MEKANISME MANAJEMEN RISIKO PADA PEMBIAYAAN MODAL KERJA UNTUK KOPERASI DI BNI SYARIAH CABANG PEKALONGAN
|
|
- Ade Irawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 MEKANISME MANAJEMEN RISIKO PADA PEMBIAYAAN MODAL KERJA UNTUK KOPERASI DI BNI SYARIAH CABANG PEKALONGAN TUGAS AKHIR Diajukan Kepada STAIN Pekalongan Dalam Rangka Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya (A.Md) di Bidang Ilmu Perbankan Syari ah Oleh : N A J W A NIM: PROGRAM STUDI DIII PERBANKAN SYARI AH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PEKALONGAN
2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai lembaga intermediary, bank syariah akan selalu dihadapkan dengan berbagai jenis risiko dengan tingkat kerumitan yang beragam dan melekat pada kegiatan usahanya. Risiko dalam konteks perbankan merupakan suatu kejadian potensial, baik yang dapat diperkirakan maupun yang tidak diperkirakan. Hal ini akan berdampak negatif terhadap pendapatan dan permodalan bank. Risiko-risiko ini tidak dapat dihindari, tetapi dapat dikelola dan dikendalikan. Oleh karena itu, bank syariah juga memerlukan serangkaian prosedur dan metode yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usahanya, atau yang disebut dengan manajemen risiko. Di dalam perkembangannya, perbankan syariah sebagai penghimpun dana masyarakat jelas memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi dari lembaga bisnis yang core bussiness-nya tidak berhubungan dengan sektor finansial secara langsung. Karena itu, industri perbankan pada hakikatnya adalah industri yang paling banyak diatur dan diawasi (highly regulated and surprised industry). Ini tentu saja masuk akal karena dana-dana yang dihimpun dari masyarakat dan dikembangkan lewat berbagai bentuk pembiayaan dan investasi harus dapat dipertanggung jawabkan dalam bentuk return yang positif. Jika hal itu tidak dilakukan maka korbannya bukan hanya 1
3 2 mereka yang dana-dananya akan menjadi hilang melainkan juga bencana ekonomi akan menimpa dan menghancurkan negara yang mengalami krisis perbankan ini. Jika risiko itu dibedah akan muncul banyak sekali risiko yang berpotensi merugikan semua pihak yang terkait dalam industri. Risiko pasar, risiko operasional, risiko kredit adalah beberapa jenis risiko yang senantiasa menyertai proses penghimpunan dan pengelolaan dana dalam perbankan. Dalam kaitannya dengan pembiayaan modal kerja untuk koperasi, risiko yang dapat muncul adalah risiko kredit yang dapat memacu timbulnya risiko-risiko lain dalam kegiatan perbankan. Pembiayaan modal kerja sendiri merupakan jenis pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan: a) peningkatan produksi, baik secara kuantitatif, yaitu jumlah hasil produksi, maupun secara kualitatif yaitu peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi, dan b) untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of peace dari suatu barang. 1 BNI Syariah cabang Pekalongan dapat membantu memenuhi seluruh kebutuhan modal kerja tersebut bukan dengan meminjamkan uang, melainkan dengan menjalin hubungan partnership dengan nasabah, dimana bank bertindak sebagai penyandang dana (shohibul maal), sedangkan nasabah sebagai pengusaha (mudharib). Pembiayaan semacam ini disebut dengan mudharabah (trust financing). Fasilitas ini dapat diberikan untuk jangka waktu tertentu, sedangkan bagi hasil dibagi secara periodik dengan nisbah yang disepakati. 1 Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), hlm. 163.
4 3 BNI Syariah cabang Pekalongan merupakan salah satu bank dengan konsep syariah yang telah berkembang di dunia perbankan syariah. Berbagai macam produk dan fasilitas yang ada sangatlah membantu nasabahnya dalam bertransaksi. Begitu juga dengan produk-produk pembiayaan yang disalurkannya. Pembiayaan modal kerja untuk koperasi seperti halnya BMT (Baitul Maal wa Tamwil) juga menjadi target/sasaran pembiayaannya. Kementrian koperasi dan UKM (Usaha Kecil Menengah) telah mengeluarkan SK Menteri Koperasi dan UKM No. 91/Kep/M.UKM/IX/2004 tentang petunjuk pelaksanaan kegiatan usaha koperasi jasa keuangan syariah. Oleh karena itu BMT sebagai koperasi jasa keuangan syariah memiliki badan hukum koperasi. 2 Sehingga pembiayaan modal kerja ini dilakukan antar lembaga keuangan, yang dalam pengendalian dan pengawasannya diperlukan menajemen risiko. Dengan demikian manajemen risiko berfungsi sebagai penyaring atau pemberi peringatan dini terhadap kegiatan bank. Pembiayaan modal kerja untuk koperasi ini tidak selalu berjalan lancar, bahkan adanya kemacetan pembiayaan. Risiko pembiayaan ini diperkirakan lebih besar dalam model pembiayaan modal kerja (Mudharabah), karena tidak adanya ketentuan jaminan (colateral), adanya risiko moral hazard, adverse selection (penyalahgunaan fasilitas kredit oleh nasabah). Terlebih lagi koperasi merupakan suatu jenis usaha yang berbadan hukum, yang memberikan pengaruh besar pada kegiatan perekonomian masyarakat dengan 2 Lihat: Pendapat Amin Aziz dalam buku Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal wa Tamwil (BMT) (Yogyakarta: UII Press, 2004), hlm. 43.
5 4 menggunakan asas kekeluargaan. Selain itu terbatasnya teknik dan kompetensi bank untuk menilai proyek serta ketentuan kelembagaan seperti masalah perpajakan, sistem akuntansi dan auditing dan kerangka regulasi yang ada juga tidak dapat meng-cover seluruh model pembiayaan yang ada pada bank syariah. Dalam pertimbangan BNI syariah cabang Pekalongan, manajemen risiko pada pembiayaan modal kerja untuk koperasi ini penting, sehingga nantinya bank dapat meminimalisir risiko dan mendapatkan manfaatnya. Pertimbangannya yaitu risiko pembiayaan modal kerja untuk koperasi merupakan jenis pembiayaan yang sarat dengan risiko terlebih lagi berhubungan dengan nasabah koorporasi. Jika pada pembiayaan ini terjadi kerugian maka akan bermunculan risiko-risiko lain seperti risiko penarikan dana, risiko operasional perbankan, risiko likuiditas, risiko strategi dan yang lebih berbahayanya lagi pada risiko reputasi. Apabila telah sampai pada risiko reputasi yang menyangkut kepercayaan nasabah, maka akan sulit bagi bank untuk mendapatkan kepercayaan nasabahnya kembali. Oleh karena itu, pembiayaan modal kerja untuk koperasi ini sangatlah memerlukan pengelolaan risiko, sehingga nantinya risiko-risiko yang merugikan perbankan dapat diminimalisir dan dikendalikan. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merasa tertarik dan perlu untuk melakukan penelitian mengenai: MEKANISME MANAJEMEN RISIKO PADA PEMBIAYAAN MODAL KERJA UNTUK KOPERASI DI BNI SYARIAH CABANG PEKALONGAN.
