tugasnya, kondisi atau perancangan lingkungan kerjanya, juga
|
|
- Indra Sutedja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepuasan Kerja Kepuasan menurut Kamus Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai perasaan puas, rasa senang dan kelegaan serta kenyamanan dalam melakukan tindakan. Kepuasan kerja berhubungan dengan perasaan orang terhadap berbagai aspek dari tugasnya, kondisi atau perancangan lingkungan kerjanya, juga hubungannya dengan rekan kerjanya. Dengan demikian kepuasan kerja dapat dipisahkan menjadi kepuasan terhadap (1) pekerjaan itu sendiri, (2) atasan, (3) kondisi kerja, (4) upah atau gaji, dan (5) rekan sekerja (Luthans, 1989). Menurut Davis dan Newstrom (1993) kepuasan kerja adalah seperangkat perasaan karyawan tentang menyenangkan atau tidaknya pekerjaan mereka. Banyak ahli yang mengemukakan teori yng berhubungan dengan kepuasan kerja antara lain teori Maslow dan teori Herzberg. Maslow dalam Sigit (2003) mengatakan bahwa semua kebutuhan manusia yang banyak sekali itu dikelompokkan ke dalam lima kategori yang tersusun secara hirarki dari bawah ke atas yaitu kebutuhan fisiologis (physiological needs), kebutuhan keselamatan dan keamanan (safety and security needs), kebutuhan social (social needs), kebutuhan penghargaan (esteem needs) dan kebutuhan aktualisasi diri (pengisian diri atau realisasi diri). Maslow dalam Gibson (1984) mengajukan hipotesis tentang lima
2 level kebutuhan manusia yaitu (1) fisiologi, (2) keamanan, (3) sosial, (4) penghargaan, dan (5) aktualisasi diri. Maslow menempatkan kebutuhan-kebutuhan tersebut dalam suatu kerangka yang disebut hirarki kebutuhan. Apabila kebutuhan-kebutuhan tersebut didapat maka orang-orang akan merasa bahwa pekerjaan mereka menantang dan memperoleh kepuasan batin dari pekerjaan itu (Maslow dalam Davis et.al,1989). Herzberg menyatakan suatu teori yang berhubungan langsung dengan kepuasan kerja, yang didasarkan pada penelitian bersama di Pitsburg dan sekitarnya. Dari hasil penelitian ini Herzberg dalam Stoner et.al (1987) menyatakan bahwa kepuasan kerja dan ketidakpuasan kerja berasal dari dua faktor yang terpisah yang disebut faktor pemberi kepuasan (faktor motivator) dan faktor pemberi ketidakpuasan. Herzberg dalam Sigit (2003) menyatakan karyawan memiliki rasa kepuasan kerja dan rasa ketidakpuasan kerja dalam pekerjaannya, tetapi faktorfaktor yang menyebabkan kepuasan kerja berbeda jika dibandingkan dengan faktor-faktor yang menyebabkan ketidakpuasan kerja. Selanjutnya Herzberg menyatakan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kepuasan kerja adalah pengakuan, tanggung jawab, prestasi, pertumbuhan dan pengembangan pekerjaan itu sendiri, yang disebut sebagai faktor intrinsik. Sedangkan faktorfaktor yang membuat ketidakpuasan kerja adalah gaji, kedudukan, kondisi tempat kerja, keselamatan kerja, serta kebijakan dan administrasi perusahaan, dan faktorfaktor ini disebut faktor ekstrinsik.
3 Menurut Milton dalam Sigit (2003) menyatakan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi kepuasan kerja adalah : a. Kerja (work) : kesempatan untuk belajar, banyaknya kegiatan, kesempatan untuk sukses, penguasaan langkah dan metode. b. Bayaran (pay) : banyaknya bayaran, kelayakan atau adil, dan cara pembayaran. c. Promosi (promotion) : kesempatan untuk promosi, kejujuran, dan dasar untuk promosi. d. Pengakuan (recognition) : pujian atas pelaksanaan, penghargaan atas selesainya pekerjaan, dan kritik. e. Kondisi kerja (work condition) : jam kerja, istirahat, peralatan, temperature, ventilasi, kelembaban, lokasi dan layout fisik. f. Penyeliaan (supervision) : gaya penyeliaan dan pengaruh, perhubungan kemanusiaan dan keahlian administrasi. g. Teman pekerja (co-worker) : kemampuan, kesukaan menolong, dan keramahan. h. Perusahaan dan manajemen (company and management) : perhatiannya terhadap karyawan, bayaran, dan kebijakan. Pada penelitian ini, analisa kepuasan kerja difokuskan hanya pada kepuasan atas kondisi tempat kerja. Dalam hal ini adalah kepuasan perawat pada kondisi ruang ICU dalam memonitoring pasien.
4 2.2. ICU (Intensive Care Unit) Unit Perawatan Intensif adalah ruang perawatan terpisah yang berada dalam rumah sakit, dikelola khusus untuk perawatan pasien dengan kegawatan yang mengancam nyawa akibat penyakit, pembedahan atau trauma dan diharapkan dapat disembuhkan (reversible), dan menjalani kehidupan sosial dengan terapi intensif yang menunjang fungsi vital tubuh pasien tersebut selama masa kegawatan. Tujuan perawatan intensif agar ancaman kematian dapat dikurangi dan harapan sembuh kembali normal dapat ditingkatkan (Depkes RI, 1996). ICU menyediakan kemampuan dan sarana, prasarana, serta peralatan khusus untuk menunjang fungsi-fungsi vital dengan menggunakan ketrampilan staf medik, perawat, dan staf lain yang berpengalaman dalam pengelolaan keadaan-keadaan tersebut. Perawatan intensif biasanya hanya disediakan untuk pasien-pasien dengan kondisi kritis yang memiliki peluang baik untuk bertahan hidup. Ruang lingkup pelayanan ICU meliputi pemberian dukungan fungsi organ-organ vital seperti pernafasan, kardiosirkulasi, susunan saraf pusat, renal baik pada pasien dewasa, anak, dan pasien paska bedah (Depkes RI, 2003). Fungsi utama ICU adalah untuk pasien kritis yang membutuhkan perhatian medis dan alat-alat khusus, sehingga memudahkan pengamatan dan perawatan oleh perawat yang sudah terlatih (WHO, 1992).
5 Harus ada keahlian khusus dan teknologi tinggi dalam bidang kedokteran untuk merawat pasien di ruang ICU. Ada beberapa prioritas indikasi masuk dan keluar ICU (Hanafie, 2007). Indikasi masuk ICU : - Prioritas pertama adalah pasien sakit kritis, pasien paska kardiotoraksik, pasien shock septik, yang memerlukan terapi intensif seperti bantuan ventilasi, infus obat-abatan. - Prioritas kedua adalah pasien yang berisiko yang memerlukan pemantauan canggih dari ICU, seperti pasien-pasien yang menderita penyakit dasar jantung, paru, atau ginjal akut dan berat atau yang telah mengalami pembedahan besar. - Prioritas ketiga adalah pasien sakit kritis dan tidak stabil dimana penyakitnya untuk sembuh tidak memungkinkan dan terapi di ICU tidak besar manfaatnya. Contoh pasien ini antara lain pasien dengan keganasan metastase disertai penyulit infeksi, pasien menderita penyakit jantung atau paru terminal disertai komplikasi penyakit akut berat. Kriteria pasien keluar dari ICU : - Pasien prioritas pertama adalah bila kebutuhan untuk terapi intensif telah tidak ada lagi, atau bila terapi telah gagal dan prognosis jangka pendek jelek dengan kemungkinan sembuh kecil. Misalnya pasien dengan tiga atau lebih gagal sistem organ.
