BAB VI SIMPULAN DAN SARAN. Bahasa dan lingkungan saling terkait. Lingkungan memengaruhi bahasa dan
|
|
- Hendri Sumadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Bahasa dan lingkungan saling terkait. Lingkungan memengaruhi bahasa dan bahasa mencerminkan lingkungan. Bahasa dan lingkungan membentuk bahasa lingkungan dan lingkungan bahasa. Keberagaman bahasa lingkungan yang terwujud dalam khazanah verbal kepadian adalah bentuk interaksi, interrelasi, interkoneksi, dan interaktivitas antara komunitas tutur Kodi dan lingkungan kepadian. Dengan adanya hubungan tersebut, maka terwujud saling ketergantungan antara komunitas tutur Kodi dan lingkungan kepadian. Khazanah verbal kepadian adalah realitas lingkungan bahasa dan sebagai penciri karakter komunitas tuturnya yang menggambarkan ide atau gagasan komunitas tuturnya. Khazanah verbal kepadian juga menggambarkan lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan budaya komunitas tuturnya dalam konteks lingkungan hidup kepadian yang didukung oleh budaya perladangan. Khazanah verbal kepadian mencerminkan keanekaragaman ekologis, pelestarian, dan pemeliharaan lingkungan kepadian. Khazanah verbal kepadian terdiri atas satuan-satuan lingual berupa ekoleksikon dan ekowacana kepadian. Analisis bentuk berupa ekoleksikon dan ekowacana kepadian didasarkan pada aspek intratekstualitas, intertekstualitas, dan ekstratekstualitas. Dalam bentuk ekoleksikon kepadian berperan aspek intratekstualitas dan aspek intertekstualitas. Aspek intratekstualitas untuk mengetahui bentuk atau struktur leksikon dan sistem pemarkah pada leksikon, 179
2 180 sedangkan aspek intertekstualitas untuk menemukan impor sosial leksikon yang dipengaruhi oleh hubungan semantik dan konteks. Dalam bentuk ekowacana kepadian berperan aspek intratekstualitas, intertekstualitas, dan ekstratektualitas. Aspek intratekstualitas untuk menentukan struktur satuan lingual dan sistem pemarkah. Aspek intertekstualitas untuk menemukan makna sosial dan signifikansi personal yang dipengaruhi oleh semantik teks dan konteks. Aspek ekstratekstualitas mencakup deiksis dan metafora berdasarkan konteks produsen. Ekoleksikon kepadian meliputi leksikon kepadian tahap pratanam, leksikon kepadian tahap tanam, dan leksikon kepadian tahap pascatanam. Leksikonleksikon kepadian tersebut terdiri atas kata dan gabungan kata. Leksikon kepadian yang berbentuk kata dibedakan atas verba dan nomina, sedangkan leksikon kepadian yang berbentuk gabungan kata dibedakan atas gabungan kata predikatif, kata majemuk, ungkapan, dan frase. Pada leksikon kepadian tahap pratanam, pemarkah kausatif pa- yang mengubah nomina menjadi verba hadir dalam leksikon pa-kamumma menebas. Pemarkah kausatif pa- yang mengubah adjektiva menjadi verba hadir dalam leksikon pa-ndaha kamoto membuat pembatas, pa-ndaha galu memasang pagar, dan pa-ndaha letepaba membuat pematang. Selain itu, klitik pronomina -hi yang merujuk silang pada nomina yang mengikutinya hadir dalam leksikon kaha-hi latu mengumpulkan abu dan kaha-hi ha-ghayo mengumpulkan kayu, dan pronomina persona -ya yang merujuk kepada nomina yang mengikutinya hadir dalam leksikon dangi-ya kamumma menjemur rumput.
