FORUM IPTEK VOL 13 NOMOR 03 PENENTUAN PRESSURE DROP DAN KECEPATAN MINIMUM PROSES FLUIDISASI PADA REAKTOR FIXED BED DAN REGENERATOR
|
|
- Inge Susman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 FORUM IPTEK VOL 1 NOMOR 0 PENENTUAN PRESSURE DROP DAN KECEPATAN MINIMUM PROSES FLUIDISASI PADA REAKTOR FIXED BED DAN REGENERATOR Oleh : Arluky Novandy *) Intisari Proses yang terjadi di reaktor dan regenerator umumnya adalah proses antara gas-solid atau liquid-solid. Untuk mencapai hasil operasi yang optimal, suatu reaksi tidak hanya bergantung pada lama waktu reaksi yang terjadi, tetapi juga bergantung pada kecepatan aliran suatu fluida (liquid atau gas) yang mengalir melewati suatu partikel padat (baca : katalis). Sehingga waktu kontak yang telah ditentukan sesuai dengan order reaksi dari katalis tersebut dapat tercapai dengan baik maka diperlukan suatu pengaturan aliran fluida (baca : feed) yang baik pula. 1. Pendahuluan Istilah fluidisasi dulu digunakan untuk menggambarkan proses kontak antara solid dengan liquid. Sebagai gambaran mudahnya, didalam suatu kolom yang mana pada bagian bottom kolom adalah plat yang berlubang yang menyangga tumpukan pasir diatasnya (bed pasir). Kemudian pada bagian bottom kolom dialirkan udara (atau bisa juga air) yang melewati plat berlubang tersebut yang kemudian menembus tumpukan pasir, dimana pada saat udara (atau bisa juga air) yang menembus tumpukan pasir diatur kecepatannya sedemikian rupa sehingga tumpukam pasir tersebut akhirnya menjadi tersuspensi. Pada kondisi ini, butiran pasir akan terpisah dari tumpukannya dan siap bergerak dengan memerlukan sedikit energi saja. Pada gerakan pasir seperti ini, tumpukan pasir didalam kolom yang telah teraerasi tersebut, bergerak seolah olah menyerupai liquid dengan viskositas yang tinggi. Kolom daripada pasir teraerasi tersebut memiliki karakteristik hydrostatis head.. Kondisi bed pasir yang bergerak seperti ini seolah olah memilki properti seperti liquid. Operasi semacam ini seringkali dikenal dengan Fluidisasi. Skala besar pertama kali fluidisasi diterapkan di United States pada tahun 1940 yaitu catalytic cracking uap minyak. Prosesnya pertama kali dijelaskan oleh Murphree pada tahun 194. Studi awal tentang aliran yang berhubungan dengan proses tersebut di mulai di Massachusetts Institute of Technology (MIT), dan berdasarkan pada studi tersebut, sebuah pilot plant dibuat untuk menguji prinsip dari katalis umpan. Unit catalytic reforming pada Radial Flow Reactor yang bagian utamanya terdiri dari Annulus, Bed Chamber, dan Center Pipe, umumnya beroperasi sebagai fixed bed reactor (gambar 1). Pada konfigurasi radial flow reactor, feed masuk pada bagian top kolom dari reactor. Dengan adanya deflector buffle pada bagian top kolom reactor, feed yang berupa uap tersebut diarahkan masuk ke bagian annulus kolom reactor, yaitu bagian yang berada diantara dinding kolom reactor dan bed katalis. Uap feed masuk menembus bed katalis menuju ke center pipe melalui lubang-lubang center pipe. Uap yang berkumpul di center pipe setelah melalui kontak dengan katalis akhirnya mengalir kebawah kolom reactor. Keberhasilan jalannya operasi pada unit unit Catalytic Reforming bergantung pada fundamental dan studi aplikasi di lapangan mengenai fluidisasi. Lembaran Publikasi Ilmiah Pusdiklat Migas 40
2 FORUM IPTEK VOL 1 NOMOR 0 mulai dari fixed bed (bed tetap/diam) hingga bed mengalami on set fluidization (minimum fluidisasi). Pada saat gas dialirkan melalui bottom kolom maka kolom pada gambar (a) mendapatkan pressure drop sebesar P d. Besar kecilnya pressure drop ditentukan pula oleh laju gas dan karakteristik dari bed. Ketika kecepatan gas ditingkatkan, pressure drop juga meningkat sehingga bed mengalami expanded bed, maka pressure drop dirumuskan sebagai berikut : P e = L e (1 ε e )(ρ s ρ F )..(1) Gambar 1 : Tipikal Fluidized Gas-Solid System pada Reaktor Fixed Bed Catalytic Reforming 2. Fenomena Fluidisasi Ideal Hasil percobaan dari Wilhelm-Valentine menunjukkan bahwa dengan pengaturan yang tepat antara padatan dan aliran udara, secara nyata, kondisi fluidis mulai dari fluidisasi fase padat hingga terjadi fluidisasi fase terdispersi dapat tercapai dengan baik. Dimana : Le = Tinggi bed pada saat bed mengalami expanding, ft ρ s, ρ F = Densitas solid dan fluida, lb/ft ε e = Over all bed voidage fracton saat bed mengalami expanding (dimensionless) P d P e ε e P mf ε mf ε d (a) (b) (c) u d u e u mf Gambar kolom di atas berikut ini menggambarkan urutan proses terjadinya fluidisasi Lembaran Publikasi Ilmiah Pusdiklat Migas 41
3 FORUM IPTEK VOL 1 NOMOR 0 Pada saat kecepatan alir gas ditingkatkan lagi, maka pressure drop pada gambar (c) juga meningkat. Pada kondisi ini, bed mulai bergerak dan kondisi ini umumnya disebut dengan kondisi fluidisasi minimum (minimum fluidization atau on set fluidization). Dikondisi ini, secara analog, pressure drop yang telah dicapai adalah : P mf = L mf (1 ε mf )(ρ s ρ F )..(2) Dimana : L mf = Tinggi bed pada saat fluidisasi minimum, ft ρ s, ρ F = Densitas solid dan fluida, lb/ft ε mf = Over all bed voidage fracton saat bed mengalami minimum fluidisasi atau minimum fluid voidage (dimensionless) Minimum fluid voidage yang terbaik terjadi pada system solid-gas contact. Meskipun secara umum kondisi karakteristik dari fluida tidak mempengaruhi harga ε mf, tetapi pada kenyataannya fluida liquid akan menghasilkan harga ε mf lebih besar dari pada fluida gas. Gerakan partikel padatan yang mengalami minimum fluidisasi dengan liquid berbeda dengan gerakan partikel yang mengalami minimum fluidisasi dengan gas. Hal ini karena densitas dan viskositas gas berbeda dengan liquid. Semakin besar partikel dan semakin spheres, maka harga ε mf semakin besar pula. Minimum Fluid Voidage Salah satu fitur khusus yang harus diketahui pada saat terjadi minimum fluidisasi adalah minimum fluid voidage (εmf). Minimum fluid voidage adalah partikel-partikel padatan mulai bergerak dan mulai menjahui satu sama lainnya. Minimum fluid voidage juga merupakan indikator utama untuk mengetahui terjadinya minimum fluidisasi. Minimum fluid voidage dirumuskan : ε mf = 1 - Dimana : ε mf W L mf A (ρ s -ρ F ) () = Over all bed voidage fracton saat bed mengalami minimum fluidisasi atau minimum fluid voidage (dimensionless) A = Luas area dari kolom, ft 2 L mf = Tinggi bed pada saat fluidisasi minimum, ft ρ s, ρ F = Densitas solid dan fluida, lb/ft W = Berat bed saat fluidisasi minimum, lb. Gambar 2 : Korelasi harga εmf dengan diameter partikel (Dp). Permasalahan Sangat jarang sekali ditemui suatu sistem (gas-solid.() system atau liquid-solid system) yang mengalami fluidisasi dengan baik. Suatu kolom akan mengalami fluidiasasi dengan baik bila bed yang ada dalam kolom tersebut tidak mengalami channeling dan atau slugging..1. Channeling Channeling adalah kondisi abnormal yang ditemui pada proses fluidisasi, yaitu karakter aliran abnormal yang ditunjukkan dengan terbentuknya aliran kecil dari liquid/gas yang berada diantara tumpukan bed. Hal ini disebabkan karena aliran fluida Lembaran Publikasi Ilmiah Pusdiklat Migas 42
