BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODOLOGI PENELITIAN"

Transkripsi

1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Analisis Kerentanan Kerentanan wilayah Secara keseluruhan, diagram alir pada analisis kerantanan wilayah dilakukan berdasarkan diagram alir pada gambar 3.1 Peta Citra Digitasi Batas Administrasi Garis Pantai Sungai Peta Kontur Overlay & analisis visual Jarak min & maks dari pantai Overlay Peta Kerentanan Wilayah Gambar 3.1 Diagram alir analisis kerentanan wilayah Pada diagram di atas, proses analisis dapat dilakukan dengan menggunakan software Arcgis versi 9.3 dengan melalui beberapa tahapan yakni: 1. Melakukan digitasi garis pantai dan alur sungai dari peta citra. 2. Dengan melakukan tumpang susun (overlay) antara garis pantai dan batas administrasi kelurahan, maka kita dapat mengukur jarak masing-masing kelurahan dari garis pantai. Jarak yang diukur adalah jarak terdekat dan jarak terjauh suatu kelurahan dari garis pantai. 33

2 Kp. Jao X KJ max Xp min Purus Xp max X KJ min Garis Pantai Batas kelurahan Gambar 3.2 ilustrasi pengukuran jarak kelurahan dari pantai 3. Kerentanan wilayah dapat dianalisis dengan melakukan tumpang susun (overlay) antara jarak dari pantai, sungai dan peta kontur. Suatu daerah dikatakan rentan terhadap tsunami apabila ketinggian wilayah kurang dari ketinggian tsunami (run up) atau jarak dari garis pantai kurang dari jarak terjauh landaan tsunami (inundasi). DAERAH RENTAN Batas run up Kontur interval 5m Garis Pantai Batas kelurahan Gambar 3.3 Ilustrasi penentuan daerah rentan 4. Tahapan terakhir dari analisis kerentanan wilayah adalah menampilkan jarak masing-masing kelurahan dari tepi pantai pada peta kerentanan wilayah. Proses ini menggunakan software Adobe Photoshop CS2 versi 9.0 Hasil kajian untuk kerentanan wilayah lebih lanjut akan dijelaskan pada sub bab Kerentanan Penduduk Status kerentanan penduduk dianalisis berdasarkan dua skenario yakni pada malam dan siang hari. Untuk analisis penduduk pada malam hari dapat dilihat pada diagram alir sebagaimana dijelaskan pada gambar

3 Data Penduduk Struktur Penduduk Jumlah Penduduk masing2 kelurahan (N) Luas Kelurahan (L) Klasifikasi Perlu Bantuan Perlu Bimbingan Mampu Evakuasi Peta Citra RTRW Kota Padang Penduduk rentan Menghitung persentase dan Pembuatan Pie Chart struktur (kemampuan evakuasi) penduduk Visualisasi Kemampuan Evakuasi penduduk Perhitungan Numerik (N/L) Digitasi Peta Tata Guna Lahan Gambar persentase kemampuan evakuasi Kepadatan Penduduk Konsentrasi Penduduk pada malam hari Gambar 3.4 diagram alir analisis kerentanan penduduk pada malam hari Tahapan analisis kerentanan penduduk pada malam hari meliputi dua tahapan utama yang meliputi analisis: 1. Kerentanan penduduk berdasarkan tingkatan umur yang dilakukan dengan melakukan perhitungan numerik dengan tahapan: a. Melakukan perhitungan numerik untuk melihat kepadatan masingmasing kelurahan dengan menggunakan software Microsoft Excel Yakni dengan menghitung jumlah penduduk total suatu kelurahan dibagi dengan luas kelurahan tersebut b. Visualisasi kepadatan masing-masing kelurahan dilakukan dengan menggunakan software Arc Gis Versi 9.3 yakni dengan membuat pengelompokan kepadatan penduduk untuk semua kelurahan dengan interval kepadatan 2000 jiwa/km 2. c. Membuat pengelompokan struktur penduduk berdasarkan tiga kelompok utama yakni: i. Perlu bantuan: kelompok ini terdiri dari dua golongan utama yakni anak-anak di bawah usia 9 tahun serta kelompok umur 65 tahun ke atas (lansia). 35

4 ii. Perlu bimbingan yakni kelompok usia sekolah antara tahun. iii. Mampu melakukan evakuasi didasarkan pada kelompok usia produktif (antara tahun). d. Menghitung persentase dari struktur penduduk dengan melakukan perhitungan numerik dengan bantuan software Microsoft Excel 2007 Visualisasi dan pembuatan Pie Chart dilakukan dengan bantuan software Arcgis versi 9.3. Kelompok penduduk yang memerlukan bantuan dan memerlukan bimbingan ketika akan melakukan evakuasi merupakan kelompok penduduk rentan. 2. Analisis konsentrasi penduduk pada malam hari yang dilakukan berdasarkan tahapan: a. Peta tata guna lahan dapat dibuat dengan melakukan digitasi pada peta citra berdasarkan RTRW kota Padang dengan menggunakan software Arcgis versi 9.3. b. Berdasarkan peta tata guna lahan, maka kita dapat mengidentifikasikan konsentrasi penduduk kecamatan Padang Barat yakni berada di daerah pemukiman. Hasil kajian mengenai kerentanan penduduk pada malam hari dapat dilihat pada sub bab Sedangkan analisis kerentanan penduduk pada waktu siang hari dapat dilakukan dengan melakukan analisis sebagaimana diagram alir pada gambar 3.5 di bawah ini: 36

5 Data Sekolah Peta Citra RTRW Kota Padang Struktur Siswa Distribusi Sekolah Digitasi Peta Tata Guna Lahan Klasifikasi Overlay Perlu Bantuan Perlu Bimbingan Mampu Evakuasi Perkiraan titik2 aktivitas penduduk siang hari Siswa rentan Kemampuan Evakuasi siswa Menghitung persentase dan Pembuatan Pie Chart struktur (kemampuan evakuasi) siswa Visualisasi Gambar persentase kemampuan evakuasi Gambar 3.5 diagram alir analisis kerentanan penduduk pada siang hari Sebagaimana analisis kerentanan penduduk pada malam hari, maka skenario kerentanan penduduk pada siang hari juga dapat dilakukan dengan meliputi dua tahapan utama yang meliputi analisis: 1. Analisis kerentanan penduduk. Karena keterbatasan data yang dimiliki, maka kelompok penduduk rentan hanya dapat dilakukan melalui analisis kerentanan siswa yang berdasarkan tingkatan umur yang dilakukan dengan melakukan perhitungan numerik dengan tahapan: a. Membuat pengelompokan struktur siswa berdasarkan tiga kelompok utama sebagaimana pengelompokan pada analisis kerentanan penduduk. b. Menghitung persentase dari struktur siswa dengan melakukan perhitungan numerik dengan bantuan software Microsoft Excel 2007 Pembuatan dan visualisasi kerentanan penduduk dilakukan dengan menggunakan software Arcgis versi 9.3. Kelompok penduduk yang 37

