PENGENDALIAN GULMA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PADANG HALABAN, PT SMART TBK, SUMATERA UTARA HARI PRASETYO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGENDALIAN GULMA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PADANG HALABAN, PT SMART TBK, SUMATERA UTARA HARI PRASETYO"

Transkripsi

1 PENGENDALIAN GULMA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PADANG HALABAN, PT SMART TBK, SUMATERA UTARA HARI PRASETYO DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengendalian Gulma Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan Padang Halaban, PT SMART Tbk, Sumatera Utara adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang b erasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2014 Hari Prasetyo NIM A *Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait

4

5 ABSTRAK HARI PRASETYO. Pengendalian Gulma Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan Padang Halaban, PT SMART Tbk, Sumatera Utara. Dibimbing oleh SOFYAN ZAMAN. Kegiatan magang memberikan pengetahuan, pemahaman, pengalaman, dan keterampilan kerja dari segi teknis dan manajerial dalam proses pemeliharaan tanaman kelapa sawit khususnya dalam pengendalian gulma. Kegiatan berlangsung dari bulan Februari sampai Juni 2014 di Perkebunan Padang Halaban PT SMART Tbk, Sumatera Utara. Pengamatan vegetasi gulma dilakukan dengan analisis vegetasi pada 4 blok dengan tahun tanam yang berbeda untuk mendapatkan nisbah jumlah dominansi (NJD) dan koefisien komunitas menggunakan indeks kesamaan Bray-Curtis. Gulma yang dominan pada 4 blok termasuk ke dalam golongan rumput. Keempat blok memiliki vegetasi gulma yang tidak homogen. Blok yang memiliki kesamaan vegetasi gulma terdekat hingga terjauh secara berurut adalah blok tanaman tahun ini (TTI), tanaman menghasilkan (TM) tua, TM muda dan tanaman belum menghasilkan (TBM). Biaya pengendalian gulma di pembibitan main nursery lebih tinggi dibandingkan pre nursery. Biaya pengendalian di TBM lebih tinggi dibandingkan TM. Kata kunci: biaya, Kebun Padang Halaban, kelapa sawit, pengendalian gulma ABSTRACT HARI PRASETYO. Weed Control on Oil Palm (Elaeis guineenis Jacq.) Plantation in Padang Halaban Estate, PT SMART Tbk, North Sumatera. Supervised by SOFYAN ZAMAN. Internships gave knowledge, understanding, experience, and job skills of technical and managerial aspects in the maintenance of oil palm plantations, especially in weed control. The activity started from February to June 2014 in Padang Halaban Estate of PT SMART Tbk, North Sumatra. Observations of weed vegetation made with the analysis of vegetation in 4 blocks with different planting years to get summed dominance ratio (SDR) and index of similarity using Bray-Curtis index of similarity. The dominant weeds in 4 blocks belong to the group of grass. Weed vegetation in 4 blocks is not homogeneous. Blocks that have high levels of weed vegetation similarity to the farthest sequentially is this year plant, old mature plant, young mature plant and then immature plant. The cost of weed control in main nursery is higher than pre nursery. The cost of weed control in immature plant is higher than mature plant. Keywords: cost, oil palm, Padang Halaban Estate, weed control

6

7 PENGENDALIAN GULMA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PADANG HALABAN, PT SMART TBK, SUMATERA UTARA HARI PRASETYO Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

8

9

10

11 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberi rahmat dan karunia-nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini merupakan hasil dari kegiatan magang yang dilaksanakan sejak Februari 2014 sampai Juni 2014 dengan judul Pengendalian Gulma Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan Padang Halaban, PT SMART Tbk, Sumatera Utara. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Sarjana, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ir Sofyan Zaman, MP sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberi bimbingan, arahan, dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih kepada Dr Ir Eko Sulistyono, MSi sebagai dosen pembimbing akademik atas bimbingan selama penulis menjalani studi. Terima kasih kepada Ruslianto, BBA sebagai Senior Estate Manager (SEM) Padang Halaban Estate yang telah menerima, memberi fasilitas dan membimbing selama kegiatan magang. Terima kasih kepada Asep Saepul Anwar sebagai staf RC Region Sumut dan Lisepta Noviansyah sebagai Asisten Bibitan yang telah memberi nasehat, arahan, dan berbagi pengalaman selama kegiatan magang. Terima kasih kepada Askep 1 Marlan Baro dan Askep 2 Bejo Kusma beserta jajaran Asisten divisi, staf dan karyawan kebun atas bimbingan dan arahan selama kegiatan magang berlangsung. Terima kasih kepada Bapak (Ir.Agung Prabowo), Mama (Neni Isnaeni), dan adik (Daniel MP) serta keluarga atas segala do a dan dukungan yang diberikan. Terima kasih kepada Wulan sebagai rekan magang yang telah membantu dalam pengamatan. Terima kasih kepada Nazih, Fian, Rendy, Hakiem, Ika, Icha, Tiwi dan rekan-rekan Agronomi dan Hortikultura Angkatan 47. Terima kasih kepada Kartika Sari Touw atas doa, motivasi dan inspirasi yang telah diberikan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia. Bogor, September 2014 Hari Prasetyo

12

13 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Kelapa Sawit 2 Gulma 2 Pengendalian Gulma Perkebunan Kelapa Sawit 3 METODE MAGANG 4 Tempat dan Waktu Pelaksanaan 4 Metode Pelaksanaan 4 Pengamatan dan Pengumpulan Data 5 Analisis Data dan Informasi 5 KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG 6 Letak Wilayah Administratif 6 Keadaan Iklim dan Tanah 7 Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan 7 Keadaan Tanaman dan Produksi 7 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan 8 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 9 Aspek Teknis 9 Aspek Manajerial 21 HASIL DAN PEMBAHASAN 23 Vegetasi Gulma 23 Teknik Pengendalian Gulma 26 Estimasi Biaya Pengendalian Gulma 30 SIMPULAN DAN SARAN 31 Simpulan 31 Saran 32 DAFTAR PUSTAKA 32 LAMPIRAN 34

14 DAFTAR TABEL 1 Produksi TBS Padang Halaban Estate PT SMART Tbk tahun Kriteria buah dan target panen di PHLE PT SMART Tbk 19 3 Deskripsi peralatan panen 20 4 Nilai NJD gulma berdasarkan analisis vegetasi pada 4 blok dengan umur tanaman yang berbeda 24 5 Nilai koefisien komunitas berdasarkan analisis vegetasi dari 2 blok dengan umur tanaman yang berbeda 25 6 Estimasi biaya pengendalian gulma di Pembibitan 30 7 Estimasi biaya pengendalian gulma di Lapangan 30 DAFTAR GAMBAR 1 Penumbangan kelapa sawit menggunakan excavator 11 2 Kegiatan pemupukan oleh BHL 13 3 Kegiatan dongkel anak kayu (DAK) 14 4 Alat pelindung diri: baju pelindung dan sarung tangan (a); pelindung wajah (b); apron (c) 16 5 Pembibitan Mucuna (a); penanaman Mucuna di lapangan (b) 17 6 Kode pemanen (a); pemuatan TBS menggunakan crane grabber (b) 20 7 Fingerprint Scanner 22 8 Dendrogram jarak ketidaksamaan gulma berdasarkan analisis gerombol 26 9 Hasil semprot anak kayu 4 minggu setelah aplikasi Tenaga semprot tidak menggunakan APD secara lengkap 30 DAFTAR LAMPIRAN 1 Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian di Padang Halaban Estate PT SMART Tbk 34 2 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor di Padang Halaban Estate PT SMART Tbk 35 3 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten di Padang Halaban Estate PT SMART Tbk 35 4 Peta areal Padang Halaban Estate PT SMART Tbk 37 5 Data curah hujan Padang Halaban Estate PT SMART Tbk Data klasifikasi lahan Padang Halaban Estate PT SMART Tbk 39 7 Data luas dan jumlah tanaman kelapa sawit di Padang Halaban Estate PT SMART Tbk tahun Struktur organisasi Padang Halaban Estate PT SMART Tbk 41 9 Rincian estimasi biaya pengendalian gulma di Pembibitan Rincian estimasi biaya pengendalian gulma di TBM Rincian estimasi biaya pengendalian gulma di TM 44

15 PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditas perkebunan utama di Indonesia. Kelapa sawit telah memberikan peran penting pada perekonomian dan pembangunan nasional Indonesia. Menurut Pahan (2008), sebanyak 85% lebih pasar dunia kelapa sawit dikuasai Indonesia dan Malaysia. Berdasarkan kajian oleh Amir (2004), ekspor pertanian memiliki pengaruh yang positif terhadap pendapatan nasional. Menurut data yang dihimpun oleh Direktorat Jenderal Perkebunan, volume ekspor kelapa sawit Indonesia pada tahun 2013 mencapai ton yang nilai ekspornya mencapai 15.8 milyar USD. Perkebunan kelapa sawit juga mampu menciptakan lapangan pekerjaan sehingga menambah kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan data yang dihimpun oleh Direktorat Jenderal Perkebunan luas total areal perkebunan kelapa pada tahun 2013 mencapai ha. Produksi crude palm oil (CPO) Indonesia pada tahun 2013 mencapai ton. Produksi yang tinggi tidak terlepas dari pengelolaan tanaman yang tepat. Pengelolaan tanaman tersebut meliputi kegiatan pembibitan, penanaman, pemupukan, pemanenan dan pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) seperti hama, penyakit tumbuhan dan gulma. Menurut PPKS (2010), areal yang didominasi oleh gulma yang berbahaya atau pesaing berat seperti sembung rambat (Mikania micrantha), alang-alang (Imperata cylindrica), dan Asystasia coromandeliana dapat menurunkan produksi kelapa sawit sampai 20%. Menurut Barus (2003), kerugian yang diakibatkan oleh gulma tidak terlihat secara langsung. Beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kerugian akibat persaingan antara tanaman perkebunan dan gulma antara lain pertumbuhan tanaman terhambat, penurunan kuantitas dan kualitas hasil produksi tanaman, produktivitas kerja terganggu, gulma dapat menjadi sarang hama dan penyakit, serta biaya pengendalian gulma yang mahal. Menurut Alamprabu (2010), di Provinsi Jambi tercatat kerugian hasil pada komoditi kelapa sawit yang disebabkan oleh gulma Mikania micrantha sebesar Rp_ dengan luas serangan ha, kerugian akibat Imperata cylindrica sebesar Rp_ dengan luas serangan ha, dan akibat Paspalum conjugatum sebesar Rp_ dengan luas serangan ha. Pengelolaan tanaman yang tepat merupakan kegiatan yang penting untuk meningkatkan produksi kelapa sawit. Pengendalian gulma merupakan salah satu kegiatan pengelolaan yang tidak kalah penting dibandingkan tindakan pengelolaan yang lain, maka perlu dilakukan tindakan pengendalian gulma yang efektif dan efisien.

