BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tinggal di suatu tempat dalam batas wilayah tertentu (Mantra, 2009).

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tinggal di suatu tempat dalam batas wilayah tertentu (Mantra, 2009)."

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penduduk Pengertian Penduduk adalah orang dalam matranya sebagai pribadi, anggota keluarga, anggota masyarakat, warga negara dan himpunan kuantitas yang bertempat tinggal di suatu tempat dalam batas wilayah tertentu (Mantra, 2009). Beberapa teori-teori tentang kependudukan mutakhir yang merupakan reformulasi teori kependudukan yang ada : 1. Teori Maltusian Aliran ini dipelopori oleh Thomas Robert Malthus, seorang pendeta Inggris, hidup pada tahun 1766 hingga tahun Pada permulaan tahun 1798 lewat karangannya yang berjudul: Essai on Principle of Populations as it Affect the Future Improvement of Society, with Remarks on the Speculation of Mr. Godwin, M. Condorcet, and Other Writers, menyatakan bahwa penduduk (seperti juga tumbuh-tumbuhan dan binatang) apabila tidak ada pembatasan, akan berkembang biak dengan cepat dan memenuhi dengan cepat beberapa bagian dari permukaan bumi ini. Tingginya pertumbuhan penduduk ini disebabkan karena hubungan kelamin antara laki-laki dan perempuan tidak bisa dihentikan. Disamping itu Malthus berpendapat bahwa manusia untuk hidup memerlukan bahan makanan, sedangkan laju pertumbuhan bahan makanan jauh lebih lambat dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk. Apabila tidak diadakan pembatasan terhadap pertumbuhan

2 penduduk, maka manusia akan mengalami kekurangan bahan makanan. Inilah sumber dari kemelaratan dan kemiskinan manusia. Menurut Malthus pembatasan tersebut dapat dilaksanakan dengan preventive checks dan positive checks. Preventive checks ialah pengurangan penduduk melalui penekanan kelahiran. Preventive checks dapat dibagi menjadi dua, yaitu: moral restraint dan vice. Moral restraint (pengekangan diri) yaitu segala usaha untuk mengekang nafsu seksual, dan vice pengurangan kelahiran seperti: pengguguran kandungan, penggunaan alat-alat kontrasepsi, homoseksual, promiscuity, adultery sedangkan Positive checks adalah pengurangan penduduk melalui proses kematian (Mantra, 2009). 2. Teori Neo-Malthusians Pada akhir abad ke-19 dan permulaan abad ke-20, teori Maltus mulai diperdebatkan oleh kelompok Neo-Malthusians mereka tidak sependapat dengan Malthus bahwa mengurangi jumlah penduduk cukup dengan moral restraint saja. Untuk keluar dari perangkap Malthus mereka menganjurkan menggunakan cara preventive cheks. Menurut kelompok ini yang dipelopori oleh Garrett Hardin dan Paul Ehrlich pada abad ke-20 (pada tahun 1950), dunia baru yang pada jaman Maltus masih kosong kini sudah mulai dengan manusia. Paul Ehrlich dalam bukunya The Population Bomb pada tahun 1971 menggambarkan penduduk dan lingkungan yang ada pada saat ini Dunia ini sudah terlalu banyak manusia, Keadaan bahan makanan sangat terbatas dan Lingkungan sudah banyak yang rusak dan tercemar.

3 3. Teori Marxist Menurut Marxist tekanan penduduk yang terdapat disuatu negara bukan tekanan penduduk terhadap bahan makanan, tetapi tekanan penduduk karena kesempatan kerja. Kemiskinan terjadi bukan disebabkan karena pertumbuhan penduduk yang terlalu cepat, tetapi karena kesalahan masyarakat itu sendiri seperti yang terdapat pada negara-negara Kapitalis. 4. Teori Fisiologi dan Sosial Ekonomi a. John Stuart Mill, seorang ahli filsafat dan ahli ekonomi berkebangsaan Inggris dapat menerima pendapat Maltus mengenai laju pertumbuhan penduduk melampaui laju pertumbuhan bahan makanan sebagai suatu aksioma. Namun ia berpendapat bahwa pada situasi tertentu manusia dapat mempengaruhi perilaku demografinya dan juga ia mengatakan apabila produktivitas seseorang tinggi ia cenderung ingin mempunyai keluarga kecil (fertilitas akan rendah). b. Arsene Dumont adalah seorang ahli demografi bangsa perancis yang hidup pada akhir abad ke-19 pada tahun 1890 menulis sebuah artikel berjudul Depopulation et Civilization Ia melancarkan teori penduduk baru yang disebut dengan teori Kapilaritas sosial (theory fo sosial capilarity). Kapilaritas sosial mengacu kepada keinginan seseorang untuk mencapai kedudukan yang tinggi dimasyarakat secara demokrasi. c. Emile Durkheim, seorang ahli sosiologis Perancis yang hidup pada akhir abad ke-19 Ia menekankan perhatianya pada keadaan pertumbuhan

4 penduduk yang tinggi disebakan karena laju pertumbuhan penduduk yang cepat, akan timbul persaingan di antara penduduk untuk dapat mempertahankan hidup. Apabila dibandingkan antara masyarakat tradisional dan masyarakat industri akan terlihat bahwa pada masyarakat tradisional tidak terjadi persaingan yang ketat dalam memperoleh pekerjaan, tetapi pada masyarakat industri akan terjadi sebaliknya. Hal ini disebabkan karena ada masyarakat industri tingkat pertumbuhan dan kepadatan penduduk tinggi. d. Michael Thomas Sadler dan Doubleday, kedua ahli ini adalah penganut teori fisiologi. Sadler mengemukakan bahwa daya reproduksi manusia dibatasi oleh jumlah penduduk yang ada di suatu negara atau wilayah jika kepadatan penduduk tinggi, daya reproduksi manusia akan menurun, sebaliknya jika kepadatan penduduk rendah daya reproduksi manusia akan meningkat. Doubleday berpendapat bahwa daya reproduksi penduduk berbanding terbalik dengan bahan makanan yang tersedia. Teori fisiologis ini banyak diilhami oleh teori aksi dan reaksi dalam meninjau perkekmbangan penduduk suatu negara. Teori ini dapat menjelaskan bahwa semakin tinggi tingkat mortalitas penduduk semakin tinggi pula tingkat produksi manusia. Pertumbuhan penduduk merupakan keseimbangan yang dinamis antara kekuatan-kekuatan yang menambah dan kekuatan-kekuatan yang mengurangi jumlah penduduk. Secara terus menerus penduduk disuatu wilayah dipengaruhi oleh besarnya kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), in-migration (migrasi

5 masuk) dan out-migration (migrasi keluar). Besar kecilnya laju pertambahan penduduk disuatu wilayah sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya komponen pertumbuhan penduduk. Pada periode tahun laju pertumbuhan Daerah Istimewa Yogyakarta 0,57% per tahun rendahnya angka laju pertumbuhan penduduk disebabkan karena besarnya angka migrasi penduduk yang keluar. Sebaliknya untuk provinsi Kalimantan Timur pada periode tahun jumlah migran masuk jauh melebihi jumlah migran keluar sehingga migran neto positif, sedangkan di Indonesia laju pertumbuhan penduduk per tahun dipengaruhi oleh selisih jumlah kelahiran dengan julah kematian atau pertumbuhan penduduk alami karena jumlah orang Indonesia yang menetap diluar jumlahnya sedikit. Metode yang amat sederhana untuk menghitung perubahan/pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun menggunakan persamaan berimbang (the balancing equation) yaitu: P t P o ( B D) ( IM OM) Dimana : Pt Po B D IM OM (B-D) : banyaknya penduduk pada tahun akhir : banyaknya penduduk pada tahun awal : banyaknya kelahiran : banyaknya kematian : banyaknya migrasi masuk : banyaknya migrasi keluar : pertumbuhan penduduk alamiah (IM-OM) : migrasi netto (Prayoga, 2007 dan Mantra, 2009).

