BAB I PENDAHULUAN. -The Guardian- 1
|
|
- Hadian Yuwono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN As the nation state descends into paralysis and democratic dysfunction, cities are reemerging as problem solvers going boldly where states no longer dare to go -The Guardian- 1 Pada Oktober 2005, Walikota London Ken Livingstone mengumpulkan perwakilan 18 kota besar dunia untuk membuat kesepakatan bersama terkait usaha mengatasi permasalahan perubahan iklim global. Inisiasi tersebut datang dari Walikota London Ken Livingstone melalui pembuatan London Climate Action Plan, program ini merupakan program internal dari London. Namun, Livingstone melihat bahwa program tersebut dapat berjalan dengan efektif jika mereka dapat bekerja sama dengan kota lain untuk melakukan program serupa. Pertemuan ini diakhiri dengan penandatanganan sebuah communiqué yang kemudian menjadi landasan kota-kota besar dunia untuk melakukan kerjasama dalam mengurangi emisi global. Pada tahun 2006, kerjasama ini sudah mencakup 40 kota, yang kemudian melahirkan nama C40 Cities Climate Leadership Group sebagai nama resmi organisasi ini. C40 merupakan sebuah kerjasama transnasional yang terdiri dari kumpulan kota-kota besar dunia (global megacities) yang memiliki agenda untuk mengatasi permasalahan perubahan iklim global. 2 Kota merupakan pusat kegiatan ekonomi, industri dan pusat pemerintahan suatu negara. Dalam beberapa tahun terakhir hubungan antar kota-kota di dunia menjadi semakin intens di dalam beberapa aspek, seperti aspek ekonomi, budaya, lingkungan hidup, dan aspek lainnya yang ditandai dengan dibentuknya beberapa perjanjian kerjasama di antara mereka. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh McKinsey Global Institute, hampir seluruh aktivitas ekonomi dunia diwakili oleh kurang lebih 400 kota di dunia. 3 Hal ini membuktikan bahwa kota dan pemimpin lokal saat ini merupakan salah satu aktor penting dalam politik internasional. Globalisasi memberikan ruang kepada pemerintahan kota untuk ikut serta di 1 The Guardian, From US to China: The Fall of Nations and The Rise of Cities (daring) < government network/2013/oct/24/benjamin barber fall of nations>, diakses pada 11 Oktober C40 Cities, History of The C40 (daring), < diakses pada 11 Oktober Quartz, Nations Are No Longer Driving Globalization, Cities Are (daring), < return ofthe city state/>, diakses pada 15 Oktober
2 dalam politik internasional, sehingga menyebabkan peranan kota semakin krusial karena dapat memberikan dampak global melalui kebijakan lokalnya. Isu mengenai lingkungan menjadi salah satu isu penting dalam hubungan internasional. Ekosistem global merupakan sesuatu yang saling berkaitan satu sama lainnya, hal ini menyebabkan perilaku aktor di dalam satu bagian sistem akan mempengaruhi bagian lainnya. Bersama dengan asumsi ini, penulis melihat permasalahan lingkungan global yang terjadi saat ini merupakan collective-action problems dan solusi terhadap permasalahan tersebut adalah dengan pembentukan institusi internasional atau rezim internasional. Rezim Perubahan Iklim Internasional Yang Beranggotakan Negara Protokol Kyoto, UNEP, Long Range Transboundary Air Pollution (LRTAP), Intergovernmental Panel On Climate Change (IPCC), UNFCCC, Montreal Protocol on Substances that Deplete the ozon layer, dll. Rezim Perubahan Iklim Internasional Yang Beranggotakan Kota C40 Cities Climate Leadership Group, CCP, ICLEI, dll. Jika kita cermati, sudah banyak perundingan-perundingan dan rezim internasional terbentuk terkait permasalahan perubahan iklim. Dari keseluruhan kerjasama atau rezim internasional yang ada biasanya didominasi dan beranggotakan negara. Namun, semenjak tahun 1990an kerjasama transnasional antar kota semakin berkembang dan bertambah jumlahnya. Penulis tertarik untuk meneliti C40 karena kerjasama ini terdiri dari kota-kota besar dunia (global megacities) yang dalam beberapa tahun terakhir menjadi aktor penting di dalam politik internasional. Selain itu, menurut kalkulasi, kerjasama transnasional yang dipimpin oleh kota ini setara dengan penyumbang emisi terbesar nomor lima di dunia. 4 Sejauh ini terhitung tahun 2014, sudah terdapat 8068 climate actions yang sudah dilakukan oleh kota-kota C40. Walaupun terhitung baru berdiri, C40 yang beranggotakan global megacities ini dapat menarik banyak organisasi lain untuk bekerjasama dan berkembang dengan sangat pesat selama beberapa tahun terakhir. Penulis tertarik untuk meneliti peranan C40 Cities di dalam isu perubahan iklim global, dan berusaha menganalisa faktor apa saja yang menyebabkan kota aktif di dalam isu 4 C40, New Research: Cities Have The Potential to Help Close The Emissions Gap (daring), < research cities have the potential to help close the emissions gap>, diakses pada 17 Oktober