16 2 Tujuan Kegiatan magang ini bertujuan untuk menambah wawasan, pengetahuan dan keterampilan kerja dari segi teknis dan manajerial dalam proses pemeliharaan tanaman kelapa sawit khususnya dalam pengendalian gulma. Menguraikan jenis gulma yang ada di perkebunan kelapa sawit. Menguraikan permasalahan dan cara penyelesaian masalah mengenai pengendalian gulma pada perkebunan kelapa sawit serta menguraikan biaya yang dibutuhkan dalam pengendalian gulma. TINJAUAN PUSTAKA Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (palm oil) termasuk tanaman monokotil dari famili palmae dengan spesies Elaeis guineensis Jacq (kelapa sawit Afrika) atau Elaeis melanococca (kelapa sawit Amerika Latin). Kelapa sawit merupakan sumber minyak nabati yang penting di samping kelapa, kacang-kacangan, jagung, bunga matahari, zaitun, dan sebagainya. Minyak sawit yang dimanfaatkan berasal dari daging buah (mesocarp) dan inti sawit (kernel, endosperm). Tanaman kelapa sawit dimasukkan pertama kali ke Indonesia oleh bangsa Belanda dengan bibit yang berasal dari Bourbon (Rheunion) atau Mauritius sebanyak dua batang dan dari Amsterdam juga dua batang. Bibit tersebut kemudian di Kebun Raya Bogor dijadikan tanaman koleksi pada tahun 1848 (Setyamidjaja 2006). Kelapa sawit termasuk tanaman tropis yang tumbuh baik antara garis lintang 13 derajat lintang utara dan 12 derajat lintang selatan, terutama kawasan Afrika, Asia dan Amerika Latin. Tanaman kelapa sawit menghendaki curah hujan sampai mm tahun -1, curah hujan optimal sampai mm tahun -1, dengan jumlah hari hujan tidak lebih dari 180 hari tahun -1. Suhu optimal untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 24 o C sampai 28 o C dengan suhu terendah 18 o C dan tertinggi 32 o C. Ketinggian optimum tanaman kelapa sawit adalah 0 sampai 400 m di atas permukaan laut (dpl). Pada ketinggian tempat lebih dari 500 dpl pertumbuhan kelapa sawit akan terhambat dan produksinya pun akan rendah. Kelapa sawit mengehendaki kelembapan udara sekitar 80% dan penyinaran matahari yang cukup. Lama penyinaran yang dibutuhkan oleh kelapa sawit adalah 5 sampai 7 jam hari -1 (Setyamidjaja 2006). Gulma Gulma merupakan tumbuhan yang mengganggu atau merugikan kepentingan manusia sehingga manusia berusaha untuk megendalikannya. Gulma merupakan bagian dari OPT disamping hama dan penyakit tanaman. Gulma menimbulkan kerugian secara perlahan selama gulma tersebut hidup berinteraksi bersama tanaman. Kerugian tersebut terjadi melalui proses persaingan atau kompetisi antara gulma dan tanaman dalam memperoleh sarana tumbuh seperti hara, air, cahaya, CO2, dan ruang tumbuh. Selain persaingan, kerugian tanaman dapat pula terjadi melalui proses alelopati, yaitu proses penekanan pertumbuhan

17 tanaman akibat senyawa kimia (alelokimia) yang dikeluarkan oleh gulma (Sembodo 2010). Menurut Barus (2003), gulma dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria. Berdasarkan sifat morfologinya, gulma dapat dibedakan menjadi gulma berdaun sempit (grasses), gulma berdaun lebar (broad leaves), gulma teki-tekian (sedges) dan gulma pakis-pakisan (ferns). Gulma berdaun sempit memiliki ciri khas berupa daun yang menyerupai pita, batang tanaman beruas, tanaman tumbuh tegak atau menjalar, dan memiliki pelepah serta helai daun. Gulma berdaun lebar memiliki ciri khas berupa daun yang melebar dan tanaman yang tumbuh tegak atau menjalar. Gulma teki-tekian menyerupai gulma berdaun sempit namun memiliki ciri khas berupa batang yang berbentuk segitiga. Gulma pakis-pakisan pada umumnya berkembang biak dengan spora dan berbatang tegak atau menjalar. Selain itu gulma juga dapat diklasifikasikan berdasarkan siklus hidupnya yaitu gulma semusim (annual weeds), gulma dua musim (biannual weeds), dan gulma tahunan (perennial weeds). Siklus hidup gulma semusim mulai dari berkecambah, berproduksi, sampai akhirnya mati berlangsung selama satu tahun. Pada umumya gulma semusim mudah dikendalikan, namun pertumbuhannya sangat cepat karena produksi biji yang sangat banyak. Siklus hidup gulma dua musim lebih dari satu tahun, namun tidak lebih dari dua tahun. Gulma ini menghasilkan bentuk roset pada tahun pertama, berbunga pada tahun kedua, menghasilkan biji dan akhirnya mati (Barus 2003). 3 Pengendalian Gulma Perkebunan Kelapa Sawit Menurut Setyamidjaja (2006), secara garis besar jenis-jenis gulma yang dijumpai pada perkebunan kelapa sawit dapat digolongkan menjadi gulma berbahaya dan gulma lunak. Gulma berbahaya adalah gulma yang memiliki daya saing tinggi terhadap tanaman pokok seperti ilalang (Imperata cylindrica), sembung rambat (Mikania micrantha), lempuyangan (Panicum repens), teki (Cyperus rotundus), kirinyuh (Chromolaena odorata), harendong (Melastoma malabatrichum) dan tembelekan (Lantana camara). Gulma lunak adalah gulma yang keberadaannya dalam budi daya tanaman kelapa sawit dapat ditoleransi dan dapat menahan erosi tanah namun jumlahnya juga tetap harus dikendalikan. Contoh gulma lunak diantaranya babadotan (Ageratum conyzoides), rumput kipahit (Paspalum conjugatum), dan pakis (Nephrolepis biserrata). Menurut Sastroutomo (1990), pada lahan perkebunan dimana tanahnya jarang mengalami pengolahan mempunyai jenis gulma tahunan yang komposisinya cukup besar dibandingkan dengan gulma semusim. Areal yang didominasi oleh gulma berbahaya atau pesaing berat dapat menurunkan produksi hingga 20%. Gulma di perkebunan kelapa sawit selain menimbulkan persaingan dengan tanaman juga mengganggu kelancaran kegiatan kebun. Gulma di gawangan dapat menyulitkan pemanenanan, pengutipan brondolan dan mengurangi efektivitas pemupukan. Gulma di pasar pikul dapan mengganggu pergerakan tenaga kerja. Kelancaran kegiatan yang terganggu dapat mengurangi produktivitas tenaga kerja (PPKS 2010). Menurut Sembodo (2010), terdapat beberapa metode pengendalian gulma yaitu, manual atau mekanik, kultur teknis, hayati, kimia, dan terpadu.

18 4 Pengendalian secara manual bertujuan untuk merusak fisik atau bagian tubuh gulma sehingga pertumbuhannya terhambat atau bahkan mati. Beberapa sarana yang digunakan dalam pengendalian secara manual adalah sabit, bajak, cangkul, kored, sosrok, tangan atau bahan bakar. Metode pengendalian gulma secara kultur teknis bertujuan untuk memanipulasi ekologi atau lingkungan sehingga pertumbuhan gulma tertekan dan sebaliknya untuk tanaman. Metode secara hayati bertujuan untuk menekan populasi gulma dengan menggunakan organisme seperti serangga, kumbang, ternak, mikroba, maupun ikan. Penerapan metode ini harus hati-hati dan memenuhi syarat yaitu organisme yang digunakan sebagai pemangsa gulma harus spesifik sehingga tidak menyerang tanaman. Pengendalian secara kimia adalah mengendalikan atau membunuh gulma menggunakan herbisida. Pengendalian secara terpadu adalah metode dengan memadukan dua atau lebih metode pengendalian gulma yang berbeda dalam suatu sistem produksi tanaman. Menurut Pahan (2007), pengendalian gulma dilakukan berdasarkan umur tanaman kelapa sawit. Pengendalian gulma pada tanaman kelapa sawit yang berumur kurang dari 1 tahun dilakukan secara manual dengan rotasi setiap bulan selama 1 tahun. Pengendalian gulma untuk tanaman kelapa sawit yang berumur lebih dari dua tahun dilakukan secara kimia dengan 4 kali rotasi dalam 1 tahun. Pengendalian gulma pakis dilakukan pengendalian secara kimia dengan 2 kali rotasi dalam 1 tahun. Pengendalian gulma harus berorientasi terhadap kualitas (gulma dapat dikendalikan secara efektif) dan kuantitas (pencapaian hasil luasan aktual sama dengan budget). Pengendalian gulma perlu dilakukan dengan teliti, perlu pengawasan yang ketat, serta mengutamakan keselamatan kerja dan keselamatan kesehatan (safety health) (Perdana 2009). METODE MAGANG Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan magang dilaksanakan di Perkebunan Kelapa Sawit Padang Halaban Estate (PHLE), PT SMART Tbk, Kecamatan Aek Kuo, Kabupaten Labuhan Batu Utara, Provinsi Sumatera Utara. Kegiatan tersebut dilaksanakan selama empat bulan yang dimulai pada 24 Februari 2014 sampai 23 Juni Metode Pelaksanaan Kegiatan magang dilaksanakan dengan melakukan praktek kerja secara langsung di perkebunan kelapa sawit. Kegiatan yang dilaksanakan berhubungan dengan aspek teknis dan aspek manajerial kebun. Terdapat beberapa peranan yang berbeda bagi mahasiswa untuk setiap bulanannya. Satu bulan pertama mahasiswa bertugas sebagai karyawan harian lepas (KHL). Mahasiswa melaksanakan kegiatan yang berubungan dengan aspek teknis seperti persiapan lahan, penanaman, pembibitan, pemupukan, pengendalian gulma, pemangkasan, pemanenan dan pengangkutan tandan buah segar (TBS). Kegiatan lebih difokuskan pada kegiatan pengendalian gulma.

