BAB IV Hasil dan Pembahasan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV Hasil dan Pembahasan"

Transkripsi

1 BAB IV Hasil dan Pembahasan Dalam penelitian yang dilakukan, dipilih sampel berupa daging teripang hitam (Holothuria edulis) yang sudah dikeringkan. Analisis pendahuluan berupa penentuan kadar protein daging teripang hitam (Holothuria edulis) secara mikro Kjeldahl, selanjutnya dilakukan analisis asam amino dalam teripang hitam (Holothuria edulis )secara kwalitatif menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT) dan analisis asam amino secara kuantitatif menggunakan kromatografi cair berkinerja tinggi (HPLC). IV.1 Hasil Analisis Protein dengan cara Mikro-Kjeldahl Analisis protein daging teripang hitam (Holothuria edulis) dengan cara Kjeldahl pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga tahapan yaitu proses destruksi, proses distilasi dan tahap titrasi. Pada tahap destruksi, sampel daging teripang hitam dipanaskan dalam asam sulfat pekat sehingga terjadi destruksi menjadi unsurunsurnya. Dalam hal ini, N dalam protein diubah menjadi (NH 4 ) 2 SO 4. Selanjutnya dalam tahap distilasi, amonium sulfat yang diperoleh dalam proses destruksi dipecah menjadi amonia (NH 3 ) dengan cara ditambahkan NaOH. Amonia yang dibebaskan selanjutnya akan bereaksi dengan larutan standar asam borat (H 3 BO 3 ). Dalam tahap terakhir sisa asam yang tidak bereaksi dengan NH 3 ditentukan dengan titrasi menggunakan larutan HCl 0,02N. Titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna larutan dari biru menjadi merah muda. Dengan menggunakan persamaan II.6 pada halaman 32, kadar protein daging teripang hitam dapat dihitung hasil analisis protein dengan cara mikro Kjeldahl diperlihatkan dalam Tabel IV.1 berikut: Tabel IV.1 Data Hasil Analisis Protein Teripang secara Mikro- Kjeldahl No Bobot sampel (mg) Volume titrasi (blanko) (ml) Volume titran (ml) ,6 247,7 0,05 0,05 9,40 9,30 37

2 % 1 9,40 0,05 250,6 0, , % % N (1 ) = 5,415 % % Protein (1) = 5,415 % x 6,25 = 33,84 % % 2 9,30 0,05 247,7 = 5,42 % 0, , % % Protein (2) = 5,42% x 6,25 = 33,87 % 33,84% 33,87% % 2 = 33,86 % Sebagai bahan makanan, teripang hitam mengandung gizi yang cukup baik, khususnya protein, hal ini dilihat dari hasil analisis parameter gizi yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu kadar protein sebesar 33,86 %. Kandungan gizi teripang hitam yang cukup tinggi tersebut, khususnya kandungan protein, dimungkinkan karena makanan utama teripang hitam dapat memberikan kontribusi gizi yang cukup, yaitu berupa organism-organisme kecil, detritus, protozoa, nematoda, dan rumput laut (Martoyo, dkk, 1994). Keberhasilan analisis Kjeldahl semi mikro,ditentukan oleh nitrogen dalam bentuk ikatan N-N dan N-O yang terdapat dalam sampel tidak terdapat dalam jumlah yang besar. Kekurangan cara analisis ini ialah bahwa jumlah N yang terdapat dalam senyawa, seperti purin, pirimidina, nitrat, nitrit, amida dan asam amino ikut teranalisis dan terukur sebagai nitrogen protein. Perolehan kadar protein sebesar 33,86 % bukanlah kadar protein murni karena dalam metode Kjeldahl penentuan kandungan protein didasarkan pada jumlah senyawa N, termasuk senyawa bukan protein, atau biasa disebut sebagai kadar protein kasar. 38

3 Walaupun demikian, cara ini masih digunakan dan dianggap cukup teliti untuk pengukuran kadar protein dalam bahan makanan (Winarno, F.G.,1992). Protein merupakan zat makanan yang sangat penting bagi tubuh, karena di samping berfungsi sebagai bahan bakar juga sebagai zat pembangun dan pengatur. Apabilah tubuh tidak menerima karbohidrat dan lemak dalam jumlah yang cukup memenuhi kebutuhan tubuh, maka untuk menyediakan energi bagi kelangsungan aktivitas tubuh, protein akan dibakar sebagai sumber energi. Karena pentingnya protein bagi tubuh, maka kualitas bahan makanan juga dapat ditentukan oleh ketersediaan protein dalam makanan. Kandungan protein daging teripang hitam cukup tinggi namun kualitas proteinnya masih ditentukan dari kandungan asamasam amino esensial yang lengkap dan perbandingan yang sesuai untuk mencapai kesetimbangan nitrogen (Poedjiadi, 1994). IV.2 Analisis Kualitatif Asam Amino dengan Kromatografi Lapis Tipis Salah satu faktor penentu keberhasilan pemisahan dengan menggunakan metode KLT adalah fasa gerak yang digunakan. Oleh karena itu optimasi kondisi KLT diawali dengan pemilihan fasa gerak. Fasa gerak dan komposisi fasa gerak yang dalam penelitian ini ditunjukjkan dalam Tabel IV.2 berikut. Tabel IV.2 Data fasa gerak hasil analisis dipergunakan Kromatografi Lapis Tipis No Fasa Gerak Komposisi Fasa Gerak 1 n-butanol:asam asetat:air ( 4:1:1 V/V) (25mL: 4,2mL:4,2mL) 2. Khloroform:metanol:amoniak (2:2:1 V/V) (25mL:25mL:5mL) Adapun hasil analisis dengan kromatografi lapis tipis (KLT) ditampilkan pada Gambar IV.1 di bawah ini. 39

4 Gambar IV.1 Krom matogram dengan d nod da-noda sam mpel dan nnoda-noda asam aminno standar. Fasa diam m : Siilika plat tippe-60f 254 Fasa gerakk ; n--butanol ; assam asetat : air (4 : 1 : 1) Pendetekssi noda : Reagen R Ninhhidrin Noda 1 : nooda sampel Noda 2 : nooda arginin Noda 3 : nooda histidinn Noda 4 : nooda isoleusin Noda 5 : nooda leusin Noda 6 : nooda lisin Noda 7 : nooda metionin Noda 8 : nooda phenilallanin Noda 9 : nooda treonin Noda 10 : nooda valin Noda : nooda triptopaan

5 Fasa diam Fasa gerak : Silika plat tipe-60f 254 : Kloroform : metanol : amonia ( 2 :2 :1 ) Pendeteksi noda : Reagen Ninhidrin Noda 1 Noda 2 Noda 3 Noda 4 Noda 5 Noda 6 Noda 7 Noda 8 Noda 9 Noda 10 Noda 11 : noda sampel : noda arginin : noda histidin : noda isoleusin : noda leusin : noda lisin : noda metionin : noda phenilalanin : noda treonin : noda valin : noda triptopan 41

