Pengembangan Kerangka Model

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pengembangan Kerangka Model"

Transkripsi

1 Bab V Pengembangan Kerangka Model Model ini merupakan pengembangan dari kerangka model yang merupakan hasil studi sebelumnya. Kerangka tersebut disusun dan dikembangkan menjadi Model Proses Produksi Rumah Sederhana Massal Untuk Mempercepat Rekostruksi Pasca Bencana di Indonesia, melalui proses membangun rumah sederhana dengan industrialisasi bangunan pada pelaksanaan rekonstruksi pasca bencana yang melibatkan masyarakat. Pengembangan model bertujuan untuk memperbaiki sistem yang sedang berjalan. Diharapkan dengan model proses membangun yang dikembangkan ini, maka produk yang dihasilkan akan memiliki kualitas, produktifitas, serta efisiensi yang lebih baik. Inti dari model ini adalah merencanakan seluruh proses membangun sejak awal, dengan memprediksi halhal yang berpengaruh pada saat konstruksi di lapangan. V.1 Pengembangan Model Berikut ini akan dikembangkan himpunan pilihan struktur yang layak agar fungsifungsi yang telah dirumuskan sebelumnya dapat menjadi solusi untuk menciptakan kondisi yang diinginkan. V.1.1 Fungsi Kualitas Intervensi yang harus dilakukan adalah adanya kontrol terhadap kualitas yang terencana sejak awal, yaitu sejak tahap penyiapan input bagi proses konstruksi, disamping pada saat proses konstruksi itu sendiri. Input yang harus dikontrol antara lain kualitas SDM, material, alat yang tersedia, serta organisasi membangun yang kesemuanya harus baik atau sesuai dengan standar. Pada saat proses konstruksi, kontrol dapat dilakukan dengan memberikan bimbingan teknis dari ahli, serta adanya panduan teknis (guidelines). Dengan kontrol yang dilakukan sejak awal, maka kontrol di lapangan akan dapat berkurang tingkat kepentingannya. Selain itu, hasil proses pun diharapkan kualitasnya menjadi lebih baik. Gambaran mengenai uraian di atas dapat dilihat pada skema fungsi kualitas di bawah ini. 92

2 DESAIN (PRODUK) KONSTRUKSI l KUALITAS KUALITAS PROCUREMENT RUMAH TERBANGUN Persyarat an Fungsiona DESAIN (PERENCANAAN) KONTROL Panduan / Guidelines Bimbingan Teknis Bimbingan Ahli Pilihan Desain (Basis Data) Material Tenaga Kerja Alat Organisasi Cuaca Material Tenaga Kerja Alat Organisasi Cuaca KONDISI YANG MENJADI DASAR PERENCANAAN (PREDIKSI) KONDISI TAPAK YANG MENJADI DASAR KONTROL KONDISI TAPAK YANG MENJADI DASAR KONDISI REAL KONDISI TAPAK KONTROL KETERANGAN: OUTPUT KARAKTER OUTPUT YANG DIINGINKAN INPUT KARAKTER 93 Gambar V.1 Model Planned Control (kontrol yang direncanakan) sebagai pengembangan model proses membangun rumah sederhana dengan pelibatan berkaitan dengan fungsi kualitas

3 Mekanisme kontrol sejak awal ini dapat dipenuhi dengan sistem produksi industrialisasi. Dengan sistem ini, kontrol dilakukan sejak produksi komponen di pabrik. Kontrol terpusat ini lebih mudah dilaksanakan. Dengan kontrol yang baik di pabrik, maka pelaksanaan pekerjaan di lapangan dapat dilakukan dengan kontrol rendah, atau bahkan tanpa kontrol. Dengan demikian, diharapkan fungsi kualitas dapat tercapai. V.1.2 Fungsi Efisiensi Untuk mencapai efisiensi, diperlukan intervensi untuk mempercepat masa konstruksi dan meminimalkan material terbuang (waste). Intervensi tersebut dilakukan dengan memperkenalkan metode pembangunan rumah secara masal, melalui teknik komponenisasi. Gambaran mengenai intervensi yang dilakukan dapat dilihat pada skema fungsi efisiensi (gambar V.2) di bawah ini. Perencanaan komponenisasi dimulai dari tahapan desain. Desain rumah dengan teknik ini tentunya harus disesuaikan dengan modul bahan yang tersedia di lokasi. Basis data mengenai material tersedia dan teknik komponenisasi yang mungkin dilakukan dapat membantu masyarakat dalam menentukan pilihan. Pengadaan material sesuai dengan potensi yang tersedia (tahap procurement) akan mengurangi waktu tunggu pengadaan bahan, dengan kata lain dapat mempercepat masa konstuksi. Desain yang disesuaikan dengan modul bahan yang tersedia dapat mengurangi material terbuang (waste). Dari segi penggunaan alat (mis: cetakan komponen, bekisting beton), dengan metode pembangunan masal, alat dapat digunakan secara bersama-sama di satu tempat dan berkali-kali, sehingga menjadi lebih hemat dan mengurangi material (bekisting) yang biasanya hanya digunakan untuk satu kali pakai. 94

4 EFISIEN SI EFISIEN SI DESAIN (PRODUK) KONSTRUKSI RUMAH TERBANGUN DESAIN (PERENCANAAN) Modul Komponen (sesuai modul bahan) Waste < Production Line Spesialisasi Pekerjaan Pelatihan Pemakaian Berulang Pilihan Desain (Basis Data) Material Tenaga Kerja Alat Organisasi Cuaca Material Tenaga Kerja Alat Organisasi Cuaca Persyaratan Fungsional PROCUREMENT Komponenisasi Massal Produk Industri KONDISI YANG MENJADI DASAR PERENCANAAN (PREDIKSI) KONDISI REAL KONDISI TAPAK YANG MENJADI DASAR KONDISI TAPAK YANG MENJADI DASAR KONDISI TAPAK KETERANGAN: KARAKTER OUTPUT IN PU T YANG DIINGINKAN OUTPUT KARAKTER Gambar V.2 Pengembangan model proses membangun rumah sederhana dengan pelibatan berkaitan dengan fungsi efisiensi 95

5 Metode pembangunan masal akan mempengaruhi tahapan konstruksi. Organisasi membangun dengan alur kerja (production line) pada pembangunan masal akan membagi pekerja sesuai dengan kemampuannya. Selain itu, spesialisasi pekerjaan pun akan melatih keahlian dan keterampilan pekerja, sehingga mempercepat pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Dengan langkah-langkah di atas, maka masa konstruksi akan menjadi lebih cepat dan material terbuang (waste) dapat dikurangi, untuk mencapai efisiensi. Namun tentu saja teknik tersebut terlebih dahulu harus dapat diinformasikan melalui petunjuk teknis maupun pelatihan. Dengan informasi tersebut, pengetahuan masyarakat akan bertambah dan fungsi efisiensi dapat terpenuhi. V.1.3 Fungsi Produktifitas Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan beberapa intervensi untuk meningkatkan keterampilan SDM, mengurangi kompleksitas pekerjaan, mengurangi beban pengangkatan, serta mengurangi pengaruh faktor cuaca. Intervensi tersebut dapat dilakukan melalui adaptasi proses fabrikasi dalam sistem produksi industrialisasi. Sistem ini memiliki pembagian pekerjaan (production line) yang jelas, sehingga setiap orang dapat memanfaatkan kemampuannya di bidang yang mereka kuasai. Gambaran mengenai intervensi tersebut dapat dilihat pada skema fungsi produktifitas (gambar V.3) di bawah ini. Pengulangan-pengulangan pekerjaan dalam produksi yang masal, akan menciptakan spesialisasi pekerjaan, sekaligus sebagai pelatihan untuk meningkatkan keterampilan SDM. Komponenisasi yang menjadi bagian dari sistem produksi industrialisasi pun dengan teknologi terbaru dapat menciptakan komponen-komponen yang ringan sehingga pekerjaan handling tidak akan dapat dikurangi waktunya. 96