3 181 Leksikon kepadian tahap tanam dilekati oleh pemarkah kausatif pa- dan ha-, pemarkah penegas -ngo, klitik pronomina persona -ya, -ni, dan -hi, pemarkah penegas -ka, dan nomina jamak ha-. Pemarkah kausatif ha- yang mengubah verba intransitif menjadi verba transitif hadir dalam leksikon pa-kende-ya a kareka membangun dangau, pemarkah penegas -ngo yang mengubah verba intransitif menjadi verba transitif hadir dalam leksikon taki-ngo-ka lodo tondo menetapkan waktu tanam, dan pemarkah penegas -ngo yang mengubah nomina menjadi verba ditemukan dalam leksikon ahuko-ngo kalena melubangi tanah. Klitik pronomina persona -ya terdapat dalam leksikon pa-kende-ya a kareka membangun dangau, klitik pronomina persona -ni terdapat dalam leksikon tondo-ni wini menanam bibit dan ndaga-ni a pare mengawasi padi, klitik pronomina persona -hi terdapat dalam leksikon hoko-hi ha-kahila menghalau burung, dan klitik pronomina persona -ndi terdapat dalam leksikon ha-mburu-ndi ha-wini menurunkan bibit, ngandi-ndi ha-wini mengantarkan bibit, dan ndeke-ndi hawini mengambilkan bibit. Pemarkah nomina jamak ha- terdapat dalam leksikon nomina ha-wini bibit-bibit dan ha-kahila burung-burung. Leksikon kepadian tahap pascatanam dilekati oleh pemarkah kausatif pa-, pemarkah penegas -ngo, klitik pronomina persona -ya dan -ni, dan pemarkah penegas -ka. Pemarkah kausatif pa- yang mengubah nomina menjadi verba terdapat dalam leksikon pa-pandalo memotong beberapa bulir padi sehari sebelum panen dan pa-kalimbya menumpukkan padi. Pemarkah penegas -ngo yang mengubah verba intransitif menjadi verba transitif terdapat dalam leksikon taki-ngo-ka lodo nguti menetapkan waktu panen dan pemarkah penegas -ngo
4 182 yang mengubah nomina menjadi verba terdapat dalam leksikon nguti wote-ngo panen dengan cara berkelompok. Klitik pronomina persona -ya terdapat dalam leksikon bondolo-ya pare menyimpan padi, tapi-ya pare menampi padi, dangiya pare menjemur padi, tapi-ya wiha menampi beras, dan nighuro-ya wiha memisahkan beras. Klitik pronomina persona -ni terdapat dalam leksikon kughani pare memisahkan butir padi dari jerami dan pa-leru-ni pare menganginkan padi. Pemarkah penegas -ka terdapat dalam leksikon taki-ngo-ka lodo nguti menetapkan waktu panen. Berdasarkan perbandingan jumlah leksikon kepadian dalam ketiga tahap tersebut, nomina memiliki intensitas yang tinggi dibandingkan leksikon verba. Hal tersebut disebabkan karena peladang atau komunitas tutur bahasa Kodi memiliki kemampuan dan pengetahuan untuk mengkodekan karakteristik benda kepadian dengan realisasi leksikon yang berbeda. Selain leksikon yang telah disebutkan dalam ketiga tahapan, juga ditemukan beberapa leksikon yang bersifat kekinian. Keberadaan leksikon ini dipengaruhi oleh kemajuan teknologi. Beberapa leksikon tersebut, antara lain kelero pare lumbung kayu, moro maghambulo pupuk anorganik, luku traktor, belle popa tangki semprot, dan nggeha penggiling. Kelero pare lumbung kayu adalah lumbung yang terbuat dari kayu, tidak seperti lumbung pada umumnya yang terbuat dari anyaman pandan atau lontar. Lumbung kayu ini berukuran besar yang mampu menampung lima sampai dengan tujuh ton padi. Moro maghambulo pupuk anorganik adalah pupuk buatan yang merupakan hasil proses kimia. Pupuk ini berguna untuk menyuburkan tanah. Luku traktor adalah kendaraan
5 183 yang digunakan untuk membajak atau meratakan tanah. Belle popa tangki semprot adalah wadah tempat menyimpan air yang dipompa untuk menyemburkan air. Nggeha penggiling adalah alat yang digunakan untuk menggiling padi. Keberadaan leksikon kelero pare lumbung kayu, moro maghambulo pupuk anorganik, luku traktor, belle popa tangki semprot, dan nggeha penggiling memperkaya khazanah verbal kepadian. Selain leksikon baru yang dipengaruhi oleh teknologi modern, berdasarkan leksikon-leksikon yang telah diterangkan, ada sejumlah leksikon nomina yang sudah jarang ditemukan dan hanya digunakan oleh penganut kepercayaan marapu dan beberapa aktivitas yang sudah tidak dilakukan lagi. Leksikon tersebut, antara lain tondo kalehu-ngo menanam dengan cara melingkar, nguti wote-ngo panen dengan cara berkelompok, pa-pandalo memotong beberapa bulir padi sehari sebelum panen, rato marapu imam adat, watu kareka marapu di ladang, mori tana marapu penjaga rumah, pare wulu kawimbi padi yang bulirnya berbulu, kaneghu rato tempat padi yang dikeramatkan, kaleku wiha tempat menyimpan bibit, pandalo beberapa bulir padi yang dipotong sehari sebelum panen, dan kapepe pare tempat padi yang dipersembahkan. Ekowacana kepadian terdiri atas penggunaan kata berkategori nomina, penggunaan kata berkategori verba, penggunaan kata berkategori adjektiva, penggunaan gabungan kata, penggunaan deiksis, dan penggunaan metafora. Secara sintaktik, teks-teks dalam ekowacana sebagian besar berpola P-O dengan verba dan adjektiva sebagai pengisi predikat serta kata dan gabungan kata nomina sebagai pengisi objek. Selain bertipe P-O, juga ditemukan teks yang berpola P-O-
6 184 K dan P-K. Pada teks yang berpola P-K terjadi pelesapan O. Padi sebagai argumen verba mengalami pelesapan saat bertindak sebagai subjek dan objek. Argumen yang merepresentasikan pare padi hadir dalam bentuk gabungan kata wei huhu wei baba, koni wu kaniha mbiri ndandi peha, pare padi dan wini bibit, serta ro daun dan pola batang. Selain itu juga terdapat nomina wuli bulir dan wu buah, a kale-na kirinya dan a kawana-na kanannya, ro daun dan wu buah sebagai penjelas keberadaan entitas padi. Sistem rujuk silang yang terbagi menjadi endofora dan eksofora didominasi oleh referensi eksofora, sedangkan referensi endofora diwakili oleh katafora. Pemarkah yang merujuk kepada unsur yang berada di luar tuturan secara deiktis didasarkan atas konteks produsennya merujuk kepada entitas padi. Pemarkah yang secara deiktis merujuk kepada padi, antara lain pemarkah ka, na-, a-, -ya, -wa, - ndi, -bha, -ni, -do, dan -bhana, sedangkan pemarkah katafora terdiri atas pemarkah -ka, -ya, -wa, -ndi, dan -hi. Selain itu, pemarkah sebagai pemarkah deiktis dan katafora, yaitu pemarkah -ka, -ya, -wa, dan -ndi. Padi sebagai argumen predikat yang mengalami pelesapan berpotensi diwakili oleh pemarkah yang bersifat deiktis, sedangkan entitas padi yang hadir dalam teks ditandai oleh pemarkah yang bersifat kataforis. Intensitas perujukan silang didominasi oleh perujukan kepada unsur di luar tuturan sebagai akibat pelesapan entitas padi sebagai argumen predikat. Dengan adanya pelesapan tersebut diperlukan adanya pemarkah yang secara eksoforis dapat mewakili nomina padi yang dipengaruhi oleh maksud produsen.
