PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN TEMPERATUR PADA JAKET TABUNG BIOREAKTOR ANAEROB

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN TEMPERATUR PADA JAKET TABUNG BIOREAKTOR ANAEROB"

Transkripsi

1 1 PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN TEMPERATUR PADA JAKET TABUNG BIOREAKTOR ANAEROB Syafrial Nurdiansyah, Dr. Ir. Totok Soehartanto, DEA 1) Ir. Ronny Dwi Noriyati, M.Kes 2) 1) Department of Engineering Physics, Faculty of Industrial Technology ITS Surabaya Indonesia 60111, 2) Department of Mechanical Engginering, Faculty of Industrial Technology ITS Surabaya Indonesia Abstrak Mikroorganisme adalah bagian yang berperan penting dalam proses fermentasi untuk menghasilkan gas metana di dalam bioreaktor anaerob. Kelangsungan hidup dan laju pertumbuhan mikroorganisme tersebut sangat rentan terhadap perubahan temperatur. Karena perubahan temperatur lingkungan akan mempengaruhi kestabilan temperatur didalam bioreaktor. Maka, pada tugas akhir ini telah dilakukan perancangan sistem pengendalian temperatur yang berupa jaket pada tabung bioreaktor untuk menjaga temperatur bioreaktor dari pengaruh perubahan temperatur lingkungan. Jaket bioreaktor disini akan dibangkitkan oleh sebuah heater listrik, dimana heater listrik akan mengalirkan panas kedalam jaket untuk menjaga temperatur permukaan tabung bioreaktor tetap stabil pada 35 0 C, sehingga laju pertumbuhan mikroorganisme didalam tabung bioreaktor tetap stabil. Hasil perancangan sistem pengendalian pada tugas akhir ini disimulasikan dengan menggunakan program MatLab Simulink. Uji coba yang dilakukan pada simulator bioreaktor adalah dengan merubah nilai dari temperatur yang masuk kedalam tabung bioreaktor, sehingga dari simulasi tersebut dapat diketahui keadaan sistem bioreaktor berdasarkan laju pertumbuhan mikroorganismenya. Kata kunci : laju pertumbuhan mikroorgansime, temperatur, sistem pengendalian temperatur. I. PENDAHULUAN Tabung bioreaktor anaerob merupakan alat yang sangat efektif untuk mengolah limbah organik, dimana hasil pengolahan limbah berupa gas metana yang dapat dipergunakan sebagai bahan bakar. Dalam proses produksinya, bioreaktor anaerob ini tidak menggunakan bantuan oksigen sehingga membutuhkan reaktor yang tertutup. Pengubahan sampah organik menjadi gas metana ini dilakukan oleh bermacam-macam mikroorganisme antara lain acetogenic serta metanogenic. Mikroorganisme ini sangat rentan terhadap perubahan temperatur. Variabel temperatur tersebut sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dan laju pertumbuhan dari mikroorganisme (µ sebagai fungsi temperatur). Jika temperatur lingkungan yang masuk ke dalam bioreaktor terlalu tinggi atau terlalu rendah, maka akan menyebabkan mikroorganisme didalam tabung bioreaktor akan mati (pertumbuhan mikroorganisme tidak sepenuhnya anaerob). Bila variabel tersebut tidak dijaga kestabilannya akan mengakibatkan kematian pada mikroorganisme. Apabila banyak sekali jumlah mikroorganisme yang mati, maka diharuskan untuk menguras tabung bioreaktor tempat mikroorganisme tersebut ditampung atau dengan istilah lain sering disebut dengan istilah wash out.. Negara Indonesia merupakan negara yang memilki iklim tropis, dimana terjadi dua pergantian musim dalam satu tahun. Tetapi dalam tahun-tahun terakhir ini musim di Indonesia tidak menentu. Jika musim penghujan, temperatur lingkungan akan turun dibawah rata-rata. Dan jika musim kemarau, temperatur lingkungan akan naik melebihi rata-rata. Hal tersebut akan berpengaruh pada kestabilan temperatur didalam bioreaktor akibat perpindahan panas secara konduksi pada dinding atau permukaan tabung bioreaktor. Sedangkan dalam prosesnya untuk menghasilkan gas metana, sebuah bioreaktor harus bekerja dalam waktu yang lama. Maka untuk menjaga kestabilan temperatur pada tabung bioreaktor dibutuhkan suatu sistem pengendalian temperatur agar temperatur dipermukaan tabung tetap stabil sehingga laju pertumbuhan mikroorganisme didalam tabung bioreaktor tidak terganggu dari pengaruh perubahan temperatur lingkungan. Dari paparan diatas, pada tugas akhir ini akan dirancang sebuah sistem pengendalian temperatur yang berupa jaket pada tabung bioreaktor anaerob untuk menjaga temperatur pada permukaan tabung bioreaktor tetap stabil pada suhu 35 0 C. Pada sistem pengendalian temperatur ini menggunakan kontrol on-off dan temperatur yang akan dikontrol adalah temperatur dari permukaan tabung bioreaktor. Karena diasumsikan bahwa panas yang masuk kedalam tabung adalah secara konduksi, sehingga jika temperatur permukaan tabung stabil pada 35 0 C, maka temperatur didalam tabung juga stabil pada 35 0 C. Tabung bioreaktor terbuat dari bahan PVC dengan konduktivitas termal W/m 2. 0 C (Christopher, 1981). Perancangan sistem pengendalian ini akan disimulasikan dengan menggunakan software MatLab Simulink. Berdasarkan hasil uji simulasi tersebut akan diketahui kestabilan dari sistem bioreaktor berdasarkan laju pertumbuhan mikroorganisme, produksi gas metana,dan tingkat keasaman. II. DASAR TEORI A. Bioreaktor Anaerob Bioreaktor anaerob merupakan tangki untuk mendegradasi limbah menjadi senyawa metana (CH 4 ) dan karbondioksida (CO 2 ) dengan memanfaatkan aktifitas dari mikroorganisme pada lingkungan tanpa udara (anaerob). Mikroorganisme dapat tumbuh dengan mengkonsumsi nutrisi atau substrat yang tersedia, pada kondisi lingkungan (temperatur, ph) yang mendukung. Substrat disini dapat dihasilkan dari limbah organik.

2 2 Substrat merupakan campuran organik yang sangat kompleks, sehingga tidaklah mungkin memasukkan keseluruhan model material organik kedalam suatu pemodelan dikarenakan sifatnya yang sangat kompleks. Akan tetapi terdapat pendekatan yang dapat digunakan untuk mengantisipasi sifat yang kompleks dari substrat, yaitu dengan merepresentasikannya kedalam dua kelompok, yaitu bagian substrat yang sama dengan Glucose (S C ) dan substrat yang sama dengan Acetate (S 2 ). Substrat yang digambarkan sebagai Acetate (S 2 ) merupakan suatu bentuk molekul organik yang langsung akan didegradasikan menjadi asam asetat. Sedangakan substrat yang digambarkan sebagai Glucose (S C ) merupakan molekul organik yang lebih kompleks dibandingkan dengan S 2 (representasi dari acetate). Molekul organik jenis ini akan didegradasikan menjadi substrat kelompok Acetate (S 2 ) untuk kemudian diturunkan menjadi gas metana pada proses methanogenesis. B. Variabel Yang Mempengaruhi Keadaan Bioreaktor Temperatur Dalam pertumbuhannya, mikro-organisme memerlukan kisaran suhu tertentu. Kisaran suhu pertumbuhan mikroorganisme dibagi menjadi suhu minimum, suhu optimum, dan suhu maksimum. Suhu minimum adalah suhu terendah dimana mikro-organisme masih tetap hidup. Suhu optimum adalah suhu paling baik untuk pertumbuhan mikro-organisme. Dan suhu maksimum adalah suhu tertinggi untuk kehidupan mikroorganisme. Temperatur sangat berpengaruh terhadap kelangsungan mikro-organisme dalam bioreaktor, temperatur yang diijinkan dalam bioreaktor tergantung dari tipe mikro-organismenya. Range-range temperatur itu antara lain: o Kondisi psychrophilic, antara 5-20 o C. o Kondisi mesophilic, o C, umumnya 35 o C. o Kondisi thermophilic, antara o C, umumnya 55 o C. Retention time Retention time adalah waktu yang digunakan oleh bioreaktor agar dapat mengurai senyawa-senyawa organik. Retention time berbeda tergantung dari parameter proses, seperti temperatur dan komposisi limbah. Misal untuk kondisi Psychrophilic yang mempunyai retention time lebih dari seratus hari, untuk mesophilic sekitar lima belas hingga tiga puluh hari dan dua belas hingga empat belas hari untuk thermophilic. ph Parameter kestabilan bioreaktor anaerob sangat dipengaruhi oleh besaran terukur dari ph. Pada ph kurang dari 5 dan lebih dari 7,4 bioreaktor akan mengalami pengurasan (washout), atau dengan kata lain mikro-organisme pada bioreaktor mengalami kematian. Pada ph 5-6,7 bioreaktor anaerob berada pada kondisi kurang stabil, dimana pada kondisi ini bioreaktor masih dapat bertahan apabila diberikan treatment dengan penambahan substrat dan dilusi sesuia kekurangan masing-masing sehingga akan mencapai kondisi stabil. Pada ph 6,7-7,4 bioreaktor berada pada kondisi stabil, dimana mikro-organisme dapat bertahan hidup pada keadaan optimal sehingga juga dapat dihasilkan biogas yang optimal pula. Kondisi paling optimal untuk menghasilkan biogas pada bioreaktor anaerob adalah pada ph 7-7,2. Rasio Karbon terhadap Nitrogen (C:N) Hubungan antara jumlah karbon dan nitrogen dalam senyawa organik dilambangkan dengan rasio C/N. Rasio C/N optimum pada anaerobik digester antara 20 hingga 30 (Polprasert, 1989). Rasio C/N yang tinggi merupakan indikasi nitrogen dikonsumsi secara cepat oleh methanogen dan menghasilkan gas yang lebih rendah. Dan sebaliknya, rasio C/N yang rendah menyebabkan akumulasi amoniak dan nilai ph melebihi 8,5, sehingga beracun bagi bakteri methanogenik. Rasio C/N optimum material feedstock dapat diperoleh dengan mencampur limbah berasio tinggi dan rendah. Pengadukan (mixing) Pengadukan, di dalam digester, meningkatkan kontak antara mikro-organisme dan substrat dan meningkatkan kemampuan populasi bakteri untuk menyerap nutrisi. Pengadukan juga mencegah scum dan terjadinya perbedaan temperatur dalam digester. Namun pengadukan yang berlebihan dapat merusak mikro-organisme sehingga pengadukan dilakukan secara pelan. C. Persamaan Matematis Dari Bioreaktor Anaerob Dalam bioreaktor anaerob terjadi proses fisika,kimia,serta biologi secara bersamaan. Tahapan proses dalam bioreaktor yang terjadi dapat dijelaskan dengan beberapa persamaan aljabar yang menggambarkan kesetimbangan fisika-kimia dan persamaan diferensial yang menggambarkan dinamika sistem serta ditunjang dengan beberapa persamaan yang menggambarkan proses biologi yang terjadi di dalam bioreaktor sebagai pelengkap. Dengan pemahaman mengenai simulasi yang dilakukan maka didapatkan suatu penggambaran fungsional yang terdapat pada bioreaktor anaerob seperti gambar 2. Gambar 1 Diagram fungsional digester anaerob (Beteau, 1996) Berdasarkan diagram fungsional bioreaktor anaerob diatas, dapat direpresentasikan beberapa model matematis proses : Kesetimbangan antara ion asetat S dan asetat HS pada persamaan aljabar (1) dimana merupakan bagian dari kosentrasi substrat S 2, dan kesetimbangan ini juga ditunjukkan dengan konstanta kesetimbangan asam K a (2). Ion organik IC direpresentasikan sebagai kesatuan dari ion bicarbonate B dan karbon dioksida terlarut CO 2 D (10). Hubungan ini juga dinyatakan dalam korelasi konstanta

