TUTORIAL. Pusat Pengembangan Pendidikan UNIVERSITAS GADJAH MADA Yogyakarta

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TUTORIAL. Pusat Pengembangan Pendidikan UNIVERSITAS GADJAH MADA Yogyakarta"

Transkripsi

1

2 TUTORIAL Pusat Pengembangan Pendidikan UNIVERSITAS GADJAH MADA Yogyakarta

3 C Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang memperbanyak, mencetak, dan menerbitkan sebagian isi atau seluruh buku dengan cara dan dalam bentuk apa pun juga tanpa seijin editor dan penerbit. EDITOR Gandes Retno Rahayu PENATA LETAK & DESAIN COVER Sutarto ILUSTRATOR GAMBAR Lingga Tri Utama FOTOGRAPHER Bimo (Gedung Pusat UGM) Bambang Prastowo (Gerbang UGM) Dicetak Oleh: Yogyakarta, 2005 Cetakan Pertama, November 2005 ISBN No.... ii

4 PENGANTAR Sejalan dengan pergeseran paradigma pendidikan, dari teacher-centered ke student-centered learning, sebagaimana telah diamanatkan dalam Rencana Strategis (Renstra) Universitas Gadjah Mada tahun , maka penerbitan buku Tutorial ini merupakan salah satu bentuk pelaksanaan Renstra tersebut. Penerbitan buku Tutorial ini dimaksudkan sebagai pegangan bagi para dosen yang ingin melaksanakan tutorial di dalam pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya. Kepada dr. Gandes Retno Rahayu, M.Med.Ed., Ph.D diucapkan terima kasih serta penghargaan atas kesediannya untuk memeriksa, memberi tinjauan dan perbaikan atas naskah buku ini. Semoga buku ini bermanfaat bagi seluruh civitas academica Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta, Nopember 2005 Penyusun iii

5 Penyusun Harsono H.C.Yohannes Sudjarwadi Kontributor Djoko Dwiyanto Achmadi Priyatmojo Edia Rahayuningsih Kusminarto Amitya Kumara Ika Dewi Ana iv

6 Daftar Isi Bab I Pendahuluan Sepintas pembelajaran di UGM Usaha inovasi pembelajaran mulai tahun Tutorial sebagai salah satu perangkat pengembangan inovasi... 3 Bab 2 Tujuan dan Sasaran Tutorial... 6 Bab 3 Tugas dan Peran Tutor... 8 Pendahuluan... 8 Tugas tutor... 8 Peran tutor Karakteristik pribadi Protokol kelas Bab 4 Tutor yang Aktif Pendahuluan Karakteristik tutor yang efektif Bab 5 Peran dan Tanggung Jawab Pembelajar dalam Tutorial Peran Pembelajar (mahasiswa) Tanggung jawab pembelajar Bab 6 Struktur Tutorial Tujuh langkah Bab 7 Jenis-Jenis Pertanyaan dalam Diskusi Kelompok v

7 Bab 8 Dinamika Kelompok Pendahuluan Forming Storming Norming Performing Disbanding Bab 9 Jenis Kelompok Tutorial Pengantar Round group Buzz group Snowball group Fishbowl group Crossover group Circular questioning group Horse shoe group Bab 10 Evaluasi Tutorial A. Evaluasi prestasi peserta tutorial B. Evaluasi kinerja tutorial Lembar evaluasi tutor Daftar Kepustakaan vi

8 Pusat Pengembangan Pendidikan PENDAHULUAN 1. Sepintas pembelajaran di UGM Sejak berdiri di tahun 1949 Universitas Gadjah Mada (UGM) selalu berusaha mengembangkan pembelajaran dan meningkatkan mutu pembelajaran. Saat ini di UGM telah berlangsung program S-1, S-2, S-3 dan Diploma yang akan segera dipisahkan manajemennya karena sudah dipandang kuat untuk lebih berkembang dengan kewenangan organisasi dan tatakerja lebih otonom. Uraian dalam buku ini khusus terkait proses pembelajaran di S-1 yang mencakup 73 program studi (PRODI) pada tahun Sejumlah 73 PRODI tersebut berada dalam empat kategori tingkat perkembangan yang secara garis besar adalah level-1 bagi yang menitikberatkan pada urusan pengembangan kapasitas, level-2 menikitberatkan pada peningkatan efisiensi, level-3 menitikberatkan pada andalan program, dan kegiatan untuk menjadi unggulan nasional dan level-4 menitikberatkan pada program dan kegiatan untuk menjadi unggulan internasional dan global. Evaluasi secara rinci untuk menetapkan posisi masing-masing ke depan dilakukan oleh universitas, namun tiap program studi dimotivasi untuk melakukan evaluasi diri dengan prinsip internally driven (oleh sivitas akademika program studi). Program studi sebagai inti unit akademik dasar adalah sumber inovasi perbaikan mutu pembelajaran secara terus-menerus. Setelah pasang surut sepanjang kecenderungan kualitas yang makin meningkat, pada tahun 2003 UGM mengembangkan fasilitasi gagasan-gagasan tentang cara pembelajaran tambahan dari yang biasanya dilakukan dalam tahun 2000, 2001 dan Fasilitasi gagasan-gagasan tersebut diharapkan dapat merangsang semua unit akademik dasar untuk makin intensif mengembangkan kreativitas yang 1

9 Tutorial berorientasi pada inovasi pembelajaran, sesuai peluang dan keterbatasan yang dimiliki oleh setiap unit akademik dasar. Unit akademik dasar di UGM dapat berupa jurusan, atau program studi, atau fakultas sesuai kondisi di masing-masing fakultas. Buku ini secara khusus akan menguraikan inovasi pembelajaran dengan metode tutorial. 2. Usaha inovasi pembelajaran mulai tahun 2003 Dalam usaha peningkatan mutu pembelajaran di UGM, pada tahun 2003 dikerjakan program dan kegiatan tambahan di tingkat universitas yang direncanakan tumbuh dalam cakupan universitas dan pada akhir tahun 2007 diharapkan telah terinternalisasi sebagai kegiatan rutin pada semua unit akademik dasar, selalu meningkat mengikuti siklus tahunan jaminan mutu. Setelah tahun 2007, setiap unit akademik dasar diharapkan telah tumbuh sehat dengan kapasitas meyakinkan, efisiensi tinggi, memiliki unggulan nasional dan internasional. Percepatan peningkatan mutu pembelajaran tersebut merupakan bagian dari skenario besar UGM untuk menjawab tantangan masa depan bangsa dimana UGM sebagai bagian amat penting, sebagai kontributor besar dalam memberikan solusi urusan-urusan bangsa yang sangat pelik. Universitas Gadjah Mada ingin mengentaskan generasi penerus pemilik masa depan, sebagai lulusan UGM dengan mutu tinggi dalam hal nilai-nilai, karakter dan penguasaan IPTEKS. Peserta didik UGM akan dikembangkan dengan orientasi penyiapan pribadi yang dapat mengisi kekurangan kepemimpinan nasional yang berkualitas. Skenario besar UGM ini sejalan dengan proposal UGM akhir tahun 2002 yang memenangkan dana hibah kompetisi dari DIKTI dalam skenario program DUElike (like the Development for Undergraduate Education supported by World Bank). Program UGM yang memenangkan kompetisi DUElike aras khusus dengan kata kunci kompetisi inovasi, diberi nama program PPKB (Peningkatan Pertumbuhan Kepemimpinan Berkualitas), dan dimulai tahun 2003 dengan dukungan dana dari DIKTI selama lima tahun. Besar dana untuk program PPKB bagi ukuran UGM sebenarnya amat kecil, yaitu 3 milyar rupiah dalam satu tahun 2

10 Pusat Pengembangan Pendidikan atau 15 milyar rupiah dalam lima tahun. Namun, dana yang sangat kecil tersebut telah mampu menggulirkan semangat inovasi pembelajaran secara bertahap dari tahun ke tahun. Sebagai contoh, buku ini, buku inspiratif tentang tutorial adalah kelanjutan dari inovasi pembelajaran, sebagai usaha perluasan kegiatan tutorial yang telah sukses di beberapa program studi, agar mendorong sukses program studi lain di UGM. Bagi program studi yang telah sukses, usaha-usaha peningkatan mutu dilakukan terus menerus agar mencapai mutu kegiatan pembelajaran yang menjadi unggulan internasional. 3. Tutorial sebagai salah satu perangkat pengembangan inovasi Proses pembelajaran bermutu tinggi memerlukan masukan (input), proses dan lingkungan pembelajaran tertentu untuk menghasilkan keluaran yang dikehendaki sesuai dengan tujuan pembelajaran UGM. Tiga atribut utama pembelajaran di UGM mulai tahun 2003 tersebut adalah nilai-nilai, karakter dan penguasaan IPTEKS. Tiga atribut utama pembelajaran tersebut diharapkan menjadi landasan mutu lulusan dalam karir mereka yang akan berkaitan dengan pengendalian diri, pengembangan jejaring (network), penggunaan IPTEKS yang dikuasai, dan urusan-urusan finansial (investasi dan pengelolaan). 3

11 Tutorial 3.1 Masukan mahasiswa baru UGM Mutu mahasiswa baru UGM dapat dikatakan sangat bagus, kompetisi masuk UGM sangat ketat. Tantangan berikutnya adalah kualitas diri mahasiswa yang baik tersebut dilatih dalam hal nilai-nilai, karakter dan IPTEKS. Potensi yang tersimpan dalam diri mahasiswa cukup tinggi dan ada sejumlah besar mahasiswa dengan potensi sangat tinggi. Mutu mahasiswa baru yang bagus tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengisi kepemimpinan berkualitas di masa depan. Hal ini tentu memerlukan proses pembelajaran dan lingkungan pembelajaran bermutu. Di UGM saat ini dijumpai cukup banyak keterbatasan dalam upaya merancang program dan kegiatan yang dapat menempatkan unit akademik dasar masing-masing pada unggulan internasional. Dari kondisi awal masing-masing, selain modal awal berupa mahasiswa dengan potensi tinggi, masih banyak hal di realita penyelenggaraan pem-belajaran yang harus diatasi. Tutorial adalah salah satu alternatif yang dapat dicermati dalam usaha meningkatkan mutu pembelajaran. 3.2 Proses pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran di UGM menggunakan cara beragam, ada yang sama namun ada pula yang tidak sama antara program studi yang satu dengan yang lain, dan tidak jarang terjadi perbedaan antara mata kuliah yang satu dengan yang lain dalam suatu program studi. Penyeragaman cara pembelajaran memang tidak mungkin dan tidak perlu diadakan oleh karena sifat-sifat spesifik program studi dan berbagai mata kuliah. Namun, penyebarluasan praktek baik tutorial dapat memperkaya wawasan dosen, untuk mencari dan meningkatkan mutu pembelajaran mata kuliah yang diampu. Tutorial akan memberi kesempatan pengembangan proses pembelajaran yang dapat menjadi wahana aktualisasi kreativitas dosen dan mahasiswa untuk menjadi pembelajar yang sukses. 4

