KEBIJAKAN, IMPLEMENTASI DAN KOMUNIKASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. ANGGARY PASHA DEWANI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEBIJAKAN, IMPLEMENTASI DAN KOMUNIKASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. ANGGARY PASHA DEWANI"

Transkripsi

1 KEBIJAKAN, IMPLEMENTASI DAN KOMUNIKASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. ANGGARY PASHA DEWANI DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

2 ABSTRACT ANGGARY PASHA DEWANI. Policy, Implementation, and Communication Corporate Social Responsibility (CSR) PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Under the Guidence of TITIK SUMARTI. The objectives of the study were to analyze CSR policy and programs, community participation, benefits of programs, and CSR communication of PT Indocement at Citeureup Bogor. For this purpose, this study gained primary and secondary data on CSR policy and programs, community participation and its benefit, and types of CSR communication of PT Indocement. The results show that PT Indocement had properly formulated the policy and programs of CSR based on vision, mision and objectives of the company in line with the principle of the Triple Bottom Lines, which covers economic, social and environmental aspects Some CSR programs for the betterment of the local community have been done by PT Indocement. The participation of the target groups on the two selected trainings (motor cycle training, and paper bag waste training) was high; and the participants got benefits from that trainings, in terms of gain relevance knowledge and skills, and job oportunity (economy). Several types of commuciation used by PT Indocement to communicate the CSR policy and program implementations e.g. annual report, company profile, internal meeting and discussions, print media, electronic media (include website), and direct communication with the stakeholders such as seminar, meeting and Bilikom. Bilikom is a coordination and communication forum of the stakeholders at the village level was done every three months which was done effectively. Keywords: CSR policy, community participation, CSR benefits, and CSR communication

3 RINGKASAN ANGGARY PASHA DEWANI. Kebijakan, Implementasi dan Komunikasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dibimbing oleh TITIK SUMARTI. Selain berkontribusi secara bisnis, perusahaan seharusnya juga berkontribusi secara sosial melalui implementasi Corporate Social Responsibility (CSR). Banyak pengertian tentang CSR, namun pada hakekatnya adalah komitmen perusahaan untuk memberikan dampak positif dan mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan perusahaan bagi kesejahteraan masyarakat dan lingkungan dengan tetap memperhatikan aspek triple bottom lines. PT Indocement merupakan salah satu perusahaan di Indonesia yang memiliki komitmen dalam mengimplementasikan CSR. Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1) menganalisis kebijakan CSR PT Indocement berdasarkan prinsip triple bottom lines (3P); 2) mengidentifikasi partisipasi peserta dalam implementasi Program CSR PT Indocement; 3) menganalisis manfaat program CSR dan hubungannya dengan tingkat partisipasi peserta dalam implementasi program CSR; dan 4) mengidentifikasi bentuk komunikasi CSR PT Indocement kepada stakeholders. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengetahui tingkat partisipasi peserta program dalam implementasi program CSR, tingkat manfaat yang diperoleh dan keefektifan kegiatan Bilikom (Bina Lingkungan dan Komunikasi). Pendekatan kualitatif (wawancara terstruktur) digunakan untuk memahami secara mendalam tentang kebijakan CSR PT Indocement, implementasi program CSR serta bentuk komunikasi CSR kepada stakeholders. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer meliputi identitas responden, partisipasi dalam program (perencanaan, pelaksanaan dan monitoring), manfaat partisipasi dalam program (pengetahuan, keterampilan, ketenagakerjaaan, dan ekonomi), bentuk komunikasi CSR kepada stakeholders, keefektifan Bilikom. Data sekunder meliputi gambaran umum perusahaan, visi, misi dan tujuan perusahaan, kebijakan dan program CSR. Pemilihan responden penelitian dilakukan secara sengaja (purposive sampling), yaitu empat responden masing-masing untuk pelatihan montir sepeda motor dan pelatihan membatik limbah kertas semen serta 30 responden (yang terbagi kedalam enam desa binaan) untuk kegiatan Bilikom. Sedangkan informan kunci adalah Public and General Affair Division Manager dan CDO Departement Head. Data kuantitatif diolah dengan menggunakan tabel frekuensi dan tabulasi silang yang dianalisa secara deskriptif dengan didukung hasil wawancara. Penelitian dilakukan di PT Indocement unit operasi Citeureup, yang terletak di Jalan Mayor Oking Jaya Atmajaya, Citeureup-Bogor Hasil penelitian menunjukkan bahwa PT Indocement telah menetapkan komitmen dan kebijakan CSR secara tertulis lalu diimplementasikan ke dalam berbagai kegiatan dan program. Secara tertulis, kebijakan CSR PT Indocement telah mempertimbangkan prinsip triple bottom lines yaitu turut memperhatikan

4 keberlanjutan pembangunan dalam aspek lingkungan, sosial dan ekonomi. Namun, dalam wujud implementasi CSR belum memberikan perhatian yang maksimal terhadap aspek sosial (planet) dan aspek ekonomi (profit). Tingkat partisipasi peserta adalah tinggi pada tahap pelaksanaan dan monitoring. Sedangkan pada tahapan perencanaan, peserta dalam kedua pelatihan tersebut menunjukkan nilai yang rendah atau tidak ada keterlibatan sama sekali. PT Indocement dalam merencanakan program pelatihan ini dikatakan bersifat top down karena masyarakat atau peserta tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan perencanaan program. Hubungan antara tingkat partisipasi peserta dalam implementasi dan tingkat manfaat yang diperoleh adalah negatif. Hal tersebut ditunjukkan dengan semakin tinggi tingkat partisipasi maka semakin rendah tingkat manfaat yang diperoleh dan sebaliknya. Hal ini selain disebabkan faktor internal peserta (kurang motivasi dan berusaha), juga kurangnya pendampingan dari pihak Bilik setelah pelatihan tersebut selesai dilaksanakan. PT Indocement melakukan berbagai upaya komunikasi diantaranya dalam bentuk laporan tahunan, media massa, pertemuan dalam seminar/presentasi/rapat/pameran, serta mengadakan kegiatan Bina Lingkungan dan Komunikasi (Bilikom). Bilikom oleh masyarakat sudah dirasakan efektif (baik) dalam menjalin hubungan komunikasi, menyampaikan informasi dan hasil terkait program CSR PT Indocement (dalam hal ini program lima pilar). Namun Bilikom sebagai forum komunikasi yang dapat memfasilitasi kebutuhan dan masalah masyarakat belum secara maksimal dilakukan dan cenderung hanya mensosialisasikan program. Selain itu, dalam pelaksanaan Bilikom belum pernah dikemukakan atau dilaporkan terkait dana CSR yang dialokasikan di setiap desa. Sebagai saran, sebaiknya Renstra PT Indocement dapat diakses di website. Cakupan pelaporan CSR di dalam laporan tahunan lebih luas dan panjang. Peserta pelatihan montir sepeda motor di dampingi dan di fasilitasi untuk mengembangkan usaha motor sendiri yang akan meningkatkan peluang usaha, peluang kerja dan pendapatan. Juga memfasilitasi peserta pelatihan membatik llimbah kertas semen dalam menghadapi masalah pengadaan bahan baku (pewarna alami dan pemasaran hasil). Selanjutnya kegiatan Bilikom dibuat lebih menarik dan transparan bagi stakeholders.

5 KEBIJAKAN, IMPLEMENTASI DAN KOMUNIKASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. ANGGARY PASHA DEWANI SKRIPSI Sebagai Syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

6 SKRIPSI Judul Nama Mahasiswa NRP : Kebijakan, Implementasi dan Komunikasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. : Anggary Pasha Dewani : I Menyetujui Dosen Pembimbing Dr. Ir. Titik Sumarti, MS NIP Mengetahui Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Dr. Lala M. Kolopaking, MS NIP Tanggal Lulus:

7 LEMBAR PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL KEBIJAKAN, IMPLEMENTASI DAN KOMUNIKASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH (SKRIPSI) PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. DEMIKIAN PERNYATAAN INI SAYA BUAT DENGAN SESUNGGUHNYA. Bogor, September 2009 ANGGARY PASHA DEWANI I

8 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 18 Maret 1987 dari Ayah bernama Hardinsyah dan Ibu bernama Priyani Etsuri Putri. Penulis merupakan anak pertama dari 3 bersaudara. Pendidikan formal yang dilalui yaitu Sekolah Dasar (SD) di Towong State School pada tahun dan pindah ke Sekolah Dasar Ironside State School pada tahun di kota yang sama. Pendidikan SD ditamatkan pada tahun 1999 dari SD Polisi I Bogor. Selanjutnya melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 6 Bogor dan tamat tahun Pendidikan SMA diselesaikan di SMA Negeri 6 Bogor pada tahun Pada tahun 2005, penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SPMB (Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru) di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA), Institut Pertanian Bogor. Menumpuh pendidikan S1 pada Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat dengan Minor Kewirausahaan Agribisnis. Selama mengikuti pendidikan di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, penulis aktif sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-ilmu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (HIMASIERA) sebagai sekretaris divisi Public Relation tahun Selain itu, penulis aktif mengikuti berbagai kepanitian, pelatihan dan seminar tentang komunikasi, pengembangan masyarakat dan CSR antara lain Peran Media dalam Komunikasi, Community Development is Road to CSR, Leadership Training for Students on CSR (LET's CSR), dan Peran CSR dalam Pengentasan Kemiskinan. Selain aktif dalam kegiatan non-kurikuler, penulis juga menjadi asisten dosen pada mata kuliah Komunikasi Bisnis bagi mahasiswa semester 6, 7 dan 8 Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat FEMA IPB dan Mahasiswa FAPET IPB pada tahun 2008 dan 2009.

9 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, petunjuk, dan nikmat-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Kebijakan, Implementasi dan Komunikasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Topik penelitian dipilih dengan pertimbangan bahwa semakin berkembangannya konsep dan implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia, dan kaitannya dengan bidang dipelajari di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini diarahkan untuk mengkaji bagaimana kebijakan, implementasi dan bentuk komunikasi stakeholders CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dipilih karena merupakan perusahaan multinasioanal yang telah meraih salah satu penghargaan dalam ajang Indonesian CSR Awards Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk hal yang lebih baik. Penulis berharap penulisan skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan, terutama untuk diri penulis sendiri. Bogor, September 2009 Anggary Pasha Dewani

10 UCAPAN TERIMA KASIH Terwujudnya penulisan skripsi ini, tidak terlepas dari peran dan kontribusi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankan pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Dr. Ir. Titik Sumarti, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan, masukan, saran serta motivasi selama penulisan skripsi. 2. Ir. Fredian Tonny Nasdian, MS atas kesediaannya menjadi dosen penguji utama pada ujian skripsi penulis. 3. Ir. Anna Fatchiya, MSi atas kesediaannya menjadi dosen penguji wakil departemen dan pembimbing akademik. 4. Papa dan Mama atas kasih sayang dan motivasi serta kepeduliannya pada pendidikan ananda sejak masa kecil sampai saat ini. Juga terima kasih kepada papa yang telah banyak memberi inspirasi dan solusi serta menjadi sparing patner diskusi dalam mewujudkan skripsi ini. 5. Adikku (Azri dan Amer) dan keluarga yang lainnya yang selalu setia memberikan motivasi. curahan doa dan cinta kasihnya selama ini baik secara moral dan fisik. 6. Pihak pimpinan maupun karyawan PT Indocement Tunggal Prakarsa, khususnya Bapak Kuky, Bapak Alex dan Ibu Via serta bagian CDO yaitu, Pak Toto, Ibu Lia, Pak Romi, Pak Sani, Pak Usman, Pak Yadi, Pak Arel, Pak Dadan, Pak Agus, Pak Dedi, Pak Bambang, Pak Fajar dan segenap pihak lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu. 7. Ir. Yatri Indah Kusumastuti, MS yang telah memberikan kesempatan penulis menjadi asistem pada mata kuliah Komunikasi Bisnis sehingga sebagian teori Komunikasi Bisnis penulis aplikasikan pada penelitian ini. 8. Teman satu bimbingan: Mora, Nunik dan Alam, yang telah memberikan semangat dan bersedia bertukar pikiran. 9. Sahabatku tercinta: Metri, Icha, Away, Gilang, Ewen, Yayan, Furqon Mimi, Oji, Oel, Fahmi, Edu, Arya serta teman KPM42 lainnya yang telah

11 memberikan semangat, dorongan dan teman berbagi selama penyelesaian skripsi ini. 10. Sahabat yang sudah tujuh tahun setia menemaniku: Atieh, Ecie, Fauziah, Suci, Yuki, Trias, Dewi, Lulu, Dian. Terima kasih atas semangat, doa, motivasi baik moral maupun fisik. 11. Raditya Pradana yang selalu memberikan doa, semangat, motivasi dan kasih sayangnya. 12. Pimpinan Departeman Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor dan semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.

12 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... vi BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian... 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Corporate Social Responsibility (CSR) Perkembangan dan Definisi CSR Prinsip dan Ruang Lingkup CSR Implementasi CSR Pengembangan Masyarakat dan Konsep Partisipasi dalam Implementasi CSR Manfaat Implementasi CSR Komunikasi Stakeholders dalam CSR Definisi dan Model Stakeholders Definisi dan Bentuk Komunikasi Upaya Komunikasi Stakeholders dalam CSR Kerangka Pemikiran Hipotesis Penelitian Definisi Konseptual Definisi Operasional BAB III METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Pendekatan Penelitian Pemilihan Responden Penelitian Data dan Teknik Pengumpulan Data Teknik Pengolahan dan Analisis Data i

13 ii BAB IV GAMBARAN UMUM PT INDOCEMENT Sejarah dan Perkembangan PT Indocement Visi, Misi, Moto dan Kebijakan PT Indocement Struktur Organisasi PT Indocement Prestasi PT Indocement Ikhtisar BAB V KEBIJAKAN DAN PROGRAM CSR PT INDOCEMENT Pandangan dan Alasan PT Indocement Melakukan CSR Kebijakan CSR PT Indocement terhadap Lingkungan (Planet) Kebijakan CSR PT Indocement terhadap Sosial (People) Kebijakan CSR PT Indocement terhadap Ekonomi (Profit) Program CSR PT Indocement di Unit Operasi Citeureup Ikhtisar BAB VI PARTISIPASI DALAM IMPLEMENTASI PROGRAM Program Pelatihan Montir Sepeda Motor dan Pelatihan Membatik Limbah Kertas Semen Partisipasi Peserta dalam Tahap Perencanaan Partisipasi Peserta dalam Tahap Pelaksanaan Partisipasi Peserta dalam Tahap Monitoring Tingkat Partisipasi Peserta dalam Implementasi Program Ikhtisar BAB VII MANFAAT DALAM IMPLEMENTASI PROGRAM Manfaat Pengetahuan dan Keterampilan Manfaat Ketenagakerjaan dan Ekonomi (Pendapatan) Tingkat Manfaat yang Diperoleh Peserta Hubungan Tingkat Partisipasi dalam Implementasi dan Tingkat Manfaat Ikhtisar... 81

14 iii BAB VIII KOMUNIKASI CSR KEPADA STAKEHOLDERS Stakeholders PT Indocement Bentuk Komunikasi Kepada Internal Stakeholders Bentuk Komunikasi Kepada External Stakeholders Kefektifan Bilikom (Bina Lingkungan dan Komunikasi) Ikhtisar BAB IX PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

15 iv DAFTAR TABEL Tabel 1. Manfaat Keterlibatan Komunitas dan Perusahaan dalam CSR Tabel 2. Definisi Operasional Terkait Tingkat Partisipasi dalam Implementasi program Tabel 3. Definisi Operasional Terkait Tingkat Manfaat Implementasi program dan Keefektifan Bilikom Tabel 4. Jenis Data, Uraian Data dan Sumber Data Penelitian Tabel 5. Konsistensi Kebijakan dan Implementasi CSR PT Indocement pada Aspek Lingkungan (Planet) Tabel 6. Konsistensi Kebijakan dan Implementasi CSR PT Indocement pada Aspek Sosial (People) Tabel 7. Konsistensi Kebijakan dan Implementasi CSR PT Indocement pada Aspek Ekonomi (Profit) Tabel 8. Jumlah dan Persentase Responden Pelatihan Berdasarkan Identitas Tabel 9. Jumlah dan Persentase Partisipasi Peserta dalam Tahap Perencanaan Tabel 10. Jumlah dan Persentase Partisipasi Peserta dalam Tahap Pelaksanaan Tabel 11 Jumlah dan Persentase Partisipasi Peserta dalam Tahap Monitoring Tabel 12. Jumlah dan Persentase Tingkat Partisipasi Peserta dalam Implementasi Pelatian Tabel 13. Tingkat Partisipasi Peserta dalam Implementasi Pelatian Tabel 14. Jumlah dan Persentase Perubahan Pengetahuan dan Keterampilan Peserta Pelatihan Tabel 15. Jumlah dan Persentase Perubahan Peluang Ketenagakerjaan dan Ekonomi Peserta Pelatihan Tabel 16. Tingkat Manfaat yang Diperoleh Peserta Pelatihan Tabel 17. Tingkat Partisipasi dan Tingkat Manfaat Peserta Pelatihan Tabel 18. Hubungan Tingkat Partisipasi dan Tingkat Manfaat dalam Implementasi Pelatihan Tabel 19. Bentuk Komunikasi CSR Kepada Internal Stakeholders Berdasarkan Bentuk Komunikasi (Candra, 2006)... 87

16 Tabel 20. Bentuk Komunikasi CSR Kepada Internal Stakeholders Berdasarkan Bentuk Komunikasi (Soehoet, 2002) Tabel 21. Bentuk Komunikasi CSR Kepada External Stakeholders Berdasarkan Bentuk Komunikasi (Candra, 2006) Tabel 22. Bentuk Komunikasi CSR Kepada External Stakeholders Berdasarkan Bentuk Komunikasi (Soehoet, 2002) Tabel 23. Jumlah dan Presentase Stakeholders Bilikom PT Indocement Berdasarkan Identitas Responden Tabel 24. Jumlah dan Presentase Pengetahuan Responden Bilikom Terkait CSR PT Indocement Tabel 25. Jumlah dan Presentase Persepsi Responden Terhadap Komunikasi dalam Bilikom PT Indocement Tabel 26. Jumlah dan Presentase Keterlibatan Responden dalam Bilikom PT Indocement Tabel 27. Keefektifan Bilikom Berdasarkan Skoring v

17 vi DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Piramida Ruang Lingkup CSR (Caroll, 2003) Gambar 2. Lingkup CSR Menurut Committe Draft ISO Gambar 3. Proses Implementasi CSR (Keraf, 1998) Gambar 4. Kerangka Pemikiran Penelitian Gambar 5. Struktur Organisasi PT Indocement Gambar 6. Proses Perumusan Program CSR PT Indocement Gambar 7.Tahapan Pelaksanaan Program CSR PT Indocement Gambar 8. Jaringan Bilikom (Bina Lingkungan dan Komunikasi)... 95

18 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembukaan UUD 1945 mengamanatkan tujuan pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia (Republik Indonesia, 2000). Berdasarkan tujuan tersebut tampak jelas sejak 64 tahun yang lalu Negara Kesatuan Republik Indonesia telah mempunyai komitmen dalam upaya mensejahterakan masyarakat dan mencerdaskan bangsa, termasuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Sejalan dengan komitmen tersebut, Pemerintah Indonesia ikut menandatangani Deklarasi Milenium pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bulan Sepetember tahun 2000 beserta 188 negara anggota PBB lainnya. Deklarasi ini menyepakati tujuan-tujuan pembangunan global yang tertuang dalam Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals - MDGs) yang mengandung 8 tujuan. Delapan tujuan tersebut meliputi: 1) mengurangi kemiskinan dan kelaparan, 2) pendidikan dasar untuk semua, 3) meningkatkan kesetaraan gender serta pemberdayaan perempuan, 4) mengurangi kematian anak, 5) memperbaiki kesehatan ibu, 6) mengatasi HIV/AIDS, malaria dan penyakit lainnya, 7) memastikan pengelolaan lingkungan hidup secara berkelanjutan, dan 8) membangun jaringan kemitraan global (UNDP, 2002). Pemerintah Indonesia sebagai salah satu negara yang menandatangani Deklarasi Milenium, mempunyai kewajiban untuk merealisasikan pencapaian MDGs sebelum tahun Sangat disadari bahwa pencapaian MDGs bukanlah hal yang mudah sehingga pemerintah Indonesia diharapkan serius dalam menangani berbagai masalah ekonomi, lingkungan dan sosial kemasyarakatan secara menyeluruh. Hal tersebut merupakan bentuk pemenuhan janji pemerintah kepada rakyat, terutama dalam upaya peningkatan kualitas hidup manusia. Indonesia mengalami masalah kualitas hidup manusia yang ditunjukkan oleh

