MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR LISTRIK SUB SEKTOR ELEKTRONIKA INDUSTRI MERAKIT DAN MENGUJI AMPLIFIER ELK.EL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR LISTRIK SUB SEKTOR ELEKTRONIKA INDUSTRI MERAKIT DAN MENGUJI AMPLIFIER ELK.EL"

Transkripsi

1 MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR LISTRIK SUB SEKTOR ELEKTRONIKA INDUSTRI MERAKIT DAN MENGUJI AMPLIFIER BUKU INFORMASI DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I. DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS BALAI BESAR PENGEMBANGAN LATIHAN KERJA LUAR NEGERI (B2PLKLN) CEVEST BEKASI Jl. Guntur Raya No. 1 Bekasi Tlp Fax

2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 BAB I PENGANTAR Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi Penjelasan Modul Isi Modul Pelaksanaan Modul Pengakuan Kompetensi Terkini (RCC) Pengertian-pengertian Istilah...6 BAB II STANDAR KOMPETENSI Peta Paket Pelatihan Pengertian Unit Standar Unit Kompetensi yang Dipelajari Kode dan Judul Unit Deskripsi Unit Elemen Kompetensi Batasan Variabel Panduan Penilaian Kompetensi Kunci...12 BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN Strategi Pelatihan Metode Pelatihan...14 Halaman 1 dari 52

3 BAB IV MATERI UNIT KOMPETENSI Tujuan Instruksional Umum Tujuan Instruksional Khusus Pengertian Sistem Audio Pengertian Amplifier Sistem Audio Blok Diagram Dan Cara Kerja Audio Amplifier Penguat Audio Stereo Rangkaian Penguat Mula (Tone Control) Rangkaian Penguat Daya Rangkaian Sistem Penguat Audio Stereo Pengujian Sistem Daya Distorsi (cacat) Respons frekuensi Daya output Kelebaran daya (Power Bandwidth) Faktor Damping Respons Transient Stabilitas Pengatur nada Filter Pengatur Loudness Dengung dan Derau Kepekaan (Sensitivity) Keseimbangan kanal Cakap silang (Crosstalk) Fasilitas Tambahan Halaman 2 dari 52

4 BAB V SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI Sumber Daya Manusia Sumber-sumber Perpustakaan Daftar Peralatan/Mesin dan Bahan...51 DAFTAR PUSTAKA Halaman 3 dari 52

5 BAB I PENGANTAR 1.1. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi Apakah pelatihan berdasarkan kompetensi? Pelatihan berdasarkan kompetensi adalah pelatihan yang memperhatikan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan di tempat kerja agar dapat melakukan pekerjaan dengan kompeten. Standar Kompetensi dijelaskan oleh Kriteria Unjuk Kerja. Apakah artinya menjadi kompeten ditempat kerja? Jika Anda kompeten dalam pekerjaan tertentu, Anda memiliki seluruh keterampilan, pengetahuan dan sikap yang perlu untuk ditampilkan secara efektif ditempat kerja, sesuai dengan standar yang telah disetujui. 1.2 Penjelasan Modul Modul ini didisain untuk dapat digunakan pada Pelatihan Klasikal dan Pelatihan Individual/mandiri : Pelatihan klasikal adalah pelatihan yang disampaikan oleh seorang pelatih. Pelatihan individual/mandiri adalah pelatihan yang dilaksanakan oleh peserta dengan menambahkan unsur-unsur/sumber-sumber yang diperlukan dengan bantuan dari pelatih Isi Modul a. Buku Informasi Buku informasi ini adalah sumber pelatihan untuk pelatih maupun peserta pelatihan. Halaman 4 dari 52

6 b. Buku Kerja Buku kerja ini harus digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencatat setiap pertanyaan dan kegiatan praktik baik dalam Pelatihan Klasikal maupun Pelatihan Individual / mandiri. Buku ini diberikan kepada peserta pelatihan dan berisi : Kegiatan-kegiatan yang akan membantu peserta pelatihan untuk mempelajari dan memahami informasi. Kegiatan pemeriksaan yang digunakan untuk memonitor pencapaian keterampilan peserta pelatihan. Kegiatan penilaian untuk menilai kemampuan peserta pelatihan dalam melaksanakan praktik kerja. c. Buku Penilaian Buku penilaian ini digunakan oleh pelatih untuk menilai jawaban dan tanggapan peserta pelatihan pada Buku Kerja dan berisi : Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta pelatihan sebagai pernyataan keterampilan. Metode-metode yang disarankan dalam proses penilaian keterampilan peserta pelatihan. Sumber-sumber yang digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencapai keterampilan. Semua jawaban pada setiap pertanyaan yang diisikan pada Buku Kerja. Petunjuk bagi pelatih untuk menilai setiap kegiatan praktik. Catatan pencapaian keterampilan peserta pelatihan Pelaksanaan Modul Pada pelatihan klasikal, pelatih akan : Menyediakan Buku Informasi yang dapat digunakan peserta pelatihan sebagai sumber pelatihan. Menyediakan salinan Buku Kerja kepada setiap peserta pelatihan. Halaman 5 dari 52

7 Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama dalam penyelenggaraan pelatihan. Memastikan setiap peserta pelatihan memberikan jawaban / tanggapan dan menuliskan hasil tugas praktiknya pada Buku Kerja. Pada Pelatihan individual / mandiri, peserta pelatihan akan : Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama pelatihan. Menyelesaikan setiap kegiatan yang terdapat pada buku Kerja. Memberikan jawaban pada Buku Kerja. Mengisikan hasil tugas praktik pada Buku Kerja. Memiliki tanggapan-tanggapan dan hasil penilaian oleh pelatih. 1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini (RCC) Apakah Pengakuan Kompetensi Terkini (Recognition of Current Competency). Jika Anda telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk elemen unit kompetensi tertentu, Anda dapat mengajukan pengakuan kompetensi terkini (RCC). Berarti Anda tidak akan dipersyaratkan untuk belajar kembali. Anda mungkin sudah memiliki pengetahuan dan keterampilan, karena Anda telah : a. Bekerja dalam suatu pekerjaan yang memerlukan suatu pengetahuan dan keterampilan yang sama atau b. Berpartisipasi dalam pelatihan yang mempelajari kompetensi yang sama atau c. Mempunyai pengalaman lainnya yang mengajarkan pengetahuan dan keterampilan yang sama. 1.4 Pengertian-pengertian Istilah a) Profesi Profesi adalah suatu bidang pekerjaan yang menuntut sikap, pengetahuan serta keterampilan/keahlian kerja tertentu yang diperoleh dari proses pendidikan, Halaman 6 dari 52

8 pelatihan serta pengalaman kerja atau penguasaan sekumpulan kompetensi tertentu yang dituntut oleh suatu pekerjaan/jabatan. b) Standardisasi Standardisasi adalah proses merumuskan, menetapkan serta menerapkan suatu standar tertentu. c) Penilaian / Uji Kompetensi Penilaian atau Uji Kompetensi adalah proses pengumpulan bukti melalui perencanaan, pelaksanaan dan peninjauan ulang (review) penilaian serta keputusan mengenai apakah kompetensi sudah tercapai dengan membandingkan bukti-bukti yang dikumpulkan terhadap standar yang dipersyaratkan. d) Pelatihan Pelatihan adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan untuk mencapai suatu kompetensi tertentu dimana materi, metode dan fasilitas pelatihan serta lingkungan belajar yang ada terfokus kepada pencapaian unjuk kerja pada kompetensi yang dipelajari. e) Kompetensi Kompetensi adalah kemampuan seseorang untuk menunjukkan aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan serta penerapan dari ketiga aspek tersebut ditempat kerja untuk mencapai unjuk kerja yang ditetapkan. f) Standar Kompetensi Standar kompetensi adalah standar yang ditampilkan dalam istilah-istilah hasil serta memiliki format standar yang terdiri dari judul unit, deskripsi unit, elemen kompetensi, kriteria unjuk kerja, ruang lingkup serta pedoman bukti. g) Sertifikat Kompetensi Adalah pengakuan tertulis atas penguasaan suatu kompetensi tertentu kepada seseorang yang dinyatakan kompeten yang diberikan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi. h) Sertifikasi Kompetensi Adalah proses penerbitan sertifikat kompetensi melalui proses penilaian / uji kompetensi. Halaman 7 dari 52

9 BAB II STANDAR KOMPETENSI 2.1. Peta Paket Pelatihan Modul yang sedang Anda pelajari ini adalah untuk mencapai satu unit kompetensi, yang termasuk dalam satu paket pelatihan, yang terdiri atas unit-unit kompetensi berikut: Untuk mempelajari modul ini perlu membaca dan memahami modul modul lain yang berkaitan diantaranya : TIK.PR TIK.PR Pengertian Unit Standar Kompetensi Apakah Standar Kompetensi? Setiap Standar Kompetensi menentukan : a. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mencapai kompetensi. b. Standar yang diperlukan untuk mendemonstrasikan kompetensi. c. Kondisi dimana kompetensi dicapai. Apa yang akan Anda pelajari dari Unit Kompetensi ini? Anda akan diajarkan untuk merancang bagaimana sebuah amplifier bisa dirakit sehingga dapat dioperasikan, serta menguji kemampuan (performance) amplifier dengan berbagai macam pengujian. Berapa banyak/kesempatan yang Anda miliki untuk mencapai kompetensi? Jika Anda belum mencapai kompetensi pada usaha/kesempatan pertama, Pelatih Anda akan mengatur rencana pelatihan dengan Anda. Rencana ini akan memberikan Anda kesempatan kembali untuk meningkatkan level kompetensi Anda sesuai dengan level yang diperlukan. Halaman 8 dari 52

10 Jumlah maksimum usaha/kesempatan yang disarankan adalah 3 (tiga) kali Unit Kompetensi yang Dipelajari Dalam sistem pelatihan, Standar Kompetensi diharapkan menjadi panduan bagi peserta pelatihan untuk dapat : mengidentifikasikan apa yang harus dikerjakan peserta pelatihan. memeriksa kemajuan peserta pelatihan. menyakinkan bahwa semua elemen (sub-kompetensi) dan kriteria unjuk kerja telah dimasukkan dalam pelatihan dan penilaian Kode dan Judul Unit Kode Unit : Judul Unit : Merakit dan Menguji Amplifier Deskripsi Unit Unit kompetensi ini menetapkan bagaimana seseorang mempunyai ketrampilan pengetahuan dan sikap kerja bagaimana merakit dan menguji sebuah amplifier Elemen Kompetensi Sub Kompetensi / Elemen 1.0 Menjelaskan bagaimana sebuah penguat sistem audio bekerja. 2.0 Merakit rangkaian penguat mula & pengatur nada (tone control). Kriteria Unjuk Kerja 1.1. Pengertian dan Sistem Audio dijelaskan 1.2. Blok Diagram Dan Cara Kerja Audio Amplifier dijelaskan 1.3. Penguat sistem Audio Stereo dijelaskan 2.1 Cara kerja penguat mula dijelaskan. 2.2 Merancang sebuah penguat mula & pengatur nada dijelaskan Merakit penguat mula & pengatur nada didemonstrasikan Halaman 9 dari 52

11 Sub Kompetensi / Elemen Kriteria Unjuk Kerja 3.0. Menguji rangkaian penguat mula (tone control) Cara kerja sinyal injector dijelaskan 3.2. Pengukuran respon frequensi rangkaian penguat mula didemonstrasikan 3.3. Pengukuran penguatan /pelemahan bass dan treeble didemonstrasikan. 4.0 Merakit rangkaian penguat daya 5.0 Menguji rangkaian penguat daya Spesifikasi penguat daya yang baik dijelaskan 4.2. Merancang sebuah piranti penguat daya dijelaskan Merakit sebuah piranti penguat daya didemonstrasi kan 5.1. Pengujian dengan sinyal injector didemonstrasikan Pengukuran tegangan dan arus didemonstrasikan 5.3. Pengukuran kemampuan penguatan daya didemonstrasi kan 6.0 Menentukan spesifikasi sebuah piranti amplifier Hi- Fi Spesifikasi teknis yang diperlukan sebuah piranti amplifier dijelaskan Pengukuran distorsi piranti amplifier didemonstrasikan. Halaman 10 dari 52

