UNGKAPAN LARANGAN MASYARAKAT LUBUAK SARIAK KENAGARIAN KAMBANG KECAMATAN LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNGKAPAN LARANGAN MASYARAKAT LUBUAK SARIAK KENAGARIAN KAMBANG KECAMATAN LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN"

Transkripsi

1 UNGKAPAN LARANGAN MASYARAKAT LUBUAK SARIAK KENAGARIAN KAMBANG KECAMATAN LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN Oleh: Yelvi Rahmadani 1, Ermanto 2, Ena Noveria 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Padang Yelvirahmadani@ymail.com ABSTRACT The purpose of this article is (1) to describe and analyze the categories of prohibition expressions and (2) to describe and analyze the social function of the prohibition expressions used in Lubuak Lubuak Sariak Kenagarian Kambang Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan. The data of this study is the expressions of prohibition in the language of Minangkabau. This research uses oral sources spoken by people in communication. The data is collected by using descriptive methods, recording techniques, and technical notes. The finding of this study is 90 prohibition expressions used by the people of Lubuak Sariak Kenagarian Kambang Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan. Kata kunci: ungkapan larangan; kategori; fungsi A. Pendahuluan Folklor merupakan bentuk kebudayaan masyarakat yang penyebaran dan pewarisannya dilakukan secara lisan yaitu disebarkan melalui tutur kata dari mulut ke mulut. Menurut Brunvand (dalam Danandjaja, 1991:2) mengungkapkan pengertian folklor adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif yang tersebar dan diwariskan turun-temurun, antara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi (anggapan) yang berbeda, baik dalam lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (mnemonic device). Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1990:234). Folklor adalah ilmu adat istiadat tradisional dan rakyat diwariskan secara turun-temurun tetapi tidak dibukukan. Oleh sebab itu, ada yang menyebutkan istilah folklor dengan tradisi lisan (oral tradition). Namun, istilah ini terlalu sempit dan istilah folklor lebih luas. Menurut Danandjaja (1991:3) ciri-ciri pengenal utama folklor adalah: (1) penyebaran dan pewarisannya biasanya dilakukan secara lisan yaitu disebarkan melalui tutur kata dari mulut ke mulut, (2) folklor bersifat tradisional, yakni disebarkan dalam bentuk relatif tetap atau dalam bentuk standar, (3) folklor ada (exist) dalam versi-versi bahkan varian-varian (bentuk) yang berbeda, (4) folklor bersifat anonim, yaitu nama penciptanya sudah tidak diketahui orang lagi, (5) folklor biasanya mempunyai bentuk berumus atau berpola. Cerita rakyat, misalnya: selalu mempergunakan kata-kata klise seperti bulan empat belas hari untuk menggambarkan 1 Mahasiswa penulis skripsi Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, wisuda periode September Pembimbing I, Dosen FBS Universitas Negeri Padang 3 Pembimbing II, Dosen FBS Universitas Negeri Padang 330

2 Ungkapan Laranagn Masyarakat Lubuak Sariak Kenagarian Kambang Yelvi Rahmadani, Ermanto, dan Ena Noveria kecantikan seorang gadis atau ungkapan-ungkapan tradisional, ulangan-ulangan, kalimatkalimat atau kata-kata pembukaan dan penutup yang baku, (6) folklor mempunyai kegunaan (function) dalam kehidupan bersama suatu kolektif, misalnya: cerita rakyat (dongeng) mempunyai kegunaan sebagai alat pendidik dan pelipur lara, (7) folklor bersifat pralogis yaitu mempunyai logika sendiri yang tidak sesuai dengan logika umum, (8) folklor menjadi milik bersama (collective)dari kolektif tertentu, (9) folklor pada umumnya bersifat polos dan lugu, sehingga seringkali kelihatannya kasar terlalu spontan. Bentuk-bentuk folklor terdiri dari folklor lisan (verbal folklore) antara lain: bahasa rakyat, ungkapan tradisional, pertanyaan tradisional, puisi rakyat dan cerita prosa rakyat. Folklor sebagian lisan antara lain: kepercayaan rakyat, permainan rakyat, teater rakyat, tari rakyat, adat istiadat, upacara dan pesta rakyat. Salah satu folklor sebagian lisan yang masih berkembang adalah kepercayaan rakyat. Kepercayaan rakyat pada umumnya berisi nasehat yang disampaikan secara polos dan lugu dan mengatur segala tingkahlaku serta perilaku masyarakat yang masih menganut kepercayaan ini. Adapun bentuk folklor bukan lisan yakni yang material dan bukan material. Masyarakat minangkabau salah satu suku bangsa Indonesia yang terkenal dengan kepercayaan rakyat. Kehidupan sosial Masyarakat sering diatur dengan memanfaatkan kepercayaan rakyat. Sebagian besar digunakan untuk menyampaikan suruhan dan larangan, serta didikan bagi anak-anak mereka. Meskipun mereka berpikiran modern, mereka tidak bisa melepaskan diri dari kepercayaan yang telah menjadi tradisi kehidupan mereka. Salah satu bentuk kepercayaan rakyat adalah ungkapan larangan. Menurut Poerwadarminta (dalam Danandjaja, 1991:153) ungkapan larangan disebut takhyul. Takhyul mengadung arti merendahkan atau menghina, maka ahli folklor modern lebih senang mempergunakan istilah kepercayaan rakyat (folk belief) atau keyakinan rakyat dari pada takhyul (superstitious), karena takhyul berarti hanya khayalan belaka, (sesuatu yang) hanya diangan-angan saja (sebenarnya tidak ada). Menurut Wayland D. Hand (dalam Danandjaja, 1991: ) mengklasifikasikan ungkapan larangan yang bersifat takhyul ke dalam empat golongan. (a) takhyul di sekitar lingkaran hidup manusia; (b) takhyul mengenai alam gaib; (c) takhyul mengenai terciptanya alam semesta dan dunia; (d) jenis takhyul lainnya. Selanjutnya Hand membagi takhyul di lingkungan hidup manusia dibagi ke dalam tujuh kategori: (1) lahir, masa bayi, dan masa kanakkanak; (2) tubuh manusia, dan obat-obatan rakyat; (3) rumah, dan pekerjaan rumah tangga; (4) mata pencaharian, dan hubungan sosial; (5) perjalanan dan perhubungan; (6) cinta, pacaran, dan menikah; (7) kematian, dan adat pemakaman. Hal yang menjadi dasar penelitian ini adalah pesatnya perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi yang masuk ke masyarakat dikhawatirkan akan berdampak buruk terhadap eksistensi ungkapan larangan, sehingga masyarakat tidak memperdulikan lagi apa fungsi dari ungkapan larangan, apabila hal ini dibiarkan terus-menerus dikhawatirkan suatu saat nanti ungkapan larangan ini hilang dan tidak dikenal lagi oleh masyarakat di Kenagarian Kambang padahal ungkapan larangan sangat perlu dipertahankan keberadaannya karena ungkapan larangan ini bertujuan untuk mendidik berperilaku sopan santun. Hal inilah yang mendorong penulis untuk meneliti ungkapan larangan agar tetap ada dan dikenal oleh masyarakat. Berdasarkan uraian di atas, tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mendeskripsikan kategori ungkapan larangan dan fungsi sosial ungkapan larangan dalam bahasa minangkabau masyarakat Lubuak Sariak Kenagarian Kambang Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan. B. Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Menurut Bogdan dan Tailor (dalam Moleong, 2005:5) mendefinisikan bahwa Metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata 331

