RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) TAHUN DIREKTORAT PENGAWASAN DISTRIBUSI PRODUK TERAPETIK DAN PKRT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) TAHUN DIREKTORAT PENGAWASAN DISTRIBUSI PRODUK TERAPETIK DAN PKRT"

Transkripsi

1 RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) TAHUN DIREKTORAT PENGAWASAN DISTRIBUSI PRODUK TERAPETIK DAN PKRT

2 KATA PENGANTAR Berdasarkan Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) setiap pimpinan instansi pemerintah sampai dengan tingkat Eselon I dan Unit Kerja Mandiri di bawahnya diamanatkan untuk melaksanakan Sistem AKIP yang dimulai dengan perencanaan strategis. Untuk itu Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT selaku unit eselon II di lingkungan Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan NAPZA menyusun Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT Tahun yang inline dengan Renstra Badan POM sesuai Peraturan Kepala Badan POM No. 2 Tahun Renstra Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT Tahun ini adalah rencana pembangunan lima tahun yang menjadi acuan dalam penyusunan dokumen perencanaan tahunan dan penyelenggaraan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah di Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT. Dalam rangka mendukung Renstra Badan POM, Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan NAPZA khususnya Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT menyusun Renstra tahun sesuai dengan Renstra Deputi Bidang pengawasan Produk Terapetik dan NAPZA tahun dan mengacu pada hasil evaluasi pencapaian kinerja tahun Selanjutnya Renstra Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT periode diharapkan dapat meningkatkan kinerja dibandingkan dengan pencapaian dari periode sebelumnya sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Renstra Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT yang telah disusun ini tidak akan mempunyai makna tanpa ditindaklanjuti dengan pelaksanaan yang komprehensif. Untuk itu diperlukan komitmen, motivasi, dan dedikasi yang tinggi dari semua anggota organisasi di lingkungan Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT. Akhir kata, dengan tersusunnya Revisi Rencana Strategis Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT diharapkan dapat dijadikan pedoman dan arah kebijakan dalam pelaksanaan program dan kegiatan dalam rangka memberikan perlindungan kepada seluruh masyarakat. i

3 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR ANAK LAMPIRAN... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... KEPUTUSAN DIREKTUR PENGAWASAN DISTRIBUSI PRODUK TERAPETIK DAN PKRT NOMOR HK TAHUN 2015 TENTANG RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT PENGAWASAN DISTRIBUSI PRODUK TERAPETIK DAN PKRT TAHUN i ii iv v vi vii LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR PENGAWASAN DISTRIBUSI PRODUK TERAPETIK DAN PKRT NOMOR HK TAHUN 2015 TENTANG RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT PENGAWASAN DISTRIBUSI PRODUK TERAPETIK DAN PKRT TAHUN x BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Kondisi Umum... 1 I.2 Potensi dan Permasalahan Potensi Permasalahan BAB II VISI, MISI, BUDAYA ORGANISASI, TUJUAN DAN SASARAN KEGIATAN II.1 Visi ii

4 II.2 Misi II.3 Budaya Organisasi II.4 Tujuan II.5 Sasaran Strategis BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN III.1 Arah Kebijakan dan Strategi Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan Napza III.2 Arah Kebijakan dan Strategi Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik Dan PKRT III.3 Kerangka Regulasi III.4 Kerangka Kelembagaan BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN.. 56 IV.1 Target Kinerja IV.2 Kerangka Pendanaan BAB V PENUTUP ANAK LAMPIRAN iii

5 DAFTAR ANAK LAMPIRAN Halaman ANAK LAMPIRAN 1 Matriks Kinerja dan Pendanaan Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT ANAK LAMPIRAN 2 Matriks Kerangka Regulasi Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT Tahun ANAK LAMPIRAN 3 Kamus Indikator iv

6 DAFTAR TABEL Halaman TABEL 1 Profil Pegawai Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun TABEL 2 Target dan Capaian Indikator Kinerja Utama Renstra TABEL 3 Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Tantangan Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT TABEL 4 Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis Badan POM, Sasaran Program Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan NAPZA dengan Sasaran Strategis Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT periode TABEL 5 Program, Sasaran Strategis, Sasaran Program, Kegiatan Stategis, Sasaran Kegiatan, dan Indikator di Lingkungan Kedeputian I TABEL 6 Program, Sasaran Program, Kegiatan, Sasaran Kegiatan, dan Indikator di Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT TABEL 7 Kebutuhan SDM Direktorat Pengawasan Distribusi PT dan PKRT Berdasarkan Analisis Beban Kerja Tahun TABEL 8 Analisis Kebutuhan Pengembangan Kompetensi dalam rangka Pengembangan Organisasi Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT TABEL 9 Sasaran Kegiatan dan Indikator Kinerja TABEL 10 Sasaran Kegiatan, Indikator Kinerja dan Pendanaan v

7 DAFTAR GAMBAR Halaman GAMBAR 1 Struktur Organisasi Badan POM... 7 GAMBAR 2 Struktur Organisasi Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT... 8 GAMBAR 3 Kebutuhan SDM Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT Tahun berdasarkan Analisis Beban Kerja... 9 GAMBAR 4 Diagram permasalahan dan isu strategis, kondisi saat ini dan dampaknya GAMBAR 5 Logframe Kedeputian Bidang Pengawasan PT dan NAPZA GAMBAR 6 Rancangan Struktur Organisasi Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT vi

8 KEPUTUSAN DIREKTUR PENGAWASAN DISTRIBUSI PRODUK TERAPETIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA (PKRT) Nomor : HK TAHUN 2015 TENTANG RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT PENGAWASAN DISTRIBUSI PRODUK TERAPETIK DAN PKRT TAHUN DIREKTUR PENGAWASAN DISTRIBUSI PRODUK TERAPETIK DAN PKRT Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 3 Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Badan Pengawas Obat dan Makanan Tahun , perlu menetapkan Keputusan Direktur Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT tentang Rencana Strategis Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT Tahun ; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 3. Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664); vii

9 4. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013; 5. Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2013; 6. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun ; 7. Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan dan Penelaahan Rencana Strategis Kementerian/ Lembaga (Renstra-K/L) ; 8. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 02001/SK/KBPOM tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK Tahun 2004; 9. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Badan pengawas Obat dan Makanan Tahun ; 10. Keputusan Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan NAPZA Nomor HK tahun 2015 tentang Rencana Strategis Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan NAPZA Tahun viii

10 MEMUTUSKAN Menetapkan Pertama Kedua Ketiga : KEPUTUSAN DIREKTUR PENGAWASAN DISTRIBUSI PRODUK TERAPETIK DAN PKRT TENTANG RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT PENGAWASAN DISTRIBUSI PRODUK TERAPETIK DAN PKRT TAHUN : Menetapkan dan mengesahkan Rencana Strategis Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT Tahun sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini : Rencana Strategis Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT sebagaimana dimaksud pada Diktum Pertama sebagai acuan bagi Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT dalam menyusun dokumen perencanaan tahunan dan penyelenggaraan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. ix

11 LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR PENGAWASAN DISTRIBUSI PRODUK TERAPETIK DAN PKRT NOMOR : HK TAHUN 2015 TANGGAL : 6 MEI 2015 RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT PENGAWASAN DISTRIBUSI PRODUK TERAPETIK DAN PKRT TAHUN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA X

12 BAB I PENDAHULUAN I.1. KONDISI UMUM Sesuai amanat Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, perencanaan pembangunan nasional disusun secara periodik meliputi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) untuk jangka waktu 20 tahun, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian/Lembaga untuk jangka waktu 5 tahun, serta Rencana Pembangunan Tahunan yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja K/L). Sebagaimana amanat tersebut dan dalam rangka mendukung pencapaian program-program prioritas pemerintah, Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) sesuai kewenangan, tugas pokok dan fungsinya menyusun Rencana Strategis (Renstra) yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan serta program dan kegiatan Badan POM untuk periode dengan berpedoman pada RPJMN periode Dalam rangka mendukung Renstra Badan POM, Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan NAPZA khususnya Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT menyusun Renstra tahun sesuai dengan hasil evaluasi pencapaian kinerja tahun dan melibatkan pemangku kepentingan yang menjadi mitra Badan POM. Selanjutnya Renstra Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT periode diharapkan dapat meningkatkan kinerja Badan POM sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Adapun kondisi umum Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT pada saat ini berdasarkan peran, tupoksi dan pencapaian kinerja adalah sebagai berikut: 1