3 perubahan iklim global. Untuk mempermudah analisa, penulis akan menggunakan teori Paradiplomasi dan Multilevel Governance approach untuk melihat bagaimana mereka bisa muncul sebagai aktor penting baru dan kepentingan apa yang dibawa oleh kota-kota di dalam kerangka kerjasama C40 ini. 1.2 Rumusan Masalah Pertanyaan penelitian yang penulis angkat dalam skripsi ini adalah Mengapa kota ikut berpartisipasi aktif dalam kerangka kerjasama C40 Cities Climate Leadership Group di dalam isu perubahan iklim global? 1.3 Landasan Konseptual a. Paradiplomasi Terminologi paradiplomasi digunakan untuk menunjuk aktifitas-aktifitas diplomasi yang dilakukan oleh aktor subnasional yang bersifat pararel, terkoordinasi, pelengkap terhadap, atau bahkan terkadang bertentangan dengan diplomasi yang dilakukan oleh pemerintah pusat. Paradiplomasi sendiri dilakukan oleh pemerintahan lokal yang bekerjasama dengan pemerintah negara lain dan aktor transnasional lainnya dalam rangka mencapai kepentingannya. Berbeda dengan kebijakan luar negeri dari negara, paradiplomasi tidak bertujuan untuk mempertahankan kepentingan yang sifatnya menyeluruh, seperti kepentingan nasional pada negara, melainkan paradiplomasi biasanya fokus pada isu-isu tertentu. 5 Berakhirnya perang dingin menyebabkan munculnya banyak aktor non-negara sebagai bagian penting dalam hubungan internasional. Dalam hubungan internasional, nation-states merupakan aktor dominan sebagai akibat dari westphalian system. Sejak berakhirnya perang dunia kedua dominasi negara secara berangsur-angsur mulai tertandingi oleh aktor-aktor lain. Globalisasi menyebabkan persebaran arus informasi, pengaruh dan ancaman terhadap sesuatu bergerak dengan sangat cepat dan melewati batas-batas negara. Hal ini menyebabkan terjadinya diffusion of power di dalam struktur internasional. Diffusion of power sebagaimana diungkapkan oleh Joseph Nye, merupakan peristiwa dimana power yang tadinya didominasi oleh aktor negara mulai bergeser ke aktor non-negara dan 5. K. Ariadi, Paradiplomasi, Otonomi Daerah, dan Hubungan Luar Negeri (daring), < %5B_Konten_%5D Artikel%20A pdf>, Perencanaan Pembangunan no. 21 September/oktober 2000, diakses pada 17 April
4 pemerintah lokal. 6 Munculnya aktor-aktor baru, seperti MNCs, NGOs, aktor supranasional (EU, NAFTA), dan aktor subnasional menjadi salah satu topik penting dalam hubungan internasional. Pemahaman yang komprehensif terkait perubahan dan munculnya aktor baru dalam hubungan internasional dapat memudahkan kita dalam memahami sebuah fenomena secara utuh. Berbeda dengan MNC dan NGO yang merupakan aktor non-negara, kota merupakan aktor yang karakteristiknya mirip dengan negara. Kota atau aktor subnasional tadinya hanya dilihat sebagai objek dalam politik internasional. Jika kita lihat sekarang kota mulai bertransformasi menjadi salah satu aktor penting dalam politik internasional. Diplomasi yang dilakukan oleh sub-state actor dalam hubungan internasional sendiri disebut sebagai paradiplomasi. Terdapat dua pertanyaan penting untuk memahami paradiplomasi, pertama faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya praktek paradiplomasi dan kedua apa kepentingan dari aktor subnasional ikut serta di dalam politik internasional. Untuk pertanyaan pertama, terdapat faktor eksternal dan internal yang menyebabkan terjadinya paradiplomasi. Faktor eksternal tersebut meliputi: 7 a. Globalisasi Globalisasi merupakan fenomena besar yang bisa dibilang mempengaruhi segala aspek di dalam politik internasional maupun politik domestik. Globalisasi dalam hal ini dianggap sebagai faktor eksternal utama yang menyebabkan hilangnya batas-batas negara dan memberikan aktor subnasional kesempatan lebih untuk ikut serta dalam beberapa aspek seperti aspek ekonomi, budaya, dan politik sebagaimana globalisasi juga menyebabkan munculnya aktor lain selain negara. b. Demokratisasi Gelombang demokratisasi dunia menyebabkan transformasi politik dari rezim otoriter ke rezim demokrasi. Fenomena paradiplomasi sendiri merupakan fenomena pembuatan kebijakan yang sifatnya plural karena melibatkan banyak aktor dari berbagai level pemerintahan yang tentunya tidak mungkin terjadi jika negara masih menggunakan sistem yang otoriter. Sehingga, beberapa ahli melihat ada korelasi 6 J.S. Nye. The Future of Power, Public Affairs, New York, Hlm A.S. Kuznetsov, Theory and Practice of Paradiplomacy: Subnational Governments in International Affairs, Routledge, New York, 2015, hlm
5 antara demokratisasi dan paradiplomasi. Hal ini digambarkan oleh keadaan aktor subnasional di Rusia. Pasca runtuhnya rezim komunis pada tahun 1991, aktor-aktor subnasional di Rusia mulai lebih aktif dan memiliki peranan yang besar di dalam politik domestik maupun politik internasional. c. Foreign policy domestication and internalization of domestics politics Penyebab eksternal lain dari munculnya fenomena paradiplomasi adalah mulai kaburnya antara permasalahan domestik dan internasional dan permasalahan low politics dan high politics. Maksudnya di sini adalah banyak sekali beberapa permasalahan domestik yang sekarang ini memberikan dampak terhadap politik internasional atau bahkan menjadi salah satu permasalahan utama di dalam politik internasional karena disebabkan oleh berbagai faktor. Kaburnya beberapa permasalahan tersebut menyebabkan aktor subnasional pada akhirnya sering terlibat aktif di dalam politik internasional. Faktor Internal: 8 a. Federalisasi dan desentralisasi Federalisasi dan desentralisasi di beberapa negara menyebabkan kewenangan dari aktor subnasional menjadi lebih besar. Sebagai contoh, mulai munculnya aktivitas paradiplomasi yang dilakukan oleh aktor subnasional di Amerika Serikat disebabkan oleh strategi new federalism yang dibuat oleh Presiden Nixon pada tahun 1970-an. Proses pemberian wewenang yang lebih kepada aktor subnasional dianggap sebagai faktor penting terjadinya paradiplomasi. b. Ketidakefektivan kinerja pemerintah pusat dalam menjalankan politik luar negeri Faktor internal lainnya adalah kurangnya atau buruknya performa pemerintah pusat dalam menjalankan kebijakan luar negerinya. Dalam beberapa permasalahan yang ada aktor subnasional terkadang memiliki pengalaman, pengetahuan, serta sumber daya yang lebih dibandingkan dengan pemerintah pusat. Hal ini menyebabkan banyak aktor subnasional yang aktif dalam politik internasional pada isu-isu tertentu. 8 A.S. Kuznetsov. Hlm
