Revitalisasi Komponen Strategis Kemaritiman Untuk Mewujudkan Kedaulatan Dan Ketahanan Maritim Indonesia
|
|
- Teguh Sutedja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Revitalisasi Komponen Strategis Kemaritiman Untuk Mewujudkan Kedaulatan Dan Ketahanan Maritim Indonesia Maulana Ridho Aryanto, Siti Nur Umami, dan Mahmudi Universitas Airlangga; Universitas Airlangga; Universitas Airlangga; Abstrak. Negara Indonesia memiliki pulau yang terdata oleh badan statistik, akan tetapi PBB hanya memberikan data sebesar pulau di Indonesia. Mengapa demikian karena banyak aparat berwenang yang tidak peduli dengan kondisi Indonesia. Timbul berbagai permasalahan Mulai dari illegal fishing Indonesia mengalami kerugian sebesar US$ 20 miliar per tahun menurut data Bank Dunia. Penggunaan jaring pukat trawl yang dapat merusak ekosistem lingkungan laut. Dalam hal ini untuk mencapai kedaulatan dan ketahanan maritim, maka pertama diperlukan penguatan terhadap perundang-undangan kemaritiman (asas cabotage), yaitu asas yang diakui di dalam hukum dan praktik pelayaran seluruh dunia serta merupakan wujud kedaulatan suatu negara untuk mengurus dirinya sendiri. Kedua, kekuatan diplomasi dan kerja sama dan kerja sama bilateral.ketiga, pemahaman geomaritim untuk pelestarian laut Indonesia melalui penanaman paradigma geomaritim di masyarakat dapat menjadi dorongan pembangunan nasional dengan memanfaatkan ekosistem perairan laut berserta segenap sumberdaya yang terkandung di dalamnya secara berkelanjutan. Kata Kunci: Diplomasi, Indonesia, Kemaritiman, Laut, Pulau
2 1.1 Pendahuluan Negara Indonesia memiliki pulau yang terdata oleh badan statistik, akan tetapi PBB hanya memberikan data sebesar pulau di Indonesia. Mengapa demikian karena banyak aparat berwenang yang tidak peduli dengan kondisi Indonesia, mereka hanya peduli tentang eksploitasi kekayaan Indonesia untuk kepentingan pribadi. Siapa yang salah dan benar? Ya kita sendiri yang bisa menjawabnya. Kita harus bisa merapikan hal ini karena data itu menyangkut identitas negara di mata internasional. Apabila Indonesia memiliki data valid yang dapat dipertanggungjawabkan, hal ini dapat mempengaruhi kedaulatan di mata internasional sehingga Indonesia mampu mengembangkan sektor kelautan dan perikanan lebih optimal dibanding saat ini. Potensi kelautan Indonesia masih sedikit yang tergarap. Padahal potensinya sangat besar. Kita harapkan melalui peran aparat berwenang dan partisipasi seluruh masyarakat Indonesia mampu mewujudkan kemaritiman yang berdaulat. 1.2 Latar Belakang Kedaulatan Indonesia masih belum bisa dikatakan sangat baik karena sampai sekarang banyak pulau di Indonesia yang belum bernama maupun
3 diklaim atau dihak miliki oleh negara lain. Sedangkan pengelolaan Maritim Indonesia dari dulu masih dibawah standar dikarenakan para penjaga perairan Indonesia masih lemah, regulasi tidak pasti, dan lemahnya diplomasi. Dewasa ini, pemerintah mencannagkan cita-cita menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia. Ibu Susi Pudjiastuti yang kini menjabat sebagai Menteri Kelautan melakukan beberapa perubahan terhadap pengelolaan semua permasalahan kemaritiman di Indonesia. Mulai dari permasalahan illegal fishing Indonesia mengalami kerugian sebesar US$ 20 miliar per tahun menurut data Bank Dunia. Penggunaan jaring pukat trawl yang dapat merusak ekosistem lingkungan laut.
4 1.3 Tujuan Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis komponen-komponen yang mengambil peran dalam menciptakan kedaulatan dan ketahanan maritim Indonesia. Disamping itu, penjabaran beberapa aturan-aturan diharapkan dapat menambah wawasan pembaca akan Indonesia sebagai Negara Kepulauan sehingga mampu berperan aktif dan paradigm geomaritim dalam meningkatkan ketahanan maritim Indonesia. Di lingkup nasional, aparat yang berwenang dapat membenahi sistem yang sudah bagus dengan langkah evaluasi dan integrasi bersinergi, serta menciptkan keselarasan antara undang-undang dengan implementasi lapangan. Di lingkup internasional, tercipta diplomasi-diplomasi dan kerja sama bilateral untuk menghindari kesalahpahaman dan konflik. 2. Studi Literatur 2.1 Pertahanan kedaulatan wilayah maritime melalui Asas Cabotage Cabotage Principle merupakan asas yang diakui di dalam hukum dan praktik pelayaran seluruh dunia serta merupakan wujud kedaulatan suatu negara untuk mengurus dirinya sendiri, dalam hal ini pengangkutan dalam negeri (darat, laut dan udara), sehingga tidak dapat begitu saja dianggap sebagai proteksi, yaitu perlindungan atau perlakuan istimewa yang kurang wajar bagi perusahaan domestik sehingga menimbulkan persaingan yang tidak sehat. Beberapa negara menggunakan Asas Cabotage sebagai landasan untuk memperkuat sistem kemaritiman. Contohnya saja Amerika Serikat yang sangat protektif terhadap industri angkutan lautnya dengan memberlakukan cabotage principle secara ketat. Melalui Jones Act 1920, asas Cabotage mempersyaratkan bahwa pelayaran laut nasional Amerika
5 Serikat harus menggunakan kapal berbendera Amerika (US Registered), kapal yang dibuat di Amerika (US Built) dan dimiliki oleh warga negara Amerika (US Owned), di samping itu dioperasikan oleh perusahaan yang dikendalikan oleh warga negara Amerika (US Controlled Companies), dengan awak warga negara Amerika (US Crew). Di India, asas cabotage, ditetapkan di Bab XIV Pasal 406 & 407 dari Merchant Shipping Act 1958 tapi tidak mutlak. Menurut ketentuan ini, hanya kapal bendera India yang dapat mengangkut muatan dari satu pelabuhan di India ke pelabuhan India lainnya. Namun, izin dapat diberikan ke kapal berbendera asing untuk mengangkut muatan antara pelabuhan India jika kapal berbendera India yang tidak tersedia. Filipina termasuk negara yang sudah lama memberlakukan asas cabotage melalui Republic Act (RA) 1937 atau The Tariff and Customs Code of the Philippines, dan RA 9295 atau The Domestic Shipping Development Act of Malaysia memperkenalkan asas ini pada tahun 1980 melalui amandemen Merchant Shipping Act 1952 Pasal 65A untuk memproteksi dan membantu mengembangkan kapasitas perdagangan domestik dan logistik Malaysia. Lain halnya dengan negara pemilik garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Canada dengan panjang garis pantai km, Indonesia tercatat pernah mengalami kejayaan di bidang transportasi laut pada tahun 1960an setelah proses nasionalisasi sebuah perusahaan pelayaran Belanda, NV. KPM (Koninklijk Paketvaart Maatschappij), berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1960 Tanggal 24 September Tapi kemudian meredup seiring dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri No 57 Tahun 1984 yang melarang pengoperasian kapal di atas usia 25 tahun. Hal ini menyebabkan pengusaha harus menggunakan kapal asing untuk mengisi kekosongan alat angkut dan ini terjadi setidaknya sampai dengan tahun 2005.