6 2.1.2 Bentuk Piramida Penduduk Sampai saat ini dalam demografi dikenal 5 bentuk model piramida penduduk yaitu : Gambar 2.1 Model piramida penduduk Model I. Piramida penduduk model ini mempunyai dasar lebar dan slope tidak terlalu curam atau datar. Bentuk semacam ini terdapat pada penduduk dengan tingkat kelahiran dan kematian sangat tinggi, sebelum mereka mengadakan pengendalian terhadap kelahiran

7 maupun kematian. Umur median rendah sedangkan angka beban tanggungan (dependency ratio) tinggi. Contoh pada Negara India tahun 1951 dan Negara Indonesia tahun Model II. Dibandingkan dengan model I maka dasar piramida model II lebih lebar dan slope lebih curam sesudah kelompok umur 0-4 tahun sampai ke pincak piramida. Terdapat pada negara dengan permulaan pertumbuhan penduduk yang tinggi/cepat akibat adanya penurunan tingkat kematian bayi dan anak-anak tetapi belum ada penurunan tingkat fertilitas. Median age (umur media) sangat rendah dan angka beban tanggungan (dependency ratio) merupakan yang tertinggi di dunia. Contoh Negara Srilanka, Meksiko dan Brasil. Model III. Bentuk piramida ini dikenal dengan bentuk sarang tawon kuno (old fashioned beehive) terdapat pada Negara dengan tingkat kelahiran yang rendah begitu pula tingkat kematian yang rendah. Karateristik yang dimiliki piramida ini adalah umur median sangat tinggi, dengan beban tanggungan sangat rendah terutama pada kelompok umur tua. Contoh pada Negara Eropa. Model IV. Piramida penduduk dengan bentuk lonceng/genta (the bellshape pyramid) bentuk ini dicapai oleh negara-negara yang yang paling sedikit sudah 100 tahun mengalami penurunan tingkat fertilitas (kelahiran) dan kematian. Umur median cenderung menurun dan angka beban tanggungan meninggi. Contoh Negara Amerika Serikat.

8 Model V. Terdapat pada negara yang menjalani penurunan drastis yang tingkat kelahiran dan kematian sangat rendah. Penurunan tingkat kelahiran yang terus menerus akan menyebabkan berkurangnya jumlah absolut dari pada penduduk. Contoh Negara Jepang (Prayoga, 2007) Tiga Ciri Penduduk (The Three General Population) Berdasarkan komposisi umur dan jenis kelamin maka karateristik penduduk dari suatu negara dapat dibedakan atas 3 ciri, yaitu: 1. Expansive adalah sebagian besar penduduk berda dalam kelompok umur termuda. Contoh Indonesia. 2. Constrictive adalah sebagian kecil penduduk berada dalam kelompok umur termuda. Contoh Amerika Serikat. 3. Stationary adalah Banyaknya penduduk dalam setiap kelompok umur hampir sama banyaknya dan mengecil pada usia tua kecuali pada kelompok umur tertentu. Contoh Negara Swedia (Prayoga, 2007). Gambar 2.2 Tipe piramida penduduk Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk

9 1. Kelahiran (fertilitas) Fertilitas sama dengan kelahiran hidup (live birth), yaitu terlepasnya bayi dari rahim seorang perempuan dengan ada tanda-tanda kehidupan misalnya bernafas, berteriak, menangis dan jantung berdenyut atau kemampuan seorang wanita untuk melahirkan dicerminkan dalam jumlah bayi yang dilahirkan (Mantra, 2009 dan Prayoga, 2007). beberapa Ukuran dasar fertilitas : a. Tingkat fertilitas kasar (crude birth rate) CBR Dimana : B Pm xk CBR : tingkat kelahiran kasar Pm : penduduk pertengahan tahun K : bilangan konstan B : jumlah kelahiran pada tahun tertentu b. Tingkat fertilitas umum (general fertility rate) GFR B Pf ( 15 49) xk Dimana : GFR : tingkat fertilitas umum B : jumlah kelahiran Pf(15-49) : jumlah penduduk perempuan umur tahun pada pertengahan tahun. c. Tingkat fertilitas menurut umur (age specific fertility rate)

10 ASFR Dimana : i Bi Pf i xk B i Pf i : jumlah kelahiran bayi pada kelompok umur i : jumlah perempuan kelompok umur i pada pertengahan tahun k : angka konstan d. Tingkat fertilitas menurut urutan kelahiran (Birth order specific fertility rate) BOSFR Bo Pf i ( 15 49) xk Dimana : BOSFR Boi Pf(15-49) : birth order specific fertility rate : jumlah kelahiran urutan ke i : jumlah perempuan umur pertengahan tahun K : bilangan konstan Kematian (Mortalitas) Kematian yakni pristiwa hilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup. Beberapa cara mengukur data kematian penduduk : a. Tingkat kematian kasar (Crude date rate) CDR Dimana : D Pm xk

11 D : jumlah kematian pada tahun tertentu Pm : jumlah penduduk pada pertengahan tahun K : bilangan konstan b. Tingkat kematian menurut umur (Age specific date rate) ASDR Dimana : i Di Pm i x1.000 Di : jumlah kematian pada kelompok umur i Pmi : jumlah penduduk pada pertengahan tahun kelompok umur i k : bilangan konstan c. Tingkat kematian bayi (Infant mortality rate) IMR Dimana : D B O xk Do : jumlah kematian bayi pada tahun tertentu B : jumlah lahir pada tahun tertentu k : bilangan konstan Perpindahan penduduk (migrasi) Migrasi yakni perpindahan penduduk yang relatif permanen dari suatu daerah ke daerah lain. Orang yang melakukan migrasi disebut migran. Angka migran Netto dapat diperoleh dengan cara : Banyaknya migran masuk banyaknya migran keluar Total Penduduk k

12 2.2 Pengertian Peramalan Peramalan pada dasarnya adalah menduga/memprediksi peristiwa di masa depan dan bertujuan memperkecil resiko yang mungkin terjadi akibat dari suatu pengambilan keputusan. Karena ramalan tidak dapat sepenuhnya menghilangkan resiko, maka faktor ketidak-pastian harus diperhitungkan secara eksplisit dalam proses pengambilan keputusan. 2.3 Jenis-jenis Peramalan 1. Jenis peramalan apabila dilihat dari sifat penyusunannya dibedakan menjadi dua yaitu : a. Peramalan yang subjektif yaitu peramalan yang didasarkan atas perasaan intuisi dari orang yang menyusunnya. b. Peramalan yang objektif yaitu peramalan yang didasarkan atas data yang relevan pada masa lalu dengan menggunakan metode-metode dalam penganalisaan data. 2. Jenis peramalan jika dilihat dari jangka waktu peramalan yang disusun dibedakan menjadi dua yaitu : a. Peramalan jangka panjang yaitu peramalan yang dilakukan untuk penyusunan hasil ramalan yang jangka waktunya lebih dari satu setengah tahun atau tiga semester.

13 b. Peramalan jangka pendek yaitu peramalan yang dilakukan untuk penyusunan hasil ramalan dengan jangka waktu yang kurang dari satu setengah tahun atau tiga semester. 3. Jenis peramalan berdasarkan sifat peramalanya terbagi dalam dua kategori yaitu : a. Peramalan kualitatif yaitu peramalan yang didasarkan atas data kualitatif pada masa lampau. b. Peramalan kuantitatif yaitu peramalan yang didasarkan atas data kuantitatif pada masa lampau. Peramalan kuantitatif dapat diterapkan bila terdapat tiga kondisi berikut yaitu : 1. Tersedia informasi tentang masa lalu 2. Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data numerik 3. Dapat diasumsikan bahwa beberapa aspek pola masa lalu akan terus berlanjut di masa yang akan datang. 2.4 Analisa deret Berkala (Time Series Analysis) Data berkala (time series data) yaitu data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu untuk memberikan gambaran tentang perkembangan suatu kegiatan dari waktu ke waktu. Analisis data berkala memungkinkan untuk mengetahui perkembangan suatu atau beberapa kejadian serta hubungan/pengaruhnya terhadap kejadian lainnya. Metode time series merupakan metode peramalan kuantitatif didasarkan atas penggunaan analisis pola hubungan antara variabel yang akan diperkirakan