6 - Pasien prioritas kedua dikeluarkan bila kemungkinan mendadak memerlukan terapi intensif telah berkurang. - Pasien prioritas ketiga bila kebutuhan untuk terapi intensif telah tidak ada lagi. Misalnya pasien dengan penyakit lanjut (penyakit paru kronis, penyakit jantung atau liver terminal, karsinoma yang telah menyebar luas yamg tidak respons terhadap terapi ICU. Klasifikasi Pelayanan ICU : 1. Pelayanan ICU Primer adalah pelayanan yang harus mampu memberikan pengelolaan resusitatif segera untuk pasien gawat, dukungan kardiorespirasi jangka pendek dan mempunyai peran penting dalam pemantauan dan pencegahan penyulit pada pasien medik dan bedah yang beresiko. ICU Primer harus mampu memberikan ventilasi mekanik dan pemantauan kardiovaskuler sederhana selama beberapa jam. 2. Pelayanan ICU Sekunder adalah pelayanan yang harus mampu memberikan standar ICU umum yang tinggi, mampu memberikan tunjangan ventilasi mekanis lebih lama, mampu melakukan tunjangan hidup yang lain tetapi tidak terlalu kompleks sifatnya. 3. Pelayanan ICU Tersier adalah pelayanan intensif tertinggi dan harus mampu memberikan pelayanan tertinggi termasuk bantuan hidup multi-sistem yang kompleks dalam jangka waktu yang tak terbatas. ICU Tersier harus mampu melakukan ventilasi mekanis, pelayanan dukungan/bantuan renal
7 ekstrakorporal dan pemantauan kardiovaskular invasif dalam jangka waktu yang terbatas dan mempunyai dukungan pelayanan penunjang medik. Semua pasien yang masuk ke dalam unit harus dirujuk untuk dikelola oleh spesialis intensive care (Hanafie,2007) Desain Ruang ICU Standar ruang ICU yang memadai ditentukan desain yang baik dan pengaturan ruang yang adekuat. Letak area ICU dibagi dalam pintu-pintu rintangan. Pintu-pintu rintangan mempunyai fungsi untuk melindungi pasien yang kritis dari kuman-kuman. Ruangan sebaiknya diatur sedemikian rupa, sehingga perawat dapat mengontrol pasien secara ergonomis, dapat mengontrol penerimaan pasien, jalan masuk petugas, transportasi barang, dan bahan yang termasuk proses kerja (WHO, 1992). Letak ruangan ICU harus dekat dengan gedung gawat darurat, laboratorium, radiologi, dan bedah supaya dapat diakses dengan cepat. Pasienpasien darurat yang memerlukan penanganan dan perawatan intensif dapat segera dipindahkan ke ruang ICU dengan cepat. Ruang laboratorium dan radiologi harus dekat dengan ruang ICU agar penanganan pasien di ruang ICU cepat ditangani apabila diperlukan segera. Dan gedung harus terletak pada daerah yang tenang (Depkes RI, 1991). Pemerintah melalui Departemen Kesehatan Republik Indonesia telah mengeluarkan Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan
8 Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Keputusan ini mewajibkan bagi setiap Rumah Sakit bertanggung jawab terhadap pengelolaan kesehatan lingkungan rumah sakit. Konstruksi ruang ICU yang termasuk zona dengan resiko tinggi mempunyai ketentuan sebagai berikut : 1. Dinding permukaan harus rata dan berwarna terang. 2. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, kedap air, berwarna terang, dan pertemuan antara lantai dengan dinding harus berbentuk konus. 3. Langit-langit terbuat dari bahan multipleks atau bahan yang kuat, warna terang, mudah dibersihkan, kerangka harus kuat, dan tinggi minimal 2,70 meter dari lantai. 4. Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 meter, dan ambang bawah jendela minimal 1,00 meter dari lantai. 5. Semua stop kontak dan saklar dipasang pada ketinggian minimal 1,40 meter dari lantai. 6. Atap harus kuat, tidak bocor, dan tidak menjadi tempat perindukan serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya. Atap yang lebih tinggi dari 10 meter harus dilengkapi penangkal petir. 7. Kualitas udara ruang a. Tidak berbau (terutama bebas dari H2S dan Amoniak) b. Kadar debu (particulate matter) berdiameter kurang dari 10 micron dengan rata-rata pengukuran 8 jam atau 24 jam tidak melebihi 150 g/m dan tidak mengandung debu asbes.
9 c. Indeks angka kuman untuk unit ICU : konsentrasi maksimum 200 mikroorganisme per m3 udara (CFU/m3) 8. Penghawaan : sistem suhu dan kelembaban hendaknya didesain sedemikian rupa sehingga dapat menyediakan suhu dan kelembaban sesuai standar. Standar suhu ruang ICU 22-23ºC, kelembaban 35-36%, bertekanan positif. Penghawaan mekanis dengan menggunakan exhaust fan atau air conditioner dipasang pada ketinggian minimum 2,00 meter diatas lantai atau minimum 0,20 meter dari langit-langit. 9. Untuk mengurangi kadar kuman dalam udara ruang, satu kali sebulan harus disinfeksi dengan menggunakan aerosol (resorcinol, trietylin glikol), atau disaring dengan electron presipitator atau menggunakan penyinaran ultra violet. Pemantauan kualitas udara ruang minimum dua kali setahun dilakukan pengambilan sampel dan pemeriksaan parameter kualitas udara (kuman, debu, dan gas). Program ruang terdiri dari ruang pasien, ruang perawat, ruang isolasi, ruang penyimpanan peralatan dan barang bersih, ruang tempat pembuangan bahan kotor, ruang staf dokter, ruang tunggu, laboratorium. Area kerja meliputi ruang yang cukup untuk staf dan dapat menjaga kontak visual perawat dengan pasien; ruang yang cukup untuk memonitor pasien, peralatan resusitasi, penyimpanan obat dan alat; ruang isolasi yang dilengkapi dengan tempat cuci tangan dan tempat ganti pakaian sendiri; mempunyai pendingin ruangan yang dapat mengontrol suhu
10 dan kelembaban; mempunyai ruang tunggu keluarga pasien, mempunyai cadangan pengganti listrik jika arus listrik terputus (Depkes RI, 1991). Beberapa contoh denah ruangan ICU (Kunders, 2004): Gambar 2.1. Gambar denah ruangan ICU 1
11 Gambar 2.2. Gambar denah ruangan ICU 2
12 Gambar 2.3. Gambar denah ruangan ICU 3 Dari beberapa contoh denah diatas menggambarkan ruang kerja perawat diatur agar dapat menjaga kontak visual perawat ke pasien sehingga perawat puas bekerja dalam memonitor pasien.
