ENGINE-PROPELLER MATCHING I. REVIEW TENTANG DAYA MOTOR PENGGERAK KAPAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ENGINE-PROPELLER MATCHING I. REVIEW TENTANG DAYA MOTOR PENGGERAK KAPAL"

Transkripsi

1 ENGINE-PROPELLER MACHING Oleh : Ir. Surjo W. Adji, M.Sc CEng. FIMarES I. REVIEW ENANG DAYA MOOR PENGGERAK KAPAL 1. DEFINISI & FORMULA Secara umum kapal yang bergerak di media air dengan kecepatan tertentu, maka akan mengalami gaya hambat (resistance) yang berlawanan dengan arah gerak kapal tersebut. Besarnya gaya hambat yang terjadi harus mampu diatasi oleh gaya dorong kapal (thrust) yang dihasilkan dari kerja alat gerak kapal (propulsor). Daya yang disalurkan (P D ) ke alat gerak kapal adalah berasal dari Daya Poros (P S ), sedangkan Daya Poros sendiri bersumber dari Daya Rem (P B ) yang merupakan daya luaran motor penggerak kapal. Ada beberapa pengertian mengenai daya yang sering digunakan didalam melakukan estimasi terhadap kebutuhan daya pada sistem penggerak kapal, antara lain : (i) Daya Efektif (Effective Power-P E ); (ii) Daya Dorong (hrust Power-P ); (iii) Daya yang disalurkan (Delivered Power-P D ); (iv) Daya Poros (Shaft Power-P S ); (v) Daya Rem (Brake Power-P B ); dan (vi) Daya yang diindikasi (Indicated Power-P I ). Daya Efektif (P E ) adalah besarnya daya yang dibutuhkan untuk mengatasi gaya hambat dari badan kapal (hull), agar kapal dapat bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain dengan kecepatan servis sebesar V S. Daya Efektif ini merupakan fungsi dari besarnya gaya hambat total dan kecepatan kapal. Untuk mendapatkan besarnya Daya Efektif kapal, dapat digunakan persamaan sebagai berikut ;, dimana : P R Vs (1) E * P E R V S Daya Efektif, dlm. satuan kwatt Gaya Hambat otal, dlm. satuan kn Kecepatan Servis kapal [{Kec. dlm Knots} * {Kec. dlm m/det}] Daya Dorong (P ) adalah besarnya daya yang dihasilkan oleh kerja dari alat gerak kapal (propulsor) untuk mendorong badan kapal. Daya Dorong merupakan fungsi dari gaya dorong dan laju aliran fluida yang terjadi saat alat gerak kapal bekerja. Adapun persamaan Daya Dorong dapat dituliskan sebagai berikut ; 005 S.W. Adji Engine Propeller Matching 1

2 P * Va (), dimana : P Daya Dorong, dlm. satuan kwatt Gaya Dorong, dlm. satuan kn V a Kecepatan advanced aliran fluida di bagian Buritan kapal [m/det] Vs ( 1 w ); yangmana w adalah wake fraction (fraksi arus ikut) Daya Yang Disalurkan ( P D ) adalah daya yang diserap oleh baling-baling kapal guna menghasilkan Daya Dorong sebesar P, atau dengan kata lain, P D merupakan daya yang disalurkan oleh motor penggerak ke baling-baling kapal (propeller) yang kemudian dirubahnya menjadi Daya Dorong kapal (P ). Variabel yang berpengaruh pada daya ini adalah orsi Yang Disalurkan dan Putaran baling-baling, sehingga persamaan untuk menghitung P D adalah sebagai berikut ;, dimana : P πq n (3) D D P P D Q D n P Daya Yang Disalurkan, dlm. satuan kwatt orsi Baling-baling kondisi dibelakang badan kapal, dlm. satuan knm Putaran Baling-balin, dlm. satuan rps Daya Poros (P S ) adalah daya yang terukur hingga daerah di depan bantalan tabung poros (stern tube) dari sistem perporosan penggerak kapal. Untuk kapal-kapal yang berpenggerak dengan urbin Gas, pada umumnya, daya yang digunakan adalah P S. Sementara itu, istilah Daya Rem (Brake Power, P B ) adalah daya yang dihasilkan oleh motor penggerak utama (main engine) dengan tipe marine diesel engines. Gambar 1 Gaya-gaya Yang Bekerja Pada Sistem Penggerak Kapal Pada sistem penggerak kapal yang menggunakan Marine Diesel Engines ( type of medium to high speed ), maka pengaruh rancangan sistem transmisi perporosan adalah 005 S.W. Adji Engine Propeller Matching

3 sangat besar didalam menentukan besarnya daya P S. Jika kamar mesin terletak dibelakang dari badan kapal, maka besarnya losses akibat sistem transmisi perporosan tersebut adalah berkisar - 3 %. Namun bila kamar mesin terletak agak ke tengah atau jauh di depan, maka besarnya losses akan semakin bertambah.. EFISIENSI PADA SISEM PENGGERAK KAPAL Sistem penggerak kapal memiliki beberapa definisi tentang daya yang ditransmisikan mulai dari daya yang dikeluarkan oleh motor penggerak hingga daya yang diberikan oleh alat gerak kapal ke fluida sekitarnya. Rasio dari daya-daya tersebut sering dinyatakan dengan istilah efisiensi, meskipun untuk beberapa hal sesungguhnya bukanlah suatu nilai konversi daya secara langsung. Efisiensi Lambung, 0 HULL, adalah rasio antara daya efektif (P E ) dan daya dorong (P ). Efisiensi Lambung ini merupakan suatu bentuk ukuran kesesuaian rancangan lambung (stern) terhadap propulsor arrangement-nya, sehingga efisiensi ini bukanlah bentuk power conversion yang sebenarnya. Maka nilai Efisiensi Lambung inipun dapat lebih dari satu, pada umumnya diambil angka sekitar 1,05. Perhitungan-perhitungan yang sering digunakan dalam mendapatkan efisiensi lambung adalah sebagai berikut : P η E HULL (4) P η HULL R V S V a η HULL (1 t ) V S V S (1 w ) η (1 t ) HULL (5) (1 w ) t dan w merupakan propulsion parameters, dimana t adalah hrust Deduction Factor yang dapat diperoleh dengan persamaan sebagai berikut ; t R 1 (6) t standar 0,5 C P 0, 1 ; utk. Kapal dng Baling-baling unggal 0,5 C 0,19 ; utk. Kapal dng Baling-baling Kembar P 005 S.W. Adji Engine Propeller Matching 3

4 , dimana C P Koefisien Prismatik L B C L m A m (7) Sedangkan, w adalah wake fraction yang dapat dicari dengan menggunakan persamaan sebagai berikut, w V V A 1 (8) S w standar 0, 70 C ; Single screw ship with normal P stern 0, 50 C P ; Single screw ship with sternbulb w standar a 0,70 C P 0,3 + 0,3 (0,4 ) B ; win screw ships. a Jarak antara poros [m] B Lebar Kapal [m] Efisiensi Baling-baling (Propeller Efficiency), 0 PROP, adalah rasio antara daya dorong (P ) dengan daya yang disalurkan (P D ). Efisiensi ini merupakan power conversion, dan perbedaan nilai yang terjadi adalah terletak pada dimana pengukuran orsi Balingbaling (Propeller orque) tersebut dilakukan. Yakni, apakah pada kondisi open water (Q O ) atau pada kondisi behind the ship (Q D ). Persamaan berikut ini menunjukkan kedua kondisi dari Efisiensi Baling-baling, sebagai berikut ; Efisiensi Baling-baling (Open water) : η O V a (9) π Q n O Efisiensi Baling-baling (Behind the Ship) : η B P V a (10) P πq n D D Karena ada dua kondisi tersebut, maka muncul suatu rasio efisiensi yaitu yang dikenal dengan sebutan Efisiensi Relative-Rotative, 0 RR ; yang merupakan perbandingan antara Efisiensi Baling-baling pada kondisi di belakang kapal dengan Efisiensi Balingbaling pada kondisi di air terbuka, sebagai berikut ; η RR η η B O V V a a π nq π nq D O Q Q O D (11), sehingga 0 RR sesungguhnya bukanlah merupakan suatu sifat besaran efisiensi yang sebenarnya (bukan merupakan power conversion). Efisiensi ini hanya perbandingan dari besaran nilai efisiensi yang berbeda. Maka besarnya efisiensi relative-rotative 005 S.W. Adji Engine Propeller Matching 4

5 dapat pula lebih besar dari satu, namun pada umumnya diambil nilainya adalah berkisar satu. Efisiensi ransmisi Poros (Shaft ransmission Efficiency), 0 S, secara mekanis umumnya dapat didefinisikan dengan lebih dari satu macam tipe efisiensi, yangmana sangat tergantung dari bentuk konfigurasi pada stern arrangement-nya. Efisiensi ini merupakan product dari keseluruhan efisiensi masing-masing individual komponen terpasang. Efisiensi ini dapat dinyatakan seperti persamaan, sebagai berikut ; P D η S (1) PS Berikut ini adalah beberapa arrangement dari transmisi daya yang sering digunakan pada sistem penggerak kapal, Gambar Efisiensi pada Komponen ransmisi dari Sistem Propulsi Kapal Efisiensi Keseluruhan (Overall Efficiency, 0 P ), yang dikenal juga dengan sebutan Propulsive Efficiency, atau ada juga yang menyebutnya Propulsive Coefficient adalah merupakan hasil dari keseluruhan efisiensi di masing-masing phrase daya yang terjadi pada sistem propulsi kapal (sistem penggerak kapal). Efisiensi Keseluruhan dapat diperoleh dengan persamaan, sebagai berikut ; P P P η (13) E D η P η HULL η B η S η HULL η O η RR P PD PS S 005 S.W. Adji Engine Propeller Matching 5

6 0 HULL, 0 O, dan 0 RR adalah tergantung pada karakteristik hydrodynamics, sedangkan 0 S adalah tergantung pada karakteristik mekanis dari sistem propulsi kapal. Namun demikian, peranan yang terpenting adalah upaya-upaya guna mengoptimalkan 0 P. 3. DAYA MOOR YANG DI-INSAL Daya motor penggerak kapal (P B ) yang dimaksud adalah Daya Rem (Brake Power) atau daya yang diterima oleh poros transmisi sistem penggerak kapal (P S ), yang selanjutnya dioperasikan secara kontinyu untuk menggerakkan kapal pada kecepatan servisnya (V S ). Jika besarnya efisiensi mekanis pada susunan gearbox, yang berfungsi untuk me-reduce dan me-reverse putaran motor penggerak, adalah 98 persen (seperti ditunjukkan pada Gambar ). Maka daya motor penggerak kapal dapat dihitung, seperti persamaan dibawah ini ; PS P B CSR (14) 0,98 Yangmana P B-CSR adalah daya output dari motor penggerak pada kondisi Continues Service Rating (CSR), yaitu daya motor pada kondisi 80-85% dari Maximum Continues Rating (MCR)-nya. Arti phisiknya, daya yang dibutuhkan oleh kapal agar mampu beroperasi dengan kecepatan servis V S adalah cukup diatasi oleh 80-85% daya motor (engine rated power) dan pada kisaran 100% putaran motor (engine rated speed). Sehingga untuk menentukan besarnya daya motor yang harus di-instal di kapal, adalah seperti yang ditunjukkan oleh persamaan sebagai berikut ; PB CSR PB MCR (15) 0,85 Daya pada P B-MCR inilah yang selanjutnya dapat digunakan sebagai ancer-ancer (acuan) dalam melaksanakan proses pemilihan motor penggerak (Engine Selection Process). 005 S.W. Adji Engine Propeller Matching 6

7 II. KARAKERISIK LAMBUNG & BALING-BALING (HULL & PROPELLER CHARACERISICS) Salah satu tahapan yang sangat berpengaruh didalam melaksanakan proses Analisa Engine - Propeller Matching adalah tahap pemodelan dari karakteristik badan kapal yang dirancang/diamati. Hal ini disebabkan karena Karakteristik Badan Kapal mempunyai efek langsung terhadap karakteristik baling-baling (propeller). Pada Persamaan (9) dan (10), terlihat bahwa karakteristik badan kapal secara hidrodinamis akan mempengaruhi terhadap kinerja propeller. 1. AHANAN KAPAL & KECEPAAN SERVIS ahanan kapal ini merupakan gaya hambat dari media fluida yang dilalui oleh kapal saat beroperasi dengan kecepatan tertentu. Besarnya gaya hambat total ini merupakan jumlah dari semua komponen gaya hambat (tahanan) yang bekerja di kapal, meliputi ahanan Gesek, ahanan Gelombang, ahanan Appendages, ahanan Udara, dsb. Secara sederhana ahanan otal Kapal dapat diperoleh dengan persamaan, sebagai berikut ; R ρ (16) 0,5 C S VS, dimana D adalah massa jenis fluida (Kg/m 3 ); C adalah koefisien tahanan total kapal; S merupakan luasan permukaan basah dari badan kapal (m ). Dan jika variabel-variabel tersebut adalah constant ( " ), maka Persamaan 16 dapat dituliskan sebagai berikut ; R α (17) V S R Karakteristik ahanan Kapal, f (V S ) V S Gambar 3 Karakteristik ahanan Kapal 005 S.W. Adji Engine Propeller Matching 7