19 Mahasiswa melaksanakan kegiatan magang sebagai pendamping mandor pada satu bulan berikutnya. Kegiatan yang dilaksanakan terkait dengan aspek manajerial. Kegiatan yang dilaksanakan sebagai pendamping mandor meliputi pengawasan kegiatan di kebun, penentuan tenaga kerja dan biayanya, penentuan dosis, konsentrasi, dan jumlah bahan kimia yang digunakan, manajemen pengendalian gulma, manajemen pemanenan, serta pembuatan buku kegiatan mandor. Mahasiswa melaksanakan kegiatan magang sebagai pendamping asisten pada dua bulan terakhir yang bertugas menyusun rencana kerja harian dan bulanan, mengevaluasi hasil kegiatan kebun, mengawasi semua pekerjaan yang dilakukan di lapangan (kontrol lapangan), dan membantu asisten dalam menyelesaikan administrasi kebun. Seluruh rangkaian kegiatan dicatat pada jurnal harian kegiatan magang yang dilampirkan pada Lampiran 1 sampai Lampiran 3. 5 Pengamatan dan Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam kegiatan magang ini adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui pengamatan pada saat mengikuti kegiatan di lapangan dengan cara mencatat seluruh kegiatan. Data tersebut meliputi dominansi jenis gulma, dosis dan konsentrasi herbisida yang digunakan, organisasi pengendalian gulma, ketepatan pelaksanaan pengendalian, jumlah HK yang dibutuhkan dan estimasi biaya pengendalian per tahun. Data sekunder diperoleh dari arsip perkebunan meliputi data kondisi kebun seperti peta areal, jenis tanah, topografi, populasi tanaman, data produksi dan produktivitas, curah hujan serta dosis rekomendasi herbisida pada kebun tersebut. Selain itu juga data non teknis meliputi organisasi dan manajemen kebun. Pengambilan data dominansi jenis gulma dilakukan dengan analisis vegetasi menggunakan kuadrat 50 cm 50 cm. Pengambilan sampel dilaksanakan di 4 blok dengan umur tanaman yang berbeda. Blok tersebut diantaranya adalah blok tanaman tahun ini (TTI), blok tanaman belum menghasilkan (TBM), blok tanaman menghasilkan (TM) muda (kurang dari 6 tahun), dan blok TM Tua. Pengambilan sampel dilakukan secara acak tidak langsung dengan membagi blok menjadi 3 luasan. Setiap luasan diambil 5 sampel kuadrat yang disebar merata sehingga diperoleh total 15 kuadrat per blok. Data yang diambil pada setiap sampel kuadrat diantaranya adalah kerapatan mutlak (KM), bobot basah mutlak (BBM) dan frekuensi mutlak (FM). KM adalah jumlah individu spesies gulma tertentu dalam petak sampel. BBM adalah bobot basah spesies gulma tertentu dalam petak sampel. FM adalah jumlah petak sampel yang memuat spesies gulma tertentu. Analisis Data dan Informasi Dominansi jenis gulma dihitung dengan menggunakan nisbah jumlah dominansi (NJD) setiap jenis gulma yang diperoleh. NJD dihitung dengan rumus (Fitriana et al. 2013):

20 6 KN merupakan kerapatan nisbi yaitu nilai KM spesies gulma tertentu dibagi total KM semua jenis gulma. BBN merupakan bobot basah nisbi yaitu nilai BBM spesies gulma tertentu dibagi total BBM semua jenis gulma. FN merupakan frekuensi nisbi yaitu nilai FM spesies gulma tertentu dibagi total FM semua jenis gulma. NJD menunjukkan kemampuan suatu jenis gulma tertentu untuk menguasai sarana tumbuh yang ada. Kemudian setiap blok dibandingkan tingkat kesamaan vegetasi gulmanya dengan menghitung koefisien komunitas (KK) menggunakan indeks kesamaan Bray-Curtis (Ludwig dan Reynolds 1988). KK dihitung dengan rumus: Nilai W adalah jumlah individu terendah dari spesies gulma yang terdapat di 2 blok yang dibandingkan. Nilai a adalah jumlah semua individu dari spesies gulma pada blok pertama, dan b adalah jumlah semua individu dari spesies gulma pada blok kedua. KK menunjukkan tingkat kesamaan antara 2 blok yang dibandingkan. Kemudian dihitung jarak ketidaksamaan antara setiap blok menggunakan rumus (Ludwig dan Reynolds 1988): Jarak Ketidaksamaan = 1 - KK Kemudian dilakukan analisis gerombol menggunakan nilai jarak ketidaksamaan. Hasil dari analisis gerombol ditampilkan dalam bentuk dendrogram jarak ketidaksamaan. Biaya pengendalian gulma diperoleh dengan menghitung upah tenaga kerja, rotasi pengendalian dalam setahun dan harga herbisida pada budget perusahaan untuk tahun Data lain yang diperoleh dianalisis menggunakan metode deskriptif dengan membandingkan hasil yang diperoleh dengan standar operasional dan aturan kerja yang berlaku. KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Letak Wilayah Administratif PHLE merupakan salah satu perkebunan kelapa sawit milik PT SMART Tbk di Region Sumatera Utara. Region Sumatera Utara dibagi menjadi 2 bagian yaitu bagian utara dan bagian selatan. PHLE termasuk ke dalam Unit Region Sumatera Utara bagian utara. PHLE berlokasi di kecamatan Aek Kuo, Kabupaten Labuhan Batu Utara, Provinsi Sumatera Utara. PHLE memiliki lokasi yang relatif mudah untuk diakses. Terdapat Stasiun kereta api di dalam areal PHLE yaitu Stasiun Padang Halaban. PHLE dapat diakses menggunakan kereta api dengan waktu tempuh sekitar 5 jam

21 dari Stasiun Kota Medan. Jarak kantor besar PHLE dari Stasiun Padang Halaban sekitar 5 km. Peta PHLE dapat dilihat pada Lampiran 4. 7 Keadaan Iklim dan Tanah Menurut klasifikasi Schmidth Ferguson, PHLE memiliki tipe iklim A dengan nilai Q sebesar 9.57%. Curah hujan rata-rata tahunan dalam 10 tahun terakhir (2004 sampai 2013) adalah mm tahun -1 dengan hari hujan rata-rata hari tahun -1. Curah hujan rata-rata tertinggi terjadi pada bulan Oktober yaitu mencapai mm dan terendah terjadi pada bulan Februari yaitu mm. Data curah hujan PHLE dapat dilihat pada Lampiran 5. Lahan di PHLE sebagian besar memiliki kelas kesesuaian lahan S2 dengan kedalaman solum lebih dari.100 cm dan kedalaman efektif 50 sampai 100 cm. PHLE didominasi oleh lahan yang datar-berombak. Sekitar % lahan memiliki topografi datar-berombak, 20.80% memiliki topografi bergelombang dan 0.78% memiliki topografi berbukit. Data klasifikasi tanah selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6. Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan Berdasarkan HGU, PHLE PT SMART Tbk memiliki luas areal konsesi seluas ha. Luas areal yang ditanami adalah Ha dan areal yang tidak ditanam adalah ha. PHLE dibagi menjadi 8 divisi dengan luasan yang berbeda. Divisi I seluas ha, divisi II seluas ha, divisi III seluas ha, divisi IV seluas ha, divisi V ha, divisi VI ha, divisi VII ha dan divisi VIII seluas ha. Keadaan Tanaman dan Produksi Bibit tanaman kelapa sawit yang ada di PHLE berasal dari sumber yang berbeda, diantaranya adalah Socfindo, Costa Rica, Marihat, dan Dami Mas. PHLE menggunakan bibit Dami Mas untuk replanting. Dami Mas adalah bibit yang berasal dari PT Dami Mas Sejahtera yang merupakan anak perusahaan dari PT SMART Tbk. Bibit Dami Mas memiliki beberapa keunggulan, diantaranya adalah dapat mulai dipanen pada umur 24 bulan setelah tanam, produksi potensial pada umur 2 sampai 8 tahun dapat melebihi 26 ton TBS per ha per tahun, nilai ekstraksi minyak lebih dari 25% dan probabilitas yang rendah terhadap kemunculan chimaera dan penyakit tajuk. Lahan di PHLE banyak yang terserang jamur ganoderma. Pertanaman pada lahan yang terserang ganoderma menggunakan jarak tanam 8.8 m segitiga sama sisi antar tanaman atau dengan populasi 148 tanaman ha -1, sedangkan pada lahan yang tidak terserang ganoderma menggunakan jarak tanam 9.2 m segitiga sama sisi atau dengan populasi 136 tanaman ha -1. Luas areal divisi dan jumlah tanaman di PHLE pada tahun 2014 dapat dilihat pada Lampiran 7.

