BAB III PERLUNYA ASEAN MEMBENTUK COMPETITION AUTHORITY. dan ekonomi antar negara-negara Eropa. Dilihat dari sejarahnya, Uni Eropa telah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III PERLUNYA ASEAN MEMBENTUK COMPETITION AUTHORITY. dan ekonomi antar negara-negara Eropa. Dilihat dari sejarahnya, Uni Eropa telah"

Transkripsi

1 41 BAB III PERLUNYA ASEAN MEMBENTUK COMPETITION AUTHORITY 3.1 European Union European Union (Uni Eropa) adalah bentuk kemitraan dalam bidang politik dan ekonomi antar negara-negara Eropa. Dilihat dari sejarahnya, Uni Eropa telah membantu menciptakan kedamaian, stabilitas, dan meningkatkan standar hidup negara anggota. Uni Eropa juga memiliki mata uangnya sendiri yang berguna untuk memudahkan terbentuknya pasar tunggal Eropa dimana orang, barang jasa, investasi dan modal bisa berpindah antar negara anggota semudah perpindahan di dalam satu negara. 79 Uni Eropa merupakan organisasi antar pemerintahan dan supranasional 80 yang berdiri dibawah Perjanjian Uni Eropa (perjanjian Maastricht 81 ) pada tahun Namun, latar belakang terbentuknya sudah dimulai jauh sebelum itu. Organisasi internasional ini bekerja melalui gabungan sistem supranasional dan antarpemerintahan. Di beberapa bidang, keputusan-keputusan ditetapkan melalui musyawarah dan mufakat di antara negara-negara anggota, dan di bidang-bidang 79 diakses pada 1 Desember Supranasional adalah metode pengambilan keputusan dalam komunitas politik multinasional, dimana kekuasaan ditransfer ke otoritas yang lebih luas daripada pemerintah negaranegara anggota. Karena keputusan dalam beberapa struktur supranasional diambil secara suara terbanyak, adalah mungkin untuk negara anggota dalam serikat tersebut dipaksa oleh negaranegara anggota lain untuk melaksanakan keputusan 81 Perjanjian Maastricht ditandatangani pada tanggal 7 Februari 1992 oleh anggotaanggota Komunitas Eropa di Maastricht, Belanda. Pada tanggal 9-10 Desember 1991, kota tersebut juga menjadi tuan rumah Dewan Eropa yang mendrafkan perjanjian ini. Setelah diberlakukan tanggal 1 November 1993 selama Komisi Delors, perjanjian ini membentuk Uni Eropa dan mendorong pembentukan mata uang tunggal Eropa, yaitu euro. 41

2 42 lainnya lembaga-lembaga organ yang bersifat supranasional menjalankan tanggung jawabnya tanpa perlu persetujuan anggota-anggotanya. 82 Salah satu cara mencapai integrasi Eropa adalah dengan membentuk Komunitas Eropa (European Community) yang beranggotakan negara-negara Eropa. Pada tahun 1951 melalui Treaty of Paris, enam negara Eropa (Belgia, Jerman, Perancis, Italia, Luxemburg, dan Belanda) membentuk The European Coal and Steel Community (ECSC) dengan tujuan untuk membentuk common market bagi industri batu bara dan baja. ECSC berdiri selama 50 tahun dan diintegrasikan dalam Komunitas Eropa setelah perjanjian pembentukan ECSC berakhir pada tanggal 23 Juli Perkembangan integrasi Eropa berikutnya terjadi pada tahun 1957, melalui Treaty of Rome atau yang biasa disebut sebagai Treaty Estabilishing the European Community (TEEC), yang membentuk The European Atomic Energy (Euratom) dan Masyarakat Ekonomi Eropa (European Economic Community). 83 Uni Eropa didirikan secara resmi melalui Treaty of Maastricht dan mulai berlaku pada tanggal 1 November Terdapat tiga pilar utama dalam struktur Uni Eropa yang diatur dalam Treaty of Maastricht, yaitu: European Communities, yang menangani kebijakan ekonomi, sosial, dan masalah lingkungan Uni Eropa; 2. Common Foreign and Security Policies (CFSP), yang menangani urusan luar negeri dan kemiliteran Uni Eropa; dan 82 diakses pada 1 Desember Fanny Alda Putri, Masalah Keberlakuan Hukum Internasional dalam Sistem Hukum Regional Uni Eropa,, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2013, h Ibid, h. 9

3 43 3. Police and Judicial Co-operation in Criminal Matters (PJCC), yang bertanggung jawab atas kerjasama mengenai pemberantasan tindak criminal. PJCC dulu bernama Justice and Home Affairs (JHA). Baik TEEC dan Treaty of Maastricht kemudian direvisi dan dituangkan dalam Treaty of Amsterdam dan Treaty of Nice. Untuk menyederhanakan perjanjian- perjanjian internasional pembentuk Uni Eropa yang ada, 25 kepala negara dari negara anggota Uni Eropa mengajukan pembentukan Konsitusi Uni Eropa. Ide ini tidak terwujud karena tidak tercapai kesepakatan antara negaranegara anggota Uni Eropa. Pada akhirnya tercetuslah untuk mengubah perjanjianperjanjian tersebut ke dalam suatu reform treaty yang kemudian disebut dengan Treaty of Lisbon. Pada tanggal 13 Desember 2007, the European Council menandatangani Treaty of Lisbon yang kemudian baru berlaku pada bulan Desember Treaty of Lisbon menghapus ketiga pilar dalam struktur Uni Eropa serta mengubah nama Treaty Estabilishing the European Union menjadi Treaty Functioning of the European Union (TFEU) dan Treaty of Maastricht menjadi Treaty of the European Union (TEU) Sumber Hukum Uni Eropa Sebagaimana sistem hukum regional lainnya, hukum regional Uni Eropa juga memiliki sumber hukum, yaitu : Primary Legislation, yang terdiri dari perjanjian-perjanjian internasional yang merupakan anggaran dasar Uni Eropa; 2. Perjanjian Internasional yang dibuat oleh Uni Eropa dengan pihak ketiga; 85 Ibid h Ibid h. 11

4 44 3. Secondary Legislation, yang berupa produk legislasi institusi-institusi Uni Eropa yang terdiri dari regulation, directive, dan decision, serta produk nonlegislasi Uni Eropa yang terdiri dari recommendation dan opinion; 4. Prinsip Hukum Umum; dan 5. Perjanjian-perjanjian yang dibuat antara negara anggota Uni Eropa The Institutions Sumber : Prof. Dr. Wolfgang Schumann, Institutional Structure at Supranational level (I), Dikunjungi pada 20 November 2014 Berdasarkan Article 13 TEU ada 7 Institusi utama yang dipercayakan untuk mengurus EU, yaitu : 1. The Commision European Commission (Komisi Eropa) merupakan institusi di Uni Eropa yang tidak berhubungan dengan negara anggota Uni Eropa. Komisi Eropa bekerja

5 45 atas nama Uni Eropa secara keseluruhan. Jika dibandingkan dengan kewenangan yang ada dalam suatu negara, Komisi Eropa merupakan lembaga eksekutif. 87 Komisi Eropa dan Presiden-nya memiliki 4 peran, yaitu : 88 - Mempromosikan kepentingan umun Uni Eropa - Mengawasi penerapan hukum Uni Eropa - Mengeksekusi pelaksanaan penganggaran - Representasi eksternal Dalam masa kerjanya, Komisi Eropa bertanggung jawab kepada Parlemen Eropa. Jika Parlemen Eropa merasa tidak puas dengan kinerja Komisi Eropa, maka Parlemen Eropa dapat mengajukan motion of cencure sebagaimana diatur dalam Pasal 17 ayat (8) TEU Pasal 17 ayat (8) berbunyi : The Commission, as a body, shall be responsible to the European Parliament. In accordance with Article 267 of the Treaty on the Functioning of the European Union,the European Parliament may vote on a motion on censure of the Commission. If such amotion is carried, the members of the Commission shall resign as a body and the HighRepresentative of the Union for Foreign Affairs and Security Policy shall resign from the duties that he or she carries out in the Commission. 89 Wewenang The Commission berdasarkan Article 17 TEU : The Commission shall promote the general interest of the Union and take appropriate initiatives to that end. It shall ensure the application of the 87 Ibid, h Jens Peter-Bonde, ed., Consolidated Reader-Friendly Edition of the Treaty of European Union (TEU) and the Treaty on the Functioning of European Union (TFEU) as amended by the Treaty of Lisbon (2007), Foundation for EU Democracy, Denmark, 2008, h Fanny Alda Putri, Masalah Keberlakuan Hukum Internasional dalam Sistem Hukum Regional Uni Eropa,, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2013, h The Treaty of European Union, Article 17(1)& 17(2)

6 46 Treaties, and of measures adopted by the institutions pursuant to them. It shall oversee the application of Union law under the control of the Court of Justice of the European Union. It shall execute the budget and manage programmes. It shall exercise coordinating, executive and management functions, as laid down in the Treaties. With the exception of the common foreign and security policy, and other cases provided for in the Treaties, it shall ensure the Union's external representation. It shall initiate the Union's annual and multiannual programming with a view to achieving interinstitutional agreements President of The Commission Komisi mendukung kepentingan umum Uni Eropa dan mengambil inisiatif yang tepat untuk itu. Komisi harus menjamin penerapan the Treaty, dan langkah-langkah yang diadopsi oleh institusi lainnya telah sesuai dengan aturan yang ada. Komisi akan mengawasi penerapan hukum Uni Eropa dibawah kendali (European Court of Justice). Komisi membuat anggaran dan mengelola program. Komisi harus melaksanakan koordinasi eksekutif dan fungsi manajemen, seperti yang tercantum dalam the Treaties. Dengan pengecualian dari asing umum dan kebijakan keamanan, dan kasus-kasus lain yang diatur dalam the Treaties, hal itu harus menjamin representasi eksternal Uni Eropa. 2. Union legislative may only be adopted on the basis of a Commission proposal, except where the Treaties provide otherwise. Other acts shall be adopted on the basis of a Commission proposal where the Treaties so provide.