14 dengan variabel waktu. Oleh karena data berkala itu terdiri dari beberapa komponen, maka dengan analisis data berkala dapat diketahui masing-masing komponen, bahkan dapat menghilangkan satu atau beberapa komponen guna menyelidiki komponen tersebut secara mendalam tanpa kehadiran dari komponenkomponen lain. Data berkala, karena adanya pengaruh dari komponen-komponen tersebut, selalu mengalami perubahan-perubahan sehingga apabila dibuat grafiknya akan menunjukkan suatu fluktuasi yaitu gerakan naik-turun. Menurut Napa J. Awat (1995), apabila suatu data deret waktu itu disusun dalam bentuk grafik maka akan nampak empat macam gerakan/komponen yang membentuk grafik itu, keempat jenis komponen data tersebut yaitu : 1. Trend Jangka Panjang Yaitu suatu gerakan yang menunjukkan arah perkembangan secara umum (kecenderungan menaik/menurun) data deret waktu dalam jangka panjang, yang biasanya lebih dari 10 tahun. Gerakan ini mencerminkan sifat kontinuitas atau keadaan terus-menerus yang berlangsung selama jangka waktu tertentu. 2. Siklis Yaitu gerakan/variasi berulang yang naik turun disekitar garis trend (berlaku untuk data tahunan). Gerakan ini dapat terulang setelah jangka waktu tertentu (setiap 3 tahun, 5 tahun atau lebih), bisa juga tidak terulang dalam jangka waktu yang sama. 3. Musiman

15 Yaitu gerakan yang mempunyai pola tetap dari waktu ke waktu. Pada umumnya gerakan musiman terjadi pada data bulanan yang dikumpulkan dari tahun ke tahun. Dengan kata lain bahwa gerakan musiman ini bergerak secara periodik. 4. Irreguler (gerak tidak beraturan) Gerak tidak beraturan atau gerak residu atau irreguler, dengan adanya pengaruh ini, maka sukar sekali untuk melukiskan gerak ini dalam satu model, biasanya yang sering dilakukan adalah menghilangkan terlebih dahulu pengaruh trend, siklis dan musiman. Apa yang tersisa merupakan gerak irreguler, karena itu makanya disebut juga gerak residu. Gerakan/variasi ini biasanya bersifat sporadis.

16 Dari uraian-uraian diatas, bahwa trend terjadi dalam tempo yang panjang, siklis terjadi dalam tempo yang lebih pendek dan musiman biasanya terjadi setiap 12 bulan. Irreguler terjadi selama waktu yang berbeda-beda akan tetapi umumnya lebih singkat daripada kejadian siklik dan sering lebih singkat dari gerak musiman. Data berkala dapat dipergunakan untuk dasar pembuatan garis trend. Garis trend itu sendiri dapat dipergunakan untuk membuat ramalan yang sangat diperlukan untuk dasar perumusan perencanaan. Karena dari pengamatan atas data berkala, terlihat bahwa keempat faktor yang mempengaruhi pola sebuah data berkala pada masa lalu dan sekarang, akan cenderung terulang dimasa mendatang dengan intensitas yang meningkat atau berkurang. Adapun tujuan peramalan deret waktu adalah menemukan pola dalam deret data historis dan mengekstrapolasikan pola dalam deret kemasa depan (Makridakis S,1999). 2.5 Metode Analisis Deret Berkala (Times Series) Metode Analisis deret berkala (time series) terdiri dari beberapa metode yaitu: a. Pemulusan (smoothing)

17 Pengaruh dari pemulusan (smoothing) ini adalah untuk menghilangkan kerandoman sehingga pola tersebut dapat diproyeksikan kemasa depan dan dipakai sebagai ramalan. Metode Pemulusan mendasarkan ramalannya pada prinsip perata-rataan (penghalusan) kesalahan-kesalahan pada masa lalu dengan menambahkan persentase kesalahan kepada persentase ramalan sebelumnya. Bentuk umum yang digunakan dalam penyusunan suatu ramalan dengan pemulusan terdiri dari dua metode yaitu: 1. Pemulusan tunggal (single exponential smoothing) menggunakan persamaan untuk besarnya forecast yang akan datang adalah F t+1 = X t + (1- ) F t dimana : F t+1 : ramalan periode ke t + 1 F t : ramalan periode ke t : nilai bobot (0,1) X t : nilai aktual/sebenarnya 2. Double Exponential Smoothing Pada metode ini proses penentuan ramalan dimulai dengan menentukan besarnya alpha secara trial dan error. Tahap-tahap dalam menentukan peramalan adalah sebagai berikut : a. Menentukan smoothing pertama (S t ) S t = X t + (1- ) S t -1 dimana: S t = smoothing pertama periode t

18 X t = nilai riil periode t S t -1 = smoothing pertama periode t-1 b. Menentukan smoothing kedua (S t) S t = S t + (1- ) S t -1 Dimana: S t -1= smoothing kedua periode t-1 c. Menentukan besarnya konstanta (at) at = 2 S t - S t d. Menentukan besarnya slope (bt) ' '' bt ( s t s t ) 1 e. Menentukan besarnya forecast (F t +m) F t +m = a t + b t dimana m adalah jangka waktu forecast b. Dekomposisi (decomposition) Metode dekomposisi deret berkala didasarkan pada prinsip pemecahan data deret berkala kedalam masing-masing komponennya yaitu trend, siklus serta musiman dan kemudian dilakukan peramalan terhadap nilai masing-masing dan komposisi tersebut secara terpisah dan akhirnya menggabungkan kembali ramalan-ramalan tersebut. Dekomposisi mempunyai asumsi bahwa data itu tersusun sebagai berikut : data = pola + kesalahan = f (trend, siklus, musiman) + kesalahan Aditif X t = I t + T t + C t + E t atau multiplikatif X t = I t x T t x C t x E t

19 dimana : X t I t T t C t E t : nilai deret berkala (data yang aktual) pada periode t : komponen musiman pada periode t : komponen trend pada periode t : komponen siklus pada periode t : komponen kesalahan pada periode t Beberapa langkah-langkah secara umum dalam metode dekomposisi adalah sebagai berikut : 1. Pada deret data yang sebenarnya (X t ) hitung rata-rata bergerak yang panjangnya (N) sama dengan panjang musiman. Maksud dari rata-rata bergerak ini adalah menghilangkan unsur musiman dan kerandoman. Merataratakan sejumlah periode yang sama dengan panjang pola musiman (misalnya 12 bulan) akan menghilangkan unsur musiman dengan membuat rata-rata dari periode yang musimnya tinggi dan periode yang musimnya rendah. Karena kesalahan random tidak mempunyai pola yang sistematis maka perata-rataan ini juga mengurangi kerandoman. Dalam melakukan langkah ini yaitu menentukan panjang musiman dari data sehingga jumlah periode tersebut dapat digunakan untuk menghitung rata-rata bergerak. 2. Pisahkan rata-rata bergerak N periode (langkah 1) dari deret data semula untuk memperoleh unsur trend dan siklus. Nilai yang diperoleh dari langkah 1 hanya menunjukkan trend dan siklus, karena unsur random dan musiman telah dihilangkan. Selanjutnya langkah ini

20 dilakukan pengurangan nilai rata-rata bergerak terhadap nilai deret waktu. Perbedaan yang dihasilkan adalah musiman dan unsur random. Kemudian membagi nilai deret berkala semula menjadi dua bagian yaitu satu bagian meliputi komponen trend dan siklus dan bagian lain merupakan komponen musiman dan random. 3. Pisahkan faktor musiman dengan menghitung rata-rata untuk tiap periode yang menyusun panjang musiman secara lengkap. Dalam langkah ini adalah memisahkan kerandoman dari unsur musiman dengan cara merata-ratakan semua nilai yang mengacu pada musim yang sama. 4. Identifikasi bentuk trend yang tepat dan hitung nilainya untuk setiap periode. Persamaan trend linier dapat ditulis sebagai berikut : dimana : Y = a + b (X) Y X a dan b : data berkala (time series) : waktu (hari, minggu, bulan, tahun) : bilangan konstanta 5. Pisahkan hasil langkah 4 dari hasil langkah 1 (nilai gabungan dari unsur trend dan siklus) untuk memperoleh faktor siklus. Langkah 4 dan 5 dalam proses dekomposisi adalah untuk memisahkan trend dan siklus. Dalam hal ini, pemisahan tidak diperlukan karena siklusnya nol dan oleh karena itu komponen trend siklus merupakan trend seluruhnya.

