PERBANDINGAN KEMAMPUAN GENERALISASI MATEMATIK PESERTA DIDIK ANTARA YANG MENGGUNAKAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN PROBLEM BASED LEARNING
|
|
- Indra Hardja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PERBANDINGAN KEMAMPUAN GENERALISASI MATEMATIK PESERTA DIDIK ANTARA YANG MENGGUNAKAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN PROBLEM BASED LEARNING (Penelitian terhadap Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 1 Banjar Tahun Pelajaran 2014/2015) Rika Kartika rikakartika9327@yahoo.com Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi Tasikmalaya Jl. Siliwangi No. 24 Kota Tasikmalaya ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan generalisasi matematik peserta didik yang lebih baik antara yang menggunakan model discovery learning dan problem based learning, serta mengetahui sikap peserta didik terhadap penggunaan model discovery learning dan problem based learning dalam pembelajaran matematika. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Populasi penelitiannya seluruh peserta didik kelas VIII SMPN 1 Banjar tahun pelajaran 2014/2015 sebanyak 8 kelas dengan jumlah peserta didik seluruhnya 278 orang. Dua kelas diambil secara acak menurut kelas sebagai sampel. Kelas eksperimen I menggunakan model discovery learning dan kelas eksperimen II menggunakan model problem based learning. Terpilih kelas VIII-C sebagai kelas eksperimen I dengan jumlah peserta didik 32 orang dan kelas VIII-F sebagai kelas eksperimen II dengan jumlah peserta didik 34 orang. Instrumen yang digunakan berupa soal tes kemampuan generalisasi matematik dan angket skala sikap model Likert. Teknik analisis data menggunakan uji perbedaan dua rata-rata. Berdasarkan hasil penelitian, pengolahan data, analisis data, dan pengujian hipotesis maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan generalisasi matematik peserta didik yang pembelajarannya menggunakan model discovery learning lebih baik daripada kemampuan generalisasi matematik peserta didik yang pembelajarannya menggunakan model problem based learning. Sikap peserta didik positif terhadap penggunaan model discovery learning dan problem based learning. Kata Kunci : Model Discovery Learning, Model Problem Based Learning, Kemampuan Generalisasi Matematik dan Sikap Peserta Didik. ABSTRACT This research aims to knowing generalization ability which is better between use of discovery learning and problem based learning model, as well as knowing students attitude towards the use of discovery learning and problem based learning model in mathematics learning process. This research uses experiment methods. The population is all of students at grade VIII SMPN 1 Banjar in academic year 2014/2015 consist of 8 1
2 classes with 278 students. As sample two classes are taken by using random sampling based on the class. Experiment class I uses discovery learning model and experiment class II uses problem based learning model. Class VIII-C is selected as experiment class I with 32 students, and class VIII-F as experiment class II with 34 students. Instrument used are test of mathematics generalization ability and questionnaire attitude scale of Likert model. Technique of analising the data uses difference two average test. Based on the results of data processing, data analisiling and hypothesis testing, it can be concluded that mathematics generalization ability of student which their learning use discovery learning model is batter than students who use problem based learning model. Positive students attitude towards the use of discovery learning and problem based learning model. Key Words : Discovery Learning Model, Problem Based Learning Model, Mathematics Generalization Ability, and Students Attitude. PENDAHULUAN Pembelajaran merupakan suatu proses pengembangan potensi dan pembangunan karakter setiap peserta didik sebagai hasil dari perpaduan antara pendidikan yang berlangsung di sekolah, keluarga dan masyarakat. Proses tersebut memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi mereka menjadi kemampuan yang semakin lama semakin meningkat dalam hal sikap, pengetahuan, dan keterampilan, Kurikulum 2013 mengubah pola pembelajaran dari teacher center menjadi student center. Pembelajaran menekankan pada keaktifan peserta didik dalam menemukan sendiri konsep atau materi. Untuk mencapai hal tersebut peserta didik harus mempunyai keterampilan tinggi yang melibatkan pemikiran kritis, sistematis, logis, untuk menghasilkan generalisasi dan kemampuan bekerja sama yang efektif. Dengan demikian bahwa kurikulum mengisyaratkan pentingnya kemampuan generalisasi dalam pembelajaran matematika. Akan tetapi, berdasarkan hasil penelitian Mulyanti, Astri (2013) terhadap peserta didik kelas VII salah satu SMP di Tasikmalaya melaporkan hasil nilai postes kelas eksperimen terhadap kemampuan generalisasi dari sampel sebanyak 40 orang peserta didik, 10% atau 4 orang peserta didik telah mencapai KKM 75 dan 90% atau 36 orang peserta didik masih berada di bawah KKM 75. Dari kondisi ini kita dapat menyimpulkan bahwa kemampuan matematik peserta didik khususnya di tingkat SMP masih tergolong kategori rendah. Pada umumnya pembelajaran yang dikembangkan oleh guru selama ini kurang mendukung berkembangnya kemampuan bernalar peserta didik. Penggunaan model 2
3 pembelajaran matematika yang kurang mendorong peserta didik untuk menggunakan nalarnya dalam belajar sehingga peserta didik tidak terlatih untuk mampu mengkontruksi sendiri pengetahuannya sampai mampu menyimpulkan konsep-konsep atau rumus-rumus matematik. Peserta didik cenderung menerima pengetahuan dalam bentuk yang sudah jadi sehingga pengetahuan lebih bersifat hafalan. Selain itu, peserta didik umumnya diberikan latihan-latihan yang ada di buku paket dan LKS, yang kebanyakan soal-soalnya merupakan soal-soal rutin. Soal-soal yang diberikan tidak menarik dan menantang sehingga peserta didik menjadi tidak bersemangat dalam belajar matematika. Pembelajaran menjadi membosankan, jenuh, dan tidak menarik. Dampaknya sikap peserta didik dalam pembelajaran matematika cenderung menjadi negatif. Situasi ini dapat berdampak pada rendahnya hasil belajar peserta didik. Kemampuan generalisasi ini sangat dibutuhkan peserta didik dalam pembelajaran matematika. Baroody (Afgani D., Jarnawi, 2011:4.9) mengemukakan : Keuntungan apabila anak diperkenalkan dengan penalaran salah satunya adalah secara khusus dalam matematika, anak harus memahami bahwa pembuktian logis atau penalaran deduktif (generalisasi) memainkan peranan yang penting, mereka harus menyadari bahwa intuisi merupakan dasar untuk kemampuan tingkat tinggi dalam matematika dan juga ilmu pengetahuan lainnya. Sumarmo, Utari (2013:349) menyatakan Generalisasi adalah penarikan kesimpulan umum berdasarkan sejumlah data yang teramati. Tahapan generalisasi menurut Mason (Hermanto, Redi, 2012:16-17) : Proses kemampuan generalisasi terdiri dari 4 tahap, yaitu : 1) perseption of generality (mengenal sebuah pola); 2) expression of generality (mampu menguraikan sebuah aturan atau pola, baik secara numerik maupun verbal); 3) symbolic expression of generality (menghasilkan sebuah aturan atau pola baru); dan 4) manipulation of generality (mampu menerapkan aturan atau pola dari berbagai persoalan). Menyikapi hal tersebut di atas, guru hendaknya memilih model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampuan bernalarnya sehingga peserta didik dapat menemukan dan menyimpulkan sendiri konsep-konsep dan prinsip-prinsip matematika serta banyak melibatkan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajarannya. Menurut Wilcox (Hosnan, M., 2014:281) : Dalam model discovery learning atau pembelajaran dengan penemuan, peserta didik didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka 3
