BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Percutaneous Coronary Angiography (PCA) 1. Pengertian Angiografi koroner adalah tindakan memasukkan kateter melalui arteri femoralis (Judkins) atau arteri brachialis (Sones) yang didorong sampai ke aorta assendens dan diarahkan ke arteri koronaria yang dituju dengan bantuan fluoroskopi (Woods, Froelicher, Motzer & Bridges, 2005). Diagnostik invasif kardiovaskuler adalah suatu tindakan pemeriksaan diagnosik untuk menentukan diagnosa secara invasif pada kelainan jantung dan pembuluh darah. Dikatakan invasif, karena tindakan ini memasukkan selang/tube kecil (kateter) ke dalam jantung, melalui pembuluh darah baik vena atau arteri. Oleh karena itu biasa disebut juga pemeriksaan kateterisasi jantung (Rokhaeni, Purnamasari & Rahayoe, 2001). Kateterisasi jantung adalah suatu pemeriksaan jantung dengan memasukkan kateter ke dalam sistem kardiovaskular untuk memeriksa keadaan anatomi dan fungsi jantung. Angiografi koroner atau penyuntikan bahan kontras ke dalam arteri koronaria merupakan tindakan yang paling sering digunakan untuk menentukan lokasi, luas dan keparahan sumbatan dalam arteri koronaria (Price & Wilson 2005). Price dan Wilson (2005) menyebutkan bahwa angiografi koroner dapat memberikan informasi tentang lokasi lesi atau sumbatan pada koroner, derajat obstruksi, adanya sirkulasi kolateral, luasnya gangguan jaringan pada area distal koroner yang tersumbat dan jenis morfologi lesi.

2 12 2. Macam Kateterisasi Jantung Menurut Rokhaeni, Purnamasari & Rahayoe (2001) pemeriksaan kateterisasi jantung terbagi atas: a. Kateterisasi jantung kanan (untuk kelainan pada jantung kanan), misalnya Stenosis Pulmonal. b. Kateterisasi jantung kiri(untuk kelainan pada jantung kiri), misalnya penyakit jantung koroner, koartasio aorta. c. Kateterisasi jantung kanan dan kiri (untuk kelainan jantung kanan dan kiri), misalnya Tetralogi Of Fallot, transposisi arteri besar. Lebih lanjut Rokhaeni, Purnamasari & Rahayoe (2001) menyebutkan bahwa pemeriksaan kateterisasi menurut pada intinya terbagi atas 2 tindakan yaitu angiogram dan penyadapan. a. Angiogram/angiography Yaitu memasukkan media/zat kontras ke dalam suatu rongga (ruang jantung/pembuluh darah), untuk meyakinkan suatu anatomi/aliran darah, kemudian merekam/mendokumentasikannya ke dalam film/cd/video sebagai data. b. Penyadapan Yaitu tindakan menyadap/merekam/mendokumentasikan tekanan, kandungan oksigen, sistem listrik jantung, tanpa menggunakanmedia kontras. 3. Indikasi dan Kontra IndikasiKateterisasi Jantung dan Angiografi Koroner Indikasi kateterisasi jantung secara umum menurut Rokhaeni, Purnamasari & Rahayoe (2001) dilakukan untuk beberapa kondisi yaitu a. Penyakit jantung koroner yang jelas/didiagnosis. b. Sakit dada (angina pektoris) yang belum jelas penyebabnya. c. Angina pektoris yang tidak stabil/bertambah. d. Infark miokard yang tidak berespon dengan obat-obatan.

3 13 e. Gagal jantung kongestif. f. Gambaran EKG abnormal (injuri, iskemik, infark), usia 50 tahun ke atas, asimtomatik. g. Treadmill test positif. h. Evaluasi bypass koroner. i. Abnormal irama (bradi/takhikardia). j. Kelainan katub jantung. k. Kelainan jantung bawaan. l. Kelainan pembuluh perifer. Adapun kontra indikasi dalam pemeriksaan kateterisasi jantung menurut Rokhaeni, Purnamasari & Rahayoe (2001) tidak ada yang mutlak, hanya bergantung pada kondisi saat itu, yaitu ibu hamil dengan usia kehamilan kurang dari 3 bulan, infeksi, gagal jantung yang tidak terkontrol dan alergi berat terhadap zat kontras (mungkin menjadi mutlak). 4. Komplikasi Berdasarkan Turkish Society of Cardiology (2007), komplikasi yang ditemukan dibagi menjadi komplikasi mayor dan komplikasi minor. a. Komplikasi mayor/utama Komplikasi utama meliputi reoklusi akut, miokard infark baru, pendarahan hebat di selangkangan kaki, tamponade jantung akibat pecah atau robeknya dinding arteri koroner atau jantung ruang dan kematian. b. Komplikasi minor Komplikasi minor PCA antara lain oklusi cabang pembuluh koroner, ventrikel/atrium aritmia, bradikardi, hipotensi, perdarahan, arteri trombus, emboli koroner. Komplikasi minor lain adalahkehilangan darah yang parah dan membutuhkan transfusi, iskemia pada ekstremitas tempat penusukan femoral sheath, penurunan fungsi

4 14 ginjal karena media kontras, emboli sistemik dan hematoma di selangkangan, hematoma retroperitoneal, pseudoaneurisma, fistula AV. Komplikasi yang timbul pasca angiografi koroner melalui arteri arteri femoral dipengaruhi oleh strategi untuk mengurangi komplikasi vaskuler yang terkait dengan kateterisasi jantung melalui identifikasi faktor risiko yang terkait dan pelaksanaan strategi pengurangan risiko. Antara ahli jantung dan perawat memainkan peran penting dalam pengenalan dini dan pengelolaan komplikasi ini. Mengidentifikasi faktor-faktor risiko individu pasien merupakan aspek penting dari perawatan selama kateterisasi jantung. Hal-hal yang dapat meningkatkan risiko untuk pengembangan komplikasi vaskular pasca kateterisasi jantung yaitu usia (yakni usia lebih dari 70 tahun), jenis kelamin perempuan, sangat kurus atau gemuk tidak sehat, adanya penyakit pembuluh darah perifer, hipertensi (PA-PSRS, 2007). 5. Teknik Anestesi Umumnya tindakan kateterisasi menggunakan anestesi lokal, karena kita perlu kerja sama dengan pasien saat tindakan berlangsung, tetapi pada bayi atau anak yang tidak stabil/biru dan berpotensi terjadi kegawatan biasanya digunakan anestesi umum (Rokhaeni, Purnamasari & Rahayoe, 2001). 6. Teknik Memasukkan Kateter Rokhaeni, Purnamasari dan Rahayoe (2001) menyebutkan bahwa teknik memasukkan kateter PCA ada 2 cara yaitu a. Perkutan atau percutaneous, seperti teknik memasang infus.

5 15 b. Cutdown atau vena seksi, yaitu membuat sayatan pada otot dan mencari pembuluh darah kemudian melokalisasinya dan membuat tusukan pada pembuluh darah tersebut untuk memasukkan kateter. Teknik yang sering digunakan adalah cara perkutan karena komplikasi dari teknik ini sangat kecil dan mudah untuk mengerjakannya. 7. Persiapan Pasien Pre Tindakan Rokhaeni, Purnamasari dan Rahayoe (2001) menyebutkan bahwa persiapan terencana yang dilakukan pada pasien sebelum dilakukan PCA adalah persiapan fisik, administrasi dan mental. a. Persiapan fisik 1) Puasa (makanan) kurang lebih 4-6 jam sebelum tindakan. 2) Bebaskan area penusukan (cukur rambut pada area tersebut). 3) Obat-obatan dilanjutkan sesuai instruksi dokter. 4) Hasil pemeriksaan penunjang dibawakan: laboratorium (Hb, CT, BT, Ureum, Kreatinin, HbSAg, AIDS), test treadmill, X-ray, Echokardiogram, EKG lengkap. 5) Nilai tanda-tanda vital saat itu. 6) Test Allen (untuk kateterisasi melalui arteri radialis). 7) Cek sirkulasi darah perifer (arteri femoralis, poplitea, dorsalis pedis) untuk kateterisasi melalaui arteri femoralis. b. Persiapan Administrasi 1) Surat ijin tindakan/inform concent. 2) Surat pernyataan pembayaran (keuangan). c. Persiapan Mental Pemberian pendidikan kesehatan tentang prosedur kateterisasi jantung (apa, bagaimana, tujuan, manfaat, komplikasi dan prosedur kerja).

