BAB II LANDASAN TEORI. Kasmir (2007: 23), menjelaskan pengertian perbankan adalah lembaga

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. Kasmir (2007: 23), menjelaskan pengertian perbankan adalah lembaga"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian Perbankan Kasmir (2007: 23), menjelaskan pengertian perbankan adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkannya. Disamping itu bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukar uang, memindahkan uang atau menerima segala macam bentuk pembayaran dan setoran seperti pembayaran listrik, telepon, air, pajak, uang kuliah dan pembayaran lainnya. Menurut undang-undang RI nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan BANK adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. II.1.1 Fungsi Bank Menurut Triandaru dan Budisantoso dalam buku yang berjudul Bank dan Lembaga Keuangan Lain (2008:9), fungsi utama bank ialah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat, tetapi secara lebih spesifik bank dapat berfungsi sebagai : 1. Agent of trust Dasar utama kegiatan perbankan ialah kepercayaan (trust), baik dalam hal penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat harus percaya 9

2 bahwa uangnya tidak akan disalahgunakan oleh bank dan uang masyarakat akan dikelola dengan baik. Pihak bank juga percaya pada debitor, bahwa debitor akan mengelola dana pinjaman dengan baik dan mempunyai kemampuan untuk membayar padasaat jatuh tempo. 2. Agent of development Kegiatan perekonomian masyarakat di sektor moneter dan di sektor rill tidak dapat dipisahkan karena selalu berinteraksi dan saling mempengaruhi. Kegiatan bank berupa penghimpunan dana dan penyaluran dana sangat diperlukan bagi lancarnya perekonomian di sektor rill sehingga memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan investasi, distribusi dan konsumsi. Kelancaran kegiatan-kegiatan tersebut adalah kegiatan pembangunan perekonomian suatu masyarakat. 3. Agent of service Di samping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Seperti jasa pengiriman uang, jasa penitipan barang berharga, pemberian jaminan bank, dan penyelesaian tagihan. II.2 Sejarah Bank Syariah Di Indonesia Bank syariah pertama di Indonesia lahir sejak Bank syariah pertama di Indonesia adalah Bank Muamalat Indonesia. Pada tahun 1992 hingga 1999, perkembangan Bank Muamalat Indonesia,masih tergolong stagnan. Namun sejak adanya krisis moneter yang melanda Indonesia pada 1997 dan 1998, maka pihak regulator termasuk Bank Indonesia melihat bahwa Bank Muamalat Indonesia (BMI) tidak terlalu terkena dampak krisis moneter, dikarenakan tidak adanya negative 10

3 spread. Regulator berpendapat bahwa BMI sebagai satu-satunya bank syariah di Indonesia saat itu, tahan terhadap krisis moneter. Pada tahun 1999, berdirilah Bank Syariah Mandiri yang merupakan konversi dari Bank Susila Bakti, Bank Susila Bakti merupakan bank konvensional yang dibeli oleh Bank Dagang Negara, kemudian dikonversi menjadi Bank Syariah Mandir, bank syariah kedua di Indonesia. Bank umum syariah adalah bank syariah yang berdiri sendiri sesuai dengan akta pendiriannya, bukan merupakan bagian dari bank konvensional. Beberapa contoh bank umum syariah antara lain Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mega, Bank Syariah Bukopin, Bank BCA Syariah, dan Bank BRI Syariah. Unit usaha syariah adalah unit kerja dari kantor pusat bank konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, atau unit kerja dikantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan diluar negeri yang melaksanakan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah dan atau unit syariah. Contoh unit usaha syaria antara lain BNI Syariah, Bank Permata Syariah,BII Syariah dan Bank Danamon Syariah. II.2.1 Pengertian Bank Syariah Menurut Triandaru, Budisantoso (2008:153), Bank syariah bank yang dalam aktivitasnya, baik penghimpun dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah yaitu jual beli atau bagi hasil. Undang-Undang Perbankan Syariah No.21 tahun 2008 menyatakan bahwa perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank syariah dan 11

4 unit usaha syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usahanya. Bank syariah adalah bank umum syariah (BUS), unit usaha syariah (UUS), dan bank pembiayaan rakyat syariah (BPRS). II.2.2 Prinsip Bank Syariah Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah dalam penentuan harga produknya sangat berbeda dengan bank berdasarkan prinsip konvensional. Bank berdasarkan prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk mentimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya. Dalam menentukan harga atau mencari keuntungan bagi bank yang bedasarkan prinsip syariah adalah sebagi berikut : 1. Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah) 2. Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah) 3. Prinsip jual beli barang denga memperoleh keuntungan (murabahah) 4. Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (ijarah) 5. Dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank dan oleh pihak lain (ijarah wa iqtina). II.2.3 Akad Bank Syariah 1. Al- wadi ah merupakan titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik perorangan maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikain kapan saja bila si penitip menghendaki. 12

5 2. Al-musyarakah Al-musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk melakukan usaha tertentu. Masing-masing pihak memberikan dana atau amal dengan kesepakatan bahwa keuntungan atau resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. 3. Al- mudharabah Pengertian AI-mudharabah adalah akad kerja sama antara dua pihak, di mana pihak pertama menyediakan seluruh modal dan pihak lain menjadi pengelola. Keuntungan dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak. Apabila rugi maka akan ditanggung pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat dari kelalaian si pengelola. Apabila kerugian diakibatkan kelalaian pengelola, maka si pengelolalah yang bertanggung jawab. 4. Bai'al Murabahah Bai'al-Murabahah merupakan kegiatan jual beli pada harga pokok dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam hal ini penjual harus terlebih dulu memberitahukan harga pokok yang ia beli ditambah keuntungan yang diinginkannya. 5. Bai Al istishna Bai' Al istishna' adalah kontrak penjualan antara pembeli dengan produsen (pembuat barang). Kedua belah pihak harus saling menyetujui atau sepakat lebih dulu tentang harga dan sistem pembayaran. Kesepakatan harga dapat dilakukan tawar-menawar dan sistem pembayaran dapat dilakukan di muka atau secara angsuran per bulan atau di belakang. 13

6 6. Al-Ijarah Pengertian Al-Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. Dalam praktiknya kegiatan ini dilakukan oleh perusahaan leasing, baik untuk kegiatan operating lease maupun financial lease. 7. Ar-rahn Ar-Rahn merupakan kegiatan menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Kegiatan seperti ini dilakukan seperti jaminan utang atau gadai. II.2.4 Perbedaan Bank Konvensional dan Bank Syariah No. Bank Syariah No. Bank Konvensional 1 Investasi hanya untuk proyek dan produk halal serta menguntungkan. 1 Investasi, tidak mempertimbangkan halal atau haram asalkan proyek yang 2 Return yang dibayar dan/atau diterima berasal dari bagi hasil atau pendapatan lainnya berdasarkan prinsip syariah. 3 Perjanjian dibuat dalam bentuk akad sesuai dengan syariah islam 4 Orientasi pembiayaan, tidak hanya untuk keuntungan akan tetapi juga falah-oriented, yaitu berorientasi pada kesejahteraan masyarakat. 5 Hubungan antara bank dan nasabah adalah mitra 6 Dewan pengawas terdiri dari BI, Bapepam, Komisaris, dan Dewan Pengawas Syariah(DPS) 7 Penyelesaian sengketa, diupayakan, diselesaikan secara musyawarah antara bank dan nasabah, melalui peradilan agama Sumber : Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan (2006) dibiayai menguntungkan 2 Return baik yang dibayar kepada nasabah penyimpan dana dan return yang diterima dari nasabah pengguna dana berupa bunga 3 Perjanjian menggunakan hukum positif. 4 Orientasi pembiayaan, untuk memperoleh keuntungan atas dana yang dipinjamkan 5 Hubungan anatara bank dan nasabah adalah kreditor dan debitur. 6 Dewan pengawas terdiri dari BI, Bapepam, dan Komisaris 7 Penyelesaian sengketa melalui pengadilan negeri setempat. 14

7 II.3 Mudharabah Mudharabah adalah bentuk kontrak antara 2 pihak dimana satu pihak berperan sebagai pemilik modal dan mempercayakan seluruh modalnya untuk dikelola oleh pihak kedua, yaitu pelaksana usaha, dengan tujuan untuk mendapatkan keuntung. Mudharabah dalam PSAK 105 adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (pemilik dana) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua (pengelola dana) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan usaha dibagi diantara mereka sesuai kesepakatan sedangkan kerugian financial hanya ditanggung oleh pengelola dana. II.3.1 Jenis-Jenis Mudharabah 1. Mudharabah Muthlaqah Mudharabah Muthlaqah merupakan akad perjanjian antara dua pihak yaitu shahibul maal dan mudharib, yang mana shahibul maal menyerahkan sepenuhnya atas dana yang diinvestasikan kepada mudharib untuk mengelola usahanya sesuai dengan prinsip syariah. Mudharabah Mutlaqah dalam PSAK 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah diterjemahkan menjadi Investasi Tidak Terikat untuk penghimpunan dana dan Pembiayaan Mudharabah untuk penyaluran dana. Karena banyak menimbulkan salah pengertian Investasi Tidak Terikat yang berada pada posisi pasiva maka dalam PSAK Syariah yang baru istilah tersebut disempurnakan menjadi Investasi Mudharabah. Dalam PSAK 105 Mudharabah mutlaqah adalah Mudharabah dimana pemilik dana memberikan kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelolaan investasinya. 15