4 sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong peserta didik untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri. Melalui model discovery learning peserta didik diajak untuk secara aktif mengkontruksi konsep-konsep keilmuannya melalui rangsangan dengan pemberian masalah, pengamatan atau identifikasi data, mengolah data, sampai mampu membuat kesimpulan. Peserta didik terlibat aktif dalam pengetahuan yang mendorong dan menantang terjadinya diskusi dengan guru atau peserta didik lainnya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahman, Risqi dan Samsul Maarif (2014) menyimpulkan bahwa peningkatan kemampuan analogi matematik peserta didik yang memperoleh pembelajaran dengan metode discovery lebih baik daripada peserta didik yang memperoleh metode pembelajaran dengan metode ekspositori. Berdasarkan hal tersebut, model discovery learning atau penemuan dapat meningkatkan kemampuan penalaran (analogi dan generalisasi) peserta didik. Selain model discovery learning, model problem based learning juga merupakan salah satu model pembelajaran dapat menjadi alternatif dalam mengembangkan kemampuan generalisasi. Menurut Hosnan, M. (2014:295) Model problem based learning adalah model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran peserta didik pada masalah autentik sehingga peserta didik dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan inquiry. Dengan demikian, peserta didik akan lebih tertantang untuk mempelajari matematika, terlibat aktif dalam pembelajaran sehingga diharapkan dapat menimbulkan respon peserta didik yang positif. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Arulan, Dera Dewi (2013) menyimpulkan bahwa adanya pengaruh positif penggunaan model problem based lterhadap kemampuan penalaran matematik peserta didik dan sikap peserta didik terhadap penggunaan model problem based learning menunjukkan sikap yang positif. Berdasarkan pendapat tersebut, model problem based learning memungkinkan keterlibatan seluruh peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga memberi dampak yang positif terhadap kualitas interaksi, komunikasi, penalaran (generalisasi) dan pemecahan masalah. Dengan dimilikinya kemampuan generalisasi matematik dan sikap peserta didik yang positif, diharapkan berdampak pada pengembangan dan peningkatan hasil belajar 4
5 matematika peserta didik. Penggunaan model pembelajaran discovery learning dan problem based learning diyakini dapat meningkatkan kemampuan generalisasi matematik dan sikap positif peserta didik terhadap pembelajaran matematika. Indikator sikap yang akan diteliti adalah sikap peserta didik terhadap pelajaran matematika, sikap peserta didik terhadap soal-soal generalisasi matematik, dan sikap peserta didik terhadap pembelajaran matematika yang menggunakan model discovery learning dan problem based learning. Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan generalisasi matematik peserta didik yang lebih baik antara yang menggunakan model discovery learning dibandingkan dengan model problem based learning, serta mengetahui sikap peserta didik terhadap penggunaan model discovery learning dan problem based learning dalam pembelajaran matematika. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen karena dalam penelitian ini menerapkan model discovery learning dan problem based learning dalam pembelajaran matematika dan melihat perbandingan hasil kemampuan generalisasi matematik peserta didik. Selain itu juga melihat bagaimana sikap peserta didik pada penggunaan model discovery learning dan problem based learning dalam pembelajaran matematika. Populasi penelitiannya adalah seluruh peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1 Banjar pada tahun pelajaran 2014/2015 sebanyak 8 kelas. Dua kelas diambil secara acak sebagai sampel, Kelas eksperimen I menggunakan model discovery learning dan kelas eksperimen II menggunakan model problem based learning. Terpilih kelas VIII-C sebagai kelas eksperimen I dengan jumlah peserta didik 32 orang dan kelas VIII-F sebagai kelas eksperimen II dengan jumlah peserta didik 34 orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan cara melaksanakan tes kemampuan generalisasi matematik dan menyebar angket sikap. Instrumen yang digunakan adalah soal tes kemampuan generalisasi matematik peserta didik dan skala sikap model Likert yang diberikan diakhir setelah semua proses pembelajaran selesai. Soal tes kemampuan generalisasi matematik digunakan untuk 5
6 mengukur kemampuan generalisasi matematik peserta didik antara yang pembelajarannya menggunakan model discovery learning dan problem based learning. Skala sikap digunakan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap penggunaan model discovery learning dan problem based learning. Ada tiga perlakuan dalam teknik analisis data yaitu statistik deskriptif, uji persyaratan analisis, dan uji hipotesis. Untuk uji hipotesis menggunakan uji perbedaan rata-rata dengan uji-t. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Berdasarkan perhitungan skor akhir tes kemampuan generalisasi matematik peserta didik di kelas eksperimen I yang pembelajarannya menggunakan model discovery learning diperoleh skor terkecil adalah 8, skor terbesar adalah 24 dengan skor rata-rata 17,5. Berdasarkan Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014 ketuntasan belajar peserta didik ditetapkan dengan skor rerata 2,51 atau setara dengan B-. Nilai tertinggi berada pada rentang nilai 3,51-3,84 atau setara dengan A- yaitu sebanyak 4 orang. Sehingga jumlah peserta didik yang memperoleh predikat Sangat Baik sebanyak 4 orang. Peserta didik yang memperoleh predikat Baik sebanyak 19 orang diantaranya 9 orang kategori B+, 3 orang kategori B dan 7 orang kategori B-. Peserta didik yang memperoleh kategori Cukup sebanyak 7 orang. 4 orang kategori C+, 2 orang kategori C dan 1 orang kategori C-. Nilai terendah berada pada rentang nilai 1,18 1,50 atau setara dengan D+ sebanyak 2 orang dengan predikat Kurang. Pembelajaran yang dilaksanakan di kelas eksperimen II adalah pembelajaran dengan model problem based learning. Nilai tertinggi berada pada rentang nilai 3,51-3,84 atau setara dengan A- yaitu sebanyak 1 orang dengan predikat Sangat Baik. Peserta didik yang memperoleh predikat Baik sebanyak 17 orang, 4 orang kategori B+, 4 orang kategori B dan 9 orang kategori B-. Peserta didik yang memperoleh kategori Cukup sebanyak 14 orang diantaranya 6 orang kategori C+, 5 orang kategori C dan 3 orang kategori C-. Sementara nilai terendah berada pada rentang nilai 1,00 1,17 atau sebanyak 1 orang. Sehingga peserta didik yang mendapat predikat Kurang adalah 2 orang, 1 orang kategori D+ dan 1 orang kategori D. 6
7 Berdasarkan data hasil penelitian, rata-rata skor tes kemampuan generalisasi matematik peserta didik untuk kelas eksperimen I sebesar 17,50 (70% dari skor ideal 25) atau setara dengan nilai 2,80 (B-) termasuk kategori Baik lebih baik daripada ratarata skor tes kemampuan generalisasi matematik kelas eksperimen II sebesar 15,21 (60,84% dari skor ideal 25) atau setara dengan nilai 2,43 (C+) termasuk kategori Cukup. Terdapat selisih rata-rata 2,29 atau 9,16% dari skor ideal 25. Ini menunjukkan bahwa kemampuan generalisasi matematik peserta didik yang menggunakan model discovery learning lebih baik daripada yang menggunakan model problem based learrning. Sebaran distribusi skor kemampuan generalisasi matematik peserta didik pada kelas eksperimen I yang pembelajarannya menggunakan model discovery learning disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Distribusi Skor Kemampuan Generalisasi Matematik Peserta Didik Kelas Eksperimen I No Indikator Generalisasi Skor Maks No Soal Rata-rata Skor Persentase (%) Soal Indkator Soal Indikator 1 perseption of generality (mengenal sebuah pola) 1 2a 0, ,91 1 3a 0, expression of generality (mampu menguraikan sebuah aturan atau pola, baik secara numerik maupun verbal) 2 1a 1,19 59,5 2 2b 1,84 1, b 1,81 90,5 80,5 3 Symbolic Ekspression of Generality (menghasilkan sebuah aturan dan pola umum) 3 1b 1,13 37,67 3 2c 2, ,33 3 3c 2, ,67 4 Manipulation of Generality (mampu menerapkan aturan/ pola dari berbagai persoalan) 4 2d 2,25 56,25 2,42 60,5 4 3d 2,59 64,75 Rata-rata 74,67 7