8 . GAYA DORONG KAPAL ( SHIP ) Gaya Dorong (hrust) kapal merupakan komponen yang sangat penting, yangmana digunakan untuk mengatasi ahanan (Resistance) atau Gaya Hambat kapal. Pada kondisi yang sangat-sangat ideal, besarnya gaya dorong yang dibutuhkan mungkin sama besar dengan gaya hambat yang terjadi dikapal. Namun kondisi tersebut sangatsangat tidak realistis, karena pada faktanya di badan kapal tersebut terjadi phenomena hidrodinamis yang menimbulkan degradasi terhadap nilai besaran gaya dorong kapal. Sehingga untuk gaya dorong kapal dapat ditulis seperti model persamaan, sebagai berikut ; R (18) ( 1 t ), dimana t adalah thrust deduction factor. Kemudian dengan mensubstitusi R di Pers. (18) dengan yang tertulis di Pers. (17), maka diperoleh hubungan persamaan sebagai berikut ; V S α (19) (1 t ) Selanjutnya, jika unsur V S pada Pers. (19) ini juga disubstitusikan dengan Pers. (8), diperoleh model persamaan gaya dorong kapal ( SHIP ) adalah sebagai berikut ; SHIP α V A ( 1 t )( 1 w ) (0) 3. KARAKERISIK BALING-BALING KAPAL Secara umum karakteristik dari baling-baling kapal pada kondisi open water test adalah seperti yang direpresentasikan pada Diagram K K Q J (lihat Gambar 4). Setiap tipe dari masing-masing baling-baling kapal, memiliki karakteristik kurva kinerja yang berbeda-beda. Sehingga kajian terhadap karakteristik baling-baling kapal tidak dapat di-generalised untuk keseluruhan bentuk atau tipe dari baling-baling. Model persamaan untuk karakteristik kinerja baling-baling kapal adalah sebagai berikut, K Pr op ρ 4 n D (1) 005 S.W. Adji Engine Propeller Matching 8

9 K Q Q Pr op ρ 5 n D () J V A (3) n D, dimana : η O J K π K Q (4) K K Q Koefisien Gaya Dorong (hrust) Baling-baling Koefisien orsi Baling-baling J Koefisien Advanced Baling-baling V A Kec. Advanced dari fluida yg melintasi propeller disk 0 O Efisiensi Baling-baling pd kondisi open water n Putaran Baling-baling D Diameter Baling-baling Prop Gaya Dorong Baling-baling (Propeller hrust) Q Prop orsi Baling-baling (Propeller orque) D Massa Jenis Fluida (Fluid Density) K 10 K Q 0 O 0 O K Q K Gambar 4 Diagram Kt Kq J (Openwater est ) J 005 S.W. Adji Engine Propeller Matching 9

10 4. INERAKSI LAMBUNG KAPAL & BALING-BALING Interaksi lambung kapal dan baling-baling (Hull & Propeller Interaction) merupakan upaya-upaya pendekatan diatas kertas untuk mendapatkan karakteristik kinerja balingbaling saat beroperasi untuk kondisi behind the ship. Metodenya adalah dengan mengolah Pers. (0) dan Pers. (1), sebagai berikut ; SHIP α V A ( 1 t )( 1 w ) Pr op K ρ n Ship Prop D 4 K α V (5) A 4 ( 1 t )(1 w ) ρ n D, jika β α ( 1 t)(1 w) ρd Maka Pers. (5) menjadi, K V A β (6) n D Sehingga diperoleh hubungan persamaan, sebagai berikut ; K J β (7) Jika ditambahkan untuk kebutuhan Hull Service Margin; yaitu kebutuhan yang dikarenakan dalam perhitungan perencanaan, yangmana analisanya dikondisikan untuk ideal conditions, antara lain : perfect surfaces pada lambung dan baling-baling kapal, calm wind & seas, maka perlu ditambahkan allowances sebesar ± 0% dari nilai K tersebut. Dan notasinya pun ditambahkan sub-script SM, yang artinya adalah service-margins. K SM 10 % β J (8) 005 S.W. Adji Engine Propeller Matching 10

11 Langkah berikutnya adalah dengan membuat tabulasi dari Pers. (7) dan Pers. (8). Harga J diambil dari Diagram Openwater est baling-baling yang akan digunakan pada kapal, yaitu dari angka terendah bergerak secara gradual ke angka tertingginya. Kemudian, hasil tabulasi tersebut di-plot-kan pada Diagram Openwater est balingbaling tersebut seperti yang di-ilustrasi-kan pada gambar-gambar berikut ini, abel Perhitungan K & K -SM J J K K-SM Min.... Max Gambar 5 Contoh abel Perhitungan K & K -SM K 10 K Q 0 O KQ-SM KQ 0 O tk. Interseksi K-SM K Q K -SM tk. Interseksi K K K Gambar 6 Contoh Plotting K & K -SM pada Kurva Openwater est Propeller Pada Gambar 6 terlihat bentuk interaksi dari kinerja propeller pada kondisi di belakang badan kapal, yangmana pada Kurva merupakan trendline koefisien propeller thrust untuk trial conditions. Dan dengan melihat keadaan kurva J [], diperoleh harga koefisien propeller torque, K Q pada kondisi trial. Sedangkan, Kurva adalah trendline dari propeller thrust coefficient pada kondisi hull service margin dan dengan menarik kurva J [] sedemikian hingga melewati titik K -SM, maka diperoleh koefisien torsi 005 S.W. Adji Engine Propeller Matching 11 J

12 baling-baling, K Q-SM, pada kondisi hull service margin. Selanjutnya, kedua angka K Q dan K Q-SM inilah yang digunakan untuk menentukan karakteristik beban propeller (propeller load characteristics). 5. KARAKERISIK BEBAN BALING-BALING (PROPELLER LOAD CHARACERISICS) Didalam mengembangkan trend karakteristik beban propeller, variabel yang terlibat adalah propeller torque dan propeller speed. Untuk propeller torque merupakan hasil pengolahan secara grafis dari hull & propeller interaction, yaitu K Q dan K Q SM ; yang kemudian dikembangkan seperti persamaan dibawah ini,, dan Q 5 Pr op K Q ρ n D (9) Q 5 Pr op K Q SM ρ n D (30) Jika K Q ; K Q-SM ; D ; D adalah konstan, maka Pers. (9) dan Pers. (30) dapat ditulis kembali sebagai berikut, Q op γ n f ( n ) (31) Pr 1 Q Pr op γ n f ( n ) (3) Dari kedua Pers. (31) dan Pers. (3) tersebut diatas, maka trend karakteristik propeller power ( Propeller Load ) dapat diperoleh sebagai berikut ; [Power] [orque] * [Speed], dan P P 3 Q ( 3 Pr op n γ n f1 n ) (33) Pr op Pr op Q Pr op 3 n γ n f( n 3 ) (34) ahap berikutnya adalah mentabulasikan Persamaan (33) dan Persamaan (34) dengan inputan propeller speed, yang diperoleh dari engine speed setelah diturunkan oleh mechanical gears (perhatikan gears ratio-nya). Gambar 7 dan 8 mengilustrasikan tentang tabulasi dan trend dari propeller power yang dikembangkan. 005 S.W. Adji Engine Propeller Matching 1

13 abel Perhitungan P Prop f(n 3 ) np (np) 3 PProp P*Prop Min.... Max Gambar 7 Contoh abel Perhitungan P Prop f(n 3 ) P Prop [kw] max Propeller Load makin besar!!! Karakteristik Beban Propeller at Service Karakteristik Beban Propeller at rial max n Prop Gambar 8 Karakteristik Beban Propeller 005 S.W. Adji Engine Propeller Matching 13

14 III. KARAKERISIK MOOR PENGGERAK KAPAL 1. POWER & ENERGY LOSS Seperti diketahui bahwa energy pada motor penggerak ini adalah berasal dari bahan bakar (fuel), yangmana energy tersebut hilang ke atmosphere dalam bentuk panas adalah ± 35 % ; lalu ± 5 % hilang melalui air pendingin dan getaran ; serta sekitar % hilang pada poros propeller. Sehingga hanya sekitar 38 % dari energy dari fuel yang tertinggal untuk propulsion. Dari sisa sekitar 38 % tersebut, secara kasar dapat dibagi-bagi lagi, yaitu : ± 3 % digunakan untuk mengatasi air resistance, ± 7 % terpakai untuk mengatasi wave resistance, ± 17 % digunakan untuk mengatasi resistance akibat wake & propeller wash, ± 18 % untuk mengatasi skin friction, dan sekitar 35 % dipakai untuk memutar propeller (baling-baling).. ENGINE PERFORMANCE CURVES Kurva engine performance pada umumnya oleh engine manufacturers dinyatakan dalam bentuk plotting hubungan antara Brake Horse Power (BHP), Engine orque, Fuel Consumption sebagai fungsi dari engine speed. Dan jarang ada dari engine manufacturer yang juga menyediakan kurva Shaft Horse Power (SHP), yangmana trend-nya dibawah dari kurva BHP (lost akibat gearbox). Proses terhadap engine performance dikapal sendiri melibatkan beberapa tahapan adalah seperti ditunjukkan pada Gambar 9, FUEL MAIN ENGINE FLY WHEEL CHEMICAL ENERGY COMBUSION PROCESS MECHANICAL ENERGY Gambar 9 Aliran Energy pada Motor Penggerak 005 S.W. Adji Engine Propeller Matching 14

15 ahap yang pertama adalah energy dari fuel (bahan bakar), seperti yang ditunjukkan pada Pers. (35) sebagai berikut ;, dimana : P ENG m fuel C (35) f P ENG Engine Power (Daya Motor Penggerak) m fuel mass fuel rate (Laju Aliran Bahan Bakar) C f Calorific Value of Fuel (Nilai Kalor Bahan Bakar) Pers. (35) merepresentasikan bahwa besarnya engine power adalah proporsional dengan banyaknya jumlah bahan bakar yang disuplai ke engine. Sedangkan, jumlah dari bahan bakar yang disuplai adalah tergantung pada pengaturan di- engine fuel setting (fuel stroke position). Di tahap yang kedua (Combustion Process), engine power dapat dinyatakan sebagai berikut,, dimana : P ENG bmep L A n (36) bmep Brake mean effective pressure L Langkah orak (Length of stroke) A Area of piston-bore (Luasan torak) n Rate of power strokes Dari Pers. (36) terlihat bahwa besarnya engine power sangat tergantung dari besarnya bmep yang terjadi pada engine, karena harga L, A, dan n pada suatu engine adalah sudah tetap. Sehingga dengan kata lain, besarnya engine power adalah proporsional dengan nilai dari bmep yang terjadi. ahap yang ketiga adalah engine power yang diukur dengan metode pengereman di engine test bed, yangmana merupakan power output dari engine seperti yang ditunjukkan pada Pers. (37) sebagai berikut ; P Q n (37) ENG ENG ENG, dimana : Q Eng Engine orque Engine Speed n Eng Berdasarkan Pers. (37) tampak bahwa perubahan yang signifikan dari engine power hanya dapat dilakukan dengan merubah nilai dari engine torque-nya. Masing-masing variabel potensial pada Pers. (35), Pers. (36), dan Pers. (37) memiliki keterikatan dan 005 S.W. Adji Engine Propeller Matching 15

16 pengaruh secara proporsional, sehingga kondisi tersebut dapat disederhanakan sebagai berikut ; m fuel bmep Q Eng Artinya Nilai Engine orque (Q Eng ) akan secara signifikan berubah, apabila pada proses pembakaran didalam silinder terjadi perubahan harga Brake Mean Effective Pressure (bmep). Dan perubahan harga bmep tergantung pada jumlah Mass Fuel Rate ( m fuel ) yang disuplai ke engine. Hubungan engine torque dan engine speed dapat diilustrasikan seperti gambar berikut ini, Engine orque Different Fuel Setting Engine Speed Gambar 10 Grafik Hubungan Engine orque & Engine Speed Engine Power Engine Speed Different Fuel Setting Kurva-kurva ini menunjukkan kondisi Constant orque, atau, Constant bmep Gambar 11 Grafik Hubungan Engine Power & Engine Speed Sementara itu, Gambar 11 me-representasikan hubungan antara engine power dan engine speed. Perubahan pada engine power tergantung pada fraction engine torque, atau, bmep. 005 S.W. Adji Engine Propeller Matching 16

17 IV. KOMBINASI KARAKERISIK ENGINE & PROPELLER 1. MACHING POIN Matching point merupakan suatu titik operasi dari putaran motor penggerak kapal (engine speed) yang sedemikian hingga tepat (match) dengan karakter beban balingbaling, yaitu titik operasi putaran motor dimana power yang di-absorb oleh propeller sama dengan power produced oleh engine dan menghasilkan kecepatan kapal yang mendekati (sama persis) dengan kecepatan servis kapal yang direncanakan. Karakteristik Propeller adalah seperti yang telah ditunjukkan pada Gambar 8, sedangkan Karakteristik engine telah direpresentasikan pada Gambar 11. Untuk dapat menyamakan kedua trendline tersebut ke dalam satu sarana plotting yang sama, maka terlebih dahulu harga kedua trendline dijadikan dalam persen (%) seperti yang digambarkan pada kurva berikut ini; P Prop & P Eng [%] P Matching Point Engine Characteristic Propeller Load Characteristic; f(n 3 ) Gambar 1 Matching Point Engine & Propeller n Prop & n Eng [%] Pada engine speed, n, adalah merupakan titik operasi putaran motor penggerak yang sesuai dengan kondisi beban propeller, sebab, daya yang dihasilkan oleh motor penggerak adalah sama dengan daya yang diabsorb oleh propeller, P. Hal ini tentunya akan memberikan konsekuensi yang optimal terhadap pemakaian konsumsi bahan bakar dari motor penggerak kapal terhadap kecepatan servis kapal yang diinginkan. Seperti diketahui bersama bahwa di kapal yang dapat dilihat adalah indikator engine speed (rpm, atau rps) dan kecepatan kapal (knots, atau Nmile/hour). Sehingga penetapan putaran operasi dari motor penggerak, merupakan kunci kesuksesan dalam operasional sistem propulsi kapal secara keseluruhan. 005 S.W. Adji Engine Propeller Matching 17 n

