PEMETAAN KOMPETENSI GURU GEOGRAFI PADA MATERI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI SMAN DAN MAN SEKOTA PALU. Oleh: Khairurraziq

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMETAAN KOMPETENSI GURU GEOGRAFI PADA MATERI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI SMAN DAN MAN SEKOTA PALU. Oleh: Khairurraziq"

Transkripsi

1 1 PEMETAAN KOMPETENSI GURU GEOGRAFI PADA MATERI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI SMAN DAN MAN SEKOTA PALU Oleh: Khairurraziq ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan: (1) untuk mengetahui pe ta kompetensi guru geografi pada materi sistem informasi geografis dalam proses pembelajaran di SMAN dan MAN sekota Palu. (2) untuk mengetahui peta sarana dan prasarana pendukung Sistem informasi Geografis terhadap kompetensi guru geografi pada materi Sistem Informasi Geografis dalam proses pembelajaran di SMAN dan MAN sekota Palu. Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Populasi dalam penelitian adalah seluruh guru geografi yang berada di SMAN dan MAN sekota Palu, dan sampel penelitian adalah guru yang dinilai pada saat melakukan proses pembelajaran pada materi SIG dengan teknik snowball sampling. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi, wawancara semi terstruktur, angket, dan dokumentasi. Lembar observasi ditujukan kepada guru geografi yang melakukan proses pembelajaran pada materi SIG. Wawancara semi terstruktur diberikan kepada guru geografi yang mengajar materi SIG. Angket diberikan kepada siswa yang gurunya dilakukan penilaian dengan menggunakan quota sampling, mengambil 10% dari jumlah siswa yang berada ditiap kelas. Dokumentasi dilakukan dengan melihat rencana pelaksanaan pembelajaran ( RPP) terhadap guru yang melakukan pembelajaran pada materi SIG. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi pedagogik tertinggi guru geografi terletak pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berkarakter dengan persentase 100% atau dengan kompetensi sangat baik, dan terendah terletak pada melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif dengan persentase 50% atau dengan kompetensi cukup baik. Kompetensi profesional tertinggi guru geografi terletak pada menunjukkan penguasaan terhadap materi SIG, mengeaitkan materi SIG dengan pengetahuan lain yang relevan, menyampaikan materi SIG dengan jelas, sesuai dengan hierarki belajar dan karakter siswa, dan menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran geografi pada materi SIG dengan persentase 60% atau dengan kompetensi cukup baik, dan tertinggi terletak pada mengaitkan materi SIG dengan realitas kehidupan dengan persentase sebesar 55% atau terletak pada kompetensi cukup baik. * Mahasiswa Pada Program Studi Pendidikan Geografi P.IPS FKIP UNTAD

2 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Standar kompetensi guru ini dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi utama yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Sering ditemukan proses pembelajaran yang terjadi hanya satu arah. Maksudnya tidak lain adalah guru tersebut lebih aktif menjelaskan materi kepada siswa, sedangkan siswa yang di ajar hanya mendengar dan tanpa diketahui apakah siswa yang di ajar tersebut memahami materi yang diajarkan atau tidak. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan murid disekolah, bukan hanya sekedar menjelaskan, mencatat, dan memberikan tugas (pembelajaran tradisional). Namun sebaiknya di dukung dengan penayangan dan praktek, dalam hal ini yang dituntut adalah keahlian guru dalam menggunakan media pembelajaran. Dari sinilah dilihat bagaimana kompetensi yang dimiliki oleh seorang guru, sehingga memang pantas disebut sebagai guru yang profesional. Materi sistem informasi geografis (SIG) pada mata pelajaran geografi dikelas XII, merupakan materi yang didasari dengan pengaplikasian perangkat berupa komputer beserta aplikasi pendukung SIG tersebut. SIG pada dasarnya adalah sistem informasi yang berbasiskan komputer dengan data digital yang merujuk pada lokasi geografis di permukaan bumi. SIG sangat erat kaitannya dengan komputer, tanpa komputer beserta aplikasinya, informasi yang diinginkan tidak akan diperoleh. Pendayagunaan media dan sumber belajar berperan sebagai alat bantu bagi tercapainya efektivitas dan efisiensi pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Sarana dan prasarana juga merupakan faktor pendukung dari tercapainya pembelajaran yang efektif pada materi SIG. Walaupun guru geografi mampu untuk mengaplikasikan praktek pembuatan peta digital, tanpa adanya komputer dan aplikasinya tersebut, proses pembelajaran tidak akan berjalan secara optimal. Menurut Dadang Tri A. (2011), sistem i nformasi geografis (SIG) di Sekolah Menengah Atas dapat menciptakan lingkungan belajar spasial di mana siswa dapat mengeksplorasi, menganalisis, dan membuat keputusan tentang masalah secara interaktif dan menantang. Sistem Informasi Geografis (SIG) mengintegrasikan perspektif spasial geografi dengan manajemen data dan analisis kemampuan teknologi informasi modern. SIG dapat memupuk belajar yang berbasis standar, interdisipliner, otentik, kolaboratif, dan interaktif. Ketika siswa belajar SIG, mereka belajar bagaimana menggunakan teknologi secara efektif untuk menjawab pertanyaan dan mereka lebih siap untuk memenuhi tantangan pekerjaan dan kehidupan di abad 21. Berdasarkan hasil observasi awal pada bulan Juli 2012 ditemukan bahwa masih terdapat kendala dalam penyajian pada materi SIG. Beberapa guru mengakui adanya keterbatasan kemampuan untuk mengaplikasikan program pembuatan peta digital, sebab materi SIG ini dipandang sebagai materi yang sulit untuk diajarkan karena belum adanya laboratorium IPS yang menunjang proses pembelajaran dan ketidakmampuan guru dalam membuat peta digital. 2