6 Asas Cabotage di Indonesia dimulai dari Instruksi Presiden (Inpres) No 5 Tahun 2005 mengenai Pemberdayaan Industri Pelayaran Nasional. Sebagai tindak lanjut dari Inpres No 5/2005, diterbitkanlah Keputusan Menteri Perhubungan No 71 tahun 2005 mengenai 13 jenis komoditas yang harus diangkut oleh kapal-kapal berbendera merah putih. Asas cabotage ini kemudian diakomodir dalam Undang-Undang Pelayaran No 17 Tahun 2008 (Pasal 8 ayat 1 dan 2). UU ini juga memuat sanksi atas pelanggaran asas cabotage, yaitu sanksi administratif dan pidana. Namun demikian, berdasarkan Keputusan Menteri No 48 Tahun 2011 tentang Penerapan asas Cabotage Hulu Migas, pemerintah masih memberikan dispensasi pengoperasian kapal asing untuk kegiatan lepas pantai dan pengerjaan bawah air hingga akhir tahun ini. Selain itu, dispensasi penggunaan kapal asing untuk kegiatan pengeboran lepas pantai juga berakhir pada Desember Substansial tata peraturan perundang-undangan kemaritiman Indonesia lebih rumit dari negara-negara lain, mengalami perubahan, serta terjadinya tumpang tindih peraturan satu dengan peraturan lainnya menyebabkan terjadinya dispensasi dan lemahnya perundang-undangan. Tidak sedikit nelayan-nelayan yang melanggar undang-undang dan asas cabotage yang dijalankan Indonesia karena tidak ada pengawasan berkelanjutan di lapangan. 2.2 Pertahanan Diplomasi Guna Mewujudkan Kedaulatan Indonesia mencatat pengakuan internasional Indonesia terhadap konsepsi negara kepulauan dalam bidang hukum laut dan memperkokoh kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ketika pada tanggal 13 Desember 1957 Perdana Menteri Djuanda Kartawidjaja mengeluarkan sebuah deklarasi mengenai wilayah perairan Indonesia yang sekarang dikenal sebagai Deklarasi Djuanda. Pengumuman
7 pemerintah Indonesia yang menyatakan Indoensia sebagai negara kepulauan dalam Deklarasi Djuanda mendapat protes dari Amerika Serikat, Australia, Inggris, Belanda, dan New Zealand, tetapi medapat dukungan dari Uni Soviet, Republik Rakyat Cina, Filipina, dan Ekuador. Meskipun demikian Indonesia terus melanjutkan kebijakan tersebut karena kedaulatan wilayah maritim beserta sumber daya yang terkandung dengan dipertegas secra yuridis formil oleh Undang Undang Nomor 4/Prp Tahun 1960 tentang perairan Indonesia Dalam tataran masyarakat Internasional melalui Perserikatan Bangsa- Bangsa terus melakukan berbagai upaya kodifikasi hukum laut melalui konferensi-konferensi Internasional, yaitu Konferensi Hukum Laut di Jenewa tahun 1958 (United Nations Conference on the Law of the sea UNCLOS). Konferensi ini dilakukan sebanyak tiga kali karena hasilnya selalu gagal menemui kata sepakat karena adanya kepentingan dari berbagai macam negara hingga pada UNCLOS III berhasil membentuk sebuah Konvensi PBB tentang hukum laut Indonesia adalah negara kepuluan. Negara Kepulauan adalah suatu Negara yang seluruh wilayahnya terdiri dari satu atau lebih kepulauan dan dapat mencakup pulau-pulau lain. Kepulauan berarti suatu gugusan pulau termasuk bagian pulau, perairan diantaranya, dan wujud ilmiah lain yang erat hubungannya sehingga membentuk suatu kesatuan geografi, ekonomi, dan politik yang hakiki. Indonesia secara yuridis formis sudah sangat kuat, konsekuensinya Indonesia harus mampu mempertahankan penegakan kedaulatan di atas negara-negara lain. Pertahanan ini sangat penting adanya supaya tidak terjadi perebutan wilayah. Sebagaimana permasalahan yang pernah terjadi, seperti lepasnya Pulau Pasir serta Pulau Sipadan dan Ligitan. Diplomasi politik antar negara memiliki andil fundamental dalam konsepsi ini. 2.3 Kedaulatan Kemaritiman Berbasis Geomaritim
8 Indonesia patut bangga menjadi Negara Kepulauan, tapi bangga saja tidak cukup. Indonesia harus menjaga dan memanfaatkan kekuatan maritimnya, sumber daya alamnya maupun kedaulatannya. Apabila Indonesia tidak mampu menjaga sumber daya alam yang terkandung di dalamnya, maka semakin banyak kasusu illegal fishing, perompakan, pencemaran, perusakan secara terus menerus. Olek karena itu, pembentukan pola pikir geomaritim memiliki urgensi dalam masyarakat dewasa ini. "Kebijakan pemerintah dalam rangka poros maritim harus bersamaan dengan membangun paradigma geomaritim. Masyarakat harus diberikan pemahaman dulu pentingnya pengetahuan geomaritim," kata Ketua Umum Ikatan Geograf Indonesia (IGI) Hartono. Geomaritim merupakan kosep untuk menjembatani dunia akademis dan masyarakat dalam membangun kemaritiman Indonesia. Hal ini berkaitan dengan kemaritiman, sumber daya maritime, sosial-ekonomi maritime, budaya, kewarganegaraan, dan konstelasi global maritim. 3. Pembahasan