8 Berdasarkan data pada Tabel 1 dari rata-rata skor tes kemampuan generalisasi matematik peserta didik kelas eksperimen I sebesar 74,67% peserta didik mampu menyelesaikan soal tes kemampuan generalisasi matematik. Sebaran distribusi skor kemampuan generalisasi matematik peserta didik pada kelas eksperimen II yang pembelajarannya menggunakan model problem based learning disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Distribusi Skor Kemampuan Generalisasi Matematik Peserta Didik Kelas Eksperimen II No Indikator Generalisasi Skor Maks No Soal Rata-rata Skor Persentase (%) Soal Indikator Soal Indikator 1 perseption of generality (mengenal sebuah pola) 1 2a 0, ,99 1 3a expression of generality (mampu menguraikan sebuah aturan atau pola, baik secara numerik maupun verbal) 2 1a 1, b 1,85 1,75 92,5 2 3b 1,91 95,5 87,5 3 Symbolic Ekspression of Generality (menghasilkan sebuah aturan dan pola umum) 3 1b 1, c 2,03 1,8 67,67 3 3c 2,06 68, Manipulation of Generality (mampu menerapkan aturan/ pola dari berbagai persoalan) 4 2d ,28 4 3d 1, Rata-rata 69,63 Berdasarkan data pada Tabel 2 ternyata dari rata-rata skor tes kemampuan generalisasi matematik peserta didik kelas eksperimen II sebesar 69,63% peserta didik mampu menyelesaikan soal tes kemampuan generalisasi matematik. Dari Tabel 1 dan 2 dapat dilihat perbandingan daya serap kemampuan generalisasi matematik peserta didik melalui pembelajaran model discovery learning pada kelas eksperimen I dan model problem based learning pada kelas eksperimen II dilihat dari masing-masing indikator kemampuan generalisasi. Indikator perseption of 8
9 generality (mengenal sebuah pola) daya serap peserta didik kelas eksperimen I adalah 91% lebih rendah daripada kelas eksperimen II yaitu 99% dengan selisih 8%. Analisis indikator expression of generality (mampu menguraikan sebuah aturan atau pola, baik secara numerik maupun verbal) untuk kelas eksperimen I diperoleh daya serap peserta didik yaitu 80,5% sementara daya serap peserta didik kelas ekserimen II adalah 87,5% lebih tinggi dari pada kelas eksperimen I dengan selisih 7%. Indikator ketiga adalah symbolic ekspression of generality (menghasilkan sebuah aturan dan pola umum). Untuk kelas eksperimen I daya serap peserta didik sebesar 66,67% lebih tinggi daripada kelas eskperimen II yang memperoleh daya serap 60%. Daya serap peserta didik untuk indikator manipulation of generality untuk kelas eksperimen I adalah 60,5% sedangkan kelas eksperimen II hanya 32%. 28,5% lebih rendah dari kelas eksperimen I. Hal ini merupakan salah satu bukti kemampuan penalaran matematik peserta didik yang menggunakan model discovery learning lebih baik daripada problem based learning. Untuk melihat apakah perbedaannya signifikan atau tidak dilanjutkan dengan uji statistik menggunakan uji perbedaan dua rata-rata yaitu uji-t. Uji persyaratan analisis berkaitan dengan syarat-syarat daampengujian hipotesis. Uji normalitas distribusi kelas eksperimen I menghasilkan nilai chi kuadrat yaitu. Dengan taraf nyata diperoleh 2 2 hitung = 4,57 < daftar = 11,34 artinya sampel berasal dari populasi berdistribusi normal. Uji normalitas pada kelas eksperimen II 2 2 menghasilkan nilai chikuadrat. Dengan diperoleh hitung = < daftar = 11,34 maka sampel berasal dari populasi berdistribusi normal. Uji homogenitas varians diperoleh F hitung =1,34. Dengan db 1 = 31, db 2 = 33, dan taraf nyata F hitung = 1,34 < F 0,01(31/33) = 2,31, artinya kedua varians homogen. diperoleh Uji hipotesis dengan menggunakan uji perbedaan dua rata-rata yaitu diperoleh t 3,44. untuk = 1% diperoleh t 0,99(71) = 2,39. t 3, 44 > t 0,99(71) = hitung 2,39, artinya kemampuan generalisasi matematik peserta didik yang menggunakan model discovery learning lebih baik daripada kemampuan generalisasi matematik peserta didik yang menggunakan model problem based learning. hitung 9
10 Pembahasan Pembelajaran yang dilaksanakan pada kelas ekserimen I adalah pembelajaran matematika dengan model discovery learning atau pembelajaran penemuan. Langkahlangkah operasional dalam pelaksanaan model discovery learning meliputi tahap stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan), problem statement (pernyataan/identifikasi masalah), data collection (pengumpulan data), data processing (pengolahan data); verification (pembuktian), dan generalization (menarik kesimpulan/ generalisasi). Pada tahap pertama yaitu stimulation (pemberian rangsangan) peneliti memberikan contoh masalah yang berkaitan dengan lingkaran. Secara bersama-sama peneliti dan peserta didik mengamati masalah tersebut. Peneliti memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk nememukan masalah-masalah lain yang berkaitan dengan lingkaran. Hal ini bertujuan untuk merangsang peserta didik untuk menggunakan nalarnya dalam mengungkapkan apa yang mereka ketahui sejauh ini berkaitan dengan konsep lingkaran. Tahap yang kedua yaitu problem statement (identifikasi masalah). Pada tahap ini peneliti memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang relevan dengan bahan ajar. Selanjutnya peserta didik merumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara) atas pertanyaan yang diajukan dalam bahan ajar. Tahap ketiga yaitu data collection (pengumpulan data). Dalam proses pembelajarannya peserta didik dituntun untuk mencari dan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya tentang materi yang dipelajari untuk membuktikan hipotesisnya. Informasi dapat diperoleh dengan cara membuka literatur atau buku sumber lainnya yang relevan jika konstruksi dalam bahan ajar yang disajikan kurang jelas. Tahap selanjutnya adalah data processing (pengolahan data). Pada tahap keempat ini peserta didik diberi kesempatan untuk mengolah data yang diperoleh melalui diskusi, hasil membaca, atau kegiatan lainnya yang diperoleh pada proses data collection. Peserta didik mulai menemukan pola, aturan atau konsep dari informasi yang diperolehnya pada tahap sebelumnya. Peserta didik mengolah pola tersebut menjadi konsep dasar terkait materi yang sedang dipelajari. Pada pertemuan di awal peserta didik masih kesulitan dalam kegiatan mengolah data. Namun pada pertemuan selanjutnya mereka sudah terbiasa dan semakin terampil dalam mengolah data. Hal tersebut terbukti dengan rata-rata keterampilan peserta didik dalam 10
11 menyelesaikan masalah sebesar 3,33 atau setara dengan B+ dengan predikat Baik. Konsep yang mereka temukan sendiri akan lebih meningkatkan pemahaman peserta didik sehingga mereka lebih paham dan tidak mudah lupa. Dengan situasi seperti ini maka setiap peserta didik bersama-sama menemukan dan menyelesaikan masalah pada materi yang diberikan. Hal ini sesuai dengan teori belajar Brunner (Ruseffendi, E.T., 2006 : 151) yang menyatakan : Cara yang paling baik bagi anak untuk belajar konsep, dalil dan lain-lain, dalam matematika ialah dengan melakukan penyusunan representasinya. Pada langkahlangkah permulaan belajar konsep, pengertian akan lebih melekat bila kegiatan yang menunjukkan representasi konsep itu dilakukan oleh siswa sendiri. Selanjutnya tahap kelima yaitu verification (pembuktian). Perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas, sedangkan kelompok yang tidak terpilih mencermati dan memberikan tanggapan terhadap apa yang dipresentasikan. Perwakilan tiap kelompok yang terpilih dengan tanpa ragu-ragu langsung mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Keaktifan peserta didik juga terlihat apabila ada jawaban atau kesimpulan yang berbeda. Hal ini terbukti dengan rata-rata penilaian sikap peserta didik selama pembelajaran yaitu 3,21 atau setara dengan B+ dengan predikat Baik. Tahap yang terakhir adalah generalization (generalisasi/menarik kesimpulan). Peneliti mengadakan tanya jawab dengan peserta didik dan bersama-sama menarik kesimpulan dari apa yang dipresentasikan. Setelah peserta didik memahami konsep, kegiatan selanjutnya peserta didik diberikan lembar kerja peserta didik (LKPD) untuk dikerjakan sebagai latihan. Melalui soal-soal pada LKPD, peserta didik mampu mengaplikasikan konsep yang didapat dalam melatih kemampuan generalisasi matematiknya. Pada tahap ini, seluruh aspek kemampuan generalisasi matematik dapat dikembangkan melalui soal-soal yang diberikan. Pembelajaran yang dilaksanakan di kelas eksperimen II adalah pembelajaran model problem based learning. Problem based learning adalah pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstuan sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Terdapat lima fase operasional yakni : fase 1, orientasi peserta didik pada masalah; fase 2, mengorgnisasikan peserta didik; fase 3, membimbing penyelidikan individu dan kelompok; fase 4, mengembangkan dan menyajikan hasil karya; fase 5, menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. 11