12 2.3.4 Batasan Variabel 1. Unit ini berlaku untuk seluruh sektor listrik. 2. Menguji sebuah amplifier merupakan keahlian khusus untuk menetapkan sebuah amplifier mempunyai sifat Hi Fi Panduan Penilaian 1. Pengetahuan dan keterampilan penunjang Untuk mendemontrasikan kompetensi, diperlukan bukti keterampilan dan pengetahuan dibidang berikut ini : 1.1 Dasar yang dibutuhkan : Pengetahuan komponen elektronika Dasar Kelistrikan Dasar elektronika 1.2 Keterampilan dasar Keterampilan menyolder Kerja bangku plat Pengkabelan Penggunaan multimeter Asembli. 2. Konteks penilaian Kompetensi harus diujikan di tempat kerja atau tempat lain secara praktek dengan kondisi kerja sesuai dengan keadaan normal. 3. Aspek penting penilaian Aspek yang harus diperhatikan : 3.1 Kemampuan merakit sebuah amplifier. 3.2 Kemampuan mengoperasikan alat ukur. 3.3 Kemampuan menguji amplifier. Halaman 11 dari 52

13 4. Kaitan dengan unit-unit lainnya 4.1 Unit ini juga mendukung kinerja dalam unit-unit kompetensi yang berkaitan dengan : Asembli Pengukuran dan Instrumentasi 4.2 Pengembangan pelatihan untuk memenuhi persyaratan dalam unit ini perlu melakukan perakitan berbagai macam amplifier yang dayanya kecil maupun yang besar. yang menggunakan transistor maupun IC Kompetensi Kunci NO KOMPETENSI KUNCI DALAM UNIT INI TINGKAT 1 Mengumpulkan, mengorganisir dan menganalisa informasi 3 2 Mengkomunikasikan ide-ide dan informasi 3 3 Merencanakan dan mengorganisir aktivitas-aktivitas 3 4 Bekerja dengan orang lain dan kelompok 2 5 Menggunakan ide-ide dan teknik matematika 3 6 Memecahkan masalah 3 7 Menggunakan teknologi 3 Halaman 12 dari 52

14 BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN 3.1. Strategi Pelatihan Belajar dalam suatu sistem Berdasarkan Kompetensi berbeda dengan yang sedang diajarkan di kelas oleh Pelatih. Pada sistem ini Anda akan bertanggung jawab terhadap belajar Anda sendiri, artinya bahwa Anda perlu merencanakan belajar Anda dengan Pelatih dan kemudian melaksanakannya dengan tekun sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Persiapan/perencanaan a. Membaca bahan/materi yang telah diidentifikasi dalam setiap tahap belajar dengan tujuan mendapatkan tinjauan umum mengenai isi proses belajar Anda. b. Membuat catatan terhadap apa yang telah dibaca. c. Memikirkan bagaimana pengetahuan baru yang diperoleh berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah Anda miliki. d. Merencanakan aplikasi praktik pengetahuan dan keterampilan Anda. Permulaan dari proses pembelajaran a. Mencoba mengerjakan seluruh pertanyaan dan tugas praktik yang terdapat pada tahap belajar. b. Merevisi dan meninjau materi belajar agar dapat menggabungkan pengetahuan Anda. Pengamatan terhadap tugas praktik a. Mengamati keterampilan praktik yang didemonstrasikan oleh Pelatih atau orang yang telah berpengalaman lainnya. b. Mengajukan pertanyaan kepada Pelatih tentang konsep sulit yang Anda temukan. Halaman 13 dari 52

15 Implementasi a. Menerapkan pelatihan kerja yang aman. b. Mengamati indicator kemajuan personal melalui kegiatan praktik. c. Mempraktikkan keterampilan baru yang telah Anda peroleh. Penilaian Melaksanakan tugas penilaian untuk penyelesaian belajar Anda Metode Pelatihan Terdapat tiga prinsip metode belajar yang dapat digunakan. Dalam beberapa kasus, kombinasi metode belajar mungkin dapat digunakan. Belajar Secara Mandiri Belajar secara mandiri membolehkan Anda untuk belajar secara individual, sesuai dengan kecepatan belajarnya masing-masing. Meskipun proses belajar dilaksanakan secara bebas, Anda disarankan untuk menemui Pelatih setiap saat untuk mengkonfirmasikan kemajuan dan mengatasi kesulitan belajar. Belajar Berkelompok Belajar berkelompok memungkinkan peserta untuk dating bersama secara teratur dan berpartisipasi dalam sesi belajar berkelompok. Walaupun proses belajar memiliki prinsip sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing, sesi kelompok memberikan interaksi antar peserta, Pelatih dan pakar/ahli dari tempat kerja. Belajar Terstruktur Belajar terstruktur meliputi sesi pertemuan kelas secara formal yang dilaksanakan oleh Pelatih atau ahli lainnya. Sesi belajar ini umumnya mencakup topik tertentu. Halaman 14 dari 52

16 BAB IV MATERI UNIT KOMPETENSI 4.1 Tujuan Instruksional Umum Siswa memahami kebutuhan bahan dalam merakit amplifier Siswa memahami langkah-langkah merakit sebuah amplifier Siswa memahami pengujian kemampuan sebuah amplifier 4.2 Tujuan Instruksional Khusus Siswa dapat menjelaskan pengertian dan Sistem Audio. Siswa dapat menjelaskan Blok Diagram Dan Cara Kerja Audio Amplifier Siswa dapat menjelaskan Penguat sistem Audio Stereo Siswa dapat menjelaskan Cara kerja penguat mula dan pengatur nada. Siswa dapat menjelaskan apa saja persiapan dan langkah-langkah ketika merakit sebuah penguat mula dan tone control. Siswa dapat merakit sebuah penguat mula dan tone control. Siswa dapat menjelaskan cara kerja sinyal injector dijelaskan Siswa dapat mendemonstrasikan pengukuran respon frequensi penguat mula. Siswa dapat mendemonstrasikan pengukuran penguatan / pelemahan bass dan treble pada rangkaian penguat tone control. Siswa dapat merakit rangkaian penguat daya Siswa dapat menjelaskan spesifikasi penguat daya yang baik Siswa dapat membuat rancangan sebuah penguat daya sesuai kebutuhan Siswa dapat mendemonstrasikan cara merakit sebuah penguat daya Siswa dapat menguji rangkaian penguat daya dengan sinyal injector Siswa dapat menguji penguat daya dengan mengukur arus dan tegangan Siswa dapat menguji kemampuan penguat daya dengan mengukur output rangkaian Siswa dapat menjelaskan spesifikasi sebuah amplifier kelas Hi Fi Siswa dapat menetapkan tingkat distorsi dari sebuah amplifier Halaman 15 dari 52

17 4.3 Pengertian Sistem Audio Musik apakah itu, pop, jazz, rock, klasik, dangdut, kroncong, gamelan dan sebagainya merupakan salah satu sarana hiburan bagi kita semua. Untuk menikmatinya, bisa secara langsung dari rombongan yang memainkannya, melalui suatu per-tunjukan musik atau secara tidak langsung melalui reproduksinya dari piringan hitam atau pita cassette. Hasil reproduks: dapat pula kita nikmati melalui radio dengan memilih stasiun yang sedang memutar reproduksi ph atau cassette yang kita senangi. Dalam menikmati musik hasil reproduksi, kita mengharapkan mutu suara yang dihasilkan oleh sistem tata suara seperti cassette player atau turntable, radio penguat dan loudspeaker, "sesuai dan seindah bunyi aslinya," bersih tanpa ada tambahan bunyi-bunyi lainnya. Paling tidak kita berharap bisa mendekatinya dan kalau pun ada bunyi tambahan (dengung, gemerisik) bisa sekecil mungkin dan tidak begitu mengganggu. Selain itu kita akan bertambah puas apabila musik yang direproduksi mengandung efek ruang (stereophonic, quadraphonic atau ambisonic), sehingga kita seolah-olah berhadapan langsung dengan rombongan yang memainkannya. Untuk mewujudkan harapan kita di atas maka kita harus memiliki suatu peralatan sistem tata suara stereophonic yang berkwalitas tinggi (HI-FI). Peralatan tersebut bisa diperoleh di toko penjual peralatan audio. Tetapi bagi seorang penggemar hobby elektronika membeli peralatan yang sudah jadi tidak akan memuaskan hatinya. Sebab dengan membuat sendiri, apalagi kalau kwalitasnya bisa menyaingi buatan pabrik, akan merupakan kebanggaan tersendiri. Penguat daya yang berkualitas sanggup menghasilkan suara output (sound reproduction) yang tidak cacat, selain daya yang dihasilkan cukup kuat. Penguat jenis ini dapat digolongkan penguat High Fidelity (Hi-Fi) Pengertian Amplifier (Penguat) Kalau kita lihat uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian umum yag dimaksud dengan amplifier (penguat) adalah piranti yang digunakan untuk menguatkan suara yang dapat didengar oleh manusia (audio). Piranti ini disebut juga power amplifier, Halaman 16 dari 52

18 karena maksud dari piranti ini adalah menguatkan daya dari getaran yang berasal dari piranti-piranti yang menghasilkan suara audio Audio adalah frekuensi-frekuensi (getaran) yang dapat didengar oleh telinga manusia, yang besarnya antara 20 sampai dengan Hz, disebut juga frekuensi audio (AF =audio frekuensi). Untuk lebih membatasi pengertian amplifier disini, maka harus ada 2 kata yaitu audio dan penguat (amplifier). Jadi Audio Amplifier adalah piranti elektronik yang dapat menguatkan atau memperbesar sinyal dalam kisaran frekuensi audio. Besarnya penguatan tergantung dari rancangan amplifier tersebut. Pengertian amplifier secara umum tidak dibatasi untuk frekuensi audio saja. Amplifier dapat dirancang untuk menguatkan semua frekuensi gelombang elektronik. 2. SISTEM AUDIO (Audio System) Blok diagram dibawah ini menggambarkan sebuah perangkat lengkap sistem audio. Secara garis besarnya sistem audio terdiri dari bagian: 1. Penguat mula (Pre-amplifier). 2. Penguat daya 3. Penguat Equalizer 4. Cassette player + penguat head (preamp head). 5. Radio tuner AM/FM 6. Sumber tenaga/daya. Untuk selanjutnya hanya akan dibahas mengenai perangkat yang seringkali dijual terpisah yaitu penguat audio (audio amplifier) yang terdiri dari penguat mula dan penguat daya. Penguat mula diurai menjadi blok penguat awal dan blok pengatur nada (tone control) dan penguat daya diurai menjadi blok penguat tegangan dan blok penguat arus (daya) Halaman 17 dari 52

19 Gambar 2.1. Blok diagram Audio sistem yang lumrah 3. BLOK DIAGRAM DAN CARA KERJA AUDIO AMPLIFIER Berikut ini blok diagram sebuah audio amplifier secara umum. Sistem ini disebut juga mono, karena mempunyai input dan output masing-masing satu atau disebut satu kanal.. Tone Control in Pre amplifier Voltage amplifier Power amplifier out Power Suply Halaman 18 dari 52

20 3.1. Penguat mula (Preamplifier) Sinyal listrik dari piranti seperti mikrofon, tape recorder head, mempunyai amplitude yang sangat kecil. Agar sinyal ini mempunyai amplitude yang besar maka blok rangkaian preamplifier digunakan. Sebuah preamplifier membesarkan tegangan sinyal pada level yang ditentukan sehingga dapat diproses oleh tingkat blok berikutnya. Pada kondisi dibawah normal level sinyal pada input tingkat preamplifier sangat kecil dan memerlukan penguatan yang dipersiapkan untuk dapat menggerakkan speaker sehingga dapat didengar oleh telinga kita. Pada keadaan dimana sebuah amplifier harus mempunyai kemampuan untuk dapat melayani berbagai piranti input, seperti tape recorder, piringan hitam, AM FM tuner, CD, atau mikrifone maka sebuah unit amplifier harus menggunakan blok preamplifier untuk menghasilkan sinyal yang cukup untuk selanjutnya dapat menggerakkan speaker Tone Control Rangkaian dalam blok ini berfungsi untuk mengontrol sinyal listrik, agar penguatan level (emphasis) frekuensi tinggi (treble) atau penguatan level frekuensi rendah (bass) atau kadang-kadang juga frekuensi menengah (middle) dapat dikendalikan sesuai dengan kebutuhan. Blok ini juga mengontrol pelemahan level (deemphasis) frekuensi tinggi, frekuensi rendah dan frekuensi menengah. Dengan memutar knob tone control dapat dihasilkan nada-nada frekuensi tinggi dan rendah.pengturan control level dengan cara mulai dari pelemahan sampai dengan penguatan level lebar bidang (bandwidth) frekuensi-frekuensi tersebut Penguat Tegangan (Volt Amplifier) Sinyal yang dihasilkan oleh input dan diproses oleh preamplifier dan tone control, Tegangan (amplitude) sinyal ini masih sangat kecil sekitar m Volt. Sinyal ini harus dikuatkan jauh lebih agar dapat menggerakkan blok rangkaian berikutnya. Hal ini dilakukan oleh penguat tegangan sehingga dihasilkan tegangan sinyal m Volt. Ini berarti diperlukan sebuah tingkat penguatan tegangan lebih dari 2000 kali. Halaman 19 dari 52