3 3 Hasil observasi inilah yang melatarbelakangi sehingga penelitian mengenai pemetaan kompetensi guru geografi pada materi sistem informasi geografis dalam proses pembelajaran di SMAN dan MAN sekota Palu ingin dilakukan. Melalui pemetaan terhadap kompetensi guru tersebut, dapat disimpulkan segala fenomena selama proses pembelajaran, khususnya pada materi Sistem Informasi Geografis, pada mata pelajaran geografi. II. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif, yaitu menggambarkan kondisi kompetensi guru geografi pada materi sistem informasi geografis dalam proses pembelajaran di SMAN dan MAN sekota Palu. Adapun lokasi penelitian adalah semua sekolah SMAN dan MAN yang berada di kota Palu dengan jumlah 12 sekolah. Populasi adalah semua guru geografi yang berada di 12 sekolah, baik yang berada di SMAN maupun MAN sekota Palu yang berjumlah 22 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah snowball sampling. Menurut Sugiyono (2010: 300) snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Pertama-tama dipilih satu atau dua orang, tetapi karena dengan dua orang ini belum merasa lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh dua orang sebelumnya. Pada penelitian ini sampel yang di ambil adalah guru geografi yang melakukan pembelajaran pada materi SIG di kelas, dengan melakukan penilaian menggunakan lembar observasi. Apabila data yang diperolah dari hasil observasi guru geografi yang mengajar tersebut masih belum lengkap, maka observasi dilakukan lagi sampai data yang di peroleh sudah lengkap. Instrumen penelitian menggunakan lembar observasi, daftar wawancara semiterstruktur, dan angket/kuesioner. Data dari hasil angket yang telah diisi oleh guru geografi tersebut diolah dalam bentuk tabel, dengan format tabel sebagai berikut: Tabel 1. Format pengolahan data Option Variabel Frekuensi Persentase (%) SB B CB KB Sangat baik Baik Cukup baik Kurang baik Sumber : Ahmad Yani 2011 Banyaknya jawaban responden Persentase dari skor jawaban responden 1. Skala Pengukuran Variabel Pengukuran variabel menggunakan skala Likert. Menurut Sugiyono (2010: 134) skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian.

4 4 Variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun itemitem instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif yang dapat berupa kata-kata antara lain: Tabel 2. Skala pengukuran variabel (Skala Likert) Item jawaban Sangat mampu/ Sangat sering/ Sangat baik/ Sangat siap Mampu/ Sering/ Baik/ Siap Cukup mampu/ Cukup sering/ Cukup baik/ Cukup siap Kurang mampu/ Kurang sering/ Kurang baik/ Kurang siap Sumber : Ahmad Yani 2011 Skor Teknik Analisis Data Penentuan teknik analisis data, harus disesuaikan dengan alat pengambilan data yang dihasilkan. Penelitian berbentuk deskriptif yang menggambarkan keadaan atau suatu fenomena. Penelitian mendeskripsikan bagaimana kompetensi guru geografi pada materi SIG dalam proses belajar mengajar di SMAN dan MAN sekota Palu. Data yang diperoleh dari angket kemudian dianalisis dengan menggunakan analisa dan formula presentase seperti yang dikemukakan oleh Sudijono dalam Ahmad Yani (2001: 35), dengan rumus sebagai berikut: = 100 % Keterangan: P = Angka persentase F = Frekuensi jawaban responden yang sedang dicari persentasenya N = Number of cases (Jumlah frekuensi/ jumlah responden) Langkah-langkah yang ditempuh dalam penggunaan teknik analisis ini adalah sebagai berikut: 1. Membuat tabel distribusi jawaban angket 2. Menentukan skor jawaban responden dengan ketentuan skor yang ditetapkan 3. Menjumlah skor jawaban yang diperoleh dari tiap-tiap responden 4. Memasukkan skor tersebut kedalam rumus 5. Hasil yang diperoleh selanjutnya dikonsultasikan dengan tabel kategori

5 5 Sebelum menentukan kategori formula persentase yang diperoleh, maka dibuat tabel kategori yang disusun dengan perhitungan sebagai berikut: Tabel 3. Interval kategori kompetensi Interval Kriteria Kebaikan Pemahaman Penguasaan 81, ,52 81,27 43,76 62,51 25,00 43,75 Sangat baik Baik Cukup baik Kurang baik Sangat paham Paham Cukup paham Kurang paham Sangat menguasai Menguasai Cukup menguasai Kurang menguasai Sumber : Ahmad Yani 2011 III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Kompetensi Pedagogik Peta analisiss kompetensi pedagogik dapat dilihat pada gambar berikut. Kemampuan Sangat mampu Mampu Cukup mampu Kurang mampu Gambar. Diagram kompetensi pedagogik guru geografi pembelajaran pada materi SIG dalam proses Dengan keterangan sebagai berikut: 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berkarakter materi 2. Penerapan pembelajaran di kelas dengan RPP yang ada 3. Mempersiapkan siswa untuk belajar 4. Melakukan kegiatan apersepsi 5. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan karakter siswa 6. Melaksanakan pembelajaran secara runtun 7. Menguasai kelas 8. Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual 9. Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif 10. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan 11. Menggunakan media secara efektif dan efisien 12. Menghasilkan pesan yang menarik 13. Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media 14. Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran

6 6 15. Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa 16. Menumbuhkan keceriaan dan antusisme siswa dalam belajar 17. Memantau kemajuan belajar selama proses 18. Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan) 19. Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, dan benar 20. Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai 21. Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa 22. Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau kegiatan, atau tugas sebagai bagian remidi/ pengayaan. 2. Kompetensi Profesional Peta analisiss kompetensi profesional dapat dilihat pada gambar berikut Gambar. Diagram kompetensi profesional guru geografi pembelajaran pada materi SIG dalam proses Dengan keterangan sebagai berikut: 1. Menunjukkan penguasaan materi SIG 2. Mengaitkan materi SIG dengan pengetahuan lain yang relevan 3. Menyampaikan materi SIG dengan jelas, sesuai dengan hierarki belajar dan karakter siswa 4. Mengaitkan materi SIG dengan realitas kehidupan 5. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mataa pelajaran yang diampu 2. Pembahasan 1. Kompetensi guru geografi dalam proses pembelajaran pada materi SIG Menurut Rustam dalam dalila Sadida (2011: 1) proses pembelajaran merupakan salah satu tahapan penting dalam pembelajaran. Oleh karena itu, proses pembelajaran perlu ditempuh melalui prosedur yang sistematis dan sistemik. Proses pembelajaran adalah proses yang di dalamnya terdapat kegiatan interaksi antara guru dan siswa, serta komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar. Berdasarkan hasil analisis peta kompetensi guru geografi pada kompetensi pedagogik dan profesional dalam proses pembelajaran pada materi