7 185 Selain padi, ada juga beberapa pemarkah yang merujuk silang pada dewi padi seperti klitik pronomina persona -mu serta klitik pronomina keaspekan -bha dan pemarkah penegas -ka. Berdasarkan jumlah pemarkah yang digunakan untuk merujuk kepada padi dan dewi padi, jumlah pemarkah yang merujuk kepada padi lebih banyak dibandingkan dengan jumlah pemarkah yang merujuk kepada dewi padi. Pemakaian klitik keaspekan -bha dan pemarkah penegas -ka bersifat katafora yang merujuk kepada gabungan kata nomina koni wu kaniha mbiri ndandi peha Mbiri Koni anak satu-satunya yang dilahirkan tunggal, sedangkan pemakaian pemarkah lain dengan contoh data yang telah disebutkan secara deiktis merujuk kepada dewi padi. Jadi dapat dikatakan bahwa pemarkah yang merujuk kepada padi lebih banyak dibandingkan dengan pemarkah yang merujuk kepada dewi padi. Penelitian khazanah verbal kepadian ini juga menekankan pada aspek fungsi dan makna. Fungsi dan makna khazanah verbal kepadian terdiri atas fungsi dan makna ideologis, fungsi dan makna sosiologis, dan fungsi dan makna biologis. Khazanah verbal kepadian yang berfungsi dan bermakna ideologis berupa pengharapan hujan, pengharapan padi tumbuh dengan baik, pengharapan bebas hama penyakit, pengharapan kelancaran dalam tahap pascatanam, dan pengharapan hasil panen berlimpah. Khazanah verbal kepadian yang berfungsi dan bermakna sosiologis keselarasan hubungan antara manusia dan Tuhan Yang Mahaesa, keselarasan hubungan antara manusia dan arwah leluhur, keselarasan hubungan antara manusia dan dewi padi, keselarasan hubungan manusia dan arwah-arwah di
8 186 sekitar ladang, keselarasan hubungan antarmanusia, dan keselarasan hubungan antara manusia dan kampung halaman, keselarasan hubungan antara manusia dan seluruh isi ladang. Fungsi dan makna biologis khazanah verbal kepadian menjelaskan hubungan yang saling berkesinambungan antara manusia dan lingkungan kepadian. Keterikatan manusia dan lingkungan kepadian terealisasi dalam leksikon kepadian. Bentuk penggunaan kata yang menggambarkan fungsi dan makna biologis adalah bha-ngandi-ya sudah membawanya, ha-mburu-ngoka menurunkan, ta-ngo-ya-ka menyimpannya, woka tanam, tondo tanam, pa-noto-ni mengenakannya, dan pa-gene-ni mengenakannya. Bentuk-bentuk yang telah disebutkan di atas memiliki makna yang sama, yaitu menanam bibit padi. Bahasa Kodi memiliki perbendaharaan kata yang kaya sehingga bentuk tanam saja bisa diwakili oleh bentuk-bentuk verba yang disesuaikan dengan konteksnya, seperti verba ngandi bawa, mburu turun, ta simpan, woka tanam, tondo tanam, noto kena, dan gene kena. 6.2 Saran Kehidupan kepadian komunitas tutur Kodi yang tercermin dalam bahasa berupa khazanah verbal kepadian sangat penting untuk dipelihara, dikembangkan, dan didokumentasikan karena adanya aspek bahasa lingkungan dan lingkungan bahasa yang terkandung di dalamnya. Penelitian Khazanah Verbal Kepadian Komunitas Tutur Bahasa Kodi, Sumba Barat Daya: Kajian Ekolinguistik ini masih memiliki kelemahan-kelemahan dan belum begitu sempurna. Berkenaan dengan itu, penelitian aspek kebahasaan dalam konteks ekologi perlu
9 187 dikembangkan dengan menggunakan kajian ekolinguistik yang lebih mendalam lagi dengan menerapkan model-model ekolinguistik untuk menjawab aspek semantik, sintaktik, dan pragmatik serta dimensi ideologis, sosiologis, dan biologis agar semua permasalahan yang berhubungan dengan bahasa dan ekologi terjawab dengan baik. Ciri penelitian ekolinguistik dengan penerapan parameternya juga perlu dipaparkan secara mendalam. Selain itu, perlu dikembangkan jenis penelitian ekolinguistik yang berupa ekofonologi, ekomorfologi, ekosintaksis, ekosemantik, dan ekopragmatik yang memperkaya aspek penelitian ekolinguistik. Dengan adanya penelitian ini, segala hal kepadian harus menjadi sorotan dalam kehidupan masyarakat karena merefleksikan kehidupan sosio-kultural-ekologis masyarakat. Penelitian ini diharapkan menggugah pemikiran komunitas tutur Kodi agar tetap melestarikan pola penanaman padi ladang warisan leluhur yang berlandaskan budaya.