7 47 Tindakan legiselatif Uni Eropa harus dilakukan atas persetujuan dari Komisi eropa kecuali jika di dalam perjanjian menetapkan lain. Tindakan lainnya yang dilakukan Uni Eropa harus atas usul Komisi Eropa dimana dalam The Treaties menetapkan demikian. (i) Legislative Power Komisi Eropa memiliki peran yang sangat penting dalam proses legiselatif, seperti yang sudah diterangkan sebelumnya pada Article 17(2) TEU bahwa Komisi Eropa memiliki hak inisiatif, yang menempatkannya berada di garis terdepan dalam hal pengembangan kebijakan. Kebanyakan rancangan undangundang akan disetujui oleh the Council dan the European Parliament, tetapi Komisi Eropa memiliki hak inisiatif yang memungkinkannya untuk bertindak sebagai motor of integration untuk Uni Eropa. Namun kenyataannya the Council yang banyak berperan dalam inisiatif pembuatan undang-undang. 91 Cara kedua, Komisi Eropa pada proses legiselatif juga memiliki hak untuk mengembangan rencana pembuatan undang-undang setiap tahunnya. Seperti yang dijelaskan Article 17(1) TEU Komisi Eropa juga membentuk prioritas pengaturan agenda untuk Uni Eropa untuk tahun yang akan datang. Hal ini, terangkum dalam rencana program tahunan dengan maksud untuk mencapai kesepakatan antar lembaga. 92 Komisi Eropa juga memiliki pengaruh terhadap kebijakan Uni Eropa dalam cara ketiga, yaitu dalam membangun strategi kebijakan secara general. Contohnya the Commission s White Paper pada saat penyelesaian pasar internal, yang 91 Paul Craig dan Graine de Burca, EU Law: Text, Cases, and Materials, Oxford University Press, 2011, h Ibid

8 48 berbentuk tindakan Eropa tunggal. Inisiatif Komisi Eropa dibawah pimpinan Jacques Delors memberikan kontribusinya dalam Pembangunan Ekonomi dan Serikat Moneter. 93 Cara ke-empat Komisi Eropa menjalankan kekuasaan legiselatifnya adalah melalui kapasitas, di beberapa daerah tertentu untuk memberlakukan norma Uni Eropa tanpa melibatkan lembaga Uni Eropa lainnya. 94 Menurut Article 290 TFEU 95 Komisi Eropa melatih kekuasaan delegasinya dengan diberikan delegasi oleh the Council dan European Parliament untuk membuat regulasi dalam bidang tertentu. 96 (i) Administrative Power Komisi Eropa memiliki tanggung jawab yang signifikan dalam hal wewenang administrative. Sesuai Article 17(1) TEU yang menyebutkan bahwa Komisi Eropa harus mengurus program. Kebijakan sekali dibuat, harus didaftarkan. Undangundang, sekali berlaku harus dilaksanakan dengan baik. Biasanya hal ini akan melalui proses administrasi bersama, menggunakan badan-badan nasional. Komisi Eropa akan melakukan pengawasan secara general, untuk meyakinkan bahwa peraturan yang ada benar-benar terlaksana dalam negara-negara anggota. 97 (ii) Executive Power 93 Ibid 94 Ibid 95 A legislative act may delegate to the Commission the power to adopt non-legislative acts to supplement or amend certain non-essential elements of the legislati- ve act. The objectives, content, scope and duration of the delegation of power shall be explicitly defined in the legislative acts. The essential elements of an area shall be reserved for the legislative act and accordingly shall not be the subject of a delegation of power. 96 Paul Craig dan Graine de Burca, Op.Cit., h Ibid, h.38

9 49 Komisi Eropa memiliki tanggung jawab dari sifat eksekutif, yaitu : terkait dengan keuangan dan mengenai hubungan eksternal. Komisi Eropa memiliki peran penting dalam pembentukan anggaran belanja Uni Eropa, dan juga dalam hal pengeluaran, terutama dalam dukungan pertanian yang berpengaruh besar terhadap anggaran belanja Uni Eropa dan kebijakan structural, yang didesain untuk membantu daerah-daerah miskin, menyesuaikan penurunan industry, dan memerangi pengangguran jangka panjang. 98 (iii) Judicial Power Komisi Eropa memiliki 2 macam wewenang yudisial. Sesuai Article 17(1) TEU, bahwa Komisi Eropa harus memastikan penerapan The Treaties, dan hukum yang dibuat sudah berdasarkan ketentuan didalamnya. Melakukan pengawasan bahwa penerapan Hukum Uni Eropa dibawah kontrol ECJ ( European Court of Justice). 99 Komisi Eropa akan memberikan tindakan terhadap negara-negara anggota jika mereka melanggar hukum Uni Eropa. 100 Tindakan tersebut sesuai dengan Article 258 TFEU 101, berikut ini adalah sistematika sebelum membawa negara anggota ke Pengadilan : Surat pemberitahuan resmi kepada negara, Respon oleh Negara Anggota, Keputusan Pengadilan Ibid 99 Ibid 100 Ibid 101 If the Commission considers that a Member State has failed to fulfil an obligation under the Treaties, it shall deliver a reasoned opinion on the matter after giving the State concerned the opportunity to submit its observations. If the State concerned does not comply with the opinion within the period laid down by the Commission, the latter may bring the matter before the Court of Justice of the European Union. 102 Jens Peter-Bonde, Op.Cit., h. 39

10 50 Komisi Eropa juga bertindak dalam bidang tertentu sebagai penyelidik dan hakim awal dari Treaty Violation (pelanggaran perjanjian), baik dari perusahaan privat atau pun dari negara anggota. Bidang yang paling penting adalah kebijakan kompetisi dan membantu negara. Keputusan Komisi Eropa akan ditinjau oleh Pengadilan Umum. Terlepas dari judicial review, Komisi Eropa memiliki wewenang dalam hal investigasi dan ajudikatif, hal tersebut menjadi alat yang penting untuk pengembangan kebijakan Uni Eropa. 103 President of the Commission Berdasarkan Article 17 (7) TEU Presiden Komisi Eropa diusulkan dari mayoritas Perdana Menteri yang berkualitas, the European Parliament akan menyetujui juka mayoritas anggota menyutujui, jika ditolak maka kandidat yang baru akan dipilih dalam waktu 1 bulan dengan prosedur yang sama. The Council, melalui kesepakatan bersama dengan Presiden terpilih, akan mengadopsi daftar orang-orang yang mengusulkan untuk diangkat sebagai anggota Komisi Eropa. Mereka harus dipilih, atas dasar saran yang dibuat oleh negara-negara anggota. 104 Wewenang Presiden Komisi Eropa : Memutuskan pedoman dan internal organisasi, - Menunjuk wakil Presiden dan memberhentikan anggota Seorang anggota Komisi mengundurkan diri jika Presiden memintanya. Perwakilan Tinggi Uni Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan akan 103 Paul Craig dan Graine de Burca, Loc.Cit., h Jens Peter-Bonde, Op.Cit., h Ibid, h.25

11 51 mengundurkan diri, sesuai dengan prosedur yang diatur dalam Pasal 18 (1), jika Presiden memintanya. 106 Prosedur Anti Kompetitif Agreements (Perjanjian anti kompetisi) Berdasarkan Article 101 TFEU, perjanjian yang dilarang adalah perjanjian yang antar perusahaan yang mencegah, membatasi, atau mendistorsi persaingan di Uni Eropa dan yang dapat mempengaruhi perdagangan antar negara anggota (perjanjian anti kompetitif). Termasuk menetapkan harga atau kartel, perjanjian anti kompetitif dilarang baik yan bersifat horizontal (antara perusahaan yang beroperasi pada tingkat yang sama) atau pun vertikal (pada tingkat berbeda). 107 Prosedur berdasarkan pasal 101 TFEU : 1. Adanya keluhan; 2. Melakukan inisiatif untuk penyelidikan sendiri 3. Pengajuan keringanan hukuman dari salah satu peserta kartel. Dalam program Kemurahan hati Komisi, perusahaan pertama yang mengajukan bukti yang cukup untuk Komisi baik untuk memulai inspeksi atau memungkinkan untuk menemukan pelanggaran menerima pembebasan penuh (kekebalan total). Ketika berlaku kekebalan, perusahaan juga harus mengakhiri keikutsertaannya dalam pelanggaran. Perusahaan yang mendekati Komisi dan kemudian berkontribusi memiliki nilai yang lebih untuk penyelidikan dan memenuhi syarat untuk pengurangan denda, dalam hal pengajuan kekebalan syarat dan ketentuan yang berlaku juga sama. 108 Desember Ibid 106 the Treaty of European Union, Article 17(6) 107 European Union, Procedures in anticompetitive agreements, dikunjungi pada 13

12 52 Kekuatan investigasi Komisi untuk menegakkan Pasal 101 diatur dalam Peraturan Antitrust. Komisi diberdayakan, misalnya, untuk: Mengirim permintaan informasi kepada perusahaan; - Dalam konteks pemeriksaan : 1. Memasuki tempat perusahaan; 2. Memeriksa catatan yang berhubungan dengan bisnis; 3. Mengambil salinan catatan-catatan; 4. Segel tempat usaha dan catatan selama pemeriksaan; 5. Meminta anggota staf atau perusahaan perwakilan pertanyaan yang berkaitan dengan subjek-materi dan tujuan pemeriksaan dan mencatat jawaban. Pada akhir fase investigasi awal, Komisi dapat mengambil keputusan untuk melanjutkan kasus ini sebagai prioritas dan melakukan penyelidikan mendalam, atau untuk menutupnya. Dalam kasus kartel, jika kasus itu harus dilanjutkan, Komisi memutuskan apakah atau tidak kasus ini cocok untuk prosedur penyelesaian. 110 Antitrust Procedures in Abuse of Dominance (Prosedur Antitrust dari Posisi Dominan) Berdasarkan Article 102 TFEU, posisi dominan dilarang dalam suatu pasar tertentu. Kasus mengenai Article 102 ini dapat ditangani oleh Komisi Eropa atau pun badan pengawas nasional yang menjadi tempat kasus tersebut terjadi. 109 Ibid 110 Ibid

13 53 Investigasi dapat dilakukan setelah adanya laporan dari negara yang merasa dirugikan atau melalui investigasi secara mandiri. 111 Langkah pertama yang dilakukan Komisi adalah menilai apakah pelaku usaha tersebut dominan atau tidak, Komisi juga mengambil faktor-faktor lain dipertimbangkan dalam penilaian mengenai dominasi, termasuk kemudahan yang pelaku usaha lain dapat memasuki pasar; adanya tambahan bea masuk karena konsumen; ukuran keseluruhan dan kekuatan perusahaan dan sumber daya dan sejauh mana itu hadir pada beberapa tingkat rantai pasokan (integrasi vertikal). 112 Kekuatan investigasi Komisi untuk menegakkan Pasal 102 yang tertera dalam Peraturan 1/2003 (Peraturan Antitrust). Komisi diberdayakan, misalnya, untuk: Mengirim permintaan informasi kepada perusahaan; - Dalam konteks pemeriksaan: 1. memasuki tempat perusahaan; 2. memeriksa catatan yang berhubungan dengan bisnis; 3. mengambil salinan catatan-catatan; 4. segel tempat usaha dan catatan selama pemeriksaan; 5. meminta anggota staf atau perusahaan perwakilan pertanyaan yang berkaitan dengan subjek-materi dan tujuan pemeriksaan dan mencatat jawaban. Pada akhir fase investigasi awal, Komisi dapat mengambil keputusan untuk menjadikan kasus ini sebagai prioritas dan melakukan penyelidikan mendalam, atau untuk menutupnya. 111 Ibid 112 Ibid 113 Ibid

14 54 Merger Control Procedures Dasar hukum untuk Control Merger Uni Eropa adalah Peraturan Dewan (EC) No 139/2004, EU Merger Regulation. Peraturan tersebut melarang merger dan akuisisi yang signifikan akan mengurangi kompetisi di Pasar Tunggal, misalnya jika mereka akan membuat perusahaan dominan yang cenderung menaikkan harga bagi konsumen. 114 Komisi pada prinsipnya hanya meneliti merger lebih besar dengan dimensi Uni Eropa, yang berarti bahwa perusahaan penggabungan mencapai ambang batas omset tertentu. Ada dua cara alternatif untuk mencapai ambang batas omset untuk dimensi Uni Eropa. 115 Alternatif pertama membutuhkan: (i) omset seluruh dunia gabungan dari semua perusahaan penggabungan lebih dari juta dan (ii) omset luas Uni Eropa untuk masing-masing setidaknya dua dari perusahaan lebih dari 250 juta. Alternatif kedua membutuhkan: (i) omset seluruh dunia dari semua perusahaan penggabungan lebih juta, (ii) omset gabungan dari semua perusahaan penggabungan lebih dari 100 juta dalam setiap setidaknya tiga negara anggota, (iii) omset lebih dari 25 juta untuk masing-masing setidaknya dua dari perusahaan di masing-masing negara anggota tiga termasuk dalam ii, dan 114 Ibid 115 Ibid

