arsitektur.net 2009 vol. 3 no. 2 Superimposition of Events: Gagasan Superimposisi Sheila Narita
|
|
- Widyawati Budiaman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Superimposition of Events: Gagasan Superimposisi Sheila Narita Geometri Arsitektur merupakan sebuah pembelajaran yang membahas mengenai bentuk-bentuk geometris yang hadir dan terbentuk di dalam suatu ruang untuk dialami oleh manusia. Dalam pengertiannya, geometri dan arsitektur secara bersama-sama memberikan suatu makna terhadap kehadiran suatu bentuk entah itu berupa titik, garis, ataupun bidang di dalam suatu ruang tiga maupun empat dimensi untuk dialami oleh manusia. Lahirnya sebuah geometri di dalam arsitektur tidak lagi semata-mata hanya melihat dari hasil akhirnya saja melainkan dari bagaimana geometri itu terbentuk dan bagaimana proses penjabaran eksplorasi dalam menemukan geometri tersebut. Mekanisme pembentukan geometri arsitektur yang saya eksplorasi merupakan salah satu hasil karya arsitektur Bernard Tschumi yang sangat terkenal di Paris pada tahun 1990, Parc de la Villette. Pada awalna, salah satu hal mendasar yang paling menarik perhatian saya adalah komposisi bentuk follies yang ada di lahan kosong seluas 125 hektar. Bentuk follies tersebut memiliki kesan unik dan khas tersendiri. Dia tidak memiliki kesan homogen antara yang satu dengan yang lainnya. Semua seolah tersebar di taman itu dengan bentuk yang berbedabeda. Bagaimana cara Tschumi menghasilkan bentuk-bentuk itu? Bagaimana ia membuat bidang-bidang itu bertabrakan, bersinggungan, atau kemudian diteruskan hingga membentuk suatu yang kontinu di dalam lahan itu dan dapat dinikmati oleh berbagai event manusia dalam ruang dan waktu? Gambar 1. Parc de la Villette, Paris Parc de La Villette, Paris, berawal mula dari konsep taman yang ditawarkan oleh Tschumi. Berbeda dengan pandangan masyarakat saat itu bahwa taman adalah tempat di mana mereka dapat melupakan city (kesibukan mereka bekerja, contohnya), Tschumi berusaha menghadirkan konsep murni berupa Urban Park. Konsep yang berusaha dihadirkannya ini benar-benar tidak berasal dari lingkungan sekitar site yang berupa daerah industri tua di Paris. Sebagai langkah awal ia melihat beberapa preseden organisasi ruang taman-taman kota yang ada di Paris dari abad ke-18 hingga abad ke-20. Dari situlah kemudian ia menemukan layer- layer berupa point and grid system yang dapat diaplikasikan pada desainnya. Secara mendasar proses Tschumi dalam menghasilkan bentuk folie yang abstrak ini adalah dengan menggunakan teknik superimposition di mana ia menggabungkan beberapa layer-layer yang berbeda satu sama lainnya ke dalam satu bidang datar. Prosesnya adalah dengan menyatukan tiga layer dasar pembentukan geometri yaitu titik, garis, dan bidang sehingga pada hasil sistem lainnya. Tiap- tiap layer memiliki makna dan tujuan tersendiri di dalam proses melahirkan suatu event dalam ruang. Bila kita lihat, layer-layer ini pada awalnya merupakan layer-layer yang mengandung order atau keteraturan di dalamnya. Ada keteraturan orientasi dan arah dalam membagi grid, penitikan kubus yang disebar dengan jarak dan ritme yang memiliki pola yang sama, dan 14
2 bentuk bidang-bidang geometri yang mendasar. Namun pada hasil akhirnya, ketika proses superimpose itu telah dilakukan, kita tidak lagi melihat order dari layer-layer sebelumnya. Telihat dari proses pemikiran Bernard Tschumi ketika mendesain proyek Parc de La Villette ini adanya transformasi atau perubahan dari sesuatu yang memiliki kemurnian, kesempurnaan dan order dalam bentuk (proporsi yang ideal menurut Vitruvius) menjadi sesuatu lain yang kacau, tidak lagi terlihat sempurna di mata manusia yang melihatnya. Tschumi berusaha melahirkan bentuk yang tidak lagi pure dan dapat dimengerti dengan mudah oleh manusia dari bentuk dan tatanan order bentuk-bentuk geometris yang murni.. Seolah-olah semua garis terganggu kestabilannya, bentuk-bentuk yang dihadirkan tidak lagi dapat dengan mudah dan cepat dimengerti. Bernard Tschumi berusaha menjadikan bentuk-bentuk geometri dasar yang ideal sebagai sumber bentuk-bentuk yang tidak seimbang dan berbeda.. Bagaimana proses lahirnya bentuk geometri yang awalnya penuh keteraturan klasikal menjadi bentuk geometri yang abstrak dan tidak teratur? Gambar 2. Mekanisme pembentukan geometri Parc de la Villette Prinsip mendesain paling mendasar yang dilakukan oleh Tschumi adalah dengan teknik superimpose tiga sistem layer: point, lines, dan surface. Dari hasil superimpose ini kemudian timbul suatu distorsi antar layer atau sistem. Distorsi muncul antar sistem satu dengan sistem lainnya. Distorsi juga dimunculkan memberikan forces berupa twist atau dipatahkan (seperti yang dilakukannya terhadap North-South Axis Galery). Dalam proses distorsi, tiap-tiap folie dalam satu sistem titik terjadi proses pembongkaran (decomposition atau extraction) yang kemudian di rekombinasi lagi dengan permutasi tiap-tiap elemen penyusun hasil ekstraksi. Setelah proses rekombinasi, kemudian bentuk tersebut diberikan force berupa deformation untuk penyesuaian bentuk dengan program aktivitas atau event yang ingin dihadirkan. Berikutnya sebelum beranjak ke tahap eksplorasi bentuk saya akan membahas secara detail tiap-tiap langkah yang dilakukan oleh Tschumi dalam menghasilkan bentuk geometri Parc de La Villette. Points, Lines, Surfaces Pertama adalah pembentukan geometri dari tiga sistem yang berbeda dan mendasari geometri Euclidean yang kita kenal; points, lines, dan surface. Pada layer point, Tschumi menggunakan sistem koordinat point-grid dengan interval 120 meter. Setiap interval 120 meter, garis vertikal dan horizontal bertemu dan membentuk titik yang disebut folie. Sistem koordinat grid ini untuk membentuk image atau shape yang berbeda di antara bentuk-bentuk bangunan lain di sekitar yang rapat. Selain itu juga, dengan sistem koordinat grid ini akan memudahkan orientasi pengguna publik yang belum familiar dengan taman tersebut. Untuk bentuk tiap folie secara mendasar adalah berupa kubus berukuran 10 x 10 x 10 15