6 5 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka ada beberapa pokok permasalahan yang akan dikaji penelitian ini antara lain: 1. Bagaimana manajemen risiko pada pembiayaan modal kerja untuk koperasi di BNI Syariah cabang Pekalongan? 2. Bagaimana kendala yang dihadapi BNI Syariah cabang Pekalongan dalam mengelola risiko pada pembiayaan modal kerja untuk koperasi? C. Penegasan Istilah Untuk memudahkan dan meluruskan pemahaman serta menghindari kesalahpahaman maksud judul dan rumusan masalah di atas, penulis perlu memberi batasan dan penegasan istilah. Adapun istilah-istilah yang perlu ditegaskan adalah sebagai berikut: 1. Mekanisme adalah cara kerja suatu organisasi. 3 Mekanisme di sini merupakan cara BNI Syariah dalam mengelola risiko yang ada. 2. Manajemen adalah ilmu yang berhubungan dengan kepemimpinan, perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan terhadap sebuah cabang bank atau bagian yang dilakukan manager Risiko adalah kemungkinan, kerugian, akibat. 5 Risiko di sini merupakan risiko yang ditimbulkan oleh kegiatan pembiayaan modal kerja untuk 3 Departeman Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), hlm Komarudin, Kamus Perbankan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994), hlm Yasyin Sulchan, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya: Amanah, 1997), hlm. 402.
7 6 koperasi di BNI Syariah cabang Pekalongan. 4. Pembiayaan Modal Kerja adalah pembiayaan dengan akad mudharabah dalam bentuk kontrak dua pihak dimana satu pihak berperan sebagai pemilik modal dan mempercayakan jumlah modalnya untuk dikelola pihak kedua, yakni sipemilik usaha dengan tujuan mendapatkan keuntungan Koperasi adalah suatu susunan tanggung jawab para anggota melalui hubungan dan kerjasama dalam organisasi tersebut. Koperasi dalam hal ini yaitu BMT. BMT adalah konsep industri perbankan syariah yang menekankan adanya konsentrasi usaha perbankan yang tidak hanya mengelola untuk bisnis saja, tetapi juga mengelola unit sosial yang memiliki fungsi intermediary unit dalam bentuk kontrak 2 pihak dimana satu pihak berperan sebagai pemilik modal dan mempercayakan antara pihak yang kelebihan dana dan pihak yang kekurangan dana. 7 Jadi Mekanisme Manajemen Risiko Pada Pembiayaan Modal Kerja Untuk Koperasi adalah cara kerja suatu organisasi dalam pengelolaan kemungkinan kerugian pada pembiayaan dengan akad mudharabah dalam bentuk kontrak dua pihak antara bank sebagai pemilik modal dan koperasi dalam hal ini BMT sebagai si pelaksana usaha dengan tujuan mendapatkan keuntungan. D. Tujuan Penelitian Tujuan yang diharapkan dari penelitian Tugas Akhir ini adalah: 6 Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hlm Rifqi, Akuntansi Keuangan Syariah (Yogyakarta: P3EI Press, 2008), hlm. 41.
8 7 1. Untuk mengetahui dan menjelaskan manajemen risiko pembiayaan modal kerja untuk koperasi di BNI Syariah Cabang Pekalongan. 2. Untuk mengetahui kendala-kendala dalam mengelola pembiayaan modal kerja untuk koperasi di BNI Syariah Cabang Pekalongan. E. Kegunaan Kegunaan dari Tugas Akhir ini diharapkan untuk : a. Secara Teoritis Untuk pengembangan ilmu yang berhubungan dengan manajemen risiko pembiayaan modal kerja untuk koperasi. b. Secara Praktis 1. Bagi Masyarakat Sebagai tambahan informasi tentang manajemen risiko pada pembiayaan modal kerja untuk koperasi. 2. Bagi STAIN Pekalongan Sebagai tambahan referensi bagi mahasiswa pada khususnya dan semua pihak-pihak yang membutuhkan. 3. Bagi BNI Syariah cabang Pekalongan Sebagai bahan kajian terhadap pengelolaan risiko pembiayaan modal kerja untuk koperasi serta dapat menjadi salah satu sarana pengembangan produk pembiayaan modal kerja untuk koperasi kepada masyarakat pada umumnya dan semua pihak yang membutuhkan.
9 8 F. Telaah Pustaka 1. Telaah Pustaka berbasis Penelitian Terdahulu Dalam rangka menghindari penelitian terhadap objek yang sama, maka penulis melakukan review terhadap kajian berbagai penelitian yang pernah ada. Ditinjau dari penelitian yang pernah dilakukan berkaitan dengan manajemen risiko pada pembiayaan modal kerja untuk koperasi, penulis menemukan judul penelitian: 1. Dalam Tugas Akhir yang barjudul Implementasi Manajemen Risiko Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) An-Najah Wiradesa oleh Dian Retnowati, membahas mengenai penerapan manajemen risiko pada semua aspek operasional kegiatan perbankan, baik pada penghimpunan dana atau penyaluran dana selain itu Tugas Akhir ini juga membahas semua produk di BMT An-Najah Wiradesa Dalam Tugas Akhir yang berjudul Implementasi Pembiayaan Modal Kerja di BMT Muamalat Limpung oleh Edy Pujiyanto membahas mengenai penerapan pembiayaan modal kerja di BMT Muamalat Limpung dan Analisis SWOT Pembiayaan Modal Kerja di BMT Muamalat Limpung. 9 Berbeda dengan penelitian-penelitian di atas, penulis akan membahas mengenai mekanisme manajemen risiko hanya pada pembiayaan modal kerja untuk koperasi, dimana nasabah ini juga 8 Dian Retnowati, Implementasi Manajemen Risiko BMT An-Najah Wiradesa, Tugas Akhir, (Pekalongan: Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2009). 9 Edi Pujiyanto, Implementasi Pembiayaan Modal Kerja di BMT Muamalat Limpung, Tugas Akhir, (Pekalongan: Perpustakaan STAIN Pekalongan).
