BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hasil Belajar Matematika a. Hakikat Matematika Matematika adalah bahasa simbolik yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan, kemudian fungsi teoritisnya untuk memudahkan berfikir (Hestiningrum, 2012). Hudoyo (1988) menyatakan bahwa matematika adalah tentang ideide, konsep-konsep abstrak yang tersusun hierarkies penalarannya deduktif. Lebih lanjut Russeffendi dalam Mulyana (2008) menyatakan bahwa matematika merupakan ilmu tentang struktur yang terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan, definisidefinisi, aksioma-aksioma, dan dalil-dalil, dimana dalil-dalil yang telah dibuktikan kebenarannya berlaku secara umum, karena itulah matematika sering disebut ilmu deduktif. Sejalan dengan Hudoyo, James menyatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lain dengan jumlah yang banyak dan terbagi dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometri (Mulyana, 2008). Berdasarkan definisi yang diungkapkan oleh beberapa ahli, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa matematika adalah bahasa simbolik yang terdiri dari ide-ide, konsepkonsep abstrak yang terbagi dalam cabang-cabangnya yaitu aljabar, analisis, dan geometri untuk memudahkan dalam berfikir. b. Definisi Belajar menurut Teori Konstruktivisme Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan itu adalah konstruksi (bentukan) diri sendiri (Sardiman, 2012). Glasersfelt menegaskan bahwa pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan, tapi pengetahuan selalu sebagai akibat dari suatu konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang. Pengetahuan bukanlah suatu fakta yang tinggal ditemukan, melainkan suatu perumusan yang diciptakan orang yang sedang mempelajarinya. Bettencourt menyimpulkan bahwa konstruktivisme tidak bertujuan mengerti hakikat realitas, tapi lebih melihat bagaimana proses kita menjadi tahu tentang sesuatu. Piaget menyatakan bahwa belajar merupakan proses asimilasi, akomodasi, dan equilibrasi dari pengetahuan yang sudah diperoleh 5

2 6 (Suparno, 2001). Belajar merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dimiliki, sehingga pengertiannya menjadi berkembang (Sardiman, 2012). Selain itu belajar adalah bagaimana menghubungkan teks dengan kondisi nyata atau kontekstual (Suprijono, 2012). Bruner juga menyatakan bahwa belajar merupakan proses aktif dimana siswa membangun pengetahuan baru dengan mengasimilasikan pengetahuan yang sudah dimiliki (Budiningsih, 2005). Sejalan dengan pendapat tersebut Robbins juga mendefinisikan belajar sebagai suatu proses menciptakan hubungan antara pengetahuan yang sudah dipahami dengan pengetahuan baru (Trianto, 2010). Berdasarkan beberapa definisi belajar, maka dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses aktif siswa dalam membangun pengetahuan baru dengan mengasimilasikan dan menghubungkan pengetahuan yang sudah dimiliki dengan pengetahuan baru sehingga pengetahuannya menjadi berkembang. Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi belajar menurut Slameto (2010). 1) Faktor Intern (dari dalam diri) a) Faktor Jasmaniah terdiri dari faktor kesehatan dan faktor cacat tubuh. b) Faktor Psikologis terdiri dari inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan. c) Faktor Kelelahan yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. 2) Faktor Ekstern (dari luar diri) a) Faktor Keluarga terdiri dari cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan. b) Faktor Sekolah yaitu: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di ata ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah. c) Faktor Masyarakat terdiri dari kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat. c. Definisi Hasil Belajar Matematika Proses belajar yang terjadi pasti akan mendapatkan hasil belajar. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2005). Lebih lanjut Arikunto (2006)

3 7 mendefinisikan hasil belajar sebagai hasil yang telah dicapai seseorang yang telah mengalami proses belajar dengan terlebih dahulu mengadakan evaluasi dari proses belajar yang dilakukan. Sejalan dengan Arikunto, Nawawi mendefinisikan hasil belajar sebagai tingkat keberhailan siswa dalam mempelajari materi di sekolah yang dinyatakan dengan skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai materi pelajaran tertentu. Berdasarkan dari beberapa definisi yang ada, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah siswa secara aktif membangun pengetahuan baru dan mengalami proses belajar terlebih dahulu untuk mendapatkan skor dari hasil tes. Menurut Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik (Suprijono, 2005). Ranah kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Ranah afektif terdiri dari receiving (sikap menerima), responding( memberikan respon), valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi). Ranah psikomotorik mencakup ketrampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual. Menurut Lindgren, hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Hasil belajar dalam penelitian ini hanya kemampuan kognitif yang dimiliki siswa setelah secara aktif membangun pengetahuan baru dan mengalami proses belajar untuk mendapatkan skor dari hasil tes. Berdasarkan karakteristik matematika dan definisi hasil belajar, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika adalah kemampuan kognitif yang dimiliki siswa setelah mengalami proses belajar matematika yang berupa skor dari hasil tes. 2. Motivasi Belajar a. Definisi Motivasi Motivasi diawali dari kata motif yang diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu (Sardiman, 2012). Motif juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Muhibbin (2003) mengungkapkan bahwa pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan yang mendorong untuk berbuat sesuatu. Hal ini berarti motivasi

