MAKALAH CLINICAL SCIENCE SESSION TERAPI GANGGUAN BIPOLAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MAKALAH CLINICAL SCIENCE SESSION TERAPI GANGGUAN BIPOLAR"

Transkripsi

1 MAKALAH CLINICAL SCIENCE SESSION TERAPI GANGGUAN BIPOLAR Diajukan untuk memenuhi tugas kepaniteraan Departemen Ilmu Kesehatan Jiwa Oleh: Mona Tania Pahdariesa ( ) Adinda Leonisti ( ) Rikza Anaupal ( ) Dosen Pembimbing: Kabul Budiarto., dr., SpKJ (K) RUMAH SAKIT DUSTIRA/FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI 2013

2 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat, berkah, dan karunia-nya, sehingga penyusun mampu menyelesaikan clinical science session untuk memenuhi tugas Laboratorium Ilmu Kedokteran Jiwa dengan judul Penanganan Gangguan Bipolar. Proses penyusunan tugas ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan kerendahan hati dan ketulusan yang paling dalam, penyusun mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dokter/dosen Laboratorium Ilmu Kedokteran Jiwa yang telah memberikan bimbingan, serta kepada seluruh pihak yang telah membantu penyelesaian tugas ini sehingga dapat selesai tepat waktu. Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan baik dalam bentuk tata bahasa, ejaan, penyusunan, maupun dari segi materi. Oleh karena itu penyusun terbuka terhadap saran dan kritik konstruktif agar penyusunan tugas yang akan datang lebih baik. Akhir kata penyusun ucapkan terima kasih. Cimahi, Agustus 2013 ii

3 Penyusun

4 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...ii DAFTAR ISI...iii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang...1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Gangguan Bipolar Etiologi Gangguan Bipolar Manifestasi Klinik Gangguan Bipolar Pengelolaan Death on Arrival Terapi Gangguan Bipolar... DAFTAR PUSTAKA... iii

5 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan (afektif) bipolar merupakan gangguan yang tersifat oleh episode berulang (sekurang-kurangnya dua episode) dimana afek pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek disertai penambahan energi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan afek disertai pengurangan energi dan aktivitas (depresi). PPDGJ Gangguan bipolar merupakan salah satu masalah kesehatan mental yang penting, akhir-akhir ini diperkirakan prevalensi gangguan bipolar I sebesar 1% dan gangguan bipolar II sebesar 1,1% dari populasi. Angka kejadian gangguan bipolar pada laki-laki dan perempuan adalah sama. Gangguan bipolar biasanya muncul pada di bawah usia 20 tahun. Gangguan bipolar dapat mengakibatkan masalah, yaitu merusak kehidupan, menggangu kualitas hidup, merusak hubungan, mengganggu sosialisasi, serta bisa mengarahkan pemakaian alkohol dan penyalahgunaan zat. Pengobatan menjadi salah satu aspek yang penting dalam penatalaksanaan gangguan bipolar. Pemahaman yang baik mengenai terapi gangguan bipolar akan membantu dalam kesembuhan pasien, sehingga berdasarkan latar belakang di atas, penyusun tertarik untuk membahas terapi gangguan bipolar. 3

6 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Gangguan Bipolar Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Text Revision edisi yang ke empat (DSM IV) gangguan bipolar ialah gangguan gangguan mood yang terdiri dari paling sedikit satu episode manik, hipomanik, atau campuran yang biasanya disertai dengan adanya riwayat episode depresi mayor. 2.2 Etiologi Gangguan Bipolar Terdapat beberapa penyebab terjadinya bipolar, yaitu genetik, lingkungan, dan neurobiologik. Selama lebih dua dekade penelitian berusaha untuk mengidentifikasi bahwa diantaranya gen-gen yang berhubungan dengan fungsi neurotransmiter seperti dopamin ( DRD IV dan SLC 683), serotonin (SLC 6A4bdan TPH2), dan glutamat (DAOA dan DTNBP1), dan lainnya yang (BDNF, DISC1, dan NRG1) berhubungan dengan perjalanan penyakit gangguan bipolar. Penelitian menunjukan bahwa peristiwa psikososial dapat berkontribusi langsung atau melalui interaksi dengan genetik menyebabkan gangguan bipolar. Kraepelin berpendapat bahwa episode pertama dari gangguan bipolar depresi atau mania sangat berhubungan dekat dengan stressor psikososial.

7 5 2.3 Manifestasi Klinik Gangguan Bipolar 1. Episode Manik 1) Terjadi perubahan afek yang harus disertai dengan penambahan energi, sehingga terjadi aktifitas berlebih yang dapat berlangsung paling sedikit selama 1 minggu dan hampir setiap hari. 2) Selama periode gangguan afek dan penambahan energi sebanyak tiga atau lebih dari gejala berikut: a. Grandiositas/ percaya diri berlebihan b. Berkurang kebutuhan tidur c. Cepat dan banyaknya pembicaraan d. Lompatan gagasan atau pikiran berlomba e. Perhatian mudah teralihkan f. Peningkatan aktivitas bertujuan (sosial, seksual, pekerjaan/sekolah) g. Tindakan-tindakan sembrono (ngebut, boros, investasi tanpa perhitungan yang matang)

8 6 3) Gangguan mood cukup berat yang menyebabkan rusaknya hubungan social atau pekerjaan atau perlu dirawat di rumah sakit untuk membahayakan diri sendiri atau orang lain. 4) Episode tidak diakibatkan oleh perubahan fisiologis dari suatu zat (penyalahgunaan obat, terapi, atau pengobatan lain) 2. Episode Hipomanik 1) Terjadi perubahan afek yang harus disertai dengan penambahan energi, sehingga terjadi aktifitas berlebih yang dapat berlangsung paling sedikit selama 4 hari 2) Selama masa gangguan afek. disertai dengan penambahan energi, sehingga terjadi aktifitas berlebih diikuti oleh tiga atau empat gejala berikut: a. Grandiositas atau meningkatnya kepercayaan diri b. Berkurangnya kebutuhan tidur c. Meningkatnya pembicaraan d. Lompat gagasan atau pikiran berlomba e. Perhatian mudah teralih f. Meningkatnya aktivitas atau agitasi psikomotor g. Tindakan-tindakan sembrono (ngebut, boros, investasi tanpa perhitungan yang matang)

9 7 3) Episode berhubungan dengan perubahan pada fungsi yang tidak khas dari individu ketika tidak ada gejala. 4) Gangguan afek dan perubahan fungsi diketahui orang lain. 5) Episode tidak cukup berat untuk menyebabkan gangguan dalam hubungan social dan okupasi. 6) Episode tidak diakibatkan oleh perubahan fisiologis dari suatu zat (penyalahgunaan obat, terapi, atau pengobatan lain). 3. Episode Depresi Mayor 1) Penderita mengalami lebih dari 5 gejala atau tanda yaitu: a. Mood depresi atau hilangnya minat atau rasa senang b. Kehilanngan minat dalam mengerjakan aktvitas sehari-hari c. Penurunan atau kenaikan nafsu makan d. Insomnia atau hypersomnia hampir setiap hari e. Agitasi psikomotor atau retardasi hampir setiap hari f. Kelelahan atau kehilangan energi hampir setiap hari g. Perasaan tidak berguna atau perasaan bersalah h. Sulit berkonsentrasi

10 8 i. Adanya pikiran atau tindakan bunuh diri 2) Gejala dapat menyebablan distress atau gangguan dalam hubungan sosial, okupasional 3) Episode ini tidak dikibatkan oleh efek psikologis atau kondisi medis lainnya. 2.4 Diagnosis Gangguan Bipolar 1. Gangguan Bipolar I 2. Gangguan Bipolar II 3. Gangguan Siklotimic 4. Gangguan Bipolar Akibat Penggunaan Zat 5. Gangguan Bipolar dan yang Diakibatkan Kondisi Medis Lainnya 6. Gangguan Bipolar Spesifik Lainnya yang Berhubungan 7. Gangguan Bipolar yang Tidak Spesifik dan yang Berhubungan 2.5 Terapi Gangguan Bipolar Terapi Farmakologis Terapi farmakologis pada gangguan bipolar dapat menggunakan obat-obat sebagai berikut: 1. Lithium Sejak tahun 1970 Food and Drug Administration (FDA) lithium digunakan untuk mengatasi mania akut, menstabilkan mood pasien dengan gangguan bipolar.