3 3 kesetimbangan basa K b. Persamaan aljabar (3) dan (3) dapat dihubungkan dengan variasi dari ion karbon IC pada (10), dimana pada persamaan kesetimbangan biologi ion karbon menunjukkan hubungan terhadap kecepatan pertumbuhan mikro-organisme. Persamaaan kesetimbangan dalam proses perlu disederhanakan terlebih dahulu untuk lebih memudahkan pemahamannya. Bagian pertama proses terjadi pada substrat S C yang kemudian diturunkan menjadi substrat S 2 dan IC oleh biomassa X C. Penyederhanaan berasumsi bahwa S C adalah substrat yang digunakan untuk pertumbuhan dari biomassa X C sedangkan S 2 dan IC adalah hasil proses pertumbuhan tersebut, dan bukan hasil dari biotransformasi biomassa X C. Penyederhanaan ini memungkinkan fase digestion pertama, dalam hal ini adalah degradasi substrat S C oleh biomassa X C yang berlangsung lebih cepat dibanding fase digestion kedua yaitu degradasi substrat S 2 oleh biomassa X 2 (Beteau, 1996). Kesetimbangan proses yang kemudian dijadikan dasar untuk pemodelan bioreaktor sendiri secara lengkap terdiri dari : Persamaan aljabar yang menggambarkan kesetimbangan fisika-kimia (1) (2) (3) (4) (5) (15) (16) (17) (18) D. Pemodelan Matematis Koefisien Laju Pertumbuhan Mikro-organisme Berdasarkan rumus pada persamaan diatas terdapat µ C max dimana faktor nilai dari µ C max tersebut dapat diuraikan kembali menjadi : (19) Persamaan diatas merupakan persamaan Arrhenius (Femat, 2003). Pada rumus di atas nilai µ C max berkaitan dengan nilai temperatur lingkungan. Setelah didapatkan µ C max maka dapat dicari Persamaan diferensial yang menggambarkan dinamika sistem. III. METODOLOGI Persamaan diferensial yang menggambarkan dinamika sistem: (6) (7) (8) (9) (10) (11) R, R adalah yields coefficient yang 1 R2, R3, R4, R5, nantinya ditentukan: 2 persamaan output 6 (12) (13) Beberapa persamaan yang menggambarkan proses biologi yang terjadi di dalam bioreaktor sebagai pelengkap: Gambar 2 Diagram alir penelitian A. Desain Sistem Pengendalian Temperatur Pada Jaket Tabung Bioreaktor Gambar 3 merupakan sketsa rancangan sistem pengendalian temperatur pada jaket tabung bioreaktor. Berdasarkan gambar tersebut dapat dilihat bahwa rancangan dari sistem pengendalian temperatur yang akan dibuat terdiri dari beberapa komponen. Yaitu temperatur transmitter, kontroller, aktuator, heater elektrik dan jaket pada tabung bioreaktor anaerob.

4 4 tabung Tabung Tinggi : 1 meter Diameter : 0.5 meter Jari-jari : 0.25 meter Volume = luas alasxtinggi = 3.14(0.0625)(1) = Lt Gambar 3 Sketsa rancangan sistem pengendalian temperatur Jaket akan menutupi hanya sebagian dari tabung bioreaktor. Jaket tersebut hanya menutupi sebagian dari bioreaktor karena isi dari tabung bioreaktor tidak akan pernah penuh. Jaket tersebut bekerja berdasarkan temperatur jaket yang terukur oleh temperatur transmitter (TT). Kemudian temperatur transimitter akan mengirimkan data ke temperatur kontroller (TC), dimana temperatur kontroler akan mengirimkan sinyal kepada aktuator, dimana aktuator disini berupa sebuah relay untuk memutus atau menyambung tegangan pada heater. Jika temperatur jaket tinggi, maka heater akan mati. Sedangkan jika temperatur rendah, maka heater akan aktif sehingga aliran panas masuk kedalam jaket. Diagram blok dari sistem pengendalian temperatur ini adalah sebagai berikut : Gambar 5 Spesifikasi tabung Maka berdasarkan hukum kesetimbangan energi, model dinamika dari tabung adalah sebagai berikut : (20) diasumsikan tidak ada panas yang masuk kedalam tabung, maka Q = 0. Sehingga persamaan menjadi : (21) (22) Gambar 4 Diagram blok sistem pengendalian Plant pada diagram blok tersebut adalah jaket pada tabung bioreaktor, dimana jaket tersebut akan dibangkitkan oleh sebuah heater elektrik. Heater tersebut akan mengalirkan panas kedalam jaket sesuai dengan panas yang dibutuhkan oleh jaket untuk menjaga temperatur tabung bioreaktor tetap stabil. Heater elektrik akan dibangkitkan oleh tegangan dari luar, yaitu sebesar 220 volt. B. Pemodelan Tabung Pada tugas akhir ini, diasumsikan bahwa tabung terbuat dari bahan PVC dengan tebal 0.5 cm dan konduktivitas termal W/m 2. 0 C (Christopher, 1981). Dimana pada tabung bioreaktor tersebut diasumsikan panas yang masuk kedalam tabung adalah secara konduksi. Spesifikasi tabung bioreaktor dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Keterangan: = massa jenis (kg/m 3 ) = kg/m 3 = kalor specific (KJ/Kg. 0 C) = KJ/Kg. 0 C = volume tabung (Liter) = Liter T = Temperatur ( 0 C) Δx k = tebal tabung = 0.5 cm = konduktivitas termal = W/m 2 0 C Berdasarkan model dinamika tersebut, kemudian dirancang tabung bioreaktor pada MatLab Simulink. Hasil rancangan dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

5 5 (25) Keterangan: = massa jenis (kg/m 3 ) = kg/m 3 = kalor specific (KJ/Kg. 0 C) = KJ/Kg. 0 C = volume jaket (Liter) = 78.5 Liter T = Temperatur ( 0 C) Dimana : (26) Gambar 6 Blok model dinamika tabung dalam Simulink C. Pemodelan Jaket dan Heater Jaket pada tabung bioreaktor merupakan selimut tabung. Jaket tersebut berfungsi untuk menjaga temperatur tabung bioreaktor tetap stabil. Spesifikasi dari jaket dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Keterangan : V = kalor (Kal) = arus (ma) = tegangan (volt) Kemudian dari persamaan (3.5) sampai (3.8) dirancang sistem pemanas jaket tabung biorekator pada MatLab Simulink. tabung jaket Jaket Panjang : 1.57 meter tebal : 0.01 meter Tinggi : 0.5 meter Volume = panjang x tebal x tinggi = 1.57 x 0.01 x 10.5= 78.5 Lt Gambar 7 Spesifikasi jaket Jaket pada tabung tersebut akan diisi dengan air panas yang berasal dari heater. Heater pada jaket merupakan alat yang digunakan untuk memanaskan air. Heater pada jaket tersebut dibangkitkan dengan menggunakan tegangan dari luar sebesar 220 volt. Pada jaket berlaku hukum kesetimbangan energi, yaitu : (23) Gambar 8 Blok model dinamika jaket dan heater pada simulink IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Laju Pertumbuhan Mikroorganisme Terhadap Perubahan Temperatur Pada bagian akan dilakukan uji perubahan temperatur terhadap laju pertumbuhan mikroorganisme ( ) terhadap perubahan temperatur dengan memberikan sinyal uji step pada C. Berdasarkan perhitungan dari persamaan Arrhenius (2.21) yang digunakan dalam tugas akhir ini yang direpresentasikan gambar dibawah ini. (24)