21 3.5. Penguat Daya Penguat daya diperlukan agar dapat menghasilkan daya (tegangan dan arus) yang nantinya dapat menggerakkan peralatan keluaran (Transducer). Blok penguat daya dirancang untuk meningkatkan daya listrik yang sangat besar sesuai dengan kebutuhan jumlah audience (pendengar). Transducer yang lumrah digunakan seperti pengeras suara (speaker) membutuhkan tegangan yang kecil tetapi arus yang besar untuk dapat menghasilkan medan magnet pada speaker. Sebuah peralatan yang besar seperti yang digunakan oleh band musik atau sistem PA (public address) membutuhkan daya listrik yang sangat besar untuk mereproduksi seluruh frekuensi suara aslinya. Umumnya impedansi keluaran tingkat penguat daya harus sesuai dengan impedansi transducer. Jika ini ada perbedaan yang besar akan terjadi kerugian daya yang tidak dapat sepenuhnya menjadi energi suara. Halaman 20 dari 52

22 3.6. Catu Daya Setiap peralatan elektronika membutuhkan energi listrik agar dapat bekerja sesuai dengan fungsinya. Energi ini digunakan untuk memdaya gunakan kerja sistem. Energi ini diambil dari sumber luar misalnya PLN kemudian diubah menjadi tegangan-tegangan yang diperlukan. Blok ini disebut catu daya, yaitu satu unit rangkaian yang menyediakan daya listrik secara terus-menerus dan terlegulasi. Catu daya juga harus menyediakan tegangan dan arus yang cukup untuk kebutuhan peralatan elektronika tersebut. 4. PENGUAT AUDIO STEREO Sejauh ini kita membahas unit rangkaian pengolah suara yang mempunyai satu kanal (mono). Sekarang ini dipasaran banyak terdapat unit rangkaian yang stereo, dimana unit ini mempunyai dua kanal. Unit stereo dibangun dari dua penguat audio dan bekerja sebagai satu unit dengan dua input dan dua output. Kedua sistem prenguat tersebut beroperasi pada waktu yang sama. Tujuan dari sistem ini adalah agar dihasilan efek stereo (ruang) sehingga pendengar seolah olah sedang mendengarkan suatu pagelaran musik dalam suatu ruang yang besar. In R Pre amplifier R Tone Control R Voltage amplifier R Power amplifier R Out R In L Pre amplifier L Tone Control L Voltage amplifier L Power amplifier L Out L Halaman 21 dari 52

23 Quad (singkatan dari Quadraphonic) Sistem unit ini mempunyai empat kanal. Prinsipnya seperti sistem stereo dan ditambah dua kanal output untuk efek suara (gema). Perspektif pendengar dalam ruangan menjadikan efek ECHO (gema atau pantul), sehingga pendengar dapat merasakan musik seperti keadaan sesungguhnya (live). Efek ini dibentuk dengan sistem stereo dtambah dua kanal amplifier tambahan yang meengolah suara yang lebih lemah dan tertunda sehingga mempunyai efek gema atau pantul. Instalasi yang lumrah agar supaya terdengar kuadraphonic speaker ditempatkan dimasing-masing pojok ruangan pendengar. Pendengar sebaiknya duduk ditengah ruangan. Sebagaian besar suara datang dari dua speaker depan (front speaker). Pengurangan level suara diperlukan dan juga adanya penundaan waktu sinyal datang pada speaker belakang (rear speaker). Halaman 22 dari 52

24 5. RANGKAIAN PENGUAT MULA (Tone Control) Dari gambar 1 juga dapat dilihat bahwa bagian penguat mula atau preamp terdiri dari, penguat ekualiser dan penguat bass dan treble (tone control). Penguat ekuiliser berfungsi memperkuat sinyal input (radio, turn table atau cassette player) dengan karakteristik penguatan tertentu, seperti diperlihatkan pada gambar 2a. Dalam gambar tersebut bisa dilihat bahwa karakteristik penguatan untuk masing-masing input berbeda. Karakteristik penguatan ini ditentukan oleh rangkaian catu balik yang berupa susunan komponen pasip (tahanan dan kapasitor). Penguat pengatur bass-treble (tone control) berfungsi memperkuat sinyal yang keluar dari penguat ekuiliser dengan karakteristik penguatan seperti pada gambar 2b. Pada kedudukan pengatur bass minimum maka sinyal dengan frekuensi di bawah 500 Hz akan diredam sampai dengan 20 db (diperkuat -20 db) atau di-perkecil 10 kali. Ketika posisi pengatur bass di tengah-tengah, sinyal di bawah 500 Hz tidak diredam dan tidak pula diperkuat. Ketika posisi pengatur bass maksimum sinyal 500 Hz ke bawah akan diperkuat +20 db (10 kali). Sama halnya dengan pengatur bass, ketika kedudukan treble minimum, tengah-tengah dan maksimum sinyal yang berfrekuensi 500 Hz keatas diredam sampai dengan -20 db sampai dikuatkan sampai dengan 20 db Rangkaian lengkap dari bagian preamp. ini dapat pembaca lihat pada gambar 3. Baik penguat ekualisernya maupun penguat bass-treblenya menggunakan op amp jenis LM 387. Kedua op amp tersebut terbungkus menjadi satu dalam paket DIL (Dual In Line, kaki-kakinya tersusun dalam dua deret). Mengapa dipilih jenis LM 387? Hal ini mengingat; terutama faktor penguatan terbuka 104 db atau kali (ingat teori op amp., semakin besar semakin baik). Derau yang ditimbulkan kecil. Penekanan terhadap tegangan kerut 110 db atau kira-kira kali (ini berarti tegangan sumber tenaga tidak perlu distabilkan). Rangkaian catu balik yang terdiri dari bagian tetap, yaitu R7 dan C5 dan bagian dipilih yaitu R10 untuk input radio; R12, R13, C7, C8 untuk turn-table (PU) dan R18, R19, C9 untuk input cassette player. Dengan memilih rangkaian ini maka akan didapatkan karakteristik penguatan sesuai dengan gambar 2a. Tahanan R6 dan R8 merupakan rangkaian pembagi tegangan yang akan diberikan pada input inverting ( ). Sinyal yang Halaman 23 dari 52

25 sudah diperkuat penguat ekuiliser kemudian dihubungkan ke penguat bass-treble melalui C6 dan pengatur volume RV1 dan tahanan R12 Karakteristik penguatan bass-treble ditentukan oleh R14, R\/2, R22, C11 Yang merupakan rangkaian pengatur treeble dan R15, R20, R23, RV3, C3, C10, C12 pengatur bass. Tahanan R21 dan R26 merupakan pembagi tegangan untuk mencatu input inverting ( ). R24 dan C13 berfungsi mengkompensasikan sinyal-sinyal frekuensi tinggi. Gambar 5.1. Rangkaian penguat mula (preamp) dengan tone control Halaman 24 dari 52

26 Gambar 5.2. Layout dan PCB penguat mula (preamp) dengan tone control Halaman 25 dari 52

27 DAFTAR KOMPONEN PENGUAT MULA DAN TONE CONTROL No. Komponen Nilai komponen No. Komponen Nilai komponen R1, R2, R3, R4 22 K IC LM 387 R5, R K Tr1 BC 141 Rb, R24, R27 1 K ZD1 Zener dioda 12 volt R7, R K R8, R K S1 S2 Saklar putar 4 induk 2 anak Saklar tekan 2 induk 2 anak R9 6,8 K PCB R ohm C1,C4a,b 4,7 UF/16V, tantalum R11 1,8 K C2 22 UF/16V, elektrolyt R12, R19 1 M C3 470 UF/16V, elektrolyt R12 2,2 K C5, C9 3,3 nf, mylar R14, R21 3,9 K C6 820 pf, mylar R15, R18, R22 10 K C7, C10 33 nf, mylar R K C12 10 nf, mylar R17 47 K C nf, mylar R ohm C uf/16v, elektrolyt R28 3,3 K C15, C17 10 uf/16v, tantalum RV1 50K/A, potensiometer C uf/16v, elektrolyt RV2, RV3 100 K/B, potensiometer C8 5 nf mylar Halaman 26 dari 52

28 RV4 1K/B, potensiometer C11 4,7 uf/16v, tantalum Semua tahanan karbon 0,25W 5% Rangkaian Tone Control Berikut ini adalah rangkaian penguat mula (preamp) dengan tone control. Rangkaian ini menggunakan IC Opamp BiFET 084 yang mempunyai kehandalan dalam menekan noise. Gambar 5.3. Rangkaian penguat mula (preamp) dan tone control sederhana Rangkaian penguat mula (preamp) dan tone control ini lebih sederhana. Perhatikan pengatur volume ditempatkan pada input. Rangkaian preamp ini tidak dilengkapi dengan rangkaian pilihan equalisasi. Pengatur balans ditempatkan berdekatan dengan pengatur volume di bagian awal. Rangkaian Tone Control ini terdiri dari rangkaian penguat sekaligus sebagai penyesuai impedansi (Maching Impedance) dan rangkaian filter LPF dan HPF. LPF (Low Pass Filter) melalukan frekuensi rendah dan frekuensi tingginya ditekan sedangkan HPF (High Pass Filter) melalukan frekuensi tnggi dan frekuensi rendahnya ditekan. 6. RANGKAIAN PENGUAT DAYA Rangkaian penguat daya disini kita bahas sebuah penguat daya yang sederhana. Disini dipergunakan kit ES serial AXH. Kit serial AXH tidak menggunakan komponen diskrit melainkan suatu hybrid IC di mana hampir semua komponen terkumpul menjadi satu Halaman 27 dari 52

29 dalam suatu paket. Dengan demikian rangkaian menjadi sederhana karena hanya perlu menambah beberapa buah tananan dan kapasitor. Salah satu kerugian dari penggunaan hybrid IC adalah, bila salah satu komponen di dalamnya rusak, terutama yang sering rusak adalah bagian transistor outputnya, maka kita harus mengganti seluruh hybrid IC tersebut. Tetapi tidak perlu khawatir, asal kita memasang sekering yang tepat haj ini bisa dicegah. Serial AXH ini terdiri dari AXH 4015 yang memberikan daya output 15 watt, AXH watt, AXH watt dan AXH watt. Kita tinggal memilih mana yang sesuai dengan kebutuhan. Untuk suatu ruangan kecil cukup dengan AXH 4015, sedang untuk ruang tengah cukup dengan AXH Rangkaian lengkap penguat serial AXH diperlihatkan pada gambar. Tahanan input R^ berfungsi mengurangi besarnya sinyal input agar sesuai dengan kepekaan input yang dibutuhkan berdasarkan faktor penguat-an IC^ Sebagai contoh misalnya memakai serial AXH 4020 di mana dipergunakan IC STK 025. Untuk mendapatkan daya output sebesar 20 watt pada beban 8 ohm, maka tegangan RMS pada beban haruslah P = V 2 / R 20 = V 2 / 8 V = 12,6 vrms Faktor penguatan tegangan IC adalah kira-kira 30 kali, jadi tegangan input yang dibutuhkan 12,6 / 30 V = 0,42V. Agar input mempunyai kepekaan 1V maka tegangan yang harus dikurangi Sehingga: Rc = 0,58 / 0,42 x Zin = 1,38 x 27 K = 37 K Sekering F1 sebaiknya jenis fast-blow artinya kalau melampaui batas arus maksimumnya segera sekering itu putus. Jenis sekering biasa umumnya tidak segera putus kalau melampaui batas arus maksimumnya. Jika rangkaian bermasalah atau IC rusak sehingga arus meningkat, maka dengan cepat putusnya F1 speaker tidak akan turut rusak. Halaman 28 dari 52

