STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN LEBAH MADU RAKYAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN LEBAH MADU RAKYAT"

Transkripsi

1 STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN LEBAH MADU RAKYAT (Studi Kasus Kelompok Ternak Lebah Madu Sri Buana, Kampung Nyalenghor, Desa Nanggewer, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya) SKRIPSI VERLANE CHADIZAVIARY DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

2 RINGKASAN Verlane Chadizaviary. D Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Lebah Madu Rakyat (Studi Kasus Kelompok Ternak Lebah Madu Sri Buana, Kampung Nyalenghor, Desa Nanggewer, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya). Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Ir. Lucia Cyrilla E.N.S.D, M.Si. Pembimbing Anggota : Ir. Hotnida C.H. Siregar, M.Si. Budidaya lebah madu merupakan suatu usaha dalam memelihara lebah madu hingga memproduksi produk-produk dari lebah madu. Indonesia memiliki iklim yang tropis dan banyak sumber pakan bagi lebah madu, sehingga sangat cocok dijadikan sebagai tempat beternak lebah madu. Produk-produk yang dapat dihasilkan dari lebah madu yaitu madu, pollen, royal jelly, propolis, malam dan sengatan lebah (apitoxin). Di Indonesia, masih banyak daerah-daerah yang berpotensi dalam mengembangkan usaha beternak lebah madu, salah satunya adalah kelompok ternak lebah madu Sri Buana yang berlokasi di Kabupaten Tasikmalaya. Pengembangan usaha budidaya lebah madu di daerah Nyalenghor mempunyai prospek yang baik untuk masa yang akan datang. Faktor-faktor yang mendukung usaha tersebut antara lain adanya potensi sumberdaya alam, dukungan dari Pemerintah Daerah dan manfaat budidaya lebah itu sendiri bagi kelestarian lingkungan hidup manusia. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi faktor-faktor utama lingkungan internal dan eksternal yang berpengaruh dalam pengembangan kelompok ternak lebah madu Sri Buana Tasikmalaya dan (2) Merumuskan strategi pengembangan yang tepat bagi kelompok ternak lebah madu Sri Buana Tasikmalaya. Penelitian yang dilakukan merupakan studi kasus pada kelompok ternak lebah madu Sri Buana. Data dikumpulkan dari tanggal 1 Agustus sampai dengan 22 Agustus Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder yang diperoleh melalui pengamatan dan wawancara langsung dengan informan yang terdiri dari ketua dan beberapa anggota kelompok ternak lebah madu, serta kepala Dinas Kehutanan Tasikmalaya. Data primer diperoleh melalui pengisian kuesioner yang telah disiapkan sesuai dengan tujuan penelitian. Data sekunder diperoleh dari laporan dinas setempat serta berbagai literatur lain yang relevan dengan topik penelitian. Data atau hasil wawancara yang telah terkumpul dianalisis dengan analisis SWOT secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anggota kelompok ternak lebah madu Sri Buana cukup terampil dalam membudidayakan lebah madu, namun peternak belum banyak mempelajari teknik memperbanyak koloni, membuat ratu lebah dan mencari sumber-sumber yang dapat diakses untuk dijadikan modal. Ketersediaan pakan di lokasi peternakan, banyaknya permintaan madu di Jawa Barat pada umumnya dan banyaknya industri-industri atau perusahaan yang menggunakan bahan baku dari madu merupakan peluang yang harus dimanfaatkan oleh kelompok ternak Sri Buana. Akan tetapi banyaknya pesaing yang sama-sama bergerak dalam usaha budidaya lebah madu, terutama perusahaan-perusahaan besar madu perlu dipertimbangkan juga oleh kelompok ternak Sri Buana. Strategi yang dapat diterapkan dalam pengembangan usaha lebah madu Sri Buana adalah meningkatkan jumlah produksi madu dengan menambah jumlah

3 koloni, meningkatkan mutu produk, mengadakan pelatihan budidaya dan pendampingan untuk meningkatkan keterampilan peternak, serta memperbaiki kemasan. Kata-kata kunci: peternakan lebah madu rakyat, Apis cerana, analisis SWOT, strategi pengembangan

4 ABSTRACT Strategies for Developing Small Scale Apiary (Case Study of Sri Buana Apiary, Nanggewer Village, Pagerageung Subdistrict-Tasikmalaya District) Chadizaviary, V., L. Cyrilla and H. C. H. Siregar Honey bee reservation is a way to breed honey bees and produce the products from honey bees. The tropical climate of Indonesia is very suitable for providing feed sources of honey bee. One of apiaries in Indonesia is Sri Buana group that located in the sub urban area of Tasikmalaya. There were some factors that support the honey bee reservation such as potential natural resource, local government, and the advantage of the reservation it self to human life and the environment. The objectives of this research were: (1) to identify the main internal and external environment factors which effected the development of honey bee group in Sri Buana Tasikmalaya (2) to formulate the suitable development strategies of Sri Buana Group. The data were collected from 1 until 22 August 2009 and consisted of primary and secondary data. The collected data were analyzed by SWOT analyzes. This research showed that Sri Buana honey bees keepers group have strong position in internal and external environment factor. The main alternative strategies that could be applied were to increase the total of honey production by adding number of colony, increasing product quality, holding cultivation training and assistance the farmer s skill, and repairing package. Keywords: apiary, Apis cerana, SWOT analysis, development strategy

5 STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN LEBAH MADU RAKYAT (Studi Kasus Kelompok Ternak Lebah Madu Sri Buana, Kampung Nyalenghor, Desa Nanggewer, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya) VERLANE CHADIZAVIARY D Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

6 Judul : Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Lebah Madu Rakyat (Studi Kasus Kelompok Ternak Lebah Madu Sri Buana, Kampung Nyalenghor, Desa Nanggewer, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya). Nama : Verlane Chadizaviary NIM : D Menyetujui, Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota, (Ir. Lucia Cyrilla, E.N.S.D., M.Si.) NIP (Ir. Hotnida C.H. Siregar, M.Si.) NIP Mengetahui: Ketua Departemen, Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc.) NIP Tanggal Ujian: 9 Juli 2010 Tanggal Lulus: 19 Juli 2010

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 4 Juni 1987 di Suryalaya, Tasikmalaya. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Tondhie Hannibal (Almarhum) dan Ibu Ani Nuryani. Pendidikan sekolah dasar diselesaikan pada tahun 2000 di SDN Suryalaya, Tasikmalaya. Pendidikan sekolah lanjutan tingkat pertama diselesaikan pada tahun 2003 di SLTPN 1 Panumbangan, Ciamis. Pendidikan sekolah lanjutan tingkat atas diselesaikan pada tahun 2006 di Madrasah Aliyah Suryalaya, Tasikmalaya. Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor pada tahun 2006 melalui jalur seleksi Beasiswa Utusan Daerah Departemen Agama (BUD DEPAG) dan diterima di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan pada tahun Selama mengikuti pendidikan, Penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Produksi Ternak (HIMAPROTER) Fakultas Peternakan ( ) sebagai staf Pengembangan Organisasi.

8 KATA PENGANTAR Segala puji bagi bagi Sang Pencipta alam semesta dan Pemilik ilmu pengetahuan Allah SWT yang menjadikan alam ini mempunyai banyak rahmat bagi makhluk-nya. Syukur Penulis panjatkan atas segala nikmat dan karunia-nya yang telah diberikan sehingga Penulis memperoleh kemudahan dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi yang berjudul Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Lebah Madu Rakyat (Studi Kasus Kelompok Ternak Lebah Madu Sri Buana, Kampung Nyalenghor, Desa Nanggewer, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya). Kelompok ternak lebah madu Sri Buana merupakan kelompok ternak yang sudah cukup lama terbentuk dalam beternak lebah madu, memproduksi dan menjual produk lebah madu. Selain itu, keberadaan kelompok ini sangat didukung kondisi alam sehingga sangat diperlukan suatu strategi pengembangan usaha yang tepat agar kelompok ternak ini dapat terus berkembang di masa yang akan datang. Kesempurnaan hakiki hanya milik Allah SWT, sehingga Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Semoga skripsi ini bermanfaat untuk stakeholders peternakan khususnya dan masyarakat pada umumnya. Bogor, Juli 2010 Penulis

9 DAFTAR ISI RINGKASAN... ABSTRACT... LEMBAR PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN... RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 TINJAUAN PUSTAKA... 3 Budidaya Lebah Madu... 3 Apis cerana... 4 Pembibitan... 5 Pemilihan Bibit Calon Induk... 5 Ciri-ciri Bibit Lebah Madu... 6 Manajemen Pembuatan Calon Ratu Lebah... 6 Perawatan Bibit dan Calon Induk... 6 Pakan Lebah Madu... 7 Nektar... 7 Polen... 8 Madu... 8 Tanaman Pakan Lebah Madu... 9 Manajemen Strategi Identifikasi Lingkungan Internal Faktor Sumber Daya Manusia Faktor Produksi Faktor Keuangan Faktor Pemasaran Faktor Penelitian dan Pengembangan Identifikasi Lingkungan Eksternal Faktor Ekonomi Faktor Sosial, Budaya, Demografi dan Lingkungan Faktor Politik, Hukum dan Pemerintahan Faktor Persaingan Faktor Teknologi Analisis SWOT i iii iv v vi vii viii xi xii

10 MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Rancangan dan Analisis Data Rancangan Penelitian Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah dan Perkembangan Kelompok Lebah Madu Sri Buana Kondisi Lokasi Peternakan Faktor Internal Usaha Kelompok Lebah Madu Sri Buana Teknis Budidaya Lebah Madu Bibit Produktivitas Lebah Madu Pakan Lebah Peralatan Manajemen Budidaya Kualitas Peternak Lebah Madu Jenis Kelamin Umur Peternak Pengadaan Tenaga Kerja Pendidikan Keadaan Sosial-Ekonomi Modal yang Tersedia Pendapatan Usaha Harga Jual Produk Pemasaran Produk Kelembagaan Faktor Eksternal Usaha Kelompok Lebah Madu Sri Buana Lingkungan Peternakan Permintaan Madu di Pulau Jawa Jumlah Pesaing di Sekitar Kelompok Sri Buana Jenis Perusahaan di Sekitar Kelompok Sri Buana yang Memanfaatkan Produk Lebah Madu Kebijakan Pemerintah Daerah Analisis SWOT Usaha Kelompok Lebah Madu Sri Buana Faktor Internal Kekuatan Kelemahan Faktor Eksternal Peluang Ancaman Matriks SWOT Strategi Strenghts-Opportunities (SO) Meningkatkan Jumlah Produksi Madu dengan Menambah Jumlah Koloni Meningkatkan Mutu Produk Strategi Weaknesses-Opportunities (WO) Melakukan Pelatihan Budidaya dan Pendampingan

11 untuk Meningkatkan Keterampilan Peternak Memperbaiki Kemasan Produk Melakukan Penanaman Tanaman yang Mampu Menyediakan Pakan Lebah Sepanjang Tahun Strategi Strenghts-Threats (ST) Meningkatkan Kualitas Produk dengan Harga Bersaing untuk Meyakinkan Pembeli Bahwa Produk yang Dihasilkan Asli Strategi Weaknesses-Threats (WT) Mempertahankan Luas Areal Tanaman Pakan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 44

12 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Beberapa Jenis Tanaman Sebagai Sumber Pakan Lebah Matriks Analisis SWOT Karakteristik Peternak Lebah Madu Sri Buana Matriks SWOT Kelompok Ternak Lebah Madu Sri Buana 37

13 Nomor DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Apis cerana dan Apis mellifera Kalender Bunga Tanaman Pakan Lebah Madu Peralatan dan Perlengkapan Beternak Lebah Madu yang Dimiliki Kelompok Ternak Sri Buana Kondisi Jalan Menuju Lokasi dan Stup yang Diletakkan di Bawah Pohon. 32

14 PENDAHULUAN Latar Belakang Perlebahan dewasa ini merupakan komponen penting dalam pembangunan sektor pertanian dan kehutanan berkelanjutan. Peran lebah madu dalam penyerbukan tanaman memberikan keuntungan ekologis, khususnya bagi kelestarian flora. Produk yang dihasilkan lebah madu dapat memberikan keuntungan ekonomis bagi peternaknya. Ditinjau dari kekayaan alamnya, Indonesia menyimpan potensi besar bagi pengembangan usaha perlebahan karena memiliki jutaan hektar lahan pertanian, perkebunan dan kehutanan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan lebah. Enam dari tujuh spesies lebah madu yang dikenal di dunia, merupakan jenis lokal yang secara alamiah terdapat di bumi nusantara. Beberapa di antaranya bahkan sudah lama dieksploitasi masyarakat untuk diambil madu dan lilinnya. Tingkat produksi madu di Indonesia masih rendah dibandingkan dengan negara tetangga seperti Vietnam dan Thailand, padahal luas wilayahnya jauh lebih kecil dibandingkan Indonesia. Kebutuhan madu nasional menurut data tahun 2002 mencapai 150 ribu ton per tahun, sementara produksinya hanya 40 ribu ton, dan untuk memenuhi kebutuhan tersebut Indonesia masih mengimpor. Menyadari potensi tersebut, pemerintah sejak awal tahun 70-an telah menggalakkan usaha pembudidayaan lebah madu (apiari). Saat ini telah berkembang ratusan apiari, baik yang berskala besar sebagai usaha pokok maupun berskala kecil sebagai usaha sampingan (Asosiasi Perlebahan Indonesia, 2000). Secara kuantitas dan kualitas, perkembangan usaha perlebahan belum cukup memuaskan dan potensi yang tersedia belum tergali sepenuhnya. Hal tersebut karena di dalam usaha perlebahan, tanaman pakan merupakan faktor kunci yang paling menentukan keberhasilan usaha perlebahan. Oleh karena itu, di dalam budidaya lebah madu harus tersedia sumber pakan dalam jumlah yang cukup dan berkesinambungan. Kelangkaan sumber pakan sangat berpengaruh terhadap produktivitas madu yang diperoleh petani. Posisi petani lebah khususnya yang berskala kecil, salah satunya adalah kelompok ternak lebah madu Sri Buana yang terletak di Kabupaten Tasikmalaya. Kelompok ternak lebah madu Sri Buana merupakan suatu kelompok ternak yang belum memilki pengalaman lebih luas dalam hal pemeliharaan lebah madu, produksi

15 madu hingga penjualan produknya. Hal ini dapat dilihat pada pemeliharaan lebah yang belum dilakukan secara intensif, cara pemeliharaan dan panen masih sederhana, pengetahuan peternak tentang hama dan penyakit sangat kurang, pemasaran tidak lancar sehingga belum mendapat pelanggan tetap, tidak ada modal untuk pengembangan, serta tidak ada kerjasama dengan instansi terkait. Oleh karena itu, diperlukan suatu strategi pengembangan usaha yang tepat agar kelompok ternak Sri Buana dapat lebih berkembang di masa yang akan datang. Peternakan lebah madu Sri Buana di Kampung Nyalenghor ini merupakan salah satu kelompok ternak yang perlu diteliti lebih lanjut, karena kurangnya informasi yang sampai ke masyarakat luas. Penelitian yang akan dilakukan adalah melihat prospek perkembangan usaha lebah untuk menghasilkan madu yang baik dengan pakan alami, yaitu dari berbagai tanaman bunga yang terdapat di daerah tersebut. Oleh karena itu perlu dikaji lebih jauh apa saja kekuatan, kelemahan, peluang maupun ancaman yang terdapat di kelompok ternak lebah madu Sri Buana yang penting bagi perumusan strategi pengembangan usaha peternakan lebah madu di Tasikmalaya. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1. Mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang berpengaruh dalam pengembangan kelompok ternak lebah madu Sri Buana Tasikmalaya. 2. Merumuskan strategi pengembangan yang tepat bagi kelompok ternak lebah madu Sri Buana Tasikmalaya.

16 TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Lebah Madu Lebah madu merupakan serangga penghasil madu, royal jeli, propolis, lilin, polen, sengat dan membantu penyerbukan tanaman. Riset ilmiah terbaru membuktikan bahwa madu potensial sebagai antioksidan, antimikroba, antijamur, dalam perawatan kulit, pengawet makanan, dan sebagai obat luka. Namun hingga kini konsumsi madu penduduk Indonesia saat ini hanya 15 gram/kapita/tahun, sedangkan tingkat konsumsi madu masyarakat di negara-negara maju (Jepang, Jerman, Inggris, Perancis dan AS) mencapai gram/kapita/tahun. Produksi madu dalam negeri antara tahun hanya ton/tahun. Jumlah penduduk Indonesia saat ini 220 juta orang, maka setiap tahun dibutuhkan madu sebesar ton. Oleh karena itu, budidaya lebah madu sangat prospektif dikembangkan di negeri agraris ini (Rusfidra, 2006). Berdasarkan hasil penelitian Nilawati (2001), kelompok ternak lebah madu di Desa Sindangkerta, Cipatujah Tasikmalaya adalah sebagai daerah budidaya lebah madu berdasarkan pada kelayakan sosial, ekonomi, dan prospek pengembangannya. Lingkungan fisik Desa Sindangkerta mampu mendukung peningkatan produksi madu. Tanaman penghasil pakan lebah madu di Desa Sindangkerta adalah tanaman kelapa, karet, cengkeh, padi, buah-buahan, randu, ketapang, mengkudu, dan tumbuhan herba. Jumlah stup minimal yang harus dimiliki satu keluarga untuk mendapatkan keuntungan adalah 6 buah. Sampai saat ini jenis lebah madu yang banyak dibudidayakan di Indonesia adalah Apis cerana dan Apis mellifera. Apis cerana merupakan lebah lokal Indonesia yang dapat beradaptasi sangat baik dengan lingkungan setempat, lebih efisien dalam mengumpulkan nektar tanaman (Erwan, 1999). Apis mellifera dimasukkan pertama kali ke Indonesia dari Australia pada tahun 1972 oleh Pusat Apiari Pramuka. Tujuannya adalah untuk memperkenalkan budidaya lebah madu secara modern kepada petani ternak serta untuk memenuhi permintaan madu konsumen dalam negeri (Suwanda, 1986).

