RAPASAN: UPACARA PEMAKAMAN BAGI KASTA TANA BULAAN DI TANA TORAJA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RAPASAN: UPACARA PEMAKAMAN BAGI KASTA TANA BULAAN DI TANA TORAJA"

Transkripsi

1 RAPASAN: UPACARA PEMAKAMAN BAGI KASTA TANA BULAAN DI TANA TORAJA IN TANA TORAJA Ansaar Telepon (0411) , Faksimile (0411) Diterima: 20 Juni 2014; Direvisi: 27 Agustus 2014; Disetujui: 13 Oktober 2014 ABSTRACT This study describes the procession of Rapasan ceremony as one of the largest level of funeral ritual and most crowded in Tana Toraja, especially enacted by tana bulaan caste (high nobility). In addition, it also reveals the factors that drive this funeral ritual exist until now. This research is a descriptive-qualitative by using the methods of interview, observation and literature review. The result of the discussion shows that being the that the purpose of the implementation of Rapasan ceremony is to purify, lift and hold the status of spirit of the deceased to Puang Matua. Therefore, the more complete ceremony created by the offspring, the more increase the degree of the spirit of the deceased. Rapasan ceremony shows a lot of things that stand out and it is a way Keywords: Rapasan, funeral ritual, Tana Toraja ABSTRAK Penelitian ini mendeskripsikan tentang prosesi pelaksanaan upacara Rapasan tana bulaan pelaksanaan upacara Rapasan Ma batang dan 2) Ma palao. Rapasan Puang Matua. Dengan demikian, meninggal. Upacara Rapasan status pada masyarakat. Kata kunci: Rapasan, upacara pemakaman, Tana Toraja PENDAHULUAN adanya berbagai upacara tradisional dengan kandungan arti dan makna simbolik yang beraneka ragam menurut konsepsi budaya masingmasing suku bangsa. Dalam konteks ini, upacara masyarakat tentang adanya kekuatan gaib (super natural power), akan tetapi upacara itu sendiri lingkungannya. menyesuaikan diri dengan lingkungan di mana dia berada, sekaligus turut berperan dan menjalankan fungsi-fungsinya sebagai bagian integral daripada 225

2 WALASUJI Volume 5, No. 2, Desember 2014: upaya dalam rangka adaptasi lingkungan. Selaku yang kemudian dikenal sebagai kebudayaan (Batong, 1995:47). Perangkat nilai-nilai sosiokultural bagi melalui sistem upacara tradisionalnya. Hingga macam upacara tradisional, namun keragaman upacara itu mereka mengelompokkannya dalam dua kelompok yang disebut upacara dan upacara Rambu Solo. Aturan-aturan yang ditaati dalam dua kelompok upacara ini disebut bagi upacara dan bagi upacara Rambu Solo. Upacara menyangkut kesukaan dan kegembiraan, seperti Rambu Solo kematian atau upacara pemakaman dan upacaraupacara lainnya yang menyangkut pemujaan Upacara Rambu Solo atau Matampu seseorang yang baru meninggal tidak segera berbagai ketentuan, baik ritual maupun adat. Liang Pia) atau dimakamkan dalam Rambu Solo yang menjadi fokus kajian dalam tulisan Rapasan upacara pemakaman. Dalam masyarakat Toraja, Rapasan atau upacara pemakaman merupakan ritual yang paling penting dan biayanya tergolong maka biaya upacara pemakamannya akan semakin Rapasan juga paling lengkap mengikuti tuntutan ajaran dan pelaksanaannya diupayakan sesempurna mungkin agar sistem kepercayaan sekitarnya. Upacara pemakaman tingkat Rapasan pemakaman Rapasan yang dilaksanakan di Tallu Lembangna pada kelompok adat Upacara pemakaman ini persyaratan dalam ajaran. Kerbau artinya dan kedudukannya dalam masyarakat pelaksanaan upacara. Kerbau yang kondisi dalam pelaksanaan upacara tersebut tidak sekedar deata-deata Dalam pelaksanaan upacara Rapasan bagi kasta Tana Bulaan menonjol dan itu merupakan cara satu-satunya bagi dirinya yang menandakan keberadaannya atau statusnya, tingkat dan martabatnya di kalangan masyarakat umum atau kesatuan-kesatuan adat gengsi sosial yang ingin ditampilkan, melalui lantang kaum kerabat dan tamu-tamu. Semuanya menjadi ukuran kesusksesan upacara dari kelompok atau persekutuan yang melaksanakan upacara tersebut. Studi mengenai upacara kematian, pada 226

3 Rapasan: Upacara Pemakaman... Ansaar Pitu Ulunna Salu Kondosapata mana Pa tomatean). Dalam tulisan ini dia membagi upacara kematian kemampuan ekonomi dan status sosial dalam Rambu Solo Kematian Suku Yali di Kabupaten Yalimo, pandangan masyarakat setempat tentang kematian serta prosesi upacara kematian, baik sebelum dan Upacara Tradisional Komunitas Adat : suatu upacara kematian pada komunitas adat Kajang di Kabupaten Bulukumba. Tulisan ini mfokuskan pada tata cara pelaksanaan upacaranya yang memiliki banyak keunikan bila dibandingkan dengan upacara-upacara kematian upacara pemakaman bagi kasta Tana Bulaan kurang (1993) mengenai Upacara Tradisional (Upacara mana sebagian isinya juga memaparkan tentang prosedur pelaksanaan upacara pemakaman bagi masyarakat Toraja. mengenai upacara pemakaman di Tana Toraja, Rapasan sebagai suatu kajian budaya dalam rangka upaya kasta Tana Bulaan METODE Penelitian yang menjadi sumber data dari artikel ini menggunakan metode deskripsi analisis dengan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian dilaksanakan semata-semata berdasarkan pada teknik pengamatan (observasi (interview PEMBAHASAN Deskripsi Upacara Rapasan Nama dan Latar Belakang Upacara Rapasan upacara pemakaman di Tana Toraja yang paling Tana Bulaan (Asis, dkk., 2008:60). Penyelenggaraan upacara adat ini dilakukan dua kali di dua lokasi yang dan lapangan terbuka (rante). Upacara ini juga tergolong dalam atau Rambu Solo. Rapasan artinya kayu yang bentuknya seperti lesung berlubang yang ditempati yang dinamakan atau (Tangdilintin, 2009:135). Di Tana Toraja, upacara pemakaman Rapasan dikelompokkan menjadi tiga tingkatan. Pengelompokan itu dilakukan karena tidak semua Tana Bulaan tersebut memiliki kemampuan yang sama secara materi atau ekonomi. Adapun tingkatan-tingkatan 227

4 WALASUJI Volume 5, No. 2, Desember 2014: Rapasan Diongan, yakni tingkat Rapasan disebut pula Rapasan Dandan Tana, yaitu acara tana bulaan sembilan kerbau. 2) Rapasan Sundun, yaitu upacara pemakaman yang tergolong sempurna (sundun Rapasan Sundun ini dengan sebutan Rapasan Doan (doan: di atas), ada pula yang menyebutnya Rapasan Diongan (diongan: Rapasan Doan yang Kapuang Tallu Lembangna. 3) Rapasan Sapu Randanan, yaitu upacara pemakaman adat tertinggi di Tana Toraja yang dinamakan kerbau disediakan sebanyak mungkin layaknya luapan air sungai (sapu randanan). Upacara pemakaman adat ini biasanya diselenggarakan bagi kurban sebanyak itu, kebanyakan sumbangan dari masyarakat yang disebut yang meninggal) mengingat jasa pemangku adat dipimpinnya (Tangdilintin, 2009: ). Bagi si mati, pelaksanaan upacara pemakaman Rapasan akan menentukan lainnya merupakan bekal bagi si mati di kemudian semakin banyak pula bekalnya, sebaliknya apabila yang sama sekali tidak dirayakan dengan suatu gentayangan di atas dunia. Maksud dan Tujuan Upacara Bagi ( diselenggarakannya upacara pemakaman Rapasan, meninggal kepada Puang Matua. Karena itu, Puang Matua disebut Tomembali Puang keturunannya dan senantiasa akan mendekatkan mereka di sisi Puang Matua. Hal itu berarti (2009:75), Puang Matua Unsur ini dipercaya sebagai pencipta Di samping itu, tujuan lain dari pelaksanaan upacara pemakaman Rapasan menampilkan status dan lapisan sosial yang prestise sosial (Yusuf, dkk., 1993:90). Demikian, Rapasan itu, tersirat pula gengsi-gengsi sosial yang menjadi ukuran dan penilaian bagi para bagi anggota masyarakat dan pengekalan tradisi yang sedang berlaku. Waktu dan Tempat Penyelenggaraan Upacara, Allo Melo ) atau bulan baik (Bulan Melo ) untuk menyelenggarakan upacara tersebut. 228