6 Adapun profil kromatogram pemisahan sampel hasil hidrolisis teripang hitam (Holothuria edulis) dengan Kromatografi Lapis Tipis menggunakan dua macam fasa gerak, yaitu campuran n-butanol, asam asetat dan air (dengan perbandingan komposisi 4:1:1) dan fasa gerak berupa campuran kloroform, metanol dan air dengan perbandingan komposisi (2 : 2 : 1). Dalam percobaan yang dilakukan, digunakan 10 macam asam amino standar dengan pewarna noda ninhidrin, yang diperlihatkan dalam Tabel IV.3 berikut. Tabel IV.3 Data hasil Kromatografi Lapis Tipis produk hidrolisis protein dengan fasa gerak n-butanol : asam asetat : air 4 :1 :1 dan kloroform : metanol: amoniak 2 :2 :1 No Standar R f (cm) BAA(4:1:1) Warna Noda KMA(2:2:1) Warna Noda 1 Arginin 0,10 Merah 0,05 2 Histidin 0,10 Merah 0,24 3 Isoleusin 0,46 Ungu tua Leusin 0,48 Ungu tua 0,67 5 Lisin 0,10 Merah 0,06 6 Metionin 0,43 Ungu 0,68 7 Phenilalanin 0,52 Ungu Treonin 0,24 Merah tua 0,80 9 Valin 0,40 Ungu 0,67 10 Triptopan 0,55 Ungu 0,77 11 Sampel 0,10 0,20 Merah Merah 0,10 0,20 0,25 Merah tua 0,22 0,43 Ungu 0,67 0,5 Ungu 0,73 42

7 Tabel IV.3 memperlihatkan beberapa asam amino standar memberikan warna yang berbeda untuk penggunaan fasa gerak butanol : asam asetat : air dan fasa gerak metanol : kloroform : amonia. Demikian juga sampel berupa campuran menunjukkan warna yang berbeda. Kromatografi lapis tipis dengan fasa gerak berupa campuran butanol, asam asetat dan air (4 :1 :1) memperlihatkan sampel memiliki 5 noda dengan warna yang berbeda, yaitu R f 0,10(merah), R f 0,20(merah), R f 0,25(merah tua), Rf 0,43(ungu), R f 0,52(ungu). Namun penggunaan fasa gerak kloroform : methanol : amoniak (2 : 2 : 1) memperlihatkan bahwa sampel memiliki 5 noda dengan warna yang sama tetapi R f yang berbeda. Jika dibandingkan dengan kesepuluh asam amino standar, ada 3 noda yang mempunyai warna dan R f yang sama pada noda yang terdeteksi pada sampel yaitu, arginin (Rf 0,10), histidin (R f 0,10), lisin (R f 0,10), metionin (R f 0,43) dan fenilalanin (R f 0,52) Sementara itu hasil kromatografi dengan fasa gerak campuran kloroform, methanol dan air (2 : 2 : 1), ada dua noda yang mempunyai warna dan R f yang sama dengan R f larutan standar, yaitu leusin (R f 0,67) dan valin dengan (R f 0,67). KLT dengan komposisi fasa gerak butanol : asam asetat : air 4 :1 :1 sampel memperlihatkan 5 noda dengan warna dan R f yang sama yang menandai adanya asam-asam amino esensial seperti arginin, histidin, lisin, metionin dan phenilalanin. Asam-asam amino lainnya seperti isoleusin, leusin, treonin, triptopan dan valin tidak terdeteksi. Ini mungkin terjadi karena fasa gerak butanol bersifat semi polar tetapi lebih cenderung nonpolar, asam asetat bersifat polar dan air bersifat sangat polar, sehingga setelah ke-3 pelarut ini dicampur dengan perbandingan 4 : 1 : 1 maka fasa gerak tersebut akan menjadi bersifat semi polar. Untuk arginin, histidin, lisin dan treonin jarak yang ditempuh pendek terhadap garis dasar karena asam-asam amino tersebut bersifat polar. Silika gel merupakan fasa diam dengan ikatan Si-O-H dan Si-O-Si yang sangat polar, oleh karena itu, gugus OH dapat membentuk ikatan hidrogen dengan Arg, His, Lys dan Thr. Senyawa yang dapat membentuk ikatan hidrogen akan melekat pada silika gel lebih kuat jika dibanding dengan asam amino lain. Hal inilah yang menyebabkan keempat asam amino ini mempunyai jarak elusi yang pendek terhadap garis dasar 43

8 silika plat. Untuk fenilalanin dan metionin yang memiliki sifat nonpolar, berbeda dengan fasa diam yang bersifat polar, memperlihatkan jarak tempuh yang lebih jauh. Hal ini terjadi karena fenilalanin dan metionin tidak berantaraksi secara kuat dengan fasa diam. Sementara itu, untuk asam amino triptofan yang mempunyai rantai samping bersifat nonpolar, maka sisi nonpolar bergerak terus mengikuti gerak eluen. Oleh karena itu, fenilalanin dan metionin memiliki elusi paling jauh. Daftar urutan pelarut atau fasa gerak berdasarkan kepolaran diperlihatkan pada lampiran A. Adapun hasil KLT sampel dengan fasa gerak campuran kloroform, metanol, dan amoniak (2 : 2 : 1) memperlihatkan 5 noda dengan warna yang sama tetapi R f berbeda, yang menandai adanya asam-asam amino esensial, leusin dan valin. Asam-asam amino seperti arginin, isoleusin, histidin, lisin, metionin, phenilalanin, treonin dan triptopan tidak terdeteksi di dalam sampel. Hal ini terjadi karena fasa gerak kloroform bersifat non polar, metanol bersifat polar, demikian juga amonia bersifat polar.setelah ketiga fasa gerak ini dicampurkan maka fasa gerak ini akan menjadi bersifat sangat polar dan lebih polar dari fasa diam sehingga jarak tempuh zat terlarut paling jauh terhadap garis dasar. Asam-asam amino sebagai zat terlarut yang mempunyai sifat yang sama dengan fasa gerak akan terelusi jauh terhadap garis dasar seperti yang diperlihatkan pada gambar IV.1. Adapun noda yang terdeteksi dalam sampel, memperlihatkan warna noda dan R f yang sama dengan standar yaitu valin dan leusin. Dari hasil KLT ini dapat disimpulkan bahwa jauh atau dekatnya jarak elusi suatu sampel tergantung pada kesesuaian polaritas rantai samping dengan polaritas fasa gerak. Sampel hasil hidrolisis protein daging teripang hitam (Holothuria edulis) dengan fasa gerak campuran butanol, asam asetat, dan air) (4 :1 : 1) mengungkapkan keberadaan asam amino arginin, histidin, lisin, metionin, dan fenilalanin dalam sampel. Untuk fasa gerak campuran kloroform metanol dan amonia (2 : 2 : 1), diperoleh 2 noda dengan R f yang sama dengan campuran R f standar (R f 0,67) yaitu leusin dan valin. Berdasarkan data tersebut, disimpulkan bahwa sampel protein daging teripang hasil hidrolisis ditemukan terdiri dari 7 jenis asam amino yaitu arginin, histidin, leusin, lisin, metionin, fenilalanin, dan 44

