PEMANFAATAN LIMBAH PERTAMBANGAN EMAS KASONGAN UNTUK MENGHASILKAN TITANIUM DIOKSIDA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMANFAATAN LIMBAH PERTAMBANGAN EMAS KASONGAN UNTUK MENGHASILKAN TITANIUM DIOKSIDA"

Transkripsi

1 PEMANFAATAN LIMBAH PERTAMBANGAN EMAS KASONGAN UNTUK MENGHASILKAN TITANIUM DIOKSIDA AHMAD FUAD AZMI TANJUNG Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara Jalan Jenderal Sudirman No 6 Bandung 0, Telp. (0) 608, Fax. (0) 6007 Naskah masuk : April 007, revisi pertama : 06 Juli 007, revisi kedua : 7 Juli 007, revisi terakhir : September 007 SARI Di Indonesia, titan ditemukan pada endapan pasir besi dalam bentuk ilmenit (FeTiO ), seperti yang terdapat di sepanjang pantai selatan pulau Jawa, Bengkulu, Sulawesi Utara serta endapan alluvial di Kasongan, Kalimantan Tengah dengan kadar sekitar 8 % TiO. Untuk meningkatkan kadar titanium dioksida tersebut, agar dapat dijual ke pasaran dengan kemurnian relatif tinggi (sekitar 80 % TiO ), perlu dilakukan proses reduksi menggunakan cara hidrometalurgi dengan bahan pelarut asam sulfat. Terlebih dahulu kepada bahan baku dilakukan peningkatan kadar menggunakan proses benefisiasi dengan magnetic separator. Proses reduksi dilakukan menggunakan tanur putar pada 900 C dengan bahan reduktor batubara, untuk mengubah besi bervalensi tiga menjadi besi dua, sehingga lebih mudah larut dalam asam sulfat. Hasil proses pendahuluan berhasil meningkatkan kadar TiO dari 8,05 menjadi 5,%. Proses utama dilakukan dengan cara proses hidrometalurgi, melarutkan bahan baku dengan menggunakan bahan pelarut asam sulfat dengan variabel konsentrasi pelarut 5, 5, 55,dan 65 % (berat), waktu pelarutan (pelindian) 5,, 5 dan 60 menit; serta temperatur pelindian, 60, 90 dan 05 C. Hasil terbaik dari proses pelindian tersebut diperoleh pada kondisi konsentrasi asam sulfat 5% (berat), waktu pelindian 60 menit serta temperatur 05 C, yang menghasilkan persentase ekstraksi TiO sebesar 8,57% TiO. Kata kunci : Titanium, ilmenit, hidrometalurgi, pelindian ABSTRACT In Indonesia, titanium is found in iron sand deposit along south Java island, Bengkulu, North Sulawesi, and alluvial deposit at Kasongan, in middle of Kalimantan, with grade of 8% TiO. The mineral is ilmenite. In order to increase titanium dioxide grade to be acceptable by the market (about 80% TiO ), it is necessary to reduce the Fe by hydrometallurgical process using sulfuric acid. It is important to conduct a preliminary process using wet magnetic separator in terms of increasing the Ti grade. Reduction prosess has been conducted using rotary kiln at 900 C. Coal was used as reductor to change the iron from valency to, in order easier to react with sulfuric acid. The result of the preliminary process shows an increase of titanium dioxide grade from 8.05 to 5.% TiO. Pemanfaatan Limbah Pertambangan Emas Kasongan... Ahmad Fuad Azmi Tanjung 5

2 The main process is the hydrometallurgical process, leaching raw material using sulfuric acid with some variables such as acid concentration of 5, 5, 55,dan 65 % (weight); leaching time of 5,, 5 dan 60 minutes; and temperature of, 60, 90 and 05 C. The optimum condition of this process was acid concentration of 5 % (weight), leaching time of 60 minutes and operation temperature of 05 C wich achieved the highest extraction of 8.57% TiO. Keywords: Titanium, ilmenite, hydrometallurgy, leaching. PENDAHULUAN Kegiatan pertambangan emas aluvial di sekitar wilayah Sungai Kasongan, Kalimantan Tengah dilakukan dengan metode kuari pada tambang terbuka. Endapan pasir tersebut selanjutnya diolah secara konsentrasi gravitasi menggunakan palong. Peta lokasi kegiatan tersebut dapat dilihat pada Gambar. Kegiatan pertambangan emas ini menimbulkan dampak terhadap lingkungan dengan menumpuknya limbah buangan sisa kegiatan pengolahan emas. Jumlah buangan pengolahan emas tersebut sangat besar volumenya, karena hanya sebagian kecil perolehan yang diambil mengandung emas. Sebagai contoh, untuk mendapatkan emas dari endapan pasir aluvial dengan kadar sekitar 5 gram/ton Au, akan menghasilkan limbah sekitar 999,985 kg. Limbah tersebut dibiarkan begitu saja di sekitar pinggir sungai sehingga mengakibatkan pencemaran lingkungan berupa tumpukan besar pasir buangan, padahal limbah LOKASI KEGIATAN Gambar. Peta lokasi kegiatan di Kasongan, Kalimantan Tengah 6 Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Nomor, Tahun5, September 007 : 5

3 tersebut masih mengandung mineral berharga yaitu mineral titan (8%) dan zirkon. Potensi kandungan titan yang cukup tinggi pada limbah pengolahan emas Kasongan, cukup baik untuk dikembangkan sebagai komoditas ekspor dan industri lokal yaitu bahan pigmen pada industri cat. Untuk itu perlu dilakukan penelitian untuk meningkatkan kadar titan, agar material tersebut dapat dipakai sebagai bahan baku pigmen pada industri cat. Proses ekstraksi titan dapat dilakukan secara proses pirometalurgi dan hidrometalurgi. Bahan baku dilarutkan dengan asam sulfat dan hasilnya diuapkan untuk mendapatkan endapan titanium oksida. Endapan yang terbentuk dikalsinasi pada temperatur tertentu untuk mendapatkan serbuk titanium oksida. Tujuan penelitian adalah mengkaji kemungkinan proses ekstraksi titan dari limbah pengolahan emas aluvial yang mengandung ilmenit dengan asam sulfat.. METODE DAN ALAT Metodologi penelitian yang dilakukan merupakan rangkaian dari beberapa kegiatan penelitian proses, mulai dari studi bahan baku limbah penambangan emas, proses reduksi bahan baku dengan menggunakan tanur putar, proses benefisiasi titanium dioksida dengan menggunakan metoda konsentrasi magnetic separator, proses ekstraksi dengan menggunakan BAHAN BAKU ANALISIS MINERALOGI DAN KIMIA KONSENTRASI DENGAN MAGNETIC SEPARATOR REDUKSI DENGAN TANUR PUTAR EKSTRAKSIDENGAN ASAM SULFAT KALSINASI 900 C BUBUK TITANIUM DIOKSIDA pelarut asam sulfat, serta proses kalsinasi produk akhir pada temperatur 900 C. Bagan alir kegiatan penelitian dapat dilihat pada Gambar. Kegiatan penelitian dilakukan dengan menggunakan beberapa alat utama dan pendukung, sebagai berikut: peralatan pemercontohan bahan baku di lapangan menggunakan pipe sampling pada beberapa titik lokasi serta peralatan untuk proses coning&quartering; preparasi percontoh untuk analisis kimia menggunakan splitter dan penggerus ring mill dan oven listrik untuk pengeringan; proses benefisiasi menggunakan magnetic separator cara basah; proses pirometalurgi yaitu mereduksi ilmenit dari valensi tiga menjadi valensi dua menggunakan tanur pada 900 C; proses hidrometalurgi dengan pelarut asam sulfat menggunakan labu kaca leher tiga; proses kalsinasi endapan titanium dioksida menggunakan dapur listrik pada 900 C; peralatan penganalisisan mineralogi menggunakan perangkat xray difraction (XRD); peralatan analisis kimia menggunakan AAS.. HASIL PENELITIAN. Analisis Bahan Baku Bahan baku yang digunakan dalam penelitian adalah limbah hasil kegiatan pengolahan pasir aluvial yang mengandung emas. Ukuran bahan baku pada fraksi 0+00 mesh. Hasil analisis dengan XRay Diffractometer (XRD), menunjukkan yang terkandung adalah rutile (TiO ), zirkon (ZrSiO ) dan kuarsa (SiO ). Analisis mineralogi dengan mikroskop optik menunjukkan beberapa mineral seperti yang ditampilkan pada Tabel. Gambar. Bagan alir penelitian Pemanfaatan Limbah Pertambangan Emas Kasongan... Ahmad Fuad Azmi Tanjung 7