5 Rapasan: Upacara Pemakaman... Ansaar yang dianggap baik untuk menyelenggarakan pemakaman atau Rambu Solo bulan Sampe atau (Batong, 2001:27). Tempat penyelenggaraan upacara Rapasan, dibedakan atas dua bagian sesuai Rapasan itu Ma batang yang prosesinya orang yang meninggal. Ma palao yang prosesinya penyelenggaraannya berlangsung di lapangan terbuka (Rante) di mana (pondokpondok) sebagai tempat para tamu atau undangan Penyelenggara Upacara Penyelenggara upacara Rapasan dinamakan yang terdiri atas beberapa orang dengan tugas masing-masing. Adapun orang- To me balun atau biasa pula disebut yakni upacara pemakaman. Bilamana upacara sedang acara pemakaman yang selalu ditandai dengan bunyi-bunyian gendang dan gong sambil berdiri dan membacakan mantra-mantra atau doa dibungkus; 2) To ma pemali, yaitu orang yang ini dilakukan selama upacara berlangsung dan tidak melepaskan tutup kepalanya. Orang yang diberi tugas ini, biasanya keluarga terdekat dari si mati atau seseorang yang dipercayakan memberikan imbalan jasa apabila tugasnya selesai; 3), yaitu orang yang ditugaskan menyiapkan sajian berupa makanan secara simbolik kepada si mati selama upacara. ( ; 4) To bulle tangga, yaitu, yaitu untuk membantu merampungkan keperluan- biasanya berasal dari pelapisan atau pengabdi dari keluarga si mati; 6) To ma toe Bia, yaitu beberapa orang pria yang bertugas menyalakan api dan memegang obor selama To ma toe Bia ini juga berasal dari pengabdi keluarga si mati; 7) To Masso boi Rante yang bertugas membuka jalan saat rombongan tetap menjalin kerjasama antara satu dengan yang lainnya agar pelaksanaan upacara berjalan lancar. Petugas ini diambil dari pengabdi keluarga si Tau-tau tempat pakaian dari patung (tau-tau) si mati. Saat menjalankan tugas, orang ini berjalan paling di belakang dari semua petugas untuk selanjutnya menuju ke Rante Ma palao. Peranan penyelenggara upacara pertama (Ma batang kedua (Ma palao para petugas, terutama mereka yang memiliki orang lain, seperti To me balun atau orang yang bertugas membungkus mayat. Persiapan Upacara Sebagaimana tradisi yang berlaku dalam Tana Bulaan merta langsung diadakan upacara pemakaman, dikenakan pakaian adat menurut stratifikasi sosialnya lalu dilengkapi dengan benda-benda 229

6 WALASUJI Volume 5, No. 2, Desember 2014: diri tentang asal rumpunnya yang dikaitkan dengan di mana ia berasal. Kesemuanya itu atribut adat orang yang meninggal itu, maka satu sampai tiga malam menurut keputusan Tominaa) dan ini juga digunakan untuk membicarakan segala kekayaan orang yang meninggal dan kesanggupan sanak keluarga memberi sumbangan pada semua sanak keluarganya melakukan pertemuan informal ( ) untuk menentukan membicarakan rencana pelaksanaan upacara meninggal menyepakati taksiran dana dan semua persiapan yang diperuntukkan bagi kematian pada sumbung dan selanjutnya dimasukkan ke dalam erong 2009:151). Dalam masyarakat Toraja, apabila yang Tana Bulaan membunyikan gong dan lesung secara bertalu-talu yang baru meninggal, sekaligus sebagai tanda akan diadakannya upacara Rapasan sebagaimana Saat terdengarnya tanda-tanda tersebut, semua menjenguk guna menyaksikan kebenarannya. kepada orang yang baru meninggal. acara pertama pada kegiatan ini dan dilakukan dinamakan Ma dio Tomate sangat penting artinya dimanfaatkan untuk menunggu keluarga dekat untuk menyaksikan pemandian, karena jika selesai dari pemberian para anggota keluarga. Pemberian diberikan kepada yang meninggal, nantinya keluarga si meninggal secara timbal balik. Pada saat dilakukan acara Ma dio Tomate, dipotong seekor kerbau dan sekurang-kurangnya satu ekor babi sebagai kurban pertama tentang pada acara ini bukan ditujukan untuk orang yang kain kafan beberapa lapis lalu dibaringkan. Saat bulan lamanya sambil menunggu kesepakatan para anggota keluarga untuk menyelenggarakan upacara pemakamannya. Persiapan-persiapan untuk upacara merupakan keunikan tersendiri masyarakatnya, bagi orang yang meninggal. Orang Toraja yang 230

7 Rapasan: Upacara Pemakaman... Ansaar tidak menaati ajaran, namun sebagai bulan sambil menunggu berkumpulnya sanak keluarga. Dalam persiapan upacara pemakaman Rapasan tenaga dan pikiran, terutama yang berstatus sebagaimana mestinya menurut aturan adat yang bersumber dari mempersiapkan perlengkapan upacara itu, bukan saja karena keperluan mekanisme upacara, melainkan karena tuntutan sistem kepercayaan yang menyebabkan sifat upacara tidak sakral. Perlengkapan atau Peralatan Upacara Perlengkapan atau peralatan upacara, sangat banyak menggunakan dan cara penggunaannya perlengkapan atau peralatan yang mempunyai arti dan makna dalam upacara Rapasan dapat disebutkan: 1) (panggung) sebagai tempat bala (tempat pembagian daging); 3) lantang (pondok) sebagai tempat terima tamu; 4) tau-tau (patung si mati) sebagai simbol si mati; 5) saragen tombi-tombi (fandel-fandel) berupa kain panjang sebagai simbol keagungan makna upacara; 7) sarita (fandel yang berumbai) sebagai dekoratif; 8) (tabir) berupa kain (kalung atau telungkup seperti payung), berfungsi dekoratif pada usungan; 10) gandang (gendang) dibunyikan sebagai isyarat untuk mengatur setiap acara; 11) gayang (keris pusaka) berfungsi dekoratif yang memberi sakral upacara; dan 12) bombongan (gong) alat bunyi-bunyian yang berfungsi sebagai Jalannya Upacara Secara garis besar, pelaksanaan upacara Rapasan bagi kasta Tana Bulaan di Tana Toraja Ma batang Ma palao. pelaksanaannya terbagi lagi atas beberapa fase: Ma batang (meletakkan dasar) Ma batang pelaksanaan upacara Rapasan, dilakukan di sekitar dan berlangsung dua fase: Fase Pertama dipolambi, sebagai pertanda dimulainya upacara Rapasan. saat itu posisi mayat berbaring seperti orang tidur dipolambi ini, seekor yang datang. Akan tetapi, bagi anggota keluarga memakan daging babi tersebut. acara dimaksudkan untuk dipotong beberapa ekor kerbau untuk kemudian Hari ketiga tidak diadakan suatu acara, mempersiapkan segala sesuatunya demi keperluan Ma balun. Acara ini dimaksudkan untuk membungkus si bertugas melakukan kegiatan ini disebut To- 231