4 FORUM IPTEK VOL 1 NOMOR 0 yang melewati tumpukan bed tersebut terlalu besar. Kondisi channeling pada reactor dan regenerator fixed bed akan sulit untuk bisa kembali dari kondisi quiescent fluidized state (minimum fluidization state) ke fixed bed state meskipun aliran dari fluida (gas atau liquid) telah dikurangi. Gambar : Tipikal kondisi channeling pada bed padatan Timbulnya channeling pada suatu proses aplikasi fluidisasi sangat berpengaruh pada hasil reaksi. Akibat dari channeling maka kepadatan dari suatu bed tidak homogen. Karena ada sebagian dari bed (baca : katalis) yang tidak mengalami kontak secara baik dengan fluida (gas atau liquid) sehingga hasil yang diperoleh tidak optimal. Selain itu, akan terjadi ketidakseragaman ukuran katalis yang telah mengalami kontak dengan fluida. Efek lainnya yang timbul adalah terjadinya perbedaan yang besar antara local space velocity di dalam bed dengan over all space velocity yang telah direncanakan. Akibat perbedaan dari space velocity yang besar ini maka akan timbul perubahan suhu yang tidak menentu yang akhirnya berpengaruh pada usia katalis yang pendek.atau diluar yang telah direncanakan. Pada proses carbon burn off di regenerator, umumnya memerlukan waktu yang lama. Pada proses ini, temperatur harus dikontrol dengan benar yaitu pada bagian reactor inlet temperature dijaga antara o F dan pada bagian reactor outlet temperature dijaga maksimal 850 o F. Bila temperatur tidak dijaga pada batas maksimalnya maka akan terjadi kerusakan pada katalis, katalis akan tidak stabil sehingga lifetimenya berkurang. Pada reactor catalytic reforming nafta, perubahan suhu dapat berpengaruh pada oktan nafta yang dihasilkan. Bila melebihi temperature setting yang telah ditetapkan, maka katalis akan mengalami deactivasi karena seluruh permukaan katalis tertutup karbon. Hal ini akan mempengaruhi cycle lifetime dari katalis. Pada proses yang tidak melibatkan reaksi, seperti pada proses pengeringan padatan, yang mana pada proses ini hanya terjadi mass transfer, kontak yang tidak homogen akan mengakibatkan ketidakefisienan dalam operasinya dan akan membutuhkan design peralatan yang lebih besar. Kecenderungan untuk terjadi channeling pada bed solid umumnya dapat diindikasi dengan rendahnya pressure drop selama proses fluidisasi berlangsung. Perbedaan pressure drop secara teori dan pressure drop hasil pengamatan dilapangan dapat digunakan sebagai tolok ukur awal untuk menduga adanya channeling di bed Beberapa factor yang menyebabkan terjadinya channeling, yaitu antara lain : 1. Size Distribution (ukuran padatan (baca : katalis)) 2. Shape and Density of Solid (bentuk dan densitas dari padatan (baca : katalis)). Chamber Diameter (diameter ruang terjadinya fluidisasi) 4. Design of gas-inlet device 5. Moisture content of the solid Matheson melaporkan bahwa channeling terjadi pada bed katalis synthetis pada proses cracking yang memiliki ukuran kurang dari 10 micron dengan kecepatan aerasi sampai dengan 1 fps (feed persecond). Untuk material yang sama, tapi ukuran materialnya 25 micron dan dengan kecepatan yang sama, akan membentuk agregat kecil berbentuk bola mulai nampak. Pada saat ukuran material ditingkatkan menjadi 40 micron, fluidisasi tanpa adanya channeling berlangsung pada saat kecepatan gas 0,01 fps. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran dari padatan (baca : katalis) dan kecepatan aliran gas (fluida) mempengaruhi terbentuk atau tidaknya channeling pada bed saat proses fluidisasi berlangsung. Lembaran Publikasi Ilmiah Pusdiklat Migas 4
5 FORUM IPTEK VOL 1 NOMOR 0 Gambar 4 : Hubungan antara Pressure Drop Flow Fluida untuk fluidisasi yang ideal Gambar 6 : Tipikal hubungan antara Pressure Drop-Flow Fluida untuk fluidisasi yang mengalami channeling yang disebabkan karena ukuran partikel padatan Gambar 5 : Tipikal hubungan antara Pressure Drop Flow Fluida untuk fluidisasi yang mengalami channeling Channeling yang disebabkan oleh bentuk dan density padatan dapat digambarkan pada grafik berikut ini : Channeling sering juga terjadi disebabkan karena ukuran diameter dari ruang fluidisasi yang terlalu besar bila dibandingkan dengan ukuran partikel. Artinya semakin kecil ukuran dari partikel maka kecenderungan untuk terjadi channeling semakin besar. Dan semakin kecil ukuran diameter bed maka kecenderungan terbentuknya channeling juga semakin besar. Hal ini ditunjukkan data dari Stantan and Jolley pada table berikut : Size of particle, in Jenis Gas Tube diameter, in P obs / P t 0,0625-0,012 udara 0,98 0,0165-0,008 udara 1,01 0,008-0,0041 udara 0,97 0,0625-0,012 Hidrogen 2 1,00 0,012-0,0166 Hidrogen 2 0,80 0,0166-0,008 Hidrogen 2 0,85 0,008-0,0041 Hidrogen 2 0,76 Lembaran Publikasi Ilmiah Pusdiklat Migas 44
6 FORUM IPTEK VOL 1 NOMOR 0 Pada tabel diatas, kecenderungan terbentuknya channeling ditunjukkan dengan harga rasio antara pressure drop pengamatan terhadap pressure drop teoritis ( P obs / P t ). Semakin kecil nilai rasionya, maka semakin besar kecenderungan untuk terjadi channeling..2. Slugging Channeling adalah kondisi abnormal yang utamanya berhubungan dengan karakteristik dari fluidisasi fase solid, tetapi ada kejadian abnormal lainnya yang sering ditemui pada fluidisasi fixed bed fasa padat, yaitu Slugging. Slugging paling sering disebabkan karena pemilihan dan design dari peralatan. Karakteristik dari fluida dan solid juga berpengaruh, tetapi pengaruhnya sangatlah kecil bila dibandingkan dengan kejadian pada channeling. Slugging paling sering ditemui pada sisitem gas-solid contact, meskipun tidak menutup kemugkinan juga terjadi pada system liquid-solid. Slugging digambarkan sebagai kondisi dimana gelembung-gelembung gas yang membawa sebagian partikel berkumpul membentuk ukuran yang besar yang mendekati ukuran diameter dari vessel. Sehingga ada gas pocket diantara bed yang terpisah tersebut, dan kemudian semakin tingginya gas yang naik keatas