6 memerlukan bantuan dan memerlukan bimbingan ketika akan melakukan evakuasi merupakan kelompok penduduk rentan. 2. Analisis konsentrasi penduduk pada siang hari yang dilakukan berdasarkan tahapan: a. Membuat peta distribusi sekolah dengan menggunakan software Arcgis versi 9.3 di kecamatan Padang Barat berdasarkan data sekolah. b. Peta tata guna lahan dapat dibuat dengan melakukan digitasi pada peta citra berdasarkan RTRW kota Padang dengan menggunakan software Arcgis versi 9.3. c. Dengan melakukan tumpang susun (overlay) peta distribusi sekolah dan peta tata guna lahan dengan menggunakan software Arcgis versi 9.3, maka kita dapat memperkirakan konsentrasi keramaian pada siang hari. Hasil kajian mengenai kerentanan penduduk pada siang hari dapat dilihat pada sub bab Analisis Peluang Evakuasi Waktu Evakuasi Salah satu parameter penting dalam melakukan evakuasi terhadap tsunami adalah waktu yang dibutuhkan untuk evakuasi haruslah kurang dari waktu kedatangan tsunami (arrival time), dengan demikian waktu yang tersedia untuk melakukan evakuasi dapat dirumuskan sebagai: Waktu evakuasi < waktu kedatangan tsunami waktu persiapan peringatan dini Waktu kedatangan tsunami (arrival time) pada daerah studi mengacu pada hasil simulasi ataupun penelitian sebelumnya, yang dalam hal ini dapat diketahui dari studi literatur yang dilakukan yakni 37 menit sedangkan waktu persiapan peringatan dini diperoleh berdasarkan pada kebutuhahan waktu BMKG untuk menyampaikan peringatan gempabumi yang berpotensi tsunami kepada masyarakat baik melalui SMS ataupun kepada pihak tertentu yang saat ini 38

7 membutuhkan waktu 5 7 meit. Tetapi sesuai dengan prosedur tetap peringatan dini Kota Padang, peringatan dini juga akan disampaikan oleh Pusat Pengendali Operasi Penanggulangan Bencana (PUSDALOPS-PB) Kota Padang kepada masyarakat, maka waktu persiapan peringatan dini juga ditambah dengan kebutuhan waktu pengolahan informasi dari BMKG sampai informasi tersebut dapat disampaikan kepada masyarakat. Hasil kajian untuk menghitung waktu evakuasi dapat dilihat pada sub bab

8 3.2.2 Daerah Tujuan Evakuasi Pada penelitian ini, penentuan daerah tujuan evakuasi dilakukan berdasarkan diagram alir sebagaimana gambar 3.6 di bawah ini Peta Kontur Studi Literatur Peta Citra Potensi Bencana Digitasi Run Up Inundasi Garis Pantai Buffering garis pantai sejauh inundasi Batas Inundasi Overlay Daerah Terendam Daerah Aman Gambar 3.6 Diagram alir identifikasi daerah tujuan evakuasi Pada diagram di atas, proses analisis spasial dilakukan dengan bantuan software Arcgis versi 9.3. Secara keseluruhan proses analisis dilakukan berdasarkan dua skenario utama yakni ketinggian tsunami 5 meter dan ketinggian tsunami 9 meter. Untuk skenario pertama yakni ketinggian tsunami 5 meter proses analisis dilakukan dengan melalui beberapa tahapan yakni: a. Melakukan kajian literatur untuk melihat potensi bencana tsunami di kota Padang. Kajian ini meliputi tinggi tsunami di daerah pantai (run up) dan jarak rendaman tsunami dari pantai (inundasi). b. Membuat garis pantai dengan melakukan digitasi peta citra. 40

9 c. Melakukan buffering (membangun lapisan pendukung disekitar layer dalam jarak tertentu) garis pantai sejauh inundasi yang akan terjadi yakni sejauh 2.4 km. d. Hasil akhir dari proses analisis dapat diketahui dengan melakukan tumpang susun (overlay) antara hasil buffering garis pantai dengan garis kontur serta dengan melakukan kajian potensi bencana, sehingga kita bisa melihat daerah yang akan terendam dan daerah yang aman dari rendaman tsunami. e. Daerah tujuan tsunami merupakan daerah yang aman dari landaan tsunami. Sedangkan untuk skenario kedua yakni ketinggian tsunami 9 meter penetapan daerah yang diperkirakan akan terendam dan daerah aman hanya dilakukan dengan berdasarkan batas garis kontur 10 meter. Hal ini dikarenakan jarak inundasi yang terjadi tidak diketahui serta interval kontur terkecil yang tersedia pada daerah studi hanya interval 5 meter saja. Hasil akhir dari diagram alir sebagaimana telah dijelaskan di atas dapat dilihat pada sub bab

10 3.2.3 Rute dan waktu Evakuasi yang dibutuhkan Pada penelitian ini, penentuan rute evakuasi yang dapat digunakan untuk melakukan evakuasi pada masing-masing kelurahan dapat dilakukan berdasarkan diagram alir sebagaimana gambar 3.7 di bawah ini Peta Citra Digitasi Jaringan Jalan Garis Pantai Sungai Klasifikasi Tegak lurus patai Sejajar Pantai Overlay Daerah aman Alternatif Rute Evakuasi Pengukuran panjang masing2 ruas jalan evakuasi (S) Jarak Total rute evakuasi alternatif ( S) Perhitungan numerik ( S/V) Waktu yang dibutuhkan untuk evakuasi Gambar 3.7 Diagram alir identifikasi alternatife rute dan kebutuhan waktu evakuasi 42