6 PRODUKTIFITAS PRODUKTIFITAS DESAIN (PRODUK) KONSTRUKSI RUMAH TERBANGUN DESAIN (PERENCANAAN) Beban Komponen Ringan Production Line Spesialisasi Pekerjaan Pelatihan Kompleksitas Pekerjaan Pengaruh cuaca Pilihan Desain (Basis Data) Material Tenaga Kerja Alat Organisasi Cuaca Material Tenaga Kerja Alat Organisasi Cuaca Persyaratan Fungsional PROCUREMENT Komponenisasi Produk Industri Pre-fabrikasi KONDISI YANG MENJADI DASAR PERENCANAAN (PREDIKSI) KONDISI TAPAK YANG MENJADI DASAR KONDISI TAPAK YANG MENJADI DASAR KONDISI REAL KONDISI TAPAK KETERANGAN: KARAKTER OUTPUT INPU T YANG DIINGINKAN OUTPUT KARAKTER Gambar V.3 Pengembangan model proses membangun rumah sederhana dengan pelibatan berkaitan dengan fungsi Produktifitas 97

7 Dengan pekerjaan produksi komponen yang dipusatkan di workshop, maka pekerjaan di lapangan akan berkurang kompleksitasnya. Selain itu, proses fabrikasi untuk komponen yang dilakukan di satu tempat terpusat (workshop) akan mengurangi pengaruh cuaca terhadap pekerjaan di lapangan. Intervensi-intervensi di atas diharapkan dapat mempercapat proses pekerjaan, dan menghasilkan produk yang banyak, sehingga fungsi produktifitas dapat tercapai. V.2 Proses Membangun Rumah Sederhana Dengan Industrialisasi Bangunan Pada Pelaksanaan Rekonstruksi Pasca Bencana Yang Melibatkan Masyarakat Dari kerangka model-model yang merupakan struktur terpilih dari fungsi untuk menciptakan kondisi yang diinginkan di atas, disusun suatu pengembangan model secara utuh menjadi sebuah Model Proses Produksi Rumah Sederhana Massal Untuk Mempercepat Rekostruksi Pasca Bencana di Indonesia, melalui proses membangun rumah sederhana dengan industrialisasi bangunan pada pelaksanaan rekonstruksi pasca bencana yang melibatkan masyarakat. Diharapkan dengan model proses membangun yang dikembangkan ini, maka produk yang dihasilkan akan memiliki kualitas, produktifitas, serta efisiensi yang lebih baik. Dengan perencanaan yang baik, kualitas, produktifitas, serta efisiensi sudah dapat diprediksikan sejak awal perencanaan. Hal-hal yang akan mempengaruhi pelaksanaan konstruksi di lapangan sejak awal diperhitungkan. Pada tahap pemilihan desain dan perencanaan proses yang berlangsung secara timbal balik, prediksi-prediksi tersebut menjadi bahan pertimbangan utama, sehingga hasil perencanaan merupakan suatu hasil pengambilan keputusan yang matang. Selain itu, hasil perencanaan yang menjadi panduan / guidelines pekerjaan konstruksi tersebut juga akan menjadi panduan yang unik, berbeda untuk setiap daerah bahkan untuk setiap individu (custom design). 98

8 PRODUKTIFITAS EFISIENSI KUALITAS EFISIENSI KUALITAS PRODUKTIFITAS Persyaratan Fungsional DESAIN (PRODUK) KONSTRUKSI RUMAH TERBANGUN DESAIN (PERENCANAAN) Beban Komponen Ringan Modul Komponen (sesuai modul bahan) Waste < Production Line Spesialisasi Pekerjaan Pelatihan Pemakaian Berulang Kompleksitas Pekerjaan Pengaruh cuaca Material Tenaga Kerja Alat Cuaca KETERANGAN: Panduan / Guidelines Bimbingan Teknis Bimbingan Ahli Pilihan Desain (Basis Data) Organisasi Material Tenaga Kerja Alat Organisasi Cuaca PROCUREMENT KONTROL INPUT Komponenisasi Massal Produk Industri Pre-fabrikasi KARAKTER KONDISI YANG MENJADI DASAR PERENCANAAN (PREDIKSI) KONDISI REAL KARAKTER OUTPUT YANG DIINGINKAN KONDISI TAPAK YANG MENJADI DASAR KONDISI TAPAK YANG MENJADI DASAR KONDISI TAPAK OUTPUT KONTROL KONTROL Gambar V.4 Proses membangun rumah sederhana dengan industrialisasi bangunan pada pelaksanaan rekonstruksi pasca bencana yang melibatkan masyarakat 99

9 Inti dari model ini adalah merencanakan seluruh proses membangun sejak awal, dengan memprediksi hal-hal yang berpengaruh pada saat konstruksi di lapangan, yang dipengaruhi oleh kondisi tapak. Oleh karena itu, ketepatan prediksi sangat dibutuhkan. Hal ini dapat dicapai melalui evaluasi dan pengumpulan data awal yang cepat dan juga tepat. V.3 Prinsip Desain Proses Produksi Rumah Sederhana Massal Untuk Mempercepat Rekonstruksi Pasca Bencana di Indonesia Model Proses Produksi Rumah Sederhana Massal untuk Mempercepat Rekonstruksi Pasca Bencana di atas, merupakan perbaikan atas model sistem pelaksanaan rekonstruksi pasca bencana yang melibatkan dengan mengadaptasi sistem industrialisasi bangunan dalam proses membangun rumah sederhana. Dengan mengadaptasi sistem industrialisasi bangunan, diharapkan permasalahan dalam proses membangun rumah sederhana yang ada di masyarakat saat ini dapat diatasi. Sehingga diharapkan pelaksanaan rekonstruksi akan menghasilkan rumah bagi korban bencana yang berkualitas, melalui suatu proses yang produktif dan efisien. Dari model tersebut, dapat kita tarik beberapa prinsip desain yang harus dipenuhi agar sistem industrialisasi dapat diterapkan pada pembangunan rumah yang melibatkan masyarakat. V.3.1 Sumber daya manusia Model ini berusaha meningkatkan pelibatan dan pemberdayaan masyarakat di setiap tahapannya, agar rasa kepemilikan masyarakat terhadap rumah yang dibangunnya juga meningkat. Oleh karena itu, prinsip-prinsip yang harus dilaksanakan adalah: 100

10 Sumber daya manusia di daerah pasca bencana biasanya berbedabeda. Tingkat kerumitan dari proses yang dipilih harus disesuaikan dengan keterampilan dan keahlian sumber daya manusia, sehingga kualitas produk yang dipilih menjadi maksimal. Keterampilan SDM dapat disesuaikan dengan porsi pekerjaan yang mereka lakukan, melalui production line yang jelas. Dengan production line ini, maka seorang pekerja akan melakukan pekerja yang sama secara berulang-ulang, sehingga spesialisasi pekerjaan dengan sendirinya akan terbentuk. Untuk pekerjaan-pekerjaan dengan teknik baru, harus diberikan pelatihan terlebih dahulu bagi para pekerjanya. Spesialisasi pekerjaan melalui production line ini akan menjadi pelatihan tersendiri bagi pekerja, sehingga keterampilan dan keahlian pekerja (SDM) akan meningkat. V.3.2 Material Hal yang terpenting dari sisi material adalah bagaimana agar waste dari penggunaan material dapat dikurangi. Pengurangan waste tersebut dapat diusahakan melalui desain komponen yang sesuai dengan modul material Dengan material yang terkontrol baik, serta waste yang minimal, diharapkan dengan biaya yang tersedia kualitas produk akan maksimal, sehingga efisiensi akan meningkat. V.3.3 Alat (equipment) Penggunaan material yang berulang pada pembangunan rumah secara massal juga akan mengurangi waste, sehingga diharapkan efisiensi juga akan meningkat. 101

11 Pemerintah dapat pula memberi bantuan berupa alat (equipment) yang dapat digunakan secara bersama oleh terutama dalam pengerjaan penyiapan komponen di pabrik / workshop (pre-fabrikasi) beserta distribusinya ke lapangan. V.3.4 Desain (produk) Harus disediakan basis data berupa tipologi bangunan rumah sederhana yang spesifik. Basis data ini meliputi: - Pilihan desain arsitektur, - Pilihan desain struktur, - Pilihan material, - Pilihan komponenisasi - Desain proses (panduan metode membangun baik di workshop maupun di lapangan). Komponenisasi itu sendiri memiliki beberapa kriteria, yaitu: - dimensi komponen yang relatif kecil (small panel untuk sistem bangunan 2D), - mudah dalam pengangkatan, - mudah dalam pengangkutan ke lapangan, - mudah dirakit (sistem sambungan sederhana), - sesuai modul material yang tersedia. Basis data ini digunakan sebagai panduan yang fleksibel dalam memilih desain yang sesuai dengan potensi dan kondisi lokal setempat, sehingga desain memenuhi standar keamanan, kenyamanan, dan kesehatan. Dengan basis data ini diharapkan proses membangun akan menghasilkan produk dengan kualitas yang optimal, sehingga masyarakat puas dan mau menghuni rumahnya. 102

