PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH"

Transkripsi

1 PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH Oleh SUER SEPWAN ANDIKA A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

2 RINGKASAN SUER SEPWAN ANDIKA. Pengelolaan Pemupukan Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) di Perkebunan Rumpun Sari Antan I PT Sumber Abadi Tirtasentosa, Cilacap, Jawa Tengah. (Dibimbing oleh ADE WACHJAR) Kegiatan magang yang dilakukan di Perkebunan kakao PT Rumpun Sari Antan I bertujuan untuk meningkatkan kemampuan keprofesian penulis, mempelajari, menganalisis dan mencari pemecahan masalah yang ditemukan baik pada aspek budidaya maupun manajerial di perkebunan kakao melalui proses kerja nyata di lapangan produksi tanaman kakao. Tujuan khusus dari kegiatan magang adalah untuk mempelajari dan menganalisis pemeliharaan tanaman kakao terutama pemupukan di kebun kakao PT Rumpun Sari Antan 1. Magang dilaksanakan selama 4 bulan mulai dari 12 Februari 12 Juni Kegiatan magang dilaksanakan dengan bekerja secara langsung pada aspek teknik budidaya tanaman dan aspek manajerial kebun. Selain itu, penulis melakukan pengamatan serta pengumpulan data dan infomasi mengenai aspek pemupukan tanaman kakao meliputi ketepatan jenis, dosis, cara aplikasi, serta waktu pemupukan di Kebun Rumpun Sari Antan I. Pengumpulan data dan informasi dilakukan melalui pengamatan langsung di lapangan, diskusi dengan karyawan dan staf terkait di lingkungan perkebunan tersebut, dari data yang ada di kantor administrasi kebun, laporan manajemen perusahaan dan studi pustaka. Jenis pupuk yang diaplikasikan di Kebun RSA I terdiri atas pupuk Urea Prill (46 % N), pupuk SP-18 (18 % P 2 O 5 ) dan pupuk MOP (60 % K 2 O). Pemupukan dilakukan dua kali dalam setahun yaitu pada bulan Februari-Maret dan Oktober - November. Pupuk diaplikasikan melalui tanah dengan cara ditabur pada lubang pupuk yang sudah disediakan. Lubang pupuk dibuat sebanyak satu lubang untuk setiap pokok tanaman pada jarak cm dari pokok tanaman, kedalaman lubang cm dan lebar 20 cm. Ketiga jenis pupuk dicampur kemudian ditabur pada lubang pupuk sesuai takaran yang sudah dikalibrasi berdasarkan dosis pupuk yang digunakan.

3 Dosis pupuk yang ditetapkan direksi di PT RSA I lebih rendah dibandingkan dengan dosis rekomendasi Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember. Dosis pupuk Urea yang ditetapkan rata-rata hanya 71 persen, pupuk MOP rata-rata hanya 39 persen, dan pupuk SP-18 rata-rata 98 persen dari dosis rekomendasi. Berdasarkan pengamatan di Afdeling B diketahui bahwa dosis pupuk campuran yang diapikasikan rata-rata g/pokok, sedangkan dosis yang ditetapkan adalah g/pokok. Di Afdeling B aplikasi dosis pupuk pada lahan datar sampai miring dosis yang diaplikasikan tidak berbeda dengan dosis pupuk yang ditetapkan. Sedangkan pada lahan curam dosis pupuk yang diaplikasikan lebih rendah daripada dosis yang ditetapkan. Di Afdeling C dosis pupuk campuran yang diaplikasikan rata-rata g/pokok, sedangkan dosis yang ditetapkan sebesar 255 g/pokok. Dari hasil pengamatan dan analisis dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pemupukan tanaman kakao di PT Rumpun Sari Antan 1 dalam hal jenis pupuk dan waktu aplikasi pupuk sudah sesuai dengan rencana perusahaan. Dosis pupuk yang diaplikasikan lebih rendah dibandingkan dengan rekomendasi dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember. Cara aplikasi pupuk dalam satu lubang per tanaman secara ekonomi mungkin dapat menekan biaya tenaga kerja, tetapi secara teoritis tidak memperhatikan distribusi jumlah pupuk yang dapat diserap perakaran tanaman yang pertumbuhannya mengikuti pertumbuhan tajuk tanaman.

4 PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut pertanian Bogor Oleh Suer Sepwan Andika A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

5 Judul Skripsi : PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH Nama : SUER SEPWAN ANDIKA NIM : A Menyetujui, Dosen Pembimbing (Dr. Ir. Ade Wachjar, M.S) NIP Mengetahui, Ketua Departemen (Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr) NIP Tanggal lulus :

6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 1 September 1987 di Tanjung Pati, Kecamatan Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Suardi dan Ibu Erdawati. Pada tahun 1992 penulis memasuki pendidikan dasar di SD Negeri 15 Sarilamak, dan selesai pada tahun Penulis kemudian melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 3 Harau dan lulus pada tahun Penulis kemudian melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 1 Harau dan lulus pada tahun Pada tahun 2005 penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Pada tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura (AGH), Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

7 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya, sehingga penulis dapat meyelesaikan tugas akhir berupa skripsi yang berjudul Pengelolaan Pemupukan Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) di Perkebunan Rumpun Sari Antan I PT Sumber Abadi Tirtasentosa, Cilacap, Jawa Tengah, dengan baik. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Mayor Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Pada Kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Bapak Dr Ir Ade Wachjar, M.S selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan dan bimbingan, sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. 2. Bapak Dr Ir Darda Efendi, MSi dan Dr Ir Suwarto, MSi selaku dosen penguji saat ujian skripsi. 3. Direksi PT Sumber Abadi Tirtasentosa atas izin dan kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk melaksanakan magang di salah satu grup perkebunan ini. 4. Administratur Perkebunan Rumpun Sari Antan 1 PT Sumber Abadi Tirtasentosa, atas bantuannya dan bimbingannya selama penulis melaksanakan magang. 5. Bapak Prof Dr Ir Bambang S. Purwoko, M,Sc selaku pembimbing akademik yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama penulis menuntut ilmu di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB. 6. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan kepada penulis hingga dapat nenyelesaikan pendidikan di Institut Pertanian Bogor. Besar harapan penulis skripsi ini dapat bermanfaat untuk penulis dan bagi para pembaca yang membutuhkan. Bogor, Januari 2010 Penulis

8 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN iv v vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan 3 TINJAUAN PUSTAKA 4 Sistematika dan Morfologi Tanaman Kakao 4 Syarat Tumbuh Tanaman Kakao 6 Nutrisi Tanaman 7 Pemupukan 11 METODE MAGANG 14 Tempat dan Waktu 14 Metode Pelaksanaan 14 Pengumpulan Data dan Informasi 15 Analisis Data dan Informasi 15 KEADAAN UMUM KEBUN 17 Sejarah Kebun 17 Letak Wilayah Administratif 17 Keadaan Tanah dan Iklim 18 Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan 18 Keadaan Tanaman dan Produksi 19 PELAKSANAAN MAGANG 22 Aspek Teknis 22 Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan 22 Pemanenan 34 Pengolahan 39 Aspek Manajerial 45 Struktur Organisasi 45 Pelaksanaan Aspek Manajerial Kebun 47 PEMBAHASAN 50 KESIMPULAN DAN SARAN 58 Kesimpulan 58 Saran 59 DAFTAR PUSTAKA 60 LAMPIRAN 62

9 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Luas Areal Konsesi dan Tataguna Lahan di PT Rumpun Sari Antan I Produktivitas Tanaman Kakao Menurut Bentuk Pengusahaan dari Tahun Dosis Pupuk yang Direkomendasikan dan yang Ditetapkan di Afdeling B PT Rumpun Sari Antan I Dosis Pupuk yang Direkomendasikan dan yang Ditetapkan di Afdeling C PT Rumpun Sari Antan I Dosis Pupuk Campuran yang Diaplikasikan dan yang Ditetapkan di Afdeling B dan Afdeling C Dosis Pupuk Campuran yang Diaplikasikan dan yang Ditetapkan Pada Berbagai Topografi Lahan di Afdeling B Susunan Tenaga Kerja di PT Rumpun Sari Antan I 46

10 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Rata-rata Produksi BCB dan Curah Hujan Bulanan di PT Rumpun Sari Antan I Tahun Kegiatan Penyemprotan Gulma Kegiatan Pemupukan Alat Pangkas : Antel (kiri), Gergaji Pangkas (kanan) Kegiatan Pemangkasan Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Kegiatan Pemanenan dan Alat yang Digunakan Kegiatan Pemecahan Buah Beberapa Tahap Pengolahan Biji Kakao di Pabrik Jarak Lubang Pupuk ke Pokok Tanaman 55

11 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di PT Rumpun Sari Antan I Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Mandor di PT Rumpun Sari Antan I Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Kepala Afdeling di PT Rumpun Sari Antan I Peta Wilayah Kebun PT Rumpun Sari Antan Curah Hujan Bulanan di Perkebunan Kakao PT Rumpun Sari Antan I Tahun Data Populasi dan Produksi PT Rumpun Sari Antan 1 Tahun Sampel Tenaga Kerja Penabur Pupuk di Afdeling B dan Afdeling C Struktur Organisasi PT Rumpun Sari Antan 1 per Periode November

12 PENDAHULUAN Latar Belakang Komoditas kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Dari subsektor perkebunan komoditas kakao menempati peringkat ketiga setelah komoditas karet dan kelapa sawit, dalam menyumbang devisa negara. Pada tahun 2006 nilai ekspor kakao mencapai US $ juta dengan total ekspor 609 ribu ton biji kakao dan produk olahannya atau meningkat 24.2 % dibandingkan dengan tahun 2005 (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2008). Pada tahun 2007 volume ekspor kakao Indonesia mencapai ribu ton dengan nilai US $ juta (Herdradjat, 2008). Selain sebagai penghasil devisa perkebunan kakao juga sebagai penyedia lapangan kerja serta berperan dalam mendorong pengembangan wilayah dan pengembangan agroindustri (Departemen Perindustrian dan Perdagangan, 2007). Indonesia merupakan negara penghasil kakao ketiga terbesar dunia setelah Pantai Gading (Cote d Ivore) dan Ghana. Produksi kakao Indonesia sebesar 630 ribu ton per tahun, sedangkan pantai Gading 1.3 juta ton per tahun dan Ghana 650 ribu ton per tahun (Razak, 2007). Pemasok utama kakao dunia adalah Pantai Gading (38.3 %), Ghana (20.2 %) dan Indonesia (13.6 %). Pemasok lainnya adalah Kamerun (5.1 %), Brasil (4.4 %), Nigeria (4.9 %) dan Ekuador (3.1 %). Walapun sebagai pemasok utama kakao dunia, selama tahun rata-rata pertumbuhan produksi Pantai Gading relatif rendah yakni hanya 1 % per tahun, sebaliknya Ghana tumbuh sangat tinggi 10.5 % per tahun. Sementara Indonesia dan Kamerun tumbuh moderat dengan masing-masing meningkat rata-rata 5.1 % dan 4 % per tahun (Suryani dan Zulfebriansyah, 2007). Konsumsi cokelat dunia masih didominasi oleh negara-negara maju terutama masyarakat Eropa yang tingkat konsumsi rata-ratanya lebih dari 1.87 kg per kapita per tahun. Konsumsi per kapita tertinggi ditempati oleh Belgia dengan tingkat konsumsi 5.34 kg per kapita per tahun, diikuti Eslandia, Irlandia, Luxemburg, dan Austria masing-masing 4.88 kg, 4.77 kg, 4.36 kg dan 4.05 kg/kapita/tahun (Suryani dan Zulfebriansyah, 2007).

13 Berdasarkan data dari International Cacao and Coffee Organization (2009) kebutuhan kakao dunia saat ini (tahun 2008/2009) sekitar 3.49 juta ton, sedangkan produksi kakao dunia diperkirakan sebesar 3.45 juta ton. Walaupun demikian, permintaan pasar akan produk kakao terus tumbuh dengan pesat melebihi pertumbuhan produksi kakao itu sendiri. Menurut Razak (2007) pertumbuhan produksi kakao dunia beberapa tahun terakhir hanya 2.5 % sedangkan pertumbuhan permintaan 3.5 % per tahun. Luas areal perkebunan kakao Indonesia pada tahun 2008 mencapai 1.47 juta hektar yang didominasi oleh perkebunan rakyat (92.34 %) dengan jumlah petani yang terlibat secara langsung sebanyak 1.5 juta kepala keluarga dan ratarata produktivitas tanaman kakao tahun sebesar kg/ha/tahun (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2009). Potensi produksi tanaman kakao adalah 1.5 sampai 2.5 ton per hektar per tahun (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004). Permasalahan yang dihadapi antara lain masih rendahnya produktivitas kakao yang disebabkan oleh : (a) penggunaan benih asalan, belum banyak digunakan benih klonal; (b) kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam bidang teknik budidaya dan pengolahan hasil; (c) sebagian besar perkebunan berupa perkebunan rakyat yang dikelola masih dengan cara tradisional; dan (d) umur tanaman kakao sebagian besar sudah tua, di atas 25 tahun jauh di atas usia paling produktif tahun (Wahyudi dan Raharjo, 2008). Pemupukan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari budidaya kakao. Akibat pemupukan yang tidak tepat, lahan-lahan kakao banyak yang mengalami kemunduran, terutama kesuburannya. Kemunduran kesuburan lahan tersebut antara lain karena berkurangnya unsur hara di dalam tanah, kerusakan fisik dan biologis, serta menipisnya ketebalan tanah (Pujiyanto dan Abdoelah, 2008). Berkurangnya kesuburan terjadi karena tanah kehilangan unsur hara di zona perakaran melalui panen, pencucian, denitrifikasi dan erosi. Tanaman kakao merupakan tanaman yang peka terhadap kandungan dan keseimbangan unsur hara di dalam tanah. Kekurangan unsur hara merupakan salah satu penyebab penurunan produktivitas tanaman kakao.

14 Upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah dapat dilakukan dengan pemupukan. Pemupukan bertujuan memberikan unsur-unsur hara ke dalam tanah yang tidak mencukupi bagi kebutuhan tanaman yang diusahakan. Hasil yang maksimal dari suatu pemupukan akan diperoleh jika dilakukan dengan tepat meliputi dosis, jenis pupuk, waktu dan cara pemberiannya (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004). Tujuan Magang Tujuan umum dilakukan magang adalah untuk meningkatkan kemampuan keprofesian penulis dalam memahami dan menghayati kerja nyata dalam proses produksi tanaman kakao di lapangan. Selain itu juga untuk mempelajari aspek budidaya dan manajerial di perkebunan kakao, serta mempelajari, menganalisis permasalahan yang ditemui pada perkebunan kakao dan mencari pemecahan masalah tersebut. Tujuan khusus dari kegiatan magang adalah untuk mempelajari dan menganalisis pemeliharaan tanaman kakao terutama pemupukan di kebun kakao PT Rumpun Sari Antan 1.

15 TINJAUAN PUSTAKA Sistematika dan Morfologi Tanaman Kakao Sistematika Kakao (Theobroma cacao L.) termasuk ke dalam divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Dicotyledoneae, ordo Malvales, famili Sterculiaceae, dan genus Theobroma. Lebih dari 20 spesies tanaman yang tergolong pada genus Theobroma, tetapi hanya Theobroma cacao yang dibudidayakan secara luas karena memiliki citarasa yang baik (Urquhart, 1960). Ditinjau dari segi komersial hanya ada dua tipe kakao yang dapat dimanfaatkan, yaitu tipe Criollo atau kakao mulia dan tipe Forastero atau disebut kakao lindak (Wachjar, Hariyadi, dan Winarsa, 2009). Sekarang sudah banyak dikembangkan klon kakao yang unggul, dengan produktivitas tinggi dan tahan atau toleran terhadap serangan hama dan penyakit khususnya penggerek buah kakao (PBK), penyakit vascular streak dieback (VSD) dan busuk buah (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004). Klon-klon unggul tersebut di antaranya KW 514, KW 570, KW 516, KW 215, KW 490, TSH 858, UIT 1, ICS 60 ICS 13, ICCRI 01, ICCRI 02, Hibrida F1, yang produktivitasnya berkisar ton per hektar per tahun (Winarno, 2008). Morfologi Akar. Menurut Wood (1973) akar tunggang (tap root) tanaman kakao akan tumbuh langsung ke dalam tanah. Pada awal pertumbuhan, akar lateral (akar cabang ke samping) ke luar dari bawah leher akar sedikit di bawah permukaan tanah. Pada tanaman dewasa akar-akar lateral dapat mencapai kedalaman cm dari permukaan tanah. Batang dan cabang. Ditinjau dari tipe pertumbuhannya cabang kakao bersifat dimorphous, yaitu cabang-cabang tumbuh ke arah atas dan ke arah samping. Cabang yang tumbuh secara vertikal disebut cabang orthotrop dan cabang yang tumbuh secara horizontal disebut cabang plagiotrop. Percabangan kakao menunjukkan ciri yang khas. Pada awalnya tanaman kakao akan tumbuh

16 lurus, kemudian akan terbentuk 3-6 cabang primer pada ujungnya. Titik pertemuan cabang-cabang tersebut disebut jorquette. Dari cabang primer akan muncul cabang sekunder, tersier dan seterusnya, yang semuanya bersifat plagiotrop. Pada tanaman kakao dewasa biasanya juga akan terbentuk tunas air yang bersifat orthotrop yang akan membentuk jorquette dan menyebabkan tanaman kakao akan membentuk tajuk yang tersusun dan bertambah tinggi. Daun. Kedudukan daun bersifat dimorfisme yaitu tumbuh pada dua tunas (orthotrop dan plagiotrop). Daun pertama memiliki tangkai daun (petiol) yang panjang dan simetris. Menurut Prawoto (2008) sudut daun yang dibentuk terhadap batang atau cabang tempat tumbuhnya, bergantung pada tipe kakao. Pembentukan daun pada cabang samping bersamaan dengan keluarnya pucuk-pucuk daun (flush). Warna daun muda pada saat flush bermacam-macam bergantung pada tipe kakao, yaitu hijau pucat, hijau kemerahan, dan merah. Setelah dewasa daun-daun tersebut berubah warna menjadi hijau. Menurut Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (2004) bentuk helai daun bulat dan memanjang, ujung dan pangkal daun meruncing. Susunan tulang daun menyirip dan tulang daun menonjol ke permukaan bawah helai daun. Tepi daun rata, daging daun tipis tetapi kuat seperti perkamen, permukaan daun licin dan mengkilap. Panjang daun dewasa 30 cm dan lebarnya 10 cm. Menurut Sunanto (1992) tanaman kakao yang berada di bawah naungan daunnya akan lebih lebar dan lebih hijau dibadingkan dengan tanaman yang terkena sinar matahari langsung. Bunga dan buah. Tanaman kakao adalah tanaman caulifloral, yaitu jenis tanaman yang membentuk bunga dan buah pada batang dan cabang. Bunga terbentuk pada bantalan bunga, yaitu jaringan yang menebal terbentuk pada ketiak bekas menempelnya tangkai daun. Sejak bakal bunga muncul sampai bunga mekar diperlukan waktu sekitar 30 hari. Bunga tanaman kakao berwarna putih, ungu, atau kemerahan. Penyerbukan bunga tanaman kakao dibantu oleh serangga penyerbuk. Setelah penyerbukan, buah mulai terbentuk dan secara umum mencapai kemasakan setelah berumur antara 6-7 bulan. Warna buah kakao beragam, tetapi secara umum dapat dibedakan atas warna merah dan hijau menunjukkan bahwa buah tersebut masih muda. Sedangkan warna kuning atau orange menunjukkan