10 9 lembaga yang berbadan hukum (memiliki aspek legal dan lebih berisiko) serta membahas bagaimana kendala dalam mengelola risiko pembiayaan modal kerja untuk koperasi, yang mana belum pernah ada penelitian sebelumnya yang membahas mengenai permasalahan ini. Mengingat objek penelitian ini adalah BNI Syariah cabang Pekalongan. 2. Telaah Pustaka Berbasis Literatur Adiwarman A. Karim dalam buku yang berjudul Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, menjelaskan bahwa manajemen risiko dalam bank Islam mempunyai karakter yang berbeda dengan bank konvensional, terutama karena adanya jenis-jenis risiko yang khas melekat pada bank-bank yang beroperasi secara syariah. Dengan kata lain perbedaan mendasar antara bank Islam dengan bank konvensional bukan terletak pada bagaimana cara mengukur (how to measure) melainkan pada apa yang dinilai (what to measure). 10 Senada dengan itu Tariqullah Khan dan Habib Ahmed dalam buku yang berjudul Manajemen Risiko Lembaga Keuangan Syariah, menjelaskan bahwa model pembiayaan syariah yang bervariasi akan menambah daftar risiko unik dengan karakteristik yang dimilikinya. Dengan demikian, karakter dasar beberapa risiko yang dihadapi lembaga keuangan syariah berbeda dengan bank konvensional. 11 Model pembiayaan bagi hasil (modal kerja) dan produk jual beli tempo lebih berisiko jika dibandingkan dengan murabahah dan ijarah. 10 Adiwarman A. Karim, op. cit., hlm Tariqullah Khan dan Habib Ahmed, Manajemen Risiko Lembaga Keuangan Syariah, terjemahan Ikhwan A. Basri, MA. (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 193.
11 10 Pola pembiayaan kepada koperasi dalam bank syariah mempunyai karakteristik yang spesifik dibanding dengan bank konvensional. Pada bank konvensional, penilaian kelayakan pembiayaan didasarkan sematamata hanya pada business wise, sedangkan pada bank syariah penilaian kelayakan pembiayaan selain didasarkan pada buniness wise, juga harus mempertimbangkan syariah wise. Artinya, bisnis tersebut layak dibiayai dari segi usahanya, dan acceptable dari segi syariahnya. 12 Pembiayaan modal kerja juga termasuk jenis pembiayaan mudharabah, yang merupakan akad pembiayaan kerja sama antara pemilik dana (bank) dengan pihak yang mempunyai keahlian/ketrampilan untuk mengelola usaha yang produktif dan halal, dimana pembagian hasil keuntungan dari usaha dilakukan sesuai dengan nisbah yang disepakati bersama. Koperasi pun terdiri dari berbagai jenis. Dalam buku Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) oleh Muhammad Ridwan, menjelaskan bahwa BMT dengan badan hukum koperasi dan UKM No.91/Kep/M.UKM/IX/2004 tentang petunjuk pelaksanaan kegiatan usaha jasa keuangan syariah. Dengan terbentuk koperasi, BMT dapat berkembang ke berbagai sektor usaha seperti keuangan dan sektor riil. Bentuk ini juga diharapkan dapat memenuhi tujuan memberdayakan masyarakat luas sehingga kepemilikan kolektif BMT sebagaimana konsep koperasi akan lebih mengenai sasaran. Dalam kegiatannya, BMT 12 Zainul Arifin, Memahami Bank Syariah Lingkup, Peluang, Tantangan dan Prospek (Jakarta: Alfabeta, 2000), hlm. 115.
12 11 memerlukan pinjaman dana segar seperti pembiayaan modal kerja (trust financing). Pembiayaan ini akan menyangkut beberapa aspek yang lebih detail dibandingkan pembiayaan modal kerja pada nasabah perorangan, diantaranya termasuk pembiayaan antara lembaga yang berbadan hukum (aspek legal) dan yang terkait dengan kegiatan usahanya. Hal tersebut menimbulkan berbagai risiko pembiayaan pada koorporasi maupun pada bussiness risk sebab sektor usaha BMT juga pada sektor riil. Pada pembiayaan secara syariah kepada koperasi memiliki kekhususan, mengingat setiap jenis bidang usaha/proyek yang dibiayai akan memerlukan skema fiqh yang spesifik. Hal ini karena pembiayaan berkait langsung dengan sektor riil dan ditujukan kepada usaha yang halal, tidak peluang melipat gandakan (compounding), serta lebih adil dalam mendapatkan keuntungan dan menanggung risiko, sesuai dengan prinsip bagi hasil. Dengan pembiayaan yang terkait langsung dengan sektor riil ini, banyak risiko yang ditimbulkan. Veithzal Rivai, dkk dalam buku yang berjudul Bank dan Financial Instituon Managemen: Conventional and Sharia System, menjelaskan bahwa esensi penerapan manajemen risiko adalah kecukupan prosedur dan metodologi pengelolaan risiko sehingga kegiatan usaha bank tetap dapat terkendali (manageable) pada batas atau limit yang dapat diterima serta menguntungkan bank Veithzal Rivai, et al., Bank dan Financial Instituon Managemen: Conventional and Sharia System (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007).
13 12 Bisnis perbankan akan berhadapan dengan berbagai jenis risiko kredit, diantaranya adalah: 14 risiko modal, risiko kredit, risiko likuiditas, dan lain-lain. Dari risiko-risiko tersebut masih terdapat berbagai jenis risiko lainnya. Dari banyaknya risiko yang timbul pada pembiayaan modal kerja, maka penulis akan membahas mengenai mekanisme manajemen risiko pada pembiayaan modal kerja untuk koperasi, mengingat objek penelitian ini adalah BNI Syariah Cabang Pekalongan. G. Kerangka Berfikir Bisnis adalah suatu aktivitas yang selalu berhadapan dengan risiko dan return. Bank syariah adalah salah satu unit bisnis. Dengan demikian bank syariah juga akan menghadapi risiko manajemen bank itu sendiri. Bank syariah merupakan bank yang sarat dengan risiko, karena dalam menjalankan aktivitasnya banyak berhubungan dengan produk-produk yang mengandung banyak risiko seperti produk mudharabah. Demikian pula risiko yang diakibatkan karena ketidakjujuran/kecurangan nasabah dalam melakukan transaksi. Oleh karena itu, para pejabat bank syariah harus dapat mengendalikan risiko seminimal mungkin dalam rangka untuk memperoleh keuntungan yang optimum. Manajemen risiko merupakan serangkaian prosedur dan metode yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha bank. Dalam hal ini Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah (Yogyakarta: EKONISIA, 2004), hlm.