22 8 Produksi TBS PHLE dalam 5 tahun terakhir mengalami penurunan. Hal tersebut disebabkan PHLE sedang menjalankan program replanting untuk menggantikan tanaman yang sudah tidak produktif sehingga luasan panen menurun. Luasan panen yang menurun juga menurunkan hasil TBS yang dapat di panen. Produksi TBS PHLE dalam 5 tahun terakhir disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1 Produksi TBS Padang Halaban Estate PT SMART Tbk tahun Luas Panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (ton ha -1 ) Sumber: Kantor Besar PHLE Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan PHLE dipimpin oleh 1 Senior Estate Manager (SEM) dan 1 Estate Manager (EM). SEM memimpin divisi I sampai V, sedangkan EM memimpin divisi VI sampai VII dan pembibitan. PHLE menggunakan 3 Asisten kepala (Askep). Askep rayon 1 memimpin asisten divisi I, asisten divisi II dan asisten LA/JJK (Land Application/Janjangan kosong). Askep rayon 2 memimpin asisten divisi III sampai V. Askep rayon 3 memimpin asisten divisi VI sampai VIII dan pembibitan. Posisi EM dan Askep rayon 3 sedang kosong pada saat penulis melaksanakan magang sehingga terjadi perubahan manajemen. SEM memimpin seluruh divisi untuk sementara. Askep rayon 1 memimpin asisten divisi I sampai III dan LA/JJK. Askep rayon 2 memimpin asisten divisi IV sampai VIII dan pembibitan. Perubahan manajemen sementara tersebut berlangsung hingga ada pengganti untuk menempati posisi EM dan Askep rayon 3 yang baru. Struktur organisasi dapat dilihat pada Lampiran 8. Status karyawan di PHLE dibagi menjadi karyawan staf dan non-staf. Karyawan staf terdiri atas Asisten, Askep, Kepala Tata Usaha (KTU), Kepala Administrasi (Kasie), Kepala Unit Pengamanan (Kanitpam) dan Manager. Karyawan non-staf di PHLE terdiri atas Serikat Kerja Umum (SKU), dan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT), sedangkan Buruh Harian Lepas (BHL) tidak termasuk sebagai karyawan. PKWT merupakan karyawan setingkat SKU hanya saja menggunakan kontrak dengan waktu tertentu. Upah SKU ditetapkan oleh kebijakan perusahaan dengan gaji per bulan, namun jika di hitung perhari kerja, upah SKU adalah Rp HK -1, sedangkan upah BHL adalah Rp HK -1. Jumlah karyawan staf di PHLE saat pelaksanan magang adalah 16 orang, karyawan non-staf adalah 551 orang dan BHL 623 orang. Total seluruh karyawan di PHLE adalah 1190 orang dengan indeks tenaga kerja (ITK) senilai 0.16.

23 9 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Kegiatan magang yang dilakukan oleh penulis meliputi kegiatan teknis dan kegiatan manajerial. Kegiatan yang mencakup aspek teknis dilaksanakan saat menjadi karyawan harian lepas. Kegiatan tersebut meliputi pembibitan, replanting, pemupukan, pengendalian gulma dan pemanenan. Kegiatan yang mencakup aspek manajerial dilaksanakan saat menjadi pendamping mandor dan pendamping asisten. Aspek Teknis Pembibitan Pembibitan merupakan tahap awal dalam mengembangkan suatu perkebunan yang nantinya berpengaruh besar terhadap produktivitas kebun. Pembibitan harus dilaksanakan dengan baik agar menghasilkan bibit yang berkualitas, yaitu bibit siap tanam yang mempunyai kemampuan tumbuh baik, tahan terhadap cekaman lingkungan, dan punya kemampuan berproduksi tinggi. Areal pembibitan Padang Halaban Estate berlokasi di dalam divisi VII blok 25 dan blok 26. Total luas areal pembibitan tersebut adalah 36 ha yang terdiri atas 16 ha areal pembibitan 1 dan 20 ha areal pembibitan 2. Areal pembibitan tersebut memiliki topografi yang datar dan permukaan yang rata. Pembibitan di Padang Halaban Estate menggunakan sistem double stage atau sistem 2 tahap yaitu pembibitan awal (pre nursery) dan pembibitan utama (main nursery). Penggunaan sistem double stage dimaksudkan untuk memperoleh bibit yang berkualitas tinggi. Persiapan bibit menggunakan sistem tersebut dapat lebih optimal karena tidak memerlukan areal yang luas dibandingkan dengan sistem single stage yang langsung ditanam di pembibitan utama. Hal tersebut dapat mempermudah perawatan, penyiraman dan seleksi sehingga diperoleh bibit siap tanam yang berkualitas tinggi. Pre nursery. Kegiatan yang dilakukan di pre nursery meliputi persiapan penerimaan kecambah, penanaman kecambah, penyiraman bibit, pengendalian gulma, dan seleksi bibit. Areal pre nursery memiliki permukaan yang cukup datar dan rata. Bibit pada pre nursery ditanam pada baby polybag yang berukuran 23.cm 15 cm. Bibit disusun dalam bedengan 0.8 m 15 m sehingga dalam satu bedengan terdapat bibit. Bibit pada pre nursery berumur 0 sampai 3 bulan. Setelah 3 bulan bibit dilakukan pindah tanam ke main nursery. Kegiatan persiapan penerimaan kecambah meliputi kegiatan perhitungan kebutuhan tanah, kebutuhan pupuk Rock Phosphat (RP), dan pengisian polybag. Kegiatan tersebut dilakukan satu bulan sebelum penerimaan kecambah. Kebutuhan tanah untuk pengisian polybag adalah 2 m polybag -1, sedangkan kebutuhan pupuk RP adalah 5 kg polybag -1. Pengisian tanah pada polybag diawali dengan pengayakan tanah. Tanah diayak menggunakan ayakan tegak. Pengayak mengunakan cangkul dengan cara melempar bongkahan tanah ke ayakan. Tanah yang telah diayak diisi kedalam polybag. Prestasi pekerja dalam mengisi polybag adalah 750 polybag HK -1 dan prestasi penulis adalah 500 polybag HK -1. Polybag yang telah diisi tanah kemudian disusun pada bedengan.

24 10 Penyiraman bibit dimulai setiap pukul 7.00 WIB. Penyiraman bibit dilakukan secara manual menggunakan selang dan gembor. Bibit pada disiram hingga tanah pada polybag jenuh air. Pekerja penyiram bibit adalah seorang BHL wanita yang sudah biasa melakukan penyiraman pada bibit pre nursery. Gulma yang dikendalikan pada pre nursery adalah gulma pada polybag dan gulma diluar polybag. Gulma di dalam polybag dikendalikan secara manual dengan cara dicabut. Gulma diluar polybag dikendalikan secara manual dengan cara di cabut dan dengan menggunakan cangkul. Gulma yang banyak terdapat pada areal pre nursery adalah Eleusine indica, Axonopus compressus, dan Paspalum conjugatum. Main nursery. Bibit pada pembibitan utama ditanam pada large polybag yang berukuran 40 cm 50 cm. Bibit tersebut disusun dengan jarak antar tanaman 90 cm dan berpola segitiga sama sisi. Bibit siap untuk ditanam di lahan apabila telah berumur 11 sampai 13 bulan. Kegiatan yang dilakukan di main nursery adalah penyiraman bibit, pemangkasan bibit, pemupukan dan pengendalian gulma. Penyiraman dilakukan menggunakan mesin sprinkle. Mesin sprinkle dinyalakan setiap pukul 7.00 oleh operator mesin dan dibuka secara bergantian selama 30 menit oleh operator pompa untuk setiap line. Kebutuhan air untuk pembibitan kelapa sawit adalah 2 l hari -1 untuk setiap bibit. Pemangkasan bibit dilakukan pada bibit main nursery yang terlambat ditanam di lapang. Pemangkasan dilakukan sebanyak 2 kali. Pemangkasan pertama dilakukan saat bibit berumur 18 bulan. Pemangkasan kedua dilakukan saat bibit berumur 24 bulan atau 4 bulan sebelum ditanam dilapangan. Pemangkasan dilakukan dengan tujuan memudahkan proses transportasi dan proses penanaman di lapangan. Pemangkasan bibit dilakukan dengan memangkas setiap pelepah pada bibit. Alat yang digunakan adalah arit. Pelepah yang terluar dipangkas pada ketinggian 120 cm dari permukaan tanah pada polybag. Pelepah yang paling dalam dipangkas dengan ketinggian 150 cm dari permukaan tanah pada polybag. Pelepah yang telah dipangkas ditumpuk dan disusun rapi di antara bibit. Pengendalian gulma di pembibitan utama dilakukan dengan 2 cara yaitu secara manual dan secara kimia. Gulma sasaran dari pengendalian manual adalah gulma yang tumbuh di dalam polybag dan dikendalikan dengan cara dicabut. Gulma sasaran dari pengendalian kima adalah gulma yang tumbuh di luar polybag. Herbisida yang digunakan adalah Rolixone 276 SL (Parakuat diklorida) dengan dosis 250 ml bibit -1. Alat yang digunakan adalah knapsack RB 15 dengan kapasitas 15 l. Penyemprotan dilakukan di antara polybag dengan ketinggian ¾ dari tinggi polybag atau sekitar 27 cm dari permukaan tanah. Hal tersebut dimaksudkan agar herbisida tidak mengenai bibit kelapa sawit di dalam polybag. Replanting Replanting merupakan kegiatan penanaman kembali pohon kelapa sawit untuk mengganti tanaman kelapa sawit yang sudah tidak produktif lagi. Suatu blok yang akan dilakukan replanting harus memenuhi beberapa syarat yaitu umur tanaman yang akan diganti lebih dari 25 tahun, tinggi tanaman kelapa sawit lebih dari 13 m, produksi pertahun kurang dari 14 ton ha -1 dan jumlah tegakan tanaman kurang dari 100 tanaman ha -1. Luas areal yang dilakukan replanting adalah 4% dari total luas areal perkebunan. Hal tersebut dimaksudkan agar luas TBM dalam