19 2 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia pada tahun 1999 yang berada pada peringkat 99 dari 175 Negara (UNDP 2000) yang kemudian menurun menjadi peringkat 107 dari 177 Negara pada tahun 2007 (UNDP, 2008). Bahkan pada tahun 2007 peringkat IPM Indonesia jauh lebih buruk dibanding Negara tetangga seperti Malaysia (peringkat 63), Thailand (peringkat 78), Cina (peringkat 81) dan Philipina (peringkat 90) (UNDP, 2008). Upaya pencapaian MDGs tidak hanya menjadi tanggungjawab pemerintah tetapi juga peranserta swasta dan masyarakat. Pemerintah berperan sebagi pelaku utama dalam hal regulasi dan penegakannya, pengawasan, penyediaan infrastuktur dasar, peningkatan kapasitas, dan fasilitasi program-program yang terkait upaya peningkatan kualitas hidup manusia. Masyarakat pun berperan penting dalam penyampaian aspirasi publik, membangun prakarsa-prakarsa bagi segenap stakeholders, pelaksanaan program dan kontrol sosial terhadap kebijakan dan program-program pembangunan Sementara pihak swasta, yaitu dunia usaha memegang peran penting dalam menggerakkan ekonomi yang disertai dengan pelaksanaan tanggungjawab sosial perusahaan, yang dikenal dengan Corporate Social Responsibility (CSR). Oleh karena itu, dunia usaha sebagai mitra pemerintah dan masyarakat seharusnya dapat memberikan kontribusi dalam pencapaian MDGs melalui praktik CSR yang baik. Hal tersebut sesuai dengan pertemuan World Business Council for Sustainability Developement (WBCSD) di New York Tahun 2005, yang menghasilkan kesepakatan bahwa praktik CSR adalah wujud komitmen dunia bisnis untuk membantu PBB merealisasikan target MDGs. Selain alasan etika bisnis, pelaksanaan CSR di Indonesia juga didasari atas UU Perseroan Terbatas No.40 Tahun 2007 Pasal 74 Ayat 1 bahwa Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggungjawab Sosial dan Lingkungan (Republik Indonesia, 2007). Dalam hal ini, Tanggungjawab Sosial dan Lingkungan adalah CSR CSR merupakan komitmen perusahaan untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas hidup pekerja dan keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat luas (WBCSD, 2005). CSR juga sebagai komitmen dunia usaha untuk melaksanakan kewajiban sosial

20 3 terhadap lingkungan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjaga keseimbangan hidup ekosistem disekelilingnya (Depsos, 2005). Banyak pengertian tentang CSR, tetapi pada hakekatnya CSR adalah komitmen perusahaan dalam meminimalkan risiko negatif dan memaksimalkan manfaat dari kebijakan dan proram perusahaan bagi lingkungan fisik dan sosialnya. Oleh karena itu, suatu perusahaan seharusnya tidak saja memberikan dampak positif, berbuat kebajikan bagi kesejahteraan stakeholders, tetapi juga mengelola kegiatan untuk mengurangi dampak negatif yang mungkin ditimbulkan perusahaan (Hardinsyah, 2009). Oleh karena itu indikator keberhasilan CSR tidak semata diamati dari segi finansial, tetapi juga dari segi perubahan-perubahan perilaku dan manfaat yang tercipta pada komponen ekonomi, sosial dan lingkungan (yang dikenal dengan sebutan triple bottom lines, yaitu profit, people, planet - 3P) sebagai akibat dari implementasi CSR. Kajian AIMS Consultant (2005) menyatakan bahwa menurut para pimpinan perusahaan yang diwawancarai, menyebutkan tujuan utama kegiatan CSR haruslah untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, baik baga karyawan, pekerja maupun konsumen dan masyarakat. Chamsyah (2007) juga menyatakan, bila perusahaan menjalankan praktik CSR dengan baik, sebagian masalah yang dihadapi bangsa ini seperti kemiskinan, pengangguran, keterbatasan pelayanan kesehatan dan pendidikan akan terselesaikan. Hasil penilaian Indonesian CSR Awards 2008 juga memperlihatkan bahwa hampir semua perusahaan yang menjadi peserta Indonesia CSR Awards 2008 sudah melaksanakan CSR di bidang ekonomi, sosial dan lingkungan dalam kerangka turut meningkatkan kesejahteraan dan kulitas hidup manusia. Indonesian CSR Awards 2008 diikuti oleh 20 perusahaan meliputi 38 topik program di bidang ekonomi, sosial dan lingkungan serta kombinasinya (Komite Ahli Indonesian CSR Award., 2008). Salah satu perusahaan yang meraih penghargaan Indonesian CSR Awards 2008 adalah PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (selanjutnya disebut PT Indocement). Oleh karena itu, menarik untuk dikaji lebih mendalam dan dikomunikasikan secara ilmiah bagaimana implementasi CSR PT Indocement tersebut.

21 4 1.2 Perumusan Masalah Pencapaian MDGs merupakan wujud dari upaya pemerintah, swasta (dunia usaha) dan masyarakat dalam meningkatkan kualitas hidup manusia, baik secara ekonomi, sosial maupun lingkungan. Dibutuhkan kemitraan antara stakeholders untuk mencapai tujuan MDGs. Salah satu kontribusi sektor swasta dalam mengatasi permasalahan ini adalah melalui praktik Corporate Social Responsibility (CSR). Menurut UNDP dan IBLF (2003) seperti di kutip oleh Jalal (2007) mengemukakan tiga alasan kuat mengapa sektor swasta melalui CSR perlu berkontribusi dalam pencapaian MDGs yaitu: 1) perusahaan bisa mengelola risiko dari dampak operasinya, 2) perusahaan akan mendapatkan lingkungan yang baik untuk mendukung bisnisnya, dan 3) perusahaan akan mendapatkan berbagai peluang bisnis baru. Pelaksanaan CSR akan memberikan manfaat yang besar jika CSR yang diimplementasikan berasal dari komitmen perusahaan dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan berdasar prinsip triple bottom line (profit, people, planet - 3P). Namun, praktik CSR tidak cukup dengan kebijakan atau komitmen saja, melainkan juga didukung aksi nyata melibatkan partisipasi seluruh stakeholder pada dari tahap perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi (Rudito dan Famiola, 2007). Melalui keterlibatan semua stakeholders maka diharapkan program CSR dapat dirasakan tepat sasaran dan tepat guna sesuai dengan kondisi, potensi dan kebutuhan stakeholders khususnya masyarakat setempat. CSR juga menekankan pentingnya komunikasi yang baik dengan stakeholders. Hal ini didukung oleh pernyataan Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Bidang Kebijakan Publik, Perpajakan, dan Sistem Fiskal, Hariyadi B. Sukamdani, pada Kongres Pembangunan Manusia di Kalangan Dunia Usaha dalam Rangka Perwujudan CSR, bahwa CSR di Indonesia masih terkendala akibat komunikasi yang minimal antara perusahaan, pemerintah, dan masyarakat (Girsang, 2006). Kurang terjalinnya komunikasi dengan stakeholders dapat memicu terjadinya kesalahpahaman diantara stakeholders hingga dapat berbuah konflik sosial.

22 5 Tentu tidak ada perusahaan yang menginginkan terjadinya konflik sosial untuk itu prinsip transparansi dalam pengungkapan sosial sangat diperlukan. Seperti yang dikemukakan Ketua Umum IAMI Ali Darwin bahwa transparansi merupakan salah satu prinsip dari tata kelola perusahaan yang baik atau dikenal dengan istilah Good Corporate Governance GCG (Sujatmiko, 2008). Pelaporan atau pengungkapan CSR tidak hanya mengungkapkan dampak positif yang diperoleh stakeholders melainkan transparansi terhadap pengelolaan dampak negatif atau risiko yang mungkin muncul akibat operasi perusahaan. PT Indocement merupakan salah satu perusahaan di Indonesia yang memiliki komitmen dalam mengimplementasikan CSR, yang ditunjukkan dengan adanya Program Lima Pilar Pengembangan Masyarakat dan Sustainable Development Project (SDP). Program Lima Pilar meliputi: Pilar Pendidikan, Pilar Ekonomi, Pilar Kesehatan, Pilar Sosial, Budaya, Agama, dan Olahraga, serta Pilar Keamanan. Sedangkan Sustainable Development Project (SDP) merupakan program-program lingkungan dan ekonomi yang mendukung keberlanjutan bisnis, meliputi pengembangan Jatropha (jarak), Waste to Energy (pengelolaan sampah), Peternakan (kompos dan biogas), Local Purchase (pembelian produk lokal), Local Employee (rekuitment tenaga kerja lokal) dan Pengembangan UMKM (Indocement, 2009). Berdasarkan hal tersebut, perlu dikaji lebih mendalam mengenai kebijakan dan implemetasi CSR PT Indocement serta cara pengkomunikasian kepada stakeholders. Selain itu, menarik untuk dikaji sejauhmana implementasi program CSR memberikan manfaat bagi masyarakat. Sehingga beberapa pertanyaan sebagai perumusan masalah penelitian ini adalah: 1. Apakah kebijakan CSR PT Indocement telah mempertimbangkan prinsip triple bottom lines (3P)? 2. Bagaimana partisipasi peserta dalam implementasi program CSR PT Indocement? 3. Bagaimana manfaat program CSR dan hubungannya dengan tingkat partisipasi peserta dalam implementasi program CSR? 4. Bagaimana kebijakan dan implementasi CSR PT Indocement dikomunikasikan kepada stakeholders?

23 6 1.3 Tujuan Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis kebijakan CSR PT Indocement berdasarkan prinsip triple bottom lines (3P). 2. Mengidentifikasi partisipasi peserta dalam implementasi program CSR PT Indocement. 3. Menganalisis manfaat program CSR dan hubungannya dengan tingkat partisipasi peserta dalam implementasi program CSR PT Indocement. 4. Mengidentifikasi bentuk komunikasi kebijakan dan implementasi CSR PT Indocement kepada stakeholders. 1.4 Kegunaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang berminat maupun terkait dengan kajian CSR, khususnya kepada: 1. Peneliti yang ingin mengkaji lebih jauh mengenai implemenatsi CSR dan contoh-contoh pengembangan inovasi dalam implementasi CSR. 2. Kalangan akademisi, guna menambah literatur kajian CSR dan inspirasi dalam proses pembelajaran CSR. 3. Kalangan swasta dan masyarakat, dapat memberikan tambahan pengetahuan mengenai implementasi CSR PT Indocement. 4. Kalangan pemerintah, memperoleh masukan dalam penyusunan pedoman implementasi dan pengkomunikasian kebijakan dan implementasi CSR.

24 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sejalan dengan topik dan tujuan skripsi, dalam bab tinjauan pustaka ini dipaparkan tentang CSR yang meliputi perkembangan dan definisi CSR serta prinsip dan ruang lingkup CSR. Dilanjutkan dengan pemaparan implementasi CSR yang meliputi pengembangan masyarakat dan konsep partispasi dalam CSR serta manfaat implementasi CSR. Kemudian diakhiri dengan review tentang komunikasi stakeholders dalam CSR yang meliputi definisi dan model stakeholders, definisi dan bentuk komunikasi, serta upaya komunikasi stakeholders dalam CSR. 2.1 Corporate Social Responsibility (CSR) Perkembangan dan Definisi CSR Meskipun praktik Corporate Social Responsibility (CSR) atau Tanggungjawab Sosial Perusahaan telah dikenal sejak dunia bisnis berkembang yang dikaitkan dengan peran perusahaan bagi masyarakat (Handy C, 2002), tetapi tinjauan akademik tentang CSR masih relatif baru. Secara global, perhatian akademisi terhadap CSR tergolong fenomenal sejak tahun 1950-an, termasuk tentang debat antara yang pro dan kontra terhadap CSR (Caroll, 2008). Khusus di Indonesia, kajian tentang CSR meningkat pesat sejak sepuluh tahun terakhir. Sejalan dengan perkembangan pesat implementasi CSR oleh banyak perusahaan, tumbuh pula berbagai kelembagaan yang berperan dalam memberikan bantuan teknis (konsultasi) tentang CSR, sistim pelaporan CSR, advokasi dan pengembangan masyarakat dalam kerangka implementasi CSR. Di dunia akademik telah lahir jurnal tentang CSR dan program studi atau peminatan bidang studi tentang CSR, serta berbagai kajian, diskusi dan pelatihan tentang CSR (Hardinsyah, 2008). CSR berakar dari etika dan prinsip-prinsip yang berlaku di perusahaan dan di masyarakat. Etika yang dianut perusahaan merupakan bagian dari budaya perusahaan (corporate culture) dan etika yang dianut masyarakat merupakan bagian dari budaya masyarakat. Pemikiran yang mendasari CSR yang sering

25 8 dianggap inti dari etika bisnis adalah bahwa perusahaan tidak hanya mempunyai kewajiban-kewajiban ekonomis dan legal (shareholders) tapi juga kewajibankewajiban terhadap pihak-pihak lain yang berkepentingan (stakeholders) yang jangkauannya melebihi kewajiban-kewajiban mencari keuntungan dan mentaati regulasi (Sedyono, 2002). CSR juga dapat dianggap sebagai bagian dari modal sosial di suatu organisasi. Dalam konteks perusahaan, tanggungjawab sosial ini disebut Corporate Social Responsibility (CSR). CSR bagian dari kewajiban moral perusahaan yang semestinya dilaksanakan tanpa regulasi pemerintah. Secara sederhana CSR adalah berbuat kebajikan ke dalam dan keluar perusahaan (Caroll, 2003). Istilah CSR pertama kali muncul dalam diskursus akademik sejak munculnya tulisan Howard Rothmann Bowen berjudul Social Responsibility of the Businesman pada tahun Menurut Bowen tanggungjawab sosial perusahaan adalah kewajiban perusahaan dalam membuat kebijakan, pengambilan keputusan dan bertindak yang sesuai dengan kebutuhan dan harapan serta nilai-nilai masyarakat (Caroll, 2008). Forum Ekonomi Dunia, melalui Global Governance Initiative, pada tahun 2005 mengajak lembaga-lembaga bisnis memikirkan soal pengentasan kemiskinan dalam CSR. Pertemuan World Business Council for Sustainability Development (WBCSD) di New York tahun 2005, yang menghasilkan kesepakatan bahwa praktik CSR adalah wujud komitmen dunia bisnis untuk membantu PBB merealisasikan target Millenium Development Goals (MDGs). Menurut WBCSD (2005), CSR adalah komitmen perusahaan berkontribusi pada pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan pekerja dan keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat luas guna meningkatkan kualitas hidupnya. Depsos (2005) mendefinisikan CSR sebagai komitmen dan kemampuan dunia usaha untuk melaksanakan kewajiban sosial terhadap lingkungan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjaga keseimbangan hidup ekosistem disekelilingnya. Praktik CSR merupakan upaya sungguh-sungguh dari perusahaan untuk meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif operasinya dalam ranah ekonomi, sosial, dan lingkungan, terhadap seluruh pemangku kepentingannya, untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (Endro,

26 9 2007). Oleh karena itu, suatu perusahaan seharusnya tidak hanya mengeruk keuntungan sebanyak mungkin, tetapi juga memberikan nilai yang bermakna, berbuat kebajikan dalam menggunakan sumberdaya manusia dan lingkungan. Hal ini sejalan dengan fitrah manusia, yaitu dilahirkan bersih dan ingin berbuat yang terbaik bagi dirinya, orang lain dan lingkungannya (Mangkuprawira & Hubeis 2007). Banyak definisi tentang CSR seperti yang diungkap Lockett (2006), akan tetapi pada prinsipnya CSR adalah komitmen atau upaya perusahaan untuk meminimalkan risiko dan memaksimalkan manfaat bagi para pemangku kepentingan (stakeholders) dari segi ekonomi, sosial dan lingkungan. Kendati CSR tidak mempunyai definisi tunggal, namun konsep CSR ini menawarkan sebuah kesamaan yaitu kepedulian terhadap peningkatan kesejahteraan melalui keseimbangan antara aspek ekonomi, sosial serta lingkungan. Sehingga CSR dapat didefinisikan sebagai tanggungjawab perusahaan kepada para pemangku kepentingan (stakeholders) untuk berlaku etis, meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif yang mencakup aspek ekonomi, sosial dan lingkungan (triple bottom line) dalam rangka mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (Wibisono, 2007) Prinsip dan Ruang Lingkup CSR Sejumlah institusi internasional telah me-release prinsip-prinsip dasar implementasi CSR, diantaranya dikemukakan Alyson Warhurst (1998) seperti dikutip oleh Wibisono (2007) sebagai berikut: 1) prioritas korporat, 2) manajemen terpadu, 3) proses perbaikan, 4) pendidikan karyawan, 5) pengkajian, produk dan jasa, 6) informasi publik, fasilitas dan operasi, 7) penelitian, 8) prinsip pencegahan, 9) kontraktor dan pemasok, 10) siaga menghadapi darurat, 11) transfer best practice, 12) memberi sumbangan, 13) keterbukaan, serta 14) pencapaian dan pelaporan. John Elkington merumuskan Triple Bottom Lines (TBL) atau tiga fokus utama perusahaan dalam beroperasi, yaitu sosial (masyarakat), ekonomi dan lingkungan atau juga terkenal dengan sebutan people, profit and planet (3P). Ketiga hal ini berkaitan satu sama lain. Masyarakat tergantung pada ekonomi, dan

27 10 ekonomi tergantung pada masyarakat dan lingkungan, bahkan ekosistem global. Ketiga komponen TBL ini tidaklah stabil, melainkan dinamis tergantung kondisi dan tekanan sosial, politik, ekonomi dan lingkungan, serta kemungkinan konflik kepentingan. TBL digunakan sebagai kerangka atau formula untuk mengukur dan melaporkan kinerja mencakup parameter-parameter ekonomi, sosial dan lingkungan dengan memperhatikan kebutuhan stakeholders serta shareholders guna meminimalkan kerusakan pada manusia dan lingkungan dari aktivitas (Wibisono, 2007). Caroll melihat tanggungjawab sosial perusahaan dalam empat kategori, (Caroll. 2003) yaitu: 1. Tanggungjawab Ekonomi (Economic Responsibilities) Pada kenyataannnya tanggunng jawab ekonomi merupakan tanggungjawab sosial perusahaan. Bisnis sebagai sebuah institusi ekonomi dengan begitu harus memiliki orientasi untuk memproduksi barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat dan menjualnya dengan harga yang sesuai. Suatu perusahaan, untuk memenuhi tanggungjawab ekonomis haruslah menghasilkan laba sebagai fondasi untuk dapat mempertahankan eksistensinya dan berkembang. Tanggungjawab ekonomis ini merupakan hasrat paling natural dan primitif dari perusahaan sebagai organisasi bisnis guna mendapatkan keuntungan. 2. Tanggungjawab Hukum (Legal Responsibilities) Pemerintah merumuskan peraturan perundangan, yang diharapkan ditaati oleh perusahaan. Masyarakat mengharapkan perusahaan akan melaksanakan misi ekonomisnya berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku. Ini merupakan tanggungjawab bisnis terhadap pemerintah dan masyarakat untuk mematuhi hukum. Jika bisnis tidak beroperasi sesuai hukum yang harus dipatuhi, maka pemerintah akan memproses melalui ketentuan hukum yang berlaku; sementara masyarakat melakukan kritik dan kontrol sosial. 3. Tanggungjawab Etika (Ethical Responsibilities) Aspek hukum merupakan hal yang penting, tetapi dengan hukum saja belum tentu memadai untuk berbuat sesuatu yang pantas atau lebih pantas

28 11 (beyond legal). Apabila hukum tidak memadai maka tanggungjawab etikalah yang berperan. Tangung jawab etika merupakan semua praktik dan aktivitas yang diharapkan atau dilarang oleh anggota masyarakat; mencakup seluruh norma, standar, dan pandangan masyarakat seperti kejujuran, keadilan dan menjaga hubungan atau proteksi terhadap hal moral stakeholders. 4. Tanggungjawab Filantropi (Philanthropicl Responsibilities) Hal ini dipandang sebagai tanggungjawab karena tanggungjawab ini disebabkan oleh adanya harapan masyarakat di dalam dunia bisnis. Aktivitas dilakukan dengan dasar sukarela, dituntun oleh keinginan dunia bisnis untuk terlibat di dalam kegiatan sosial yang tidak dimandatkan, tidak diminta oleh hukum dan secara umum tidak diharapkan oleh bisnis di dalam etika. Walaupun demikian, masyarakt memiliki pengharapan bahwa bisnis akan terlibat di dalam filantropi, dan dengan demikian kategori ini telah menjadi bagian dari kontrak sosial antara bisnis perusahaan dan masyarakat. Selanjutnya oleh Caroll (2003), keempat lingkup tanggungjawab sosial perusahaan (CSR) tersebut digambarkan dalam suatu bentuk piramida seperti disajikan pada Gambar 1 berikut: Gambar 1. Piramida Ruang Lingkup CSR (Caroll, 2003)