4 8 merupakan pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah. Sejalan dengan Muhibbin, Santrok (2008) mengungkapkan bahwa motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Selanjutnya Donald mengungkapkan bahwa motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang dengan ditandai munculnya feeling dan dengan tanggapan terhadap adanya tujuan (Sardiman, 2012). Artinya perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama. Berdasarkan definisi yang diungkapkan oleh beberapa ahli, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi merupakan kondisi internal yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu secara gigih dan terarah dalam mencapai tujuan. b. Motivasi Belajar Motivasi belajar adalah sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar (Sardiman, 2012). Selain itu, motivasi belajar adalah dorongan yang berfungsi sebagai penguatan bersemayamnya segala informasi dalam memori siswa (Suprijono, 2012). Sejalan dengan Suprijono, Uno (2010) mendefinisikan motivasi belajar sebagai dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku. Beberapa ahli mengungkapkan definisi tentang motivasi belajar, dari itu dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak atau dorongan internal dan eksternal dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang berfungsi sebagai penguatan bersemayamnya segala informasi dalam memori siswa. Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut (Muhibin, 2003). 1) Motivasi instrinsik, merupakan hal atau keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorong melakukan tindakan belajar. 2) Motivasi ekstrinsik, merupakan hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang dapat mendorong untuk melakukan kegiatan belajar. Motivasi belajar itu mempunyai beberapa indikator. Indikator motivasi belajar menurut Uno (2010) adalah sebagai berikut. 1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil. 2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar. 3) Adanya harapan dan cita cita masa depan. 4) Adanya penghargaan dalam belajar.

5 9 5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar. 6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan siswa dapat belajar dengan baik. Fungsi dari motivasi belajar adalah untuk mendorong siswa melakukan kegiatan belajar, memberikan arah dari kegiatan yang harus dikerjakan sesuai tujuan pembelajaran, menyeleksi kegiatan pembelajaran (Sardiman, 2012). Ciri-ciri siswa yang mempunyai motivasi adalah sebagai berikut. 1) Tekun menghadapi tugas (bekerja terus menerus tanpa berhenti sebelum pekerjaan selesai). 2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak mudah putus asa). 3) Menunjukan minat terhadap macam macam masalah. 4) Lebih senang bekerja mandiri. 5) Cepat bosan pada tugas tugas yang rutin (hal hal yang bersifat mekanis, berulang ulang begitu saja, sehingga tidak kreatif). 6) Dapat mempertahankan pendapatnya jika sudah yakin pada sesuatu. 7) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini. 8) Senang mencari dan memecahkan soal soal. 3. Pendekatan Analitik-Sintetik a. Definisi Pendekatan Analitik Sintetik Berbagai metode dan pendekatan dapat digunakan dalam proses pembelajaran matematika. Alternatif pendekatan yang dapat dipilih adalah pendekatan holistik dan pendekatan analitik-sintetik. Pendekatan holistik merupakan model pada tingkat makroskopik yang menyoroti pentingnya keputusan yang dibuat oleh pemecah masalah. Selanjutnya pendekatan analitik sintetik sendiri adalah pemecahan masalah yang diberikan dan tidak diketahui, kemudian menuliskan persamaan yang sebenarnya setelah menggunakan arti kata dan alasan matematika, manipulasi aljabar, dan kalkulasi aljabar (Mulyana, 2008). Pendekatan analitik juga bisa dikatakan suatu proses penyelesaian yang dilakukan selangkah demi selangkah dan tiap langkah dapat dijelaskan karena berasal dari informasi dan operasi yang benar (Nasution, 2010). Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan analitik sintetik adalah pendekatan yang menganalisis suatu persoalan yang ada kemudian menyelesaikanya secara sintesis atau runtut untuk menemukan jawaban.

6 10 Analitik sintetik dan struktural analitik sintetik (SAS) pada prinsipnya merupakan pembelajaran yang sama hanya penyebutannya saja yang membedakan. Pembelajaran SAS pada prosesnya awalnya juga diberikan satu persoalan kemudian dari persoalan yang ada dianalisis terlebih dahulu kemudian disintesis untuk mendapatkan penyelesaian akhir (Linda 2014). Pembelajaran ini menekankan bahwa pemahaman kalimat itu penting dalam menyelesaikan suatu persoalan yang diberikan untuk bisa menemukan jawaban akhir. b. Karakteristik Pendekatan Analitik Sintetik Pembelajaran analitik-sintetik termasuk pembelajaran berbasis masalah. Oleh karena itu, karakteristik dari pembelajaran berbasis masalah juga merupakan karakteristik dari pembelajaran analitik-sintetik. Karakteristik dari pembelajaran analitik-sintetik adalah: (1) pembelajaran diawali dengan mengajukan masalah matematika kepada siswa sehingga akan terjadinya konflik kognitif yang akan mengakibatkan terjadinya proses asimilasi, akomodasi dan ekuilibrasi; (2) masalah dianalisis dari hal yang cukup besar dan umum menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, lebih khusus dan lebih sederhana; (3) konjektur dan pembuktian konjektur disintesis oleh siswa secara berkelompok dengan menggunakan pendekatan induktif-deduktif; (4) pemberian intervensi dari guru ketika menganalisis masalah, mensintesis konjektur dan pembuktian konjektur, dan ketika menyelesaikan masalah; (5) menyajikan hasil kegiatan analisis dan sintesisnya di forum kelas; (6) menerapkan teorema yang sudah diperoleh dalam menyelesaikan soal-soal, terutama tipe analisis, sintesis, dan evaluasi. c. Langkah-Langkah Pembelajaran Analitik Sintetik Sternberg memberikan langkah-langkah pembelajaran analitik sintetik sebagai berikut (Mulyana, 2008) sebagai berikut. 1) Menganalisis suatu masalah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan lebih sederhana, seperti menganalisis elemen, menganalisis hubungan, menganalisis pola, dan menganalisis aturan. 2) Memadukan bagian-bagian secara logik sehingga diperoleh penyelesaian suatu masalah seperti menemukan hubungan, menemukan konsep dan menyusun pembuktian. 3) Membuat kesimpulan. Pendekatan ini digunakan karena mempunyai beberapa kelebihan yang akan mempermudah siswa dalam belajar dan menyelesaikan soal matematika. Beberapa kelebihan pendekatan analitik