9 3.1 Pertahanan kedaulatan wilayah maritim melalui Asas Cabotage Implementasi asas cabotage yang terintegrasi dan sinergi, yaitu terciptanya kemandirian untuk mengambil keputusan dan bertindak di dukung dengan komponen-komponen yang saling bersinergi memperkuat pertahanan maritime Indonesia. Namun, Indonesia belum sepenuhnya mengimplementasikan asas cabotage yang terintegrasi dan sinergi. Marthin Hadiwinata, Kepala Bidang Pengembangan Hukum dan Pembelaan Nelayan DPP KNTI menyatakan bahwa Inefektifitas pengawasan laut ini juga disebabkan oleh permasalahan tumpang tindih kewenangan pengawasan dan penegakan hukum di wilayah laut. Situasi ini terjadi antara berbagai lembaga negara yang meliputi: Kementerian Kelautan dan Perikanan, TNI AL, Kejaksaan, Kepolisian, Menteri Luar Negeri, Bakamla sendiri dan berbagai lembaga lainnya yang mencapai 13 lembaga negara. Akibat dari ini tidak ada pengelolaan anggaran yang efektif, efisien, tepat sasaran, tepat guna, perbedaan standar yang melemahkan pengawasan laut. Pengawasan laut guna memastikan perundang-undangan dan asas cabotage berjalan beriringan dengan kenyataan di lapangan juga megalami keterbatasan dalam hal ketersediaan bahan bakar minyak dan armada patroli. Maka dari itu, sinergi antar aparat yang berwenang dengan kewenangan masing-masing serta optimalisasi partisipasi peran aktif organisasi nelayan melindungi wilayah perikanannya dapat meningkatkan ketahanan dan kedaulatan maritim Indonesia. 3.2 Pertahanan Diplomasi Guna Mewujudkan Kedaulatan Dewasa ini Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti meningkatkan peran pemerintah dalam meneggakkan kedaulatan dan ketahannan maritime Indonesia. Salah satunya dengan dikeluarkannya moratorium bagi kapal eks-asing. Nantinya, setelah masa moratorium selesai, proses perizinan bagi kapal eks-asing akan kebali semula dengan
10 menyertakan syarat-syarat seperti mendapat hasil analisis wilayah penegelolaan perikanan (WPP) Data Penenggelaman kapal ikan hasil tangkapan per Oktober 2015 Sumber data:kompas.com N o Negara Jumlah (kapal) 1. Malaysia 6 2. Filipina China 1 4. Thailand Vietnam Papua New Guinea 2 7. Indonesia 4 Total 101 Penenggelaman tersebut terkait dengan pelanggaran-pelanggaran beberapa ketentuan, diantaranya: 1. Menggunakan nahkoda dan ABK berkewarganegaraan asing. 2. Tidak mendaratkan ikan di pelabuhan pangkalan 3. Melakukan tindak pidana perdagangan orang dan perbudakan. 4. Menggunakan BBM illegal 5. Melanggar jalur penangkapan ikan. 6. Tidak mengaktifkan Sistem Pemantauan Kapal Perikanan (SPKP) online 7. Menggunakan alat tangkap tidak sesuai Surat Izin Penangkapan (SIPI). 8. Melakukan ekspor impor barang tanpa izin kepabeanan 9. Melakukan alih muat illegal (illegal transhipment) di tengah laut. 10. Tidak membangun/bermitra dengan unit pengelola ikan (UPI) Selain sinergi aparat yang berwenang, optimalisasi partisipasi peran aktif organisasi nelayan, diplomasi menjadi benteng pertahanan terkuat maritim Indonesia. Masuknya kapal-kapal asing secara ilegal, maupun lepasnya beberapa pulau di Indonesia termasuk klaim Republik Rakyat Cina terhadap Pulau Natuna tidak terlepas dari peran diplomasi antar
11 negara. Kerja sama dan MoU guna mempublikasikan perundang-undangan yang tegas dan pemahaman regulasi laut agar tidak ada kesalahpahaman dalam hubungan bilateral. 3.3 Kedaulatan Kemaritiman Berbasis Geomaritim Ketahanan dan kedaulatan tidak melingkupi perundang-undangan dan diplomasi saja, akan tetapi peran pengelolaan tidak terlepas dari penigkatan ketahanan menujudkan kedaulatan maritim. Penanaman paradigma geomaritim di masyarakat dapat menjadi dorongan pembangunan nasional dengan memanfaatkan ekosistem perairan laut berserta segenap sumberdaya yang terkandung di dalamnya secara berkelanjutan. Konsep geomaritim ini tidak lepas dari peran akademisi di bidang kelautan, pemahaman masyarakat tentang bagaimana harus mengelola sumberdaya yang terkandung, penggunaan jaring pukat trawl yang dapat merusak ekosistem atau alat tangkap yang tidak sesuai dengan UPI, serta peningkatan sumber daya manusia nelayan Indonesia. Sebagai wujud nyata, Asosiasi Industri Boatyard Indonesia (AIBINDO), yaitu kerja sama 36 galangan kecil sebagai wadah kerjasama mereka yang akan dideklarasikan resmi pada Hari Nusantara, 13 Desember Program asosiasi akan memprioritaskan pada kerjasama dalam desain dan pembangunan, tenaga kerja serta menetapkan standartisasi mutu produk boat. Kapal yang berhasil ditangkap terkait IUU fishing Sumber data:kompas.com No Negara Jumlah (kapal) 1. Indonesia Malaysia 6 3. Filipina Thailand 7 5. Vietnam 46 Total 136
12 Dari tabel diatas masih banyak kapal-kapal dari Indonesia sendiri yang melanggar undang-undang dan aturan-aturan yang berlaku. Oleh karenanya, peran aktif seluruh komponen dapat mendorong terciptanya kedaulatan dan ketahanan maritim Indonesia, baik aparat yang berwenang, diplomasi, dan paradigma geomaritim diharapkan dapat mendukung terciptanya kedaulatan dan ketahanan maritime Indonesia sebagai upaya mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia. "Jalesveva Jayamahe" mengembalikan Indonesia sebagai negara maritim. Samudra, laut, selat, dan teluk adalah masa depan peradaban kita. 4. Penutup Indonesia adalah negara kepuluan. Negara Kepulauan adalah suatu Negara yang seluruh wilayahnya terdiri dari satu atau lebih kepulauan dan dapat mencakup pulau-pulau lain. Kepulauan berarti suatu gugusan pulau termasuk bagian pulau, perairan diantaranya, dan wujud ilmiah lain yang erat hubungannya sehingga membentuk suatu kesatuan geografi, ekonomi, dan politik yang hakiki. Dalam hal ini untuk mencapai kedaulatan dan ketahanan maritim maka diperlukan penguatan terhadap perundang-undangan kemaritiman (asas cabotage), kekuatan diplomasi dan kerja sama bilateral, dan pemahaman geomaritim untuk pelestarian laut Indonesia.