17 Sistematika lebah madu menurut Lamerkabel (2009) adalah sebagai berikut: Kerajaan : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insekta Ordo : Hymenoptera Famili : Apidae Genus : Apis Spesies : A. cerana, A. mellifera, A. dorsata dan A. florea Lebah madu merupakan insekta sosial yang hidup dalam suatu keluarga besar yang disebut koloni lebah. Keunikan koloni lebah ini adalah mempunyai sifat polimorfisme, yaitu anggotanya mempunyai keunikan anatomis, fisiologis, dan fungsi biologis yang berbeda antara satu golongan dengan golongan yang lain. Satu koloni lebah madu terdiri dari satu ratu, beberapa ratus lebah jantan, dan beberapa puluh ribu pekerja. Jumlah anggota masing-masing golongan, kecuali ratu yang hanya satu ekor, tergantung dari spesies lebah dan kondisi lingkungan, terutama ketersediaan bahan makanan dan temperatur lingkungan (Sihombing, 2005). Keberhasilan pemeliharaan lebah madu sangat erat kaitannya dengan habitat ideal, yaitu tempat dan musim yang cocok, serta ketersediaan tanaman berbunga sebagai sumber nektar. Koloni lebah madu dapat digembalakan supaya menghasilkan madu, dimana penggembalaannya itu disesuaikan dengan musim bunga. Setiap musim bunga, lebah akan menghasilkan madu yang khas dan sesuai dengan bunga sebagai pakannya. Lebah madu yang tidak digembalakan sesuai dengan musim bunga yang berlangsung, tidak akan produktif dalam menghasilkan madu (Sarwono, 2001). Apis cerana Apis cerana adalah lebah asli Asia dan diduga asal-usulnya adalah menyebar mulai dari Afghanistan, Cina hingga Jepang. A. cerana sangat memperlihatkan variasi ukuran tubuh, produktivitas dan tingkah laku menurut kondisi dimana ia bermukim. Apis cerana mempunyai ukuran tubuh lebih kecil dan lebih ramping dibandingkan A. mellifera (Pusat Perlebahan Apiari Pramuka, 2006). Menurut segi penyebarannya, A. cerana menempati urutan kedua setelah A. mellifera (Sihombing, 2005).

18 Lebah A. cerana merupakan lebah lokal Indonesia yang dapat beradaptasi sangat baik dengan lingkungan setempat, lebih efisien dalam mengumpulkan nektar tanaman (Erwan, 1999), resisten terhadap serangan penyakit terutama dari tungau Varroa (Yoshida, 1998). Produksi madu A. cerana relatif rendah serta mudah pindah dari sarang. Berbeda dengan lebah madu A. mellifera yang dimasukkan pertama kali ke Indonesia dari Australia pada tahun 1972 oleh Pusat Apiari Pramuka. Tujuannya adalah untuk memperkenalkan budidaya lebah madu secara modern kepada petani ternak serta untuk memenuhi permintaan madu konsumen dalam negeri (Suwanda, 1986). Secara umum, A. cerana mirip dengan A. mellifera subspesies dari Eropa. Hanya saja ukuran tubuhnya lebih kecil, agak lebih suka berpindah tempat, namun lebih tahan terhadap serangan predator (pemangsa) jenis-jenis tawon besar dan parasit-parasit tungau. A. cerana lebih tinggi daya adaptasinya terhadap perubahan iklim daripada A. mellifera. Hal ini terbukti bahwa A. cerana lebih aktif pada musim semi dan sebaliknya kurang aktif pada musim dingin (Sihombing, 2005). Apis cerana telah berabad-abad dipelihara di berbagai wilayah di Asia, antara lain Bangladesh, Pakistan, Sri Lanka, Cina, India, Indonesia, Iran, Malaysia, Thailand dan lain-lain. Cara pemeliharaannya sebagian masih tradisional, antara lain dalam rongga kayu, keranjang ayam bambu, gentong tembikar, dinding gua-gua, celah-celah rumah dan tempat-tempat sederhana lainnya; sebagian sudah ada yang memelihara dengan cara modern dan telah ada yang memelihara dalam kotak stup yang dapat dipindah-pindahkan dengan bentuk bervariasi yang cocok bagi kondisi dan bahan setempat. Penelitian selanjutnya masih sangat dibutuhkan antara lain disain kotak sarang, peningkatan produktivitas galur yang mencakup keagresifan, menyimpan madu lebih banyak dan mengurangi sifat mudah minggat, memisah diri dari koloni, cara pengolahan produksi dan pemasarannya (Sihombing, 2005). Pembibitan Pemilihan Bibit Calon Induk Bibit lebah unggul yang di Indonesia ada dua jenis yaitu A. cerana (lokal) dan A. mellifera (impor). Ratu lebah merupakan inti dari pembentukan koloni lebah. Oleh karena itu, pemilihan ratu jenis unggul ini bertujuan agar dalam satu koloni lebah dapat produksi secara maksimal. Ratu A. cerana mampu bertelur butir

19 per hari dan ratu A. mellifera mampu bertelur 1500 butir per hari (Bina Apiari Indonesia, 2009). Ciri-ciri Bibit Lebah Madu Usaha perlebahan dapat berjalan lancar jika peternak mengetahui ciri-ciri bibit lebah yang baik, diantaranya adalah (1) mempunyai ratu lebah yang secara fisik bagus dan berusia antara 3 bulan sampai 1 tahun, (2) jumlah dan kualitas telur yang dihasilkan ratu lebah banyak, (3) hasil panen lebih banyak baik hasil madu, polen, royal jeli dan propolis, (4) larva lebah yang dihasilkan lebih segar dan (5) lebah biasanya lebih agresif (Bina Apiari Indonesia, 2009). Manajemen Pembuatan Calon Ratu Lebah Cara pembuatan calon ratu lebah yaitu (1) mengambil larva lebah madu yang baru menetas usia 1 hari, (2) larva tersebut dimasukkan ke dalam satu potong frame royal jelly, (3) frame royal jelly yang sudah terisi larva lebah madu ditempatkan pada kotak super (kotak lebah madu yang berisi koloni lebah madu minimal dua tingkat), (4) kotak super lebah madu tersebut dipisahkan atau disekat dengan ratu lebah berada di kotak bawah dan frame royal jelly calon ratu lebah madu ditempatkan pada kotak atasnya, sehingga ratu lebah madu tidak bisa mendekati calon ratu lebah madu, (5) diamkan selama 11 hari sampai calon ratu lebah menjadi kepompong, (6) setelah 11 hari calon ratu dipindahkan ke kotak lebah yang besisi koloni lebah tanpa ada ratunya, (7) 13 hari calon ratu lebah keluar kepompong dan langsung diangkat menjadi ratu lebah oleh koloni lebah tersebut, dan (8) setelah seminggu bisanya ratu lebah siap untuk kawin dan mengembangkan koloni lebah yang baru ditempati tersebut (Bina Apiari Indonesia, 2009). Perawatan Bibit dan Calon Induk Lebah yang baru dibeli dirawat khusus. Satu hari setelah dibeli, ratu dikeluarkan dan dimasukkan ke dalam stup yang telah disiapkan. Selama 6 hari lebah-lebah tersebut tidak dapat diganggu karena masih pada masa adaptasi sehingga lebih peka terhadap lingkungan yang tidak menguntungkan. Setelah itu baru dapat dilaksanakan untuk perawatan dan pemeliharaan rutin (Bina Apiari Indonesia, 2009).

20 Pakan Lebah Madu Sumber pakan utama lebah madu adalah nektar dan tepung sari (pollen) yang dihasilkan dari bunga tanaman. Masa pembungaan tanaman yang umumnya bersifat musiman menyebabkan pada periode tertentu lebah madu mengalami krisis makanan. Kondisi demikian mengakibatkan penurunan populasi koloni. Kekurangan makanan tidak jarang juga menyebabkan hijrahnya koloni. Pemberian makanan buatan adalah salah satu alternatif cara mempertahankan koloni lebah madu, terutama dalam kondisi langka bunga (Kuntadi, 2006). Nektar Lebah madu memerlukan energi yang sebagian besar berasal dari nektar, yaitu semacam cairan yang dihasilkan oleh kelenjar nektar tumbuhan. Nektar merupakan pakan bagi lebah pekerja sehingga ketersediaan nektar sepanjang tahun menjamin kekuatan koloni (Sihombing, 2005). Nektar kaya akan berbagai bentuk karbohidrat (3-87%), seperti sukrosa, fruktosa dan glukosa. Selain karbohidrat, nektar juga mengandung sedikit senyawa-senyawa yang mengandung nitrogen seperti asam-asam amino, amida-amida, asam-asam organik, vitamin-vitamin, senyawa-senyawa aromatik dan mineral-mineral. Kandungan zat-zat makanan dalam nektar tergantung dari sumber nektar dan musim (Sihombing, 2005). Menurut Erwan (1999), jenis lebah A. cerana mempunyai efisiensi yang lebih baik dalam pengumpulan nektar tanaman dibanding jenis lebah A. mellifera. Faktor utama yang menentukan jumlah nektar yang dikumpulkan adalah kapasitas kantong madu yang tergantung dari ukuran tubuh lebah, sebagian juga ditentukan oleh jumlah dan konsentrasi gula nektar, keadaan cuaca dan pengalaman lebah pekerja. Jumlah nektar yang ditimbun sebagai madu oleh satu koloni dalam sarang tergantung dari beberapa faktor, antara lain: (1) ukuran dan komposisi populasi dalam koloni, terutama kehadiran dan kualitas ratu, (2) sifat menimbun (boarding behaviour) lebah-lebah pekerja yang ada hubungannya dengan faktor genetis, (3) keadaan cuaca yaitu temperatur, kelembaban, kecepatan arus angin dan foto periode, dan (4) kapasitas ruangan penyimpanan yang tersedia pada sisiran sarang (Sihombing, 2005).

21 Polen Polen dimakan oleh lebah madu terutama sebagai sumber protein dan lemak, serta sedikit karbohidrat dan mineral. Kandungan protein kasarnya bervariasi antara 8-40%, rata-rata 23% dan mengandung semua asam-asam amino esensial maupun asam-asam lemak esensial. Polen merupakan bahan baku pembentukan royal jeli yang merupakan pakan bagi ratu lebah dan tetasan, sehingga ketersediaan sepanjang tahun menjamin perkembangan koloni. Di daerah beriklim dingin satu koloni lebah madu memerlukan sekitar 50 kg polen per tahun (Sihombing, 2005). Febretrisiana (2006) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kacang kedelai dapat digunakan sebagai pengganti pakan polen untuk lebah madu. Stimulasi polen dilakukan dengan memberikan kacang kedelai yang telah dihaluskan hingga berbentuk tepung. Tepung kedelai dicampur dengan larutan gula hingga berbentuk pasta, kemudian diletakkan di atas bingkai sisiran dari setiap stup lebah. Intensitas atau tingkat pengumpulan polen oleh sebuah koloni lebah madu tergantung pada beberapa faktor. Pengaruh faktor lingkungan terhadap intensitas pengumpulan polen dapat terjadi secara langsung atau tidak langsung. Faktor secara langsung dapat berupa pengaruh terhadap aktivitas terbang, tingkat atau pola konsumsi makanan, sedangkan faktor secara tidak langsung dapat melalui tingkat produksi polen bunga. Temperatur lingkungan sangat mempengaruhi jumlah konsumsi makanan lebah madu, dan dengan demikian akan mempengaruhi tingkat pengumpulan bahan makanan (polen dan nektar) dari lapangan (Sihombing, 2005). Madu Madu pada dasarnya merupakan zat manis alami yang dihasilkan bahan baku nektar bunga, dimana nektar adalah senyawa kompleks yang dihasilkan tanaman dalam bentuk larutan gula (Sarwono, 2001). Banyak kegunaan yang dapat diambil dari madu, antara lain sebagai obat penyembuh luka, dan merangsang urinisasi. Sebenarnya madu merupakan cadangan makanan anggota koloni lebah, namun lebah selalu menghasilkan madu lebih dari kebutuhan koloni. Kelebihan itulah yang diambil oleh manusia sebagai bahan pangan yang menyehatkan. Madu dapat disebut cindera mata dari alam yang menyehatkan (Rusfidra, 2006). Hasil madu yang tinggi dapat diperoleh dengan tingginya kandungan nektar bunga tanaman dan banyaknya polen dalam bunga tanaman. Kandungan nektar

22 bunga tanaman mudah dihisap lebah, masa berbunga yang panjang dan bunga berkesinambungan sepanjang tahun sehingga madu dan polen dapat diperoleh sepanjang tahun. Tidak semua tanaman mempunyai nektar dan polen sekaligus, tergantung dari jenis tanaman, umur tanaman dan kesuburan tanaman. Ketersediaan pakan lebah secara berkesinambungan merupakan salah satu syarat pendukung perkembangan koloni lebah dan produksi madu. Oleh karena itu, faktor pakan penting dipertimbangkan dalam menentukan lokasi budidaya lebah. Budidaya oleh peternak Indonesia hanya menghasilkan madu 5-10 kg per koloni per tahun. Produksi madu tersebut berada pada tingkat produksi yang relatif rendah (Murtidjo, 1991). Produksi madu dengan kapasitas 50 koloni (stup) dengan jumlah sisiran untuk setiap stup sebanyak 8 sisiran dalam 1 tahun diasumsikan sebanyak kg atau untuk 1 koloni sebanyak 36 kg (Departemen Kehutanan, 2003). Kualitas madu ditentukan antara lain oleh warna, rasa, kekentalan, aroma dan kadar air. Rasa, aroma dan warna madu sangat ditentukan oleh bunga sumber nektar yang dikumpulkan lebah pekerja. Madu yang dihasilkan dari sekitar perkebunan kelapa disebut madu kelapa. Di pasar dikenal madu karet, madu kapuk, madu lengkeng, madu kopi, madu kelapa dan lain sebagainya (Rusfidra, 2006). Tanaman Pakan Lebah Madu Indonesia merupakan negara agraris dengan luas daratan sekitar 200 juta hektar, terdiri dari hutan, perkebunan, tanaman pangan, hortikultura, semak belukar dan rumput. Iklim tropis dan keanekaragaman jenis tumbuhan tersebut memungkinkan tersedianya bunga sepanjang tahun. Di dalam bunga tanaman itulah terdapat nektar sebagai bahan pakan utama lebah. Tidak kurang jenis tanaman berbunga tumbuh dan berbiak di Indonesia (Rusfidra, 2006). Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, baik berupa tumbuhan alam maupun tanaman hasil budidaya. Berbagai jenis vegetasi yang ada merupakan tumbuhan penghasil polen dan nektar sebagai sumber pakan lebah. Beberapa tanaman yang potensial dan telah dikenal menurut Pusat Perlebahan Apiari Pramuka (2006) terdiri dari tanaman kehutanan, tanaman holtikultura dan tanaman perkebunan/industri. Beberapa tanaman yang potensial dan telah dikenal sebagai sumber pakan lebah dapat dilihat pada Tabel 1.

