ORIENTASI PERUBAHAN MATA PENCAHARIAN PETANI DI KECAMATAN PARONGPONG KABUPATEN BANDUNG BARAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ORIENTASI PERUBAHAN MATA PENCAHARIAN PETANI DI KECAMATAN PARONGPONG KABUPATEN BANDUNG BARAT"

Transkripsi

1 1 Antologi Geografi, Volume 1, Nomor 1, April 2013 ORIENTASI PERUBAHAN MATA PENCAHARIAN PETANI DI KECAMATAN PARONGPONG KABUPATEN BANDUNG BARAT Oleh : L. Octa Rolina *) Departemen Pendidikan Geografi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK Penelitian ini dilatar belakangi oleh permasalahan pertumbuhan penduduk Kecamatan Parongpong yang semakin tinggi, mengakibatkan kebutuhan akan lahan semakin meningkat. Hal itu mendorong terjadinya perubahan fungsi lahan dari pertanian ke non-pertanian. Menyempitnya lahan pertanian mengakibatkan penurunan jumlah petani dan terjadi pergeseran lapangan pekerjaan di bidang pertanian sehingga mengakibatkan terjadinya di kecamatan Parongpong. Perubahan itu dipengaruhi oleh factor usia, jenis kelamin, pendidikan, keterampilan, pendapatan dan Luas Pemilikan Lahan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif dengan alat pengumpul data berupa observasi, wawancara, studi literatur, dan studi dokumentasi. Dalam menganalisis data digunakan rumus Chi Square untuk mengukur terdapatnya pengaruh atau tidak. Hasil analisis data menunjukan bahwa tidak terdapat pengaruh antara usia pencaharian, memiliki nilai signifikasi (0,649). Terdapat pengaruh antara jenis kelamin pencaharian, memiliki nilai signifikasi (0,037) dan nilai kontingensi C (0,202) lemah. Terdapat pengaruh antara tingkat pendidikan dengan orientasi perubahan mata pencaharian, memiliki nilai signifikasi (0,026) dan nilai kontingensi 0,175) lemah. Terdapat pengaruh antara keterampilan pencaharian, memiliki nilai signifikasi (0,004) dan nilai kontingensi C (0,327) lemah. Terdapat pengaruh antara tingkat pendapatan pencaharian, memiliki nilai signifikasi (0,006) dan nilai kontingensi C (0,183) lemah. Tidak terdapat pengaruh antara luas pemilikan lahan dengan memiliki nilai signifikasi (0,876). Kata Kunci : Usia, Jenis Kelamin, Pendidikan, Keterampilan, Pendapatan, Luas Pemilikan Lahan dan Orientasi Perubahan Mata Pencaharian *) Penulis Penanggung Jawab

2 Rolina 2 Orientasi Perubahan Mata Pencaharian Petani di Kecamatan Parongpong PENDAHULUAN Pertumbuhan penduduk yang semakin pesat mengakibatkan kebutuhan akan lahan untuk tempat tinggal juga semakin bertambah. Ketika suatu kota sudah tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan lahan untuk tempat tinggal maka akibatnya masyarakat akan cenderung mencari tempat tinggal di daerah pinggiran kota. Pertumbuhan penduduk yang berlebihan dapat menimbulkan masalah pokok seperti makanan, lapangan kerja, permukiman, pendidikan dan lain sebagainya. Kecamatan Parongpong sebagai salah satu daerah pinggiran merupakan daerah yang strategis karena letaknya yang berdekatan dengan kota Cimahi dan kota Bandung. Tidak jauh dari kecamatan ini terdapat banyak universitas seperti Polban, UPI, UNPAS, ST Pariwisata, Universitas Maranata, Poltekpos, dan lain-lain yang menjadikan kawasan tersebut menjadi penopang kawasan pendidikan. Begitupun dengan adanya akses jalan tol Cipularang yang pintu pertama untuk Kota Bandung dan Kota Cimahi berada di Baros dan Pasteur memudahkan orang-orang luar kota terutama Jakarta mengakses Kecamatan Parongpong. Keadaan tersebut mengakibatkan terjadinya berbagai perubahan. Seperti perubahan harga lahan, perubahan struktur demografi, terjadinya konversi lahan, dan lain lain. Sebagian besar penduduk di Kecamatan Parongpong pada mulanya banyak yang bermatapencaharian sebagai petani. Masyarakat pertanian yang kehidupannya bergantung pada tanah sebagai sarana produksi pada dasarnya belum melahirkan diversifikasi lapangan kerja. Jumlah penduduk kecamatan Parongpong yang semakin tinggi mengakibatkan kebutuhan akan lahan untuk tempat tinggal juga semakin meningkat. Hal itu akan mendorong terjadinya konversi lahan dari pertanian ke non pertanian. Banyak orang tertarik untuk membeli lahan di kecamatan parongpong baik yang masih sebagai lahan pertanian maupun lahan untuk tempat pemukiman. Jika yang diperjual beli itu berupa lahan pertanian maka penduduk yang bermatapencaharian sebagai petani akan mengalami dua kemungkinan yaitu masih menjadi petani dengan asumsi membeli lahan baru di daerah yang masih murah namun menjauh atau sebagai buruh tani atau berganti mata pencaharian selain petani. Dalam kenyatannya mereka masih dapat menjadi petani karena yang berubah hanya status kepemilikan lahannya saja. atau jika suatu saat yang punya lahan ingin merubah lahan pertaniannya menjadi tempat pemukiman hal itu akan mengakibatkan mereka kehilanagan mata pencaharian sebagai petani. Berdasarkan data monografi tahun 2011, kecamatan Parongpong mempunyai luas lahan pertanian sebesar 9,36 Km2 sedangkan berdasarkan data monografi tahun 2005 kecamatan Parongpong mempunyai luas lahan pertanian sebesar 13,54 km2. Dari data tersebut maka terlihat bahwa pada lima tahun terakhir telah terjadi pengurangan luas lahan pertanian dikecamatan Parongpong. Pertumbuhan penduduk yang cepat di kecamatan Parongpong, telah mengubah lahan-lahan pertanian menjadi lahan non pertanian. sehingga lahan pertanian semakin berkurang bahkan dikhawatirkan akan habis. Dengan percepatan pembukaan lahan pertanian maka akan mempercepat pula pemerosotan jumlah orang yang bekerja sebagai petani. Jika lahan pertanian di Kecamatan Parongpong habis, maka petani akan kehilangan mata pencahariannya. Jika hal ini dibiarkan tanpa ada penanganan yang serius maka pengangguran akan semakin banyak.

