BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendahuluan Definisi lingkungan menurut Undang-Undang No. 23 Tahun1997 adalah kesatuan ruang dengan semua benda dan perilakunya, yang memengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Dalam definisi tersebut terdapat unsur makhluk hidup, yaitu manusia, di mana peran aktif manusia dapat menjadikan lingkungan hidup seperti apa yang diinginkan. Bumi yang dihuni manusia menyediakan berbagai jenis makanan dan sumber kebutuhan untuk hidup berbagai spesies. Namun, sisi dasar manusia tidak cukup hanya memenuhi kebutuhannya saja, tetapi juga ingin meningkatkan kenyamanan hidupnya. Sumber daya alam yang tersedia merupakan salah satu modal pembangunan. Oleh sebab itu pemanfaatannya harus memperhatikan keberkelanjutan dan tidak dengan cara merusak. Cara-cara yang dipergunakan harus dipilih secara tepat agar tetap memelihara sumber daya alam tersebut sehingga makin besar manfaatnya untuk pembangunan di masa datang (Ervianto, 2012). Pembangunan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kesejahteraan manusia tidak terlepas dari penggunaan berbagai jenis sumber daya alam. Eksploitasi sumber daya alam yang tidak memerhatikan kemampuan dan daya dukung lingkungan dapat mengakibatkan merosotnya kualitas lingkungan. Sektor konstruksi merupakan penyumbang pertumbuhan ekonomi suatu negara, tetapi dampak yang ditimbulkan akibat kegiatan konstruksi terhadap lingkungan sangat besar. Bangunan gedung dalam Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik 5

2 untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus. Bangunan gedung sebagai tempat manusia melakukan kegiatan yang mempunyai peranan dalam pembentukaan watak, perwujudan produktivitas, dan jati diri manusia. Tabel 2.1 Data jumlah gedung dari tahun 2002 sampai 2007 Tahun Jumlah Gedung Sumber:Badan Pusat Statistik Kota Denpasar 2.2 Sick Building Syndrome Sick building syndrome (SBS) atau Building related illness (BRI) adalah situasi dimana penghuni gedung mengeluhkan permasalahan kesehatan, keselamatan dan kenyamanan yang akut dalam suatu gedung selama mereka berada di dalam gedung tersebut dan secara berangsur menghilang setelah mereka meninggalkan gedung. Fenomena ini sering terjadi, tetapi kurang disadari oleh kebanyakan orang. SBS terdiri dari sekumpulan gejala iritasi kulit dan gejala lainnya terkait dengan gedung sebagai tempat kerja, penyebabnya adalah gedung yang tidak terawat dengan baik (Hedge, 2003). Istilah Sick Building Syndrome pertama kali dikenalkan oleh para ahli di negara Skandinavia di awal tahun 1980-an, karena sindrom ini umumnya dijumpai dalam ruangan gedung-gedung pencakar langit (O. Bruce Dickerson, 1988). Namun dari penelitian tahun oleh NIOSH ditemukan pada gedung-gedung biasa dengan karakteristik kualitas udara yang buruk (NIOSH, 1998). 6

3 Berbagai keluhan dan gejala yang timbul pada saat seseorang berada di dalam gedung dan kondisi membaik setelah tidak berada di dalam gedung, besar kemungkinan karena menderita sick building syndrome atau sindrom gedung sakit. Kasus-kasus SBS memang tidak menunjukkan gejala-gejala yang khas dan secara obyektif tidak dapat diukur. Keluhan dan tanda berupa sakit kepala, lesu, iritasi mata maupun kulit serta berbagai problema pernafasan, seringkali sulit diperoleh penyebab yang nyata dan kadang-kadang dihubungkan dengan SBS apabila terdapat riwayat tinggal di gedung dengan kualitas ruangan yang buruk Istilah SBS sudah digunakan lebih dari 20 tahun tanpa definisi yang jelas. Umumnya gejala dan keluhan SBS tidak cukup spesifik bahkan biasanya tidak dianggap serius. Penyakit akibat lingkungan semakin hari semakin menimbulkan problem kesehatan masyarakat, terutama pada kondisi lingkungan yang di bawah standar (Anies, 2004). Kualitas udara, ventilasi, pencahayaan serta penggunaan berbagai bahan kimia di dalam gedung, merupakan penyebab yang sangat potensial bagi timbulnya SBS (Hedge, 2003). Kondisi semakin buruk jika gedung yang bersangkutan menggunakan air-conditioned (AC) yang tidak terawat dengan baik (Slamet, 2002). Namun, selain karena penyebab yang bersumber pada lingkungan, ternyata keluhan-keluhan pada SBS juga dipengaruhi oleh faktorfaktor di luar lingkungan, seperti problem pribadi, pekerjaan dan psikologis yang dianggap mempengaruhi kepekaan seseorang terhadap SBS (Hedge, 2003). Pada hakikatnya, SBS merupakan problem kesehatan yang unik dan khusus serta dipandang cukup penting. Upaya untuk mengatasi SBS harus selalu dilakukan oleh para pengelola gedung, hotel, perkantoran maupun perumahan. Upaya ini mestinya dilakukan sejak tahap perencanaan, konstruksi maupun operasional. SBS menurut Slamet (2002) adalah gejala-gejala gangguan kesehatan, umumnya berkaitan dengan saluran pernafasan. Sekumpulan gejala ini dihadapi oleh orang yang bekerja di gedung atau di rumah yang ventilasinya tidak direncanakan dengan baik. 7

4 Gambar 2.1 Gejala Sick Building Syndrome (SBS) Sumber: Banyak kasus SBS menunjukkan gejala-gejala yang tidak jelas secara klinis, sehingga tidak dapat diukur. Sebagian besar penderita adalah para pekerja rutin di gedung-gedung (WHO, 1983). Meskipun keluhan dan tanda yang dikemukakan oleh para penderita bersifat kronis dan mencapai 80% dari pekerja dilaporkan menderita SBS, tetapi seringkali tidak ditemukan polusi yang jelas. Para penghuni gedung yang tidak sehat ini umumnya mengalami gejala-gejala SBS yang bervariasi. Gejala-gejala tersebut meliputi sakit kepala, pusing, mual, iritasi pada mata, hidung maupun tenggorokan yang disertai dengan batuk kering. Gejala khas pada kulit, berupa kulit kering dan gatal-gatal. Keluhan SBS yang sering dikemukakan antara lain kelelahan, peka terhadap bau yang tidak sedap serta sulit berkonsentrasi (Hedge, 2003). Lingkungan bekerja perkantoran biasanya berbeda dari lingkungan kerja di pabrik. Perkantoran menangani kegiatan administrasi atau merangkap kegiatan pelayanan jasa kepada masyarakat umum, sedangkan pada pabrik menangani produksi barang atau komoditi. Umumnya lingkungan kerja administrasi lebih baik daripada pekerjaan produksi. Hal ini karena adanya anggapan bahwa pekerjaan administrasi dan jasa lebih menggunakan pikiran dinilai lebih berat daripada pekerjaan produksi yang menggunakan kekuatan fisik. Dengan demikian 8

5 para eksekutif yang menangani administrasi dan jasa memerlukan tempat yang nyaman untuk meningkatkan produktivitas kerja. 2.3 Penyebab Sick Building Syndrome Berdasarkan penelitian NIOSH pada kurun waktu tahun 1978 sampai dengan 1988, diperoleh hasil adanya karakteristik kualitas udara yang buruk pada gedung-gedung. Selanjutnya EPA mendefinisikan sindrom gedung sakit merupakan istilah untuk menguraikan situasi dimana penghuni gedung atau bangunan mengalami gangguan kesehatan akut dan efek timbul saat berada dalam suatu bangunan, tetapi tidak ada penyebab yang spesifik. Istilah SBS menurut Aditama (2002), mempunyai maksud yaitu: 1. Kumpulan gejala (sindrom) yang dikeluhkan seseorang atau kelompok orang meliputi perasaan-perasaan tidak spesifik yang mengganggu kesehatan berkaitan dengan kondisi gedung tertentu. 2. Kondisi gedung tertentu berkaitan dengan keluhan atau gangguan kesehatan tidak spesifik yang dialami penghuninya, sehingga dikatakan gedung yang sakit. Beberapa keluhan atau gejala SBS menurut Aditama (2002), terbagi dalam tujuh kategori antara lain: 1. Iritasi selaput lendir, seperti iritasi mata, pedih, merah dan berair. 2. Iritasi hidung, seperti iritasi tenggorokan, sakit menelan, gatal, bersin, batuk kering. 3. Gangguan neurotoksik (gangguan saraf/gangguan kesehatan secara umum), seperti sakit kepala, lemah, capek, mudah tersinggung, sulit berkonsentrasi. 4. Gangguan paru dan pernafasan, seperti batuk, nafas bunyi, sesak nafas, rasa berat di dada. 5. Gangguan kulit, seperti kulit kering, kulit gatal. 6. Gangguan saluran cerna, seperti diare. 7. Gangguan lain seperti gangguan perilaku, gangguan saluran kencing, dll. 9

6 Sedangkan penyebab SBS meurut EPA (1968), sebagai berikut: 1. Ventilasi tidak cukup Standar ventilasi pada sebuah gedung yaitu kira-kira 15 kaki berbentuk kubus sehingga udara keluar dapat masuk dan menyegarkan penghuni di dalamnya tidak semata-mata untuk melemahkan dan memindahkan bau. Dengan ventilasi yang tidak cukup, maka proses pengaturan suhu tidak secara efektif mendistribusikan udara pada penghuni ruangan sehingga menjadi faktor pemicu timbulnya SBS. 2. Zat pencemar kimia bersumber dari dalam ruangan Polusi udara dalam ruangan bersumber dari dalam ruangan itu sendiri, seperti bahan pembersih karpet, mesin foto copy, tembakau, dan termasuk formaldehid dan triplek. 3. Zat pencemar kimia bersumber dari luar gedung Udara luar yang masuk pada suatu bangunan bisa merupakan suatu sumber polusi udara dalam gedung, seperti pengotor dari kendaraan bermotor, dan semua bentuk partikel baik padat maupun cair yang dapat masuk melalui lubang angin atau jendela dekat sumber polutan. Bahan-bahan polutan yang mungkin ada dalam ruangan dapat berupa gas karbon monoksida, nitrogen dioksida, dan berbagai bahan organik lainnya bersumber dari luar gedung. Karbon monoksida dapat timbul pada berbagai proses pembakaran, seperti pemanas ruangan. Gas CO juga dapat masuk ke dalam ruangan melalui asap mobil dan kendaraan lain yang lalu lalang di luar suatu gedung. Kadar CO yang tinggi akan berakibat buruk pada jantung dan otak. Nitrogen oksida juga dapat keluar pada proses memasak dengan kompor gas. Gas ini dapat menimbulkan kerusakan di saluran nafas di dalam paru. 4. Zat pencemar biologi Bakteri, virus dan jamur adalah jenis pencemar biologi yang berkumpul di dalam pipa saluran udara dan alat pelembab udara, serta dari alat pembersih karpet. Mikroorganisme yang berasal dari dalam ruangan contohnya adalah bakteri dan jamur. 10

7 Menurut Hedge (2003), SBS merupakan kategori penyakit umum yang berkaitan dengan beberapa aspek fisik sebuah gedung dan selalu berhubungan dengan sistem ventilasi. Sementara menurut Soemirat (2002), SBS merupakan gejala-gejala gangguan kesehatan, umumnya berkaitan dengan saluran pernapasan. Sekumpulan gejala ini dihadapi oleh orang yang bekerja di gedung atau di rumah yang ventilasinya tidak direncanakan dengan baik. 2.4 Faktor yang Mempengaruhi Sick Building Syndrome Faktor yang dapat menimbulkan SBS sangat bervariasi. Paling dominan adalah gedung atau bangunan itu sendiri, di samping polutan-polutan lingkungan yang spesifik. Namun faktor-faktor yang bersifat individual seperti jenis kelamin wanita, riwayat alergi, stress emosional yang terkait dengan pekerjaan, memberikan andil bagi timbulnya SBS (Anies, 2004). Fenomena SBS berkaitan dengan faktor bangunan atau kondisi gedung itu sendiri, terutama rendahnya kualitas udara ruangan. Menurut Aditama (2002), berbagai bahan pencemar (kontaminan) dapat mengganggu lingkungan udara dalam gedung (indoor air environment) melalui empat mekanisme utama, yaitu: 1. Gangguan sistem kekebalan tubuh (imunologik). 2. Terjadinya infeksi. 3. Bahan pencemar yang bersifat racun (toksik). 4. Bahan pencemar yang mengiritasi dan menimbulkan gangguan kesehatan. Gangguan sistem kekebalan tubuh dipengaruhi oleh konsumsi zat gizi. Konsumsi zat gizi yang baik akan memperbaiki status gizi, sehingga meningkatkan ketahanan fisik dan meningkatkan produktivitas kerja, di samping membantu mengurangi infeksi (Depkes RI, 1990). Sedangkan bahan kimia yang bersifat racun (toksik) lebih banyak diserap oleh usia tua (Frank C. Lu, 1995). Biasanya sulit untuk menemukan suatu penyebab tunggal dari SBS. Sebagai berikut faktor-faktor individu yang mempengaruhi timbulnya SBS antara lain sebagai berikut: a. Umur Karakteristik pekerja yang berhubungan dengan SBS salah satunya adalah umur. Pemaparan pada suatu zat yang bersifat toksik akan menimbulkan 11

8 dampak yang lebih serius pada mereka yang berusia tua daripada yang berusia lebih muda dengan kata lain udara yang buruk lebih mudah mempengaruhi kekebalan orang usia tua (Frank C.Lu, 1995). Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh NIOSH tahun 1980 menyatakan bahwa umur diatas 40 tahun berhubungan dengan peningkatan kejadian SBS karena umur berkaitan dengan daya tahan tubuh. Semakin tua umur seseorang maka semakin menurun pula daya tahan tubuhnya (Apte, 2005). b. Jenis kelamin Wanita memiliki risiko mengalami gejala SBS lebih besar yaitu sebanyak 35% dibandingkan dengan laki-laki. Biasanya wanita lebih mudah lelah dan lebih berisiko dibanding pria. Hal tersebut dikarenakan ukuran tubuh dan kekuatan otot tenaga kerja wanita relatif kurang dibanding pria, secara biologis wanita mengalami siklus haid, kehamilan dan menopause, dan secara sosial, kultural, yaitu akibat kedudukan sebagai ibu dalam rumah tangga dan tradisi sebagai pencerminan kebudayaan (Suma mur PK, 1996) c. Masa kerja Pekerja yang masa kerjanya lebih lama berisiko mengalami SBS lebih banyak sebesar 30% dibandingkan yang masa kerjanya baru sebanyak 17% (Hartoyo, 2009). Semakin lama seseorang bekerja semakin berisiko daripada yang lebih sedikit masa kerjanya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ilmu kesehatan, hanya ditemukan satu komponen penyebab terjadinya SBS yaitu dari komponen kesehatan saja, di mana komponen tersebut selalu berkaitan dengan sistem sirkulasi udara dan pernapasan. Padahal jika dilihat dari sudut pandang ilmu teknik, kita bisa mendapatkan tiga komponen dasar dalam SBS, yaitu kenyamanan, kesehatan, dan keselamatan yang saling berkaitan satu sama lain. berikut ini ditampilkan bagan komponen dalam SBS pada Gambar

9 kenyamanan keselamatan kesehatan Gambar 2.2 Komponen dasar dalam SBS Sesungguhnya, pertimbangan segi kesehatan pada perencanaan bangunan gedung sudah ada Undang-Undangnya, yaitu UU No. 28 Tahun Undang- Undang ini mengharuskan adanya perpaduan atau pengintegrasian segi kesehatan dan lingkungan kedalam segi rancang bangun (engineering), supaya resiko kesehatan penghuni bangunan dapat dihilangkan atau paling tidak diminimalkan. Kesalahan pemilihan material atau bahan bangunan adalah faktor yang vital karena dapat meracuni penghuni bangunan. Selain faktor di atas, masalah lingkunganpun mempengaruhi dan menyebabkan sindrom ini. Udara tidak bersih yang disebabkan oleh polusi asap kendaraan bermotor, pabrik, dan dapur, pencahayaan yang tidak baik, semua itu berkaitan erat dengan sistem tata ruang. Saat desain belum terbangun, memang belum terasa akibat dari kesalahan desain tersebut. Namun, setelah bangunan ditempati, maka akan mulai terasa ketidaknyamanan saat berada dalam bangunan tersebut. Faktor berikutnya adalah kualitas pelaksanaan kosntruksi, yang dinilai dari spesifikasi pelaksanaan terhadap gambar, penggunaan mutu material yang kurang dari standar yang telah ditentukan. 13

10 2.5 Kenyamanan Pengertian Kenyamanan Konsep tentang kenyamanan (comfort) sangat sulit untuk didefinisikan karena lebih merupakan penilaian responsif individu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, nyaman adalah segar; sehat sedangkan kenyamanan adalah keadaan nyaman; kesegaran; kesejukan. Kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang bersifat individual dan holistik. Dengan terpenuhinya kenyamanan dapat menyebabkan perasaan sejahtera pada individu tersebut. Kenyamanan dan perasaan nyaman adalah penilaian komprehensif seseorang terhadap lingkungannya. Manusia menilai lingkungannya berdasarkan rangsangan yang masuk ke dalam dirinya melalui keenam indra dan rangsangan syaraf yang dicerna otak. Dalam hal ini yang terlibat tidak hanya masalah fisik biologis, namun juga perasaan, suara, cahaya, bau, suhu, dan lain-lain. Rangsangan ditangkap oleh otak kemudian diolah lalu otak memberikan penilaian apakah keadaan tersebut nyaman atau tidak (Satwiko, 2009). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kenyamanan adalah suatu kontinum perasaan dari paling nyaman sampai paling tidak nyaman yang dinilai berdasarkan persepsi masing-masing individu pada suatu hal yang dimana nyaman pada individu tertentu mungkin berbeda pada individu lain Kriteria Pokok Dalam Kenyamanan 1. Kenyaman spasial Kata spasial berasal dari kata space, dalam arsitektur secara sederhana diartikan sebagai ruang. Maka kenyamanan spasial adalah kenyamanan ruang yang dapat diartikan pula dengan kemudahan pergerakan individu. 2. Kenyamanan udara dalam ruang (thermal) keseimbangan antara suhu tubuh manusia dengan suhu tubuh sekitarnya. 3. Kenyamanan visual Berkaitan dengan standar pencahayaan dan standar silau yang diijinkan. 14

11 4. Kenyamanan akustik Kenyamanan yang berkaitan dengan bunyi Aspek dalam Kenyamanan Menurut Kolcaba (2010) ada 4 aspek dalam kenyamanan, yaitu: 1. Kenyamanan fisik berkenaan dengan sensasi tubuh yang dirasakan oleh individu sendiri. 2. Kenyamanan psikospiritual berkenaan dengan kesadaran internal diri, yang meliputi konsep diri, harga diri, makna kehidupan. 3. Kenyamanan lingkungan berkenaan dengan lingkungan, kondisi dan pengaruh dari luar kepada manusia seperti temperatur, warna suhu, pencahayaan, suara, dan lain-lain. 4. Kenyamanan sosial skultural berkenaan dengan hubungan interpersonal, keluarga dan sosial atau masyarakat (keuangan, perawatan kesehatan individu, kegiatan religius, serta tradisi keluarga) Persyaratan Kenyamanan Bangunan Gedung Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 ada beberapa persyaratan kenyamanan dalam bangunan gedung, yaitu: 1. Kenyamanan bangunan gedung meliputi kenyamanan ruang gerak dan hubungan antarruang, kondisi udara dalam ruang, pandangan, serta tingkat getaran dan tingkat kebisingan. 2. Kenyamanan ruang gerak merupakan tingkat kenyamanan yang diperoleh dari dimensi ruang dan tata letak ruang yang memberikan kenyamanan bergerak dalam ruangan. 3. Kenyamanan hubungan antarruang merupakan tingkat kenyamanan yang diperoleh dari tata letak ruang dan sirkulasi antar ruang dalam bangunan gedung. 4. Kenyamanan kondisi udara merupakan tingkat kenyamanan yang diperoleh dari temperatur dan kelembaban di dalam ruang untuk terselenggaranya fungsi bangunan gedung. 15

12 5. Kenyamanan pandangan merupakan kondisi dimana hak pribadi orang dalam melaksanakan kegiatan di dalam bangunan gedungnya tidak terganggu dari bangunan gedung lainnya. 6. Kenyamanan tingkat getaran dan kebisingan merupakan tingkat kenyamanan yang ditentukan oleh suatu keadaan yang tidak mengakibatkan pengguna dan fungsi bangunan gedung terganggu oleh getaran dan/atau kebisingan yang timbul baik dari dalam bangunan gedung maupun lingkungannya Faktor-faktor yang mempengaruhi Kenyamanan Menurut Hakim (2006) dan GBCI (2010) ada beberapa faktor yang mempengaruhi kenyamanan antara lain: 1. Sirkulasi Kenyamanan dapat berkurang karena sirkulasi yang kurang baik, seperti tidak adanya pembagian ruang yang jelas untuk sirkulasi manusia dan kendaraan bermotor, atau tidak ada pembagian sirkulasi antar ruang satu dengan yang lainnya. 2. Daya alam atau iklim Segala sesuatu yang berasal dari alam yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dan kondisi rata-rata cuaca berdasarkan waktu yang panjang untuk suatu lokasi di bumi. a) Radiasi matahari Dapat mengurangi kenyamanan pada siang hari sehingga diperlukan peneduh. b) Angin Perlu memperhatikan arah angin dalam menata ruang sehingga tercipta pergerakan angin mikro yang sejuk dan memberikan kenyamanan. c) Curah hujan Faktor curah hujan sering menimbulkan gangguan pada aktivitas manusia di ruang luar sehingga perlu disediakan tempat berteduh apabila terjadi hujan. 16

13 d) Temperatur Jika temperatur ruang sangat rendah maka temperatur permukaan kulit akan menurun dan sebaliknya jika temperatur dalam ruang tinggi akan mengalami kenaikan pula. Pengaruhnya temperatur yang terlalu dingin akan mempengaruhi gairah kerja dan temperatur yang terlampau panas dapat membuat kelelahan dalam bekerja dan cenderung banyak membuat kesalahan. 3. Kebisingan Pada daerah yang padat seperti perkantoran atau industri, kebisingan adalah satu masalah pokok yang mengganggu kenyamanan para pekerja yang berada di sekitarnya. 4. Aroma atau bau-bauan Jika ruang kerja dekat dengan tempat pembuangan sampah maka bau yang tidak sedap akan tercium oleh orang yang melaluinya. Hal tersebut dapat diatasi dengan memindahkan sumber bau tersebut ke tempat yang tertutup pandangan visual serta terhalangi oleh tanaman pepohonan ataupun semak. 5. Bentuk bangunan Bentuk dari sebuah bangunan harus disesuaikan dengan ukuran standar manusia agar dapat menimbulkan rasa nyaman. 6. Keamanan Keamanan merupakan hal terpenting, karena ini dapat mengganggu dan menghambat aktivitas yang dilakukan. Keamanan bukan saja berarti dari segi kejahatan (kriminal), tapi juga termasuk kekuatan/keandalan konstruksi, bentuk ruang, dan kejelasan fungsi. 7. Kebersihan Sesuatu yang bersih selain menambah daya tarik lokasi, juga menambah rasa nyaman karena bebas dari kotoran sampah atupun bau-bauan yang tidak sedap. 8. Keindahan Keindahan merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam kenyamanan karena mencakup masalah kepuasan batin dan panca indra. Untuk menilai 17

14 keindahan cukup sulit karena setiap orang memiliki persepsi yang berbeda untuk menyatakan sesuatu itu adalah indah. 9. Penerangan Untuk memperoleh penerangan yang baik dalam ruangan perlu memperhatikan beberapa hal yaitu cahaya alami, kuat penerangan, kualitas cahaya, daya penerangan, pemilihan dan perletakan lampu Keandalan Konstruksi Salah satu persyaratan yang harus dipenuhi setiap bangunan gedung adalah persyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan gedung. Persyaratan teknis bangunan gedung meliputi persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan gedung. Hal ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang bangunan gedung. Yang di dalamnya berisi persyaratan keandalan bangunan gedung yang meliputi: 1. Persyaratan keselamatan Persyaratan keselamatan bangunan gedung meliputi persyaratan kemampuan bangunan gedung untuk mendukung beban muatan. Kemampuan bangunan gedung untuk menahan muatannya merupakan kemampuan struktur bangunan yang stabil dan kukuh dalam mendukung beban muatan. 2. Persyaratan kesehatan Persyaratan sistem tata udara, pencahayaan, sanitasi, dan penggunaan bahan bangunan gedung. 3. Persyaratan kenyamanan Meliputi kenyamanan ruang gerak dan hubungan antar ruang, kondisi udara dalam ruang, pandangan, serta tingkat getaran. 4. Persyaratan kemudahan Persyaratan kemudahan meliputi kemudahan hubungan ke, dari, dan di dalam bangunan gedung serta kelengkapan prasarana dan sarana dalam pemanfaatan bangunan gedung. 18

15 2.5.7 Bangunan Ramah Lingkungan Bangunan dapat dikategorikan sebagai bangunan ramah lingkungan apabila memenuhi kriteria antara lain (Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 8 Tahun 2010): 1. Menggunakan material bangunan yang ramah lingkungan yang antara lain meliputi: (a) material bangunan yang bersifat eco-label; (b) material bangunan lokal 2. Terdapat fasilitas sarana dan prasarana untuk konservasi sumber daya air dalam bangunan gedung, antara lain: (a) mempunyai sistem pemanfaatan air yang dapat dikuantifikasi; (b) menggunakan sumber air yag memperhatikan konservasi sumber daya air; (c) mempunyai sistem pemanfaatan air hujan. 3. Terdapat fasilitas, sarana, dan prasarana konservasi dan diversifikasi energi antara lain: (a) menggunakan sumber energi alternatif terbarukan yang rendah emisi gas rumah kaca; (b) menggunakan sistem pencahayaan dan pengkondisian udara buatan yang hemat energi. 4. Menggunakan bahan yang bukan perusak ozon dalam bangunan gedung, antara lain; (a) refrigran untuk pendingin udara yang bukan bahan perusak ozon; (b) melengkapi bangunan gedung dengan peralatan pemadam kebakaran yang tidak menggunakan bahan perusak ozon. 5. Terdapat fasilitas, sarana, dan prasarana pengelolaan air limbah domestik pada bangunan gedung. 6. Terdapat fasilitas pemilahan sampah. 7. Memperhatikan aspek kesehatan bagi penghuni bangunan, antara lain: (a) melakukan pengelolaan sistem sirkulasi udara bersih; (b) memaksimalkan penggunaan sinar matahari. 8. Terdapat fasilitas, sarana, dan prasarana untuk mengantisipasi bencana Ruang Terbuka Hijau Ada beberapa definisi yang menjelaskan tentang apa yang dimaksud dengan ruang terbuka hijau ini, yang dikemukakan oleh para pakar. Menurut Roger Trancik, seorang pakar dibidang Urban Design, ruang terbuka hijau adalah 19

16 ruang yang didominasi oleh lingkungan alami di luar maupun di dalam kota, dalam bentuk taman, halaman, areal rekreasi kota dan jalur hijau. Sementara menurut Rooden Van FC dalam Grove dan Gresswell (1983), ruang terbuka hijau adalah fasilitas yang memberikan kontribusi penting dalam meningkatkan kualitas lingkungan permukiman, dan merupakan suatu unsur yang sangat penting dalam kegiatan rekreasi. Pemerintah Indonesia juga mengeluarkan definisi tentang ruang terbuka hijau ini dengan istilah ruang terbuka hijau kawasan perkotaan atau RTHKP. Jika mengacu pada Peraturan Mendagri No.1 tahun 2007 tentang penataan ruang terbuka hijau kawasan perkotaan ini, maka pengertian ruang terbuka hijau adalah bagian dari ruang terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan estetika. Ruang terbuka hijau itu sendiri terbagi atas dua jenis, yaitu RTHKP Publik dan RTHKP Privat. RTHKP Publik adalah RTHKP yang penyediaan dan pemeliharaannya menjadi tanggungjawab Pemerintah Kabupaten/Kota. Sementara RTHKP Privat adalah RTHKP yang penyediaan dan pemeliharaannya menjadi tanggungjawab pihak/lembaga swasta, perseorangan dan masyarakat yang dikendalikan melalui izin pemanfaatan ruang oleh Pemerintah Kabupaten/Kota, kecuali Provinsi DKI Jakarta oleh Pemerintah Provinsi Tata Letak Bangunan Tata letak bangunan memang suatu hal yang seharusnya diperhatikan betul, karena menyangkut produktivitas masyarakat yang berada di permukiman tersebut. Kurang tegasnya peraturan dan ditambah lagi masyarakat yang tidak perduli memang berakibat ketidakteraturanya suatu bangunan, ruang lingkup yang semakin lama akan semakin sempit akan membentuk suatu daerah atau kawasan menjadi kumuh jika tidak ada penataan yang tepat dan sesuai dengan kawasan tersebut. Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002, rencana tata bangunan dan lingkungan digunakan untuk pengendalian pemanfaatan ruang suatu lingkungan/kawasan. Rencana tata bangunan dan lingkungan memuat persyaratan tata bangunan yang terdiri atas ketentuan program bangunan gedung dan 20

17 lingkungan, rencana umum, dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan. 2.6 Tata Ruang Dalam Pengertian Tata Ruang dan Kantor Menurut Sayuti (2013), kantor merupakan tempat karyawan melakukan aktivitas kerjanya, tempat proses penanganan informasi mulai dari menerima, mengumpulkan, mengolah, menyimpan sampai menyalurkan informasi dalam rangka mendukung tercapainya tujuan organisasi. Untuk melakukan kegiatan ini maka diperlukan tata ruang dan kondisi fisik kantor yang standar, agar karyawan dapat melakukan pekerjaan dengan tenang, nyaman, dan lancar. Hal ini dikarenakan penataan tata ruang kantor ditujukan untuk meningkatkan produktivitas suatu organisasi baik secara langsung maupun tidak langsung. Kantor adalah tempat diselenggarakanya kegiatan tata usaha di mana terdapat ketergantungan sistem antara orang, teknologi, dan prosedur untuk menangani data dan informasi mulai dari menerima, mengumpulkan, mengolah, menyimpan, sampai menyalurkan. Sedangkan pengertian Tata Ruang Kantor menurut beberapa ahli: 1. Ida Nuraida, SE dalam bukunya Manajemen Administrasi Perkantoran adalah pengaturan ruangan kantor serta penyusunan alat-alat dan perabotan kantor pada luas lantai dan ruangan kantor yang tersedia untuk memberikan sarana bagi pekerja. 2. The Liang Gie dalam bukunya yang berjudul Administrasi Perkantoran Modern menyebutkan bahwa tata ruang perkantoran adalah penyusunan alat-alat kantor pada letak yang tepat serta pengaturan tempat kerja yang menimbulkan kepuasan bekerja bagi para pegawai Asas Tata Ruang Kantor Agar pekerjaan dalam kantor dapat dilakukan dengan baik maka ruang kerja itu perlu di tata sedemikian rupa atau karyawan bekerja menggunakan tata ruang kantor yang baik. Penataan ruangan kantor mulai dari penempatan meja, 21

18 kursi, dan alat-alat perkantoran harus mempertimbangkan luas ruangan dan jumlah para pegawai yang ada di dalam ruangan tersebut (Sayuti, 2013). Menurut Komaruddin (1998), agar penataan ruang kantor dapat dilakukan dengan baik, maka perlu berdasarkan asas-asas tertentu, adapun asas tata ruang kantor adalah: a. Asas jarak pendek Memungkinkan proses penyelesaian suatu pekerjaan menempuh jarak yang sependek-pendeknya, begitu pula dengan peralatan dan semua kebutuhan yang mereka gunakan saat bekerja juga perlu pada posisi terdekat. b. Asas rangkaian Penempatan posisi karyawan dengan karyawan lain yang ada hubungan kerja yang berkesinambungan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan harus ditempatkan secara berdekatan dan berurutan dari mulai hingga selesainya pekerjaan. c. Asas penggunaan segenap Mempergunakan sepenuhnya semua ruangan yang ada. Sedapat mungkin tidak ada ruangan yang tidak terpakai. d. Asas perubahan setempat Suatu tata ruang yang terbaik adalah yang dapat diubah ataupun disusun kembali dengan tidak terlampaui sukar atau tidak memakan biaya yang besar. Ada pula prinsip-prinsip yang penting untuk dipedomi pada saat menata ruang kantor. Menurut MC Maryati (2008), prinsip-prinsip tata ruang kantor adalah sebagai berikut: 1. Pekerjaan harus mengalir secara terus-menerus. 2. Fungsi yang sama atau berhubungan diletakan berdekatan. 3. Pengaturan perkakas membuat pengawasan lebih mudah. 4. Tidak permanen, agar fleksibel jika terjadi perubahan. 5. Ada ruang yang cukup untuk bergerak atau berjalan. 22

19 6. Pekerjaan yang menimbulkan suara gaduh, misalnya bagian produksi dijauhkan dari yang lainnya Lingkungan Perkantoran Selain soal layout atau desain sebuah kantor, faktor lain yang dapat mempengaruhi kinerja pegawai kantor adalahlingkungan kantor. Pegawai dapat bekerja dengan maksimal jika lingkungan kerjanya sehat. Saat ini terdapat ilmu untuk melihat tentang kenyamanan dalam bekerja, yaitu ergonomic. Ergonomic adalah ilmu terapan yang digunakan untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan tingkat kenyamanan, efisiensi, dan keamanan dalam mendesain tempat kerja demi memuaskan kebutuhan fisik dan psikologis pegawai di kantor. Konsep kantor masa depan adalah kantor pintar atau smart office. Smart office mengintergrasi beberapa komponen lingkungan kantor, seperti pencahayaan, AC, konservasi energi melalui komputerisasi kantor. Beberapa fitur smart office, yaitu: 1. Small-zone areas: kantor hanya akan menyalahkan sistem yang terbatas pada area yang digunakan ketika mereka lembur. 2. Smart wired telecommunication sistem: pemasangan sistem komunikasi yang terintergrasi (telephone, faximile, LAN, Hotspot dan lain-lain) mengurangi biaya. Lokasi fisik atau tata ruang tempat orang bekerja mempunyai pengaruh terhadap sikap, produktivitas dan interaksi dengan sekitarnya. Ruang kantor yang di dalamnya termasuk lemari dan meja kantor modern saat ini dirancang dan dibangun sesuai dengan pemikiran tersebut dan perkembangan interior ruang serta teknologi alat-alat kantor. Rancangan ruang kantor saat ini mengarah ke sistem kantor terbuka yang mempermudah komunikasi dan terjalinnya kerja yang harmonis. Sistem ruang kantor terbuka merupakan suatu sistem tata ruang yang memberikan keterbukaan untuk mempermudah berkomunikasi dan interaksi, namun sekaligus menjamin kebebasan pribadi. Kebebasan pribadi diciptakan dengan pemasangan sekat-sekat yang dapat dipindahkan atau digeser. Sekat-sekat tersebut juga menghindarkan para manajer dari isolasi dinding yang tertutup serta 23

20 suatu perasaan tidak nyaman yang menghinggapi sesorang bila dalam ruangan sama sekali tertutup. Keuntungan yang diperoleh dari sistem ruang kantor terbuka adalah: 1. Ruang kantor terbuka memungkinkah perubahan terus-menerus dengan biaya minimum setelah pola dasarnya ditetapkan. 2. Adanya kenyamanan karena sirkulasi udara berputar dengan lancar, pnerangan merata, kursi dan meja yang enak dipakai memperbaiki semangat kerjadan cenderung menghilangkan sebagian dari perselisihan yang timbul akibat tempat kerja yang terlalu berdekatan. 3. Arus pekerjaan lebih lancar dan hal-hal yang saling berkaitan dapat ditempatkan sedemikian rupa sehingga pekerjaan dapat dengan mudah beralih dari seksi satu ke seksi lain, karena ada ketersambungan antar meja kantor di dalamnya Green Office Management Dewasa ini semakin banyak perusahaan yang tertarik untuk mengimplementasikan green office management untuk mengelola kantornya. Perkantoran hijau (green office) adalah sistem manajemen lingkungan (environmental management system/ems) yang praktis dan sederhana dan dikembangkan khusus untuk kondisi perkantoran. Upaya ini dilakukan untuk membantu dan mendukung para manajer perkantoran untuk mendorong ke gaya hidup operasional kantor yang lebih ramah lingkungan. Target pelaksanaan kantor hijau meliputi, mengurangi konsumsi sumber daya alam melalui perbaikan sistem manajemen lingkungan kantor, mempromosikan praktik lestari melalui peningkatan kesadartahuan karyawan, dan mempromosikan cara-cara mitigasi perubahan iklim lewat penghematan energi dan pemakaian energi terbarukan Sistem Pencahayaan yang Baik di Lingkungan Perkantoran McShane (1997) dalam Badru Munir (2007) mendeskripsikan bahwa 80% - 85% informasi yang diterima pegawai di kantor menggunakan indera pengelihatan (mata), seperti membaca surat atau memeriksa tagihan pembayaran. Hal inilah yang menjadikan kenyamanan visual bagi pegawai di kantor sangat 24

21 penting karena akan mempengaruhi produktivitas mereka. Apabila tingkat cahaya di tempat kerja tidak sesuai maka akan mengakibatkan pegawai mengalami ketegangan pada mata, sehingga berdampak terhadap penurunan motivasi pegawai dan kinerja pegawai menurun. Oleh karena itu, sistem pencahayaan yang efektif harus memperhitungkan kualitas dan kuantitas cahaya yang sesuai dengan tugas, ruangan, serta pegawai itu sendiri. Pencahayaan di lingkungan kerja baru disebut efektif apabila pegawai merasa nyaman secara visual akibat pencahayaan yang seimbang. Rahmawati (2014) menjelaskan, bahwa ada 4 jenis pencahayaan yang di gunakan di kantor, antara lain: 1. Ambient lighting: pencahayaan pada seluruh ruangan dan biasanya dipasang pada langit-langit ruang kantor. 2. Task lighting: menerangi area kerja seorang pegawai, misalnya meja kerja. 3. Accent lighting: memberikan cahaya pada area yang dituju. Dirancang pada sebuah lorong kantor. 4. Natural lighting: berasal dari jendela, pintu kaca, serta cahaya langit/sinar matahari. Terdapat 4 jenis cahaya yang dapat digunakan dalam kantor, yaitu: 1. Cahaya alami: sinar matahari. 2. Cahaya fluorescent: cahaya dengan tingkat terang yang mirip dengan cahaya alami. Kelebihan: memproduksi lebih sedikit panas dan silau, daya tahan lebih lama, hemat listrik, terangnya lebih tersebar, lebih efisien. 3. Cahaya Incandescent: menggunakan tabung filamen, banyak digunakan di rumah. 4. High Intensity Discharge Lamps: biasanya dipakai di jalan raya atau stadion olah raga. Kelebihan: sistem pencahayaan sangat efisien. Kelemahan: menyulitkan untuk membedakan warna. Pemilihan pencahayaan bagi kantor harus tepat agar tidak terjadi gangguan dalam proses kerja pegawai. Pemilihan juga harus berdasarkan parameter efektivitas pencahayaan di kantor, yaitu: 25

22 1. Visibility: pegawai harus bisa melihat dengan nyaman dan jelas. 2. Fokus: pencahayaan harus dapat membuat pegawai memusatkan perhatiannya dalam melaksanakan tugas dengan membuat terang tempat kerja utama pegawai. 3. Image: modifikasi pencahayaan akan membuat kesan yang berbeda bagi pegawai. Karakteristik yang harus dipenuhi oleh sistem penerangan kantor adalah: 1) Equivalent Spherical Illumination (ESI): mengukur tingkat efisiensi sistem penerangan, yaitu tingkat silau dan pemantulan. 2) Visual Comfort Probability (VCP): rasio tingkat terang langsung dan lebih dari 0.70, nilai VCP 0.80 berarti 80% pegawai yang duduk pada area yang tidak diinginkan tidak merasa terganggu atau silau dengan sistem pencahayaan. 3) Task Illumination (TI): ukuran foot candle, mengukur jumlah cahaya pada area kerja. Nilai TI foot candle Sistem Penerangan 1. Direct: mengarahkan cahaya % secara langsung ke area kerja. Mengakibatkan munculnya silau dan bayangan karena sedikit cahaya yang tersebar. 2. Semidirect: pencahayaan 60-90%, cahaya diarahkan ke bawah dan sisanya diarahkan ke atas lalu dipantulkan kembali ke bawah. 3. Indirect: direkomendasikan untuk kebanyakan ruang kantor karena cahaya yang disebarkan mengurangi bayangan dan silau yang ditimbulkan. Sistem ini % cahaya pertama diarahkan ke atas dan kemudian menyebar dan memantul ke bawah ke area kerja. 4. Semiindirect: mengarahkan 60-90% cahaya ke atas dan kemudian dipantulkan ke bawah dan sisanya juga diarahkan ke area kerja. Bayangan dan silau masih menjadi kendala. 5. General Diffuse: mengarahkan 40-60% cahaya ke atas area kerja dan sisanya diarahkan ke bawah. Sistem ini menghasilkan lebih banyak cahaya 26

23 pada tingkat watt yang sama dengan indirect, bayangan dan silau juga lebih banyak daripada menggunakan semiindirect Perawatan Sistem Pencahayaan Semakin lama, lampu yang digunakan untuk memberikan cahaya mulai berkurang. Penurunan cahaya lampu mulai terjadi pada kira-kira 100 jam penggunaan dan pada beberapa situasi, kadang kala lebih efektif mengganti dengan lampu yang baru, meskipun belum mati. Saat ini semakin banyak perusahaan menjalankan program penggantian lampu secara berkala pada area yang ditentukan. Program pembersihan atap dan bagian permanen lain pada perkantoran secara berkala juga menjadi aspek penting dalam perawatan cahaya. Saat bagian tersebut semakin kotor, permukaan memantulkan cahaya tidak lagi efektif yang tentunya akan mengurangi keefektifan sistem penerangan. Kotoran atau debu ditambah usia pemakaian lampu yang sudah tua akan mengurangi cahaya hingga 50% Pencahayaan dan Layar Monitor Untuk mendesain sistem penerangan yang efektif, keberadaan layar monitor akan menambah tingkat kompleksitansi. Kurangnya perhatian pada pencahayaan yang sesuai terhadap layar monitor berada, dapat mengakibatkan gangguan yang signifikan pada pengelihatan karyawan. Mendesain sistem penerangan pada sekitar layar monitor, antara lain: 1. Mengurangi silau dengan mengurangi jumlah cahaya lampu atau cahaya alami mengenai layar monitor. 2. Menggunakan layar monitor yang dapat diubah posisinya, sehingga bila cahaya yang mengenai layar monitor dianggap terlalu berlebihan dan mengakibatkan silau, pegawai akan menyesuaikan dengan menggeser layar monitor. 3. Menyesuaikan tingkat kontras dan terang pada layar monitor untuk meminimalkan silau. 4. Menggunakan layar untuk mengurangi jumlah cahaya pada layar monitor. 27

24 5. Meminimalkan jumlah cahaya langsung mengarah ke bawah dan memaksimalkan jumlah cahaya yang tidak langsung pada area komputer. 6. Menggunakan layar datar dari pada layar cembung. Dari pembahasan di atas, berikut akan dibahas perbedaan penataan cahaya pada dua ruangan utama di sebuah kantor: a. Ruang rapat, ruang rapat menggunakan lampu fluorescent yang linear, sedangkan yang terakhir menggunakan chandelier dengan cahaya yang terfusi. Dengan cahaya yang tidak langsung dua ruangan terakhir akan menghasilkan cahaya yang lembut. Penataan cahaya yang baik telah fokus pada meja rapat namun pencahayaan dari luar melalui jendela terlalu membuat fokus cahaya menjadi pudar. Penataan cahaya yang terbaik adalah dengan pencahayaan yang berimbang, tampak lebih elegan. Kondisi ini ditambah adanya kemungkinan menggunakan dua hingga tiga jenis lampu yang dapat dimatikan atau dihidupkan sesuai dengan tingkat pencahayaan yang dibutuhkan peserta rapat. b. Ruang lobby. Pada ruang lobby, kafetaria maupun ruang publik lain dibutuhkan pencahayaan yang secara visual melegakan. Cahaya difokuskan pada resepsionis yang siap menyambut pengunjung atau tamu dengan ruangan lebih lembut dan nyaman. Pencahayaan yang terbaik adalah penggunaan cahaya matahari membuat kesan kantor lebih alami dan penggunaan lampu bercahaya tidak langsung akan dapat memfokuskan perhatian pengunjung pada resepsionis dan papan nama perusahaan Warna Menurut Rahmawati (2014), pemilihan warna sangat berpengaruh terhadap psikologis seseorang. Memang hal tersebut bukan patokan atau harga mati. Tetapi pengaruh warna pada kondisi psikologis tidak dapat dipungkiri kebenarannya. Pengaruh psikologis warna terhadap perasaan dari segi jarak, suhu dan kejiwaan seperti terlihat pada tabel di bawah ini: 28

25 Tabel 2.2 Pengaruh Warna Warna Efek jarak Efek suhu Efek jiwa Biru Jauh Dingin Menenangkan Hijau Jauh Netral, dingin Sangat menenangkan Orange Sangat dekat Sangat panas Semangat Coklat Sangat dekat Netral Tenang, semangat Abu-abu Sangat dekat Dingin Melesukan Kuning Dekat Sangat panas Semangat Merah Dekat Panas Sangat mengusik Sumber : Maryati (2007) Jika ruangan sempit agar terkesan luas, maka harus memilih warna-warna yang mempunyai efek jauh. Misalnya dinding di cat warna hijau muda atau biru langit. Jika menginginkan ruangan terkesan sejuk maka harus memilih warna yang mempunyai efek dingin. Jenis-jenis warna antara lain: 1) Warna menyala Warna merah atau kuning. Warna menyala dihindari penggunaan untuk ruang bidang yang luas. Warna tersebut digunakan untuk benda kecil yang ditonjolkan atau sebagai aksen warna yang dipadukan dengan warna yang lainnya. 2) Warna kontras Contohnya adalah paduan warna kuning dan hitam, oranye dan hijau. Warna kontras bisa digunakan dalam satu ruangan, tetapi jangan terlalu banyak, maksimal 3 warna karena akan menimbulkan kesan ramai. 3) Warna tua Warna tua menimbulkan rasa tertekan atau terkesan cenderung kotor. Warna ini dihindari untuk penataan ruang kantor. 4) Warna pastel Warna ini bersifat cerah, ceria dan menimbulkan kesan bersih. Demikian juga halnya dengan pemilihan warna pada tembok kantor. Beberapa faktor pemilihan warna adalah: (Sukoco, 2007). 29

26 a. Kombinasi warna: kombinasi dari warna-warna primer-kuning, merah dan biru menghasilkan warna sekunder. b. Efek cahaya pada warna: karena berbagai jenis cahaya buatan mempunyai spektrum yang berbeda, sistem pencahayaan yang digunakan pada kantor juga memiliki efek yang signifikan terhadap pilihan warna. Sumber cahaya hanya akan meningkatkan warna yang sesuai dengan spektrumnya. c. Dampak dari warna: warna sering kali mempengaruhi perasaan. Warna sejuk-biru, hijau dan violet menghasilkan perasaan yang tenang melelahkan. d. Nilai pemantulan pada warna: warna yang lebih terang memantulkan presentase cahaya yang lebih besar daripada warna yang gelap. Beberapa area perkantoran membutuhkan nilai pemantulan warna yang lebih terang dibanding yang lain Prinsip Dalam Pemilihan Warna Beberapa faktor yang perlu diperhatikan sebelum memulai proses perencanaan memilih warna ruang kantor, yaitu: a. Penutup lantai. Warna pada dinding dan atap hanya satu di antara beberapa aspek yang berpengaruh dalam pemilihan warna pada ruang kantor. Warna yang digunakan untuk menutup lantai juga sangat penting, dan menutup lantai dengan karpet merupakan pilihan yang bagus. Beberapa manfaat dari penggunaan karpet sebagai penutup lantai adalah: 1. Karpet dapat digunakan sebagai pengontrol suara (peredam suara) 2. Karpet lebih murah dalam perawatan dibandingkan penutup lantai lainnya 3. Karpet jika dibandingkan dengan jenis penutup lantai lain, lebih nyaman dan tidak terlalu melelahkan bagi pegawai yang berdiri lama atau dalam melakukan pekerjaannya yang membutuhkan frekuensi beraktivitas yang relatif tinggi di dalam kantor. 30

27 b. Penutup dinding. Karpet juga menjadi pilihan favorit untuk menutup dinding karena nilai estetikanya serta kemampuannya untuk menyerap suara. Karpet yang digunakan pada dinding harus memiliki tingkat ketahanan api yang tinggi. Karpet dengan bahan busa di belakangnya tidak direkomendasikan karena dapat menimbulkan asap yang besar ketika terbakar. c. Warna furniture. Pemilihan warna furniture yang akan digunakan dalam ruang kantor juga harus disesuaikan dengan kedua hal tersebut di atas. Pemilihan warna furniture harus mempertimbangkan jangka waktu pemakaiannya. Ketika memilih, nilai kekontrasan dan nilai pemantulan pada permukaan kerja harus dipertimbangkan. Jika tidak, dikhawatirkan ketegangan mata pegawai dan pelanggan yang mengunjungi kantor akan terjadi. Permukaan furniture yang memantulkan cahaya harus dihindari jika sistem pencahayaan yang akan digunakan menghasilkan pencahayaan yang cukup besar. 2.7 Suara dan Udara Tingkat kebisingan pada kantor merupakan faktor lingkungan yang harus dipertimbangkan untuk mengelola tingkat produktifitas pegawai yang diinginkan. Apabila tingkat kebisingan melampaui batas yang tidak diinginkan, beberapa gangguan fisik dan psikologis terhadap mereka akan terjadi. Misalnya, tingkat kebisingan yang terus menerus berlangsung dapat mengakibatkan kehilangan pendengaran sementara atau permanen bagi pegawai, disamping mengakibatkan kelelahan fisik dan mentalk sehingga mengurangi produktivitas mereka, serta dapat pula menimbulkan keresahan, gangguan, dan ketegangan dengan meningkatkan tekanan darah serta metabolisme tubuh, dan dalam waktu lama dapat mengakibatkan masalah kesehatan yang serius (Rahmawati, 2014) Kontrol Suara pada Ruang Kantor Beberapa teknik dapat digunakan dalam mengontrol kebisingan pada ruang kantor antara lain: 31

28 1. Kontruksi yang sesuai jumlah kebisingan pada perkantoran dapat dikontrol dengan menggunakan teknik kontruksi bangunan yang efektif. Terdapat dua suara yang akan merambat di udara, yaitu suara yang merambat melalui udara (disebut suara udara) atau melalui struktur bangunan. Berikut adalah teknik konstruksi yang direkomendasikan untuk mengurangi kebisingan yang tidak diinginkan. a. Memasang jaringan yang terhubung dengan jaringan utama dari sistem HVAC. Hal ini diharapkan akan mengurangi tingkat kebisingan yang dihasilkan oleh sistem tersebut. b. Penggunaan jendela dan pintu yang rapat dan memilki seal yang terbuat dari karet, sehingga suara lebih dapat diredam dan tidak mudah keluar dari ruangan. c. Membangun udara diam pada beberapa struktur bangunan, yaitudengan menempatkan ruang berongga sehingga suara dapat teredam ke dalamnya. Hal ini akan mengurangi jumlah suara yang merambat dari suatu ruangan ke ruangan lain. d. Penggunaan material kontruksi yang dapat mengurangi kemungkinan terjadinya getaran suara, seperti penggunaan kayu atau alumunium pada jendela yang lebih empuk dibandingkan baja dan sebagainya. 2. Penggunaan material peredam suara: Peredaman suara diukur dengan menggunakan NRC, yang kebanyakan materialnya mempunyai ukuran 50 sampai 95. Nilai 50 berarti 50 persen suara diredam oleh material tersebut. Untuk tujuan meredam suara, material dengan nilai di bawah 75 kurang efektif. Ada 3 kriteria yang dapat digunakan dalam memilih material yang mampu menghasilkan peredaman suara yang optimal, antara lain: a. Peredam yaitu tingkat suara yang dapat diredam oleh material. Tingkat peredaman diukur oleh NRC. b. Pemantulan tingkat pemantulan yang dimiliki material, yaitu suara yang diserap dan dipantulkan kembali ke udara. c. Isolasi tingkat material yang dapat menghalangi suara melewati material tersebut. Isolasi suara dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti kepadatan dan berat suara, serta ketebalan material yang akan 32

29 digunakan untuk meredam suara. Keseimbangan yang sesuai antara pemantulan dan penyerapan suara dibutuhkan pada ruang kantor tertentu untuk membantu mengurangi keberadaan silent voice pada area kerja. Apabila tingkat kebisingan diprediksikan akan meningkat, peredaman harus ditingkatkan dan pemantulan dikurangi. Material dengan struktur keras besi, gelas, maupun plastik akan memantulkan sebagian besar sura jika dibandingkan dengan penggunaan material yang berkarakteristik lebih lembut, misalnya kayu dan spon. 3. Alat peredam suara: beberapa alat peredam suara sering digunakan untuk mengontrol suara perkantoran. Alat peredam suara itu dapat diletakkan pada beberapa mesin di perkantoran. Contohnya mesin tik manual atau printer. 4. Masking: Metode ini melibatkan pencampuran suara kantor dengan suara rendah yang tidak mengganggu. Juga dikenal dengan white noise, masking hamping sama suara yang terdengar ketika suara melewati lorong atau saluran Udara Faktor lingkungan kantor lainnya yang dapat mempengaruhi kondisi fisik dan psikologis pegawai adalah kondisi udara di dalam kantor. Jika diasumsikan pegawai akan menghabiskan 90 persen jam kerjanya di dalam ruangan (kurang lebih jam per tahun), kualitas udara patut menjadi perhatian utama manajer administrasi. Sebagian besar bangunan perkantoran saat ini memiliki udara yang mengandung zat kimia dan biologi dari pada di luar ruangan. Hal ini disebabkan oleh off-gas (bahan kimia yang dihasilkan oleh penuaan gedung maupun beberapa alat perkantoran, misalnya furniture serta penutup lantai yang jarang dibersihkan). Kondisi inilah yang akan menimbulkan sick building syndrome (sindrom gedung sakit) dan menyebabkan pegawai mengalami kepusingan permanen jika mereka menghirupnya dalam waktu yang relatif lama (Damato dan Richter,2003). Beberapa faktor kualitas udara yang perlu diperhatikan adalah temperatur, kelembaban, ventilasi, serta kebersihan udara antara lain: 33

30 1. Temperatur udara Apabila di luar kantor sedang panas dengan temperatur 30 o C, sebaiknya temperatur diatur 26 o C, dan apabila temperatur di luar sebesar 14 o C, sebaiknya temperatur di dalam kantor diatur pada tingkat 18 o C. Di masa depan, energi matahari, tidak diragukan lagi akan menjadi sumber pemanas utama dalam bangunan perkantoran di beberapa bagian dunia. Tergantung pada lokasi geografi bangunan, energi matahari mungkin dapat memberikan semua pemanasan yang dibutuhkan. 2. Tingkat kelembaban udara Tingkat kelembaban udara dipengaruhi temperatur udara. Jika tingkat kelembaban udara sesuai dengan skala yang direkomendasikan, maka temperatur pada perkantoran dapat diturunkan pada musim dingin dan dinaikkan pada musim panas tanpa mengurangi kenyamanannya. 3. Sirkulasi udara Pada beberapa tempat kerja, terutama yang peralatannya menghasilkan panas, harus disirkulasikan untuk menghasilkan kenyamanan. Tanpa sirkulasi udara, temperatur udara sekitar akan meningkat dan keberadaan off-gas, seperti yang dibahas sebelumnya, akan semakin menetap di tempat yang sama dan mengakibatkan gangguan pernafasan serta gangguan fisik lainnya pada pegawai. 4. Kebersihan udara Alat yang didesain untuk membersihkan udara dipasang pada beberapa bangunan perkantoran guna membersihkan udara dari kuman, debu, dan kotoran. Sebagian besar AC yang dipasarkan pada saat ini telah dilengkapi dengan alat tersebut. Cahaya ultraviolet digunakan untuk membunuh kuman, serta filter mekanik digunakan untuk membuang debu serta kotoran lain Musik Musik dapat membantu meningkatkan kepuasan kerja dan produktivitas pegawai dengan menghilangkan rasa bosan dan monoton dalam melakukan pekerjaan kantor. Musik memberikan efek menenangkan dari kelelahan mental 34

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat, terutama pada kondisi lingkungan yang di bawah standar. (1)

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat, terutama pada kondisi lingkungan yang di bawah standar. (1) BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit akibat lingkungan semakin hari semakin menimbulkan problema kesehatan masyarakat, terutama pada kondisi lingkungan yang di bawah standar. (1) Umumnya di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan parameter..., Duniantri Wenang Sari, FKM 2 UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan parameter..., Duniantri Wenang Sari, FKM 2 UI, Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Jakarta sebagai kota metropolitan di Indonesia memiliki berbagai masalah, salah satu isu yang sedang hangat diperbincangkan adalah masalah pencemaran udara. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan daya dukungan bagi mahluk hidup untuk hidup secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan daya dukungan bagi mahluk hidup untuk hidup secara optimal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara

Lebih terperinci

Argon 0,93% Ne, He, CH4, H2 1,04% Karbon Dioksida 0,03% Oksigen 20% Nitrogen 78% Udara

Argon 0,93% Ne, He, CH4, H2 1,04% Karbon Dioksida 0,03% Oksigen 20% Nitrogen 78% Udara Karbon Dioksida 0,03% Argon 0,93% Ne, He, CH4, H2 1,04% Oksigen 20% Nitrogen 78% Udara Apa Itu Pencemaran Udara? Pencemaran udara bebas (Out door air pollution), Sumber Pencemaran udara bebas : Alamiah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya di dunia (Sugiato, 2006). Menurut Badan Kependudukan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya di dunia (Sugiato, 2006). Menurut Badan Kependudukan Nasional, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara merupakan masalah yang sedang dihadapi oleh berbagai negara. Pencemaran udara terjadi karena meningkatnya industri, perubahan perilaku dalam masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (occupational disease), penyakit akibat hubungan kerja (work related disease)

BAB I PENDAHULUAN. (occupational disease), penyakit akibat hubungan kerja (work related disease) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pembangunan menuju industrialisasi dapat membawa berbagai resiko positif maupun negatif yang mempengaruhi para pekerja dan keluarganya. Resiko positifnya

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN MAGANG

BAB III PELAKSANAAN MAGANG BAB III PELAKSANAAN MAGANG 3.1 Pengenalan Lingkungan Kerja Penulis memulai praktek pelaksanaan kerja atau magang pada Kantor Pusat Perum BULOG selama satu bulan yang dimulai dari tanggal 01 sampai dengan

Lebih terperinci

KONDISI LINGKUNGAN KERJA YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA

KONDISI LINGKUNGAN KERJA YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA KONDISI LINGKUNGAN KERJA YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA 1. Temperatur Tubuh manusia bisa menyesuaikan diri karena kemampuannya utk melakukan proses konveksi, radiasi dan penguapan jika terjadi kekurangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan Antara Penataan Ruang Perpustakaan Dengan Minat Belajar Siswa Di Perpustakaan

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan Antara Penataan Ruang Perpustakaan Dengan Minat Belajar Siswa Di Perpustakaan BAB I PENDAHULUAN Bab I membahas mengenai latar belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi dari penelitian yang berjudul Hubungan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR Prasato Satwiko. Arsitektur Sadar Energi tahun 2005 Dengan memfokuskan permasalahan, strategi penataan energi bangunan dapat dikembangkan dengan lebih terarah.strategi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY 81 BAB V KESIMPULAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Keterkaitan Konsep dengan Tema dan Topik Konsep dasar pada perancangan ini yaitu penggunaan isu tentang Sustainable architecture atau Environmental

Lebih terperinci

SAINS ARSITEKTUR II Iklim (Tropis Basah) & Problematika Arsitektur

SAINS ARSITEKTUR II Iklim (Tropis Basah) & Problematika Arsitektur SAINS ARSITEKTUR II Iklim (Tropis Basah) & Problematika Arsitektur Disusun oleh : Yudi Leo Kristianto (0951010014) Dosen : JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Kantor Menurut Moekijat (2008:2) Manajemen Perkantoran adalah penjurusan dan pengawasan sebuah kantor untuk mencapai tujuannya yang khusus dengan cara yang

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5. La Nina. El Nino. Pancaroba. Badai tropis.

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5. La Nina. El Nino. Pancaroba. Badai tropis. SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5 1. Perubahan iklim global yang terjadi akibat naiknya suhu permukaan air laut di Samudra Pasifik, khususnya sekitar daerah ekuator

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Konsep Perancangan Didalam sebuah perancangan interior, fasilitas sangat menunjang dalam aktifitas yang dilakukan di dalamnya. Fasilitas merupakan hal penting dalam mendesain

Lebih terperinci

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruangan merupakan suatu tempat aktivitas manusia di mana hampir 90 % dari waktu yang ada, waktu dihabiskan manusia di dalam ruangan, jauh lebih lama dibandingkan di

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara merupakan unsur yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan semuanya membutuhkan udara untuk mempertahankan hidupnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berkembangnya sektor industri dan pemanfaatan teknologinya tercipta produk-produk untuk dapat mencapai sasaran peningkatan kualitas lingkungan hidup. Dengan peralatan

Lebih terperinci

Pathologi Bangunan dan Gas Radon Salah satu faktor paling populer penyebab terganggunya kesehatan manusia yang berdiam

Pathologi Bangunan dan Gas Radon Salah satu faktor paling populer penyebab terganggunya kesehatan manusia yang berdiam PATHOLOGI BANGUNAN DAN KENYAMANAN TERMAL Tri Harso Karyono Majalah Konstruksi, April 1997 Dalam ilmu bahasa, pathologi berarti ilmu tentang penyakit, dengan pengertian ini, ilmu tersebut dianggap tidak

Lebih terperinci

b. Dampak Pencemaran oleh Nitrogen Oksida Gas Nitrogen Oksida memiliki 2 sifat yang berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan.

b. Dampak Pencemaran oleh Nitrogen Oksida Gas Nitrogen Oksida memiliki 2 sifat yang berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan. 1. Sejarah Perkembangan Timbulnya Pencemaran Kemajuan industri dan teknologi dimanfaatkan oleh manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Sudah terbukti bahwa industri dan teknologi yang maju identik

Lebih terperinci

Oleh: ANA KUSUMAWATI

Oleh: ANA KUSUMAWATI Oleh: ANA KUSUMAWATI PETA KONSEP Pencemaran lingkungan Pencemaran air Pencemaran tanah Pencemaran udara Pencemaran suara Polutannya Dampaknya Peran manusia Manusia mempunyai peranan dalam pembentukan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Perkantoran Menurut Denyer (dikutip Sayuti, 2013:38) Office System is the standard sequence of operation in a particular business activity (the paying of

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. polusi udara atau sekitar 5% dari 55 juta orang yang meninggal setiap tahun di

BAB I PENDAHULUAN. polusi udara atau sekitar 5% dari 55 juta orang yang meninggal setiap tahun di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut data WHO, setiap tahun sekitar tiga juta orang meninggal karena polusi udara atau sekitar 5% dari 55 juta orang yang meninggal setiap tahun di dunia. Seribu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lingkungan kerja merupakan bagian yang penting dalam perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lingkungan kerja merupakan bagian yang penting dalam perusahaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lingkungan kerja merupakan bagian yang penting dalam perusahaan. Meskipun lingkungan kerja tidak melaksanakan proses produksi dalam suatu perusahaan, namun lingkungan

Lebih terperinci

Bab IV. Konsep Perancangan

Bab IV. Konsep Perancangan Bab IV Konsep Perancangan 4.1 Konsep Perancangan Konsep perancangan pada proyek ini didasari oleh tinjauan data mengenai sifat dan karakteristik pasien, dimana beberapa dari pasien dewasa maupun anak-anak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian upaya-upaya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perlindungan tenaga

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian upaya-upaya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perlindungan tenaga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Intensitas pembangunan yang semakin meningkat, seiring oleh pemanfaatan ilmu dan teknologi di berbagai bidang yang lebih maju, telah mendorong pesatnya laju pertumbuhan

Lebih terperinci

Syarat Bangunan Gedung

Syarat Bangunan Gedung Syarat Bangunan Gedung http://www.imland.co.id I. PENDAHULUAN Pemerintah Indonesia sedang giatnya melaksanakan kegiatan pembangunan, karena hal tersebut merupakan rangkaian gerak perubahan menuju kepada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang TINJAUAN PUSTAKA Penghijauan Kota Kegiatan penghijauan dilaksanakan untuk mewujudkan lingkungan kota menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang asri, serasi dan sejuk dapat

Lebih terperinci

PRAKIRAAN DAMPAK KEGIATAN TERHADAP KESMAS

PRAKIRAAN DAMPAK KEGIATAN TERHADAP KESMAS PRAKIRAAN DAMPAK KEGIATAN TERHADAP KESMAS PENINGKATAN KUALITAS HIDUP MASYARAKAT PEMERINTAH PEMILIK USAHA SEHAT, merupakan suatu keadaan sejahtera (badan, jiwa,dan sosial). Hidup Produktif - Sosial - Ekonomi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kenyamanan adalah keadaan nyaman;kesejukan. Kolcaba (2003) menjelaskan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kenyamanan adalah keadaan nyaman;kesejukan. Kolcaba (2003) menjelaskan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kenyamanan 2.1. Pengertian Kenyamanan Konsep tentang kenyamanan atau comfort sangat sulit untuk didefenisikan karena lebih merupakan penilaian responsif individu (Oborne,1995).menurut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian kompleks, rumah sakit harus memiliki sumber daya manusia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian kompleks, rumah sakit harus memiliki sumber daya manusia yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan dengan fungsi yang kompleks dengan padat pakar dan padat modal. Untuk melaksanakan fungsi yang demikian kompleks,

Lebih terperinci

Bab 4 KONSEP PERENCANAAN DESAIN

Bab 4 KONSEP PERENCANAAN DESAIN Bab 4 KONSEP PERENCANAAN DESAIN 4.1. Konsep Desain 4.1.1 Kerangka Konsep Desain Gambar 4.1 Kerangka Konsep Sumber : Analisa Pribadi 4.1.2 Tema Tema yang di gunakan dalam perancangan ini adalah bee (lebah).

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udara merupakan unsur yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan semuanya membutuhkan udara untuk mempertahankan hidupnya. Udara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. juga merupakan status lambang sosial (Keman, 2005). Perumahan merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. juga merupakan status lambang sosial (Keman, 2005). Perumahan merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia dimanapun berada membutuhkan tempat untuk tinggal yang disebut rumah. Rumah berfungsi sebagai tempat untuk melepaskan lelah, tempat bergaul dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dari latar belakang diatas, ada masalah-masalah terkait kenyamanan yang akan dibahas dalam laporan ini yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Dari latar belakang diatas, ada masalah-masalah terkait kenyamanan yang akan dibahas dalam laporan ini yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Pada kehidupan sehari-hari, manusia tidak pernah lepas dari sebuah aktivitas yaitu makan. Makan adalah sebuah aktivitas manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga memberikan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga memberikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di bidang kesehatan, udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Central Business District (CBD) Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 mengenai penataan ruang, pada Pasal 1 disebutkan bahwa kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan V.1.1 Konsep Manusia Pelaku Kegiatan No. Pelaku 1. Penghuni/Pemilik Rumah Susun 2. Pengunjung Rumah Susun 3. Pengunjung Pasar Tradisional

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL & PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL & PEMBAHASAN 1 BAB 4 HASIL & PEMBAHASAN Pengaplikasian wall treatment menggunakan bata exposed, lantai bermaterial concrete tanpa finishing Penerapan modul atau bentuk abstrak dan geometris pada furnitur dan partisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aria Wirata Utama, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aria Wirata Utama, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perpustakaan adalah sebuah ruang yang di dalamnya terdapat sumber informasi dan pengetahuan. Sumber-sumber informasi dan pengetahuan yang berada di perpustakaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun di dunia. Angka morbiditas sebagai dampak dari polusi udara jauh lebih

BAB I PENDAHULUAN. tahun di dunia. Angka morbiditas sebagai dampak dari polusi udara jauh lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Data WHO menyatakan bahwa terdapat sekitar tiga juta orang meninggal karena polusi udara atau sekitar 5% dari 55 juta orang yang meninggal setiap tahun di dunia. Angka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini. Udara berfungsi juga sebagai pendingin benda-benda yang panas, penghantar bunyi-bunyian,

BAB I PENDAHULUAN. ini. Udara berfungsi juga sebagai pendingin benda-benda yang panas, penghantar bunyi-bunyian, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udara merupakan salah satu unsur atau zat yang sangat penting setelah air. Seluruh makhluk hidup membutuhkan udara sebagai oksigen demi kelangsungan hidupnya di muka

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP DESAIN. Konsep utama dari pool dan lounge yang akan dibuat adalah FUN atau menyenangkan

BAB IV KONSEP DESAIN. Konsep utama dari pool dan lounge yang akan dibuat adalah FUN atau menyenangkan 73 BAB IV KONSEP DESAIN IV.1 Konsep Ruang (Citra Ruang) Konsep utama dari pool dan lounge yang akan dibuat adalah FUN atau menyenangkan dengan bergaya futurisctic. Konsep fun ini diartikan sebagai sesuatu

Lebih terperinci

TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL KONDISI LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA

TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL KONDISI LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL KONDISI LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA OLEH WAHYU PURWANTO LABOTARIUM SISTEM PRODUKSI JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam kerangka pembangunan nasional, pembangunan daerah merupakan bagian yang terintegrasi. Pembangunan daerah sangat menentukan keberhasilan pembangunan nasional secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Kantor Menurut George Terry (dikutip Sayuti 2013:8) mengemukakan manajemen kantor ialah perencanaan, pengendalian dan pengorganisasian pekerjaan perkantoran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja yang buruk dapat mengakibatkan masalah bagi. kesehatan karyawan. Jenis bangunan, alat dan bahan, proses pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja yang buruk dapat mengakibatkan masalah bagi. kesehatan karyawan. Jenis bangunan, alat dan bahan, proses pekerjaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lingkungan kerja yang buruk dapat mengakibatkan masalah bagi kesehatan karyawan. Jenis bangunan, alat dan bahan, proses pekerjaan serta ventilasi yang kurang baik di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Kantor Dalam sebuah perusahaan tentunya mempunyai sistem yang mengatur tata kerja sebuah pekerjaan, salah satunya bagian yang mengatur tata kerja terutama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. letaknya ini, matahari dapat bersinar di wilayah Indonesia selama 12 jam per

BAB 1 PENDAHULUAN. letaknya ini, matahari dapat bersinar di wilayah Indonesia selama 12 jam per BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Iklim tropis yang ada di Indonesia diakibatkan karena letak Indonesia berada tepat di garis ekuator, yang berarti dekat dengan matahari. Dipengaruhi letaknya ini, matahari

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB III TINJAUAN KHUSUS BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1. Pengertian Tema 3.1.1. Green Architecture (Arsitektur Hijau) Banyak orang memiliki pemahaman berbeda-beda tentang Green Architecture, ada yang beranggapan besaran volume bangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di

BAB I PENDAHULUAN. Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB III TINJAUAN KHUSUS BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1 Latar Belakang Tema Tema Green Architecture dipilih karena mengurangi penggunaan energi dan polusi, serta menciptakan hunian dengan saluran, penyekatan, ventilasi, dan material

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Fasilitas Fisik 1) Sekat Pemisah Saat ini belum terdapat sekat pemisah yang berfungsi sebagai pembatas antara 1 komputer dengan komputer yang lainnya pada Warnet

Lebih terperinci

TL-2271 Sanitasi Berbasis Masyarakat Minggu 3

TL-2271 Sanitasi Berbasis Masyarakat Minggu 3 TL-2271 Sanitasi Berbasis Masyarakat Minggu 3 Rizka Firdausi Pertiwi, S.T., M.T. Rumah Bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Perumahan Kelompok rumah

Lebih terperinci

KESEHATAN DAN SANITASI LINGKUNGAN TIM PEMBEKALAN KKN UNDIKSHA 2018

KESEHATAN DAN SANITASI LINGKUNGAN TIM PEMBEKALAN KKN UNDIKSHA 2018 KESEHATAN DAN SANITASI LINGKUNGAN TIM PEMBEKALAN KKN UNDIKSHA 2018 PENYEBAB??? Status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan sebagainya. Pentingnya

Lebih terperinci

SANITASI DAN KEAMANAN

SANITASI DAN KEAMANAN SANITASI DAN KEAMANAN Sanitasi adalah.. pengendalian yang terencana terhadap lingkungan produksi, bahan bahan baku, peralatan dan pekerja untuk mencegah pencemaran pada hasil olah, kerusakan hasil olah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Audit Industri Usaha-usaha untuk menghemat industri di segala bidang makin dirasakan perlu karena semakin terbatasnya sumber-sumber industri yang tersedia dan semakin mahalnya

Lebih terperinci

PERALATAN & PERLENGKAPAN DALAM KEARSIPAN OLEH: PANDIT ISBIANTI, M.PD.

PERALATAN & PERLENGKAPAN DALAM KEARSIPAN OLEH: PANDIT ISBIANTI, M.PD. PERALATAN & PERLENGKAPAN DALAM KEARSIPAN OLEH: PANDIT ISBIANTI, M.PD. Mengapa perlatan perlu digunakan dalam manajemen kearsipan? KRITERIA PEMILIHAN PERALATAN (1) (1) BENTUK ALAMI ARSIP YANG AKAN DISIMPAN

Lebih terperinci

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi, BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi, pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan sumberdaya manusia untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur,

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur, BAB V KONSEP 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Anak Putus Sekolah sebagai tempat menerima pendidikan dan mengasah keterampilan yaitu mengambil

Lebih terperinci

KONSEP DESAIN Konsep Organisasi Ruang Organisasi Ruang BAB III

KONSEP DESAIN Konsep Organisasi Ruang Organisasi Ruang BAB III BAB III KONSEP DESAIN Sebagaimana fungsinya sebagai Museum Budaya Propinsi Jawa Barat, museum ini mewakili kebudayaan Jawa Barat, sehingga tema yang diangkat adalah Kesederhanaan Jawa Barat dengan mengadaptasi

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 KONSEP PERANCANGAN Mengacu kepada sasaran fasilitas ini adalah remaja pengguna narkoba, maka diperlukan sebuah tempat dan susunan yang bersifat dapat membangkitkan semangat

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU 3.1. Tinjauan Tema a. Latar Belakang Tema Seiring dengan berkembangnya kampus Universitas Mercu Buana dengan berbagai macam wacana yang telah direncanakan melihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kenyamanan adalah bagian dari salah satu tujuan utama dari ilmu ergonomika yang harus dicapai. Kenyamanan terdiri atas kenyamanan psikis dan kenyamanan fisik. Kenyamanan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Makro 5.1.1 Site terpilih Gambar 5.1 Site terpilih Sumber : analisis penulis Site terpilih sangat strategis dengan lingkungan kampus/ perguruan tinggi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan pemasaran (Manuaba, 1983). Aspek yang kurang diperhatikan bahkan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan pemasaran (Manuaba, 1983). Aspek yang kurang diperhatikan bahkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi terjadi peningkatan persaingan usaha yang menyebabkan kebanyakan pengusaha lebih memperhatikan masalah permodalan, manajemen, dan pemasaran

Lebih terperinci

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT. lingkungan yang. mampu menyembuhkan. Gambar 4. 1 Konsep Dasar

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT. lingkungan yang. mampu menyembuhkan. Gambar 4. 1 Konsep Dasar BAB IV: KONSEP 4.1. Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT lingkungan yang mampu menyembuhkan SUASANA Menghubungkan ruang luar dengan ruang dalam terutama pada area yang difokuskan untuk kesembuhan pasien.

Lebih terperinci

Pemilihan pohon pada areal lintas berupa pohon jenis palem sebagai pengarah, pohon peneduh diletakan pada area parkir pengunjung, sedangkan.

Pemilihan pohon pada areal lintas berupa pohon jenis palem sebagai pengarah, pohon peneduh diletakan pada area parkir pengunjung, sedangkan. Pemilihan pohon pada areal lintas berupa pohon jenis palem sebagai pengarah, pohon peneduh diletakan pada area parkir pengunjung, sedangkan. BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan/ Penekanan Desain

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Gedung pusat kebugaran ini direncanakan untuk menjadi suatu sarana yang mewadahi kegiatan olahraga, kebugaran, dan relaksasi. Dimana kebutuhan masyarakat

Lebih terperinci

Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Rumah Sakit Umum Daerah Jakarta Selatan BAB II: STUDI Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja

Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Rumah Sakit Umum Daerah Jakarta Selatan BAB II: STUDI Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja BAB II: STUDI 2.1. Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja Berdasarkan Kerangka Acuan Kerja yang telah diberikan sebagai pedoman awal dalam perencanaan dan perancangan Rumah Sakit Umum Jakarta Selatan.

Lebih terperinci

SAINS ARSITEKTUR II ARTIKEL ILMIAH TENTANG BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS.

SAINS ARSITEKTUR II ARTIKEL ILMIAH TENTANG BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS. SAINS ARSITEKTUR II ARTIKEL ILMIAH TENTANG BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS Di susun oleh : Di Susun Oleh : BAGAS BILAWA C. (0951110039) Dosen : HERU SUBIYANTORO

Lebih terperinci

Rumah? Perumahan? PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN SEHAT. Ns. Eka M. 6/6/2011. Overview

Rumah? Perumahan? PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN SEHAT. Ns. Eka M. 6/6/2011. Overview Overview PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN SEHAT?? Ns. Eka M. Rumah? Perumahan? Prasarana, adalah Kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan perumahan dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Mis : Jaringan

Lebih terperinci

KONSEP PERANCANGAN INTERIOR RUANG TIDUR UTAMA

KONSEP PERANCANGAN INTERIOR RUANG TIDUR UTAMA 2011 KONSEP PERANCANGAN INTERIOR RUANG TIDUR UTAMA RUMAH TINGGAL BAPAK Ir. Budiman, M.A. Jl. Merdeka Barat 12 Jakarta Designed by: Karina Larasati NIM. 00987654333 JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA FBS UNY

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas merupakan sebuah tempat di mana berlangsungnya sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas merupakan sebuah tempat di mana berlangsungnya sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Universitas merupakan sebuah tempat di mana berlangsungnya sebuah proses belajar-mengajar. Dalam pelaksanaan proses belajar- mengajar tersebut melibatkan peran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kesadaran Menurut Hasibuan (2012:193), kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era persaingan pasar bebas saat ini, produk suatu industri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era persaingan pasar bebas saat ini, produk suatu industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era persaingan pasar bebas saat ini, produk suatu industri seharusnya memiliki kualitas sesuai standar yang ditentukan. Dalam proses pembuatannya tentu diperlukan

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru. BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Beberapa hal yang menjadi dasar perencanaan dan perancangan Asrama Mahasiwa Bina Nusantara: a. Mahasiswa yang berasal dari

Lebih terperinci

STUDI TERHADAP KONSERVASI ENERGI PADA GEDUNG SEWAKA DHARMA KOTA DENPASAR YANG MENERAPKAN KONSEP GREEN BUILDING

STUDI TERHADAP KONSERVASI ENERGI PADA GEDUNG SEWAKA DHARMA KOTA DENPASAR YANG MENERAPKAN KONSEP GREEN BUILDING STUDI TERHADAP KONSERVASI ENERGI PADA GEDUNG SEWAKA DHARMA KOTA DENPASAR YANG MENERAPKAN KONSEP GREEN BUILDING I Wayan Swi Putra 1, I Nyoman Satya Kumara 2, I Gede Dyana Arjana 3 1.3 Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Dimana permasalahan utama yang dihadapi oleh negara-negara berkembang termasuk indonesia adalah Pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 4.1 Alternatif Zoning 1 ANALISA : Letak zona publik berada di dekat pintu masuk karena zona tersebut diperunttukan bagi pengunjung yang baru datang. Pada alternative zona

Lebih terperinci

bagian atau disebut juga aspek pembentuk lingkungan kerja. Adapun beberapa

bagian atau disebut juga aspek pembentuk lingkungan kerja. Adapun beberapa BAB II LANDASAN TEORI 2.1. PENGERTIAN LINGKUNGAN KERJA Untuk dapat menyusun perencanaan lingkungan kerja dengan baik, manajemen perusahaan harus benar-benar mengetahui unsur-unsur apa saja yang penting

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atmosfer. Untuk memaksimalkan limbah sekam padi, sangat perlu untuk dicari

I. PENDAHULUAN. atmosfer. Untuk memaksimalkan limbah sekam padi, sangat perlu untuk dicari 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekam dikategorikan sebagai biomassa yang dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti bahan baku industri, pakan ternak, abu gosok, bahan bakar dan sebagai pembuatan

Lebih terperinci

Gambar 5.2 Mind Mapping Perawat dan Pengunjung Gambar 5.3 Mind Mapping Site dan Bangunan 1

Gambar 5.2 Mind Mapping Perawat dan Pengunjung Gambar 5.3 Mind Mapping Site dan Bangunan 1 BAB V KONSEP PERANCANGAN INTERIOR 5. 1. Dasar dan Tujuan Setelah melewati proses analisis, penulis mengambil tema refreshment atau penyegaran sebagai konsep desain yang akan diterapkan pada perancangan

Lebih terperinci

Unsur-Unsur Efek Cahaya Pada Perpustakaan. Abstrak

Unsur-Unsur Efek Cahaya Pada Perpustakaan. Abstrak Unsur-Unsur Efek Cahaya Pada Perpustakaan Cut Putroe Yuliana Prodi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry Banda Aceh Abstrak Perpustakaan sebagai tempat untuk belajar membutuhkan intensitas

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut.

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut. BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Klasifikasi Gedung dan Risiko Kebakaran Proyek pembangunan gedung Rumah Sakit Pendidikan Universitas Brawijaya Malang merupakan bangunan yang diperuntukkan untuk gedung rumah sakit.

Lebih terperinci

Ana Wahyuningtyas. Untuk SD Kelas iii semester 1. Universitas Sanata Dharma

Ana Wahyuningtyas. Untuk SD Kelas iii semester 1. Universitas Sanata Dharma Ana Wahyuningtyas Untuk SD Kelas iii semester 1 Universitas Sanata Dharma Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena saya bisa menyelesaikan buku IPA ini. Buku IPA ini diharapkan

Lebih terperinci

Studi Analisis Pengaruh Kondisi Lingkungan Kerja Terhadap Sick Building Syndrome (SBS) Pada Karyawan di Gedung Perkantoran Perusahaan Fabrikasi Pipa

Studi Analisis Pengaruh Kondisi Lingkungan Kerja Terhadap Sick Building Syndrome (SBS) Pada Karyawan di Gedung Perkantoran Perusahaan Fabrikasi Pipa Studi Analisis Pengaruh Kondisi Lingkungan Kerja Terhadap Sick Building Syndrome (SBS) Pada Karyawan di Gedung Perkantoran Perusahaan Fabrikasi Pipa Angga Satria Tritama 1, Farizi Rachman 2, Denny Dermawan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DESAIN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DESAIN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DESAIN 4.1 Konsep Desain 4.1.1 Kerangka Konsep Desain Gambar 4.1 Kerangka Konsep (Sumber : Qoni ah Azrina,2015) 101 102 4.1.2 Tema Tema yang digunakan dalam perancangan ini adalah

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building Rumah Susun dan Pasar ini adalah adanya kebutuhan hunian

Lebih terperinci

Kuesioner Penelitian

Kuesioner Penelitian Lampiran 1. Kuesioner Penelitian PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN ANGGOTA KOMUNITAS PEMUDA PEDULI LINGKUNGAN TENTANG PENCEMARAN LINGKUNGAN DI KELURAHAN SEI KERA HILIR I KECAMATAN MEDAN PERJUANGAN KOTA

Lebih terperinci

berfungsi sebagai tempat pertukaran udara dan masuknya cahaya matahari. 2) Cross Ventilation, yang diterapkan pada kedua studi kasus, merupakan sistem

berfungsi sebagai tempat pertukaran udara dan masuknya cahaya matahari. 2) Cross Ventilation, yang diterapkan pada kedua studi kasus, merupakan sistem BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Solusi-solusi desain yang diterapkan oleh biro Kas+Architecture dalam perancangan rumah tinggal Bukit Gading Mediterania dan rumah tinggal Langsat, sejalan dengan kajian teori

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Taman

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Taman V.1. Konsep Gaya dan Tema BAB V KONSEP PERANCANGAN Kebutuhan : Natural Gaya yang dapat membuat nyaman pengunjung Gaya yang dapat menarik masyarakat umum Gaya yang dapat menampilkan kebudayaan Informatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Arsitektur merupakan bidang studi yang selalu berkaitan dengan kegiatan manusia, serta kebutuhannya terhadap sebuah ruang. Secara garis besar, ruang untuk kegiatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Kantor Menurut Sayuti (2013:91) bahwa kantor merupakan tempat karyawan melakukan aktivitas kerjanya: tempat proses penanganan informasi mulai dari menerima,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Hasibuan (2000:10), Manajemen Sumber Daya Manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peran tenaga kerja agar efektif

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... ABSTRAK Saat ini banyak orang belum mempunyai internet, sehingga banyak usaha yang menyediakan internet atau warung internet (warnet). Objek penelitian yang diambil yaitu warnet X di Bandung. Pada penelitian

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG KRITERIA DAN SERTIFIKASI BANGUNAN RAMAH LINGKUNGAN

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG KRITERIA DAN SERTIFIKASI BANGUNAN RAMAH LINGKUNGAN SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG KRITERIA DAN SERTIFIKASI BANGUNAN RAMAH LINGKUNGAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN RUMAH SAKIT ANAK DI BANDUNG

BAB III PERANCANGAN RUMAH SAKIT ANAK DI BANDUNG BAB III PERANCANGAN RUMAH SAKIT ANAK DI BANDUNG 3.1 Tema Perancangan Tema Dalam Perancangan Interior Rumah Sakit Anak di Bandung ini adalah Wonderland (Tanah Impian). Konsep tema ini didasari oleh tinjauan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP TAPAK DAN RUANG LUAR IV.1.1 Pengolahan Tapak dan Ruang Luar Mempertahankan daerah tapak sebagai daerah resapan air. Mempertahankan pohon-pohon besar yang ada disekitar

Lebih terperinci