13 2.4. Standar Pelayanan di ICU Standar pelayanan ICU memiliki tujuh standar dan masing-masing standar mempunyai kriteria. Pada standar yang ke empat berisi tentang fasilitas dan peralatan di ruang ICU. Standar pelayanan ICU ini diterbitkan oleh Departemen Kesehatan, Direktorat Jenderal Pelayanan Medis kode Ind.S. tahun Uraian setiap standar pelayanan ICU adalah sebagai berikut : Standar 1. Falsafah dan Tujuan Pelayanan Intensif disediakan dan diberikan kepada pasien yang dalam keadaan sakit berat dan perlu dirawat khusus, memerlukan pantauan ketat dan terus menerus serta tindakan segera. Pelayanan intensif ini bertujuan menurunkan angka kematian dan kesakitan. Kriteria : Pelayanan intensif adalah tingkat pelayanan medis dan keperawatan yang tidak terdapat di ruang rawat biasa. a. Cakupan Pelayanan Intensif sesuai dengan kebutuhan terdiri atas Pelayanan Intensif Serba Guna. Untuk perawatan penderita sakit berat dengan beraneka ragam penyebab. Pelayanan intensif serba guna ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian sebagai berikut : - Pelayanan Intensif Akut : untuk rumah sakit kecil yang mempunyai fasilitas dan tenaga terbatas
14 - ICU (Intensive Care Unit) : melakukan perawatan yang lebih lengkap dan dilakukan oleh tenaga ahli yang bekerja penuh - ICCU (Intensive Cardiac Care Unit) - ICU Anak - Pelayanan Intensif paska bedah jantung - Unit Dialisa Ginjal - Unit Luka Bakar - Pelayanan Intensif Steril untuk transplantasi - Pelayanan Perinatal Risiko Tinggi b. Pelayanan Intensif diselenggarakan berdasarkan kebutuhan Pengertian : Perencanaan dan pembiayaan pelayanan intensif di rumah sakit ditentukan oleh jumlah pasien, utilisasi, dan fungsi rujukan di satu wilayah. Standar minimal harus ditetapkan. Standar 2. Administrasi dan Pengelolaan Pengorganisasian pelayanan intensif disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan diintegrasikan dengan pelayanan medis lainnya. Kriteria : a. Kedudukan unit pelayanan intensif harus ditetapkan dengan jelas dalam struktur organisasi rumah sakit disertai ditetapkannya hubungan kerja dengan unit lain atau dengan rumah sakit lainnya.
15 b. Setiap unit pelayanan intensif harus membuat bagan organisasi dan uraian kerja secara tertulis bagi semua tenaga yang bekerja. c. Unit pelayanan intensif harus dikepalai oleh tenaga medis spesialis di bidang pelayanan medis. d. Kepala Unit Pelayanan Intensif bertanggung jawab atas pelaksanaan ketentuan yang memuat sekurang-kurangnya : - Indikasi perawatan - Penggunaan peralatan dan pelatihan penggunaannya - Penyimpanan rekam medis yang memungkinkan penggunaan setempat dan dirumah sakit secara keseluruhan - Sistem evaluasi hasil perawatan - Persyaratan untuk tenaga, laboratorium, dan radiologi - Protokol mengatasi kebakaran, bencana dan keadaan gawat darurat di unit atau di rumah sakit. Standar 3. Staf dan Pimpinan Unit Pelayanan Intensif dipimpin oleh dokter spesialis yang berwenang dan dibantu tenaga staf yang terlatih. Kriteria : a. Adanya uraian tugas secara tertulis untuk setiap jabatan dengan rincian: - Kualifikasi untuk jabatan tersebut - Garis komando
16 - Fungsi dan tanggung jawab b. Perlu adanya daftar penilaian kemampuan staf yang juga dapat merupakan umpan balik bagi staf. c. Semua tenaga paramedis perawatan yang ditugaskan bekerja di pelayanan intensif harus telah lulus pendidikan / pelatihan yang disyaratkan. Pengertian : Pendidikan / pelatihan harus memuat : - Mencatat tanda dan gejala penderita sakit gawat - Melakukan perawatan gawat darurat pendahuluan termasuk resusitasi jantung paru dan defibrilasi - Memasang infus dan suntikan intravena - Melakukan pelayanan intensif sesuai kebutuhan pasien - Mencegah kontaminasi kuman dan infeksi silang - Pelatihan pencegahan kecelakaan akibat pemakaian alat-alat listrik - Menggunakan peralatan secara efektif dan aman - Bersikap tanggap dan penuh perhatian terhadap keluhan dan kebutuhan pasien serta keluarga, termasuk segi psikologis dan sosial - Jumlah tenaga perawat di pelayanan intensif harus sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Tenaga paramedis perawatan yang berkualitas bukan perawat khusus dapat membantu di pelayanan intensif dengan pengawasan - Jenis tenaga lain yang diperlukan di unit pelayanan intensif harus
17 dicukupi. Standar 4. Fasilitas dan Peralatan Rancang bangun dan peralatan di pelayanan intensif harus dapat mendukung pelayanan secara efektif dan aman. Kriteria : a. Pemilihan peralatan mengutamakan fungsi untuk memenuhi kebutuhan pasien. Peralatan di Unit Pelayanan Intensif meliputi : - Tempat tidur khusus - Alat pengukur tekanan darah - Pulse oximetri - EKG - Alat pengukur tekanan vena sentral - Alat pengukur suhu - Alat penghisap (suction) sentral - Alat ventilasi manual dan alat penunjangnya - Peralatan akses vaskuler - Ventilator - Oksigen sentral - Lampu untuk melakukan tindakan - Defibrilator dan alat pacu jantung - Peralatan drain thorax
18 - Emergensi troli yang berisi alat dan obat untuk keadaan emergensi seperti airway, laringoskop, ambubag, Oksigen, adrenalin dan lain-lain. - Pompa infus dan pompa syringe - Monitor tekanan darah invasif - Monitor tekanan darah sentral - Monitor tekanan arteri pulmonalis kapnograf - Bronkoskopi - Echokardiografi - EEG - Hemodialisa b. Semua peralatan harus berfungsi baik, siap pakai dan tersedia terus menerus. Unit Pelayanan Intensif harus mempunyai program : - Program pemeliharaan peralatan - Program dan prosedur perbaikan peralatan jika tidak berfungsi - Program pencegahan kontaminasi yang mengacu pada program pengendalian infeksi nosokomial di rumah sakit - Program kaliberasi peralatan tertentu c. Disekitar tempat tidur ruang di unit pelayanan intensif harus cukup ruang untuk melakukan kegiatan pelayanan keperawatan, tindakan rutin, tindakan gawat darurat, dan juga memungkinkan menempatkan alat-alat yang diperlukan seperti : - Tempat tidur diubah posisinya untuk tindakan dan kenyamanan pasien
19 - Tersedia oksigen dan pengisap - Alat- alat untuk pertolongan segera harus mudah dicapai, siap pakai, dan berfungsi baik - Perlu ada sistem alarm - Ruangan ber-ac - Ruang perawat (nurse station) diletakkan sedemikian rupa agar perawat mudah mengawasi dan menolong pasien - Perlu ada ruangan untuk konsultasi bagi pasien atau keluarganya - Perlu lemari pendingin untuk penyimpanan darah, cairan spesimen, dan obat - Cukup tersedia cairan dan obat-obatan - Perlu cadangan tenaga listrik dan sistem penggantinya untuk menjalankan alat-alat. - Unit pelayanan intensif berdekatan dengan kamar operasi, ruang pulih, gawat darurat dan laboratorium - Cukup tersedia ruangan untuk peralatan dan sterilisasi. Standar 5. Kebijakan dan Prosedur Perlu dibuat kebijakan dan prosedur tertulis sebagai bagian dari kebijakan dan prosedur rumah sakit. Kriteria : a. Kebijakan dan prosedur tersebut dibuat untuk menjadi petunjuk bagi staf
20 dalam menjalankan pelayanan intensif, dan memuat : - Fungsi dan kewenangan kepala unit - Indikasi rawat dan pemulangan pasien - Uraian tugas tertulis berisi penjelasan siapa yang berhak melaksanakan prosedur, resusitasi kardiopulmonal, trakeostomo, pemberian cairan infus, dan pemberian obat lainnya, cara memperoleh darah, pemeriksaan laboratorium, dan prosedur invasive lainnya - Penggunaan dan penempatan peralatan - Prosedur standar pelayanan intensif - Prosedur pencegahan infeksi nosokomial - Indikasi pemeriksaan laboratorium - Pengaturan waktu berkunjung - Prosedur penanggulangan kebakaran dan bencana b. Prosedur-prosedur ini perlu diketahui dan dipahami oleh staf yang bekerja di unit pelayanan intensif dan dikomunikasikan dengan unit lain c. Secara berkala prosedur ini perlu ditinjau kembali. Standar 6. Pengembangan Staf dan Program Pendidikan Partisipasi staf di Unit Pelayanan Intensif dalam program pengembangan dan pendidikan merupakan kegiatan esensial. Kriteria :
21 Program pelatihan harus diselenggarakan bagi semua staf agar dapat meningkatkan dan menambah pengetahuan, keterampilan dan kemampuan dalam menerapkan kemampuan prosedur dari ilmu pengetahuan dan teknologi yang baru. a. Harus ada program orientasi bagi staf baru b. Pertemuan berkala mingguan harus mendukung tujuan pendidikan c. Unit Pelayanan Intensif harus mendukung program penelitian medis dan perawatan. Standar 7. Evaluasi dan Pengendalian Mutu Harus ada prosedur evaluasi yang mampu mengukur peningkatan mutu pelayanan. Kriteria : a. Rekam medis harus diisi lengkap dengan data-data klinik serta laboratorium yang dapat menggambarkan proses pelayanan, pola pengobatan, morbilitas, mortalitas, dan lama dirawat b. Metode evaluasi perlu disempurnakan secara berkala agar sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi c. Penilaian klinik dan audit medis perlu didorong dan dilakukan di lingkungan staf medis untuk menilai pelayanan intensif.