23 Tabel 1. Beberapa Jenis Tanaman Sebagai Sumber Pakan Lebah No. Nama Tanaman Kandungan N (Nektar), P (Polen) I. Tanaman kehutanan Musim Bunga 1. Kaliandra (Calliandra callothyrsus) N TMT 2. Aren (Arenga pinnata) N, P Januari-Desember 3. Petai cina/lamtoro (Leucaena P Januari-Desember leucocephala) 4. Acacia mangium N,P Januari-Desember 5. Eukaliptus (Eucalyptus spp) N,P 3 tahun bunga 6. Sonobrit (Dalbergia sisso) N Agustus dan Oktober 7. Sengon (Paraserianthes falcataria) N, P Juni dan September II. Tanaman holtikultura 1. Klengkeng (Euphorbia longan) N, P Juni dan Agustus 2. Rambutan (Nephelium lappaceum) N, P Oktober-November 3. Mangga (Mangifera indica) N, P Juni dan Agustus 4. Durian (Durio zibethinus) N, P Juni dan September 5. Jambu air (Eugenia spp) N, P Mei dan Oktober 6. Alpukat (Persea gratissima gaerin) N, P Hujan Jeruk (Citrus spp) Padi (Oryza sativa) N, P P Agustus dan November-Desember TMT III. Tanaman perkebunan/industri 1. Kapuk randu (Ceiba petandra) N,P Mei-Agustus 2. Kelapa (Cocos nucifera) P Maret-Desember 3. Karet (Hevea brasiliensis) N September-Oktober 4. Jambu mete (Anacardium occidentale) N,P Maret-Juli Keterangan: TMT = tergantung musim tanam Manajemen Strategi Strategi adalah sejumlah tindakan yang terintegrasi dan terkoordinasi yang diambil untuk mengeksploitasi kompetensi dan keunggulan bersaing (Hitt et al., 1997), dan strategi mempunyai sifat berorientasi ke masa depan (David, 2004). Strategi mempunyai konsekuensi multifungsional atau multidivisional dan dalam perumusannya perlu mempertimbangkan faktor-faktor internal maupun eksternal yang dihadapi perusahaan. Suatu perusahaan dapat mengembangkan strategi untuk mengatasi ancaman eksternal dan merebut peluang yang ada. Manajemen strategi menurut Pearce dan Robinson (1997) didefinisikan sebagai sekumpulan keputusankeputusan dan tindakan yang menghasilkan perumusan (formulasi) dan pelaksanaan (implementasi) rencana yang dirancang untuk mencapai sasaran-sasaran perusahaan.

24 Perencanaan strategi merupakan proses analisis, perumusan dan evaluasi strategi. Tujuan utama dari perencanaan strategi adalah agar perusahaan dapat melihat secara objektif tentang kondisi-kondisi internal dan eksternal. Oleh karena itu, perencanaan strategi penting untuk memperoleh keunggulan bersaing dan memiliki produk yang sesuai dengan keinginan konsumen dan dengan dukungan yang optimal dari sumber daya yang ada (Rangkuti, 2006). Perumusan strategi mencakup kegiatan mengembangkan visi dan misi organisasi, mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal perusahaan, menentukan kekuatan dan kelemahan perusahaan, menetapkan tujuan jangka panjang perusahaan, membuat sejumlah strategi alternatif untuk perusahaan dan memilih strategi tertentu untuk digunakan (Jauch dan Glueck, 1995). Identifikasi Lingkungan Internal Identifikasi lingkungan internal dimaksudkan untuk membaca atau memotret gambaran kondisi internal (kekuatan dan kelemahan) organisasi yang aktual pada saat ini. Lingkungan internal menurut Jauch dan Glueck (1995) terbagi menjadi lima faktor yaitu (1) sumber daya manusia, (2) produksi, (3) keuangan, (4) pemasaran, dan (5) penelitian dan pengembangan. Faktor Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia adalah salah satu sarana bagi manajemen dalam melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan merupakan bagian integral dari sistem yang membentuk suatu organisasi. Sumberdaya manusia pada suatu organisasi meliputi pimpinan dan karyawan (Greer, 1995). Faktor-faktor manajemen sumberdaya manusia dapat memberikan keunggulan bersaing bagi perusahaan yaitu (1) struktur organisasi dan suasana yang efektif, (2) sejarah perusahaan dalam mencapai tujuan, 3) pengalaman kerja dan prestasi manajemen puncak yang seimbang, (4) kebijakan hubungan kerja yang efisien dan efektif, (5) karyawan berkualitas tinggi, dan (6) informasi manajemen dan sistem komputer yang efektif (Jauch dan Glueck, 1995). Faktor Produksi Faktor produksi adalah sumber daya yang digunakan dalam sebuah proses produksi barang dan jasa (Griffin, 2006). Manajemen faktor-faktor produksi yang

25 dapat memberikan keunggulan bersaing bagi perusahaan yaitu (1) biaya operasi total yang lebih rendah dibandingkan biaya pesaing total, (2) kemampuan untuk memenuhi permintaan pasar, (3) fasilitas yang efisien dan efektif, (4) ketersediaan bahan baku yang mencukupi, (5) peralatan dan mesin yang efisien dan efektif, (6) sistem pengendalian persediaan yang efektif dan efisien, (7) prosedur yang efisien dan efektif: desain, pengaturan waktu, pengendalian mutu, (8) kebijaksanaan perawatan yang efisien dan efektif, (9) integrasi vertikal atau hubungan pemasok yang efektif (Jauch dan Glueck, 1995). Faktor Keuangan Suatu usaha dapat mencapai keberhasilan apabila tersedianya modal yang cukup untuk pengembangan usaha. Faktor manajemen keuangan yang mencerminkan keunggulan strategis dibandingkan pesaing yaitu (1) total sumber daya keuangan dan kekuatannya, (2) struktur modal yang efektif, (3) sistem akuntansi untuk perencanaan, anggaran biaya, laba dan prosedur audit yang efektif, dan (4) kebijaksanaan penilaian persediaan (Jauch dan Glueck, 1995). Faktor Pemasaran Pemasaran merupakan suatu proses menetapkan, menciptakan dan memenuhi kebutuhan serta keinginan pelanggan akan produk atau jasa (David, 2004). Manajemen pemasaran menurut Kotler (2005) digunakan sebagai seni dan ilmu untuk memilih pasar sasaran serta mendapatkan, mempertahankan dan menambah jumlah pelanggan melalui penciptaan, penyampaian dan pengkomunikasian nilai pelanggan yang unggul. Analisis pemasaran berhubungan dengan bauran pemasaran yang meliputi analisis terhadap produk, harga, distribusi dan promosi. Faktor Penelitian dan Pengembangan Faktor penelitian dan pengembangan merupakan keunggulan strategis karena dapat menciptakan produk baru atau produk yang ditingkatkan untuk pemasaran, dan mengarahkan pada peningkatan proses bahan untuk mendapatkan keunggulan dari biaya melalui efisiensi (yang dapat membantu memperbaiki kebijaksanaan harga). Identifikasi Lingkungan Eksternal Lingkungan eksternal perusahaan menurut Pearce dan Robinson (1997) merupakan lingkungan yang terdiri dari faktor-faktor yang dapat menjadi peluang

26 dan ancaman yang berada di luar pengawasan dan kontrol pihak manajemen perusahaan. Analisis terhadap lingkungan eksternal menurut David (2004) bertujuan untuk mengidentifikasi peluang kunci dan ancaman yang dihadapi suatu perusahaan sehingga manajemen perusahaan memiliki kemampuan untuk dapat merumuskan suatu strategi. Analisis lingkungan eksternal menekankan evaluasi terhadap peristiwa di luar kendali sebuah perusahaan. Lima faktor yang dinyatakan oleh David (2004) tentang lingkungan eksternal, yaitu (1) ekonomi, (2) sosial, budaya, demografi dan lingkungan, (3) politik, hukum dan pemerintahan, (4) persaingan dan (5) teknologi. Faktor Ekonomi Faktor-faktor ekonomi mempunyai dampak langsung terhadap potensi daya tarik berbagai strategi. Faktor ekonomi seperti kebijakan harga dan suku bunga berkaitan dengan sifat dan arah sistem ekonomi tempat suatu perusahaan beroperasi (Pearce dan Robinson, 1997). Jauch dan Glueck (1995) menyatakan bahwa keadaan perekonomian pada waktu sekarang dan di masa yang akan datang dapat mempengaruhi keuntungan dan strategi perusahaan. Faktor Sosial, Budaya, Demografi dan Lingkungan Perubahan sosial, budaya, demografi dan lingkungan berdampak besar terhadap hampir semua produk, jasa, pasar dan pelanggan. Faktor sosial yang mempengaruhi suatu perusahaan adalah kepercayaan, nilai, sikap, opini dan gaya hidup orang-orang di lingkungan eksternal perusahaan. Faktor-faktor tersebut biasanya dikembangkan dari kondisi kultural, ekologis, demografis, agama, pendidikan dan etnis. Faktor Politik, Hukum dan Pemerintahan Faktor politik, hukum dan pemerintahan adalah peraturan-peraturan, undangundang dan kebijaksanaan pemerintah baik pada tingkat nasional, provinsi maupun daerah yang menentukan operasional suatu perusahaan. Arah, kebijakan dan stabilitas politik pemerintah menjadi faktor penting bagi para pengusaha untuk berusaha. Oleh karena itu, faktor-faktor politik, dan pemerintah dapat mencerminkan peluang atau ancaman kunci untuk organisasi kecil dan besar.

27 Faktor Persaingan Bagian integral dari strategi pemasaran adalah berkaitan dengan persaingan, oleh karena itu untuk dapat unggul dalam kancah persaingan kita harus mampu mengenali pesaing dan intensitas persaingan. Pesaing adalah perusahaan yang memproduksi barang yang sejenis. Tujuan mengenali pesaing adalah agar perusahaan memiliki pengetahuan yang cukup mengenai pesaing sehingga dapat memperkirakan kemampuan pesaingnya, sehingga strategi bersaing perusahaan dapat dirumuskan untuk memperhitungkan kemungkinan tindakan dan respon pesaing. Mengenali perusahaan-perusahaan saingan dan menentukan kekuatan, kelemahan, kemampuan, peluang, ancaman, tujuan dan strategi pesaing adalah bagian terpenting dari audit eksternal. Mengumpulkan dan mengevaluasi informasi mengenai pesaing sangat penting untuk merumuskan strategi. Strategi kerjasama di antara para pesaing semakin banyak dipakai (Rini, 2002). Faktor Teknologi Faktor teknologi merupakan faktor yang berpengaruh dominan terhadap kinerja industri kecil. Teknologi yang digunakan hendaknya mulai dirubah dari teknologi yang tradisional ke semi modern dan pada akhirnya menggunakan teknologi modern. Faktor teknologi menggambarkan peluang dan ancaman yang harus dipertimbangkan dalam merumuskan strategi. Kemajuan teknologi dapat menciptakan pasar baru, menghasilkan perkembangan produk baru yang lebih baik, mengubah posisi biaya bersaing, serta membuat produk dan jasa yang sudah ada menjadi ketinggalan zaman. Analisis SWOT Analisis SWOT adalah sebuah bentuk analisa situasi dan kondisi yang bersifat deskriptif dan memanfaatkan informasi yang diperoleh dari identifikasi faktor lingkungan internal dan eksternal. Analisa ini menempatkan situasi dan kondisi sebagai faktor masukan, yang kemudian dikelompokkan menurut kontribusinya masing-masing. Analisis SWOT adalah semata-mata sebuah alat analisa yang ditujukan untuk menggambarkan situasi yang sedang dihadapi atau yang mungkin akan dihadapi oleh organisasi, dan bukan sebuah alat analisa ajaib yang mampu memberikan jalan keluar yang cemerlang bagi masalah-masalah yang dihadapi oleh organisasi (Rangkuti, 2006).

28 Analisis SWOT terbagi atas empat komponen dasar, antara lain: (1) Strength (S) adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari organisasi atau perusahaani, (2) Weakness (W) adalah situasi atau kondisi yang merupakan kelemahan dari organisasi atau perusahaan pada saat ini, (3) Opportunity (O) adalah situasi atau kondisi yang merupakan peluang di luar perusahaan dan memberikan peluang berkembang bagi perusahaan di masa depan, dan (4) Threat (T) adalah situasi yang merupakan ancaman bagi perusahaan yang datang dari luar perusahaan dan dapat mengancam eksistensi perusahaan di masa depan. Analisis matriks SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi organisasi dalam memaksimalkan kekuatan dan peluang, namun secara bersamaan juga meminimalkan kelemahan dan ancaman yang ada (David, 2004). David (2004) juga menyatakan bahwa matriks SWOT dapat dilaksanakan dengan memfokuskan pada dua hal, yaitu (1) identifikasi terhadap kekuatan internal yaitu kelebihan atau keunggulan relatif perusahaan terhadap pesaing, serta kelemahan internal yaitu keterbatasan atau kekurangan yang dimiliki oleh perusahaan, (2) identifikasi peluang yaitu situasi penting yang menguntungkan dalam lingkungan perusahaan, dan ancaman yaitu situasi penting yang tidak menguntungkan dalam perusahaan.

29 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di peternakan lebah madu Sri Buana yang berlokasi di Kampung Nyalenghor, Desa Nanggewer, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan selama tiga minggu, yaitu dari tanggal 1 Agustus sampai dengan 22 Agustus Rancangan dan Analisis Data Rancangan Penelitian Penelitian ini didesain sebagai suatu studi kasus yang bersifat deskriptif analisis. Studi kasus yang dimaksud yaitu studi yang intensif dan terperinci mengenai suatu objek. Penelitian yang bersifat deskriptif ini adalah untuk menggambarkan atau memecahkan masalah secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu, khususnya daerah yang diteliti. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan dan wawancara langsung dengan informan yang terdiri dari ketua kelompok ternak lebah madu dan anggotanya, serta ketua Dinas Kehutanan Tasikmalaya. Wawancara yang dilakukan adalah menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan sesuai dengan tujuan penelitian. Data sekunder diperoleh dari laporan dinas setempat serta berbagai literatur lain yang relevan dengan topik penelitian. Analisis Data Data atau hasil wawancara yang telah terkumpul dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif dengan analisis SWOT. Analisis data secara deskriptif kualitatif dilakukan untuk mengembangkan hubungan personal langsung dengan subyek penelitian, sehingga dapat memperoleh pemahaman secara jelas tentang realitas sosial ataupun kondisi nyata kehidupan dan perilaku yang dimunculkan informan di peternakan lebah madu Sri Buana. Adapun analisis secara kuantitatif dilakukan untuk melihat hubungan antar variabel, menguji teori dan mencari generalisasi dari hasil penelitian yang dilakukan.

30 Faktor-faktor internal yang diteliti meliputi: (1) sumber daya manusia, (2) produksi, (3) keuangan, (4) pemasaran, dan (5) penelitian dan pengembangan. Adapun faktor-faktor eksternal yang diteliti meliputi: (1) faktor ekonomi, (2) faktor sosial, budaya, demografi dan lingkungan, (3) faktor politik, hukum dan pemerintahan, (4) faktor persaingan dan (5) faktor teknologi. Tabel 2 memperlihatkan matriks dari analisis SWOT (David, 2004). Tabel 2. Matriks Analisis SWOT Faktor Eksternal Peluang (Opportunities) Ancaman (Threats) Faktor Internal Kekuatan (Strengths) Strategi SO Menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang Strategi ST Menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman Kelemahan (Weaknesses) Strategi WO Mengatasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang Strategi WT Meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman

31 HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah dan Perkembangan Kelompok Lebah Madu Sri Buana Kelompok ternak lebah madu Sri Buana merupakan salah satu kelompok ternak lebah madu yang berada di Kabupaten Tasikmalaya dan bergerak di bidang produksi, panen serta penjualan produk lebah madu. Kelompok ini didirikan pada tahun 1980, dilatarbelakangi oleh kemampuan ketua kelompok dalam menangkap lebah madu di hutan dan cara budidaya lebah madu yang didapat dari pelatihanpelatihan yang diikutinya. Tahun 1982, ketua kelompok Sri Buana mengajak beberapa orang sebagai anggota kelompok ternak lebah madu untuk membudidayakan lebah madu. Bibit lebah madu adalah jenis Apis cerana dan kelompok ternak lebah madu Sri Buana tidak pernah membeli bibit lebah madu dari luar daerah Tasikmalaya. Produk yang dihasilkan dari beternak lebah madu tersebut adalah madu. Awalnya madu yang dihasilkan hanya untuk dikonsumsi oleh masing-masing anggota, tetapi setelah mereka tahu bahwa di daerah mereka banyak yang membutuhkan madu, maka mereka menjual madu tersebut dengan harga terjangkau. Kondisi Lokasi Peternakan Kelompok ternak lebah madu Sri Buana terletak di Kampung Nyalenghor, Desa Nanggewer, Kecamatan Pagerageung yang berjarak 30 km arah utara kota Tasikmalaya, Jawa Barat. Luas wilayah Kecamatan Pagerageung adalah 6.368,450 ha, dan luas Desa Nanggewer adalah 1.039,840 ha. Kampung Nyalenghor berada pada ketinggian sekitar 1300 m di atas permukaan laut, yaitu pada dataran paling tinggi di antara daerah yang ada di wilayah Kecamatan Pagerageung dengan suhu lingkungan sekitar 25 o C. Suhu tersebut merupakan suhu normal untuk beternak lebah madu di dataran tinggi (Pusat Perlebahan Apiari Pramuka, 2006). Daerah Nyalenghor memiliki banyak jenis tanaman yang dapat dijadikan pakan lebah madu. Tanaman yang paling banyak ditemukan adalah pohon aren, maka tidaklah heran apabila daerah Nyalenghor ini merupakan salah satu daerah penghasil gula yang ada di wilayah Kabupaten Tasikmalaya. Tanaman lain yang potensial dijadikan sebagai pakan lebah madu terdiri dari tanaman kehutanan, tanaman holtikultura dan tanaman perkebunan atau industri.