21 6. Pisahkan musiman trend dan siklus dari data asli untuk mendapatkan unsur random yang ada E t. c. Model ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) Model ARIMA sering juga disebut metode runtun waktu Box-Jenkins. ARIMA merupakan salah satu teknik peramalan time series yang hanya berdasarkan perilaku data variabel yang diamati. Pada model ARIMA sama sekali mengabaikan variabel independen karena model ini menggunakan nilai-nilai masa lampau dari variabel dependen untuk menghasilkan peramalan yang akurat (Aritonang R, 2009). Model ARIMA dibagi dalam 3 model antara lain : autoregressive (AR), moving average (MA), autoregressive-moving average (ARMA). Secara umum ketiga unsur model ini dapat terbentuk menjadi ARIMA (p,d,q). p menyatakan ordo AR, d menyatakan ordo Integreted dan q menyatakan ordo moving average. Beberapa klasifikasi model ARIMA dapat dinyatakan sebagai berikut : 1. Model Autoregressive orde p atau AR (p) suatu model sederhana ARIMA (1,0,0) atau modal AR (1) yang menjelaskan pergerakan variabel melalui variabel itu sendiri di masa lalu. Secara umum untuk proses AR orde ke-p akan membentuk ARIMA (p,0,0) sebagai berikut : X t ' X X.... X 1 t 1 2 t 2 p t p et dimana : ' = suatu konstanta p

22 = parameter autoregresif ke-p e t = nilai kesalahan pada saat t 2. Model Moving Average (MA) Bentuk umum model moving average ordo q (MA) atau ARIMA (0,0,q) sebagai berikut : X t ' e e e... e t 1 t 1 2 t 2 q t k dimana : ' sampai q 1 suatu konstanta adalah parameter-parameter moving average e t k nilai kesalahan pada saat t-k 3. Proses ARMA (campuran) Model umum ARIMA (p,d,q) melibatkan sejumlah jenis-jenis model yaitu proses AR dan MA. Model umum untuk campuran proses AR (1) murni dan MA(1) murni dapat dinyatakan ARIMA (1,0,1). X t ' Dimana : X 1 t 1 e t e 1 t 1 ' ' 1 1 e t 1 = Suatu konstanta = koefisien parameter AR = koefisien parameter MA = nilai kesalahan pada saat t-1 4. Proses ARIMA (Campuran) Apabila data nonstasioner ditambahkan pada proses ARMA, maka model umum ARIMA (p,d,q) terpenuhi. Persamaan untuk ARIMA (1,1,1).

23 X t ( 1 ' ) 1 X t 1 1 X t 2 et 1et 1 Pada umumnya sebelum melakukan peramalan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan bahwa kebanyakan data bersifat nonstasioner dan bahwa aspek AR dan MA dari model ARIMA hanya berkenan dengan data yang stasioner. Stasioner berarti tidak terdapat pertumbuhan atau penurunan pada data tetapi secara kasarnya harus horizontal sepanjang sumbu waktu. Fluktuasi data berada di sekitar suatu nilai rata-rata yang konstan, tidak tergantung pada waktu dan varians dari fluktuasi tetap konstan setiap waktu. Suatu deret waktu yang tidak stasioner harus diubah menjadi data stasioner dengan melakukan differencing. Yang dimaksud dengan differencing adalah menghitung perubahan atau selisih nilai observasi, nilai selisih yang diperoleh dicek lagi apakah stasioner atau tidak. Jika belum stasioner maka dilakukan differencing lagi sampai data benar-benar stasioner. Rumuskan kelompok model yang umum 1. Tahap Identifikasi (Identifikasi Model) 2. Tahap Estimasi (Estimasi parameter model) Tidak 3. Tahap Chek Diagnostik Verifikasi apakah model sesuai Ya

24 4. Tahap Forecasting (Gunakan Model yang sesuai untuk peramalan) Gambar 2.3 Skema Pendekatan Model ARIMA (Box-Jenkins) Ada beberapa Tahapan-tahapan dalam melakukan peramalan dengan menggunakan model ARIMA (p,d,q) yaitu : 1. Identifikasi model Pada tahap ini kita akan memilih model yang tepat yang bisa mewakili deret pengamatan dengan membuat plot times series kita dapat mengetahui pola data trend deret pengamatan serta menentukan p, d dan q. Penentuan p dan q dengan bantuan autokorelasi (ACF) dan autokorelasi parsial (PACF) sedangkan d ditentukan dari tingkat stasioneritasnya. Apabila data yang digunakan tidak stasioner maka dilakukan differencing (pembedaan) agar data tersebut menjadi stasioner. Pedoman umum untuk melihat apakah orde dari model deret waktu stasioner sudah cukup baik berdasarkan ACF dan PACF sebagai berikut: Model ACF PACF AR (p) Berpola eksponensial atau seperti gelombang sinus yang melemah Perbedaan nilai antara lag-1 dengan nilai sesudah lag-p cukup besar. MA (q) Perbedaan nilai antara lag-1 Berpola eksponensial atau

25 ARMA (p,q) dengan nilai sesudah lag-q cukup besar Berpola menurun secara cepat Sesudah lag (q,p) seperti gelombang sinus yang melemah Berpola menurun secara cepat Sesudah lag (p,q) 2. Pendugaan parameter (Estimasi parameter) Setelah berhasil menetapkan identifikasi model dipilih model yang baik menggunakan metode kuadrat terkecil dengan memperhatikan konstanta, parameter AR dan parameter (MA), sehingga parameter model dapat meminimumkan nilai residual. Model AR dan MA orde pertama : ϕ1 dan ϴ1 harus terletak di antara -1 dan +1 untuk AR (1) -1 <ϕ1<+1 dan MA (1) - 1<ϴ1<+1 sedangkan untuk AR (2) -2< ϕ1<+2 dan -1 <ϕ2<+1, MA (2) -2< ϴ1 <+2 dan -1<ϴ2< Diagnostik cheking (pemeriksaan model estimasi) Diagnostik cheking dilakukan untuk memeriksa apakah model yang diestimasi cukup sesuai dengan data yang ada. Untuk memeriksa apakah residual dengan memeriksa independensi antar lag ditunjukan oleh grafik autokorelasi residual. Apabila grafik fungsi autokorelasi menunjukan tidak ada satu lag yang keluar batas selang kepercayaan maka residual independen. 4. Peramalan (forecasting) dengan menggunakan model ARIMA (Makridakis,1999 dan Aritonang R, 2009).

26 2.3.1 Penggunaan statistik software Minitab 14 dengan Menggunakan Model ARIMA (Box-Jenkins) Paket program Minitab merupakan perangkat lunak yang dapat digunakan sebagai media pengolahan data yang menyediakan berbagai jenis perintah yang memungkinkan proses pemasukan data, manipulasi data, pembuatan grafik, peringkas numerik, dan analisa statistika. Salah satu kegunaan Minitab adalah dalam membantu proses peramalan mulai dari pemasukkan/input data sampai pada peramalan data itu sendiri. Langkah-langkahnya sebagai berikut : 1. Menginput data ke dalam program MINITAB 14.0 a. Jalankan Program dengan cara klik Start Minitab 14 for windows Minitab, sehingga muncul tampilan seperti dibawah ini : Menu bar Tool bar Session Window 18/12/ :28:56 Cell Data Window

27 Gambar 1. Worksheet MINITAB 14. b. Data Window untuk menginput data yang akan dianalisis dengan menggunakan program Minitab. Untuk memasukkan data yang akan diolah terlebih dahulu klik pada Cell baris 1 kolom C1. kemudian ketik data pertama dan seterusnya secara menurun artinya dalam kolom yang sama dan format kolom tersebut harus numeric atau angka. c. Session Window, untuk menampilkan output kecuali grafik karena pada grafik akan muncul output tersendiri. 2. Menggambarkan grafik data a. Pilih menu Stat Time Series Time Series Plot, maka muncul tampilan seperti dibawah ini : Gambar 2. Pilih jenis grafik b. Pilih Simple OK, maka akan muncul tampilan :

28 Gambar 3. Grafik data Klik data yang akan digambar semisal kolom C1 masukkan ke dalam series, lalu klik OK. 3. Menggambar grafik trend a. Pilih menu Stat Time Series Trend Analysis, maka muncul tampilan. Gambar 4. Grafik trend

29 b. Pilih data yang akan dianalisa trendnya kemudian klik tombol select maka nama kolom akan tampak pada kotak variable dan pilih model yang dianggap sesuai lalu klik OK. 4. Menggambar Grafik FAK dan FAKP a. Pilih menu Stat Time Series Autocorrelation, Fungsi Auto Korelasi (FAK) dan pilih Partial Autocorrelation, untuk menggambar grafik Fungsi Auto Korelasi Parsial (FAKP). Maka muncul tampilan dibawah ini: Gambar 5. Grafik FAK. Gambar 6. Grafik FAKP.

