BAB IV BENTUK LEKSIKON KHAZANAH VERBAL KEPADIAN. Analisis bentuk leksikon khazanah verbal kepadian disajikan dalam

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV BENTUK LEKSIKON KHAZANAH VERBAL KEPADIAN. Analisis bentuk leksikon khazanah verbal kepadian disajikan dalam"

Transkripsi

1 BAB IV BENTUK LEKSIKON KHAZANAH VERBAL KEPADIAN Analisis bentuk leksikon khazanah verbal kepadian disajikan dalam ekoleksikon kepadian dan ekowacana kepadian. Analisis bentuk leksikon dalam ekoleksikon dan ekowacana kepadian didasarkan pada aspek intratekstualitas, intertekstualitas, dan ekstratekstualitas. Aspek intratekstualitas adalah hubungan yang ada di dalam unsur tersebut. Aspek intertekstualitas adalah hubungan antara unsur dan unsur lainnya pada jenis yang sama. Aspek ekstratekstualitas adalah hubungan antara unsur dan unsur yang lain yang berasal dari jenis yang berbeda (Lindø dan Bundsgaard (eds), 2000: 17). Ketiga aspek ini berperan untuk menjelaskan tataran semantik, sintaktik, dan pragmatik satuan bahasa seperti yang telah disajikan pada tabel 2.4 bab II di atas. Aspek intratekstualitas (sintaktik) secara umum berperan untuk menemukan bentuk atau struktur satuan lingual dan sistem pemarkah. Satuan lingual yang berbentuk kata dan gabungan kata mengalami proses pengkategorian dengan memasukkan setiap kata ke dalam kategori-kategori, pengidentifikasian unsurunsur pembentuk kata atau gabungan kata tersebut, dan pengklasifikasian kata atau gabungan kata tersebut. Leksikon berkategori verba termasuk verba konstatatif, yaitu verba yang digunakan untuk menggambarkan perbuatan, keadaan, dan proses. Verba diklasifikasikan menjadi (1) verba kausatif, yaitu verba yang berarti menyebabkan atau menjadikan sebab; (2) verba transitif, yaitu verba yang harus didampingi oleh 57

2 58 objek; (3) verba intransitif, verba yang tidak memunculkan objek (Kridalaksana, 2008). Selain itu, ditemukan juga gabungan kata predikatif, yaitu gabungan kata yang terdiri atas verba dan nomina atau frase nominal. Setiap kata yang berkategori nomina berdasarkan kekhasannya diklasifikasikan berdasarkan (1) nomina bernyawa dan nomina tak bernyawa berdasarkan dapat atau tidaknya disubstitusikan dengan ia atau mereka; (2) nomina terbilang dan nomina tak terbilang berdasarkan dapat atau tidaknya dihitung; dan (3) nomina kolektif dan nomina bukan kolektif berdasarkan dapat atau tidaknya diperinci atas anggota atau atas bagian-bagiannya (Kridalaksana, 1988). Selain kata, ditemukan juga gabungan kata nomina. Berdasarkan makna yang terbentuk dari keterkaitan antara unsur-unsurnya, gabungan kata tersebut diklasifikasikan menjadi kata majemuk, ungkapan, dan frase. Kata majemuk adalah gabungan leksem dan leksem yang seluruhnya berstatus sebagai kata. Ungkapan adalah konstruksi yang maknanya tidak sama dengan gabungan maknanya. Frase adalah gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif (Kridalaksana, 2008). Bahasa Kodi seperti yang dipaparkan Sukerti (2013) adalah bahasa dengan predikat yang kaya akan pemarkah. Pemarkah yang dimiliki bahasa Kodi antara lain klitik pronomina persona, klitik pronomina relatif, klitik pronomina keaspekan, pemarkah kausatif, dan pemarkah penegas. Pemarkah berfungsi untuk menentukan fungsi morfologis dan sistem rujuk silang (endofora dan eksofora). Berdasarkan perbandingan antara data dan penelitian Sukerti (2013), ada beberapa

3 59 pemarkah bahasa Kodi yang tidak dijelaskan oleh Sukerti (2013), yaitu klitik pronomina refleksif dan pemarkah definit yang terjawab dalam penelitian Kasni (2012). Berikut ini daftar klitik pronomina persona dengan kasus morfologis dan klitik pronomina keaspekan (Sukerti, 2013). Jumlah Nominatif Genitif Akusatif Datif Keaspekan 1TG ku- -nggu -ngga ya -ngga bhaku 2TG - -mu -nggu -nggu bhu 3TG na- -na -ya -ni bhana 1JMK (ink) ma- -ma -ma -nggama bhama 1JMK (eks) ta- -nda -ta -nda bhata 2JMK mi- -mi -mi -nggumi bhi 3JMK a- -nda -hi -ndi bha Pemarkah klitik pronomina bahasa Kodi memarkahi tipe dan jumlah persona serta menginformasikan kasus morfologis. Klitik pronomina persona pemarkah kasus nominatif melekat pada posisi awal predikat dalam bentuk proklitik, sedangkan pemarkah kasus genitif, akusatif, dan datif melekat pada posisi akhir predikat dalam bentuk enklitik. Kasus morfologis yang menandai setiap klitik pronomina persona memengaruhi fungsi sintaktik dan peran setiap argumen predikat. Klitik pronomina persona berkasus nominatif merujuk silang kepada argumen subjek, klitik pronomina persona berkasus akusatif merujuk silang pada argumen objek langsung, klitik pronomina persona berkasus datif merujuk silang pada argumen objek tak langsung, dan klitik pronomina persona berkasus genitif mengacu silang pada nomina atau frase nominal yang berstatus posesor. Klitik pronomina keaspekan adalah bentuk klitik pronomina yang berperilaku seperti klitik pronomina yang menjelaskan keaspekan. Klitik pronomina keaspekan memiliki ciri yang sama seperti klitik pronomina persona yang merujuk silang pada argumen subjek dan objek sesuai dengan posisi kehadirannya

4 60 pada predikat. Klitik pronomina relatif adalah klitik pronomina persona berkasus nominatif yang merujuk silang kepada unsur nomina sebagai subjek (Sukerti, 2013). Selain klitik pronomina persona, klitik pronomina keaspekan, dan klitik pronomina relatif, bahasa Kodi juga memiliki klitik pronomina refleksif, pemarkah definit, pemarkah kausatif, dan pemarkah penegas. Klitik pronomina refleksif adalah klitik pronomina yang merujuk silang pada diri penutur. Klitik pronomina refleksif berupa klitik -ki merujuk kepada diri yang berjumlah jamak dan klitik -do yang merujuk kepada diri yang berjumlah tunggal. Klitik pronomina refleksif melekat pada posisi akhir predikat. Pemarkah definit adalah pemarkah yang menentukan kedefinitan nomina yang dirujuk. Pemarkah definit dalam bahasa Kodi biasanya melekat pada posisi akhir predikat. Bentuk pemarkah definit yang produktif dalam bahasa Kodi adalah pemarkah definit -wa yang merujuk kepada nomina noninsani yang jauh dari penutur (Kasni, 2012). Pemarkah kausatif adalah pemarkah yang berfungsi membentuk verba kausatif. Pemarkah kausatif muncul di posisi awal predikat setelah klitik pronomina nominatif. Pemarkah kausatif terdiri atas pemarkah kausatif pa- dan ha- yang mengubah nomina menjadi verba, mengubah adjektiva menjadi verba, dan mengubah verba intransitif menjadi verba transitif. Pemarkah berikutnya, yaitu pemarkah penegas. Pemarkah penegas adalah pemarkah penegas yang merujuk silang pada nomina subjek atau objek dan menegaskan predikat. Menurut (Sukerti, 2013) penggunaan pemarkah ini dipengaruhi oleh faktor pragmatik. Sistem perujukan pemarkah ini ditentukan oleh konteks penutur. Pemarkah

5 61 penegas dalam bahasa Kodi terdiri atas pemarkah penegas -ka yang menegaskan nomina subjek atau objek dan pemarkah penegas -ngo yang menegaskan predikat. Pemarkah yang berupa klitik pronomina persona, klitik pronomina keaspekan, klitik pronomina relatif, klitik pronomina refleksif, pemarkah definit, dan pemarkah penegas berdasarkan acuannya dibedakan atas endofora dan eksofora. Endofora bersifat tekstual dan acuannya berada dalam teks, sedangkan eksofora bersifat kontekstual dan acuannya berada di luar teks. Pemarkah yang merujuk silang pada nomina yang disebutkan dalam tuturan bersifat endoforis, sedangkan pemarkah yang merujuk silang pada nomina yang tidak disebutkan dalam tuturan bersifat eksoforis. Berdasarkan distribusi rujukannya, endofora dibedakan atas anafora dan katafora. Anafora adalah hal atau fungsi yang merujuk pada unsur yang mendahuluinya, sedangkan katafora adalah hal atau fungsi yang merujuk pada unsur yang mengikutinya (Djajasudarma, 2012: 44). Jenis-jenis pemarkah di atas memarkahi predikat yang merupakan konstituen induk. Sebagai konstituen induk, predikat dalam mengikat argumennya dimarkahi dengan pemarkah yang merujuk silang pada argumen predikat. Berdasarkan hubungan antara struktur satuan lingual dan sistem pemarkah, dapat diamati pelesapan argumen predikat yang berupa subjek dan objek yang dirujuk silang oleh pemarkah atau tidak. Penghilangan atau pelesapan argumen predikat tidak memengaruhi tingkat gramatikalitas kalimat karena predikat sebagai konstituen induk dengan pemarkah klitik yang masih melekat sudah mewakili unit kalimat yang utuh. Dengan demikian, pemarkah-pemarkah yang telah disebutkan di atas beraposisi dengan subjek dan objek yang berupa nomina atau gabungan kata