4 Tabel. Hasil analisis mineralogi bahan baku No Komposisi mineral Contoh bahan baku (%) S S S S Ilmenit Zirkon Magnetit Hematit Pirit Limonit Magnetithematit Kuarsa Kasiterit Piroksen 0,78 6,6,69 0,8 0,8 7,,59 7,08,9 6,85 0,99,58,,8 67,,8,69,7 8,89,68,78 6,5 5,9 6,5 5,5,, 7,,,6, 8,7 0,,58 Dari analisis kimia diperoleh data seperti terlihat pada Tabel. Tabel. Hasil analisis kimia bahan baku No Contoh C C C C C5 C6 C7 C8.. Benefisiasi Kadar (%) Ti Zr Fe Si 6,5 8,05 5,5 7,6 5,98 7,9 5, 7,7 6, 5,07 5,66,7 6,7,6 5,7,7,8,,69,,0,,8,,7 8,9, 7,, 5,9 6,8 Mineral ilmenit termasuk kelompok strongly magnetic particles dengan nilai relatif ketertarikan magnit,70, sedangkan mineral pengotornya mempunyai nilai ketertarikan magnit di bawah, sehingga dapat dengan mudah dipisahkan. Bahan baku dimasukkan bersama aliran air yang akan membawa umpan tersebut meluncur turun dalam tabung kaca, melewati suatu medan magnit ladam yang dapat diatur daya kemagnitannya. Partikel mineral yang bersifat magnit akan tertahan di antara magnit ladam, sedangkan partikel mineral pengotor akan terbawa oleh aliran air keluar dari tabung kaca. Proses benefisiasi bahan baku dilakukan dengan menggunakan peralatan wet magnetic separator pada kekuatan magnit 0,5x0 gauss. Selanjutnya, dilakukan proses reduksi pada rotary furnace.. Proses Reduksi dengan Rotary Furnace. Proses reduksi dilakukan terhadap bahan baku untuk mereduksi besi bervalensi menjadi besi bervalensi. Proses reduksi dilakukan pada Tanur putar skala laboratorium dengan menggunakan bahan reduktor batubara. Proses reduksi dioperasikan pada suhu 900 C selama menit. Reaksi pereduksian bakan baku adalah sebagai berikut: Fe O.TiO + C J FeO.TiO + CO... (6) Hasil reduksi dalam bentuk besi bervalensi dua diharapkan lebih mudah untuk dipisahkan pada proses pelindian. Proses praoperasi secara benefisiasi bahan baku dengan menggunakan peralatan Wet Magnetic Separator dan proses reduksi, memberikan hasil kenaikan kadar titanium oksida dari 8,05% menjadi 5,% TiO.. Proses Pelindian Proses pelindian menggunakan variabel, yaitu konsentrasi pelarut, waktu pelindian dan temperatur. Hasil pelindian dapat dilihat pada Tabel (konsentrasi pelarut), (waktu pelindian) dan 5 (variabel temperatur)... Variabel Konsentrasi Pelarut Proses pelindian dengan variabel konsentrasi asam sulfat, dilakukan pada konsentrasi 5, 5, 55 dan 65 % berat. Hasil percobaan dapat dilihat pada Tabel. 8 Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Nomor, Tahun5, September 007 : 5

5 % EK STR AK SI % EKSTRAKSI % EKSTRAKSI Tabel. Pengaruh konsentrasi H SO terhadap ekstraksi TiO 90 No Konsentrasi H SO TiO Ekstraksi TiO (% berat) (%) (%) ,50 5,00 5,06 5, 6,5,90,,5 Hasil pelindian dengan variabel konsentrasi asam sulfat digambarkan dalam bentuk grafik (Gambar ) Gambar. WAKTU PELINDIAN (menit) % TiO % Ekstraksi TiO Grafik hubungan antara waktu pelindian dengan persen ekstraksi TiO.. Variabel Temperatur Pelindian KONSENTRASI H SO (%BERAT) % TiO % Ekstraksi TiO Proses pelindian dengan variabel temperatur pelindian, dilakukan pada temperatur, 60, 90 dan 05 C. Hasil pelindian dengan variabel temperatur dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Pengaruh temperatur pelindian terhadap ekstraksi TiO Gambar. Grafik hubungan antara konsentrasi pelarut dengan persen ekstraksi TiO.. Variabel Waktu Pelindian Proses pelindian dengan variabel waktu pelindian, dilakukan pada waktu 5,, 5 dan 60 menit. Hasil pelindian dengan variabel waktu dapat dilihat pada Tabel. Tabel. Pengaruh waktu pelindian terhadap ekstraksi TiO No Temperatur Pelindian ( C) TiO (%) 8, 9,5 0,90,85 Ekstraksi TiO (%) 5,68 6, 7,7 8,57 Hasil pelindihan dengan variabel temperatur pelindian, digambarkan dalam bentuk grafik (Gambar 5). No Waktu Pelindian TiO Ekstraksi TiO (menit) (%) (%) ,0 5,70 8,5,5,55 7,50 59, 79, TEMPERATUR PELINDIAN (Celcius) % TiO % Ekstraksi TiO Hasil pelindian dengan variabel waktu pelindian, digambarkan dalam bentuk grafik (Gambar ). Gambar 5. Grafik hubungan antara temperatur pelindian dengan persen ekstraksi TiO Pemanfaatan Limbah Pertambangan Emas Kasongan... Ahmad Fuad Azmi Tanjung 9

6 . PEMBAHASAN Proses reduksi menggunakan tanur putar dilakukan pada C selama menit dengan menambahkan. Bahan Baku bahan reduktor batubara. Hasil proses konsentrasi, memberikan kenaikan kadar titanium dioksida pada bahan baku hampir dua kali lipat, yaitu dari 8,05 menjadi 5,% TiO. Kenaikan kadar tersebut berhasil memisahkan mineral pengotor dengan nilai perolehan konsentrat sekitar 9,06%. Hal tersebut berarti bahwa sekitar 80% bahan baku termasuk ke dalam mineral pengotor. Titanium dioksida terdapat dalam bentuk mineral ilmenit yang bersenyawa dengan besi. Senyawa ini tidak bisa dipisahkan secara fisik sampai ukuran terhalus sekalipun, karena bersifat senyawa paduan FeTiO. Pemisahan secara proses benefisiasi hanya bisa dilakukan dengan cara mengkonsentrasikan mineral ilmenit, dan memisahkan mineral pengotornya (kuarsa dan zirkon serta mineral nonmagnetik lainnya) menggunakan magnetic separator. Sebelum dilakukan konsentrasi, terlebih dahulu dilakukan proses reduksi menggunakan tanur putar pada 900 C dengan menambahkan reduktor batubara. Proses pereduksian ini ditujukan untuk merubah besi yang terdapat pada bahan baku yang mengandung besi bervalensi tiga menjadi bervalensi dua. Besi bervalensi dua termasuk grup mineral yang sifat kemagnitannya lemah (weakly magnetic), sehingga dapat dipisahkan dari mineral ilmenit yang mengandung TiO yang mempunyai sifat kemagnitan yang lebih kuat (Kelly, 98). Weiss (985) mengelompokkan mineral ilmenit sebagai kelompok Diamagnetic Minerals dengan relatif ketertarikan magnit (relative attractibility) bernilai sedang. Kelly (98) mengelompokkan ilmenit sebagai kelompok moderately magnetic, dengan nilai relatif ketertarikan magnit 9,9. nilai ini bersifat relatif, tergantung pada asal ilmenit, serta tingkat kemurniannya.. Proses Pelindian Proses utama dilakukan dengan cara hidrometalurgi, yaitu dengan cara mengekstraksi mineral ilmenit yang mengandung senyawa titanium oksida dengan asam sulfat (Bockris, 99). Reaksi kimia yang diperkirakan terjadi adalah sebagai berikut: FeO(s) + H SO (aq) J FeSO (aq) + H O(aq).. () Fe O (s) + H SO (aq) J Fe (SO ) (aq) +H O(aq)... () FeTiO (s) + H SO (aq) J FeSO (aq) + TiOSO (aq) + H O(aq)... () Larutan yang terbentuk dari hasil proses ekstraksi selanjutnya dipisahkan dengan pengendapan dan penyaringan. Filtrat hasil penyaringan kemudian diencerkan dengan penambahan air, sehingga terbentuk endapan titanium oksida, seperti reaksi berikut: Taggart (95) mengelompokkan mineral ilmenit sebagai kelompok strongly magnetic particles dengan nilai relatif ketertarikan magnit (relative attractibility),70. Sedangkan Kelly (98) mengelompokkan ilmenit sebagai kelompok moderately magnetic, dengan nilai relatif ketertarikan magnit 9,9. Perbedaan nilai ini mungkin didasarkan pada asal ilmenit, serta tingkat kemurniannya. Proses pemisahan dengan magnetic separator ini dilakukan dengan menggunakan kekuatan medan magnit 0,5x0 gauss, dalam hal ini mineral ilmenit yang mempunyai nilai relatif ketertarikan magnit (relative attractibility) 9,9 dapat dipisahkan dari mineral yang mempunyai nilai relatif ketertarikan magnit lebih rendah. Mineral pengotor yang dominan adalah kuarsa dan zirkon dengan nilai relatif ketertarikan magnit masingmasing 0,0005 dan 0,. TiOSO (aq) + H O(aq) J TiO.H O(s) + H SO (aq)... () Kemudian endapan titanium oksida tersebut di kalsinasi dengan cara pemanasan pada temperatur 900 C sehingga diperoleh serbuk titanium oksida yang berwarna putih, menurut reaksi berikut: TiO.H O(s) J TiO (s) + H O(g)... (5) Analisis kimia dilakukan terhadap setiap hasil proses reduksi awal, pemisahan dengan magnetic separator, ekstraksi dengan asam sulfat serta hasil kalsinasi yang merupakan hasil akhir dari proses keseluruhan. Khusus terhadap bahan baku sebelum proses keseluruhan dilakukan, terlebih dahulu dilakukan analisis mineralogi untuk mengetahui jenis mineral yang terdapat dalam bahan baku. 0 Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Nomor, Tahun5, September 007 : 5