7 11 sintetik diantaranya yaitu, 1)pendekatan ini dapat digunakan sebagai landasan berpikir analisis, 2) langkah-langkah yang diatur sedemikian rupa membuat siswa mudah mengerjakan soal yang diberikan, 3) landasan linguistik yang merupakan dasar dari pendekatan ini akan membantu siswa memahami maksud soal dengan baik. 4. Geometri a. Definisi Geometri Geometri berasal dari kata Latin Geometria, Geo yang berarti tanah dan metria berarti pengukuran (Moeharti, 1986). Geometri didefinisikan juga sebagai cabang matematika yang mempelajari titik, garis bidang dan benda-benda ruang serta sifat-sifatnya, ukuranukurannya dan hubungannya satu sama lain. Moeharti menyatakan bahwa geometri dapat dipandang sebagai suatu studi tentang ruang fisik (Sari, 2010). Geometri dapat digolongkan ke dalam beberapa sub bab materi. Pada perkembangannya terdapat beberapa penggolongan geometri berdasarkan lingkup atau bidang kajian, antara lain: Geometri Bidang (dua dimensi), Geometri Ruang (dimensi tiga), Geometri dimensi n, Geometri bola, dan lain-lain (Moeharti 1986). b. Definisi Dimensi Tiga Materi geometri dimensi tiga juga dipelajari pada jenjang SMA. Geometri dimensi tiga merupakan salah satu bagian dari geometri yang membahas ukuran, sifat-sifat, hubungan titik, dan bidang dalam bangun ruang. Dalam ensiklopedi matematika (Notonegoro, 1992) dikatakan dimensi tiga karena mengandung tiga unsur yaitu panjang, lebar, dan tinggi. Obyek dari geometri dimensi tiga merupakan benda-benda pikiran yang sifatnya abstrak, misalnya titik, garis, bidang, balok, kubus, limas, bola dan sebagainya. Benda pikiran tersebut diperoleh dari benda nyata dengan melaksanakan abstraksi dan idealisasi. Pembelajaran geometri dimensi tiga secara tegas dibedakan antara pengertian, gambar, dan model dari suatu bangun geometri dimensi tiga (Iswadji, 2001). Pembelajaran geometri dimensi tiga dimulai dengan benda-benda konkret yaitu benda-benda nyata berdimensi tiga, kemudian ke dalam bentuk semi konkret yang diwujudkan dengan gambar-gambar sehingga terlihat seperti bangun berdimensi dua. Belajar dari benda konkret kemudian gambar nyata membuat siswa dapat memiliki pengetahuan tentang bangun berdimensi tiga yang sudah

8 12 bersifat abstrak dan ada di dalam pikiran tiap-tiap siswa. Sifat abstrak yang dimaksud adalah pengetahuan tentang sifat atau karakteristik atau atribut khusus dari benda-benda nyata tersebut. Materi dimensi tiga yang dipelajari di SMA meliputi kedudukan, jarak dan besar sudut yang melibatkan titik, garis, dan bidang dalam ruang dimensi tiga. Berikut cakupan di tiap-tiap materi yang dipelajari pada jenjang SMA. 1) Kedudukan titik, garis, dan bidang dalam ruang. Kedudukan titik, garis dan bidang dalam ruang meliputi kedudukan titik terhadap garis (titik terletak pada garis, titik diluar garis), kedudukan titik tehadap bidang (titik terletak pada bidang, titik terletak di luar bidang), kedudukan garis terhadap garis lain (dua garis berpotongan, dua garis sejajar, dua garis bersilangan), kedudukan garis terhadap bidang (garis terletak pada bidang, garis sejajar bidang, garis memotong atau menembus bidang), kedudukan bidang terhadap bidang lain (dua bidang berimpit, dua bidang sejajar, dua bidang bersilangan). 2) Jarak titik, garis, dan bidang dalam ruang Jarak titik, garis, dan bidang dalam ruang meliputi jarak titik ke titik, jarak titik ke garis, jarak titik ke bidang, jarak dua bidang sejajar, jarak dua garis bersilangan, jarak garis ke bidang, jarak dua bidang. 3) Sudut antara garis dan bidang yang saling berpotongan dan sudut antara dua bidang yang berpotongan Sudut antara garis dan bidang yang berpotongan meliputi sudut lancip antara garis dan bidang, sudut siku-siku antara garis dan bidang yang berpotongan tegak lurus. Sudut antara dua bidang yang berpotongan adalah sudut yang dibentuk oleh dua garis yang berpotongan dan garis-garis itu tegak lurus terhadap garis potong antara kedua bidang. Materi yang akan diajarkan dalam penelitian ini tidak semuanya diajarkan. Hanya sebagian materi saja karena keterbatasan waktu penelitian. Materi yang akan diajarkan meliputi kedudukan titik, jarak antara dua titik, jarak titik ke garis, dan jarak titik ke bidang. Materi yang diajarkan di SMA lebih sulit dari pada yang diajarkan di SMP. Lebih mudah mengetahui sejauh mana siswa menguasai materi yang sudah diajarkan, maka dibuat peta konsep. Adapun peta konsep dari materi dimensi tiga dapat dilihat pada Gambar 2.1, pada peta konsep tidak

