BAB I PENDAHULUAN. Airline Route Maps. Air Asia. diakses 11 November hal. 8.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Airline Route Maps. Air Asia. diakses 11 November hal. 8."

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perusahaan multinasional Air Asia sebagai maskapai penerbangan di kawasan Asia Tenggara sudah tidak asing bagi para wisatawan. Air Asia terkenal sebagai maskapai yang menawarkan jasa penerbangan murah menyaingi Tiger Airways yang sama-sama beroperasi di kawasan Asia, terutama Asia Tenggara. Bermula dari melayani rute sekitar Asia Tenggara, Air Asia kini sudah lebih mendunia. Rute yang dilayani sudah sampai negara-negara Asia Tengah dan Eropa. 1 Namun, ekspansi bisnis Air Asia di kawasan Asia Tenggara adalah hal paling utama yang menjadi perhatian dunia ekonomi-politik internasional. Dalam waktu sepuluh tahun, Air Asia memiliki pengaruh kuat di regional Asia Tenggara. Banyak individu, bahkan pengguna Air Asia itu sendiri, tidak mengetahui kekuatan diplomasi Air Asia. Sebagian besar orang hanya mengetahui nama merek Air Asia dengan program bisnis penerbangan murahnya. Air Asia berasal dari Malaysia, di bawah kendali pemilik sekaligus direktur utama Tony Fernandes. Mulanya maskapai tersebut di bawah kendali pemerintah Malaysia. Namun, Tony Fernandes mengambil alih kepemilikan pada Di bawah kendali Tony Fernandes, Air Asia menjadi salah satu maskapai penerbangan kebanggaan negara-negara di Asia Tenggara. Hal itu ditunjukkan dengan kebanggaan warga negara di negara-negara tersebut karena mendapat fasilitas lebih mudah dan murah dalam menjelajahi potensi di negara lain di Asia Tenggara. Air Asia membantu mereka terkoneksi. Dengan kata lain, Air Asia mempengaruhi mobilitas masyarakat yang semula kurang tertarik untuk melakukan wisata ke luar negeri di kawasan Asia Tenggara. 2 1 Airline Route Maps. Air Asia. diakses 11 November Charles Kho, dkk. Air Asia Strategic IT Initiative. Melbourne: University of Melbourne. 2005, hal. 8. 1

2 Di balik layar, usaha mengembangkan Air Asia tidak semudah dan seramah yang Air Asia beri kepada para penumpang. Tony Fernandes yang bukan keturunan Melayu asli bukan tanpa halangan saat berupaya mengambil alih Air Asia. Penuh intrik dan strategi yang dilakukan dalam negosiasi kepentingan tertentu. Hal tersebut yang menjadikan perjuangan Air Asia mempertahankan eksistensi bisnis menjadi menarik untuk didalami. Bisnis Air Asia tidak sekedar dinamika ekonomi rupanya. Ada dinamika politik yang mengiringi perkembangan bisnis Air Asia, mulai dari politik dalam negeri hingga politik luar negeri. Dinamika politik yang harus dihadapi Air Asia didasari pada banyaknya kelompok kepentingan yang dihadapi perusahaan dalam ekspansi bisnis ke berbagai wilayah di Asia Tenggara. Jika Air Asia melalui Tony Fernandes sebagai pemilik tidak mengambil risiko tertentu, nama Air Asia akan sekedar melengkapi keberadaan maskapi-maskapai penerbangan lain yang sudah lebih dulu berkiprah di pelayanan transportasi udara. 3 Asia Tenggara merupakan tujuan utama pengembangan bisnis Air Asia mengingat kantor pusat berada di Malaysia. Dengan jumlah penduduk yang padat, Asia Tenggara menjadi sumber pendapat terbesar perusahaan Air Asia. Pilihan kebijakan Air Asia untuk berinvestasi di negara-negara di Asia Tenggara menjadi penting agar pasar semakin mudah dikendalikan. Namun, hal tersebut bukan tanpa rintangan. Terkait investasi asing, perusahaan multinasional seperti Air Asia harus berhadapan dengan aturan-aturan birokrasi pemerintah negara tujuan investasi. Hal ini kemudian menjadi sorotan yang perlu didalami karena menjadi dasar keberhasilan investasi dan pengembangan bisnis Air Asia di Asia Tenggara. Jika berbicara aspek ekonomi atau bisnis saja, Air Asia menjadi kurang menarik dalam studi ekonomi-politik. 4 Dalam skripsi ini, latar belakang bangsabangsa di Asia Tenggara yang politik dan pemerintahannya lebih kaku daripada bangsa Barat menjadi tantangan atau rintangan tersendiri bagi Air Asia atau yang 3 BBC. How Air Asia Founder Tony Fernandes Dream Came True. 1 November 2010, diakses 11 November Mochtar Mas oed. Kekayaan dan Kekuasaan: Ketegangan antara Negara dan Pasar. Yogyakarta: Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, hal. 5. 2

3 diwakili oleh pemiliknya, Tony Fernandes. Oleh karena itu, pembahasan strategistrategi aktor non-pemerintah dalam berdiplomasi untuk kepentingan bisnis menjadikan studi kasus menjadi kompleks dan menarik. Skripsi dengan judul Analisis Strategi Diplomasi Perusahaan Multinasional: Studi Kasus Strategi Air Asia di Asia Tenggara ini akan membahas bagaimana Air Asia menggunakan strategi diplomasi, yang dilakukan oleh aktor bisnis, dalam rangka mempertahankan eksistensi bisnis dan mengembangkannya. B. Rumusan Masalah a. Bagaimana strategi diplomasi Air Asia di Asia Tenggara? b. Mengapa Air Asia melakukan strategi diplomasi tersebut? C. Telaah Teori dan Konsep 1. Perusahaan Multinasional dan Investasi Asing Perusahaan multinasional berarti perusahaan suatu negara yang memiliki wilayah operasi di berbagai negara serta memiliki aset di negara-negara tersebut. Perusahaan multinasional mulai berkembang pada akhir Perang Dunia. Saat itu, perusahaan-perusahaan dari Eropa dan Amerika Serikat mencoba mengatasi pembengkakan ongkos produksi dan kelangkaan bahan baku. Pilihan rasional perusahaan multinasional yang ingin melakukan ekspansi bisnis ke luar negeri adalah mencari bahan baku dan tenaga kerja murah untuk memperoleh keuntungan semaksimal mungkin sehingga tercipta keunggulan perusahaan tersebut atas kompetitor. Selain itu, peluang investasi seperti akuisisi, merger, atau aliansi bisnis juga menjadi bagian dari aktivitas perusahaan multinasional. 5 Perusahaan multinasional memiliki keterkaitan dengan investasi asing. Kepentingan ekspansi bisnis mereka membawa tranformasi ekonomi-politik di dunia. Pada Perang Dunia, perusahaan multinasiona membawa kepentingan negara asal. Negara asal membutuhkan penyebarluasan pengaruh ideologi, 5 Robert Gilpin. Global Political Economy: Understanding The International Economic Order. New Jersey: Princestone University. 2001, hal

4 semenatara perusahaan multinasional membawa kepentingan ekonomi. Kedua kepentingan tersebut membawa perubahan yang turut mengubah tatanan ekonomipolitik dunia. Saat itu, negara maju bersama perusahaan-perusahaannya menargetkan negara berkembang sebagai sarana mecari modal (bahan baku dan tenaga kerja). Perusahaan multinasional didominasi oleh perusahaan asal Amerika Serikat dan Eropa. Namun, tren berubah setelah memasuki Perang Dingin. Dengan berkurangnya intensitas perang negara-negara di dunia, hanya Amerika Serikat dan Uni Soviet yang menjadi kekuatan utama dunia dan saling berkonflik, perusahaan-perusahaan dari Jepang dan Amerika Selatan mulai bertumbuh untuk mengangkat perekonomian negara. Tujuan perusahaan go international sejak era tersebut mengedepankan aspek ekonomi, meskipun tidak luput dari keterlibatan di aspek politik juga. Menurut Mochtar Mas oed, aktivitas investasi perusahaanperusahaan multinasional tidak bisa dikatakan hanya sebatas memberikan pengaruh saja bagi negara berkembang. Pengaruh positif dan negatif itu jelas. Yang lebih penting adalah bagaiman tatanan ekonomi dunia berubah. 6 Sejak tahun 1990, atau pasca Perang Dingin, investasi asing langsung tidak lagi berasal dari negara hegemon Amerika Serikat karena telah menikmati hasil ekspansi bisnis perusahaan asalnya yang sudah lebih dulu melakukan kegiatan transnasional. Amerika Serikat tidak seagresif waktu zaman perang. Sementara itu, perusahaan Jepang menjadi motor perusahaan multinasional pada periode itu. Saat itu, Jepang juga sedang menjadi perhatian dunia akibat percepatan pertumbuhan ekonomi. Padahal, Jepang tidak memiliki sumber daya memadai untuk industri di dalam negeri. Perusahaan pun didukung untuk melakukan aktivitas transnasional. Jepang diwakiliki oleh industri otomotif seperti Toyota saat itu. Bahkan, menurut Mochtar, Amerika Serikat membuat gusar warga negaranya akibat perusahaan Jerman dan Jepang leluasa mengembangkan pabrik dan produk di negaranya. Momentum tersebut selanjutnya menjadi momentum 6 Mochtar Mas oed. Perusahaan Multinasional dalam Perspektif Ekonomi Politik Internasional. Yogyakarta: Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, hal