7 .. Konsentrasi Pelarut semakin lamanya proses pelindian. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa pereaksian pelarut asam Proses pelindian dengan variabel konsentrasi asam sulfat untuk dapat melarutkan mineral yang sulfat, dilakukan pada konsentrasi 5, 5, 55 dan mengandung titanium dioksida memerlukan waktu, 65 % berat. Hasil percobaan dapat dilihat pada Tabel karena partikel mineral tersebut berupa butiran dan secara grafis ditampilkan pada Gambar. Pada padatan, sehingga reaksi pelarutan berlangsung mulai Gambar dapat dilihat bahwa persen ekstraksi pada permukaan butiran mineral tersebut terlebih semakin menaik tajam dengan semakin tingginya dahulu, baru selanjutnya lapisan mineral yang lebih konsentrasi asam sulfat yang digunakan. Juga dapat dalam, sesuai dengan kaidah shringking core model terlihat bahwa dengan semakin tingginya konsentrasi (Carberry, 987). Proses reaksi ini membutuhkan pelarut, kenaikan kadar TiO juga semakin waktu untuk dapat dengan sempurna melarutkan meningkat. Kenaikan kadar TiO tersebut searah keseluruhan butiran partikel mineral. Oleh sebab itu, dengan kenaikan persentase ekstraksi TiO yang dengan semakin lamanya proses pereaksian, akan terdapat dalam larutan kaya. Kinetika reaksi pelarutan semakin banyak titanium dioksida yang terlarut, dan yang sesuai dengan reaksi (), menunjukkan bahwa semakin besar pula tingkat persentase ekstraksi yang semakin tingginya konsentrasi asam sulfat akan dihasilkan. memperkuat pereaksian pelarutan titanium dioksida membentuk ion TiO + yang terkonsentrasi dalam Pada Tabel dapat dilihat bahwa kenaikan kadar larutan kaya. Ion TiO + yang terbentuk sebagai ion TiO dengan waktu pelindian dari 5 ke menit positif, berada pada posisi tidak stabil, cenderung bereaksi dengan ion negatif yang ada, yaitu ion SO, sehingga terjadi reaksi lanjutan dengan ion SO membentuk senyawa larutan TiOSO. Semakin tinggi konsentrasi pelarut, semakin besar pula kemungkinan unsurunsur pengotor mineral lainnya yang terlarut. Hal tersebut mengakibatkan terganggunya reaksi pelarutan titanium dioksida dengan asam sulfat. Berkurangnya kemampuan asam sulfat untuk melarutkan titanium dioksida, mengakibatkan semakin sedikit terbentuk senyawa larutan TiOSO, sehingga kenaikan persen ekstraksi tidak terlalu banyak. Hal tersebut ditunjukkan dalam Tabel dan Gambar. Pada awalnya, grafik tingkat kenaikan persen ekstraksi pada konsentrasi asam sulfat 5 dan 5%, terdapat kenaikan persentase ekstraksi sebesar 6,5%, akan tetapi pada konsentrasi asam sulfat 55 dan 65% kenaikan persentase ekstraksi semakin rendah yaitu masingmasing 0, dan,%, ditunjukkan dengan semakin datarnya grafik tersebut sesudah konsentrasi 5%. Dari hasil percobaan dengan konsentrasi asam sulfat, kondisi optimum percobaan adalah pada konsentrasi asam sulfat 5% yang ditunjukkan oleh perbedaan tingkat kenaikan persentase ekstraksi terbesar yaitu 6,5% dengan kadar TiO mencapai 5% dan persentase eksraksi TiO sebesar,90%. hanya 0,6% TiO. Perbedaan kenaikan kadar TiO semakin besar pada waktu pelindian 5 dan 60 menit yaitu,55 dan,90%. Kenaikan kadar TiO yang dihasilkan sejalan dengan kenaikan persentase ekstraksi TiO. Persentase ekstraksi TiO yang tertinggi dicapai pada kondisi waktu pelarutan 60 menit, yaitu 79,9%. Dari keempat variabel waktu pelindian tersebut di atas, dapat diambil kondisi terbaik yaitu pada waktu pelindihan terlama (60 menit) dengan nilai persentase ekstraksi TiO 79,9% dan kadar TiO sebesar,5%... Temperatur Pelindian Proses pelindian dengan variabel temperatur pelindian dilakukan pada temperatur, 60, 90 dan 05 C. Data hasil percobaan dapat dilihat pada Tabel 5 dan Gambar 5. Pada Gambar 5 dapat dilihat bahwa kadar TiO pada larutan kaya semakin meningkat dengan semakin naiknya temperatur proses pelindian. Asam sulfat akan semakin reaktif bila temperatur proses dinaikkan. Kecepatan reaksi akan semakin meningkat dengan semakin tingginya temperatur proses. Hal tersebut sesuai dengan kaidah standard free energy pereaksian yang berbanding lurus dengan temperatur, sesuai dengan rumus : G = RT ln K.. Waktu Pelindian Proses pelindian dengan variabel waktu pelindian dilakukan pada 5,, 5 dan 60 menit. Hasil percobaan dapat dilihat pada Tabel dan Gambar. Pada Gambar dapat dilihat bahwa kadar TiO pada larutan kaya semakin meningkat dengan Kenaikan temperatur akan menimbulkan pereaksian yang semakin cepat sehingga akan semakin banyak titanium dioksida yang dapat diekstraksi dari mineral induknya. Proses pelindian yang dilakukan pada C menghasilkan persentase ekstraksi titanium dioksida sebesar 5,68%. Dari keempat variabel temperatur yang dilakukan pada penelitian Pemanfaatan Limbah Pertambangan Emas Kasongan... Ahmad Fuad Azmi Tanjung