9 valin. Asam amino yang dihasilkan dari proses hidrolisis ini seharusnya lebih banyak (10 macam asam amino esensial) tetapi tidak semua asam amino terungkap dalam percobaan pemisahan dengan KLT. Hal ini mungkin terjadi karena proses hidrolisis yang kurang sempurna, baik dari hal lamanya waktu hidrolisis, suhu serta penambahan HCl untuk menghidrolisis. Selain itu ada asam amino yang sangat tahan terhadap hidrolisis dan memerlukan waktu 48 jam atau lebih untuk pemutusan peptida secara sempurna seperti isoleusin. Namun, ada juga asam amino yang perlahan-lahan rusak dalam proses ini seperti treonin dan triptopan (Husni E, dkk, 2003). IV.3 Analisis Kuantitatif Asam Amino dengan HPLC Teknik analisis dengan kromatografi cairan kinerja tinggi (HPLC) merupakan suatu teknik pemisahan yang sangat efektif dan sangat luas penggunaannya. Dasar pemisahan dengan HPLC adalah partisi sampel di antara dua fasa. Fasa pertama adalah fasa gerak yaitu bufer A (komposisi bufer A dicantumkan pada BAB III) dan pelarut metanol 95 % yang bersifat polar sedangkan fasa kedua adalah fasa diam yaitu ultra tecsphere-ods (oktadesil silan) merupakan senyawa non polar. kromatogram sampel dicantumkan pada lampiran C. Perbedaan waktu retensi disebabkan oleh adanya perbedaan kekuatan antaraksi antara zat terlarut dengan fasa diam. Zat terlarut yang kurang kuat berantaraksi dengan fasa diam seperti isoleusin, leusin dan lisin memperlihatkan waktu retensi yang lebih lama, (isoleusin pada menit ke 22,88, leusin pada menit ke 23,34 dan lisin keluar pada menit ke 25,23. Sementara itu asam aspartat, asam glutamin dan serin mempunyai waktu retensi yang lebih singkat karena antaraksi zat terlarut dengan fasa diam tidak terlalu kuat. Komposisi asam amino daging teripang hitam yang diungkapkan oleh analisis dengan HPLC diperlihatkan pada Tabel IV.4. Adapun perhitungan kadar asam amino dilakukan menggunakan rumus pada halaman 34 sebagai contoh, kadar asam amino asam aspartat dihitung sebagai berikut: %, /, / = 3,20 % 45

10 % Tabel IV.4 Hasil analisis macam dan komposisi asam amino daging teripang Hitam (Holothuria edulis) dan kadar asam amino lainnya. No N a m a BM Asam amino standar Asam amino sampel t R(menit) LA (AU) t R (menit) LA (AU) 1 Asam aspartat 133,1 1, , ,20 2 Asam glutamat 147,1 1, , ,25 3 Serin 105,09 7, , ,39 4 Histidin 155,16 9, , ,33 5 Glisin 75,07 11, , ,73 6 Treonin 119,12 11, , ,41 7 Arginin 174,2 14, , ,81 8 Alanin 89,09 14, , ,13 9 Tirosin 181,19 16, , ,90 10 Metionin 149,21 19, , ,71 11 Valin 117,15 20, , ,08 12 Fenilalanin 165,19 21, , ,03 13 Isoleusin 131,17 22, , ,80 14 Leusin 131,17 23, , ,71 15 Lisin 146,19 25, , ,49 Penentuan asam amino yang terdapat dalam daging teripang hitam (Holothuria edulis) dilakukan dengan HPLC (High Performance Liquid Cromatography). (gambar peralatan HPLC, terlampir pada lampiran H). Pereaksi yang digunakan adalah OPA (O-ptaldialdehid), fasa gerak berupa bufer A (campuran natrium asetat 0,025 M dengan ph = 6,5, Na.EDTA 0,05 % (w/v), metanol 9 % (v/v) dan tetra hidrofuran 1%) dan fasa gerak B (metanol 95 % (v/v)). Fasa diam berupa ultra tecsphere-ods (oktadesil silan), serta sistem deteksi pre-column derivatization (derivatisasi sebelum kolom). Penentuan asam amino dalam teripang hitam dilakukan dengan membandingkan luas setiap puncak 46

11 kromatogram asam amino sampel dengan luas puncak standar asam amino. Data kromatogram sampel dan asam amino standar diperlihatkan pada lampiran C dan D. Kondisi analisis dengan HPLC adalah sebagai berikut: Kolom : Ultra tecsphere-ods/7,5 cm x 4,6 mm Fase gerak : Bufer A dan metanol 95 % Kecepatan alir : 1 ml/menit Detektor : Detektor fluoresensi (λ eks = 340 nm dan λ em = 480 nm) Temperatur kolom : Suhu kamar ( ) Kecepatan kertas rekorder : 0,5 cm/menit Analisis protein daging teripang hitam dengan HPLC mengungkapkan keberadaan 15 asam amino. Komposisi setiap asam amino dicantumkan pada Tabel IV.4. Kadar protein dalam sampel daging teripang hitam (Holothuria edulis) sebesar 26,95 %, yang terdiri dari asam amino nonesensial sebesar 17,41% dan asam amino esensial sejumlah 9,56 %. Adapun komposisi asam amino nonesensial adalah sebagai berikut: aspartat 3,20 %, asam glutamat 4,25 %, serin 1,39 %, glisin 2,73 %, arginin 2,81 %,tirosin 0,90 %, dan alanin 2,13 %. Sementara itu komposisi asam amino esensial adalah sebagai berikut: histidin 0,33 %, treonin 1,41 %, metionin 0,71 %, valin 1,08 %, fenilalanin 1,03 %, isoleusin 0,80 %, leusin 1,71 %, dan lisin 2,49 %. Hal ini berarti bahwa lebih banyak asam amino dalam sampel yang terdeteksi oleh pemisahan dengan HPLC, sedang untuk analisis asam amino secara kromatografi lapis tipis (KLT) hanya mampu memisahkan 7 jenis asam amino. IV.4 Studi Pemisahan Asam amino Esensial dalam Sampel Teripang Hitam (Holothuria edulis) dengan Kromatografi Kertas. Untuk pembelajaran Kimia di SMA, khususnya tentang protein, dibuat modul praktikum sederhana penentuan jenis asam amino esensial dan gugus peptida dalam protein dengan kromatografi kertas (tertera pada lampiran F). sudah dicoba 47

12 dilakukan oleh penulis. Adapun hasil yang diperoleh dari percobaan tersebut ditampilkan pada Tabel IV.5 di bawah ini: Tabel IV.5 Hasil Percobaan Penentuan Asam Amino Esensial dalam Protein Teripang Hitam (Holothuria edulis) secara Kromatografi Kertas Dengan Fasa Gerak butanol:asam asetat:air (5:2:5) Jenis sampel Jarak tempuh Jarak tempuh Rf Larutan Rf Sampel sampel (cm) pelarut (cm) Standar Protein hasil 5,3 16,5 0,32 His = 0,42 hidrolisis teripang hitam 7 0,42 Ile = 0.56 Leu = 0,56 9,3 0,56 Lys = 0,61 Val = 0,60 Met = 0,52 Phe = 0,46 Thr = 0,42 Trp = - Arg = 0,08 Dalam percobaan ini digunakan fasa gerak campuran n-butanol, asam asetat dan air (5:2:2) (V/V), sedangkan fasa diam adalah kertas Whatman No 42. Percobaan pemisahan dengan kromatografi kertas terhadap asam amino dalam sampel teripang hitam hasil hidrolisis menunjukkan 3 noda dengan R f 0,32, 0,42 dan 0,56 Sementara itu noda dengan R f 0,32 tidak berhasil diungkapkan karena ketidaksesuaian R f antara standar dan sampel. Jika dibandingkan dengan noda standar asam amino, ternyata asam amino histidin, isoleusin, leusin, dan treonin memperlihatkan warna noda dan R f yang sama. Berdasarkan pengamatan tersebut maka percobaan kromatografi kertas terhadap hasil hidrolisis sampel daging protein teripang hitam (Holothuria edulis) mengungkapkan kemungkinan keberadaan empat jenis asam amino esensial yakni, histidin R f 0,42 isoleusin R f 0,56, leusin R f 0,56, treonin R f 0,42. 48