3 m3 atau disebut juga neutral space karena pada tahap awal ini Tschumi belum memasukkan event atau program ruang ke dalamnya. Neutral space ini memiliki sifat yang masih kosong dan akan dapat dirubah dan dicocokkan kembali dengan dari bentuk folie-folie ini, saya melihat adanya repetisi bentuk folie yang masih serupa. Repetisi ini memberikan identitas yang dapat dengan mudah dikenali di tengah-tengah garis axis kota paris yang tidak ortogonal. Identitas folie ini sangat kuat seperti layaknya booth telepon yang ada di Inggris atau seperti bentuk Paris Metro Gates. Repetisi dan interval pada layer points yang mengandung ritmeritme ini secara tidak langsung mengingatkan saya dengan metode Durand. Sangat proporsional dan penuh keseimbangan. Gambar 3. Site plan Parc de la Villlette Kemudian pada layer garis, Tschumi berusaha melihat koordinat koordinat utama yang ada di sekitar lahan 125 hektar. Koordinat utama yang dapat dengan mudah terlihat adalah koordinat utara - selatan dan koordinat timur - barat dimana axis ini merupakan jalur pedestrian yang sangat tinggi tingkat pergerakan dan sirkulasinya. Koordinat utara dan selatan menghubungkan dua Paris Gates dan Subway Stations Porte de La Villette dan Porte de La Panin. Sedangkan koordinat timur barat menghubungkan taman dengan western suburbs. Di dalam koordinat axis besar ini, Tschumi membuat layer garis dengan melihat kondisi movement dari pedestrian user di koordinat utama itu. Architecture as event, dimana arsitektur terlahir dari movement, use, dan space. Garis-garis abstrak ini akan menunjukkan jalur-jalur mana yang lebih sering dilalui oleh pengguna jalan. Nantinya ketika dilakukan proses superimpose, antara sistem garis dan titik ini akan saling menentukan folies mana saja yang lebih sering akan diisi oleh program ruang yang cenderung dapat menarik orang banyak seperti misalnya and dan music performance. Sehingga pada produk akhirnya, folies yang ada di taman ini akan berfungsi sebagai building-generator untuk events yang akan hadir di taman ini. Gambar 4. Lines system and building as event generator Pada layer surfaces, Tschumi melihat zona-zona pembagian ruang yang mungkin hadir di site. Dan kemudian mewujudkannya dalam sebuah bentuk permukaan bidang yang cukup luas untuk menampung berbagai aktvitas di taman tersebut. Semua aktivitas yang membutuhkan pertambahan area secara horizontal, seperti ruang untuk bermain, olahraga, exercise, mass entertainment, markets, dan lain-lain, dalam arti tidak lagi di dalam satu follie, dituangkannya di dalam layer surface ini dengan bentuk-bentuk geometri yang mendasar. 16
4 Superimpose Process Gambar 5. Superimpositions: Points, lines, surfaces Pada tahap selanjutnya, yaitu tahap superimpose, yang dilakukan oleh Tschumi adalah menggabungkan atau merge ketiga layer sistem yang masing-masing independen atau bediri sendiri (autonomous). ini adalah munculnya beberapa distorsi perfection, and order become sources of impurity, imperfection, and disorder. Layerlayer yang pada awalnya murni sebagai bentuk geometri yang mendasar mengalami berbeda sama sekali namun tetap memiliki jejak bentuk sebelumnya. Distortion Process Distorsi yang muncul tersebut kemudian disikapi lebih jauh oleh Tschumi dengan memberikan forces yang pada akhirnya membuat semacam deviasi bentuk dari geometri ideal yang kita kenal sebelumnya menjadi suatu bentuk ideal form baru yang terlahir dari bentuk ideal dasar. Distorsi yang dilakukan tidak lagi menunjukkan kestabilan bentuk karena langkah berikutnya yang dilakukan Tschumi dalam proses distorsi ini adalah mengekstraksi tiap-tiap folie yang telah elemen dasar yang membentuk folie tersebut. Berikut ini penjelasan proses dekomposisi permutasi deformasi yang dia lakukan terhadap folies: kemudian folies ini dilakukan dekomposisi atau proses disintegrasi, pemecahan elemen elemen dasar yang membentuk suatu objek. Istilah lainnya adalah proses ekstrasi. Seperti pada gambar di bawah,l kubus folie berukuran 10 x 10 x 10 m3 tersebut seolah-olah diledakkan sehingga rangka rangka penyusunnya terlihat. Begitupun garis, bidang, dan rangka yang memotong folie saat proses superimpose. Dari proses dekomposisi ini kemudian diperoleh elemen-elemen dasar apa yang menyusun folies tersebut. Tiap folie yang ada di taman tersebut memiliki hasil ekstrasi yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Sehingga tidak heran bila folie yang awalnya hanya berbentuk kubus dengan 6 sisi berubah menjadi suatu bentuk yang lain. 17
5 Various Recombination/Permutation Elemen-elemen dasar hasil ekstrasi yang telah diperoleh oleh Tschumi kemudian direkombinasikan kembali satu dengan lainnya sehingga membentuk beberapa alternative untuk memperoleh bentuk. Each of the cubes is decomposed into a number of formal elements which are then variously recombined. The result is that each point of the grid is marked by a different permutation of the same object. Proses rekombinasi elemen elemen pembentuk cube dilakukan dengan menggunakan permutasi. Sebagai contoh proses permutasi, bentuk A, bentuk B, dan bentuk C dapat dipermutasikan menjadi bentuk ABC, bentuk ACB, bentuk BAC, bentuk BCA, bentuk CAB, dan bentuk CBA. Hasil permutasi ini kemudian akan menghasilkan folies yang berbeda satu dengan yang lainnya. Susunan permutasi inipun tidak secara simple disusun kembali menjadi bentuk yang stabil melainkan tiap-tiap elemen dipasangkan dengan elemen lain dengan penyusunan yang tidak seimbang. The cube has been distorted by elements that were extracted from it. Deformation Hasil permutasi elemen-elemen tersebut kemudian dideformasikan atau merubah bentuknya kembali untuk menyesuaikan dengan kebutuhan mengakomodasi fungsi-fungsi kegiatan yang berbeda-beda sepert restoran, arcade, dan lainnya. Di bawah ini adalah gambar folies yang telah dideformasi. Gambar 7 Permutation of cube; Deformation of cube Superimposition of Events Dari hasil analisa bagaimana sang arsitek, Bernard Tschumi, dalam menghasilkan suatu bentuk geometris kemudian saya mengambil kesimpulan mendasar terhadap teknik yang digunakan oleh Tschumi. Teknik mendasar yang digunakan adalah teknik superimposition sedangkan langkah-langkah berikutnya merupakan tindakan lanjutan setelah proses superimpose. Sebelum menentukan benda apa yang akan saya buat pada project kali ini, terdapat beberapa hal yang saya lihat sebagai elemen utama dari metode pembentukan geometri Parc de La Villette ini. Beberapa hal tersebut adalah sebagai berikut: 1. Tschumi berusaha menampilkan sesuatu yang tidak teratur dari suatu bentuk dasar geometri yang penuh keseimbangan dan proporsional. Ideals of purity, perfection, and order become sources of impurity, imperfection, and disorder. Data ini menunjukkan adanya suatu transformasi dari kondisi A ke kondisi B yang bertolak belakang. 2. Teknik superimpose tiga layer yang dilakukan Tschumi untuk meraih bentuk akan saya coba tampilkan sebagai berikut: Points terkait dengan interval, repetisi bentuk, ritme, image, identity; Lines terkait dengan main axis, movement, space, 18