8 2. Mudharabah Muqayyadah Mudharabah Muqayyadah adalah merupakan akad kerja sama usaha antara dua pihak yang mana pihak pertama sebagai pemilik dana (shahibul maal) dan pihak kedua sebagai pengelola dana (mudharib). Shahibul maal menginvestasikan dana kepada mudharib, dan memberikan batasan atas penggunaan dana yang diinvestasikannya. Batasannya antara lain tentang: a. Tempat dan cara berinvestasi b. Jenis investasi c. Objek investasi d. Jangka waktu Mudharabah Muqayyadah dalam PSAK 59 maupun PSAK 105 diterjemahkan sebagai Investasi Terikat, apabila pemilik dana (shahibulmaal) memberikan syarat-syarat tertentu kepada mudharib dalam pengelolaan dana. Dalam Mudharabah Muqayyadah pemilik modal mengikat pelaksanaan untuk berdagang dinegeri tertentu atau tempat tertentu atau waktu tertentu. Atau pemodal menekankan pada pelaksanaan untuk tidak membeli atau menjual kepada orang tertentu. Dalam PSAK 105 Mudharabah Muqayyadah adalah Mudharabah dimana pemilik modal memberikan batasan kepada pengelola dana, anatara lain mengenai tempat, cara, dan atau objek investasi. a. Mudharabah Muqayyadah on Balance Sheet Merupakan akad Mudharabah Muqayyadah yang mana mudharib ikut menanggung resiko atas kerugian dana yang diinvestasikan oleh shahibul maal. 16

9 Misalnya, nasabah menempatkan dananya dalam bentuk deposito Mudharabah Muqayyadah on Balance Sheet sebesar Rp ,- untuk proyek pembangunan jalan tol, dalam waktu 10 tahun. Maka batasan yang diberikan oleh nasabah yaitu terkait dengan proyek usaha dan jangka waktunya. Bank syariah akan melakukan investasi atas dana Rp ,- khusus untuk melakukan investasi proyek jalan tol dalam jangka waktu tidak boleh lebih dari 10 tahun. Bagi hasil yang akan diperoleh shahibul maal, berasal dari pendapatan yang diperoleh mudharib. Bagi hasil ini harus dipisahkan dari bagi hasil atas transaksi Mudharabah Muthlaqah. b. Mudharabah Muqayyadah Off Balance Sheet Merupakan akad Mudharabah Muqayyadah yang mana pihak shahibul maal memberikan batasan yang jelas, baik batasan tentang proyek yang diperbolehkan, jangka waktu, serta pihak-pihak pelaksana pekerjaan. Contoh : pak Budi menanam dana di Bank XYZ dalam bentuk deposito mudharabah sebesar Rp dengan akad mudharabah muqayyadah untuk disalurkan dalam pembiayaan perkebunan. Dari pembiayaan tersebut pendapatan yang dihasilakan adalah sebesar Rp maka berapakah pendapatan pak Budi dari dana yang ditanamkan pada bank tersebut? Nisbah bagi hasil untuk nasabah adalah 35:65 dan bobotnya adalah

10 Jawab: Dana nasabah : Rp Dana yang dapat disalurkan : Rp 0.85 x Rp Dana bank : 0 Pendapatan dari pembiayaan : Rp Maka: Pendapatan tiap 1000 dana nasabah : Rasio dana terpakai x keuntungan x x 1000 Pendapatan yang akan diterima oleh nasabah : Jadi pendapatan yang akan diterima oleh Pak Budi adalah sebesar Rp II.3.2 Tabungan Mudharabah Merupakan produk penghimpunan dana oleh bank syariah yang menggunakan akad mudharabah muthlaqah. Bank syariah akan membayar bagi hasil kepada nasabah setiap akhir bulan, sebesar nisbah yang telah diperjanjikan padasaat pembukuan rekening tabungan mudharabah. Perubahan bagi hasil ini disebabkan karena fluktuasi pendapatan bank syariah dan fluktuasi dana tabungan nasabah. Tabungan dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu: 1. Tabungan yang tidak dibenarkan secara syariah, yaitu tabungan yang berdasarkan perhitungan bunga. 2. Tabungan yang dibenarkan, yaitu tabungan yang berdasarkan prinsip mudharabah dan wadi ah 18

11 Perhitungan bagi hasil tabungan mudharabah berdasarkan saldo rata-rata harian yang dihitung ditiap akhir bulan dan dibuku awal bulan berikutnya. Rumus perhitungan bagi hasil tabungan mudharabah adalah Dalam meperhitungkan bagi hasil tabungan Mudharabah tersebut, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut : Hasil perhitungan bagi hasil dalam angka satuan bulat tanpa mengurangi hak nasabah - Pembulatan keatas untuk nasabah - Pembulatan kebawah untuk bank Hasil perhitungan pajak dibulatkan keatas sampai puluhan terdekat Dalam hal pembayaran bagi hasil, bank syariah menggunakan metode end of month, yaitu: - Pembayaran bagi hasil tabungan mudharabah dilakukan secara bulanan, yaitu pada tanggal tutup buku setiap bulan. - Bagi hasil bulan pertama dihitung secara prporsional hari efektif termasuk tanggal tutup buku, tapi tidak termasuk tanggal pembukuan tabungan. - Bagi hasil bulan terakhir dihitung secara proporsional hari efektif. Tingkat bagi hasil yang dibayarkan adalah tingkat bagi hasil tutup buku bulan terakhir. - Jumlah hari sebulan adalah jumlah hari kalender bulan yang bersangkutan (28 hari, 29 hari, 30 hari, 31 hari). 19

12 - Bagi hasil bulanan yang diterima nasabah yang dapat dialifiliasikan ke rekening lainnya sesuai permintaan nasabah. II Perbandingan Tabungan Wadi ah dan Mudharabah NO Tabungan Mudharabah Tabungan Wadi ah 1 Sifat Dana Investasi Titipan 2 Penarikan Hanya dapat dilakukan pada Dapat dilakukan setiap saat periode/ waktu tertentu 3 Insentif Bagi hasil Bonus (jika ada) 4 Pengembalian Modal Tidak dijamin dikembalikan Dijamin dikembalikan 100% 100% Sumber: Akad & Produk Bank Syariah (2008) II.3.3 Deposito Mudharabah Deposito Mudharabah merupakan dana investasi yang ditempatkan oleh nasabah yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu, sesuai dengan akad perjanjian yang dilakukan oleh pihak bank dan nasabah. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan, yang dimaksud dengan deposito berjangka adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu-waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan bank yang bersangkutan. Deposito, menurut Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 adalah investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan akad antara nasabah penyimpan dan bank syariah. II Kewenangan yang Diberikan Oleh Pihak Pemilik Dana 1. Mudharabah Mutlaqah (Unrestricted Investement Account, URIA) Deposito Mudharabah Mutlaqah (URIA), pemilik dana tidak memberikan batasan atau persyaratan tertentu kepada bank syariah dalam 20

13 mengelola investasinya, baik yang berkaitan dengan tempat, cara maupun objek investasinya. Dalam menghitung bagi hasil deposito Mudharabah Mutlaqah (URIA), basis perhiungan adalah hari bagi hasil sebenarnya, termasuk tanggal tutup buku, namun tidak termasuk tanggal pembukuan deposito Mudharabah Mutlaqah (URIA) dan tanggal jatuh tempo. Rumus perhitungan bagi hasil deposito Mudharabah Mutlaqah (URIA) adalah Pencairan deposito Mudharabah Mutlaqah (URIA) dengan pembayaran bagi hasil bulanan yang dilakukan sebelum tanggal jatuh tempo, bank syariah akan memberikan denda (penalty) sebesar 3% dari nominal bilyet deposito Mudharabah Mutlaqah (URIA). Contoh perhitungan bagi hasil deposito Mudharabah Mutlaqah (URIA) yang dicairkan sebelum tanggal jatuh tempo dengan sistem bulanan adalah Jangka waktu : 3 bulan ( s.d ) Nominal deposito Mudharabah Mutlaqah : Rp Deposito mudharabah Mutlaqah dicairkan Tanggal : Tingkat bagi hasil tutup buku terakhir pada bilyet Deposito Mudharabah Mutlaqah (Feb 2004) : 1% (1 tahun 12%) Deposito Mudharabah Mutlaqah :