6 16 8. Perawatan Pasien Pasca Tindakan Perawatan pasien pasca tindakan angiografi koroner menurut Rokhaeni, Purnamasari & Rahayoe (2001) adalah a. Observasi keluhan pasien. b. Observasi tanda-tanda vital setiap 15 menit selama 1 jam dan 30 menit selama 2 jam sampai stabil. c. Observasi perdarahan dengan melakukan tindakan: 1) Mengevaluasi area bekas tusukan femoral sheath. 2) Gunakan penekanan dengan bantal pasir. 3) Immobilisasi ekstremitas pada daerah tusukan selama 8-12 jam post tindakan. 4) Libatkan keluarga/pasien untuk mengamati daerah tusukan, mungkin terjadi perdarahan. d. Observasi tanda-tanda dan efek samping zat kontras yaitu 1) Observasi tanda-tanda alergi kontras seperti gatal-gatal, menggigil, mual dan muntah. 2) Observasi tanda hipotensi dan perubahan tanda vital. 3) Pemberian cairan/volume peroral/parenteral. 4) Ukur cairan yang masuk dan keluar. e. Observasi tanda-tanda infeksi meliputi: 1) Observasi daerah luka dari sesuatu yang tidak aseptik/septik. 2) Selalu menjaga kesterilan area penusukan. 3) Observasi adanya perubahan warna, suhu pada luka tusukan. f. Observasi tanda-tanda gangguan sirkulasi ke perifer. 1) Palpasi arteri poplitea, dorsalis pedis, pada sisi arteri yang kita lakukan penusukan seiap 15 menit (1 jam), 30 menit (2 jam) antara kanan dan kiri dibandingkan. 2) Bila terjadi gangguan(nadi lemah/tak teraba), beritahu dokter biasanya diberikan obat antikoagulan bolus atau bisa dilanjutkan dengan pemberian terus menerus(kontinyu).

7 17 3) Observasi kehangatan daerah ekstremitas kanan dan kiri kemudian dibandingkan. B. Penekanan Mekanikal Menggunakan Bantal Pasir Pasca Angiografi Koroner Bantal pasir pada pasien pasca angiografi koroner mempunyai tujuan membantu mengurangi komplikasi yang timbul akibat pencabutan femoral sheath. Penelitian tentang penggunaan bantal pasir sebagai penekan mekanik salah satunya dilakukan oleh Yilmaz, Gurgun dan Dramali (2007) yang bertujuan untuk mengevaluasi efek menempatkan karung pasir di situs akses femoralis setelah prosedur invasif jantung dan mengubah posisi pasien di tempat tidur pada tingkat komplikasi pembuluh darah dan beratnya nyeri punggung yang berkaitan dengan masa istirahat setelah prosedur yang menghasilkan angka kejadian komplikasi vaskular tidak berbeda nyata pada kelompok dengan penerapan karung pasir bila dibandingkan dengan kelompok tanpa penerapan karung pasir. Sakit punggung dilaporkan lebih sering pada pasien yang posisinya tidak berubah dan yang kepala tempat tidur tidak dibesarkan sehingga kesimpulan yang diperoleh adalah karung pasir tidak efektif dalam mengurangi kejadian komplikasi vaskular setelah prosedur sedangkan untuk meningkatkan kenyamanan dan untuk mengurangi nyeri punggung pasien, posisi pasien harus diubah dan kepala tempat tidur tersebut harus ditinggikan sekitar 30 atau 45 derajat dari posisi semula. C. Keluhan Ketidaknyamanan Akibat Penggunaan Bantal Pasir Pasca Angiografi Koroner 1. Ketidaknyamanan Pasien pasca PCA akan mengalami kondisi ketidaknyamanan atau gangguan rasa nyaman akibat immobilisasi di tempat tidur antara 6-8 jam. Hal ini akan bertambah rasa ketidaknyamanan dengan adanya

8 18 penekanan bantal pasir pada area penusukan femoral sheath. Ketidaknyamanan adalah hal yang bertolak belakang dengan kenyamanan. Kenyamanan adalah konsep sentral tentang kiat keperawatan. Perawat memberi asuhan keperawatan kepada pasien di berbagai keadaan dan situasi, yang memberikan intervensi untuk meningkatkan kenyamanan. Konsep kenyamanan memiliki subjektivitas yang sama dengan nyeri. Setiap individu memiliki karakteristik fisik, logis, sosial, spiritual psikologis, dan kebudayaan yang mempengaruhi cara mereka menginterpretasikan dan merasakan nyeri (Potter & Perry, 2005). Kolbaca (1992) dalam Potter & Perry (2005) mendefinisikan kenyamanan dengan cara yang konsisten pada pengalaman subjektif pasien. Kolbaca mendefinisikan kenyamanan sebagai suatu keadaan telah terpenuhi kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi) dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah atau nyeri). Suatu cara pandang yang holistik tentang kenyamanan membantu dalam upaya mengidentifikasi empat konteks yaitu fisik, sosial, psikospiritual dan lingkungan (Perry & Potter, 2005). Ketidaknyamanan fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh. Ketidaknyamanan sosial, berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga dan sosial. Ketidaknyamanan psikospiritual, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri sendiri, meliputi harga diri, seksualitas dan makna kehidupan. Sedangkan ketidaknyamanan lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal manusia: cahaya, bunyi, temperatur, warna dan unsur-unsur alamiah.

9 19 Penilaian tentang konteks kenyamanan memberikan seorang perawat rentang pilihan yang lebih luas dalam mencari tindakan untuk mengatasi nyeri. Jacox, Carr, Payne, dkk, (1994) dalam Potter & Perry (2005) mengatakan pendekatan klinis rutin terhadap pengkajian dan penatalaksanaan nyeri dapat menggunakan metode ABCDE. A yaitu: Ask atau tanyakan nyeri secara teratur atau assess/kaji nyeri secara sistematis. B yaitu believe atau percaya apa yang dilaporkan pasien dan keluarga serta apa yang mereka lakukan untuk menghilangkan nyeri tersebut. C yaitu choose atau pilih cara pengontrolan nyeri yang cocok untuk pasien, keluarga dan kondisi. D yaitu deliver/berikan intervensi secara terjadwal, logis dan terkondisi. E yaitu empower/ mendayagunakan pasien dan keluarga mereka serta enable/mampukan mereka mengontrol pengobatan sejauh mana mereka dapat lakukan. 2. Ketidaknyamanan Akibat Penggunaan Bantal Pasir Pasca Angiografi Koroner Ketidaknyamanan yang muncul saat dilakukan penekanan mekanik dan pasien dianjurkan immobilisasi selama 6 jam yang akan dibahas peneliti yaitu nyeri (nyeri pada lipatan paha, nyeri punggung dan nyeri pinggang), kaki kebas/baal dan kaki kesemutan. a. Nyeri Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Smeltzer & Bare, 2008). Menurut International Assosiation for Study of Pain (IASP) dalam Potter dan Perry (2005) nyeri adalah sensori subjektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan. Struktur spesifik dalam sistem saraf terlibat dalam mengubah stimulus menjadi sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan persepsi nyeri disebut

10 20 sebagai sistem nosiseptif. Sensitivitas dari komponen sistem nosiseptif dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor dan berbeda di antara individu. Tidak semua orang yang terpajan terhadap stimulus yang sama mengalami intensitas nyeri yang sama. Nyeri yang mungkin muncul saat dilakukan penekanan menggunakan bantal pasir pada pasien pasca PCA antara lain nyeri lipatan paha tempat penusukan femoral sheath, nyeri pinggang, dan nyeri punggung akibat immobilisasi. Keluhan tersebut diakibatkan immobilisasi pasien saat dilakukan penekanan bantal pasir. Ketika orang sadar mempunyai kontrol otot volunter dan persepsi tekanan. Sehingga mereka biasa merasakan posisi yang nyaman ketika berbaring. Karena rentang gerak, sensasi dan sirkulasi pada orang sadar berada dalam batas normal, mereka mengubah posisi mereka merasakan ketegangan otot dan penurunan sirkulasi (Potter & Perry, 2005). Apabila terjadi penurunan sirkulasi pada area distal akibat penekanan bantal pasir inilah yang berpotensi menimbulkan keluhan nyeri. Tetapi nyeri yang timbul tersebut dijabarkan secara umum oleh penulis pada penelitian ini. Proses fisiologi timbulnya nyeri pada pasien pasca angiografi koroner yaitu stimulus yang dalam hal ini adalah bantal pasir sebagai penekan mekanikakan menyebabkan pelepasan substansi kimia seperti histamin, bradikinin, dan kalium. Substansi tersebut menyebabkan nosiseptor bereaksi, apabila nosiseptor mencapai ambang nyeri, maka akan timbul impuls saraf yang akan dibawa oleh serabut saraf perifer. Serabut saraf perifer yang akan membawa impuls saraf ada dua jenis, yaitu serabut A-delta dan serabut C. Impuls saraf akan dibawa sepanjang serabut saraf sampai ke kornu dorsalis medulla spinalis. Impuls saraf tersebut akan menyebabkan kornu dorsalis melepaskan neuro transmiter (substansi P). Substansi P ini menyebabkan transmisi

