DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR"

Transkripsi

1 ALTERNATIF PEMANFAATAN DANAU BAGI PENGEMBANGAN WISATA MELALUI KONSEP KEBERLANJUTAN SUMBERDAYA PERAIRAN DAN PERIKANAN DI DANAU SINGKARAK, SUMATERA BARAT FITRI EMELIA SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Alternatif Pemanfaatan Danau bagi Pengembangan Wisata melalui Konsep Keberlanjutan Sumberdaya Perairan dan Perikanan di Danau Singkarak, Sumatera Barat adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, November 2009 Fitri Emelia C

3 RINGKASAN Fitri Emelia. C Alternatif Pemanfaatan Danau bagi Pengembangan Wisata melalui Konsep Keberlanjutan Sumberdaya Perairan dan Perikanan di Danau Singkarak, Sumatera Barat. Dibawah bimbingan Fredinan Yulianda dan Mennofatria Boer. Danau Singkarak merupakan danau terbesar kedua di Pulau Sumatera setelah Danau Toba, dengan luas ha dan kedalaman rata-rata m. Danau Singkarak memiliki potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang cukup besar. Potensi sumberdaya alam terdiri dari lingkungan fisik dan biologi (hayati). Lingkungan fisik yang menjadi daya tarik Danau Singkarak adalah pemandangan alamnya yang indah seperti hamparan danau yang luas, perbukitan, pegunungan dan sungai. Lingkungan biologi (hayati) yang menjadi potensi wisata bagi Danau Singkarak adalah adanya biota endemik ikan bilih (Mystacoleucus padangensis). Selain itu Danau Singkarak juga memiliki potensi sumberdaya manusia seperti potensi budaya dari masyarakat setempat. Potensi-potensi tersebut dapat menjadi objek yang menarik bagi wisatawan apabila dikelola dengan baik. Pemanfaatan wisata Danau Singkarak relatif masih terbatas dan belum dikembangkan secara optimal. Potensi sumberdaya wisata yang dimiliki Danau Singkarak meliputi perairan, ikan, dan pemandangan tersebut diperkirakan cukup tinggi, sehingga Danau Singkarak dapat dikembangkan sebagai suatu alternatif pemanfatan wisata yang berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi dan potensi sumberdaya Danau Singkarak, tingkat pemanfaatan wisata danau, dan untuk menyusun pemanfaatan wisata yang berkelanjutan sebagai salah satu alternatif pemanfaatan sumberdaya Danau Singkarak. Berbagai potensi wisata yang sudah ada di Danau Singkarak pada saat ini adalah: pemandangan alam perbukitan, Tanjung Mutiara, olahraga paralayang, kereta wisata, festival Singkarak dan Danau Kembar, serta event balap sepeda internasional Tour de Singkarak. Akan tetapi pengelolaan dan pemanfaatannya belum optimal, seperti promosi yang sangat kurang sehingga wisatawan tidak/belum memperoleh banyak informasi mengenai kawasan wisata Danau Singkarak. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis kesesuaian wisata, analisis daya dukung kawasan (DDK), metode Scenic Beauty Estimation (SBE), serta analisis SWOT. Berdasarkan analisis kesesuaian diperoleh kegiatan wisata yang direkomendasikan di enam lokasi Danau Singkarak. Lokasi Tanjung Mutiara sesuai untuk kegiatan berenang (DDK = org/hari) dan berkemah (DDK = 124 org/hari), lokasi Ombilin sesuai untuk kegiatan duduk santai (DDK = 428 org/hari ), lokasi Biteh sesuai untuk kegiatan memancing (DDK = org /hari), lokasi Kacang sesuai untuk kegiatan berkemah (DDK = 74 org/hari), lokasi Taluak sesuai untuk kegiatan berperahu (DDK = 381 org/hari), dan lokasi Dermaga sesuai untuk kegiatan outbound (DDK = 150 org/hari). Total daya dukung kawasan yang dapat ditampung oleh kawasan wisata Danau Singkarak setiap harinya adalah orang, tapi harus menyebar dalam kisaran waktu 8 jam/hari atau tidak terakumulasi pada jam-jam yang sama karena dapat menyebabkan over crawded. iii

4 Tiga prioritas utama alternatif strategi pengelolaan kawasan wisata Danau Singkarak yang berkelanjutan meliputi: pertama, mengadakan kerjasama dalam promosi wisata Danau Singkarak sebagai kawasan yang terjaga kealamian dan kelestarian sumberdayanya; kedua, menarik investor untuk pengembangan wisata Danau Singkarak dengan tetap memperhatikan kelestarian sumberdayanya; ketiga, melakukan koordinasi dalam mengatasi permasalahan dan ancaman yang terdapat di Danau Singkarak. Melalui alternatif strategi ini diharapkan Danau Singkarak akan menjadi kawasan wisata dengan konsep keberlanjutan, sehingga dapat menarik banyak wisatawan dan pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. iv

5 ALTERNATIF PEMANFAATAN DANAU BAGI PENGEMBANGAN WISATA MELALUI KONSEP KEBERLANJUTAN SUMBERDAYA PERAIRAN DAN PERIKANAN DI DANAU SINGKARAK, SUMATERA BARAT FITRI EMELIA C Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

6 PENGESAHAN SKRIPSI Judul Skripsi : Alternatif Pemanfaatan Danau bagi Pengembangan Wisata melalui Konsep Keberlanjutan Sumberdaya Perairan dan Perikanan di Danau Singkarak, Sumatera Barat. Nama : Fitri Emelia NIM : C Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan Menyetujui, Pembimbing I, Pembimbing II, Dr. Ir. Fredinan Yulianda, M.Sc Prof. Dr. Ir. Mennofatria Boer NIP NIP Mengetahui, Ketua Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M.Sc NIP Tanggal Lulus: 30 Oktober 2009

7 PRAKATA Syukur Alhamdullillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Alternatif Pemanfaatan Danau bagi Pengembangan Wisata melalui Konsep Keberlanjutan Sumberdaya Perairan dan Perikanan di Danau Singkarak, Sumatera Barat. Skripsi ini merupakan hasil penelitian penulis yang dilaksanakan pada bulan Maret dan April 2009 di Danau Singkarak dan merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari adanya ketidaksempurnaan dalam penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangsih bagi ilmu pengetahuan dan bagi upaya pengelolaan sumberdaya perikanan dan lingkungan perairan khususnya bagi upaya pengelolaan kawasan ekowisata Danau Singkarak yang berkelanjutan. Bogor, November 2009 Penulis vii

8 UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Dr. Ir. Fredinan Yulianda, M.Sc dan Prof. Dr. Ir. Mennofatria Boer, masing-masing selaku ketua dan anggota komisi pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan, masukan, dan saran selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini. 2. Dr. Ir. Yunizar Ernawati, MS. selaku dosen penguji dari program studi dan Ir. Gatot Yulianto, MS. selaku dosen penguji tamu yang telah memberikan saran yang sangat berarti bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini. 3. Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Solok atas dukungan dan bantuannya selama penulis melaksanakan penelitian. 4. Prof. Dr. Ir. Dietriech G. Bengen dosen Ilmu dan Teknologi Kelautan FPIK IPB dan Dr. Ir. Gadis Bengen, kepala Puslit Biologi LIPI yang dengan bantuan dan ijinnya penulis mendapatkan peta batimetri Danau Singkarak yang sangat penting peranannya dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Apa, Ama, Uni Santi, Rima, Kakek, Nenek (Almh), Fatma serta semua keluarga besar H. Nasir St. Saidi atas kasih sayang, doa, dukungan dan semangatnya kepada penulis. 6. Seluruh staf Tata Usaha dan sivitas Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB. 7. Teman-teman MSP 42 atas kebersamaannya selama masa perkuliahan (Lenggo, Bonit, Moro, Agustina, Watay, Fina, Sumo, Avie, Tia, Merti, Lenny, Naila dan semua teman yang tidak bisa disebutkan satu per satu). 8. Teman-teman semasa asrama Maul, Bebe, Lidia beserta keluarga. 9. Mba Yofi, MOSI crew, Da Rudi, serta semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis selama ini. viii

9 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bukittinggi, pada tanggal 29 Mei 1987 dari pasangan Bapak Herman St. Djamaris dan Ibu Elmita. Penulis merupakan putri kedua dari tiga bersaudara. Pendidikan formal ditempuh di SDN 30 Ladang Laweh (1999), MTsN 1 Bukittinggi (2002) dan SMAN 2 Bukittinggi (2005). Pada tahun 2005 penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB, kemudian diterima di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Selama mengikuti perkuliahan penulis berkesempatan menjadi Asisten Mata Kuliah Avertebrata Air (2008), Metode Penarikan Contoh (2008), Manajemen Sumberdaya Perikanan (2009), dan Konservasi Sumberdaya Hayati Perairan (2009) serta aktif sebagai anggota Divisi Kewirausahaan Himpunan Manajemen Sumberdaya Perairan (HIMASPER) pada tahun 2006/2007, anggota divisi Sosial Lingkungan HIMASPER tahun 2007/2008, anggota divisi PBOS Badan Eksekutif Mahasiswa FPIK tahun 2007/2008, anggota paduan suara endeavour FPIK serta anggota tari saman Bungong Puteh IPB. Untuk menyelesaikan studi di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, penulis melaksanakan penelitian yang berjudul Alternatif Pemanfaatan Danau bagi Pengembangan Wisata melalui Konsep Keberlanjutan Sumberdaya Perairan dan Perikanan di Danau Singkarak, Sumatera Barat. ix

10 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Danau Pengelolaan Danau yang Berkelanjutan Sumberdaya perairan Sumberdaya perikanan Ruang Lingkup Pariwisata dan Ekowisata Pariwisata Ekowisata Kesesuaian dan Daya Dukung Sumberdaya untuk Wisata METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Pendekatan Studi Jenis dan Pengumpulan Data Analisis Data Analisis kesesuaian Analisis daya dukung Metode SBE Analisis SWOT HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Daerah Penelitian Flora Fauna yang Hidup di Danau Singkarak Manfaat Danau Singkarak Sumberdaya Perairan Danau Singkarak Kualitas air Pemanfaatan sumberdaya perairan danau oleh PLTA Sumberdaya Perikanan Danau Singkarak Sumberdaya Manusia Danau Singkarak Jumlah penduduk Jenis pekerjaan Agama Kelompok umur xii xiv xvi x

11 xi Jumlah kunjungan wisata Karakteristik masyarakat sekitar Karakteristik wisatawan Potensi Wisata Danau Singkarak Pemandangan alam perbukitan Tanjung Mutiara Olah raga paralayang di Payorapuih Kereta wisata Festival Singkarak dan Danau Kembar Tour de Singkarak Instansi-Instansi Terkait dengan Kawasan Wisata Danau Singkarak Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kabupaten Tanah Datar Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kabupaten Solok Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Solok Dinas Pekerjaan Umum Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kesesuaian Wisata Danau Singkarak Daya Dukung Kawasan Wisata Danau Singkarak Metode SBE Penentuan Kekuatan, Kelemahan, Ancaman dan Peluang Kawasan Wisata Danau Singkarak Kekuatan (strength) Kelemahan (weakness) Peluang (opportunity) Ancaman (threat) Analisis dan Penilaian Faktor Internal dan Eksternal Pembuatan Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan Matriks External Factor Evaluation (EFE) Pembuatan Matriks SWOT Pembuatan Tabel Rangking Alternatif Strategi KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 98

12 DAFTAR TABEL xii Halaman 1. Komponen, jenis, sumber dan cara pengambilan data Penilaian bobot faktor strategis internal/eksternal Matriks IFE/EFE Matriks SWOT Perangkingan alternatif strategi berdasarkan matriks SWOT pada... kawasan wisata Danau Singkarak Perbandingan kualitas air Danau Singkarak tahun 1997 dengan Jenis fitoplankton dan zooplankton di Danau Singkarak Jumlah penduduk di daerah sekitar Danau Singkarak tahun Agama yang dianut masyarakat sekitar Danau Singkarak tahun Kelompok umur masyarakat Danau Singkarak (wilayah Kabupaten Tanah Datar) Jumlah kunjungan wisatawan ke Danau Singkarak (Kabupaten Tanah Datar) Jumlah kunjungan wisatawan ke Danau Singkarak (Kabupaten Solok) Kriteria IKW setiap lokasi penelitian Daya dukung kawasan wisata Danau Singkarak Analisis gerombol konsistensi penilaian responden yang belum dan sudah pernah berkunjung ke Danau Singkarak Analisis ragam dua arah dengan dua kelompok responden yang belum dan sudah pernah berkunjung ke Danau Singkarak Tingkat kepentingan faktor Internal kawasan wisata Danau Singkarak Tingkat kepentingan faktor eksternal kawasan wisata Danau Singkarak Penilaian bobot faktor strategis internal kawasan wisata Danau Singkarak Penilaian bobot faktor strategis eksternal kawasan wisata Danau Singkarak Matriks IFE kawasan wisata Danau Singkarak Matriks EFE kawasan wisata Danau Singkarak Matrik SWOT... 88

13 24. Perangkingan alternatif strategi xiii

14 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Lokasi penelitian Danau Singkarak, Sumatera Barat (Sumber: Bako-surtanal 2000) Diagram posisi analisis SWOT untuk strategi pengelolaan Jumlah kunjungan wisatawan ke Danau Singkarak (Kabupaten Tanah Datar) Jumlah kunjungan wisatawan ke Danau Singkarak tahun 2008 (Kabupaten Solok) Komposisi jenis kelamin masyarakat di sekitar kawasan wisata Danau Singkarak (n = 30 responden) Kelompok umur masyarakat kawasan wisata Danau Singkarak (n = 30 responden) Tingkat pendidikan masyarakat kawasan wisata Danau Singkarak (n = 30 responden) Pekerjaan masyarakat kawasan wisata Danau Singkarak (n = 30 responden) Tingkat pendapatan per bulan masyarakat kawasan wisata Danau Singkarak (n = 30 responden) Pengetahuan dan persepsi masyarakat sekitar terhadap kawasan wisata Danau Singkarak (a,b,c dan d) Persepsi masyarakat sekitar mengenai keberadaan ikan bilih (a,b dan c) Aktifitas masyarakat di kawasan wisata Danau Singkarak (a dan b) Kepedulian masyarakat terhadap kelestarian Danau Singkarak beserta sumberdayanya (a,b,c,d,e dan f) Rasio jenis kelamin wisatawan (n = 30 responden) Tingkatan umur wisatawan (n = 30 responden) Asal wisatawan (n = 30 responden) Tingkat pendidikan wisatawan (n = 30 responden) Jenis pekerjaan wisatawan (n = 30 responden) Pendapatan per bulan wisatawan (n = 30 responden) Biaya yang dikeluarkan wisatawan untuk berwisata ke Danau Singkarak (n = 30 responden) Motivasi wisatawan (a,b,c dan d) Persepsi wisatawan (a,b,c dan d) xiv

15 xv 23. Persepsi wisatawan terhadap fasilitas dan lingkungan di kawasan wisata Danau Singkarak Kecenderungan kelompok wisatawan, kendaraan yang diguna-kan, aktifitas wisatawan, pilihan tempat makan, dan aktifitas yang perlu perbaikan di kawasan wisata Danau Singkarak (a,b,c,d,e dan f) Aktifitas wisatawan berhubungan dengan ikan bilih (a dan b) Kepedulian dan pendapat wisatawan terhadap kelestarian Danau Singkarak (a,b,c dan d) Pengetahuan masyarakat dan wisatawan terhadap ekowisata (a dan b) Peta kesesuaian wisata Danau Singkarak Peta daya dukung kawasan wisata Danau Singkarak Diagram posisi analisis SWOT untuk strategi pengelolaan dan pengembangan kawasan wisata Danau Singkarak... 92

16 DAFTAR LAMPIRAN xvi Halaman 1. Gambar lokasi penelitian Alat yang digunakan pada saat penelitian Panduan wawancara dengan pihak pengelola kawasan wisata Danau Singkarak Panduan wawancara dengan berbagai instansi terkait Kuesioner untuk masyarakat sekitar kawasan Kuesioner untuk wisatawan Matriks kesesuaian untuk setiap kegiatan wisata yang akan dikembangkan di Danau Singkarak Peta batimetri Danau Singkarak Ikan bilih (Mystacoleucus padangensis) Alat tangkap yang digunakan nelayan Aktifitas wisatawan di kawasan wisata Danau Singkarak Aneka hidangan/panganan ikan bilih Potensi dan peluang wisata Danau Singkarak Indeks kesesuaian wisata Danau Singkarak lokasi 1 (Tjg. Mutiara) Peta kesesuaian kegiatan wisata berkemah Peta kesesuaian kegiatan wisata berenang Indeks kesesuaian wisata Danau Singkarak lokasi 2 (Batu Taba) Indeks kesesuaian wisata Danau Singkarak lokasi 3 (X Koto) Indeks kesesuaian wisata Danau Singkarak lokasi 4 (Ombilin) Peta kesesuaian kegiatan wisata duduk santai Indeks kesesuaian wisata Danau Singkarak lokasi 5 (Biteh) Peta kesesuaian kegiatan wisata memancing Indeks kesesuaian wisata Danau Singkarak lokasi 6 (Kacang) Indeks kesesuaian wisata Danau Singkarak lokasi 7 (Taluak) Peta kesesuaian kegiatan wisata berperahu Indeks kesesuaian wisata Danau Singkarak lokasi 8 (Dermaga) Peta kesesuaian kegiatan wisata outbound Prediksi waktu, potensi ekologis (k) dan luas area kegiatan (Lt) untuk perhitungan Daya Dukung Kawasan (Modifikasi Yulianda 2007) Foto-foto Danau Singkarak untuk Metode SBE

17 xvii 30. Penilaian responden terhadap foto-foto pada Metode SBE Kondisi sarana prasarana kawasan wisata Danau Singkarak

18 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Danau Singkarak merupakan danau terbesar kedua di Pulau Sumatera setelah Danau Toba, dan menjadi danau terbesar di Provinsi Sumatera Barat. Danau Singkarak memiliki luas ha dengan kedalaman rata-rata m. Danau Singkarak terletak di dua kabupaten, yaitu Kabupaten Solok dan Kabupaten Tanah Datar. Danau Singkarak merupakan danau vulkanis yang berasal dari bekas letusan gunung berapi yang terjadi pada masa Kwarter. Sumber air Danau Singkarak berasal dari beberapa sungai, terutama dari Sungai Sumpur yang masuk dari sebelah utara, Sungai Paninggahan sebelah barat, dan Sungai Sumani dari sebelah selatan (Syandri 1996). Danau Singkarak memiliki potensi sumberdaya alam dan budaya yang cukup besar. Potensi sumberdaya alam terdiri dari lingkungan fisik dan biologi (hayati). Lingkungan fisik yang menjadi daya tarik Danau Singkarak adalah hamparan danau yang luas dengan air yang tenang, bukit-bukit yang mengelilingi danau, pohon-pohon yang tumbuh di sepanjang tepian danau yang jadi pembatas antara daratan dan air, lingkungan yang asri dan hawanya yang sejuk, dan sungai-sungai terdapat di sekitar danau. Lingkungan biologi (hayati) yang menjadi potensi wisata bagi Danau Singkarak adalah adanya biota endemik ikan bilih (Mystacoleucus padangensis). Ikan endemik ini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung untuk melihat secara langsung atau sekedar mencicipi cita rasa makanan ikan bilih. Selain itu Danau Singkarak juga memiliki potensi budaya dari masyarakat setempat yang dapat menjadi objek yang menarik bagi wisatawan apabila dikelola dengan baik. Pemanfaatan wisata Danau Singkarak relatif masih terbatas dan belum dikembangkan secara optimal. Potensi sumberdaya wisata yang dimiliki Danau Singkarak meliputi perairan, ikan, dan pemandangan diperkirakan cukup tinggi, sehingga Danau Singkarak dapat dikembangkan sebagai suatu alternatif konsep pemanfatan wisata yang berkelanjutan. Saat ini pemanfaatan sumberdaya Danau Singkarak yang telah dilakukan antara lain untuk PLTA, perikanan tangkap, irigasi, MCK, dan wisata.

19 2 Pemanfaatan wisata berkelanjutan hendaknya memperhatikan tiga aspek pariwisata berkelanjutan, yaitu: ekonomi, lingkungan, dan sosial-budaya. Pengembangan pariwisata alternatif berkelanjutan khususnya ekowisata merupakan suatu konsep pembangunan yang mendukung pelestarian ekologi dan pemberian manfaat yang layak secara ekonomi dan adil secara etika dan sosial terhadap masyarakat guna memenuhi kebutuhan wisatawan dengan tetap memperhatikan kelestarian kehidupan sosial-budaya, dan memberi peluang bagi generasi muda sekarang dan yang akan datang untuk memanfaatkan dan mengembangkannya. Konsep ekowisata yang akan dikembangkan di Danau Singkarak memerlukan kajian aspek ekologi dari kawasan tersebut, termasuk kesesuaian dan daya dukung dalam pemanfaatannya demi terjaganya kelestarian lingkungan, aspek pemanfaatan termasuk sosial, ekonomi dan aspek keberlanjutan sumberdaya perairan dan perikanan Danau Singkarak Perumusan Masalah Danau Singkarak memiliki potensi sumberdaya alam dan potensi budaya yang dapat diandalkan, tetapi pemanfaatan dan pengelolaannya masih belum optimal. Potensi sumberdaya tersebut berupa potensi sumberdaya air, sumberdaya ikan dan pemandangan atau keindahan alamnya. Potensi tersebut dapat dimanfaatkan untuk menunjang kehidupan sehari-hari masyarakat setempat dan menjadi objek wisata. Selama ini potensi sumberdaya air yang dimiliki Danau Singkarak dimanfaatkan sebagai PLTA, irigasi dan kegiatan sehari-hari masyarakat setempat. Sementara potensi sumberdaya ikan yang cukup besar seperti Ikan Bilih yang merupakan ikan endemik, saat ini pengelolaan penangkapannya masih belum optimal sehingga terjadi penurunan jumlah populasi. Selain itu, pemandangan indah yang terdapat di Danau Singkarak terganggu dengan adanya aktifitas pembangunan yang dilakukan masyarakat setempat di pinggiran danau. Kondisi pemanfaatan dan pengelolaan Danau Singkarak yang belum optimal akan mengakibatkan penurunan daya dukung kawasan perairan danau. Daya dukung suatu kawasan sangat diperlukan agar pemanfaatan dan pengelolaan

20 3 kawasan danau yang maksimal dan lestari dapat diwujudkan. Untuk meningkatkan daya dukung kawasan Danau Singkarak diperlukan dua hal, yaitu: meningkatkan nilai manfaat Danau Singkarak itu sendiri, dan memperhatikan aspek kelestarian atau konservasi berupa perlindungan kawasan Danau Singkarak diiringi dengan pemanfaatan untuk kegiatan wisata. Untuk itu diperlukan kerjasama antara masyarakat dan pemerintah dalam pengelolaan kegiatan wisata Danau Singkarak yang sesuai dengan daya dukung dan konsep berkelanjutan. Hal ini kiranya bisa menjadi perhatian dan perbaikan bagi pihak-pihak yang bertanggungjawab/pengelola Objek Wisata Danau Singkarak, baik pemerintah, pelaku usaha, masyarakat dan pengunjung objek wisata Danau Singkarak sendiri Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi dan potensi sumberdaya Danau Singkarak, tingkat pemanfaatan wisata danau, dan untuk menyusun pemanfaatan wisata yang berkelanjutan sebagai salah satu alternatif pemanfaatan sumberdaya Danau Singkarak Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pengelola Danau Singkarak khususnya dan Pemerintah Daerah Sumatera Barat umumnya untuk pengembangan wisata Danau Singkarak yang dapat menjamin kelestarian sumberdaya perairan dan perikanan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan hidup nelayan dan masyarakat sekitar.

21 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Danau Ilmu lingkungan (ekologi) membedakan tipe badan-badan air menjadi perairan dengan ekosistem tertutup (closed system) dan perairan dengan ekosistem terbuka (open system). Pengertian badan air sendiri menurut kamus limnologi (perairan darat) adalah massa air yang besar, tedapat dalam wadah alami (sungai, danau, rawa dan sebagainya), maupun buatan (reservoir, waduk) (Hehanussa & Haryani 2001). Perairan dengan ekosistem tertutup adalah perairan yang tidak terpengaruh oleh keadaan lingkungan sekitarnya, sedangkan perairan dengan ekosistem terbuka adalah perairan yang sangat terpengaruh oleh keadaan lingkungan sekitarnya. Contoh perairan ekosistem tertutup adalah kolamkolam buatan, misalnya kolam renang, kolam budidaya, kolam pengolahan air minum, serta kolam pengolah air limbah. Perairan dengan ekosistem terbuka sering juga disebut dengan perairan umum misalnya sungai, rawa, waduk, dan danau. Danau adalah cekungan yang terjadi karena peristiwa alam yang menampung dan menyimpan air hujan, mata air, rembesan, dan/atau air sungai (Hehanussa & Haryani 2001). Sifat fisika-kimiawi perairan danau yang satu dengan yang lainnya berbeda karena sangat ditentukan oleh faktor-faktor geologi, geografi dan kegiatan manusia di daerah aliran sungainya. Sifat fisika-kimiawi perairan ini pada gilirannya akan mempengaruhi komposisi biota yang ada di dalamnya (Ilyas et al in Rusma 2008). Perairan danau berdasarkan asal pembentukannya diklasifikasikan atas (Ilyas et al in Rusma 2008): 1. Danau tektonik adalah danau yang terbentuk karena gaya tektonik baik penaikan maupun penurunan sebagian permukaan bumi sehingga terbentuk genangan air. 2. Danau vulkanik adalah danau yang terbentuk karena aktifitas gunung berapi dan merupakan danau kawah atau kaldera yang berada pada ketinggian yang cukup besar.

22 5 3. Danau patahan merupakan danau yang terbentuk karena adanya patahan lapisan tanah kemudian terjadi pergeseran permukaan bumi sehingga membendung aliran air dan terjadi genangan. 4. Danau solusi merupakan danau yang terjadi di daerah batu kapur yang karena adanya pematusan menjadi larut dan terjadi genangan air. 5. Danau fluvialtil adalah danau yang terjadi karena adanya pengendapan pasir atau lumpur di daerah dataran rendah sehingga membendung aliran air dan terbentuk genangan. Menurut Effendi (2000) berdasarkan tingkat kesuburannya (trophic status) perairan tergenang khususnya danau dapat diklasifikasikan menjadi lima sebagai berikut: 1. Oligotrofik (miskin unsur hara dan produktivitas rendah), yaitu perairan dengan produktivitas primer dan biomassa yang rendah. Perairan i- ni memiliki kadar unsur hara nitrogen dan fosfor rendah, namun cenderung jenuh dengan oksigen. 2. Mesotrofik (unsur hara dan produktivitas sedang), yaitu perairan dengan produktivitas primer dan biomassa sedang. Perairan ini merupakan peralihan antara oligotrofik dan eutrofik. 3. Eutrofik (kaya unsur hara dan produktifitas tinggi), yaitu perairan dengan kadar unsur hara dan tingkat produktivitas primer tinggi. Perairan ini memiliki tingkat kecerahan yang rendah. 4. Hiper-eutrofik, yaitu perairan dengan kadar unsur hara dan produktivitas primer sangat tinggi. 5. Distrofik, yaitu jenis perairan yang banyak mengandung bahan organik. Danau ini diklasifikasikan sebagai danau yang banyak menerima bahan organik dari tumbuhan yang terdapat di daratan sekitarnya. Produktivitas primer danau distrofik biasanya rendah. Keberadaan ekosistem danau memberikan fungsi yang menguntungkan bagi kehidupan manusia (rumah tangga, industri, dan pertanian). Beberapa fungsi danau secara ekosistem adalah sebagai berikut (Kemen-LH 2008): 1. Sumber plasma nutfah yang berpotensi sebagai penyumbang bahan genetik. 2. Tempat berlangsungnya siklus hidup jenis flora/fauna yang penting.

23 6 3. Sumber air yang dapat digunakan langsung oleh masyarakat sekitarnya (rumahtangga, industri dan pertanian). 4. Tempat penyimpanan kelebihan air yang berasal dari air hujan, aliran permukaan, sungai-sungai atau dari sumber-sumber air bawah tanah. 5. Sarana tranportasi untuk memindahkan hasil-hasil pertanian dari tempat satu ke tempat lainnya. 6. Penghasil energi melalui PLTA. 7. Sarana rekreasi dan objek pariwisata. Sunarto (2000) in Nancy (2007) menyatakan bahwa danau untuk kriteria wisata antara lain memiliki kenampakan danau yang tidak monoton misalnya terdapat pulau di tengah danau; bentuk garis tepi danau bervariasi; airnya jernih, tidak berbau, dan tampak bergembur (beriak-riak kecil); serta di sekeliling danau suasananya tidak gersang (bervegetasi) Pengelolaan Danau yang Berkelanjutan Pembangunan pada hakekatnya adalah sebuah upaya dari semua pihak untuk menggunakan sumberdaya alam, binaan, dan sosial dalam rangka mencapai tujuan kesejahteraan dan keamanan. Oleh karena itu konsep dasar nasional kita harus mengacu pada konsep pembangunan yang berkelanjutan, yang bertumpu pada pemanfaatan optimal sumber-sumber daya pembangunan dan pelestariannya dalam jangka panjang. Dipandang dari sudut ekologi, ekonomi, dan sosial budaya, keberadaan perairan tergenang adalah penting dan sangat bermanfaat. Keberadaannya dapat mendukung ketersediaan air tanah, sumber penghasilan, dan kehidupan umat manusia beserta berbagai satwa lain. Pemanfaatan yang tidak sesuai mengakibatkan bayak rawa, situ maupun danau yang rusak, tercemar dan mengalami pendangkalan, bahkan telah berubah fungsi sebagai lahan pemukiman dan industri (Ubaidillah & Maryanto 2003). Pengelolaan danau yang berkelanjutan harus memperhatikan kegiatan-kegiatan yang dapat menjamin kelestarian sumberdaya perairan dan sumberdaya perikanan. Danau Singkarak yang menjadi lokasi penelitian ini memiliki sumberdaya perairan dan perikanan yang cukup potensial untuk dikembangkan. Sumberdaya perairannya selain digunakan untuk kebutuhan sehari-hari masyarakat setem-

24 7 pat, digunakan pula sebagai sumber energi PLTA. Danau Singkarak juga memiliki sumberdaya perikanan yang unik, seperti adanya ikan endemik ikan bilih (Mystacoleucus padangensis), dan sumberdaya ikan lainnya Sumberdaya perairan Danau adalah suatu ekosistem yang dinamis. Selain keindahan alamnya yang menentramkan hati, danau adalah sumberdaya air di daratan yang penting artinya untuk memenuhi kebutuhan manusia akan air minum. Pemanfaatan yang berlebihan dan perusakan atas sumberdaya danau akan menghambat pengelolaan danau untuk kesejahteraan manusia secara berkesinambungan. O- leh karena itu manusia diharapkan mau menghormati kemampuan ekosistem alami danau dalam memenuhi kebutuhan air untuk berbagai kepentingan, baik dari pihak manusia maupun alam (Lakenet 2004 in Nancy 2007). Studi pengelolaan danau secara berkelanjutan memerlukan pendekatan multi-disiplin, termasuk di dalamnya ilmu-ilmu bidang fisika, kimia, biologi dan sosial, serta pertimbangan-pertimbangan aspek sosio-ekonomi. Perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan untuk pengelolaan danau harus didasarkan pada penelitian ilmiah yang baik dan informasi yang dapat diandalkan. Pengelolaan danau yang berkelanjutan menghendaki diselesaikannya konflik berbagai pihak yang sama-sama mengambil manfaat sumberdaya yang ada di danau, dengan mempertimbangkan kepentingan alam (Lakenet 2004 in Nancy 2007). Masyarakat dan para pemangku kepentingan lainnya harus didorong agar berpartisipasi secara sungguh-sungguh dalam mengenali dan menyelesaikan masalah kritis yang membebani danaunya. Semua kegiatan pengelolaan danau harus dilandasi azas keadilan agar dapat mendorong masyarakat dan semua pemangku kepentingan untuk berpartisipasi secara sungguh-sungguh dalam proses perumusan kebijakan, pengambilan keputusan dan pelaksanaannya. Menerapkan proses partisipatori dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan menuju ke pemanfaatan danau secara berkelanjutan merupakan cara yang paling rasional untuk menjamin terciptanya keadilan, keterbukaan dan pemberdayaan demi kepentingan seluruh masyarakat dan pemangku kepentingan lain dalam daerah tangkapan air danau (Lakenet 2004 in Nancy 2007).