18 (a) REDUCING FUEL SUPPLIED O ENGINE Penurunan bahan bakar (fuel) yang disuplai ke engine akan menyebabkan turunnya bmep, dan tentunya akan menurunkan engine torque. Perubahan pada engine torque inilah yang selanjutnya dipakai untuk menentukan besaran putaran engine dengan cara men- set posisi engine throttles (fuel stroke position) untuk kebutuhan operasional kapal, sebagai berikut ; - S (Slow Ahead) - H (Half Ahead) - F (Full Ahead) Gambar 13 memberikan ilustrasi beberapa kondisi matching points antara kurva-kurva torsi motor penggerak terhadap kurva beban propeller. erlihat titik perpotongan antara kurva engine torque [] dan kurva propeller load yangmana menghasilkan titik operasi {P 1 & N 1 }; Yaitu bilamana kapal diinginkan bergerak dengan kecepatan yang relatif rendah (slow ahead), seperti misalnya kondisi daerah perairan terbatas. Propeller Load Characteristic; f(n 3 ) P Prop & P Eng [%] P 3 Engine Characteristic P Fuel Reducing P 1 Matching Points N 1 N N 3 n Prop & n Eng [%] Gambar 13 Engine orques vs Propeller Load Sedangkan pada matching points {P & N } dan {P 3 & N 3 } adalah dibutuhkan untuk mendukung dan memenuhi tingkat operasional kapal, bilamana dikehendaki peningkatan kecepatan servis kapal. 005 S.W. Adji Engine Propeller Matching 18

19 (b) EFFEC OF INCORREC PICH Pada keadaan dimana terjadi kesalahan dalam penentuan Pitch dari propeller pada sistem propulsi kapal, maka hal ini juga akan memberikan dampak pada operasional motor penggerak kapal. Salah satu indikasi yang sangat tampak, adalah pada harga engine speed yang dicapai oleh motor penggerak kapal saat dioperasikan. Hal ini seperti yang ditunjukkan pada Gambar 14. P Prop & P Eng [%] Pitch too high (Heavy Propeller) P P 1 Pitch too low (Light Propeller) P 3 Matching Points Max. Engine orque N 3 N 1 N n Prop & n Eng [%] Gambar 14 Engine orque vs Propeller Loads (Incorrect Pitch) Jika matching point untuk pitch yang tepat adalah pada titik operasi {P 1 & N 1 }, maka kondisi pitch yang tidak tepat untuk kurva beban propeller terjadi seperti kurva dan kurva. Kurva menunjukkan karakteristik beban propeller untuk kondisi pitch yang terlalu rendah (light propeller load), sedangkan kurva menunjukkan karakteristik beban propeller untuk kondisi pitch yang terlalu tinggi (heavy propeller). Dari Gambar 14 terlihat bahwa ketika beban propeller bertambah (heavy propeller) akibat pitch yang terlalu tinggi, maka trend beban cenderung bergeser naik. Kemudian titik potong kurva beban propeller tersebut dengan kurva maximum engine torque, cenderung bergeser sedemikian hingga putaran engine turun hingga titik N 3. Kondisi seperti ini adalah sangat tidak menguntungkan untuk operasi engine, seakan-akan engine beroperasi dalam kondisi over load. Demikian juga sebaliknya, ketika beban propeller lebih ringan akibat pengambilan pitch yang terlalu rendah. Maka beban propeller yang terjadi akan bergeser turun, sehingga putaran engine akan naik hingga N. Kondisi ini pun tentunya akan merusak engine, karena engine seakan-akan beroperasi dalam kondisi over speed. 005 S.W. Adji Engine Propeller Matching 19

20 (c) DESIGN FOR RESISANCE CHANGE Dalam operasional kapal hingga kurun waktu tertentu, maka tentunya lambung kapal akan mengalami kekasaran permukaan akibat adanya binatang laut (tirem, kerang, dll) yang menempel pada dinding-dinding lambung tersebut. Hal ini secara umum akan menambah nilai dari tahanan kapal, seperti direpresentasikan pada Gambar 15. P Prop & P Eng [%] P 3 Beban Propeller bertambah (foulings, etc) P 1 P Beban Propeller saat kondisi kapal masih baru N N 1 n Prop & n Eng [%] Gambar 15 Engine orques vs Propeller Loads change Ketika kapal masih dalam kondisi baru (clean hull, smooth, etc), kondisi kurva beban propeller seperti yang digambarkan pada kurva. Dan saat itu jika engine di-running dengan engine torque seperti digambarkan oleh kurva, maka design speed untuk kapal sudah dapat dicapai pada kondisi engine speed, N 1. Namun, saat lambung kapal sudah banyak ditempeli oleh binatang-binatang laut maka tahanan kapal akan berubah seperti yang ditunjukkan oleh kurva. Bila engine dirunning tetap seperti yang ditunjukkan oleh kurva, maka engine speed akan turun dari N 1 ke N. Dan tentu sebagai konsekuensi adalah kecepatan servis kapal akan mengalami penurunan juga. Akan tetapi, bila engine masih memiliki margin yang cukup sedemikian hingga kurva engine torque dapat dinaikkan seperti yang digambarkan oleh kurva, maka engine speed dapat dipertahankan pada N 1. Sehingga kondisi operasional kapal tidak terganggu (kecepatan servis kapal masih mampu dipertahankan). Sebagai catatan bahwa kondisi operasi kurva adalah masih berada pada ± 90% rated bmep (atau, pada 85-90% rated power at 100% rated speed). 005 S.W. Adji Engine Propeller Matching 0

21 . ENGINE RAING Apabila engine di-rated pada kw, artinya adalah, Daya sebesar kw disuplai oleh engine ke propeller. Walaupun demikian, perlu diketahui juga bahwa pada kondisi yang bagaimana engine tersebut mampu memproduksi daya sebesar kw tersebut. Misalnya, bagaimana keadaan dari lingkungan ruangan saat engine di-rated, dan bagaimana pula harga dari putaran poros. Kemudian, bagaimana seorang marine engineer ini menentukan service rating power. Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan didalam penentuan engine rating tersebut, antara lain : Rated Power Rated orque Rated Speed Rated Brake Mean Effective Pressure Dimana seperti telah ditulis pada persamaan sebelumnya, bahwa ; {Rated Power} {Rated orque} x {Rated Speed} Rated orque [Q eng ] Rated Brake Mean Effective Pressure [bmep] Lalu bagaimana mendapatkan maximum rated engine speed? Hampir keseluruhan motor penggerak kapal sebenarnya memiliki sedikit tambahan untuk maximum rated engine speed, yang mungkin hanya dapat digunakan untuk periode yang relatif singkat. Dengan mengambil asumsi bahwa kondisi overload power adalah 10%, maka P n 3 dapat diuraikan sebagai berikut ; P P 1 n n n Sehingga engine speed masih dapat dinaikkan hingga 3 % untuk waktu yang relatif pendek (singkat). Kecepatan motor hingga 103% ini hanya dapat diharapkan jika kapal beroperasi dalam kondisi beban yang relatif rendah. 005 S.W. Adji Engine Propeller Matching 1

22 Bagaimana dengan rated bmep- nya???? Secara garis besar rated brake mean effective pressure (rated bmep) dibatasi oleh fuel system dan urbocharger. Engine manufacturer telah men-set kondisi dari Continues bmep rating, yaitu kondisi dimana terjadi maximum rated torque dan maximum rated speed. Besarnya maximum rated torque adalah proporsional terhadap besarnya maximum rated bmep. { Max. Continues Power Rating } { Max. Rated orque } x { Max Rated Speed } {Max. Rated orque} {Max. Rated BMEP} Maka arti phisiknya, Maximum Continues Power Rating adalah kondisi rating dari engine power pada 100 % bmep dan 100 % rpm, yang telah ditetapkan oleh engine builder. Ini merupakan nilai rating yang disajikan oleh engine builder untuk pemakian operasi secara kontinyu pada kondisi yang standar. Apa itu yang dimaksud dengan kondisi standar??? KOREKSI RAING Haruslah dipahami bahwasannya rating yang ditetapkan oleh engine builder, sesungguhnya masih belum mempertimbangkan kondisi lingkungan engine saat terpasang di kapal (ship environment). Ambient conditions sangat berpengaruh pada engine performance. Rating yang dikembangkan oleh engine builder adalah specified under standard conditions. Jika engine dioperasikan pada ambient conditions yang tidak standar, maka engine rating harus dimodifikasi (misalnya dioperasikan pada daerah tropis). Ada beberapa standar yang diikuti (lihat abel 1), dan langkah-langkah yang diambil guna pemodifikasian dari engine rating dengan mempertimbangkan ambient operating conditions saat service adalah dikenal dengan istilah DE-RAING. 3. RUMUSAN EMPIRIS YANG SERING DIGUNAKAN UNUK PERIMBANGAN EKNIS ERHADAP PERBEDAAN ANARA KONDISI OPERASI YANG SEBENARNYA DENGAN KONDISI YANG SANDAR (a) De-rate motor penggerak kapal, sebesar 10% ; untuk setiap penurunan tekanan barometrik sebesar 4 inch-hg. (b) De-rate motor penggerak kapal, sebesar,5% ; untuk setiap kenaikan temperatur kondisi udara sekitar (ambient air condition) sebesar 10 0 F. (c) De-rate motor penggerak kapal, sebesar 1% ; untuk setiap kenaikan kelembaban relatif (relative humidity) dari kondisi udara sekitar (ambient air condition) sebesar 10 %. 005 S.W. Adji Engine Propeller Matching

23 (d) Untuk motor penggerak kapal dengan sistem pendingin intercooled dan menggunakan air laut ; maka De-rate motor penggerak kapal, sebesar % ; untuk setiap kenaikan temperatur air laut (ambient air condition) sebesar 10 0 F. (e) De-rate motor penggerak kapal, sebesar 1% ; untuk setiap kenaikan exhaust back pressure (ambient air condition) sebesar 4 inch-hg. OPERAING MARGINS (1) ENGINE OPERAING MARGINS Nilai BMEP diturunkan hingga dibawah dari maximum rated bmep yang telah di-set oleh engine-builder. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi maintenance, sebab engine di-running pada kondisi beban mekanis dan beban thermal yang lebih rendah. Berikutnya adalah seberapa jauh nilai bmep tersebut diturunkan? dan ternyata tidak mudah untuk menjawabnya. Pada umumnya diambil allowance sebesar 10 %. () HULL SERVICE MARGIN Analisis tentang Resistance dan Powering adalah dibuat untuk kondisi-kondisi yang ideal, misalnya : perfect surfaces on hull & propeller, calm wind & seas, etc. Yangmana pada kenyataannya bahwa kondisi servis adalah sangat berbeda. Kemudian, bagaimana besarnya allowances yang harus diambil untuk kondisi tersebut?, dan inipun juga tidak mudah dijawab. Secara umum, allowance yang diambil adalah berkisar 0 %. % Engine Max Cont. Rating 100% Engine Operating Margin 100% bmep Hull Service Margin (for Hull Fouling, etc) 90% bmep 70% bmep - rial Condition - Classification Soc. 100% % Engine Speed Gambar 16 Operating Margins Nilai margin sebesar 30% tersebut mungkin agak berlebihan, dalam prakteknya nilai dari margins tersebut biasanya merupakan nilai gabungan yang diambil secara empiris. 005 S.W. Adji Engine Propeller Matching 3