12 Pusat Pengembangan Pendidikan Dalam tutorial banyak hal dapat dilakukan seperti yang diuraikan dalam bab-bab berikut. 3.3 Lingkungan pembelajaran Tutorial akan memberi lingkungan pembelajaran yang kondusif untuk pengembangan potensi mahasiswa dan dosen dalam aspek tiga atribut utama pembelajaran di UGM. Tidak ada Perguruan Tinggi yang menempati posisi papan atas kualitas internasional tanpa memiliki lingkungan pembelajaran yang baik. Lingkungan pembelajaran tersebut dapat terbentuk melalui fasilitas, dan dapat juga kombinasi dengan sistem komunikasi yang erat antara mahasiswa dan dosen sebagai pembelajar yang sama-sama belajar. Lingkungan pembelajaran tersebut dapat menjadi bagian orientasi pengembangan program-program tutorial. 5

13 Tutorial TUJUAN DAN SASARAN TUTORIAL Dalam suatu seminar tentang mutu pendidikan yang diselenggarakan di UGM, ketika ditanya mengenai cara mengajar kelas besar yang efektif sekitar 70 sampai 100 mahasiswa, maka pembicara yang adalah pakar pendidikan mengatakan bahwa cara mengajar kelas besar adalah dengan ceramah dimana setelah ceramah, peserta dikelompokkan menjadi kelompok yang lebih kecil sekitar 10 sampai 15 peserta tiap kelompok dan dipakai cara tutorial. Tutorial adalah salah satu cara pembelajaran kelompok kecil yang paling lazim dilaksanakan. Kelompok belajar adalah sejumlah orang (peserta) yang berinteraksi secara berhadap-hadapan. Kuliah seperti yang biasa dilaksanakan di universitas tidak termasuk definisi kelompok belajar 6

14 Pusat Pengembangan Pendidikan karena terdiri dari sejumlah peserta yang belum tentu berkelompok. Dengan tutorial atau belajar dalam kelompok kecil peserta mendapat kesempatan untuk lebih mengerti materi pembelajaran. Peserta dapat menganalisis aspek-aspek dari topik secara mendalam yang dalam kuliah (ceramah) hanya dapat diberikan secara umum. Tutorial memberi kesempatan pada peserta untuk lebih mengenal peserta yang lain dan dapat mengikuti cara berpikir mereka sehingga membantu mengembangkan cara pikirnya sendiri. Dalam tutorial, peserta dapat belajar lebih aktif yaitu dengan mengikuti diskusi sehingga mengembangkan kemampuannya berpikir kritis, inovatif dan mandiri. Dengan pembelajaran dalam kelompok kecil maka: a. Materi pembelajaran yang sulit dan kompleks dapat lebih mudah dikuasai atau dimengerti oleh peserta karena peserta dapat langsung bertanya dan membahas bersama. b. Pengetahuan yang berupa informasi (fakta) dapat dibahas reasoning atau nalarnya. c. Sikap peserta dapat diubah, diperbaiki sehingga menghasilkan sikap ilmiah dan sikap saling menghargai antar peserta. d. Interaksi dengan peserta lain meningkatkan intelektualitas dan meningkatkan motivasi. e. Tutor mendapatkan umpan balik langsung. f. Peserta dapat menilai sikapnya sendiri sehingga dapat lebih mengerti cara untuk berasosiasi (relate) dengan peserta lain. g. Peserta dapat belajar dari peserta yang lain. h. Ditingkatkan kemampuan untuk bekerja sama dalam tim (team work) i. Menerima tanggungjawab untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. j. Peserta dapat berlatih kritis, sistematik, sehingga akan mengembangkan sensitivitas (kepekaan) dan kreativitas mereka. 7

15 Tutorial TUGAS DAN PERAN TUTOR PENDAHULUAN Tutor bertugas untuk memimpin kelompok belajar yang kecil selain itu tutor juga mengembangkan proses belajar dalam tutorial, menjaga kerja sama antar peserta, sehingga menyebabkan peserta aktif dalam interaksi kelas sehingga mendapat manfaat dari tutorial tersebut. Tugas tutorial dapat dikelompokkan menjadi tugas pra aktif, tugas interaktif, tugas pasca aktif. Tugas tersebut dirinci lebih lanjut sebagai berikut. TUGAS TUTOR 1. Tugas pra-aktif: mendorong dan mengembangkan proses belajar a) Tutor harus mengetahui struktur dan latar belakang skenario/ kasus sebagai bahan diskusi / block book. 8

16 Pusat Pengembangan Pendidikan b) Tutor harus paham tentang referensi yang telah disiapkan oleh planning group atau penyusun kurikulum. c) Tutor berusaha untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang prior knowledge para mahasiswa. d) Tutor menjaga proses diskusi tetap konsisten terhadap tujuan pembelajaran. e) Tutor perlu mengetahui proses kognitif mahasiswa, ialah konsep yang berkembang di anggota kelompok termasuk kemungkinan konflik di dalamnya. f) Tutor memberi fasilitasi belajar mahasiswa, antara lain dengan mengajukan pertanyaan, menggunakan analogi dan metafora, atau melakulkan klarifikasi konsep. g) Tutor mengajukan pertanyaan dan menantang mahasiswa dalam hal penalaran, evaluasi kritis terhadap ide yang muncul, dan hipotesis. h) Tutor mendiagnosis proses belajar, mendorong perubahan konseptual. i) Tutor mendiagnosis adanya miskonsepsi, mendorong elaborasi gagasan. j) Tutor mengamati alasan-alasan yang diajukan para mahasiswa dan kemungkinan munculnya problem-solving ( dalam kerangka problem-based learning). k) Tutor mencegah terjadinya analisis masalah dan sintesis temuan-temuan yang bersifat superfisial. l) Tutor mendorong mahasiswa untuk melaksanakan studentdirected learning. m) Tutor menyadari diri sendiri, apakah dia menghambat atau mendorong proses kognitif mahasiswa? n) Tutor mengevaluasi secara teratur, apakah para mahasiswa puas dengan proses yang sedang berlangsung, kemudian memberi saran untuk perbaikan. 2. Tugas interaktif: mengembangkan dan menjaga kerjasama mahasiswa dan dinamika kelompok. a) Tutor mendorong mahasiswa untuk membuat persetujuan di antara mereka dalam hal prosedur kerja, partisipasi, dan peran anggota kelompok. 9

17 Tutorial b) Tutor mendorong anggota kelompok untuk aktif. c) Tutor membina kepemimpinan kelompok. d) Tutor mengamati adanya masalah perilaku mahasiswa (dominan, pasif, mengganggu temannya dsb) dan sekaligus memecahkannya. e) Tutor mengevaluasi proses diskusi, apakah mahasiswa puas dengan proses kerjasama yang sedang berjalan. f) Tutor memperhatikan efisiensi waktu. g) Tutor mencatat kehadiran para mahasiswa. h) Tutor memberi tanggapan dan menciptakan iklim belajar yang nyaman. i) Tutor memberi dorongan kepada ketua dan sekretaris kelompok. j) Tutor mendorong kelompok untuk membuat evaluasi terhadap kerjasama yang sedang berlangsung. k) Tutor menjaga proses tetap berlangsung secara dinamik k) Tutor memberi umpan balik dan mengevaluasi perkembangan/ kemajuan kelompok 3. Tugas pasca-aktif: sebagai penghubung antara mahasiswa dan dosen / institusi a) Tutor membantu mahasiswa untuk mencari narasumber atau konsultan. b) Tutor memberi umpan balik kepada mahasiswa tentang mutu tugas yang dilaksanakannya sesuai dengan block book. c) Tutor menghadiri pertemuan tutor selama periode block yang bersangkutan. Untuk dapat melaksanakan tugas pra-aktif, interaktif dan pasca-aktif secara efektif, maka seorang tutor seharusnya: 1. memahami isi problem/skenario/masalah yang didiskusikan 2. memahami bagaimana proses pembelajaran terjadi. 3. memahami latar belakang secara keseluruhan (baik latar belakang mahasiswa, latar belakang blok, urutan dalam kurikulum dst.) 10

18 Pusat Pengembangan Pendidikan PERAN TUTOR 1. Tutor sebagai fasilitator a) Tutor bukanlah instruktur: students do not exist to meet our needs; we exist to meet their needs! b) Tutor bekerja dengan mahasiswa (sebagai mitra pembelajaran), bukan sebagai pemberi kuliah, menanamkan semangat kerjasama dalam belajar. c) Tutor memberi ilustrasi atau contoh tentang konsep. d) Tutor memimpin dan mengarahkan mahasiswa agar mereka mencari dan menemukan informasi secara independen. e) Tutor membantu mahasiswa untuk bertanggung jawab atas proses pembelajaran mahasiswa secara aktif. f) Tutor menyediakan waktu untuk umpan balik kelompok. g) Tutor menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. h) Tutor memandu dan memotivasi mahasiswa untuk mengidentifikasi pokok bahasan. i) Tutor mengingatkan mahasiswa untuk selalu mengintegrasikan pengetahuan (horisontal dan vertikal). 2. Tutor sebagai pendengar a) Tutor mencermati tujuan pembelajaran mahasiswa yang muncul dalam diskusi. b) Tutor membangun latar belakang yang sama di antara para mahasiswa. c) Tutor memberi umpan balik secukupnya berdasarkan materi yang sedang dibahas para mahasiswa. 3. Tutor sebagai profesional a) Tutor memperlihatkan sikap pofesional kepada mahasiswa. b) Tutor menjaga informasi personal dan akademik tentang rahasia mahasiswa. c) Tutor selalu berdiskusi dengan supervisor, mencari umpan balik. d) Tutor berkonsultasi dengan supervisor bila ada masalah nonakademik pada mahasiswa tertentu. 11