12 Selain prinsip-prinsip yang disebutkan di atas, desain yang dipilih harus mempertimbangkan kemampuan desain tersebut untuk mengantisipasi pengembangan di kemudian hari (fleksibel), sebagai pemenuhan kebutuhan untuk mengekspresikan jati diri para penghuninya. V.3.5 Desain proses Desain proses harus dilakukan pada tahap awal, bersamaan dengan tahap desain (produk). Desain proses ini harus memperhatikan semua potensi input, meliputi sumber daya manusia (pekerja), material, serta alat (equipment) yang menjadi potensi lokal setempat, selain juga memperhatikan desain produknya itu sendiri. Secara garis besar, proses akan dilakukan di 2 tempat, yaitu di pabrik (proses penyiapan komponen) dan site (proses perakitan). Tahapannya antara lain: a) Proses Pre-fabrikasi (Penyiapan Material dan Komponenenisasi) Setelah melakukan asesmen/ penilaian terhadap potensi lokal, maka tahap berikutnya adalah mengeliminasi material yang mungkin dimanfaatkan dalam metode prefabrikasi komponen, berdasarkan material yang telah diidentifikasi sebagai potensi lokal (dalam basis data). Material-material tersebut dikumpulkan di satu tempat (workshop), kemudian dilakukan penyiapan material untuk komponenisasi. Proses ini akan memakan waktu T1x (a, b, c = komponen). Tahap selanjutnya adalah penentuan tipe komponenisasi sesuai dengan desain terpilih yang dipilih dari basis data. 103

13 b) Proses di site (Perakitan) Setelah tahap komponenisasi, kemudian dilakukan proses perakitan di lapangan. Hal yang termasuk proses perakitan dan mempengaruhi waktu yang diperlukan adalah proses transportation, handling, dan assembling. Oleh karena itu, tipe komponenisasi akan dipengaruhi oleh material yang mungkin, serta keberadaan sumber daya manusia, transportasi, dan peralatan. Material akan menentukan sistem bangunan dan tipe konstruksi. Sumber daya akan menentukan ukuran komponen dilihat dari proses handling. Alat serta transportasi juga akan berpengaruh terhadap dimensi komponen, dilihat dari proses transportation ke site dan assembling. Tahapan proses produksi di workshop dan di lapangan tersebut dapat dilihat pada diagram di bawah ini, yang juga menggambarkan perbandingan antara metode konvensional (eksisting) dan metode non konvensional yang diusulkan. MAN (sum ber daya manusia, orang, tenaga kerja) MATERIAL (bahan-bahan) MACHINE (peralatan, mesin) METHOD (metode, transportation, handling, assem bling) Tidak terlatih Sekitar 3-4 orang/rumah Mendatangka n dari luar kota M aterial lokal yang tersedia Lihat tabel. Konvensional Perlu bantuan pihak luar Budaya Membangun (gotongroyong) X a b c Metode non Konvensional MATERIAL T1x PENYIAPAN KOMPONEN KOMPONENISASI 1D 2D T2x PERAKITAN Transport Transport Handling Handling Assembling Assembling Ty Y MATERIAL PEMBANGUNAN KONVENSIONAL Metode Konvensional Gambar V.5 Proses produksi, perbedaan antara metode konvensional (eksisting) dan metode non-konvensional (dengan adaptasi industrialisasi produk) 104

14 Kontrol yang tinggi terutama sangat diperlukan saat pekerjaan penyiapan komponen di pabrik. Hal ini dikarenakan kualitas produk, produktifitas, serta efisiensi yang baik pada proses ini sangat bergantung pada tingkat kedisiplinan produksi dan akurasi cetakan komponen di pabrik. Dengan pekerjaan yang sebagian besar dilakukan di pabrik, maka kendala cuaca pun akan berkurang pengaruhnya terhadap kualitas produk, produktifitas, serta efisiensi pekerjaan. Contoh pekerjaan penyiapan komponen di pabrik dapa dilihat pada simulasi cyclone di bawah ini. Besi 1 Besi 2 Perakitan tulangan Tulangan Cetakan 1, 2, 3 Mencetak Komponen 1, 2, 3 (pengecoran & pemadatan) transport Mengeringkan Membuka cetakan Komponen 1, 2, 3 Campuran Beton Pasir Tenaga Kerja Pengadukan Semen Zat Aditif Kerikil Air Queue node Combi (combination processor) Normal (work task) Gambar V.6 Contoh simulasi pembuatan komponen (T1x) Sumber: diolah dari sistem RISHA Proses didesain agar kompleksitas pekerjaan di lapangan berkurang, sehingga pekerja tidak terlatih (unskilled labor) pun 105

15 dapat melakukan pekerjaan perakitan di lapangan tersebut walau dengan kontrol yang rendah, dengan spesialisasi pekerjaan sesuai kemampuan masing-masing. Contoh pekerjaan penyiapan komponen di pabrik dapa dilihat pada simulasi cyclone di bawah ini. Pembersihan lahan Tenaga Kerja Galian pondasi Perakitan Sloof Perakitan Kolom Perakitan balok Rangka atap Struktur Rumah Sederhana Komponen 1 Komponen 2 Komponen 3 Joint Queue node Combi (combination processor) Galian pondasi Gambar V.7 Contoh simulasi konstruksi di site (T2x) Sumber: diolah dari sistem RISHA V.4 Model Sistem Perencanaan / Perancangan Agar model proses membangun beserta prinsip-prinsip desain yang telah dirumuskan pada uraian sebelumnya dapat diaplikasikan pada maka di bawah ini ditampilkan sebuah model sistem perencanaan / perancangan rumah sederhana. Model sistem perencanaan / perancangan ini merupakan merupakan suatu sistem perencanaan dan perancangan (pengambilan keputusan) untuk pengadaan rumah pasca bencana. Dengan model ini, masyarakat dapat dilibatkan sejak tahap awal perencanaan, tentunya dengan pembimbingan dari tenaga ahli. Model ini juga telah mengadaptasi sistem industrialisasi melalui prefabrikasi komponen maupun metode kerja dengan production line, dan harus dilengkapi dengan basis data. 106

16 START LOKASI: Basis Data Tipologi RsS EVALUASI & ANALISIS CEPAT: BENCANA & KONDISI EKSISTING SERTA TIPOLOGI RUMAH PEMILIHAN MATERIAL Potensi Lokal Setempat Sesuai material yang tersedia? YA PEMILIHAN SISTEM STRUKTUR Basis Data Sistem Struktur (berdasarkan material) Sesuai kemampuan SDM? Pelatihan SDM / mendatang kan pekerja YA Basis Data Desain Arsitektur PEMILIHAN KOMPONENISASI (desain) Basis Data Komponenisasi Bantuan Teknis (fasilitator tenaga ahli) Sesuai modul material & ketersediaan alat? YA Pengadaan / Bantuan Alat PEMBUATAN KOMPONEN & PERAKITAN Basis Data Metode Membangun Cek keseluruhan, sesuai dengan SDM, material, alat? YA Bantuan Pengawasan (kontrol) KETERANGAN: DOKUMEN PANDUAN DESAIN DAN KONSTRUKSI MULAI INPUT/ OUTPUT DECISION BASIS DATA OUTPUT PELAKSANAAN PEMBUATAN KOMPONEN & PERAKITAN DI LAPANGAN OLEH MASYARAKAT Gambar V.8 Kerangka Model Sistem Perencanaan Rumah Sederhana 107