11 Perencanaan rute evakuasi dilakukan hanya pada skenario tsunami 5 meter saja dengan menggunakan bantuan software Arcgis versi 9.3 dan melalui beberapa tahapan yakni: a. Melakukan digitasi garis pantai, sungai dan jaringan jalan dari peta citra. b. Berdasarkan posisinya terhadap garis pantai, maka dilakukan klasifikasi jalan yang tegak lurus dan sejajar dengan garis pantai. Proses klasifikasi dilakukan secara manual dengan menambahkan atribut posisi pada atribut jalan. c. Melakukan tumpang susun (overlay) antara jaringan jalan, garis pantai dan sungai untuk menentukan rute evakuasi alternatif yang dapat digunakan. Rute evakuasi alternatife ditentukan dengan beberapa kriteria yakni rute evakuasi yang ditetapkan pada jaringan jalan yang menjauhi garis pantai atau menuju ke arah Timur, kotinuitas jaringan jalan yang akan digunakan dan posisi jalan tidak berdekatan dengan sungai. d. Setelah didapatkan rute evakuasi alternatif, maka dilakukan pengukuran total jarak yang harus dilalui. Jarak total rute evakuasi pada suatu kelurahan ditentukan berdasarkan jarak terjauh yang harus dilalui, yakni mulai dari tepi pantai samapai dengan daerah yang tidak terendam ketika tsunami terjadi. e. Perhitungan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan evakuasi dengan berjalan kaki didasarkan pada rumusan: s t = v ( menit) Dimana: t = waktu yang diperlukan untuk evakuasi (menit). s = jarak total rute evakuasi (meter). v = kecepatan berlari rata-rata dalam kondisi normal (100 meter/menit). Hal ini dikarenakan daerah studi merupakan daerah yang relatif landai dengan kelandaian yang berkisar antara 0.185% % Hasil dari kajian rute evakuasi secara lebih lengkap akan dijelaskan pada sub bab sedangkan waktu evakuasi akan dibahas pada sub bab

12 3.3 Daerah dan Kebutuhan Pengungsian Secara keseluruhan, diagram alir pada analisis kerantanan wilayah dijabarkan pada diagram alir pada gambar 3.8 berikut: Daerah aman Rute Evakuasi Peta Kelurahan Jumlah Penduduk (N) Overlay Overlay Luas masing2 kelurahan (L) Daerah Pengungsian Daerah cakupan rute evakuasi Perhitungan luas (Le) Perhitungan numerik (D=N/L) Kepadatan masing2 kelurahan (D) Luas total cakupan rute evakuasi ( Le) Perhitungan numerik ( Le x D) Jumlah total penduduk untuk masing-masing rute evakuasi Jumlah total penduduk untuk masing-masing daerah pengungsian Perhitungan numerik Kebutuhan sarana & prasarana pengungsian Gambar 3.8 Diagram alir identifikasi daerah dan kebutuhan pengungsian Secara umum pemilihan daerah pengungsian yang dapat memberikan keamanan dan keselamatan bagi masyarakat yang terkena bencana didasarkan pada beberapa kriteria yakni: 1. Tempat yang aman dari bencana 2. Cukup luas untuk menampung pengungsi dan kegiatan pertolongan 3. Memiliki akses dengan jalur transportasi 44

13 Sedangkan tahapan analisis untuk menentukan daerah dan kebutuhan pengungsian dibuat dengan melakukan analisis spasial dan non spasial. Analisis spasial dibuat dengan bantuan software Arcgis versi 9.3 sedangkan analisis non spasial dilakukan dengan perhitungan numerik biasa berdasarkan batasan jumlah penduduk kelurahan pada malam hari. Tahapan dari analisis tersebut meliputi: a. Daerah pengungsian diidentifikasi melalui proses tumpang susun (overlay) antara daerah yang aman dari bencana tsunami dengan rute evakuasi yang telah ditetapkan berdsarkan persyaratan sebagaimana tersebut di atas. b. Dengan melakukan proses tumpang susun antara rute evakuasi dengan batas administrasi kelurahan maka kita akan mendapatkan luas cakupan dari suatu rute evakuasi. Rute1 Rute 2 Luas 2 Luas 1 c. Perhitungan kepadatan penduduk untuk masing-masing kelurahan dapat dilakukan dengan membagi jumlah penduduk dengan luas kelurahan. Setelah itu kepadatan penduduk diplot ke dalam peta kecamatan sehingga dapat terlihat gradasi kepadatan penduduk untuk masing-masing kelurahan. 45

14 d. Hasil perkalian antara luas cakupan area sebuah rute evakuasi dengan kepadatan penduduk suatu kelurahan maka akan mendapatkan jumlah total penduduk yang akan melewati rute evakuasi tersebut. e. Menghitung jumlah total penduduk yang akan berada di suatu daerah pengungsian dengan melakukan penjumlahan dari jumlah penduduk yang melewati rute evakuasi yang menuju daerah pengungsian. f. Melakukan perhitungan kebutuhan sarana dan prasarana di daerah pengungsian berdasarkan standar Piagam Kemanusiaan dan Standar Minimum dalam Respon Bencana yang dibuat oleh Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia (MPBI). Tabel 3.1 Standar Minimum Kebutuhan dalam Respon bencana [MPBI, 2006] No. Kebutuhan Satuan Standar minimum 1 Air Bersih liter/orang/hari 15 2 Gizi kalori Jamban orang/jamban 20 4 Tempat sampah liter/10 keluarga Tempat naungan tertutup m 2 /orang 3.5 Hasil akhir dari diagram alir sebagaimana telah dijelaskan di atas dapat dilihat pada sub bab 4.3 Tahapan terakhir yang dilakukan pada penelitian ini adalah melihat status ketahanan wilayah terhadap bencana gempabumi dan tsunami. Status ketahanan diperoleh dari berbagai informasi dari berbagai sumber terutama lembagalembaga yang berhubungan dengan penanggulangan bencana di kota Padang. Yang secara lebih lengkap akan dijelaskan pada sub bab 4.5 Secara keseluruhan, diagram alir dari pengolahan data di atas dapat dilakukan berdasarkan gambar 3.9 di bawah ini: 46

15 Bahaya Studi Literatur Inundasi & run up DATA INPUT Data Penduduk Data Sekolah Peta Kontur Peta Citra Digitasi Tata guna lahan Sungai Garis Pantai Jaringan Jalan Struktur penduduk Struktur siswa Distribusi sekolah Klasifikasi Penduduk Rentan Penduduk Tidak Rentan Kepadatan penduduk Siswa Rentan Siswa Tidak Rentan Titik2 preduduk pd siang hari Konsentrasi penduduk maam hari Daerah terendam Daerah aman Rute Evakuasi Kerentanan Daerah Pengungsian Waktu Evakuasi Perhitungan numerik Peluang Evakuasi Gambar 3.9 Alur Kerja Pengolahan Data Kebutuhan sarana & prasarana pengungsian 47