25 Sumberdaya perikanan Danau Singkarak yang terletak pada ketinggian m dari permukaan laut ini memiliki spesies ikan khas atau endemik yang dikenal dengan ikan bilih (Mystacoleucus padangensis). Bentuk ikan bilih mirip teri, namun hidup di air tawar. Ikan ini merupakan andalan utama mata pencarian penduduk yang ada di selingkaran Danau Singkarak. Dengan rasanya yang amat khas, gurih dan wangi, ikan bilih juga menjadi panganan bagi wisatawan yang berkunjung ke Danau Singkarak. Panganan ikan bilih dapat ditemukan dengan mudah karena banyak warga yang membuka rumah makan dengan menu andalan ikan bilih (Muslion 2008). Ikan bilih yang menjadi primadona masyarakat di Danau Singkarak, akhirakhir ini jumlahnya semakin berkurang. Tanpa upaya khusus untuk mengembangkan ikan bilih, bukan tak mungkin suatu saat ikan ini akan punah. Apalagi warga semakin giat berupaya mendapatkan ikan yang lebih banyak, antara lain dengan mengecilkan mata kail sehingga ikan-ikan yang masih kecil pun ikut terjaring. Ancaman ikan bilih yang lain berasal dari aneka limbah yang mengalir ke Danau Singkarak. Pemakaian bahan kimia untuk pertanian serta limbah rumah tangga dan pariwisata merupakan bagian dari pencemaran air danau yang sulit dihentikan. Oleh karena itu, diperlukan suatu strategi pengelolaan yang efisien agar kelestarian ikan bilih dapat tetap dipertahankan sejalan dengan pemanfaatan yang dilakukan untuk sumber mata pencarian masyarakat. Pengelolaan ikan bilih tidak bisa dilakukan oleh satu pihak saja, melainkan sinergi dari upaya terpadu berbagai pihak baik instansi pemerintah, Perguruan Tinggi, BUMN serta didukung oleh peran serta aktif masyarakat/lsm. Upaya pengelolaan tidak hanya bertujuan untuk menjaga kelestarian ikan bilih tetapi juga menjaga ekosistem danau, untuk berbagai pemanfaatan potensi sumberdaya alam yang ada secara efektif dan efisien (Syandri 1996) Ruang Lingkup Pariwisata dan Ekowisata Pariwisata Menurut Pendit (2006) istilah pariwisata terlahir dari bahasa Sansekerta yang komponen-komponennya terdiri dari:

26 9 Pari : penuh, lengkap, berkeliling Wis (man) : rumah, properti, kampung, komunitas Ata : pergi terus menerus, mengembara yang dirangkai menjadi satu kata melahirkan istilah pariwisata, berarti: pergi secara lengkap meninggalkan rumah (kampung) berkeliling terus menerus. Dalam pengoperasiannya pariwisata sebagai pengganti istilah asing tourism atau travel diberi makna oleh Pemerintah Indonesia: mereka yang meninggalkan rumah untuk mengadakan perjalanan tanpa mencari nafkah di tempat-tempat yang dikunjungi sambil menikmati kunjungan mereka. Institute of Tourisme in Britain (sekarang Tourism Society in Britain) (1976) in Pendit (2006) merumuskan: pariwisata adalah kepergian orang-orang sementara dalam jangka waktu pendek ke tempat-tempat tujuan di luar tempat tinggal dan pekerjaan sehari-harinya serta kegiatan-kegiatan mereka selama berada di tempat-tempat tujuan tersebut; ini mencakup kepergian untuk berbagai maksud, termasuk kunjungan seharian atau darmawisata. Terdapat beberapa terminologi yang berkaitan dengan kepariwisataan berdasarkan UU No. 9 Tahun 1990 in Rusma 2008, yaitu: 1. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata. 2. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata. 3. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. 4. Kegiatan pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata. 5. Usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata atau menyediakan atau mengusahakan objek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata, dan usaha lain yang terkait di bidang tersebut. 6. Objek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata.

27 10 7. Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata. Pada awalnya hakekat paling utama yang melahirkan pariwisata adalah perasaan manusia yang terdalam, serba ingin mengetahui segala sesuatu selama hidup di dunia. Manusia ingin tahu segala sesuatu di dalam dan luar lingkungannya. Ia ingin tahu tentang kebudayaan negeri asing, cara hidup dan adat istiadat negeri antah-berantah, cuaca dan hawa yang berbeda-beda di berbagai negeri, keindahan dan keajaiban alam dengan bukit, gunung, lembah serta pantainya, dan berbagai hal yang tidak ada dalam lingkungannya sendiri (Pendit 2006). Dalam dunia kepariwisataan segala sesuatu yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi dan dilihat disebut atraksi, atau lazim pula dinamakan objek wisata. Suatu daerah wisata, di samping akomodasi (hotel atau tempat penginapan sementara lainnya) akan disebut daerah tujuan wisata apabila ia memiliki a- traksi-atraksi yang memikat sebagai tujuan kunjungan wisata. Atraksi-atraksi ini antara lain: panorama keindahan alam yang menakjubkan seperti gunung, lembah, ngarai, air terjun, danau, pantai, matahari terbit/terbenam, cuaca udara dan lain-lain yang berkaitan dengan keadaan alam sekitarnya, disamping yang merupakan budaya hasil cipta manusia seperti monumen, candi, bangunan klasik, peninggalan purbakala, museum, arsitektur kuno, seni tari, musik, agama, adat istiadat, upacara, pekan raya, pertandingan/kompetisi, pameran atau kegiatan-kegiatan budaya, sosial dan keolahragaan lainnya yang bersifat khusus, menonjol dan meriah (Pendit 2006). Pariwisata terdiri dari beberapa jenis. Jenis pariwisata menurut Pendit (2006) adalah sebagai berikut: 1. Wisata Budaya. Ini dimaksudkan agar perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan atau peninjauan ke tempat lain atau ke luar negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat istiadat, cara hidup, budaya dan seni mereka. 2. Wisata Kesehatan. Hal ini dimaksudkan perjalanan seorang wisatawan dengan tujuan untuk menukar keadaan dan lingkungan tempat seharihari dimana ia tinggal demi kepentingan beristirahat baginya dalam arti jasmani dan rohani, dengan mengunjungi tempat peristirahatan se-

28 11 perti mata air panas mengandung mineral yang dapat menyembuhkan, dan tempat-tempat yang menyediakan fasilitas-fasilitas kesehatan lainnya. 3. Wisata Olahraga. Tujuannya adalah untuk berolahraga atau memang sengaja bermaksud mengambil bagian aktif dalam pesta olahraga di suatu tempat atau negara seperti PON, Thomas Cup dan Uber Cup. Jenis o- lahraga yang termasuk dalam jenis wisata olahraga yang bukan tergolong dalam pesta olahraga atau games, misalnya berburu, memancing, berenang. 4. Wisata Komersial. Perjalanan untuk mengunjungi pameran-pameran dan pekan raya yang bersifat komersial. 5. Wisata Industri. Perjalanan yang dilakukan rombongan pelajar atau mahasiswa, atau orang-orang awam ke suatu kompleks atau daerah perindustrian dimana terdapat pabrik-pabrik atau bengkel-bengkel besar dengan maksud mengadakan peninjauan atau penelitian. 6. Wisata Politik. Perjalanan yang dilakukan untuk mengunjungi atau mengambil bagian secara aktif dalam peristiwa kegiatan politik seperti peringatan ulang tahun suatu negara, dimana fasilitas akomodasi, sarana angkutan dan atraksi aneka warna diadakan secara megah dan meriah bagi para pengunjung, baik dalam maupun luar negeri. Peristiwa penting seperti konferensi, musyawarah, kongres atau konvensi politik yang selalu disertai dengan kegiatan darmawisata termasuk dalam jenis wisata ini. 7. Wisata Sosial. Pengorganisasian suatu perjalanan murah serta mudah untuk memberikan kesempatan kepada golongan masyarakat ekonomi lemah (dengan kata lain tidak mampu membayar segala sesuatu yang bersifat luks/mewah) untuk mengadakan perjalanan, seperti petani, kaum buruh, pemuda, pelajar, dan mahasiswa. 8. Wisata Pertanian. Pengorganisasian perjalanan yang dilakukan ke proyek-proyek pertanian, perkebunan, ladang pembibitan dan sebagainya dimana wisatawan rombongan dapat mengadakan kunjungan dan peninjauan untuk tujuan studi maupun melihat-lihat sekeliling sambil menikmati segarnya tanaman beraneka warna dan suburnya pembibit-

29 12 an berbagai jenis sayur-mayur dan palawija di sekitar perkebunan yang dikunjungi. 9. Wisata Maritim (marina) atau Bahari. Jenis wisata ini banyak dikaitkan dengan kegiatan olahraga air, lebih-lebih di danau, bengawan, pantai, teluk atau laut lepas seperti memancing, berlayar, menyelam sambil melakukan pemotretan, kompetisi berselancar, balapan mendayung, berkeliling melihat-lihat taman laut dengan pemandangan indah di bawah permukaan air. 10. Wisata Cagar Alam. Diselenggarakan oleh agen atau biro perjalanan yang mengkhususkan usahanya dengan jalan mengatur wisata ke tempat atau daerah cagar alam, taman lindung, hutan yang kelestariannya dilindungi oleh undang-undang. 11. Wisata Buru. Dilakukan di negeri-negeri yang memiliki daerah atau hutan tempat berburu yang dibenarkan oleh pemerintah dan digalakkan oleh berbagai agen atau biro perjalanan. 12. Wisata Pilgrim. Jenis wisata ini dikaitkan sedikit banyak dengan agama, sejarah, adat istiadat dan kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat. Wisata ini banyak dilakukan ke tempat-tempat suci, ke makam-makam orang besar, gunung atau bukit yang dianggap keramat, dengan niat atau hasrat untuk memperoleh restu, kekuatan batin, keteguhan iman, dan tidak jarang untuk memperoleh kekayaan yang melimpah. 13. Wisata Petualangan. Dikenal dengan istilah Adventure tourisme, seperti masuk hutan belantara yang tadinya belum pernah dijelajahi penuh dengan binatang-binatang buas, mendaki tebing yang teramat terjal, a- rung jeram di sungai-sungai yang arusnya liar, dan wisata ruang angkasa. Menurut Wahab (1992) hasil karya buatan manusia yang dapat ditawarkan dari suatu kegiatan pariwisata dan dapat dinikmati oleh wisatawan adalah: 1. Berciri sejarah, budaya, dan agama a. Tempat-tempat budaya seperti museum, gedung kesenian, tugu peringatan, perpustakaan, pentas-pentas budaya rakyat, dan industri kerajinan tangan.

30 13 b. Monumen-monumen dan peninggalan-peninggalan bersejarah. c. Perayaan-perayaan tradisional: pameran-pameran, karnaval, upacara adat, serta ziarah-ziarah. d. Bangunan-bangunan raksasa dan biara-biara keagamaan. 2. Prasarana-prasarana a. Prasarana umum: sistem penyediaan air bersih, kelistrikan, jalur- jalur lalu lintas, sistem pembangunan limbah, sistem telekomunikasi. b. Kebutuhan pokok pola hidup modern: rumah sakit, apotik, bank, pusat-pusat perbelanjaan, rumah-rumah penata rambut, kantor pemerintahan (polisi, pengadilan), bengkel, dan toko-toko buku. c. Prasarana wisata: tempat penginapan wisatawan. 3. Sarana pencapaian dan alat transportasi penunjang: pelabuhan udara, kereta api, kapal, dan angkutan pegunungan. 4. Sarana pelengkap, umumnya sarana pelengkap bersifat rekreasi dan hiburan, misalnya: bioskop, warung kopi, dan klub-klub. 5. Pola hidup masyarakat: cara pandang bangsa, sikap, makanan dan sikap pandangan hidup, kebisaaan, tradisi, serta adat istiadat. Pengelolaan kegiatan pariwisata sangat diperlukan dalam rangka menahan wisatawan untuk tinggal lebih lama di daerah tujuan wisata dan bagaimana agar wisatawan membelanjakan uangnya sebanyak-banyaknya selama melakukan perjalanan wisata. Makin lama wisatawan berada di suatu tempat akan meningkatkan pengeluaran mereka dan kemungkinan menambah dorongan makin banyak orang akan ikut serta pada kunjungan berikutnya jika kesan yang dibawa adalah pengalaman wisata yang menarik, yang akan membangkitkan perusahaan jasa seperti transportasi, hiburan, akomodasi dan jasa lainnya yang mendukung penyelenggaraan perjalanan wisata (Marpaung 2002). Lingkungan yang asli senantiasa lebih menarik para wisatawan daripada yang tiruan. Asli berarti menyuguhkan apa adanya yang paling baik dimiliki dan membiarkan atraksi wisata lain, bagi tujuan daerah yang lain yang memiliki keistimewaan yang lebih sempurna. Dengan kata lain negara penerima wisatawan harus merencanakan pembangunan pariwisatanya sesuai dengan kondisi-kondisi alam, iklim, ekologi dan budayanya yang paling cocok. Para wisatawan biasanya menyukai keistimewaan lingkungan yang demikian dalam batas-batas

31 14 yang telah diuraikan. Dengan demikian, penciptaan lingkugan tiruan sendiri, tidak akan memajukan kegiatan pariwisata untuk jangka panjang (Wahab 1992) Ekowisata Definisi ekowisata pertama kali diperkenalkan oleh organisasi ekowisata (The International Ecotourism Society) pada tahun 1990 sebagai perjalanan bertanggung jawab ke areal yang masih alami untuk menjaga lingkungan dan menopang kesejahteraan masyarakat lokal (Chaniago 2008). Menurut META (2002) in Yulianda (2007), ekowisata merupakan wisata berorientasi pada lingkungan untuk menjembatani kepentingan perlindungan sumberdaya alam/lingkungan dan industri kepariwisataan. Suatu konsep pengembangan ekowisata hendaknya dilandasi pada prinsip dasar ekowisata yang meliputi (Yulianda 2007): 1. Mencegah dan menanggulangi dampak dari aktifitas wisatawan terhadap alam dan budaya, pencegahan dan penanggulangan disesuaikan dengan sifat dan karakter alam dan budaya setempat. 2. Pendidikan konservasi lingkungan; Mendidik pengunjung dan masyarakat akan pentingnya konservasi. 3. Pendapatan langsung untuk kawasan; Retribusi atau pajak konservasi (conservation tax) dapat digunakan untuk pengelolaan kawasan. 4. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan; Merangsang masyarakat a- gar lebih terlibat dalam perencanaan dan pengawasan kawasan. 5. Penghasilan bagi masyarakat; Masyarakat mendapat keuntungan ekonomi sehingga terdorong untuk menjaga kelestarian kawasan. 6. Menjaga keharmonisan dengan alam; Kegiatan dan pengembangan fasilitas tetap mempertahankan keserasian dan keaslian alam. 7. Daya dukung sebagai batas pemanfaatan; Daya tampung dan pengembangan fasilitas hendaknya mempertimbangkan daya dukung lingkungan. 8. Kontribusi pendapatan bagi Negara (pemerintah daerah dan pusat). Ekowisata memiliki beberapa karakteristik, yaitu (Pemkab Manggarai Barat 2009):

32 15 1. Aktifitas wisata terutama berkaitan dengan konservasi lingkungan. 2. Penyedia jasa wisata tidak hanya menyiapkan sekedar atraksi untuk menarik tamu, tetapi juga menawarkan peluang bagi mereka untuk lebih menghargai lingkungan. 3. Kegiatan wisata berbasis alam. 4. Organisasi perjalanan menunjukkan tanggung jawab finansial dalam pelestarian lingkungan yang dikunjungi atau dinikmati oleh wisatawan dan wisatawan juga melakukan kegiatan yang terkait dengan konservasi. 5. Kegiatan wisata dilakukan tidak hanya dengan tujuan untuk menikmati keindahan dan kekayaan alam itu sendiri, tetapi juga secara spesifik untuk mengumpulkan dana yang akan digunakan bagi pelestarian ODTW (Objek dan Daya Tarik Wisata). 6. Perjalanan wisata menggunakan alat transportasi dan akomodasi lokal. Kesuksesan pengembangan ekowisata sangat ditentukan oleh peran dari masing-masing pelaku ekowisata yaitu: industri pariwisata, wisatawan, masyarakat lokal, pemerintah dan instansi non pemerintah, serta akademisi. Para pelaku ekowisata mempunyai peran dan karakter tersendiri yaitu: (1) industri pariwisata yang mengoperasikan ekowisata merupakan industri pariwisata yang peduli terhadap pentingnya pelestarian alam dan keberlanjutan pariwisata dan mempromosikan serta menjual program wisata yang berhubungan dengan flora, fauna, dan alam; (2) wisatawannya merupakan wisatawan yang peduli terhadap lingkungan; (3) masyarakat lokal dilibatkan dalam perencanaan, penerapan dan pengawasan pembangunan, dan pengevaluasian pembangunan; (4) pemerintah berperan dalam pembuatan peraturan-peraturan yang mengatur tentang pembangunan fasilitas ekowisata agar tidak terjadi eksploitasi terhadap lingkungan yang berlebihan; (5) akademisi bertugas untuk mengkaji tentang pengertian ekowisata dan mengadakan penelitian untuk menguji apakah prinsip-prinsip yang dituangkan dalam pengertian ekowisata sudah diterapkan dalam prakteknya. Pembangunan ekowisata yang berkelanjutan dapat berhasil apabila karakter atau peran yang dimiliki oleh masing-masing pelaku ekowisata dimainkan sesuai dengan perannya, bekerjasama secara holistik di antara para stakeholders (Subadra 2007).

33 16 Ekowisata dapat memberikan dampak positif maupun dampak negatif. Dampak positif dari kegiatan ekowisata antara lain menambah sumber penghasilan dan devisa negara, menyediakan kesempatan kerja dan usaha, mendorong perkembangan usaha-usaha baru, dan diharapkan mampu meningkatkan kesadaran masyarakat maupun wisatawan tentang konservasi sumber daya alam (Razak 2008). Pengembangan ekowisata juga tidak bisa terlepas dari dampak negatif seperti tertekannya ekosistem yang ada di obyek ekowisata apabila dikunjungi wisatawan dalam jumlah yang banyak dan konflik kepentingan antara pengelola a- tau operator ekowisata dengan masyarakat lokal terutama mengenai pembagian keuntungan dan aksesibilitas (Razak 2008). Ada tujuh hal penting yang harus dilakukan oleh operator ekowisata dalam upaya mewujudkan ekowisata yang berkelanjutan sebagaimana yang disebutkan oleh The Ecotravel Center (2002) in Subadra (2007) yaitu: 1. Mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan yang dijadikan obyek ekowisata. 2. Meningkatkan kontribusi terhadap pembangunan di sekitar obyek ekowisata dan mendukung program pembangunan berkelanjutan. 3. Pengurangan konsumsi terhadap sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui. 4. Melestarikan kearifan-kearifan lokal yang dimiliki masyarakat lokal. 5. Mengutamakan usaha-usaha pendukung kegiatan ekowisata yang dimiliki masyarakat lokal. 6. Mendukung usaha-usaha pelestarian lingkungan, dan 7. Memberikan kontribusi terhadap pelestarian biodiversitas yang ada di lingkungan yang dijadikan obyek ekowisata Kesesuaian dan Daya Dukung Sumberdaya Untuk Wisata Kesesuaian mencakup kesesuaian sumberdaya atau potensi yang dikaitkan dengan luas areal bagi setiap peruntukan wisata. Setiap kegiatan wisata mempunyai persyaratan sumberdaya dan lingkungan yang sesuai dengan kegiatan wisata yang dikembangkan (Yulianda 2007).

34 17 Pariwisata merupakan industri yang kelangsungan hidupnya sangat ditentukan oleh baik-buruknya lingkungan. Ia sangat peka terhadap kerusakan lingkungan, misalnya pencemaran oleh limbah domestik yang berbau dan kotor, sampah yang bertumpuk, dan kerusakan pemandangan oleh penebangan hutan, gulma air di danau, gedung yang letak dan arsitekturnya tidak sesuai, serta sikap penduduk yang tidak ramah. Tanpa lingkungan yang baik pariwisata tidak mungkin berkembang. Karena itu pengembangan pariwisata haruslah memperhatikan terjaganya mutu lingkungan, sebab dalam industri pariwisata, lingkungan itulah yang sebenarnya dijual (Soemarwoto 2004). Suatu daerah wisata mempunyai kemampuan tertentu untuk menerima wisatawan, yang biasa disebut daya dukung lingkungan. Daya dukung lingkungan di bidang pariwisata dapat dinyatakan dalam jumlah wisatawan per satuan luas per satuan waktu. Tetapi baik luas maupun waktu umumnya tidak dapat dirata-ratakan, karena penyebaran wisatawan dalam ruang dan waktu tidak merata (Soemarwoto 2004). Daya dukung lingkungan pariwisata dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu tujuan wisatawan dan faktor lingkungan biofisik lokasi pariwisata. Tujuan pariwisata adalah untuk mendapatkan rekreasi. Rekreasi tidak hanya berarti bersenang-senang, melainkan harus diartikan sebagai rekreasi, yaitu secara harfiah berarti diciptakan kembali. Jadi dengan rekreasi itu orang ingin menciptakan kembali atau memulihkan kekuatan dirinya, baik fisik maupun spiritual. Setelah berekreasi orang merasa dirinya pulih untuk melakukan tugasnya lagi. Karena itu tujuan rekreasi bermacam-macam, antara lain bermain-main, berolahraga, belajar, beristirahat atau kombinasi macam-macam tujuan itu. Walaupun tujuannya bermacam-macam, tetapi semuanya mempunyai sifat umum yang sama, yaitu dilakukan di luar tugas pekerjaan untuk mendapatkan hiburan. Perencanaan pengembangan pariwisata haruslah memperhatikan daya dukung berdasarkan atas tujuan pariwisata (Soemarwoto 2004). Faktor biofisik yang mempengaruhi kuat atau rapuhnya suatu ekosistem akan sangat menentukan besar-kecilnya daya dukung tempat wisata tersebut. Ekosistem yang kuat mempunyai daya dukung yang tinggi, yaitu dapat menerima wisatawan dalam jumlah yang besar, karena tidak mudah rusak dan dapat cepat pulih dari kerusakan (sensitivitas rendah, resiliensi tinggi). Ekosistem demikian pada umumnya terdapat di ke-

35 18 tinggian di atas laut yang rendah, yang datar atau landai, suhu yang tinggi dan tanah yang subur (Soemarwoto 2004). Daya dukung badan air yang digunakan untuk pariwisata dipengaruhi o- leh luas dan volume badan air itu dan gerak air. Misalnya, sebuah danau yang luas, dalam, pencampuran air yang baik dan pergantian air yang cepat mempunyai daya dukung yang lebih besar daripada danau yang sempit, dangkal, airnya tenang dan mengalami penggantian air yang pelan. Hal ini disebabkan karena di danau dengan volume air yang besar yang tercampur oleh gelombang atau arus dan cepat diganti, zat pencemar akan mengalami pengenceran dan terbawa keluar danau oleh adanya aliran keluar (Soemarwoto 2004). Faktor biofisik yang mempengaruhi daya dukung lingkungan bukan hanya faktor alamiah, melainkan juga faktor buatan manusia. Misalnya, adanya perkampungan penduduk di dekat lokasi pariwisata yang limbahnya terbuang langsung atau terbawa oleh sarana pariwisata juga merupakan faktor dalam penentuan daya dukung, antara lain jalan dan tempat peristirahatan. Daya dukung lingkungan tidak cukup hanya dilihat dari sarana pelayanan wisatawan, melainkan juga harus dari segi kemampuan lingkungan untuk mendukung sarana itu (Soemarwoto 2004). Jelaslah, perencanaan pariwisata yang tidak memperhatikan daya dukung lingkungan akan menurunkan kualitas lingkungan dan rusaknya ekosistem yang dipakai untuk pariwisata itu sehingga akhirnya akan menghambat bahkan menghentikan perkembangan pariwisata itu (Soemarwoto 2004).

36 19 3. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kawasan wisata Danau Singkarak. Danau Singkarak merupakan salah satu danau di Sumatera Barat, yang terletak antara Kodya Padang Panjang dan Kodya Solok. Secara geografis danau ini terletak pada BT dan LS, dengan ketinggian m di atas permukaan laut (Azhar 1993) (Gambar 1). Waktu pelaksanaan penelitian adalah bulan Maret - April Gambar 1. Lokasi penelitian Danau Singkarak, Sumatera Barat (Sumber: Bakosurtanal 2000)

37 20 Lokasi penelitian ditentukan berdasarkan hasil survei pendahuluan dengan memperhatikan luasan wilayah tepian danau serta perbedaan pemandangan yang menarik di Danau Singkarak. Dalam hal ini yang diamati adalah perbedaan morfologi perairan, kondisi substrat dasar, objek yang menarik, masyarakat sekitar, dan pengunjung wisata. Untuk keperluan penelitian ditentukan delapan lokasi pengambilan contoh. Lokasi 1: Tanjung mutiara Lokasi 2: Batu Taba Lokasi 3: X Koto Lokasi 4: Ombilin Lokasi 5: Biteh Lokasi 6: Kacang Lokasi 7: Taluak Lokasi 8: Dermaga Foto ke 8 (delapan) lokasi pengambilan contoh disajikan pada Lampiran Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: termometer lingkungan untuk mengukur suhu perairan, formulir kuesioner yang digunakan untuk mewawancarai masyarakat dan wisatawan, secchi disk, alat tulis, perekam suara (tape recorder) untuk wawancara dengan pihak terkait, kamera digital untuk mengambil foto keadaan lapang, GPS untuk mengetahui posisi koordinat lokasi penelitian, peta kawasan Danau Singkarak, dan beberapa dokumen yang berkaitan dengan kawasan tempat penelitian serta pustaka-pustaka yang berkaitan dengan penelitian ini (Lampiran 2) Pendekatan Studi Aspek yang dikaji pada penelitian ini adalah aspek ekologi sumberdaya wisata perairan Danau Singkarak. Aspek-aspek tersebut terdiri dari sumberdaya alam yang berupa fisik (kondisi kawasan perairan danau), lingkungan biologi (ikan dan biota lainnya), dan sumberdaya manusia yang dipengaruhi aspek sosial ekonomi (pengunjung, masyarakat sekitar dan sarana prasarana) serta kelemba-

38 21 gaan (pengelola kawasan wisata dan instansi-instansi yang terkait dengan pengelolaan dan pengembangan Kawasan Wisata Danau Singkarak). Aspek-aspek tersebut dianalisis berdasarkan nilai kesesuaian dan nilai daya dukung kawasan sumberdaya perairan Danau Singkarak, serta nilai keindahan panorama danau melalui foto. Faktor-faktor internal dan eksternal juga diperlukan untuk mengarahkan terciptanya suatu analisis strategi pengelolaan kawasan wisata perairan Danau Singkarak yang berkelanjutan Jenis dan Pengumpulan Data Komponen, jenis, sumber dan cara pengambilan data yang diperlukan dalam penelitian ini tertuang dalam Tabel 1. Jenis dan sumber data yang digunakan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diambil langsung oleh peneliti melalui penelitian lapangan atau dari sumber utama (responden). Data sekunder diambil dari penelusuran kepustakaan melalui internet, laporan atau dokumentasi dan dari data yang sudah tersedia yang dikutip peneliti guna kepentingan penelitiannya. Cara pengumpulan dan pengambilan data dalam penelitian ini meliputi: observasi, wawancara, dan studi dokumen/literatur (riset pustaka). Wawancara dilakukan dengan perwakilan dari pihak pengelola, instansiinstansi terkait, masyarakat setempat dan wisatawan. Khusus untuk masyarakat setempat/sekitar dan wisatawan, wawancara dilakukan melalui pengisian kuesioner dengan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan kawasan wisata Danau Singkarak. Masyarakat sekitar Danau Singkarak dan wisatawan yang diwawancarai (responden) masing-masing berjumlah 30 orang. Daftar pertanyaan dan kuesioner yang digunakan disajikan pada Lampiran 3, 4, 5, dan 6. Penentuan responden ditetapkan melalui metode purposive sampling yaitu anggota populasi sengaja dipilih untuk memenuhi tujuan tertentu dengan mengandalkan logika atas kaidah-kaidah yang berlaku dan berdasarkan atas judgement peneliti. Dengan demikian, responden yang dipilih sudah mempunyai persepsi terhadap kawasan wisata Danau Singkarak sehingga diharapkan mampu menjawab pertanyaan yang diajukan (Fauzi 2001 in Nancy 2007).

39 22 Tabel 1. Komponen, jenis, sumber dan cara pengambilan data Komponen data Jenis data Sumber data Teknik pengambilan data Keadaan umum kawasan wisata Danau Singkarak a. Demografi Sekunder Laporan Studi pustaka b. Sarana dan prasarana Primer dan Lapangan dan Observasi lapang dan studi pustaka sekunder laporan c. Pendidikan tenaga kerja Primer Responden Wawancara Sumber Daya Alam (SDA) a. Flora (Vegetasi dan tumbuhan Primer dan Laporan Studi pustaka air) Sekunder b. Fauna (Ikan dan biota air lainnya) Primer dan Sekunder Laporan Studi pustaka Kualitas Air Danau Singkarak Parameter Fisika a. Suhu Primer atau Laporan Observasi lapang atau studi pustaka sekunder b. Kecerahan Primer atau Laporan Observasi lapang atau studi pustaka sekunder c. Warna Primer atau Laporan Observasi lapang atau studi pustaka sekunder Parameter Kimia a. DO Sekunder Laporan Observasi lapang atau studi Pustaka b. BOD 5 Sekunder Laporan Observasi lapang atau studi Pustaka c. ph Sekunder Laporan Observasi lapang atau studi Pustaka Sumber Daya Manusia (SDM) dan Kebijakan a. Masyarakat Primer Responden Wawancara b. Pengunjung Primer Responden Wawancara c. Lembaga terkait Primer Responden Wawancara d. Dampak pengelolaan Primer dan Responden dan Wawancara dan observasi lapang sekunder lapangan e. Isu-isu yang Primer dan Responden dan Wawancara dan observasi lapang berkembang sekunder f. Kebijakan pengelolaan Primer dan sekunder lapangan Responden dan lapangan Wawancara dan observasi lapang 3.5. Analisis Data Analisis kesesuaian Kesesuaian mencakup kesesuaian sumberdaya atau potensi yang dikaitkan dengan luas areal bagi setiap peruntukan wisata. Setiap kegiatan wisata mempunyai persyaratan sumberdaya dan lingkungan yang sesuai dengan kegiatan wisata yang dikembangkan. Persamaan yang digunakan untuk kesesuaian wisata adalah (Yulianda 2007):

40 23 Ni IKW = 100% N maks IKW adalah Indeks Kesesuaian Wisata, N i adalah nilai parameter ke-i, N maks adalah nilai maksimum suatu kategori wisata. Penentuan kesesuaian diperoleh berdasarkan perkalian skor dan bobot dari setiap parameter (Lampiran 7). Kesesuaian kawasan dilihat dari tingkat persentase kesesuaian yang diperoleh dari penjumlah nilai seluruh parameter. Kegiatankegiatan yang dapat dilakukan di Danau Singkarak diantaranya adalah memancing, berperahu, kemah, duduk santai, menikmati hidangan masakan ikan bilih dan pengambilan gambar untuk foto. Peta dasar yang digunakan untuk menyusun peta kesesuaian adalah peta batimetri Danau Singkarak yang disajikan pada Lampiran 8 (Puslit Limnologi 2001) Analisis daya dukung Analisis ini mencakup pengelolaan kawasan wisata Danau Singkarak dengan pemanfaatan sumberdaya yang memperhatikan kelestarian lingkungan. Daya dukung lingkungan (carrying capacity) merupakan intensitas penggunaan maksimum terhadap sumberdaya alam atau pembangunan fisik yang dapat mengganggu kesinambungan pembangunan tanpa merusak alam. Daya Dukung Kawasan (DDK) adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia, dengan perhitungan sebagai berikut (Yulianda 2007): Lp Wt DDK = K L W t p DDK adalah Daya Dukung Kawasan, K adalah potensi ekologis pengunjung per satuan unit area, L p adalah luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan, L t adalah unit area untuk kategori tertentu, W t adalah waktu yang disediakan o- leh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari, dan W p adalah waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu.