BAB IV BENTUK LEKSIKON KHAZANAH VERBAL KEPADIAN. Analisis bentuk leksikon khazanah verbal kepadian disajikan dalam
BAB IV BENTUK LEKSIKON KHAZANAH VERBAL KEPADIAN Analisis bentuk leksikon khazanah verbal kepadian disajikan dalam ekoleksikon kepadian dan ekowacana kepadian. Analisis bentuk leksikon dalam ekoleksikon
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosialbudaya,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dan lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosialbudaya, merupakan sebuah sistem yang saling terkait satu sama lain. Manusia dalam menjalani kehidupannya
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Khazanah Verbal Kepadian Komunitas Tutur Bahasa Kodi,
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian Khazanah Verbal Kepadian Komunitas Tutur Bahasa Kodi, Sumba Barat Daya: Kajian Ekolinguistik ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan
Lebih terperinciBAB V FUNGSI DAN MAKNA KHAZANAH VERBAL KEPADIAN. Khazanah verbal kepadian sebagai suatu komponen bahasa memiliki fungsi
BAB V FUNGSI DAN MAKNA KHAZANAH VERBAL KEPADIAN Khazanah verbal kepadian sebagai suatu komponen bahasa memiliki fungsi dan makna. KVK terdiri atas ekoleksikon kepadian dan ekowacana kepadian dipengaruhi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sosial masyarakat karena tanpa bahasa masyarakat akan sulit untuk
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi yang memiliki peranan penting dalam kehidupan sosial masyarakat karena tanpa bahasa masyarakat akan sulit untuk melanjutkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan berkembang. Sebaliknya, jika suatu bahasa yang sedikit dipakai oleh penutur dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kajian linguistik mengenai lingkungan masih kurang memadai, padahal bahasa lingkungan itu luas. Lingkungan bahasa adalah dimensi lingkungan yakni segi ragawi, fisik,
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi leksikal yang terdapat dalam wacana naratif bahasa Indonesia. Berdasarkan teori Halliday dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar di dalam suatu ekosistem. Hutan mampu menghasilkan oksigen yang dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan anugerah Tuhan yang memiliki dan fungsi yang sangat besar di dalam suatu ekosistem. Hutan mampu menghasilkan oksigen yang dapat menjaga kesegaran udara
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa concord adalah aturan gramatikal
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa concord adalah aturan gramatikal yang wajib diketahui dan dipenuhi yang terdapat pada bahasa Arab dan bahasa Inggris atau bahasa-bahasa
Lebih terperinciBAB V P E N U T U P. Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat
BAB V P E N U T U P 5.1 Kesimpulan Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat tunggal bahasa Sula yang dipaparkan bahasan masaalahnya mulai dari bab II hingga bab IV dalam upaya
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan konsep, landasan teori, dan tinjauan pustaka pada penelitian Pemertahanan Leksikon Kelautan dalam Bahasa Pesisir Sibolga
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Objek dalam penelitian kualitatif adalah objek yang alamiah, atau natural setting, sehingga metode
Lebih terperinciSRI SUATU ALTERNATIVE PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH (PADI) YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN
SRI SUATU ALTERNATIVE PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH (PADI) YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN Indratmo Soekarno Departemen Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung, email: indratmo@lapi.itb.ac.id, Tlp
Lebih terperinciPOLA PEMARKAH KEASPEKAN BAHASA KODI : PENDEKATAN TEORI ROLE AND REFERENCE GRAMMAR
POLA PEMARKAH KEASPEKAN BAHASA KODI : PENDEKATAN TEORI ROLE AND REFERENCE GRAMMAR Gusti Nyoman Ayu Sukerti Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Bali Kampus Bukit Jimbaran, Bali. Telp. +62 361 701981
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian
III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ialah penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nurshopia Agustina, 2013
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, orang Sunda dapat mengembangkan jenis-jenis khas yang menarik yaitu mengembangkan macam-macam agroekosistem seperti berladang, bercocok tanam,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Analisis kalimat dapat dilakukan pada tiga tataran fungsi, yaitu fungsi sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan gramatikal antara
Lebih terperinciPARALELISME SEMANTIK TUTURAN RITUAL BERLADANG DALAM GUYUB TUTUR KODI
PARALELISME SEMANTIK TUTURAN RITUAL BERLADANG DALAM GUYUB TUTUR KODI SEMANTIC PARALELISM OF FARMING RITUAL DISCOURSE IN KODI SPEECH COMMUNITY Ni Putu Ayu Krisna Dewi Mahasiswa Pascasarjana Program Studi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Kohesi gramatikal..., Bayu Rusman Prayitno, FIB UI, 2009
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembicaraan tentang kohesi tidak akan terlepas dari masalah wacana karena kohesi memang merupakan bagian dari wacana. Wacana merupakan tataran yang paling besar dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, memiliki berbagai suku, ras, bahasa dan kebudayaan yang diwariskan secara turun-temurun oleh nenek moyang. Adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kata deiksis berasal dari bahasa Yunani deiktikos yang memiliki arti