30 Gambar 6.1. Rangkaian penguat daya (power amp) dan catu daya terbagi Gambar 6.2. Layout dan PCB penguat daya (power amp) DAFTAR KOMPONEN PENGUAT DAYA R1 R2a, R2b R3 C1 C2 lihat uraian 1,8 k 4,7 ohm 1,5 nf/mylar 2,2 uf/40v, tantalum Halaman 29 dari 52

31 C3, C4, C9 47 nf, mylar C5 C6 10 uf/25v, elektrolyt 47 uf/63v, elektrolyt C7, C8 10 uf/63v, elektrolyt IC1 STK 022, 025, 032, 036 F1 lihat tabel RANGKAIAN SISTEM PENGUAT AUDIO STEREO : Sistem penguat audio stereo merupakan gabungan dari dua buah penguat daya mono dengan sumber daya yang sama. Fungsi penguat daya stereo adalah menguatkan dua jalur frekuensi suara yang berbeda dan berasal dari perekam pita stereo atau piringan hitam stereo dan sebagainya, sehingga keluaran yang diberikan pada corong suara akan berbeda. Karena itu corong suara stereo selalu terdiri atas corong suara kanan dan corong suara kiri, agar perbedaan yang dimaksud dapat terdengar jelas. Perbedaan suara ini terjadi akibat masukan yang berbeda pada penguat daya, bila masukannya sama maka hasil pada kedua corong suara itu akan sama. Pada prinsipnya, suatu penguat audio stereo memiliki, - Dua system penguat yang terpisah, yaitu penguat frekuensi tinggi (treble) dan penguat frekuensi rendah (bass), - Volume, dengan potensiometer ganda berfungsi mengatur besar-kecil suara. - Balance, berfungsi mengatur kesetimbangan suara kanan dan kiri, - Pre-amplifier, berfungsi sebagai penguat awal yang diumpankan ke system penguat daya. Bagian ini dapat digabung dengan penguat daya dalam satu kotak terpisah atau masing-masing menggunakan kotak terpisah seperti yang banyak beredar di pasaran saat ini. Untuk lebih memahami fungsi stereo yang sebenarnya berikut ini diberikan bahan acuan, bagaimana menggabungkan dua buah penguat audio mono menjadi penguat audio stereo. Untuk menggabungkan dua unit penguat audio mono maka bandingkan Halaman 30 dari 52

32 karakteristik dari bagian-bagian yang dijelaskan diatas, sehingga dapat diperoleh hasil yang memuaskan. Gbr Gambar 7.1. memperlihatkan diagram pengawatan campuran untuk menempatkan pengatur volume dan pengatur balance secara berdekatan dengan penguat daya stereo. Potensiometer Vr1 (ganda) berfungsi sebagai penguat volume stereo dan Vr2 sebagai pengatur balance. Komponen yang dibutuhkan dalam gambar 7.1, adalah : C1, C2, C5, C6 = 0,1 µf/50v ; Vr2 = 50 KΩ (Balance) C3, C4 = 3,3 µf/25v ; LS1,LS2 = 8 Ω Vr1 = 50 KΩ (stereo) ; R1,R2 = 4,7 KΩ Gambar 7.2. Gambar 7.2 memperlihatkan diagram hubungan campuran untuk menempatkan pengaturan volume yang disatukan pada satu sumbu (potensiometer ganda yang bertingkat dua) dan penempatan balance diantara bass/treble dan penguat daya. Hubungan lainnya merupakan pemisahan antara volume treble dan bass yang masingmasing menggunakan potensiometer ganda sedang penempatan balance sama seperti Halaman 31 dari 52

33 yang diperlihatkan pada gambar 175. Cara penempatan ini mengakibatkan volume, treble, dan bass dapat diatur secara terpisah sesuai keinginan. Pemasangan kedua jalur treble dilakukan pada satu potensiometer ganda sama seperti memasang bagian bass. Pemasangan dan penambahan komponen lainnya seperti sakelar, indicator dan lain-lain, bergantung pada si perancang, asalkan tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip elektronika. 8. PENGUJIAN SISTEM PENGUAT AUDIO STEREO Memiliki suatu peralatan sistem tata-suara (sound-system) yang berkwalitas tinggi (High-Fidelity) dan sempurna adalah merupakan idaman bagi setiap penggemar audio (audio-fans). Dalam usaha memiliki peralatan tersebut pada umumnya para penggemar audio lebih cenderung membeli peralatan yang sudah jadi, hasil produksi suatu perusahaan audio, daripada membuatnya sendiri. Hal ini disebabkan karena pertama tidak semua penggemar audio juga punya hobby dalam elektronik, kedua hasil buatan sendiri kadangkala jauh dari memuaskan, ketiga faktor waktu. Dengan membuat sendiri makan waktu cukup banyak, apalagi kalau tidak tokcer berarti banyak waktu yang terbuang. Ini tidak berarti bahwa tidak ada penggemar audio yang mem-punyai peralatan sistem tata suara hasil buatan sendiri, bahkan ada yang bisa membuatnya dengan kwalitas me-nyaingi merek yang sudah cukup terkenal. Telah disebutkan di atas bahwa, mengingat alasan-alasan tadi para penggemar audio umumnya lebih banyak yang membeli peralatan yang sudah jadi. Akan tetapi walaupun tinggal membelinya di toko peralatan audio para audio fans terutama yang belum berpengalaman biasanya menemui kesulitan di dalam menentukan pilihan merek mana yang terbaik. Kadangkala merek terpengaruh oleh pendapat orang lain yang juga belum berpengalaman, hanya saja memiliki peralatan merek tertentu yang menurut orang tersebut yang terbaik. Atau bisa juga terpengaruh oleh iklan-iklan yang tidak menyajikan spesifikasi teknisnya secara lengkap. Sebagai akibatnya, setelah ratusan ribu rupiah dia keluarkan, ternyata peralatan yang dibelinya itu tidak memuaskan. Tentu hal ini bisa dihindari seandainya calon pembeli mengetahui sendiri bagaimana penyuguhan dari peralatan yang dipilihnya, sehingga dia yakin bahwa pilihannya tepat dan tidak Halaman 32 dari 52

34 terpengaruh oleh kabar-kabar ataupun iklan-iklan yang kurang jelas. Lalu bagaimana caranya mengetahui baik buruknya penyuguhan suatu peralatan audio? Penyuguhan peralatan audio dapat diketahui secara pasti melalui pengujian teknis dengan peralatan khusus. Namun umumnya peralatan audio yang baik dan sudah terkenal reputasinya selalu sudah diuji dalam laboratorium masing-masing ataupun laboratorium lembaga konsumen. Hasil pengujian tersebut kemudian diserta-kan dalam buku petunjuk pemakaian berupa spesifikasi teknis. Adakalanya hasil pengujian ini dimuat pula dalam media masa teknik. Jadi kita tidak perlu mengujinya sendiri dan ini pasti tidak akan bisa dilakukan oleh setiap audio fans mengingat alat-alat ukur yang dipakai untuk pengujian berharga jutaan rupiah. Disini akan dibahas apa saja yang perlu diperhatikan di dalam menilai hasil pengujian suasatu peralatan sistem tata suara yaitu, amplifier, yang antara lain adalah: 1. Distorsi (cacat), 2. respons frekuensi, 3. faktor damping, 4. daya output, 5. stabilitas, 6. dengung dan derau (noise), 7. cakap silang (cross-talk), 8. keseimbangan kanal, 9. pengatur nada, 10. filter dan fasilitas umum lainnyanya.' Tidak kalah penting adalah faktor non-teknis yaitu faktor keindahan, tapi ini tergantung dari penilaian masing-masing Distorsi (cacat) Kalau dilihat dari kacamata teknik maka sampai saat ini tidak akan ada satupun amplifier yang sempurna, artinya bisa menghasilkan suara 100% sesuai dengan aslinya, mengapa? Seperti kita ketahui bahwa sebuah amplifier mempunyai fungsi untuk memperkuat sinyal-sinyal listrik yang berasal dari tape/cassette deck, turn-table, mikrofon atau radio- Halaman 33 dari 52

35 tuner, sedemikian sehingga mampu menggerakkan loudspeaker. Untuk melakukan proses penguatan ini dibutuhkan komponen aktip berupa tabung-elektron (amplifier model lama), transistor diskrit dan yang mutakhir dengan IC (Integrated Circuit) Ternyata komponen-komponen aktip ini kerjanya tidak linier, artinya antara sinyal input (yang belum diperkuat) dan sinyal output (sudah diperkuat) tidak be-banding lurus atau dengan kata lain setiap sinyal yang mempunyai level (kuat sinyal) atau frekuensi berlainan akan diperkuat berlainan pula. Akibat dari ini maka sinyal-sinyal yang diperkuat tidak akan sesuai dan seindah bunyi aslinya lagi, dan bentuknya akan distorsi (cacat). Dengan suatu rangkaian khusus dan menggunakan rangkaian catu balik (feed-back) ternyata distorsi masih bisa ditekan sampai pada suatu nilai tertentu sehingga tidak akan "terasa" oleh telinga manusia. Secara garis besarnya distorsi (cacat) ini dapat dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, meskipun sebenarnya dalam sebuah amplifier keduanya selalu berhubungan erat. a) distorsi harmonik b) distorsi intermodulasi, a) Distorsi harmonik adalah cacat bentuk yang diakibatkan oleh timbul-nya sinyal tambahan yang frekuensi-nya merupakan kelipatan (harmonik) dari frekuensi sinyal input. Misalnya saja suatu sinyal 50 Hz dimasukkan pada input sebuah penguat.. Seharusnya pada output hanya timbul sinyal 50 Hz yang sudah diperkuat, tapi karena adanya distorsi harmonik timbul pula siriyal harmonik kedua 100 Hz, harmonik ketiga 150 Hz, harmonik keempat 200 Hz dan seterusnya. Gambar 8.1. memperlihatkan bentuk gelombang distorsi akibat pengaruh timbulnya harmonik kedua. Jika hanya terdapat tambahan harmonik kedua maka suara yang dihasilkan tidaklah begitu buruk, bahkan mungkin tidak akan terasa oleh telinga kita. Lain halnya kalau distorsi beberapa harmonik cukup besar maka suara yang keluar akan lain dari aslinya. Halaman 34 dari 52

36 Gambar 8.1. Seperti telah kita ketahui bahwa setiap instrumen musik mempunyai karakteristik warna nada atau timbre yang berlainan. Sebagai contoh misal-nya suara terompet bunyinya akan berbeda dengan suara piano walaupun not nadanya sama. Warna nada ini ditentukan oleh sejumlah tertentu harmonik yang dihasilkan oleh alat musik tersebut. Seandainya ada tambahan harmonik dari luar maka warna nada akan berubah, hingga bunyi piano akan bisa jadi terompet dan mungkin bisa jadi bunyi kaleng dipukul atau sebagainya. Adanya distorsi harmonik pada amplifier akan mengakibatkan hal yang sama yaitu suara yang tidak sesuai dan seindah aslinya lagi. Gambar 8.3 menunjukkan cara pengukuran distorsi harmonik suatu amplifier. Biasanya pengetesan distorsi harmonik dilakukan dengan frekuensi standard 400 Hz atau 1K Hz. Gambar 8.2. Nada dasar dan harmonik-harmonik dari piano nada (42,1 Hz}. Distorsi harmonik total (THD) dapat dicari dari persamaan berikut ini. E2 + E3 + E4 THD = x 100% E1 + E2 + E3 + E4 Halaman 35 dari 52

37 E 1 = tegangan sinyal frekuensi dasar E E2, E3, E4 dst.= tegangan sinyal harmonik ke n (n = 2, 3,... ). Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan oleh laboratorium audio menunjukkan bahwa distorsi harmonik sebesar 0,5% pada sinyal 1000 Hz sudah mulai terasa. Pengukuran se-lanjutnya dapat menyimpulkan bahwa suatu amplifier disebut baik apabila mempunyai distorsi harmonik (THD) paling besar 0,3% pada 1000 Hz, 0,6% pada 40 Hz, 1% pada Hz. Umumnya kebanyakan pabrik hanya memberikan spesifikasi teknis THD hanya untuk 1000 Hz, tetapi dengan melihat distorsi Intermodulasi akan kelihatan apakah THD akan naik atau tidak pada daerah atas dan bawah respons frekuensi. b) Distorsi intermodulasi adalah cacat bentuk gelombang akibat timbul-nya sinyal tambahan hasil jumlah atau selisih dua buah sinyal dan harmoniknya atau lebih bila dimasukkan ke dalam penguat yang linier. Pada gambar 1b diperlihatkan dua sinyai masing-masing 50 Hz dan 1000 Hz yang dimasukkan ke dalam sebuah amplifier merek B. Jika amplifier ter-sebut jelek maka pada outputnya akan timbul pula sinyal 1050 Hz, 950 Hz, 1100 Hz, 900 Hz, 1150 Hz, 850 Hz, 2050, 1950, 1900, 2100, dan seterusnya. Dengan demikian sinyal yang keluar tidak akan sesuai lagi dengan warna nada aslinya. Gambar 8.3. Penguat menghasilkan distorsi intermodulasi Halaman 36 dari 52