13 A. Peran berdasarkan Peraturan Perundang-undangan Badan POM adalah sebuah Lembaga Pemerintahan Non Kementerian (LPNK) yang bertugas mengawasi peredaran obat, obat tradisional, suplemen kesehatan, kosmetik dan makanan di wilayah Indonesia. Tugas, fungsi dan kewenangan Badan POM diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen yang telah diubah terakhir kali dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketujuh atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun Sesuai amanat ini, Badan POM menyelenggarakan fungsi: (1) pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan Obat dan Makanan; (2) pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang pengawasan Obat dan Makanan; (3) koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas Badan POM; (4) pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah dan masyarakat di bidang pengawasan Obat dan Makanan; (5) penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tatalaksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, hukum, persandian, perlengkapan dan rumah tangga. Dilihat dari fungsi Badan POM secara garis besar, terdapat 3 (tiga) inti kegiatan atau pilar lembaga Badan POM, yakni: (1) Penapisan produk dalam rangka pengawasan Obat dan Makanan sebelum beredar (pre-market). (2) Pengawasan Obat dan Makanan pasca beredar di masyarakat (post-market). (3) Pemberdayaan masyarakat melalui Komunikasi Informasi dan Edukasi serta penguatan kerjasama kemitraan dengan pemangku kepentingan dalam rangka meningkatkan efektivitas pengawasan Obat dan Makanan di Pusat dan Balai. Dalam mendukung fungsi pengawasan postmarket untuk dilakukan pengawalan konsistensi keamanan, mutu dan informasi, dilakukan dengan program kegiatan pengawasan sarana produksi dan distribusi. Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT bertanggung jawab terhadap pengawasan sarana distribusi obat (termasuk di dalamnya penanggulangan produk ilegal), pengawasan pemasukan bahan baku obat dan obat impor, surveilan keamanan obat beredar atau farmakovigilans, serta pengawasan promosi dan penandaan obat. Di samping itu, juga dikembangkan program 2

14 kegiatan pendukung pengawasan obat post-market yaitu program komunikasi, informasi dan edukasi dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap peredaran obat ilegal, sehingga masyarakat dapat membentengi dirinya sendiri dari penggunaan obat ilegal, yang berisiko terhadap kesehatan. Pengawalan tersebut sejalan dengan amanat dari peraturan perundangundangan yang terkait dengan lingkup pengawasan distribusi obat, yaitu: 1. Ordonansi Obat Keras (Sterkwerkende Geneesmiddelen Ordonnantie, Staatsblad 1949: 419) 2. Undang undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan 3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit 4. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan 5. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian 6. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 2005; 8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 922/MENKES/PER/X/1993 Tahun 1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotik sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1332/MENKES/SK/X/2002 Tahun Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1010/MENKES/PER/XI/2008 Tahun 2008 tentang Registrasi Obat 10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1787/MENKES/PER/XII/2010 Tahun 2010 tentang Iklan dan Publikasi Pelayanan Kesehatan 3

15 11. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1799/Menkes/Per/XII/2010 Tahun 2010 tentang Industri Farmasi 12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1148/MENKES/PER/VI/2011 Tahun 2011 tentang Pedagang Besar Farmasi sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 34 tahun Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011 Tahun 2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit 14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 012 Tahun 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit 15. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi 16. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas 17. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 58 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit 18. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2014 tentang Klinik 19. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 45 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan 20. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 386/Men.Kes/SK/IV/1994 Tahun 1994 tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas, Obat Tradisional, Alat Kesehatan, Kosmetika, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga dan Makanan-Minuman 21. Keputusan Menteri Kesehatan No1426/MENKES/SK/XI/2002 Tahun 2002 tentang Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan 22. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 068/Menkes/SK/II/2006 Tahun 2006 tentang Pedoman Pencantuman Nama Generik pada Label Obat 23. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 069/Menkes/SK/II/2006 Tahun 2006 tentang Pencantuman Harga EceranTertinggi pada Label Obat 24. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor HK Tahun 2009 tentang Izin Edar Produk Obat, Obat Tradisional, Kosmetik, Suplemen Makanan dan Makanan Yang Bersumber, Mengandung, dari Bahan Tertentu dan atau Mengandung Alkohol 25. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK Tahun 2010 Tentang Pencantuman Informasi Asal Bahan Tertentu, Kandungan Alkohol, dan Batas Kedaluwarsa 4

16 Pada Penandaan/Label Obat, Obat Tradisional, Suplemen Makanan, dan Pangan 26. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK Tahun 2011 tentang Kriteria dan Tata Laksana Registrasi Obat sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 3 Tahun Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK Tahun 2011 tentang Penerapan Farmakovigilans bagi Industri Farmasi 28. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK Tahun 2012 tentang Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) 29. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 27 Tahun 2013 tentang Pengawasan Pemasukan Obat dan Makanan ke Dalam Wilayah Indonesia 30. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 28 Tahun 2013 tentang Pengawasan Pemasukan Bahan Obat, Bahan Obat Tradisional, Bahan Suplemen Kesehatan dan Bahan Pangan ke Dalam Wilayah Indonesia 31. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 9 Tahun 2014 tentang Tata Laksana Persetujuan Uji Klinik 32. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK Tahun 2002 tentang Promosi Obat 33. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK Tahun 2003 tentang Penandaan Khusus dan Periklanan Obat Diare 34. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 02001/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK Tahun 2004 Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK tanggal 27 September 2004 tentang Perubahan Atas Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 5

17 02001/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan, Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT memiliki tugas pokok menyiapkan perumusan kebijakan teknis dan penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, serta pelaksanaan pengendalian, bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengawasan distribusi produk terapetik dan perbekalan kesehatan rumah tangga. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut di atas, Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT menyelenggarakan fungsi sebagai berikut : 1) Penyusunan rencana dan program pengawasan distribusi produk terapetik dan perbekalan kesehatan rumah tangga. 2) Koordinasi kegiatan fungsional pelaksanaan kebijakan teknis di bidang pengawasan distribusi produk terapetik dan perbekalan kesehatan rumah tangga. 3) Pelaksanaan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis dan penyusunan program, standar, kriteria dan prosedur, serta pelaksanaan inspeksi dan sertifikasi distribusi produk terapetik dan perbekalan kesehatan rumah tangga. 4) Pelaksanaan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis dan penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur serta pelaksanaan pengawasan promosi dan penandaan produk terapetik dan perbekalan kesehatan rumah tangga. 5) Pelaksanaan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis dan penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, serta pelaksanaan surveilan dan analisis risiko produk terapetik dan perbekalan kesehatan rumah tangga. 6) Evaluasi dan penyusunan laporan pengawasan distribusi produk terapetik dan perbekalan kesehatan rumah tangga. 7) Pelaksanaan urusan tata operasional di lingkungan Direktorat. 6

18 B. Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia Stuktur Organisasi dan Tata Kerja Badan POM disusun berdasarkan Keputusan Kepala Badan POM Nomor 02001/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Kepala Badan POM Nomor HK Tahun Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT secara struktural di bawah dan bertanggung jawab kepada Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan NAPZA (Deputi 1). Posisi Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT sebagai salah satu unit eselon II di Badan POM ditunjukkan dalam gambar 1 berikut : Gambar 1. Struktur Organisasi Badan POM 7

19 Berdasarkan Keputusan Kepala Badan POM tersebut, struktur organisasi Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT dapat digambarkan sesuai dengan gambar 2 berikut: Direktur Pengawasan Distribusi PT&PKRT Subdit Inspeksi dan Sertifikasi PT & PKRT Subdit Pengawasan Promosi dan Penandaan PT & PKRT Subdit Surveilan dan Analisis Risiko PT & PKRT Seksi Inspeksi Sarana Distribusi PT & PKRT Seksi Pengawasan Promosi PT & PKRT Seksi Surveilan PT & PKRT Seksi Penanggulangan Produk Ilegal Seksi Pengawasan Penandaan PT & PKRT Seksi Analisis Risiko PT & PKRT Seksi Sertifikasi Sarana Distribusi PT & PKRT Seksi Tata Operasional Kelompok Jabatan Fungsional Kelompok Jabatan Fungsional Kelompok Jabatan Fungsional Gambar 2. Struktur Organisasi Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT Dalam rangka mendukung tugas-tugas Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT sesuai dengan peran dan fungsinya diperlukan sejumlah Sumber Daya Manusia yang memiliki keahlian dan kompetensi yang baik. Jumlah SDM yang dimiliki Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT untuk melaksanakan tugas dan fungsi pengawasan Obat dan Makanan sampai tahun 2014 adalah sejumlah 44 orang. Berdasarkan Analisis Beban Kerja tahun 2015, Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT belum didukung dengan SDM yang memadai dan masih kekurangan SDM sejumlah 40 orang, dihitung berdasarkan 8

20 analisis beban kerja. Berikut ini adalah profil kebutuhan pegawai berdasarkan analisis beban kerja. Standar Kebutuhan SDM (Berdasarkan ABK 2015) SDM yang tersedia SDM Pensiun, Pindah, dll Kekurangan SDM *) Tahun 2016 s.d asumsi tidak ada penambahan pegawai dan tidak ada pegawai yang pindah Gambar 3. Kebutuhan SDM Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT Tahun berdasarkan Analisis Beban Kerja Dengan adanya kebijakan Pemerintah untuk melakukan moratorium pegawai selama 5 (lima) tahun mulai tahun , berarti tidak akan ada penambahan pegawai selama kurun waktu tersebut. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya kesenjangan pegawai Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT, karena diperkirakan terdapat sejumlah 9 pegawai akan memasuki masa pensiun dalam lima tahun tersebut, sementara beban kerja semakin meningkat. Ada pun profil pegawai Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT berdasarkan tingkat pendidikan dapat dijelaskan pada tabel 1 di bawah ini: 9