17 buah tersebut sudah matang dan siap panen. Permukaan kulit buah ada yang halus dan ada yang kasar, tetapi pada dasarnya memiliki 10 alur yang berselang-seling. Di dalam buah, biji tersusun pada lima baris mengelilingi poros buah, jumlahnya beragan antara biji per buah. Biji kakao dibungkus oleh daging buah yang bewarna putih, rasanya asam-manis dan diduga mengandung zat penghambat perkecambahan (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004). Syarat Tumbuh Tanaman Kakao Habitat alam tanaman kakao berada di hutan beriklim tropis. Kakao merupakan tanaman tropis yang suka akan naungan (shade loving plant). Pada umumnya tanaman kakao dapat dibudidayakan di daerah 20 LU 20 LS. Tanah Menurut Urquhart (1960) dan Sunanto (1992) lahan yang sesuai untuk tanaman kakao berada pada ketinggian tempat yang optimal hingga 600 m di atas permukaan laut, tetapi kakao dapat tumbuh sampai ketinggian tempat maksimum m di atas permukaan laut, kemiringan lereng 40 o. Tanaman kakao sangat sensitif bila kekurangan air, sehingga tanah untuk tanaman kakao harus memiliki penyimpanan/ketersediaan air ataupun saluran (drainase) yang baik. Jenis tanah yang sesuai adalah Regosol, sedangkan tanah Latosol kurang baik. Lapisan solum tanah minimum 90 cm, cukup gembur, dan memiliki kadar hara yang tinggi dan dalam keseimbangan yang baik. Sifat fisik tanah yang dikehendaki tanaman kakao tanpa ada lapisan padas, tekstur lempung liat berpasir komposisi pasir 50 %, debu %, dan liat %. Konsistensi gembur sampai agak teguh dengan permeabilitas sedang sampai baik. Kakao memerlukan tanah dengan struktur kasar yang berguna untuk memberi ruang agar akar dapat menyerap nutrisi yang diperlukan sehingga perkembangan sistem akar dapat optimal (Wibawa dan Baon, 2008). Sifat kimia dari tanah bagian atas merupakan hal yang paling penting karena akar-akar akan menyerap hara. Kemasaman tanah (ph) optimum , kakao tidak tahan terhadap kejenuhan Al tinggi. Kejenuhan basa minimum 20

18 persen. KTK yang optimum > 15 me/100 g. Kandungan bahan organik > 3 % (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004). Iklim Curah hujan merupakan unsur iklim terpenting. Kakao sangat sensitif terhadap kekurangan air. Curah hujan yang dibutuhkan tinggi dan terdistribusi dengan baik sepanjang tahun. Tingkat curah hujan sekitar mm/tahun dengan bulan kering tidak lebih dari tiga bulan (Wood, 1973). Suhu bulanan yang baik untuk tanaman kakao minimum 15 C, suhu maksimum 30 C, dan suhu optimumnya 25.5 C, sehingga memungkinkan bagi pengembangan kakao di Indonesia lebih lanjut (Susanto, 1999). Tanaman kakao menghendaki lingkungan dengan kelembaban konstan, yakni di atas 80 % (Wibawa dan Baon, 2008). Pada tanaman dewasa intensitas sinar matahari yang diperlukan 75 % dari cahaya penuh, pada tanaman muda 50 %, dan di pembibitan 25 %. Kecepatan angin yang ideal 2-5 m/detik, akan sangat membantu dalam penyerbukan (Susanto, 1999). Nutrisi Tanaman Tanaman tingkat tinggi untuk kehidupannya selain membutuhkan udara sebagai sumber CO 2, O 2, dan N 2 juga sangat bergantung pada tanah. Tanah berfungsi sebagai media tumbuh yang mengandung hara mineral. Tanah terdiri atas bahan mineral, bahan organik, udara dan air. Hasil dekomposisi batuan dan bahan organik keduanya akan menentukan kesuburan tanah. Kesuburan tanah ditentukan oleh banyaknya hara mineral yang tersedia bagi tanaman. Tanaman merupakan organisme yang bersifat autotrof, yang membutuhkan komponen anorganik dari lingkungannya berupa CO 2 dari atmosfer dan hara mineral dari tanah. Hara yang dibutuhkan oleh tanaman secara umum dibagi ke dalam dua kelompok yaitu hara dalam bentuk organik dan anorganik. Hara dalam bentuk organik pada tanaman terutama dibutuhkan dalam bentuk senyawa karbon, khususnya yang berkaitan dengan karbon, hidrogen dan oksigen

19 yang dibentuk melalui fotosintesis. Hara anorganik terutama diperoleh dari tanah. Hara anorganik yang diakuisisi dari tanah dalam bentuk ion. Tanaman memerlukan unsur esensial untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Unsur dianggap esensial jika tanaman tidak mampu menyempurnakan daur hidupnya tanpa unsur tersebut. Selain itu, unsur tersebut menjadi kandungan atau molekul penyusun tanaman yang esensial bagi pertumbuhan tanaman itu (contohnya nitrogen dalam protein), serta unsur itu haruslah secara langsung berperan dalam metabolisme tanaman bukan menyebabkan unsur lain menjadi lebih mudah tersedia atau melawan efek unsur lain (Salisbury dan Ross, 1995). Menurut Campbell, Ross, dan Mitchell (2003) telah diidentifikasi 17 unsur yang esensial bagi seluruh tanaman. Unsur tersebut dibedakan atas unsur yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang relatif besar disebut makronutrien dan unsur yang diperlukan tanaman dalam jumlah yang sangat sedikit disebut mikronutrien. Terdapat sembilam makronutrien yang enam di antaranya adalah penyusun senyawa organik yaitu karbon, oksigen, hidrogen, nitrogen, sulfur, dan fosfor. Tiga makronutrien lainnya adalah kalium, kalsium dan magnesium. Mikronutrien sendiri terdiri atas delapan unsur yaitu besi, klorida, tembaga, mangan, seng, molybdenum, boron dan nikel. Kegunaan dan Gejala Defisiensi Unsur Esensial Unsur esensial yang umum ditambahkan ke dalam tanah melalui pemupukan di antaranya adalah unsur N, P, K, Ca, dan Mg. Oleh karena itu dari sekian banyak unsur esensial hanya unsur tersebut yang akan diuraikan pada bagian ini. Nitrogen (N). Tanaman membutuhkan nitrogen dalam jumlah yang banyak karena merupakan penyusun utama komponen sel tanaman yaitu asam amino dan asam nukleat. Oleh karena itu defisiensi N akan cepat menghambat pertumbuhan. Gejala yang tampak bila terjadi defisiensi N adalah klorosis, yaitu daun yang berwarna kuning, khususnya pada daun tua yang terbawah. Daun yang lebih muda tidak menunjukkan gejala tersebut karena N dapat dimobilisasi dari daun yang lebih tua. Jadi pada daun yang lebih muda akan menunjukkan warna

20 hijau terang dan daun yang lebih tua menunjukkan warna hijau kekuningan. Bila defisiensi N terjadi secara perlahan maka tanaman akan menjadi ramping dan berkayu. Terbentuknya kayu pada batang menunjukkan adanya kelebihan karbohidrat karena tidak dapat diubah menjadi asam amino atau senyawa N lainnya. Fosfor (P). Fosfor dalam bentuk fosfat merupakan senyawa penting untuk sel tanaman meliputi gula-fosfat yang merupakan intermediet dalam respirasi dan fotosintesis serta fosfolipid yang menyusun membran sel. Fosfor juga merupakan komponen nukleotida yang digunakan untuk energi metabolisme (ATP) DNA dan RNA. Gejala defisiensi P menyebabkan pertumbuhan menjadi kerdil saat tanaman muda dan warna daun hijau gelap (kadang-kadang hijau ungu gelap) dengan perubahan bentuk daun. Gejala lainnya terbentuk batang yang ramping tetapi tidak berkayu dan matinya daun tua. Potasium (K). Potasium berada dalam tanaman dalam bentuk kation K +, yang berperan penting dalam regulasi potensial osmotik sel tanaman. K juga mengaktivasi beberapa enzim yang terlibat pada respirasi dan fotosintesis. Gejala defisiensi K ditunjukkan dengan klorosisnya daun atau bagian tepi daun, yang kemudian berkembang menjadi nekrosis pada bagian ujung daun. K dapat dimobilisasi ke daun muda, jadi gejala defisiensi awalnya tampak pada daun dewasa dekat dengan bagian basal tanaman. Daun menjadi keriting dan menggulung. Batang menjadi lemah, dengan internodus yang memendek. Kalsium (Ca). Ion kalsium digunakan dalam sintesis dinding sel baru, terutama lamela tengah yang memisahkan dua sel baru. Ca juga dibutuhkan untuk pembentukan benang spindel saat pembelahan sel. Ca berfungsi sebagai second messenger untuk respon tanaman terhadap lingkungan dan sinyal hormon. Dalam hal ini Ca akan terikat pada calmodulin yang merupakan protein yang ditemukan dalam sitosol sel tanaman. Komplek Ca-calmodulin akan meregulasi proses metabolik. Gejala defisiensi Ca adalah nekrosis pada daerah meristematik muda, seperti ujung akar atau daun muda dimana pembelahan sel dan pembentukan dinding sel terjadi sangat cepat; daun muda akan mengalami deformasi; sistem perakaran akan menjadi coklat, memendek, dengan percabangan yang banyak; dan tanaman akan mengerdil diakibatkan matinya daerah meristematik.

21 Magnesium (Mg). Magnesium pada sel tanaman berperan mengaktivasi enzim yang terlibat dalam respirasi, fotosintesis serta sintesis DNA dan RNA. Mg juga merupakan bagian dari struktur molekul klorofil. Gejala defisiensi Mg adalah klorosis di antara vena daun, yang mula-mula terjadi pada daun tua sebab Mg bersifat mobil. Pola klorosis pada daun disebabkan oleh klorofil pada sel berkas pengangkut tidak terpengaruh oleh defisiensi Mg dalam periode yang agak lama dibandingkan dengan klorofil yang ada dalam sel helai daun. Bila defisiensi terjadi berlarut maka daun akan berwarna kuning atau putih. Selain itu defisiensi Mg dapat menyebabkan daun akan mengalami absisi lebih dini. Mekanisme Penyerapan Unsur Hara oleh Tanaman Umumnya tanaman menyerap unsur hara seperti H melalui akar, tetapi pada kondisi tertentu unsur C dan O yang diambil pada saat proses fotosintesis berasal dari udara. Unsur-unsur yang berasal dari larutan tanah diserap akar melalui aliran masa, difusi dan intersepsi akar (Pujiyanto dan Abdullah, 2008). Selain itu hara mineral dapat masuk ke dalam tanaman secara difusi melalui kutikula dan terjadi uptake oleh sel tanaman. Selain masuk melalui kutikula, stomata juga berpeluang dapat dilalui oleh hara mineral, tetapi peluangnya kecil karena struktur stomata yang sedemikian rupa, kecil kemungkinannya dapat dilalui oleh cairan. Pemupukan Tanaman budidaya pada umumnya sangat membutuhkan pupuk untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangannya. Banyak perlakuan yang dapat menurunkan kandungan unsur hara dalam tanah di antaranya adalah pemanenan, pencucian, denitrifikasi, serta erosi yang terjadi di daerah perakaran tanaman (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004). Budidaya tanaman cenderung menyebabkan kemunduran lahan jika tidak diimbangi dengan pemupukan dan pengendalian kerusakan yang memadai. Kerusakan lahan yang terjadi di antaranya menurunnya kesuburan lahan karena berkurangnya unsur hara di dalam tanah, kerusakan fisik dan biologis, serta menipisnya ketebalan tanah. Pemupukan pada umumnya bertujuan untuk memperbaiki dan memelihara kesuburan tanah

22 dengan menambahkan unsur-unsur ke dalam tanah baik langsung maupun tidak langsung dapat menyumbangkan makanan terhadap tanaman (Pujiyanto dan Abdoelah, 2008). Terdapat kecendrungan peningkatan jumlah (dosis), dan jenis (macam unsur hara) pupuk yang harus diberikan seiring dengan semakin lamanya budidaya tanaman pada suatu bidang lahan untuk mempertahankan produktivitasnya. Pemupukan sebaiknya dilakukan berdasarkan asas keseimbangan. Pemberian suatu unsur hara secara berlebihan akan mengganggu penyerapan unsur hara lainnya. Selain itu, tanaman tidak menggunakan pupuk yang diaplikasikan seluruhnya. Sisanya akan tercuci dan masuk ke perairan atau air tanah, selanjutnya akan terikat pada partikel tanah. Bila hara mineral berlebih dalam tanah, tanah dapat dikatakan menjadi saline dan pertumbuhan tanaman dapat terhambat bila hara mineral mencapai tingkat yang membatasi ketersediaan atau kelebihan hara mineral tertentu. Kebutuhan unsur hara untuk tanaman pada suatu lahan dapat ditentukan dengan lima metode yaitu berdasarkan gejala visual kekurangan, berdasarkan hasil percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis tanah), serta berdasarkan tingkat penyerapan unsur hara oleh tanaman (hasil analisis jaringan tanaman biasanya daun). Di perkebunan kakao kehilangan N, P, dan K karena terangkut oleh satu ton biji kakao setara dengan kg Urea, kg TSP, dan kg KCl, sedangkan yang kembali ke lahan melalui kulit buah (yang setara dengan 13 ton kulit buah) adalah kg Urea, kg TSP, dan kg KCl (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004). Jenis pupuk dapat ditinjau dari beberapa segi yaitu atas dasar susunan kimianya pupuk dapat dibedakan atas pupuk organik dan anorganik. Pupuk kimia mengandung garam anorganik dari unsur hara makro N, P, dan K. Pupuk kimia yang diaplikasikan ke dalam tanah dapat mengubah ph tanah, demikian juga ph tanah dapat mempengaruhi ketersediaan hara mineral dalam tanah. Pupuk organik merupakan kebalikan dengan pupuk kimia, yang berasal dari residu tumbuhan atau hewan. Residu tersebut mengandung hara dalam bentuk senyawa organik.

23 Sebelum tanaman mengabsorpsi hara dari residu, senyawa organik harus dirombak menjadi bentuk yang lebih sederhana, biasanya melalui mineralisasi oleh mikroba. Mineralisasi bergantung pada suhu, air, ketersediaan oksigen, dan tipe serta jumlah mikroba yang ada dalam tanah. Akibatnya laju mineralisasi sangat beragam dan hara yang berasal dari residu akan tersedia untuk tanaman dalam jangka waktu bervariasi dari hari hingga bulan dan tahun. Meskipun demikian residu dari pupuk organik dapat meningkatkan struktur fisik dan kelembaban tanah, memacu retensi air selama kekeringan dan meningkatkan drainase pada musim basah (Leiwakabessy dan Sutandi, 1999). Atas dasar unsur hara yang terkandung maka pupuk dapat digolongkan pada pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk yamg mengandung hanya satu unsur hara dikenal dengan straight fertilizer, misalnya superfosfat, amonium nitrat dan muriate of potash. Pupuk yang mengandung dua atau lebih ketiga hara di atas dikenal dengan compound fertilizer atau mixed fertilizer. Pemupukan dapat diaplikasikan melalui tanah dan dapat pula melalui daun. Pemupukan melalui daun dapat dilakukan apabila telah tampak gejala kekurangan, atau dilakukan hanya untuk memberikan unsur mikro pada tanaman. Unsur mikro sering diberikan lewat daun karena pemberiannya dilakukan dalam jumlah yang sangat sedikit sehingga bila pemberiannya dilakukan lewat tanah akan banyak yang terikat oleh tanah dan tidak terserap oleh tanaman. Untuk pupuk yang diaplikasikan melalui tanah banyak cara aplikasi yang dapat dilakukan seperti langsung menaburkan di atas tanah, dengan sistem lubang, dengan sistem alur melingkar, dan lain-lain, yang penempatannya sebaiknya berdasarkan proyeksi tajuk tanaman. Semakin tua umur tanaman maka jarak penempatan pupuk akan semakin jauh dari batang tanaman sesuai dengan proyeksi tajuk. Peningkatan efisiensi pemupukan dapat dilakukan dengan cara melakukan pemupukan yang tepat dan benar yaitu tepat dalam hal jenis, dosis, cara aplikasi, dan waktu aplikasi (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004).

24 METODA MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Perkebunan Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasentosa, Cilacap, Jawa Tengah selama empat bulan mulai tanggal 12 Februari sampai dengan tanggal 12 Juni Metode Pelaksanaan Kegiatan magang dilaksanakan dengan bekerja secara langsung baik pada aspek teknik budidaya tanaman maupun aspek manajerial kebun. Selain itu, dilakukan pengamatan dan pengumpulan data yang berkaitan dengan kegiatan pemupukan tanaman kakao. Kegiatan magang dilaksanakan pada berbagai tingkat jabatan mulai dari sebagai karyawan harian, pendamping mandor dan pendamping kepala afdeling. Kegiatan sebagai karyawan harian dilakukan selama dua bulan, sebagai pendamping mandor selama satu bulan dan sebagai pendamping kepala afdeling selama satu bulan. Sedangkan untuk pengamatan dan pengumpulan data dilakukan selama proses magang berlangsung. Kegiatan magang sebagai karyawan harian meliputi pemeliharaan tanaman, panen dan pengolahan hasil. Dalam pelaksanaannya, semua kegiatan magang tersebut disesuaikan dengan jadwal kegiatan yang sudah direncanakan oleh perkebunan tersebut. Pada tingkat jabatan pendamping mandor, penulis melakukan kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian kegiatan budidaya di lapangan, yang terkait juga dengan pengelolaan karyawan di perkebunan. Kegiatan lain adalah memberikan motivasi kepada karyawan. Pada tingkat pendamping kepala afdeling penulis melakukan kegiatan membantu perencanaan kegiatan kebun secara berkesinambungan. Pada tingkat jabatan sebagai pendamping mandor dan sebagai pendamping kepala afdeling kegiatan magang lebih mengarah kepada aspek manajerial. Kegiatan yang penulis lakukan selama magang dapat dilihat di jurnal harian pada Lampiran 1, 2, dan 3.