13 IV.5 Nilai Gizi Teripang Hitam (Holothuria edulis) Kandungan sam-asam amino nonesensial dalam sampel daging teripang hitam (Holothuria edulis) rata-rata lebih tinggi dari pada kandungan asam amino esensial. Asam glutamat merupakan asam amino nonesensial dengan jumlah yang paling tinggi, yaitu sebanyak 4,25 % sedangkan yang paling rendah, yaitu serin sebanyak 1,39 %. Kandungan asam amino esensial yang paling tinggi, yaitu lisin sebanyak 2,49 % sedangkan yang paling rendah, yaitu histidin sebanyak 0,33 %. Jika dibandingkan dengan analisis kadar protein dengan cara Kjeldahl, dengan perolehan kadar 33,86 % sangat jauh dengan kadar protein yang diungkapkan oleh HPLC, yaitu 26,95 %. Perbedaan ini terjadi karena dalam analisis Kjeldahl Nitrogen terukur tidak hanya Nitrogen yang berasal dari protein tapi juga yang berasal dari sumber Nitrogen lain. Kualitas protein dalam bahan pangan ditentukan oleh kandungan asam-asam amino esensial bahan pangan tersebut. Menurut Poedjiadi (1994), protein yang mengandung asam-asam amino esensial lengkap dan dalam perbandingan yang sesuai untuk mencapai kesetimbangan nitrogen serta memenuhi kebutuhan pertumbuhan disebut protein sempurna. Protein yang tidak mengandung asam amino esensial lengkap atau sangat sedikit mengandung satu atau lebih asam amino esensial sehingga tidak memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan kesetimbangan nitrogen dinamakan protein kurang sempurna. Sebagai bahan pangan, protein daging teripang hitam (Holothuria edulis) mempunyai mutu yang kurang sempurna walaupun mengandung semua asam amino esensial yang diperlukan tubuh, tetapi mengandung asam amino histidin, metionin, dan isoleusin dalam jumlah yang sangat sedikit yaitu masing-masing sebesar 0,33 %, 0,71 %, dan 0,80 % atau 61 mg/gr nitrogen, 131 mg/gr nitrogen dan 148 mg/gr nitrogen. Data lengkap dicantumkan pada lampiran F. Penentuan kualitas protein daging teripang hitam (Holothuria edulis) dalam penelitian ini dilakukan dengan membandingkan nilai kimia atau skor proteinnya dengan nilai kimia protein standar atau protein teoretik. Nilai kimia atau skor protein makanan diperoleh dengan menentukan defisit terbesar asam amino makanan terhadap pola provisional, yaitu pola kebutuhan asam amino bagi manusia (Poedjiadi, 1994). 49

14 Defisit terbesar asam asam amino protein daging teripang hitam (Holothuria edulis) adalah histidin. Hal ini terjadi karena asam amino histidin tidak diproduksi dengan kecepatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan. Namun, bagi orang dewasa histidin yang diproduksi dalam tubuh telah cukup untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen, sehingga tidak diperlukan tambahan histidin yang berasal dari protein dalam makanan. Hal ini juga yang menyebabkan pola provisional histidin sehingga nilai kimia atau skor proteinnya tidak dapat ditentukan. Untuk asam amino metionin, devisit kedua dalam protein teripang hitam terhadap pola provisional, mempunyai nilai kimia atau skor protein sebesar (131/144) x100 = 91 (pola konversinya tertera pada lampiran H) dalam hal ini, metionin memiliki nilai kimia atau skor protein yang tinggi, mendekati nilai kimia atau skor kimia protein teoretis yaitu 100. Nilai kimia atau skor protein daging teripang hitam (Holothuria edulis) tidak perlu lagi ditingkatkan dengan memberi pakan yang mengandung asam amino histidin, metionin, dan isoleusin yang cukup tinggi sehingga defisit asam-asam amino tersebut dapat dikurangi untuk meningkatkan mutu protein daging teripang hitam. Dengan meninjau nilai kimia atau skor kimia yang dimiliki oleh teripang hitam adalah sebesar 91, yang mendekati skor teoretik yaitu 100, maka dapat disimpulkan bahwa mutu protein daging teripang hitam (Holothuria edulis) tinggi dan mempunyai susunan asam amino yang lengkap sangat baik. Dengan demikian teripang hitam baik untuk dikonsumsi. Untuk menghindari gejala-gejala yang tidak diinginkan seperti, berat badan menurun (biasa disebut Kuashiorkor), resistensi terhadap infeksi berkurang dan kelainan kulit, (Winarno, F. G., 1992). Untuk analisis protein daging teripang pasir (Holothuria scarba), Juga diperoleh 15 asam amino dengan komposisi kadar protein total 38,22 %, kadar asam amino nonesensial sebesar 26,66 % yang terdistribusi masing-masing yaitu asam aspartat 3,55 %, asam glutamat 6,71 %, serin 0,31 %, glisin 8,54 %, arginin 7,09 % dan alanin 0,20 % sedangkan asam amino esensial sebesar 9,15 % terdistribusi masing-masing yaitu histidin 0,35 %, treonin 2,11 %, tirosin 0,26 %, metionin 2,49 %, valin 0,42 %, fenilalanin 1,37 %, isoleusin 1,39 %, leusin 0,18% dan lisin 50

15 0,84 %, hal ini berarti ada 2,41 % asam-asam amino yang tidak terdeteksi (Tahril, 2000). Berdasarkan hasil penelitian dari kedua macam sampel yaitu sampel teripang hitam (Holothuria edulis) dan sampel teripang putih (Holothuria scarba) ternyata kadar protein total dalam teripang putih lebih besar dibandingkan dengan kadar protein total teripang hitam, demikian juga kadar asam amino hasil analisis secara HPLC teripang hitam mempunyai kadar sebesar 26,95 %, teripang putih kadarnya 35,81 %. Berdasarkan data dari kedua macam sampel tersebut disimpulkan bahwa sebagai bahan pangan, kedua macam protein daging teripang mempunyai mutu yang kurang sempurna walaupun mengandung semua asam-asam amino esensial yang diperlukan tubuh, tetapi masih mengandung asam-asam amino esensial yang dalam jumlah sangat sedikit yaitu untuk teripang putih, leusin, tirosin dan valin hanya 0,18%, 0,26%, dan 0,42%, atau 30 mg/gr nitrogen, 42 mg/gr nitrogen, dan 67 mg/gr nitrogen, sedangkan untuk teripang hitam seperti asam amino histidin 0,33 %, metionin 0,71 % atau 61 mg/gr nitrogen, 131 mg/gr nitrogen. Akan tetapi jika dibandingkan kualitas proteinnya terhadap pola provisionalnya maka teripang hitam jauh lebih baik dengan skor (131/144) x 100 = 91, sedangkan untuk teripang pasir hanya (30/306)x100 = 9,8 yang merupakan nilai kimia atau skor protein yang sangat rendah jika dibandingkan dengan skor 100 untuk protein teoritik. 51

Metodologi Penelitian. III.1 Bahan dan Alat yang Digunakan dalam Penelitian

Metodologi Penelitian. III.1 Bahan dan Alat yang Digunakan dalam Penelitian BAB III Metodologi Penelitian III. Bahan dan Alat yang Digunakan dalam Penelitian Obyek penelitian ini adalah teripang hitam (holothuria edulis). Sampel berupa daging teripang hitam (Holothuri edulis)

Lebih terperinci

TESIS NIM: satu syarat. Oleh

TESIS NIM: satu syarat. Oleh PENYIAPAN SAMPEL DAN ANALISIS KANDUNGAN ASAM AMINO DALAM TERIPANG HITAM (Holothuria edulis) DENGAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (TLC) DAN KROMATOGRAFI CAIR BERKINERJA TINGGI (HPLC) TESIS Karya tulis sebagai