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata deiksis berasal dari bahasa Yunani deiktikos yang memiliki arti penunjukan secara langsung (Purwo, 1984: 2). Dardjowidjojo (1988: 35) bersama beberapa ahli bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tutur/ pendengar/ pembaca). Saat kita berinteraksi/berkomunikasi dengan orang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu melakukan komunikasi antar sesamanya. Setiap anggota masyarakat selalu terlibat dalam komunikasi, baik berperan
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. tentang morfologi, sintaksis, morfosintaksis, verba transitif, dan implikasinya
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI 1.1 Simpulan Berikut ini disajikan simpulan dari seluruh rangkaian kegiatan studi tentang morfologi, sintaksis, morfosintaksis, verba transitif, dan implikasinya terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit
Lebih terperinciPertemuan ke-14. A.Tujuan Instruksional 1. Umum Setelah mengikuti matakuliah ini mahasiswa
Pertemuan ke-14 A.Tujuan Instruksional 1. Umum Setelah mengikuti matakuliah ini mahasiswa akan dapat menentukan jenis tenaga dan mesin peralatan yang layak untuk diterapkan di bidang pertanian 2. Khusus
Lebih terperinciAnalisis Deiksis dalam Komik Angkara Tan Nendra Karya Resi Wiji S. dalam Majalah Panjebar Semangat
Analisis Deiksis dalam Komik Angkara Tan Nendra Karya Resi Wiji S. dalam Majalah Panjebar Semangat Oleh: Anis Cahyani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa namakuaniscahyani@yahoo.com Abstrak:
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalam mencari informasi dan berkomunikasi. Klausa ataupun kalimat dalam
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesatuan bahasa terlengkap dan tertinggi dalam hierarki gramatikal yaitu wacana, pemahaman mengenai wacana tidak bisa ditinggalkan oleh siapa saja terutama dalam
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. digunakan untuk mengetahui keaslian penelitian yang dilakukan. Tinjauan
6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Sebuah penelitian diperlukan adanya suatu penelitian yang relevan sebagai sebuah acuan agar penelitian ini dapat diketahui keasliannya. Tinjauan pustaka berisi
Lebih terperinciDEIKSIS DALAM BERITA UTAMA HARIAN SOLOPOS BULAN DESEMBER 2010 (SEBUAH KAJIAN PRAGMATIK)
DEIKSIS DALAM BERITA UTAMA HARIAN SOLOPOS BULAN DESEMBER 2010 (SEBUAH KAJIAN PRAGMATIK) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sendiri, tetapi merupakan bagian dari proses sosial masyarakat sebab bahasa merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Muna (yang selanjutnya disingkat BM) digunakan sebagai alat komunikasi atau bahasa pengantar dalam interaksi kehidupan oleh hampir semua penduduk yang mendiami
Lebih terperinciANALISIS DEIKSIS DALAM CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGANYAR
ANALISIS DEIKSIS DALAM CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGANYAR Erdi Sunarwan, Muhammad Rohmadi, Atikah Anindyarini Universitas Sebelas Maret E-mail: sn_erdi@yahoo.com Abstract: The objective of this
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. apabila referennya berpindah-pindah tergantung pada siapa yang menjadi si
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Purwo menjelaskan bahwa sebuah kata dapat dikatakan bersifat deiksis apabila referennya berpindah-pindah tergantung pada siapa yang menjadi si pembicara dan juga tergantung
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II,
654 BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II, uji lapangan, dan temuan-temuan penelitian, ada beberapa hal yang dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jaenudin, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nama perkakas berbahan bambu merupakan nama-nama yang sudah lama dikenal dan digunakan oleh penutur bahasa Sunda. Dalam hal ini, masyarakat Sunda beranggapan
Lebih terperinciANALISIS DEIKSIS DALAM TAJUK RENCANA HARIAN KOMPAS DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN MENULIS DI KELAS X
ANALISIS DEIKSIS DALAM TAJUK RENCANA HARIAN KOMPAS DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN MENULIS DI KELAS X Oleh: Isnani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Provinsi Nusa Tenggara Timur terdiri atas empat kabupaten: Kabupaten
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Nusa Tenggara Timur terdiri atas empat kabupaten: Kabupaten Sumba Barat, Kabupaten Sumba Barat Daya, Kabupaten Sumba Tengah, dan Kabupaten Sumba Timur. Kota
Lebih terperinciLAPORAN PENELITIAN TIM PASCASARJANA POLA PENGGUNAAN SATUAN LINGUAL YANG MENGANDUNG PRONOMINA PERSONA PADA TEKS TERJEMAHAN ALQURAN DAN HADIS
Kode/Nama Rumpun Ilmu** :741/ Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah LAPORAN PENELITIAN TIM PASCASARJANA POLA PENGGUNAAN SATUAN LINGUAL YANG MENGANDUNG PRONOMINA PERSONA PADA TEKS TERJEMAHAN ALQURAN
Lebih terperinciPEMAKAIAN ISTILAH-ISTILAH DALAM BAHASA JAWA DIALEK SURABAYA PADA BERITA POJOK KAMPUNG JTV YANG MELANGGAR KESOPAN-SANTUNAN BERBAHASA SKRIPSI
PEMAKAIAN ISTILAH-ISTILAH DALAM BAHASA JAWA DIALEK SURABAYA PADA BERITA POJOK KAMPUNG JTV YANG MELANGGAR KESOPAN-SANTUNAN BERBAHASA SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi syarat-syarat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia yang lain. Kebutuhan akan bahasa sudah jauh sebelum manusia mengenal
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,
III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, Kasihan, Bantul dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian Universitas
Lebih terperinciPENDAHULUAN Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Jawa untuk berkomunikasi antarsesama masyarakat Jawa.
