IMPLEMENTASI METODE MULTIVARIATE CUMULATIVE SUM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IMPLEMENTASI METODE MULTIVARIATE CUMULATIVE SUM"

Transkripsi

1 IMPLEMENTASI METODE MULTIVARIATE CUMULATIVE SUM (MCUSUM) UNTUK STRATEGI PENGAWASAN SISTEM KONTROL PREDIKTIF PADA BIOREAKTOR ANAEROB (Hartono Sugiharto, Katherin Indriawati) Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Keputih Sukolilo Surabaya ABSTRAK Kebutuhan akan sumber energi alternatif semakin mendesak. Bioreaktor anaerob dapat mengolah limbah untuk menghasilkan gas metan sebagai salah satu sumber energi alternatif. Namun plant bioreaktor adalah sebuah sistem yang memiliki banyak variabel yang berpengaruh pada prosesnya. Salah satunya adalah kandungan Volatile Fatty Acid (VFA) dalam limbahnya. Kenaikan kandungan VFA dapat menyebabkan laju gas metan yang dihasilkan meningkat namun juga menyebabkan ph sistem turun yang dapat berdampak pada kestabilan sistem. Melihat fenomena tersebut maka pada tugas akhir ini telah dibuat suatu strategi pengawasan untuk mengoptimalkan laju gas metan dan tetap berusaha menjaga kestabilannya dengan cara melakukan perubahan set point secara otomatis. Dalam pembuatan strategi pengawasan memanfaatkan grafik kontrol MCUSUM yang mengolah data multivariate dari ph sistem dan laju gas metan. Dari hasil simulasi dihasilkan peningkatan produksi gas metan sebesar mmol/liter atau 24.11%. Dari yang sebelumnya sebesar mmol/liter menjadi mmol/ liter. Kata kunci: bioreaktor anaerob, Volatile Fatty Acid (VFA), strategi pengawasan, MCUSUM, perubahan set point, laju metan gas I PENDAHULUAN Sistem bioreaktor anaerob merupakan sistem yang komplek dan mudah menjadi tidak stabil akibat gangguan dari luar. Bioreaktor anaerob sendiri merupakan suatu proses biologi yang mengubah substrat atau limbah organik menjadi gas metan (CH 4 ) dan karbondioksida (CO 2 ). Salah satu tujuan dari bioreaktor adalah untuk memaksimalkan laju gas metan yang dihasilkan, yang dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif. Sistem ini dipengaruhi oleh banyak variabel baik pada inputannya, semisal jumlah substrat organik dan perubahan temperatur, maupun pada variabel outputnya, semisal laju aliran gas metan ataupun gas karbondioksida. Salah satu gangguan yang menjadi perhatian pada bioreaktor adalah konsentrasi Volatile Fatty Acids (VFA) yang terdapat secara alami pada limbah organik. Peningkatan konsentrasi VFA menyebabkan laju gas metan yang dihasilkan meningkat sesaat, namun disisi lain menyebabkan ph sistem turun. ph sistem yang turun dapat menyebabkan sistem tidak stabil, bahkan pada kondisi terburuk dapat menyebabkan kondisi kematian pada mikroba dalam bioreaktor atau yang dikenal dengan kondisi washout. Dalam rangka memperoleh laju gas metan yang maksimum, maka efek dari perubahan konsentrasi VFA dapat dimanfaatkan untuk mengoptimalkan laju gas metan dengan cara melakukan perubahan set point pada bioreaktor. Sistem kontrol prediktif adalah sistem kontrol yang dapat memprediksi proses sampai beberapa langkah ke depan sehingga dapat menentukan sinyal kontrol sepanjang waktu tertentu. Sistem kontrol yang seperti ini cocok digunakan untuk mengontrol suatu sistem MIMO yang melibatkan beberapa variabel proses yang saling berinteraksi seperti halnya pada bioreaktor. Sistem kontrol prediktif juga memungkinkan perubahan set point dilakukan secara otomatis Untuk melakukan perubahan set point maka diperlukan suatu strategi pengawasan untuk mengetahui apakah sistem berada dalam kondisi stabil ataukah tidak. Salah satu teknik pengawasan yang umum digunakan adalah Statistic Process Control (SPC), dimana tujuan utama SPC disini adalah untuk menentukan apakah suatu sistem berada dalam kondisi terkontrol secara statistik atau tidak. Dalam penerapan SPC untuk sistem yang bersifat MIMO seperti plant bioreaktor ini, maka akan lebih efektif jika menggunakan Multivariate Statistic Process Control (MSPC). Dimana salah satu grafik kontrol yang terdapat pada MSPC adalah Multivariate Cumulative Sum (MCUSUM) yang bekerja dengan tidak hanya memperhatikan kondisi saat ini, namun juga memperhatikan kondisi sebelumnya. Dari paparan latar belakang di atas, maka permasalahan yang diangkat dalam tugas akhir ini adalah bagaimana merancang algoritma strategi pengawasan untuk sistem Generalized Predictive Control (GPC) dalam rangka mengoptimalkan laju gas metan pada bioreaktor anaerob dengan menggunakan grafik kontrol MCUSUM. 1

2 Sehingga tujuan dari tugas akhir ini adalah dapat merancang algoritma strategi pengawasan berdasarkan Multivariate Cumulative Sum (MCUSUM) yang berfungsi untuk mengoptimalkan laju gas metan pada proses Bioreaktor Anaerob (MIMO) dengan tetap menjaga kestabilan sistemnya. Beberapa batasan masalah yang terdapat pada tugas akhir kali ini adalah: 1. Plant yang digunakan ialah simulator plant bioreaktor anaerob yang kontinyu untuk mengolah limbah Venasse. 2. Variabel yang dimonitor ialah laju aliran gas metan dan ph 3. Data yang digunakan untuk membangun strategi pengawasan SPC adalah data hasil simulasi model bioreaktor Algoritma sistem kontrol prediktif yang digunakan adalah Generalized Predictive Control (GPC) hasil penelitian dari Katherin Indriawati (2009). II. TEORI DASAR 2.1 Bioreaktor Anaerob Bioreaktor anaerob merupakan suatu tangki yang efektif untuk mengolah limbah organik pada industri, dimana hasil samping dari pengolahan limbah ini berupa gas metan (CH 4 ). Proses pada bioreaktor ini dengan memanfaatkan aktifitas dari mikroorganisme pada lingkungan tanpa udara (anaerob). Mikroorganisme dapat tumbuh dengan mengkonsumsi nutrisi atau substrat yang tersedia, pada kondisi lingkungan (temperatur, ph) yang mendukung. Substrat disini dapat berupa limbah organik. Proses yang terjadi di dalam bioreaktor anaerob adalah proses fermentasi limbah oleh mikrorganisme dan dapat pula disebut sebagai anaerobic digestion (pencernaan anaerob). Proses fermentasi merupakan proses degradasi suatu komponen menjadi komponen lain yang berbeda sifat secara kimia dan fisika yang diakibatkan kinerja dari mikroorganisme. Anaerobic digestion (AD) juga dapat didefinisikan sebagai konversi bahan organik menjadi gas metan, karbon dioksida, dan lumpur melalui penggunaan bakteri dalam lingkungan yang oksigennya banyak dikurangi. Dapat pula dikatakan bahwa AD adalah proses penguraian senyawa organik menjadi komponen kimia yang lebih sederhana tanpa menggunakan oksigen. Tahapan fermentasi pada bioreaktor anaerob dapat dikelompokkan menjadi empat tahapan proses, yaitu hidrolisis, acidogenesis, acetogenesis, dan metanogenesis. Deskripsi dari masing-masing proses dapat direpresentasikan seperti gambar dibawah. Gambar 1. Skema fermentasi bioreaktor [Beteau, 1996] anaerob Fase Hidrolisis Pada tahap ini, bakteri anaerob mengubah senyawa komplek organik yang tidak larut, misalnya selulosa, lignin, lipid dan protein menjadi molekul terlarut seperti asam lemak, asam amino, dan glukosa. Fase hidrolitik relatif lambat dan terbatas untuk limbah selulosa mentah, yang mengandung lignin. Karena alasan itulah limbah kayu biasanya tidak diproses secara anaerob. Monomer ini siap dipakai oleh bakteri acidogenic di kelompok berikutnya. Fase Acidogenesis Pada tahapan ini soluble monomers akan diabsorpsi dan diubah menjadi asam asetat, asam puryvic, asam butyric dan asam propianat. Fase Acetogenesis Pada tahap ini, bakteri acetogenic mengubah produk dari tahap pertama yaitu asam lemak dan alkohol menjadi asam organik sederhana, karbon dioksida dan hidrogen. Asam-asam yang dihasilkan antara lain asam asetat, asam butirat, asam propionat, dan etanol. Produk yang dihasilkan dari tahap ini bervariasi tergantung jenis bakteri dan kondisi lingkungan, seperti suhu dan ph. Transisi substrat dari bahan organik menjadi asam organik menyebabkan ph sistem turun. Hal ini menguntungkan bagi bakteri acidogenic dan acetagenic yang cocok pada lingkungan yang sedikit asam, yaitu dengan ph 4,5 5,5 dan tidak terlalu sensitif terhadap perubahan aliran feed masuk. 2