17 Adapun uraian dari model sistem perencanaan rumah sederhana pada kondisi pasca bencana di atas adalah sebagai berikut: 1. Dimulai dengan menentukan lokasi 2. Evaluasi dan analisis cepat mengenai bencana yang terjadi serta data awal kondisi eksisting. Data awal kondisi eksisting meliputi potensi lokal, sumber daya, budaya lokal, kondisi alam, dll. Dari sini bisa ditentukan bentuk rumah seperti apa yang mungkin dibangun di tempat tersebut. 3. Pemilihan material, berdasarkan material yang tersedia ataupun material yang mungkin didatangkan ke tempat tersebut. 4. Setelah material yang dipilih sesuai dengan material yang tersedia, maka tahapan selanjutnya adalah pemilihan struktur yang mungkin digunakan. Sistem sruktur yang dipilih harus dikenali oleh masyarakat. Jika belum, maka mungkin diperlukan pelatihan sumber daya manusia (pekerja, dalam hal ini masyarakat), atau mendatangkan tenaga kerja khusus. Jika kedua hal tersebut masih tidak memungkinkan, maka harus dipilih sistem struktur lain yang lebih sesuai dengan tingkat keahlian dan keterampilan masyarakat. 5. Selanjutnya adalah pemilihan komponenisasi. Modul komponen yang dipilih harus sesuai dengan modul material yang dipilih sebelumnya serta alat yang tersedia. Tahap ini mulai memasukkan produk (rumah) ke dalam site. Untuk itu perlu ditentukan bantuan teknis dari fasilitator/ tenaga ahli serta bantuan alat yang harus diberikan. 6. Tahap selanjutnya adalah tahap perencanaan pelaksanaan pembuatan komponen di pabrik, dan perakitan di lapangan (metode membangun dengan produstion line). Setelah itu dilakukan cek ulang secara keseluruhan, apakah sesuai dengan potensi SDM, alat, dan material. 7. Sistem perencanaan ini akan menghasilkan dokumen panduan desain dan konstruksi yang berikutnya akan diinformasikan dan menjadi panduan bagi pemilik rumah dan masyarakat untuk membangun rumahnya. 108

18 8. Sistem perencanaan ini hanya akan berjalan dengan pendampingan yang baik bagi sejak tahap perencanaan hingga tahap pelaksanaan. Untuk lebih jelasnya, tahapan-tahapan sistem perencanaan dapat kita lihat dalam tabel V.1 di bawah ini. Tabel V.1 Penjelasan Sistem Perencanaan Rumah Sederhana Pasca bencana No Tahap Uraian Keperluan Basis Data 1 Mulai Menentukan lokasi Master plan dari pemerintah, dengan kriteria aman terhadap resiko bencana susulan 2 Evaluasi dan analisis cepat 3 Pemilihan material 4 Pemilihan struktur 5 Pemilihan komponenisasi 6 Perencanaan pembuatan komponen & perakitan 7 Dokumen panduan desain dan konstruksi 8 Pembuatan komponen & perakitan di lapangan Evaluasi dan analisis cepat mengenai bencana yang terjadi serta data awal kondisi eksisting. Data awal kondisi eksisting meliputi potensi lokal, sumber daya, budaya lokal, kondisi alam, dll. Untuk menentukan bentuk rumah seperti apa yang mungkin dibangun di tempat tersebut. Berdasarkan material yang tersedia ataupun material yang mungkin didatangkan ke tempat tersebut. Sistem sruktur yang dipilih harus dikenali oleh masyarakat. Jika belum, maka diperlukan pelatihan sumber daya manusia (pekerja, dalam hal ini masyarakat), atau dipilih sistem struktur lain yang lebih sesuai dengan tingkat keahlian dan keterampilan atau mungkin perlu mendatangkan pekerja dari tempat lain. Komponenisasi yang dipilih harus sesuai dengan modul material yang dipilih sebelumnya serta alat yang tersedia. Tahap ini mulai memasukkan produk (rumah) ke dalam site. Perencanaan pelaksanaan konstruksi (metode membangun dengan production line) baik di pabrik maupun di lapangan. Diinformasikan kepada pemilik rumah dan dan pekerja, sebagai panduan pembuatan komponen & perakitan di lapangan Basis data tipologi rumah sederhana sehat Informasi material tersedia (potensi lokal setempat, hasil eveluasi dan analisis cepat pada tahap no.2) Basis data sistem struktur berdasarkan material Basis data komponenisasi berdasarkan sistem struktur & basis data desain arsitektur berdasarkan tapak Basis data Metode Membangun berdasarkan komponenisasi Hasil dari analisis berdasarkan model yang tersedia Pelaksana Pemerintah, Konsultan pendamping wakil masyarakat Konsultan pendamping wakil masyarakat Konsultan pendamping wakil pemilik rumah Konsultan pendamping wakil pemilik rumah Konsultan pendamping pemilik rumah, pemerintah (bantuan alat) Konsultan pendamping wakil pemilik rumah Konsultan pendamping wakil pemilik rumah Execution Execution Konsultan pendamping masyarakat 109

PENGEMBANGAN MODEL PROSES PRODUKSI PEMBANGUNAN RUMAH PASCA BENCANA BERBASIS KEMAMPUAN LOKAL DI INDONESIA

PENGEMBANGAN MODEL PROSES PRODUKSI PEMBANGUNAN RUMAH PASCA BENCANA BERBASIS KEMAMPUAN LOKAL DI INDONESIA Seminar Nasional Teknologi IV, Universitas Teknologi Yogyakarta, 5 April 2008 Penerapan Teknologi untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat secara Berkelanjutan PENGEMBANGAN MODEL PROSES PRODUKSI PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

ANALISIS DAN KONSEP PENGEMBANGAN KOMPONEN DINDING PREFABRIKASI

ANALISIS DAN KONSEP PENGEMBANGAN KOMPONEN DINDING PREFABRIKASI BAB IV ANALISIS DAN KONSEP PENGEMBANGAN KOMPONEN DINDING PREFABRIKASI Penelitian sistem prefabrikasi ini berawal dari terjadinya peningkatan kebutuhan masyarakat akan tempat tinggal, yang terjangkau dan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. 1 Subandono Diposaptono, Rehabilitasi Pascatsunami yang Ramah Lingkungan, Kompas 20

Bab I Pendahuluan. 1 Subandono Diposaptono, Rehabilitasi Pascatsunami yang Ramah Lingkungan, Kompas 20 Bab I Pendahuluan Posisi Indonesia secara geografis merupakan daerah rawan bencana. Selain bencana yang disebabkan oleh kondisi alam, juga terjadi bencana-bencana akibat ulah manusia. Gempa bumi, tsunami,

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Dari interpretasi hasil kajian yang dilakukan sebelumnya, dapat ditarik suatu kesimpulan mengenai penelitian ini. Kesimpulan ini merupakan jawaban dari pertanyaan

Lebih terperinci

Alur penelitian secara rinci adalah sebagai berikut: Himpunan fungsifungsi. ditegakkan KEMBANGKAN KRITERIA DAN STRATEGI PEMILIHAN STRUKTUR

Alur penelitian secara rinci adalah sebagai berikut: Himpunan fungsifungsi. ditegakkan KEMBANGKAN KRITERIA DAN STRATEGI PEMILIHAN STRUKTUR Bab III Metodologi Pokok penelitian ini terarah pada upaya untuk menjawab pertanyaan tentang sistem yang bagaimanakah yang perlu diciptakan untuk memperbaiki sistem yang telah ada di masyarakat, sehingga

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. sebuah lahan sementara di sebuah proyek bangunan lalu dipasang pada proyek

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. sebuah lahan sementara di sebuah proyek bangunan lalu dipasang pada proyek BAB VII PEMBAHASAN MASALAH 7.1 Beton Precast Beton precast adalah suatu produk beton yang dicor pada sebuah pabrik atau sebuah lahan sementara di sebuah proyek bangunan lalu dipasang pada proyek bangunan

Lebih terperinci

b. Komponen D2 Berat komponen adalah 19,68 kg Gambar 65. Komponen D1 Gambar 66. Komponen D2

b. Komponen D2 Berat komponen adalah 19,68 kg Gambar 65. Komponen D1 Gambar 66. Komponen D2 1. Varian I Varian I memiliki tiga buah komponen yaitu komponen D1 yang berfungsi sebagai dinding utama, komponen D2, komponen D3 dan komponen D4. Varian I dikembangkan dalam modul 70 x 60 cm. a. Komponen

Lebih terperinci

Oleh : AGUSTINA DWI ATMAJI NRP DAHNIAR ADE AYU R NRP

Oleh : AGUSTINA DWI ATMAJI NRP DAHNIAR ADE AYU R NRP PERBANDINGAN METODE PELAKSANAAN PLAT PRECAST DENGAN PLAT CAST IN SITU DITINJAU DARI WAKTU DAN BIAYA PADA GEDUNG SEKOLAH TINGGI KESEHATAN DAN AKADEMI KEBIDANAN SIDOARJO Oleh : AGUSTINA DWI ATMAJI NRP. 3107

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem pembangunan perumahan secara massal dilakukan melalui sistem industrialisasi. Negara-negara maju, seperti Amerika Serikat, industrialisasi mulai berkembang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN Pengetahuan Umum Rencana Anggaran Biaya ( RAB ) diberikan sebagai dasar pemikiran lebih lanjut.