13 5. Referensi 1. Redaksi Kompas, Paradigma Geomaritim, Strategi Mewujudkan Poros Maritim, Geomaritim%2c-Strategi-Mewujudkan-Poros-Ma? utm_source=bacajuga, diakses pada 8 Desember 2015, 7.37 WIB 2. AQson, Mengingat (lagi) Asas Cabotage, diakses pada 8 Desember 2015, 7.22 WIB 3. Indi Catur, Makalah Hukum Laut dan Kemaritiman UNCLOS III (1982), UNDANG-NOMOR-17-TAHUN-1985, diakses pada 8 Desember 2015, 7.11 WIB
BAB V PENUTUP. 1. Mengenai Perkembangan Penegakan Hukum Terhadap Kapal. Fishing (IUUF) di Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia.
161 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Menjawab rumusan masalah dalam Penulisan Hukum ini, Penulis memiliki kesimpulan sebagi berikut : 1. Mengenai Perkembangan Penegakan Hukum Terhadap Kapal Asing yang Melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjuangan Indonesia terkait dengan prinsip Wawasan Nusantara telah membuahkan hasil dengan diakuinya konsep negara kepulauan atau archipelagic state secara
Lebih terperinciPENENGGELAMAN KAPAL SEBAGAI USAHA MEMBERANTAS PRAKTIK ILLEGAL FISHING
PENENGGELAMAN KAPAL SEBAGAI USAHA MEMBERANTAS PRAKTIK ILLEGAL FISHING Oleh: Zaqiu Rahman * Naskah diterima: 22 Januari 2015; disetujui: 23 Januari 2015 Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara
Lebih terperinciPENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG PERIKANAN
LAPORAN PENELITIAN KELOMPOK PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG PERIKANAN O L E H Puteri Hikmawati, SH., MH. Novianti, SH., MH. Dian Cahyaningrum, SH., MH. Prianter Jaya Hairi, S.H., L.LM.
Lebih terperinciluas. Secara geografis Indonesia memiliki km 2 daratan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laut sebagai anugerah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, harus senantiasa terjaga sumber daya alam kelautannya. Keberhasilan Indonesia untuk menetapkan identitasnya
Lebih terperinciPOLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PEMBERANTASAN KEGIATAN PERIKANAN LIAR (IUU FISHING)
POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PEMBERANTASAN KEGIATAN PERIKANAN LIAR (IUU FISHING) A. Pendahuluan Wilayah perairan Indonesia yang mencapai 72,5% menjadi tantangan besar bagi TNI
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. rahim kedaulatan internal sebuah negara pantai / kepulauan atas territorial laut dan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Implementasi asas Cabotage merupakan sebuah prinsip yang lahir dari rahim kedaulatan internal sebuah negara pantai / kepulauan atas territorial laut dan udaranya. Dalam konteks
Lebih terperinci22/09/2014 SEMINAR NASIONAL HUKUM LAUT FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ERLANGGA. Senin, 22 September 2014
SEMINAR NASIONAL HUKUM LAUT FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ERLANGGA Senin, 22 September 2014 Asli Palsu 1 2005 2006 Nahkoda Indonesia & Philippina diperintahkan bhw Kapal ini menggunak nama Indonesia ketika
Lebih terperinciNo b. pemanfaatan bumi, air, dan udara serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat; c. desentralis
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No.4925 WILAYAH NEGARA. NUSANTARA. Kedaulatan. Ruang Lingkup. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 177 ) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK
Lebih terperinciSejarah Peraturan Perikanan. Indonesia
Sejarah Peraturan Perikanan Indonesia Peranan Hukum Laut dalam Kedaulatan RI Laut Indonesia pada awalnya diatur berdasarkan Ordonansi 1939 tentang Wilayah Laut dan Lingkungan Maritim yg menetapkan laut
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. wilayah, tindakan atas hak dan kewajiban yang dilakukan di laut baik itu oleh
BAB V KESIMPULAN Laut memiliki peranan penting baik itu dari sudut pandang politik, keamanan maupun ekonomi bagi setiap negara. Segala ketentuan mengenai batas wilayah, tindakan atas hak dan kewajiban
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah-masalah hukum. Di Indonesia, salah satu masalah hukum
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan masyarakat internasional, pasti tidak lepas dari masalah-masalah hukum. Di Indonesia, salah satu masalah hukum internasional yang sering muncul
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK SOSIALIS VIETNAM TENTANG PENETAPAN BATAS LANDAS KONTINEN,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah telah membuktikan bahwa Negara Indonesia adalah negara bahari, yang kejayaan masa lampaunya dicapai karena membangun kekuatan maritim