5 kebangkitan industri mobil Jepang (Toyota) yang memiliki keunggulan kompetitif dari industri mobil Amerika Serikat (General Motors). 7 Menurut Robert Reich, identifikasi perusahaan multinasional berdasarkan negara asal tidak bisa disamakan dengan kepentingannya berinvestasi dengan latar belakang kepentingan negara asalnya. Perusahaan Jepang yang masuk ke Amerika Serikat belum tentu memiliki konsesi politik juga seperti era perang terdahulu. Perusahaan-perusahaan multinasional tersebut bisa jadi malah membantu peningkatan kesejahteraan warga Amerika Serikat. Pada kasus perusahaan jepang masuk Amerika Serikat, peralatan dan sumber daya manusia lokal masih diberikan sharing kontribusi oleh perusahaan tersebut. Hal yang berbeda dilakukan oleh perusahaan Amerika Serikat yang membawa seluruh keunggulan ke negara tujuan investasi tanpa memberikan sharing. Oleh karena itu, argumen perusahaan sebagai aktor imperialisme baru kurang relevan untuk saat ini. 8 Perusahaan multinasional akan menghadapi rintangan investasi langsung saat birokrasi di negara tujuan tertutup. Apalagi, investasi akan sulit jika pemerintah melakukan proteksi pasar dan cenderung korup. Hal itu terjadi di negara-negara berkembang. Ketidakcakapan pemerintah dalam berbisnis, yang sering diklaim sebagai perbedaan ideologi, menjadi faktor utama pengahalang arus investasi asing. Memang secara teoritik, investasi berarti mendukung teori liberalisme. Banyak pihak yangmenolak ini karena masih mengaitkan dengan unsur-unsur politik seperti penjajahan model baru. Namun, hal itu justru bisa membahayakan bagi negara. Ketika ekonomi negara tidak bisa ditunjang oleh aktor-aktor bisnis domestik, maka aktor asing menjadi alternatif. Penutupan akses ekonomi asing oleh negara berbarti membatasi kesejahteraan rakyat. Kebutuhan rakyat tidak selalu bisa dipenuhi oleh negara sendiri. Di satu sisi, perusahaan multinasional dituntut memenuhi strategi bisnis seperti yang dikembangkan Michael Porter, seperti beroperasi secara efisien atau biaya murah. Oleh karena 7 Ibid. 8 Robert Reich dalam Mochtar Mas oed. Perusahaan Multinasional dalam Perspektif Ekonomi Politik Internasional, hal

6 itu, hubungan internasional juga memperhatikan isu ekonomi-politik internasional yang dihadapi perusahaan multinasional Diplomasi Bisnis Dalam hubungan internasional, diplomasi tidak selalu dilakukan oleh pemerintah. Masing-masing trek memiliki perbedaan tujuan dan aktor. Trek atau jalur yang diurutkan dari satu sampai sembilan didasarkan pada urgensi kepentingan para aktor di jalur tersebut. 10 Dalam skripsi ini, diplomasi trek tiga menjadi landasan teori yang akan digunakan untuk menganalisis permasalahan. Dalam trek tiga, diplomasi dilakukan untuk kepentingan bisnis. Diplomasi jalur tersebut dilakukan oleh pemerintah dan/atau perusahaan-perusahaan. Diplomasi trek ini disebut juga diplomasi komersial atau diplomasi bisnis karena mengurusi perdagangan internasional dan urusan ekonomi internasional lain. Diplomasi bisnis atau komersial yang dilakukan pemerintah berhubungan dengan kebijakan perdagangan dan hubungan kerjasama dengan negara lain. Sementara itu, diplomasi yang dilakukan pihak swasta atau perusahaan terkait dengan aktivitas tujuan bisnis perusahaan itu sendiri. Kepentingan ekspansi pasar dan pencarian sumber daya atau bahan baku menjadi alasan perusahaan melakukan diplomasi. 11 Tabel Klasifikasi Diplomasi Bisnis 12 aktor fungsi peran pemerintah Diplomasi ekonomi Diplomat ekonomi Diplomasi perdagangan Diplomat perdagangan nonpemerintah Diplomasi perusahaan Diplomat perusahaan 9 Robert Gilpin. Opcit, hal Louise Diamond dan John McDonald. Multitrack Diplomacy: A System Approach to Peace. Connecticut: Kumarian Press. 1996, hal Michel Kostecki dan Oliver Naray. Commercial Diplomacy and Internastional Business. Netherlands Institute of International Relation.s Clingendael. 2007, hal Ibid. 6

7 Diplomasi bisnis Organisasi nonpemerintah (NGO) nasional Organisasi nonpemerintah (NGO) transnasional Diplomat bisnis Diplomat NGO nasional Diplomat NGO transnasional Perusahaan multinasional beroperasi melintasi batas negara. Ada kepentingan di negara yang akan dituju memerlukan komunikasi yang baik agar tidak timbul konflik. Diplomasi memiliki arti penting sebagai saluran komunikasi antara perusahaan dengan pemerintah negara yang dituju, perusahaan dengan perusahaan yang akan diajak kerjasama dinegara lain, dan perusahaan dengan warga negara yang dituju. McDonald menyebutkan bahwa diplomasi bisnis akan menciptakan kedamaian. Hal itu benar jika melihat adanya harmoni kepentingan antara perusahaan global tersebut dengan negara tujuannya. Namun, hal itu tidak menjamin perdamaian jangka panjang mengingat adanya dinamika hubungan dan kepentingan jika yang digunakan perspektif lain. Perspektif Mc Donald adalah liberalisme-kapitalisme, sementara penilaian secara ekonomi-politik perlu menggunakan perspektif yang lebih detil dan kompleks agar masalah tidak banyak yang terabaikan. 13 Perusahaan yang beroperasi secara global tersebut bisa memberi masukan kepada pemerintah neagra asalnya terkait perkembangan daerah yang dijadikan tempat operasi. Informasi sumber daya, dinamika sosial dan politik, serta peluang investasi bisa menjadi agenda kebijakan luar negeri pemerintah. Misal, perusahaan minyak yang menemukan ladang minyak baru akan melaporkan rencana untuk berioperasi di daerah tersebut kepada pemerintah negara asalnya. Harapan perusahaan tersebut adalah pemerintah negara asalnya membantu melobi pemerintah negara tujuan. Pada aktivitas tersebut, jalur diplomasi satu dan tiga akan berkolaborasi terhadap satu kepentingan. Selain itu, lamanya perusahaan beroperasi di daerah tersebut menjadi modal bagus bagi negara asal. Semakin 13 Mochtar Mas oed. Merkantilisme dan Strukturalisme: Gagasan Anti-Liberal. Yogyakarta: Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, hal

8 lama, semakin membumi perusahaan tersebut, dan semakin banyak informasi yang bisa digali dan dimanfaatkan oleh negara asal untuk kepentingan yang lain. 14 Kelemahan dari diplomasi trek tiga adalah kecenderungan untuk melakukan eksploitasi manusia. Ketika perusahaan sudah beroperasi lama di negara tujuan dengan hubungan yang stabil, masyarakat setempat yang menjadi tenaga kerja dipaksa mengikuti kepentingan perusahaan. Ketergantungan mereka terhadap penghasilan dari perusahaan membuat mereka rela dieksploitasi. Ketamakan perusahaan bisa mengancam kebradaan perusahaan itu sendiri dan akan mempengaruhi hubungan negara asal perusahaan dengan negara tujuan tersebut. 15 Menurut Raymond Saner dkk, untuk mengatasi kelemahan tersebut, perusahaan global perlu mempersiapkan ahli diplomatik atau seseorang yang memiliki kemampuan diplomasi, bisa merekrut mantan pejabat publik urusan hubungan luar negeri atau investasi asing (mantan diplomat) atau mengandalkan sumber daya dari internal perusahaan (manajer senior). Jika negara tujuan sensitif, seperti Afrika, perusahaan cenderung merekrut mantan diplomat dengan jabatan politik di negara tertentu yang sudah berpengalaman. Kemampuan yang perlu dimiliki oleh aktor diplomatik untuk urusan bisnis adalah kemampuan analisis perilaku pemerintah mitra dan membuat agenda kerja, kemapuan menggunakan media komunikasi, pemikiran multikultural, pemahaman ilmu hubungan internasional dan diplomasi, kematangan personal, dan pengalaman karir profesional. 16 Diplomat yang diutus perusahaan untuk negosiasi di negara lain dituntut menguasai semua kemampuan tersebut jika ingin menang di setiap kepentingan. Ada empat isu faktor penyebab munculnya diplomasi trek tiga atau diplomasi bisnis ini. 17 Faktor-faktor tersebut sebagai berikut. 14 Louise Diamond dan John McDonald. Opcit, hal Ibid. 16 Raymond Saner, dkk. Business Diplomacy Management: A Core Competency for Global Companies. Academy of Management Executive. Februari 2008 Vol. 14 (1), hal Olivier Naray. Commercial Diplomacy: A Conceptual Overview. Den Haag: University of Neuchatel, hal