25 Pengumpulan Data dan Informasi Selain melakukan kegiatan di berbagai tingkatan jabatan tersebut, penulis juga melakukan pengumpulan data atau infomasi tentang aspek budidaya dan manajerial, khususnya aspek pemupukan tanaman kakao. Pengumpulan data dan informasi melalui pengamatan langsung, diskusi dengan karyawan, mandor, kepala afdeling dan pejabat terkait dalam lingkungan perkebunan tersebut. Selain itu, penulis juga menghimpun informasi dari data yang ada di kantor administrasi kebun, laporan manajemen perusahaan dan studi pustaka. Analisis Data dan Informasi Penulis memfokuskan pengamatan dan analisis pada ketepatan jenis, dosis, cara aplikasi, serta waktu pemupukan di Kebun Rumpun Sari Antan I. Untuk waktu dan jenis pupuk yang digunakan, penulis membandingkan kesesuaian pelaksanaan antara yang direncanakan perusahaan dengan pelaksanaan yang dilakukan di Kebun RSA I serta kesesuaian dengan literatur. Sedangkan untuk cara aplikasi pupuk, penulis mengamati dan membandingkan cara aplikasi yang dilakukan di lapangan dengan teori atau prinsip dasar pemupukan. Untuk itu, penulis melakukan pengamatan terhadap 21 orang pembuat lubang pupuk. Untuk dosis pupuk, penulis mengamati, menghitung, dan menganalisis kesesuaian antara dosis pupuk yang direkomendasikan oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember, dengan yang ditetapkan oleh perusahaan, serta dengan dosis yang diaplikasikan di lapangan oleh penabur pupuk. Penulis mengambil sampel tenaga kerja penabur pupuk sebanyak 8 orang di Afdeling B dan 6 orang di Afdeling C. Parameter yang diamati adalah jumlah pokok tanaman yang dipupuk untuk setiap ember pupuk (± 9.4 kg pupuk campuran). Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan uji t pada taraf 5 persen. Di Afdeling B penulis mengamati, menghitung, dan menganalisis pengaplikasian dosis pupuk pada topografi lahan datar, miring, dan curam. Selain melakukan kegiatan di atas penulis juga aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan seperti kegiatan pengajian, kerja bakti dan ikut serta dalam panitia kegiatan khatam Alquran dan peringatan maulit nabi Muhammad S.A.W.

26 KEADAAN UMUM PERKEBUNAN Sejarah Kebun Pada awalnya PT Rumpun Sari Antan I adalah milik perusahaan asing asal Inggris yaitu NV Handel Mij Ja Wattie & Co. Ltd. yang berkantor di Tanah Abang, Jakarta. Tanaman yang diusahakan adalah karet. Tanggal 9 Januari 1986 Perkebunan Rumpun Sari Antan I diserahkan kepada PT Rumpun dengan badan usaha milik Kodam VII/Diponegoro, dan mulai dikelola oleh PT Rumpun sejak 1 Maret Pada tahun 1990 PT Rumpun bekerjasama dengan PT Astra Agro Niaga dan membentuk tiga PT yaitu PT Rumpun Sari Antan, PT Rumpun Sari Medini, dan PT Rumpun Sari Kemuning. Pada tahun 1998 PT Astra Agro Niaga melakukan pengembangan usaha dan go public serta berubah nama menjadi PT Astra Agro Lestari Tbk. Pada bulan Mei 2004 pengelolaan kebun PT Rumpun berpindah tangan dari PT Astra Agro Lestari ke PT Sumber Abadi Tirtasentosa dengan komoditas kakao dan karet. Kedua komoditas tersebut hingga sekarang dikelola oleh PT Rumpun Sari Antan I yang merupakan bagian dari group PT Sumber Abadi Tirtasantosa. Letak Wilayah Administratif Perkebunan Rumpun Sari Antan I terletak di Desa Kuta Sari, Kecamatan Cipari, Kabupaten Cilacap, Propinsi Jawa Tengah. Perkebunan RSA I dari ibu kota Kecamatan Cipari berjarak ± 45 km dan ± 80 km dari ibu kota Kabupaten Cilacap. Batas-batas Perkebunan RSA I sebelah utara Kecamatan Majenang, PTPN IX Kawung, dan Kecamatan Cimanggu; sebelah selatan Desa Mekarsari, Desa Penyerang, dan Desa Sidasari; sebelah timur Desa Pangaweran dan Desa Cidadap; sebelah barat PTPN IX Panejoan, PT Ja Watie, dan Desa Karang Reja. Peta PT Rumpun Sari Antan I dapat dilihat pada Lampiran 4.

27 Keadaan Tanah dan Iklim Kebun PT Rumpun Sari Antan I terletak pada ketinggian m di atas permukaan laut. Topografi kebun datar sampai curam dengan kemiringan 0-40 persen. Bahan induk tanah di kebun ini terutama dibentuk oleh bahan sedimen berkapur. Jenis tanah terdiri atas Pedsolik Merah Kuning, Aluvial, dan Glay Humik. Tekstur tanah lempung liat berdebu dengan ph Solum atau kedalaman efektif tanah berkisar antara cm. Menurut kelas kesesuaian lahan Kebun RSA 1 termasuk pada kelas S2 (cukup sesuai) untuk sebagian Afdeling B (dulu disebut Afdeling C) dan Afdeling C (dulu disebut Afdeling E). Faktor pembatas yang utama adalah iklim dengan curah hujan mm/tahun, bulan kering 2-3 bulan/tahun, lahan yang agak terjal % dan kedalaman efektif tanah yang kurang dari 150 cm. Lahan yang termasuk kelas S3 (kurang sesuai) yaitu Afdeling A, sebagian Afdeling B (dulu termasuk Afdeling D). Faktor pembatas di Afdeling A adalah drainase yang buruk sehingga sering terjadi genangan yang agak lama dan kedalaman efektif yang kurang dari 100 cm. Faktor pembatas di sebagian Afdeling B adalah lereng yang terlalu terjal % dan kedalaman solum yang kurang dari 100 cm. Curah hujan rata-rata tahunan selama 6 tahun terakhir ( ) sebesar mm/tahun, dengan hari hujan rata-rata sebanyak 133 hari/tahun. Rata-rata bulan basah dan bulan kering masing-masing adalah 7.7 bulan dan 3.3 bulan. Tipe iklim di Kebun RSA I termasuk tipe iklim C menurut Schmidth- Ferguson. Keadaan curah hujan bulanan selama enam tahun terakhir dapat dilihat pada Lampiran 5. Luas Areal Konsesi dan Tataguna Lahan Perkebunan Rumpun Sari Antan I memiliki status areal kebun hak guna usaha (HGU) dengan luas areal total ha. Areal tersebut sejak tahun 2009 dibagi ke dalam tiga afdeling, yaitu Afdeling A, B dan C. Dari total areal yang dimiliki areal pertanaman kakao seluas ha. Sedangkan sisanya merupakan area tanaman karet belum menghasilkan (TBM) dan areal non produktif lainnya, seperti jalan, emplasment, sungai, dan rawa. Luas areal konsesi dan tataguna lahan di PT RSA I dapat dilihat pada Tabel 1.

28 Tabel 1. Luas Areal Konsesi dan Tataguna Lahan di PT Rumpun Sari Antan I Afdeling Luas A r e a l Areal Produktif Kakao Karet Areal C ad an ga n Total Areal Pro duk tif (ha) Areal Non Pr od uk tif A B C Total Sumber : Kantor administrasi PT RSA 1 Keadaan Tanaman dan Produksi Jenis tanaman kakao yang ditanam di Perkebunan RSA I adalah Hibrida dari Criollo dan Forastero yang diperoleh dari PT London Sumatera. Tanaman kakao yang ada sekarang ditanam pada tahun 1990 hingga Jarak tanam yang digunakan adalah 3 m x 2.5 m, tetapi populasi tanaman per ha hanya 638 pokok. Hal tersebut terjadi karena pengurangan populasi akibat serangan penyakit, tumbang dan sengaja ditebang untuk dikonversi menjadi tanaman karet. Akan tetapi populasi tanaman kakao per ha pada tahun 2009 mengalami peningkatan karena terjadi pengurangan bagi areal-areal tanaman kakao yang satuan pokok per hektarnya (SPH) sudah sangat kecil. Dengan demikian, pengurangan areal tersebut menyebabkan rata-rata populasi per ha menjadi naik. Perkebunan RSA I tidak melakukan peremajaan karena seluruh areal akan dikonversi ke tanaman karet. Tanaman kakao di Kebun RSA I saat ini sudah tidak menggunakan penaung lagi karena sudah ditebang. Populasi tanaman selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada Lampiran 6. Dari data produksi lima tahun terakhir (Lampiran 6) diketahui bahwa produksi biji coklat kering (BCK) PT Rumpun Sari Antan 1 terus berfluktuasi, dan yang tertinggi adalah pada tahun 2005 yaitu sebesar ribu kg BCK. Sedangkan yang terendah adalah produksi tahun 2008 yaitu ribu kg BCK. Rendemen rata-rata biji kakao dalam lima tahun terakhir rata-rata 38.5 persen.

29 Hubungan curah hujan bulanan dengan produksi biji coklat basah (BCB) di PT RSA I tercantum pada Gambar 1. Curah hujan rata-rata pada bulan Agustus merupakan yang terendah jika dibandingkan dengan bulan-bulan lain yaitu 4.6 mm, hal tersebut berdampak pada produksi enam bulan berikutnya yaitu bulan Februari yang rata-rata produksi bulan tersebut sebanyak 9 ton BCB. Rata-rata produksi pada bulan Februari merupakan yang terendah jika dibandingkan dengan rata-rata produksi bulan lainnya. Bulan Desember memiliki rata-rata curah hujan bulanan tertinggi yaitu mm, hal tersebut berdampak pada produksi enam bulan berikutnya yaitu bulan Juni. Rata-rata produksi pada bulan Juni merupakan yang tertinggi yaitu sebesar ton BCB. Curah hujan pada bulan tertentu akan mumpengaruhi produksi enam bulan berikutnya. Produksi (ton BCB) Curah Hujan (mm) Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Gambar 1. Rata-rata Produksi BCB dan Curah Hujan Bulanan di PT Rumpun Sari Antan I Tahun Produktivitas kakao di PT Rumpun Sari Antan 1 selama lima tahun terakhir rata-rata kg/ha/tahun, lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata produktivitas nasional lima tahun terakhir tetapi lebih rendah dibandingkan dengan produktivitas rata-rata perkebunan besar swasta pada periode yang sama. Produktivitas tanaman kakao menurut bentuk pengusahaan dari tahun dapat dilihat pada Tabel 2.

30 Tabel 2. Produktivitas Tanaman Kakao Menurut Bentuk Pengusahaan dari Tahun Tahun Perkebunan Rakyat Perkebunan Besar Negara Perkebunan Besar Swasta Nasional.....(kg/ha)... PT RSA I Rata-rata Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan (2009) dan Kantor administrasi PT RSA 1

31 PELAKSANAAN MAGANG Aspek Teknis Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM) Tanaman kakao di Perkebunan PT Rumpun Sari Antan 1 seluruhnya merupakan tanaman menghasilkan. Pemeliharaan yang dilakukan di antaranya adalah pengendalian gulma, pemupukan, pemangkasan, serta pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian gulma. Secara umum untuk Afdeling B dan Afdeling C jenis gulma yang ditemui sama, yaitu Mikania micrantha, Cyperus kyllingia, Cromolaena odorata, Cleome rutidosperma, Stacitaperta indica, Imperata cylindrica, Boreria alata, Paspalum conjugatum, Ageratum conizoides, keladikeladian, serta kacangan yang sudah menjadi gulma. Keberadaan gulma tersebut sangat mengganggu selain merupakan kompetitor bagi tanaman, juga mengganggu pelaksanaan pemeliharaan seperti pemupukan, pengendalian hama dan penyakit tanaman serta menggangu pelaksanaan panen yang akan meningkatkan kehilangan hasil panen. Pengendalian gulma dilakukan secara manual dan kimia. Pengendalian gulma secara manual dilakukan dengan cara babad rendah untuk gulma yang sudah terlalu tinggi. Norma kerja babad gulma di Afdeling C 3 HK/ha, tetapi dalam pelaksanaannya bisa mencapai 5 HK/ha, karena kondisi gulma di kebun sudah terlalu tinggi dan banyak. Pengendalian gulma secara kimia dilakukan bulan setelah pengendalian gulma secara manual. Pengendalian gulma secara kimia menggunakan Gerosin 480 SL, Round up 486 SL, dan Rodiamin 720 WSC. Gerosin 480 SL digunakan untuk gulma golongan rumput dan gulma lunak, sedangkan Round up 486 untuk lalang, dan Rodiamin 720 WSC untuk kacang-kacangan. Herbisida yang akan digunakan dilarutkan terlebih dahulu (kecuali Rodiamin 720 WSC) dengan air, perbandingan antara air dengan herbisida 1:1. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengurangi resiko pencurian herbisida.

32 Gerosin 480 SL digunakan dengan konsentrasi 200 ml herbisida oplosan per 15 liter larutan atau 100 ml herbisida per 15 liter larutan, sedangkan Rodiamin 720 WSC digunakan dengan konsentrasi 40 ml per 15 liter larutan. Aplikasi herbisida menggunakan knapsack sprayer, dilengkapi dengan nozel kipas yang mempunyai lebar bidang semprotan 1.5 meter, efektif 1.25 meter. Pelaksanaan penyemprotan dilakukan dengan sistem barisan (strip weeding) sehingga setiap baris akan dilalui oleh dua orang penyemprot yaitu di sebelah kiri dan kanan barisan kakao dengan lebar areal efektif yang disemprot setiap baris 2.5 meter. Selain strip weeding juga dilakukan spot lalang pada arealareal yang ditumbuhi lalang. Hasil penyemprotan gulma akan terlihat setelah 5-7 hari kemudian, dengan tanda-tanda gulma akan terlihat menguning seperti terbakar daunnya. Jika masih ada gulma yang bewarna hijau maka akan dilakukan spot weeding untuk areal tersebut. Kegiatan penyemprotan gulma dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Kegiatan Penyemprotan Gulma Berdasarkan hasil pengamatan penulis, pada pelaksanaan pengendalian gulma secara kimia masih terdapat beberapa kesalahan yang menyebabkan kurang efektifnya pengendalian gulma yang dilakukan. Kesalahan tersebut antara lain masih ada karyawan yang mengganti nozel dengan nozel corong sehingga pengendalian gulma menjadi tidak efektif dan knapsack sprayer yang digunakan kadang-kadang bocor sehingga banyak larutan herbisida terbuang serta penerapan sistem baris belum konsisten sehingga yang seharusnya strip weeding menjadi total atau spot weeding yang tidak teratur. Selain itu untuk menentukan kebutuhan herbisida, konsentrasi larutan semprot, dan volume semprot, tidak melalui kalibrasi sehingga terjadi pemborosan penggunaan herbisida. Karyawan juga

33 belum sepenuhnya memahami cara yang benar melakukan penyemprotan gulma seperti jika melakukan strip weeding harus berjalan lurus sesuai alur, kecepatan jalan konstan, stik tidak boleh digoyang, dan lainnya. Oleh karena itu, peranan mandor dalam pengawasan harus lebih ditingkatkan. Untuk pengendalian gulma secara kimia ditetapkan norma 2 HK/ha, dalam pelaksanaannya karyawan dapat melakukan dengan rata-rata 1.65 HK/ha. Sedangkan penulis melakukannya dengan prestasi kerja rata-rata 1.88 HK/ha. Pemupukan. Pemupukan dilakukan dua kali setahun yaitu pada bulan Februari - Maret dan bulan Oktober - November. Pada bulan-bulan tersebut curah hujan masih tergolong tinggi sehingga air tersedia cukup untuk melarutkan pupuk dengan lebih baik. Jenis pupuk yang diaplikasikan di Afdeling B dan Afdeling C Kebun Rumpun Sari Antan 1 terdiri atas pupuk Urea Prill (46 % N), pupuk SP-18 (18 % P 2 O 5 ) dan pupuk MOP (60 % K 2 O). Selain itu pada tahun ini digunakan juga pupuk Gandasil B yang mengandung N 6 %, P 2 O 5 20 %, K 2 O 30 % dan MgSO 4 3 % serta beberapa hara mikro seperti mangan, cobal, boron, tembaga, seng dan vitamin bagi tanaman seperti aneurine, lactoflavine dan nicotinic acid amide. Pemupukan menggunakan Gandasil B tersebut merupakan uji coba, belum berdasarkan rekomendasi pemupukan seperti halnya pada penggunaan pupuk tunggal. Dosis pupuk yang digunakan berdasarkan rekomendasi dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember, atas dasar hasil analisis tanah dan daun. Rekomendasi pemupukan tersebut diberikan langsung kepada kantor direksi di Jakarta dan direksi akan menerbitkan surat keputusan yang menentukan dosis pupuk yang harus digunakan untuk pemupukan tahun tersebut. Setelah itu, kebun akan membuat surat permintaan barang (SPB) ke direksi lalu direksi akan mengirim pupuk sebanyak yang dibutuhkan. Rekomendasi pemupukan yang diterbitkan direksi berbeda untuk setiap blok, bergantung pada hasil analisis tanah dan daun dari blok tersebut. Pada pemupukan tahap pertama tahun 2009 masih menggunakan rekomendasi pemupukan untuk tahun Dosis pupuk Urea yang ditetapkan rata-rata hanya 71 %, dosis pupuk MOP rata-rata hanya 39 %, dan

34 dosis pupuk SP-18 rata-rata 98 % dari dosis rekomendasi. Tabel 3 menunjukkan dosis pupuk yang ditetapkan di Afdeling B. Blok Tabel 3. Dosis Pupuk yang Direkomendasikan dan yang Ditetapkan di Afdeling B PT Rumpun Sari Antan I Luas (ha) Jumlah pokok Dosis Rekomendasi Dosis Ketetapan Urea SP-18 MOP Urea SP-18 MOP.. (g/pokok) Rata-rata Sumber : Kantor administrasi PT RSA 1 Pada Tabel 4 dapat dilihat dosis pupuk yang ditetapkan direksi di Afdeling C, terlihat bahwa dosis yang ditetapkan lebih rendah dari yang direkomendasikan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember. Di Perkebunan Rumpun Sari Antan 1 pemupukan pada tanaman kakao dilakukan dengan dua cara yaitu melalui tanah dan melalui daun. Pupuk yang diaplikasikan melalui tanah adalah pupuk Urea, MOP dan SP-18, sedangkan yang diaplikasikan melalui daun adalah Gandasil B. Pengaplikasian pupuk melalui tanah dilakukan dengan cara membuat lubang pupuk sebanyak satu lubang pada setiap pokok tanaman. Lubang pupuk dibuat dengan jarak cm dari pokok, dalam cm, dan lebar 20 cm. Setelah campuran pupuk dimasukkan ke dalam lubang pupuk sebanyak takaran pupuk yang sudah dikalibrasi sesuai dengan dosis yang ditetapkan, kemudian lubang ditutup kembali. Dari sepuluh orang sampel tenaga kerja yang diamati masih ada karyawan yang membuat lubang pupuk terlalu dekat ke pokok tanaman dengan jarak < 50 cm serta pada daerah lereng lubang pupuk dibuat pada lereng bagian bawah pokok tanaman.