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 73, 1996 WILAYAH. KEPULAUAN. PERAIRAN. Wawasan Nusantara (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik
Lebih terperinciAlur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I, II, III
Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I, II, III Gambar Batas-batas ALKI Lahirnya Konvensi ke-3 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai hukum laut (United Nation Convention on the Law of the Sea/UNCLOS),
Lebih terperinciBAB I IMPLEMENTASI ASAS CABOTAGE PADA INPRES RI NO 5 TAHUN 2005 TENTANG PEMBERDAYAAN INDUSTRI PELAYARAN NASIONAL DI INDONESIA
BAB I IMPLEMENTASI ASAS CABOTAGE PADA INPRES RI NO 5 TAHUN 2005 TENTANG PEMBERDAYAAN INDUSTRI PELAYARAN NASIONAL DI INDONESIA A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan atau disebut
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK SOSIALIS VIETNAM TENTANG PENETAPAN BATAS LANDAS KONTINEN,
Lebih terperinciProf. Melda Kamil Ariadno, Ph.D. Fakultas Hukum UI PUSANEV_BPHN
Prof. Melda Kamil Ariadno, Ph.D. Fakultas Hukum UI Apakah sudah berdaulat dalam pangan laut? Berdaulat berarti tidak ketergantungan pada siapapun dan bebas menentukan pilihan Pangan laut sebagai pilihan
Lebih terperinciBAB III TINDAK PIDANA PENCURIAN IKAN (ILLEGAL FISHING) SEBAGAI TINDAK PIDANA INTERNASIONAL DI PERAIRAN ZONA EKONOMI EKSKLUSIF INDONESIA
BAB III TINDAK PIDANA PENCURIAN IKAN (ILLEGAL FISHING) SEBAGAI TINDAK PIDANA INTERNASIONAL DI PERAIRAN ZONA EKONOMI EKSKLUSIF INDONESIA A. Kasus Pencurian Ikan Di Perairan Wilayah Zona Ekonomi Eksklusif
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penetapan batas wilayah teritorial laut telah menjadi permasalahan antar negaranegara bertetangga sejak dulu. Kesepakatan mengenai batas teritorial adalah hal penting
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK FILIPINA MENGENAI PENETAPAN BATAS ZONA EKONOMI EKSKLUSIF,
Lebih terperinciRETREAT ISU STRATEGIS DAN KEGIATAN PRIORITAS PENGAWASAN. Kepala Subbagian Perencanaan dan Penganggaran Ditjen PSDKP
RETREAT ISU STRATEGIS DAN KEGIATAN PRIORITAS PENGAWASAN PENGELOLAAN DITJEN PSDKP SDKP TAHUN TA. 2018 2017 Kepala Subbagian Perencanaan dan Penganggaran Ditjen PSDKP OUTLINE 1. 2. 3. 4. ISU STRATEGIS IUU
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK FILIPINA MENGENAI PENETAPAN BATAS ZONA EKONOMI EKSKLUSIF,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. penangkapan bertanggung jawab. Illegal Fishing termasuk kegiatan malpraktek
BAB V KESIMPULAN Illegal Fishing merupakan kegiatan penangkapan yang dilakukan oleh nelayan yang tidak bertanggung jawab dan bertentangan oleh kode etik penangkapan bertanggung jawab. Illegal Fishing termasuk
Lebih terperinci6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Rancangbangun hukum pulau-pulau perbatasan merupakan bagian penting dari ketahanan negara.
243 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Rancangbangun hukum pulau-pulau perbatasan merupakan bagian penting dari ketahanan negara. Untuk itu setiap negara mempunyai kewenangan menentukan batas wilayah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN Perubahan arah kebijakan pembangunan dari yang berbasis pada sumber daya terestrial ke arah sumber daya berbasis kelautan merupakan tuntutan yang tidak dapat dielakkan. Hal ini dipicu
Lebih terperinciPUSANEV_BPHN. Prof. Dr. Suhaidi,SH,MH
Prof. Dr. Suhaidi,SH,MH Disampaikan pada Diskusi Publik Analisis dan Evaluasi Hukum Dalam Rangka Penguatan Sistem Pertahanan Negara Medan, 12 Mei 2016 PASAL 1 BUTIR 2 UU NO 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1996 TENTANG PERAIRAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1996 TENTANG PERAIRAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: 1. bahwa berdasarkan kenyataan sejarah dan cara pandang
Lebih terperinciPenataan Industri Perikanan Dilakukan Bertahap Jumat, 07 Oktober 2016
Penataan Industri Perikanan Dilakukan Bertahap Jumat, 07 Oktober 2016 Pemerintah bertekad menjadikan Indonesia kembali menempati peringkat pertama dalam industri perikanan di Asia. Pemerintah Indonesia
Lebih terperinciOleh. Capt. Purnama S. Meliala, MM
Oleh. Capt. Purnama S. Meliala, MM Data & Fakta Jumlah kapal niaga internasional maupun domestik mencapai 11.300 unit, atau naik sekitar 80 persen dibandingkan dengan posisi Maret 2005 Data Indonesia National
Lebih terperinciHukum Laut Indonesia
Hukum Laut Indonesia Pengertian Hukum Laut Hukum Laut berdasarkan pendapat ahli ahli : Hukum laut menurut dr. Wirjono Prodjodikoro SH adalah meliputi segala peraturan hukum yang ada hubungan dengan laut.