9 1. Pencarian pasar yang belum tercapai (intelijensia bisnis) Dilpomasi bisnis semula ditujukan untuk meraih pasar yang nyata saja, seperti bahan baku dan tenaga kerja. Namun, aspek yang tidak tampak (intangible) seperti psikologi, budaya, dan politik tidak diketahui. Hal itu yang mengakibatkan konflik antara emperium bisnis dengan aktor politik (negara). Untuk mengatasi gap tersebut, diplomasi diperlukan. Konsep ini menggabungan dua unsur penting dalam aktivitas manusia di dunia, yakni eknomi dan politik. Keberadaan atase dan duta besar atau diplomat bisnis membantu perusahaan memperoleh informasi yang tidak terlihat tersebut. 2. Pencitraan negara asal Sejak perkemabngan perusahaan multinasional, negara dan perusahaan seperti tidak terpisahkan dalam ekonomi-politik internasional. Perusahaan bagian dari negara karena statusnya warga negara jika di dalam negeri. Di luar negeri, status negara dan perusahaan bisa setara mengingat pengaruh dan kepentingan yang berbeda di negara lain. Untuk mengkomunikasikan kepada negara tujuan investasi, diplomasi menjadi alat bantu yang efektif. 3. Pembentukan jaringan dan pencarian partner Faktor jelas menjadi hal umum bagi perusahaan atau aktor diplomasi bisnis lain. Pembentukan jaringan dan pencarian berkaitan dengan rantai komoditi global dan rantai nilai global. 4. Resolusi konflik Seperti dijelaskan di atas, investasi asing masuk ke suatu negara bukan tanpa hambatan. Konflik bisa terjadi di awal atau di kemudian hari. Kepentingan yang berbeda-beda yang tidak dikompromikab bisa menimbulkan konflik. Sebelum terjadi, diplomasi perlu dilakukan terlebih dulu agar urusan ekonomi tidak terganggu. 5. Dukungan perwakilan diplomatik dan ekonomi pemerintah Hal ini berlaku bagi negara maju atau yang pejabat kedutaann negaranya memiliki kemampuan baik dalam diplomasi. Banyak informasi dan keakuratan data menjadi hal penting. Ketika swasta bisa berkolaborasi dengan kedutaan, investasi mudah dilakukan. 9

10 6. Fokus kekuatan strategi Berbicara ekonomi berarti berbicara strategi kompetisi perusahaan. Perusahaan multinasional memiliki keunggulan kompetitif yang berbedabeda. Untuk mendukung pelaksanaan strategi tersebut, diplomasi bisnis menjadi hal yang dibutuhan perusahaan atau aktor lainnya. Untuk menjalankan diplomasi, perusahaan perlu tenaga ahli diplomasi. Di Jepang, banyak perusahaan yang mengandalkan mantan pejabat publik atau mantan diplomat untuk dijadikan ujung tombak negosiasi-negosiasi yang memiliki urgensi tinggi. Kemampuan para mantan pejabat negara tersebut dinilai mampu membantu pencapaian kepentingan perusahaan. Apalagi, para mantan pejabat sudah tidak asing dengan urusan birokrasi dan politik yang sering tidak dikuasai profesional murni di perusahaan. Sebaliknya, para diplomat ini akan dituntut profesional mengikuti nilai-nilai perusahaan, sesuatu yang tidak terlalu diperhatikan di organisasi pemerintah. 18 Standardisasi operasi perusahaan melalui perturan-peraturan yang dibuat WTO dan badan lain yang terkait juga menjadi penyebab pentingnya kemampuan diplomatik perusahaan. Perusahaan (multinasional) yang tidak menguasai instrumen hukum internasional tidak menutup kemungkinan terkena sanksi akibat pelanggaran hukum tersebut, baik pelanggaran yang disengaja maupun tidak disengaja. Mayoritas negara di dunia mengikuti aturan yang dibuat badan-badan internasional tersebut, sehingga perusahaan sebagai warga negara wajib mengikutinya juga. Diplomasi bisnis memiliki value chain. Ada rangkaian-rangkaian nilai yang saling mempengaruhi. Kostecki dan Naray menjelaskan sebagai kombinasi utilitas dari keuntungan yang dirasakan setelah dikurangi perhitungan ongkos-ongkos keuntungan tersebut terhadap ekonomi dan politik atau bisnis dan pemerintahan. Dari hal tersebut, diplomasi bisnis bisa dikategorikan menjadi aktivitas primer dan sekunder. Aktivitas primer merupakan inti atau tema utama dari agenda diplomasi, yakni pariwisata, perdagangan, investasi asing, dan pengembangan 18 Raymond Saner dkk. Opcit, hal

11 teknologi. Aktivitas sekunder merupakan agenda pendukung yang menjadi rutinitas setiap ada pembahasan agenda utama, yakni pembentukan jaringan, aktivitas intelijen, pencitraan, dan penyelesaian masalah. 19 Aktivitas primer dalam diplomasi bisnis, baik yang dilakukan pemerintah atau swasta, identik dengan aktivitas utama pemasaran. Apa yang ditargetkan saat perencanaan agenda kebijakan sebisa mungkin dipenuhi dari target pasar. Diplomat bisnis atau perwakilan diplomatik perusahaan memiliki peran ganda saat menjalankan aktivitas primer ini. Pertama, orang tersebut bisa menjadi direktur atau penanggung jawab agenda. Maksudnya, perwakilan diplomatik dari perusahaan memiliki wewenang penuh untuk bernegosiasi kepentingan dengan negara tujuan investasi. Semua program yang diadakan di negara tersebut menjadi tanggung jawabnya. Kedua, orang tersebut menjadi konsultan atau penasehat bagi kedutaan di negara tujuan investasi. Dalam hal ini, perusahaan dan pemerintah bersinergi dalam transparansi informasi. Perusahaan meminta data dari kedutaan di negara tujuan sebagai bahan diplomasi, sementara pemerintah di kedutaan memerlukan informasi untuk laporan ke kepala pemerintahan di negara asal. Jika disederhanakan, maka ada dua dimensi utama dari diplomasi bisnis, yakni berdasarkan objektif dari pemerintah dan swasta. 20 Objektif atau kepentingan swasta baru bisa menargetkan negara lain jika informasi dari kedutaan di negara tersebut melalui aktivitas intelijen. Dalam aktivitas intelejen, swasta yang akan menanamkan modal atau ekspansi bisnis akan mengumpul informasi sebanyak mungkin yang mendukung kebijakan perusahaan. Dua hal yang sering ditanyakan di awal oleh calon investor asing adalah tentang stabilitas politik dan keamanan di negara tujuan investasi. Pada kondisi ini, peran diplomat bisnis diperlukan. Kepentingan penetrasi produk tertentu lebih mudah direalisasikan karena termasuk aspek teknis saja. Oleh karena itu, perusahaan besar selalu menghadapi isu lebih berat saat akan masuk ke negara tujuan kepentingan. Sayangnya, menurut Svetlicic, kompetensi perwakilan 19 Michel Kostecki dan Olivier Naray. Opcit, hal ibid, hal