29 12 Meskipun dengan istilah sedikit berbeda, Keraf (1998) juga mengungkap lingkup tanggungjawab sosial perusahaan yang serupa dengan konsep Caroll (2003). Menurut Keraf terdapat empat bidang yang termasuk sebagai lingkup tanggungjawab sisoal perusahaan. Empat bidang tersebut seperti yang dijelaskan oleh Keraf dibawah ini: 1. Keterlibatan perusahaan dalam kegiatan-kegiatan sosial yang berguna bagi kepentingan masyarakat luas untuk membantu memajukan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Keterlibatan perusahaan yang semakin menjadi sorotan adalah keterlibatan sosial perusahaan dalam ikut memecahkan masalah ketimpangan sosial dan ekonomi sehingga menciptakan keadaan ekonomi dan sosial yang lebih seimbang. 2. Perusahaan mempunyai tanggungjawab moral dan sosial untuk mengejar keuntungan ekonomi karena hanya dengan itu perusahaan dapat dipertahankan dan semua karyawan serta pihak lain yang terkait bisa dipenuhi hak dan kewajibannya. 3. Memenuhi aturan hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat, baik yang menyangkut kegiatan bisnis maupun yang menyangkut kehidupan sosial pada umumnya. Sebagai bagian integral dari masyarakat, perusahaan punya kewajiban dan juga kepentingan untuk menjaga ketertiban dan keteraturan sosial. 4. Hormat pada hak dan kepentingan stakeholders atau pihak-pihak terkait yang punya kepentingan langsung atau tidak langsung dengan kegiatan bisnis suatu perusahaan. Lingkup ini memperlihatkan bahwa tanggungjawab sosial perusahaan adalah hal yang kongkret. Perusahaan secara moral dituntut dan menuntut diri untuk bertanggungjawab atas hak dan kepentingan pihak-pihak terkait, baik demi terciptanya suatu kehidupan sosial yang baik maupun demi kelansungan dan keberhasilan kegiatan bisnis perusahaan tersebut. Saat ini pada tatanan internasional sedang disusun suatu pedoman tanggungjawab sosial, termasuk bagi implementasi CSR yang disebut ISO Dalam draft ISO terdapat tujuh aspek lingkup SR seperti disajikan pada Gambar 2 (ISO, 2007) berikut:

30 13 Gambar 2. Lingkup CSR Menurut Committee Draft ISO Setiap aspek dari ketujuh aspek SR tersebut terdiri dari berbagai komponen yang perlu menjadi perhatian oleh setiap oraganisasi, termasuk perusahaan dalam mengelola kebijakan dan program SR. Komponen-komponen dari setiap aspek SR tersebut adalah sebagai berikut: 1. Tata Kelola Organisasi (Organizational Governance). Tata kelola organisasi dalam hal ini mencakup: a) Proses dan struktur pengambilan keputusan (transparansi, etis, akuntabel, perspektif jangka panjang, memperhatikan dampak terhadap pemangku kepentingan, berhubungan dengan pemangku kepentingan). b) Pendelegasian kekuasaan (kesamaan tujuan, kejelasan mandat, desentralisasi untuk menghindari keputusan yang otoriter). 2. Hak Asasi Manusia (Human Rights). Hak asasi manusia dalam hal ini mencakup: a) Nondiskriminasi dan perhatian pada kelompok rentan. b) Menghindari kerumitan. c) Hak-hak sipil dan politik. d) Hak-hak ekonomi, sosial dan budaya. e) Hak-hak dasar pekerja. 3. Praktik Ketenagakerjaan (Labor Practices). Praktik ketenagakerjaan dalam hal ini mencakup: a) Kesempatan kerja dan hubungan pekerjaan. b)

31 14 Kondisi kerja dan jaminan sosial. c) Dialog dengan berbagai pihak. d) Kesehatan dan keamanan kerja. e) Pengembangan sumberdaya manusia. 4. Lingkungan (Environment). Lingkungan dalam hal ini mencakup: a) Pencegahan polusi. b) Penggunaan sumberdaya yang berkelanjutan. c) Mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim. d) Perlindungan dan pemulihan lingkungan 5. Praktik Operasi yang Adil (Fair Operating Practices). Praktik operasi yang adil dalam hal ini mencakup: a) Anti korupsi. b) Keterlibatan yang bertanggungjawab dalam politik. c) Kompetisi yang adil. d) Promosi tanggungjawab sosial dalam rantai pemasok (supply chain). e) Penghargaan atas property rights. 6. Konsumen (Consumer Issues). Konsumen dalam hal ini mencakup: a) Praktik pemasaran, informasi dan kontrak yang adil. b) Penjagaan kesehatan dan keselamatan konsumen. c) Konsumsi yang berkelanjutan. d) Penjagaan data dan privasi konsumen. e) Pendidikan dan penyadaran. 7. Pelibatan dan Pengembangan Masyarakat (Community Involvement and Development). Pelibatan dan pengembangan masyarakat dalam hal ini mencakup: a) Keterlibatan di masyarakat. b) Penciptaan lapangan kerja. c) Pengembangan teknologi. d) Kekayaan dan pendapatan. e) Investasi yang bertanggungjawab. f) Pendidikan dan kebudayaan. g) Kesehatan. h) Peningkatan kapasitas. 2.2 Implementasi CSR Implementasi CSR pada umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: 1) Terkait dengan komitmen pemimpin perusahaan yang dituangkan berupa kebijakan perusahaan terkait CSR. 2) Menyangkut ukuran dan kematangan perusahaan. Perusahaan yang besar dan mapan lebih mempunyai potensi memberi kontribusi ketimbang perusahaan kecil dan belum mapan. 3) Regulasi dan sistem perpajakan yang diatur pemerintah. Cara perusahaan memandang CSR atau alasan perusahaan menerapkan CSR bisa diklasifikasikan dalam tiga kategori. 1) Sekedar basa-basi dan keterpaksaaan. Artinya CSR hanya dipraktikkan lebih karena faktor eksternal

32 15 (eksternal driven). 2) Sebagai upaya untuk memenuhi kewajiban (compliance). CSR diimplementasikan karena memang ada regulasi, hukum, dan aturan yang memaksanya. 3) Bukan lagi sekedar compliance tapi beyond compliance alias compliance plus. CSR diimplementasikan karena memang ada dorongan yang tulus dari dalam (internal driven). Implementasi CSR itu merupakan langkahlangkah pilihan sendiri sebagai kebijakan perusahaan, bukan karena dipaksa oleh aturan ataupun tekanan dari masyarakat (Wibisono, 2007). Implementasi CSR pada umumnya berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Hal ini tergantung pada kondisi internal perusahaan. Keraf mengasumsikan bahwa CSR dapat benar-benar terlaksana, memang dibutuhkan kondisi internal tertentu dalam perusahaan yang memungkinkan terwujudnya tanggungjawab sosial itu (Keraf, 1998). Keraf mengatakan bahwa letak penting tidaknya CSR dalam perusahaan ditempatkan pertama-tama pada kerangka nilai yang dianut oleh perusahaan, yaitu oleh pendiri perusahaan beserta Chief Executif Officer (CEO). Tujuan dan misi CSR perusahaan ditentukan oleh nilai dalam perusahaan. Oleh karena itu, jika tanggungjawab sosial dianggap sebagai nilai yang harus dipegang teguh perusahaan, maka tanggungjawab sosial akan ikut menentukan tujuan dan misi perusahaan. Setidaknya ada tiga alasan penting mengapa kalangan perusahaan mesti merespon dan mengembangkan isu CSR sejalan dengan operasi usahanya. 1) Perusahaan adalah bagian dari masyarakat dan oleh karenanya wajar bila perusahaan memperhatikan kepentingan masyarakat. 2) Kalangan bisnis dan masyarakat sebaiknya memiliki hubungan yang bersifat simbiosa mutualisme. 3) Kegiatan tanggungjawab sosial merupakan salah satu cara untuk meredam atau bahkan menghindari konflik sosial. Tujuan dan misi perusahaan selanjutnya akan menentukan strategi perusahaan. Strategi umumnya menetapkan dan menggariskan arah yang akan ditempuh oleh perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya demi tercapainya tujuan dan misi sesuai dengan nilai yang dianut perusahaan. Selanjutnya strategi yang didasrkan pada tujuan dan misi diwujudkan kedalam struktur organisasi perusahaan. Setelah nilai, tujuan dan misi, strategi dan struktur organisasi ditentukan, maka dilaksanakan CSR kemudian dilakukan evaluasi.

33 16 Evaluasi dari pelaksanaan tanggungjawab sosial perusahaan disebut sebagai audit sosial. Menurut Keraf, dalam kaitan dengan CSR, sejauh dianggap sebagai sebuah nilai dan misi yang harus diwujudkan, audit sosial itu bermaksud menilai dan mengukur kinerja perusahaan dalam kaitan dengan berbagai masalah sosial yang ingin ikut diatasi oleh perusahaan itu. Berdasarkan penjelasan diatas dapat dilihat bahwa CSR merupakan seperangkat kebijakan dan program yang terintegrasi ke dalam kegiatan usaha perusahaan yang dapat dilaksanakan melalui proses berikut (Gambar 3): Gambar 3. Proses Implementasi CSR (Keraf, 1998) Namun pada umumnya perusahaan-perusahaan yang telah berhasil dalam menerapkan CSR menggunakan pertahapan implementasi CSR sebagai berikut (Wibisono, 2007): 1. Tahap Perencanaan Tahap ini terdiri dari 3 langkah utama yaitu Awareness Building, CSR Assesment, dan CSR Manual Building. Awareness building merupakan langkah awal untuk membangun kesadaran perusahaan mengenai arti penting CSR dan komitmen manajemen, upaya ini dapat dilakukan melalui seminar, lokakarya, dan lain-lain. CSR assesment merupakan upaya untuk memetakan kondisi perusahaan dan mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu mendapatkan prioritas perhatian dan langkah-langkah yang tepat untuk membangun struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan CSR

34 17 secara efektif. Pada tahap membangun CSR manual, dilakukan melalui bencmarking, menggali dari referensi atau meminta bantuan tenaga ahli independen dari luar perusahaan. Pedoman ini diharapkan mampu memberikan kejelasan dan keseragaman pola pikir dan pola tindak seluruh elemen perusahaan guna tercapainya pelaksanaan program yang terpadu, efektif dan efisien. 2. Tahap Pelaksanaan Pada tahap ini terdapat beberapa poin yang harus diperhatikan seperti pengorganisasian sumber daya, penyusunan untuk menempatkan orang sesuai dengan jenis tugas, pengarahan, pengawasan, pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana, serta penilaian untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan. Tahap implementasi terdiri dari 3 langkah utama yaitu sosialisasi, pelaksanaan dan internalisasi. 3. Tahap Pemantauan dan Evaluasi Tahap ini perlu dilakukan secara konsisten dari waktu ke waktu untuk mengukur sejauh mana efektivitas penerapan CSR sehingga membantu perusahaan untuk memetakan kembali kondisi dan situasi serta capaian perusahaan dalam implementasi CSR sehingga dapat mengupayakan perbaikan-perbaikan yang perlu berdasarkan rekomendasi. 4. Tahap Pelaporan Pelaporan perlu dilakukan untuk membangun sistem informasi, baik untuk keperluan proses pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan informasi material dan relevan mengenai perusahaan. Menurut Wibisono (2007) terdapat 3 alternatif cara atau mekanisme perencanaan implementasi program CSR, yaitu: 1) Bottom Up Process, program berdasar pada permintaan beneficiaries yang kemudian dilakukan evaluasi oleh perusahaan. 2) Top down Process, program berdasar pada survei atau pemeriksaan seksama oleh perusahaan yang disepakati oleh beneficiaries. 3) Partisipatif, program dirancang bersama antara perusahaan dan beneficiaries.

35 Pengembangan Masyarakat dan Konsep Partisipasi dalam Implementasi CSR Secara khusus pengembangan masyarakat berkenaan dengan upaya pemenuhan kebutuhan orang-orang yang tidak beruntung atau tertindas, baik yang disebabkan oleh kemiskinan maupun oleh diskriminasi berdasarkan kelas sosial, suku, gender, jenis kelamin, usia dan kecacatan (Suharto, 2005). Pengembangan masyarakat memiliki fokus terhadap upaya menolong anggota masyarakat yang memiliki kesamaan minat untuk bekerjasama, mengidentifikasi kebutuhan bersama dan kemudian melakukan kegiatan bersama untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Pengembangan masyarakat seringkali diimplementasikan dalam bentuk: a) Proyek-proyek pembangunan kesejahteraan sosial yang memungkinkan anggota masyarakat memperoleh dukungan dalam memenuhi kebutuhannya. b) Kampanye dan aksi sosial yang memungkinkan kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat dipengaruhi oleh pihak-pihak lain yang bertanggungjawab (Panye dalam Suharto, 2005). Menurut Tjokroamidjojo (1992) seperti dikutip oleh Kriyantono (2006), partisipasi masyarakat pada hakekatnya adalah keterlibatan masyarakat dalam menentukan arah dan strategi kebijakan kegiatan, menikmati dan ikut memanfaatkan hasilnya secara adil. Koentjaraningrat (1974) seperti dikutip oleh Kriyantono (2006), mengatakan bahwa partisipasi berarti memberi sumbangan dalam turut menentukan arah atau tujuan pembangunan, dimana ditekankan bahwa partisipasi itu adalah hak dan kewajiban bagi setiap masyarakat. Jadi, partisipasi dapat diartikan keterlibatan masyarakat untuk berperanserta secara aktif dalam suatu kegiatan. Partisipasi masyarakat merupakan proses dimana masyarakat ikut serta mengambil bagian dalam pengambilan keputusan. Ditinjau dari segi kualitas, partisipasi sebagai masukan kebijaksanaan, strategi, komunikasi, media pemecahan publik dan terapi sosial. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan dikelompokkan menjadi 4 tahap, yaitu: 1) partisipasi dalam tahap perencanaan, 2) partisipasi dalam tahap pelaksanaan, 3) partisipasi dalam tahap pemanfaatan hasil pembangunan, dan 4) partisipasi dalam tahap pengawasan. Manfaat partisipasi peserta dalam suatu pelatihan, secara teoritik ditentukan oleh banyak faktor,

36 19 terutama faktor ketertarikan (interest), kualitas pengetahuan dan keterampilan yang dilatihakan, rasa memilki dan tanggungjawab, percaya diri, motivasi dan kebanggaan akan program, dan faktor waktu dan biaya implememtasi hasil pelatihan (Cornell University, 2006). Program pengembangan masyarakat merupakan salah satu bagian dari pelaksanaan program CSR. Program pengembangan masyarakat sebagai salah satu upaya implementasi CSR antara lain dilatarbelakangi oleh (Kadar dalam Sari, 2006): 1) Adanya penguasaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi yang bersifat eksploitatif, ekspansif, akumulatif. 2) Perusahaan menempatkan dirinya lebih kuat daripada masyarakat sehingga berdampak pada terjadinya peminggiran masyarakat. 3) Perusahaan adalah entittas sosial di samping sebagai entitas bisnis sehingga harus mempunyai social responsibility. 4) Timbulnya ketidaknyamanan (discomfort) dan ketidakseimbangan antara masyarakat dan perusahaan (Kadar dalam Aprilianti, 2008). Menurut Rudito dan Budimanta (2003) ada tiga alasan mengapa perusahaan dan pemerintah melakukan community development dalam CSR, yaitu: 1. Izin lokal dalam mengembangkan hubungan dengan masyarakat lokal. Izin lokal merupakan hal yang mutlak perlu dilakukan perusahaan dalam rangka melanggengkan kegiatan di wilayah hak ulayat masyarakat lokal sebagai bagian dari masyarakat, sehingga izin lokal mempunyai kedudukan yang sama pentingnya dengan legalitas dari Nasional dan Pemerintah. Dengan izin lokal maka perusahaan dapat meminimalkan resiko pengeluaran biaya lebih banyak terhadap kelompok anggota masyarakat yang tergolong miskin yang ada di lokasi. 2. Mengatur dan menciptakan strategi ke depan melalui program community development. Dengan beradapatasinya perusahaan dengan kehidupan sosial budaya masyarakat lokal maka perusahaan dapat memperoleh dan menciptakan strategi pengembangan usahanya melalui kerjasama yang proaktif. Reputasi hubungan baik antara perusahaan dengan masyarakat lokal dalam community development dapat menciptakan kesempatan usaha yang baru. Terciptanya mata rantai suplai dan usaha diantara masyarakat

37 20 yang ada dan perusahaan dapat melanggengkan kehidupan beroperasinya perusahaan. 3. Program community development sebagai cara untuk membantu pemenuhan sasaran usaha. Sasaran-sasaran tersebut termasuk menangani isu pembangunan yang dapat secara langsung berakibat pada usaha perusahaan, seperti kesehatan masyarakat, pendidikan, membangun hubungan positif dengan pemerintah daerah dan pemerintah pusat, memfasilitasi konsultasi umum dan komunikasi antara perusahaan dan masyarakat lokal dalam isu-isu usaha Manfaat Implementasi CSR Manfaat implementasi CSR dapat ditinjau dari sisi perusahaan dan stakeholders. Ketika diskusi diarahkan pada implementasi CSR dalam konteks pengembangan masyarakat, maka manfaat CSR akan bisa dilihat lebih spesifik bagi perusahaan dan bagi masyarakat. Beberapa manfaat penerapan tanggungjawab sosial bagi perusahaan dapat diidentifikasi diantaranya (Wibisono, 2007): 1) Mempertahankan atau mendongkrak reputasi dan citra perusahaan. 2) Mendapatkan lisensi sosial dari masyarakat sekitar perusahaan untuk terus dapat beroperasi. 3) Mereduksi risiko bisnis perusahaan melalui adanya hubungan yang harmonis dengan para stakeholders perusahaan. 4) Melebarkan akses terhadap sumber daya. 5) Membentangkan akses menuju market. 6) Mereduksi biaya, misal dengan upaya mengurangi limbah melalui proses daur ulang ke dalam siklus produksi. 7) Memperbaiki hubungan dengan stakeholders. 8) Memperbaiki hubungan dengan regulator. 9) Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan. 10) Peluang mendapatkan penghargaan. Rogovsky (2000) seperti dikutip oleh Wibisono (2007) menyusun konsep tentang manfaat keterlibatan masyarakat dan perusahaan dalam implementasi program CSR, seperti disajikan pada Tabel 1 sebagai berikut:

38 21 Tabel 1. Manfaat Keterlibatan Masyarakat dan Perusahaan dalam CSR Manfaat bagi perusahaan 1. Reputasi dan citra yang lebih baik 2. Lisensi untuk beroperasi secara sosial 3. Bisa memanfaatkan pengetahuan dan tenaga kerja lokal 4. Keamanan yang lebih besar 5. Infrastruktur dan lingkungan sosialekonomi yang lebih baik 6. Menarik dan menjaga personel yang kompeten untuk memiliki komitmen yang tinggi 7. Menarik tenaga kerja, pemasok, pemberi jasa dan mungkin pelanggan lokal yang bermutu 8. Laboratorium pembelajaran untuk inovasi organisasi Manfaat bagi Masyarakat 1. Pe luang penciptaan kesempatan kerja, pengalaman kerja dan pelatihan pendanaan 2. Pendanaan investasi masyarakat, pengembangan infrastruktur 3. Keahlian komersial 4. Kompetisi teknis dan personal individual pekerja yang terlibat 5. Representatif bisnis sebagai jurus promosi bagi prakarsa-prakarsa masyarakat. Selain itu, menurut Sisworahardjo (2008) ada tiga manfaat keterlibatan masyarakat dalam pelatihan, yaitu 1) pengetahuan dan keterampilan, 2) mengembangkan peluang kerja, dan 3) investasi dan modal bisnis. Perusahaan ingin meraih manfaat sosial dan ekonomi dari kegiatan CSR dan masyarakat juga demikian tetapi dalam hal yang berbeda. Adanya saling manfaat ini seharusnya menciptakan hubungan sinergi yang baik antara perusahaan dan masyarakat dalam implementasi CSR. 2.3 Komunikasi Stakeholders dalam CSR Definisi dan Model Stakeholders Wheelen dan Hunger (2003) seperti dikutip oleh Wibisono (2007), mendefinisikan stakeholders sebagai pihak-pihak atau kelompok yang berkepentingan, baik langsung maupun tidak langsung terhadap eksistensi atau aktivitas perusahaan dan karenanya kelompok-kelompok tersebut mempengaruhi dan dipengaruhi oleh perusahaan. Selanjutnya, Rhenald Kasali (2005) membedakan stakeholders ke dalam lima kelompok sebagai berikut:

39 22 1. Stakeholders Internal dan Eksternal Stakeholders internal adalah stakeholders yang berada di dalam lingkungan organisasi, misalnya karyawan, manajer dan pemegang saham. Sedangkan stakeholders eksternal adalah stakeholders yang berada di luar lingkungan organisasi, seperti pemasok, konsumen, masyarakat, pemerintah, pers, licensing partner dan lain-lain Stakeholders Primer, Sekunder dan Marjinal Stakeholders yang paling penting dsebut stakeholders primer, stakeholders yang kurang penting disebut stakeholders sekunder dan yang bisa diabaikan disebut stakeholders marjinal. Stakeholders Tradisional dan Masa Depan Karyawan dan konsumen dapat disebut stakeholders tradisional karena saat kini sudah berhubungan dengan organisasi. Sedangkan stakeholders masa depan adalah stakeholders pada masa yang akan datang diperkirakan akan memberikan pengaruhnya pada organisasi. Proponents, Opponents, dan Uncommitted Proponents adalah stakeholders yang memihak organisasi. Opponents adalah stakeholders yang menentang organisasi sedangkan uncommitted adalah stakeholders yang tidak peduli terhadap organisasi. Silent Majority dan Vocal Minority Dilihat dari aktivitas stakeholders dalam melakukan complain atau mendukung perusahaan, tentu ada yang menyatakan penentangan atau dukungannya secara vocal (aktif) namun ada pula yang menyatakan secara silent (pasif). Praktik CSR yang komprehensif direncanakan dan dilaksanakan bagi kesejahteraan stakeholders, baik ke dalam maupun ke luar perusahaan. Salah satu wujud nyata CSR terhadap stakeholder internal misalnya dengan memperhatikan dan memenuhi hak-hak dan kepentingan karyawan, pegawai, atau buruh seperti dengan memberikan upah minimum, tunjangan, bonus, pensiun dan cuti serta mengembangkan dan menerapkan sistem manajeman keselamatan dan kesehatan kerja (K3) sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan dan keluarga (Tjager, 2003).