3 Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 1 No. 1 September 2012; Seri B 87 - tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati atau penelitian yang tidak melakukan perhitungan. Sejalan dengan itu Semi (1993:23), mengatakan penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang dilakukan dengan tidak menggunakan angka-angka, tetapi mengunakan kedalaman penghayatan terhadap interaksi antar konsep yang sedang dikaji secara empiris. Penelitian ini mendeskripsikan kategori ungkapan larangan dan fungsi sosial ungkapan larangan dalam bahasa minangkabau dengan metode deskriptif dengan menggunakan teknik cakap, rekam dan catat. Data penelitian ini adalah ungkapan larangan yang digunakan oleh masyarakat dalam bahasa minangkabau di daerah Lubuak Sariak kenagarian Kambang ditinjau dari segi kategori dan fungsi sosial. Sumber data penelitian ini adalah sumber lisan. Sumber lisannya yaitu ungkapan larangan yang diucapkan oleh masyarakat dalam berkomunikasi. Setelah data dari ungkapan larangan yang diteliti terkumpul, teknik analisis data yang dilakukan menurut Mahsun (2005:229) dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) upaya pengumpulan data, (2) upaya pengelompokkan (pengklasifikasian) data berdasarkan tujuan penelitian. C. Temuan dan Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian data yang diperoleh sebanyak 90 data ungkapan larangan. Berdasarkan segi kategori ungkapan larangan ada 3 kategori yaitu: (1) di sekitar lingkaran hidup manusia, (2) mengenai alam gaib, dan (3) terciptanya alam semesta dan dunia, sedangkan dari segi fungsi sosial ungkapan larangan ada 2 fungsi sosial yaitu: (1) melarang dan (2) menyuruh. 1. Kategori Ungkapan Larangan a. Di sekitar lingkaran hidup manusia Kategori di sekitar lingkaran hidup manusia ada 8 yaitu: (a) kategori lahir dan hamil, (b) kategori masa bayi dan kanak-kanak, (c) kategori pekerjaan, (d) kategori obat-obatan dan tubuh manusia, (e) kategori perjalanan dan perhubungan, (f) kategori cinta, pacaran dan menikah, (g) kategori kematian dan adat pemakaman, (h) kategori hubungan sosial dan mata pencarian. Masing-masing kategori tersebut akan dibahas berikut ini. 1) Kategori lahir dan hamil Kategori lahir dan hamil, merupakan bagian dari kategori di sekitar lingkaran hidup manusia. Dikatakan kategori lahir dan hamil karena dalam ungkapan ini menggunakan masa lahir dan hamil sebagai contohnya. Kategori ini terdapat 14 data ungkapan larangan. Salah satu contoh kategori lahir dan hamil adalah: tali pusek anak yang baru laia indak buliah dibuangan ka batang aia, beko anak tu manjadi palala (tali pusar anak yang baru lahir tidak boleh di buang ke sungai, nanti anak kita tidak betah di rumah). Kategorinya adalah kategori lahir karena tali pusar anak yang baru lahir tidak boleh dibuang ke sungai. Sebaiknya tali pusar anak yang baru lahir disimpan baik-baik dan jangan dibuang ke sungai. Ungkapan ini berisi tentang larangan untuk ibu hamil agar tidak membuang tali pusar anaknya ke sungai. 2) Kategori masa bayi dan kanak-kanak Kategori masa bayi dan kakak-kanak merupakan bagian dari kategori di sekitar lingkaran hidup manusia. Dikatakan kategori masa bayi dan kanak-kanak karena dalam ungkapan ini menggunakan masa bayi dan kanak-kanak sebagai contohnya. Kategori ini terdapat 3 data ungkapan larangan. Salah satu contoh dari kategori masa bayi dan kanak-kanak adalah: indak buliah mambaok anak ketek manjanguak urang maningga, beko anak tu dapek panyakik (tidak boleh mengajak anak kecil menjenguk orang meninggal, nanti anak itu mendapat penyakit). Ungkapan ini berisi tentang pantangan untuk membawa anak kecil pergi menjenguk. Bagi yang melanggarnya berakibat tidak baik untuk kesehatan anaknya. Akibat perbuatannya tersebut anaknya akan mendapat penyakit. 332

4 Ungkapan Laranagn Masyarakat Lubuak Sariak Kenagarian Kambang Yelvi Rahmadani, Ermanto, dan Ena Noveria 3) Kategori pekerjaan Kategori pekerjaan merupakan bagian dari kategori di sekitar lingkaran hidup manusia. Dikatakan kategori pekerjaan karena dalam ungkapan ini melakukan pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari seperti: menyapu. Kategori initerdapat 7 data ungkapan larangan. Salah satu contoh kategorinya adalah: indak buliah manyapu dimalam hari, jauah rasaki dek nyo (tidak boleh menyapu pada malam hari, jauh reski wak). Pada data tersebut tidak diperbolehkan menyapu malam hari. Bagi yang melanggarnya akan berakibat tidak baik bagi pencariannya. Akibat perbuatannya tersebut akan jauh reskinya. 4) Kategori obat-obatan dan tubuh manusia Kategori tubuh manusia adalah bagian dari kategori di sekitar lingkaran hidup manusia. Ungkapan ini berisi kata-kata yang berhubungan dengan tubuh manusia mata, mulut dan sebagainya. Kategori ini terdapat 16 data ungkapan larangan. Salah satu contoh ungkapan larangan dari kategori tersebut adalah: indak buliah muatu pinjaik dimalam hari, beko buto mato wak (tidak boleh menjahit pada malam hari, nanti buta mata kita). Ungkapan larangan pada data tersebut ditujukan kepada masyarakat umum tidak diperbolehkan bagi siapa saja untuk menjahit pada malam hari. Bagi yang melanggarnya berakibat tidak baik bagi kesehatan tubuhnya. Akibat perbuatan tersebut matanya akan buta. 5) Kategori perjalanan dan perhubungan Kategori perjalanan adalah kategori yang merupakan bagian dari kategori di sekitar lingkaran hidup manusia. Dinamakan kategori perjalanan karena dalam ungkapan ini terdapat larangan dalam melakukan perjalanan. Sedangkan dinamakan kategori perhubungan adalah komunikasi dengan orang lain. Kategori ini terdapat 3 data ungkapan larangan. Salah satu contoh ungkapan larangan dari kategori tersebut adalah: indak buliah pai bolak baliak, beko sial wak dek nyo (tidak boleh pergi bolak balik nanti kita terkena sial). Ungkapan tersebut ditujukan kepada masyarakat umum tidak diperbolehkan bagi siapa saja untuk melakukan perjalanan dengan bolak-balik. Bagi yang melanggarnya berakibat tidak baik bagi perjalanannya. Akibat perbuatannya tersebut dia akan mendapatkan sial dalam perjalanan. 6) Kategori cinta, pacaran dan menikah Kategori cinta, pacaran dan menikah merupakan bagian dari kategori di sekitar lingkaran hidup manusia. Dikatakan kategori menikah karena dalam ungkapan ini adanya yang akan menikah sebagai contohnya. Kategori ini terdapat 9 data ungkapan larangan. Salah satu contoh ungkapan larangannya adalah: indak buliah mandahului kakaknyo (padusi) kalau kabaralek, beko payah dapek laki kakak wak (orang yang akan menikah tidak boleh mendahului kakaknya, nanti susah mendapatkan suami kakak perempuan kita). Jika ia mendahului kakaknya menikah maka kakaknya akan susah mendapatkan suami. Ungkapan ini berisi tentang larangan untuk mendahului kakaknya jika ingin menikah. 7) Kategori kematian dan adat pemakaman Kategori kematian merupakan bagian dari kategori disekitar lingkaran hidup manusia. Dikatakan kategori kematian karena dalam ungkapan ini adanya yang akan meninggal sebagai contohnya. Kategori ini terdapat 6 data ungkapan larangan. Salah satu contoh dari kategori tersebut adalah: indak buliah mamoto binatang kesayangan, beko capek matinyo (tidak boleh memoto binatang kesayangan, nanti cepat matinya). Ungkapan ini berisi tentang pantang untuk tidak melakukan sesuatu yang akan berakibat tidak baik, karena ada binatang yang akan meninggal. 8) Kategori hubungan sosial dan mata pencarian Kategori hubungan sosial merupakan bagian dari kategori disekitar lingkaran hidup manusia. Dikatakan kategori hubungan sosial karena dalam kehidupan sehari-hari masyarakat 333

5 Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 1 No. 1 September 2012; Seri B 87 - hidup saling berinteraksi sosial. Kategori ini terdapat 3 data ungkapan larangan. Salah satu contoh ungkapan larangannya dari kategori tersebut adalah: indak buliah manyapu katiko baralek, beko alek mandapek sial (tidak boleh menyapu ketika pesta, nanti pesta mendapat sial). Jika menyapu pada saat pesta berlangsung sama saja dengan mengusir tamu yang datang. Sebaiknya jika tamu datang disuruh masuk dan disuruh menikmati hidangan yang telah disediakan. b. Kategori Mengenai Alam Gaib Kategori mengenai alam gaib ada 7 yaitu: (1) kategori roh, (2) kategori setan, (3) kategori hantu, (4) kategori kekuatan sakti, (5) kategori alam gaib, (6) kategori Tuhan, dan (7) kategori tuyul. 1) Kategori Roh Kategori roh adalah kepercayaan rakyat mengenai akan adanya makhluk-makhluk gaib. Roh adalah sejenis makhluk hidup yang sudah meninggal. Kategori ini terdapat 1 data ungkapan larangan. Contohnya: Anak ketek indak buliah main di dakek kuburan beko tasapo (anak kecil tidak boleh main di dekat kuburan nanti kesambet). Ungkapan tersebut ditujukan kepada anak kecil. Tidak diperbolehkan bagi anak kecil untuk main di dekat kuburan. Bagi yang melanggarnya berakibat tidak baik bagi kesehatannya. Akibat perbuatannya tersebut dia akan kesambet. 2) Kategori Setan Kategori setan adalah kepercayaan rakyat mengenai akan adanya makhluk-makhluk gaib. setan adalah sejenis makhluk gaib yang tidak dapat dilihat tetapi ada dikehidupan nyata. Kategori ini terdapat 1 data ungkapan larangan. Contohnya: Indak buliah bakaliaran diwakatu mugarik, beko disapo setan wak (tidak boleh pergi bermain pada waktu magrib, nanti ditegur setan kita). Ungkapan tersebut ditujukan kepada siapa saja. Tidak diperbolehkan bagi siapa saja untuk pergi bermain pada waktu magrib. Bagi yang melanggarnya berakibat tidak baik bagi kesehatannya. Akibat perbuatannya tersebut dia akan ditegur oleh setan. 3) Kategori Hantu Kategori hantu adalah kepercayaan rakyat mengenai akan adanya makhluk-makhluk gaib. Hantu adalah sejenis makhluk gaib yang tidak dapat dilihat tetapi ada dikehidupan nyata. Kategori ini terdapat 4 data ungkapan larangan. Salah satu contoh ungkapan larangannya adalah: indak buliah mandi diwakatu mugarik, beko dipiciak antu wak (tidak boleh mandi pada waktu magrib, nanti dicubit hantu kita). Ungkapan larangan tersebut ditujukan kepada siapa saja. Tidak diperbolehkan bagi siapa saja untuk mandi pada waktu magrib. Bagi yang melanggarnya berakibat tidak baik bagi kesehatannya. Akibat perbuatannya tersebut dia akan dicubit oleh hantu. 4) Kategori Kekuatan Sakti Kategori kekuatan sakti adalah kepercayaan rakyat mengenai akan adanya kekuatan sakti yang dimiliki oleh seseorang, seperti Pelesit. Peleset adalah sejenis makhluk penghisap darah anak kecil. Kategori ini terdapat 1 data ungkapan larangan yaitu: Anak ketek kalau pai kalua rumah mambaok dasun tungga, kalau indak beko kanai palasik (Anak kecil kalau pergi keluar rumah membawa bawang putih, kalau tidak nanti bisa ditegur pelesit) Ungkapan larangan tersebut ditujukan kepada seorang ibu. Jika membawa anaknya keluar rumah bawalah bawa putih. Bagi yang melanggarnya berakibat tidak baik bagi kesehatan bayinya. Akibat perbuatannya tersebut bayinya akan ditegur pelesit. 334