24 Di dalam proses mengestimasi service speed dan engine power yang dibutuhkan di kapal, biasanya calon pemilik kapal akan melakukan pendekatan kepada pihak galangan serta meminta quatation untuk kapal bangunan baru. Margins mungkin juga dapat didefinisikan sebagai Ketentuan Kontrak ( atau juga Kecepatan Servis untuk operasional kapal ). Selain itu, Calon pemilik kapal biasanya juga mensyaratkan khusus terhadap ukuran tonase bobot mati kapal yang dibutuhkan, jenis muatan, kecepatan servis kapal, yangmana keinginannya untuk sea margin dan route-route perdagangan yang diproyeksikan tersebut terkait dengan Beaufort Number. Kebutuhan daya tersebut kemudian akan diestimasi, serta titik operasi baling-baling yang direncanakan akan ditetapkan oleh calon pemilik kapal, galangan dan engine builder. (3) HULL & PROPULSION SERVICE MARGIN PRACICES Di dalam prakteknya, hal tersebut adalah dapat diterima guna merancang baling-baling yang mampu menyerap 85 s.d. 90 % dari rated power pada rated speed yang benar. Perolehan 10 s.d. 15 % tersebut adalah dapat dimanfaatkan guna mempertahankan kecepatan servis seiring dengan penambahan beban kapal akibat foulings. Kapal sebaiknya dijadwalkan secara tertentu untuk kegiatan dry docking, sebagaimana MCP rating ketika sudah mendekati 100% (indikator beban di Engine sudah memberikan warning ). Umumnya, masing-masing engine manufacturers memiliki bentuk diagram operasi engine (seperti yang ditunjukkan pada Gambar 17), yangmana me-representasi-kan area operasi engine yang diperbolehkan. Selain itu, Engine manufacturers juga menyediakan speed power maps (lihat Gambar 18), dan biasanya engine manufacturers membatasi beban pengoperasian engine diluar continues operation envelopes hingga ± 8,3% dari waktu antara periode overhoul pemeliharaan major. Jika tidak ada kasus, nilai 100% orque (bmep) sebaiknya dilebihkan. Putaran engine dinaikkan hingga lebih 103% dari rated yang diijinkan dalam servis. Berdasarkan Gambar 18, diperoleh bahwa untuk masing-masing kurva beban propeller memiliki batasan tersendiri terhadap available power (sbg output power) yang dikeluarkan oleh engine. Jika margin bertambah maka kurva beban propeller (initial) akan bergerak turun dan bergeser ke kanan. Artinya, Jumlah kebutuhan daya untuk mendapatkan kecepatan design menjadi lebih kecil prosentasenya terhadap rated power-nya. Namun sebaliknya bila usia kapal bertambah dan lambung kapal mulai kasar (foulings), maka kurva beban propeller akan bergeser ke kiri pada Gambar Speed-Power Map tersebut. Selanjutnya, Engine speed menjadi batasan yang perlu mendapat perhatian. Karena pengambilan prosentase margin yang proporsional akan berpengaruh pada kelangsungan operasional kapal. Untuk penyempurnaan terhadap situasi yang demikian, maka biasanya diambil langkah-langkah sebagai berikut : Dipilih CPP (Controllable Pitch Propeller) untuk propulsor kapal, atau Mengganti propeller dengan yang baru saat dilaksanakan mid-life dry docking. 005 S.W. Adji Engine Propeller Matching 4

25 % MEP 110 YPICAL MAX CONINUES RPM 100 MAX CONINUES % MEP 90 % MEP % MEP BOUNDARY OF EXPECED OPERAING AREA 70 % MEP RIAL CONDIIONS PROPELLER CHARACERISICS % Gambar 17 Hubungan Engine - Propeller 005 S.W. Adji Engine Propeller Matching 5

26 % MEP 110 % 100 % Power Limit orque Limit 90 % 100% MEP 90% MEP 85% MEP RPM Limit 110 % % RPM Gambar 18 Speed-Power Map dari suatu Marine Diesel Engine Keterangan : Optimum range untuk operasi yang kontinyu Range Kerja yang hanya dibolehkan untuk waktu yang sangat terbatas saja Upper speed range, dicoba saat sea trial saja Range dari Karakteristik Engine pada saat sea trial dengan kondisi cuaca yang cerah, dan keadaan lambung kapal (hull) masih bersih Kurva beban propeller hampir mendekati titik MCR, meskipun Engine masih mampu kerja didalam range untuk waktu yang terbatas. Maksud dari kurva ini adalah untuk menunjukkan beban propeller yang seharusnya dicapai (dalam tahapan perancangan propeller ) Batas dari Range 005 S.W. Adji Engine Propeller Matching 6

27 abel 1 : Diesel Engine Environmental Standard Reference Conditions Ambient Air Barometric Relative Charge emperature Pressure Humidity Coolant ( 0 C ) ( kpa ) ( % ) ( 0 C ) ISO 3046 / I CIMAC DIN SAE J816b (3) SAE J (3) DEMA 3. (1) 95.4 () (3) SNAME &R 3-7 Mach. Space Air Outside Air Det Norske Veritas JIS DIN DIN 670 A DIN 670 B British Std British Std. Au141a Keterangan : (1) Maximum () Minimum (3) emperature at Outlet abel : Diesel Manufacturer s Standards For Four-Stroke Engines Engine Manufacturer Environmental Reference Conditions SORK-WERKSPOOR ISO 3046/I, DIN 671, DIN 670 A, BS 649 M.A.N. ISO 3046/I, DNV, ropical SULZER ISO 3046/I, ropical MU ISO 3046/I, ropical S.E.M.. PIELSICK ISO 3046/I, ropical B & W ISO 3046/I, DNV, ropical GM ISO 3046/I, ropical MIRRLEES BLACKSONE ropical GEC (RUSON) ISO 3046/I, ropical MWM ropical CAERPILLAR SAE J70, SAE J816b, DIN 670B DEROI DIESEL --- DOXFORD ISO 3046/I 005 S.W. Adji Engine Propeller Matching 7

28 Pada perancangan baling-baling kapal, besarnya daya yang di-absorb oleh balingbaling adalah umumnya berkisar 85 90% dari nominal power pada nominal speed (rated power, rated speed). Sehingga, besarnya selisih (10 15%) yang dipilih tersebut, didasari pada permintaan Owner serta pertimbangan teknis dari kekhususan bentuk lambung kapal itu sendiri. Maka daya yang tersedia masih mencukupi kebutuhan untuk mempertahankan kondisi servis kapal, seiring dengan kenyataan adanya binatangbinatang laut yang tumbuh menempel di lambung kapal. Kapal sebaiknya dijadwalkan untuk melaksanakan dry docking, ketika kapal dalam operasi servisnya harus merunning engine pada kondisi 100% nominal dari maximum continuous power rating. SERVICE RAING % {Brake Power rials} / {Brake Power Manufacturer Rating} Ratio ini harus dihitung dengan seluruh pertimbangan teknis, meliputi kondisi lingkungan, tipe bahan bakar, dan koreksi-koreksi yang digunakan. Dan jika terjadi kondisi engine & Propeller match yang seperti ditunjukkan pada region dalam Gambar 18, maka salah satu langkah yang harus diambil adalah sebagai berikut : Propeller replaced (diganti), Re-pitched, ips cropped (potong bagian tip dari daun propeller). Engine & Propeller Matching adalah sangat esensial, tidak hanya pertimbangan terhadap alasan ekonomisnya saja. Akan tetapi juga untuk menghindari kerusakan dari Engine. Beban thermal dari engine tergantung pada bmep dan posisi titik operasi pada kurva dari Gambar 18 tentang Speed Power Map, yangmana menyajikan kemungkinan kecepatan terendah untuk suatu nilai bmep yang diberikan. Untuk memperoleh kondisi kerja yang optimum, maka titik-titik operasi engine untuk continuous service sebaiknya berada dalam Range (Gambar 18). Engine boleh dioperasikan dalam Range, namun hanya untuk periode yang terbatas. Jika Engine di-set pada kondisi CSR adalah 85% power pada nominal speed. Dan ketika kelebihan daya tersebut kemudian dibutuhkan, maka putaran engine dapat dinaikkan hingga; 103% dari nominal speed-nya, selama continuous operation. 108% dari nominal speed-nya, untuk periode sekitar 1 jam selama trials run. Dan ini hanya dapat dilakukan jika shafting bukan menjadi sumber getaran torsional yang tidak dapat diijinkan. (4) ENGINE DE-RAING MEHODS Untuk memperoleh nilai specific fuel oil consumption yang lebih rendah dari engine yang diberikan dalam kondisi servis, dimana mungkin engine yang relatif lebih besar, yang dipilih untuk diinstal di kapal. Sehingga perlu adjustments yang optimal terhadap 005 S.W. Adji Engine Propeller Matching 8

29 propeller dan engine agar specific fuel oil consumption yang paling rendah dapat diperoleh. Engine di-adjust untuk mendapatkan bmep yang maksimum pada derated RPM dan Power. Metode yang diterapkan adalah untuk meng-encourage operasi engine speed yang terendah, sehingga secara teoritis efisiensi propeller yang lebih tinggi dapat ditemukan. POWER / SPEED PERFORMANCE ENVELOPE Diagram ini untuk menunjukkan kinerja engine melalui prosentase, ataupun nilai absolut, dari ratio power dan speed yang terjadi saat operasi engine. Pada umumnya, cakupan range operasi engine dibatasi oleh beberapa hal seperti yang ditunjukkan pada abel 3. abel 3 : Operating Range Bounded By Various Constraints OPERAING RANGES Idle Speed Smoke Limit Surge Limit Exhaust Gas emperature Peak Cylinder Pressure urbo RPM Max. Engine RPM Motoring Minimum BMEP CONSRAINS Smooth Running; Number of Cylinders; Inertia; Friction, etc Poor Scavenge & Combustion urbo Unstable Valve Deposits, Burning, etc Mechanical Stresses Limiting Inertia Stress Wear rates; Inertia Forces Friction & Pumping; Losses (Mech. Efficiency) Poor Combustion 005 S.W. Adji Engine Propeller Matching 9

30 PERMASALAHAN PERMASALAHAN YANG SERING ERJADI DILAPANGAN Question1: Bung, kenapa Engine saya gak bisa mencapai titik teratas dari rated speed (RPM) saat trials? Dan mengapa kapal saya tidak dapat mencapai kecepatan servis seperti yang direncanakan oleh ship designer? Apakah dengan menambah atau menurunkan Pitch Propeller akan menyempurnakan kinerja dari kapal saya? Answer1: Sebelum kita menjawab keseluruhan pertanyaan Q1 tersebut, kita harus menginvestigate secara detail pada power, engine performance dan kecepatan kapal yang terjadi. Secara umum kebutuhan power kapal itu, tentu sudah dihitung pada saat kapal direncanakan. Sehingga melalui perhitungan tahanan kapal yang tepat/sesuai, maka kebutuhan power kapal tersebut juga akan dapat diperoleh dengan tepat. Kemudian, dilakukan pemilihan engine dengan memperhatikan parameterparameter, antara lain : Power per-shaft; Speed (RPM); Weight (dry & wet); Space required; Fuel oil consumption; dsb. Dan jika hanya dari aspek Engine & Hull saja yang diperhatikan, maka Propeller pun akan muncul sebagai persoalan baru (seperti pertanyaan Q1). Seperti misalnya terjadi kesalahan dalam penetapan harga Pitch Propeller, sebut saja bahwa nilainya terlalu tinggi (heavy propeller). Maka propeller load (beban propeller) akan bergeser naik (ke arah sebelah kiri) pada diagram Power-Speed Map, sehingga titik perpotongan antara kurva rated engine torque dan propeller load akan berada dibawah (lebih rendah) dari nominal rated speed (RPM)-nya. Lebih buruk lagi bahwa power yang diabsorb oleh propeller menjadi lebih rendah juga, sehingga engine power yang dihasilkan seolah-olah menjadi tidak mencukupi untuk mengoperasikan kapal pada kecepatan servis yang direncanakan. Perubahan Pitch Propeller juga bukan merupakan satu-satunya solusi mengingat jika besarnya perubahan tersebut tidak diperhatikan maka dapat menyebabkan kondisi propeller menjadi Light Propeller (Pitch too low), sehingga juga dapat menimbulkan masalah baru lagi (mis-match). Perhatikan optimasi dari Rasio Pitch dan Diameter propeller (P/D) terhadap propeller torque pada kondisi behind the ship. Langkah lainnya yang mungkin dapat dikerjakan adalah memotong (cropped) ujung daun propeller (bagian tip blades ), pastikan dengan hitungan yang tepat mengenai besarnya prosentase tip propeller yang harus dipotong tersebut. 005 S.W. Adji Engine Propeller Matching 30

31 Question : Bung, kenapa engine speed ini perlu diturunkan pada propeller speed? kalau tidak diturunkan bagaimana? Answer : Begini untuk internal combustion engines, ORQUE secara definisi adalah 5.5 dikalikan dengan dayanya, kemudian dibagi dengan putarannya (RPM). Sehingga, jika karakter engine adalah putaran rendah dan memiliki daya yang besar, sudah dapat dipastikan bahwa engine akan mempunyai nilai orque yang besar. Inilah yang menyebabkan bahwa tipikal slower turning propeller akan memberikan hrust yang lebih besar, karena mereka menerima orque yang besar pada nilai engine power yang sama. Sebagai contoh; Sebuah engine mempunyai kapasitas daya 500 HP pada putaran.000 RPM, sehingga engine tersebut akan men-deliver torque sebesar lb-ft ke propeller. Dan jika pada sistem transmisi tersebut dipasang reduction gear (gearbox) dengan rasio 3:1, maka kapasitas daya akan berkurang berkisar 3% (friction losses di gearbox) menjadi 485 HP. Pada waktu yang sama juga, putaran propeller turun menjadi 667 RPM. Maka besarnya torque yang dideliver menjadi bertambah hingga lb-ft. Question 3 : Bung, biasanya ship operator untuk menghemat pemakaian bahan bakar, maka operasional engine umumnya pada putaran yang mendekati lower limit sehingga kecepatan kapal pun menjadi lebih rendah. Bagaimana itu bisa terjadi? Answer 3 : Pada marine diesel engines, trendline dari rated engine torque adalah proporsional dengan rated bmep yang terjadi. Dan rated bmep adalah juga proporsional dengan rated fuel consumption-nya. Dengan menurunkan putaran engine, katakanlah dari.00 RPM menjadi RPM, maka sesungguhnya terjadi penurunan rated bmep sekaligus penurunan rated fuel consumption (katakanlah dari 180 gr/hp-hr menjadi 155 gr/hp-hr). Jika besarnya engine power adalah HP dan kapal berlayar selama 10 hari, maka penghematan bahan bakar dapat mencapai ± 4 ton. Konsekuensinya adalah kecepatan servis kapal akan turun, sebab output power dari engine juga turun. 005 S.W. Adji Engine Propeller Matching 31