6 dikarenakan pada keadaan tersebut suhu terlalu rendah untuk berkembangnya mikroorganisme. B. Uji Sistem Pengendalian Temperatur Pada Jaket Tabung Bioreaktor Anaerob 1. Uji Open Loop Sistem Pengendalian Temperatur Pada bagian ini dilakukan pengujian sistem pengendalian temperatur secara open loop. Uji open loop ini merupakan uji komponen-komponen dari sistem yang telah digabung menjadi satu namun tanpa sistem kontrol. Pada pengujian ini akan diberi sinyal input step temperatur pada C. 6 Gambar 9 Model sebagai fungsi temperatur Dari simulasi diperoleh bahwa nilai dari adalah Nilai dari adalah , nilai tersebut digunakan untuk mencari dengan mengasumsikan bahwa temperatur normal bernilai 35 0 C. Dari perhitungan yang telah dilakukan diperoleh sebesar -879,3099. Setelah nilai dari dan diketahui, maka didapatkanlah hubungan antara temperatur dan besarnya perubahan yaitu dengan cara memasukkan nilai tersebut kedalam simulasi yang telah dibuat, kemudian menjalankannya. Hasil dari uji perubahan temperatur terhadap laju pertumbuhan mikroorganisme yang telah dilakukan dapat dilihat pada grafik 4.8 dibawah ini. Gambar 11 Grafik sinyal uji step open loop Gambar 10 Grafik perbandingan perubahan temperatur terhadap laju pertumbuhan mikroorganisme Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa mikroorganisme pada suhu diatas 35 0 C tidak dapat berkembang dengan baik dan menyebabkan kematian pada mikroorganisme. Hal ini disebabkan karena pada keadaan tersebut temperatur terlalu tinggi sehingga mikroorganisme tidak mampu berkembang. Sedangkan pada suhu C mikroorganisme mampu berkembang dengan baik dan laju pertumbuhan mikroorganisme paling baik adalah pada suhu 35 0 C yaitu dengan nilai laju pertumbuhan mikroorganisme sama dengan Pada keadaan inilah laju pertumbuhan mikrooraganisme paling baik, sehingga dalam tugas akhir ini temperatur tabung bioreaktor akan dikontrol temperaturnya stabil pada suhu 35 0 C. karena pada umumnya temperatur paling bagus untuk berkembangnya mikroorganisme mesophilic adalah pada 35 0 C. Sedangkan pada suhu dibawah 20 0 C mikroorganisme juga tidak mampu bertahan, hal ini Gambar 12 Grafik respon uji open loop heater Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa kalor yang dibutuhkan untuk mencapai keadaan stabil adalah 2,22x10 4 kal dengan waktu sekitar 600 detik. Gambar 13 Grafik respon uji open loop pada jaket

7 7 Dari grafik respon uji open loop jaket diatas dapat dilihat bahwa dengan kalor yang dihasilkan oleh heater sebesar 2.22x10 4 kal, jaket akan menghasilkan keluaran temperatur sebesar C. sinyal uji tersebut akan dilihat respon sistem jika temperatur diatas 35 0 C dan dibawah 35 0 C. Gambar 15 Grafik sinyal uji signal generator Gambar 14 Grafik respon uji open loop pada permukaan dalam dinding tabung Berdasarkan grafik respon uji open loop pada permukaan dalam dinding tabung dapat dilihat bahwa dengan kalor sebesar 2.22x10 4 kal dan temperatur jaket sebesar C, dapat menyebabkan temperatur permukaan dalam dinding semakin tinggi dan melebihi set point yaitu pada 35 0 C. Hal ini disebabkan karena heater terus bekerja sehingga kalor yang dihasilkan juga bertambah. Apabila kalor yang dihasilkan oleh heater terus bertambah, maka temperatur pada jaket juga akan naik. Sehingga menyebabkan temperatur pada permukaan dalam dinding tabung naik. Jika hal ini terjadi terus-menerus, maka laju pertumbuhan mikroorganisme akan terganggu dan menyebabkan kematian pada mikroorganisme yang ada di dalam tabung. Maka untuk mengatasi hal tersebut dibutuhkan sebuah sistem kontrol untuk mengendalikan sistem ini, sehingga kalor yang dihasilkan oleh heater, temperatur jaket, dan temperatur pada permukaan dalam dinding tabung sesuai dengan set point yang diinginkan. Sistem kontrol yang digunakan dalam sistem pengendalian ini adalah kontrol on-off. Pada algoritma kontrol tersebut hanya memilki dua keluaran yaitu on jika tegangan terhubung dengan heater, dan off jika tegangan terputus dengan heater. Algoritma sistem kontrol on-off berbeda dengan algoritma sistem kontrol PID. Dimana pada sistem kontrol PID terdapat nilai parameter kontrol berupa Kp, Ti, Td. Sedangkan untuk sistem kontrol on-off tidak demikian, dalam sistem kontrol tersebut hanya memilki dua keluaran yaitu on dan off. Untuk mengetahui respon sistem pengendalian temperatur terhadap kontrol on-off yang digunakan, maka akan dilakukan uji signal generator dengan perubahan temperatur C. Nilai perubahan temperatur yang digunakan tersebut merupakan nilai temperatur terendah dan tertinggi di Surabaya. Set point yang diinginkan dalam sistem pengendalian ini adalah 35 0 C, sehingga dengan menggunakan Gambar 16 Grafik respon uji signal generator pada heater Grafik diatas merupakan grafik respon uji signal generator pada heater. Dari grafik respon yang diperoleh dapat dilihat bahwa, ketika temperatur diatas 35 0 C, maka heater akan off (non-aktif). Hal ini menandakan bahwa tegangan yang masuk kedalam heater terputus. Ketika temperatur dibawah 35 0 C, maka heater akan on (aktif), hal tersebut menandakan bahwa tegangan yang masuk kedalam heater tersambung dan menghasilkan kalor sebesar 3.665x10 4 kal. Gambar 17 Grafik repon uji signal generator pada jaket Grafik diatas merupakan respon uji signal generator pada jaket tabung bioreaktor. Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa ketika temperatur dibawah 35 0 C, heater akan

8 8 off sehingga temperatur didalam jaket berada pada nilai 40 0 C. hal ini dikarenakan air memiliki kalor awal meskipun heater dalam keadaan tidak aktif. Ketika temperatur dibawah 35 0 C, maka heater akan aktif sehingga temperatur jaket naik menjadi C. respon temperatur pada jaket tersebut selalu berkesinambungan sesuai dengan kalor yang dihasilkan oleh heater. Apabila kalor yang dihasilkan oleh heater naik, maka temperatur pada jaket akan naik. Jika heater dalam keadaan non-aktif, maka temperatur jaket akan turun. Temperatur keluaran jaket tersebut merupakan temperatur masukan untuk tabung.dimana pada permukaan dinding tabung terjadi perpindahan panas secara konduksi dengan konduktivitas termal PVC yang merupakan bahan tabung adalah sebesar W/m 2. 0 C. Sehingga untuk respon uji signal generator pada jaket yang merupakan masukan untuk dinding tabung diperoleh grafik respon seperti dibawah ini. setelah dilengkapi dengan sistem kontrol. Pada uji coba ini akan dimasukkan sinyal uji step temperatur pada C. Gambar 19 Grafik sinyal uji step close loop Gambar 18 Grafik respon uji signal generator pada permukaan dalam dinding tabung Grafik diatas merupakan respon uji signal generator pada permukaan dalam dinding tabung. Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa dengan kalor yang dihasilkan oleh heater sebesar 3.665x10 4 kal dan temperatur jaket sebasar C,maka diperoleh grafik respon seperti diatas. Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa temperatur pada permukaan dinding tabung stabil pada 35 0 C dan membutuhkan waktu sekitar 1200 detik untuk mencapai keadaan stabil tersebut. Dari grafik yang dihasilkan juga dapat dilihat ketika heater tidak aktif (off), maka temperatur pada jaket akan turun sehingga temperatur pada permukaan dinding tabung juga akan turun. 2. Uji Close Loop Sistem Pengendalian Temperatur Setelah dilakukan pengujian sistem pengendalian secara open loop, kemudian dilakukan uji simulasi close loop dengan menggunakan kontrol on-off pada sistem pengendalian temperatur yang berupa jaket pada tabung bioreaktor. Dari uji coba yang dilakukan akan diketahui perbedaan sistem pengendalian tanpa sistem kontrol dan sistem pengendalian Gambar 20 Grafik respon uji step close loop heater Karakteristik dari kontrol on-off adalah jika output lebih besar dari set point, aktuator akan off. Output akan turun dengan sendirinya sehingga menyentuh set point lagi. Pada saat itu, sinyal kontrol akan kembali on (aktuator on) dan mengembalikan output kepada set point nya. Demikian seterusnya sinyal kontrol dan aktuator akan on-off terus menerus. Grafik diatas merupakan hasil uji step close loop heater. Dari gambar dapat diamati bahwa kalor yang dibutuhkan untuk menjaga temperatur pada permukaan dalam dinding adalah sebesar 2.19x10 4 kal dan membutuhkan waktu 600 detik untuk mencapainya. Dari grafik dapat dilihat bahwa ketika temperatur yang masuk diatas 35 0 C, maka relay akan memutuskan hubungan tegangan kedalam heater sehingga heater non-aktif dan heater tidak menghasilkan kalor. Jika temperatur yang masuk dibawah 35 0 C, maka relay akan menyambungkan tegangan kedalam heater sehingga heater akan aktif dan heater akan menghasilkan kalor yang diinginkan.