3 3 Antologi Geografi, Volume 2, Nomor 3, Desember, 2015 RUMUSAN MASALAH Perubahan fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi non pertanian mengakibatkan pergeseran lapangan pekerjaan di bidang pertanian menjadi fenomena menarik, sehingga mengakibatkan terjadinya orientasi perubahan mata pencaharian di kecamatan Parongpong. Rumusan masalah yang diangkat adalah sebagai berikut: a. Adakah pengaruh antara usia dengan petani di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat? b. Adakah pengaruh antara jenis kelamin c. Adakah pengaruh antara pendidikan d. Adakah pengaruh antara keterampilan e. Adakah pengaruh antara pendapatan f. Adakah pengaruh antara luas pemilikan lahan METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif. Menurut Tika (1997:6), Metode deskriptif adalah metode penelitian yang mengarah pada pengungkapan suatu masalah atau keadaan dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-kadang diberikan interpretasi atau analisis. Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan dan menjelaskan kondisi daerah penelitian kemudian dianalisis berdasarkan data primer dan data sekunder. PEMBAHASAN Pertumbuhan penduduk yang cepat di kecamatan Parongpong telah mengubah lahan-lahan pertanian menjadi lahan non pertanian. dengan percepatan pembukaan lahan pertanian maka akan mempercepat pula pemerosotan jumlah orang yang bekerja sebagai petani. Dari fenomena seperti ini penulis ingin mengetahui mereka yang bekerja sebagai petani jika lahan pertanian yang biasa mereka gunakan untuk bertani suatu saat tak bisa lagi dimanfaatkan karena berpindahnya kepemilikan lahan atau berubahnya lahan pertanian menjadi permukiman yang sampai saat ini terus tumbuh dengan cepat. Faktor yang penulis soroti pada penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Usia/Umur Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi orientasi mata pencaharian, orang yang berusia muda cenderung memiliki orientasi perubahan mata pencaharian yang beragam, melihat kondisi fisik mereka yang masih sehat dan masih punya tenaga banyak sehingga mereka bisa memilih mata pencaharian apa saja yang menurut mereka cocok dan sesuai dengan kemampuan mereka. Sedangkan orang yang berusia lanjut, jenis mata pencaharian yang mereka pilih cenderung tidak beragam karena terbatas pada kemampuan fisik mereka yang sudah tidak sekuat waktu mereka muda. Dari hasil penelitian, petani yang berusia antara tahun orientasi perubahan mata pencahariannya 50% menjadi buruh dan 50% nya lagi tidak memberikan jawaban, petani yang berusia tahun 38,9% nya memilih mata pencaharian sebagai wiraswasta, dan yang

4 Rolina 4 Orientasi Perubahan Mata Pencaharian Petani di Kecamatan Parongpong paling sedikit diminati adalah jenis mata pencaharian pegawai swasta, petani daerah lain, supir, dan ada yang menjawab tidak akan kerja. Petani yang berusia antara tahun 42,9% mereka tidak memberikan jawaban, namun diantara mata pencaharian yang akan mereka pilih jika terjadi perubahan lahan, pada golongan petani ini 28,6% mereka memilih menjadi sebagai wiraswasta, dan yang paling sedikit diminati adalah peternakan (4,8%), petani yang berusia antara ,9% mereka tidak memberikan jawaban, 27,6% memilih pekerjaan sebagai buruh, 20,7 memilih pekerjaan sebagai wiraswasta, dan yang paling sedikit diminati adalah petani di daerah lain 6,9%, petani yang berusia antara tahun 35% dari mereka tidak memberikan jawaban, 20% memilih menjadi petani daerah lain, 20% memilih menjadi wiraswasta, dan yang paling sedikit diminati adalah buruh (5%), petani yang berusia antara tahun 33,3% tidak memberikan jawaban, 33,3% memilih tidak akan kerja dan 33,3% memilih. bekerja sebagai petani daerah lain. Secara keseluruhan, saat ditanya tentang mereka, banyak petani yang tidak memberi jawaban (tidak tahu) akan bekerja apa jika tidak menjadi petani dengan jumlah persentase 35,5% atau sebanyak 33 orang. Dan dari 33 orang yang tidak memberikan jawaban 11 orang nya berada pada usia antara tahun. Untuk membuktikan ada tidaknya Hubungan antara Usia dengan Orientasi Perubahan Mata Pencaharian di Kecamatan Parongpong, dilakukan uji statistik dengan menggunakan prosedur chi-square. Hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS 16.0 menunjukkan bahwa besar angka chi-square adalah 31,724 dan besar taraf nyata (Asymp.Sig) adalah 0,649 yang berarti lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Tidak terdapat pengaruh antara usia dengan orientasi perubahan mata pencaharian. b. Jenis Kelamin Jenis Kelamin merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi orientasi perubahan mata pencaharian. Laki-Laki cenderung memiliki orientasi perubahan mata pencaharian yang lebih beragam dibanding wanita. Karena melihat dari tenaga yang mereka punya. Laki-laki dan wanita cenderung memiliki pemilihan mata pencaharian yang berbeda. Biasanya wanita lebih memilih jenis mata pencaharian yang lebih mengutamakan ketelitian. banyak yang tidak memberi jawaban (tidak tahu) akan bekerja apa jika tidak menjadi petani, dengan jumlah persentase 35,5% atau sebanyak 33 orang. Dan dari 33 orang yang tidak memberikan jawaban, petani yang berjenis kelamin wanita lebih dari setengahnya (62,5%) banyak yang tidak tahu akan bekerja sebagai apa jika tidak menjadi petani. Berbeda dengan responden yang berjenis kelamin laki-laki, jika tidak menjadi petani, mereka punya banyak reperensi jenis pekerjaan lain. Namun pekerjaan yang paling banyak diminati petani yang berjenis kelamin laki-laki adalah wiraswasta. besar angka chi-square adalah dan besar taraf nyata (Asymp.Sig) adalah 0,037 yang berarti lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara jenis kelamin dengan orientasi perubahan mata pencaharian,. Adapun derajat asosiasi kedua variabel tersebut, diketahui koefisien kontingensi sebesar 0,202 dan besar Approx. Sig. adalah 0,052. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh antara jenis kelamin terhadap lemah.