38 Walaupun antara distorsi harmonik (HD) dan distorsi intermodulasi (IM) tidak ada hubungan langsung, namun suatu amplifier yang baik akan mempunyai perbandingan HD : IM = 4 : 1. Dengan kata lain kalau distorsi harmonik besarnya 0,25% maka distorsi intermodulasinya adalah 1%. Pada spesifikasi teknis distorsi IM dinyatakan untuk standar frekuensi 40 Hz dan 7000 Hz atau 60 Hz dan 7000 Hz di mana perbandingan terhadap distorsi harmonik 4 : 1 (60 Hz : 7000 Hz = 4 : 1). Bila distorsi IM dalam spesifikasi teknik lebih besar dan distorsi harmonik total (THD) berarti bahwa THD naik pada daerah atas dan bawah respons frekuensi. Distorsi IM tidak boleh lebih dari 1,5% pada daya output optimum. Gbr. 8.4 Metoda pengujian distorsi sebuah amplifier. Halaman 37 dari 52

39 Gambar 8.5. Karakteristik distorsi harmonik total suatu amp 8.2. Respons Frekuensi Yang dimaksud dengan respons frekuensi (frequency response) adalah jangkauan penguatan amplifier untuk suatu daerah frekuensi tertentu di mana penguatannya masih optimum. Misalnya suatu amplifier mempunyai frekuensi respons dari 20 Hz sampai 20 khz, artinya, amplifier tersebut mampu untuk memperkuat secara optimum sinyal-sinyal dengan frekuensi di antara 20 Hz sampai Hz, sinyal-sinyal di luar di daerah itu praktis hampir tidak diperkuat. Lalu apa hubungannya dengan kwalitas suatu amplifier? Setiap alat musik mempunyai warna nada tertentu yang ditentukan oleh sejumlah harmoniknya. Bunyi alat musik yang direproduksi oleh penguat jelas tidak boleh berubah, ini berarti semua bagian dari bunyi alat musik tersebut termasuk harmonikharmoniknya harus diperkuat secara bersamaan dengan faktor penguatan yang sama. Andaikan suatu amplifier mempunyai respons frekuensi dari 20 Hz sampai Hz. Amplifier ini kemudian dipakai untuk memperkuat sinyal bunyi alat musik yang mempunyai harmoniknya sampai melampaui Hz. Maka jelas bahwa suara yang dihasilkan oleh amplifier tidak akan sesuai dengan aslinya lagi. Lalu masalahnya adalah, sampai seberapa jauh respons frekuensi yang termasuk baik itu? Memang yang paling baik adalah penguat yang mempunyai respons frekuensi sangat lebar sekali, mulai dari dc (0 Hz) sampai tak terhingga. Tapi hal ini tidak mungkin bisa Halaman 38 dari 52

40 ter-capai, selain mengingat keterbatasan kemampuan alat, di samping itu ada beberapa pertimbangan lain yang sengaja respons frekuensi suatu amplifier sampai suatu batas tertentu. Manusia sebagai mahluk yang paling cerdas di alam ini mempunyai batas pendengaran antara 20 Hz sampai Hz. Batas ini relatip, artinya ada yang mampu sebegitu (ini termasuk orang istirnewa) atau lebih sempit, tetapi umumnya kebanyakan hanya mampu sampai Hz saja. Semakin tua kemampuan juga semakin menurun. Nah berdasarkan ini maka bunyi-bunyian yang bisa didengar oleh manusia umumnya hanyalah sampai Hz maka penguat dengan respons frekuensi dari 20 Hz sampai Hz sudah dianggap baik. Ada suatu pendapat yang menyatakan bahwa berdasarkan teori Hemholtz bahwa bunyi musik sebenar-nya merupakan deretan kejutan-kejutan bunyi yang berpadu dalam telinga kita. Menurut hasil penelitian, suatu amplifier yang baik harus mempunyai respons frekuensi sampai sepuluh kali frekuensi dari sinyal-sinyal kejutan. Sedangkan sinyal kejutan mempunyai frekuensi 20 khz ( Hz). Jadi dengan demikian amplifier harus mempunyai respons frekuensi sampai Hz. Memang suatu amplifier yang mempunyai respons frekuensi dari 20 Hz sampai 200 khz adalah sangat baik. Namun berdasarkan pengalaman praktis dengan respons 20 sampai 20 khz pun akan memberikan hasil yang baik pula, yang terpenting faktor-faktor patokan baik lainnya bisa di-penuhi. Buat apa mempunyai respons sebegitu lebar (s/d 200 khz) kalau distorsinya besar atau faktor lainnya jelek Daya output Pemilihan daya output tergantung dari beberapa faktor, antara lain, besar kecilnya ruangan tempat pemutaran reproduksi musik, efisiensi (rendemen) dari loudspeaker dan keadaan lingkungan sekitarnya (jauh atau dekat dengan tetangga, kompleks perkantoran, perdagangan dan sebagainya). Suatu sistem loudspeaker yang baik mempunyai efisiensi kira-kira 25%. Dengan efisiensi sebesar itu maka ruangan kecil cukup memakai daya watt, ruangan agak besar watt, ruangan besar watt semuanya dalam RMS watt dan bukan Musik Power (PMPO). Halaman 39 dari 52

41 Yang dimaksud dengan "Musik Power" (PMPO= Power Music Peak Output) adalah daya maksimum sesaat dari musik yang sedang direproduksi dimana distorsinya tidak melampaui batas-batas yang sudah ditentukan dalam spesifikasi teknisnya. Daya RMS atau daya gelombang sinus (sinewave power) atau pula daya kontinu (continous power) adalah daya maksimum yang dihasilkan oleh amplifier bila diberi input sinyal berupa gelombang sinusoida murni dengan tetap memperhatikan distorsi total yang tidak melebihi ketentuan spesifikasi teknis. Contoh sebuah amplifier dengan fasilitas tambahan berupa meter penunjuk daya output. Halaman 40 dari 52

42 8.4. Kelebaran Daya (Power Bandwidth) Pengertian kelebaran daya (Power Bandwidth) hampir sama dengan respons frekuensi, tetapi di sini lebih ditekankan untuk menghasilkan daya optimum. Jelasnya adalah jangkauan penguatan amplifier dalam daerah frekuensi tertentu di mana masih dihasilkan daya yang optimum. Contoh amplifier 20 watt yang mempunyai kelebaran daya 20 Hz-100 khz arti-nya amplifier tersebut dapat menghasilkan daya sekitar 20 watt di antara frekuensi 20 Hz sampai 100 khz. Di luar frekuensi itu daya yang di-hasilkan relatip lebih kecil, bahkan yang agak. jauh sangat kecil atau nol. Kelebaran daya seperti halnya dengan respons akan menentukan kwalitas reproduksi musik untuk daya yang optimum. Kelebaran daya 20 Hz sampai 200 khz adalah sangat baik dan 20 Hz sampai 20 khz sudah cukup baik Faktor Damping Yang dimaksud dengan faktor damping adalah perbandingan antara impendansi beban (loudspeaker) dengan impedansi output dalam dari amplifier. Misalnya suatu amplifier mempunyai faktor damping 50 pada beban 8 Ohm artinya impedansi dalam dari amplifier 8% ohm atau 0,16 ohm. Semakin tinggi faktor damping maka loudspeaker akan "melihat" tahanan yang semakin kecil pula dan apa artinya ini untuk loudspeaker? Kalau kita perhatikan konus (bentuk kerucut) membran loudspeaker terutama woofer (loudspeaker khusus nada bass) maka, kita akan melihat gerak mundur maju membran Halaman 41 dari 52

43 tersebut pada saat ada bunyi bass. Pada saat tersebut loudspeaker tengah mengubah sinyal listrik menjadi bunyi. Kwalitas suara yang dihasilkan loudspeaker akan sesuai dengan aslinya dengan sinyal listrik (katakan amplifier yang memperkuat sinyal musik ber-kwalitas baik hingga sinyal sesuai dengan aslinya). Sebuah loudspeaker akan mempunyai kecenderungan ber-getar setelah digetarkan oleh sinyal listrik. Kalau ini terjadi berarti getaran tidak sesuai dengan aslinya dan mungkin mengganggu sinyal berikut-nya. Agar loudspeaker bergetar jika hanya ada sinyal maka harus ada sesuatu yang menghentikan getaran tambahan tersebut. Impedansi dari amplifier seolah-olah berfungsi sebagai beban pada saat tidak ada sinyal. Jika nilai kecil maka getaran tambahan pada loudspeaker akan cepat diredam (damped). Semakin tinggi faktor damping, berarti semakin kecil impedansi dalam dan getaran tambahan akan semakin diredam. Akan tetapi adanya tahanan kabel penghubung antara amplifier dengan loudspeaker dan tahanan dari loudspeaker itu sendiri akan membatasi faktor damping pada suatu nilai tertentu. Amplifier yang baik umumnya mempunyai faktor damping 50 pada beban 8 ohm. Ada juga yang punya sampai 70 dan ini jelas baik sekali Respons Transient Transient biasanya didefinisikan sebagai bunyi yang singkat seperti misalnya yang dihasilkan oleh piano, cymbal dan alat-alat perkusi (drum, bongo, dsb). Sebenarnya instrumen lain juga menghasilkan transient, yaitu pada saat mulai dibunyikan. Amplifier yang baik harus bisa mengikuti transient (beresponsi terhadap transient). Dan karena transient mempunyai frekuensi audio yang relatip tinggi maka amplifier bisa beresponsi bila mempunyai respons frekuensi cukup lebar yaitu minimal 20 Hz sampai 20 khz Stabilitas Tidak jarang bahwa faktor stabilitas sering tidak diikutsertakan dalam spesifikasi teknis, yang sebenarnya cukup penting. Suatu amplifier yang baik akan tetap stabil dalam keadaan beban induktip (L) atau kapasitip (C) ataupun kombinsi keduanya. Karena adanya catu balik (feedback) negatip untuk mengurangi distorsi, maka ada beberapa Halaman 42 dari 52

44 amplifier yang mempunyai stabilitas sangat terbatas. Akibatnya jika beban kompleks (kombinasi L dan C) seperti yang diakibatkan oleh crossover, akan terjadi pergeseran fasa yang menyebabkan adanya catu balik positip atau ketidakstabilan. Dalam prakteknya, "problema" beban yang terutama banyak ditimbulkan oleh loud speaker elektrostatik, harus diperhitungkan secara matang. Apabila hendak menggunakan loudspeaker sejenis itu, hendaknya diperiksa apakah amplifiernya cocok atau tidak Pengatur nada Bagian ini biasanya terletak pada bagian pre-amp. Terdiri dari pengatur nada menengah (middle). Tujuan dari pemberian pengatur nada terutama adalah untuk mengkompensasi keadaan ruang akustik sehingga akan diperoleh kenyamanan dalam menikmati musik yang sedang diputar. Ada dua jenis rangkaian pengatur nada yaitu, pengatur nada pasif dan pengatur nada aktif. Amplifier modern pada umumnya menggunakan pengatur aktif yang ditemukan oleh P.J. Baxandall, karena pengatur aktif ternyata penyuguhannya jauh lebih baik daripada pengatur pasif. Gambar 8 memperlihatkan karakteristik dari jenis masing-masing pengatur. Suatu amplifier dengan pengatur nada yang mempunyai jangkauan penguatan (boost) dan penekanan (cut) sebesar 10 db (+ 3 kali) sudah cukup baik dan 20 db (10 kali) sangat baik sekali. Perlu tidaknya ada pengatur nada menengah tergantung dari selera setiap orang. Kalau suara yang dihasilkan sudah cukup dengan dua pengatur nada saja, tidak perlu memilih amplifier dengan tiga pengatur nada sebab harga-nya tentu lebih mahal. Halaman 43 dari 52