11 9 Indikasi pemberian lithium adalah mengatasi episode mania. Gejala hilang dalam jangka waktu 1-3 minggu setelah minum obat. Lithium juga digunakan untuk mencegah atau mengurangi intensitas serangan ulang pasien bipolar dengan riwayat mania. Mekanisme kerja lithium dalam mengatasi mania belum diketahui secara pasti, namun diduga ion lithium menimbulkan efek menstabilkan mood dengan menghambat inositol monophosphatase (IMPase) dengan subsitusi satu dari dua ion magnesium pada sisi aktif IMPase. IMPase merupakan enzim yang diyakini sebagai penyebab beberapa gangguan bipolar. Pendapat lain mengatakan bahwa efek antimania lithium disebabkan oleh kemampuannya mengurangi dopamine receptor supersensitivity dengan meningkatkan cholinergic-muscarinic activity dan menghambat Cyclic AMP. Selama penggunan obat ini harus dilakukan tes darah secara teratur, karena dosis terapeutik berdekatan dengan dosis toksik. Gejala efek samping dini (kadar serum lithium 0,8-1,2 meq/l) diantaranya yaitu mulut kering, haus, gejala GIT (mual, muntah, diare, feses lunak), kelemahan otot, poliuri, tremor halus (fine tremor lebih nyata pada pasien usia lanjut dan penggunaaan bersamaan dengan neuroleptika dan antidepresan). Efek samping lain yang tidak berhubungan dengan dosis adalah adalah hipotiroidism, diabetes insipidus nefrogenik, kehilangan Ca tulang, penambahan berat badan, ruam kulit, leukositosis. Gejala intoksikasi bisa muncul jika kadar serum lithium > 1,5 meq/l diantaranya yaitu gejala dini berupa muntah, diare, tremor kasar, mengantuk,

12 10 konsentrasi pikiran turun, bicara sulit, pengucapan kata tidak jelas, dan gaya berjalan tidak stabil. Gejala intoksikasi lithium yang berat dapat menimbulkan penurunan kesadaran (dapat sampai koma dengan hipertoni otot dan kedutan, oliguria, kejangkejang). Faktor predisposisi terjadinya intoksikasi lithium diantaranya adalah demam (berkeringat berlebihan), diet rendah garam (pasien dengan hipertensi), diare dan muntah-muntah, diet untuk menurunkan berat badan serta pemakaian bersama diuretika, antiemetika dan NSAID. Penggunaan diuretik bersama lithium harus dilakukan hati-hati. Hal ini dikarenakan diuretik yang menginduksi pengeluaran natrium, bisa mengurangi klirens renal lithium yang akan menyebabkan kadar lithium serum meningkat dan risiko toksisitas juga meningkat. Begitu juga pada pemberian bersamaan dengan beberapa obat lain seperti NSAID dan ACE inhibitor. Penggunaan haloperidol dengan lithium dapat memberikan efek neurotoksis bertambah (dyskinesia, ataxia), tetapi efek neurotoksis tidak tampak pada penggunaan kombinasi lithium dengan haloperidol dosis rendah (kurang dari 20 mg/hari). Keadaan yang sama untuk lithium dan carbamazepine. Penggunaan aspirin dan paracetamol tidak ada interaksi dengan lithium. Penggunaan lithium pada anak usia dibawah 12 tahun sebaiknya tidak dilakukan mengingat data keamanan dan keefektifan dari obat ini pada populasi ini belum ada.

13 11 Pada gangguan afektif bipolar dengan serangan-serangan episodik mania/depresi lithium carbonate sebagai obat profilakasis terhadap serangan sindrom mania/depresi, dapat mengurangi frekuensi, berat, dan lamanya suatu kekambuhan. Biasanya preparat lithium carbonate dimulai dengan dosis mg/hari, diberikan 1-2 kali sehari, dinaikkan 250 mg/hari setiap minggu, diukur serum lithium setiap minggu sampai diketahui kadar serum lithium berefek klinis terapeutik (0,8-1,2 meq/l). Biasanya dosis efektif dan optimal berkisar mg/hari. Dipertahankan sekitar 2-3 bulan, kemudian diturunkan menjadi dosis maintanace, konsentrasi serum lithium yang dianjurkan untuk mencegah kekambuhan (profilaksis) berkisar antara 0,5-0,8 meq/l, ini sama efektifnya bahkan lebih efektif dari kadar 0,8-1,2 meq/l. Untuk mengurangi efek samping pada saluran cerna (mula, muntah, diare) obat lithium carbonate dapat diberikan setelah makan. Pada gangguan afektif bipolar dan unipolar, penggunaan harus diteruskan sampai beberapa tahun, sesuai dengan indikasi profilaksis serangan sindrom mania/depresi. Penggunaan jangka panjang ini sebaiknya dalam dosis minimum dengan kadar serum lithium terendah yang masih efektif untuk terapi profilaksis (kadar serum lithium diukur setiap hari). 2. Valproat Valproat (depakene) juga disebut asam valproat karena obat ini dengan cepat diubah menjadi bentuk asam di dalam lambung. Terdapat beberapa kondisi yang merupakan indikasi pemberian asam valproat, yaitu epilepsi, gangguan bipolar, gangguan skizoafektif, gangguan mental lain

14 12 (gangguan depresif berat, gangguan panik, gangguan stres pasca trauma, gangguan bulimia nervosa, putus alkohol, dan hipnotik atau ansiolitik dan gangguan eksplosif intermiten). Pemberian valproat per oral cepat diabsorsi dan kadar maksimal serum tercapai setelah 1 sampai 3 jam, masa paruh 8-10 jam kadar dalam darah stabil setelah 48 jam terapi. Penggunaannya obat ini masih terbatas. Perlu dilakukan uji darah komplit dan pemeriksaan faal hepar sebelum mengonsumsi asam valproat. Bentuk sediaan asam valproat yaitu kapsul 250 mg dan bentuk sirup 250 per 5 ml. Dosis hari pertama yang diberikan adalah 250 mg diberikan bersama makanan. Dosis dapat dinaikkan sampai 250 mg per oral 3 kali per hari selama 3 sampai 6 hari. Kadar plasma teraputik untuk mengendalikan kejang adalah 50 dan 100 mg per ml bila obat ditoleransi dengan baik. Dosis anak yang disarankan berkisar antara mg per KgBB per hari. Efek samping pada penggunaan asam valproat adalah mual, muntah, diare, anoreksia, trombositopenia, peningkatan enzim liver, sedasi, tremor, peningkatan dan penurunan berat badan. Toksisitas asam valproat menimbulkan gangguan saluran cerna (anoreksia, mual, dan muntah), sistem saraf pusat (ataksia dan tremor, menghilang dengan penurunan dosis), hati (peninggian aktivitas enzim-enzim hati, dan dapat terjadi nekrosis hati), ruam kulit dan allopesia. 3. Karbamazepin