14 Perhitungan bagi hasil denda (penalty) dan jumlah nominal yang dibayarkan kepada deposan adalah sebagai berikut : Hari bagi hasil perhitungan Keterangan Bagi hasil bulan maret Bagi hasil: Rp x 1% x 9/31 = Rp Bagi hasil tanggal 01/03/2004 sampai 10/03/2004 Penalty 3% dari nominal bilyet Yang diterima nasabah pada saat pencairan tanggal 10/03/2004 Pajak : 20% x Rp = Rp Dibayarkan Bagi hasil yang dibayarkan kepada deposan : Rp Rp = Rp % x Rp = Rp Dibebankan nasabah Dibayarkan Rp Rp = Rp sejumlah bilyet setelah dikurangi penalty 2. Mudharabah Muqayyadah (Restricted Investement Account, RIA) Deposito Mudharabah Muqayyadah (RIA), pemilik dana memberikan batasan atau persyaratan tertentu kepada bank syariah dalam mengelola investasinya, yang berkaitan dengan tempat, cara, maupun objek investasinya. Menggunakan dana deposito Mudharabah Muqayyadah (RIA), terdapat 2 metode, yakni : 1. Cluster Pool Of Fund Merupakan penggunaan dana untuk beberapa proyek dalam suatu jenis industri bisnis. Pembayaran bagi hasil deposito mudharabah muqayyadah (RIA) dilakukan secara bulanan, triwulan, semesteran atau periodisasi laion yang disepakati. Dalam memperhitung bagi hasil cluster pool of fund, bank syariah bisa menggunakan rumus sebagai berikut : 22

15 2. Specific Product Merupakan penggunaan dana untuk suatu proyek tertentu. Pembayaran bagi hasil disesuaikan dengan arus kas proyek yang dibiayai. Dalam hal nominal proyek yang dibiayai oleh lebih dari satu nasabah atau oleh bank dan nasabah, maka bagi hasil dihitung secara proporsional. Dalam melakukan perhitungan bagi hasil deposito, basis perhitungan hari bagi hasil deposito adalah hari tanggal pembukuan deposito sampai dengan tanggal pembayaran bagi hasil terdekat, dan menjadi angka pembilang atau number of days. Jumlah hari tanggal pembayaran bagi hasil terakhir sampai tanggal pembayaran bagi hasil berikutnya menjadi angka penyebut/ angka pembagi. Rumus perhitungan bagi hasil yang dapat digunakan sebagai berikut : Dalam hal pencairan deposito mudharabah muqayyadah (RIA), terdapat ketentuan sebagai berikut : 1. Khusus untuk cluster, apabila dikehendaki oleh deposan, deposito mudharabah muqayyadah (RIA) dapat dicairkan atau ditarik kembali sebelum jatuh tempo yang disepakti dalam akad. 2. Khusus untuk specific project, deposito tidak dapat dicairkan atau ditarik kembali sebelum jatuh temponya tanpa konfirmasi dan persetujuan tertulis dari bank. Bank dapat menolak permohonan pencairan sebelum jatuh tempo bila 23

16 memberatkan bank. Dalam hal bank menyetujui pencairan sebelum jatuh tempo, bank dapat mengenakan denda (penalty) sesuai kesepakatan. II.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi bagi hasil 1. Investment Rate Merupakan presentase dana yang diinvestasikan kembali oleh bank syariah baik kedalam pembiayaan maupun penyaluran dana lainnya. Kebijakan ini diambil karena adanya ketentuan dari Bank Indonesia, bahwa sejumlah persentase tertentu atas dana yang dihimpun dari masyarakat, tidak boleh diinvestasikan, akan tetapi harus ditempatkan dalam giro wajib minimum untuk menjaga likuiditas bank syariah. Giro Wajib minimum (GWM) merupakan dana yang wajib dicadangkan oleh setiap bank untuk mendukung likiuditas bank. Misalnya, Giro wajib umum sebesar 8%, maka total dana yang dapat diinvestasikan oleh bank syariah maksimum sebesar 92%. Hal ini akan mempengaruhi terhadap bagi hasil yang diterima oleh nasabah investor. 2. Total Dana Investasi Total dana invenstasi yang diterima oleh bank syariah akan mempengaruhi bagi hasil yang diterima oleh nasabah investor. Total dana yang berasal dari investasi mudharabah dapat dihitung dengan menggunakan saldo minimal bulanan atau saldo harian. Saldo minimal bulanan merupakan saldo minimal yang pernah mengendap dalam satu bulan. Saldo minimal akan digunakan sebagai dasar perhitungan bagi hasil. Saldo harian merupakan saldo rata-rata pengendapan digunakan sebagai dasar perhitungan bagi hasil. 3. Jenis Dana 24

17 Investasi mudharabah dalam penghimpunan dana, dapat ditawarkan dalam beberapa jenis yaitu ; tabungan mudharabah, deposito mudharabah, dan sertifikat investasi mudharabah antarbank syariah (SIMA). Setiap jenis dana investasi memliki karakteristik yang berbeda-beda sehingga akan berpengaruh pada besarnya bagi hasil. 4. Nisbah Nisbah merupakan persentase tertentu yang disebutkan dalam akad kerja sama usaha (mudharabah dan musyarakah) yang telah disepakati antara bank dan nasabah investor. Kaarakteristik nisbah akan berbeda-beda dilihat dari beberapa segi antara lain : Persentase nisbah antarbank syariah akan berbeda, hal ini tergantung pada kebijakan masing-masing bank syariah. Persentase nisbah akan berbeda sesuai dengan jenis dana yg dihimpun. Misalnya, nisbah antara tabungan dan deposito akan berbeda. Jangka waktu investasi mudharabah akan berpengaruh pada besarnya persentase nisbah bagi hasil. Misalnya,nisbah untuk deposito berjangka dengan jangka waktu satu bulan akan berbeda dengan deposito berjanka dengan jangka waktu tiga bulan seterusnya. 5. Metode perhitungan bagi hasil 5.1 Bagi Hasil Dengan Menggunakan Revenue Sharing Dasar perhitungan bagi hasil yang menggunakan revenue saharing adalah pehitungan bagi hasil yang didasarkan atas penjualan dan/atau pendapatan kotor atau usaha sebelum dikurangi dengan 25

18 biaya. Bagi hasil dalam revenue sharing dihitung dengan mengalikan nisbah yang telah disetujui dengan pendapatan bruto. Contoh berikut untuk mempermudah penjelasan Nisbah yang telah ditetapkan aalah 10% untuk bank dan 90% untuk nasabah. Dalam hal bank sebagai mudharib dan nasabah shahibul maal, bila bank syariah memperoleh pendaptan Rp ,- maka bagi hasil yang diterima oleh bank adalah 10% x Rp ,- = Rp ,- dan bagi hasil yang diterima oleh nasabah sebesar Rp ,- 5.2 Bagi hasil dengan menggunakan profit/ loss sharing Dasar perhitungan bagi hasil dengan menggunakan profit/loss sharing merupakan bagi hasil yang dihitung dari laba/rugi usaha. Kedua pihak, bank syariah maupun nasabah akan memperoleh keuntungan atas hasil usaha mudharib dan ikut menanggung kerugian bila usahanya mengalami kerugian. Dalam contoh tersebut, misalnya nisbah yang disepakti adalah 40% untuk bank syariah dan 60% untuk nasabah, informasi keuangan nasabah antara lain ; pendapatan Rp , harga pokok penjualan Rp , biaya pemasaran Rp , biaya administrasi dan umum Rp , dan biaya lain-lain Rp Dari informasi diatas, maka bagi hasil yang harus dibayar kepada bank syariah dapat dihitung sebagai berikut: Pendapatan Rp Harga pokok penjualan Rp

19 Laba kotor Rp Biaya administrasi dan umum Rp Biaya pemasaran Rp Biaya lain-lain Rp Laba usaha sebelum pajak Rp Bagi hasil yang harus diberikan kepada nasabah kepada bank syariah adalah sebesar 40% x Rp = Rp Kebijakan akuntansi Kebijakan akuntansi akan berpengaruh pada besarnya bagi hasil. Beberapa kebijakan akuntansi yang akan memenuhi bagi hasil antara lain penyusutan. Penyusutan akan mempengaruhi laba usaha bank. Bila bagi hasil menggunakan metode profit/loss sharing, maka penyusutan akan berpengaruh pada bagi hasil, akan tetapi bila menggunakan revenue sharing, maka penyusutan tidak memengaruhi bagi hasil. II.4.1 Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil Bunga bank merupakan balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Atau bisa diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dan harga yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memiliki pinjaman. Sistem bagi hasil merupakan sistem di mana dilakukannya perjanjian atau ikatan bersama di dalam melakukan kegiatan usaha. Di dalam usaha tersebut diperjanjikan adanya pembagian hasil atas keuntungan yang akan di dapat antara kedua belah pihak atau lebih. 27