6 Ungkapan Laranagn Masyarakat Lubuak Sariak Kenagarian Kambang Yelvi Rahmadani, Ermanto, dan Ena Noveria 5) Kategori Alam Gaib Kategori alam gaib adalah kepercayaan rakyat mengenai akan adanya makhluk-makhluk dan alam gaib, seperti: di alam mimpi. Kategori ini terdapat 2 data ungkapan larangan. Salah satu contoh ungkapan larangannya adalah: indak buliah makan di ateh kasua, beko bamimpi dikaja imau wak (tidak boleh makan di atas kasur, nanti bermimpi dikejar harimau kita). Ungkapan larangan tersebut ditujukan kepada siapa saja. Tidak diperbolehkan bagi siapapun untuk makan di atas kasur. Bagi yang melanggarnya akan bermimpi dikejar harimau. 6) Kategori Tuhan Kategori Tuhan adalah kepercayaan rakyat mengenai akan adanya Tuhan. Dalam kehidupan manusia percaya dengan ada kebesaran Tuhan yaitu: hidup dan mati manusia karena ada yang menciptakan manusia dan juga akan kembali kepada-nya. Kategori ini terdapat 2 data ungkapan larangan. Salah satu contoh ungkapan larangannya adalah: kalau ado ramo-ramo carano masuak ka dalam rumah, berarti tando ado sanak yang kamaningga (kalau ada kupukupu masuk ke dalam rumah, berarti tanda ada saudara kita yang akan meninggal). Ungkapan larangan tersebut ditujukan kepada siapa saja. Jika ada kupu-kupu masuk ke dalam rumah berarti mengingatkan bahwa saudara kita ada yang akan meninggal. Orang tua-tua dahulu jika ada kupu-kupu yang masuk ke dalam rumah itu tandanya akan ada saudara kita yang akan meninggal. 7) Kategori Tuyul Kategori tuyul adalah kepercayaan rakyat mengenai akan adanya makhluk-makhluk gaib. tuyul adalah sejenis makhluk gaib yang tidak dapat dilihat tetapi ada dikehidupan nyata. Kategori ini terdapat 1 data ungkapan larangan yaitu kalau bajalan indak buliah tangan di balakang, beko diiriang tuyul wak (kalau berjalan tidak boleh tangan di belakang, nanti diiringi tuyul kita). Ungkapan larangan tersebut ditujukan kepada siapa saja. Tidak diperbolehkan bagi siapa saja saat berjalan tangan di belakang. Bagi yang melanggarnya berakibat tidak baik. Akibat perbuatannya tersebut dia akan diiringi tuyul ketika sedang berjalan. c. Mengenai Terciptanya Alam Semesta Kategori mengenai terciptanya alam semesta ada 5 kategori yaitu: (a) fenomena kosmik atau gejala alam, (b) cuaca, (c) binatang dan peternakan, (d) penangkapan ikan dan berburu, (e) tanaman dan pertanian. Masing-masing kategori tersebut dibahas berikut ini. 1) Fenomena kosmik/gejala alam Kategori fenomena kosmik dan gejala alam merupakan bagian dari kategori mengenai terciptanya alam semesta dan dunia. Dikatakan kategori fenomena kosmik dan gejala alam adalah kepercayaan rakyat akan adanya gejala alam, seperti adanya pelangi. Kategori ini terdapat 1 data ungkapan larangan. Contohnya: kalau ado pelangi jan ditunjuak, beko bengkok jari (kalau ada pelangi jangan ditunjuk, nanti bengkok jari kita). Ungkapan larangan tersebut menunjukkan bahwa di dunia ini ada pelangi. Pelangi muncul di langit dengan berbagai warnanya yang indah dipandang manusia ketika melihat pelangi muncul di langit. Bagi orang Jawa timur dianggap sebagai jembatan tempat para bidadari turun dari khayangan ke bumi untuk mandi di sebuah danau tertentu. 2) Kategori mengenai cuaca Kategori mengenai cuaca merupakan bagian dari kategori ungkapan mengenai terciptanya alam semesta dan dunia. Dikatakan kategori cuaca karena akan adanya hujan, dan petir sebagai contohnya dalam ungkapan. Kategori ini terdapat 3 data ungkapan larangan. Salah satu contoh ungkapan larangannya adalah: indak buliah bapayuang di dalam rumah, beko ditembak patuih (tidak boleh berpayung di dalam rumah, nanti disembar petir). Kategori dari ungkapan larangan tersebut adalah kategori cuaca karena adanya petir. Petir merupakan gejala alam yang ada 335

7 Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 1 No. 1 September 2012; Seri B 87 - ketika hari hujan. Dalam ungkapan menyatakan bahwa jika berpayung di dalam rumah akan disembar petir. Ungkapan ini menyuruh kita agar berpayung tidak di dalam rumah. Sebaiknya ketika keluar rumah hari hujan baru gunakan payung atau sediakan payung sebelum hari hujan. 3) Kategori binatang dan peternakan Kategori binatang merupakan bagian dari kategori ungkapan mengenai terciptanya alam semesta dan dunia. Dikatakan kategori binatang karena dalam ungkapan ini menggunakan nama atau jenis binatang sebagai contohnya. Kategori ini terdapat 7 data ungkapan larangan. Salah satu contoh ungkapan larangannya adalah: kalau maantak kuciang, harus bakubuan jo kain putiah (kalau menabrak kucing, harus di kuburkan dengan kain putih). Ungkapan pada data di atas merupakan ungkapan yang memiliki kategori binatang. Ungkapan yang berkategori binatang masih terdapat dan digunakan dalam ungkapan larangan masyarakat Lubuak Sariak Kenagarian Kambang Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir selatan. Nama binatang yang dipakai dalam ungkapan larangan adalah binatang yang biasa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari yaitu kucing. 4) Kategori mengenai penangkapan ikan dan berburu Kategori mengenai penangkapan ikan dan berburu merupakan bagian dari kategori ungkapan mengenai terciptanya alam semesta dan dunia. Dikatakan kategori mengenai penangkapan ikan dan berburu karena merupakan pekerjaan yang dilakukan oleh orang tua laki-laki. Kategori ini terdapat 1 data ungkapan larangan. Contohnya: kalau ka rimbo indak buliah mambaok samba dari dagiang, beko dikaja imau wak (kalau pergi ke hutan tidak boleh membawa sambal dari daging, nanti dikejar harimau kita). Kategori dari ungkapan tersebut adalah kategori berburu karena adanya orang yang akan pergi berburu ke hutan. Bagi siapapun yang akan pergi ke hutan atau berburu tidak dibolehkan membawa sambal dari daging. Bagi yang melanggarnya ia akan dikejar harimau. 5) Kategori tanaman dan pertanian Kategori mengenai tanaman dan pertanian merupakan bagian dari kategori ungkapan mengenai terciptanya alam semesta dan dunia. Dikatakan kategori mengenai tanaman dan pertanian karena ada sejenis tanaman yang dianggap mempunyai kekuatan sakti. Seperti tanaman pohon labu dan pohon pisang. Pada tanaman labu (di daerah Trunyan Bali) di dalamnya terkandung kekuatan sakti yaitu tanaman itu bersifat buruk, karena dapat mencelakai penanamnya. Kategori ini terdapat 5 data ungkapan larangan. Salah satu contoh ungkapan larangannya adalah: kalau mamakan pisang kamba, beko kamba pulo anak wak (kalau memakan pisang kembar, nanti mendapat anak kembar pula kita). Ungkapan larangan tersebut ditujukan kepada ibu hamil. Diperbolehkan bagi ibu hamil untuk memakan pisang kembar jika ia menginginkan anak kembar kelak. 2. Fungsi Sosial Ungkapan Larangan Berdasarkan fungsi sosial ungkapan larangan ada 2 fungsi sosial yaitu: (1) melarang dan (2) menyuruh. a. Fungsi Sosial Melarang Melarang adalah ungkapan yang berfungsi untuk melarang untuk melakukan sesuatu atau berbuat sesuatu.sesuatu yang dilarang tersebut disampaikan secara polos dan lugu, sehingga seringkali kelihatannya kasar. Hal ini bertujuan agar apa yang dilarang tersebut tidak mengecewakan orang lain. Fungsi sosial melarang terdapat 72 data ungkapan larangan. Salah satu contoh fungsi sosial melarang adalah: indak buliah mamotong kuku dimalam hari, beko dimakan mancik padi wak (tidak boleh memotong kuku pada malam hari, nanti dimakan tikus padi kita). Fungsi dari ungkapan tersebut adalah melarang untuk tidak memotong kuku malam 336