41 Metode SBE Menurut Daniel dan Boster (1976), metode Scenic Beauty Estimation (SBE) dapat digunakan untuk mendapatkan ukuran kuantitatif dalam penilaian estetika pada alternatif sistem management suatu kawasan dengan menggunakan objek foto yang penilaiannya diberikan oleh responden. Berbagai percobaan dan pengujian dengan para pengguna, pemerhati/peminat dan para kelompok professional menjadikan metode ini semakin sahih dan dapat diandalkan (Daniel dan Boster 1976). Metode SBE dalam penelitian ini digunakan untuk dua tujuan, yaitu: pertama, untuk mendapatkan informasi konsistensi penilaian lokasi wisata berdasarkan foto-foto yang telah disiapkan antara responden yang pernah dengan yang belum pernah berkunjung ke Danau Singkarak melalui penggunaan analisis gerombol dan kedua, untuk mendapatkan informasi potensi foto yang dapat dijadikan alat promosi wisata melalui analisis ragam dua arah. Analisis gerombol (cluster analysis) adalah analisis deskriptif dalam statistika peubah ganda yang biasa digunakan untuk mengelompokkan matriks data yang terdiri dari peubah/foto sebagai kolom dan responden sebagai baris. Analisis ini mampu memilah responden yang memberikan pola penilaian yang sama terhadap sekumpulan peubah/foto. Dengan analisis ini diharapkan diperoleh fakta bahwa responden yang belum dan yang sudah berkunjung ke Danau Singkarak memberikan pola penilaian yang konsisten (Johnson dan Wichern 1998). Analisis ragam dua arah yang digunakan dapat dinyatakan dalam model statistika berikut (Ostle dan Mensing 1975): y = μ + α + β + ( αβ) + τ + ε ijk i j ij k ijk i = 1, 2,..., 40 (responden), j = 1, 2,..., 30 (objek pemandangan/foto) dan k = 1, 2 (kelompok responden yang pernah dan yang belum mengunjungi Danau Singkarak). Y ijk adalah hasil penilaian responden ke i untuk objek pemandangan/foto ke j pada kelompok responden ke k, µ adalah rata-rata penilaian responden pada umumnya, α i adalah pengaruh penilaian yang di-berikan responden ke i, β j adalah pengaruh penilaian responden terhadap objek pemandangan/foto ke j, αβ ij a- dalah pengaruh interaksi penilaian yang diberikan responden ke i terhadap objek pemandangan/foto ke j, τ k adalah pengaruh penilaian yang diberikan kelompok responden ke k, dan ε ijk adalah pengaruh lainnya. Jika penilaian yang konsisten

42 25 dapat diperoleh, foto-foto yang dinilai diharapkan dapat digunakan untuk kegiatan promosi wisata Danau Singkarak Analisis SWOT Rangkuti (2005) menyatakan bahwa analisis SWOT (Strength, Weaknes, Opportunity, Threat) merupakan identifikasi berbagai faktor secara sistematik untuk merumuskan strategi. Analisis ini dipergunakan untuk mengetahui atau melihat kondisi sebuah objek wisata secara sistematik berdasarkan faktor-faktor kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness) yang merupakan faktor internal serta peluang/kesempatan (Opportunity) dan ancaman (Threat) yang merupakan faktor eksternal yang dihadapi. Strategi yang efektif diasumsikan dapat tercapai dengan memaksimalkan kekuatan yang dimiliki dan kesempatan yang ada serta meminimalkan kelemahan yang dimiliki dan ancaman yang dihadapi. Analisa data secara kualitatif yang dilakukan terhadap faktor-faktor internal dan eksternal dan secara kuantitatif melalui pembobotan dan pemberian rating digunakan dalam analisa ini. Tahapan yang dilakukan dalam analisis SWOT: 1. Identifikasi faktor internal dan eksternal. Internal Factor Evaluation (IFE) adalah untuk mengetahui sejauh mana kekuatan dan kelemahan yang dimiliki dengan mendaftarkan semua kekuatan dan kelemahan. Alat yang digunakan untuk menganalisia faktor internal yaitu matriks IFE yang meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama juga memberikan dasar untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan antara area-area tersebut (David 2006 in Nancy 2007). Eksternal factor Evaluation (EFE) adalah untuk mengetahui sejauh mana ancaman dan peluang yang dimiliki dengan cara mendaftarkan semua ancaman dan peluang. Matriks EFE digunakan untuk menganalisis faktor eksternal, yang merangkum dan mengevaluasi hal-hal yang mempengaruhi yang berasal dari luar. Hasil dari identifikasi kedua faktor-faktor tersebut selanjutnya akan diberikan bobot dan peringkat (rating). 2. Penentuan bobot setiap variabel. Pemberian nilai/bobot dan rating dilakukan secara subjektif kepada setiap unsur SWOT dengan kisaran.

43 26 Metode tersebut digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal dan eksternal. Bobot setiap faktor internal dan eksternal ditentukan dengan metode Paired Comparison (Kinnear 1991 in Pudjiwaskito 2005), yaitu sama dengan 1 jika indikator faktor horizontal kurang penting dibandingkan indikator faktor vertikal, 2 jika indikator faktor horizontal sama penting dibandingkan indikator faktor vertikal, 3 jika indikator faktor horizontal lebih penting dibandingkan indikator faktor vertikal, dan 4 jika indikator faktor horizontal sangat penting dibandingkan indikator faktor vertikal (Tabel 2). Tabel 2. Penilaian bobot faktor strategis internal/eksternal Faktor Strategis Internal/Eksternal A B C... Total Bobot A X 1 α 1 B X 2 α 2 C X 3 α 3... Total Sumber: David 2002 in Pudjiwaskito 2005 Bobot setiap faktor diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan faktor dengan menggunakan persamaan (Kinnear 1991 in Pudjiwaskito 2005): α = i n X i= 1 i X i α i adalah bobot faktor ke-i,..., n dan n adalah jumlah faktor. n i= 1 X i n i= 1 X i adalah nilai faktor ke-i, i adalah 1, 2, 3, 3. Penentuan peringkat (rating). Peringkat (rating) ditentukan untuk mengukur pengaruh masing-masing variabel terhadap masing-masing faktor strategis yang dimiliki objek wisata dengan skala nilai 1-4. Skala peringkat (rating) yang digunakan untuk matriks Internal Factor Evaluation (IFE) yaitu: a. Faktor kekuatan 1 = kekuatan yang kecil, α i

44 27 2 = kekuatan yang sedang, 3 = kekuatan yang besar, dan 4 = kekuatan yang sangat besar b. Faktor kelemahan 1 = kelemahan yang sangat berarti, 2 = kelemahan yang cukup berarti, 3 = kelemahan yang kurang berarti, dan 4 = kelemahan yang tidak berarti Skala peringkat (rating) yang digunakan untuk matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) yaitu: a. Faktor Peluang 1 = Peluang rendah (respon kurang), 2 = Peluang sedang (respon rata-rata), 3 = Peluang tinggi (respon di atas rata-rata), dan 4 = Peluang sangat tinggi ( respon superor) b. Faktor Ancaman 1 = Ancaman yang sangat besar, 2 = Ancaman yang besar, dan 3 = Ancaman sedang Langkah selanjutnya peringkat dari faktor-faktor tersebut dikalikan bobot masing-masing kemudian hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal untuk memperoleh nilai total pembobotan seperti yang tercantum pada matriks IFE/EFE (Tabel 3). Tabel 3. Matriks IFE/EFE Faktor Strategis Internal/Eksternal Bobot Rating Nilai Kekuatan/Peluang Sub Total Kelemahan/Ancaman Sub Total Total Sumber : Rangkuti (2005)

45 28 4. Menyusun analisis strategi dengan menggunakan matriks (Matriks SWOT). Alat yang dapat digunakan untuk menggambarkan bagaimana faktor eksternal (peluang dan ancaman) yang dihadapi dipadukan dengan faktor internal (kekuatan dan kelemahan) yang dimiliki adalah melalui pembentukan matriks SWOT (Tabel 4). Dengan menggunakan matriks ini dapat dihasilkan empat golongan alternatif strategi yang dapat diterapkan bagi kelangsungan suatu kegiatan seperti berikut (Rangkuti 2005): a. Pada Kuadran I yaitu SO (strength-opportunity), dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengambil peluang yang ada. b. Pada Kuadran II yaitu ST (strength-threat), dengan menggunakan peluang yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang dihadapi. c. Pada Kuadran III yaitu WO (weakness-opportunity), dengan berusaha mendapatkan keuntungan dari peluang yang ada dengan mengatasi kelemahan yang dimiliki. d. Pada Kuadran IV yaitu WT (weakness-threat), dengan berusaha meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman yang ada. Tabel 4. Matriks SWOT Faktor Internal Kekuatan (S) Faktor Eksternal Strategi SO Peluang (O) Menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang Strategi ST Ancaman (T) Menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman Sumber: Rangkuti (2005) Kelemahan (W) Strategi WO Memanfaatkan peluang untuk mengatasi kelemahan yang ada Strategi WT Meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman 5. Pembuatan tabel rangking alternatif strategi. Penentuan prioritas strategi pengelolaan dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor yang saling terkait. Rangking prioritas strategi ditentukan berdasarkan urutan jumlah skor terbesar sampai terkecil dari semua strategi yang ada. Tabel perangkingan altenatif strategi dapat dilihat pada Tabel 5.

46 29 Tabel 5. Perangkingan alternatif strategi berdasarkan matriks SWOT pada kawasan wisata Danau Singkarak Alternatif Strategi SO 1 SO 2 SO n WO 1 WO 2 WO n ST 1 ST 2 ST n WT 1 WT 2 WT n Keterkaitan dengan unsur SWOT Jumlah skor (nilai) Rangking 6. Penentuan posisi strategi yang akan dijalankan. Penentuan posisi strategi yang akan dijalankan dapat dilakukan melalui dua langkah, yaitu: a. Penentuan nilai P diperoleh dari total nilai kekuatan dikurangi nilai kelemahan (S-W). b. Penentuan nilai Q diperoleh dari total nilai peluang dikurangi nilai ancaman (O-T). Koordinat P sebagai absis dan Q sebagai ordinat menentukan posisi titik (P,Q) sebagai acuan strategi yang akan dijalankan (Gambar 2). Peluang (Opportunity) Kelemahan (Weakness) Kuadran II (W-O) Kuadran III (W-T) Kuadran I (S-O) Kuadran IV (S-T) Kekuatan (Strength) Ancaman (Threat) Gambar 2. Diagram posisi analisis SWOT untuk strategi pengelolaan

47 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Daerah Penelitian Danau Singkarak merupakan salah satu danau yang berada di Sumatera Barat, terletak diantara Kabupaten Solok dan Kabupaten Tanah Datar. Secara geografis Danau Singkarak terletak pada BT dan LS. Menurut Wibowo et al. (2001) data morfometrik Danau Singkarak adalah sebagai berikut: Luas permukaan air (Ha) : Panjang maksimum (km) : Lebar maksimum (km) : 7.18 Panjang garis pantai (km) : Volume air danau ( juta m 3 ) : Kedalaman maksimum (m) : Kedalaman rata-rata (m) : Ketinggian (m dpl) : Danau Singkarak berjarak ± 10 km dari Kota Solok, apabila mengunakan kendaraan umum dapat dicapai dalam waktu ± 1 jam dari Kota Solok atau ± 1.5 jam dari Kota Bukittinggi. Danau ini dikelilingi 13 nagari yaitu: Singkarak, Tikalak, Kacang, Simawang, Tigo Jorong, Batu Taba, Sumpur, Padang Laweh, Guguak Malalo, Paninggahan, Muaro Pingai, Saning Baka, dan Sumani. Secara administratif 40% wilayah Danau Singkarak berada di kabupaten Solok dan 60% berada di Kabupaten Tanah Datar. Danau ini berada di tepi jalan raya Lintas Sumatera pada jalur Solok - Bukitinggi yang menyusuri hampir separuh pinggiran danau. Danau Singkarak memiliki sungai-sungai yang memberikan masukan air (inlet) bagi danau tersebut. Sumber air Danau Singkarak yang relatif besar berasal dari Sungai Sumpur yang masuk dari sebelah utara, Sungai Paninggahan dari sebelah barat, dan Sungai Sumani dari sebelah selatan. Danau ini merupakan hulu Sungai/Batang Ombilin yang bermuara ke Sungai Indragiri Hulu Provinsi Riau dan merupakan sumber pengairan penting bagi lahan pertanian yang dilalui aliran sungai ini.

48 Flora Fauna yang Hidup di Danau Singkarak Danau Singkarak dikelilingi oleh Bukit Barisan dan Gunung Singgalang yang menyimpan berbagai jenis flora fauna. Flora yang hidup di Danau Singkarak diantaranya adalah: pinus (Pinus merkusii), jati (Tectona grandis), mahoni (Swietenia mahogani), surian (Toonasureni), coklat (Theobroa cacao), mangga (Mangifera indica), durian (Durio zibenthinus), kemiri (Aleurites moluccana), alpukat (Persea americana), cengkeh (Eugenia aromatica), sawo (Diospyros digyna), melinjo (Gnetum gnemon), pisang (Musa spp), kelapa (Cocos nucfera), kapuk (Ceiba pentandra), padi (Oryza sativa), jagung (Zea mays), cabai (Capsicum annum), bawang (Allium cepa), beringin (Ficus benjamina), dan nangka (Artocarpus) (Farida et al. 2005). Keberadaan flora di Danau Singkarak tentunya dapat menambah keindahan dan kesejukan mata. Fauna atau jenis binatang yang hidup di sekitar Danau Singkarak adalah: harimau, monyet, kelelawar, anjing dan tikus (Farida et al. 2005). Penduduk yang berdomisili di kawasan Danau Singkarak juga memiliki usaha beternak kambing, sapi dan ayam Manfaat Danau Singkarak Manfaat Danau Singkarak bagi masyarakat adalah: 1. Sumber air yang dapat digunakan langsung masyarakat sekitar seperti mencuci, mandi, dan minum. Untuk keperluan air sehari-hari, banyak diantara masyarakat yang tinggal di sepanjang Danau Singkarak mengambil langsung air dari danau melalui pipa-pipa air yang kemudian dioperasikan dengan pompa listrik. 2. Sumber mata pencaharian penduduk melalui hasil tangkapan ikan. Hasil tangkapan ikan dijual ke berbagai daerah di Sumatera Barat. 3. Mengairi sawah dan perkebunan penduduk daerah Solok, Sawahlunto, Tanah Datar, dan Pariaman. 4. Tempat rekreasi seperti memancing, duduk santai, berperahu dan berenang. 5. Sumber air bagi PLTA Singkarak dengan kapasitas 986 GWH/tahun yang dimanfaatkan provinsi Sumatera Barat dan Riau.

49 Sumberdaya Perairan Danau Singkarak Kualitas air Perbandingan kualitas air Danau Singkarak tahun 1997 dengan 2008 disajikan pada Tabel 6. Parameter yang dibandingkan adalah parameter fisika dan kimia. Parameter fisika terdiri dari suhu, kecerahan, bau dan warna, untuk parameter kimia yang dibandingkan adalah ph, DO dan BOD. Tabel 6. Perbandingan kualitas air Danau Singkarak tahun 1997 dengan 2008 No. Parameter Baku Mutu* Fisika 1. Suhu ( 0 C) ± Kecerahan (m) Tidak Tercantum Bau Tidak Tercantum Tidak Berbau Tidak Berbau 4. Warna Tidak Tercantum Hijau jernih Hijau jernih Kimia 1. ph DO** (mg/l) BOD (mg/l) Keterangan: * Batas maksimum yang diperbolehkan pada baku mutu (sumber: PPRI No. 82 tahun 2001 kelas II) ** Batas minimum yang diperbolehkan (sumber: Syandri 2008) Parameter fisika 1. Suhu Suhu air dipengaruhi komposisi substrat, kecerahan, musim, cuaca dan kedalaman. Suhu juga berpengaruh pada kecepatan kelarutan oksigen, kecepatan reaksi kimia dan metabolisme organisme perairan. Suhu Danau Singkarak pada tahun 1997 berkisar antara C, pada tahun 2008 menunjukkan angka 28 0C. Adanya peningkatan suhu dipengaruhi oleh meningkatnya iklim global akibat adanya efek rumah kaca. Peningkatan suhu perairan sebesar 10 0 C menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi oksigen oleh organisme akuatik sekitar 2-3 kali lipat (Effendi 2003). 2. Kecerahan Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan, yang ditentukan secara visual dengan menggunakan secchi disk. Nilai kecerahan sangat dipengaruhi keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan, dan padatan tersuspensi, serta

50 33 ketelitian orang yang melakukan pengukuran. Nilai kecerahan Danau Singkarak (lokasi pengambilan contoh berbeda) adalah 3.1 m (1997) dan 3.6 m (2008). 3. Bau Bau sangat berpengaruh dalam penentuan suatu perairan sebagai tempat rekreasi dan keindahan (estetika). Bau dapat dipengaruhi oleh keberadaan bahan organik dan anorganik perairan yang berasal dari limbah domestik, limbah pertanian, dan budidaya. Berdasarkan hasil penelitian tahun 1997 dan 2008 perairan Danau Singkarak tergolong tidak berbau. Menurut data yang diperoleh pada observasi lapang tahun 2009, perairan Danau Singkarak masih tergolong perairan yang tidak berbau. 4. Warna Warna perairan merupakan salah satu parameter yang berpengaruh terhadap nilai estetika perairan. Warna perairan biasanya dikelompokkan menjadi warna sesungguhnya (true colour) dan warna tampak (apparent colour). Warna sesungguhnya adalah warna yang hanya disebabkan bahan-bahan terlarut karena bahan-bahan tersuspensi yang biasanya menyebabkan nilai kekeruhan tinggi telah dipisahkan pada penentuan warna sesungguhnya. Warna tampak adalah warna yang tidak hanya disebabkan bahan terlarut tapi juga bahan tersuspensi. Warna perairan disebabkan oleh bahan organik dan bahan anorganik, keberadaan plankton, humus dan ion-ion logam seperti besi dan mangan serta bahan-bahan lain yang dapat menimbulkan warna pada perairan (Effendi 2003). Warna perairan Danau Singkarak tahun 1997 dan tahun 2008 yang dilihat secara visual adalah hijau jernih. Berdasarkan hasil pengamatan visual indra penglihatan di lapangan pada pengambilan data tahun 2009 ternyata memperoleh data yang sama dengan tahun 1997 dan 2008, yaitu berwarna hijau jernih. Warna perairan juga dapat dipengaruhi keberadaan plankton. Menurut Syandri (2008) populasi plankton dan bentos di Danau Singkarak rendah, sehingga menyebabkan perairan danau menjadi jernih. Kondisi mesotrofik Danau Singkarak menyebabkan daya dukung danau untuk perkembangan dan pertumbuhan organisme air seperti plankton dan bentos sangat terbatas. Selain itu tidak adanya

51 34 KJA menyebabkan kejernihan danau tetap terjaga. Kejernihan Danau Singkarak dapat memberikan nilai tambah bagi pengembangan wisata Danau Singkarak yang berkelanjutan Parameter kimia 1. ph Batas toleransi organisme air terhadap ph bervariasi dan dipengaruhi antara lain oleh suhu, oksigen terlarut, alkalinitas, kandungan kation anion, maupun jenis dan stadia organisme. Sebagian besar organisme akuatik sensitif terhadap perubahan ph dan menyukai nilai ph sekitar (Effendi 2003). ph air Danau Singkarak pada tahun 1997 berkisar antara yang berarti masih berada dalam kisaran baku mutu bagi sarana rekreasi air dan perikanan menurut PP No. 82 tahun 2001 yaitu antara 6-9. Tapi pada tahun 2008 diperoleh nilai ph 5.8, berarti telah terjadi penurunan ph. Hal ini diduga akibat tingginya proses dekomposisi bahan organik yang menghasilkan ion hidrogen penyebab keasaman. 2. Kelarutan oksigen (Dissolved Oxygen/DO) Kadar oksigen terlarut (DO) menunjukkan jumlah mg/l oksigen yang terlarut dalam air. Kadar oksigen yang terlarut di perairan alami bervariasi, tergantung suhu, salinitas, turbulensi air dan tekanan atmosfer. Oksigen terlarut dalam air berasal dari udara dan proses fotosintesis fitoplankton serta tanaman air. Semakin besar suhu dan ketinggian (altitude) serta semakin kecil tekanan atmosfer, kadar oksigen terlarut semakin kecil (Jeffries dan Mills 1996 in Effendi 2003). Pada tahun 1997 kadar oksigen terlarut di Danau Singkarak adalah 7.0 mg/ l dan pada tahun 2008 kadar oksigen terlarut menjadi 6.3 mg/l. Nilai DO pada tahun 1997 dan 2008 memenuhi baku mutu air PP No. 82 tahun 2001 kelas II yaitu sebagai sarana rekreasi dan perikanan. 3. Kebutuhan oksigen biokimiawi (Biochemical Oxygen Demand/BOD) BOD merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroba aerob untuk mengoksidasi bahan organik menjadi karbondioksida dan air. Secara tidak

52 35 langsung BOD merupakan gambaran kadar bahan organik (Davis and Cornwell 1991 in Effendi 2003). BOD hanya menggambarkan bahan organik yang dapat dikomposisi secara biologis (biodegradable). Bahan organik merupakan hasil pembusukkan tumbuhan dan hewan yang telah mati atau hasil buangan dari limbah domestik dan industri (Effendi 2003). Pengukuran nilai BOD tidak dilakukan pada tahun Akan tetapi, Syandri (2006) in Syandri (2008) melakukan pengukuran kembali dan memperoleh nilai BOD 4.58 mg/l, hal ini menunjukkan bahwa perairan Danau Singkarak pada tahun 2006 sudah melebihi baku mutu air berdasarkan PP No. 28 tahun 2001 kelas II yaitu 3 mg/l. Begitu juga dengan tahun 2008, Danau Singkarak memiliki nilai BOD mg/l. Nilai tersebut juga telah melebihi baku mutu air. Peningkatan nilai BOD yang besar dalam 2 tahun menunjukkan bahwa perairan Danau Singkarak sudah semakin tercemar oleh limbah-limbah organik. Limbah organik yang terdapat di Danau berasal dari masukan 12 sungai yang membawa limbah domestik buangan masyarakat. Selain itu adanya peningkatan jumlah bangunan di sepanjang Danau Singkarak selama beberapa tahun terakhir seperti perumahan penduduk, warung dan restoran sangat berpengaruh karena limbah yang berasal dari kegiatan tersebut langsung dibuang ke danau Parameter biologi 1. Plankton Parameter biologi yang diamati meliputi fitoplankton, zooplankton, dan tanaman air. Keberadaan fitoplankton dan zooplankton sangatlah penting karena masing-masing merupakan primary producer (fitoplankton) dan primary consumer (zooplankton) dalam rantai makanan di ekosistem perairan Danau Singkarak. Tumbuhan air dapat menyaring partikel-partikel yang terdapat di air oleh akarnya sehingga membuat air menjadi jernih. Menurut Sulawesty et al. (2001), ada 19 jenis fitoplankton yang ditemukan di Danau Singkarak. Jenis yang sering ditemukan dari kelas Chlorophyta adalah Cosmarium, Dyctyosphaerium, Staurastrum, dari kelas Cyanophita adalah Anabaena, dan dari Chrysophyta adalah Synedra dan Navicula. Jenis yang tinggi kelimpahannya adalah Anabena dan Synedra.

53 36 Jenis-jenis plankton yang terdapat di Danau Singkarak disajikan pada Tabel 7. Fitoplankton yang ditemukan terdiri atas 5 kelas sedangkan zooplankton terdiri dari 3 kelas. Tabel 7. Jenis fitoplankton dan zooplankton di Danau Singkarak a. Fitoplankton b. Zooplankton 1. Chlorophyceae Cladophora sp. Closterium sp Cosmarium sp.. Scenedesmus sp. Selenestrum sp. Staurastrum 1. Protozoa Aroella sp. 2. Bacillariophyceae Amphora sp. Melosira sp. Navicula sp. Nitzschia sp. Pinnularia sp. Synedra sp. 2. Rotifera Brochionus sp. 3. Cyanophyceae Anabaena sp. Oscillatoria sp. 3. Crustacean Argulus sp. Cyclopa sp. 4. Euglenophyceae Phacus sp. 5. Dinophyceae Peridinium sp. Sumber: Data primer 2009 (diolah) 2. Tanaman air Tanaman air merupakan salah satu komponen biologi yang terdapat pada suatu ekosistem danau. Kehadiran tumbuhan air pada suatu ekosistem perairan darat adalah penting selama populasinya masih terkendali. Fungsi tumbuhan air pada suatu ekosistem perairan darat diantaranya adalah sebagai sumber makanan bagi manusia maupun hewan, tempat berlindung bagi hewan-hewan seperti invertebrate maupun vertebrate dari pemangsaan predator maupun teriknya sinar matahari, tempat ikan-ikan meletakkan telurnya, dapat menahan nutrien yang datang dari ekosistem darat dan juga dapat mengurangi kecepatan aliran air sehingga dapat mengurangi erosi dan menurunkan kadar kekeruhan. Tanaman air yang terdapat di Danau Singkarak adalah enceng gondok (Eichornia crassipes), dan rumput ikan (Potamogeton malaianus). Dua jenis tanaman air ini dominan keberadaannya dibandingkan tanaman air lainnya. Jenis tanaman air lainnya yang hidup di Danau Singkarak adalah kiambang (Salvinia natans dan

54 37 Azolla pinnata), kangkung (Ipomoea aquatica), Hydrilla sp, seroja (Nelumbo nucifera), dan genjer (Lymnocharis flava) Pemanfaatan sumberdaya perairan danau oleh PLTA Sumberdaya perairan Danau Singkarak yang begitu besar selain dimanfaatkan untuk kegiatan perikanan, pertanian dan kebutuhan masyarakat sekitar juga dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik tenaga air (PLTA). PLTA Singkarak dibangun pada tahun 1998 terletak di Nagari Guguak Malalo. PLTA ini dimanfaatkan dua provinsi yakni Sumatera Barat dan Riau dengan kapasitas kira-kira 986 GWH per tahun. Air Danau Singkarak sebagian dialirkan melewati terowongan menembus Bukit Barisan ke Batang Anai untuk menggerakkan generator PLTA Singkarak di dekat Lubuk Alung, Padang Pariaman sejauh kira-kira 16 km dari Danau Singkarak. PLTA sangat bermanfaat bagi masyarakat Sumatera Barat dan Riau karena dapat menyediakan tenaga listrik untuk menghidupkan perekonomian dan perindustrian dikedua provinsi. Akan tetapi dampak negatif keberadaan PLTA Singkarak juga sangat meresahkan masyarakat seperti penurunan muka air danau yang diikuti penurunan debit air yang mengalir dari danau ke Sungai Ombilin dari rata-rata 40 m 3 /detik menjadi sekitar 2 sampai 6 m 3 /detik. Akibatnya banyak areal persawahan kekurangan air dan kincir air tradisional untuk irigasi di sepanjang aliran Sungai Ombilin tidak dapat dioperasikan (Farida et al. 2005). Sebelum PLTA beroperasi tahun 1998, Danau Singkarak hampir tidak memiliki tepian daratan. Air danau yang jernih berbatasan langsung dengan dam yang dibangun di pinggir jalan. Dengan menyusutnya air permukaan danau, sekeliling danau kini terdapat tepian danau selebar 10 sampai 50 meter. Sebelum a- danya PLTA sulit bagi masyarakat untuk membangun fondasi rumah dan kedai, karena tergenang. Sekarang, air danau terus menyusut sehingga memudahkan untuk memasang pondasi/tiang rumah di badan danau (Farida et al. 2005). Banyaknya bangunan di sepanjang danau telah merusak keindahan danau selain itu juga dapat memperburuk kondisi Danau Singkarak, karena pada akhirnya akan menjadi tempat pembuangan limbah rumah tangga. Kondisi seperti ini jelas mencemari Danau Singkarak. Selain itu juga adanya fenomena menyusut-

55 38 nya hasil tangkapan nelayan ikan bilih karena pengoperasian PLTA. Untuk itu perlu adanya solusi saling menguntungkan antara pemerintah, PLTA Singkarak dan masyarakat sekitar agar tidak terjadi koflik dikemudian hari Sumberdaya Perikanan Danau Singkarak Danau Singkarak memiliki 19 spesies ikan yakni ikan bilih/bako (Mystacoleucus padangensis), asang/nilem (Osteochilus brachmoides), rinuak, turial/turiq (Cyclocheilichthys de Zwani), lelan/nillem (Osteochilis vittatus), sasau/barau (Hampala mocrolepidota), gariang/tor (Tor tambroides), kapiek (Puntius shwanefeldi), balinka/belingkah (Puntius belinka), baung (Macrones planiceps), kalang (Clarias batrachus), jabuih/buntal (Tetradon mappa), kalai/gurami (Osphronemus gurami lac), puyu/betok (Anabas testudeneus), sapek/sepat (Trichogaster trichopterus), tilan (Mastacembelus unicolor), jumpo/gabus (Chana striatus), kiuang/gabus (Chana pleurothalmus), dan mujaie/mujair (Tilapia pleurothalmus). Ikan yang memiliki populasi paling tinggi adalah ikan bilih/biko (Mystacoleucus padangensis), asang/nilem (Osteochilus brachmoides) dan rinuak (Syandri 2008). Danau Singkarak memiliki keunikan yang sangat khas yaitu memiliki spesies ikan endemik yakni ikan bilih (Mystacoleucus padangensis) (Lampiran 9). Ikan bilih merupakan ikan bernilai ekonomis penting bagi masyarakat sekitar dan juga bisa menjadi salah satu daya tarik wisata Danau Singkarak. Ikan bilih memiliki ukuran yang kecil 6-12 cm namun merupakan populasi paling besar di Danau Singkarak. Ikan yang memiliki cita rasa yang lezat dan gurih merupakan komoditas penting perikanan Kabupaten Tanah Datar dan Solok. Ikan bilih mengandung protein, lemak, vitamin yang sangat baik. Ikan bilih memijah ribuan ekor setiap hari mulai pukul WIB sampai pukul WIB dengan cara beruaya ke sungai-sungai yang bermuara ke Danau Singkarak, antara lain Sungai Sumpur, Sungai Paninggahan, Sungai Baing, Sungai Saningbakar, dan Sungai Muaro Pingai untuk kemudian bertelur di sela-sela batu (Syandri 2008). Keberadaan ikan bilih di Danau Singkarak, memberikan sumbangan yang sangat besar sebagai sumber mata pencarian bagi masyarakat disana. Dalam menangkap ikan bilih, masyarakat setempat menggunakan beberapa alat tangkap