7 7 SIG, masih terdapat beberapa kompetensi yang masih sangat perlu untuk diperbaiki dan ditingkatkan. Pada kompetensi pedagogik yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan yaitu kompetensi guru dalam melakukan kegiatan apersepsi, menguasai kelas, melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif, menggunakan media secara efektif dan efisien, melibatkan siswa dalam pemanfaatan media, menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran, menumbuhkan keceriaan dan antusisme siswa dalam belajar, dan melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa. Pada kompetensi profesional yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan yaitu mengaitkan materi SIG dengan pengetahuan lain yang relevan, menyampaikan materi SIG dengan jelas, sesuai dengan hierarki belajar dan karakter siswa, dan mengaitkan materi SIG dengan realitas kehidupan. Sebelum melakukan pertemuan dengan siswa untuk melangsungkan proses pembelajaran, terlebih dahulu seorang guru terkhususnya guru geografi harus membuat rancangan pembelajaran atau yang sering dikenal dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Keseluruhan dari guru geografi yang d iamati telah memiliki RPP dengan standar berkarakter. RPP yang dibuat mencakup keseluruhan dari proses pembelajaran yang terjadi di kelas, mulai dari awal sampai akhir pembelajaran. Terdapat 3 kegiatan dalam proses pembelajaran, yang pertama adalah kegiatan prapembelajaran, yang kedua adalah kegiatan inti pembelajaran, dan yang ketiga adalah kegiatan penutup. Prapembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan diawal proses pembelajaran, di dalamnya terdapat kegiatan apersepsi. Hasil observasi yang dilakukan pada 5 guru geografi menunjukkan bahwa kecenderungan guru geografi sering meninggalkan kegiatan apersepsi tersebut, dimana kegiatan apersepsi merupakan pengantar sebelum masuk pada materi inti, atau penjelasan mengenai materi yang telah dilewatkan sebagai bahan pengantar untuk masuk pada materi lanjutan. Proses pembelajaran sangat dituntut untuk menghasilkan pembelajaran yang berkualitas, kedisiplinan sangat dibutuhkan untuk dapat mengontrol proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang dilakukan kelima guru geografi masih sangat jauh dari yang diharapkan, kemampuan dalam menguasai kelas dan melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif belum sepenuhnya terjamin. Siswa lebih cenderung ribut saat proses pembelajaran berlangsung, dan tidak jarang terlihat siswa yang suka keluar masuk saat materi masih dijelaskan. Pemilihan metode pembelajaran yang kurang tepat mengakibatkan fenomena tersebut tidak dapat dihindari. Hasil wawancara menegaskan bahwa metode yang dilakukan pada proses pembelajaran pada materi SIG masih terbatas pada metode cerama, diskusi, dan tanya jawab. Sedangkan inti dari materi SIG ini adalah keahlian untuk mempraktekkan. Materi dengan berbasiskan praktek seharusnya disajikan dengan praktek pula. Penggunaan media secara efektif dan efisien, serta melibatkan siswa dalam pemanfaatan media, akan dapat memicu siswa untuk aktif dan serius dalam belajar. Menurut H. Dakir (2004: 81) penggunaan media dan sumber belajar

8 8 yang relevan dengan tujuan dan pembelajaran serta karekteristik siswa, dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi dan berlangsung dalam suatu sistem, maka media pembelajaran menempati posisi yang cukup penting sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran. Tanpa media, komunikasi tidak akan terjadi dan proses pembelajaran sebagai proses komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung secara optimal. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik. ( Hasil observasi yang dilakukan pada 5 guru geografi sangat bertolak belakang dengan pembelajaran materi SIG yang menggunakan median secara efektif dan efisien. Kecenderungan guru geografi tersebut lebih memilih untuk menjelaskan materi SIG dengan metode ceramah dan hanya mengacu pada buku ajar. Untuk media yang disediakan hanya berupa peta. Siswa tidak akan terlibat dalam pemanfaatan media jika media yang disediakan tidak tepat guna, maka siswa akan cenderung pasif dan mengakibatkan siswa kurang antusias dalam mengikuti pelajaran. Hal ini ditegaskan pula oleh hasil wawancara yang mengatakan bahwa, materi SIG tidak efektif diajarkan di kelas, karena materi SIG lebih banyak berkaitan dengan manipulasi data komputer, jadi hanya dapat di ajarkan di laboratorium multimedia komputer. Tidak dapat dipungkiri pula jika sarana dan prasarana menjadi salah satu faktor pendukung dari suksesnya pembelajaran pada materi SIG ini. Tanpa adanya sarana dan prasarana pendukung materi SIG, walaupun guru geografi memiliki kompetensi sangat baik dalam penggunaan media dalam hal ini adalah media komputer beserta aplikasinya, maka besar kemungkinan pembelajaran pada materi SIG tidak akan berjalan sebagaimana yang diinginkan. Begitu pula sebaliknya, jika sarana dan prasarana sangat mendukung, namun kompetensi guru geografi kurang baik dalam penggunaan media, dalam hal ini adalah penggunaan media komputer beserta aplikasinya, maka proses pembelajaran juga akan berjalan seadanya. Fenomena yang terjadi dilapangan bahwa sarana dan prasarana sekolahsekolah tempat dilangsungkannya penelitian masih sangat terbatas. Idealnya, media pendukung materi SIG adalah komuter beserta aplikasinya, namun pada kenyataannya dilapangan, sekolah-sekolah yang dilakukan penelitian hanya memiliki komputer, itupun hanya sebatas dalam penggunaan pada materi TIK. Sedangkan untuk aplikasi SIG, belum ada teroperasi pada komputer sekolah. Dapat dipastikan bahwa siswa tidak akan paham dengan materi SIG kecuali dengan pemahaman dengan melihat buku ajar/paket yang mereka punya. Walaupun dalam hal evaluasi, guru geografi terbilang baik dengan memberikan pengayaan kepada siswa setelah selesai menjelaskan materi. Sangat jarang guru geografi yang diamati melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa. Guru cenderung melakukan refleksi atau membuat rangkuman sesuai dengan pemahaman guru tersebut. Bisa jadi dikarenakan siswa tidak paham dengan apa yang dijelaskan guru mengenai