25 satu tahun tidak melebihi 12% sehingga produksi TBS tetap stabil. Kegiatan replanting yang diikuti oleh penulis meliputi tumbang, chipping, ripping dan penanaman kelapa sawit. Tumbang dan chipping. Tumbang dan chipping merupakan serangkaian kegiatan penumbangan tanaman kelapa sawit, penyusunan tumbangan pada gawangan mati dan pemotongan batang kelapa sawit menjadi bagian-bagian kecil (chipping). Serangkaian kegiatan tersebut dilakukan menggunakan alat berat excavator. Kelapa sawit yang ditumbangkan menggunakan excavator disusun pada gawangan mati. Kemudian kelapa sawit tersebut di-chipping menggunakan pisau pada ujung bucket dari excavator dengan kemiringan pisau Batang kelapa sawit dipotong dengan ketebalan kurang dari 10 cm dan panjang 60 cm. Kemudian potongan-potongan tersebut dirumpuk dengan lebar rumpukan 3.5 m dan tinggi maksimal 1.5 m. Kegiatan penumbangan kelapa sawit dapat dilihat pada Gambar 1. Kegiatan tumbang dan chipping dilakukan di blok 25 dengan luasan ha. Jumlah excavator yang beroperasi adalah 8 unit. Excavator bekerja selama 10 hours machine (HM) hari -1 dan dapat melakukan tumbang dan chipping 100 sampai 110 pohon. Masing-masing excavator tersebut dioperasikan oleh satu operator dan satu helper. Helper bertugas sebagai pembantu operator apabila terdapat kerusakan dan permasalahan lain. Kegiatan tumbang dan chipping diawasi oleh satu mandor dengan jumlah anggota sama dengan jumlah excavator. Setiap anggota mengawasi pekerjaan satu excavator. Hal yang diawasi adalah ketinggian rumpukan, lebar rumpukan, tebal dan panjang chipping-an serta titik perumpukkan pohon agar rumpukan tetap lurus. Ripping. Ripping merupakan kegiatan menggaruk dan membalik tanah menggunakan alat berat ripper dozer. Kegiatan ripping dilakukan setelah tumbang dan chipping. Ketika penulis melakukan kegiatan magang, kegiatan tumbang dan chipping mengalami keterlambatan sehingga dilakukan ripping terlebih dahulu. Kegiatan ripping bertujuan untuk mengeluarkan akar kelapa sawit yang telah ditumbang dan menggemburkan tanah. Satu unit ripper dozer bekerja selama 10 HM hari -1 dengan luasan 3 ha hari -1. Penanaman kelapa sawit. Kegiatan penanaman dilakukan di Divisi I Blok 21 dengan luas areal ha. Kegiatan penanaman pada saat itu merupakan kegiatan penanaman terakhir pada bulan itu. Jumlah bibit yang ditanam adalah 82 bibit. Tenaga kerja berjumlah 6 orang dan satu diantaranya adalah SKU. Kegiatan dibagi menjadi 3 pekerjaan yaitu langsir bibit, tabur pupuk dan penanaman. Satu pekerja melakukan penaburan pupuk, 2 pekerja melakukan langsir dan 3 pekerja melakukan penanaman. 11 Gambar 1 Penumbangan kelapa sawit menggunakan excavator

26 12 Kegiatan diawali dengan pengangkutan bibit dan pupuk menggunakan tractor di kantor divisi kemudian ditransportasikan ke areal penanaman. Tractor masuk ke dalam gawangan hidup, bibit dilangsir dan diletakkan di sebelah lubang tanam. Kemudian pupuk ditabur oleh penabur pupuk di setiap lubang tanam. Pupuk yang digunakan adalah triple super phosphat (TSP) dengan dosis 350 g lubang -1 dan biofungisida nogan dengan dosis 300 g lubang -1. Pupuk tersebut telah diuntil sesuai dosis dan dimasukkan ke dalam plastik satu hari sebelum penanaman sehingga memudahkan saat melaksanaan penaburan pupuk. Pupuk TSP berfungsi untuk merangsang pertumbuhan akar bibit setelah ditanam sedangkan nogan berfungsi untuk mencegah pertumbuhan ganoderma. Pupuk TSP ditabur pertama kali di dasar lubang tanam. Setelah itu pupuk TSP ditutup oleh tanah sebelum penaburan pupuk nogan. Nogan kemudian ditabur pada lubang dan dinding lubang tanam. Bibit ditanam pada lubang tanam yang telah ditabur pupuk. Lubang tanam memiliki diameter 60 cm pada permukaan dan 40 cm pada dasar lubang dengan kedalaman 60 cm. Bagian bawah polybag disobek secara melingkar sebelum bibit dimasukkan ke dalam lubang. Bibit dimasukkan kedalam lubang. Polybag disobek vertical dan dibuka. Lubang ditimbun secara bertahap sepertiga dari kedalaman lubang. Setiap sepertiga kedalaman, tanah dipadatkan dan terus ditimbun hingga tertutup seluruhnya. Polybag yang telah dilepas disangkutkan pada bibit untuk menandakan bahwa polybag pada bibit tersebut telah di lepas. Pemupukan Pemupukan adalah kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman dengan menggunakan pupuk. Kebutuhan hara yang tercukupi dapat menghasilkan produksi yang optimal pada tanaman. Kegiatan pemupukan merupakan kegiatan yang menggunakan biaya yang tinggi. Maka perlu diperhatikan ketepatan dalam pelaksanaan dan pengawasan kegiatan pemupukan. Pupuk yang digunakan PHLE adalah pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik yang digunakan adalah tandan kosong, limbah cair dan abu janjang. Pupuk anorganik yang digunakan seperti urea, KCl, TSP dan kiserite. Kegiatan Pemupukan dilakukan 2 rotasi tahun -1. Rotasi pertama januari sampai juni dan rotasi kedua juli sampai desember. Pemupukan tidak dilakukan pada saat kemarau karena menghidari menguapnya pupuk yang diaplikasikan. Kebutuhan pupuk. Rekomendasi pemupukan dibuat setiap tahun oleh SMART Research Institute (SMARTRI). Dosis pupuk untuk setiap divisi bahkan setiap blok dapat berbeda. Hal tersebut ditentukan berdasarkan pertimbangan hasil analisa daun (leaf sampling unit) dan analisa tanah (soil sampling unit). Leaf sampling unit (LSU) dilakukan oleh kebun yang dikoordinasikan dengan SMARTRI. LSU diambil setiap tahun sekali pada bulan Januari sampai dengan Maret, pada kondisi normal LSU dilaksanakan sekitar 2 sampai 3 bulan setelah pemupukan semester 2 selesai diaplikasi. LSU pertama kali dilakukan pada saat awal tahun umur ke 3 TBM. Soil sampling unit (SSU) dilakukan sebagai upaya untuk mengetahui perkembangan kadar hara di dalam tanah secara detail, yang akan digunakan sebagai pendukung rekomendasi pemupukan. SSU pertama dilakukan saat TBM masuk umur 3 tahun, selanjutnya dilakukan secara periodik setiap 5 tahun dan 1 tahun sebelum dilakukan replanting.

27 13 Gambar 2 Kegiatan pemupukan oleh BHL Aplikasi pupuk anorganik. Pemupukan diawali dengan penguntilan pupuk. Penguntilan pupuk adalah membagi pupuk ke dalam beberapa karung dengan bobot tertentu sesuai dengan dosis pemupukan yang akan dilaksanakan. Penguntilan bertujuan untuk mempermudah pengangkutan, mempermudah pengeceran di lapangan dan jumlah pupuk yang dibawa ke lapang tepat dengan kebutuhan. Penguntilan dilakukan satu hari sebelum aplikasi pemupukan. Contoh pelaksanan pemupukan urea dilakukan di blok 45 divisi VII. Luas areal yang dipupuk ha atau sekitar 2199 tanaman. Dosis pupuk urea yang digunakan adalah 1.5 kg tanaman -1 sehingga total pupuk urea yang dibutuhkan adalah kg. Dengan jumlah tanaman 34 tanaman baris -1, maka kebutuhan pupuk per gawangan adalah 25.5 kg. Satu sak pupuk adalah 50 kg dan untuk penguntilan dilakukan dengan bobot 12.5 kg untilan -1 sehingga jumlah total untilan adalah 264 untilan pupuk urea. Pupuk yang telah diuntil diangkut menggunakan traktor. Pupuk kemudian diecer ke lapangan. Pengecer berjumlah 2 orang dan berada diatas bak traktor. Pengecer mengecer pupuk dengan cara melempar untilan ke pinggir blok. Pengecer melempar 2 untilan untuk 1 baris tanaman. Pemupuk kemudian memasukkan pupuk ke dalam ember dan masuk kedalam rintis. Pemupuk menebar pupuk menggunakan piring plastik. Piring plastik diasumsikan memiliki takaran 0.5 kg sehingga satu tanaman dipupuk 3 kali piring plastik. Pupuk ditebar pada piringan dengan jarak 1 m dari tanaman. Pupuk yang ditebar harus tersebar merata dengan lapisan yang tipis dan tidak ada pupuk yang menumpuk atau menggumpal. Norma HK pemupukan adalah 4 ha HK -1. Gambar 2 menunjukkan pelaksanaan pemupukan oleh BHL. Pengendalian Gulma Pengendalian gulma secara manual. Kegiatan pengendalian gulma manual di PHLE diantaranya adalah dongkel anak kayu (DAK), garuk piringan dan dangir kacangan. DAK dan dangir kacangan dilakukan 2 rotasi tahun -1. Rotasi pertama dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni, sedangkan rotasi kedua dilaksanakan pada bulan Juli sampai Desember. DAK dilaksanakan di TM dan TBM, sedangkan dangir kacangan pada lahan TBM yang ditanami kacangan. Garuk piringan dilakukan 6 rotasi tahun -1 pada TBM. DAK merupakan kegiatan pengendalian gulma dengan cara mencangkul tanah pada pangkal gulma anak kayu dan mengeluarkannya secara utuh sampai ke akarnya dari dalam tanah. Anak kayu adalah gulma daun lebar yang memiliki batang berkayu. Gulma anak kayu yang telah didongkel dikumpulkan di pinggir jalan collection road (CR). Garuk piringan merupakan kegiatan membersihkan