5 5 Antologi Geografi, Volume 2, Nomor 3, Desember, 2015 c. Pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi orientasi perubahan mata pencaharian. Pendidikan dapat memberikan cara pandang yang berbeda bagi seseorang, orang yang berpendidikan tinggi umumnya mempunyai cara pandang yang lebih luas dibanding dengan orang yang berpendidikan rendah. pendidikan juga dapat memberikan peluang atau kesempatan dalam hal kemudahan untuk mendapat pekerjaan. Mereka akan memilih jenis pekerjaan yang sesuai dengan bekal pendidikan yang mereka punya, yang berpendidikan SD 41,4% dari mereka tidak memberikan jawaban, 22,9% memilih jenis pekerjaan wiraswasta, 18,6% memilih jenis pekerjaan buruh, dan yg paling sedikit diminati adalah jenis pekerjaan pegawai swasta. Petani yang berpendidikan SMP 26,7% dari mereka memilih jenis pekerjaan wiraswasta, 20% memilih menjadi petani daerah lain, dan yang paling sedikit diminati adalah supir (6,7%), petani yang berpendidikan SMA lebih dari setengahnya (57,1%) dari mereka memilih jenis pekerjaan wiraswasta, petani yang berpendidikan Perguruan Tinggi orientasi perubahan mata pencahariannya adalah menjadi petani didaerah lain. Secara keseluruhan, saat ditanya tentang mereka, banyak petani yang tidak memberi jawaban (tidak tahu) akan bekerja apa jika tidak menjadi petani dengan jumlah persentase 35,5% atau sebanyak 33 orang. Dan dari 33 orang yang tidak memberikan jawaban 29 orang nya berada pada tingkat pendidikan SD. Petani yang tingkat pendidikannya SMP kebanyakan sudah mengetahui akan bekerja sebagai apa nantinya jika tidak menjadi petani. petani yang tingkat pendidikannya SMA juga banyak yang sudah tau akan bekerja sebagai apa jika tidak menjadi petani. besar angka chi-square adalah 35,292 dan besar taraf nyata (Asymp.Sig) adalah 0,026 yang berarti lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara tingkat pendidikan dengan orientasi perubahan mata pencaharian. Adapun derajat asosiasi kedua variabel tersebut, diketahui koefisien kontingensi sebesar 0,175 dan besar Approx. Sig. adalah 0,093. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh antara tingkat pendidikan terhadap orientasi perubahan mata pencaharian tingkatannya lemah. d. Keterampilan Keterampilan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi orientasi mata pencaharian. jenis pekerjaan yang akan mereka pilih biasanya disesuaikan dengan keterampilan yang mereka punya. banyak yang tidak memberi jawaban (tidak tahu) akan bekerja apa jika tidak menjadi petani dengan persentase 35,5% atau sebanyak 33 orang. Dan dari 33 orang yang tidak memberikan jawaban 28 orang nya adalah petani yang tidak mempunyai keterampilan lain selain bertani. Sedangkan petani yang mempunyai keterampilan selain bertani rata-rata sudah mempunyai orientasi pekerjaan lain seperti wiraswasta, supir, buruh, dan lain-lain. besar angka chi-square adalah 20,729 dan besar taraf nyata (Asymp.Sig) adalah 0,004 yang berarti lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara keterampilan terhadap orientasi perubahan mata pencaharian. Adapun derajat asosiasi kedua variabel tersebut, diketahui koefisien kontingensi sebesar 0,327 dan besar Approx. Sig. adalah 0,001 Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh

6 Rolina 6 Orientasi Perubahan Mata Pencaharian Petani di Kecamatan Parongpong antara keterampilan dengan orientasi perubahan mata pencaharian tingkatannya lemah. e. Pendapatan Pendapatan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi orientasi perubahan mata pencaharian, petani yang memiliki pendapatan rendah biasanya akan memilih jenis pekerjaan selain petani karena merasa pendapatan yang mereka dapat tidak bisa mencukupi kehidupan sehari-hari mereka. yang mempunyai pendapatan < ,4% dari mereka tidak memberikan jawaban, 22,7% memilih jenis pekerjaan buruh, 19,7% memilih wiraswasta, 7,6% petani daerah lain, yang paling sedikit diminati adalah supir (1,5%), dan pegawai swasta (1,5%). Petani yang mempunyai pendapatan antara % dari mereka memilih jenis mata pekerjaan wiraswasta, dan yang paling sedikit diminati adalah buruh (1,5%). Petani yang mempunyai pendapatan antara lebih dari setengahnya (60%) memilih jenis pekerjaan wiraswasta, petani yang mempunyai pendapatan > orientasi perubahan mata pencahariannya adalah menjadi petani didaerah lain (50%) dan wiraswasta (50%). Secara keseluruhan, saat ditanya tentang mereka, banyak petani yang tidak memberi jawaban (tidak tahu) akan bekerja apa jika tidak menjadi petani dengan jumlah persentase 35,5% atau sebanyak 33 orang. Dan dari 33 orang yang tidak memberikan jawaban 28 orang nya berada pada petani yang mempunyai pendapatan yang mempunyai pendapatan < Sedangkan petani yang mempunyai pendapatan , , dan > cenderung sudah mempunyai orientasi mata pencaharian lain selain bertani. besar angka chi-square adalah 40,510 dan besar taraf nyata (Asymp.Sig) adalah 0,006 yang berarti lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Terdapat pengaruh antara tingkat pendapatan dengan orientasi perubahan mata pencaharian. Adapun derajat asosiasi kedua variabel tersebut, diketahui koefisien kontingensi sebesar 0,183 dan besar Approx. Sig. adalah 0,079. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh antara tingkat pendapatan terhadap orientasi perubahan mata pencaharian tingkatannya lemah. f. Luas Pemilikan Lahan Luas Pemilikan Lahan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi orientasi perubahan mata pencaharian. petani yang mempunyai luas lahan pertanian > 1 ha biasanya akan memilih jenis pekerjaan yang sama yaitu sebagai petani. Karena luas lahan yang mereka miliki cukup luas maka saat lahan pertanian mereka dijual, hasil dari penjualannya bisa untuk membeli lahan pertanian lagi diluar kecamatan parongpong sehingga mereka bisa tetap menjadi petani. yang mempunyai luas lahan <0,5 ha nya banyak yang tidak memberikan jawaban (37,5%), namun diantara mata pencaharian yang akan mereka pilih jika terjadi perubahan lahan, pada golongan petani ini cenderung banyak memilih menjadi buruh (15,9%), jenis pekerjaan yang sedikit sekali diminati adalah pegawai swasta, peternakan dan supir. petani yang mempunyai luas lahan 0,5-1 ha, 50% mereka cenderung memilih pekerjaan menjadi buruh, 25% menjadi petani kembali, 25% memilih menjadi supir. petani yang memiliki luas lahan >1 ha semuanya memilih pekerjaan wiraswasta.