14 13 pengelolaan dalam berbagai risiko yang berhubungan dengan pembiayaan modal kerja untuk koperasi sesuai dengan prinsip kehati-hatian. Dalam mengidentifikasi risiko ada hal-hal yang perlu diperhatikan, yaitu proses transaksi pembiayaan, proses manajemen, sumber daya manusia, teknologi dan lingkungan eksternal. Penilaian risiko menjelaskan semua dampak dari semua kondisi pada pembiayaan modal kerja untuk koperasi yang berpotensi menyebabkan kerugian. Risiko pembiayaan modal kerja untuk koperasi ini seperti diantaranya: side streaming; nasabah menggunakan dana bukan seperti yang disebutkan dalam kontrak, lalai dan kesalahan yang disengaja, atau menyembunyikan keuntungan oleh nasabah bila nasabahnya tidak jujur. Alasan mengapa manajemen risiko begitu penting: 1. Bank Syariah adalah perusahaan jasa yang pendapatannya diperoleh dari interaksi dengan nasabah sehingga risiko tidak mungkin tidak ada. 2. Dengan mengetahui risiko, maka kita dapat mengantisipasi dan mengambil tindakan yang diperlukan dalam menghadapi nasabah/permasalahan. 3. Dapat lebih menimbulkan pemahaman pengawasan melekat yang merupakan fungsi sangat penting dalam aktivitas operasional. Mengingat begitu pentingnya manajemen risiko pada pembiayaan modal kerja untuk koperasi maka peneliti bermaksud untuk mencari informasi dan mengumpulkan data dalam rangka ingin mengetahui mekanisme manajemen risiko pada pembiayaan modal kerja untuk koperasi di BNI Syariah Cabang Pekalongan. Dalam penelitian kali ini, peneliti membatasi
15 14 hanya BNI Syariah Cabang Pekalongan yang akan menjadi kajian penelitian kali ini. Gambar 1.1 : PEMBIAYAAN Berisiko Faktor Penyebab: Angsuran tidak dibayar tepat waktu atau tidak dapat membayar sama sekali Usaha yang dibiayai bangkrut Pembiayaan disalahgunakan Pembiayaan termasuk dalam kategori kurang lancar atau diragukan atau macet Tidak Berisiko Ciri-ciri: Pembiayaan lancar Angsuran dibayar tepat waktu Usaha yang dibiayai sesuai target dan menghasilkan profit Analisis Risiko Pembiayaan: Pendekatan analisa pembiayaan Prinsip analisis pembiayaan (5C) Pemantauan pembiayaan Pengelolaan dan Solusi Risiko H. Metode Penelitian 1. a. Jenis Penelitian Jenis Penelitian dalam Tugas Akhir ini adalah Penelitian Lapangan (field research). Jadi data-data yang digunakan dalam penelitian kali ini diperoleh melalui studi lapangan dengan cara mencatat dan mengumpulkan berbagai data serta informasi.
16 15 b. Pendekatan Penelitian Jenis pendekatan dalam Tugas Akhir (TA) adalah menggunakan pendekatan kualitatif yaitu penelitian yang lebih menekankan analisisnya pada proses penyimpulan deduktif dan induktif serta analisis terhadap dinamika hubungan antara fenomena yang diamati dengan menggunakan logika ilmiah. 15 Serta juga menggunakan sifat penelitian deskriptif dan eksploratif yang digunakan untuk menggambarkan dan menggali secara mendalam kebutuhan penggunaan penelitian 16, yaitu mengenai pengelolaan risiko yang ada. Dalam hal ini berkaitan dengan pengelolaan risiko pada pembiayaan modal kerja untuk koperasi di BNI Syariah cabang Pekalongan. 2. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian Tugas Akhir ini adalah 2 yaitu: sumber data primer dan sumber data sekunder. a. Sumber Data Primer Sumber data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik individu atau perorangan, seperti hasil wawancara. Wawancara disini adalah dengan staf pembiayaan, manager pembiayaan, serta karyawan-karyawan di BNI Syariah cabang Pekalongan. Dalam hal ini yang menjadi sumber data primer adalah informasi tentang pengamatan dan pencatatan sistematis terhadap 15 Saifudin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1990), hlm diakses pada tanggal 28 Oktober 2011, pukul
17 16 masalah yang dihadapi yaitu tentang mekanisme manajemen risiko pada pembiayaan modal kerja untuk koperasi di BNI Syariah Cabang Pekalongan. b. Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder, data yang diperoleh melalui pengumpulan dan pengolahan data yang bersifat studi dokumentasi berupa penelaahan terhadap dokumen pribadi, resmi kelembagaan, referensireferensi/peraturan (literatur, laporan, tulisan dan lain-lain) yang memiliki relevansi dengan focus permasalahan penelitian. Referensireferensinya berupa buku literatur, buku ilmiah, dan buku bacaan lainnya yang ada kaitannya dengan masalah pengelolaan risiko terhadap pembiayaan modal kerja untuk koperasi. 3. Metode Pengumpulan Data a. Observasi Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan dengan sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki. 17 Metode observasi merupakan metode pengumpulan data dengan cara mengamati langsung terhadap objek tertentu yang menjadi fokus penelitian dengan mengetahui suasana kerja untuk memperoleh data mekanisme manajemen risiko pada pembiayaan modal kerja untuk koperasi di BNI Syariah Cabang Pekalongan. 17 Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta: Andi Offset, 1991), Jilid II.
18 17 b. Interview Interview yaitu pengumpulan data melalui tanya jawab langsung dengan beberapa pihak yang dikerjakan secara sistematis sambil bertatap muka antara peneliti dengan responden 18. Metode interview dilakukan dengan pengurus, manajer pembiayaan dan karyawan yang mengetahui mekanisme manajemen risiko pada pembiayaan modal kerja untuk koperasi di BNI Syariah Cabang Pekalongan. c. Dokumentasi Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang berarti barang-barang tertulis. Metode dokumentasi adalah pengumpulan data melalui laporan tertulis dari suatu peristiwa yang isinya terdiri dari penjelasan dan pemikiran, peristiwa tersebut ditulis sengaja untuk mengumpulkan dan meneruskan keterangan tersebut. Dalam metode ini penulis mempelajari dokumen terkait risiko-risiko yang terjadi serta cara pengelolaannya di BNI Syariah Cabang Pekalongan. 4. Metode Analisis Data Data yang sudah terkumpul dianalisis dan diteliti berdasarkan analisis kualitatif, yaitu data yang muncul berwujud kata-kata dan bukan rangkaian angka. Analisis model interaktif ini terdiri dari tiga alur kegiatan yang secara bersamaan, yaitu : Muhammad Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Gahlia Indonesia, 1998), hlm Mathew B Milles & A.Michael Huberman, Analisis Data Kulitatif, (Jakarta :UII Press,1992), hlm.16.