9 13 semua materi tercantum di dalamnya hanya materi yang akan diajarkan saja. Dimensi Tiga Kedudukan Titik Jarak Titik Kedudukan titik terhadap garis Jarak titik terhadap titik Kedudukan titik terhadap bidang Gambar 2.1 Peta Konsep Jarak titik terhadap garis Jarak titik terhadap bidang B. Penelitian Yang Relevan Penelitian mengenai pembelajaran dengan analitik sintetik sudah dilakukan oleh beberapa orang. Widi Prastiwi, Samidi, dan Lies Lestari (2012) dalam penelitiannya menggunakan SAS (Struktural Analitik Sintetik) pada pelajaran Bahasa Indonesia yang difokuskan pada kemampuan membaca menulis siswa TK kelompok B2 TK Negeri Pembina Cawas. Hasil penelitian ini mengungkap bahwa penggunaan metode SAS dapat meningkatkan kemampuan mengenal membaca dan menulis pada siswa. Linda Purnamasari, Suwatra, dan Suartama juga melakukan penelitian pembelajaran SAS (2014) untuk belajar membaca permulaan mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas 1 SD N 2 Sinabung dan siswa kelas 1 SD N 3 Sinabung. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan SAS memberikan pengaruh terhadap hasil belajar. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa kelas eksperimen dengan pembelajaran SAS rata-ratanya lebih tinggi dari siswa kelas kontrol. Selain itu, sudah ada penelitian dengan menggunakan pembelajaran SAS dalam matematika yang dilakukan oleh Mulyana. Penelitian yang dilakukan oleh Mulyana (2008) tentang pembelajaran analitik sintetik untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematika siswa SMA. Hasil belajar dengan pembelajaran dengan analitik sintetik lebih baik dari pada dengan pembelajaran konvensional. Hasil dari sekolah dengan siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah semuanya memberikan hasil bahwa pembelajaran dengan analitik sintetik lebih memuaskan daripada dengan pembelajaran

10 14 konvensional. Selain itu terdapat hubungan yang cukup antara kemampuan berpikir kritis matematika dan berpikir kritis matematika siswa SMA. Penelitian ini dilakukan atas dasar beberapa penelitian yang sudah dilakukan dan menjadi sumber inspirasi. Sama dengan ketiga penelitian tersebut dalam penelitian ini digunakan analitik sintetik. Jika dalam penelitian yang dilakukan sebelumnya terhadap hasil belajar membaca, dan ada juga yang terhadap kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematika dalam penelitian ini akan dilakukan terhadap motivasi dan hasil belajar matematika. Hasil dari penelitian sebelumnya pendekatan analitik sintetik berpengaruh terhadap hasil belajar serta kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa. Berbeda dengan penelitian Prastiwi, dkk dan juga penelitian Purnamasari yang menggunakan pembelajaran dengan SAS dalam pelajaran Bahasa Indonesia untuk TK dan SD, namun penelitian akan dilakukan di SMA dalam mata pelajaran matematika. Penelitian yang akan dilakukan ini sama halnya seperti penelitian yang dilakukan oleh Tatang Mulyana yaitu di SMA. Namun, jika penelitian yang dilakukan Tatang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematika siswa, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidak pengaruh pendekatan analitk sintetik terhadap motivasi dan hasil belajar matematika siswa. Hal ini dikarenakan motivasi dan hasil belajar matematika siswa SMA N 1 Getasan yang belum optimal. C. Kerangka Berpikir Hasil observasi yang dilakukan menunjukan kurangnya hasil belajar dan motivasi belajar yang terjadi di SMA N 1 Getasan ini sangat memprihatinkan. Hal ini terjadi karena kemampuan siswa yang kurang dan juga kemauan siswa untuk belajar kurang. Hasil wawancara dengan guru matematika di SMA N 1 Getasan juga menyatakan demikian. Siswa kesulitan dalam memahami materi matematika dan menyelesaikan soal terlebih lagi dalam materi geometri. Pembelajaran yang dilakukan masih konvensional dimana pembelajaran terfokus pada guru. Salah satu alternative pembelajaran untuk mengatasi hal tersebut salah satunya dengan pendekatan pembelajaran analitik sintetik. Pendekatan analitik sintetik merupakan pendekatan dimana siswa harus menganalisis permasalahan yang diberika kemudian mengerjakanya secara sintetik atau runtut untuk menemukan jawabanya. Pendekatan ini akan membuat siswa berpikir secara analitik dan lebih mudah memahami materi. Dengan pendekatan ini diharapkan dapat memberikan dampak yang baik terhadap otivasi dan hasil belajar siswa.