56 39 seperti: menangkap dengan cara sistem alahan, jala, jaring insang, lukah dan setrum (Lampiran 10). Dari hasil tangkapan masyarakat dengan menggunakan sistem alat tangkap alahan setiap hari berkisar Rp Rp per kepala keluarga, jaring insang antara Rp Rp per kepala keluarga, jala antara Rp Rp per orang, lukah antara Rp Rp per orang dan sentrum antara Rp Rp per orang. Total produksi ikan bilih setiap hari dari berbagai jenis alat tangkap tersebut rata-rata 2 ton dengan nilai Rp per hari. Hal ini memperlihatkan bahwa ikan bilih memberikan sumbangan yang sangat besar sebagai sumber mata pencaharian masyarakat di selingkar Danau Singkarak (Syandri 2008). Akhir-akhir ini hasil tangkapan ikan bilih di Danau Singkarak cenderung mengalami penurunan, penyebabnya bermacam-macam antara lain karena intensitas penangkapan yang kurang memperhatikan kelestarian ikan bilih, aktifitas masyarakat di pemukiman selingkar Danau Singkarak, dan keberadaan PLTA. Dari segi alat tangkap banyak nelayan yang menggunakan alat tangkap tidak ramah lingkungan, seperti: penggunaan jaring dengan ukuran mata jaring kurang dari 1 inci, setrum, bahkan penggunaan bom. Hal ini pada akhirnya akan berpengaruh terhadap keadaan stok ikan (Syandri 2008). Danau Singkarak juga digunakan sebagai tempat membuang bebagai jenis limbah yang dihasilkan dari kegiatan pertanian, limbah dometik dari pemukiman, limbah pariwisata dan transportasi air. Apabila proses pencemaran terus berlanjut tanpa adanya upaya-upaya untuk meminimalkan pencemaran yang terjadi, maka beban ekosistem Danau Singkarak akan semakin berat dan pada akhirnya akan merugikan semua pihak yang berkepentingan, termasuk kelestarian i- kan bilih. Penyebab lain terancam punahnya ikan bilih adalah beroperasinya PLTA Singkarak yang menyebabkan keringnya daerah litoral danau yang berfungsi sebagai tempat pengasuhan dan mencari makan larva ikan bilih (Farida et al. 2005). Faktor tersebut disebabkan karena turunnya elevasi danau akibat beroperasinya PLTA Singkarak. Bila sebelum pembangkit listrik tenaga air (PLTA) beroperasi, setiap nelayan yang jumlahnya lebih dari 600 orang itu bisa mendapatkan 3-5 kg ikan bilih basah per hari, setelah PLTA Singkarak beroperasi, para nelayan ratarata mendapatkan kg sehari (Syandri 2008). Keberadaaan ikan bilih yang

57 40 terancam punah harus segera diatasi oleh semua pihak agar kelestarian sumberdayanya tetap terjaga Sumberdaya Manusia Danau Singkarak Danau Singkarak terletak diantara dua kabupaten yakni Kabupaten Solok dan Kabupaten Tanah Datar. Secara administratif, wilayah Danau Singkarak yang termasuk Kabupaten Solok adalah Kecamatan X Koto Singkarak dan Kecamatan Junjuang Siriah, sedangkan wilayah Danau Singkarak yang termasuk Kabupaten Tanah Datar adalah Kecamatan Batipuah Selatan dan Kecamatan Rambatan Jumlah penduduk Jumlah penduduk yang berdomisili di sekitar Danau Singkarak pada tahun 2007 disajikan pada Tabel 8. Berdasarkan data statistik tahun 2007 total penduduk sekitar Danau Singkarak adalah jiwa, sebanyak jiwa berada di wilayah administratif Kabupaten Solok dan jiwa berada di wilayah Kabupaten Tanah Datar. Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa penduduk perempuan Danau Singkarak lebih banyak dibandingkan dengan penduduk lakilaki, penduduk perempuan berjumlah jiwa dan penduduk laki-laki berjumlah jiwa. Tabel 8. Jumlah penduduk di daerah sekitar Danau Singkarak tahun 2007 Kecamatan Laki-Laki Perempuan Total X Koto Singkarak * Junjung Siriah* Batipuah Selatan** Rambatan** Keterangan * Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Solok 2008 ** Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanah Datar Jenis pekerjaan Tidak terdapat data resmi yang menyebutkan jenis pekerjaan masyarakat kawasan Danau Singkarak. Menurut berbagai sumber, mata pencaharian domi-

58 41 nan di kawasan Danau Singkarak adalah bertani di lahan yang berada di perbukitan yang mengelilingi danau serta dibeberapa lahan kosong yang ada di tepian danau, nelayan, berdagang, PNS, wiraswasta dan rumah tangga Agama Tabel 9 menunjukkan agama yang dianut masyarakat sekitar kawasan Danau Singkarak tahun Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa mayoritas masyarakat sekitar Danau Singkarak beragama Islam, hanya sebagian kecil dari masyarakat yang beragama Kristen Protestan dan Katolik. Agama Islam merupakan agama mayoritas masyarakat Minangkabau, dalam kehidupan sehariharinya masyarakat memegang teguh semboyan adat Minagkabau yang berbunyi Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah yang artinya setiap perbuatan dan tindak tanduk masyarakat didasarkan atas agama Islam yang berpedoman pada kitab Al-Quran dan sunnah. Tabel 9. Agama yang dianut masyarakat sekitar Danau Singkarak tahun 2007 Agama Kecamatan Islam Protestan Katolik Hindu Budha X Koto Singkarak * Junjuang Siriah * Batipuah Selatan** Rambatan ** Keterangan *Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Solok (2008) ** Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanah Datar (2008) Kelompok umur Kelompok umur masyarakat Danau Singkarak yang berada di wilayah Kabupaten Tanah Datar tahun 2007 disajikan pada Tabel 10. Untuk Kabupaten Solok, khususnya kecamatan X Koto Singkarak dan Junjuang Siriah tidak terdapat data resmi tentang kelompok umur. Tabel 10 menunjukkan data kelompok umur masyarakat Kecamatan Batipuah Selatan dan Kecamatan Rambatan, Kabupaten Tanah Datar. Berdasarkan data tersebut 64.21% penduduk Kabupaten Tanah Datar yang berada di sekitar Danau Singkarak berumur antara tahun dan tergolong pada usia yang produktif, diharapkan berpotensi untuk dimanfaatkan

59 42 baik ilmu, tenaga dan pikirannya untuk mengembangkan kawasan wisata Danau Singkarak, sedangkan 34.79% lainnya berada pada usia non produktif (0-14 tahun dan > 64 tahun). Tabel 10. Kelompok umur masyarakat Danau Singkarak (wilayah Kabupaten Tanah Datar) No Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah % > Jumlah Rasio jenis kelamin 0.91 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanah Datar (2007) Jumlah kunjungan wisata Jumlah kunjungan wisatawan ke Danau Singkarak disajikan pada Tabel 11 dan Tabel 12, sedangkan histogramnya masing-masing disajikan pada Gambar 3 dan Gambar 4. Tabel 11. Jumlah kunjungan wisatawan ke Danau Singkarak (Kabupaten Tanah Datar) Tahun Jumlah wisatawan (Orang) Sumber: Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kabupaten Tanah Datar (2007)

60 43 Gambar 3. Jumlah kunjungan wisatawan ke Danau Singkarak (Kabupaten Tanah Datar) Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa jumlah kunjungan wisatawan ke Danau Singkarak wilayah Tanah Datar meningkat dari tahun 2002 hingga 2004, kemudian menurun di tahun 2005 dan kembali meningkat pada tahun Tahun 2004 merupakan kunjungan paling tinggi diantara tahun lainnya yaitu sebanyak orang telah berkunjung ke Danau Singkarak, dan tahun 2002 merupakan tahun kunjungan terendah, yaitu sebesar orang. Fluktuasi jumlah kunjungan wisatawan bisa disebabkan oleh faktor ekonomi yang tidak stabil sehingga wisatawan memilih tidak melakukan kegiatan wisata, faktor lainnya bisa juga disebabkan wisatawan lebih memilih daerah tujuan wisata lain. Tabel 12 dan Gambar 4 menunjukkan jumlah kunjungan wisatawan ke Danau Singkarak wilayah Kabupaten Solok pada tahun 2008 dengan total o- rang. Kunjungan paling tinggi adalah pada bulan Oktober sebanyak orang karena bertepatan dengan liburan Hari Raya Idul Fitri (puncak kunjungan wisatawan ke Danau Singkarak setiap tahunnya), dan kunjungan terendah pada bulan Maret orang Karakteristik masyarakat sekitar Masyarakat yang diwawancarai adalah masyarakat yang tinggal di kawasan wisata Danau Singkarak. Kehidupan masyarakat sekitar dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh keberadaan kawasan wisata Danau Singkarak. Jumlah masyarakat yang menjadi responden untuk diwawancarai adalah sebanyak 30 orang dengan cakupan karakteristik pertanyaan sebagai berikut: 1. Data pribadi masyarakat sekitar yang terdiri dari umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan dan pendapatan.

61 44 2. Persepsi mengenai kegiatan wisata yang terdapat di Danau Singkarak. 3. Manfaat dan pengaruh wisata bagi masyarakat sekitar. 4. Aktifitas yang dilakukan masyarakat di kawasan wisata Danau Singkarak. 5. Tingkat kepedulian masyarakat terhadap kelestarian sumberdaya dan lingkungan Danau Singkarak. 6. Tingkat pengetahuan masyarakat mengenai ekowisata Tabel 12. Jumlah kunjungan wisatawan ke Danau Singkarak (Kabupaten Solok) Bulan Jumlah pengunjung (orang) Januari 2939 Februari 2857 Maret 2667 April 2774 Mei 2933 Juni 3060 Juli 3073 Agustus 3115 September 3260 Oktober November 3137 Desember 3384 Total Sumber : Dinas Pariwisata dan Budaya Kabupaten Solok 2008 Gambar 4. Jumlah kunjungan wisatawan ke Danau Singkarak tahun 2008 (Kabupaten Solok) Keberadaan masyarakat sekitar sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengelolaan kawasan wisata Danau Singkarak, oleh karena itu masyarakat harus

62 45 dilibatkan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam aktifitas yang berhubungan dengan kegiatan wisata. Hal ini diperlukan untuk memperkecil kesenjangan dan permasalahan yang terjadi antara masyarakat dengan pihak pengelola serta agar masyarakat dapat berperan dalam menjaga kelestarian Danau Singkarak Data pribadi masyarakat sekitar a. Rasio jenis kelamin masyarakat Responden masyarakat yang terdiri dari 30 orang, 53% merupakan perempuan sedangkan 46% adalah laki-laki. Responden perempuan lebih mendominasi dibandingkan responden laki-laki, hal ini dapat disebabkan pada saat penelitian berlangsung masyarakat sekitar yang lebih banyak ditemui, lebih mudah berkomunikasi, dan lebih mudah berinteraksi adalah perempuan (Gambar 5). Gambar 5. Komposisi jenis kelamin masyarakat di sekitar kawasan wisata Danau Singkarak (n = 30 responden) b. Umur Berdasarkan hasil wawancara dengan 30 responden masyarakat sekitar kawasan wisata Danau Singkarak, 30% diantaranya berumur tahun, 23% berumur tahun, 17% berumur tahun, 13% berumur tahun, 10% kurang dari 20 tahun, dan 7% berumur tahun (Gambar 6). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden masyarakat tergolong dalam usia produktif yakni tahun. c. Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal yang pernah diikuti sesuai ijazah terakhir. Dari 30 orang responden yang diwawancarai,

63 46 lulusan SMA memiliki persentase terbesar (73%). Lulusan SD, SMP serta S1 memiliki persentase yang sama masing-masing 8%, dan lulusan D3 sebanyak 3% (Gambar 7). Tingkat pendidikan responden masyarakat sekitar kawasan wisata Danau Singkarak bisa dikategorikan sedang karena sebagian besar sudah mengecap pendidikan sampai tingkat SMA bahkan beberapa responden sudah berhasil menempuh perguruan tinggi setingkat D3 dan S1. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat sudah menyadari pentingnya pendidikan dalam kehidupan. Pendidikan merupakan faktor penting untuk membentuk pemahaman dan pengetahuan masyarakat di dalam membangun dan mengembangkan kawasan wisata Danau Singkarak. Gambar 6. Kelompok umur masyarakat kawasan wisata Danau Singkarak (n = 30 responden) Gambar 7. Tingkat pendidikan masyarakat kawasan wisata Danau Singkarak (n = 30 responden) d. Pekerjaan Karakteristik pekerjaan masyarakat sekitar kawasan wisata Danau Singkarak berdasarkan wawancara dengan 30 orang responden masyarakat, 20% diantaranya merupakan ibu rumah tangga, 17% bekerja sebagai pedagang, 13% bekerja sebagai nelayan, 13% merupakan perangkat nagari, bekerja sebagai supir

64 47 7% dan pelajar 6% (Gambar 8). Keberadaan Danau Singkarak dapat menjadi lahan mata pencarian masyarakat sekitar, sehingga dapat meningkatkan pendapatan yang selanjutnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Contohnya nelayan menangkap sumberdaya ikan yang terdapat di danau tersebut, masyarakat sekitar menggunakan kemampuan memasaknya untuk menjual aneka hidangan ikan bilih dan makanan lainnya di warung dan restoran di sepanjang Danau Singkarak, sehingga dapat membantu perekonomian keluarga mereka. Gambar 8. Pekerjaan masyarakat kawasan wisata Danau Singkarak (n = 30 responden) e. Pendapatan Pekerjaan yang dimiliki masyarakat sekitar berhubungan dengan tingkat pendidikan yang diperoleh. Umumnya semakin tinggi tingkat pendidikan, pekerjaan yang diperoleh bisa menghasilkan penghasilan yang lebih tinggi pula. Pendapatan per bulan yang diperoleh masyarakat yang menjadi responden masih tergolong rendah, karena 43% diantaranya berpenghasilan kurang dari Rp Sebesar 37% responden masyarakat berpenghasilan Rp Rp , 10% responden diantaranya berpenghasilan Rp Rp , serta responden yang tidak memiliki penghasilan sebesar 7%, dan hanya 3% responden yang berpenghasilan lebih dari Rp (Gambar 9). Berdasarkan hasil wawancara, umumnya masyarakat yang bekerja sebagai ibu rumah tangga, pedagang, supir dan nelayan memperoleh pendapatan per bulannya kurang dari Rp , sedangkan masyarakat yang tidak memiliki penghasilan merupakan masyarakat yang masih dalam status sebagai pelajar.

65 48 Gambar 9. Tingkat pendapatan per bulan masyarakat kawasan wisata Danau Singkarak (n = 30 responden) Persepsi masyarakat terhadap kawasan wisata Danau Singkarak Bentuk pengetahuan dan persepsi masyarakat terhadap kawasan wisata Danau Singkarak disajikan pada Gambar 10 dan Gambar 11. Dari 30 responden yang diwawancarai, 100% responden menyatakan perasaan senang terhadap adanya kawasan wisata Danau Singkarak. Ini terlihat dari jawaban pertanyaan apabila tanah milik mereka digunakan untuk membangun fasilitas wisata seperti hotel atau restoran, 63% responden masyarakat Danau Singkarak menyatakan bersedia jauh lebih besar dibanding 37% lainnya yang tidak bersedia. a. Persepsi masyarakat terhadap keberadaan Danau Singkarak (n = 30 responden) b. Persepsi masyarakat apabila tanah mereka dibangun fasilitas wisata (n = 30 responden) c. Persepsi masyarakat terhadap manfaat wisata Danau Singkarak (n = 30 responden) d. Persepsi masyarakat terhadap dampak negatif kegiatan wisata Danau Singkarak (n = 30 responden) Gambar 10. Pengetahuan dan persepsi masyarakat sekitar terhadap kawasan wisata Danau Singkarak (a,b,c dan d)

66 49 Keberadaan kawasan wisata Danau Singkarak dapat memberikan manfaat kepada masyarakat sekitar diantaranya dapat membuka lapangan kerja atau kesempatan berusaha yang dinyatakan oleh 86% responden, 7% responden menyatakan keberadaan Danau Singkarak dapat memberikan kesempatan berinteraksi dengan wisatawan sehingga dapat menambah teman dan jaringan, akan tetapi 7% responden lainnya menyatakan tidak ada manfaat yang mereka peroleh dari kegiatan wisata di Danau Singkarak. Kegiatan wisata di Danau Singkarak ternyata memberikan dampak negatif terhadap lingkungan dan kehidupan masyarakat sekitar. Beberapa dampak negatif yang timbul menurut 30 responden masyarakat sekitar yang diwawancarai adalah kotornya kawasan wisata yang dinyatakan oleh 33% responden, terpengaruhnya kehidupan masyarakat oleh perilaku wisatawan sebesar 30% responden contohnya perilaku berpakaian dan berbicara, tetapi sebaliknya 37% responden masyarakat sekitar tidak mengkhawatirkan dampak yang ditimbulkan akibat aktifitas wisatawan. Dukungan masyarakat sekitar yang telah diwawancarai terhadap keberadaan kawasan wisata Danau Singkarak sangat besar terbukti dengan bersedianya masyarakat apabila tanah mereka dibangun fasilitas wisata dan hubungan baik yang tercipta antara masyarakat dan wisatawan. Dukungan besar ini dapat membantu pengelola Danau Singkarak dalam pengembangan kawasan wisata Danau Singkarak yang berkelanjutan. Gambar 11 menjelaskan persepsi responden masyarakat mengenai keberadaan ikan bilih di Danau Singkarak serta bantuan pihak pengelola terhadap masyarakat. Selama ini keberadaan ikan bilih dapat meningkatkan ekonomi masyarakat yang dinyatakan oleh seluruh responden (100%). Salah satu cara untuk meningkatkan ekonomi masyarakat melalui sumberdaya ikan bilih adalah menjadikan ikan bilih sebagai objek wisata, hal ini disetujui oleh 97% responden, contoh bentuk wisata ikan bilih yang dapat dikembangkan adalah wisata kuliner. Hanya 3% responden lainnya menyatakan bahwa ikan bilih tidak bisa dijadikan objek wisata. Pengelolaan Danau Singkarak masih belum optimal khususnya kerjasama dan bantuan pengelola serta instansi terkait kepada masyarakat sekitar, hal ini dinyatakan oleh 47% responden, akan tetapi 33% responden menyatakan izin un-

67 50 tuk berusaha cukup mudah diberikan oleh pihak pengelola atau pemerintah setempat sehingga dapat membuka berbagai lapangan pekerjaan, 20% responden lainnya pernah memperoleh bantuan pengelola berupa pukat/jaring yang digunakan untuk menangkap ikan di Danau Singkarak. Berdasarkan keterangan tersebut terlihat kurang meratanya bantuan dan kerjasama pihak pengelola atau instansi terkait dengan masyarakat, padahal kerjasama pengelola dan instansi terkait dengan masyarakat sangat dibutuhkan dalam pengembangan wisata Danau Singkarak yang berkelanjutan, agar tidak terjadi konflik dikemudian hari Aktifitas masyarakat di kawasan wisata Danau Singkarak Berbagai aktifitas dapat dilakukan masyarakat di kawasan Danau Singkarak. Menurut 30 responden yang diwawancarai bentuk aktifitas yang mereka lakukan di Danau Singkarak diantaranya adalah: melakukan kegiatan berdagang (40%), melakukan kegiatan menangkap ikan (40%), melakukan kegiatan seharia. Persepsi masyarakat mengenai keberadaan ikan bilih dapat meningkatkan ekonomi masyarakat (n = 30 responden) b. Persepsi masyarakat apabila ikan bilih dijadikan objek wisata (n = 30 responden) c. Persepsi masyarakat mengenai bantuan pengelola kepada masyarakat (n = 30 responden) Gambar 11. Persepsi masyarakat sekitar mengenai keberadaan ikan bilih (a,b dan c)

68 51 hari mencuci (7%), berolahraga (7%) dan melakukan kegiatan pertanian (6%) (Gambar 12). Menurut 100% responden, selama wisatawan beraktifitas di kawasan Danau Singkarak tidak ada gangguan sama sekali terhadap kenyamanan masyarakat sekitar (Gambar 12). Hubungan baik antara masyarakat dengan wisatawan dapat juga berpengaruh terhadap kenyamanan wisatawan dalam melakukan kegiatan wisata di Danau Singkarak Kepedulian masyarakat dalam menjaga kelestarian Danau Singkarak Kepedulian dan keterlibatan masyarakat terhadap kelestarian lingkungan danau dapat dilihat pada Gambar 13. Berdasarkan contoh yang diambil dari 30 orang responden masyarakat sekitar, 100% responden menyatakan peduli dengan kelestarian lingkungan danau. Hal ini terbukti karena sebesar 70% responden menyatakan pernah ikut serta dalam menjaga kelestarian Danau Singkarak misalnya bergotong royong dan tidak membuang sampah ke danau, sedangkan 30% lainnya menyatakan belum pernah. Pengelolaan terhadap kawasan Danau Singkarak oleh pihak pengelola menurut masyarakat khususnya responden masih belum memperhatikan kelestarian lingkungan danau, hal ini dinyatakan oleh 93% responden sedangkan 7% menyatakan sudah. Kawasan Danau Singkarak saat ini memang dalam kondisi kurang terawat, banyaknya sampah yang bertebaran di kawasan danau serta bangunan perumahan di sepanjang tepian danau dapat mengancam kelestarian daa. Aktivitas masyarakat di kawasan Danau Singkarak (n = 30 responden) b. Aktivitas wisata yang mengganggu kenyamanan masyarakat (n = 30 responden) Gambar 12. Aktifitas masyarakat di kawasan wisata Danau Singkarak (a dan b)

69 52 nau. Menurut 67% responden masyarakat, tindakan protes kepada pengelola a- dalah tindakan yang paling tepat dilakukan apabila ada kegiatan pengelolaan kawasan wisata Danau Singkarak seperti membangun sarana dan prasarana yang dapat mengganggu kelestarian alam danau, sedangkan 20% responden menyatakan cukup dipercayakan kepada pengelola, atau bertindak diam saja yang dinyatakan oleh 13% responden. 7 % b. Kepedulian masyarakat terhadap kelestarian Danau Singkarak (n = 30 responden) c. Keikutsertaan masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan danau (n = 30 responden) 7 % a. Pendapat masyarakat mengenai pengelolaan danau yang sudah menjaga kelestariannya (n = 30 responden) d. Tindakan masyarakat terhadap pengelolaan yang tidak menjaga kelestarian (n = 30 responden) e. Perlunya pembatasan jumlah penangkapan ikan bilih (n = 30 responden) f. Pendapat masyarakat mengenai keberadaan PLTA mengganggu kelestarian danau (n = 30 responden) Gambar 13. Kepedulian masyarakat terhadap kelestarian Danau Singkarak beserta sumberdayanya (a,b,c,d,e dan f) Berdasarkan informasi yang diperoleh dari berbagai sumber saat ini populasi ikan bilih mengalami penurunan, untuk itu perlu adanya pembatasan pe-

70 53 nangkapan ikan bilih untuk menjaga kelestariannya yang disetujui oleh 47% responden, sedangkan 53% responden menyatakan tidak setuju karena akan berpengaruh terhadap pendapatan nelayan. Untuk keberadaan PLTA di Danau Singkarak menurut berbagai informasi ternyata adanya fenomena penyusutan permukaan air danau (Frida et al. 2005) yang dapat mengganggu kelestarian sumberdaya danau yang disetujui 43% responden, akan tetapi 57% responden menyatakan tidak terganggunya kelestarian danau akibat adanya PLTA Singkarak, karena dengan adanya PLTA dapat memberikan aliran listrik bagi masyarakat serta dapat membantu perekonomian mereka Karakteristik wisatawan Karakteristik wisatawan meliputi data pribadi seperti: jenis kelamin, umur, asal, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan biaya wisata; motivasi berwisata ke Danau Singkarak; persepsi mengenai kawasan wisata Danau Singkarak; tingkat kepedulian wisatawan terhadap kelestarian kawasan Danau Singkarak, serta pengetahuan wisatawan mengenai ekowisata. Jumlah wisatawan yang menjadi responden untuk diwawancarai adalah sebanyak 30 orang Data pribadi a. Jenis kelamin Wisatawan Danau Singkarak yang menjadi responden untuk diwawancarai adalah sebanyak 30 orang, yang terdiri dari 70% perempuan dan 30% lakilaki. Wisatawan perempuan lebih banyak ditemui karena lebih tertarik untuk berwisata ke Danau Singkarak khususnya untuk melepas lelah dan lebih banyak waktu luang (Gambar 14). Gambar 14. Rasio jenis kelamin wisatawan (n = 30 responden)

71 54 b. Umur Berdasarkan hasil wawancara dengan 30 orang responden wisatawan, sebanyak 33% diantaranya berumur dibawah 20 tahun, wisatawan yang berumur tahun sebanyak 23%, berumur tahun sebesar 23%, berumur tahun sebesar 10%, umur tahun sebesar 7% dan 3% wisatawan berumur tahun (Gambar 15). Gambar 15. Tingkatan umur wisatawan (n = 30 responden) c. Asal wisatawan Wisatawan yang diwawancarai sebanyak 30 orang, 40% diantaranya berasal dari Solok, 23% wisatawan berasal dari Bukittinggi, 23% berasal dari daerah Tanah Datar, wisatawan yang berasal dari Padang sebesar 7% dan wisatawan yang berasal dari Pekan Baru sebesar 7%. Sebagian besar wisatawan yang datang ke kawasan wisata Danau Singkarak merupakan wisatawan lokal, karena lokasi tempat tinggalnya tidak jauh dari kawasan wisata Danau Singkarak (Gambar 16). Gambar 16. Asal wisatawan (n = 30 responden) d. Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan wisatawan yang ditemui adalah lulusan SMA sebesar 34%, SMP sebesar 30% hal ini berhubungan dengan mayoritas wisatawan yang

72 55 berusia dibawah 20 tahun. Wisatawan yang telah lulus dari perguruan tinggi sebesar 23% S1, 7% D3, 3% lulusan D1, dan 3% lulusan S2 (Gambar 17). Semakin tinggi tingkat pendidikan wisatawan maka akan semakin tinggi pula pengetahuannya mengenai kelestarian lingkungan kawasan wisata Danau Singkarak, sehingga diharapkan wisatawan tidak membuang sampah sembarangan dan melakukan tindakan yang meresahkan masyarakat. Gambar 17. Tingkat pendidikan wisatawan (n = 30 responden) e. Pekerjaan Gambar 18 menunjukkan sebaran jenis pekerjaan 30 orang responden wisatawan. Sebanyak 36% wisatawan bekerja sebagai pedagang, sebagai pelajar atau mahasiswa sebesar 30%, 17% responden wisatawan bekerja sebagai PNS dan bekerja sebagai wiraswasta sebesar 17%. Gambar 18. Jenis pekerjaan wisatawan (n = 30 responden) f. Pendapatan Berdasarkan hasil wawancara dengan 30 orang wisatawan, diperoleh data bahwa 20% responden belum memiliki penghasilan karena masih dalam status pelajar dan mahasiswa. Wisatawan dengan penghasilan Rp Rp per bulannya adalah 34%. Penghasilan kurang dari Rp

73 56 adalah 23%, berpenghasilan Rp Rp sebesar 13% dan lebih dari Rp sebesar 10% (Gambar 19). Gambar 19. Pendapatan per bulan wisatawan (n = 30 responden) g. Biaya yang Dikeluarkan Biaya yang dikeluarkan wisatawan ketika berwisata ke kawasan Danau Singkarak bervariasi (Gambar 20). Biaya yang dikeluarkan untuk berwisata dipengaruhi oleh asal wisatawan, aktifitas wisata, dan jenis kendaraan yang digunakan. Mayoritas wisatawan yaitu sebesar 77% mengeluarkan biaya kurang dari Rp ketika berwisata ke Danau Singkarak. Hal ini disebabkan wisatawan hanya mengeluarkan biaya untuk transportasi dan membeli makanan. Sebanyak 13% responden mengeluarkan biaya untuk berwisata sebesar Rp Rp , dan biasanya merupakan wisatawan yang datang bersama keluarga dan kendaraan sewaan. Wisatawan yang mengeluarkan biaya Rp Rp sebesar 3% dan wisatawan dengan biaya wisata lebih dari Rp adalah sebesar 7%. Pada umumnya wisatawan yang berwisata ke Danau Singkarak mengeluarkan biaya lebih dari Rp berasal dari luar daerah Sumatera Barat. Gambar 20. Biaya yang dikeluarkan wisatawan untuk berwisata ke Danau Singkarak (n = 30 responden)

74 Motivasi wisatawan Motivasi wisatawan pada saat berwisata ke Danau Singkarak ditunjukkan oleh Gambar 21. Mayoritas responden wisatawan memperoleh informasi mengenai adanya kawasan wisata Danau Singkarak berasal dari teman yang dinyatakan oleh 63% responden, 27% responden memperoleh informasi dari orang tua mereka sendiri, serta 10% berasal dari radio/televisi, dan ternyata tidak ada wisatawan yang memperoleh informasi dari brosur/leaflet. Hal ini disebabkan belum adanya promosi dari pemerintah maupun pengelola, berupa brosur/leaflet yang sampai ke masyarakat. 7 % a. Sumber informasi yang diperoleh wisatawan mengenai Danau Singkarak (n = 30 responden) d. Intensitas berkunjung wisatawan ke Danau Singkarak (n = 30 responden) b. Dorongan wisatawan mengunjungi kawasan Danau Singkarak (n = 30 responden) c. Tujuan wisatawan mengunjungi Danau Singkarak (n = 30 responden) Gambar 21. Motivasi wisatawan (a,b,c dan d) Berdasarkan hasil wawancara dengan wisatawan, 93% diantaranya sudah pernah berkunjung ke Danau Singkarak, sedangkan 7% lainnya menyatakan baru pertama kalinya berkunjung ke Danau Singkarak. Motivasi wisatawan untuk datang ke Danau Singkarak bervariasi, 67% diantaranya menyatakan kein-

75 58 dahan pemandangan alam Danau Singkarak merupakan dorongan untuk berwisata, 17% menyatakan mudah dijangkaunya kawasan wisata Danau Sing-karak. Motivasi lainnya adalah karena diajak teman yang dinyatakan oleh 13% wisatawan, dan 3% wisatawan lainnya memberikan alasan karena belum pernah mengunjungi kawasan wisata Danau Singkarak menjadi motivasi mereka untuk berwisata ke danau tersebut. Wisatawan yang mengunjungi kawasan wisata Danau Singkarak memiliki tujuan wisata masing-masing. Wisatawan yang bertujuan untuk menikmati keindahan alam danau memiliki persentase paling besar yakni sebesar 50% responden, wisatawan dengan tujuan untuk menghilangkan stres dari aktifitas-aktifitas yang menjenuhkan sebesar 34% responden, bertujuan untuk mengisi waktu luang sebesar 13% responden, dan 3% responden wisatawan menyatakan untuk menikmati aktifitas wisata yang ditawarkan menjadi tujuan mereka berwisata ke Danau Singkarak Persepsi wisatawan mengenai kawasan wisata Danau Singkarak Persepsi wisatawan mengenai kawasan wisata Danau Singkarak ditunjukkan oleh Gambar 22 dan Gambar 23. Berdasarkan Gambar 22 dapat dilihat bahwa sebesar 67% wisatawan menyatakan puas saat berwisata ke kawasan Danau Singkarak karena ketenangan yang diperoleh ketika menikmati keindahan pemandangan alam Danau Singkarak, sedangkan 33% wisatawan menyatakan tidak puas karena kebersihan lingkungan yang kurang dan fasilitas wisata yang sangat minimal. Hambatan yang dirasakan wisatawan ketika mengunjungi kawasan wisata Danau Singkarak diantaranya tidak ada waktu luang yang dinyatakan oleh 56% responden wisatawan, biasanya kawasan wisata ramai dikunjungi oleh wisatawan pada saat liburan sekolah dan pada saat hari raya Idul Fitri. Hambatan lainnya adalah tidak ada teman yang menemani yang dinyatakan oleh 27% wisatawan, serta 17% responden menyatakan lalu lintas dari kawasan tempat tinggal mereka yang sering macet menyebabkan hambatan ketika mengunjungi kawasan wisata Danau Singkarak. Danau singkarak selain memiliki pemandangan alam yang indah juga memiliki ciri khas yakni adanya ikan bilih. Keberadaan ikan endemik ikan bilih ter-

76 59 nyata telah diketahui oleh sebagian besar wisatawan terlihat dari 90% wisatawan sudah mengetahuinya, sedangkan 10% wisatawan lainnya belum mengetahui. Menurut 90% responden, wisatawan ikan bilih bisa menjadi salah satu objek wisata di Danau Singkarak karena sifat endemiknya, sedangkan 3% menyatakan tidak bisa dan 7% wisatawan lainnya menyatakan tidak tahu. a. Kepuasan wisatawan terhadap wisata Danau Singkarak (n = 30 responden) b. Hambatan ketika berwisata ke Danau Singkarak (n = 30 responden) c. Pengetahuan wisatawan mengenai keberadaan ikan endemik ikan bilih (n = 30 responden) d. Persepsi wisatawan apabila ikan bilih dijadikan objek wisata (n = 30 responden) Gambar 22. Persepsi wisatawan (a,b,c dan d) Persepsi wisatawan mengenai sarana dan prasarana, fasilitas wisata serta keadaan lingkungan kawasan wisata Danau Singkarak dapat dilihat pada Gambar 23. Berdasarkan gambar tersebut dapat dijelaskan bahwa wisatawan menyatakan masih banyaknya kekurangan yang terdapat di kawasan wisata Danau Singkarak seperti: pelayanan pengelola, keamanan, kebersihan lingkungan, peraturan kawasan, tata ruang fasilitas wisata, tempat sampah, toilet, tempat ibadah, taman duduk, dan fasilitas wisata perahu. Akan tetapi ak-sesibilitas, kenyamanan, keaslian, keindahan, dan air bersih dinyatakan oleh wisatawan dalam keadaan baik.