12 pemerintah sering tidak kompeten dalam diplomasi bisnis sehingga sering menimbulkan konflik dari kalangan bisnis atau swasta. 21 Diplomat di kedutaan atau atase yang di tempatkan di negara tujuan investasi memiliki tanggung jawab untuk menjaga kepentingan perusahaan nasional. Kolaborasi yang baik diplomat dari pemerintah dengan swasta akan menghasilkan eksistensi kepentingan jangka panjang bisnis. Di Eropa, Amerika Serikat, dan Kanada, diplomat bisnis dari swasta hanya akan mendengarkan lebih pada duta besar negara asalanya yang mempromosikan kerjasama tertentu di kawasan-kawasan tersebut. 22 Namun, ada kalanya diplomat-diplomat pemerintah tidak dipercaya oleh pihak swasta. Beberapa argumen yang sering dimunculkan adalah diplomat tersebut lebih memilih menggunakan hak privilasi daripada mengambil peluang dengan risiko lebih besar. Bahkan, tidak jarang swasta kurang simpatik dengan pejabat kedutaan yang meminta lebih, bisa diartikan meminta imbalan material, untuk aktivitas diplomasi bisnis. Mereka cenderung berfungsi sebagai pendukung administrasi di negara lain saja. 23 Secara fakta di lapangan, Kostecki dan Naray menemukan realita bahwa misi ekonomi di luar negeri lebih cepat terlaksana jika dilakukan oleh perusahaan atau asosiasi non-pemerintah, biasa disebut dengan kaum profesional. Salah satu hal yang mendukung fakta tersebut adalah para profesional mengutamakan pencapaian target dengan meminimalkan aspek-aspek politik. Negosiasi yang dilakukan ditujukan untuk mencapai win-win solution, minimal, jika tidak mencapai keseluruhan objektif. 24 Meskipun demikian, Kostecki menyarankan agar tidak meninggalkan peran dari jajaran birokrat. Mereka memiliki keunggulan secara politik yang memjadikan argumen atau rilis data mereka didengar pihak-pihak di negara tuan 21 Marjan Svetlicic. Competences for Economic Diplomacy and International Business: Convergence or Divergence?. Uprava, vol. IX, Januari, 2011, hal Michael Kostecki dan Olivier Naray. Opcit, hal Marjan Svetlicic. Opcit, hal Ibid. 12

13 rumah. Oleh karena itu, Raymond Saner menyarankan kepada aktor nonpemerintah seperti perusahaan yang akan menanamkan modal di negara lain untuk merekrut mantan diplomat atau pejabat kedutaan agar konsesi politik yang mungkin akan timbul dengan negara tujuan investasi lebih mudah dirundingkan. 25 Selain itu, Saner juga memberi alternatif untuk menempatkan orang terbaik di perusahaan untuk bekerjasama dengan diplomat yang mengurusi bisnis dan perdagangan di kedutaan atau atas, sehingga fungsi mereka tidak sebatas pelayan publik. Jika cara rekomendasi kedua tidak berjalan akibat perbedaan kepentingan antara pemerintah dan swasta, maka perusahaan tersebut harus menggunakan cara pertama sebagai katalis cara kedua sehingga akan memunculkan kombinasi kedua alternatif dari Saner. Hal ini hanya terjadi pada perusahaan dengan cakupan operasional skala besar dan kepentingan besar juga. 26 Bagi Air Asia, diplomasi bisnis mutlak diperlukan mengingat perusahaan tersebut multinasional. Diplomasi yang dilakukan oleh Air Asia dimotori oleh pemilik sekaligus pimpinan tertinggi perusahaan, Tony Fernandes. Fernandes memiliki master plan untuk menghubungkan daerah-daerah di berbagai wilayah Asia Tenggara dengan biaya murah melalui Air Asia. Visi tersebut yang melandasi operasional Air Asia, termasuk rencana ekspansi rute dan daerah administratif. 27 Dalam studi kasus di skripsi ini, diplomasi bisnis mengedepankan dimensi yang dilakukan oleh pihak swasta, yakni diplomasi bisnis oleh Air Asia atau pemiliknya, Tony Fernandes. Struktur di perusahaan akan dikupas untuk mengetahui peran mantan-manatan pejabat pemerintah dalam perusahaan serta fungsinya. Ada kecenderungan Air Asia menjalankan strategi diplomasi seperti yang direkomendasikan oleh Saner. Air Asia beroperasi di negara berkembang dengan sistem politik dan pemerintahan yang belum matang, sehingga ada konsesi-konsesi nonekonomi yang dihadapi. Seperti yang ditegaskan pada awal 25 Raymond Saner dkk, hal Ibid. 27 Shahril E. Ismail. The Rise of Tony Fernandes and Air Asia in Malaysia. Monash University. 2010, hal

14 bagian ini, Air Asia tidak bisa mengabaikan aspek politik juga untuk pengembangan bisnis. Ada beberapa isu politik di domestik yang harus ditangai Air Asia sebelum menghadapi isu luar negeri juga. Diplomasi bisnis yang dilakukan memerlukan pemanfaatan instrumen-instrumen regulasi di negara sendiri, negara tujuan investasi, atau bahkan di regional Asia Tenggara di bawah naungan ASEAN. 14

15 D. Argumen Utama Alur permasalahan Air Asia Perusahaan multinasional Malaysia Kepentingan Ekonomi (& Politik) ASEAN Non ASEAN Strategi Diplomasi Bisnis Pemanfaatan regulasi pemerintah Negosiasi kepentingan di negara asal (Malaysia) Investasi langsung di beberapa negara ASEAN Penggunaan media dan aturan internasional Pembangunan citra dan kepercayaan publik/pasar Pola pikir multikultural Pendekatan budaya dalam konfrontasi kepentingan di berbagai negara ASEAN 15

16 Air Asia merupakan perusahaan multinasional. Syarat-syarat dan ciri-ciri dari perusahaan multinasional melekat pada Air Asia antara lain memiliki wilayah operasi melintasi batas negara lain. Sebagai perusahaan multinasional, kepentingan ekonomi selalu berhadapan dengan kepentingan politik sehingga pembahasan studi kasus Air Asia menjadi relevan bagi studi hubungan internasional yang termasuk dalam studi ekonomi-politik internasional. Air Asia perlu melakukan diplomasi juga dalam aktivitas bisnisnya. Perusahaan multinasional akan melintasi batas negara dan berhadapan dengan kepentingan negara lain. Tanpa diplomasi, investasi asing yang diusung mudah digagalkan. Kompleksitas kepentingan juga memerlukan kemampuan diplomasi yang baik. Air Asia melakukannya dengan jitu. Pembuktian langkah-langkah diplomasi Air Asia dalam menghadapi permasalah yang dihadapi di negara tuan rumah investasi menunjukkan bahwa diplomasi bisnis wajib dilakukan perusahaan multinasional. Tiga hal yang perlu dibahas adalah tentang bagaimana Air Asia sebagai perusahaan multinasional menggunkan regulasi atau birokrasi pemerintah tujuan investasi, penggunaan aturan internasional, dan pemikiran multikultutal dalam diplomasi bisnis. E. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan penulis adalah studi literatur dan penggunaan data sekunder. Literatur diambil dari jurnal internasional dan buku yang terkait dengan pembahasan kasus. Data sekunder yang digunakan penulis merupakan data yang diterbitka oleh institusi terkait kasus atau data dari pihak lain yang juga melakukan pembahasan tertentu terkait institusi. Data sekunder tersebut selanjutnya disesuaikan dengan referesnsi-referensi yang menunjang konsep sehingga membantu menguji validitas data dan menjawab rumusan masalah. Untuk analisis masalah, level atau pendekatan yang digunakan adalah individu dan perusahaan. Dalam ilmu hubungan internasional, level analisis ini setara dengan level individu atau tokoh dan negara. Perusahaan dianggap 16

17 memiliki kapabilitas dan kepentingan seperti negara sehingga level analisis perlu mendasarkan pada perilaku pemimpin perusahaan (Tony Fernandes) dan perusahaan itu sendiri (Air Asia). F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan membantu penulis menyampaikan gagasan dalam pembahasan kasus dalam skripsi ini. Penulis menggunakan sistematika empat bab. Bab I Pendahuluan Pada bab ini, latar belakang pengambilan kasus dan gambaran umum kasus yang akan dibahas dalam skripsi menjadi pemaparan utama. Selain itu, penegasan teori yang digunakan akan membantu memahami isi tulisan ini selanjutnya serta alur pemikiran kasus. Bab II Air Asia sebagai Perusahaan Multinasional Pada bab ini, profil Air Asia sebagai perusahaan multinasional mejadi pembahasan utama. Bab ini fokus pada penyajian data histori dan ekonomi Air Asia. Bab III Strategi Diplomasi Bisnis Air Asia Bab ini merupakan analisis dari dua bab sebelumnya. Setelah mengetahui dinamika secara histori dan ekonomi Air Asia, pembahasan akan mengacu pada pembuktian teori dilomasi bisnis dalam aktivitas Air Asia secara internasional. Bab IV Kesimpulan Dalam bab ini, kesimpulan dari analisis kasus dipaparkan dengan menyertakan tabel atau bagan perincian strategi diplomasi Air Asia untuk mempermudah penyimpulan. 17