22 2.5. Peralatan ICU Alat dalam perawatan intensif adalah alat-alat monitor, dan alat pembantu seperti ventilator, hemodialisa, dan berbagai alat lainnya termasuk defibrilator. Alat-alat yang digunakan dalam ICU adalah sebagai berikut : a. Alat radiologi - Mesin X-Ray portabel - USG - CT Scan - MRI b. Alat respirasi Alat pertolongan respirasi : - Masker Oksigen - Alat intubasi - Ventilator - Bronkoskopi - Alat-alat WSD Alat pemantau respirasi : - Pengukuran lembab udara (humidifiers) - Gas analisa dan analisa asam basa - Alat pertolongan kardiovaskular - DC kardioversi - Pompa intra-aortik balon
23 - Cardiac pacing - Alat ginjal - Mesin hemodialisa - Perlengkapan lainnya - Kasur bertekanan - Selimut untuk panas dan dingin - Standar infus - Troli - Tirai berpindah 2.6. Monitoring pasien di ICU Monitoring adalah salah satu tindakan yang dilakukan di ruang ICU. Monitoring yang dilakukan bertujuan untuk memantau semua keadaan vital dan menilai suatu tindakan termasuk pemberian obat yang dilakukan. (Tabrani, 2007) Beberapa pemantauan yang dapat dilakukan di ICU : 1. Monitoring suhu tubuh 2. Monitoring tekanan darah 3. Monitoring Tekanan Vena Sentral 4. Monitoring Cardiac Output 5. Monitoring Respirasi 6. Monitoring Oksigen dan Karbondioksida 7. Monitoring urine
24 8. Monitoring Elektrokardiografi 9. Monitoring Asam Basa 10. Monitoring Elektrolit 11. Monitoring ph intragastrik 12. Monitoring Serebral Tugas seorang perawat yang bertugas di ICU yakni life support, memonitor keadaan pasien, dan perubahan keadaan akibat pengobatan dan mencegah komplikasi yang mungkin terjadi. Oleh karena itu diperlukan perawat yang profesional dan terlatih dalam tim kerja (Tabrani, 2007). Monitoring peralatan yang dilakukan di ruang ICU adalah sebagai berikut: a. Tanda bahaya kegagalan pasokan gas b. Tanda bahaya kegagalan pasokan oksigen Alat yang secara otomatis teraktifasi untuk memonitor penurunan tekanan pasokan oksigen, yang selalu terpasang di ventilator. c. Pemantauan konsentrasi oksigen Diperlukan untuk mengukur konsentrasi oksigen yang dikeluarkan oleh ventilator atau sistem pernafasan. d. Tanda bahaya kegagalan ventilator atau diskonsentrasi sistem pernafasan. Pada penggunaan ventilator otomatis, harus ada alat yang dapat segera mendeteksi kegagalan sistem pernafasan atau ventilator secara terus menerus. e. Volume dan tekanan ventilator
25 Volume yang keluar dari ventilator harus dipantau. Tekanan jalan nafas dan tekanan sirkuit pernafasan harus terpantau terus menerus dan dapat mendeteksi tekanan yang berlebihan. f. Suhu alat pelembab (humidifier) Ada tanda bahaya bila terjadi peningkatan suhu udara inspirasi. g. Elektrokardiograf Terpasang pada setiap pasien dan dipantau terus menerus. h. Pulse oximetry Harus tersedia untuk setiap pasien di ICU. i. Emboli udara Apabila pasien sedang menjalani hemodialisis, plasmapheresis, atau alat perfusi, harus ada pemantauan untuk emboli udara. j. Bila ada indikasi klinis harus tersedia peralatan untuk mengukur variabel fisiologis lain seperti tekanan intra-arterial dan tekanan arteri pulmonalis, curah jantung, tekanan inspirasi dan aliran jalan nafas, tekanan intrakranial, suhu, transmisi neuromuskular,kadar CO 2 ekspirasi (Hanafi,2007) Landasan Teori Unit Perawatan Intensif adalah ruang perawatan terpisah yang berada dalam rumah sakit, dikelola khusus untuk perawatan pasien dengan kegawatan yang mengancam nyawa akibat penyakit, pembedahan atau trauma dan diharapkan dapat disembuhkan (reversible), dan menjalani kehidupan sosial
26 dengan terapi intensif yang menunjang fungsi vital tubuh pasien tersebut selama masa kegawatan. Yang bertujuan agar ancaman kematian dapat dikurangi dan harapan sembuh kembali normal dapat ditingkatkan (Depkes RI, 2003). Fungsi utama ICU adalah untuk pasien kritis yang membutuhkan perhatian medis dan alat-alat khusus, sehingga memudahkan pengamatan dan perawatan oleh perawat yang sudah terlatih (WHO, 1992). Standar ruang ICU yang memadai ditentukan desain yang baik dan pengaturan ruang yang adekuat. Letak area ICU dibagi dalam pintu-pintu rintangan. Pintu-pintu rintangan mempunyai fungsi untuk melindungi pasien yang sekarat dari kuman-kuman. Ruangan sebaiknya diatur sedemikian rupa, sehingga perawat dapat mengontrol pasien secara ergonomis, dapat mengontrol penerimaan pasien, jalan masuk petugas, transportasi barang, dan bahan yang termasuk proses kerja (WHO, 1992). Letak ruangan ICU harus dekat dengan gedung gawat darurat, laboratorium, radiologi, dan bedah supaya dapat diakses dengan cepat. Pasienpasien darurat yang memerlukan penanganan dan perawatan intensif dapat segera dipindahkan ke ruang ICU dengan cepat. Ruang laboratorium dan radiologi harus dekat dengan ruang ICU agar penanganan pasien di ruang ICU cepat ditangani apabila diperlukan segera. Dan gedung harus terletak pada daerah yang tenang (Depkes RI, 1991). Monitoring adalah salah satu tindakan yang dilakukan perawat di ruang ICU. Monitoring yang dilakukan bertujuan untuk memantau semua keadaan vital
27 dan menilai suatu tindakan termasuk pemberian obat yang dilakukan pasien (Tabrani, 2007). Kepuasan menurut Kamus Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai perasaan puas, rasa senang dan kelegaan serta kenyamanan dalam melakukan tindakan. Menurut Davis dan Newstrom (1993) kepuasan kerja adalah seperangkat perasaan karyawan tentang menyenangkan atau tidaknya pekerjaan mereka. Kepuasan kerja berhubungan dengan perasaan orang terhadap berbagai aspek dari tugasnya, kondisi atau perancangan lingkungan kerjanya, juga hubungannya dengan rekan kerjanya. Dengan demikian kepuasan kerja dalam penelitian ini difokuskan pada kepuasan atas kondisi tempat kerja Kerangka Konsep Penelitian Variabel Independen Variabel Dependen Desain Ruang ICU 1.Tata atur ruang ICU dalam Rumah Sakit 2.Tata atur ruang ICU 3.Besaran ruang ICU 4. Kenyamanan fisik : pencahayaan-penghawaan-kebisingan Kepuasan Kerja Perawat Peralatan ICU Gambar 2.4. Kerangka Konsep Penelitian
28 Berdasarkan Gambar 2.4. di atas, diketahui variabel independen dalam penelitian ini yaitu variabel desain ruang ICU meliputi tata atur ruang ICU dalam Rumah Sakit, tata atur ruang ICU, besaran ruang ICU, kenyamanan fisik: pencahayaan-penghawaan-kebisingan serta variabel peralatan ICU. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kepuasan kerja perawat.