77 60 Gambar 23. Persepsi wisatawan terhadap fasilitas dan lingkungan di kawasan wisata Danau Singkarak Letak kawasan wisata Danau Singkarak yang strategis berada di jalan Lintas Sumatera menyebabkan aksesibilitas mudah, jalanan menuju lokasi juga tergolong baik, apalagi pada saat event Tour de Singkarak banyak ruas jalan yang diperbaiki. Keindahan dan keaslian pemandangan alam Danau Singkarak merupakan daya tarik terbesar bagi wisatawan ketika berwisata. Sayangnya, keindahan alam wisata Danau Singkarak belum didukung oleh lingkungan dan fasilitas wisata yang mencukupi. Banyaknya sampah yang bertebaran di sekitar kawasan wisata mengurangi kebersihan lingkungan Danau Singkarak. Peraturan yang terdapat di kawasan danau terutama untuk wisatawan masih kurang misalnya tidak adanya wilayah perbatasan untuk berenang, padahal Danau Singkarak tergolong danau yang dalam. Tata ruang untuk fasilitas wisata yang terdapat di kawasan wisata danau masih semrawut, terlihat banyaknya sampah karena kurangnya tempat sampah, bangunan rumah warung yang dibangun di sepanjang danau juga mengurangi keindahan danau. Fasilitas lainnya seperti toilet, tempat ibadah, taman duduk, fasilitas wisata perahu juga dirasakan kurang oleh wisatawan, sehingga ada ketidaknyamanan wisatawan ketika berwisata ke danau Singkarak. Instansi terkait

78 61 dan pengelola kawasan danau harus memperhatikan keamanan dan kenyamanan untuk berwisata bagi pengunjung agar pengunjung Danau Singkarak menjadi semakin banyak Aktifitas wisatawan Berdasarkan hasil wawancara dengan 30 orang responden wisatawan di kawasan wisata Danau Singkarak, sebesar 50% wisatawan datang berwisata secara berkelompok yakni sebanyak 5-15 orang, 34% lainnya datang dengan keluarga, 13% wisatawan datang berdua, dan 3% datang sendiri. Jenis kendaraan yang digunakan wisatawan ketika mengunjungi kawasan wisata Danau Singkarak adalah kendaraan pribadi (motor atau mobil) yang digunakan 53% responden, kendaraan umum digunakan 24% wisatawan, 13% menggunakan kendaraan sewa, dan 10% lainnya dengan cara jalan kaki. Perlengkapan yang dibawa wisatawan ketika berwisata ke kawasan wisata Danau Singkarak adalah handphone yang dibawa oleh 84% responden wisatawan dan digunakan untuk berfoto dan video, 13% wisatawan membawa perlengkapan berupa kamera, serta 3% wisatawan lainnya membawa handycam (Gambar 24). Kegiatan yang dilakukan wisatawan ketika berkunjung ke kawasan Danau Singkarak adalah untuk menikmati keindahan alam dengan cara duduk-duduk santai di sekitar Danau Singkarak yang dilakukan oleh 73% responden wisatawan, 20% wisatawan melakukan kegiatan piknik seperti berperahu wisata, sebesar 4% wisatawan melakukan aktifitas mamancing, 3% melakukan kegiatan wisata kuliner dengan cara menikmati hidangan ikan bilih, serta 3% wisatawan melakukan kegiatan fotografi. Beberapa aktifitas wisatawan ketika berwisata di Danau Singkarak disajikan pada Lampiran 11. Ketika berwisata ke Danau Singkarak, 40% wisatawan lebih memilih tempat makan di warung tenda, sebesar 33% lebih memilih restoran, sedangkan 27% lainnya lebih memilih membawa makanan dari rumah dengan alasan penghematan. Ikan bilih merupakan salah satu daya tarik yang besar di Danau Singkarak. Banyak penduduk sekitar Danau Singkarak yang menjual ikan bilih baik dalam bentuk mentah ataupun yang sudah diolah menjadi makanan (Lampiran 12). Hidangan-hidangan ikan bilih berupa pepes, gulai, dan goreng yang terdapat di ka-

79 62 wasan wisata Danau Singkarak diakui oleh 70% (Gambar 25) wisatawan yang pernah mencicipinya menyatakan memiliki cita rasa yang lezat, 27% wisatawan menyatakan cukup lezat, dan 3% wisatawan menyatakan tidak tahu karena belum pernah mencicipinya. Setelah berwisata ke Danau Singkarak, 77% wisatawan tidak membawa oleh-oleh ikan bilih karena harga yang ditawarkan cukup mahal, harga ikan dalam bentuk kering berkisar antara Rp Rp per kilogram. Sedangkan 23% wisatawan membeli oleh-oleh ikan bilih setelah berwisata ke Danau Singkarak. 10 % 10 % a. Kecenderungan kelompok wisatawan (n = 30 responden) b. Kendaraan yang digunakan (n = 30 responden) c. Aktivitas wisatawan di kawasan wisata (n = 30 responden) d. Perlengkapan yang dibawa wisatawan (n = 30 responden) e. Pilihan tempat makan bagi wisatawan (n = 30 responden) f. Aktivitas yang perlu penambahan/perbaikan (n = 30 responden) Gambar 24. Kecenderungan kelompok wisatawan, kendaraan yang digunakan, aktifitas wisatawan, pilihan tempat makan, dan aktifitas yang perlu perbaikan di kawasan wisata Danau Singkarak (a,b,c,d,e dan f)

80 63 b. Pendapat wisatawan mengenai hidangan ikan bilih di kawasan wisata (n = 30 responden) a. Pilihan wisatawan untuk membawa oleh-oleh berupa ikan bilih (n = 30 responden) Gambar 25. Aktifitas wisatawan berhubungan dengan ikan bilih (a dan b) Kepedulian wisatawan terhadap kelestarian kawasan wisata Danau Singkarak Kelestarian kawasan wisata Danau Singkarak tergolong kurang baik menurut 70% wisatawan yang menjadi responden, 23% wisatawan menyatakan tergolong baik, dan 3% menyatakan dalam keadaan buruk. Kurang baiknya kelestarian Danau Singkarak salah satu penyebabnya adalah sampah yang berasal dari masyarakat dan wisatawan. Berdasarkan hasil wawancara dengan wisatawan, 30% diantaranya membuang sampah di sekitar danau karena alasan kurangnya tempat sampah yang disediakan, dan 70% lainnya menyatakan membuang sampah di tempat sampah (Gambar 26). a. Pendapat wisatawan mengenai kelestarian lingkungan di kawasan wisata (n = 30 responden) b. Tempat membuang sampah selama kegiatan wisata (n = 30 responden) d. Pendapat wisatawan perlunya pembatasan penangkapan ikan bilih (n = 30 responden) c. Pendapat wisatawan terganggunya kelestarian danau akibat PLTA (n = 30 responden) Gambar 26. Kepedulian dan pendapat wisatawan terhadap kelestarian Danau Singkarak (a,b,c dan d)

81 64 Kelestarian sumberdaya Danau Singkarak juga harus dijaga, salah satunya adalah ikan bilih. Untuk menjaga kelestarian ikan bilih perlu dilakukannya pembatasan penangkapan ikan bilih yang disetujui oleh 97% wisatawan, hanya 3% lainnya menyatakan tidak perlu karena akan mengurangi penghasilan nelayan. Akhir-akhir ini keberadaan PLTA di Danau Singkarak juga menjadi masalah, yakni terganggunya kelestarian sumberdaya air dan sumberdaya ikan danau yang disetujui oleh 23% responden wisatawan, akan tetapi 77% wisatawan menyatakan kelestarian danau tidak terganggu dengan keberadaan PLTA Pengetahuan masyarakat dan wisatawan mengenai ekowisata Ekowisata merupakan wisata yang berorientasi lingkungan untuk menjembatani kepentingan perlindungan sumberdaya alam/lingkungan dan industri kepariwisataan (META 2002 in Yulianda 2007). Istilah ekowisata masih jarang dan belum banyak diketahui masyarakat awam, hal ini terbukti dari 30 orang responden hanya 37% saja yang sudah pernah mendengar istilah ekowisata, sedangkan 63% lainnya belum pernah mendengar istilah ekowisata. Begitu juga dengan responden wisatawan, hanya 30% saja yang pernah mendengar istilah ekowisata, sedangkan 70% lainnya belum pernah mendengar istilah tersebut. Hal ini bisa dipengaruhi latar belakang pendidikan dan wawasan responden masyarakat dan responden wisatawan. Pengembangan kegiatan wisata dengan konsep ekowisata di Danau Singkarak sangat mungkin dilakukan, tentunya dengan dukungan pemerintah, pengelola, instansi terkait serta masyarakat. Sebelum dikembangkan konsep ekowisata di Danau Singkarak, sebaiknya masyarakat diberi wawasan mengenai konsepnya, keuntungan dan kerugiannya, kemudian apabila konsep itu telah disepakati dan dilaksanakan, tindakan selanjutnya mempromosikan kepada wisatawan adanya kawasan wisata danau dengan konsep ekowisata, sehingga diharapkan wisatawan yang be-lum paham dengan istilah tersebut menjadi mengerti dan tertarik untuk datang ke Danau Singkarak (Gambar 27) Potensi Wisata Danau Singkarak Berbagai potensi wisata yang sudah ada di kawasan wisata Danau Singkarak adalah (Lampiran 13):

82 65 a. Pengetahuan masyarakat mengenai ekowisata (n = 30 responden) b. Pengetahuan wisatawan mengenai ekowisata (n = 30 responden) Gambar 27. Pengetahuan masyarakat dan wisatawan terhadap ekowisata (a dan b) Pemandangan alam perbukitan Danau Singkarak dikelilingi oleh perbukitan yang dikenal dengan Bukit Barisan. Perbukitan ini ditumbuhi oleh beraneka ragam pepohonan, seperti kelapa, pinus, mahoni, surian dan sebagainya. Hijaunya perbukitan dapat menyejukkan mata dan dapat memberikan perasaan tenang serta nyaman bagi yang memandangnya. Selain itu, hamparan danau yang luas dapat dilihat keindahannya dari atas bukit-bukit tersebut, untuk itu keberadaan flora fauna yang terdapat di sekeliling bukit Danau Singkarak harus terjaga kelestariannya, agar keindahan danau tetap terjaga Tanjung Mutiara Tanjung Mutiara merupakan objek wisata Danau Singkarak yang terdapat di wilayah Kabupaten Tanah Datar. Kegiatan wisata yang bisa dilakukan oleh wisatawan di Tanjung Mutiara adalah berenang di pinggiran danau yang dangkal dan berperahu. Sebelum memasuki bulan Ramadhan Tanjung Mutiara ramai dikunjungi karena adanya tradisi masyarakat Minangkabau yang dikenal dengan balimau. Balimau merupakan acara pembersihan diri untuk menyambut bulan suci dengan cara mandi Olah raga paralayang di Payorapuih Perbukitan Danau Singkarak di wilayah Payorapuih memiliki karakteristik angin timur sehingga cocok dikembangkan kegiatan olahraga paralayang. Olah

83 66 raga paralayang ini sedang dikembangkan oleh pihak pengelola kawasan wisata Danau Singkarak Kereta wisata Kereta wisata merupakan program wisata provinsi Sumatrera Barat. Jalur kereta ini dimulai dari Padang sampai ke Kabupaten Sawahlunto. Dalam perjalanannya, kereta wisata tersebut melewati kawasan wisata Danau Singkarak. Sehingga penumpang kereta yang sedang berada di kereta tersebut dapat memandang secara langsung keindahan Danau Singkarak.Tetapi kereta ini masih beroperasi setiap hari Minggu, dan jumlah penumpangnya belum terlalu banyak Festival Singkarak dan Danau Kembar Festival Singkarak - Danau Kembar merupakan kegiatan wisata Kabupaten Solok. Acara ini pertama kali diadakan pada Agustus Tujuan diadakannya festival ini adalah untuk lebih mengenalkan seni, budaya, dan keindahan alam di Kabupaten Solok kepada seluruh masyarakat di Indonesia dan masyarakat keturunan Minang yang berada di Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam sehingga dapat lebih mengenal dan pada akhirnya mencintai seni, budaya, dan kekayaan alam Indonesia khususnya Sumatera Barat. Festival ini berhasil mencetak rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) dengan menggelar arak-arakan 74 jenis adat dan budaya khas dari 74 nagari di 14 Kecamatan yang ada di Kabupaten Solok. Festival ini direncanakan diadakan dua tahun sekali. Festival Danau Singkarak dan Danau Kembar bisa menjadi a- jang promosi pariwisata Danau Singkarak khususnya secara nasional bahkan internasional melalui pemberitaan media cetak dan elektronik Tour de Singkarak Tour de Singkarak merupakan perlombaan balap sepeda tingkat internasional yang diadakan di Sumatera Barat. Perlombaan ini melewati berbagai daerah wisata di Sumatera Barat seperti Padang, Bukittinggi, Lembah Harau di Payakumbuh dan tentunya Danau Singkarak. Perlombaan balap sepeda Tour de Sing-

84 67 karak baru pertama kali dilaksanakan di Sumatera Barat dan direncanakan menjadi acara tahunan. Tahun 2009 merupakan tahun pertama penyelenggaraannya yang dimenangkan oleh pembalap asal negara Iran. Puncak acara dilaksanakan di Danau Singkarak. Acara ini bertujuan untuk mempromosikan daerah wisata yang terdapat di provinsi Sumatera Barat termasuk Danau Singkarak Instansi-Instansi Terkait dengan Kawasan Wisata Danau Singkarak Instansi-instansi yang terkait secara langsung maupun tidak langsung dengan pengelolaan danau Singkarak diuraikan di bawah ini Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kabupaten Tanah Datar Peran Dinas Pariwisata di kawasan wisata Danau Singkarak adalah sebagai promotor atau yang melakukan promosi-promosi ke berbagai daerah di Indonesia dan beberapa negara di dunia. Bentuk promosi adalah melalui website, bukubuku, brosur, pameran. Dinas pariwisata kabupaten mengelola kawasan wisata Tanjung Mutiara yang terdapat di Danau Singkarak. Kawasan ini biasa digunakan aktifitas berenang di tepian danau yang dangkal dan perahu wisata Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kabupaten Solok Tugas dari Dinas Pariwisata Kabupaten Solok sama dengan Dinas Pariwisata Kabupaten Tanah Datar yaitu untuk mempromosikan Danau Singkarak. Selain itu, bertugas untuk merencanakan pengembangan pengelolaan kawasan wisata Danau Singkarak yang terletak di bagian Kabupaten Solok. Menurut Dinas Pariwisata Kabupaten Solok, sejak tahun 2001 pengelolaan kawasan wisata Danau Singkarak diserahkan pengelolaannya ke pada nagari yang berada di sekitar kawasan wisata Danau Singkarak. Wilayah yang telah dikelola oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Solok adalah wilayah Darmaga (Lokasi delapan pada daerah penelitian), dan wilayah Biteh Kacang (lokasi lima pada daerah penelitian). Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak Dinas Pariwisata kedua kabupaten ini, ternyata belum ada kerjasama yang terintegrasi diantara keduanya. Masing-masing kabupaten hanya mengurusi wilayah mereka sendiri.

85 Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Solok Peran dari dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Solok di kawasan Danau Singkarak adalah memantau kondisi perikanan dan nelayan di danau tersebut. Menurut Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Solok, stok ikan bilih yang terdapat di Danau Singkarak semakin berkurang, yang disebabkan oleh penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan seperti menggunakan bom dan menggunakan jaring dengan mesh size kurang dari 1 inci. Untuk itu, Dinas Perikanan Kabupaten Solok memberikan bantuan berupa jaring kepada nelayan, dan menarik jaring nelayan dengan ukuran mesh size kurang dari 1 inci. Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Solok juga merencanakan suatu kawasan reservat (wilayah konservasi) bagi ikan bilih Dinas Pekerjaan Umum Dinas Pekerjaan Umum Tanah Datar berperan dalam memonitor kondisi jalan, kawasan wisata yang terdapat di Danau Singkarak, apabila terdapat kerusakan dinas PU melaporkannya kepada Dinas Pekerjaan Umum Propinsi Sumatera Barat untuk ditindaklanjuti. Sedangkan Dinas Pekerjaan Umum Solok bertugas memantau abrasi air danau, karena pada waktu-waktu tertentu, misalnya pada saat angin kencang, Danau Singkarak memiliki gelombang yang cukup besar sehingga berpotensi terjadi abrasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Peran Badan Perencanaan Pembangunan Daerah adalah memberikan rencana pembangunan dan pengembangan kawasaan wisata di Danau Sing-karak, baik dari segi ekonomi, sosial, dan fisik masyarakat yang terdapat di kawasan wisata Danau Singkarak. Setelah terbentuk rencana tersebut diserahkan kepada instansi-instansi terkait. Dalam bidang ekonomi dan sosial masyarakat, Bappeda Kabupaten Tanah Datar pernah memberikan penyuluhan mengenai proses pengemasan dan pemasaran ikan bilih kepada masyarakat, khususnya untuk produk yang akan diekspor. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak terkait di masing-masing instansi di atas dapat disimpulkan bahwa belum adanya integrasi yang kuat antara

86 69 setiap instansi dalam pengembangan dan pengelolaan kawasan Danau Singkarak. Masing-masing kabupaten mengurusi wilayah danau mereka sendiri. Padahal Danau Singkarak merupakan satu kesatuan yang utuh dan memerlukan pengelolaan dan pengembangan secara keseluruhan bukan sebagian wilayahnya saja. Menurut Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kabupaten Solok, sejak tahun 2000 pengelolaan Danau Singkarak diserahkan kepada masing-masing nagari yang berada di sekeliling Danau Singkarak, pemerintah daerah berperan sebagai pembuat kebijakan, menjadi media antara masyarakat dengan pemerintah propinsi apabila ada permasalahan dana, kerusakan jalan serta permasalahan prasarana lainnya. Menurut masyarakat setempat, pengelolaan terhadap pengembangan kawasan wisata Danau Singkarak masih terbengkalai karena kurang koordinasinya antara pemerintah daerah dengan nagari. Pemerintahan tingkat nagari belum bisa mengelola dan mengembangkan wisata secara optimal karena keterbatasan dana. Kanagarian yang ada di sekeliling danau sebaiknya membentuk suatu kelembagaan dengan struktur organisasi dan peran yang jelas dalam mengelola kawasan wisata Danau Singkarak, agar potensi danau yang cukup besar tidak sia-sia keberadaannya Kesesuaian Wisata Danau Singkarak Analisis kesesuaian wisata dilakukan pada masing-masing kegiatan yang akan dikembangkan di delapan lokasi dalam kawasan wisata Danau singkarak. Kegiatan yang akan dikembangkan adalah berenang, memancing, berkemah, berperahu, duduk santai dan outbound. Analisis ini dimaksudkan untuk menilai kelayakan atau kesesuaian wisata yang akan dikembangkan dari delapan lokasi di kawasan wisata Danau Singkarak. Penentuan lokasi didasarkan kepada perbedaan karakteristik yang dimilikinya. Hasil analisis kesesuaian wisata dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu sesuai, sesuai bersyarat dan tidak sesuai. Kegiatan wisata yang direkomendasikan serta nilai persentase IKW disajikan pada Tabel 13 dan peta kesesuaian pada Gambar 28. Berdasarkan hasil analisis kesesuaian wisata, lokasi satu Tanjung Mutiara sesuai untuk dilakukan kegiatan berenang, outbound dan berkemah dengan persentase masing-masing 94.12%, 91.67%, dan 86.27% (Lampiran 14). Hal ini dise-

87 70 babkan karena lokasi satu memiliki parameter yang sangat sesuai dengan aktifitas wisata tersebut. Perairan Tanjung Mutiara ini memiliki kedalaman 1-2 m, kelandaian < 20 0, kejernihan > 80%, m/dtk, dan ombak yang tenang, lebar tepian 8 m, pemandangan yang dapat dilihat dari lokasi ini berupa hamparan danau, hutan, dan pegunungan. Hamparan daratan yang berupa pasir dan tanah ditumbuhi vegetasi kelapa, pohon mangga, dan pohon jambu. Menurut masyarakat tidak terdapat biota berbahaya di lokasi ini. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, kegiatan wisata yang paling sesuai untuk lokasi satu adalah berenang dan berkemah (Lampiran 15 dan 16). Tabel 13. Kriteria IKW setiap lokasi penelitian No Lokasi Lintang Kegiatan Wisata yang % Kategori Bujur Timur Selatan Direkomendasikan IKW IKW 1 Tjg Mutiara Berenang S Berkemah S 2 Batu Taba Duduk santai SB 3 X Koto Memancing SB 4 Ombilin Duduk santai S 5 Biteh Memancing 100 S 6 Kacang Berkemah S 7 Taluak Berperahu S 8 Darmaga Outbound S Keterangan: S = sesuai, SB = sesuai bersyarat; Sumber: Data primer 2009 (diolah) Lokasi dua dan lokasi tiga memiliki kriteria sesuai bersyarat untuk semua kegiatan wisata (Lampiran 17 dan 18). Hal ini dapat disebabkan kedua lokasi ini memiliki tepian danau yang sempit dan adanya bangunan perumahan penduduk di pinggiran danau. Lokasi empat yang terdapat di wilayah Ombilin sesuai untuk kegiatan outbound, duduk santai, dan berkemah dengan persentase berturut-turut 91.67%, 90.20%, dan 86.27% (Lampiran 19). Berdasarkan persentase tersebut kegiatan paling sesuai adalah kegiatan outbound dan berkemah karena persentasenya paling tinggi, tapi berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dan pendapat yang mengacu dari masyarakat setempat, perairan Ombilin memiliki karakteristik yang cukup dalam sehingga agak berbahaya untuk kegiatan tersebut. Jadi kegiatan yang paling sesuai untuk direkomendasikan adalah duduk santai. Adanya

88 Gambar 28. Peta kesesuaian wisata Danau Singkarak 71

89 72 pemandangan alam perbukitan, pegunungan, sungai, dan aktifitas nelayan dapat memberikan kenyamanan bagi wisatawan ketika melakukan kegiatan wisata duduk santai di lokasi empat tersebut (Lampiran 20). Kegiatan wisata memancing sesuai dilakukan di lokasi lima (wilayah Biteh) dengan nilai IKW 100% (Lampiran 21). Kelimpahan ikan di lokasi ini tergolong sangat banyak menurut nelayan dan masyarakat sekitar. Jenis ikan yang hidup di danau lebih dari 4 jenis, hal ini mendukung wisata memancing untuk dikembangkan (Lampiran 22). Akan tetapi wisatawan dalam melakukan kegiatan wisata memancing harus memperhatikan kelestarian sumberdaya ikan yang hidup di Danau Singkarak, agar sumberdayanya tetap terjaga dan lestari. Lokasi enam di wilayah kanagarian Kacang, sesuai untuk kegiatan berkemah dan outbound dengan persentase masing-masing 86.27% dan 86.11% (Lampiran 23). Berdasarkan persentase, kegiatan paling sesuai yang direkomendasikan adalah berkemah (Lampiran 15). Selama ini belum ada kegiatan berkemah di pinggiran Danau Singkarak, untuk itu perlu pengembangan lebih lanjut agar kegiatan wisata di danau Singkarak bervariasi, salah satunya wisata berkemah. Lokasi tujuh di wilayah Taluak sesuai untuk kegiatan perahu wisata dengan persentase 94.12% (Lampiran 24). Perairan danau pada lokasi tujuh berwarna hijau jernih, tidak berbau, kedalaman perairan 1 m sampai kurang dari 3 m. Vegetasi yang hidup adalah kelapa, akasia, dan kecepatan arusnya berkisar antara 0 hingga 0.15 m/dtk. Indahnya pemandangan alam Danau Singkarak dapat dinikmati wisatawan melalui kegiatan wisata berperahu (Lampiran 25). Lokasi delapan di wilayah Dermaga Singkarak sesuai untuk kegiatan outbound dan berkemah dengan persentase IKW masing-masing 91.66% dan 86.27% (Lampiran 26). Berdasarkan nilai IKW tersebut kegiatan outbound paling sesuai untuk dilakukan di lokasi delapan. Kegiatan wisata outbound juga merupakan kegiatan wisata yang belum ada di danau Singkarak dan perlu pengembangan agar wisatawan semakin tertarik untuk berwisata ke Danau Singkarak (Lampiran 27) Daya Dukung Kawasan Wisata Danau Singkarak Daya dukung yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan kawasan untuk menerima sejumlah wisatawan dengan intensitas penggunaan

90 73 maksimum terhadap sumberdaya alam yang berlangsung secara terus-menerus dalam satu hari tanpa merusak lingkungan. Analisis daya dukung kawasan di Danau Singkarak diperlukan agar kegiatan wisata yang akan dikembangkan dapat terus berkelanjutan. Daya dukung setiap kawasan berbeda antara satu lokasi dengan lokasi lainnya dan terkait dengan jenis kegiatan wisata yang akan dikembangkan (Tabel 14). Nilai prediksi waktu, potensi ekologis pengunjung (K) dan luas area kegiatan (Lt) disajikan pada Lampiran 28. Tabel 14. Daya dukung kawasan wisata Danau Singkarak Lokasi Jenis Kegiatan Potensi Ekologis (K) (orang) Unit Area (Lt) Wp- (jam) Wt- (jam) L (m 2 ) DDK (org/hari) T. Mutiara Berkemah (m 2 ) Berenang (m) Ombilin Duduk Santai (m 2 ) Biteh Memancing (m) Kacang Berkemah (m 2 ) Taluak Beperahu (m 2 ) Dermaga Outbound (m 2 ) TOTAL DDK 8019 Keterangan : Wp (waktu yang dibutuhkan) Wt (total waktu 1 hari yang disediakan) DDK (daya dukung kawasan) Sumber : Data primer, 2009 (diolah) Lokasi satu sesuai untuk kegiatan berenang dan berkemah (berdasarkan hasil perhitungan nilai IKW). Lokasi satu terdapat di Tanjung Mutiara Kanagarian Batu Taba. Panjang tepian pantai yang dibutuhkan seorang wisatawan agar dapat berenang dengan bebas dalam waktu 1 jam adalah 5 m dan waktu yang disediakan pengelola 8 jam sehari. Luas wilayah lokasi satu bagian perairan adalah m 2 sehingga diperoleh daya dukung kawasan untuk berenang di lokasi satu Tanjung Mutiara orang/hari. Untuk kegiatan berkemah, dengan luas wilayah daratan m 2, diperoleh daya dukung 124 orang/hari. Kegiatan duduk santai direkomendasikan pada lokasi empat yang berada di wilayah Ombilin. Luas wilayahnya adalah m 2. Unit area yang dibutuhkan seorang wisatawan untuk menikmati pemandangan Danau Singkarak adalah 10 m 2. Sedangkan waktu yang dibutuhkan adalah 2 jam dari 8 jam/hari waktu yang disediakan oleh pengelola untuk melakukan aktifitas duduk santai. Ber-

91 74 dasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai daya dukung kawasan wisata duduk santai sebesar 428 orang/hari. Lokasi lima yang terdapat di wilayah Biteh direkomendasikan untuk kegiatan wisata memancing dengan luas wilayah m 2. Unit area yang dibutuhkan oleh satu orang wisatawan pada saat memancing adalah 5 m dalam waktu 4 jam dan waktu yang disediakan pengelola adalah 8 jam, sehingga diperoleh daya dukung kawasan untuk kegiatan memancing sebesar 889 orang/hari. Lokasi enam dapat direkomendasikan kegiatan wisata berkemah, lokasi e- nam ini berada di wilayah Kanagarian Kacang. Lokasi enam memiliki luas m 2. Unit area yang dibutuhkan oleh 5 orang wisatawan untuk berkemah adalah 50 m 2 dalam waktu 24 jam, dan waktu yang disediakan pengelola adalah 24 jam. Nilai daya dukung kawasan untuk kegiatan berkemah diperoleh sebesar 74 o- rang/hari. Lokasi tujuh berada di wilayah Taluak Indah Kanagarian Kacang. Lokasi ini direkomendasikan untuk kegiatan wisata berperahu. Unit area yang dibutuhkan 8 orang wisatawan untuk melakukan kegiatan wisata perahu dalam waktu 30 menit adalah m 2. Luas perairan yang tersedia untuk kegiatan perahu adalah m 2. Waktu yang disediakan oleh pengelola adalah 8 jam/hari, maka diperoleh daya dukung kawasan sebesar 381 orang/hari. Lokasi delapan berada di wilayah Dermaga Kanagarian Singkarak dengan luas wilayah m 2, lokasi ini sesuai untuk kegiatan outbound. Unit area yang dibutuhkan 20 orang wisatawan dalam melakukan outbound adalah m 2, waktu yang dibutuhkan 4 jam dan waktu yang disediakan pengelola 8 jam, sehingga diperoleh nilai daya dukung kawasan sebesar 150 orang/hari. Total daya dukung kawasan yang dapat ditampung oleh kawasan wisata Danau Singkarak setiap harinya adalah orang, tapi harus menyebar dalam kisaran waktu 8 jam/hari atau tidak terakumulasi pada jam-jam yang sama karena akan menyebabkan over crawded (Gambar 29). Berdasarkan data yang diperoleh dari kunjungan wisata ke Danau Singkarak, rata-rata per harinya masih dibawah DDK, hal ini berarti masih ada kesempatan untuk meningkatkan jumlah wisatawan ke Danau Singkarak. Untuk itu diperlukan adanya peningkatan promosi, penambahan sarana dan prasarana sehingga dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke kawasan wisata Danau Singkarak.