15 13 Karbamazepin dapat digunakan untuk pengobatan trigeminal neuralgia, bangkitan parsial kompleks, bangkitan tonik-klonik (antikonvulsan) dan sebagai mood modulator. Karbamazepin juga dapat digunakan sebagai antimania akut dan terapi profilaksis. Karbamazepin sering digunakan sebagai terapi alternatif pengganti lithium walaupun efeknya tidak sekuat lithium. Indikasi penggunaan terapeutik penggunaan karbamazepin adalah epilepsi, gangguan bipolar (mania, depresi), skizofrenia dan gangguan skizoafektif, gangguan depresif, gangguan pengendalian impuls. Mekanisme kerja karbamazepin belum diketahui dengan pasti, namun efek sampingnya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan lithium. Pemberian karbamazepin biasanya dimulai dengan dosis mg per hari dalam 3 atau 4 dosis dan ditingkatkan menjadi mg per hari pada akhir minggu pertama pengobatan. Bila kemajuan terapi tidak tercapai pada akhir minggu ke-2 pengobatan dan pasien tidak mempunyai efek intoleransi obat maka dosis karbamazepin dapat ditingkatkan sampai 1600 mg per hari. Sumber lain menyebutkan dosis Anjuran untuk karbamazepin adalah mg per hari 2-3 kali pemberian. Dosis untuk anak di bawah 6 tahun adalah 100 mg per hari, anak usia 6-12 tahun adalah 2 kali 100 mg per hari. Dosis awal untuk dewasa 2 kali 200 mg hari pertama, selanjutnya dosis ditingkatkan secara bertahap. Dosis penunjang berkisar antara mg per hari untuk dewasa dan mg perkgbb untuk anak. Dianjurkan pemeriksaan nilai basal dari darah dan melakukan pemeriksaan ulangan selama pengobatan. Efek samping yang umum adalah pusing, ataksia, sedasi,

16 14 disartria, diplopia, nausea, leukopeni. Karbamazepin tidak boleh digunakan bersama monoamin oksidase inhibitor (MOAI) dan penggunaan MOAI harus dihentikan sekurangkurangnya dua minggu sebelum terapi karbamzepin dimulai. 4. Haloperidol Haloperidol adalah turunan butiropenon yang mempunyai aktivitas sebagai antipsikotik dan efektif untuk pengelolaan hiperaktivitas, agitasi dan mania. Haloperidol memperlihatkan efek antipsikotik yang kuat dan efektif untuk mania dan skizofrenia. Indikasi penggunaan haloperidol adalah psikosis akut dan kronis, halusinasi pada skizofrenia, kelainan sikap dan tingkah laku pada anak. Haloperidol akan cepat diserap pada saluran cerna, kadar puncaknya dalam plasma tercapai dalam waktu 2-6 jam sejak obat diminum, kemudian akan menetap sampai 72 jam dan masih dapat ditemukan dalam plasma sampai berminggu-minggu. Obat ini ditimbun dalam hati dan kira-kira 1% dari dosis yang diberikan dieksresikan melalui empedu. Eksresi haloperidol lambat melalui ginjal, kira-kira 40% obat dikeluarkan selama 5 hari sesudah pemberian dosis tunggal. Efek Haloperidol menenangkan dan menyebabkan tidur pada orang yang mengalami eksitasi. Efek sedatif haloperidol kurang kuat dibanding klorpromazin (CPZ). Haloperidol dan CPZ sama kuat menurunkan ambang rangsang konvulsif. Haloperidol menghambat sistem dopamin dan hipotalamus, juga menghambat muntah yang ditimbulkan oleh apomorfin. Haloperidol memberikan efek terhadap sistem saraf otonom, namun lebih kecil daripada antipsikotik lain.

17 15 Sediaan haloperidol terdapat dalam bentuk tablet : 0,5 mg, 1,5 mg dan 5 mg, serta dalam bentuk likuor (injeksi) : 2 mg/ml dan 5 mg/ml. Besarnya dosis tergantung kepada umur, keadaan fisik dan derajat kehebatan gejalanya. Untuk dewasa dan anakanak di atas 12 tahun yaitu dosis awal bila gejala sedang : 0,5 mg 2 mg pemberian 2-3 kali per hari. Dosis awal bila gejala berat : 3 mg 5 mg pemberian 2-3 kali per hari. Untuk anak 3-12 tahun : 0,05 mg 0,15 mg per KgBB per hari terbagi dalam 2-3 dosis pemberian. Selanjutnya dosis secara bertahap disesuaikan dengan kebutuhan dan toleransi tubuh. Haloperidol menimbulkan reaksi ekstrapiramidal dengan insiden tinggi yakni sebanyak 80%.. Efek samping ekstrapiramidal yang timbul adalah gejala parkinsonisme, akatisia, distonia juga bisa terjadi opistotonus dan okulogirik krisis. Pengobatan dengan haloperidol harus dimulai dengan hati-hati. Dapat terjadi depresi akibat reverse keadaan mania atau sebagai efek samping yang sebenarnya. Efek samping yang bisa ditimbulkan oleh haloperidol adalah tardif diskinesia. Gejala ini muncul pada pasien dengan terapi jangka panjang atau muncul setelah terapi dihentikan. Risiko lebih besar terjadi pada orang tua, pada terapi dosis tinggi. Gambaran klinis yang terjadi adalah gerakan involunter dan berirama, pergerakan lidah, wajah, rahang atau mulut. Kadang-kadang bisa muncul gerakan involunter pada kaki. Pemberian haloperidol dengan lithium akan mengurangi metabolisme masingmasing obat, sehingga konsentrasi plasma kedua obat tidak akan meningkat. Pemberian haloperidol bersama dengan methyldopa akan menimbulkan efek aditif hipotensif.

18 16 5. Lamotigrin Lamotrigin merupakan obat pertama yang diberikan oleh FDA untuk pengobatan profilaksis jangka panjang pada gangguan bipolar a. Farmakokinetik Lamotrigine dapat diabsorpsi dengan cepat dan sempurna di usus. Konsentrasi dalam plasma mencapai puncaknya 2,5 jam setelah dikonsumsi secara oral. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai konsentrasi maksimal dihambat oleh makanan namun tidak menurunkan jumlah obat yang diabsorpsi. Sekitar 55% berikatan dengan protein. Metabolisme lamotrigine di hepar oleh UDP-glucoronyl transferase. b. Farmakodinamik Lamotrigine dapat menghambat voltage gate sodium channel dan menghambat pengeluarag glutamat dimana glutamat ini adalah asam amino yang memegang peranan pada kejang epilepsi. c. Indikasi Terapeutik - Epilepsi Dewasa : Lamotrigine merupakan indikasi untuk terapi adjuvan dan monoterapi epilepsi parsial maupun generalisata termasuk kejang tonik klonik, dan kejang yang berhubungan dengan Lennox-Gastaut Syndrome Anak : Lamotrigine indikasi untuk terapi adjuvan epilepsi epilepsi parsial maupun generalisata termasuk kejang tonik klonik, dan kejang yang berhubungan