9 9 materi SIG, sehingga siswa tidak mampu untuk membuat rangkuman terkait dengan materi SIG yang telah dijelaskan. Semuanya tergantung guru geografi itu sendiri, jika menjadi guru yang profesional dengan mempunyai kompetensi yang sangat baik, maka akan sangat membantu dalam menyelesaikan masalah terhadap fenomena pembelajaran pada materi SIG, sehingga materi SIG dapat dapat diajarkan kepada siswa dengan baik dan benar. 2. Kompetensi guru geografi terhadap materi SIG Menurut Chrisman dalam Eddy Prahasta (2009: 116) SIG adalah sistem yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data, manusia (brainware), organisasi dan lembaga yang digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, menganalisis, dan menyebarkan informasi-informasi mengenai daerah-daerah di permukaan bumi. Tanpa komputer beserta aplikasinya, materi SIG adalah materi yang susah untuk diajarkan dan dipahami. Dengan menguasai komputer beserta aplikasi SIG, seorang guru geografi akan mudah dalam menyajikan materi kepada siswa. Kompetensi profesional khususnya penguasaan materi pelajaran merupakan kompetensi pertama dan paling menentukan keberhasilan pembelajaran. Penguasaan materi ajar berarti pemahaman terhadap keseluruhan aspek dari materi atau bahan pembelajaran. Guru yang menguasai bahan ajar berarti paham terhadap struktur pengetahuan yang diajarkan, dapat memilahkan materi ajar, termasuk mengidentifikasi kelemahan dan kelebihan, serta bagianbagian termudah dan tersulit. Observasi yang dilakukan pada 5 guru geografi dalam proses pembelajaran pada materi SIG terhadap kompetensi profesional dalam hal penguasaan materi SIG masih sangat terbatas. Guru geografi yang mengajarkan materi SIG merasa sulit membawakan materi ini karena pengetahuan yang terbatas akan materi. Berdasarkan hasil wawancara terhadap guru geografi yang menyatakan bahwa secara teori belum begitu paham tentang materi SIG, yang dikarenakan untuk SIG moderen semuanya berhubungan dengan kinerja komputer. Guru geografi tidak dapat memahami sepenuhnya materi SIG jika belum menjalani praktikum/ pelatihannya. Salah satu indikator pembelajaran pada materi SIG yaitu mengenai tahapan kerja SIG. Kelima guru geografi yang diamati cenderung tidak mengetahui tahapan kerja SIG jika dilakukan pada komputer. Mereka hanya menjelaskan tahapan kerja SIG dengan melihat buku ajar yang ada, padahal kelima guru geografi yang diamati merupakan sarjana pendidikan geografi. Materi SIG sangat sulit untuk ditela ah, kalimat ini merupakan pernyataan dari seorang guru geografi yang memberikan jawaban terhadap pertanyaan wawancara yang diberikan. Tidak adanya pelatihan dan pendidikan untuk meng update kompetensi guru, sehingga kemampuan yang dimiliki tidak berubah. Seorang guru geografi harus mampu meningkatkan kompetensinya jika ingin diakui sebagai guru yang profesional, agar dalam pembelajaran pada materi SIG dapat meningkat dan menghasilkan pembelajaran yang berkualitas.

10 10 Indikator sederhana yang dapat dipakai untuk mengetahui sejauh mana penguasaan guru terhadap materi yang diajarkan adalah kesesuaian metode dan madia yang digunakan untuk mengajarkan suatu materi. Bilamana guru memilih metode dan media yang tidak relevan, dapat dipastikan bahwa guru tersebut perlu diragukan penguasaan terhadap materi pelajaran. IV. KESIMPULAN 1. Peta kompetensi pedagogik guru geografi tertinggi terletak pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berkarakter dengan analisis persentase sebesar 100% atau terletak pada kompetensi sangat baik, dan peta kompetensi pedagogik guru geografi tereletak pada melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif dengan analisis persentase sebesar 50% atau terletak pada kompetensi cukup baik. 2. Peta kompetensi profesional guru geografi tertinggi terletak pada menunjukkan penguasaan terhadap materi SIG, mengeaitkan materi SIG dengan pengetahuan lain yang relevan, menyampaikan materi SIG dengan jelas, sesuai dengan hierarki belajar dan karakter siswa, dan menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran geografi pada materi SIG dengan analisis persentase sebesar 60% atau terletak pada kompetensi cukup baik, dan peta kompetensi profesional guru geografi terletak pada mengaitkan materi SIG dengan realitas kehidupan dengan analisis persentase sebesar 55% atau terletak pada kompetensi cukup baik. V. DAFTAR PUSTAKA Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 Tanggal 4 Mei 2007 Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru (online): 16-tahun-2007.pdf Peraturan Pemerintah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan (online): ttg-snp.pdf, diakses pada tanggal 10 November 2012 Prahasta Eddy Sistem Informasi Geografis Konsep-Konsep Dasar (Perspektif Geodesi & Geomatika). Informatika. Bandung Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Alfabeta. Bandung Usman. H. B. dkk Pedoman Punyusunan dan Penilaian Karya Ilmiah. Edisi kedua. FKIP Universitas Tadulako. Palu

11 Yani Ahmad Persepsi Guru Pamong Tentang Kompetensi Keguruan Mahasiswa Jurusan Pendidikan MIPA Yang Mengikuti kegiatan Praktek Pengalaman Lapangan Terpadu (PPLT) Semester genap 200 9/ Skripsi tidak diterbitkan. Palu, FKIP, Universitas Tadulako. 11

INSTRUMEN PENILAIAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN

INSTRUMEN PENILAIAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN INSTRUMEN PENILAIAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN Nama Nim Tempat Praktek :... Kelas :... Mata Pelajaran :... Tanggal :... Berilah skor pada butir-butir perencanaan pembelajaran dengan cara melingkari angka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang memungkinkan untuk mengungkap realita dan mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang memungkinkan untuk mengungkap realita dan mendeskripsikan 52 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian evaluasi kualitatif yang bersifat deskriptif, karena penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologik

Lebih terperinci

INSTRUMEN SUPERVISI GURU MENGAJAR

INSTRUMEN SUPERVISI GURU MENGAJAR INSTRUMEN SUPERVISI GURU MENGAJAR A. BIODATA GURU YANG DISUPERVISI 1. Nama Guru Yang Disupervisi : 2. NIP / NBM : 3. Pangkat / Golongan : - 4. Jenis Kelamin : 5. Tempat, tgl lahir : 6. Pendidikan Terakhir

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan model think pair share sebagai upaya meningkatkan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan model think pair share sebagai upaya meningkatkan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Pelaksanaan tindakan kelas melalui pemberian tugas menyusun huruf menjadi kata, dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan model Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) 15 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Model Penelitian Penelitian ini menggunakan model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom Action research,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan bukan pada input kelas, seperti silabus dan materi.