3 Fase Metanogenesis Pada proses metanogenesis atau fermentasi metana, bakteri yang biasanya terdapat di sedimen atau di rumen herbivora mengubah bahan yang larut menjadi metana. Metana diproduksi oleh bakteri pembentuk metana dalam dua cara, antara lain dengan memecah molekul asam asetat untuk membentuk karbon dioksida dan metana, atau reduksi karbon dioksida oleh hidrogen. Kira-kira 2/3 metana didapat dari konversi asetat dan 1/3 dari hasil reduksi karbon dioksida oleh hidrogen. Tahap pembentukan gas metana dilakukan dengan suatu konsorsium bakteri anaerob yang sangat spesifik dalam hal konsumsi substrat, reproduksi, pertumbuhan dan kondisi lingkungan. Dengan demikian pada tahap ini diperlukan waktu untuk membentuk gas metana dari asam yang sudah terbentuk. Sejumlah spesies bakteri akan terlibat di dalam konversi organik kompleks menjadi gas metana. Untuk mempertahankan sistem dalam keadaan anaerobic, yang akan menstabilkan limbah organik secara efisien, bakteri metanogenesis dan nonmetanogenesis harus dalam kesetimbangan dinamik. Untuk menciptakan kondisi demikian, reaktor semestinya tanpa oksigen terlarut dan sulfide. ph juga harus dijaga dalam rentan dan alkalinity harus cukup untuk menjamin ph tidak akan turun dibawah 6.2. Diantara keempat tahap yang ada : hydrolisis, acidogenesis, acetogenesis, dan metanogenesis, tahapan metanogenesis adalah tahap yang paling lambat. Pada tahapan metanogenesis penurunan asam asetat (acetat acids) menjadi gas metana (CH 4 ) memerlukan waktu yang lama, sehingga jika terjadi fluktuasi yang berlebihan dari substrat yang masuk kedalam bioreaktor maka akan dapat mengganggu kestabilan proses. Banyaknya fluktuasi substrat yang masuk pada kondisi tertentu dapat menyebakan kematian bakteri, peristiwa inilah yang disebut fenomena pencucian bioreactor (wash-out). 2.2 Multivariate Statistical Process Control (MSPC) Statistical process control (SPC) adalah suatu teknik yang digunakan untuk mengevaluasi performansi suatu proses. Salah satu perangkat SPC yang sering digunakan adalah grafik kontrol. Pada proses kontinu, seperti di industri kimia, grafik kontrol yang digunakan umumnya adalah grafik individual moving range (MR) (Mamzic,1995), yang merupakan salah satu jenis grafik kontrol Shewhart. Jika sebuah proses tidak terkontrol secara statistik, distribusi output akan bervariasi dari waktu ke waktu. Distribuasi output proses merupakan variabel dan tidak dapat diprediksi. Pada kasus ini, proses dipengaruhi tidak hanya oleh variasi sebab alami, tetapi juga oleh variasi sebab khusus (special/assignable cause variation). Variasi ini disebabkan oleh penyebab non random. Jika diketahui penyebab variasi sebab khusus mempengaruhi proses, penyebab ini harus diidentifikasi dan dieliminasi agar kondisi terkontrol secara statistik dapat dipertahankan. Pada SPC, tujuan utama adalah menentukan apakah suatu sistem berada pada kondisi terkontrol secara statistik atau tidak. Jika tidak, kondisi tersebut harus dicapai dengan mengeliminasi variasi sebab khusus. Oleh karena itu, proses harus dimonitor dan penanganan harus dilakukan sesegera mungkin jika proses terdeteksi bergerak ke kondisi tidak terkontrol (out of statistical control). Namun SPC hanya digunakan pada kasus yang diamati dipandang sebagai univariate, yang berarti menggunakan asumsi hanya ada satu variabel output proses yang diamati. Pada kenyataannya kebanyakan proses monitoring ataupun kontrol melibatkan beberapa variabel yang saling berhubungan. Menerapkan SPC untuk setiap variabel yang berhubungan tidaklah efisien, dan dapat menyebabkan kesimpulan yang salah (Montgomery, 1996). Oleh karenanya perlu diterapkan SPC yang memperhitungkan antara variabel-variabel yang saling berhubungan, yaitu Multivariate Statistic Process Control (MSPC). MSPC ini menyederhanakan proses yang rumit dengan banyak variabel menjadi lebih sederhana. Untuk sekarang MSPC ini telah diaplikasikan dalam bidang science, matematik, kedokteran, precess kimia,dan biologi. Seperti halnya pada SPC, maka semua jenis grafik kontrol yang ada di SPC setelah dikembangkan juga terdapat pada MSPC. Sehingga pada MSPC dikenal beberapa grafik kontrol seperti multivariate Shewhart, multivariate CUSUM, dan multivariate EWMA. Skema kontrol MCUSUM memonitor kejadian kumulatif dari penyimpangan atau pergeseran proses dengan menggunakan jumlah deviasi dari pengamatan terhadap suatu titik referensi. Skema MCUSUM dapat langsung mendeteksi pergeseran yang sedang besarnya (dalam orde 1 ), bahkan melebihi kemampuan pendekatan metode Shewhart. Pada MCUSUM, deviasi kumulatif dari target diperiksa apakah tetap berada dalam batas yang ditentukan atau tidak. Karena deviasi adalah kumulatif, CUSUM mampu mendeteksi deviasi yang sangat kecil lebih cepat. Cara CUSUM kedua yang diusulkan oleh Crosier adalah CUSUM vector. Nilai vector dapat diperoleh dengan mengganti nilai besaran scalar dari univariate CUSUM dengan vector yang diberikan sebagai berikut (1) dimana 3

4 dan. Cara ini menghasilkan sinyal jika yang dipilih berdasarkan nilai ARL in-kontrol yang telah tersedia lewat simulasi. Melihat fakta bahwa performa ARL dari grafik ini tergantung pada non-centrality parameter, Crosier merekomendasikan bahwa nilai. Kedua CUSUM yang diusulkan oleh Crosier memungkinkan penggunanya menggunakan perbaikan peningkatan dari CUSUM sebelumnya. Diantara metode CUSUM yang diusulkan oleh Crosier, metode yang berdasarkan nilai vektor memilki performa ARL yang lebih baik dibanding metode skalar. Suatu sinyal pada CUSUM tidak berarti proses menghasilkan produk yang buruk, tetapi lebuh sering berarti suatu aksi harus segera diambil sehingga proses tersebut tidak menghasilkan produk yang buruk (Lucas, 1985). III. METODOLOGI PENELITIAN Secara umum untuk strategi pengawasan pada sistem bioreaktor anaerob dapat dilihat seperti pada diagram alir berikut: 3.1 Pembuatan Grafik Kontrol Multivariate Cumulative Sum (MCUSUM) Dalam tugas akhir ini digunakan grafik kontrol MCUSUM seperti pertama kali diusulkan oleh Crosier (1988). Cara MCUSUM kedua yang diusulkan oleh Crosier ini adalah CUSUM vektor. Nilai vektor dapat diperoleh dengan mengganti nilai besaran skalar dari univariat CUSUM dengan vector yang diberikan sebagai seperti pada persamaan (1). Data yang digunakan dalam grafik kontrol MCUSUM ini adalah ph dan laju gas metan keluaran dari simulator bioreaktor anaerob. Dimana kedua variabel diatas adalah proses variabel (PV) pada plant. Simulator tersebut adalah hasil pemodelan bioreaktor bersifat kontinyu, yaitu limbah organic secara terus menerus masuk ke dalam bioreaktor. Pemodelan bioreaktor tersebut berdasarkan pada persamaan yang diperoleh dari studi literatur. Dalam tugas akhir ini nilai disini diambil dari data kedua proses variabel (PV) sepanjang waktu berjalan. Nilai untuk ph adalah konstan sebesar tujuh sedangkan untuk laju gas metan diambil mengikuti dari nilai set point yang berubah-rubah sepanjang waktu. Sedangkan untuk penentuan nilai digunakan sebesar delta kali besar deviasi dibagi dua seperti yang direkomendasikan Crosier (1988). Dimana delta yang digunakan disini adalah sebesar dua. Disini berarti pergeseran pada rerata proses sebesar satu kali deviasi atau lebih dapat dideteksi secara langsung. Gambar 2 Diagran alir rancangan strategi pengawasan Gambar 3 Subsystem Simulink untuk MCUSUM. Sinyal grafik kontrol akan menunjukkan kondisi out of control ketika nilai yang didapat melebihi nilai h. sendiri adalah sebuah bilangan hasil T statistic dari masing-masing variabel yang 4