19 Tutorial e) Tutor tidak perlu menjadi pembimbing / konsultan untuk masalah pribadi. f) Tutor harus mencari petunjuk / pengarahan bila ada konflik pribadi di antara mahasiswa. g) Tutor harus selalu menjaga hubungan profesional dengan mahasiswa. 4. Tutor sebagai pencatat a) Informasi tentang mahasiswa harus selalu up to date. b) Tutor selalu mengikuti prosedur tutorial. c) Tutor memberi penilaian terhadap kegiatan mahasiswa. 5. Tutor sebagai evaluator a) Tutor menggunakan strategi assessment yang sesuai: sejalan dengan tujuan pembelajaran, dengan format yang sesuai. b) Tutor memonitor kemajuan mahasiswa, ialah memberi umpan balik yang konstruktif termasuk kinerja para mahasiswa. c) Tutor memberi refleksi keefektivan pembelajaran. KARAKTERISTIK PRIBADI a) Sabar b) Rendah hati c) Bersahabat d) Ramah, empati e) Sensitif dan responsif f) Fleksibel g) Tepat waktu h) Bertanggung jawab i) Kritis j) Selalu ingin belajar PROTOKOL KELAS a) Jangan meninggalkan ruang! b) Jangan melakukan interupsi! c) Jagalah agar mahasiswa tetap aktif, perhatikan body language mereka! 12

20 Pusat Pengembangan Pendidikan TUTOR YANG EFEKTIF PENDAHULUAN Tutor terutama harus menunjukkan sikap entusias dalam melaksanakan tugasnya. Entusiasme bersifat menular dn menyebabkan peserta juga bersemangat dalam mengikuti tutorial damn akan menimbulkan motivasi pada peserta. Beberapa karakteristik tutor yang baik dirinci sebagai berikut. KARAKTERISTIK TUTOR YANG EFEKTIF 1. Pengetahuan Tutor harus memiliki: a. Pemahaman tentang tujuan program pembelajaran secara menyeluruh. 13

21 Tutorial b. Pemahaman tentang tujuan dan logistik setiap komponen program secara spesifik yang berkaitan dengan tugasnya sebagai tutor. c. Pengetahuan tentang berbagai peran edukasional dan kemampuan menggunakannya secara tepat. d. Pengetahuan tentang manfaat berbagai sumber belajar dan kegiatan-kegiatan pendidikan. e. Pengetahuan tentang dasar-dasar metoda evaluasi. f. Pengetahuan tentang langkah-langkah yang diperlukan untuk mempromosikan student-centered learning, problem-solving, dan critical thinking kepada para mahasiswa. g. Pengetahuan tentang rasional dan teknik self-directed learning. h. Pemahaman tentang mekanisme dinamika kelompok dan mekanisme peer feedback. 2. Sifat-sifat pribadi 1. Tutor harus dapat menunjukkan penerimaannya terhadap: a. Pendekatan belajar berdasar masalah yang bersumber pada student-centered learning merupakan metoda yang efektif untuk mencari dan memperoleh informasi dan untuk mengembangkan kemampuan berpikir secara kritis. b. Pendekatan self-directed learning, antara lain mahasiswa bertanggung jawab terhadap pendidikannya. c. Tutorial dalam kelompok kecil sebagai suatu forum untuk mengintegrasikan, mengarahkan dan memperoleh umpan balik. 2. Tutor harus memenuhi tanggung jawabnya dengan cara: a. Hadir dalam orientasi / pelatihan / lokakarya dan pertemuan tutor lainnya. b. Menyiapkan agenda pribadi selama masa pelaksanaan tutorial. c. Siap untuk menerima mahasiswa yang menginginkan pertemuan individual. d. Membantu koordinator program dengan memastikan terlaksananya evaluasi mahasiswa, berkomunikasi dengan 14

22 Pusat Pengembangan Pendidikan panitia pengembang kurikulum, atau saran-saran untuk perbaikan program. e. Mengkoordinasi aktivitas evaluasi mahasiswa selama masa pelaksanaan tutorial. 3. Ketrampilan Setiap tutor diharapkan memiliki ketrampilan sebagai berikut: 1. Ketrampilan memberi fasilitasi: a. Mengajukan pertanyaan yang tidak mengarahkan, merangsang pertanyaan, bila perlu menantang mahasiswa dengan pertanyaan tertentu. b. Mengarahkan tentang konsekuensi kesimpulan yang dibuat mahasiswa, tidak setuju terhadap pandangan mahasiswa, dan bila perlu memberi kata-kata kunci. c. Menunjukkan adanya informasi tambahan yang diperlukan d. Mengarahkan mahasiswa kepada sumber belajar yang diperlukan. e. Mencegah terjadinya kuliah mini selama tutorial berlangsung. 2. Ketrampilan mengenalkan problem solving dan berpikir secara kritis kepada kelompok, dengan cara membantu mahasiswa : a. Mencermati rentang fenomena, dari aspek yang terkecil sampai dengan yang terbesar, misalnya dari tingkat molekular sampai dengan komunitas. b. Menilai atau mengkritisi bukti-bukti yang menguatkan hipotesis. c. Menetapkan isu dan sintesis informasi. 3. Ketrampilan mengenalkan fungsi kelompok yang efisien, dengan cara: a. Membantu kelompok untuk menyusun tujuan awal dan rencana tutorial yang mungkin perlu modifikasi di kemudian hari termasuk rencana kerja organisasi dan rencana evaluasi. 15

23 Tutorial b. Mengerti masalah yang ada di dalam tutorial dan membantu kelompok untuk mengenalnya secara tepat. c. Membuat mahasiswa sadar terhadap keperluan pemantauan kemajuan kelompok. d. Menjadi model untuk menunjukkan cara yang produktif dalam memberi umpan balik. 4. Ketrampilan mengenalkan belajar secara individual dengan cara: a. Membantu mahasiswa untuk mengembangkan rencana studi, dengan mempertimbangkan tujuan mahasiswa dan program. b. Membantu mahasiswa untuk memperbaiki metoda studi termasuk pencarian sumber belajar yang sesuai. 5. Ketrampilan dalam evaluasi mahasiswa dan mengkoordinasi evaluasi mahasiswa: a. Meninjau dan mengklarifikasi tujuan program bersama-sama kelompok tutorial. b. Membantu mahasiswa untuk menetapkan tujuan pribadi. c. Membantu mahasiswa untuk memilih metoda evaluasi diri yang sesuai. d. Meninjau hasil pembelajaran dan memastikan bahwa para mahasiswa telah memperoleh umpan balik. e. Menyiapkan laporan evaluasi terhadap kemajuan individual mahasiswa, termasuk komentar apakah mahasiswa telah atau belum menyelesaikan tujuan program. 16

24 Pusat Pengembangan Pendidikan PERAN DAN TANGGUNG JAWAB PEMBELAJAR DALAM TUTORIAL Peran Pembelajar (mahasiswa) Pada hakekatnya tutorial bagi pembelajar adalah suatu proses diskusi kelompok yang memerlukan ketrampilan manajemen. Ketrampilan ini perlu ditumbuhkembangkan dari kalangan para pembelajar. Satu persatu para pembelajar memperoleh pengalaman sebagai pemimpin kelompok, sekretaris diskusi, dan anggota kelompok yang bertanggung jawab atas keberhasilan diskusi dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Ketrampilan manajemen terkait dengan proses diskusi, struktur diskusi, dan isi / materi diskusi. Berikut ini adalah beberapa saran yang berkaitan dengan ketrampilan manajemen tutorial. 17

25 Tutorial 1. Setiap anggota kelompok saling mengenalkan diri; dengan demikian kebekuan suasana dapat dicairkan dan setiap anggota kelompok dapat membuka diri dan berinteraksi secara bebas. 2. Kelompok perlu dipimpin oleh seorang ketua kelompok yang dipilih secara demokratis. Ketua kelompok dibantu oleh seorang sekretaris yang juga dipilih secara demokratis. Apabila kelompok telah menyelesaikan satu pokok bahasan (mencapai tujuan pembelajaran) maka ketua kelompok untuk diskusi pokok bahasan yang lain diganti oleh anggota lainnya atas dasar pemilihan. 3. Setelah terbentuk organisasi kelompok maka langkah berikutnya adalah menetapkan prosedur diskusi, yaitu tentang bagaimana pokok bahasan didiskusikan, bagaimana memanfaatkan waktu yang tersedia secara efektif dan efisien, dan bagaimana cara menetapkan keputusan kelompok. Selama diskusi berlangsung dan pada akhir diskusi maka dibuka kemungkinan adanya komentar evaluatif, misalnya komentar tentang jalannya diskusi, kepuasan anggota kelompok, dan keputusan kelompok. 4. Pokok bahasan (biasanya dalam bentuk masalah atau skenario yang relevan dengan tujuan pembelajaran) harus dibaca oleh seluruh anggota kelompok. Pada umumnya kelompok lebih memilih membaca dalam hati ; untuk ini diperlukan waktu beberapa menit. 5. Setelah selesai membaca pokok bahasan maka ketua kelompok membuka diskusi dengan mengajukan pertanyaan tertentu kepada para anggota. Diskusi kemudian berkembang sesuai dengan struktur yang telah disepakati (sebagai contoh: lihat tujuh langkah). 6. Seluruh anggota kelompok bertanggung jawab atas pencapaian tujuan pembelajaran. Hal ini perlu diperhatikan secara sungguhsungguh oleh ketua kelompok dan fasilitator (dengan mengingat tugas dan peran tutor). 18