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Akuntansi merupakan satu-satunya bahasa bisnis utama di pasar modal. Tanpa standar akuntansi yang baik, pasar modal tidak akan pernah berjalan dengan baik pula karena laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konteks hubungan internasional guna mengatasi berbagai masalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. konteks hubungan internasional guna mengatasi berbagai masalah dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peluang kerjasama dalam era globalisasi saat ini sangat diperlukan dalam konteks hubungan internasional guna mengatasi berbagai masalah dengan meningkatkan hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasca kekalahannya dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha untuk bangkit kembali menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Usaha Jepang untuk bangkit kembali dilakukan

Lebih terperinci

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang. BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik

Lebih terperinci

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang Bab V KESIMPULAN Dalam analisis politik perdagangan internasional, peran politik dalam negeri sering menjadi pendekatan tunggal untuk memahami motif suatu negara menjajaki perjanjian perdagangan. Jiro

Lebih terperinci

Efektivitas ASEAN Economic Community Terhadap Optimalisasi Kualitas Industri Kerajinan Keramik Dinoyo Malang

Efektivitas ASEAN Economic Community Terhadap Optimalisasi Kualitas Industri Kerajinan Keramik Dinoyo Malang PASAR BEBAS Efektivitas ASEAN Economic Community Terhadap Optimalisasi Kualitas Industri Kerajinan Keramik Dinoyo Malang Latar Belakang Integrasi ekonomi merupakan salah satu sarana dalam meningkatkan

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #8

Pembahasan Materi #8 1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Pembahasan 2 Implikasi Secara Umum Implikasi Terhadap Manajemen Mutu Implikasi Terhadap Arus Barang Implikasi Terhadap Organisasi Implikasi Biaya & Nilai Tambah Implikasi

Lebih terperinci

MRP Pertemuan 6 BAB 6 IMPLIKASI STRATEGI MANAJEMEN RANTAI PASOKAN

MRP Pertemuan 6 BAB 6 IMPLIKASI STRATEGI MANAJEMEN RANTAI PASOKAN BAB 6 IMPLIKASI STRATEGI MANAJEMEN RANTAI PASOKAN Implikasi Secara Umum 1. Pengembangan manajemen logistik Manajemen Rantai Pasokan pada hakikatnya pengembangan lebih lanjut dari manajemen logistik, yaitu

Lebih terperinci

Survey Bisnis Keluarga 2014 Indonesia

Survey Bisnis Keluarga 2014 Indonesia www.pwc.com/id Survey Bisnis Keluarga 2014 Indonesia November 2014 Terima kasih.. Atas partisipasi dalam survey dan kehadirannya Agenda Latar belakang Family business survey 2014 Sekilas temuan utama Gambaran

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME Dinamika politik internasional pasca berakhirnya Perang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi industri otomotif di benua Eropa sejak tahun 2009 mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi industri otomotif di benua Eropa sejak tahun 2009 mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi industri otomotif di benua Eropa sejak tahun 2009 mengalami penurunan yang signifikan. Krisis Eropa yang terjadi pada akhir tahun 2008 ini berakibat pada penurunan

Lebih terperinci

mempengaruhi eksistensi maskapai penerbangan di Indonesia pada umumnya, karena setiap pelaku usaha di tiap kategori bisnis dituntut untuk memiliki

mempengaruhi eksistensi maskapai penerbangan di Indonesia pada umumnya, karena setiap pelaku usaha di tiap kategori bisnis dituntut untuk memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum dan Objek Observasi Setiap manusia di dunia memiliki kebutuhan dan keinginan dalam usaha untuk mempertahankan hidup, namun sering kali manusia tidak suka memperhatikan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan BAB V KESIMPULAN Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan intensitas diplomasi dan perdagangan jasa pendidikan tinggi di kawasan Asia Tenggara, yang kemudian ditengarai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerbangan domestik tetapi juga dengan maskapai penerbangan internasional.

BAB I PENDAHULUAN. penerbangan domestik tetapi juga dengan maskapai penerbangan internasional. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Industri penerbangan Indonesia adalah industri yang memiliki persaingan yang kompetitif. Persaingan yang kompetitif ini dialami tidak hanya dengan maskapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sejarah Korea yang pernah berada di bawah kolonial kekuasaan Jepang menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi sumber

Lebih terperinci

Pengaruh Globalisasi Ekonomi Terhadap Perkembangan Ekonomi Indonesia

Pengaruh Globalisasi Ekonomi Terhadap Perkembangan Ekonomi Indonesia Pengaruh Globalisasi Ekonomi Terhadap Perkembangan Ekonomi Indonesia Oleh : Indah Astutik Abstrak Globalisasi ekonomi merupakan proses pengintegrasian ekonomi nasional ke dalam sistim ekonomi global yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. II, di era 1950-an ialah Perdana Menteri Yoshida Shigeru. Ia dikenal karena

BAB I PENDAHULUAN. II, di era 1950-an ialah Perdana Menteri Yoshida Shigeru. Ia dikenal karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasca kekalahan dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha bangkit menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Perdana Menteri yang berpengaruh pasca PD II, di

Lebih terperinci

LEADERSHIP OF CARLOS GHOSN AT NISSAN Oleh: Ariefka Sari Dewi, M.B.A. Nissan Automobile merupakan perusahaan manufaktur kendaraan (mobil) yang

LEADERSHIP OF CARLOS GHOSN AT NISSAN Oleh: Ariefka Sari Dewi, M.B.A. Nissan Automobile merupakan perusahaan manufaktur kendaraan (mobil) yang LEADERSHIP OF CARLOS GHOSN AT NISSAN Oleh: Ariefka Sari Dewi, M.B.A. Nissan Automobile merupakan perusahaan manufaktur kendaraan (mobil) yang terletak di Jepang. Pada 1990, Nissan mengalami keberhasilannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Perancis saat ini merupakan salah satu negara yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Republik Perancis saat ini merupakan salah satu negara yang dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Republik Perancis saat ini merupakan salah satu negara yang dapat dikatagorikan sebagai salah satu negara yang maju dari benua Eropa. Republik Perancis saat ini adalah

Lebih terperinci

KEBIJAKAN MANAGEMEN RESIKO

KEBIJAKAN MANAGEMEN RESIKO 1. Risiko Keuangan Dalam menjalankan usahanya Perseroan menghadapi risiko yang dapat mempengaruhi hasil usaha Perseroan apabila tidak di antisipasi dan dipersiapkan penanganannya dengan baik. Kebijakan

Lebih terperinci

menjadi katalisator berbagai agenda ekonomi Cina dengan negara kawasan Indocina yang semuanya masuk dalam agenda kerja sama Cina-ASEAN.

menjadi katalisator berbagai agenda ekonomi Cina dengan negara kawasan Indocina yang semuanya masuk dalam agenda kerja sama Cina-ASEAN. BAB V KESIMPULAN Kebangkitan ekonomi Cina secara signifikan menguatkan kemampuan domestik yang mendorong kepercayaan diri Cina dalam kerangka kerja sama internasional. Manuver Cina dalam politik global

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. ALASAN PEMILIHAN JUDUL. Investasi merupakan motor penggerak pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN A. ALASAN PEMILIHAN JUDUL. Investasi merupakan motor penggerak pertumbuhan ekonomi. BAB I PENDAHULUAN A. ALASAN PEMILIHAN JUDUL Investasi merupakan motor penggerak pertumbuhan ekonomi. Dinamika investasi mempengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi, hal ini mencerminkan marak lesunya

Lebih terperinci

PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN: SEBUAH KAJIAN ATAS DAMPAK PENERAPAN EKOLABEL

PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN: SEBUAH KAJIAN ATAS DAMPAK PENERAPAN EKOLABEL FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN: SEBUAH KAJIAN ATAS DAMPAK PENERAPAN EKOLABEL Oleh: NANI TUARSIH 0810512064 Mahasiswa Program Strata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan jumlah pengguna sektor transportasi yang kian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan jumlah pengguna sektor transportasi yang kian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan jumlah pengguna sektor transportasi yang kian signifikan merupakan suatu tantangan sekaligus peluang bagi industri transportasi dalam mengembangkan

Lebih terperinci

terlalu keras kepada kelima negara tersebut. Karena akan berakibat pada hubungan kemitraan diantara ASEAN dan kelima negara tersebut.

terlalu keras kepada kelima negara tersebut. Karena akan berakibat pada hubungan kemitraan diantara ASEAN dan kelima negara tersebut. BAB V KESIMPULAN Sampai saat ini kelima negara pemilik nuklir belum juga bersedia menandatangani Protokol SEANWFZ. Dan dilihat dari usaha ASEAN dalam berbagai jalur diplomasi tersebut masih belum cukup

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perubahan lingkungan bisnis akan terjadi setiap saat, umumnya berupa gerak perubahan dari salah satu atau gabungan faktor-faktor lingkungan luar perusahaan, baik pada skala

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia BAB 5 KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini akan disampaikan tentang kesimpulan yang berisi ringkasan dari keseluruhan uraian pada bab-bab terdahulu. Selanjutnya, dalam kesimpulan ini juga akan dipaparkan

Lebih terperinci

ANALISIS PELUANG INTERNASIONAL

ANALISIS PELUANG INTERNASIONAL ANALISIS PELUANG INTERNASIONAL SELEKSI PASAR DAN LOKASI BISNIS INTERNASIONAL Terdapat dua tujuan penting, konsentrasi para manajer dalam proses penyeleksian pasar dan lokasi, yaitu: - Menjaga biaya-biaya

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Diplomasi energi..., Muhammad Ali Busthomi, FISIP UI, 2010.