9 9 Gambar 21 Grafik respon uji step close loop pada jaket sebagai berikut : kalor yang dihasilkan heater untuk menjaga agar temperatur jaket tetap stabil adalah sebesar 3.665x10 4 kal, temperatur jaket sebesar C, dan temperatur pada permukaan dalam dinding tabung stabil pada 35 0 C. 3. Berdasarkan hasil uji step open loop pada temperatur C, kalor yang dihasilkan oleh heater sebesar 2.22x10 4 kal, jaket menghasilkan keluaran temperatur sebesar C, dan temperatur keluaran pada permukaan dalam dinding tabung semakin tinggi melebihi set point (35 0 C) yaitu sekitar 40 0 C. Sedangkan pada uji step close loop pada temperatur C, kalor yang dihasilkan oleh heater sebesar 2.19x10 4 kal, temperatur keluaran dari jaket adalah sebesar C dan temperatur keluaran pada permukaan dalam dinding tabung stabil pada 35 0 C. B. Saran Saran yang dapat disampaikan untuk penelitian selanjutnya adalah melakukan penelitian tentang perancangan hardware dari tugas akhir ini. Karena perancangan sistem pengendalian temperatur pada tugas akhir ini hanya berupa software. Gambar 22 Grafik respon uji step close loop pada pemukaan dalam dinding tabung Berdasarkan grafik hasil uji step close loop pada jaket, dapat dilihat bahwa terjadi osilasi tetapi nilainya sangat kecil. Dari grafik tersebut dapat diketahui bahwa dengan kalor sebesar 2.19x10 4 kal, jaket akan menghasilkan temperatur sebesar C. Dan pada grafik hasil uji step close loop pada permukaan dalam dinding tabung dapat dilihat bahwa osilasi yang terjadi pada heater dan jaket akan mempengaruhi temperatur pada permukaan dalam dinding tabung, namun nilainya sangat kecil. Hal ini disebabkan karena temperatur merupakan variable proses yang lambat, sehingga meskipun heater dalam keadaan off, air didalam jaket tetap memilki kalor dan temperatur jaket tetap terjaga. Sehingga temperatur pada permukaan dalam dinding tabung tetap stabil pada 35 0 C. V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dalam tugas akhir ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Telah dirancang sistem pengendalian temperatur pada jaket tabung bioreaktor anaerob secara simulasi. 2. Untuk uji signal generator yang dilakukan pada sistem pengendalian dengan memberikan keadaan temperatur tertinggi dan terendah di Surabaya, diperoleh hasil VI. DAFTAR PUSTAKA 1. Béteau, Jean-François., Soehartanto, Totok., 1998, Control Strategy Selection By Using Stability Limits: Application to An Anaerobic Digester, Laboratoire d Automatique de Grenoble BP 46, F ST Martin d Heres. 2. Béteau, Jean-François., Soehartanto, Totok., F. Chaume., 1996, Model Based Selection Of An Appropriate Control Strategy Application To An Anaerobic Digester, Mathematical Modelling of Systems Vol. 1, No. 1, pp Béteau, Jean-François., Soehartanto, Totok.,1996, Selection Of The Most Appropriate Strategy By Using Limit Stability Model : Application to Pulp and Paper Wastewater Treatment, Laboratoire d Automatique de Grenoble BP 46, F ST Martin d Heres. 4. R. Femat, H.O. Acosta-Mendez, J.P. Steyer, V. Gonzalez-Alvarez,2003, Temperature oscillations in a biological reactor with recycle, San Louis Potosi. Mexico. 5. Larry D. Benefield, Clifford W. Randall, 1980, Biological Process Design for Wastewater Treatment, Prentice Hall, Inc., Englewood Cliffs, N.J. 6. Gunterus, Frans Falsafah Dasar : Sistem Pengendalian Proses. Jakarta : Elex Media ComputindoM. 7. H. Zwietering, J. T. De Koos, B. E. Hasenack, J. C. De Wit, AND K. Van 'T Riet, 1991, Modeling of Bacterial Growth as a Function of Temperature, Department of Food Science, Agricultural University Wageningen. Netherland. 8. J.C. Van den Heuvel, R.J. Zoetemeyer.: Stability of the Methane Reactor: A Simple model Including

10 10 Substrate Inhibition and Cell Recycle, Process Biochemistry, May/June (1982), BIODATA Riwayat Penulis. Nama : Syafrial Nurdiansyah TTL : Sampang, 08 Desember syafrial_037@yahoo.co.id

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN TEMPERATUR PADA JAKET TABUNG BIOREAKTOR ANAEROB

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN TEMPERATUR PADA JAKET TABUNG BIOREAKTOR ANAEROB PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN TEMPERATUR PADA JAKET TABUNG BIOREAKTOR ANAEROB Oleh : Syafrial Nurdiansyah NRP 2406 100 037 Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Totok Soehartanto, DEA NIP 19650309 19902 1 001 Ir.

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN PEMBAKARAN PADA DUCTBURNER WASTE HEAT BOILER (WHB) BERBASIS LOGIC SOLVER

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN PEMBAKARAN PADA DUCTBURNER WASTE HEAT BOILER (WHB) BERBASIS LOGIC SOLVER PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN PEMBAKARAN PADA DUCTBURNER WASTE HEAT BOILER (WHB) BERBASIS LOGIC SOLVER Oleh : AMRI AKBAR WICAKSONO (2406 100 002) Pembimbing: IBU RONNY DWI NORIYATI & BAPAK TOTOK SOEHARTANTO

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Awal Bahan Baku Pembuatan Biogas Analisis bahan baku biogas dan analisis bahan campuran yang digunakan pada biogas meliputi P 90 A 10 (90% POME : 10% Aktivator), P 80 A 20

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Kontrol Level dan Pressure Steam Generator pada Simulator Mixing Process di Workshop Instrumentasi

Rancang Bangun Sistem Kontrol Level dan Pressure Steam Generator pada Simulator Mixing Process di Workshop Instrumentasi JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-153 Rancang Bangun Sistem Kontrol Level dan Pressure Steam Generator pada Simulator Mixing Process di Workshop Instrumentasi

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SIMULATOR SISTEaM apengendalian SUHU PADA DINDING BIOREAKTOR ANAEROB BERBASIS KOMPUTER PERSONAL (PC)

RANCANG BANGUN SIMULATOR SISTEaM apengendalian SUHU PADA DINDING BIOREAKTOR ANAEROB BERBASIS KOMPUTER PERSONAL (PC) RANCANG BANGUN SIMULATOR SISTEaM apengendalian SUHU PADA DINDING BIOREAKTOR ANAEROB BERBASIS KOMPUTER PERSONAL (PC) Disusun Oleh: ALFA ROBY NRP: 2406 100 014 Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Totok Soehartanto,

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SIMULATOR SISTEM PENGENDALIAN SUHU PADA DINDING BIOREAKTOR ANAEROB BERBASIS KOMPUTER PERSONAL

RANCANG BANGUN SIMULATOR SISTEM PENGENDALIAN SUHU PADA DINDING BIOREAKTOR ANAEROB BERBASIS KOMPUTER PERSONAL 1 RANCANG BANGUN SIMULATOR SISTEM PENGENDALIAN SUHU PADA DINDING BIOREAKTOR ANAEROB BERBASIS KOMPUTER PERSONAL Alfa Roby; DR. Ir. Totok Soehartanto, DEA Jurusan Teknik Fisika FTI ITS Surabaya, Kampus ITS

Lebih terperinci

Oleh : Mulyayanti Dosen Pembimbing : Suyanto,ST,MT

Oleh : Mulyayanti Dosen Pembimbing : Suyanto,ST,MT Uji Kinerja Sensor Temperature pada Portable Portable Biodigester Oleh : Mulyayanti 2406 100 086 Dosen Pembimbing : Suyanto,ST,MT JURUSAN TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH

Lebih terperinci

PROSIDING SNTK TOPI 2013 ISSN Pekanbaru, 27 November 2013

PROSIDING SNTK TOPI 2013 ISSN Pekanbaru, 27 November 2013 Pemanfaatan Sampah Organik Pasar dan Kotoran Sapi Menjadi Biogas Sebagai Alternatif Energi Biomassa (Studi Kasus : Pasar Pagi Arengka, Kec.Tampan, Kota Pekanbaru, Riau) 1 Shinta Elystia, 1 Elvi Yenie,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang cepat dan perkembangan industri yang terus meningkat menyebabkan permintaan energi cukup besar. Eksploitasi sumber energi yang paling banyak

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 3, (2013) ISSN: ( Print) F-396

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 3, (2013) ISSN: ( Print) F-396 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 3, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-396 Perancangan Sistem Pengukuran ph dan Temperatur Pada Bioreaktor Anaerob Tipe Semi-Batch Dimas Prasetyo Oetomo dan Totok

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (23) -6 Pengendalian Rasio Bahan Bakar dan Udara Pada Boiler Menggunakan Metode Kontrol Optimal Linier Quadratic Regulator (LQR) Virtu Adila, Rusdhianto Effendie AK, Eka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion

BAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan energi Indonesia yang terus meningkat dan keterbatasan persediaan energi yang tak terbarukan menyebabkan pemanfaatan energi yang tak terbarukan harus diimbangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa tahun terakhir, energi menjadi persoalan yang krusial di dunia, dimana peningkatan permintaan akan energi yang berbanding lurus dengan pertumbuhan populasi