19 17 dengan Lennox-Gastaut Syndrome. - Gangguan Bipolar Lamictal diberikan untuk mencegah episode mood terutama episode depresif pada pasien gangguan bipolar. d. Efek samping - Skin Rash Beberapa penelitian melaporkan bahwa skin rash terjadi terutama pada 8 minggu pertama setelah terapi inisiasi lamotrigine. - Gejala Klinis Semakin Memburuk Dan Risiko Bunuh Diri Sekitar 50% pasien gangguan bipolar melakukan percobaan bunuh diri paling tidak sekali dalam hidupnya dan gejala depresif semakin memburuk. e. Interaksi Obat Lamotrigine apabila digunakan bersama valproat dapat menurunkan konsentrasi valproat hingga 25%. Kombinasi lamotrigine dengan antikonvulsan lain dapat memiliki efek yang kompleks terhadap waktu puncak konsentrasi di plasma dan waktu parah dari lamotrigine. f. Dosis Obat Lamotrigine dgn valproat (mg/day) Lamotrigine dgn Carbamazepine (mg/day) Lamotrigine dgn neither (mg/day) Minggu 1&2 12, Minggu 3& Minggu

20 18

21 DAFTAR PUSTAKA 1. Yatham LN, Malhi GS. Bipolar disorder. United States: Oxfords University Press, Kaplan H, Sadock B, Grebb J. Sinopsis Psikiatri. Jilid Dua. Tangerang: Binarupa Aksara; American Psychiatric Association. Diagnostic and statistical manual of mental disorders. 4th ed. Arlington: American Psychiatric Association; MIMS. Official Drug Reference for Indonesia Medical Profession, volume 7, Essensial Drug in Psychiatry Division of Mental Health. World Health Organization. Geneva Sadock, BJ. Pocket Hand book of psychiatric Drug Treatment. Third Edition. Lippincott Williams & Wilkins, PA. USA, Fakultas Kedokteran Universitas Riau. Obat Antimania. (Available on-line with updates at [diunduh 27 Agustus 2013]. 30

BIPOLAR. oleh: Ahmad rhean aminah dianti Erick Nuranysha Haviz. Preseptor : dr. Dian Budianti amina Sp.KJ

BIPOLAR. oleh: Ahmad rhean aminah dianti Erick Nuranysha Haviz. Preseptor : dr. Dian Budianti amina Sp.KJ BIPOLAR oleh: Ahmad rhean aminah dianti Erick Nuranysha Haviz Preseptor : dr. Dian Budianti amina Sp.KJ Definisi Bipolar Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan ditandai

Lebih terperinci

BIPOLAR. Dr. Tri Rini BS, Sp.KJ

BIPOLAR. Dr. Tri Rini BS, Sp.KJ BIPOLAR Dr. Tri Rini BS, Sp.KJ Definisi Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan ditandai oleh gejala-gejala manik, hipomanik, depresi, dan campuran, biasanya rekuren serta

Lebih terperinci

EPIDEMIOLOGI MANIFESTASI KLINIS

EPIDEMIOLOGI MANIFESTASI KLINIS DEFINISI Gangguan Bipolar dikenal juga dengan gangguan manik depresi, yaitu gangguan pada fungsi otak yang menyebabkan perubahan yang tidak biasa pada suasana perasaan, dan proses berfikir. Disebut Bipolar

Lebih terperinci

Gangguan Bipolar. Febrilla Dejaneira Adi Nugraha. Pembimbing : dr. Frilya Rachma Putri, Sp.KJ

Gangguan Bipolar. Febrilla Dejaneira Adi Nugraha. Pembimbing : dr. Frilya Rachma Putri, Sp.KJ Gangguan Bipolar Febrilla Dejaneira Adi Nugraha Pembimbing : dr. Frilya Rachma Putri, Sp.KJ Epidemiologi Gangguan Bipolar I Mulai dikenali masa remaja atau dewasa muda Ditandai oleh satu atau lebih episode

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gangguan Depresif Mayor Depresi merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan sejumlah gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing masing individu. Diagnostic

Lebih terperinci

A. Pemeriksaan penunjang. - Darah lengkap

A. Pemeriksaan penunjang. - Darah lengkap A. Pemeriksaan penunjang - Darah lengkap Darah lengkap dengan diferensiasi digunakan untuk mengetahui anemia sebagai penyebab depresi. Penatalaksanaan, terutama dengan antikonvulsan, dapat mensupresi sumsum

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. Menurut Asosiasi Psikiatri Amerika dalam Diagnostic and Statistical Manual

BAB 1. PENDAHULUAN. Menurut Asosiasi Psikiatri Amerika dalam Diagnostic and Statistical Manual BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Asosiasi Psikiatri Amerika dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, Fourth Edition, Text Revision (DSM-IV-TR) agitasi didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

Gangguan Afektif Bipolar episode Manik dengan Gejala Psikotik Muhammad Hazim Afif b Amirudin

Gangguan Afektif Bipolar episode Manik dengan Gejala Psikotik Muhammad Hazim Afif b Amirudin Gangguan Afektif Bipolar episode Manik dengan Gejala Psikotik Muhammad Hazim Afif b Amirudin Pendahuluan Definisi Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan ditandai oleh

Lebih terperinci

A. Gangguan Bipolar Definisi Gangguan bipolar merupakan kategori diagnostik yang menggambarkan sebuah kelas dari gangguan mood, dimana seseorang

A. Gangguan Bipolar Definisi Gangguan bipolar merupakan kategori diagnostik yang menggambarkan sebuah kelas dari gangguan mood, dimana seseorang A. Gangguan Bipolar Definisi Gangguan bipolar merupakan kategori diagnostik yang menggambarkan sebuah kelas dari gangguan mood, dimana seseorang mengalami kondisi atau episode dari depresi dan/atau manik,

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. Agitasi adalah gejala perilaku yang bermanifestasi dalam penyakit-penyakit psikiatrik yang luas.

BAB 1. PENDAHULUAN. Agitasi adalah gejala perilaku yang bermanifestasi dalam penyakit-penyakit psikiatrik yang luas. BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agitasi adalah gejala perilaku yang bermanifestasi dalam penyakit-penyakit psikiatrik yang luas. Agitasi sering dijumpai di pelayanan gawat darurat psikiatri sebagai

Lebih terperinci

REFERAT Gangguan Afektif Bipolar

REFERAT Gangguan Afektif Bipolar REFERAT Gangguan Afektif Bipolar Retno Suci Fadhillah,S.Ked Pembimbing : dr.rusdi Efendi,Sp.KJ kepaniteraanklinik_fkkumj_psikiatribungar AMPAI Definisi gangguan pada fungsi otak yang Gangguan ini tersifat

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan bipolar dulunya dikenal sebagai gangguan manik

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan bipolar dulunya dikenal sebagai gangguan manik BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Gangguan bipolar dulunya dikenal sebagai gangguan manik depresif, yaitu gangguan kronik dari regulasi mood yang dihasilkan pada episode depresi dan mania. Gejala psikotik mungkin

Lebih terperinci

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL Pendahuluan Parasetamol adalah golongan obat analgesik non opioid yang dijual secara bebas. Indikasi parasetamol adalah untuk sakit kepala, nyeri otot sementara, sakit menjelang

Lebih terperinci

Yayan Akhyar Israr, S.Ked Wan Rita Mardhiya, S.Ked Nova Faradilla, S.Ked

Yayan Akhyar Israr, S.Ked Wan Rita Mardhiya, S.Ked Nova Faradilla, S.Ked Authors : Yayan Akhyar Israr, S.Ked Wan Rita Mardhiya, S.Ked Nova Faradilla, S.Ked Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 0 Files of DrsMed FK UNRI (http://www.files-of-drsmed.tk PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang 1 BAB I Pendahuluan 1.1 Latar belakang Penderita gangguan jiwa dari tahun ke tahun semakin bertambah. Sedikitnya 20% penduduk dewasa Indonesia saat ini menderita gangguan jiwa,, dengan 4 jenis penyakit