8 WALASUJI Volume 5, No. 2, Desember 2014: mebalun atau. Selain terampil dalam dalam membacakan dan menyampaikan doadoa berupa mantera-mantera buat si mati. Pada acara ini seekor kerbau dan babi dipotong untuk Hari kelima diadakan acara Ma tombi, yakni suatu acara dengan mengibarkan panji-panji yang berbentuk fandel-fandel. Panji-panji tersebut dikibarkan pada bagian depan Tongkonan, kepada orang mati. Selain itu, dipotong pula bagi lapangan. Hari keenam diadakan acara Mantunu, Ma batang. Pada acara ini dilakukan pula penerimaan tamu dari yang akan melayat dan turut mengucapkan fase pertama acara Ma batang. dilakukan acara Ma parempe dikategorikan sebagai orang mati, atau tidak lagi dianggap sebagai orang sakit. Fase Kedua Kegiatan pada fase kedua ini tidak dilakukan kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada fase ini Ma bolong kain-kain). Acara ini ditandai dengan mengenakan segala sesuatunya terutama makanan untuk acara berikutnya. keluarga si mati. (orang berduka) dibuka sebagai simbol masa duka seperti biasa.. Acara ini ditandai dengan memasukkan kerbau ke dalam Rapasan atau biasa disebut Ma batang. Ma batang dilakukan, maka anggota kerabat melakukan berbagai kegiatan sebagai persiapan untuk acara Ma palao. Berbagai kegiatan yang dilakukan itu antara lain: membuat tau-tau bagi si mati. Tau-tau tersebut tau-tau tau-tau tersebut sebagai replika si mati. Hal ini sangat penting, karena tau-tau tersebut akan tau-tau tersebut, mereka akan (menebang Selain itu, dilakukan juga kegiatan melantang, yaitu membuat lantang-lantang (pondok untuk para tamu), (pondok (menara tempat 232

9 Rapasan: Upacara Pemakaman... Ansaar pembagian daging). Bangunan-bangunan tersebut berfungsi sebagi tempat pelaksanaan upacara., terutama kerbau dan babi yang akan dikurbankan Ma palao. Kegiatan dimaksudkan upacara yang akan dilaksanakan kelak. Alang ke alang Mangrui Batu. Kegiatan ini ditandai dengan penarikan batu dari tempatnya menuju lapangan tempat upacara akan dilangsungkan. Batu tersebut kemudian ditanam, dan akan terus tersimpan di kedua, yaitu Ma palao. Acara ini berlangsung sebanyak tiga fase. Setiap fase berlangsung sebagai berikut. Ma palao padang atau lapangan) Kegiatan Ma palao dilaksanakan di suatu, Ma palao ini, dapat diuraikan berdasarkan fasenya sebagai berikut: Fase Pertama dan pelaksanaannya tidak berturut-turut. Pada Ma tundan sambil menyanyi atau biasa disebut Ma badong. Ma palao mulai diadakan. Ma tundan ma balun. ada di dalam Tongkonan. Selanjutnya pada. ma balun,. Dalam acara kemudian disemayamkan di lantai alang. Acara itu diramaikan dengan Ma badong yang diiringi dengan bunyi-bunyian. Seekor kerbau, Ma palao, yaitu mengarak yang paling ramai dilakukan dibanding acara-. ukirannya. Disediakan pula usungan untuk tau-tau dan dipersiapkan untuk diarak ke lapangan, pada pagi itu, seekor kerbau dan babi dipotong dan beberapa pelaksana upacara disibukkan untuk mempersiapkan dan mengatur jalannya acara. atau sekitar pukul 14.00, arak-arakan mulai 233

10 WALASUJI Volume 5, No. 2, Desember 2014: menuju lapangan upacara. Dalam arakan-arakan memperagakan tari pa randing (tari perang). Di iringan berlangsung. Berikutnya, disusul barisan rumbi-rumbi di dalamnya terdapat si mati. Barisan selanjutnya to ma parandan para peserta upacara lainnya yang mengikuti jalannya arak-arakan tersebut. upacara, kerbau yang diarak tadi ditarik mengelilingi sebanyak tiga kali. tau-tau dinaikan ke atas. Selanjutnya peserta dan tamu-tamu lantang. Di tempat itu pula, terdapat sekelompok orang sedang melakukan Ma badong. itu dilanjutkan kegiatan sisemba (bermain sepak kaki) bagi anak muda dan anak laki-laki. Pada Ma badong dilakukan semalam suntuk. dilakukan acara mantunu yang ditandai dengan simbuang (batu). Dalam acara tersebut, para To parenge dari setiap desa pemotongan kerbau dalam acara ini tidak dilakukan seperti kebanyakan orang lakukan, sebab posisi kerbau yang akan dipotong tetap dalam posisi berdiri, kemudian kepalanya ditarik ke atas lalu tamu dijamu. Pada saat penjamuan terdapat dua tempat yang berbeda. Bagi tamu yang karena ada jenis makanan yang disedikan, tapi pada saat menjamu tamu akan berlangsung terus juga diadakan kegiatan metua,. Pada malam itu juga kegiatan Ma badong dilakukan semalam suntuk. Ma palao tidak ma peliang. Ma paleang liang atau patane kuburan). Kuburan tersebut merupakan milik mengantar. Di belakannya diusung pula tau-tau si mayat yang akan disimpan di kuburan tersebut. patane. Fase Kedua Ma palao. Acara dalam dianggap baik menurut ajaran. Untuk jelasnya diuraikan sebagai berikut. Ma bolong yang ditandai 234

11 Rapasan: Upacara Pemakaman... Ansaar yang diantar itu terdiri atas nasi dan lauk-pauk. pote atau kudung pote Fase Ketiga Pada fase ketiga ini, kegiatannya juga tidak sistem kepercayaan mereka. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada fase ketiga ini juga dilakukan Untuk jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut. massapai. Massapai, diadakan lagi acara saja. Pada acara ini seekor ayam dan babi Faktor Pendorong Upacara Bagi masyarakat Toraja, eksisnya penyelenggaraan upacara pemakaman Rapasan faktor, yaitu: 1) Religi (Kepercayaan) Todolo Puang Matua dengan 2) Prestise (Gengsi Sosial) Rapasan tetap dilaksanakan. Dalam pelaksanaan upacara pemakaman tersebut, segala sesuatu yang dikurbankan dalam upacara pemakamannya, untuknya. keluarga yang meninggal, maka keluarga dari langsung dikuburkan tanpa mengadakan upacara dianggap keterlaluan dan tidak mempunyai rasa meninggal itu dikurbankan dan dibagi-bagikan sebagai tindakan sosial bagi masyarakat, juga merupakan tanda pada pelaksanaan upacara pemakaman. Para ditentukan potongan demi potongan sebagaimana jabatan yang dipangkunya dalam adat dan di dalam 235

12 WALASUJI Volume 5, No. 2, Desember 2014: seperti ini juga terus menerus berlangsung secara timbal balik. empat kelompok bagian daging kurban kerbau dalam pembagian kurban menurut ketentuan adat yang berpatokan pada empat strata sosial yang dikenal di Tana Toraja, yaitu: 1) kepala kebanyakan; dan 4) bagian-bagian daging yang Pembagian daging kurban kerbau menurut empat kategori di atas, diatur pembagiannya golongannya (strata sosial pertama), disusul para orang kebanyakan (strata sosial ketiga) dan Dengan sistem pembagaian daging komunikasi sosial di kalangan masyarakat Toraja. Penyelenggaraan upacara bagi seseorang yang terselenggaranya suatu upacara pemakaman bagi masyarakat Toraja, turut menentukan martabat masyarakat. 3) Ekonomi (Harta Peninggalan) sangat berkaitan dengan adat istiadat orang masyarakat Toraja dikenal dua macam sistem menurut Mana menurut Tana (Yusuf, dkk., 1993:102). Mana berasal dari dan orang tua (ibu dan bapak). Asal Mana ini satu sama lainnya saling keturunan bilineal, maksudnya garis keturunan Mana mana yang tidak memegang kekuasaan atau fungsi adat. Karena itu apabila ada keturunan nya, Tana Tana pengabdian kepada milik orang tua anak atau turunan dari. Sedangkan tanda-tanda pengabdian dan kesetiaan dalam dan peranan orang tua di dalam memberikan PENUTUP Rapasan dilakukan bagi kasta Tana Bulaan atau orang yang 236