30 b. Pilih data yang akan dicari grafik Fungsi Auto Korelasi (FAK) dan grafik Fungsi Auto Korelasi Parsial (FAKP) kemudian klik tombol select maka nama kolom akan tampak pada kotak Series. Setelah itu pilih model yang dianggap sesuai lalu klik OK. 5. Menghitung data selisih (diffrencing) a. Pilih menu Stat Time Series Differences dan muncul tampilan seperti dibawah ini : Gambar 7. Data selisih b. Pilih data yang akan dicari selisihnya kemudian klik tombol select maka nama kolom akan tampak pada kotak series. Setelah itu pilih kolom mana yang akan ditempati hasil selisih dari data tadi. Untuk lag selalu isi dengan 1. Jika ingin mencari data selisih ke n maka data yang dipilih dalam series adalah data ke n 1 untuk kotak lag selalu diisi dengan 1. Lalu klik OK.

31 6. Peramalan (forecasting) a. Pilih menu Stat Time Series ARIMA, maka muncul tampilan seperti dibawah ini: Gambar 8. Forecasting b. Pilih data yang akan ingin diramal, data tersebut merupakan data asli bukan data selisih. Kemudian klik tombol Select maka akan tampil pada kotak series. Setelah itu isi kolom Autoregressive, Difference dan Moving Average sesuai dengan model yang cocok. Misalnya jika model yang cocok adalah AR (1) maka isi Autoregressive dengan 1 dan kotak yang lainnya 0. Kotak Difference diisi sesuai dengan data selisih keberapa data tersebut stasioner artinya jika data tersebut stasioner pada selisih kedua maka isi Difference dengan 2, dan Moving Average diisi sesuai dengan grafik yang asumsinya sama dengan Moving Average misal grafik sama dengan asumsi Moving Average pada MA (1) maka isi Moving Average dengan 1.

32 c. Pilih Graph...pilih ACF of residuals, fungsinya untuk mendeteksi proses white noise pada residual. Klik OK. d. Klik Kotak Forecast... maka akan muncul tampilan sebagai berikut: Gambar 9. Menghitung periode peramalan. Jika akan meramalkan 2 tahun ke depan (24 bulan) periode maka isi Lead dengan angka 24 dan isi origin untuk data sebelumnya ke berapa periode yang akan dimulai. Contoh lead diisi 24 (data peramalan 24 bulan), maka isi origin periode sebelumnya ke 55. Maka Akan meramalkan dari 56 sampai dengan 79. Jadi itu merupakan hasil peramalan untuk jumlah penduduk.

33 2.4 Kerangka Konsep Variabel Dependent Jumlah Penduduk Tahun 2010 s/d 2014 Proyeksi Jumlah Penduduk Tahun di Kabupaten Nias Utara Gambar 2.4 Kerangka Konsep Proyeksi Jumlah Penduduk Tahun 2015 s/d 2016 di Kabupaten Nias Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan teori-teori yang menjadi dasar dan landasan dalam penelitian sehingga membantu mempermudah pembahasan selanjutnya. Teori tersebut meliputi arti dan peranan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Proyeksi Penduduk Dalam rangka perencanaan pembangunan di segala bidang, diperlukan informasi mengenai keadaan penduduk seperti jumlah penduduk, persebaran penduduk,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan digunakanan sebagai acuan pencegah yang mendasari suatu keputusan untuk yang akan datang dalam upaya meminimalis kendala atau memaksimalkan pengembangan baik

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Penduduk Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis Indonesia selama enam bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari enam bulan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia sejak tahun enam puluhan telah diterapkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika di Jakarta menjadi suatu direktorat perhubungan udara. Direktorat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peramalan merupakan studi terhadap data historis untuk menemukan hubungan, kecenderungan dan pola data yang sistematis (Makridakis, 1999). Peramalan menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS RUNTUN WAKTU. Laporan VI ARIMA Analisis Runtun Waktu Model Box Jenkins

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS RUNTUN WAKTU. Laporan VI ARIMA Analisis Runtun Waktu Model Box Jenkins LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS RUNTUN WAKTU Kelas A Laporan VI ARIMA Analisis Runtun Waktu Model Box Jenkins No Nama Praktikan Nomor Mahasiswa Tanggal Pengumpulan 1 29 Desember 2010 Tanda Tangan Praktikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan 2.1.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang (Sofjan Assauri,1984). Setiap kebijakan ekonomi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. datang. Kegunaan dari peramalan terlihat pada saat pengambilan keputusan.

BAB 2 LANDASAN TEORI. datang. Kegunaan dari peramalan terlihat pada saat pengambilan keputusan. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang datang. Kegunaan dari peramalan terlihat pada saat pengambilan keputusan. Keputusan yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Peramalan Peramalan adalah suatu kegiatan dalam memperkirakan atau kegiatan yang meliputi pembuatan perencanaan di masa yang akan datang dengan menggunakan data masa lalu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manfaat Peramalan Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suatu dugaan atau perkiraan tentang terjadinya suatu keadaan dimasa depan, tetapi dengan menggunakan metode metode tertentu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Peramalan merupakan upaya memperkirakan apa yang terjadi pada masa mendatang berdasarkan data pada masa lalu, berbasis pada metode ilmiah dan kualitatif yang dilakukan

Lebih terperinci

MODUL MINITAB UNTUK PERAMALAN DENGAN METODE ARIMA DAN DOUBLE EXPONENTIAL

MODUL MINITAB UNTUK PERAMALAN DENGAN METODE ARIMA DAN DOUBLE EXPONENTIAL MODUL MINITAB UNTUK PERAMALAN DENGAN METODE ARIMA DAN DOUBLE EXPONENTIAL Minitab adalah program statistik yang setiap versinya terus dikembangkan. Gambar 1 memperlihatkan kepada anda aspek-aspek utama

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 1 BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini membahas tentang teori penunjang dan penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan metode ARIMA box jenkins untuk meramalkan kebutuhan bahan baku. 2.1. Peramalan Peramalan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Peramalan Peramalan (forecasting) merupakan upaya memperkirakan apa yang terjadi pada masa yang akan datang. Pada hakekatnya peramalan hanya merupakan suatu perkiraan (guess),

Lebih terperinci

BAB 2. Peramalan adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang

BAB 2. Peramalan adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Ramalan adalah sesuatu kegiatan situasi atau kondisi yang diperkirakan akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peramalan pada dasarnya merupakan proses menyusun informasi tentang kejadian masa lampau yang berurutan untuk menduga kejadian di masa depan (Frechtling, 2001:

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI. Kata demografi berasal dari bahasa Yunani yang berarti: Demos adalah rakyat atau

BAB 2 TINJAUAN TEORI. Kata demografi berasal dari bahasa Yunani yang berarti: Demos adalah rakyat atau BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1. Arti dan Tujuan Demografi Kata demografi berasal dari bahasa Yunani yang berarti: Demos adalah rakyat atau penduduk dan Grafein adalah menulis. Demografi adalah ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. diperkirakan akan terjadi pada masa yang akan datang. Ramalan tersebut dapat

BAB 2 LANDASAN TEORI. diperkirakan akan terjadi pada masa yang akan datang. Ramalan tersebut dapat BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Sedangkan ramalan adalah suatu situasi atau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

Metode Deret Berkala Box Jenkins

Metode Deret Berkala Box Jenkins METODE BOX JENKINS Metode Deret Berkala Box Jenkins Suatu metode peramalan yang sistematis, yang tidak mengasumsikan suatu model tertentu, tetapi menganalisa deret berkala sehingga diperoleh suatu model

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perubahan harga yang dibayar konsumen atau masyarakat dari gaji atau upah yang

TINJAUAN PUSTAKA. perubahan harga yang dibayar konsumen atau masyarakat dari gaji atau upah yang II.. TINJAUAN PUSTAKA Indeks Harga Konsumen (IHK Menurut Monga (977 indeks harga konsumen adalah ukuran statistika dari perubahan harga yang dibayar konsumen atau masyarakat dari gaji atau upah yang didapatkan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan sifatnya peramalan terbagi atas dua yaitu peramalan kualitatif dan peramalan kuantitatif. Metode kuantitatif terbagi atas dua yaitu analisis deret berkala