21 Tabel 1. Profil Pegawai Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2014 Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase S % Profesi (Apoteker dan Dokter) 19 43,18% S % NON Sarjana % Total 44 Dari Tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar 43,18% pegawai Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT memiliki latar belakang pendidikan apoteker dan dokter. Selain itu, terdapat sarjana strata 2 sejumlah 18,18%, sarjana bidang lainnya sejumlah 20,45% dan non sarana sejumlah 18,18%. Selain memadai secara kuantitas, agar organisasi mampu beradaptasi dengan perkembangan lingkungan eksternal yang sangat dinamis, diperlukan kompetensi SDM sesuai dengan bidang tugasnya agar mampu berkinerja baik. Untuk itu, Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT harus senantiasa memperhatikan peningkatan kompetensi SDM secara berkesinambungan melalui capacity building yang terencana. C. Hasil Capaian Kinerja periode Sesuai dengan peran dan kewenangannya, Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT mempunyai tugas pokok menyiapkan perumusan kebijakan teknis dan penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, serta pelaksanaan pengendalian, bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengawasan distribusi produk terapetik dan perbekalan kesehatan rumah tangga. Dalam rangka menjalankan tugas tersebut, maka terdapat beberapa tujuan yang akan dicapai dalam Renstra Badan POM Adapun pencapaian keberhasilan pelaksanaan tugas dan kewenangan Badan POM tersebut dapat dilihat sesuai dengan pencapaian indikator kinerja utama sesuai sasaran strategis pada tabel 2 di bawah ini. 10

22 No Tabel 2. Target dan Capaian Indikator Kinerja Utama Renstra Indikator 1 Persentase sarana distribusi obat (PBF) yang distratifikasi dan atau sertifikasi GDP *) 2 Persentase kumulatif sarana distribusi obat (PBF) yang dimapping **) 3 Persentase kumulatif sarana distribusi obat (PBF) yang disertifikasi **) 4 Persentase obat yang ke jalur illicit *) 5 Persentase temuan obat ilegal termasuk obat palsu **) Keterangan: *) = Indikator lama ** ) = Indikator baru Target Realisasi Berdasarkan hasil kajian yang telah disetujui dalam rapat trilateral yang kemudian ditetapkan dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 29 Tahun 2013 tentang Rencana Strategis Badan Pengawas Obat dan Makanan Tahun dan Keputusan Direktur Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT Nomor HK Tahun 2013 tentang Rencana Strategis Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT Tahun dilakukan revisi renstra Direktorat disesuaikan dengan kondisi perkembangan pengawasan distribusi obat yang terjadi. Pada tahun 2011 diterbitkan Permenkes No. 1148/MENKES/PER/VI/2011 tentang Pedagang Besar Farmasi, dimana dalam permenkes tersebut pada pasal 15 ayat (3) disebutkan bahwa PBF dan PBF Cabang yang telah menerapkan CDOB diberikan sertifikat CDOB oleh Kepala Badan. Berdasarkan hal tersebut, dilakukan revisi indikator dari yang semula Persentase kumulatif 11

23 sarana distribusi obat (PBF) yang distratifikasi dan atau sertifikasi CDOB menjadi: Persentase kumulatif sarana distribusi Obat (PBF) yang distratifikasi (dihitung dari jumlah PBF sekitar 2500 PBF) ; dan Persentase kumulatif sarana distribusi Obat (PBF) yang disertifikasi (dihitung dari jumlah PBF sekitar 2500 PBF). Selain itu, perubahan indikator tersebut berdasarkan pertimbangan bahwa sarana distribusi obat lebih dipertegas yaitu PBF. Alasan perubahan indikator juga dikarenakan indikator lama terdiri dari dua kegiatan yaitu stratifikasi dan/atau sertifikasi, sehingga pengukuran capaian kinerja kurang tajam, maka dua kegiatan tersebut disebutkan dalam dua indikator terpisah. Berdasarkan Renstra Direktorat yang telah direvisi, pada tahun ditargetkan 60% PBF telah distratifikasi, yaitu 1500 dari jumlah PBF sekitar 2500 sarana. Jumlah tersebut sedikit lebih tinggi dari target yang ditentukan. Hal tersebut dikarenakan di setiap awal tahun selalu disampaikan juknis terkait Stratifikasi yang disampaikan ke seluruh Balai yang berisi target dan petunjuk pelaksanaan inspeksi dalam rangka Stratifikasi. Selain itu, selalu dilakukan kordinasi yang intensif dengan Balai. Kegiatan stratifikasi CDOB ini dilakukan secara bertahap terhadap PBF yang ada di Indonesia dengan prioritas adalah PBF penyalur Cold Chain Product (CCP) termasuk vaksin atau produk biologi lainnya karena merupakan produk high risk yang harus mendapatkan penanganan khusus. Dari hasil pemeriksaan tersebut diperoleh data bahwa sekitar 29,2% PBF telah menerapkan lebih dari 80% ketentuan CDOB dalam kegiatan operasionalnya. Persentase tersebut mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya, yaitu 28,62% pada tahun 2012 dan 27,82% pada tahun Peningkatan PBF dalam penerapan CDOB dapat dilihat juga dari hasil evaluasi pemeriksaan PBF yang menggambarkan semakin menurunnya temuan berupa pelanggaran critical di PBF pada tahun 2014 sebesar 8,3%. Hal ini antara lain dikarenakan: 12

24 cakupan pelaksanaan stratifikasi yang cukup luas sehingga semakin banyak PBF yang terpapar dengan CDOB serta mengimplementasikan dalam operasionalnya, pemberian sanksi yang tegas terhadap PBF yang melakukan pelanggaran minor, mayor maupun critical, diseminasi CDOB bekerjasama dengan GP Farmasi atau diundang oleh PBF, Untuk capaian sertifikasi PBF, sesuai dengan tabel di atas diketahui bahwa sampai dengan akhir tahun 2014 belum dapat mencapai target yang ditetapkan sejak tahun Dengan demikian indikator Persentase kumulatif sarana Distribusi Obat (PBF) yang disertifikasi (dihitung dari jumlah PBF sekitar 2500 PBF) perlu dikaji kembali. Kendala utama tidak tercapainya target sebagaimana yang ditentukan adalah karena Sertifikat CDOB yang masih bersifat voluntary. Hingga tahun 2014 telah dilakukan proses sertifikasi terhadap 324 PBF dengan hasil 149 PBF sudah mendapatkan sertifikat, sedangkan 175 PBF masih dalam proses CAPA untuk pemenuhan CDOB.Total jumlah Sertifikat CDOB yang telah diterbitkan untuk 149 PBF adalah sejumlah 209 Sertifikat yang terdiri dari 139 Sertifikat CDOB penyalur vaksin, 2 Sertifikat CDOB penyalur bahan obat, dan 68 Sertifikat CDOB penyalur obat lainnya. Hal ini disebabkan karena kegiatan sertifikasi PBF masih bersifat voluntary dan dilakukan berdasarkan permohonan PBF. Dalam rangka mendukung pencapaian target sertifikasi tahun 2014, telah dilaksanakan berbagai upaya untuk meningkatkan pemahaman CDOB baik dari perspektif PBF maupun kesiapan SDM Badan POM. Sosialisasi tentang Kebijakan Sertifikasi CDOB dan training CDOB terstruktur, secara intensif dilakukan kepada Balai Besar/Balai POM (BB/BPOM) baik yang dilakukan pada suatu acara khusus maupun memanfaatkan setiap momen yang berkaitan. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kompetensi petugas BB/BPOM. Permintaan Badan POM selaku narasumber CDOB dari para distributor mulai tampak sering dilakukan, seiring meningkatnya jumlah permohonan penerbitan Sertifkat CDOB yang diajukan. Diskusi secara intensif terhadap CAPA yang diajukan beberapa PBF dalam rangka sertifikasi CDOB telah dilakukan sebanyak 4 (empat) kali selama tahun