7 7 Antologi Geografi, Volume 2, Nomor 3, Desember, 2015 Secara keseluruhan, saat ditanya tentang mereka, banyak petani yang tidak memberi jawaban (tidak tahu) akan bekerja apa jika tidak menjadi petani dengan jumlah persentase 35,5% atau sebanyak 33 orang. Dan dari 33 orang yang tidak memberikan jawaban semuanya berada pada petani yang mempunyai luas lahan < 0,5 ha. Sedangkan responden yang mempunyai luas lahan 0,5-1 ha dan > 1 ha cenderung sudah mempunyai orientasi mata pencaharian lain selain bertani besar angka chi-square adalah 8,243 dan besar taraf nyata (Asymp.Sig) adalah 0,876 yang berarti lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh antara luas pemilikan lahan pencaharian KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: a. Tidak terdapat pengaruh antara usia pencaharian, Hal ini terlihat dari besaran taraf nyata sebesar 0,649. b. Terdapat pengaruh antara jenis kelamin pencaharian, namun lemah. Hal ini terlihat dari besaran nilai kontingensi C sebesar 0,202. c. Terdapat pengaruh antara tingkat pendidikan dengan orientasi perubahan mata pencaharian, namun lemah. Hal ini terlihat dari besaran nilai kontingensi C sebesar 0,175. d. Terdapat pengaruh antara keterampilan pencaharian, namun lemah. Hal ini terlihat dari besaran nilai kontingensi C sebesar 0,327. e. Terdapat pengaruh antara tingkat pendapatan dengan orientasi perubahan mata pencaharian, namun lemah. Hal ini terlihat dari besaran nilai kontingensi C sebesar 0,183. f. Tidak terdapat pengaruh antara luas pemilikan lahan dengan orientasi perubahan mata pencaharian. Hal ini terlihat dari besaran taraf nyata sebesar 0,876. Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, terdapat saran atau rekomendasi yang mungkin bisa dipertimbangkan, karena lahan semakin berkurang maka petani akan merubah mata pencahariannya, dalam proses perubahan tersebut petani harus sudah memiliki rencana atau alternatif pekerjaan lain disesuaikan dengan keterampilan yang mereka punya, dan untuk yang belum punya keterampilan pemerintah atau pihak terkait lainnya diharapkan dapat membekali petani dengan berbagai macam keterampilan supaya dapat tetap berpenghasilan walaupun tidak dari bertani. DAFTAR PUSTAKA Dasar-Dasar Demografi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia : Jakarta. Abdurachmat, Idris Geografi Ekonomi. Bandung: Jurusan Pendidikan Geografi UPI. Adisasmita, Rahardjo Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan. Graha Ilmu.Yogyakarta. Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Bandung: Rineka Cipta

8 Rolina 8 Orientasi Perubahan Mata Pencaharian Petani di Kecamatan Parongpong Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung Barat Statistik Kecamatan Parongpong Tahun Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung Barat Kecamatan Parongpong dalam Angka Tahun Daldjoeni Seluk Beluk Masyarakat Kota. PT Alumni: Bandung Daldjoeni Geografi Kota dan Desa. PT Alumni: Bandung. Depdikbud Usaha Tani. Depdikbud: Jakarta. Hamalik, Oemar Pendidikan Tenaga Kerja Nasional. PT Citra Aditya Bakti: Bandung. Handayani, Nita Hubungan Perubahan Kepemilikan Lahan Pertanian dengan Pergeseran Mata Pencaharian Penduduk Di Kecamatan Margacinta. Skripsi FPIPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan. Mohammad Pabundu Tika Metode Penelitian Geografi. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. Monografi Kecamatan Parongpong 2011 Mubyarto Pengantar Ekonomi Pertanian edisi III. LP3ES: Jakarta Mulyawan, Rizqi Perubahan Orientasi Mata Pencaharian Pada Masyarakat Desa. Skripsi FPIPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan Nugraha, E. (1985). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Permadi. Salamun, dkk Orientasi Nilai Budaya (Relasi, Konsumsi, Dan Penggunaan Waktu) Di Kalangan Pemuda Kabupaten Semarang Jawa Tengah. Kementrian Kebudayaan da Pariwisata Yogyakarta. Santosa, Purbayu Budi Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS. ANDI:Yogyakarta. Sayogyo dan Pudjiwati Sosiologi Pedesaan: Kumpulan Bacaan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Sugiyono Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta:Bandung. Sulaiman, Wahid STATISTIK NON- PARAMETRIK contoh kasus dan pemecahannya dengan SPSS. ANDI: Yogyakarta. Sumaatmadja, Nursid Metode Penelitian Geografi. Bandung: Alumni. Sumaatmadja, Nursid Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan. Bandung : Alumni. Sutaryani, Yeni Orientasi Penduduk Usia Produktif dalam Memilih Lapangan Kerja di Desa Cihea Kecamatan Haurwangi Kabupaten Cianjur. Skripsi FPIPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan. Nazsir, Nasrullah Teori dan Sejarah Pertumbuhan Masyarakat Kota. Bandung : Widya Padjajaran.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang . Lisna Octa Rolina, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang . Lisna Octa Rolina, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini sebagian besar kota kota di Indonesia mengalami perkembangan pesat dalam hal pembangunan fisik seperti sarana dan prasarana yang semakin baik serta pembangunan

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Menurut Arikunto (1988:151) Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian, data yang dikumpulkan bisa berupa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode penelitian deskriptif yaitu mempelajari masalah dalam masyarakat,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam 51 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya, data yang dikumpulkan berupa data primer dan data

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan Rumusan masalah serta kajian pustaka maka penulis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan Rumusan masalah serta kajian pustaka maka penulis BAB III METODOLOGI PENELITIAN Berdasarkan Rumusan masalah serta kajian pustaka maka penulis menggunakan metode yang akan membantu penulis untuk mempermudah pengerjaan penulisan skripsi ini maka penulis

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Menurut Sumaatmadja yang dikutip dari The Liang Gie ( ) suatu

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Menurut Sumaatmadja yang dikutip dari The Liang Gie ( ) suatu 31 BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Menurut Sumaatmadja yang dikutip dari The Liang Gie (100-101) suatu konsepsi ke arah penerbitan bidang filsafat secara luas mengemukakan pengertian metodologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tidak pernah terlepas dari masalah kependudukan, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tidak pernah terlepas dari masalah kependudukan, salah satunya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia tidak pernah terlepas dari masalah kependudukan, salah satunya masalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Pertumbuhan penduduk yang tinggi dapat menyebabkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada prinsipnya merupakan usaha pertumbuhan dan perubahan yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada prinsipnya merupakan usaha pertumbuhan dan perubahan yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan pada prinsipnya merupakan usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana yang dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cipatat dan Kecamatan Padalarang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cipatat dan Kecamatan Padalarang 37 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cipatat dan Kecamatan Padalarang yang secara administratif saat ini termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

RESPON MASYARAKAT TERHADAP RENCANA PEMBANGUNAN BANDARA INTERNASIONAL JAWA BARAT (BIJB) DI KECAMATAN KERTAJATI KABUPATEN MAJALENGKA