35 Blok Tabel 4. Dosis Pupuk yang Direkomendasikan dan yang Ditetapkan di Afdeling C PT Rumpun Sari Antan I Luas (ha) Jumlah pokok Dosis Rekomendasi Dosis Ketetapan Urea SP-18 MOP Urea SP-18 MOP.. (g/pokok) Rata-rata Sumber : Kantor administrasi PT RSA 1 Untuk ketiga jenis pupuk yang akan diaplikasikan dicampur pada sore hari (sehari sebelum diaplikasikan), kemudian dimasukkan ke dalam karung dan disimpan di gudang. Pencampuran pupuk dilakukan sekitar pukul WIB. Pupuk yang sudah dicampur diangkut ke lokasi pemupukan pada pagi hari sekitar pukul WIB, sebelum dilaksanakannya pemupukan. Pupuk tersebut ditumpuk di sekitar jalan utama kebun tempat dilaksanakan pemupukan. Cara aplikasi pupuk Gandasil B adalah dengan melarutkannya dalam air dengan konsentrasi 30 g/10 liter larutan, kemudian larutan Gandasil B diaplikasikan menggunakan knapsack sprayer. Dosis yang digunakan adalah 0.6 g/pokok atau 0.2 liter larutan per pokok tanaman. Pengaplikasian pupuk lewat daun biasanya dicampur dengan insektisida untuk pengendalian Helopeltis. Penyemprotan dilakukan pada bagian daun, buah, dan batang tanaman. Dalam pelaksanaan pemupukan, tenaga kerja penabur pupuk sebagian besar wanita. Alat untuk menabur pupuk adalah ember sebagai wadah pupuk dan takaran yang sudah dikalibrasi terlebih dahulu. Dari hasil pengamatan beberapa sampel tenaga kerja penabur pupuk (Lampiran 7) di Afdeling B diketahui bahwa dosis pupuk campuran yang diapikasikan rata-rata g/pokok, sedangkan dosis pupuk yang ditetapkan g/pokok dan di Afdeling C dosis yang diaplikasikan rata-rata g/pokok sedangkan dosis yang ditetapkan 255 g/pokok.

36 Pada Tabel 5 dapat dilihat perbandingan dosis pupuk yang diaplikasikan dengan dosis pupuk yang ditetapkan di Afdeling B dan Afdeling C. Tabel 5. Dosis Pupuk Campuran yang Diaplikasikan dan yang Ditetapkan di Afdeling B dan Afdeling C Afdeling B Afdeling C.. (g/pokok).. Dosis yang Ditetapkan Dosis yang Diaplikasikan Hasil uji t tn ** Keterangan : tn tidak berbeda nyata ** sangat berbeda nyata Di Afdeling B penulis melakukan pengamatan terhadap dosis aplikasi pemupukan pada lahan dengan topografi yang berbeda. Perbandingan antara dosis pupuk yang ditetapkan dengan dosis pupuk yang diaplikasikan terlihat pada Tabel 6. Tabel 6. Dosis Pupuk Campuran yang Diaplikasikan dan yang Ditetapkan Pada Berbagai Topografi Lahan di Afdeling B Dosis Pupuk Topografi Lahan Datar Miring Curam Diaplikasikan (g/pkk) Ditetapkan (g/pkk) Hasil Uji t tn tn ** Keterangan : Lahan Datar 0-15 % tn tidak berbeda nyata Lahan Miring % ** sangat berbeda nyata Lahan Curam > 25 % Dari hasil pengamatan tersebut diketahui bahwa di lahan datar sampai miring dosis yang diaplikasikan tidak berbeda dengan dosis yang ditetapkan. Sedangkan pada lahan curam dosis yang diaplikasikan berbeda dengan dosis yang ditetapkan, yaitu lebih rendah dari dosis yang ditetapkan. Untuk memudahkan pelaksanaan pemupukan, karyawan dibagi menjadi lima kelompok yaitu pengaduk, pengangkut, pelangsir, pembuat lubang, dan penabur pupuk. Ada perbedaan pembagian kelompok karyawan antara Afdeling B dan Afdeling C. Di Afdelng B antara pembuat lubang pupuk terpisah dengan penabur pupuk, dengan membentuk kelompok masing-masing. Sedangkan di Afdeling C kelompok pembuat lubang dan penabur pupuk beriringan, seorang pembuat lubang langsung diikuti oleh seorang penabur pupuk. Kegiatan pemupukan dapat dilihat pada Gambar 3.

37 (a) Langsir Pupuk (b) Pembuatan Lubang Pupuk (c) Penabur Pupuk dan Langsir Pupuk Gambar 3. Kegiatan Pemupukan Untuk kegiatan pemupukan mulai dari pengaduk pupuk, angkut, langsir, pembuat lubang dan penabur pupuk digunakan norma 0.7 HK/ha untuk setiap jenis pupuknya di Afdeling B dan 1 HK/ha di Afdeling C. Pemangkasan. Pemangkasan adalah kegiatan mengurangi cabang atau ranting tanaman kakao yang bertujuan untuk mencapai produksi tinggi dan keseragaman tanaman sehingga memberikan kemudahan dalam perawatan tanaman dan pemanenan. Pemangkasan terdiri atas pangkasan bentuk, pangkasan pemeliharaan dan pangkasan produksi. Pangkasan bentuk adalah pangkasan yang bertujuan untuk membentuk kerangka tanaman yang baik, dilakukan pada saat tanaman belum menghasilkan (TBM) yang telah membentuk jorquette sampai tanaman memasuki fase produktif. Pangkasan pemeliharaan bertujuan untuk mempertahankan kerangka tanaman yang sudah terbentuk, mengatur penyebaran daun produktif, membuang bagian tanaman yang tidak dikehendaki seperti cabang sakit, patah, tunas air serta cabang berbenalu. Pangkasan pemeliharaan dilakukan pada tanaman menghasilkan (TM) dengan rentang waktu 3 bulan sekali sedangkan untuk wiwilan dua kali sebulan. Pangkasan produksi adalah pemangkasan yang bertujuan agar tanaman dapat berproduksi maksimum dengan mempertahankan ILD optimum dan mengatur pengalokasian asimilat antara pertumbuhan vegetatif dan generatif. Pangkasan produksi di PT Rumpun Sari Antan 1 dilakukan pada TM, dua kali setahun pada bulan Oktober November dan bulan Februari - Maret. Pemangkasan yang dilakukan di Afdeling C PT Rumpun Sari Antan 1 adalah pemangkasan pemeliharaan dengan membuang tunas air, cabang cacing, cabang yang menggantung, cabang-cabang yang tingginya lebih dari 3.5 meter

38 dari permukaan tanah, cabang berbenalu, cabang yang tumpang tindih dengan tanaman lain serta cabang kering, rusak, dan busuk. Pembuangan bagian tanaman yang dilakukan adalah mengatur agar tidak ada percabangan termasuk tunas air pada jarak cm dari jorquette, membuang tunas air yang tumbuh pada cabang primer dan pangkal cabang sekunder, mengatur cabang sekunder dan tersier (cabang kipas) agar tidak terlalu rapat, cabang gantung dipotong agar cabang dapat terangkat kembali dan mengarah ke atas, serta juga dilakukan pembuangan buah busuk, layu atau dimakan tikus/tupai. Dalam pelaksanaan pemangkasan seringkali karyawan pangkas melakukan kesalahan di antaranya adalah memangkas jorquette, tidak tuntasnya membuang cabang kipas, sengaja meninggalkan cabang orthotrof yang seharusnya dibuang dan membuang cabang plagiotrof, serta tajuk tanaman yang terlalu terbuka (pemangkasan yang terlalu berat) menyebabkan cahaya matahari mengenai jorquette secara langsung yang mengakibatkan jorquette menjadi kering. Selain itu topping yang dilakukan dengan membuang bagian tanaman yang berukuran besar sehingga saat bagian tanaman hasil pangkasan jatuh ke bawah merusak bunga dan buah yang ada di bawahnya. Alat yang digunakan untuk melakukan pemangkasan adalah golok, gergaji, dan antel (pisau pangkas). Alat pangkas yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 4. Golok biasanya digunakan untuk memangkas bagian tanaman yang tidak terlalu tinggi atau yang bisa dijangkau tanpa menggunakan galah. Gergaji digunakan untuk memangkas bagian tanaman yang tinggi dan berukuran besar. Antel digunakan untuk melakukan wiwilan, membuang cabang yang masih berukuran kecil (diameter < 5cm) dan untuk membuang buah busuk, layu atau dimakan tupai atau tikus. Antel dan gergaji diberi galah sepanjang 3.5 meter, sedangkan antel yang digunakan untuk wiwil diberi galah sepanjang 1.5 meter. Dalam pelaksanaan pemangkasan kadang-kadang pekerja langsung memanjat tanaman kakao untuk membuang bagian tanaman.

39 Gambar 4. Alat Pangkas : Antel (kiri), Gergaji Pangkas (kanan). Ketajaman alat sangat mempengaruhi kualitas pangkasan. Jika alat tidak tajam akan merusak kulit batang, menimbulkan luka pada tanaman yang tidak teratur sehingga akan lambat pulih. Pemangkasan menggunakan antel terhadap cabang-cabang yang berukuran besar akan lebih sulit dan menyebabkan kerusakan pada tanaman. Kerusakan yang terjadi adalah pelukaan yang parah pada tanaman dan dapat merusak serta menggugurkan bunga dan buah. Untuk meningkatkan kualitas pangkasan perusahaan sebaiknya memperhatikan ketersediaan alat seperti gunting galah, gergaji, dan lainnya. Untuk melakukan pemangkasan dibutuhkan tenaga kerja yang benar-benar paham bagian mana yang harus dibuang sehingga diperoleh kualitas dan kuantitas hasil pangkasan yang baik. Di Afdeling C, karyawan pangkas adalah orang-orang yang memang sudah dilatih atau khusus melakukan pemangkasan. Prestasi kerja karyawan dalam melakukan pemangkasan pemeliharaan adalah 4.5 HK/ha dan penulis adalah 5.3 HK/ha, sedangkan norma yang ditetapkan adalah 5 HK/ha. Kegiatan pemangkasan yang penulis lakukan dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Kegiatan Pemangkasan

40 Pembuangan tunas air atau wiwil dilakukan dengan rotasi dua kali sebulan dengan norma 0.6 HK/ha dalam pelaksanaannya prestasi kerja karyawan adalah 1 HK/ha. Penulis sendiri tidak melakukan kegiatan tersebut. Pengendalian hama dan penyakit. Hama yang menyerang tanaman kakao di Kebun Rumpun Sari Antan 1 terdiri atas Helopeltis sp., Zeuzera coffeae, Canopomorpha cramerella, tikus dan tupai. Sedangkan penyakit yang menyerang tanaman kakao adalah busuk buah dan kangker batang (Phytopthora palmivora), jamur upas dan Colletotricum sp. pada daun. Pengendalian hama dan penyakit di PT Rumpun Sari Antan 1 didahului dengan deteksi tingkat serangan hama dan penyakit. Setiap blok kebun diambil tanaman sampel sebanyak 5 % dari populasi untuk keperluan pengambilan data tingkat serangan. Pengambilan tanaman sampel berdasarkan barisan. Barisan tanaman yang diambil sebagai sampel adalah baris-baris yang berada pada kelipatan 20 dari baris awal. Setiap baris tersebut diberi tanda dan diberi nomor baris. Pengamatan dilakukan terhadap seluruh tanaman yang terdapat pada baris sampel tersebut. Baris yang sama akan diamati pada rotasi berikutnya. Untuk deteksi tingkat serangan hama dan penyakit dilakukan dengan rotasi dua kali dalam sebulan. Data hasil deteksi tersebut seharusnya digunakan sebagai dasar pengendalian pada blok-blok yang terserang hama dan penyakit di atas ambang ekonomi. Akan tetapi, pada kenyataannya di lapangan pelaksanaan deteksi belum sinkron dengan pelaksanaan pengendalian hama dan penyakit.selama ini data hasil deteksi hanya digunakan untuk menyusun anggaran, kebutuhan tenaga kerja, material, dan alat pengendalian hama dan penyakit saja. Pelaksanaan pengendalian hama dan penyakit tanaman tetap mengikuti putaran rotasi yang dijalankan blok demi blok. Kepik penghisap buah (Helopeltis sp) adalah hama yang menyerang buah, menyebabkan adanya bintik hitam pada buah. Serangan pada buah muda dapat menyebabkan buah mati. Bercak pada buah yang terserang berat akan menyatu, sehingga jika buah dapat berkembang terus permukaan kulit buah akan retak-retak dan terjadi perubahan bentuk yang dapat menghambat perkembangan biji dalam buah. Helopeltis sp. juga dapat menyerang daun dan ranting muda. Kehilangan hasil akibat serangan Helopeltis sp. dapat mencapai persen. Pengendalian

41 kepik penghisap buah menggunakan insektisida Emcindo 500 EC yang merupakan insektisida kontak berbahan aktif BPMC 500 gram/liter. Dosis yang digunakan 120 ml/ha dengan konsentrasi 1 ml/liter air, dan volume semprot 120 liter/ha. Alat yang digunakan adalah knapsack spayer dan mistblower. Kegiatan pengendalian hama dan penyakit tanaman dapat dilihat pada Gambar 6. (a) Menggunakan Mistblower (b) Menggunakan Knapsack Sprayer Gambar 6. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Untuk hama yang lain belum dilakukan usaha pengendalian yang khusus karena dari data deteksi tingkat serangannya kecil sehingga tidak ada anggaran khusus untuk menanggulangi hama-hama tersebut. Penyakit busuk buah yang disebabkan oleh Phytophora palmivora merupakan penyakit penting yang menyerang buah kakao di PT RSA 1. Gejala serangan menunjukkan buah mengalami pembusukan disertai bercak coklat kehitaman dengan batas yang tegas. Serangan penyakit busuk buah biasanya dimulai dari ujung atau pangkal buah, perkembangan bercak coklat sangat cepat dalam beberapa hari seluruh buah akan menjadi hitam. Penyakit busuk buah menyerang buah yang masih muda sampai dewasa. Serangan pada buah yang masih muda akan menyebabkan buah tidak dapat dipanen, sedangkan jika pada buah yang telah dewasa (tergolong size 4) masih dapat dipanen tetapi kualitas bijinya akan menurun. Pengendalian penyakit tersebut dilakukan dengan cara sanitasi, yaitu membuang seluruh buah yang terserang kemudian dikubur. Selain itu juga dilakukan pengendalian secara kimia menggunakan fungisida Sidazeb 80 WP, yaitu fungisida kontak berbentuk tepung warna kuning keabu-abuan. Fungisida tersebut berbahan aktif mankosep 80 persen. Dosis fungisida yang

42 digunakan 240 g/ha, dengan konsentrasi 2 g/liter air. Penggunaan Sidazeb juga sekaligus untuk mengendalikan penyakit lain seperti Colletotricum, Corticium salmonicolor, dan kangker batang. Pengendalian jamur upas dilakukan dengan cara pemangkasan pada bagian yang terserang dan kegiatan tersebut dilakukan bersamaan dengan kegiatan pemangkasan. Sedangkan untuk Colletotricum dilakukan penyemprotan menggunakan belerang dengan dosis 240 g/ha. Dalam aplikasi pengendalian hama dan penyakit secara kimia penggunaan insektisida dan fungisida seringkali dicampurkan. Alat yang digunakan adalah knapsack sprayer dan mistblower. Kelebihan mistblower dibandingkan dengan knapsack sprayer adalah kemampuan menghasilkan droplet yang halus dan dapat menghasilkan tekanan yang kuat sehingga cairan semprot dapat mencapai pucuk tanaman. Dengan demikian pengendalian beberapa jenis hama dan penyakit tanaman dapat dilakukan sekaligus. Selain itu dengan mistblower pekerjaan juga dapat lebih cepat dengan hasil semprotan yang lebih luas, sehingga rotasi pengendalian dua kali sebulan dapat dilakukan. Untuk pengendalian hama dan penyakit tanaman secara kimia, norma kerja yang ditetapkan 0.7 HK/ha, sedangkan kemampuan kerja karyawan 0.8 HK/ha. Penulis sendiri dapat melakukan dengan prestasi kerja 0.8 HK/ha. Pemanenan Panen merupakan kegiatan memetik buah kakao yang sudah matang dari pohon untuk dilakukan pengolahan sehingga menjadi bahan yang bermanfaat. Oleh karena itu, panen harus dilakukan dengan sebaik-baiknya agar diperoleh hasil sesuai target yang diinginkan, baik kuantitas maupun kualitasnya. Kegiatan paling awal sebelum dilakukannya pemanenan adalah pengamatan kematangan buah oleh mandor panen pada lahan yang direncanakan akan dipanen. Pengamatan dilakukan secara visual terutama pada perubahan warna buah yang menunjukkan kematangan buah. Buah kakao yang pada saat masih muda kulit buahnya bewarna hijau, maka ketika masak akan berubah menjadi kuning, sedangkan buah kakao yang kulit buahnya bewarna merah saat masih muda akan berubah menjadi merah kekuningan atau orange. Kriteria buah

43 dapat dipanen adalah ketika tingkat perubahan warnanya sudah lebih dari 60 persen, dan pada blok yang akan dipanen telah terdapat minimal 20 % tanaman yang memiliki buah matang. Pada areal yang akan dipanen dilakukan perhitungan kerapatan panen dengan cara mengambil tanaman sampel pada areal tersebut sebanyak 5 % dari populasi. Pengambilan tanaman sampel berdasarkan barisan. Barisan tanaman yang diambil sebagai sampel adalah baris-baris yang berada pada kelipatan 20 dari baris awal. Setiap pokok tanaman pada barisan sampel tersebut diamati dan dihitung jumlah buahnya yang siap dipanen, kemudian dihitung kerapatan panen di areal tersebut. Kerapatan panen digunakan sebagai dasar menentukan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan sekaligus menentukan proyeksi produksi untuk keesokan harinya pada areal tersebut. Penulis melakukan perhitungan kerapatan panen (KP) di Blok E8 yang populasinya pokok. Tanaman sampel yang diambil sebanyak 80 tanaman. Pengamatan dilakukan terhadap buah yang siap dipanen pada 80 pokok tanaman tersebut. Dari 80 pokok tanaman setelah diamati terdapat 139 buah matang atau siap panen, maka KP nya adalah sebagai berikut : Kerapatan Panen (KP) = = = 1.73 Bobot hasil panen adalah : 1 kg BCB = 12 buah Buah yang harus dipanen = 1.73 x Berat biji coklat basah (BCB) = = KP x Populasi = buah buah (pembulatan) = = 231 kg BCB / Jumlah pemanen yang dibutuhkan adalah : Standar panen 55 kg/hk

44 Jumlah tenaga kerja = = / = 4.2 HK 4 HK (pembulatan) Dengan demikian di Blok C8 dibutuhkan 4 orang tenaga kerja dengan perkiraan produksi dari blok tersebut adalah 231 kg. Kegiatan panen meliputi pemetikan buah, pemecahan buah, pengeluaran biji dari cangkang sekaligus pemisahan dari plasenta, penimbangan hasil panen dan pengangkutan ke pabrik. Pemetikan buah. Pemetikan buah dilakukan dengan memotong tangkai buah, tetapi tidak sampai merusak bantalan buah yang ada. Saat memotong tangkai buah, tangkai buah harus tetap disisakan ± 5 mm dari bantalan buah, hal tersebut bertujuan untuk menghindari kerusakan bantalan buah tersebut. Pemetikan buah harus dilakukan dengan alat panen yang tajam yaitu antel untuk memetik buah yang tinggi dan golok untuk memetik buah yang rendah. Penggunaan alat panen yang tajam dimaksudkan agar tidak merusak bantalan buah dan kulit batang. Kegiatan panen dan alat yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 7. Setiap pemanen membawa tas karung yang berukuran hampir sama bagi setiap pemanen sebagai wadah buah yang sudah dipanen. Tas karung tersebut sekaligus merupakan takaran hasil bagi pemanen untuk menentukan bobot biji coklat basah (BCB) per tumpukan. Setelah tas penuh dengan buah, buah kakao lalu ditumpuk di lokasi tertentu sebelum dilakukan pemecahan buah. Setiap tumpukan biasanya sekitar lima tas karung buah atau setara dengan bobot BCB ± 25 kg. Setelah buah kakao ditumpuk langsung dipecah sebelum pemanen memetik buah lagi. Dalam pemetikan buah selain memetik buah matang, pemanen juga harus memetik buah yang terserang hama dan penyakit serta buah yang sudah hitam.