40 23 Sedangkan CSR terhadap stakeholder eksternal perusahaan dapat dilakukan misalnya terhadap suplier, konsumen, masyarakat sekitar perusahaan dan masyarakat luas seperti program-program community development (CD) dan lingkungan berkelanjutan. Program kesehatan masyarakat, pendidikan, air bersih dan sanitasi lingkungan, penghijauan, pengelolaan sampah dan limbah, pengembangan agribisnis merupakan contoh-contoh program pengembangan masyarakat (Ibrahim, 2005). Dill (1983) seperti dikutip oleh Solihin (2009) menekankan pentingnya memperhitungkan peran yang dapat dilakukan stakeholders dalam mempengaruhi keputusan yang dibuat oleh manajer perusahaan. Menurut Dill, selama ini berbagai perusahaan menganggap bahwa pandangan maupun inisiatif stakeholders dapat diperlakukan sebagai sesuatu yang berada di luar perusahaan (eksternalitas) bagi perencanaan strategis dan proses manajemen. Misalnya, para stakeholder hanya diperlakukan sebagai data yang membantu manajemen merumuskan keputusan, atau sebagai kendala hukum dan sosial yang akan membatasi keputusan manajer. Perusahaan masih enggan untuk menerima pemikiran yang menyatakan bahwa stakeholders di luar perusahaan bisa saja berperan aktif dalam pembuatan keputusan manajemen. Stakeholders memiliki kekuasaan yang riil yang dapat mendukung atau menghalangi perusahaan di dalam mencapai tujuannya. Selain itu, di dalam mengejar tujuannya perusahaan dapat membuat keputusan yang memiliki dampak bagi stakeholders. Oleh karenanya, perusahaan harus dapat mengelola hubungan dengan stakeholders agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Manajemen stakeholders menunjukkan bagaimana perusahaan mengelola hubungan dengan stakeholders serta membuat berbagai keputusan sehingga dapat meminimalisasi dampak buruk keputusan perusahaan terhadap para stakeholder, dimana keputusan-keputusan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Berman (1999) seperti dikutip oleh Solihin (2009) mengidentifikasi adanya dua model manajemen stakeholders yaitu: 1. Strategic Stakeholder Management Model Model ini didasari oleh suatu asumsi bahwa tujuan akhir dari suatu korporasi adalah keberhasilannya di pasar. Oleh sebab itu, perusahaan

41 24 2. harus mengelola stakeholders sebagai bagian dari lingkungan perusahaan untuk memastikan agar perusahaan dapat memperoleh pendapatan dan laba sesuai dengan target. Intrinsic Stakeholder Commitment Model Model ini mengasumsikan bahwa hubungan antara manajer perusahaan dengan stakeholders lebih didasarkan kepada komitmen moral dan bukan berdasarkan keinginan perusahaan untuk memanfaatkan para stakeholder untuk mencapai tujuan perusahaan yakni memaksimalkan laba Definisi dan Bentuk Komunikasi Istilah komunikasi berasal dari kata Latin Communicare atau Communis yang berarti sama atau menjadikan milik bersama. Kemudian beberapa pakar dan ahli komunikasi mendefinisikan komunikasi sebagai berikut (Soehoet, 2002): 1. Komunikasi adalah kegiatan perilaku atau kegiatan penyampaian pesan atau informasi tentang pikiran atau perasaan (Roben.J.G). 2. Komunikasi adalah sebagai pemindahan informasi dan pengertian dari satu orang ke orang lain (Davis). 3. Komunikasi adalah berusaha untuk mengadakan persamaan dengan orang lain (Schram,W) 4. Komunikasi adalah suatu usaha untuk memperoleh makna (Donald Byker dan Loren J Anderson) Komunikasi dikatakan efektif apabila maksud dan inti pesan komunikator (pemberi pesan) sama dengan pemahaman dan interpretasi komunikan (penerima pesan). Adapun tujuan dari komunikasi menurut Hewitt (1981) seperti yang di kutip oleh Soehoet (2002) adalah: 1) mempelajari atau mengajarkan sesuatu, 2) mempengaruhi perilaku seseorang, 3) mengungkapkan perasaan, 4) menjelaskan perilaku sendiri atau perilaku orang lain, 5) berhubungan dengan orang lain, 6) menyelesaikan sebuah masalah, 7) mencapai sebuah tujuan, 8) menurunkan ketegangan/menyelesaikan konflik, dan 9) menstimulasi minat pada diri sendiri atau orang lain. Bentuk komunikasi antarmanusia dapat dibedakan menjadi komunikasi personal, komunikasi kelompok, dan komunikasi massa sebgai berikut (Candra, 2006):

42 25 1. Komunikasi Personal Komunikasi personal mencakup: 1) Komunikasi intrapersonal adalah proses komunikasi yang berlangsung dalam diri seseorang. 2) Komunikasi antarpersonal adalah proses komunikasi yang berlangsung antara individu satu dengan individu yang lainnya. 2. Komunikasi Kelompok Komunikasi kelompok merupakan proses komunikasi yang berlangsung pada suatu kelompok manusia. Komunikasi kelompok terbagi atas: 1) Komunikasi kelompok kecil yaitu proses komunikasi yang berlangsung dan dimungkinkan terjadi dialog, seperti dalam kegiatan ceramah, diskusi panel, kuliah, seminar dan lain-lain. 2) Komunikasi kelompok besar yaitu komunikasi yang berlangsung dan tidak dimungkinkan terjadi dialog, seperti kampanye, rapat raksaksa, demonstrasi mahasiswa dan lain-lain. 3. Komunikasi Massa Komunikasi masssa merupakan jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Seperti pers (surat kabar, tabloid, majalah dan lainlain), radio, televisi, film, website, dan lain-lain. Selain itu, menurut Soehoet (2002) bentuk atau macam komunikasi dapat dibedakan berdasarkan cara penyampaian, bentuk kemasan, pelaku komunikasi, pasangan komunikasi dan arah komunikasi yang akan dijabarkan sebagai berikut: 1. Cara Penyampaian. Cara penyampaian dibedakan antara: 1) Komunikasi lisan dan tertulis. Komunikasi lisan terjalin apabila pihak-pihak yang terlibat berbicara satu sama lain sedangkan komunikasi tertulis dilakukan melalui tulisan/gambar. 2) Komunikasi langsung dan tidak langsung. Komunikasi langsung umumnya terjadi tanpa menggunakan alat atau face to face. Sedangkan komunikasi tidak langsung umumnya menggunakan alat seperti telepon, radio dll. 2. Bentuk Kemasan. Bentik kemasan dibedakan menjadi komunikasi verbal dan nonverbal.

43 26 3. Pelaku Komunikasi. Pelaku komunikasi dibedakan menjadi komunikasi formal dan informal. 4. Pasangan Komunikasi. Pasangan komunikasi dibedakan menjadi komunikasi intrapersonal dan interpersonal. Arah Komunikasi. Arah komunikasi dibedakan menjadai komunikasi satu arah dan timbal balik. Komunikasi satu arah terjadi apabila pesan yang disampaikan tidak dapat, tidak ingin atau tidak mempunyai kesempatan untuk memberi umpan balik sedangkan komunikasi timbal balik terjadi apabila dapat memberikan respon atas pesan Upaya Komunikasi Stakeholders dalam CSR Morsing & Schultz (2006) mengemukakan tiga strategi komunikasi CSR yaitu: 1) informing, 2) responding, dan 3) involving. Perusahaan yang menggelar program-program CSR, idealnya membuat laporan CSR sebagai fase akhir setelah serangkaian proses panjang dilewati sejak perencanaan, pelaksanaan, monitoring, hingga evaluasi program. Manfaatnya, selain bisa digunakan untuk bahan evaluasi terpadu, juga bisa menjadi alat komunikasi dengan stakeholders. Menyangkut pelaporan (reporting), di Eropa sendiri telah cukup lama mengeluarkan praktik dan pelaporan CSR. Pada tahun 1975, misalnya, The Accounting Standards Steering Committee of The Institute of Chartered Accountant di Inggris, mengeluarkan pedoman bagi perusahaan untuk melakukan pelaporan informasi tentang sosial dan lingkungan. Namun, aspek pelaporan sosial baru bergaung di tahun 1990an setelah stakeholders kian menuntut agar perusahaan tak hanya membuat laporan keuangan menyangkut profit, tapi juga laporan yang transparan seputar hubungan perusahaan dengan aspek sosial dan lingkungan (Caroll, 2008). Selanjutnya juga dikenal pelaporan CSR yang disebut Sustainabilty Report, Corporate Social Responsibility Report dan lain-lain. Review yang dilakukan Crane, A et al. (2008) menunjukkan bahwa dari waktu ke waktu secara global semakin banyak perusahaan yang melaksanakan CSR dan mengkomunikasikan kegiatan CSR. Secara global, lebih dari 50% perusahaan besar mempublikasikan laporan kegiatan CSR secara terpisah dari laporan keuangan perusahaaan atau disebut sebagai stand-alone CSR report.

44 27 Sekitar 90% perusahaan besar yang berbasis di Eropa mempublikasikan informasi tentang dampak sosial dan lingkungan yang dilakukan perusaahaan. Kini implementasi CSR tidak hanya oleh perusaaan besar di Negara-negara Barat, tetapi juga pada perusahaan menengah dan kecil di semua Negara, termasuk di Asia, Afrika dan Amerika Latin. Laporan CSR atau Corporate Social Responsibility Report di Indonesia merupakan amanat dalam pasal 66 Undang-Undang Perseroan Terbatas Tahun Pasal 66 UU Perseroan Terbatas dengan tegas menyebutkan bahwa perusahaan wajib membuat laopran tahunan yang berisikan laporan keuangan, laporan kegiatan PT, dan laporan kegiatan CSR. Sayangnya, tidak banyak pihak yang menyadari mengenai pembuatan laporan CSR ini. Terlihat ketika diselenggarakannya Indonesian Sustainability Report Awards 2008, jumlah perusahaan yang berkompetisi hanya sekitar 10 perusahaan padahal jumlah perusahaan di Indonesia sangatlah banyak. Perusahaan merupakan entitas yang membawa manfaat (dampak bersih posistif) kepada seluruh stakeholder, maka harus pula dipastikan bahwa ada sebuah sistem yang menjamin seluruh stakeholder mengetahui dampak perusahaan baik yang positif maupun negatif. Salah satu sistem yang dapat ditempuh adalah melalui pelaporan CSR (Jalal, 2008). Selain laporan CSR, salah satu cara yang dapat ditempuh seperti komunikasi secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung dengan stakeholders melalui pertemuan formal atau informal. Agar cakupan penyebaran informasi dari berbagai upaya komunikasi tersebut semakin besar maka dapat didukung dengan media publikasi, baik cetak maupun elektronik seperti majalah, surat kabar, radio, televisi dan lain-lain. Pengungkapan dan penyampaian informasi kepada stakeholders haruslah dilakukan secara transparan dan terbuka. Sebab stakeholders memiliki kekuatan yang dapat menjadi ancaman, membentuk insentif, atau menjadi pengaruh normatif simbolis dalam upaya mewujudkan kepentingannya dalam sebuah relasi (Freeman, E. 1984). Perusahaan hendaknya memiliki kultur yang secara terbuka dan transparan dalam menjawab berbagai pertanyaan dan mempublikasikan berbagai kinerja CSR kepada stakeholders. Tidak hanya lagi mengungkapkan laporan

45 28 keuangan namun laporan CSR yang berdasar apada prinsip triple bottom line serta mengungkapkan dampak positif maupun negatif perusahaan sebagai wujud Good Corporate Governance (GCG). Pengungkapan sosial menurut Puspitaningrum (2004) dalam Theowordpower (2008) bertujuan untuk: 1. Mengidentifikasi dan mengukur kontribusi sosial perusahaan tiap periode, yang tidak hanya berupa internalisasi sosial cost dan social benefit, tetapi juga pengaruh eksternalitas tersebut terhadap kelompok sosial yang berbeda. 2. Untuk membantu menentukan apakah strategi dan praktek perusahaan secara langsung mempengaruhi sumber daya dan status kekuatan dari individu, masyarakat, kelompok sosial, dan generasi yang konsisten dengan prioritas sosial di satu sisi dengan aspirasi individu di pihak lain. Untuk menyediakan secara optimal informasi-informasi yang relevan dengan unsur-unsur sosial dalam tujuan, kebijakan, program, kinerja, dan sumbangan perusahaan terhadap tujuan sosial. 2.4 Kerangka Pemikiran Penelitian Ancok (2006) menyatakan bahwa tahap pertama yang harus dipenuhi bila perusahaan ingin membuat program CSR yang baik adalah aspek strategic. Perusahaan yang benar-benar menjadikan CSR sebagai bagian dari strateginya, dapat dilihat dari apakah komitmen CSR sudah ditulis dalam corporate identity sebagai falsafah perusahaan. Jika tujuan utama CSR adalah untuk community values (maju bersama masyarakat) berarti merupakan tanda keseriusan perusahaan. Komitmen perusahaan menjalankan program CSR juga bisa dilihat dalam visinya, apakah mengatakan they want to be the best atau world class, concern with environment, with the community progress, dan lain sebagainya. Jika hal-hal tersebut ditulis dalam visi perusahaan, berarti CSR benarbenar dianggap sebagai sesuatu yang sangat strategis. Begitu juga dalam misi perusahaan, adakah dalam misi perusahaan menyatakan CSR sebagai sesuatu yang strategis. Dengan kata lain, CSR telah menjadi strategi dalam perusahaan. Praktik CSR yang baik, tak hanya sebatas menjadikan CSR sebagai strategi perusahaan. Namun bagaimana program CSR perusahaan yang

46 29 diimplementasikan dapat tepat sasaran dan tepat guna sesuai dengan kondisi, potensi serta kebutuhan stakeholders yang terkait, khususnya masyarakat tempatan yang terkena dampak langsung dari operasi perusahaan. Untuk itu, dalam proses implementasi program CSR perlu dilibatkan partisipasi aktif dari stakeholders yang terkait sehingga manfaat yang dirasakan maksimal, baik kepada pihak perusahaan maupun stakeholders. Selain itu, bagaimana perusahaan melakukan upaya komunikasi dengan stakeholders terkait kebijakan perusahaan, perancangan dan perencanaan program, sosialisasi serta penyampaian hasil dan evaluasi program juga menjadi sangat penting agar program CSR yang diimplementasikan menjadi tepat sasaran dan tepat guna. Penelitian ini diawali dengan meninjau kebijakan CSR PT Indocement. Dilakukan identifikasi mengenai bagaimana kebijakan perusahaan terhadap praktik CSR sudah mempertimbangkan aspek people, profit, planet (3P). Alat analisa yang digunakan adalah dengan melihat komitmen tertulis perusahaan terkait CSR seperti visi, misi, tujuan dan kebijakan lainnya. Selain komitmen secara tertulis, dilihat juga bagaimana komitmen tertulis tersebut diimplementasikan ke dalam aksi nyata, seperti program dan kegiatan CSR yang berlandaskan pada triple bottom lines (3P). Selanjutnya, dilihat bagaimana partisipasi peserta dalam implementasi program CSR PT Indocement (dalam penelitian ini terdapat dua program yang dianalisis). Partisipasi peserta dilihat dari keterlibatan atau peranserta peserta dalam implementasi program CSR, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan monitoring program. Apabila partisipasi peserta program dalam ketiga tahap tersebut tinggi maka diduga akan mempengaruhi tingkat manfaat yang diperoleh oleh peserta program. Manfaat program yang diperoleh peserta program diukur dari perubahan (peningkatan) pengetahuan dan keterampilan serta peluang ketenagakerjaan dan ekonomi (pendapatan) setelah mengikuti pelatihan. Terakhir, identifikasi mengenai bagaimana bentuk komunikasi kebijakan dan implementasi CSR kepada stakeholders PT Indocement. Bentuk komunikasi CSR kepada stakeholders yang dilakukan perusahaan dikelompokkan ke dalam bentuk komunikasi menurut Candra (2006) dan Soehoet (2002). Kemudian, Bilikom (Bina Lingkungan dan Komunikasi) sebagai salah satu bentuk

47 30 komunikasi stakeholders CSR PT Indocement secara khusus dianalisis terkait tingkat keefektifan Bilikom sebagai forum komunikasi dalam menampung aspirasi dan kebutuhan dari masyarakat. Kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 4 berikut: KEBIJAKAN CSR a. Planet b. People c. Profit KOMUNIKASI STAKEHOLDERS CSR a. Bentuk Komunikasi b. Keefektifan Bilikom IMPLEMENTASI CSR Partisipasi Peserta: a. Perencanaan b. Pelaksanaan c. Monitoring MANFAAT CSR Bagi Peserta: a. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan b. Peluang ketenagakerjaan dan ekonomi Pencapaian MDGs Keterangan: mempengaruhi mempengaruhi (tidak dibahas) Gambar 4. Kerangka Pemikiran Penelitian

48 Hipotesis Penelitian Semakin tinggi tingkat partisipasi peserta maka semakin tinggi tingkat manfaat yang diperoleh peserta program. 2.6 Definisi Konseptual Sejumlah definisi konseptual yang menjadi pegangan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Kebijakan CSR adalah kerangka dasar perusahaan berupa dokumen tertulis sebagai acuan pemimpin dan staf perusahaan dalam merumuskan program guna mencapai tujuan perusahaan. Kebijakan tersebut dapat dilihat dari visi, misi, moto serta tujuan perusahaan berdasarkan prinsip triple bottom line (profit, people, planet 3P). Profit menggambarkan kondisi ekonomi, dimana perusahaan memiliki komitmen sumberdaya finansial untuk mempertahankan keberlanjutan operasi perusahaan. People menggambarkan kondisi sosial (masyarakat), dimana perusahaan memiliki komitmen untuk turut serta memperhatikan internal dan eksternal stakeholders. Planet menggambarkan kondisi lingkungan, dimana perusahaan memiliki komitmen untuk turut memperhatikan keberlanjutan lingkungan dan meminimalkan atau mengelola dampak negatif yang ditimbulkan. Stakeholders adalah individu maupun kelompok yang dapat mempengaruhi perusahaan dalam mencapai tujuan. Stakeholders dibedakan antara: 1) internal stakeholders yaitu pemangku kepentingan yang berada di dalam lingkungan perusahaan, 2) eksternal stakeholders yaitu pemangku kepentingan yang berada di luar lingkungan perusahaan. Komunikasi CSR kepada stakeholders adalah proses pertukaran dan penyampaian informasi diantara para stakeholders terkait bagaimana kebijakan CSR perusahaan, implementasi program CSR dan lain sebagainya.