16 3.4 Analisis Resiko Analisis resiko bencana tsunami di daerah studi dilakukan dengan melakukan kajian terhadap potensi bencana, kerentanan dan ketahanan pada daerah studi. Analisis tersebut dilakukan dengan menggunakan metoda rangking (ranking methods) terutama dengan melakukan rangking berdasarkan jumlah (rank sum) untuk masing-masing kriteria dimana bobot diperoleh berdasarkan rumusan: w i = n rj + 1 ( n r + 1) Dimana : w i = bobot masing-masing criteria n = Jumlah kriteria rj = urutun kriteria Berdasarkan rumusan di atas maka diperoleh bobot untuk masing-masing kelas sebagaimana tabel 3.2 sampai 3.8 di bawah ini 1. Kelas Jarak dari Pantai (L) Tabel 3.2 Bobot Jarak dari pantai [Yusyahnonta, 2006] No. Kriteria Jarak dari pantai Jarak dari pantai (L) Peringkat Bobot 1 Sangat dekat L < 0,5 km Dekat 0,5 L < 1,5 km Cukup dekat 1,5 L < 2,5 km Jauh L 2,5 km k 2. Kelas Ketinggian Tempat (E) Tabel 3.3. Bobot Ketinggian tempat No. Kriteria Ketinggian Tempat Ketinggian Tempat (E) Peringkat Bobot 1 Berbahaya E < 5 m Cukup Berbahaya 5 E < 9 m Kurang Berbahaya 9 E < 25 m Tidak Berbahaya E 25 m Keutuhan Waktu untuk Evakuasi (T) Tabel 3.4 Bobot Kebutuhan Waktu untuk Evakuasi No. Kriteria Waktu Evakuasi Waktu Evakuasi (T) Peringkat Bobot 1 Sangat Berbahaya T 32 menit Cukup Berbahaya 29 T < 32 menit Berbahaya T < 29 menit

17 4. Kelas Kerentanan Penduduk (PR) Tabel 3.5 Bobot Kerentanan Penduduk No. Persentasi Penduduk Rentan (PR) Peringkat Bobot 1 PR > 40 % % < PR 40% % < PR 30% % < PR 20% PR 10 % Kelas Kerentanan Siswa (SR) Tabel 3.6 Bobot Kerentanan Siswa No. Persentasi Siswa Rentan (SR) Peringkat Bobot 1 SR > 80 % % < SR 80% % < SR 60% % < SR 40% SR 20 % Kelas Simulasi Evakuasi (SE) Tabel 3.7 Bobot Simulasi Evakuasi No. Kegiatan Simulasi Peringkat Bobot 1 Pernah Hanya Sekolah yang pernah Belum Pernah Kelas Sekolah Telah Diedukasi (ES) Tabel 3.8 Bobot Sekolah Telah Diedukasi No. Persentasi sekolah teredukasi (ES) Peringkat Bobot 1 ES 75 % % ES < 75% % ES <50% ES < 25 %

18 8. Kelas Sekolah Siaga Bencana (SSB) Tabel 3.9 Bobot Sekolah Siaga Bencana No. Persentasi Sekolah Siaga Bencana (SSB) Peringkat Bobot 1 SSB 75 % % SSB < 75% % SSB <50% SSB < 25 % Dengan melakukan analisis dengan menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process) untuk menentukan bobot masing-masing kelas, maka kita dapat melihat tingkat kerentanan dan ketahanan masing - masing sehingga berdasarkan hasil analisa tersebut kita dapat menentukan seberapa besar resiko masing-masing kelurahan terhadap bencana tsunami. Hasil analisis resiko bencana tsunami secara lebih jauh akan dibahas pada sub bab

Gambar 4.12 Alternatif Alternatif rute evakuasi kelurahan Purus, Ujung Gurun dan Padang Pasir

Gambar 4.12 Alternatif Alternatif rute evakuasi kelurahan Purus, Ujung Gurun dan Padang Pasir Arah rute evakuasi Waktu Evakuasi Kel. Purus: t min = 22 menit t max = 27 menit Kel. Ujung Gurun: t min = 20 menit t max = 23 menit Kel. Padang Pasir: t min = 21 menit t max = 22 menit Gambar 4.12 Alternatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Barat memiliki garis pantai sepanjang lebih kurang 375 km, berupa dataran rendah sebagai bagian dari gugus kepulauan busur muka. Perairan barat Sumatera memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan teknologi komputer dari waktu ke waktu membawa dampak semakin banyaknya sarana-sarana yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia. Dampak perkembangannya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN KAJIAN

BAB IV HASIL DAN KAJIAN BAB IV HASIL DAN KAJIAN 4.1 Analisis Kerentanan 4.1.1 Kerentanan Wilayah Kecamatan Padang Barat yang terletak pada 0 o 58 LS dan 100 o 21 11 BT merupakan daerah yang relatif landai dengan ketinggian wilayah

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS RISIKO BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG

BAB 4 ANALISIS RISIKO BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG BAB 4 ANALISIS RISIKO BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat risiko bencana tsunami di Kota Padang berdasarkan atas faktor-faktor yang mempengaruhi risiko bencana

Lebih terperinci

BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK. Persiapan

BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK. Persiapan 35 BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK 3.1. Tahapan Pelaksanaan Secara khusus tahapan pelaksanaan pembuatan Peta Lahan Investasi ini dapat dilihat pada diagram alir di bawah ini : Persiapan Administrasi Situasi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret hingga bulan November 2009, bertempat di laboratorium dan di lapangan. Penelitian di lapangan ( pengecekan

Lebih terperinci

BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK. a. Surat permohonan kerja praktik dari Fakultas Teknik Universitas. lampung kepada CV.

BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK. a. Surat permohonan kerja praktik dari Fakultas Teknik Universitas. lampung kepada CV. BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK 3.1. Persiapan 3.1.1.Persiapan Administrasi a. Surat permohonan kerja praktik dari Fakultas Teknik Universitas lampung kepada CV. Geoplan Nusantara b. Transkrip nilai semester

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Hasil penelitian yang pernah dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Hasil penelitian yang pernah dilakukan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil penelitian yang pernah dilakukan Penelitian tentang analisis tingkat bahaya dan kerentanan wilayah terhadap bencana banjir banyak dilakukan sebelumnya, tetapi dengan menggunakan

Lebih terperinci

STUDI TINGKAT AKSESIBILITAS MASYARAKAT MENUJU BANGUNAN PENYELAMATAN (SHELTER) PADA DAERAH RAWAN TSUNAMI (STUDI KASUS: KOTA PAINAN, SUMATERA BARAT)

STUDI TINGKAT AKSESIBILITAS MASYARAKAT MENUJU BANGUNAN PENYELAMATAN (SHELTER) PADA DAERAH RAWAN TSUNAMI (STUDI KASUS: KOTA PAINAN, SUMATERA BARAT) STUDI TINGKAT AKSESIBILITAS MASYARAKAT MENUJU BANGUNAN PENYELAMATAN (SHELTER) PADA DAERAH RAWAN TSUNAMI (STUDI KASUS: KOTA PAINAN, SUMATERA BARAT) Titi Kurniati *, Nicko Pratama *Jurusan Teknik Sipil,

Lebih terperinci

5 GENANGAN AKIBAT TSUNAMI

5 GENANGAN AKIBAT TSUNAMI 5 GENANGAN AKIBAT TSUNAMI 5.1 Tsunami Pulau Weh Kejadian gempabumi yang disertai tsunami dengan kekuatan 9,1-9,3 MW atau 9,3 SR (Lay et al. 2005; USGS 2004) mengakibatkan terjadi kerusakan ekosistem mangrove,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian yang Pernah Dilakukan Penelitian terdahulu tentang analisis tigkat bahaya dan tingkat kerentanan wilayah terhadap bencana banjir sudah banyak dilakukan dengan judul