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator tingkat kesejahteraan rakyat dapat dilihat dari perkembangan angka kematian balita, dikarenakan kematian balita berkaitan erat dengan keadaan ekonomi,

Lebih terperinci

Konstruksi Teori-teori Kependudukan Demografi (Kependudukan) Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 1

Konstruksi Teori-teori Kependudukan Demografi (Kependudukan) Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 1 Konstruksi Teori-teori Kependudukan Demografi (Kependudukan) Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 1 Laju Pertumbuhan Penduduk tinggi Jumlah penduduk meningkat Kekurangan pangan dan Kemiskinan Paragidma para

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan (Forcecasting) adalah suatu cara memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang berdasarkan data yang relatif lama (Sofyan Assauri,

Lebih terperinci

Universitas Gadjah Mada

Universitas Gadjah Mada 4. TEORI PENDUDUK 4.1. Pendahuluan Para ahli kependudukan di dunia dapat dikelompokkan menjadi tia kelompok. Kelompok pertama kelompok Maithusian. Aliran Maithusian dipelopori oleh Thomas Robert Maithus

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 38 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi opresional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

PREDIKSI HARGA SAHAM PT. BRI, Tbk. MENGGUNAKAN METODE ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average)

PREDIKSI HARGA SAHAM PT. BRI, Tbk. MENGGUNAKAN METODE ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) PREDIKSI HARGA SAHAM PT. BRI, MENGGUNAKAN METODE ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) Greis S. Lilipaly ), Djoni Hatidja ), John S. Kekenusa ) ) Program Studi Matematika FMIPA UNSRAT Manado

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015 bertempat di Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

VI PERAMALAN PENJUALAN AYAM BROILER DAN PERAMALAN HARGA AYAM BROILER

VI PERAMALAN PENJUALAN AYAM BROILER DAN PERAMALAN HARGA AYAM BROILER VI PERAMALAN PENJUALAN AYAM BROILER DAN PERAMALAN HARGA AYAM BROILER 6.1. Analisis Pola Data Penjualan Ayam Broiler Data penjualan ayam broiler adalah data bulanan yang diperoleh dari bulan Januari 2006

Lebih terperinci

ANALISIS FORECASTING DALAM SPSS : APLIKASI KOMPUTER STATISTIK

ANALISIS FORECASTING DALAM SPSS : APLIKASI KOMPUTER STATISTIK ANALISIS FORECASTING DALAM SPSS Nama : GEOVANI NPM : 14210059 Kelas : 3.2.1.2 Semester/Jurusan Mata Kuliah DOSEN MATA KULIAH : Tiga ( 3) / Akuntansi : APLIKASI KOMPUTER STATISTIK : SUPRIYADI, SE ANALISIS

Lebih terperinci

TEORI KEPENDUDUKAN MUTAKHIR

TEORI KEPENDUDUKAN MUTAKHIR TEORI KEPENDUDUKAN MUTAKHIR IRMAYANI, SKM, M.P.H,- Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat INKES MEDISTRA LUBUK PAKAM Pada akhir abad ke-19 dan permulaan abad ke-20 diadakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan (forecasting) adalah kegiatan memperkirakan atau memprediksi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan waktu yang relatif lama. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggelisahkan beberapa ahli, dan masing-masing dari mereka berusaha mencari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggelisahkan beberapa ahli, dan masing-masing dari mereka berusaha mencari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Kependudukan Tingginya laju pertumbuhan penduduk di beberapa bagian dunia menyebabkan jumlah penduduk meningkat dengan cepat. Di beberapa bagian di

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Iklim Iklim ialah suatu keadaan rata-rata dari cuaca di suatu daerah dalam periode tertentu. Curah hujan ialah suatu jumlah hujan yang jatuh di suatu daerah pada kurun waktu

Lebih terperinci

PERTEMUAN 6 : Ir. Darmawan L. Cahya, MURP, MPA

PERTEMUAN 6 : Ir. Darmawan L. Cahya, MURP, MPA PERTEMUAN 6 : STRUKTUR PENDUDUK (1) Oleh : Ir. Darmawan L. Cahya, MURP, MPA (darmawan@esaunggul.ac.id) Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik - Universitas ESA UNGGUL Semester Genap

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 15 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Perkembangan ekonomi dan bisnis dewasa ini semakin cepat dan pesat. Bisnis dan usaha yang semakin berkembang ini ditandai dengan semakin banyaknya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan adalah proses perkiraan (pengukuran) besarnya atau jumlah

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan adalah proses perkiraan (pengukuran) besarnya atau jumlah BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan 2.1.1 Definisi dan Tujuan Peramalan Peramalan adalah proses perkiraan (pengukuran) besarnya atau jumlah sesuatu pada waktu yang akan datang berdasarkan data pada masa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan terjadi

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan terjadi BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan

Lebih terperinci

PENDUGAAN DATA RUNTUT WAKTU MENGGUNAKAN METODE ARIMA

PENDUGAAN DATA RUNTUT WAKTU MENGGUNAKAN METODE ARIMA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR PENDUGAAN DATA RUNTUT WAKTU MENGGUNAKAN METODE ARIMA PENDAHULUAN Prediksi data runtut waktu.

Lebih terperinci

Pertumbuhan Penduduk. Oleh : Yudha Tri Pradana / XI-IPS-1 / 31 SMAN 1 MANYAR

Pertumbuhan Penduduk. Oleh : Yudha Tri Pradana / XI-IPS-1 / 31 SMAN 1 MANYAR Pertumbuhan Penduduk Oleh : Yudha Tri Pradana / XI-IPS-1 / 31 SMAN 1 MANYAR Pertumbuhan Penduduk adalah keseimbangan yang dinamis antara kekuatan-kekuatan yang menambah dan kekuatan-kekuatan yang mengurang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian-pengertian 2.1.1. Pengertian Demografi Demografi adalah ilmu yang mempelajari tentang penduduk dalam suatu wilayah dengan faktor-faktor pengubahnya (mortalitas, natalitas,

Lebih terperinci

PERAMALAN STOK BARANG UNTUK MEMBANTU PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBELIAN BARANG PADA TOKO BANGUNAN XYZ DENGAN METODE ARIMA

PERAMALAN STOK BARANG UNTUK MEMBANTU PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBELIAN BARANG PADA TOKO BANGUNAN XYZ DENGAN METODE ARIMA PERAMALAN STOK BARANG UNTUK MEMBANTU PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBELIAN BARANG PADA TOKO BANGUNAN XYZ DENGAN METODE ARIMA Tanti Octavia 1), Yulia 2), Lydia 3) 1) Program Studi Teknik Industri, Universitas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1. Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Sedangkan ramalan adalah suatu situasi atau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 DATA MINING Data Mining adalah analisis otomatis dari data yang berjumlah banyak atau kompleks dengan tujuan untuk menemukan pola atau kecenderungan yang penting yang biasanya

Lebih terperinci

FORECASTING INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ARIMA

FORECASTING INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ARIMA FORECASTING INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ARIMA 1) Nurul Latifa Hadi 2) Artanti Indrasetianingsih 1) S1 Program Statistika, FMIPA, Universitas PGRI Adi Buana Surabaya 2)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Uraian Teoritis Penduduk adalah orang atau manusia yang bertempat tinggal di suatu wilayah tertentu, sedangkan populasi mencakup seluruh organisme (manusia, hewan, dan tumbuhan)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan sering dipandang sebagai seni dan ilmu dalam memprediksikan kejadian yang mungkin dihadapi pada masa yang akan datang. Secara teoritis peramalan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan meramalkan atau memprediksi apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang dengan waktu tenggang (lead time) yang relative lama,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang datang. Sedangkan ramalan adalah suatu situasi atau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 13 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi saat ini, perkembangan zaman semankin maju dan berkembang pesat, di antaranya banyak pernikahan dini yang menyebabkan salah satu faktor bertambahnya

Lebih terperinci

Public Health Faculty Jember University Ni mal Baroya, MPH., March 1 st 2016

Public Health Faculty Jember University Ni mal Baroya, MPH., March 1 st 2016 Public Health Faculty Jember University Ni mal Baroya, MPH., March 1 st 2016 MENGAPA ADA TEORI PENDUDUK? Laju pertumbuhan penduduk di Eropa dan Amerika Jumlah Penduduk (juta) 400 300 200 100 0 1600 1650