Digunakan untuk mengukur suhu tubuh. Digunakan untuk memeriksa suara dari dalam tubuh seperti detak jantung, usus, denyut nadi dan lain-lain
BEBERAPA PERALATAN DI RUANG ICU 1. Termometer 2. Stethoscope Digunakan untuk mengukur suhu tubuh 3. Tensimeter Digunakan untuk memeriksa suara dari dalam tubuh seperti detak jantung, usus, denyut nadi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang memengaruhi status kesehatan yaitu pelayanan kesehatan, perilaku,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ilmu Kesehatan Masyarakat adalah ilmu yang mempelajari kombinasi teori dan praktek yang bertujuan untuk mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan
Lebih terperinciAnalisa Program Kebersihan Lingkungan Rumah Sakit PPI RSIA CICIK
Analisa Program Kebersihan Lingkungan Rumah Sakit PPI RSIA CICIK (Berdasarkan KepMenkes RI no. 1204/KEPMENKES/SK/X/2004) 1. Lingkungan Bangunan Rumah Sakit No Apek yang Dinilai Sudah 1. Pagar atau batas
Lebih terperincimaupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, menuntut perawat bekerja secara profesional yang didasarkan pada standar praktik keperawatan dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang telah nyata terjadi maupun berpotensi untuk terjadi yang mengancam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Intensive Care Unit Intensive care unit (ICU) merupakan suatu area yang sangat spesifik dan canggih di rumah sakit dimana desain, staf, lokasi, perlengkapan dan peralatan, didedikasikan
Lebih terperinciPERAWAT KLINIK I KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DI SETUJUI KEMAMPUAN KLINIS N O ASUHAN KEPERAWATAN
PERAWAT KLIIK I KEPERAWATA GAWAT DARURAT Pemenuhan kebutuhan dasar: a. Kebutuhan oksigenasi dengan berbagai metode b. Kebutuhan makan dan minum seimbang enteral maupun parenteral c. Kebutuhan eliminasi
Lebih terperinciPANDUAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS CADASARI PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS CADASARI
PANDUAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS CADASARI PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS CADASARI Jl. Raya Serang Km. 5, Kec. Cadasari Kab. Pandeglang Banten DAFTAR ISI BAB I MANAJEMEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memperoleh perhatian dari dokter (medical provider) untuk menegakkan diagnosis
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 147/MENKES/PER/2010 tentang perizinan rumah sakit disebutkan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan, perubahan dalam pelayanan kesehatan terjadi sangat cepat, tumbuhnya beberapa rumah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar bebas dengan kerangka Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada akhir tahun 2015 merupakan tantangan dan hambatan bangsa Indonesia kedepan. Khususnya bidang pelayanan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Lamongan, Penyusun
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat yang telah dikaruniakan kepada penyusun, sehingga Pedoman Unit Hemodialisis RSUD Dr. Soegiri Lamongan ini dapat selesai disusun.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara
Lebih terperincia. Pintu masuk pasien pre dan pasca bedah berbeda. b. Pintu masuk pasien dan petugas berbeda. Pintu masuk dan keluar petugas melalui satu pintu.
Kamar Operasi 1 A. PENGERTIAN Kamar operasi adalah suatu unit khusus di rumah sakit, tempat untuk melakukan tindakan pembedahan, baik elektif maupun akut, yang membutuhkan keadaan suci hama (steril). B.
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Instalasi Gawat Darurat RSUD.R.Syamsudin, SH dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut : Pada saat ini,
Lebih terperinciBAB III PELAKSANAAN MAGANG
BAB III PELAKSANAAN MAGANG 3.1 Pengenalan Lingkungan Kerja Penulis memulai praktek pelaksanaan kerja atau magang pada Kantor Pusat Perum BULOG selama satu bulan yang dimulai dari tanggal 01 sampai dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mutu pelayanan kesehatan khususnya pelayanan keperawatan di rumah sakit dapat dinilai melalui berbagai indikator, salah satunya adalah melalui penilaian terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagi perkembangan suatu rumah sakit. Penampilan fisik termasuk bangunan,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penampilan fisik suatu rumah sakit merupakan hal yang sangat penting bagi perkembangan suatu rumah sakit. Penampilan fisik termasuk bangunan, penataan ruang, insfrakstruktur
Lebih terperinciPEDOMAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS MONCEK
PEDOMAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS MONCEK PEMERINTAHAN KABUPATEN SUMENEP DINAS KESEHATAN PUSKESMAS MONCEK KECAMATAN LENTENG SUMENEP 0 DAFTAR ISI BAB I MANAJEMEN RISIKO LINGKUNGAN... A DEFINISI... 2 B RUANG
Lebih terperinciCHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT. Belum Terlaksana
126 Lampiran 1 CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT A. Komando dan Kontrol 1. Mengaktifkan kelompok komando insiden rumah sakit. 2. Menentukan pusat komando rumah sakit. 3. Menunjuk penanggungjawab manajemen
Lebih terperinciPEDOMAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS SAMBALIUNG
PEDOMAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS SAMBALIUNG PEMERINTAH KABUPATEN BERAU DINAS KESEHATAN PUSKESMAS SAMBALIUNG JL.Mangkubumi II Rt. VII Sambaliung DAFTAR ISI 0 BAB I MANAJEMEN RISIKO LINGKUNGAN... A DEFINISI...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pasien tersebut. Pasien dengan kondisi semacam ini sering kita jumpai di Intensive
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pasien kritis adalah pasien dengan penyakit atau kondisi yang mengancam jiwa pasien tersebut. Pasien dengan kondisi semacam ini sering kita jumpai di Intensive Care
Lebih terperinciBAB III ELABORASI TEMA
BAB III ELABORASI TEMA 3.1 Pengertian Tema yang akan diangkat dalam perancangan Rumah Sakit Islam Ini adalah Habluminallah wa Habluminannas yang berarti hubungan Manusia dengan Tuhan dan hubungan Manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemantauan intensif menggunakan metode seperti pulmonary arterial
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ICU atau Intensive Care Unit merupakan pelayanan keperawatan khusus yang dikelola untuk merawat pasien sakit berat dan kritis, cidera dengan penyulit yang mengancam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, yang diselenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat yang berfungsi untuk melakukan upaya pelayanan kesehatan
Lebih terperinciKONSEP DASAR KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
KONSEP DASAR KEPERAWATAN GAWAT DARURAT Pengertian Keperawatan Gawat Darurat (Emergency Nursing) merupakan pelayanan keperawatan yang komprehensif diberikan kepada pasien dengan injuri akut atau sakit yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap berbagai aspek dari tugasnya, kondisi atau perancangan. lingkungan kerjanya, juga hubungannya dengan rekan kerjanya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kepuasan Kerja Kepuasan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai perasaan puas, rasa senang dan kelegaan serta kenyamanan dalam melakukan tindakan.