13 Rapasan: Upacara Pemakaman... Ansaar keluarga dan masyarakat. Upacara pemakaman Rapasan persyaratan dalam ajaran. Kerbau artinya dan kedudukannya dalam masyarakat pelaksanaan upacara. Todolo ), maksud dilaksanakannya upacara pemakaman Rapasan, untuk mensucikan, orang yang meninggal kepada Puang Matua. Karena makin lengkap upacara yang dibuat meninggal itu, maka semakin meningkat pula meningkat mendekati Puang Matua yang disebut Tomembali Puang keturunannya dan senantiasa akan mendekatkan mereka di sisi Puang Matua. Hal ini berarti, dunia nyata. Dalam pelaksanaan upacara Rapasan, segala sesuatu yang dikurbankan merupakan bekal banyak yang dikurbankan, baik itu berupa lainnya, maka semakin banyak pula bekalnya, tinggal mengembara di atas dunia, gentayangan menanggung derita sampai tiba saatnya seorang keluarganya mengadakan kurban untuknya. Rapasan bagi kasta Tana Bulaan beberapa faktor, yaitu: karena faktor fanatisme dalam ajaran Selain itu, dorongandorongan dari kelompok masyarakat yang ingin menampilkan status dan lapisan sosialnya ekonomi tampil bersama. Dalam pelaksanaan upacara pemakaman Rapasan tersebut, bebagai gengsi sosial tampil pula dan menjadi ukuran DAFTAR PUSTAKA Glosarium, Daftar Istilah Budaya Toraja-Mandar. Simbolisme Unsur Visual Rumah Tradisional Toraja. Yogyakarta: Ombak. (Sebuah Kajian Terhadap Organisasi Sosial Tradisional di Toraja). Jakarta: Dirjen Nilai Budaya Seni dan Film. Batong, Hermin Sejarah dan Budaya Toraja. Departemen Pendidikan Nasional, Dirjen kebudayaan. Batong, Hermin Toraja, dalam Buletin Bosara (Media Informasi Sejarah dan Budaya Sulsel), No.2 dan Nilai Tradisonal Ujung Pandang. Kepercayaan dan Upacara Tradisional Komunitas Adat di Sulawesi Selatan. Pendidikan dan Kebudayaan, Balai pacara Rambu Solo di Tana Toraja, dalam com. Diakses tanggal 15 Agustus Rambu Solo, Toraja. Diakses tanggal 25 Juli Langi, Lullu dan Onesimus Sampebua Solo Sumatera Utara. Upacara Tradisional 237

14 WALASUJI Volume 5, No. 2, Desember 2014: (Upacara Kematian) Daerah Sulawesi Selatan Yali di Kabupaten Yalimo, BPNB Jayapura. Timur, dalam Jurnal Patanjala Tangdilintin, LT Toraja, Sebuah Peninggalan Sejarah dan Budaya.. Upacara Kematian dalam Tradisi Jawa google.com, diakses tgl 11 Juli Tana Toraja, dalam Agustus

KONTEN BUDAYA NUSANTARA Upacara Adat Rambu Solo - Toraja

KONTEN BUDAYA NUSANTARA Upacara Adat Rambu Solo - Toraja KONTEN BUDAYA NUSANTARA Upacara Adat Rambu Solo - Toraja Upacara pemakaman yang dilangsungkan saat matahari tergelincir ke barat. Jenazah dimakamkan di gua atau rongga di puncak tebing batu. Sebagai tanda

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan identitas dari komunitas suatu daerah yang dibangun dari kesepakatan-kesepakatan sosial dalam kelompok masyarakat tertentu. Budaya menggambarkan

Lebih terperinci

KEDUDUKAN ANAK KAUNAN YANG DIANGKAT OLEH TOPARENGNGE (KAUM BANGSAWAN) DALAM PEMBAGIAN WARISAN MASYARAKAT TONDON DI KABUPATEN TORAJA UTARA

KEDUDUKAN ANAK KAUNAN YANG DIANGKAT OLEH TOPARENGNGE (KAUM BANGSAWAN) DALAM PEMBAGIAN WARISAN MASYARAKAT TONDON DI KABUPATEN TORAJA UTARA KEDUDUKAN ANAK KAUNAN YANG DIANGKAT OLEH TOPARENGNGE (KAUM BANGSAWAN) DALAM PEMBAGIAN WARISAN MASYARAKAT TONDON DI KABUPATEN TORAJA UTARA Oktavianus Patiung Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makassar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian yang Relevan Penelitian mengenai wujud kebudayaan sebelumnya sudah pernah dilakukan. Namun fokus penelitiannya berbeda dengan yang ada dalam penelitian ini. Hasil

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 SUMBER DATA Data data dan informasi yang digunakan untuk mendukung proyek tugas akhir ini akan diambil dari berbagai sumber, diantaranya: 1. Literatur : media cetak (buku), media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang akan menjadi lokasi penelitian ini adalah Tana Toraja. Daerah ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang akan menjadi lokasi penelitian ini adalah Tana Toraja. Daerah ini adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki potensi budaya yang beraneka ragam, dan dimiliki oleh masing-masing daerah di dalamnya. Salah satu daerah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kehidupan dan kematian merupakan dua hal yang harus dihadapi oleh setiap manusia termasuk orang Toraja, karena ini merupakan hukum kehidupan menurut adat Toraja. Sebagai

Lebih terperinci

TANA TORAJA P E N G A N T A R P E N G A N T A R K E P E R C A Y A A N. Aluk Todolo. Puang Matua. Desain Interior - Akademi Teknik PIKA 1

TANA TORAJA P E N G A N T A R P E N G A N T A R K E P E R C A Y A A N. Aluk Todolo. Puang Matua. Desain Interior - Akademi Teknik PIKA 1 TANA TORAJA Perkembangan Arsitektur Tradisional Oleh : Eka Kurniawan A.P, ST 1 P E N G A N T A R Nama Toraja diberikan suku Bugis Sidenreng dan suku Luwu. Orang Bugis Sidengreng menyebut orang Toraja dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dari gagasan simbol-simbol dan nilai-nilai yang mendasari hasil karya dan

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dari gagasan simbol-simbol dan nilai-nilai yang mendasari hasil karya dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberagaman suku dan budaya yang ada di Indonesia menjadi salah satu ciri khas masyarakat Indonesia. Masing-masing etnis yang ada di Indonesia tentu memiliki keunikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi Bersyukur kepada sang pencipta tentang apa yang telah di anugerahkan kepada seluruh umat manusia,

Lebih terperinci

PERANAN TERNAK KERBAU DALAM MASYARAKAT ADAT TORAJA DI SULAWESI SELATAN

PERANAN TERNAK KERBAU DALAM MASYARAKAT ADAT TORAJA DI SULAWESI SELATAN Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010 PERANAN TERNAK KERBAU DALAM MASYARAKAT ADAT TORAJA DI SULAWESI SELATAN (The Role of Buffalo in Culture Toraja Ethnic in South Sulawesi) MATHEUS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki aneka ragam budaya. Budaya pada dasarnya tidak bisa ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan individu yang ada dari

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO. 42 BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN 1974 A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.1/1974 Pelaksanaan Pernikahan Suku Anak Dalam merupakan tradisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dan kebudayaan merupakan suatu kesatuan yang erat. Semua

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dan kebudayaan merupakan suatu kesatuan yang erat. Semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dan kebudayaan merupakan suatu kesatuan yang erat. Semua manusia yang ada di dunia ini pasti memiliki kebudayaan tersendiri. Keduanya tidak mungkin dipisahkan,