19 18 a. Reduksi data yang diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan tentang mekanisme manajemen risiko pada pembiayaan modal kerja untuk koperasi di BNI Syariah cabang Pekalongan. b. Penyajian data sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengamalan tindakan tentang mekanisme manajemen risiko pada pembiayaan modal kerja untuk koperasi di BNI Syariah cabang Pekalongan. c. Menarik kesimpulan atau verifikasi makna-makna yang muncul dan data yang harus diuji kebenarannya. Mengenai pengelolaan risiko pembiayaan modal kerja dalam mekanisme manajemen risiko pada pembiayaan modal kerja untuk koperasi di BNI Syariah cabang Pekalongan. Pengumpulan Data Penyajian Data Reduksi Data Kesimpulan Penarikan / verifikasi Gambar 1.2 Model Interaktif
20 19 I. Sistematika Pembahasan Berdasarkan pembahasan dan rumusan di atas, maka pembahasan tugas akhir ini akan disajikan dalam lima bab dengan sistematika sebagai berikut: BAB I: Pedahuluan, bab ini memuat tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan, Kegunaan, Telaah Pustaka, Kerangka Berfikir, Metode Penelitian dan Sistematika Pembahasan. BAB II: Tinjauan Umum tentang Manajemen Risiko pada Pembiayaan Modal Kerja untuk Koperasi, berisi tentang Konsep Dasar Manajemen Risiko, Konsep Dasar Pembiayaan, dan mengenai Pembiayaan Modal Kerja pada Lembaga Keuangan Syariah. BAB III: Profil BNI Syariah Cabang Pekalongan berisi tentang Gambaran umum BNI Syariah, Jenis-jenis Produk Pembiayaan BNI Syari ah, dan Analisis Pembiayaan Modal Kerja untuk Koperasi di BNI Syari ah. BAB IV: Analisis Mekanisme Manajemen Risiko pada Pembiayaan Modal Kerja untuk Koperasi di BNI Syariah Cabang Pekalongan, Bab ini memuat tentang Analisis Manajemen Risiko pada Pembiayaan Modal Kerja untuk Koperasi di BNI Syariah Cabang Pekalongan, dan Analisis kendala-kendala Pengelolaan Risiko pada Pembiayaan Modal Kerja untuk Koperasi di BNI Syariah Cabang Pekalongan. BAB V: Penutup, dalam bab ini berisi Kesimpulan dan Saran.
21 20
BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dengan dilahirkannya Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan berkembang pesatnya bisnis Perbankan di Indonesia, yang mana perkembangan bisnis perbankan tersebut telah diantisipasi oleh pemerintah dengan dilahirkannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengatakan tidak ada hidup tanpa risiko sebagaimana tidak ada hidup tanpa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Risiko merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan kehidupan, karena segala aktivitas pasti mengandung risiko. Bahkan ada anggapan yang mengatakan tidak ada hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Lembaga Keuangan Syari ah (LKS) yang pesat, dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan Lembaga Keuangan Syari ah (LKS) yang pesat, dapat dijadikan tolak ukur bahwa masyarakat membutuhkan sarana keuangan yang menggunakan prinsip syari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang secara signifikan pada akhir-akhir ini, baik itu lembaga keuangan
BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Perkembangan lembaga keuangan di Indonesia sangat menarik untuk selalu diperhatikan. Khususnya lembaga keuangan syariah yang terus berkembang secara signifikan pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),
BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Dewasa ini, perkembangan perekonomian masyarakat dalam skala makro dan mikro, membuat lembaga keuangan khususnya lembaga keuangan syariah bersaing untuk mendapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) sebagai lembaga keuangan mikro syariah mempunyai peran yang cukup penting dalam mengembangkan aspek-aspek produksi dan investasi untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mikro ini tampil dalam bentuk Baitul Maal Wa Tamwil (BMT). Lembaga ini secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, sebagai negara Muslim terbesar di dunia, telah muncul kebutuhan akan adanya bank yang melakukan kegiatannya berdasarkan prinsip syariah. Di samping
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keuangan dan bisnis yang serupa dengan Koperasi atau Lembaga Swadaya
7 BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Perkembangan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) baik di dunia maupun di Indonesia saat ini antara lain ditunjukkan dengan pesatnya pertumbuhan LKM. Bahkan LKM di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggunakan berbagai cara dalam menarik nasabah. Setelah terjadi kegagalan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, dewasa ini kesadaran masyarakat akan pentingnya keberadaan perbankan sangat tinggi. baik dalam bidang manufaktur maupun jasa. Semua
Lebih terperinciBAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian
16 1 BAB I BAB V PENUTUP Bab ini merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran- saran dari hasil analisis data pada bab-bab sebelumnyayang dapat dijadikan masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana fungsi utamanya sebagai penghimpun dan penyalur dana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana fungsi utamanya sebagai penghimpun dan penyalur dana dari masyarakat, perbankan memegang peranan yang sangat besar dalam perekonomian. Begitu pula dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga keuangan syariah semakin berkembang pesat. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya lembaga keuangan syariah yang berdiri di Indonesia. Tidak hanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami peningkatan sejak dikeluarkannya UU No.10 Tahun 1998 yang mengatur dual banking system dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. syariah yang kegiatan utamanya menghimpun dana dan menyalurkannya. Lembaga ini biasa di sebut dengan Koperasi Syariah.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Baitul Maal wat Tamwil (BMT) merupakan suatu lembaga keuangan syariah yang kegiatan utamanya menghimpun dana dan menyalurkannya kembali dana tersebut kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keperluan-keperluan lain, tidak bisa diabaikan. Kenyataan menunjukkan bahwa di
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sebagai makhluk sosial, kebutuhan akan kerjasama antara satu pihak dengan pihak lain guna meningkatkan taraf perekonomian dan kebutuhan hidup, atau keperluan-keperluan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipenuhi tanpa bantuan lembaga keuangan. Lembaga keuangan merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga keuangan telah berperan sangat besar dalam pengembangan dan pertumbuhan masyarakat industri modern. Produksi berskala besar dengan kebutuhan investasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. krisis, perbankan syariah mulai dapat berdiri sedangkan sebagian besar
1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Indonesia dengan mayoritas penduduk muslim kini semakin mengenal perbankan syariah. Semakin banyak yang menyadari bahwa perlunya lembaga keuangan yang beroperasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga sektor keuangan sangat dibutuhkan dalam mendukung permodalan dalam sektor riil, hal ini sudah dirasakan fungsinya sejak beberapa puluh tahun yang lalu di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang bergerak dalam dunia bisnis terdiri dari beragam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan yang bergerak dalam dunia bisnis terdiri dari beragam perusahaan dan bergerak dalam berbagai bidang usaha perdagangan, industri, pertanian, manufaktur,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), h. xii 2 Otoritas Jasa Keuangan, Statistik Perbankan Syariah, Februari 2017, h. 4.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri keuangan syariah telah berkembang pesat semenjak pertama kali beroperasi pada awal 1970-an. Saat ini, layanan keuangan syariah telah tersebar di seluruh penjuru
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ekonomi Islam belakangan ini mulai menunjukkan peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga menyajikan pandangan dalam konteks
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia saat ini organisasi bisnis Islam yang berkembang adalah bank syariah. Salah satu penyebab yang menjadikan bank syariah terus mengalami peningkatan adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan yang berbasis syari ah sumber-sumber ekonomi. yang tersedia secara terarah dan terpadu serta dimanfaatkan bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pertumbuhan ekonomi suatu bangsa memerlukan pola pengaturan pengelolaan keuangan yang berbasis syari ah sumber-sumber ekonomi yang tersedia secara terarah dan terpadu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Lely 2008:309)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pesatnya pendirian dan perkembangan bank syariah di dunia telah memberikan alternatif baru bagi konsumen pengguna jasa perbankan untuk menikmati produk-produk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keuangan yang ditumbuhkan dari peran masyarakat secara luas, tidak ada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga Keuangan Syariah yang ruang lingkupnya mikro seperti Baitul Maal Wat Tamwil dan koperasi syariah merupakan Lembaga Keuangan yang ditumbuhkan dari peran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hlm. 5
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga Keuangan Mikro Syari ah memiliki segmen pasar yang sudah jelas yaitu masyarakat level menengah ke bawah, sehingga kegiatan Lembaga ini akan berpusat di sentra-sentra
Lebih terperinciBAB IV METODE PERHITUNGAN BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BSM CABANG PEKALONGAN DITINJAU DARI FATWA DSN-MUI NO.
BAB IV METODE PERHITUNGAN BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BSM CABANG PEKALONGAN DITINJAU DARI FATWA DSN-MUI NO.15/DSN-MUI/IX/2000 A. Analisis Kesesuaian Metode Perhitungan Bagi Hasil Pembiayaan Mudharabah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan
BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Perkembangan ekonomi Islam di Indonesia ditandai dengan perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan lembaga kuangan syariah di Indonesia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya perekonomian suatu negara, semakin meningkat pula
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin berkembangnya perekonomian suatu negara, semakin meningkat pula permintaan atau kebutuhan pendanaan untuk membiayai proyek-proyek pembangunan. Namun,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kenaikan yang baik. Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) seperti. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) dan Koperasi JASA Keuangan Syariah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kedudukan koperasi dalam perekonomian Indonesia walaupun tidak menempati porsi besar akan tetapi perkembangannya mengalami kenaikan yang baik. Lembaga Keuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perbankan Indonesia, khususnya perbankan syariah, terus mengalami
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbankan Indonesia, khususnya perbankan syariah, terus mengalami perubahan bentuk dan karakter secara signifikan pada beberapa dekade terakhir. Perubahan kebijakan-kebijakan
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. ANALISIS PENERAPAN SISTEM BAGI HASIL PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI KJKS CEMERLANG WELERI
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. ANALISIS PENERAPAN SISTEM BAGI HASIL PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI KJKS CEMERLANG WELERI KENDAL Dikeluarkannya Undang-undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariat Islam. Berdasarkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga perantara keuangan antara masyarakat yang kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank menurut istilah adalah
Lebih terperinciPELAKSANAAN PERJANJIAN PENERBITAN KARTU KREDIT DI PT BNI (PERSERO) SURAKARTA
0 PELAKSANAAN PERJANJIAN PENERBITAN KARTU KREDIT DI PT BNI (PERSERO) SURAKARTA SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Persyaratan guna Mencapai Derajat Hukum dan Ilmu Hukum pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank Islam merupakan suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan lembaga keuangan syariah non-bank yang ada di Indonesia.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak mulai dikembangkannya sistem bagi hasil dalam kurun waktu 17 tahun, total aset perbankan syariah telah mengalami peningkatan sebesar 27 kali lipat dari Rp 1,79
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang utama yang harus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang utama yang harus dilakukan oleh para produsen dalam upaya mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan agar lebih berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sistem bank mana yang dimaksud adalah perbankan yang terbebas dari praktik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia, sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, telah lama mendambakan kehadiran sistem lembaga keuangan yang sesuai tuntutan kebutuhan tidak sebatas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ikatan Bankir Indonesia, Mengelola Bisnis Pembiayaan Bank Syari ah, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2015, hlm. 1.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perbankan syari ah di Indonesia telah menjadi tolak ukur keberhasilan pertumbuhan dan eksistensi ekonomi syari ah. Dalam beberapa tahun terakhir
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. meminjam uang bagi masyarakat yang membutuhkan, disamping itu juga. menerima segala macam bentuk pembayaran dan setoran.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah perbankan di dunia semakin pesat karena perkembangan dunia perbankan tidak terlepas dari perkembangan perdagangan dunia. Perbankan mulai dikenal di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan aktifitas lembaga keuangan secara halal. kemanfaatan yang sesuai dengan prinsip syari ah 1. Salah satu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Masyarakat muslim Indonesia yang memegang teguh prinsip syari ah tentunya mengharapkan akan hadirnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dahulu. Namun prinsip-prinsip pertukaran barang dan pinjam-meminjam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga keuangan belum dikenal secara jelas dalam sejarah Islam yang dahulu. Namun prinsip-prinsip pertukaran barang dan pinjam-meminjam sudah ada dan sudah terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pesatnya pendirian dan perkembangan bank syariah di dunia telah memberikan alternatif baru bagi konsumen pengguna jasa perbankan untuk menikmati produk-produk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Pemasaran tidak terlepas dari unsur persaingan. Biasanya tidak ada salah satu bisnis pun, yang dengan leluasa bisa santai menikmati penjualan dan keuntungan. Sering
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 1. Pelaksanaan pembiayaan modal usaha pembelian barang di Bank
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan beserta analisis pada bab-bab sebelumnya, mengenai pelaksanaan pengawasan pembiayaan modal usaha pembelian barang di Bank Muamalat cabang Palangka Raya,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Abdul Ghafur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2009), hlm. 31.
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai sebuah Negara berpenduduk muslim terbesar di dunia baru pada akhir abad XX ini memiliki bank-bank yang mendasarkan pengelolaannya pada prinsip
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kehadiran bank syariah ditengah-tengah perbankan konvensional
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehadiran bank syariah ditengah-tengah perbankan konvensional adalah untuk menawarkan sistem perbankan alternatif bagi umat Islam yang membutuhkan atau ingin memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bekasi Gramata Publising, 2014.hml 9. 1 Rahma Hidayat, Efesiensi Perbankan Syariah: Teori dan Prakteik,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perbankan syariah di Indonesia dalam sepuluh tahun terakhir sangat signifikan baik dilihat dari sapek kelembagaan, maupun dari perkembangan asset, dan pihak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. syariah di Indonesia. Masyarakat mulai mengenal dengan apa yang disebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi syariah di Indonesia telah mengalami perkembangan pesat. Pemerintah mengeluarkan UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan Syariah, yang menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalah), PT. Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hlm.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, manusia secara naluri adalah makhluk yang senantiasa bergantung dan terikat serta saling membutuhkan kepada yang lain.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2004, hlm Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil (BMT), UII Pres Yogyakarta,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini kemiskinan hingga saat ini masih menjadi problem yang terjadi bangsa indonesia. Kemiskinan biasanya diukur dengan pendapatnya. Kemiskinan pada dasarnya dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana (surplus of fund).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan suatu bank dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediary sangat ditentukan oleh kemampuan bank tersebut dalam menghimpun dana dari masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam suatu lembaga keuangan pembiayaan memiliki pola pelayanan yang khas, seperti sasaran nasabah, tipe kredit, serta cara pengajuan, penyaluran, dan pengembalian kredit.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. syariah di Indonesia terus menunjukkan perkembangan yang begitu cepat. Hal
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam satu dekade ini kita dapat melihat perkembangan perbankan syariah di Indonesia terus menunjukkan perkembangan yang begitu cepat. Hal ini terlihat dari semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. syariah prinsipnya berdasarkan kaidah al-mudharabah. Berdasarkan prinsip
BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Prinsip bagi hasil (profit sharing) merupakan karakteristik umum dan landasan dasar bagi operasional bank syariah secara keseluruhan. Secara syariah prinsipnya berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seperti halnya bank konvensional juga berfungsi sebagai suatu lembaga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank berdasarkan prinsip syariah atau bank syariah atau bank Islam, seperti halnya bank konvensional juga berfungsi sebagai suatu lembaga intermediasi (intermediary
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyak pihak yang meyakini bahwa usaha kecil menengah (UKM) mampu untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melihat perekonomian negara Indonesia saat ini yang terus berkembang, banyak pihak yang meyakini bahwa usaha kecil menengah (UKM) mampu untuk meningkatkan perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan selanjutnya disebut UU Perbankan menyatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terdiri dari dua istilah, yaitu Baitul mall dan Baitul Tamwil. Pengertian BMT
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Baitul Maal wat Tamwil (BMT) merupakan suatu lembaga yang terdiri dari dua istilah, yaitu Baitul mall dan Baitul Tamwil. Pengertian BMT secara defenisi adalah balai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bank syariah dan Unit Usaha Syariah belum banyak seperti sekarang.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebelum Undang-Undang Perbankan Syariah ditetapkan, jumlah bank syariah dan Unit Usaha Syariah belum banyak seperti sekarang. Bahkan setelah difasilitasi oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peranan kredit dalan operasi bank sangat besar dan penting. Sebagian besar bank
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tugas pokok bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat yang memerlukannya. Oleh karena itu, peranan kredit dalan operasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam dunia perbankan, terutama perbankan syari ah tidak lepas dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam dunia perbankan, terutama perbankan syari ah tidak lepas dari berbagai permasalahan salah satunya adalah masalah pembiayaan. Pembiayaan merupakan kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Makhalul Ilmi, Teori dan Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syariah, UII Press, Yogyakarta, 2002, hlm.91. 2
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dinamika perkembangan lembaga keuangan syariah bank atau non bank di Indonesia adalah satu sisi yang menarik untuk dikaji. Ada optimisme yang besar bagi pendiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah perbankan syariah pada saat ini merupakan isu yang hangat dan banyak dibicarakan baik oleh praktisi perbankan syariah dan para ahlinya maupun para pakar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Subagyo, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta, 2002, hlm. 127.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Krisis moneter dan ekonomi sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis politik nasional telah menelan korban membawa musibah besar dalam perekonomian nasional. Salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat mengetahui produk apa yang akan mereka butuhkan.
BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Perusahaan yang bergerak di dunia bisnis memiliki berbagai macam produk yang dikeluarkan untuk mencapai tujuan. Tujuan didirikannya perusahaan yaitu memperoleh keuntungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kiprah dan sepak terjang industri perbankan syariah di tanah air. Hal ini dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan sistem perbankan syariah dalam sistem perbankan di Indonesia kini telah mendapatkan payung hukum tertinggi yang akan melindungi kiprah dan sepak terjang industri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank syari ah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berkembangnya bank Islam di Negara Islam berpengaruh ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank syari ah sebagai pilar ekonomi Islam mulai dilakukan.
Lebih terperinciSTRATEGI PENETAPAN MARGIN PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BMT AT- TAQWA MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT. LELI SUWITA Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat
MENARA Ilmu Vol. XI Jilid 1 No.76 Juli 2017 STRATEGI PENETAPAN MARGIN PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BMT AT- TAQWA MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT LELI SUWITA Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat A. PENDAHULUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, tidak terlepas dari peran lembagalembaga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Munculnya kesadaran umat Islam dalam mengkaji ajaran Islam untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, tidak terlepas dari peran lembagalembaga dakwah islam, majlis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun belakangan ini, terjadi pertumbuhan bank-bank yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Beberapa tahun belakangan ini, terjadi pertumbuhan bank-bank yang berbasis syariah. Dimana bank syariah adalah bank yang menerapkan prinsip syariah agama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. telah menjadikan manusia dengan berbagai naluri, di antaranya naluri hidup
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia memiliki kebutuhan hidup yang beragam jenisnya baik yang bersifat fisik maupun rohani. Sebagaimana diketahui bahwa Allah SWT telah menjadikan manusia
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Dasar Manajemen Risiko 1. Pengertian Manajemen Risiko Manajemen merupakan ilmu yang berhubungan dengan kepemimpinan, perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan
Lebih terperinciBAB I. berkembang adalah pendirian dan operasionalisasi BMT (Baitul maal wa. tamwil). Belakangan, perkembangan BMT (Baitul maal wa tamwil) tidak
BAB I A. Latar Belakang Salah satu uji coba yang cukup berhasil dan kemudian tumbuh berkembang adalah pendirian dan operasionalisasi BMT (Baitul maal wa tamwil). Belakangan, perkembangan BMT (Baitul maal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perbankan syariah pada era reformasi ditandai dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perbankan syariah pada era reformasi ditandai dengan disetujuinya Undang-Undang No 21 tahun 2008. Dalam undang-undang tersebut diatur dengan rinci landasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bidang keuangan, salah satunya adalah bank. Dalam al-qur an, istilah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan perekonomian di Indonesia diiringi dengan munculnya berbagai institusi komersial yang bergerak di bidang keuangan, salah satunya adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar karena peluang pasarnya yang luas sejurus dengan mayoritas. harus hati-hati dalam mengelola kegiatan operasionalnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan perbankan syari ah di Indonesia memiliki peluang besar karena peluang pasarnya yang luas sejurus dengan mayoritas penduduk di Indonesia. Perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Ismail, Perbankan Syariah, Prenadamedia Group, Jakarta, 2011, hlm 29-30
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu Negara maju dan berkembang di Indonesia, sangat membutuhkan bank sebagai tempat untuk melakukan transaksi keuangannya. Mereka menganggap bank merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan ekonomi Islam di Indonesia semakin lama semakin mendapatkan perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan usahanya agar lebih maju. pembiayaan berbasis Pembiayaan Islami.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan utama lembaga keuangan adalah menghimpun dan menyalurkan dana dalam bentuk kredit (Konvensional) atau pembiayaan (Syariah) kepada masyarakat yang membutuhkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syari ah dalam peristilahan internasional dikenal sebagai Islamic
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbankan syari ah dalam peristilahan internasional dikenal sebagai Islamic Banking. Peristilahan dengan menggunakan kata Islamic tidak dapat dilepaskan dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khususnya Baitul Maal wa Tamwil (BMT) selalu berupaya untuk. sehingga tercipta pemerataan ekonomi untuk semua kalangan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga keuangan syariah memiliki potensi yang besar dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat. Banyaknya lembaga keuangan khususnya Baitul Maal wa Tamwil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah dalam bentuk lembaga keuangan syari ah, yang sudah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BTM (Baitut Tamwil Muhammadiyah) merupakan amal usaha Muhammadiyah dalam bentuk lembaga keuangan syari ah, yang sudah berdiri selama 14 tahun, dan melakukan kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Artinya: Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS. Al- Baqarah : 275).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perbankan syariah pada era reformasi ditandai dengan disetujuinya Undang-Undang No.10 Tahun 1998. Dalam undang-undang tersebut diatur dengan rinci
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. unsur-unsur yang dilarang, berupa unsur perjudian (maisyir), unsur
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbankan sebagai entitas bisnis yang berperan penting dalam kegiatan pembangunan mengalami perkembangan yang signifikan. Paket kebijakan Oktober 1988, Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia, (diakses pada 15 November 2015). 3
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan bank syariah dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Perbankan syariah di Indonesia telah menjadi tolak ukur keberhasilan pertumbuhan dan eksistensi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan permasalahan dan kehidupan dunia yang semakin
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan permasalahan dan kehidupan dunia yang semakin maju dan berkembang, maka peradaban manusia pun akan selalu mengalami pergeseran dan perubahan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Pendekatan Jenis penelitian ini adalah field research atau penelitian lapangan. Penelitian lapangan adalah melakukan penelitian di lapangan untuk memperoleh
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. tersebut dikarenakan dari hasil penyaluran pembiayaan bank dapat
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pembiayaan Pembiayaan merupakan sumber pendapatan bagi bank syariah. Hal tersebut dikarenakan dari hasil penyaluran pembiayaan bank dapat meneruskan dan mengembangkan
Lebih terperinciDepartemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1988.
DAFTAR PUSTAKA Afrianti, A. Strategi Koperasi Jasa Keuangan Syariah dalam menekan tingkat Non Performing Financing (NPF),skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disetujuinya Undang-undang No.10 Tahun Dalam Undang-undang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perbankan syariah pada era reformasi ditandai dengan disetujuinya Undang-undang No.10 Tahun 1998. Dalam Undang-undang tersebut diatur dengan rinci landasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara dengan jumlah penduduk muslim
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar didunia, sehingga diperlukan adanya sebuah lembaga keuangan syariah. Sistem lembaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal wat Tamwil dan Koperasi Syariah merupakan lembaga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga Keuangan Syariah yang ruang lingkupnya mikro seperti Baitul Maal wat Tamwil dan Koperasi Syariah merupakan lembaga keuangan yang ditumbuhkan dari peran masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2004, h Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta: Ekonosia, 2003, h 96.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) merasa prihatin terhadap usaha kecil dan menengah, sehingga mulai merumuskan sistem keuangan yang lebih sesuai dengan kondisi
Lebih terperinciPENGARUH NON PERFORMING FINANCE
PENGARUH NON PERFORMING FINANCE (NPF) PEMBIAYAAN MUDHARABAH DAN NON PERFORMING FINANCE (NPF) PEMBIAYAAN MUSYARAKAH TERHADAP PROFITABILITAS PERBANKAN SYARIAH ( Studi Kasus pada PT.Bank Syariah Mandiri tahun
Lebih terperinciBAB IV. ANALISIS IMPLEMENTASI FATWA DSN NO. 03/DSN-MUI/IV/2000 TENTANG DEPOSITO PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA MUDHARABAH di BMT MASJID AGUNG DEMAK
BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI FATWA DSN NO. 03/DSN-MUI/IV/2000 TENTANG DEPOSITO PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA MUDHARABAH di BMT MASJID AGUNG DEMAK A. Analisis Perhitungan Nisbah Bagi Hasil Produk Simpanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semua organisasi, baik yang berbentuk badan usaha, badan yang bersifat publik ataupun lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan tentu mempunyai suatu tujuan sendiri-sendiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Muhamad, Sistem Bagi Hasil dan Pricing Bank Syariah, Yogyakarta: UII Press, 2016, h. 1.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Bank syariah lahir sebagai salah satu solusi alternatif terhadap persoalan pertentangan antara bunga bank dengan riba. Dengan demikian, keinginan umat Islam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan syariah pada tahun Salah satu uji coba yang cukup
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Majelis Ulama Indonesia (MUI) memberi rekomendasi agar didirikan lembaga perbankan syariah pada tahun 1990. Salah satu uji coba yang cukup berhasil dan kemudian tumbuh
Lebih terperinci