BAB III METODE PENELITIAN. dan bukan pada input kelas, seperti silabus dan materi. 18 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Menurut Kunandar, (2010 : 66) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas berfokus pada kelas atau proses belajar mengajar yang terjadi di dalam kelas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 7 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Dari pelaksanaan tindakan perbaikan yang dilakukan penulis di kelas SD Negeri Kluwih 0 Kecamatan Bandar Kabupaten Batang diperoleh data yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom

BAB III METODE PENELITIAN. yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom Action research.

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi KEMAMPUAN GURU IPA KELAS VII DALAM PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RPP BERDASARKAN KURIKULUM 2013 DI SMP NEGERI SE-KABUPATEN BOYOLALI SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2014/2015 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

IPKG 2. INSTRUMEN PENILAIAN KINERJA GURU IPA (Kemampuan Melaksanakan Pembelajaran) Biologi, Fisika, Kimia

IPKG 2. INSTRUMEN PENILAIAN KINERJA GURU IPA (Kemampuan Melaksanakan Pembelajaran) Biologi, Fisika, Kimia IPKG 2 INSTRUMEN PENILAIAN KINERJA GURU IPA (Kemampuan Melaksanakan Pembelajaran) Biologi, Fisika, Kimia 1. NAMA GURU :. 2. NIP/NIK :. 3. SEKOLAH TEMPAT UJIAN :. 4. KELAS :. 5. MATA PELAJARAN :. 6. MATERI

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dalam jangka waktu 4 bulan, dihitung dari

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dalam jangka waktu 4 bulan, dihitung dari BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Setting Penelitian 1. Tempat Pelaksanaan Penelitian ini, mengambil kelas V SD Negeri 3 Metro Pusat tahun pelajaran 2012/2013. 2. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal Classroom Action Research,

BAB III METODE PENELITIAN. difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal Classroom Action Research, 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah tindakan kelas yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal Classroom Action Research, yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Action Research (Wardhani, dkk., 2007: 1.3). Selanjutnya Suharsimi

BAB III METODE PENELITIAN. Action Research (Wardhani, dkk., 2007: 1.3). Selanjutnya Suharsimi 43 BAB III METODE PENELITIAN A. Prosedur Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom Action Research

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sangat strategis dan mudah dijangkau untuk melaksanakan penelitian, subjek

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sangat strategis dan mudah dijangkau untuk melaksanakan penelitian, subjek 45 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Deskripsi Hasil Penelitian Pelaksanaan tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN 7 Bonepantai, Kabupaten Bone Bolango. Sekolah ini dipilih oleh peneliti karena

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SDN 10 Tenilo koata Barat Kota Gorontalo kelas V dengan jumlah 20 siswa. Peneliti adalah guru kelas

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. A. Setting Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian

BAB III. METODE PENELITIAN. A. Setting Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian 1 BAB III. METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian 1. Setting Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas

Lebih terperinci

Negeri 2 Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun Pelajaran 2014/2015. Oleh: PARIOTO, S.Pd 1 ABSTRAK

Negeri 2 Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun Pelajaran 2014/2015. Oleh: PARIOTO, S.Pd 1 ABSTRAK 145 Upaya Meningkatkan Kualitas Guru Melalui Konsep Pembelajaran Learning Together Di Sma Negeri 2 Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun Ajaran 2014/ /2015 Oleh: PARIOTO, S.Pd 1 ABSTRAK Pembelajaran learning

Lebih terperinci

3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian

3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian 3.1.1 Setting Penelitian Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Tlogowero Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung pada kelas 4

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 25 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pra Siklus Sebelum penelitian dilakukan, dalam kegiatan pembelajaran IPS di Kelas 4 guru masih menggunakan metode pembelajaran tradisional.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). 42 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Arikunto, S (2006: 58) berpendapat bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. PTK merupakan ragam penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas yang

BAB III METODE PENELITIAN. PTK merupakan ragam penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas yang BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian Pada penelitian ini, rancangan penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Saryono, (dalam Yanti dan Munaris, 0:) PTK merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas, atau yang dikenal dengan classroom action research.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah Alkhairat Lobu Kecamatan Moutong Kabupaten Parigi Moutong. Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Bone Bolango. Adapun tujuan didirikan sekolah ini adalah sebagai

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Bone Bolango. Adapun tujuan didirikan sekolah ini adalah sebagai 39 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di Kelas II SDN 3 Bulawa Kabupaten Bone Bolango. Adapun tujuan didirikan sekolah ini

Lebih terperinci

Keterangan untuk Pemberian Bobot Kehadiran: ...

Keterangan untuk Pemberian Bobot Kehadiran: ... Lampiran 1 KELOMPOK NAMA DOSEN LEMBAR PENILAIAN PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO :.. :.. Na No Nama Mahasiswa NIM 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Aspek Yang Dinilai Kehadiran (x 1 ) (bobot

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. a. Latar Belakang Berdirinya Madrasah. oleh H. Mar ie beserta tokoh masyarakat Desa Malintang pada tahun 1973.

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. a. Latar Belakang Berdirinya Madrasah. oleh H. Mar ie beserta tokoh masyarakat Desa Malintang pada tahun 1973. BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Gambaran Umum Madrasah a. Latar Belakang Berdirinya Madrasah Madrasah Ibtidaiyah Al Bustanussaniyah Kecamatan Gambut didirikan oleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan (Sugiyono, 2012:6).

BAB III METODE PENELITIAN. memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan (Sugiyono, 2012:6). 31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian pendidikan dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Subjek Penelitian 3.1.1 Setting penelitian 3.1.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN Sidorejo Lor 04 Salatiga yang terletak di

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SDN 25 Limboto

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SDN 25 Limboto BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SDN 25 Limboto Kecamatan Limboto. Sekolah ini dipilih oleh peneliti karena dianggap sangat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Waktu Penelitian Jenis penelitian ini adalah korelasional yaitu untuk mengetahui apakah ada hubungan antara dua variabel. Besarnya hubungan antara variabel dinyatakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Lereng Kecamatan Kuok Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Lereng Kecamatan Kuok Kabupaten BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Lereng Kecamatan Kuok Kabupaten Kampar waktu penelitian dilakukan pada bulan Mei 2014 sampai Juli

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas. Action Research ) terhadap proses pembelajaran IPA SD

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas. Action Research ) terhadap proses pembelajaran IPA SD BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research ) terhadap proses pembelajaran IPA SD dikelas V dengan kajian berdaur

Lebih terperinci

DESKRIPSI KONDISI KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU YANG BERSERTIFIKAT PENDIDIK

DESKRIPSI KONDISI KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU YANG BERSERTIFIKAT PENDIDIK DESKRIPSI KONDISI KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU YANG BERSERTIFIKAT PENDIDIK Hafidah Ainur Rahmi, Achmad Fatchan, Budijanto S1 Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang Jl. Semarang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan hasil pembelajaran di kelas. Dengan melaksanakan tahapan-tahapan PTK, teknik pembelajaran yang relevan secara kreatif.

BAB III METODE PENELITIAN. dan hasil pembelajaran di kelas. Dengan melaksanakan tahapan-tahapan PTK, teknik pembelajaran yang relevan secara kreatif. BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). PTK sangat bermanfaat bagi guru untuk meningkatkan mutu proses dan hasil

Lebih terperinci

KESULITAN MAHASISWA PPG PENDIDIKAN FISIKA FKIP UNSYIAH DALAM MELAKSANAKAN PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN DI BANDA ACEH

KESULITAN MAHASISWA PPG PENDIDIKAN FISIKA FKIP UNSYIAH DALAM MELAKSANAKAN PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN DI BANDA ACEH 288 Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Pendidikan Fisika. Vol. 2 No.3 Juli 2017, 288-294 KESULITAN MAHASISWA PPG PENDIDIKAN FISIKA FKIP UNSYIAH DALAM MELAKSANAKAN PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN DI BANDA ACEH Rahmat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mandiri baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa. Penulis Melakukan Penelitian di Kabupaten Kampar- Riau, lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. mandiri baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa. Penulis Melakukan Penelitian di Kabupaten Kampar- Riau, lokasi 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang digunakan untuk mengetahui ini variabel

Lebih terperinci

TINJAUAN PENGGUNAAN METODE MENGAJAR GURU GEOGRAFI DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR GEOGRAFI DI MAN TOMINI

TINJAUAN PENGGUNAAN METODE MENGAJAR GURU GEOGRAFI DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR GEOGRAFI DI MAN TOMINI TINJAUAN PENGGUNAAN METODE MENGAJAR GURU GEOGRAFI DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR GEOGRAFI DI MAN TOMINI IIS SUSANTI & AMIRUDDIN Alumni dan Dosen Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kuantitatif, yaitu penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kuantitatif, yaitu penelitian 5 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kuantitatif, yaitu penelitian yang mendeskripsikan atau menggambarkan tentang Implementasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pra Tindakan Sebelum dilaksanakan tindakan, peneliti melakukan survey terlebih dahulu untuk mengetahui keadaan nyata yang ada di lapangan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. melakukan penelitian di Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru Jl. Melur No.103,

BAB III METODE PENELITIAN. melakukan penelitian di Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru Jl. Melur No.103, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Dalam memperoleh data yang berguna untuk menyusun skripsi ini penulis melakukan penelitian di Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru Jl. Melur No.103,

Lebih terperinci

STANDAR PROSES PROGRAM S1 PGSD IKATAN DINAS BERASRAMA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

STANDAR PROSES PROGRAM S1 PGSD IKATAN DINAS BERASRAMA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN STANDAR PROSES PROGRAM S1 PGSD IKATAN DINAS BERASRAMA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN A. Rasional Standar proses proses pembelajaran merupakan acuan penyelenggaraan serta bentuk akuntabilitas perguruan tinggi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di MTs. Ubudiyah Kec. Bati-

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di MTs. Ubudiyah Kec. Bati- BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Setting Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di MTs. Ubudiyah Kec. Bati- Bati. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII yang berjumlah 31 siswa. Adapun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Seting dan Karakteristik Subyek Penelitian 3.1.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Dalam melakukan penelitian ini guru sekaligus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui pembelajaran mengabstraksi teks negosiasi pada siswa kelas

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui pembelajaran mengabstraksi teks negosiasi pada siswa kelas 53 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Untuk mengetahui pembelajaran mengabstraksi teks negosiasi pada siswa kelas X SMK Negeri 2 Terbanggi Besar, dengan unsur-unsur pokok yang harus ditemukan sesuai

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA A. Deskripsi Data MAN Purwodadi adalah Madrasah Aliyah Negeri yang terletak di kabupaten Grobogan jawa tengah, tepatnya di jalan diponegoro no. 22 Purwodadi. Sekolah tersebut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 30 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pra Siklus Kondisi awal merupakan keadaan siswa sebelum PTK dilakukan. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di kelas 2 SD

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Seting dan Karakteristik Subjek Penelitian Untuk mengetahui waktu dan tempat diadakannya penelitian, serta subjek dan karakteristik dari subjek penelitian, berikut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dipilihnya pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dipilihnya pendekatan 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dipilihnya pendekatan kualitatif karena gejala-gejala informasi atau keterangan dari hasil pengamatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau sering disebut dengan Classroom Action Reseacrh. Menurut

Lebih terperinci

ALAT PENILAIAN KEMAMPUAN GURU (APKG)

ALAT PENILAIAN KEMAMPUAN GURU (APKG) ALAT PENILAIAN KEMAMPUAN GURU (APKG) PETUNJUK 1. Kumpulkan dokumen perangkat dari guru sebelum pengamatan, cacatan hasil pengamatan selama dan sesudah, serta cacatan kemajuan dan hasil belajar peserta

Lebih terperinci

Amrustian Sultoni Ahmad Nurabadi Jurusan AP FIP Universitas Negeri Malang

Amrustian Sultoni Ahmad Nurabadi Jurusan AP FIP Universitas Negeri Malang Hubungan antara Minat dan Kompetensi Guru di Bidang Teknologi Informasi dengan Adopsinya untuk Pembelajaran pada Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Malang (The Correlation between Interest and Competence

Lebih terperinci

DESKRIPSI KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU KIMIA PADA MATERI HIDROKARBON

DESKRIPSI KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU KIMIA PADA MATERI HIDROKARBON DESKRIPSI KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU KIMIA PADA MATERI HIDROKARBON Putri Rochayati 1), Andari Puji Astuti 2), Tuti Hendrawati 3) 1 Program Studi S1 Pendidikan Kimia 3 SMA Negeri 11 Semarang E-mail: Putrirochayati3@gmail.com

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pemberian tugas menceritakan kembali cerita dengan menggunakan model picture and

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pemberian tugas menceritakan kembali cerita dengan menggunakan model picture and BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitan Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Pelaksanaan tindakan kelas melalui pemberian tugas menceritakan kembali cerita dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Metode Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian research and development (R&D) atau metode penelitian dan pengembangan. Metode Penelitian dan

Lebih terperinci

PEDOMAN OBSERVASI NO KEGIATAN OBSERVASI 1. Dimanakah letak SD Negeri Tegalrejo? 2. Dimanakah alamat SD Negeri Tegalrejo itu? 3. Bagaimanakah kedaan

PEDOMAN OBSERVASI NO KEGIATAN OBSERVASI 1. Dimanakah letak SD Negeri Tegalrejo? 2. Dimanakah alamat SD Negeri Tegalrejo itu? 3. Bagaimanakah kedaan 114 LAMPIRAN PEDOMAN WAWANCARA NO. PERNYATAAN / PERTANYAAN 1. Assalammuallaikum warohmathullahi wabarhokhatuh 2. Selamat siang bapak. 3. Mohon maaf, jika berkenan saya ingin wawancara dengan bapak tentang

Lebih terperinci

INOVASI PENDIDIKAN Bunga Rampai Kajian Pendidikan Karakter, Literasi, dan Kompetensi Pendidik dalam Menghadapi Abad 21

INOVASI PENDIDIKAN Bunga Rampai Kajian Pendidikan Karakter, Literasi, dan Kompetensi Pendidik dalam Menghadapi Abad 21 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS BERBASIS TIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS KELAS II SD NEGERI 1 KARANGTANJUNG Syifa Khoerunnisa, Susilailiy Rahmawati, Muhamad Chamdani Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

KELAS MICRO TEACHING

KELAS MICRO TEACHING KELAS MICRO TEACHING I. PENGERTIAN Pembelajaran Micro Teaching diartikan sebagai suatu proses pembelajaran yang didesain dalam ukuran mikro/kecil yang memuat seluruh aspek dalam pembelajan, kecuali aspeknya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Atas (SMA) Swasta, Madrasah Aliyah Negeri (MAN), Madrasah Aliyah Swasta

I. PENDAHULUAN. Atas (SMA) Swasta, Madrasah Aliyah Negeri (MAN), Madrasah Aliyah Swasta 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Bandar Lampung memiliki beberapa Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat diantaranya Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri, Sekolah Menengah Atas (SMA) Swasta,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (PTK). Penelitian Tindakan kelas merupakan terjemahan dari Classroom

BAB III METODE PENELITIAN. (PTK). Penelitian Tindakan kelas merupakan terjemahan dari Classroom 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan kelas merupakan terjemahan dari Classroom Action Research,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 42 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode penelitian kualitatif deskriptif adalah suatu metode yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subyek Penelitian Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas untuk mata pelajaran IPA yang dilaksanakan di SDN 1 Ringinharjo, kelas 5 Semester

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan (action research) yang

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan (action research) yang 27 BAB III PROSEDUR PENELITIAN.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan (action research) yang diimplementasikan dalam proses pembelajaran membaca teks berita siswa

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. metode tersebut. Penelitian asosiatif adalah penelitian yang bertujuan untuk

III. METODOLOGI PENELITIAN. metode tersebut. Penelitian asosiatif adalah penelitian yang bertujuan untuk III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode asosiatif. Melalui metode tersebut. Penelitian asosiatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura Ni Wayan Lasmini SD Negeri 2 Tatura, Palu, Sulawesi Tengah ABSTRAK Permasalahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan suatu

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. pada situasi kelas, atau yang dikenal dengan istilah classroom action

BAB III METODELOGI PENELITIAN. pada situasi kelas, atau yang dikenal dengan istilah classroom action 22 BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang difokuskan pada situasi kelas, atau yang dikenal dengan istilah classroom action research

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dengan judul Pembelajaran tari sigeh penguten menggunakan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dengan judul Pembelajaran tari sigeh penguten menggunakan pendekatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian dengan judul Pembelajaran tari sigeh penguten menggunakan pendekatan saintifik pada kelas X.MIA.2 di SMA Negeri 2 Kota Metro, maka penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kampar. Lokasi penelitian adalah Kantor Desa Sipungguk Kecamatan Salo

BAB III METODE PENELITIAN. Kampar. Lokasi penelitian adalah Kantor Desa Sipungguk Kecamatan Salo BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Sipungguk Kecamtan Salo Kabupaten Kampar. Lokasi penelitian adalah Kantor Desa Sipungguk Kecamatan Salo Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembelajaran berlangsung 2 x 35 menit, selama 2 x pertemuan yang diikuti

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembelajaran berlangsung 2 x 35 menit, selama 2 x pertemuan yang diikuti 33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Siklus I Siklus I dilaksanakan pada hari Senin tanggal 25 Maret 2013, pertemuan kedua hari Sabtu tanggal 30 Maret 2013 dengan materi Arti Pecahan.

Lebih terperinci

BAB III Metode Penelitian

BAB III Metode Penelitian BAB III Metode Penelitian 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan bentuk kolaborasi. Arikunto (2009) menjelaskan penelitian tidakan kelas yang ideal sebetulnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian 40 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 32 BAB I HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Hasil Penelitian Berdasarkan pembelajaran yang telah dilaksanakan oleh peneliti sebanyak dua siklus, yang selanjutnya akan disampaikan hasil perbaikan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) secara sistematis, faktual

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) secara sistematis, faktual 24 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang akan digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengeksplorasi,

Lebih terperinci

Deskripsi Kemampuan Mahasiswa Biologi Tahun Ajaran 2009/2010 Dalam Penyusunan Rencana Pembelajaran Berdasarkan KTSP di Sekolah Menengah

Deskripsi Kemampuan Mahasiswa Biologi Tahun Ajaran 2009/2010 Dalam Penyusunan Rencana Pembelajaran Berdasarkan KTSP di Sekolah Menengah Deskripsi Kemampuan Mahasiswa Biologi Tahun Ajaran 2009/2010 Dalam Penyusunan Rencana Berdasarkan KTSP di Sekolah Menengah Reni Marlina Pendidikan Biologi, FKIP Universitas Tanjungpura Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. waktu penelitian ini dimulai dari 01 Mei sampai 01 Juli Alasan penulis

BAB III METODE PENELITIAN. waktu penelitian ini dimulai dari 01 Mei sampai 01 Juli Alasan penulis BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Suka Maju Kecamatan Tapung Hilir Kabupaten Kampar, sebagai tempat berlangsungnya objek penelitian. Sedangkan waktu

Lebih terperinci

VII. INSTRUMEN PENILAIAN KINERJA GURU

VII. INSTRUMEN PENILAIAN KINERJA GURU VII. INSTRUMEN PENILAIAN KINERJA GURU NO TUGAS UTAMA / INDIKATOR KINERJA GURU HASIL ANALISIS KAJIAN ATAU KESIMPULAN DARI DATA/BUKTI- BUKTI/DOKUMEN DAN/ATAU CATATAN HASIL PENGAMATAN I PERENCANAAN PEMBELAJARAN.

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KESULITAN GURU IPA DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 DI SMP NEGERI 1 WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015

IDENTIFIKASI KESULITAN GURU IPA DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 DI SMP NEGERI 1 WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 IDENTIFIKASI KESULITAN GURU IPA DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 DI SMP NEGERI 1 WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENGEMBANGAN

BAB III METODE PENGEMBANGAN BAB III METODE PENGEMBANGAN Bab ini membahas tentang model pengembangan, langkah-langkah dalam penelitian pengembangan atau prosedur pengembangan Research and Development (R&D) melalui model Borg and Gall

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ditujukan pada pembentukan teori subtansi berdasarkan konsep-konsep yang

BAB III METODE PENELITIAN. ditujukan pada pembentukan teori subtansi berdasarkan konsep-konsep yang 51 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan penulis adalah rancangan deskriptif kualitatif. Penelitian deskriprif kualitatif adalah penelitian yang lebih banyak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Classroom Action Research atau Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Classroom Action Research atau Penelitian 51 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan Classroom Action Research atau Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dalam penelitian ini peneliti berupaya meningkatkan hasil belajar

Lebih terperinci

KEMAMPUAN GURU IPA DALAM PENERAPAN KURIKULUM 2013 DI SMP BOYOLALI TAHUN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: RETNO FEBRIYANINGRUM A

KEMAMPUAN GURU IPA DALAM PENERAPAN KURIKULUM 2013 DI SMP BOYOLALI TAHUN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: RETNO FEBRIYANINGRUM A KEMAMPUAN GURU IPA DALAM PENERAPAN KURIKULUM 2013 DI SMP BOYOLALI TAHUN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: RETNO FEBRIYANINGRUM A 420 100 134 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNUVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diangkakan. Sedangkan penelitian korelasi adalah penelitian yang bertujuan

BAB III METODE PENELITIAN. diangkakan. Sedangkan penelitian korelasi adalah penelitian yang bertujuan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan korelasi. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang jenis data dan analisisnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang dipakai merupakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dalam kurun waktu dua bulan yakni dimulai dari 12. Segajah Kecamatan Kubu Kabupaten Rokan Hilir.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dalam kurun waktu dua bulan yakni dimulai dari 12. Segajah Kecamatan Kubu Kabupaten Rokan Hilir. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Sungai Segajah Kecamatan Kubu Kabupaten Rokan Hilir, sebagai tempat berlangsungnya objek penelitian. Penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS 4 SD

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS 4 SD PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS 4 SD Firosalia Kristin firosalia.kristin@gmail.com Dwi Rahayu dwi_rahayu@gmail.com Program Studi PGSD

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. No.103, Pekanbaru. Adapun waktu penelitian ini dilaksanakan yaitu pada bulan

BAB III METODE PENELITIAN. No.103, Pekanbaru. Adapun waktu penelitian ini dilaksanakan yaitu pada bulan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Dalam memperoleh data yang berguna untuk menyusun proposal ini penulis melakukan peneitian di Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru Jl. Melur No.103,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian 47 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian Penelitian dilakukan di SMP Negeri 4 Cianjur yang beralamat di Jl. Adi Sucipta No. 2 Cianjur Kabupaten Cianjur Jawa Barat. Populasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kelas II yang berjumlah 26 orang yang terdiri dari 10 orang laki-laki dan 16 orang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kelas II yang berjumlah 26 orang yang terdiri dari 10 orang laki-laki dan 16 orang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Setting Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di MIN Thaibah Raya Kecamatan Tatah Makmur Kabupaten Banjar. Subjek penelitian adalah siswa

Lebih terperinci

Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Dalam Pembelajaran IPA Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN 1 Binangga Kecamatan Marawola Palu

Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Dalam Pembelajaran IPA Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN 1 Binangga Kecamatan Marawola Palu Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Dalam Pembelajaran IPA Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN 1 Binangga Kecamatan Marawola Palu Andi Mamas, Amran Rede, dan Fatmah Dhafir Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom

BAB III METODE PENELITIAN. difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal Classroom Action Research (Wardhani, dkk.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Ditinjau dari objeknya, penelitian yang bisa dilakukan penulis termasuk penelitian lapangan (field research) karena data-data yang diperlukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif 68 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang bersifat menggambarkan, memaparkan, dan menguraikan objek

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang berbasis kelas dan bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran. Penelitian ini menerapkan konsep

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan mempergunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau disebut

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan mempergunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau disebut III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mempergunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau disebut juga Classroom Action Research (CAR) dengan kajian berdaur ulang

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 25 Metode yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tujuan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tujuan penelitian 21 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tujuan penelitian ini adalah mencari jalan keluar bagi metode yang tepat untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Lokasi penelitian 4.1.1 Gambaran Singkat Lokasi Penelitian SDN I Bulila terletak di kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo merupakan sekolah yang terletak

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INTRODUCTION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XI SMAN 2 BANDA ACEH ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INTRODUCTION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XI SMAN 2 BANDA ACEH ABSTRAK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INTRODUCTION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XI SMAN 2 BANDA ACEH Mutia Balkis 1, Hasmunir 2, A. Wahab Abdi 3 1 Email: mutiabalkis95@gmail.com

Lebih terperinci

perbaikan pada siklus kedua, berdasarkan hasil diskusi, kemudian RPP yang telah

perbaikan pada siklus kedua, berdasarkan hasil diskusi, kemudian RPP yang telah I. Kegiatan Siklus II 1. Perencanaan Siklus II Pembahasan RPP Teman-teman yang diperoleh pada saat kegiatan siklus pertama kemudian didiskusikan dengan supervisor untuk dijadikan sebagai dasar menyusun

Lebih terperinci