maka bed yang terpisah tersebut akan turun membentuk agregat kecil atau partikel-partikel individu. Dari diskripsi diatas dapat disimpulkan bahwa slugging dari bed adalah distribusi ukuran partikel yang tidak sama (heterogen) yang terjadi pada kontak gas-solid system. Akan halnya pada channeling, pada slugging juga terjadi perbedaan yang besar antara local space velocity di dalam bed dengan over all space velocity yang telah direncanakan, sehingga akan mengakibatkan efek yang negative pada bed, yaitu akan timbul perubahan suhu yang tidak menentu yang akhirnya berpengaruh pada usia katalis yang pendek.atau diluar yang telah direncanakan. Dan juga, slugging dapat mempercepat adanya keausan secara mekanis pada permukaan solid yang akhirnya akan menambah cost pada unit catalyst recovery. Biaya perawatan pada reaktor pun akan lebih besar akibat adanya keausan yang disebabkan karena terjadi slugging pada proses fluidisasi fase padat di reaktor. Gambar 7 : Diagram Pressure drop-flow yang menggambarkan terjadinya slugging Pada gambar 7, solid mengalami ideal behavior fluidization (perilaku fluidisasi ideal) hingga pada titik minimum fluidization (ε mf ) atau onset fluidization (mulai terjadinya fluidization). Kemudian laju gas ditingkatkan, dan pressure dop teoritis juga meningkat hingga titik S terlewati maka pada titik tersebut disebut dengan onset of slugging (mulai teradinya slugging). Ketika flow rate gas ditingkatkan lagi, pressure drop semakin meningkat dan bed mengalami slug yang lebih parah. Hal ini dikarenakan adanya friksi antara solid yang mengalami slugging dengan dinding vessel. Peristiwa ini dapat diamati melalui korelasi antara rasio pressure drop pengamatan terhadap pressure drop teoritis vs rasio tinggi bed terhadap diameter bed pada gambar 8 berikut. Lembaran Publikasi Ilmiah Pusdiklat Migas 45
7 FORUM IPTEK VOL 1 NOMOR 0 Gambar 8 : rasio pressure drop pengamatan terhadap pressure drop teoritis vs rasio tinggi bed terhadap diameter bed minimum maka akan memerlukan panas reaksi yang kecil. Bila kondisi minimum ini dijaga, bed akan mengalami proses isothermal Persamaan Pressure drop pada Fixed Bed Persamaan untuk menentukan pressure drop pada fixed bed tanpa memperhatikan bentuk partikelnya adalah sebagai berikut : 4. Minimum Fluidisasi Kemampuan untuk memprediksi awal terjadinya fluidisasi adalah sangat penting didalam proses fluidisasi dan dalam mendesign suatu reactor fixed bed. Meskipun kebanyakan reactor fixed bed sering kali dioperasikan dengan kecepatan fluida diatas kecepatan minimum dapat berlangsung dengan baik, tetapi sebaiknya untuk memperoleh hasil operasi yang bagus dan life time dari katalis yang lebih lama maka penentuan kecepatan minimum fluidisasi (atau setidaknya sedikit diatas kecepatan minimum) adalah menjadi sangat diperlukan dalam suatu operasi. Sebagaian dari pernyataan berikut ini adalah benar, karena mungkin kondisi kondisi berikut mungkin terjadi : 1. Bed terdiri dari beberapa material yang rapuh, hal ini akan menyebabkan terjadinya keausan 2. Ukuran bed yang diisikan kedalam kolom memiliki variasi yang banyak (wide size spectrum). Panas reaksi dan laju perpindahan panas antara bed dengan sekitarnya adalah tidak diperlukan 4. Diperlukan tinggi bed yang tidak terlalu tinggi, karena umumnya partikel akan mengalami fluidisasi dengan baik tanpa mengalami channeling. Melihat hasil observasi, bahwa reactor fixed bed yang dioperasikan dengan kecepatan minimum akan mengurangi terjadinya keausan dan elutriation losses. Dengan mengaplikasikan kecepatan minimum maka kondisi sampingan yang diperoleh adalah heat transfer antara bed dan dinding kolom relative kecil. Dengan kata lain, bila suatu proses berlangsung dengan kecepatan P mf = 200 Bila menggunakan modifikasi fungsi bilangan Reynold atau modified friction factor (f m ) maka diperoleh suatu korelasi sebagai berikut : P mf Dp s c ε mf = u mf F ε mf ) 2 Atau f m = = u mf µ ε mf ) 2 D p 2 s 2 c ε mf..(4) Dp µ s u F P mf Dp s c ε mf u mf F ε mf ) 2 Dp u F µ - 1,0 (6).(5) - 1,0 Lembaran Publikasi Ilmiah Pusdiklat Migas 46
8 FORUM IPTEK VOL 1 NOMOR 0 Untuk Aliran Turbulen Pada aliran turbulen yang melewati partikel-partikel yang memiliki permukaan halus dirumuskan sebagai berikut : Untuk Fluida Compressible Pada kondisi aliran isothermal untuk pressure drop tinggi dan density dari fluida beragam, maka korelasi umum yang digunakan adalah : P mf mf =,50 G 1,9 µ 0,1 ( 1 - ε mf ) 1,1 Dp 1,1 s 1,1 F c ε mf (7) P 1 2 P 2 2 = 2 Z R G 2 T c M ln ν 2 ν f m ( 1 - ε mf ) -n s -n ε mf Dp L mf Bila menggunakan Modified Reynold Number dan modified friction factor (f m ), maka pressure drop aliran turbulen yang melewati partikel-partikel yang memiliki permukaan halus dirumuskan sebagai berikut: f m = P mf Dp s -n c ε mf F 2 L mf G 2 ( 1 - ε mf ) -n (8) dan untuk harga n, state of flow factor, dapat dilihat pada gambar korelasi antara Modified Reynold Numberi vs modified friction factor berikut ini : Ukuran Diameter Partikel yang berbeda Bila digunakan ukuran diameter dari partikel yang berbeda beda, maka Reboux telah mendefinisikannya sebagai berikut : 1/ Dp = Σ X/dp.(9) 4.2. Persamaan Pressure drop pada Fixed Bed Persamaan Ergun Dengan memperhatikan total energy loss pada fixed bed yang terdiri dari komponen viscous dan kinetis, maka Ergun telah merumuskan korelasi umum sebagai berikut : P mf L mf = 150 ε mf ) 2 ε mf µ u Dp 2 Gambar 9 : Modified Reynold Numberi vs modified friction factor + 1,75 ε mf ε mf G u Dp..(10) Lembaran Publikasi Ilmiah Pusdiklat Migas 47