11 21 sinapsis dari saraf perifer ke saraf traktus spinotalamus. Hal ini memungkinkan impuls saraf ditransmisikan lebih jauh ke dalam sistem saraf pusat. Setelah impuls saraf sampai di otak, otak mengolah impuls saraf kemudian akan timbul respon reflek protektif. Respon protektif yang muncul sebagai cara untuk menghindari atau mengurangi rasa nyeri yang timbul (Smeltzer & Bare, 2008). Menurut Perry & Potter (2005) nyeri dapat diklasifikasikan berdasarkan sumbernya, berdasarkan penyebab, berdasarkan lama durasi dan berdasarkan lokasi penyerbarannya. 1) Berdasarkan sumbernya yaitu nyeri superfisial, nyeri dalam dan nyeri organ dalam. a) Cutaneous/superfisial yaitu nyeri yang mengenai kulit/jaringan subkutan biasanya bersifat burning. Contoh : terkena ujung pisau/gunting. b) Somatic/nyeri dalam yaitu nyeri yang muncul dari pembuluh darah, tendon saraf dan lebih lama dari superfisial. c) Visceral/organ dalam yaitu stimulasi reseptor nyeri dalam rongga abdomen, kranium dan thorak. 2) Berdasarkan penyebab dibagi menjadi nyeri fisik dan nyeri psikogenik. a) Nyeri fisik, bisa terjadi karena stimulus fisik misalnya karena radang tulang, otot dan reumatik lainnya, nyeri otot, kuku/ pemendekan otot (kram), sakit bahu dan tulang punggung, salah posisi saat kerja/aktivitas dan tidur, cedera olah raga, kelainan bentuk kaki, pasca patah tulang, amputasi tulang dan osteoporosis. b) Nyeri Psycogenic yaitu terjadi karena sebab yang kurang jelas/susah/diidentifikasi bersumber dari emosi/psikis dan

12 22 biasanya tidak disadari. Contoh: orang yang marah tiba-tiba merasa nyeri pada dadanya. 3) Berdasarkan Lokasi/Letak: a) Radiating Pain adalah nyeri menyebar dari sumber nyeri menyebar ke jaringan didekatnya. b) Referred Pain adalah nyeri dirasakan pada bagian tubuh tertentu yang diperkirakan berasal dari jaringan penyebab. c) Intractable Pain yaitu nyeri yang sangat susah dihilangkan. Contoh: nyeri kanker maligna. d) Phanthom Pain yaitu nyeri dirasakan pada bagian tubuh yang hilang/bagian tubuh yang lumpuh injuri medula spinalis. Contoh: bagian tubuh yang diamputasi. 4) Berdasarkan lama atau durasinya dibagi menjadi nyeri akut dan kronis seperti yang diuraikan dalam tabel 2.1 Tabel 2.1 Perbedaan Karakteristik Nyeri Akut dan Nyeri Kronik Nyeri Akut Lama dalam hitungan menit. Ditandai peningkatan nadi, respirasi. Respon:fokus pada nyeri, menangis, mengerang. Tingkah laku: menggosok bagian yang nyeri Nyeri Kronik Lama > 6 bulan. Fungsi fisiologis bersifat normal. Tidak ada keluhan nyeri. Tidak ada aktifitas fisik sebagai respon terhadap nyeri Nyeri yang timbul bisa dilihat bedasarkan tingkatannya. Ada beberapa tingkatan nyeri/tipe nyeri menurut para ahli yaitu 1) Skala keterangan nyeri Menurut Perry dan Potter (2005) skala nyeri berdasarkan keterangannya terdiri dari 0-10 yaitu skala 10 artinya sangat dan tidak dapat dikontrol oleh pasien. Nyeri skala 7, 8, 9 artinya sangat nyeri tapi masih dapat dikontrol oleh pasien dengan aktivitas yang biasa dilakukan. Skala 6 artinya nyeri seperti terbakar atau ditusuktusuk. Skala 5 artinya nyeri seperti tertekan atau bergerak. Skala 3

13 23 artinya nyeri seperti kram atau kaku. Skala 3 yaitu nyeri seperti perih atau mules. Skala 2 yaitu nyeri seperti melilit atau terpukul. Skala 1 yaitu nyeri seperti terbakar, tersetrum atau nyut-nyutan, dan skala 0 yaitu tidak ada nyeri. 2) Skala nyeri berdasarkan tipe nyeri Menurut Perry dan Potter (2005) skala nyeri berdasarkan tipe nyeri terdiri dari Nyeri skala 10 yaitu tipe nyeri sangat berat yaitu pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul. Nyeri skala 7-9 yaitu tipe nyeri berat secara objektif pasien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat diatasi dengan alih posisi napas panjang/dalam dan distraksi. Nyeri skala 4-6 yaitu tipe nyeri sedang, secara objektif pasien mendesis, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik. Skala nyeri 1-3 yaitu tipe nyeri ringan, secara objektif pasien berkomunikasi dengan baik. Adapun skala nyeri menurut Smeltzer & Bare (2008) adalah skala intensitas nyeri deskriptif, skala intensitas nyeri numerik (Numeric Rating Scale) dan skala analog visual (Visual Analog Scale) 1) Skala intensitas nyeri deskriptif Tidak nyeri Nyeri ringan Nyeri sedang Nyeri sedang terkontrol Nyeri berat tidak terkontrol 2) Skala intensitas nyeri numerik Tidak nyeri Nyeri sedang Nyeri paling hebat

14 24 3) Skala Analog Visual Tidak nyeri Nyeri sehebat yang dapat terjadi Menurut Perry dan Potter (2005) nyeri yang terjadi akan menyebabkan seseorang memberikan respon berupa respon fisiologis, respon psikologis, respon tingkah laku berupa pernyataan verbal, respon ekpresi wajah, gerakan tubuh dan respon kontak dengan orang lain. 1) Respon Fisiologis berupa stimulasi saraf simpatis dan parasimpatis. Stimulasi saraf simpati meliputi dilatasi saluran bronkhial dan peningkatan respiratory rate, peningkatan heart rate, peningkatan nilai gula darah, diaporesis, peningkatan kekuatan otot, dilatasi pupil, penurunan motilitas saluran cerna. Adapun stimulus parasimpatik berupa muka pucat, otot mengeras, penurunan heart rate, napas cepat dan irreguler, nausea dan vomitus, kelelahan dan keletihan. 2) Respon psikologis berupa bahaya atau merusak, komplikasi seperti infeksi, penyakit yang berulang, penyakit baru, penyakit yang fatal, kehilangan mobilitas, menjadi tua dan sembuh. 3) Respon lingkah laku respon tingkah laku berupa pernyataan verbal, respon ekpresi wajah, gerakan tubuh dan respon kontak dengan orang lain. Respon pernyataan verbal meliputi mengaduh, menangis, sesak napas, mendengkur. Respon ekspresi wajah meliputi meringis, menggeletukkan gigi, menggigit bibir. Respon gerakan tubuh meliputi gelisah, immobilisasi, ketegangan otot, peningkatan gerakan jari dan tangan dan respon interaksi sosial berupa menghindari percakapan, menghindari kontak sosial, penurunan rentang perhatian.