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN ph PADA BIOREAKTOR ANAEROB MELALUI JARINGAN INTRANET (Mohammad Fajar Ashary, Ronny Dwi N., Totok Soehartanto)

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN ph PADA BIOREAKTOR ANAEROB MELALUI JARINGAN INTRANET (Mohammad Fajar Ashary, Ronny Dwi N., Totok Soehartanto) PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN ph PADA BIOREAKTOR ANAEROB MELALUI JARINGAN INTRANET (Mohammad Fajar Ashary, Ronny Dwi N., Totok Soehartanto) Jurusan Teknik Fisika Fakultas Teknologi Industri Institut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Kerangka Teori Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan Limbah Cair Industri Tahu Bahan Organik C/N COD BOD Digester Anaerobik

Lebih terperinci

Uji Pembentukan Biogas dari Sampah Pasar Dengan Penambahan Kotoran Ayam

Uji Pembentukan Biogas dari Sampah Pasar Dengan Penambahan Kotoran Ayam Uji Pembentukan Biogas dari Sampah Pasar Dengan Penambahan Kotoran Ayam Yommi Dewilda, Yenni, Dila Kartika Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Andalas Kampus Unand Limau Manis Padang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. ph 5,12 Total Volatile Solids (TVS) 0,425%

HASIL DAN PEMBAHASAN. ph 5,12 Total Volatile Solids (TVS) 0,425% HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Awal Bahan Baku Pembuatan Biogas Sebelum dilakukan pencampuran lebih lanjut dengan aktivator dari feses sapi potong, Palm Oil Mill Effluent (POME) terlebih dahulu dianalisis

Lebih terperinci

Macam macam mikroba pada biogas

Macam macam mikroba pada biogas Pembuatan Biogas F I T R I A M I L A N D A ( 1 5 0 0 0 2 0 0 3 6 ) A N J U RORO N A I S Y A ( 1 5 0 0 0 2 0 0 3 7 ) D I N D A F E N I D W I P U T R I F E R I ( 1 5 0 0 0 2 0 0 3 9 ) S A L S A B I L L A

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Pengukuran ph dan Temperatur Pada Bioreaktor Anaerob Tipe Semi-Batch

Perancangan Sistem Pengukuran ph dan Temperatur Pada Bioreaktor Anaerob Tipe Semi-Batch JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 Perancangan Sistem Pengukuran ph dan Temperatur Pada Bioreaktor Anaerob Tipe Semi-Batch Dimas Prasetyo Oetomo, DR.Ir.Totok Soehartanto.DEA Teknik Fisika,

Lebih terperinci

Tabel 1. Parameter yang digunakan pada proses Heat Exchanger [1]

Tabel 1. Parameter yang digunakan pada proses Heat Exchanger [1] 1 feedback, terutama dalam kecepatan tanggapan menuju keadaan stabilnya. Hal ini disebabkan pengendalian dengan feedforward membutuhkan beban komputasi yang relatif lebih kecil dibanding pengendalian dengan

Lebih terperinci

Pengaruh Pengaturan ph dan Pengaturan Operasional Dalam Produksi Biogas dari Sampah

Pengaruh Pengaturan ph dan Pengaturan Operasional Dalam Produksi Biogas dari Sampah Pengaruh Pengaturan ph dan Pengaturan Operasional Dalam Produksi Biogas dari Sampah Oleh : Nur Laili 3307100085 Dosen Pembimbing : Susi A. Wilujeng, ST., MT 1 Latar Belakang 2 Salah satu faktor penting

Lebih terperinci

Desain Kendali pada Sistem Steam Drum Boiler dengan Memperhitungkan Control Valve

Desain Kendali pada Sistem Steam Drum Boiler dengan Memperhitungkan Control Valve Desain Kendali pada Sistem Steam Drum Boiler dengan Memperhitungkan Control Valve ROFIKA NUR AINI 1206 100 017 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KETINGGIAN AIR PADA DISTILASI AIR LAUT MENGGUNAKAN KONTROLER ON-OFF PROPOSAL SKRIPSI

PENGENDALIAN KETINGGIAN AIR PADA DISTILASI AIR LAUT MENGGUNAKAN KONTROLER ON-OFF PROPOSAL SKRIPSI PENGENDALIAN KETINGGIAN AIR PADA DISTILASI AIR LAUT MENGGUNAKAN KONTROLER ON-OFF PROPOSAL SKRIPSI KONSENTRASI SISTEM KONTROL Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN BIOGAS DARI CAMPURAN AMPAS TAHU DAN KOTORAN SAPI : EFEK KOMPOSISI

LAPORAN PENELITIAN BIOGAS DARI CAMPURAN AMPAS TAHU DAN KOTORAN SAPI : EFEK KOMPOSISI LAPORAN PENELITIAN BIOGAS DARI CAMPURAN AMPAS TAHU DAN KOTORAN SAPI : EFEK KOMPOSISI Oleh: LAILAN NI MAH, ST., M.Eng. Dibiayai Sendiri Dengan Keputusan Dekan Nomor: 276d/H8.1.31/PL/2013 FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

Implementasi Estimator Kecepatan Pertumbuhan Mikroorganisme pada Bioreaktor Anaerob

Implementasi Estimator Kecepatan Pertumbuhan Mikroorganisme pada Bioreaktor Anaerob JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-159 Implementasi Estimator Kecepatan Pertumbuhan Mikroorganisme pada Bioreaktor Anaerob Dewinta Ria Wardhani, Ronny Dwi Noriyati,

Lebih terperinci

Desain PI Controller menggunakan Ziegler Nichols Tuning pada Proses Nonlinier Multivariabel

Desain PI Controller menggunakan Ziegler Nichols Tuning pada Proses Nonlinier Multivariabel Desain PI Controller menggunakan Ziegler Nichols Tuning pada Proses Nonlinier Multivariabel Poppy Dewi Lestari 1, Abdul Hadi 2 Jurusan Teknik Elektro UIN Sultan Syarif Kasim Riau JL.HR Soebrantas km 15

Lebih terperinci

STUDI PERFORMANSI SISTEM PENGENDALIAN TEMPERATUR, RELIABILITY DAN SAFETY PADA HEAT EXCHANGER PT. PETROWIDADA GRESIK

STUDI PERFORMANSI SISTEM PENGENDALIAN TEMPERATUR, RELIABILITY DAN SAFETY PADA HEAT EXCHANGER PT. PETROWIDADA GRESIK STUDI PERFORMANSI SISTEM PENGENDALIAN TEMPERATUR, RELIABILITY DAN SAFETY PADA HEAT EXCHANGER PT. PETROWIDADA GRESIK NOVAN YUDHA ARMANDA 2409 105 032 DOSEN PEMBIMBING: IR. RONNY DWI NORIYATI M.KES IMAM

Lebih terperinci

PEMBENIHAN DAN AKLIMATISASI PADA SISTEM ANAEROBIK

PEMBENIHAN DAN AKLIMATISASI PADA SISTEM ANAEROBIK JRL Vol.6 No.2 Hal. 159-164 Jakarta, Juli 21 ISSN : 285-3866 PEMBENIHAN DAN AKLIMATISASI PADA SISTEM ANAEROBIK Indriyati Pusat Teknologi Lingkungan - BPPT Jl. MH. Thamrin No. 8 Jakarta 134 Abstract Seeding

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PROSES EVAPORASI PADA PABRIK UREA MENGGUNAKAN KENDALI JARINGAN SARAF TIRUAN

PENGENDALIAN PROSES EVAPORASI PADA PABRIK UREA MENGGUNAKAN KENDALI JARINGAN SARAF TIRUAN PENGENDALIAN PROSES EVAPORASI PADA PABRIK UREA MENGGUNAKAN KENDALI JARINGAN SARAF TIRUAN Nazrul Effendy 1), Masrul Solichin 2), Teuku Lukman Nur Hakim 3), Faisal Budiman 4) Jurusan Teknik Fisika, Fakultas

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis IV. HASIL DA PEMBAHASA A. Penelitian Pendahuluan 1. Analisis Karakteristik Bahan Baku Kompos Nilai C/N bahan organik merupakan faktor yang penting dalam pengomposan. Aktivitas mikroorganisme dipertinggi

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-147

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-147 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-147 Sistem Pengendalian Temperatur Pada Dinding Bioreaktor Anaerob Secara Real Time Ika Nurina Rachmawati, Rony Dwi Noriyati,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK BAHAN Bahan baku yang digunakan dalam penelitian adalah jerami yang diambil dari persawahan di Desa Cikarawang, belakang Kampus IPB Darmaga. Jerami telah didiamkan

Lebih terperinci

ANALISA KINETIKA PERTUMBUHAN BAKTERI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PRODUKSI BIOGAS DARI MOLASES PADA CONTINUOUS REACTOR 3000 L

ANALISA KINETIKA PERTUMBUHAN BAKTERI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PRODUKSI BIOGAS DARI MOLASES PADA CONTINUOUS REACTOR 3000 L LABORATORIUM PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014 ANALISA KINETIKA PERTUMBUHAN BAKTERI DAN PENGARUHNYA TERHADAP

Lebih terperinci

PERANCANGAN PENGENDALI POSISI LINIER UNTUK MOTOR DC DENGAN MENGGUNAKAN PID

PERANCANGAN PENGENDALI POSISI LINIER UNTUK MOTOR DC DENGAN MENGGUNAKAN PID PERANCANGAN PENGENDALI POSISI LINIER UNTUK MOTOR DC DENGAN MENGGUNAKAN PID Endra 1 ; Nazar Nazwan 2 ; Dwi Baskoro 3 ; Filian Demi Kusumah 4 1 Jurusan Sistem Komputer, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Pengendalian Level pada Knock Out Gas Drum Menggunakan Pengendali PID di Plant LNG

Rancang Bangun Sistem Pengendalian Level pada Knock Out Gas Drum Menggunakan Pengendali PID di Plant LNG Rancang Bangun Sistem Pengendalian Level pada Knock Out Gas Drum Menggunakan Pengendali PID di Plant LNG Paisal Tajun Aripin 1, Erna Kusuma Wati 1, V. Vekky R. Repi 1, Hari Hadi Santoso 1,2 1 Program Studi

Lebih terperinci

ANALISIS PERAN LIMBAH SAYURAN DAN LIMBAH CAIR TAHU PADA PRODUKSI BIOGAS BERBASIS KOTORAN SAPI

ANALISIS PERAN LIMBAH SAYURAN DAN LIMBAH CAIR TAHU PADA PRODUKSI BIOGAS BERBASIS KOTORAN SAPI ANALISIS PERAN LIMBAH SAYURAN DAN LIMBAH CAIR TAHU PADA PRODUKSI BIOGAS BERBASIS KOTORAN SAPI Inechia Ghevanda (1110100044) Dosen Pembimbing: Dr.rer.nat Triwikantoro, M.Si Jurusan Fisika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM KENDALI TEMPERATUR UAP SUPERHEATER DENGAN METODE FUZZY SLIDING MODE CONTROL

DESAIN SISTEM KENDALI TEMPERATUR UAP SUPERHEATER DENGAN METODE FUZZY SLIDING MODE CONTROL J. Math. and Its Appl. ISSN: 1829-605X Vol. 13, No. 1, Mei 2016, 37-48 DESAIN SISTEM KENDALI TEMPERATUR UAP SUPERHEATER DENGAN METODE FUZZY SLIDING MODE CONTROL Mardlijah 1, Mardiana Septiani 2,Titik Mudjiati

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK LIMBAH CAIR Limbah cair tepung agar-agar yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah cair pada pabrik pengolahan rumput laut menjadi tepung agaragar di PT.

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA HASIL SIMULASI. III, aspek keseluruhan dimulai dari Bab I hingga Bab III, maka dapat ditarik

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA HASIL SIMULASI. III, aspek keseluruhan dimulai dari Bab I hingga Bab III, maka dapat ditarik BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA HASIL SIMULASI Pada bab ini akan dibahs mengenai pengujian control reheat desuperheater yang telah dimodelkan pada matlab sebagaimana yang telah dibahas pada bab III, aspek

Lebih terperinci

BIOGAS DARI KOTORAN SAPI

BIOGAS DARI KOTORAN SAPI ENERGI ALTERNATIF TERBARUKAN BIOGAS DARI KOTORAN SAPI Bambang Susilo Retno Damayanti PENDAHULUAN PERMASALAHAN Energi Lingkungan Hidup Pembangunan Pertanian Berkelanjutan PENGEMBANGAN TEKNOLOGI BIOGAS Dapat

Lebih terperinci

SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN PEMAKAIAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOGAS

SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN PEMAKAIAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOGAS SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN PEMAKAIAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOGAS Oleh : Selly Meidiansari 3308.100.076 Dosen Pembimbing : Ir.

Lebih terperinci

1. Limbah Cair Tahu. Bahan baku (input) Teknologi Energi Hasil/output. Kedelai 60 Kg Air 2700 Kg. Tahu 80 kg. manusia. Proses. Ampas tahu 70 kg Ternak

1. Limbah Cair Tahu. Bahan baku (input) Teknologi Energi Hasil/output. Kedelai 60 Kg Air 2700 Kg. Tahu 80 kg. manusia. Proses. Ampas tahu 70 kg Ternak 1. Limbah Cair Tahu. Tabel Kandungan Limbah Cair Tahu Bahan baku (input) Teknologi Energi Hasil/output Kedelai 60 Kg Air 2700 Kg Proses Tahu 80 kg manusia Ampas tahu 70 kg Ternak Whey 2610 Kg Limbah Diagram

Lebih terperinci

Oleh: Dosen Pembimbingh: Gaguk Resbiantoro. Dr. Melania Suweni muntini

Oleh: Dosen Pembimbingh: Gaguk Resbiantoro. Dr. Melania Suweni muntini Dosen Pembimbingh: Dr. Melania Suweni muntini Oleh: Gaguk Resbiantoro JURUSAN FISIKA Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh NopemberSurabaya 2011 PENDAHULUAN Latar Belakang

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI DAN KOTORAN SAPI DALAM PEMBUATAN BIOGAS MENGGUNAKAN ALAT ANAEROBIC BIODIEGESTER

PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI DAN KOTORAN SAPI DALAM PEMBUATAN BIOGAS MENGGUNAKAN ALAT ANAEROBIC BIODIEGESTER LAPORAN TUGAS AKHIR PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI DAN KOTORAN SAPI DALAM PEMBUATAN BIOGAS MENGGUNAKAN ALAT ANAEROBIC BIODIEGESTER Utilization Of Waste Rice Husk and Cow Manure in Biogas Production Using

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 19 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkebunan kelapa sawit telah menjadi salah satu kegiatan pertanian yang dominan di Indonesia sejak akhir tahun 1990-an. Indonsia memproduksi hampir 25 juta matrik

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Pengendalian Level Pada Steam drum dengan Menggunakan Kontroller PID di PT Indonesia Power Ubp Sub Unit Perak-Grati

Perancangan Sistem Pengendalian Level Pada Steam drum dengan Menggunakan Kontroller PID di PT Indonesia Power Ubp Sub Unit Perak-Grati JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1 Perancangan Sistem Pengendalian Level Pada Steam drum dengan Menggunakan Kontroller PID di PT Indonesia Power Ubp Sub Unit Perak-Grati Rian Apriansyah,

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIOGAS dari LIMBAH PETERNAKAN

PEMBUATAN BIOGAS dari LIMBAH PETERNAKAN PEMBUATAN BIOGAS dari LIMBAH PETERNAKAN Roy Renatha Saputro dan Rr. Dewi Artanti Putri Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jln. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, 50239, Telp/Fax:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan tidak akan jadi masalah jika jumlah yang dihasilkan sedikit. Bahaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan tidak akan jadi masalah jika jumlah yang dihasilkan sedikit. Bahaya 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biogas Biogas menjadi salah satu alternatif dalam pengolahan limbah, khususnya pada bidang peternakan yang setiap hari menyumbangkan limbah. Limbah peternakan tidak akan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Biogas Biogas adalah gas yang terbentuk melalui proses fermentasi bahan-bahan limbah organik, seperti kotoran ternak dan sampah organik oleh bakteri anaerob ( bakteri

Lebih terperinci

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PERMEN

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PERMEN J. Tek. Ling Edisi Khusus Hal. 58-63 Jakarta Juli 2008 ISSN 1441-318X PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PERMEN Indriyati dan Joko Prayitno Susanto Peneliti di Pusat Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian

Lebih terperinci

Ir.Muchammad Ilyas Hs DONY PRASETYA ( ) DOSEN PEMBIMBING :

Ir.Muchammad Ilyas Hs DONY PRASETYA ( ) DOSEN PEMBIMBING : Perancangan Sistem Pengendalian Rasio Aliran Udara dan Bahan Bakar Pada Boiler Di Unit Utilitas PT. Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) Tuban Dengan Menggunakan Sistem Pengendali PID -Fuzzy OLEH

Lebih terperinci

Produksi gasbio menggunakan Limbah Sayuran

Produksi gasbio menggunakan Limbah Sayuran Produksi gasbio menggunakan Limbah Sayuran Bintang Rizqi Prasetyo 1), C. Rangkuti 2) 1). Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas Trisakti E-mail: iam_tyo11@yahoo.com 2) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini masalah sampah menjadi permasalahan yang sangat serius terutama bagi kota-kota besar seperti Kota Bandung salah satunya. Salah satu jenis sampah yaitu sampah

Lebih terperinci

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor. 7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap

Lebih terperinci

Adelia Zelika ( ) Lulu Mahmuda ( )

Adelia Zelika ( ) Lulu Mahmuda ( ) Adelia Zelika (1500020141) Lulu Mahmuda (1500020106) Biogas adalah gas yang terbentuk sebagai hasil samping dari penguraian atau digestion anaerobik dari biomasa atau limbah organik oleh bakteribakteri

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP ph SUBSTRAT NASI DI TANGKI PENGADUKAN TPAD (TEMPERATURE PHASED ANAEROBIC DIGESTION)

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP ph SUBSTRAT NASI DI TANGKI PENGADUKAN TPAD (TEMPERATURE PHASED ANAEROBIC DIGESTION) PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP ph SUBSTRAT NASI DI TANGKI PENGADUKAN TPAD (TEMPERATURE PHASED ANAEROBIC DIGESTION) TEMPERATURE EFFECT ON ph OF RICE SUBSTRATE IN THE TPAD (TEMPERATURE PHASED ANAEROBIC DIGESTION)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia tahun 2014 memproduksi 29,34 juta ton minyak sawit kasar [1], tiap ton minyak sawit menghasilkan 2,5 ton limbah cair [2]. Limbah cair pabrik kelapa sawit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peruraian anaerobik (anaerobic digestion) merupakan salah satu metode

BAB I PENDAHULUAN. Peruraian anaerobik (anaerobic digestion) merupakan salah satu metode BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peruraian anaerobik (anaerobic digestion) merupakan salah satu metode pengolahan limbah secara biologis yang memiliki keunggulan berupa dihasilkannya energi lewat

Lebih terperinci

OPTIMASI PRODUKSI BIOGAS PADA ANAEROBIC DIGESTER BIOGAS TYPE HORIZONTAL BERBAHAN BAKU KOTORAN SAPI DENGAN PENGATURAN SUHU DAN PENGADUKAN

OPTIMASI PRODUKSI BIOGAS PADA ANAEROBIC DIGESTER BIOGAS TYPE HORIZONTAL BERBAHAN BAKU KOTORAN SAPI DENGAN PENGATURAN SUHU DAN PENGADUKAN OPTIMASI PRODUKSI BIOGAS PADA ANAEROBIC DIGESTER BIOGAS TYPE HORIZONTAL BERBAHAN BAKU KOTORAN SAPI DENGAN PENGATURAN SUHU DAN PENGADUKAN Joaquim da Costa, Bambang Sudarmanta Jurusan Teknik Mesin Fakultas

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Universitas Indonesia. Pemodelan dan..., Yosi Aditya Sembada, FT UI

BAB 2 DASAR TEORI. Universitas Indonesia. Pemodelan dan..., Yosi Aditya Sembada, FT UI BAB 2 DASAR TEORI Biodiesel adalah bahan bakar alternatif yang diproduksi dari sumber nabati yang dapat diperbaharui untuk digunakan di mesin diesel. Biodiesel mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan

Lebih terperinci

Bambang Pramono ( ) Dosen pembimbing : Katherin Indriawati, ST, MT

Bambang Pramono ( ) Dosen pembimbing : Katherin Indriawati, ST, MT PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN BERPENGAWASAN PADA AERATION BASIN DENGAN TEKNIK CUMULATIVE OF SUM (CUSUM) Bambang Pramono (2408100057) Dosen pembimbing : Katherin Indriawati, ST, MT Aeration basin Aeration

Lebih terperinci

PERANCANGAN PID SEBAGAI PENGENDALI ph PADA CONTINUOUS STIRRED TANK REACTOR (CSTR)

PERANCANGAN PID SEBAGAI PENGENDALI ph PADA CONTINUOUS STIRRED TANK REACTOR (CSTR) PERANCANGAN PID SEBAGAI PENGENDALI ph PADA CONTINUOUS STIRRED TANK REACTOR (CSTR) Fihir, Hendra Cordova Jurusan Teknik Fisika Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS

Lebih terperinci

Pembuatan Biogas dari Sampah Sayur Kubis dan Kotoran Sapi Making Biogas from Waste Vegetable Cabbage and Cow Manure

Pembuatan Biogas dari Sampah Sayur Kubis dan Kotoran Sapi Making Biogas from Waste Vegetable Cabbage and Cow Manure Pembuatan Biogas dari Sampah Sayur Kubis dan Kotoran Sapi Making Biogas from Waste Vegetable Cabbage and Cow Manure Sariyati Program Studi DIII Analis Kimia Fakultas Teknik Universitas Setia Budi Surakarta

Lebih terperinci

ANALISIS PERAN LIMBAH CAIR TAHU DALAM PRODUKSI BIOGAS

ANALISIS PERAN LIMBAH CAIR TAHU DALAM PRODUKSI BIOGAS 16-159 ANALISIS PERAN LIMBAH CAIR TAHU DALAM PRODUKSI BIOGAS Amaliyah Rohsari Indah Utami, Triwikantoro, Melania Suweni Muntini IT TELKOM Bandung, ITS Surabaya, ITS Surabaya E-mail : amaliyahriu@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III DINAMIKA PROSES

BAB III DINAMIKA PROSES BAB III DINAMIKA PROSES Tujuan Pembelajaran Umum: Setelah membaca bab ini diharapkan mahasiswa dapat memahami Dinamika Proses dalam Sistem Kendali. Tujuan Pembelajaran Khusus: Setelah mengikuti kuiah ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan zaman, ketergantungan manusia terhadap energi sangat tinggi. Sementara itu, ketersediaan energi fosil yang ada di bumi semakin menipis. Bila hal

Lebih terperinci

PENGENDALI TEMPERATUR FLUIDA PADA HEAT EXCHANGER DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN PREDIKTIF

PENGENDALI TEMPERATUR FLUIDA PADA HEAT EXCHANGER DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN PREDIKTIF PENGENDALI TEMPERATUR FLUIDA PADA HEAT EXCHANGER DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN PREDIKTIF Rr.rahmawati Putri Ekasari, Rusdhianto Effendi AK., Eka Iskandar Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN KOTORAN AYAM DAN MIKROORGANISME M-16 PADA PROSES PENGOMPOSAN SAMPAH KOTA SECARA AEROBIK

PENGARUH PENAMBAHAN KOTORAN AYAM DAN MIKROORGANISME M-16 PADA PROSES PENGOMPOSAN SAMPAH KOTA SECARA AEROBIK Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 26 PENGARUH PENAMBAHAN KOTORAN AYAM DAN MIKROORGANISME M-16 PADA PROSES PENGOMPOSAN SAMPAH KOTA SECARA AEROBIK Riskha Septianingrum dan Ipung Fitri Purwanti purwanti@enviro.its.ac.id

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SELF TUNING PID KONTROL PH DENGAN METODE PENCARIAN AKAR PERSAMAAN KARAKTERISTIK

RANCANG BANGUN SELF TUNING PID KONTROL PH DENGAN METODE PENCARIAN AKAR PERSAMAAN KARAKTERISTIK RANCANG BANGUN SELF TUNING PID KONTROL PH DENGAN METODE PENCARIAN AKAR PERSAMAAN KARAKTERISTIK JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Rancang Bangun Self Tuning PID Kontrol ph Dengan Metode

Lebih terperinci

SNTMUT ISBN:

SNTMUT ISBN: PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK (BUAH - BUAHAN) PASAR TUGU MENJADI BIOGAS DENGAN MENGGUNAKAN STARTER KOTORAN SAPI DAN PENGARUH PENAMBAHAN UREA SECARA ANAEROBIK PADA REAKTOR BATCH Cici Yuliani 1), Panca Nugrahini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara produsen minyak dunia. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara produsen minyak dunia. Meskipun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara produsen minyak dunia. Meskipun mempunyai sumber daya minyak melimpah, Indonesia masih kesulitan untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis energi yang terjadi secara global sekarang disebabkan oleh ketimpangan antara konsumsi dan sumber energi yang tersedia. Sumber energi fosil yang semakin langka

Lebih terperinci

Rancang Bangun Self Tuning PID Kontrol ph Dengan Metode Pencarian Akar Persamaan Karakteristik

Rancang Bangun Self Tuning PID Kontrol ph Dengan Metode Pencarian Akar Persamaan Karakteristik JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Rancang Bangun Self Tuning PID Kontrol ph Dengan Metode Pencarian Akar Persamaan Karakteristik Muhammad Riza Alaydrus, Hendra Cordova ST, MT. Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hewani yang sangat dibutuhkan untuk tubuh. Hasil dari usaha peternakan terdiri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hewani yang sangat dibutuhkan untuk tubuh. Hasil dari usaha peternakan terdiri 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Peternakan Usaha peternakan sangat penting peranannya bagi kehidupan manusia karena sebagai penghasil bahan makanan. Produk makanan dari hasil peternakan mempunyai

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA DIGESTER BIOGAS BERDASARKAN PARAMETER OKSIGEN BIOGAS DIGESTER PERFORMANCE ANALYSIS BASED ON OXYGEN PARAMETER

ANALISIS KINERJA DIGESTER BIOGAS BERDASARKAN PARAMETER OKSIGEN BIOGAS DIGESTER PERFORMANCE ANALYSIS BASED ON OXYGEN PARAMETER ANALISIS KINERJA DIGESTER BIOGAS BERDASARKAN PARAMETER OKSIGEN BIOGAS DIGESTER PERFORMANCE ANALYSIS BASED ON OXYGEN PARAMETER Pijar Ramanda Meliala 1, Amaliyah Rohsari indah utami 2, Ahmad Qurthobi 3 1,2,3

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Statistik (2015), penduduk Indonesia mengalami kenaikan sebesar 1,4 %

BAB I. PENDAHULUAN. Statistik (2015), penduduk Indonesia mengalami kenaikan sebesar 1,4 % BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk yang semakin meningkat pada setiap tahunnya.berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (2015),

Lebih terperinci

ISTILAH-ISTILAH DALAM SISTEM PENGATURAN

ISTILAH-ISTILAH DALAM SISTEM PENGATURAN ISTILAH-ISTILAH DALAM SISTEM PENGATURAN PENGANTAR Sistem pengaturan khususnya pengaturan otomatis memegang peranan yang sangat penting dalam perkembangan ilmu dan teknologi. Dalam bahasan ini, akan diberikan

Lebih terperinci

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013 Sejarah Biogas BIOGAS (1770) Ilmuwan di eropa menemukan gas di rawa-rawa. (1875) Avogadro biogas merupakan produk proses anaerobik atau proses fermentasi. (1884) Pasteur penelitian biogas menggunakan kotoran

Lebih terperinci

PERANCANGAN AUTOMATIC BACKWASH PADA TANGKI SAND FILTER DI IPA I PDAM GRESIK (Nur Rahmah Awaliyah; Dr. Ir.Totok Soehartanto, DEA)