92 Gambar 29. Peta daya dukung kawasan wisata Danau Singkarak 75

93 Metode SBE Metode SBE dalam penelitian ini digunakan untuk dua tujuan, yaitu: pertama, untuk mendapatkan informasi konsistensi penilaian lokasi wisata berdasarkan foto-foto yang telah disiapkan antara responden yang pernah dengan yang belum pernah berkunjung ke Danau Singkarak melalui penggunaan analisis gerombol dan kedua, untuk mendapatkan informasi potensi foto yang dapat dijadikan alat promosi wisata melalui analisis ragam dua arah (Lampiran 29). Hasil analisis gerombol dengan menggunakan perangkat lunak XLSTAT Versi 4.0 yang diintegrasikan dalam MicroSoft Excel 2007 menunjukkan bahwa responden yang belum pernah berkunjung ke Danau Singkarak dan responden yang pernah berkunjung ke Danau Singkarak dapat terkelompokkan dengan sangat baik. Hanya beberapa responden saja yang terlihat tidak konsisten dalam memberikan penilaian terhadap foto-foto yang telah disiapkan (Tabel 15). Tabel 15. Analisis gerombol konsistensi penilaian responden yang belum dan sudah pernah berkunjung ke Danau Singkarak. Jumlah Responden Awal Yang Belum (B) dan Yang Sudah (S) Pernah Berkunjung ke Danau Singkarak Catatan: Jumlah Responden Hasil Analisis Gerombol untuk Yang Belum (B) dan Yang Sudah (S) Pernah Berkunjung ke Danau Singkarak B S B S (13) 42 (16) Angka dalam kurung menunjukkan jumlah responden yang tidak konsisten dalam memberikan penilaian terhadap foto yang telah disiapkan. Berdasarkan Tabel 15 dapat disimpulkan bahwa penggunaan foto yang disiapkan dengan baik untuk suatu tujuan penilaian tertentu dapat diandalkan dalam mendapatkan responden yang konsisten terlebih jika foto-foto tersebut telah diambil secara profesional. Hal ini mendukung analisis lain yang telah dilakukan bahwa promosi dengan menggunakan visualisasi berupa foto-foto yang dapat mewakili keindahan Danau Singkarak dapat diandalkan untuk mempromosikan keindahan dan keunikan pemandangan alam Danau Singkarak. Berdasarkan analisis ini diharapkan para wisatawan yang belum pernah berkunjung ke Danau Singkarak menjadi tertarik dengan berbagai visualisasi foto-foto promosi yang telah disiapkan dan yang terpenting ketika para wisatawan tersebut berkunjung ke Danau Singkarak mereka benar-benar mendapatkan keaslian dan ke-

94 77 unikan yang disajikan dalam foto-foto tersebut memang benar adanya. Hasil penilaian responden disajikan pada Lampiran 30. Analisis ragam dua faktor yang diinteraksikan dengan menggu-nakan model klasifikasi dua arah dan dikelompokkan kedalam kelompok yang belum dan sudah pernah berkunjung ke Danau Singkarak disajikan pada Tabel 16. Tabel 16. Analisis ragam dua arah dengan dua kelompok responden yang belum dan sudah pernah berkunjung ke Danau Singkarak. Sumber Keragaman db JK KT Fhit Responden Foto Responden x Foto Kelompok Responden Galat Total Tabel 16 memperlihatkan bahwa responden memberikan penilaian yang tidak berbeda nyata satu dengan lainnya tapi terhadap foto-foto yang berbeda terlihat responden memberikan penilaian yang berbeda namun konsisten antara yang belum dan yang sudah pernah berkunjung ke Danau Singkarak. Hal ini sejalan dengan analisis gerombol. Dengan demikian, penggunaan foto untuk mendapatkan kriteria suatu promosi wisata memang dapat diandalkan Penentuan Kekuatan, Kelemahan, Ancaman dan Peluang Kawasan Wisata Danau Singkarak Penentuan strategi pengembangan kawasan wisata Danau Singkarak dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT. Caranya adalah manganalisa faktor-faktor internal dan eksternal yang dimiliki kawasan wisata Danau Singkarak. Faktor-faktor internal yang dimaksud adalah faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan objek wisata yang berasal dari dalam objek wisata Danau Singkarak sendiri, sedangkan faktor-faktor eksternal adalah hal-hal yang dapat mempengaruhi keberadaan objek wisata yang berasal dari luar objek wisata Danau Singkarak. Faktor-faktor internal terdiri atas kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness) kawasan wisata Danau Singkarak. Faktor-faktor eksternal terdiri atas peluang (Opportunity) dan ancaman (Threat).

95 Kekuatan (strength) a. Kealamian wilayah Sumberdaya perairan Danau Singkarak masih tergolong alami. Hal ini terlihat dari permukaan perairan Danau Singkarak tidak banyak mengalami campur tangan manusia khususnya dalam perubahan bentang. Selama ini Danau Singkarak dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk kegiatan sehari-hari seperti mandi, mencuci, dan minum. Selain itu, perairan Danau Singkarak juga dimanfaatkan untuk perikanan, irigasi, serta pembangkit listrik tenaga air oleh PLTA Singkarak. Walaupun Danau Singkarak dimanfaatkan sebagai wilayah perikanan darat, akan tetapi di sepanjang Danau Singkarak sama sekali tidak ditemukan keramba jaring apung (KJA). Kegiatan KJA tidak cocok dilaksanakan di danau ini karena faktor angin dan gelombang di Danau Singkarak yang cukup kuat. Hal inilah salah satu yang membuat Danau Singkarak masih terlihat sangat alami dan indah sehingga manjadi kekuatan daya tarik wisata bagi wisatawan. b. Potensi sumberdaya danau yang besar Danau Singkarak merupakan danau terluas ke 2 di Pulau Sumatera setelah Danau Toba, dengan luas danau ha tentunya banyak tersimpan potensi sumberdaya di dalamnya baik sumberdaya alam, sumberdaya perairan dan sumberdaya perikanan. Danau Singkarak memiliki pemandangan yang indah dan alami. Hamparan perairan danau yang begitu luas dan jernih dikelilingi perbukitan, sungai-sungai, pepohonan sangat potensial untuk dijadikan kawasan wisata. Kegiatan wisata yang dapat dikembangkan di kawasan Danau Singkarak adalah berkemah, perahu wisata, memancing, duduk santai, outbound, berenang, dan wisata kuliner. Semua kegiatan wisata tersebut dikelola dan ditata sedemikian rupa sehingga dalam pelaksanaannya tidak merusak atau mengurangi kealamian kawasan. c. Keunikan wilayah dengan adanya ikan bilih Keunikan Danau Singkarak yang tidak dimilliki oleh danau lainnya adalah adanya spesies ikan endemik yaitu ikan bilih (Mystacoleucus padangensis). Ikan bilih yang terdapat di Danau Singkarak berukuran kecil antara 5 12 cm. Ikan bilih

96 79 merupakan ikan bernilai ekonomi tinggi karena harganya cukup mahal berkisar antara Rp /kg dalam bentuk goreng atau kering. Berbagai kegiatan wisata ikan bilih dapat dikembangkan oleh pengelola, tentunya dengan tetap memperhatikan kelestariannya. Wisata kuliner misalnya, dengan adanya daya tarik rasa yang gurih dan enak, diharapkan dapat mengundang banyak wisatawan yang datang ke Danau Singkarak khusus mencicipi hidangan ikan bilih yang tersedia di warung makan dan restoran di sepanjang Danau Singkarak. Kegiatan wisata ikan bilih lainnya yang dapat dikembangkan o- leh pengelola kawasan wisata Danau Singkarak adalah kegiatan menyaksikan nelayan menangkap ikan bilih serta pengolahan ikan bilih yang dilakukan masyarakat sekitar. d. Letak yang strategis Danau Singkarak terletak di jalur lintas Sumatera, yaitu jalan yang menghubungkan propinsi-propinsi di pulau Sumatera. Jarak perjalanan dari pusat kota di Sumatera Barat tidak terlalu jauh. Dari Kota Solok dan Kota Bukittinggi dapat ditempuh selama ±1 jam dengan menggunakan kendaraan umum. Dengan adanya letak yang stategis ini dapat memudahkan wisatawan menemukan lokasi wisata. e. Dukungan dari masyarakat Dukungan dari masyarakat sangat dibutuhkan dalam mengelola suatu kawasan wisata agar tidak terjadi konflik dikemudian hari antara pengelola dan wisatawan. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, masyarakat sekitar kawasan Danau Singkarak terlihat besarnya dukungan masyarakat terhadap kawasan wisata ini. Contohnya, 100% responden menyatakan senang dengan adanya kawasan wisata tersebut, dan sebesar 63.33% responden bersedia apabila tanah mereka digunakan untuk membangun fasilitas wisata seperti hotel. Masyarakat menyadari adanya kawasan wisata Danau Singkarak dapat memberikan manfaat bagi mereka. Masyarakat dapat memiliki kesempatan un-tuk berdagang, terlibat dalam tim pengelola, berinteraksi dengan wisatawan dan berekreasi di kawasan wisata Danau Singkarak.

97 80 Masyarakat juga berkewajiban menjaga potensi sumberdaya alam yang dimiliki Danau Singkarak yaitu dengan tidak membuang limbah cair dan sampah padat hasil kegiatan rumah tangga, pertanian dan perikanan ke saluran air yang menuju danau. Hal ini diperlukan agar kelestarian danau dapat terus terjaga yang selanjutnya dapat mempengaruhi keberlanjutan pengembangan kawasan wisata. Selain itu, perlu diadakan kegiatan gotong royong masyarakat sekitar dalam pembangunan tempat sampah umum dan bak penampungan air limbah Kelemahan (weakness) a. Sarana dan prasarana umum tidak memadai Sarana dan prasarana umum yang terdapat di kawasan wisata Danau Singkarak masih sangat kurang walaupun ada kondisinya kurang terawat (Lampiran 31). Kurangnya sarana dan prasarana pendukung seperti tempat sampah, toilet, tempat ibadah menyebabkan ketidakpuasan pengunjung ketika berwisata ke Danau Singkarak. Berdasarkan hasil wawancara dengan wisata-wan, 30% wisatawan menyatakan membuang sampah di kawasan wisata Danau Singkarak disebabkan kurangnya tempat sampah. Kotornya kawasan dengan sampah dapat mengganggu keindahan dan kelestarian sumberdaya Danau Singkarak. b. Topografi dasar danau yang curam Menurut Badruddin (2007) in Kementerian Negara Lingkungan Hidup (2008) Danau Singkarak tergolong danau yang sangat dalam dengan kedalaman maksimal lebih dari 200 m. Di Danau Singkarak tidak ditemukan petunjuk mengenai zona berbahaya untuk kegiatan wisata sehingga bagi wisatawan yang tidak mengetahui bahwa Danau Singkarak sangat dalam akan berbahaya bagi keselamatan mereka ketika melakukan kegiatan wisata berenang, berperahu dan memancing. Pada saat angin kencang, gelombang perairan Danau tergolong besar dan dapat membahayakan wisatawan apabila melakukan kegiatan di air. c. Topografi tepian daratan danau yang sempit Danau Singkarak memiliki tepian yang sempit, bahkan sebagian besar Danau Singkarak di wilayah studi tidak ditemukan tepian danau sama sekali, da-

98 81 nau dibatasi langsung dengan jalan raya. Hal ini menyebabkan pilihan wisata di Danau Singkarak menjadi terbatas. Padahal dibeberapa titik yang tidak ada tepian danaunya memiliki pemandangan yang sangat indah. d. Banyaknya bangunan yang tidak tertata dengan baik di sepanjang danau Bangunan perumahan, warung, dan restoran yang tidak tertata dengan baik di sepanjang Danau Singkarak menyebabkan nilai keindahan Danau Singkarak berkurang. Wisatawan yang ingin melihat pemandangan danau terganggu dengan bangunan yang berdiri di sepanjang danau tersebut. Tidak adanya peraturan yang tegas untuk membatasi pembangunan di sepanjang danau menyebabkan masyarakat leluasa mendirikan bangunan. Selain itu kesadaran masyarakat sekitar sangat diperlukan agar keindahan Danau Singkarak tetap terjaga Peluang (opportunity) a. Danau terletak diantara dua kabupaten atau dua pemerintahan daerahtk II Danau Singkarak berada di wilayah dua kabupaten yaitu kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Solok, secara administratif 40% wilayah Danau Singkarak berada di Kabupaten Solok dan 60% berada dikawasan Tanah Datar. Dua pemerintahan kabupaten ini memiliki peluang yang besar untuk menjadikan Danau Singkarak objek wisata yang sangat diminati wisatawan. Dua pemerintahan kabupaten ini dapat bekerja sama dalam hal pendanaan penggalian potensi sumberdaya Danau Singkarak, pengembangan wisatanya, promosi, perbaikan sarana dan prasarana, penetapan peraturan-peraturan daerah, dan peningkatan kualitas sumberdaya manusia sehingga tercipta suatu kawasan wisata yang memperhatikan kelestarian danau. b. Kerjasama instansi-instansi terkait Instansi terkait bertugas mengawasi kondisi kawasan wisata baik perairan, sarana dan prasarana, fasilitas wisata, dan masyarakat sekitar danau. Dengan adanya instansi-instansi seperti: Dinas Pariwisata, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Perikanan, dan Bappeda, kelemahan ataupun ancaman terhadap kawasan wisata danau dapat dikurangi atau diwaspadai.

99 82 c. Adanya pihak swasta yang ingin menanamkan modal Danau Singkarak masih memerlukan pembenahan dalam hal sarana dan prasarana wisata, dan variasi kegiatan wisata, untuk itu diperlukan modal untuk pembangunan dan pengembangannya. Modal tersebut dapat berasal dari pihak swasta. Fasilitas wisata seperti perahu dan hotel yang terdapat di kawasan wisata Danau Singkarak berasal dari pihak swasta. Menurut instansi terkait masih a- da pihak swasta yang ingin menanamkan modalnya di Danau Singkarak mengingat Danau Singkarak memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan. d. Promosi secara nasional melalui acara tahunan Tour de Singkarak Dinas Pariwisata kedua kabupaten telah melakukan berbagai promosi mengenai Danau Singkarak melalui brosur, leaflet, dan pameran. Akan tetapi promosi tersebut masih kurang. Dengan adanya acara tahunan balap sepeda internasional Tour de Singkarak secara tidak langsung Danau Singkarak juga ikut dipromosikan secara nasional dan internasional melalui media iklan yang terdapat di media cetak dan elektronik. Balap sepeda Tour de Singkarak merupakan perlombaan balap sepeda tingkat internasional yang melewati berbagai daerah di Sumatera Barat termasuk mengelilingi Danau Singkarak. Acara balap sepeda ini baru pertama kali diadakan di Sumatera Barat pada bulan Mei tahun 2009 dan diikuti oleh 11 negara. Rencananya acara ini akan diadakan setahun sekali. Dengan adanya event seperti ini secara tidak langsung sarana prasarana, aksesibilitas, fasilitas wisata di Danau Singkarak semakin baik karena adanya perbaikan dari pihak yang menyelenggarakan agar peserta, tamu undangan dan penonton merasa nyaman berada di Danau Singkarak. Selain Tour de Singkarak, bentuk kegiatan lain yang digunakan sebagai ajang promosi Danau Singkarak adalah Festival Danau Kembar dan Danau Singkarak yang diadakan dua tahun sekali Ancaman (threat) a. Adanya bencana alam Danau Singkarak pernah beberapa kali mengalami bencana alam seperti gempa dan tanah longsor. Bencana alam tersebut telah merusak berbagai fasilitas

100 83 wisata di Danau Singkarak seperti tempat-tempat duduk yang terbuat dari semen. Kawasan Sumatera Barat memang sering terjadi bencana alam salah satunya adalah gempa. Adanya bencana alam dapat mengancam keberadaan suatu kawasan wisata. b. Berkurangnya jumlah ikan bilih karena penangkapan yang tidak ramah lingkungan. Ikan bilih ditangkap menggunakan peralatan tradisional seperti jaring. A- kan tetapi banyak juga nelayan yang menangkapnya menggunakan peralatan yang tidak ramah lingkungan seperti setrum, racun, jaring dengan ukuran mata jaring kurang dari 1 inci. Hal ini dilakukan oleh nelayan karena ikan bilih memiliki nilai ekonomi yang tinggi sehingga terjadilah eksploitasi besar-besaran. Menurut data tahun 1997 menyebutkan stok ikan bilih mencapai ton dan yang telah dieksploitasi sebesar ton (77.84%). Ini menggambarkan sumberdaya ikan bilih sudah mengalami tangkap lebih. Nelayan juga mengakui bahwa tangkapan mereka beberapa tahun belakangan ini mengalami penurunan. Sekitar 10 tahun lalu, masing-masing nelayan setiap harinya bisa menangkap ikan bilih 50 kg per harinya, tetapi belakangan ini mereka masing-masing hanya memperoleh hasil tangkapan sebanyak 0.5 kg per harinya. Apabila kegiatan penangkapan ikan bilih yang tidak ramah lingkungan ini tetap berlangsung maka ikan endemik ini akan mengalami kepunahan. Padahal ikan bilih menjadi keunikan tersendiri bagi Danau Singkarak dan berpotensi dijadikan objek wisata. Untuk itu diperlukan tindakan dari instansi terkait dan kesadaran masyarakat agar kelestarian sumberdaya ikan bilih tetap terjaga. c. Surutnya air danau karena aktifitas PLTA Singkarak PLTA yang sudah dibangun semenjak tahun 1998 telah mengancam surutnya air Danau Singkarak. Menurut masyarakat sekitar air Danau Singkarak mengalami penyusutan sejauh 20 meter, tetapi belum ada data yang menyebutkan dengan pasti. Hal ini dapat dimungkinkan terjadi karena PLTA Singkarak dimanfaatkan oleh dua provinsi yaitu Sumatera Barat dan Riau. Menurut masyarakat sekitar keberadaan PLTA juga mengancam populasi ikan bilih, karena ikan bilih tersebut terbawa ke dalam terowongan PLTA yang mana air danau ini se-

101 84 bagian dialirkan melewati terowongan menembus Bukit Barisan ke Batang Anai untuk menggerakkan generator PLTA Singkarak di dekat Lubuk Alung, Padang Pariaman berjarak sekitar 16 km dari Danau Singkarak. Selain itu keberadaan PLTA menyebabkan penurunan permukaan air danau sehingga aktifitas memijah bagi ikan tersebut menjadi terhambat (Syandri 2008). Kelestarian sumberdaya perairan dan perikanan Danau Singkarak akan terancam apabila kegiatan PLTA tidak memperhatikan kelestarian lingkungan. d. Potensi buangan limbah Adanya pemanfaatan Danau Singkarak bagi kehidupan masyarakat sekitarnya, wisatawan serta masyarakat di sepanjang sungai yang bermuara ke Danau Singkarak dapat menyebabkan tercemarnya air danau. Tercemarnya perairan Danau Singkarak tentunya akan berdampak bagi kelestarian sumberdaya yang hidup di dalamnya juga akan mengancam kegiatan wisatanya. Oleh karena itu, untuk mengurangi limbah yang masuk ke perairan Danau Singkarak maka masyarakat didampingi oleh instansi-instansi terkait melakukan gotong royong untuk membersihkan danau dan sungai-sungai yang mengalir di sepanjang danau. Dengan terciptanya perairan danau yang bersih sehingga dapat menjadi daya tarik unggulan bagi wisatawan Analisis dan Penilaian Faktor Internal dan Eksternal Faktor internal dan eksternal terlebih dahulu ditentukan tingkat kepentingannya sebelum dilakukan pembobotan pada faktor-faktor tersebut. Tingkat kepentingan faktor internal dan eksternal pada kawasan wisata Danau Singkarak dapat dilihat secara berturut-turut pada Tabel 17 dan Tabel 18. Setelah memperoleh tingkat kepentingan dari setiap faktor strategis internal dan eksternal, selanjutnya dilakukan pembobotan (Tabel 17 dan Tabel 18) Pembuatan Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan Matriks External Factor Evaluation (EFE) Setelah diperoleh bobot dari masing-masing faktor strategis internal dan eksternal, selanjutnya dilakukan penentuan peringkat (rating) antara 1-4. Kemu-

102 85 dian rating setiap faktor tersebut dikali dengan bobot untuk memperoleh skor pembobotan yang tercantum dalam matriks IFE dan EFE (Tabel 19, 20, 21 dan 22). Tabel 17. Tingkat kepentingan faktor Internal kawasan wisata Danau Singkarak FAKTOR KEKUATAN TINGKAT SIMBOL (STRENGTHS) KEPENTINGAN S1 Kealamian wilayah Kekuatan yang sangat besar S2 Potensi sumberdaya yang besar Kekuatan yang sangat besar S3 S4 S5 Keunikan danau dengan adanya spesies endemik ikan bilih (Mystacoleucus padangensis) Letak yang strategis Dukungan dari masyarakat Kekuatan yang sangat besar Kekuatan yang besar Kekuatan yang besar FAKTOR KELEMAHAN (WEAKNESSES) TINGKAT KEPENTINGAN W1 Sarana dan prasarana umum tidak Kelemahan yang cukup berarti memadai W2 Topografi dasar danau yang curam Kelemahan yang kurang berarti W3 Topografi tepian daratan danau Kelemahan yang kurang berarti yang sempit W4 Banyaknya bangunan di sepanjang danau Kelemahan yang cukup berarti Tabel 18. Tingkat kepentingan faktor eksternal kawasan wisata Danau Singkarak SIMBOL FAKTOR PELUANG TINGKAT (OPPORTUNITIES) KEPENTINGAN O1 Danau terletak diantara dua kabupaten atau Peluang sedang dua pemerintahan daerah TK II O2 Kerjasama instansi-instansi terkait Peluang sangat tinggi O3 Adanya pihak swasta yang ingin menanamkan Peluang sangat tinggi modal O4 Promosi secara nasional melalui acara tahunan Tour de Singkarak Peluang sangat tinggi FAKTOR ANCAMAN (THREATS) TINGKAT KEPENTINGAN T1 Bencana Alam Ancaman sedang T2 Berkurangnya hasil tangkapan ikan akibat penangkapan yang tidak ramah lingkungan. Ancaman yang sangat besar T3 Surutnya air danau karena aktifitas PLTA Ancaman besar T4 Potensi buangan limbah Ancaman sangat besar

103 86 Tabel 19. Penilaian bobot faktor strategis internal kawasan wisata Danau Singkarak SIMBOL FAKTOR S1 S2 S3 S4 S5 W1 W2 W3 W4 Total Bobot S S S S S W W W W TOTAL Tabel 20. Penilaian bobot faktor strategis eksternal kawasan wisata Danau Singkarak SIMBOL FAKTOR O1 O2 O3 O4 T1 T2 T3 T4 Total Bobot O O O O T T T T TOTAL Tabel 21. Matriks IFE kawasan wisata Danau Singkarak Faktor strategis internal Bobot Rating Skor Kealamian wilayah Potensi sumberdaya danau yang besar Keunikan danau dengan adanya spesies endemik ikan bilih (Mystacoleucus padangensis) Letak yang strategis Dukungan masyarakat Sarana dan prasarana umum tidak memadai Topografi dasar danau yang curam Topografi tepian daratan danau yang sempit Banyaknya bangunan di sepanjang danau

104 87 Tabel 22. Matriks EFE kawasan wisata Danau Singkarak Faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Skor Danau terletak diantara dua kabupaten atau dua pemerintahan daerah TK II Kerjasama instansi-instansi terkait Adanya pihak swasta yang ingin menanamkan modal Promosi secara nasional melalui acara tahunan Tour de Singkarak Bencana Alam Berkurangnya hasil tangkapan ikan akibat penangkapan yang tidak ramah lingkungan. Surutnya air danau karena aktifitas PLTA Potensi buangan limbah Pembuatan Matriks SWOT Setelah selesai menyusun matriks IFE dan EFE, langkah selanjutnya adalah membuat matriks SWOT (Tabel 23). Setiap unsur SWOT yang ada saling dihubungkan untuk memperoleh beberapa alternatif strategi pengelolaan kawasan wisata Danau Singkarak. Matriks ini menghubungkan empat kemungkinan strategi, yaitu menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengambil peluang yang ada (strategi S-O), menggunakan peluang yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang dihadapi (strategi S-T), mendapatkan keuntungan dari peluang dengan mengatasi kelemahan (strategi W-O), kelemahan untuk menghindari ancaman (strategi W-T) Pembuatan Tabel Rangking Alternatif Strategi Penentuan prioritas strategi pengelolaan kawasan wisata Danau Singkarak dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor yang saling terkait. Jumlah dari skor pembobotan akan menentukan rangking prioritas strategi. Jumlah skor (nilai) ini diperoleh dari penjumlahan semua skor di setiap faktor-faktor strategis yang terkait. Rangking akan ditentukan berdasarkan urutan jumlah skor terbesar sampai terkecil dari semua strategi. Tabel perangkingan alternatif strategi dapat dilihat pada Tabel 24.

105 88 Tabel 23. Matrik SWOT Kekuatan (S) IFE Kelemahan (W) EFE Peluang (O) 1. Danau terletak diantara dua kabupaten atau dua pemerintahan daerah TK II. 2. Kerjasama instansi-instansi terkait. 3. Adanya pihak swasta yang ingin menanamkan modal. 4. Promosi melalui acara tahunan Tour de Singkarak. Ancaman (T) 1. Bencana alam. 2. Berkurangnya hasil tangkapan ikan akibat penangkapan yang tidak ramah lingkungan. 3. Aktifitas PLTA berpengaruh terhadap surutnya air danau dan populasi ikan bilih. 4. Potensi buangan limbah. 1. Kealamian wilayah. 2. Potensi sumberdaya danau yang besar. 3. Keunikan danau dengan adanya spesies endemik ikan bilih (Mystacoleucus padangensis). 4. Letak yang strategis. 5. Dukungan masyarakat. Strategi S-O 1. Kerjasama kedua pemerintahan dalam bidang pendanaan penggalian potensi sumberdaya alam maupun manusia Danau Singkarak. 2. Mengadakan kerjasama dalam promosi Danau Singkarak sebagai kawasan wisata yang terjaga kealamian dan kelestarian sumberdayanya kemudian mempromosikannya. 3. Menarik investor untuk pengembangan wisata Danau Singkarak dengan tetap memperhatikan kelestarian sumberdayanya. Strategi S-T 1. Upaya mitigasi bencana alam 2. Sosialisasi kepada masyarakat bahwa Danau Singkarak keberadaannya sangat penting sehingga diharapkan masyarakat tidak lagi membuang sampah di sungai-sungai atau pun di danau serta menangkap ikan secara ramah lingkungan. 3. Membangun daerah konservasi untuk menjaga kelestarian sumberdaya perairan Danau Singkarak. 1. Sarana dan prasarana umum tidak memadai. 2. Topografi dasar danau yang curam. 3. Topografi tepian daratan danau yang sempit. 4. Banyaknya bangunan di sepanjang danau. Strategi W-O 1. Mengupayakan modal dari kerjasama dari berbagai pihak yang dapat digunakan untuk pengembangan wisata Danau Singkarak yang berkelanjutan seperti penyediaan sarana dan prasarana, sehingga dapat menarik wisatawan untuk berkunjung ke kawasan wisata Danau Singkarak. 2. Perancangan dan pengadaan fasilitas wisata seperti perahu wisata yang aman dan nyaman digunakan di perairan Danau Singkarak yang tergolong dalam 3. Membuat peraturan daerah yang memberikan kuota pembangunan yang dilakukan masyarakat di sepanjang Danau Singkarak serta pemberian sanksi bagi yang melanggarnya 4. Pengembangan wisata pada daerah yang topografinya memadai. Strategi W-T 1. Melakukan koordinasi dalam mengatasi permasalahan dan ancaman yang terdapat di Danau Singkarak. 2. Mendorong partisipasi masyarakat dalam menjaga kelestarian danau. Dari 12 alternatif strategi yang dihasilkan pada Tabel 24, maka diperoleh tiga prioritas utama sebagai rencana strategis utama dalam pengelolaan kawasan wisata Danau Singkarak. Strategi-strategi tersebut adalah:

106 89 Tabel 24. Perangkingan alternatif strategi Alternatif Strategi Kerjasama kedua pemerintahan dalam bidang pendanaan penggalian potensi sumberdaya alam maupun manusia Danau Singkarak. Mengadakan kerjasama dalam promosi Danau Singkarak sebagai kawasan wisata yang terjaga kealamian dan kelestarian sumberdayanya. Menarik investor untuk pengembangan wisata Danau Singkarak dengan tetap memperhatikan kelestarian sumberdayanya. Mengupayakan modal dari kerjasama berbagai pihak yang dapat digunakan untuk pengembangan wisata Danau Singkarak yang berkelanjutan seperti penyediaan sarana dan prasarana, sehingga dapat menarik wisatawan untuk berkunjung ke kawasan wisata Danau Singkarak. Perancangan dan pengadaan fasilitas wisata seperti perahu wisata yang aman dan nyaman digunakan di perairan Danau Singkarak yang tergolong dalam Pemerintah dan instansi-instansi terkait membuat peraturan daerah yang memberikan kuota pembangunan yang dilakukan masyarakat di sepanjang Danau Singkarak serta pemberian sanksi bagi yang melanggarnya. Keterkaitan dengan Unsur SWOT Skor Rangking S2 O1 O S1 S2 S3 S5 O1 O2 O4 S4 S5 O1 O2 O3 O W1 O1 O2 O W1 W2 O1 O W4 O1 O Pengembangan wisata pada daerah yang topografinya memadai. W3 O2 O Upaya mitigasi bencana alam S2 S3 S5 T Sosialisasi kepada masyarakat bahwa Danau Singkarak keberadaannya sangat penting sehingga diharapkan masyarakat tidak lagi membuang sampah di sungai-sungai atau pun di danau serta menangkap ikan secara ramah lingkungan. S2 S3 S5 T2 T Membangun daerah konservasi untuk menjaga kelestarian sumberdaya perairan Danau Singkarak. Melakukan koordinasi dalam mengatasi permasalahan dan ancaman yang terdapat di Danau Singkarak. Mendorong partisipasi masyarakat dalam menjaga kelestarian danau. S2 S3 T W1 W2 W3 W4 T2 T W1 T2 T Mengadakan kerjasama dalam promosi Danau Singkarak sebagai kawasan wisata yang terjaga kealamian dan kelestarian sumberdayanya. Danau Singkarak memiliki pemandangan yang indah serta masih tergolong alami karena belum banyak mengalami campur tangan manusia. Kedua potensi ini dapat menjadi modal dikembangkan kegiatan ekowisata, ditambah lagi

107 90 dengan keunikan Danau Singkarak yang tidak dimiliki oleh perairan lainnya adalah adanya ikan endemik ikan bilih. Potensi-potensi tersebut seharusnya dapat menarik wisatawan dari berbagai daerah bahkan berbagai negara di dunia datang berkunjung ke Danau Singkarak. Pada saat sekarang ini wisatawan mancanegara khususnya lebih menyukai kegiatan wisata dengan prinsip ekowisata, karena bagi mereka bentuk wisata buatan manusia sudah banyak dikembangkan di negara mereka. Hal ini menjadi peluang besar bagi pemerintah dan instansi terkait untuk memperkenalkan Danau Singkarak kepada wisatawan baik nasional maupun internasional. Bentuk promosi harus dikemas dengan sebaik mungkin agar menarik wisatawan untuk datang berkunjung. Salah satu bentu promosi yang dapat memperkenalkan Danau Singkarak secara nasional maupun internasional adalah melalui kegiatan Tour de Singkarak. Tour de Singkarak merupakan perlombaan balap sepeda bertaraf internasional. Tour de Singkarak direncanakan akan diadakan setiap tahunnya, tahun 2009 ini merupakan tahun pertama penyelenggaraannya. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mempromosikan objek-objek wisata yang ada di Sumatera Barat dengan cara para pembalap tersebut mengelilingi berbagai daerah di Sumatera Barat seperti Padang, Bukittinggi, Payakumbuh, Solok, Sawah Lunto, Tanah Datar, tentunya Danau Singkarak. Danau Singkarak dipilih menjadi tempat penyelenggaraan puncak acara. Kegiatan Tour de Singkarak memberikan peluang yang besar kepada Danau Singkarak untuk diperkenalkan ke dunia luar. Promosi melalui media cetak dan elektronik harus dimanfaatkan semaksimal mungkin agar wisatawan tertarik untuk berkunjung, sehingga pada akhirnya akan menambah devisa bagi negara dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 2. Menarik investor untuk pengembangan wisata Danau Singkarak dengan tetap memperhatikan kelestarian sumberdayanya. Keunggulan serta peluang yang dimiliki Danau Singkarak seperti potensi sumberdaya yang besar, kealamian wilayah, keunikan karena adanya ikan endemik ikan bilih, letak yang strategis, serta adanya dukungan masyarakat dapat menjadi peluang bagi pemerintah atau instansi terkait untuk mencari investor dalam pengembangan wisata danau yang berkelanjutan. Investor sangat diperlu-

108 91 kan dalam pengembangan wisata, dan biasanya investor akan menginvestasikan modal mereka apabila berpeluang menguntungkan. Melihat berbagai keunggulan dan peluang yang dimiliki Danau Singkarak, peluang menguntungkan bagi investor bisa tercapai. Keuntungan yang diperoleh harus berasal dari pengembangan wisata danau yang berkelanjutan. Investor dapat berperan dalam perbaikan dan penambahan sarana, prasarana, fasilitas wisata, promosi, dan pengembangan kegiatan wisata yang terdapat di Danau Singkarak. Pada saat ini fasilitas, sarana dan prasarana wisata masih sangat kurang di Danau Singkarak. Pemerintah, instansi terkait, investor serta masyarakat harus bisa bekerja sama untuk menciptakan suatu kawasan wisata danau dengan memperhatikan aspek-aspek kelestarian sumberdayanya, sehingga pada akhirnya akan menarik wisatawan untuk datang ke Danau Singkarak sehingga dapat meningkatkan ekonomi masyarakat. 3. Melakukan koordinasi dalam mengatasi permasalahan dan ancaman yang terdapat di Danau Singkarak. Danau Singkarak selain memiliki peluang yang besar untuk dikembangkan juga tidak lepas dari segala bentuk kelemahan dan ancaman. Ancaman-ancaman seperti bencana alam, penurunan populasi ikan bilih akibat penangkapan yang tidak ramah lingkungan, penurunan muka air danau akibat aktivitas PLTA, dan potensi buangan limbah masyarakat serta kelemahan-kelemahan dalam hal sarana prasarana, topografi dasar danau yang curam, topografi tepian daratan yang sempit dan banyaknya bangunan di sepanjang danau bisa dikurangi dengan cara melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait seperti pengelola, instansi terkait, pemerintah, perguruan tinggi dan masyarakat untuk mengatasi segala ancaman dan permasalahan-permasalahan kawasan wisata Danau Singkarak. Koordinasi yang baik antara semua pihak dapat meminimalkan ancaman dan mengatasi kelemahan maka pengembangan wisata Danau Singkarak yang berkelanjutan dapat dilaksanakan, yang akhirnya diharapkan dapat menarik banyak wisatawan untuk berkunjung ke Danau, sehingga kesejahteraan masyarakat dapat ditingkatkan. Alternatif strategi juga dapat disusun melalui penetuan koordinat titik A(P,Q) dengan terlebih dahulu menentukan nilai P dan nilai Q (Gambar 30). Pe-

109 92 nentuan koordinat nilai P dan koordinat nilai Q dilakukan untuk menentukan posisi strategis yang akan dijelaskan berdasarkan hasil identifikasi, sehingga strategi yang akan dijalankan berada pada titik A(P,Q). Nilai P diperoleh dari pengurangan antara total skor kekuatan (Strength) dengan total skor kelemahan (Weakness) yang terdapat pada matriks IFE. Sedangkan nilai Q didapatkan dari total skor peluang (Opportunity) dikurangi total skor ancaman (Threat) yang terdapat pada matriks EFE. A (0.19;1.19) P Gambar 30. Diagram posisi analisis SWOT untuk strategi pengelolaan dan pengembangan kawasan wisata Danau Singkarak Titik A berada pada koordinat (0.19; 1.19) yang terletak di kuadran 1. Hal ini berarti bahwa pengelolaan dan pengembangan kawasan wisata Danau Singkarak sebaiknya menggunakan prioritas utama strategi berdasarkan pada strategi S-O (Strength-Opportunities). Dengan potensi sumberdaya Danau Singkarak yang memiliki kealamian, keunikan ikan endemik, letak yang stategis, serta dukungan masyarakat, mewujudkan Danau Singkarak sebagai objek ekowisata andalan Sumatera Barat sangatlah mungkin karena didukung oleh dua pemerintahan daerah tingkat II, instansi-instansi terkait, modal dari pihak swasta, dan promosi.