Penguat Audio. Author : lilik gunarta Publish : :41:01. Page 1

Penguat Audio. Author : lilik gunarta Publish : :41:01. Page 1 Author : lilik gunarta Publish : 05-09-2011 10:41:01 PENDAHULUAN Belum lama berselang kita telah diperkenalkan kepada suatu produk 'pemutar ulang' stereo yang mungil, yaitu walkman, cassette-recorder stereo

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PENGUKURAN

BAB III PERANCANGAN DAN PENGUKURAN BAB III PERANCANGAN DAN PENGUKURAN 3.1 Perancangan Sistem Perancangan mixer audio digital terbagi menjadi beberapa bagian yaitu : Perancangan rangkaian timer ( timer circuit ) Perancangan rangkaian low

Lebih terperinci

PERTEMUAN 2 A. Tujuan 1. Standar Kompetensi : Mengoperasi kan Pekerjaan Peralatan Audio 2. Kompetensi Dasar : Mengoperasi

PERTEMUAN 2 A. Tujuan 1. Standar Kompetensi : Mengoperasi kan Pekerjaan Peralatan Audio 2. Kompetensi Dasar : Mengoperasi PERTEMUAN 2 A. Tujuan 1. Standar Kompetensi : Mengoperasikan Pekerjaan Peralatan Audio 2. Kompetensi Dasar : Mengoperasikan Peralatan Elektronik Audio B. Pokok Bahasan : Pembacaan Buku Manual C. Sub Pokok

Lebih terperinci

POLYTRON Stereo Radio Cassette Recorder

POLYTRON Stereo Radio Cassette Recorder Data Teknis Sumber Daya Equalizer Grafik Tanggapan Frekuensi Keluaran Audio Ukuran, panjang tinggi lebar Berat : AC 110/220 Volt, 50/60 Hz DC 8 x 1,5 V Baterai UM-1 : 5 Kanal : 20-20.000 Hz : 2 x 10 Watt

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian alat serta analisis dari hasil pengujian. Tujuan dilakukan pengujian adalah mengetahui sejauh mana kinerja hasil perancangan yang

Lebih terperinci

Osiloskop (Gambar 1) merupakan alat ukur dimana bentuk gelombang sinyal listrik yang diukur akan tergambar pada layer tabung sinar katoda.

Osiloskop (Gambar 1) merupakan alat ukur dimana bentuk gelombang sinyal listrik yang diukur akan tergambar pada layer tabung sinar katoda. OSILOSKOP Osiloskop (Gambar 1) merupakan alat ukur dimana bentuk gelombang sinyal listrik yang diukur akan tergambar pada layer tabung sinar katoda. Gambar 1. Osiloskop Tujuan : untuk mempelajari cara

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KOMUNIKASI DUA ARAH DENGAN SISTEM MODULASI FM

PERANCANGAN SISTEM KOMUNIKASI DUA ARAH DENGAN SISTEM MODULASI FM ISSN: 1693-6930 81 PERANCANGAN SISTEM KOMUNIKASI DUA ARAH DENGAN SISTEM MODULASI FM Makmur 1, Tole Sutikno 2 1 PT. Semen Tonasa (Persero) Jl. Chairil Anwar No. 1, Makassar 09113, Telp. (0411) 321823 Fax.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 9 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Amplifier Amplifier adalah komponen elektronika yang dipakai untuk menguatkan daya atau tenaga secara umum. Dalam penggunaannya, amplifier menguatkan signal suara yaitu memperkuat

Lebih terperinci

1. PENGERTIAN PEMANCAR RADIO

1. PENGERTIAN PEMANCAR RADIO 1. PENGERTIAN PEMANCAR RADIO 2. SISTEM MODULASI DALAM PEMANCAR GELOMBANG RADIO Modulasi merupakan metode untuk menumpangkan sinyal suara pada sinyal radio. Maksudnya, informasi yang akan disampaikan kepada

Lebih terperinci

Di bawah ini adalah tabel tanggapan frekuensi dari alat-alat music.

Di bawah ini adalah tabel tanggapan frekuensi dari alat-alat music. 1. Jangkauan respon frekuensi speaker. Pertama-tama yang harus diketahui bahwa speaker mereproduksi suara dari perangkatperangkat elektronik yang menyertainya( CD player, amplifier, processor dan lain-lain.),

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM. Dalam tugas akhir ini dirancang sebuah modulator BPSK dengan bit rate

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM. Dalam tugas akhir ini dirancang sebuah modulator BPSK dengan bit rate BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM 3.1 Gambaran Umum Dalam tugas akhir ini dirancang sebuah modulator BPSK dengan bit rate 64 Kbps untuk melakukan proses modulasi terhadap sinyal data digital. Dalam

Lebih terperinci

Dalam sistem komunikasi saat ini bila ditinjau dari jenis sinyal pemodulasinya. Modulasi terdiri dari 2 jenis, yaitu:

Dalam sistem komunikasi saat ini bila ditinjau dari jenis sinyal pemodulasinya. Modulasi terdiri dari 2 jenis, yaitu: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka Realisasi PLL (Phase Locked Loop) sebagai modul praktikum demodulator FM sebelumnya telah pernah dibuat oleh Rizal Septianda mahasiswa Program Studi Teknik

Lebih terperinci

POLYTRON Stereo Radio Cassette Recorder

POLYTRON Stereo Radio Cassette Recorder Terimakasih atas kepercayaan anda pada produk kami. POLYTRON Stereo Radio Cassette Recorder Diproduksi oleh : PT. Hartono Istana Teknologi Bacalah buku petunjuk ini dengan teliti sebelum anda mengoperasikan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan III-1 BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Perancangan Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan menghasilkan suatu sistem yang dapat mengontrol cahaya pada lampu pijar untuk pencahayaanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Percobaan Mempelajari karakteristik statik penguat opersional (Op Amp )

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Percobaan Mempelajari karakteristik statik penguat opersional (Op Amp ) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tujuan Percobaan Mempelajari karakteristik statik penguat opersional (Op Amp ) 1.2 Alat Alat Yang Digunakan Kit praktikum karakteristik opamp Voltmeter DC Sumber daya searah ( DC

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. Blok diagram carrier recovery dengan metode costas loop yang

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. Blok diagram carrier recovery dengan metode costas loop yang BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI 3.1 Perancangan Alat Blok diagram carrier recovery dengan metode costas loop yang direncanakan diperlihatkan pada Gambar 3.1. Sinyal masukan carrier recovery yang berasal

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA MERANGKAI DAN MENGUJI OPERASIONAL AMPLIFIER UNIT : VI

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA MERANGKAI DAN MENGUJI OPERASIONAL AMPLIFIER UNIT : VI LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA MERANGKAI DAN MENGUJI OPERASIONAL AMPLIFIER UNIT : VI NAMA : REZA GALIH SATRIAJI NOMOR MHS : 37623 HARI PRAKTIKUM : SENIN TANGGAL PRAKTIKUM : 3 Desember 2012 LABORATORIUM

Lebih terperinci

B B BA I PEN EN A D HU LU N 1.1. Lat L ar B l e ak an Mas M al as ah

B B BA I PEN EN A D HU LU N 1.1. Lat L ar B l e ak an Mas M al as ah BAB I PENDAHULUAN Pada tugas akhir ini penulis akan merancang dan membuat penguat audio kelas D tanpa tapis induktor-kapasitor (LC) yang memanfaatkan modulasi tiga aras. Pada bab I, penulis akan menjelaskan

Lebih terperinci

Penguat Oprasional FE UDINUS

Penguat Oprasional FE UDINUS Minggu ke -8 8 Maret 2013 Penguat Oprasional FE UDINUS 2 RANGKAIAN PENGUAT DIFERENSIAL Rangkaian Penguat Diferensial Rangkaian Penguat Instrumentasi 3 Rangkaian Penguat Diferensial R1 R2 V1 - Vout V2 R1

Lebih terperinci

Model 1 Model 2

Model 1 Model 2 PETUNJUK MENGATASI MASALAH Ikuti petunjuk di bawah ini jika pesawat mengalami gangguan atau tidak dapat berfungsi secara normal. Kelainan Pesawat tidak hidup/ tidak ada suara. Suara Tape kurang jelas,

Lebih terperinci

Kode Unit Kompetensi : SPL.KS Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Unit Kompetensi : SPL.KS Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI Kode Unit Kompetensi : SPL.KS21.222.00 Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN 3.1. Blok Diagram Sistem Untuk mempermudah penjelasan dan cara kerja alat ini, maka dibuat blok diagram. Masing-masing blok diagram akan dijelaskan lebih rinci

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April 2014 sampai dengan selesai.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April 2014 sampai dengan selesai. III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April 2014 sampai dengan selesai. Perancangan, pembuatan serta pengujian alat dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS Untuk mengetahui apakah hasil rancangan yang dibuat sudah bekerja sesuai dengan fungsinya atau tidak, perlu dilakukan pengujian dan beberapa pengukuran pada beberapa test point

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan tentang perancangan perangkat keras dari tugas akhir yang berjudul Penelitian Sistem Audio Stereo dengan Media Transmisi Jala-jala Listrik. 3.1.

Lebih terperinci

Mono Amplifier Class D menggunakan Semikron SKHI 22B dan IGBT Module Semikron SKM75GB128DN

Mono Amplifier Class D menggunakan Semikron SKHI 22B dan IGBT Module Semikron SKM75GB128DN JURNAL DIMENSI TEKNIK ELEKTRO Vol. 1, No. 1, (2013) 29-36 29 Mono Amplifier Class D menggunakan Semikron SKHI 22B dan IGBT Module Semikron SKM75GB128DN Ivan Christanto Jurusan Teknik Elektro, Universitas

Lebih terperinci

TUJUAN Setelah menyelesaikan perkuliahan ini peserta mampu:

TUJUAN Setelah menyelesaikan perkuliahan ini peserta mampu: TUJUAN Setelah menyelesaikan perkuliahan ini peserta mampu: Menggunakan rumus-rumus dalam rangkaian elektronika untuk menganalisis rangkaian pengkondisi sinyal pasif Menggunakan kaidah, hukum, dan rumus

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret - Mei 2015 dan tempat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret - Mei 2015 dan tempat III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret - Mei 205 dan tempat pelaksanaan penelitian ini di Laboratorium Elektronika Jurusan Fisika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMINDAHAN MESIN PENGGELAR ASPAL

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMINDAHAN MESIN PENGGELAR ASPAL MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMINDAHAN MESIN PENGGELAR ASPAL NO. KODE : -I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 2 BAB III METODE PENELITIAN Pada skripsi ini metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen (uji coba). Tujuan yang ingin dicapai adalah membuat suatu alat yang dapat mengkonversi tegangan DC ke AC.

Lebih terperinci

Teknik Sistem Komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN

Teknik Sistem Komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Model Sistem Komunikasi Sinyal listrik digunakan dalam sistem komunikasi karena relatif gampang dikontrol. Sistem komunikasi listrik ini mempekerjakan sinyal listrik untuk membawa

Lebih terperinci

Penguat Inverting dan Non Inverting

Penguat Inverting dan Non Inverting 1. Tujuan 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian op-amp sebagai penguat inverting dan non inverting. 2. Mengamati fungsi kerja dari masing-masing penguat 3. Mahasiswa dapat menghitung penguatan

Lebih terperinci

Elektronika Lanjut. Herman Dwi Surjono, Ph.D.