45 (a) Pemetik Buah (b) Alat Panen Gambar 7. Kegiatan Pemanenan dan Alat yang Digunakan Pemecahan buah. Pemecahan buah merupakan tahapan berikutnya setelah buah dipetik. Pemecahan buah dilakukan setelah buah ditumpuk di tempat tertentu sebelum pemanen melanjutkan memetik buah untuk tumpukan berikutnya. Pemecahan buah dilakukan menggunakan golok dengan cara memotong kulit buah pada posisi membujur. Kegiatan pemecahan buah harus dilakukan dengan hati-hati agar biji di dalam buah tidak terpotong. Jika biji terpotong dapat menyebabkan menurunnya mutu produk yang dihasilkan. Untuk memecah satu tumpukan buah yang jumlahnya sekitar 300 buah atau setara dengan bobot BCB ± 25 kg membutuhkan waktu menit. Kegiatan memecah buah dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8. Kegiatan Pemecahan Buah Pengeluaran biji. Pengeluaran biji dari cangkang dilakukan setelah pemanen menyelesaikan pemanenan pada hancanya. Buah yang sudah dipecah kemudian bijinya dikeluarkan dari cangkang. Biji yang sudah dikeluarkan dimasukkan ke dalam karung tanpa plasentanya. Biji dari buah sehat harus

46 dimasukkan ke dalam karung yang berbeda dengan biji dari buah terserang busuk buah, buah muda atau biji yang sudah berkecambah. Cangkang atau kulit buah kakao dan plasentanya dibuang di sekitar tumpukan buah tersebut, yang kadangkadang tepat berada di bawah pokok tanaman kakao. Untuk mengeluarkan biji dari cangkangnya satu tumpukan buah yang jumlahnya sekitar 300 buah membutuhkan waktu menit. Biji yang sudah dimasukkan ke dalam karung, dibawa ke tempat penampungan hasil (TPH). Untuk blok-blok yang berada jauh dari jalan utama kebun, TPH-nya berada di satu tempat yang sama, tetapi blok-blok yang berada atau dilalui jalan utama kebun TPH nya berada dipinggir jalan tersebut. Pemanen bertanggung jawab mengangkut hasil panen sampai ke tempat penampungan hasil atau pinggir jalan utama. Setelah berada di TPH, BCB yang diperoleh pemanen ditimbang oleh tenaga khusus penimbang hasil panen dari afdeling. Setelah itu penimbang melaporkan hasil panen hari tersebut kepada mandor panen untuk dibuatkan surat pengantar buah (SPB), sebelum diangkut ke pabrik. Pengangkutan biji. Pengangkutan biji merupakan proses pemanenan terakhir yang dilakukan di afdeling sebelum dilakukan pengolahan di pabrik. Pengangkutan biji dilakukan menggunakan truk atau mobil bak terbuka. Semua hasil panen harus diangkut ke pabrik sesegera mungkin, tidak boleh ada yang restan di afdeling. Selama pengangkutan harus ada pengawasan agar seluruh hasil panen sampai di pabrik. Untuk itu, seluruh fasilitas seperti alat angkut dan jalan harus dapat menunjang pengangkutan tersebut. Organisasi panen. Sistem panen di Afdeling C PT RSA 1 memakai sistem hanca semi tetap pada sistem tersebut setiap kelompok pemanen mendapat hanca dengan luas areal tertentu pada lokasi yang akan dipanen, tetapi kelompok pemanen tersebut tidak mendapat hanca yang tetap untuk rotasi berikutnya. Rotasi panen antara 5-7 hari. Tiap kelompok pemanen biasanya terdiri atas 2 hingga 5 orang, tetapi ada juga yang hanya sendiri bergantung pada hanca yang akan dipanen. Kelompok pemanen dan hanca yang akan dipanen ditentukan oleh mandor panen saat apel pagi. Rata-rata seorang pemanen mendapat areal panen seluas 1.5 ha. Pada saat buah sedikit setiap kelompok mendapatkan hanca yang

47 lebih luas. Antara satu hanca dengan hanca yang lain dibatasi oleh jalan, jalan setapak, jurang, selokan atau sungai. Setiap hanca arealnya sudah tetap sehingga batas ataupun luas arealnya selalu digunakan untuk setiap tahunnya. Pemanenan di Afdeling C dilakukan dengan sistem borong murni, yaitu setiap pekerja digaji berdaasarkan hasil panen yang diperolehnya. Pihak afdeling akan menetapkan output atau target hasil panen harian (kg BCB) yang harus didapat pemanen kemudian akan ditentukan harga per kg nya dengan membagi gaji untuk I HK dengan output tersebut. Contoh perhitungan gaji pemanen sebagai berikut : Output yang ditetapkan 45 kg/hk Gaji 1 HK Rp ,- Harga BCB per kg = =. = Rp 333,33 / kg. Output yang ditetapkan akan berubah sesuai dengan peningkatan produksi. Pada minggu I dan II April output 45 kg/hk, minggu III dan IV April output 50 kg/hk dan pada bulan Mei output naik menjadi 60 kg/hk. Tenaga kerja pemanen di Afdeling C terdiri atas tenaga kerja laki-laki dan perempuan, yang umumnya merupakan orang-orang yang memang sudah terbiasa dan terlatih untuk melakukan panen. Pada setiap musim panen orang-orang tersebut selalu mendapat prioritas utama sebagai tenaga kerja pemanen. Tenaga pemanen tersebut dapat memperoleh 140 kg BCB per hari dengan jam kerja dari jam WIB sampai jam WIB, tetapi rata-rata karyawan pemanen mampu memperoleh 74 kg BCB dengan waktu kerja rata-rata 6 jam kerja. Dengan demikian mereka memperoleh penghasilan diatas gaji normal yang ditetapkan perusahaan. Pengolahan Pengolahan hasil memegang peranan penting untuk memperoleh mutu biji kakao yang sesuai dengan permintaan konsumen. Tahapan proses pengolahan dimulai dari penerimaan biji kakao di pabrik, fermentasi, pengeringan, sortasi sampai dengan pengepakan.

48 Penerimaan biji coklat basah ( BCB). Penerimaan biji kakao di pabrik diawali dengan penimbangan, setelah itu dilakukan analisis terhadap BCB. Penimbangan BCB dilakukan dua kali yaitu di afdeling dan di pabrik. Penimbangan BCB di pabrik bertujuan untuk mengecek BCB berkurang atau tidak selama dalam perjalanan dari afdeling ke pabrik. Setelah dilakukan pengamatan, selama pengangkutan akan terjadi penyusutan berat akibat terjadinya penirisan air yang dikandung BCB. Hasil penimbangan di pabrik merupakan dasar untuk menetapkan upah dan rendemen biji. Analisis biji kakao dilakukan untuk mengetahui kualitas panen dari afdeling, yang meliputi seberapa banyak biji kakao yang normal, muda, terserang penyakit, pipih, terpotong, dan berkecambah serta plasenta dan bahan lain yang terdapat pada hasil panen. Untuk kepentingan analisis tersebut sampel BCB dari setiap karung diambil sebanyak 0.5 kg. Fermentasi. Setelah ditimbang BCB dimasukkan ke dalam peti fermentasi yang terbuat dari kayu berukuran 250 cm x 100 cm x 40 cm dengan kapasitas 750 kg. Secara garis besar proses fermentasi ada dua macam yaitu fermentasi eksternal untuk menghancurkan pulp yang melekat pada biji dengan bantuan mikroorganisme dan fermentasi internal yang menyebabkan perubahan-perubahan kimia di dalam biji dengan bantuan enzim. Peti fermentasi yang digunakan di PT RSA 1 disusun dalam dua tingkat. Peti yang terbuat dari kayu tersebut sisi-sisinya dilubangi untuk mengalirkan cairan pulp dan menjaga aerasi selama fermentasi berlangsung. Selama proses fermentasi biji kakao basah dalam peti ditutup menggunakan karung goni. Setelah proses fermentasi berlangsung dua hari, baru dilakukan pembalikan dengan menurunkan biji kakao dari peti atas ke peti yang ada di bawahnya. Pembalikan biji bertujuan untuk mengatur aerasi dan meratakan suhu sehingga dapat menyediakan kondisi optimum untuk kegiatan mikroorganisme dalam proses fermentasi. Dengan demikian, proses fermentasi akan berlangsung sempurna dan merata. Proses fermentasi pada peti yang terakhir berlangsung selama dua hari, sehingga total waktu yang dibutuhkan untuk proses fermentasi adalah empat hari. Fermentasi dinyatakan selesai apabila sudah terjadi perubahan warna biji kakao dari putih menjadi kecoklatan dan timbul bau asam cuka yang jelas. Setelah itu, biji yang telah difermentasi dikeringkan di bawah sinar matahari.

49 Pengeringan. Pengeringan biji hasil fermentasi dilakukan dalam dua tahap, yaitu pengeringan dengan cahaya matahari dilanjutkan dengan pengeringan menggunakan dryer (Samoan). Pengeringan dengan cahaya matahari dilakukan dengan menjemur biji di atas lantai jemur yang terbuat dari semen dan di atas anjang-anjang yang terbuat dari anyaman bambu. Lantai jemur berukuran 30 m x 3 m sebanyak dua unit masing-masing berkapasitas 2 ton. Lantai jemur dibuat miring ke arah dua sisi panjangnya dengan bagian tengah dibuat tinggi, pada bagian tepi lantai jemur dibuat saluran air. Anjang-anjang terbuat dari bambu berukuran 35 m x 1 m sebanyak18 unit dan 20 m x 1 m sebanyak 7 unit dengan tinggi 0.5 m, yang berkapasitas masingmasing 700 kg dan 400 kg. Bagian atas dari anjang-anjang terbuat dari anyaman bambu. Tempat penjemuran tersebut dilengkapi dengan terpal sebagai penutup. Pengeringan dengan sinar matahari dilakukan selama dua hari sebelum dimasukkan ke dryer (Samoan). Selama penjemuran dilakukan pembalikan setelah 24 jam, dengan tujuan agar biji lebih cepat kering. Pada saat pembalikan juga dilakukan pembersihan dari kotoran atau plasenta yang terbawa saat panen serta pemecahan biji yang masih lengket satu sama lain. Ketebalan hamparan biji kakao saat dijemur berkisar 2-3 lapisan biji. Penjemuran dengan sinar matahari dapat menurunkan kadar air dari % menjadi % (berdasarkan keterangan mandor pabrik). Dari pengamatan yang dilakukan terhadap tingkat kekeringan biji yang dijemur di lantai jemur dan di anjang-anjang, menunjukkan bahwa biji yang dijemur di anjang-anjang lebih kering dari pada di lantai jemur pada waktu yang sama. Selain itu, penjemuran di anjang-anjang akan menghasilkan biji kakao yang terlihat lebih bersih dari serangan jamur dan bewarna lebih cerah. Setelah dua hari pengeringan biji dengan sinar matahari dilanjutkan dengan menggunakan Samoan. Samoan merupakan dryer berbahan bakar kayu, berbentuk persegi empat dengan ukuran 7 m x 3 m sebanyak empat unit berkapasitas 5 ton dan 8 m x 3 m sebanyak tiga unit berkapasitas 6 ton. Tinggi Samoan 1.5 meter dengan lantai samoan berada pada ketinggian 1 meter. Pada bagian bawah Samoan terdapat saluran berbentuk pipa untuk menyalurkan udara panas. Pada bagian pangkal Samoan terdapat tungku, serta mempunyai dua

50 pasang kipas. Udara panas disalurkan melalui pipa yang terbuat dari drum, dipasang membentuk cabang dua di pangkalnya kemudian menyatu kembali di ujungnya yang merupakan corong pembuang panas. Kipas bertujuan untuk meratakan panas yang disalurkan ke atas lantai Samoan. Pada kapasitas maksimal 5 ton dengan kadar air biji saat dipindahkan ke samoan berkisar %, maka pengeringan akan berlangsung selama jam. Waktu pengeringan menggunakan Samoan bergantung pada kadar air saat awal masuk Samoan, ketebalan tumpukan (ideal cm), pembalikan (satandar setiap 4 jam sekali) dan keadaan apinya. Untuk mengeringkan 1 ton BCB diperlukan 4-5 m 3 kayu bakar dan 9-10 HK. Biji kakao dinyatakan kering apabila sudah mencapai kadar air 7 persen. Dalam praktiknya penentuan kadar air tersebut hanya berdasarkan perkiraan karena kebun RSA I tidak mempunyai alat pengukur kadar air. Dari mulai proses fermentasi sampai pengeringan memerlukan waktu 8 hari. Setelah biji kakao kering, biji kemudian dipindahkan ke ruangan sortir untuk dilakukan sortasi dan pengepakan. Sortasi dan pengepakan. Sortasi merupakan tahap akhir dalam pengolahan biji kakao kering. Pada tahap tersebut biji kakao dipisahkan berdasarkan ukurannya dan dipisahkan dari kotoran yang masih terbawa. Sortasi dilakukan secara mekanis dengan menggunakan ayakan dan dilakukan secara manual oleh tenaga kerja. Sortasi dilakukan untuk memisahkan biji kakao kering ke dalam kelompok berdasarkan ukuran dan bobot/100 butir. Berdasarkan kelas mutu, biji kakao di PT RSA I terbagi ke dalam 4 kelompok yaitu : 1. Grade 1A : banyaknya biji per 100 gram 86 s/d 110 butir, 2. Grade 1C : banyaknya biji per 100 gram 111 s/d 120 butir, 3. Small bean : banyaknya biji per 100 gram 121 s/d 140 butir, 4. Under grade : biji pecah. Alat sortasi mekanis yang digunakan di PT RSA 1 adalah tipe ayakan silinder berputar dengan kapasitas ton/jam. Lubang ayakan terdiri atas tiga ukuran yaitu 10, 15, dan 18 mm. Pintu pengeluaran dari alat tersebut ada empat, yaitu pintu pertama yang terdapat paling atas adalah pintu pengeluaran kotoran atau biji yang hancur berupa serbuk dan debu. Pintu kedua mengeluarkan

51 biji yang berukuran kecil yang termasuk kelas 1C. Pada pintu ketiga adalah pintu pengeluaran untuk biji kakao yang digolongkan pada kelas 1A. Sedangkan pintu terakhir adalah pintu untuk biji yang berupa brongkolan dan biji yang berukuran besar. Biji yang berukuran besar dimasukkan ke dalam kelas 1A, tetapi terhadap biji yang brongkolan dilakukan pemisahan melalui sortasi manual. Biji yang keluar dari pintu dua dilakukan sortasi mekanis dua sampai tiga kali lagi untuk mendapatkan biji yang bisa keluar di pintu tiga dan dapat diikutkan ke dalam kelas 1A. Sortasi manual dilakukan untuk memisahkan kelas 1C, yang didapat setelah dilakukan sortasi mekanis dengan biji gepeng, kotoran dan biji pecah. Setelah sortasi, biji coklat kering (BCK) dimasukkan ke dalam karung kemudian diambil sampel BCK untuk dianalisis tingkat mutunya. Analisa mutu BCK mengacu pada SNI Pengambilan sampel BCK dilakukan dengan menggunakan alat takar plastik pada setiap karung. Sampel BCK selanjutnya dicampurkan agar merata kemudian ditimbang sebanyak 100 g, dihitung jumlah BCK yang terdapat dalam 100 g tersebut untuk mendapatkan jumlah biji per 100 gramnya, kemudian diamati kadar smokey, slaty, dan mouldy dari 200 butir sampel BCK yang sudah dibelah. Untuk mengetahui smokeynya dicium bagian dalam sampel BCK tersebut. Untuk mengetahui slaty dan mouldy dilakukan pengamatan terhadap penampakan bagian dalam BCK. Kadar air biji yang diharapkan persen. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia / SNI spesifikasi dan syarat mutu BCK yang digunakan adalah sebagai berikut : Grade : 1A Moisture : 7.5 % (maks) Mouldy : 3 % (maks) Slaty : 3 % ( maks) Kadar Waste : 2 % (maks) Insect Hidup : Tidak ada Kadar Biji Pecah : 2 % (maks) Bean Count : g Kadar Benda Asing : 0 %

52 Biji kakao hasil sortasi dikemas dengan karung goni dengan berat bersih 62.5 kg/karung. Karung goni yang telah berisi biji kakao kering kemudian dijahit dan dimasukkan ke dalam gudang penyimpanan, ditumpuk rapi dengan tinggi tumpukan maksimal 6 tumpuk untuk mencegah kerusakan biji kakao yang berada pada tumpukan paling bawah. Rendemen. Rendemen kakao adalah perbandingan antara bobot biji coklat kering (BCK) dengan bobot biji coklat basah (BCB). Rendemen = ( ) ( ) x 100 % Di PT RSA 1 rendemen rata-rata pada bulan April dan Mei adalah 37 persen. Beberapa faktor yang mempengaruhi rendemen adalah jenis kakao, iklim dan musim, tingkat kematangan buah dan cara pengolahan. Tingkat kematangan buah akan sangat berpengaruh pada rendemen. Banyaknya buah muda yang terpanen akan menurunkan rendemen karena buah muda yang belum berkembang sempurna dan menghasilkan biji gepeng setelah dikeringkan. Sebaliknya buah yang sudah matang mendekati 100 % akan memiliki rendemen lebih tinggi, kadar air yang rendah dibandingkan dengan hasil yang tingkat kematangannya masih di bawah 60 persen. Musim atau cuaca juga dapat mempengaruhi rendemen. Menurut Yusianto, Wahyudi, dan Sulistyowati (2008) rendemen biji kakao pada musim hujan, pertengahan dan musim kering masing-masing adalah %, %, dan persen. Penyusutan bobot saat pengolahan lebih disebabkan kehilangan hasil akibat biji tercecer dan proses lain yang dapat menurunkan bobot jika dilakukan dengan kurang tepat. Tahapan beberapa kegiatan yang dilakukan di pabrik dapat dilihat pada Gambar 9. (a) BCB Sampai di Pabrik (b) Penimbangan BCB (c) Fermentasi