28 14 gulma di piringan dengan cara menggaruk piringan menggunakan garukan atau parang babat bergalah hingga kondisi bersih gulma. Dangir kacangan merupakan kegiatan membersihkan gulma di sekeliling tanaman kacangan yang baru ditanam dan vegetasinya belum menutup tanah. Gambar 3 Kegiatan dongkel anak kayu (DAK) Kegiatan DAK dilakukan di Blok 2 Divisi IV dengan luas areal ha dan tahun tanam 1995 (TM). Alat yang digunakan adalah cangkul, cados dan parang. Cangkul dan cados digunakan untuk mendongkel, sedangkan parang digunakan untuk membabat anak kayu yang memiliki ketinggian lebih dari 1 m agar lebih mudah untuk didongkel. Anak kayu yang menjadi sasaran dongkel adalah Clidemia hirta, Melastoma malabathricum, keladi dan kentosan yang tingginya lebih dari 30 cm. Pekerja terdiri atas 5 orang SKU perempuan dan 17 BHL perempuan. Standar kerja DAK di PHLE adalah 1.5 ha HK -1, tetapi standar tersebut tidak mutlak karena dominasi anak kayu pada suatu blok tidak selalu sama setiap rotasi. Pelaksanaan DAK dapat dilihat pada Gambar 3. Kegiatan garuk piringan dilakukan di divisi IV blok 39 dengan luasan ha dan tahun tanam 2013 (TBM). Alat yang digunakan adalah parang babat dengan gagang. Piringan dibersihkan dengan cara digaruk hingga bersih dari gulma. Gulma yang banyak terdapat pada piringan adalah Ottochloa nodosa, Ageratum conyzoides, teki-tekian dan kacangan yang merambat sampai ke piringan. Penggarukan dilakukan secara hati-hati agar tanah pada piringan tidak tergaruk terlalu dalam karena dikhawatirkan dapat melukai akar-akar halus dari tanaman kelapa sawit. Pekerja berjumlah 17 orang BHL perempuan. Standar target dari kegiatan garuk piringan adalah 0.5 ha HK -1. Pengendalian gulma secara kimiawi. Kegiatan pengendalian gulma secara kimiawi yang secara rutin dilakukan di PHLE diantaranya adalah semprot piringan, pasar pikul, pasar kontrol dan tempat pengumpulan hasil (TPH), semprot semak dan wiping lalang. Pengendalian gulma secara kimiawi merupakan kegiatan yang penting karena penyemprotan menghabiskan biaya yang tinggi. Herbisida yang umum digunakan di PHLE adalah herbisida dengan merk dagang Roll Up 480 SL (Isopropilamina glifosat) herbisida sistemik berbentuk larutan berwarna kuning, Starane 290 EC (Fluroksipir metil heptil ester) herbisida sistemik dan selektif berbentuk pekatan berwarna cokelat tua, Erkafuron 20 WG (Metil metsulfuron) herbisida sistemik berbentuk butiran dan Rolixone 276 SL (Parakuat diklorida) herbisida kontak berbentuk larutan berwarna hijau kebiruan. Herbisida Starane dapat dicampur dengan Roll Up dengan perbandingan 1.:.4. Erkafuron juga dapat dicampur dengan Rolixone atau Roll Up dengan

29 perbandingan 1 kg Erkafuron untuk 20 l Rolixone atau Roll Up. Jenis herbisida yang digunakan disesuaikan dengan jenis gulma yang akan dikendalikan dan jenis kegiatan yang akan dilaksanakan. Herbisida yang akan digunakan diambil dari gudang divisi. Pengambilan herbisida dilakukan oleh mandor pengendalian gulma dan dituliskan pada bon pengeluaran barang. Bon pengeluaran barang ditandatangani oleh pengambil, mandor kepala dan disetujui oleh asisten divisi. Herbisida yang dibawa ke lapang harus diencerkan terlebih dahulu. Herbisida diencerkan dengan air dengan perbandingan 1:1. Tujuan pengenceran adalah untuk menghindari terjadinya pencurian herbisida karena herbisida yang telah diencerkan tidak dapat dijual kembali. Kegiatan semprot piringan, pasar pikul, pasar kontrol dan TPH dilakukan dengan rotasi 3 kali tahun -1 dengan luasan semprot 25% dari total luasan. Semprot pada TM remaja dan tua menggunakan 250 ml ha -1 Roll UP + 63 ml ha -1 Starane untuk rotasi pertama dan ketiga, sedangkan pada rotasi kedua menggunakan 250.ml ha -1 Rolixone+ 13 g ha -1 Erkafuron. Semprot pada TBM dan TM muda 375 ml ha -1 Roll UP + 94 ml ha -1 Starane 290 EC untuk rotasi pertama dan ketiga. Rotasi kedua menggunakan 375 ml ha -1 Rolixone + 19 g ha -1 Erkafuron. Alat yang digunakan adalah knapsack solo 15 l dan nozzle red (volume semprot 0.93 l menit -1 ) atau brown (1.15 l menit -1 ) dengan lebar semprot 1.2 m. Konsentrasi yang digunakan adalah 0.43% atau sekitar 65 ml per knapsack. Gulma pada piringan dikendalikan hingga kondisi bersih dari gulma. Piringan harus bersih dari gulma karena piringan merupakan areal perakaran untuk menyerap unsur hara dan tempat menaburkan pupuk. Selain itu kondisi gulma yang tidak terkendali pada piringan dapat mempersulit pengutipan brondolan. Gulma yang terdapat di piringan umumnya adalah pakis-pakisan, Axonopus compressus dan kentosan. Gulma pada pasar pikul dan pasar kontrol dikendalikan hingga kondisi tidak mengganggu kegiatan kebun. Pasar pikul adalah jalan pada gawangan mati yang berfungsi sebagai jalan untuk melaksanakan kegiatan kebun. Pasar kontrol adalah jalan yang berada di tengah-tengah blok dan sejajar dengan CR yang berfungsi sebagai jalan untuk kegiatan kontrol oleh mandor. Lebar pasar pikul dan pasar kontrol adalah 1.2 m. Gulma umumnya didominasi oleh gulma golongan rumput. TPH merupakan areal dengan ukuran 3 m 4 m yang berfungsi sebagai tempat pengumpulan TBS dan brondolan hasil panen sebelum dimuat ke truk untuk diangkut ke PKS. TPH berada di ujung pasar pikul. TPH harus bersih dari gulma agar hasil panen dapat disusun rapi sehingga pemuatan dan penghitungan hasil dapat dilakukan dengan baik. Kegiatan Semprot semak dilakukan 2 rotasi tahun -1. Herbisida yang digunakan dalam semprot semak disesuaikan dengan gulma dominan yang akan dikendalikan. Apabila gulma yang dominan adalah gulma daun sempit dan daun lebar maka herbisida yang digunakan adalah Roll Up + Erkafuron dengan dosis 1.5 l kg ha -1 blanket. Jika gulma yang dominan adalah pakis maka herbisida yang digunakan adalah Rolixone + Erkafuron dengan dosis yang sama. Kegiatan wiping lalang di PHLE dilakukan dengan baik. Hal tersebut dapat dilihat dari terkendalinya gulma alang-alang. Herbisida yang digunakan pada kegiatan wiping adalah Roll Up. Dosis pada lahan TBM adalah 40 ml ha -1, 15

Pengendalian Gulma Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan Padang Halaban, Sumatera Utara

Pengendalian Gulma Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan Padang Halaban, Sumatera Utara Pengendalian Gulma Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan Padang Halaban, Sumatera Utara Weeds Control on Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) Plantation in Padang Halaban Estate,

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 12 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Kebun Padang Halaban dipimpin oleh senior estate manager (SEM) yang merupakan pemegang puncak keputusan atas pengelolaan kebun secara efektif dan profesional

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Gulma Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunitas Gulma Lingkungan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Gulma Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunitas Gulma Lingkungan. HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Gulma Jenis gulma yang tumbuh di suatu tempat berbeda-beda, tergantung faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Menurut Sastroutomo (1990), komunitas tumbuhan memperlihatkan adanya

Lebih terperinci

METODOLOGI Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Kerja Praktek Langsung di Kebun

METODOLOGI Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Kerja Praktek Langsung di Kebun METODOLOGI Waktu dan Tempat Kegiatan magang ini dilaksanakan sejak tanggal 14 Februari 2008 hingga tanggal 14 Juni 2008 di perkebunan kelapa sawit Gunung Kemasan Estate, PT Bersama Sejahtera Sakti, Minamas

Lebih terperinci

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT NAMA INSTANSI FASILITATOR : MU ADDIN, S.TP : SMK NEGERI 1 SIMPANG PEMATANG : Ir. SETIA PURNOMO, M.P. Perencanaan pemeliharaan merupakan tahapan awal yang sangat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Setyamidjaja (2006) menjelasakan taksonomi tanaman kelapa sawit (palm oil) sebagai berikut. Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu 10 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini dilaksanakan di PT Socfindo, Perkebunan Bangun Bandar Medan, Sumatera Utara, dimulai pada tanggal 13 Februari 2012 sampai 12 Mei 2012. Metode Pelaksanaan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Pelaksanaan Teknis

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Pelaksanaan Teknis 17 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Pelaksanaan Teknis Pelaksanaan pengelolaan perkebunan kelapa sawit meliputi pengelolaan kegiatan teknis di lapangan dan kegiatan administrasi. Pelaksanaan teknis yang dilakukan

Lebih terperinci

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis PEMBAHASAN Tujuan pemupukan pada areal tanaman kakao yang sudah berproduksi adalah untuk menambahkan unsur hara ke dalam tanah supaya produktivitas tanaman kakao tinggi, lebih tahan terhadap hama dan penyakit,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Jenis Pupuk

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Jenis Pupuk 62 HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan kandungan dan menjaga keseimbangan hara di dalam tanah. Upaya peningkatan efisiensi pemupukan dapat dilakukan dengan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Universitas Lampung (Unila),

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Universitas Lampung (Unila), III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Universitas Lampung (Unila), Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan dan Laboratorium Ilmu Gulma Universitas

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BUKIT PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, SUMATERA SELATAN OLEH RIZA EKACITRA PUTRIANI RACHMAN

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat 7 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Kegiatan magang ini dilaksanakan selama tiga bulan dari 13 Februari hingga 13 Mei 2012 bertempat di Tambusai Estate, Kec. Tambusai Utara, Kab. Rokan Hulu, Riau. Tambusai

Lebih terperinci

V. ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. Semua kegiatan lapangan yang dilakukan harus benar-benar diamati dan

V. ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. Semua kegiatan lapangan yang dilakukan harus benar-benar diamati dan 40 V. ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisa Hasil Semua kegiatan lapangan yang dilakukan harus benar-benar diamati dan data yang diperoleh digunakan sebagai bahan penyusunan laporan magang. Data yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Sanggar Penelitian, Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

PENGELOLAAN GULMA PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN GULMA PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor PENGELOLAAN GULMA PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TANAMAN MENGHASILKAN DI PT JAMBI

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara agraris yang artinya pertanian memegang

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara agraris yang artinya pertanian memegang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Negara Indonesia merupakan negara agraris yang artinya pertanian memegang peranan penting pada perekonomian nasional. Sub sektor perkebunan mempunyai peranan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. 9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Lembar Isian Kerja ini baik langsung maupun tidak langsung.