6 62 nomina. Nomina atau gabungan kata nomina yang berada pada fungsi subjek dan objek bersifat opsional karena predikat dan klitik pronomina sudah mewakili sebuah klausa yang utuh (Sukerti, 2013: 61, 65). Aspek intertekstualitas (semantik) diperjelas dengan adanya model matriks semantik (gambar. 2.4) untuk menentukan makna satuan bahasa, baik itu memiliki makna sosial, impor sosial, maupun signifikansi personal yang dipengaruhi oleh hubungan semantik dan konteks. Makna sosial adalah makna satuan bahasa yang dipengaruhi oleh semantik umum yang berkaitan dengan konteks umum. Makna sosial disebut juga makna kamus yang dapat disejajarkan dengan makna leksikal dan makna referensial. Impor sosial adalah makna satuan bahasa yang dipengaruhi oleh semantik umum yang berkaitan dengan konteks khusus. Signifikansi personal adalah makna satuan bahasa yang dipengaruhi oleh semantik khusus yang berkaitan dengan konteks khusus. Signifikansi personal adalah makna yang disesuaikan dengan konteks penggunaan bahasa yang dapat disejajarkan dengan makna kontekstual. Aspek ekstratekstualitas (pragmatik) adalah penggunaan bahasa yang didasarkan atas konteks penutur yang disebut dengan konteks produsen yang dibedakan atas penggunaan deiksis dan metafora. Deiksis berhubungan erat dengan cara menggramatikalisasikan ciri-ciri konteks tuturan atau peristiwa tutur yang berhubungan dengan interpretasi tuturan yang sangat bergantung pada konteks tuturan itu sendiri (Djajasudarma, 2012: 51). Metafora adalah ungkapan kebahasaan yang maknanya tidak dapat dijangkau secara langsung dari unsurunsur dalam suatu tuturan karena terdapat maksud penutur yang harus

7 63 diinterpretasikan oleh petutur. Searle (1979) menyatakan bahwa metafora adalah gejala pragmatik karena adanya pemberian maksud yang berbeda dari tuturannya. Metafora menurut Searle (1979) adalah maksud penutur sebagai pengganti makna kalimat. Makna metaforis berbeda dengan makna kalimat (makna literal). Makna metaforis adalah maksud penutur yang cenderung mengacu pada makna tuturan yang dikomunikasikan oleh penutur. Berdasarkan rumusan yang dicetuskan oleh Searle (1979), dapat disimpulkan bahwa dalam segi pragmatis metafora terbentuk dari adanya perbedaan makna literal dan makna metaforis dan untuk menentukan makna metaforis, seorang petutur harus melampaui makna literal sebuah ujaran. Jadi, makna yang dikaji secara metaforis adalah makna yang sesuai dengan kehendak penutur (Ortony, 1993: ). Metafora kepadian dibedakan atas metafora antropomorfis dan metafora binatang. Metafora antropomorfis adalah sebagain besar ekspresi yang mengacu kepada sesuatu hal yang dibandingkan dengan tubuh dan anggota badan manusia dan sebaliknya, sedangkan metafora binatang adalah metafora yang menggunakan nama binatang untuk dibandingkan dengan hal lainnya (Ullmann, 2007: 267). Dalam bentuk ekoleksikon kepadian berperan aspek intratekstualitas dan aspek intertekstualitas. Aspek intratekstualitas untuk mengetahui bentuk atau struktur leksikon dan sistem pemarkah pada leksikon, sedangkan aspek intertekstualitas untuk menemukan impor sosial leksikon yang dipengaruhi oleh semantik teks dan konteks. Dalam bentuk ekowacana kepadian berperan aspek intratekstualitas, intertekstualitas, dan ekstratektualitas. Aspek intratekstualitas

8 64 untuk menentukan struktur teks dan sistem pemarkah. Aspek intertekstualitas untuk menemukan makna sosial dan signifikansi personal yang dipengaruhi oleh semantik teks dan konteks. Aspek ekstratekstualitas mencakup deiksis dan metafora berdasarkan konteks produsen. Pemaparan bentuk kebahasaan ekoleksikon kepadian dan ekowacana kepadian penting dilakukan karena menunjukkan keberagaman bahasa lingkungan kepadian sebagai hasil interaksi, interrelasi, interkoneksi, dan interaktivitas masyarakat Kodi khususnya peladang Kodi dan lingkungan kepadian. 4.1 Ekoleksikon Kepadian Leksikon disebut juga kosakata atau perbendaharaan kata. Leksikon merupakan komponen bahasa yang memuat informasi tentang makna dan pemakaian kata dalam bahasa (Kridalaksana, 2008). Sapir menyatakan bahwa kosakata mencerminkan lingkungan fisik dan lingkungan sosial manusia. Kosakata yang lengkap dari suatu bahasa dipandang sebagai sebuah inventarisasi kompleks yang terdiri atas rancangan yang tersusun dalam pikiran komunitas tuturnya. Kosakata tersebut mencerminkan batas karakter lingkungan fisik dan karakter budaya masyarakat yang menggunakannya (dalam Fill dan Mühlhaüsler, 2001: 14). Leksikon yang menggambarkan lingkungan disebut dengan ekoleksikon. Ekoleksikon kepadian adalah komponen bahasa yang berisikan kekayaan kata yang memuat informasi tentang makna satuan bahasa yang menggambarkan lingkungan kepadian. Ekoleksikon kepadian adalah seperangkat istilah dalam lingkungan kepadian yang mencerminkan karakter komunitas

9 65 tuturnya, karakter lingkungan alam, dan lingkungan sosial-budaya. Ekoleksikon kepadian menggambarkan kekayaan unsur-unsur yang terdapat dalam lingkungan kepadian yang mengungkapkan makna kegiatan, proses, keadaan, atau benda yang khas dalam hal kepadian. Berdasarkan tahapannya, ekoleksikon kepadian meliputi leksikon kepadian tahap pratanam, leksikon kepadian tahap tanam, dan leksikon kepadian tahap pascatanam. Dalam bentuk ekoleksikon kepadian berperan aspek intratekstualitas dan aspek intertekstualitas. Aspek intratekstualitas untuk mengetahui bentuk atau struktur leksikon yang terdiri atas kata dan gabungan kata, sistem pemarkah pada leksikon yang memengaruhi fungsi morfologis dan sistem rujuk silang, sedangkan aspek intertekstualitas untuk menemukan impor sosial leksikon yang dipengaruhi oleh hubungan semantik dan konteks. Ekoleksikon kepadian mengungkapkan makna kegiatan, proses, keadaan, atau benda yang khas dalam hal kepadian. Leksikon kepadian yang merepresentasikan makna kegiatan, proses, keadaan, atau benda didaftarkan dalam satu tabel. Leksikon yang menggambarkan kegiatan atau proses disusun menurut proses yang berlangsung, sedangkan leksikon yang merealisasikan benda dikelompokkan dan diurutkan berdasarkan kegiatan atau proses yang memengaruhinya. Berikut ini leksikon kepadian berdasarkan klasifikasi yang telah dilakukan.

10 Leksikon Kepadian Tahap Pratanam Tahap pratanam adalah tahap persiapan ladang sampai dengan ladang siap untuk digunakan. Setiap kegiatan, proses, keadaan, atau benda yang berkaitan dengan lingkungan kepadian pada tahap pratanam direalisasikan dalam leksikonleksikon. Berikut ini adalah leksikon kepadian pada tahap pratanam. No. Leksikon Kepadian Tahap Pratanam 1 pogo menebang 2 pa-kamumma menebas 3 rabhiko mencabut rumput 4 manerro mencangkul 5 dangi-ya kamumma menjemur rumput 6 tunu ha-ngudhuko membakar gundukan-gundukan rumput 7 kaha-hi latu mengumpulkan abu 8 kaha-hi ha-ghayo mengumpulkan kayu 9 pa-ndaha kamoto membuat pembatas 10 pa-ndaha galu memasang pagar 11 pa-ndaha letepaba membuat pematang 12 mango ladang, huma 13 marada padang 14 kandaghu hutan 15 toyo manerro petani 16 mori mango pemilik ladang 17 maratana musim kemarau 18 katopo parang 19 tondo cangkul 20 rumba rumput 21 kamumma rumput yang telah dipotong 22 ha-ngudhuko gundukan-gundukan rumput 23 latu abu 24 galu pagar 25 kamoto pinggir ladang 26 letepaba pematang 27 lika pembatas ladang

11 67 Pogo menebang, pa-kamumma menebas, rabhiko mencabut rumput, dan manerro mencangkul adalah beberapa contoh leksikon yang termasuk verba transitif. Pogo menebang pohon adalah kegiatan memotong batang pohon-pohon besar yang ada di sekitar ladang. Pogo menebang biasanya dilakukan dengan menggunakan katopo parang. Pa-kamumma menebas terdiri atas nomina kamumma rumput yang telah dipotong dan pemarkah kausatif pa-. Pemarkah kausatif pa- inilah yang menyebabkan kamumma rumput yang telah dipotong yang berkategori nomina berubah menjadi verba kausatif pa-kamumma yang bermakna membuat rumput menjadi terpotong. Pa-kamumma menebas adalah memotong tumbuhan kecil seperti rumput dengan menggunakan katopo parang. Rabhiko mencabut rumput adalah kegiatan menarik rumput dengan menggunakan tangan supaya keluar dari tempat tumbuhnya, sedangkan manerro mencangkul adalah kegiatan menggali atau mengaduk tanah dengan menggunakan tondo cangkul. Pogo menebang, pa-kamumma menebas, rabhiko mencabut rumput, dan manerro mencangkul adalah verba spesifik yang dapat mewakili leksikon menebang, menebas, mencabut rumput, dan mencangkul. Gabungan kata dangi-ya kamumma menjemur rumput, tunu ha-ngudhuko membakar gundukan-gundukan rumput, kaha-hi latu mengumpulkan abu, dan kaha-hi ha-ghayo mengumpulkan kayu-kayu terdiri atas verba transitif dangi menjemur, tunu membakar, dan kaha mengumpulkan. Gabungan kata dangiya kamumma menjemur rumput, terdiri atas verba dangi menjemur yang dilekati oleh klitik pronomina persona ketiga tunggal -ya yang merujuk kepada

12 68 nomina kamumma rumput yang telah dipotong. Gabungan kata tunu hangudhuko membakar gundukan-gundukan rumput terdiri atas verba tunu membakar dan nomina jamak ha-ngudhuko gundukan-gundukan rumput. Nomina jamak ha-ngudhuko gundukan-gundukan rumput terdiri atas nomina ngudhuko gundukan rumput yang dilekati oleh pemarkah nomina jamak ha-. Gabungan kata kaha-hi latu mengumpulkan abu dan kaha-hi ha-ghayo mengumpulkan kayu-kayu terdiri atas verba kaha mengumpulkan dilekati oleh klitik pronomina persona ketiga jamak -hi yang merujuk kepada nomina tak terbilang latu abu dan nomina jamak ha-ghayo pohon-pohon. Dangi-ya kamumma menjemur rumput adalah kegiatan menjemur rumputrumput yang telah dipotong dan dibiarkan terkena sinar matahari di tengah ladang hingga kering. Setelah kering dilaksanakan tunu ha-ngudhuko membakar gundukan-gundukan rumput dengan membakar tumpukan-tumpukan kecil rumput yang telah ditebas yang ada di tengah ladang menjadi abu. Kegiatan selanjutnya adalah kaha-hi latu mengumpulkan abu mengumpulkan abu sisa pembakaran rumput yang dapat digunakan sebagai pupuk dan kaha-hi ha-ghayo mengumpulkan kayu-kayu dengan membawa kayu-kayu yang diperlukan dan dikumpulkan menjadi satu. Gabungan kata pa-ndaha kamoto membuat pembatas, pa-ndaha galu memasang pagar, dan pa-ndaha letepaba membuat pematang terdiri atas verba transitif pa-ndaha membuat, memasang yang didampingi oleh nomina kamoto pembatas, galu pagar, dan letepaba pematang. Verba pa-ndaha membuat, memasang pada gabungan kata di atas terdiri atas adjektiva ndaha baik, bagus

13 69 yang dilekati oleh pemarkah kausatif pa-. Adjektiva ndaha baik, bagus berubah dari adjektiva menjadi verba karena adanya pemarkah kausatif pa-, sehingga verba kausatif pa-ndaha membuat, memasang bermakna menyebabkan sesuatu menjadi baik dengan cara membuat dan memasang. Pa-ndaha galu membuat pagar, yaitu memasang kayu-kayu yang telah dikumpulkan untuk memagari sekeliling ladang. Pa-ndaha kamoto membuat pembatas dilakukan untuk membatasi mango ladang, huma yang ditanami padi dengan marada padang yang merupakan hamparan rumput yang luas. Pa-ndaha letepaba membuat pematang adalah kegiatan membuat pematang agar tanah tidak terbawa air hujan menuju ke tempat yang rendah saat hujan turun sehingga menghanyutkan tanah yang subur atau humus. Gabungan kata dangi-ya kamumma menjemur rumput, tunu ha-ngudhuko membakar gundukan-gundukan rumput, kaha-hi latu mengumpulkan abu, kaha-hi ha-ghayo mengumpulkan kayu-kayu, pa-ndaha kamoto membuat pembatas, pa-ndaha galu memasang pagar, dan pa-ndaha letepaba membuat pematang adalah gabungan kata predikatif yang terdiri atas verba dan nomina. Kegiatan atau proses yang digambarkan oleh verba diperjelas lagi dengan keberadaan nomina. Gabungan kata di atas termasuk bentuk generik karena tidak ada leksikon verba khusus yang mampu mewakili kegiatan atau proses menjemur rumput, membakar gundukan rumput, mengumpulkan abu, mengumpulkan kayu, membuat pembatas, memasang pagar, dan membuat pematang. Mango ladang, huma, marada padang, kandaghu hutan termasuk nomina kolektif yang dapat diperinci atas bagian-bagian dan nomina lokasi yang

14 70 menunjukkan tempat. Mango ladang, huma adalah lingkungan buatan berupa tanah yang luas tempat peladang menanam padi atau tanaman pangan lain yang tidak dialiri dengan air. Di sekitar mango ladang, huma terdapat marada padang dan kandaghu hutan. Marada padang adalah tanah luas yang ditumbuhi rumput dan digunakan sebagai tempat menggembalakan kerbau. Kandaghu hutan adalah tanah luas yang ditumbuhi pohon-pohon. Katopo parang adalah pisau besar yang lebih besar dari pisau biasa yang digunakan untuk memotong pohon-pohon besar atau rumput. Toyo manerro petani dan mori mango pemilik ladang adalah gabungan kata. Toyo manerro petani adalah kata majemuk yang terdiri atas nomina toyo orang dan verba manerro mencangkul. Penggabungan nomina toyo orang dan verba manerro mencangkul mengandung makna baru, yaitu petani yang masih dapat ditelusuri secara langsung dari kata nomina toyo orang dan verba manerro mencangkul yang digabungkan. Toyo manerro petani adalah orang yang pekerjaannya bercocok tanam dengan mengusahakan tanah yang dapat ditelusuri dari makna nomina toyo orang dan verba manerro mencangkul. Gabungan kata mori mango pemilik ladang merupakan frase nominal yang terdiri atas dua unsur langsung yang berkategori nomina, yaitu nomina mori pemilik, tuan dan nomina mango ladang, huma. Frase nominal mori mango pemilik ladang adalah frase nominal endosentris bertipe atributif karena terdiri atas unsur pusat mori pemilik, tuan dan unsur atribut mango ladang, huma. Petani yang tidak memiliki ladang untuk digarap, bisa menggarap ladang milik mori mango pemilik ladang.

15 71 Maratana musim kemarau, katopo parang, dan tondo cangkul adalah leksikon nomina selanjutnya. Maratana musim kemarau adalah nomina petunjuk waktu ditandai dengan curah hujan yang rendah dan kadang tidak ada hujan sama sekali. Maratana musim kemarau terjadi antara bulan April-- September. Pengolahan ladang dilakukan saat maratana musim kemarau sekitar bulan Agustus--September. Katopo parang digunakan dalam kegiatan pogo menebang dan pa-kamumma menebas. Tondo cangkul adalah alat yang terbuat dari lempeng besi dan diberi tangkai panjang untuk pegangan untuk menggali dan mengaduk tanah di areal tanam. Leksikon berkategori nomina pada tahap pratanam berikutnya adalah rumba rumput, kamumma rumput yang telah dipotong, ha-ngudhuko gundukangundukan rumput, dan latu abu. Rumba rumput adalah nomina bernyawa kolektif. Kamumma rumput yang telas dipotong dan ha-ngudhuko gundukangundukan rumput adalah nomina terbilang, sedangkan latu abu adalah nomina tak terbilang. Rumba rumput adalah tumbuhan berjenis ilalang yang berbatang kecil dan berdaun memanjang. Rumba rumput harus dibersihkan terlebih dahulu supaya ladang siap untuk ditanami. Ha-ngudhuko gundukan-gundukan rumput adalah nomina jamak yang ditandai dengan adanya pemarkah nomina jamak hayang dibubuhi di posisi awal nomina ngudhuko gundukan rumput. Ha-ngudhuko gundukan-gundukan rumput sebutan untuk tumpukan-tumpukan kecil rumput yang telah ditebas dan dibiarkan di tengah ladang. Latu abu adalah hasil pembakaran rumput yang berfungsi sebagai pupuk organik.

16 72 Galu pagar, kamoto pinggir ladang, letepaba pematang, dan lika pembatas ladang adalah leksikon nomina selanjutnya yang termasuk nomina tak bernyawa, sedangkan katopo parang dan tondo cangkul termasuk nomina alat. Galu pagar adalah kayu yang digunakan untuk membatasi areal mango ladang, huma supaya tidak ada orang lain atau binatang peliharaan yang masuk ke mango ladang, huma. Kamoto pinggir ladang merupakan batas antara marada padang dan mango ladang, huma yang berupa tanah kosong. Letepaba pematang berupa gundukan tanah atau tanah yang ditinggikan untuk menjaga keberadaan tanah supaya tidak tergerus oleh air saat hujan turun. Lika pembatas ladang adalah batas antara mango ladang, huma yang satu dan mango ladang, huma lain yang berbeda pemiliknya. Lika pembatas ladang berfungsi agar peladang lain tidak salah memasuki ladang milik orang lain. Berdasarkan pemaparan di atas, leksikon berupa kata berkategori verba dalam tahap pratanam menggambarkan perbuatan dan proses yang disebut dengan verba konstatatif. Leksikon tersebut, antara lain pogo menebang, pa-kamumma menebas, rabhiko mencabut rumput, dan manerro mencangkul, sedangkan leksikon kepadian tahap pratanam yang berupa gabungan kata, antara lain dangiya kamumma menjemur rumput, tunu ha-ngudhuko membakar gundukangundukan rumput, kaha-hi latu mengumpulkan abu, kaha-hi ha-ghayo mengumpulkan kayu, pa-ndaha kamoto membuat pembatas, pa-ndaha galu memasang pagar, dan pa-ndaha letepaba membuat pematang. Berdasarkan pemaparan leksikon di atas, pemarkah kausatif pa- yang mengubah nomina menjadi verba hadir dalam leksikon pa-kamumma menebas.

17 73 Pemarkah kausatif pa- yang mengubah adjektiva menjadi verba hadir dalam leksikon pa-ndaha kamoto membuat pembatas, pa-ndaha galu memasang pagar, dan pa-ndaha letepaba membuat pematang. Selain itu, klitik pronomina -hi yang merujuk silang pada nomina yang mengikutinya hadir dalam leksikon kaha-hi latu mengumpulkan abu dan kaha-hi ha-ghayo mengumpulkan kayu, dan pronomina persona -ya yang merujuk kepada nomina yang mengikutinya hadir dalam leksikon dangi-ya kamumma menjemur rumput. Leksikon berupa kata berkategori nomina antara lain mango ladang, huma, marada padang, kandaghu hutan, katopo parang, dan tondo cangkul, maratana musim kemarau, rumba rumput, kamumma rumput yang telas dipotong, ha-ngudhuko gundukan-gundukan rumput, latu abu, galu pagar, kamoto pinggir ladang, letepaba pematang, lika pembatas ladang, sedangkan toyo manerro petani dan mori mango pemilik ladang adalah leksikon berupa gabungan kata. Dalam leksikon nomina ha-ngudhuko gundukan-gundukan rumput terkandung pemarkah nomina jamak ha-. Berdasarkan perbandingan leksikon di atas, jumlah leksikon nomina lebih banyak dibandingkan dengan leksikon verba. Hal tersebut disebabkan karena peladang memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk mengkodekan setiap benda dalam tahap pratanam secara spesifik Leksikon Kepadian Tahap Tanam Setelah melewati tahap pratanam seperti yang telah tergambarkan dalam perangkat leksikon di atas, selanjutnya para peladang memasuki tahap tanam padi

18 74 sebagai tahapan berikutnya. Tahap tanam dimulai dari tahap penanaman padi, tahap perkembangan tanaman padi, dan tahap pemeliharaan tanaman padi. Leksikon kepadian pada tahap tanam adalah sebagai berikut. No. Leksikon Kepadian Tahap Tanam 1 taki-ngo-ka lodo tondo menetapkan waktu tanam 2 ahuko-ngo kalena melubangi tanah 3 ha-mburu-ndi ha-wini menurunkan bibit 4 ngandi-ndi ha-wini mengantarkan bibit 5 ndeke-ndi ha-wini mengambilkan bibit 6 tondo-ni wini menanam bibit 7 tondo kalehu-ngo menanam dengan cara melingkar 8 rabhiko mencabut rumput 9 woka tanam sulam 10 pa-kende-ya a kareka membangun dangau 11 ndaga-ni a pare mengawasi padi 12 hoko-hi ha-kahila menghalau burung 13 ririco musim hujan 14 ura hujan 15 weiyo air 16 ahuko tugal 17 kalena lubang tanah 18 wini bibit 19 pare mbupu padi yang berasal dari bulir padi yang berjatuhan 20 rato marapu imam adat 21 watu kareka marapu di ladang 22 mori tana marapu di rumah 23 kaleku wini tempat menyimpan bibit 24 kaneghu rato tempat padi yang dikeramatkan 25 kapepe tempat padi yang berukuran kecil 26 na-kahala toyo orang-orangan ladang 27 Tahap Perkembangan Padi mbuhure padi yang baru terlihat sedikit dari tanah sampai setinggi mata kaki ha-ngula tanaman padi yang tinggi daunnya dari mata kaki sampai lutut dika la kuha padi setinggi tengah paha na-nduki punga kahenga tinggi padi sampai pangkal paha banu rate padi tidak bertunas lagi

19 75 na-ha-mere-ngo padi sudah setinggi dada, menjelang bunting pakambu padi bunting, bakal buah masih terbungkus daun mbutambunalo bulir padi muda yang baru keluar na-kapote-ngo semua bulir padi sudah terlihat hielo bulir padi mulai tumbuh meninggi wei huhu bulir padi yang masih muda mengandung air wei huhu rara kere air yang terkandung di dalam bulir padi mulai mengental dan ujung bulirnya sudah agak menguning malimbyongo ujung bulir padi berwarna kuning kehijauan mandada ujung bulir padi sudah berwarna kuning kaniha wuli bulir padi sudah menguning, tetapi ada beberapa butir yang masih berwarna hijau kekuningan na-rara padi yang sudah berisi dan sudah menguning 28 Bagian-bagian tanaman padi rate pare rumpun padi mu pare akar padi pola pare batang padi ro pare daun padi kapuka pucuk daun padi na-ha-bha-pakambu daun yang membungkus bakal buah padi lobo rou pare ujung daun padi lamunde benang sari dan putik tanaman padi wuli pare bulir padi kalaki wuli tangkai bulir padi kalaki katapa cabang tangkai padi wu pare butir padi 29 Serangga Pengganggu kapore awu wereng akar kapore pola wereng batang kapore ro wereng daun kapore muyo wereng buah pare mate geha hama pengakit yang menyebabkan ujung daun padi layu kehitaman kapore panda kaka wereng putih kapore panda mete wereng hitam 30 manguno burung pipit 31 malogho tikus 32 kapudu belalang 33 Gulma (tanaman pengganggu)

20 76 rumba lipyoto rumput yang berumpun dan memiliki akar lepas rumba robho rumput yang batangnya seperti batang jagung rumba ngingo rumput alang rumba lammatagheghe rumput yang daunnya kecil, tebal, dan meruncing rumba wurakarengge rumput yang berdaun dan berbuah kecil Leksikon kepadian tahap tanam terdiri atas kata dan gabungan kata. Setiap kata dibedakan atas verba dan nomina. Gabungan kata dibedakan atas gabungan kata predikatif, ungkapan, kata majemuk, dan frase. Leksikon berupa kata berkategori verba dalam tahap tanam menggambarkan perbuatan dan proses yang disebut dengan verba konstatatif. Leksikon yang berupa kata, antara lain rabhiko mencabut rumput dan woka tanam sulam, sedangkan gabungan kata, antara lain taki-ngo-ka lodo tondo menetapkan waktu tanam, ahuko-ngo kalena melubangi tanah, ha-mburu-ndi ha-wini menurunkan bibit, ngandi-ndi ha-wini mengantarkan bibit, ndeke-ndi ha-wini mengambilkan bibit, tondo-ni wini menanam bibit, tondo kalehu-ngo menanam dengan cara melingkar, pa-kendeya a kareka membangun dangau, ndaga-ni a pare mengawasi padi, dan hokohi ha-kahila menghalau burung. Gabungan kata taki-ngo-ka lodo tondo menetapkan waktu tanam terdiri atas verba taki-ngo-ka menetapkan dan frase nominal lodo tondo waktu tanam. Verba taki-ngo-ka menetapkan terdiri atas verba intransitif taki tetap yang dilekati oleh pemarkah penegas -ngo dan pemarkah penegas -ka. Pemarkah -ngo yang dibubuhi pada verba intransitif taki tetap menyebabkan verba intransitif taki tetap berubah menjadi verba transitif taki-ngo menetapkan. Pemarkah -ka berfungsi sebagai penegas yang menekankan nomina yang berada di belakangnya.

21 77 Gabungan kata ahuko-ngo kalena melubangi tanah terdiri atas verba ahuko-ngo menugal, melubangi dan nomina kalena lubang. Verba ahuko-ngo melubangi terdiri atas nomina ahuko tugal dan pemarkah penegas -ngo. Pemarkah penegas -ngo ini yang menyebabkan nomina ahuko tugal berubah menjadi verba ahukongo melubangi, menugal. Gabungan kata ha-mburu-ndi ha-wini menurunkan bibit, ngandi-ndi hawini mengantarkan bibit, dan ndeke-ndi ha-wini mengambil bibit terdiri atas bentuk ha-mburu-ndi menurunkan mereka, ngandi-ndi mengantarkan mereka, ndeke-ndi mengambilkan mereka, dan ha-wini bibit-bibit. Verba mburu turun dibubuhi pemarkah kausatif ha- di posisi awal dan klitik pronomina persona ketiga jamak datif -ndi di posisi akhir. Verba mburu turun yang termasuk verba intransitif berubah menjadi verba transitif kausatif ha-mburu menyebabkan sesuatu menjadi turun setelah dibubuhi dengan pemarkah kausatif ha-. Verba ngandi mengambil dan ndeke membawa dimarkahi dengan klitik pronomina - ndi yang merujuk kepada nomina jamak ha-wini bibit-bibit. Nomina jamak hawini bibit-bibit terdiri atas nomina wini bibit dan nomina jamak ha- di posisi awal nomina wini bibit. Gabungan kata tondo-ni wini menanam bibit terdiri atas bentuk tondo-ni menanam sesuatu dan wini bibit. Bentuk tondo-ni menanamnya terdiri atas verba tondo menanam dan klitik pronomina persona ketiga tunggal datif -ni. Klitik pronomina ketiga tunggal -ni menerangkan nomina pare padi. Tondo kalehu-ngo menanam dengan cara melingkar adalah frase verbal yang terdiri atas konstruksi verba dan verba. Gabungan kata tondo kalehungo menanam dengan cara melingkar terdiri atas verba tondo tanam dan verba

22 78 turunan kalehu-ngo melingkar yang terdiri atas nomina kalehu lingkaran dan pemarkah penegas -ngo yang mengubah nomina menjadi verba. Taki-ngo-ka lodo tondo menetapkan waktu tanam dilakukan sebelum tanam dimulai. Penetapan waktu tanam harus dirundingkan oleh keluarga. Setelah waktu tanam disepakati, salah satu anggota keluarga diutus untuk memberitahukan kepada keluarga lainnya bahwa waktu tanam telah ditentukan. Ahuko-ngo kalena melubangi tanah dilakukan dengan mematokkan atau menugal kayu ke dalam tanah sehingga membentuk lubang. Setelah lubang siap dilanjutkan dengan hamburu-ndi ha-wini menurunkan bibit dengan membawa turun semua bibit yang berada di rumah. Kegiatan berikutnya adalah ngandi-ndi ha-wini mengantarkan bibit, yaitu mengantarkan bibit yang telah diturunkan menuju ladang dan dituangkan ke dalam kaneghu rato tempat padi yang dikeramatkan, ndeke-ndi ha-wini mengambilkan bibit, yaitu mengambil bibit yang ada dalam kaneghu rato tempat padi yang dikeramatkan dan menuangkannya untuk orang-orang yang telah membawa tempat bibit kecil, dan tondo-ni wini menanam bibit dengan meletakkan beberapa butir bibit ke dalam lubang yang telah disiapkan. Tondo kalehu-ngo menetapkan waktu tanam adalah proses tondo-ni wini menanam bibit di Kodi yang dilakukan secara melingkar merupakan bentuk budaya padi. Kegiatan tondo-ni pare menanam padi dimulai dari tengah ladang secara melingkar searah jarum jam. Untuk menunjang hal tersebut, hal pertama yang harus dilakukan di ladang adalah membuat batas tanam yang berbentuk melingkar. Batas ini dibuat untuk membatasi pergerakan imam adat dengan orang yang bertugas menanam padi. Orang yang menanam padi harus selalu mengikuti

23 79 gerak imam adat sesuai dengan batas yang telah ditentukan dan tidak boleh mendahuluinya. Gabungan kata taki-ngo-ka lodo tondo menetapkan waktu tanam, ahukongo kalena melubangi tanah, ha-mburu-ndi ha-wini menurunkan bibit, ngandindi ha-wini mengantarkan bibit, ndeke-ndi ha-wini mengambilkan bibit, dan tondo-ni wini menanam bibit adalah gabungan kata predikatif yang terdiri atas verba dan nomina atau frase nominal. Kegiatan atau proses yang digambarkan oleh verba diperjelas lagi dengan keberadaan nomina. Gabungan kata di atas termasuk bentuk generik karena tidak ada leksikon khusus yang menggambarkan kegiatan menetapkan waktu tanam, melubangi tanah, menurunkan bibit, mengantarkan bibit, mengambilkan bibit, dan menanam bibit. Setelah proses tanam berjalan dengan lancar, dilanjutkan dengan pemeliharaan tanaman padi. Pemeliharaan dilakukan dengan rabhiko, yaitu mencabuti rumput yang tumbuh di sela-sela tanaman padi dengan menggunakan tangan. Selain itu, dilaksanakan juga woka tanam sulam. Woka tanam sulam dilakukan saat tanaman padi sudah meninggi. Woka tanam sulam dilakukan dengan mengamati keadaan tanaman padi yang telah tumbuh kemudian mengambil sedikit bagian atau anakan dari rumpun padi yang padat untuk mengisi bagian rumpun padi yang jarang. Hal ini dilakukan supaya semua rumpun sama besarnya dan hasilnya juga sama banyaknya. Dalam proses woka tanam sulam ini, padi sudah semakin subur dan membesar. Pada tahap ini padi tidak diganggu oleh rumput lagi karena padi sudah semakin tinggi. Rabhiko mencabut rumput

24 80 dan woka tanam sulam adalah verba spesifik yang dapat mewakili leksikon mencabut rumput dan tanam. Gabungan kata pa-kende-ya a kareka membangun dangau terdiri atas bentuk pa-kende-ya membangun sesuatu dan a kareka dangau itu. Bentuk pakende-ya membangun sesuatu terdiri atas verba intransitif kende bangun, pemarkah kausatif pa- dan klitik pronomina ketiga tunggal -ya. Pemarkah kausatif pa- yang dibubuhi di posisi awal kende bangun menyebabkan verba intransitif kende bangun berubah menjadi verba transitif pa-kende membangun sehingga pa-kende membangun bermakna menyebabkan sesuatu menjadi bangun. Klitik pronomina ketiga tunggal -ya mengacu kepada frase nominal a kareka dangau itu. Gabungan kata ndaga-ni a pare mengawasi padi terdiri atas bentuk ndagani mengawasinya dan a pare padi itu. Bentuk ndaga-ni mengawasinya terdiri atas verba ndaga menjaga dan klitik pronomina persona ketiga jamak -ni yang merujuk kepada frase nominal a pare padi itu. Gabungan kata hoko-hi ha-kahila menghalau burung terdiri atas bentuk hoko-hi menghalau mereka dan hakahila burung-burung. Bentuk hoko-hi menghalau mereka terdiri atas verba hoko halau, usir dan klitik pronomina persona ketiga jamak -hi. Klitik pronomina persona ketiga jamak -hi merujuk kepada nomina jamak ha-kahila burung-burung. Pa-kende-ya a kareka membangun dangau dilakukan setelah tanam berlangsung. Setelah kareka dangau dibangun, peladang dapat ndaga-ni a pare mengawasi padi di kareka dangau tersebut. Selain ndaga-ni a pare

25 81 mengawasi padi peladang juga harus hoko-hi ha-kahila menghalau burung yang datang yang akan memakan bulir padi yang sudah berisi. Gabungan kata taki-ngo-ka lodo tondo menetapkan waktu tanam, ahukongo kalena melubangi tanah, ha-mburu-ndi ha-wini menurunkan bibit, ngandindi ha-wini mengantarkan bibit, ndeke-ndi ha-wini mengambilkan bibit, tondo-ni wini menanam bibit, pa-kende-ya a kareka membangun dangau, ndaga-ni a pare mengawasi padi, dan hoko-hi ha-kahila menghalau burung adalah gabungan kata predikatif yang terdiri atas verba dan nomina atau frase nominal. Kegiatan atau proses yang digambarkan oleh verba diperjelas lagi dengan keberadaan nomina. Gabungan kata di atas termasuk bentuk generik karena tidak ada leksikon khusus yang menggambarkan kegiatan menetapkan waktu tanam, melubangi tanah, menurunkan bibit, mengantarkan bibit, mengambilkan bibit, menanam bibit, membangun dangau, mengawasi padi, dan menghalau burung. Nomina dalam kegiatan tanam adalah ririco musim hujan, ura hujan, weiyo air, ahuko tugal, kalena lubang tanah, wini bibit, pare mbupu padi rontok, rato marapu imam adat, watu kareka marapu di ladang, mori tana marapu di rumah, kaneghu rato tempat padi yang dikeramatkan, kapepe tempat padi yang berukuran kecil dan na-kahala toyo orang-orangan ladang. Ririco musim hujan ditandai dengan curah hujan yang tinggi terjadi antara bulan Oktober--Maret. Tahap tanam dilakukan saat ririco musim hujan sekitar bulan Oktober--Desember. Kegiatan kepadian tidak terlepas dengan weiyo air dan ura hujan. Weiyo air dan ura hujan adalah unsur abiotik yang termasuk

26 82 nomina tak terbilang. Ahuko tugal adalah tongkat kayu yang berfungsi untuk membuat lubang yang akan ditanami bibit. Kalena lubang tanah adalah lekukan di dalam tanah sebagai tempat yang akan ditanami wini bibit. Wini bibit adalah padi yang ditanam dengan cara dimasukkan ke lubang. Gabungan kata pare mbupu padi rontok terdiri atas nomina pare padi dan verba intransitif mbupu rontok. Gabungan kata pare mbupu padi rontok merupakan frase nominal dengan unsur pare padi sebagai pusatnya. Secara tradisional bibit padi ladang yang akan ditanam di Kodi diambil dari butir padi yang berjatuhan yang ada di sekitar kalimbya rangkaian padi yang memuncak yang disebut dengan pare mbupu padi rontok. Leksikon selanjutnya adalah rato marapu imam adat, mori tana marapu di rumah, watu kareka marapu di ladang, kaneghu rato tempat padi yang dikeramatkan, dan kaleku wini tempat menyimpan bibit. Leksikon rato marapu imam adat, kaneghu rato tempat padi yang dikeramatkan, dan kaleku wini tempat menyimpan bibit merupakan kata majemuk yang maknanya dapat ditelusuri secara langsung dari unsur-unsur pembentuknya, sedangkan leksikon watu kareka marapu di ladang dan mori tana marapu di rumah merupakan ungkapan yang maknanya tidak dapat ditelusuri secara langsung dari makna unsur-unsur pembentuknya. Kata majemuk rato marapu imam adat terdiri atas nomina rato imam, pimpinan dan nomina marapu roh leluhur. Rato marapu imam adat adalah orang yang dituakan sebagai pemimpin yang terus berpartisipasi dari awal tanam sampai dengan pascatanam dan memulai setiap tahapan tersebut. Rato marapu

27 83 imam adat bertugas sebagai perantara atau penghubung antara peladang dan roh leluhur. Watu kareka marapu di ladang terdiri atas nomina watu batu dan nomina kareka dangau. Watu kareka marapu di ladang adalah marapu yang berada di ladang yang berfungsi menjaga ladang saat siang dan malam. Watu kareka marapu di ladang ditandai dengan adanya empat batu yang ada di tengah ladang. Batu sebagai perwujudan watu kareka marapu di ladang merupakan unsur abiotik yang termasuk nomina tak bernyawa, Dalam proses tanam, watu kareka marapu di ladang berfungsi sebagai tempat penyangga kaneghu rato tempat padi yang dikeramatkan. Mori tana marapu di rumah terdiri atas nomina mori tuan dan tana tanah. Secara harfiah mori tana berarti tuan tanah. Mori tana adalah sebutan lain untuk marapu di rumah. Mori tana marapu di rumah berada di tengah kompleks rumah adat yang berupa pohon besar dan batu yang didirikan. Pohon besar sebagai perwujudan mori tana marapu di rumah adalah benda biotik yang bermakna budaya, begitu pula halnya batu sebagai benda abiotik yang bermakna budaya pula. Gabungan kata kaleku wini tempat menyimpan bibit terdiri atas nomina kaleku tempat sirih pinang dan wini bibit. Kaleku wini tempat menyimpan bibit adalah tempat padi yang digantung di sudut rumah. Saat musim tanam padi tiba, kaleku wini tempat menyimpan bibit diturunkan dari rumah oleh imam adat dan dipikul serta dibawa ke ladang dan bibit padi dituang ke dalam kaneghu rato tempat padi yang dikeramatkan. Pada proses akhir tanam, bibit sisa tanam yang

28 84 berada di kaneghu rato tempat padi yang dikeramatkan dibawa ke rumah dan diletakkan sedikit di dalam kaleku wini tempat menyimpan bibit. Kaleku wini tempat menyimpan bibit dibawa oleh imam adat dari ladang ke rumah untuk digantung kembali di sudut rumah. Sekitar empat hari empat malam setelah proses tanam selesai, kaleku wini tempat menyimpan bibit tersebut digetarkan dengan harapan agar bibit yang ditanam di ladang semua tumbuh dan berkembang dengan baik. Gabungan kata kaneghu rato tempat padi yang dikeramatkan terdiri atas nomina kaneghu tempat padi dan nomina rato imam atau pimpinan. Kaneghu rato tempat padi yang dikeramatkan adalah wadah yang terbuat dari anyaman padi yang bagian atasnya berbentuk lingkaran. Kaneghu rato tempat padi yang dikeramatkan disimpan di bagian sudut rumah atas dan diturunkan saat proses bertanam padi tiba. Saat proses tanam, kaneghu rato tempat padi yang dikeramatkan diletakkan di atas watu kareka marapu di ladang yang berada di tengah ladang. Kaneghu rato tempat padi yang dikeramatkan akan diisi dengan bibit padi yang dibawa oleh imam adat. Setelah berisi bibit padi, maka dari kaneghu rato tempat padi yang dikeramatkan diteruskan ke tempat padi berikutnya, yaitu kapepe tempat padi yang berukuran kecil. Kapepe tempat padi yang berukuran kecil dibawa oleh setiap orang yang bertugas menanam bibit. Di dalam kapepe tempat padi yang berukuran kecil berisi bibit yang berasal dari kaneghu rato tempat padi yang dikeramatkan. Na-kahala toyo orang-orangan ladang terdiri atas bentuk na-kahala yang menyerupai dan nomina toyo orang. Bentuk na-kahala yang menyerupai

29 85 terdiri atas klitik pronomina relatif na- dan verba kahala menyerupai. Na-kahala toyo orang-orangan ladang merupakan frase nominal yang menggunakan klitik pronomina relatif na-. Na-kahala toyo orang-orangan ladang adalah orangorangan di ladang yang dibuat dari jerami berfungsi untuk menghalau burung. Bagian-bagian tanaman padi di atas ada yang terdiri atas kata dan gabungan kata. Kapuka pucuk daun padi, na-ha-bha-pakambu daun padi yang membungkus bakal buah padi, dan lamunde benang sari dan putik tanaman padi berupa kata, sedangkan rate pare rumpun padi mu pare akar padi, pola pare batang padi, ro pare daun padi, lobo ro pare ujung daun padi, wuli pare bulir padi, kalaki wuli tangkai bulir padi, kalaki katapa cabang tangkai padi, dan wu pare buah padi berupa gabungan kata. Kata ha-bha-pakambu daun padi yang membungkus bakal buah padi terdiri atas verba intransitif pakambu hamil, bunting yang dilekati oleh klitik pronomina relatif na-, pemarkah kausatif ha-, dan klitik pronomina keaspekan bha-. Kata na-ha-bha-pakambu daun padi yang membungkus bakal buah padi merujuk kepada nomina yang telah menyebabkan bunting, yaitu daun padi yang membungkus bakal buah padi. Gabungan kata rate pare rumpun padi mu pare akar padi, pola pare batang padi, ro pare daun padi, lobo ro pare ujung daun padi, wuli pare bulir padi, kalaki wuli tangkai bulir padi, kalaki katapa cabang tangkai padi, dan wu pare buah padi termasuk frase nominal yang terdiri atas nomina rate rumpun, mu akar, pola batang, ro daun, lobo ujung, wuli bulir, kalaki tangkai, dan wu buah sebagai pusat, sedangkan

30 86 nomina atau kelompok nomina pare padi, ro pare daun padi, wuli bulir, dan katapa kecil sebagai atribut. Tahap perkembangan tanaman padi terdiri atas mbuhure, ha-ngula, dika la kuha, na-nduki punga kahenga, banu rate, na-ha-mere-ngo, pakambu, mbutambunalo, na-kapote-ngo, hielo, wei huhu, wei huhu rara kere, malimbyongo, kaniha wuli, dan na-rara. Urutan tahap pertumbuhan tanaman padi secara biologis adalah sebagai berikut. Mbuhure adalah sebutan untuk perkembangan tanaman padi yang baru muncul dari tanah sampai setinggi mata kaki manusia. Kata ha-ngula terdiri atas nomina ngula tunas dan pemarkah nomina jamak ha-. Ha-ngula berarti banyak tunas atau tunas-tunas. Ha-ngula adalah sebutan untuk pertumbuhan tanaman padi yang tinggi daunnya sampai ke lutut manusia. Dika la kuha merupakan frase nominal terdiri atas nomina dika batas sebagai pusat, konjungsi la di dan nomina kuha tengah paha sebagai atribut. Dika la kuha berarti sebatas tengah paha. Dika la kuha adalah sebutan untuk tanaman padi yang tingginya sampai tengah paha manusia. Tahap selanjutnya adalah na-nduki punga kahenga. Gabungan kata na-nduki punga kahenga merupakan frasa nominal terdiri atas verba intransitif nduki sampai yang dimarkahi klitik pronomina relatif na-, nomina punga pangkal, dan nomina kahenga paha. Gabungan kata na-nduki punga kahenga berarti yang sampai pangkal paha. Tinggi padi pada tahapan ini sampai pangkal paha manusia. Gabungan kata banu rate terdiri atas verba banu tidak bertunas dan nomina rate rumpun. Gabungan kata ini merupakan frase nominal dengan nomina rate

31 87 rumpun sebagai pusatnya. Pada tahap ini padi tidak bertunas lagi. Kata Na-hamere-ngo terdiri atas adjektiva mere hijau yang dimarkahi klitik pronomina relatif na- dan pemarkah kausatif ha- di posisi awal dan pemarkah penegas -ngo di posisi akhir. Kata na-ha-mere-ngo berarti yang menghijau. Na-ha-mere-ngo adalah sebutan untuk tanaman padi setinggi dada manusia dan menjelang bunting. Pakambu hamil berkategori verba. Pakambu dalam tahap perkembangan padi adalah sebutan untuk padi bunting. Pada tahap ini bakal buah masih terbungkus daun. Mbutambunalo adalah sebutan untuk bulir padi muda mulai terlihat dan daun pembungkus mulai terbuka. Kata na-kapote-ngo terdiri atas nomina kapote angin puting beliung dan klitik pronomina relatif na- dan pemarkah penegas -ngo. Na-kapote-ngo berarti yang seperti angin puting beliung. Pada tahapan na-kapote-ngo, semua bulir padi sudah terlihat. Dilanjutkan dengan hielo, yaitu bulir padi sudah meninggi. Gabungan kata wei huhu termasuk kata majemuk yang terdiri atas nomina wei air dan nomina huhu susu. Gabungan kata ini disebut kata majemuk karena memiliki satu makna, yaitu bulir padi yang masih muda dan berwarna kehijauan mulai mengandung air berwarna putih seperti air susu. Gabungan kata wei huhu rara kere merupakan kata majemuk yang terdiri atas nomina wei air, nomina huhu susu, adjektiva rara kuning, dan nomina kere ujung. Pada tahapan ini air yang terkandung dalam bulir padi mulai mengental dan ujung bulir sudah agak menguning. Setelah itu dilanjutkan dengan malimbyongo. Pada malimbyongo, ujungujung bulir padi berwarna kuning kehijauan. Dilanjutkan dengan mandada yang

32 88 ujung bulirnya sudah berwarna kuning. Kaniha wuli terdiri atas numeralia kaniha satu dan nomina wuli bulir. Pada tahapan kaniha wuli bulir padi sudah menguning dan ada beberapa bulir yang masih berwarna hijau kekuningan. Tahapan terakhir adalah na-rara yang menguning. Na-rara terdiri atas adjektiva rara kuning dan klitik pronomina relatif na-. Na-rara adalah sebutan untuk tanaman padi yang bulirnya sudah berisi dan sudah menguning dan siap untuk dipanen. Padi yang dalam istilah Latinnya disebut dengan Oriza terdiri atas rate pare rumpun padi mu pare akar padi, pola pare batang padi, ro pare daun padi, kapuka pucuk daun padi, na-ha-ba-pakambu daun padi yang membungkus bakal buah padi, lobo ro pare ujung daun padi, lamunde benang sari dan putik tanaman padi wuli pare bulir padi, kalaki wuli tangkai bulir padi, kalaki katapa cabang tangkai padi, dan wu pare buah padi. Kapore awu wereng akar, kapore pola wereng batang, kapore ro wereng daun, kapore muyo wereng buah adalah gabungan kata yang berupa kata majemuk karena makna dapat dibentuk dari salah satu kata pembentuknya, yaitu nama wereng yang disesuaikan dengan bagian-bagian padi yang diserang. Kapore awu wereng akar menyerang bagian akar tanaman padi sehingga akar membusuk, batang dan daun layu, dan akhirnya mati. Kapore pola wereng batang menyerang bagian batang tanaman padi yang menyebabkan batang menjadi berwarna hitam kemerahan. Kapore ro wereng daun menyerang daun tanaman padi sehingga daun menjadi berbintik hitam kemerahan. Kapore wu wereng buah menyerang butir-butir pada bulir padi sehingga bulir padi menjadi

33 89 hitam dan tidak berisi. Pare mate geha merupakan kata majemuk yang terdiri atas nomina pare padi, verba mate mati, dan adjektiva geha layu kehitaman. Pare mate geha memiliki makna baru yang dapat ditelusuri secara langsung dari unsurunsur pembentuknya. Pare mate geha adalah sebutan untuk hama penyakit yang menyebabkan ujung daun padi layu kehitaman. Kapore panda kaka dan kapore panda mete adalah kata majemuk terdiri atas nomina kapore wereng nomina panda pandan, adjektiva kaka putih, dan adjektiva mete hitam. Kapore panda kaka menyebabkan daun dan batang berbintik putih. Kapore panda mete menyebabkan daun dan batang padi berbintik hitam. Manguno burung pipit, malogho tikus, dan kapudu belalang termasuk nomina bernyawa. Manguno burung pipit, malogho tikus, dan kapudu belalang adalah jenis hewan pengganggu yang mengganggu tanaman padi. Manguno burung pipit adalah burung kecil yang memakan bulir padi. Malogho tikus adalah binatang pengerat yang membawa kerugian di ladang yang memakan bagian bawah tanaman padi. Kapudu belalang adalah serangsa kecil yang biasanya memakan daun padi. Selain serangga dan hewan pengganggu juga ada tanaman pengganggu atau gulma, seperti rumba lipyoto rumput yang berumpun dan memiliki akar lepas, rumba robho rumput yang batangnya seperti batang jagung, rumba ngingo rumput alang, rumba lammatagheghe rumput yang daunnya kecil, tebal, dan meruncing dan rumba wurakarengge rumput yang berdaun dan berbuah kecil. Semua jenis rumput di atas termasuk kata majemuk karena mengandung makna

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN. Bahasa dan lingkungan saling terkait. Lingkungan memengaruhi bahasa dan

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN. Bahasa dan lingkungan saling terkait. Lingkungan memengaruhi bahasa dan BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Bahasa dan lingkungan saling terkait. Lingkungan memengaruhi bahasa dan bahasa mencerminkan lingkungan. Bahasa dan lingkungan membentuk bahasa lingkungan dan lingkungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Khazanah Verbal Kepadian Komunitas Tutur Bahasa Kodi,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Khazanah Verbal Kepadian Komunitas Tutur Bahasa Kodi, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian Khazanah Verbal Kepadian Komunitas Tutur Bahasa Kodi, Sumba Barat Daya: Kajian Ekolinguistik ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosialbudaya,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosialbudaya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dan lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosialbudaya, merupakan sebuah sistem yang saling terkait satu sama lain. Manusia dalam menjalani kehidupannya

Lebih terperinci

BAB V FUNGSI DAN MAKNA KHAZANAH VERBAL KEPADIAN. Khazanah verbal kepadian sebagai suatu komponen bahasa memiliki fungsi

BAB V FUNGSI DAN MAKNA KHAZANAH VERBAL KEPADIAN. Khazanah verbal kepadian sebagai suatu komponen bahasa memiliki fungsi BAB V FUNGSI DAN MAKNA KHAZANAH VERBAL KEPADIAN Khazanah verbal kepadian sebagai suatu komponen bahasa memiliki fungsi dan makna. KVK terdiri atas ekoleksikon kepadian dan ekowacana kepadian dipengaruhi

Lebih terperinci

POLA PEMARKAH KEASPEKAN BAHASA KODI : PENDEKATAN TEORI ROLE AND REFERENCE GRAMMAR

POLA PEMARKAH KEASPEKAN BAHASA KODI : PENDEKATAN TEORI ROLE AND REFERENCE GRAMMAR POLA PEMARKAH KEASPEKAN BAHASA KODI : PENDEKATAN TEORI ROLE AND REFERENCE GRAMMAR Gusti Nyoman Ayu Sukerti Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Bali Kampus Bukit Jimbaran, Bali. Telp. +62 361 701981

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi leksikal yang terdapat dalam wacana naratif bahasa Indonesia. Berdasarkan teori Halliday dan

Lebih terperinci

BUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO

BUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO BUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO RuangTani.Com Cengkeh adalah tangkai bunga kering beraroma dari keluarga pohon Myrtaceae. Pohon cengkeh merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan

BAB I PENDAHULUAN. sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Analisis kalimat dapat dilakukan pada tiga tataran fungsi, yaitu fungsi sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan gramatikal antara

Lebih terperinci

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015 SINTAKSIS Pengantar Linguistik Umum 26 November 2014 Morfologi Sintaksis Tata bahasa (gramatika) Bahasan dalam Sintaksis Morfologi Struktur intern kata Tata kata Satuan Fungsi Sintaksis Struktur antar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) Menurut Rahayu dan Berlian ( 2003 ) tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 1. Botani Bawang Merah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ialah penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Kohesi gramatikal..., Bayu Rusman Prayitno, FIB UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Kohesi gramatikal..., Bayu Rusman Prayitno, FIB UI, 2009 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembicaraan tentang kohesi tidak akan terlepas dari masalah wacana karena kohesi memang merupakan bagian dari wacana. Wacana merupakan tataran yang paling besar dalam

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB V P E N U T U P. Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat

BAB V P E N U T U P. Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat BAB V P E N U T U P 5.1 Kesimpulan Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat tunggal bahasa Sula yang dipaparkan bahasan masaalahnya mulai dari bab II hingga bab IV dalam upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013 BAB I PENDAHULUAN Dalam bagian ini akan diuraikan, latar belakang penelitian, masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penulisan. Adapun uraiannya sebagai berikut.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa concord adalah aturan gramatikal

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa concord adalah aturan gramatikal BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa concord adalah aturan gramatikal yang wajib diketahui dan dipenuhi yang terdapat pada bahasa Arab dan bahasa Inggris atau bahasa-bahasa

Lebih terperinci

PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA JAGUNG BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PENANAMAN JAGUNG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA JAGUNG BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PENANAMAN JAGUNG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA JAGUNG BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PENANAMAN JAGUNG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 1 PENANAMAN Tujuan pembelajaran : Setelah

Lebih terperinci

BAB. Bagian-Bagian Tumbuhan dan Fungsinya

BAB. Bagian-Bagian Tumbuhan dan Fungsinya BAB 2 Bagian-Bagian Tumbuhan dan Fungsinya Pada hari Minggu, Nina dan Siti pergi ke rumah Dimas. Di sana, mereka melihat Dimas sedang bekerja membantu ayah Dimas memindahkan bibit mangga yang dibeli ayahnya

Lebih terperinci

E U C A L Y P T U S A.

E U C A L Y P T U S A. E U C A L Y P T U S A. Umum Sub jenis Eucalyptus spp, merupakan jenis yang tidak membutuhkan persyaratan yang tinggi terhadap tanah dan tempat tumbuhnya. Kayunya mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi

Lebih terperinci

TEKNIK PENANAMAN, PEMELIHARAAN, DAN EVALUASI TANAMAN

TEKNIK PENANAMAN, PEMELIHARAAN, DAN EVALUASI TANAMAN TEKNIK PENANAMAN, PEMELIHARAAN, DAN EVALUASI TANAMAN Isi Materi Teknik Tk ikpenanaman Teknik Pemeliharaan Tanaman Evaluasi Hasil Penanaman Faktor Keberhasilan Penanaman Kesesuaian Tempat Tumbuh/Jenis Kesesuaian

Lebih terperinci

Si Pengerat Musuh Petani Tebu..

Si Pengerat Musuh Petani Tebu.. Si Pengerat Musuh Petani Tebu.. Embriani BBPPTP Surabaya Gambar. Tanaman Tebu Yang Terserang Tikus Hama/pest diartikan sebagai jasad pengganggu bisa berupa jasad renik, tumbuhan, dan hewan. Hama Tanaman

Lebih terperinci

A. Struktur Akar dan Fungsinya

A. Struktur Akar dan Fungsinya A. Struktur Akar dan Fungsinya Inti Akar. Inti akar terdiri atas pembuluh kayu dan pembuluh tapis. Pembuluh kayu berfungsi mengangkut air dari akar ke daun. Pembuluh tapis berfungsi mengangkut hasil fotosintesis

Lebih terperinci

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi)

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi) Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi) Pengolahan Tanah Sebagai persiapan, lahan diolah seperti kebiasaan kita dalam mengolah tanah sebelum tanam, dengan urutan sebagai berikut.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Rakyat dan Pengelolaannya Hutan rakyat adalah suatu lapangan yang berada di luar kawasan hutan negara yang bertumbuhan pohon-pohonan sedemikian rupa sehingga secara keseluruhan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro, 20 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro, Desa Rejomulyo Kecamatan Metro Selatan Kota Metro dengan ketinggian

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN TANAMAN I. PEMELIHARAAN TANAMAN MUDA

PEMELIHARAAN TANAMAN I. PEMELIHARAAN TANAMAN MUDA PEMELIHARAAN TANAMAN I. PEMELIHARAAN TANAMAN MUDA Pemeliharaan pada tanaman muda Kegiatan-kegiatan : Penyiangan Pendangiran Pemupukan Pemberian mulsa Singling dan Wiwil Prunning Pemberantasan hama dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. buah ini sudah lama menjadi salah satu makanan khas dari kota Medan.Buah ini

BAB I PENDAHULUAN. buah ini sudah lama menjadi salah satu makanan khas dari kota Medan.Buah ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG USAHA Durian merupakan salah satu jenis buah yang sangat di idolakan di Indonesia. Sesuai dengan sebutan durian yang di duga berasal dari istilah melayu, buah ini sudah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

Budidaya Tanaman Obat. Elvira Syamsir

Budidaya Tanaman Obat. Elvira Syamsir Budidaya Tanaman Obat Elvira Syamsir Budidaya Tanaman Obat untuk Murid Sekolah Dasar Pengarang: Elvira Syamsir ilustrator: yanu indaryanto Penerbit: Seafast Center IPB DISCLAIMER This publication is made

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Tomat Tanaman tomat termasuk tanaman semusim yang berumur sekitar 4 bulan (Pudjiatmoko, 2008). Klasifikasi tanaman tomat adalah sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu mengimbangi kebutuhan pangan penduduk yang jumlahnya terus. dapat mencemari lingkungan dan mengganggu kesehatan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu mengimbangi kebutuhan pangan penduduk yang jumlahnya terus. dapat mencemari lingkungan dan mengganggu kesehatan. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pertanian Anorganik Dan Organik Padi merupakan salah satu sumber makanan pokok bagi sebagian besar bangsa Indonesia (Idham & Budi, 1994). Menurut Pracaya (2002) upaya untuk mampu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Pertumbuhan Tanaman 4. 1. 1. Tinggi Tanaman Pengaruh tiap perlakuan terhadap tinggi tanaman menghasilkan perbedaan yang nyata sejak 2 MST. Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Objek dalam penelitian kualitatif adalah objek yang alamiah, atau natural setting, sehingga metode

Lebih terperinci

Pemeliharaan Ideal Pemeliharaan ideal yaitu upaya untuk mempertahankan tujuan dan fungsi taman rumah agar sesuai dengan tujuan dan fungsinya semula.

Pemeliharaan Ideal Pemeliharaan ideal yaitu upaya untuk mempertahankan tujuan dan fungsi taman rumah agar sesuai dengan tujuan dan fungsinya semula. PEMELIHARAAN Dalam proses pembuatan taman pemeliharaan merupakan tahapan yang terakhir, namun tahapan ini merupakan tahapan yang sangat penting dan tidak boleh diabaikan. Keberhasilan pemeliharaan bahkan

Lebih terperinci

Teknologi Produksi Ubi Kayu Monokultur dan Tumpangsari Double-Row

Teknologi Produksi Ubi Kayu Monokultur dan Tumpangsari Double-Row Teknologi Produksi Ubi Kayu Monokultur dan Tumpangsari Double-Row Ubi kayu dapat ditanam sebagai tanaman tunggal (monokultur), sebagai tanaman pagar, maupun bersama dengan tanaman lain (tumpangsari atau

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung 25 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung dengan dua kali percobaan yaitu Percobaan I dan Percobaan II. Percobaan

Lebih terperinci

Persyaratan Lahan. Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang

Persyaratan Lahan. Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang PRODUKSI BENIH PADI Persyaratan Lahan Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang ditanam sama, jika lahan bekas varietas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. 19 TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Bawang merah merupakan tanaman yang tumbuh tegak dengan tinggi antara 15-50 cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut yang tidak

Lebih terperinci

POLA PEMARKAHAN ARGUMEN BAHASA KODI

POLA PEMARKAHAN ARGUMEN BAHASA KODI Linguistik Indonesia, Agustus 2016, 129-145 Volume ke-34, No. 2 Copyright 2016, Masyarakat Linguistik Indonesia, ISSN: 0215-4846 POLA PEMARKAHAN ARGUMEN BAHASA KODI Gusti Nyoman Ayu Sukerti Politeknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang anak. Untuk berbahasa, anak-anak harus menghubungkan leksikon yang

BAB I PENDAHULUAN. seorang anak. Untuk berbahasa, anak-anak harus menghubungkan leksikon yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerolehan leksikon sangat penting dalam perkembangan bahasa seorang anak. Untuk berbahasa, anak-anak harus menghubungkan leksikon yang satu dengan yang lainnya untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer, konvensional, dan memiliki makna. Sifat dinamis itu muncul karena manusia sebagai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Liliales/ Liliflorae, Famili:

Lebih terperinci

Pembahasan Video :http://stream.primemobile.co.id:1935/testvod/_definst_/smil:semester 2/SMP/Kelas 7/BIOLOGI/BAB 11/BIO smil/manifest.

Pembahasan Video :http://stream.primemobile.co.id:1935/testvod/_definst_/smil:semester 2/SMP/Kelas 7/BIOLOGI/BAB 11/BIO smil/manifest. SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 7. Gejala Alam Biotik Dan AbiotikLATIHAN SOAL BAB 7 1. Melakukan percobaan dalam metode ilmiah disebut dengan Eksperimen Observasi Hipotesis Prediksi Kunci Jawaban : B Pembahasan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Struktur adalah perangkat unsur yang di antaranya ada hubungan yang bersifat ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan dan Saran

BAB V. Kesimpulan dan Saran BAB V Kesimpulan dan Saran 5.1. Kesimpulan 5.1.1. Sistem Pertanian padi menurut tradisi masyarakat Karo Sistem pertanian padi menurut tradisi masyarakat Karo yang berada di Negeri Gugung meliputi proses

Lebih terperinci

TATA CARA PENELTIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas

TATA CARA PENELTIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas III. TATA CARA PENELTIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian telah dilaksanakan pada Bulan Juli 2016 November

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensl.)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensl.) 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensl.) Menurut Cronquist (1981), klasifikasi tanaman cabai rawit adalah sebagai berikut : Kerajaan Divisi Kelas

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Tanaman Durian

Teknik Budidaya Tanaman Durian Teknik Budidaya Tanaman Durian Pengantar Tanaman durian merupakan tanaman yang buahnya sangat diminatai terutama orang indonesia. Tanaman ini awalnya merupakan tanaman liar yang hidup di Malaysia, Sumatera

Lebih terperinci

BUDIDAYA DURIAN PENDAHULUAN

BUDIDAYA DURIAN PENDAHULUAN BUDIDAYA DURIAN PENDAHULUAN Saat ini, permintaan dan harga durian tergolong tinggi, karena memberikan keuntungan menggiurkan bagi siapa saja yang membudidayakan. Sehingga bertanam durian merupakan sebuah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa 31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah respon petani terhadap kegiatan penyuluhan PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II,