8 Ungkapan Laranagn Masyarakat Lubuak Sariak Kenagarian Kambang Yelvi Rahmadani, Ermanto, dan Ena Noveria hari karena kalau malam hari nanti terpotong jari kita karena gelap sebaiknya memotong kuku pada siang hari. b. Fungsi Sosial Menyuruh Fungsi sosial menyuruh adalah ungkapan yang berfungsi untuk menyuruh orang melakukan apa yang diungkapkan. Menyuruh dapat disampaikan dengan kata-kata yang mengandung makna tersirat agar yang disuruh tidak merasa diperintah. Fungsi sosial menyuruh terdapat 18 data ungkapan larangan. Salah satu contoh ungkapan larangannya adalah: anak ketek kalau pai kalua rumah mambaok dasun tungga, kalau Indak beko kanai palasik (anak kecil kalau pergi keluar dari rumah harus membawa bawang putih, kalau tidak nanti anak itu bisa ditegur pelesit). Fungsi dari ungkapan tersebut adalah menyuruh membawa bawang putih jika membawa anak kecil keluar dari rumah, agar anak tesebut tidak ditegur pelesit. Jika ditegur palasik anak tersebut bisa sakit. Jadi, dalam ungkapan ini terkandung usaha untuk menjaga kesehatan. 3. Implikasi Hasil Penelitian terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia Ungkapan larangan sebagai aturan hidup masyarakat minangkabau mempunyai fungsi sosial dalam kehidupan sehari-hari, baik itu dalam pendidikan formal maupun dalam pendidikan nonformal. Pendidikan formal misalnya di sekolah. Ungkapan larangan bisa diimplikasikan dalam pembelajaran bahasa Indonesia yakni pada standar kompetensi mengungkapkan tanggapan terhadap pembacaan puisi dan kompetensi dasar menjelaskan keterkaitan puisi dengan kehidupan sehari-hari. Selain itu ungkapan larangan juga bisa diimplikasikan dalam pembelajaran BAM. Misalnya: mengajarkan kepada siswa bagaimana cara bersifat sopan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan dalam pendidikan informal, misalnya: dalam sebuah keluarga memiliki anak gadis maka orang tuanya dapat menggunakan ungkapan larangan sebagai nasehat dan peringatan agar anak gadisnya tahu sopan santun. D. Simpulan dan Saran Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh 3 kategori ungkapan larangan adalah sebagai berikut: (1) kategori di sekitar lingkaran hidup manusia, (2) kategori mengenai alam gaib, dan (3) kategori terciptanya alam semesta dan dunia. (1) kategori di sekitar lingkaran hidup manusia, ada 8 yaitu: (a) kategori lahir dan hamil, (b) kategori masa bayi dan kanak-kanak, (c) kategori pekerjaan, (d) kategori obat-obatan dan tubuh manusia, (e) kategori perjalanan dan perhubungan, (f) kategori cinta, pacaran dan menikah, (g) kategori kematian dan adat pemakaman, (h) kategori hubungan sosial dan mata pencarian. (2) kategori mengenai alam gaib, yaitu: (a) kategori roh, (b) kategori setan, (c) kategori hantu, (d) kategori kekuatan sakti, (e) kategori alam gaib, (f) kategori Tuhan, dan (g) kategori tuyul. (3) kategori mengenai terciptanya alam semesta dan dunia, yaitu: (a) kategori fenomena kosmik/gejala alam, (b) kategori mengenai cuaca, (c) kategori binatang dan peternakan, (d) kategori penangkapan ikan dan berburu, (e) kategori tanaman dan pertanian. Ketiga, Ungkapan larangan memiliki fungsi sosial yaitu melarang dan menyuruh. Temuan ini sangat penting dipahami dan dipedomani oleh tokoh masyarakat dan kaum muda. Bagi kaum muda untuk lebih menjaga tingkah laku dan adat sopan santun karena di dalam ungkapan larangan telah dijelaskan bahwa setiap perbuatan manusia akan menyebabkan suatu akibat. Ungkapan larangan supaya dapat dilestarikan dan dijadikan sebagai alat pendidikan, jangan hanya menganggap ungkapan itu sebagai suatu kebiasaan orang-orang dahulu yang tidak sesuai lagi dengan kemajuan teknologi sekarang. Catatan: artikel ini disusun berdasarkan hasil penelitian untuk penulisan skripsi penulis dengan Pembimbing I Prof. Dr. Ermanto, S.Pd., M.Hum., dan Pembimbing II Ena Noveria, M.Pd. 337

9 Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 1 No. 1 September 2012; Seri B 87 - Daftar Rujukan Alwi, Hasan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia YangDisempurnakan. Jakarta: Pusat Pembinaan Dan Pengembangan dan Kebudayaan. Danandjaja, James Folklor Indonesia (Ilmu Gosip, Dongeng, dll).jakarta:pustaka Utama Grafiti. Depdiknas KBBI Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Jakarta:Balai Pustaka. Hasjim, Nafron. Dan Amran Tasai Komposisi Dalam Bahasa Indonesia.Jakarta: Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa DepartemenPendidikan Dan Kebudayaan. Mahsun Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Moleong, Lexy J Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: RemajaRosdakarya. Saydan, Gouzali Kamus Lengkap Bahasa Minang (Minang-Indonesia) Bagian Pertama. Padang: Pusat Pengkajian Islam dan Minangkabau (PPIM) Sumatera Barat. Semi, Atar Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa. 338

UNGKAPAN LARANGAN PADA MASYARAKAT NAGARI ALAHAN PANJANG KECAMATAN LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK SKRIPSI ARTIKEL ILMIAH

UNGKAPAN LARANGAN PADA MASYARAKAT NAGARI ALAHAN PANJANG KECAMATAN LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK SKRIPSI ARTIKEL ILMIAH UNGKAPAN LARANGAN PADA MASYARAKAT NAGARI ALAHAN PANJANG KECAMATAN LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK SKRIPSI ARTIKEL ILMIAH AHMAD SYUKRI NPM 09080121 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH

Lebih terperinci

UNGKAPAN LARANGAN DI KENAGARIAN PADANG LAWEH KECAMATAN SUNGAI TARAB KABUPATEN TANAH DATAR

UNGKAPAN LARANGAN DI KENAGARIAN PADANG LAWEH KECAMATAN SUNGAI TARAB KABUPATEN TANAH DATAR UNGKAPAN LARANGAN DI KENAGARIAN PADANG LAWEH KECAMATAN SUNGAI TARAB KABUPATEN TANAH DATAR Oleh: Yopi Ramadhani 1, Abdurahman 2, Andria Catri Tamsin 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

UNGKAPAN LARANGAN BAGI SUAMI KETIKA ISTRINYASEDANG HAMIL DI KENAGARIAN ALAHAN PANJANG KECAMATAN LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK

UNGKAPAN LARANGAN BAGI SUAMI KETIKA ISTRINYASEDANG HAMIL DI KENAGARIAN ALAHAN PANJANG KECAMATAN LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK UNGKAPAN LARANGAN BAGI SUAMI KETIKA ISTRINYASEDANG HAMIL DI KENAGARIAN ALAHAN PANJANG KECAMATAN LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK Oleh: Rahmawita 1, Nurizzati 2, M.Ismail Nst 3 Program Studi Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporanlaporan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporanlaporan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Yang Relevan Studi kepustakaan merupakan teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporanlaporan

Lebih terperinci

UNGKAPAN LARANGAN DALAM MASYARAKAT MINANGKABAU DI KENAGARIAN KUBANG PUTIAH KECAMATAN BANUHAMPU KABUPATEN AGAM

UNGKAPAN LARANGAN DALAM MASYARAKAT MINANGKABAU DI KENAGARIAN KUBANG PUTIAH KECAMATAN BANUHAMPU KABUPATEN AGAM UNGKAPAN LARANGAN DALAM MASYARAKAT MINANGKABAU DI KENAGARIAN KUBANG PUTIAH KECAMATAN BANUHAMPU KABUPATEN AGAM Febriadeti Firstiana 1), Marsis 2), Elvina A Saibi 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cerita rakyat sebagai folklor dalam tradisi lisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cerita rakyat sebagai folklor dalam tradisi lisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka ini akan membahas tentang tinjauan pustaka atau kajian teori yang berkaitan dengan judul penelitian. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian ini meliputi 1) Repustakaan

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN FUNGSI SOSIAL UNGKAPAN LARANGAN TENTANG TUBUH MANUSIA DAN OBAT-OBATAN DI DESA TALAGO GUNUNG KECAMATAN BARANGIN KOTA SAWAHLUNTO

STRUKTUR DAN FUNGSI SOSIAL UNGKAPAN LARANGAN TENTANG TUBUH MANUSIA DAN OBAT-OBATAN DI DESA TALAGO GUNUNG KECAMATAN BARANGIN KOTA SAWAHLUNTO STRUKTUR DAN FUNGSI SOSIAL UNGKAPAN LARANGAN TENTANG TUBUH MANUSIA DAN OBAT-OBATAN DI DESA TALAGO GUNUNG KECAMATAN BARANGIN KOTA SAWAHLUNTO Indri Anggraeni 1, Yenni Hayati 2, M. Ismail Nst. 3 Program Studi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan saat-saat penting dalam kehidupan seseorang. Peristiwa-peristiwa penting

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan saat-saat penting dalam kehidupan seseorang. Peristiwa-peristiwa penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia, kita mengenal adanya siklus hidup, mulai dari dalam kandungan hingga kepada kematian. Berbagai macam peristiwa yang dilalui merupakan saat-saat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang disebut karya sastra. Karya sastra merupakan hasil ide atau pemikiran dari anggota masyarakat yang

Lebih terperinci

UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT DI KENAGARIAN TAPAN KECAMATAN BASA AMPEK BALAI KABUPATEN PESISIR SELATAN

UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT DI KENAGARIAN TAPAN KECAMATAN BASA AMPEK BALAI KABUPATEN PESISIR SELATAN UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT DI KENAGARIAN TAPAN KECAMATAN BASA AMPEK BALAI KABUPATEN PESISIR SELATAN Oleh: Alfianto 1, Harris Effendi Thahar 2, Zulfikarni 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian pustaka sangat diperlukan dalam penyusunan sebuah karya ilmiah. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep konsep yang mendukung pemecahan masalah dalam suatu penelitian yang

Lebih terperinci

STRUKTUR, FUNGSI, DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT BATU HAMPAR KABUPATEN PESISIR SELATAN

STRUKTUR, FUNGSI, DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT BATU HAMPAR KABUPATEN PESISIR SELATAN STRUKTUR, FUNGSI, DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT BATU HAMPAR KABUPATEN PESISIR SELATAN Oleh: Nova Gusmayenti 1, Syahrul R. 2, Abdurahman 3 Program Studi Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT MINANGKABAU PADA MASYARAKAT PADANG GALUNDI DI KELURAHAN TANAH GARAM KECAMATAN LUBUK SIKARAH KOTA SOLOK YANNI MAILIZAWATI

UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT MINANGKABAU PADA MASYARAKAT PADANG GALUNDI DI KELURAHAN TANAH GARAM KECAMATAN LUBUK SIKARAH KOTA SOLOK YANNI MAILIZAWATI UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT MINANGKABAU PADA MASYARAKAT PADANG GALUNDI DI KELURAHAN TANAH GARAM KECAMATAN LUBUK SIKARAH KOTA SOLOK YANNI MAILIZAWATI ABSTRACT The results of the expression of the People's

Lebih terperinci

KATEGORI DAN FUNGSI SOSIAL CERITA RAKYAT DI NAGARI GUGUAK SARAI

KATEGORI DAN FUNGSI SOSIAL CERITA RAKYAT DI NAGARI GUGUAK SARAI KATEGORI DAN FUNGSI SOSIAL CERITA RAKYAT DI NAGARI GUGUAK SARAI Oleh: Inda Fahmi Sari 1, Andria Catri Tamsin 2, Hamidin 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Padang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat dikatakan masih

Lebih terperinci

UNGKAPAN LARANGAN MASYARAKAT DI KANAGARIAN INDERAPURA KECAMATAN PANCUNG SOAL KABUPATEN PESISIR SELATAN

UNGKAPAN LARANGAN MASYARAKAT DI KANAGARIAN INDERAPURA KECAMATAN PANCUNG SOAL KABUPATEN PESISIR SELATAN UNGKAPAN LARANGAN MASYARAKAT DI KANAGARIAN INDERAPURA KECAMATAN PANCUNG SOAL KABUPATEN PESISIR SELATAN Oleh: Rosmina 1, Abdurahman 2, Andria Catri Tamsin 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

Keywords: structure, social function, expression of prohibition

Keywords: structure, social function, expression of prohibition STRUKTUR DAN FUNGSI SOSIAL UNGKAPAN LARANGAN TENTANG KEMATIAN DAN ADAT PEMAKAMAN MASYARAKAT DI JORONG KOTO PANJANG KENAGARIAN SUNGAI TARAB KECAMATAN SUNGAI TARAB KABUPATEN TANAH DATAR Femmy Fahriandari

Lebih terperinci

Sefridanita 1, Nurizzati 2, Zulfikarni 3 Program Studi Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Padang. Abstract

Sefridanita 1, Nurizzati 2, Zulfikarni 3 Program Studi Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Padang. Abstract KATEGORI DAN FUNGSI SOSIAL UNGKAPAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT LARANG PANTANG CALON PENGANTIN PEREMPUAN DI NAGARI BARUNG-BARUNG BALANTAI KECAMATAN KOTO XI TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN Sefridanita 1, Nurizzati

Lebih terperinci

NILAI-NILAI EDUKATIF, MAKNA DAN PEMAKAIAN UNGKAPAN LARANGAN DI KAMPUNG TAMPUNIK KENAGARIAN KAMBANG TIMUR KECAMATAN LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN

NILAI-NILAI EDUKATIF, MAKNA DAN PEMAKAIAN UNGKAPAN LARANGAN DI KAMPUNG TAMPUNIK KENAGARIAN KAMBANG TIMUR KECAMATAN LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN 1 NILAI-NILAI EDUKATIF, MAKNA DAN PEMAKAIAN UNGKAPAN LARANGAN DI KAMPUNG TAMPUNIK KENAGARIAN KAMBANG TIMUR KECAMATAN LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN Ari Syaputra 1), Syofiani 2), Romi Isnanda 2). 1)

Lebih terperinci

THE PROHIBITIONS UTTERANCE IN MINANGKABAU COMMUNITY IN PADANG PARIAMAN DISTRICT ZURAIDA CHAIRANI

THE PROHIBITIONS UTTERANCE IN MINANGKABAU COMMUNITY IN PADANG PARIAMAN DISTRICT ZURAIDA CHAIRANI Jurnal Ilmiah Scholastic THE PROHIBITIONS UTTERANCE IN MINANGKABAU LANGUAGE COMMUNITY IN PADANG PARIAMAN DISTRICT ZURAIDA CHAIRANI Volume 1 Nomor 3 JIPS ISSN: 2579-5449 E-ISSN: 2597-6540 ABSTRACT This

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan sistem nilai yang terkandung dalam sebuah masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh kebudayaan yang membentuk lapis-lapis

Lebih terperinci

UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT MINANGKABAU DI PARAK GADANG KECAMATAN PADANG TIMUR

UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT MINANGKABAU DI PARAK GADANG KECAMATAN PADANG TIMUR UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT MINANGKABAU DI PARAK GADANG KECAMATAN PADANG TIMUR Oleh: Rini Atniyanti 1, Amril Amir 2, Hamidin 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri

Lebih terperinci

Oleh: Fadhla Hayati 1, Agustina 2, Nurizzati 3 Program Studi Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Padang

Oleh: Fadhla Hayati 1, Agustina 2, Nurizzati 3 Program Studi Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Padang STRUKTUR, KATEGORI, DAN FUNGSI SOSIAL UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT BAGI CALON ANAK DARO DI KENAGARIAN KOTO BARU KECAMATAN BAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN Oleh: Fadhla Hayati 1, Agustina 2, Nurizzati 3

Lebih terperinci

KATEGORI DAN FUNGSI SOSIAL CERITA RAKYAT DI KENEGERIAN KARI KECAMATAN KUANTAN TENGAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU

KATEGORI DAN FUNGSI SOSIAL CERITA RAKYAT DI KENEGERIAN KARI KECAMATAN KUANTAN TENGAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU KATEGORI DAN FUNGSI SOSIAL CERITA RAKYAT DI KENEGERIAN KARI KECAMATAN KUANTAN TENGAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU Oleh: Nepi Sutriati 1, Hasanuddin WS 2, Zulfadhli 3 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