Elektronika Lanjut. Herman Dwi Surjono, Ph.D. Elektronika Lanjut Herman Dwi Surjono, Ph.D. Elektronika Lanjut Disusun Oleh: Herman Dwi Surjono, Ph.D. 2009 All Rights Reserved Hak cipta dilindungi undang-undang Penyunting : Tim Cerdas Ulet Kreatif

Lebih terperinci

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING)

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING) INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING) I. TUJUAN Tujuan dari pembuatan modul Penguat Inverting ini adalah: 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian penguat inverting sebagai

Lebih terperinci

Pengkondisian Sinyal. Rudi Susanto

Pengkondisian Sinyal. Rudi Susanto Pengkondisian Sinyal Rudi Susanto Tujuan Perkuliahan Mahasiswa dapat menjelasakan rangkaian pengkondisi sinyal sensor Mahasiswa dapat menerapkan penggunaan rangkaian pengkondisi sinyal sensor Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Tujuan Perancangan Tujuan dari perancangan ini adalah untuk menentukan spesifikasi kerja alat yang akan direalisasikan melalui suatu pendekatan analisa perhitungan, analisa

Lebih terperinci

MODUL - 04 Op Amp ABSTRAK

MODUL - 04 Op Amp ABSTRAK MODUL - 04 Op Amp Yuri Yogaswara, Asri Setyaningrum 90216301 Program Studi Magister Pengajaran Fisika Institut Teknologi Bandung yogaswarayuri@gmail.com ABSTRAK Pada percobaan praktikum Op Amp ini digunakan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT PEMBANGKIT EFEK SURROUND DENGAN IC BUCKET-BRIGADE DEVICE (BBD) MN 3008

RANCANG BANGUN ALAT PEMBANGKIT EFEK SURROUND DENGAN IC BUCKET-BRIGADE DEVICE (BBD) MN 3008 RANCANG BANGUN ALAT PEMBANGKIT EFEK SURROUND DENGAN IC BUCKET-BRIGADE DEVICE (BBD) MN 3008 Albert Mandagi Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Universitas Trisakti Jalan Kiai Tapa 1, Jakarta

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II DEPARTEMEN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK A. OP-AMP Sebagai Peguat TUJUAN PERCOBAAN PERCOBAAN VII OP-AMP SEBAGAI PENGUAT DAN KOMPARATOR

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM AUDIO SECARA WIRELESS TRANSMITTER MENGGUNAKAN LASER POINTER

PEMODELAN SISTEM AUDIO SECARA WIRELESS TRANSMITTER MENGGUNAKAN LASER POINTER PEMODELAN SISTEM AUDIO SECARA WIRELESS TRANSMITTER MENGGUNAKAN LASER POINTER Eko Supriyatno, Siswanto Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana Jakarta Email : anzo.siswanto@gmail.com

Lebih terperinci

Tipe op-amp yang digunakan pada tugas akir ini adalah LT-1227 buatan dari Linear Technology dengan konfigurasi pin-nya sebagai berikut:

Tipe op-amp yang digunakan pada tugas akir ini adalah LT-1227 buatan dari Linear Technology dengan konfigurasi pin-nya sebagai berikut: BAB III PERANCANGAN Pada bab ini berisi perancangan pedoman praktikum dan perancangan pengujian pedoman praktikum dengan menggunakan current feedback op-amp. 3.. Perancangan pedoman praktikum Pada pelaksanaan

Lebih terperinci

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM KOMUNIKASI RADIO SEMESTER V TH 2013/2014 JUDUL REJECTION BAND AMPLIFIER GRUP 06 5B PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI JAKARTA PEMBUAT

Lebih terperinci

REKAYASA CATU DAYA MULTIGUNA SEBAGAI PENDUKUNG KEGIATAN PRAKTIKUM DI LABORATORIUM. M. Rahmad

REKAYASA CATU DAYA MULTIGUNA SEBAGAI PENDUKUNG KEGIATAN PRAKTIKUM DI LABORATORIUM. M. Rahmad REKAYASA CATU DAYA MULTIGUNA SEBAGAI PENDUKUNG KEGIATAN PRAKTIKUM DI LABORATORIUM M. Rahmad Laoratorium Pendidikan Fisika PMIPA FKIP UR e-mail: rahmadm10@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini adalah untuk merekayasa

Lebih terperinci

PEMBUATAN AUDIO UNTUK MENGOLAH SINYAL INPUT DARI HANDPHONE

PEMBUATAN AUDIO UNTUK MENGOLAH SINYAL INPUT DARI HANDPHONE PEMBUATAN AUDIO UNTUK MENGOLAH SINYAL INPUT DARI HANDPHONE Mohamad Amin Teknik Mesin Politeknik Negeri Balikpapan e-mail: mohamad.amin@poltekba.ac.id Abstract Has conducted experiments in the manufacture

Lebih terperinci

Bab III. Operational Amplifier

Bab III. Operational Amplifier Bab III Operational Amplifier 30 3.1. Masalah Interfacing Interfacing sebagai cara untuk menggabungkan antara setiap komponen sensor dengan pengontrol. Dalam diagram blok terlihat hanya berupa garis saja

Lebih terperinci

PEMANCAR DAN PENERIMA RADIO MOD. f c AUDIO AMPL. f LO MOD FREK LOCAL OSCIL

PEMANCAR DAN PENERIMA RADIO MOD. f c AUDIO AMPL. f LO MOD FREK LOCAL OSCIL VII. PEMANCAR DAN PENERIMA RADIO VII.1. BLOK DIAGRAM PEMANCAR AM / FM a. MOD Sinyal AM / FM / SSB Antena b. MOD AMP POWER Mikr s.akustik s. Listrik f LO LOCAL OSCIL Antena c. MOD FREK FREQ. MULTI PLIER

Lebih terperinci

PENGUAT OPERASIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) Laporan Praktikum

PENGUAT OPERASIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) Laporan Praktikum PENGUAT OPERASIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) Laporan Praktikum ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Elektronika Dasar yang diampu oleh Drs. Agus Danawan, M.Si Disusun oleh Anisa Fitri Mandagi

Lebih terperinci

Praktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA

Praktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA DEPARTEMEN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2010 MODUL IV MOSFET TUJUAN PERCOBAAN 1. Memahami prinsip kerja JFET dan MOSFET. 2. Mengamati dan memahami

Lebih terperinci

Dengan Hs = Fungsi alih Vout = tegang keluran Vin = tegangan masukan

Dengan Hs = Fungsi alih Vout = tegang keluran Vin = tegangan masukan KEGIATAN BELAJAR 5 A. Tujuan 1. Mahasiswa mengetahui pengertian, prinsip kerja, dan karakteristik filter lolos bawah. 2. Mahasiswa dapat menganalisa rangkaian filter lolos bawah dengan memanfaatkan progam

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS PEMBINAAN KOMPETENSI KELOMPOK KERJA NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka 59 BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1. Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat Mulai Tinjauan pustaka Simulasi dan perancangan alat untuk pengendali kecepatan motor DC dengan kontroler PID analog

Lebih terperinci

BAB 7. INSTRUMENTASI UNTUK PENGUKURAN KEBISINGAN

BAB 7. INSTRUMENTASI UNTUK PENGUKURAN KEBISINGAN BAB 7. INSTRUMENTASI UNTUK PENGUKURAN KEBISINGAN 7.1. TUJUAN PENGUKURAN Ada banyak alasan untuk membuat pengukuran kebisingan. Data kebisingan berisi amplitudo, frekuensi, waktu atau fase informasi, yang

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1. Tinjauan Umum Alat Alat ini menggunakan system PLL hanya pada bagian pemancar, terdapat juga penerima, dan rangkaian VOX atau voice operated switch, dimana proses pengalihan

Lebih terperinci

JOBSHEET 2 PENGUAT INVERTING

JOBSHEET 2 PENGUAT INVERTING JOBSHEET 2 PENGUAT INVERTING A. TUJUAN Tujuan dari pembuatan modul Penguat Inverting ini adalah: 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian penguat inverting sebagai aplikasi dari rangkaian Op-Amp.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab tiga ini akan dijelaskan mengenai perancangan dari perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan pada alat ini. Dimulai dari uraian perangkat keras lalu uraian perancangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada dua tempat yaitu di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada dua tempat yaitu di Laboratorium 45 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan pada dua tempat yaitu di Laboratorium Pemodelan Fisika untuk perancangan perangkat lunak (software) program analisis

Lebih terperinci

PENULISAN ILMIAH LAMPU KEDIP

PENULISAN ILMIAH LAMPU KEDIP PENULISAN ILMIAH LAMPU KEDIP BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Integrated Circuit 4017 Integrated Circuit 4017 adalah jenis integrated circuit dari keluarga Complentary Metal Oxide Semiconductor (CMOS). Beroperasi

Lebih terperinci

POLYTRON Stereo Radio Cassette Recorder

POLYTRON Stereo Radio Cassette Recorder KELAINAN Suara Tape kurang jelas, terutama nada tinggi. Suara Tape bergelombang. Tombol rekam tidak dapat ditekan. Suara radio FM mengandung noise. KEMUNGKINAN - Head tape kotor. - Rekaman kaset jelek.

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Perangkat UniTrain-I dan MCLS-modular yang digunakan dalam Digital Signal Processing (Lucas-Nulle, 2012)

Gambar 2.1 Perangkat UniTrain-I dan MCLS-modular yang digunakan dalam Digital Signal Processing (Lucas-Nulle, 2012) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Digital Signal Processing Pada masa sekarang ini, pengolahan sinyal secara digital yang merupakan alternatif dalam pengolahan sinyal analog telah diterapkan begitu luas. Dari

Lebih terperinci

Modul VIII Filter Aktif

Modul VIII Filter Aktif Modul VIII Filter Aktif. Tujuan Praktikum Praktikan dapat mengetahui fungsi dan kegunaan dari sebuah filter. Praktikan dapat mengetahui karakteristik sebuah filter. Praktikan dapat membuat suatu filter

Lebih terperinci

Workshop Instrumentasi Industri Page 1

Workshop Instrumentasi Industri Page 1 INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 1 (PENGUAT NON-INVERTING) I. Tujuan a. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian, prinsip kerja, dan karakteristik penguat non-inverting b. Mahasiswa dapat merancang,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Blok diagram Dibawah ini adalah gambar blok diagram dari sistem audio wireless transmitter menggunakan laser yang akan di buat : Audio player Transmitter Speaker Receiver

Lebih terperinci

SISTEM PERINGATAN UNTUK PENGAMANAN RUMAH TERHADAP PENCURIAN DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR SENTUH

SISTEM PERINGATAN UNTUK PENGAMANAN RUMAH TERHADAP PENCURIAN DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR SENTUH SISTEM PERINGATAN UNTUK PENGAMANAN RUMAH TERHADAP PENCURIAN DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR SENTUH Ir. Subijanto, M.Sc., SE Dosen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Nurtanio Bandung Jl. Pajajaran No.

Lebih terperinci

POLYTRON Stereo Radio Cassette Recorder

POLYTRON Stereo Radio Cassette Recorder Terimakasih atas kepercayaan anda pada produk kami. POLYTRON Stereo Radio Cassette Recorder Diproduksi oleh : PT. Hartono Istana Teknologi Bacalah buku petunjuk ini dengan teliti sebelum anda mengoperasikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS 4.1. Topik 1. Rangkaian Pemicu SCR dengan Menggunakan Rangkaian RC (Penyearah Setengah Gelombang dan Penyearah Gelombang Penuh). A. Penyearah Setengah Gelombang Gambar

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan perancangan sistem perangkat keras dari UPS (Uninterruptible Power Supply) yang dibuat dengan menggunakan inverter PWM level... Gambaran Sistem input

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM 25 BAB III PERANCANGAN SISTEM Sistem monitoring ini terdiri dari perangkat keras (hadware) dan perangkat lunak (software). Perangkat keras terdiri dari bagian blok pengirim (transmitter) dan blok penerima

Lebih terperinci

JOBSHEET PRAKTIKUM 8 HIGH PASS FILTER

JOBSHEET PRAKTIKUM 8 HIGH PASS FILTER JOBSHEET PRAKTIKUM 8 HIGH PASS FILTER A. Tujuan Mahasiswa diharapkan dapat a. Mengetahui pengertian, prinsip kerja, dan karakteristik High Pass Filter. b. Merancang, merakit dan menguji rangkaian High

Lebih terperinci

KOMUNIKASI DATA PROGRAM STUDI TEKNIK KOMPUTER DOSEN : SUSMINI I. LESTARININGATI, M.T

KOMUNIKASI DATA PROGRAM STUDI TEKNIK KOMPUTER DOSEN : SUSMINI I. LESTARININGATI, M.T KOMUNIKASI DATA PROGRAM STUDI TEKNIK KOMPUTER 3 GANJIL 2017/2018 DOSEN : SUSMINI I. LESTARININGATI, M.T Sinyal Digital Selain diwakili oleh sinyal analog, informasi juga dapat diwakili oleh sinyal digital.