5 diamati yaitu antara ph dan laju gas metan pada sistem. Nilai h disini ditentukan melalui uji coba simulasi berulang-ulang didapatkan nilai sebesar limabelas. Dimana nilai yang cukup tinggi disini mengingat bahwa nantinya pola perubahan yang tampak pada grafik kontrol MCUSUM ini, yang diakibatkan oleh perubahan keadaan konsentrasi VFA atau pun Zin akan digunakan untuk strategi pengawasan. Jika digunakan nilai h yang relatif kecil maka bukan tidak mungkin pola tersebut akan tereduksi terlebih dulu sehingga tidak dapat dimanfaatkan. 3.2 Pembuatan Strategi Pengawasan Strategi pengawasan disini digunakan untuk menghasilkan perubahan set point sehingga didapat laju gas metan yang lebih optimal. Algoritma perubahan set point dibuat berdasarkan laju gas metan yang dihasilkan sistem. Hal ini dikarenakan hanya set point dari laju gas metan saja yang akan dirubahrubah. Data laju gas metan yang dihasilkan dimasukkan dalam persamaan CUSUM baik untuk yang menghasilkan perubahan set point naik maupun yang menghasilkan perubahan set point turun. Hasil dari algoritma ini akan berupa sinyal referensi tracking set point yang dapat bertambah (naik) ataupun berkurang (turun) menyesuaikan dengan laju gas metan yang dihasilkan bioreaktor yang dipengaruhi oleh kandungan alami dari limbah yang masuk. Dalam penelitian tugas akhir ini kandungan alami yang diasumsikan mengalami perubahan adalah Volatile fatty acid (VFA) dan alkalinitas total limbah. Keluaran dari algoritma perubahan set point belum dapat langsung digunakan secara maksimal untuk perubahan set point. Hal ini mengingat perlu diperhatikannya juga kestabilan sistem, karena bukan tidak mungkin penggunaan langsung dari algoritma tersebut membuat kondisi sistem menjadi tidak stabil atau kurang baik dalam mencapai tujuan menghasilkan laju gas metan yang optimal. Oleh karena itu algoritma tersebut harus dipadukan dengan hasil dari grafik kontrol MCUSUM. Logika strategi pengawasan yang digunakan adalah jika (if) hasil MCUSUM berada dalam kondisi diluar batas tertentu dan (and) pada saat itu juga algoritma perubahan setpoint terdapat perubah set point maka (then) nilai perubahan setpoint tersebut diijinkan untuk dilakukan. Sedang jika tidak diijinkan (else) maka tidak akan terjadi perintah perubahan set point. 3.3 Implementasi Strategi Pengawasan Untuk mengetahui efek dari implementasi Strategi pengawasan maka dalam tugas akhir ini dilakukan beberapa kondisi pengujian. Namun sebelumnya juga dilakukan pengujian sistem plant bioreaktor untuk keadaan open loop. Hal ini untuk menunjukkan beberapa hal, diantaranya kondisi stabil dan kondisi tidak stabil dari bioreaktor sebagai akibat perubahan variabel yang dimanipulasi. Variabel yang dimanipulasi adalah laju dilusi dari S 2 (atau limbah yang masuk) yaitu D 1, dan laju dilusi dari larutan penyangga (buffer) bikarbonat, NaHCOO 3, yaitu D 2. Larutan penyangga digunakan untuk mengembalikan nilai ph pada kondisi daerah kerja (6 8) agar tidak terjadi kondisi washout. Untuk pengujian pada kondisi closed loop terdapat dua kondisi perlakuan yang diberikan. Pertama diberikan perubahan konsentrasi VFA pada waktu ke seratus dari yang semula 93.6 mmol/l menjadi mmol/l kemudian pada waktu ke dua ratus menjadi mmol/l kemudian pada waktu ke tiga ratus turun lagi menjadi mmol/l lalu pada waktu ke empat ratus naik menjadi mmol/l. Pada kondisi kedua sama seperti kondisi pertama namun ditambah dengan perubahan Zin pada waktu ke tiga ratus limapuluh dari yang semula mmol/l menjadi 60 mmol/l kemudian pada waktu ke empat ratus limapuluh berubah menjadi 74 mmol/l. Pengujian pada kondisi closed loop ini dilakukan baik saat tanpa strategi pengawasan dan saat dengan strategi pengawasan. IV. HASIL DAN ANALISA 4.1 Hasil Simulasi Bioreaktor Open loop Hasil dari simulasi pemodelan bioreaktor yang telah dibuat dapat diketahui dengan cara merubah-rubah inputan pada bioreaktor, yaitu D 1 (laju dilusi) dan D 2 (laju bikarbonat). Dengan merubah-rubah inputan tersebut dapat diketahui sampai dimana ketahanan dari bioreaktor anaerob. Gambar 4 Hasil simulator pada keadaan open loop. Dari gambar diatas tampak bahwa pada keadaan tersebut bioreaktor berada dalam kondisi stabil, dimana ph nya berada diatas 6.9 dan menghasilkan gas metan. Gambar 5. Hasil simulator dengan variasi inputan D 1. 5

6 Gambar diatas adalah hasil simulasi saat D1 yang semula sebesar pada saat ke seratus dirubah menjadi Tampak bahwa penambahan D1 (laju dilusi) yang berarti pengenceran menyebabkan ph menjadi turun drastis sehingga menyebabkan sistem menjadi tidak stabil bahkan sampai keadaan washout. Tampak bahwa pada saat tersebut tidak lagi dihasilkan gas metan. Gambar 6. Hasil simulasi ketika ada peningkatan konsentrasi VFA (S 2 ) Gambar diatas adalah hasil simulasi saat terjadi perubahan konsentrasi VFA yang terdapat secara alami dalam limbah, dalam hal ini dimisalkan perubahan terjadi pada saat ke tiga ratus. Tampak bahwa adanya peningkatan konsentrasi VFA menyebabkan ph sistem menjadi turun namun juga mengakibatkan terjadinya peningkatan laju gas metan yang dihasilkan. 4.2 Hasil Grafik Kontrol MCUSUM Berikut ini adalah grafik kontrol MCUSUM yang diaplikasikan pada kondisi closed loop. Gambar 8. Hasil Grafik kontrol MCUSUM saat terdapat perubahan Zin Gambar diatas menunjukkan grafik kontrol MCUSUM sistem dimana pada waktu ke 100, 200, 300, dan 400 terjadi perubahan konsentrasi VFA. Dan juga terjadi perubahan Zin pada waktu ke 350 dan 450. Tamapak bahwa perubahan Zin pada waktu ke 350 dan 450 menyebabkan perubahan pola MCUSUM yang cenderung naik mulai dari waktu ke 350 dan turun kembali pada waktu ke 450. Hal ini karena pola ph yang turun akibat penurunan Zin pada waktu ke 350 yang terdeteksi semakin out of control tetapi kemudian Zin dinaikkan kembali pada waktu ke 450 sehingga ph mendekati ke arah stabil sehingga MCUSUM pun mendeteksi pola penurunan. 4.3 Hasil Implementasi Strategi Pengawasan Pada bagian ini akan ditampilkan hasil simulasi sistem bioreaktor ketika tanpa menggunakan strategi pengawasan dan dengan strategi pengawasan. Gambar 7. Hasil Grafik kontrol MCUSUM. Gambar diatas menunjukkan pola MCUSUM yang terdeteksi untuk sistem dengan perlakuan perubahan VFA pada waktu ke 100, 200, 300, dan 400. Tampak bahwa grafik MCUSUM dapat menunjukkan pola pendeteksian terhadap peristiwa tersebut, yaitu berupa spike pada waktu terjadi perubahan yang kemudian cenderung kembali ke pola semula.. Gambar 9. Hasil laju gas metan simulasi tanpa strategi pengawasan. Gambar diatas adalah hasil simulasi bioreaktor tanpa strategi pengawasan. Dimana dalam simulasi diberikan perubahan konsentrasi VFA limbah pada waktu ke 100, 200, 300, dan 400. Serta perubahan Zin pada waktu ke 350 dan 450. Dari gambar tampak bahwa pada waktu 100, 200, dan 400 terjadi perubahan laju gas metan yang dihasilkan namun karena set point yang digunakan tetap, maka PV akan berusaha kembali ke set point. 6

7 Gambar 10. Hasil ph simulasi tanpa ada strategi pengawasan Seperti halnya gambar 9. Grafik respon diatas didapat pada perlakuan yang sama. Dimana tampak bahwa pada waktu 100, 200, dan 400 terjadi penurunan ph karena konsentrasi VFA yang meningkat. Tampak bahwa tanpa strategi pengawasan dalam hal ini respon ph cenderung jauh dari set point ph sebesar 7. Gambar 11. Hasil laju gas metan simulasi dengan strategi pengawasan. Tampak pada grafik respon diatas untuk perlakuan yang sama seperti pada gambar 8. bahwa dengan adanya strategi pengawasan dapat menyebabkan perubahan nilai set point yang otomatis dan cenderung mengikuti pola akibat perubahan VFA yang terjadi, sehingga jika dibandingkan dengan yang tanpa strategi pengawasan tampak jelas bahwa laju gas metan yang dihasilkan akan meningkat dan berusaha mengejar set point yang diberikan. Tampak bahwa untuk perlakuan yang sama set point terakhir berada pada kisaran 3.8 dibandingkan dengan 2.74 yang tetap tanpa perubahan set point. Dari hasil gambar 12 jika dibandingkan dengan gambar 10. tampak bahwa kecenderungan ph tidak lagi meningkat terus namun sempat turun dikarenakan adanya perubahan set point pada laju gas metan. Tampak bahwa pada waktu ada perubahan VFA seperti pada waktu ke 300 menyebabkan ph turun sehingga tidak terus naik seperti pada gambar 4.7. Gambar 12. Hasil ph simulasi saat dengan strategi pengawasan. Hal lain yang diamati disini adalah total produksi gas metan yang dihasilkan selama simulasi untuk keadaan yang sama, dalam hal ini yang dibandingkan adalah berdasarkan gambar 9. dan gambar 11. Total gas metan yang dihasilkan ketika tanpa strategi pengawasan (gambar 9.) adalah l sedang dengan strategi pengawasan akan menghasilkan l Sehingga dengan adanya strategi pengawasan ini diperoleh peningkatan produksi gas metan sebesar l atau 24.11%. V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari tugas akhir yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Telah berhasil dibuat strategi pengawasan yang dapat melakukan perubahan set point secara otomatis pada sistem. Dapat dihasilkan peningkatan laju gas metan yaitu set point pada sekitar 3.8 mmol/l/hari, dibanding tanpa strategi pengawasan yang hanya 2.74 mmol/l/hari sesuai settingan awal. Dengan strategi pengawasan untuk waktu yang sama diperoleh peningkatan produksi gas metan sebesar mmol/liter atau 24.11%. Dari yang sebelumnya sebesar mmol/liter menjadi mmol/liter. 5.2 Saran Beberapa saran yang bisa disampaikan untuk mengembangkan penelitian ini antara lain sebagai berikut: Perlu dilanjutkan penelitian yang menyeluruh yang menyangkut tidak hanya algoritma strategi pengawasan saja, tapi juga menyangkut sistem kontrol sehingga diharapkan didapat respon sistem yang lebih baik. Perlu dilakukan penelitian dengan metode supervisory yang lain, semisal merubah parameter kontroler. 7

8 DAFTAR PUSTAKA Bernard, O., Zakaria H.S, D. Dochain, A. Genovesi, Jean-Philippe Steyer, 2001, Dynamical model development and parameter identification for an anaerobic wastewater treatment process. Biotech.Bioeng vol. 75, pp Béteau, Jean-François., Soehartanto, Totok., F. Chaume., Model Based Selection of An Appropriate Control Strategy Application To An Anaerobic Digester. Mathematical Modelling of Systems Vol. 1, No. 1, pp Bersimis, S., Psarakis, S., and Panaretos, J., Multivariate Statistical Process Control Charts: An Overview. Journal Quality and Reliability Engineering International; 23, Crosier RB Multivariate Generalizations of Cumulative Sum Quality-Control Schemes. Technometrics 30: Jin,J., Guo, H., Zhou, S., February Statistical Process Control Based Supervisory Generalized Predictive Control of Thin Film Deposition Processes. Journal of Manufacturing Science and Engineering, 128, Indriawati, Katherin, Multivariable Predictive Control of The Anaerob Digestion Based Generalized Predictive Control Algorithm. Seminar Nasional APTECS, Surabaya. Lestage, R., Pomerleau, A., Hodouin, C., Constrained Real-Time Optimization of A Grinding Circuit Using Steady-State Linear Programming Supervisory Control. Powder Technology 124: Linkens, D.A., Ting, C.H., Mahfouf, M., Supervisory Generalised Predictive Control for Electro-fluid System. Trans Inst MC vol 16 no 5. Lorscheid, P., _, Multivariate Mean CUSUM Charts. Heinrich-Heine-Universität Düsseldorf, Fachgebiet Statistik und Ökonometrie Universitätsstraße 1, D Düsseldorf, Germany. Montgomery, D.C., Introduction to Statistical Quality Control, 5th ed., John Wiley & Sons, NY. Pignatiello JJ, Runger GC Comparisons of Multivariate Cusum Charts. Journal of Quality Technology vol 22, 3: Saputra, Rahmat Andy, 2009, Perancangan Sistem Monitoring Pada Bioreaktor Anaerob Berbasis MultiVariate Statistical Process Control Berbantukan Logika Fuzzy. Tugas Akhir, Jurusan Teknik Fisika FTI-ITS. Riwayat Pendidikan : Biodata Penulis : Nama : Hartono Sugiharto Ttl : Surabaya, 11 Juli 1987 Alamat : Kebraon Manis Selatan I/33 Surabaya SDK Santo Yusup Surabaya SLTPK AC II Surabaya SMAN I Surabaya Teknik Fisika ITS Skrg 8

LGORITHM. FOR INCREASING METHANE BIOREACTOR (Katherin Indriawati)

LGORITHM. FOR INCREASING METHANE BIOREACTOR (Katherin Indriawati) IMPLEMENTATION OF STATISTICAL TISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) IN PREDICTIVE CONTROL ALGORIT LGORITHM FOR INCREASING METHANE PRODUCTION OF ANAEROBIC BIOREACTOR (Katherin Indriawati) Jurusan Teknik Fisika,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. ph 5,12 Total Volatile Solids (TVS) 0,425%

HASIL DAN PEMBAHASAN. ph 5,12 Total Volatile Solids (TVS) 0,425% HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Awal Bahan Baku Pembuatan Biogas Sebelum dilakukan pencampuran lebih lanjut dengan aktivator dari feses sapi potong, Palm Oil Mill Effluent (POME) terlebih dahulu dianalisis

Lebih terperinci

Pertumbuhan Total Bakteri Anaerob

Pertumbuhan Total Bakteri Anaerob Pertumbuhan total bakteri (%) IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertumbuhan Total Bakteri Anaerob dalam Rekayasa GMB Pengujian isolat bakteri asal feses sapi potong dengan media batubara subbituminous terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 19 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkebunan kelapa sawit telah menjadi salah satu kegiatan pertanian yang dominan di Indonesia sejak akhir tahun 1990-an. Indonsia memproduksi hampir 25 juta matrik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sebagai dasar penentuan kadar limbah tapioka yang akan dibuat secara sintetis, maka digunakan sumber pada penelitian terdahulu dimana limbah tapioka diambil dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Kerangka Teori Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan Limbah Cair Industri Tahu Bahan Organik C/N COD BOD Digester Anaerobik

Lebih terperinci

PROSES PEMBENTUKAN BIOGAS

PROSES PEMBENTUKAN BIOGAS PROSES PEMBENTUKAN BIOGAS Pembentukan biogas dipengaruhi oleh ph, suhu, sifat substrat, keberadaan racun, konsorsium bakteri. Bakteri non metanogen bekerja lebih dulu dalam proses pembentukan biogas untuk

Lebih terperinci

Bambang Pramono ( ) Dosen pembimbing : Katherin Indriawati, ST, MT

Bambang Pramono ( ) Dosen pembimbing : Katherin Indriawati, ST, MT PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN BERPENGAWASAN PADA AERATION BASIN DENGAN TEKNIK CUMULATIVE OF SUM (CUSUM) Bambang Pramono (2408100057) Dosen pembimbing : Katherin Indriawati, ST, MT Aeration basin Aeration

Lebih terperinci

Macam macam mikroba pada biogas

Macam macam mikroba pada biogas Pembuatan Biogas F I T R I A M I L A N D A ( 1 5 0 0 0 2 0 0 3 6 ) A N J U RORO N A I S Y A ( 1 5 0 0 0 2 0 0 3 7 ) D I N D A F E N I D W I P U T R I F E R I ( 1 5 0 0 0 2 0 0 3 9 ) S A L S A B I L L A

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Awal Bahan Baku Pembuatan Biogas Analisis bahan baku biogas dan analisis bahan campuran yang digunakan pada biogas meliputi P 90 A 10 (90% POME : 10% Aktivator), P 80 A 20

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Kualitas suatu produk merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kepuasan konsumen. Untuk mempertahankan suatu kualitas produk, produk harus dikendalikan dan dimonitor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia tahun 2014 memproduksi 29,34 juta ton minyak sawit kasar [1], tiap ton minyak sawit menghasilkan 2,5 ton limbah cair [2]. Limbah cair pabrik kelapa sawit

Lebih terperinci

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PERMEN

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PERMEN J. Tek. Ling Edisi Khusus Hal. 58-63 Jakarta Juli 2008 ISSN 1441-318X PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PERMEN Indriyati dan Joko Prayitno Susanto Peneliti di Pusat Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN ph PADA BIOREAKTOR ANAEROB MELALUI JARINGAN INTRANET (Mohammad Fajar Ashary, Ronny Dwi N., Totok Soehartanto)

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN ph PADA BIOREAKTOR ANAEROB MELALUI JARINGAN INTRANET (Mohammad Fajar Ashary, Ronny Dwi N., Totok Soehartanto) PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN ph PADA BIOREAKTOR ANAEROB MELALUI JARINGAN INTRANET (Mohammad Fajar Ashary, Ronny Dwi N., Totok Soehartanto) Jurusan Teknik Fisika Fakultas Teknologi Industri Institut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Biogas Biogas adalah gas yang terbentuk melalui proses fermentasi bahan-bahan limbah organik, seperti kotoran ternak dan sampah organik oleh bakteri anaerob ( bakteri

Lebih terperinci

SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN PEMAKAIAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOGAS

SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN PEMAKAIAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOGAS SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN PEMAKAIAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOGAS Oleh : Selly Meidiansari 3308.100.076 Dosen Pembimbing : Ir.

Lebih terperinci

1. Limbah Cair Tahu. Bahan baku (input) Teknologi Energi Hasil/output. Kedelai 60 Kg Air 2700 Kg. Tahu 80 kg. manusia. Proses. Ampas tahu 70 kg Ternak

1. Limbah Cair Tahu. Bahan baku (input) Teknologi Energi Hasil/output. Kedelai 60 Kg Air 2700 Kg. Tahu 80 kg. manusia. Proses. Ampas tahu 70 kg Ternak 1. Limbah Cair Tahu. Tabel Kandungan Limbah Cair Tahu Bahan baku (input) Teknologi Energi Hasil/output Kedelai 60 Kg Air 2700 Kg Proses Tahu 80 kg manusia Ampas tahu 70 kg Ternak Whey 2610 Kg Limbah Diagram

Lebih terperinci

PENGARUH RESIRKULASI LINDI TERHADAP LAJU DEGRADASI SAMPAH DI TPA KUPANG KECAMATAN JABON SIDOARJO

PENGARUH RESIRKULASI LINDI TERHADAP LAJU DEGRADASI SAMPAH DI TPA KUPANG KECAMATAN JABON SIDOARJO PENGARUH RESIRKULASI LINDI TERHADAP LAJU DEGRADASI SAMPAH DI TPA KUPANG KECAMATAN JABON SIDOARJO Amy Insari Kusuma 3308100103 Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Ellina S.P. MT. Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN TEMPERATUR PADA JAKET TABUNG BIOREAKTOR ANAEROB

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN TEMPERATUR PADA JAKET TABUNG BIOREAKTOR ANAEROB 1 PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN TEMPERATUR PADA JAKET TABUNG BIOREAKTOR ANAEROB Syafrial Nurdiansyah, Dr. Ir. Totok Soehartanto, DEA 1) Ir. Ronny Dwi Noriyati, M.Kes 2) 1) Department of Engineering Physics,

Lebih terperinci

DEGRADASI BAHAN ORGANIK LIMBAH CAIR INDUSTRI PERMEN DENGAN VARIASI WAKTU TINGGAL

DEGRADASI BAHAN ORGANIK LIMBAH CAIR INDUSTRI PERMEN DENGAN VARIASI WAKTU TINGGAL DEGRADASI BAHAN ORGANIK LIMBAH CAIR INDUSTRI PERMEN DENGAN VARIASI WAKTU TINGGAL Oleh : Indriyati Abstrak Limbah cair yang dihasilkan PT. Van Melle Indonesia (PTVMI), mengundang bahan organik tinggi dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan tidak akan jadi masalah jika jumlah yang dihasilkan sedikit. Bahaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan tidak akan jadi masalah jika jumlah yang dihasilkan sedikit. Bahaya 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biogas Biogas menjadi salah satu alternatif dalam pengolahan limbah, khususnya pada bidang peternakan yang setiap hari menyumbangkan limbah. Limbah peternakan tidak akan

Lebih terperinci

Uji tracking setpoint

Uji tracking setpoint Validasi model Uji tracking setpoint Pengujian dilakukan dengan BOD konstan, yaitu 2200 mg/l. Untuk mencapai keadaan steady, sistem membutuhan waktu sekitar 30 jam. Sedangkan grafik kedua yang merupakan

Lebih terperinci

Pembuatan Biogas dari Sampah Sayur Kubis dan Kotoran Sapi Making Biogas from Waste Vegetable Cabbage and Cow Manure

Pembuatan Biogas dari Sampah Sayur Kubis dan Kotoran Sapi Making Biogas from Waste Vegetable Cabbage and Cow Manure Pembuatan Biogas dari Sampah Sayur Kubis dan Kotoran Sapi Making Biogas from Waste Vegetable Cabbage and Cow Manure Sariyati Program Studi DIII Analis Kimia Fakultas Teknik Universitas Setia Budi Surakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian masih menjadi pilar penting kehidupan dan perekonomian penduduknya, bukan hanya untuk menyediakan kebutuhan pangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Industri kelapa sawit telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir dan menyumbang persentase terbesar produksi minyak dan lemak di dunia pada tahun 2011 [1].

Lebih terperinci

(MEWMA) Zuhrawati Latif ABSTRAK

(MEWMA) Zuhrawati Latif ABSTRAK Peta Kendali Multivariate Exponentially Weighted Moving Average (MEWMA) Zuhrawati Latif Mahasiswa Jurusan Matematika Universitas Hasanuddin ABSTRAK Proses produksi merupakan serangkaian kegiatan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa tahun terakhir, energi menjadi persoalan yang krusial di dunia, dimana peningkatan permintaan akan energi yang berbanding lurus dengan pertumbuhan populasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu gas yang sebagian besar berupa metan (yang memiliki sifat mudah terbakar)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu gas yang sebagian besar berupa metan (yang memiliki sifat mudah terbakar) 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Prinsip Pembuatan Biogas Prinsip pembuatan biogas adalah adanya dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme secara anaerobik (tertutup dari udara bebas) untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Biogas Biogas adalah gas yang dihasilkan oleh aktifitas anaerobik sangat populer digunakan untuk mengolah limbah biodegradable karena bahan bakar dapat dihasilkan sambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik -1- Universitas Diponegoro

BAB I PENDAHULUAN. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik -1- Universitas Diponegoro BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH Terkait dengan kebijakan pemerintah tentang kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) per 1 Juli 2010 dan Bahan Bakar Minyak (BBM) per Januari 2011, maka tidak ada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT (LCPKS) Indonesia memproduksi minyak sawit mentah (CPO) sebesar hampir 33 juta metrik ton sawit di 2014/2015 karena tambahan 300.000 hektar perkebunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketatnya persaingan antara perusahaan industri satu dengan yang lainnya menyebabkan semakin banyak dan beragam industri saat ini yang berusaha untuk meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

Rancang Bangun Self Tuning PID Kontrol ph Dengan Metode Pencarian Akar Persamaan Karakteristik

Rancang Bangun Self Tuning PID Kontrol ph Dengan Metode Pencarian Akar Persamaan Karakteristik JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Rancang Bangun Self Tuning PID Kontrol ph Dengan Metode Pencarian Akar Persamaan Karakteristik Muhammad Riza Alaydrus, Hendra Cordova ST, MT. Jurusan Teknik

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. ciri-ciri sapi pedaging adalah tubuh besar, berbentuk persegi empat atau balok,

KAJIAN KEPUSTAKAAN. ciri-ciri sapi pedaging adalah tubuh besar, berbentuk persegi empat atau balok, II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Potong Sapi potong merupakan sapi yang dipelihara dengan tujuan utama sebagai penghasil daging. Sapi potong biasa disebut sebagai sapi tipe pedaging. Adapun ciri-ciri sapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peruraian anaerobik (anaerobic digestion) merupakan salah satu metode

BAB I PENDAHULUAN. Peruraian anaerobik (anaerobic digestion) merupakan salah satu metode BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peruraian anaerobik (anaerobic digestion) merupakan salah satu metode pengolahan limbah secara biologis yang memiliki keunggulan berupa dihasilkannya energi lewat

Lebih terperinci

APROKSIMASI PERSAMAAN MAXWELL-BOLZTMANN PADA ENERGI ALTERNATIF

APROKSIMASI PERSAMAAN MAXWELL-BOLZTMANN PADA ENERGI ALTERNATIF APROKSIMASI PERSAMAAN MAXWELL-BOLZTMANN PADA ENERGI ALTERNATIF Heltin Krisnawati, Fitryane Lihawa*, Muhammad Yusuf** Jurusan Fisika, Program Studi S1. Pend. Fisika F.MIPA Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK

Lebih terperinci

Uji Pembentukan Biogas dari Sampah Pasar Dengan Penambahan Kotoran Ayam

Uji Pembentukan Biogas dari Sampah Pasar Dengan Penambahan Kotoran Ayam Uji Pembentukan Biogas dari Sampah Pasar Dengan Penambahan Kotoran Ayam Yommi Dewilda, Yenni, Dila Kartika Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Andalas Kampus Unand Limau Manis Padang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Perkembangan kebutuhan energi dunia yang dinamis di tengah semakin terbatasnya cadangan energi fosil serta kepedulian terhadap kelestarian lingkungan hidup, menyebabkan

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN TEMPERATUR PADA JAKET TABUNG BIOREAKTOR ANAEROB

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN TEMPERATUR PADA JAKET TABUNG BIOREAKTOR ANAEROB PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN TEMPERATUR PADA JAKET TABUNG BIOREAKTOR ANAEROB Oleh : Syafrial Nurdiansyah NRP 2406 100 037 Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Totok Soehartanto, DEA NIP 19650309 19902 1 001 Ir.

Lebih terperinci

Bab IV Data dan Hasil Pembahasan

Bab IV Data dan Hasil Pembahasan Bab IV Data dan Hasil Pembahasan IV.1. Seeding dan Aklimatisasi Pada tahap awal penelitian, dilakukan seeding mikroorganisme mix culture dengan tujuan untuk memperbanyak jumlahnya dan mengadaptasikan mikroorganisme

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hewani yang sangat dibutuhkan untuk tubuh. Hasil dari usaha peternakan terdiri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hewani yang sangat dibutuhkan untuk tubuh. Hasil dari usaha peternakan terdiri 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Peternakan Usaha peternakan sangat penting peranannya bagi kehidupan manusia karena sebagai penghasil bahan makanan. Produk makanan dari hasil peternakan mempunyai

Lebih terperinci

Perancangan dan Simulasi MRAC PID Control untuk Proses Pengendalian Temperatur pada Continuous Stirred Tank Reactor (CSTR)

Perancangan dan Simulasi MRAC PID Control untuk Proses Pengendalian Temperatur pada Continuous Stirred Tank Reactor (CSTR) JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-128 Perancangan dan Simulasi MRAC PID Control untuk Proses Pengendalian Temperatur pada Continuous Stirred Tank Reactor (CSTR)

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KINERJA DIAGRAM KONTROL G DAN DIAGRAM KONTROL S BESERTA APLIKASINYA

PERBANDINGAN KINERJA DIAGRAM KONTROL G DAN DIAGRAM KONTROL S BESERTA APLIKASINYA Program Studi MMT-ITS, Surabaya 7 Juli 03 PERBANDINGAN KINERJA DIAGRAM KONTROL G DAN DIAGRAM KONTROL S BESERTA APLIKASINYA Marlon Stivo Noya Van Delsen, *) dan Muhammad Mashuri ) ) Jurusan Statistika,

Lebih terperinci

PENGARUH EM4 (EFFECTIVE MICROORGANISME) TERHADAP PRODUKSI BIOGAS MENGGUNAKAN BAHAN BAKU KOTORAN SAPI

PENGARUH EM4 (EFFECTIVE MICROORGANISME) TERHADAP PRODUKSI BIOGAS MENGGUNAKAN BAHAN BAKU KOTORAN SAPI TURBO Vol. 5 No. 1. 2016 p-issn: 2301-6663, e-issn: 2477-250X Jurnal Teknik Mesin Univ. Muhammadiyah Metro URL: http://ojs.ummetro.ac.id/index.php/turbo PENGARUH EM4 (EFFECTIVE MICROORGANISME) TERHADAP

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (23) -6 Pengendalian Rasio Bahan Bakar dan Udara Pada Boiler Menggunakan Metode Kontrol Optimal Linier Quadratic Regulator (LQR) Virtu Adila, Rusdhianto Effendie AK, Eka

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SELF TUNING PID KONTROL PH DENGAN METODE PENCARIAN AKAR PERSAMAAN KARAKTERISTIK

RANCANG BANGUN SELF TUNING PID KONTROL PH DENGAN METODE PENCARIAN AKAR PERSAMAAN KARAKTERISTIK RANCANG BANGUN SELF TUNING PID KONTROL PH DENGAN METODE PENCARIAN AKAR PERSAMAAN KARAKTERISTIK JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Rancang Bangun Self Tuning PID Kontrol ph Dengan Metode

Lebih terperinci

Muhammad Ilham Kurniawan 1, M. Ramdlan Kirom 2, Asep Suhendi 3 Prodi S1 Teknik Fisika, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom

Muhammad Ilham Kurniawan 1, M. Ramdlan Kirom 2, Asep Suhendi 3 Prodi S1 Teknik Fisika, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.3 Desember 217 Page 3977 Muhammad Ilham Kurniawan 1, M. Ramdlan Kirom 2, Asep Suhendi 3 Prodi S1 Teknik Fisika, Fakultas Teknik Elektro, Universitas

Lebih terperinci

MODUL 5 PETA KENDALI CUSUM & EWMA

MODUL 5 PETA KENDALI CUSUM & EWMA MODUL 5 PETA KENDALI CUSUM & EWMA Laboratorium OSI & K FT.UNTIRTA Praktikum Pengendalian Kualitas 2014 Page 1 MODUL 5 PETA KENDALI CUSUM & EWMA A. Tujuan Praktikum Berikut ini adalah tujuan praktikum modul

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jumlah Bakteri Anaerob pada Proses Pembentukan Biogas dari Feses Sapi Potong dalam Tabung Hungate. Data pertumbuhan populasi bakteri anaerob pada proses pembentukan biogas dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Saat ini Indonesia merupakan produsen minyak sawit pertama dunia. Namun demikian, industri pengolahan kelapa sawit menyebabkan permasalahan lingkungan yang perlu mendapat

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

ANALISIS DAN PEMBAHASAN ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.3 Peta Kendali Hotelling Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali proses produksi yang memiliki karakteristik kualitas lebih dari satu. Proses yang seperti ini disebut dengan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 3, (2013) ISSN: ( Print) F-396

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 3, (2013) ISSN: ( Print) F-396 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 3, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-396 Perancangan Sistem Pengukuran ph dan Temperatur Pada Bioreaktor Anaerob Tipe Semi-Batch Dimas Prasetyo Oetomo dan Totok

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIOGAS dari LIMBAH PETERNAKAN

PEMBUATAN BIOGAS dari LIMBAH PETERNAKAN PEMBUATAN BIOGAS dari LIMBAH PETERNAKAN Roy Renatha Saputro dan Rr. Dewi Artanti Putri Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jln. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, 50239, Telp/Fax:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hasil dari suatu proses produksi yang diterima oleh konsumen diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. Hasil dari suatu proses produksi yang diterima oleh konsumen diharapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Hasil dari suatu proses produksi yang diterima oleh konsumen diharapkan memenuhi spesifikasi produsen. Karena produk yang mahal, tidak efisien, dan tidak sesuai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. masyarakat terhadap pentingnya protein hewani, maka permintaan masyarakat

PENDAHULUAN. masyarakat terhadap pentingnya protein hewani, maka permintaan masyarakat 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai potensi yang baik di bidang peternakan, seperti halnya peternakan sapi potong. Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengendalian kualitas merupakan aktivitas keteknikan dan manajemen yang dengan aktivitas tersebut dapat mengukur ciri-ciri kualitas produk, membandingkan dengan

Lebih terperinci

ISTILAH-ISTILAH DALAM SISTEM PENGATURAN

ISTILAH-ISTILAH DALAM SISTEM PENGATURAN ISTILAH-ISTILAH DALAM SISTEM PENGATURAN PENGANTAR Sistem pengaturan khususnya pengaturan otomatis memegang peranan yang sangat penting dalam perkembangan ilmu dan teknologi. Dalam bahasan ini, akan diberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kelapa sawit (Elaeis guineensis) merupakan salah satu hasil perkebunan yang berkembang dengan sangat cepat di daerah-daerah tropis. Semenjak tahun awal tahun 1980 luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan sumber energi fosil yang semakin menipis, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan sumber energi fosil yang semakin menipis, sedangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan sumber energi fosil yang semakin menipis, sedangkan kebutuhan energi semakin meningkat menyebabkan adanya pertumbuhan minat terhadap sumber energi alternatif.

Lebih terperinci

Penerapan Diagram Kontrol EWMA dan NEWMA pada Proses Pembuatan Benang 30 Rayon di PT. Lotus Indah Textile Industries Surabaya

Penerapan Diagram Kontrol EWMA dan NEWMA pada Proses Pembuatan Benang 30 Rayon di PT. Lotus Indah Textile Industries Surabaya Seminar Tugas Akhir Penerapan Diagram Kontrol EWMA dan NEWMA pada Proses Pembuatan Benang 3 Rayon di PT. Lotus Indah Textile Industries Surabaya Rista Wijayanti (37 6) Dosen Pembimbing : Dr. Sony Sunaryo,

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Kontrol Level dan Pressure Steam Generator pada Simulator Mixing Process di Workshop Instrumentasi

Rancang Bangun Sistem Kontrol Level dan Pressure Steam Generator pada Simulator Mixing Process di Workshop Instrumentasi JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-153 Rancang Bangun Sistem Kontrol Level dan Pressure Steam Generator pada Simulator Mixing Process di Workshop Instrumentasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Limbah ternak adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan

TINJAUAN PUSTAKA. Limbah ternak adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemanfaatan Limbah Kotoran Ternak Limbah ternak adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan seperti usaha pemeliharaan ternak, rumah potong hewan, pengolahan produk

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Monitoring Dengan Metode SPC (Statistical Process Control) Secara On-Line Pada Plant Bioreaktor Anaerob Kontinyu

Rancang Bangun Sistem Monitoring Dengan Metode SPC (Statistical Process Control) Secara On-Line Pada Plant Bioreaktor Anaerob Kontinyu Rancang Bangun Sistem Monitoring Dengan Metode SPC (Statistical Process Control) Secara On-Line Pada Plant Bioreaktor Anaerob Kontinyu Oleh: ARIYANTO NRP. 2406 100 090 Dosen Pembimbing: Katherin Indriawati

Lebih terperinci

Chrisnanda Anggradiar NRP

Chrisnanda Anggradiar NRP RANCANG BANGUN ALAT PRODUKSI BIOGAS DENGAN SUMBER ECENG GONDOK DAN KOTORAN HEWAN Oleh : Chrisnanda Anggradiar NRP. 2106 030 038 Program Studi D3 Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Pengendalian Level pada Knock Out Gas Drum Menggunakan Pengendali PID di Plant LNG

Rancang Bangun Sistem Pengendalian Level pada Knock Out Gas Drum Menggunakan Pengendali PID di Plant LNG Rancang Bangun Sistem Pengendalian Level pada Knock Out Gas Drum Menggunakan Pengendali PID di Plant LNG Paisal Tajun Aripin 1, Erna Kusuma Wati 1, V. Vekky R. Repi 1, Hari Hadi Santoso 1,2 1 Program Studi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sejarah Biogas Sejarah awal penemuan biogas pada awalnya muncul di benua Eropa. Biogas yang merupakan hasil dari proses anaerobik digestion ditemukan seorang ilmuan bernama Alessandro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini masalah sampah menjadi permasalahan yang sangat serius terutama bagi kota-kota besar seperti Kota Bandung salah satunya. Salah satu jenis sampah yaitu sampah

Lebih terperinci

Pengolahan Limbah Cair Tahu secara Anaerob menggunakan Sistem Batch

Pengolahan Limbah Cair Tahu secara Anaerob menggunakan Sistem Batch Reka Lingkungan Teknik Lingkungan Itenas No.1 Vol.2 Jurnal Institut Teknologi Nasional [Pebruari 2014] Pengolahan Limbah Cair Tahu secara Anaerob menggunakan Sistem Batch ANGRAINI 1, MUMU SUTISNA 2,YULIANTI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama Statistical Process Control (SPC) ialah untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas. Kualitas memiliki hubungan yang sangat erat dengan kepuasan

Lebih terperinci

BATASAN MASALAH. Simulator bioreaktor anaerob. Adhi Kurniawan (2008) Database yang bersifat static dibangun dari (2009)

BATASAN MASALAH. Simulator bioreaktor anaerob. Adhi Kurniawan (2008) Database yang bersifat static dibangun dari (2009) BATASAN MASALAH Simulator bioreaktor anaerob mempergunakan hasil Tugas Akhir Septian Adhi Kurniawan (2008) Database yang bersifat static dibangun dari hasil simulasi Tugas Akhir M Indra Firdaus (2009)

Lebih terperinci

ISTILAH ISTILAH DALAM SISTEM PENGENDALIAN

ISTILAH ISTILAH DALAM SISTEM PENGENDALIAN ISTILAH ISTILAH DALAM SISTEM PENGENDALIAN PENGANTAR Sistem pengendalian khususnya pengendalian otomatis memegang peranan yang sangat penting dalam perkembangan ilmu dan teknologi. Dalam bahasan ini, akan

Lebih terperinci

Adelia Zelika ( ) Lulu Mahmuda ( )

Adelia Zelika ( ) Lulu Mahmuda ( ) Adelia Zelika (1500020141) Lulu Mahmuda (1500020106) Biogas adalah gas yang terbentuk sebagai hasil samping dari penguraian atau digestion anaerobik dari biomasa atau limbah organik oleh bakteribakteri

Lebih terperinci

Oleh : Mulyayanti Dosen Pembimbing : Suyanto,ST,MT

Oleh : Mulyayanti Dosen Pembimbing : Suyanto,ST,MT Uji Kinerja Sensor Temperature pada Portable Portable Biodigester Oleh : Mulyayanti 2406 100 086 Dosen Pembimbing : Suyanto,ST,MT JURUSAN TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang cepat dan perkembangan industri yang terus meningkat menyebabkan permintaan energi cukup besar. Eksploitasi sumber energi yang paling banyak

Lebih terperinci

ANALISA KINETIKA PERTUMBUHAN BAKTERI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PRODUKSI BIOGAS DARI MOLASES PADA CONTINUOUS REACTOR 3000 L

ANALISA KINETIKA PERTUMBUHAN BAKTERI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PRODUKSI BIOGAS DARI MOLASES PADA CONTINUOUS REACTOR 3000 L LABORATORIUM PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014 ANALISA KINETIKA PERTUMBUHAN BAKTERI DAN PENGARUHNYA TERHADAP

Lebih terperinci

SNTMUT ISBN:

SNTMUT ISBN: PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK (BUAH - BUAHAN) PASAR TUGU MENJADI BIOGAS DENGAN MENGGUNAKAN STARTER KOTORAN SAPI DAN PENGARUH PENAMBAHAN UREA SECARA ANAEROBIK PADA REAKTOR BATCH Cici Yuliani 1), Panca Nugrahini

Lebih terperinci

Studi Aplikasi Decoupling Control untuk Pengendalian Komposisi Kolom Distilasi

Studi Aplikasi Decoupling Control untuk Pengendalian Komposisi Kolom Distilasi Studi Aplikasi Decoupling Control untuk Pengendalian Komposisi Kolom Distilasi Lindawati, Agnes Soelistya, Rudy Agustriyanto Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Surabaya Jl.Raya Kalirungkut,

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Pengukuran ph dan Temperatur Pada Bioreaktor Anaerob Tipe Semi-Batch

Perancangan Sistem Pengukuran ph dan Temperatur Pada Bioreaktor Anaerob Tipe Semi-Batch JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 Perancangan Sistem Pengukuran ph dan Temperatur Pada Bioreaktor Anaerob Tipe Semi-Batch Dimas Prasetyo Oetomo, DR.Ir.Totok Soehartanto.DEA Teknik Fisika,

Lebih terperinci

Oleh: Nurul Hidayah Dosen pembimbing: Dra. Laksmi Prita, M.Si

Oleh: Nurul Hidayah Dosen pembimbing: Dra. Laksmi Prita, M.Si KAJIAN PERBANDINGAN KINERJA GRAFIK PENGENDALI CUMULATIVE SUM (CUSUM) DAN EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE (EWMA) DALAM MENDETEKSI PERGESERAN RATARATA PROSES Oleh: Nurul Hidayah 06 0 057 Dosen pembimbing:

Lebih terperinci

Oleh: Dosen Pembimbingh: Gaguk Resbiantoro. Dr. Melania Suweni muntini

Oleh: Dosen Pembimbingh: Gaguk Resbiantoro. Dr. Melania Suweni muntini Dosen Pembimbingh: Dr. Melania Suweni muntini Oleh: Gaguk Resbiantoro JURUSAN FISIKA Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh NopemberSurabaya 2011 PENDAHULUAN Latar Belakang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. KARAKTERISTIK BAHAN AWAL Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas jerami padi dan sludge. Pertimbangan atas penggunaan bahan tersebut yaitu jumlahnya yang

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM MONITORING KONDISI OPERASI BIOREAKTOR ANAEROB KONTINYU DENGAN ALGORITMA PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS

RANCANG BANGUN SISTEM MONITORING KONDISI OPERASI BIOREAKTOR ANAEROB KONTINYU DENGAN ALGORITMA PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS 1 RANCANG BANGUN SISTEM MONITORING KONDISI OPERASI BIOREAKTOR ANAEROB KONTINYU DENGAN ALGORITMA PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS Reni Puspitasari, Katherin Indriawati, ST,MT. 1) 1) Department of Engineering

Lebih terperinci

ANALISIS PERAN LIMBAH SAYURAN DAN LIMBAH CAIR TAHU PADA PRODUKSI BIOGAS BERBASIS KOTORAN SAPI

ANALISIS PERAN LIMBAH SAYURAN DAN LIMBAH CAIR TAHU PADA PRODUKSI BIOGAS BERBASIS KOTORAN SAPI ANALISIS PERAN LIMBAH SAYURAN DAN LIMBAH CAIR TAHU PADA PRODUKSI BIOGAS BERBASIS KOTORAN SAPI Inechia Ghevanda (1110100044) Dosen Pembimbing: Dr.rer.nat Triwikantoro, M.Si Jurusan Fisika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013 Sejarah Biogas BIOGAS (1770) Ilmuwan di eropa menemukan gas di rawa-rawa. (1875) Avogadro biogas merupakan produk proses anaerobik atau proses fermentasi. (1884) Pasteur penelitian biogas menggunakan kotoran

Lebih terperinci

Tabel 1. Parameter yang digunakan pada proses Heat Exchanger [1]

Tabel 1. Parameter yang digunakan pada proses Heat Exchanger [1] 1 feedback, terutama dalam kecepatan tanggapan menuju keadaan stabilnya. Hal ini disebabkan pengendalian dengan feedforward membutuhkan beban komputasi yang relatif lebih kecil dibanding pengendalian dengan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK BAHAN Bahan baku yang digunakan dalam penelitian adalah jerami yang diambil dari persawahan di Desa Cikarawang, belakang Kampus IPB Darmaga. Jerami telah didiamkan

Lebih terperinci

Studi Atas Kinerja Biopan dalam Reduksi Bahan Organik: Kasus Aliran Sirkulasi dan Proses Sinambung

Studi Atas Kinerja Biopan dalam Reduksi Bahan Organik: Kasus Aliran Sirkulasi dan Proses Sinambung Jurnal Teknologi Proses Media Publikasi Karya Ilmiah Teknik Kimia 6() Januari 7: 7 ISSN 4-784 Studi Atas Kinerja Biopan dalam Reduksi Bahan Organik: Kasus Aliran Sirkulasi dan Proses Sinambung Maya Sarah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK LIMBAH CAIR Limbah cair tepung agar-agar yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah cair pada pabrik pengolahan rumput laut menjadi tepung agaragar di PT.

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ADAPTIVE SWITCHING FUZZY LOGIC CONTROLER SEBAGAI PENGENDALI LEVEL AIR PADA TIGA BEJANA BERINTERAKSI

IMPLEMENTASI ADAPTIVE SWITCHING FUZZY LOGIC CONTROLER SEBAGAI PENGENDALI LEVEL AIR PADA TIGA BEJANA BERINTERAKSI IMPLEMENTASI ADAPTIVE SWITCHING FUZZY LOGIC CONTROLER SEBAGAI PENGENDALI LEVEL AIR PADA TIGA BEJANA BERINTERAKSI Satryo Budi Utomo ), Rusdhianto ), Katjuk Astrowulan ) ) Fakultas Teknik,Jurusan Teknik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Situasi energi di Indonesia tidak lepas dari situasi energi dunia. Konsumsi energi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Situasi energi di Indonesia tidak lepas dari situasi energi dunia. Konsumsi energi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Masalah Energi Situasi energi di Indonesia tidak lepas dari situasi energi dunia. Konsumsi energi dunia yang makin meningkat membuka kesempatan bagi Indonesia untuk mencari sumber

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN PEMBAKARAN PADA DUCTBURNER WASTE HEAT BOILER (WHB) BERBASIS LOGIC SOLVER

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN PEMBAKARAN PADA DUCTBURNER WASTE HEAT BOILER (WHB) BERBASIS LOGIC SOLVER PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN PEMBAKARAN PADA DUCTBURNER WASTE HEAT BOILER (WHB) BERBASIS LOGIC SOLVER Oleh : AMRI AKBAR WICAKSONO (2406 100 002) Pembimbing: IBU RONNY DWI NORIYATI & BAPAK TOTOK SOEHARTANTO

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 15 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umum Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan organik oleh mikroorganisme pada kondisi anaerob. Pembentukan biogas berlangsung melalui

Lebih terperinci

PEMBENIHAN DAN AKLIMATISASI PADA SISTEM ANAEROBIK

PEMBENIHAN DAN AKLIMATISASI PADA SISTEM ANAEROBIK JRL Vol.6 No.2 Hal. 159-164 Jakarta, Juli 21 ISSN : 285-3866 PEMBENIHAN DAN AKLIMATISASI PADA SISTEM ANAEROBIK Indriyati Pusat Teknologi Lingkungan - BPPT Jl. MH. Thamrin No. 8 Jakarta 134 Abstract Seeding

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 BIOGAS SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan organik oleh mikroorganisme pada kondisi langka oksigen (anaerob). Komponen

Lebih terperinci

Ari Kurniawan Prasetyo dan Wahyono Hadi Jurusan Teknik Lingkungan-FTSP-ITS. Abstrak

Ari Kurniawan Prasetyo dan Wahyono Hadi Jurusan Teknik Lingkungan-FTSP-ITS. Abstrak PEMBUATAN ETANOL DARI SAMPAH PASAR MELALUI PROSES HIDROLISIS ASAM DAN FERMENTASI BAKTERI Zymomonas mobilis ETHANOL PRODUCTION FROM MARKET WASTES THROUGH ACID HYDROLYSIS AND FERMENTATION BY Zymomonas mobilis

Lebih terperinci

PENGENDALI TEMPERATUR FLUIDA PADA HEAT EXCHANGER DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN PREDIKTIF

PENGENDALI TEMPERATUR FLUIDA PADA HEAT EXCHANGER DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN PREDIKTIF PENGENDALI TEMPERATUR FLUIDA PADA HEAT EXCHANGER DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN PREDIKTIF Rr.rahmawati Putri Ekasari, Rusdhianto Effendi AK., Eka Iskandar Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. kita pada krisis energi dan masalah lingkungan. Menipisnya cadangan bahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. kita pada krisis energi dan masalah lingkungan. Menipisnya cadangan bahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketergantungan akan bahan bakar fosil sebagai sumber energi membawa kita pada krisis energi dan masalah lingkungan. Menipisnya cadangan bahan bakar fosil (khususnya

Lebih terperinci

1 Security Printing merupakan bidang industri percetakan yang berhubungan dengan pencetakan beberapa

1 Security Printing merupakan bidang industri percetakan yang berhubungan dengan pencetakan beberapa Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Limbah cair dari sebuah perusahaan security printing 1 yang menjadi obyek penelitian ini selanjutnya disebut sebagai Perusahaan Security Printing X - memiliki karakteristik

Lebih terperinci

PENGONTROLAN KUALITAS PROSES PRODUKSI ROKOK UNIT SIGARET KRETEK TANGAN DI PT. X MENGGUNAKAN DIAGRAM KONTROL MULTIVARIAT np (Mnp)

PENGONTROLAN KUALITAS PROSES PRODUKSI ROKOK UNIT SIGARET KRETEK TANGAN DI PT. X MENGGUNAKAN DIAGRAM KONTROL MULTIVARIAT np (Mnp) PENGONTROLAN KUALITAS PROSES PRODUKSI ROKOK UNIT SIGARET KRETEK TANGAN DI PT. X MENGGUNAKAN DIAGRAM KONTROL MULTIVARIAT np (Mnp) Oleh: Wenny Rakhmania 1306 100 032 Jurusan Statistika Institut Teknologi

Lebih terperinci

ANALISIS PERAN LIMBAH CAIR TAHU DALAM PRODUKSI BIOGAS

ANALISIS PERAN LIMBAH CAIR TAHU DALAM PRODUKSI BIOGAS 16-159 ANALISIS PERAN LIMBAH CAIR TAHU DALAM PRODUKSI BIOGAS Amaliyah Rohsari Indah Utami, Triwikantoro, Melania Suweni Muntini IT TELKOM Bandung, ITS Surabaya, ITS Surabaya E-mail : amaliyahriu@gmail.com

Lebih terperinci