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Diplomasi energi..., Muhammad Ali Busthomi, FISIP UI, 2010. 100 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Rusia adalah salah satu negara produksi energi paling utama di dunia, dan negara paling penting bagi tujuan-tujuan pengamanan suplai energi Eropa. Eropa juga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat merupakan negara adikuasa yang memiliki pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat merupakan negara adikuasa yang memiliki pengaruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Amerika Serikat merupakan negara adikuasa yang memiliki pengaruh sangat besar bagi ekonomi dunia. Secara politik, Amerika Serikat merupakan negara demokrasi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. para pemimpin yang mampu membawa China hingga masa dimana sektor

BAB V KESIMPULAN. para pemimpin yang mampu membawa China hingga masa dimana sektor BAB V KESIMPULAN China beberapa kali mengalami revolusi yang panjang pasca runtuhnya masa Dinasti Ching. Masa revolusi yang panjang dengan sendirinya melahirkan para pemimpin yang mampu membawa China hingga

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 110 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab terakhir ini bertujuan untuk menyimpulkan pembahasan dan analisa pada bab II, III, dan IV guna menjawab pertanyaan penelitian yaitu keuntungan apa yang ingin diraih

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil penelitian tersebut diatas dapat disimpulkan dengan mengacu pada hipotesa yang peneliti tentukan sebelumnya, yaitu sebagai berikut: pertama, Kausalitas

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Parlemen selama 30 tahun. Kakek John Malcolm Fraser berasal dari Nova Scotia.

BAB VI KESIMPULAN. Parlemen selama 30 tahun. Kakek John Malcolm Fraser berasal dari Nova Scotia. BAB VI KESIMPULAN Malcolm Fraser dilahirkan 21 mei 1930, dari keluarga petani dan peternak domba yang kaya, kakeknya Sir Simon Fraser adalah salah seorang pertama-tama dipilih sebagai senator mewakili

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Praktek rent seeking (mencari rente) merupakan tindakan setiap kelompok

BAB I PENDAHULUAN. Praktek rent seeking (mencari rente) merupakan tindakan setiap kelompok BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Praktek rent seeking (mencari rente) merupakan tindakan setiap kelompok kepentingan yang berupaya mendapatkan keuntungan ekonomi yang sebesarbesarnya dengan upaya yang

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008. BAB 5 KESIMPULAN Kecurigaan utama negara-negara Barat terutama Amerika Serikat adalah bahwa program nuklir sipil merupakan kedok untuk menutupi pengembangan senjata nuklir. Persepsi negara-negara Barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Indonesia saat ini semakin pesat, sehingga terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Indonesia saat ini semakin pesat, sehingga terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi Indonesia saat ini semakin pesat, sehingga terjadi persaingan antara satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini, peran pemerintah untuk ikut serta

Lebih terperinci

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea BAB V PENUTUP Tesis ini menjelaskan kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur yang berimplikasi terhadap program pengembangan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas keamanan yang terjadi di kawasan Asia

Lebih terperinci

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA RINGKASAN EKSEKUTIF SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 4 INVESTASI UNI EROPA PENDORONG PERDAGANGAN INDONESIA

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan

BAB V KESIMPULAN. masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan BAB V KESIMPULAN Penelitian ini membahas salah satu isu penting yang kerap menjadi fokus masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan berkembangnya isu isu di dunia internasional,

Lebih terperinci

Politik Global dalam Teori dan Praktik

Politik Global dalam Teori dan Praktik Politik Global dalam Teori dan Praktik Oleh: Aleksius Jemadu Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2008 Hak Cipta 2008 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan bagian penting dalam kehidupan perekonomian suatu negara, sehingga merupakan harapan bangsa dan memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. korporat dengan membangun bisnis-bisnis baru, sinergi menjadi topik yang

BAB I PENDAHULUAN. korporat dengan membangun bisnis-bisnis baru, sinergi menjadi topik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era semakin berkembangnya perusahaan-perusahaan yang menjadi korporat dengan membangun bisnis-bisnis baru, sinergi menjadi topik yang penting. Hampir semua perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidak hanya produk berupa barang yang banyak memberikan manfaat untuk kelangsungan hidup manusia. Di era modern dan perkembangan teknologi serta meningkatnya kebutuhan

Lebih terperinci

Executive Summary. PKAI Strategi Penanganan Korupsi di Negara-negara Asia Pasifik

Executive Summary. PKAI Strategi Penanganan Korupsi di Negara-negara Asia Pasifik Executive Summary P emberantasan korupsi di Indonesia pada dasarnya sudah dilakukan sejak empat dekade silam. Sejumlah perangkat hukum sebagai instrumen legal yang menjadi dasar proses pemberantasan korupsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aksesibilitas dan mobilitas di daerah tersebut yang sebaliknya akan dapat

I. PENDAHULUAN. aksesibilitas dan mobilitas di daerah tersebut yang sebaliknya akan dapat 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat perkembangan suatu kota dapat diukur oleh semakin banyaknya sarana dan prasarana penunjang perkembangan kota, (Tamin, 2000). Salah satu laju perkembangan ini

Lebih terperinci

Memahami Politik Luar Negeri Indonesia Era Susilo Bambang Yudhoyono secara Komprehensif: Resensi Buku

Memahami Politik Luar Negeri Indonesia Era Susilo Bambang Yudhoyono secara Komprehensif: Resensi Buku Indonesian Perspective, Vol. 2, No. 1 (Januari-Juni 2017): 77-81 Memahami Politik Luar Negeri Indonesia Era Susilo Bambang Yudhoyono secara Komprehensif: Resensi Buku Tonny Dian Effendi Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam perjalanan menuju negara maju, Indonesia memerlukan dana yang tidak sedikit untuk melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar disebabkan

Lebih terperinci

RGS Mitra 1 of 8 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2003 TANGGAL 31 DESEMBER 2003

RGS Mitra 1 of 8 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2003 TANGGAL 31 DESEMBER 2003 RGS Mitra 1 of 8 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2003 TANGGAL 31 DESEMBER 2003 ORGANISASI PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA DI LUAR NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang membuat perusahaan merasa tidak aman bahkan di wilayah negaranya

BAB I PENDAHULUAN. yang membuat perusahaan merasa tidak aman bahkan di wilayah negaranya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pasar ekonomi dunia yang semakin terbuka di era globalisasi sekarang ini menuntut para pelaku usaha untuk lebih kreatif dan inovatif dalam rangka memenangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam era globalisasi, semua bidang industri saling bersaing untuk memperebutkan pasar. Tingginya tingkat persaingan dalam suatu industri mendorong perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebesar-besarnya. Dengan mendapatkan laba yang terus meningkat perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. sebesar-besarnya. Dengan mendapatkan laba yang terus meningkat perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya sebuah perusahaan didirikan sudah tentu memiliki tujuan. Tujuan utama dari perusahaan adalah untuk mencari keuntungan atau profit yang sebesar-besarnya.