Lebih terperinci

BAGIAN KELIMA PEDOMAN PEMBUATAN TANAMAN HUTAN RAKYAT GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN BAB I PENDAHULUAN

BAGIAN KELIMA PEDOMAN PEMBUATAN TANAMAN HUTAN RAKYAT GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.03/MENHUT-V/2004 TANGGAL : 22 JULI 2004 BAGIAN KELIMA PEDOMAN PEMBUATAN TANAMAN HUTAN RAKYAT GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam mencari informasi dan berkomunikasi. Klausa ataupun kalimat dalam

I. PENDAHULUAN. dalam mencari informasi dan berkomunikasi. Klausa ataupun kalimat dalam 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesatuan bahasa terlengkap dan tertinggi dalam hierarki gramatikal yaitu wacana, pemahaman mengenai wacana tidak bisa ditinggalkan oleh siapa saja terutama dalam

Lebih terperinci

Nama Binatang Sebagai Komponen Pembentuk Kompositum. Oleh Shaila Yulisar Balafif. Abstrak

Nama Binatang Sebagai Komponen Pembentuk Kompositum. Oleh Shaila Yulisar Balafif. Abstrak 1 Nama Binatang Sebagai Komponen Pem Kompositum Oleh Shaila Yulisar Balafif Abstrak Penelitian ini berjudul Nama Binatang sebagai Komponen Pem Kompositum: Kajian Morfologi dan Semantik. Metode yang digunakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode penelitian deskriptif analitik. Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

A : JHONI ILMU PENGETAHUAN ALAM IV IPA SD KELAS IV

A : JHONI ILMU PENGETAHUAN ALAM IV IPA SD KELAS IV N A M A : JHONI N I M : 111134267 ILMU PENGETAHUAN ALAM IV IPA SD KELAS IV I Ayo Belajar IPA A. StandarKompetensi 2. Memahami hubungan antara struktur bagian tumbuhan dengan fungsinya B. KompetensiDasar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bawang Merah Bawang Merah merupakan tanaman yang berumur pendek, berbentuk rumpun, tingginya dapat mencapai 15-40 cm, Bawang Merah memiliki jenis akar serabut, batang Bawang Merah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang sesuai dengan bentuk daunnya yang meruncing dan memanjang.

Lebih terperinci

BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. )

BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. ) BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. ) PENDAHULUAN Blimbing manis dikenal dalam bahasa latin dengan nama Averhoa carambola L. berasal dari keluarga Oralidaceae, marga Averhoa. Blimbing manis

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORETIS

BAB 2 LANDASAN TEORETIS BAB 2 LANDASAN TEORETIS 2.1 Kerangka Acuan Teoretis Penelitian ini memanfaatkan pendapat para ahli di bidangnya. Bidang yang terdapat pada penelitian ini antara lain adalah sintaksis pada fungsi dan peran.

Lebih terperinci

PARALELISME SEMANTIK TUTURAN RITUAL BERLADANG DALAM GUYUB TUTUR KODI

PARALELISME SEMANTIK TUTURAN RITUAL BERLADANG DALAM GUYUB TUTUR KODI PARALELISME SEMANTIK TUTURAN RITUAL BERLADANG DALAM GUYUB TUTUR KODI SEMANTIC PARALELISM OF FARMING RITUAL DISCOURSE IN KODI SPEECH COMMUNITY Ni Putu Ayu Krisna Dewi Mahasiswa Pascasarjana Program Studi

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut KBBI (2002:588) konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut KBBI (2002:588) konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut KBBI (2002:588) konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan berkembang. Sebaliknya, jika suatu bahasa yang sedikit dipakai oleh penutur dengan

BAB I PENDAHULUAN. akan berkembang. Sebaliknya, jika suatu bahasa yang sedikit dipakai oleh penutur dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kajian linguistik mengenai lingkungan masih kurang memadai, padahal bahasa lingkungan itu luas. Lingkungan bahasa adalah dimensi lingkungan yakni segi ragawi, fisik,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Nama : Khoirudin A. Fauzi NIM : 1402408313 BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Pada bab terdahulu disebutkan bahwa morfologi dan sintaksis adalah bidang tataran linguistik yang secara tradisional disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Nusa Tenggara Timur terdiri atas empat kabupaten: Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Nusa Tenggara Timur terdiri atas empat kabupaten: Kabupaten BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Nusa Tenggara Timur terdiri atas empat kabupaten: Kabupaten Sumba Barat, Kabupaten Sumba Barat Daya, Kabupaten Sumba Tengah, dan Kabupaten Sumba Timur. Kota

Lebih terperinci

10 Jenis Kata Menurut Aristoteles

10 Jenis Kata Menurut Aristoteles Nomina (Kata Benda) 10 Jenis Kata Menurut Aristoteles Nomina adalah kelas kata yang dalam bahasa Indonesia ditandai oleh tidak dapatnya bergabung dengan kata tidak. Contohnya, kata rumah adalah nomina

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa Apakah mulsa itu? Mulsa adalah sisa tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di permukaan tanah. Mulsa berguna untuk melindungi permukaan tanah dari terpaan hujan, erosi, dan menjaga kelembaban,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan pada bulan Mei sampai bulan Desember 2015 di kebun salak Tapansari, Pakem, Sleman, Yogyakarta. Salak yang

Lebih terperinci

NORHADIE KARBEN, GIGIH UPAYAKAN PERTANIAN TANPA BAKAR DI LAHAN GAMBUT

NORHADIE KARBEN, GIGIH UPAYAKAN PERTANIAN TANPA BAKAR DI LAHAN GAMBUT USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN NORHADIE KARBEN, GIGIH UPAYAKAN PERTANIAN TANPA BAKAR DI LAHAN GAMBUT Oleh: Indra Nugraha Ketika pemerintah melarang membakar seharusnya pemerintah juga memberikan solusi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA FIKIR. Ikatan Geografi Indonesia (IGI) dalam Nursid Sumaatmadja, 1997:11).

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA FIKIR. Ikatan Geografi Indonesia (IGI) dalam Nursid Sumaatmadja, 1997:11). II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA FIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kelapa sawit termasuk tanaman keras (tahunan) yang mulai menghasilkan pada umur 3 tahun dengan

Lebih terperinci

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Syarat Tumbuh Tanaman Jahe 1. Iklim Curah hujan relatif tinggi, 2.500-4.000 mm/tahun. Memerlukan sinar matahari 2,5-7 bulan. (Penanaman di tempat yang terbuka shg

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Oktober 2014 hingga Maret

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Green House (GH) dan Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, pada bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan pernah lepas dari peristiwa komunikasi. Dalam berkomunikasi,

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA Tata bentukan dan tata istilah berkenaan dengan kaidah pembentukan kata dan kaidah pembentukan istilah. Pembentukan kata berkenaan dengan salah satu cabang linguistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, baik dalam bidang pendidikan, pemerintahan, maupun dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN I. K e l a s. Kurikulum 2006/2013. A. Pengertian Lingkungan Hidup

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN I. K e l a s. Kurikulum 2006/2013. A. Pengertian Lingkungan Hidup Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami pengertian

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA Roely Ardiansyah Fakultas Bahasa dan Sains, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Abstrak Deiksis dalam bahasa Indonesia merupakan cermin dari perilaku seseorang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari 3 golongan ecogeographic yaitu Indica, Japonica, dan Javanica.

TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari 3 golongan ecogeographic yaitu Indica, Japonica, dan Javanica. 6 TINJAUAN PUSTAKA Padi Sawah Padi (Oryza sativa L.) berasal dari tumbuh-tumbuhan golongan rumput-rumputan (Gramineae) yang ditandai dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Tumbuhan padi bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengulangan unsur harus dihindari. Salah satu cara untuk mengurangi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengulangan unsur harus dihindari. Salah satu cara untuk mengurangi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada penggabungan klausa koordinatif maupun subordinatif bahasa Indonesia sering mengakibatkan adanya dua unsur yang sama atau pengulangan unsur dalam sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sosial masyarakat karena tanpa bahasa masyarakat akan sulit untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sosial masyarakat karena tanpa bahasa masyarakat akan sulit untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi yang memiliki peranan penting dalam kehidupan sosial masyarakat karena tanpa bahasa masyarakat akan sulit untuk melanjutkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman cabai Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis tanaman hortikultura penting yang dibudidayakan secara komersial, hal ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE

BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE 4.1 Pengantar Bagian ini akan membicarakan analisis unsur-unsur bahasa Inggris yang masuk ke dalam campur kode dan membahas hasilnya. Analisis

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. September 2016 di rumah kasa Growth Center Kopertis Wilayah 1 Sumut-Aceh

III. BAHAN DAN METODE. September 2016 di rumah kasa Growth Center Kopertis Wilayah 1 Sumut-Aceh III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai dari bulan Juni sampai dengan bulan September 2016 di rumah kasa Growth Center Kopertis Wilayah 1 Sumut-Aceh yang berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem lambang bunyi yang bermakna dan dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 2004:1), sedangkan

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

Hasil perhitungan t tabel

Hasil perhitungan t tabel Lampiran 6. Hasil perhitungan t tabel t tabel = C 0 + ( C ( B 1 1 C0 ) (B-B 0 ) B ) 0 Keterangan : B B 0 B 1 C C 0 C 1 : Nilai dk yang dicari : Nilai dk pada awal nilai yang sudah ada : Nilai dk pada akhir

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Anggur

Teknik Budidaya Anggur Teknik Budidaya Anggur A. SYARAT TUMBUH Ketinggian 25-300 m dpl, suhu 25-310 C, kelembaban udara 75-80 %, intensitas penyinaran 50% 80%, 3-4 bulan kering, curah hujan 800 mm/tahun dan ph tanah 6-7. Tipe

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TANAMAN KACANG HIJAU SEGERA SETELAH PANEN PADA SAWAH DI KOLISIA DAN NANGARASONG KABUPATEN SIKKA NTT

PENGEMBANGAN TANAMAN KACANG HIJAU SEGERA SETELAH PANEN PADA SAWAH DI KOLISIA DAN NANGARASONG KABUPATEN SIKKA NTT PENGEMBANGAN TANAMAN KACANG HIJAU SEGERA SETELAH PANEN PADA SAWAH DI KOLISIA DAN NANGARASONG KABUPATEN SIKKA NTT I.Gunarto, B. de Rosari dan Tony Basuki BPTP NTT ABSTRAK Penelitian dilaksanakan di hamparan

Lebih terperinci