15 25 b. Kaki Kesemutan Kesemutan adalah perasaan pegal dan nyeri yang menusuk-nusuk. Kesemutan sering terjadi pada ujung jari kaki maupun ujung jari tangan, juga pada salah satu sisi tubuh. Penyebabnya karena tertindihnya saraf di suatu daerah atau organ tubuh sehingga ujung saraf menjadi lumpuh (Wijayakusuma, 1999). Rasa kesemutan bisa terjadi di seluruh tubuh, hanya di salah satu sisi tubuh atau bagian tertentu dan bisa berlanjut sebagai rasa tebal. Penyebabnya adalah jika terjadi di seluruh tubuh bisa disebabkan gangguan liver, ginjal anemia dan sistem kekebalan tubuh, jika kesemutan dirasakan di salah satu sisi tubuh bisa disebabkan jepitan saraf di sebelah atas tempat yang kesemutan, DM (daerah kaki)(wratsonggo & Sulistyo, 2006). Berikut ini yang terjadi pada kondisi normal. Ketika tekanan yang berlebihan dialami oleh salah satu bagian kaki atau lengan, ada beberapa hal yang terjadi. Arteri bisa tertekan, sehingga arteri tidak bisa memasok jaringan-jaringan dan saraf dengan oksigen dan glukosa yang dibutuhkan agar dapat berfungsi dengan baik. Saluran saraf juga bisa tersumbat, menghalangi transmisi normal impulsimpuls elektrokimia ke otak. Dalam situasi ini, sebagian saraf berhenti mengirimkan sinyal sementara sebagian lain mengirimkan sinyal secara berlebihan. Sinyal-sinyal tersebut dikirimkan ke otak, yang setiba di sana ditafsirkan sebagai rasa terbakar, rasa ditusuktusuk, rasa digigit semut. Semua rasa tadi yang membuat kita ingin menggerakkan kaki atau tangan. Menguncang-guncang kaki bisa menghilangkan tekanan dan sel-sel saraf mulai mengirimkan sinyal secara normal. Rasa ditusuk-tusuk bisa bertambah sampai sel-sel saraf yang terpengaruh pulih kembali. Itu sebabnya sakit sekali ketika

16 26 kita mencoba membangunkan kaki yang kesemutan (Leyner & Goldberg, 2006). c. Kaki Kebas/Baal Baal merupakan keadaan dimana permukaan tubuh tidak mampu merasakan rangsangan dari luar tubuh, misalnya cubitan, sentuhan, tusukan. Keadaan ini dapat terjadi di kaki, tangan, atau jari-jari dan bersifat sementara. Rangsang nyeri menyebabkan impuls saraf sensorik akan dikirim ke otak. Penderita baal terjadi kerusakan pada saraf sensorinya yang mengakibatkan tidak berfungsinya saraf sensorik, sehingga permukaan tubuh tidak bisa meraskan sakit akibat dicubit. Baal dapat terjadi karena kurangnya aliran darah pada bagian tubuh tertentu. Tidak lancarnya aliran darah dapat disebabkan karena menyempitnya pembuluh darah (Wijayakusuma, 1999). Kaki yang mati rasa, kadang-kadang menandakan adanya penyakit arteri perifer (Peripheral Artery Desease atau PAD) juga disebut penyakit vaskular perifer (Peripheral Vascular Deseaseatau PVD) (Liebmann-Smith & Egan, 2008). Sensasi kaki kesemutan dapat diukur dengan melakukan cubitan. Pengukuran keluhan kaki kebas juga dapat dilakukan dengan menggunakan test sensasi menggunakan monofilamen. 3. Hal-Hal yang Berkaitan dengan Munculnya KetidaknyamananAkibat Penggunaan Bantal Pasir Pasca Angiografi Koroner a. Usia Usia adalah variabel penting yang mempengaruhi nyeri, khususnya pada anak dan lansia. Perbedaan perkembangan, yang ditemukan diantara usia kelompok ini dapat mempengaruhi bagaimana lansia dan anak bereaksi terhadap nyeri (Potter & Perry, 2005).

17 27 b. IMT / BMI Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) didefinisikan sebagai bobot badan dalam kilogram dibagi dengan luas permukaan tubuh yang diukur dalam meter. Berdasarkan National Institute of Health (NIH) dikutip dari Howard & Prince (2006) pembagian kategori berat badan individu berdasarkan IMT dibagi menjadi lima. IMT < 18,5 dianggap kekurangan bobot badan. IMT 18,5 hingga 24,9 dianggap memiliki bobot normal. IMT 25 hingga 29,9 dianggap kelebihan bobot badan. IMT 30 ke atas digolongkan sebagai gemuk dan IMT 40 ke atas digolongkan sebagai sangat gemuk. Komplikasi pembuluh darah akan meningkat pada pasien dengan berat badan lebih dari normal, Ammann, et al., (2003) dalam Woods, et al., (2005) mengatakan pasien obesitas bisa mengalami kehilangan darah lebih dari 500 ml tanpa teridentifikasi oleh perawat sekitar akibat hematom. c. Jenis Kelamin Giil (1990) dalam Potter & Perry (2005) mengatakan secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam berespon terhadap nyeri. Diragukan apakah jenis kelamin merupakan suatu faktor dalam pengekspresian nyeri. Beberapa kebudayaan yang mempengaruhi jenis kelamin, misalnya menganggap bahwa anak laki-laki tidak boleh menangis, sedangkan perempuan boleh menangis pada situasi yang sama (mengalami ketidaknyamanan nyeri). d. Bantal pasir Adalah sebuah alat berbentuk seperti bantal berbahan kain kedap air dan halus permukaannya yang diisi pasir karena sifat pasir yang padat dan tidak keras. Tujuan mengganti penekan manual untuk

18 28 mencegah hematom atau perdarahan pada pasien pasca PCA karena ditempatkan di area bekas tusukan arteri femoralis. Beratnya bervariasi tergantung IMT pasien yang dilakukan PCA. Bantal pasir sebagai penekan mekanik pengganti penekan manual ini bila terlalu berat atau terlalu lama dapat menimbulkan keluhan ketidaknyamanan pada pasien (Potter & Perry, 2005). Berat bantal pasir yang direkomendasikan dalam Standar Operasional Prosedur (SPO) (2005) pasien pasca PCA di RSUP Dr. Kariadi Semarang 2,5 kg. Ross, Branderburg & Dinsmore (1987) juga merekomendasikan berat bantal pasir yang digunakan seberat 5 pon atau 2,5 kg. D. Kerangka Teori E. Penyebab : Tindakan angiografi koroner Punksi arteri femoralis sebagai akses kateter Injuri arteri femoralis Pencegahan : 1. Penekanan manual selama ±20 menit 2. Penekanan mekanik dengan bantal pasir selama 6 jam 3. Immobilisasi kaki tempat tusukan Penekanan mekanik dengan bantal pasir Mengurangi proses injuri pada pembuluh darah/hematom Immobilisasi kaki kanan/tempat penusukan femoral sheath selama 6 jam Keluhan ketidaknyamanan yang muncul: 1. Nyeri lipatan paha 2. Nyeri punggung 3. Nyeri pinggang 4. Kaki kesemutan 5. Kaki kebas/baal Skema 2.1 Kerangka Teori Sumber: Tina Jones dan McCutcheon (2002)

19 29 E. Kerangka Konsep Proses : Penekanan bantal pasir selama 3 jam Variabel Bebas: Penggunaanbantal pasir dengan berat 2,1 kg, 2,3 kg dan 2,5 kg Variabel terikat : Ketidaknyamanan yang muncul saat penekanan bantal pasir Skema 2.2 Kerangka Konsep F. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas(independen) Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya varibel dependen/terikat (Sugiyono, 2007). Variabel bebas adalah penggunaan bantal pasir yang akan dijadikan sebagai penekan pasif pada pasien pasca tindakan kateterisasi jantung dengan berat 2,1 kg,2,3 kg dan 2,5 kg. 2. Variabel terikat (Dependen) Varibel terikat sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen. Variabel terikat merupakan varibel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2007). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hal-hal yang berkaitan dengan ketidaknyamanan, antara lain: a. Nyeri lipatan paha b. Nyeri punggung c. Nyeri pinggang d. Kaki kesemutan