32 Faktor Internal Usaha Kelompok Lebah Madu Sri Buana Teknis Budidaya Lebah Madu Faktor-faktor yang tercakup dalam teknis budidaya adalah bibit dan pakan lebah, lokasi, peralatan dan manajemen budidayanya. Bibit. Di sekitar hutan di daerah Nyalenghor banyak terdapat lebah madu lokal liar (Apis cerana). Pembibitan yang dilakukan oleh kelompok ternak lebah madu Sri Buana dengan cara menangkap A. cerana di hutan dengan menggunakan jaring dan tidak ada teknik pemilihan bibit secara khusus. Seperti yang telah diuraikan oleh Bina Apiari Indonesia (2009), bahwa ciri-ciri bibit lebah madu yang baik adalah (1) mempunyai ratu lebah yang secara fisik bagus dan berusia antara 3 bulan sampai 1 tahun, (2) jumlah dan kualitas telur yang dihasilkan ratu lebah banyak, (3) hasil panen lebih banyak baik hasil madu, polen, royal jeli dan propolis, (4) larva lebah yang dihasilkan lebih segar dan (5) lebah biasanya lebih agresif. Apis cerana dan Apis mellifera dapat dilihat pada gambar 1. Apis cerana Apis mellifera Gambar 1. Apis cerana dan Apis mellifera Koloni lebah yang baru ditangkap dari hutan ditempatkan di dalam stup selama satu minggu dan diletakkan di bawah pohon kelapa dekat persawahan. Setelah itu, lebah-lebah tersebut dipindahkan ke kotak sarang lebah (stup) yang terletak tidak jauh dari rumah peternak lebah. Tujuannya agar lebah dapat mengumpulkan polen lebih banyak, baik dari tanaman padi maupun pohon kelapa. Menurut Sihombing (2005), polen sangat diperlukan untuk pemeliharaan tetasan.

33 Polen yang dikonsumsi lebah pekerja digunakan untuk memproduksi royal jeli yang merupakan makanan ratu dan larva umur 1-2 hari. Jumlah koloni yang dikelola oleh kelompok ternak Sri Buana sebanyak 82 koloni, dan stup tempat koloni tersebut diperoleh dari bantuan Dinas Kehutanan setempat. Stup tersebut dibagikan pada beberapa anggota kelompok untuk dikelola, masing-masing anggota mengelola 4-8 stup tergantung kesanggupan dari anggotanya, sedangkan anggota lain yang tidak mengelola koloni lebah membantu dalam proses produksinya. Berdasarkan penelitian Nilawati (2001), jumlah stup minimal yang harus dimiliki satu keluarga untuk mendapatkan keuntungan adalah enam buah. Langkah-langkah untuk meningkatkan jumlah koloni lebah madu adalah dengan menggembalakan lebah madu pada lokasi yang tersedia pakan cukup banyak sehingga ratu lebah akan lebih banyak menghasilkan telur dan lebah pekerja juga lebih giat membuat sarang baru (Bina Apiari Indonesia, 2009). Di daerah Nyalenghor tidak ada peningkatan jumlah koloni, karena kurangnya dana dan pengetahuan anggota tentang perbanyakan koloni. Kelompok ternak Sri Buana hanya dapat menunggu bantuan dari pihak Dinas untuk mendapatkan stup baru. Hal ini karena pada kenyataannya mereka tidak mempunyai dana untuk membeli stup baru atau memperbaiki stup yang sudah tidak layak pakai. Produktivitas Lebah Madu. Produktivitas Apis cerana tergolong rendah, namun lebah ini sangat cocok dikembangkan untuk peningkatan kesejahteraan dan gizi masyarakat karena mudah diperoleh dan harganya relatif rendah. Menurut Lamerkabel (2009), A. cerana dalam setahun dapat menghasilkan 2-5 kg madu per koloni. Madu yang dihasilkan pada kelompok ternak Sri Buana dalam satu tahun adalah 6 kg per koloni. Hal ini sesuai menurut Murtidjo (1991) bahwa budidaya oleh peternak Indonesia hanya menghasilkan madu 5-10 kg per koloni per tahun. Penyebab mortalitas lebah madu adalah hewan parasit yang menyerang lebah madu. Hewan parasit yang mengganggu lebah madu di daerah Nyalenghor adalah kumbang. Lebah A. cerana merupakan lebah lokal Indonesia resisten terhadap serangan penyakit terutama dari tungau Varroa (Yoshida, 1998), sehingga tidak dikhawatirkan sebagai penyebab mortalitas lebah madu di daerah Nyalenghor. Upaya pencegahan yang dilakukan oleh peternak lebah Sri Buana terhadap hewan parasit

34 dan serangan penyakit yang berakibat pada mortalitas adalah dengan melakukan kontrol satu minggu sekali. Upaya lain yang dapat dilakukan untuk kelestarian lebah adalah dengan menanam tumbuhan-tumbuhan yang disukai lebah sebagai penyediaan sumber pakannya. Antisipasi mortalitas lebah dapat dilakukan dengan menambah jumlah tempat penangkaran dan budidaya lebah. Pakan Lebah. Ketersediaan pakan lebah secara berkesinambungan merupakan salah satu syarat pendukung perkembangan koloni lebah dan produksi madu. Di kampung Nyalenghor terdapat berbagai macam tanaman yang dapat dijadikan sebagai pakan lebah. Beberapa tanaman yang potensial dan telah dikenal sebagai sumber pakan lebah yang terdapat di daerah Nyalenghor dapat dilihat pada Gambar 2.

35 Oktober N November P N P Desember N P N Januari P N 1 2 Pebruari P N P Maret September P N N P Agustus N P N P N P N Mei P April Juli Juni Gambar 2. Kalender bunga tanaman pakan lebah madu Keterangan : N = Sumber nektar; P = Sumber polen Angka hitam = Jumlah tanaman banyak; Angka merah = Jumlah tanaman sedang; Angka hijau = Jumlah tanaman sedikit (1) Kaliandra (Calliandra callothyrsus), (2) Aren (Arenga pinnata), (3) Petai cina/lamtoro (Leucaena leucocephala), (4) Klengkeng (Euphorbia longan), (5) Rambutan (Nephelium lappaceum), (6) Mangga (Mangifera indica), (7) Durian (Durio zibethinus), (8) Jambu air ( Eugenia spp), (9) Alpukat (Persea gratissima gaerin), (10) Jeruk (Citrus spp), (11) Padi (Oryza sativa), (12) K apuk randu (Ceiba petandra), (13) Kelapa (Cocos nucifera). Gambar 2 memperlihatkan bahwa sumber nektar yang ada sepanjang tahun di daerah Nyalenghor adalah tanaman kaliandra dan pohon aren. Pohon aren memang banyak di daerah Nyalenghor karena daerah tersebut merupakan salah satu penghasil gula di Tasikmalaya. Nektar merupakan pakan bagi lebah pekerja sehingga ketersediaan nektar sepanjang tahun menjamin kekuatan koloni (Sihombing, 2005). Gambar 2 memperlihatkan tanaman sumber nektar di Nyalenghor ternyata masih

36 kurang dibandingkan tanaman sumber polen, padahal jumlah nektar sangat menentukan produksi madu. Upaya yang perlu dilakukan peternak agar produktivitas madu kontinyu sepanjang tahun yaitu dengan menanam tanaman pakan sumber nektar lainnya, misalnya tanaman tebu dan pisang. Adapun sumber polen sepanjang tahun adalah pohon aren, pohon petai cina/lamtoro dan tanaman padi. Tanaman padi di daerah Nyalenghor banyak karena daerah tersebut banyak terdapat persawahan, sehingga peternak lebah memanfaatkan polennya untuk pemeliharaan tetasan. Masa berbunga tanaman padi biasanya 3 bulan sekali, tetapi waktu tanam padi di daerah tersebut berbeda-beda sehingga tidak dikhawatirkan lebah madu tidak mendapatkan polen. Polen merupakan bahan baku pembentukan royal jeli yang merupakan pakan bagi ratu lebah dan tetasan, sehingga ketersediaan sepanjang tahun menjamin perkembangan koloni (Sihombing, 2005). Gambar 2 memperlihatkan bahwa pada bulan-bulan tertentu ketersediaan polen sangat kurang, yaitu pada bulan Januari-April dan Juli. Upaya yang perlu dilakukan peternak agar polen tersedia sepanjang tahun yaitu dengan menanam tanaman pakan sumber polen lainnya, misalnya tanaman jagung. Peralatan. Peralatan budidaya lebah terdiri atas peralatan utama, peralatan pelengkap dan perlengkapan petugas. Berdasarkan penelitian Nisa (2004) di Jawa Timur, peralatan utama dalam beternak lebah madu adalah stup yang terbuat dari bahan kayu yang tidak berbau dan memiliki ketebalan 2 cm, tahan lama serta mudah didapat. Stup tersebut sesuai dengan stup kelompok ternak Sri Buana. Berdasarkan penelitian Anggabrata (2004) di PUSBAHNAS Bogor, peralatan pelengkap terdiri dari pondasi sarang, sisiran sarang, penyekat ratu, kurungan ratu, mangkokan ratu dan bingkai stimulasi (wadah tempat pakan tambahan). Peralatan pelengkap tersebut digunakan untuk kelancaran dan tertibnya pelaksanaan pemeliharaan lebah madu, akan tetapi peralatan di kelompok ternak Sri Buana hanya terdapat sisiran sarang dan ekstraktor. Peralatan pelengkap lainnya belum lengkap karena kurangnya pengetahuan peternak dan biaya untuk membuat peralatan tersebut. Berdasarkan penelitian Nisa (2004) di Jawa Timur, perlengkapan petugas terdiri dari pengasap untuk menjinakkan lebah, penutup atau pelindung wajah (masker), pengungkit, sarung tangan dan sikat lebah. Perlengkapan petugas yang ada pada kelompok ternak Sri Buana hanya pelindung wajah dan sarung tangan, tetapi peternak tidak selalu

37 menggunakannya karena mereka sudah terbiasa tanpa perlengkapan tersebut. Semua peralatan yang ada di kelompok ternak Sri Buana merupakan bantuan dari Dinas Kehutanan Tasikmalaya. Budidaya lebah madu di daerah Nyalenghor sudah menggunakan stup. Pemeliharaan lebah madu dalam stup mempermudah pengelolaan dan pemanenannya, tanpa merusak koloni lebah madu. Stup dapat dibuat tunggal atau bertingkat yang ditumpuk satu sama lain. Bila stup dibuat bertingkat, maka stup paling bawah berfungsi sebagai tempat ratu dan pertumbuhan serta perkembangbiakan koloninya, sedangkan stup yang diatasnya berfungsi sebagai tempat memproduksi madu. Stup yang terdapat di kelompok ternak Sri Buana adalah berbentuk tunggal dengan bahan kayu kering dan tidak berbau menyengat yang menyebabkan koloni lebah pindah karena pengaruh dari kayu tersebut. Kondisi peralatan tersebut pada saat penelitian masih layak untuk digunakan, namun stup yang mereka kelola sudah harus diperbaiki atau diganti dengan yang baru. Penggantian stup yang baru atau memperbaiki stup yang telah rusak akan membutuhkan biaya besar, disamping itu mereka tidak mempunyai biaya untuk stup yang baru. Gambar 3 memperlihatkan peralatan dan perlengkapan beternak lebah madu yang dimiliki kelompok ternak Sri Buana. Stup Stup Sisiran sarang Ekstraktor

38 Sarung tangan Pelindung wajah Sikat lebah Gambar 3. Peralatan dan Perlengkapan Beternak Lebah Madu pada Kelompok Ternak Sri Buana Manajemen Budidaya. Budidaya Lebah madu sudah banyak diusahakan oleh para perternak lebah madu di berbagai tempat di Indonesia. Menurut Pusat Perlebahan Apiari Pramuka (2006), sebelum memulai usaha budidaya lebah madu diperlukan persiapan-persiapan agar dapat mengatasi hambatan. Manajemen budidaya lebah madu terdiri dari (a) kontrol hama dan penyakit pada lebah, dilakukan setiap satu minggu sekali oleh kelompok ternak Sri Buana. Tujuannya untuk mengontrol hama yang berada di sekitar sarang lebah dan untuk melihat banyaknya madu dalam sisiran madu, sehingga panen madu dapat diperkirakan oleh peternak. (b) Stimulasi pakan sebagai pakan tambahan jika tanaman pakan sedang tidak berbunga. Hal ini tidak pernah dilakukan peternak Sri Buana karena mereka hanya mengandalkan pakan dari alam, sehingga apabila pakan di alam tidak ada maka lebah akan pindah ke tempat dimana terdapat sumber pakan yang lebih banyak dan membuat sarang baru. (c) Pemecahan dan penggabungan koloni dilakukan untuk memperbanyak koloni lebah, namun tidak pernah dilakukan karena peternak hanya mengandalkan koloni hasil tangkapan dari hutan dengan jumlah koloni yang terbatas. Menurut Bina Apiari Indonesia (2009), pemecahan dan penggabungan koloni memerlukan stup lebih banyak dan keahlian membuat ratu baru. Dalam hal ini, kelompok ternak Sri Buana belum mampu membuat atau menyediakan stup dan ratu baru, karena kurangnya dana dan pengetahuan tentang pemecahan dan penggabungan koloni tersebut. Kualitas Peternak Lebah Madu Keberhasilan budidaya lebah madu ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Tabel 3 memperlihatkan karakteristik peternak lebah madu Sri Buana.

39 Tabel 3. Karakteristik Peternak Lebah Madu Sri Buana Karakteristik Peternak Pendidikan: Formal: SD: SMP: SMA: Jenis kelamin: L: P: Nonformal: Pelatihan tentang budidaya lebah madu Jumlah 20 orang - - Persentase (%) 100% orang 100% 20 orang - 100% - Umur (tahun): 21-30: 2 orang 10% 31-40: 4 orang 20% 41-50: 5 orang 25% >50: 9 orang 45% Jenis Kelamin. Tabel 3 memperlihatkan bahwa kegiatan budidaya lebah madu di kelompok Sri Buana dilakukan oleh pria karena pekerjaan ini agak sulit bagi seorang wanita seperti mengambil lebah liar di hutan, dan peternak yang telah mempunyai keluarga maka istrinya hanya membantu dalam proses pengemasan produk lebah yang sudah jadi. Hal ini berbeda dengan daerah Cipatujah-Tasikmalaya yang terdapat peternak lebah madu wanita, karena beternak lebah madu tidaklah berat kecuali dalam mengambil lebah dari hutan yang berada di atas pohon (Nilawati, 2001). Umur Peternak. Jumlah peternak pada kelompok Sri Buana 20 orang (termasuk ketua kelompoknya) dengan kisaran umur dari tahun. Sekitar 45% peternak merupakan angkatan kerja yang relatif muda yaitu antara tahun, dan 45% lagi berumur di atas 51 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa beternak lebah madu dapat dilakukan oleh manula. Berdasarkan data dari rencana kerja pemerintah daerah provinsi Jawa Barat (2010), kisaran umur produktif seseorang dalam bekerja adalah dari umur 15 tahun sampai dengan 64 tahun. Beternak lebah madu tidaklah memandang umur tertentu, artinya semua orang boleh beternak lebah madu apabila memang berminat dan berusaha mencari pengetahuan tentang budidaya lebah madu yang baik. Hal ini sesuai dengan penelitian Sari (2007), dimana pekerja peternakan lebah madu Sari Bunga memang tidak dibatasi dengan umur saja, tetapi harus mempunyai pengetahuan yang cukup luas tentang bagaimana cara mengembangkan usaha lebah madu.