KEPERCAYAAN RAKYAT YANG TERDAPAT DALAM KUMPULAN CERPEN MURJANGKUNG KARYA A.S. LAKSANA ARTIKEL ILMIAH. Khuratul Aini NPM

KEPERCAYAAN RAKYAT YANG TERDAPAT DALAM KUMPULAN CERPEN MURJANGKUNG KARYA A.S. LAKSANA ARTIKEL ILMIAH. Khuratul Aini NPM KEPERCAYAAN RAKYAT YANG TERDAPAT DALAM KUMPULAN CERPEN MURJANGKUNG KARYA A.S. LAKSANA ARTIKEL ILMIAH Khuratul Aini NPM 10080210 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB I. Mitos adalah kepercayaan yang terdapat di dalam masyarakat. Menurut Hari Susanto

BAB I. Mitos adalah kepercayaan yang terdapat di dalam masyarakat. Menurut Hari Susanto BAB I 1.1 LATAR BELAKANG Mitos adalah kepercayaan yang terdapat di dalam masyarakat. Menurut Hari Susanto (dalam Dang, 2000: 16), mitos merupakan hasil pemikiran intelektual dan bukan hasil logika; ia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penemuan penelitian. Penelitian ini mengambil cerita rakyat Onggoloco sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penemuan penelitian. Penelitian ini mengambil cerita rakyat Onggoloco sebagai digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian sastra lisan sangat penting untuk dilakukan sebagai perlindungan dan pemeliharaan tradisi, pengembangan dan revitalisasi, melestarikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Untuk mencapai hasil penelitian yang objektif penulis berusaha menjelaskan variabel-variabel atau kata-kata kunci yang berhubungan dengan penelitian ini. Variabel variabel tersebut

Lebih terperinci

STRUKTUR, MAKNA, DAN FUNGSI UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT DI NAGARI SOLOK AMBAH KABUPATEN SIJUNJUNG

STRUKTUR, MAKNA, DAN FUNGSI UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT DI NAGARI SOLOK AMBAH KABUPATEN SIJUNJUNG STRUKTUR, MAKNA, DAN FUNGSI UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT DI NAGARI SOLOK AMBAH KABUPATEN SIJUNJUNG Oleh: Hayatul Fitri 1, Bakhtaruddin Nst. 2, Hamidin 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Meskipun bangsa Indonesia sudah memiliki tradisi tulis, tidak dapat disangkal

BAB 1 PENDAHULUAN. Meskipun bangsa Indonesia sudah memiliki tradisi tulis, tidak dapat disangkal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meskipun bangsa Indonesia sudah memiliki tradisi tulis, tidak dapat disangkal bahwa tradisi lisan masih hidup di berbagai suku bangsa di Indonesia. Tradisi lisan sering

Lebih terperinci

Abstract. Keywords : The prohibition expression, livelihood, and relation social

Abstract. Keywords : The prohibition expression, livelihood, and relation social STRUKTUR DAN FUNGSI SOSIAL KEPERCAYAAN RAKYAT UNGKAPAN LARANGAN MENGENAI MATA PENCAHARIAN DAN HUBUNGAN SOSIAL KELURAHAN BUNGUS TIMUR KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG Hairunnisa 1, Nurizzati 2,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Katalog Profil Daerah Kota Padang (2012: 8) keadaan topografi wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Katalog Profil Daerah Kota Padang (2012: 8) keadaan topografi wilayah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Barat merupakan daerah yang kaya dengan panorama alamnya. Dalam Katalog Profil Daerah Kota Padang (2012: 8) keadaan topografi wilayah Sumatera Barat bervariasi,

Lebih terperinci

UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT DALAM UPACARA PENYELENGARAAN JENAZAH DI KENAGARIAN SELAYO KECAMATAN KUBUNG KABUPATEN SOLOK

UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT DALAM UPACARA PENYELENGARAAN JENAZAH DI KENAGARIAN SELAYO KECAMATAN KUBUNG KABUPATEN SOLOK UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT DALAM UPACARA PENYELENGARAAN JENAZAH DI KENAGARIAN SELAYO KECAMATAN KUBUNG KABUPATEN SOLOK Riri Purnama Sari 1, Novia Juita 2, Zulfadhli 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dansastra

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Ada beberapa buku yang penulis pakai dalam memahami dan langsung mendukung penelitian ini, diantaranya buku yang berkaitan dengan revitalisasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehadiran seorang pemimpin sangatlah dibutuhkan, karena ia berperan dalam

BAB I PENDAHULUAN. kehadiran seorang pemimpin sangatlah dibutuhkan, karena ia berperan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam masyarakat Minangkabau yang menganut sistem matrilineal, kehadiran seorang pemimpin sangatlah dibutuhkan, karena ia berperan dalam membimbing dan mengatur keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan disuatu daerah. Salah satunya adalah dengan penelitian foklor.

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan disuatu daerah. Salah satunya adalah dengan penelitian foklor. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ada beberapa cara yang dilakukan oleh para peneliti dalam mengungkap kebudayaan disuatu daerah. Salah satunya adalah dengan penelitian foklor. Menurut Danandjaja (1984:2)

Lebih terperinci

MENGEMBANGKAN KEARIFAN LOKAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH *) Oleh : Dr. Agus Mulyana, M.Hum

MENGEMBANGKAN KEARIFAN LOKAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH *) Oleh : Dr. Agus Mulyana, M.Hum MENGEMBANGKAN KEARIFAN LOKAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH *) Oleh : Dr. Agus Mulyana, M.Hum Pembelajaran sejarah pada umumnya yang terjadi di lapangan mengajarakan materi yang jauh dari realitas kehidupan

Lebih terperinci

03FDSK. Folklore. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si.

03FDSK. Folklore. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si. Modul ke: Folklore Fakultas 03FDSK Penjelasan mengenai kontrak perkuliahan yang didalamnya dijelaskan mengenai tata tertib, teknis, serta bahan untuk perkuliahan di Universitas Mercu Buana Denta Mandra

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Kata folklor berasal dari bahasa Inggris, yaitu folklore. Dari dua kata

BAB II KAJIAN TEORI. Kata folklor berasal dari bahasa Inggris, yaitu folklore. Dari dua kata 5 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Folklor Kata folklor berasal dari bahasa Inggris, yaitu folklore. Dari dua kata dasar, yaitu folk dan lore. Menurut Alan Dundes (Danandjaja, 2007: 1-2), folk

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN. Oleh JULI HARDANI NPM

ARTIKEL PENELITIAN. Oleh JULI HARDANI NPM ARTIKEL PENELITIAN UNGKAPAN LARANGAN RAKYAT DI NAGARI PILUBANG KECAMATAN SUNGAI LIMAU KABUPATEN PADANG PARIAMAN SUMATERA BARAT: SUATU TINJAUAN DARI PEMAKAIAN, FUNGSI DAN NILAI-NILAI EDUKATIF Oleh JULI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ke dalam tiga kelompok berdasarkan tipenya, yaitu folklor lisan, sebagian

BAB I PENDAHULUAN. ke dalam tiga kelompok berdasarkan tipenya, yaitu folklor lisan, sebagian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu ragam kebudayaan di Indonesia yang dapat menunjukan identitas budaya pemiliknya ialah folklor. Menurut Danandjaja (1984:2), folklor didefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permainan merupakan sebuah aktivitas rekreasi dengan tujuan bersenangsenang,

BAB I PENDAHULUAN. Permainan merupakan sebuah aktivitas rekreasi dengan tujuan bersenangsenang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permainan merupakan sebuah aktivitas rekreasi dengan tujuan bersenangsenang, mengisi waktu luang, atau berolahraga ringan. Menurut Nugroho, 2005:1, bahwa permainan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebudayaan antik (antiquarian) Inggris memperkenalkan istilah folklor ke dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebudayaan antik (antiquarian) Inggris memperkenalkan istilah folklor ke dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Folklor merupakan khazanah sastra lama. Salah satu jenis folklor adalah cerita rakyat. Awalnya cerita rakyat merupakan cerita lisan yang dapat dikategorikan

Lebih terperinci

Pada bab ini dipaparkan (1) latar belakang penelitian (2) rumusan penelitian (3) tujuan

Pada bab ini dipaparkan (1) latar belakang penelitian (2) rumusan penelitian (3) tujuan BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dipaparkan (1) latar belakang penelitian (2) rumusan penelitian (3) tujuan penelitian (4) mamfaat penelitian. A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan suatu bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu hasil karya seni yang sekaligus menjadi bagian dari kebudayaan. Sebagai salah satu hasil kesenian, karya sastra mengandung

Lebih terperinci

BAB 7. Standar Kompetensi. Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek. Kompetensi Dasar. Tujuan Pembelajaran

BAB 7. Standar Kompetensi. Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek. Kompetensi Dasar. Tujuan Pembelajaran BAB 7 Standar Kompetensi Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek Kompetensi Dasar 1. Menjelaskan keberadaan dan perkembangan tradisi lisan dalam masyarakat setempat. 2. Mengembangkan sikap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Dalam penulisan sebuah karya ilmiah diperlukan kajian pustaka. Kajian pustaka bertujuan untuk mengetahui keauntetikan sebuah karya ilmiah. Kajian yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa yang digunakan terdiri atas bahasa lisan dan bahasa tulis. Oleh karena itu,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa yang digunakan terdiri atas bahasa lisan dan bahasa tulis. Oleh karena itu, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teks sastra adalah teks artistik yang disusun dengan menggunakan bahasa. Bahasa yang digunakan terdiri atas bahasa lisan dan bahasa tulis. Oleh karena itu, ada sastra