20 30 e. Kaki kebas/baal G. Hipotesis Penelitian Beberapa hipotesis yang akan muncul dari penelitian ini adalah: 1. Ada perbedaan pengaruh penggunaan bantal pasir terhadap ketidaknyamanan pada pasien pasca tindakan Percutaneous Coronary Angiography ( PCA ). 2. Ada pengaruh penggunaan bantal pasir 2,1 kg, 2,3 kg dan 2,5 kg pasca tindakan PCA terhadap keluhan ketidaknyamanan nyeri lipatan paha pada pasien pasca tindakan PCA. 3. Ada pengaruh penggunaan bantal pasir 2,1 kg, 2,3 kg dan2,5 kg pasca tindakan PCA terhadap keluhan ketidaknyamanan nyeri punggung pasien pasca tindakan PCA. 4. Ada pengaruh penggunaan bantal pasir 2,1 kg, 2,3 kg dan2,5 kg pasca tindakan PCA terhadap keluhan ketidaknyamanan nyeri pinggang pasien pasca tindakan PCA. 5. Ada pengaruh penggunaan penggunaan bantal pasir 2,1 kg, 2,3 kg dan 2,5 kg pasca tindakan PCA terhadap keluhan kaki kesemutan pada pasien pasca tindakan PCA. 6. Ada pengaruh penggunaan penggunaan bantal pasir 2,1 kg, 2,3 kg dan 2,5 kg pasca tindakan PCA terhadap keluhan kaki kebas/baal pada pasien pasca tindakan PCA.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil survei kesehatan nasional pada tahun 2001 menunjukkan bahwa: 26,3% penyebab kematian adalah penyakit jantung dan pembuluh darah, kemudian diikuti oleh penyakit

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. Manifestasi fisiologi nyeri

BAB II PEMBAHASAN. Manifestasi fisiologi nyeri BAB II PEMBAHASAN 1. PROSES TERJADINYA NYERI DAN MANIFESTASI FISIOLOGIS NYERI Pengertian nyeri, menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah merupakan pengalaman sensoris subyektif

Lebih terperinci

Kata kunci: ketidaknyamanan, Percutaneous Coronary Angiography (PCA), bantal pasir.

Kata kunci: ketidaknyamanan, Percutaneous Coronary Angiography (PCA), bantal pasir. PENGARUH PENGGUNAAN BANTAL PASIR TERHADAP KELUHAN KETIDAKNYAMANAN PASIEN PASCA PERCUTANEOUS CORONARY ANGIOGRAPHY (PCA) DI INSTALASI JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH RSUP DR. KARIADI SEMARANG 1 Ari Kusumantoro*

Lebih terperinci

Mahasiswa mampu: 3. Melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan kateterisasi jantung

Mahasiswa mampu: 3. Melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan kateterisasi jantung Wantiyah Mahasiswa mampu: 1. Menjelaskan tentang arteri koroner 2. Menguraikan konsep keteterisasi jantung: pengertian, tujuan, indikasi, kontraindikasi, prosedur, hal-hal yang harus diperhatikan 3. Melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Kardiovaskuler adalah penyebab utama kematian pada orang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Kardiovaskuler adalah penyebab utama kematian pada orang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Serangan jantung merupakan penyakit mematikan nomor satu di dunia. Banyak data statistik yang menyebutkan bahwa di Amerika serangan jantung menempati posisi pertama

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN BANTAL PASIR TERHADAP KELUHAN KETIDAKNYAMANAN PASIEN PASCA PERCUTANEOUS CORONARY ANGIOGRAPHY

PENGARUH PENGGUNAAN BANTAL PASIR TERHADAP KELUHAN KETIDAKNYAMANAN PASIEN PASCA PERCUTANEOUS CORONARY ANGIOGRAPHY PENGARUH PENGGUNAAN BANTAL PASIR TERHADAP KELUHAN KETIDAKNYAMANAN PASIEN PASCA PERCUTANEOUS CORONARY ANGIOGRAPHY (PCA) DI INSTALASI JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH RSUP DR. KARIADI SEMARANG Manuscript Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jaringan aktual dan potensial yang menyebabkan seseorang mencari. perawatan kesehatan ( Smeltzer & Bare, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. jaringan aktual dan potensial yang menyebabkan seseorang mencari. perawatan kesehatan ( Smeltzer & Bare, 2012). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang dirasakan mengganggu dan menyakitkan, sebagai akibat adanya kerusakan jaringan aktual dan potensial yang

Lebih terperinci

Clinical Science Session Pain

Clinical Science Session Pain Clinical Science Session Pain Disusun oleh : Nurlina Wardhani 1301-1214-0658 William Reinaldi 1301-1214-0503 Preseptor : Arnengsih, dr., Sp.KFR BAGIAN ILMU KESEHATAN FISIK DAN REHABILITASI FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. Bab ini penulis membahas mengenai permasalahan tentang respon nyeri

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. Bab ini penulis membahas mengenai permasalahan tentang respon nyeri BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan Bab ini penulis membahas mengenai permasalahan tentang respon nyeri terhadap prosedur pemasangan infus dan membandingkan antara teori yang sudah ada dengan kenyataan

Lebih terperinci

Menurut beberapa teori keperawatan, kenyamanan adalah kebutuhan dasar klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan. Pernyataan tersebut

Menurut beberapa teori keperawatan, kenyamanan adalah kebutuhan dasar klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan. Pernyataan tersebut Konsep kenyamanan Menurut beberapa teori keperawatan, kenyamanan adalah kebutuhan dasar klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan. Pernyataan tersebut didukung oleh Kolcaba yang mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. data statistik yang menyebutkan bahwa di Amerika serangan jantung. oleh penyakit jantung koroner. (WHO, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. data statistik yang menyebutkan bahwa di Amerika serangan jantung. oleh penyakit jantung koroner. (WHO, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Serangan jantung merupakan penyakit mematikan nomor satu di dunia. Banyak data statistik yang menyebutkan bahwa di Amerika serangan jantung menempati posisi pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh energi panas, bahan kimia,

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh energi panas, bahan kimia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka bakar adalah suatu kerusakan integritas pada kulit atau kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh energi panas, bahan kimia, radiasi dan arus listrik. Berat

Lebih terperinci

BAB I DEFENISI A. LATAR BELAKANG

BAB I DEFENISI A. LATAR BELAKANG BAB I DEFENISI A. LATAR BELAKANG Rumah sakit merupakan tempat pelayanan kesehatan secara bio,psiko,sosial dan spiritual dengan tetap harus memperhatikan pasien dengan kebutuhan khusus dengan melakukan

Lebih terperinci

Topik : Infark Miokard Akut Penyuluh : Rizki Taufikur R Kelompok Sasaran : Lansia Tanggal/Bln/Th : 25/04/2016 W a k t u : A.

Topik : Infark Miokard Akut Penyuluh : Rizki Taufikur R Kelompok Sasaran : Lansia Tanggal/Bln/Th : 25/04/2016 W a k t u : A. Topik : Infark Miokard Akut Penyuluh : Rizki Taufikur R Kelompok Sasaran : Lansia Tanggal/Bln/Th : 25/04/2016 W a k t u : 09.30 A. LATAR BELAKANG Dengan bertambahnya usia, wajar saja bila kondisi dan fungsi

Lebih terperinci

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 Penelitian Keperawatan Jiwa SITI FATIMAH ZUCHRA BP. 1010324031

Lebih terperinci

BAHAN AJAR PENYAKIT JANTUNG HIPERTENSIF DAN

BAHAN AJAR PENYAKIT JANTUNG HIPERTENSIF DAN BAHAN AJAR PENYAKIT JANTUNG HIPERTENSIF DAN 18 JANTUNG KORONER Penyakit Jantung Sampai sekarang penyakit jantung tetap sebagai pemegang rekor pembunuh nomor satu. Kalau dilihat dari berbagai kasus kematian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kompres 1. Kompres hangat Adalah memberikan rasa hangat pada daerah tertentu dengan menggunakan kantung berisi air hangat yang menimbulkan rasa hangat pada bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (2010) dikutip dalam Andarmoyo (2013) menyatakan bahwa nyeri merupakan

BAB I PENDAHULUAN. (2010) dikutip dalam Andarmoyo (2013) menyatakan bahwa nyeri merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri merupakan bentuk ketidaknyamanan yang bersifat sangat individual dan tidak dapat dibagi dengan orang lain. Tamsuri (2007) mendefenisikan nyeri sebagai suatu keadaan