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : meliputi, Himpun (meliputi : Himpun Kemuakhian dan Himpun Pemekonan),

V. KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : meliputi, Himpun (meliputi : Himpun Kemuakhian dan Himpun Pemekonan), V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Proses upacara perkawinan adat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, dengan banyak suku dan budaya yang berbeda menjadikan Indonesia sebagai bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman

Lebih terperinci

PERSEPSI MASYARAKAT TORAJA RANTAU ATAS UPACARA RAMBU SOLO

PERSEPSI MASYARAKAT TORAJA RANTAU ATAS UPACARA RAMBU SOLO PERSEPSI MASYARAKAT TORAJA RANTAU ATAS UPACARA RAMBU SOLO Dina Toding, Indah Rizki, Mic Finanto Fakultas Psikologi, Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup pengetahuan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan lain kemampuankemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang

Lebih terperinci

SUKU TORAJA. Rangga Wijaya ( ) Putri Raudya Sofyana ( )

SUKU TORAJA. Rangga Wijaya ( ) Putri Raudya Sofyana ( ) SUKU TORAJA Rangga Wijaya (14148117) Putri Raudya Sofyana (14148140) Geografis dan Wilayah Letak suku Toraja : 119 0-120 0 BT dan 2 0-3 0 LS Terletak di sekitar pegunungan Latimojong dan Quarles. Berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dari yang terendah: Mate di Bortian (meninggal dalam kandungan), Mate Posoposo

BAB I PENDAHULUAN. Dari yang terendah: Mate di Bortian (meninggal dalam kandungan), Mate Posoposo BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa Indonesia yang terletak di Sumatera Utara. Nama Batak merupakan sebuah tema kolektif untuk mengidentifikasikan beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun terbagi atas beberapa bagian seperti upacara adat Marhajabuan

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun terbagi atas beberapa bagian seperti upacara adat Marhajabuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Etnis Simalungun memiliki kebudayaan yang banyak menghasilkan kesenian daerah dan upacara adat, dan hal tersebut masih dilakukan oleh masyarakat Simalungun sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebudayaan merupakan hal yang tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebudayaan merupakan hal yang tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan merupakan hal yang tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia. Adanya kebudayaan pada kehidupan manusia ibarat darah yang mengalir di dalam tubuh manusia.

Lebih terperinci

Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi

Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi PLPBK DI KAWASAN HERITAGE MENTIROTIKU Kabupaten Toraja Utara memiliki budaya yang menarik bagi wisatawan dan memilki banyak obyek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. Kebudayaan lokal sering disebut kebudayaan etnis atau folklor (budaya tradisi). Kebudayaan lokal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberi makna kepada orang lain sesuai dengan konteks yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. memberi makna kepada orang lain sesuai dengan konteks yang terjadi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi merupakan proses dinamis di mana orang berusaha untuk berbagi masalah internal mereka dengan orang lain melalu penggunaan simbol (Samovar, 2014,

Lebih terperinci

MEMANFAATKAN UNSUR-UNSUR DALAM UPACARA RAMBU SOLO 1 SEBAGAI SATU WUJUD BUDAYA UNTUK DIJADIKAN TITIK TEMU BAGI REEVANGELISASI SUKU TORAJA

MEMANFAATKAN UNSUR-UNSUR DALAM UPACARA RAMBU SOLO 1 SEBAGAI SATU WUJUD BUDAYA UNTUK DIJADIKAN TITIK TEMU BAGI REEVANGELISASI SUKU TORAJA MEMANFAATKAN UNSUR-UNSUR DALAM UPACARA RAMBU SOLO 1 SEBAGAI SATU WUJUD BUDAYA UNTUK DIJADIKAN TITIK TEMU BAGI REEVANGELISASI SUKU TORAJA Andrianus Pasa Abstrak Tulisan ini merupakan suatu analisis terhadap

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Tampak samping Rumah Tongkonan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993)

Gambar 1.1 Tampak samping Rumah Tongkonan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tana Toraja, sebuah kabupaten yang terletak di Provinsi Sulawesi Selatan, merupakan tempat tinggal bagi suku aslinya yaitu Suku Toraja. Kabupaten yang seluruh daerahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada makanan tertentu bukan hanya sekedar pemenuhan kebutuhan biologis,

BAB I PENDAHULUAN. Pada makanan tertentu bukan hanya sekedar pemenuhan kebutuhan biologis, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia yang paling mendasar adalah kebutuhan untuk makan. Dalam upayanya untuk mempertahankan hidup, manusia memerlukan makan. Makanan adalah sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau merupakan salah satu dari antara kelompok etnis utama bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau merupakan salah satu dari antara kelompok etnis utama bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya menempati posisi sentral dalam tatanan hidup manusia. Manusia tidak ada yang dapat hidup di luar ruang lingkup budaya. Budaya dapat memberikan makna pada hidup

Lebih terperinci

TARI GANGERENG ATAU TARI GIRING-GIRING

TARI GANGERENG ATAU TARI GIRING-GIRING TARI GANGERENG ATAU TARI GIRING-GIRING Oleh: Neni Puji Nur Rahmawati 1 Sebelum membahas tentang tari Giring-Giring, berikut deskrispsi dari tarian tersebut: Daerah asal : Dusun Paju Ampat, Kec. Dusun Timur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umumnya bekerja sebagai petani atau disebut juga dengan agraris. Dari segi

BAB I PENDAHULUAN. umumnya bekerja sebagai petani atau disebut juga dengan agraris. Dari segi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jorong Petok adalah sebuah Jorong yang terletak di Kenagarian Panti Selatan Kecamatan Panti Kabupaten Pasaman. Masyarakat Jorong Petok pada umumnya bekerja sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya.

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merayakan upacara-upacara yang terkait pada lingkaran kehidupan merupakan hal yang sangat penting bagi masyarakat Karo. Upacara atau perayaan berhubungan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakatnya. Salah satu adat budaya yang ada di Indonesia adalah adat budaya

I. PENDAHULUAN. masyarakatnya. Salah satu adat budaya yang ada di Indonesia adalah adat budaya 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan sebuah Negara yang memiliki berbagai suku bangsa yang masing-masing sukunya memiliki kebudayaan serta adat istiadat yang berbedabeda. setiap

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM MASYARAKAT TORAJA. Luwu. Orang Sidenreng menamakan penduduk daerah ini To Riaja yang

BAB IV GAMBARAN UMUM MASYARAKAT TORAJA. Luwu. Orang Sidenreng menamakan penduduk daerah ini To Riaja yang BAB IV GAMBARAN UMUM MASYARAKAT TORAJA 4.1 Asal Usul Masyarakat Toraja 4.1.1 Asal Mula Nama Toraja Nama Toraja mulanya diberikan oleh suku Bugis-Sidenreng dan orang Luwu. Orang Sidenreng menamakan penduduk

Lebih terperinci

Potret Pergeseran Makna Budaya Ma nene di Kecamatan Baruppu Kabupaten Toraja Utara Provinsi Sulawesi Selatan (Yusri, dan Mardianto Barumbun)

Potret Pergeseran Makna Budaya Ma nene di Kecamatan Baruppu Kabupaten Toraja Utara Provinsi Sulawesi Selatan (Yusri, dan Mardianto Barumbun) 332, 332 POTRET PERGESERAN MAKNA BUDAYA MA NENE DI KECAMATAN BARUPPU KABUPATEN TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN Yusri, dan Mardianto Barumbun Lembaga Penelitian Mahasiswa (LPM) Penalaran Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prosesi budaya Toraja dijelaskan secara visual dalam penataan. pemukiman tradisional beserta penggunaan lahannya yang dirancang

BAB I PENDAHULUAN. Prosesi budaya Toraja dijelaskan secara visual dalam penataan. pemukiman tradisional beserta penggunaan lahannya yang dirancang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Prosesi budaya Toraja dijelaskan secara visual dalam penataan pemukiman tradisional beserta penggunaan lahannya yang dirancang berdasarkan kebutuhan adat atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki ribuan pulau yang tentunya pulau-pulau tersebut memiliki penduduk asli daerah yang mempunyai tata cara dan aspek-aspek

Lebih terperinci

Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan

Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan Latar Belakang Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan manusia yang sedang berkembang menuju pribadi yang mandiri untuk membangun dirinya sendiri maupun masyarakatnya.