PERANCANGAN AUTOMATIC BACKWASH PADA TANGKI SAND FILTER DI IPA I PDAM GRESIK (Nur Rahmah Awaliyah; Dr. Ir.Totok Soehartanto, DEA) PERANCANGAN AUTOMATIC BACKWASH PADA TANGKI SAND FILTER DI IPA I PDAM GRESIK (Nur Rahmah Awaliyah; Dr. Ir.Totok Soehartanto, DEA) Program Studi S-1 Teknik Fisika Fakultas Teknologi Industri - Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biogas Biogas adalah campuran gas yang dihasilkan oleh bakteri metanogenik apabila bahan organik mengalami proses fermentasi dalam reaktor (fermentor) dalam kondisi anaerob

Lebih terperinci

Muhammad Ilham Kurniawan 1, M. Ramdlan Kirom 2, Asep Suhendi 3 Prodi S1 Teknik Fisika, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom

Muhammad Ilham Kurniawan 1, M. Ramdlan Kirom 2, Asep Suhendi 3 Prodi S1 Teknik Fisika, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.3 Desember 217 Page 3977 Muhammad Ilham Kurniawan 1, M. Ramdlan Kirom 2, Asep Suhendi 3 Prodi S1 Teknik Fisika, Fakultas Teknik Elektro, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan penduduk kota sekarang ini semakin pesat, hal ini berbanding

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan penduduk kota sekarang ini semakin pesat, hal ini berbanding 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk kota sekarang ini semakin pesat, hal ini berbanding lurus dengan sampah yang dihasilkan oleh penduduk kota. Pada data terakhir bulan November

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH LEVEL SUBSTRAT PADA DIGESTER ANAEROB SKALA LABORATORIUM TERHADAP PRODUKSI METANA

ANALISIS PENGARUH LEVEL SUBSTRAT PADA DIGESTER ANAEROB SKALA LABORATORIUM TERHADAP PRODUKSI METANA ANALISIS PENGARUH LEVEL SUBSTRAT PADA DIGESTER ANAEROB SKALA LABORATORIUM TERHADAP PRODUKSI METANA ANALYSIS OF SUBSTRATE LEVEL INFLUENCE ON ANAEROBIC DIGESTER SCALE LABORATORY FOR METHANE PRODUCTION Rais

Lebih terperinci

DESAIN KONTROL PID UNTUK MENGATUR KECEPATAN MOTOR DC PADA ELECTRICAL CONTINUOUSLY VARIABLE TRANSMISSION (ECVT)

DESAIN KONTROL PID UNTUK MENGATUR KECEPATAN MOTOR DC PADA ELECTRICAL CONTINUOUSLY VARIABLE TRANSMISSION (ECVT) DESAIN KONTROL PID UNTUK MENGATUR KECEPATAN MOTOR DC PADA ELECTRICAL CONTINUOUSLY VARIABLE TRANSMISSION (ECVT) Oleh : Raga Sapdhie Wiyanto Nrp 2108 100 526 Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Bambang Sampurno,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan utama yang diperlukan adalah limbah padat pertanian berupa jerami padi dari wilayah Bogor. Jerami dikecilkan ukuranya (dicacah) hingga + 2 cm. Bahan lain

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SENSOR KAPASITIF DALAM SISTEM KONTROL KADAR ETANOL

IMPLEMENTASI SENSOR KAPASITIF DALAM SISTEM KONTROL KADAR ETANOL TE 091399 IMPLEMENTASI SENSOR KAPASITIF DALAM SISTEM KONTROL KADAR ETANOL Peter Chondro 2210100136 Dosen Pembimbing: Dr. M. Rivai, ST., MT. Suwito, ST., MT. Bidang Studi Elektronika Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA PROSES CO2 REMOVAL PADA KOLOM STRIPPER DI PABRIK AMONIAK UNIT 1 PT. PETROKIMIA GRESIK

ANALISIS KINERJA PROSES CO2 REMOVAL PADA KOLOM STRIPPER DI PABRIK AMONIAK UNIT 1 PT. PETROKIMIA GRESIK ANALISIS KINERJA PROSES CO2 REMOVAL PADA KOLOM STRIPPER DI PABRIK AMONIAK UNIT 1 PT. PETROKIMIA GRESIK OLEH : NANDA DIAN PRATAMA 2412105013 DOSEN PEMBIMBING : TOTOK RUKI BIYANTO, PHD IR. RONNY DWI NORIYATI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini adalah perlunya usaha untuk mengendalikan akibat dari peningkatan timbulan

BAB I PENDAHULUAN. ini adalah perlunya usaha untuk mengendalikan akibat dari peningkatan timbulan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk memberikan efek negatif, salah satunya adalah terjadinya peningkatan timbulan sampah. Konsekuensi dari permasalahan ini adalah perlunya

Lebih terperinci

FUZZY LOGIC UNTUK KONTROL MODUL PROSES KONTROL DAN TRANSDUSER TIPE DL2314 BERBASIS PLC

FUZZY LOGIC UNTUK KONTROL MODUL PROSES KONTROL DAN TRANSDUSER TIPE DL2314 BERBASIS PLC FUZZY LOGIC UNTUK KONTROL MODUL PROSES KONTROL DAN TRANSDUSER TIPE DL2314 BERBASIS PLC Afriadi Rahman #1, Agus Indra G, ST, M.Sc, #2, Dr. Rusminto Tjatur W, ST, #3, Legowo S, S.ST, M.Sc #4 # Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkurangnya cadangan sumber energi dan kelangkaan bahan bakar minyak yang terjadi di Indonesia dewasa ini membutuhkan solusi yang tepat, terbukti dengan dikeluarkannya

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE MULTIVARIATE CUMULATIVE SUM

IMPLEMENTASI METODE MULTIVARIATE CUMULATIVE SUM IMPLEMENTASI METODE MULTIVARIATE CUMULATIVE SUM (MCUSUM) UNTUK STRATEGI PENGAWASAN SISTEM KONTROL PREDIKTIF PADA BIOREAKTOR ANAEROB (Hartono Sugiharto, Katherin Indriawati) Jurusan Teknik Fisika, Fakultas

Lebih terperinci

ISTILAH ISTILAH DALAM SISTEM PENGENDALIAN

ISTILAH ISTILAH DALAM SISTEM PENGENDALIAN ISTILAH ISTILAH DALAM SISTEM PENGENDALIAN PENGANTAR Sistem pengendalian khususnya pengendalian otomatis memegang peranan yang sangat penting dalam perkembangan ilmu dan teknologi. Dalam bahasan ini, akan

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN LEVEL DAN INTERLOCK STEAM DRUM DENGAN DUA ELEMEN KONTROL DI PT. INDONESIA POWER UBP SUB UNIT PERAK.

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN LEVEL DAN INTERLOCK STEAM DRUM DENGAN DUA ELEMEN KONTROL DI PT. INDONESIA POWER UBP SUB UNIT PERAK. PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN LEVEL DAN INTERLOCK STEAM DRUM DENGAN DUA ELEMEN KONTROL DI PT. INDONESIA POWER UBP SUB UNIT PERAK. Seminar Oleh : Wahid Abdurrahman 2409 105 006 Pembimbing : Hendra Cordova

Lebih terperinci

PERANCANGAN, PEMBUATAN, DAN PENGUJIAN ALAT PEMURNIAN BIOGAS DARI PENGOTOR H2O DENGAN METODE PENGEMBUNAN (KONDENSASI)

PERANCANGAN, PEMBUATAN, DAN PENGUJIAN ALAT PEMURNIAN BIOGAS DARI PENGOTOR H2O DENGAN METODE PENGEMBUNAN (KONDENSASI) PERANCANGAN, PEMBUATAN, DAN PENGUJIAN ALAT PEMURNIAN BIOGAS DARI PENGOTOR H2O DENGAN METODE PENGEMBUNAN (KONDENSASI) Rizky Rachman 1,a, Novi Caroko 1,b, Wahyudi 1,c Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

Sedangkan untuk hasil perhitungan dengan parameter tuning PID diperoleh :

Sedangkan untuk hasil perhitungan dengan parameter tuning PID diperoleh : 4.2 Self Tuning PID Controller Untuk lebih memaksimalkan fungsi controller maka perlu dilakukan tuning lebih lanjut terhadap parameter PID pada controller yaitu pada nilai PB, Ti, dan Td. Seperti terlihat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri sawit merupakan salah satu agroindustri sangat potensial di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Industri sawit merupakan salah satu agroindustri sangat potensial di Indonesia 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri sawit merupakan salah satu agroindustri sangat potensial di Indonesia dengan jumlah produksi pada tahun 2013 yaitu sebesar 27.746.125 ton dengan luas lahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi beberapa dekade akhir ini mengakibatkan bahan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi beberapa dekade akhir ini mengakibatkan bahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis energi yang terjadi beberapa dekade akhir ini mengakibatkan bahan bakar utama berbasis energi fosil menjadi semakin mahal dan langka. Mengacu pada kebijaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada Bab berikut ini akan dijabarkan mengenai latar belakang, permasalahan, pendekatan masalah yang diambil, tujuan dan manfaat yang akan dicapai,beserta sistematika laporan dari penelitian

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi awal blotong dan sludge pada penelitian pendahuluan menghasilkan komponen yang dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Karakteristik blotong dan sludge yang digunakan

Lebih terperinci

PENGARUH RESIRKULASI LINDI TERHADAP POTENSI PRODUKSI GAS METAN (CH 4 )

PENGARUH RESIRKULASI LINDI TERHADAP POTENSI PRODUKSI GAS METAN (CH 4 ) PENGARUH RESIRKULASI LINDI TERHADAP POTENSI PRODUKSI GAS METAN (CH 4 ) Ika Bagus Priyambada 1, M. Arief Budiharjo 1, dan Juwita Aprianti 2 1 Program Studi Teknik Lingkungan FT UNDIP, Jl. Prof. H. Sudarto,

Lebih terperinci