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN Pengetahuan Umum Rencana Anggaran Biaya ( RAB ) diberikan sebagai dasar pemikiran lebih lanjut. BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Pengetahuan Umum Rencana Anggaran Biaya ( RAB ) Pelaksanaan atau pekerjaan sebuah proyek konstruksi dimulai dengan penyusunan perencanaan, penyusunan jadwal (penjadwalan)

Lebih terperinci

BAB IV: PENGAMATAN PROYEK

BAB IV: PENGAMATAN PROYEK BAB IV: PENGAMATAN PROYEK 4.1. Proses Pelaksanaan Teknis 4.1.1 Pelaksanaan Teknis Proyek Tampak Utara Tampak Timur Gambar 4.1 : Zona Pengamatan Teknis. Ketika memulai praktik profesi, proses pengamatan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR PILE CAP, KOLOM, BALOK & PLAT LANTAI PADA PROYEK PENGEMBANGAN GEDUNG RSUD BUDHI ASIH. Yusti prabowo

PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR PILE CAP, KOLOM, BALOK & PLAT LANTAI PADA PROYEK PENGEMBANGAN GEDUNG RSUD BUDHI ASIH. Yusti prabowo PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR PILE CAP, KOLOM, BALOK & PLAT LANTAI PADA PROYEK PENGEMBANGAN GEDUNG RSUD BUDHI ASIH Yusti prabowo 27311695 LATAR BELAKANG. Pada laporan ini masalah yang akan dibahas disesuaikan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 4 BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Sejarah Perkembangan Beton Pracetak Beton adalah material konstruksi yang banyak dipakai di Indonesia, jika dibandingkan dengan material lain seperti kayu dan baja. Hal

Lebih terperinci

Selamat Datang MANDOR PEMBESIAN/ PENULANGAN BETON 1.1

Selamat Datang MANDOR PEMBESIAN/ PENULANGAN BETON 1.1 Selamat Datang MANDOR PEMBESIAN/ PENULANGAN BETON 1.1 PELATIHAN : DAFTAR MODUL Mandor Pembesian / Penulangan Beton NO. KODE JUDUL NO. REPRESENTASI UNIT KOMPETENSI 1. RCF - 01 UUJK, K3 dan Pengendalian

Lebih terperinci

Desa Mandiri Berbasis Ecovillage

Desa Mandiri Berbasis Ecovillage BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Revolusi industri yang terjadi pada tahun 1750-1850 menyebabkan terjadinya perubahan secara besar-besaran di bidang pertanian, manufaktur, pertambangan, transportasi,

Lebih terperinci

KONSTRUKSI DINDING BAMBU PLASTER Oleh Andry Widyowijatnoko Mustakim Departemen Arsitektur Institut Teknologi Bandung

KONSTRUKSI DINDING BAMBU PLASTER Oleh Andry Widyowijatnoko Mustakim Departemen Arsitektur Institut Teknologi Bandung MODUL PELATIHAN KONSTRUKSI DINDING BAMBU PLASTER Oleh Andry Widyowijatnoko Mustakim Departemen Arsitektur Institut Teknologi Bandung Pendahuluan Konsep rumah bambu plester merupakan konsep rumah murah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Manajemen Konstruksi Dalam sebuah proyek konstruksi, terdapat sangat banyak perilaku dan fenomena kegiatan proyek yang mungkin dapat terjadi. Untuk mengantisipasi perilaku

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PRODUKTIVITAS 2.1.1. PENDAHULUAN Produktivitas pekerja hanyalah salah satu dari sekitar banyak faktor yang terkait di dalam produktivitas secara keseluruhan, disamping itu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Schedule Proyek Proses pembuatan schedule proyek adalah untuk mendapatkan gambaran lamanya pekerjaan dapat diselesaikan, serta bagian-bagian pekerjaan yang saling berkaitan

Lebih terperinci

TANTANGAN DAN HAMBATAN PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE CONSTRUCTION PADA KONTRAKTOR PERUMAHAN DI SURABAYA

TANTANGAN DAN HAMBATAN PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE CONSTRUCTION PADA KONTRAKTOR PERUMAHAN DI SURABAYA TANTANGAN DAN HAMBATAN PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE CONSTRUCTION PADA KONTRAKTOR PERUMAHAN DI SURABAYA Alfonsus Dwiputra W. 1, Yulius Candi 2, Ratna S. Alifen 3 ABSTRAK: Proses pembangunan perumahan sebagai

Lebih terperinci

BAB II DATA PROYEK DATA UMUM PROYEK

BAB II DATA PROYEK DATA UMUM PROYEK BAB II DATA PROYEK 2.1 DATA UMUM PROYEK Pembangunan Pumping Station Island 2A Pantai Indah Kapuk di Kapuk Muara Jakarta Utara adalah merupakan rancangan penanggulangan banjir yang berfungsi memindahkan

Lebih terperinci

Selamat Datang MANDOR PEMBESIAN/ PENULANGAN BETON 1.1

Selamat Datang MANDOR PEMBESIAN/ PENULANGAN BETON 1.1 Selamat Datang MANDOR PEMBESIAN/ PENULANGAN BETON 1.1 PELATIHAN : DAFTAR MODUL Mandor Pembesian / Penulangan Beton NO. KODE JUDUL NO. REPRESENTASI UNIT KOMPETENSI 1. RCF - 01 UUJK, K3 dan Pengendalian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. struktur yang paling utama dalam sebuah bangunan. Suatu struktur kolom

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. struktur yang paling utama dalam sebuah bangunan. Suatu struktur kolom BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton Konvensional Menurut Ervianto (2006), beton konvensional adalah suatu komponen struktur yang paling utama dalam sebuah bangunan. Suatu struktur kolom dirancang untuk bisa

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. lift di cor 2 lantai diatas level plat lantai. Alasan menggunakan metode perlakuan core sebagai kolom adalah :

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. lift di cor 2 lantai diatas level plat lantai. Alasan menggunakan metode perlakuan core sebagai kolom adalah : BAB VII PEMBAHASAN MASALAH 7.1 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Core Lift Core Lift/ Shear Wall merupakan unsur yang harus dimiliki oleh gedung bertingkat banyak sebagai struktur yang digunakan untuk pemasangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton merupakan bahan bangunan yang banyak dipilih oleh para ahli struktur. Banyaknya pemakaian beton disebabkan beton terbuat dari bahan-bahan yang mudah diperoleh,

Lebih terperinci

BAB II METODA DAN RUANG LINGKUP PEMBAHASAN

BAB II METODA DAN RUANG LINGKUP PEMBAHASAN BAB II METODA DAN RUANG LINGKUP PEMBAHASAN 2.1 Metoda Pembahasan Dalam rangka pelaksanaan kegiatan Studi Kelayakan dan Master Plan Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang, Konsultan akan melaksanakan kegiatan

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS 5.1. Uraian Umum Pada sebuah pelaksanaan konstruksi, banyak sekali pihak-pihak yang berkaitan didalamnya. Karena semakin banyaknya pihak yang berkaitan, maka makin

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN DESAIN KOMPONEN DINDING PREFABRIKASI

BAB V PENGEMBANGAN DESAIN KOMPONEN DINDING PREFABRIKASI BAB V PENGEMBANGAN DESAIN KOMPONEN DINDING PREFABRIKASI 5.1. Pengembangan Desain Mengingat pengembangan sistem prefabrikasi ini ditujukan untuk pembangunan rumah secara massal, sistem ini akan lebih menguntungkan

Lebih terperinci

ASSALAMU'ALAIKUM WR. WB.