Lebih terperinci

Preparasi Sampel. Gaplek Terfortifikasi. Identifikasi Asam Amino Tepung Gaplek Terfortifikasi dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Preparasi Sampel. Gaplek Terfortifikasi. Identifikasi Asam Amino Tepung Gaplek Terfortifikasi dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) 19 Lampiran 1. Skema Kerja Penelitian Preparasi Sampel Pembuatan Gaplek Pembuatan Tepung Gaplek Terfortifikasi Penentuan Kadar Protein Tepung Gaplek Terfortifikasi dengan Metode Biuret Identifikasi Asam

Lebih terperinci

I. TOPIK PERCOBAAN Topik Percobaan : Reaksi Uji Asam Amino Dan Protein

I. TOPIK PERCOBAAN Topik Percobaan : Reaksi Uji Asam Amino Dan Protein I. TOPIK PERCOBAAN Topik Percobaan : Reaksi Uji Asam Amino Dan Protein II. TUJUAN Tujuan dari percobaan ini adalah : 1. Menganalisis unsur-unsur yang menyusun protein 2. Uji Biuret pada telur III. DASAR

Lebih terperinci

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM BIOKIMIA I

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM BIOKIMIA I LAPORAN TETAP PRAKTIKUM BIOKIMIA I UJI ASAM AMINO UJI MILLON UJI HOPKINS-COLE UJI NINHIDRIN Oleh LUCIANA MENTARI 06091010033 PROGRAM PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Lebih terperinci

Asam Amino dan Protein

Asam Amino dan Protein Modul 1 Asam Amino dan Protein Dra. Susi Sulistiana, M.Si. M PENDAHULUAN odul 1 ini membahas 2 unit kegiatan praktikum, yaitu pemisahan asam amino dengan elektroforesis kertas dan uji kualitatif Buret

Lebih terperinci

Asam amino merupakan komponen utama penyusun

Asam amino merupakan komponen utama penyusun ANALISIS ASAM AMINO DALAM TEPUNG IKAN DAN BUNGKIL KEDELAI Saulina Sitompul Asam amino merupakan komponen utama penyusun protein, dan dibagi dalam dua kelompok yaitu asam amino esensial dan non-esensial.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggandaan dan penyediaan asam amino menjadi amat penting oleh karena senyawa tersebut dipergunakan sebagai satuan penyusun protein. Kemampuan jasad hidup untuk membentuk

Lebih terperinci

BIOMOLEKUL II PROTEIN

BIOMOLEKUL II PROTEIN KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 22 Sesi NGAN BIOMOLEKUL II PROTEIN Protein dan peptida adalah molekul raksasa yang tersusun dari asam α-amino (disebut residu) yang terikat satu dengan lainnya

Lebih terperinci

KEGUNAAN. Merupakan polimer dari sekitar 21 jenis asam amino melalui ikatan peptida Asam amino : esensial dan non esensial

KEGUNAAN. Merupakan polimer dari sekitar 21 jenis asam amino melalui ikatan peptida Asam amino : esensial dan non esensial PROTEIN KEGUNAAN 1. Zat pembangun dan pengatur 2. Sumber asam amino yang mengandung unsur C, H, O dan N 3. Sumber energi Merupakan polimer dari sekitar 21 jenis asam amino melalui ikatan peptida Asam amino

Lebih terperinci

Laporan Penentuan Kadar Asam Amino Dalam Sampel

Laporan Penentuan Kadar Asam Amino Dalam Sampel Laporan Penentuan Kadar Asam Amino Dalam Sampel I. Judul Percobaan : Penentuan Kadar Asam Amino Dalam Sampel II. Mulai Percobaan : Senin/14 Oktober 2012 Selesai Percobaan : Senin/14 Oktober 2012 III. Tujuan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dunia pangan terdapat banyak sekali bahan tambahan pangan (BTP). Salah satu BTP yang paling sering dijumpai di masyarakat adalah bumbu penyedap rasa berbentuk blok.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi 2 dikeringkan pada suhu 105 C. Setelah 6 jam, sampel diambil dan didinginkan dalam eksikator, lalu ditimbang. Hal ini dilakukan beberapa kali sampai diperoleh bobot yang konstan (b). Kadar air sampel ditentukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di alam yang berguna sebagai sumber pakan yang penting dalam usaha

I. PENDAHULUAN. di alam yang berguna sebagai sumber pakan yang penting dalam usaha 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pakan terdiri dari pakan buatan dan pakan alami. Pakan buatan adalah pakan yang dibuat dan disesuaikan dengan jenis hewan baik ukuran, kebutuhan protein, dan kebiasaan

Lebih terperinci

Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan

Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti yang paling utama) adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan A. Protein Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino

Lebih terperinci

Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat.

Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. PROTEIN Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Sebagai zat pembangun, protein merupakan bahan pembentuk jaringanjaringan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyiapan Sampel Sampel daging buah sirsak (Anonna Muricata Linn) yang diambil didesa Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, terlebih

Lebih terperinci

Metabolisme Protein. Tenaga. Wiryatun Lestariana Departemen Biokimia Fakultas Kedokteran UII YOGYAKARTA

Metabolisme Protein. Tenaga. Wiryatun Lestariana Departemen Biokimia Fakultas Kedokteran UII YOGYAKARTA Metabolisme Protein Tenaga Wiryatun Lestariana Departemen Biokimia Fakultas Kedokteran UII YOGYAKARTA Metabolisme protein Tenaga Pendahuluan Metabolisme protein dan asam amino Klasifikasi asam amino Katabolisis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan yang digunakan Kerupuk Udang. Pengujian ini adalah bertujuan untuk mengetahui kadar air dan

Lebih terperinci

Protein. Kuliah Biokimia ke-3 PROTEIN

Protein. Kuliah Biokimia ke-3 PROTEIN Protein Kuliah Biokimia ke-3 PS Teknologi Hasil Pertanian Univ.Mulawarman Krishna P. Candra, 2015 PROTEIN Protein berasal dari kata latin Proteus (penting) Makromolekul yang dibentuk dari satu atau lebih

Lebih terperinci

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1 ANALISIS PROTEIN Page 1 PENDAHULUAN Merupakan polimer yang tersusun atas asam amino Ikatan antar asam amino adalah ikatan peptida Protein tersusun atas atom C, H, O, N, dan pada protein tertentu mengandung

Lebih terperinci

EFEK ASAM TERHADAP SIFAT TERMAL EKSTRAK GELATIN DARI TULANG IKAN TUNA (Euthynnus affinis)

EFEK ASAM TERHADAP SIFAT TERMAL EKSTRAK GELATIN DARI TULANG IKAN TUNA (Euthynnus affinis) EFEK ASAM TERHADAP SIFAT TERMAL EKSTRAK GELATIN DARI TULANG IKAN TUNA (Euthynnus affinis) Oleh : MARSAID/ 1409.201.717 Pembimbing: Drs.Lukman Atmaja, M.Si.,Ph.D. LATAR BELAKANG PENELITIAN GELATIN Aplikasinya

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di 30 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 - Januari 2013, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

: Mengidentifikasi bahan makanan yang mengandung karbohidrat (amilum dan gula ), protein, lemak dan vitamin C secara kuantitatif.