20 Tabel 2.1 Perbedaan Sistem Bunga dan Sistem Bagi Hasil No Sistem Bunga Sistem Bagi Hasil 1 Penentuan suku bunga dibuat pada waktu akad dengan pedoman harus selalu untung untuk pihak bank 2 Besarnya persentase berdasarkan pada jumlah uang (modal) yang dipinjamkan 3 Tidak tergantung pada kinerja usaha. Jumlah pembayaran bunga tidak mengikat meskipun jumlah keuntungan berlipat ganda saat keadaan ekonomi sedang baik 4 Eksistensi bunga diragukan kehalalannya oleh semua agama termasuk agama islam 5 Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi Sumber : Perbankan Syariah (2011) II.5 Akuntansi Mudharabah PSAK 105 Penentuan besarnya resiko bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung dan rugi Besarnya rasio (nisbah) bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh Tergantung pada kinerja usaha. Jumlah pembagian bagi hasil meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan Tidak ada agama yang meragukan keabsahan bagi hasil Bagi hasil tergantung kepada keuntungan proyek yang dijalankan. Jika proyek itu tidak mendapatkan keuntungan maka kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak Pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan transaksi mudharabah yang sebelumnya diatur dalam PSAK 59 tentang akuntansi Mudharabah Perbankan Syariah diganti dengan PSAK 105 tentang akuntansi Mudharabah yang berisikan antara lain sebagai berikut : 1. Modal Mudharabah a. Dana Mudharabah diakui sebagai investasi Mudharabah pada saat pembayaran kas atau penyerahan aset nonkas kepada pengelola dana b. Pengukuran dalam bentuk kas diukur sejumlah yang dibayarkan c. Pengukuran dalam bentuk non kas diukur sebesar nilai wajar pada saat penyerahan. Jika nilai wajar lebih rendah daripada nilai tercatatnya, maka selisihnya diakui sebagai kerugian. Jika nilai wajarlebih tinggi daripada 28

21 nilai tercatatnya, maka selisihnya diakui sebagai keuntungan tangguhandan diamortisasi sesuai jangka waktu akad Mudharabah. d. Nilai investasi Mudharabah turun sebelum usaha dimulai, maka nilainya dapat diakui sebagai kerugian. e. Jika kerugian investasi Mudharabah hilang setelah dimulainya usaha maka kerugian tersebut diperhitungkan pada saat bagi hasil. f. Usaha Mudharabah dianggap dimulai berjalan sejak dana atau modal usaha diterima oleh pengelola dana. g. Jika akad Mudharabah berakhir sebelum jatuh tempo, maka investasi Mudharabah diakui sebagai piutang. 2. Penghasilan usaha a. Jika investasi Mudharabah melebihi satu periode pelaporan, penghasilan usaha diakui dalam periode terjadinya hak bagi hasil sesuai nisbah yang disepakati. b. Kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelum akad Mudharabah berakhir diakui sebagai kerugian dan dibentuk penyisihan kerugian investasi. c. Bagi hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana diakui sebagai piutang. 3. Penyajian a. Pemilik dana menyajikan investasi Mudharabah dalam laporan keuangan sebesar nilai tercatat. b. Pengelola dana menyajikan transaksi Mudharabah dalam laporan keuangan. 29

22 1) Dana syirkah temporer dari pemilik dana disajikan sebesar nilai tercatatnya untuk setiap jenis Mudharabah. 2) Bagi hasil dan dana syirkah temporer yang sudah diperhitungkan dan telah jatuh tempo tetapi belum diserahkan kepada pemilik dana disajikan sebagai kewajiban. 3) Bagi hasil dana syariah temporer yang sudah diperhitungkan tetapi belum jatuh tempo disajikan dalam pos bagi hasil yang belum dibagikan. 4. Pengungkapan a. Pemilik dana mengungkapkan semua hal terkait transaksi Mudharabah tetapi tidak terbatas pada : 1) Rincian jumlah investasi Mudharabah berdasarkan jenisnya 2) Penyisihan kerugian investasi Mudharabah selama periode berjalan 3) Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101 b. Pengelolaan dana mengungkapkan semua hal terkait Mudharabahtetapi tidak terbatas pada : 1) Rincian dana Syirkah temporer yang diterima berdasarkan jenisnya 2) Penyaluran dana yang berasal dari Mudharabah muqayadah 3) Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101 II.5.1 Komparasi Akuntansi Pemilik Dan Pengelola Dana Dalam Akuntansi Mudharabah (PSAK 105) Berdasarkan PSAK 105 dapat dibedakan akuntansi untuk pemilik dana dan pengelola dana sebagai berikut: 30

23 Tabel 2.2 Akuntansi Pemilik Dana dan Pengelola Dana No AKUTANSI PEMILIK DANA AKUTANSI PENGELOLA DANA MODAL MUDHARABAH 12. Dana mudharabah yang disalurkan oleh pemilik dana diakui sebagai investasi mudharabah pada saat pembayaran kas atau penyaerahan aset nonkas kepada pengelola dana 25. Dana yang diterima dari pemilik dana dalam akad mudharabah diakui sebagai dana syirkah temporer sebesar jumlah kasa atau nilai wajar aset nonkas yang diterima. Pada akhir periode akutansi, dana syirkah temporer diukur sebesar nilai tercatatnya. 16. Usaha mudharabah dianggap mulai berjalan sejak dana atau modal usah mudharabah diterima oleh pngelola dana. 13. Pengukuran investasi mudharabah adalah sebagai berikut : (a) investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebdesar jumlah yang dibayarkan; (b) investasi mudharabah dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar sebesar nilai wajar aset nonkas pada saat penyerahan : (i) jika nilai wajar lebih tinggi daripada nilai tercatatnya diakui,maka selisihnya diakui sebagai keuntungan tangguhan dan diamortisasi sesuai jangka waktu akad mudhrabah. (ii) jika nilai wajar lebih rendah daripada nilai tercatatnya, mkaa selisihnya diakui sebagai kerugian; 26. Jika pengelola dana yang menyalurkan dana syirkah temporer yang diterima maka pengelola dana mengakui sebagai aset sesuai ketentuan pada paragraf Jika investasi mudharabah turun sebelum usaha dimulai disebabkan rusak, bilang atau faktor lain yang bukan kelalaian atau kesalahan pihak pengelola dama, maka penurunan nilai tersebut diakui sebagai kerugian dan mengurangi saldo investasi mudharabah 15. Jika sebagai investasi mudharabah bilang setelah dimulainya usaha tanpa adanya kelalaian atau kesalahan pengelola dana, maka kerugian tersebut diperhitungkan pada saat bagi hasil. 17. Dalam investasi mudharabah yang diberikan dalam bentuk barang (nonkas) dan barang tersebut mengalami penurunan nilai pada saat atau setelah barang dipergunaakan secara efektif dalam kegiatan usaha mudharabah, maka kerugian tersebut tidak langsung 31

24 mengurangi jumlah investasi, namun diperhitungkan pada saat pembagian bagi hasil. No AKUTANSI PEMILIK DANA AKUTANSI PENGELOLA DANA 18. kelalaian ata kesalahan pengelola dana, anatara lain, ditunjukkan oleh : (a) persyaratan yang ditentukan di dlama akad tidak dipenuhi ; (b) tidak terdapat kondisi di luar kemampuan (force majeur) yang lazim dan/atau yang telah ditentukan oleh akad; atau (c) hasil keputusan dari institusi yang berwenang. 19 Jika akad mudharabah berakhir sebelum atau saat akad jatuh tempo dan belum dibyar oleh pengelola dana, maka insvestasi mudharabah diakui sebagai piutang PEMBAGIAN HASIL USAHA 20. Jika investasi mudharabah melebihi satu periode pelaporan, penghasilan usaha diakui dalam periode terjadinya hak bagi hasil sesuai nisbah yang disepakati 27. pengelola dana nebgakui pendapatan atas penyaliran dana syirkah temporer secara bruto sebelum dikurangi dengan bagian pemilik dana. 28. Bagi hasil mudharabah dapat dilakukan dengan menggunakan dua prinsip, yaitu bagi laba atau bagi hasil seperti yang dijelaskan pada paragraf Pengakuan penghasilan usaha mudharabah dalam praktik dapat diketahui berdasarkan laporan bagi hasil atas realisasi penghasilan usaha dari pengelola dana. Tidak diperknankan mengakui pendapatan dari proyek hasil usaha. 24. Bagian hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana diakui sebagai piutang. 21. Kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelum akad mudharabah berakhir diakui sebagai kerugian dan dibentuk penyisihan kerugian investasi. Pada saat akad mudharabah berakhir,selisih antara : (a) investasi mudharabah setelah dikurangi penyisihan kerugian investasi; dan (b) pengembalian investasi mudharabah; diakui sebagai keuntungan atau kerugian. 23. Kerugian akibat kelalaian atau kesalahan pengelola dana dibebankan pada pengelola dana dan tidak mengurangi investasi mudharabah. 29. hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah diumumkan dan belum dibagikan kepada pemilik dana diakui sebagai kewajiban sebesar bagi hasil yang menjadi porsi hak pemilik dana. 30. kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan atau kelalaian pengelola dana diakui sebagai beban pengelola dana. II.6 Perhitungan Bagi Hasil 32