12 Fase 1 orientasi peserta didik pada masalah, peneliti terlebih dahulu menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan selama pembelajaran berlangsung serta menjelaskan bagaimana peneliti akan mengevaluasi proses pembelajaran. Peneliti menginformasikan kepada peserta didik bahwa tujuan utama pengajaran tidak untuk mempelajari sejumlah informasi baru, tetapi lebih kepada belajar bagaimana menyelidi masalah-masalah penting dan bagaimana menjadi peserta didik yang mandiri. Fase 2 mengorganisasikan peserta didik untuk belajar. Peserta didik berkumpul dengan kelompoknya untuk saing berinteraksi dan bekerjasama dalam menyelesaikan bahan ajar dan LKPD. Dilanjutkan pada fase 3 membimbing penyelidikan individu dan kelompok. Setiap kelompok membaca, mengamati, dan mendiskusikan bahan ajar yang diberikan. Peserta didik mulai bekerja secara aktif dan antusias. Pembelajaran dengan model PBL ini cenderung sulit diaplikasian pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki bekal konsep yang kuat yang telah diperoleh sebelumnya. Pada tahap ini pemberian scaffolding sangat membantu peserta didik dalam menyelesaikan permasalahan. Hal ini sesuai dengan teori belajar Bruner yang menggunakan konsep scaffolding untuk membantu peserta didik menuntaskan masalah melalui bantuan guru, teman atau orang lain yang memilki kemampuan lebih. Selanjutnya fase 4 mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Perwakilan kelompok mempresentasikan bahan ajar di depan kelas, kemudian kelompok lain menanggapinya sehingga terjadi interaksi antara penyaji dan peserta didik lain.. Berdasarkan hasil penilaian sikap, rata-rata sikap peserta didik selama proses pembelajaran adalah 3,19 atau setara dengan B+ dengan kategori Baik. Setelah peserta didik memahami konsep yang sudah ditemukan dalam bahan ajar, kegiatan selanjutnya adalah mengerjakan LKPD. Berdasarkan hasil penilaian diperoleh rata-rata ketermpilan peserta didik untuk kelas eksperimen II sebesar 3,31 atau setara dengan B+ dengan predikat Baik. Fase 5 menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Peneliti mengklarifikasikan jawaban LKPD peserta didik. Peserta didik secara bersamasama menyimpulkan materi dari seluruh rangkaian proses pembelajaran dan dberikan tugas individu untuk melatih soal-soal generalisasi matematik sebagai latihan mandiri untuk dikerjakan di rumah. Tes kemampuan generalisasi matematik diberikan kepada peserta didik kelas eksperimen I dan II setelah satu kompetensi dasar selesai disampaikan. Soal tes terdiri 12
13 dari 10 butir soal yang mewakili setiap indikatornya. Analisis indikator kemampuan generalisasi meliputi: perseption of generality (mengenal sebuah pola) dengan skor maksimal 1 diwakili oleh soal nomor 2a, dan 3a; analisis indikator expression of generality (mampu menguraikan sebuah aturan atau pola, baik secara numerik maupun verbal) dengan skor maksimal 2 diwakili oleh soal nomor 1a, 2b, dan 3b; analisis indikator symbolic ekspression of generality (menghasilkan sebuah aturan dan pola umum) diwakili oleh nomor 1b, 2c, dan 3c dengan skor maksimal 3; analisis indikator manipulation of generality (mampu menerapkan aturan/ pola dari berbagai persoalan) dengan skor maksimal 4 diwakili oleh soal nomor 2d dan 3d. Berdasarkan hasil analisis skor tes kemampuan generalisasi matematik peserta didik di kelas eksperimen I dan II pada Tabel 2 dan Tabel 3 dapat dilihat keberhasilan peserta didik dalam menguasai soal-soal generalisasi pada setiap indikator kemampuan generalisasi matematik. Daya serap peserta didik untuk indikator perseption of generality (mengenal sebuah pola) kelas eksperimen I sebesar 91% sedangkan kelas eksperimen II sebesar 99%. Indikator expression of generality (mampu menguraikan sebuah aturan atau pola, baik secara numerik maupun verbal) penguasaan soal tes atau daya serap peserta didik kelas eksperimen I sebesar 80,5% sedangkan kelas eksperimen II sebesar 87,5%. Daya serap peserta didik pada indikator perseption of generality dan expression of generality dikatakan tinggi pada kedua eksperimen. Hal ini menunjukkan bahwa model discovery learning dan problem based learning mampu mengembangkan kemampuan generalisasi peserta didik khususnya pada indikator perseption of generality dan expression of generality. Indikator ketiga adalah symbolic ekspression of generality yaitu menghasilkan sebuah aturan dan pola umum. Untuk kelas eksperimen I diperoleh rata-rata skor 2 (66,67% dari skor maksimal 3) lebih tinggi daripada kelas eskperimen II yang hanya memperoleh rata-rata skor 1,8 (60% dari skor maksimum 3). Artinya peserta didik kelas eksperimen I yang menggunakan model discovery learning lebih unggul menguasai soal-soal generalisasi matematik pada indikator symbolic ekspression of generality daripada kelas eksperimen II dengan selisih 6,67%. Hal ini terjadi karena dalam proses pembelajaran model discovery learning adanya tahap generalization yang lebih melatih peserta didik dalam membuat generalisasi atau menarik kesimpulan dan menemukan konsep atau rumus umum berdasarkan informasi atau data yang disajikan. Peserta didik 13
14 lebih terlatih dalam menginterpretasikan fakta-fakta yang ada dan dapat menghasilkan sebuah aturan atau pola umum secara numerik. Sedangkan pada model problem based learning, kemampuan generalisasi untuk indikator symbolic ekspression of generality lebih melatih peserta didik pada menginterpretasikan fakta-fakta dan membuat simpulan secara verbal atau lisan. Proses ini dapat terlatih pada fase 5 : analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah. Peserta didik menganalisis dan mengevaluasi proses mereka sendiri dan keterampilan menemukan solusi atau pemecahan dari pengetahuan yang mereka gunakan. Pada fase ini peserta didik dilatih untuk membuat generalisasi atau kesimpulan dari hasil merekonstruksi pemikiran atau pengetahuan dan aktivitas yang telah dilakukan selama proses kegiatan pembelajaran. Proses generalisasi yang terjadi pada proses ini adalah menggeneralisasikan atau menguraikan secara verbal sebuah solusi pemecahan masalah setelah melakukan proses analisis data. Peserta didik tidak terlalu terlatih dalam menghasilkan sebuah rumus atau konsep secara numerik. Oleh karena itu daya serap peserta didik kelas eksperimen I yang pembelajarannya menggunakan model discovery learning jauh lebih unggul daripada peserta didik kelas eksperimen II yang pembelajarannya menggunakan model problem based learning pada indikator symbolic ekspression of generality. Indikator selanjutnya adalah manipulation of generality yaitu peserta didik mampu menerapkan aturan atau pola dari berbagai persoalan. Peserta didik mampu menguasai soal pada indikator ini jika mereka mampu menyelesaikan soal pada indikator symbolic ekspression of generality (menghasilkan sebuah aturan dan pola umum). Oleh karena itu, pada indikator yang terakhir ini persentase kemampuan peserta didik dalam menguasai soal cenderung lebih rendah. Hal ini terlihat dari rata-rata skor tes untuk indikator manipulation of generality untuk kelas eksperimen I adalah 2,42 atau setara dengan 60,5% dari skor maksimal 4. Sementara kelas eksperimen II hanya memperoleh rata-rata skor 1,28 (32% dari skor maksimal 4) 28,5% lebih rendah dari kelas eksperimen II. Pada indikator manipulation of generality peserta didik kelas eksperimen I lebih menguasai soal dengan selisih yang sangat jauh dibandingkan dengan peserta didik kelas eksperimen II yang menggunakan model problem based learning yakni sebesar 28,5%. Dari analisis skor tes kemampuan generalisasi matematik peserta didik dan sebarannya kita dapat melihat bahwa model discovery learning dan problem based 14