STUDI PERANCANGAN SISTEM PROPULSI WATERJET PADA KAPAL PENUMPANG 200 PAX TIPE WAVE PIERCHING CATAMARAN

STUDI PERANCANGAN SISTEM PROPULSI WATERJET PADA KAPAL PENUMPANG 200 PAX TIPE WAVE PIERCHING CATAMARAN STUDI PERANCANGAN SISTEM PROPULSI WATERJET PADA KAPAL PENUMPANG 2 PAX TIPE WAVE PIERCHING CATAMARAN Oleh: Ir. Agoes Santoso, M.Sc 2), Ir. Soemartojo WA 2), Nida Ahmad Musyafa 1) 1) 2) Mahasiswa : Jurusan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN DAYA MOTOR PENGGERAK UTAMA a. EHP (dinas) = RT (dinas) x Vs = 178,97 Kn x 6,172 m/s = Kw = Hp

PERHITUNGAN DAYA MOTOR PENGGERAK UTAMA a. EHP (dinas) = RT (dinas) x Vs = 178,97 Kn x 6,172 m/s = Kw = Hp PERHITUNGAN DAYA MOTOR PENGGERAK UTAMA a. EHP (dinas) = RT (dinas) x Vs = 178,97 Kn x 6,172 m/s = 1104.631 Kw = 1502.90 Hp b. Menghitung Wake Friction (W) Pada perencanaan ini digunakan tipe single screw

Lebih terperinci

Analisa Perhitungan Fixed Pitch Propeller (FPP) Tipe B4-55 Di PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari (Persero)

Analisa Perhitungan Fixed Pitch Propeller (FPP) Tipe B4-55 Di PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari (Persero) Analisa Perhitungan Fixed Pitch Propeller (FPP) Tipe B4-55 Di PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari (Persero) Nama : Geraldi Geastio Dominikus NPM : 23412119 Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing : Eko Susetyo

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR (LS 1336)

TUGAS AKHIR (LS 1336) TUGAS AKHIR (LS 1336) STUDI PERANCANGAN SISTEM PROPULSI DAN OPTIMASI HULL PADA KAPAL MILITER FAST LST (Landing Ship Tank) PENGUSUL NAMA : JOHAN AIRMAN SURYA NRP : 4207 100 606 BIDANG STUDI : MMD JURUSAN

Lebih terperinci

Analisa Pengaruh Trim terhadap Konsumsi Bahan Bakar

Analisa Pengaruh Trim terhadap Konsumsi Bahan Bakar JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 3, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-213 Analisa Pengaruh Trim terhadap Konsumsi Bahan Bakar Nur Salim Aris, Indrajaya Gerianto, dan I Made Ariana Jurusan Teknik

Lebih terperinci

ANALISA ENGINE PROPELLER MATCHING PADA KAPAL PERINTIS BARU TYPE 200 DWT UNTUK MEDAPATKAN SISTEM PROPULSI YANG OPTIMAL

ANALISA ENGINE PROPELLER MATCHING PADA KAPAL PERINTIS BARU TYPE 200 DWT UNTUK MEDAPATKAN SISTEM PROPULSI YANG OPTIMAL ANALISA ENGINE PROPELLER MATCHING PADA KAPAL PERINTIS BARU TYPE 200 DWT UNTUK MEDAPATKAN SISTEM PROPULSI YANG OPTIMAL Adhi Paska 1, Eko Sasmito Hadi 1, Kiryanto 1 1) Program Studi S1 Teknik Perkapalan,

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/naval JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro ISSN 2338-0322 Engine Matching Propeller Pada Kapal

Lebih terperinci

USULAN BIDANG MARINE MANUFACTURE AND DESIGN (MMD) Oleh: Hanifuddien Yusuf NRP

USULAN BIDANG MARINE MANUFACTURE AND DESIGN (MMD) Oleh: Hanifuddien Yusuf NRP USULAN BIDANG MARINE MANUFACTURE AND DESIGN (MMD) Oleh: Hanifuddien Yusuf NRP. 4211106011 JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014

Lebih terperinci

KINERJA KAPAL KM. MANTIS UNTUK PUKAT UDANG GANDA KEMBAR

KINERJA KAPAL KM. MANTIS UNTUK PUKAT UDANG GANDA KEMBAR Abstrak KINERJA KAPAL KM. MANTIS UNTUK PUKAT UDANG GANDA KEMBAR Budhi Santoso 1), Sarwoko 2) 1) Akademi Teknik Perkapalan Veteran Semarang 2) PSD III Teknik Perkapalan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

Investigasi Efisiensi Propeler Kapal Ikan Tradisional

Investigasi Efisiensi Propeler Kapal Ikan Tradisional Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi Investigasi Efisiensi Propeler Kapal Ikan Tradisional *Deni Mulyana, Jamari, Rifky Ismail Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

ENGINE MATCHING PROPELLER PADA KAPAL MT. NUSANTARA SHIPPING LINE IV AKIBAT PERGANTIAN SISTIM PROPULSI. Untung Budiarto, M Abdurrohman Raup, ABSTRACT

ENGINE MATCHING PROPELLER PADA KAPAL MT. NUSANTARA SHIPPING LINE IV AKIBAT PERGANTIAN SISTIM PROPULSI. Untung Budiarto, M Abdurrohman Raup, ABSTRACT ENGINE MATCHING PROPELLER PADA KAPAL MT. NUSANTARA SHIPPING LINE IV AKIBAT PERGANTIAN SISTIM PROPULSI Untung Budiarto, M Abdurrohman Raup, ABSTRACT Study the performance of motor boats are lifted by the

Lebih terperinci

BAB III METODE PELAKSANAAN

BAB III METODE PELAKSANAAN BAB III METODE PELAKSANAAN Metodologi pelaksanaan merupakan cara atau prosedur yang berisi tahapan-tahapan yang jelas yang disusun secara sistematis dalam proses penelitian. Tiap tahapan maupun bagian

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI DIII TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014

PROGRAM STUDI DIII TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014 KAJIAN NUMERIK PENGARUH VARIASI IGNITION TIMING DAN AFR TERHADAP PERFORMA UNJUK KERJA PADA ENGINE MOTOR TEMPEL EMPAT LANGKAH SATU SILINDER YAMAHA F2.5 MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BENSIN DAN LPG Oleh: Helmi

Lebih terperinci

DESAIN DAN PEMODELAN SISTEM PROPULSI DAN STAND ALONE SISTEM KONTROL PROPULSI KAPAL

DESAIN DAN PEMODELAN SISTEM PROPULSI DAN STAND ALONE SISTEM KONTROL PROPULSI KAPAL Jurusan Teknik Mesin Fakultas Tegnologi Industri Institut Tegnologi Sepuluh Nopember Surabaya DESAIN DAN PEMODELAN SISTEM PROPULSI DAN STAND ALONE SISTEM KONTROL PROPULSI KAPAL M. Dakka Krisma Dwikade

Lebih terperinci

PERENCANAAN WATER JET SEBAGAI ALTERNATIF PROPULSI PADA KAPAL CEPAT TORPEDO 40 M UNTUK MENINGKATKAN KECEPATAN SAMPAI 40 KNOT

PERENCANAAN WATER JET SEBAGAI ALTERNATIF PROPULSI PADA KAPAL CEPAT TORPEDO 40 M UNTUK MENINGKATKAN KECEPATAN SAMPAI 40 KNOT PERENCANAAN WATER JET SEBAGAI ALTERNATIF PROPULSI PADA KAPAL CEPAT TORPEDO 40 M UNTUK MENINGKATKAN KECEPATAN SAMPAI 40 KNOT Akmal Thoriq Firdaus 1),Agoes Santoso 2),Tony Bambang 2), 1) Mahasiswa : Jurusan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Dalam operasinya di laut, suatu kapal harus memiliki kemampuan untuk mempertahankan kecepatan dinas (Vs) seperti yang direncanakan. Hal ini mempunyai arti bahwa, kapal haruslah

Lebih terperinci

Uji Eksperimental Pertamina DEX dan Pertamina DEX + Zat Aditif pada Engine Diesel Putaran Konstan KAMA KM178FS

Uji Eksperimental Pertamina DEX dan Pertamina DEX + Zat Aditif pada Engine Diesel Putaran Konstan KAMA KM178FS Uji Eksperimental Pertamina DEX dan Pertamina DEX + Zat Aditif pada Engine Diesel Putaran Konstan KAMA KM178FS ANDITYA YUDISTIRA 2107100124 Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. H D Sungkono K, M.Eng.Sc Kemajuan

Lebih terperinci

PRESENTASI. Engine Propeller Matching B Series Propeller FPP. Oleh : Ede Mehta Wardana Nurhadi Raedy Anwar Subiantoro

PRESENTASI. Engine Propeller Matching B Series Propeller FPP. Oleh : Ede Mehta Wardana Nurhadi Raedy Anwar Subiantoro PROGRAM PASCASARJANA TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA PRESENTASI Engine Propeller Matching B Series Propeller FPP Oleh : Ede Mehta Wardana Nurhadi

Lebih terperinci

ANALISA TEKNIS PENGGANTIAN MESIN INDUK KAPAL PATROLI KP. PARIKESIT 513

ANALISA TEKNIS PENGGANTIAN MESIN INDUK KAPAL PATROLI KP. PARIKESIT 513 ANALISA TEKNIS PENGGANTIAN MESIN INDUK KAPAL PATROLI KP. PARIKESIT 513 Parlindungan Manik, Kiryanto Program Studi Teknik Perkapalan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro ABSTRACT Technical analysis

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIKUM MESIN KAPAL JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN MARINE ENGINEERING

PETUNJUK PRAKTIKUM MESIN KAPAL JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN MARINE ENGINEERING PETUNJUK PRAKTIKUM MESIN KAPAL JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN MARINE ENGINEERING DAFTAR ISI 1. PENDAHULUAN... 1 2. TUJUAN PENGUJIAN... 1 3. MACAM MACAM PERALATAN UJI... 2 4. INSTALASI PERALATAN UJI...

Lebih terperinci

RANCANGAN PROPELLER OPTIMUM KAPAL IKAN TRADISIONAL

RANCANGAN PROPELLER OPTIMUM KAPAL IKAN TRADISIONAL RANCANGAN PROPELLER OPTIMUM KAPAL IKAN TRADISIONAL Ida Bagus Putu Sukadana I Wayan Suastawa Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Bali Bukit Jimbaran,Tuban Badung- BALI, Phone : +62-361-71981, Fax: +62-361-71128,

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH VARIASI SUDUT RAKE PROPELLER B-SERIES TERHADAP DISTRIBUSI ALIRAN FLUIDA DENGAN METODE CFD

ANALISA PENGARUH VARIASI SUDUT RAKE PROPELLER B-SERIES TERHADAP DISTRIBUSI ALIRAN FLUIDA DENGAN METODE CFD ANALISA PENGARUH VARIASI SUDUT RAKE PROPELLER B-SERIES TERHADAP DISTRIBUSI ALIRAN FLUIDA DENGAN METODE CFD Oleh Wisnu Cahyaning Ati 1), Irfan Syarif Arief ST, MT ),Ir. Surjo W. Adji, M.Sc, CEng, FIMarEST

Lebih terperinci

KAJIAN TEKNIS DAN EKONOMIS PENGGUNAAN DUAL FUEL SYSTEM (LPG-SOLAR) PADA MESIN DIESEL KAPAL NELAYAN TRADISIONAL

KAJIAN TEKNIS DAN EKONOMIS PENGGUNAAN DUAL FUEL SYSTEM (LPG-SOLAR) PADA MESIN DIESEL KAPAL NELAYAN TRADISIONAL KAJIAN TEKNIS DAN EKONOMIS PENGGUNAAN DUAL FUEL SYSTEM (LPG-SOLAR) PADA MESIN DIESEL KAPAL NELAYAN TRADISIONAL Imam Pujo Mulyatno 1,Sarjito Joko Sisworo 2, Dhimas Satriyan Panuntun 3 1,2,3 Teknik Perkapalan

Lebih terperinci

Dhani Priatmoko REDUCTION GEAR AND PROPULSION SYSTEM VIBRATION ANALYSIS ON MV.KUMALA

Dhani Priatmoko REDUCTION GEAR AND PROPULSION SYSTEM VIBRATION ANALYSIS ON MV.KUMALA Dhani Priatmoko 4207 100 002 REDUCTION GEAR AND PROPULSION SYSTEM VIBRATION ANALYSIS ON MV.KUMALA Pendahuluan KM Kumala diinformasikan mengalami getaran yang berlebih dan peningkatan temperatur gas buang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. displacement dari kapal tersebut. Adapun hasil perhitungan adalah : 2. Coefisien Blok (Cb) = 0,688

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. displacement dari kapal tersebut. Adapun hasil perhitungan adalah : 2. Coefisien Blok (Cb) = 0,688 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Hidrostatika Kapal Tunda Sesuai dengan gambar rencana garis dan bukaan kulit kapal tunda TB. Bosowa X maka dapat dihitung luas garis air, luas bidang basah,

Lebih terperinci

INVESTIGASI GEOMETRI DAN PERFORMA HIDRODINAMIS PROPELER PRODUKSI UKM PADA KONDISI OPEN WATER

INVESTIGASI GEOMETRI DAN PERFORMA HIDRODINAMIS PROPELER PRODUKSI UKM PADA KONDISI OPEN WATER Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi INVESTIGASI GEOMETRI DAN PERFORMA HIDRODINAMIS PROPELER PRODUKSI UKM PADA KONDISI OPEN WATER *Fiki Firdaus, Jamari, Rifky Ismail

Lebih terperinci

MODIFIKASI BENTUK BURITAN KAPAL DAN SISTEM PROPULSI KT ANGGADA XVI AKIBAT RENCANA REPOWERING. A.K.Kirom Ramdani ABSTRAK

MODIFIKASI BENTUK BURITAN KAPAL DAN SISTEM PROPULSI KT ANGGADA XVI AKIBAT RENCANA REPOWERING. A.K.Kirom Ramdani ABSTRAK MODIFIKASI BENTUK BURITAN KAPAL DAN SISTEM PROPULSI KT ANGGADA XVI AKIBAT RENCANA REPOWERING A.K.Kirom Ramdani 4205100037 ABSTRAK KT Anggada XVI adalah kapal tunda yang beroperasi di pelabuhan Balikpapan.