: Mengidentifikasi bahan makanan yang mengandung karbohidrat (amilum dan gula ), protein, lemak dan vitamin C secara kuantitatif. II. Tujuan : Mengidentifikasi bahan makanan yang mengandung karbohidrat (amilum dan gula ), protein, lemak dan vitamin C secara kuantitatif. III. Alat dan bahan : Rak tabung reaksi Tabung reaksi Gelas

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi. Review IV A. KARBOHIDRAT

KIMIA. Sesi. Review IV A. KARBOHIDRAT KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 24 Sesi NGAN Review IV A. KARBOHIDRAT 1. Di bawah ini adalah monosakarida golongan aldosa, kecuali... A. Ribosa D. Eritrosa B. Galaktosa E. Glukosa C. Fruktosa

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK ASAM AMINO DAN KOMPONEN BIOAKTIF SOTONG (Sepia recurvirostra) SUHANA SULASTRI

KARAKTERISTIK ASAM AMINO DAN KOMPONEN BIOAKTIF SOTONG (Sepia recurvirostra) SUHANA SULASTRI KARAKTERISTIK ASAM AMINO DAN KOMPONEN BIOAKTIF SOTONG (Sepia recurvirostra) SUHANA SULASTRI DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

Lebih terperinci

DAYA TERIMA DAN KUALITAS PROTEIN IN VITRO TEMPE KEDELAI HITAM (Glycine soja) YANG DIOLAH PADA SUHU TINGGI. Abstrak

DAYA TERIMA DAN KUALITAS PROTEIN IN VITRO TEMPE KEDELAI HITAM (Glycine soja) YANG DIOLAH PADA SUHU TINGGI. Abstrak DAYA TERIMA DAN KUALITAS PROTEIN IN VITRO TEMPE KEDELAI HITAM (Glycine soja) YANG DIOLAH PADA SUHU TINGGI Nurhidajah 1, Syaiful Anwar 2, Nurrahman 2 Abstrak Pengolahan pangan dengan suhu tinggi dapat menyebabkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Penentuan kadar air berguna untuk mengidentifikasi kandungan air pada sampel sebagai persen bahan keringnya. Selain itu penentuan kadar air berfungsi untuk mengetahui

Lebih terperinci

Pakan ternak. Dibutuhkan oleh ternak untuk : 1. Hidup pokok 2. Pertumbuhan 3. Produksi 4. Mengganti sel yang rusak pada jaringan

Pakan ternak. Dibutuhkan oleh ternak untuk : 1. Hidup pokok 2. Pertumbuhan 3. Produksi 4. Mengganti sel yang rusak pada jaringan Pakan ternak Dibutuhkan oleh ternak untuk : 1. Hidup pokok 2. Pertumbuhan 3. Produksi 4. Mengganti sel yang rusak pada jaringan Melalui proses pencernaan, penyerapan dan metabolisme SUMBER ENERGI (JERAMI,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengambilan Sampel Dalam penelitian ini, pengambilan lima sampel yang dilakukan dengan cara memilih madu impor berasal Jerman, Austria, China, Australia, dan Swiss yang dijual

Lebih terperinci

Asam Amino, Peptida dan Protein. Oleh Zaenal Arifin S.Kep.Ns.M.Kes

Asam Amino, Peptida dan Protein. Oleh Zaenal Arifin S.Kep.Ns.M.Kes Asam Amino, Peptida dan Protein Oleh Zaenal Arifin S.Kep.Ns.M.Kes Pendahuluan Protein adalah polimer alami terdiri atas sejumlah unit asam amino yang berkaitan satu dengan yg lainnya Peptida adalah oligomer

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 14 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai September 2010. Penelitian dilakukan di Laboratorium Karakteristik Bahan Baku, Laboratorium Pengolahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Oktober sampai dengan November 2015. Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk. dilakukan di daerah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit disebut dengan Elaeis guinensis Jacq. Elaeis berasal

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit disebut dengan Elaeis guinensis Jacq. Elaeis berasal BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sawit dan Inti Sawit 2.1.1. Sawit Tanaman kelapa sawit disebut dengan Elaeis guinensis Jacq. Elaeis berasal dari Elaion yang dalam bahasa Yunani berarti minyak. Guinensis buah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014, III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. 5.1 Penyiapan Bahan Hasil determinasi tumbuhan yang telah dilakukan di UPT Balai

BAB V HASIL PENELITIAN. 5.1 Penyiapan Bahan Hasil determinasi tumbuhan yang telah dilakukan di UPT Balai 40 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Penyiapan Bahan Hasil determinasi tumbuhan yang telah dilakukan di UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Eka Karya Bali menunjukkan bahwa sampel tumbuhan yang diambil di

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari: - neraca analitik - Ohauss. alat destruksi Kjeldahl 250ml -

BAB III BAHAN DAN METODE. Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari: - neraca analitik - Ohauss. alat destruksi Kjeldahl 250ml - BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Alat alat Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari: - neraca analitik - Ohauss alat destruksi Kjeldahl 250ml - - alat destilasi uap - - - labu destruksi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diketahui kandungan airnya. Penetapan kadar air dapat dilakukan beberapa cara.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diketahui kandungan airnya. Penetapan kadar air dapat dilakukan beberapa cara. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Kandungan air dalam suatu bahan perlu diketahui untuk menentukan zatzat gizi yang terkandung dalam bahan pangan tersebut. Kadar air dalam pangan dapat diketahui melakukan

Lebih terperinci

PROTEIN. Sulistyani, M.Si

PROTEIN. Sulistyani, M.Si PROTEIN Sulistyani, M.Si sulistyani@uny.ac.id KONSEP DASAR Kata protein berasal dari kata Yunani, proteios yang berarti pertama. Dalam kehidupan sehari-hari, protein terdapat dalam telur, kacangkacangan,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan karakteristik dilakukan untuk mengetahui kebenaran identitas zat yang digunakan. Dari hasil pengujian, diperoleh karakteristik zat seperti yang tercantum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Susu Kedelai Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari kedelai. Protein susu kedelai memiliki susunan asam amino yang

Lebih terperinci

Bahan BAHAN DAN CARA KERJA Larutan HCI 6N, HCl 0,11N, Larutan penyangga tri-sodium sitrat 2H 2 0 dengan 3 variasi ph yang tertentu yaitu ph 3,25 (0,2

Bahan BAHAN DAN CARA KERJA Larutan HCI 6N, HCl 0,11N, Larutan penyangga tri-sodium sitrat 2H 2 0 dengan 3 variasi ph yang tertentu yaitu ph 3,25 (0,2 KOMPOSISI ASAM-ASAM AMINO DARI BIJI-BIJIAN DAN KACANG-KACANGAN Saulina Sitompul Balai Penelitian Ternak Ciawi, P.O. Box 221, Bogor 16002 PENDAHULUAN Daging, ikan, susu, telur, biji-bijian dan kacang-kacangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN 1. Standar DHA murni (Sigma-Aldrich) 2. Standar DHA oil (Tama Biochemical Co., Ltd.) 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, metanol,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Pertama

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Pertama HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Tahap Pertama Pembiakan Kultur Tahap pertama dari penelitian ini adalah pembiakan kultur bakteri asam laktat hasil isolat dari daging sapi. Bakteri asam laktat yang digunakan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Media pupuk untuk pertumbuhan Spirulina fusiformis

Lampiran 1 Media pupuk untuk pertumbuhan Spirulina fusiformis 44 Lampiran 1 Media pupuk untuk pertumbuhan Spirulina fusiformis Dalam setiap satu liter media mengandung: NaHCO3 : 10,0 gr Pupuk NPK : 1,18 gr Pupuk TSP : 1,20 gr NaCl : 1,00 gr Selanjutnya ditambahkan