9 FORUM IPTEK VOL 1 NOMOR Kecepatan Minimum Fluidisasi Kecepatan minimum fluidisasi adalah kecepatan minimum dari fluida saat pertama kali melewati tumpukan bed tanpa terjadi channeling dan atau slugging. Persamaan dasar yang digunakan adalah persamaan (1) dan persamaan pressure drop pada persamaan (8). Modifikasi dari persamaan (8) dan persamaan (1) dihasilkan persamaan kecepatan minimum fluidisasi sebagai berikut: G 2 = Dengan mengganti notasi G dengan G mf, maka persamaan (11) adalah persamaan kecepatan minimum fluidisasi pada fixed bed. Karena semua sistem gas-solid mulai terjadi fluidisasi pada rate yang nilai bilangan Reynoldnya lebih kecil dari 10, maka kita mensubstitusikan harga f m = 100/Re dan n = 1,0, maka persamaan (11) menjadi : G mf 2 = Persamaan umum lainnya yang bisa digunakan bila dikehendaki tidak menggunakan parameter ε mf dan s, tetapi menggunakan parameter bilangan Reynold, maka persamaan (12) menjadi : G mf = Dp c (ρ s - ρ F ) ε mf s -n 2 f m ( 1 - ε mf ) -n.(11) 0,005 Dp 2 c ρ F (ρ s - ρ F ) s 2 ε mf µ ( 1 - ε mf ) C Dp 2 c ρ F (ρ s - ρ F ) µ (12) (1) Dimana C adalah fungsi dari DpG/µ, untuk bilangan Reynold lebih kecil dari 5,0 maka C = 0,0007Re -0,06 dan diekspresikan dalam satuan british dengan mengalikan konstanta c sehingga : G mf = 688 Dp 1,82 Sehingga G mf dinyatakan dalam pounds per hour per square foot, dan Dp dinyatakan dalam in. Sedangkan ρ s dan ρ F dinyatakan dalam pound per cubic foot, dan µ dinyatakan dalam centipoises. Nomenclature u = Superficial velocity through bed, fps s = Dimensionless of Particle shape factor, V 2/ /0,205A ; A = surface area of arbitrarily shaped particle, sq ft ν 1, ν 2 = Specific volume of fluid, cu ft per lb M = Moleculer weight of fluid flowing P 1, P 2 = Fluid Pressure, lb per sq ft; P 1 = upstream pressure, P 2 = downstream pressure R = Gas Constant T = Absolute Temperature, or or ok, depending on dimension of R V = Volume of a spherical particle, cu ft Z = Compressibility Factor DAFTAR PUSTAKA Donald M. Little, CATALYTIC REFORMING, 1985, Penn Well Publishing Company, Oklahoma, USA. Max Leva, FLUIDIZATION, 1959, McGraw Hill Book Company, USA. Warren L. McCabe, UNIT OPERATION OF CHEMICAL ENGINEERING, 5 th edition, 199, McGraw Hill Book Company, USA. Penulis : [ρ F (ρ s - ρ F )] 0,94 µ 0,88..(14) *) Arluky Novandy adalah Pejabat Fungsional Widyaiswara Pertama Pusdiklat Migas Lembaran Publikasi Ilmiah Pusdiklat Migas 48
Fenomena dan Kecepatan Minimum (Umf) Fluidisasi
Fenomena dan Kecepatan Minimum (Umf) Fluidisasi Widayati. Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri UPN Veteran Yogyakarta Telp/Fax: 0274486889 Email: widabambang@yahoo.com Abstrak Fenomena
Lebih terperinciMODUL 1.05 FLUIDISASI. Oleh : Ir. Agus M. Satrio, M.Eng
ODU 1.05 FUIDISASI Oleh : Ir. Agus. Satrio,.Eng ABORATORIU OPERASI TEKNIK KIIA JURUSAN TEKNIK KIIA UNIVERSITAS SUTAN AGENG TIRTAYASA CIEGON BANTEN 008 odul 1.05 FUIDISASI 1. Pendahuluan Fluidisasi merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULAN 1.1 Latar Belakang Fluidisasi adalah proses dimana benda padat halus (partikel) dirubah menjadi fase dengan perilaku menyerupai fluida. Fluidisasi dilakukan dengan cara menghembuskan fluida
Lebih terperinciLEMBAR PENGESAHAN. : Prak. Teknologi Kimia Industri
LEMBAR PENGESAHAN Judul Praktikum : Aliran Fluida Mata kuliah : Prak. Teknologi Kimia Industri Nama : Zusry Augtry Veliany Nim : 100413013 Kelas/ Semester : 3 TKI/ VI( Enam) Dosen Pembimbing : Ir. Sariadi,
Lebih terperinciMODIFIKASI SISTEM BURNER DAN PENGUJIAN ALIRAN DINGIN FLUIDIZED BED INCINERATOR UI SKRIPSI
MODIFIKASI SISTEM BURNER DAN PENGUJIAN ALIRAN DINGIN FLUIDIZED BED INCINERATOR UI SKRIPSI Oleh HANS CHRISTIAN 04 03 02 039 4 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciUPN VETERAN JAWA TIMUR
UPN VETERAN JAWA TIMUR UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR PAPER TEKNIK REAKSI KIMIA III DEACTIVATION CATALYST REACTOR, SLURRY REACTOR DAN PEMILIHAN REAKTOR PADA JUDUL PABRIK Disusun oleh
Lebih terperinciBAB VII INTRODUCTION TO FLUID CATALYTIC CRACKING (FCC)
BAB VII INTRODUCTION TO FLUID CATALYTIC CRACKING (FCC) Ringkasan Terjemahan dari Materi Presentasi Quak Foo, Lee Chemical and Biological Engineering, the University of British Columbia I. Apakah FCC itu?
Lebih terperinciBAB III FLUIDISASI. Gambar 3.1. Skematik proses fluidisasi
BAB III FLUIDISASI 3.1 FENOMENA FLUIDISASI 3.1.1 Proses Fluidisasi Bila suatu zat cair atau gas dilewatkan melalui lapisan hamparan partikel padat pada kecepatan rendah, partikel-partikel itu tidak bergerak.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Kajian Pustaka Ristiyanto (2003) menyelidiki tentang visualisasi aliran dan penurunan tekanan setiap pola aliran dalam perbedaan variasi kecepatan cairan dan kecepatan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 RANCANGAN OBSTACLE Pola kecepatan dan jenis aliran di dalam reaktor kolom gelembung sangat berpengaruh terhadap laju reaksi pembentukan biodiesel. Kecepatan aliran yang tinggi
Lebih terperinciPENGARUH MASSA JENIS PARTIKEL DAN KETINGGIAN PARTIKEL TERHADAP FENOMENA FLUIDISASI DALAM FLUIDIZED BED DENGAN MENGGUNAKAN CFD
SINERGI Vol.20, No.3, Oktober 2016: 239-243 DOAJ:doaj.org/toc/2460-1217 DOI:doi.org/10.22441/sinergi.2016.3.010 PENGARUH MASSA JENIS PARTIKEL DAN KETINGGIAN PARTIKEL TERHADAP FENOMENA FLUIDISASI DALAM
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. meningkat, Peningkatan kebutuhan energi yang tidak diimbangi. pengurangan sumber energy yang tersedia di dunia.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin lama kebutuhan energy di dunia ini semakin meningkat, Peningkatan kebutuhan energi yang tidak diimbangi dengan peningkatan sumber energy dapat mengakibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses pemanasan atau pendinginan fluida sering digunakan dan merupakan kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang elektronika. Sifat
Lebih terperinciKARAKTERISTIK HILANG TEKAN ALIRAN UDARA MELALUI TUMPUKAN SERBUK GERGAJI DI FIXED BED REACTOR
E K U I L I B R I U M ISSN : 141-914 Vol. 13. No. 1. Halaman : 11 15 Januari 014 KARAKTERISTIK HILANG TEKAN ALIRAN UDARA MELALUI TUMPUKAN SERBUK GERGAJI DI FIXED BED REACTOR Sunu Herwi Pranolo *, Grata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fluidisasi merupakan salah satu bentuk peristiwa di mana partikel berfase padatan diubah menjadi fase yang memiliki perilaku layaknya fluida cair dengan cara diberi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Prinsip dan Teori Dasar Perpindahan Panas Panas adalah salah satu bentuk energi yang dapat dipindahkan dari suatu tempat ke tempat lain, tetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan
Lebih terperinciHIDRODINAMIKA UNGGUN DIAM (MODUL: HUD) disusun oleh: Joko Waluyo ST, MT
MODUL PRAKTIKUM TK 3002 LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA HIDRODINAMIKA UNGGUN DIAM (MODUL: HUD) disusun oleh: Joko Waluyo ST, MT Asisten : Joko Waluyo ST, MT dan Yuono ST, MT Dosen Pembimbing :
Lebih terperinciI. PENGANTAR. A. Latar Belakang. Fluidisasi adalah proses dimana benda partikel padatan
I. PENGANTAR A. Latar Belakang 1. Permasalahan Fluidisasi adalah proses dimana benda partikel padatan diubah menjadi fase yang berkelakuan seperti fluida cair melalui kontak dengan gas atau cairan (Kunii
Lebih terperinciSTUDI NUMERIK PENGARUH PENAMBAHAN OBSTACLE BENTUK PERSEGI PADA PIPA TERHADAP KARAKTERISTIK ALIRAN DAN PERPINDAHAN PANAS.