49 32 7. Implementasi CSR adalah serangkaian proses pengelolaan program CSR dengan melibatkan partisipasi masyarakat penerima peserta pogram mulai dari tahap perencanaan program, pelaksanaan program, dan monitoring program. 2.7 Definisi Operasional Rumusan definisi operasional variabel-variabel utama yang digunakan dalam penelitian ini (Tabel 2): 1. Partisipasi adalah proses dimana peserta ikut terlibat dan berperanserta dalam implementasi program CSR yaitu pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan monitoring program. Bagi program pelatihan montir sepeda motor maupun pelatihan membatik limbah kertas semen, diberikan dua pertanyaan untuk tahap perencanaan, enam pertanyaan untuk tahap pelaksanaan dan sembilan pertanyaan untuk tahap monitoring. Terdapat 16 pertanyaan secara keseluruhan untuk menilai tingkat partisipasi peserta dalam implementasi program, baik pelatihan montir sepeda motor maupun pelatihan membatik limbah kertas semen. 2. Manfaat program adalah hasil setelah pelatihan diberikan yang berpengaruh positif atau membawa perubahan positif terhadap tingkat pengetahuan dan keterampilan serta peluang ketenagakerjaan dan ekonomi (pendapatan). Diberikan delapan pertanyaan terkait perubahan (peningkatan) pengetahuan dan keterampilan dan empat pertanyaan terkait perubahan (peningkatan) peluang ketenagakerjaan dan ekonomi (pendapatan). Terdapat 12 pertanyaan secara keseluruhan untuk menilai tingkat manfaat yang diperoleh peserta pelatihan montir sepeda motor maupun pelatihan membatik limbah kertas semen. 3. Keefektifan Bilikom yang dimaksud adalah bagaimana tingkat keefektifan Bilikom sebagai forum komunikasi dalam memfasilitasi kebutuhan dan aspirasi masyarakat binaan (diwakili oleh pemerintahan desa dan tokoh di masyarakat) dalam kaitannya dengan implementasi CSR perusahaan. Hal ini diukur dari pengetahuan masyarakat mengenai program dan kebijkan CSR PT Indocement, persepi masyarakt terhadap pelaksaaan Bilikom dan

50 33 keterlibatan mereka dalam Bilikom. Diberikan 13 pertanyaan terkait pengetahun terhadap program CSR PT Indocement, enam pertanyaan terkait persepsi dan sembilan pertanyaan terkait keterlibatan. Terdapat 25 pertanyaan secara keseluruhan untuk menilai tingkat kefektifan Bilikom. Tabel 2. Definisi Operasional Terkait Tingkat Partisipasi dalam Implementasi program No Variabel Definisi Operasional Indikator Pengukuran Data 1. Tingkat Partisipasi dalam Implementasi a. Pe rencanaan Keterlibatan/ikutserta an peserta dalam proses rencana program yang akan Skor terendah = 0 Skor tertinggi = 3 Partisipasi Rendah < 2 Partisipasi Tinggi 2 dilaksanakan b. Pelaksanaan Keterlibatan/ikutserta an peserta selama Skor terendah = 0 Skor tertinggi = 8 program berlangsung Partisipasi Rendah < 5 Partisipasi Tinggi 5 c. Monitoring Keterlibatan/ikutserta an peserta dalam proses pemantauan setalah program selesai dilaksanakan Skor terendah = 0 Skor tertinggi = 5 Partisipasi Rendah 3 Partisipasi Tinggi > 3 Ordinal Ordinal Ordinal Pengkategorian: Tingkat Partisipasi Rendah yaitu skor 0-8 Tingkat Partisipasi Tinggi yaitu skor 9-16

51 34 Tabel 3. Definisi Operasional Terkait Tingkat Manfaat Implementasi program dan Keefektifan Bilikom No Definisi Variabel Operasional 1. Tingkat Manfaat Implementasi Program a. Peningkatan pengetahuan dan skill b. Peluang ketenegakerjaa n dan ekonomi Peningkatan kapasitas peserta dalam menyerap pengetahuan dan mengembangakan keterampilan, dengan melihat kondisi sebelum dan sesudah pelatihan Peluang peserta memperoleh lapangan pekerjaan dan/ atau membuat lapangan kerja bagi orang lain serta dalam memperoleh sumber pendapatan sebelum dan sesudah pelatihan Indikator Skor terendah = 0 Skor tertinggi = 16 Perubahan Rendah < 8 Perubahan Tinggi 8 Skor terendah = 0 Skor tertinggi = 11 Perubahan Rendah < 6 Perubahan Tinggi 6 Pengkategorian: Tingkat Manfaat Rendah yaitu skor 0-13 Tingkat Manfaat Tinggi yaitu skor Keefektifan Bilikom a. Pengetahuan terhadap Program dan Kebijakan b. Persepsi terhadap Komunikasi dalam Bilikom c. Keterlibatan/ partisipasi Pengetahun terkait CSR, program lima pilar dan SDP PT Indocement. Pandangan peserta terkait komunikasi yang terjalin dalam Bilikom selama ini. Peranserta dalam Bilikom, seperti kehadiran, keaktifan mengemukakan pendapat dan ide, menyalurkan aspirasi. Skor Terendah = 8 Skor Tertingg = 28 Pengetahuan Rendah = 8-18 Pengetahuan Tinggi = Skor Terendah = 1 Skor Tertingg = 9 Persepi Rendah = 1-5 Persepsi Tinggi = 6-9 Skor Terendah = 0 Skor Tertingg = 12 Keterlibatan Rendah = 0-6 Keterlibatan Tinggi = 7-12 Pengkategorian: Tingkat Pelaksanaan Baik yaitu skor 0-23 Tingkat Pelaksanaan Belum Baik yaitu skor Pengukuran Data Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal

52 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di PT Indocement, yang terletak di Jalan Mayor Oking Jaya Atmajaya, Citeureup-Bogor. Sebelum menentukan lokasi penelitian, peneliti melakukan observasi melalui penelusuran kepustakaan majalah, surat kabar, internet dan informasi dari beberapa narasumber. Diketahui bahwa PT Indocement memiliki 12 Desa Binaan yang terletak berdekatan dengan wilayah operasi. Penentuan lokasi desa dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu di ambil responden 6 desa (untuk kegiatan Bilikom) yang meliputi desa Lulut, Leuwi Karet, Citeureup, Puspanegara, Gunung Sari, dan Bantarjati dengan alasan bahwa di lokasi ini dilaksanakan Program Lima Pilar PT Indocement, dan relatif lebih dekat ke perusahaan. Penelitian berlangsung dari pertengahan bulan Mei sampai awal Agustus Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif menggunakan metode survai yaitu penelitian yang mengambil responden dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok (Singarimbun dan Effendy, 1989). Pendekatan kuantitatif digunakan juga untuk mengetahui tingkat partisipasi peserta program dalam implementasi program CSR dan tingkat manfaat yang diperoleh. Selain itu, kuesioner digunakan untuk mengetahui keefektifan kegiatan Bilikom (Bina Lingkungan dan Komunikasi) sebagai salah satu bentuk komunikasi kebijakan dan implementasi program CSR PT Indocement kepada stakeholders (masyarakat binaan PT Indocement). Instrumen utama dalam pendekatan kualitatif adalah wawancara dengan menggunakan panduan pertanyaan terstruktur. Pendekatan kualitatif digunakan untuk mengembangakan pemahaman yang mendalam tentang kebijakan CSR PT Indocement, implementasi program CSR serta bentuk komunikasi CSR kepada stakeholders. Selain itu, pendekatan kualitatif digunakan juga untuk menggali

53 36 informasi yang lebih mendalam terkait manfaat yang diperoleh oleh peserta program dalam hal memperoleh peluang ketenagakerjaan dan ekonomi (pendapatan). 3.3 Pemilihan Responden Penelitian Pemilihan responden penelitian dilakukan berdasarkan pendekatan program dan kegiatan, sehingga tiap program dan kegiatan memiliki jumlah responden yang berbeda. 1. Program Pelatihan Montir Sepeda Motor Pengambilan responden dilakukan secara sengaja (purposive sampling) yaitu peserta pelatihan angkatan II pada tahun 2008, dengan pertimbangan responden sudah dapat menerapkan program yang diberikan dan pelatihan telah setahun yang lalu dilaksanakan sehingga lebih mudah dalam memperoleh informasi tentang manfaat yang diterima responden. Jumlah keseluruhan peserta pelatihan adalah 12 peserta, namun hanya diperoleh empat orang sebagai responden dengan alasan kesulitan dalam menemui peserta serta keterbatasan waktu penelitian. 2. Pelatihan Membatik Limbah Kertas Semen Pengambilan responden dilakukan secara sengaja (purposive sampling) dengan pertimbangan kemudahan dalam mencari lokasi/tempat tinggal responden dan masih ada tindak lanjut dari pelatihan tersebut. Selain itu, responden sudah dapat menerapkan program yang diberikan. Diperoleh empat orang sebagai responden dari jumlah peserta 12 orang karena terdapat kesulitan dalam proses pencarian responden serta keterbatasan waktu penelitian. 3. Kegiatan Bilikom (Bina Lingkungan dan Komunikasi) Bilikom dilakukan di 12 desa binaan, namun diambil enam desa sebagai sampel secara sengaja (purposive sampling) karena lokasi desa yang masih mudah dijangkau. Jumlah orang yang menghadiri kegiatan Bilikom tiap pelaksanaannya berbeda-beda sekitar 20 hingga 30 orang. Setiap desa ditetapkan sebanyak lima responden yang terdiri dari unsur pemerintahan desa/kelurahan (Kades, LPM, BPD, Kadus) dan tokoh masyarakat (tokoh

54 37 agama, pemuda, perempuan, ketua RW dan RT). Sehingga total jumlah responden untuk kegiatan Bilikom adalah 30 orang. Keseluruhan jumlah responden adalah 38 orang yang terbagi dalam 3 kegiatan yaitu Bilikom, Pelatihan Montir Sepeda Motor, dan Pelatihan Membatik Limbah Kertas Semen. Unit analisis yang dipilih adalah individu karena sasaran dari masing-masing kegiatan adalah individu. Sedangkan untuk data kualitatif dilakukan wawancara dengan Public and General Affair Division Manajer dan Head Departement CDO sebagai informan kunci. Diperoleh informasi mengenai kebijakan dan program CSR PT. Indocement secara luas dan informasi mengenai implementasi program CSR di unit operasi Citereup serta yang berhubungan dengan masyarakat (penerima program). Pemilihan informan selanjutnya dipilih dengan teknik snowball sampling, yaitu para tenaga lapang (CDO) PT Indocement sejumlah lima orang. 3.4 Data dan Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder seperti disajikan pada Tabel 4. Data primer dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif melalui instrumen pengumpulan data yang dipakai adalah kuesioner dan wawancara. Data sekunder yang dikumpulkan merupakan dokumen-dokumen yang terkait dengan kebijakan, program serta kegiatan-kegiatan CSR yang dilaksanakan PT Indocement, seperti data profil perusahaan, arsip kegiatan CSR serta dokumen kebijakan perusahaan.

55 38 Tabel 4. Jenis Data, Uraian Data dan Sumber Data JENIS DATA DATA YANG DIKUMPULKAN SUMBER DATA Data Sekunder Data Primer 1. Gambaran umum perusahaan 2. Visi, misi dan tujuan perusahan 3. Kebijakan perusahaan 4. Kebijakan dan program CSR 1. Identitas responden 2. Pengetahuan tentang program 3. Partisipasi dalam program (perencanaan, pelaksanaan dan monitoring) 4. Manfaat partispasi dalam program (pengetahuan, keterampilan, ketenagakerjaaan, dan ekonomi) 5. Bentuk komunikasi CSR kepada stakeholders 6. Pelaksanaan Bilikom 7. Pandangan pemerintahan desa dan tokoh di masyarakat terkait Bilikom dan program CSR 1. Laporan tahunan 2. Profil perusahaan 3. Renstra CSR 4. Publikasi berkala oleh perusahaan 5. Laporan atau catatan program CSR 1. Informan yang diwawancara 2. Responden yang diwawancara 3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data Data kuantitatif yang diperoleh dari lapangan diolah dengan menggunakan tabel frekuensi digunakan untuk menyajikan gambaran mengenai identitas responden, tingkat partisipasi penerima program dan tingkat manfaat yang diperoleh. Selanjutnya pengolahan dan analisis data yang dilakukan tergantung pada tujuan penelitian. Tujuan pertama, tentang analisis kebijakan CSR PT Indocement, dijawab dengan melakukan tabulasi informasi tentang kebijakan dan implementasi CSR PT Indocement berdasarkan prinsip triple bottom line (3P) baik berdasarkan data sekunder maupun hasil wawancara, kemudian dibahas secara deskriptif. Tujuan kedua, tentang tingkat partisipasi peserta dalam implementasi program CSR, dijawab dengan mengolah data dari kuesioner yang dikumpulkan seperti disajikan pada Tabel 2. Hasilnya disajikan dalam bentuk tabel frekuensi, kemudian dibahas secara deskriptif.

56 39 Tujuan ketiga, analisis hubungan tingkat partisipasi peserta program dengan tingkat manfaat yang diperoleh. Dilakukan dengan menggunakan analisis tabulasi silang dan dibahas secara deskriptif. Terlebih dahulu dibahas mengenai manfaat yang diperoleh peserta, dijawab dengan mengolah data dari kuesioner yang dikumpulkan seperti disajikan pada Tabel 3. lalu disajikan dalam tabel frekuensi dan dibahas secara deskriptif. Selanjutnya, tujuan keempat mengidentifikasi bentuk komunikasi CSR kepada stakeholders dilakukan dengan mendeskripsikan bentuk-bentuk komunikasi CSR yang dilakukan PT Indocement kepada stakeholders, baik dari data sekunder maupun data primer, termasuk kegiatan Bilikom. Khusus kegiatan Bilikom yaitu menganalisis tingkat keefektifan Bilikom, dijawab dengan mengolah data dari kuesioner yang dikumpulkan seperti disajikan pada Tabel 3. Hasilnya disajikan dalam bentuk tabel frekuensi, kemudian dibahas secara deskriptif.

57 BAB IV GAMBARAN UMUM PT INDOCEMENT 4.1 Sejarah dan Perkembangan PT Indocement Pada tahun 1973, Empat Sekawan yaitu Soedono Salim, Djuhar Sutanto, Sudwikatmono dan Ibrahim Risjid sepakat untuk membangun pabrik semen yang diawali dengan membangun PT Distinct Indonesia Cement Enterprise di Citeureup, Bogor, Jawa Barat. Dengan tekad bulat, keyakinan dan kerja keras. Empat Sekawan telah berhasil membangun sebuh perusahaan yang lebih besar yaitu PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (selanjutnya disebut PT Indocement) dan menjadikannya sebagai prosuden semen terbesar di Asia Tenggara. Tahun 1985, PT Indocement didirikan melalui penggabungan usaha enam perusahaan yang memiliki delapan pabrik semen. PT Indocement menjadi perusahaan publik dan mencatatkan sahamnya pada tahun 1989 di Bursa Efek Indonesia (dahulu disebut Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya). PT Indocement mengakuisisi Pabrik ke-9 pada tahun 1991 dan menyelesaikan pembangunan Pabrik ke-10 di Palimanan, Cirebon, Jawa Barat pada tahun Kemudian pada tahun 1999, Pabrik ke-11 selesai dibangun di Citeureup, Bogor, Jawa Barat. Di tahun 2000, PT Indocement mengambilalih PT Indo Kodeco Cement (Pabrik ke-12) di Tarjun, Kotabaru, Kalimantan Selatan. Saat ini PT Indocement mengoperasikan 12 pabrik dengan total kapasitas produksi 17,1 juta ton semen per tahun. Sembilan pabrik berlokasi di unit operasi Citereup, Bogor, Jawa Barat; dua pabrik di unit operasi Paliman, Cirebon, Jawa Barat; dan satu pabrik di unit operasi Tarjun, Kotabaru, Kalimantan Selatan (PT Indocement, 2008). Sejak tahun 2005, PT Indocement telah melakukan diversifikasi produk dengan meluncurkan Semen Portland Komposit (Portland Composite Cement) disamping Ordinary Portland Cement, White Cement, dan Oil Well Cement. Produk PT Indocement dipasarkan dengan merek dagang Tiga Roda dan saat ini merupakan satu-satunya produsen Semen Putih di Indonesia. Pada tahun 2007, PT Indocement menyelesaikan program peremajaan Pabrik ke-8 di Citeureup, yang memberikan tambahan kapasitas produksi semen sebesar 600 ribu ton semen

58 41 per tahun. Saham PT Indocement tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan nilai kapitalisasi sebesar Rp30,186 miliar pada akhir tahun Pada tahun 2007, jumlah karyawan Perseroan adalah orang (PT Indocement, 2008). Sehubungan dengan kebijakan bina lingkungan, PT Indocement mengembangkan program CSR terutama bagi masyarakat di sekitar unit operasi. Program-program ini dikelompokkan dalam dua kategori besar yaitu Program Lima Pilar Pengembangan Masyarakat (Community Development) dan Proyek Pembangunan Berkelanjutan (Sustainability Development Project). Saat ini program CSR bagi masyarakat sekitar di seluruh unit operasi mencakup 28 desa dengan jumlah penduduk jiwa. Program CSR di masyarakat untuk lokasi unit operasi Citeureup, yang menjadi lokasi penelitian ini, berada di tiga kecamatan yaitu Kecamatan Citeureup, Kecamatan Klapanunggal, dan Kecamatan Cileungsi, dengan jumlah total desa binaan adalah 12 desa (PT Indocement, 2008). 4.2 Visi, Misi, Moto dan Kebijakan PT Indocement Visi PT Indocement yaitu Menjadi pemimpin pasar semen dalam negeri yang berkualitas. PT Indocement dalam mewujudkan visi, menetapkan misi yaitu Kami berkecimpung dalam bisnis penyediaan papan, bahan bangunan dan jasa terkait yang bermutu dengan harga kompetitif dan tetap memperhatikan pembangunan berkelanjutan, mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat dan ramah lingkungan. Selain itu, PT Indocement memiliki moto Turut Membangun Kehidupan Bermutu dengan slogan Shelter Lebih baik untuk Kehidupan yang Lebih Baik yang merupakan nilai-nilai dalam perusahaan sebagai corporate identity (PT Indocement, 2008). Meskipun dalam visi PT Indocement tidak eksplisit dinyatakan tentang kesejahteraan masyarakat, tetapi dalam misi dan moto PT Indocement secara eksplisit dinyatakan tentang peran perusahaan dalam mendukung peningkatan kesejahteraan rakyat dan kehidupan yang lebih baik. Selain itu, misi PT Indocement menekankan pada pembangunan berkelanjutan (sustainability development). Makna pembangunan berkelanjutan bagi PT Indocement mencakup tiga aspek/sasaran penting yaitu: 1) jangka panjang pertumbuhan

59 42 ekonomi, 2) lingkungan yang harmonis, dan 3) kesejahteraan masyarakat. Sejalan dengan apa yang dikemukan oleh Keraf (1998) bahwa letak dan penting tidaknya CSR dalam perusahaan ditempatkan pertama-tama pada kerangka nilai yang dianut oleh perusahaan. Hal tersebut ditunjukkan PT Indocement melalui moto dan slogan perusahaan. Selanjutnya misi PT Indocement diterjemahkan dalam empat (4) kebijakan utama PT Indocement, yang mencakup kebijakan mutu; kebijakan keselamatan kerja, keamanan, lingkungan dan komunitas; kebijakan gaya manajemen; dan kebijakan karyawan. Adapun kebijakan tersebut adalah (PT Indocement, 2008): 1. Kebijakan Mutu a. Senantiasa meningkatkan sistem manajemen mutu dan melakukan pengendalian mutu secara ketat pada seluruh tahapan proses sehingga produk klinker dan semen yang dihasilkan serta pelayanan pendukung yang terkait memiliki mutu yang konsisten untuk memenuhi persyaratan bahkan melampaui kepuasan pelanggan. b. Secara terus menerus melatih seluruh jajaran manajer dan karyawan agar memahami serta menghayati prinsip dan metode Manajemen Mutu Terpadu dan Sistem Manajemen Mutu Internasional. c. Memacu seluruh jajaran manager dan supervisor untuk mengikut sertakan segenap karyawan untuk secara terus menerus meningkatkan mutu produk yang dihasilkan. d. Membangun keyakinan bahwa sumber daya manusia adalah penyangga utama bagi prakarsa mutu melalui pelatihan dan pengembangan tenaga kerja berwawasan teknologi dan berorientasi pada mutu akan menghasilkan teknologi dan terobosan baru. 2. Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Keamanan, Lingkungan dan Komunitas a. Senantiasa menjalankan perusahaan untuk selalu mematuhi undangundang, peraturan yang berlaku dan standar yang relevan. b. Senantiasa menjalankan perusahaan dengan melaksanakan pengendalian risiko untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, selamat, dan sehat.

