BAB 3 GAMBARAN UMUM TRANSPORTASI DKI JAKARTA DAN BANDARA INTERNASIONAL SOEKARNO-HATTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 GAMBARAN UMUM TRANSPORTASI DKI JAKARTA DAN BANDARA INTERNASIONAL SOEKARNO-HATTA"

Transkripsi

1 BAB 3 GAMBARAN UMUM TRANSPORTASI DKI JAKARTA DAN BANDARA INTERNASIONAL SOEKARNO-HATTA Pada bab ini akan dijelaskan ruang lingkup wilayah studi yang secara umum meliputi Provinsi DKI Jakarta dan Kawasan Bandara Internasional Soekarno-Hatta beserta kebijakan-kebijakan yang terkait dengan sistem transportasi. Secara khusus, akan dibahas karakteristik sistem transportasi darat yang melayani Bandara Internasional Soekarno-Hatta. 3.1 Gambaran Sistem Transportasi DKI Jakarta Sebagai pusat aktivitas, Jakarta memiliki kesibukan yang lebih dibandingkan kota-kota lain di Indonesia. Kondisi ini menyebabkan munculnya beberapa persoalan di berbagai sektor, salah satunya adalah transportasi. Persoalan di bidang transportasi yang paling krusial di Jakarta adalah kemacetan lalu lintas. Persoalan kemacetan di Jakarta dari tahun ke tahun tidak kunjung usai dan cenderung semakin parah. Salah satu penyebab terjadinya kemacetan di Jakarta adalah pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor yang tidak sebanding dengan pertumbuhan jaringan jalan. Selain itu, buruknya sistem angkutan umum menyebabkan masyarakat lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi Sistem Transportasi Saat Ini Sistem transportasi Jakarta saat ini terdiri dari jaringan jalan tol, jalan non-tol, dan jaringan kereta api. Namun sampai saat ini peran kereta api sebagai sarana angkutan umum massal masih sangat kurang. Hal ini disebabkan karena sebagian besar masyarakat Jakarta masih memiliki ketergantungan yang tinggi pada jaringan jalan untuk melakukan pergerakan. Akibatnya, permintaan terhadap prasarana dan sarana transportasi jalan raya menjadi sangat besar. Persoalan muncul ketika penyediaan prasarana tidak sebanding dengan penyediaan sarana angkutan jalan raya. Pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor di Jakarta dapat dilihat pada tabel III.1. 31

2 Tahun Tabel III.1 Jumlah Kendaraan Bermotor yang Terdaftar Tidak Termasuk TNI, Polri, dan CD Sepeda Motor Mobil Penumpang Mobil Barang Bus Jumlah Sumber : BPS DKI Jakarta, 2007 Untuk semua moda, rata-rata pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor di Jakarta dari tahun 2001 sampai 2006 adalah sebesar 17,99%. Jumlah tersebut hanya merupakan jumlah kendaraan bermotor yang terdaftar di Polda Metro Jaya. Padahal, saat siang hari, banyak pula para pelaju dari luar kota yang membawa kendaraan pribadinya ke dalam kota Jakarta untuk beraktivitas. Menurut Dinas Perhubungan DKI Jakarta, jumlah kendaraan komuter dari Bodetabek yang masuk ke wilayah Jakarta adalah sekitar kendaraan tiap harinya. Sementara itu, peningkatan panjang jalan tidak sebanding dengan peningkatan jumlah kendaraan bermotor. Bila pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor mencapai 18% per tahun, penambahan panjang jalan tidak lebih dari 4% tiap tahunnya. Hal tersebut menyebabkan kepadatan lalu lintas di hampir seluruh ruas jalan kota Jakarta. A. Sistem Jaringan Jalan Menurut Nugraha (2006), keutuhan wilayah Jabodetabek dalam hal transportasi darat terhubungkan dengan baik melalui sistem jaringan jalan, sistem perkeretaapian, dan sistem angkutan umum. Maksudnya, dengan ketersediaan berbagai sarana dan prasarana transportasi tersebut, setiap daerah di wilayah Jabodetabek dapat saling berhubungan dengan lebih mudah. Total panjang jalan di wilayah DKI Jakarta kurang lebih mencapai 10% dari seluruh panjang jalan di Pulau Jawa. Namun, perbandingan antara luas jalan dengan luas wilayahnya dinilai masih kurang. Idealnya, perbandingan antara luas wilayah dan luas jalan di metropolitan seukuran Jakarta adalah 10-15%, namun 32

3 kondisi yang ada saat ini hanya sekitar 4%. Jelas hal ini menjadi permasalahan sistem transportasi Jakarta, dimana kinerja sistem jaringan jalan kurang mendukung sistem pergerakan. Selain itu, hambatan samping yang ada seperti keberadaan pedagang kaki lima, parkir, maupun terminal bayangan membuat kapasitas jalan semakin menurun. Tabel III.2 Panjang dan Luas Jalan Tahun 2005 No Jenis Jalan Panjang (m) Luas (m 2 ) 1 Tol , ,00 2 Arteri Primer , ,10 3 Kolektor Primer , ,00 4 Arteri Sekunder , ,43 5 Kolektor Sekunder , ,90 6 Kotamadya , ,32 Jumlah , ,84 Sumber : BPS DKI Jakarta, 2006 Secara umum, pola jaringan jalan di Jakarta adalah grid di pusat kota, radial untuk menghubungkan antara pusat kota dengan pinggiran, dan jaringan jalan lingkar di pinggiran kota. Jaringan jalan lingkar ini merupakan jaringan jalan tol yang terdiri dari jalan lingkar luar (Outer Ring Road - JORR) dan jalan lingkar dalam (Inner Ring Road). Jaringan jalan tol ini juga terhubung dengan jaringan jalan tol ke arah luar kota, seperti Jagorawi, Jakarta-Cikampek-Bandung, Tangerang-Merak, dan Cengkareng (Bandara Soekarno-Hatta). Berdasarkan SITRAMP 2000 (dalam Nugraha, 2006 dan Satwiko, 2006), aktivitas lalu lintas tersibuk di Jakarta terfokus di wilayah Jakarta Pusat yang memiliki aktivitas perekonomian cukup tinggi. Selain itu, kepadatan lalu lintas yang sangat tinggi pada pagi dan sore hari terjadi di koridor barat-timur dan utara-selatan, seperti Bekasi Raya, Daan Mogot, Kyai Tapa, Fatmawati, Ciledug Raya, serta Jalan Raya Pasar Minggu. Hal ini terjadi akibat adanya serbuan para komuter dari kawasan pinggir kota menuju pusat kota pada saat yang bersamaan (pagi dan sore) untuk beraktifitas. 33