Lebih terperinci

Deskripsi BALING-BALING KAPAL BERSIRIP

Deskripsi BALING-BALING KAPAL BERSIRIP 1 Deskripsi BALING-BALING KAPAL BERSIRIP 5Bidang Teknik Invensi Invensi ini berhubungan dengan suatu sirip-sirip penambah daya dorong pada baling-baling kapal, khususnya sirip-sirip tersebut dibuat menyatu

Lebih terperinci

Deskripsi BALING-BALING KAPAL BERSIRIP

Deskripsi BALING-BALING KAPAL BERSIRIP 1 Deskripsi BALING-BALING KAPAL BERSIRIP Bidang Teknik Invensi Invensi ini berhubungan dengan suatu sirip-sirip penambah daya dorong pada baling-baling kapal, khususnya sirip-sirip tersebut dibuat menyatu

Lebih terperinci

Perencanaan Water Jet Sebagai Alternatif Propulsi Pada Kapal Cepat Torpedo 40 M Untuk Meningkatkan Kecepatan Sampai 40 Knot

Perencanaan Water Jet Sebagai Alternatif Propulsi Pada Kapal Cepat Torpedo 40 M Untuk Meningkatkan Kecepatan Sampai 40 Knot Perencanaan Water Jet Sebagai Alternatif Propulsi Pada Kapal Cepat Torpedo 40 M Untuk Meningkatkan Kecepatan Sampai 40 Knot Disusun Oleh : Akmal Thoriq Firdaus - 4211105012 Dosen Pembimbing : 1. Ir. H.

Lebih terperinci

Mesin Penggerak Kapal PROGRAM STUDI TEKNIK PERKAPALAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Mesin Penggerak Kapal PROGRAM STUDI TEKNIK PERKAPALAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO Mesin Penggerak Kapal PROGRAM STUDI TEKNIK PERKAPALAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO Sistem Penggerak Kapal Mesin Penggerak Utama 1. Mesin Uap Torak (Steam Reciprocating Engine) 2. Turbin Uap (Steam

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. 1. Mean Effective Pressure. 2. Torque And Power. 3. Dynamometers. 5. Specific Fuel Consumption. 6. Engine Effeciencies

PEMBAHASAN. 1. Mean Effective Pressure. 2. Torque And Power. 3. Dynamometers. 5. Specific Fuel Consumption. 6. Engine Effeciencies PEMBAHASAN 1. Mean Effective Pressure 2. Torque And Power 3. Dynamometers 4. Air-Fuel Ratio (AFR) and Fuel-Air Ratio (FAR) 5. Specific Fuel Consumption 6. Engine Effeciencies 7. Volumetric Efficiency 1.

Lebih terperinci

Kajian Teknis Sistem Propulsi Untuk Kapal Perang Missile Boat Dengan Kecepatan 70 Knots

Kajian Teknis Sistem Propulsi Untuk Kapal Perang Missile Boat Dengan Kecepatan 70 Knots JURNAL TEKNIK SISTEM PERKAPALAN Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 Kajian Teknis Sistem Propulsi Untuk Kapal Perang Missile Boat Dengan Kecepatan 70 Knots Anggarda, F 1), Arief, I.S, 2), Jadmiko, E. 2) Jurusan

Lebih terperinci

ABSTRACT. KEY WORDS : Landing Ship Tank, Propulsion system, Knot

ABSTRACT. KEY WORDS : Landing Ship Tank, Propulsion system, Knot Studi Perancangan Sistem Propulsi Dan Optimasi Hull Pada Kapal Militer Fast LST (Landing Ship Tank) Oleh : Johan Airman Surya Institute of Technology Sepuluh Nopember Surabaya Johan_surya86@Yahoo.com ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB V ANALISA AKHIR. pengujian Dynotest dan Uji Konsumsi Bahan Bakar Pada RPM Konstan untuk

BAB V ANALISA AKHIR. pengujian Dynotest dan Uji Konsumsi Bahan Bakar Pada RPM Konstan untuk BAB V ANALISA AKHIR Ada dua jenis analisa pokok pada bab ini yang didasari dari hasil pengujian Dynotest dan Uji Konsumsi Bahan Bakar Pada RPM Konstan untuk disain mesin yang telah diterapkan berdasarkan

Lebih terperinci

Surjo W. Adji. ITS Surabaya

Surjo W. Adji. ITS Surabaya Surjo W. Adji Dept. of Marine Engineering ITS Surabaya S.W. Adji 2009 1. UMUM Secara garis besar antara Tahanan Kapal (Ship Resistance) dan Propulsi Kapal (Ship Propulsion) memiliki hubungan yang sangat

Lebih terperinci

EFISIENSI GAS ENGINE PADA BERBAGAI PUTARAN: STUDI EKSPERIMEN PADA JES GAS ENGINE J208GS

EFISIENSI GAS ENGINE PADA BERBAGAI PUTARAN: STUDI EKSPERIMEN PADA JES GAS ENGINE J208GS EFISIENSI GAS ENGINE PADA BERBAGAI PUTARAN: STUDI EKSPERIMEN PADA JES GAS ENGINE J208GS Bambang Setyoko Program Studi Diploma Teknik Mesin Fakultas Teknik UNDIP Jl. Prof H. Sudharto, SH, Tembalang, Semarang

Lebih terperinci

HAMBATAN, PROPULSI & MOTOR INDUK KAPAL

HAMBATAN, PROPULSI & MOTOR INDUK KAPAL HMTN, PROPULSI & MOTOR INDUK KPL HMTN, PROPULSI & MOTOR INDUK KPL 3.1 Perhitungan Hambatan Kapal Hambatan total kapal terdiri dari beberapa komponen hambatan, yang pertama yaitu viscous resistance (hambatan

Lebih terperinci

HYBRID PROPULSION SISTEM (DMP & DEP) FOR TRIMARAN TYPE FAST PATROL BOAT

HYBRID PROPULSION SISTEM (DMP & DEP) FOR TRIMARAN TYPE FAST PATROL BOAT HYBRID PROPULSION SISTEM (DMP & DEP) FOR TRIMARAN TYPE FAST PATROL BOAT Dedy Wahyudi 1), Eddy Setyo Koenhandono 2), Hari Prastowo 3), AA. Masroeri 4) 1) Designer of Machinery & Outfitting PT. PAL Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN UNJUK KERJA MOTOR BAKAR MENGGUNAKAN PROGRAM VISUAL BASIC

KAJIAN UNJUK KERJA MOTOR BAKAR MENGGUNAKAN PROGRAM VISUAL BASIC KAJIAN UNJUK KERJA MOTOR BAKAR MENGGUNAKAN PROGRAM VISUAL BASIC SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik ALFARETH NIM. 090421059 PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA

Lebih terperinci

Analisa Penerapan Mesin Hybrid Pada Kapal KPC-28 dengan Kombinasi Diesel Engine dan Motor Induksi Yang Disuplai Dengan Batterai

Analisa Penerapan Mesin Hybrid Pada Kapal KPC-28 dengan Kombinasi Diesel Engine dan Motor Induksi Yang Disuplai Dengan Batterai Analisa Penerapan Mesin Hybrid Pada Kapal KPC-28 dengan Kombinasi Diesel Engine dan Motor Induksi Yang Disuplai Dengan Batterai Dosen pembimbing : 1. Dr. I Made Ariana, ST., MT 2. Ir. Indrajaya Gerianto,

Lebih terperinci

Analisa Kecepatan Dan Daya Kapal Ikan Tradisional Penggunaan Wilayah Batam, Kepulauan Riau

Analisa Kecepatan Dan Daya Kapal Ikan Tradisional Penggunaan Wilayah Batam, Kepulauan Riau Analisa Kecepatan Dan Daya Kapal Ikan Tradisional Penggunaan Wilayah Batam, Kepulauan Riau Cut Elliyana Fenidita *, Hendra Saputra *, Nidia Yuniarsih Batam Polytechnics Mechanical Engineering study Program

Lebih terperinci

Kajian Unjuk Kerja Mesin Induk Kapal Cepat Pasca Re-Powering

Kajian Unjuk Kerja Mesin Induk Kapal Cepat Pasca Re-Powering Kajian Unjuk Kerja Mesin Induk Kapal Cepat Pasca Re-Powering Federico SC 1, Wibowo H.N 2 1 Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo 2 Marine Structural Monitoring / Hydroelasticity Group

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA 3.1. Proses 3.1.1 Perancangan Propeller. Gambar 3.1. Perancangan Hovercraft Perancangan propeller merupakan tahapan awal dalam pembuatan suatu propeller, maka

Lebih terperinci

ANALISA PERUBAHAN SISTEM PROPULSI DARI SCHOTTLE MENJADI TWIN SCREW PADA KAPAL PENUMPANG KMP NIAGA FERRY II

ANALISA PERUBAHAN SISTEM PROPULSI DARI SCHOTTLE MENJADI TWIN SCREW PADA KAPAL PENUMPANG KMP NIAGA FERRY II FIELD PROJECT ANALISA PERUBAHAN SISTEM PROPULSI DARI SCHOTTLE MENJADI TWIN SCREW PADA KAPAL PENUMPANG KMP NIAGA FERRY II INDRA ARIS CHOIRUR. R 6308030015 D3 Teknik Permesinan Kapal Politeknik Perkapalan

Lebih terperinci

Grafik bhp vs rpm BHP. BHP (hp) Putaran Engine (rpm) tanpa hho. HHO (plat) HHO (spiral) Poly. (tanpa hho) Poly. (HHO (plat)) Poly.

Grafik bhp vs rpm BHP. BHP (hp) Putaran Engine (rpm) tanpa hho. HHO (plat) HHO (spiral) Poly. (tanpa hho) Poly. (HHO (plat)) Poly. Grafik bhp vs rpm BHP BHP (hp) 80 70 60 50 40 30 20 10 0 500 1500 2500 3500 4500 5500 Putaran Engine (rpm) tanpa hho HHO (plat) HHO (spiral) Poly. (tanpa hho) Poly. (HHO (plat)) Poly. (HHO (spiral)) Grafik

Lebih terperinci

Analisa Rekondisi Main Engine dan System Propulsi Kapal Kumawa Jade 20.7 Meter Catamaran

Analisa Rekondisi Main Engine dan System Propulsi Kapal Kumawa Jade 20.7 Meter Catamaran Analisa Rekondisi Main Engine dan System Propulsi Kapal Kumawa Jade 20.7 Meter Catamaran Muhammad Dathsyur Universitas Mercubuana muhammad.dathsyur@gmail.com Abstrak: Kapal Kumawa Jade 20.7M Passanger

Lebih terperinci

ANALISIS PERFORMANSI MOTOR BAKAR DIESEL SWD 8FG PLTD AYANGAN TAKENGON ACEH TENGAH

ANALISIS PERFORMANSI MOTOR BAKAR DIESEL SWD 8FG PLTD AYANGAN TAKENGON ACEH TENGAH ANALISIS PERFORMANSI MOTOR BAKAR DIESEL SWD 8FG PLTD AYANGAN TAKENGON ACEH TENGAH LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III PROGRAM

Lebih terperinci

ANALISA PERFORMANSI HEAT EXCHANGER PADA SISTEM PENDINGIN MAIN ENGINE FIREBOAT WISNU I (Studi Kasus untuk Putaran Main Engine rpm)

ANALISA PERFORMANSI HEAT EXCHANGER PADA SISTEM PENDINGIN MAIN ENGINE FIREBOAT WISNU I (Studi Kasus untuk Putaran Main Engine rpm) ANALISA PERFORMANSI HEAT EXCHANGER PADA SISTEM PENDINGIN MAIN ENGINE FIREBOAT WISNU I (Studi Kasus untuk Putaran Main Engine 600-1200 rpm) Oleh: NURHADI GINANJAR KUSUMA NRP. 6308030042 PROGRAM STUDI TEKNIK

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI PERBANDINGAN BAHAN BAKAR SOLAR-BIODIESEL (MINYAK JELANTAH) TERHADAP UNJUK KERJA PADA MOTOR DIESEL