15 learning sama-sama memiliki peranan terhadap peningkatan kemampuan generalisasi matematik peserta didik. Namun, secara keseluruhan kemampuan generalisasi matematik peserta didik kelas eksperimen I yang pembelajarannya mengggunakan model discovery learning lebih baik dibandingkan kelas eksperimen II yang pembelajarannya mengggunakan model problem based learning. Hal ini juga didukung dari perolehan persentase jumlah peserta didik yang lulus KKM (2,51 atau B-) pada kelas eksperimen I yang menggunakan model discovery learning jumlah peserta didik yang tuntas dalam pembelajaran sebanyak 23 orang atau setara dengan 71,88%, sedangkan pada kelas eksperimen II yang menggunakan model problem based learning jumlah peserta didik yang tuntas dalam pembelajaran hanya sebanyak 18 orang atau setara dengan 52,93%. Persentase peserta didik yang lulus KKM pada kelas eksperimen I lebih banyak daripada kelas eksperimen II dengan selisih 18,95%. Dalam pelaksanaannya, melalui model discovery learning mampu membuat peserta didik berpartisipasi aktif, mengembangkan kemampuan bernalar dan pola pikir matematik peserta didik, dapat menstimulus peserta didik, menyusun pengetahuannya, mendorong untuk menformulasikan masalah, sampai mampu menemukan dan menyimpulkan konsep atau rumus umum matematik. Berbeda dengan model discovery learning, model problem based learning menyajikan masalah kontekstual untuk merangsang peserta didik belajar. Masalah diberikan kepada peserta didik sebelum peserta didik mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan. Kondisi ini diharapkan mampu menambah keterampilan peserta diidk dalam pencapaian materi pembelajaran. Sehingga pada model probem based learning tujuan pembelajaran lebih menekankan pada bagaimana peserta didik menemukan dan menyimpulkan penyelesaian dari masalah yang diberikan. Dengan demikian, bedasarkan hasil analisis, pengolahan data dan pengujian hipotesis menunjukan bahwa kemampuan generalisasi matematik peserta didik yang menggunakan model discovery learning lebih baik daripada kemampuan generalisasi matematik peserta didik yang menggunakan model problem based learning. Hasil dari analisis data angket sikap peserta didik, berikut pembahasan hasil penelitian mengenai semua aspek angket sikap dalam penelitian ini. Sikap peserta didik di kelas eksperimen I yang pembelajarannya menggunakan model discovery learning 15
16 untuk indikator sikap peserta didik terhadap pelajaran matematika diperoleh rata-rata skor sikap 3,37 lebih besar dari skor netralnya 2,61. Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik bersikap positif terhadap pelajaran matematika setelah digunakan pembelajaran dengan model discovery learning. Indikator sikap peserta didik terhadap peserta didik terhadap soal-soal generalisasi matematik menunjukkan sikap yang positif dengan ratarata skor sikap 3,50 lebih besar dibandingkan dengan skor netralnya 2,83. Hal tersebut terlihat dari minat peserta didik yang tertarik dengan soal-soal generalisasi yang diberikan dan menunjukkan kemampuan berpikirnya dengan menguasai soal-soal generalisasi matematik serta adanya kesungguhan dalam menyelesaikan soal-soal generalisasi matematik. Selanjutnya indikator sikap peserta didik terhadap pembelajaran dengan model discovery learning juga menunjukkan sikap yang positif dengan skor rata-rata sikap 3,67 lebih besar dari skor netralnya 3,00. Sikap peserta didik yang positif ini ditunjukkan dengan sikap aktif peserta didik selama pembelajaran berlangsung, antusias peserta didik dengan situasi pembelajaran yang baru, sehingga menumbuhkan rasa senang dan semangat dalam belajar. Berdasarkan respon peserta didik dapat diketahui bahwa sikap peserta didik terhadap penggunaan model discovery learning secara keseluruhan menunjukkan sikap positif dengan rata-rata skor keseluruhan 3,49 lebih dari rata-rata skor netral 2,79. Artinya peserta didik menerima dan menyukai pembelajaran dengan model discovery learning. Sikap peserta didik terhadap penggunaan model problem based laerning berdasarkan respon peserta didik kelas eksperimen II untuk indikator sikap peserta didik terhadap pelajaran matematika menunjukkan sikap yang positif dengan rata-rata skor sikap 3,59 dibandingkan dengan skor netral 3,00. Hal tersebut dibuktikan dengan keseriusan peserta didik dalam belajar dan kesungguhan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran matematika. Indikator sikap peserta didik terhadap peserta didik terhadap soal-soal generalisasi matematik menunjukkan sikap yang positif dengan rata-rata skor sikap 3,19 lebih besar dibandingkan dengan skor netralnya 2,89. Hal tersebut berarti peserta didik tertarik dengan soal-soal generalisasi yang diberikan dan menunjukkan kemampuan berpikirnya dengan menguasai soal-soal generalisasi matematik serta adanya kesungguhan dalam menyelesaikan soal-soal generalisasi matematik. Selanjutnya indikator sikap peserta didik terhadap pembelajaran dengan model problem based learning juga menunjukkan sikap yang positif dengan skor rata-rata sikap 4,04 16
17 lebih besar dari skor netralnya 3,00. Sikap peserta didik yang positif ini ditunjukkan dengan sikap aktif peserta didik selama pembelajaran berlangsung, antusias peserta didik dengan situasi pembelajaran berbasis masalah yang menyajikan masalah kontekstual di awal pembelajaran sebagai cara untuk menumbuhkan bernalar peserta didik, sehingga menumbuhkan rasa senang dan semangat dalam belajar. Berdasarkan respon peserta didik dapat diketahui bahwa sikap peserta didik secara keseluruhan terhadap penggunaan model problem based learning dalam pembelajaran matematika menunjukan sikap positif dengan rata-rata skor keseluruhan 3,65 lebih dari rata-rata skor netral 3,02. Artinya peserta didik menerima dan menyukai pembelajaran matematika dengan model problem based learning. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian, pengolahan dan analisis data, serta pengujian hipotesis dapat disimpulan bahwa kemampuan generalisasi matematik peserta didik yang menggunakan model discovery learning lebih baik daripada kemampuan generalisasi matematik peserta didik yang menggunakan model problem based learning dan sikap peserta didik positif terhadap pembelajaran matematika yang menggunakan model discovery learning dan problem based learning. Saran Berdasarkan simpulan hasil penelitian, peneliti menyarankan model discovery learning dan problem based learning hendaknya terus dikembangkan di lapangan dan dijadikan sebagai alternatif pilihan guru dalam pembelajaran matematika sehari-hari. Hal ini dikarenakan pembelajaran tersebut dapat meningkatkan kemampuan generalisasi matematis peserta didik, melibatkan aktivitas peserta didik secara optimal, memfasilitasi peserta didik menemukan dan membangun pengetahuannya sendiri, melatih keterampilan menyelesaikan masalah, serta menciptakan suasana pembelajaran lebih kondusif. Bagi pihak sekolah perlu memperhatikan sarana dan prasarana penunjang kegiatan pembelajaran seperti LCD proyektor, sehingga dapat digunakan guru dalam mengaplikasikan pembelajaran secara optimal. Kepada peneliti selanjutnya, perlu dilakukan penelitian yang berbeda, misalnya pada tingkat sekolah menengah atas dengan materi dan populasi penelitian yang lebih banyak lagi. Selain itu perlu diteliti 17
18 bagaimana perbandingan model discovery learning dan problem based learning terhadap kemampuan daya matematik yang lain seperti kemampuan berpikir kreatif, berpikir kritis, pemecahan masalah, analogi dan representasi matematik. DAFTAR PUSTAKA Afgani D., Jarnawi (2011). Analisis Kurikulum Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka. Ar, Erman S. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: JICA. Azwar, Saifuddin (2012). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. C., Asri Budiningsih (2005). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta Dahar, Ratna Wilis (2011). Teori-teori Belajar & Pembelajaran. Bandung: Erlangga. Hosnan, M. (2014). Pendekatan Scientifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia. Kemendikbud (2013). Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum Jakarta: BPSDMPK Kemendikbud. Kosasih, E. (2014). Strategi Belajar dan Pembelajaran Implementasi Kurikulum Bandung:YRAMA WIDYA. Ruseffendi, E. T. (2006). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito. Rusman (2013). Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Sumarno, Utari (2013). Kumpulan Makalah Berpikir dan Disposisi Matematik serta Pembelajarannya. Bandung: JPM FPMIPA UPI. Trianto (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Surabaya : Prestasi Pustaka. 18