RESPON MASYARAKAT TERHADAP RENCANA PEMBANGUNAN BANDARA INTERNASIONAL JAWA BARAT (BIJB) DI KECAMATAN KERTAJATI KABUPATEN MAJALENGKA Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 2, September 2013 1 RESPON MASYARAKAT TERHADAP RENCANA PEMBANGUNAN BANDARA INTERNASIONAL JAWA BARAT (BIJB) DI KECAMATAN KERTAJATI KABUPATEN MAJALENGKA Mitha

Lebih terperinci

DESKRIPSI TENAGA KERJA INDUSTRI KERUPUK RAFIKA DI KELURAHAN TANJUNG HARAPAN KECAMATAN KOTABUMI SELATAN KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN 2012

DESKRIPSI TENAGA KERJA INDUSTRI KERUPUK RAFIKA DI KELURAHAN TANJUNG HARAPAN KECAMATAN KOTABUMI SELATAN KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN 2012 DESKRIPSI TENAGA KERJA INDUSTRI KERUPUK RAFIKA DI KELURAHAN TANJUNG HARAPAN KECAMATAN KOTABUMI SELATAN KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN 2012 Nurmeitama Indah Wiladatika, Yarmaidi*, Edy Haryono** Abstract

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Indonesia adalah negara agraris dimana mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Berbagai hasil pertanian diunggulkan sebagai penguat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian 1. Lokasi Penelitian Berdasarkan Monografi Kecamatan Kalijati merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Subang. Kecamatan ini terletak pada

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung,

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, 41 BAB III PROSEDUR PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Kecamatan Baleendah dipilih karena merupakan salah satu kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, bahwa penduduk Indonesia dari

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, bahwa penduduk Indonesia dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, bahwa penduduk Indonesia dari tahun ke tahun terus berkembang dengan pesat sedangkan lahan sebagai sumber daya bersifat tetap. Ita

Lebih terperinci

BAB III METODE PENEITIAN

BAB III METODE PENEITIAN BAB III METODE PENEITIAN A. Metode Penelitian Pada sebuah penelitian terdapat sesuatu metode atau cara yang bersifat ilmiah yang di perlukan untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan. Menurut Surakhmad

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 93 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Kota Tasikmalaya merupakan salah Kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Pada awalnya Kota Tasikmalaya merupakan sebuah Kota Administratif yang merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode merupakan cara yang digunakan oleh seorang peneliti untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode merupakan cara yang digunakan oleh seorang peneliti untuk BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode merupakan cara yang digunakan oleh seorang peneliti untuk mencapai tujuan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. baik, yang sesuai dengan martabat manusia. Oleh karena itu setiap warga negara

I. PENDAHULUAN. baik, yang sesuai dengan martabat manusia. Oleh karena itu setiap warga negara I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah aset penting bagi kemajuan sebuah bangsa. Pendidikan merupakan segala bidang penghidupan dalam memilih dan membina hidup yang baik, yang sesuai

Lebih terperinci

SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN

SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN 55 SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN terhadap konversi lahan adalah penilaian positif atau negatif yang diberikan oleh petani terhadap adanya konversi lahan pertanian yang ada di Desa Cihideung

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. keadaan sebagaimana adanya dan pengungkapan fakta-fakta yang ada, walaupun

III. METODOLOGI PENELITIAN. keadaan sebagaimana adanya dan pengungkapan fakta-fakta yang ada, walaupun 23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif lebih mengarah pada pengungkapan suatu masalah atau

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK PETANI DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT PARTISIPASI DALAM PROGRAM SL-PTT

BAB V KARAKTERISTIK PETANI DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT PARTISIPASI DALAM PROGRAM SL-PTT 41 BAB V KARAKTERISTIK PETANI DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT PARTISIPASI DALAM PROGRAM SL-PTT Responden dalam penelitian ini adalah petani anggota Gapoktan Jaya Tani yang berasal dari tiga kelompok tani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Septi Sri Rahmawati, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Septi Sri Rahmawati, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lahan merupakan salah satu faktor penunjang kehidupan di muka bumi baik bagi hewan, tumbuhan hingga manusia. Lahan berperan penting sebagai ruang kehidupan,

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian 31 BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada cakupan wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Parongpong. Kecamatan Parongpong

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Setiap penelitian tidak akan pernah lepas dari objek yang ditelitinya, karena

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Setiap penelitian tidak akan pernah lepas dari objek yang ditelitinya, karena BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Setiap penelitian tidak akan pernah lepas dari objek yang ditelitinya, karena objek penelitian merupakan fakta atau kenyataan dimana masalah yang diteliti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat tersebut tidak hanya terjadi di daerah perkotaan, tetapi juga. dengan keberadaan industri yang ada di pedesaan.

I. PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat tersebut tidak hanya terjadi di daerah perkotaan, tetapi juga. dengan keberadaan industri yang ada di pedesaan. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan industri di Indonesia sangat pesat dan telah membawa perubahan tata kehidupan pada masyarakat di sekitar lokasi industri. Perubahan tata kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian adalah ilmu yang memperbincangkan metode-metode

METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian adalah ilmu yang memperbincangkan metode-metode 36 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metodologi penelitian adalah ilmu yang memperbincangkan metode-metode ilmiah dalam menggali kebenaran pengetahuan (Hadari Nawawi dalam Pabundu Tika, 2005:2).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. melaksanakan penelitian karena akan sangat berguna dalam memperoleh

BAB III METODE PENELITIAN. melaksanakan penelitian karena akan sangat berguna dalam memperoleh 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam melaksanakan penelitian karena akan sangat berguna dalam memperoleh sumber data yang diperlukan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. BUKU: Arifin, Zaenal Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

DAFTAR PUSTAKA. BUKU: Arifin, Zaenal Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. 144 DAFTAR PUSTAKA BUKU: Arifin, Zaenal. 2011. Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. Azwar, Azrul.(1990). Pengantar Ilmu Lingkungan. Mutiara Sumber Widya. Jakarta.