25 Pada tahun 2011 dilakukan juga revisi indikator dari yang semula Persentase obat yang ke jalur illicit menjadi Persentase temuan obat ilegal termasuk obat palsu. Perubahan ini disesuaikan dengan trend global dimana isu strategis yang berkembang yaitu besarnya obat ilegal termasuk obat palsu yang beredar khususnya di Indonesia. Penggantian jumlah obat yang beredar dari menjadi berdasarkan informasi dari hasil survei obat beredar yang dilakukan oleh Badan POM. Dalam perhitungan capaian kinerja, jumlah obat beredar sebagai denominator, sangat mempengaruhi hasil capaian kinerja. Hal ini diikuti dengan revisi target disesuaikan dengan indikator baru. Berdasarkan capaian target sesuai dengan tabel, menunjukkan ketidaksesuaian dengan indikator renstra yang seyogyanya terjadi penurunan temuan dari tahun ke tahun. Penyebab ketidaksesuaian ini dapat disebabkan faktor diantaranya: Peningkatan kompetensi SDM dan dukungan peralatan dalam melakukan pengawasan obat ilegal sehingga temuan obat meningkat atau Kegiatan penegakan hukum yang belum optimal sehingga pelaku kejahatan di bidang farmasi meningkat atau Masih rendahnya kepedulian masyarakat terhadap risiko obat ilegal terhadap kesehatan sehingga permintaan/demand terhadap obat ilegal semakin meningkat. Berdasarkan hasil pengawasan di atas mengindikasikan bahwa perlu adanya keseimbangan dalam pengawasan obat baik dari segi memutus mata rantai pasokan/supply maupun memutus mata rantai permintaan. Dalam hal strategi memutus mata rantai permintaan/demand terhadap obat ilegal, Direktorat Pengawasan Distribusi menginisiasi pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat dalam mewaspadai obat ilegal yaitu Program Gerakan Nasional Waspada Obat dan Makanan Ilegal (GN WOMI). Selain pencapaian target sesuai dengan renstra , berikut kegiatan-kegiatan yang terlaksana selama periode oleh Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT: 14

26 1. Peresmian Satuan Tugas Pemberantasan Obat dan Makanan Ilegal (2011) Dalam rangka meningkatkan efektifitas penanganan dan tindak lanjut temuan Obat dan Makanan Ilegal serta meningkatkan koordinasi aktif dan sinergisme antara Badan POM dengan instansi pemerintah yang terkait dalam pencegahan, pemberantasan dan penanggulangan Obat dan Makanan Ilegal, dibentuk suatu satuan tugas (satgas) yang terdiri dari beberapa instansi yang terkait termasuk Badan POM. Satgas Pemberantasan Obat dan Makanan Ilegal yang terdiri dari Badan POM, Kementerian Kesehatan, Kementerian Perdagangan, POLRI, Kejaksaan Agung dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan telah diresmikan oleh Bapak Wakil Presiden RI pada 31 Januari Kerjasama antar anggota Satgas difokuskan pada dua mekanisme utama yaitu penindakan terhadap temuan pelanggaran di bidang peredaran obat dan makanan ilegal serta pencegahan dan penangkalan terjadinya peredaran obat dan makanan ilegal melalui pemberdayaan masyarakat. 2. NRA Assessment Tahun 2012 Secara berkala World Health Organization (WHO) melakukan assessment terhadap Badan POM setiap 4 (empat) tahun sekali. Pada tanggal 5-8 Juni 2012, Badan POM telah di-assess oleh WHO dalam rangka Pra-kualifikasi produksi vaksin Indonesia dan aktifitas surveilan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI). Dalam kegiatan tersebut WHO melakukan assessment terhadap 7(tujuh) fungsi regulatori yaitu: national regulatory system, marketing authorization and licensing activities, clinical trial oversight, laboratory access, lot release, good manufacturing process, dan pharmacovigilance activities including surveilance of AEFI. Pada tanggal Juli 2012 perwakilan dari WHO SEARO dan WHO HQ telah melakukan follow up visit untuk menilai tindak lanjut rekomendasi Tim Assessor WHO yang telah dilakukan oleh Kemenkes RI dan Badan POM. Selanjutnya pada tanggal 11 September 2012 Tim Assessor WHO menyampaikan bahwa Indonesia telah memenuhi persyaratan dan memperoleh nilai 100% untuk fungsi farmakovigilans yang berarti bahwa semua kriteria di dalam indikator terkait telah sepenuhnya dijalankan. Dengan capaian terkait fungsi regulatori 15

27 tersebut, maka Indonesia dinilai telah melaksanakan pengawasan dengan sistem yang teruji, dan oleh karena itu Indonesia dapat mempertahankan status Pra-kualifikasi WHO untuk produk vaksin Indonesia. 3. Penerapan Farmakovigilans bagi Industri Farmasi Dalam melaksanakan amanat ketentuan pasal 9 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1799/Menkes/Per/XII/2010 tanggal 16 Desember 2010, bahwa Industri Farmasi wajib melakukan Farmakovigilans. Dalam melakukan Farmakovigilans, maka ditetapkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK tahun 2011 tentang Penerapan Farmakovigilans bagi Industri Farmasi. Sosialisasi pertama kali pedoman tersebut dilakukan pada tanggal 27 Februari Peserta Sosialisasi berasal dari Badan POM, Ditjen Binfar Kementerian Kesehatan, narasumber akademisi dan praktisi industri farmasi, wakil asosiasi Industri farmasi (GP Farmasi dan IPMG) serta industri farmasi. Dengan sosialisasi ini, industri farmasi diharapkan dapat mengenal dan memahami peningkatan peran dan tanggung jawabnya dalam menjamin keamanan obat yang diedarkannya, melalui kewajiban Farmakovigilans. 4. Peluncuran SIAMI (Sistem Informasi Aplikasi Monitoring Iklan) Dalam melaksanakan pengawasan iklan obat sesudah beredar, selain berpedoman pada peraturan iklan obat, juga diperlukan data mengenai informasi iklan obat yang telah disetujui. Pada tahun 2011, telah dilakukan pembuatan program SIAMI (Sistem Aplikasi Monitoring Iklan) sebagai data base persetujuan iklan obat yang dapat diakses oleh petugas pengawas iklan obat di BB/BPOM. Selanjutnya, untuk memperkenalkan dan menyiapkan petugas BB/BPOM dalam penggunaan program SIAMI, serta untuk meningkatkan kompetensi dan pemahaman petugas BB/BPOM di bidang pengawasan iklan obat, telah diselenggarakan kegiatan sosialisasi SIAMI kepada BB/BPOM pada tanggal April

28 5. Inisiasi Sistem Sentinel Farmakovigilans di Indonesia Sistem Farmakovigilans yang berjalan masih secara sentralistik atau terpusat di Badan Pengawas Obat dan Makanan RI atau yang dikenal oleh WHO sebagai National Centre for Pharmacovigilance, pemantauan dan pelaporan efek samping dalam program farmakovigilans dilakukan masih bersifat sukarela oleh tenaga kesehatan, jumlah laporan Efek Samping Obat yang masih rendah serta belum mencakup obat yang digunakan dalam program. Oleh karena itu perlu dilakukan Inisiasi Sistem Sentinel Farmakovigilans di Indonesia dengan tujuan untuk meningkatkan peran dan partisipasi sarana pelayanan kesehatan termasuk tenaga kesehatan dalam melakukan pemantauan aspek keamanan obat beredar. Untuk itu, telah dilakukan beberapa kali rapat dengan peserta dari Badan POM (Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT, Direktorat Penilaian Obat dan Produk Biologi), Kementerian Kesehatan RI (Program Kesehatan Masyarakat yaitu program TB, Malaria dan HIV/AIDS) serta Badan Litbangkes (Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik) serta perwakilan dari Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Yogyakarta Provinsi Jawa Timur, Provinsi Jawa Barat, Bali dan Lampung. 6. Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat yang Baik tahun 2012 Dalam melaksanakan amanat ketentuan Pasal 15 ayat (2) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1148/MENKES/PER/VI/2011 tentang Pedagang Besar Farmasi, maka ditetapkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK tahun 2012 tentang Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat yang Baik. Sosialisasi pedoman tersebut dilakukan pada tanggal 14 Februari 2013 dengan peserta dari perwakilan BB/BPOM seluruh Indonesia dan PBF melalui Gabungan Pengusaha (GP) Farmasi Indonesia bidang distribusi. Diharapkan dengan penerapan Pedoman Teknis CDOB dapat mempertahankan mutu obat sepanjang jalur distribusi dan pada gilirannya mampu memberikan perlindungan yang lebih baik bagi kesehatan masyarakat. 17