6 c. Asymmetry of constituent units Hal yang menarik dari munculnya paradiplomasi adalah disebabkan oleh munculnya beberapa aktor subnasional yang secara kekuatan ekonomi ternyata sama atau bahkan lebih besar dari negara. Sebagai contoh, California jika dihitung secara GDP ternyata sama dengan negara besar seperti Italia. Aktor subnasional menjadi pusat ekonomi dan perdagangan dunia sehingga menyebabkan mereka memiliki peranan lebih di dalam politik internasional. d. Peran pemimpin kota/daerah Faktor internal terakhir adalah kuatnya peranan dari pemimpin daerah dalam proses paradiplomasi. Beberapa pemimpin kota, terutama kota-kota besar biasanya memiliki jaringan dengan pemimpin di kota lain yang menyebabkan jaringan antara pimpinan pemerintah kota memiliki peranan yang besar dalam politik internasional. Sedangakan, terdapat setidaknya empat kepentingan yang mendorong aktor subnasional untuk ikut serta di dalam politik internasional: 9 a. Kepentingan ekonomi Kepentingan ekonomi ini adalah keinginan dari aktor subnasional untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal dari ekonomi bebas dunia saat ini dengan cara menjalin kerjasama dengan aktor lain di dalam politik internasional. b. Kepentingan budaya Kepentingan ini muncul akibat keinginan dari aktor subnasional untuk menjalin kerjasama dengan negara yang memiliki kemiripan budaya ataupun berbeda budaya agar terjadi proses pertukaran nilai-nilai budaya yang mereka miliki. c. Kepentingan politik Kepentingan politik biasanya dimiliki oleh aktor-aktor subnasional yang ingin memisahkan diri dari negaranya dengan cara menjalin hubungan dengan aktor di dalam politik internasional agar mendapat dukungan atas kemerdekaan yang mereka cita-citakan. d. Outside stimulus Selain tiga hal tersebut, terdapat kepentingan yang sifatnya dari luar sebagai akibat dari kejadian di tempat lain yang mempengaruhi keadaan kota tersebut. 9 A.S. Kuznetsov. Hlm
7 Sebagai contoh, permasalahan-permasalahan cross border seperti, lingkungan, transportasi, imigrasi, dan lain-lain membutuhkan peranan aktor subnasional dalam mengatasinya di level internasional. b.multilevel Governance Approach Pendekatan Multilevel Governance melihat hubungan antar level pemerintahan mengalami perubahan dalam beberapa tahun terakhir. Desentralisasi menyebabkan negara tidak lagi menjadi aktor tunggal yang memiliki kuasa dan akses penuh dalam proses pembuatan kebijakan. Akibatnya pemerintah lokal memiliki kuasa yang lebih dalam memformulasikan kebijakan baik keluar maupun ke dalam. Perubahan ini menyebabkan pemerintahan (governance) menjadi lebih kompleks sebagai akibat dari keikutsertaan banyak stakeholders dari berbagai level pemerintahan. 10 Lisbet Hooghe and Gary Marks berpendapat terdapat dua tipe pendekatan multilevel governance. Pertama, (Tipe I) terjadi persebaran kewenangan (authority) kepada beberapa level (tiers of governance). Di dalam pendekatan tipe pertama ini, terdapat hirarki antar masing-masing tingkatan kewenangan dengan meletakkan negara tetap menjadi central authority dalam pembuatan kebijakan baik itu di tingkat domestik maupun internasional. Sehingga, posisi governance yang terbentuk tetap dibawah negara. 11 Tipe kedua pendekatan multilevel governance melihat dalam suatu isu terdapat beberapa governance dan aktor lain yang sama-sama bekerja untuk mengatasi suatu isu melalui tingkatan pemerintahannya masing-masing. Jika pendekatan tipe pertama fokus pada perubahan pada tingkatan kewenangan (authority), yakni persebaran kewenangan kepada supranational dan subnational. Tipe kedua pendekatan ini melihat governance yang terbentuk sebagai new spheres of authority yang terlepas dari tingkatan kewenangan karena tidak terdapat hirarki di dalamnya. Governance baru yang terbentuk nantinya tidaklah berada di bawah pemerintah pusat tetapi berada di wilayah kewenangan yang berbeda. 12 Hooghe and Marks melihat pendekatan tipe pertama dapat digunakan untuk menggambarkan persebaran kewenangan di dalam federal states, seperti Amerika Serikat dan Australia. Sedangkan, pendekatan tipe kedua melihat bahwa pemerintah lokal dan network 10 OECD, Multilevel Governance and Public Finance (Daring), < policy/multilevelgovernance.htm> diakses pada 17 Oktober L. Hooghe and G. Marks, Types of Multi level Governance, European integration Online Papers Vol 5, No 11, 2001, p L. Hooghe and G. Marks, p. 4. 7