40 Pengadaan Tenaga Kerja. Jumlah tenaga kerja di kelompok ternak Sri Buana tergantung pada jumlah sarang koloni (stup). Jika koloni dan stup banyak, maka dibutuhkan anggota baru dalam kelompok ternak Sri Buana untuk memelihara lebah madu tersebut. Jumlah penduduk di Kecamatan Pagerageung adalah orang, yang terdiri dari terdiri dari: (1) laki-laki sebanyak orang, (2) perempuan sebanyak orang dan (3) kepala keluarga sebanyak KK. Jumlah penduduk menurut mata pencaharian di Kecamatan Pagerageung terdiri dari: (1) petani sebanyak orang, (2) peternak sebanyak orang, (3) pedagang sebanyak orang, (4) pegawai negeri/tni/polri sebanyak 731 orang, (5) pensiunan sebanyak 126 orang dan (6) jasa sebanyak orang. Data tersebut menunjukkan bahwa di Kecamatan Pagerageung jumlah penduduk yang paling dominan adalah laki-laki dan mata pencaharian utamanya adalah sebagai petani. Pendidikan. Tingkat pendidikan anggota kelompok Sri Buana adalah 100% SD. Meskipun di daerah Nyalenghor terdapat sekolah, tetapi mereka tidak mampu membiayai untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Oleh karena itu, mereka lebih memilih usaha lebah madu karena teknik pemeliharaannya mudah. Pendidikan nonformal yang telah mereka ikuti adalah pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh pemerintah daerah tentang bagaimana cara budidaya lebah madu dengan tepat. Berdasarkan pernyataan Nilawati (2001), pendidikan formal bukanlah salah satu kendala dalam usaha pengembangan lebah madu, tetapi untuk pendidikan nonformal, seperti pelatihan-pelatihan tentang budidaya lebah madu terutama yang dilaksanakan oleh Dinas Kehutanan sangat perlu diadakan dan diikuti oleh para peternak maupun calon peternak lebah madu. Pelatihan-pelatihan tersebut akan memperluas wawasan dan meningkatkan keterampilan mengenai usaha lebah madu dan akan membawa keberhasilan dalam menjalankan usahanya. Keadaan Sosial-Ekonomi Modal yang Tersedia. Hampir semua orang dalam hal membuka usaha baru terbentur dengan modal. Mungkin jarang yang memikirkan bagaimana jika usaha tanpa modal atau sedikit modal akan berhasil. Membuka usaha perlebahan tidak sama dengan membuka usaha di bidang perunggasan atau ternak lainnya. Beternak lebah tidak membutuhkan lahan yang luas, kandang dengan biaya investasi besar,

41 biaya pakan, obat-obatan atau kesehatan. Usaha perlebahan di kelompok ternak Sri Buana dijadikan sebagai usaha sampingan, sedangkan usaha pokok kelompok ini adalah sebagai petani dan pada kenyataannya tanah sawah menurut data luasan Kecamatan Pagerageung cukup luas. Modal yang didapatkan kelompok ternak lebah madu Sri Buana dari Dinas Kehutanan Tasikmalaya pada tahun 1996 sebesar Rp ,00. Modal tersebut digunakan untuk beternak lebah madu dan membeli peralatan yang sudah rusak. Dana tersebut hanya satu kali dikucurkan karena pihak Dinas berpendapat bahwa produksi madu di kelompok ternak Sri Buana tidak bersifat kontinyu dan hanya tergantung dari musim bunga (Gambar 2), sehingga pihak Dinas pun lebih mengutamakan kelompok ternak lain dimana mereka lebih banyak dalam memproduksi madu, misalnya di daerah Cipatujah dan Kawalu-Tasikmalaya. Usaha budidaya lebah madu akan berhasil jika didukung dengan persyaratan yang memadai pula seperti tersedianya tanaman berbunga sebagai pakan lebah. Secara ideal untuk tanaman seluas satu hektar hanya untuk satu koloni lebah yang dikelola secara tepat guna. Perhitungan aspek produktivitas usaha baik meliputi fisik maupun ekonomi sangat jarang dilakukan terutama oleh anggota kelompok. Perhitungan ini sangat penting karena akan diketahui secara tepat tentang modal yang harus disediakan serta keuntungan yang akan didapatkan terutama kepada peternak yang hanya menggantungkan hidupnya hanya dari budidaya lebah saja. Pendapatan Usaha. Pendapatan usaha merupakan salah satu indikator dalam analisis usaha yang menggambarkan keberhasilan operasi perusahaan dalam mencapai tujuannya (Jusuf, 2001). Peternak Sri Buana setiap minggunya melakukan pengontrolan stup lebah, dan peternak seharusnya mendapatkan upah kerja dari pengontrolan tersebut, tetapi pada kenyataannya peternak yang bekerja tidak mendapatkan upah karena kegiatan tersebut dianggap sangat mudah. Biaya yang dikeluarkan oleh kelompok Sri Buana hanya biaya tenaga kerja langsung, yaitu upah peternak yang menjual madu. Upah peternak ini diperoleh dari sisa hasil penjualan madu sebesar Rp 5.000,00 per botol maupun per kg madu. Sebagai contoh, apabila madu yang dijual Rp ,00 maka peternak yang menjual akan mendapatkan Rp 5.000,00 untuk biaya transportasi, sedangkan uang yang diterima peternak dari hasil penjualan madu sebesar Rp

42 45.000,00. Uang ini dijadikan sebagai pendapatan peternak setiap menjual 1 botol atau 1 kg madu, dan pendapatan tersebut dikumpulkan di ketua kelompok. Meskipun beberapa peternak ada yang tidak memelihara stup, tetapi mereka tetap bekerja melakukan pengontrolan di tempat yang terdapat stup kelompok, dan setelah madu terjual habis maka pendapatan dibagi rata ke anggota kelompok. Setiap bulan kelompok Sri Buana mampu menjual sekitar 16 kg madu, sehingga penerimaan kelompok sebesar Rp ,00 (16 kg madu x Rp ,00/kg madu), sedangkan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp ,00 (Rp 5.000,00 x 16 kg madu). Pendapatan kelompok selama satu bulan sebesar Rp ,00 atau Rp ,00/orang. Pendapatan yang didapat kelompok Sri Buana memang sedikit, tetapi kelompok tersebut bersifat kekeluargaan. Untuk meningkatkan pendapatan, kelompok ternak harus meningkatkan produktivitas madunya melalui penambahan tanaman pakan lebah. Mata pencaharian utama anggota kelompok Sri Buana adalah bertani dengan penghasilan rata-rata Rp ,00-Rp ,00 per bulan. Pendapatan dari usaha ternak lebah madu hanya sebagai pendapatan sampingan karena kontribusi terhadap total pendapatan peternak hanya sekitar 20 persen. Budidaya lebah madu membutuhkan biaya produksi yang rendah, bahkan biaya pakannya nyaris nol (zero feed cost). Peternak tidak perlu menyediakan makanannya, karena lebah memiliki kemampuan yang luar biasa dalam mencari pakan. Budidaya lebah tidak membutuhkan lahan khusus, karena koloninya bisa diletakkan pada usaha pertanian yang sudah ada. Lebah mampu bersimbiosis mutualisme dengan tanaman. Lebah memerlukan nektar dari tanaman, sebaliknya tanaman perlu kehadiran lebah dalam membantu proses penyerbukan. Usaha perlebahan dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan masyarakat, sehingga dapat mengurangi angka kemiskinan (Rusfidra, 2006). Harga Jual Produk. Kelompok ternak Sri Buana menjual madu dalam bentuk curah dan kemasan botol. Harga jual madu curah Rp ,00/kg, sedangkan harga madu dalam botol Rp ,00-Rp ,00 tergantung besarnya botol dan dijual ke konsumen secara langsung. Botol yang sering digunakan sebagai pengemas madu adalah botol kaca ukuran 295 ml dan 650 ml.

43 Penentuan harga jual madu dalam bentuk curah maupun kemasan dalam botol disesuaikan dengan harga madu di pasaran, tetapi kelompok ternak Sri Buana sering tidak menaikkan harga jual madu ketika harga di pasaran naik. Hal ini karena kelompok ternak Sri Buana berusaha untuk memberikan harga yang bersaing dengan penjual madu lainnya (saingan usaha), juga memperhatikan keadaan konsumen terutama di daerah Nyalenghor, yang relatif rendah pendapatannya. Jika dibandingkan dengan harga madu di sekitar Nyalenghor, harga madu dari kelompok ternak Sri Buana adalah relatif murah, sama halnya dengan harga madu di Cipatujah. Harga madu curah yang dijual di sekitar Nyalenghor adalah Rp ,00-Rp ,00/kg (Departemen Kehutanan, 2003). Pemasaran Produk. Pada umumnya persepsi masyarakat tentang madu adalah hanya sebagai obat, sehingga tingkat konsumsinya pun rendah. Disamping itu mutu madu yang dihasilkan bervariasi dan umumnya masih di bawah standar yang ditetapkan oleh SNI , dicirikan dengan kadar air yang tinggi dan kemurnian yang tidak terjamin (Badan Standarisasi Nasional, 2004). Kontinuitas penjualan madu di daerah Nyalenghor tidak stabil karena produksi sangat tergantung dari musim bunga dan perubahan iklim, serta dipengaruhi oleh peredaran madu palsu. Jumlah produksi madu pada kelompok ternak Sri Buana masih di bawah jumlah permintaan, dan hal ini dapat dijadikan sebuah peluang usaha di bidang pemasaran. Peluang untuk meningkatkan skala usaha cukup tinggi mengingat jumlah produksi yang lebih sedikit dibanding dengan jumlah permintaan. Produk madu yang dihasilkan oleh kelompok ternak lebah madu Sri Buana dijual ke penduduk, penjual jamu di sekitar Nyalenghor, masyarakat dari daerah lain yang memang membutuhkan madu dan jika ada madu lebih dari sisa penjualannya maka akan dikonsumsi peternak sendiri. Pelanggan-pelanggan tersebut merupakan pelanggan tidak tetap, dan sangat sulit bagi mereka untuk mendapatkan pelanggan tetap karena seperti yang telah dikatakan di atas bahwa untuk memproduksi madu sangat tergantung dari musim bunga dan perubahan iklim, sehingga kontinuitas produksinya tidak terjamin dan konsumen beralih ke peternak lainnya. Kelompok tidak melakukan promosi karena produksi madunya masih sedikit. Sistem pembelian madu oleh konsumen dilakukan dengan cara mendatangi langsung pada peternaknya dan pembayaran secara tunai. Madu yang dijual sebagian

44 besar dalam bentuk kemasan botol yang harganya berkisar Rp ,00-Rp ,00 tergantung dari ukuran botolnya. Menjual madu dalam bentuk curah lebih menguntungkan dari pada menjual madu dalam kemasan (botol), karena harga per kg madu dalam botol tidak berbeda. Kelembagaan. Pembinaan dan pengembangan perlebahan bersifat lintas sektoral yang melibatkan berbagai instansi pemerintah maupun lembaga non pemerintah yang terkait dengan aspek budidaya, produksi, penanganan pasca panen, pemasaran, permodalan, dan pengembangan iptek. Badan Pembinaan Perlebahan Nasional (BAPEN), Asosiasi Perlebahan Indonesia (API) dan Departemen Kehutanan merupakan kelembagaan yang mendukung usaha perlebahan di Indonesia. Fungsi dari kelembagaan tersebut adalah sebagai wadah komunikasi dan koordinasi bagi peminat maupun praktisi perlebahan. BAPEN sendiri belum mampu mengkoordinasikan kegiatan pembinaan perlebahan yang dilaksanakan oleh masingmasing instansi dan pada saat ini belum tersedia peraturan perundangan yang mendukung pengembangan perlebahan, sehingga fungsi dari kelembagaan tersebut belum dirasakan manfaatnya oleh para peternak lebah madu, salah satunya adalah kelompok ternak Sri Buana. Departemen Kehutanan sebagai penanggung jawab pembinaan dan pengembangan usaha perlebahan yaitu pada Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. Kegiatan pembinaan usaha perlebahan antara lain: (1) penyusunan rencana umum pembinaan dan pengembangan perlebahan nasional, (2) pembinaan kelembagaan, (3) penguatan kelembagaan peternak lebah melalui pembangunan unit percontohan, bantuan sarana produksi perlebahan, pemasyarakatan perlebahan, temu usaha, penyelenggaraan pelatihan, penyuluhan dan penelitian, dan (4) monitoring dan evaluasi. Pada kenyataannya, kegiatan pembinaan dan pelatihan-pelatihan yang dilakukan belum berjalan secara optimal, karena masih banyaknya ilmu tentang perlebahan yang harus dikuasai oleh peternak lebah, khususnya kelompok Sri Buana. Kegiatan yang harus dikuasai oleh peternak misalnya pecah gabung koloni dan membuat ratu baru, dengan itu peternak akan mendapat keuntungan yang besar dari hasil beternak lebah madu. Struktur organisasi kelompok ternak lebah madu Sri Buana masih sangat sederhana, hanya ada divisi produksi dan divisi pengemasan-penjualan. Divisi

45 tersebut dipimpin oleh seluruh anggota kelompok. Sistem kepemimpinan ketua kelompok terhadap anggotanya adalah sistem kekeluargaan, artinya setiap masalah yang terjadi diselesaikan secara musyawarah dan keputusan diambil berdasarkan kesepakatan bersama. Anggota kelompok ternak lebah madu Sri Buana yang bekerja pada bagian produksi memiliki keterampilan khusus dalam beternak lebah madu, sedangkan anggota kelompok yang bekerja pada bagian pengemasan dan penjualan belum memiliki pengetahuan dan pengalaman lebih jauh dalam beternak lebah madu, sehingga harus mengikuti pelatihan secara rutin agar mengetahui bagaimana cara produksi lebah madu dengan baik. Faktor Eksternal Usaha Kelompok Lebah Madu Sri Buana Lingkungan Peternakan. Data luasan lahan yang ada di Kecamatan Pagerageung terdiri dari: (1) tanah sawah sebesar 2.339,263 ha, (2) tanah darat sebesar 3.918,152 ha, (3) tanah hutan sebesar 109,234 ha dan (4) jalan, sungai dan lain-lain sebesar 1,801 ha. Data tersebut menunjukkan bahwa lahan yang paling luas adalah tanah sawah yang digunakan untuk bertani, terutama tanaman padi sebagai sumber polen, sedangkan lahan untuk beternak lebah madu di sekitar Kecamatan Pagerageung, termasuk didalamnya daerah Nyalenghor, diperkirakan cukup luas untuk tanamantanaman pakan lebah madu karena tanah darat dan tanah hutan dapat digunakan untuk menanam tanaman pakan lebah madu. Kondisi jalan menuju lokasi dan stup yang diletakkan di bawah pohon dapat dilihat pada Gambar 4. Kondisi jalan menuju lokasi Stup yang diletakkan di bawah pohon Gambar 4. Kondisi Jalan Menuju Lokasi dan Stup yang Diletakkan di Bawah Pohon

46 Gambar 4 memperlihatkan bahwa pada lokasi ini tersedia tanaman pakan lebah yang dapat mendukung usaha perlebahan di kampung Nyalenghor. Selain pakan, menurut Bina Apiari Indonesia (2009) perlu diperhatikan faktor-faktor lain terutama cuaca, karena pada tahun 2007 banyak peternak lebah madu yang gulung tikar akibat cuaca yang tidak menentu. Selain itu lingkungan masyarakat yang sering beranggapan bahwa lebah madu sebagai hama tanaman, sehingga sebagian masyarakat akan mengusir peternak lebah madu yang masuk ke areal perkebunannya. Permintaan Madu di Pulau Jawa Permintaan produk lebah terutama madu di Pulau Jawa relatif meningkat, karena selain nikmat untuk dijadikan makanan atau minuman, madu juga banyak menghasilkan manfaat apabila sering mengkonsumsinya. Beberapa manfaatnya adalah sebagai obat penyembuh berbagai macam penyakit, seperti meningkatkan daya tahan tubuh, bermanfaat bagi penderita jantung dan membantu penyembuhan luka bekas operasi. Manfaat tersebut dapat dijadikan peluang bisnis dari peternakan lebah, produksi madu hingga penjualan serta pemasarannya. Bisnis madu cukup banyak mendapatkan perhatian dari sejumlah pengusaha kecil dan menengah sebagai bisnis yang masih bisa berkembang serta menguntungkan. Keseimbangan antara produksi dan permintaan madu dapat menjadikan daerah Nyalenghor berpotensi dalam pengembangan dan pemasaran madu secara lokal. Namun, akan menjadi peluang yang besar apabila kinerja di antara beberapa peternak pengembangan usaha madu hutan bekerja keras dan peka terhadap perkembangan pasar serta jeli melihat segmen pasar yang luas. Jumlah Pesaing di Sekitar Kelompok Ternak Sri Buana Daerah Nyalenghor merupakan salah satu tempat pembudidayaan lebah madu yang ada di sekitar Kecamatan Pagerageung dan diketuai oleh Dinas Kehutanan atau pemerintah daerah Tasikmalaya. Daerah lain yang berada di bawah Dinas tersebut terdiri dari Desa Cipatujah, Desa Wana Lestari dan Desa Kawalu. Letak desa-desa ini jauh dari Nyalenghor sehingga dapat dianggap tidak ada peternak lebah madu lain yang dijadikan sebagai pesaing kelompok ternak Sri Buana. Pesaing lainnya bukan peternak lebah madu, melainkan perusahaan-perusahaan yang hanya menjual madu

47 curah di pasaran, sehingga timbul keraguan bagi konsumen untuk membeli madu di pasar karena banyak madu palsu yang beredar. Data perlebahan nasional pada Perhutanan Sosial Departemen Kehutanan dan Dirjen Rehabilitasi Lahan (2006) adalah jumlah peternak lebah madu di Indonesia sebanyak kepala keluarga yang terdiri dari lebah hutan (A. dorsata) sebanyak koloni, lebah lokal (A. cerana) sebanyak koloni dan lebah Eropa (A. mellifera) sebanyak koloni. Banyaknya perusahaan-perusahaan yang menjual madu, sangat mendorong kelompok ternak Sri Buana untuk melakukan strategi yang tepat dalam menjual madunya. Hal ini terus dilakukan dengan berusaha mencari pelanggan tetap dengan menurunkan sedikit harga madu curah di bawah rata-rata harga di pasaran. Jenis Perusahaan di Sekitar Kelompok Ternak Sri Buana yang Memanfaatkan Produk Lebah Madu Madu yang telah di produksi hanya dijual ke konsumen di sekitar daerah Nyalenghor dan daerah lain di kecamatan Pagerageung. Belum ada perusahaan yang memasok madu dari kelompok ternak Sri Buana untuk di proses lebih lanjut, misalnya untuk toko jamu besar, kosmetik dan lain-lain. Salah satu alasan yang mendukung karena terbatasnya fasilitas transportasi ke daerah Nyalenghor, dimana hanya terdapat ojeg (kendaraan bermotor) yang dijadikan sebagai alat transportasi. Mengingat permintaan madu yang semakin meningkat, maka para peternak lebah madu harus lebih memperhatikan keadaan pakan lebah madu terutama tanaman-tanaman berbunga yang dijadikan sebagai pakan lebah, salah satunya adalah dengan cara menanam tanaman yang dapat tumbuh sepanjang tahun dan ketika musim kemarau maka peternak harus memberikan pakan tambahan untuk lebah berupa air gula. Kebijakan Pemerintah Daerah Pemerintah daerah sebetulnya cukup respon terhadap perkembangan perlebahan di daerah Nyalenghor, tetapi dalam setiap program dan kebijakan berkaitan dengan sumber pakan dalam pelaksnaannya banyak mengalami kendala. Oleh karena itu perlu dicari solusi pengembangan tanaman pakan pada kawasan hutan di sekitar daerah Nyalenghor, yaitu melalui evaluasi kebijakan yang sudah ada

48 dan melakukan lanjutan percobaan mendapatkan pola tanam sumber pakan pada kawasan hutan tersebut untuk menghasilkan rekomendasi bagi pemerintah daerah. Pemerintah terus memberikan dorongan pada kelompok ternak lebah madu yang pada umumnya berada di daerah Tasikmalaya, khususnya kelompok ternak Sri Buana agar produksi madu dapat terus meningkat. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya bantuan-bantuan, baik berupa peralatan maupun pelatihan-pelatihan tentang budidaya lebah madu yang diadakan di daerah Nyalenghor. Pemerintah daerah juga melihat besarnya potensi daerah yang memang cocok untuk beternak lebah madu, salah satunya adalah ketersediaan pakan dan cuaca/iklim yang mendukung daerah tersebut. Analisis SWOT Usaha Kelompok Lebah Madu Sri Buana Faktor Internal Identifikasi faktor internal terdiri dari kekuatan dan kelemahan yang dimiliki kelompok ternak lebah madu Sri Buana. Kekuatan. Kekuatan yang dimiliki kelompok ternak Sri Buana antara lain: (1) adanya pengalaman budidaya lebah madu yang diikuti dengan pelatihan-pelatihan budidaya lebah madu, (2) hubungan kerja yang kompak antar anggota kelompok, (3) mampu mengambil koloni dari hutan, dan (4) harga jual produk bersaing. Kelemahan. Kelemahan yang dimiliki kelompok ternak Sri Buana antara lain: (1) peralatan masih sederhana, (2) struktur organisasi kelompok yang belum tertata dengan baik, (3) budidaya masih dikelola secara tradisional, (4) volume produksi belum optimal, (5) kondisi keuangan relatif rendah, (6) teknik perbanyakan koloni belum dikuasai, (7) pengetahuan tentang pakan lebah masih rendah atau tergantung pada musim bunga saja, (8) kemasan produk masih sederhana dan kurang menarik, dan (9) kontinuitas produk belum terjamin. Faktor Eksternal Identifikasi faktor eksternal terdiri dari peluang dan ancaman yang dihadapi oleh kelompok ternak lebah madu Sri Buana. Peluang. Peluang yang dimiliki kelompok ternak Sri Buana antara lain: (1) permintaan pasar terhadap produk lebah madu yang terus meningkat, (2) dukungan pemerintah daerah berupa peralatan dan pelatihan, (3) peningkatan industri-industri

49 yang menggunakan bahan baku dari produk lebah madu, (4) pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin meningkat, (5) kesadaran masyarakat akan manfaat produk lebah madu yang semakin tinggi, (6) perkembangan teknologi informasi yang semakin maju, dan (7) lokasi budidaya dekat dengan hutan lindung. Ancaman. Ancaman yang dihadapi kelompok ternak Sri Buana antara lain: (1) banyaknya penjual produk lebah madu lain (pesaing), (2) adanya pemalsuan produk, (3) masuknya madu impor, (4) pembeli mudah berpindah ke produk pesaing, dan (5) keterbatasan alat transportasi. Matriks Strenghts, Weaknesses, Opportunities and Threats (SWOT) Matriks SWOT digunakan dalam merumuskan alternatif strategi yang dapat dijalankan perusahaan berdasarkan penyesuaian antara peluang dan ancaman dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan. Keunggulan yang dimiliki model ini adalah kemampuannya dalam memformulasikan strategi berdasarkan gabungan faktor eksternal dan internal tersebut. Matriks SWOT dapat menghasilkan empat strategi, yaitu Strenghts-Opportunities (SO), Weaknesses-Opportunities (WO), Strenghts-Threats (ST) dan Weaknesses-Threats (WT). Hasil analisis dari matriks SWOT dapat dilihat pada Tabel 4.

50 Tabel 4. Matriks SWOT Kelompok Ternak Lebah Madu Sri Buana Faktor Internal Faktor Eksternal Peluang (O) 1. Permintaan pasar terhadap produk lebah madu yang terus meningkat. 2. Dukungan pemerintah daerah berupa peralatan dan pelatihan. 3. Peningkatan industriindustri yang menggunakan bahan baku dari produk lebah madu. 4. Pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin meningkat. 5. Kesadaran masyarakat akan manfaat produk lebah madu yang semakin tinggi. 6. Perkembangan teknologi informasi yang semakin maju. 7. Lokasi budidaya dekat dengan hutan lindung. Ancaman (T) 1. Banyaknya penjual produk lebah madu lain (pesaing). 2. Adanya pemalsuan produk. 3. Masuknya madu impor. 4. Pembeli mudah berpindah ke produk pesaing. 5. Keterbatasan alat transportasi. Kekuatan (S) 1. Adanya pengalaman budidaya lebah madu yang diikuti dengan pelatihanpelatihan budidaya lebah madu. 2. Hubungan kerja yang kompak antar anggota kelompok. 3. Mampu mengambil koloni dari hutan. 4. Harga jual produk bersaing. Strategi SO 1. Meningkatkan jumlah produksi madu dengan menambah jumlah koloni (S1, S2, S3, S4, S5, O1, O2, O3). 2. Meningkatkan mutu produk (S4, O1, O2, O5, O6). Strategi ST 1. Meningkatkan kualitas produk dengan harga bersaing untuk meyakinkan pembeli bahwa produk yang dihasilkan asli (S1, S4, T1, T2, T3, T4). Kelemahan (W) 1. Peralatan masih sederhana. 2. Struktur organisasi yang belum tertata dengan baik. 3. Budidaya masih dikelola secara tradisional. 4. Volume produksi belum optimal. 5. Kondisi keuangan relatif rendah. 6. Teknik perbanyakan koloni belum dikuasai. 7. Pengetahuan tentang pakan lebah masih rendah atau tergantung pada musim bunga saja. 8. Kemasan produk masih sederhana dan kurang menarik. 9. Kontinuitas produk belum terjamin. Strategi WO 1. Mengadakan pelatihan budidaya dan pendampingan untuk meningkatkan keterampilan peternak (W6, W7, O2, O6). 2. Memperbaiki kemasan produk (W8, O1, O2, O3, O6). 3. Melakukan penanaman tanaman yang mampu menyediakan pakan lebah sepanjang tahun (W7, W9, O7). Strategi WT 1. Mempertahankan luasan areal tanaman pakan (W6, W7, T5).

51 Strategi Strenghts-Opportunities (SO) Meningkatkan Jumlah Produksi Madu dengan Menambah Jumlah Koloni Peningkatan permintaan akan madu sebagai bahan baku untuk industri harus cepat direspon oleh kelompok ternak Sri Buana dengan cara meningkatkan produksi madu karena harga madu cukup bersaing. Peningkatan produksi diupayakan melalui penambahan jumlah koloni di usaha peternakannya. Upaya ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan peralatan yang tersedia lengkap dan keterampilan tenaga kerja yang cukup. Selain itu petani juga perlu meningkatkan produktivitas madu karena adanya peluang pasar yang masih terbuka. Meningkatkan Mutu Produk Tingkat persaingan dan kesadaran masyarakat yang semakin tinggi akan manfaat produk lebah madu mendorong peternak lebah madu lebih berusaha menarik perhatian konsumen untuk menggunakan produknya. Hal tersebut penting dilakukan untuk mempertahankan kepuasan konsumen yang sudah ada serta menarik konsumen baru. Strategi Weaknesses-Opportunities (WO) Melakukan Pelatihan Budidaya dan Pendampingan untuk Meningkatkan Keterampilan Peternak Munculnya pesaing yang sama-sama bergerak di bidang perlebahan, maka pemerintah daerah harus lebih sering mengadakan pelatihan budidaya dan pendampingan kepada peternak lebah madu, khususnya kelompok ternak Sri Buana. Selain itu kelompok juga dapat memanfaatkan sumber informasi lain untuk meningkatkan pengetahuan dari perkembangan teknologi yang sudah ada. Upaya ini dapat menjadikan peternak lebih terampil dan menambah wawasan bagaimana membudidayakan lebah madu dengan baik. Memperbaiki Kemasan Produk Permintaan akan suatu produk biasanya dipengaruhi oleh kemasan yang menarik. Peternak Sri Buana dapat memperbaiki kemasan produk dan menciptakan alternatif desain kemasan yang menarik dengan memanfaatkan peralatan dan pelatihan dari dukungan pemerintah daerah, serta memanfaatkan teknologi informasi

52 tentang pengemasan, misalnya dari televisi dan radio. Upaya ini dilakukan untuk menambah jumlah konsumen dan agar konsumen tidak berpindah ke produk pesaing. Melakukan Penanaman Tanaman yang Mampu Menyediakan Pakan Lebah Sepanjang Tahun Lokasi kelompok ternak Sri Buana dekat dengan hutan lindung, namun produktivitas madu tidak kontinyu akibat keterbatasan pakan lebah di bulan-bulan tertentu (Januari-April dan Juli). Kelompok dapat mengatasi keterbatasan ini melalui penanaman tanaman yang mampu menyediakan pakan lebah sepanjang tahun, misalnya tanaman akasia, tebu, pisang dan jagung. Strategi Strenghts-Threats (ST) Meningkatkan Kualitas Produk untuk Meyakinkan Pembeli Bahwa Produk yang Dihasilkan Asli Adanya pesaing yang sama-sama bergerak di bidang perlebahan, maka peternak Sri Buana sebaiknya meningkatkan kualitas madu dan menetapkan harga produk yang bersaing. Upaya ini dapat dilakukan dengan melakukan uji keaslian dari madu tersebut dan meyakinkan pembeli bahwa madu yang dihasilkan kelompok ternak Sri Buana tidak dicampur dengan air dan pemanis lainnya, serta melakukan teknik budidaya yang lebih efisien. Strategi Weaknesses-Threats (WT) Mempertahankan Luasan Areal Tanaman Pakan Jumlah permintaan konsumen yang semakin tinggi akan produk lebah madu, harus ditunjang dengan ketersediaan produk. Kelompok ternak lebah madu Sri Buana masih mengalami kendala dalam volume produksi dan keterbatasan sarana transportasi. Hal ini disebabkan oleh sulitnya mendapat bahan baku yang berkualitas dan terbatasnya luas areal tanaman pakan lebah madu yang dapat dicapai. Strategi yang dapat dilakukan adalah dengan memperbaiki teknik beternak lebah madu dan sistem produksi dan mempertahankan luasan areal tanaman pakan yang ada, serta meningkatkan kesadaran masyarakat dalam melindungi konservasi alam dan lahan yang memiliki areal tanaman pakan lebah madu.

53 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pengalaman budidaya lebah madu yang masih terbatas, keterbatasan pakan lebah di bulan-bulan tertentu, tingginya permintaan madu dari masyarakat atau industri, serta persaingan dengan peternak lain dan maraknya pemalsuan madu perlu diantisipasi oleh kelompok ternak Sri Buana dengan melakukan strategi sebagai berikut: (1) meningkatkan jumlah produksi madu dengan menambah jumlah koloni, (2) meningkatkan mutu produk, (3) melakukan pelatihan budidaya dan pendampingan untuk meningkatkan keterampilan peternak, (4) memperbaiki kemasan produk, (5) melakukan penanaman tanaman yang mampu menyediakan pakan lebah sepanjang tahun, (6) meningkatkan kualitas produk untuk meyakinkan pembeli bahwa produk yang dihasilkan asli, dan (7) mempertahankan luasan areal tanaman pakan. Saran Saran-saran yang dapat diusulkan dari hasil penelitian adalah meningkatkan kerjasama kelompok ternak Sri Buana dengan perguruan tinggi dan pemerintah daerah, serta perusahaan-perusahaan dalam bentuk kegiatan pelatihan dalam bidang teknologi budidaya, pemasaran dan proses pengolahan produk yang bernilai jual.

54 UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena dengan karunia dan rahmat-nya yang telah memberikan nikmat yang luar biasa berupa kekuatan dan pertolongan-nya hingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis menyadari bahwa selesainya skripsi ini tidak terlepas dari berbagai pihak yang memberi bantuan dan dukungan kepada Penulis, dan dengan ketulusan hati Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Ibu Ir. Lucia Cyrilla, E.N.S.D., M.Si dan Ibu Ir. Hotnida C.H. Siregar, M.Si selaku pembimbing utama dan anggota atas segala nasehat, kepercayaan dan arahannya kepada Penulis dari penyusunan proposal hingga tahap akhir penulisan skripsi. 2. Ibu Zakiah Wulandari, STP, M.Si selaku pembimbing akademik atas segala nasehat dan bimbingannya. 3. Ibu Ir. Sri Darwati, MS dan Bapak Edit Lessa A., S.Pt selaku panitia seminar, Bapak Dr. Rudi Afnan, S.Pt., MSc.Agr selaku panitia sidang atas kesediaannya meluangkan waktu dalam membantu terlaksananya seminar dan sidang. 4. Bapak Ir. Zulfikar Moesa, MS selaku penguji seminar, Bapak Dr. Ir. Jajat Jachja Fahmi Arief, M.Agr dan Ibu Dr. Ir. Asnath M. Fuah, MS selaku penguji sidang atas saran dan kritik yang sangat bermanfaat bagi penulisan makalah seminar dan skripsi. 5. Orang tua tercinta Alm. Bapak Tondhie Hannibal dan Ibu Ani Nuryani, adik (Sakinah Amiliani W.), nenek (Ibu Siti Sofiah), ua, paman, bibi, serta keluarga besar Penulis atas kasih sayang, doa dan dukungan materil yang selama ini membantu dalam penyusunan skripsi. 6. Keluarga besar kelompok ternak lebah madu Sri Buana atas bantuannya selama melakukan survey dan penelitian di lapangan. 7. Bara Wibawa, Jacobus Glen, Puput dan teman-teman IPTP 43 atas dukungan semangat dan kebersamaan selama masa perkuliahan dengan tulus. 8. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Bogor, Juli 2010 Penulis

55 DAFTAR PUSTAKA Anggabrata, R Analisis nilai tambah dan pendapatan usaha madu murni dan minuman madu di pusat perlebahan nasional (PUSBAHNAS) Parung Panjang, Bogor. Skripsi. Departemen Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. [API] Asosiasi Perlebahan Indonesia Temu usaha pameran perlebahan dan musyawarah nasional. api.htm [24 Maret 2010]. [BSN] Badan Standarisasi Nasional Madu..cpm. [13 Maret 2010]. Bina Apiari Indonesia Beternak lebah madu. [10 April 2010]. David, F. R Manajemen Strategis. Terjemahan: PT. Indeks Kelompok Gramedia. PT. Gramedia. Jakarta. Departemen Kehutanan Pedoman Umum Pemberdayaan Masyarakat di dalam dan di sekitar Hutan. Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial, Departemen Kehutanan, Jakarta. Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Keynote Speech pada Lokakarya Perlebahan Nasional. 7 Desember Yogyakarta. Erwan Pengaruh jenis lebah (Apis cerana dan Apis mellifera) terhadap efisiensi pengumpulan nektar tanaman. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Febretrisiana, A Pengaruh pemberian olahan kedelai sebagai tepung sari pengganti terhadap tingkat mortalitas anakan lebah madu (A. mellifera). Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Greer, C. R Strategy and Human Resources: A General Managerial Perspective. New Jersey: Prentice Hall. Griffin, R Business. New Jersey: Pearson Education. faktor_produksi. [15 April 2010]. Hitt, M. A., R. Duane & E. Hosskisson Manajemen Strategis Menyongsong Era Persaingan dan Globalisasi. Terjemahan: A. Hediyanto. Erlangga. Jakarta. Jauch, L. R. & W. F. Glueck Manajemen Strategis dan Kebijaksanaan Perusahaan. Terjemahan: Murad dan H. Sitanggang. Erlangga. Jakarta. Jusuf, A. H Dasar-dasar akuntansi. Yayasan Keluarga Pahlawan Negara. Yogyakarta. Kotler, P Manajemen Pemasaran. Edisi Kesebelas. PT. Index. Jakarta. Kuntadi Pakan buatan untuk lebah madu. Prosiding Gelar dan Dialog Teknologi 2005: Halaman

56 Lamerkabel, J Lebah madu hasil hutan ikutan dan ternak harapan. Jakarta. [10 April 2010]. Murtidjo, B. A Memelihara Lebah Madu. Yogyakarta: Kanisius. Nilawati, T. S Pengembangan budidaya lebah madu di Desa Sindangkerta. Program Pascasarjana. Institut Teknologi Bandung, Bandung. Nisa, K Perencanaan kelayakan pengembangan usaha budidaya lebah madu A. mellifera di Jawa Timur. Skripsi. Departemen Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Pearce II, J. A. & R. B. Jr, Robinson Manajemen Strategik. Formulasi, Implementasi dan Pengendalian. Terjemahan: A. Maulana. Binarupa Aksara. Jakarta. Pusat Perlebahan Apiari Pramuka Lebah Madu, Cara Beternak dan Pemanfaatan. Penebar Swadaya. Jakarta. Rangkuti, F Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia. Jakarta. Rini, E. S Mengenai pesaing dan intensitas persaingan. Universitas Sumatera Utara, Sumatera. Rusfidra Madu cindera mata alam menyehatkan. Artikel Iptek Harian Pikiran Rakyat. Bandung, 27 Juli Sari, M Strategi pengembangan usaha peternakan lebah madu (studi kasus pada peternakan lebah madu Sari Bunga, Desa Titisan, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi). Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sarwono, B Lebah Madu. Agro Media Pustaka. Jakarta. Sihombing, D. T. H Ilmu Ternak Lebah Madu. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Suwanda, O Pengelolaan lebah madu oleh pramuka. Prosiding Lokakarya Pembudidayaan Lebah Madu untuk Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat. Sukabumi Mei. Yoshida, T Japanese honeybee, ecology and its rearing methods IV. Honeybee Science 19 (1):

57 LAMPIRAN

58 Lampiran 1. Denah Lokasi Kampung Nyalenghor, Desa Nanggewer, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya

KARYA ILMIAH USAHA LEBAH MADU

KARYA ILMIAH USAHA LEBAH MADU KARYA ILMIAH USAHA LEBAH MADU Disusun Oleh : Muhammad Burhan Kurniawan NIM : 10.11.4556 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Meraup Untung dari Usaha Lebah Madu Abstraksi Bisnis lebah madu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lebah Madu Lebah madu termasuk hewan serangga bersayap, sebagai penghasil madu yang telah lama dikenal manusia. Tubuh lebah madu beruas-ruas dan ruas tersebut saling berhubungan

Lebih terperinci

Jenis Lebah Yang Ada di Indonesia Friday, 08 February 2013 Pemutakhiran Terakhir Tuesday, 28 May 2013

Jenis Lebah Yang Ada di Indonesia Friday, 08 February 2013 Pemutakhiran Terakhir Tuesday, 28 May 2013 Jenis Lebah Yang Ada di Indonesia Friday, 08 February 2013 Pemutakhiran Terakhir Tuesday, 28 May 2013 eskalisa.sch.id Jenis Lebah Yang Ada di Indonesia Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki jenis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang terletak pada posisi BT dan LS. Purbalingga

I. PENDAHULUAN. yang terletak pada posisi BT dan LS. Purbalingga I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki kekayaan alam melimpah berupa flora dan fauna. Indonesia juga memiliki potensi besar dalam pengembangan usaha peternakan lebah

Lebih terperinci

LANGKAH-LANGKAH MENINGKATKAN PRODUKSI DAN KUALITAS HASIL PERLEBAHAN

LANGKAH-LANGKAH MENINGKATKAN PRODUKSI DAN KUALITAS HASIL PERLEBAHAN LANGKAH-LANGKAH MENINGKATKAN PRODUKSI DAN KUALITAS HASIL PERLEBAHAN Oleh : Kuntadi Pusat Litbang Konservasi Dan Rehabilitasi MANFAAT PERLEBAHAN Optimalisasi sumberdaya tumbuhan/tanaman (tanpa dimanfaatkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Budidaya lebah madu merupakan salah satu alternatif usaha peternakan yang dapat dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen terhadap produk madu secara nasional. Beberapa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Madu merupakan bahan pangan berbentuk cairan kental yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Madu merupakan bahan pangan berbentuk cairan kental yang memiliki I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Madu merupakan bahan pangan berbentuk cairan kental yang memiliki rasa manis alami yang dihasilkan oleh lebah berbahan baku nektar bunga. Madu kaya akan kandungan nutrisi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Apis cerana Sebagai Serangga Sosial

TINJAUAN PUSTAKA Apis cerana Sebagai Serangga Sosial TINJAUAN PUSTAKA Apis cerana Sebagai Serangga Sosial Apis cerana merupakan serangga sosial yang termasuk dalam Ordo Hymenoptera, Famili Apidae hidup berkelompok membentuk koloni. Setiap koloni terdiri

Lebih terperinci

PERLEBAHAN DI INDONESIA

PERLEBAHAN DI INDONESIA PERLEBAHAN DI INDONESIA Oleh : Kuntadi Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi QUIZ 1. Yang mana sarang lebah madu? 1 2 3 4 1 QUIZ 2 2 1 3 5 4 A. dorsata A. laboriosa A. dorsata binghami A. cerana A.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN sangat kaya akan ragam tanaman berbunga dan hasil pertanian yang

I. PENDAHULUAN sangat kaya akan ragam tanaman berbunga dan hasil pertanian yang I. PENDAHULUAN 1.I Latar Belakang lndonesia sangat cocok untuk usaha peternakan lebah, karena sangat kaya akan ragam tanaman berbunga dan hasil pertanian yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan lebah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 35/MENHUT-II/2007 Tentang HHBK, definisi HHBK adalah hasil hutan baik

I. PENDAHULUAN. 35/MENHUT-II/2007 Tentang HHBK, definisi HHBK adalah hasil hutan baik 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil hutan dapat dikelompokkan menjadi hasil hutan kayu dan hasil hutan bukan kayu (HHBK). Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 35/MENHUT-II/2007 Tentang HHBK,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Produk Lebah Madu

TINJAUAN PUSTAKA. Produk Lebah Madu 3 TINJAUAN PUSTAKA Produk Lebah Madu Madu Menurut Badan Standardisasi Nasional (2004), madu adalah cairan alami yang umumnya mempunyai rasa manis yang dihasilkan oleh lebah madu dari sari bunga tanaman

Lebih terperinci

Lampiran 12. Aspek Agronomis / Usahatani Lebah Madu. Diantara jenis lebah, ada yang produksi madunya sedikit seperti Apis Cerana,

Lampiran 12. Aspek Agronomis / Usahatani Lebah Madu. Diantara jenis lebah, ada yang produksi madunya sedikit seperti Apis Cerana, 48 Lampiran 12. Aspek Agronomis / Usahatani Lebah Madu. Pemeliharaan lebah yang bertujuan untuk mengambil madunya disebut peternakan lebah.orang yang bertenak lebah disebut peternak lebah.selain madu,

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS TERNAK LEBAH. Di susun oleh : Nama : Muammar Mufti NIM : Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS TERNAK LEBAH. Di susun oleh : Nama : Muammar Mufti NIM : Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS TERNAK LEBAH Di susun oleh : Nama : Muammar Mufti NIM : 07.12.2638 Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer AMIKOM YOGYAKARTA 2012 - Abstraksi Lebah merupakan insekta

Lebih terperinci

PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PERSUTERAAN ALAM DI KECAMATAN RANCAKALONG, KABUPATEN SUMEDANG SKRIPSI ACHMAD SUBANDY

PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PERSUTERAAN ALAM DI KECAMATAN RANCAKALONG, KABUPATEN SUMEDANG SKRIPSI ACHMAD SUBANDY PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PERSUTERAAN ALAM DI KECAMATAN RANCAKALONG, KABUPATEN SUMEDANG SKRIPSI ACHMAD SUBANDY PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. lubang-lubang pohon dan tempet-tempat lain untuk diambil madunya. Lebah

II. TINJAUAN PUSTAKA. lubang-lubang pohon dan tempet-tempat lain untuk diambil madunya. Lebah 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lebah Madu Lebah madu merupakan insekta penghasil madu yang telah lama dikenal manusia. Sejak zaman dahulu, manusia berburu sarang lebah di goa-goa, di lubang-lubang pohon dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tanaman Salak Tanaman salak memiliki nama ilmiah Salacca edulis reinw. Salak merupakan tanaman

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. b. Apis mellifera Jenis ini merupakan lebah madu utama yang dibudidayakan hampir disemua

II. TINJAUAN PUSTAKA. b. Apis mellifera Jenis ini merupakan lebah madu utama yang dibudidayakan hampir disemua II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Jenis Lebah Madu Lebah madu sudah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia. Keadaan ini dapat diketahui dengan adanya berbagai nama lebah dalam bahasa daerah, misalnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. tingkatan kasta di dalam koloninya. Lebah pekerja yang merupakan lebah betina

II. TINJAUAN PUSTAKA. tingkatan kasta di dalam koloninya. Lebah pekerja yang merupakan lebah betina 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi dan Klasifikasi Lebah Madu Lebah madu merupakan serangga sosial yang hidup berkoloni dan memiliki tiga tingkatan kasta di dalam koloninya. Lebah pekerja yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. occidentale L.) seluas ha, tersebar di propinsi Sulawesi. Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur,

BAB I PENDAHULUAN. occidentale L.) seluas ha, tersebar di propinsi Sulawesi. Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki areal perkebunan jambu mete (Anacardium occidentale L.) seluas 560.813 ha, tersebar di propinsi Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peningkatan ekonomi masyarakat melalui produk yang dihasilkan. Perlebahan juga merupakan komponen penting di dalam strategi

I. PENDAHULUAN. peningkatan ekonomi masyarakat melalui produk yang dihasilkan. Perlebahan juga merupakan komponen penting di dalam strategi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perlebahan memiliki peran penting dalam membantu penyediaan pangan dan peningkatan ekonomi masyarakat melalui produk yang dihasilkan. Perlebahan juga merupakan komponen

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Bali

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Bali TINJAUAN PUSTAKA Sapi Bali Sapi bali merupakan salah satu ternak asli dari Indonesia. Sapi bali adalah bangsa sapi yang dominan dikembangkan di bagian Timur Indonesia dan beberapa provinsi di Indonesia

Lebih terperinci

CARA PRAKTIS. Budidaya Lebah Madu ( Apis indica )

CARA PRAKTIS. Budidaya Lebah Madu ( Apis indica ) CARA PRAKTIS Budidaya Lebah Madu ( Apis indica ) Pelatihan Budidaya Lebah Madu ( Apis indica ) di Desa Karangmulya Kecamatan Bojong dan Desa Sesepan Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegal Oleh : TIM PELATIHAN

Lebih terperinci

BUDIDAYA LEBAH MADU. Oleh ODJON SOLIKIN, SP. Penyuluh Kehutanan Kab. Ciamis

BUDIDAYA LEBAH MADU. Oleh ODJON SOLIKIN, SP. Penyuluh Kehutanan Kab. Ciamis BUDIDAYA LEBAH MADU Oleh ODJON SOLIKIN, SP. Penyuluh Kehutanan Kab. Ciamis Budidaya lebah ada 2 cara yaitu : 1) Budidaya Lebah Secara Menetap, dan 2) Budidaya Lebah Secara Berpindah. Pada budidaya lebah

Lebih terperinci

BAB II PEMBUDIDAYAAN LEBAH DI PUSBAHNAS. II.1 Pengertian Pembudidayaan

BAB II PEMBUDIDAYAAN LEBAH DI PUSBAHNAS. II.1 Pengertian Pembudidayaan BAB II PEMBUDIDAYAAN LEBAH DI PUSBAHNAS II.1 Pengertian Pembudidayaan Budidaya adalah salah satu usaha mengembangbiakan yang memberikan manfaat dan merupakan suatu tindakan yang menjaga, memelihara, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertanian dan perkebunan memegang peranan penting di Indonesia. Hal ini didukung oleh faktor letak geografis Indonesia yang mendukung untuk sektor pertanian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam yang tersebar luas di wilayahnya. Negara Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris dan sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan regional memiliki peran utama dalam menangani secara langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. Peranan perencanaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Supriadi R 1), Marhawati M 2), Arifuddin Lamusa 2) ABSTRACT

PENDAHULUAN. Supriadi R 1), Marhawati M 2), Arifuddin Lamusa 2) ABSTRACT e-j. Agrotekbis 1 (3) : 282-287, Agustus 2013 ISSN : 2338-3011 STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BAWANG GORENG PADA UMKM USAHA BERSAMA DI DESA BOLUPOUNTU JAYA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI Business

Lebih terperinci

Gambar 1. Koloni Trigona sp

Gambar 1. Koloni Trigona sp BUDIDAYA LEBAH MADU TRIGONA SP Oleh : Victor Winarto *) Rusmalia *) I. PENDAHULUAN Madu adalah salah satu produk primadona HHBK (Hasil Hutan Bukan Kayu) di Indonesia. Banyaknya manfaat madu bagi kesehatan,

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Strategi Perusahaan Manajemen meliputi perencanaan, pengarahan, pengorganisasian dan pengendalian atas keputusan-keputusan dan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PENINGKATAN PRODUKTIFITAS KOLONI LEBAH Apis mellifera dan Apis cerana YANG DIPELIHARA DI AREAL Acacia crassicarpa

TEKNOLOGI PENINGKATAN PRODUKTIFITAS KOLONI LEBAH Apis mellifera dan Apis cerana YANG DIPELIHARA DI AREAL Acacia crassicarpa TEKNOLOGI PENINGKATAN PRODUKTIFITAS KOLONI LEBAH Apis mellifera dan Apis cerana YANG DIPELIHARA DI AREAL Acacia crassicarpa A. Luas Hutan Tanaman khususnya HTI Nasional: Definitif : 9 juta Ha Target s/d

Lebih terperinci

STRATEGI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KARET RAKYAT DI KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN (Studi Kasus : Kelurahan Langgapayung, Kecamatan Sungai Kanan)

STRATEGI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KARET RAKYAT DI KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN (Studi Kasus : Kelurahan Langgapayung, Kecamatan Sungai Kanan) STRATEGI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KARET RAKYAT DI KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN (Studi Kasus : Kelurahan Langgapayung, Kecamatan Sungai Kanan) Fritz Mesakh Tarigan Silangit *), Tavi Supriana **),

Lebih terperinci

Lebah Polinator Utama pada Tanaman Hortikultura

Lebah Polinator Utama pada Tanaman Hortikultura Lebah Polinator Utama pada Tanaman Hortikultura PENDAHULUAN Lebah merupakan serangga penghasil madu, royal jeli, propolis, lilin, dan penyerbuk tanaman (polinasi). Pada umumnya semua tanaman berbunga merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA 3 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data 2.1.1 Survey Lapangan Penulis mengunjungi Madu Mutiara Ibu yang terletak di Jl. Putri Tunggal, Komplek Casa Soronza, RT. 002/03 No.102, Harjamukti Cimanggis Depok,

Lebih terperinci

Kayu bawang, faktor-faktor yang mempengaruhi, strategi pengembangan.

Kayu bawang, faktor-faktor yang mempengaruhi, strategi pengembangan. Program : Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan Judul RPI : Agroforestry Koordinator : Ir. Budiman Achmad, M.For.Sc. Judul Kegiatan : Paket Analisis Sosial, Ekonomi, Finansial, dan Kebijakan

Lebih terperinci

Jurnal Sylva Lestari ISSN Vol. 1 No. 1. September 2013 (23 28)

Jurnal Sylva Lestari ISSN Vol. 1 No. 1. September 2013 (23 28) MANAJEMEN PENANGKARAN LEBAH MADU (Apis cerana Fabr.) DI DESA BUANA SAKTI KECAMATAN BATANGHARI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR (MANAGEMENT OF BREEDING THE HONEY BEE (Apis cerana Fabr.) IN BUANA SAKTI VILLAGE, DISTRICT

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH (Studi Kasus di Perusahaan X, Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor) SKRIPSI SHCYNTALIA HERTIKA

ANALISIS PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH (Studi Kasus di Perusahaan X, Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor) SKRIPSI SHCYNTALIA HERTIKA ANALISIS PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH (Studi Kasus di Perusahaan X, Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor) SKRIPSI SHCYNTALIA HERTIKA PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang melakukan kontak langsung dengan insektisida kimia (Soetopo,

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang melakukan kontak langsung dengan insektisida kimia (Soetopo, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengendalian hama dengan insektisida kimia telah menimbulkan resistensi hama terhadap insektisida, tercemarnya tanah dan air, dan bahaya keracunan pada manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjalannya waktu. Hal ini merupakan pertanda baik khususnya untuk

BAB I PENDAHULUAN. berjalannya waktu. Hal ini merupakan pertanda baik khususnya untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesadaran masyarakat akan konsumsi ikan meningkat seiring dengan berjalannya waktu. Hal ini merupakan pertanda baik khususnya untuk masyarakat Indonesia karena

Lebih terperinci

VII. FORMULASI STRATEGI

VII. FORMULASI STRATEGI VII. FORMULASI STRATEGI 7.1 Tahapan Masukan (Input Stage) Tahapan masukan (input stage) merupakan langkah pertama yang harus dilakukan sebelum melalui langkah kedua dan langkah ketiga didalam tahap formulasi

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Sampel IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor dan di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

Ekonomi Pertanian di Indonesia

Ekonomi Pertanian di Indonesia Ekonomi Pertanian di Indonesia 1. Ciri-Ciri Pertanian di Indonesia 2.Klasifikasi Pertanian Tujuan Instruksional Khusus : Mahasiswa dapat menjelaskan ciri-ciri pertanian di Indonesia serta klasifikasi atau

Lebih terperinci

FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS KENTANG (Solanum tuberosum L.) PADA PT. DAFA TEKNOAGRO MANDIRI KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS KENTANG (Solanum tuberosum L.) PADA PT. DAFA TEKNOAGRO MANDIRI KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS KENTANG (Solanum tuberosum L.) PADA PT. DAFA TEKNOAGRO MANDIRI KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT Oleh YANDI ASDA MUSTIKA H 34066131 PROGRAM SARJANA EKSTENSI

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. dengan burung layang-layang. Selain itu, ciri yang paling khas dari jenis burung

I PENDAHULUAN. dengan burung layang-layang. Selain itu, ciri yang paling khas dari jenis burung 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Burung Walet memiliki beberapa ciri khas yang tidak dimiliki oleh burung lain. Ciri khas tersebut diantaranya melakukan hampir segala aktivitasnya di udara seperti makan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Manajemen Manajemen merupakan proses pengkoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efisien

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian usaha kecil menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian usaha kecil menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Kecil 2.1.1 Pengertian Usaha Kecil Pengertian usaha kecil menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) adalah usaha ekonomi produktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Batu adalah sebuah Kota di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Sejak dahulu telah di kenal sebagai pusat pariwisata Jawa Timur. Kota Batu memiliki suhu yang dingin

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS AYAM RAS PEDAGING PERUSAHAAN KAWALI POULTRY SHOP KABUPATEN CIAMIS

STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS AYAM RAS PEDAGING PERUSAHAAN KAWALI POULTRY SHOP KABUPATEN CIAMIS STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS AYAM RAS PEDAGING PERUSAHAAN KAWALI POULTRY SHOP KABUPATEN CIAMIS Ajat 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi iis.iisrina@gmail.com Dedi Sufyadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang sangat luas dan juga sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Komoditas pertanian merupakan bagian dari sektor pertanian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menunjang dan

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menunjang dan 36 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menunjang dan menciptakan data akurat yang akan dianalisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang mempunyai iklim tropis, berpeluang besar bagi pengembangan budidaya tanaman buah-buahan, terutama buah-buahan tropika.

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data 15 III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu Pengambilan data dilakukan di PT. Mitra Bangun Cemerlang yang terletak di JL. Raya Kukun Cadas km 1,7 Kampung Pangondokan, Kelurahan Kutabaru, Kecamatan Pasar

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN KERIPIK SINGKONG BALADO PADA UKM PUNDI MAS DI KOTA PALU

STRATEGI PENGEMBANGAN KERIPIK SINGKONG BALADO PADA UKM PUNDI MAS DI KOTA PALU e-j. Agrotekbis 1 (5) : 457-463, Desember 2013 ISSN : 2338-3011 STRATEGI PENGEMBANGAN KERIPIK SINGKONG BALADO PADA UKM PUNDI MAS DI KOTA PALU Cassava Chips Balado Development Strategy In UKM "Pundi Mas"

Lebih terperinci

Jurnal Sylva Lestari ISSN Vol. 1 No. 1. September 2013 (29 36)

Jurnal Sylva Lestari ISSN Vol. 1 No. 1. September 2013 (29 36) ANALISIS FINANSIAL USAHA BUDIDAYA LEBAH MADU Apis cerana Fabr. DI DUSUN SIDOMUKTI DESA BUANA SAKTI KECAMATAN BATANGHARI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR (FINANCIAL ANALYSIS OF HONEY BEE (Apis cerana Fabr.) ENTERPRISES

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan ribuan pulau yang mempunyai potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di Indonesia telah memberikan

Lebih terperinci

Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang

Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang AgroinovasI Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang Tanaman jambu mete (Anacardium occidentale. L.) merupakan salah satu tanaman

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Menurut Mubyarto (1995), pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat atau pertanian dalam arti sempit disebut perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memasarkan barang atau jasa yang dihasilkan, baik yang datang dari dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memasarkan barang atau jasa yang dihasilkan, baik yang datang dari dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Strategi Pemasaran 2.1.1 Pengertian Strategi Pemasaran Perusahaan tidak bisa terlepas dari hambatan-hambatan dalam memasarkan barang atau jasa yang dihasilkan, baik yang datang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sapi Perah PFH Sapi perah merupakan salah satu ternak yang telah lama menjadi komoditas usaha peternakan. Bangsa Sapi Perah yang umum dipelihara adalah bangsa sapi Peranakan Friesian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jeruk Pontianak (Citrus nobilis) adalah jenis jeruk siam yang telah lama menjadi

I. PENDAHULUAN. Jeruk Pontianak (Citrus nobilis) adalah jenis jeruk siam yang telah lama menjadi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Jeruk Pontianak (Citrus nobilis) adalah jenis jeruk siam yang telah lama menjadi salah satu komoditas unggulan tanaman hortikultura di Pontianak Kalimantan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. teoretik. Manajemen strategi didefinisikan sebagai ilmu tentang perumusan

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. teoretik. Manajemen strategi didefinisikan sebagai ilmu tentang perumusan 22 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Manajemen Strategi Penelitian ini menggunakan perencanaan strategi sebagai kerangka teoretik. Manajemen strategi didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Ciapus Bromel yang terletak di Ciapus Jl. Tamansari Rt 03/04, Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Strategi Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dalam perkembangannya, konsep strategi terus berkembang. Hal ini dapat ditunjukkan oleh adanya perbedaan konsep

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PEMERIKSAAN KUALITAS MADU KOMERSIAL

KARYA ILMIAH PEMERIKSAAN KUALITAS MADU KOMERSIAL KARYA ILMIAH PEMERIKSAAN KUALITAS MADU KOMERSIAL Oleh: Sri Agung Fitri Kusuma, M.Si., Apt UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS FARMASI JANUARI 2009 LEMBAR PENGESAHAN KARYA ILMIAH PEMERIKSAAN KUALITAS MADU

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN. B. Pengolahan dan Analisis Data

III. METODE KAJIAN. B. Pengolahan dan Analisis Data 19 III. METODE KAJIAN Kajian ini dilakukan di unit usaha Pia Apple Pie, Bogor dengan waktu selama 3 bulan, yaitu dari bulan Agustus hingga bulan November 2007. A. Pengumpulan Data Metode pengumpulan data

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu merupakan tanaman asli daerah tropika basah. Tanaman ini dapat tumbuh

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu merupakan tanaman asli daerah tropika basah. Tanaman ini dapat tumbuh II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tebu Tebu merupakan tanaman asli daerah tropika basah. Tanaman ini dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di daerah subtropika. Tanaman tebu dapat tumbuh pada berbagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam menyumbangkan pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya dibentuk berdasarkan pada Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya nomor 8 tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi

Lebih terperinci

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang saat ini telah menjadi penyebab berubahnya pola konsumsi penduduk, dari konsumsi pangan penghasil energi ke produk penghasil

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu B. Pengumpulan Data

BAB III METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu B. Pengumpulan Data 13 BAB III METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu Kegiatan ini dibatasi sebagai studi kasus pada komoditas pertanian sub sektor tanaman pangan di wilayah Bogor Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

KAJIAN SUMBERDAYA EKOSISTEM MANGROVE UNTUK PENGELOLAAN EKOWISATA DI ESTUARI PERANCAK, JEMBRANA, BALI MURI MUHAERIN

KAJIAN SUMBERDAYA EKOSISTEM MANGROVE UNTUK PENGELOLAAN EKOWISATA DI ESTUARI PERANCAK, JEMBRANA, BALI MURI MUHAERIN KAJIAN SUMBERDAYA EKOSISTEM MANGROVE UNTUK PENGELOLAAN EKOWISATA DI ESTUARI PERANCAK, JEMBRANA, BALI MURI MUHAERIN DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHA PERIKANAN TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI PADI SAWAH DI DESA KALIBENING KECAMATAN TUGUMULYO KABUPATEN MUSI RAWAS

KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHA PERIKANAN TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI PADI SAWAH DI DESA KALIBENING KECAMATAN TUGUMULYO KABUPATEN MUSI RAWAS Seminar Nasional BKS PTN Barat Bandar Lampung, 19-21 Agustus 2014 Mulyana & Hamzah: Kontribusi Pendapatan Usaha Perikanan 933 KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHA PERIKANAN TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR PADA PERUSAHAAN AAPS KECAMATAN GUGUAK, KABUPATEN 50 KOTA, SUMATERA BARAT

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR PADA PERUSAHAAN AAPS KECAMATAN GUGUAK, KABUPATEN 50 KOTA, SUMATERA BARAT STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR PADA PERUSAHAAN AAPS KECAMATAN GUGUAK, KABUPATEN 50 KOTA, SUMATERA BARAT Oleh: NIA YAMESA A14105579 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

III. METODOLOGI KAJIAN

III. METODOLOGI KAJIAN 152 III. METODOLOGI KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dalam rangka menyelesaikan tugas akhir ini dilaksanakan di Pengolahan Ikan Asap UKM Petikan Cita Halus yang berada di Jl. Akar Wangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip ekologi telah diabaikan secara terus menerus dalam pertanian modern,

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip ekologi telah diabaikan secara terus menerus dalam pertanian modern, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prinsip ekologi telah diabaikan secara terus menerus dalam pertanian modern, akibatnya agroekosistem menjadi tidak stabil. Kerusakan-kerusakan tersebut menimbulkan

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN PRODUK OLAHAN WORTEL (Studi Kasus Kelompok Wanita Tani Kartini Di Kawasan Rintisan Agropolitan Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur)

STRATEGI PEMASARAN PRODUK OLAHAN WORTEL (Studi Kasus Kelompok Wanita Tani Kartini Di Kawasan Rintisan Agropolitan Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur) STRATEGI PEMASARAN PRODUK OLAHAN WORTEL (Studi Kasus Kelompok Wanita Tani Kartini Di Kawasan Rintisan Agropolitan Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur) Oleh : DESTI FURI PURNAMA H 34066032 PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung adalah provinsi yang memiliki luas wilayah ,50 km 2

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung adalah provinsi yang memiliki luas wilayah ,50 km 2 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Provinsi Lampung adalah provinsi yang memiliki luas wilayah 35.376,50 km 2 yang terdiri dari areal pemukiman, areal pertanian, perkebunan dan areal hutan yang

Lebih terperinci

Perkandangan dan Proses Pembuatan Stup Lebah Apis mellifera

Perkandangan dan Proses Pembuatan Stup Lebah Apis mellifera Perkandangan dan Proses Pembuatan Stup Lebah Apis mellifera Dosen Pengampu Mata Kuliah Ilmu Produksi Aneka Ternak Kmoditi Lebah Madu: Prof. Dr. Ir. H. MOCHAMMAD JUNUS, MS Disusun oleh : Kelompok 4 / Kelas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian merupakan kegiatan pengelolaan sumber daya untuk menghasilakan bahan pangan, bahan baku untuk industri, obat ataupun menghasilkan sumber energi. Secara sempit

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA ABON PADA UKM MUTIARA DI KOTA PALU Business Development Strategy of Small enterprise Mutiara on Abon Beef at Palu

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA ABON PADA UKM MUTIARA DI KOTA PALU Business Development Strategy of Small enterprise Mutiara on Abon Beef at Palu e-j. Agrotekbis 1 (3) : 295-300, Agustus 2013 ISSN : 2338-3011 STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA ABON PADA UKM MUTIARA DI KOTA PALU Business Development Strategy of Small enterprise Mutiara on Abon Beef at Palu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permintaan sangat tinggi. Banyaknya para pencari kroto di alam yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. permintaan sangat tinggi. Banyaknya para pencari kroto di alam yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia perunggasan saat ini sangat berkembang pesat. Tidak hanya jenis unggas konsumsi, tetapi juga unggas hias. Salah satu unggas hias yang paling diminati para pecinta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan mempunyai keanekaragaman sumberdaya hayati yang berlimpah. Terdapat banyak sekali potensi alam yang dimiliki oleh

Lebih terperinci

VII. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

VII. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR ISI Halaman ABSTRACT... RINGKASAN EKSEKUTIF... RIWAYAT HIDUP PENULIS... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFRTAR LAMPIRAN... i ii v vii ix xii xiii xiv I. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus diimbangi dengan kesadaran masyarakat akan arti penting peningkatan gizi dalam kehidupan. Hal

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTKA 2.1. Kajian Teori Sayuran Organik Manajemen Strategi

2. TINJAUAN PUSTKA 2.1. Kajian Teori Sayuran Organik Manajemen Strategi 2. TINJAUAN PUSTKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Sayuran Organik Pertanian organik adalah salah satu teknologi pertanian yang berwawasan lingkungan serta menghindari penggunaan bahan kimia dan pupuk yang bersifat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan pasal 1 ayat (6) menyatakan bahwa buah lokal adalah semua jenis buahbuahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan pasal 1 ayat (6) menyatakan bahwa buah lokal adalah semua jenis buahbuahan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Buah-buahan Lokal Buah-buahan lokal merupakan buah yang varietas tanamannya asli dari Indonesia dan ditanam oleh petani Indonesia terlepas dari nama dan varietasnya.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kedua tempat usaha di kota Bogor, yaitu KFC Taman Topi dan Rahat cafe. KFC Taman Topi berlokasi di Jalan Kapten Muslihat

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan studi kasus pada Sondi Farm yang terletak di Kampung Jawa, Desa Megamendung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor.

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Kelapa SawitSapi POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN ABDULLAH BAMUALIM dan SUBOWO G. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 29 A. Metode Dasar Penelitian III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Ciri-ciri metode deskriptif analitis adalah memusatkan pada pemecahan

Lebih terperinci

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM I. K e l a s. Kurikulum 2013

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM I. K e l a s. Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 Geografi K e l a s XI KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami kegiatan pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan alam Indonesia sangat melimpah, tak heran jika banyak aneka jenis

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan alam Indonesia sangat melimpah, tak heran jika banyak aneka jenis BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kekayaan alam Indonesia sangat melimpah, tak heran jika banyak aneka jenis buah-buahan yang diproduksi oleh negeri agraris ini. Melihat jumlah produksi yang cukup

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian yang dilakukan ini didasarkan pada suatu pemikiran bahwa perlu dilaksanakan pengembangan agroindustri serat sabut kelapa berkaret. Pengembangan

Lebih terperinci

THE INFLUENCE OF ADDING FEED STIMULANTS AND FRAME PARTITIONS TOWARD THE ACTIVITY OF THE WORKER BEES Apis mellifera CLOSE TO FLOWER SEASON ABSTRACT

THE INFLUENCE OF ADDING FEED STIMULANTS AND FRAME PARTITIONS TOWARD THE ACTIVITY OF THE WORKER BEES Apis mellifera CLOSE TO FLOWER SEASON ABSTRACT THE INFLUENCE OF ADDING FEED STIMULANTS AND FRAME PARTITIONS TOWARD THE ACTIVITY OF THE WORKER BEES Apis mellifera CLOSE TO FLOWER SEASON Ahmad Nurohim 1), Mochammad Junus 2), Sri Minarti 2) 1) 2) Student

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai negara kepulauan yang dikelilingi laut, Indonesia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai negara kepulauan yang dikelilingi laut, Indonesia mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara kepulauan yang dikelilingi laut, Indonesia mempunyai sumber daya alam laut yang besar baik sumber daya hayati maupun non hayati. Selain perairan laut,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur.

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur. IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja berdasarkan pertimbangan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Taman Buaya Indonesia Jaya (TBIJ) yang terletak di Desa Sukaragam, Kecamatan Serang Baru, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. anorganik menjadi bahan organik dengan bantuan tumbuh-tumbuhan dan

I. PENDAHULUAN. anorganik menjadi bahan organik dengan bantuan tumbuh-tumbuhan dan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk

Lebih terperinci