TUGAS AKHIR KONVERSI ENERGI STUDI NUMERIK PENGARUH PENAMBAHAN OBSTACLE BENTUK PERSEGI PADA PIPA TERHADAP KARAKTERISTIK ALIRAN DAN PERPINDAHAN PANAS. Dosen Pembimbing : SENJA FRISCA R.J 2111105002 Dr. Eng.
Lebih terperinciBAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES
34 BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES 3.1. Tangki Tangki Bahan Baku (T-01) Tangki Produk (T-02) Menyimpan kebutuhan Menyimpan Produk Isobutylene selama 30 hari. Methacrolein selama 15 hari. Spherical
Lebih terperincispecific density of particulate 1.8 Efficiency yang diperlukan adalah 90% untuk Partikel < 1.0 micron
27 BAB III DESAIN III. 1 Perhitungan Desain Objektifitas dari perancangan ini adalah: 1) merancang dan membuat sistem venturi scrubber skala laboratorium yang sesuai dengan kebutuhan atau karakteristik
Lebih terperinciV. SPESIFIKASI ALAT. Pada lampiran C telah dilakukan perhitungan spesifikasi alat-alat proses pembuatan
V. SPESIFIKASI ALAT Pada lampiran C telah dilakukan perhitungan spesifikasi alat-alat proses pembuatan pabrik furfuril alkohol dari hidrogenasi furfural. Berikut tabel spesifikasi alat-alat yang digunakan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jumlahnya melimpah dan dapat diolah sebagai bahan bakar padat atau
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Biomassa merupakan salah satu sumber energi terbarukan yang jumlahnya melimpah dan dapat diolah sebagai bahan bakar padat atau diubah ke dalam bentuk cair atau gas.
Lebih terperinciWATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian
1.1 Tujuan Pengujian WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN a) Mempelajari formulasi dasar dari heat exchanger sederhana. b) Perhitungan keseimbangan panas pada heat exchanger. c) Pengukuran
Lebih terperinciSEPARATOR. Nama Anggota: PITRI YANTI ( } KARINDAH ADE SYAPUTRI ( ) LISA ARIYANTI ( )
SEPARATOR Nama Anggota: PITRI YANTI (03121403032} KARINDAH ADE SYAPUTRI (03121403042) LISA ARIYANTI (03121403058) 1.Separator Separator merupakan peralatan awal dalam industri minyak yang digunakan untuk
Lebih terperinciMAKALAH ALAT INDUSTRI KIMIA DAN ALAT UKUR REAKTOR KIMIA
MAKALAH ALAT INDUSTRI KIMIA DAN ALAT UKUR REAKTOR KIMIA Disusun oleh: Andri Heri K 1314017 Deddy Wahyu Priyatmono 1414904 Defrizal Rizki Pradana 1414909 Ferry Setiawan 1314048 Nungki Merinda Sari 1514030
Lebih terperinciBAB II TEORI DASAR 2.1 Batubara
BAB II TEORI DASAR 2.1 Batubara Batubara merupakan bahan bakar padat organik yang berasal dari batuan sedimen yang terbentuk dari sisa bermacam-macam tumbuhan purba dan menjadi padat disebabkan tertimbun
Lebih terperinciALIRAN MELEWATI MEDIA BERPORI
ALIRAN MELEWATI MEDIA BERPORI Sub-chapters 12.1. Fluid friction in porous media 12.2. Two-fluid cocurrent flowing porous media 12.3. Countercurrent flow in porous media 12.4. Simple filter theory 12.5.
Lebih terperinci(Indra Wibawa D.S. Teknik Kimia. Universitas Lampung) POMPA
POMPA Kriteria pemilihan pompa (Pelatihan Pegawai PUSRI) Pompa reciprocating o Proses yang memerlukan head tinggi o Kapasitas fluida yang rendah o Liquid yang kental (viscous liquid) dan slurrie (lumpur)
Lebih terperinciINDUSTRI PENGOLAHAN BATUBARA
(Indra Wibawa Dwi Sukma_Teknik Kimia_Universitas Lampung) 1 INDUSTRI PENGOLAHAN BATUBARA Adapun berikut ini adalah flowsheet Industri pengolahan hasil tambang batubara. Gambar 1. Flowsheet Industri Pengolahan
Lebih terperinciANALISA FLUIDISASI PADA BOILER CFB PLTU LABUHAN ANGIN
ANALISA FLUIDISASI PADA BOILER FB PLTU LABUHAN ANGIN 1 Anotona Telaumbanua, 2 Ir. Tugiman, ST Jurusan Teknik Mesin STT Harapan Medan Email : tona1452@gmail.com Abstrak Boiler FB adalah Boiler irculating
Lebih terperinciPOMPA. 1. Anindya Fatmadini ( ) 2. Debi Putri Suprapto ( ) 3. M. Ronal Afrido ( )
POMPA 1. Anindya Fatmadini (03121403041) 2. Debi Putri Suprapto (03121403045) 3. M. Ronal Afrido (03101403068) DEFINISI(Terminologi) Pompa adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan suatu fluida
Lebih terperinciAnalisis Aliran Fluida Terhadap Fitting Serta Satuan Panjang Pipa. Nisa Aina Fauziah, Novita Elvianti, dan Verananda Kusuma Ariyanto
Analisis Aliran Fluida Terhadap Fitting Serta Satuan Panjang Pipa Nisa Aina Fauziah, Novita Elvianti, dan Verananda Kusuma Ariyanto Jurusan teknik kimia fakultas teknik universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Lebih terperinciPENERAPAN PERANGKAT LUNAK KOMPUTER UNTUK PENENTUAN KINERJA PENUKAR KALOR
PENERAPAN PERANGKAT LUNAK KOMPUTER UNTUK PENENTUAN KINERJA PENUKAR KALOR Sugiyanto 1, Cokorda Prapti Mahandari 2, Dita Satyadarma 3. Jurusan Teknik Mesin Universitas Gunadarma Jln Margonda Raya 100 Depok.