60 43 c. Senantiasa berupaya untuk menghemat sumber daya alam, mengutamakan keselamatan kerja serta mengendalikan dan mengurangi dampak terutama emisi debu melalui kegiatan perbaikan secara terus menerus. d. Senantiasa berusaha meningkatkan program untuk menciptakan hubungan kerjasama yang harmonis dengan lingkungan sekitar 3. Kebijakan Gaya Manajemen: a. Senantiasa memberikan semangat pada segenap tingkatan dalam perusahaan untuk berinisiatif dan berpartisipasi dalam rangka memenuhi tujuan dan sasran perusahaan. b. Senantiasa menghargai hubungan yang baik pada segenap tingkatan dengan pihak internal dan eksternal yang dilandasi saling menghormati, kejujuran, dan kepercayaan. c. Senantiasa mengembangkan sistem komunikasi internal dan eksternal yang efektif untuk mendukung keberhasilan penerapan sistem manajemen perusahaan. d. Senantiasa berkeyakinan seluruh jajaran manajer, selalu mematuhi prinsip-prinsip kebijakan yang dideklarasikan ini dan memberikan keteladanan. 4. Kebijakan Karyawan a. Senantiasa mengharapkan segenap kemampuan karyawan untuk loyal, kerjasama, tanggungjawab, siap melayani, kemauan belajar, mempunyai integritas, dan disiplin. b. Senantiasa meningkatkan bakat karyawan melalui pelatihan dan pendidikan yang berkelanjutan. c. Senantiasa mendorong karyawan untuk bertanggungjawab terhadap pekerjaan dan tugas yang didelegasikan, serta mempunyai wawasan berpikir yang luas dalam rangka mewujudkan mobilitas dan fleksibilitas. d. Senantiasa mengutamakan budaya perusahaan secara terus menerus untuk mendorong tim kerja yang prima. Meskipun empat kebijakan utama PT Indocement tersebut adalah dalam

61 44 konteks manajemen perusahaan secara keseluruhan, namun tampak bahwa keempat kebijakan PT Indocement tersebut telah mempertimbangkan prinsip triple bottom lines. Selain itu, keempat kebijakan PT Indocement sejalan dengan lingkup tanggungjawab sosial organisasi dalam Draft ISO Diperlihatkan dengan nilai dan komitmen terhadap tata kelola organisasi (pada kebijakan gaya manajemen), praktik ketenagakerjaan (pada kebijakan mutu, gaya manejemen dan karyawan), lingkungan (pada kebijakan K3, lingkungan dan komunitas), Konsumen (pada kebijakan mutu). Namun terlihat jika kebijakan tersebut cenderung lebih banyak menaruh perhatiannya terhadap internal stakeholders (aspek sosial - people) dan kurang rinci menjelaskan kebijakan terhadap aspek ekonomi (profit) serta sosial (external stakeholders). 4.3 Struktur Organisasi PT Indocement PT Indocement secara struktural, dipimpin oleh seorang President Director yang berkedudukan di Jakarta. Selanjutnya President Director dibantu oleh Vice President Director dan empat orang Director, yaitu: Finance Director, Commercial Director, Technical Director, dan Human Resources Director. Setiap unit operasi (Citeureup, Cirebon, dan Tarjun) dipimpin oleh seorang General Manager. Pengelolaan program CSR berada di bawah manajemen Public and General Affairs Division, yang berada dibawah kendali Human Resource Director. Di setiap unit operasi terdapat divisi Safety Security and Community Division (SSCD) atau General Affair and Community Division (GACD) yang bertanggungjawab kepada manager Public and General Affairs Division. Pelaksanaan program CSR di unit operasi di Citeureup, Bogor, Jawa Barat dilaksanakan oleh Community Development Departement. Departemen ini membawahi dua unit program, yaitu Community Development Program, dan Community Relations & Social Welfare Program (Gambar 5). Community Development program mengelola Program Lima Pilar; sedangkan programprogram lainnya (seperti sustainable development program) dikelola Community Relations & Social welfare Program

62 45 Community Development Departement dipimpin oleh seorang kepala departemen yang bertanggungjawab kepada kepala devisi SSCD. Jumlah staf yang bekerja di Unit Community Development Program di Citeurep sejumlah delapan staf; dan di unit Community Relations & Social Welfare Program sejumlah lima staf. Menurut Keraf (1998), sejauhmana perusahaan menanggap CSR sebagai sebuah nilai atau tidak salah satunya terlihat dari posisi divisi dan departemen yang menaungi pelaksanaan CSR dalam struktur organisasi. Dalam kaitannya dengan kebijakan CSR tampak bahwa struktur organisasi PT Indocement telah mengakomodir pelaksanaan CSR yaitu dengan dibentuknya unit-unit khusus yang menangani CSR, seperti keberadaan Public and General Affair Division, Safety Security and Community Division (SSCD), dan Community Relation Division. Sedangkan pelaksana lapang terkait program-program CSR berada di bawah Community Development Departement sehingga dalam pengambilan keputusan harus diserahkan kembali ke Safety Security and Community Division (SSCD). 4.4 Prestasi PT Indocement Sejak tahun 2004, PT Indocement atas kinerjanya telah meraih berbagai penghargaan pada level internasional maupun nasional (PT Indocement, 2008). Penghargaan internasioanal yang diraih atas prestasi kinerja PT Indocement antara lain adalah: 1. Penghargaan Superbrands pada tahun 2004 dan 2007 dari Superbrands Organization, Inggris. 2. Menerima Certified Emission Reduction (CER) dari the United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) pada tahun Penghargaan The Ten Best Managed Companies pada tahun 2007 dari Majalah Finance Asia Hongkong.

63 46 President Director Vice President Director Finance Director Commercial Director Technical Director HR Director Operation Unit Citereup GM Operation Unit Cirebon GM Operation Unit Tarjun GM Heidelberg Technology Center Alternative Fuel & Raw Material Utility Division Gen EngCons Division QSMR Office Deputy GM Operation Mining Divison Paper Bag Division Tech Service Division Supply Division HR & GA Division Plant 1-2 & 5 Plant 3-4 Plant 6-11 Plant 7-8 Quality Assr Division Operation P9-10 Tech Servive Dept Supply Dept HR dan SS Dept GA & CD Dept Operation P12 Opr. Support Div Supply Dept HRGA Dept SS & SD Dept Corp HR Div Public & General Affair Div Government Relation Dept General Servive Dept Community Relation Dept SS & CD Division Gambar 5. Struktur Organisasi PT Indocement (Indocement, 2008)

64 47 Selanjutnya penghargaan nasional yang diraih atas prestasi kinerja PT Indocement antara lain adalah: 1. Peringkat Hijau PROPER bagi Kompleks Pabrik Citeureup pada tahun 2004 dari Kementerian Lingkungan Hidup. 2. Penghargaan IMAC (Indonesian Most Admired Companies) pada tahun 2006 untuk pengembangan citra perusahaan terbaik dalam kategori industri semen. 3. Penghargaan AIDS kategori perak dari Komisi Nasional Peduli AIDS pada tahun 2006 atas prestasi dan upaya PT Indocement dalam melaksanakan program penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja. 4. Penghargaan Bendera Emas pada tahun 2007 dari Menteri Tenaga Kerja atas kinerja PT Indocement di bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja untuk ketiga lokasi prabrik. 5. SGS Quality Awards pada Tahun 2007 atas upaya PT Indocement melakukan inovasi berupa penggunaan material alternatif. 6. Penghargaan 100 Perusahaan Pencipta Nilai Terbaik di Indonesia pada tahun 2007 dari Majalah SWA dan Stern Steward & Co (PT Indocement, 2008). 7. Penghargaan Indonesian CSR Awards pada tahun 2008 kategori Program Sosial dan Lingkungan dari Depsos dan CFCD ( Namun dari sekian banyak penghargaan yang telah diraih oleh PT Indocement, baru terdapat dua penghargaan yang relevan dengan pelaksanaan CSR. PT Indocement meraih 2 penghargaan pada ajang Indonesian CSR Awards 2008, yaitu penghargaan emas dan penghargaan terbaik 1 untuk sektor industri dan manufaktur - bidang sosial dan lingkungan. 4.5 Ikhtisar Pada akhir bab ini dapat disimpulkan bahwa PT Indocement merupakan salah satu produsen semen terbesar di Indonesia yang mencakup 12 pabrik di tiga unit operasi (Citeureup, Palimanan dan Tarjun) dengan unit operasi terbesar di Citeureup. Visi dan misi PT Indocement sejalan dengan prinsip triple bottom lines (3P) yang berkaitan dengan aspek ekonomi, lingkungan dan sosial (kesejahteraan

65 48 masyarakat), diperlihatkan oleh kata Pembangunan Berkelanjutan. Implementasi visi dan misi PT Indocement diterjemahkan ke dalam struktur oraganisasi dan manajemen yang sesuai, disertai dalam empat kebijakan utama yang mencakup kebijakan mutu; kebijakan keselamatan kerja, keamanan, lingkungan dan masyarakat; kebijakan gaya manajemen; dan kebijakan karyawan. Namun, kebijakan tersebut cenderung lebih banyak menaruh perhatiannya terhadap internal stakeholders (aspek sosial - people) dan kurang rinci menjelaskan kebijakan terhadap aspek ekonomi (profit) serta sosial (external stakeholders). Dalam struktur organisasi PT Indocement telah mengakomodir unit-unit khusus yang menangani CSR, seperti keberadaan Safety Security and Community Division (SSCD) atau General Affair and Community Division (GACD) yang menunjukkan adanya komitmen kelembagaan dalam implemenstasi program CSR oleh PT Indocement. Walaupun PT Indocement telah meraih beberapa penghargaan nasional maupun internasional, namun penghargaan yang relevan dengan komitmen PT Indocement terhadap CSR baru dapat dibuktikan dengan peraihan dua penghargaan. Masing-masing penghargaan untuk kategori sosial dan lingkungan sedangkan perhatiannya terhadap aspek ekonomi belum dapat ditunjukkan.

66 BAB V KEBIJAKAN DAN PROGRAM CSR PT INDOCEMENT Analisis mengenai kebijakan dan program CSR PT Indocement akan dijelaskan secara mendalam dalam bab ini. Kebijakan dalam hal ini adalah komitmen perusahaan dalam melaksanakan CSR yang mempertimbangkan prinsip triple bottom lines yaitu aspek lingkungan (planet), sosial-masyarakat (people), dan ekonomi (profit). Kebijakan yang dianalisis tidak hanya mencakup komitmen secara tertulis, namun bagaimana komitmen tersebut diimplementasikan dengan aksi nyata sejalan dengan lingkup tanggungjawab sosial perusahaan (CSR). 5.1 Pandangan dan Alasan PT Indocement Melakukan CSR PT Indocement menyadari bahwa CSR adalah suatu kewajiban dan tanggungjawab moral dan sosial perusahaan pada masyarakat, baik masyarakat lokal dimana perusahaan beroperasi maupun masyarakat secara luas yang secara langsung maupun tidak langsung terkait dengan operasi perusahaan. Selain itu, hubungan yang harmonis antara perusahaan dan masyarakat, khususnya masyarakat lokal sangat dibutuhkan agar kegiatan operasi perusahaan dapat berjalan dengan baik dan lancar serta sebagai wujud terima kasih bagi masyarakat yang telah mendukung kegiatan usaha perusahaan. Hal ini sejalan dengan pendapat Caroll (2003) bahwa CSR adalah nilai moral atau kebajikan yang dilakukan perusahaan bagi kesejahteraan masyarakat baik ke dalam maupun ke luar perusahaan. CSR bagi PT Indocement merupakan suatu kebijakan pimpinan puncak perusahaan dan dilakukan in-line dengan kegiatan usaha perusahaan serta dijalankan terintegrasi dalam kelembagaan perusahaan. Dalam konteks pengembangan masyarakat dan kesehatan, keamanan dan keselamatn kerja karyawan dibentuk kelembagaan khusus untuk menyusun, menjalankan dan melakukan evaluasi atas setiap program CSR bagi masyarakat dan bagi karyawan dengan memperhatikan kebutuhan masyarakat dan karyawan, skala prioritas dengan tetap memperhatikan pengembangan perusahaan secara berkelanjutan. Oleh karena itu, kesiapan dana yang mendukung program CSR perusahaan telah

67 50 menjadi bagian dari kegitan operasi perusahaan yang direncanakan dan dibelanjakan secara berkesinambungan bukan sebagai biaya tetapi sebagai bagian dari investasi. Seperti yang diungkapkan informan: CSR jangan hanya diukur dari besaran uang yang dikeluarkan, yang penting kita harus melihat apakah CSR yang dilakukan itu memberdayakan masyarakat dan menciptakan nilai. Arahnya harus selalu pada value creation bukan terhadap uang yang kita dikeluarkan (Bapak KU). Menurut PT Indocement, CSR yang benar adalah suatu kegiatan dengan prinsip triple bottom lines dan bukan lagi filantropis. Memang filantropis tetap kita butuhkan karena ada aspek-aspek tertentu yang perlu kita berikan, tapi bukan berarti filanropi melulu. Dengan berpedoman pada triple bottom lines yang bermula dari pemikiran Elkington J (1994), maka program CSR itu ada kaitannya dengan operasional dan tujuan perusahaan sehingga kegiatan dapat berjalan secara sustainable dan memberikan manfaat baik kepada perusahaan dan masyarakat atau stakeholders lainnya. Salah seorang informan juga menambahkan bahwa: Bagi kami CSR bukan lagi kesekedar kegiatan filantropis yang bersifat pamer dan menghabiskan anggaran namun CSR adalah komitmen dalam penciptaan nilai tambah secara berkesinambungan. Walaupun kita secara perlahan mengurangi program yang sifatnya filantropis tetapi bukan langsung dihilangkan begitu saja. Masih terdapat beberapa hal yang harus kita bantu, seperti pembangunan infrastruktur, perbaikan gedung ibadah, penyediaan air bersih, sarana MCK, pemberian layanan kesehatan, posyandu, beasiswa, penyuluhan HIV/AIDS dan lainnya (Bapak AL). Sebenarnya PT Indocement telah menjalankan program CSR sejak perusahaan berdiri tahun 1985, walaupun pada saat itu di titik beratkan pada ekspansi usaha. Sejak tahun 1990-an kegiatan CD (Community Development) sudah dilaksanakan dan saat ini telah mulai terbentuk serta terarah pelaksanaannya yang meliputi Program Lima Pilar Pengembangan Masyarakat. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu informan bahwa:

68 51 Sekitar empat tahun belakang ini, kami bersama Manajemen ITP telah lebih memantapkan kebijakan CD yang ada selama ini dalam wujud kebijakan CSR perusahaan yang didasarkan pada kepentingan triple bottom lines. Namun tidak berarti bahwa kegiatan CD perusahaan yang selama ini telah dilakukan akan ditinggalkan begitu saja, karena masih merupakan kebutuhan dasar masyarakat. Akan tetapi, secara bertahap kami arahkan pada pemberdayaan masyarakat (empowerment) (Bapak AL). Cara PT Indocement memandang CSR atau alasan PT Indocement melaksakan praktik CSR dapat dikategorikan kedalam beyond compliance, karena perusahaan tidak hanya melakukan praktik CSR sebagai upaya memenuhi kewajiban terhadap hukum yang memaksanya. Namun dilakukan karena ada komitmen yang tulus untuk berbuat lebih (beyond complinace) atau memaksimalkan manfaat positif kepada stakeholders. Tentu semua program CSR harus memberikan manfaat bagi stakeholders karena ujung dari kegiatan CSR adalah memberikan atau membantu meningkatkan kesejahteraan stakeholders termasuk masyarakat dan pada akhirnya mencipatakan hubungan harmonis dengan lingkungan (masyarakat). Program CSR juga harus bisa memberdayakan masyarakat yang pada akhirnya membuat masyarakat mandiri dan tidak tergantung pada perusahaan. Hal lain yang juga harus diperhatikan adalah memberikan kontribusi dalam menjaga kelestarian dan mencegah kerusakan lingkungan. Secara langsung atau tidak, program CSR juga harus mendukung program pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, menjaga lingkungan dan sumber daya alam. Sejalan dengan triple bottom lines yang dijalankan maka setiap program CSR dikaitkan dengn manfaat yang juga dirasakan perusahaan sehingga kegiatan CSR turut menjadi pilar penopang kegiatan usaha. 5.2 Kebijakan CSR PT Indocement terhadap Lingkungan (Planet) Komitmen PT Indocement dalam melestarikan lingkungan tertulis dalam kebijakan perusahaan yang menyatakan bahwa Senantiasa menjalankan perusahaan untuk selalu mematuhi undang-undang, peraturan yang berlaku dan standar yang relevan (Tabel 5). Hal tersebut ditunjukkan PT Indocement dengan memenuhi dan mentaati standar hukum dan perundang-undangan yang berlaku di

69 52 Indonesia. PT Indocement telah memperoleh ijin operasional lingkungan yang dituangkan dalam Rencana Kelola Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) yang menjadi bagian dalam Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) di setiap pabrik. Selain itu, sebagai inisiatif dalam pengendalian polusi dan kualitas udara, PT Indocement ikut ambil bagian dalam PROPER dan Program Langit Biru dari pemerintah Indonesia. Kemudian sebagai pemenuhan kewajiban pada pemerintah Indonesia, PT Indocement mempertahankan akreditasi ISO 14001: Sistem Manajemen Lingkungan. Sistem Manajemen Lingkungan ini merupakan verifikasi dari pihak ketiga. Selain itu, PT Indocement secara tertulis berkomitmen untuk Senantiasa berupaya menghemat sumber daya alam, mengutamakan keselamatan, keamanan dan kesehatan kerja serta mengendalikan dan mengurangi dampak lingkungan terutama emisi debu melalui kegiatan perbaikan secara terus menerus. PT Indocement tunjukkan dengan dilakukannya pemantauan polusi debu, pemantauan tingkat kebisingan dan pemantauan polusi gas rumah kaca untuk mengendalikan dan meminimalkan dampak terhadap lingkungan (Tabel 5). Pemantauan polusi debu dilakukan secara terus menerus dengan memasang alat penangkap debu elektrostatik (Elektronic Precipitator), alat pemantau partikel kontinu (Continuous Particel Monitoring), dan kantong penyaring debu pada tiap cerobong. Upaya meredam tingkat kebisingan dilakukan dengan cara memberikan penutup atau pelindung kedap suara pada ban berjalan. Kemudian pemantau polusi gas rumah dilakukan melalui program Mekanisme Pembagunan Bersih (MPB) yang sesuai dengan Protokol Kyoto, dimana gas-gas berbahaya seperti CO 2, SO 2, SO X, dan NO X secara berkala diaudit oleh Quality Sysytem Management. Hal ini menunjukkan bahwa komitmen PT Indocement terhadap keberlanjutan lingkungan tidak hanya secara tertulis saja. Komitmen tertulis tersebut ditunjukkan dengan berbagai upaya nyata untuk mengendalikan, mengelola dan meminimalkan dampak terhadap lingkungan. Atas komitmen perusahaan dalam pengelolaan lingkungan, pabrik PT Indocement unit operasi Citeurep telah diaudit pada tahun 2004 dan 2005 dan berhasil meraih peringkat hijau karena melampaui dan memenuhi standar PROPER (Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan).

70 Kebijakan CSR PT Indocement terhadap Sosial (People) Komitmen PT Indocement terhadap pemangku kepentingan (khususnya masyarakat tempatan) tertulis dalam kebijakan perusahaan yang menyatakan bahwa Senantiasa berupaya meningkatkan program untuk menciptakan hubungan kerjasama yang harmonis dengan lingkungan sekitar. CSR bagi PT Indocement merupakan tanggungjawab sosial perusahaan terhadap peningkatan nilai dan kualitas hidup pemangku kepentingan (stakeholders) sehingga penting untuk terus berupaya meningkatkan manfaat bagi karyawan, supplier, konsumen, media massa (pers), dunia pendidikan dan masyarakat binaaan (Tabel 6). Sejumlah prinsip pokok dijadikan panduan bagi upaya PT Indocement untuk pengembangan dan pelayanan masyarakat. PT Indocement memfokuskan pada upaya yang bersentuhan dengan masyarakat yang berhubungan dengan isu lingkungan. Kunci utama adalah turut melibatkan masyarakat dengan sejumlah kebutuhan dalam melindungi lingkungan dan kualitas kehidupan bersama. PT Indocement selalu berhubungan dengan tokoh masyarakat sekitar untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan pengembangan masyarakat, salah satunya melalui kegiatan Bilikom (Bina Lingkungan dan Komunikasi). Saat ini PT Indocement di unit operasi Citeureup mempunyai program community development (Program Lima Pilar) yang dilakukan di 12 Desa Binaan. Pengembangan utama pada masyarakat mencakup pendidikan, kesempatan kerja, nilai budaya dan sosial, infrastruktur, dan kesehatan masyarakat. PT Indocement menyadari bahwa dialog dan kepercayaan adalah yang hal yang sangat penting. Kepercayaan dibangun dengan mengadakan kegiatan Bilikom dan menerapkan keterbukaan dalam berbagi informasi. Hal ini menunjukkan bahwa PT Indocement menyadari masyarakat disekitar operasi khususnya, merupakan stakeholders penting karena dukungan dan partisipasi mereka sangat diperlukan bagi keberadaan, kelangsungan hidup serta perkembangan perusahaan. Sehingga sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan masyarakat sekitar, PT Indocement berkomitmen dan berkontribusi memaksimalkan dampak positif kepada masyarakat.