Lebih terperinci

Modul 02: Elektronika Dasar

Modul 02: Elektronika Dasar Modul 02: Elektronika Dasar Alat Ukur, Rangkaian Thévenin, dan Rangkaian Tapis Reza Rendian Septiawan February 4, 2015 Pada praktikum kali ini kita akan mempelajari tentang beberapa hal mendasar dalam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei 2012. Adapun tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di Laboratorium Elektronika Dasar

Lebih terperinci

SAKLAR YANG DIAKTIFKAN DENGAN GELOMBANG SUARA SEBAGAI PELENGKAP SARANA TATA SUARA

SAKLAR YANG DIAKTIFKAN DENGAN GELOMBANG SUARA SEBAGAI PELENGKAP SARANA TATA SUARA ISSN: 1693-6930 39 SAKLAR YANG DIAKTIFKAN DENGAN GELOMBANG SUARA SEBAGAI PELENGKAP SARANA TATA SUARA Adi Wisaksono Teknik Elektro Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof. H. Sudarto, SH Tembalang Semarang

Lebih terperinci

MODUL 08 Penguat Operasional (Operational Amplifier)

MODUL 08 Penguat Operasional (Operational Amplifier) P R O G R A M S T U D I F I S I K A F M I P A I T B LABORATORIUM ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI MODUL 08 Penguat Operasional (Operational Amplifier) 1 TUJUAN Memahami prinsip kerja Operational Amplifier.

Lebih terperinci

AMPLIFIER STEREO DENGAN UMPAN BALIK AKUSTIK UNTUK PENGUATAN AUDIO

AMPLIFIER STEREO DENGAN UMPAN BALIK AKUSTIK UNTUK PENGUATAN AUDIO AMPLIFIER STEREO DENGAN UMPAN BALIK AKUSTIK UNTUK PENGUATAN AUDIO TUGAS AKHIR DISUSUN OLEH: YOSEF TRI ATMOKO 02.50.0098 FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Januari 2013.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Januari 2013. III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Januari 2013. Perancangan alat penelitian dilakukan di Laboratorium Elektronika, Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. (Beat Frequency Oscilator) dapat dilihat pada gambar 3.1. Gambar 3.1. Blok diagram sistem

BAB III PERANCANGAN ALAT. (Beat Frequency Oscilator) dapat dilihat pada gambar 3.1. Gambar 3.1. Blok diagram sistem BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Blok Diagram Sistem Secara lengkap, blok diagram detektor logam dengan menggunakan BFO (Beat Frequency Oscilator) dapat dilihat pada gambar 3.1. Gambar 3.1. Blok diagram sistem

Lebih terperinci

TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1)

TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1) TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1) DASAR ELEKTRONIKA KOMPONEN ELEKTRONIKA SISTEM BILANGAN KONVERSI DATA LOGIC HARDWARE KOMPONEN ELEKTRONIKA PASSIVE ELECTRONIC ACTIVE ELECTRONICS (DIODE

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Pada perancangan alat untuk sistem demodulasi yang dirancang, terdiri dari

BAB III PERANCANGAN ALAT. Pada perancangan alat untuk sistem demodulasi yang dirancang, terdiri dari BAB III PERANCANGAN ALAT Pada perancangan alat untuk sistem demodulasi yang dirancang, terdiri dari beberapa perangkat keras (Hardware) yang akan dibentuk menjadi satu rangkaian pemodulasi sinyal digital

Lebih terperinci

Dasar- dasar Penyiaran

Dasar- dasar Penyiaran Modul ke: Fakultas FIKOM Dasar- dasar Penyiaran AMPLITUDO MODULATON FREQUENCY MODULATON SHORT WAVE (SW) CARA KERJA PEMANCAR RADIO Drs.H.Syafei Sikumbang,M.IKom Program Studi BROAD CASTING Judul Sub Bahasan

Lebih terperinci

DASAR PENGUKURAN LISTRIK

DASAR PENGUKURAN LISTRIK DASAR PENGUKURAN LISTRIK OUTLINE 1. Objektif 2. Teori 3. Contoh 4. Simpulan Objektif Teori Tujuan Pembelajaran Mahasiswa mampu: Menjelaskan dengan benar mengenai prinsip dasar pengukuran. Mengukur arus,

Lebih terperinci

MAKALAH Speaker Aktif. Disusun oleh : Lentera Fajar Muhammad X MIA 9/18. SMA 1 KUDUS Jl. Pramuka 41 telp. (0291)

MAKALAH Speaker Aktif. Disusun oleh : Lentera Fajar Muhammad X MIA 9/18. SMA 1 KUDUS Jl. Pramuka 41 telp. (0291) MAKALAH Speaker Aktif Disusun oleh : Lentera Fajar Muhammad X MIA 9/18 SMA 1 KUDUS Jl. Pramuka 41 telp. (0291) 431368. KUDUS-59319 1 Kata Pengantar Bismillahirrahmanirrahim. Segala puji hanya milik Allah

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT STEREO ROTATOR AND BLENDER

RANCANG BANGUN ALAT STEREO ROTATOR AND BLENDER Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer RANCANG BANGUN ALAT STEREO ROTATOR AND BLENDER (Equipment Design of Stereo Rotator and Blender) Albert Mandagi 1, Richie Estrada 2, Stanley Andhieka 3 1 Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

Modul 04: Op-Amp. Penguat Inverting, Non-Inverting, dan Comparator dengan Histeresis. 1 Alat dan Komponen. 2 Teori Singkat

Modul 04: Op-Amp. Penguat Inverting, Non-Inverting, dan Comparator dengan Histeresis. 1 Alat dan Komponen. 2 Teori Singkat Modul 04: Op-Amp Penguat Inverting, Non-Inverting, dan Comparator dengan Histeresis Reza Rendian Septiawan March 3, 2015 Op-amp merupakan suatu komponen elektronika aktif yang dapat menguatkan sinyal dengan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM TELEKOMUNIKASI ANALOG PERCOBAAN OSILATOR. Disusun Oleh : Kelompok 2 DWI EDDY SANTOSA NIM

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM TELEKOMUNIKASI ANALOG PERCOBAAN OSILATOR. Disusun Oleh : Kelompok 2 DWI EDDY SANTOSA NIM LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM TELEKOMUNIKASI ANALOG PERCOBAAN OSILATOR Disusun Oleh : Kelompok 2 DWI EDDY SANTOSA NIM. 1141160049 JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL 2011/2012 POLITEKNIK NEGERI MALANG jl.soekarno

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN Pada bab ini dilakukan proses akhir dari pembuatan alat Tugas Akhir, yaitu pengujian alat yang telah selesai dirancang. Tujuan dari proses ini yaitu agar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tahapan Penelitian Dalam pembuatan modem TNC sederhana yang penulis ajukan tentu saja harus memiliki tahapan agar semua kegiatan perancangan ini tidak keluar dari konteks

Lebih terperinci

SOAL PRAKTIK KEJURUAN

SOAL PRAKTIK KEJURUAN DOKUMEN NEGARA P 3 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2008/2009 SOAL PRAKTIK KEJURUAN Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Program Keahlian : Teknik Audio Vidio

Lebih terperinci

VOLTAGE PROTECTOR. SUTONO, MOCHAMAD FAJAR WICAKSONO Program Studi Teknik Komputer, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia

VOLTAGE PROTECTOR. SUTONO, MOCHAMAD FAJAR WICAKSONO Program Studi Teknik Komputer, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia bidang TEKNIK VOLTAGE PROTECTOR SUTONO, MOCHAMAD FAJAR WICAKSONO Program Studi Teknik Komputer, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia Listrik merupakan kebutuhan yang sangat

Lebih terperinci

EKSPERIMEN VIII PEMBANGKIT GELOMBANG (OSILATOR)

EKSPERIMEN VIII PEMBANGKIT GELOMBANG (OSILATOR) EKSPERIMEN VIII PEMBANGKIT GELOMBANG (OSILATOR) PENGANTAR Banyak sistem elektronik menggunakan rangkaian yang mengubah energi DC menjadi berbagai bentuk AC yang bermanfaat. Osilator, generator, lonceng

Lebih terperinci

USER MANUAL ALARM ANTI MALING MATA PELAJARAN : ELEKTRONIKA PENGENDALI DAN OTOMASI

USER MANUAL ALARM ANTI MALING MATA PELAJARAN : ELEKTRONIKA PENGENDALI DAN OTOMASI USER MANUAL ALARM ANTI MALING MATA PELAJARAN : ELEKTRONIKA PENGENDALI DAN OTOMASI PELAJAR ELEKTRONIKA INDUSTRI 2008 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO SMK NEGERI 3 BOYOLANGU TULUNGAGUNG 2 CREW Agung Wahyu Sekar Alam

Lebih terperinci

PERCOBAAN VIII TRANSDUSER UNTUK PENGUKURAN SUARA

PERCOBAAN VIII TRANSDUSER UNTUK PENGUKURAN SUARA PERCOBAAN VIII TRANSDUSER UNTUK PENGUKURAN SUARA A. TUJUAN PERCOBAAN : Setelah melakukan praktek, mahasiswa diharapkan dapat : 1. Mengetahui konstruksi dasar dan karakteristik dari sebuah microphone dynamic

Lebih terperinci

BAB 3. METODE PENELITIAN

BAB 3. METODE PENELITIAN BAB 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini direncanakan selama sepuluh bulan yang dimulai dari bulan Februari sampai dengan November 2015. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

Lampiran A. Praktikum Current Feedback OP-AMP. Percobaan I Karakteristik Op-Amp CFA(R in,vo max. Slew rate)

Lampiran A. Praktikum Current Feedback OP-AMP. Percobaan I Karakteristik Op-Amp CFA(R in,vo max. Slew rate) Lampiran A Praktikum Current Feedback OP-AMP Percobaan I Karakteristik Op-Amp CFA(R in,vo max. Slew rate) Waktu : 3 jam (praktikum dan pembuatan laporan) dipersiapkan oleh: Reinhard A. TUJUAN Menganalisa

Lebih terperinci

Microphone dan Loudspeaker

Microphone dan Loudspeaker Microphone dan Loudspeaker Microphone atau sering ditulis mikropon adalah suatu alat yang dapat mengubah getaran suara menjadi getaran listrik. Microphone merupakan salah satu sumber pokok dan merupakan

Lebih terperinci

Bahan Tabel 1. Bahan yang dibutuhkan pada rangkaian pre-amp Nilai Rangkaian Pre-amp mic No. Komponen Satu Transistor

Bahan Tabel 1. Bahan yang dibutuhkan pada rangkaian pre-amp Nilai Rangkaian Pre-amp mic No. Komponen Satu Transistor INDIKATOR CAPAIAN PEMBELAJARAN PRAKTIK Dengan mempelajari dan praktik menggunakan Labsheet Sistem Audio topik Praktik Microphone, diharapkan mahasiswa mampu: 1. Menyusun dan menganalisis rangkaian microphone

Lebih terperinci

Perancangan Sistim Elektronika Analog

Perancangan Sistim Elektronika Analog Petunjuk Praktikum Perancangan Sistim Elektronika Analog Lab. Elektronika Industri Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Lab 1. Amplifier Penguat Dengan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI DIREKTORAT STANDARDISASI POS DAN TELEKOMUNIKASI

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI DIREKTORAT STANDARDISASI POS DAN TELEKOMUNIKASI DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI DIREKTORAT STANDARDISASI POS DAN TELEKOMUNIKASI SPESIFIKASI TEKNIS PERANGKAT TELEKOMUNIKASI PERSYARATAN TEKNIS PERANGKAT RADIO SIARAN KELOMPOK

Lebih terperinci

1. PRINSIP KERJA CATU DAYA LINEAR

1. PRINSIP KERJA CATU DAYA LINEAR 1. PRINSIP KERJA CATU DAYA LINEAR Perangkat elektronika mestinya dicatu oleh suplai arus searah DC (direct current) yang stabil agar dapat bekerja dengan baik. Baterai atau accu adalah sumber catu daya

Lebih terperinci

BAB II ANALOG SIGNAL CONDITIONING

BAB II ANALOG SIGNAL CONDITIONING BAB II ANALOG SIGNAL CONDITIONING 2.1 Pendahuluan Signal Conditioning ialah operasi untuk mengkonversi sinyal ke dalam bentuk yang cocok untuk interface dengan elemen lain dalam sistem kontrol. Process

Lebih terperinci

MODUL 08 OPERATIONAL AMPLIFIER

MODUL 08 OPERATIONAL AMPLIFIER MODUL 08 OPERATIONAL AMPLIFIER 1. Tujuan Memahami op-amp sebagai penguat inverting dan non-inverting Memahami op-amp sebagai differensiator dan integrator Memahami op-amp sebagai penguat jumlah 2. Alat

Lebih terperinci