11 15 Motivasi belajar siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang diberikan oleh guru itu penting. Kurangnya motivasi belajar siswa dalam belajar matematika bisa membuat kegiatan belajar menjadi tidak maksimal. Jika siswa tidak punya motivasi untuk belajar pasti mereka tidak akan benar-benar fokus ketika guru mengajarkan materi. Jika siswa sudah tidak fokus pada materi yang diajarkan oleh guru pastilah tidak akan dipahami oleh siswa dan sulit diterima. Menumbuhkan motivasi siswa untuk belajar itu tidak mudah, guru perlu menggunakan strategi atau pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Salah satu pendekatan yaitu pendekatan analitk sintetik diharapkan dapat memerikan pengaruh terhadap motivasi belajar siswa menjadi lebih baik. Selain kurangnya motivasi belajar siswa ternyata hasil belajar siswa juga rendah. Pendekatan analitik sintetik dalam materi dimensi tiga diduga akan mempermudah siswa dalam memahami materi yang diberikan oleh guru. Tidak berbeda jauh dengan motivasi belajar alasa rendahnya hasil belajar siswa juga karena materi yang dipelajari dianggap sulit. Mengatasi kesulitan belajar siswa salah satunya menggunakan alternative pendekatan pembelajaran yang sesuai. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan analitik sintetik yang diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap hasil belajar sehingga menjadi lebih baik. Pendekatan analitik sintetik diharapkan berpengaruh terhadap motivasi belajar dan hasil belajar secara terpisah sehingga menjadi lebih baik. Pendekatan analitik sintetik diduga berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya. Sama halnya terhadap hasil belajar siswa pendektan analitik sintetik juga diduga akan memberikan pengaruh sehingga lebih baik dari sebelumnya. Jika terhadap motivasi dan hasil belajar siswa secara terpisah pendekatan analitik sintetik diduga berpengaruh, maka tidak menutup kemungkinan juga akan memberikan dampak yang baik terhadap motivasi dan hasil belajar matematika secara bersamaan. Bagan kerangka berpkir dapat dilihat pada Gambar 2.2. Pendekatan Analitik Sintetik Motivasi Belajar Hasil Belajar Gambar 2.2 Bagan Kerangka berpikir

12 16 D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, kajian teori, dan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Terdapat pengaruh Pendekatan Analitik Sintentik pada Dimensi Tiga terhadap motivasi belajar matematika kelas siswa X SMA N 1 Getasan. 2. Terdapat pengaruh Pendekatan Analitik Sintentik pada Dimensi Tiga terhadap hasil belajar matematika kelas siswa X SMA N 1 Getasan. 3. Terdapat pengaruh Pendekatan Analitik Sintentik pada Dimensi Tiga terhadap motivasi dan hasil belajar matematika siswa kelas X SMA N 1 Getasan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi merupakan pendorong bagi perbuatan siswa. Menyangkut soal mengapa siswa berbuat demikian dan apa tujuannya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hasil Belajar a. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu kata yang tidak asing lagi bagi semua orang terutama bagi para pelajar. Kegiatan belajar merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

BAB II KAJIAN TEORI. dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Belajar a. Pengertian Belajar Pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar siswa pada hakikatnya

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan cepat dan

II. KERANGKA TEORETIS. menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan cepat dan II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Intelegensi Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan cepat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. setiap manusia akan selalu berusaha untuk menambahi ilmu pengetahuannya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. setiap manusia akan selalu berusaha untuk menambahi ilmu pengetahuannya. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Belajar Ilmu pengetahuan sangat penting bagi kehidupan seseorang dengan ilmu pengetahuan seseorang akan berpikir lebih maju dari sebelumnya. Oleh karena itu, setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. geometri, dan analisis (Hamzah Uno, 2007: 129). mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. geometri, dan analisis (Hamzah Uno, 2007: 129). mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu pelajaran yang sering dianggap sebagai mata pelajaran yang susah untuk dimengerti. Banyak sekali siswa yang tidak suka dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar Aunurrahman ( 2012 : 35 ) belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Pada sub bab ini, peneliti akan membahas mengenai teori - teori yang berkaitan dengan variabel yang sudah ditentukan. Adapaun teori yang berkaitan dengan variabel

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIK

BAB II KAJIAN TEORETIK BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Penalaran Matematis Penalaran merupakan konsep yang paling umum menunjuk pada salah satu proses pemikiran untuk memperoleh suatu kesimpulan sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar siswa pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan manusia diera global seperti saat ini menjadi kebutuhan yang amat menentukan bagi masa depan seseorang dalam kehidupannya, yang menuntut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah menentukan model atau metode mengajar tentang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di

I. PENDAHULUAN. informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebijakan pemerintah dalam standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah yang dirumuskan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) menyebutkan matematika

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. perlu dilakukan usaha atau tindakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Hamalik