ASSALAMU'ALAIKUM WR. WB. ASSALAMU'ALAIKUM WR. WB. PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG GRAND HOTEL ENTROP JAYAPURA DENGAN METODE STRUKTUR BAJA METODE LRFD DOSEN PEMBIMBING: NUR ACHMAD HUSIN, ST, MT. NIP: 19720115 199802 1 001 MAHASISWA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III Bab III Metodologi Penelitian METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Adapun metode penelitian dilakukan dengan metode pengamatan di lapangan dan studi literatur. Pengamatan lapangan lebih

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat studi kasus dan analisa, serta perbandingan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat studi kasus dan analisa, serta perbandingan III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan bersifat studi kasus dan analisa, serta perbandingan yaitu dengan menyiapkan data berupa denah dan detil rusunawa Universitas Lampung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bangunan gedung biasanya dibangun dengan metode konvensional dimana

BAB 1 PENDAHULUAN. Bangunan gedung biasanya dibangun dengan metode konvensional dimana BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk yang semakin pesat, maka permintaan akan tempat tinggal seperti apartment, dan pusat kegiatan ekonomi atau perkantoran untuk

Lebih terperinci

MODEL PROSES PRODUKSI RUMAH SEDERHANA MASSAL UNTUK MEMPERCEPAT REKONSTRUKSI PASCA BENCANA DI INDONESIA TESIS

MODEL PROSES PRODUKSI RUMAH SEDERHANA MASSAL UNTUK MEMPERCEPAT REKONSTRUKSI PASCA BENCANA DI INDONESIA TESIS MODEL PROSES PRODUKSI RUMAH SEDERHANA MASSAL UNTUK MEMPERCEPAT REKONSTRUKSI PASCA BENCANA DI INDONESIA TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar magister dari Institut Teknologi

Lebih terperinci

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan BAB III TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT 4.1 Tinjauan Umum Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan manajemen yang baik untuk menunjang kelancaran pengerjaannya. Pengadaan

Lebih terperinci

BAB VIII TAHAP PELAKSANAAN

BAB VIII TAHAP PELAKSANAAN BAB VIII TAHAP PELAKSANAAN 8.1 Umum Dalam bab pelaksanaan ini akan diuraikan mengenai itemitem pekerjaan konstruksi dan pembahasan mengenai pelaksanaan yang berkaitan dengan penggunaan material-material

Lebih terperinci

RING BALK. Pondasi. 2. Sloof

RING BALK. Pondasi. 2. Sloof RING BALK Ring balk adalah bagian dari struktur bangunan seperti balok yang terletak diatas dinding bata, yang berfungsi sebagai pengikat pasangan bata dan juga untuk meratakan beban dari struktur yang

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SISTEM MANAJEMEN MUTU

BAB V ANALISIS SISTEM MANAJEMEN MUTU BAB V ANALISIS SISTEM MANAJEMEN MUTU Analisis yang dilakukan berdasarkan data dari bab 3 untuk proyek konstruksi tradisional dan bab 4 untuk proyek EPC diperoleh bahwa setiap proyek konstruksi mempunyai

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 STRUKTUR BETON

BAB V PEMBAHASAN 5.1 STRUKTUR BETON BAB V PEMBAHASAN 5.1 STRUKTUR BETON Beton bertulang adalah struktur komposit yang sangat baik untuk digunakan pada konstruksi bangunan. Pada struktur beton bertulang terdapat berbagai keunggulan akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dibidang pembangunan gedung bertingkat semakin

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dibidang pembangunan gedung bertingkat semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi dibidang pembangunan gedung bertingkat semakin berkembang pesat dewasa ini, namun dewasa ini, lahan yang tersisa semakin minim sementara kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Sisa Material Menurut Construction Waste Management Guide, sisa material adalah benda berwujud yang tidak berbahaya, yang berasal dari aktivitas pembangunan, penghancuran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan pembangunan rumah di Indonesia sangat tinggi sekitar 900.000 sampai 1,2 juta unit/tahun akibat pertambahan jumlah penduduk dan bencana alam seperti tsunami, banjir,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Drainase Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan kompenen penting dalam perencanaan kota

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH BAB VII PEMBAHASAN MASALAH 7.1. Tinjauan Umum Metode pelaksanaan yang dilakukan pada setiap proyek konstruksi memiliki ciri khas tersendiri yang berbeda dengan proyek lainnya. Metode pelaksanaan yang dilakukan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PENGGUNAAN DEKING BAJA DAN METODE KONVENSIONAL UNTUK PLAT LANTAI DIPERHITUNGKAN TERHADAP BIAYA, WAKTU DAN METODE PELAKSANAAN

PERBANDINGAN PENGGUNAAN DEKING BAJA DAN METODE KONVENSIONAL UNTUK PLAT LANTAI DIPERHITUNGKAN TERHADAP BIAYA, WAKTU DAN METODE PELAKSANAAN 19 INFO TEKNIK, Volume 12 No. 2, Desember 2011 PERBANDINGAN PENGGUNAAN DEKING BAJA DAN METODE KONVENSIONAL UNTUK PLAT LANTAI DIPERHITUNGKAN TERHADAP BIAYA, WAKTU DAN METODE PELAKSANAAN Candra Yuliana ¹)

Lebih terperinci

VARIASI PENGGUNAAN JENIS MATERIAL BEKISTING PADA PEKERJAAN STRUKTUR PILE CAP DAN PENGARUHNYA TERHADAP BIAYA DAN DURASI PELAKSANAAN PROYEK (194K)

VARIASI PENGGUNAAN JENIS MATERIAL BEKISTING PADA PEKERJAAN STRUKTUR PILE CAP DAN PENGARUHNYA TERHADAP BIAYA DAN DURASI PELAKSANAAN PROYEK (194K) VARIASI PENGGUNAAN JENIS MATERIAL BEKISTING PADA PEKERJAAN STRUKTUR PILE CAP DAN PENGARUHNYA TERHADAP BIAYA DAN DURASI PELAKSANAAN PROYEK (194K) Yervi Hesna 1, Radhi Alfalah 2 1 Staf Pengajar Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Beton masih merupakan pilihan utama sebagai bahan konstruksi pada saat ini

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Beton masih merupakan pilihan utama sebagai bahan konstruksi pada saat ini BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton masih merupakan pilihan utama sebagai bahan konstruksi pada saat ini karena beragam keunggulannya dibandingkan material lain. Kemudahan dalam pengerjaannya, kekuatan

Lebih terperinci

MANAJEMEN SUMBER DAYA

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANAJEMEN SUMBER DAYA Sumber daya sangat berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas hasil sebuah proyek Macam sumber daya; Tenaga Kerja/ manusia, peralatan, material dan modal Sumber daya tiap proyek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kita berada dalam bangunan baik rumah tinggal, kantor, pabrik, hotel, rumah sakit dll.

BAB I PENDAHULUAN. kita berada dalam bangunan baik rumah tinggal, kantor, pabrik, hotel, rumah sakit dll. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangunan sangat memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat dan sangat berpengaruh terhadap kehidupan individu. Hampir sebahagian dari kehidupan kita berada

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1.Konsep Dasar Konsep dasar pada bangunan baru ini adalah dengan pendekatan arsitektur kontekstual, dimana desain perancangannya tidak lepas dari bangunan eksisting yang ada.