25 Cara menghitung atau dana investasi mudharabah. Ilustrasi kasus perhitungan bagi hasil untuk dana investasi mudharabah muthlaah. Didalam counter bank syariah tertulis informasi tentang nisbah sebagai berikut : Tabel 2.3 Nisbah Bagi Hasil Nisbah jenis investasi mudharabah Nasabah Bank a Tabungan Mudharabah 55% 45% b Deposito Mudharabah : jangka waktu 1 bulan 60% 40% jangka waktu 3 bulan 63% 37% jangka waktu 6 bulan 65% 35% jangka waktu 12 bulan 68% 32% informasi lainnya : Saldo rata-rata giro-wadiah Rp Saldo rata-rata tabungan wadiah Rp Saldo rata-rata tabungan mudharabah Rp Saldo deposito berjangka : b. Deposito jangka waktu 1 bulan Rp c. Deposito jangka waktu 3 bulan Rp d. Deposito jangka waktu 6 bulan Rp e. Deposito jangka waktu 12 bulan Rp Rata-rata pembiayaan pada bulan April 2010 adalah sebesar Rp pendapatan : a. Bagi hasil Rp b. Margin keuntungan Rp c. Pendapatan sewa ijarah Rp Giro wajib minimum 5% Dari semua informasi tersebut, maka dapat dihitung bagi hasil untuk masing-masing investasi mudharabah dengan tahapan sebagai berikut : 33

26 a. Jumlah investasi mudharabah - Tabungan mudharabah Rp Deposito mudharabah Rp Total investasi mudharabah Rp b. Jumlah pendapatan Rp c. Menghitung jumlah pendapatan yang akan dibagi hasilkan antara bank dan nasabah, yaitu income distribution sebagai berikut : Income distribution Tabel 2.4 Perhitungan Bagi Hasil (Dalam Jutaan) Jenis Investasi Mudharabah Tabungan Deposito a. 1 bulan b. 3 bulan c. 6 bulan d. 12 bulan Saldo Ratarata Harian Income Distribution 807,55 807,55 807,55 807,55 807,55 Bagi Hasil Investor Bagi Nisbah Hasil 55% % 63% 65% 68% Bagi Hasil Bank Nisbah 45% 40% 37% 35% 32% Bagi Hasil Dari tabel diatas, dapat dijelaskan sebagai berikut : i) Total pendapatan bank syariah sebelum diberikannya bagi hasil adalah Rp ,-. 34

27 ii) Pendapatan yang akan dibagi hasilkan antara bank dan nasabah adalah sebesar Rp ,- iii) Bagi hasil tabungan mudharabah adalah berasal dari saldo rata-rata tabungan dibagi dengan investasi mudharabah dikalikan dengan nisbah bagi hasil tabungan mudharabah kemudian dikalikan dengan pendapatan yang dibagi hasilkan (income distribution), sama dengan Rp dengan perhitungan sebagai berikut : iv) Bagi hasil untuk deposito jangka waktu 1 bulan, dengan rumus sebagai berikut :. bagi hasil untuk deposito mudharabah jangka waktu 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan, dapat dihitung seperti pada perhitungan bagi hasil pada deposito mudharabah dengan jangka waktu 1 bulan. II.7 Penilaian Kinerja Bank Laporan keuangan perusahaan dapat digunakan oleh para investor, para manajer dalam melakukan analisa tidak hanya dalam jangka pendek tapi melihat kondisi perusahaan dalam jangka panjang, serta digunakan para manajer untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan para investor menganalisa untuk pengambilan keputusan. Analisa laporan keuangan merupakan suatu proses yang penuh dengan pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa lalu dan masa sekarang, tujuannya untuk menentujuantukan estimasi dan prediksi mengenai kondisi dan kinerja perusahaan dimasa yang akan datang. 35

28 Tujuan dilakukan analisa laporan keuangan untuk memberikan gambaran tentang operasi normal, untuk mengestimasi kemampuan ekonomi dan prospek suatu bisnis, perbandingan dengan bisnis yang sejenis untuk mengevaluasi risiko dan parameter nilai. Analisa yang digunakan oleh para pengguna laporan keuangan adalah sebagai berikut : II.7.1 Analisis Rasio Keuangan I. PERMODALAN 1. CAR (Capital Adequency Ratio) Rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank, disamping memperoleh dana dana dan sumber sumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman, dan lain lain. Rasio ini merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dan kerugian kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang berisiko. a. CAR dengan memperhitungkan risiko penyaluran dana b. CAR dengan memperhitungkan risiko pasar 2. Aktiva tetap terhadap modal 36

29 Rasio ini mengukur kemampuan manajemen bank dalam menentukan besarnya aktiva produktif dengan kolektabilitas yang dimiliki bank yang bersangkutan terhadap modal. Semakin tinggi rasio ini artinya modal yang dimiliki bank kurang mencukupi dalam menunjang aktiva produktif dengan kolektabilitas sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah akan semakin besar. II. AKTIVA PRODUKTIF semua aktiva yang dimiliki oleh bank dengan maksud untuk dapat memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya. Ada empat macam jenis aktiva produktif yaitu : a. Kredit yang diberikan b. Surat berharga c. Penempatan dana pada bank lain d. Penyertaan Penilaian aset, sesuai dengan Peraturan BI adalah dengan membandingkan antara aktiva produktif yang diklasifikasikan dengan aktiva produktif. Selain itu juga rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif terhadap aktiva produktif yang diklasifikasikan. Klasifikasi aktiva produktif merupakan aktiva produktif yang telah dilihat kolektabilitasnya, yaitu lancar, kurang lancar, diragukan dan macet. 1. Rasio Aktiva Produktif yang Bermasalah Terhadap Aktiva Produktif Rasio ini untuk menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktif bermasalah terhadap total aktiva produktif. 37

30 Semakin tinggi rasio ini maka semakin buruk kualitas aktiva produktif yang menyebabkan PPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif) yang tersedia semakin besar maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Aktiva produktif bermasalah adalah aktiva produtif dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet. 2. Rasio NPF (Non Performing Financing) Rasio ini menunjukkan bahwa kemampuan manjemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Sehingga semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas kredit bank menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar, maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Kredit dalam hal ini adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga tidak termasuk kredit kepada bank lain. Kredit bermasalah adalah kredit dengan kualitas lancar, dana perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan macet. - Gross - Netto 38

31 3. PPAP terhadap aktiva produktif Rasio PPAP menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam menjaga kualitas aktiva produktuf sehingga jumlah PPAP dapat dikelola dengan baik. Semakin besar PPAP maka semakin buruk aktiva produktif bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Cakupan komponen aktiva produktif dan PPAP yang telah dibentuk sesuai dengan ketentuan Kualitas aktiva Produktif yang berlaku. 4. Pemenuhan PPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif) Rasio ini menujukkan kemampuan manajemen bank dalam menentukan besarnya PPAP yang telah dibentuk terhadap PPAP yang wajib dibentuk. Semakin besar rasio ini maka kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil karena semakin besar PPAP yang telah dibentuk dari PPAP yang wajib dibentuk. Perhitungan PPAP yang wajib dibentuk sesuai dengan ketentuan Kualitas aktiva Produktif yang berlaku. III. RENTABILITAS Penilaian aspek ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam meningkatkan keuntungan, juga untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai bank yang syariah. 39

32 a. ROE (Return On Equity) Rasio ini banyak diamati oleh para pemegang saham bank serta parainvestor di pasar modal yang ingin membeli saham bank yang bersangkutan. Kenaikan dalam rasio ini berarti terjadi kenaikan laba bersih dan bank yang bersangkutan. Selanjutnya, kenaikan tersebut akan menyebabkan kenaikan harga saham bank. b. ROA (Return On Asset) Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Semakin besar ROA bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset. c. NIM (Net Income Margin) Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan total pendapatan bagi hasil. Semakin besar rasio ini maka meningkatnya total pendapatan bagi hasil atas aktiva produktif yang dikelola bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. 40

33 d. BOPO (Beban Operasi terhadap Pendapatan Operasi) Digunakan untuk memgukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Biaya operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari total beban bunga dan total beban operasional lainnya. Pendapatan operasional adalah penjumlahan dari total pendapatan dari penyaluran dana dan total pendapatan operasional lainnya. IV. LIKUIDITAS a. FDR ( Financing Deposit Ratio ) Rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio ini menunjukkan salah satu penilaian likuiditas bank. Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal mi disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar. II.8 Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelitian Uum Riyana pada tahun 2010 dengan judul Analisis Hibungan Kinerja Keuangan Bank Pembiayaan Syariah Terhadap Tingkat Bagi 41

34 Hasil. Penelitiannya bertujuan untuk mengetahui hubungan kinerja keuangan bank syariah terhadap tingkat bagi hasil simpanan Mudharabah. Pengujian dilakukan menggunakan tingkat bagi hasil simpanan dan rasio keuangan yaitu ROA, ROE, FDR, BOPO, dan NIM. Untuk rasio profitabilitas diwakili dengan RIOA dan ROE memiliki hubungan yang lemah dan negatif terhadap tingkat bagi hasil simpanan. Pada rasio likuiditas diwakili oleh FDR memiliki hubungan negatif dengan tingkat bagi hasil simpanan Mudharabah dan untuk rasio efisiensi diwakili oleh BOPO dan NIM masing-masing mewakili hubungan yang kuat dan sedang dengan tingkat bagi hasil simpanan Mudharabah. 42