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. perlu dilakukan usaha atau tindakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Hamalik 8 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2..1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hasil Belajar Untuk dapat menentukan tercapai tidaknya tujuan pendidikan dan pengajaran perlu dilakukan usaha atau tindakan untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 11 BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Model Pembelajaran Cooperative Learning 2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Learning Menurut Asmani (2016, h. 37) cooperative learning dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Belajar Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Perubahan perilaku terjadi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.2 Pengertian Matematika Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Hasil Belajar Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya seluruh aspek potensi kemanusiaan saja (Suprijono, 2006). Hasil belajar adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil Belajar 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Pendidikan bertujuan antara lain mengembangkan dan meningkatkan kepribadian individu yang sedang melakukan proses pendidikan. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik. Dari tidak tahu menjadi

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik. Dari tidak tahu menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mengandung pengertian suatu perbuatan yang di sengaja untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik. Dari tidak tahu menjadi tahu, dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungannya (Slameto, 2010). Menurut Gredler dalam Aunurrahman. sebelumnya tidak mengetahui sesuatu menjadi mengetahui.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungannya (Slameto, 2010). Menurut Gredler dalam Aunurrahman. sebelumnya tidak mengetahui sesuatu menjadi mengetahui. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Hakikat Belajar dan Pembelajaran Belajarmerupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Kajian Teori BAB II TINJAUAN TEORITIS 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray a) Pengertian model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray Menurut Isjoni (2010, h.15 ) model pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hasil Belajar

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hasil Belajar BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hasil Belajar Hasil belajar merupakan perubahan yang diperoleh siswa setelah mengalami aktivitas belajar. Perubahan yang diperoleh tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 HAKEKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Belajar menunjuk pada apa yang harus

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum, merancang bahan-bahan pembelajaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Disamping itu

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Disamping itu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Menurut Djamarah (2008:13) mengatakan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Lembar Kerja Siswa LKS merupakan salah satu media instruksional edukatif berbasis cetakan. LKS digunakan sebagai perangkat pembelajaran menjadi pendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada masa kini di seluruh dunia telah timbul pemikiran baru terhadap status pendidikan. Pendidikan diterima dan dihayati sebagai kekayaan yang sangat berharga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Kajian Tentang Model Pembelajaran Cooperative Learning a. Pengertian Model Pembelajaran Menurut Agus Suprijono (2009: 46) mengatakan bahwa model pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Ilmu Pengetahuan Sosial 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial Pendidikan ilmu pengetahuan sosial merupakan proses mendidik dan memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk

Lebih terperinci

DESKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL BELAJAR OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT PADA SISWA DI SDN 3 TAPA KECAMATAN TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO

DESKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL BELAJAR OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT PADA SISWA DI SDN 3 TAPA KECAMATAN TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO DESKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL BELAJAR OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT PADA SISWA DI SDN 3 TAPA KECAMATAN TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO Oleh DELI MA RUF NIM : 151 409 192 (Mahasiswa Program

Lebih terperinci

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA, IKLIMSEKOLAH, DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA, IKLIMSEKOLAH, DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam penelitian pendidikan, hasil belajar menjadi isu yang memiliki daya tarik untuk diteliti. Hasil belajar yang menjadi soroton dari semua jenjang sekolah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 9 BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Teori 1. Media Pembelajaran Mind Mapping a. Pengertian Media Pembelajaran Mind Mapping Sadiman (dalam Rianti, 2012, h.9) menjelaskan media pembelajaran

Lebih terperinci

Hesti Yunitasari Universitas PGRI Yogyakarta

Hesti Yunitasari Universitas PGRI Yogyakarta UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS VIIF SMP N 2 SRANDAKAN Hesti Yunitasari Universitas PGRI Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingka laku, baik yang menyangkut pengetahuan,

BAB II LANDASAN TEORITIS. tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingka laku, baik yang menyangkut pengetahuan, BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Belajar Matematika Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan, artinya tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingka laku, baik yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana yang dilaksanakan oleh pendidik untuk mengembangkan potensi yang ada pada siswa. Djumali,dkk (2013:47) mengatakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Konsep Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan. Hamalik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sebuah usaha yang tidak terlepas dari kehidupan manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya dengan kebutuhan lainnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan, maju mundurnya kualitas manusia dapat dilihat dari kualitas pendidikannya. Adapun tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Everyone Is Teacher Here (ETH) a. Pengertian Tipe Everyone Is Teacher Here (ETH) Strategi pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Dalam Bab II ini akan diuraikan kajian teori yang merupakan variabel dalam penelitian yang dilakukan yaitu hasil belajar, pendekatan CTL, dan alat peraga. 2.1.1 Hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan mata pelajaran eksak yang esensial, yang dapat menjadi penunjang untuk mata pelajaran yang lain. Melalui pelajaran matematika siswa diharapkan

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu 6 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Motivasi belajar Melakukan perbuatan belajar secara relatif tidak semudah melakukan kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. Harlen & Russel dalam Fitria (2007: 17) mengatakan bahwa kemampuan

II. KERANGKA TEORETIS. Harlen & Russel dalam Fitria (2007: 17) mengatakan bahwa kemampuan 6 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjaun Pustaka 1. Keterampilan Eksperimen Harlen & Russel dalam Fitria (2007: 17) mengatakan bahwa kemampuan merancanakan percobaan merupakan kegiatan mengidenfikasi berapa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Sebagai suatu disiplin ilmu, matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang memiliki kegunaan besar dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, konsepkonsep dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar dapat