Lebih terperinci

BIPA Pendukung Internasionalisasi Bahasa Indonesia

BIPA Pendukung Internasionalisasi Bahasa Indonesia BIPA Pendukung Internasionalisasi Bahasa Indonesia Liliana Muliastuti, Ketua Umum Afiliasi Pengajar dan Pegiat BIPA Pengantar Optimisme terhadap peluang bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional cenderung

Lebih terperinci

ARAH PEMBANGUNAN HUKUM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 Oleh: Akhmad Aulawi, S.H., M.H. *

ARAH PEMBANGUNAN HUKUM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 Oleh: Akhmad Aulawi, S.H., M.H. * ARAH PEMBANGUNAN HUKUM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 Oleh: Akhmad Aulawi, S.H., M.H. * Era perdagangan bebas di negaranegara ASEAN tinggal menghitung waktu. Tidak kurang dari 2 tahun pelaksanaan

Lebih terperinci

Teori Ketergantungan Terhadap Sumber Daya (Resource Dependence Theory)

Teori Ketergantungan Terhadap Sumber Daya (Resource Dependence Theory) Teori Ketergantungan Terhadap Sumber Daya (Resource Dependence Theory) Resource Dependence Theory adalah studi tentang bagaimana sumber daya eksternal organisasi mempengaruhi perilaku organisasi. Teori

Lebih terperinci

bagi Indonesia dalam menghadapi persaingan regional maupun global. Kedua, Infrastruktur industri penerbangan juga memiliki kelebihan berupa banyaknya

bagi Indonesia dalam menghadapi persaingan regional maupun global. Kedua, Infrastruktur industri penerbangan juga memiliki kelebihan berupa banyaknya BAB V KESIMPULAN Fenomena ASEAN Open Sky menjadi fenomena yang tidak dapat dihindari oleh Pemerintah Indonesia. sebagai negara yang mendukung adanya iklim perdagangan bebas dunia, Indonesia harus mendukung

Lebih terperinci

BAB KELIMA KESIMPULAN DAN SARAN. fakta yang menjawab pertanyaan penelitian yaitu:

BAB KELIMA KESIMPULAN DAN SARAN. fakta yang menjawab pertanyaan penelitian yaitu: BAB KELIMA KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Hasil penelitian pada studi kasus dari iklan lowongan kerja Kompas periode Desember 2011 sampai dengan Desember 2012, diperkuat dengan wawancara, dan telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012.

BAB I PENDAHULUAN. J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerjasama ASEAN telah dimulai ketika Deklarasi Bangkok ditandatangani oleh Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filiphina pada tahun 1967. Sejak saat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bergulirnya wacana otonomi daerah di Indonesia berdasarkan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi stimulan berbagai daerah untuk mengembangkan daerah

Lebih terperinci

Peningkatan Kerjasama Indonesia India

Peningkatan Kerjasama Indonesia India Peningkatan Kerjasama Indonesia India Tulisan ini dimuat dalam buletin Atase Pendidikan KBRI New Delhi Edisi VI, ditampilkan di blog dengan harapan agar bisa berbagi informasi bagi teman-teman yang belum

Lebih terperinci

Amerika Tanam Pengaruh di Asia Sejak Desember 1949

Amerika Tanam Pengaruh di Asia Sejak Desember 1949 Amerika Tanam Pengaruh di Asia Sejak Desember 1949 http://forum.viva.co.id/showthread.php?t=1896354 Jika kita telisik lebih mendalam, sebenarnya kebijakan strategis AS untuk menguasai dan menanam pengaruh

Lebih terperinci

1 BAB I 2 PENDAHULUAN

1 BAB I 2 PENDAHULUAN 1 1 BAB I 2 PENDAHULUAN 2.1 1.1 Latar Belakang Masalah Hubungan diplomatik yang terjadi antara dua negara tentu dapat meningkatkan keuntungan antara kedua belah pihak negara dan berjalan dengan lancar.

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERJANJIAN WARALABA BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG WARALABA DI SURAKARTA

PELAKSANAAN PERJANJIAN WARALABA BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG WARALABA DI SURAKARTA PELAKSANAAN PERJANJIAN WARALABA BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG WARALABA DI SURAKARTA (STUDI KASUS DI RESTORAN CEPAT SAJI Mc DONALD S DAN STEAK MAS MBONG) SKRIPSI Disusun dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia dan Thailand merupakan dua negara berkembang di kawasan Asia Tenggara yang sedang berusaha mengembangkan sektor industri otomotif negerinya. Kenyataan bahwa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bebasnya telah menjadi dasar munculnya konsep good governance. Relasi

BAB 1 PENDAHULUAN. bebasnya telah menjadi dasar munculnya konsep good governance. Relasi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Eksistensi dan penyebaran ideologi neoliberal dengan ide pasar bebasnya telah menjadi dasar munculnya konsep good governance. Relasi yang terjalin antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak orang telah mengetahui bahwa Indonesia menghadapi era

BAB I PENDAHULUAN. Banyak orang telah mengetahui bahwa Indonesia menghadapi era BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Banyak orang telah mengetahui bahwa Indonesia menghadapi era globalisasi, dimana perbatasan antar negara tidak lagi menjadi hambatan dalam memperoleh apa yang

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awal kemerdekannya, Indonesia memiliki kondisi yang belum stabil, baik dari segi politik, keamanan, maupun ekonomi. Dalam memenuhi kebutuhan dan kepentingan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam mengkomunikasikan perubahan tersebut. Tidak hanya top management

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam mengkomunikasikan perubahan tersebut. Tidak hanya top management BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan faktor penting dalam kehidupan organisasi atau perusahaan karena perusahaan dapat mencapai tujuannya melalui komunikasi yang efektif dengan

Lebih terperinci

2. SEJARAH INVESTASI. Page9 POKOK POKOK HUKUM INVESTASI INDONESIA

2. SEJARAH INVESTASI. Page9 POKOK POKOK HUKUM INVESTASI INDONESIA Page9 2. SEJARAH INVESTASI Dengan uraian berikut ini diharapkan akan dipahami sejarah terjadinya investasi di berbagai negara, serta motivasi dilakukannya investasi baik oleh negara maupun swasta. Kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kepemilikan senjata nuklir oleh suatu negara memang menjadikan perubahan konteks politik internasional menjadi rawan konflik mengingat senjata tersebut memiliki

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. mempengaruhi sikap kedua negara terhadap negara-negara lain yang tidak terlibat.

BAB IV KESIMPULAN. mempengaruhi sikap kedua negara terhadap negara-negara lain yang tidak terlibat. BAB IV KESIMPULAN Terjadinya Perang Dingin antara Uni Soviet dan Amerika Serikat turut mempengaruhi sikap kedua negara terhadap negara-negara lain yang tidak terlibat. Salah satunya adalah sikap yang ditunjukkan

Lebih terperinci

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi telah menjadi fenomena yang terjadi secara global yang cukup mempengaruhi tatanan dunia hubungan internasional dewasa ini. Globalisasi merupakan proses

Lebih terperinci

91 menganut prinsip penyeleasaian sengketa dilakukan dengan jalan damai maka ASEAN berusaha untuk tidak menggunakan langkah yang represif atau dengan

91 menganut prinsip penyeleasaian sengketa dilakukan dengan jalan damai maka ASEAN berusaha untuk tidak menggunakan langkah yang represif atau dengan BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Melalui penelitian mengenai peran ASEAN dalam menangani konflik di Laut China Selatan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Sengketa di Laut China Selatan merupakan sengketa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE 4.1. Kerjasama Ekonomi ASEAN Plus Three Kerjasama ASEAN dengan negara-negara besar di Asia Timur atau lebih dikenal dengan istilah Plus Three

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada periode 24 28 mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Kondisi ini sangat memengaruhi perekonomian dunia. Tabel 1 menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gelombang krisis ekonomi di dunia, bahkan berhasil menjadi negara yang meningkat di

BAB I PENDAHULUAN. gelombang krisis ekonomi di dunia, bahkan berhasil menjadi negara yang meningkat di BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu dari segelintir negara yang berhasil menghadapi gelombang krisis ekonomi di dunia, bahkan berhasil menjadi negara yang meningkat

Lebih terperinci

KEBIJAKAN ANTIKORUPSI

KEBIJAKAN ANTIKORUPSI Kebijakan Kepatuhan Global Maret 2017 Freeport-McMoRan Inc. PENDAHULUAN Tujuan Tujuan dari Kebijakan Antikorupsi ini ("Kebijakan") adalah untuk membantu memastikan kepatuhan oleh Freeport-McMoRan Inc ("FCX")

Lebih terperinci

UPAYA DIPLOMASI BISNIS INDONESIA DALAM MENINGKATKAN EKSPOR KARET ALAM KE CHINA. David Patriot 1 NIM Abstract

UPAYA DIPLOMASI BISNIS INDONESIA DALAM MENINGKATKAN EKSPOR KARET ALAM KE CHINA. David Patriot 1 NIM Abstract ejournal Ilmu Hubungan Internasional, 2015, 3 (1): 103-116 ISSN 0000-0000, ejournal.hi.fisip-unmul.org Copyright 2015 UPAYA DIPLOMASI BISNIS INDONESIA DALAM MENINGKATKAN EKSPOR KARET ALAM KE CHINA David

Lebih terperinci

STRATEGI OPERASI DI LINGKUNGAN GLOBAL

STRATEGI OPERASI DI LINGKUNGAN GLOBAL STRATEGI OPERASI DI LINGKUNGAN GLOBAL Pengertian Globalisasi Kata globalisasi dari bahasa Inggris globalization. Global berarti universal yang mendapat imbuhan - lization yang bisa dimaknai sebagai proses.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berjalan selama ini di Indonesia terhadap perusahaan teknologi informasi

BAB I PENDAHULUAN. yang berjalan selama ini di Indonesia terhadap perusahaan teknologi informasi BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan secara umum perkembangan perusahaan teknologi informasi rintisan, hal-hal yang mendukung perkembangannya, ketertarikan investor terhadap perusahaan teknologi informasi

Lebih terperinci

KEWARGANEGARAAN GLOBALISASI DAN NASIONALISME. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika.