Lebih terperinciBAB IV UPAYA UPAYA INDONESIA UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN ILLEGAL FISHING DI NATUNA PADA MASA PRESIDEN JOKO WIDODO
BAB IV UPAYA UPAYA INDONESIA UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN ILLEGAL FISHING DI NATUNA PADA MASA PRESIDEN JOKO WIDODO Pada Bab IV ini, penulis akan menjelaskan tentang upaya-upaya pemerintah Indonesia
Lebih terperinciKebijakan Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional
Policy Brief TR 2016 02 Kebijakan Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional Nazla Mariza, M.A.; Bambang Wicaksono, M.Si.; Joanna Octavia, M.Sc. Ringkasan Industri perikanan nasional Indonesia
Lebih terperinciJAKARTA (4/3/2015)
2015/04/04 11:07 WIB - Kategori : Warta Penyuluhan KKP DAN LEMBAGA TERKAIT KOMITMEN DALAM PENEGAKAN HUKUM JAKARTA (4/3/2015) www.pusluh.kkp.go.id Dalam rangka menuju kepada cita-cita Indonesia sebagai
Lebih terperinciSTRATEGI GEOPOLITIK DAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM RANGKA MEWUJUDKAN INDONESIA SEBAGAI POROS MARITIM DUNIA
STRATEGI GEOPOLITIK DAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM RANGKA MEWUJUDKAN INDONESIA SEBAGAI POROS MARITIM DUNIA Disampaikan pada Seminar Nasional Maritim 2015, Tantangan dan Peluang Provinsi Kepulauan Dalam
Lebih terperinciKata Kunci : Yurisdiksi Indonesia, Penenggelaman Kapal Asing, UNCLOS
YURISDIKSI INDONESIA DALAM PENERAPAN KEBIJAKAN PENENGGELAMAN KAPAL ASING YANG MELAKUKAN ILLEGAL FISHING BERDASARKAN UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF THE SEA Oleh : Kadek Rina Purnamasari I Gusti
Lebih terperinciPELAKSANAAN TINDAKAN KHUSUS TERHADAP KAPAL PERIKANAN BERBENDERA ASING DALAM PASAL 69 AYAT (4) UU NO. 45 TAHUN 2009
PELAKSANAAN TINDAKAN KHUSUS TERHADAP KAPAL PERIKANAN BERBENDERA ASING DALAM PASAL 69 AYAT (4) UU NO. 45 TAHUN 2009 A. UU No. 45 Tahun 2009 tentang Perikanan 1. Perkembangan UU Perikanan di Indonesia Bangsa
Lebih terperinciMEMPERKUAT MEKANISME KOORDINASI DALAM PENANGANAN ABK DAN KAPAL IKAN ASING
MEMPERKUAT MEKANISME KOORDINASI DALAM PENANGANAN ABK DAN KAPAL IKAN ASING Andri Hadi Plt. Direktur Jenderal Hukum dan Perjanjian Internasional Kementerian Luar Negeri Laut Teritorial: KEWENANGAN NEGARA
Lebih terperinciUPAYA PENGEMBANGAN MINAPOLITAN KABUPATEN CILACAP MELALUI KONSEP BLUE ECONOMY
UPAYA PENGEMBANGAN MINAPOLITAN KABUPATEN CILACAP MELALUI KONSEP BLUE ECONOMY Oleh: Kevin Yoga Permana Sub: Pengembangan Minapolitan di Kabupaten Cilacap Tanpa tindakan konservasi dan pengelolaan, sektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai perbatasan darat dengan tiga negara tetangga, yaitu Malaysia, Papua Nugini dan Timor Leste. Sementara perbatasan laut dengan sepuluh negara tetangga,
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.294, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA WILAYAH. Kelautan. Pengelolaan. Pengembangan. Kawasan. Pencabutan.(Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5603) UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciPERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN NASIONAL TERKAIT DENGAN PENETAPAN INDONESIA SEBAGAI NEGARA KEPULAUAN. Oleh : Ida Kurnia*
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN NASIONAL TERKAIT DENGAN PENETAPAN INDONESIA SEBAGAI NEGARA KEPULAUAN Oleh : Ida Kurnia* Abstrak KHL 1982 tentang Hukum Laut yang telah diratifikasi oleh Indonesia dengan Undang-Undang
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Pencegahan Illegal Fishing di Provinsi Kepulauan Riau. fishing terdapat pada IPOA-IUU. Dimana dalam ketentuan IPOA-IUU
134 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Ketentuan Hukum Internasional dan Legislasi Nasional dalam Upaya Pencegahan Illegal Fishing di Provinsi Kepulauan Riau Ketentuan hukum internasional dalam upaya pencegahan
Lebih terperinciDemi Kedaulatan, Kita Harus Tegas
Tajuk Rencana Kompas 2016/3/24 Demi Kedaulatan, Kita Harus Tegas Sudah layak dan sepantasnya kalau Indonesia bersikap tegas terhadap Tiongkok berkait dengan tindakan kapal patroli negeri itu di Laut Natuna.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan hukum internasional 4. Kedaulatan
BAB I PENDAHULUAN H. Latar Belakang Kedaulatan ialah kekuasaan tertinggi yang dimiliki oleh suatu negara untuk secara bebas melakukan berbagai kegiatan sesuai dengan kepentingannya asal saja kegiatan tersebut
Lebih terperinciKERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN
LAPORAN PENELITIAN KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN Oleh: Drs. Simela Victor Muhamad, MSi.
Lebih terperinciHukum Internasional Kl Kelautan. Riza Rahman Hakim, S.Pi
Hukum Internasional Kl Kelautan Riza Rahman Hakim, S.Pi Hukum laut mulai dikenal semenjak laut dimanfaatkan untuk kepentingan pelayaran, perdagangan, dan sebagai sumber kehidupan seperti penangkapan ikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2 menurut kecamatan menunjukan bahwa Kecamatan Serasan menempati urutan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Republik Indonesia adalah sebuah negara yang besar dengan luas sekitar 2/3 bagian (5,8 juta Km 2 ) adalah lautan, dan sekitar 1/3 bagian (2,8 juta km 2 ) adalah daratan,
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia
Lebih terperinciIUU FISHING DI WILAYAH PERBATASAN INDONESIA. Oleh Prof. Dr. Hasjim Djalal. 1. Wilayah perbatasan dan/atau kawasan perbatasan atau daerah perbatasan
IUU FISHING DI WILAYAH PERBATASAN INDONESIA Oleh Prof. Dr. Hasjim Djalal 1. Wilayah perbatasan dan/atau kawasan perbatasan atau daerah perbatasan Wilayah perbatasan: a. Internal waters/perairan pedalaman.