26 Pusat Pengembangan Pendidikan 7. Sekretaris diskusi tetap sebagai anggota kelompok, dengan demikian juga mempunyai kewajiban untuk berpartisipasi dalam penyampaian pendapat secara aktif. 8. Sekretaris diskusi harus memperhatikan (mendengarkan) pendapat anggota kelompok dan mencatatnya dalam kesimpulan sementara (bukan kata demi kata yang diucapkan anggota kelompok). 9. Apabila diskusi telah berjalan lebih jauh maka sekretaris diskusi dapat mengelompokkan hasil diskusi dalam kategori tertentu; dengan demikian hasil diskusi dapat disusun secara terstruktur. Hasil ini kemudian dicermati oleh seluruh anggota kelompok apakah ada yang keliru dalam tulisan maupun konsep yang dikembangkan oleh kelompok. 10. Hasil diskusi pada umumnya masih bersifat sementara. Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sesungguhnya maka para pembelajar masih harus melakukan penelusuran informasi secara mandiri, baik melalui buku, jurnal, CD-ROM, video, internet, maupun bertanya kepada pakar dalam bidang pokok bahasan. Penelusuran informasi ini memerlukan rasa tanggung jawab yang besar, bukan hanya tanggung jawab terhadap diri sendiri tetapi juga tanggung jawab kepada teman pembelajar lainnya. 11. Penelusuran informasi secara mandiri memerlukan waktu beberapa hari. Seluruh hasil penelusuran informasi dilaporkan dalam diskusi berikutknya untuk kemudian dirangkum dalam satu kesimpulan yang berisi pencapaian tujuan pembelajaran. 12. Dalam seluruh proses diskusi maka para pembelajar harus mengaktifkan prior knowledge mereka yang terkait dengan pokok bahasan yang sedang didiskusikan. Pengaktifan prior knowledge ini perlu dibantu oleh fasilitator. 19

27 Tutorial Tanggung jawab pembelajar 1. Menghargai proses diskusi a. Mendengarkan dan memperhatikan apa yang sedang diutarakan oleh temannya. b. Bersikap sopan, baik verbal maupun non-verbal. c. Memberi kesempatan berbicara kepada temannya tanpa mengganggu pembicaraan. d. Berpartisipasi secara aktif dalam diskusi dengan memperhatikan nilai moral. e. Menghargai informasi dan sumbangan pikiran temannya f. Membedakan nilai informasi dari nilai personal. g. Segera minta maaf apabila datang terlambat dengan alasan apapun. 2. Ketrampilan komunikasi a. Berbicara secara langsung kepada anggota kelompok. b. Berbicara secara jelas dengan bahasa yang mudah dimengerti. c. Berbicara dengan menggunakan kata-kata yang dimengerti oleh anggota lainnya. d. Menggunakan pertanyaan open-ended secara tepat. e. Mengidentifikasi kesalahpahaman antara diri sendiri dengan temannya. f. Berusaha untuk menyelesaikan kesalahpahaman. g. Menerima dan mendiskusikan masalah emosional. h. Mampu untuk menyatakan emosinya secara tepat dalam situasi tertentu. i. Perilaku non-verbal konsisten dengan nada dan isi komunikasi secara verbal. j. Perilaku verbal dan non-verbal menunjukkan bahwa pernyataannya telah dipahami. k. Mengenal dan menanggapai komunikasi non-verbal dari temannya. 20

28 Pusat Pengembangan Pendidikan 3. Tanggung jawab a. Datang tepat waktu. b. Menyelesaikan tugas yang dibebankan kepadanya. c. Menyajikan informasi yang relevan. d. Mengidentifikasi informasi yang tidak relevan dan berlebihan. e. Mengambil inisiatif atau membantu kelangsungan dinamika kelompok. f. Menjelaskan kekuatan dan kelemahan kelompok dalam rangka mendukung keberhasilan kelompok. g. Memberi pesan apabila akan tidak hadir di waktu mendatang. h. Mengajukan alternatif apabila sekiranya tidak mampu menyelesaikan tugasnya. i. Bertanggung jawab atas keakuratan informasi yang disampaikan. 4. Kesadaran diri / evaluasi diri a. Menyadari atas kelemahan dan kekuatannya yang berkaitan dengan proses diskusi. b. Menerima kritik dari teman tanpa mempertahankan diri atau menyalahkan orang lain. c. Berkemauan kuat untuk memperbaiki diri atas kritikan teman dalam konteks pembelajaran. 21

29 Tutorial STRUKTUR TUTORIAL Apabila kita menginginkan tutorial sebagai suatu learning environment, maka kita perlu menyadari bahwa ada hal-hal yang kita pahami dan ada pula hal-hal yang belum kita pahami. Dengan demikian kita perlu saling membantu (memberi informasi) dalam proses pembelajaran. Kegiatan saling membantu dalam proses pembelajaran memerlukan struktur tertentu agar dinamika kelompok dapat difokuskan pada tujuan pembelajaran, melalui situasi pembelajaran kolaboratif dan kooperatif. Struktur yang dimaksud dapat dilihat pada bagan di bawah ini. Kasus (skenario) t Penyusunan hipotesis t Penjelasan mekanisme t Pengajuan pertanyaan & jawaban t Informasi baru t Keputusan & rencana kerja t Learning issues t Belajar secara mandiri 22

30 Pusat Pengembangan Pendidikan Sejak penyusunan hipotesis sampai dengan belajar secara mandiri (self-study atau independent study), para mahasiswa menggunakan pengetahu-an / pemahaman yang telah mereka miliki / kuasai sejak dari pendidikan dasar sampai dengan menengah (dikenal sebagai prior knowledge). Dengan berbekal prior knowledge tadi, para mahasiswa berdiskusi (yang pada hakekatnya mengaktifkan prior knowledge mereka). Selama diskusi mereka mengidentifikasi masalah yang ada di dalam kasus, memikirkan kemungkinan penyebab timbulnya masalah, menjelaskan alasan-alasan dengan berpegang pada mekanisme dasar, mengeksplorasi berbagai keterbatasan pemahaman mereka, mengajukan pertanyaan dan sekaligus mencoba menjawabnya, membuat formulasi learning issues yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, mencari dan menemukan informasi yang sesuai dengan learning issues, dan kemudian merevisi pemikiran mereka. Hasil dari diskusi yang terstruktur ini adalah pemahaman / pengetahuan baru yang dibentuk / dibangun oleh para mahasiswa sendiri, tanpa intervensi dosen. Dalam tutorial ini dosen berperan sebagai fasilitator atau mitra pembelajaran, dan bukan sebagai pemberi kuliah. Tujuh Langkah Tujuh langkah (seven-jump) merupakan pendekatan diskusi sebagaimana tersebut di bagian depan, namun lebih terstruktur untuk mengupas suatu masalah atau issue untuk pengembangan teori yang telah dimiliki 23

31 Tutorial para mahasiswa (prior knowledge) dan kemudian membangunnya sebagai pemahaman atau pengetahuan baru (constructivism). Tujuh langkah ini merupakan dasar diskusi kelompok dalam problem-based learning; namun demikian dapat pula dimanfaatkan untuk kepentingan problem-solving. Perbedaannya terletak pada tujuan pembelajaran dan skenario yang disajikan oleh panitia pengembang kurikulum. Rincian langkah-langkah adalah sebagai berikut: Langkah 1. Klarifikasi terminologi yang tidak jelas maknanya a. Proses Mahasiswa mengidentifikasi kata-kata atau istilah yang maknanya tidak jelas. Dalam hal ini ada kemungkinan bahwa ada anggota kelompok yang dapat menjelaskannya atau mendefinisikan kata / istilah yang dianggap tidak jelas maknanya. Dalam tahap ini para mahasiswa perlu memiliki perasaan nyaman dan aman, tanpa perasaan malu atau takut, dan harus jujur tentang hal-hal yang dianggapnya belum jelas. 24

32 Pusat Pengembangan Pendidikan b. Rasional Kata-kata atau istilah-istilah yang tidak jelas maknanya dapat menjadi hambatan dalam pemahaman makna skenario secara keseluruhan. Klarifikasi yang bersifat setengah jalan dapat menjadi pijakan bagi proses diskusi. c. Hasil tertulis Kata-kata / istilah-istilah / nama-nama yang belum disetujui maknanya oleh kelompok ditulis (daftar) sebagai tujuan pembelajaran (hal-hal yang akan dicari jawabannya dalam belajar mandiri). Langkah 2. Penetapan masalah a. Proses Tahap ini merupakan sesi terbuka, mahasiswa didorong untuk menyumbang pandangannya terhadap masalah yang sedang dibahas. Tutor harus mendorong para mahasiswa untuk memberi sumbangan pikiran dan kemudian mengembangkannya secara luas dan cepat. 25

33 Tutorial b. Rasional Setiap anggota kelompok sangat mungkin mempunyai pandangan yang sangat berbeda terhadap masalah yang sedang dibahas. Pembandingan dan pengelompokan pandangan meluaskan horison intelektual mahasiswa yang terlibat di dalam diskusi. Hal ini akan memacu para mahasiswa untuk mencari informasi yang lebih dalam / luas / lanjut. c. Hasil tertulis Daftar topik yang perlu dijelaskan lebih lanjut Catatan : Bandingkan langkah 2 ini dengan brain storming dan collaborative learning. Langkah 3. Curah pendapat pengembangan hipotesis a. Proses Sesi terbuka tahap lanjut, tetapi para mahasiswa mencoba untuk membuat formulasi, mencocokkan dan membandingkan buah pikiran mereka sebagai suatu penjelasan terhadap masalah atau kasus yang sedang dibahasnya. Tutor menjaga diskusi agar tetap dalam tahap hipotetik dan mencegah terjadinya diskusi yang terlalu rinci dan terlalu cepat. Dalam hal ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain: - Hipotesis berarti suatu usulan pikiran yang diajukan baik sebagai dasar penalaran tanpa asumsi kebenarannya, atau sebagai titik awal pemikiran lebih lanjut - Penjelasan berarti pemahaman rinci dan lebih dimengerti, dengan maksud untuk pemahaman kelompok yang lebih baik b. Rasional Tahap ini merupakan langkah yang sangat penting dan memerlukan prior knowledge mahasiswa. Dalam langkah ini setiap anggota kelompok berkesempatan untuk mencocokkan atau menarik kembali pemahamannya sesuai dengan proses diskusi yang sedang berlangsung. Rantai hipotesis atau penjelasan dapat dibangun dari hal-hal yang yang belum 26

34 Pusat Pengembangan Pendidikan dipahami sepenuhnya oleh kelompok. Apabila proses ini dapat dilaksanakan secara baik maka kelompok akan memperoleh makna pembelajaran yang dalam, bukan lagi superfisial atau sekedar daftar fakta. c. Hasil tertulis Daftar hipotesis atau penjelasan Langkah 4. Merangkai penjelasan untuk kepentingan pemecahan masalah sementara a. Proses Para mahasiswa akan memiliki buah pikiran yang berbeda-beda. Masalah dibahas lebih teliti dan dibandingkan dengan hipotesis atau penjelasan yang sedang dikembangkan, untuk mengetahui apakah sudah ada kesesuaian makna atau belum; bila belum ada kesesuaian maka diperlukan eksplorasi lebih lanjut. Dari sini kelompok mengembangkan tujuan pembelajaran, namun demikian tidaklah bijaksana apabila para mahasiswa menetapkan tujuan pembelajaran secara tergesa-gesa. b. Rasional Tahap ini merupakan proses yang sangat aktif dan juga merupakan langkah restrukturisasi pengetahuan serta mengidentifikasi adanya kesenjangan pemahaman. Penentuan tujuan pembelajaran secara tergesa-gesa akan mengakibatkan proses pengembangan intelektual melalui jalan pintas, dengan demikian akan menghasilkan tujuan pembelajaran yang terlalu lebar dan superfisial. c. Hasil tertulis Catatan yang dihasilkan menggambarkan pengorganisasian penjelasan terhadap masalah, mencerminkan buah pikiran yang skematik, perangkaian buah pikiran baru dengan pemahaman sebelumnya dan dengan konteks yang berbeda. Proses ini menghasilkan catatan yang menggambarkan hubungan antara bagian-bagian informasi yang berbeda dan informasi yang telah tersimpan di dalam memori lama. Catatan : Bandingkan langkah 4 ini dengan cooperative learning 27

35 Tutorial Langkah 5. Penetapan tujuan pembelajaran a. Proses Kelompok sepakat tentang seperangkat tujuan pembelajaran yang akan dipelajari oleh seluruh anggota kelompok. Tutor menyarankan kelompok agar berpikir lebih fokus, tidak melebar atau superfisial, dan tujuan pembelajaran harus dapat dicapai dalam waktu yang tersedia. Beberapa anggota kelompok mungkin mempunyai tujuan pembelajaran lain yang tidak disepakati oleh kelompok karena kebutuhan atau kepentingan pribadi. b. Rasional Proses konsesus menggunakan pengetahuan / pemahaman seluruh anggota kelompok (termasuk tutor) untuk membuat sintesis tentang hal-hal yang sesuai untuk dibahas lebih lanjut sebagai tujuan pembelajaran yangh harus dicapai oleh kelompok. Tahap ini bukan hanya menetapkan tujuan pembelajaran tetapi juga membuat kesimpulan diskusi secara bersama-sama. c. Hasil tertulis Tujuan pembelajaran ini merupakan hasil awal utama dari kerja kelompok. Tujuan pembelajaran diekspresikan dalam bentuk pertanyaan yang spesifik atau dalam kalimat hipotesis. Langkah 6. Pengumpulan informasi dan belajar secara mandiri a. Proses Kegiatan ini meliputi pencarian informasi dari berbagai buku, jurnal, internet, disket, CD, kaset, video, spesimen patologi, dosen pakar, atau apa saja yang menyediakan informasi yang tepat sesuai dengan kebutuhan para mahasiswa. b. Rasional Proses pembelajaran yang hakiki adalah pencarian dan penemuan informasi baru melalui usaha para mahasiswa sendiri. 28

36 Pusat Pengembangan Pendidikan c. Hasil tertulis Catatan setiap anggota kelompok dari hasil self-study atau independent learning. Langkah 7. Berbagi hasil pencarian informasi dan belajar secara mandiri a. Proses Langkah 1-5 diselesaikan dalam satu hari (biasanya 2 jam diskusi). Langkah 6 memerlukan waktu beberapa hari, sesuai dengan alokasi waktu / jadual yang telah ditetapkan. Langkah 7 dilaksanakan setelah penyelesaian langkah 6. Pada awalnya kelompok kembali pada tujuan pembelajaran yang telah disepakati bersama, kemudian setiap anggota kelompok melaporkan sumber-sumber belajar yang digunakan dan hasil penelusuran informasi yang telah dicapainya. Seluruh hasil penelusuran informasi dikelompokkan, dan apabila masih ada kesulitan maka hal ini ditetapkan sebagai bahan studi lebih lanjut (bila perlu dengan bantuan dosen pakar). Setelah selesai maka para mahasisa mencoba untuk menganalisis seluruh permasalahan secara lengkap. 29

37 Tutorial b. Rasional Tahap ini merupakan sintesis kerja kelompok, konsolidasi pembelajaran dan mengidentifikasi berbagai area yang belum pasti atau yang perlu dipelajari lebih lanjut. Sudah pasti bahwa proses pembelajaran tetap belum lengkap dan bersifat openended, tetapi hal ini memang disengaja agar mahasiswa kembali kepada topik ketika menjumpai pemicu yang mirip di kemudian hari. c. Hasil tertulis Catatan mahasiswa secara individual, tetapi sudah dalam bentuk konsep atau hasil sintesis dan analisis bersama. 30

38 Pusat Pengembangan Pendidikan JENIS-JENIS PERTANYAAN DALAM DISKUSI KELOMPOK Di dalam diskusi kelompok terjadi interaksi yang pada umunya berbentuk mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan. Untuk mengajukan pertanyaan diperlukan seni tertentu yang berkaitan dengan jawaban yang ingin diperoleh penanya. Pertanyaan dapat muncul dari anggota kelompok maupun fasilitator. Berikut adalah beberapa tips yang berkaitan dengan seni mengajukan pertanyaan. 1. Jenis pertanyaan a. Konvergen: pertanyaan untuk menarik pengetahuan bersama, misalnya faktor utama apa yang berpengaruh terhadap terjadinya inflasi di negara berkembang? b. Divergen: pertanyaan yang mendorong terjadinya diskusi lebih lanjut atau lebih luas, misalnya apakah seorang hakim ketua sidang pengadilan berhak untuk menetapkan keputusan pengadilan tanpa memperhatikan pendapat hakim anggota lainnya? 2. Tingkat pertanyaan. a. Pengujian pengetahuan, misalnya apa saja jenis-jenis insulin untuk pengobatan kencing manis, dan apa perbedaan susunan kimia di antara jenis-jenis insulin tadi? b. Aplikasi, pembelajar diminta untuk mengaplikasikan pengetahuannya dalam suatu situasi, misalnya pemerintah telah berusaha untuk memerangi penyalahguna- 31

39 Tutorial an narkoba tetapi hasilnya belum memuaskan, apa yang anda usulkan agar upaya pemerintah dapat berhasil? c. Pemecahan masalah, pembelajar diminta untuk menjelaskan pendapatnya tentang masalah yang rumit, misalnya anda menemukan seorang anak dengan busung lapar dari keluarga miskin, apa yang akan anda kerjakan? Jelaskan jawaban anda. 3. Pertanyaan yang mendorong pemikiran lebih lanjut a. Dorongan, digunakan untuk merangsang diskusi. b. Pembenaran, pembelajar diminta untuk mendukung atau mempertahankan pendapatnya. c. Klarifikasi, pembelajar diminta untuk menjelaskan pendapatnya secara hati-hati dan lebih jelas. d. Ekstensi, pembelajar diminta untuk menjelaskan pendapatkan lebih lanjut. e. Pengalihan pokok pikiran, pembelajar diminta untuk mengaplikasikan pikirannya pada topik yang berbeda tetapi masih berkaitan dengan pokok bahasan. 32

40 Pusat Pengembangan Pendidikan DINAMIKA KELOMPOK Pendahuluan Dalam pelaksanaan tutorial perlu terjadi interaksi antar peserta dan partisipasi peserta yang aktif dalam diskusi. Pada awal tutorial perlu dibina suasana yang mendukung pelaksanaan tutorial, kemudian pula norma atau aturan permainan dalam tutorial perlu diberitahukan pada peserta sehingga terbentuk dinamika kelompok yang komponennya adalah: forming, norming, storming, reforming, dan pada akhirnya disbanding. 1. Forming Pada awalnya setiap anggota kelompok baru akan berbicara secara superfisial, kadang-kadang-kadang tidak relevan dengan pokok bahasan, ada anggota kelompok yang bercanda dan anggota lainnya berdiam diri. Sementara itu ketua kelompok dan seluruh anggota harus saling mengenal satu dengan lainnya. 2. Storming Pada fase ini beberapa perilaku negatif dari anggota kelompok bisa muncul. Hal ini distimulus oleh perbedaan persepsi tentang tugas, peran, status, dan otoritas, juga karena perbedaan karakteristik personal. Bisa muncul frustasi yang antara lain bisa ditandai dengan ekspresi ketidaknyamanan dengan diskusi kelompok, menarik diri, berusaha mendominasi kelompok ataupun marah dan tidak sabar. Dalam diskusi ini ketua kelompok harus berusaha mengendalikan kelompok dan tutor memfasilitasi penciptaan suasana agar fase ini tidak berkepanjangan. 33

41 Tutorial 3. Norming Dalam fase ini perbedaan-perbedaan yang muncul dalam fase storming telah terselesaikan dan setiap anggota kelompok memahami bagaimana harus bersikap dalam diskusi kelompok. Mereka menghargai kelebihan dan kelemahan masing-masing. 4. Performing Dalam fase ini setiap anggota kelompok bisa bekerja bersama secara produktif untuk mendiskusikan permasalahan yang diberikan. 5. Disbanding Tahap akhir dari dinamika kelompok adalah kesadaran seluruh anggota kelompok tentang waktu yang telah habis, sehingga mereka harus membuat pandangan terakhir tentang hasil kerja mereka, dan kesepakatan seluruh anggota kelompok untuk bubar (dari kegiatan diskusi kelompok) 34

42 Pusat Pengembangan Pendidikan JENIS KELOMPOK TUTORIAL Pengantar Kelas besar dibagi menjadi kelompok-kelompok, setiap kelompok terdiri dari 10 sampai 15 peserta. Tutor berusaha agar organisasi kelompok dapat terlaksana dengan baik dengan cara mengusahakan fasilitas agar kelompok dapat bekerja optimal. Akomodasi dan tempat duduk peserta sangat menentukan keberhasilan. Jumlah kursi tidak melebihi jumlah mahasiswa dan tutor. Dengan demikian bila ada yang absen anggota kelompok yang hadir mengetahui siapa yang absen dan pengaruhnya pada kerja kelompok. Tutor atau pemimpin kelompok bertugas menerangkan tujuan dan sasaran kelompok. Menerangkan aturan main, seperti misalnya: periode tutorial, jadual, isi materi, peran tutor dan peran peserta. Tutor memberi tahu guidelines (pedoman) tutorial, misalnya: pentingnya mendengar, berbicara secara singkat dan menghargai pendapat peserta lain. Tutor menerangkan tugas dan tanggungjawab peserta kelompok. 1. Round Group Setiap orang mendapat giliran untuk mengemukan pendapatnya, sekitar 20 detik sampai 1 menit. Urutan pembicara dapat ditunjuk atau secara acak. Proses diskusi akan lebih menarik apabila orang pertama yang mengemukakan pendapat menunjuk siapa saja sebagai pembicara kedua untuk mengemukakan pendapat, kemudian pembicara kedua menunjuk siapa saja sebagai pembicara ketiga, dan seterusnya. Dalam hal ini pokok bahasan harus sudah ditentukan terlebih dahulu. 35

43 Tutorial 2. Buzz group Buzz group biasanya dilaksanakan untuk kelompok yang besar. Intinya ada beberapa break (tutor menunjuk kelompok-kelompok kecil di dalam kelas, dengan anggota yang saling berdekatan) dengan tujuan: a. memberi perubahan pusat perhatian b. bagi tutor: untuk mendapat gagasan / wawasan apa saja yang diketahui mahasiswa c. bagi mahasiswa: untuk mengetahui pemahamannya tentang materi tertentu Tutor First five Second five minutes Di dalam break tersebut pembelajar diminta untuk berdiskusi dengan teman didekatnya / di sampingnya, tentang beberapa hal misalnya: a. kesulitan yang dihadapi dalam memahami topik b. menjawab pertanyaan yang ada (telah disiapkan oleh tutor) c. untuk menebak apa yang akan terjadi dalam diskusi berikutnya Metode ini memberi kesempatan berpartisipasi bagi seluruh anggota dan juga memberi umpan balik secara langsung. Di samping itu, metode ini juga memberi kesempatan kepada pembelajar yang tidak menginginkan pendapatnya didengar oleh seluruh anggota kelompok. Sesuai dengan namanya maka buzz group akan membuat suasana kelas menjadi berdengung. 36

44 Pusat Pengembangan Pendidikan 3. Snowball group Snowball group merupakan pengembangan dari buzz group. Sepasang pembelajar dalam buzz group berkelompok dengan pasangan lainnya sehingga terjadi kelompok baru dengan anggota 4 orang. Kelompok 4 orang ini berpasangan lagi dengan 4 orang lainnya sehingga terbentuk kelompok 8 orang. Untuk menghindari kebosanan, maka setiap saat anggota kelompok bertambah maka topik diskusi perlu diperluas. 4. Fishbowl group Para pembelajar dibagi menjadi 2 kelompok, duduk dalam format lingkaran 2 lapis. Lapisan dalam mendiskusikan suatu topik, sementara itu lapisan luar mendengarkan, dan mengamati argumen-argumen yang muncul dari lapisan dalam; di samping itu lapisan luar dapat juga memberi umpan balik dengan check-list yang telah tersedia. Setelah satu periode selesai maka kelompok berganti posisi untuk kemudian melakukan hal yang sama. 5. Crossover group Pembelajar dibagi dalam beberapa kelompok. Setelah melakukan diskusi suatu topik maka kelompok-kelompok tadi dipecah dan kemudian dikelompokkan lagi menjadi kelompok baru. Di dalam kelompok baru ini 37

45 Tutorial ada anggota kelompok dari setiap kelompok sebelumnya. Metode ini untuk memaksimalkan pertukaran informasi. 6. Circular questioning group Para pembelajar duduk dalam posisi melingkar. Seorang pembelajar mengajukan pertanyaan kepada anggota lain yang posisi duduknya tepat dihadapannya. Setelah selesai maka giliran berikutnya adalah pembelajar yang duduk di sebelah kiri (searah jarum jam) penanya pertama sebagai penanya kedua. Penanya ini mengajukan pertanyaan kepada pembelajar lainnya yang duduknya di sebelah kiri penjawab pertama. Dengan demikian metode ini akan memberi gambaran arus pertanyaan yang melingkar. Materi pertanyaan disesuaikan dengan pokok bahasan yang telah disiapkan oleh tutor. 38

46 Pusat Pengembangan Pendidikan 7. Horse shoe group Mekanisme diskusi dalam horse shoe group ini tidak berbeda dengan mekanisme yang terjadi dalam lokakarya. Pembelajar dibagai dalam beberapa kelompok, kemudian tutor memberi penjelasan secukupnya tentang pokok bahasan yang akan didiskusikan oleh seluruh kelompok. Setelah selesai melakukan diskusi maka masing-masing kelompok melaporkan hasil diskusinya, dan seluruh anggota kelompok berhak (dan didorong) untuk mengajukan pertanyaan. Yang menjawab pertanyaan adalah pelapor masing-masing kelompok dan / atau anggota kelompok yang bersangkutan. Board/screen Tutor 39

47 Tutorial EVALUASI TUTORIAL Ada tiga tujuan evaluasi tutorial: A. Evaluasi prestasi peserta tutorial B. Evaluasi kinerja tutor C. Evaluasi pelaksanaan tutorial A. Evaluasi prestasi peserta tutorial Evaluasi peserta tutorial dilaksanakan oleh tutor dan peserta tutorial (peer evaluation = evaluasi oleh sesama mahasiswa atau evaluasi sejawat). 1. Tutor mengevaluasi keaktifan peserta (anggota kelompok) dalam diskusi. Pokok bahasan dapat bervariasi, mulai dari pendefinisian masalah sampai dengan pertukaran pengetahuan antarmahasiswa. Keaktifan peserta dalam diskusi ini dinilai oleh tutor/fasilitator misalnya dengan skala 1 s/d 6. Satu berarti sangat pasif dan enam berarti paling aktif 2. Peserta mengevaluasi hasil pembelajaran mandiri dan pertukaran pengetahuan yang dilaksanakan oleh setiap peserta. Skala penilaian misalnya dari 1 s/d 6 dengan rincian sebagai berikut: 1. Tidak ada usaha dan tidak ada hasil dari pembelajaran mandiri. 2. Hasil pendalaman materi yang ditugaskan kurang lengkap, pemahaman kurang dan tidak bisa memaparkan kepada kelompok. 3. Hasil pendalaman materi yang ditugaskan lengkap, namun pemahaman kurang baik dan tidak bisa memaparkan kepada kelompok. 4. Hasil pendalaman materi yang ditugaskan lengkap, pemahaman baik dan tidak bisa memaparkan kepada kelompok dengan jelas. 5. Hasil pendalaman materi yang ditugaskan lengkap, pemahaman baik dan bisa memaparkan kepada kelompok dengan jelas. 40

Contoh Pendidikan Karakter Dalam Mata Kuliah: Sikap Mental Etika Profesi

Contoh Pendidikan Karakter Dalam Mata Kuliah: Sikap Mental Etika Profesi Majelis Pendidikan Tinggi Dewan Pendidikan Tinggi Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Kopertis Wilayah V Yogyakarta, 4 April 2017 Contoh Pendidikan Karakter Dalam Mata Kuliah: Sikap Mental

Lebih terperinci

PEDOMAN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN

PEDOMAN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN Kegiatan pembelajaran di Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dengan menekankan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Medan, Agustus Tim Penyusun PANDUAN RESPONSI DAN TUTORIAL FE UNIMED

KATA PENGANTAR. Medan, Agustus Tim Penyusun PANDUAN RESPONSI DAN TUTORIAL FE UNIMED KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan hidayahnya, maka Buku Panduan Responsi dan Tutorial Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Medan

Lebih terperinci

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 1 1.3c MODEL PROBLEM BASED LEARNING 2 Model Problem Based Learning 3 Definisi Problem Based Learning : model pembelajaran yang dirancang agar peserta

Lebih terperinci

P e n g a n t a r SELF-DIRECTED LEARNING. Self-directed learning: batasan. Self-directed learning (1)

P e n g a n t a r SELF-DIRECTED LEARNING. Self-directed learning: batasan. Self-directed learning (1) P e n g a n t a r SELF-DIRECTED LEARNING Harsono Bagian Pendidikan Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Belajar: Melibatkan ketrampilan dan perilaku Bukan sekedar menerima informasi dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Pada beberapa tahun terakhir ini terjadi inovasi. di dalam sistem pendidikan kedokteran di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Pada beberapa tahun terakhir ini terjadi inovasi. di dalam sistem pendidikan kedokteran di Indonesia, BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Pada beberapa tahun terakhir ini terjadi inovasi di dalam sistem pendidikan kedokteran di Indonesia, yang sebelumnya pembelajaran berbasis pengajar (teacher-centered

Lebih terperinci

Penyusunan RPKPS dengan strategi student-centered learning. Harsono Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Gadjah Mada

Penyusunan RPKPS dengan strategi student-centered learning. Harsono Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Gadjah Mada Penyusunan RPKPS dengan strategi student-centered learning Harsono Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Gadjah Mada Lima Pilar Utama RPKPS: 1. Materi lebih didekatkan pada persoalan nyata 2. Integrasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Penelitian Penelitian ini dilakukan di STIKES Surya Global, pada mahasiswa semester 6 pada tanggal 18-19 Mei 2016. Jumlah sample dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Problem-Based Learning (PBL) pelajaran (Sudarman, 2007).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Problem-Based Learning (PBL) pelajaran (Sudarman, 2007). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Problem-Based Learning (PBL) 2.1.1 Definisi Problem-Based Learning (PBL) Problem-Based Learning (PBL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia kerja

Lebih terperinci

Standard Operating Procedure. FASILITATOR PBL (Problem Based Learning)

Standard Operating Procedure. FASILITATOR PBL (Problem Based Learning) Standard Operating Procedure FASILITATOR PBL (Problem Based Learning) PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 07 0 LEMBAR IDENTIFIKASI Nama Dokumen :

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH. kerja, mendorong perguruan tinggi untuk membekali lulusannya dengan kemampuan

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH. kerja, mendorong perguruan tinggi untuk membekali lulusannya dengan kemampuan BAB I LATAR BELAKANG MASALAH 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan yang sangat cepat di semua sektor kehidupan khususnya dunia kerja, mendorong perguruan tinggi untuk membekali lulusannya dengan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata pelajaran matematika di tingkat Sekolah Menengah Pertama adalah agar peserta didik memiliki