Lebih terperinci

GANGGUAN MOOD. dr. Moetrarsi SKF., DTM&H, Sp.KJ

GANGGUAN MOOD. dr. Moetrarsi SKF., DTM&H, Sp.KJ GANGGUAN MOOD dr. Moetrarsi SKF., DTM&H, Sp.KJ Gangguan Mood Mood adalah pengalaman emosional individual yang bersifat menyebar. Gangguan mood adalah suatu kelompok kondisi klinis yang ditandai oleh hilangnya

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan bipolar menurut Diagnostic and Statistical Manual of

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan bipolar menurut Diagnostic and Statistical Manual of BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gangguan Bipolar I Gangguan bipolar menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Text Revision edisi yang ke empat (DSM IV-TR) ialah gangguan gangguan mood

Lebih terperinci

Gangguan Suasana Perasaan. Dr. Dharmawan A. Purnama, SpKJ

Gangguan Suasana Perasaan. Dr. Dharmawan A. Purnama, SpKJ Gangguan Suasana Perasaan Dr. Dharmawan A. Purnama, SpKJ Pendahuluan Mood : suasana perasaan yang pervasif dan menetap yang dirasakan dan memperngaruhi perilaku seseorang dan persepsinya terhadap dunianya.

Lebih terperinci

GANGGUAN BIPOLAR PENDAHULUAN

GANGGUAN BIPOLAR PENDAHULUAN GANGGUAN BIPOLAR I. PENDAHULUAN Gangguan bipolar merupakan suatu gangguan yang ditandai dengan perubahan mood antara rasa girang yang ekstrem dan depresi yang parah. Pera penderita gangguan bipolar tidak

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang BAB II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Kedaruratan Psikiatri Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang membutuhkan intervensi terapeutik

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Sakit Perut Berulang Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut berulang pada remaja terjadi paling sedikit tiga kali dengan jarak paling sedikit

Lebih terperinci

Pada tanggal 8 Mei 2002, salah seorang karyawan rumah hunian melaporkan bahwa korban mengalami gejala ketidakstabilan, hampir tidak bisa bergerak,

Pada tanggal 8 Mei 2002, salah seorang karyawan rumah hunian melaporkan bahwa korban mengalami gejala ketidakstabilan, hampir tidak bisa bergerak, I. KASUS Seorang wanita berusia 51 tahun dengan keterbelakangan mental meninggal dunia akibat keracunan lithium pada tanggal 13 Mei 2002. Sejarah medis yang dimiliki korban yaitu keterbelakangan mental,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, masalah kesehatan jiwa banyak terjadi dengan berbagai variasi dan gejala yang berbeda-beda. Seseorang dikatakan dalam kondisi jiwa yang sehat,

Lebih terperinci

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG - 121001419 LATAR BELAKANG Skizoafektif Rancu, adanya gabungan gejala antara Skizofrenia dan gangguan afektif National Comorbidity Study 66 orang Skizofrenia didapati

Lebih terperinci

DAFTAR KOMPETENSI KLINIK

DAFTAR KOMPETENSI KLINIK Panduan Belajar Ilmu Kedokteran Jiwa - 2009 DAFTAR KOMPETENSI KLINIK Target Kompetensi Minimal Masalah Psikiatrik Untuk Dokter Umum: 1. Mampu mendiagnosis dan melakukan penatalaksanaan kasus psikiatrik

Lebih terperinci

GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI. Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ. disusun oleh: Ade Kurniadi ( )

GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI. Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ. disusun oleh: Ade Kurniadi ( ) GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ disusun oleh: Ade Kurniadi (080100150) DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI

Lebih terperinci

Gangguan Mental Terkait Trauma. Pusat Kajian Bencana dan Tindak Kekerasan Departemen Psikiatri FKUI/RSCM

Gangguan Mental Terkait Trauma. Pusat Kajian Bencana dan Tindak Kekerasan Departemen Psikiatri FKUI/RSCM Gangguan Mental Terkait Trauma Pusat Kajian Bencana dan Tindak Kekerasan Departemen Psikiatri FKUI/RSCM Gangguan Mental setelah Trauma Trauma 2 minggu 1 bulan 2 bulan 6 bulan Reaksi stres akut Berkabung

Lebih terperinci

PTSD POSTTRAUMATIC STRESS DISORDER

PTSD POSTTRAUMATIC STRESS DISORDER PTSD POSTTRAUMATIC STRESS DISORDER Pembimbing: dr.ira Savitri Tanjung, Sp.KJ (K) Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Jiwa, Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha Periode

Lebih terperinci

Sinonim : - gangguan mood - gangguan afektif Definisi : suatu kelompok ggn jiwa dengan gambaran utama tdptnya ggn mood yg disertai dengan sindroma man

Sinonim : - gangguan mood - gangguan afektif Definisi : suatu kelompok ggn jiwa dengan gambaran utama tdptnya ggn mood yg disertai dengan sindroma man Gangguan Suasana Perasaan Oleh : Syamsir Bs, Psikiater Departemen Psikiatri FK-USU 1 Sinonim : - gangguan mood - gangguan afektif Definisi : suatu kelompok ggn jiwa dengan gambaran utama tdptnya ggn mood

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa gangguan jiwa merupakan penyakit yang sulit disembuhkan, memalukan,

BAB I PENDAHULUAN. bahwa gangguan jiwa merupakan penyakit yang sulit disembuhkan, memalukan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Gangguan jiwa dapat menyerang semua usia. Sifat serangan penyakit biasanya akut tetapi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disertai suatu perubahan pada keseluruhan tingkat aktivitas. 1. Gangguan afektif bipolar adalah salah satu gangguan mood yang

BAB 1 PENDAHULUAN. disertai suatu perubahan pada keseluruhan tingkat aktivitas. 1. Gangguan afektif bipolar adalah salah satu gangguan mood yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gangguan mood merupakan perubahan suasana perasaan (mood) atau afek, umumnya mengarah ke depresi, atau ke arah elasi (suasana perasaan yang meningkat) yang

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Depresi adalah suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Depresi adalah suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Depresi Depresi adalah suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang mempunyai gejala utama afek depresi, kehilangan minat dan kegembiraan, dan kekurangan energi yang menuju meningkatnya

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SKIZOFRENIA Skizofrenia adalah suatu gangguan psikotik dengan penyebab yang belum diketahui yang dikarakteristikkan dengan gangguan dalam pikiran, mood dan perilaku. 10 Skizofrenia

Lebih terperinci

EATING DISORDERS. Silvia Erfan

EATING DISORDERS. Silvia Erfan EATING DISORDERS Silvia Erfan Tingkat Kemampuan 2: mendiagnosis dan merujuk Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik terhadap penyakit tersebut dan menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan

Lebih terperinci

BUNUH DIRI DAN GANGGUAN BIPOLAR

BUNUH DIRI DAN GANGGUAN BIPOLAR BUNUH DIRI DAN GANGGUAN BIPOLAR Abstrak Gangguan bipolar adalah penyakit umum yang ditandai dengan peningkatan kematian prematur, tetapi mereka sering tetap tidak terujuk, tidak terdiagnosis, dan tidak

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Definisi gagap yang disetujui belum ada. Menurut World Health Organization (WHO) definisi gagap adalah gangguan ritme bicara dimana seseorang tahu apa yang mau dibicarakan,

Lebih terperinci

IPAP PTSD Tambahan. Pilihan penatalaksanaan: dengan obat, psikososial atau kedua-duanya.