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Ramalan adalah suatu situasi atau kondisi yang diperkirakan akan terjadi pada

Lebih terperinci

Model Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) adl teknik untuk mencari pola yg paling cocok dari sekelompok data Model ARIMA dapat digunakan

Model Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) adl teknik untuk mencari pola yg paling cocok dari sekelompok data Model ARIMA dapat digunakan METODE BOX JENKINS Model Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) adl teknik untuk mencari pola yg paling cocok dari sekelompok data Model ARIMA dapat digunakan utk semua tipe pola data. Dapat

Lebih terperinci

Metode Box - Jenkins (ARIMA)

Metode Box - Jenkins (ARIMA) Metode Box - Jenkins (ARIMA) Metode peramalan saat ini cukup banyak dengan berbagai kelebihan masing-masing. kelebihan ini bisa mencakup variabel yang digunakan dan jenis data time seriesnya. nah, dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. autokovarians (ACVF) dan fungsi autokorelasi (ACF), fungsi autokorelasi parsial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. autokovarians (ACVF) dan fungsi autokorelasi (ACF), fungsi autokorelasi parsial BAB II TINJAUAN PUSTAKA Berikut teori-teori yang mendukung penelitian ini, yaitu konsep dasar peramalan, konsep dasar deret waktu, proses stokastik, proses stasioner, fungsi autokovarians (ACVF) dan fungsi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. PengertianPeramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Dalam usaha mengetahui atau melihat perkembangan di masa depan,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Ramalan pada dasarnya merupakan perkiraan mengenai terjadinya suatu yang akan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Ramalan pada dasarnya merupakan perkiraan mengenai terjadinya suatu yang akan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Ramalan pada dasarnya merupakan perkiraan mengenai terjadinya suatu yang akan datang. Peramalan adalah proses untuk memperkirakan kebutuhan di masa datang

Lebih terperinci

MODEL AUTOREGRESSIVE (AR) ATAU MODEL UNIVARIATE

MODEL AUTOREGRESSIVE (AR) ATAU MODEL UNIVARIATE MODEL AUTOREGRESSIVE (AR) ATAU MODEL UNIVARIATE Data yang digunakan adalah data M2Trend.wf1 (buku rujukan pertama, bab-8). Model analisisnya adalah Xt = M2 diregresikan dengan t = waktu. Model yang akan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Adapun langkah-langkah pada analisis runtun waktu dengan model ARIMA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Adapun langkah-langkah pada analisis runtun waktu dengan model ARIMA BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini, akan dilakukan analisis dan pembahasan terhadap data runtun waktu. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu data

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIKUM MATAKULIAH : METODE RUNTUN WAKTU

PETUNJUK PRAKTIKUM MATAKULIAH : METODE RUNTUN WAKTU PETUNJUK PRAKTIKUM MATAKULIAH : METODE RUNTUN WAKTU Disusun Oleh : ENTIT PUSPITA NIP : 132086616 JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan (Forceasting) 2.1.1 Pengertian Peramalan Untuk memajukan suatu usaha harus memiliki pandangan ke depan yakni pada masa yang akan datang. Hal seperti ini yang harus dikaji

Lebih terperinci

Struktur dan Distribusi Penduduk. Kependudukan semester

Struktur dan Distribusi Penduduk. Kependudukan semester Struktur dan Distribusi Penduduk Kependudukan semester 2 2012 Point to discuss: Apa yang kamu ketahui tentang struktur penduduk? Apa guna/pentingnya penstrukturan penduduk? Bagaimana cara menstrukturkan

Lebih terperinci

PERAMALAN SAHAM JAKARTA ISLAMIC INDEX MENGGUNAKAN METODE ARIMA BULAN MEI-JULI 2010

PERAMALAN SAHAM JAKARTA ISLAMIC INDEX MENGGUNAKAN METODE ARIMA BULAN MEI-JULI 2010 Statistika, Vol., No., Mei PERAMALAN SAHAM JAKARTA ISLAMIC INDEX MENGGUNAKAN METODE ARIMA BULAN MEI-JULI Reksa Nila Anityaloka, Atika Nurani Ambarwati Program Studi S Statistika Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI. akan datang. Sedangkan ramalan adalah suatu situasi atau kondisi yang diperkirakan

BAB 2 TINJAUAN TEORI. akan datang. Sedangkan ramalan adalah suatu situasi atau kondisi yang diperkirakan BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Sedangkan ramalan adalah suatu situasi atau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah suatu proses memperkirakan secara sistematik tentang sesuatu yang paling mungkin terjadi di masa depan berdasarkan informasi di masa lalu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan sumber kas negara yang digunakan untuk pembangunan. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan

Lebih terperinci

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...iii. HALAMAN PENGESAHAN...iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... vi. KATA PENGANTAR... viii. DAFTAR ISI... x. DAFTAR TABEL...

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...iii. HALAMAN PENGESAHAN...iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... vi. KATA PENGANTAR... viii. DAFTAR ISI... x. DAFTAR TABEL... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...iii HALAMAN PENGESAHAN...iv MOTTO... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiv PERNYATAAN...

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Uji Kecukupan Sampel Dalam melakukan penelitian terhadap populasi yang sangat besar, kita perlu melakukan suatu penarikan sampel. Hal ini dikarenakan tidak selamanya kita dapat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi jagung merupakan hasil bercocok tanam, dimana dilakukan penanaman bibit

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi jagung merupakan hasil bercocok tanam, dimana dilakukan penanaman bibit BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Produksi Produksi jagung merupakan hasil bercocok tanam, dimana dilakukan penanaman bibit tanaman pada lahan yang telah disediakan, pemupukan dan perawatan sehingga

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Data Deret Berkala

BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Data Deret Berkala BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Data Deret Berkala Suatu deret berkala adalah himpunan observasi yang terkumpul atau hasil observasi yang mengalami peningkatan waktu. Data deret berkala adalah serangkaian

Lebih terperinci

MODEL EXPONENTIAL SMOOTHING HOLT-WINTER DAN MODEL SARIMA UNTUK PERAMALAN TINGKAT HUNIAN HOTEL DI PROPINSI DIY SKRIPSI

MODEL EXPONENTIAL SMOOTHING HOLT-WINTER DAN MODEL SARIMA UNTUK PERAMALAN TINGKAT HUNIAN HOTEL DI PROPINSI DIY SKRIPSI MODEL EXPONENTIAL SMOOTHING HOLT-WINTER DAN MODEL SARIMA UNTUK PERAMALAN TINGKAT HUNIAN HOTEL DI PROPINSI DIY SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

Prediksi Harga Saham dengan ARIMA

Prediksi Harga Saham dengan ARIMA Prediksi Harga Saham dengan ARIMA Peramalan harga saham merupakan sesuatu yang ditunggu-tunggu oleh para investor. Munculnya model prediksi yang baru yang bisa meramalkan harga saham secara tepat merupakan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL ARIMA UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM PT. TELKOM Tbk. APPLICATION OF ARIMA TO FORECASTING STOCK PRICE OF PT. TELOKM Tbk.

PENERAPAN MODEL ARIMA UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM PT. TELKOM Tbk. APPLICATION OF ARIMA TO FORECASTING STOCK PRICE OF PT. TELOKM Tbk. PENERAPAN MODEL ARIMA UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM PT. TELKOM Tbk. Djoni Hatidja ) ) Program Studi Matematika FMIPA Universitas Sam Ratulangi, Manado 955 email: dhatidja@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Analisis ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) umumnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Analisis ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) umumnya II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stasioner Analisis ARIMA Autoregressive Integrated Moving Average umumnya mengasumsikan bahwa proses umum dari time series adalah stasioner. Tujuan proses stasioner adalah rata-rata,

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL HOLT-WINTER DAN METODE DEKOMPOSISI KLASIK

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL HOLT-WINTER DAN METODE DEKOMPOSISI KLASIK BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL HOLT-WINTER DAN METODE DEKOMPOSISI KLASIK 3.1 Metode Pemulusan Eksponensial Holt-Winter Metode rata-rata bergerak dan pemulusan Eksponensial dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Vanissa Hapsari,2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Vanissa Hapsari,2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat pencemaran udara di beberapa kota besar cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya jumlah transportasi terus

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. 2.1 Produk Domestik Regional Bruto

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. 2.1 Produk Domestik Regional Bruto 18 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Produk Domestik Regional Bruto Dalam menghitung pendapatan regional, dipakai konsep domestik. Berarti seluruh nilai tambah yang ditimbulkan oleh berbagai sektor atau lapangan

Lebih terperinci

ASPEK KEPENDUDUKAN III. Tujuan Pembelajaran

ASPEK KEPENDUDUKAN III. Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 Geografi K e l a s XI ASPEK KEPENDUDUKAN III Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami perhitungan angka kelahiran.

Lebih terperinci

PERAMALAN JUMLAH PENUMPANG BANDARA I GUSTI NGURAH RAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE AUTOREGRESSIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA)

PERAMALAN JUMLAH PENUMPANG BANDARA I GUSTI NGURAH RAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE AUTOREGRESSIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA) M-11 2) PERAMALAN JUMLAH PENUMPANG BANDARA I GUSTI NGURAH RAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE AUTOREGRESSIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA) Naili Farkhatul Jannah 1), Muhammad Bahtiar Isna Fuady 2), Sefri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dugaan atau perkiraan mengenai kejadian atau peristiwa pada waktu yang

BAB I PENDAHULUAN. Dugaan atau perkiraan mengenai kejadian atau peristiwa pada waktu yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dugaan atau perkiraan mengenai kejadian atau peristiwa pada waktu yang akan datang disebut ramalan dan tindakan dalam membuat dugaan atau perkiraan tersebut

Lebih terperinci

BAB 3 MODEL FUNGSI TRANSFER MULTIVARIAT

BAB 3 MODEL FUNGSI TRANSFER MULTIVARIAT BAB 3 MODEL FUNGSI TRANSFER MULTIVARIAT Model fungsi transfer multivariat merupakan gabungan dari model ARIMA univariat dan analisis regresi berganda, sehingga menjadi suatu model yang mencampurkan pendekatan

Lebih terperinci

ANALISA BOX JENKINS PADA PEMBENTUKAN MODEL PRODUKSI PREMI ASURANSI KENDARAAN BERMOTOR RODA EMPAT

ANALISA BOX JENKINS PADA PEMBENTUKAN MODEL PRODUKSI PREMI ASURANSI KENDARAAN BERMOTOR RODA EMPAT ANALISA BOX JENKINS PADA PEMBENTUKAN MODEL PRODUKSI PREMI ASURANSI KENDARAAN BERMOTOR RODA EMPAT Mei Taripar Pardamean S.,SKom Jl. Makmur No.1 Ciracas Jakarta Timur mtp95@yahoo.com ABSTRAK Tujuan dari

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kependudukan Setiap daerah memiliki penduduk dimana penduduk tersebut memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Dalam cakupannya penduduk tersebut saling berhubungan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Peramalan 2.1.1. Pengertian dan Kegunaan Peramalan Peramalan (forecasting) menurut Sofjan Assauri (1984) adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang

Lebih terperinci

Artikel Ilmiah. Peneliti : Auditya Gianina Bernadine Amaheka ( ) Michael Bezaleel Wenas, S.Kom., M.Cs.

Artikel Ilmiah. Peneliti : Auditya Gianina Bernadine Amaheka ( ) Michael Bezaleel Wenas, S.Kom., M.Cs. Analisis Peramalan Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dengan Metode Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) (Studi Kasus : Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah Provinsi Jawa Tengah) Artikel

Lebih terperinci

Universitas Gadjah Mada

Universitas Gadjah Mada Minggu 1 Definisi dan Cakupan Fertilitas Pertumbuhan penduduk disuatu wilayah dipengaruhi oleh empat faktor: kelahiran, kematian, migrasi masuk dan migrasi keluar. Bagi beberapa negara, misalnya Indonesia,

Lebih terperinci

Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya Program Studi Teknik Otomasi, Jurusan Teknik Kelistrikan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri

Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya Program Studi Teknik Otomasi, Jurusan Teknik Kelistrikan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Perbandingan Metode Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) dan Exponential Smoothing pada Peramalan Penjualan Klip (Studi Kasus PT. Indoprima Gemilang Engineering) Aditia Rizki Sudrajat 1, Renanda

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORITIS

BAB 2 LANDASAN TEORITIS BAB 2 LANDASAN TEORITIS 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan (forecasting) adalah kegiatan memperkirakan atau memprediksikan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan waktu yang relative lama.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Peramalan

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Peramalan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Statistik merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling banyak mendapatkan perhatian dan dipelajari oleh ilmuan dari hampir semua ilmu bidang pengetahuan,

Lebih terperinci

PERAMALAN PENJUALAN TEH HIJAU DENGAN METODE ARIMA (STUDI KASUS PADA PT. MK)

PERAMALAN PENJUALAN TEH HIJAU DENGAN METODE ARIMA (STUDI KASUS PADA PT. MK) PERAMALAN PENJUALAN TEH HIJAU DENGAN METODE ARIMA (STUDI KASUS PADA PT. MK) Zulhamidi 1, Riski Hardianto 2 1,2) Politeknik ATI Padang Email: zulhamidi@gmail.com; riskii.hardianto@gmail.com Abstrak Peramalan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel ARIMA menggunakan variabel dependen harga saham LQ45 dan variabel independen harga saham LQ45 periode sebelumnya, sedangkan ARCH/GARCH menggunakan variabel dependen

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA Definisi dan Tujuan Forecasting. yang belum terjadi (Pangestu S, 1986:1). Forecasting atau peramalan

BAB II KAJIAN PUSTAKA Definisi dan Tujuan Forecasting. yang belum terjadi (Pangestu S, 1986:1). Forecasting atau peramalan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Forecasting 2.1.1 Definisi dan Tujuan Forecasting Forecasting adalah peramalan (perkiraan) mengenai sesuatu yang belum terjadi (Pangestu S, 1986:1). Forecasting atau peramalan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengertian Peramalan (Forecasting) Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa mendatang. Peramalan penjualan adalah peramalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fertilitas (kelahiran) sama dengan kelahiran hidup (live birth), yaitu terlepasnya bayi dari rahim seorang perempuan dengan ada tanda-tanda kehidupan misalnya bernafas,

Lebih terperinci

Analisis Peramalan Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sebagai Tolak Ukur Kinerja Perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Analisis Peramalan Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sebagai Tolak Ukur Kinerja Perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Analisis Peramalan Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sebagai Tolak Ukur Kinerja Perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Desy Yuliana Dalimunthe Jurusan Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi,

Lebih terperinci

Pemodelan Autoregressive (AR) pada Data Hilang dan Aplikasinya pada Data Kurs Mata Uang Rupiah

Pemodelan Autoregressive (AR) pada Data Hilang dan Aplikasinya pada Data Kurs Mata Uang Rupiah Vol. 9, No., 9-5, Januari 013 Pemodelan Autoregressive (AR) pada Data Hilang dan Aplikasinya pada Data Kurs Mata Uang Rupiah Fitriani, Erna Tri Herdiani, M. Saleh AF 1 Abstrak Dalam analisis deret waktu

Lebih terperinci

PERAMALAN PENJUALAN PRODUKSI TEH BOTOL SOSRO PADA PT. SINAR SOSRO SUMATERA BAGIAN UTARA TAHUN 2014 DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS

PERAMALAN PENJUALAN PRODUKSI TEH BOTOL SOSRO PADA PT. SINAR SOSRO SUMATERA BAGIAN UTARA TAHUN 2014 DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS Saintia Matematika ISSN: 2337-9197 Vol. 02, No. 03 (2014), pp. 253 266. PERAMALAN PENJUALAN PRODUKSI TEH BOTOL SOSRO PADA PT. SINAR SOSRO SUMATERA BAGIAN UTARA TAHUN 2014 DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS

Lebih terperinci

Prediksi Laju Inflasi di Kota Ambon Menggunakan Metode ARIMA Box Jenkins

Prediksi Laju Inflasi di Kota Ambon Menggunakan Metode ARIMA Box Jenkins Statistika, Vol. 16 No. 2, 95 102 November 2016 Prediksi Laju Inflasi di Kota Ambon Menggunakan Metode ARIMA Box Jenkins FERRY KONDO LEMBANG Jurusan Matematika Fakultas MIPA Universitas Pattimura Ambon

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Penelitian...

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Penelitian... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii NASKAH SOAL TUGAS AKHIR... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v INTISARI... vi KATA PENGANTAR... vii UCAPAN TERIMA KASIH... viii

Lebih terperinci