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN BERBASIS KONSEP Pendekatan konstruktivisme. Harsono Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Gadjah Mada

PEMBELAJARAN BERBASIS KONSEP Pendekatan konstruktivisme. Harsono Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Gadjah Mada PEMBELAJARAN BERBASIS KONSEP Pendekatan konstruktivisme Harsono Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Gadjah Mada J.A. Comenius (1592-1670): Permulaan pembelajaran harus dimulai dengan memperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi diharapkan proses pemahaman akan menjadi lebih berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. tinggi diharapkan proses pemahaman akan menjadi lebih berkembang dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuntutan era globalisasi membuat setiap orang harus mampu untuk bersaing sesuai kompetensi yang dimiliki. Upaya pengembangan sumber daya manusia (SDM) tertuju pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diartikan sebagai usaha atau kegiatan untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diartikan sebagai usaha atau kegiatan untuk mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diartikan sebagai usaha atau kegiatan untuk mengembangkan potensi dan ketrampilan. Di antaranya meliputi, pengajaran keahlian khusus, pengetahuan,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI FILOSOFI PEMBELAJARAN I. HAKEKAT PEMBELAJARAN 1. HAKEKAT PEMBELAJARAN 12/19/2013

DAFTAR ISI FILOSOFI PEMBELAJARAN I. HAKEKAT PEMBELAJARAN 1. HAKEKAT PEMBELAJARAN 12/19/2013 FILOSOFI PEMBELAJARAN DAFTAR ISI 1. HAKEKAT PEMBELAJARAN Harsono Bagian Pendidikan Kedokteran Fakultas Kedokteran/ Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Gadjah Mada 2 1. HAKEKAT PEMBELAJARAN 1.1.Belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dwi Widi Andriyana,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dwi Widi Andriyana,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan bergulirnya era globalisasi dalam segala bidang banyak hal berpengaruh terhadap segala aspek kehidupan termasuk pendidikan. Pendidikan merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari waktu jam pelajaran sekolah lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan masyarakat dewasa ini, pendidikan banyak menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup menarik adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan kemampuan manusia agar dapat menghasilkan pribadipribadi manusia yang berkualitas. Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. SDM yang dimaksud adalah peserta didik sebagai ouput pendidikan. Dengan SDM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan IPA (Sains) adalah salah satu aspek pendidikan yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan khususnya pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aktifitas yang berupaya untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aktifitas yang berupaya untuk mengembangkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aktifitas yang berupaya untuk mengembangkan atau membangun manusia dan hasilnya tidak dapat dilihat dalam waktu yang singkat melainkan

Lebih terperinci

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF. Dr. Syamsurizal

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF. Dr. Syamsurizal MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF Dr. Syamsurizal PELATIHAN PEMBELAJARAN AKTIF DI UNIVERSITAS JAMBI 14 sd 17 NOPEMBER 2011 Usaha sadar seseorang untuk merubah tingkah laku, melaui interaksi dengan sumber

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA. PANDUAN PENYUSUNAN PROPOSAL PROGRAM HIBAH PEMBELAJARAN Student Teacher Aesthetic Role-sharing (STAR)

UNIVERSITAS GADJAH MADA. PANDUAN PENYUSUNAN PROPOSAL PROGRAM HIBAH PEMBELAJARAN Student Teacher Aesthetic Role-sharing (STAR) UNIVERSITAS GADJAH MADA PANDUAN PENYUSUNAN PROPOSAL PROGRAM HIBAH PEMBELAJARAN Student Teacher Aesthetic Role-sharing (STAR) TAHUN ANGGARAN 2012 MEI 2012 Pusat Pengembangan Pendidikan (P3) Universitas

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia SEMANTIK MENULIS POSTER DAN SLOGAN MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING): Suatu Alternatif Peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemberlakuan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) resmi dicanangkan oleh DIKTI tahun 2005. Dengan penerapan KBK diharapkan peserta didik dapat memperoleh seperangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Tantangan masa depan yang selalu berubah sekaligus persaingan yang semakin ketat memerlukan keluaran pendidikan yang tidak hanya terampil dalam suatu bidang

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION

MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 3 No. 2 Tahun 2014 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret ISSN 2337-9995 jpk.pkimiauns@ymail.com MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) DILENGKAPI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jadi, yang tinggal dipindahkan ke orang lain dengan istilah transfer of knowledge.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jadi, yang tinggal dipindahkan ke orang lain dengan istilah transfer of knowledge. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pergeseran pembelajaran adalah pergeseran paradigma, yaitu paradigma dalam cara kita memandang pengetahuan, paradigma belajar dan pembelajaran itu sendiri. Paradigma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global sekarang ini menuntut individu untuk berkembang menjadi manusia berkualitas yang memiliki

Lebih terperinci

Kode: NAMA MATA KULIAH. BUKU BLOK PSIK FKUB Semester, Program A Reguler TIM FASILITATOR:

Kode: NAMA MATA KULIAH. BUKU BLOK PSIK FKUB Semester, Program A Reguler TIM FASILITATOR: Kode: 00802 08015. 01 NAMA MATA KULIAH BUKU BLOK PSIK FKUB Semester, Program A Reguler TIM FASILITATOR: BUKU BLOK SISTEM KARDIOVASKULAR A. DESKRIPSI MODUL B. KOMPETENSI BLOK SISTEM KARDIOVASKULER C. TUJUAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa tergantung pada kemajuan sumber daya manusianya.

I. PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa tergantung pada kemajuan sumber daya manusianya. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa tergantung pada kemajuan sumber daya manusianya. Jadi bukan ditentukan oleh canggihnya peralatan atau megahnya gedung, juga tidak tergantung

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA PANDUAN PENYUSUNAN PROPOSAL PROGRAM HIBAH PEMBELAJARAN BERBASIS RISET (PBR)

UNIVERSITAS GADJAH MADA PANDUAN PENYUSUNAN PROPOSAL PROGRAM HIBAH PEMBELAJARAN BERBASIS RISET (PBR) UNIVERSITAS GADJAH MADA PANDUAN PENYUSUNAN PROPOSAL PROGRAM HIBAH PEMBELAJARAN BERBASIS RISET (PBR) TAHUN ANGGARAN 2013 JULI 2013 Daftar Isi Daftar Isi 2 Kata Pengantar 3 I. Latar Belakang 4 II. Tujuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI Model pembelajaran kooperatif tipe GI merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan. Akan tetapi, apabila kegiatan berkomunikasi terjadi tanpa diawali keterampilan berbicara

Lebih terperinci

Bab 3 Mengapa Lesson Study?

Bab 3 Mengapa Lesson Study? Bab 3 Mengapa Lesson Study? A. Bagaimana Pengetahuan Berkembang? Dalam suatu pertemuan, sejumlah guru melakukan diskusi tentang masalah pembelajaran matematika SMP. Salah seorang guru mengemukakan pengalamannya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Maket Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium dapat didefinisikan sebagai perantara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Berbasis Masalah Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model pembelajaran yang menjadikan masalah sebagai dasar atau basis bagi siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting bagi perkembangan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting bagi perkembangan sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan aspek penting bagi perkembangan sumber daya manusia, karena pendidikan merupakan wahana atau salah satu instrumen yang digunakan bukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pendidikan tidak hanya dipengaruhi oleh siswa namun guru juga

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pendidikan tidak hanya dipengaruhi oleh siswa namun guru juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tugas dan peran guru sebagai pendidik profesional sesungguhnya sangatlah kompleks, tidak terbatas pada saat berlangsungnya interaksi edukatif di dalam kelas,

Lebih terperinci

2014 EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN READING COMPREHENSION

2014 EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN READING COMPREHENSION BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini disampaikan pendahuluan penelitian yang meliputi latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah cara yang dianggap paling strategis untuk mengimbangi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah cara yang dianggap paling strategis untuk mengimbangi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat. Dengan berkembangnya jaman, pendidikan turut serta berkembang. Pendidikan

Lebih terperinci

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) 1. PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENDIDIKAN IPS DI SMP 1.1. Latar Belakang Pembelajaran Kontekstual Ada kecenderungan dewasa ini utnuk

Lebih terperinci

C. Asri Budiningsih FIP/PPS - UNY

C. Asri Budiningsih FIP/PPS - UNY C. Asri Budiningsih FIP/PPS - UNY * Sering tdk. sejalan dgn hakekat belajar/orang yg belajar. *Landasan teoritik/ konseptual tdk akurat. *Membentuk prilaku sama (keseragaman) *Agar tertib, teratur, taat

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DALAM MATA KULIAH PEMBELAJARAN MATEMATIKA SD I. Oleh Wahyudi

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DALAM MATA KULIAH PEMBELAJARAN MATEMATIKA SD I. Oleh Wahyudi PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DALAM MATA KULIAH PEMBELAJARAN MATEMATIKA SD I Oleh Wahyudi Pendahuluan Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK 1. Problem Based Learning (PBL) Problem Based Learning (PBL) pertama kali dipopulerkan oleh Barrows dan Tamblyn (1980) pada akhir abad ke 20 (Sanjaya, 2007). Pada awalnya, PBL dikembangkan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. Kondisi Empiris Perkuliahan Strategi Pembelajaran Selama ini

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. Kondisi Empiris Perkuliahan Strategi Pembelajaran Selama ini BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. SIMPULAN Berdasarkan temuan dan analisis data yang diperoleh dari kegiatan studi pendahuluan, uji coba model, dan uji validasi model, serta pembahasan penelitian,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika BAB II LANDASAN TEORI A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika Pengertian pembelajaran sebagaimana tercantum dalam UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional adalah suatu proses interaksi

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Prodi Teknik Busana PTBB FT UNY Tahun 2005 PENERAPAN PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME DALAM MATA KULIAH PENGETAHUAN TEKSTIL

Prosiding Seminar Nasional Prodi Teknik Busana PTBB FT UNY Tahun 2005 PENERAPAN PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME DALAM MATA KULIAH PENGETAHUAN TEKSTIL PENERAPAN PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME DALAM MATA KULIAH PENGETAHUAN TEKSTIL Widihastuti Dosen Program Studi Teknik Busana Fakultas Teknik UNY widihastuti@uny.ac.id; twidihastutiftuny@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOOPERATIF

PEMBELAJARAN KOOPERATIF 1 PEMBELAJARAN KOOPERATIF Karakteristik Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai penelitian, tujuannya untuk meningkatkan kerjasama akademik antar mahasiswa, membentuk

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN Saya mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan Universitas Sumatera Utara yang sedang melakukan penelitian tentang Evaluasi Kompetensi Pustakawan Pelayanan Referensi di Perpustakaan

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN DAN OBJEK PEMBELAJARAN MATEMATIKA

MODEL PEMBELAJARAN DAN OBJEK PEMBELAJARAN MATEMATIKA MODEL PEMBELAJARAN DAN OBJEK PEMBELAJARAN MATEMATIKA Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran Matematika Dosen Pengampu: Dra. MM. Endang Susetyawati, M.Pd Disusun Oleh: Nikmahtun

Lebih terperinci

C. Macam-Macam Metode Pembelajaran

C. Macam-Macam Metode Pembelajaran A. Pengertian Metode Pembelajaran Metode pembelajaran adalah cara-cara atau teknik penyajian bahan pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan pelajaran, baik secara individual atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai bagian kehidupan masyarakat dunia pada era global harus

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai bagian kehidupan masyarakat dunia pada era global harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian yang penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan sebagai bagian kehidupan masyarakat dunia pada era global harus dapat memberi dan

Lebih terperinci

dan mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan memperhatikan dan menerapkan nilai Humaniora.

dan mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan memperhatikan dan menerapkan nilai Humaniora. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu komponen yang sangat strategis di dalam pembentukan kualitas sumber daya manusia, yaitu manusia yang mampu menghadapi perubahan dan kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kini, dan pendidikan berkualitas akan muncul ketika pendidikan di sekolah juga

BAB I PENDAHULUAN. kini, dan pendidikan berkualitas akan muncul ketika pendidikan di sekolah juga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat berperan penting dalam maju mundurnya suatu negara. Masa depan bangsa sangat bergantung pada kualitas pendidikan masa kini, dan pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Belajar Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa Indonesia. Disana dipaparkan bahwa belajar diartikan sebagai perubahan yang relatif permanen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu dapat meningkatkan kualitas keberadaannya, serta mampu

BAB I PENDAHULUAN. individu dapat meningkatkan kualitas keberadaannya, serta mampu 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kunci pokok pembangunan suatu bangsa dimasa mendatang, termasuk Indonesia adalah pendidikan, sebab dengan pendidikan diharapkan setiap individu dapat meningkatkan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DISCUSSION TEXT BERDASARKAN KONSEP THE GENRE BASED APPROACH PADA SISWA KELAS XII IPA 3 SMA NEGERI 1 SURAKARTA

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DISCUSSION TEXT BERDASARKAN KONSEP THE GENRE BASED APPROACH PADA SISWA KELAS XII IPA 3 SMA NEGERI 1 SURAKARTA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DISCUSSION TEXT BERDASARKAN KONSEP THE GENRE BASED APPROACH PADA SISWA KELAS XII IPA 3 SMA NEGERI 1 SURAKARTA PENELITIAN TINDAKAN KELAS Diajukan Kepada Program Studi Magister

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan adalah usaha sadar yang sengaja dirancang untuk menciptakan kualitas Sumber Daya Manusia

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen, BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen, Provinsi Papua dengan pembelajaran berbasis

Lebih terperinci

* Keperluan korespondensi, tel/fax : ,

* Keperluan korespondensi, tel/fax : , Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 4 No. 1 Tahun 2015 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret Hal. 151-156 ISSN 2337-9995 http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/kimia PENERAPAN MODEL

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih dari sekedar realisasi satu sasaran, atau bahkan beberapa sasaran. Sasaran itu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih dari sekedar realisasi satu sasaran, atau bahkan beberapa sasaran. Sasaran itu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keberhasilan Keberhasilan adalah hasil serangkaian keputusan kecil yang memuncak dalam sebuah tujuan besar dalam sebuah tujuan besar atau pencapaian. keberhasilan adalah lebih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang I. PENDAHULUAN Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan

Lebih terperinci

ADJOURNING BAB I PENDAHULUAN

ADJOURNING BAB I PENDAHULUAN ADJOURNING BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelompok merupakan kesatuan unit yang terkecil dalam masyarakat. Individu merupakan kesatuan dari kelompok tersebut. Anggota kelompok tersebut merupakan individu-individu

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING)

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) Definisi/Konsep Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. Pada kajian teori akan dipaparkan teori dari beberapa ahli yang

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. Pada kajian teori akan dipaparkan teori dari beberapa ahli yang BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori Pada kajian teori akan dipaparkan teori dari beberapa ahli yang berhubungan dengan variabel dalam penelitian ini. Teori-teori tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, mengupayakan agar individu dewasa tersebut mampu menemukan

BAB I PENDAHULUAN. berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, mengupayakan agar individu dewasa tersebut mampu menemukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran merupakan upaya secara sistematis yang dilakukan pengajar untuk mewujudkan proses pembelajaran berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dalam pembangunan manusia untuk mengembangkan dirinya agar dapat menghadapi segala permasalahan yang timbul pada diri manusia. Menurut

Lebih terperinci

BAB I. aktivitas guru sebagai pengajar. Siswa dapat dikatakan belajar dengan aktif

BAB I. aktivitas guru sebagai pengajar. Siswa dapat dikatakan belajar dengan aktif BAB I A. Latar Belakang Proses pembelajaran merupakan aktivitas peserta didik bukan aktivitas guru sebagai pengajar. Siswa dapat dikatakan belajar dengan aktif apabila mereka telah mendominasi aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sikap mental siswa (Wiyanarti, 2010: 2). Kesadaran sejarah berkaitan dengan upaya

BAB I PENDAHULUAN. sikap mental siswa (Wiyanarti, 2010: 2). Kesadaran sejarah berkaitan dengan upaya BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan sejarah di era global dewasa ini dituntut kontribusinya untuk dapat lebih menumbuhkan kesadaran sejarah dalam upaya membangun kepribadian dan sikap

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN.

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN. Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 1, No. 3, Juli 2016 ISSN 2477-2240 (Media Cetak) 2477-3921 (Media Online) IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI

Lebih terperinci

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Definisi/Konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran matematika membutuhkan sejumlah kemampuan. Seperti dinyatakan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP, 2006) bahwa untuk menguasai

Lebih terperinci

Bab 4 Bagaimana Melaksanakan Lesson Study?

Bab 4 Bagaimana Melaksanakan Lesson Study? Bab 4 Bagaimana Melaksanakan Lesson Study? A. Siapa yang Melakukan Lesson Study? Lesson study adalah sebuah kegiatan kolaborasi dengan inisiatif pelaksanaan idealnya datang dari Kepala Sekolah bersama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat (PP No.19 tahun 2005). Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam arti luas mencakup seluruh proses hidup dan segenap bentuk interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara formal, non formal maupun informal,

Lebih terperinci

Kolaborasi (Collaboration)

Kolaborasi (Collaboration) Kolaborasi (Collaboration) McGraw-Hill/Irwin Copyright 2013 by The McGraw-Hill Companies, Inc. All rights reserved. Topik Organisasi logistik Pengembangan hubungan kolaborasi Manajemen hubungan/relasi

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. Efektivitas dalam bahasa Indonesia merujuk pada kata dasar efektif yang diartikan

II. KAJIAN PUSTAKA. Efektivitas dalam bahasa Indonesia merujuk pada kata dasar efektif yang diartikan II. KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas dalam bahasa Indonesia merujuk pada kata dasar efektif yang diartikan ada efeknya, akibatnya, pengaruhnya, kesannya, atau

Lebih terperinci

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Manusia sebagai pemegang dan penggerak utama dalam menentukan kemajuan suatu bangsa. Melalui

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan temuan hasil penelitian yang telah dikemukakan di depan, dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut :

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan temuan hasil penelitian yang telah dikemukakan di depan, dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut : 128 BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan temuan hasil penelitian yang telah dikemukakan di depan, dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut : 1. Desain pembelajaran Cooperative

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pengembangan kemampuan matematis peserta didik. Matematika

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pengembangan kemampuan matematis peserta didik. Matematika 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang memiliki peranan penting dalam pengembangan kemampuan matematis peserta didik. Matematika merupakan salah

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 7, No. 2, April 2017 ISSN 0854-2172 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR SD Negeri Purbasana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang individu di muka bumi ini, tanpa pendidikan berarti seseorang tidak berilmu, padahal kita tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemampuan metakognisi merupakan salah satu Standar Kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemampuan metakognisi merupakan salah satu Standar Kompetensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan metakognisi merupakan salah satu Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dari aspek pengetahuan yang harus dikuasai oleh siswa SMA dalam Kurikulum 2013. Kemampuan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai dan temuan hasil

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai dan temuan hasil 422 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai dan temuan hasil penelitian, maka pada bab lima ini dikemukakan tentang simpulan hasil penelitian pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk. mengembangkan potensi diri dan sebagai katalisator bagi terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk. mengembangkan potensi diri dan sebagai katalisator bagi terjadinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai salah satu unsur kehidupan berperan penting dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk mengembangkan potensi diri dan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar, terencana untuk mewujudkan proses belajar dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan karekteristik peserta didik. Dalam proses pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999),

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ada pandangan umum yang mengatakan bahwa mata pelajaran matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999), matematika merupakan mata

Lebih terperinci

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR STRATEGI BELAJAR MENGAJAR MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING Oleh : I Putu Agus Indrawan (1013031035) UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nurul Qomar, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nurul Qomar, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006 (BSNP, 2006:140), salah satu tujuan umum mempelajari matematika pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan moral bukanlah sebuah gagasan baru. Sebetulnya, pendidikan moral sama tuanya dengan pendidikan itu sendiri. Sejarah di negara-negara di seluruh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Hasil observasi awal dilakukan di kelas VIII E SMP N 2 Susukan semester I tahun ajaran 2012 / 2013 pada kompetensi dasar mendiskripsikan hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi kehidupan manusia pada umumnya. Pendidikan sendiri merupakan suatu agenda wajib yang mesti dilaksanakan oleh

Lebih terperinci