IPAP PTSD Tambahan. Pilihan penatalaksanaan: dengan obat, psikososial atau kedua-duanya. IPAP PTSD Tambahan Prinsip Umum I. Evaluasi Awal dan berkala A. PTSD merupakan gejala umum dan sering kali tidak terdiagnosis. Bukti adanya prevalensi paparan trauma yang tinggi, (termasuk kekerasan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kebutuhan dasar manusia untuk bertahan hidup salah satunya adalah pemenuhan nutrisi terhadap tubuh karena dalam hierarki Maslow kebutuhan fisiologis salah satunya yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Depresi merupakan salah satu masalah kesehatan mental utama saat ini, yang mendapatkan perhatian serius. Orang yang mengalami depresi umumnya mengalami gangguan yang

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN SATUAN ACARA PENYULUHAN Pentingnya Pengetahuan tentang Gangguan Bipolar I. IDENTITAS Topik : Gangguan Bipolar Sub topik : Pertimbangan Dalam Penegakan Diagnosis dan Terapi Gangguan Bipolar Hari / tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Epilepsi merupakan penyakit kronis di bidang neurologi dan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Epilepsi merupakan penyakit kronis di bidang neurologi dan penyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Epilepsi merupakan penyakit kronis di bidang neurologi dan penyakit kedua terbanyak setelah stroke (Blum, 2003). Epilepsi disebabkan oleh berbagai etiologi

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Depresi. Teori Interpersonal Depresi

LAMPIRAN. Depresi. Teori Interpersonal Depresi LAMPIRAN Depresi Teori depresi dalam ilmu psikologi, banyak aliran yang menjelaskannya secara berbeda.teori psikologi tentang depresi adalah penjelasan predisposisi depresi ditinjau dari sudut pandang

Lebih terperinci

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia?

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia? Skizofrenia Skizofrenia merupakan salah satu penyakit otak dan tergolong ke dalam jenis gangguan mental yang serius. Sekitar 1% dari populasi dunia menderita penyakit ini. Pasien biasanya menunjukkan gejala

Lebih terperinci

EARLY-ONSET BIPOLAR DISORDERS. Dr. Ika Widyawati, SpKJ(K)

EARLY-ONSET BIPOLAR DISORDERS. Dr. Ika Widyawati, SpKJ(K) EARLY-ONSET BIPOLAR DISORDERS Dr. Ika Widyawati, SpKJ(K) EPIDEMIOLOGI NCS (National Comorbidity Survey): ggn bipolar-i menurut DSM-III-R ± 0,4% pd usia 15-54 thn. Peter M.Lewinsohn dkk 1% (terutama ggn

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Parasetamol merupakan obat penurun panas dan pereda nyeri yang telah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia. Metabolit Fenasetin ini diklaim sebagai zat antinyeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran. Istilah kompulsi menunjuk pada dorongan atau impuls yang tidak dapat ditahan untuk melakukan

Lebih terperinci

Gangguan Mood/Suasana Perasaan

Gangguan Mood/Suasana Perasaan Gangguan Mood/Suasana Perasaan Definisi: Merupakan kelompok gangguan yang melibatkan gangguan berat dan berlangsung lama dalam emosionalitas, yang berkisar dari kegirangan sampai depresi berat Major depressive

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan penyulit medis yang sering ditemukan pada kehamilan yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas baik ibu maupun perinatal. Hipertensi dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Depresi 1. Definisi Depresi Depresi merupakan perasaan hilangnya energi dan minat serta timbulnya keinginan untuk mengakhiri hidup. Depresi biasanya disertai perubahan tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta adanya gangguan fungsi psikososial (Sukandar dkk., 2013). Skizofrenia

BAB I PENDAHULUAN. serta adanya gangguan fungsi psikososial (Sukandar dkk., 2013). Skizofrenia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Skizofrenia merupakan sindrom heterogen kronis yang ditandai dengan pola pikir yang tidak teratur, delusi, halusinasi, perubahan perilaku yang tidak tepat serta

Lebih terperinci

1. Dokter Umum 2. Perawat KETERKAITAN : PERALATAN PERLENGKAPAN : 1. SOP anamnesa pasien. Petugas Medis/ paramedis di BP

1. Dokter Umum 2. Perawat KETERKAITAN : PERALATAN PERLENGKAPAN : 1. SOP anamnesa pasien. Petugas Medis/ paramedis di BP NOMOR SOP : TANGGAL : PEMBUATAN TANGGAL REVISI : REVISI YANG KE : TANGGAL EFEKTIF : Dinas Kesehatan Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai PUSKESMAS TANAH TINGGI DISAHKAN OLEH : KEPALA PUSKESMAS TANAH TINGGI

Lebih terperinci

1. Gangguan Bipolar. A. Definisi

1. Gangguan Bipolar. A. Definisi 1. Gangguan Bipolar A. Definisi Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan ditandai oleh gejala-gejala manic, hipomanik, depresi, dan campuran, biasanya rekuren serta dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan aspek yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Undang-Undang No. 36 tahun 2009 menyebutkan bahwa kesehatan adalah keadaan sehat, baik

Lebih terperinci

REFERAT GANGGUAN BIPOLAR. Disusun oleh: Brigitta Intan P.S Pembimbing : dr.asmarahadi,sp.kj KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN JIWA

REFERAT GANGGUAN BIPOLAR. Disusun oleh: Brigitta Intan P.S Pembimbing : dr.asmarahadi,sp.kj KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN JIWA REFERAT GANGGUAN BIPOLAR Disusun oleh: Brigitta Intan P.S. 1510221041 Pembimbing : dr.asmarahadi,sp.kj KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN JIWA RUMAH SAKIT JIWA DR. SOEHARTO HEERDJAN NOVEMBER-DESEMBER

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. Skizofrenia merupakan suatu gangguan yang menyebabkan penderitaan dan

BAB 1. PENDAHULUAN. Skizofrenia merupakan suatu gangguan yang menyebabkan penderitaan dan BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Skizofrenia merupakan suatu gangguan yang menyebabkan penderitaan dan ketidakmampuan bagi pasien dan secara signifikan menimbulkan beban yang berat bagi dirinya sendiri,

Lebih terperinci

Di bawah ini diuraikan beberapa bentuk peresepan obat yang tidak rasional pada lansia, yaitu :

Di bawah ini diuraikan beberapa bentuk peresepan obat yang tidak rasional pada lansia, yaitu : Peresepan obat pada lanjut usia (lansia) merupakan salah satu masalah yang penting, karena dengan bertambahnya usia akan menyebabkan perubahan-perubahan farmakokinetik dan farmakodinamik. Pemakaian obat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kesehatan jiwa dan psikososial menurut The World Health Report tahun 2001 dialami kira-kira 25% dari seluruh penduduk pada suatu masa dari hidupnya.

Lebih terperinci

PETIDIN, PROPOFOL, SULFAS ATROPIN, MIDAZOLAM

PETIDIN, PROPOFOL, SULFAS ATROPIN, MIDAZOLAM PETIDIN, PROPOFOL, SULFAS ATROPIN, MIDAZOLAM Annisa Sekar 1210221051 PEMBIMBING : dr.daris H.SP, An PETIDIN Merupakan obat agonis opioid sintetik yang menyerupai morfin yang dapat mengaktifkan reseptor,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gangguan Jiwa 2.1.1 Definisi Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV (DSM-IV) memberikan definisi gangguan jiwa sebagai pola psikologis atau perilaku secara klinis

Lebih terperinci

Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi 2013

Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi 2013 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kecemasan adalah suatu penyerta yang normal dari pertumbuhan, dari perubahan, dari pengalaman sesuatu yang baru dan belum dicoba, dan dari penemuan identitasnya sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disabilitas atau disertai peningkatan resiko kematian yang. kebebasan (American Psychiatric Association, 1994).