KATA PENGANTAR. 9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Lembar Isian Kerja ini baik langsung maupun tidak langsung. KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Lembar Isian Kerja yang berjudul Manajemen Penyiapan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT

PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, 2009 PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUKIT PINANG, PT BINA SAINS CEMERLANG,

Lebih terperinci

PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT. (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUKIT PINANG, PT BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION,

PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT. (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUKIT PINANG, PT BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUKIT PINANG, PT BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, KABUPATEN MUSI RAWAS, PROPINSI SUMATERA SELATAN OLEH EKY PERDANA A24052775

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi

KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Lokasi kebun PT JAW terletak di Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi. Wilayah kebun dapat diakses dalam perjalanan darat dengan waktu tempuh sekitar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika. Tanaman yang merupakan subkelas dari monokotil ini mempunyai habitus yang paling besar. Klasifikasi

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 10 Divisi, dan Kepala Administrasi. Karyawan nonstaf terbagi menjadi karyawan Bulanan, Karyawan Harian Tetap (KHT), dan Karyawan Harian Lepas (KHL). Karyawan Bulanan terdiri atas pekerja tidak langsung

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah 12 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada secara geografis terletak di Desa Tualang Perawang, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Konsep pengembangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan termasuk famili Aracaceae (dahulu: Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia, kelapa sawit pertama kali didatangkan oleh pemerintah Hindia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia, kelapa sawit pertama kali didatangkan oleh pemerintah Hindia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kelapa Sawit Di Indonesia, kelapa sawit pertama kali didatangkan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1848. Penanaman dilakukan dengan menanam di Kebun Raya Bogor,

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pengendalian Gulma Aplikasi jenis pengendalian dilakukan di Kebun Adolina meliputi pengendalian secara kimia (chemist) dan secara manual. Pengendalian gulma tersebut

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. A. Jenis atau Varietas Kelapa Sawit Jenis (varietas)

Lebih terperinci

SEMINAR TUGAS AKHIR DISUSUN OLEH : NAMA :HENRIK FRANSISKUS AMBARITA NIM : : BUDIDAYA PERKEBUNAN PEMBIMBING : Ir. P.

SEMINAR TUGAS AKHIR DISUSUN OLEH : NAMA :HENRIK FRANSISKUS AMBARITA NIM : : BUDIDAYA PERKEBUNAN PEMBIMBING : Ir. P. SEMINAR TUGAS AKHIR DISUSUN OLEH : NAMA :HENRIK FRANSISKUS AMBARITA NIM : 0901618 JURUSAN : BUDIDAYA PERKEBUNAN PEMBIMBING : Ir. P. Sembiring STIP-AP Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Gulma Gulma adalah tumbuh-tumbuhan (tidak termasuk jamur) yang tumbuh pada tempat yang tidak diinginkan sehingga menimbulkan kerugian bagi tujuan manusia. Suatu tumbuhan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit berasal dari benua Afrika. Delta Nigeria merupakan tempat dimana fosil tepung sari dari kala miosen yang bentuknya sangat mirip dengan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu, Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu, Universitas Lampung III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu, Universitas Lampung pada letak 5 22' 10" LS dan 105 14' 38" BT dengan ketinggian 146 m dpl

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai bulan April sampai November 2009 di PTP Nusantara VI pada unit usaha Rimbo Satu Afdeling IV (Gambar Lampiran 5), Rimbo Dua Afdeling

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau, Jalan Bina Widya Km 12,5 Kelurahan Simpang Baru Kecamatan Tampan Kota

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis, Jacq) DI PERKEBUNAN PT CIPTA FUTURA PLANTATION, KABUPATEN MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN OLEH HARYO PURWANTO A24051955 DEPARTEMEN AGRONOMI

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif 11 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif PT. Panca Surya Agrindo terletak di antara 100 0 36-100 0 24 Bujur Timur dan 100 0 04 100 0 14 Lintang Utara, di Desa Tambusai Utara, Kecamatan Tambusai Utara,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. SOCIATE FINANCIARE DES CHACILUS MEDANSA oleh bangsa belgia. Pada tahun 1996-

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. SOCIATE FINANCIARE DES CHACILUS MEDANSA oleh bangsa belgia. Pada tahun 1996- IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Informasi Umum 1. Sejarah Perusahaan PT. SOCFINDO merupakan suatu usaha kerja sama antara pemerintah Indonesia dengan perusahaan dari negeri belgia. Perusahaan ini berdiri pada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kacang Tanah Kacang tanah tumbuh secara perdu setinggi 30 hingga 50 cm dan mengeluarkan daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini dilaksanakan selama empat bulan yang terhitung mulai dari 14 Februari hingga 14 Juni 2011. Kegiatan ini bertempat di Sungai Bahaur Estate (SBHE), PT Bumitama

Lebih terperinci

PENGENDALIAN GULMA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT

PENGENDALIAN GULMA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT Makalah Seminar Program Studi Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor PENGENDALIAN GULMA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis Guineensis Jacq.)

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif 12 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Tambusai Estate terletak di antara 100 0 37-100 0 24 Bujur Timur dan 1 0 04-1 0 14 Lintang Utara yang terletak di Desa Tambusai Utara, Kecamatan Tambusai Utara,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman karet (Hevea brasiliensis [Muell.] Arg.) berasal dari Brazil, Amerika

I. PENDAHULUAN. Tanaman karet (Hevea brasiliensis [Muell.] Arg.) berasal dari Brazil, Amerika 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman karet (Hevea brasiliensis [Muell.] Arg.) berasal dari Brazil, Amerika Selatan, pertama kali ada di Indonesia sebagai tanaman koleksi yang ditanam

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI MAGANG

KONDISI UMUM LOKASI MAGANG KONDISI UMUM LOKASI MAGANG PT Windu Nabatindo Abadi adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit yang mengelola tiga unit usaha, yaitu Sungai Bahaur Estate (SBHE), Sungai Cempaga Estate (SCME), Bangun Koling

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG PT Bina Sains Cemerlang merupakan perusahaan yang mengelola tiga unit usaha, yaitu Bukit Pinang Estate (BPE), Sungai Pinang Estate (SPE), dan Sungai Pinang Factory (SPF). Masing-masing

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, Kasihan, Bantul dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan/industri berupa pohon batang lurus dari famili Arecaceae. Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur yang berasal

Lebih terperinci

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kenampakan Secara Spasial Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang Citra yang digunakan pada penelitian ini adalah Citra ALOS AVNIR-2 yang diakuisisi pada tanggal

Lebih terperinci

Lampiran 1 Curahan Tenaga Kerja (HK) Tanaman Tebu Per Ha Per Musim

Lampiran 1 Curahan Tenaga Kerja (HK) Tanaman Tebu Per Ha Per Musim Lampiran 1 Curahan Tenaga Kerja (HK) Tanaman Tebu Per Ha Per Musim Tanam 2009/2010 No Uraian Kegiatan Norma 1 Persiapan Lahan pembersihan lahan 25 Hk pembukaan jaringan drainase 10 Hk 2 Menanam Menanam

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI Oleh PUGUH SANTOSO A34103058 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

keja pengendalian gulma secara manual tidak pernah dapat dicapai oleh tenaga kerja, ha1 ini disebabkan oleh kerapatan dan penutupan gulma.

keja pengendalian gulma secara manual tidak pernah dapat dicapai oleh tenaga kerja, ha1 ini disebabkan oleh kerapatan dan penutupan gulma. Marulak Erikson Butar-Butar. Pengelolaan Perkebunan Kelapa Sawit Dengan Aspek Khusus Pemeliharaan Tanaman di Perkebunan Kelapa Sawit P.T. Permata Hijau Sawit, Kebun Sosa Indah, Tapanuli Selatan (Di bawah

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pelaksanaan kegiatan teknis yang dilakukan di PT. National Sago Prima adalah kegiatan pembibitan, persiapan lahan, sensus tanaman, penyulaman, dan pemeliharaan

Lebih terperinci

BUDIDAYA KELAPA SAWIT

BUDIDAYA KELAPA SAWIT KARYA ILMIAH BUDIDAYA KELAPA SAWIT Disusun oleh: LEGIMIN 11.11.5014 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMUNIKASI AMIKOM YOGYAKARTA 2012 ABSTRAK Kelapa sawit merupakan komoditas yang penting karena

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PT. SARI ADITYA LOKA I (PT. ASTRA AGRO LESTARI Tbk) KABUPATEN MERANGIN, PROVINSI JAMBI SILVERIUS SIMATUPANG A24050072 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM. Wilayah Administratif KEADAAN UMUM Wilayah Administratif Lokasi PT Sari Aditya Loka 1 terletak di Desa Muara Delang, Kecamatan Tabir Selatan, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Jarak antara perkebunan ini dengan ibukota Kabupaten

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN HERBISIDA KONTAK TERHADAP GULMA CAMPURAN PADA TANAMAN KOPI

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN HERBISIDA KONTAK TERHADAP GULMA CAMPURAN PADA TANAMAN KOPI 1 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN HERBISIDA KONTAK TERHADAP GULMA CAMPURAN PADA TANAMAN KOPI Oleh NUR AYSAH NIM. 080500129 PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Kegiatan magang yang dilakukan mencakup aspek teknis dan aspek manajerial. Aspek teknis yang dilakukan meliputi kegiatan penyisipan, pengendalian gulma (manual dan kimiawi),

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan 47 PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang penting dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kakao dengan cara membuang tunastunas liar seperti cabang-cabang yang tidak produktif, cabang