Lebih terperinci

ANALISIS RESIKO BENCANA TSUNAMI UNTUK KAWASAN PESISIR KOTA PADANG (Studi kasus: Kecamatan Padang Barat) TESIS

ANALISIS RESIKO BENCANA TSUNAMI UNTUK KAWASAN PESISIR KOTA PADANG (Studi kasus: Kecamatan Padang Barat) TESIS ANALISIS RESIKO BENCANA TSUNAMI UNTUK KAWASAN PESISIR KOTA PADANG (Studi kasus: Kecamatan Padang Barat) TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ada banyak alasan untuk dibangunnya prasarana jalan disuatu daerah salah satunya adalah untuk memperlancar distribusi barang dari suatu daerah ke daerah lain. Hal ini

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Konsep Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu untuk mengetahui potensi terjadinya banjir di suatu wilayah dengan memanfaatkan sistem informasi geografi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dinamika bentuk dan struktur bumi dijabarkan dalam berbagai teori oleh para ilmuwan, salah satu teori yang berkembang yaitu teori tektonik lempeng. Teori ini

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bengkalis

METODE PENELITIAN. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bengkalis III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Agustus 2011 sampai Januari 2012 dengan memilih Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau sebagai studi kasus penelitian.

Lebih terperinci

Pemodelan Aliran Permukaan 2 D Pada Suatu Lahan Akibat Rambatan Tsunami. Gambar IV-18. Hasil Pemodelan (Kasus 4) IV-20

Pemodelan Aliran Permukaan 2 D Pada Suatu Lahan Akibat Rambatan Tsunami. Gambar IV-18. Hasil Pemodelan (Kasus 4) IV-20 Gambar IV-18. Hasil Pemodelan (Kasus 4) IV-2 IV.7 Gelombang Menabrak Suatu Struktur Vertikal Pemodelan dilakukan untuk melihat perilaku gelombang ketika menabrak suatu struktur vertikal. Suatu saluran

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Konsep Penelitian Penelitian ini dirumuskan dengan menentukan tingkat bahaya banjir kemudian menentukan kerentanan wilayah terhadap bencana banjir. Penentuan kelas kerentanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi banjir ialah aliran air sungai yang tingginya melebih muka air normal, sehinga melimpas dari palung sungai menyebabkan adanya genangan pada lahan rendah di

Lebih terperinci

4.3. Variabel dan Definisi Operasional Variabel

4.3. Variabel dan Definisi Operasional Variabel BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi pada penelitian ini yaitu keseluruhan data tahun 2010 sampai 2014 kabupaten/kota yang berada di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang

Lebih terperinci

Gambar 6. Peta Lokasi Kabupaten Majalengka (Sumber : PKSKL IPB 2012)

Gambar 6. Peta Lokasi Kabupaten Majalengka (Sumber : PKSKL IPB 2012) 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 3 Juni 5 Juli 2013, meliputi pengumpulan data, pengolahan data, analisis data dan pengamatan lapangan (ground

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beberapa pulau utama dan ribuan pulau kecil disekelilingnya. Dengan 17.508 pulau, Indonesia menjadi negara

Lebih terperinci

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PENGATURAN SPOOR DAN JADWAL KEBERANGKATAN KERETA API

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PENGATURAN SPOOR DAN JADWAL KEBERANGKATAN KERETA API APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PENGATURAN SPOOR DAN JADWAL KEBERANGKATAN KERETA API (Studi Kasus: Stasiun pasar turi Surabaya-Stasiun Lamongan kota) Budy Pribadi 1, Agung Budi Cahyono ST, MSc,

Lebih terperinci

Analisis dan Pemetaan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan Sistem Informasi Geografis dan Metode Simple Additive Weighting

Analisis dan Pemetaan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan Sistem Informasi Geografis dan Metode Simple Additive Weighting Analisis dan Pemetaan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan Sistem Informasi Geografis dan Metode Simple Additive Weighting Artikel Ilmiah Diajukan kepada Program Studi Sistem Informasi guna memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan provinsi yang terletak di bagian tengah-selatan Pulau Jawa, berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah dan berhadapan langsung dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2004 yang melanda Aceh dan sekitarnya. Menurut U.S. Geological

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2004 yang melanda Aceh dan sekitarnya. Menurut U.S. Geological BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan wilayah yang rawan terhadap bencana alam. Salah satu bencana paling fenomenal adalah terjadinya gempa dan tsunami pada tahun 2004 yang melanda

Lebih terperinci

BAB 3 PERUMUSAN INDIKATOR - INDIKATOR BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG

BAB 3 PERUMUSAN INDIKATOR - INDIKATOR BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG BAB 3 PERUMUSAN INDIKATOR - INDIKATOR BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG Pada bahagian ini akan dilakukan perumusan indikator indikator dari setiap faktor faktor dan sub faktor risiko bencana yang sudah dirumuskan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Oleh : Misbakhul Munir Zain 3506100055 Program Studi Teknik Geomatika ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111 Email

Lebih terperinci

KESIMPULAN RISIKO BENCANA

KESIMPULAN RISIKO BENCANA KESIMPULAN RISIKO BENCANA Bencana terjadi karena faktor alam dan faktor manusia. Secara umum bencana menimbulkan resiko. Tinggi rendahnya resiko bencana sangat tergantung pada ancaman, kerentanan dan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahaya gempabumi cukup tinggi. Tingginya ancaman gempabumi di Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. bahaya gempabumi cukup tinggi. Tingginya ancaman gempabumi di Kabupaten BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Bantul merupakan salah satu wilayah yang memiliki ancaman bahaya gempabumi cukup tinggi. Tingginya ancaman gempabumi di Kabupaten Bantul telah dibuktikan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS

IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS (GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM) Fakultas Teknologi Pertanian, Kampus Limau

Lebih terperinci

Perencanaan Evakuasi

Perencanaan Evakuasi Perencanaan Evakuasi Menyelamatkan diri dari tsunami adalah persoalan keluar dari jangkauan gelombang tsunami dan air genangan tepat pada waktunya. Apakah Perencanaan Evakuasi itu? Prinsip-prinsip dalam

Lebih terperinci

Kata kunci : Perubahan lahan, nilai tanah.