Lebih terperinciTRANSFER PASIEN KE RUMAH SAKIT LAIN UNTUK PINDAH PERAWATAN
Pengertian Tujuan Kebijakan Transfer pasien pindah perawatan ke rumah sakit lain adalah memindahkan pasien dari RSIA NUN ke RS lain untuk pindah perawatan karena tidak tersedianya fasilitas pelayanan yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu,
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima
Lebih terperinciBAB 5 PELAYANAN ANESTESI DAN BEDAH (PAB)
BAB 5 PELAYANAN ANESTESI DAN BEDAH (PAB) Gambaran Umum Tindakan anestesi, sedasi, dan intervensi bedah merupakan proses yang kompleks dan sering dilaksanakan di rumah sakit. Hal tersebut memerlukan 1)
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG. A. Latar Belakang Masalah. Analisis Gas Darah merupakan salah satu alat. diagnosis dan penatalaksanaan penting bagi pasien untuk
BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Masalah Analisis Gas Darah merupakan salah satu alat diagnosis dan penatalaksanaan penting bagi pasien untuk mengetahui status oksigenasi dan keseimbangan asam basa.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Industri farmasi diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.43/MENKES/SK/II/1988 tentang CPOB dan Keputusan
Lebih terperinci2015 RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perancangan Dewasa ini kehidupan modern telah menjadi prioritas utama bagi sebagian besar masyarakat di Indonesia, khususnya kalangan masyarakat ekonomi menengah dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan yaitu bertekad untuk meningkatkan kesehatan masyarakat secara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sehingga pemerintah telah mencanangkan visi dalam bidang pelayanan kesehatan yaitu bertekad
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bermutu, pihak pimpinan rumah sakit juga perlu mengembangkan kepemimpinan. partisipasi aktif dan sistem jaringan kerja yang saling
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan bagian dari sub sistem pelayanan kesehatan sekaligus merupakan organisasi yang mempunyai fungsi sosial dan ekonomi. Untuk mengembangkan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG PENENTUAN KEMATIAN DAN PEMANFAATAN ORGAN DONOR
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG PENENTUAN KEMATIAN DAN PEMANFAATAN ORGAN DONOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2004 tentang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat adalah bagian pokok dibidang kesehatan khususnya adalah rumah sakit. Rumah sakit merupakan suatu bagian menyeluruh, integrasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT. Rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi teratur,
BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi teratur, tempat pencegahan dan penyembuhan
Lebih terperinciADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut.
BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Klasifikasi Gedung dan Risiko Kebakaran Proyek pembangunan gedung Rumah Sakit Pendidikan Universitas Brawijaya Malang merupakan bangunan yang diperuntukkan untuk gedung rumah sakit.
Lebih terperinciKAJIAN RESIKO PENGENDALIAN INFEKSI MATRIX PENCEGAHAN UNTUK PEMBANGUNAN DAN RENOVASI
KAJIAN RESIKO PENGENDALIAN INFEKSI MATRIX PENCEGAHAN UNTUK PEMBANGUNAN DAN RENOVASI Langkah Pertama : Identifikasi Tipe Aktifitas Proyek Konstruksi (Tipe A-D) Tipe Aktifitas inspeksi dan non-invasif. A
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perpanjangan masa rawat inap bagi penderita. Risiko infeksi di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi masih merupakan salah satu penyebab utama kematian dan kesakitan di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Di Indonesia, infeksi merupakan salah
Lebih terperinciKEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 188/ /KEP/408.49/2015 TENTANG
PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Jl. Jend. A. Yani No. 51 (0357) 881410 Fax. 883818 Pacitan 63511 Website : http://rsud.pacitankab.go.id, Email : rsud@pacitankab.go.id KEPUTUSAN DIREKTUR
Lebih terperincimeningkatkan pelayanan ICU. Oleh karena itu, mengingat diperlukannya tenagatenaga khusus, terbatasnya sarana pasarana dan mahalnya peralatan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah Institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oksigen dalam darah. Salah satu indikator yang sangat penting dalam supply
BAB I PENDAHULUAN Darah memerlukan oksigen untuk dapat berfungsi dengan baik. Kekurangan oksigen dalam darah bisa membuat tubuh mengalami masalah serius. Selain olahraga dan transfusi darah, nutrisi tertentu
Lebih terperinciTL-2271 Sanitasi Berbasis Masyarakat Minggu 3
TL-2271 Sanitasi Berbasis Masyarakat Minggu 3 Rizka Firdausi Pertiwi, S.T., M.T. Rumah Bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Perumahan Kelompok rumah
Lebih terperinciPROGRAM KERJA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN
PROGRAM KERJA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO PROVINSI JAWA TENGAH JL. BRIGJEND. SUDIARTO NO. 347 SEMARANG 2014 PROGRAM KERJA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN A. Pendahuluan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. demikian kompleks, rumah sakit harus memiliki sumber daya manusia yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan dengan fungsi yang kompleks dengan padat pakar dan padat modal. Untuk melaksanakan fungsi yang demikian kompleks,
Lebih terperinciCODE BLUE SYSTEM No. Dokumen No. Revisi Halaman 1/4 Disusun oleh Tim Code Blue Rumah Sakit Wakil Direktur Pelayanan dan Pendidikan
Standar Prosedur Operasional (SPO) PENGERTIAN TUJUAN KEBIJAKAN PROSEDUR CODE BLUE SYSTEM No. Dokumen No. Revisi Halaman 1/4 Disusun oleh Diperiksa Oleh Tim Code Blue Rumah Sakit Wakil Direktur Pelayanan
Lebih terperinciLAMPIRAN. A. Gambar Denah Tataletak Ruang Operasi
LAMPIRAN A. Gambar Denah Tataletak Ruang Operasi 134 134 B. Kuisoner Pengguna Internal ASPEK PROSES NO PERNYATAAN YA TIDAK 1. Terdapat ruang pendaftaran melakukan pendataan pasien bedah dan penandatanggan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Keadaan Gawat Darurat bisa terjadi kapan saja, siapa saja dan dimana saja.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keadaan Gawat Darurat bisa terjadi kapan saja, siapa saja dan dimana saja. Kondisi ini menuntut kesiapan petugas kesehatan untuk mengantisipasi kejadian itu. Bila
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. PERMENKES RI Nomor: 159b/Menkes/Per/II/1988 disebutkan bahwa setiap
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu bagian dari rantai pelayanan kesehatan tidak terlepas dari tanggung jawab memberikan pelayanan gawat darurat. Di dalam PERMENKES RI Nomor:
Lebih terperinciSURAT KEPUTUSAN DIREKTUR Nomor:000/SK/RSMH/I/2016
SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR Nomor:000/SK/RSMH/I/2016 TENTANG PELAYANAN PENANGANAN HENTI JANTUNG (RESUSITASI) DI RS.MITRA HUSADA DIREKTUR RS.MITRA HUSADA Menimbang : a. bahwa dalam upaya memenuhi kebutuhan
Lebih terperinciBAB I. KESELAMATAN KERJA, KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN BENCANA (K3)
DAFTAR ISI Surat Keputusan Direktur tentang Kebijakan K3RS --------------------------------------------- Daftar Isi-----------------------------------------------------------------------------------------------------
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan daya dukungan bagi mahluk hidup
Lebih terperinciLAMPIRAN. LAMPIRAN 1. Klasifikasi Rumah Sakit Khusus Kelas A. Klasifikasi Kelas Rumah Sakit Khusus Jantung menurut Peraturan Menteri
LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Klasifikasi Rumah Sakit Khusus Kelas A Klasifikasi Kelas Rumah Sakit Khusus Jantung menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 340/Per/III/2010 A. Pelayanan No. JENIS
Lebih terperinciPANDUAN PELAYANAN RESUSITASI RUMAH SAKIT PUSAT PERTAMINA BAB I
Lampiran Surat Keputusan Direktur RSPP No. Kpts /B00000/2013-S0 Tanggal 01 Juli 2013 PANDUAN PELAYANAN RESUSITASI RUMAH SAKIT PUSAT PERTAMINA 2 0 1 3 BAB I 0 DEFINISI Beberapa definisi Resusitasi Jantung
Lebih terperinciPENDAHULUAN. A. Latar belakang. Infeksi nosokomial atau disebut juga hospital acquired infection dapat
PENDAHULUAN A. Latar belakang Infeksi nosokomial atau disebut juga hospital acquired infection dapat didefinisikan sebagai suatu infeksi yang didapat oleh pasien di rumah sakit yang diyakini sebagai penyebab
Lebih terperinciINFEKSI NOSOKOMIAL OLEH : RETNO ARDANARI AGUSTIN
1 INFEKSI NOSOKOMIAL OLEH : RETNO ARDANARI AGUSTIN PENGERTIAN Infeksi adalah proses ketika seseorang rentan (susceptible) terkena invasi agen patogen/infeksius dan menyebabkan sakit. Nosokomial berasal
Lebih terperinciPELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI
PELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI STANDAR, MAKSUD DAN TUJUAN, ELEMEN PENILAIAN ORGANISASI DAN MANAJEMEN Standar PAB.1. Tersedia pelayanan anestesi (termasuk sedasi moderat dan dalam) untuk memenuhi kebutuhan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Defenisi Rumah Sakit BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
Lebih terperinciKUESIONER PENELITIAN
162 KUESIONER PENELITIAN PENGARUH KOMPETENSI TERHADAP KINERJA PERAWAT DALAM KESIAPSIAGAAN TRIASE DAN KEGAWATDARURATAN PADA KORBAN BENCANA MASSAL DI PUSKESMAS LANGSA BARO TAHUN 2013 NO. RESPONDEN : I. PETUNJUK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG RS Duta Indah dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat, selalu berusaha melakukan peningkatan mutu dan keselamatan pasien,yang harus didukung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bandung. Rumah sakit X merupakan rumah sakit swasta yang cukup terkenal di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
Lebih terperinciprioritas area yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: No Prioritas Area Indikator Standart 1. Kemampuan menangani life saving anak dan dewasa
Penetapan Area Prioritas Pengelompokan Indikator Mutu Rumah Sakit Khusus Bedah SS Medika berdasarkan prioritas area yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: No Prioritas Area Indikator Standart 1 Unit
Lebih terperinciBAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR
BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 6.1 Perencanaan 6.1.1 Program Ruang A. Berdasarkan Kelompok Ruang Pada gedung paviliun II garuda RSUP Dr. Kariadi, ruang-ruang dibuat sesuai No. dengan
Lebih terperinciPANDUAN PELAYANAN PASIEN DENGAN ALAT PENGIKAT (RESTRAINT) RUMAH SAKIT UMUM BUNDA THAMRIN MEDAN
PANDUAN PELAYANAN PASIEN DENGAN ALAT PENGIKAT (RESTRAINT) RUMAH SAKIT UMUM BUNDA THAMRIN MEDAN I. DEFINISI Pelayanan pasien adalah penyediaan jasa oleh Rumah Sakit kepada orang sakit yang dirawat di Rumah
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. aktivitas adalah adanya lingkungan kerja yang kondusif. Faktor ini
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Lingkungan Kerja 2.1.1 Definisi Lingkungan Kerja Aspek yang menunjang manusia untuk melakukan pekerjaan atau aktivitas adalah adanya lingkungan kerja yang kondusif. Faktor ini
Lebih terperinciBAB I DEFINISI BAB II RUANG LINGKUP
BAB I DEFINISI Pelayanan ambulance adalah pelayanan transportasi dengan mobil ambulance Rumah Sakit Awal Bros Batam untuk merujuk, memindahkan atau memulangkan pasien Penilaian kebutuhan transportasi dilakukan
Lebih terperinciPENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran.
LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN Pencegahan Kebakaran
Lebih terperinciIndikator Wajib pengukuran kualitas pelayanan keesehatan di FKRTL. Indikator Standar Dimensi Input/Proses l/klinis 1 Kepatuhan
Indikator Wajib pengukuran kualitas pelayanan keesehatan di FKRTL N o Indikator Standar Dimensi Input/Proses /Output Manajeria l/klinis 1 Kepatuhan 90% Efektifitas Proses Klinis terhadap clinical pathways
Lebih terperinci1. Melakukan kajian situasi
Kode Unit Judul Unit : O.842340.052.01 : Melakukan PertolonganPertama Deskripsi Unit : Unit ini menjelaskan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan untuk memberikan tindakan pertolongan pertama,
Lebih terperinciPENGELOLAAN OPERASI K3 PERTEMUAN #6 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI
PENGELOLAAN OPERASI K3 PERTEMUAN #6 TKT302 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN
Lebih terperinciPELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI (PAB)
PELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI (PAB) STANDAR, MAKSUD DAN TUJUAN, ELEMEN PENILAIAN ORGANISASI DAN MANAJEMEN >/= 8% Terpenuhi 2-79% Terpenuhi sebagian < 2% Tidak terpenuhi Standar PAB.1. Tersedia pelayanan
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 34 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN LANDAK
PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 34 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK, Menimbang
Lebih terperincikondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang memadai. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian ini telah melakukan evaluasi terhadap kondisi jalur evakuasi darurat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah
BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah Institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Pelaksanaan implementasi standar MFK di rumah sakit mitra benchmark (best practice EBD) cukup baik, bisa menggambarkan apa yang disyaratkan dalam peraturan dan
Lebih terperinci100% 100% (2/2) 100% 100% (4142) (4162) (269) (307) (307) (269) (278) (263) (265) (264) 0% (638) 12 mnt. (578) 10 mnt
Press Release Implementasi Standar Akreditasi Untuk Meningkatkan Mutu Pelayanan & Keselamatan Pasien RSUD dr. R. Soetrasno Kabupaten Rembang RSUD dr. R. Soetrasno Kabupaten Rembang, merupakan rumah sakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. monoksida, atau produk dan efek lainnya (Badan Standar Nasional, 2000).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebakaran merupakan kejadian timbulnya api yang tidak diinginkan atau api yang tidak pada tempatnya, di mana kejadian tersebut terbentuk oleh tiga unsur yaitu unsur
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dimana salah satu upaya yang dilakukan oleh rumah sakit adalah mendukung rujukan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit adalah organisasi yang bergerak dibidang pelayanan kesehatan, dimana salah satu upaya yang dilakukan oleh rumah sakit adalah mendukung rujukan dari pelayanan
Lebih terperinciSANITASI DAN KEAMANAN
SANITASI DAN KEAMANAN Sanitasi adalah.. pengendalian yang terencana terhadap lingkungan produksi, bahan bahan baku, peralatan dan pekerja untuk mencegah pencemaran pada hasil olah, kerusakan hasil olah,
Lebih terperinciBAB II RUANG LINGKUP
BAB I DEFINISI A. Latar Belakang Bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan masyarakat perlu melakukan penataan penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang berjenjang dan berkesinambungan melalui
Lebih terperinciPEMINDAHAN PASIEN. Halaman. Nomor Dokumen Revisi RS ASTRINI KABUPATEN WONOGIRI 1/1. Ditetapkan, DIREKTUR RS ASTRINI WONOGIRI.