Lebih terperinciPUSAT KAJIAN ADMINISTRASI INTERNASIONAL LAN (2006) 1
ABSTRAK KAJIAN KERJASAMA ANTARA PEMERINTAH INDONESIA, MALAYSIA DAN SINGAPURA DALAM MENANGANI MASALAH KEAMANAN DI SELAT MALAKA Selat Malaka merupakan jalur pelayaran yang masuk dalam wilayah teritorial
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR RIA Seri: PERMENKP NO. 57 Tahun 2014 BALITBANG-KP, KKP
REGULATORY IMPACT ASSESSMENT (RIA) PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.30/MEN/2012 TENTANG USAHA
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara kepulauan (Archipelagic State) memiliki lebih kurang 17.500 pulau, dengan total panjang garis pantai mencapai 95.181 km
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Garis pantainya mencapai kilometer persegi. 1 Dua pertiga wilayah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim terbesar ketiga di dunia yang memiliki luas laut mencapai 7.827.087 km 2 dengan jumlah pulau sekitar 17.504 pulau. Garis pantainya
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor perikanan Indonesia dalam era perdagangan bebas mempunyai peluang yang cukup besar. Indonesia merupakan negara bahari yang sangat kaya dengan potensi perikananan
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 115 TAHUN 2015 TENTANG SATUAN TUGAS PEMBERANTASAN PENANGKAPAN IKAN SECARA ILEGAL (ILLEGAL FISHING)
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 115 TAHUN 2015 TENTANG SATUAN TUGAS PEMBERANTASAN PENANGKAPAN IKAN SECARA ILEGAL (ILLEGAL FISHING) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkelahi di laut dan saling bakar kapal-kapal penangkap ikannya. 1
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Laut sepanjang sejarah merupakan salah satu akses perdagangan dunia dimana lalu lintas kapal dari berbagai Negara. Sejak Zaman kerajaan Kerajaan Jawa hingga
Lebih terperinciDAMPAK KEGIATAN IUU-FISHING DI INDONESIA
DAMPAK KEGIATAN IUU-FISHING DI INDONESIA Oleh : Dr. Dina Sunyowati,SH.,MHum Departemen Hukum Internasional Fakultas Hukum-Universitas Airlangga Email : dinasunyowati@gmail.com ; dina@fh.unair.ac.id Disampaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (PP 71/2010), aset adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (PP 71/2010), aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang Masalah Illegal unreported and unregulated (IUU) fishing merupakan masalah global yang
BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Illegal unreported and unregulated (IUU) fishing merupakan masalah global yang mengakibatkan kerugian lingkungan, sosial dan ekonomi yang signifikan (APFIC,2007).
Lebih terperinciBab I. Pendahuluan. Globalisasi mencerminkan hubungan tanpa batas antara negara satu
Bab I Pendahuluan a. Latar belakang Globalisasi mencerminkan hubungan tanpa batas antara negara satu dengan negara lain yang saling ketergantungan sehingga melahirkan adanya perekonomian internasional.
Lebih terperinciPenenggelaman Kapal Asing dalam Upaya Perlindungan Sumber Daya Laut di Indonesia: Perspektif Hukum Indonesia dan Hukum Internasional 1
Penenggelaman Kapal Asing dalam Upaya Perlindungan Sumber Daya Laut di Indonesia: Perspektif Hukum Indonesia dan Hukum Internasional 1 Rofi Aulia Rahman 2 Fakultas Hukum, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Lebih terperinciMedan, Desember 2015 Pejabat Rektor. Prof. Subhilhar, Ph.D
KATA PENGANTAR Dengan mengucap puji syukur kepada Allah Yang Maha Kuasa dan atas HidayahNya, Naskah Akademik dengan judul Menegakkan Negara Maritim Bermartabat, dapat diselesaikan dengan baik. Naskah Akademik
Lebih terperinciI. RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN (RKPM) MINGGU 5. A. TUJUAN AJAR: Dapat menjelaskan evolusi batas maritim nasional di Indonesia
I. RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN (RKPM) MINGGU 5 A. TUJUAN AJAR: Dapat menjelaskan evolusi batas maritim nasional di Indonesia B.POKOK BAHASAN/SUB POKOK BAHASAN: Konsep Negara kepulauan Evolusi
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki wilayah perairan yang luas, yaitu sekitar 3,1 juta km 2 wilayah perairan territorial dan 2,7 juta km 2 wilayah perairan zona ekonomi eksklusif (ZEE)
Lebih terperinciPENGANTAR ILMU DAN TEKNOLOGI KEMARITIMAN. Dr. Ir. Hj. Khodijah Ismail, M.Si www. Khodijahismail.com
PENGANTAR ILMU DAN TEKNOLOGI KEMARITIMAN Dr. Ir. Hj. Khodijah Ismail, M.Si khodijah5778@gmail.com www. Khodijahismail.com POKOK BAHASAN Kontrak Perkuliahan dan RPKPS (Ch 01) Terminologi Ilmu dan Teknologi
Lebih terperinciWilayah Negara Dalam Hukum Internasional
Wilayah Negara Dalam Hukum Internasional Wilayah Negara Pasal 1 Konvensi Montevideo 1933 menyatakan bahwa: The state as a person of international law should possess the following qualifications: (a) a
Lebih terperinciBUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG
BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN
Lebih terperinciBAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG TINDAK PIDANA PELAYARAN DI INDONESIA. A. Pengaturan Tindak Pidana Pelayaran Di Dalam KUHP
29 BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG TINDAK PIDANA PELAYARAN DI INDONESIA A. Pengaturan Tindak Pidana Pelayaran Di Dalam KUHP Indonesia merupakan negara maritim terbesar di dunia, yang mana hal tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia adalah negara kepulauan (archipelagic state) terbesar di dunia, terdiri dari 17.508 pulau yang tersebar di seluruh wilayah, 2/3 bagian wilayahnya merupakan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai
Lebih terperinci7 PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PENGELOLA PERIKANAN TANGKAP DI PERBATASAN
7 PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PENGELOLA PERIKANAN TANGKAP DI PERBATASAN 7.1 Kajian Peraturan dan Kebijakan Pengelolaan Pengaturan dan pengelolaan perikanan tangkap di wilayah perbatasan belum secara spesifik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia luasnya sekitar 7000 km 2 dan memiliki lebih dari 480 jenis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa indonesia adalah negara kepulauan terbesar didunia, yang memliliki kurang lebih 17.480 pulau dengan garis pantai sepanjang 95.181 km, berdasarkan Konvensi Hukum
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia perikanan tangkap kini dihadang dengan isu praktik penangkapan ikan yang ilegal, tidak dilaporkan, dan tidak diatur atau yang disebut IUU (Illegal, Unreported, and
Lebih terperinciLAPORAN PENELITIAN KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENGELOLAAN LAUT
2014 LAPORAN PENELITIAN KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENGELOLAAN LAUT Dr. Ronny Sautma Hotma Bako, S.H., M.H. Novianto M. Hantoro, S.H., M.H. Shanti Dwi Kartika, S.H., M.Kn. Denico Dolly, S.H., M.Kn.