6 use, circulation, connection; Surfaces terkait dengan area dimana aktivitas berlangsung, peluang event berlangsung. Dalam langkah berikutnya saya menamakan project ini sebagai The Superimposition of Events dimana saya akan memanfaatkan event-event yang terjadi sebagai subjek pemberi forces terhadap proses superimpose dan proses deformasi bentuk murni menjadi bentuk lain yang tak seimbang. Berbeda dari cara Tschumi yang memberikan forces dari dirinya sendiri sebagai subjek, saya akan melihat bagaimana bila event itu sendiri yang memberikan gayanya terhadap suatu bentuk dalam susunan tiga layer dan bukanlah sang perancang. Mengapa tidak, apabila Tschumi sendiri melihat arsitektur sebagai sesuatu yang terlahir dari event-event yang hadir? Apa yang akan terjadi bila event-event itu sendiri secara kontak langsung melakukan transformasi bentuk-bentuk pure menjadi bentuk impure? Superimpose bentuk- bentuk arsitektur akan dihasilkan oleh event ataupun pergerakan manusia secara langsung. Jadi manusia akan secara langsung sebagai subjek pemberi action melakukan kontak dengan bentukbentuk murni. Deformasi dan transformasi yang terjadi dalam kasus Tschumi tidak lagi dilakukan oleh sang perancang itu sendiri tetapi oleh si pengguna ruang yang ada. Langkah-langkah yang saya lakukan adalah menyiapkan satu buah modul triplek berukuran 103,5 x 103,5 cm2 yang cukup besar sebagai alas injak yang dapat diletakkan di area yang banyak dilalui manusia sebagai jalur sirkulasi dari tempat ke tempat (perempatan misalnya). Langkah berikutnya adalah mengaplikasikan metode 3 layer titik, garis, dan bidang pada modul tersebut dengan titik sebagai neutral space berkomposisi grid yang menunjukkan adanya interval dan ritme dari titik-titik tersebut. Layer titik berupa kubus-kubus plastisin yang disusun dengan sistem grid berinterval 12,5 cm. Bentuk kubus dipilih agar mempertahankan seirama dengan perempatan yang dilalui. Bentuk kubus dapat mewakili dan menguatkan identitas dan orientasi tersendiri di perempatan. Manusia yang melaluinya dapat bersikap familiar ketika melewatinya. Layer garis akan menunjukkan jalur-jalur sirkulasi yang memungkinkan terjadi pergerakan menusia di dalamnya (sama seperti yang dilakukan Tschumi ketika melihat adanya dua garis axis utama yang di dalamnya terdapat benyak pergerakan). Untuk movement layer garis ini berupa garis-garis maya yang menggambarkan arah alur dan gerak movement manusia di perempatan. Layer surface merupakan area yang mungkin digunakan untuk berkegiatan yaitu area di antara kubus-kubus plastisin sebelumnya. Disini layer surface adalah hasil invert dari pola jejak-jejak kaki orang berjalan. Invert dari jejak-jejak ini kemudian menjadi bidang-bidang kosong tak terinjak yang membentuk pola movement berjalan di perempatan. Setelah modul ini selesai, saya meletakkannya di area ramai yang memungkinkan modul ini sering dilalui bagaimana pembentukan geometri yang terjadi pada si kubus-kubus plastisin ini apabila mereka diremukkan sendiri oleh manusia yang sedang mengalami event bergerak, berlalu lalang, berpindah. Akan ada jejak-jejak pergerakan dari hasil superimpose antara layer titik, garis, dan surface. Efek deformasi yang timbul pun akan hadir tanpa perlu campur tangan sang perancang. Deformasi bentuk yang terjadi hadir dari hasil event yang terjadi pada suatu rentang waktu tertentu. Superimpositions of Events, events secara langsung berperan dalam menciptakan suatu bentuk arsitektural. Gambar 8. Superimposition of Events 19
7 Di dalam geometri arsitektur, peran geometri dan arsitektur tidak akan pernah dapat terlepas satu sama lainnya. Setiap geometri yang terbentuk dan hadir pasti memiliki arti dalam kehidupan manusia berkegiatan dalam ruang. Begitupun arsitektur yang dapat terkonkritkan wujudnya dari bentuk-bentuk geometri yang ada. Geometri dan arsitektur, masing- masing memiliki peranan dan kontribusi langsung di dalam membentuk suatu ruang berkegiatan manusia. Seperti pada eksplorasi project yang telah saya lakukan, Superimpositions of Events, dapat kita lihat terdapat kesinambungan antara subjek pelaku action dengan objek berdasar kemauan sang perancang melainkan kepada manusia pengguna ruang pada satu tempat di dalam rentang waktu tertentu. Daftar Pustaka The Museum of Modern Art. Tschumi, Bernard (1994). Museum of Modern Art. USA. de la villette 20
BAB VI KONSEP PERANCANGAN
BAB VI KONSEP PERANCANGAN 6.1 REDEFINISI PERAN PERPUSTAKAAN KONTEMPORER Kemudahan akses informasi melalui teknologi saat ini adalah suatu perkembangan positif dari peradaban manusia. Melalui internet kita
Lebih terperinciIII. PRESEDEN KARYA BERNARD TSCHUMI PARC DE LA VILETTE
23 III. PRESEDEN KARYA BERNARD TSCHUMI PARC DE LA VILETTE Untuk bisa menjabarkan metoda desain yang akan digunakan dalam desain saya, maka saya terlebih dahulu akan coba membongkar metoda yang digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemakaian energi karena sumbernya telah menipis. Krisis lingkungan sangat mempengaruhi disiplin arsitektur di setiap
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Arsitek pada jaman ini memiliki lebih banyak tantangan daripada arsitekarsitek di era sebelumnya. Populasi dunia semakin bertambah dan krisis lingkungan semakin menjadi.