Kata kunci : Perubahan lahan, nilai tanah. Analisis Perubahan Zona Nilai Tanah Akibat Perubahan Penggunaan Lahan Di Kota Denpasar Tahun 2007 Dan 2011. Antonius G Simamora 1) Ir. Sawitri, M.Si 2) Ir. Hani ah 3) 1) Mahasiswa Teknik Geodesi Universitas

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE 33 BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Studi ini dilakukan di Kota Padang Panjang, Sumatera Barat. Secara administrasi pemerintahan Kota Padang Panjang terletak di Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

MITIGASI BENCANA ALAM TSUNAMI BAGI KOMUNITAS SDN 1 LENDAH KULON PROGO. Oleh: Yusman Wiyatmo ABSTRAK

MITIGASI BENCANA ALAM TSUNAMI BAGI KOMUNITAS SDN 1 LENDAH KULON PROGO. Oleh: Yusman Wiyatmo ABSTRAK MITIGASI BENCANA ALAM TSUNAMI BAGI KOMUNITAS SDN 1 LENDAH KULON PROGO Oleh: Yusman Wiyatmo Jurdik Fisika FMIPA UNY, yusmanwiyatmo@yahoo.com, HP: 08122778263 ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah: 1) mengetahui

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan sejak Juli 2010 sampai dengan Mei 2011. Lokasi penelitian terletak di wilayah Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Pengolahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG Saat ini sistem informasi peringatan dini tsunami yang telah ada di Indonesia hanya merupakan sistem penyampaian informasi mengenai bahaya tsunami saja dengan memberikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah Indonesia merupakan salah satu negara dengan kondisi geologis yang secara tektonik sangat labil karena dikelilingi oleh Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 1.1 JENIS PENELITIAN Jenis penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif. Jenis penelitian deskriptif (Narbuko dan Achmadi, 2008) adalah jenis penelitian yang berusaha

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu penelitian dimulai pada tanggal 20 Januari 2011 dan menggunakan data hasil survei Balai Riset Perikanan Laut (BRPL). Survei ini dilakukan mulai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian yang Pernah Dilakukan Penelitian tentang analisis tingkat bahaya dan kerentanan wilayah terhadap bencana banjir banyak dilakukan sebelumnya, tetapi dengan menggunakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Dalam rangka perumusan kebijakan, pembangunan wilayah sudah seharusnya mempertimbangkan pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan. Penelitian ini dilakukan atas dasar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENILITIAN. Lokasi penelitian mengambil daerah studi di Kota Gorontalo. Secara

BAB III METODE PENILITIAN. Lokasi penelitian mengambil daerah studi di Kota Gorontalo. Secara 20 BAB III METODE PENILITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian mengambil daerah studi di Kota Gorontalo. Secara astronomi daerah studi terletak pada 00 28' 17'' - 00 35' 56'' LU dan 122

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini berlokasi di Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Galuga dan sekitarnya, Desa Galuga, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

KERANGKA RAPERMEN TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN BATAS SEMPADAN PANTAI

KERANGKA RAPERMEN TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN BATAS SEMPADAN PANTAI KERANGKA RAPERMEN TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN BATAS SEMPADAN PANTAI BAB I BAB II BAB III BAB IV BAB V : KETENTUAN UMUM : PENGHITUNGAN BATAS SEMPADAN PANTAI Bagian Kesatu Indeks Ancaman dan Indeks Kerentanan

Lebih terperinci

PETA DASAR ZONASI TINGKAT PERINGATAN TSUNAMI DAERAH BANYUWANGI

PETA DASAR ZONASI TINGKAT PERINGATAN TSUNAMI DAERAH BANYUWANGI PETA DASAR ZONASI TINGKAT PERINGATAN TSUNAMI DAERAH BANYUWANGI Dalam rangka upaya peringatan dini untuk bencana tsunami, beragam peta telah dibuat oleh beberapa instansi pemerintah, LSM maupun swasta.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ditentukan sesuai dengan SNI nomor :1994 yang dianalisis dengan

BAB III METODE PENELITIAN. ditentukan sesuai dengan SNI nomor :1994 yang dianalisis dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif, yakni penentuan lokasi untuk TPA sampah. Penentuan lokasi TPA sampah ditentukan sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembobotan. Tabel 5.1 Persentase Pembobotan Tingkat Bahaya

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembobotan. Tabel 5.1 Persentase Pembobotan Tingkat Bahaya BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pembobotan Adapun hasil dari kuesioner yang dilakukan dibeberapa instansi terkait kerentanan banjir dapat dilihat pada lampiran 1, sedangkan untuk hasil kuesioner tingkat

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW), Surabaya, 11 Juli 2012, ISSN

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW), Surabaya, 11 Juli 2012, ISSN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PEMELIHARAAN JALAN KABUPATEN SEBAGAI PENUNJANG KEPUTUSAN PEMELIHARAAN JALAN KABUPATEN (STUDI KASUS JALAN KABUPATEN DI KECAMATAN PARAKAN KABUPATEN TEMANGGUNG) KETUT CHANDRA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Gorontalo merupakan salah satu kota di Indonesia yang rawan terjadi banjir. Hal ini disebabkan oleh curah hujan yang tinggi berkisar antara 106 138mm/tahun,

Lebih terperinci

BAB IV. Kajian Analisis

BAB IV. Kajian Analisis 97 BAB IV KAJIAN BAB IV ANALISIS Kajian Analisis 4.1 Analisis Karakteristik Kawasan Pesisir 4.1.1 Karakteristik Kebijakan Kawasan Pesisir 4.1.1.1 Keterkaitan Kebijakan Pemanfaatan Ruang/Peraturan Zonasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banjir merupakan aliran air di permukaan tanah ( surface run-off) yang

BAB I PENDAHULUAN. Banjir merupakan aliran air di permukaan tanah ( surface run-off) yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir merupakan aliran air di permukaan tanah ( surface run-off) yang relatif tinggi dan tidak dapat ditampung oleh saluran drainase atau sungai, sehingga melimpah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Menurut Arikunto (1988), metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Data yang dikumpulkan bisa berupa

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS KEPADATAN LALU LINTAS DAN DAERAH RAWAN KECELAKAAN KOTA SURABAYA

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS KEPADATAN LALU LINTAS DAN DAERAH RAWAN KECELAKAAN KOTA SURABAYA SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS KEPADATAN LALU LINTAS DAN DAERAH RAWAN KECELAKAAN KOTA SURABAYA Witarjo 1, Arna Fariza 2, Arif Basofi 2 Mahasiswa Jurusan Teknik Informatika 1, Dosen Pembimbing 2 Politeknik

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Bukit digunakan metode deskriptif, menurut Moh. Nazir (1983:63) Metode