71 Kebijakan CSR PT Indocement terhadap Ekonomi (Profit) Komitmen atau kebijakan CSR PT Indocement dalam aspek ekonomi (profit) adalah Senantiasa menjalankan seluruh kegaitan usaha dengan tetap memperhatikan pembangunan bisnis perusahaan secara berkelanjutan (Table 7). Pada awal tahun 2004, PT Indocement masih menanggung beban utang sejumlah Rp miliar akibat krisis keuangan Asia, sekalipun sejumlah Rp miliar dari utangnya telah diselesaikan pada tahun sebelumnya. PT Indocement juga membayar utang sejumlah Rp 681 miliar pada tahun 2004 sehingga PT Indocement berfokus pada pemulihan kondisi kesehatan keuangan yang berkesinambunga. Pada tahun 2005, kondisi keuangan mulai membaik ditunjukkan dengan pengurangan beban utang sebesar Rp 739 miliar menjadi Rp miliar. Kemudian pada akhir tahun 2006 jumlah utang PT Indocement menurun menjadi Rp miliar dan pada tahun 2007 PT Indocement telah menyelesaikan keseluruhan utang serta menyisakan US$ 150 juta atas pinjamannya (PT Indocement, 2008). Menguatnya arus kas dari tahun ke tahun, menunjukkan kesehatan keuangan PT Indocement yang semakin membaik dan stabil. Arus kas yang sehat menghasilkan dana internal yang memadai bagi perseroan untuk melaksanakan berbagai program pengembangan berkaitan dengan peningkatan kapasitas produksi. Adanya peningkatan ekonomi secara bertahap menunjukkan komitmen PT Indocement untuk tetap memperhatikan pengembangan kapasitas untuk mempertahankan pertumbuhan dan keunggulan perseroan dengan memanfaatkan peluang secara tepat di masa depan. PT Indocement telah memberi kontribusi nyata dalam aspek ekonomi perusahaan dan ekonomi negara., juga ekonomi bagi karyawan dan masyarakat sekitar. Total keuntungan PT Indocement pada tahun 2007 adalah sekitar Rp 1 triliun, dengan total pajak penghasilan yang diserahkan kepada pemerintah sekitar Rp 435 milyar (Tabel 5). Kaitannya dengan pendanaan program CSR bagi masyarakat, baik dalam Program Lima Pilar maupun Proyek Pembangunan Berkelanjutan, selama tiga tahun terakhir PT Indocement mengalokasikan dana sebesar Rp 4 milyar rata-rata per tahun (PT Indocement, 2008). PT Indocement menganggap pengeluaran ini sebagai investasi, bukan sebagai biaya operasional.

72 55 Tabel 5. Konsistensi Kebijakan dan Implementasi CSR PT Indocement pada Aspek Lingkungan (Planet) ASPEK TRIPLE BOTTOM LINES LINGKUNGAN (PLANET) KEBIJAKAN Visi: Membangun kepentingan perusahaan untuk kepentingan bersama perusahaan dan komunias, khususnya komunitas lokal dimana perusahaan beroperasi sehingga tercipta hubungan yang harmonis Misi: Menjalankan seluruh kegiatan usaha dengan tetap menerapkan konsep ramah lingkungan (environment friendly) Komitmen lainnya: 1. Menjalankan perusahaan untuk selalu mematuhi undang-undang, peraturan yang berlaku dan standar yang relevan 2. Menjalankan perusahaan dengan melaksanakan pengendalian risiko untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, selamat, dan sehat 3. Berupaya untuk menghemat sumber daya alam, mengutamakan keselamatan kerja serta mengendalikan dan mengurangi dampak terutama emisi debu melalui kegiatan perbaikan secara terus menerus IMPLEMENTASI 1. Pemantauan polusi debu Dipasang alat Penangkap Debu Elektrostatik, pemantauan partikel kontinu dan peyaring debu di setiap cerobong. 2. Pemantauan tingkat kebisingan Memberikan penutup atau pelindung kedap suara pada ban berjalan. 3. Pemantauan polusi gas rumah kaca Melaksanan Program Mekanisme Pembangunan Bersih (MPB) sesuai Protokol Kyoto. 4. Standar PROPER Meraih Peringkat Hijau tahun 2004 karena melampaui dan memenuhi standar PROPER. 5. Jatropha (Jarak Pagar) Biji jarak itu dipakai sebagai bahan bakar alternative (biofuel) dalam proses pembakaran indocement. 6. Waste Energy Menghasilkan biomas (bahan bakar alternatif) dan kompos (pupuk). 7. Proyek Konversi Energi Pemanfaatan energi yang berasal dari kotoran sapi yang diubah menjadi biogas. Mengurangi emisi gas methan yang merusak ozon.

73 56 Tabel 6. Konsistensi Kebijakan dan Implementasi CSR PT Indocement pada Aspek Sosial (People) ASPEK TRIPLE BOTTOM LINES SOSIAL (PEOPLE) KEBIJAKAN Visi: Membangun kepentingan perusahaan untuk kepentingan bersama perusahaan dan komunias, khususnya komunitas lokal dimana perusahaan beroperasi sehingga tercipta hubungan yang harmonis Misi: Menjalankan seluruh kegiatan usaha dengan tetap memperhatikan kesejahteraan komunitas (wholesome) Komitmen terhadap stakeholders: 1. Karyawan, mencakup : sistem pengupahan, dana pension, K3, meningkatkan bakat karyawan (pelatihan dan pendidikan yang berkelanjutan) 2. Supplier, mencakup kerjasama yang memenuhi standard dan peraturan yang berlaku serta harga bersaing 3. Konsumen, mencakup: kualitas baik, harga yang layak bersaing dan delivering time 4. Media, mencakup: melakukan koordinasi dan gathering dalam informasi yang seimbang 5. Dunia Pendidikan, mencakup kerjasama penelitian magang, pihak independen 6. Masyarakat Binaan, mencakup: meningkatkan program untuk menciptakan hubungan kerjasama yang harmonis dengan lingkungan sekitar IMPLEMENTASI 1. Karyawan, Mancakup: Dilakukan Berbagai Program Pelatihan Dan Pengembangan SHE (Safety, Health, And Environmental) Dalam Rangka Peningkatan Sumber Daya Manusia Serta Karyawan Dinilai Berdasarkan Pencapaian Prestasi Kerja Jika Dahulu Berdasarkan Loyalitas Terhadap Perushaan. 2. Supplier dan Konsumen, mencakup: membangun kepercayaan dan kerjasama melalui penetapan kualitas dan harga yang saling menguntungkan. 3. Media, mencakup: melakukan kerjasama dengan beberapa media cetak dan elektronik untuk meliputi berbagai kegiatan CSR perusahaan. 4. Dunia Pendidikan, mencakup: melakukan berbagai kerjasama penelitian (contoh: program Jatropha), kerjasama PKL/magang dan sebagai pihak independen (melakukan pmetaan sosial dan evaluasi) 5. Masyarakat Binaan, mancakup implementasi Program Lima Pilar dan Sustainable Developmenet Project (SDP). Program Lima Pilar mencakup kegiatan pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosbudag (sosial, budaya dan olahraga) dan keamanan yang dilakukan setiap tahunya di 12 desa binaan dan cenderung bersifat filantropis. Sedangkan Sustainable Developmenet Project (SDP) merupakan proyek jangka panjang yang in-line dengan core bisnis perusahaan seperti Jatropha, Pengelolaan Sampah (Waste to Energy), Peternakan dan UMKM.

74 57 Tabel 7. Konsistensi Kebijakan dan Implementasi CSR PT Indocement pada Aspek Ekonomi (Profit) ASPEK TRIPLE BOTTOM LINES EKONOMI (PROFIT) KEBIJAKAN Visi: Membangun kepentingan perusahaan untuk kepentingan bersama perusahaan dan komunias, khususnya komunitas lokal dimana perusahaan beroperasi sehingga tercipta hubungan yang harmonis Misi: Menjalankan seluruh kegiatan usaha dengan tetap memperhatikan pembangunan bisnis perusahaan secara berkelanjutan Komitmen lainnya: Besar anggaran didasarkan pada analisa kebutuhan masyarakat dan prioritas kebutuhan tersebut, tidak diukur dari berapa besar manfaat yang diberikan dan dirasakan masyarakat IMPLEMENTASI a. Keuntungan Perusahaan pada tahun 2007 sekitar satu triliun rupiah, dengan total pajak kepada pemerintah sekitar 435 milyar rupiah b. Alokasi dana CSR bagi CD dan SDP sekitar 4 milyar pertahun (4.3 milyar tahun 2006 dan 3.6 milyar tahun 2007) terbagi atas: Pendanaan kegiatan fisik CSR yang telah dianggarkan secara rutin sebagai biaya investasi (Opex). Pendanaan guna membiayai aktivitas yang dianggarkan dalam biaya penyelenggaraan (FOH).

75 58 Berdasarkan tiga tabel diatas (tabel 5, 6 dan 7) memperlihatkan jika PT Indocement telah menetapkan komitmen dan kebijakan CSR secara tertulis lalu diimplementasikan ke dalam berbagai kegiatan dan program. Secara tertulis, kebijakan CSR PT Indocement telah mempertimbangkan prinsip triple bottom lines yaitu turut memperhatikan keberlanjutan pembangunan dalam aspek lingkungan, sosial dan ekonomi. Namun, dalam wujud implementasi CSR belum memberikan perhatian yang maksimal terhadap aspek sosial (planet) dan aspek ekonomi (profit). Tidak ada secara rinci bagaimana bentuk CSR kepada stakeholders eksternal seperti konsumen, pemasok, NGO dan lain-lain serta transparansi terkait dana kepada stakeholders eksternal (masyarakat). Selain itu, masyarakat di 12 desa binaan sendiri merasakan bahwa implementasi program yang telah dilaksanakan belum tepat sasaran. Hal ini mungkin karena PT Indocement belum menetapkan skala prioritas melalui penetapan wilayah Ring 1, 2 dan 3 yang disusun berdasarkan kontribusi dampak negatif yang diterima masyarakat. 5.5 Program CSR PT Indocement di Unit Operasi Citeureup Dalam kaitannya dengan program CSR, PT Indocement memiliki Renstra CSR Renstra CSR PT Indocement diterjemahkan dari visi, misi dan tujuan perusahaan, serta dari visi, misi dan tujuan CSR PT Indocement dengan mempertimbangkan masalah dan kebutuhan stakeholders (Gambar 6). Dalam konteks Bina Lingkungan, program prioritas CSR PT Indocement dikemas dalam Program Lima Pilar Pengembangan Masyarakat, dan Proyek Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Project (SDP). PT Indocement yang beroperasi di Citeureup, memiliki sembilan pabrik yang termasuk ke dalam tiga Kecamatan yang berbeda yaitu Kecamanatan Citeureup, Kecamantan Cileungsi dan Kecamatan Klapanunggal. Dari masingmasing kecamatan tersebut ditentukan desa binaan yang menjadi skala priortias program CSR PT Indocement, yaitu tujuh desa di Kecamatan Citeureup, empat desa di Kecamatan Klapanunggal dan satu desa di Kecamatan Cileungsi sehingga jumlah keseluruhan desa binaan adalah 12 desa. Keduabelas desa binaan tersebut adalah desa Gunung Putri, Citeureup, Puspanegara, Lulut, Leuwi Karet, Nambo,

76 59 Bantarjati, Tarikolot, Gunung Sari, Pasir Mukti, Tajur dan Hambalang. Dasar pertimbangan dalam menentukkan desa binaan adalah desa yang berada disekitar operasi perusahaan (terdekat) serta kemungkinan dampak negatif yang dapat diterima masyarakat desa. Adalah wajar bahkan suatu keharusan menurut Crane, A et al. (2008) bahwa program CSR diprioritaskan kepada masyarakat terdekat dengan perusahaan dan yang mungkin paling rawan berisko. VISI, MISI & TUJUAN PERUSAHAAN TRIPLE BOTTOM LINES RENSTRA CSR 5 TAHUN PROGRAM LIMA PILAR 1. Pendidikan 2. Ekonomi 3. Kesehatan 4. Sosbudag & Olahraga 5. Keamanan PROYEK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN 1. Jatropha 2. Waste Energi 3. Peternakan 4. Local Purchase 5. Local Employee 6. UMKM TUJUAN TAHUNAN 2006: Pemetaan sosial dan data dasar 2007: Jatropha, Waste Energi, Local Purchase, Local Employee 2008: Peternakan, UMKM, Komposter, Kampanye AIDS, Edukasi Habit Guru 2009: Lingkungan Masyarakat, Penghijauan Lahan Kosong Pabrik 2010: Lingkungan Masyarakat, Penghijauan Lahan Kosong 3 Kecamatan Gambar 6. Proses Perumusan Program CSR PT Indocement Penentuan program CSR untuk 12 desa binaan terlebih dahulu dilakukan pemetaan sosial oleh pihak perusahaan untuk mendapatkan gambaran atau data yang jelas dan akurat mengenai situasi/kondisi yang ada di masyarakat binaan sehingga bisa menentukan prioritas program yang akan dilaksanakan agar

77 60 program lebih tepat sasaran dan tepat guna sesuai dengan kebutuhan masyarakat binaan. Pemetaan sosial ini dilakukan oleh pihak ketiga (independen) yaitu IPB yang menghasilkan data mengenai: 1) basis data sosiodemografi terkait kependudukan, pendidikan, dan kesehatan, 2) kebutuhan bantuan pendidikan, kesehatan, sosial, budaya, agama dan lain-lain, 3) potensi desa bidang usaha mikro dan menengah, 4) perilaku masyarakat binaan yang lebih memilih bekerja di perusahaan daripada berusaha mandiri, 5) tingkat persepsi komunitas atas kegiatan CSR perusahaan. Selain dilakukan pemetaan sosial dan survei oleh pihak perusahaan, dilakukan juga dengan mengevaluasi kegiatan CSR tahun lalu, melakukan pertemuan Bilikom (Bina Lingkungan dan Komunikasi) di 12 Desa Binaan untuk mengetahui kebutuhan masyarakat binaan, serta mengacu pada Rencana Pembangunan Desa (Renbangdes) yang merupakan hasil musyawarah rencana pembangunan di tiap desa. Setelah itu, perusahaan menganalisis kebutuhan masyarakat desa binaan dan menetapkan rencana program sesuai dengan skala prioritas (Gambar 7). Kebutuhan Masyarakat BILIKOM Kebijakan CSR PT Indocement Analisis Kebutuhan Renbangdes Rencana Program Kerangka Pemikiran Rencana Tahunan Program CSR Monitoring & Evaluasi Realisasi Program Gambar.7 Tahapan Pelaksanaan Program CSR PT Indocement (Indocement 2008)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembukaan UUD 1945 mengamanatkan tujuan pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,

Lebih terperinci

KEBIJAKAN, IMPLEMENTASI DAN KOMUNIKASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. ANGGARY PASHA DEWANI

KEBIJAKAN, IMPLEMENTASI DAN KOMUNIKASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. ANGGARY PASHA DEWANI KEBIJAKAN, IMPLEMENTASI DAN KOMUNIKASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. ANGGARY PASHA DEWANI DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (TJP) atau Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu tindakan atau konsep yang dilakukan oleh perusahaan sesuai kemampuan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS ORGANISASI DAN IMPLEMENTASI PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK. Oleh: Annisa Rahmawati I

EFEKTIVITAS ORGANISASI DAN IMPLEMENTASI PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK. Oleh: Annisa Rahmawati I EFEKTIVITAS ORGANISASI DAN IMPLEMENTASI PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK. Oleh: Annisa Rahmawati I34060667 DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan dapat dikatakan sebagai salah satu aktor ekonomi dalam satu wilayah, baik itu wilayah desa, kecamatan, kabupaten, provinsi, dan negara. Sebagai salah satu

Lebih terperinci

DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK TERHADAP MASYARAKAT LOKAL (Studi kasus di Desa Nambo, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi

Lebih terperinci

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam melakukan kegiatan operasinya selalu berusaha untuk memaksimalkan laba untuk mempertahankan keberlangsungannya. Dalam upaya memaksimalkan laba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan merupakan suatu kesatuan usaha yang menghasilkan barang dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan merupakan suatu kesatuan usaha yang menghasilkan barang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu kesatuan usaha yang menghasilkan barang dan jasa. Dalam setiap aktivitasnya, komunikasi adalah suatu instrumen yang penting dalam

Lebih terperinci

Corporate Social Responsibility (CSR) Bidang Pertanian

Corporate Social Responsibility (CSR) Bidang Pertanian Corporate Social Responsibility (CSR) Bidang Pertanian Konseptualisasi CSR Dr. Ir. Teguh Kismantoroadji, M.Si. Ir. Indah Widowati, MP. Eko Murdiyanto, SP., M.Si. Pertemuan-1 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS UPN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia usaha semakin menyadari bahwa perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada nilai perusahaan yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan sebagai sebuah sistem, dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak dapat berdiri sendiri. Keberadaan perusahaan dalam lingkungan masyarakat membawa pengaruh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Isyarat atau signal menurut Brigham dan Houston (2009) adalah suatu tindakan

BAB II LANDASAN TEORI. Isyarat atau signal menurut Brigham dan Houston (2009) adalah suatu tindakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Signaling Theory Isyarat atau signal menurut Brigham dan Houston (2009) adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Seiring berjalannya waktu, perkembangan teknologi adalah sesuatu hal yang pasti. Perkembangan teknologi semakin lama semakin berkembang dengan pesat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisa hanya berfokus kepada laba saja. Perusahaan dituntut untuk lebih

BAB I PENDAHULUAN. bisa hanya berfokus kepada laba saja. Perusahaan dituntut untuk lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam menjalankan usahanya, setiap perusahaan tentunya berfokus pada laba yang dihasilkan. Tetapi dengan berkembangnya dunia usaha, perusahaan tidak bisa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development)

BAB 1 PENDAHULUAN. kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) 16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini dunia usaha tidak lagi hanya memperhatikan catatan keuangan perusahaan semata (single bottom line), juga aspek sosial dan lingkungan yang biasa

Lebih terperinci

BAB VI PARTISIPASI DALAM IMPLEMENTASI PROGRAM

BAB VI PARTISIPASI DALAM IMPLEMENTASI PROGRAM BAB VI PARTISIPASI DALAM IMPLEMENTASI PROGRAM Analisis mengenai tingkat partisipasi peserta dalam implementasi program pelatihan montir sepeda motor dan pelatihan membatik limbah kertas semen akan dijelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi situasi ekonomi pasar bebas. Perkembangan bisnis dalam

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi situasi ekonomi pasar bebas. Perkembangan bisnis dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Corporate Social Responsibility (CSR), merupakan suatu wacana yang sedang mengemuka di dunia bisnis atau perusahaan. Wacana CSR tersebut digunakan oleh perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Corporate Social Responsibility (CSR) 2.1.1. Pengertian CSR Definisi Corporate Social Responsibility yang biasanya disingkat CSR adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate

BAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate social responsibility (CSR) merupakan bagian penting dari strategi bisnis berkelanjutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Berdasarkan UNFPA (2003) dalam Population and Development Strategies Series

BAB I PENDAHULUAN. 1 Berdasarkan UNFPA (2003) dalam Population and Development Strategies Series BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Beberapa waktu dalam dasawarsa terakhir ini, konsep mengenai programprogram Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan semakin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sejalan dengan topik dan tujuan skripsi, dalam bab tinjauan pustaka ini dipaparkan tentang CSR yang meliputi perkembangan dan definisi CSR serta prinsip dan ruang lingkup CSR. Dilanjutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini dunia usaha semakin berkembang pesat dan masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini dunia usaha semakin berkembang pesat dan masing-masing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini dunia usaha semakin berkembang pesat dan masing-masing perusahaan beradu strategi dan inovasi untuk menarik konsumen. Persaingan ketat yang ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai suatu entitas bisnis, sebuah perusahaan bertujuan untuk mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin. Tujuan tersebut terkadang menyebabkan perusahaan

Lebih terperinci

PENGUNGKAPAN INFORMASI SOSIAL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DALAM LAPORAN TAHUNAN

PENGUNGKAPAN INFORMASI SOSIAL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DALAM LAPORAN TAHUNAN PENGUNGKAPAN INFORMASI SOSIAL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DALAM LAPORAN TAHUNAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saham atau pihak-pihak yang mempunyai kepentingan keuangan tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. saham atau pihak-pihak yang mempunyai kepentingan keuangan tetapi juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan mempunyai tanggung jawab bukan hanya kepada pemegang saham atau pihak-pihak yang mempunyai kepentingan keuangan tetapi juga kepada lingkungan dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya kesadaran dan kepekaan para stakeholders perusahaan, maka

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya kesadaran dan kepekaan para stakeholders perusahaan, maka 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selama kurun waktu 20-30 tahun terakhir ini, kesadaran masyarakat akan peran perusahaan dalam lingkungan sosial semakin meningkat. Banyak perusahaan besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan suatu negara menjadi tanggung jawab semua insan yang berada di dalam negara tersebut, tidak terkecuali perusahaan ataupun industri, untuk mewujudkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber informasi penting yang dipakai oleh stakeholders untuk menilai

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber informasi penting yang dipakai oleh stakeholders untuk menilai 18 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya, laporan keuangan digunakan sebagai salah satu sumber informasi penting yang dipakai oleh stakeholders untuk menilai kinerja perusahaan, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja, serta kerusakan hutan dan lingkungan (Sembiring, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. kerja, serta kerusakan hutan dan lingkungan (Sembiring, 2005). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tidak dapat dipungkiri bahwa adanya perusahaan memberikan keuntungan bagi masyarakat. Dengan adanya perusahaan membuka lapangan pekerjaan dan menyediakan barang dan

Lebih terperinci

ROAD MAP GOOD GOVERNANCE BPJS KETENAGAKERJAAN

ROAD MAP GOOD GOVERNANCE BPJS KETENAGAKERJAAN ROAD MAP GOOD GOVERNANCE BPJS KETENAGAKERJAAN ROAD MAP GOOD GOVERNANCE Visi: Menjadi Badan penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) berkelas dunia, terpercaya, bersahabat dan unggul dalam Operasional dan Pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jalal (2013) dalam tulisan artikelnya mengatakan bahwa tanggungjawab

BAB I PENDAHULUAN. Jalal (2013) dalam tulisan artikelnya mengatakan bahwa tanggungjawab BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalal (2013) dalam tulisan artikelnya mengatakan bahwa tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate social responsibility sejak beberapa tahun belakangan seperti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia terus mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Meski bukan lagi menjadi isu baru, CSR dapat menjembatani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility mungkin

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility mungkin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility mungkin masih kurang populer di kalangan pelaku bisnis di Indonesia. Namun, tidak berlaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. Sudah lama kita ketahui bahwa tujuan umum dari sebuah usaha didirikan adalah untuk mencari keuntungan atau laba, laba sendiri merupakan hasil yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, perusahaan merupakan salah satu bentuk organisasi yang memiliki tujuan. Salah satu tujuan perusahaan yaitu untuk memenuhi kepentingan para stakeholder.