Lebih terperinciPERENCANAAN KAWASAN PESISIR
PERENCANAAN KAWASAN PESISIR Hukum Laut Internasional & Indonesia Aditianata Page 1 PENGERTIAN HUKUM LAUT : Bagian dari hukum internasional yang berisi normanorma tentang : (1) pembatasan wilayah laut;
Lebih terperincixii hlm / 14 x 21 cm
ka JUDUL BUKU HUKUM KEWILAYAHAN INDONESIA (Dasar Lepasnya Pulau Sipadan-Ligitan dan Konsep Pengelolaan Pulau-pulau Terluar NKRI) PENULIS Mahendra Putra Kurnia, SH.MH PENERBIT Bayumedia Publishing Malang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dijaga keamanan dan dimanfaatkan untuk kemakmuran Indonesia. Wilayah negara
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan yang merupakan satu kesatuan dan harus dijaga keamanan dan dimanfaatkan untuk kemakmuran Indonesia. Wilayah negara Indonesia yang
Lebih terperinciPENGELOLAAN PERBATASAN SEBAGAI GARDA TERDEPAN KEDAULATAN
PENGELOLAAN PERBATASAN SEBAGAI GARDA TERDEPAN KEDAULATAN Shinto 1 Abstrak: Sebagai negara maritim diperlukan tata kelola daerah perbatasan terutama pulau terluar dengan pengelolaan yang baik, terstruktur
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 44, 1983 (KEHAKIMAN. WILAYAH. Ekonomi. Laut. Perikanan. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
3 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang kaya akan sumber daya hayati maupun non hayati. Letak Indonesia diapit oleh Samudera Pasifik dan Samudera Hindia yang merupakan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32/PERMEN-KP/2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR 15/PERMEN-KP/2016 TENTANG KAPAL PENGANGKUT IKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Setelah Mahkamah Hukum Internasional menjatuhkan putusan kepemilikan pulau Sipadan dan Ligitan kepada Malaysia pada tanggal 17 Desember 2002, Indonesia memasuki suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan (archipelagic
BAB I PENDAHULUAN Negara Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan (archipelagic state) yang terdiri dari lebih dari 17.000 pulau dengan kekayaan alam melimpah di berbagai sektor sumber daya alam. Selain
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57/PERMEN-KP/2014 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.30/MEN/2012 TENTANG USAHA PERIKANAN TANGKAP
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama ini, kegiatan pengawasan kapal perikanan dilakukan di darat dan di laut. Pengawasan langsung di laut terhadap kapal-kapal yang melakukan kegiatan penangkapan ikan
Lebih terperinciMUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM
MUHAMMAD NAFIS 140462201067 PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM Translated by Muhammad Nafis Task 8 Part 2 Satu hal yang menarik dari program politik luar negeri Jokowi adalah pemasukan Samudera Hindia sebagai
Lebih terperinciPERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN SUMBER-SUMBER IKAN DI ZONA EKONOMI EKSKLUSIF ANTAR NEGARA ASEAN
PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN SUMBER-SUMBER IKAN DI ZONA EKONOMI EKSKLUSIF ANTAR NEGARA ASEAN (The Protection and the Conservation of Fishery Resources in the Economic Exclusive Zone Among the Asean States)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia sebagai sebuah negara kepulauan yang sebagian besar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai sebuah negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya terdiri dari laut, memiliki potensi perikanan yang sangat besar dan beragam. Potensi perikanan
Lebih terperinciVisi Kemaritiman Melalui Pembenahan Sistem Keamanan Maritim
Visi Kemaritiman Melalui Pembenahan Sistem Keamanan Maritim 145 Visi Kemaritiman Melalui Pembenahan Sistem Keamanan Maritim Abdul Hamid M Abstrak Kedaulatan, kemandirian dan kemakmuran maritim menjadi
Lebih terperinciModul ke: 09TEKNIK GEOPOLITIK. Nanang Ruhyat. Fakultas. Program Studi Teknik Mesin
Modul ke: GEOPOLITIK Fakultas 09TEKNIK Nanang Ruhyat Program Studi Teknik Mesin GEOPOLITIK TUJUAN PERKULIAHAN: 2 1. Mengetahui pengertian wawasan nusantara 2. Mengerti fungsi dan bentuk wawasan nusantara
Lebih terperinciPENGANTAR ILMU DAN TEKNOLOGI KEMARITIMAN. Dr. Ir. Hj. Khodijah Ismail, M.Si www. Khodijahismail.com
PENGANTAR ILMU DAN TEKNOLOGI KEMARITIMAN Dr. Ir. Hj. Khodijah Ismail, M.Si khodijah5778@gmail.com www. Khodijahismail.com POKOK BAHASAN Kontrak Perkuliahan dan RPKPS (Ch 01) Terminologi Ilmu dan Teknologi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalam PDB (Produk Domestik Bruto) nasional Indonesia. Kontribusi sektor
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor perikanan merupakan salah satu sektor andalan bagi Indonesia untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, baik dalam skala lokal, regional maupun negara, dimana sektor
Lebih terperinciYth. Bapak Jusuf Kalla Wakil Presiden RI; Hadirin sekalian peserta Forum Saudagar Bugis Makassar ke XV
POINTER MENTERI PERINDUSTRIAN PADA FORUM PERTEMUAN SAUDAGAR BUGIS MAKASSAR KE XV Makassar, 28 Juli 2015 ------------------------------------------------------------------- Yth. Bapak Jusuf Kalla Wakil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mulai dari yang terdapat di daratan hingga di lautan. Negara Kesatuan Republik
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kekayaan alam yang dimiliki oleh Negara ini sungguh sangat banyak mulai dari yang terdapat di daratan hingga di lautan. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan
Lebih terperinci