Lebih terperinciPERALATAN INDUSTRI KIMIA
PERALATAN INDUSTRI KIMIA (SIZE REDUCTION, STORAGE, REACTOR ) Penyusun: Lely Riawati, ST., MT. Agustina Eunike, ST., MT., MBA. PERALATAN INDUSTRI KIMIA YANG DIBAHAS : I Material Handling II III Size Reduction
Lebih terperinciPENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER
PENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER Rianto, W. Program Studi Teknik Mesin Universitas Muria Kudus Gondangmanis PO.Box 53-Bae, Kudus, telp 0291 4438229-443844, fax 0291 437198
Lebih terperinciPENGARUH DEBIT ALIRAN TERHADAP HEAD LOSSES PADA VARIASI JENIS BELOKAN PIPA
PENGARUH DEBIT ALIRAN TERHADAP HEAD LOSSES PADA VARIASI JENIS BELOKAN PIPA Syofyan Anwar Syahputra 1, Aspan Panjaitan 2 1 Program Studi Teknik Pendingin dan Tata Udara, Politeknik Tanjungbalai Sei Raja
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI KECEPATAN UDARA TERHADAP UNJUK KERJA FLUIDIZED BED GASIFIER DENGAN DISTRIBUTOR UDARA JENIS PLAT
PENGARUH VARIASI KECEPATAN UDARA TERHADAP UNJUK KERJA FLUIDIZED BED GASIFIER DENGAN DISTRIBUTOR UDARA JENIS PLAT Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Teknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terkecuali Indonesia. Selain terbentuk dari jutaan tahun yang lalu dan. penting bagi kelangsungan hidup manusia, seiring dalam
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekarang ini pemanfaatan minyak bumi dan bahan bakar fosil banyak digunakan sebagai sumber utama energi di dunia tak terkecuali Indonesia. Selain terbentuk dari jutaan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN Prosedur Penggunaan Software Ansys FLUENT 15.0
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat Penelitian Pada penelitian ini menggunakan software jenis program CFD Ansys FLUENT 15.0 dengan diameter dalam pipa 19 mm, diameter luar pipa 25,4 dan panjang pipa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara benda atau material.
Lebih terperinciBab V Analisis Hasil Komisioning CUT Pilot Plant
Bab V Analisis Hasil Komisioning CUT Pilot Plant 5.1 Hasil Komisioning dan Pengujian Subsistem 5.1.1 Analisis Kinerja Subsistem Persiapan dan Transportasi Batubara Subsistem persiapan dan transportasi
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-198
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-198 Studi Numerik Pengaruh Baffle Inclination pada Alat Penukar Kalor Tipe U Tube terhadap Aliran Fluida dan Perpindahan Panas
Lebih terperinciMENENTUKAN SUHU MINIMAL PADA CONDENSOR DAN REBOILER DENGAN MENGGUNAKAN KESETIMBANGAN
MENENTUKAN SUHU MINIMAL PADA CONDENSOR DAN REBOILER DENGAN MENGGUNAKAN KESETIMBANGAN oleh Lilis Harmiyanto *) ABSTRAK Di dalam proses distilasi untuk memisahkan gas-gas dengan cairannya perlu pengaturan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas Perpindahan kalor adalah ilmu yang mempelajari berpindahnya suatu energi (berupa kalor) dari suatu sistem ke sistem lain karena adanya perbedaan temperatur.
Lebih terperinciRe-design dan Modifikasi Generator Cooler Heat Exchanger PLTP Kamojang Untuk Meningkatkan Performasi.
Re-design dan Modifikasi Generator Cooler Heat Exchanger PLTP Kamojang Untuk Meningkatkan Performasi. Nama : Ria Mahmudah NRP : 2109100703 Dosen pembimbing : Prof.Dr.Ir.Djatmiko Ichsani, M.Eng 1 Latar
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3
BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antar molekul
Lebih terperinciBAB III ANALISA KONDISI FLUIDA DAN PROSEDUR SIMULASI
BAB III ANALISA KONDISI FLUIDA DAN PROSEDUR SIMULASI 3.1 KONDISI ALIRAN FLUIDA Sebelum melakukan simulasi, didefinisikan terlebih dahulu kondisi aliran yang akan dipergunakan. Asumsi dasar yang dipakai
Lebih terperinciINSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA UJIAN TENGAH SEMESTER GASAL
1 Energi yang hilang dari suatu fluida yang mengalir di dalam pipa akibat gesekan dengan dinding pipa dapat dihitung dengan persamaan Fanning. L v F = 4 f d dimana f = konstanta fanning, L = panjang pipa,
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Nilai Kecepatan Minimun Fluidisasi (U mf ), Kecepatan Terminal (U t ) dan Kecepatan Operasi (U o ) pada Temperatur 25 o C
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Percobaan Fluidisasi Penelitian gasifikasi fluidized bed yang dilakukan menggunakan batubara sebagai bahan baku dan pasir silika sebagai material inert. Pada proses gasifikasinya,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Fluida Aliran fluida atau zat cair (termasuk uap air dan gas) dibedakan dari benda padat karena kemampuannya untuk mengalir. Fluida lebih mudah mengalir karena ikatan molekul
Lebih terperinciEFEKTIFITAS PERPINDAHAN PANAS PADA DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER DENGAN GROOVE. Putu Wijaya Sunu*, Daud Simon Anakottapary dan Wayan G.
EFEKTIFITAS PERPINDAHAN PANAS PADA DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER DENGAN GROOVE Putu Wijaya Sunu*, Daud Simon Anakottapary dan Wayan G. Santika Department of Mechanical Engineering, Bali State Polytechnic,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu alat yang digunakan untuk meningkatkan efisiensi. dalam proses pembakaran limbah biomassa adalah dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Salah satu alat yang digunakan untuk meningkatkan efisiensi dalam proses pembakaran limbah biomassa adalah dengan menggunakan alat gasifikasi, salah satunya adalah
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN MATERIAL BUTIRAN BIOMASSA TERHADAP LAJU SIRKULASI PADAT PADA SISTEM COLD MODEL DUAL REACTOR FLUIDIZED BED
PENGARUH PENAMBAHAN MATERIAL BUTIRAN BIOMASSA TERHADAP LAJU SIRKULASI PADAT PADA SISTEM COLD MODEL DUAL REACTOR FLUIDIZED BED Oleh : I Kadek Mudita Pembimbing : Prof. I Nyoman Suprapta Winaya,ST.MASc.Ph.D
Lebih terperinciPengertian Cracking Perkembangan Catalytic Cracking Reaksi Perengkahan Katalis untuk Cracking Variabel Proses estimasi
Pengertian Cracking Perkembangan Catalytic Cracking Reaksi Perengkahan Katalis untuk Cracking Variabel Proses estimasi Pengertian Cracking Cracking merupakan proses perengkahan atau dekomposisi, penyusunan
Lebih terperinciLosses in Bends and Fittings (Kerugian energi pada belokan dan sambungan)
Panduan Praktikum Fenomena Dasar 010 A. Tujuan Percobaan: Percobaan 5 Losses in Bends and Fittings (Kerugian energi pada belokan dan sambungan) 1. Mengamati kerugian tekanan aliran melalui elbow dan sambungan.