Lebih terperinci

KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN. Niken Andalasari

KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN. Niken Andalasari KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN Niken Andalasari PENGERTIAN Keamanan adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis atau bisa juga keadaan aman dan tentram (Potter& Perry, 2006) Perubahan kenyamanan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA USILA DENGAN GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER (ANGINA PECTORIS)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA USILA DENGAN GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER (ANGINA PECTORIS) ASUHAN KEPERAWATAN PADA USILA DENGAN GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER (ANGINA PECTORIS) ANGINA PECTORIS I. PENGERTIAN Angina pectoris adalah suatu sindrom klinis di mana pasien mendapat serangan sakit dada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh seorang ibu berupa pengeluaran hasil konsepsi yang hidup didalam uterus melalui vagina ke dunia luar.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi atau pembedahan merupakan semua tindak pengobatan yang. akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi atau pembedahan merupakan semua tindak pengobatan yang. akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Operasi atau pembedahan merupakan semua tindak pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan bagian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau perempuan, tua atau muda. Berdasarkan data dilapangan, angka kejadian stroke meningkat secara

Lebih terperinci

LAPORAN ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT Klien resume 4

LAPORAN ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT Klien resume 4 LAPORAN ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT Klien resume 4 Nama Mahasiswa : Uci Ramadhani Tanggal : 24 Juli 2008 NPM : 0711464809 Ruangan : IGD Nama psien Umur Diagnosa medis : An.M : 7

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tekanan darah yang normal sangat diinginkan oleh setiap manusia, karena dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tekanan darah yang normal sangat diinginkan oleh setiap manusia, karena dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tekanan darah yang normal sangat diinginkan oleh setiap manusia, karena dengan kondisi yang normal manusia mampu menjalankan aktifitasnya dengan nyaman tanpa adanya

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan teori dan proses asuhan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 7-9 Agustus 2014 di Ruang Prabu Kresna

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Taylor (2009 dalam Muttaqin, 2008) koping didefenisikan sebagai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Taylor (2009 dalam Muttaqin, 2008) koping didefenisikan sebagai BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Koping Nyeri 1.1 Pengertian koping Menurut Lazarus dan Folkman (1989) koping adalah suatu proses dimana individu mencoba untuk mengatur kesenjangan persepsi antara tuntutan situasi

Lebih terperinci

SOP TINDAKAN ANALISA GAS DARAH (AGD)

SOP TINDAKAN ANALISA GAS DARAH (AGD) SOP TINDAKAN ANALISA GAS DARAH (AGD) 1. Analisa Gas Darah Gas darah arteri memungkinkan utnuk pengukuran ph (dan juga keseimbangan asam basa), oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar bikarbonat, saturasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Rumusan Masalah. 1.3 Tujuan MAKALAH INFARK MIOKARD AKUT

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Rumusan Masalah. 1.3 Tujuan MAKALAH INFARK MIOKARD AKUT MAKALAH INFARK MIOKARD AKUT BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infark miokard akut mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung akibart suplai darah yang tidak adekuat, sehingga aliran darah koroner

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Jantung Koroner 2.1.1 Definisi Penyakit jantung koroner adalah penyakit pada pembuluh darah arteri koroner yang terdapat di jantung, yaitu terjadinya penyempitan dan

Lebih terperinci

1.1PENGERTIAN NYERI 1.2 MEKANISME NYERI

1.1PENGERTIAN NYERI 1.2 MEKANISME NYERI 1.1PENGERTIAN NYERI Nyeri merupakan sensasi yang terlokalisasi berupa ketidaknyamanan, kesedihan dan penderitaan yang dihasilkan oleh stimulasi pada akhiran saraf tertentu. Nyeri terjadi sebagai mekanisme

Lebih terperinci

Nyeri. dr. Samuel Sembiring 1

Nyeri. dr. Samuel Sembiring 1 Nyeri Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang sedang terjadi atau telah terjadi atau yang digambarkan dengan kerusakan jaringan. Rasa sakit (nyeri) merupakan keluhan

Lebih terperinci

PENGUKURAN KUANTITAS NYERI DASAR TEORI

PENGUKURAN KUANTITAS NYERI DASAR TEORI PENGUKURAN KUANTITAS NYERI DASAR TEORI 1. Pengertian Nyeri The International Association for the Study of Pain memberikan defenisi nyeri, yaitu: suatu perasaan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan. Bab ini penulis akan membahas tentang tindakan keperawatan

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan. Bab ini penulis akan membahas tentang tindakan keperawatan BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Bab ini penulis akan membahas tentang tindakan keperawatan pemberian latihan ROM aktif pada pasien stroke non hemoragik untuk meningkatkan kekuatan otot pada Tn. M berusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. DM adalah penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemik (kadar gula

BAB I PENDAHULUAN. DM adalah penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemik (kadar gula BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini gaya hidup modern dengan pilihan menu makanan dan cara hidup yang kurang sehat semakin menyebar ke seluruh lapisan masyarakat, sehingga menyebabkan terjadinya

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA NYAMAN (NYERI) Di Ruang Cendana V RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA NYAMAN (NYERI) Di Ruang Cendana V RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA NYAMAN (NYERI) Di Ruang Cendana V RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Tugas Mandiri Stase Praktek Keperawatan Dasar Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. progresif. Perubahan serviks ini memungkinkan keluarnya janin dan produk

BAB I PENDAHULUAN. progresif. Perubahan serviks ini memungkinkan keluarnya janin dan produk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persalinan atau partus merupakan proses fisiologis terjadinya kontraksi uterus secara teratur yang menghasilkan penipisan dan pembukaan serviks secara progresif. Perubahan

Lebih terperinci

B A B I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) dengan penyakit kardiovaskular sangat erat

B A B I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) dengan penyakit kardiovaskular sangat erat B A B I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) dengan penyakit kardiovaskular sangat erat kaitannya. Pasien dengan diabetes mellitus risiko menderita penyakit kardiovaskular meningkat menjadi

Lebih terperinci

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan PENGANTAR KESEHATAN DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY PENGANTAR Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan meningkatkan kesehatan, cara mencegah penyakit, cara menyembuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hingga kematian. Proses menua berlangsung secara alamiah dalam tubuh yang

BAB I PENDAHULUAN. hingga kematian. Proses menua berlangsung secara alamiah dalam tubuh yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses menua (aging process) adalah akumulasi secara progresif dari berbagai perubahan patofisiologi organ tubuh yang berlangsung seiring dengan berlalunya waktu dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. darah termasuk penyakit jantung koroner, gagal jantung kongestif, infark

BAB 1 PENDAHULUAN. darah termasuk penyakit jantung koroner, gagal jantung kongestif, infark BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar belakang Penyakit kardiovaskular merupakan gangguan pada jantung dan pembuluh darah termasuk penyakit jantung koroner, gagal jantung kongestif, infark miokardium, penyakit vaskular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak dengan manifestasi klinis yang paling sering, dan merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. banyak dengan manifestasi klinis yang paling sering, dan merupakan penyebab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan jenis penyakit jantung yang paling banyak dengan manifestasi klinis yang paling sering, dan merupakan penyebab kematian tertinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Brunner & Suddarth, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Brunner & Suddarth, 2002). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Brunner & Suddarth, 2002). Nyeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rasa nyaman berupa terbebas dari rasa yang tidak menyenangkan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Rasa nyaman berupa terbebas dari rasa yang tidak menyenangkan adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rasa nyaman berupa terbebas dari rasa yang tidak menyenangkan adalah suatu kebutuhan individu. Nyeri merupakan perasaan yang tidak menyenangkan yang terkadang dialami

Lebih terperinci

Penyakit Jantung Koroner

Penyakit Jantung Koroner Penyakit Jantung Koroner Penyakit jantung telah menjadi penyakit pembunuh kedua di Hong Kong setelah kanker. Penyakit jantung koroner merupakan penyakit jantung utama. Menurut statistik dari Departemen

Lebih terperinci

STASE KDM LAPORAN PENDAHULUAN (LP) NYERI

STASE KDM LAPORAN PENDAHULUAN (LP) NYERI STASE KDM LAPORAN PENDAHULUAN (LP) NYERI Oleh : Meivita Dewi Purnamasari, S.Kep KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB I. 1.1 Latar Belakang. Atrial fibrilasi (AF) didefinisikan sebagai irama jantung yang

BAB I. 1.1 Latar Belakang. Atrial fibrilasi (AF) didefinisikan sebagai irama jantung yang BAB I 1.1 Latar Belakang Atrial fibrilasi (AF) didefinisikan sebagai irama jantung yang abnormal dengan aktivitas listrik jantung yang cepat dan tidak beraturan. Hal ini mengakibatkan atrium bekerja terus