8 yang terbentuk di antara mereka dapat bergerak sebagai aktor transnasional yang independen. 13 Sehingga penulis akan menggunakan tipe kedua dari pendekatan multilevel governance untuk menganalisa C40 sebagai transnational network yang bergerak secara independen dari kota-kota besar di dunia dalam politik lingkungan global. 1.4 Argumen Utama Tidak efektifnya rezim lingkungan Internasional yang dipimpin oleh negara menyebabkan kota-kota mulai aktif terlibat di dalam kerangka kerjasama global untuk secara kolektif berusaha mengatasi permasalahan perubahan iklim. Ditambah lagi, sebagaimana menurut kaum functionalist, kepentingan ekonomi menjadi alasan kota semakin berperan aktif di dalam kerangka kerjasama C40 dalam usaha mengatasi permasalahan perubahan iklim. 1.5 Metode Penelitian Penulis akan menggunakan metode penelitian kualitatif untuk menganalisa permasalahan yang akan diteliti. Analisa akan bertumpu pada penggunakan dua teori utama, yakni teori paradiplomasi dan multilevel governance approach untuk berusaha menjawab fenomena munculnya kota sebagai aktor penting di dalam politik lingkungan global saat ini. Hal tersebut akan didukung oleh data-data mengenai peran dan kontribusi kota-kota dunia dalam kerjasama transnasional C40 dalam mengatasi permasalahan perubahan iklim global. Analisa terkait faktor-faktor pendukung penyebab terjadinya kerjasama antar kota dalam isu perubahan iklim global serta kepentingan kota ikut serta di dalam isu tersebut juga akan mendukung analisa di dalam skripsi ini. 1.6 Sistematika Penulisan Di dalam skripsi ini penulis akan membaginya menjadi empat bab, yakni: Bab I: Penulis akan menjelaskan tentang latar belakang munculnya C40 sebagai salah satu aktor dalam Politik Lingkungan Global. 13 M.M. Betsill and H. Bulkeley, Cities and the Multilevel Governance of Global Climate Change, Global Governance, Vol.12, No. 2, Apr June 2006, p
9 Bab II: Pembahasan akan berfokus pada peran kota-kota besar dunia (global megacities) di dalam formasi kerjasama internasional antar kota C40 Cities Climate Leadership Group dalam upayanya mengatasi permasalahan perubahan iklim global Bab III: Pembahasan akan berfokus pada analisa faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kota dapat aktif di dalam praktek politik lingkungan global dan faktor apa yang mendorong kota untuk aktif di dalam isu tersebut. Bab IV: Penutup 9
MATA KULIAH TEORI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL TEORI-TEORI AKTOR HI. Oleh : Dr. Agus Subagyo, S.IP., M.Si
MATA KULIAH TEORI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL TEORI-TEORI AKTOR HI Oleh : Dr. Agus Subagyo, S.IP., M.Si TEORI STATE CENTRIS TEORI TRANSNASIONAL CENTRIS TEORI GLOBAL CENTRIS TEORI STATE CENTRIS TEORI STATE
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Australia begitu gencar dalam merespon Illegal, Unreported, Unregulated Fishing (IUU Fishing), salah satu aktivitas ilegal yang mengancam ketersediaan ikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Laporan dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasca runtuhnya Uni Soviet sebagai salah satu negara adi kuasa, telah membawa agenda baru dalam tatanan studi hubungan internasional (Multazam, 2010). Agenda yang awalnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasca kekalahannya dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha untuk bangkit kembali menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Usaha Jepang untuk bangkit kembali dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. <http://www.japantimes.co.jp/news/2013/06/01/world/the-evolution-of-ticad-since-its-inception-in-1993/>, diakses 16 Juni 2016.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak kebijakan ODA Jepang mulai dijalankan pada tahun 1954 1, ODA pertama kali diberikan kepada benua Asia (khususnya Asia Tenggara) berupa pembayaran kerusakan akibat
Lebih terperinciBAB II PERKEMBANGAN BRIC. signifikan pasca krisis ekonomi besar yang melanda beberapa Negara-negara besar.
BAB II PERKEMBANGAN BRIC BRIC merupakan organisasi yang mengalami perkembangan yang signifikan pasca krisis ekonomi besar yang melanda beberapa Negara-negara besar. Sejak saat itu BRIC mulai dikenal sebagai
Lebih terperinciRechtsVinding Online. Aktor Non-Negara
PENYEMPURNAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 1999 TENTANG HUBUNGAN LUAR NEGERI SEBAGAI UPAYA OPTIMALISASI PENYELENGGARAAN HUBUNGAN LUAR NEGERI INDONESIA Oleh: Yeni Handayani Sebagai negara kesatuan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hubungan Internasional kontemporer di era globalisasi modern saat ini tidak hanya memperhatikan isu politik antar negara saja, tetapi isu-isu lain juga terus
Lebih terperinciPOLITICS AND GOVERNANCE IN INDONESIA:
MARKAS BESAR KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA SEKOLAH TINGGI ILMU KEPOLISIAN LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN BEDAH BUKU POLITICS AND GOVERNANCE IN INDONESIA: THE POLICE IN THE ERA OF REFORMASI (RETHINKING
Lebih terperinciBAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan
BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Akuntansi merupakan satu-satunya bahasa bisnis utama di pasar modal. Tanpa standar akuntansi yang baik, pasar modal tidak akan pernah berjalan dengan baik pula karena laporan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bebas dan dapat diakses dengan mudah. Globalisasi telah mempengaruhi berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi membuat dunia seakan tanpa batas, arus informasi menjadi sangat bebas dan dapat diakses dengan mudah. Globalisasi telah mempengaruhi berbagai aspek dalam
Lebih terperinciSumber-sumber kemasyarakatan merupakan aspek dari non pemerintah dari suatu system politik yang mempengaruhi tingkah laku eksternal negaranya.