BAB I PENDAHULUAN. disabilitas atau disertai peningkatan resiko kematian yang. kebebasan (American Psychiatric Association, 1994). BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Gangguan jiwa adalah suatu sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan adanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN Gangguan stres akut (juga disebut shock psikologis, mental shock, atau sekedar shock) adalah sebuah kondisi psikologis yang timbul sebagai tanggapan terhadap peristiwa yang mengerikan.

Lebih terperinci

Mata: sklera ikterik -/- konjungtiva anemis -/- cor: BJ I-II reguler, murmur (-) gallop (-) Pulmo: suara napas vesikuler +/+ ronki -/- wheezing -/-

Mata: sklera ikterik -/- konjungtiva anemis -/- cor: BJ I-II reguler, murmur (-) gallop (-) Pulmo: suara napas vesikuler +/+ ronki -/- wheezing -/- PEMERIKSAAN FISIK Keadaan umum: baik Kesadaran: compos mentis Tanda vital: TD: 120/80 mmhg Nadi: 84 x/menit Pernapasan: 20 x/menit Suhu: 36,5 0 C Tinggi Badan: 175 cm Berat Badan: 72 kg Status Generalis:

Lebih terperinci

JOURNAL READING GANGGUAN GEJALA SOMATIK. Diajukan Kepada : dr. Rihadini, Sp.KJ. Disusun oleh : Shinta Dewi Wulandari H2A012001

JOURNAL READING GANGGUAN GEJALA SOMATIK. Diajukan Kepada : dr. Rihadini, Sp.KJ. Disusun oleh : Shinta Dewi Wulandari H2A012001 JOURNAL READING GANGGUAN GEJALA SOMATIK Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Stase Ilmu Kesehatan Jiwa Diajukan Kepada : dr. Rihadini, Sp.KJ Disusun oleh : Shinta Dewi Wulandari

Lebih terperinci

BAB 1 PSIKIATRI KLINIK

BAB 1 PSIKIATRI KLINIK Panduan Belajar Ilmu Kedokteran Jiwa - 2009 BAB 1 PSIKIATRI KLINIK A. Pertanyaan untuk persiapan dokter muda 1. Seorang pasien sering mengeluh tidak bisa tidur, sehingga pada pagi hari mengantuk tetapi

Lebih terperinci

I. Definisi I. Epidemiologi I I. Etiologi 1. Genetik

I. Definisi I. Epidemiologi I I. Etiologi 1. Genetik I. Definisi Gangguan bipolar merupakan gangguan mood dengan kelainan berupa perubahan suasana perasaan atau afek, dimana pada waktu didapat kumpulan gejala yang terdiri dari depresi, dengan atau tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setelah penyakit jantung dan kanker (World Health Organization (WHO

BAB I PENDAHULUAN. setelah penyakit jantung dan kanker (World Health Organization (WHO BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini stroke menjadi masalah kesehatan yang utama bagi masyarakat. Stroke merupakan penyebab kematian ketiga di negara maju setelah penyakit jantung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nekrosis merupakan proses degenerasi yang menyebabkan kerusakan sel yang terjadi setelah suplai darah hilang ditandai dengan pembengkakan sel, denaturasi protein dan

Lebih terperinci

1. Kriteria Diagnostik Alcohol Withdrawal Syndrome (American Psychiatric Association, 2000):3 2. Kriteria Diagnostik Amphetamine Withdrawal Syndrome

1. Kriteria Diagnostik Alcohol Withdrawal Syndrome (American Psychiatric Association, 2000):3 2. Kriteria Diagnostik Amphetamine Withdrawal Syndrome Berikut adalah kriteria diagnostik beberapa jenis withdrawal syndrome : 1. Kriteria Diagnostik Alcohol Withdrawal Syndrome (American Psychiatric Association, A. Penghentian atau pengurangan penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencari penanganan yang tepat. Salah satu masalah kejiwaan yang masih kurang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencari penanganan yang tepat. Salah satu masalah kejiwaan yang masih kurang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyebab suatu penyakit tidak hanya dikarenakan kelainan pada fisiologi tubuh seseorang namun juga karena adanya gangguan psikologis. Gangguan psikologi atau

Lebih terperinci

KEHIDUPAN ACARA KHUSUS: GANGGUAN BIPOLAR DIBANDINGKAN DENGAN DEPRESI UNIPOLAR

KEHIDUPAN ACARA KHUSUS: GANGGUAN BIPOLAR DIBANDINGKAN DENGAN DEPRESI UNIPOLAR KEHIDUPAN ACARA KHUSUS: GANGGUAN BIPOLAR DIBANDINGKAN DENGAN DEPRESI UNIPOLAR PENDAHULUAN Peristiwa kehidupan yang penuh stres telah dikaitkan dengan depresi unipolar dan gangguan bipolar. Peristiwa stres

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau Gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau Gangguan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) adalah suatu kondisi medis yang ditandai oleh ketidakmampuan

Lebih terperinci

Yayan A. Israr, S. Ked

Yayan A. Israr, S. Ked Author : Yayan A. Israr, S. Ked Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 Files of DrsMed FK UNRI (http://www.files-of-drsmed.tk 0 GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR 1. LATAR BELAKANG Gangguan

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit gagal ginjal adalah kelainan struktur atau fungsi ginjal yang ditandai

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit gagal ginjal adalah kelainan struktur atau fungsi ginjal yang ditandai BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit gagal ginjal adalah kelainan struktur atau fungsi ginjal yang ditandai penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG) yang kurang dari 60 ml. Penyakit ginjal kronik

Lebih terperinci

YUANITA ARDI SKRIPSI SARJANA FARMASI. Oleh

YUANITA ARDI SKRIPSI SARJANA FARMASI. Oleh MONITORING EFEKTIVITAS TERAPI DAN EFEK-EFEK TIDAK DIINGINKAN DARI PENGGUNAAN DIURETIK DAN KOMBINASINYA PADA PASIEN HIPERTENSI POLIKLINIK KHUSUS RSUP DR. M. DJAMIL PADANG SKRIPSI SARJANA FARMASI Oleh YUANITA

Lebih terperinci

Diagnosis & Tatalaksana Gangguan Depresi & Anxietas di Layanan Kesehatan Primer Dr. Suryo Dharmono, SpKJ(K)

Diagnosis & Tatalaksana Gangguan Depresi & Anxietas di Layanan Kesehatan Primer Dr. Suryo Dharmono, SpKJ(K) Diagnosis & Tatalaksana Gangguan Depresi & Anxietas di Layanan Kesehatan Primer Dr. Suryo Dharmono, SpKJ(K) Yogyakarta, 11 Oct 2014 1 Prevalensi Ganguan Psikiatrik yang lazim di Komunitas dan Pelayanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini depresi menjadi jenis gangguan jiwa yang paling sering dialami oleh masyarakat (Lubis, 2009). Depresi adalah suatu pengalaman yang menyakitkan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Skizofrenia Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat mengganggu. Psikopatologinya melibatkan kognisi, emosi, persepsi dan aspek lain dari perilaku.