53 (d) Penjemuran (e) Pengeringan Dengan Samoan (f) Alat Sortasi Gambar 9. Beberapa Tahap Pengolahan Biji Kakao di Pabrik Aspek Manajerial Struktur Organisasi Kebun PT Rumpun Sari Antan 1 dipimpin oleh seorang administratur. Dalam menjalankan tugasnya administratur dibantu oleh seorang kepala tatausaha (KTU), seorang kepala teknik dan pabrik, serta tiga orang asisten atau kepala afdeling. Kepala teknik dan pabrik serta kepala afdeling dibantu oleh mandormandor. Afdeling C dipimpin oleh seorang kepala afdeling dan dibantu oleh empat orang mandor yaitu mandor panen, mandor rawat, mandor hama dan penyakit tanaman serta mandor karet. Mandor bertugas mengkoordinir dan berhubungan dengan karyawan secara langsung pada setiap kegiatan sesuai jabatannya. Dalam pelaksanaannya kepala afdeling dapat memperbantukan mandor-mandor tersebut ke setiap jenis kegiatan bergantung pada keadaan kebun. Struktur organisasi PT Rumpun Sari Antan 1 dapat dilihat pada Lampiran 8. Administratur mempunyai tugas memimpin, mengelola, mengawasi dan mengevaluasi seluruh kegiatan di kebun dengan berpedoman pada kebijakan direksi baik pelaksanaan kegiatan di afdeling, pabrik, teknik, maupun kegiatan yang berhubungan dengan pihak luar kebun. Kepala tata usaha (KTU) bertanggung jawab dalam hal administrasi, kepegawaian, pembukuan, logistik serta keuangan kebun secara keseluruhan. KTU bertanggung jawab terhadap ketersediaan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk operasional kebun. Kepala pabrik bertanggung jawab terhadap pengelolaan pabrik seperti maintenance, administrasi, pelaksanaan, kontrol dan evaluasi kegiatan. Sebagai kepala teknik

54 bertanggung jawab terhadap kelancaran alat-alat transportasi termasuk jalan, bangunan dan perbengkelan. Kepala afdeling bertugas memimpin afdeling merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi setiap kegiatan di afdelingnya termasuk menyusun anggaran afdeling. Struktur tenaga kerja PT Rumpun Sari Antan 1 terdiri atas karyawan staf dan non staf. Karyawan staf terdiri atas administratur, kepala tata usaha, kepala pabrik dan teknik, serta kepala afdeling. Karyawan non staf terdiri atas karyawan bulanan tetap dan karyawan harian tetap. Susunan tenaga kerja dapat dilihat pada Tebel 7. Tabel 7. Susunan Tenaga Kerja di PT Rumpun Sari Antan I Status Tanaga Kerja Jumlah Tenaga Kerja Kantor Pabrik/Teknik Lapangan Jumlah (orang) Staf Non Staf : Karyawan Bulanan PHT Fungsional PHT Pekerja Total Sumber : Kantor administrasi PT RSA 1 Sistem Pengupahan Sistem pengupahan untuk karyawan staf, karyawan bulanan tetap dan karyawan harian tetap diberikan berdasarkan tigkat golongan dan lama bekerja. Untuk karyawan harian lepas yang bekerja di kebun digaji Rp ,- per hari dengan 5 jam kerja. Karyawan yang bekerja pada pengendalian hama dan penyakit, serta pengendalian gulma secara kimia akan mendapat premi sebesar Rp 1 000,-, dan untuk yang bekerja sebagai petugas EWS diberi premi Rp 2 000,-. Untuk karyawan harian lepas yang bekerja di pabrik digaji Rp ,- per hari dengan 8 jam kerja. Untuk karyawan yang bekerja lebih dari jam kerja yang ditetapkan akan dihitung lembur dengan penggajian dihitung berdasarkan kelebihan jam kerja yang dilakukan, dengan perhitungan : Upah lembur = x kelebihan jam kerja

55 Perusahaan juga memberikan bonus dan tunjangan sosial lainnya kepada karyawan. Pelaksanaan Aspek Manajerial Kebun Aspek manajerial yang penulis lakukan adalah sebagai pendamping mandor dan pendamping kepala afdeling. Pendamping mandor. Peran mandor dalam menunjang pencapaian sasaran perusahaan merupakan ujung tombak karena berhubungan langsung dengan kegiatan operasional kebun. Mandor memainkan peranan sebagai seorang pengawas yang mengontrol pekerja dalam melakukan kegiatan di kebun. Mandor mengawasi pekerjaan beserta pekerjanya mulai dari jam WIB. Mandor melakukan apel pagi yang berisikan absensi, pengarahan tentang pekerjaan yang dilakukan, memeriksa kelengkapan alat, memotivasi karyawan serta melakukan doa bersama. Mandor juga harus mengawasi kegiatan yang sedang berlangsung, yaitu mengenai waktu kerja dan hasil kerja baik kuantitas maupun kualitasnya. Waktu kerja di PT RSA I mulai jam WIB dengan waktu istirahat jam WIB. Secara garis besar seorang mandor harus mengawasi pekerjaan para pekerja di lapangan sesuai dengan jenis pekerjaannya. Secara rinci tugas mandor adalah sebagai berikut : 1. Memberikan pengarahan teknik budidaya di bidang perawatan tanaman dan kebun. 2. Mengabsen para pekerja sebelum dan sesudah bekerja. 3. Menghitung secara acak prestasi kerja karyawan. 4. Membuat laporan harian para pekerja tentang blok yang dikerjakan, luas areal, jumlah pekerja dan situasi selama melakukan aktivitas kerja. Selama berperan sebagai pendamping mandor penulis melakukan pengawasan terhadap kegiatan pemangkasan, pengendalian hama dan penyakit, pengendalian gulma secara manual serta pengawasan terhadap pemanenan. Pendamping kepala afdeling. Seorang kepala afdeling adalah orang yang paling bertanggung jawab dalam setiap pekerjaan dan produksi di afdeling tersebut. Kepala Afdeling merupakan perpanjangan tangan dari kepala kebun

56 dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi setiap kegiatan yang berlangsung di afdeling bersangkutan untuk mencapai produksi dengan anggaran biaya yang tersedia. Kepala afdeling bersama kepala kebun (administratur) membuat rencana pengelolaan kebun tahunan, menjabarkannya dalam perencanaan semesteran, lalu dijabarkan lagi menjadi rencana triwulanan, bulanan, dan rencana harian. Seorang kepala afdeling harus dapat mengelola sumber daya manusia, sumber daya alam dan sumber dana yang tersedia untuk mengelola afdelingnya sehingga diperoleh produksi yang maksimal dan memberikan keuntungan kepada perusahaan. Secara umum tugas yang harus dilaksanakan oleh seorang kepala afdeling adalah : 1. Bersama dengan administratur menetapkan sasaran produksi/rawat atas dasar visi perusahaan dan data tahun sebelumnya dengan pertimbanganpertimbangan sesuai kondisi lapangan dan faktor lainnya. 2. Membuat rencana kerja blok mingguan dari dasar rencana bulanan. 3. Memberikan pengarahan tentang pekerjaan hari ini pada pagi hari kepada mandor sesuai norma yang telah disepakati. 4. Memberikan pengarahan kepada mandor tentang pekerjaan esok hari dan evaluasi pekerjaan hari ini. 5. Mengevaluasi kerja para pekerja di lapangan bersama mandor untuk mengetahui norma yang benar. 6. Mengoreksi hasil kerja harian yang disampaikan oleh para mandor yang kemudian diserahkan kepada bagian administrasi untuk dijadikan data base dan rencana pembayaran. 7. Mempertanggungjawabkan kondisi afdeling, cost, dan produksi serta bertanggung jawab penuh terhadap hal-hal yang terjadi di afdeling. 8. Kepala afdeling wajib menguasai blok yang ada dalam afdelingnya. Penguasaan blok tersebut meliputi : a. Luas areal per blok yang ada di afdelingnya. b. Luas areal blok yang tidak bisa ditanami (jurang, genangan, banjir dan lain-lain) c. Jumlah pokok dalam blok. d. Mengetahui tahun tanam setiap blok.

57 e. Kondisi areal ( LCC, lalang dan gulma lainnya). f. Blok yang rawan hama dan paling aman. g. Produksi rata-rata setiap blok. h. Kondisi jalan, parit dan jembatan. 9. Melakukan pembinaan terhadap mandor sehingga diperoleh peningkatan kualitas dan kuantitas hasil pekerjaan di lapangan. Selama menjadi pendamping kepala afdeling, penulis membantu dalam pembuatan rencana kerja bulanan dan harian, melakukan pengawasan terhadap kinerja mandor dan pelaksanaan kegiatan di lapangan, ikut dalam rapat tingkat afdeling bersama mandor-mandor, ikut mengevaluasi setiap kegiatan yang telah dilakukan di afdeling, serta ikut dalam rapat tingkat kebun bersama kepala afdeling lain.

58 PEMBAHASAN Tujuan pemupukan pada areal tanaman kakao yang sudah berproduksi adalah untuk menambahkan unsur hara ke dalam tanah supaya produktivitas tanaman kakao tinggi, lebih tahan terhadap hama dan penyakit, dan usia produktif yang lebih panjang (Susanto, 1992). Biaya pemupukan yang tinggi diharapkan dapat kembali dalam bentuk produksi yang lebih tinggi. Efisiensi pemupukan merupakan perbandingan jumlah pupuk yang diberikan dengan jumlah pupuk yang dapat diserap tanaman. Peningkatan efisiensi pemupukan dapat dicapai apabila melakukan pemupukan yang tepat dan benar yaitu tepat dalam hal jenis pupuk, dosis, cara aplikasi, dan waktu aplikasinya. Tinggi rendahnya dosis pupuk yang diaplikasikan harus mempertimbangkan beberapa hal seperti lingkungan tumbuh, tanaman, serta biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli pupuk dan upah tenaga kerja. Pemupukan di PT RSA I dilakukan dua kali dalam setahun yaitu pada bulan Februari - Maret yang merupakan akhir musim hujan dan Oktober - November yang merupakan awal musim hujan. Waktu pemupukan tersebut telah sesuai dengan rencana kerja perusahaan. Pemupukan pada awal atau akhir musim hujan dimaksudkan untuk menghindari kompetisi pemanfaatan hara antara munculnya flush dengan masa pembungaan. Selain itu pada awal dan akhir musim hujan masih tersedia air sebagai pelarut pupuk yang akan memudahkan tanaman menyerap unsur hara. Dari data curah hujan yang ada pada bulan Februari - Maret 2009 saat dilakukan pemupukan, masih terdapat curah hujan yang cukup tinggi yaitu rata-rata mm. Jenis pupuk yang diaplikasikan di Kebun PT Rumpun Sari Antan 1 termasuk di Afdeling B dan Afdeling C terdiri atas pupuk Urea, SP-18 dan pupuk MOP. Penggunaan pupuk tunggal memiliki kelebihan yaitu dapat dengan mudah mengatur jumlah pupuk yang akan diaplikasikan sesuai dengan dosis yang ditentukan. Penggunaan jenis pupuk tersebut sesuai dengan rekomendasi Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember. Untuk mengetahui kebutuhan unsur hara tanaman dapat dilakukan dengan lima metode yaitu berdasarkan gejala visual kekurangan, berdasarkan hasil

59 percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis tanah), serta berdasarkan tingkat penyerapan unsur hara oleh tanaman (hasil analisis jaringan tanaman biasanya daun tanaman). Dosis pupuk di PT RSA I ditentukan berdasarkan hasil analisis tanah dan daun. Sampel tanah dan daun tersebut dianalisis oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember. Analisis tanah dapat menentukan kandungan hara mineral dalam tanah terutama yang berada pada daerah perakaran. Akan tetapi, analisis tanah tidak dapat menggambarkan seberapa banyak hara mineral yang dibutuhkan dan yang mampu diabsorpsi oleh tanaman. Jadi lebih baik bila analisis tanah disertai dengan analisis jaringan tanaman. Melalui analisis jaringan tanaman (daun) dapat diketahui jumlah unsur hara yang secara aktual dapat diserap tanaman. Analisis tanah dapat dilakukan empat tahun sekali, sedangkan untuk analisis daun harus dilakukan setiap tahun. Di PT Rumpun Sari Antan 1 sebagai acuan penentuan dosis pupuk tahun 2009 masih menggunakan hasil analisis daun dan rekomendasi pemupukan tahun Hal tersebut tentu saja kurang tepat, karena mungkin saja tanaman membutuhkan dosis pupuk yang lebih tinggi untuk mencapai produktivitas yang tinggi atau sebaliknya dosis pupuk yang dibutuhkan justru lebih rendah sehingga dapat menghemat pengeluaran perusahaan. Dosis rekomendasi dan dosis pupuk yang ditetapkan di Afdeling B dan Afdeling C PT Rumpun Sari Antan I dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4. Dari tabel tersebut tampak bahwa dosis pupuk Urea yang ditetapkan rata-rata hanya 71 %, MOP rata-rata hanya 39 %, dan SP-18 rata-rata 98 % dari dosis rekomendasi. Dengan pengurangan dosis pupuk tersebut tanaman tidak mendapatkan unsur hara sesuai yang dibutuhkannya untuk berproduksi dengan baik. Dosis yang tepat dalam kegiatan pemupukan merupakan hal yang sangat penting, karena kekurangan ataupun kelebihan unsur hara dapat merugikan tanaman dan perusahaan. Aplikasi pemupukan yang dilakukan di PT Rumpun Sari Antan 1 menggunakan dosis yang lebih rendah daripada dosis rekomendasi hasil analisis tanah dan daun. Pengurangan dosis pupuk tersebut dilakukan untuk

60 menekan biaya yang dikeluarkan untuk membeli pupuk dan biaya tenaga kerja yang diperlukan untuk mengaplikasikan pupuk. Dalam pelaksanaan pemupukan, tenaga kerja penabur pupuk sebagian besar wanita. Alat untuk menabur pupuk adalah ember sebagai wadah pupuk dan takaran yang sudah dikalibrasi terlebih dahulu. Dari sampel tenaga kerja di Afdeling B diketahui bahwa dosis pupuk yang diaplikasikan (campuran ketiga jenis pupuk) rata-rata g/pokok, sedangkan dosis yang ditetapkan adalah g/pokok. Di Afdeling B penulis melakukan pengamatan dan analisis terhadap pengaruh topografi terhadap ketepatan dosis aplikasi (dapat dilihat pada Tabel 6). Dari hasil pengamatan tersebut diketahui bahwa di lahan datar sampai miring (kemiringan 0-25 %) dosis yang diaplikasikan tidak berbeda dengan dosis yang ditetapkan. Sedangkan pada lahan curam (kemiringan > 25 %) dosis yang diaplikasikan berbeda dengan dosis yang ditetapkan, yaitu lebih rendah dari dosis yang ditetapkan. Hal ini terjadi karena semakin miring lahan maka akan semakin sulit pekerja mengangkut pupuk ke tempat tersebut, sehingga pengaplikasian pupuk untuk setiap pokoknya dikurangi dari takaran (dosis yang ditetapkan) oleh penebur pupuk. Selain itu, pada lahan curam pengawasan terhadap penabur pupuk semakin longgar sehingga dosis aplikasi tidak sesuai dengan dosis ketetapan. Di Afdeling C pupuk yang diaplikasikan rata-rata g/pokok sedangkan dosis yang ditetapkan adalah 255 g/pokok. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa dosis pupuk yang diaplikasikan di Afdeling C berbeda dengan dosis yang ditetapkan yaitu lebih tinggi dari dosis yang ditetapkan. Hal ini terjadi karena di Afdeling C tenaga kerja pemupuk dapat pulang sebelum jam kerja selesai, jika semua pupuk yang direncanakan untuk aplikasi pada hari tersebut telah diaplikasikan seluruhnya. Oleh karena itu, penabur pupuk mengaplikasikan pupuk lebih tinggi dari dosis yang ditetapkan agar mereka dapat pulang lebih awal. Selain itu, ketidak sesuaian dosis tersebut terjadi karena kurangnya pengawasan terhadap pelaksanaan penaburan pupuk. Akibat lebih tingginya dosis pupuk yang diaplikasikan daripada dosis yang ditetapkan tersebut maka ada arealareal tanaman kakao di Afdeling C yang tidak dipupuk.