KEWARGANEGARAAN GLOBALISASI DAN NASIONALISME. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika. KEWARGANEGARAAN Modul ke: GLOBALISASI DAN NASIONALISME Fakultas FASILKOM Nurohma, S.IP, M.Si Program Studi Teknik Informatika www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Abstract : Menjelaskan pengertian globalisasi

Lebih terperinci

BAGAIMANA STRATEGI BERKEMBANG DI DALAM ORGANISASI? Oleh: Tri Widodo W. Utomo Pengantar Pembahasan mengenai hal ini berkisar sekitar dasar-dasar

BAGAIMANA STRATEGI BERKEMBANG DI DALAM ORGANISASI? Oleh: Tri Widodo W. Utomo Pengantar Pembahasan mengenai hal ini berkisar sekitar dasar-dasar BAGAIMANA STRATEGI BERKEMBANG DI DALAM ORGANISASI? Oleh: Tri Widodo W. Utomo Pengantar Pembahasan mengenai hal ini berkisar sekitar dasar-dasar pembentukan strategi. Atau dengan kata lain, ingin diketahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Invasi dan pendudukan Vietnam ke Kamboja yang dilakukan pada akhir tahun 1978 merupakan peristiwa yang begitu mengejutkan baik bagi Kamboja sendiri maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat dilakukan melalui pengelolaan strategi pendidikan dan pelatihan, karena itu pembangunan

Lebih terperinci

Daya Saing Global Indonesia versi World Economic Forum (WEF) 1. Tulus Tambunan Kadin Indonesia

Daya Saing Global Indonesia versi World Economic Forum (WEF) 1. Tulus Tambunan Kadin Indonesia Daya Saing Global Indonesia 2008-2009 versi World Economic Forum (WEF) 1 Tulus Tambunan Kadin Indonesia Tanggal 8 Oktober 2008 World Economic Forum (WEF), berkantor pusat di Geneva (Swis), mempublikasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergeraknya kegiatan bisnis yang dilakukan. Penunjang tersebut berguna

BAB I PENDAHULUAN. bergeraknya kegiatan bisnis yang dilakukan. Penunjang tersebut berguna BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berjalannya kegiatan usaha dari perusahaan di suatu negara akan melibatkan pihak-pihak atau lingkungan sekitarnya sebagai penunjang bergeraknya kegiatan bisnis

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 56 /POJK.03/2016 TENTANG KEPEMILIKAN SAHAM BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 56 /POJK.03/2016 TENTANG KEPEMILIKAN SAHAM BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 56 /POJK.03/2016 TENTANG KEPEMILIKAN SAHAM BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS

Lebih terperinci

MANAJEMEN RISIKO crmsindonesia.org

MANAJEMEN RISIKO crmsindonesia.org S U R V E Y N A S I O N A L MANAJEMEN RISIKO 2016 crmsindonesia.org Daftar Pustaka 3 Indonesia 6 Potret 7 9 dan Kompetisi Regional dan Tren Manajemen Risiko di Indonesia Adopsi Manajemen Risiko di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter yang melanda Asia pada tahun 1997 telah menelan banyak

BAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter yang melanda Asia pada tahun 1997 telah menelan banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis moneter yang melanda Asia pada tahun 1997 telah menelan banyak korban diberbagai negara Asia tenggara, seperti Singapura, Thailand Malaysia bahkan mengimbas

Lebih terperinci

GROWTH AND RESILIENCY: THE ASEAN STORY. (Nugraha Adi) I. Latar Belakang

GROWTH AND RESILIENCY: THE ASEAN STORY. (Nugraha Adi) I. Latar Belakang GROWTH AND RESILIENCY: THE ASEAN STORY (Catatan Pertemuan the 8 th ASEAN Finance Ministers Investor Seminar (AFMIS), 8 November 2011, Jakarta I. Latar Belakang (Nugraha Adi) Kawasan ASEAN telah menjadi

Lebih terperinci

KEPPRES 108/2003, ORGANISASI PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA DI LUAR NEGERI

KEPPRES 108/2003, ORGANISASI PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA DI LUAR NEGERI Copyright (C) 2000 BPHN KEPPRES 108/2003, ORGANISASI PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA DI LUAR NEGERI *51380 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 108 TAHUN 2003 (108/2003) TENTANG ORGANISASI

Lebih terperinci

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA UPAYA JEPANG DALAM MENJAGA STABILITAS KEAMANAN KAWASAN ASIA TENGGARA RESUME SKRIPSI Marsianaa Marnitta Saga 151040008 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi di berbagai negara. Krisis finansial Asia tidak banyak

BAB I PENDAHULUAN. investasi di berbagai negara. Krisis finansial Asia tidak banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jepang merupakan negara maju yang banyak melakukan investasi di berbagai negara. Krisis finansial Asia tidak banyak berpengaruh bagi negara Jepang. Jepang masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperoleh dengan melakukan kerjasama dengan negara-negara lain, walaupun. akan sangat menarik dijalankan (Ulfah, 2013: 2).

BAB I PENDAHULUAN. diperoleh dengan melakukan kerjasama dengan negara-negara lain, walaupun. akan sangat menarik dijalankan (Ulfah, 2013: 2). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi sangat berperan dalam perkembangan dunia secara keseluruhan. Dengan adanya globalisasi seakan dunia tidak memiliki batasan dan jarak, tidak lagi

Lebih terperinci

Tugas Kajian Keislaman dan Keindonesiaan OPINI TERHADAP SISTEM EKONOMI PASAR Diena Qonita

Tugas Kajian Keislaman dan Keindonesiaan OPINI TERHADAP SISTEM EKONOMI PASAR Diena Qonita Tugas Kajian Keislaman dan Keindonesiaan OPINI TERHADAP SISTEM EKONOMI PASAR Diena Qonita Teori Adam Smith, yang menyatakan bahwa pasar memiliki kekuatan tidak terlihat yang akan membawa pasar kepada keseimbangan,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULA. Pariwisata internasional merupakan sumber penting bagi pemasukan

BAB V KESIMPULA. Pariwisata internasional merupakan sumber penting bagi pemasukan BAB V KESIMPULA Pariwisata internasional merupakan sumber penting bagi pemasukan devisa sebuah negara terutama di negara berkembang. Selain itu, sektor pariwisata secara cukup signifikan juga menyerap

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG dan UPAYA DIPLOMATIK CINA MENDORONG CHINA-ASEAN FREE TRADE AGREEMENT

LATAR BELAKANG dan UPAYA DIPLOMATIK CINA MENDORONG CHINA-ASEAN FREE TRADE AGREEMENT PENELITIAN LABORATOTIUM DIPLOMASI LATAR BELAKANG dan UPAYA DIPLOMATIK CINA MENDORONG CHINA-ASEAN FREE TRADE AGREEMENT Nama Jurusan Fakultas : Iva Rachmawati, M.Si : Ilmu Hubungan Internasional : Ilmu Sosial

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2003 TENTANG ORGANISASI PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA DI LUAR NEGERI

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2003 TENTANG ORGANISASI PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA DI LUAR NEGERI KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2003 TENTANG ORGANISASI PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA DI LUAR NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa perubahan dan perkembangan yang

Lebih terperinci

RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR XX/POJK.03/2018 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN

Lebih terperinci

RANGKUMAN SIM BAB 15 Mengelola Sistem Global (Managing Global Systems) oleh : Tsara Azizah

RANGKUMAN SIM BAB 15 Mengelola Sistem Global (Managing Global Systems) oleh : Tsara Azizah RANGKUMAN SIM BAB 15 Mengelola Sistem Global (Managing Global Systems) oleh : Tsara Azizah A. PERKEMBANGAN SISTEM INFORMASI SECARA INTERNASIONAL Tatanan dunia baru berpengaruh terhadap banyak sekali perusahaan

Lebih terperinci