PENGARUH VARIASI PERBANDINGAN BAHAN BAKAR SOLAR-BIODIESEL (MINYAK JELANTAH) TERHADAP UNJUK KERJA PADA MOTOR DIESEL PENGARUH VARIASI PERBANDINGAN BAHAN BAKAR SOLAR-BIODIESEL (MINYAK JELANTAH) TERHADAP UNJUK KERJA PADA MOTOR DIESEL SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memproleh Gelar Sarjana Teknik IKHSAN

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN & ANALISA

BAB IV PERHITUNGAN & ANALISA BAB IV PERHITUNGAN & ANALISA 4.1 Data Utama Kapal Tabel 4.1 Prinsiple Dimention NO. PRINCIPLE DIMENTION 1 Nama Proyek Kapal 20.7 CATAMARAN CB. KUMAWA JADE 2 Owner PT. PELAYARAN TANJUNG KUMAWA 3 Class BV

Lebih terperinci

TERMODINAMIKA SIKLUS KERJA DAN PEMAKAIAN BAHAN BAKAR MESIN DIESEL EMPAT LANGKAH 350 HP, 400 RPM (KAJIAN TEORITIS) Aloysius Eddy Liemena *) Abstract

TERMODINAMIKA SIKLUS KERJA DAN PEMAKAIAN BAHAN BAKAR MESIN DIESEL EMPAT LANGKAH 350 HP, 400 RPM (KAJIAN TEORITIS) Aloysius Eddy Liemena *) Abstract TERMODINAMIKA SIKLUS KERJA DAN PEMAKAIAN BAHAN BAKAR MESIN DIESEL EMPAT LANGKAH 350 HP, 400 RPM (KAJIAN TEORITIS) Aloysius Eddy Liemena *) Abstract The actual working cycles of internal combustion engines

Lebih terperinci

Unjuk Kerja Diesel Engine Type Direct Injection Dengan Metode Simulasi dan Eksperimen

Unjuk Kerja Diesel Engine Type Direct Injection Dengan Metode Simulasi dan Eksperimen Unjuk Kerja Diesel Engine Type Direct Injection Dengan Metode Simulasi dan Eksperimen Noah Cahyasasmita Dosen Pembimbing : Ir. Aguk Zuhdi M.F, M.Eng, Ph.D. Jurusan Teknik Sistem Perkapalan Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL RANCANGAN BALING-BALING PADA METODE CROUCH DAN METODE BP-δ UNTUK KAPAL IKAN 30 GT

PERBANDINGAN HASIL RANCANGAN BALING-BALING PADA METODE CROUCH DAN METODE BP-δ UNTUK KAPAL IKAN 30 GT PERBANDINGAN HASIL RANCANGAN BALING-BALING PADA METODE CROUCH DAN METODE BP-δ UNTUK KAPAL IKAN 30 GT Rizky Novian Nugraha 1, Edo Yunardo 1, Hadi Tresno Wibowo 2 1.Teknik Perkapalan, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN. 4.1 Siklus Gabungan (dual combustion Cycle) Pada Turbocharger ini memakai siklus gabungan yang disebut juga

BAB IV PERHITUNGAN. 4.1 Siklus Gabungan (dual combustion Cycle) Pada Turbocharger ini memakai siklus gabungan yang disebut juga BAB IV PERHITUNGAN 4.1 Siklus Gabungan (dual combustion Cycle) Pada Turbocharger ini memakai siklus gabungan yang disebut juga Dual Combustion Cycle, karena siklus ini lebih mendekati siklus yang sebenarnya

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4.1 Identifikasi Kendaraan Gambar 4.1 Yamaha RX Z Spesifikasi Yamaha RX Z Mesin : - Tipe : 2 Langkah, satu silinder - Jenis karburator : karburator jenis piston - Sistem Pelumasan

Lebih terperinci

Optimasi Skenario Bunkering dan Kecepatan Kapal pada Pelayaran Tramper

Optimasi Skenario Bunkering dan Kecepatan Kapal pada Pelayaran Tramper JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 Optimasi Skenario Bunkering dan Kecepatan Kapal pada Pelayaran Tramper Farin Valentito, R.O. Saut Gurning, A.A.B Dinariyana D.P Jurusan Teknik Sistem Perkapalan,

Lebih terperinci

P3 SKRIPSI (ME ) ERICK FEBRIYANTO

P3 SKRIPSI (ME ) ERICK FEBRIYANTO P3 SKRIPSI (ME 091329) LOGO 4209 100 099 ERICK FEBRIYANTO DOSEN PEMBIMBING 1 : Irfan Syarif Arief, ST. MT. DOSEN PEMBIMBING 2 : Ir. Tony Bambang Musriyadi, PGD. Outline IKHTISAR CPP merupakan propeller

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN AIRBOAT SEBAGAI ALAT ANGKUT PENANGGULANGAN BENCANA TAHAP II

RANCANG BANGUN AIRBOAT SEBAGAI ALAT ANGKUT PENANGGULANGAN BENCANA TAHAP II ABSTRAK RANCANG BANGUN AIRBOAT SEBAGAI ALAT ANGKUT PENANGGULANGAN BENCANA TAHAP II Arif Fadillah * ) dan Hadi Kiswanto*) *) Jurusan Teknik Perkapalan, Fak. Teknologi Kelautan, Universitas Darma Persada

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH FLYWHEEL DAN FIRING ORDER TERHADAP PROSES KERJA MESIN DIESEL

ANALISA PENGARUH FLYWHEEL DAN FIRING ORDER TERHADAP PROSES KERJA MESIN DIESEL ANALISA PENGARUH FLYWHEEL DAN FIRING ORDER TERHADAP PROSES KERJA MESIN DIESEL Oleh: Adin Putra Rachmawan (4210 100 086) Pembimbing 1 : DR. I Made Ariana, S.T., M.T. Pembimbing 2 : Ir. Indrajaya Gerianto,

Lebih terperinci

Perancangan Controllable Pitch Propeller Pada Kapal Offshore Patroli Vessel 80 (OPV80)

Perancangan Controllable Pitch Propeller Pada Kapal Offshore Patroli Vessel 80 (OPV80) Perancangan Controllable Pitch Propeller Pada Kapal Offshore Patroli Vessel 80 (OPV80) Penulis : Alfan Dicky Firmansyah Dosen Pembimbing 1 : Ir. Agoes Santoso, Msc.Mphil Dosen Pembimbing 2 : Edy Djatmiko,

Lebih terperinci

PENGARUH JARAK RUDDER DAN PROPELLER TERHADAP KEMAMPUAN THRUST MENGGUNAKAN METODE CFD (STUDI KASUS KAPAL KRISO CONTAINER SHIP)

PENGARUH JARAK RUDDER DAN PROPELLER TERHADAP KEMAMPUAN THRUST MENGGUNAKAN METODE CFD (STUDI KASUS KAPAL KRISO CONTAINER SHIP) PENGARUH JARAK RUDDER DAN PROPELLER TERHADAP KEMAMPUAN THRUST MENGGUNAKAN METODE CFD (STUDI KASUS KAPAL KRISO CONTAINER SHIP) Hugo Digitec E. Sembiring, Deddy Chrismianto, Parlindungan Manik Program studi

Lebih terperinci

ANALISIS VARIASI TEKANAN PADA INJEKTOR TERHADAP PERFORMANCE (TORSI DAN DAYA ) PADA MOTOR DIESEL

ANALISIS VARIASI TEKANAN PADA INJEKTOR TERHADAP PERFORMANCE (TORSI DAN DAYA ) PADA MOTOR DIESEL ANALISIS VARIASI TEKANAN PADA INJEKTOR TERHADAP PERFORMANCE (TORSI DAN DAYA ) PADA MOTOR DIESEL Dosen Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Janabadra Yogyakarta e-mail : ismanto_ujb@yahoo.com

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH PELETAKAN OVERLAPPING PROPELLER DENGAN PENDEKATAN CFD

ANALISA PENGARUH PELETAKAN OVERLAPPING PROPELLER DENGAN PENDEKATAN CFD ANALISA PENGARUH PELETAKAN OVERLAPPING PROPELLER DENGAN PENDEKATAN CFD Mokhammad Fakhrur Rizal *) Ir. Tony Bambang Musriyadi, PGD **) Irfan Syarif Arief, ST. MT **) *) Mahasiswa Teknik Sistem Perkapalan

Lebih terperinci

Abstract. Keywords: Performance, Internal Combustion Engine, Camshaft

Abstract. Keywords: Performance, Internal Combustion Engine, Camshaft Uji Kinerja Motor Bakar Empat Langkah Satu Silinder Dengan Variasi Tinggi Bukaan Katup Pada Sudut Pengapian Sepuluh Derajat Sebelum TMA Dengan Bahan Bakar Pertamax Plus Jhoni Oberton 1, Azridjal Aziz 2

Lebih terperinci

KOPLING DAN REM RINI YULIANINGSIH

KOPLING DAN REM RINI YULIANINGSIH KOPLING DAN REM RINI YULIANINGSIH 1 Definition Clutch/Kopling: adalah alat yang digunakan untuk mengubungkan atau memutuskan komponen yang digerakkan dari penggerak utama dalam sistem Break/Rem: adalah

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN PERFORMANSI SINGLE DAN DOUBLE TURBOCHARGER PADA CUMMINS ENGINE K50 SERIES

ANALISA PERBANDINGAN PERFORMANSI SINGLE DAN DOUBLE TURBOCHARGER PADA CUMMINS ENGINE K50 SERIES ANALISA PERBANDINGAN PERFORMANSI SINGLE DAN DOUBLE TURBOCHARGER PADA CUMMINS ENGINE K50 SERIES Hein 1, Puji Saksono 2, Gunawan 3 Abstract Application development engine in the heavy equipment is currently

Lebih terperinci

: ENDIKA PRANNANTA L2E

: ENDIKA PRANNANTA L2E TUGAS AKHIR SARJANA Uji Pengaruh Perubahan Saat Penyalaan (Ignition Timing) Terhadap Prestasi Mesin Pada Sepeda Motor 4 Langkah Dengan Bahan Bakar Premium dan LPG (Bi-Fuel) Diajukan Untuk Memenuhi Salah

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing : Ir. H. Agoes Santoso, M.Sc

Dosen Pembimbing : Ir. H. Agoes Santoso, M.Sc Nama Pengusul : Ananto Sudarmadi Dosen Pembimbing : Ir. H. Agoes Santoso, M.Sc Gambar : Boat Fishing sport 12 meter Boat fishing sport 12 meter ini merupakan kapal cepat yang memiliki fasilitas yang lengkap

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PERMESINAN PADA TRAILING SUCTION DREDGER (TSD) SEBAGAI SARANA PENGERUKAN PADA PERAIRAN PELABUHAN

PERANCANGAN SISTEM PERMESINAN PADA TRAILING SUCTION DREDGER (TSD) SEBAGAI SARANA PENGERUKAN PADA PERAIRAN PELABUHAN PERANCANGAN SISTEM PERMESINAN PADA TRAILING SUCTION DREDGER (TSD) SEBAGAI SARANA PENGERUKAN PADA PERAIRAN PELABUHAN A L FA N FA D H L I 4 2 1 1 1 0 5 0 0 5 T E K N I K S I S T E M P E R K A PA L A N FA

Lebih terperinci

DINAMOMETER GENERATOR AC 10 KW PENGUKUR UNJUK KERJA MESIN SEPEDA MOTOR 100 CC

DINAMOMETER GENERATOR AC 10 KW PENGUKUR UNJUK KERJA MESIN SEPEDA MOTOR 100 CC DINAMOMETER GENERATOR AC 10 KW PENGUKUR UNJUK KERJA MESIN SEPEDA MOTOR 100 CC Budi Santoso 1,a,*, Bramantyo Gilang 1,b, dan D. Danardono 1,c 1 Program Studi Teknik Mesin, Universitas Sebelas Maret Jl.

Lebih terperinci

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM).