METODOLOGI PENELITIAN. Bukit digunakan metode deskriptif, menurut Moh. Nazir (1983:63) Metode 22 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam penelitian analisis perkembangan daerah pemukiman di Kecamatan Balik Bukit digunakan metode deskriptif, menurut Moh. Nazir (1983:63) Metode deskriptif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komputer dapat digunakan sebagai alat bantu untuk menyelesaikan berbagai persoalan. Sistem Informasi Geografi adalah suatu sistem manajemen berupa informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah memiliki fungsi sosial, yang berarti bahwa kegunaan tanah diutamakan untuk kepentingan orang banyak/umum daripada untuk kepentingan pribadi atau golongan. Dalam

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Tingkat Bahaya Banjir Analisis tingkat bahaya banjir pada penelitian ini berpedoman pada Peraturan Kepala BNPB Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Samudera Pasifik yang bergerak kearah barat-barat laut dengan kecepatan sekitar 10

BAB 1 : PENDAHULUAN. Samudera Pasifik yang bergerak kearah barat-barat laut dengan kecepatan sekitar 10 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terletak diantara tiga lempeng utama dunia, yaitu Lempeng Samudera Pasifik yang bergerak kearah barat-barat laut dengan kecepatan sekitar 10 cm per tahun,

Lebih terperinci

Karena tidak pernah ada proyek yang dimulai tanpa terlebih dahulu menanyakan: DIMANA?

Karena tidak pernah ada proyek yang dimulai tanpa terlebih dahulu menanyakan: DIMANA? PENGUKURAN KEKOTAAN Geographic Information System (1) Lecture Note: by Sri Rezki Artini, ST., M.Eng Geomatic Engineering Study Program Dept. Of Geodetic Engineering Permohonan GIS!!! Karena tidak pernah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Kawasan Pantai Utara Surabaya merupakan wilayah pesisir yang memiliki karakteristik topografi rendah sehingga berpotensi terhadap bencana banjir rob. Banjir rob ini menyebabkan

Lebih terperinci

ANALISIS DAERAH MILIK JALAN (DAMIJA) MENGGUNAKAN ArcGis 9.3

ANALISIS DAERAH MILIK JALAN (DAMIJA) MENGGUNAKAN ArcGis 9.3 ANALISIS DAERAH MILIK JALAN (DAMIJA) MENGGUNAKAN ArcGis 9.3 Alan Rama Budi Email : alan.rama16@gmail.com Program Studi Ilmu Komputer FMIPA Universitas Pakuan, Bogor ABSTRAK Fungsi Utama dari jalan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin ketatnya persaingan di industri jasa penerbangan membuat bisnis layanan semakin berat untuk dihadapi. Upaya PT Garuda Indonesia dalam menghadapi persaingan

Lebih terperinci

PETA MIKROZONASI PENGARUH TSUNAMI KOTA PADANG

PETA MIKROZONASI PENGARUH TSUNAMI KOTA PADANG PETA MIKROZONASI PENGARUH TSUNAMI KOTA PADANG Nama : I Made Mahajana D. NRP : 00 21 128 Pembimbing : Ir. Theodore F. Najoan, M. Eng. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL BANDUNG ABSTRAK Pesisir pantai

Lebih terperinci

Penyebab Tsunami BAB I PENDAHULUAN

Penyebab Tsunami BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana adalah peristiwa/rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sarat akan potensi bencana gempa bumi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sarat akan potensi bencana gempa bumi BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang sarat akan potensi bencana gempa bumi dan tsunami yang disebabkan oleh pergerakan lempeng tektonik. Ini merupakan dampak dari wilayah

Lebih terperinci

Analisis Spasial untuk Menentukan Zona Risiko Banjir Bandang (Studi Kasus: Kabupaten Sinjai)

Analisis Spasial untuk Menentukan Zona Risiko Banjir Bandang (Studi Kasus: Kabupaten Sinjai) Analisis Spasial untuk Menentukan Zona Risiko Banjir Bandang (Studi Kasus: Kabupaten ) Risma, Paharuddin, Sakka Program Studi Geofisika Jurusan Fisika FMIPA Unhas risma.fahrizal@gmail.com Sari Penelitian

Lebih terperinci

Pembelajaran/ Media. Metode Ceramah, Tanya jawab,diskusi Media OHP,LCD. Metode Ceramah, Tanya jawab,diskusi Media OHP,LCD

Pembelajaran/ Media. Metode Ceramah, Tanya jawab,diskusi Media OHP,LCD. Metode Ceramah, Tanya jawab,diskusi Media OHP,LCD SATUA ACARA PERKULIAHA SIG Tujuan Pembelajaran Umum Tujuan Pembelajaran Khusus Pokok Bahasan/sub Pokok Bahasan Pembelajaran/ Evaluasi Buku Sumber Tugas/Latihan Pertemuan 1 memahami tata tertib dan silabus

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil simulasi model penjalaran gelombang ST-Wave berupa gradien stress radiasi yang timbul sebagai akibat dari adanya perubahan parameter gelombang yang menjalar memasuki perairan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... ix BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 3 1.3 Tujuan & Sasaran... 3 1.3.1

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster.

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster. GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 14 Sesi NGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI A. MODEL DATA SPASIAL Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster. a. Model Data Vektor

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gempa bumi sebagai suatu kekuatan alam terbukti telah menimbulkan bencana yang sangat besar dan merugikan. Gempa bumi pada skala kekuatan yang sangat kuat dapat menyebabkan

Lebih terperinci

Pembangunan Geodatabase Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung

Pembangunan Geodatabase Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung Reka Geomatika No.1 Vol. 2016 14-20 ISSN 2338-350X Maret 2016 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Jurusan Teknik Geodesi Pembangunan Geodatabase Ruang Terbuka Hijau FERI NALDI, INDRIANAWATI Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi 6 0 12 Lintang Selatan dan 106 0 48 Bujur Timur. Sebelah Utara Propinsi DKI Jakarta terbentang pantai dari Barat

Lebih terperinci

SIG (SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS) Oleh : Djunijanto

SIG (SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS) Oleh : Djunijanto SIG (SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS) Oleh : Djunijanto Pengertian SIG Sistem informasi yang menggunakan komputer untuk mendapatkan, mengolah, menganalisis dan menyajikan data yang mengacu pada lokasi geografis

Lebih terperinci

Pemintakatan Risiko Bencana Banjir Bandang di Kawasan Sepanjang Kali Sampean, Kabupaten Bondowoso

Pemintakatan Risiko Bencana Banjir Bandang di Kawasan Sepanjang Kali Sampean, Kabupaten Bondowoso JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 C-58 Pemintakatan Risiko Bencana Banjir Bandang di Kawasan Sepanjang Kali Sampean, Kabupaten Bondowoso Bambang Budi Utomo dan Rima Dewi Supriharjo

Lebih terperinci

Layanan Peringatan dari BMKG

Layanan Peringatan dari BMKG Layanan dari BMKG tsunami harus mencapai masyarakat berisiko secara tepat waktu. Rantai Tsunami Pusat Dini Tsunami Nasional di BMKG Jakarta Legenda: BNPB PUSDALOPS TNI POLRI dari BMKG TV/Radio Nasional