Lebih terperinci

Hubungan Kegiatan Posyandu Dengan Tingkat Fertilitas dan Mortalitas Balita

Hubungan Kegiatan Posyandu Dengan Tingkat Fertilitas dan Mortalitas Balita Hubungan Kegiatan Posyandu Dengan Tingkat Fertilitas dan Mortalitas Balita Cipta Aji Atmojo (08130014) Mahasiswa Pendidikan Geografi IKIP Veteran Semarang ABSTRAK Kegiatan posyandu yang dilakukan ibu-ibu

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Pabundu Tika (2005:4) menyatakan bahwa penelitian deskriptif adalah

III. METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Pabundu Tika (2005:4) menyatakan bahwa penelitian deskriptif adalah 27 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Menurut Pabundu Tika (2005:4) menyatakan bahwa penelitian deskriptif adalah

Lebih terperinci

FAKTOR PENDORONG DAN PENARIK TRANSMIGRAN DI DESA KOTARAYA KECAMATAN MEPANGA KABUPATEN PARIGI MOUTONG

FAKTOR PENDORONG DAN PENARIK TRANSMIGRAN DI DESA KOTARAYA KECAMATAN MEPANGA KABUPATEN PARIGI MOUTONG FAKTOR PENDORONG DAN PENARIK TRANSMIGRAN DI DESA KOTARAYA KECAMATAN MEPANGA KABUPATEN PARIGI MOUTONG ARIF MASHURI HIDAYAT & IKA LISTIQOWATI Alumni dan Dosen Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif yang

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif yang 34 BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif yang mengarah pada pengungkapkan suatu masalah atau keadaan dan menungungkapkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif dan survei. Menurut Tika (2005: 4) metode deskriptif adalah penelitian yang lebih

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksploratif,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksploratif, 29 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksploratif, Menurut M. Zainuddin, (2008:48 ), bahwa metode penelitian eksploratif

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK PENDUDUK

BAB IV KARAKTERISTIK PENDUDUK BAB IV KARAKTERISTIK PENDUDUK 4.1 Lama Tinggal Pada umumnya, penduduk bertempat tinggal di suatu daerah mulai dari lahir sampai dewasa. Akan tetapi ada juga penduduk yang tinggal dari lahir sampai setelah

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian sebagai suatu cara untuk memperoleh pengetahuan atau

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian sebagai suatu cara untuk memperoleh pengetahuan atau 16 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian sebagai suatu cara untuk memperoleh pengetahuan atau memecahkan sesutu permasalahan yang dihadapi (Mohamad Ali, 1985:21). Pada penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian memerlukan suatu metode untuk memudahkan penulisan untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian memerlukan suatu metode untuk memudahkan penulisan untuk BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian. Penelitian memerlukan suatu metode untuk memudahkan penulisan untuk proses pengumpulan dan menampilkan data hasil penelitian yang dilakukan. memperoleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penduduk yang tinggi disebabkan oleh tingkat fertilitas yang tinggi yang

I. PENDAHULUAN. penduduk yang tinggi disebabkan oleh tingkat fertilitas yang tinggi yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kependudukan merupakan masalah umum yang dimiliki oleh setiap negara di dunia ini. Secara umum masalah kependudukan di berbagai negara dapat dibedakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ruang untuk penggunaan lahan bagi kehidupan manusia. Sehubungan dengan hal

I. PENDAHULUAN. ruang untuk penggunaan lahan bagi kehidupan manusia. Sehubungan dengan hal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan lahan permukiman dan perkembangan penduduk merupakan fenomena yang menarik perhatian pemerintah, dalam penyediaan dan penataan ruang untuk penggunaan lahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berhasil tidaknya suatu penelitian. Arikunto (2006: 26) mengemukakan bahwa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berhasil tidaknya suatu penelitian. Arikunto (2006: 26) mengemukakan bahwa 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Pemilihan dan penggunaan metode sangatlah berpengaruh terhadap berhasil tidaknya suatu penelitian. Arikunto (2006: 26) mengemukakan bahwa metode penelitian

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam penelitian ini,

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam penelitian ini, BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Sebelum seorang peneliti memulai kegiatannya meneliti, harus memulai membuat rancangan terlebih dahulu. Rancangan tersebut diberi nama desain penelitian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anggita Khusnur Rizqi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anggita Khusnur Rizqi, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hal yang menjadi ciri dari negara berkembang adalah angka pertumbuhan penduduknya yang tinggi. Hal tersebut sudah sejak lama menjadi masalah kependudukan

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Penggunaan metode dalam suatu penelitian sangat berpengaruh besar

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Penggunaan metode dalam suatu penelitian sangat berpengaruh besar 43 BAB III PROSEDUR PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penggunaan metode dalam suatu penelitian sangat berpengaruh besar terhadap keberhasilan penelitian itu sendiri, metode yang digunakan dalam suatu penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penduduknya untuk mendapatkan pekerjaan atau mata pencaharian di daerah yang

I. PENDAHULUAN. penduduknya untuk mendapatkan pekerjaan atau mata pencaharian di daerah yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transmigrasi di Indonesia dikenal sebagai upaya untuk memindahkan penduduk dari daerah asal yang padat penduduknya ke daerah baru yang jarang penduduknya untuk

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian adalah ilmu yang memperbincangkan metode-metode ilmiah

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian adalah ilmu yang memperbincangkan metode-metode ilmiah 24 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metodologi Penelitian Metode penelitian adalah ilmu yang memperbincangkan metode-metode ilmiah dalam menggali kebenaran pengetahuan (Hadari Nawawi dalam Pabundu Tika, 2005:2).

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN 5.1. Usia Usia responden dikategorikan menjadi tiga kategori yang ditentukan berdasarkan teori perkembangan Hurlock (1980) yaitu dewasa awal (18-40), dewasa madya (41-60)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Kelurahan Tomulabutao memiliki Luas 6,41 km 2 yang berbatasan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Kelurahan Tomulabutao memiliki Luas 6,41 km 2 yang berbatasan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Kondisi Geografis Kelurahan Tomulabutao berlokasi di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan Tomulabutao memiliki Luas

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN 30 BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Menurut Tika (2005:2) metode penelitian dapat diartikan sebagai pelajaran yang menjelaskan tentang metode-metode ilmiah untuk mengkaji kebenaran dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pada setiap tahunnya juga berpengaruh terhadap perkembangan pembangunan

I. PENDAHULUAN. pada setiap tahunnya juga berpengaruh terhadap perkembangan pembangunan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan jumlah penduduk di Provinsi Lampung yang selalu bertambah pada setiap tahunnya juga berpengaruh terhadap perkembangan pembangunan otonomi daerah, serta pertambahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Sebelum seorang peneliti memulai kegiatannya meneliti, mereka harus memulai membuat rancangan terlebih dahulu. Rancangan tersebut diberi nama desain penelitian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Perwilayahan adalah usaha untuk membagi bagi permukaan bumi atau bagian permukaan bumi tertentu untuk tujuan yang tertentu pula (Hadi Sabari Yunus, 1977).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode survey dan analisis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode survey dan analisis 46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode survey dan analisis deskriptif. Metode survey menurut Tika (2005:06) adalah Suatu penelitian yang bertujuan

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR GEOGRAFI TERHADAP PERUBAHAN NILAI LAHAN DI KECAMATAN PARONGPONG

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR GEOGRAFI TERHADAP PERUBAHAN NILAI LAHAN DI KECAMATAN PARONGPONG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kota-kota besar di negara sedang berkembang seperti Indonesia memperlihatkan perbedaan perkembangan yang mencolok. Hal ini dapat terlihat dari perkembangan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis bedasarkan bukti fisis, yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis bedasarkan bukti fisis, yang III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Guna memperoleh hasil penelitian yang baik maka perlu adanya metode ilmiah, yaitu suatu cara keilmuan atau sebuah analisis teoritis dalam melakukan proses

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif 60 BAB III PROSEDUR PENELITIAN 3.1.Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif eksploratif. Menurut Suryabrata (1983), metode deskriptif eksploratif yaitu sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkait dengan pertumbuhan kota lainnya adalah unsur penduduk.