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida
BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antar molekul
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida
BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antarmolekul
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Maleic Anhydride dari Butana Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang meningkatkan pembangunan di berbagai bidang, salah satunya di bidang industri. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI STUDI EKSPERIMEN PENGARUH UKURAN BAHAN BAKAR TERHADAP KERJA PADA REAKTOR FLUIDIZED BED GASIFIER
NASKAH PUBLIKASI STUDI EKSPERIMEN PENGARUH UKURAN BAHAN BAKAR TERHADAP KERJA PADA REAKTOR FLUIDIZED BED GASIFIER Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Teknik
Lebih terperinciEFEKTIFITAS FLUIDISASI 3 FASE DALAM MENURUNKAN PARAMETER ORGANIK DALAM AIR
SKRIPSI EFEKTIFITAS FLUIDISASI 3 FASE DALAM MENURUNKAN PARAMETER ORGANIK DALAM AIR O l e h : BAGUS DWI CAHYONO 0852010026 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciINVESTIGASI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS PADA DESAIN HELICAL BAFFLE PENUKAR PANAS TIPE SHELL AND TUBE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD)
INVESTIGASI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS PADA DESAIN HELICAL BAFFLE PENUKAR PANAS TIPE SHELL AND TUBE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD) Mirza Quanta Ahady Husainiy 2408100023 Dosen Pembimbing
Lebih terperinciBAB III SISTEM PENGUJIAN
BAB III SISTEM PENGUJIAN 3.1 KONDISI BATAS (BOUNDARY CONDITION) Sebelum memulai penelitian, terlebih dahulu ditentukan kondisi batas yang akan digunakan. Diasumsikan kondisi smoke yang mengalir pada gradien
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Dasar Perpindahan Kalor Perpindahan kalor terjadi karena adanya perbedaan suhu, kalor akan mengalir dari tempat yang suhunya tinggi ke tempat suhu rendah. Perpindahan
Lebih terperinciANALISA NUMERIK ALIRAN DUA FASA DALAM VENTURI SCRUBBER
C.3 ANALISA NUMERIK ALIRAN DUA FASA DALAM VENTURI SCRUBBER Tommy Hendarto *, Syaiful, MSK. Tony Suryo Utomo Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudarto, SH, Tembalang,
Lebih terperinciBAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA
37 BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA Pada bab ini dijelaskan bagaimana menentukan besarnya energi panas yang dibawa oleh plastik, nilai total laju perpindahan panas komponen Forming Unit
Lebih terperinciVI. DASAR PERANCANGAN BIOREAKTOR. Kompetensi: Setelah mengikuti kuliah mahasiswa dapat membuat dasar rancangan bioproses skala laboratorium
VI. DASAR PERANCANGAN BIOREAKTOR Kompetensi: Setelah mengikuti kuliah mahasiswa dapat membuat dasar rancangan bioproses skala laboratorium A. Strategi perancangan bioreaktor Kinerja bioreaktor ditentukan
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN PROSES
BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1 Uraian Proses 3.1.1 Persiapan Bahan Baku Proses pembuatan Acrylonitrile menggunakan bahan baku Ethylene Cyanohidrin dengan katalis alumina. Ethylene Cyanohidrin pada T-01
Lebih terperinciANALISIS PERUBAHAN TEKANAN VAKUM KONDENSOR TERHADAP KINERJA KONDENSOR DI PLTU TANJUNG JATI B UNIT 1
EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol No. 2 Mei 214; 65-71 ANALISIS PERUBAHAN TEKANAN VAKUM KONDENSOR TERHADAP KINERJA KONDENSOR DI PLTU TANJUNG JATI B UNIT 1 Anggun Sukarno 1) Bono 2), Budhi Prasetyo 2) 1)
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMENTAL DAN NUMERIK ALIRAN DUA FASE (AIR-UDARA) MELEWATI ELBOW 60 o DARI PIPA VERTIKAL MENUJU PIPA DENGAN SUDUT KEMIRINGAN 30 o
STUDI EKSPERIMENTAL DAN NUMERIK ALIRAN DUA FASE (AIR-UDARA) MELEWATI ELBOW 60 o DARI PIPA VERTIKAL MENUJU PIPA DENGAN SUDUT KEMIRINGAN 30 o Agus Dwi Korawan 1, Triyogi Yuwono 2 Program Pascasarjana, Jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisa aliran berkembang..., Iwan Yudi Karyono, FT UI, 2008
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Suatu sistem transfer fluida dari suatu tempat ke tempat lain biasanya terdiri dari pipa,valve,sambungan (elbow,tee,shock dll ) dan pompa. Jadi pipa memiliki peranan
Lebih terperinciALAT TRANSFER MASSA ABSORBER DAN STRIPPER
PMD D3 Sperisa Distantina ALAT TRANSFER MASSA ABSORBER DAN STRIPPER Silabi D3 Teknik Kimia: 1. Prinsip dasar alat transfer massa absorber dan stripper. 2. Variabel-variabel proses alat absorber dan stripper.
Lebih terperinciSIMULASI FLUIDIZED BED DRYER BERBASIS CFD UNTUK BATUBARA KUALITAS RENDAH
SIMULASI FLUIDIZED BED DRYER BERBASIS CFD UNTUK BATUBARA KUALITAS RENDAH DISUSUN OLEH : REZA KURNIA ARDANI 2311105005 RENDRA NUGRAHA P. 2311105015 PEMBIMBING : Prof.Dr. Ir. Sugeng Winardi, M.Eng Dr. Tantular
Lebih terperinciStudi Eksperimen Gasifikasi Pada Reaktor Fluidized Bed Dengan Bahan Bakar Ampas Tebu
Studi Eksperimen Gasifikasi Pada Reaktor Fluidized Bed Dengan Bahan Bakar Ampas Tebu Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Mesin Fakultas Teknik Oleh: FERI
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN
56 BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1 Analisa Varian Prinsip Solusi Pada Varian Pertama dari cover diikatkan dengan tabung pirolisis menggunakan 3 buah toggle clamp, sehingga mudah dan sederhana dalam
Lebih terperinciKLASIFIKASI PADATAN MENGGUNAKAN ALIRAN FLUIDA
Yogyakarta, 3 November 212 KLASIFIKASI PADATAN MENGGUNAKAN ALIRAN FLUIDA Ir. Adullah Kuntaarsa, MT, Ir. Drs. Priyo Waspodo US, MSc, Christine Charismawaty Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri
Lebih terperinciPanas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving
PERPINDAHAN PANAS Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving force/resistensi Proses bisa steady
Lebih terperinci2 yang mempunyai posisi vertikal sama akan mempunyai tekanan yang sama. Laju Aliran Volume Laju aliran volume disebut juga debit aliran (Q) yaitu juml
KERUGIAN JATUH TEKAN (PRESSURE DROP) PIPA MULUS ACRYLIC Ø 10MM Muhammmad Haikal Jurusan Teknik Mesin Universitas Gunadarma ABSTRAK Kerugian jatuh tekanan (pressure drop) memiliki kaitan dengan koefisien
Lebih terperinciLaporan Praktikum Proses Unit Operasi Teknik I Fluidisasi