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK PT SURYA CITRA MEDIA Tbk

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK PT SURYA CITRA MEDIA Tbk PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK PT SURYA CITRA MEDIA Tbk Perseroan meyakini bahwa pembentukan dan penerapan Pedoman Tata Kelola Perusahan Yang Baik ( Pedoman GCG ) secara konsisten dan berkesinambungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sosial, ekonomi, politik, kesehatan, dan lingkungan makin banyak. Kemajuan

I. PENDAHULUAN. sosial, ekonomi, politik, kesehatan, dan lingkungan makin banyak. Kemajuan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Motivasi utama setiap perusahaan atau industri atau bisnis adalah meningkatkan keuntungan. Logika ekonomi neoklasik adalah bahwa dengan meningkatnya keuntungan dan kemakmuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disahkan 20 Juli 2007 menandai babak baru pengaturan CSR di negeri ini.

BAB I PENDAHULUAN. disahkan 20 Juli 2007 menandai babak baru pengaturan CSR di negeri ini. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsep tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) yang dikemukakan H. R. Bowen (1953), muncul sebagai akibat karakter perusahaan yang

Lebih terperinci

17 BAB 1 PENDAHULUAN

17 BAB 1 PENDAHULUAN 17 BAB 1 PENDAHULUAN 18 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hakikatnya setiap orang maupun organisasi memiliki tanggung jawab sosial terhadap lingkungannya. Pada konteks perusahaan, tanggung jawab

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kontribusinya dalam kehidupan komunitas lokal sebagai rekanan dalam kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. kontribusinya dalam kehidupan komunitas lokal sebagai rekanan dalam kehidupan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehadiran perusahaan sebagai bagian dari masyarakat seharusnya memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar dan dituntut untuk memberikan kontribusinya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social

BAB I PENDAHULUAN. tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan apakah terdapat perbedaan tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan era globalisasi yang terjadi saat ini telah berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan era globalisasi yang terjadi saat ini telah berdampak pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan era globalisasi yang terjadi saat ini telah berdampak pada perubahan lingkungan yang menyebabkan semakin ketatnya persaingan dalam dunia industri. Makin

Lebih terperinci

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN P T Darma Henwa Tbk PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN TATA KELOLA PERUSAHAAN PT Darma Henwa Tbk DAFTAR ISI Kata Pengantar 3 BAB I PENGANTAR. 4 1. Mengenal Good Corporate Governance (GCG) 4 2.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate social responsibility (CSR) semakin banyak dibahas di kalangan bisnis.

Lebih terperinci

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan prasyarat utama untuk memperbaiki derajat kesejahteraan rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan prasyarat utama untuk memperbaiki derajat kesejahteraan rakyat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kualitas manusia sebagai sumberdaya pembangunan merupakan prasyarat utama untuk memperbaiki derajat kesejahteraan rakyat. Indonesia pada September tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas. Tujuan perusahaan adalah mencapai laba yang sebesar-besarnya dan memakmurkan pemilik perusahaan atau para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan atau dalam bahasa Inggris adalah enterprise terdiri dari satu

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan atau dalam bahasa Inggris adalah enterprise terdiri dari satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perusahaan atau dalam bahasa Inggris adalah enterprise terdiri dari satu atau lebih unit-unit usaha yang disebut pabrik. Perusahaan merupakan suatu lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wacana CSR berkembang. Munculnya KTT Bumi di Rio pada 1992

BAB I PENDAHULUAN. wacana CSR berkembang. Munculnya KTT Bumi di Rio pada 1992 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Saat ini persoalan lingkungan sudah menjadi persoalan yang menarik dan menjadi isu sentral bagi negara-negara di dunia. Semenjak tahun 1980-1990, wacana CSR

Lebih terperinci

ANALISIS TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY/CSR) SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN MASYARAKAT

ANALISIS TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY/CSR) SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN MASYARAKAT ANALISIS TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY/CSR) SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN MASYARAKAT (Studi Kasus Pengembangan Perekonomian Lokal Melalui Program Kemitraan PT ANTAM Tbk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan pertumbuhan ekonomi di suatu Negara dapat memberikan dampak

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan pertumbuhan ekonomi di suatu Negara dapat memberikan dampak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peningkatan pertumbuhan ekonomi di suatu Negara dapat memberikan dampak positif dan negatif bagi Negara tersebut. Salah satu dampak positif dari pekembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal Tahun 2016 telah berlaku ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 Corporate Social Responsibility 2.1.1.1 Konsep Corporate Social Responsibility Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) memiliki banyak definisi

Lebih terperinci

EVALUASI PROGRAM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT

EVALUASI PROGRAM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT EVALUASI PROGRAM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT (Studi Kasus: Pengelolaan Sampah Terpadu Gerakan Peduli Lingkungan (GPL) Perumahan Pondok Pekayon Indah, Kelurahan Pekayon Jaya, Bekasi Selatan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan lingkungan menjadi semakin menarik seiring dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan lingkungan menjadi semakin menarik seiring dengan adanya BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Isu mengenai lingkungan bukan lagi merupakan suatu isu yang baru. Persoalan lingkungan menjadi semakin menarik seiring dengan adanya perkembangan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan oleh perusahaan sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadap lingkungan dan stakeholder,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era persaingan bisnis saat ini, sebuah perusahaan dituntut untuk mampu memiliki langkahlangkah inovatif yang mampu memberi daya saing dengan kompetitor. Selain

Lebih terperinci

Corporate Social Responsibility (CSR) Bidang Pertanian

Corporate Social Responsibility (CSR) Bidang Pertanian Corporate Social Responsibility (CSR) Bidang Pertanian Konteks CSR Dr. Ir. Teguh Kismantoroadji, M.Si. Ir. Indah Widowati, MP. Eko Murdiyanto, SP., M.Si. Pertemuan-2 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS UPN V YK 1

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam perkembangan di era globalisasi dan persaingan bebas saat ini,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam perkembangan di era globalisasi dan persaingan bebas saat ini, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan di era globalisasi dan persaingan bebas saat ini, perekonomian nasional yang diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai awal munculnya konsep pembangunan berkelanjutan adalah karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai awal munculnya konsep pembangunan berkelanjutan adalah karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai awal munculnya konsep pembangunan berkelanjutan adalah karena perhatian kepada lingkungan. Terutama sumber daya alam yang tidak bisa diperbaharui sedang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. media pengungkapan (disclosure) maupun perangkat evaluasi dan monitoring

BAB I PENDAHULUAN. media pengungkapan (disclosure) maupun perangkat evaluasi dan monitoring BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelaporan merupakan komponen penting dalam setiap kegiatan, baik sebagai media pengungkapan (disclosure) maupun perangkat evaluasi dan monitoring bagi perusahaan terbuka.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) adalah salah satu kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) adalah salah satu kegiatan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Program tanggung jawab sosial perusahaan atau lebih dikenal dengan Corporate Social Responsibility (CSR) adalah salah satu kegiatan yang direkomendasikan oleh

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. disebut Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dimulai tahun 2015 ini. Secara

BAB I. Pendahuluan. disebut Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dimulai tahun 2015 ini. Secara BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Implementasi perjanjian ASEAN Free Trade Area (AFTA) atau biasa disebut Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dimulai tahun 2015 ini. Secara umum perjanjian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia usaha kini berkembang pesat seiring dengan perkembangan pesat dalam dunia teknologi dan informasi yang kemudian melahirkan era globalisasi dan memicu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini dunia usaha tidak hanya memperhatikan informasi laporan keuangan perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting lainnya yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan keunggulan kompetitif (competitive advantage) bisnisnya agar

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan keunggulan kompetitif (competitive advantage) bisnisnya agar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini tidak dapat dipungkiri bahwa globalisasi telah mempengaruhi beberapa aspek kehidupan manusia. Salah satu aspek yang paling signifikan perubahannya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terakhir. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), terjadi peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. terakhir. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), terjadi peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perusahaan manufaktur yang sangat pesat menciptakan persaingan usaha yang semakin ketat di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. publik eksternalnya adalah mereka yang berada di luar bagian dari organisasi atau

BAB I PENDAHULUAN. publik eksternalnya adalah mereka yang berada di luar bagian dari organisasi atau 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagian orang menganggap organisasi sebagai suatu objek yang menyenangkan dan menarik. Tujuan utama organisasi adalah untuk memahami organisasi dengan mendeskripsikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Sinyal Pengungkapan sustainability report bertujuan untuk menyediakan informasi tambahan mengenai kegiatan perusahaan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DALAM PEMBERDAYAAN UKM PADA BANK MANDIRI

IMPLEMENTASI PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DALAM PEMBERDAYAAN UKM PADA BANK MANDIRI IMPLEMENTASI PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DALAM PEMBERDAYAAN UKM PADA BANK MANDIRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan-perusahaan pada masa kini mengalami pergeseran paradigma. Perusahaan tidak satu-satunya mempunyai tujuan utama dalam menghasilkan laba, namun perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam menjalankan sebuah perusahaan tentunya akan dibatasi oleh beberapa hal, salah satunya ialah kebijakan dan etika bisnis yang berlaku. Kebijakan yang dimaksud ialah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban yang harus dilaksanakan oleh suatu perusahaan dimana merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban yang harus dilaksanakan oleh suatu perusahaan dimana merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Corporate social responsibility (CSR) merupakan salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh suatu perusahaan dimana merupakan wujud tanggungjawab dan sikap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan.

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan. BAB I PENDAHULUAN Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan. Penanggulangan kemiskinan memerlukan upaya yang sungguh-sungguh, terusmenerus, dan terpadu dengan menekankan pendekatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumber daya alam yang berlimpah, yang kemudian

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumber daya alam yang berlimpah, yang kemudian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya alam yang berlimpah, yang kemudian dimanfaatkan oleh banyak perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari hasil tambang batubara. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB I. Pada awalnya bisnis dibangun dengan paradigma single bottom line

BAB I. Pada awalnya bisnis dibangun dengan paradigma single bottom line BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagian besar perusahaan, terutama di Indonesia saat ini masih fokus untuk mengungkapkan laporan keuangan yang berkaitan dengan kinerja keuangan saja. Laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya penerapan sistem tata kelola perusahaan yang baik atau Good

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya penerapan sistem tata kelola perusahaan yang baik atau Good 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pentingnya penerapan sistem tata kelola perusahaan yang baik atau Good Corporate Governance (GCG) masih menjadi fokus utama dalam pengembangan usaha di Indonesia

Lebih terperinci

Corporate Social Responsibility (CSR) Bidang Pertanian

Corporate Social Responsibility (CSR) Bidang Pertanian Corporate Social Responsibility (CSR) Bidang Pertanian Paradigma dalam CSR Dr. Ir. Teguh Kismantoroadji, M.Si. Ir. Indah Widowati, MP. Eko Murdiyanto, SP., M.Si. Pertemuan-7 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS UPN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekarang ini banyak sekali perusahaan yang terus berlomba melakukan kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) untuk mendapatkan perhatian stakeholdersnya. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility (CSR)).

BAB I PENDAHULUAN. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility (CSR)). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, menghadapi dampak globalisasi, kemajuan informasi teknologi, dan keterbukaan pasar, perusahaan harus secara serius dan terbuka memperhatikan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN SERTA PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) dan

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) dan keberlanjutan (sustainability) perusahaan telah menjadi isu perkembangan utama perusahaan.

Lebih terperinci

Corporate Social Responsibility. Etika bisnis

Corporate Social Responsibility. Etika bisnis Corporate Social Responsibility Etika bisnis Perkembangan CSR Dalam perkembangan negara industri, terjadi pengelompokkan negaranegara terutama dalam golongan yang dikenal sebagai negara penghasil bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini adalah informasi tentang tanggung jawab sosial perusahaan. Corporate

BAB I PENDAHULUAN. saat ini adalah informasi tentang tanggung jawab sosial perusahaan. Corporate BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu informasi yang sering diminta untuk diungkapkan perusahaan saat ini adalah informasi tentang tanggung jawab sosial perusahaan. Corporate social responsibility

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT. Sapto Rachmadi April 2016

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT. Sapto Rachmadi April 2016 PEMBERDAYAAN MASYARAKAT Sapto Rachmadi April 2016 WBCSD (WORLD BUSINESS COUNCIL FOR SUSTAINABLE DEELOPMENT) CSR adalah komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, melalui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ditengah perkembangan ekonomi yang semakin meningkat, hampir

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ditengah perkembangan ekonomi yang semakin meningkat, hampir BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ditengah perkembangan ekonomi yang semakin meningkat, hampir seluruh perusahaan yang ada di setiap negara berlomba-lomba untuk menjalankan bisnisnya dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. revolusi industri (akuntansi konvensional) menyebabkan pelaporan akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. revolusi industri (akuntansi konvensional) menyebabkan pelaporan akuntansi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi revolusi industri (akuntansi konvensional) menyebabkan pelaporan akuntansi lebih banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan yang terjadi menjadikan masyarakat sebagai stakeholder semakin. kegiatan bisnisnya terhadap lingkungan dan sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan yang terjadi menjadikan masyarakat sebagai stakeholder semakin. kegiatan bisnisnya terhadap lingkungan dan sekitarnya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan lingkungan bisnis yang sangat pesat akhir-akhir ini membuat banyak perubahan pada aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Perubahan yang terjadi

Lebih terperinci

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Modul ke: Fakultas 09Pasca Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Pembuatan Template Powerpoint untuk digunakan sebagai template standar modul-modul yang digunakan dalam perkuliahan Cecep Winata

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. (corporate social responsibility) dikemukakan oleh John Elkington (1997) yang

PENDAHULUAN. (corporate social responsibility) dikemukakan oleh John Elkington (1997) yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Satu terobosan besar perkembangan gema tanggungjawab sosial perusahaan (corporate social responsibility) dikemukakan oleh John Elkington (1997) yang terkenal

Lebih terperinci

BAB V. STRATEGI PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. DALAM MEMBANGUN KOMUNIKASI EFEKTIF

BAB V. STRATEGI PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. DALAM MEMBANGUN KOMUNIKASI EFEKTIF 40 BAB V STRATEGI PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. DALAM MEMBANGUN KOMUNIKASI EFEKTIF Perencanaan strategi dalam hubungan masyarakat melibatkan pengambilan keputusan tentang tujuan dan sasaran program,

Lebih terperinci

PUSAT KAJIAN ADMINISTRASI INTERNASIONAL LAN (2009)

PUSAT KAJIAN ADMINISTRASI INTERNASIONAL LAN (2009) ABSTRAK KEMITRAAN PEMERINTAH DAN SWASTA Pelaksanaan otonomi daerah telah membawa perubahan yang mendasar di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Perubahan tersebut tentunya tidak hanya berdampak pada sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sasaran Pembangunan Millennium (Millennium Development Goals atau disingkat dalam bahasa Inggris MDGs) adalah delapan tujuan yang diupayakan untuk dicapai pada tahun

Lebih terperinci

BUSINESS ETHIC AND GOOD GOVERNANCE Corporate Social Responsbility (E-LEARNING)

BUSINESS ETHIC AND GOOD GOVERNANCE Corporate Social Responsbility (E-LEARNING) Modul ke: BUSINESS ETHIC AND GOOD GOVERNANCE Corporate Social Responsbility (E-LEARNING) Fakultas Pascasarjana Dr. Anik Tri Suwarni, MM. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id KASUS PEMBUKA Pandangan

Lebih terperinci

MENGHARGAI SESAMA DAN MASYARAKAT PENDEKATAN ANZ TERHADAP HAK ASASI MANUSIA

MENGHARGAI SESAMA DAN MASYARAKAT PENDEKATAN ANZ TERHADAP HAK ASASI MANUSIA DAN MASYARAKAT 24 08 2010 PENDEKATAN ANZ TERHADAP HAK ASASI MANUSIA DAFTAR ISI PENDAHULUAN 3 BAGAIMANA KAMI MENERAPKAN STANDAR KAMI 4 STANDAR HAK ASASI MANUSIA KAMI 4 SISTEM MANAJEMEN KAMI 6 3 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Materi Kuliah ETIKA BISNIS. Tanggungjawab Sosial Perusahaan (CSR) Pertemuan ke-6

Materi Kuliah ETIKA BISNIS. Tanggungjawab Sosial Perusahaan (CSR) Pertemuan ke-6 Materi Kuliah ETIKA BISNIS Tanggungjawab Sosial Perusahaan (CSR) Pertemuan ke-6 Latar Belakang Munculnya isu pemanasan global, penipisan ozon, kerusakan hutan, kerusakan lokasi di pertambangan, pencemaran

Lebih terperinci

Judul : Industry Profile

Judul : Industry Profile Judul : Industry Profile dan Corporate Social Responsibility Expenditure (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2015) Nama : Ni Luh Putu Fivetina Wulan Ade Arika

Lebih terperinci

FENOMENA TAWURAN SEBAGAI BENTUK AGRESIVITAS REMAJA

FENOMENA TAWURAN SEBAGAI BENTUK AGRESIVITAS REMAJA FENOMENA TAWURAN SEBAGAI BENTUK AGRESIVITAS REMAJA (Kasus Dua SMA Negeri di Kawasan Jakarta Selatan) ANGGA TAMIMI OESMAN DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat banyaknya perusahaan menjadi semakin berkembang, maka pada saat itu pula kesenjangan sosial dan kerusakan lingkungan sekitarnya dapat terjadi, karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kerusakan lingkungan dan masyarakat (Prastowo dan Huda, 2011:39).

BAB I PENDAHULUAN. dalam kerusakan lingkungan dan masyarakat (Prastowo dan Huda, 2011:39). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan sering dipandang sebagai pedang bermata dua, perusahaan dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar, namun di sisi lain perusahaan

Lebih terperinci