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah uang. Salah satu yang menunjang aktivitas manusia adalah alat

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah uang. Salah satu yang menunjang aktivitas manusia adalah alat 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini kita memasuki kehidupan yang serba modern. Pada kehidupan modern ini tentulah selalu mengutamakan waktu, bahkan ada istilah waktu adalah uang. Salah satu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 8 Peta Lokasi Penelitian (Sumber:

BAB III METODOLOGI. Gambar 8 Peta Lokasi Penelitian (Sumber: 13 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Studi Lokasi penelitian ini berada pada CBD Sentul City, yang terletak di Desa Babakan Maday, Kecamatan Citeuruep, Kabupaten DT II Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. 4.1 Spesifikasi Perangkat Keras dan Pera ngkat Lunak. program aplikasi dengan baik adalah sebagai berikut:

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. 4.1 Spesifikasi Perangkat Keras dan Pera ngkat Lunak. program aplikasi dengan baik adalah sebagai berikut: BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Perangkat Keras dan Pera ngkat Lunak 4.1.1 Spesifikasi Perangkat Keras Spesifikasi minimum hardware yang digunakan untuk menjalankan program aplikasi dengan

Lebih terperinci

Optimasi Pencarian Jalur Lalu Lintas Antar Kota di Jawa Timur dengan Algoritma Hybrid Fuzzy-Floyd Warshall

Optimasi Pencarian Jalur Lalu Lintas Antar Kota di Jawa Timur dengan Algoritma Hybrid Fuzzy-Floyd Warshall 165 Optimasi Pencarian Jalur Lalu Lintas Antar Kota di Jawa Timur dengan Algoritma Hybrid Fuzzy-Floyd Warshall Imam Khairi, Erni Yudaningtyas, Harry Soekotjo Dachlan AbstrakSistem pencarian jalur yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Yogyakarta merupakan ibukota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan merupakan satu-satunya daerah tingkat II yang berstatus Kota di samping empat daerah

Lebih terperinci

Gambar 2. Lokasi Studi

Gambar 2. Lokasi Studi 17 III. METODOLOGI 3.1. Lokasi Studi Studi ini berlokasi di Kawasan Sungai Kelayan di Kota Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan. Sungai Kelayan terletak di Kecamatan Banjarmasin Selatan (Gambar 2).

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Masyarakat Tangguh Bencana Berdasarkan PERKA BNPB Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Desa/Kelurahan Tangguh Bencana, yang dimaksud dengan Desa/Kelurahan Tangguh Bencana adalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Berikut adalah metode penelitian yang diusulkan : Pengumpulan Data Peta Curah Hujan tahun Peta Hidrologi Peta Kemiringan Lereng Peta Penggunaan Lahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tingginya angka pertumbuhan penduduk mengakibatkan semakin tingginya tingkat mobilitas di jalan raya. Jumlah kendaraan yang dibutuhkan manusia pun semakin banyak

Lebih terperinci

III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 9 bulan (Maret - November 2009), dan obyek penelitian difokuskan pada tiga kota, yaitu Kota Padang, Denpasar, dan Makassar.

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN BAB II METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam analisis tingkat kekritisan lahan kawasan budidaya pertanian yaitu dengan menggunakan metode analisis data sekunder yang dilengkapi dengan

Lebih terperinci

oleh : Eka Rianta S. Database and Mapping Officer ACF

oleh : Eka Rianta S. Database and Mapping Officer ACF PEMETAAN RESIKO BERMACAM BAHAYA LINGKUNGAN (MULTI RISK HAZARD MAPPING) DI KELURAHAN KAMPUNG MELAYU, CIPINANG BESAR UTARA DAN PENJARINGAN PROPINSI DKI JAKARTA (complement slides) oleh : Eka Rianta S. Database

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kota Tasikmalaya, dengan lingkup wilayah studi area PKL di BWK I. Alasan dipilihnya BWK I karena kawasan ini merupakan

Lebih terperinci

PERKUAT MITIGASI, SADAR EVAKUASI MANDIRI DALAM MENGHADAPI BENCANA TSUNAMI

PERKUAT MITIGASI, SADAR EVAKUASI MANDIRI DALAM MENGHADAPI BENCANA TSUNAMI PERKUAT MITIGASI, SADAR EVAKUASI MANDIRI DALAM MENGHADAPI BENCANA TSUNAMI Oleh : Rahmat Triyono, ST, MSc Kepala Stasiun Geofisika Klas I Padang Panjang Email : rahmat.triyono@bmkg.go.id (Hasil Penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Contoh Pembagian Rayon dalam Suatu Wilayah

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Contoh Pembagian Rayon dalam Suatu Wilayah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan otonomi yang dimiliki perusahaan daerah untuk mengelola air minum menghadapi masalah pemetaan. Masalah pemetaan ini disebabkan oleh pembagian wilayah dan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian dilakukan kurang lebih selama sebelas bulan yaitu sejak Februari 2009 hingga Januari 2010, sedangkan tempat penelitian dilakukan

Lebih terperinci

METODE. Waktu dan Tempat

METODE. Waktu dan Tempat Dengan demikian, walaupun kondisi tanah, batuan, serta penggunaan lahan di daerah tersebut bersifat rentan terhadap proses longsor, namun jika terdapat pada lereng yang tidak miring, maka proses longsor

Lebih terperinci

Penentuan Lokasi Rumah Pompa Kota Surabaya Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process(AHP)

Penentuan Lokasi Rumah Pompa Kota Surabaya Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process(AHP) Penentuan Lokasi Rumah Pompa Kota Surabaya Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process(AHP) Lutfiyah Rahmawati 1, Arna Fariza S.Kom M.Kom 2, Ira Prasetyaningrum S.Si, M.T 2 Mahasiswa Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kualitas hasil produksi suatu tanaman pangan khususnya komoditas Jagung sangat bergantung pada kualitas lahan yang akan digunakan. Jika pada awal pemilihan lahan untuk

Lebih terperinci

Bab III Pelaksanaan Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa tahap pelaksanaan sebagaimana dijabarkan pada gambar III.

Bab III Pelaksanaan Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa tahap pelaksanaan sebagaimana dijabarkan pada gambar III. Bab III Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa tahap pelaksanaan sebagaimana dijabarkan pada gambar III.1 berikut ini : Gambar III.1. Diagram alir penelitian III.1. Gambaran

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Konsep Penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Konsep Penelitian BAB IV METODE PENELITIAN A. Konsep Penelitian Penelitian ini dirumuskan dengan menentukan tingkat bahaya banjir kemudian menentukan kerentanan wilayah terhadap banjir. Penentuan kelas kerentanan maupun

Lebih terperinci