29 7. Pencanangan Gerakan Nasional Waspada Obat dan Makanan Ilegal (2013) Dalam rangka optimalisasi peran Satgas Bidang Penangkalan dan Pencegahan untuk meningkatkan kepedulian masyarakat tentang pentingnya kewaspadaan terhadap peredaran Obat dan Makanan ilegal, maka dicanangkanlah Gerakan Nasional Waspada Obat dan Makanan Ilegal (GNWOMI) pada 8 Februari GNWOMI melibatkan peran aktif anggota Satgas dan stakeholder (pelaku usaha di bidang farmasi, organisasi profesi, Lembaga Swadaya Masyarakat, serta instansi pemerintah yang memiliki program KIE). Melalui GNWOMI, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang keamanan produk farmasi dan kewaspadaan masyarakat terhadap peredaran obat dan makanan ilegal. 8. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 27 Tahun 2013 tentang Pengawasan Pemasukan Obat dan Makanan ke Dalam Wilayah Indonesia Peraturan Kepala BPOM Nomor 27 Tahun 2013 tentang Pengawasan Pemasukan Obat dan Makanan Ke Dalam Wilayah Indonesia yang telah diundangkan pada 28 Mei 2013 disusun untuk mengintegrasikan peraturan terkait pemasukan obat, obat tradisional, suplemen kesehatan dan pangan yang sebelumnya diatur dalam peraturan yang terpisah. Proses penyusunan Peraturan memakan waktu selama satu tahun karena perlu dilakukan kajian persyaratan pemasukan serta penyesuaian aplikasi e-bpom. Sosialisasi Peraturan dilakukan pada 1 Juli 2013 dan dihadiri oleh importir obat dan makanan, serta perwakilan dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan. 9. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 28 Tahun 2013 tentang Pengawasan Pemasukan Bahan Obat, Bahan Obat Tradisional, Bahan Suplemen Kesehatan dan Bahan Pangan ke Dalam Wilayah Indonesia Penyusunan Peraturan Kepala BPOM Nomor 28 Tahun 2013 tentang Pengawasan Pemasukan Bahan Obat, Bahan Obat Tradisional, Bahan Suplemen Kesehatan dan Bahan Pangan Ke Dalam Wilayah Indonesia 18

30 disusun untuk mengintegrasikan peraturan terkait pemasukan bahan obat, bahan obat tradisional, bahan suplemen kesehatan dan bahan pangan yang sebelumnya diatur dalam peraturan yang terpisah. Peraturan ini sangat penting karena merupakan barrier pertama dalam mencegah penyalahgunaan bahan obat untuk kepentingan ilegal sejak pemasukannya ke dalam wilayah Indonesia. 10. Launching e-meso (Monitoring Efek Samping Obat secara Elektronik) (2014) Aplikasi e-meso merupakan sistem aplikasi yang dibangun oleh tim Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapik dan PKRT, Badan Pengawas Obat dan Makanan RI untuk kebutuhan user dalam hal ini tenaga kesehatan dan industri farmasi dalam memberikan laporan efek samping obat yang terjadi dilapangan. Aplikasi yang di-launching pada tanggal 5 Februari 2014 di harapkan akan mempermudah Badan POM dalam berinteraksi dengan tenaga kesehatan dan industri farmasi sehingga akan mempermudah dalam mengumpulkan laporan efek samping obat. Aplikasi ini juga akan menampilkan berita-berita dan kegiatan dari Badan POM terutama Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapik dan PKRT sehingga dapat menyampaikan informasi dengan lebih efektif dan efisien kepada masyarakat terutama yang berkepentingan dengan Badan POM melalui website e-meso. Banyak juga artikel-artikel referensi yang mungkin dibutuhkan oleh masyarakat terutama tenaga kesehatan dan industri farmasi yang dapat didownload sehingga sangat mempermudah dalam menyampaikan informasi. Aplikasi ini di-launching pada tanggal 5 Februari

31 I.2. POTENSI DAN PERMASALAHAN I.2.1. Potensi A. Dukungan peraturan perundang-undangan Diperlukan dukungan peraturan perundang-undangan yang kuat sebagai payung hukum dalam melakukan pengawasan, khususnya pengawasan distribusi obat. Dukungan peraturan di bidang pengawasan distribusi obat mulai dari pengawasan pemasukan obat dan/atau bahan obat, pengawasan distribusi bahan obat ke Industri Farmasi, pengawasan distribusi obat dari industri farmasi ke PBF sampai dengan ke fasilitas pelayanan kefarmasian. Pengawasan penerapan farmakovigilans di industri farmasi serta promosi dan penandaan obat juga didukung dengan peraturan perundang-undangan yang ada. Selain dukungan peraturan perundang-undangan yang sudah ada, diperlukan pula penguatan kewenangan dari Badan POM khususnya dalam pengawasan distribusi obat dan/atau bahan obat melalui peraturan perundangundangan yang lebih tinggi. Hal ini akan semakin meningkatkan potensi dalam optimalisasi pengawasan. B. Dukungan komitmen dan kompetensi SDM Sebagai motor penggerak organisasi, sumber daya manusia yang berkualitas dipandang sebagai potensi yang sangat penting keberadaannya. Untuk mendukung proses pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT, selain penempatan personil berdasarkan latar belakang pendidikan, juga dilakukan peningkatan kemampuan SDM baik dari segi kualitas dan kuantitas berdasarkan kondisi, kebutuhan dan anggaran yang tersedia. Untuk meningkatkan kualitas maka dilakukan upaya melalui pendidikan dan pelatihan terstruktur berbasis kompetensi bagi pegawai, bimbingan teknis/non teknis, dan penjenjangan karir yang mengacu pada kapasitas sumber daya aparatur. Komitmen SDM Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya sesuai yang ditetapkan dalam uraian tugas dan kinerja pegawai merupakan hal penting dalam tercapainya tujuan organisasi. Pencapaian sasaran yang ditetapkan dalam RPJMN merupakan indikator dari komitmen dan kompetensi 20

32 pegawai Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT. Tantangan ke depan adalah mewujudkan SDM Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT yang handal, adaptif, profesional dan memiliki kredibilitas sehingga dapat meningkatkan pengawasan distribusi obat dalam rangka melindungi masyarakat. C. Dukungan Sarana dan Prasarana Dalam rangka pemeriksaan sarana distribusi, evaluasi, hasil pengawasan, pengkajian, pelaporan maupun kegiatan operasional lainnya diperlukan dukungan sarana dan prasarana yang memadai, agar dapat melakukan pengawasan secara efektif dan efisien. Dukungan sarana dan prasarana diperkuat dengan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 yang sertifikatnya diperoleh pada tahun Seiring dengan perkembangan teknologi khususnya teknologi informasi, pemanfaatan secara optimal akan dapat meningkatkan kualitas pengawasan dan percepatan transfer informasi. Dengan dikembangkannya sistem teknologi informasi yang digunakan Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT, antara lain SIPT (Sistem Informasi Pelaporan Terpadu) (untuk pengawasan sarana distribusi obat, iklan/promosi dan penandaan obat), SKI (Surat Keterangan impor), e-meso (untuk pelaporan Efek Samping Obat), SIAMI (Sistem Informasi Aplikasi Monitoring Iklan) diharapkan dapat meningkatkan efektifitas pengawasan distribusi obat dan bahan obat, iklan/promosi dan penandaan obat serta monitoring efek samping obat. D. Mempunyai jejaring pengawasan sampai di tingkat Provinsi Dukungan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan POM, dalam hal ini BB/BPOM yang tersebar di 32 Provinsi yang merupakan ujung tombak dalam pengawasan Obat dan Makanan di seluruh Indonesia mempunyai peran yang sangat penting. Dalam perkuatan pengawasan, BB/BPOM bekerjasama dengan Instansi terkait kesehatan dan penegak hukum di tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Perkuatan sistem informasi antara Badan POM dan BB/BPOM akan semakin meningkatkan kecepatan dan akurasi pelaporan serta tindak lanjut pengawasan, baik yang dilakukan oleh Badan POM maupun BB/BPOM. Selain 21

33 itu komunikasi efektif diharapkan dapat menjembatani permasalahanpermasalahan yang terjadi serta dapat mempercepat aliran isu-isu strategis terkait pengawasan distribusi obat. E. Dukungan lintas sektor Komoditas yang harus dijamin keamanan, manfaat dan mutunya, pada dasarnya adalah komoditas yang menguasai hajat hidup orang banyak. Jenis produk yang harus diawasi mencapai ribuan item dan melibatkan proses pengawasan mulai dari saat produksi bahan mentahnya sampai dengan saat dikonsumsi. Banyaknya jenis komoditi serta luasnya aspek yang harus diawasi, menyebabkan pengawasan produk terapetik tidak mungkin terselenggara secara efektif bila hanya mengandalkan Badan POM sebagai single player. Dalam melakukan pengawasan komoditas-komoditas tersebut, diperlukan jejaring kerja yang dinamis dan kohesif dengan sektor-sektor terkait, utamanya Pemerintah Daerah. Hal ini sangatlah penting mengingat transaksi produk terapetik banyak terjadi pada tingkat kabupaten dan kota, sementara aparat Badan POM hanya ada hingga tingkat provinsi. Peran Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam pengawasan produk terapetik ini menjadi semakin penting dengan adanya Peraturan Pemerintah RI No. 38 tahun 2007 dan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 922/MENKES/SK/X/2008 tahun 2008, yang mengamanatkan sebagian tugas pengawasan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Sehubungan dengan ini, aparat di seluruh BB/BPOM harus berperan sebagai penjuru yang membantu Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, baik dalam mengembangkan strategi maupun memberikan bimbingan teknis dalam penyelenggaraan pengawasan. Dengan demikian, BB/BPOM tidak cukup bila hanya berfungsi sebagai pelaksana teknis pengawasan di lapangan saja, tetapi juga harus dapat berfungsi sebagai pembina bagi daerah dalam menyelenggarakan secara efektif tugas dan fungsi di bidang pengawasan produk terapetik sebagaimana yang dimuat dalam Peraturan tersebut di atas. Selain itu, dalam upaya meningkatkan efektivitas pengawasan produk terapetik, Badan POM juga telah menjalin hubungan kerjasama dan komunikasi yang efektif dengan beberapa sektor terkait diantaranya dengan Kepolisian, Kejaksaan, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Kementerian Kesehatan dan Kementerian Perdagangan dalam rangkaian Satuan Tugas (Satgas) 22