8 menunjukkan bahwa kenaikan tertinggi terjadi pada 05 C ditunjukkan oleh kenaikan persentase ekstraksi mencapai 8,57%. Variabel dengan temperatur yang lebih tinggi tidak dapat dilakukan karena terbatasnya kemampuan peralatan. 5. KESIMPULAN Hasil analisis bahan baku dengan menggunakan pengamatan mokroskopis dan XRD menunjukkan bahwa titanium dioksida terdapat dalam bentuk senyawa ilmenit (FeTiO ) yang sulit untuk dipisahkan secara proses benefisiasi (pengolahan bahan galian), karena titanioum dioksida saling bersenyawa (intergrowth) dengan unsur besi. Percobaan pendahuluan yang dilakukan menggunakan proses konsentrasi magnetik dengan kekuatan magnit 0,5x0 gauss, serta proses reduksi pada 900 C selama menit menaikkan kadar titanium oksida dari 8,05 menjadi 5,% TiO. Percobaan utama menggunakan proses pelindian dengan asam sulfat yang dilakukan dengan variabel konsentrasi asam sulfat, waktu pelindian dan temperatur pelindian, memberikan hasil terbaik pada kondisi konsentrasi asam sulfat 5% (berat), waktu pelindian 60 menit serta temperatur pelindian 05 C, persentase ekstraksi TiO adalah 8,57%. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih disampaikan kepada rekanrekan di Laboratorium Pengolahan dan Metalurgi dan Laboratorium Pengujian Kimia Mineralogi yang telah membantu dalam melakukan preparasi percontoh, penyiapan peralatan dan percobaan. Terima kasih juga disampaikan kepada rekanrekan peneliti serta tim editor dan publikasi yang telah banyak memberikan saran, masukan, dan koreksi untuk pengangkatan mutu tulisan ini. DAFTAR PUSTAKA Bockris, J.O., and Khan, S.U.M., 99. Surface Electrochemistry: A Molecular Level Approach, Plenum Publishing Corporation, New York. Carberry, J.J. and Varma, A., (eds) 987. Chemical Reaction and Reactor Engineering, CRC Press, New York. Kelly, E.G., 98. Introduction to Mineral Processing, John Wiley & Sons., New York, 65 pp. Taggart, A.F., 95. Handbook of Mineral Dressing, John Wiley & Sons Inc., New York, pp. Weiss, N.L., (ed), 985. SME Mineral Processing Handbook, SME, American Institute of Mining, Metallurgical, and Petroleum Engineers Inc., New York. Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Nomor, Tahun5, September 007 : 5

9

KARAKTERISASI PELINDIAN PRODUK PEMANGGANGAN ALKALI (FRIT) DALAM MEDIA AIR DAN ASAM SULFAT

KARAKTERISASI PELINDIAN PRODUK PEMANGGANGAN ALKALI (FRIT) DALAM MEDIA AIR DAN ASAM SULFAT KARAKTERISASI PELINDIAN PRODUK PEMANGGANGAN ALKALI (FRIT) DALAM MEDIA AIR DAN ASAM SULFAT Vanessa I. Z. Nadeak 1, Suratman 2, Soesaptri Oediyani 3 [1]Mahasiswa Jurusan Teknik Metalurgi Universitas Sultan

Lebih terperinci

1 Departemen Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga

1 Departemen Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga Ekstraksi Titanium Dioksida (TiO 2 ) Berbahan Baku Pasir Besi dengan Metode Hidrometalurgi Luthfiana Dysi Setiawati 1, Drs. Siswanto, M.Si 1, DR. Nurul Taufiqu Rochman, M.Eng 2 1 Departemen Fisika, Fakultas

Lebih terperinci

STUDI EKSTRAKSI RUTILE (TiO 2 ) DARI PASIR BESI MENGGUNAKAN GELOMBANG MIKRO DENGAN VARIABEL WAKTU PENYINARAN GELOMBANG MIKRO

STUDI EKSTRAKSI RUTILE (TiO 2 ) DARI PASIR BESI MENGGUNAKAN GELOMBANG MIKRO DENGAN VARIABEL WAKTU PENYINARAN GELOMBANG MIKRO STUDI EKSTRAKSI RUTILE (TiO 2 ) DARI PASIR BESI MENGGUNAKAN GELOMBANG MIKRO DENGAN VARIABEL WAKTU PENYINARAN GELOMBANG MIKRO IGA A RI H IMANDO 2710 100 114 D O SEN P E MBIMBING SUNGGING P INTOWA N T ORO,

Lebih terperinci

Studi Pengaruh ph Proses Pelindian Pada Proses Ekstraksi Titanium Dioksida Dari Pasir Besi Tasikmalaya Dengan Menggunakan Metode Hidrometalurgi

Studi Pengaruh ph Proses Pelindian Pada Proses Ekstraksi Titanium Dioksida Dari Pasir Besi Tasikmalaya Dengan Menggunakan Metode Hidrometalurgi Studi Pengaruh ph Proses Pelindian Pada Proses Ekstraksi Titanium Dioksida Dari Pasir Besi Tasikmalaya Dengan Menggunakan Metode Hidrometalurgi Ina Fajria dan Bambang Suharno Teknik Metalurgi dan Material

Lebih terperinci

Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Penelitian yang sudah ada Pirometalurgi Hidrometalurgi Pelindian Sulfat Pelindian Pelindian Klorida Penelitian

Lebih terperinci

Ekstraksi Titanium Dioksida (Tio2) Berbahan Baku Limbah Peleburan Pasir Besi (Slag) Dengan Metode Kaustik.

Ekstraksi Titanium Dioksida (Tio2) Berbahan Baku Limbah Peleburan Pasir Besi (Slag) Dengan Metode Kaustik. Ekstraksi Titanium Dioksida (Tio2) Berbahan Baku Limbah Peleburan Pasir Besi (Slag) Dengan Metode Kaustik Titik Indrawati 1, Siswanto 1, Nurul Taufiqu Rochman 2 1 Program Studi Fisika Fakultas Sains dan

Lebih terperinci

KONSENTRASI PASIR BESI TITAN DARI PENGOTORNYA DENGAN CARA MAGNETIK

KONSENTRASI PASIR BESI TITAN DARI PENGOTORNYA DENGAN CARA MAGNETIK KONSENTRASI PASIR BESI TITAN DARI PENGOTORNYA DENGAN CARA MAGNETIK Deddy Sufiandi Pusat Penelitian Metalurgi LIPI Kawasan PUSPIPTEK Serpong-Tangerang 15314 E-mail : deddy.sufiandi@lipi.go.id Intisari Pasir

Lebih terperinci

STUDI REDUKSI RUTILE (TiO 2 ) DARI PASIR BESI MENGGUNAKAN GELOMBANG MIKRO DENGAN VARIABEL WAKTU PENYINARAN GELOMBANG MIKRO

STUDI REDUKSI RUTILE (TiO 2 ) DARI PASIR BESI MENGGUNAKAN GELOMBANG MIKRO DENGAN VARIABEL WAKTU PENYINARAN GELOMBANG MIKRO JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 STUDI REDUKSI RUTILE (TiO 2 ) DARI PASIR BESI MENGGUNAKAN GELOMBANG MIKRO DENGAN VARIABEL WAKTU PENYINARAN GELOMBANG MIKRO

Lebih terperinci

Recovery Logam Titanium Dioxide (TiO 2 ) dari Limbah Proses Pengambilan Pasir Besi

Recovery Logam Titanium Dioxide (TiO 2 ) dari Limbah Proses Pengambilan Pasir Besi LAPORAN PENELITIAN Recovery Logam Titanium Dioxide (TiO 2 ) dari Limbah Proses Pengambilan Pasir Besi Disusun Oleh : Mei Liana Sukarti 0931010003 PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN 3.1 Percobaan Percobaan tabling merupakan percobaan konsentrasi gravitasi berdasarkan perbedaan berat jenis dari mineral berharga dan pengotornya. Sampel bijih dipersiapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2005 menurut penelitian South East Asia Iron and Steel Institute, tingkat konsumsi baja per kapita di Indonesia sebesar 26,2 kg yang lebih rendah dibandingkan

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU PELINDIAN PADA PROSES PEMURNIAN SILIKON TINGKAT METALURGI MENGGUNAKAN LARUTAN HCl

PENGARUH WAKTU PELINDIAN PADA PROSES PEMURNIAN SILIKON TINGKAT METALURGI MENGGUNAKAN LARUTAN HCl PENGARUH WAKTU PELINDIAN PADA PROSES PEMURNIAN SILIKON TINGKAT METALURGI MENGGUNAKAN LARUTAN HCl Bintang Adjiantoro dan Efendi Mabruri Pusat Penelitian Metalurgi LIPI Kawasan Puspiptek Serpong, Gedung

Lebih terperinci

PROSEDUR DAN PERCOBAAN

PROSEDUR DAN PERCOBAAN BAB III PROSEDUR DAN PERCOBAAN 3.1 Prosedur Percobaan Prosedur percobaan yang dilakukan selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1. Gambar 3.1 Flow chart prosedur percobaan 24 25 3.1.1 Persiapan Red

Lebih terperinci

BAB V DASAR-DASAR PENGOLAHAN BAHAN GALIAN

BAB V DASAR-DASAR PENGOLAHAN BAHAN GALIAN BAB V DASAR-DASAR PENGOLAHAN BAHAN GALIAN 5.1. Pengolahan Bahan Galian Pengolahan Bahan Galian (Mineral dressing) adalah pengolahan mineral dengan tujuan untuk memisahkan mineral berharga dan gangue-nya