Lebih terperinciJURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) ( X Print) G-75
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) G-75 Superimposisi Tiga Pemaknaan Ruang Sebagai Pemicu Interaksi pada Ruang Publik Arabela Grania Chaniago dan I Gusti Ngurah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT. Pos Indonesia yang selanjutnya disebut Kantor Pos merupakan badan usaha milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang layanan sarana komunikasi seperti mengirimkan
Lebih terperinciHOME OF MOVIE. Ekspresi Bentuk BAB III TINJAUAN KHUSUS. Ekspresi Bentuk. III.1 Pengertian Tema. Pengertian Ekspresi, adalah :
BAB III TINJAUAN KHUSUS III.1 Pengertian Tema Pengertian Ekspresi, adalah : Ungkapan tentang rasa, pikiran, gagasan, cita-cita, fantasi, dan lain-lain. Ekspresi merupakan tanggapan atau rangsangan atas
Lebih terperinciBAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep utama yang mendasari Rancang Ulang Stasiun Kereta Api Solobalapan sebagai bangunan multifungsi (mix use building) dengan memusatkan pada sistem dalam melayani
Lebih terperinciTeori Urban Desain. Mata Kuliah Arsitektur Kota. Figure ground
Teori Urban Desain Mata Kuliah Arsitektur Kota Figure ground 1 Teori Figure/ ground Teori ini dapat dipahami melalui pola perkotaan dengan hubungan antara bentuk yang dibangun (building mass) dan ruang
Lebih terperinciPENATAAN POLA TATA RUANG DALAM PASAR LEGI TRADISIONAL KOTA BLITAR
PENATAAN POLA TATA RUANG DALAM PASAR LEGI TRADISIONAL KOTA BLITAR Adhiatma Pradhipta, Rr. Haru Agus Razziati, Rinawati P. Handajani Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya adhiatma.61190@gmail.com
Lebih terperinciBAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE
BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE Pemograman merupakan bagian awal dari perencanaan yang terdiri dari kegiatan analisis dalam kaitan upaya pemecahan masalah desain. Pemograman dimulai
Lebih terperinci5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung
5. HASIL RANCANGAN 5.1 Hasil Rancangan pada Tapak Perletakan massa bangunan pada tapak dipengaruhi oleh massa eksisting yang sudah ada pada lahan tersebut. Di lahan tersebut telah terdapat 3 (tiga) gedung
Lebih terperinciWanita Subadra Abioso, Ir., M.T Halaman 1 dari 6
TEORI ARSITEKTUR I SEMESTER GENAP 2013/ 2014 PERTEMUAN KEENAM DAN KETUJUH RHYTHM (IRAMA) KAIDAH-KAIDAH UMUM BERBAHASA ARSITEKTURAL BERDASARKAN TEORI ARSITEKTUR MODEREN (LANJUTAN) Rhythm (irama) merupakan
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORERIKAL PENDEKATAN ARSITEKTUR ORGANIK PADA TATA RUANG LUAR DAN DALAM HOMESTAY DAN EKOWISATA SAWAH
BAB III TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORERIKAL PENDEKATAN ARSITEKTUR ORGANIK PADA TATA RUANG LUAR DAN DALAM HOMESTAY DAN EKOWISATA SAWAH 3.1. Tinjauan Pendekatan Arsitektur Organik 3.1.1. Definisi Arsitektur
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KHUSUS
BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1. Pengertian Tema 3.1.1. Pengertian Ruang Ruang mempunyai arti penting bagi kehidupan manusia. Ruang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia baik secara psikologis emosional
Lebih terperinciELEMEN SITE : MASSA DAN RUANG LUAR
ELEMEN SITE : MASSA DAN RUANG LUAR pengertian massa dan ruang luar Massa sebagai elemen site dapat tersusun dari massa berbentuk bangunan dan vegetasi; keduaduanya baik secara individual maupun kelompok
Lebih terperinciBAB V KAJIAN TEORI. Pengembangan Batik adalah arsitektur neo vernakular. Ide dalam. penggunaan tema arsitektur neo vernakular diawali dari adanya
BAB V KAJIAN TEORI 5. V 5.1. Kajian Teori Penekanan /Tema Desain Tema desain yang digunakan pada bangunan Pusat Pengembangan Batik adalah arsitektur neo vernakular. Ide dalam penggunaan tema arsitektur
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Shopping mall atau biasa disebut juga dengan mal adalah salah satu pusat perbelanjaan yang cepat berkembang di kota-kota besar di Indonesia. Mal merupakan bagian yang
Lebih terperinciBAB V HASIL RANCANGAN
BAB V HASIL RANCANGAN 5.1 RENCANA TAPAK Pencapaian melalui tapak melalui jalan R. E. Martadinata dapat diakses oleh pejalan kaki, kendaraan umum, maupun kendaraan pribadi. Jalan dengan lebar 8 m ini, dapat
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN. Metode Perancangan merupakan cara berfikir dengan menyesuaikan rumusan
BAB III METODE PERANCANGAN Metode Perancangan merupakan cara berfikir dengan menyesuaikan rumusan masalah dan tujuan perancangan hingga menghasilkan suatu produk (hasil rancangan). Dengan metode perancangan
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 KONSEP DASAR Museum kereta api merupakan bangunan yang mewadahi aktivitas memajang / memamerkan lokomotif, dan menampung pengunjung museum dan aktivitas yang terjadi dalam
Lebih terperinciVI. KONSEP PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN
VI. KONSEP PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN VI.1. Konsep Desain Lanskap Tepian Sungai Martapura Kota Banjarmasin menitikberatkan kepada sungai sebagai pusat perhatian dan pemandangan
Lebih terperinciPenerapan Budaya Sunda dalam Perancangan Pasar Rakyat Kasus: Pasar Sederhana, Bandung
TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Penerapan Budaya Sunda dalam Perancangan Pasar Rakyat Atika Almira (1), Agus S. Ekomadyo (2) (1) Mahasiswa Program Sarjana Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan
Lebih terperinciPenerapan Konsep Defensible Space Pada Hunian Vertikal
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 6, No.2, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) G 218 Penerapan Konsep Defensible Space Pada Hunian Vertikal Ariq Amrizal Haqy, dan Endrotomo Departemen Arsitektur, Fakultas
Lebih terperinciOptimalisasi Fungsi Masjid Pendekatan superimposisi (Desain Masjid Bulak)
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) G-106 Optimalisasi Fungsi Masjid Pendekatan superimposisi (Desain Masjid Bulak) Akbar Fala dan Rabbani Kharismawan Jurusan Arsitektur,
Lebih terperinciG E O M E T R I FALLINGWATER FRANK LLOYD WRIGHT
G E O M E T R I FALLINGWATER FRANK LLOYD WRIGHT Gagasan dimana bidang-bidang geometri dijadikan sebagai acuan dalam pembentukan bidang dasar. ASPEK GEOMETRI (ARSITEKTUR/BANGUNAN) METAFORA (KALIMAT) METAFORA
Lebih terperinciBAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa
BAB 6 HASIL PERANCANGAN 6.1. Hasil Perancangan Hasil perancangan Pusat Seni dan Kerajinan Arek di Kota Batu adalah penerapan konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perancangan Marina Central Place di Jakarta Utara (Sebagai Lokasi Sentral Bisnis dan Wisata Berbasis Mixed Use Area)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Perancangan Marina Central Place di Jakarta Utara (Sebagai Lokasi Sentral Bisnis dan Wisata Berbasis Mixed Use Area) Perancangan : Proses penerapan berbagai teknik
Lebih terperincisekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang
BAB 5 KESIMPULAN 1. Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian secara subyektif (oleh peneliti) dan obyektif (pendapat responden) maka elemen identitas fisik yang membentuk dan memperkuat karakter (ciri
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,
Lebih terperinciHenny Panjaitan. ia juga menghasilkan berbagai jenis karya lain seperti bangunan residensial, sayembara merancang museum untuk mengenang
When Invisibility Meets Visibility: Eksplorasi Selubung Berdasarkan Gagasan Arsitektur Daniel Libeskind Henny Panjaitan The Jewish Museum is conceived as an emblem in which the Invisible and the Visible
Lebih terperinciDEKONSTRUKSI PADA ZAMAN ARSITEKTUR POST MODERN
DEKONSTRUKSI PADA ZAMAN ARSITEKTUR POST MODERN STUDI KASIS PETER B LEWIS BUILDING Nama : Diaz Mardika Putra NPM : 20307014 Fakultas : Teknik Sipil Dan Perencanaan Jurusan : Teknik Arsitektur Pembimbing
Lebih terperinciASPEK-ASPEK ARSITEKTUR BENTUK DAN RUANG.
ASPEK-ASPEK ARSITEKTUR BENTUK DAN RUANG. 1 ASPEK-ASPEK ARSITEKTUR BENTUK DAN RUANG 2 BENTUK alat untuk menyampaikan ungkapan arsitek kepada masyarakat Dalam Arsitektur Suatu wujud yang mengandung maksud
Lebih terperinciLandscape Quality KUALITAS LANSKAP. Kualitas Fisik dan Ekologi Kualitas Visual TOPIK BAHASAN ARL 200. Departemen Arsitektur Lanskap A.
Landscape Quality Dasar-dasar Arsitektur Lanskap KUALITAS LANSKAP ARL 200 Kualitas Fisik dan Ekologi Kualitas Visual Departemen Arsitektur Lanskap TOPIK BAHASAN Adalah pemandangan yang diamati dari A.
Lebih terperinciWomen and Child Center di Semarang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan perkembangan jaman di abad modern dimana dunia hampir tiada batas, gaya hidup wanita perkotaan pun ikut berubah. Hal ini dapat dilihat dari emansipasi
Lebih terperinciLandscape Quality. Kualitas Fisik dan Ekologi Kualitas Visual. A. THE VIEW 1. Suitability as a factor
Landscape Quality TOPIK BAHASAN Arsitektur Lanskap KUALITAS LANSKAP ARL 200 Kualitas Fisik dan Ekologi Kualitas Visual A. The View B. The Vista C. The Axis D. The Symmetrical Plan E. The Asymmetrical Plan
Lebih terperinciBAB IV KONSEP PERANCANGAN
BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 IDE AWAL / CONSEPTUAL IDEAS Pertimbangan awal saat hendak mendesain kasus ini adalah : bahwa ini adalah sebuah proyek urban, proyek ini merupakan proyek bangunan publik, serta
Lebih terperinciRancangan Sirkulasi Pada Terminal Intermoda Bekasi Timur
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 6, No.2, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) G 368 Rancangan Sirkulasi Pada Terminal Intermoda Bekasi Timur Fahrani Widya Iswara dan Hari Purnomo Departemen Arsitektur,
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep perancangan Rumah Susun Sederhana Sewa ini adalah hasil analisis pada bab sebelumnya yang kemudian disimpulkan. Konsep ini merupakan konsep turunan dari
Lebih terperinciBAB V KAJIAN TEORI. memanfaatkan lingkungan seperti pemanfaatan limbah peti kemas.