Laporan Praktikum Proses Unit Operasi Teknik I Fluidisasi Oleh Kelompok 2 Teknik Kimia Ranti Fabrianne () Rizqi Pandu Sudarmawan (0906557045) Stella Lydia () Yan Aulia Ardiasnyah (2) Departemen Teknik
Lebih terperinciRachmat Boedisantoso. Cyclone
Rachmat Boedisantoso Cyclone Cyclone separator adalah alat yang menggunakan prinsip gaya sentrifugal dan tekanan rendah karena adanya perputaran untuk memisahkan materi berdasarkan perbedaan massa jenis
Lebih terperinciFORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI
BAB VI FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI VI.1 Pendahuluan Sebelumnya telah dibahas pengetahuan mengenai konversi reaksi sintesis urea dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Lebih terperinciPENGARUH UKURAN PARTIKEL BED TERHADAP SYNGAS YANG DIHASILKAN BUBBLING FLUIDIZED BED GASIFIER
PENGARUH UKURAN PARTIKEL BED TERHADAP SYNGAS YANG DIHASILKAN BUBBLING FLUIDIZED BED GASIFIER Nur Aklis 1), Wahyu Tri Cahyanto 2), Muhammad Akbar Riyadi 3), Ganet Rosyadi Sukarno 4) Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciTRANSFER MASSA ANTAR FASE. Kode Mata Kuliah :
TRANSFER MASSA ANTAR FASE Kode Mata Kuliah : 2045330 Bobot : 3 SKS ALAT-ALAT TRANSFER MASSA Perancangan alat transfer massa W A = W A = N A A jumlah A yang ditransfer waktu N A : Fluks molar atau massa
Lebih terperinciIkatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia
Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Simposium Nasional IATMI 2009 Bandung, 2-5 Desember 2009 Makalah Profesional IATMI 09 004 Simulasi Line Packing Sebagai Storage pada Pipa Transmisi Gas Studi Kasus:
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-192 Studi Numerik Pengaruh Baffle Inclination pada Alat Penukar Kalor Tipe Shell and Tube terhadap Aliran Fluida dan Perpindahan
Lebih terperinciHEAT EXCHANGER ALOGARITAMA PERANCANGAN [ PENUKAR PANAS ]
-07504046-Indra wibawads- HEAT EXCHANGER [ PENUKAR PANAS ] ALOGARITAMA PERANCANGAN. Menuliskan data-data yang diketahui Data-data dari fluida panas dan fluida dingin meliputi suhu masuk dan suhu keluar,
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PERSAMAAN POROSIT AS DAN ERGUN PADA UNGGUN FLUIDISASI TIGA FASA DEVELOPMENT EQUATION POROSITY AND ERGUN ON THREE PHASE BED FLUIDIZATION
Tuhu Agung Rachmanto, Rudi Laksmono: PENGEMBANGAN PERSAMAAN POROSITAS DAN ERGUN PADA UNGGUN FLUIDTSASI TIGA FASA PENGEMBANGAN PERSAMAAN POROSIT AS DAN ERGUN PADA UNGGUN FLUIDISASI TIGA FASA Tuhu Agung
Lebih terperinciUKURAN, BENTUK, VOLUME DAN ATRIBUT FISIK LAIN
UKURAN, BENTUK, VOLUME DAN ATRIBUT FISIK LAIN Rini Yulianingsih UKURAN Pentingnya sifat fisik Ukuran Screening, Grading, evaluasi kualitas bahan makanan, penghitungan pindah panas dan massa Ukuran partikel
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Hukum Kekekalan Massa Hukum kekekalan massa atau dikenal juga sebagai hukum Lomonosov- Lavoiser adalah suatu hukum yang menyatakan massa dari suatu sistem tertutup akan konstan
Lebih terperinciPERHITUNGAN EFISIENSI BOILER
1 of 10 12/22/2013 8:36 AM PERHITUNGAN EFISIENSI BOILER PERHITUNGAN EFISIENSI BOILER Efisiensi adalah suatu tingkatan kemampuan kerja dari suatu alat. Sedangkan efisiensi pada boiler adalah prestasi kerja
Lebih terperinciBAB II ALIRAN FLUIDA DALAM PIPA. beberapa sifat yang dapat digunakan untuk mengetahui berbagai parameter pada
BAB II ALIRAN FLUIDA DALAM PIPA.1 Sifat-Sifat Fluida Fluida merupakan suatu zat yang berupa cairan dan gas. Fluida memiliki beberapa sifat yang dapat digunakan untuk mengetahui berbagai parameter pada
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-91
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (214) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) B-91 Studi Eksperimen Pengaruh Variasi Kecepatan Udara Terhadap Performa Heat Exchanger Jenis Compact Heat Exchanger (Radiator)
Lebih terperinciPRESENTASI TUGAS AKHIR. Oleh: Zulfa Hamdani. PowerPoint Template NRP :
PRESENTASI TUGAS AKHIR SIMULASI NUMERIK (CFD) ALIRAN DUA FASE GAS-SOLID (UDARA- SERBUK BATUBARA) PADA COAL PIPING DI PT. PETROKIMIA GERSIK Oleh: Zulfa Hamdani PowerPoint Template NRP : 2109106008 www.themegallery.com
Lebih terperinciSatuan Operasi dan Proses TIP FTP UB
Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB Pasteurisasi susu, jus, dan lain sebagainya. Pendinginan buah dan sayuran Pembekuan daging Sterilisasi pada makanan kaleng Evaporasi Destilasi Pengeringan Dan lain
Lebih terperinciPENGUKURAN VISKOSITAS. Review Viskositas 3/20/2013 RINI YULIANINGSIH. Newtonian. Non Newtonian Power Law
PENGUKURAN VISKOSITAS RINI YULIANINGSIH Review Viskositas Newtonian Non Newtonian Power Law yz = 0 + k( yz ) n Model Herschel-Bulkley ( yz ) 0.5 = ( 0 ) 0.5 + k( yz ) 0.5 Model Casson Persamaan power law
Lebih terperinciBAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN
BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN 3.1 PERANCANGAN ALAT PENGUJIAN Desain yang digunakan pada penelitian ini berupa alat sederhana. Alat yang di desain untuk mensirkulasikan fluida dari tanki penampungan
Lebih terperinciPRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 7 WETTED WALL COLUMN
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 7 WETTED WALL COLUMN LABORATORIUM RISET DAN OPERASI TEKNIK KIMIA PROGRAM STUDI TEKNIK KIMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UPN VETERAN JAWA TIMUR SURABAYA I. TUJUAN
Lebih terperinciStudi Eksperimen Pengaruh Sudut Blade Tipe Single Row Distributor pada Swirling Fluidized Bed Coal Dryer terhadap Karakteristik Pengeringan Batubara
1 Studi Eksperimen Pengaruh Sudut Blade Tipe Single Row Distributor pada Swirling Fluidized Bed Coal Dryer terhadap Karakteristik Pengeringan Batubara Afrizal Tegar Oktianto dan Prabowo Teknik Mesin, Fakultas
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat
BAB II DASAR TEORI 2.. Perpindahan Panas Perpindahan panas adalah proses berpindahnya energi dari suatu tempat ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat tersebut. Perpindahan
Lebih terperinci1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem merupakan sekumpulan obyek yang saling berinteraksi dan memiliki keterkaitan antara satu obyek dengan obyek lainnya. Dalam proses perkembangan ilmu pengetahuan,
Lebih terperinci