BAB I PENDAHULUAN. terkait dengan pertumbuhan kota lainnya adalah unsur penduduk. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota dalam perjalanannya selalu tumbuh dan berkembang, dan salah satu penyebab terjadinya pertumbuhan dan perkembangan kota adalah adanya pertumbuhan ekonomi. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung dalam beberapa tahun terakhir ini telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung dalam beberapa tahun terakhir ini telah mengalami 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Bandung dalam beberapa tahun terakhir ini telah mengalami perkembangan yang luar biasa. Perkembangan yang dimaksud terlihat pada aspek ekonomi dan sosial

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam suatu penelitian ilmiah diperlukan adanya metode penelitian. Metode penelitian merupakan suatu cara untuk memperoleh pemecahan terhadap berbagai permasalahan

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif, menurut

III. METODELOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif, menurut III. METODELOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif, menurut pendapat Muhamad Ali (1985:120), metode deskriptif adalah : Metode

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. situasi-situasi atau kejadian-kejadian (Sumadi Surya Brata, 2000: 18).

III. METODOLOGI PENELITIAN. situasi-situasi atau kejadian-kejadian (Sumadi Surya Brata, 2000: 18). III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian yang digunakan Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Penelitian ini bermaksud untuk membuat pencandraan (deskripsi)

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Gorowong Desa Gorowong merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

pengolahan produksi serta menunjang pembangunan wilayah (Antonius,1993).

pengolahan produksi serta menunjang pembangunan wilayah (Antonius,1993). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia masih merupakan Negara agraris (pertanian) oleh karenanya prioritas pembangunan hingga saat ini tetap diletakkan pada sektor pertanian. pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sesuai dengan tujuannya (Moh. Pabundu Tika, 2005: 12).

BAB III METODE PENELITIAN. sesuai dengan tujuannya (Moh. Pabundu Tika, 2005: 12). BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian adalah suatu rencana tentang cara mengumpulkan, mengolah, dan menganilisis data secara sistematis dan terarah agar penelitian dapat dilaksanakan

Lebih terperinci

MIGRAN DI KOTA NEGARA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (KAJIAN GEOGRAFI PENDUDUK) Oleh

MIGRAN DI KOTA NEGARA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (KAJIAN GEOGRAFI PENDUDUK) Oleh MIGRAN DI KOTA NEGARA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (KAJIAN GEOGRAFI PENDUDUK) Oleh K. Yunitha Aprillia Ida Bagus Made Astawa, I Gede Astra Wesnawa *) Jurusan Pendidikan Geografi,Undiksha Singaraja

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. serta pendorong dan penarik tumbuhnya sektor sektor ekonomi, dapat. dan pengangguran serta dapat mensejahterakan masyarakat.

TINJAUAN PUSTAKA. serta pendorong dan penarik tumbuhnya sektor sektor ekonomi, dapat. dan pengangguran serta dapat mensejahterakan masyarakat. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pertanian dan Petani Pertanian memiliki arti penting dalam pembangunan perekonomian. Sektor pertanian tidak saja sebagai penyediaan kebutuhan pangan melainkan sumber kehidupan.

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Kebonagung merupakan salah satu dari 8 (delapan) desa yang

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Kebonagung merupakan salah satu dari 8 (delapan) desa yang IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Keadaan topografi dan letak wilayah Desa Kebonagung merupakan salah satu dari 8 (delapan) desa yang terdapat di Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tempat hidup setiap warga kota. Oleh karena itu, kelangsungan dan kelestarian kota

I. PENDAHULUAN. tempat hidup setiap warga kota. Oleh karena itu, kelangsungan dan kelestarian kota I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kota sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, pendidikan dan kesehatan berpengaruh terhadap kebutuhan transportasi yang semakin meningkat. Dari fakta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya Pembangunan Nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya yang selaras, serasi dan berkesinambungan serta mengatur hubungan antara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode menurut Surakhmad (1990:40) merupakan suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis dengan menggunakan

Lebih terperinci

PERAN DEVELOPER DALAM PENYEDIAAN RUMAH SEDERHANA DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: IKE ISNAWATI L2D

PERAN DEVELOPER DALAM PENYEDIAAN RUMAH SEDERHANA DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: IKE ISNAWATI L2D PERAN DEVELOPER DALAM PENYEDIAAN RUMAH SEDERHANA DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: IKE ISNAWATI L2D 001 431 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2006 ABSTRAK

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berupa hasil perhitungan statistik yang datanya diperoleh dari responden. Hasil

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berupa hasil perhitungan statistik yang datanya diperoleh dari responden. Hasil 49 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian Dalam bab ini dibahas mengenai hasil penelitian yang dilaksanakan, yaitu berupa hasil perhitungan statistik yang datanya diperoleh dari responden.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Formal Latar Belakang Material

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Formal Latar Belakang Material BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Formal Geografi adalah salah satu disiplin ilmu pengetahuan yang memperhatikan aspek-aspek geografi yang mendukung dalam pembangunan wilayah

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI KOTA SURAKARTA

BAB II DESKRIPSI KOTA SURAKARTA BAB II DESKRIPSI KOTA SURAKARTA A. Kondisi Geografi Surakarta merupakan salah satu kota di Jawa Tengah yang menunjang kota-kota besar seperti Semarang maupun Yogyakarta. Letaknya yang strategis dan berpotensi

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Tika (2005:4) metode deskriptif adalah metode yang mengarah pada

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PRAKATA... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... iiv DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR ISI. PRAKATA... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... iiv DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR ISI PRAKATA... v DAFTAR ISI..... vi DAFTAR TABEL..... iiv DAFTAR GAMBAR... ix BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 4 1.3 Tujuan dan Sasaran... 5 1.4 Manfaat Penelitian...