BAB V KAJIAN TEORI 5.1. Kajian Teori Penekanan / Tema Desain Penekanan tema desain dalam project Rumah Susun Kontainer di Semarang adalah Arsitektur Metabolist. 5.2. Kajian Teori Permasalahan Dominan Project
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERANCANGAN Pada proses perancangan bangunan Pusat Kebudayaan Jepang ini dilakukan beberapa telaah mengenai prinsip-prinsip kebudayaan Jepang yang dapat diaplikasikan secara arsitektural.
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam konsep dasar pada perancangan Fashion Design & Modeling Center di Jakarta ini, yang digunakan sebagai konsep dasar adalah EKSPRESI BENTUK dengan
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KHUSUS
3.1 Latar belakang Tema 8 BAB III BAB III TINJAUAN KHUSUS Latar belakang penggunan tema Arsitektur Kontekstual adalah: Perkembangan teknologi dan informasi yang cukup pesat sehingga perlunya penyesuaian
Lebih terperinciSkripsi Museum Keroncong
III.1 Pengertian Metafora BAB III TINJAUAN KHUSUS Dalam bidang arsitektur, metafora berarti mengumpamakan bangunan sebagai sesuatu yang lain. Cara menampilkan perumpamaan tersebut adalah dengan memindahkan
Lebih terperinciBAB V KONSEP DASAR. Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan Kepanjen Educaion. Prinsip-prinsip tema Arsitektur Perilaku
BAB V KONSEP DASAR 5.1 Konsep Perancangan Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan Kepanjen Educaion Park ini mencangkup tiga aspek yaitu: Prinsip-prinsip tema Arsitektur Perilaku Kriteria dalam behaviour
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Perancangan. adalah melalui jalur pariwisata.
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG I.1.1 Latar Belakang Perancangan Peningkatan devisa negara adalah hal yang penting untuk keberlangsungan pembangunan negara, sehingga pemasukan devisa seharusnya ditingkatkan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Banyak daerah-daerah di Indonesia yang memiliki potensi pariwisata yang dapat diolah dan dikembangkan untuk dikenalkan kepada wisatawan mancanegara bahwa Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zaha Muhammad Hadid merupakan arsitek wanita yang bertempat tinggal di London. Ia adalah arsitek terkenal yang telah mencapai puncak karier karena menciptakan banyak
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KHUSUS
BAB III TINJAUAN KHUSUS III.1 Tema Ruang dan Sirkulasi III.1.a Latar Belakang Pemilihan Sebagian besar museum yang ada sekarang ini, tidak terlalu memperhatikan ruang dan sirkulasi. Ini bisa dilihat dari
Lebih terperinciBAB V KAJIAN TEORI. Tema desain menjadi sebuah konsep untuk merancang dan membuat
BAB V KAJIAN TEORI 5.1 KAJIAN TEORI PENEKANAN / TEMA DESAIN 5.1.1 Tema Desain Tema desain menjadi sebuah konsep untuk merancang dan membuat desain sebuah karya arsitektural. Pada proyek resort di komplek
Lebih terperinciBAB VI HASIL RANCANGAN. dengan ruang-ruang produksi kerajinan rakyat khas Malang yang fungsi
BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar Rancangan Sentral wisata kerajinan rakyat merupakan rancangan objek arsitektur dengan ruang-ruang produksi kerajinan rakyat khas Malang yang fungsi utamanya menyediakan
Lebih terperinciGALERI TANAMAN HIAS DI MAKASSAR PENDEKATAN ARSITEKTUR MODERN
GALERI TANAMAN HIAS DI MAKASSAR PENDEKATAN ARSITEKTUR MODERN Surya Ulandari 1, Taufik Arfan 2 Jurusan Arsitektur Fakultas Sains & Teknologi UIN-Alauddin Makassar Abstrak Kota Makassar membutuhkan sarana
Lebih terperinciBAB IV KONSEP PERANCANGAN
BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Ide Awal dan Konsep Umum Pertimbangan awal dalam mengambil ide awal antara lain, karena keberadaannya yang terletak di tengah daerah urban, yang dikelilingi oleh fungsi-fungsi
Lebih terperinciENTERTAINMENT CENTER DI PURWODADI
TUGAS AKHIR DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR ( DP3A ) ENTERTAINMENT CENTER DI PURWODADI Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan perekonomian dan pembangunan di Indonesia yang didukung kegiatan di sektor industri sebagian besar terkonsentrasi di daerah perkotaan yang struktur dan infrastrukturnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat menjadikan kebutuhan ruang semakin tidak terbatas. Aktivitas masyarakat baik dari segi ekonomi, sosial, maupun yang lainnya
Lebih terperinciOlahraga ekstrem telah lama lahir dan dikenal oleh masyarakat luas, dengan banyak pilihan jenis serta spesifikasi yang berbeda beda.