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Prosedur Gudang

PEMBAHASAN Prosedur Gudang 44 PEMBAHASAN Pemupukan merupakan salah satu kegiatan penting di Unit Perkebunan Tambi selain pemetikan. Hal ini terkait dengan tujuan dan manfaat dari pemupukan. Tujuan pemupukan di Unit Perkebunan Tambi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit merupakan sumber minyak nabati yang penting di samping kelapa,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit merupakan sumber minyak nabati yang penting di samping kelapa, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kegunaan Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan sumber minyak nabati yang penting di samping kelapa, kacang-kacangan, jagung, bunga matahari, zaitun, dan sebagainya. Dewasa ini, komoditas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH ORGANIK INDUSTRI KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN LIMBAH ORGANIK INDUSTRI KELAPA SAWIT PENGELOLAAN LIMBAH ORGANIK INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. SOCFIN INDONESIA, KEBUN TANAH GAMBUS, LIMA PULUH, BATU BARA, SUMATERA UTARA Oleh : GUNTUR SYAHPUTRA PURBA A 34104049 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PANTAI BUNATI ESTATE PT. SAJANG HEULANG MINAMAS PLANTATION KALIMANTAN SELATAN Oleh Camellia Kusumaning Tyas A34104031 PROGRAM

Lebih terperinci

Pengendalian Gulma pada Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Bangun Koling

Pengendalian Gulma pada Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Bangun Koling Pengendalian Gulma pada Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Bangun Koling Weed Control of Oil Palm Plantation (Elaeis guineensis Jacq.) in Bangun Koling Estate Budi Yadhika Sarjono

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada titik koordinat 5 22 10 LS dan 105 14 38 BT

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium Proteksi Tanaman dan di Green

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium Proteksi Tanaman dan di Green III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Proteksi Tanaman dan di Green House Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, di Desa Tamantirto,

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu dimulai dari tanggal 13 Februari 2012 sampai 12 Mei 2012 di Teluk Siak Estate (TSE) PT. Aneka Intipersada, Minamas Plantation,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Teh termasuk famili Transtromiceae dan terdiri atas dua tipe subspesies dari Camellia sinensis yaitu Camellia sinensis var. Assamica dan Camellia sinensis var.

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG renca kerja, juga menyetujui surat atau dokumen atau perjanjian kerja sesusai kerja dan tanggung jawab. Group maneger dalam melaksanakan kerja dibantu oleh staf kebun, yaitu asisten kepala, asisten kebun

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Pengelolaan Pupuk

PEMBAHASAN. Pengelolaan Pupuk 35 PEMBAHASAN Pahan (2008) menyebutkan bahwa pemupukan kelapa sawit dilakukan pada tiga tahap perkembangan tanaman, yaitu tahap pembibitan, TBM (Tanaman Belum Menghasilkan), dan TM (Tanaman Menghasilkan).

Lebih terperinci

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) I. SYARAT PERTUMBUHAN 1.1. Iklim Lama penyinaran matahari rata rata 5 7 jam/hari. Curah hujan tahunan 1.500 4.000 mm. Temperatur optimal 24 280C. Ketinggian tempat

Lebih terperinci

Manajemen Pengendalian Gulma Kelapa Sawit Berdasarkan Kriteria ISPO dan RSPO di Kebun Rambutan Sumatera Utara

Manajemen Pengendalian Gulma Kelapa Sawit Berdasarkan Kriteria ISPO dan RSPO di Kebun Rambutan Sumatera Utara Manajemen Pengendalian Gulma Kelapa Sawit Berdasarkan Kriteria ISPO dan RSPO di Kebun Rambutan Sumatera Utara Weed Control Management of Palm Oil Based on ISPO and RSPO Criteria in Rambutan Plantation

Lebih terperinci

Pengelolaan Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Tanjung Jati

Pengelolaan Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Tanjung Jati Bul. Agrohorti 4 (2):132-137 (2016) Pengelolaan Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Tanjung Jati Fertilization Management on Mature Plant Oil Palm in Kebun Tanjung Jati Monica Christina

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) diklasifikasikan ke dalam kelas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) diklasifikasikan ke dalam kelas II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) diklasifikasikan ke dalam kelas Angiospermae, subkelas Monocotyledonae, ordo Palmales, famili Palmae, genus Elaeis,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman penghasil minyak

I. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman penghasil minyak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat menjadi andalan di masa depan karena berbagai kegunaannya bagi kebutuhan

Lebih terperinci

Pengendalian Gulma di Lahan Pasang Surut

Pengendalian Gulma di Lahan Pasang Surut Pengendalian Gulma di Lahan Pasang Surut Penyusun E. Sutisna Noor Penyunting Arif Musaddad Ilustrasi T. Nizam Proyek Penelitian Pengembangan Pertanian Rawa Terpadu-ISDP Badan Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) di PT Inti Indosawit Subur. 3 titik. 1 ha

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) di PT Inti Indosawit Subur. 3 titik. 1 ha LAMPIRAN 64 65 Tanggal 280220 0020 02020 0020 04020 0020 08020 09020 0020 020 2020 4020 5020 6020 020 8020 9020 2020 22020 2020 24020 25020 26020 2020 Lampiran. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan Pupuk adalah penyubur tanaman yang ditambahkan ke tanah untuk menyediakan unsur-unsur yang diperlukan tanaman. Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang

Lebih terperinci

PELAKSANAAN TEKNIS LAPANGAN

PELAKSANAAN TEKNIS LAPANGAN PELAKSANAAN TEKNIS LAPANGAN Aspek Teknis Kebun Selama menjalani kegiatan magang, penulis melaksanakan kegiatankegiatan teknis di lapangan ketika berstatus sebagai KHL. Selama menjadi KHL, penulis mengikuti

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Ubikayu Persiapan lahan. Pengolahan lahan dilakukan dengan traktor. Pembajakan dilakukan dua sampai tiga kali. Pembajakan dilakukan pada saat cuaca sedang cerah.

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Penetapan Target

PEMBAHASAN Penetapan Target 54 PEMBAHASAN Penetapan Target Tanaman kelapa sawit siap dipanen ketika berumur 30 bulan. Apabila memasuki tahap menghasilkan, tanaman akan terus berproduksi hingga umur 25 tahun. Pada periode tanaman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seorang ahli botani bernama Linnaeus adalah orang yang memberi nama latin Zea mays

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seorang ahli botani bernama Linnaeus adalah orang yang memberi nama latin Zea mays BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Tanaman Jagung Seorang ahli botani bernama Linnaeus adalah orang yang memberi nama latin Zea mays untuk spesies jagung (Anonim, 2007). Jagung merupakan tanaman semusim

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kelapa sawit (Elaesis guineesis Jacq.) merupakan tanaman penghasil utama minyak nabati yang mempunyai produktivitas lebih tinggi dari pada tanaman penghasil minyak nabati

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu, Secara geografis Kota Sepang Jaya terletak pada koordinat antara 105 15 23 dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang cukup guna mendorong pertumbuhan vegetatif dan generatif yang normal sehingga dapat memberikan produksi tandan buah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sangat diperlukan untuk memprediksi produktivitas kelapa sawit tersebut dalam

TINJAUAN PUSTAKA. sangat diperlukan untuk memprediksi produktivitas kelapa sawit tersebut dalam II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan Idealnya setiap kebun harus sudah dievaluasi lahannya secara benar. Evaluasi Kelas Kesesuaian Lahan (KKL) pada suatu perkebunan kelapa sawit sangat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Karet merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan manusia seharihari,

I. PENDAHULUAN. Karet merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan manusia seharihari, 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Karet merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan manusia seharihari, hal ini terkait dengan mobilitas manusia dan barang yang memerlukan komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis jacq) merupakan tanaman yang

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis jacq) merupakan tanaman yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis jacq) merupakan tanaman yang berasal dari Afrika dan Amerika Selatan, tepatnya Brasilia. Tanaman kelapa sawit awalnya

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, SIME DARBY GROUP, MUSI RAWAS, SUMATERA SELATAN oleh HULMAN IRVAN A24052646

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dorong oleh meningkatnya kebutuhan CPO dan turunannya untuk bahan makanan, industri dan

I. PENDAHULUAN. dorong oleh meningkatnya kebutuhan CPO dan turunannya untuk bahan makanan, industri dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ekspansi perkebunan kelapa sawit di Indonesia, bahkan di dunia saat ini begitu pesat di dorong oleh meningkatnya kebutuhan CPO dan turunannya untuk bahan makanan, industri

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan produksi Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. A. Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan produksi Kelapa Sawit II. TINJAUAN PUSTAKA A. Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan produksi Kelapa Sawit Faktor yang mempengaruhi produksi dan pertumbuhan kelapa sawit, antara lain adalah bahan tanam (bibit kelapa sawit),

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dapat tumbuh di luar daerah asalnya, termasuk Indonesia. Kelapa sawit

I. PENDAHULUAN. dapat tumbuh di luar daerah asalnya, termasuk Indonesia. Kelapa sawit 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa sawit merupakan tumbuhan tropis yang tergolong dalam famili palmae dan berasal dari Afrika Barat. Meskipun demikian kelapa sawit juga dapat tumbuh di luar daerah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perlahan-lahan. Persaingan antara tanaman dan gulma terjadi baik di atas

TINJAUAN PUSTAKA. perlahan-lahan. Persaingan antara tanaman dan gulma terjadi baik di atas II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Gulma Gulma merupakan tumbuhan pengganggu tanaman pokok perkebunan sehingga perlu dilakukan tindakan pengendalian. Keberadaan gulma disekitar tanaman dapat menimbulkan

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN BAB III PERSIAPAN LAHAN TANAMAN PERKEBUNAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman industri penting penghasil

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman industri penting penghasil I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman industri penting penghasil minyak masak, bahan industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Perkebunan kelapa

Lebih terperinci

III. METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di CILIANDRA PERKASA GROUP

III. METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di CILIANDRA PERKASA GROUP 38 III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan PKPM Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di CILIANDRA PERKASA GROUP (CLP GROUP) dengan nama P.T. SUBUR ARUM MAKMUR kebun Senamanenek I (PT.

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR. BUDIDAYA DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. BAKRIE PASAMAN PLANTATIONS - PASAMAN SUMATRA BARAT

LAPORAN TUGAS AKHIR. BUDIDAYA DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. BAKRIE PASAMAN PLANTATIONS - PASAMAN SUMATRA BARAT i LAPORAN TUGAS AKHIR BUDIDAYA DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. BAKRIE PASAMAN PLANTATIONS - PASAMAN SUMATRA BARAT Disusun oleh : DEDE SARFAWI HARAHAP NBP. 0801111021 Telah

Lebih terperinci