1 PENDAHULUAN Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Jawa untuk berkomunikasi antarsesama masyarakat Jawa. Dalam interaksi sosial masyarakat Jawa, lebih cenderung menggunakan komunikasi
Lebih terperinciALAT DAN MESIN PANEN PADI
ALAT DAN MESIN PANEN PADI Sejalan dengan perkembangan teknologi dan pemikiran-pemikiran manusia dari jaman ke jaman, cara pemungutan hasil (panen) pertanian pun tahap demi tahap berkembang sesuai dengan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Agustus 2010. Penelitian dilakukan di lahan percobaan NOSC (Nagrak Organic S.R.I. Center) Desa Cijujung,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. raga, mempunyai ruang hidup kementalan, memiliki dimensi hidup kerohanian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan dalam arti seluas-luasnya selalu memerlukan saling berhubungan atau saling berinteraksi antara anggota masyarakat yang satu dan anggota masyarakat yang
Lebih terperinciPEMERIAN TENTANG DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA (RUMUSAN TENTANG TIPE BAHASA INDONESIA) Oleh: Dra. Rahayu Sulistyowati. Abstrak
PEMERIAN TENTANG DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA (RUMUSAN TENTANG TIPE BAHASA INDONESIA) Oleh: Dra. Rahayu Sulistyowati Abstrak Tulisan ini membahas tentang rumusan tipe-tipe deiksis dalam bahasa Indonesia.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan
TINJAUAN PUSTAKA Sumberdaya Pakan Pakan adalah bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diberikan kepada hewan untuk kelangsungan hidup, berproduksi, dan berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan berkomunikasi. Dalam kegiatan berkomunikasi, manusia. perasaan, mengungkapakan kejadian yang dialami, bahkan mengungkapkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam bermasyarakat hampir tidak akan terlepas dari kegiatan berkomunikasi. Dalam kegiatan berkomunikasi, manusia membutuhkan sarana yang digunakan untuk
Lebih terperinciACARA 3. KELEMBAGAAN !! Instruksi Kerja : A. Aspek Kelembagaan
ACARA 3. KELEMBAGAAN!! Instruksi Kerja : a. Setiap praktikan mengidentifikasi kelembagaan pertanian yang ada di wilayah praktek lapang yang telah ditentukan. b. Praktikan mencari jurnal mengenai kelembagaan
Lebih terperinciNORHADIE KARBEN, GIGIH UPAYAKAN PERTANIAN TANPA BAKAR DI LAHAN GAMBUT
USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN NORHADIE KARBEN, GIGIH UPAYAKAN PERTANIAN TANPA BAKAR DI LAHAN GAMBUT Oleh: Indra Nugraha Ketika pemerintah melarang membakar seharusnya pemerintah juga memberikan solusi
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Linguistik memiliki tataran tertinggi yang lebih luas cakupannya dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1 Latar Belakang Linguistik memiliki tataran tertinggi yang lebih luas cakupannya dari kalimat yang disebut wacana. Wacana merupakan satuan bahasa
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan judul. Hasil suatu karya ilmiah bukanlah pekerjaan mudah
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan dengan judul. Hasil suatu karya ilmiah bukanlah pekerjaan mudah dipertanggungjawabkan,
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI
174 BAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Simpulan Berdasarkan analisis data pada bab sebelumnya, pengungkapan modalitas desideratif BI dan BJ dapat disimpulkan seperti di bawah ini. 1. Bentuk-bentuk pegungkapan
Lebih terperinci2014 KONSEP KESEJAHTERAAN HIDUP DALAM MANTRA
BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan uraian pembahasan ketiga teks MT di Desa Karangnunggal Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur didapati simpulan bahwa kesejahteraan hidup bagi manusia yang diwakili oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kesatuan dari berbagai pulau dan daerah yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kesatuan dari berbagai pulau dan daerah yang memiliki kekayaan budaya, bahasa, cara hidup, dan tradisi. Tradisi di Indonesia terdiri
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Deiksis Linguistik adalah ilmu yang mencoba untuk memahami bahasa dari sudut pandang struktur internal (Gleason, 1961:2). Struktur internal linguistik ialah fonologi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu dapat dikenali dari keanekaragaman budaya, adat, suku, ras, bahasa, maupun agama. Kemajemukan budaya menjadi
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini pertanian organik menjadi suatu bisnis terbaru dalam dunia pertanian Indonesia. Selama ini produk pertanian mengandung bahan-bahan kimia yang berdampak
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORETIS
BAB 2 LANDASAN TEORETIS 2.1 Kerangka Acuan Teoretis Penelitian ini memanfaatkan pendapat para ahli di bidangnya. Bidang yang terdapat pada penelitian ini antara lain adalah sintaksis pada fungsi dan peran.