B A B. I PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG Olahraga ekstrem telah lama lahir dan dikenal oleh masyarakat luas, dengan banyak pilihan jenis serta spesifikasi yang berbeda beda. Media sebagai sarana bermainnya
Lebih terperinciMemahami Gagasan Primitive Future
Memahami Gagasan Primitive Future Bagi Sou Fujimoto, seorang arsitek muda Jepang, alam selalu hadir dan menjadi bagian dari lingkungan dimana kita berpijak. Manusia membuat segala sesuatu untuk mempermudah,
Lebih terperinciMANAKALA GEDUNG BPI ITB UNJUK KEKUATAN
AR 2111 APRESIASI ARSITEKTUR MANAKALA GEDUNG BPI ITB UNJUK KEKUATAN (SOLID DAN VOID DALAM ARSITEKTUR GEDUNG BPI ITB) DOSEN : DR. IR. BASKORO TEDJO, MSEB LAPORAN Oleh: Teresa Zefanya 15213035 PROGRAM STUDI
Lebih terperinciPola Aktivitas Pada Ruang Publik Taman Trunojoyo Malang
Pola Aktivitas Pada Ruang Publik Taman Trunojoyo Malang Adisty Yoeliandri Putri 1, Jenny Ernawati 2 dan Subhan Ramdlani 2 1Mahasiswa, Jurusan arsitektur/ Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 2 Dosen,
Lebih terperinciBAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI
BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI Bab ini memberikan arahan dan rekomendasi berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada kawasan studi, dengan membawa visi peningkatan citra Kawasan Tugu Khatulistiwa
Lebih terperinciBAB IV : KONSEP. 4.1 Konsep Dasar. Permasalahan & Kebutuhan. Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
BAB IV : KONSEP 4.1 Konsep Dasar Table 5. Konsep Dasar Perancangan Permasalahan & Kebutuhan Konsep Selama ini banyak bangunan atau gedung kantor pemerintah dibangun dengan hanya mempertimbangkan fungsi
Lebih terperinciGAME CENTER DI YOGYAKARTA
LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GAME CENTER DI YOGYAKARTA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA 1 UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN YUDISIUM UNTUK MENCAPAI DERAJAT SARJANA TEKNIK (S-1) PADA PROGRAM
Lebih terperinciGAMBAR PRODI PEND. TEKNIK ARSITEKTUR
GAMBAR PRODI PEND. ARSITEKTUR 1 TUGAS KE-1 MATA KULIAH MENGGAMBAR -TA. 220-4 SKS JURUSAN PENDIDIKAN ARSITEKTUR-S1 MENGGAMBAR HURUF DAN ANGKA Huruf dan angka merupakan dua komponen yang sangat penting dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Perancangan karaoke ini di latar belakangi karena masyarakat membutuhkan hiburan dan refreshing, sehingga keberadaan tempat hiburan sangat dibutuhkan. Salah
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT TENTANG ASPEK PERANCANGAN KOTA
BAB IV ANALISIS PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT TENTANG ASPEK PERANCANGAN KOTA Dalam pembahasan bab ini akan menjelaskan persepsi dan preferensi masyarakat, analisis gap dan analisis kuadran. Dari hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta sebagai ibukota Indonesia telah mengalami perkembangan pesat dalam bidang olahraga. Dewasa ini semakin banyak event olahraga yang di selenggarakan di Jakarta.
Lebih terperinciELEMEN FISIK PERANCANGAN ARSITEKTUR KOTA
ELEMEN FISIK PERANCANGAN ARSITEKTUR KOTA Tataguna Lahan Aktivitas Pendukung Bentuk & Massa Bangunan Linkage System Ruang Terbuka Kota Tata Informasi Preservasi & Konservasi Bentuk dan tatanan massa bangunan
Lebih terperinciBAB VI LANDASAN TEORI
BAB VI LANDASAN TEORI 6.1 Konsep Perencanaan 6.1.1 Konsep Program Ruang Ruang-ruang dalam Kantor Dinas Pemadam Kebakaran Kulon Progo dikelompokan menjadi empat kelompok ruang yang memiliki karakteristik
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN TEORI SUSTAINABLE ARCHITECTURE
BAB III TINJAUAN TEORI SUSTAINABLE ARCHITECTURE 3.1. SUSTAINABLE ARCHITECTURE Sustainable Architecture (arsitektur berkelanjutan) memiliki tujuan untuk mencapai kesadaran lingkungan dan memanfaatkan sumber
Lebih terperinciABSTRAK. Keywords : minimalis,modern, geometris and asimetri, Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Komposisi dua dimensi merupakan inspirasi dalam pembuatan busana siap pakai berupa hasil pemikiran manusia yang banyak menggunakan gradasi warna. Warna merupakan unsur rupa yang paling mudah ditangkap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Pengertian Judul
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul 1.1.1. Pengertian Galeri Pengertian dari kata Galeri berdasarkan KBBI ga le ri /n ruangan atau gedung tempat memamerkan benda atau karya seni dsb. Sedangkan menurut
Lebih terperinciBAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1. KONSEP MAKRO Secara makro, konsep perencanaan dan perancangan Museum Tekstil Indonesia ini merupakan sebuah alat untuk mendekatkan masyarakat Indonesia agar
Lebih terperinciBAB V. KONSEP PERANCANGAN
BAB V. KONSEP PERANCANGAN A. KONSEP MAKRO 1. Youth Community Center as a Place for Socialization and Self-Improvement Yogyakarta sebagai kota pelajar dan kota pendidikan tentunya tercermin dari banyaknya
Lebih terperinciBAB 3 TINJAUAN TEMA. 3.2 Latar belakang permasalahan Tema
BAB 3 TINJAUAN TEMA 3.1 LATAR BELAKANG TEMA Tema yang diangkat untuk mendukung pasar modern ini adalah Ruang dan Sirkulasi adapun latar belakang tema ini didasari oleh unsur dari ruang dan sirkulasi merupakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Unsur-unsur arsitektur kota berpengaruh terhadap (proses) pembentukan ruang sehingga harus dikendalikan perancangannya sesuai dengan skenario pembangunan yang telah digariskan.
Lebih terperinciPenataan Bukit Gombel, Semarang dengan Bangunan multifungsi Penekanan pada Green Architecture
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Penataan Bukit Gombel, Semarang dengan Bangunan multifungsi Penekanan pada Green Architecture Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh
Lebih terperinciSATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 06 KODE / SKS : KK / 4 SKS. Sub Pokok Bahasan dan Sasaran Belajar
1 1. Pengantar Perkuliahan 1.1. Materi Pokok Studio Perancangan Arsitektur 6 Mahasiswa dapat menguraikan materi tugas perancangan arsitektur 4, yaitu : fungsi kegiatan mejemuk dan komplek dalam suatu kawasan
Lebih terperinciAPARTEMEN DI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bandung merupakan kota metropolitan kedua setelah Jakarta dan saat ini kota Bandung merupakan salah satu kota yang sudah maju di bidang industri, maupun perdagangan.