110 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Danau Singkarak memiliki potensi sumberdaya yang besar untuk dikembangkan khususnya untuk kegiatan wisata dengan konsep keberlanjutan. Danau Singkarak memiliki pemandangan alam yang indah, perairan yang luas, jernih dan tenang, pemandangan perbukitan serta pegunungan yang mengelilingi danau, adanya sungai-sungai, adanya spesies endemik ikan bilih (Mystacoleucus padangensis), serta budaya masyarakat setempat. Akan tetapi potensi-potensi tersebut belum dikembangkan dan dikelola secara optimal, sehingga sarana prasarana wisata serta fasilitas wisata masih sangat kurang dan tidak terawat. Selain itu sampah, bangunan di sepanjang pinggiran danau juga telah mengurangi keindahan danau itu sendiri Berdasarkan analisis kesesuaian di delapan lokasi bagian timur Danau Singkarak, enam lokasi diantaranya sesuai untuk dikembangkan berbagai kegiatan wisata seperti: Lokasi 1 (Tanjung Mutiara): berkemah dan berenang Lokasi 4 (Ombilin): duduk santai Lokasi 5 (Biteh): memancing Lokasi 6 (Kacang): berkemah Lokasi 7 (Taluak): berperahu Lokasi 8 (Dermaga): outbound Total daya dukung kawasan untuk aktivitas wisata di Danau Singkarak adalah orang per hari. Strategi utama yang dilakukan dalam mengelola kawasan wisata Danau Singkarak sehingga keberadaannya lebih menarik dengan tetap memperhatikan kelestarian alam dan sumberdayanya: 1. Mengadakan kerjasama dalam promosi Danau Singkarak sebagai kawasan wisata yang terjaga kealamian dan kelestarian sumberdayanya. 2. Menarik investor untuk pengembangan wisata Danau Singkarak dengan tetap memperhatikan kelestarian sumberdayanya.

111 94 3. Melakukan koordinasi dalam mengatasi permasalahan dan ancaman yang terdapat di Danau Singkarak. Melalui alternatif strategi ini diharapkan Danau Singkarak akan menjadi kawasan wisata dengan konsep keberlanjutan, sehingga dapat menarik banyak wisatawan dan pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Saran Saran-saran yang penting diperhatikan dalam pengelolaan ekowisata Danau Singkarak adalah: 1. Pemerintahan kedua kabupaten serta instansi-instansi terkait perlu melakukan kerjasama yang terintegrasi dalam upaya pengelolaan kawasan wisata Danau Singkarak yang berkelanjutan. 2. Upaya yang keras perlu dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat setempat dalam menjaga kelestarian sumberdaya agar keberadaannya tetap lestari. 3. Promosi melalui visualisasi foto-foto yang berkualitas dapat digunakan untuk meningkatkan daya tarik Danau Singkarak sebagai objek wisata yang dapat diandalkan. 4. Instansi terkait perlu mengadakan pengarsipan data dari penelitian mengenai Danau Singkarak selama ini, agar memudahkan peneliti selanjutnya dalam memperoleh data mengenai Danau Singkarak. 5. Perlu kajian kelembagaan pengelolaan wisata oleh nagari.

112 DAFTAR PUSTAKA Azhar Studi ekologi ikan bilih (Mystacoleuseus padangensis Blkr.) di Danau Singkarak Sumatera Barat [Tesis]. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. [BPS] Badan Pusat Statistik Tanah Datar dalam angka. Tanah Datar. 700 hlm. [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Solok dalam angka. Solok. [Bakosurtanal] Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional Peta RBI. Bogor. Chaniago JI Ekowisata berbasis masyarakat dalam percepatan pembangunan berkelanjutan (studi kasus konsep ekowisata di Waigeo Selatan, Kabupaten Raja Ampat, Papua). [terhubung berkala]. [10 Jan 2009]. Daniel TC dan Boster RS Measuring landscape esthetics: The scenic beauty estimation method. USDA For. Serv. Res. Pap. RM-167, 66 p. Rocky Mt. For. And Range Exp. Stn., Fort Collins, Colo [Dinas Pariwisata Seni & Budaya] Perkembangan kepariwisataan Kabupaten Tanah Datar. Ed ke-1. Dinas Pariwisata Seni & Budaya. Batusangkar. 69 hlm. Effendi H Telaah kualitas air: bagi pengelolaan sumberdaya dan lingkungan perairan. Kanisius. Yogyakarta. 258 hlm. Farida, Jeanes K, Kurniasari D, Widayati A, Ekadinata A, Hadi DP, Joshi L, Suyatmo D, Van Noordwijk M Rapid Hydrological Appraisal (RHA) of Singkarak lake in the context of rewarding upland poor for environmental services (RUPES). ICRAF. Hehanussa PE dan Haryani GS Kamus limnologi (perairan darat). IHP- UNESCO. LIPI. 253 hlm. Johnson RA dan Wichern DW Applied multivariate statistical analysisis. 4 th ed. Prentice-Hall International, Inc. USA. 816 p. [Kemen-LH] Kementerian Negara Lingkungan Hidup Konsep pedoman umum pengelolaan ekosistem danau. Jakarta. 125 hlm. Marpaung H Pengetahuan Kepariwisataan. Alfabeta. Bandung. x hlm. Muslion E Keelokan damai Danau Singkarak. [terhubung berkala]. [10 Jan 2009].

113 96 Nancy EP Kajian Pengelolaan Kawasan Wisata Danau Lido Kabupeten Bogor, Jawa Barat [Skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Ostle B dan Mensing RW Statistic in research. 3 th ed. The IOWA State University Press/Ames. USA. 596 p. [Pemkab Manggarai Barat] Pemerintahan Kabupaten Manggarai Barat. Sekilas tentang pariwisata dan ekowisata. [terhubung berkala] [10 Jan 2009]. Pendit NS Ilmu pariwisata sebuah pengantar perdana. PT. Pradnya Paramita. Jakarta. x hlm. [PPRI No. 82] Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor Pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran kelas II. Jakarta. Pudjiwaskito DI Kajian pengelolaan dan pengembangan ekowisata sumber air panas Ciater, Subang, Jawa Barat [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. [Puslit-Limnogi] Pusat Penelitian Limnologi Peta batimetri Danau Singkarak. LIPI Cibinong. Bogor. Rangkuti F Analisis SWOT. Teknik membedah kasus bisnis: reorientasi konsep perencanaan strategis untuk menghadapi abad 21. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 200 hlm. Razak A Sifat dan karakter objek dan daya tarik wisata alam (pendekat-an pengelolaan objek dan daya tarik wisata alam). [terhubung berkala]. www. heterometrus.wordpress.com [10 Jan 2009]. Rusma GN Kajian ekologi sumberdaya wisata perairan Danau Kawah Galunggung, Tasikmalaya, Jawa Barat [Skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Subadra IN Ekowisata wahana pelestarian alam. [terhubung berkala]. [10 Jan 2009]. Sulawesty F, Sunanisari S, Mulyana E, Syawal MS, Nomosatryo S, Hasan F Evaluasi kondisi limnologi Danau Singkarak. Pusat Penelitian Limnologi. Limnol Soemarwoto O Ekologi, lingkungan hidup dan pembangunan. Penerbit Djambatan. Bandung. xiii hlm. Syandri H Aspek reproduksi ikan bilih, Mystacoleuseus padangensis Bleeker dan Kemungkinan Pembenihannya di Danau Singkarak [Tesis]. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

114 97 Syandri H Ancaman terhadap plasma nutfah ikan bilih (Mystacoleuseus padangensis Blkr) dan upaya pelestariannya di danau Singkarak. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Bung Hatta. 29 hlm. Ubaidillah R & Maryanto Manajemen bioregional JABODETABEK: Tantangan dan harapan. Pusat Penelitian Biologi-LIPI. Bogor. xvii hlm. Wahab S Manajemen kepariwisataan: Cetakan Kedua. PT Pradnya Pratama. Jakarta. xi hlm. Wibowo H, Subehi S, & Ridwansyah I Pemetaan batimetri dan geomorfologi Danau Singkarak, Sumatera Barat. Limnol. Oceanogr Ikan bilis. [terhubung berkala] camilanpadang.blogspot.com/&usg= f7pejozt9urazrqmjzyvqegexgc= &h=270&w=400&sz=19&h [13 Nov 2009]. Ikan bilih (Mystacoleucus padangensis). [terhubung berkala] refurl= [13 Nov 2009]. Ikan bilih goreng tepung. [terhubung berkala] [13 Nov 2009]. Bararak. [terhubung berkala] pariwisatasolok.files.wordpress.com/2008/08/bararak1.jpg&imgrefurl [13 N0V 2009]. Photo files. [terhubung berkala] /Dr_Nurul_Huda/website/photo_files/photos015.JPG [13 Nov 2009]. Bilis goreng balado. [terhubung berkala] images.google.co.id/imgres?imgurl= _ra/sojuewbrzsi [13 Nov 2009]. Singkarak. [terhubung berkala] singkarakbloer3y.blogspot.com/&usg=&h=214&w=320&sz=9&hl [13 nov 2009]. Tour de Singkarak. [terhubung berkala] ngkarak _large [13 Nov 2009]. Kereta wisata. [terhubung berkala] [13 Nov 2009]. Yulianda F Ekowisata bahari sebagai alternatif pemanfaatan sumberdaya pesisir berbasis konservasi. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

115 LAMPIRAN

116 99 Lampiran 1. Gambar lokasi penelitian Lokasi 1: Tanjung Mutiara aalokasi 2: Batu Taba Lokasi 3: X Koto Lokasi 4: Ombilin Lokasi 5: Biteh Lokasi 6: Kacang Lokasi 7: Taluak Lokasi 8: Dermaga

117 100 Lampiran 2. Alat yang digunakan pada saat penelitian Termometer aasecchi Disk GPS Meteran

118 101 Lampiran 3. Panduan wawancara dengan pihak pengelola kawasan wisata Danau Singkarak 1. Riwayat singkat kawasan wisata Danau Singkarak 2. Bentuk pemanfaatan Danau Singkarak 3. Bentuk-bentuk pemanfaatan Danau Singkarak selama ini apakah : - Mengganggu sumberdaya atau lingkungan - Optimalisasi pemanfaatan ( sudah, belum atau berlebihan) - Fasilitas-fasilitas yang tersedia - Target pengunjung 4. Potensi lain yang belum dimanfaatakan dan penyebab belum dimanfaatkannya atau dikembangkannya potensi tersebut. 5. Kendala pengelolaan Danau Singkarak baik dari sumberdaya perikanan ikan bilih, sumberdaya perairan, wisata, PLTA. 6. Upaya penanggulan pengelolaan Danau Singkarak. 7. Kebijakan-kebijakan yang berlaku dalam pengelolaan kawasan wisata Danau Singkarak 8. Permasalahan-permasalahan yang terdapat di Danau Singkarak misalnya: - penyusutan air danau - pendangkalan danau - pencemaran danau - banjir 9. Solusi yang ditempuh untuk mengatasi permasalahan-permasalahan di Danau Singkarak. 10. Jumlah wisatawan dalam beberapa tahun terakhir 11. Persepsi mengenai konsep ekowisata 12. Kegiatan-kegiatan promosi yang telah dilakukan

119 102 Lampiran 4. Panduan wawancara dengan berbagai instansi terkait 1. Nama Instansi : 2. Alamat Instansi : 3. Persepsi mengenai adanya pengembangan wisata di Danau Singkarak untuk masing-masing instansi terkait*. 4. Peran instansi terkait dalam pengembangan wisata Danau Singkarak 5. Persepsi masing-masing insatansi terkait apabila diadakan integrasi (terpadu) untuk kebijakan pengembangan kawasan wisata Danau Singkarak 6. Pertanyaan khusus masing-masing instansi sesuai kompetensi Keterangan * : - Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera Barat - Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Solok - Dinas Pariwisata Sumatera Barat - Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kabupaten Solok - Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kabupaten Tanah Datar - Bappeda - Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanah Datar - Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Solok - Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Datar - PLTA Singkarak

120 103 Lampiran 5. Kuesioner untuk masyarakat sekitar kawasan A. Data Pribadi Masyarakat Sekitar 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan terakhir : 5. Status dalam keluarga : 6. Pekerjaan : 7. Pendapatan per bulan : < Rp Rp Rp Rp > Rp B. Persepsi masyarakat terhadap kawasan wisata Danau Singkarak 1. Apakah saudara/i pernah mendengar istilah ekowisata? a. Pernah b. Tidak pernah 2. Apakah saudara/i senang dengan keberadaan Danau Singkarak? a. Senang b. Tidak 3. Setujukah saudara/i apabila tanah milik masyarakat dibeli oleh pengelola dan dibangun fasilitas hotel/ restoran di atasnya? a. Iya, karena... b. Tidak, karena Apakah ikan bilih bisa menjadi salah satu objek wisata di Danau Singkarak? a. Bisa, karena... b. Tidak bisa, karena... c. Tidak tahu 5. Apakah pendapat saudara/i terhadap hidangan ikan bilih yang tersedia di sekitar Danau Singkarak? a. Lezat b. Cukup lezat c. Tidak lezat d. Tidak tahu C. Manfaat dan Pengaruh Wisata 1. Manfaat yang diperoleh : a. Membuka lapangan kerja / ada kesempatan berusaha b. Bisa berinteraksi dengan wisatawan c. Tidak ada manfaat yang dirasakan d. Lainnya Pengaruh / dampak negatif yang ditimbulkan dari adanya kegiatan wisata: a. Terpengaruhnya kehidupan masyarakat oleh perilaku wisatawan b. Kotornya kawasan c. Tercemarnya perairan d. Tingkat keamanan masyarakat terganggu e. Tidak ada kekhawatiran apa-apa f. Lainnya Bentuk kerjasama / bantuan yang diberikan pengelola kepada masyarakat: a. Terbukanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar b. Tidak ada bantuan apa-apa c. Lainnya Pengaruh yang sudah ada pada masyarakat akibat perilaku wisatawan: a. Perilaku berpakaian b. Perilaku berbicara c. Tingkah laku d. Lainnya...

121 104 Lampiran 5. (Lanjutan) 5. Apakah keberadaan ikan bilih dapat meningkatkan ekonomi masyarakat setempat a. Ya, karena... b. Tidak, karena... D. Aktifitas Masyarakat dengan Kawasan wisata Danau Singkarak 1. Sudah berapa kali saudara/i masuk ke Kawasan wisata Danau Singkarak? a. Satu kali b. Dua kali c. Lebih dari dua kali d. Belum pernah e. Lainnya Aktifitas yang dilakukan dalam kawasan wisata air Kawasan wisata Danau Singkarak: a. Bekerja b. Berdagang c. Lainnya Apakah menurut saudara/i ada aktifitas wisata yang mengganggu kenyaman masyarakat sekitar? a. Ada, yaitu... b. Tidak ada E. Kepedulian terhadap kelestarian Danau Sngkarak 1. Apakah saudara/i peduli dengan kelestarian kawasan danau Singkarak? a. Peduli, karena... b. Tidak peduli, karena Apakah yang saudara/i lakukan apabila pengelola Kawasan wisata Danau Singkarak membangun sarana dan prasarana yang dapat mengganggu kelestarian alam? a. Diam saja b. Protes c. Dipercayakan kepada pengelola d. Lainnya, Pernahkah saudara/i melakukan kegiatan untuk menjaga kelestarian lingkungan Kawasan wisata Danau Singkarak? a. Belum pernah b. Pernah, yaitu Apakah menurut saudara/i pengelolaan Kawasan wisata Danau Singkarak ini sudah menjaga kelestarian alamnya? a. Ya, karena... b. Belum, karena Apakah menurut saudara/i diperlukan adanya pembatasan jumlah penangkapan ikan bilih untuk menjaga kelestariannya? a. Perlu, karena... b. Tidak perlu, karena Apakah saudara/i setuju dengan dibangunnya PLTA di Danau Singkarak? a. Setuju, karena... b. Tidak setuju, karena Apakah menurut saudara/i keberadaan PLTA dapat menganggu kelestarian Danau Singkarak? a. Ya, karena b. Tidak, Karena

122 105 Lampiran 6. Kuesioner untuk wisatawan A. Data Pribadi Wisatawan 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Tempat tinggal : 5. Pendidikan terakhir : 6. Pekerjaan : 7. Pendapatan per bulan: < Rp Rp Rp Rp > Rp Biaya yang dikeluarkan untuk berwisata ke kawasan wisata Danau Singkarak < Rp Rp Rp Rp > Rp B. Motivasi wisatawan 1. Dari manakah saudara/i mendapat informasi mengenai kawasan wisata Danau Singkarak? a. Teman b. Radio/ Televisi c. Leaflet/ brosur d. Lainnya Apakah sebelumnya saudara/i pernah berkunjung ke Kawasan wisata Danau Singkarak? a. Belum pernah b. Pernah, berapa kali? Apa yang mendorong saudara/i berkunjung ke Kawasan wisata Danau Singkarak? a. Belum pernah berkunjung ke tempat ini b. Diajak teman c. Mudah dijangkau d. Pemandangan indah e. Lainnya Apa tujuan saudara/i mengunjungi Kawasan wisata Danau Singkarak? a. Menikmati keindahan alam b. Mengisi waktu luang c. Menghilangkan stres dari aktifitas-aktifitas yang menjenuhkan d. Menikmati aktifitas wisata yang ditawarkan e. Lainnya Mengapa saudara/i memilih Kawasan wisata Danau Singkarak? a. Aksesibilitasnya yang mudah b. Biayanya yang murah c. Fasilitas yang lengkap d. Lainnya... C. Persepsi wisatawan terhadap kawasan wisata Danau Singkarak 1. Apakah saudara/i merasa puas melakukan kegiatan di kawasan wisata Danau Singkarak? a. Ya, karena... b. Tidak, karena Menurut saudara/i, apakah yang menjadi hambatan untuk datang ke Kawasan wisata Danau Singkarak? a. Lalu lintas yang sering macet b. Tiket masuk yang terlalu mahal c. Tidak ada waktu luang d. Susah menemukan lokasi e. Lainnya Kekurangan di Kawasan wisata Danau Singkarak : a. Fasilitas kurang b. Jenis-jenis aktifitas wisata kurang beranekaragam c. Kenyamanan kurang karena ramai

123 106 Lampiran 6. (Lanjutan) d. Kenyamanan kurang karena sampah e. Pelayanan yang kurang ramah f. Lainnya Apakah saudara/i mengetahui keberadaan ikan endemik (ikan bilih) di Danau Singkarak a. Tahu b. Tidak tahu 5. Apakah ikan bilih bisa menjadi salah satu objek wisata di Danau Singkarak? a. Bisa b. Tidak bisa c. Tidak tahu 6. Apakah saudara/i pernah mendengar istilah ekowisata? a. Pernah b. Tidak pernah 7. Apakah saudara/i setuju dengan konsep ekowisata? a. Setuju, karena... b. Tidak setuju, karena Persepsi wisatawan terhadap kondisi, jumlah, fasilitas dan lingkungan yang ada di Kawasan wisata Danau Singkarak No. Aspek penilaian/parameter Kriteria / persepsi a. Aksesibilitas b. Pelayanan oleh pengelola c. Keamanan di Kawasan wisata Danau Singkarak d. Kenyamanan dalam kawasan e. Kebersihan lingkungan f. Kebersihan air g. Keaslian lingkungan h. Peraturan yang ada dalam kawasan i. Sistem tata ruang dan tata letak fasilitas j. Keindahan Kawasan wisata Danau Singkarak k. Fasilitas rekerasi: Tempat sampah Air bersih Toilet Tempat beribadah Taman duduk Warung penjual makanan dan souvenir Fasilitas perahu dan alat pancing Baik Cukup Kurang Tidak Tahu D. Aktifitas Wisatawan 1. Saudara/i datang ke tempat ini a. Sendiri b. Berdua c. Keluarga d. Kelompok 2. Jenis kendaraan apa yang saudara/i gunakan untuk mencapai lokasi ini? a. Kendaraan pribadi : motor /mobil b. Sewa/carter c. Kendaraan umum : angkot /ojek d. Jalan kaki 3. Perlengkapan yang saudara/i bawa

124 107 Lampiran 6. (Lanjutan) a. Kamera b. Handycam c. Handphone d. Lainnya Kegiatan yang saudara/i lakukan di Kawasan wisata Danau Singkarak: a. Piknik b. Mancing c. Kemah d. Fotografi e. Menikmati keindahan alam 5. Apakah saudara/i mencicipi hidangan ikan bilih selama kegiatan wisata? a. Ya b. Tidak 6. Apakakah saudara/i membawa oleh-oleh berupa ikan bilih? a. Ya, karena... b. Tidak, karena Apakah pendapat saudara/i terhadap hidangan ikan bilih yang tersedia di sekitar Danau Singkarak? a. Lezat b. Cukup lezat c. Tidak lezat d. Tidak tahu 8. Sebaiknya aktifitas wisata apa yang perlu penambahan atau perbaikan? a. Memancing b. Kemah c. Perahu d. Lainnya Di kawasan wisata ini saudara/i lebih memilih makan di: a. Restoran, karena... b. Warung tenda, karena... c. Membawa dari rumah, karena... E. Kepedulian wisatawan dalam menjaga kelestarian Danau Singkarak 1. Bagaimana pendapat saudara/i terhadap kelestarian lingkungan kawasan wisata Danau Singkarak? a. Baik, karena... b. Kurang baik, karena... c. Buruk, karena Apakah menurut saudara/i diperlukan adanya pembatasan jumlah penangkapan ikan bilih untuk menjaga kelestariannya? a. Perlu, karena... b. Tidak perlu, karena Apakah saudara/i setuju dengan dibangunnya PLTA di Danau Singkarak? a. Setuju b. Tidak setuju 4. Apakah menurut saudara/i keberadaan PLTA dapat menganggu kelestarian Danau Singkarak? a. Ya, karena... b. Tidak, Karena Apakah saudara/i peduli dengan kelestarian kawasan danau Singkarak? a. Peduli, karena... b. Tidak peduli, karena Dimanakah saudara/i membuang sampah? a. Tempat sampah b. Di sekitar Kawasan wisata Danau Singkarak c. Di kolam renang d. Lainnya

125 108 Lampiran 7. Matriks kesesuaian untuk setiap kegiatan wisata yang akan dikembangkan di Danau Singkarak N o Parameter Bobot Kategori Baik Skor Kategori Cukup Baik Skor Kategori Buruk Berkemah 1 Lebar tepi danau (m) 5 x x <5 2 <3 1 2 Pemandangan (Object Danau, Hutan, 2-3 dari 4 satu dari view) Pegunungan, Sungai pemandangan pemandangan 1 3 Vegetasi yang hidup di tepi danau 3 Kelapa, Cemara, Akasia 3 1 dari 3 2 belukar tinggi 1 4 Hamparan dataran 5 Rumput/pasir 3 Tanah Liat 2 Lumpur/batu 1 5 Kecepatan arus 1 0< x < x x> Berperahu 1 Warna perairan 1 Hijau jernih 3 Hijau Coklat 2 Kecoklatan kehitaman 1 2 Bau 3 Tidak berbau 3 Sedikit berbau 2 berbau 1 3 Kedalaman Perairan 5 1 x < 3 3 3< x 5 2 x<1; x>5 1 4 Vegetasi yang hidup di tepi danau 3 Kelapa, Cemara, Akasia 3 1 dari 3 2 belukar tinggi 1 5 Kecepatan arus 5 0< x < x x> Memancing 1 Kelimpahan ikan 5 Sangat banyak 3 banyak 2 sedikit 1 2 jenis ikan 3 lebih dari 4 3 2b-a3 2 <2 1 3 kedalaman perairan 1 1 x < 3 3 3< x 5 2 x<1; x>5 1 Duduk santai 1 Lebar tepi danau 1 x x <8 2 <1 1 2 Pemandangan 5 Danau, Hutan, Pegunungan, Sungai pemandangan pemandangan 2-3 dari 4 satu dari Vegetasi yang hidup di tepi danau 5 Kelapa, Cemara, Akasia 3 1 dari 3 2 belukar tinggi 1 4 Hamparan dataran 3 Rumput/pasir 3 Tanah Liat 2 Lumpur/batu 1 5 Biota berbahaya 3 Tidak ada 3 1 jenis 2 >1 jenis 1 Outbound 1 Lebar tepi danau 5 x x <8 2 <4 1 2 Hamparan dataran 1 Rumput/pasir 3 Tanah Liat 2 Lumpur/batu 1 3 Vegetasi yang hidup di tepi danau 3 Kelapa, Cemara, Akasia 3 1 dari 3 2 Semak belukar 1 4 Biota berbahaya 3 Tidak ada 3 1 jenis 2 >1 jenis 1 Berenang 1 Kedalaman (m) > > Tingkat kelandaian ( ) 5 < > Kejernihan (%) 3 > < Arus (m/dtk) 3 0<x< <x< > Ombak/gelombang 1 Tenang 3 Agak tenang 2 Bergelombang 1 Skor Keterangan: Nilai maksimum = 51 (perahu), 51 (berkemah), 27 (Memancing), 51 (duduk santai), 36 (outbound), 51 (berenang) Sesuai : % Sesuai bersyarat : 50 - < 83 % Tidak sesuai : < 50 % Sumber : Modifikasi Yulianda (2007)

126 109 Lampiran 8. Peta batimetri Danau Singkarak Sumber: Puslit-Limnologi 2009

127 110 Lampiran 9. Ikan bilih (Mystacoleucus padangensis) Ikan bilih ( Ikan bilih (

128 111 Lampiran 10. Alat tangkap yang digunakan nelayan Sistem alahan Jaring atau jala Lukah

129 112 Lampiran 11. Aktifitas wisatawan di kawasan wisata Danau Singkarak Berenang aaberperahu Memancing Piknik Duduk santai

130 113 Lampiran 12. Aneka hidangan/panganan ikan bilih Ikan bilih balado ( com) Ikan bilih goreng tepung ( Ikan bilih goreng kering Ikan bilih asin Rakik bilih (

131 114 Lampiran 13. Potensi dan peluang wisata Danau Singkarak Paralayang Payorapuih ( aa Kereta wisata ( Festival Singkarak dan Danau Kembar ( Balap sepeda Tour de Singkarak (www. tourdesingkarak.com) Pemandangan Alam Pemandangan perbukitan di sekeliling danau

132 115 Lampiran 14. Indeks kesesuaian wisata Danau Singkarak lokasi 1 (Tjg. Mutiara) No Parameter Bobot Skor Nilai (Bobot x skor) Skor Max Nmax(Bobot x skor max) Berkemah 1 Lebar tepi danau (m) Pemandangan (Object view) Vegetasi yang hidup di tepi danau Hamparan dataran Kecepatan arus Σ Ni N max 51 IKW S Berperahu 1 Warna perairan Bau Kedalaman Perairan Vegetasi yang hidup di tepi danau Kecepatan arus Σ Ni N max 51 IKW SB Memancing 1 Kelimpahan ikan jenis ikan kedalaman perairan Σ Ni N max 27 IKW SB Duduk santai 1 Lebar tepi danau Pemandangan Vegetasi yang hidup di tepi danau Hamparan dataran Biota berbahaya Σ Ni N max 51 IKW SB Outbound 1 Lebar tepi danau Hamparan dataran Vegetasi yang hidup di tepi danau Biota berbahaya Σ Ni N max 36 IKW S Berenang 1 Kedalaman (m) Tingkat kelandaian ( ) Kejernihan (%) Arus (m/dtk) Ombak/gelombang Σ Ni N max 51 IKW S