34 Pemberantasan Obat dan Makanan Ilegal. Di samping itu, dalam pelaksanaan pengawasan keamanan obat beredar, khususnya surveilan keamanan vaksin dalam bentuk kegiatan surveilan KIPI serta surveilan keamanan obat program kesehatan lainnya, Badan POM bekerja sama dengan Program Imunisasi di Kementerian Kesehatan, Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten hingga sarana pelayanan kesehatan Puskesmas. Selain itu, Badan POM juga bekerja sama dengan Komisi Penyiaran Indonesia dalam pengawasan iklan obat di media penyiaran. F. Dukungan regulasi internasional Sehubungan dengan era globalisasi, dimana terdapat berbagai macam perserikatan dengan tujuan antara lain untuk sharing, standarisasi pedoman untuk diterapkan negara anggotanya. Perserikatan bisa berdasarkan letak geografis suatu negara (misanya ASEAN, APEC, Uni Eropa/EU) maupun kesamaan tujuan (misalnya PIC/S). Indonesia dalam hal ini Badan POM merupakan anggota dari PIC/S untuk Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB). Selain itu, sedang dikembangkan PIC/S untuk CDOB dan Badan POM merupakan salah satu anggota aktif dalam rangka penyusunan pedoman CDOB untuk PIC/S. Selain itu, Badan Kesehatan dunia (WHO) juga merilis beberapa pedoman untuk diadopsi dan diterapkan sesuai dengan kondisi masing-masing negara. Beberapa pedoman WHO yang diadopsi dan diterapkan di Indonesia antara lain yang terkait dengan CDOB dan farmakovigilans. Dukungan regulasi internasional ini diharapkan dapat meningkatkan komitmen untuk penerapannya di Indonesia. G. Perkembangan teknologi secara pesat Seiring dengan berkembangnya teknologi di era globalisasi yang sangat cepat, berpotensi untuk dapat meningkatkan efektivitas dalam melakukan pengawasan distribusi obat. Perkembangan teknologi informasi akan memudahkan pelaporan yang real time yang dilakukan oleh UPT Badan POM maupun masyarakat, ataupun sebaliknya. Perkembangan teknologi yang ada juga dapat dimanfaatkan untuk melakukan deteksi dini adanya obat yang diduga palsu. 23

BAB. I PENDAHULUAN Lampiran Keputusan Direktur Pengawasan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Nomor HK.06.02.351.03.15.196 Tahun 2015 Tentang Rencana Strategis Direktorat Pengawasan Narkotika, Psikotropika

Lebih terperinci

TUGAS POKOK DAN FUNGSI

TUGAS POKOK DAN FUNGSI Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 103 tahun 2001, Tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, Dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen, Badan Pengawas Obat dan Makanan

Lebih terperinci

Daftar Rekapitulasi Bisnis Proses Badan Pengawas Obat dan Makanan

Daftar Rekapitulasi Bisnis Proses Badan Pengawas Obat dan Makanan Daftar Rekapitulasi Bisnis Proses Badan Pengawas Obat dan Makanan CODE PROCESS NAME SUB PROCESS SUB PROCESS CODE CFM CFM CODE POM-01 Pengelolaan Perundang-undangan dan Standar Pembentukan undang-undang

Lebih terperinci

PETA BISNIS PROSES. Registrasi Obat dan Produk Biologi, Pendaftaran Obat Tradisional dan Suplemen Kesehatan POM-02. Evaluasi Produk dan Administrasi

PETA BISNIS PROSES. Registrasi Obat dan Produk Biologi, Pendaftaran Obat Tradisional dan Suplemen Kesehatan POM-02. Evaluasi Produk dan Administrasi PETA BISNIS PROSES Pemerintah Registrasi Obat dan Produk Biologi, Pendaftaran Obat Tradisional dan Suplemen Kesehatan Pembentukan Undang-undang Perundangundangan dan POM-02 Evaluasi Produk dan Administrasi

Lebih terperinci

REGULASI PENGELOLAAN DISTRIBUSI OBAT DAN URGENCY SERTIFIKASI CDOB

REGULASI PENGELOLAAN DISTRIBUSI OBAT DAN URGENCY SERTIFIKASI CDOB REGULASI PENGELOLAAN DISTRIBUSI OBAT DAN URGENCY SERTIFIKASI CDOB Disampaikan oleh: Direktur Pengawasan Distribusi Produk Terapetik & PKRT Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) IKATAN APOTEKER INDONESIA Tangerang

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM INSTANSI MAGANG

KEADAAN UMUM INSTANSI MAGANG II. KEADAAN UMUM INSTANSI MAGANG 2.1 Sejarah dan Perkembangan BPOM RI Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) bertugas untuk mengawasi obat dan makanan sehingga dapat melindungi masyarakat dari bahaya penggunaan

Lebih terperinci

Obat dan Makanan Terjamin Aman, Bermutu dan Bermanfaat

Obat dan Makanan Terjamin Aman, Bermutu dan Bermanfaat Sejalan dengan prioritas pembangunan jangka menengah, tantangan, beban dan tanggung jawab pengawasan obat dan makanan dirasakan semakin berat. Untuk itu, Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SisPOM) yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Keamanan Pangan

II. TINJAUAN PUSTAKA Keamanan Pangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keamanan Pangan Keamanan pangan merupakan kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu,

Lebih terperinci

Sekretaris Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Sekretaris Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan RANCANGAN REVISI PP 38/2007 DAN NSPK DI LINGKUNGAN DITJEN BINFAR DAN ALKES Sekretaris Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan DISAMPAIKAN PADA SEMILOKA REVISI PP38/2007 DAN NSPK : IMPLIKASINYA TERHADAP

Lebih terperinci

PERBANDINGAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN NOMOR 1575/MENKES/PER/IX/2005

PERBANDINGAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN NOMOR 1575/MENKES/PER/IX/2005 PERBANDINGAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN NOMOR 1575/MENKES/PER/IX/2005 DENGAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2008 TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2008 TENTANG BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN RI KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.00.05.21.1732 TAHUN 2008 TENTANG GRAND STRATEGY BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN KEPALA BADAN

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PURBALINGGA

Lebih terperinci

PENERAPAN QMS ISO 9001:2015 BPOM

PENERAPAN QMS ISO 9001:2015 BPOM PENERAPAN QMS ISO 9001:2015 BPOM DASAR HUKUM KETATALAKSANAAN K/L 2 DASAR HUKUM KETATALAKSANAAN K/L (2) 3 DASAR HUKUM KETATALAKSANAAN K/L (3) 4 DASAR HUKUM KETATALAKSANAAN K/L (4) DASAR HUKUM KETATALAKSANAAN

Lebih terperinci

Riati Anggriani, SH, MARS., M.Hum Kepala Biro Hukum dan Humas Badan Pengawas Obat dan Makanan 6 Februari 2017

Riati Anggriani, SH, MARS., M.Hum Kepala Biro Hukum dan Humas Badan Pengawas Obat dan Makanan 6 Februari 2017 Riati Anggriani, SH, MARS., M.Hum Kepala Biro Hukum dan Humas Badan Pengawas Obat dan Makanan 6 Februari 2017 Agenda Sistem Pengawasan Badan POM Peraturan Tentang Pengawasan Pemasukan Obat dan Makanan

Lebih terperinci

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 KEMENTERIAN/ LEMBAGA : BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN (BPOM) 1 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Teknis Lainnya BPOM 1.1

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA SERTIFIKASI CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA SERTIFIKASI CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA SERTIFIKASI CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK DENGAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN PENGAWASAN IKLAN DAN PENANDAAN OBAT

PENINGKATAN PENGAWASAN IKLAN DAN PENANDAAN OBAT PENINGKATAN PENGAWASAN IKLAN DAN PENANDAAN OBAT Drs. H. G. Kakerissa, Apt. Hotel Balairung, 20 Juli 2017 Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT Dasar Hukum 1. Undang-Undang Nomor 36