Nina Anggraeni
1 PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH MELALUI PENDEKATAN INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK (PENELITIAN TERHADAP PESERTA DIDIK KELAS X SMA NEGERI 8
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT (MMP) TERHADAP PEMAHAMAN MATEMATIK PESERTA DIDIK (Penelitian Terhadap Peserta Didik Kelas VII Madrasah Tsanawiyah Negeri Ciamis ) Ratna
Lebih terperinciIbnu Kadaruloh, Depi Setialesmana,
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIK PESERTA DIDIK DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN SOFTWARE CABRI 3D (Penelitian di Kelas X IPS SMA Negeri 6 Kota Tasikmalaya) Ibnu
Lebih terperinciPERBANDINGAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA YANG MENDAPATKAN METODE PEMBELAJARAN PSI DENGAN KONVENSIONAL
PERBANDINGAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA YANG MENDAPATKAN METODE PEMBELAJARAN PSI DENGAN KONVENSIONAL Melinda Putri Mubarika Universitas Pasundan, Jl. Sumatera No. 41 Bandung 40117 E-mail: melput_keukeu@yahoo.co.id
Lebih terperinciKONTRIBUSI PENGGUNAAN MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIK PESERTA DIDIK
Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pengajaran Matematika Vol. 1 No. 2, hal. 149-156, Maret 2016 KONTRIBUSI PENGGUNAAN MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIK PESERTA DIDIK
Lebih terperinciPRANITASARI ANDINI
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PESERTA DIDIK DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH (Penelitian terhadap Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 1 Baregbeg Tahun Pelajaran
Lebih terperinciPENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING
PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK (Penelitian terhadap Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 2 Ciamis Tahun Pelajaran 2013/2014)
Lebih terperinciPengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining terhadap pemahaman matematik peserta didik
Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pengajaran Matematika vol. 2 no. 1, pp. 29 34, Maret 2016 Pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining terhadap pemahaman matematik
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK MAHASISWA
Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pengajaran Matematika Vol. 1 No. 3, hal. 181-188, September 2016 PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK MAHASISWA Depi
Lebih terperinciPERBANDINGAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIK PESERTA DIDIK ANTARA YANG MENGGUNAKAN MODEL DISCOVERY LEARNING
PERBANDINGAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIK PESERTA DIDIK ANTARA YANG MENGGUNAKAN MODEL DISCOVERY LEARNINGDENGAN PROBLEM BASED LEARNING (Penelitian terhadap Peserta Didik Kelas X MIPA SMA Negeri 2 Tasikmalaya
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN PROBLEM POSING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK PESERTA DIDIK KELAS VIII MTs NEGERI CILENDEK
PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN PROBLEM POSING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK PESERTA DIDIK KELAS VIII MTs NEGERI CILENDEK NENENG YULIYANTI e-mail: neneng.yuliyanti@student.unsil.ac.id Program
Lebih terperinciPERBANDINGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK PESERTA DIDIK ANTARA YANG MENGGUNAKAN MODEL PROJECT BASED LEARNIG
PERBANDINGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK PESERTA DIDIK ANTARA YANG MENGGUNAKAN MODEL PROJECT BASED LEARNIG (PjBL) DENGGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) (Penelitian terhadap Peserta Didik Kelas
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA MATERI PERBANDINGAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 5 PRINGSEWU. STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA MATERI PERBANDINGAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 5 PRINGSEWU 1 Hidayatulloh, 2 Dian Suci Rizkinanti 1, 2 STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Email: 1 dayat_feb@yahoo.co.id,
Lebih terperinciAI AYU RAHAYU
PERBANDINGAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIK PESERTA DIDIK DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERTAIF TIFE NUMBERED HEAD TOGETHER DAN PROBLEM BASED LEARNING (Penelitian Terhadap Peserta Didik Kelas VIII
Lebih terperinci(Penelitian terhadap Peserta Didik Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Ciawi Tahun Pelajaran 2013/2014) Sri Murni
PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESETA DIDIK SEKOLAH MENENGAH ATAS MELALUI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING BERBASIS OPEN-ENDED PROBLEM (Penelitian terhadap Peserta Didik
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL DISCOVERY LEARNING
PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL DISCOVERY LEARNING (Penelitian terhadap Peserta Didik Kelas VIII MTs N Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya) RIDA RAMDHANIA
Lebih terperinciPENGARUH PENERAPAN STATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE TRUE OR FALSE
PENGARUH PENERAPAN STATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE TRUE OR FALSE TERHADAP PEMEHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 2 LEMBANG JAYA KABUPATEN SOLOK TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Yeni Setiawan 1, Zulfitri
Lebih terperinciPENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK (Penelitian di Kelas VII SMP Negeri 3 Tasikmalaya) Mopyani Cahyaty e-mail: mopyani.cahyaty@student.unsil.ac.id
Lebih terperinciRisna Cahyani
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIK PESERTA DIDIK MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME (Penelitian Terhadap Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 8 Tasikmalaya Tahun Pelajaran
Lebih terperinciPENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 31 PADANG Halimatus Sa diyah 1, Sofia Edriati 2, Lita
Lebih terperinciRina Nurlatifah
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) MELALUI PENDEKATAN SCIENTIFIC TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK (Penelitian terhadap Peserta Didik Kelas VII SMP Pesantren
Lebih terperinciPengaruh Penggunaan Model Problem Based Learning terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Mahasiswa pada Mata Kuliah Kalkulus III
Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pengajaran Matematika Vol. 1 No. 1, hal. 49-54, September 2015 Pengaruh Penggunaan Model Problem Based Learning terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Mahasiswa pada
Lebih terperinciMENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK MELALUI PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING)
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK MELALUI PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) (Studi Eksperimen terhadap Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 2 Tasikmalaya Tahun
Lebih terperinciPeningkatan Kemampuan Koneksi Matematik Peserta Didik Menggunakan Model Problem Based Learning (PBL) dengan Berbantuan Software Geogebra
Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pengajaran Matematika Vol. 3 No. 1, Maret 2017 Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematik Peserta Didik Menggunakan Model Problem Based Learning (PBL) dengan Berbantuan Software
Lebih terperinciPERBANDINGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIK PESERTA DIDIK ANTARA YANG MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING
PERBANDINGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIK PESERTA DIDIK ANTARA YANG MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING (Penelitian terhadap Peserta Didik
Lebih terperinciABSTRAK. learning. Kata Kunci: Model Problem Based Learning, Model Discovery Learning, dan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Peserta Didik.
PERBANDINGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIK PESERTA DIDIK ANTARA YANG MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DAN MODEL DISCOVERY LEARNING (Penelitian terhadap Peserta Didik Kelas VIIISMPN 3 Tasikmalaya
Lebih terperinciKorelasi antara Motivasi Belajar dengan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Peserta Didik Menggunakan Model Problem Based Learning (PBL)
Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pengajaran Matematika Vol. 3 No. 1, Maret 2017 Korelasi antara Motivasi Belajar dengan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Peserta Didik Menggunakan Model Problem Based
Lebih terperinciRahayu Siti Fatonah, Purwati Kuswarini Suprapto, Romy Faisal Mustofa
Perbedaan Hasil Belajar Peserta Didik yang Proses Pembelajarannya Menggunakan Model Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions dan Tipe Teams Games Tournament pada Konsep Ekosistem (Studi Eksperimen
Lebih terperinciOleh: Ratna Meinar Rahayu
PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) (PENELITIAN TERHADAP PESERTA DIDIK KELAS X MA NEGERI 2 CIAMIS TAHUN PELAJARAN
Lebih terperinciPeningkatan Kemampuan Koneksi Matematik Peserta Didik dengan Menggunakan Model Pembelajaran Means Ends Analysis (MEA)
Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pengajaran Matematika Vol. 2 No. 2, September 2016 Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematik Peserta Didik dengan Menggunakan Model Pembelajaran Means Ends Analysis (MEA)
Lebih terperinciTeti Robiah
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK MEGGUNAKAN PEMBELAJARAN DISCOVERY STRATEGY (Penelitian Terhadap Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 1 Cipaku Tahun Pelajaran 2012/2013)
Lebih terperinciPENERAPAN STRATEGI BELAJAR AKTIF TIPE LEARNING TOURNAMENT PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 15 PADANG
PENERAPAN STRATEGI BELAJAR AKTIF TIPE LEARNING TOURNAMENT PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 15 PADANG Dini Yulian 1, Niniwati 1, Edrizon 1 1 Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan
Lebih terperinciPENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS Fauziah Kartika 1, Caswita 2, M. Coesamin 2 fauziahkartika@gmail.com 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK (Penelitian terhadap Peserta Didik Kelas X SMKN 1 Maja Majalengka Tahun Pelajaran
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CORE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 29 PADANG Luchsyah Asdianti 1, Mukhni 2
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CORE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 9 PADANG Luchsyah Asdianti, Mukhni Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan
Lebih terperinciAbstract. Keywords: Creative Problem Solving and Problem Based Learning as learning model. Abstrak
PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG PROSES PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING DAN PROBLEM BASED LEARNING PADA KONSEP PENCEMARAN LINGKUNGAN (The Differences in Students
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMPN 4 PASAMAN Rina*, Sofia Edriati**), Hamdunah**) *)
Lebih terperinciPENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DISERTAI MEDIA GAMBAR TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII SMPN 2 KOTO XI TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN Widya Monesa 1, Mulyati 2, dan Novi
Lebih terperinciPENGARUH METODE PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA. Bahrudin 1, Rini Asnawati 2, Pentatito Gunowibowo 2
PENGARUH METODE PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA Bahrudin 1, Rini Asnawati 2, Pentatito Gunowibowo 2 Bahrudin90@gmail.com 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika 2 Dosen
Lebih terperinciSariyani, Purwati Kuswarini, Diana Hernawati ABSTRACT
PERBEDAAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK YANG PROSES PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM SOLVING DAN MODEL PROBLEM POSING PADA MATERI PENCERNAAN MAKANAN PADA MANUSIA DI KELAS VIII SMP NEGERI 12 KOTA
Lebih terperinciPENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA Marthina 1), Pentatito Gunowibowo 2), Arnelis Djalil 2) marthinajayasironi@yahoo.com 1 Mahasiswa Program Studi
Lebih terperinciFANY SRILESTARI
PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK PESERTA DIDIK ANTARA YANG MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ACCELERATED INSTRUCTION DENGAN THINK PAIR SHARE (Penelitian terhadap Peserta Didik
Lebih terperinciElsa Camelia 1, Edrizon 1
PENGARUH TEKNIK THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS) DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 12 PADANG Elsa Camelia 1, Edrizon 1 1 Jurusan Pendidikan
Lebih terperinciKeywords: Everyone Is A Teacher Here (ETH) Strategy, Mathematics Selflearning, Mathematics Learning Achievement
PENGARUH PENERAPAN STRATEGI EVERYONE IS A TEACHER HERE (ETH) TERHADAP KEMANDIRIAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 12 PADANG TAHUN PELAJARAN 2017/2018 Radhiah Arzul 1, Zulfitri Aima 2,
Lebih terperinciAbstract. Key word : problem based learning model, approach and environment concepts, ecosystem.
PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG PROSES PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN PENDEKATAN KONSEP DAN LINGKUNGAN (Studi Eksperimen pada Konsep Ekosistem di Kelas VII SMP Negeri
Lebih terperinciPENERAPAN METODE INKUIRI PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP KARTIKA 1-7 PADANG ARTIKEL OLEH: ZUMRATUN HASANAH
PENERAPAN METODE INKUIRI PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP KARTIKA 1-7 PADANG ARTIKEL Ditulis untuk memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) OLEH: ZUMRATUN
Lebih terperinciMonif Maulana 1), Nur Arina Hidayati 2) 1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UAD
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TS-TS) DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA Monif Maulana 1),
Lebih terperinciEFEKTIVITAS PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS
EFEKTIVITAS PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS 1 Melli Sasmita Sari (1), Arnelis Djalil (2), Nurhanurawati (3) Universitas Lampung,
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE MEANS-ENDS ANALYSIS PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMPN 12 PADANG
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE MEANS-ENDS ANALYSIS PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMPN 12 PADANG Ahyu Rahmah 1, Lutfian Almash 1, Susi Herawati 1 1 Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DENGAN MENGGUNAKAN LKS DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS I OKR SMKN 5 PADANG
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DENGAN MENGGUNAKAN LKS DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS I OKR SMKN 5 PADANG Maria Soviana 1, Niniwati 1, Fauziah 1 1 Jurusan Pendidikan Matematika,
Lebih terperinciTHE DIFFERENCE OF THE STUDENTS ACHIEVEMENT USING COOPERATIVE LEARNING MODEL TYPE TIME TOKEN AND TYPE PLAYING ANSWERS ON THE CONCEPT ECOSYSTEM
THE DIFFERENCE OF THE STUDENTS ACHIEVEMENT USING COOPERATIVE LEARNING MODEL TYPE TIME TOKEN AND TYPE PLAYING ANSWERS ON THE CONCEPT ECOSYSTEM Eva Sri Nur, Hernawan Abstract The purpose of this research
Lebih terperinciPENERAPAN STRATEGI ACTIVE LEARNING TIPE ROTATING TRIO EXCHANGE PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS XI IPA SMA NEGERI 9 PADANG
PENERAPAN STRATEGI ACTIVE LEARNING TIPE ROTATING TRIO EXCHANGE PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS XI IPA SMA NEGERI 9 PADANG Rahayu Ernita*, Anny Sovia**, Dewi Yuliana Fitri ** *)Mahasiswa Program Studi
Lebih terperinciPENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA Annissawati 1, Sri Hastuti Noer 2, Tina Yunarti 2 annissawati@gmail.com 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika
Lebih terperinciPADA SUB KONSEP SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA
PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG PROSES PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING (SFAE) DENGAN EXPLICIT INSTRUCTION (EI) PADA SUB KONSEP SISTEM
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 46 SIJUNJUNG Nurlela Anita Program Studi Pendidikan Matematika,
Lebih terperinciEFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA 1 Desiy Patrani (1), Rini Asnawati (2), M. Coesamin (3) Pendidikan Matematika, Universitas
Lebih terperinciPENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN TUTOR SEBAYA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP BUNDA PADANG. Endah 1, Susi Herawati 1
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN TUTOR SEBAYA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP BUNDA PADANG Endah 1, Susi Herawati 1 1 Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Lebih terperinciNola Despita Sari*), Zulfitri Aima**), Mulia Suryani**).