Lebih terperinci

SEJARAH. Pertama kali digunakan untuk memisahkan zat warna (chroma) tanaman

SEJARAH. Pertama kali digunakan untuk memisahkan zat warna (chroma) tanaman KROMATOGRAFI PENDAHULUAN Analisis komponen penyusun bahan pangan penting, tidak hanya mencakup makronutrien Analisis konvensional: lama, tenaga beasar, sering tidak akurat, tidak dapat mendeteksi pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan rhodamin

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan rhodamin digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan rhodamin B pada pemerah pipi (blush on) yang beredar di Surakarta dan untuk mengetahui berapa

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Preparasi sampel Daging bebek yang direbus dengan parasetamol dihaluskan menggunakan blender dan ditimbang sebanyak 10 g kemudian dipreparasi dengan menambahkan asam trikloroasetat

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi enzim fibrinolitik Cacing tanah P. excavatus merupakan jenis cacing tanah yang agresif dan tahan akan kondisi pemeliharaan yang ekstrim. Pemeliharaan P. excavatus dilakukan

Lebih terperinci

TINJAUAN MATA KULIAH MODUL 1. TITRASI VOLUMETRI

TINJAUAN MATA KULIAH MODUL 1. TITRASI VOLUMETRI iii Daftar Isi TINJAUAN MATA KULIAH MODUL 1. TITRASI VOLUMETRI Kegiatan Praktikum 1: Titrasi Penetralan (Asam-Basa)... Judul Percobaan : Standarisasi Larutan Standar Sekunder NaOH... Kegiatan Praktikum

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan preparasi sampel, bahan, alat dan prosedur kerja yang dilakukan, yaitu : A. Sampel Uji Penelitian Tanaman Ara

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat-alat 1. Alat Destilasi 2. Batang Pengaduk 3. Beaker Glass Pyrex 4. Botol Vial 5. Chamber 6. Corong Kaca 7. Corong Pisah 500 ml Pyrex 8. Ekstraktor 5000 ml Schoot/ Duran

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Sampel Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar Bringharjo Yogyakarta, dibersihkan dan dikeringkan untuk menghilangkan kandungan air yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirup 2.1.1 Defenisi Sirup Sirup adalah larutan pekat dari gula yang ditambah obat dan merupakan larutan jernih berasa manis. Dapat ditambah gliserol, sorbitol atau polialkohol

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September 2015 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September 2015 di 21 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September 2015 di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian 9 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan mulai bulan November 2010 sampai dengan bulan Juni 2011 di Laboratorium Kimia Analitik Departemen Kimia FMIPA dan Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstraksi dan Fraksinasi Sampel buah mahkota dewa yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari kebun percobaan Pusat Studi Biofarmaka, Institut Pertanian Bogor dalam bentuk

Lebih terperinci

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA. Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK. Waktu 150 menit. Kementerian Pendidikan Nasional

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA. Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK. Waktu 150 menit. Kementerian Pendidikan Nasional OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2010 Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK Waktu 150 menit Kementerian Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Teripang II.1.1 Tinjauan Umum Tentang Teripang Teripang (olothuroidea) merupakan salah satu hewan laut yang termasuk dalam phylum Echinodermata. ewan tersebut merupakan golongan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 5. Reaksi Transesterifikasi Minyak Jelantah Persentase konversi metil ester dari minyak jelantah pada sampel MEJ 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai macam alat gelas, labu Kjeldahl, set alat Soxhlet, timble ekstraksi, autoclave, waterbath,

Lebih terperinci

KROMATOGRAFI. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.

KROMATOGRAFI. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc. KROMATOGRAFI Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc. Tujuan Pembelajaran 1. Mahasiswa memahami pengertian dari kromatografi dan prinsip kerjanya 2. Mahasiswa mengetahui jenis-jenis kromatografi dan pemanfaatannya

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Dari penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L etanol, diperoleh ekstrak

Lebih terperinci

: Jamu Flu Tulang. Jamu. Jamu Metampiron. Metampiron ekstraksi. 1-bubuk. Jamu. 2-bubuk. Tabel 1 Hasil Reaksi Warna Dengan pereaksi FeCl3

: Jamu Flu Tulang. Jamu. Jamu Metampiron. Metampiron ekstraksi. 1-bubuk. Jamu. 2-bubuk. Tabel 1 Hasil Reaksi Warna Dengan pereaksi FeCl3 3-ekstraksi 21 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Identifikasi 1 : Wantong 2 : Flu Tulang 3 : Remurat 4. 2. Uji 4.2.1 Uji Reaksi Warna Hasil uji reaksi warna terhadap metampiron jamu 1, jamu 2 dan jamu 3 dapat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel Temulawak Terpilih Pada penelitian ini sampel yang digunakan terdiri atas empat jenis sampel, yang dibedakan berdasarkan lokasi tanam dan nomor harapan. Lokasi tanam terdiri

Lebih terperinci

Kromatografi tambahan. Imam S

Kromatografi tambahan. Imam S Kromatografi tambahan Imam S Kromatografi serapan Bentuk alat : mirip buret, didalamnya berisi, glass wool/kapas untuk penyangga, penyaring dari gelas yang dilapisi kertas saring, bahan isian kolom yang

Lebih terperinci

LAPORAN BIOKIMIA KI 3161 Percobaan 1 REAKSI UJI TERHADAP ASAM AMINO DAN PROTEIN

LAPORAN BIOKIMIA KI 3161 Percobaan 1 REAKSI UJI TERHADAP ASAM AMINO DAN PROTEIN LAPORAN BIOKIMIA KI 3161 Percobaan 1 REAKSI UJI TERHADAP ASAM AMINO DAN PROTEIN Nama : Ade Tria NIM : 10511094 Kelompok : 4 Shift : Selasa Siang Nama Asisten : Nelson Gaspersz (20512021) Tanggal Percobaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan selama lima bulan dari bulan Mei hingga September 2011, bertempat di Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Bengkel Teknologi Peningkatan

Lebih terperinci

ANALISIS PEWARNA RHODAMIN B DALAM ARUM MANIS SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis DI DAERAH SUKOHARJO DAN SURAKARTA

ANALISIS PEWARNA RHODAMIN B DALAM ARUM MANIS SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis DI DAERAH SUKOHARJO DAN SURAKARTA ANALISIS PEWARNA RHODAMIN B DALAM ARUM MANIS SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis DI DAERAH SUKOHARJO DAN SURAKARTA Retno Putri Pamungkas, Vivin Nopiyanti INTISARI Analisis Rhodamin

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu 1. Analisis Kadar Air (Apriyantono et al., 1989) Cawan Alumunium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya diisi sebanyak 2 g contoh lalu ditimbang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PANGAN PROTEIN I UJI NINHYDRIN

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PANGAN PROTEIN I UJI NINHYDRIN LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PANGAN PROTEIN I UJI NINHYDRIN Diajuakan untuk memenuhi persyaratan Praktikum Biokimia Pangan Oleh : Nama : Shinta Selviana NRP :123020011 Kel /Meja : A/5 (Lima) Asisten :Noorman

Lebih terperinci

PENGARUH FERMENTASI TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAN ASAM AMINO PADA TEPUNG GAPLEK YANG DIFORTIFIKASI TEPUNG KEDELAI (Glycine max (L))

PENGARUH FERMENTASI TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAN ASAM AMINO PADA TEPUNG GAPLEK YANG DIFORTIFIKASI TEPUNG KEDELAI (Glycine max (L)) PENGARUH FERMENTASI TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAN ASAM AMINO PADA TEPUNG GAPLEK YANG DIFORTIFIKASI TEPUNG KEDELAI (Glycine max (L)) Glycine Max Yohanes Martono, Lucia Devi Danriani, Sri Hartini Email:

Lebih terperinci

Beberapa keuntungan dari kromatografi planar ini :

Beberapa keuntungan dari kromatografi planar ini : Kompetensi Dasar: Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan metode pemisahan dengan KLT dan dapat mengaplikasikannya untuk analisis suatu sampel Gambaran Umum KLT Kromatografi lapis tipis (KLT) dikembangkan

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN BAB XVIII PENGUJIAN BAHAN SECARA KIMIAWI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU

Lebih terperinci

BAB III. SUBSTANSI GENETIK

BAB III. SUBSTANSI GENETIK BAB III. SUBSTANSI ETIK Kromosom merupakan struktur padat yg tersusun dr komponen molekul berupa protein histon dan DNA (kumpulan dr kromatin) Kromosom akan tampak lebih jelas pada tahap metafase pembelahan

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 26 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Ukuran dan Bobot Ikan Patin Ikan patin yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari kolam budidaya, Dramaga, Bogor. Ikan patin yang digunakan berupa sampel segar utuh

Lebih terperinci

Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat Kelangsungan Hidup BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup merupakan suatu nilai perbandingan antara jumlah organisme yang hidup di akhir pemeliharaan dengan jumlah organisme

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. Sub Kelas : Opistobranchia : Nudibranchia. Morfologi lintah laut dapat dilihat pada Gambar 1.

2 TINJAUAN PUSTAKA. Sub Kelas : Opistobranchia : Nudibranchia. Morfologi lintah laut dapat dilihat pada Gambar 1. 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Lintah Laut (Discodoris sp.) Lintah laut merupakan salah satu biota laut yang termasuk ke dalam famili dorididae. Menurut Rudman (1999), lintah laut dapat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan Januari 2010. Daun gamal diperoleh dari Kebun Percobaan Natar, Lampung Selatan

Lebih terperinci

PROTEIN PROTEIN DEFINISI. Protein : suatu poliamida 20/05/2014

PROTEIN PROTEIN DEFINISI. Protein : suatu poliamida 20/05/2014 PTEI DEFIISI Protein (akar kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomermonomer asam amino

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Fase gerak : dapar fosfat ph 3,5 : asetonitril (80:20) : panjang gelombang 195 nm

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Fase gerak : dapar fosfat ph 3,5 : asetonitril (80:20) : panjang gelombang 195 nm BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Optimasi Sistem KCKT Sistem KCKT yang digunakan untuk analisis senyawa siklamat adalah sebagai berikut: Fase diam : C 18 Fase gerak : dapar fosfat ph

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan

Lebih terperinci

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif Departemen Farmasi FMIPA UI, dalam kurun waktu Februari 2008 hingga Mei 2008. A. ALAT 1. Kromatografi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan banyak dimanfaatkan oleh masyarakat terutama sebagai bahan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan banyak dimanfaatkan oleh masyarakat terutama sebagai bahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ubi jalar ungu merupakan salah satu jenis ubi jalar yang banyak ditemukan di Indonesia dan banyak dimanfaatkan oleh masyarakat terutama sebagai bahan pangan dan sebagai

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air Pemilihan Eluen Terbaik Pelat Kromatografi Lapis Tipis (KLT) yang digunakan adalah pelat aluminium jenis silika gel G 60 F 4. Ekstrak pekat ditotolkan pada pelat KLT. Setelah kering, langsung dielusi dalam

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai Juli 2012. Pengambilan sampel dilakukan di Perairan Lampung Selatan, analisis aktivitas antioksidan dilakukan di

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel Zat warna sebagai bahan tambahan dalam kosmetika dekoratif berada dalam jumlah yang tidak terlalu besar. Paye dkk (2006) menyebutkan,

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 20 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2011. Sampel sotong diambil di Muara Angke, Jakarta. Identifikasi sotong dilakukan di Lembaga Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

protein PROTEIN BERASAL DARI BAHASA YUNANI PROTOS THAT MEAN THE PRIME IMPORTANCE

protein PROTEIN BERASAL DARI BAHASA YUNANI PROTOS THAT MEAN THE PRIME IMPORTANCE protein A. PENGERTIAN PROTEIN PROTEIN BERASAL DARI BAHASA YUNANI PROTOS THAT MEAN THE PRIME IMPORTANCE ARTINYA : TERUTAMA ATAU PENTING G. MULDER MENEMUKAN BAHWA SENYAWA INI DITEMUKAN PADA SEMUA ORGANISME

Lebih terperinci

PENGARUH TINGKAT SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG MAGGOT TERHADAP KOMPOSISI KIMIA PAKAN DAN TUBUH IKAN BANDENG (Chanos chanos Forsskal)

PENGARUH TINGKAT SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG MAGGOT TERHADAP KOMPOSISI KIMIA PAKAN DAN TUBUH IKAN BANDENG (Chanos chanos Forsskal) PENGARUH TINGKAT SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG MAGGOT TERHADAP KOMPOSISI KIMIA PAKAN DAN TUBUH IKAN BANDENG (Chanos chanos Forsskal) OLEH: DWI SEPTIANI PUTRI L221 07 004 Pembimbing Utama Pembimbing

Lebih terperinci

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL C

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL C MAKALAH PENDAMPING : PARALEL C SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA IV Peran Riset dan Pembelajaran Kimia dalam Peningkatan Kompetensi Profesional Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. Secara umum, proses penelitian ini terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama

BAB III METODA PENELITIAN. Secara umum, proses penelitian ini terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama BAB III METODA PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Secara umum, proses penelitian ini terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama adalah mengekstrak polipeptida dari ampas kecap melalui cara pengendapan dengan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI ASAM AMINO PADA ALBUMIN TELUR DAN SAMPEL UNKNOWN

IDENTIFIKASI ASAM AMINO PADA ALBUMIN TELUR DAN SAMPEL UNKNOWN IDENTIFIKASI ASAM AMIN PADA ALBUMIN TELUR DAN SAMPEL UNKNWN Kadek Anggra Suprapta Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Ganesha Email: Dekanggra5@gmail.com Abstract This

Lebih terperinci

AFLATOKSIN dan BAHAN PENGAWET

AFLATOKSIN dan BAHAN PENGAWET AFLATOKSIN dan BAHAN PENGAWET AFLATOKSIN Senyawa metabolik sekunder yang bersifat toksik dan karsinogenik Dihasilkan: Aspergilus flavus & Aspergilus parasiticus Keduanya tumbuh pada biji-bijian, kacang-kacangan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia) BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia) yang diperoleh dari Kampung Pamahan, Jati Asih, Bekasi Determinasi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERCOBAAN. Yang dilakukan mulai 26 Januari sampai 26 Februari Pemanas listrik. 3. Chamber. 4. Kertas kromatografi No.

BAB 3 METODE PERCOBAAN. Yang dilakukan mulai 26 Januari sampai 26 Februari Pemanas listrik. 3. Chamber. 4. Kertas kromatografi No. BAB 3 METODE PERCOBAAN 3.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Pelaksanaan Analisa dilaksanakan di Laboratorium Kesehatan Daerah di Medan. Yang dilakukan mulai 26 Januari sampai 26 Februari 2016. 3.2.Alat dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, Depok, pada

Lebih terperinci

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN BAB IV PROSEDUR PENELITIAN 4.1. Pengumpulan Bahan Tumbuhan yang digunakan sebagai bahan penelitian ini adalah daun steril Stenochlaena palustris. Bahan penelitian dalam bentuk simplisia, diperoleh dari

Lebih terperinci