Lebih terperinci

BAB II STUDI KEPUSTAKAAN A. Hasil Belajar

BAB II STUDI KEPUSTAKAAN A. Hasil Belajar BAB II STUDI KEPUSTAKAAN A. Hasil Belajar Hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah, yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Belajar Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1Pengertian Belajar Belajar dalam idealisme berarti kegiatan psiko-fisik-sosial menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Namun, realitas yang dipahami oleh sebagian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertianpengertian,

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertianpengertian, BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertianpengertian, apresiasi, dan keterampilan. Merujuk pemikiran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Hasil Belajar Matematika

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Hasil Belajar Matematika BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Hasil Belajar Matematika Sudjana. (2007: 22), mengemukakan bahwa hasil belajar adalah menemukan pengalaman belajar. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh bagaimana kebiasaan belajar peserta didik. Segala bentuk

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh bagaimana kebiasaan belajar peserta didik. Segala bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perilaku belajar merupakan kebiasaan belajar yang dilakukan oleh individu secara berulang-ulang sehingga menjadi otomatis atau berlangsung secara spontan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Hakekat Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. proses, cara, perbuatan memahami atau memahamkan. 1. menemukan dirinya dalam diri orang lain.

BAB II KAJIAN TEORI. proses, cara, perbuatan memahami atau memahamkan. 1. menemukan dirinya dalam diri orang lain. BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoretis 1. Pengertian Pemahaman Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemahaman adalah proses, cara, perbuatan memahami atau memahamkan. 1 Menurut Benyamin S. Bloom pemahaman

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. ingin terus belajar. Hal tersebut didukung oleh pendapat Sardiman (2007 : 76)

II. TINJAUAN PUSTAKA. ingin terus belajar. Hal tersebut didukung oleh pendapat Sardiman (2007 : 76) 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Minat Minat selalu berkaitan dengan soal kebutuhan atau keinginan. Dalam belajar mengajar, penting menciptakan kondisi tertentu agar siswa selalu butuh dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep merupakan suatu pengetahuan terhadap sesuatu. Menurut Rosser

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep merupakan suatu pengetahuan terhadap sesuatu. Menurut Rosser 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pemetaan Konsep Konsep merupakan suatu pengetahuan terhadap sesuatu. Menurut Rosser (dalam Dahar, 1996: 80) konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas, objek-objek,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Pemahaman Matematis. pemahamannya melalui tes. Sedangkan pemahaman (understanding)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Pemahaman Matematis. pemahamannya melalui tes. Sedangkan pemahaman (understanding) 23 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Pemahaman Matematis Istilah pemahaman berasal dari kata paham, yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pengetahuan banyak,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Pendekatan Discovery Learning Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat membantu siswa memahami konsep yang sulit dengan memberikan pengalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari hasil akhir pembelajaran yang merupakan tolak ukur dari keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. dari hasil akhir pembelajaran yang merupakan tolak ukur dari keberhasilan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan ke penerima pesan. Terkadang terjadi kendala

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS 16 BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1. Konsep Belajar 2.1.1. Pengertian Belajar Slameto (2010, h. 1) mengatakan, Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era global yang ditandai oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat memungkinkan semua orang untuk mengakses dan mendapatkan informasi dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SPN) Pasal 3 mengenai

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SPN) Pasal 3 mengenai 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah SMK Pasundan 1 Bandung merupakan Sekolah Menengah Kejuruan rumpun Bisnis dan Manajemen yang merupakan lembaga pendidikan yang terus berupaya menghasilkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rini Fatmawati dengan judul Peningkatan Pembelajaran Melalui Model Pembelajaran Picture and Picture pada Pokok Bahasan

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) PADA SISWA KELAS VIIC SMP N 1 PAJANGAN

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) PADA SISWA KELAS VIIC SMP N 1 PAJANGAN UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) PADA SISWA KELAS VIIC SMP N 1 PAJANGAN Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas PGRI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Komalasari (2013:58-59) pembelajaran berbasis masalah adalah:

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Komalasari (2013:58-59) pembelajaran berbasis masalah adalah: BAB II KAJIAN TEORI A. Model Pembelajaran Berbasis Masalah 1. Definisi Model Pembelajaran Berbasis Masalah Menurut Komalasari (2013:58-59) pembelajaran berbasis masalah adalah: Model pembelajaran yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif 2.1.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis yang mengisyaratkan adanya orang yang mengajar dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Problem Based Learning (PBL) 1. Pengertian Problem Based Learning (PBL) Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu model pembelajaran yang berbasis pada masalah, dimana masalah

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Fiqih dengan melalui penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe picture and

BAB V PEMBAHASAN. Fiqih dengan melalui penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe picture and BAB V PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas II di MIN Sumberjati Kademangan Blitar pada mata pelajaran Fiqih dengan melalui penerapan model

Lebih terperinci

BAB II MODEL PEMBELAJARAN NOVICK DAN HASIL BELAJAR

BAB II MODEL PEMBELAJARAN NOVICK DAN HASIL BELAJAR BAB II MODEL PEMBELAJARAN NOVICK DAN HASIL BELAJAR A. Model Pembelajaran Novick Model Pembelajaran Novick merupakan salah satu model pembelajaran yang merujuk pandangan konstruktivisme. Gagasan utama dari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Demonstrasi 2.1.1.1 Hakekat Metode Demonstrasi Metode demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif, sebab membantu siswa untuk mencari jawaban