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP MOTIVASI DAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS X IIS SMAN 1 KECAMATAN SULIKI Nola Despita Sari*), Zulfitri Aima**),
Lebih terperinciSiva Fauziah, Purwati Kuswarini Suprapto, Endang Surahman
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DIBANTU MEDIA MAGIC CARD TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA (Studi Eksperimen
Lebih terperinciArinil Haq, Purwati Kuswarini, Ai Sri Kosnayani ABSTRACT
PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG PROSES PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE SCRIPT DENGAN TIPE PAIR CHECKS (Studi Eksperimen pada Konsep Pencernaan Makanan pada
Lebih terperinci(THE DIFFERENCE OF THE STUDENTS RESULT OF LEARNING PROCESS USE GUIDED INQUIRY MODEL AND FREE INQUIRY ON THE ENVIROMENTAL CHANGES)
PERBEDAAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK YANG DALAM PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI TERBIMBING DAN INKUIRI BEBAS PADA MATERI PERUBAHAN LINGKUNGAN (THE DIFFERENCE OF THE STUDENTS RESULT OF LEARNING
Lebih terperinciJurnal Penelitian Pendidikan dan Pengajaran Matematika Vol. 1 No. 1, hal. 7-12, September 2015
Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pengajaran Matematika Vol. 1 No. 1, hal. 7-12, September 2015 Penerapan Pendekatan Open-Ended Berbantuan Program Microsoft Excel dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan
Lebih terperinciPENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VII SMPN 30 PADANG
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VII SMPN 30 PADANG Oleh Armon Yuri Alwaliyyu* ), Zulfitri Aima** ), Rahima**
Lebih terperinciPENERAPAN METODE INQUIRY PADA MATERI HIMPUNAN
PENERAPAN METODE INQUIRY PADA MATERI HIMPUNAN Ana Istiani Pendidikan Matematika, STKIP Muhammadiyah Pringsewu Email : bayusuta818@gmail.com Abstract This study aims to find the average of student learning
Lebih terperinci(Studi Eksperimen di Kelas VII SMP Negeri 1 Salopa) Abstract
1 PERBEDAAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA YANG PROSES PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TIME TOKEN DAN TIPE TWO STAY TWO STRAY PADA MATERI EKOSISTEM (Studi Eksperimen di Kelas
Lebih terperinciPENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE LISTENING TEAM PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 18 PADANG
PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE LISTENING TEAM PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 18 PADANG Lisnawati 1, Susi Herawati 1, Khairudin 1 1 Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas
Lebih terperinciAi Dina, Purwati Kuswarini, Ai Sri Kosnayani
Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Proses Pembelajarannya Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Melalui Pendekatan Ekspositori dan Proses (Studi Eksperimen pada Konsep Sistem
Lebih terperinciBAB II. Kajian Teoretis
BAB II Kajian Teoretis A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) Menurut Slavin (Rahayu 2011, hlm. 9), Missouri Mathematics Project (MMP) adalah suatu program yang dirancang
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN MODEL PROJECT BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS PESERTA DIDIK SMA
Supremum Journal of Mathematics Education (SJME) Vol.1, No.2, Juli 2017, pp. 88-95 e-issn: 2548-8163 p-issn: 2549-3639 88 PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PROJECT BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP PERCUT SEI TUAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP PERCUT SEI TUAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD Tanti Jumaisyaroh Siregar Pendidikan matematika, Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah
Lebih terperinciTHE IMPLEMENTATION OF PROBLEM BASED LEARNING IN STUDENT S LEARNING OUTCOMES
THE IMPLEMENTATION OF PROBLEM BASED LEARNING IN STUDENT S LEARNING OUTCOMES Siskawati Dewi Purba dan Eidi Sihombing Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan siskapurba20@gmail.com ABSTRACT The purpose
Lebih terperinciELI HANDAYANI
PENGARUH PENGGUNAAN PETA KONSEP PADA MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIK PESERTA DIDIK (Penelitian terhadap Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 1 Tasikmalaya
Lebih terperinciPENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SUHU DAN KALOR
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SUHU DAN KALOR Muhammad Kadri dan Meika Rahmawati Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Negeri Medan email: kdrmhmmd8@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai sumber dan
Lebih terperinciPENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs
PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs Nego Linuhung 1), Satrio Wicaksono Sudarman 2) Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciEFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA
EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA Suci Rohani 1, Sugeng Sutiarso 2, Pentatito Gunowibowo 2 suci.rohani@yahoo.co.id 1 Mahasiswa Program
Lebih terperinciHALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL
0 HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN METODE CLASS CONCERN DENGAN PEMBELAJARAN METODE KONVENSIONAL PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS X SMK KARTIKA 1-2 PADANG Oleh: Nama
Lebih terperinciPENGARUH MODEL MEA (Means-End Analysis) DISERTAI STRATEGI PEMBERIAN TUGAS TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA
PENGARUH MODEL MEA (Means-End Analysis) DISERTAI STRATEGI PEMBERIAN TUGAS TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA Lia Anggi Puspitasari 1, Jazim Ahmad 2, Nego Linuhung 3 1,2,3 Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciPENGARUH STRATEGI EVERYONE IS A TEACHER HERE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA
PENGARUH STRATEGI EVERYONE IS A TEACHER HERE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA Sulaiman Pendidikan Matematika, STKIP Muhammadiyah Pringsewu email : sulaiman.jasun@gmail.com Abstract This research
Lebih terperinciPENGARUH PENERAPAN MODEL PENEMUAN TERBIMBING (GUIDED DISCOVERY) TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 RANAH PESISIR ABSTRACT
PENGARUH PENERAPAN MODEL PENEMUAN TERBIMBING (GUIDED DISCOVERY) TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 RANAH PESISIR Defnol Gusnaidi 1, Husna 2, Auliya Hidayati 2 1 Mahasiswa Program
Lebih terperinciKeywords: Student Result learning, cooperative learning mode, kancing gemerincing type, and talking stick type.
PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG PROSES PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE KANCING GEMERINCING DAN TIPE TALKING STICK PADA KONSEP EKOSISTEM (Studi Eksperimen di kelas VII
Lebih terperinciPRISMA 1 (2018) https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/prisma/
PRISMA 1 (2018) https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/prisma/ Penerapan Model PBLBernuansaEtnomatematika untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Motivasi Belajar Siswa Endang Nurliastuti
Lebih terperinciAtik Susanti
PERBANDINGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIK PESERTA DIDIK ANTARA YANG MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) (Penelitian
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA POKOK BAHASAN LINGKARAN DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 POLEWALI
Jurnal Pepatuzdu, Vol 4, No. 1 November 2012 118 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA POKOK BAHASAN LINGKARAN DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 POLEWALI FATIMAH* ABSTRACT This research was designed
Lebih terperinciPENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE THE POWER OF TWO TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS XI MIA SMAN 4 PADANG ABSTRACT
PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE THE POWER OF TWO TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS XI MIA SMAN 4 PADANG Yulia Hidayani*), Sofia Edriati**) *) Mahasiswa Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciJl. Sidodadi Timur No. 24 Semarang
EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DENGAN THINK-TALK-WRITE (TTW) DENGAN BERBANTU CABRI II PLUS 1.4 DAN ALAT PERAGA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SEGITIGA DAN SEGI EMPAT KELAS
Lebih terperinciHannaning dkk : Penerapan pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan
1 PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PADA SUB POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK SISWA KELAS VIII-7 SMP NEGERI 1 KREMBUNG SIDOARJO SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN
Lebih terperinciJurnal Penelitian Pendidikan dan Pengajaran Matematika Vol. 1 No. 4, Maret 2017
Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pengajaran Matematika Vol. 1 No. 4, Maret 2017 Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Berbantuan Software Maple terhadap Kemampuan
Lebih terperinciPENGARUH CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA
PENGARUH CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA Ratna Wulan Ndari 1, Caswita 2, Tina Yunarti 2 ratnawulanndari@yahoo.com 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika
Lebih terperinciPENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA Sujari Rahmanto SMP Negeri 1 Banjar Agung Alamat: Jl. Kampung Tri Darma Wirajaya, Kec. Banjar Agung, Kab.
Lebih terperinciPENGARUH TEKNIK CAWAN IKAN DALAM PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 BAYANG
PENGARUH TEKNIK CAWAN IKAN DALAM PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI BAYANG Rahmadani Valentina Fitri, Niniwati, Syukma Netti Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas
Lebih terperinciPERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG PROSES PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY
PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG PROSES PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DENGAN METODE OBSERVASI LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG (Studi Eksperimen pada Konsep Ekosistem di Kelas VII
Lebih terperinciPeningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa dengan Metode Pembelajaran Personalized System of Instruction
Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa dengan Metode Pembelajaran Sudi Priyambodo Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Garut ABSTRAK Penelitian ini menggunakan dua model pembelajaran yang berbeda
Lebih terperinciPENGARUH PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VII SMPN 12 PADANG
PENGARUH PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VII SMPN PADANG Fitrah Mardhatillah Husna, Mukhni, Fauziah Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciPengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI IA SMA Negeri 3 Watansoppeng
77 Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis The Effect of Contextual Learning Method to the Critical Thinking Ability of Students Class XI SMA Negeri 3 Watansoppeng Sugiarti,
Lebih terperinciPENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN BELIEF SISWA
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN BELIEF SISWA Intan Permata Sari (1), Sri Hastuti Noer (2), Pentatito Gunawibowo (2) intanpermatasari275@yahoo.com
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. inovatif. Menyadari bagaimana cara memikirkan pemecahan permasalahan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tantangan global menuntut dunia pendidikan untuk selalu berkembang dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Pemerintah di beberapa negara mengajukan salah satu cara untuk
Lebih terperinciUNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 3 No 2, Juli 2015
UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 3 No 2, Juli 2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI KEBIASAAN BELAJAR SISWA KELAS VIII
Lebih terperinciPengaruh Metode Discovery
Pengaruh Metode Discovery Disertai Penggunaan Media Kartu Kwartet Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV Dalam Pembelajaran IPA Pokok Bahasan Sumber Daya Alam Di SDN Sempolan 01 Jember (The Influence Of
Lebih terperinciEFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA 1 Weny Atika (1), Tina Yunarti (2), Pentatito Gunowibowo (3) Pendidikan Matematika, Universitas Lampung atikaweny@yahoo.com
Lebih terperinci