4 B. Sistem Angkutan Umum Sistem angkutan umum di Jakarta terdiri dari angkutan jalan raya dan angkutan kereta api. Angkutan jalan raya masih mendominasi sistem transportasi di wilayah Jakarta dan sekitarnya dengan mencakup sekitar 99% dari seluruh kebutuhan perjalanan, sedangkan angkutan rel hanya digunakan oleh 1% pergerakan di wilayah Jabodetabek. Sebagai konsekuensinya, angkutan bus maupun minibus (mikrolet) banyak dibutuhkan untuk melayani pergerakan masyarakat di Jakarta yang menggunakan angkutan umum. Armada bus yang beroperasi di Jakarta terdiri dari bus besar, bus sedang, dan bus kecil. Jumlah armada yang saat ini beroperasi secara keseluruhan adalah kendaraan dengan jumlah trayek 482 lintasan. Tingkat pelayanan bus tergantung pada kondisi lalu lintas dan jumlah bus yang dioperasikan. Saat jam puncak, tingkat keterisian bus bisa mencapai 125% dengan kecepatan rata-rata sekitar km/jam. Hal ini menyebabkan tingkat pelayanan bus kota di Jakarta tergolong rendah. Untuk meningkatkan pelayanan transportasi dalam kota dan menunjang transportasi umum massal yang baik, pada tahun 2004 Pemerintah Propinsi DKI Jakarta membangun dan mengoperasikan lajur khusus bus (busway) Trans Jakarta. Sampai saat ini telah beroperasi tujuh koridor yang dilayani oleh 159 bus, antara lain rute Blok M - Kota, Pulogadung - Harmoni, Kalideres - Harmoni, Pulogadung - Dukuh Atas, Kampung Melayu - Ancol, Ragunan - Kuningan, dan Kampung Rambutan - Kampung Melayu. Pembangunan lajur busway ini akan terus bertambah hingga berjumlah 15 koridor pada tahun Menurut pemberitaan detik.com, pada tahun 2005 sistem transportasi ini telah berhasil mengalihkan 14% pengguna kendaraan pribadi ke Trans Jakarta busway. Oleh sebab itu, tingkat pelayanan moda busway perlu terus ditingkatkan dan dibuat terintegrasi dengan moda lainnya agar penggunaan kendaraan pribadi semakin berkurang. Untuk angkutan berbasis rel, moda kereta api yang digunakan di wilayah Jakarta dan sekitarnya menggunakan jenis KRD (Kereta Rel Diesel) dan KRL (Kereta Rel Listrik). Jaringan jalan kereta api di Jabodetabek sendiri memiliki panjang sekitar 160 kilometer yang mencakup sembilan jalur utama, yakni jalur sentral, jalur Bogor, jalur Bekasi, jalur Timur, jalur Barat, jalur Tanjung Priok, jalur Tangerang, jalur Serpong, dan jalur Nambo. 34

5 35

6 Selain sembilan jalur utama kereta api yang menghubungkan Jakarta dengan wilayah lain di Bodetabek, pada akhir tahun 2007 PT. Kereta Api juga kembali mengaktifkan kereta jalur lingkar (loop line) dalam kota Jakarta untuk mengatasi kemacetan lalu lintas dalam kota. Rute yang sebelumnya mati sejak 1984 itu kini dilayani oleh KRL Ciliwung Blue Line yang beroperasi pada pagi dan sore hari. Kereta ini berjalan mengitari kota Jakarta dari stasiun Manggarai menuju Sudirman, Karet, Tanah Abang, Duri, Angke, Kampung Bandan, Kemayoran, Pasar Senen, Kramat Sentiong, Jatinegara, dan kembali lagi ke Manggarai. Jarak yang ditempuh adalah sekitar 27 kilometer dengan waktu tempuh kurang dari satu jam. Jumlah pengguna kereta api di Jakarta cenderung mengalami penurunan dari tahun 2001 sampai tahun Namun pada tahun 2005 kembali meningkat hingga mencapai penumpang di tahun Persentase terbesar penumpang kereta api adalah berasal dari wilayah Bodetabek, yakni 85% dari total keseluruhan dengan jumlah penumpang pertahun. Tabel III.3 Jumlah Penumpang KA di Jakarta Tahun Tujuan Perjalanan Tahun Dalam Kota Luar Kota Bodetabek Jakarta Jumlah Sumber : BPS DKI Jakarta, Kebijakan dalam Sistem Transportasi Kompleksnya persoalan transportasi di Jakarta membutuhkan solusi perencanaan transportasi yang tepat. Hal ini harus dilakukan selain untuk menyelesaikan persoalan, juga sebagai antisipasi semakin meningkatnya aktivitas dan pergerakan di dalam Jakarta maupun dengan wilayah sekitarnya. 36

7 Berdasarkan Perda DKI Jakarta No. 6 Tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang DKI Jakarta 2010 pasal 19 ayat 2 disebutkan bahwa pengembangan sistem transportasi diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan sebagai berikut: a. Tersusunnya suatu jaringan sistem transportasi yang efektif dan efisien. b. Meningkatnya kelancaran lalu lintas dan angkutan. c. Terselenggaranya pelayanan angkutan yang aman, tertib, nyaman, teratur, lancar, dan efisien. d. Terselenggaranya pelayanan angkutan barang yang sesuai dengan perkembangan sarana angkutan dan teknologi transportasi angkutan barang. e. Meningkatnya keterpaduan baik antara sistem angkutan laut, udara, dan darat maupun antarmoda angkutan darat. f. Meningkatkan disiplin masyarakat pengguna jalan dan pengguna angkutan. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka disusunlah langkah-langkah strategis dalam rangka mewujudkan sistem transportasi perkotaan yang lebih baik. Langkah strategis tersebut dituangkan kedalam Perda DKI Jakarta No. 6 Tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang DKI Jakarta pasal 45, yakni: a. Peningkatan integrasi antara moda angkutan laut dan udara dengan moda angkutan darat dapat dilakukan dengan menyediakan fasilitas penghubung sehingga diperoleh jasa layanan angkutan terpadu. b. Peningkatan pelayanan angkutan umum dilakukan dengan upaya optimasi, perbaikan fisik, dan pembangunan prasarana baru. c. Pengembangan sistem angkutan umum kereta api dimulai dari peningkatan jaringan pelayanan yang sudah ada, yaitu jalur lingkar (loop line) dan jalur tengah (central line) serta lintasan baru diprioritaskan pada jalur Fatmawati - Kota dan Duri - Kemayoran dengan jaringan bawah tanah secara proporsional. d. Peningkatan kelancaran arus lalu lintas kendaraan dilakukan melalui upaya optimasi pemanfaatan ruang jalan, perbaikan fisik dan pembangunan prasarana baru serta kualitas lingkungan hidup. e. Pembangunan fasilitas jalan kaki yang memadai untuk menumbuhkan budaya berjalan kaki terutama untuk jarak perjalanan yang relatif pendek. 37