BAB IV PEMBAHASAN. Pengaruh Simpanan dan Pembiayaan Mudharabah Terhadap Kinerja. Muamalat dalam menerapkan sistem bagi hasil Mudharabah

BAB IV PEMBAHASAN. Pengaruh Simpanan dan Pembiayaan Mudharabah Terhadap Kinerja. Muamalat dalam menerapkan sistem bagi hasil Mudharabah BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Pengaruh Simpanan dan Pembiayaan Mudharabah Terhadap Kinerja keuangan Bank Muamalat Bank Muamalat dalam menerapkan sistem bagi hasil Mudharabah menggunakan akad Mudharabah Mutlaqah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan metode pendekatan syariah Islam yang dapat menjadi alternatif bagi masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. dengan metode pendekatan syariah Islam yang dapat menjadi alternatif bagi masyarakat, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak sepuluh tahun terakhir di Indonesia telah diperkenalkan suatu sistem perbankan dengan metode pendekatan syariah Islam yang dapat menjadi alternatif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Bank Syariah Menurut Undang undang nomor 10 Tahun 1998, Bank Umum adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN BAGI HASIL DEPOSITO MUDHARABAH PADA BANK SYARIAH MANDIRI DENGAN BUNGA DEPOSITO PADA BANK KONVENSIONAL

ANALISIS PERBANDINGAN BAGI HASIL DEPOSITO MUDHARABAH PADA BANK SYARIAH MANDIRI DENGAN BUNGA DEPOSITO PADA BANK KONVENSIONAL ANALISIS PERBANDINGAN BAGI HASIL DEPOSITO MUDHARABAH PADA BANK SYARIAH MANDIRI DENGAN BUNGA DEPOSITO PADA BANK KONVENSIONAL Nama : Suci Lestari NPM : 26210706 Kelas : 3EB14 Jurusan : Akuntansi Latar Belakang

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK SYARIAH. (Studi Kasus PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk)

ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK SYARIAH. (Studi Kasus PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk) ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK SYARIAH (Studi Kasus PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk) Desiana, Mohamad Heykal Universitas Bina Nusantara Jl. K. H. Syahdan No. 9 Kemanggisan/Palmerah Jakarta Barat 11480

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Bank Syariah 1. Pengertian Bank Syariah Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk

Lebih terperinci

Bank Kon K v on e v n e sion s al dan Sy S ar y iah Arum H. Primandari

Bank Kon K v on e v n e sion s al dan Sy S ar y iah Arum H. Primandari Bank Konvensional dan Syariah Arum H. Primandari UU No. 10 tahun 1998: Pasal 1 Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam

Lebih terperinci

PERBANKAN SYARIAH. Oleh: Budi Asmita SE Ak, MSi. Bengkulu, 13 Februari 2008

PERBANKAN SYARIAH. Oleh: Budi Asmita SE Ak, MSi. Bengkulu, 13 Februari 2008 PERBANKAN SYARIAH Oleh: Budi Asmita SE Ak, MSi Bengkulu, 13 Februari 2008 1 Bank Syariah BANK yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam, serta tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan

Lebih terperinci

Bank Konvensional dan Syariah. Arum H. Primandari

Bank Konvensional dan Syariah. Arum H. Primandari Bank Konvensional dan Syariah Arum H. Primandari UU No. 10 tahun 1998: Pasal 1 Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan( NPL), Likuiditas dan Efisiensi Operasional Terhadap Profitabilitas Perusahaan Perbankan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini merupakan hasil pengembangan dari peneliti-peneliti terdahulu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini merupakan hasil pengembangan dari peneliti-peneliti terdahulu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian ini merupakan hasil pengembangan dari peneliti-peneliti terdahulu yang memiliki topik yang sama. Penelitian tersebut antara lain : 2.1.1 Susi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam (Islamic Bank) adalah bank yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. (2000:59.1) mengemukakan pengertian Bank Syariah sebagai berikut :

BAB II LANDASAN TEORITIS. (2000:59.1) mengemukakan pengertian Bank Syariah sebagai berikut : BAB II LANDASAN TEORITIS A. Bank Syariah 1. Pengertian Bank Syariah Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam PSAK No. 59 (2000:59.1) mengemukakan pengertian Bank Syariah sebagai berikut : Bank Syariah

Lebih terperinci

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH. Oleh : Junaedi,SE,M.Si

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH. Oleh : Junaedi,SE,M.Si ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH Oleh : Junaedi,SE,M.Si Pengertian laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan: Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pembiayaan Dua fungsi utama bank syariah adalah menghimpun dana dan menyalurkan dana. Penyaluran dana yang dilakukan bank syariah adalah pemberian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 72 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Penerapan PSAK No. 105 Tentang Sistem Bagi Hasil Deposito Mudharabah pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk. 1. Penerapan sesuai dengan PSAK No. 105 Tabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi syariah secara konsisten telah menunjukan perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di wilayah mesir pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian yang mengelola dana dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank, lembaga pembiayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan bank syariah di dunia, baru dimulai di Mesir pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan bank syariah di dunia, baru dimulai di Mesir pada tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan bank syariah di dunia, baru dimulai di Mesir pada tahun 1971 yaitu Social Bank, di Jeddah yaitu Saudi Arabian Islamic Bank pada tahun 1975, dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Ada berbagai jurnal yang telah meneliti tentang PSAK 105 dan kesesuaiannya dengan system yang ada di lembaga keuangan syariah diantaranya : Turrosifa

Lebih terperinci

PERHITUNGAN BAGI HASIL DAN PENANGANAN PENCAIRAN DEPOSITO MUDHARABAH PADA BPR SYARIAH AMANAH UMMAH

PERHITUNGAN BAGI HASIL DAN PENANGANAN PENCAIRAN DEPOSITO MUDHARABAH PADA BPR SYARIAH AMANAH UMMAH PERHITUNGAN BAGI HASIL DAN PENANGANAN PENCAIRAN DEPOSITO MUDHARABAH PADA BPR SYARIAH AMANAH UMMAH Heny Kurniati dan Hendri Maulana Universitas Ibn Khaldun Bogor ABSTRAK Industri perbankan syariah di Indonesia

Lebih terperinci

MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH

MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH SESI 2: Laporan Keuangan dan Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Syariah Achmad Zaky,MSA.,Ak.,SAS.,CMA.,CA Perbandingan LK Perbankan BANK KONVENSIONAL (PSAK 1) 1. Neraca 1. Neraca

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB II TELAAH PUSTAKA 11 BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bank Saat ini, Bank dan lembaga keuangan merupakan salah satu pelaku terpenting dalam perekonomian sebuah negara. Masyarakat maupun kalangan industri/usaha

Lebih terperinci

IV.3 DANA SYIRKAH TEMPORER

IV.3 DANA SYIRKAH TEMPORER IV.3 DANA SYIRKAH TEMPORER A. Definisi 01. Dana syirkah temporer adalah dana yang diterima sebagai investasi dengan jangka waktu tertentu dari individu dan pihak lain dimana Bank mempunyai hak untuk mengelola

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bank Syariah Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, definisi bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya.

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan antara masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan antara masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bank merupakan lembaga perantara keuangan antara masyarakat yang kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana. Pada dasarnya bank syariah sebagaimana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur an

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur an BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tinjauan Umum Perbankan Syariah 2.1.1.1 Pengertian Bank Syariah Bank syariah merupakan lembaga keuangan perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuangan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap laporan keuangan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuangan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap laporan keuangan. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Perlakuan Akuntansi Perlakuan akuntansi adalah standar yang melandasi pencatatan suatu transaksi yang meliputi pengakuan, pengukuran atau penilaian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Landasan teori sangat mutlak diperlukan dalam sebuah penelitian karena di dalam kerangka teori penelitian akan mempunyai dasar yang jelas untuk menganalisa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat PT Bank Mega Syariah Indonesia Sejarah kelahiran Bank Mega Syariah Indonesia berawal dari akuisisi PT Bank Umum Tugu oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Pemikiran 2.1.1 Landasan Teori 2.1.1.1 Pengertian Bank Menurut Kasmir (2012), bank dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Gunarto Suhardi (2003:17) disebutkan bahwa

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Gunarto Suhardi (2003:17) disebutkan bahwa BAB II LANDASAN TEORI II.1 Gambaran Umum Bank di Indonesia II.1.1 Pengertian Bank Menurut Gunarto Suhardi (2003:17) disebutkan bahwa Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

Lebih terperinci

Soal UTS Semester Gasal 2015/2016 Mata Kuliah : Akuntansi Syariah

Soal UTS Semester Gasal 2015/2016 Mata Kuliah : Akuntansi Syariah Soal UTS Semester Gasal 2015/2016 Mata Kuliah : Akuntansi Syariah 1. Jelaskan kelebihan dan kekurangan dari revenue sharing,gross profit sharing dan profit sharing dalam mudharabah! Buatlah contoh perhitungannya!