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN FUNGSI SOSIAL UNGKAPAN LARANGAN MASA BAYI DAN KANAK-KANAK DI KENAGARIAN BATU BULEK KECAMATAN LINTAU BUO UTARA KABUPATEN TANAH DATAR

STRUKTUR DAN FUNGSI SOSIAL UNGKAPAN LARANGAN MASA BAYI DAN KANAK-KANAK DI KENAGARIAN BATU BULEK KECAMATAN LINTAU BUO UTARA KABUPATEN TANAH DATAR STRUKTUR DAN FUNGSI SOSIAL UNGKAPAN LARANGAN MASA BAYI DAN KANAK-KANAK DI KENAGARIAN BATU BULEK KECAMATAN LINTAU BUO UTARA KABUPATEN TANAH DATAR Resi Juwita 1, Hasanuddin WS 2, Novia Juita 3, Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kearifan nenek moyang yang menciptakan folklor (cerita rakyat, puisi rakyat, dll.)

BAB I PENDAHULUAN. kearifan nenek moyang yang menciptakan folklor (cerita rakyat, puisi rakyat, dll.) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ada peribahasa yang menyebutkan di mana ada asap, di sana ada api, artinya tidak ada kejadian yang tak beralasan. Hal tersebut merupakan salah satu kearifan nenek

Lebih terperinci

ARSITEKTUR VERNAKULAR INDONESIA

ARSITEKTUR VERNAKULAR INDONESIA Modul ke: 03 Primi Fakultas FTPD ARSITEKTUR VERNAKULAR INDONESIA Vernakular dalam Arsitektur Tradisional Artiningrum Program Studi Teknik Arsitektur Tradisi berasal dari bahasa Latin: traditio, yang berarti

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat. I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan, yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan serta adat istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bascom (dalam Danandjaja, 2002: 50) cerita prosa rakyat dibagi dalam tiga golongan

BAB I PENDAHULUAN. Bascom (dalam Danandjaja, 2002: 50) cerita prosa rakyat dibagi dalam tiga golongan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap suku bangsa di dunia memiliki khazanah cerita prosa rakyat. Menurut Bascom (dalam Danandjaja, 2002: 50) cerita prosa rakyat dibagi dalam tiga golongan besar,

Lebih terperinci

CERITA RAKYAT DI KECAMATAN 3 NAGARI KABUPATEN PASAMAN ANALISIS STRUKTURAL SKRIPSI

CERITA RAKYAT DI KECAMATAN 3 NAGARI KABUPATEN PASAMAN ANALISIS STRUKTURAL SKRIPSI CERITA RAKYAT DI KECAMATAN 3 NAGARI KABUPATEN PASAMAN ANALISIS STRUKTURAL SKRIPSI Disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan Guna memperoleh gelar sarjana S1 Pada Jurusan Sastra Daerah Diajukan Oleh

Lebih terperinci

UNGKAPAN LARANGAN RAKYAT DI KENAGARIAN LUBUK LAYANG KECAMATAN RAO SELATAN KABUPATEN PASAMAN ABSTRACT

UNGKAPAN LARANGAN RAKYAT DI KENAGARIAN LUBUK LAYANG KECAMATAN RAO SELATAN KABUPATEN PASAMAN ABSTRACT 1 UNGKAPAN LARANGAN RAKYAT DI KENAGARIAN LUBUK LAYANG KECAMATAN RAO SELATAN KABUPATEN PASAMAN Neti Fitreni 1), Yetty Morelent 2), Dainur Putri 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra. Karya sastra merupakan hasil ide atau pemikiran dari anggota

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra. Karya sastra merupakan hasil ide atau pemikiran dari anggota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang disebut karya sastra. Karya sastra merupakan hasil ide atau pemikiran dari anggota masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikenal masyarakat luas sampai saat ini adalah prosa rakyat. Cerita prosa rakyat

BAB I PENDAHULUAN. dikenal masyarakat luas sampai saat ini adalah prosa rakyat. Cerita prosa rakyat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia memiliki banyak warisan kebudayaan dari berbagai etnik. Warisan kebudayaan yang disampaikan secara turun menurun dari mulut kemulut secara lisan biasa disebut

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN

PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN A. PENGANTAR Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) merupakan salah satu unsur dalam Tri Darma Perguruan Tinggi. Secara umum, PkM tidak hanya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. Kebudayaan lokal sering disebut kebudayaan etnis atau folklor (budaya tradisi). Kebudayaan lokal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tadut merupakan salah satu nama kesenian etnik Besemah yang berupa sastra tutur/ sastra lisan yang isinya pengajaran agama Islam di daerah provinsi Sumatera Selatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat yang berkembang sesuai dengan lingkungannya. Karya

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat yang berkembang sesuai dengan lingkungannya. Karya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang disebut karya sastra. Karya sastra merupakan hasil ide atau pemikiran dari anggota masyarakat

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan. Untuk mencapai ketiga aspek tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki ciri khas budaya tersendiri. Selain

BAB 1 PENDAHULUAN. suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki ciri khas budaya tersendiri. Selain 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah negeri yang kaya dengan budayanya. Setiap suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki ciri khas budaya tersendiri. Selain bahasa daerah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat pemiliknya, sebagai milik bersama, yang isinya mengenai berbagai

Lebih terperinci

Dalam Acara ORIENSTASI STUDI DAN PENGENALAN KAMPUS BAGI MAHASISWA BARU TAHUN AKADEMIK 2016/2017. Drs. Suprijatna

Dalam Acara ORIENSTASI STUDI DAN PENGENALAN KAMPUS BAGI MAHASISWA BARU TAHUN AKADEMIK 2016/2017. Drs. Suprijatna Dalam Acara ORIENSTASI STUDI DAN PENGENALAN KAMPUS BAGI MAHASISWA BARU TAHUN AKADEMIK 2016/2017 Drs. Suprijatna 1. Pendidikan harus merupakan aset atau modal kekuatan yang bisa menumbuhkan peradaban bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (tradisional) yang banyak ditemukan dalam masyarakat Bali. Satua atau dongeng

BAB I PENDAHULUAN. (tradisional) yang banyak ditemukan dalam masyarakat Bali. Satua atau dongeng BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Satua merupakan salah satu karya sastra dari kesusastraan Bali purwa (tradisional) yang banyak ditemukan dalam masyarakat Bali. Satua atau dongeng (bahasa Indonesia)

Lebih terperinci

NILAI-NILAI SOSIAL DAN BUDAYA DALAM MITOS KIAI KALADETE TENTANG ANAK BERAMBUT GEMBEL DI DATARAN TINGGI DIENG KABUPATEN WONOSOBO SKRIPSI

NILAI-NILAI SOSIAL DAN BUDAYA DALAM MITOS KIAI KALADETE TENTANG ANAK BERAMBUT GEMBEL DI DATARAN TINGGI DIENG KABUPATEN WONOSOBO SKRIPSI NILAI-NILAI SOSIAL DAN BUDAYA DALAM MITOS KIAI KALADETE TENTANG ANAK BERAMBUT GEMBEL DI DATARAN TINGGI DIENG KABUPATEN WONOSOBO SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan beraneka ragam macam budaya. Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumah adat yang menjadi simbol budaya daerah, tetapi juga tradisi lisan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. rumah adat yang menjadi simbol budaya daerah, tetapi juga tradisi lisan menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan sebuah negeri yang memiliki aneka ragam budaya yang khas pada setiap suku bangsanya. Tidak hanya bahasa daerah, pakaian adat, rumah adat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Permukaan Bulan. Bulan merupakan satu-satunya satelit alam yang dimiliki bumi. Kemunculan

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Permukaan Bulan. Bulan merupakan satu-satunya satelit alam yang dimiliki bumi. Kemunculan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Gambar 1.1 Permukaan Bulan Bulan merupakan satu-satunya satelit alam yang dimiliki bumi. Kemunculan bulan saat malam hari, membuat malam menjadi

Lebih terperinci

PERSEPSI MASYARAKAT DESA MERDEKA KECAMATAN MERDEKA KABUPATEN KARO TERHADAP CERITA RAKYAT KARO BEGU GANJANG KAJIAN RESEPSI SASTRA.