Politik Luar Negeri Amerika Serikat Interaksi antarnegara dalam paradigma hubungan internasional banyak ditentukan oleh politik luar negeri negara tersebut. Politik luar negeri tersebut merupakan kebijaksanaan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. yang diperlukan bergantung pada keberhasilan kegiatan mitigasi. Masyarakat
BAB V KESIMPULAN Perubahan iklim telah berdampak pada ekosistem dan manusia di seluruh bagian benua dan samudera di dunia. Perubahan iklim dapat menimbulkan risiko besar bagi kesehatan manusia, keamanan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak positif seperti mudahnya berkomunikasi maupun berpindah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi sudah dimulai sejak Revolusi Industri yang terjadi pada abad ke 18 di Inggris yang pada akhirnya menyebar keseluruh dunia hingga saat sekarang ini.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Didorong oleh issue perubahan iklim dunia yang menghangat belakangan ini
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Didorong oleh issue perubahan iklim dunia yang menghangat belakangan ini dan perubahan tersebut terjadi akibat dari ulah manusia yang terus mengambil keuntungan dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerjasama ASEAN telah dimulai ketika Deklarasi Bangkok ditandatangani oleh Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filiphina pada tahun 1967. Sejak saat
Lebih terperinci1.1 Latar Belakang. BAB I : Pendahuluan
BAB I : Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penarikan pasukan Amerika Serikat dari Afghanistan barangkali merupakan salah satu kebijakan pemerintahan Obama yang paling dilematis. Keputusan untuk menarik pasukan
Lebih terperinciTINJAUAN UMUM ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL DOSEN : DR. AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI
FISIP HI UNJANI CIMAHI 2015 TINJAUAN UMUM ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL DOSEN : DR. AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI TINJAUAN UMUM ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL Sejarah Lahirnya Nation State / Negara Bangsa Transformasi
Lebih terperinciGLOBAL FRAMEWORK AND LOCAL REALITIES
PARIWISATA DAN POLITIK LUAR NEGERI TOURISM AND POLITICS: GLOBAL FRAMEWORK AND LOCAL REALITIES KELOMPOK 4 Anggie Aditya Murti Ajeng Yuliana R Pandu Raka Pangestu Annisa Nadya I Farid Ali Syahbana Muhammad
Lebih terperinci: Treaties Under Indonesian Law: A Comparative Study Penulis buku : Dr. iur. Damos Dumoli Agusman : PT. Remaja Rosda Karya
REVIEW BUKU Judul : Treaties Under Indonesian Law: A Comparative Study Penulis buku : Dr. iur. Damos Dumoli Agusman Penerbit : PT. Remaja Rosda Karya Bahasa : Inggris Jumlah halaman : 554 Halaman Tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi regional di kawasan Asia Tenggara yang telah membangun mitra kerjasama dengan Tiongkok dalam berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perubahan iklim sekarang ini perlu mendapatkan perhatian yang lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim sekarang ini perlu mendapatkan perhatian yang lebih sebagai isu lingkungan global. Salah satu dampak perubahan iklim adalah meningkatnya suhu di bumi
Lebih terperincimelakukan Revolusi Kuba dan berhasil menjatuhkan rezim diktator Fulgencio merubah orientasi Politik Luar Negeri Kuba lebih terfokus pada isu-isu high
BAB V KESIMPULAN Dari keseluruhan uraian skripsi maka dapat diambil kesimpulan yang merupakan gambaran menyeluruh dari hasil pembahasan yang dapat dikemukakan sebagai berikut : Hubungan luar negeri antara
Lebih terperinciBAB I - PENDAHULUAN. 1 Perjanjian Westphalia pada tahun 1648 menciptakan konsep kedaulatan Westphalia
BAB I - PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ini ingin melihat kebijakan eksternal Uni Eropa (UE) di Indonesia yang dapat dikategorikan sebagai bentuk implementasi dari konsep kekuatan normatif. Konsep
Lebih terperinciPERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN: SEBUAH KAJIAN ATAS DAMPAK PENERAPAN EKOLABEL
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN: SEBUAH KAJIAN ATAS DAMPAK PENERAPAN EKOLABEL Oleh: NANI TUARSIH 0810512064 Mahasiswa Program Strata
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PENGESAHAN PARIS AGREEMENT TO THE UNITED NATIONS FRAMEWORK CONVENTION ON CLIMATE CHANGE (PERSETUJUAN PARIS ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PERSERIKATAN
Lebih terperinciTATA KELOLA PEMERINTAHAN, KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK. Hendra Wijayanto
TATA KELOLA PEMERINTAHAN, KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK Hendra Wijayanto PERTANYAAN Apa yang dimaksud government? Apa yang dimaksud governance? SEJARAH IDE GOVERNANCE Tahap 1 Transformasi government sepanjang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melatar belakangi isu pemanasan global dan krisis iklim. Selain itu, dalam
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dijelaskan menegenai latar belakang masalah yang melatar belakangi isu pemanasan global dan krisis iklim. Selain itu, dalam pendahuluan juga akan dijelaskan tujuan
Lebih terperinciUPAYA JERMAN DALAM MENANGGULANGI PEMANASAN GLOBAL ( ) RESUME SKRIPSI
UPAYA JERMAN DALAM MENANGGULANGI PEMANASAN GLOBAL ( 1998 2011 ) RESUME SKRIPSI Disusun Oleh : Pongky Witra Wisesa (151040295) JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2003, telah diterbitkan sebuah komisi independen untuk
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada tahun 2003, telah diterbitkan sebuah komisi independen untuk Indonesia yang dinamakan Indonesian Commission dan merupakan bagian dari Pusat Tindak Pencegahan
Lebih terperinciPeningkatan Kepedulian dan Pemahaman Masyarakat akan Dampak Perubahan Iklim. oleh: Erna Witoelar *)
Peningkatan Kepedulian dan Pemahaman Masyarakat akan Dampak Perubahan Iklim oleh: Erna Witoelar *) Pemanasan Bumi & Perubahan Iklim: tidak baru & sudah jadi kenyataan Kesadaran, pengetahuan & peringatan
Lebih terperinciUnsur-Unsur Tata Kepemerintahan Global (Global Governance)
Unsur-Unsur Tata Kepemerintahan Global (Global Governance) Global governance tidak identik dengan global government. Yang membedakannya adalah bahwa global governance merupakan keseluruhan dari aktivitas-aktivitas
Lebih terperinciBAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010.
BAB 4 KESIMPULAN Korea Utara sejak tahun 1950 telah menjadi ancaman utama bagi keamanan kawasan Asia Timur. Korea Utara telah mengancam Korea Selatan dengan invasinya. Kemudian Korea Utara dapat menjadi
Lebih terperinciNational Planning Workshop
Strategi Nasional Untuk Meningkatkan Kapasitas SDM Dalam Menghadapi Perubahan Iklim National Planning Workshop Doddy S. Sukadri Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) Jakarta, 9 Oktober 2012 Outline Landasan
Lebih terperincibilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika
BAB V KESIMPULAN Amerika Serikat merupakan negara adikuasa dengan dinamika kebijakan politik luar negeri yang dinamis. Kebijakan luar negeri yang diputuskan oleh Amerika Serikat disesuaikan dengan isu
Lebih terperinciKekuasaan & Proses Pembuatan Kebijakan
KMA Kekuasaan & Proses Pembuatan Kebijakan Departemen Administrasi Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. Proses Pembuatan Kebijakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. hubungan internasional itu mengacu terhadap hubungan yang terjadi antar
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hubungan Internasional Istilah Hubungan Internasional secara umum dapat didefinisikan bahwa hubungan internasional itu mengacu terhadap hubungan yang terjadi antar pemerintah
Lebih terperinciPertemuan V : Perspektif Teoritis Regionalisme. Diplomasi HI di Kawasan Asia Pasifik Sylvia Octa Putri, S.IP
Pertemuan V : Perspektif Teoritis Regionalisme Diplomasi HI di Kawasan Asia Pasifik Sylvia Octa Putri, S.IP Mengapa teori menjadi penting? Teori adalah pernyataan yang dibuat untuk menjawab pertanyaan
Lebih terperinciIUCN Merupakan singkatan dari International Union for Conservation of Nature and Natural Resources sering juga disebut dengan World Conservation Union adalah sebuah organisasi internasional yang didedikasikan
Lebih terperinciHUBUNGAN INTERNASIONAL
HUBUNGAN INTERNASIONAL MOH. IKMAL Informasi Akademik : Blog : Mohammadikmal.Wordpress.Com E-mail : Ikmal.uny@gmail.com Deskripsi perkuliahan Mata kuliah hubungan internasional merupakan disiplin ilmu yang
Lebih terperinciMemahami Politik Luar Negeri Indonesia Era Susilo Bambang Yudhoyono secara Komprehensif: Resensi Buku
Indonesian Perspective, Vol. 2, No. 1 (Januari-Juni 2017): 77-81 Memahami Politik Luar Negeri Indonesia Era Susilo Bambang Yudhoyono secara Komprehensif: Resensi Buku Tonny Dian Effendi Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin
BAB IV KESIMPULAN Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin memiliki implikasi bagi kebijakan luar negeri India. Perubahan tersebut memiliki implikasi bagi India baik pada
Lebih terperinciPercepatan Peningkatan Aksi-aksi Perubahan Iklim di Tingkat Global : Pandangan Kelompok Masyarakat Sipil
Percepatan Peningkatan Aksi-aksi Perubahan Iklim di Tingkat Global : Pandangan Kelompok Masyarakat Sipil Climate Summit 2014 merupakan event penting dimana negara-negara PBB akan berkumpul untuk membahas
Lebih terperinciNATIONAL INSECURITY ; THREATS AND VULNERABILITIES (Ketidakamanan Nasional : Ancaman-Ancaman dan Kemudahan-Kemudahan (peluang) Untuk Diserang)
NATIONAL INSECURITY ; THREATS AND VULNERABILITIES (Ketidakamanan Nasional : Ancaman-Ancaman dan Kemudahan-Kemudahan (peluang) Untuk Diserang) Ketidakamanan (insecurity) merupakan perpaduan dari threats
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Berdasarkan kajian yang penulis lakukan mengenai Politik Luar Negeri
BAB V KESIMPULAN Berdasarkan kajian yang penulis lakukan mengenai Politik Luar Negeri Indonesia Terhadap Pembentukan Negara Federasi Malaysia dan Dampaknya bagi Hubungan Indonesia-Amerika Serikat Tahun
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. A. Latar Belakang Masalah
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Fenomena internasional yang menjadi tren perdagangan dewasa ini adalah perdagangan bebas yang meliputi ekspor-impor barang dari suatu negara ke negara lain.
Lebih terperinciBAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN. penelitian ini menggunakan satu metode dalam mengumpulkan data yang. serta karakter dari masalah yang diteliti.
BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN 3.1. Metoda Penelitian Berdasarkan karakterisitik masalah dalam penelitian ini, maka penelitian ini menggunakan satu metode dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk
Lebih terperinciASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF)
ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF) www.appf.org.pe LATAR BELAKANG APPF dibentuk atas gagasan Yasuhiro Nakasone (Mantan Perdana Menteri Jepang dan Anggota Parlemen Jepang) dan beberapa orang diplomat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya perang dunia kedua menjadi titik tolak bagi beberapa negara di Eropa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berakhirnya perang dunia kedua menjadi titik tolak bagi beberapa negara di Eropa untuk mendorong terbentuknya integrasi Eropa. Pada saat itu, Eropa mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. New York, 2007, p I. d Hooghe, The Expansion of China s Public Diplomacy System, dalam Wang, J. (ed.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cina merupakan negara dengan pertumbuhan ekonomi pesat dan saat ini dianggap sebagai salah satu kekuatan besar dunia. Dengan semakin besarnya kekuatan Cina di dunia
Lebih terperinciKeterangan Pers Presiden RI pada Acara Kunjungan Kenegaraan Presiden Amerika Serikat, Selasa, 09 November 2010
Keterangan Pers Presiden RI pada Acara Kunjungan Kenegaraan Presiden Amerika Serikat, 09-11-2010 Selasa, 09 November 2010 KETERANGAN PERS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA KUNJUNGAN KENEGARAAN PRESIDEN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2004 TENTANG PENGESAHAN KYOTO PROTOCOL TO THE UNITED NATIONS FRAMEWORK C'ONVENTION ON CLIMATE CHANGE (PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PERSERIKATAN
Lebih terperinci4. BAB IV: REKOMENDASI. Berikut adalah rekomendasi yang diberikan untuk evaluasi model kelembagaan Sekertariat Bersama Kartamantul:
4. BAB IV: REKOMENDASI Berikut adalah rekomendasi yang diberikan untuk evaluasi model kelembagaan Sekertariat Bersama Kartamantul: 4.1. Model Pengorganisasian Model Kelembagaan jointly-formed authorities
Lebih terperinciNations Framework Convention on Climate Change (Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2004 TENTANG PENGESAHAN KYOTO PROTOCOL TO THE UNITED NATIONS FRAMEWORK CONVENTION ON CLIMATE CHANGE (PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PERSERIKATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah lingkungan menjadi salah satu isu utama di dalam hubungan internasional kontemporer. Hal ini terjadi seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran publik dan
Lebih terperinciBAB II KERJASAMA LUAR NEGERI OLEH PEMERINTAH DAERAH. telah diatur dalam kebijakan pemerintah pusat hingga pemerintah daerah.
BAB II KERJASAMA LUAR NEGERI OLEH PEMERINTAH DAERAH Kerjasama luar negeri antar daerah atau yang lebih disebut Sister City telah diatur dalam kebijakan pemerintah pusat hingga pemerintah daerah. Maka landasan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. internasional, sebagai aktor dalam hubungan internasional, dalam hal pembentukan
BAB V KESIMPULAN Penelitian ini merupakan sarana eksplanasi tentang perilaku organisasi internasional, sebagai aktor dalam hubungan internasional, dalam hal pembentukan suatu program atau agenda yang diimplementasikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bisnis dan pemimpin politik untuk merespon berbagai tantangan dari ancaman
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemanasan global telah menjadi isu politik dan bisnis yang semakin penting bagi sebagian besar negara. Ada panggilan yang kuat dari lingkungan, bisnis dan pemimpin
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun 1980. Globalisasi selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak yang mengkhawatirkan bagi negara yang
Lebih terperinciPandangan Indonesia mengenai NAMAs
Pandangan Indonesia mengenai NAMAs 1. Nationally Appropriate Mitigation Action by Non-Annex I atau biasa disingkat NAMAs adalah suatu istilah pada Bali Action Plan yang disepakati Pertemuan Para Pihak
Lebih terperinciPerlindungan Terhadap Biodiversitas
Perlindungan Terhadap Biodiversitas Pendahuluan Oleh karena kehidupan di dunia tergantung kepada berfungsinya biosfer secara baik, maka tujuan utama konservasi dan perlindungan adalah menjaga biosfer dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian Negara-negara di seluruh dunia saat ini menyadari bahwa integrasi ekonomi memiliki peran penting dalam perdagangan. Integrasi dilakukan oleh setiap negara
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I PENGESAHAN. Agreement. Perubahan Iklim. PBB. Kerangka Kerja. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 204) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK
Lebih terperinciGARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN [GBPP]
GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN [GBPP] Program Studi Hubungan Internasional Versi: 03 Nama Mata Kuliah : Pengantar Diplomasi Tgl / Dosen : Maret 2017 / Shiskha Prabawaningtyas Kode Mata Kuliah / SKS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wilayahnya. Konflik etnis merupakan salah satu permasalahan yang masih terjadi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pecahnya Uni Soviet telah meninggalkan berbagai permasalahan dibekas wilayahnya. Konflik etnis merupakan salah satu permasalahan yang masih terjadi pasca jatuhnya
Lebih terperinciMATERI KEENAM LESSONS LEARNED IN COMMUNITY BASED DEVELOPMENT (PEMBELAJARAN DALAM PEMBANGUNAN YANG BERTUMPU PADA MASYARAKAT)
MATERI KEENAM Pembangunan Perdesaan Bertumpu Pada Masyarakat ( AR - 6254 ) LESSONS LEARNED IN COMMUNITY BASED DEVELOPMENT (PEMBELAJARAN DALAM PEMBANGUNAN YANG BERTUMPU PADA MASYARAKAT) I. PENDAHULUAN Telah
Lebih terperinciPERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME
PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME Dinamika politik internasional pasca berakhirnya Perang
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari
1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya untuk menikmati umur
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Tasmanian Wilderness oleh Perdana Menteri Australia Tony Abbott. Tasmanian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skripsi ini mendiskusikan tentang politisasi kawasan konservasi Tasmanian Wilderness oleh Perdana Menteri Australia Tony Abbott. Tasmanian Wilderness merupakan salah
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PENELITIAN DEMOKRATISASI POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA: TANTANGAN DAN ARAH KE DEPAN
LAPORAN AKHIR PENELITIAN DEMOKRATISASI POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA: TANTANGAN DAN ARAH KE DEPAN Oleh Tim Peneliti Fakultas Hukum Unpad Ketua Tim : Atip Latifulhayat, S.H., LL.M., Ph.D. Wakil Ketua Tim:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sepanjang tahun 2013, media-media internasional gencar memberitakan dinamika yang terjadi berkaitan dengan situasi politik dan keamanan di Semenanjung Korea.
Lebih terperinciKepentingan Amerika Serikat Membantu Uganda Memerangi LRA Dengan. Recovery Act
Kepentingan Amerika Serikat Membantu Uganda Memerangi LRA Dengan Terlibat Dalam Lord's Resistance Army Disarmament and Northern Uganda Recovery Act Lord s Resistance Army (LRA) suatu kelompok pemberontak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dibagi-baginya penyelenggaraan kekuasaan tersebut, agar kekuasaan tidak
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konteks pemerintahan yang demokratis kekuasaan tidak berada dan dijalankan oleh satu badan tapi dilaksanakan oleh beberapa badan atau lembaga. Tujuan dari dibagi-baginya
Lebih terperinciPengaruh Economic Cooperation Framework Agreement (ECFA) terhadap Isu One China antara Cina dan Taiwan
Pengaruh Economic Cooperation Framework Agreement (ECFA) terhadap Isu One China antara Cina dan Taiwan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Cina dan Taiwan adalah dua kawasan yang memiliki latar belakang
Lebih terperinciGlobalisasi secara tidak langsung membuat batas-batas antar negara menjadi semakin memudar. Dengan semakin maraknya perdagangan internasional dan peny
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era modern ini fenomena globalisasi sudah menyebar dan menjadi suatu bahasan yang menarik bagi setiap orang. Fenomena globalisasi membuat dunia menjadi suatu tempat
Lebih terperinciMenuju Warsawa: Isu-isu Utama Negosiasi Pendanaan. Suzanty Sitorus Pokja Pendanaan Dewan Nasional Perubahan Iklim
Menuju Warsawa: Isu-isu Utama Negosiasi Pendanaan Suzanty Sitorus Pokja Pendanaan Dewan Nasional Perubahan Iklim Proses UNFCCC terkait pendanaan, 2013 ADP 2-1 Bonn 29 Apr-3 Mei Intersessional Bonn 3-14
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juga mencuat dalam pertemuan umum pemimpin APEC di Sydney dan. Berbagai fakta mudah sekali ditemukan bahwa pemanasan global telah
12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemanasan global (global warming) adalah isu yang akan terus menghangat dalam beberapa dekade kedepan. Terakhir, isu pemanasan global juga mencuat dalam pertemuan
Lebih terperinciakan senantiasa terjalin dengan baik. Tanpa prinsip tersebut dapat mengarah kepada timbulnya hubungan tidak baik antar negara. Disamping itu juga, di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara merupakan alat (agency) dari masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur dan menertibkan gejala-gejala kekuasaan dalam masyarakat atau menurut Roger H.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang melimpah membuat beberapa Negara di Eropa mempunyai niat untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Letak Asia Tenggara yang sangat strategis serta memiliki kekayaan alam yang melimpah membuat beberapa Negara di Eropa mempunyai niat untuk menguasai wilayah di Asia
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. Kesimpulan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Hingga saat ini, relasi antara Pemerintah Daerah, perusahaan dan masyarakat (state, capital, society) masih belum menunjukkan pemahaman yang sama tentang bagaimana program CSR
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. global semakin hari semakin mencuat ke permukaan. Adanya dominasi negara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Biennale Jogja adalah sebuah agenda seni berskala internasional yang digelar rutin setiap dua tahun sekali oleh Yayasan Biennale Yogyakarta (YBY). Agenda seni
Lebih terperinciPengaruh Globalisasi Ekonomi Terhadap Perkembangan Ekonomi Indonesia
Pengaruh Globalisasi Ekonomi Terhadap Perkembangan Ekonomi Indonesia Oleh : Indah Astutik Abstrak Globalisasi ekonomi merupakan proses pengintegrasian ekonomi nasional ke dalam sistim ekonomi global yang
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.
BAB 5 KESIMPULAN Kecurigaan utama negara-negara Barat terutama Amerika Serikat adalah bahwa program nuklir sipil merupakan kedok untuk menutupi pengembangan senjata nuklir. Persepsi negara-negara Barat
Lebih terperinciturut melekat bagi negara-negara di Eropa Timur. Uni Eropa, AS, dan NATO menanamkan pengaruhnya melalui ide-ide demokrasi yang terkait dengan ekonomi,
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dengan berbagai aspek yang telah dinilai oleh pembuat kebijakan di Montenegro untuk bergabung dalam NATO, terdapat polemik internal dan eksternal yang diakibatkan oleh kebijakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dewasa ini, kita dihadapkan pada perubahan arah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi dewasa ini, kita dihadapkan pada perubahan arah pembangunan yang bertumpu pada peningkatan sumber daya aparatur pemerintah sebagai kunci pokok
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. bangsa, sejak kemerdekaan hingga sekarang, banyak pengalaman dan pelajaran
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan demokrasi di Indonesia nertujuan untuk kepentingan bangsa dan Negara Indonesia yaitu mewujudkan tujuan nasional. Dalam perjalanan sejarah bangsa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur perekonomian internasional yang lebih bebas dengan jalan menghapuskan semua hambatanhambatan
Lebih terperinciOtda & Wawan Mas udi JPP Fisipol UGM. Disampaikan pada acara WORKSHOP Penyusunan Buku Kelompok Rentan, yang diselenggarakan oleh Pusham UII
Otda & Konflik Tata Ruang Publik Wawan Mas udi JPP Fisipol UGM Disampaikan pada acara WORKSHOP Penyusunan Buku Kelompok Rentan, yang diselenggarakan oleh Pusham UII bekerjasama dengan NCHR Uuniversity
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kompleksnya persoalan yang dihadapi Negara, maka terjadi pula. perkembangan di dalam penyelenggaraan pemerintahan yang ditandai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya persoalan yang dihadapi Negara, maka terjadi pula perkembangan di dalam penyelenggaraan pemerintahan
Lebih terperinciPOKOK BAHASAN IX GOOD GOVERNANCE
POKOK BAHASAN IX GOOD GOVERNANCE A. Definisi dan Pengertian Tata pemerintahan yang baik (good governance) merupakan konsep yang kini sangat populer di Indonesia. Pembicaraan tentang good governance tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi ini, semakin pesat perkembangan teknologi informasi dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini, semakin pesat perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di dunia, disertai pula dengan adanya deregulasi keuangan, telah menghilangkan
Lebih terperinciOTONOMI DAERAH UNTUK MENGUKUHKAN INDONESIA SEBAGAI NEGARA-BANGSA SISTEM EKONOMI INDONESIA
OTONOMI DAERAH UNTUK MENGUKUHKAN INDONESIA SEBAGAI NEGARA-BANGSA SISTEM EKONOMI INDONESIA Dua per tiga kue nasional dinikmati oleh Jawa dan lebih dari empat per lima di Kawasan Barat Indonesia, jika memakai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan
BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kepemilikan senjata nuklir oleh suatu negara memang menjadikan perubahan konteks politik internasional menjadi rawan konflik mengingat senjata tersebut memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era kontemporer, pendekatan yang diambil Jepang dalam melakukan politik luar negeri dengan Myanmar kerap disebut sebagai critical engagement policy. Pendekatan
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH
BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH Perencanaan dan implementasi pelaksanaan rencana pembangunan kota tahun 2011-2015 akan dipengaruhi oleh lingkungan strategis yang diperkirakan akan terjadi dalam 5 (lima)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat berlangsungnya Perang Dingin antara Blok Barat dengan Blok Timur, Vietnam ikut terlibat dalam Perang Vietnam melawan Amerika Serikat (AS). Blok barat
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk menjaga keamanan nasional sekaligus memenuhi kepentingan nasional.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekuatan militer merupakan salah satu aspek penting dalam menjaga stabilitas negara. Semua negara termasuk Indonesia membangun kekuatan militernya untuk menjaga keamanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia tersebut. Upaya upaya pembangunan ini dilakukan dengan banyak hal,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Negara negara dunia pasca perang dunia II gencar melaksanakan pembangunan guna memperbaiki perekonomian negaranya yang hancur serta memajukan kesejahteraan penduduknya
Lebih terperinci