Lebih terperinci

Pengobatan Gangguan Ansietas di Klinik

Pengobatan Gangguan Ansietas di Klinik Pengobatan Gangguan Ansietas di Klinik Mustafa M. Amin Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran USU Kongres PW IDI SUMUT Medan, 11 April 2015 0 Pendahuluan 1 Epidemiologi 2 Etiologi 3 Diagnosis

Lebih terperinci

1/17/2010. KESEHATAN JIWA DAN GIMUL Muslim, MPH KESEHATAN JIWA. tetapi KLASIFIKASI GANGGUAN JIWA

1/17/2010. KESEHATAN JIWA DAN GIMUL Muslim, MPH KESEHATAN JIWA. tetapi KLASIFIKASI GANGGUAN JIWA KESEHATAN JIWA Kesehatan Jiwa (mental health) adalah status kinerja fungsi kejiwaan yang baik yang memberikan hasil berupa aktivitas yang produktif, penjalinan hubungan dengan orang lain dan suatu kemampuan

Lebih terperinci

JENIS GANGGUAN ELEKTROLIT

JENIS GANGGUAN ELEKTROLIT A.HIPERKALEMIA a. pengertian JENIS GANGGUAN ELEKTROLIT Hiperkalemia (kadar kalium darah yang tinggi b. penyebab 1.pemakaian obat tertentu yang menghalangi pembuangan kalium oleh ginjal misalnya spironolakton

Lebih terperinci

WITHDRAWAL SYNDROME BY : KELOMPOK 4

WITHDRAWAL SYNDROME BY : KELOMPOK 4 WITHDRAWAL SYNDROME BY : KELOMPOK 4 DEFINISI Withdrawal syndrome, atau dikenal juga dengan discontinuation syndrome, merupakan kumpulan gejala yang dapat terjadi pada individu yang kecanduan obat dan alkohol

Lebih terperinci

FARMAKOTERAPI KELOMPOK KHUSUS

FARMAKOTERAPI KELOMPOK KHUSUS FARMAKOTERAPI KELOMPOK KHUSUS dr HM Bakhriansyah, M.Kes., M.Med.Ed Farmakologi FK UNLAM Banjarbaru PENGGUNAAN OBAT PADA ANAK Perbedaan laju perkembangan organ, sistem dalam tubuh, maupun enzim yang bertanggung

Lebih terperinci

Waspada Keracunan Phenylpropanolamin (PPA)

Waspada Keracunan Phenylpropanolamin (PPA) Waspada Keracunan Phenylpropanolamin (PPA) Penyakit flu umumnya dapat sembuh dengan sendirinya jika kita cukup istirahat, makan teratur, dan banyak mengkonsumsi sayur serta buah-buahan. Namun demikian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak saja di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Selain virus sebagai penyebabnya,

Lebih terperinci

DEPRESI. Oleh : dr. Moetrarsi, SKF, DTM&H, SpKJ

DEPRESI. Oleh : dr. Moetrarsi, SKF, DTM&H, SpKJ DEPRESI Oleh : dr. Moetrarsi, SKF, DTM&H, SpKJ Definisi Depresi ialah suatu penyakit episodik dimana gejala depresi dapat terjadi sendirian atau disertai oleh mania (penyakit manik-depresif atau bipolar)

Lebih terperinci

GANGGUAN STRESS PASCA TRAUMA

GANGGUAN STRESS PASCA TRAUMA GANGGUAN STRESS PASCA TRAUMA Pembimbing : Dr. Prasilla, Sp KJ Disusun oleh : Kelompok II Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta cemas menyeluruh dan penyalahgunaan zat. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit jiwa sampai saat ini memang masih dianggap sebagai penyakit yang memalukan, menjadi aib bagi si penderita dan keluarganya sendiri. Masyarakat kita menyebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. OSTEOARTHRITIS 1. Definisi Osteoartritis disebut juga penyakit sendi degeneratif atau artritis hipertrofi. Penyakit ini merupakan penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia adalah suatu penyakit psikiatrik yang bersifat kronis dan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia adalah suatu penyakit psikiatrik yang bersifat kronis dan BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Skizofrenia Skizofrenia adalah suatu penyakit psikiatrik yang bersifat kronis dan menimbulkan ketidakmampuan, dengan prevalensi seluruh dunia kira-kira 1% dan perkiraan insiden

Lebih terperinci

BAHAN AJAR GIZI OLAHRAGA DEHIDRASI. Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or

BAHAN AJAR GIZI OLAHRAGA DEHIDRASI. Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or BAHAN AJAR GIZI OLAHRAGA DEHIDRASI Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or Dehidrasi adalah gangguan keseimbangan cairan atau air pada tubuh. Penyebabnya adalah pengeluaran air/cairan lebih banyak daripada pemasukan

Lebih terperinci

OLEH : KELOMPOK 5 WASLIFOUR GLORYA DAELI

OLEH : KELOMPOK 5 WASLIFOUR GLORYA DAELI OLEH : KELOMPOK 5 HAPPY SAHARA BETTY MANURUNG WASLIFOUR GLORYA DAELI DEWI RAHMADANI LUBIS SRI DEWI SIREGAR 061101090 071101025 071101026 071101027 071101028 Nutrisi adalah apa yang manusia makan dan bagaimana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit

I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit ini diperkirakan menyebabkan 4,5% dari beban penyakit secara global dan prevalensinya hampir

Lebih terperinci

Pendahuluan Meniere s disease atau penyakit Meniere atau dikenali juga dengan hydrops endolimfatik. Penyakit Meniere ditandai dengan episode berulang

Pendahuluan Meniere s disease atau penyakit Meniere atau dikenali juga dengan hydrops endolimfatik. Penyakit Meniere ditandai dengan episode berulang MENIERE S DISEASE Pendahuluan Meniere s disease atau penyakit Meniere atau dikenali juga dengan hydrops endolimfatik. Penyakit Meniere ditandai dengan episode berulang dari vertigo yang berlangsung dari

Lebih terperinci

ETIOLOGI : 1. Ada 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab: Virus Hepatitis A (HAV) Virus Hepatitis B (VHB) Virus Hepatitis C (CV) / Non A Non B

ETIOLOGI : 1. Ada 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab: Virus Hepatitis A (HAV) Virus Hepatitis B (VHB) Virus Hepatitis C (CV) / Non A Non B HEPATITIS REJO PENGERTIAN: Hepatitis adalah inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan kimia ETIOLOGI : 1. Ada 5

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS PSIKIATRI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS PSIKIATRI UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS PSIKIATRI Program Studi : Kedokteran Kode Blok : Blok 20 Blok : PSIKIATRI Semester : 5 Standar Kompetensi : Mampu memahami dan menjelaskan tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tubuh manusia, mineral berperan dalam proses fisiologis. Dalam sistem fisiologis manusia, mineral tersebut dibagi menjadi dua bagian yaitu makroelemen antara lain

Lebih terperinci

Gangguan Psikiatrik Pada Pasien Ginjal ANDRI

Gangguan Psikiatrik Pada Pasien Ginjal ANDRI Gangguan Psikiatrik Pada Pasien Ginjal ANDRI Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA) Email : andri@ukrida.ac.id Pendahuluan Pasien gagal ginjal kronis adalah salah

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. penutupan rumah sakit jiwa dan cepatnya pengeluaran pasien tanpa

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. penutupan rumah sakit jiwa dan cepatnya pengeluaran pasien tanpa BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengasuh Skizofrenia Selama 50 tahun terakhir, munculnya perawatan berbasis komunitas, penutupan rumah sakit jiwa dan cepatnya pengeluaran pasien tanpa dukungan yang memadai

Lebih terperinci

Penatalaksanaan Gangguan Jiwa Psikotik di Puskesmas

Penatalaksanaan Gangguan Jiwa Psikotik di Puskesmas Penatalaksanaan Gangguan Jiwa Psikotik di Puskesmas Benediktus Elie Lie, dr, SpKJ Kabupaten Banyuwangi, 10-12 Juli 2017 Psikotik Psikotik adalah gangguan jiwa berat yang ditandai oleh adanya: Halusinasi

Lebih terperinci