Lebih terperinci

BAB VII TINJAUAN KHUSUS CORE WALL

BAB VII TINJAUAN KHUSUS CORE WALL BAB VII TINJAUAN KHUSUS CORE WALL 7.1. Uraian Umum Core Wall merupakan sistem dinding pendukung linear yang cukup sesuai untuk bangunan tinggi yang kebutuhan fungsi dan utilitasnya tetap yang juga berfungsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Limbah Proyek Konstruksi Dalam jurnal Manajemen Limbah dalam Proyek Konstruksi (Ervianto, 2013), disebutkan bahwa limbah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam sebuah

Lebih terperinci

BAB VII MANAJEMEN RESIKO. Dalam setiap pekerjaan pasti kita menemukan berbagai

BAB VII MANAJEMEN RESIKO. Dalam setiap pekerjaan pasti kita menemukan berbagai BAB VII MANAJEMEN RESIKO 7.1 Pendahuluan Dalam setiap pekerjaan pasti kita menemukan berbagai permasalahan.namun permasalahan itu bukan untuk dihindari, tapi harus dicari jalan keluarnya.segala sesuatu

Lebih terperinci

BAB V PONDASI TELAPAK

BAB V PONDASI TELAPAK BAB V PONDASI TELAPAK I. METODA KONSTRUKSI PONDASI SETEMPAT A. Urutan Kegiatan Pekerjaan Pondasi Setempat Metoda konstruksi untuk pekerjaan pondasi setempat yaitu: 1. Penggalian tanah pondasi 2. Penulangan

Lebih terperinci

Pengenalan RISHA. oleh: Edi Nur BBB - BPL

Pengenalan RISHA. oleh: Edi Nur BBB - BPL Pengenalan RISHA oleh: Edi Nur BBB - BPL Disampaikan pada Kegiatan penyelenggaraan sosialisasi Teknologi Hasil Litbang Bidang Perumahan dan Permukiman 30 September 2015 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini seiring dengan berkembangnya pengetahuan dan teknologi,

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini seiring dengan berkembangnya pengetahuan dan teknologi, BAB I PENDAHULUAN I. Umum Dewasa ini seiring dengan berkembangnya pengetahuan dan teknologi, pembangunan konstruksi sipil juga semakin meningkat. Hal ini terlihat dari semakin meningkatnya pembangunan

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing Ir. Sukobar, MT. NIP

Dosen Pembimbing Ir. Sukobar, MT. NIP PROYEK AKHIR RC 090342 PERBANDINGAN WAKTU DAN BIAYA ANTARA PELAT KONVENSIONAL DENGAN PANEL LANTAI CITICON PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG A SDN SIDOTOPO WETAN IV SURABAYA Angga Sukma W NRP 3111030082 Bekti

Lebih terperinci

BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG

BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG PELAKSANAAN PEKERJAAN BETON F.45...... 04 BUKU KERJA 2011 K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M B A D

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. pengamatan struktur plat lantai, pengamatan struktur core lift.

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. pengamatan struktur plat lantai, pengamatan struktur core lift. BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Pengamatan Pekerjaan Konstruksi Selama 2 bulan pelaksanaan kerja praktik (KP) yang terhitung mulai dari tanggal 16 Oktober 2013 sampai dengan 16 Desember 2013, kami melakukan

Lebih terperinci

STUDY PERBANDINGAN PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG METODE PELAKSANAAN PRECAST

STUDY PERBANDINGAN PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG METODE PELAKSANAAN PRECAST 0 STUDY PERBANDINGAN PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG METODE PELAKSANAAN PRECAST DENGAN METODE KONVENSIONAL DILIHAT DARI SEGI WAKTU DAN BIAYA (Study kasus proyek Asrama Balai Sungai Surakarta Teknologi n- panel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunannya masih dilaksanakan dengan metode konvensional (cast in situ),

BAB I PENDAHULUAN. pembangunannya masih dilaksanakan dengan metode konvensional (cast in situ), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan gedung bertingkat saat ini semakin pesat dan dalam pembangunannya masih dilaksanakan dengan metode konvensional (cast in situ), sehingga dalam pengerjaan

Lebih terperinci

Jurnal Teknik Sipil ITP Vol. 4 No.1 Januari 2017 ISSN:

Jurnal Teknik Sipil ITP Vol. 4 No.1 Januari 2017 ISSN: ANALISIS PERBANDINGAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA TERHADAP ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN (AHSP) SNI 2013 DAN ANALISA DI LAPANGAN (STUDI KASUS PROYEK PEMBANGUNAN KANTOR DPPKA KAB. KERINCI PROP. JAMBI) Leli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. syarat bangunan nyaman, maka deformasi bangunan tidak boleh besar. Untuk. memperoleh deformasi yang kecil, gedung harus kaku.

BAB I PENDAHULUAN. syarat bangunan nyaman, maka deformasi bangunan tidak boleh besar. Untuk. memperoleh deformasi yang kecil, gedung harus kaku. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Terbatasnya lahan perkantoran saat ini menjadi salah satu kendala suatu perusahaan untuk memperluas serta menambah lapangan pekerjaan di Jakarta. Oleh karena

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir Rekayasa Nilai Pembangunan RS Mitra Husada Slawi 29

Laporan Tugas Akhir Rekayasa Nilai Pembangunan RS Mitra Husada Slawi 29 BAB III PENDEKATAN METODE 3.1 PENDAHULUAN Metodologi adalah tatacara atau jalan yang ditempuh sehubungan dengan penelitian yang dilakukan, yang memiliki langkah-langkah yang sistematis untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada pelaksanaan proyek biasanya terjadi berbagai kendala, baik kendala

BAB I PENDAHULUAN. Pada pelaksanaan proyek biasanya terjadi berbagai kendala, baik kendala BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada pelaksanaan proyek biasanya terjadi berbagai kendala, baik kendala yang sudah diperhitungkan maupun kendala yang di luar perhitungan. Kendalakendala tersebut diantaranya

Lebih terperinci

\\ \upi\Direktori\E - FPTK\JUR. PEND.TEKNIK SIPIL\ ROCHANY NATAWIDJANA\25 FILE UNTUK UPI\BID PRICE.

\\ \upi\Direktori\E - FPTK\JUR. PEND.TEKNIK SIPIL\ ROCHANY NATAWIDJANA\25 FILE UNTUK UPI\BID PRICE. Tujuan Instruksional Umum Mahasiswa mampu memahami tahapan biaya konstruksi yang dibuat oleh kontraktor, mampu mengintegrasikan komponen komponen biaya sehingga menjadi biaya penawaran dan menguraikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Team ilmu sipil dalam websitenya mengartikan pile cap sebagai bagian dari pondasi bangunan yang digunakan untuk mengikat tiang pancang yang sudah terpasang dengan struktur diatasnya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab IV Analisis dan Pembahasan 4.1 Pendahuluan Pada bab ini akan memaparkan tahapan pelaksanaan pekerjaan kolom precast dan konvensional, dan membandingkan biaya dan waktu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN SKRIPSI BAB III METODE PENELITIAN SKRIPSI KAJIAN PERBANDINGAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA DENGAN MENGGUNAKAN BEKISTING BAJA TERHADAP METODE KONVENSIONAL DARI SISI METODE KONSTRUKSI DAN KEKUATAN STRUKTUR IRENE MAULINA

Lebih terperinci

PERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR

PERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR PERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana Strata

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. terhitung mulai dari tanggal 07 Oktober 2013 sampai dengan 07 Desember 2013

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. terhitung mulai dari tanggal 07 Oktober 2013 sampai dengan 07 Desember 2013 BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Pengamatan Pekerjaan Konstruksi Dalam kegiatan Kerja Praktik (KP) yang kami jalankan selama 2 bulan terhitung mulai dari tanggal 07 Oktober 2013 sampai dengan 07 Desember

Lebih terperinci

EBOOK PROPERTI POPULER

EBOOK PROPERTI POPULER EBOOK PROPERTI POPULER RAHASIA MEMBANGUN RUMAH TANPA JASA PEMBORONG M.FAIZAL ARDHIANSYAH ARIFIN, ST. MT User [Type the company name] M.FAIZAL ARDHIANSYAH ARIFIN, ST. MT Halaman 2 KATA PENGANTAR Assalamu

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK

PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK Jurusan Teknik Sipil - Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Penulis Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab II. Tinjauan Pustaka BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENGERTIAN SISTEM PRACETAK Sebagian besar dari elemen struktur pracetak dicetak ditempat tertentu (dapat dilokasi proyek ataupun diluar lokasi proyek

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. manajemen yang baik untuk menunjang kelancaran

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. manajemen yang baik untuk menunjang kelancaran BAB IV Tinjauan Bahan Bangunan Dan Alat - Alat BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT 4.1 Tinjauan Umum Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan manajemen yang baik untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan bahan material untuk. pembangunan konstruksi banyak melahirkan produk-produk baru.

BAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan bahan material untuk. pembangunan konstruksi banyak melahirkan produk-produk baru. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Semakin pesatnya perkembangan bahan material untuk pembangunan konstruksi banyak melahirkan produk-produk baru. Bahanbahan material tersebut dipercaya memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (kasar dan halus) dan bahan tambahan bila diperlukan. Karakteristik beton adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (kasar dan halus) dan bahan tambahan bila diperlukan. Karakteristik beton adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton Beton adalah suatu material yang terdiri dari campuran semen, air, agregat (kasar dan halus) dan bahan tambahan bila diperlukan. Karakteristik beton adalah mempunyai tegangan

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT 4.1 Tinjauan Umum Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan manajemen yang baik untuk menunjang kelancaran pengerjaannya. Pengadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ilmiah dalam upaya mencegah atau memperkecil terjadinya bahaya (hazard) dan

BAB I PENDAHULUAN. ilmiah dalam upaya mencegah atau memperkecil terjadinya bahaya (hazard) dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas dari risiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin,

Lebih terperinci

INOVASI PROYEK PUSDIKLAT KEJAKSAAN RI CEGER PEMBANGUNAN KAWASAN PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN TERPADU SDM KEJAKSAAN RI

INOVASI PROYEK PUSDIKLAT KEJAKSAAN RI CEGER PEMBANGUNAN KAWASAN PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN TERPADU SDM KEJAKSAAN RI INOVASI PROYEK PUSDIKLAT KEJAKSAAN RI CEGER DEFINISI Kubah beton dengan Konvensional: Pembuatan struktur kubah yang dilaksanakan langsung dilokasi setempat sesuai dengan gambar. Kubah beton dengan M-System:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. proyek pembangunan. Hal ini karena beton mempunyai banyak keuntungan lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. proyek pembangunan. Hal ini karena beton mempunyai banyak keuntungan lebih BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Struktur beton merupakan struktur yang paling sering digunakan untuk proyek pembangunan. Hal ini karena beton mempunyai banyak keuntungan lebih dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bintaro Jaya adalah suatu kota mandiri yang dikembangkan PT.Jaya Real Property yang merupakan anak perusahaan dari PT.Pembangunan Jaya yang bergerak di bidang perumahan

Lebih terperinci

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK 3.1 Manajemen Proyek Setiap proyek tentu membutuhkan sebuah perencanaan dan pengaturan sehingga kegiatan proyek dapat berjalan lancar, untuk itulah dibutuhkan sebuah

Lebih terperinci

PEKERJAAN SAMBUNGAN ANTARA STRUKTUR PEDESTAL, KOLOM DAN BALOK ATAS

PEKERJAAN SAMBUNGAN ANTARA STRUKTUR PEDESTAL, KOLOM DAN BALOK ATAS PEKERJAAN SAMBUNGAN ANTARA STRUKTUR PEDESTAL, KOLOM DAN BALOK ATAS Ferdinandus Eddy Handoyo 1, Johan 2, Sentosa Limanto 3, dan Johanes Indrojono Suwono 4 ABSTRAK : Perkembangan teknologi pembuatan konstruksi

Lebih terperinci

BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG

BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG PELAKSANAAN PEKERJAAN BETON F.45...... 04 BUKU PENILAIAN 11 K E M E N T E R I AN P E K E R J A AN U M U M B A D

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Manajemen pelaksanaan dilakukan dalam rangka menjamin kelancaran

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Manajemen pelaksanaan dilakukan dalam rangka menjamin kelancaran BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT 4.1 Uraian Umum Manajemen pelaksanaan dilakukan dalam rangka menjamin kelancaran pelaksanaan pekerjaan proyek yang akan berlangsung. Manajemen pelaksanaan bukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. basement dan Roof floor. Dimana pelat lantai yang digunakan dalam perencanaan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. basement dan Roof floor. Dimana pelat lantai yang digunakan dalam perencanaan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Umum Pada tugas akhir kali ini yang bertemakan struktur dengan sistem komposit pada balok dan kolom dengan struktur gedung 9 lantai berikut 1 lantai semi basement dan

Lebih terperinci

BETON PRACETAK - PRECAST CONCRETE

BETON PRACETAK - PRECAST CONCRETE BETON PRACETAK - PRECAST CONCRETE Beton Pracetak adalah beton yang dibuat dibawah pengawasan pabrik/factory, dan dipasang /install kelapangan/site setelah beton cukup umur. Beton pracetak dapat diberi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas tersebut dalam satu periode tertentu. yang berhubungan dengan pelaksanaan bangunan atau proyek. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas tersebut dalam satu periode tertentu. yang berhubungan dengan pelaksanaan bangunan atau proyek. Untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anggaran merupakan sebuah rencana yang sistematis dengan meliputi sumber dana dan pengalokasian dana keseluruhan kegiatan atau aktifitas dalam sebuah proyek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada umumnya suatu perusahaan memiliki targetnya masingmasing dalam mencapai tujuan perusahaan itu sendiri. Salah satu faktor untuk mencapai tujuan tersebut

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERIODE 36 LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR TERMINAL BUS TIPE A KOTA TEGAL

TUGAS AKHIR PERIODE 36 LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR TERMINAL BUS TIPE A KOTA TEGAL TUGAS AKHIR PERIODE 36 LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR TERMINAL BUS TIPE A KOTA TEGAL Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik Disusun oleh:

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN. Dalam pelaksanaan suatu proyek baik proyek besar maupun proyek kecil selalu

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN. Dalam pelaksanaan suatu proyek baik proyek besar maupun proyek kecil selalu BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN Dalam pelaksanaan suatu proyek baik proyek besar maupun proyek kecil selalu diharapkan hasil dengan kualitas yang baik dan memuaskan, yaitu : 1. Memenuhi spesifikasi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3. 1 PENDAHULUAN Pada bab 2 telah dibahas tentang pengertian sisa material konstruksi, jenis-jenis, klasifikasi dan faktor-faktor penyebab terjadinya sisa material konstruksi. Disamping

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Uraian Umum Metoda pelaksanaan dalam sebuah proyek konstruksi adalah suatu bagian yang sangat penting dalam proyek konstruksi untuk mencapai hasil dan tujuan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan konstruksi beton pracetak di Indonesia berkembang pesat, hal ini terkait dengan biaya konstruksi yang terus meningkat. Bila dibandingkan dengan biaya pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Di masa sekarang ini perkembangan dunia konstruksi semakin maju khususnya di Indonesia. Hal itu dikarenakan jumlah penduduk yang semakin bertambah, sehingga para ahli

Lebih terperinci

INSPEKSI PROSES PELAKSANAAN DAN CACAT PADA DINDING PANEL PRACETAK SUATU PROYEK APARTEMEN

INSPEKSI PROSES PELAKSANAAN DAN CACAT PADA DINDING PANEL PRACETAK SUATU PROYEK APARTEMEN INSPEKSI PROSES PELAKSANAAN DAN CACAT PADA DINDING PANEL PRACETAK SUATU PROYEK APARTEMEN Kurniawan Jaya Santoso 1, Yosep Hartono 2, Andi 3 ABSTRAK : Untuk menjaga kualitas dinding panel maka diperlukan

Lebih terperinci

Pelat Dinding Tangga Pondasi Sistem Informasi Definisi Sistem Informasi

Pelat Dinding Tangga Pondasi Sistem Informasi Definisi Sistem Informasi DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...1

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN SISTEMATIS

BAB II METODE PERANCANGAN SISTEMATIS BAB II METODE PERANCANGAN SISTEMATIS Metode perancangan sistematis adalah metode pemecahan masalah teknik menggunakan tahap analisis dan sintesis. Analisis adalah penguraian sistem yang komplek menjadi

Lebih terperinci

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan beton untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan beton untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan SNI 7394:2008 Standar Nasional Indonesia Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan beton untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan ICS 91.010.20 Badan Standardisasi Nasional SNI 7394:2008 Daftar

Lebih terperinci

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG V. KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam merancang sebuah sekolah mengengah luar biasa tunanetra ialah dengan cara membuat skenario perancangan pada desain yang

Lebih terperinci