Lebih terperinciInovasi Pertanian Sumatera Selatan Mendukung Swasembada Beras Nasional
Inovasi Pertanian Sumatera Selatan Mendukung Swasembada Beras Nasional Dewasa ini, Pemerintah Daerah Sumatera Selatan (Sumsel) ingin mewujudkan Sumsel Lumbung Pangan sesuai dengan tersedianya potensi sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan merupakan warisan nenek moyang yang mengandung nilainilai kearifan lokal. Usaha masyarakat untuk menjaga kebudayaan melalui pendidikan formal maupun nonformal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris. Hal itu didasarkan pada luasnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris. Hal itu didasarkan pada luasnya wilayah Indonesia dan sebagian besar warganya yang bermatapencaharian di bidang pertanian.
Lebih terperinciDEIKSIS ARTIKEL HARIAN SUARA MERDEKA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN MENULIS NARASI NONFIKSI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA
DEIKSIS ARTIKEL HARIAN SUARA MERDEKA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN MENULIS NARASI NONFIKSI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA Oleh: Dwi Setiyaningsih Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia kireidedew82@yahoo.co.id
Lebih terperinciBAB V. Kesimpulan dan Saran
BAB V Kesimpulan dan Saran 5.1. Kesimpulan 5.1.1. Sistem Pertanian padi menurut tradisi masyarakat Karo Sistem pertanian padi menurut tradisi masyarakat Karo yang berada di Negeri Gugung meliputi proses
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi tentang analisis dan interpretasi hasil penelitian. Pada tahap ini akan dilakukan analisis permasalahan prosedur budidaya kumis kucing di Klaster Biofarmaka
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
102 BAB V SIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini membahas penggunaan leksikon Arab dalam bahasa Sunda yang dituturkan masyarakat adat Kampung Dukuh dengan menggunakan perspektif etnolinguistik.. Temuan dan
Lebih terperinciUKBM 3.4/4.4/1/4 BAHASA INDONESIA
UKBM 3.4/4.4/1/4 BAHASA INDONESIA PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 6 MALANG UNIT KEGIATAN BELAJAR BIN 3.4/4.4/1/4 1. Identitas MEMBANGUN STRUKTUR TEKS EKSPOSISI
Lebih terperinciDAFTAR ISI KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR DIAGRAM DAFTAR LAMBANG DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii ABSTRAK... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR DIAGRAM... x DAFTAR LAMBANG... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I PENDAHULUAN...
Lebih terperinciPOLA PEMARKAHAN ARGUMEN BAHASA KODI
Linguistik Indonesia, Agustus 2016, 129-145 Volume ke-34, No. 2 Copyright 2016, Masyarakat Linguistik Indonesia, ISSN: 0215-4846 POLA PEMARKAHAN ARGUMEN BAHASA KODI Gusti Nyoman Ayu Sukerti Politeknik
Lebih terperinciDEIKSIS DALAM RUBRIK AH TENANE PADA SURAT KABAR HARIAN UMUM SOLOPOS
DEIKSIS DALAM RUBRIK AH TENANE PADA SURAT KABAR HARIAN UMUM SOLOPOS Wisnu Nugroho Aji Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Widya Dharma Klaten wisnugroaji@gmail.com Abstrak Bahasa
Lebih terperinci1.2 Tujuan Untuk mengetahui etika dalam pengendalian OPT atau hama dan penyakit pada tanaman.
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan hama dan penyakit pada tanaman merupakan salah satu kendala yang cukup rumit dalam pertanian. Keberadaan penyakit dapat menghambat pertumbuhan dan pembentukan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. pada produk karya sastra populer, yaitu novel chicklit. Bentuk bahasa yang
BAB V PENUTUP Penelitian ini merupakan penelitian yang membahas penggunaan bahasa pada produk karya sastra populer, yaitu novel chicklit. Bentuk bahasa yang digunakan dalam novel jenis ini diketahui memiliki
Lebih terperinciMenembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi)
Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi) Pengolahan Tanah Sebagai persiapan, lahan diolah seperti kebiasaan kita dalam mengolah tanah sebelum tanam, dengan urutan sebagai berikut.
Lebih terperinciA MANAJEMEN USAHA PRODUKSI. 1. Pencatatan dan Dokumentasi pada : W. g. Kepedulian Lingkungan. 2. Evaluasi Internal dilakukan setiap musim tanam.