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA TAHUN Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

LAPORAN KINERJA TAHUN Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya KATA PENGANTAR Tahun 2016 merupakan tahun kedua pelaksanaan Rencana Strategis Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan

Lebih terperinci

Kebijakan Peningkatan Pembinaan Produksi dan Distribusi Kefarmasian

Kebijakan Peningkatan Pembinaan Produksi dan Distribusi Kefarmasian Kebijakan Peningkatan Pembinaan Produksi dan Distribusi Kefarmasian Rapat Koordinasi Nasional Palu, 31 Maret 2015 Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian

Lebih terperinci

SINERGISTAS BADAN POM DAN DINKES PROV/KAB/KOTA DALAM MENINGKATKAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN

SINERGISTAS BADAN POM DAN DINKES PROV/KAB/KOTA DALAM MENINGKATKAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN SINERGISTAS BADAN POM DAN DINKES PROV/KAB/KOTA DALAM MENINGKATKAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN Drs. Ondri Dwi Sampurno, Apt, M.Si Plt Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapetik & NAPZA BADAN PENGAWAS OBAT

Lebih terperinci

Pemberdayaan Apoteker dalam Peningkatan Efektifitas Pengawasan Iklan Obat Tradisional

Pemberdayaan Apoteker dalam Peningkatan Efektifitas Pengawasan Iklan Obat Tradisional Pemberdayaan Apoteker dalam Peningkatan Efektifitas Pengawasan Iklan Obat Tradisional disampaikan oleh: Drs. Ondri Dwi Sampurno, M.Si, Apt. Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 026 TAHUN 2013

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 026 TAHUN 2013 PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 026 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN OPERASIONAL SATUAN TUGAS PEMBERANTASAN OBAT DAN MAKANAN ILEGAL DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA, Menimbang

Lebih terperinci

LAKIP TAHUN BADAN POM i

LAKIP TAHUN BADAN POM i alam rangka menciptakan good governance dan clean government di lingkungan Badan POM, LAKIP Badan POM tahun 2011 ini disusun. Sebagai bentuk penjabaran prinsip transparansi dan akuntabilitas, penyampaian

Lebih terperinci

SAMBUTAN DAN PENGARAHAN DIREKTUR JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

SAMBUTAN DAN PENGARAHAN DIREKTUR JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN SAMBUTAN DAN PENGARAHAN DIREKTUR JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN UNDANG-UNDANG KESEHATAN Pasal 106 NO. 36 TAHUN 2009 Sediaan farmasi dan alat kesehatan hanya dapat diedarkan setelah mendapat

Lebih terperinci

Pengawasan Mutu Obat di Instalasi Farmasi

Pengawasan Mutu Obat di Instalasi Farmasi Pengawasan Mutu Obat di Instalasi Farmasi B a d a n P e n g a w a s Obat dan Makanan R a p a t K o o r d i n a s i N a s i o n a l, P r o g r a m K e f a r m a s i a n d a n A l a t K e s e h a t a n D

Lebih terperinci

-2- MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN.

-2- MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN. GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 103 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT, BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

Kebijakan Peningkatan Pembinaan Produksi dan Distribusi Kefarmasian

Kebijakan Peningkatan Pembinaan Produksi dan Distribusi Kefarmasian Kebijakan Peningkatan Pembinaan Produksi dan Distribusi Kefarmasian Rapat Koordinasi Nasional Padang, 16 Maret 2015 Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian

Lebih terperinci

Diharapkan Laporan Tahunan ini bermanfaat bagi pengembangan Program Obat dan Perbekalan Kesehatan.

Diharapkan Laporan Tahunan ini bermanfaat bagi pengembangan Program Obat dan Perbekalan Kesehatan. KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT dan atas berkat dan karunianya Buku Laporan Tahunan Pelaksanaan Program Obat dan Perbekalan Kesehatan, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2009 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.127, 2013 KEMENTERIAN KESEHATAN. Keracunan Pangan. Kejadian Luar Biasa. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG KEJADIAN LUAR BIASA

Lebih terperinci

Wimbuh Dumadi,S.Si.M.H.,Apt Ketua Pengurus Daerah IAI DIY. Yogyakarta, 14 April 2018

Wimbuh Dumadi,S.Si.M.H.,Apt Ketua Pengurus Daerah IAI DIY. Yogyakarta, 14 April 2018 Wimbuh Dumadi,S.Si.M.H.,Apt Ketua Pengurus Daerah IAI DIY Yogyakarta, 14 April 2018 1 2 Pendahuluan Sistem Regulasi 3 Peran Apoteker Dalam menjamin kualitas Obat 4 Peran Apoteker Dalam Keamanan Obat 5

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA KEGIATAN BADAN POM TAHUN Uraian. permohonan. Pengawasan. pendaftaran Produk. pangan sebelum Berbahaya. dan Bahan.

PENGUKURAN KINERJA KEGIATAN BADAN POM TAHUN Uraian. permohonan. Pengawasan. pendaftaran Produk. pangan sebelum Berbahaya. dan Bahan. Lampiran 2 PKK PENGUKURAN KINERJA KEGIATAN BADAN POM TAHUN 2007 Sasaran 1. Terawasinya secara efektif 1. Proporsi penyelesaian berkas 90% 1.1.1 Penilaian permohonan pendaftaran produk permohonan Dana (Rp)

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN POM TAHUN Target Program

RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN POM TAHUN Target Program Lampiran 1 RKT RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN POM TAHUN 2007 Sasaran 1. Terawasinya secara efektif 1. Proporsi penyelesaian berkas 90% 1.1.1 Penilaian mutu, keamanan, dan khasiat permohonan pendaftaran

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN : KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN N0M0R : 02001/SK/KBPOM TENTANG

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN : KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN N0M0R : 02001/SK/KBPOM TENTANG KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN N0M0R : 02001/SK/KBPOM TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, Menimbang : bahwa sebagai

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN NOMOR HK.03.1.34.11.12.7542 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, Menimbang : a. bahwa Pedoman Cara Distribusi Obat yang Baik sebagaimana

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI KEFARMASIAN DITJEN BINFAR DAN ALKES KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA JL. H.R. RASUNA SAID

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 15 TAHUN 2003 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS KESEHATAN KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI DINAS KESEHATAN KABUPATEN JEMBER

TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI DINAS KESEHATAN KABUPATEN JEMBER PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN BUPATI KABUPATEN JEMBER NOMOR TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI DINAS KESEHATAN KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBER,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR DIREKTORAT PENILAIAN OBAT TRADISIONAL, SUPLEMEN MAKANAN DAN KOSMETIK

KATA PENGANTAR DIREKTORAT PENILAIAN OBAT TRADISIONAL, SUPLEMEN MAKANAN DAN KOSMETIK KATA PENGANTAR DIREKTORAT PENILAIAN OBAT TRADISIONAL, SUPLEMEN MAKANAN DAN KOSMETIK Sesuai amanat Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) mengamanatkan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGAWASAN ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA DI PROVINSI/KABUPATEN/KOTA

KEBIJAKAN PENGAWASAN ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA DI PROVINSI/KABUPATEN/KOTA KEBIJAKAN PENGAWASAN ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA DI PROVINSI/KABUPATEN/KOTA Disampaikan oleh: Ir. Sodikin Sadek, M.Kes Direktur Pengawasan Alkes dan PKRT OUTLINE 1 2 LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.438, 2017 KEMENKES. Penanggulangan Cacingan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PENANGGULANGAN CACINGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/543/2016 TENTANG PANITIA PENYELENGGARA BULAN PEMBERIAN OBAT PENCEGAHAN MASSAL DALAM RANGKA ELIMINASI FILARIASIS TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

2016, No Undang Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 139, Tambahan Lembaran Neg

2016, No Undang Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 139, Tambahan Lembaran Neg No. 738, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPOM. Periklanan Pangan Olahan. Pengawasan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

UPAYA PERBAIKAN TATA KELOLA PERIZINAN OBAT

UPAYA PERBAIKAN TATA KELOLA PERIZINAN OBAT Komite Advokasi Nasional Antikorupsi Sektor Kesehatan UPAYA PERBAIKAN TATA KELOLA PERIZINAN OBAT Togi J. Hutadjulu Direktur Penilaian Obat dan Produk Biologi 1. PENDAHULUAN 2. PELAYANAN PUBLIK BADAN POM

Lebih terperinci

LAYANAN INFORMASI PUBLIK

LAYANAN INFORMASI PUBLIK Laporan Tahunan LAYANAN INFORMASI PUBLIK 1 Gambaran Umum Kebijakan Pelayanan Informasi Publik di Badan POM 2 Gambaran Umum Pelaksanaan Pelayanan Informasi Publik 3 Rincian Pelayanan Informasi Publik di