8 f. Peningkatan ketertiban dan keselamatan berlalu lintas dilakukan melalui peningkatan pengawasan kelaikan kendaraan serta pembangunan fasilitas-fasilitas yang mendukung keselamtan berlalu lintas. Arahan umum dari pengembangan sistem transportasi DKI Jakarta adalah sebagai berikut: Memasyarakatkan sistem angkutan umum massal. Menambah jaringan jalan primer, LRT, dan MRT pada sumbu timur-barat. Meningkatkan aksesibilitas dari wilayah industri menuju pelabuhan Tanjung Priok dan Bandara Soekarno-Hatta. Meningkatkan aksesibilitas menuju wilayah pinggiran kota. Meningkatkan jaringan jalan non-tol dan membangun jalan baru. Menggalakkan penggunaan angkutan umum dan kereta api. Rencana pemerintah membangun jaringan kereta api dari pusat kota Jakarta ke Bandara Soekarno-Hatta merupakan salah satu usaha tindakan nyata dari tujuan, langkah strategis, maupun arahan umum dari kebijakan pengembangan sistem transportasi DKI Jakarta. 3.2 Gambaran Kawasan Bandara Internasional Soekarno-Hatta Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta (BUSH) merupakan salah satu bandara terbesar di Indonesia. Bandara ini menjadi bandara pusat (hub airport) yang menghubungkan wilayah-wilayah di tanah air dengan dunia internasional. Setiap harinya, bandara ini mampu melayani pesawat-pesawat dari seluruh Indonesia dan berbagai kota besar di Asia, Australia, dan Eropa Gambaran Fisik Bandara Internasional Soekarno-Hatta Bandara Soekarno-Hatta terletak sekitar 20 kilometer di sebelah barat DKI Jakarta, tepatnya di wilayah Kota Tangerang, Propinsi Banten. Bandara ini menempati lahan seluas hektar yang meliputi lima kecamatan di Kota Tangerang, yakni Kecamatan Neglasari, Benda, Rawabokor, Kosambi, dan Teluknaga. Secara geografis, bandara ini terletak pada Posisi "LS dan "BT, dengan ketinggian 10 mdpl. 38

9 Sampai saat ini Bandara Soekarno-Hatta memiliki dua landasan pacu (runway) paralel dengan panjang masing-masing dan meter serta lebar 60 meter. Dengan spesifikasi runway demikian, bandara ini dapat didarati pesawat-pesawat berbadan lebar sekelas Boeing-747. Selain itu, kedua runway tersebut dapat digunakan secara simultan dengan kapasitas 74 pesawat tiap jam. Fasilitas sisi udara (airside) lainnya adalah apron atau tempat parkir pesawat di terminal 1 seluas m 2 dan di terminal 2 seluas m 2. Terdapat pula fasilitas navigasi seperti air traffic control, aeronautical communication facilities, air navigation facilities, visual aids facilities, dan meteorological services. Fasilitas sisi darat (landside) yang penting adalah bangunan terminal. Bandara Soekarno-Hatta memiliki dua terminal penumpang umum yang biasa disebut sebagai teminal 1 dan terminal 2, satu terminal haji dan tenaga kerja Indonesia (TKI) yang biasa disebut terminal 3, serta terminal kargo. Bangunan terminal penumpang untuk umum (terminal 1 dan 2) berbentuk setengah lingkaran yang saling berhadapan. Di setiap terminal terdapat counter penjualan tiket, layanan trolley, fasilitas check-in, informasi jalur dan jadwal penerbangan, ruang left luggage, kantor lost and found (layanan kehilangan bagasi), transit desk untuk pindah jalur pesawat, lounges atau ruang tunggu khusus, dan fasilitas umum lainnya seperti musholla, toilet, ruang menyusui, beragam toko dan gerai, cafetaria dan restoran, wartel, bank, counter penukaran mata uang asing, serta mesin ATM. Terminal 1 merupakan terminal yang melayani semua penerbangan domestik, kecuali yang dioperasikan oleh maskapai Garuda Indonesia dan Merpati Nusantara. Sementara itu, terminal 2 melayani seluruh penerbangan internasional, baik yang dioperasikan oleh maskapai asing maupun maskapai dalam negeri, dan penerbangan domestik yang dioperasikan oleh Garuda Indonesia dan Merpati Nusantara. Selain fasilitas sisi darat dan sisi udara, fasilitas penunjang lainnya yang terdapat di kawasan Bandara Soekarno-Hatta antara lain Hotel Sheraton Bandara, Taman Niaga Soewarna, Pusat Karantina, Kantor Polres Khusus Bandara, Pelayanan Medis Gawat Darurat, Kantor Administrasi Bandar Udara, Bea dan Cukai, Kantor Imigrasi, Bengkel dan Pencucian Mobil, Masjid, SPBU, serta Kantor Pos, Giro dan Telekomunikasi. 39

10 40

11 3.2.2 Sistem Transportasi dan Parkir Bandara Untuk mencapai Bandara Internasional Soekarno-Hatta, calon penumpang maupun pengunjung dapat menggunakan Jalan Tol Prof. Dr. Ir. Sedyatmo sebagai akses utama dari Jakarta. Jalan tol ini menyambung dengan jalan tol dalam kota Jakarta dan juga jalan tol ke luar kota, seperti jalan tol Jagorawi (Bogor dan Ciawi), jalan tol Cikampek - Purbaleunyi (Bekasi, Karawang, Cikampek, Purwakarta, dan Bandung), serta jalan tol Jakarta - Merak. Waktu tempuh yang dibutuhkan dari pusat kota Jakarta menuju Bandara Soekarno-Hatta adalah minimal 45 menit. Waktu tempuh ini akan menjadi lebih lama saat terjadi kemacetan pada jam-jam tertentu. Selain melalui akses utama jalan tol Prof. Dr. Ir. Sedyatmo, calon penumpang dan pengunjung juga dapat melalui jalan akses Kalideres - Rawabokor. Namun kondisi jalan ini tergolong kurang baik sebagai akses menuju sebuah bandara internasional. Lebar jalan yang tidak lebih dari 20 meter dengan guna lahan permukiman padat serta perdagangan dan jasa menyebabkan padatnya volume lalu lintas di ruas jalan ini. Selain jalan tol Sediyatmo sebagai akses utama dan jalan Kalideres - Rawabokor, jalur alternatif lain menuju Bandara Soekarno-Hatta adalah melalui pintu M1 atau pintu belakang dari arah Kota Tangerang. Pintu gerbang ini sebenarnya merupakan kawasan terlarang untuk umum (restricted area) namun pihak PT. Angkasa Pura II mengambil kebijakan untuk membuka akses ini bagi masyarakat umum apabila terdapat hambatan yang cukup parah pada ruas jalan tol Sediyatmo. Untuk mencapai Bandara Soekarno-Hatta terdapat beberapa pilihan moda angkutan darat, antara lain: 1. Taksi Pengunjung maupun calon penumpang dapat menggunakan taksi sebagai moda angkutan menuju bandara. PT. Angkasa Pura II selaku pengelola bandara mempersilakan taksi dari perusahaan manapun untuk mengantarkan penumpang ke Bandara Soekarno-Hatta. Namun, taksi yang mencari penumpang di dalam kawasan bandara untuk diantar menuju Jakarta atau wilayah lain hanya terbatas untuk taksi argo resmi dengan identitas berupa stiker Bandara Soekarno-Hatta di kaca depan dan belakangnya. Dengan ketentuan ini sejumlah perusahaan taksi argo telah 41

12 bekerjasama dengan PT. Angkasa Pura II untuk menjadi taksi resmi yang dapat menunggu penumpang dari setiap terminal. Namun hanya satu unit taksi dari setiap merek yang diperbolehkan parkir di depan teras pintu kedatangan (arrival gate) terminal 1 dan Airport Bus DAMRI Bus DAMRI merupakan salah satu moda yang banyak digunakan oleh pengunjung bandara. Bus umum DAMRI ini berpangkalan di sejumlah lokasi di Jakarta dan membutuhkan waktu tempuh rata-rata satu jam perjalanan dari dan ke Bandara Soekarno-Hatta. Para penumpang dari luar Jakarta, seperti Bekasi, Cikarang, Bogor, dan Serang juga dapat menggunakan layanan transportasi ini dengan waktu tempuh rata-rata dua jam. Lokasi pangkalan bus DAMRI di Jakarta tersebar merata sehingga cukup mudah diakses. Lokasi pangkalan tersebut antara lain berada di Kemayoran, Tanjung Priok, Stasiun Gambir, Rawamangun, Kampung Rambutan, Blok M, Pasar Minggu, dan Lebak Bulus. Sedangkan dari Bandara Soekarno-Hatta, halte bus DAMRI terdapat di Terminal 1A, 1B, 1C, dan 2F. Bus ini beroperasi mulai pukul sampai dengan pukul dengan jam keberangkatan rata-rata setiap 15 sampai 30 menit sekali. Tarif yang diberlakukan untuk trayek dalam kota Jakarta adalah Rp ,00 / orang, sedangkan untuk trayek luar kota Jakarta adalah Rp ,00 sampai Rp ,00 / orang. 3. Kendaraan Sewa Beberapa agen penyewaan kendaraan banyak terdapat di pintu-pintu terminal kedatangan domestik maupun internasional. Kelebihan kendaraan sewa adalah dapat memberikan tingkat privacy yang cukup tinggi namun dengan kelemahan harga yang tergolong cukup mahal. Perusahaan penyewaan kendaraan rata-rata memasang tarif antara Rp ,00 - Rp ,00 untuk jasa pengantaran dari Bandara Soekarno-Hatta ke kota Jakarta, tergantung dari jenis kendaraan, lama pemakaian, penggunaan jasa pengemudi, dan lainnya. 4. Airport Shuttle Service lainnya Selain mobil pribadi, bus DAMRI, taksi, dan kendaraan sewa, terdapat pula beberapa alternatif moda airport shuttle lainnya. Contohnya adalah bus Primajasa yang melayani tujuan ke Kota Bandung. Dari Bandung, angkutan ini berangkat dari kawasan Bandung Supermall (BSM), sedangkan dari 42

13 Bandara Soekarno-Hatta bus Primajasa diberangkatkan dari Terminal Kedatangan 1B dan Terminal Kedatangan 2E. Selain bus, sarana transportasi dari Bandung ke Bandara Soekarno-Hatta juga dilayani oleh beberapa perusahaan shuttle service point-to-point (travel dengan konsep perjalanan dari satu titik ke satu titik, bukan sistem antar-jemput), dengan frekuensi keberangkatan rata-rata setiap 30 menit sampai satu jam sekali. Moda transportasi ini membantu menjawab tingginya kebutuhan transportasi antara kota Bandung dengan Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Dengan demikian moda transportasi langsung ke Bandara Soekarno-Hatta hanya tersedia di kota Bogor, Bekasi, Bandung, Serang, dan Jakarta. Selain moda transportasi eksternal, di dalam lingkungan Bandara Internasional Soekarno-Hatta juga terdapat angkutan khusus yang menghubungkan tempat-tempat di internal kawasan bandara. Angkutan khusus internal bandara ini antara lain bus kecil yang menghubungkan terminal 1 dengan terminal 2. Bus yang disediakan oleh pihak pengelola bandara ini dapat digunakan oleh pengunjung bandara tanpa dipungut bayaran (gratis). Selain itu terdapat pula kendaraan umum berupa mobil sejenis mikrolet berwarna abu-abu dan bertuliskan Satya Ardhia yang dikelola oleh Koperasi Karyawan Angkasa Pura II. Mikrolet yang dilengkapi fasilitas AC ini memiliki rute Terminal 1 - Terminal 2 - Area Perkantoran - Area Pergudangan (Kargo) menuju Rawabokor (Tangerang). Tarif yang dikenakan adalah Rp.3.000,00 per orang. Untuk fasilitas parkir, Bandara Soekarno-Hatta menyediakan lahan parkir yang memiliki sistem tarif per jam dan tempat parkir inap di kedua terminal. Lahan parkir umum berada di depan bangunan terminal 1 dan 2, dan bisa dicapai dengan berjalan kaki. Luas lahan parkir di terminal 1 adalah m 2 dengan kapasitas mobil. Sedangkan luas lahan parkir di terminal 2 adalah m 2 dengan kapasitas mobil. Penumpang yang menunggu pengemudinya dapat melakukan panggilan di counter penerangan dan menunggu di area drop-off yang berada di lobby depan terminal kedatangan. 3.3 Rencana Akses Kereta Api ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta Pertumbuhan jumlah penumpang pesawat yang sangat tinggi dan minimnya akses menuju Bandara Soekarno-Hatta merupakan salah satu penyebab munculnya rencana pengembangan moda kereta api sebagai akses 43

14 menuju bandara. Untuk merealisasikan hal tersebut, PT. Kereta Api dan PT. Angkasa Pura II telah bekerjasama membentuk suatu usaha bersama yang bernama PT. Railink. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, diperkirakan, dengan jalur kereta api bandara ini, sekitar 30 persen atau 10 juta penumpang dari total penumpang di bandara yang mencapai 30 juta, akan tertampung. Pembangunan infrastruktur jalur KA Bandara dimulai dari stasiun Manggarai, Jakarta Selatan. Ada beberapa alternatif jalur yang kini sedang dipelajari, sebab masing-masing alternatif punya kelebihan dan kekurangan. Diupayakan akan dipilih alternatif rute yang jaraknya dekat dengan biaya paling rendah. Pada awalnya rencana pembangunan KA Bandara akan dimulai di Stasiun Manggarai menuju Sudirman (Dukuh Atas) - Tanah Abang - Grogol - Pesing - Rawa Buaya - Kalideres - Bandara Soekarno-Hatta. Jalur antara Manggarai - Kalideres sudah ada dan masih aktif digunakan sebagai jalur KRL Tangerang. Yang diperlukan hanyalah membangun jalur baru antara Kalideres menuju Bandara Soekarno-Hatta melalui Perumahan Duta Garden dan Kampung Baru. Namun, padatnya permukiman di sekitar Kalideres sampai bandara menyebabkan tingginya harga lahan dan sulitnya proses pembebasan lahan. Oleh sebab itu, rute KA Bandara pun dialihkan melalui Tanah Abang - Duri - Angke - Bandara Soekarno-Hatta. Pembangunan jalur baru yang diperlukan adalah antara Angke - Bandara yang rencananya berupa rel layang sejajar dengan jalan tol. Meskipun jalur baru yang dibutuhkan lebih panjang, namun proses pembebasan lahannya diperkirakan akan lebih mudah mengingat sebagian besar lahan masih berupa rawa-rawa. Proyek pembangunannya memerlukan anggaran sampai 1,5 trilyun rupiah untuk pembangunan jalur baru antara Duri sampai bandara, stasiun, jembatan, wessel, persinyalan dan elektrifikasi, serta pengadaan sarana. Pembangunan sistem KA Bandara ini diharapkan selesai dan mulai dioperasikan pada tahun Gambaran rencana pengembangan jaringan KA Bandara Soekarno- Hatta ini dipaparkan agar karakteristik KA Bandara dapat diketahui. Oleh sebab itu diharapkan tidak terjadi kekosongan informasi saat bagian analisis yang dilakukan pada Bab 4 berikutnya. 44

15 45

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya sektor perekonomian akan menyebabkan makin tingginya aktivitas masyarakat. Peningkatan aktivitas masyarakat ini juga berdampak langsung pada tingginya

Lebih terperinci

BAB 4 KARAKTERISTIK DAN PREFERENSI PENGGUNA POTENSIAL KA BANDARA SOEKARNO-HATTA

BAB 4 KARAKTERISTIK DAN PREFERENSI PENGGUNA POTENSIAL KA BANDARA SOEKARNO-HATTA BAB 4 KARAKTERISTIK DAN PREFERENSI PENGGUNA POTENSIAL KA BANDARA SOEKARNO-HATTA Bab ini berisi analisis mengenai karakteristik dan preferensi pengguna mobil pribadi, taksi, maupun bus DAMRI yang menuju

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI STUDI DALAM PENGEMBANGAN KA BANDARA SOEKARNO-HATTA

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI STUDI DALAM PENGEMBANGAN KA BANDARA SOEKARNO-HATTA BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI STUDI DALAM PENGEMBANGAN KA BANDARA SOEKARNO-HATTA Pada bab sebelumnya telah dilakukan analisis-analisis mengenai karakteristik responden, karakteristik pergerakan responden,

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 103 TAHUN 2007 TENTANG POLA TRANSPORTASI MAKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 103 TAHUN 2007 TENTANG POLA TRANSPORTASI MAKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 103 TAHUN 2007 TENTANG POLA TRANSPORTASI MAKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

Studi Rencana Induk Transportasi Terpadu Jabodetabek (Tahap II) Laporan Akhir: Ringkasan Laporan

Studi Rencana Induk Transportasi Terpadu Jabodetabek (Tahap II) Laporan Akhir: Ringkasan Laporan 3. Perspektif Wilayah dan Permintaan Perjalanan Masa Mendatang 3.1 Perspektif Wilayah Jabodetabek Masa Mendatang Jabodetabekpunjur 2018 merupakan konsolidasi rencana pengembangan tata ruang yang memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun KA Bandara Internasional Soekarno-Hatta Penekanan Desain High Tech Architecture

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun KA Bandara Internasional Soekarno-Hatta Penekanan Desain High Tech Architecture BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta atau Soekarno-Hatta International Airport (SHIA) merupakan bandara terbesar dan utama Indonesia. Secara administratif bandara

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISA DAN HASIL PENELITIAN 63 BAB IV ANALISA DAN HASIL PENELITIAN Pada bab IV ini akan disajikan secara berturut-turut mengenai analisa dan hasil penelitian meliputi : 4.1. Perekonomian Pulau Jawa saat ini 4.2. Pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

PENGANTAR TEKNIK TRANSPORTASI TERMINAL. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

PENGANTAR TEKNIK TRANSPORTASI TERMINAL. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 PENGANTAR TEKNIK TRANSPORTASI TERMINAL UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 PENDAHULUAN TERMINAL kelancaran mobilitas keterpaduan intra dan

Lebih terperinci

JUMLAH PERJALANAN JABODETABEK MENCAPAI 25,7 JUTA PERJALANAN/HARI. 18,7 JUTA (72,95 %) MERUPAKAN PERJALANAN INTERNAL DKI JAKARTA, 6,9 JUTA (27,05 %) ME

JUMLAH PERJALANAN JABODETABEK MENCAPAI 25,7 JUTA PERJALANAN/HARI. 18,7 JUTA (72,95 %) MERUPAKAN PERJALANAN INTERNAL DKI JAKARTA, 6,9 JUTA (27,05 %) ME LRT SEBAGAI SOLUSI EFEKTIF MENGATASI KEMACETAN JABODETABEK DISHUBTRANS DKI JAKARTA SEPTEMBER 2015 DISAMPAIKAN DALAM DIALOG PUBLIK DENGAN DTKJ 16 SEPTEMBER 2015 JUMLAH PERJALANAN JABODETABEK MENCAPAI 25,7

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bandara Adisucipto adalah bandar udara yang terletak di Desa Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Semula Bandara Adisucipto

Lebih terperinci

LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH

LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH C-1 LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH C-2 LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH 1. Angkutan kereta api adalah kegiatan pemindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kereta api. 2. Awak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Depok, Tangerang dan Bekasi (Bodetabek) yang semakin berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. Depok, Tangerang dan Bekasi (Bodetabek) yang semakin berkembang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang DKI Jakarta sebagai ibu kota Republik Indonesia adalah pusat bisnis dan pusat pemerintahan dengan jumlah penduduk pada tahun 2014 mencapai 10,08 juta orang dan kepadatan

Lebih terperinci

BAB 2 LATAR BELAKANG dan PERUMUSAN PERMASALAHAN

BAB 2 LATAR BELAKANG dan PERUMUSAN PERMASALAHAN 6 BAB 2 LATAR BELAKANG dan PERUMUSAN PERMASALAHAN 2.1. Latar Belakang Kemacetan lalu lintas adalah salah satu gambaran kondisi transportasi Jakarta yang hingga kini masih belum bisa dipecahkan secara tuntas.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SISTEM TRANSPORTASI Sistem didefinisikan sebagai seperangkat obyek (komponen, subsistem) dengan interaksi antar obyek dan secara keseluruhan mempunyai satu tujuan/fungsi. Contoh:

Lebih terperinci

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5468 TRANSPORTASI. Perhubungan. Lalu Lintas. Angkutan Jalan. Jaringan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 193) PENJELASAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PP RI NO 70 Tahun 2001 Tentang Kebandarudaraan Pasal 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PP RI NO 70 Tahun 2001 Tentang Kebandarudaraan Pasal 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Umum 2. 1. 1. Bandar udara Menurut PP RI NO 70 Tahun 2001 Tentang Kebandarudaraan Pasal 1 Ayat 1, bandar udara adalah lapangan terbang yang dipergunakan untuk mendarat dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 18 BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4. 1 UMUM Saat ini, motorisasi dan urbanisasi telah menjadi tren di daerah metropolitan banyak negara-negara berkembang. Kurangnya kesempatan kerja dan buruknya fasilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angkutan umum merupakan sarana untuk memindahkan barang dan orang

BAB I PENDAHULUAN. Angkutan umum merupakan sarana untuk memindahkan barang dan orang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Angkutan umum merupakan sarana untuk memindahkan barang dan orang dari satu tempat ke tempat yang lain. Tujuan dari sarana ini adalah untuk membantu orang atau

Lebih terperinci

MATRIKS PENJABARAN PENCAPAIAN KINERJA PROGRAM MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN

MATRIKS PENJABARAN PENCAPAIAN KINERJA PROGRAM MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN MATRIKS PENJABARAN PENCAPAIAN KINERJA PROGRAM MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN No ( Kinerja RPJMD) Program Dedicated 2 Pembangunan Perhubungan dan Transportasi 14.c Program pembangunan Terminal Bus Pulogebang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Transportasi memiliki peranan yang sangat besar dalam menunjang proses kehidupan manusia sebagai penunjang media perpindahan arus barang, orang, jasa serta informasi.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

: Ir. Mirna Amin. MT (Asisten Deputi Pengembangan Kawasan Skala Besar)

: Ir. Mirna Amin. MT (Asisten Deputi Pengembangan Kawasan Skala Besar) Kota Kekerabatan Maja dan Masa Depan Oleh : Ir. Mirna Amin. MT (Asisten Deputi Pengembangan Kawasan Skala Besar) Persoalan perumahan masih menjadi salah satu issue penting dalam pembangunan ekonomi mengingat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Posisi Makro terhadap DKI Jakarta. Jakarta, Ibukota Indonesia, berada di daerah dataran rendah, bahkan di bawah permukaan laut yang terletak antara 6 12 LS and 106 48 BT.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Urbanisasi merupakan fenomena yang dialami oleh kota-kota besar di Indonesia khususnya. Urbanisasi tersebut terjadi karena belum meratanya pertumbuhan wilayah terutama

Lebih terperinci

1. BPTJ DAN KONDISI JABODETABEK 2. INDIKATOR KINERJA 3. RENCANA INDUK TRANSPORTASI JABODETABEK

1. BPTJ DAN KONDISI JABODETABEK 2. INDIKATOR KINERJA 3. RENCANA INDUK TRANSPORTASI JABODETABEK PERAN BPTJ DALAM MENCIPTAKAN SINERGI PROGRAM REVITALISASI ANGKUTAN UMUM PERKOTAAN DI JABODETABEK KEMENTERIAN PERHUBUNGAN BADAN PENGELOLA TRANSPORTASI JABODETABEK Jakarta, 24 Agustus 2016 T A T A U R U

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angkutan umum perkotaan merupakan bagian dari sistem transportasi perkotaan yang memegang peranan sangat penting dalam mendukung mobilitas masyarakat. Peranan tersebut

Lebih terperinci

Gambar 5.30 Peta Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai Gambar 5.31 Peta rencana Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai...

Gambar 5.30 Peta Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai Gambar 5.31 Peta rencana Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai... Gambar 5.30 Peta Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai... 114 Gambar 5.31 Peta rencana Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai... 115 Gambar 5.32 Kondisi Jalur Pedestrian Penghubung Stasiun dan

Lebih terperinci

BAB. 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB. 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB. 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SISTEM TRANSPORTASI 2.1.1 Pengertian Sistem adalah suatu bentuk keterkaitan antara suatu variabel dengan variabel lainnya dalam tatanan yang terstruktur, dengan kata lain sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan kota menimbulkan permasalahan perkotaan, baik menyangkut penataan ruang penyediaan fasilitas pelayanan kota maupun manajemen perkotaan. Pesatnya pertumbuhan

Lebih terperinci

MASTERPLAN PERKERETAAPIAN JABODETABEK 2020

MASTERPLAN PERKERETAAPIAN JABODETABEK 2020 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERKERETAAPIAN MASTERPLAN PERKERETAAPIAN JABODETABEK 2020 (Konsep 2) Jakarta, Maret 2013 0 DAFTAR ISI KONDISI EKSISTING DEMAND FORECAST MASTERPLAN PERKERETAAPIAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

MODEL PEMILIHAN MODA KERETA REL LISTRIK DENGAN JALAN TOL JAKARTA BANDARA SOEKARNO-HATTA

MODEL PEMILIHAN MODA KERETA REL LISTRIK DENGAN JALAN TOL JAKARTA BANDARA SOEKARNO-HATTA MODEL PEMILIHAN MODA KERETA REL LISTRIK DENGAN JALAN TOL JAKARTA BANDARA SOEKARNO-HATTA Kevin Harrison 1 dan Najid 2 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Tarumanagara, Jl. Let. Jend S. Parman No.1 Jakarta

Lebih terperinci

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah ser

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah ser LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.193, 2013 TRANSPORTASI. Perhubungan. Lalu Lintas. Angkutan Jalan. Jaringan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5468) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Terminal Terminal dapat dianggap sebagai alat pemroses, dimana suatu urutan kegiatan tertentu harus dilakukan untuk memungkinkan suatu lalu lintas (kendaraan, barang,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. penumpang, bus kecil, bus sedang,dan bus besar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. penumpang, bus kecil, bus sedang,dan bus besar. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Angkutan Umum Angkutan Umum dapat didefinisikan sebagai pemindahan manusia dan barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. Kendaraan umum adalah setiap

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU

BAB IV TINJAUAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU BAB IV TINJAUAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU Bab ini berisi tinjauan terminal Tipe B di kawasan Stasiun Depok Baru yang dibahas melalui tinjauan tapak terminal, data umum angkutan dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Relokasi Stasiun Merak 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Relokasi Stasiun Merak 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarana transportasi dari tahun ke tahun mengalami kenaikan dalam jumlah pelayanan kepada masyarakat, terutama tranportasi darat. Kereta api merupakan transportasi darat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Encyclopedia, 8 Oktober https://en.wikipedia.org/wiki/indonesia, Artikel: Wikipedia Thre Free

BAB I PENDAHULUAN. Encyclopedia, 8 Oktober https://en.wikipedia.org/wiki/indonesia, Artikel: Wikipedia Thre Free BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 13.466 pulau. 1 Untuk menghubungkan dan mengkoneksikan antara pulau satu ke pulau lain, maka diperlukan

Lebih terperinci

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO UTARA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi adalah perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh manusia atau mesin.

Lebih terperinci

BAB IV: KONSEP Konsep Bangunan Terhadap Tema.

BAB IV: KONSEP Konsep Bangunan Terhadap Tema. BAB IV: KONSEP 4.1. Konsep Bangunan Terhadap Tema Kawasan Manggarai, menurut rencana pemprov DKI Jakarta akan dijadikan sebagai kawasan perekonomian terpadu dengan berbagai kelengkapan fasilitas. Fasilitas

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bandar Udara Adisucipto yang berada di Kabupaten Sleman, Yogyakarta merupakan bandar udara yang digunakan sebagai bandara militer dan bandara komersial untuk penerbangan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Kajian Potensi..., Agus Rustanto, Program Pascasarjana, 2008

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Kajian Potensi..., Agus Rustanto, Program Pascasarjana, 2008 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyediaan fasilitas infrastruktur merupakan tanggungjawab pemerintah dan dananya diambil dari anggaran tahunan pemerintah. Pada satu pihak anggaran pemerintah tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan kehidupan manusia di seluruh dunia tidak terlepas dari yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan kehidupan manusia di seluruh dunia tidak terlepas dari yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan kehidupan manusia di seluruh dunia tidak terlepas dari yang namanya transportasi, transportasi sudah lama ada dan cukup memiliki peranannya dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Permasalahan di sektor transportasi merupakan permasalahan yang banyak terjadi

I. PENDAHULUAN. Permasalahan di sektor transportasi merupakan permasalahan yang banyak terjadi I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan di sektor transportasi merupakan permasalahan yang banyak terjadi di berbagai kota. Permasalahan transportasi yang sering terjadi di kota-kota besar adalah

Lebih terperinci

UNIT PENGELOLA TERMINAL ANGKUTAN JALAN PENGENALAN UP. TERMINAL OLEH : KEPALA UP. TERMINAL ANGKUTAN JALAN RENNY DWI ATUTI, ST. MT

UNIT PENGELOLA TERMINAL ANGKUTAN JALAN PENGENALAN UP. TERMINAL OLEH : KEPALA UP. TERMINAL ANGKUTAN JALAN RENNY DWI ATUTI, ST. MT UNIT PENGELOLA TERMINAL ANGKUTAN JALAN PENGENALAN UP. TERMINAL OLEH : KEPALA UP. TERMINAL ANGKUTAN JALAN RENNY DWI ATUTI, ST. MT DASAR HUKUM UNIT PENGELOLA TERMINAL ANGKUTAN JALAN 1. KM Menteri Perhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB II Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN BAB II Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan hal yang sangat melekat dalam kehidupan manusia. Kebutuhan manusia terhadap barang yang tidak dapat dipenuhi disatu tempat tertentu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1986), Bandar Udara adalah. operator pelayanan penerbangan maupun bagi penggunanya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1986), Bandar Udara adalah. operator pelayanan penerbangan maupun bagi penggunanya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bandar Udara Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1986), Bandar Udara adalah Sebuah fasilitas tempat pesawat terbang dapat lepas landas dan mendarat. Bandar Udara

Lebih terperinci

2015, No RITJ yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Perhubungan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran N

2015, No RITJ yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Perhubungan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran N BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1666-2015 KEMENHUB. Jabodetabek. Rencana Induk Transportasi. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 172 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan

Lebih terperinci

NILAI WAKTU PENGGUNA TRANSJAKARTA

NILAI WAKTU PENGGUNA TRANSJAKARTA The 14 th FSTPT International Symposium, Pekanbaru, 11-12 November 2011 NILAI WAKTU PENGGUNA TRANSJAKARTA Najid Dosen Jurusan Teknik Sipil Univeritas Tarumanagara Email: najid2009@yahoo.com Bayu Arta Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Jakarta merupakan Kota Megapolitan yang ada di Indonesia bahkan Jakarta menjadi Ibu Kota Negara Indonesia yang memiliki luas sekitar 661,52 km² (lautan:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Dengan berkembangnya kehidupan masyarakat, maka semakin banyak pergerakan yang dilakukan oleh masyarakat.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi Terminal Morlok (1978) mendefinisikan bahwa terminal merupakan titik dimana penumpang dan barang masuk dan keluar dari sistem

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terminal dibangun sebagai salah satu prasarana yang. sangat penting dalam sistem transportasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terminal dibangun sebagai salah satu prasarana yang. sangat penting dalam sistem transportasi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terminal Terminal dibangun sebagai salah satu prasarana yang sangat penting dalam sistem transportasi. Morlok (1991) menjelaskan terminal dapat dilihat sebagai alat untuk proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan pembangunan di segala bidang. Pelaksanaan pembangunan tersebut bertujuan untuk mewujudkan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Transit oriented development (TOD) merupakan konsep yang banyak digunakan negara-negara maju dalam kawasan transitnya, seperti stasiun kereta api, halte MRT, halte

Lebih terperinci

BAB IV PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDARA INTERNASIONAL SAM RATULANGI

BAB IV PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDARA INTERNASIONAL SAM RATULANGI BAB IV PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDARA INTERNASIONAL SAM RATULANGI 4.1 Pendekatan Pelaku dan Aktifitas pada Terminal Penumpang Tabel 4. 1 Pendekatan Pelaku dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperlancar perekonomian sebagai pendorong, penggerak kemajuan suatu wilayah.

BAB I PENDAHULUAN. memperlancar perekonomian sebagai pendorong, penggerak kemajuan suatu wilayah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi sangat diperlukan bagi kehidupan manusia untuk memenuhi kebutuhannya, transportasi juga merupakan sarana yang sangat penting dalam memperlancar

Lebih terperinci

Dukuh Atas Interchange Station BAB III DATA 3.1 TINJAUAN UMUM DUKUH ATAS

Dukuh Atas Interchange Station BAB III DATA 3.1 TINJAUAN UMUM DUKUH ATAS BAB III DATA 3.1 TINJAUAN UMUM DUKUH ATAS Dukuh Atas adalah nama perkampungan yang terletak di sudut barat daya Kecamatan Menteng. Lokasinya sangat strategis, berada di dekat pusat bisnis Jakarta, di selatan

Lebih terperinci

SUDIMARA STATION INTERCHANGE DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR MODERN

SUDIMARA STATION INTERCHANGE DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR MODERN SUDIMARA STATION INTERCHANGE DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR MODERN Oleh : Puti Laras Kinanti Hadita, Indriastjario,Agung Dwiyanto Stasiun Sudimara (SDM) adalah stasiun kereta api kelas III yang terletak

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS. Gambar 15. Peta lokasi stasiun Gedebage. Sumber : BAPPEDA

BAB III ANALISIS. Gambar 15. Peta lokasi stasiun Gedebage. Sumber : BAPPEDA BAB III ANALISIS 3.1 Analisis tapak Stasiun Gedebage terletak di Bandung Timur, di daerah pengembangan pusat primer baru Gedebage. Lahan ini terletak diantara terminal bis antar kota (terminal terpadu),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yakni bentuk keterikatan dan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel. optimalisasi proses pergerakan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. yakni bentuk keterikatan dan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel. optimalisasi proses pergerakan tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem tranportasi memiliki satu kesatuan definisi yang terdiri atas sistem, yakni bentuk keterikatan dan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel lain

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Bandar Udara Menurut PP RI NO 70 Tahun 2001 Tentang Kebandarudaraan Pasal 1 Ayat 1, bandar udara adalah lapangan terbang yang dipergunakan untuk mendarat dan lepas landas

Lebih terperinci

2017, No Republik Indonesia Nomor 5229); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2013 tentang Jaringan Lalu Lntas dan Angkutan Jalan (Lembaran N

2017, No Republik Indonesia Nomor 5229); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2013 tentang Jaringan Lalu Lntas dan Angkutan Jalan (Lembaran N BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.115, 2017 KEMENHUB. Jaringan Trayek Perkotaan Jabodetabek. Rencana Umum. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 1 TAHUN 2017 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Kemacetan jalan-jalan di DKI Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Kemacetan jalan-jalan di DKI Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemacetan jalan-jalan di DKI Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) merupakan salah satu masalah terbesar pemerintah pusat dan daerah hingga

Lebih terperinci

FOKE-NARA ADJI-RIZA JOKOWI-AHOK HIDAYAT-DIDIK FAISAL-BIEM ALEX-NONO

FOKE-NARA ADJI-RIZA JOKOWI-AHOK HIDAYAT-DIDIK FAISAL-BIEM ALEX-NONO K E M A C E T A N FOKE-NARA ADJI-RIZA JOKOWI-AHOK HIDAYAT-DIDIK FAISAL-BIEM ALEX-NONO arus dibuat program Meneruskan sistem Otoritas transportasi jangka pendek dan Pola Transportasi jakarta (busway dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan pada suatu daerah, baik berupa transportasi barang maupun transportasi orang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan pada suatu daerah, baik berupa transportasi barang maupun transportasi orang. BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Umum Kinerja adalah kemampuan atau potensi angkutan umum untuk melayani kebutuhan pergerakan pada suatu daerah, baik berupa transportasi barang maupun transportasi orang.

Lebih terperinci

2 Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

2 Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1295. 2015 KEMENHUB. Terminal. Penumpang Angkutan Jalan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 132 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan suatu objek (manusia atau barang) dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan

Lebih terperinci

S K R I P S I & T U G A S A K H I R 6 6

S K R I P S I & T U G A S A K H I R 6 6 BAB IV ANALISA PERANCANGAN 4. Analisa Tapak Luas Tapak : ± 7.840 m² KDB : 60 % ( 60 % x 7.840 m² = 4.704 m² ) KLB :.5 (.5 x 7.840 m² =.760 m² ) GSB : 5 meter Peruntukan : Fasilitas Transportasi 4.. Analisa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.

Lebih terperinci

Studi Rencana Induk Transportasi Terpadu Jabodetabek (Tahap II) Laporan Akhir: Ringkasan Laporan

Studi Rencana Induk Transportasi Terpadu Jabodetabek (Tahap II) Laporan Akhir: Ringkasan Laporan 1. Pendahuluan Jabodetabek adalah suatu wilayah metropolitan skala besar berpenduduk 21 juta jiwa, yang terdiri atas DKI Jakarta, ibu kota negara Republik Indonesia, dan 7 (tujuh) pemerintah daerah di

Lebih terperinci

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Transportasi kota Jakarta berkembang sangat pesat dikarenakan mobilitas yang tinggi dan masyarakatnya yang membutuhkan kendaraan. Semakin meningkatnya populasi manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengurangan tingkat..., Arini Yunita, FE UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengurangan tingkat..., Arini Yunita, FE UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN Salah satu permasalahan kota Jakarta yang hingga kini masih belum terpecahkan adalah kemacetan lalu lintas yang belakangan makin parah kondisinya. Ini terlihat dari sebaran lokasi kemacetan

Lebih terperinci

Departemen Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat

Departemen Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Doc. No 1 Revised Date Departemen Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Pengembangan Data Perhubungan Darat Propinsi DKI Jakarta 1 KONDISI WILAYAH DAFTAR ISI 2 3 KONDISI TRANSPORTASI JALAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. JUDUL Terminal Bus Tipe A di Surakarta, dengan penekanan pada tampilan arsitektur modern.

BAB I PENDAHULUAN. A. JUDUL Terminal Bus Tipe A di Surakarta, dengan penekanan pada tampilan arsitektur modern. BAB I PENDAHULUAN A. JUDUL Terminal Bus Tipe A di Surakarta, dengan penekanan pada tampilan arsitektur modern. B. PENGERTIAN JUDUL v Terminal : Perhentian (bus, kereta api, dan sebagainya) penghabisan,

Lebih terperinci

Analisis Permintaan Pelayanan Taksi Argometer di Bandar Udara Juanda Surabaya ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN ANGKUTAN DI BANDARA JUANDA. Tabel 5.1.

Analisis Permintaan Pelayanan Taksi Argometer di Bandar Udara Juanda Surabaya ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN ANGKUTAN DI BANDARA JUANDA. Tabel 5.1. ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN ANGKUTAN DI BANDARA JUANDA Bandara Juanda terletak di Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo, 20 km sebelah selatan kota Surabaya. Bandara Internasional Juanda, adalah bandar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kondisi ekonomi, sosial dan pertumbuhan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kondisi ekonomi, sosial dan pertumbuhan penduduk BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Peningkatan kondisi ekonomi, sosial dan pertumbuhan penduduk menyebabkan meningkatnya tuntutan manusia terhadap sarana transportasi. Untuk menunjang kelancaran pergerakan

Lebih terperinci

BADAN PENGELOLA TRANSPORTASI JABODETABEK (BPTJ)

BADAN PENGELOLA TRANSPORTASI JABODETABEK (BPTJ) FOCUS GROUP DISCUSSION REVIEW KINERJA PRASARANA TERMINAL PENUMPANG DI JABODETABEK DALAM RANGKA ANGKUTAN LEBARAN TAHUN 2016/1437 H BADAN PENGELOLA TRANSPORTASI JABODETABEK (BPTJ) Badan Pengelola Transportasi

Lebih terperinci

Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang

Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang LEMBAR PENGESAHAN Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (LP3A) BANDARA INTERNASIONAL AHMAD YANI SEMARANG disusun oleh : MARSYA PARAMITA S NIM L2B006052 Dinyatakan telah memenuhi persyaratan

Lebih terperinci

Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang 1

Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sebagai Ibu Kota Propinsi Jawa Tengah, kota Semarang strategis untuk dijadikan sebagai transit point dalam berbagai penyelenggaraan kegiatan yang berskala lokal, regional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prasarana yang dimiliki kota tersebut. Jayadinata (1992:84) menyatakan, kota

BAB I PENDAHULUAN. prasarana yang dimiliki kota tersebut. Jayadinata (1992:84) menyatakan, kota 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan suatu kota didorong oleh lengkapnya dari sarana dan prasarana yang dimiliki kota tersebut. Jayadinata (1992:84) menyatakan, kota dapat dicirikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Pembangunan di segala bidang yang dilaksanakan pemerintah Republik Indonesia merupakan usaha untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan terutama di bidang ekonomi. Pembangunan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 108 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DENGAN KENDARAAN BERMOTOR UMUM TIDAK DALAM TRAYEK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bandar Udara Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2012 Tentang Pembangunan dan Pelestarian Lingkungan Hidup Bandar Udara, 1. Kebandarudaraan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS PENATAAN RUANG JABODETABEKPUNJUR DAN SEKITARNYA

PENINGKATAN KUALITAS PENATAAN RUANG JABODETABEKPUNJUR DAN SEKITARNYA KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA RAPAT KOORDINASI TINGKAT ESELON BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG NASIONAL (BKPRN) PENINGKATAN KUALITAS PENATAAN RUANG JABODETABEKPUNJUR DAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Angkutan Umum Angkutan pada dasarnya adalah sarana untuk memindahkan orang dan atau barang dari satu tempat ke tempat lain. Tujuannya membantu orang atau kelompok orang menjangkau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan transportasi, khususnya kemacetan, sudah menjadi permasalahan utama di wilayah Jabodetabek. Kemacetan umumnya terjadi ketika jam puncak, yaitu ketika pagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merujuk pada Undang Undang No 20 Tahun 2012 Tentang Pembentukan Provinsi Kalimantan Utara yang menyatakan bahwa Provinsi Kalimantan Utara berasal dari sebagian

Lebih terperinci

RENCANA UMUM JARINGAN TRAYEK ANGKUTAN UMUM JALAN DI JABODETABEK

RENCANA UMUM JARINGAN TRAYEK ANGKUTAN UMUM JALAN DI JABODETABEK BADAN PENGELOLA TRANSPORTASI JABODETABEK RENCANA UMUM JARINGAN TRAYEK ANGKUTAN UMUM JALAN DI JABODETABEK Jakarta, 18 Mei 2016 1 Outline: 1. Dasar Hukum 2. Jenis Angkutan Perkotaan 3. Land Use di Jabodetabek

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan faktor pendukung pertumbuhan perekonomian di sebuah

I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan faktor pendukung pertumbuhan perekonomian di sebuah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan faktor pendukung pertumbuhan perekonomian di sebuah wilayah. Menurut Nasution (1996), transportasi berfungsi sebagai sektor penunjang pembangunan

Lebih terperinci

Berdasarkan, Juknis LLAJ, Fungsi Terminal Angkutan Jalan dapat ditinjau dari 3 unsur:

Berdasarkan, Juknis LLAJ, Fungsi Terminal Angkutan Jalan dapat ditinjau dari 3 unsur: TERMINAL Dalam pencapaian pembangunan nasional peranan transportasi memiliki posisi yang penting dan strategi dalam pembangunan, maka perencanaan dan pengembangannya perlu ditata dalam satu kesatuan sistem

Lebih terperinci