15 55 (iv) omset Uni Eropa-lebar dari masing-masing setidaknya dua perusahaan lebih dari 100 juta. Dalam kedua alternatif, dimensi Uni Eropa tidak terpenuhi jika setiap perusahaan arsip lebih dari dua pertiga dari omset Uni Eropa-lebar dalam satu dan Negara Anggota yang sama. Sekitar 300 merger biasanya diberitahukan kepada Komisi setiap tahun. 116 Merger kecil bukan merupakan wewenang Uni Eropa tetapi merupakan kewenangan otoritas persaingan usaha negaranya. Ada mekanisme rujukan di tempat yang memungkinkan negara-negara anggota dan Komisi untuk menyerahkan kasus tersebut antara mereka, baik atas permintaan perusahaan yang terlibat dan Negara Anggota. 117 Komisi harus diberitahu tentang merger manapun dengan dimensi Uni Eropa sebelum pelaksanaannya. Perusahaan dapat menghubungi Komisi terlebih dahulu untuk melihat bagaimana mempersiapkan terbaik pemberitahuan mereka. Ada template pra-siap digunakan untuk memberitahu merger mereka, berdasarkan pada kompleksitas kasus. 118 Jika perusahaan penggabungan tidak beroperasi di pasar yang sama atau terkait, atau jika mereka memiliki pangsa pasar hanya sangat kecil tidak mencapai ambang batas pangsa pasar tertentu merger akan biasanya tidak menimbulkan masalah persaingan yang signifikan: review merger karena itu dilakukan oleh disederhanakan prosedur, yang melibatkan pemeriksaan rutin Ibid 117 Ibid 118 Ibid 119 Ibid

16 56 Batas pangsa pasar adalah: 15% gabungan pangsa pasar di pasar apapun di mana mereka berdua bersaing, atau pangsa pasar 25% di pasar vertikal terkait. Komisi melakukan penyelidikan penuh. Rincian pemberitahuan baru dipublikasikan di situs kompetisi Komisi dan dalam Jurnal Resmi Uni Eropa, sehingga setiap pihak yang berkepentingan dapat menghubungi Komisi dan menyampaikan komentar pada merger. 120 Setelah pemberitahuan, Komisi memiliki 25 hari kerja untuk menganalisis kesepakatan selama fase I penyelidikan. Lebih dari 90% dari semua kasus diselesaikan di Tahap I, umumnya tanpa memperbaiki. 121 Fase I tinjauan mungkin melibatkan berikut: 1. Permintaan informasi dari perusahaan penggabungan atau pihak ketiga; 2. Kuesioner kepada pesaing atau pelanggan yang mencari pandangan mereka tentang merger, serta kontak lain dengan pelaku pasar, yang ditujukan untuk menjelaskan kondisi untuk persaingan di pasar tertentu atau peran perusahaan yang bergabung di pasar itu. 122 Ada dua kesimpulan utama dari tahap I investigasi: 1. Merger ini dibersihkan, baik tanpa syarat atau tunduk pada obat diterima; atau 2. Merger ini masih menimbulkan kekhawatiran persaingan dan Komisi membuka penyelidikan tahap II. 123 Tahap II adalah analisis mendalam dari efek merger terhadap kompetisi dan membutuhkan lebih banyak waktu. Hal ini dibuka ketika kasus ini tidak bisa 120 Ibid 121 Ibid 122 Ibid 123 Ibid

17 57 diselesaikan dalam Tahap I, yaitu ketika Komisi memiliki kekhawatiran bahwa transaksi bisa membatasi persaingan di pasar internal. Penyelidikan tahap II biasanya melibatkan pengumpulan informasi yang lebih luas, termasuk dokumen internal perusahaan, data ekonomi yang luas, kuesioner yang lebih rinci pelaku pasar, dan / atau kunjungan lapangan. 124 Dari pembukaan penyelidikan Tahap II, Komisi memiliki 90 hari kerja untuk membuat keputusan akhir pada kompatibilitas transaksi yang direncanakan dengan Peraturan Merger UE. Hal ini dapat diperpanjang dengan tambahan 15 hari kerja jika pihak yang memberitahukan menawarkan komitmen kemudian pada fase II (yaitu setelah hari kerja ke-55 kasus). Ekstensi lebih lanjut hingga 20 hari kerja dapat diberikan atas permintaan oleh, atau dengan persetujuan, pihak yang memberitahukan. Jika pihak memberitahukan tidak memberikan informasi penting yang Komisi telah diminta dari mereka, jam bisa dihentikan sampai informasi yang hilang tersebut. 125 Setelah investigasi tahap II, Komisi dapat tanpa syarat menghapus merger; atau Menyetujui subjek merger untuk obat; atau Melarang merger jika tidak ada solusi yang memadai terhadap masalah kompetisi telah diajukan oleh pihak penggabungan. 126 Semua keputusan akhir - baik tahap I dan tahap II - yang dipublikasikan di situs kompetisi, setelah referensi untuk informasi yang bersifat rahasia perusahaan telah dihapus Ibid 125 Ibid 126 Ibid 127 Ibid

18 58 2. The European Parliament European Parliament (Parlemen Eropa) adalah parlemen yang terdiri dari orang-orang yang merupakan perwakilan dari masyarakat Uni Eropa. Pada awalnya, Parlemen Eropa adalah gabungan dari ECSC Joint Assembly, EEC Assembly, dan Euratom Assembly. Gabungan dari tiga majelis dalam Komunitas Eropa tersebut kemudian berganti nama menjadi Parlemen Eropa saat dibentuknya TEU pada tahun Sejak diberlakukannya Treaty of Lisbon pada tanngal 1 Desember 2009, jumlah kursi yang ada di Parlemen adalah 754 kursi. 129 Jumlah ini melebihi jumlah kursi yang diatur dalam Pasal 14 ayat (2) TEU The European Parliament shall be composed of representatives of the Union's citizens. They shall not exceed seven hundred and fifty in number, plus the President. Representation of citizens shall be degressively proportional, with a minimum threshold of six members per Member State. No Member State shall be allocated more than ninety-six seats Pada umumnya, jumlah minimal kursi yang dimiliki setiap negara anggota Uni Eropa adalah enam kursi dan jumlah maksimalnya adalah 96 kursi. Pembagian jumlah kursi Parlemen Eropa didasarkan pada jumlah penduduk dari negara anggota. Semakin banyak jumlah penduduk dari suatu negara, maka kuota kursi yang dimiliki oleh negara tersebut semakin banyak.terdapat pengecualian terhadap aturan ini karena baru berlakunya Treaty of Lisbon pada 128 Klaus-Dieter Borchardt, The ABC of European Union Law, (Luxemburg: Publication Office of European Union, 2010), h. 45, dikutip dari Fanny Alda Putri, Masalah Keberlakuan Hukum Internasional dalam Sistem Hukum Regional Uni Eropa,, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2013, h Ibid 130 Ibid, h.44

19 59 tahun Pengecualian tersebut yaitu Jerman dalam periode legislatif memiliki 99 anggota Parlemen Eropa. 131 Pemilihan anggota Parlemen Eropa dilakukan setiap lima tahun sekali. Setiap masyarakat Uni Eropa berhak untuk memilih dan dipilih menjadi anggota Parlemen Eropa. 132 Para anggota Parlemen Eropa tidak terbagi-bagi berdasarkan nasionalitas mereka masing-masing, tetapi terbagi berdasarkan kelompokkelompok politik. 133 Kelompok-kelompok politik ini merupakan kelompok politik yang pada dasarnya terdapat juga di negara-negara anggota Uni Eropa. Kelompok-kelompok politik tersebut yaitu: 1. Group of European s People Party (Christian Democrats) 2. Socialist Group 3. Alliance of Liberals and Democrats for Europe 4. Greens/European Free Alliance 5. European Conservatives and Reformists 6. Europe of Freedom and Democracy Group 7. European United Left-Nordic Green Left 8. Non-attached Group Wewenang Parlemen Eropa dibagi 3 yaitu : wewenang legiselatif, pemberhentian dan pengangkatan, dan pengawasan. Dalam hal wewenang 131 Ibid 132 Damian Chalmers dan Adam Tomkins, European Union Public Law, (Cambridge: Cambridge University Press, 2007), h. 112, dikutip dari Fanny Alda Putri, Masalah Keberlakuan Hukum Internasional dalam Sistem Hukum Regional Uni Eropa,, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2013, h Ali M. El-Agraa, European Union: Economics and Policies, (Cambridge: Cambridge University Press, 2007), h.53 dikutip dari Fanny Alda Putri, Masalah Keberlakuan Hukum Internasional dalam Sistem Hukum Regional Uni Eropa,, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2013, h. 44

20 60 legiselatif Parlemen Eropa berperan sebagai legislator dalam proses konsultasi (consultation) dan dalam proses co-decision (ordinary legislative procedure). Dalam proses konsultasi, Parlemen dimintakan pendapat atas suatu proposal peraturan perundang-undangan dan Parlemen berhak untuk memberikan amandemen. Dalam proses co-decision, selain dimintakan pendapat dan memberikan amandemen terhadap suatu proposal, Parlemen memiliki hak untuk tidak menyetujui proposal. 134 TABEL KOMPOSISI ANGGOTA PARLEMEN EROPA Negara Anggota Uni Eropa Jumlah Perwakilan di Uni Eropa Jerman 99 Perancis 74 Italia 73 Inggris 73 Spanyol 54 Polandia 51 Romania 33 Belanda 26 Belgia 22 Republik Ceko 22 Yunani 22 Hungaria 22 Portugal Chalmers, Op.Cit., h.114

21 61 Swedia 20 Bulgaria 18 Australia 19 Denmark 13 Slovakia 13 Finlandia 13 Irlandia 12 Lithuania 12 Latvia 9 Slovenia 8 Estonia 6 Siprus 6 Luksemburg 6 Malta 6 Sumber : Fanny Alda Putri, MASALAH KEBERLAKUAN HUKUM INTERNASIONAL DALAM SISTEM HUKUM REGIONAL UNI EROPA,, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2013, h. 45 Wewenang pemberhentian dan pengangkatan oleh Parlemen Eropa, akuntabilitas Komisi Eropa terhadap Parlemen Eropa secara bertahap telah diperkuat. Karena Parlemen Eropa selalu memiliki wewenang untuk mengecam Komisi Eropa dan menuntut pengunduran dirinya. Tetapi, wewenang ini tidak pernah digunakan oleh Parlemen Eropa, meskipun kecaman telah diajukan

22 62 terhadap Komisi Eropa, termasuk selama periode pengunduran diri santer terdengar pada tahun Sejak Perjanjian Maastricht Parlemen Eropa juga memiliki hak untuk berpartisipasi dalam pengangkatan Komisi Eropa. Berdasarkan Article 14(1) TEU menyatakan bahwa Parlemen Eropa harus memilih Presiden Komisi Eropa. The European Parliament shall, jointly with the Council, exercise legislative and budgetary functions. It shall exercise functions of political control and consultation as laid down in the Treaties. It shall elect the President of the Commission. Namun sebaliknya pada Article 17(7) TEU menerangkan bahwa Dewan Eropa ikut ambil andil dalam memilih kandidat Presiden Komisi Eropa untuk nantinya dipilih oleh Parlemen Eropa oleh mayoritas anggota komponennya. Jika kandidat tersebut tidak memperoleh mayoritas suara yang diperlukan maka Dewan Eropa akan mencari kandidat lain yang memenuhi syarat dalam waktu 1 bulan dan mengajukannya lagi ke Parlemen Eropa untuk dipilih. Hal ini tidak memberikan Parlemen Eropa hak untuk memilih Presiden Komisi Eropa secara mandiri, kandidat akan diajukan oleh Dewan Eropa dan harus diterima oleh partai terbesar di Parlemen Eropa. 136 Dalam hal anggota Court of Auditors dan Presiden, Wakil Presiden, dan Dewan eksekutif Bank Sentral Eropa, Parlemen Eropa harus berkonsultasi dengan Dewan Eropa dan negara-negara anggota, tetapi persetujuan tidak diperlukan. 137 Wewenang pengawasan, Parlemen Eropa melakukan pengawasan terhadap institusi lain dalam Uni Eropa, khususnya Komisi Eropa, dengan cara mengajukan 135 Paul Craig dan Graine de Burca, Op.Cit., h Ibid 137 Ibid

23 63 pertanyaan dan membentuk komite penyelidikan. Peraturan mengenai komite penyelidikan sebelum diatur dalam Articles 226 dan 227 TFEU diatur juga dalam Perjanjian Maastricht. 138 Parlemen Eropa menerapkan pengawasan demokratis (democratic supervision) kepada institusi-institusi Uni Eropa lainnya. 139 Fungsi pengawasan Parlemen Eropa dapat juga dilakukan melalui pengawasan secara reguler terhadap laporan yang dibuat oleh Komisi Eropa. Selain melakukan pengawasan terhadap Komisi Eropa, Parlemen Eropa juga mengawasi kinerja dari Dewan Anggota Parlemen Eropa memiliki hak bertanya kepada Dewan mengenai isu-isu tertentu yang sedang berlangsung dalam pertemuan Dewan. 140 Perjanjian Maastricht juga mengatur mengenai pengangkatan oleh Parlemen dari Ombudsman. Ombudsman adalah untuk menerima pengaduan dari warga serikat pekerja atau penduduk, warga negara ketiga atau badan hukum, mengenai kasus maladministrasi dalam kegiatan lembaga serikat, badan, kantor, atau instansi serta melakukan pertanyaan yang ia temukan alasan, baik sendiri inisiatif atau atas dasar pengaduan yang disampaikan kepadanya langsung atau melalui negara-negara anggota parlemen Eropa. Ombudsman ditunjuk selama Parlemen Eropa dan dalam kasus kesalahan serius atau pemenuhan non kondisi kantor ECJ tersebut, atas permintaan Parlemen Eropa yang memberhentikan pemegang kantor Ibid 139 Chalmers, Op.Cit., h Ibid 141 Paul Craig dan Graine de Burca, Op.Cit., h. 56

24 64 Wewenang dalam mengatur anggaran, Parlemen Eropa menggunakan kekuasaannya atas anggaran untuk menekan perubahan yang lebih umum alokasi antar lembaga kekuasaan dan konflik kadang-kadang berakhir di pengadilan. Diatur dalam Article 314 TFEU mengenai prosedurnya yang lebih mengarah kepada prosedur legiselatif The Council The Council (Dewan) terdiri dari menteri-menteri perwakilan dari negaranegara anggota Uni Eropa yang nantinya akan melakukan tindakan pemerintahan dan memberikan hak suaranya. Sesuai dengan Article 16(2) TEU The Council shall consist of a representative of each Member State at ministerial level, who may commit the government of the Member State in question and cast its vote. Tugas utama Dewan adalah bersama Parlemen Eropa membentuk produk legislasi Uni Eropa, yaitu regulation, directive, dan decision. 143 Ada pun tugas lain dari Dewan adalah sebagai berikut: 1. mengkoordinasikan peraturan negara anggota Uni Eropa yang beragam mengenai ekonomi dan sosial; 2. membentuk perjanjian internasional antara Uni Eropa dengan negara lain yang bukan negara anggota atau dengan organisasi internasional lainnya; 3. menyetujui anggaran Uni Eropa bersama dengan Parlemen Eropa; 4. mendefiniskan dan mengimplementasikan Common Foreign and Security Policy (CFSP) berdasarkan pedoman yang telah dibuat oleh Komisi Eropa; 142 Ibid, h Borchardt, Op.Cit., hal. 48

25 65 5. mengkoordinasikan kerjasama antara pengadilan nasional negara anggota dan juga penegak hukum lainnya. 144 Dewan tidak memiliki anggota tetap karena agenda yang dibahas ditiap pertemuan berbeda, misalnya saat ini yang menjadi fokus Uni Eropa adalah tentang peraturan yang terkait dengan ekonomi maka dalam pertemuan Dewan tersebut hanya boleh dihadiri oleh satu menteri yang mengurusi tentang ekonomi dari tiap negara anggota Uni Eropa. 145 Dewan terbagi menjadi sembilan berdasarkan tema utama yang menjadi agenda pertemuan, yaitu: 1. Dewan Urusan Umum dan Hubungan Luar Negeri (General Affairs and External Affairs); 2. Dewan Ekonomi dan Finansial (Economic and Financial Affairs); 3. Dewan Urusan Hukum; 4. Dewan Ketenaga kerjaan, Sosial, Kesehatan, dan Konsumen (Empolyment, Social Policy, Health and Consumer Affairs); 5. Dewan Persaingan Usaha; 6. Dewan Transportasi, Telekomunikasi dan Energi; 7. Dewan Pertanian dan Perikanan; 8. Dewan Lingkungan; dan 9. Dewan Pemuda, Pendidikan, dan Kebudayaan Ibid 145 European Commission, How the EU Works: Your Guide to European Union Institutions, (Brussel: EU Directorate-General of Communication, 2007), h.16, dikutip dari Fanny Alda Putri, Masalah Keberlakuan Hukum Internasional dalam Sistem Hukum Regional Uni Eropa,, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2013, h Ibid

26 66 Dewan akan melakukan pertemuan jika Presiden Dewan menyelenggarakan pertemuan dengan inisiatifnya, atau atas permintaan dari salah satu negara anggota, atau berdasarkan permintaan Komisi Eropa. Hampir semua pertemuan Dewan bertempat di Brussels, kecuali pada April, Juni, dan October yang diadakan di Luxembourg. Pertemuan yang dilakukan lebih transparan dari yang sebelumnya, sebagai hasil dari perubahan yang diperkenalkan pada Juni Perjanjian Lisbon menetapkan pertemuan Dewan sibagi menjadi 2 bagian yaitu yang berhubungan dengan tindakan legiselatif dan yang non legiselatif. Jika Dewan melakukan pertemuan yang membahas mengenai tindakan legiselatif maka pertemuan itu harus dilakukan di hadapan masyarakat umum. 148 Wewenang Dewan, Article 16(1) TEU hanya menerangkan bahwa The Council shall, jointly with the European Parliament, exercise legislative and budgetary functions. It shall carry out policy-making and coordinating functions as laid down in the Treaties. Dewan bersama-sama dengan Parlemen Eropa, melaksanakan fungsi legislatif dan anggaran. Dewan melaksanakan pembuatan kebijakan dan mengkoordinasikan fungsi sebagaimana ditetapkan dalam Perjanjian. Hal ini menerangkan bahwa Dewan memiliki peran penting dalam pengambilan keputusan dalam 7 cara. Pertama, Dewan harus mempertimbangkan semua inisiatif legiselatif Komisi Eropa sebelum hal tersebut menjadi hukum. Pertimbangan ini akan dilakukan dengan cara pengambilan suara, pengambilan suara akan dilakukan berdasarkan 147 M Westlake and D Galloway, The Council of the European Union (Harper, 3 rd edn, 2004); F Hayes-Renshaw and H Wallace, The Council of Ministers (Palgrave, 2 nd edn, 2006) dikutip dari Paul Craig dan Graine de Burca, EU Law: Text, Cases, and Materials, Oxford University Press, 2011, h Paul Craig dan Graine de Burca, Op.Cit., h. 41

27 67 kebulatan suara, kualitas, atau suara mayoritas bergantung pada ketentuan pasal pada perjanjian tersebut. 149 Rancangan undang-undang yang telah dibuat Komisi Eropa akan diteliti lebih lanjut oleh the Coreper dan pihak-pihak yang terkait. 150 Kedua, dewan menjadi lebih proaktif dalam hal proses legislatif melalui penggunaan Article 241 TFEU yang menyatakan Dewan yang bertindak oleh mayoritas dapat meminta Komisi Eropa untuk melakukan setiap penelitian yang Dewan anggap diinginkan untuk mencapai tujuan umum, dan untuk menyerahkan rancangan undang-undang yang sesuai. Jika Komisi tidak mengajukan rancangan undang-undang, maka Komisi harus memberitahukan kepada Dewan alasannya. Dewan telah menggunakan wewenang ini untuk membingkai rancangan undangundang yang spesifik yang diharapkan Komisi dapat membentuk undang-undang yang konkrit. Dewan juga telah menggunakan pendapat dan resolusi sebagai cara menekan Komisi untuk menghasilkan usulan legiselatif. 151 Ketiga, Dewan memiliki wewenang untuk mendelegasikan kekuasannya kepada Komisi Eropa untuk membentuk peraturan dalam bidang tertentu 152 sesuai Article 290 TFEU A legislative act may delegate to the Commission the power to adopt non-legislative acts to supplement or amend certain non-essential elements of the legislative act. The objectives, content, scope and duration of the delegation of power shall be explicitly defined in the legislative acts. The essential elements 149 Sir Leon Brittan, Institutional Development of the European Community [1992] PL 567, dikutip dari Paul Craig dan Graine de Burca, EU Law: Text, Cases, and Materials, Oxford University Press, 2011, h Paul Craig dan Graine de Burca, Op.Cit., h Ibid 152 Ibid

28 68 of an area shall be reserved for the legislative act and accordingly shall not be the subject of a delegation of power. Keempat, meningkatnya kompleksitas proses pengambilan keputusan Uni Eropa telah mengharuskan kerjasama antar lembaga yang lebih besar antara Komisi, Parlemen, dan Dewan. Hal ini mengasumsikan berbagai pandangan, dari diskusi informal mengenai bentuk agenda legislatif untuk penggunaan perjanjian antar lembaga. 153 Kelima, Dewan bersama-sama dengan Parlemen Eropa, memainkan peran utama dalam hubungan dengan anggaran keuangan Uni Eropa. Keenam, Dewan menyimpulkan perjanjian atas nama eu dengan negara-negara ketiga atau organisasi internasional. 154 Terakhir, Dewan memiliki peran yang penting terhadap the Common Foreign and Security Policy, CFSP. Dengan demikian, Dewan yang mengambil keputusan yang diperlukan untuk mendefinisikan dan menerapkan CFSP dalam pedoman dan arahan dari Dewan. Dewan memiliki peran penting dalam dengan bidang kebebasan, keamanan dan keadilan The European Council The European Council (Dewan Eropa) terdiri dari Kepala Negara atau Kepala Pemerintahan dari negara-negara anggota Uni Eropa dan Presiden Komisi Eropa. Dewan Eropa merupakan institusi yang berbeda dengan The Council (Dewan). 156 Pada awalnya Dewan Eropa bukan merupakan institusi Uni Eropa. Pada tahun 153 Ibid 154 Ibid 155 Ibid 156 Bordacht, Op.Cit., h. 47

29 , pertemuan antara Kepala Negara atau Kepala Pemerintahan negara-negara anggota Uni Eropa yang dilakukan tiga kali dalam setahun disebut dengan European Council. 157 Dewan Eropa baru menjadi institusi Uni Eropa melalui Single European Act dan TEU. 158 The Committee of Permanent Representatives (Komite sebagai Wakil Tetap) Bekerja di Dewan, akan mengambil sebagian besar waktu yang tersedia untuk para menteri dari negara-negara anggota. Mengingat bahwa mereka hanya bisa menghabiskan waktu singkat di Brussels, mereka membutuhkan dukungan. The Committee of Permanent Representatives EC (COREPER) di Brussels memainkan peran penting dan di sini. Hal ini terdiri dari perwakilan permanen dari negara-negara anggota di Brussels dan wakil-wakil mereka dan bertemu setiap minggu. Komite ini bertanggung jawab untuk memantau dan mengkoordinasikan pekerjaan sekitar 250 komite dan kelompok kerja, yang dikelola oleh pegawai negeri dari negara-negara anggota. Ini, pada gilirannya, bertanggung jawab untuk mempersiapkan berkas-berkas untuk COREPER dan Dewan di tingkat teknis. COREPER berkaitan dengan sebagian besar persiapan pengambilan keputusan sejauh konten yang bersangkutan. Sekretariat Dewan Sekretariat Dewan mencakup staf sekitar bekerja di enam departemen. Tugasnya terutama yang bersifat administratif, yang berarti bahwa ia bertanggung jawab untuk hal-hal seperti menyiapkan agenda untuk bekerja untuk dilakukan, 2002), h Ibid 158 Walter Cairns, Introduction to European Union Law, (London: Cavendish Publishing,

30 70 menyusun laporan, layanan penerjemahan, melihat ke pertanyaan hukum dll ilustrasi di bawah ini menawarkan wawasan ke dalam struktur Dewan. Berdasarkan Article 15 TEU : 1. Dewan Eropa harus menyediakan Uni Eropa sarana yang diperlukan untuk pengembangan dan menentukan arah politik umum dan prioritas tersebut. Tidak melaksanakan fungsi legislatif. 2. Dewan Eropa terdiri atas Kepala Negara atau Pemerintah Negara Anggota, bersama-sama dengan Presiden dan Presiden Komisi. Perwakilan Tinggi Uni Eropa Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan akan mengambil bagian dalam pekerjaannya. 3. Dewan Eropa akan bertemu dua kali setiap enam bulan, yang diadakan oleh Presiden Dewan Eropa. Ketika agenda sangat dibutuhkan, para anggota Dewan Eropa dapat memutuskan masing-masing harus dibantu oleh Menteri dan, dalam hal Presiden Komisi, dibantu oleh anggota Komisi. Ketika keadaan memaksa, Presiden akan mengadakan pertemuan khusus Dewan Eropa. 4. Kecuali dimana Perjanjian menetapkan lain, keputusan Dewan Eropa harus diambil berdasarkan konsensus. Presiden Dewan Eropa, akan mengetuai dan memimpin pekerjaannya; Presiden Dewan Eropa harus memastikan persiapan dan kelangsungan kerja Dewan Eropa bekerja sama dengan Presiden Komisi, dan atas dasar karya Dewan Urusan Umum. Dewan Eropa akan berusaha untuk memfasilitasi kohesi dan konsensus dalam Dewan Eropa. Wajib menyampaikan laporan kepada Parlemen Eropa setelah setiap pertemuan Dewan Eropa. Hal itu representasi dari Uni Eropa

31 71 pada isu-isu tentang kebijakan luar negeri dan keamanan bersama, tanpa mengurangi kekuasaan Perwakilan Tinggi Uni Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan. Presiden Dewan Eropa pada tingkat dan dalam kapasitas itu, memastikan eksternal Presiden Dewan Eropa tidak akan mengadakan kantor nasional. Dewan Eropa adalah contoh klasik dari perubahan dalam struktur asli institusi dari the Treaty untuk menampung kenyataan politik. Melibatkan dari pertemuan khusus diluar perjanjian sampai pertemuan tingkat tinggi. 159 Dewan Eropa adalah pusat proses pengambilan keputusan Uni Eropa. Tidak akan ada perkembangan baik internal maupun eksternal terjadi tanpa dipertimbangkan terlebih dulu oleh Dewan Eropa. Hal ini menyimpulkan bahwa adanya resolusi tidak membuat adanya kekuatan hukum. Namun, mereka memberikan kerangka lain dimana institusi lain dapat mempertimbangkan isu-isu kebijakan tertentu. 160 Hubungan antara Dewan Eropa dan institusi Uni Eropa lainnya telah berevolusi. Konferensi tingkat tinggi Dewan Eropa sebelumnya dilihat dengan kecurigaan olek Komisi Eropa, karena biasanya mereka melakukan konferensi tersebut secara rahasia dan Komisi Eropa tidak dilibatkan. Dewan Eropa telah memiliki mekanisme kelembagaan dimana Komisi Eropa dapat mengamankan perjanjian dari negara anggota untuk inisiatuf utama. Agenda Dewan Eropa disiapkan oleh General Affairs Council (GAC). Presiden Komisi Eropa adalah salah satu anggota Dewan Eropa, dan banyak inisiatif Dewan Eropa adalah hasil 159 Paul Craig dan Graine de Burca, Op.Cit., h Ibid

32 72 saran dari Komisi Eropa yang dimasukkan ke dalam agenda yang disiapkan oleh GAC. 161 Sama halnya dengan institusi Uni Eropa lainnya, Dewan Eropa juga memilki fungsi sebagaimana diatur dalam Pasal 15 TEU The European Council shall provide the Union with the necessary impetus for its development and shall define the general political guidelines thereof. The European Council shall bring together the Heads of State or of Government of the Member States and the President of the Commission. They shall be assisted by the Ministersfor Foreign Affairs of the Member States and by a member of the Commission. The EuropeanCouncil shall meet at least twice a year, under the chairmanship of the Head of State or of Government of the Member State which holds the Presidency of the Council.The European Council shall submit to the European Parliament a report after each of its meetings and a yearly written report on the progress achieved by the Union. 162 Fungsi utama dari Dewan Eropa adalah untuk menetapkan pedoman umum dalam tindakan-tindakan Uni Eropa. Hal ini dilakukan dengan cara membuat peraturan-peraturan dan pedoman dasar untuk Komisi Eropa dan Dewan. Tugas Dewan Eropa selain menetapkan pedoman umum, beberapa tugas lain Dewan Eropa di antaranya membuat keputusan tentang bentuk institusional dan tugas Uni Eropa di masa depan, dan mengembangkan peraturan yang mengikat masyarakat Uni Eropa Ibid 162 The Treaty of European Union, Article Ali M. El-Agraa, European Union: Economics and Policies, (Cambridge: Cambridge University Press, 2007) dikutip dari Fanny Alda Putri, Masalah Keberlakuan Hukum Internasional dalam Sistem Hukum Regional Uni Eropa,, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2013, h. 48

33 73 5. Court of Justice of the European Union the Court of Justice of the European Union (Mahkamah Eropa) merupakan lembaga yudikatif Uni Eropa. Mahkamah Eropa telah terbentuk sejak tahun 1952 setelah terbentuknya ECSC dengan nama Mahkamah Komunitas Eropa (Community Court of Justice). Pada tahun 1957, Mahkamah Komunitas Eropa juga merupakan lembaga yudikatif bagi komunitas Eropa lainnya yaitu Euratom dan Masyarakat Ekonomi Eropa. 164 Setelah berlakunya TEU pada tahun 1993 dan diamandemen melalui Treaty of Lisbon, terdapat tiga tingkatan peradilan di Uni Eropa yakni Mahkamah Eropa, Pengadilan Umum, dan Pengadilan Khusus. 165 (A) European Court of Justice European Court of Justice (ECJ) adalah pengadilan tertinggi dalam sistem hukum regional Uni Eropa. Pada awal pembentukannya, ada beberapa alasan mengapa ECJ diperlukan sebagai satu institusi di Uni Eropa. Pertama, Uni Eropa memerlukan suatu lembaga yang terdiri dari ahli-ahli hukum yang dapat memastikan bahwa institusi-institusi Uni Eropa lainnya bertindak sesuai dengan anggaran dasar Uni Eropa dan mentaati semua kewajiban yang harus dijalankan sesuai dengan anggaran dasar. Kedua, adanya ECJ adalah suatu hal yang esensial bagi Uni Eropa untuk melihat bahwa negara-negara anggota patuh terhadap hukum regional Uni Eropa. Ketiga, pengadilan yang memiliki jurisdiksi di seluruh Uni Eropa adalah hal yang penting karena pengadilan tersebut dapat memberikan interpretasi terhadap peraturan-peraturan Uni Eropa kepada pengadilan nasional 164 Borchardt, Op.Cit., h Article 19 TEU the Court of Justice of the European Union shall include the Court of Justice, the General Court and specialised courts. It shall ensure that in the interpretation and application of the Treaties the law is observed

34 74 masing-masing negara anggota agar peraturan-peraturan tersebut dijalankan dengan benar di setiap negara anggota. 166 Berdasarkan Article 19(1) 167 TEU menjelaskan bahwa 1 hakim mewakili 1 negara anggota. Hakim dipilih berdasarkan kesepakatan umum oleh pemerintah negara asal, 168 setelah konsultasi dengan juri yang menyatakan kepantasan orang tersebut untuk menjalankan fungsi hakim ECJ. 169 Hakim dan Advocates General dari ECJ harus dipilih dari seseorang yang benar-benar tidak diragukan kemandiriannya, yang memiliki kualifikasi yang memenuhi untuk jabatan di pengadilan tinggi negara mereka masing-masing, atau diakui sangat ahli dalam bidang hukum. Masa jabatannya adalah 6 tahun, namun hakim dapat diangkat kembali. Jabatan tersebut akan disusun kembali, jadi aka nada hakim pengganti setiap 3 tahun. Presiden dari pengadilan akan dipilih dari para hakim dan hakim tersebut akan menunjuk panitera. 170 ECJ dibantu oleh 8 Advocates General dan angka tersebut bisa bertambah jika Dewan memutuskan untuk menambahkannya. Kualifikasi untuk pemilihan, metode penunjukkan, dan syarat jabatan Advocates General sama dengan hakim ECJ. 171 Tugas Advocates General pada prinsipnya adalah membuat opini tidak 166 Ali M. El-Agraa, Op.Cit., h The Court of Justice shall consist of one judge from each Member State. It shall be assisted by Advocates General. The General Court shall include at least one judge per Member State. 168 Article 253 TFEU 169 Article 255 TFEU 170 Paul Craig dan Graine de Burca, Op.Cit., h T. Tridimas, The Role of the Advocate General in Community Law: Some Reflections (1997) 34 CML Rev., hal,1349, dikutip dari Fanny Alda Putri, Masalah Keberlakuan Hukum Internasional dalam Sistem Hukum Regional Uni Eropa,, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2013, h. 52

EUROPEAN UNION PERHIMPUNAN MASYARAKAT EROPA

EUROPEAN UNION PERHIMPUNAN MASYARAKAT EROPA EUROPEAN UNION PERHIMPUNAN MASYARAKAT EROPA SEJARAH DAN TRAKTAT PENDIRIAN Disepakati & ditandatangani di Maastricht, 7 Februari 1992. Perjanjian mulai berlaku 1 November 1993 Terbentuk atas 3 Traktat:

Lebih terperinci

SEKILAS UNI EROPA SWEDIA FINLANDIA ESTONIA LATVIA LITHUANIA DENMARK INGGRIS BELANDA IRLANDIA POLANDIA JERMAN BELGIA REPUBLIK CEKO SLOWAKIA HONGARIA

SEKILAS UNI EROPA SWEDIA FINLANDIA ESTONIA LATVIA LITHUANIA DENMARK INGGRIS BELANDA IRLANDIA POLANDIA JERMAN BELGIA REPUBLIK CEKO SLOWAKIA HONGARIA SEKILAS UNI EROPA SWEDIA FINLANDIA PORTUGAL IRLANDIA LUKSEMBURG INGGRIS BELGIA SPANYOL BELANDA PERANCIS DENMARK JERMAN SLOVENIA AUSTRIA ITALIA POLANDIA KROASIA RUMANIA BULGARIA YUNANI ESTONIA LATVIA LITHUANIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya perang dunia kedua menjadi titik tolak bagi beberapa negara di Eropa

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya perang dunia kedua menjadi titik tolak bagi beberapa negara di Eropa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berakhirnya perang dunia kedua menjadi titik tolak bagi beberapa negara di Eropa untuk mendorong terbentuknya integrasi Eropa. Pada saat itu, Eropa mengalami

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Penentuan negara-negara yang dijadikan sample tersebut didasarkan atas tiga kategori, yaitu:

LAMPIRAN. Penentuan negara-negara yang dijadikan sample tersebut didasarkan atas tiga kategori, yaitu: 116 LAMPIRAN Lampiran 1 Penentuan Sample Negara Anggota Uni Eropa Penulis membutuhkan sample dalam proses pengerjaan penelitian ini. Sample yang hendak digunakan berdasarkan negara-negara yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tak dapat dihindari lagi, disebabkan oleh pergolakan ekonomi dalam

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tak dapat dihindari lagi, disebabkan oleh pergolakan ekonomi dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan untuk bersatu dalam organisasi oleh suatu negara merupakan hal yang tak dapat dihindari lagi, disebabkan oleh pergolakan ekonomi dalam suatu negara, seperti

Lebih terperinci

RESUME SKRIPSI. Dalam pergaulan internasional setiap negara tidak. bisa melepaskan diri dari hubungan atau kerjasama antar

RESUME SKRIPSI. Dalam pergaulan internasional setiap negara tidak. bisa melepaskan diri dari hubungan atau kerjasama antar RESUME SKRIPSI Dalam pergaulan internasional setiap negara tidak bisa melepaskan diri dari hubungan atau kerjasama antar negara yang melintasi batas negara. Sebagian besar negara-negara di dunia saling

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. European Coal and Steel Community (ECSC), European Economic. Community (EEC), dan European Atomic Community (Euratom), kemudian

BAB V KESIMPULAN. European Coal and Steel Community (ECSC), European Economic. Community (EEC), dan European Atomic Community (Euratom), kemudian BAB V KESIMPULAN Pada dasarnya dalam tahapan mencapai integrasi Eropa seperti sekarang melalui proses yang cukup panjang dimulai dari pembentukan European Coal and Steel Community (ECSC), European Economic

Lebih terperinci

BAB II INSTITUSI UNI EROPA DAN PEMBUATAN KEPUTUSAN DI UNI EROPA. ditandai dengan pembentukan awal integrasi Uni Eropa, pembuatan keputusan

BAB II INSTITUSI UNI EROPA DAN PEMBUATAN KEPUTUSAN DI UNI EROPA. ditandai dengan pembentukan awal integrasi Uni Eropa, pembuatan keputusan BAB II INSTITUSI UNI EROPA DAN PEMBUATAN KEPUTUSAN DI UNI EROPA Dalam bab II ini akan menjelaskan mengenai institusi Uni Eropa yang ditandai dengan pembentukan awal integrasi Uni Eropa, pembuatan keputusan

Lebih terperinci

STATUTA ASOSISI MAHKAMAH KONSTITUSI DAN INSTITUSI SEJENIS SE-ASIA

STATUTA ASOSISI MAHKAMAH KONSTITUSI DAN INSTITUSI SEJENIS SE-ASIA STATUTA ASOSISI MAHKAMAH KONSTITUSI DAN INSTITUSI SEJENIS SE-ASIA Pembukaan Presiden atau Kepala mahkamah konstitusi dan institusi sejenis yang melaksanakan kewenangan konstitusional di Asia: MENGINGAT

Lebih terperinci

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM*

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM* STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM* Institut Internasional untuk Demokrasi dan Perbantuan Pemilihan Umum didirikan sebagai organisasi internasional antar pemerintah

Lebih terperinci

Rima Rizkiyah ( ) Abstrak

Rima Rizkiyah ( ) Abstrak PERJANJIAN SCHENGEN DAN MAASTRICHT Rima Rizkiyah (0806395781) Program Studi Prancis, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Indonesia Email: rizkiyahrima@gmail.com

Lebih terperinci

Kompetensi. Hukum Dan Hak Asasi Manusia Hak Turut Serta dalam Pemerintahan (HTSdP) Hak Turut Serta dalam Pemerintahan. hukum dengan HTSdP.

Kompetensi. Hukum Dan Hak Asasi Manusia Hak Turut Serta dalam Pemerintahan (HTSdP) Hak Turut Serta dalam Pemerintahan. hukum dengan HTSdP. Hukum Dan Hak Asasi Manusia Hak Turut Serta dalam Pemerintahan (HTSdP) Andhika Danesjvara & Nur Widyastanti Kompetensi 1. Mampu menjelaskan pengertian tentang Hak Turut Serta dalam Pemerintahan. 2. Mampu

Lebih terperinci

PROGRAM KEPENDUDUKAN TETAP UNI EROPA

PROGRAM KEPENDUDUKAN TETAP UNI EROPA PROGRAM KEPENDUDUKAN TETAP UNI EROPA LATAR BELAKANG Pada tahun 2012, pemerintah Hungaria mengembangkan program ini untuk menarik investasi asing ke Hungaria. Hingga kini, lebih dari 2500 pendaftar telah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM UNI EROPA

BAB II GAMBARAN UMUM UNI EROPA BAB II GAMBARAN UMUM UNI EROPA Dalam bab ini penulis akan membahas tentang gambaran Uni Eropa, dimulai dari sejarah terbentuknya Uni Eropa, institusi yang dimiliki oleh Uni Eropa dan kebijakan-kebijakan

Lebih terperinci

TATA KELOLA PEMERINTAHAN, KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK. Hendra Wijayanto

TATA KELOLA PEMERINTAHAN, KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK. Hendra Wijayanto TATA KELOLA PEMERINTAHAN, KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK Hendra Wijayanto PERTANYAAN Apa yang dimaksud government? Apa yang dimaksud governance? SEJARAH IDE GOVERNANCE Tahap 1 Transformasi government sepanjang

Lebih terperinci

Terjemahan Tidak Resmi STATUTA UNIDROIT. Pasal 1

Terjemahan Tidak Resmi STATUTA UNIDROIT. Pasal 1 Terjemahan Tidak Resmi STATUTA UNIDROIT Pasal 1 Maksud dari Lembaga Internasional untuk Unifikasi Hukum Perdata adalah meneliti cara cara untuk melakukan harmonisasi dan koordinasi hukum perdata pada Negara

Lebih terperinci

Persetujuan Pembentukan Kantor Kajian Ekonomi Makro ASEAN+3 ( AMRO ) PARA PIHAK,

Persetujuan Pembentukan Kantor Kajian Ekonomi Makro ASEAN+3 ( AMRO ) PARA PIHAK, Persetujuan Pembentukan Kantor Kajian Ekonomi Makro ASEAN+3 ( AMRO ) PARA PIHAK, Mengingat bahwa pembentukan Chiang Mai Initiative Multiliteralisation (selanjutnya disebut CMIM) adalah untuk menyusun pengaturan

Lebih terperinci

Distr.: Terbatas 15 Oktober Asli: Bahasa Inggris

Distr.: Terbatas 15 Oktober Asli: Bahasa Inggris Perserikatan Bangsa-bangsa Majelis Umum Distr.: Terbatas 15 Oktober 2004 A/C.3/59/L.25 Asli: Bahasa Inggris Sidang kelimapuluhsembilan Komisi Ketiga Agenda urutan 98 Pemajuan wanita Australia, Austria,

Lebih terperinci

Program Beasiswa Erasmus Lifelong Learning Programme

Program Beasiswa Erasmus Lifelong Learning Programme Program Beasiswa Erasmus Lifelong Learning Programme Program Erasmus (EuRopean Community Action Scheme for the Mobility of University Students) atau Erasmus Project adalah program pertukaran pelajar di

Lebih terperinci

www.bphn.go.id www.bphn.go.id www.bphn.go.id Persetujuan Pembentukan Kantor Kajian Ekonomi Makro ASEAN+3 ( AMRO ) PARA PIHAK, Mengingat bahwa pembentukan Chiang Mai Initiative Multiliteralisation

Lebih terperinci

Diadaptasi oleh Dewan Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 18 Januari 2002

Diadaptasi oleh Dewan Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 18 Januari 2002 Protokol Konvensi Hak Anak Tentang Perdagangan Anak, Prostitusi Anak dan Pronografi Anak Diadaptasi oleh Dewan Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 18 Januari 2002 Negara-negara peserta tentang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MASYARAKAT EKONOMI ASEAN DAN PENGATURAN KEBIJAKAN PERSAINGAN USAHA DI ASEAN Sejarah Masyarakat Ekonomi ASEAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MASYARAKAT EKONOMI ASEAN DAN PENGATURAN KEBIJAKAN PERSAINGAN USAHA DI ASEAN Sejarah Masyarakat Ekonomi ASEAN 22 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MASYARAKAT EKONOMI ASEAN DAN PENGATURAN KEBIJAKAN PERSAINGAN USAHA DI ASEAN 2.1. Masyarakat Ekonomi ASEAN 2.1.1. Sejarah Masyarakat Ekonomi ASEAN Masyarakat Ekonomi ASEAN

Lebih terperinci

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional E k o n o m i I n t e r n a s i o n a l 101 Materi Minggu 12 Kerjasama Ekonomi Internasional Semua negara di dunia ini tidak dapat berdiri sendiri. Perlu kerjasama dengan negara lain karena adanya saling

Lebih terperinci

BAB II UNI EROPA. Gagasan untuk menyatukan negara-negara Eropa telah dimulai sejak akhir

BAB II UNI EROPA. Gagasan untuk menyatukan negara-negara Eropa telah dimulai sejak akhir BAB II UNI EROPA 2.1. Sejarah Integrasi Eropa Gagasan untuk menyatukan negara-negara Eropa telah dimulai sejak akhir abad ke-18 ketika Napoleon berupaya menyatukan Eropa di bawah Kekaisaran Perancis. Sejarah

Lebih terperinci

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia \ Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 01 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA PELAKSANAAN KEMITRAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA Negara-Negara Pihak pada Protokol ini, Didorong oleh dukungan penuh terhadap Konvensi tentang Hak-Hak Anak, yang

Lebih terperinci

BAB IV FAKTOR EKSTERNAL YANG MENDORONG INGGRIS KELUAR DARI UNI EROPA

BAB IV FAKTOR EKSTERNAL YANG MENDORONG INGGRIS KELUAR DARI UNI EROPA BAB IV FAKTOR EKSTERNAL YANG MENDORONG INGGRIS KELUAR DARI UNI EROPA Pada bab empat ini penulis akan menjelaskanhubungan Inggris dengan Uni Eropa dalam konteks internasional dengan membahas beberapa kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aspek-aspek dunia usaha selalu menarik untuk diamati dan diteliti karena

BAB I PENDAHULUAN. Aspek-aspek dunia usaha selalu menarik untuk diamati dan diteliti karena 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aspek-aspek dunia usaha selalu menarik untuk diamati dan diteliti karena selalu terdapat kepentingan yang berbeda bagi pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Juli tahun 2007 Komite Keselamatan Udara Uni Eropa mengeluarkan larangan

BAB I PENDAHULUAN. Juli tahun 2007 Komite Keselamatan Udara Uni Eropa mengeluarkan larangan BAB I PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang Masalah Penerbangan di Indonesia mendapat pukulan berat setelah resmi pada awal Juli tahun 2007 Komite Keselamatan Udara Uni Eropa mengeluarkan larangan terbang bagi

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KAUM MINORITAS MUSLIM ATAS PERLAKUAN DISKRIMINATIF DI UNI EROPA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KAUM MINORITAS MUSLIM ATAS PERLAKUAN DISKRIMINATIF DI UNI EROPA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KAUM MINORITAS MUSLIM ATAS PERLAKUAN DISKRIMINATIF DI UNI EROPA Oleh : Miga Sari Ganda Kusuma Prof. Dr. I Made Pasek Diantha, SH., MS I Made Budi Arsika, SH., LLM Bagian Hukum

Lebih terperinci

- Dibentuk oleh suatu Perjanjian Internasional - Memiliki organ yang terpisah dari negara-negara anggotanya - Diatur oleh hukum internasional publik

- Dibentuk oleh suatu Perjanjian Internasional - Memiliki organ yang terpisah dari negara-negara anggotanya - Diatur oleh hukum internasional publik BAHAN KULIAH HUKUM ORGANISASI INTERNASIONAL Match Day 6 KEPRIBADIAN HUKUM / PERSONALITAS YURIDIK / LEGAL PERSONALITY, TANGGUNG JAWAB, DAN WEWENANG ORGANISASI INTERNASIONAL A. Kepribadian Hukum Suatu OI

Lebih terperinci

BAB 1 SUBJEK HUKUM INTERNASIONAL

BAB 1 SUBJEK HUKUM INTERNASIONAL BAB 1 SUBJEK HUKUM INTERNASIONAL 1.0 Pendahuluan Hukum internasional, pada dasarnya terbentuk akibat adanya hubungan internasional. Secara spesifik, hukum internasional terdiri dari peraturan-peraturan

Lebih terperinci

Pengantar. Jakarta, Januari Tim Penyusun

Pengantar. Jakarta, Januari Tim Penyusun Pengantar Buku Pedoman Penyusunan Produk Hukum Kawasan Tanpa Rokok mengacu pada Guidelines on protection from exposure to tobacco smoke, as elaborated by the working group covened in accordance with decision

Lebih terperinci

Oleh : Ni Made Ayu Tresnasanti I Made Budi Arsika Program Kekhususan Hukum Pemerintahan, Universitas Udayana

Oleh : Ni Made Ayu Tresnasanti I Made Budi Arsika Program Kekhususan Hukum Pemerintahan, Universitas Udayana FUNGSI PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH TERHADAP KOMISI PEMILIHAN UMUM DAERAH DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 Oleh : Ni Made Ayu Tresnasanti I Made

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang jumlahnya lebih besar dari jumlah awal. Pada 18 April 1951, enam

BAB I PENDAHULUAN. yang jumlahnya lebih besar dari jumlah awal. Pada 18 April 1951, enam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Uni Eropa senantiasa dirancang untuk menghubungkan negara-negara yang jumlahnya lebih besar dari jumlah awal. Pada 18 April 1951, enam negara seperti Prancis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan Eropa Barat membuat suatu kebijakan dengan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan Eropa Barat membuat suatu kebijakan dengan memberikan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Skripsi ini akan mengupas mengenai alasan kebijakan luar negeri Uni Eropa memberikan dukungan terhadap Ukraina dalam kasus konflik gerakan separatisme pro-rusia di Ukraina.

Lebih terperinci

ARENA KEBIJAKAN INTERNASIONAL

ARENA KEBIJAKAN INTERNASIONAL ARENA KEBIJAKAN INTERNASIONAL Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. Pentingnya Analisa Kebijakan Kesehatan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

Ombudsman dalam Perspektif Hukum Tata Negara: Beberapa Catatan 1. Satya Arinanto 2

Ombudsman dalam Perspektif Hukum Tata Negara: Beberapa Catatan 1. Satya Arinanto 2 Ombudsman dalam Perspektif Hukum Tata Negara: Beberapa Catatan 1 Satya Arinanto 2 Good governance telah menjadi salah satu isu penting di dunia dewasa ini. 3 Menurut Transparency International, suatu lembaga

Lebih terperinci

KEKUATAN MENGIKAT RESOLUSI DEWAN KEAMANAN PBB DALAM PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL

KEKUATAN MENGIKAT RESOLUSI DEWAN KEAMANAN PBB DALAM PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL KEKUATAN MENGIKAT RESOLUSI DEWAN KEAMANAN PBB DALAM PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL Oleh I Komang Oka Dananjaya Progam Kekhususan Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT The

Lebih terperinci

DRAFT 16 SEPT 2009 PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DRAFT 16 SEPT 2009 PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DRAFT 16 SEPT 2009 PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

15B. Catatan Sementara NASKAH REKOMENDASI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional

15B. Catatan Sementara NASKAH REKOMENDASI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional Konferensi Perburuhan Internasional Catatan Sementara 15B Sesi Ke-100, Jenewa, 2011 NASKAH REKOMENDASI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA 15B/ 1 NASKAH REKOMENDASI TENTANG PEKERJAAN

Lebih terperinci

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH Deklarasi Hak dan Kewajiban Individu, Kelompok dan Badan-badan Masyarakat untuk Pemajuan dan Perlindungan Hak Asasi Manusia dan Kebebasan Dasar yang Diakui secara Universal Diadopsi oleh resolusi Majelis

Lebih terperinci

BAB II SKEMA HUBUNGAN KERJASAMA UNI EROPA DALAM PILAR JUSTICE AND HOME AFFAIRS

BAB II SKEMA HUBUNGAN KERJASAMA UNI EROPA DALAM PILAR JUSTICE AND HOME AFFAIRS BAB II SKEMA HUBUNGAN KERJASAMA UNI EROPA DALAM PILAR JUSTICE AND HOME AFFAIRS Integrasi Uni Eropa berdiri diatas salah satu pilar kerjasama justice and home affairs yang mengatur berbagai kerjasama, salah

Lebih terperinci

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P No.29, 2018 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEGISLATIF. MPR. DPR. DPD. DPRD. Kedudukan. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6187) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

MPR dalam Sistem Hukum Ketatanegaraan ( People s Consultative Assembly in Constitutional System)

MPR dalam Sistem Hukum Ketatanegaraan ( People s Consultative Assembly in Constitutional System) MPR dalam Sistem Hukum Ketatanegaraan ( People s Consultative Assembly in Constitutional System) Dr. Herlambang P. Wiratraman Constitutional Law Department Universitas Airlangga 8 March 2018 Pergeseran

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

SUSTAINABILITY STANDARD OPERATING PROCEDURE. Prosedur Penyelesaian Keluhan

SUSTAINABILITY STANDARD OPERATING PROCEDURE. Prosedur Penyelesaian Keluhan No. Dokumen ID : AGRO-SFM-002-PR Tanggal Terbit Sebelumnya : N/A Halaman : 1 dari 11 1.0 LATAR BELAKANG Grup APRIL ("APRIL") telah mengumumkan Kebijakan APRIL Grup dalam Pengelolaan Hutan Berkelanjutan

Lebih terperinci

LEMBAGA PENYELENGGARA PEMILU DI JERMAN

LEMBAGA PENYELENGGARA PEMILU DI JERMAN LEMBAGA PENYELENGGARA PEMILU DI JERMAN Jerman merupakan sebuah negara republik federal yang terdiri atas 16 negara bagian (Länder). Kekuasaan legislatif dibagi antara Bundestag dan Landtage (Parlemen Negara

Lebih terperinci

Komentar Global Witness untuk konsultasi publik mengenai Rancangan Undang- Undang (RUU) Dana Minyak Timor Leste.

Komentar Global Witness untuk konsultasi publik mengenai Rancangan Undang- Undang (RUU) Dana Minyak Timor Leste. Global Witness Komentar Global Witness untuk konsultasi publik mengenai Rancangan Undang- Undang (RUU) Dana Minyak Timor Leste. Global Witness menyambut baik komitmen yang ditunjukkan oleh Timor Leste

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DI KPPU KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DI KPPU KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DI KPPU KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan transparansi dan

Lebih terperinci

BAB III SEJARAH INTEGRASI DAN INSTITUSI UNI EROPA. Bentuk kerja sama dapat diwujudkan dengan membentuk unit-unit organisasi.

BAB III SEJARAH INTEGRASI DAN INSTITUSI UNI EROPA. Bentuk kerja sama dapat diwujudkan dengan membentuk unit-unit organisasi. BAB III SEJARAH INTEGRASI DAN INSTITUSI UNI EROPA Setiap negara di dunia memiliki kepentingan yang harus dipenuhi. Kepentingan itu bisa dicapai dengan cara saling bekerja sama satu sama lain. Bentuk kerja

Lebih terperinci

KEDUDUKAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA (KPPU) SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS PERSAINGAN USAHA YANG INDEPENDEN

KEDUDUKAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA (KPPU) SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS PERSAINGAN USAHA YANG INDEPENDEN KEDUDUKAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA (KPPU) SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS PERSAINGAN USAHA YANG INDEPENDEN Oleh: Dewa Ayu Reninda Suryanitya Ni Ketut Sri Utari Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

BAB IV PERBANDINGAN PEMBENTUKAN UNDANG-UNDANG DI BEBERAPA NEGARA

BAB IV PERBANDINGAN PEMBENTUKAN UNDANG-UNDANG DI BEBERAPA NEGARA BAB IV PERBANDINGAN PEMBENTUKAN UNDANG-UNDANG DI BEBERAPA NEGARA PROSES PEMBENTUKAN UNDANG-UNDANG DI BELANDA Sebuah rancangan undang-undang haruslah terlebih dahulu dipertimbangkan oleh Raad van Staten

Lebih terperinci

K69 SERTIFIKASI BAGI JURU MASAK DI KAPAL

K69 SERTIFIKASI BAGI JURU MASAK DI KAPAL K69 SERTIFIKASI BAGI JURU MASAK DI KAPAL 1 K-69 Sertifikasi Bagi Juru Masak Di Kapal 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan

Lebih terperinci

Presented by: M Anang Firmansyah IMF. system Perserikatan Bangsa-bangsa yang didirikan berdasarkan perjanjian

Presented by: M Anang Firmansyah IMF. system Perserikatan Bangsa-bangsa yang didirikan berdasarkan perjanjian Presented by: M Anang Firmansyah IMF Dana Moneter Internasional adalah Salah satu badan khusus dalam system Perserikatan Bangsa-bangsa yang didirikan berdasarkan perjanjian internasional pada tahun 1945

Lebih terperinci

BAB III HARMONISASI PENGATURAN TENTANG PENYALAHGUNAAN POSISI DOMINAN (ABUSE OF DOMINANT POSITION) DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY

BAB III HARMONISASI PENGATURAN TENTANG PENYALAHGUNAAN POSISI DOMINAN (ABUSE OF DOMINANT POSITION) DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY BAB III HARMONISASI PENGATURAN TENTANG PENYALAHGUNAAN POSISI DOMINAN (ABUSE OF DOMINANT POSITION) DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 3.1 Pentingnya Harmonisasi Pengaturan tentang Penyalahgunaan Posisi Dominan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. seperti ASEAN Industrial Project (AIP) tahun 1976, the ASEAN Industrial

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. seperti ASEAN Industrial Project (AIP) tahun 1976, the ASEAN Industrial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ASEAN telah menghasilkan banyak kesepakatan-kesepakatan baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya. Pada awal berdirinya, kerjasama ASEAN lebih bersifat politik

Lebih terperinci

R201 Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Rangga, 2011

R201 Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Rangga, 2011 R201 Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Rangga, 2011 2 R-201: Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Rangga, 2011 R201 Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak

Lebih terperinci

BAB II KERJASAMA UNI EROPA DALAM MENANGANI PENGUNGSI DI EROPA. mengambil suatu kebijakan di berbagai bidang. Lebih spesifik lagi dalam bab ini

BAB II KERJASAMA UNI EROPA DALAM MENANGANI PENGUNGSI DI EROPA. mengambil suatu kebijakan di berbagai bidang. Lebih spesifik lagi dalam bab ini BAB II KERJASAMA UNI EROPA DALAM MENANGANI PENGUNGSI DI EROPA Bab ini akan menjelaskan tentang Uni Eropa sebagai Organisasi regional yang memiliki pengaruh besar di dunia Internasional. Di dalam bab ini

Lebih terperinci

LEMBAGA NASIONAL UNTUK MEMAJUKAN DAN MELINDUNGI HAK ASASI MANUSIA. Lembar Fakta No. 19. Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia

LEMBAGA NASIONAL UNTUK MEMAJUKAN DAN MELINDUNGI HAK ASASI MANUSIA. Lembar Fakta No. 19. Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia LEMBAGA NASIONAL UNTUK MEMAJUKAN DAN MELINDUNGI HAK ASASI MANUSIA Lembar Fakta No. 19 Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia PENDAHULUAN PBB terlibat dalam berbagai kegiatan yang bertujuan mencapai salah

Lebih terperinci

BAB 2 COMMON AGRICULTURAL POLICY (CAP)

BAB 2 COMMON AGRICULTURAL POLICY (CAP) BAB 2 COMMON AGRICULTURAL POLICY (CAP) Pasal 33 (39) Komisi Eropa merupakan dasar yang memuat tujuan dibentuknya CAP sebagai kebijakan bersama di dalam komunitas Eropa. Kebijakan tersebut untuk meningkatkan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

Oleh: Prof. Muchlis Hamdi, M.P.A., Ph.D.

Oleh: Prof. Muchlis Hamdi, M.P.A., Ph.D. STATE AUXILIARY BODIES 01 BEBERAPA NEGARA* Oleh: Prof. Muchlis Hamdi, M.P.A., Ph.D. PENDAHULUAN Setiap negara akan memiliki lembaga-lembaga untuk dapat melaksanakan fungsinya mewujudkan tujuan negara.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA PENGESAHAN UNITED NATIONS CONVENTION AGAINST CORRUPTION, 2003 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, : a. bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

FUNGSI LEGISLASI DPR DALAM PEMBENTUKAN UNDANG-UNDANG

FUNGSI LEGISLASI DPR DALAM PEMBENTUKAN UNDANG-UNDANG FUNGSI LEGISLASI DPR DALAM PEMBENTUKAN UNDANG-UNDANG Oleh Epita Eridani I Made Dedy Priyanto Bagian Hukum Pemerintahan Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK The House of Representatives is a real

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Prinsip perluasan Uni Eropa adalah semua anggota harus memenuhi ketentuan yang dimiliki oleh Uni Eropa saat ini, antara lain menyangkut isu politik (kecuali bagi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

K 158 KONVENSI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982

K 158 KONVENSI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982 K 158 KONVENSI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982 2 K-158 Konvensi Pemutusan Hubungan Kerja, 1982 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

A. DASAR HUKUM JERMAN DALAM MENYUSUN KEBIJAKAN MENGENAI PENGUNGSI

A. DASAR HUKUM JERMAN DALAM MENYUSUN KEBIJAKAN MENGENAI PENGUNGSI BAB III KEBIJAKAN JERMAN TERHADAP PENGUNGSI DI EROPA Pada bab III akan dijelaskan mengenai kebijakan Jerman terhadap masalah pengungsi. Bab ini akan diawali dengan penjelasan mengenai aturanaturan apa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 154 TAHUN 1998 TENTANG PENGESAHAN PROTOCOL ON THE EXTENSION OF THE COOPERATION AGREEMENT BETWEEN THE EUROPEAN COMMUNITY AND THE MEMBER COUNTRIES OF ASEAN TO

Lebih terperinci

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SUMBERDAYA SEWATAMA

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SUMBERDAYA SEWATAMA PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SUMBERDAYA SEWATAMA 1 DAFTAR ISI I. DEFINISI...3 II. VISI DAN MISI...4 III. TUJUAN PENYUSUNAN PIAGAM KOMITE AUDIT...4 IV. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB...4 V.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan. Identitas ini menentukan kepentingan dan dasar dari perilaku antar aktor. Aktor tidak

BAB V. Kesimpulan. Identitas ini menentukan kepentingan dan dasar dari perilaku antar aktor. Aktor tidak BAB V Kesimpulan Identitas sebuah negara memegang peranan besar dalam proses hubungan antar negara. Identitas ini menentukan kepentingan dan dasar dari perilaku antar aktor. Aktor tidak memiliki kepentingan

Lebih terperinci

R-188 REKOMENDASI AGEN PENEMPATAN KERJA SWASTA, 1997

R-188 REKOMENDASI AGEN PENEMPATAN KERJA SWASTA, 1997 R-188 REKOMENDASI AGEN PENEMPATAN KERJA SWASTA, 1997 2 R-188 Rekomendasi Agen Penempatan kerja Swasta, 1997 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas

Lebih terperinci

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 01 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA PELAKSANAAN KEMITRAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN MARITIM, 1979 (Hamburg, 27 April 1979)

KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN MARITIM, 1979 (Hamburg, 27 April 1979) KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN MARITIM, 1979 (Hamburg, 27 April 1979) PARA PIHAK DALAM KONVENSI MEMPERHATIKAN arti penting yang tercantum dalam beberapa konvensi mengenai pemberian

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH,

Lebih terperinci

Pada periode keempat ini Joint Parliamentary Commission berubah menjadi Mercosur Parliament yang secara resmi meminta delegasi dari tiap parlemen di n

Pada periode keempat ini Joint Parliamentary Commission berubah menjadi Mercosur Parliament yang secara resmi meminta delegasi dari tiap parlemen di n BAB IV KESIMPULAN Regionalisme Mercosur merupakan regionalisme yang telah mengalami proses yang panjang dan dinamis. Berbagai peristiwa dan upaya negara anggotanya terhadap organisasi ini telah menjadikannya

Lebih terperinci

KODE ETIK PT DUTA INTIDAYA, TBK.

KODE ETIK PT DUTA INTIDAYA, TBK. KODE ETIK PT DUTA INTIDAYA, TBK. PENDAHULUAN Tata kelola perusahaan yang baik merupakan suatu persyaratan dalam pengembangan global dari kegiatan usaha perusahaan dan peningkatan citra perusahaan. PT Duta

Lebih terperinci

6.5 KONDISI UNTUK HAK ISTIMEWA PSIKOLOG KLINIS 6.6 HAK ISTIMEWA SEMENTARA & MENGUNJUNGI KLINIK SEMENTARA

6.5 KONDISI UNTUK HAK ISTIMEWA PSIKOLOG KLINIS 6.6 HAK ISTIMEWA SEMENTARA & MENGUNJUNGI KLINIK SEMENTARA Semua pasien mengaku untuk perawatan di Rumah Sakit oleh seorang ahli penyakit kaki akan menerima penilaian medis dasar yang sama seperti pasien yang dirawat di layanan lain, dan anggota dokter, pada pengaturan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

DESKRIPSI JABATAN. Dewan Legislatif Oregon BAGIAN 1. INFORMASI JABATAN. Tanggal Efektif September 2007

DESKRIPSI JABATAN. Dewan Legislatif Oregon BAGIAN 1. INFORMASI JABATAN. Tanggal Efektif September 2007 Dewan Legislatif Oregon DESKRIPSI JABATAN BAGIAN 1. INFORMASI JABATAN Tanggal Efektif September 2007 Tingkat Klasifikasi Nomor Klasifikasi CALA-4, (ini merupakan level keempat dari klasifikasi empat seri)

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk kepentingan negara

Lebih terperinci

KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN LAIN YANG KEJAM, TIDAK MANUSIAWI DAN MERENDAHKAN MARTABAT MANUSIA

KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN LAIN YANG KEJAM, TIDAK MANUSIAWI DAN MERENDAHKAN MARTABAT MANUSIA KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN LAIN YANG KEJAM, TIDAK MANUSIAWI DAN MERENDAHKAN MARTABAT MANUSIA Diterima dan terbuka untuk penandatanganan, ratifikasi dan aksesi olah Resolusi

Lebih terperinci

K81 PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DALAM INDUSTRI DAN PERDAGANGAN

K81 PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DALAM INDUSTRI DAN PERDAGANGAN K81 PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DALAM INDUSTRI DAN PERDAGANGAN 1 K-81 Pengawasan Ketenagakerjaan dalam Industri dan Perdagangan 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan

Lebih terperinci

BADAN YUDIKATIF, BADAN LEGISLATIF DAN BADAN EKSEKUTIF

BADAN YUDIKATIF, BADAN LEGISLATIF DAN BADAN EKSEKUTIF BADAN YUDIKATIF, BADAN LEGISLATIF DAN BADAN EKSEKUTIF Oleh Kelompok 3 : Tondy Nugroho 153112350750001 Umayah Arindah 153112350750002 Mario Risdantino M. 153112350750005 Ketua Kelompok Tri Nadyagatari 153112350750006

Lebih terperinci

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1/DPR RI/TAHUN 2009 TENTANG TATA TERTIB

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1/DPR RI/TAHUN 2009 TENTANG TATA TERTIB PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1/DPR RI/TAHUN 2009 TENTANG TATA TERTIB Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan kehidupan kenegaraan yang demokratis konstitusional berdasarkan

Lebih terperinci

KEKUASAAN HUBUNGAN LUAR NEGERI PRESIDEN (FOREIGN POWER OF THE PRESIDENT) Jumat, 16 April 2004

KEKUASAAN HUBUNGAN LUAR NEGERI PRESIDEN (FOREIGN POWER OF THE PRESIDENT) Jumat, 16 April 2004 KEKUASAAN HUBUNGAN LUAR NEGERI PRESIDEN (FOREIGN POWER OF THE PRESIDENT) Jumat, 16 April 2004 1. Ketentuan UUD 1945: a. Pra Amandemen: Pasal 11: Presiden dengan persetujuan DPR menyatakan perang, membuat

Lebih terperinci

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG 1 PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

WALIKOTA AMBON PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH KOTA AMBON NOMOR - 15 TAHUN 2015 TENTANG PROSEDUR PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

WALIKOTA AMBON PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH KOTA AMBON NOMOR - 15 TAHUN 2015 TENTANG PROSEDUR PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH WALIKOTA AMBON PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH KOTA AMBON NOMOR - 15 TAHUN 2015 TENTANG PROSEDUR PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA AMBON, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

KEDUDUKAN KOMISI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA SEBAGAI LEMBAGA NEGARA INDEPENDEN DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA

KEDUDUKAN KOMISI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA SEBAGAI LEMBAGA NEGARA INDEPENDEN DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA KEDUDUKAN KOMISI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA SEBAGAI LEMBAGA NEGARA INDEPENDEN DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA Oleh: Luh Gede Mega Karisma I Gde Putra Ariana Bagian Hukum Tata Negara Fakultas Hukum

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2008 TENTANG PENGESAHAN MULTILATERAL AGREEMENT AMONG D-8 MEMBER COUNTRIES ON ADMINISTRATIVE ASSISTANCE IN CUSTOMS MATTERS (PERSETUJUAN MULTILATERAL

Lebih terperinci