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Lokasi penelitian ini berada di Kecamatan Dayeuhkolot, yang merupakan

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Lokasi penelitian ini berada di Kecamatan Dayeuhkolot, yang merupakan 29 BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini berada di Kecamatan Dayeuhkolot, yang merupakan salah satu kecamatan yang berada di, tepatnya di Bandung Selatan dengan luas wilayah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pangan dan papan. Selaju dengan perkembangan pembangunan dan pemenuhan manusia

I. PENDAHULUAN. pangan dan papan. Selaju dengan perkembangan pembangunan dan pemenuhan manusia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, dengan majunya sistem perekonomian yang mendorong tingginya biaya kehidupan dalam hal pemenuhan kebutuhan hidup akan sandang,

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Arianto dkk. (1988). Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

DAFTAR PUSTAKA. Arianto dkk. (1988). Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 152 DAFTAR PUSTAKA Arianto dkk. (1988). Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Arikunto Suharsimi. 1998. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek.

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. suatu cara kerja untuk memahami objek yang menjadi sasaran penelitian.

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. suatu cara kerja untuk memahami objek yang menjadi sasaran penelitian. 28 BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Menurut Koentjaraningrat (1994:7) Metode berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos yang berarti cara atau jalan. Sedangkan menurut Arikunto (1988:46)

Lebih terperinci

BAB VII HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK RESPONDEN DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN TINGKAT KESUKAAN PADA IKLAN MARJAN

BAB VII HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK RESPONDEN DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN TINGKAT KESUKAAN PADA IKLAN MARJAN BAB VII HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK RESPONDEN DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN TINGKAT KESUKAAN PADA IKLAN MARJAN 7.1 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Tingkat Pengetahuan dan Tingkat Kesukaan pada

Lebih terperinci

Journal of Mechanical Engineering Learning

Journal of Mechanical Engineering Learning JMEL 1 (1) (2012) Journal of Mechanical Engineering Learning http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jmel RELEVANSI LATAR BELAKANG PENDIDIKAN DENGAN BIDANG USAHA WIRAUSAHAWAN (STUDI KASUS PADA USAHA BIDANG

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Cara Penelitian Untuk meneliti Dampak Kawasan Industri Genuk Terhadap Masyarakat Sekitar (Studi kasus : LIK Bugangan Baru) dilakukan penelitian survai yang mengkombinasikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri merupakan serangkaian kegiatan mengolah bahan mentah atau bahan

I. PENDAHULUAN. Industri merupakan serangkaian kegiatan mengolah bahan mentah atau bahan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri merupakan serangkaian kegiatan mengolah bahan mentah atau bahan baku menjadi bahan setengah jadi atau barang jadi, yang bertujuan untuk menambah nilai

Lebih terperinci

RESPON PENDUDUK KECAMATAN GEDEBAGE TERHADAP PEMBANGUNAN WILAYAH GEDEBAGE SEBAGAI PUSAT PELAYANAN KOTA (PPK) DI KOTA BANDUNG

RESPON PENDUDUK KECAMATAN GEDEBAGE TERHADAP PEMBANGUNAN WILAYAH GEDEBAGE SEBAGAI PUSAT PELAYANAN KOTA (PPK) DI KOTA BANDUNG Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 2, September 2013 1 RESPON PENDUDUK KECAMATAN GEDEBAGE TERHADAP PEMBANGUNAN WILAYAH GEDEBAGE SEBAGAI PUSAT PELAYANAN KOTA (PPK) DI KOTA BANDUNG Annisa Sophia

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. GEOGRAFI 1. Letak Kelurahan Sepang Jaya Kota Bandar Lampung merupakan Ibukota Propinsi Lampung, sekaligus sebagai pusat perdagangan dan jasa terbesar di propinsi

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI)

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) Denie Septina A, Dwi Anita A & Titik Anggraeni Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali ABSTRAK

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 12 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Geografi merupakan ilmu yang mempelajari tentang bumi. Menurut Bintarto dalam Budiyono (2003:3) geografi ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Sugiyono (2010:3) secara umum metode penelitian diartikan sebagai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Sugiyono (2010:3) secara umum metode penelitian diartikan sebagai 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode penelitian Menurut Sugiyono (2010:3) secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Sejalan

Lebih terperinci

HUBUNGAN AKTIVITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU DI SMP NEGERI 5 DUMOGA BARAT

HUBUNGAN AKTIVITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU DI SMP NEGERI 5 DUMOGA BARAT HUBUNGAN AKTIVITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU DI SMP NEGERI 5 DUMOGA BARAT Irawati Mokoagow 1, Trisnowaty Tuahunse 2, Sutrisno Mohamad 3 ABSTRAK Irawati Mokoagow.

Lebih terperinci

METODOLOGI. n = (Z /2) 2 X σ 2. n = X n = 54 siswa

METODOLOGI. n = (Z /2) 2 X σ 2. n = X n = 54 siswa METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian Cross Sectional Study yang dilakukan pada siswa sekolah dasar di SD Negeri Empang 1 Bogor. Pengambilan data dilakukan

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. penelitian dengan baik dan benar, metode penelitian juga merupakan suatu cara

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. penelitian dengan baik dan benar, metode penelitian juga merupakan suatu cara 36 BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode penelitian Metode penelitian merupakan sebuah pedoman untuk merancang penelitian dengan baik dan benar, metode penelitian juga merupakan suatu cara untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mempunyai dasar pertimbangan yang kuat untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mempunyai dasar pertimbangan yang kuat untuk memberikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah mempunyai dasar pertimbangan yang kuat untuk memberikan prioritas pada pembangunan sektor pertanian, karena sektor pertanian di Indonesia sampai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. desain penelitian. Desain penelitian ini merupakan penelitian deskriptif.

BAB III METODE PENELITIAN. desain penelitian. Desain penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Sebelum seseorang peneliti memulai kegiatannya meneliti, harus memulai membuat rancangan terlebih dahulu. Rancangan tersebut disebut desain penelitian.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pada umumnya penduduk negara ini tinggal di daearah pedesaan yang bekerja

I. PENDAHULUAN. dan pada umumnya penduduk negara ini tinggal di daearah pedesaan yang bekerja I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris dimana sebagian besar penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam atau bertani, sehingga pertanian merupakan sektor yang memegang peranan

Lebih terperinci

Vol. 1 No. 1 Th. Jan-Des 2016 ISSN: PENGARUH PERSEPSI SISWA PADA GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

Vol. 1 No. 1 Th. Jan-Des 2016 ISSN: PENGARUH PERSEPSI SISWA PADA GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PENGARUH PERSEPSI SISWA PADA GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA Reni Iriyanti PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA (S2) UNIVERSITAS BENGKULU iriyantireni81@gmail.com Abstrak Prestasi belajar matematika

Lebih terperinci