Lebih terperinciHUBUNGAN CONCEPT CONTEXT DAN CONTENT PADA KARYA BERNARD TSCHUMI
LANTING Journal of Architecture, Volume 1, Nomer 2, Agustus 2012, Halaman 117-123 ISSN 2089-8916 HUBUNGAN CONCEPT CONTEXT DAN CONTENT PADA KARYA BERNARD TSCHUMI Prima Widia Wastuty Dosen Program Studi
Lebih terperinciMeng- abadi -kan Arsitektur dalam Rancangan Gedung Konser Musik Klasik Surabaya
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-928X G-48 Meng- abadi -kan Arsitektur dalam Rancangan Gedung Konser Musik Klasik Surabaya Fanny Florencia Cussoy, dan I Gusti Ngurah Antaryama
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN. 5.1 Konsep Utama: Optimalisasi Lahan dengan Pengembangan Elemen Pembatas Sarana
BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Utama: Optimalisasi Lahan dengan Pengembangan Elemen Pembatas Sarana Kebutuhan sarana dan ruang dari lahan sempit memberikan ide konsep optimalisasi ruang melalui penggunaan
Lebih terperinciII TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap
5 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap Lanskap berdasarkan Simonds (1983) merupakan suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia, dimana suatu lanskap dikatakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Auditorium Universitas Diponegoro 2016
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Diponegoro merupakan salah satu Universitas terkemuka di Indonesia serta termasuk ke dalam lima besar Universitas terbaik seindonesia, terletak di provinsi
Lebih terperinciUTARINA KUSMARWATI BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG sebagai salah satu perguruan tinggi negeri di Indonesia termasuk dalam universitas yang bersaing di tingkat nasional maupun internasional. Persaingan yang ketat di
Lebih terperinciBAB 5 KONSEP PERANCANGAN
BAB 5 KONSEP PERANCANGAN V.1 KONSEP DASAR PERANCANGAN Konsep dasar ini tidak digunakan untuk masing-masing ruang, tetapi hanya pada ruang-ruang tertentu. 1. Memperkenalkan identitas suatu tempat Karena
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Lokasi penelitian adalah tempat di mana penelitian akan dilakukan, beserta jalan dan kotanya. Dalam penelitian ini peneliti mengambil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap kota pastinya memiliki nilai sejarah tersendiri, dimana nilai sejarah ini yang menjadi kebanggaan dari kota tersebut. Peristiwa peristiwa yang telah terjadi
Lebih terperinciBAB VI KONSEP RANCANGAN
BAB VI KONSEP RANCANGAN Lingkup perancangan: Batasan yang diambil pada kasus ini berupa perancangan arsitektur komplek Pusat Rehabilitasi Penyandang Cacat Tubuh meliputi fasilitas terapi, rawat inap, fasilitas
Lebih terperinciBAB IV KONSEP PERANCANGAN
BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1. Konsep Dasar Konsep dasar perancangan Pusat Seni Pertunjukan ini adalah mendesain suatu bangunan dengan fasilitas pertunjukan yang dapat berfungsi dengan baik secara sistem
Lebih terperinciBAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Dasar Perancangan Sekolah Islam Terpadu memiliki image tersendiri didalam perkembangan pendidikan di Indonesia, yang bertujuan memberikan sebuah pembelajaran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Piramida Hirarki Kebutuhan (Sumber : en.wikipedia.org)
Bab 1 Pendahuluan - 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Masyarakat perkotaan sebagai pelaku utama kegiatan di dalam sebuah kota, memiliki kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi dalam
Lebih terperinciSTUDI RUANG PARKIR UNIVERSITAS SULTAN FATAH (UNISFAT) DEMAK
STUDI RUANG PARKIR UNIVERSITAS SULTAN FATAH (UNISFAT) DEMAK Mohhamad Kusyanto Program Studi Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sultan Fatah (UNISFAT) Jl. Sultan Fatah No. 83 Demak Telp. (0291)
Lebih terperincidiakui keberadaannya didunia. bahkan ditahun 1984 Indonesia pernah mencapai swasembada tanaman hias yang cukup tinggi. Namun akibat kebijakan
B A B. I PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG Selama ini Indonesia dikenal sebagai negara penghasil tanaman hias yang diakui keberadaannya didunia. bahkan ditahun 1984 Indonesia pernah mencapai swasembada
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN ARSITEKTUR. yang mendukung teori-teori yang dikerjakan.
30 BAB III METODE PERANCANGAN ARSITEKTUR Kajian pada perancangan ini berdasarkan atas metode deskriptif analisis. Metode ini berupa paparan/deskripsi yang terjadi saat ini disertai dengan literaturliteratur
Lebih terperinciKONSEP dan TEKNIK PENYAJIAN GAMBAR PADA PROYEK ARSITEKTUR KOTA (URBAN DESIGN)
KONSEP dan TEKNIK PENYAJIAN GAMBAR PADA PROYEK ARSITEKTUR KOTA (URBAN DESIGN) Pembahasan Poin-poin yang akan dibahas pada kuliah ini: 1 KONSEP 2 PRESENTASI GAMBAR 3 CONTOH PROYEK 1. Berisi KONSEP pengertian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kampus Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Bina Nusantara. yang Berhubungan dengan Arsitektur.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Deskripsi Proyek Judul : Topik : Kampus Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Bina Nusantara Ekspresionisme Tema : Pengolahan Bentuk Kampus yang Ekspresif dalam Menaungi Kegiatan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS. Diagram 6 : skema hubungan fasilitas
BAB IV ANALISIS IV.1 Analisis Bangunan IV.1.1 Organisasi Ruang Berdasarkan hasil studi banding, wawancara, dan studi persyaratan ruang dan karakteristik kegiatan di dalamnya, hubungan fasilitas dapat dilihat
Lebih terperinciBAB III DESKRIPSI PROYEK
38 3.1 Gambaran Umum BAB III DESKRIPSI PROYEK Gambar 3. 1 Potongan Koridor Utara-Selatan Jalur Monorel (Sumber : Studi Pra Kelayakan Koridor 1 Dinas Perhubungan Kota Bandung Tahun 2014) Pemilihan lokasi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Ruang terbuka Publik berasal dari bahasa latin platea yang berarti jalur
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Ruang Terbuka Publik 2.1.1. Definisi Ruang Terbuka Publik Ruang terbuka Publik berasal dari bahasa latin platea yang berarti jalur yang diperluas seperti square. Square merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Fenomena kehadiran permainan berteknologi tinggi menggeser permainan konvensional. Kaum muda sekarang tetap perlu mengenal permainan berteknologi dalam
Lebih terperinci