133 Lampiran 15. Peta kesesuaian kegiatan wisata berkemah 116

134 Lampiran 16. Peta kesesuaian kegiatan wisata berenang 117

135 118 Lampiran 17. Indeks kesesuaian wisata Danau Singkarak lokasi 2 (Batu Taba) No Parameter Bobot Skor Nilai (Bobot x skor) Skor Max Nmax(Bobot x skor max) Berkemah 1 Lebar tepi danau (m) Pemandangan (Object view) Vegetasi yang hidup di tepi danau Hamparan dataran Kecepatan arus Σ Ni N max 51 IKW SB Berperahu 1 Warna perairan Bau Kedalaman Perairan Vegetasi yang hidup di tepi danau Kecepatan arus Σ Ni N max 51 IKW SB Memancing 1 Kelimpahan ikan jenis ikan kedalaman perairan Σ Ni N max 27 IKW SB Duduk santai 1 Lebar tepi danau Pemandangan Vegetasi yang hidup di tepi danau Hamparan dataran Biota berbahaya Σ Ni N max 51 IKW SB Outbound 1 Lebar tepi danau Hamparan dataran Vegetasi yang hidup di tepi danau Biota berbahaya Σ Ni N max 36 IKW SB Berenang 1 Kedalaman (m) Tingkat kelandaian ( ) Kejernihan (%) Arus (m/dtk) Ombak/gelombang Σ Ni N max 51 IKW SB

136 119 Lampiran 18. Indeks kesesuaian wisata Danau Singkarak lokasi 3 (X Koto) No Parameter Bobot Skor Nilai (Bobot x skor) Skor Max Nmax(Bobot x skor max) Berkemah 1 Lebar tepi danau (m) Pemandangan (Object view) Vegetasi yang hidup di tepi danau Hamparan dataran Kecepatan arus Σ Ni N max 51 IKW SB Berperahu 1 Warna perairan Bau Kedalaman Perairan Vegetasi yang hidup di tepi danau Kecepatan arus Σ Ni N max 51 IKW SB Memancing 1 Kelimpahan ikan jenis ikan kedalaman perairan Σ Ni N max 27 IKW SB Duduk santai 1 Lebar tepi danau Pemandangan Vegetasi yang hidup di tepi danau Hamparan dataran Biota berbahaya Σ Ni N max 51 IKW SB Outbound 1 Lebar tepi danau Hamparan dataran Vegetasi yang hidup di tepi danau Biota berbahaya Σ Ni N max 36 IKW SB Berenang 1 Kedalaman (m) Tingkat kelandaian ( ) Kejernihan (%) Arus (m/dtk) Ombak/gelombang Σ Ni N max 51 IKW SB

137 120 Lampiran 19. Indeks kesesuaian wisata Danau Singkarak lokasi 4 (Ombilin) No Parameter Bobot Skor Nilai (Bobot x skor) Skor Max Nmax(Bobot x skor max) Berkemah 1 Lebar tepi danau (m) Pemandangan (Object view) Vegetasi yang hidup di tepi danau Hamparan dataran Kecepatan arus Σ Ni N max 51 IKW S Berperahu 1 Warna perairan Bau Kedalaman Perairan Vegetasi yang hidup di tepi danau Kecepatan arus Σ Ni N max 51 IKW SB Memancing 1 Kelimpahan ikan jenis ikan kedalaman perairan Σ Ni N max 27 IKW SB Duduk santai 1 Lebar tepi danau Pemandangan Vegetasi yang hidup di tepi danau Hamparan dataran Biota berbahaya Σ Ni N max 51 IKW S Outbound 1 Lebar tepi danau Hamparan dataran Vegetasi yang hidup di tepi danau Biota berbahaya Σ Ni N max 36 IKW S Berenang 1 Kedalaman (m) Tingkat kelandaian ( ) Kejernihan (%) Arus (m/dtk) Ombak/gelombang Σ Ni N max 51 IKW SB

138 Lampiran 20. Peta kesesuaian kegiatan wisata duduk santai 121

139 122 Lampiran 21. Indeks kesesuaian wisata Danau Singkarak lokasi 5 (Biteh) No Parameter Bobot Skor Nilai (Bobot x skor) Skor Max Nmax(Bobot x skor max) Berkemah 1 Lebar tepi danau (m) Pemandangan (Object view) Vegetasi yang hidup di tepi danau Hamparan dataran Kecepatan arus Σ Ni N max 51 IKW SB Berperahu 1 Warna perairan Bau Kedalaman Perairan Vegetasi yang hidup di tepi danau Kecepatan arus Σ Ni N max 51 IKW SB Memancing 1 Kelimpahan ikan jenis ikan kedalaman perairan Σ Ni N max 27 IKW S Duduk santai 1 Lebar tepi danau Pemandangan Vegetasi yang hidup di tepi danau Hamparan dataran Biota berbahaya Σ Ni N max 51 IKW SB Outbound 1 Lebar tepi danau Hamparan dataran Vegetasi yang hidup di tepi danau Biota berbahaya Σ Ni N max 36 IKW SB Berenang 1 Kedalaman (m) Tingkat kelandaian ( ) Kejernihan (%) Arus (m/dtk) Ombak/gelombang Σ Ni N max 51 IKW SB

140 Lampiran 22. Peta kesesuaian kegiatan wisata memancing 123

141 124 Lampiran 23. Indeks kesesuaian wisata Danau Singkarak lokasi 6 (Kacang) No Parameter Bobot Skor Nilai (Bobot x skor) Skor Max Nmax(Bobot x skor max) Berkemah 1 Lebar tepi danau (m) Pemandangan (Object view) Vegetasi yang hidup di tepi danau Hamparan dataran Kecepatan arus Σ Ni N max 51 IKW S Berperahu 1 Warna perairan Bau Kedalaman Perairan Vegetasi yang hidup di tepi danau Kecepatan arus Σ Ni N max 51 IKW SB Memancing 1 Kelimpahan ikan jenis ikan kedalaman perairan Σ Ni N max 27 IKW SB Duduk santai 1 Lebar tepi danau Pemandangan Vegetasi yang hidup di tepi danau Hamparan dataran Biota berbahaya Σ Ni N max 51 IKW SB Outbound 1 Lebar tepi danau Hamparan dataran Vegetasi yang hidup di tepi danau Biota berbahaya Σ Ni N max 36 IKW S Berenang 1 Kedalaman (m) Tingkat kelandaian ( ) Kejernihan (%) Arus (m/dtk) Ombak/gelombang Σ Ni N max 51 IKW SB

142 125 Lampiran 24. Indeks kesesuaian wisata Danau Singkarak lokasi 7 (Taluak) No Parameter Bobot Skor Nilai (Bobot x skor) Skor Max Nmax(Bobot x skor max) Berkemah 1 Lebar tepi danau (m) Pemandangan (Object view) Vegetasi yang hidup di tepi danau Hamparan dataran Kecepatan arus Σ Ni N max 51 IKW SB Berperahu 1 Warna perairan Bau Kedalaman Perairan Vegetasi yang hidup di tepi danau Kecepatan arus Σ Ni N max 51 IKW S Memancing 1 Kelimpahan ikan jenis ikan kedalaman perairan Σ Ni N max 27 IKW SB Duduk santai 1 Lebar tepi danau Pemandangan Vegetasi yang hidup di tepi danau Hamparan dataran Biota berbahaya Σ Ni N max 51 IKW SB Outbound 1 Lebar tepi danau Hamparan dataran Vegetasi yang hidup di tepi danau Biota berbahaya Σ Ni N max 36 IKW SB Berenang 1 Kedalaman (m) Tingkat kelandaian ( ) Kejernihan (%) Arus (m/dtk) Ombak/gelombang Σ Ni N max 51 IKW S

143 Lampiran 25. Peta kesesuaian kegiatan wisata berperahu 126

144 127 Lampiran 26. Indeks kesesuaian wisata Danau Singkarak lokasi 8 (Dermaga) No Parameter Bobot Skor Nilai (Bobot x skor) Skor Max Nmax(Bobot x skor max) Berkemah 1 Lebar tepi danau (m) Pemandangan (Object view) Vegetasi yang hidup di tepi danau Hamparan dataran Kecepatan arus Σ Ni N max 51 IKW S Berperahu 1 Warna perairan Bau Kedalaman Perairan Vegetasi yang hidup di tepi danau Kecepatan arus Σ Ni N max 51 IKW SB Memancing 1 Kelimpahan ikan jenis ikan kedalaman perairan Σ Ni N max 27 IKW SB Duduk santai 1 Lebar tepi danau Pemandangan Vegetasi yang hidup di tepi danau Hamparan dataran Biota berbahaya Σ Ni N max 51 IKW SB Outbound 1 Lebar tepi danau Hamparan dataran Vegetasi yang hidup di tepi danau Biota berbahaya Σ Ni N max 36 IKW S Berenang 1 Kedalaman (m) Tingkat kelandaian ( ) Kejernihan (%) Arus (m/dtk) Ombak/gelombang Σ Ni N max 51 IKW SB

145 Lampiran 27. Peta kesesuaian kegiatan wisata outbound 128

146 Lampiran 28. Prediksi waktu, potensi ekologis (k) dan luas area kegiatan (Lt) untuk perhitungan Daya Dukung Kawasan (Modifikasi Yulianda 2007) Jenis kegiatan Waktu yang dibutuhkan Wp-(jam) Total waktu 1 hari Wt-(jam) Berkemah Perahu Memancing 4 8 Duduk santai 2 8 Outbound 4 8 Berenang 1 8 Jenis Kegiatan Potensi Ekologis (K) (orang) Unit Area (Lt) Keterangan Berkemah 5 50 m 2 Area kemah untuk 5 orang adalah 10x5m 2 Beperahu m 2 Kegiatan bereperahu pada area 150 m x 150 m Memancing 1 5 m panjang - Duduk Santai 1 10 m 2 - Outbound m 2 Area outbound untuk 20 orang adalah 50 m x 50 m Berenang 1 5 m panjang -

147 Lampiran 29. Foto-foto Danau Singkarak untuk Metode SBE f f f f

148 Lampiran 29. (Lanjutan) ( ( ( (

149 Lampiran 30. Penilaian responden terhadap foto-foto pada Metode SBE F01 F02 F03 F04 F05 F06 F07 F08 F09 F10 F11 F12 F13 F14 F15 F16 F17 F18 F19 F20 F21 F22 F23 F24 F25 F26 F27 F28 F29 F30 R01 B S R02 B S R03 B S R04 B S R05 B S R06 B S R07 B S R08 B S R09 B S R10 B S R11 B S R12 B S R13 B S R14 B S R15 B S R16 B S R17 B S R18 B S R19 B S R20 B S R21 B S R22 B S R23 B S R24 B S R25 B S R26 B S R27 B S R28 B S R29 B S R30 B S R31 B S R32 B S R33 B S R34 B S R35 B S R36 B S R37 B S R38 B S R39 B S R40 B S Keterangan: R01, R02, R40 adalah responden ke 1, 2, 40. F01, F02, F30 adalah Foto ke 1, 2, 30. B dan S masing-masing adalah kategori responden yang belum dan yang sudah berkunjung ke Danau Singkarak.

150 Lampiran 31. Kondisi sarana prasarana kawasan wisata Danau Singkarak Toilet yang kurang terawat Tidak teraturnya kawasan Arena permainan anak yang rusak Tanaman air enceng gondok Daerah wisata digunakan masyarakat untuk menjemur pakaian Sampah di pinggiran danau

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR ALTERNATIF PEMANFAATAN DANAU BAGI PENGEMBANGAN WISATA MELALUI KONSEP KEBERLANJUTAN SUMBERDAYA PERAIRAN DAN PERIKANAN DI DANAU SINGKARAK, SUMATERA BARAT FITRI EMELIA SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH

KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH INTAN KUSUMA JAYANTI SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

KAJIAN SUMBERDAYA PANTAI UNTUK PENGELOLAAN TAMAN REKREASI PANTAI KARTINI KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH

KAJIAN SUMBERDAYA PANTAI UNTUK PENGELOLAAN TAMAN REKREASI PANTAI KARTINI KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH KAJIAN SUMBERDAYA PANTAI UNTUK PENGELOLAAN TAMAN REKREASI PANTAI KARTINI KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH MERTINA RAKHMAWATY SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan lingkungan telah mendorong kesadaran publik terhadap isu-isu mengenai pentingnya transformasi paradigma

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. meskipun ada beberapa badan air yang airnya asin. Dalam ilmu perairan

TINJAUAN PUSTAKA. meskipun ada beberapa badan air yang airnya asin. Dalam ilmu perairan TINJAUAN PUSTAKA Danau Perairan pedalaman (inland water) diistilahkan untuk semua badan air (water body) yang ada di daratan. Air pada perairan pedalaman umumnya tawar meskipun ada beberapa badan air yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman flora, fauna dan gejala alam dengan keindahan pemandangan alamnya merupakan anugrah Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Danau. merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan

TINJAUAN PUSTAKA. Danau. merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan 5 TINJAUAN PUSTAKA Danau Danau merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan berfungsi sebagai penampung dan menyimpan air yang berasal dari air sungai, mata air maupun air hujan. Sebagai

Lebih terperinci

KAJIAN SUMBERDAYA EKOSISTEM MANGROVE UNTUK PENGELOLAAN EKOWISATA DI ESTUARI PERANCAK, JEMBRANA, BALI MURI MUHAERIN

KAJIAN SUMBERDAYA EKOSISTEM MANGROVE UNTUK PENGELOLAAN EKOWISATA DI ESTUARI PERANCAK, JEMBRANA, BALI MURI MUHAERIN KAJIAN SUMBERDAYA EKOSISTEM MANGROVE UNTUK PENGELOLAAN EKOWISATA DI ESTUARI PERANCAK, JEMBRANA, BALI MURI MUHAERIN DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling. BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pariwisata Kata Pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua suku kata yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan bentuk industri pariwisata yang belakangan ini menjadi tujuan dari sebagian kecil masyarakat. Pengembangan industri pariwisata mempunyai peranan penting

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH BUNGA PRAGAWATI Skripsi DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pulau-Pulau Kecil 2.1.1 Karakteristik Pulau-Pulau Kecil Definisi pulau menurut UNCLOS (1982) dalam Jaelani dkk (2012) adalah daratan yang terbentuk secara alami, dikelilingi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan menakjubkan. Kondisi kondisi alamiah seperti letak dan keadaan geografis, lapisan tanah yang subur

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan 118 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Objek wisata Curug Orok yang terletak di Desa Cikandang Kecamatan

Lebih terperinci

ANALISIS EKOSISTEM TERUMBU KARANG UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA DI KELURAHAN PANGGANG, KABUPATEN ADMINISTRATIF KEPULAUAN SERIBU

ANALISIS EKOSISTEM TERUMBU KARANG UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA DI KELURAHAN PANGGANG, KABUPATEN ADMINISTRATIF KEPULAUAN SERIBU ANALISIS EKOSISTEM TERUMBU KARANG UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA DI KELURAHAN PANGGANG, KABUPATEN ADMINISTRATIF KEPULAUAN SERIBU INDAH HERAWANTY PURWITA DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Pariwisata merupakan semua gejala-gejala yang ditimbulkan dari adanya aktivitas perjalanan yang dilakukan oleh seseorang dari tempat tinggalnya dalam waktu sementara,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah Indonesia. Berdasarkan Intruksi Presiden nomor 16 tahun 2005 tentang Kebijakan

Lebih terperinci

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA DANAU

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA DANAU KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA DANAU 1. Latar Belakang Sebagai modal dasar untuk mengembangkan kepariwisataannya yaitu alam dan budaya tersebut meliputi alam dengan segala isi dan bentuknya baik berupa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya alam. Dengan demikian, Indonesia memiliki potensi kepariwisataan yang tinggi, baik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Sumberdaya hutan yang ada bukan hanya hutan produksi, tetapi juga kawasan konservasi.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada TINJAUAN PUSTAKA Ekowisata Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada juga yang menterjemahkan sebagai ekowisata atau wisata-ekologi. Menurut Pendit (1999) ekowisata terdiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taman Nasional Undang-undang No. 5 Tahun 1990 menyatakan bahwa taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Negara Indonesia merupakan Negara yang memiliki banyak ragam pariwisata dan budaya yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Mulai dari tempat wisata dan objek wisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata dewasa ini adalah sebuah Negara bisnis. Jutaan orang mengeluarkan triliunan dollar Amerika, meninggalkan rumah dan pekerjaan untuk memuaskan atau membahagiakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Propinsi Lampung merupakan wilayah yang memiliki kekayaan alam yang melimpah dan keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan Propinsi

Lebih terperinci

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009).

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009). II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata Alam Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam, pasal

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Lahan basah merupakan sumber daya alam hayati penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem global. Salah satu tipe lahan basah adalah lahan gambut. Lahan gambut merupakan ekosistem

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1 I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan salah satu sumber penghasil devisa potensial selain sektor migas. Indonesia sebagai suatu negara kepulauan memiliki potensi alam dan budaya

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepariwisataan meliputi berbagai kegiatan yang berhubungan dengan wisata, pengusahaan, objek dan daya tarik wisata serta usaha lainnya yang terkait. Pembangunan kepariwisataan

Lebih terperinci

VII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA

VII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA VII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA 7.1 Kerangka Umum Analytical Network Process (ANP) Prioritas strategi pengembangan TN Karimunjawa ditetapkan berdasarkan pilihan atas variabel-variabel

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Hal ini berdasarkan pada pengakuan berbagai organisasi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian

Lebih terperinci

STRATEGI PENGELOLAAN PARIWISATA PESISIR DI SENDANG BIRU KABUPATEN MALANG PROPINSI JAWA TIMUR MUHAMMAD ZIA UL HAQ

STRATEGI PENGELOLAAN PARIWISATA PESISIR DI SENDANG BIRU KABUPATEN MALANG PROPINSI JAWA TIMUR MUHAMMAD ZIA UL HAQ STRATEGI PENGELOLAAN PARIWISATA PESISIR DI SENDANG BIRU KABUPATEN MALANG PROPINSI JAWA TIMUR MUHAMMAD ZIA UL HAQ SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN 1 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN I. UMUM Tuhan Yang Maha Esa telah menganugerahi bangsa Indonesia kekayaan berupa sumber daya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam berbagai bentukan alam, struktur historik, adat budaya, dan sumber daya lain yang terkait dengan wisata.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Peta wilayah Indonesia Sumber:www.google.com, 2011.

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Peta wilayah Indonesia Sumber:www.google.com, 2011. BAB I PENDAHULUAN AQUARIUM BIOTA LAUT I.1. Latar Belakang Hampir 97,5% luas permukaan bumi merupakan lautan,dan sisanya adalah perairan air tawar. Sekitar 2/3 berwujud es di kutub dan 1/3 sisanya berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia tidak hanya dikaruniai tanah air yang memiliki keindahan alam yang melimpah, tetapi juga keindahan alam yang mempunyai daya tarik sangat mengagumkan.

Lebih terperinci

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan

Lebih terperinci

BAB II SEKILAS TENTANG OBJEK WISATA. budaya serta bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya

BAB II SEKILAS TENTANG OBJEK WISATA. budaya serta bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya BAB II SEKILAS TENTANG OBJEK WISATA 2.1 Pengertian Objek Wisata Objek wisata adalah perwujudan ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya serta bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya tarik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata- mata untuk menkmati

BAB I PENDAHULUAN. nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata- mata untuk menkmati BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Yoeti (1993 :109) bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN Oleh : Mutiara Ayuputri A34201043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Objek Wisata Pulau Pari merupakan salah satu kelurahan di kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta. Pulau ini berada di tengah gugusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata dalam beberapa dekade terakhir merupakan suatu sektor yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi bangsa-bangsa di dunia. Sektor pariwisata diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dekade terakhir ini, pariwisata menjadi sebuah kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dekade terakhir ini, pariwisata menjadi sebuah kegiatan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dekade terakhir ini, pariwisata menjadi sebuah kegiatan yang populer di masyarakat. Kepopuleran pariwisata ini tampak pada semakin berkembangnya kegiatan kepariwisataan,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau-pulau kecil memiliki potensi pembangunan yang besar karena didukung oleh letaknya yang strategis dari aspek ekonomi, pertahanan dan keamanan serta adanya ekosistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negaranya untuk dikembangkan dan dipromosikan ke negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. negaranya untuk dikembangkan dan dipromosikan ke negara lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor penghasil devisa bagi negara yang cukup efektif untuk dikembangkan. Perkembangan sektor pariwisata ini terbilang cukup

Lebih terperinci

Oleh : Slamet Heri Winarno

Oleh : Slamet Heri Winarno Oleh : Slamet Heri Winarno PENDAHULUAN Pariwisata telah menjadi sektor strategis dalam memperkuat perekonomian negara Pariwisata ini merupakan sektor penghasil utama devisa negara nonmigas. 2 Pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kepariwisataan di Indonesia tahun terakhir ini makin terus digalakkan dan ditingkatkan dengan sasaran sebagai salah satu sumber devisa andalan di samping

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk menikmati produk-produk wisata baik itu keindahan alam maupun beraneka ragam kesenian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di

I. PENDAHULUAN. beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang cukup luas dengan penduduk yang beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya

BAB I PENDAHULUAN. dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pariwisata terjadi karena adanya gerakan manusia di dalam mencari sesuatu yang belum di ketahuinya, menjelajahi wilayah yang baru, mencari perubahan suasana,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dan terletak di garis khatulistiwa dengan luas daratan 1.910.931,32 km 2 dan memiliki 17.504 pulau (Badan Pusat Statistik 2012). Hal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak potensi wisata yang unik, beragam dan tersebar di berbagai daerah. Potensi wisata tersebut banyak yang belum dimanfaatkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Data menunjukkan bahwa sektor pariwisata di Indonesia telah. Olehkarenanya, sektor ini menjadi sangat potensial untuk dikembangkan

TINJAUAN PUSTAKA. Data menunjukkan bahwa sektor pariwisata di Indonesia telah. Olehkarenanya, sektor ini menjadi sangat potensial untuk dikembangkan TINJAUAN PUSTAKA Pariwisata dan Ekowisata Data menunjukkan bahwa sektor pariwisata di Indonesia telah memilikikontribusi ekonomi yang cukup penting bagi kegiatan pembangunan. Olehkarenanya, sektor ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pegunungan yang indah, hal itu menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pegunungan yang indah, hal itu menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan keindahan alam dan beraneka ragam budaya. Masyarakat Indonesia dengan segala hasil budayanya dalam kehidupan bermasyarakat,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN SINTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINTANG,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki panorama alam yang indah yang akan memberikan daya tarik

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki panorama alam yang indah yang akan memberikan daya tarik I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki panorama alam yang indah yang akan memberikan daya tarik tersendiri bagi wisatawan baik itu alam pegunungan (pedesaan), alam bawah laut, maupun pantai.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pengembangan Potensi Kawasan Pariwisata. berkesinambungan untuk melakukan matching dan adjustment yang terus menerus

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pengembangan Potensi Kawasan Pariwisata. berkesinambungan untuk melakukan matching dan adjustment yang terus menerus 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengembangan Potensi Kawasan Pariwisata Pada dasarnya pengembangan pariwisata adalah suatu proses yang berkesinambungan untuk melakukan matching dan adjustment yang terus menerus

Lebih terperinci

WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 3 TAHUN 2003 TENTANG

WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 3 TAHUN 2003 TENTANG WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 3 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 17 TAHUN 2001 TENTANG KEPARIWISATAAN DI KOTA BATAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA

OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA Objek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan dan fasilitas yang berhubungan, yang dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang ke suatu daerah atau tempat

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara 61 LAMPIRAN 62 Lampiran 1. Kuisioner untuk Pengunjung Pantai Paris Tigaras PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA No. Waktu Hari/Tangga A. Data Pribadi

Lebih terperinci

Strategi Pengembangan Pariwisata ( Ekowisata maupun Wisata Bahari) di Kabupaten Cilacap.

Strategi Pengembangan Pariwisata ( Ekowisata maupun Wisata Bahari) di Kabupaten Cilacap. Strategi Pengembangan Pariwisata ( Ekowisata maupun Wisata Bahari) di Kabupaten Cilacap. Bersyukurlah, tanah kelahiran kita Cilacap Bercahaya dianugerahi wilayah dengan alam yang terbentang luas yang kaya

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN EKOWISATA ALAM DAN BUDAYA DI KABUPATEN MERANGIN - PROPINSI JAMBI TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN EKOWISATA ALAM DAN BUDAYA DI KABUPATEN MERANGIN - PROPINSI JAMBI TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN EKOWISATA ALAM DAN BUDAYA DI KABUPATEN MERANGIN - PROPINSI JAMBI TUGAS AKHIR Disusun oleh: Agusmanto L2D 302 376 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diperhatikan dalam kancah npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut Menurut UU No. 26 tahun 2007, ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PARIWISATA PANTAI PARANGTRITIS PASCA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PARIWISATA PANTAI PARANGTRITIS PASCA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PARIWISATA PANTAI PARANGTRITIS PASCA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA HARY RACHMAT RIYADI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan suatu daerah. Pengembangan pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan jumlah wisatawan internasional (inbound tourism) berdasarkan perkiraan

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan jumlah wisatawan internasional (inbound tourism) berdasarkan perkiraan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pariwisata sebagai kegiatan perekonomian telah menjadi andalan potensial dan prioritas pengembangan bagi sejumlah negara, terlebih bagi negara berkembang

Lebih terperinci

STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR)

STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR) STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR) ANI RAHMAWATI Skripsi DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan perekonomian Indonesia yang semakin membaik ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pertumbuhan ekonomi salah satunya didorong oleh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pariwisata, seperti melaksanakan pembinaan kepariwisataan dalam bentuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. pariwisata, seperti melaksanakan pembinaan kepariwisataan dalam bentuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengelolaan Pariwisata Pengelolaan merupakan suatu proses yang membantu merumuskan kebijakankebijakan dan pencapaian tujuan. Peran pemerintah dalam pengelolaan pariwisata, seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kata yaitu pari yang berarti banyak, berkali-kali,berputar-putar, sedangkan wisata

BAB I PENDAHULUAN. kata yaitu pari yang berarti banyak, berkali-kali,berputar-putar, sedangkan wisata BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata pariwisata berasal dari kata bahasa sangskerta yang terdiri atas dua kata yaitu pari yang berarti banyak, berkali-kali,berputar-putar, sedangkan wisata berarti

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata.

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka percepatan pembangunan daerah, salah satu sektor yang menjadi andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata. Pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Resha Febriyantika Yussita, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Resha Febriyantika Yussita, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu destinasi pariwisata yang sudah di kenal di dunia karena memiliki daya tarik yang unik dan beragam serta memiliki kekhasan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang selain merupakan sumber alam yang penting artinya bagi

Lebih terperinci

Wisata : Perjalanan, dalam bahasa Inggris disebut dengan Travel.

Wisata : Perjalanan, dalam bahasa Inggris disebut dengan Travel. Wisata Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang kepariwisataan (Irawan, 2010:11) menjabarkan kata kata yang berhubungan dengan kepariwisataan sebagai berikut: Wisata : Perjalanan, dalam bahasa

Lebih terperinci

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP Ekowisata pertama diperkenalkan oleh organisasi The Ecotourism Society (1990) adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan

Lebih terperinci

SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA

SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan, telah dikenal memiliki kekayaan alam, flora dan fauna yang sangat tinggi. Kekayaan alam ini, hampir merata terdapat di seluruh wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries), 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dasawarsa terakhir ini perhatian terhadap pariwisata sudah sangat meluas, mengingat bahwa pariwisata mendatangkan manfaat dan keuntungan bagi negara yang menerima

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya,

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi sebuah perhatian yang besar dari para

Lebih terperinci

PENILAIAN POTENSI OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA ALAM SERTA ALTERNATIF PERENCANAANNYA DI TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS PROVINSI JAMBI SIAM ROMANI

PENILAIAN POTENSI OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA ALAM SERTA ALTERNATIF PERENCANAANNYA DI TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS PROVINSI JAMBI SIAM ROMANI PENILAIAN POTENSI OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA ALAM SERTA ALTERNATIF PERENCANAANNYA DI TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS PROVINSI JAMBI SIAM ROMANI DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah negara kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

MAILISA ISVANANDA, 2015 POTENSI PARIWISATA DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN SUMATERA SELATAN

MAILISA ISVANANDA, 2015 POTENSI PARIWISATA DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN SUMATERA SELATAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wisata merupakan kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara.

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara. Berkembangnya pariwisata pada suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-Undang No. 05 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya (KSDHE), Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai sumber penerimaan devisa, membuka lapangan kerja sekaligus kesempatan berusaha. Hal ini didukung dengan

Lebih terperinci

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Propinsi Jawa Tengah yang merupakan salah satu Daerah Tujuan Wisata ( DTW ) Propinsi di Indonesia, memiliki keanekaragaman daya tarik wisata baik

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Suprihan (Supriharyono, 2002:1). Setiap kepulauan di Indonesia memiliki

1. PENDAHULUAN. Suprihan (Supriharyono, 2002:1). Setiap kepulauan di Indonesia memiliki 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan (nusantara) yang terdiri dari 17.508 pulau Suprihan (Supriharyono, 2002:1). Setiap kepulauan di Indonesia memiliki karakteristik

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK Oleh : Dina Dwi Wahyuni A 34201030 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

Wahana Wisata Biota Akuatik BAB I PENDAHULUAN

Wahana Wisata Biota Akuatik BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dimana sebagian besar dari seluruh luas Indonesia adalah berupa perairan. Karena itu indonesia memiliki potensi laut yang besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang BAB I PENDAHULUAN Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diperhatikan dalam kancah pembangunan skala nasional, hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan sebagai salah satu

Lebih terperinci

KRITERIA KAWASAN KONSERVASI. Fredinan Yulianda, 2010

KRITERIA KAWASAN KONSERVASI. Fredinan Yulianda, 2010 KRITERIA KAWASAN KONSERVASI Fredinan Yulianda, 2010 PENETAPAN FUNGSI KAWASAN Tiga kriteria konservasi bagi perlindungan jenis dan komunitas: Kekhasan Perlindungan, Pengawetan & Pemanfaatan Keterancaman

Lebih terperinci

BIDANG USAHA, JENIS USAHA DAN SUB-JENIS USAHA BIDANG USAHA JENIS USAHA SUB-JENIS USAHA

BIDANG USAHA, JENIS USAHA DAN SUB-JENIS USAHA BIDANG USAHA JENIS USAHA SUB-JENIS USAHA BIDANG USAHA, JENIS USAHA DAN SUBJENIS USAHA BIDANG USAHA JENIS USAHA SUBJENIS USAHA 1. Daya Tarik Wisata No. PM. 90/ HK. 2. Kawasan Pariwisata No. PM. 88/HK. 501/MKP/ 2010) 3. Jasa Transportasi Wisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jasa yang berusaha memberikan pelayanan sehingga memuaskan wisatawan.

BAB I PENDAHULUAN. jasa yang berusaha memberikan pelayanan sehingga memuaskan wisatawan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata Indonesia sekarang mulai berkembang menjadi satu industri jasa yang berusaha memberikan pelayanan sehingga memuaskan wisatawan. Pariwisata menjadi perangkat

Lebih terperinci

ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA NGARGOYOSO SEBAGAI OBYEK WISATA ALAM BERDASARKAN POTENSI DAN PRIORITAS PENGEMBANGANNYA TUGAS AKHIR

ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA NGARGOYOSO SEBAGAI OBYEK WISATA ALAM BERDASARKAN POTENSI DAN PRIORITAS PENGEMBANGANNYA TUGAS AKHIR ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA NGARGOYOSO SEBAGAI OBYEK WISATA ALAM BERDASARKAN POTENSI DAN PRIORITAS PENGEMBANGANNYA TUGAS AKHIR Oleh : AGUSTINA RATRI HENDROWATI L2D 097 422 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara, dengan adanya pariwisata suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah tempat

Lebih terperinci