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Gambaran Umum Perkembangan Perbankan Syariah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Gambaran Umum Perkembangan Perbankan Syariah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Gambaran Umum Perkembangan Perbankan Syariah Perkembangan dunia ekonomi di akhir tahun 2005, telah memberikan kontribusi yang cukup baik bagi banyak pihak,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Penelitian Terdahulu Pembahasan yang dilakukan oleh peneliti di susun berdasarkan pada penelitian-penelitian yang terdahulu beserta persamaan dan perbedaannya yang mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di samping itu, bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukarkan uang,

BAB I PENDAHULUAN. Di samping itu, bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukarkan uang, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatan utamanya yaitu menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan, dan deposito. Kemudian bank juga dikenal sebagai tempat untuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Secara umum sistem ekonomi yang melakukan kegiatan perekonomian akan berakhir dengan transaksi. BNI Syariah sebagai bank yang menjalankan kegiatan perbankannya berdasarkan

Lebih terperinci

CAKUPAN DATA. AKSES DATA Data Antar Bank Aktiva dapat di akses dalam website BI :

CAKUPAN DATA. AKSES DATA Data Antar Bank Aktiva dapat di akses dalam website BI : 1 Nama Data : Antar Bank Aktiva BPR Semua jenis simpanan/tagihan BPR Pelapor dalam rupiah kepada bank lain di Indonesia. Simpanan/tagihan kepada bank lain di Indonesia dengan jenis giro, tabungan, deposito

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konvensional yang tumbuh berkisar 8%. (Otoritas Jasa Keuangan, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. konvensional yang tumbuh berkisar 8%. (Otoritas Jasa Keuangan, 2015). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis perbankan syariah pada tahun 2015 memasuki fase menurun. Pertumbuhan aset yang sempat mencapai 49% pada tahun 2013 mengalami penurunan drastis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat; kedua, penyaluran dana (financing) merupakan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat; kedua, penyaluran dana (financing) merupakan kegiatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan syariah di Indonesia tengah menjamur dimana-mana. Bank-bank konvensional di Indonesia banyak membuka Unit Usaha Syariah (UUS) dan Bank Umum Syariah (BUS).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap deposito mudharabah. Penelitian-penelitian tersebut adalah sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap deposito mudharabah. Penelitian-penelitian tersebut adalah sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Sebagai landasan dalam penelitian ini mengacu pada lima penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pengaruh tingkat suku bunga dan bagi hasil terhadap deposito

Lebih terperinci

melakukan penelitian yang berkaitan dengan rasio keuangan khususnya pada perusahaan perbankan syariah di Indonesia. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

melakukan penelitian yang berkaitan dengan rasio keuangan khususnya pada perusahaan perbankan syariah di Indonesia. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Hasil penelitian diharapkan dapat mendukung penelitian selanjutnya dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan rasio keuangan khususnya pada perusahaan perbankan syariah di Indonesia. BAB II TINJAUAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. nilai-nilai normatif dan rambu-rambu Ilahi (Antonio, 2001).

BAB 1 PENDAHULUAN. nilai-nilai normatif dan rambu-rambu Ilahi (Antonio, 2001). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem ekonomi syariah atau biasa disebut dengan Ekonomi Islam, semakin popular bukan hanya di negara-negara Islam tapi bahkan juga di negaranegara barat. Banyak

Lebih terperinci

Penyajian Laporan Keuangan Bank Syariah. Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

Penyajian Laporan Keuangan Bank Syariah. Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si. Penyajian Laporan Keuangan Bank Syariah Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si. Syarat Transaksi sesuai Syariah a.l : Tidak Mengandung unsur kedzaliman Bukan Riba Tidak membahayakan pihak sendiri atau pihak lain.

Lebih terperinci

BAGIAN IV AKAD BAGI HASIL

BAGIAN IV AKAD BAGI HASIL BAGIAN IV AKAD BAGI HASIL IV.1. PEMBIAYAAN MUDHARABAH A. Definisi 01. Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (pemilik dana) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Implementasi Bagi Hasil dan Risiko Berdasarkan Prinsip Mudharabah

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Implementasi Bagi Hasil dan Risiko Berdasarkan Prinsip Mudharabah BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Implementasi Bagi Hasil dan Risiko Berdasarkan Prinsip Mudharabah Di Bank Harta Insan Karimah 4.1.1 Prinsip Bagi Hasil dan Risiko Dalam Kegiatan Penghimpunan Dana Mudharabah di Bank

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. pengelolaan aset yang dilakukan oleh bank bersangkutan (Frianto, 2012:71).

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. pengelolaan aset yang dilakukan oleh bank bersangkutan (Frianto, 2012:71). 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Return On Asset (ROA) Return On Asset (ROA) adalah rasio yang menunjukkan perbandingan antara laba (sebelum pajak) dengan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. keuangan menerapkan prinsip-prinsip syariah diantaranya adalah:

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. keuangan menerapkan prinsip-prinsip syariah diantaranya adalah: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Perbankan Syariah Perbankan syariah bergerak menggunakan sistem berbasis ekonomi Islam. Muhammad (2013:178) menjelaskan bahwa

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1 Sektor Perbankan 2.1.1 Pengertian Bank Menurut Undang-Undang Negara Republik Indoneisa Nomor 10 tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan yaitu badan usaha yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pertama kali yang berdiri di Indonesia yaitu Bank Muamalat dapat membuktikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pertama kali yang berdiri di Indonesia yaitu Bank Muamalat dapat membuktikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 1997, Indonesia mengalami krisis moneter yang mampu merubah perekonomian menjadi sangat terpuruk. Hal ini berakibat kepada perusahaanperusahaan yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lembaga keuangan, khususnya lembaga perbankan yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lembaga keuangan, khususnya lembaga perbankan yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam lembaga keuangan, khususnya lembaga perbankan yang merupakan salah satu lembaga keuangan paling strategis sangat penting bagi pendorong kemajuan perekonomian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Bank

TINJAUAN PUSTAKA Bank 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bank 2.1.1 Pengertian Bank Bank dalam usahanya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dalam berbagai alternatif investasi. Sehubungan dengan fungsi penghimpunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditawarkan, khususnya dalam pembiayaan, senantiasa menggunakan underlying

BAB I PENDAHULUAN. ditawarkan, khususnya dalam pembiayaan, senantiasa menggunakan underlying BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memberikan perhatian yang serius dan bersungguh sungguh dalam mendorong perkembangan perbankan syariah. Semangat ini dilandasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keberadaan bank sebagai lembaga keuangan telah bertansformasi menjadi dua

I. PENDAHULUAN. keberadaan bank sebagai lembaga keuangan telah bertansformasi menjadi dua I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan bank sebagai perusahaan yang bergerak di bidang keuangan memegang peranan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan akan dana. Sehubungan dengan hal tersebut sudah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis Tinjauan teoritis ini sangat diperlukan untuk mendukung permasalahan yang diungkapkan dalam ulasan penelitian. Studi kepustakaan yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Akuntansi dan Bank Syariah 1. Pengertian Akuntansi Syariah Akuntansi syariah adalah teori yang menjalankan bagaimana mangalokasikan sumber-sumber yang ada secara adil bukan pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak lain untuk pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (mudharabah),

BAB I PENDAHULUAN. pihak lain untuk pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (mudharabah), A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Bank syariah melakukan kegiatan operasionalnya dengan menghimpun dana dari masyarakat, dana yang telah dihimpun kemudian akan disalurkan kembali kepada nasabah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (riba), serta larangan untuk berinvestasi pada usaha usaha berkategori terlarang

BAB I PENDAHULUAN. (riba), serta larangan untuk berinvestasi pada usaha usaha berkategori terlarang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Awal kelahiran sistem perbankan syariah di latar belakangi oleh pembentukan sistem berdasarkan adanya larangan dalam agama Islam untuk meminjamkan atau memungut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA A. Mudharabah 1. Pengertian Mudharabah Mudharabah atau yang disebut juga dengan qirad adalah suatu bentuk akad kerja sama antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian UU No. 23/1999 tentang Bank Indonesia dinyatakan berlaku pada tanggal 17 Mei 1999 dan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lembaga perbankan sebagai lembaga intermediasi mempunyai peran yang sangat penting dalam sebuah perekonomian agar tumbuh dan berkembang, dan juga sebagai gambaran ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam menstabilkan perekonomian suatu negara. Bank sebagai lembaga intermediasi yang mempertemukan antara pihak

Lebih terperinci

BAB II. Tentang Perbankan Syariah, bank syariah didefinisikan sebagai : Syariah dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah.