61 Ketidak sesuaian dosis pupuk yang diaplikasikan dengan dosis yang ditetapkan direksi tersebut secara umum disebabkan oleh kurangnya pengawasan terhadap ketepatan dosis yang diaplikasikan oleh karyawan. Untuk itu perlu ditingkatkan lagi fungsi pengawasan pada kegiatan pemupukan tersebut. Di PT RSA I belum memperhatikan pemanfaatan limbah panen yang berupa kulit buah kakao sebagai sumber unsur hara. Kulit buah kakao (yang setara dengan 13 ton kulit buah) mengandung kg Urea, kg TSP, dan kg KCL (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004). Pengembalian kulit buah kakao ke lahan dapat memberikan unsur hara pada tanaman. Kulit buah kakao sebaiknya dikembalikan ke lahan dengan cara mengubur di dalam lubang pembuangan kulit buah. Lubang dibuat di areal tanaman kakao pada tempat yang berbeda setiap kali panen, sehingga lubang pembuangan kulit buah kakao dapat tersebar merata pada seluruh areal tanaman kakao tersebut. Penguburan kulit buah kakao bertujuan untuk mempercepat proses pembusukan dan penguraian sehingga dapat menghasilkan unsur hara. Selain itu, bertujuan untuk sanitasi agar hama atau penyakit yang terbawa melalui limbah panen (kulit buah kakao) tersebut tidak berkembang dan menyebar ke tanaman kakao. Tanaman-tanaman kakao yang ada di areal intercroping dengan karet tidak dilakukan pemupukan, pemupukan hanya diperoleh dari tanaman karet. Hal tersebut tentu saja berdampak buruk untuk tanaman, baik itu tanaman kakao maupun tanaman karet. Dengan keadaan tersebut tanaman kakao akan kekurangan unsur hara demikian juga dengan tanaman karet sehingga pertumbuhan dan produksi tanaman tidak akan maksimal. Jika alasan tidak dipupuknya tanaman kakao pada areal intercroping dengan tanaman karet adalah untuk efisiensi penggunaan tenaga kerja maka sebaiknya PT Rumpun Sari Antan 1 memperhitungkan dosis pemupukan baik untuk karet maupun untuk tanaman kakao pada areal tersebut. Di Kebun PT RSA I, pemupukan diaplikasikan melalui tanah dengan membuat lubang pupuk sebanyak satu lubang untuk setiap pokok tanaman. Lubang dibuat berjarak cm dari pokok tanaman, sedalam cm, dan dengan lebar lubang 20 cm. Pupuk dimasukkan ke dalam lubang pupuk kemudian lubang ditutup kembali. Pengaplikasian pupuk melalui lubang pupuk kemudian

62 dilakukan penutupan kembali dimaksudkan untuk mengurangi kehilangan pupuk melalui penguapan dan erosi. Selain itu pembenaman pupuk terbukti meningkatkan efisiensi pemupukan (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004). Jarak lubang penempatan pupuk yang paling ideal adalah sesuai proyeksi tajuk tanaman atau sekitar cm dari pokok tanaman, karena pada posisi ini banyak terdapat akar rambut dan bulu akar tanaman yang menyerap unsur hara. Penempatan pupuk harus memperhitungkan keberadaan akar tanaman yang aktif menyerap unsur hara yaitu akar rambut dan bulu akar serta distribusi jumlah pupuk yang dapat diserap perakaran tanaman yang pertumbuhannya mengikuti pertumbuhan tajuk tanaman. Pengaplikasian pupuk pada satu lubang pupuk menyebabkan hanya akar yang berada dekat dengan lubang itu saja yang dapat menyerap unsur hara yang terkandung dalam pupuk tersebut. Selain itu, penumpukan pupuk pada satu lubang dengan dosis tinggi menyebabkan konsentrasi larutan hara pada daerah sekitar lubang pupuk tersebut juga tinggi sehingga memungkinkan terjadinya plasmolisis pada sel tanaman terutama sel-sel akar. Plasmolisis akan menyebabkan sel-sel akar tanaman rusak bahkan mati. Hal tersebut akan menggangu penyerapan unsur hara dan menyebabkan pemberian pupuk menjadi tidak efektif. Pengaplikasian pupuk pada satu lubang pupuk secara ekonomi dapat menekan biaya aplikasi pupuk, tetapi secara teoritis tidak memperhatikan distribusi jumlah pupuk yang dapat diserap perakaran tanaman yang pertumbuhannya mengikuti pertumbuhan tajuk tanaman. Berdasarkan alasan di atas, sebaiknya untuk setiap pokok tanaman dibuat beberapa lubang pupuk dan jarak lubang pupuk dari pokok tanaman sesuai proyeksi tajuk tanaman tersebut. Pada pemupukan berukutnya, sebaiknya lubang pupuk tidak dibuat pada tempat yang sama. Hal tersebut dimaksudkan agar distribusi penyebaran pupuk dapat lebih baik pada sekitar pokok tanaman sehingga dapat diserap oleh akar tanaman dengan lebih efektif, serta dapat menekan biaya aplikasi pupuk. Dari pengamatan yang dilakukan, ada jarak lubang pupuk yang terlalu dekat ke pokok tanaman sehingga menyebabkan terpotongnya akar primer atau

63 akar sekunder. Dari sepuluh orang sampel tenaga kerja yang diamati masih ada karyawan yang membuat lubang pupuk terlalu dekat ke pokok tanaman dengan jarak < 50 cm, tingkat kesalahan dalam membuat lubang adalah persen. Untuk itu pengawasan terhadap pembuat lubang pupuk harus diperketat. Pada Gambar 10 dapat dilihat bahwa penempatan lubang pupuk terlalu dekat dengan pokok tanaman. Gambar 10. Jarak Lubang Pupuk ke Pokok Tanaman. Pupuk dicampur pada sore hari, sehari sebelum diaplikasikan, kemudian dimasukkan ke dalam karung dan disimpan di gudang. Pencampuran pupuk dilakukan sekitar pukul WIB. Pemberian beberapa jenis pupuk secara bersamaan ada yang boleh dicampur dan ada yang tidak boleh dicampur, bergantung pada sifat masing-masing pupuk. Penurunan efektifitas pupuk tunggal yang diberikan dalam bentuk campuran disebabkan oleh adanya reaksi antar jenis pupuk dan tidak homogennnya campuran tersebut (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004). Reaksi antar jenis pupuk berupa terjadinya penggumpalan, kehilangan unsur hara dalam bentuk gas atau menyebabkan campuran pupuk menjadi basa sehingga ketersediaan haranya menurun. Kelemahan lain adalah karena berbedanya ukurun butiran pupuk maka saat pencampuran butiran pupuk yang lebih halus akan berada di bagian bawah. Saat pupuk diaplikasikan menjadi tidak rata dan tidak sesuai dosis yang direncanakan. Pupuk yang butirannya lebih kasar akan diaplikasikan lebih banyak pada awal aplikasi dan yang lebih halus akan lebih banyak pada akhir aplikasi.

64 Pencampuran pupuk dilakukan untuk menghemat biaya aplikasi terutama menghemat biaya tenaga kerja yang digunakan. Untuk memperkecil penurunan keefektifan pupuk tunggal yang diberikan dalam bentuk campuran tersebut maka sebaiknya pencampuran dilakukan pada pagi hari (dalam hari yang sama) sebelum pupuk diaplikasikan. Tenaga kerja pemupuk dibagi ke dalam lima kelompok yaitu kelompok pengaduk pupuk, pegangkut, pelangsir, pembuat lubang dan penabur pupuk. Pengawasan pada setiap kelompok tersebut masih kurang, sehingga banyak ditemukan kesalahan dalam kegiatan pemupukan tersebut. Kesalahan yang ditemukan pada pelaksanaan pemupukan adalah : pengaduk pupuk tidak mengaduk pupuk hingga merata dan bongkahan pupuk tidak dihancurkan saat pengadukan; pengangkutan pupuk terlambat dan pupuk ditumpuk tidak pada tempat yang telah ditentukan sehingga langsir pupuk akan terlambat; pembuat lubang pupuk membuat lubang penempatan pupuk tidak sesuai dengan jarak yang sudah ditentukan dan ada pokok tanaman yang terlewat tidak dibuatkan lubang pupuk; penabur pupuk tidak memberikan pupuk sesuai dengan takaran di setiap lubang, lubang pupuk tidak ditutup setelah diberi pupuk, dan ada pokok yang tidak terpupuk. Oleh karena itu, pengawasan perlu ditingkatkan agar diperoleh kualitas maupun kuantitas hasil kerja yang lebih baik. Pengaturan jumlah tenaga kerja juga harus ditentukan dengan cermat agar efisien dalam menggunakan anggaran. Pengaturan tenaga kerja pada kegiatan pemupukan antara Afdeling B dengan Afdeling C terdapat perbedaan. Di Afdeling B pengaturan tenaga kerja antara pembuat lubang dan penabur pupuk benar-benar merupakan dua kelompok yang terpisah. Tenaga kerja pembuat lubang di depan dipimpin oleh seorang mandor, kemudian diikuti oleh penabur yang berada pada kelompok sendiri yang diawasi oleh beberapa mandor dan asisten. Kekurangan sistem tersebut adalah seringkali lubang tidak terpupuk, ada areal-areal yang sering terlewatkan karena tidak memakai sistem barisan, pengawasan akan terpusat pada penabur sedangkan kualitas lubang terabaikan. Di Afdeling C tenaga kerja pembuat lubang dan penabur pupuk selalu bersama. Satu orang pembuat lubang akan diikuti oleh satu orang penabur pupuk. komposisi penabur dan pembuat lubang adalah satu berbanding satu. Kekurangan

65 sistem tersebut adalah pekerjaan akan lebih lambat karena penabur pupuk akan mengikuti pembuat lubang, sedangkan membuat lubang pupuk membutuhkan waktu lebih lama dari menabur pupuk. Kelebihannya adalah menerapkan sistem baris sehingga lubang yang tertinggal tidak dipupuk lebih sedikit, pengawasan juga lebih mudah karena dapat mengawasi kedua kelompok tenaga kerja tersebut sekaligus. Dari hasil pengamatan dan perhitungan diketahui bahwa komposisi yang ideal untuk pembuat lubang dan penabur adalah 2 pembuat lubang dan 1 orang penabur. Setiap dua orang pembuat lubang langsung diikuti oleh satu orang pemabur pupuk. Sedangan sistem perbaris adalah sistem yang paling baik karena memudahkan pengawasan dan meminimalkan ketertinggalan pekerjaan.

66 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Magang dapat meningkatkan kemampuan keprofesian melalui bekerja belajar, menganalisis dan memecahkan masalah yang ditemui secara langsung di lapangan. Selain itu, magang memberikan pengetahuan dan pengalaman lapangan menyangkut budidaya dan manajerial di perkebunan khususnya perkebunan kakao. Perkebunan kakao Rumpun Sari Antan I berdasarkan indikator produktivitas merupakan perkebunan kakao yang cukup baik, dengan produktivitas rata-ratanya di atas produktivitas rata-rata nasional. Berdasarkan hal tersebut pengelolaan Kebun RSA I dapat dikatakan sudah baik. Pemupukan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan yang memegang peranan cukup penting dalam budidaya tanaman kakao. Harga pupuk dan upah tenaga kerja yang mahal mengharuskan pemupukan dilakukan benar-benar tepat sasaran. Oleh karena itu, ketepatan dosis dan jenis pupuk, waktu pengaplikasian, dan cara aplikasi harus benar-benar ditentukan dengan tepat dan cermat untuk meningkatkan produksi tanaman kakao. Pelaksanaan pemupukan tanaman kakao di PT Rumpun Sari Antan 1 dalam hal jenis pupuk dan waktu aplikasi pupuk sudah sesuai dengan rencana perusahaan. Dosis pupuk yang diaplikasikan lebih rendah dibandingkan dengan rekomendasi dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember. Cara aplikasi pupuk dalam satu lubang per tanaman secara ekonomi mungkin dapat menekan biaya tenaga kerja, tetapi secara teoritis tidak memperhatikan distribusi jumlah pupuk yang dapat diserap perakaran tanaman yang pertumbuhannya mengikuti pertumbuhan tajuk tanaman Fungsi pengawasan pada setiap pelaksanaan kegiatan baik itu pemeliharaan tanaman, pemanenan maupun pengolahan merupan hal yang sangat penting agar dicapai kualitas dan kuantitas hasil yang maksimal.

67 Saran Secara umun fungsi pengawasan harus ditingkatkan agar setiap kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan target yang ingin dicapai. Kalibrasi untuk setiap pekerjaan harus terus dilakukan dan dengan metode yang benar agar di dapat suatu standar kerja yang akurat. Untuk kegiatan pemupukan sendiri sebaiknya berpedoman pada rekomendasi pemupukan berdasarkan analisis tanah dan daun untuk menentukan dosis dan jenis pupuk yang akan diaplikasikan agar diperoleh produksi yang maksimal.

68 DAFTAR PUSTAKA Campbell, N. A., J. B. Ross, dan L. G. Mitchell Biologi. Jilid II. Erlangga. Jakarta. 472 hal. Departemen Perindustrian dan Perdagangan Ekspor-impor komoditas pertanian. [ 2 Mei 2008 ]. Direktorat Jendral Perkebunan Produksi Kakao Menurut Propinsi di Seluruh Indonesia. [ 20 Oktober 2008] Luas Areal dan Produksi Perkebunan Kakao Seluruh Indonesia Menurut Pengusahaan. [ 3 November 2009]. Herdradjat, N Kebijakan perlindungan perkebunan dalam gerakan peningkatan produktivitas dan mutu kakao nasional. [26 Desember 2008]. International Cacao and Coffee Organization World cocoa bean production, grindings and stocks. [ 7 Desember 2009 ]. Leiwakabessy, F. M. dan A. Sutadi Pupuk dan Pemupukan. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. 204 hal. Prawoto, A.A Botani dan fisiologi, hal Dalam T. Wahyudi, R. T. Pangabean dan Pujiyanto (Eds). Kakao. Penebar Swadaya. Jakarta. Pujiyanto, dan S. Abdoellah Pemupukan, hal Dalam T. Wahyudi, R. T. Pangabean dan Pujiyanto (Eds). Kakao. Penebar Swadaya. Jakarta. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia Panduan Lengkap Budidaya Kakao. Agromedia Pustaka. Jember. 328 hal. Razak, H. A Indonesia bisa jadi produsen kakao terbesar kedua dunia. [ 5 Mei 2008 ]. Salisbury, F. B., dan C.W. Ross Fisiologi Tumbuhan. Jilid I. ITB. Bandung. 241 hal. Sunanto, H Budidaya, Pengolahan Hasil, dan Aspek Ekonomi Cokelat. Kanisius. Yogyakarta. 130 hal. Suryani, D dan Zulfebriansyah Komoditas kakao : potret dan peluang pembiayaan. [ 12 mei 2008 ]. Susanto, F. X Tanaman Kakao, Budidaya dan Pengolahan Hasil. Kanisius. Yogyakarta. 183 hal. Urquhart, D. H Cocoa. Longman Inc., New York. 293p.

69 Wachjar, A., Hariyadi, dan I. W. Winarsa Teknik Budidaya, Panen, dan Pascapanen Kakao. Departemen Agronomi dan Hortikultura, IPB. Bogor. 57 hal. Wahyudi, T. dan P. Raharjo Sejarah dan prospek, hal Dalam T. Wahyudi, R. T. Pangabean dan Pujiyanto (Eds). Kakao. Penebar Swadaya. Jakarta. Wibawa, A dan J. B. Baon Kesesuaian lahan, hal Dalam T. Wahyudi, R. T. Pangabean dan Pujiyanto (Eds). Kakao. Penebar Swadaya. Jakarta. Winarno, H Bahan tanam, hal Dalam T. Wahyudi, R. T. Pangabean dan Pujiyanto (Eds). Kakao. Penebar Swadaya. Jakarta. Wood, G.A.R Cocoa. Longman Inc., New York.292p. Yusianto, T. Wahyudi, dan Sulistyowati Pascapanen, hal Dalam T. Wahyudi, R. T. Pangabean dan Pujiyanto (Eds). Kakao. Penebar Swadaya. Jakarta.

70 LAMPIRAN

71 63 Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di PT Rumpun Sari Antan I Tanggal Uraian Kegiatan Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar Lokasi (satuan/ha) Orientasi kantor Orientasi lapang Orientasi lapang Orientasi lapang Libur Pemupukan Pemupukan Pemupukan Pemupukan Pemangkasan Pemupukan Libur Pangkas dan babat gulma Orientasi lapang Pemangkasan Pemangkasan Pemangkasan Pengendalian gulma Libur Pengendalian HPT Pemupukan Pemupukan Pemupukan Pemupukan Pemupukan Libur Libur Pemupukan Pengendalian HPT Pemupukan Pemupukan Pemupukan Libur Pengendalian HPT Pengendalian HPT EWS EWS EWS Libur 2.5 HK 2.5 HK 3.6 HK 3.3 HK 1.8 HK 4.2 HK 2.1 HK 2.8 HK 4.3 HK 7.2 HK 4.5 HK 0.6 HK 3.2 HK 2.9 HK 3.2 HK 2.4 HK 2.4 HK 2.8 HK 1.0 HK HK 0.5 HK HK 2.5 HK 3.6 HK 3.2 HK 1.9 HK 2.2 HK 3.8 HK 2.0 HK 1.8 HK 3.3 HK 4.0 HK 7.0 HK 4.0 HK 0.6 HK 2.9 HK 2.7 HK 2.8 HK 2.4 HK 2.4 HK 2.8 HK 1.0 HK 2.5 HK 2.4 HK 2.2 HK 0.5 HK 0.5 HK 0.2 HK 0.2 HK 0.2 HK 2.1 HK 2.1 HK 2.1 HK 2.1 HK 2.1 HK 2.1 HK 4.0 HK 2.1 HK 2.1 HK 3.0 HK 5.0 HK 5.0 HK 5.0 HK 0.7 HK 3.0 HK 3.0 HK 3.0 HK 3.0 HK 3.0 HK 3.0 HK 0.7 HK 3.0 HK 3.0 HK 3.0 HK 0.7 HK 0.7 HK 0.2 HK 0.2 HK 0.2 HK Kantor OB OB OB OB 18 OB 18 OB 19 OB 19 OB 19 OB 20 OB 20 OB 20 OB 22 OB 19 OC OC 6 OC 6 OC 6 OB 18 OC 8 OC 7 OC 9 OC 11 OC 11 OC10,11 OB 15 OC 6 OC 3, 4 OC 5 OB 15 OB 14 OB 15 OB 16 OB 17

72 64 Lampiran 1. (Lanjutan) Tanggal Uraian Kegiatan Prestasi Kerja Lokasi Penulis Karyawan Standar (satuan/ha) Pengendalian HPT Pengendalian HPT Pengendalian HPT Pengendalian HPT Libur Pengendalian HPT Pengendalian HPT Panen Panen Panen Panen Pengolahan Pengolahan Pengolahan Pengolahan Libur Libur Pengolahan Pengolahan Pengolahan Pengolahan Pengolahan Pengolahan 0.5 HK 1.4 HK 0.7 HK 0.3 HK 0.9 HK 0.3 HK 30 kg/hk 35 kg/hk 35 kg/hk 50 kg/hk 0.3 HK 1.0 HK 0.5 HK 0.3 HK 0.7 HK 0.7 HK 75 kg/hk 78 kg/hk 87 kg/hk 95 kg/hk 0.7 HK 0.7 HK 0.7 HK 0.7 HK 0.7 HK 0.7 HK 50 kg/hk 50 kg/hk 50 kg/hk 50 kg/hk OB 22 OB 15 OB 13 OB 13 OB 15 OB 20 OC 3 OC 3 OC 14 OC 14 Pabrik Pabrik Pabrik Pabrik Pabrik Pabrik Pabrik Pabrik Pabrik Pabrik

73 65 Lampiran 2. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Mandor di PT Rumpun Sari Antan I Tanggal Uraian Kegiatan Mandor Rawat Mandor Rawat Mandor Rawat Mandor Rawat Mandor HPT Libur Kontrot HPT bersama asisten dan ADM Mandor HPT Mandor HPT Libur Libur Libur Libur Mandor Panen Mandor HPT Mandor HPT Mandor HPT Mandor HPT Mandor HPT Mandor Panen Mandor Panen Mandor Panen Mandor Panen Mandor Panen Jumlah KH yang Diawasi (orang) Prestasi Kerja Luas Areal yang Diawasi (ha) Lama Kegiatan (jam) Lokasi OC 4 OC 3 OC 7 OC 3 OC 9 OC OC 10 OC 10 OC 11 OC 10 OC 10 OC 9 OC 5 OC 7 OC 3, 7 OC 10, 11 OC 11 OC 6 OC 9