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN. 4. Bagaimana prosesi upacara sebelum kesenian Jonggan dilaksanakan?

DAFTAR PERTANYAAN. 4. Bagaimana prosesi upacara sebelum kesenian Jonggan dilaksanakan? Lampiran 1 63 Lampiran 2 DAFTAR PERTANYAAN 1. Bagaimana sejarah kesenian Jonggan! 2. Mengapa disebut dengan Jonggan? 3. Apa fungsi kesenian Jonggan? 4. Bagaimana prosesi upacara sebelum kesenian Jonggan

Lebih terperinci

Blangkon gaya Yogyakarta ditinjau dari bentuk motif dan makna simbolisnya

Blangkon gaya Yogyakarta ditinjau dari bentuk motif dan makna simbolisnya Blangkon gaya Yogyakarta ditinjau dari bentuk motif dan makna simbolisnya Oleh Sarimo NIM: K3201008 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjalanan peradaban bangsa Indonesia telah berlangsung dalam kurun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten

BAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Kesenian pada dasarnya muncul dari suatu ide (gagasan) dihasilkan oleh manusia yang mengarah kepada nilai-nilai estetis, sehingga dengan inilah manusia didorong

Lebih terperinci

sendiri diatur dalam pasak 303 ayat (3) KUHP yang berbunyi:

sendiri diatur dalam pasak 303 ayat (3) KUHP yang berbunyi: Saat ini, berbagai macam dan bentuk perjudian sudah meluas dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi. Sebagian masyarakat memandang bahwa perjudian sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis pekerjaan, pendidikan maupun tingkat ekonominya. Adapun budaya yang di. memenuhi tuntutan kebutuhan yang makin mendesak.

BAB I PENDAHULUAN. jenis pekerjaan, pendidikan maupun tingkat ekonominya. Adapun budaya yang di. memenuhi tuntutan kebutuhan yang makin mendesak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang terdiri dari banyak suku, bangsa, adat istiadat, agama, bahasa, budaya, dan golongan atas dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. atau pola kelakuan yang bersumber pada sistem kepercayaan sehingga pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. atau pola kelakuan yang bersumber pada sistem kepercayaan sehingga pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi dan budaya yang berbeda. Ini menjadi variasi budaya yang memperkaya kekayaan budaya bangsa Indonesia. Budaya merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bugis, Makassar, Toraja, dan Mandar. Setiap kelompok etnik tersebut memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Bugis, Makassar, Toraja, dan Mandar. Setiap kelompok etnik tersebut memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Sulawesi Selatan dan Barat terdapat empat etnik dominan dan utama, yakni Bugis, Makassar, Toraja, dan Mandar. Setiap kelompok etnik tersebut memiliki ragam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua. BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Kematian bagi masyarakat Tionghoa (yang tetap berpegang pada tradisi) masih sangat tabu untuk dibicarakan, sebab mereka percaya bahwa kematian merupakan sumber malapetaka

Lebih terperinci

Workshop Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Kab. Sumba Barat Daya Prov. Nusa Tenggara Timur

Workshop Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Kab. Sumba Barat Daya Prov. Nusa Tenggara Timur Workshop Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Kab. Sumba Barat Daya Prov. Nusa Tenggara Timur Latar Belakang Verifikasi dan Validasi Pembelajaran, Warisan Budaya Tak Benda dan Kelembagaan.

Lebih terperinci

Faktor Sosial dan Budaya Kaitannya Ikhwanussafa Sadidan

Faktor Sosial dan Budaya Kaitannya Ikhwanussafa Sadidan FAKTOR SOSIAL DAN BUDAYA KAITANNYA DENGAN NILAI JUAL KERBAU (KASUS DI PASAR BOLU, KABUPATEN TORAJA UTARA, PROVINSI SULAWESI SELATAN) Ikhwanussafa Sadidan*, Munandar Sulaeman, Siti Homzah Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri dari berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan beberapa pertemuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok masyarakat dan diwariskan secara turun temurun dari generasi kegenerasi berikutnya. Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN SOSIAL-BUDAYA RAMBU SOLO DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK

KAJIAN SOSIAL-BUDAYA RAMBU SOLO DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK Tersedia secara online EISSN: 2502-471X Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan Volume: 1 Nomor: 2 Bulan Februari Tahun 2016 Halaman: 154 158 KAJIAN SOSIAL-BUDAYA RAMBU SOLO DALAM PEMBENTUKAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN I DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA

LAMPIRAN I DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA LAMPIRAN I DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA Nama : Umur : Agama : Pekerjaan : Pertanyaan Asal anda darimana? Sejak usia berapa anda mulai memahami mengenai adat Toraja? Apakah keluarga anda masih menjalankan

Lebih terperinci

ARSITEKTUR TANA TORAJA

ARSITEKTUR TANA TORAJA PENGELOLAAN SUMBER BELAJAR ELEKTRONIK Disusun oleh : Eka Kurniawan A.P (0104510007) KTP PPS Unnes Sumber Belajar untuk MK. Perkembangan Arsitektur Tradisional (MATERI ARSITEKTUR TORAJA) Program Studi Desain

Lebih terperinci

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH 41 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH Kerangka Berpikir Kebudayaan adalah sebuah pola dari makna-makna yang tertuang dalam simbol-simbol yang diwariskan melalui sejarah. Kebudayaan adalah sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Nusantara terdiri atas aneka warna kebudayaan dan bahasa. Keaneka ragaman kebudayaan dari berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan

Lebih terperinci

FUNGSI SILEK DALAM UPACARA MANJALANG NINIK MAMAK DI KENAGARIAN SIALANG KECAMATAN KAPUR IX KABUPATEN 50 KOTA

FUNGSI SILEK DALAM UPACARA MANJALANG NINIK MAMAK DI KENAGARIAN SIALANG KECAMATAN KAPUR IX KABUPATEN 50 KOTA FUNGSI SILEK DALAM UPACARA MANJALANG NINIK MAMAK DI KENAGARIAN SIALANG KECAMATAN KAPUR IX KABUPATEN 50 KOTA Lhaxmi Nuari 1, Herlinda Mansyur 2, Susmiarti 3 Program Studi Pendidikan Sendratasik FBS Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suku yang hidup dan berkembang di Provinsi Aceh.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suku yang hidup dan berkembang di Provinsi Aceh. 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan produk budaya suatu bangsa, semakin tinggi nilai kesenian satu bangsa maka semakin tinggi nilai budaya yang terkandung didalamnya. Sebagai

Lebih terperinci

Potensi Budaya Indonesia Dan Pemanfaatannya

Potensi Budaya Indonesia Dan Pemanfaatannya Potensi Budaya Indonesia Dan Pemanfaatannya Selain kaya akan sumber daya alam, Indonesia juga termasuk kaya akan keragaman budaya. Beraneka ragam budaya dapat dijumpai di Negara ini. Keragaman budaya tersebut

Lebih terperinci

Kerajinan dan Wirausaha Tekstil

Kerajinan dan Wirausaha Tekstil Kerajinan dan Wirausaha Tekstil SEKOLAH TUNAS BANGSA KUBU RAYA PONTIANAK 2016/2017 Email : sitimustiani@gmail.com Web : http://www.sitimustiani.com Tujuan Pembelajaran Mengidentifikasi karya kerajinan