BAB II. Tentang Perbankan Syariah, bank syariah didefinisikan sebagai : Syariah dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Bank Syariah 2.1.1.1 Pengertian Bank Syariah Menurut Undang Undang Republik Indonesia No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah, bank syariah didefinisikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Capital Adequacy Ratio (CAR) Menurut Undang-Undang RI nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan,

Lebih terperinci

PRODUK PERHIMPUNAN DANA

PRODUK PERHIMPUNAN DANA PRODUK PERHIMPUNAN DANA Produk & Jasa Lembaga Keuangan Syariah Operasional Bank Syariah di Indonesia Penghimpunan Dana Penggunaan Dana Wadiah Mudharabah Equity Financing Debt Financing Giro (Yad Dhamanah)

Lebih terperinci

SYSTEM PEMBIAYAAN PERBANKAN SYARIAH

SYSTEM PEMBIAYAAN PERBANKAN SYARIAH Paper di bawah ini sama sekali tidak menghubungkan isi materi kuliah Hukum Ekonomi yang telah diberikan dosen ke dalam pembahasan hukum perbankan syariah. Yang dibahas dalam paper ini adalah sistem pembiayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting di dalam perekonomian suatu Negara yaitu sebagai lembaga perantara keuangan. Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008). Ditinjau dari segi imbalan atau

BAB I PENDAHULUAN. (Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008). Ditinjau dari segi imbalan atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bank adalah usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kehidupan perekonomian di dunia tidak dapat dipisahkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kehidupan perekonomian di dunia tidak dapat dipisahkan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Saat ini kehidupan perekonomian di dunia tidak dapat dipisahkan dengan dunia perbankan. Hampir semua aktivitas perekonomian memanfaatkan perbankan sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Bank Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, mendefinisikan bank sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum dalam teori stakeholders menyatakan bahwa perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum dalam teori stakeholders menyatakan bahwa perusahaan 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Stakeholders Perusahaan merupakan entitas yang harus memberikan manfaat kepada stakeholders tidak hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri. Secara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Bank Syariah 2.1.1 Pengertian Bank Syariah Bank Syariah merupakan bank yang dalam aktivitasnya baik dalam mobilisasi dan dana maupun dalam peranan modalnya mendasarkan atas prinsip

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, perbankan menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, perbankan menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan berperan dalam mempermudah proses pengalihan dana dari pihak yang kelebihan dana pada pihak yang membutuhkan dana, untuk melakukan proses tersebut, perbankan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bank Menurut Undang-undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan sistem operasionalnya, telah menunjukkan angka kemajuan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. akan sistem operasionalnya, telah menunjukkan angka kemajuan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan di awali berdirinya Bank Syariah pada tahun 1992 oleh bank yang di beri nama dengan Bank Muamalat Indonesia (BMI), sebagai pelopor berdirinya perbankan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian sebelumnya. Berikut ini uraian beberapa penelitian terdahulu beserta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian sebelumnya. Berikut ini uraian beberapa penelitian terdahulu beserta BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pembahasan yang akan dilakukan pada penelitian ini merujuk pada penelitian sebelumnya. Berikut ini uraian beberapa penelitian terdahulu beserta persamaan

Lebih terperinci

Pengertian. Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia. Iman Pirman Hidayat. Pembiayaan Mudharabah

Pengertian. Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia. Iman Pirman Hidayat. Pembiayaan Mudharabah Pengertian Iman Pirman Hidayat Pembiayaan mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara bank sebagai pemilik dana (shahibul maal) dan nasabah sebagai pengelola dana (mudharib) untuk melakukan kegiatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Dalam zaman modern sekarang ini, tentu sebagian besar orang sudah mengenal tentang bank dan menggunakan jasanya, baik itu sebagai tempat menabung atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Perbankan a. Definisi Perbankan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

Lebih terperinci

BAGIAN XI LAPORAN LABA RUGI

BAGIAN XI LAPORAN LABA RUGI BAGIAN XI LAPORAN LABA RUGI XI.1. PENGERTIAN 01. Laporan Laba Rugi adalah laporan yang menyajikan seluruh pos penghasilan dan beban yang diakui dalam suatu periode yang menunjukkan komponen laba rugi.

Lebih terperinci

hidup rakyat (Anshori:2009:226). Mengingat semakin berkembangnya zaman

hidup rakyat (Anshori:2009:226). Mengingat semakin berkembangnya zaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya

Lebih terperinci

- 1 - DAFTAR LAMPIRAN

- 1 - DAFTAR LAMPIRAN - 1 - DAFTAR LAMPIRAN Lampiran I : 1. Ringkasan Eksekutif - Rencana dan Langkah- Langkah Strategis 2. Ringkasan Eksekutif - Indikator Keuangan Utama (Bagi BPRS dengan Modal Inti Kurang Dari Rp50 Miliar)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat di negara maju dan berkembang sangat membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat di negara maju dan berkembang sangat membutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat di negara maju dan berkembang sangat membutuhkan bank sebagai tempat untuk melakukan transaksi keuangannya. Mereka menganggap bank merupakan lembaga keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu

BAB I PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank syariah sebagaimana bank konvensional memiliki fungsi sebagai perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu menghimpun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah bank berasal dari bahasa Italia, yaitu banco yang artinya meja atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah bank berasal dari bahasa Italia, yaitu banco yang artinya meja atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bank Istilah bank berasal dari bahasa Italia, yaitu banco yang artinya meja atau tempat untuk menukarkan uang. Menurut Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 yang dimaksud

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Undang tersendiri. Menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 pasal 1 Bank

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Undang tersendiri. Menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 pasal 1 Bank BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bank Keberadaan institusi perbankan di Indonesia diatur dengan Undang- Undang tersendiri. Menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 pasal 1 Bank adalah badan usaha

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah Ibnu Fariz ini berjudul Pengaruh LDR,NPL, APB, IRR,PDN, BOPO,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah Ibnu Fariz ini berjudul Pengaruh LDR,NPL, APB, IRR,PDN, BOPO, 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Ada dua penelitian terdahulu yang dijadikan rujukan dalam penelitian ini, yaitu penelitian yang dilakukan oleh: 1. Ibnu Fariz (2012) Penelitian terdahulu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terwujud.

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terwujud. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu negara dapat dilihat dari kinerja dan tingkat perekonomian yang dihasilkan, dimana salah satu faktor yang mendorong pertumbuhan ekonomi suatu

Lebih terperinci

Dr. Iwan P. Pontjowinoto 1

Dr. Iwan P. Pontjowinoto 1 Dr. Iwan P. Pontjowinoto RISIKO PADA ASSET & LIABILITIES PRODUK SYARIAH Laporan Aktiva Bank Syariah Aktiva Bank Syariah setidaknya menyajikan pos-pos sbb.: Aset Setara Kas, terdiri dari: Kas, Penempatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bank Semua sektor usaha baik sektor industri, perdagangan, pertanian, perkebunan, jasa, perumahan, dan lainnya sangat membutuhkan bank sebagai mitra dalam mengembangkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Dasar atau acuan yang berupa temuan melalui hasil berbagai penelitian sebelumnya merupakan hal yang sangat perlu dan dapat dijadikan sebagai

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Menurut Veithzal et al (2012:616), laporan keuangan adalah laporan periodik

BAB III PEMBAHASAN. Menurut Veithzal et al (2012:616), laporan keuangan adalah laporan periodik BAB III PEMBAHASAN A. Laporan Keuangan Menurut Veithzal et al (2012:616), laporan keuangan adalah laporan periodik yang disusun menurut prinsip-prinsip akuntansi yang diterima secara umum tentang status

Lebih terperinci

PERLAKUAN AKUNTANSI PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH PADA PT. BANK MUAMALAT INDONESIA Tbk.

PERLAKUAN AKUNTANSI PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH PADA PT. BANK MUAMALAT INDONESIA Tbk. PERLAKUAN AKUNTANSI PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH PADA PT. BANK MUAMALAT INDONESIA Tbk. NAMA : RINA ARIANI NPM : 21208507 JURUSAN : AKUNTANSI DOSEN PEMBIMBING : DR. MASODAH, SE., MMSI PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Tinjauan Umum Tentang Bagi Hasil Dan Bonus Simpanan

BAB II LANDASAN TEORI. Tinjauan Umum Tentang Bagi Hasil Dan Bonus Simpanan BAB II LANDASAN TEORI Tinjauan Umum Tentang Bagi Hasil Dan Bonus Simpanan A. Perbedaan Bank Konvensional Dengan Bank Syariah Bank syariah adalah bank yang beroperasi berdasarkan syariah atau prinsip agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui jasa kredit yang sangat dibutuhkan masyarakat dalam menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. melalui jasa kredit yang sangat dibutuhkan masyarakat dalam menjalankan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diantara berbagai kebijaksanaan ekonomi yang dilaksanakan pemerintah, bidang perbankan merupakan salah satu bidang yang mendapat perhatian pemerintah karena bank merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga sebagai perantara (financial intermediary) bagi mereka yang memiliki dana

BAB I PENDAHULUAN. juga sebagai perantara (financial intermediary) bagi mereka yang memiliki dana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bank dalam kehidupan masyarakat modern merupakan lembaga yang sulit untuk dihindari keberadaannya, sehingga menimbulkan ketergantungan bagi masyarakat. Bank

Lebih terperinci

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH RENCANA BISNIS BPRS TAHUN ALAMAT :.. :.. :.. DAFTAR ISI Halaman Data Umum BPRS..

Lebih terperinci

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH SESI 9: Akuntansi Akad Mudharabah Achmad Zaky,MSA.,Ak.,SAS.,CMA.,CA 2 DEFINISI Secara harfiah mudharabah berasal dari kata dharb di muka bumi yang artinya melakukan perjalanan

Lebih terperinci