74 66 Lampiran 3. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Kepala Afdeling di PT Rumpun Sari Antan I Tanggal Uraian Kegiatan Kontrol seluruh kegiatan Kontrol seluruh kegiatan libur Kontrol seluruh kegiatan Kontrol seluruh kegiatan Kontrol seluruh kegiatan Kontrol seluruh kegiatan Kontrol seluruh kegiatan Libur Libur Kontrol seluruh kegiatan Kontrol seluruh kegiatan Kontrol seluruh kegiatan Kontrol seluruh kegiatan Kontrol seluruh kegiatan Kontrol seluruh kegiatan Kontrol seluruh kegiatan Kontrol seluruh kegiatan Kontrol seluruh kebun Kontrol seluruh kegiatan Libur Kontrol seluruh kegiatan Kontrol seluruh kegiatan Kontrol seluruh kegiatan Kontrol seluruh kegiatan Jumlah Mandor yang Diawasi (orang) Prestasi Kerja Luas Areal yang Diawasi (ha) Lama Kegiatan (jam) Lokasi OC OC OC OC OC OC OC OC OC OC OC OC OC OC OC OC OC OC OC OC

75 Lampiran 4. Peta Wilayah Kebun PT Rumpun Sari Antan 1 1 Afdeling A Afdeling B Afdeling C

KEADAAN UMUM PERKEBUNAN

KEADAAN UMUM PERKEBUNAN KEADAAN UMUM PERKEBUNAN Sejarah Kebun Pada awalnya PT Rumpun Sari Antan I adalah milik perusahaan asing asal Inggris yaitu NV Handel Mij Ja Wattie & Co. Ltd. yang berkantor di Tanah Abang, Jakarta. Tanaman

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH Oleh SUER SEPWAN ANDIKA A24052845 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika dan Morfologi Tanaman Kakao. Sistematika

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika dan Morfologi Tanaman Kakao. Sistematika TINJAUAN PUSTAKA Sistematika dan Morfologi Tanaman Kakao Sistematika Kakao (Theobroma cacao L.) termasuk ke dalam divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Dicotyledoneae, ordo Malvales, famili

Lebih terperinci

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis PEMBAHASAN Tujuan pemupukan pada areal tanaman kakao yang sudah berproduksi adalah untuk menambahkan unsur hara ke dalam tanah supaya produktivitas tanaman kakao tinggi, lebih tahan terhadap hama dan penyakit,

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH Oleh IKA WULAN ERMAYASARI A24050896 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan Pupuk adalah penyubur tanaman yang ditambahkan ke tanah untuk menyediakan unsur-unsur yang diperlukan tanaman. Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Klasifikasi tanaman padi adalah sebagai berikut: Divisi Sub divisi Kelas Keluarga Genus Spesies : Spermatophyta : Angiospermae : Monotyledonae : Gramineae (Poaceae)

Lebih terperinci

PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L. ) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH

PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L. ) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor 15 Desember 2009 PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L. ) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Jambu Biji Merah Nama ilmiah jambu biji adalah Psidium guajava. Psidium berasal dari bahasa yunani yaitu psidium yang berarti delima, guajava

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN

VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN Ubi kayu menghasilkan biomas yang tinggi sehingga unsur hara yang diserap juga tinggi. Jumlah hara yang diserap untuk setiap ton umbi adalah 4,2 6,5 kg N, 1,6 4,1 kg 0 5 dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Bayam Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman semusim dan tergolong sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO 2 secara efisien sehingga memiliki daya adaptasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai prospek cerah untuk dapat dikembangkan. Cabai dimanfaatkan oleh masyarakat dalam kehidupan

Lebih terperinci

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea, L.) merupakan tanaman yang berasal dari benua Amerika, khususnya dari daerah Brazilia (Amerika Selatan). Awalnya kacang tanah

Lebih terperinci

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA UNSUR HARA MAKRO UTAMA N P K NITROGEN Phosfat Kalium UNSUR HARA MAKRO SEKUNDER Ca Mg S Kalsium Magnesium Sulfur UNSUR

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit pertama kali diintroduksi ke Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan 18 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kailan adalah salah satu jenis sayuran yang termasuk dalam kelas dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan cabang-cabang akar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Hijau Kacang-kacangan (leguminosa), sudah dikenal dan dimanfaatkan secara luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 11 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 2 lokasi penelitian yang digunakan yaitu Harapan dan Inalahi yang terbagi menjadi 4 plot pengamatan terdapat 4 jenis tanaman

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas : Dikotyledonae;

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bawang Merah Bawang Merah merupakan tanaman yang berumur pendek, berbentuk rumpun, tingginya dapat mencapai 15-40 cm, Bawang Merah memiliki jenis akar serabut, batang Bawang Merah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) Menurut Rahayu dan Berlian ( 2003 ) tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 1. Botani Bawang Merah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Caulifloris. Adapun sistimatika tanaman kakao menurut (Hadi, 2004) sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Caulifloris. Adapun sistimatika tanaman kakao menurut (Hadi, 2004) sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Kakao Kakao merupakan tanaman yang menumbuhkan bunga dari batang atau cabang. Karena itu tanaman ini digolongkan kedalam kelompok tanaman Caulifloris. Adapun sistimatika

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman melon sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio:

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman melon sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Klasifikasi tanaman melon sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Dicotyledoneae, Ordo: Cucurbitales, Famili: Cucurbitaceae,

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan 47 PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang penting dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kakao dengan cara membuang tunastunas liar seperti cabang-cabang yang tidak produktif, cabang

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Keluarga ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Panjang akarnya dapat mencapai 2 m. Daun kacang tanah merupakan daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Panjang akarnya dapat mencapai 2 m. Daun kacang tanah merupakan daun 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Kacang Tanah Tanaman kacang tanah memiliki perakaran yang banyak, dalam, dan berbintil. Panjang akarnya dapat mencapai 2 m. Daun kacang tanah merupakan daun majemuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanaman Jahe Iklim Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian 200-600 meter di atas permukaan laut, dengan curah hujan rata-rata berkisar 2500-4000 mm/ tahun. Sebagai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA UNSUR HARA MAKRO UTAMA N P K NITROGEN Phosfat Kalium UNSUR HARA MAKRO SEKUNDER Ca Mg S Kalsium Magnesium Sulfur

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 1 ANALISIS PUCUK TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING, PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, KARANGANYAR, JAWA TENGAH Oleh Wahyu Kusuma A34104041 PROGRAM STUDI AGRONOMI

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Rukmana (2005), klasifikasi tanaman bawang merah adalah sebagai berikut: Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun

I. PENDAHULUAN. Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun belum dibarengi dengan program operasional yang memadai. Melalui program revitalisasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Jumlah Tandan Pemberian bahan humat dengan carrier zeolit tidak berpengaruh nyata meningkatkan jumlah tandan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Prosedur Gudang

PEMBAHASAN Prosedur Gudang 44 PEMBAHASAN Pemupukan merupakan salah satu kegiatan penting di Unit Perkebunan Tambi selain pemetikan. Hal ini terkait dengan tujuan dan manfaat dari pemupukan. Tujuan pemupukan di Unit Perkebunan Tambi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. 19 TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Bawang merah merupakan tanaman yang tumbuh tegak dengan tinggi antara 15-50 cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut yang tidak

Lebih terperinci

umbinya tipis berwarna kuning pucat dengan bagian dalamnya berwarna putih

umbinya tipis berwarna kuning pucat dengan bagian dalamnya berwarna putih TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Van Steenis (2005), klasifikasi tanaman bengkuang adalah sebagai berikut: Kingdom Divisio Sub Divisio Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Spermatophyta :

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum mill) merupakan tanaman yang berasal dari

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum mill) merupakan tanaman yang berasal dari 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat (Lycopersicon esculentum mill) merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Latin, seperti Peru, Ekuador, dan Meksiko. Selanjutnya, tomat menyebar ke seluruh Amerika,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kopi Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi merupakan tanaman dengan perakaran tunggang yang mulai berproduksi sekitar berumur 2 tahun

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) Menurut Fachruddin (2000) tanaman kacang panjang termasuk famili leguminoceae. Klasifikasi tanaman kacang panjang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika tanaman tebu adalah sebagai berikut : kingdom : Plantae ;

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika tanaman tebu adalah sebagai berikut : kingdom : Plantae ; TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sistematika tanaman tebu adalah sebagai berikut : kingdom : Plantae ; divisi : Spermatophyta ; subdivisi : Angiospermae ; kelas : Monocotyledoneae ; ordo : Graminales ;

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah Gambut. memungkinkan terjadinya proses pelapukan bahan organik secara sempurna

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah Gambut. memungkinkan terjadinya proses pelapukan bahan organik secara sempurna TINJAUAN PUSTAKA Tanah Gambut Tanah gambut terbentuk dari bahan organik sisa tanaman yang mati diatasnya, dan karena keadaan lingkungan yang selalu jenuh air atau rawa, tidak memungkinkan terjadinya proses

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur hara guna mendorong pertumbuhan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai (Capsicum sp.) berasal dari Amerika dan menyebar di berbagai negara di dunia. Cabai termasuk ke dalam famili terong-terongan (Solanaceae). Menurut

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional, selain mampu menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat dan juga mengarah pada kesejahteraan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tebu ( Saccharum officinarum L.)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tebu ( Saccharum officinarum L.) 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tebu (Saccharum officinarum L.) Saccharum officinarum L., merupakan spesies tebu yang termasuk dalam kelas monokotiledon, ordo Glumaceae, famili Graminae, dan genus Saccharum

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanpa mengurangi tingkat kesuburan tanah atau kelestariannya. Dalam usaha

I. PENDAHULUAN. tanpa mengurangi tingkat kesuburan tanah atau kelestariannya. Dalam usaha I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha pengembangan pertanian selayaknya dilakukan secara optimal tanpa mengurangi tingkat kesuburan tanah atau kelestariannya. Dalam usaha tersebut, maka produktivitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jagung merupakan tanaman berumah satu, bunga jantan terbentuk pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jagung merupakan tanaman berumah satu, bunga jantan terbentuk pada 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Jagung Jagung merupakan tanaman berumah satu, bunga jantan terbentuk pada malai dan bunga betina terletak pada tongkol di pertengahan batang secara terpisah tapi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia. Nilai ekonominya yang tinggi

I. PENDAHULUAN. memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia. Nilai ekonominya yang tinggi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia. Nilai ekonominya yang tinggi merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman semusim yang saat ini

I. PENDAHULUAN. Tanaman melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman semusim yang saat ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman semusim yang saat ini banyak dibudidayakan di Indonesia. Buah melon banyak digemari oleh masyarakat karena

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Padi Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Ruas-ruas itu merupakan bubung atau ruang kosong. Panjang tiap ruas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pada saat jagung berkecambah, akar tumbuh dari calon akar yang berada dekat ujung biji yang menempel pada janggel, kemudian memanjang dengan diikuti oleh akar-akar samping.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai varietas Grobogan memiliki umur polong berkisar 76 hari, bobot biji

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai varietas Grobogan memiliki umur polong berkisar 76 hari, bobot biji II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi dan Karakterisitik Benih Kedelai Kedelai varietas Grobogan memiliki umur polong berkisar 76 hari, bobot biji berkisar 18 g/ 100 biji. Warna kulit biji kuning muda dan

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. dalam, akar dapat tumbuh hingga sekitar 1 m. Dengan adanya bakteri Rhizobium, bintil

I. TINJAUAN PUSTAKA. dalam, akar dapat tumbuh hingga sekitar 1 m. Dengan adanya bakteri Rhizobium, bintil I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Buncis Sistem perakaran berbagai jenis buncis tidak besar atau ekstensif, percabangan lateralnya dangkal. Akar tunggang yang terlihat jelas biasanya pendek, tetapi pada tanah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sistematika dan Morfologi Tanaman Nilam Syarat Tumbuh Nilam

TINJAUAN PUSTAKA Sistematika dan Morfologi Tanaman Nilam Syarat Tumbuh Nilam 4 TINJAUAN PUSTAKA Sistematika dan Morfologi Tanaman Nilam Tanaman nilam termasuk famili Labiatae (Santoso 1990). Ada tiga jenis tanaman nilam yaitu Pogostemon cablin Benth atau Nilam Aceh, Pogostemon

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Jagung Menurut Purwono dan Hartono (2005), jagung termasuk dalam keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang hijau termasuk suku (famili) leguminoseae yang banyak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang hijau termasuk suku (famili) leguminoseae yang banyak 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.) Tanaman kacang hijau termasuk suku (famili) leguminoseae yang banyak varietasnya (Rukmana, 2005). Kedudukan tanaman kacang hijau

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diklasifikasikan ke dalam Famili adalah Graminae, Genus adalah Oryza Linn, dan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diklasifikasikan ke dalam Famili adalah Graminae, Genus adalah Oryza Linn, dan TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Grist (1960), tanaman padi dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan ke dalam Famili adalah Graminae, Genus adalah Oryza Linn, dan Speciesnya adalah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Durian 1. Karakteristik tanaman durian Durian (Durio zibethinus Murr.) merupakan salah satu tanaman hasil perkebunan yang telah lama dikenal oleh masyarakat yang pada umumnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan 4 TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman (Hadisuwito, 2008). Tindakan mempertahankan dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Bawang Merah Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15-20 cm di dalam tanah. Jumlah perakaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Pertumbuhan Tanaman Kedelai Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) mempunyai sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang yang terbentuk dari calon akar, akar sekunder,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Teh termasuk famili Transtromiceae dan terdiri atas dua tipe subspesies dari Camellia sinensis yaitu Camellia sinensis var. Assamica dan Camellia sinensis var.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. diklasifikasikan sebagai berikut. Divisi: Spermatophyta; Subdivisi:

TINJAUAN PUSTAKA. diklasifikasikan sebagai berikut. Divisi: Spermatophyta; Subdivisi: TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Dalam sistematika tumbuhan, kedudukan tanaman bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut. Divisi: Spermatophyta; Subdivisi: Angiospermae; Kelas: Monocotyledoneae; Ordo:

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan TINJAUAN PUSTAKA Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan akan menjadi busuk dalam 2-5 hari apabila tanpa mendapat perlakuan pasca panen yang

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai 13 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Keluarga ini diduga memiliki sekitar 90 genus dan

Lebih terperinci

Disusun oleh A. Rahman, A. Purwanti, A. W. Ritonga, B. D. Puspita, R. K. Dewi, R. Ernawan i., Y. Sari BAB 1 PENDAHULUAN

Disusun oleh A. Rahman, A. Purwanti, A. W. Ritonga, B. D. Puspita, R. K. Dewi, R. Ernawan i., Y. Sari BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan manusia modern saat ini tidak terlepas dari berbagai jenis makanan yang salah satunya adalah cokelat yang berasal dari buah kakao.kakao merupakan salah satu komoditas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika. 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengenalan Tanaman Sorgum Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika. Tanaman ini sudah lama dikenal manusia sebagai penghasil pangan, dibudidayakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat Tanaman tomat diduga berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan terutama Peru dan Ekuador, kemudian menyebar ke Italia, Jerman dan negaranegara Eropa lainnya. Berdasarkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium 14 TINJAUAN PUSTAKA Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Dalam dunia tumbuhan, tanaman bawang merah diklasifikasikan dalam Divisi : Spermatophyta ; Sub Divisi : Angiospermae ; Class : Monocotylodenae ;

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Kedelai Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja, atau Soja max. Namun demikian, pada tahun 1984 telah disepakati bahwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pemenuhan gizi masyarakat Indonesia. Kebutuhan terhadap gizi ini dapat

I. PENDAHULUAN. dalam pemenuhan gizi masyarakat Indonesia. Kebutuhan terhadap gizi ini dapat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang berperan penting dalam pemenuhan gizi masyarakat Indonesia. Kebutuhan terhadap gizi ini dapat diperoleh dari

Lebih terperinci

4. Jenis pupuk. Out line. 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman

4. Jenis pupuk. Out line. 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman PUPUK Out line 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman 4. Jenis pupuk 5. Proses pembuatan pupuk 6. Efek penggunaan pupuk dan lingkungan Definisi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah yang di analisis adalah tekstur tanah, bulk density, porositas, air tersedia, serta permeabilitas. Berikut adalah nilai masing-masing

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas. berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber

PENDAHULUAN. Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas. berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber PENDAHULUAN Latar Belakang Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang sesuai untuk perkebunan rakyat, karena tanaman ini dapat berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Limbah Pertanian. menjadi material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Limbah Pertanian. menjadi material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kompos Limbah Pertanian Pengomposan merupakan salah satu metode pengelolaan sampah organik menjadi material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos. Pengomposan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa media tanam yang digunakan berpengaruh terhadap berat spesifik daun (Lampiran 2) dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk dikembangkan di Indonesia, baik sebagai bunga potong maupun tanaman

I. PENDAHULUAN. untuk dikembangkan di Indonesia, baik sebagai bunga potong maupun tanaman I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggrek merupakan salah satu komoditas tanaman hias yang mempunyai potensi untuk dikembangkan di Indonesia, baik sebagai bunga potong maupun tanaman dalam pot. Dari ribuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merr) Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya. Susunan morfologi kedelai terdiri dari akar, batang, daun, bunga dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sangat diperlukan untuk memprediksi produktivitas kelapa sawit tersebut dalam

TINJAUAN PUSTAKA. sangat diperlukan untuk memprediksi produktivitas kelapa sawit tersebut dalam II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan Idealnya setiap kebun harus sudah dievaluasi lahannya secara benar. Evaluasi Kelas Kesesuaian Lahan (KKL) pada suatu perkebunan kelapa sawit sangat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. saat ini adalah pembibitan dua tahap. Yang dimaksud pembibitan dua tahap

TINJAUAN PUSTAKA. saat ini adalah pembibitan dua tahap. Yang dimaksud pembibitan dua tahap TINJAUAN PUSTAKA Pembibitan Kelapa Sawit Pada budidaya kelapa sawit dikenal dua sistem pembibitan, yaitu pembibitan satu tahap dan pembibitan dua tahap, namun yang umum digunakan saat ini adalah pembibitan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Radish Radish (Raphanus sativus L.) merupakan tanaman semusim atau setahun (annual) yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di Indonesia,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Karakteristik Lokasi Penelitian Tebu transgenik IPB 1 dan isogenik PS 851 ditanam di Kebun Percobaan PG Djatirorto PTPN XI, Jawa Timur. Secara administrasi, lokasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sterculiceae dari genus Theobroma, berasal dari Amazone dan daerah-daerah

I. PENDAHULUAN. Sterculiceae dari genus Theobroma, berasal dari Amazone dan daerah-daerah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tanaman kakao ( Theobroma cacao L) adalah salah satu famili Sterculiceae dari genus Theobroma, berasal dari Amazone dan daerah-daerah tropis lainnya di Amerika

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Tanaman tebu dalam dunia tumbuh-tumbuhan memiliki sistematika sebagai berikut : Kelas : Angiospermae Subkelas : Monocotyledoneae Ordo : Glumaceae Famili : Graminae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Berdasarkan klasifikasi taksonomi dan morfologi Linneus yang terdapat dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : Plantae, Divisio : Spermatophyta,

Lebih terperinci