PEMINDAHAN PASIEN Adalah pemindahan pasien dari IGD ke ruang rawat inap yang dilaksanakan atas perintah dokter jaga di IGD, yang ditulis dalam surat perintah mondok/ dirawat, setelah mendapatkan persetujuan
Lebih terperincidalam yang memenuhi standar profesi serta peraturan perundang- undangan. (R) Pedoman Pelayanan
PEMAHAMAN POKJA SNARS 2018 NO STANDART ELEMEN PENILAIAN YANG DIBUTUHKAN KETERANGAN Rumah sakit menyediakan 1. regulasi pelayanan anestesi, serta sedasi moderat dan REGULASI 1 pelayanan anestesi (termasuk
Lebih terperinciPelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 7 Gizi Buruk
Pelayanan Kesehatan bagi Anak Bab 7 Gizi Buruk Catatan untuk fasilitator Ringkasan kasus Joshua adalah seorang anak laki-laki berusia 12 bulan yang dibawa ke rumah sakit kabupaten dari rumah yang berlokasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan tempat kerja yang unik dan kompleks (mixed input multiple product), karena tidak saja menyediakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. menentukan waktu tanggap di sebuah Rumah Sakit. Faktor-faktor tersebut
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Landasan Teori 1.Ketersediaan perawat dan dokter jaga IGD Hendrik et al. (2006) menyatkan bahwa ada beberapa faktor yang menentukan waktu tanggap di sebuah Rumah Sakit. Faktor-faktor
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN
BAB III METODE PERANCANGAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Proyek instalasi Listrik Rumah Sakit Royal Sanur ini mulai dikerjakan pada tanggal sampai saat ini. Semua pekerjaan termasuk penyusunan skripsi
Lebih terperinciPANDUAN TRANSPORTASI PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WONOSARI
PANDUAN TRANSPORTASI PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WONOSARI BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hampir setiap hari di Rumah Sakit banyak terjadi pemindahan / pengangkatan pasien yang darurat atau kiritis,
Lebih terperinciCONTOH CONTOH INSIDEN. No. INSTALASI INDIKATOR JENIS
= kejadian tidak diinginkan KTC= kejadian tanpa cedera = kejadian potensi cedera KNC= kejadian nyaris cedera CONTOH CONTOH INSIDEN No. INSTALASI INDIKATOR JENIS 1. Instalasi Gawat darurat Insiden kesalahan
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 19 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SAKIT WALIKOTA BOGOR,
BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 19 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SAKIT WALIKOTA BOGOR, Menimbang : Mengingat a. bahwa rumah sakit merupakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Nosokomial 1. Pengertian Infeksi nosokomial atau hospital acquired infection adalah infeksi yang didapat klien ketika klien tersebut masuk rumah sakit atau pernah dirawat
Lebih terperinci#7 PENGELOLAAN OPERASI K3
#7 PENGELOLAAN OPERASI K3 Dalam pengelolaan operasi manajemen K3, terdapat beberapa persyaratan yang dapat dijadikan suatu rujukan, yaitu: 1. OHSAS 18001 2. Permenaker 05/MEN/1996 Persyaratan OHSAS 18001
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pengkondisian udara yang tepat merupakan faktor penunjang terapi pasien dan merupakan pengobatan utama [1]. Studi menunjukkan bahwa pasien dalam lingkungan terkendali
Lebih terperinciStrategi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi untuk Prosedur Khusus di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Strategi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi untuk Prosedur Khusus di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Infeksi Saluran Pernapasan Akut yang cenderung menjadi epidemi dan pandemi Pedoman Acuan Ringkas Ucapan
Lebih terperinciSK AKREDITASI BAB I EP NAMA DOKUMEN ADA TDK ADA SK Ka Puskesmas ttg jenis pelayanan yang
SK AKREDITA BAB I EP NAMA DOKUMEN TDK 1.1.1.1 SK Ka Puskesmas ttg jenis pelayanan yang disediakan. Brosur, flyer, papan pemberitahuan, poster. 1.1.5.2 SK Kepala Puskesmas tentang penetapan indikator prioritas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengelola, pendidik, dan peneliti (Asmadi, 2008). Perawat sebagai pelaksana layanan keperawatan (care provider) harus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawat merupakan tenaga kesehatan yang berinteraksi secara langsung dengan pasien, mempunyai tugas dan fungsi yang sangat penting bagi kesembuhan serta keselamatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan yang komprehensif dan berkesinambungan selama 24
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan perorangan merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan
Lebih terperinciSTANDAR PPI 1 PPI 1.1 PPI 2 PPI 3 PPI 4 PPI 5 PPI 6 PPI 6.1
D NO 1 2 3 4 STANDAR PPI 1 PPI 1.1 5 6 PPI 2 7 8 9 PPI 3 10 11 12 PPI 4 13 14 15 PPI 5 16 17 18 19 20 PPI 6 21 22 23 PPI 6.1 24 25 26 PPI 6.2 27 28 29 PPI 7 30 31 32 33 PPI 7.1 34 35 36 37 38 PPI 7.2 39
Lebih terperinciRUMAH SAKIT UMUM BUNDA
RINCIAN KEWENANGAN KLINIS (CLINICAL PRIVILEGE) PERAWAT KLINIK III INTENSIVE CARE UNIT Identitas : Nama Perawat/Bidan : Unit Kerja : Pendidikan Formal : STR Tanggal Terbit : Tanggal Berakhir : SIP Tanggal
Lebih terperinciLuwiharsih Komisi Akreditasi RS
Luwiharsih Komisi Akreditasi RS STANDAR EP TELUS UR PASIEN TELUSUR STAF/PIM P T ELUSUR DOK. TELUS UR LINK Kepemimpinan dan MFK 1; 2; 3; 3.1 perencanaan Keselamatan dan keamanan MFK 4; 4.1; 4.2 Bahan berbahaya
Lebih terperinci