Lebih terperinci

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes type 2: apa artinya? Diabetes tipe 2 menyerang orang dari segala usia, dan dengan gejala-gejala awal tidak diketahui. Bahkan, sekitar satu dari tiga orang dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom) (Syaifuddin, 2006). Pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom) (Syaifuddin, 2006). Pembuluh 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kardiovaskuler merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot dan bekerja menyerupai otot polos, yaitu bekerja di luar kemauan kita (dipengaruhi oleh susunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. individu ketika mengalami cidera. Hal ini juga merupakan pengalaman pribadi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. individu ketika mengalami cidera. Hal ini juga merupakan pengalaman pribadi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyeri atau rasa sakit merupakan respon yang paling dipahami oleh individu ketika mengalami cidera. Hal ini juga merupakan pengalaman pribadi yang diekspresikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan pada saluran pencernaan (gastrointestinal) merupakan sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan medik. Kasus pada sistem gastrointestinal

Lebih terperinci

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU 1 PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU SKRIPSI Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana Keperawatan Disusun

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri Post Operasi 2.1.1 Defenisi Secara umum nyeri merupakan suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan maupun berat. Nyeri didefenisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pankreas tidak lagi memproduksi insulin atau ketika sel-sel tubuh resisten

BAB I PENDAHULUAN. pankreas tidak lagi memproduksi insulin atau ketika sel-sel tubuh resisten BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak lagi memproduksi insulin atau ketika sel-sel tubuh resisten terhadap kerja insulin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tindakan perbaikan kemudian akan diakhiri dengan penutupan dengan cara. penjahitan luka (Sjamsuhidajat & De Jong, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. tindakan perbaikan kemudian akan diakhiri dengan penutupan dengan cara. penjahitan luka (Sjamsuhidajat & De Jong, 2013). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembedahan adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan tubuh ini umumnya

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI A. PENGERTIAN Chikungunya berasal dari bahasa Shawill artinya berubah bentuk atau bungkuk, postur penderita memang kebanyakan membungkuk

Lebih terperinci

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita Saat menemukan penderita ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk menentukan tindakan selanjutnya, baik itu untuk mengatasi situasi maupun untuk mengatasi korbannya. Langkah langkah penilaian pada penderita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dokter menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang

BAB I PENDAHULUAN. dokter menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang 15 Bibliography : 35 (2002-2013) BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pembedahan atau operasi merupakan tindakan pengobatan yang dilakukan oleh dokter menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kaki diabetik merupakan komplikasi dari diabetes melitus (DM) yang

BAB I PENDAHULUAN. Kaki diabetik merupakan komplikasi dari diabetes melitus (DM) yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kaki diabetik merupakan komplikasi dari diabetes melitus (DM) yang sampai saat ini masih memberikan masalah berupa luka yang sulit sembuh dan risiko amputasi yang tinggi.

Lebih terperinci

Penatalaksanaan Astigmatism No. Dokumen : No. Revisi : Tgl. Terbit : Halaman :

Penatalaksanaan Astigmatism No. Dokumen : No. Revisi : Tgl. Terbit : Halaman : 1. Pengertian Angina pektoris ialah suatu sindrom klinis berupa serangan nyeri dada yang khas, yaitu seperti rasa ditekan atau terasa berat di dada yang sering menjalar ke lengan kiri. Nyeri dada tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem sirkulasi darah merupakan salah satu sistem yang penting sebagai alat perfusi jaringan. Gangguan sistem sirkulasi cukup banyak terjadi dalam masyarakat. Salah

Lebih terperinci

MODIFIKASI MIRING KIRI DAN ELEVASI KEPALA MENURUNKAN BACK PAIN

MODIFIKASI MIRING KIRI DAN ELEVASI KEPALA MENURUNKAN BACK PAIN MODIFIKASI MIRING KIRI DAN ELEVASI KEPALA MENURUNKAN BACK PAIN POST PERCUTANEOUS CORONARY INTERVENTION (Modified Left Lateral and Head Elevation Reduces Post Percutaneous Coronary Intervention Back Pain)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler telah menjadi salah satu masalah penting

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler telah menjadi salah satu masalah penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler telah menjadi salah satu masalah penting kesehatan masyarakat dunia, termasuk di Indonesia. Penyakit Jantung Koroner (PJK) menjadi kasus terbanyak

Lebih terperinci

LEAF. Book Bacaan ringkas & terpercaya. & apa yang harus anda ketahui untuk mencegah STROKE

LEAF. Book Bacaan ringkas & terpercaya. & apa yang harus anda ketahui untuk mencegah STROKE LEAF Book Bacaan ringkas & terpercaya & apa yang harus anda ketahui untuk mencegah STROKE & apa yang harus anda ketahui untuk mencegah STROKE Oleh: Yudi Garnadi [FamiliaMedika] Hak cipta milik Yudi Garnadi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan Bab ini membahas tentang gambaran pengelolaan terapi batuk efektif bersihan jalan nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seorang ibu mengalami perubahan-perubahan yang terjadi baik fisik maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seorang ibu mengalami perubahan-perubahan yang terjadi baik fisik maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehamilan merupakan suatu proses yang alami dan normal. Selama hamil seorang ibu mengalami perubahan-perubahan yang terjadi baik fisik maupun psikologis. Perubahan-perubahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Hipertensi didefinisikan sebagai kenaikan secara pasti tekanan darah arteri

BAB II TINJAUAN TEORI. Hipertensi didefinisikan sebagai kenaikan secara pasti tekanan darah arteri BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Hipertensi didefinisikan sebagai kenaikan secara pasti tekanan darah arteri pada angka 140/90 mmhg atau lebih. Dibedakan bahwa hipertensi sistolik mengarah pada tekanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak tahun 2000, angka kejadian penyakit tidak menular semakin

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak tahun 2000, angka kejadian penyakit tidak menular semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semenjak tahun 2000, angka kejadian penyakit tidak menular semakin meningkat yaitu berupa penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, diabetes, dan penyakit saluran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO), ada sebanyak 234,2 juta

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO), ada sebanyak 234,2 juta 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Operasi atau pembedahan merupakan tindakan pengobatan dengan cara membuka atau menampilkan bagian dalam tubuh yang akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab utama kematian di negara maju dan diperkirakan akan terjadi di negara berkembang pada tahun 2020 (Tunstall. 1994). Diantaranya,

Lebih terperinci

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio Pengertian Polio Polio atau poliomyelitis adalah penyakit virus yang sangat mudah menular dan menyerang sistem saraf. Pada kondisi penyakit yang bertambah parah, bisa menyebabkan kesulitan 1 / 5 bernapas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan pembanguan adalah semakin

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan pembanguan adalah semakin 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator keberhasilan pembanguan adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Dengan semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk, menyebabkan

Lebih terperinci

Data Demografi. Ø Perubahan posisi dan diafragma ke atas dan ukuran jantung sebanding dengan

Data Demografi. Ø Perubahan posisi dan diafragma ke atas dan ukuran jantung sebanding dengan ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian Data Demografi Nama Umur Pekerjaan Alamat a. Aktifitas dan istirahat Ø Ketidakmampuan melakukan aktifitas normal Ø Dispnea nokturnal karena pengerahan tenaga b. Sirkulasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi di Indonesia rata-rata meliputi 17% - 21% dari keseluruhan populasi orang dewasa artinya, 1 di antara 5 orang dewasa menderita hipertensi. Penderita hipertensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya dan dapat menyebabkan terjadinya disfungsi motorik dan sensorik yang berdampak pada timbulnya

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN MANAJEMEN NYERI PADA LUKA POST OPERASI

SATUAN ACARA PENYULUHAN MANAJEMEN NYERI PADA LUKA POST OPERASI SATUAN ACARA PENYULUHAN MANAJEMEN NYERI PADA LUKA POST OPERASI OLEH ANDITA NOVTIANA SARI FLAMINGO 1 P17420509004 POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG PRODI KEPERAWATAN MAGELANG 2011 SATUAN ACARA PENYULUHAN

Lebih terperinci

CATATAN PERKEMBANGAN. Implementasi Keperawatan 1. Mengkaji kekuatan otot/kemampuan fungsional mobilitas sendi yaitu kekuatan otot 1