Lebih terperinci

PELINDIAN PASIR BESI MENGGUNAKAN METODE ELEKTROLISIS

PELINDIAN PASIR BESI MENGGUNAKAN METODE ELEKTROLISIS PELINDIAN PASIR BESI MENGGUNAKAN METODE ELEKTROLISIS Rizky Prananda(1410100005) Dosen Pembimbing Dosen Penguji : Suprapto, M.Si, Ph.D : Ita Ulfin S.Si, M.Si Djoko Hartanto, S.Si, M.Si Drs. Eko Santoso,

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Sebelum dilakukan sintesis katalis Cu/ZrSiO 4, serbuk zirkon (ZrSiO 4, 98%) yang didapat dari Program Studi Metalurgi ITB dicuci terlebih dahulu menggunakan larutan asam nitrat 1,0

Lebih terperinci

PEMBUATAN KONSENTRAT ZIRKON DARI PASIR ZIRKON KALIMANTAN BARAT

PEMBUATAN KONSENTRAT ZIRKON DARI PASIR ZIRKON KALIMANTAN BARAT PEMBUATAN KONSENTRAT ZIRKON DARI PASIR ZIRKON KALIMANTAN BARAT Sajima, Sunardjo, Mulyono -BATAN-Yogyakarta Jl Babarsari Nomor 21, Kotak pos 6101 Ykbb 55281 e-mail : ptapb@batan.go.id Abstrak PEMBUATAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN KADAR NIKEL BIJIH LIMONIT MELALUI PROSES REDUKSI SELEKTIF DENGAN VARIASI WAKTU DAN PERSEN REDUKTOR

PENINGKATAN KADAR NIKEL BIJIH LIMONIT MELALUI PROSES REDUKSI SELEKTIF DENGAN VARIASI WAKTU DAN PERSEN REDUKTOR PENINGKATAN KADAR NIKEL BIJIH LIMONIT MELALUI PROSES REDUKSI SELEKTIF DENGAN VARIASI WAKTU DAN PERSEN REDUKTOR Muhammad Ikhwanul Hakim 1,a, Andinnie Juniarsih 1, Iwan Setiawan 2 1 Jurusan Teknik Metalurgi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini didahului dengan perlakuan awal bahan baku untuk mengurangi pengotor yang terkandung dalam abu batubara. Penentuan pengaruh parameter proses dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 ALAT DAN BAHAN Pada penelitian ini alat-alat yang digunakan meliputi: 1. Lemari oven. 2. Pulverizing (alat penggerus). 3. Spatula/sendok. 4. Timbangan. 5. Kaca arloji

Lebih terperinci

Destruksi Mineral Ilmenit Dengan Asam Sulfat Di Dalam Reaktor Tangki Berpengaduk

Destruksi Mineral Ilmenit Dengan Asam Sulfat Di Dalam Reaktor Tangki Berpengaduk Destruksi Mineral Ilmenit Dengan Asam Sulfat Di Dalam Reaktor Tangki Berpengaduk Ahmad Fadli 1), Syaiful Bahri 1), Iis Sopyan 2), Sumardi 3) 1) Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Riau Telp/Fax.

Lebih terperinci

Pemurnian Serbuk Zirkonia dari Zirkon

Pemurnian Serbuk Zirkonia dari Zirkon TELAAH Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Volume 30 (1) 2012: 1-6 ISSN : 0125-9121 Pemurnian Serbuk Zirkonia dari Zirkon SLAMET PRIYONO DAN ERFIN Y FEBRIANTO Pusat penelitian Fisika LIPI, Komp Puspiptek

Lebih terperinci

PROSES PELARUTAN ASAM SULFAT DAN ASAM KLORIDA TERHADAP HASIL REDUKSI TERAK TIMAH

PROSES PELARUTAN ASAM SULFAT DAN ASAM KLORIDA TERHADAP HASIL REDUKSI TERAK TIMAH PROSES PELARUTAN ASAM SULFAT DAN ASAM KLORIDA TERHADAP HASIL REDUKSI TERAK TIMAH Eko Sulistiyono*, F.Firdiyono dan Ariyo Suharyanto Pusat Penelitian Metalurgi dan Material LIPI Gedung 470, Kawasan Puspiptek

Lebih terperinci

UJI SULFIDASI BIJIH BESI KALIMANTAN SELATAN DAN AMPAS PENGOLAHAN TEMBAGA PT. FREEPORT INDONESIA UNTUK KATALIS PENCAIRAN BATUBARA

UJI SULFIDASI BIJIH BESI KALIMANTAN SELATAN DAN AMPAS PENGOLAHAN TEMBAGA PT. FREEPORT INDONESIA UNTUK KATALIS PENCAIRAN BATUBARA UJI SULFIDASI BIJIH BESI KALIMANTAN SELATAN DAN AMPAS PENGOLAHAN TEMBAGA PT. FREEPORT INDONESIA UNTUK KATALIS PENCAIRAN BATUBARA Nining Sudini Ningrum Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral

Lebih terperinci

Penentuan Energi Ball Mill dengan Menggunakan Metode Indeks Kerja Bond. Jl. Tamansari No. 1 Bandung

Penentuan Energi Ball Mill dengan Menggunakan Metode Indeks Kerja Bond. Jl. Tamansari No. 1 Bandung Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Penentuan Energi Ball Mill dengan Menggunakan Metode Indeks Kerja Bond 1 Teja Sukmana 1 Prodi Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung, Jl.

Lebih terperinci

PERILAKU PELARUTAN LOGAM NIKEL DAN BESI DARI BIJIH NIKEL KADAR RENDAH SULAWESI TENGGARA

PERILAKU PELARUTAN LOGAM NIKEL DAN BESI DARI BIJIH NIKEL KADAR RENDAH SULAWESI TENGGARA PERILAKU PELARUTAN LOGAM NIKEL DAN BESI DARI BIJIH NIKEL KADAR RENDAH SULAWESI TENGGARA Solihin 1,* dan F. Firdiyono 2 1 Pusat Penelitian Geoteknologi-LIPI Komplek LIPI, Jl. Sangkuriang, Bandung 2 Pusat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Preparasi dan Laboratorim

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Preparasi dan Laboratorim 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Preparasi dan Laboratorim Flotasi Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara

Lebih terperinci

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Indonesia merupakan suatu negara yang sangat subur dan kaya akan hasil pertanian serta perikanannya, selain hal tersebut Indonesia memiliki aset

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemakaian batubara sebagai sumber energi telah menjadi salah satu pilihan di Indonesia sejak harga bahan bakar minyak (BBM) berfluktuasi dan cenderung semakin mahal.

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK FISIK PELLET DAN SPONGE IRON PADA BAHANBAKU LIMBAH KARAT DENGAN PASIR BESI SEBAGAI PEMBANDING

KARAKTERISTIK FISIK PELLET DAN SPONGE IRON PADA BAHANBAKU LIMBAH KARAT DENGAN PASIR BESI SEBAGAI PEMBANDING Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 KARAKTERISTIK FISIK PELLET DAN SPONGE IRON PADA BAHANBAKU LIMBAH KARAT DENGAN PASIR BESI SEBAGAI PEMBANDING Muhammad Amin*, Suharto*, Reni**, Dini** *UPT.Balai

Lebih terperinci

A STUDY ON MANGANESE LEACHING FROM MANGANESE DIOXIDE ORES BY USING SULFURIC ACID

A STUDY ON MANGANESE LEACHING FROM MANGANESE DIOXIDE ORES BY USING SULFURIC ACID STUDI PELINDIAN MANGAN SECARA REDUKSI DENGAN MENGGUNAKAN LARUTAN ASAM SULFAT A STUDY ON MANGANESE LEACHING FROM MANGANESE DIOXIDE ORES BY USING SULFURIC ACID Ahmad Royani 1, Rudi Subagja 2 dan Azwar Manaf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nikel merupakan logam berwarna perak keputihan yang mempunyai kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Nikel merupakan logam berwarna perak keputihan yang mempunyai kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mineral logam merupakan kekayaan alam tak terbarukan yang mempunyai peranan penting sebagai penopang perekonomian Indonesia. Salah satu mineral logam yang banyak dimanfaatkan

Lebih terperinci

EKSTRAKSI ALUMINA DARI RESIDU BAUKSIT UNTUK BAHAN BAKU ZEOLIT SINTETIS DENGAN PRODUK SAMPING KONSENTRAT BESI

EKSTRAKSI ALUMINA DARI RESIDU BAUKSIT UNTUK BAHAN BAKU ZEOLIT SINTETIS DENGAN PRODUK SAMPING KONSENTRAT BESI EKSTRAKSI ALUMINA DARI RESIDU BAUKSIT UNTUK BAHAN BAKU ZEOLIT SINTETIS DENGAN PRODUK SAMPING KONSENTRAT BESI Muchtar Aziz Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara Jl. Jend.Sudirman No. 623, Bandung Email:

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. II.1. Electrorefining

BAB II PEMBAHASAN. II.1. Electrorefining BAB II PEMBAHASAN II.1. Electrorefining Electrorefining adalah proses pemurnian secara elektrolisis dimana logam yangingin ditingkatkan kadarnya (logam yang masih cukup banyak mengandung pengotor)digunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perlakuan Awal dan Karakteristik Abu Batubara Abu batubara yang digunakan untuk penelitian ini terdiri dari 2 jenis, yaitu abu batubara hasil pembakaran di boiler tungku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. I.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. I. BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. I.1 Latar Belakang Pasir besi merupakan salah satu sumber besi yang dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN D

BAB I PENDAHULUAN D BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pendirian Pabrik Perkembangan industri di Indonesia semakin lama semakin meningkat, hal ini disebabkan karena terbukanya pasar bebas di seluruh dunia. Semakin majunya

Lebih terperinci

PEMBUATAN PIGMEN TITANIUM DIOKSIDA DENGAN MEDIUM KLORIDA

PEMBUATAN PIGMEN TITANIUM DIOKSIDA DENGAN MEDIUM KLORIDA PEMBUATAN PIGMEN TITANIUM DIOKSIDA DENGAN MEDIUM KLORIDA Solihin, Nurhayati Indah Ciptasari, Tri Arini Pusat Penelitian Metalurgi LIPI Kawasan Puspiptek Serpong, Gedung 470, Tangerang 15314 E-mail : solihin@lipi.go.id

Lebih terperinci

Material dengan Kandungan Karbon Tinggi dari Pirolisis Tempurung Kelapa untuk Reduksi Bijih Besi

Material dengan Kandungan Karbon Tinggi dari Pirolisis Tempurung Kelapa untuk Reduksi Bijih Besi Material dengan Kandungan Karbon Tinggi dari Pirolisis Tempurung Kelapa untuk Reduksi Bijih Besi Anton Irawan, Ristina Puspa dan Riska Mekawati *) Jurusan Teknik Kimia, Fak. Teknik, Universitas Sultan

Lebih terperinci

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.35, 2014 KEMENESDM. Peningkatan. Nilai Tambah. Mineral. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENINGKATAN

Lebih terperinci

PENGOLAHAN BIJIH BESI DARI TASIKMALAYA DENGAN METODE REDUKSI

PENGOLAHAN BIJIH BESI DARI TASIKMALAYA DENGAN METODE REDUKSI PROSIDING PEMAPARAN HASIL PENELITIAN PUSAT PENELITIAN GEOTEKNOLOGI LIPI TAHUN 2014 Peran Penelitian Geoteknologi untuk Menunjang Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia PENGOLAHAN BIJIH BESI DARI TASIKMALAYA

Lebih terperinci

UJI COBA PROSES REDUKSI BIJIH BESI LOKAL MENGGUNAKAN ROTARY KILN

UJI COBA PROSES REDUKSI BIJIH BESI LOKAL MENGGUNAKAN ROTARY KILN SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA V Kontribusi Kimia dan Pendidikan Kimia dalam Pembangunan Bangsa yang Berkarakter Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 6 April 2013

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen laboratorium yang meliputi dua tahap. Tahap pertama dilakukan identifikasi terhadap komposis kimia dan fase kristalin

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian berikut: Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir Mulai Persiapan alat dan bahan Meshing 100 + AAS Kalsinasi + AAS

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian yang dilakukan ini menggunakan metode eksperimen. Eksperimen dilakukan di beberapa tempat yaitu Laboratorium Kemagnetan Bahan, Jurusan Fisika, FMIPA Universitas

Lebih terperinci

Pulp dan kayu - Cara uji kadar lignin - Metode Klason

Pulp dan kayu - Cara uji kadar lignin - Metode Klason Standar Nasional Indonesia ICS 85.040 Pulp dan kayu - Cara uji kadar lignin - Metode Klason Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

Recovery Logam Ag Menggunakan Resin Penukar Ion

Recovery Logam Ag Menggunakan Resin Penukar Ion PRAKTIKUM PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI Recovery Logam Ag Menggunakan Resin Penukar Ion Pembimbing : Endang Kusumawati, MT Disusun Oleh : IndraPranata R 091431013 Irena Widelia 091431014 Irma Ariyanti 091431015

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Silikon dioksida (SiO 2 ) merupakan komponen utama di dalam pasir kuarsa yang terdiri dari unsur silikon dan oksigen, biasanya di temukan di alam pada pasir kuarsa,

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. Salah satu industri yang cukup berkembang di Indonesia saat ini adalah

1 BAB I PENDAHULUAN. Salah satu industri yang cukup berkembang di Indonesia saat ini adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu industri yang cukup berkembang di Indonesia saat ini adalah industri baja. Peningkatan jumlah industri di bidang ini berkaitan dengan tingginya kebutuhan

Lebih terperinci

Study Proses Reduksi Mineral Tembaga Menggunakan Gelombang Mikro dengan Variasi Daya dan Waktu Radiasi

Study Proses Reduksi Mineral Tembaga Menggunakan Gelombang Mikro dengan Variasi Daya dan Waktu Radiasi LOGO Study Proses Reduksi Mineral Tembaga Menggunakan Gelombang Mikro dengan Variasi Daya dan Waktu Radiasi Nur Rosid Aminudin 2708 100 012 Dosen Pembimbing: Dr. Sungging Pintowantoro,ST.,MT Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN FLUX DOLOMITE PADA PROSES CONVERTING PADA TEMBAGA MATTE MENJADI BLISTER

PENGARUH PENAMBAHAN FLUX DOLOMITE PADA PROSES CONVERTING PADA TEMBAGA MATTE MENJADI BLISTER JURNAL TEKNIK POMITS Vol. x, No. x, (2014) ISSN: xxxx-xxxx (xxxx-xxxx Print) 1 PENGARUH PENAMBAHAN FLUX DOLOMITE PADA PROSES CONVERTING PADA TEMBAGA MATTE MENJADI BLISTER Girindra Abhilasa dan Sungging

Lebih terperinci

Hubungan Ukuran Butir Terhadap Suseptibilitas Magnetik dan Kandungan Unsur Mineral Magnetik Pasir Besi Pantai Sunur Kabupaten Padang Pariaman

Hubungan Ukuran Butir Terhadap Suseptibilitas Magnetik dan Kandungan Unsur Mineral Magnetik Pasir Besi Pantai Sunur Kabupaten Padang Pariaman ISSN 2302-8491 Jurnal Fisika Unand Vol. 5, No. 3, Juli 2016 238 Hubungan Ukuran Butir Terhadap Suseptibilitas Magnetik dan Kandungan Unsur Mineral Magnetik Pasir Besi Pantai Sunur Kabupaten Padang Pariaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Industri besi baja merupakan basic industry yang merupakan penopang pembangunan suatu bangsa. Dari tahun ke tahun tingkat produksi baja dunia terus mengalami peningkatan

Lebih terperinci

3 Percobaan. Peralatan yang digunakan untuk sintesis, karakterisasi, dan uji aktivitas katalis beserta spesifikasinya ditampilkan pada Tabel 3.1.

3 Percobaan. Peralatan yang digunakan untuk sintesis, karakterisasi, dan uji aktivitas katalis beserta spesifikasinya ditampilkan pada Tabel 3.1. 3 Percobaan 3.1 Peralatan Peralatan yang digunakan untuk sintesis, karakterisasi, dan uji aktivitas katalis beserta spesifikasinya ditampilkan pada Tabel 3.1. Tabel 3.1 Daftar peralatan untuk sintesis,

Lebih terperinci

PENGUKURAN INDUKSI MAGNETIK TOTAL DAN IDENTIFIKASI KANDUNGAN ELEMEN ENDAPAN PASIR BESI DI PANTAI BAGIAN SELATAN KOTA PADANG SUMATERA BARAT

PENGUKURAN INDUKSI MAGNETIK TOTAL DAN IDENTIFIKASI KANDUNGAN ELEMEN ENDAPAN PASIR BESI DI PANTAI BAGIAN SELATAN KOTA PADANG SUMATERA BARAT Jurnal Komunikasi Fisika Indonesia http://ejournal.unri.ac.id./index.php/jkfi Jurusan Fisika FMIPA Univ. Riau Pekanbaru. http://www.kfi.-fmipa.unri.ac.id Edisi April 2017. p-issn.112-2960.; e-2579-521x

Lebih terperinci

PELINDIAN NIKEL DAN BESI PADA MINERAL LATERIT DARI KEPULAUAN BULIHALMAHERA TIMUR DENGAN LARUTAN ASAM KLORIDA

PELINDIAN NIKEL DAN BESI PADA MINERAL LATERIT DARI KEPULAUAN BULIHALMAHERA TIMUR DENGAN LARUTAN ASAM KLORIDA SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA VII Penguatan Profesi Bidang Kimia dan Pendidikan Kimia Melalui Riset dan Evaluasi Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan P.MIPA FKIP UNS Surakarta, 18 April

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PASIR BESI DARI PANTAI SELATAN KULONPROGO UNTUK MATERIAL PESAWAT TERBANG

KARAKTERISTIK PASIR BESI DARI PANTAI SELATAN KULONPROGO UNTUK MATERIAL PESAWAT TERBANG KARAKTERISTIK PASIR BESI DARI PANTAI SELATAN KULONPROGO UNTUK MATERIAL PESAWAT TERBANG Indreswari Suroso Program Studi Aeronautika, Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan, Yogyakarta Email: indreswari.suroso@gmail.com

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Repub

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Repub BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.98, 2017 KEMEN-ESDM. Nilai Tambah Mineral. Peningkatan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2017 TENTANG PENINGKATAN

Lebih terperinci

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES. dalam alkohol (Faith and Keyes,1957).

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES. dalam alkohol (Faith and Keyes,1957). II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES A. Jenis-Jenis Proses Aluminium sulfat atau yang lebih dikenal dengan tawas merupakan salah satu bahan kimia yang sangat diperlukan baik dalam industri pengolahan air. Alum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Partikel adalah unsur butir (dasar) benda atau bagian benda yang sangat kecil dan berdimensi; materi yang sangat kecil, seperti butir pasir, elektron, atom, atau molekul;

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Mineragrafi

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Mineragrafi BAB IV PEMBAHASAN Metode tabling adalah metode konsentrasi gravitasi yang digunakan untuk memisahkan dua atau lebih mineral berdasarkan perbedaan berat jenis dari mineral berharga dan pengotornya. Kriteria

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Larutan Garam Klorida Besi dari Pasir Besi Hasil reaksi bahan alam pasir besi dengan asam klorida diperoleh larutan yang berwarna coklat kekuningan, seperti ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang kecenderungan pemakaian bahan bakar sangat tinggi sedangkan sumber bahan bakar minyak bumi yang di pakai saat ini semakin menipis. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

PEMANFAATAN AIR LAUT PADA PEMBUATAN Mg(OH) 2 DENGAN PENAMBAHAN Ca(OH) 2 DARI DOLOMIT

PEMANFAATAN AIR LAUT PADA PEMBUATAN Mg(OH) 2 DENGAN PENAMBAHAN Ca(OH) 2 DARI DOLOMIT Pemanfaatan Air Laut Pada Pembuatan Mg (OH) (Suprihatin) 19 PEMANFAATAN AIR LAUT PADA PEMBUATAN Mg(OH) DENGAN PENAMBAHAN Ca(OH) DARI DOLOMIT Suprihatin Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Seiring kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan. dibutuhkan suatu material yang memiliki kualitas baik seperti kekerasan yang

I. PENDAHULUAN. Seiring kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan. dibutuhkan suatu material yang memiliki kualitas baik seperti kekerasan yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan yang semakin pesat, dibutuhkan suatu material yang memiliki kualitas baik seperti kekerasan yang tinggi, porositas yang

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Peralatan Penelitian Bahan-bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini antara lain bubuk magnesium oksida dari Merck, bubuk hidromagnesit hasil sintesis penelitian

Lebih terperinci

PELARUTAN TERAK TIMAH BANGKA MENGGUNAKAN

PELARUTAN TERAK TIMAH BANGKA MENGGUNAKAN PELARUTAN TERAK TIMAH BANGKA MENGGUNAKAN LARUTAN NaOH Ariyo Suharyanto*, Eko Sulistiyono dan F.Firdiyono Pusat Penelitian Metalurgi dan Material LIPI Gedung 470, Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan

Lebih terperinci

PROSES PEMUTIHAN ZEOLIT SEBAGAI BAHAN PENGISI KERTAS

PROSES PEMUTIHAN ZEOLIT SEBAGAI BAHAN PENGISI KERTAS PROSES PEMUTIHAN ZEOLIT SEBAGAI BAHAN PENGISI KERTAS Mukharomah Nur Aini * dan Lies Indriati *Staf Peneliti Balai Besar Pulp dan Kertas BLEACHING PROCESS OF ZEOLITE AS PAPER FILLER ABSTRACT Utilization

Lebih terperinci

DESAIN PROSES PENINGKATAN KADAR BIJIH BESI KALIMANTAN SELATAN

DESAIN PROSES PENINGKATAN KADAR BIJIH BESI KALIMANTAN SELATAN DESAIN PROSES PENINGKATAN KADAR BIJIH BESI KALIMANTAN SELATAN Nuryadi Saleh, Pramusanto, Yuhelda Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara tekmira nuryadi@tekmira.esdm.go.id S A

Lebih terperinci

Afdal, Elio Nora Islami. Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas, Padang

Afdal, Elio Nora Islami. Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas, Padang KARAKTERISASI MAGNETIK BATUAN BESI DARI BUKIT BARAMPUANG, NAGARI LOLO, KECAMATAN PANTAI CERMIN, KABUPATEN SOLOK, SUMATERA BARAT (MAGNETIC CHARACTERIZATION OF IRON STONE OF BARAMPUANG HILL, NAGARI LOLO,

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III.1 Tahapan Penelitian Penelitian dilakukan dalam beberapa tahap pelaksanaan yang secara umum digambarkan oleh bagan alir di bawah ini: MULAI Pengambilan sample Lumpur Sidoardjo

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan sejak bulan Februari hingga Agustus 2015. Ekstraksi hemin dan konversinya menjadi protoporfirin dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

RECOVERY ALUMINA (Al 2 O 3 ) DARI COAL FLY ASH (CFA) MENJADI POLYALUMINUM CHLORIDE (PAC)

RECOVERY ALUMINA (Al 2 O 3 ) DARI COAL FLY ASH (CFA) MENJADI POLYALUMINUM CHLORIDE (PAC) RECOVERY ALUMINA (Al 2 O 3 ) DARI COAL FLY ASH (CFA) MENJADI POLYALUMINUM CHLORIDE (PAC) Ninik Lintang Edi Wahyuni Teknik Kimia Politeknik Negeri Bandung Jl. Gegerkalong Hilir Ds Ciwaruga, Bandung 40012

Lebih terperinci

STUDI RANCANG BANGUN MICROWAVE BATCH FURNACE UNTUK PROSES REDUKSI PASIR BESI DENGAN OPTIMASI LAMA RADIASI

STUDI RANCANG BANGUN MICROWAVE BATCH FURNACE UNTUK PROSES REDUKSI PASIR BESI DENGAN OPTIMASI LAMA RADIASI STUDI RANCANG BANGUN MICROWAVE BATCH FURNACE UNTUK PROSES REDUKSI PASIR BESI DENGAN OPTIMASI LAMA RADIASI Oleh : Yuhandika Yusuf (2709100083) Dosen Pembimbing : Dr. Sungging Pintowantoro S.T., M.T. JURUSAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tahun 2011 di Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tahun 2011 di Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitiaan Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September tahun 2011 di Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi

Lebih terperinci

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA NANOSILIKA PASIR Anggriz Bani Rizka (1110 100 014) Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat Triwikantoro M.Si JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