PERSEPSI MASYARAKAT DESA MERDEKA KECAMATAN MERDEKA KABUPATEN KARO TERHADAP CERITA RAKYAT KARO BEGU GANJANG KAJIAN RESEPSI SASTRA. 1 PERSEPSI MASYARAKAT DESA MERDEKA KECAMATAN MERDEKA KABUPATEN KARO TERHADAP CERITA RAKYAT KARO BEGU GANJANG KAJIAN RESEPSI SASTRA Oleh Boy Syahputra Surbakti Drs. Syamsul Arif, M.Pd Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang unik pula. Selain itu, di setiap daerah tersebut memiliki suatu cerita atau

BAB I PENDAHULUAN. yang unik pula. Selain itu, di setiap daerah tersebut memiliki suatu cerita atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam yang luas, beragam suku tersebar di berbagai wilayah, dan memiliki sumber daya manusia yang unik pula.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama sekali terdiri dari pesta keupacaraan yang disebut slametan, kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. terutama sekali terdiri dari pesta keupacaraan yang disebut slametan, kepercayaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut James Danandjaja (1997:52), terdapat fakta dan data yang ditemukan dalam masyarakat Indonesia yang masih memiliki kepercayaan terdapat mitos-mitos yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah memiliki keanekaragaman budaya yang tak terhitung banyaknya. Kebudayaan lokal dari seluruh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia dengan semboyan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ki Gede Sebayu merupakan tokoh pendiri Tegal yang telah dikenal oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ki Gede Sebayu merupakan tokoh pendiri Tegal yang telah dikenal oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ki Gede Sebayu merupakan tokoh pendiri Tegal yang telah dikenal oleh masyarakat luas. Ketokohan Ki Gede Sebayu sebagai pendiri Tegal memang sudah tersohor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberagaman suku bangsa di Indonesia telah melahirkan ragamnya adat - istiadat dan kepercayaan pada setiap suku bangsa. Tentunya dengan adanya adatistiadat tersebut,

Lebih terperinci

BAB II CERITA RAKYAT NYAI ANTEH PENUNGGU BULAN

BAB II CERITA RAKYAT NYAI ANTEH PENUNGGU BULAN BAB II CERITA RAKYAT NYAI ANTEH PENUNGGU BULAN II.1 Cerita Rakyat Sebagai Bagian dari Foklor Danandjaja (seperti dikutip, Supendi 2010) Foklor adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan

Lebih terperinci

NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT DI NAGARI LUAK KAPAU KECAMATAN PAUH DUO KABUPATEN SOLOK SELATAN

NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT DI NAGARI LUAK KAPAU KECAMATAN PAUH DUO KABUPATEN SOLOK SELATAN NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT DI NAGARI LUAK KAPAU KECAMATAN PAUH DUO KABUPATEN SOLOK SELATAN Oleh: Hesti Fiska Marsa Putri 1, Ermanto, 2, Hamidin 3 Program Studi Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat yang tinggal disepanjang pinggiran pantai, lazimnya disebut masyarakat pesisir. Masyarakat yang bermukim di sepanjang pantai barat disebut masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji sastra maka kita akan dapat menggali berbagai kebudayaan yang ada. Di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada makanan tertentu bukan hanya sekedar pemenuhan kebutuhan biologis,

BAB I PENDAHULUAN. Pada makanan tertentu bukan hanya sekedar pemenuhan kebutuhan biologis, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia yang paling mendasar adalah kebutuhan untuk makan. Dalam upayanya untuk mempertahankan hidup, manusia memerlukan makan. Makanan adalah sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore.

BAB I PENDAHULUAN. dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dananjaya (dalam Purwadi 2009:1) menyatakan bahwa kata folklor berasal dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore. Kata folk berarti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan masalah dalam suatu penelitian yang semuanya itu bersumber dari pendapat para ahli, emperisme (pengalaman

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan karya sastra tidak lepas dari penilaian-penilaian. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu seni adalah yang imajinatif,

Lebih terperinci

CITRA PEREMPUAN MINANGKABAU DALAM KABA BUJANG PIAMAN JO PUTI PAYUANG LAUIK VERSI SELASIH

CITRA PEREMPUAN MINANGKABAU DALAM KABA BUJANG PIAMAN JO PUTI PAYUANG LAUIK VERSI SELASIH CITRA PEREMPUAN MINANGKABAU DALAM KABA BUJANG PIAMAN JO PUTI PAYUANG LAUIK VERSI SELASIH Oleh: Nini Andriani 1, Hasanuddin WS 2, M. Ismail Nst. 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khusus, karena terjadinya hubungan erat di antara keduanya.

BAB I PENDAHULUAN. khusus, karena terjadinya hubungan erat di antara keduanya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu hasil karya seni yang sekaligus menjadi bagian dari kebudayaan. Sebagai salah satu hasil kesenian, karya sastra mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gending berarti lagu, tabuh, nyanyian, sedangkan Rare berarti bayi/

BAB I PENDAHULUAN. Gending berarti lagu, tabuh, nyanyian, sedangkan Rare berarti bayi/ BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gending berarti lagu, tabuh, nyanyian, sedangkan Rare berarti bayi/ kanak-kanak, Gending Rare berarti nyanyian untuk bayi/ kanak-kanak. Gending Rare diketahui sebagai

Lebih terperinci

UNGKAPAN PANTANG LARANG WANITA HAMIL DI KENAGARIAN PANGIAN KECAMATAN LINTAU BUO KABUPATEN TANAH DATAR

UNGKAPAN PANTANG LARANG WANITA HAMIL DI KENAGARIAN PANGIAN KECAMATAN LINTAU BUO KABUPATEN TANAH DATAR UNGKAPAN PANTANG LARANG WANITA HAMIL DI KENAGARIAN PANGIAN KECAMATAN LINTAU BUO KABUPATEN TANAH DATAR Oleh: Linda Fitri Yeni 1, Nurizzati 2, Zulfikarni 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi merupakan kebiasaan dalam suatu masyarakat yang diwariskan secara turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam suatu masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, beberapa budaya Indonesia yang terkikis oleh budaya barat sehingga generasi muda hampir melupakan budaya bangsa sendiri. Banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai budaya daerah yang dipandang sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai budaya daerah yang dipandang sebagai suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku tersebut memiliki nilai budaya yang dapat membedakan ciri yang satu dengan yang lainnya.

Lebih terperinci

berjalan, mungkin karena posisi memboncengnya atau bagaimana. Motor yang dikendarai mengalami kecelakaan setelah menabrak sebuah mobil di tengah

berjalan, mungkin karena posisi memboncengnya atau bagaimana. Motor yang dikendarai mengalami kecelakaan setelah menabrak sebuah mobil di tengah NENEK GAYUNG Nenek Gayung adalah sebuah urban legend yang berasal dari Indonesia tentang penampakan nenek misterius yang tiba-tiba muncul di tepi jalan. Menurut legendanya, Nenek Gayung merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 61 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Perkawinan Menurut Hukum Adat Minangkabau di Kenagarian Koto Baru, Kecamatan Koto Baru, Kabupaten Dharmasraya, Provinsi Sumatera Barat. Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nan Tigo (wilayah yang tiga). Pertama adalah Luhak Agam yang sekarang

BAB I PENDAHULUAN. Nan Tigo (wilayah yang tiga). Pertama adalah Luhak Agam yang sekarang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Suku bangsa Minangkabau mendiami daratan tengah Pulau Sumatera bagian barat yang sekarang menjadi Propinsi Sumatera Barat. Daerah asli orang Minangkabau ada tiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dari yang terendah: Mate di Bortian (meninggal dalam kandungan), Mate Posoposo

BAB I PENDAHULUAN. Dari yang terendah: Mate di Bortian (meninggal dalam kandungan), Mate Posoposo BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa Indonesia yang terletak di Sumatera Utara. Nama Batak merupakan sebuah tema kolektif untuk mengidentifikasikan beberapa

Lebih terperinci

FUNGSI SILEK DALAM UPACARA MANJALANG NINIK MAMAK DI KENAGARIAN SIALANG KECAMATAN KAPUR IX KABUPATEN 50 KOTA

FUNGSI SILEK DALAM UPACARA MANJALANG NINIK MAMAK DI KENAGARIAN SIALANG KECAMATAN KAPUR IX KABUPATEN 50 KOTA FUNGSI SILEK DALAM UPACARA MANJALANG NINIK MAMAK DI KENAGARIAN SIALANG KECAMATAN KAPUR IX KABUPATEN 50 KOTA Lhaxmi Nuari 1, Herlinda Mansyur 2, Susmiarti 3 Program Studi Pendidikan Sendratasik FBS Universitas

Lebih terperinci

Hasanuddin WS Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Padang

Hasanuddin WS Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Padang 198 KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, Oktober 2015, Volume 1, Nomor 2, hlm 198-204 PISSN 2442-7632 EISSN 2442-9287 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/ kembara/index KEARIFAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kabupaten Tapanuli Tengah dikenal dengan sebutan Negeri Wisata Sejuta Pesona. Julukan ini diberikan kepada Kabupaten Tapanuli Tengah dikarenakan dibeberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Papua seperti seekor burung raksasa, Kabupaten Teluk Wondama ini terletak di

BAB I PENDAHULUAN. Papua seperti seekor burung raksasa, Kabupaten Teluk Wondama ini terletak di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Teluk Wondama merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Papua Barat, yang baru berdiri pada 12 April 2003. Jika dilihat di peta pulau Papua seperti seekor

Lebih terperinci