CATATAN PERKEMBANGAN. Implementasi Keperawatan 1. Mengkaji kekuatan otot/kemampuan fungsional mobilitas sendi yaitu kekuatan otot 1 Lampiran Senin, 2 Juni CATATAN PERKEMBANGAN 1 15.00 15.40 16.30 17.00 1. Mengkaji kekuatan otot/kemampuan fungsional mobilitas sendi yaitu kekuatan otot 1 2. Memberikan penguatan positif selama aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit jantung koroner merupakan penyebab tersering terjadinya gagal jantung di Negara Barat yaitu sekitar 60-75% kasus. Hipertensi mempunyai kontribusi untuk

Lebih terperinci

Obat Alami Diabetes Dapat Mencegah Amputasi Pada Diabetesi

Obat Alami Diabetes Dapat Mencegah Amputasi Pada Diabetesi Obat Alami Diabetes Dapat Mencegah Amputasi Pada Diabetesi Obat Alami Diabetes Untuk Pengobatan Komplikasi Pada Diabetesi Komplikasi Pada Kaki Penderita diabetes dapat mengalami banyak permasalahan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2006). Infeksi bakteri sebagai salah satu pencetus apendisitis dan berbagai hal

BAB I PENDAHULUAN. 2006). Infeksi bakteri sebagai salah satu pencetus apendisitis dan berbagai hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apendiks merupakan salah satu organ yang fungsinya belum diketahui secara pasti. Apendiks sering menimbulkan masalah kesehatan, salah satunya adalah apendisitis (Sjamsuhidayat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi aorta dan cabang arteri yang berada di perifer terutama yang memperdarahi

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi aorta dan cabang arteri yang berada di perifer terutama yang memperdarahi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Arteri Perifer (PAP) adalah gangguan vaskular yang disebabkan oleh proses aterosklerosis atau tromboemboli yang mengganggu struktur maupun fungsi aorta dan

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. yang merasakan nyeri merasa tertekan atau menderita dan mencari upaya

BAB l PENDAHULUAN. yang merasakan nyeri merasa tertekan atau menderita dan mencari upaya BAB l PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Setiap individu pernah mengalami nyeri dalam tingkat tertentu. Individu yang merasakan nyeri merasa tertekan atau menderita dan mencari upaya untuk menghilangkan nyeri

Lebih terperinci

Penyumbatan Pembuluh Darah

Penyumbatan Pembuluh Darah Penyumbatan Pembuluh Darah Penyumbatan pada syaraf otak dikarenakan adanya plak pada pembuluh darah. Plak pada pembuluh darah diakibatkan oleh: 1. Kadar kolesterol total dan LDL tinggi. Selain asupan makanan,

Lebih terperinci

NYERI. Nyeri akut umumnya cepat dalam onset, bervariasi dalam intensitas dari ringan sampai parah

NYERI. Nyeri akut umumnya cepat dalam onset, bervariasi dalam intensitas dari ringan sampai parah NYERI Asosiasi Internasional untuk Studi Nyeri (IASP) (2007) menyatakan nyeri yang mungkin disertai dengan sensorik dan emosional pengalaman sebagai akibat dari aktual atau potensial kerusakan jaringan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Otak merupakan organ yang sangat vital bagi seluruh aktivitas dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Otak merupakan organ yang sangat vital bagi seluruh aktivitas dan fungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otak merupakan organ yang sangat vital bagi seluruh aktivitas dan fungsi tubuh, karena di dalam otak terdapat berbagai pusat kontrol seperti pengendalian fisik, intelektual,

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN Konsep kebutuhan mempertahankan suhu tubuh normal I.1 Definisi kebutuhan termoregulasi

LAPORAN PENDAHULUAN Konsep kebutuhan mempertahankan suhu tubuh normal I.1 Definisi kebutuhan termoregulasi LAPORAN PENDAHULUAN I. Konsep kebutuhan mempertahankan suhu tubuh normal I.1 Definisi kebutuhan termoregulasi Termoregulasi adalah suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia mengenai keseimbangan produksi

Lebih terperinci

PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO

PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO PADA FOTO THORAX STANDAR USIA DI BAWAH 60 TAHUN DAN DI ATAS 60 TAHUN PADA PENYAKIT HIPERTENSI DI RS. PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi seksio sesaria menurut Sarwono (2008) dalam buku Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi seksio sesaria menurut Sarwono (2008) dalam buku Ilmu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tindakan operasi seksio sesaria menurut Sarwono (2008) dalam buku Ilmu Kebidanan merupakan proses persalinan dimana janin dilahirkan melalui insisi pada dinding perut

Lebih terperinci

- Nyeri dapat menyebabkan shock. (nyeri) berhubungan. - Kaji keadaan nyeri yang meliputi : - Untuk mengistirahatkan sendi yang fragmen tulang

- Nyeri dapat menyebabkan shock. (nyeri) berhubungan. - Kaji keadaan nyeri yang meliputi : - Untuk mengistirahatkan sendi yang fragmen tulang 3. PERENCANAAN TINDAKAN PERAWATAN NO DIAGNOSA KEPERAWATAN Gangguan rasa nyaman TUJUAN DAN HASIL YANG DIHARAPKAN Tujuan : RENCANA TINDAKAN - Kaji keadaan nyeri yang meliputi : RASIONAL - Nyeri dapat menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling sering adalah berupa angina pektoris stabil (Tardif, 2010; Montalescot et al.,

BAB I PENDAHULUAN. paling sering adalah berupa angina pektoris stabil (Tardif, 2010; Montalescot et al., BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada penyakit jantung koroner (PJK) terdapat kondisi dimana terjadi ketidakseimbangan antara suplai oksigen dengan kebutuhan yang menyebabkan kondisi hipoksia pada miokardium

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Jantung Koroner 1. Definisi Jantung Koroner Jantung koroner adalah suatu penyakit kelainan yang disebabkan oleh penyempitan atau penghambatan pembuluh arteri yang mengalirkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang terutama disebabkan karena penyempitan arteri koroner. Peningkatan kadar kolesterol dalam darah menjadi faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa yang ditandai oleh perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maju. Penyakit Jantung Koroner ini amat berbahaya karena yang terkena adalah organ

BAB I PENDAHULUAN. maju. Penyakit Jantung Koroner ini amat berbahaya karena yang terkena adalah organ BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah salah satu penyakit pada sistem kardiovaskuler yang sering terjadi dan merupakan problema kesehatan utama di negara maju. Penyakit

Lebih terperinci

Curah jantung. Nama : Herda Septa D NPM : Keperawatan IV D. Definisi

Curah jantung. Nama : Herda Septa D NPM : Keperawatan IV D. Definisi Nama : Herda Septa D NPM : 0926010138 Keperawatan IV D Curah jantung Definisi Kontraksi miokardium yang berirama dan sinkron menyebabkan darah dipompa masuk ke dalam sirkulasi paru dan sistemik. Volume

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) atau kencing manis, disebut juga penyakit gula merupakan salah satu dari beberapa penyakit kronis yang ada di dunia (Soegondo, 2008). DM ditandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuat sayatan serta diakhiri dengan penutupan dan penjahitan

Lebih terperinci

Gejala Awal Stroke. Link Terkait: Penyumbatan Pembuluh Darah

Gejala Awal Stroke. Link Terkait: Penyumbatan Pembuluh Darah Gejala Awal Stroke Link Terkait: Penyumbatan Pembuluh Darah Bermula dari musibah yang menimpa sahabat saya ketika masih SMA di Yogyakarta, namanya Susiana umur 52 tahun. Dia sudah 4 hari ini dirawat di

Lebih terperinci

Tindakan keperawatan (Implementasi)

Tindakan keperawatan (Implementasi) LAMPIRAN CATATAN PERKEMBANGAN No. Dx Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Hari/ Pukul tanggal 1 Senin / 02-06- 14.45 15.00 15.25 15.55 16.00 17.00 Tindakan keperawatan (Implementasi) Mengkaji kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berulang-ulang. Salah satunya adalah mengetik atau menekan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang berulang-ulang. Salah satunya adalah mengetik atau menekan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tangan merupakan salah satu anggota gerak tubuh yang paling sering digunakan dalam berbagai aktivitas sehari-hari. Dalam setiap aktivitas yang dilakukan oleh

Lebih terperinci