Lebih terperinci

MALE SAU PUYA PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA 2014

MALE SAU PUYA PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA 2014 MALE SAU PUYA PERTANGGUNGJAWABAN TERTULIS PENCIPTAAN SENI untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat magister dalam bidang seni, minat utama seni tari Muzakkir NIM 1220614411 PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk berbudaya dan secara biologis mengenal adanya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk berbudaya dan secara biologis mengenal adanya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk berbudaya dan secara biologis mengenal adanya perkawinan, melalui perkawinan inilah manusia mengalami perubahan status sosialnya, dari status

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga ia tidak merasa sendirian dalam melintasi masa-masa sulit dan. kritis dalam perkembangan kehidupannya.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga ia tidak merasa sendirian dalam melintasi masa-masa sulit dan. kritis dalam perkembangan kehidupannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kematian dan kedukaan adalah bagian integral dari siklus perkembangan kehidupan manusia. Dalam menghadapi dukacita karena peristiwa kematian itu, setiap kelompok masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dekke naniarsik (ikan mas arsik) atau dekke naniura. Dekke dalam bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Dekke naniarsik (ikan mas arsik) atau dekke naniura. Dekke dalam bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap suku bangsa pastinya memiliki perayaan-perayaan adatnya masingmasing. Dalam setiap perayaan adat tersebut satu hal yang tidak dapat ditinggalkan adalah adanya

Lebih terperinci

BAB IV RAMBU SOLO SEBAGAI TINDAKAN PASTORAL. Merujuk isi kerangka konseptual yang telah diuraikan pada Bab II tulisan

BAB IV RAMBU SOLO SEBAGAI TINDAKAN PASTORAL. Merujuk isi kerangka konseptual yang telah diuraikan pada Bab II tulisan BAB IV RAMBU SOLO SEBAGAI TINDAKAN PASTORAL Merujuk isi kerangka konseptual yang telah diuraikan pada Bab II tulisan ini, penulis akan memberikan ulasan analis tentang tindakan pastoral yang terdapat dalam

Lebih terperinci

KONTRIBUSI DAN PERAN PEREMPUAN DALAM PROSESI UPACARA RAMBU SOLO DI KELURAHAN TONDON MAMULLU KECAMATAN MAKALE KABUPATEN TANA TORAJA

KONTRIBUSI DAN PERAN PEREMPUAN DALAM PROSESI UPACARA RAMBU SOLO DI KELURAHAN TONDON MAMULLU KECAMATAN MAKALE KABUPATEN TANA TORAJA KONTRIBUSI DAN PERAN PEREMPUAN DALAM PROSESI UPACARA RAMBU SOLO DI KELURAHAN TONDON MAMULLU KECAMATAN MAKALE KABUPATEN TANA TORAJA The Contribution and Role of Women in Rambu Solo Ritual Procession at

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara geografis, letak Indonesia yang terbentang dari sabang sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. Indonesia yang terkenal dengan banyak pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam kehidupan manusia, setiap pasangan tentu ingin melanjutkan hubungannya ke jenjang pernikahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bangsa di dunia yang mendiami suatu daerah tertentu memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, setiap bangsa memiliki

Lebih terperinci

GLOSARIUM. Anak perempuan yang berada dalam suatu garis keturunan sebuah keluarga atau semua wanita dalam sebuah kelompok masyarakat adat Kerinci.

GLOSARIUM. Anak perempuan yang berada dalam suatu garis keturunan sebuah keluarga atau semua wanita dalam sebuah kelompok masyarakat adat Kerinci. 80 GLOSARIUM anok betino ajun arah Depati dusun jirat kenduri larik/laheik luhah mendapo Ninik Mamak parit bersudut empat Anak perempuan yang berada dalam suatu garis keturunan sebuah keluarga atau semua

Lebih terperinci

KONFLIK KEBUDAYAAN MENURUT TEORI LEWIS ALFRED COSER DAN RELEVANSINYA DALAM UPACARA PEMAKAMAN (RAMBU SOLO ) DI TANA TORAJA

KONFLIK KEBUDAYAAN MENURUT TEORI LEWIS ALFRED COSER DAN RELEVANSINYA DALAM UPACARA PEMAKAMAN (RAMBU SOLO ) DI TANA TORAJA 292 JURNAL JAFFRAY, Vol. 12, No. 2, Oktober 2014 Abstrak KONFLIK KEBUDAYAAN MENURUT TEORI LEWIS ALFRED COSER DAN RELEVANSINYA DALAM UPACARA PEMAKAMAN (RAMBU SOLO ) DI TANA TORAJA Robi Panggarra Sekolah

Lebih terperinci

BAB IV MAKNA PELAKSANAAN UPACARA ADAT ALAWAU AMANO BAGI KEHIDUPAN ORANG NOLLOTH. A. Mendiskripsikan Upacara Adat Kematian Alawau Amano

BAB IV MAKNA PELAKSANAAN UPACARA ADAT ALAWAU AMANO BAGI KEHIDUPAN ORANG NOLLOTH. A. Mendiskripsikan Upacara Adat Kematian Alawau Amano BAB IV MAKNA PELAKSANAAN UPACARA ADAT ALAWAU AMANO BAGI KEHIDUPAN ORANG NOLLOTH A. Mendiskripsikan Upacara Adat Kematian Alawau Amano Menurut Hertz, kematian selalu dipandang sebagai suatu proses peralihan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) PENGELOLAAN SUMBER BELAJAR Disusun oleh : Eka Kurniawan A.P (0104510007) KTP PPS Unnes RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Perguruan Tinggi Program Studi Mata Pelajaran Semester / SKS Pertemuan ke Standar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemajuan komunikasi dan pola pikir pada zaman sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemajuan komunikasi dan pola pikir pada zaman sekarang ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan komunikasi dan pola pikir pada zaman sekarang ini semakin mendukung terkikisnya nilai-nilai tradisional sebuah bangsa. Lunturnya kesadaran akan nilai budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Sumedang memang dikenal memiliki beraneka ragam kesenian tradisional berupa seni pertunjukan yang biasa dilaksanakan dalam upacara adat daerah, upacara selamatan,

Lebih terperinci

Tabel 30 Jumlah Kunjungan Domestik dan Non Domestik. Non Domestik (luar negeri)

Tabel 30 Jumlah Kunjungan Domestik dan Non Domestik. Non Domestik (luar negeri) 2.5.3 PARIWISATA Kabupaten Lamandau merupakan daerah hutan tropis. Keadaan landscape daerah ini yang terdiri dari perbukitan, sungai dan jeram ditambah lagi dengan adat istiadat dan budaya masyarakat yang

Lebih terperinci

Arsitektur Dayak Kenyah

Arsitektur Dayak Kenyah Arsitektur Dayak Kenyah Propinsi Kalimantan Timur memiliki beragam suku bangsa, demikian pula dengan corak arsitekturnya. Namun kali ini hanya akan dibahas detail satu jenis bangunan adat yaitu lamin (rumah

Lebih terperinci

Jenis Pertanyaan 1 Untuk Mengetahui makna Bendera Merah Putih dalam upacara perkawinan:

Jenis Pertanyaan 1 Untuk Mengetahui makna Bendera Merah Putih dalam upacara perkawinan: Lampiran 1 Transkrip Wawancara Nama : Costan Rumabar (63 Tahun) Status : Kepala Dewan Adat Ambroben, Biak Kota Alamat : Jl. Pramuka, Ambroben, Biak Kota Tanggal/Jam : 24 Juni 2015 / 13.00-14.00 WIT BENDERA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. buddayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.

BAB I PENDAHULUAN. buddayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai Negara yang terdiri atas berbagai suku bangsa. Masing-masing suku bangsa memiliki warisan budaya yang tak ternilai harganya.kata budaya

Lebih terperinci

Photo 8 Saluang Darek (Dokumentasi: Wardizal)

Photo 8 Saluang Darek (Dokumentasi: Wardizal) Instrumen Musik Minangkabau Kelompok Aerophone Kiriman: Wardizal Ssen., Msi., Dosen PS Seni Karawitan ISI Denpasar Saluang Darek Merupakan jenis instrumen musik tiup yang sangat popoler di Minangkabau.

Lebih terperinci

MANTUNU TEDONG. (Suatu Tinjauan Sosio-Teologis Terhadap Makna Pemotongan Kerbau Dalam Upacara Kematian Di Lembang Seriale)

MANTUNU TEDONG. (Suatu Tinjauan Sosio-Teologis Terhadap Makna Pemotongan Kerbau Dalam Upacara Kematian Di Lembang Seriale) MANTUNU TEDONG (Suatu Tinjauan Sosio-Teologis Terhadap Makna Pemotongan Kerbau Dalam Upacara Kematian Di Lembang Seriale) Oleh, JERIANTO SALUBONGGA NIM: 712008056 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atas tanah sebagai upacara peniadaan jenazah secara terhormat.

BAB I PENDAHULUAN. atas tanah sebagai upacara peniadaan jenazah secara terhormat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kematian adalah akhir dari kehidupan. Dalam kematian manusia ada ritual kematian yang disebut dengan pemakaman. Pemakaman dianggap sebagai akhir dari ritual kematian.

Lebih terperinci

JURNAL INTRA Vol. 2, No. 2, (2014)

JURNAL INTRA Vol. 2, No. 2, (2014) JURNAL INTRA Vol. 2, No. 2, (2014) 777-782 777 Aplikasi Kosmologi pada Interior Tongkonan (Studi Kasus Interior Tongkonan Di Desa Sa'dan, Kabupaten Toraja Utara) Kevin Samuel Hosen, Lintu Tulistyantoro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang terdiri dari beraneka ragam suku. Salah

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang terdiri dari beraneka ragam suku. Salah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang terdiri dari beraneka ragam suku. Salah satu suku yang ada di Indonesia adalah suku Toraja yang menetap di pegunungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa tersebut menghasilkan berbagai macam tradisi dan budaya yang beragam disetiap

BAB I PENDAHULUAN. bangsa tersebut menghasilkan berbagai macam tradisi dan budaya yang beragam disetiap BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Indonesia adalah Negara majemuk dimana kemajemukan tersebut mengantarkan Negara ini kedalam berbagai macam suku bangsa yang terdapat didalamnya. Keaneka ragaman suku

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA. A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya

BAB V ANALISA DATA. A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya BAB V ANALISA DATA A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya Upacara kematian ini bersifat wajib bagi keluarga yang telah ditinggal mati. Dalam proses upacara kematian, ada yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau terdiri dari etnik - etnik yang memiliki kesenian

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau terdiri dari etnik - etnik yang memiliki kesenian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Provinsi Riau terdiri dari etnik - etnik yang memiliki kesenian yang sangat beragam. Salah satu diantaranya adalah Kabupaten Kuantan Singingi. Kabupaten ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra

BAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra pada umumnya terdiri atas dua bentuk yaitu bentuk lisan dan bentuk tulisan. Sastra yang berbentuk lisan seperti mantra, bidal, pantun, gurindam, syair,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mempunyai keinginan untuk hidup bersama dan membina rumah tangga yaitu. dengan melangsungkan pernikahan atau perkawinan.

I. PENDAHULUAN. mempunyai keinginan untuk hidup bersama dan membina rumah tangga yaitu. dengan melangsungkan pernikahan atau perkawinan. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia dalam perjalanan hidupnya mengalami tiga peristiwa penting, yaitu waktu dilahirkan, waktu menikah atau berkeluarga dan ketika meninggal dunia. Meskipun semuanya

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping Revitalisasi Kota Tua Jakarta pembahasan yang didasarkan pemikiran yang menggunakan semiotika signifikasi

Lebih terperinci

RANGKAIAN UPACARA ADAT KESULTANAN DALAM RANGKA PESTA ADAT ERAU. www.disbudpar.kutaikartanegarakab.go.id www.visitingkutaikartanegara.

RANGKAIAN UPACARA ADAT KESULTANAN DALAM RANGKA PESTA ADAT ERAU. www.disbudpar.kutaikartanegarakab.go.id www.visitingkutaikartanegara. RANGKAIAN UPACARA ADAT KESULTANAN DALAM RANGKA PESTA ADAT ERAU www.disbudpar.kutaikartanegarakab.go.id www.visitingkutaikartanegara.com 1 Menjamu Benua Upacara Adat menjamu Benua adalah prosesi memanggil,

Lebih terperinci

SUNGAI GANGGA. Jarum jam menunjuk angka PERSPEKTIF. Menyusuri. Di Pagi Hari

SUNGAI GANGGA. Jarum jam menunjuk angka PERSPEKTIF. Menyusuri. Di Pagi Hari PERSPEKTIF Menyusuri SUNGAI GANGGA Di Pagi Hari Penulis dan Fotografer: Wahyuni Kamah Nuansa budaya dan spiritual yang kental adalah kesan saya setelah menyusuri Sungai Gangga. Jarum jam menunjuk angka

Lebih terperinci

ZIKIR & DO A LEBARAN TOPAT 2015

ZIKIR & DO A LEBARAN TOPAT 2015 ZIKIR & DO A LEBARAN TOPAT 2015 LAPORAN ZIKIR & DO A LEBARAN TOPAT 2015 Menuju Lombok Barat Yang Unggul, Mandiri, Sejahtera Dan Bermartabat Dilandasi Nilai Patut Patuh Patju I. PENDAHULUAN. Setelah Ummat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada Bab ini penulis akan menguraikan tentang metode penelitian kualitatif, partisipan, lokasi penelitian, instrumen dan metode pengumpulan data sera teknik analisis data.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Indonesia merupakan negara di dunia ini yang memiliki ragam budaya

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Indonesia merupakan negara di dunia ini yang memiliki ragam budaya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidup adalah sebuah karunia sang Ilahi dimana didalam hidup ini banyak hal-hal yang dapat menambah gairah untuk hidup, salah satunya adalah seni dan budaya. Indonesia

Lebih terperinci

NGOPI SEPULUH EWU. Ide festival ini terinspirasi dari kebiasaan minum kopi warga Kemiren, yakni tradisi ngopi bareng.

NGOPI SEPULUH EWU. Ide festival ini terinspirasi dari kebiasaan minum kopi warga Kemiren, yakni tradisi ngopi bareng. BARONG IDER BUMI Anda mungkin lebih mengenal Barong sebagai pertunjukan tari dari Bali. Dalam mitologi Bali, Barong adalah perlambang kebaikan, roh pelindung. Musuhnya ialah Rangda si tukang sihir jahat.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan dan kebiasaan tersebut dapat dijadikan sebagai identitas atau jatidiri mereka. Kebudayaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bagian ini adalah pengantar yang memaparkan tentang latar belakang masalah, yang di dalamnya membahas keberagaman dan keunikan budaya di Indonesia khususnya Toraja tentang tradisi di

Lebih terperinci

GOTONG ROYONG DARI PERSPEKTIF BUDAYA SUKU DAYAK DAN SUKU ASMAT: REFLEKSI MULTIKULTURAL DALAM NOVEL ETNOGRAFIS INDONESIA

GOTONG ROYONG DARI PERSPEKTIF BUDAYA SUKU DAYAK DAN SUKU ASMAT: REFLEKSI MULTIKULTURAL DALAM NOVEL ETNOGRAFIS INDONESIA GOTONG ROYONG DARI PERSPEKTIF BUDAYA SUKU DAYAK DAN SUKU ASMAT: REFLEKSI MULTIKULTURAL DALAM NOVEL ETNOGRAFIS INDONESIA HERMAN DIDIPU Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Negeri Gorontalo herdi.ung@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau. Tradisi ini dapat ditemui dalam upacara perkawinan, batagak gala

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau. Tradisi ini dapat ditemui dalam upacara perkawinan, batagak gala BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bararak adalah suatu tradisi yang terdapat dalam kehidupan masyarakat Minangkabau. Tradisi ini dapat ditemui dalam upacara perkawinan, batagak gala (pengangkatan) penghulu,

Lebih terperinci