Laju Korosi Baja Dalam Larutan Asam Sulfat dan Dalam Larutan Natrium Klorida

Laju Korosi Baja Dalam Larutan Asam Sulfat dan Dalam Larutan Natrium Klorida Laju Korosi Baja Dalam Larutan Asam Sulfat dan Dalam Larutan Natrium Klorida Diah Riski Gusti, S.Si, M.Si, jurusan PMIPA FKIP Universitas Jambi Abstrak Telah dilakukan penelitian laju korosi baja dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bauksit Bauksit merupakan bahan yang heterogen, yang mengandung mineral dari oksida aluminium, yaitu berupa mineral buhmit (Al 2 O 3.H 2 O) dan mineral gibsit (Al 2 O 3.3H 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak memadai, dan kadar air tanah yang melebihi, Permasalahan umum yang sering dijumpai dalam pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. tidak memadai, dan kadar air tanah yang melebihi, Permasalahan umum yang sering dijumpai dalam pelaksanaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang sering terjadi pada proyek pembangunan jalan adalah terjadinya penurunan tanah timbunan jalan, sehingga terjadi kerusakan pada aspal. Terjadinya penurunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Zirkonium (Zr) merupakan unsur golongan IVB bersama-sama dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Zirkonium (Zr) merupakan unsur golongan IVB bersama-sama dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Zirkonium (Zr) merupakan unsur golongan IVB bersama-sama dengan titanium (Ti) dan Hafnium (Hf). Zirkonium memiliki nomor atom 40 dengan berat atom 91,22 g/mol dan konfigurasi

Lebih terperinci

PENGAMBILAN TEMBAGA DARI BATUAN BORNIT (Cu5FeS4) VARIASI RAPAT ARUS DAN PENGOMPLEKS EDTA SECARA ELEKTROKIMIA

PENGAMBILAN TEMBAGA DARI BATUAN BORNIT (Cu5FeS4) VARIASI RAPAT ARUS DAN PENGOMPLEKS EDTA SECARA ELEKTROKIMIA PENGAMBILAN TEMBAGA DARI BATUAN BORNIT (Cu5FeS4) VARIASI RAPAT ARUS DAN PENGOMPLEKS EDTA SECARA ELEKTROKIMIA Abdul Haris, Didik Setiyo Widodo dan Lina Yuanita Laboratorium Kimia Analitik Jurusan Kimia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari pengamatan terhadap penambangan bijih bauksit yang terdapat di Propinsi Kalimantan Barat, ditemukan bahwa endapan bauksit di daerah ini termasuk ke dalam jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Data Konsumsi Baja Per Kapita (Yusuf, 2005)

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Data Konsumsi Baja Per Kapita (Yusuf, 2005) BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Permintaan dunia akan baja, dewasa ini mengalami peningkatan yang signifikan. Permintaan tersebut khususnya datang dari negara-negara berkembang di Asia yang tengah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum tentang pemanfaatan daun matoa sebagai adsorben untuk menyerap logam Pb dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1. Preparasi

Lebih terperinci

PENENTUAN TINGKAT KEMAGNETAN DAN INDUKSI MAGNETIK TOTAL ENDAPAN PASIR LAUT PANTAI PADANG SEBAGAI FUNGSI KEDALAMAN

PENENTUAN TINGKAT KEMAGNETAN DAN INDUKSI MAGNETIK TOTAL ENDAPAN PASIR LAUT PANTAI PADANG SEBAGAI FUNGSI KEDALAMAN Jurnal Komunikasi Fisika Indonesia http://ejournal.unri.ac.id./index.php/jkfi Jurusan Fisika FMIPA Univ. Riau Pekanbaru. http://www.kfi.-fmipa.unri.ac.id Edisi April 217. p-issn.1412-296.; e-2579-521x

Lebih terperinci

PEMBUATAN NATRIUM SULFAT ANHIDRAT (NA 2 SO 4 )

PEMBUATAN NATRIUM SULFAT ANHIDRAT (NA 2 SO 4 ) PEMBUATAN NATRIUM SULFAT ANHIDRAT (NA 2 SO 4 ) Senadi Budiman ABSTRAK Natrium sulfat anhidrat (Na 2 SO 4 ) merupakan senyawa anorganik yang banyak dibutuhkan dalam berbagai industri, diantaranya digunakan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. PENELITIAN PENDAHULUAN 4.1.1. Analisis Kandungan Senyawa Kimia Pada tahap ini dilakukan analisis proksimat terhadap kandungan kimia yang terdapat dalam temulawak kering yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada ASEAN 3+ (China, Japan and Korea) Ministers on Energy Meeting (AMEM+3) yang diadakan di Bali Indonesia pada tanggal 25 September 2013, para menteri menyepakati

Lebih terperinci

KAJIAN SINTESIS GIPSUM DARI BATU GAMPING ASAL SULAWESI TENGAH [STUDY SYNTHESIS OF GYPSUM FROM LIMESTONE IN CENTRAL SULAWESI]

KAJIAN SINTESIS GIPSUM DARI BATU GAMPING ASAL SULAWESI TENGAH [STUDY SYNTHESIS OF GYPSUM FROM LIMESTONE IN CENTRAL SULAWESI] KAJIAN SINTESIS GIPSUM DARI BATU GAMPING ASAL SULAWESI TENGAH [STUDY SYNTHESIS OF GYPSUM FROM LIMESTONE IN CENTRAL SULAWESI] Gloria Yoanita 1*), Mappiratu 1), Prismawiryanti 1) 1) Jurusan Kimia FMIPA Universitas

Lebih terperinci

Lenny Marcillina, Erwin, dan Tengku Emrinaldi

Lenny Marcillina, Erwin, dan Tengku Emrinaldi PENENTUAN NILAI TINGKAT KEMAGNETAN DAN SUSEPTIBILITAS MAGNETIK ENDAPAN PASIR BESI SEBAGAI FUNGSI KEDALAMAN DI PANTAI ARTA DAN PANTAI KATA PARIAMAN SUMATERA BARAT Lenny Marcillina, Erwin, dan Tengku Emrinaldi

Lebih terperinci

Pembuatan Kristal Tembaga Sulfat Pentahidrat (CuSO 4.5H 2 O) dari Tembaga Bekas Kumparan

Pembuatan Kristal Tembaga Sulfat Pentahidrat (CuSO 4.5H 2 O) dari Tembaga Bekas Kumparan JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-121 Pembuatan Kristal Tembaga Sulfat Pentahidrat (CuSO 4.5H 2 O) dari Tembaga Bekas Kumparan Fitrony, Rizqy Fauzi, Lailatul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang perindustrian. Salah satu konsumsi nikel yang paling besar adalah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. bidang perindustrian. Salah satu konsumsi nikel yang paling besar adalah sebagai BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Nikel merupakan salah satu bahan penting yang banyak dibutuhkan dalam bidang perindustrian. Salah satu konsumsi nikel yang paling besar adalah sebagai bahan baku pembuatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan selama bulan februari sampai Agustus 2015 di Laboratorium Kimia Material dan Hayati FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia,

Lebih terperinci

REDUKSI PASIR BESI PANTAI SIGANDU KABUPATEN BATANG MENJADI SPONGE IRON MENGGUNAKAN BURNER GAS ASETILIN

REDUKSI PASIR BESI PANTAI SIGANDU KABUPATEN BATANG MENJADI SPONGE IRON MENGGUNAKAN BURNER GAS ASETILIN REDUKSI PASIR BESI PANTAI SIGANDU KABUPATEN BATANG MENJADI SPONGE IRON MENGGUNAKAN BURNER GAS ASETILIN *Itsnain Aji Pangestu 1, Sugeng Tirta Atmadja 2, Yusuf Umardani 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin,

Lebih terperinci

BAB III BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September

BAB III BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September BAB III BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September tahun 2011 di Laboratorium Riset kimia makanan dan material, untuk

Lebih terperinci

DIGESTI MONASIT BANGKA DENGAN ASAM SULFAT

DIGESTI MONASIT BANGKA DENGAN ASAM SULFAT DIGESTI MONASIT BANGKA DENGAN ASAM SULFAT Riesna Prassanti Pusat Pengembangan Geologi Nuklir, Badan Tenaga Nuklir Nasional Jalan Lebak Bulus Raya No. 9 Jakarta Selatan, Indonesia Email : riesna@batan.go.id

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Fisher Indicator Universal Hotplate Stirrer Thermilyte Difraktometer Sinar-X Rigaku 600 Miniflex Peralatan Gelas Pyrex

Lebih terperinci

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Pengaruh Arus Listrik Terhadap Hasil Elektrolisis Elektrolisis merupakan reaksi yang tidak spontan. Untuk dapat berlangsungnya reaksi elektrolisis digunakan

Lebih terperinci