Lebih terperinci

BAB II Kajian Pustaka

BAB II Kajian Pustaka 4 BAB II Kajian Pustaka A. Kajian Teori 1. Hasil Belajar Matematika a. Definisi Belajar Menurut Piaget, belajar adalah hasil perkembangan saling melengkapi antara asimilasi dan akomondasi dalam proses

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar Matematika Menurut Slameto (dalam Bahri, 2008:13), Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk medefinisikan pengertian matematika belum ada kepastian yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk medefinisikan pengertian matematika belum ada kepastian yang BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Matematika Untuk medefinisikan pengertian matematika belum ada kepastian yang pasti, karena para ahli masing-masing memiliki pandangan yang berbeda. Ada yang mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini berbagai lembaga pendidikan tinggi berkompetisi untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kualitas yang baik, dalam bentuk memiliki keterampilan yang memadai,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, menjadi salah satu ilmu yang diperlukan pada saat

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, menjadi salah satu ilmu yang diperlukan pada saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan landasan dan kerangka perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, menjadi salah satu ilmu yang diperlukan pada saat seseorang harus menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ayu Pipit Fitriyani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah  Ayu Pipit Fitriyani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika di SD selalu mengacu kepada kurikulum SD yang telah ditetapkan oleh Dirjen Pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan yang berkembang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Langsung

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Langsung BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kajian Pembelajaran Langsung a. Pengertian Pembelajaran Langsung Menurut Arends (1997) model pengajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), penulis mencoba mengungkap beberapa pendapat para ahli tentang Matematika. Menurut Karso dkk (1998: 14), Matematika

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD sampai SMP. IPS mengkaji seperangkat peristiwa,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Belajar Proses belajar mengajar merupakan kegiatan paling pokok dalam seluruh proses pendidikan di sekolah. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan keterampilan, sikap dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. tersebut dapat menghasilkan suatu bentuk perubahan yang nampak pada diri siswa

BAB II KAJIAN TEORETIS. tersebut dapat menghasilkan suatu bentuk perubahan yang nampak pada diri siswa BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Hasil Belajar Hasil belajar merupakan suatu bentuk yang diperoleh dari adanya proses belajar. Ketika proses belajar itu dilakukan, maka pada akhir rangkaian proses tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Kooperatif Menurut E. Slavin (2008), pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam suatu kelas dijadikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KEMAMPUAN SPASIAL Menurut Fahmi (2006) kemampuan spasial adalah kemampuan anak dalam mengenali identitas objek ketika objek tersebut ada dari sudut pandang yang berbeda, dan mampu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Sejarah a. Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setelah proses berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. setelah proses berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap proses pembelajaran, terutama pembelajaran di sekolah akan dilihat hasil belajarnya. Untuk mengetahui hasil belajar siswa bisa dilakukan melalui tes, misalnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran karena dalam model pembelajaran terdapat langkah-langkah

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran karena dalam model pembelajaran terdapat langkah-langkah 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Exclusive Penerapan model pembelajaran dapat memudahkan guru dalam merancang pembelajaran karena dalam model pembelajaran terdapat langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar Banyak ahli pendidikan yang mengungkapkan pengertian belajar menurut sudut pandang mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat beberapa ahli pendidikan tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Taufik Rahman, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Taufik Rahman, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu pelajaran yang dipelajari mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Pada saat di sekolah dasar, materi matematika yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan dapat menyesuaikan secara aktif dalam kehidupannya. melalui pendidikan yang baik akan dihasilkan sumber daya manusia yang

I. PENDAHULUAN. dan dapat menyesuaikan secara aktif dalam kehidupannya. melalui pendidikan yang baik akan dihasilkan sumber daya manusia yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi suatu bangsa merupakan salah satu usaha yang strategis dalam rangka mempersiapkan warga negara dalam menghadapi masa depan diri sendiri dan bangsanya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru. Hasil belajar dapat berupa

Lebih terperinci

Kata kunci: Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning), Hasil belajar matematika ranah afektif dan ranah kognitif.

Kata kunci: Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning), Hasil belajar matematika ranah afektif dan ranah kognitif. UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) PADA SISWA KELAS VIIF SMP NEGERI 2 GAMPING Oleh: Intan Mira Depita 11144100190 Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. didiknya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan

I. PENDAHULUAN. didiknya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus segera direspon secara positif oleh dunia pendidikan. Salah satu bentuk respon positif dunia pendidikan adalah

Lebih terperinci

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Mata pelajaran Matematika

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Keaktifan Belajar a. Pengertian Keaktifan Belajar Proses pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreatifitas siswa melalui berbagai interaksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Belajar Hasil belajar adalah hasil akhir baik berupa perilaku, maupun pengetahuan (kognitif) yang terjadi setelah proses pembelajaran dalam rangka memperoleh suatu pengetahuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. interaksi antara seseorang dengan lingkungan. Menurut Sugandi, (2004:10), dirinya dengan lingkungan dan pengalaman.

II. TINJAUAN PUSTAKA. interaksi antara seseorang dengan lingkungan. Menurut Sugandi, (2004:10), dirinya dengan lingkungan dan pengalaman. 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Berbasis Laboratorium Belajar adalah suatu proses yang kompleks terjadi pada setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar berlangsung karena adanya interaksi karena

Lebih terperinci