Petunjuk Pengisian : Lingkari dan isi sesuai dengan kegiatan yang dilakukan PENCATATAN ATAS DASAR SOP DAN GAP A MANAJEMEN USAHA PRODUKSI. Pencatatan dan Dokumentasi pada : Buku Kerja Jahe PENILAIAN ATAS
Lebih terperinciANALISIS DEIKSIS DALAM TAJUK RENCANA KORAN REPUBLIKA
ANALISIS DEIKSIS DALAM TAJUK RENCANA KORAN REPUBLIKA EDISI JANUARI TAHUN 2015, RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN MENULIS TEKS LAPORAN, DAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS X SMAN 4 PURWOREJO Oleh: Gita Amelia Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pangan di mata dunia. Meski menduduki posisi ketiga sebagai negara penghasil
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang mempunyai kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Hal ini terbukti dengan keadaan tanah Indonesia yang sangat subur. Negara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki lahan pertanian yang sangat luas dan sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Jawa Barat merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penduduk Indonesia dari tahun ke tahun semakin bertambah, dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk Indonesia dari tahun ke tahun semakin bertambah, dengan pertumbuhan sekitar 1,5% tahun, sehingga mendorong permintaan pangan yang terus meningkat. Sementara
Lebih terperinciANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA DALAM WACANA DIALOG ACARA BUKAN EMPAT MATA EPISODE 30 OKTOBER 2013
ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA DALAM WACANA DIALOG ACARA BUKAN EMPAT MATA EPISODE 30 OKTOBER 2013 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan
Lebih terperinciWorkshop Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Kab. Sumba Barat Daya Prov. Nusa Tenggara Timur
Workshop Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Kab. Sumba Barat Daya Prov. Nusa Tenggara Timur Latar Belakang Verifikasi dan Validasi Pembelajaran, Warisan Budaya Tak Benda dan Kelembagaan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peningkatan hasil belajar siswa merupakan tujuan yang ingin selalu dicapai oleh para pelaksana pendidikan dan peserta didik. Tujuan tersebut dapat berupa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer, konvensional, dan memiliki makna. Sifat dinamis itu muncul karena manusia sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana berkomunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Peranan bahasa sangat membantu manusia dalam menyampaikan gagasan, ide, bahkan pendapatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. benar. Ini ditujukan agar pembaca dapat memahami dan menyerap isi tulisan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ruang lingkup pembelajaran bahasa Indonesia mencakup komponenkomponen kemampuan berbahasa Indonesia yang meliputi aspek berbicara, menyimak, menulis, dan
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Puisi karya Joko Pinurbo yang dibahas pertama kali adalah puisi Kalvari. Puisi tersebut memiliki tujuh bait, dua puluh tujuh larik dan dua belas kalimat. Puisi
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal
Lebih terperinciBab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan penduduk dunia khususnya di negara-negara Asia Tenggara menghendaki adanya pemenuhan kebutuhan bahan makanan yang meningkat dan harus segera diatasi salah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kebutuhan bahan pangan terutama beras akan terus meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat peningkatan
Lebih terperinciBAB VI ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI
BAB VI ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI Keragaan usahatani pada penelitian ini dijelaskan secara deskriptif. Penjelasan keragaan usahatani meliputi penggunaan input dan cara budidaya padi dengan metode
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baja. Akan tetapi kayu yang juga merupakan salah satu bahan konstruksi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, konstruksi bangunan modern banyak didominasi oleh beton dan baja. Akan tetapi kayu yang juga merupakan salah satu bahan konstruksi konvensional penggunaanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian disektor pertanian. Pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian, hal
Lebih terperinciDari sudut wacana (tempat acuan) nya, referensi dibagi atas:
Dari sudut wacana (tempat acuan) nya, referensi dibagi atas: Referensi Eksoforis (Eksofora) Referensi dengan objek acuan di luar teks. Saya belum sarapan pagi ini. Kata saya merupakan referensi eksoforis.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya, manusia berusaha memenuhi kebutuhan primernya, dan salah satu kebutuhan primernya tersebut adalah makanan
Lebih terperinciBUDIDAYA TANAMAN PADI menggunakan S R I (System of Rice Intensification)
BUDIDAYA TANAMAN PADI menggunakan S R I (System of Rice Intensification) PRINSIP S R I Oleh : Isnawan BP3K Nglegok Tanaman padi diperlakukan sebagai organisme hidup sebagaimana mestinya Semua unsur potensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sayuran merupakan produk pertanian strategis yang ketersediaannya di Indonesia berlimpah sepanjang tahun. Konsumsi sayuran masyarakat Indonesia sendiri selalu meningkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara, tepatnya di Pulau Buton. Pada masa
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Wolio yang selanjutnya disingkat BW adalah salah satu bahasa daerah yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara, tepatnya di Pulau Buton. Pada masa Kerajaan Kesultanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan pengetahuan itu terekam secara verbal, baik berupa leksikon-leksikon,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa dan lingkungan sangat erat kaitannya. Selain merepresentasikan lingkungan, bahasa menjadi cerminan realitas kehidupan manusia di lingkungan tertentu (Kaelan,
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,
20 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro, Desa Rejomulyo Kecamatan Metro Selatan Kota Metro dengan ketinggian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan kesalahpahaman dalam memaknai kalimat bahasa Inggris adalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu fenomena bahasa yang terkadang membuat permasalahan dan menimbulkan kesalahpahaman dalam memaknai kalimat bahasa Inggris adalah penggunaan kata it sebagai
Lebih terperinci