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM). Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM). Pertemuan ke Capaian Pembelajaran Topik (pokok, subpokok bahasan, alokasi waktu) Teks Presentasi Media Ajar Gambar Audio/Video Soal-tugas Web Metode Evaluasi

Lebih terperinci

KAJIAN PERFORMANSI MESIN DIESEL STASIONER SATU SILINDER DENGAN BAHAN BAKAR CAMPURAN BIODIESEL SESAMUM INDICUM

KAJIAN PERFORMANSI MESIN DIESEL STASIONER SATU SILINDER DENGAN BAHAN BAKAR CAMPURAN BIODIESEL SESAMUM INDICUM KAJIAN PERFORMANSI MESIN DIESEL STASIONER SATU SILINDER DENGAN BAHAN BAKAR CAMPURAN BIODIESEL SESAMUM INDICUM Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik ARTHUR K.M. BINTANG

Lebih terperinci

Prediksi Performa Linear Engine Bersilinder Tunggal Sistem Pegas Hasil Modifikasi dari Mesin Konvensional Yamaha RS 100CC

Prediksi Performa Linear Engine Bersilinder Tunggal Sistem Pegas Hasil Modifikasi dari Mesin Konvensional Yamaha RS 100CC JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-161 Prediksi Performa Linear Engine Bersilinder Tunggal Sistem Pegas Hasil Modifikasi dari Mesin Konvensional Yamaha RS 100CC

Lebih terperinci

UJI COBA PENGGUNAAN WATER TUNNEL DILENGKAPI PENGARAH PADA KAPAL PELAT DATAR UNTUK MENINGKATKAN PROPULSI KAPAL SKRIPSI

UJI COBA PENGGUNAAN WATER TUNNEL DILENGKAPI PENGARAH PADA KAPAL PELAT DATAR UNTUK MENINGKATKAN PROPULSI KAPAL SKRIPSI UNIVERSITAS INDONESIA UJI COBA PENGGUNAAN WATER TUNNEL DILENGKAPI PENGARAH PADA KAPAL PELAT DATAR UNTUK MENINGKATKAN PROPULSI KAPAL SKRIPSI ALMER IBNU FARHAN 0706275214 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGAMATAN & ANALISA

BAB IV HASIL PENGAMATAN & ANALISA BAB IV HASIL PENGAMATAN & ANALISA 4.1. Spesifikasi Main Engine KRI Rencong memiliki dua buah main engine merk Caterpillar di bagian port dan starboard, masing-masing memiliki daya sebesar 1450 HP. Main

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BOIL-OFF GAS (BOG) PADA COMBINED CYCLE PROPULSION PLANT UNTUK LNG CRRIER

PEMANFAATAN BOIL-OFF GAS (BOG) PADA COMBINED CYCLE PROPULSION PLANT UNTUK LNG CRRIER PEMANFAATAN BOIL-OFF GAS (BOG) PADA COMBINED CYCLE PROPULSION PLANT UNTUK LNG CRRIER Tugas Akhir Ini Didedikasikan Untuk Pengembangan Teknologi LNG di Indonesia TRANSPORT Disusun oleh : PRATAMA NOTARIZA

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Perhitungan Daya Motor 4.1.1 Torsi pada poros (T 1 ) T3 T2 T1 Torsi pada poros dengan beban teh 10 kg Torsi pada poros tanpa beban - Massa poros; IV-1 Momen inersia pada poros;

Lebih terperinci

TINJAUAN TEKNIS EKONOMIS PEMAKAIAN DUAL FUEL PADA TUG BOAT PT. PELABUHAN INDONESIA II

TINJAUAN TEKNIS EKONOMIS PEMAKAIAN DUAL FUEL PADA TUG BOAT PT. PELABUHAN INDONESIA II SIDANG SKRIPSI P3 TINJAUAN TEKNIS EKONOMIS PEMAKAIAN DUAL FUEL PADA TUG BOAT PT. PELABUHAN INDONESIA II Arifah Fitriana 4210 100 033 PERUMUSAN MASALAH 1. Apa saja hal - hal teknis yang dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

PENGUJIAN MESIN SEPEDA MOTOR 100 CC MENGGUNAKAN DINAMOMETER GENERATOR AC 10 KW

PENGUJIAN MESIN SEPEDA MOTOR 100 CC MENGGUNAKAN DINAMOMETER GENERATOR AC 10 KW 22 PENGUJIAN MESIN SEPEDA MOTOR 100 CC MENGGUNAKAN DINAMOMETER GENERATOR AC 10 KW Bramantyo Gilang K. 1, Budi Santoso 2, Syamsul Hadi 2 1. Program Sarjana Jurusan Teknik Mesin Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) G-139

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) G-139 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-139 RANCANGAN NOZZLE WATERJET UNTUK MENINGKATKAN KECEPATAN RENANG PADA TANK BMP-3F (INFANTRY FIGHTING VEHICLE) Wardanu, Y.S.,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL UJI DAN PERHITUNGAN MENGETAHUI KINERJA MESIN MOTOR PADA KENDARAAN GOKART

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL UJI DAN PERHITUNGAN MENGETAHUI KINERJA MESIN MOTOR PADA KENDARAAN GOKART BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL UJI DAN PERHITUNGAN MENGETAHUI KINERJA MESIN MOTOR PADA KENDARAAN GOKART 4.1. Analisa Performa Perhitungan ulang untuk mengetahui kinerja dari suatu mesin, apakah kemampuan

Lebih terperinci

ASSALAMU ALAIKUM, WR, WB.

ASSALAMU ALAIKUM, WR, WB. Marine Engineering Dept ITS ASSALAMU ALAIKUM, WR, WB. Presentasi P3 By : Hendra Septiawan (4209100501) Dosen Pembimbing : Semin Sanuri., ST, MT, Ph.D. Ir. Aguk Zuhdi M.F., M.Eng, Ph.D. Marine Engineering

Lebih terperinci

ANALISA PENERAPAN BULBOUS BOW PADA KAPAL KATAMARAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PEMAKAIAN BAHAN BAKAR

ANALISA PENERAPAN BULBOUS BOW PADA KAPAL KATAMARAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PEMAKAIAN BAHAN BAKAR JURNAL TEKNIK SISTEM PERKAPALAN Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1 ANALISA PENERAPAN BULBOUS BOW PADA KAPAL KATAMARAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PEMAKAIAN BAHAN BAKAR Prasetyo Adi Dosen Pembimbing : Ir. Amiadji

Lebih terperinci

Andik Irawan, Karakteristik Unjuk Kerja Motor Bensin 4 Langkah Dengan Variasi Volume Silinder Dan Perbandingan Kompresi

Andik Irawan, Karakteristik Unjuk Kerja Motor Bensin 4 Langkah Dengan Variasi Volume Silinder Dan Perbandingan Kompresi KARAKTERISTIK UNJUK KERJA MOTOR BENSIN 4 LANGKAH DENGAN VARIASI VOLUME SILINDER DAN PERBANDINGAN KOMPRESI Oleh : ANDIK IRAWAN dan ADITYO *) ABSTRAK Perbedaan variasi volume silinder sangat mempengaruhi

Lebih terperinci

OPTIMALISASI DESIGN TRIPLE SCREW PROPELLER UNTUK KAPAL PATROLI CEPAT 40M DENGAN PENDEKATAN CFD

OPTIMALISASI DESIGN TRIPLE SCREW PROPELLER UNTUK KAPAL PATROLI CEPAT 40M DENGAN PENDEKATAN CFD OPTIMALISASI DESIGN TRIPLE SCREW PROPELLER UNTUK KAPAL PATROLI CEPAT 40M DENGAN PENDEKATAN CFD Edy Haryanto* 1 Agoes Santoso 1 & Irfan Syarif Arief 2. 1 Pasca Sarjana, Teknologi Kelautan Institut Teknologi

Lebih terperinci

β QV β TV γ : rasio induktansi (γ =L r /L s ) γ m η η B η H η M η o η P η RR η S λ m λ r λ dr λ dro λ dr * λ qr λ qro μ π : konstanta 3.

β QV β TV γ : rasio induktansi (γ =L r /L s ) γ m η η B η H η M η o η P η RR η S λ m λ r λ dr λ dro λ dr * λ qr λ qro μ π : konstanta 3. Daftar Simbol β QV β TV Δλ dr Δλ qr Δτ r ΔΩ p (s) ΔE rr ΔT Leff φ : koefisien rugi-rugi torka propeler : koefisien rugi-rugi gaya dorong propeler : perubahan kecil komponen direct vektor fluks rotor :

Lebih terperinci

Diagnosis Technicain - Automatic Transaxle. to Transaxle. Transaxle input shaft. Torque converter. Pump impeller. Transaxle input shaft.

Diagnosis Technicain - Automatic Transaxle. to Transaxle. Transaxle input shaft. Torque converter. Pump impeller. Transaxle input shaft. Garis Besar Converter Stator One-way clutch Torque converter Stator shaft Oil pump to input shaft Umum Konverter tenaga putaran (torque converter) menghantarkan dan menggandakan tenaga putaran dari mesin

Lebih terperinci

KARAKTERISASI UNJUK KERJA SISTEM DUAL FUEL GASIFIER DOWNDRAFT SERBUK KAYU DAN DIESEL ENGINE GENERATOR SET 3 KW

KARAKTERISASI UNJUK KERJA SISTEM DUAL FUEL GASIFIER DOWNDRAFT SERBUK KAYU DAN DIESEL ENGINE GENERATOR SET 3 KW KARAKTERISASI UNJUK KERJA SISTEM DUAL FUEL GASIFIER DOWNDRAFT SERBUK KAYU DAN DIESEL ENGINE GENERATOR SET 3 KW Suliono 1) dan Bambang Sudarmanta 2) 1) Program Studi Magister Rekayasa Energi, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

Pengaruh Kerenggangan Celah Busi terhadap Konsumsi Bahan Bakar pada Motor Bensin

Pengaruh Kerenggangan Celah Busi terhadap Konsumsi Bahan Bakar pada Motor Bensin Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 4, No. 1, November 212 1 Pengaruh Celah Busi terhadap Konsumsi Bahan Bakar pada Motor Bensin Syahril Machmud 1, Untoro Budi Surono 2, Yokie Gendro Irawan 3 1, 2 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

ANALISA EFFECTIVE WAKE FRICTION AKIBAT PENAMBAHAN STERN TUNNELS PADA KAPAL TROPICAL PRINCESS CRUISES MENGGUNAKAN METODE CFD (COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC) Tuswan 1), Deddy Chrismianto 1), Parlindungan Manik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. stage nozzle atau nozzle tingkat pertama atau suhu pengapian turbin. Apabila suhu

BAB II LANDASAN TEORI. stage nozzle atau nozzle tingkat pertama atau suhu pengapian turbin. Apabila suhu BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kendali suhu Pembatasan suhu sebenarnya adalah pada turbin inlet yang terdapat pada first stage nozzle atau nozzle tingkat pertama atau suhu pengapian turbin. Apabila suhu pengapian

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH PEMANASAN AWAL BAHAN BAKAR SOLAR TERHADAP PERFORMA DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA MESIN MOTOR DIESEL SATU SILINDER

ANALISA PENGARUH PEMANASAN AWAL BAHAN BAKAR SOLAR TERHADAP PERFORMA DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA MESIN MOTOR DIESEL SATU SILINDER ANALISA PENGARUH PEMANASAN AWAL BAHAN BAKAR SOLAR TERHADAP PERFORMA DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA MESIN MOTOR DIESEL SATU SILINDER Imron Rosyadi Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sultan

Lebih terperinci

UJI PERFORMANSI MESIN DIESEL BERBAHAN BAKAR LPG DENGAN MODIFIKASI SISTEM PEMBAKARAN DAN MENGGUNAKAN KONVERTER KIT SEDERHANA

UJI PERFORMANSI MESIN DIESEL BERBAHAN BAKAR LPG DENGAN MODIFIKASI SISTEM PEMBAKARAN DAN MENGGUNAKAN KONVERTER KIT SEDERHANA UJI PERFORMANSI MESIN DIESEL BERBAHAN BAKAR LPG DENGAN MODIFIKASI SISTEM PEMBAKARAN DAN MENGGUNAKAN KONVERTER KIT SEDERHANA Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN 3.1. Pengertian Perencanaan dan perhitungan diperlukan untuk mengetahui kinerja dari suatu mesin (Toyota Corolla 3K). apakah kemapuan kerja dari mesin tersebut masih

Lebih terperinci

APLIKASI SISTEM PROPULSI HYBRID SHAFT GENERATOR (PROPELLER DAN WATERJET) PADA KAPAL PATROLI TRIMARAN

APLIKASI SISTEM PROPULSI HYBRID SHAFT GENERATOR (PROPELLER DAN WATERJET) PADA KAPAL PATROLI TRIMARAN APLIKASI SISTEM PROPULSI HYBRID SHAFT GENERATOR (PROPELLER DAN WATERJET) PADA KAPAL PATROLI TRIMARAN Eddy Setyo Koenhardono, Indra Ranu Kusuma, Henman Nugroho Jurusan Teknik Sistem Perkapalan, Institut

Lebih terperinci

Session 4. Diesel Power Plant. 1. Siklus Otto dan Diesel 2. Prinsip PLTD 3. Proses PLTD 4. Komponen PLTD 5. Kelebihan dan Kekurangan PLTD

Session 4. Diesel Power Plant. 1. Siklus Otto dan Diesel 2. Prinsip PLTD 3. Proses PLTD 4. Komponen PLTD 5. Kelebihan dan Kekurangan PLTD Session 4 Diesel Power Plant 1. Siklus Otto dan Diesel 2. Prinsip PLTD 3. Proses PLTD 4. Komponen PLTD 5. Kelebihan dan Kekurangan PLTD Siklus Otto Four-stroke Spark Ignition Engine. Siklus Otto 4 langkah

Lebih terperinci

INSTALASI PERMESINAN

INSTALASI PERMESINAN INSTALASI PERMESINAN DIKLAT MARINE INSPECTOR TYPE-A TAHUN 2010 OLEH MUHAMAD SYAIFUL DITKAPEL DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT KEMENTRIAN PERHUBUNGAN KAMAR MESIN MACHINERY SPACE / ENGINE ROOM RUANG

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN Pada tahap perancangan mesin Fitting valve spindle pada bab sebelumnya telah dihasilkan rancangan yang sesuai dengan daftar kehendak. Yang dijabarkan menjadi beberapa varian

Lebih terperinci

PERANAN BALING BALING PADA GERAKAN KAPAL. Budi Utomo *

PERANAN BALING BALING PADA GERAKAN KAPAL. Budi Utomo * PERANAN BALING BALING PADA GERAKAN KAPAL Budi Utomo * Abstract Propellers is part movement propulsion system of the ships wich duty for pushing of the ship at forward movement and towing the body of ship

Lebih terperinci