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2011 Seri : D PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 62 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS KESEHATAN

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI BALI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI BALI GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 54 TAHUN 2016 Menimbang TENTANG TUGAS POKOK DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS KESEHATAN KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg No.122, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMKES. TB. Penanggulangan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR HK NOMOR KEP - 49 /BC/2006 TENTANG

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR HK NOMOR KEP - 49 /BC/2006 TENTANG KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR HK.00.04.22. 1989 NOMOR KEP - 49 /BC/2006 TENTANG PENGAWASAN IMPOR DAN EKSPOR OBAT, OBAT TRADISIONAL,

Lebih terperinci

2017, No beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedelapan atas Keputusan Presiden Nomor

2017, No beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedelapan atas Keputusan Presiden Nomor No.180, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KELEMBAGAAN. Badan Pengawas Obat dan Makanan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2017 TENTANG BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Organisasi. Tata Kerja.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Organisasi. Tata Kerja. No.585, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1144/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, - 1 - PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP

Lebih terperinci

Kepala Dinas mempunyai tugas :

Kepala Dinas mempunyai tugas : Kepala Dinas mempunyai tugas : a. menyelenggarakan perumusan dan penetapan program kerja Dinas; d. menyelenggarakan perumusan kebijakan teknis di bidang kesehatan; e. menyelenggarakan urusan pemerintahan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN SALINAN NOMOR 26/2016 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 22 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

Renstra 2014 H a l a m a n 1 BAB I PENDAHULUAN

Renstra 2014 H a l a m a n 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan daerah merupakan satu kesatuan dengan pembangunan nasional, yang pelaksanaannya tetap dan senantiasa memperhatikan kondisi, potensi dan sumber daya daerah

Lebih terperinci

Disampaikan oleh. Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Yogyakarta Jl Tompeyan I Tegalrejo Yogyakarta Telp (0274) , Fax (0274) ,

Disampaikan oleh. Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Yogyakarta Jl Tompeyan I Tegalrejo Yogyakarta Telp (0274) , Fax (0274) , Disampaikan oleh Pada tanggal : Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Yogyakarta Jl Tompeyan I Tegalrejo Yogyakarta Telp (0274) 561038, Fax (0274) 552250, 519052 VISI OBAT DAN MAKANAN AMAN MENINGKATKAN

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BELITUNG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BELITUNG BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN TAHUN 2014

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN TAHUN 2014 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN TAHUN 2014 DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG PENGAWASAN SUPLEMEN KESEHATAN

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG PENGAWASAN SUPLEMEN KESEHATAN FILE EDIT 16 November 2016 Masukan dapat disampaikan kepada Direktorat Standardisasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen melalui email mmi_stand_ot@yahoo.com, telp/fax 021-4241038 paling lambat

Lebih terperinci

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ( No.276, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Apotek. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS DAN URAIAN TUGAS JABATAN PADA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BARITO UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang no.36 tahun 2009 tentang Kesehatan, kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang no.36 tahun 2009 tentang Kesehatan, kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Undang-undang no.36 tahun 2009 tentang Kesehatan, kesehatan diartikan sebagai keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS KESEHATAN

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS KESEHATAN BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang

Lebih terperinci

- 3 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGORGANISASIAN DINAS KESEHATAN PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA.

- 3 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGORGANISASIAN DINAS KESEHATAN PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA. - 2 - Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 2. Undang-Undang

Lebih terperinci

PEMERINTAH. 1. Pengelolaan survailans epidemiologi kejadian luar biasa skala nasional.

PEMERINTAH. 1. Pengelolaan survailans epidemiologi kejadian luar biasa skala nasional. B. PEMBAGIAN URUSAN AN KESEHATAN - 15-1. Upaya 1. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit 1. Pengelolaan survailans epidemiologi kejadian luar biasa skala nasional. 1. Penyelenggaraan survailans epidemiologi,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2017 TENTANG BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2017 TENTANG BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2017 TENTANG BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pengawasan Obat dan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/95/2017 TENTANG TIM KOORDINASI PROGRAM INDONESIA SEHAT DENGAN PENDEKATAN KELUARGA

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/95/2017 TENTANG TIM KOORDINASI PROGRAM INDONESIA SEHAT DENGAN PENDEKATAN KELUARGA KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/95/2017 TENTANG TIM KOORDINASI PROGRAM INDONESIA SEHAT DENGAN PENDEKATAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

Bagian Kedua Kepala Dinas Pasal 159 (1) Kepala Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 huruf a, mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerinta

Bagian Kedua Kepala Dinas Pasal 159 (1) Kepala Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 huruf a, mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerinta BAB IX DINAS KESEHATAN Bagian Kesatu Susunan Organisasi Pasal 158 Susunan Organisasi Dinas Kesehatan, terdiri dari: a. Kepala Dinas; b. Sekretaris, membawahkan: 1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; 2. Sub

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut di atas, Pusat Data dan Informasi menyelenggarakan fungsi :

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut di atas, Pusat Data dan Informasi menyelenggarakan fungsi : BAB I PENDAHULUAN 1.1. Kondisi Umum Kedudukan Pusat Data dan Informasi sesuai Peraturan Kepala Badan SAR Nasional Nomor : PER. KBSN-01 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Badan SAR Nasional sebagaimana

Lebih terperinci

B. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KESEHATAN

B. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KESEHATAN - 12 - B. PEMBAGIAN URUSAN AN KESEHATAN 1. Upaya 1. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit 1. Pengelolaan survailans epidemiologi kejadian luar biasa skala nasional. 2. Pengelolaan pencegahan dan penanggulangan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1010, 2014 Badan POM. Bahan Obat. Tradisional. Suplemen. Bahan Pangan. Pemasukan. Pengawasan. Perubahan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 439/MENKES/PER/VI/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 439/MENKES/PER/VI/2009 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 439/MENKES/PER/VI/2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 1575/MENKES/PER/XI/2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN KESEHATAN MENTERI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/303/2017 TENTANG TIM KESEHATAN PADA ARUS MUDIK LEBARAN DAN NATAL TAHUN 2017 SERTA TAHUN BARU 2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Rencana Kerja Tahunan Tahun 2016

Rencana Kerja Tahunan Tahun 2016 Rencana Kerja Tahunan Tahun 2016 DIREKTORAT PELAYANAN KEFARMASIAN Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan KEMENTERIAN KESEHATAN RI KATA PENGANTAR Kami memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan Departemen perdagangan adalah departemen dalam pemerintahan indonesia yang membidangi urusan perdagangan. Departemen perdagangan dipimpin oleh

Lebih terperinci

OPERASI PANGEA VIII TAHUN 2015 BERANTAS PEREDARAN ONLINE PRODUK OBAT ILEGAL. Roy Sparringa Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan

OPERASI PANGEA VIII TAHUN 2015 BERANTAS PEREDARAN ONLINE PRODUK OBAT ILEGAL. Roy Sparringa Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan OPERASI PANGEA VIII TAHUN 2015 BERANTAS PEREDARAN ONLINE PRODUK OBAT ILEGAL Roy Sparringa Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Press Release Hasil Operasi Pangea VIII tahun 2015 Jakarta, 25 Juni 2015

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS TAHUN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN ANGGARAN 2013

RENCANA STRATEGIS TAHUN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN ANGGARAN 2013 RENCANA STRATEGIS TAHUN 2010-2014 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN ANGGARAN 2013 BADAN PUSAT STATISTIK 2013 RENCANA STRATEGIS TAHUN 2010 2014 BPS KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW 2.1.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.739, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. Pengawasan. Bahan Obat. Obat Tradisional. Suplemen Kesehatan. Pangan. Pemasukan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 84 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 84 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 84 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PURWOREJO BUPATI PURWOREJO, Menimbang : bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, -1- KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/312/2016 TENTANG TIM KESEHATAN PADA ARUS MUDIK LEBARAN DAN NATAL TAHUN 2016, SERTA TAHUN BARU TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 46 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa terorisme merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan

Lebih terperinci

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG ADMINISTRASI

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG ADMINISTRASI SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG ADMINISTRASI SEKRETARIAT KABINET 2010 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Kondisi Umum Good Governance pada hakekatnya merupakan kepemerintahan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/497/2016 TENTANG PANITIA PENYELENGGARA PERINGATAN HARI KESEHATAN NASIONAL KE-52 TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KLATEN NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN SUSUNAN ORGANISASI TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Direktorat Pengawasan Alat Kesehatan dan PKRT Direktur Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Makasar.

Direktorat Pengawasan Alat Kesehatan dan PKRT Direktur Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Makasar. REFORMASI PERIJINAN SERTIFIKASI PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN & PKRT DAN PENGAWASAN POST MARKET Direktorat Pengawasan Alat Kesehatan dan PKRT Direktur Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian

Lebih terperinci

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KOTA SURAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA,

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci