HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA SKRIPSI"

Transkripsi

1 HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Disusun Oleh : Evi Oktarina Damayanthi Hutajulu PROGRAM STUDI PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016

2 HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Disusun Oleh : Evi Oktarina Damayanthi Hutajulu PROGRAM STUDI PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016 i

3 ii

4 iii

5 MOTTO Bersukacitalah dalam pengharapan, bersabarlah dalam kesesakan dan bertekunlah dalam doa. (Roma 12:12) Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencanamu yang gagal (Ayub 42:2) Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya (Pengkhotbah 3:11) Hiduplah dengan bijaksana sedari mudamu dan jangan mempergunakannyasesuka hatimu, maka kehidupanmu akan jadi buah yang ranum bagi allah. Kesusahan kita hanya sementara dan kuasa tuhan akan memampukan kita untuk bertahan. Never givu up and still rely on God. Terimakasih Tuhan Yesus untuk kebaikanmu. iv

6 HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur, skripsi ini kupersembahkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang sungguh teramat baik dalam kehidupan saya. Kedua Orang Tuaku terkasih, Bapak Bitner Hutajulu dan Mamak A. Magdalena Br Tambunan yang selalu mendoakan, mendukung dan membiayayi semua keperluanku selama kuliah Abangku Mulia Parlindungan Hutajulu, adiku Roy Hutajulu dan Odi Hutajulu yang selalu mendukungku hingga perkuliahan ini selesai. v

7 vi

8 HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA Evi Oktarina Damayanthi Hutajulu ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh demokratis orang tua dengan prokrastinasi akademik mahasiswa Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan yang negative dan signifikan antara pola asuh demokratis orang tua dengan prokrastinasi akademik mahasiswa Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode korelasional. Subjek yang digunakan berjumlah 120 mahasiswa di fakultas Psikologi Univrsitas Sanata Dharma, yang berada pada semester 2-8. Metode pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan skala Likert. Skala yang digunakan terdiri dari skala prokrastinasi akademik mahasiswa dan skala pola asuh demokratis orang tua yang disusun oleh peneliti. Koefisien reliabilitas skala prokrastinasi akademik mahasiswa sedangkan skala pola asuh demokratis orang tua analisis data menggunakan teknik korelasi Product Moment Carl Pearson dengan Program SPSS for Windows versi Hasil analisis data menunjukkan adanya korelasi yang negatif dan signifikan antara variabel pola asuh demokratis orang tua dengan prokrastinasi akademik mahasiswa, yaitu sebesar r =-0,479 (p=0,000), sehingga hipotesis dalam penelitian ini diterima kesimpulannya, terdapat hubungan negatif antara kedua variabel, yang berarti semakin tinggi pola asuh demokratis orang tua semakin rendah prokrastinasi akademik mahasiswa dan semakin rendah pola asuh demokratis orang tua semakin tinggi prokratinasi akademik mahasiswa. Kata kunci : Pola asuh demokratis orang tua, prokrastinasi akademik mahasiswa. vii

9 HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA Evi Oktarina Damayanthi Hutajulu ABSTRACT The research aims to know the correlation between democratic parenting and Sanata Dharma University students procrastination. The suggested hypothesis says there is a negative and significant correlation between democratic parenting and student s procrastination in Sanata Dharma University Yogyakarta. The research is a correlational study using quantitative method. The subject of the research involved 120 Psychology students in Sanata Dharma University ranged from semesters 2-8. The data instruments used Likert scale technique. The scale consisted of students academic procrastination scale and democratic parenting scale, which were composed by the researcher. The reliability coefficient of the students academic procrastination scale is signed and the democratic parenting scale is The data were analyzed using Pearson Product Moment correlation coefficient and calculated using SPSS Statistics software for Windows version The result of the data analysis showed there is a negative and significant correlation between variables in the democratic parenting and the students academic procrastination; the number is r = (p=0,00). Thus, the hypothesis in this research was accepted which means the higher the democratic parenting, the lower the students academic procrastination. Keywords: democratic parenting, students academic procrastination viii

10 ix

11 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kasih dan karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Hubungan antara Pola Asuh Demokratis Orang Tua dengan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Skripsi ini juga tidak akan selesai tanpa adanya dukungan dari pihak-pihak lain. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si., Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Bapak P. Eddy Suhartanto M. Psi., Ketua Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 3. Ibu Sylvia Carolina M.Y.M. S.Psi., M.Si., Dosen pembimbing skripsi yang senantiasa menyediakan waktu untuk mendampingi dan membimbing penulis dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini. 4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan wawasan, ilmu pengetahuan, dan pembelajaran selama masa studi di Fakultas Psikologi. 5. Seluruh staff Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang senantiasa membantu segala proses administrasi dan juga dalam proses pembelajaran selama masa studi. 6. Kedua orang tuaku terkasih Bapak Bitner Hutajulu dan Mamak Magdalena Tambunan yang tak pernah lelah memberikan kasih sayang serta doa yang tulus buat penulis selama proses perkuliahan hingga penulisan skripsi ini x

12 selesai. Terima kasih ma pa buat semua dukungan, semangat, nasihat bahkan kerja keras kalian berdua yang telah bersusah payah untuk menyekolahkan anakmu hingga lulus sarjana. Doaku buat mamak dan bapak supaya mamak bapak senantiasa diberikan sukacita dan panjang umur sehingga bisa melihat setiap kesuksesan anak anakmu. Tuhan Yesus Memberkati Mamak dan bapak. 7. Abangku Mulia Parlindungan hutajulu, Evi mengasihimu bang. Terima kasih untuk doa dan dukunganmu selama Evi kuliah. Terima kasih telah menjagaiku ketika Evi mulai masuk kuliah dan membantu semua yang Evi butuhkan. Tetaplah jadi abang yang terbaik buat adek adekmu bang. 8. Adek-Adekku Roy Timotius Marujohan Hutajulu dan Odi Ramot Petrus Hutajulu yang selalu memberikan semangat dan pemecah suasana ketika lagi stress mengerjakan skripsi. Canda dan tawamu akan selalu kakak ingat dek. Terima kasih juga untuk setiap pulsa yang diberikan ketika kakak tak punya pulsa. Terima kasih adek kakak tersayang. 9. Abang Tony Hendrikson Sianturi yang tidak pernah lelah dan bosan menanyakan kapan wisuda?. Terima kasih buat abangku yang senantiasa memberikan semangat, menemani ketika susah, sedih maupun ketika senang. Selalu sabar menghadapi adekmu yang sangat labil ini. Dengan semua semangat yang abang berikan adek bisa melanjutkan skripsi yang sempat berhenti hingga terselesaikan dengan baik. Terima kasih ya sayangku, semoga tetap jadi kebanggan dedek ya bang. xi

13 10. Kakak Jeni Carolina, Mas Darius Abram dan Adek Nia Sulastry Siagian terima kasih banyak untuk semua waktu kalian yang selalu ada menemani penulis ketika suntuk mengerjakan skripsi. Kalian adalah saudara, teman dan sahabat yang selalu setia menemaniku selama proses perkuliahan hingga penulisan skripsi. Kalian luar biasa. 11. Tante dan Udaku, Nantulang dan Tulang Eben, Adek Grace Uli Turnip serta seluruh keluarga yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, penulis mengucapkan banyak terima kasih untuk semua dukungan serta doa yang senantiasa kalian sebut dalam setiap doamu. 12. Adekku Anju Turnip yang selalu menemani kakak makan ketika kakak bosan dengan skripsi. Terimakasih juga selalu ada buat kakak, ketika kakak sakit dan selalu memberikan kakak obat supaya kakak cepat sembuh. Makasih adekku sayang. 13. Seluruh teman-teman G-Fellowship Jogyakarta penulis mengucapkan terima kasih buat semua doa teman-teman dalam setiap persekutuan. Tuhan Yesus Memberkati 14. Teman-teman psikologi Siska, Sendy dan Pascha terima kasih buat semua bantuan selama proses perkuliahan dan teman yang selalu mengingatkan ketika malas kuliah dan malas untuk bimbingan. 15. Teman-Teman seperantauan dari Jayaloka Yesi, Teguh dan Kak Krisna terima kasih untuk semangat yang terus kalian berikan. Sukses buat kita semua. xii

14 xiii

15 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN MOTTO... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... xi KATA PENGANTAR... x DAFTAR ISI... xiv DAFTAR TABEL... xvii DAFTAR LAMPIRAN... xviii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 7 C. Tujuan Penelitian... 7 D. Manfaat Penelitian... 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Prokrastinasi Akademik 1. Pengertian Aspek Prokrastinasi Bentuk Prokrastinasi Faktor Yang Mempengaruhi B. Pola Asuh Demokratis 1. Pengertian Pengaruh Pola Asuh Demokratis Aspek Pola Asuh C. Mahasiswa D. Hubungan Pola Asuh Demokratis Dengan Prokrastinasi xiv

16 E. Hipotesis F. Dinamika BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian B. Variabel Penelitian C. Definisi Operasional D. Subjek Penelitian E. Metode dan Alat Pengumpulan Data Skala Pola Asuh Demokratis Skala Prokrastinasi Akademik F. Kredibilitas Alat Ukur Estimasi Validitas Seleksi Item Estimasi reliabilitas G. Metode Analisis Data Uji Asumsi Uji Hipotesis BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian B. Deskripsi Data Penelitian C. Uji Asumsi dan Hasi Penelitian D. Pembahasan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xv

17 DAFTAR TABEL 1. Spesifikasi Item-item Skala Pola Asuh Skor Butir-butir Favorable dan Unfavorable Skala Pola Asuh Spesifikasi Item-item Prokrastinasi Skor Butir-butir Favorable dan Unfavorable Skala Prokrastinasi Spesifikasi Pola Asuh Sebelum dan Setelah Try Out Spesifikasi Prokrastinasi Sebelum dan Setelah Try Out Deskripsi Statistik Data Teoritis dan Empiris Hasil Uji Normalitas Hasil Uji Linieritas Hasil Uji Hipotesis xvi

18 DAFTAR LAMPIRAN Skala Penelitian Sebelum Try Out Skala Penelitian Setelah Try Out Analisis Reliabilitas Prokrastinasi Analisis Reliabilitas Pola Asuh Uji Normalitas Uji Linieritas Uji Hipotesis Frekuensi Data Penelitian xvii

19 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki era teknologi dan globalisasi, manusia dituntut untuk dapat menggunakan waktu dengan efektif sehingga efisiensi waktu menjadi sangat penting, namun sampai sekarang masih dijumpai ketidaksiapan dalam melaksanakan tuntutan tersebut. Mengulur waktu dan melakukan penundaan terhadap tugas dan kewajiban adalah salah satu ketidaksiapan yang masih terjadi sekarang (Yemima, 2008). Prokrastinasi dalam American College Dictionary (Burka & Yuen, 1983) berasal dari kata procrastinate yang diartikan menunda untuk melakukan sampai waktu atau hari berikutnya. Orang yang melakukan perilaku menunda disebut penunda (prokrastinator). Gejala-gejala perilaku menunda lebih banyak terjadi dalam pendidikan yang sering disebut prokrastinasi akademik. Prokrastinasi akademik itu sendiri terjadi karena kebanyakan mahasiswa salah dalam mempresepsikan tugas akademik, mereka memandang bahwa tugas sebagai sesuatu yang berat dan tidak menyenangkan, sehingga merasa tidak mampu untuk menyelesaikan tugasnya secara memadai, sehingga menunda-nunda dalam menyelesaikan. 1

20 2 Penelitian di Amerika Utara menggambarkan keadaan pendidikan yaitu, kurang lebih 70% pelajar memunculkan prokrastinasi. Konsekuensi negatif dari prokrastinasi ini seperti perfoma yang kurang, mutu kehidupan individu berkurang, pengaruh negatif dan menurunnya prestasi (Knaus, 1992). Penelitian Kartadinata dan Tjundjing (2007) di salah satu Perguruan Tinggi di Surabaya terdapat 95% atau 60 subyek dari angket yang disebarkan mengaku pernah melakukan prokrastinasi. Alasan terbesar yang membuat mahasiswa tersebut melakukan prokrastinasi adalah rasa malas mengerjakan tugas (42%) dan banyak tugas lain yang harus dilakukan (25%). Berdasarkan hasil penelitian Nela (2013) dari 157 mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Surabaya diketahui bahwa sebanyak 56,7% mahasiswa memiliki prokrastinasi akademik yang tergolong cenderung tinggi hingga sangat tinggi. Adanya kecenderungan prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta juga dibuktikan dengan hasil pra survey kepada 30 mahasiswa Jurusan Psikologi yang dilakukan pada tanggal 17 Maret 2016 dengan menyebarkan kuisioner yang mengacu pada indikator prokrastinasi akademik menurut Ferrari, Jhonson, & McCown (1995) yaitu sebagai berikut: (1) penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapi; (2) keterlambatan dalam mengerjakan tugas; (3) kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual; (4) melakukan aktivitas yang lebih menyenangkan.

21 3 Dari hasil pra survey dapat disimpulkan bahwa pada mahasiswa Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta terdapat 16% yang mengaku melakukan kecenderungan prokrastinasi akademik dengan kategori sangat tinggi, terdapat 10% mahasiswa yang melakukan kecenderungan prokrastinasi akademik dengan kategori tinggi, 49% mahasiswa melakukan kecenderungan prokrastinasi akademik dengan kategori sedang, dan juga 25% mahasiswa melakukan kecenderungan prokrastinasi akademik dengan kategori kurang. Dari 30 mahasiswa tersebut diketahui bahwa 33% merupakan mahasiswa semester 2, 46,7% mahaiswa semester 8, 10% mahasiswa semester 6 dan 10% mahasiswa semester 4. Jadi, dapat di simpulkan dari 100% terdapat 75% atau dari 30 mahasiswa terdapat 23 mahasiswa yang melakukan kecenderungan prokrastinasi akademik dalam kategori sangat tinggi hingga sedang. Menurut Ferrari, dkk (1995) prokrastinasi akademik berdampak negatif dan merupakan masalah penting yang perlu mendapatkan perhatian karena berpengaruh bagi mahasiswa itu sendiri dan bagi orang lain atau lingkungan berupa hasil yang tidak optimal. Mahasiswa yang memiliki prestasi yang baik belum tentu tidak pernah melakukan prokrastinasi, hanya saja kadarnya berbeda. Sirois (2004) menyebutkan prokrastinasi memberikan konsekuensi negatif kepada pelakunya, dampak yang diberikan dari prokrastinasi tersebut adalah performa akademik yang rendah, stress yang tinggi, menyebabkan penyakit, menimbulkan kecemasan. Djamarah (2002) menyebutkan prokrastinasi dapat menimbulkan ketidaknyamanan dalam

22 4 kehidupan prokrastinator. Perilaku prokrastinasi merasa tidak nyaman dengan aktivitasnya yang diakibatkan penundaan yang dilakukan terhadap suatu aktivitas. Bruno (1998) menyatakan prokrastinasi dapat mempengaruhi mutu kehidupan seseorang. Kebiasaan menunda yang muncul terus menerus pada diri mahasiswa akan memberikan efek negatif pada kehidupan mahasiswa tersebut begitu juga pada akademiknya. Gufron dan Rini (2010) menyatakan bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi prokrastinasi dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu yang mempengaruhi prokrastinasi. Faktor-faktor internal itu antara lain: (a) fatigue (kelelahan fisik), (b) keyakinan-keyakinan irrasional, (c) trait kepribadian, (d) motivasi dan (e) batas waktu. Sedangkan faktor eksternal, yaitu faktor-faktor yang terdapat di luar diri individu yang mempengaruhi prokrastinasi. Faktor-faktor itu antara lain : (a) pola asuh orang tua dan (b) lingkungan. Ferrari (dalam Yemima, 2008) menjelaskan bahwa prokrastinasi muncul tidak terlepas dari trauma masa kanak-kanak dan kesalahan dalam pengasuhan anak. Anak cenderung dituntut oleh orang tua dalam bidang apapun sehingga memunculkan kecemasan, kekhawatiran, dan ketidakberartian jika tidak bisa memenuhi harapan para orang tua yang pada akhirnya memicu anak menundanunda melakukan pekerjaan.

23 5 Hasil penelitian Ferrari menemukan bahwa tingkat pengasuhan otoriter dari ayah menyebabkan munculnya kecenderungan prilaku prokrastinasi yang kronis pada subyek penelitian anak wanita. Setiap orang tua pasti menginginkan hal yang terbaik untuk anaknya, sehingga seringkali orang tua menetapkan aturan-aturan dan disiplin untuk dipatuhi oleh anak. Seringkali apa yang dianggap baik oleh orang tua belum tentu dianggap baik pula oleh anak, sehingga hukuman dan disiplin yang diterima cenderung dipahami negatif oleh anak. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Candra (2014) tentang faktor-faktor penyebab prokrastinasi akademik pada siswa kelas XI SMA N Kabupaten Temanggung menunjukkan bahwa 75% faktor penyebab prokrastinasi adalah kondisi keluarga. Menurut Bruno (1998) seorang mahasiswa memiliki kecenderungan prokrastinasi akademik disebabkan karena pengaruh internal yang meliputi kondisi fisik seperti kelelahan dan kondisi psikologis seperti rendahnya kontrol diri, dan penghargaan diri. Dalam penelitian ini, faktor eksternal diangkat untuk diteliti yaitu pola asuh orang tua yang demokratis. Pola asuh demokratis adalah pola mengasuh orang tua dengan memprioritaskan kepentingan anak, bersikap realistis pada kemampuan anak dan memberi kebebasan anak. Seseorang yang memiliki kecenderungan prokrastinasi akademik yang tinggi atau rendah pasti tidak terlepas dari kondisi keluarga anak tersebut. Ketika dalam pengasuhan orang tua banyak memberikan dampak yang negatif kepada anak maka anak akan merefleksikannya kepada bidang akademik. Hal ini juga terefleksi ketika anak

24 6 mendapatkan tugas dari guru, dosen atau pengajar lainnya, anak cenderung melakukan prokrastinasi akademik atau tidak dalam melakukan tugasnya, ini bisa terjadi karena anak terbiasa diperlakukan demikian didalam lingkungan keluarga. Pola asuh demokratis adalah suatu bentuk pola asuh yang memperhatikan dan menghargai kebebasan anak, namun kebebasan itu tidak mutlak dan dengan bimbingan yang penuh pengertian antara orang tua dan anak (Gunarsa, 1995). Dengan kata lain, pola asuh demokratis ini memberikan kebebasan kepada anak untuk mengemukakan pendapat, melakukan apa yang diinginkannya dengan tidak melewati batas-batas atau aturan-aturan yang telah ditetapkan orang tua. Orang tua juga selalu memberikan bimbingan dan arahan dengan penuh pengertian terhadap anak mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak. Hal tersebut dilakukan orang tua dengan lemah lembut dan penuh kasih sayang. Berdasarkan latar belakang di atas pola asuh orang tua merupakan salah satu faktor penyebab kecenderungan prokrastinasi akademik, dalam penelitian ini mencoba untuk mencari hubungan antara pola asuh orang tua yang demokratis dengan prokrastinasi akademik dewasa muda, dimana antara keduanya ini berlawanan. Semakin baik tingkat pola asuh demokratis maka semakin rendah prokrastinasi akademik mahasiswa, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti apakah ada hubungan antara pola asuh orang tua yang demokratis dengan kecenderungan prokrastinasi akademik pada

25 7 mahasiswa Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. B. Rumusan Masalah Apakah pola asuh orang tua yang demokratis mempunyai hubungan dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa Psikologi Fakultas Psikologi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian Mengetahui apakah terdapat hubungan antara pola asuh orang tua yang demokratis dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa Psikologi Fakultas Psikologi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat memberikan tambahan ilmu dalam bidang psikologi pendidikan dan perkembangan khususnya berkaitan dengan prokrastinasi akademik. Selain itu hasil penelitian dapat dijadikan sumber bacaan lagi bagi penelitian selanjutnya terkait dengan prokrastinasi akademik. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini dapat memperlihatkan bagaimana pola pengasuhan masa kecil akan mempengaruhi kecenderungan prokrastinasi akademik saat menempuh pendidikan. Dengan demikian dapat membantu pihak-pihak yang terkait ( seperti orang tua dan individu) untuk meminimalisir kecenderungan prokrastinasi akademik.

26 BAB II LANDASAN TEORI A. Prokrastinasi Akademik 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik Prokrastinasi menurut Solomon dan Rothblum ( Ghufron & Risnawati, 2010), merupakan kecenderungan individu untuk menundanunda tugas dalam memulai atau menyelesaikan tugas dan mengalihkan pada pekerjaan atau kegiatan lain yang tidak penting dan tidak berkaitan. Sementara itu Stell (2007) menyimpulkan prokrastinasi sebagai penundaan kegiatan yang seharusnya dikerjakan dengan segera secara suka rela tanpa memikirkan konsekuensi yang akan dihadapi ketika akan melakukan penundaan tersebut. Ghufron (2003) menyebutkan bahwa prokrastinasi merupakan suatu bentuk perilaku yang tidak efisien dalam pengguanaan waktu dan adanya kecenderungan untuk tidak segera memulai pekerjaan pada saat menghadapi tugas. Istilah prokrastinasi lebih ditunjukkan pada kecenderungan individu untuk menunda-nunda suatu pekerjaan yang harus diselesaikan. Ferrari, Jhonson, dan McCown (1995) menyebutkan prokrastinasi sebagai sebuah tindakan menunda kegiatan, khususnya pada saat memiliki alasan yang jelas. Selanjutnya Surijah dan Tjundjing 8

27 9 (2007) mengkategorikan tindakan dikatakan sebagai penundaan pada saat individu telah merencanakan untuk melakukan sebuah kegiatan akan tetapi individu tersebut menundanya. Pada saat individu menunda kegiatannya, penundaan tersebut menimbulkan sebuah ketidaknyamanan seperti perasaan cemas. Ghufron dan Risnawati (2010) menyatakan individu dikatakan melakukan tindakan prokrastinasi apabila individu tersebut tidak bisa menyelesaikan kegiatannya sesuai dengan batas waktu yang telah direncanakannya, sering mengalami keterlambatan, berlebihan dalam mempersiapkan kegiatan atau bahkan gagal dalam menyelesaikan tugas sesuai dengan target yang telah ditentukan. Terdapat dua kategori utama pada saat membahas prokrastinasi, yaitu pada kehidupan sehari-hari dan pada bidang akademik. Ferrari, dkk (1995) menyebutkan prokrastinasi yang dilakukan pada kehidupan sehari-hari adalah penundaan yang berhubungan dengan tugas-tugas non formal seperti tugas rumah tangga, tugas sosial, dan tugas kantor. Ferrari, dkk (1995) mendefinisikan prokrastinasi akademik sebagai suatu kecenderungan untuk selalu atau hampir menunda pengerjaan tugas akademik, dan selalu atau hampir selalu mengalami kecemasan yang mengganggu pada saat melakukan prokrastinasi.

28 10 Prokrastinasi Akademik adalah suatu bentuk perilaku untuk kecenderungan menunda dalam mengerjakan atau menyelesaikan tugastugas akademik, dan biasanya tugas baru mulai dikerjakan pada saatsaat terakhir batas pengumpulan tugas (Herasti, 2012) Burka dan Yuen (1983) mengatakan bahwa tugas-tugas akademik yang sering diprokrastinasi antara lain menghindari kelas, mengerjakan pekerjaan rumah (PR), belajar untuk ujian, menulis paper (karangan), mendaftar kuliah, konsultasi dengan guru atau dosen, mengembalikan buku perpustakaan, dan melengkapi program kelulusan (menyelesaikan karya ilmiah/skripsi/tesis, presentasi). Stya (2014) menyatakan bahwa prokrastinasi akademik adalah jenis penundaan yang dilakukan pada tugas formal yang berhubungan dengan tugas akademik, sebagai contoh mahasiswa cenderung menunda sesuatu yang penting dalam mencapai tujuan demi melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan. Rothblum (dalam Tjundjing, 2006) memberikan definisi prokrastinasi akademik adalah kecenderungan individu untuk menunda mengerjakan tugas akademiknya dan hampir dilakukan terus menerus. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi akademik yaitu penundaan yang dilakukan dalam area akademik. Penundaan tersebut dilakukan baik dalam hal memulai, melaksanakan ataupun menyelesaikan tugas yang diberikan. Prokrastinasi akademik ditandai dengan penundaan memulai tugas, keterlambatan dalam

29 11 menyelesaikan tugas, tidak sesuai antara rencana dengan praktek, serta penundaan tugas karena mengerjakan hal lain yang lebih menyenangkan. Penundaan yang dilakukan dapat menimbulkan kecemasan pada pelaku prokrastinasi. Misalnya pada seorang mahasiswa yang menunda mengerjakan skripsi sebagai salah satu tugas akademik, mahasiswa yang terlambat mengerjakan tugas dan mahasiswa yang menunda dalam konsultasi dengan dosen. 2. Aspek-aspek Prokrastinasi Akademik Menurut Ferarri dkk ( 1995) mengatakan bahwa sebagai suatu perilaku penundaan, prokrastinasi akademik dapat termanifestasikan dalam indikator tertentu yang dapat diukur dan diamati ciri-ciri tertentu. a. Penundaan untuk memulai dan menyelesaikan tugas Seseorang yang melakukan prokrastinasi suka menunda-nunda dalam pengerjaan tugas. Mereka terkadang sudah memulai mengerjakan tugas, tetapi di tengah-tengah mereka menunda pengerjaan tugas tersebut, sehingga dengan penundaan-penundaan yang dilakukannya tugas yang dikerjakannya tidak selesai. b. Keterlambatan dalam mengerjakan tugas Seorang prokrastinator memerlukan waktu yang lama untuk menyelesaikan tugasnya. Mereka merencanakan tugasnya dan kurang memperhatikan waktu yang tersedia. Sehingga mereka mengalami keterlambatan waktu dalam pengerjaan. Dan merasa

30 12 waktu yang seharusnya cukup untuk mengerjakan tugas menjadi kurang. c. Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual Seorang prokrastinator biasanya merasa kurang dengan waktu yang telah ditentukan. Sebelumnya mereka telah menentukan waktu untuk mengerjakan tugasnya. Merencanakan pengerjaan tugas dengan sedemikian dan mengatur waktu sesuai tugas yang akan dikerjakannya, tetapi pada prakteknya seorang procrastinator tidak mampu mengerjakan tugas sesuai dengan rencana awal. d. Melakukan aktivitas yang lebih menyenangkan Seorang prokrastinator biasanya lebih memilih untuk melakukan kegiatan yang dianggapnya lebih menyenangkan daripada mengerjakan tugas. Mengalihkan waktu untuk melakukan hal-hal seperti menonton, membaca, bermain. Sehingga hal-hal tersebut menyita waktu untuk mengerjakan tugas-tugasnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri prokrastinasi akademik adalah penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapi, keterlambatan dalam mengerjakan tugas, kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja, aktual dan melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan aripada melakukan tugas yang harus dikerjakan.

31 13 3. Bentuk-bentuk Tugas Prokrastinasi Akademik Menurut Ferarri (Ghufron dan Risnawati, 2010), bentuk prokrastinasi ada dua yaitu : a. Prokrastinasi fungsional ( Functional prokrastination), yaitu penundaan mengerjakan tugas yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap dan akurat. b. Prokrastinasi disfungsional ( Disfungsional procrastination), yaitu penundaan yang tidak bertujuan, berakibat jelek dan menimbulkan masalah. Prokrastinasi disfungsional ada dua macam berdasarkan tujuannya yaitu, decisional procrastination dan advoidance procrastination. Decisional procrastination adalah segala bentuk penundaan dalam mengambil keputusan. Bentuk perilaku decisional procrastination ini merupakan suatu anteseden yang bersifat kognitif dalam menunda tugas atau kerja untuk menyegerakan kerja pada kondisi seseorang yang dipersepsikan dengan penuh tekanan dan stress. Perilaku decisional procrastination merupakan bentuk copyng yang dilakukan untuk menyesuaikan diri. Penyesuaian yang dimaksud adalah, dalam membuat keputusan pada situasi yang dipersepsikan penuh tekanan dan stress. Jenis prokrastinasi ini terjadi akibat kegagalan dalam mengidentifikasi tugas, kemudian menimbulkan konflik dalam diri individu,

32 14 sehingga menyebabkan seorang menunda menyelesaikan masalah. Decisional procrastination ini berhubungan dengan kelupaan, kegagalan proses kognitif, tetapi tidak berkaitan dengan kurangnya tingkat intelegensi seseorang. Sedangkan advoidance procrastination yaitu penundaan perilaku yang tampak. Penundaan ini dilakukan sebagai cara menghindari tugas yang dirasa tidak menyenangkan dan sulit dikerjakan. Advoidance procrastination. Dilakukan untuk menghindari kegagalan dalam menyelesaikan pekerjaan yang akan mendatang. Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa bentuk prokrastinasi akademik terbagi menjadi dua macam yaitu prokrastinasi fungsional dan prokrastinasi disfungsional. Prokrastinasi disfungsional sendiri ada dua yaitu decisional procrastination dan advoidance procrastination. 4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prokrastinasi Akademik Menurut Ghufron dan Risnawati (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi prokrastinasi akademik dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu faktor internal dan eksternal. a. Faktor Internal Faktor Internal adalah faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu yang mempengaruhi prokrastinasi. Faktor-faktor itu meliputi kondisi fisik dan kondisi psikologis dari individu.

33 15 1) Kondisi fisik individu Menurut Bruno (Ghufron dan Risnawati, 2010), faktor dari dalam diri individu yang turut mempengaruhi munculnya prokrastinasi akademik adalah keadaan fisik dan kondisi kesehatan individu, misalnya fatigue. Seseorang yang mengalami fatigue akan memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk melakukan prokrastinasi daripada yang tidak. Sedangkan tingkat intelegensi seseorang tidak mempengaruhi perilaku prokrastinasi. 2) Kondisi psikologis Individu Menurut Miligram, dkk (Rizvi, 1998), trait kepribadian individu yang turut mempengaruhi munculnya perilaku penundaan, misalnya trait kemampuan sosial yang tercermin dalam self regulation dan tingkat kecemasan dalam berhubungan sosial. Besarnya motivasi yang dimiliki seseorang juga akan mempengaruhi prokrastinasi secara negatif. Semakin tinggi motivasi instrinsik yang dimiliki individu ketika menghadapi tugas, akan semakin rendah kecenderungannya untuk pokrastinasi akademik. b. Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang mempengaruhi prokrastinasi yang berasal dari luar individu sendiri. Faktor-faktor tersebut ialah pengasuhan orang tua dan kondisi lingkungan.

34 16 1) Pola Asuh Orang Tua Penelitian Ferarri dan Ollivete ( Ghufron, 2003) menemukan bahwa tingkat pengasuhan otoriter ayah menyebabkan munculnya kecenderungan perilaku prokrastinasi yang kronis pada subjek penelitian anak perempuan. Ibu yang memiliki kecenderungan melakukan advoidance procrastination menghasilkan anak perempuan yang memiliki kecenderungan untuk melakukan advoidance procrastination pula. 2) Kondisi Lingkungan Menurut Millgram ( Rizvi, 1998), kondisi lingkungan lenient prokrastinasi akademik lebih banyak dilakukan pada lingkungan yang rendah dalam pengawasan daripada lingkungan yang penuh pengawasan. Tingkat atau level sekolah, juga terletak di desa ataupun di kota tidak mempengaruhi perilaku prokrastinasi seseorang (Ghufron, 2003).

35 17 Sementara itu Surijah dan Tjundjing (2007) dari penelitian yang dilakukan menemukan empat faktor yang dapat mempengaruhi prokrastinasi, yaitu : a) Tingkat Asertivitas Sebuah Tugas Stell (2007) mengungkapkan secara alami individu akan menghindari situasi yang tidak menyenangkan bagi dirinya. Demikian juga dengan tugas akademik, karakteristik tugas yang mempunyai porsi lebih berat cenderung dihindari. Contoh tugas skripsi yang memiliki beban berat membuat mahasiswa cenderung untuk menghindarinya. b) Orientasi terhadap Waktu Stell (2007) menyebutkan individu akan semakin besar kecenderungan melakukan prokrastinasi apabila tenggang waktu yang diberikan masih longgar. c) Perfeksionisme Penelitian Gunawinata, Nanik dan Lasmono (2008) memberikan kesimpulan bahwa perfeksionisme turut berperan pada mahasiswa skripsi, namun hanya dapat menjelaskan sebesar 7,7% dari hubungannya dengan prokrastinasi.

36 18 d) Usia dan Gender Stell (2007) menyebutkan penelitian mengenai demografi prokrastinasi tidak ditemukan adanya perbedaan signifikan antara laki-laki dan perempuan dalam kemunculan perilaku prokrastinasi, akan tetapi laki-laki dapat dikatakan lebih rentan daripada perempuan. Semakin matang usia, semakin terjadi penurunan perilaku prokrastinasi dengan korelasi sebesar Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi akademik dapat dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu faktor yang ada dalam diri individu dan faktor eksternal berupa faktor dari luar individu. Faktor tersebut dapat memunculkan perilaku prokrastinasi maupun menjadi faktor kondusif yang akan menjadi katalisator. B. Pola Asuh Demokratis 1. Pengertian Pola Asuh Demokratis Dalam kamus Bahasa Indonesia (1995) pola asuh terdiri dari kata pola dan asuh, pola adalah sistem atau cara kerja. Sedangkan asuh mempunyai arti menjaga (merawat dan mendidik) anak kecil, membimbing (membantu, melatih, dan sebagainya) supaya dapat berdiri sendiri.

37 19 Menurut Nurcahyani (2013) pola asuh orang tua adalah suatu keseluruhan interaksi antara orang tua dengan anak, di mana orang tua bermaksud menstimulasi anaknya dengan mengubah tingkah laku, pengetahuan serta nilai-nilai yang dianggap paling tepat oleh orang tua, agar anak dapat mandiri, tumbuh dan berkembang secara sehat dan optimal. Jadi pola asuh dapat diartikan suatu cara terbaik yang dapat dtempuh orang tua dalam mendidik anak-anaknya sebagai perwujudan dari rasa tanggung jawabnya serta bagaimana orang tua memperlakukan anak, mendidik, membimbing, mendisiplinkan, serta melindungi anak dalam mencapai proses kedewasaan. Pola asuh demokratis adalah suatu cara mendidik dan membimbing anak, di mana orang tua bersikap terbuka terhadap tuntutan dan pendapat yang dikemukakan anak, kemudian mendiskusikan hal tersebut bersama-sama (Purwanto, 2010) Pola asuh orang tua yang demokratis dapat didefinisikan sebagai pola pemeliharaan anak atau kendali orang tua terhadap anak dengan cara kesederajatan dan lebih mengutamakan kepentingan anak atau child centeredness (Hurlock dalam Handayani, 2001). Tipe pola asuh demokratis adalah tipe pola asuh terbaik di antara tipe pola asuh yang ada. tipe pola asuh ini tidak banyak menggunakan kontrol terhadap anak (Djamarah, 2014). Dimana orang tua bersikap friendly dan anak bebas mengemukakan pendapatnya. Disini orang tua

38 20 lebih mau mendengar keluhan dari anaknya, mau memberikan masukan. Ketika anaknya diberi hukuman, orang tua menjelaskan kenapa dia harus dihukum. Contoh dari pola asuh ini dimana orang tua mau mendengarkan curhat dari anaknya, mau memberikan solusi dari masalah yang dihadapi anaknya. Orang tua lebih mengajarkan anak untuk lebih baik, misalnya mengetuk pintu sebelum masuk rumah dan menjelaskan kenapa harus melakukan hal itu. Pola asuh demokratis menurut Baumrind (dalam Santrock, 2003) yaitu pola asuh yang mendorong remaja untuk bebas tetapi tetap memberikan batasan dan mengendalikan tindakan mereka, adanya komunikasi verbal secara timbal balik yang berlangsung secara bebas dan sikap orang tua yang hangat dan bersifat membebaskan hati remaja. Baumrind (dalam Santrock, 2003) mengumpulkan informasi tentang praktik membesarkan anak dengan mengamati interaksi orangtua dengan anak-anak prasekolah mereka di rumah dan di laboratorium. Temuan Baumrind mengungkapkan bahwa anak-anak dari orang tua otoritatif yang berkembang dengan sangat baik. Penilaian oleh psikologi menunjukkan bahwa mereka hidup bahagia, percaya diri dalam penguasaan taks baru, dan mampu mengendalikan diri untuk menolak terlibat dalam tindakan kurang baik (Berk,1995).

39 21 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pola asuh demokratis yaitu pola asuh yang memberikan kebebasan kepada anak. Tetapi dalam kebebasan ini masih ada batasan-batasan dan pengawasan dari orang tua. Orang tua memberikan kesempatan kepada anak untuk menyampaikan ide dan mengambil keputusan dalam setiap pemecahan masalah. 2. Pengaruh Pola Asuh Demokratis Hubungan baik yang tercipta antara anak dan orang tua anak menimbulkan perasaan aman dan kebahagiaan dalam diri anak. Sebaliknya hubungan yang buruk akan mendatangkan akibat yang sangat buruk pula, perasaan aman dan kebahagiaan yang seharusnya dirasakan anak tidak lagi dapat terbentuk, anak akan mengalami trauma emosional yang kemudian dapat ditampilkan anak dalam berbagai bentuk tingkah laku seperti menarik diri dari lingkungan, bersedih hati, pemurung, temper dan sebagainya (Hurlock, 1994). Hasil penelitian Ferrari dan Ollivete (2007) menemukan bahwa tingkat pengasuhan otoriter ayah menyebabkan munculnya kecenderungan perilaku prokrastinasi. Berbeda dengan pengasuhan otoriter, orangtua yang mendidik anaknya dengan demokratis akan menyebabkan timbulnya sikap asertif karena anak merasa diberi kebebasan dalam mengekspresikan diri sehingga memunculkan rasa percaya diri. Seseorang dikatakan asertif hanya jika dirinya mampu

40 22 bersikap tulus dan jujur dalam mengekspresikan perasaan, pikiran dan pandangannya pada pihak lain sehingga tidak merugikan atau mengancam integritas pihak lain. Mahasiswa yang memiliki asertivitas cenderung dapat bekerja sama dan dapat berkembang untuk mencapai tujuan yang lebih baik, tingkat sensitivitas yang dimiliki cukup tinggi sehingga ia dapat membaca situasi yang terjadi di sekelilingnya dan memudahkannya untuk menempatkan diri dan melakukan aktivitasnya secara strategis, terarah, dan terkendali mantap sedangkan mahasiswa yang kurang asertif akan mengalami kesulitan dalam menempatkan dirinya dalam kehidupannya, cenderung pasif, tidak mau meminta pertolongan, tidak bisa mengekspresikan keinginan yang ada dalam perasaanya sehingga tugas-tugas yang diberikan tidak dapat dikerjakan dan melakukan prokrastinasi (Yemima, 2008). Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pola asuh otoriter orang tua akan menyebabkan kecenderungan prokrastinasi pada anak, sedangkan pola asuh orang tua yang demokratis dapat memunculkan sikap asertifitas. Dengan adanya sikap asertifitas pada diri anak menjadikan prokrastinasi pada anak akan cenderung lebih rendah.

41 23 3. Aspek-aspek Pola Asuh Demokratis Menurut Santrock (2003) aspek-aspek pola asuh demokratis adalah sebagai berikut : a. Aspek keseimbangan antara kendali dan otonomi yang diberikan oleh orang tua 1) Anak dilibatkan dalam pengambilan keputusan. 2) Orang tua memberikan motivasi dan kebebasan yang terarah kepada anak. 3) Orang tua menerapkan peraturan berdasarkan kesepakatan bersama. b. Aspek komunikasi antara anak dan orang tua (memberi dan menerima secara verbal) 1) Orang tua memberikan kesempatan pada anak untuk menyampaikan ide atau pendapatnya. c. Aspek kehangatan dan keterlibatan orang tua terhadap perkembangan anak. 1) Orang tua mampu memberikan teladan perilaku kepada anak. 2) Orang tua mampu mengikuti perkembangan anak. 3) Orang tua peka terhadap kebutuhan anak.

42 24 Beberapa ciri dari tipe pola asuh yang demokratis adalah sebagai berikut (Djamarah : 2014) : a. Dalam proses pendidikan terhadap anak selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk yang termulia di dunia. b. Orang tua selalu berusaha menyelaraskan kepentingan dan tujuan pribadi dengan kepentingan anak. c. Orang tua senang menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik dari anak. d. Mentolerir ketika anak membuat kesalahan dan memberikan pendidikan kepada anak agar jangan berbuat kesalahan dengan tidak mengurangi daya kreativitas, inisiatif dan prakarsa dari anak. e. Lebih menitik beratkan kerja sama dalam mencapai tujuan. f. Orang tua selalu berusaha untuk menjadikan anak lebih sukses darinya. Menurut Nurmasyithah (2012) tipe demokratis cirinya adalah menerima, kooperatif, terbuka terhadap anak, mengajar anak untuk mengembangkan disiplin diri, jujur, dan ikhlas dalam menghadapi masala anak-anak, memberikan penghargaan positif kepada anak tanpa dibuat-buat, mengajarkan kepada anak untuk mengembangkan tanggung jawab atas setiap perilaku dan tindakannya, bersikap akrab dan adil, tidak cepat menyalahkan, memberikan kasih saying dan kemesraan kepada anak. Ciri orang tua seperti ini merupakan refleksi

43 25 dari kepribadian yang matang, dewasa, sehat, produktif, normal, dan tidak mengalami hambatan. Berdasarkan uraian aspek-aspek atau ciri-ciri pola asuh orang tua yang demokratis dalam penelitian ini menggunakan aspek-aspek pola asuh demokratis menurut pendapat Santrock. Karena menurut pendapat santrock aspek-aspek pola asuh demokratis disusun secara detail dan terperinci. Sehingga dalam penelitian ini berpacu pada pendapat Santrock. C. Mahasiswa Menurut Peraturan Pemerintah R No. 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi, Bab I Ketentuan Umum, pasal 1, ayat (6) dinyatakan bahwa mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada perguruan tinggi tertentu. Sarwono (1978) memerinci bahwa mahasiswa adalah setiap orang yang resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaranpelajaran di perguruan tinggi dengan batas usia antara tahun. Mahasiswa di dalam kehidupannya mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus dipenuhi. Mahasiswa yang berhasil mencapai tugas perkembangan akan meraih kebahagiaan dan keberhasilan pada tugas perkembangan berikutnya. Sebaliknya, mahasiswa yang gagal menyelesaikan tugas perkembangan tersebut akan mengalami ketidakbahagiaan, celaan sosial dan kesukaran menyelesaikan tugas perkembangan berikutnya (Havinghurst & Heugarten, 1962).

44 26 Mahasiswa pada usia selain harus menyelesaikan tugas perkembangan juga dihadapkan dengan berbagai tugas akademik dalam perkuliahan seperti menulis, mengarang, tugas membaca mingguan, belajar menghadapi ujian, kewajiban dalam hal kehadiran, serta tugastugas administratif. D. Hubungan antara Pola Asuh Demokratis dengan Prokrastinasi Akademik Pembelajaran di Perguruan Tinggi atau Universitas menuntut mahasiswa lebih mandiri dan kreatif. Kemandirian dan kreatifitas mahasiswa merupakan aset bagi masa depan dalam menjalankan berbagai tantangan dunia kerja. Menurut Adler (Sujanto, Lubis, & Hadi, 2008), diri yang kreatif mampu memberi arti hidup, menetapkan tujuan, serta membuat alat untuk mencapainya. Jenjang kuliah merupakan masa persiapan dan pemantapan bagi individu sebelum masuk dunia kerja. Mahasiswa yang tidak mampu mengikuti perubahan, rentan mengalami berbagai masalah psikologis seperti stress, yang dikarenakan cemas, dan takut gagal menyelesaikan tugas. Dalam kondisi tertentu, tugas kuliah yang menumpuk dan dirasa terlalu berat, terkadang dipersepsikan sebagai stressor oleh mahasiswa yang tidak siap dengan perubahan di jenjang kuliah. Berbeda bagi mahasiswa yang siap dengan perubahan di Perguruan Tinggi atau Universitas, menghadapi tugas kuliah yang menumpuk dan berat

45 27 dipersepsi sebagai tantangan. Kebiasaan dari kecil dan peran orang tua sangat berpengaruh dalam hal ini. Seorang prokrastinator menyadari bahwa tugas yang diberikan kepadanya adalah tugas yang harus ia selesaikan dengan segera dan membutuhkan perencanaan yang maksimal, akan tetapi pelaku prokrastinasi biasanya dengan sengaja menunda-nunda atau mengulur waktu menyelesaikan tugasnya dengan memberikan berbagai alasan. Selain itu prokrastinator juga akan mengalihkan diri dari tugas yang seharusnya diselesaikannya kepada aktivitas lain yang dirasa lebih menyenangkan oleh prokrastinator tersebut. Adapun aspek prokrastinasi akademik menurut Solomon dan Rothblum (Yusuf, Yanuvianti, & Coralia, 2012), meliputi menunda tugas menulis, belajar menghadapi ujian, tugas membaca per minggu, tugas administrative, menghadiri pertemuan dan kinerja akademik secara umum. Menurut Ferrari (Ghufron & Risnawati, 2010), hambatan atau dorongan memulai atau menyelesaikan tugas akademik meliputi dua faktor. Faktor intern meliputi kondisi secara fisik dan psikis. Kedua faktor ekstern meliputi keluarga, lingkungan, dan kuantitas tugas. Keluarga mempunyai peran yang penting terhadap perkembangan anak. Orang tua sebagai pengasuh anak memainkan peranan yang sangat menentukan dalam perkembangan anak. Bila orang tua berhasil mendidik dan membimbing anaknya di rumah, tentu saja pendidikan di sekolah akan berhasil dengan baik. Namun sebaliknya, apabila orang tua gagal mendidik

46 28 anaknya di rumah, tentu saja akan lahir generasi yang rusak, seperti anak yang berperilaku agresif, bahkan perilaku-perilaku yang bermasalah lainnya (Nurmasyithah, 2014). Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama, tempat berinteraksi anak dengan anggota keluarga yang lainnya. Pengaruh keluarga terhadap pembentukan kepribadian anak sangat besar. Orang tua sebagai pembina pibadi yang pertama dalam hidup anak. Kepribadian orang tua, sikap dan cara hidupnya merupakan unsur pendidikan yang tidak langsung yang dengan sendirinya akan mempengaruhi pertumbuhan kepribadian anak. Salah satu faktor yang berpengaruh dalam pembentukan kepribadian anak adalah pola asuh orang tua (Muryono, 2011). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pychyl (2002) yang menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara gaya pengasuhan ibu yang otoriter dengan prokrastinasi, juga gaya pengasuhan ayah yang otoriter terhadap prokrastinasi akademik. Namun demikian secara keseluruhan Pychyl (2002) menemukan hasil bahwa anak perempuan yang diasuh dengan pola asuh otoriter cenderung lebih sering menghindari tugas tugas berat yang diberikan. Penelitian Buri, Ferrrari (dalam Rachmahana, 2001) menjelaskan bahwa pengasuhan anak dapat mempengaruhi bagaimana anak akan bertindak. Orang tua yang cenderung menuntut putra-putrinya supaya dapat berkembang dan menguasai bermacam-macam bidang di dunia pendidikan akan memunculkan kecemasan, kekhawatiran, dan

47 29 ketidakberartian pada diri anak jika anak tidak dapat memenuhi semua harapan itu. Hal inilah yang menjadikan anak menjadi kurang asertif atau memiliki asertivitas yang rendah. Hasil penelitian Ferrari dan Ollivete (Ghufron & Risnawati, 2010) menemukan bahwa tingkat pengasuhan otoriter ayah menyebabkan munculnya kecenderungan perilaku prokrastinasi yang kronis pada sujek penelitian anak perempuan. Ibu yang memiliki kecenderungan melakukan advoidance procrastination menghasilkan anak perempuan yang memiliki kecenderungan untuk melakukan advoidance procrastination pula. Pola asuh otoriter yaitu pola asuh dimana semua keinginan orang tua harus dituruti oleh anak tanpa pengecualian. Pola asuh otoriter orang tua menyebabkan kecenderungan prokrastinasi pada anak. Berbeda dengan pola asuh demokratis, yaitu pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu dalam mengendalikan mereka. Pola asuh demokratis orang tua berkebalikan dengan pola asuh otoriter orang tua, sehingga pola asuh ini dapat mengurangi kecenderungan prokrastinasi pada anak. Pola asuh demokratis menggunakan komunikasi dua arah (two ways communication). Kedudukan antara orang tua dan anak dalam berkomunikasi sejajar. Suatu keputusan diambil bersama dengan mempertimbangkan (keuntungan) kedua belah pihak (win-win solution). Anak diberi kebebasan yang bertanggung jawab. Artinya, apa yang dilakukan anak tetap harus ada di bawah pengawasan orang tua dan dapat

48 30 dipertanggungjawabkan secara moral ( Helmawati, 2014). Orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis lebih memberikan kebebasan kepada anak dalam berkomunikasi. Segi positif dari komunikasi adalah menjadikan anak lebih bertanggung jawab dengan tindakan-tindakannya, dan mampu mempercayai orang lain serta dapat menjadikan anak percaya diri karena mendapatkan kepercayaan dari orang tua untuk menyampaikan pendapat. Menurut teori psikodinamik ( Ghufron & Risnawati, 2010), bahwa pengalaman masa kanak-kanak akan mempengaruhi perkembangan proses kognitif seseorang ketika dewasa, terutama trauma. Orang yang pernah mengalami trauma akan gagal dalam suatu tugas tertentu, misalnya gagal menyelesaikan tugas sekolahnya, akan cenderung melakukan prokrastinasi ketika dihadapkan lagi pada suatu tugas yang sama. Dia akan teringat kepada pengalaman kegagalan dan perasaan tidak menyenangkan yang pernah dialami. Oleh sebab itu, orang tersebut menunda mengerjakan tugas yang dipersepsikan akan mendatangkan perasaan seperti masa lalu. Dari uraian di atas ada hubungan antara pola asuh demokratis dengan prokrastinasi akademik mahasiswa. Gaya pengasuhan orang tua dapat menjadi salah satu faktor penyebab kecenderungan prokrastinasi akademik, dalam penelitian ini mencoba untuk mencari hubungan antara pola asuh orang tua yang demokratis dengan prokrastinasi akademik mahasiswa, dimana antara keduanya ini berlawanan. Semakin baik tingkat

49 31 pola asuh demokratis maka semakin rendah prokrastinasi akademik mahasiswa. E. Hipotesis Penelitian Berdasarkan uraian dua variabel di atas, maka hipotesis yang dikemukakan penelitian ini adalah : Ada hubungan negatif antara pola asuh demokratis dengan prokrastinasi akademik mahasiswa. Semakin tinggi pola asuh demokratis, maka semakin rendah prokrastinasi akademik mahasiswa. Sebaliknya, semakin rendah pola asuh demokratis maka, semakin tinggi prokrastinasi akademik pada mahasiswa

50 32 F. Dinamika Hubungan Pola Asuh Demokratis Orang Tua Dengan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa POLA ASUH DEMOKRATIS KEBEBASAN BERPENDAPAT DAN KOMUNIKASI PADA ANAK ANAK TANGGUNG JAWAB TERHADAP TINDAKANNYA KEPERCAYAAN YANG TINGGI PADA ANAK PROKRASTINASI RENDAH

51 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif korelasional. Tujuannya untuk melihat hubungan pola asuh demokratis dengan prokrastinasi akademik mahasiswa. B. Identifikasi Variabel Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009). Terdapat dua variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu : 1. Variabel bebas : Pola asuh demokratis 2. Variabel terikat : Prokrastinasi akademik mahasiswa C. Definisi Operasional 1. Pola Asuh Demokratis Pola asuh demokratis yaitu pola asuh yang memberikan kebebasan kepada anak. Tetapi dalam kebebasan ini masih ada batasan-batasan dan pengawasan dari orang tua. Orang tua memberikan kesempatan kepada anak untuk menyampaikan ide dan mengambil keputusan dalam setiap pemecahan masalah. 33

52 34 Pola asuh demokratis dalam penelitian ini diukur dengan skala pola asuh demokratis yang disusun berdasarkan ciri-ciri yang dipaparkan oleh Santrock (2004) yaitu : a. Aspek keseimbangan antara kendali dan otonomi yang diberikan oleh orang tua 1) Anak dilibatkan dalam pengambilan keputusan. 2) Orang tua memberikan motivasi dan kebebasan yang terarah kepada anak. 3) Orang tua menerapkan peraturan berdasarkan kesepakatan bersama. b. Aspek komunikasi antara anak dan orang tua (memberi dan menerima secara verbal) 1) Orang tua memberikan kesempatan pada anak untuk menyampaikan ide atau pendapatnya. c. Aspek kehangatan dan keterlibatan orang tua terhadap perkembangan anak. 1) Orang tua mampu memberikan teladan perilaku kepada anak. 2) Orang tua mampu mengikuti perkembangan anak. 3) Orang tua peka terhadap kebutuhan anak. 2. Prokrastinasi Akademik Mahasiswa Prokrastinasi akademik yaitu penundaan yang dilakukan dalam area akademik. Penundaan tersebut dilakukan baik dalam hal memulai, melaksanakan ataupun menyelesaikan tugas yang diberikan.

53 35 Prokrastinasi akademik ditandai dengan penundaan memulai tugas, keterlambatan dalam menyelesaikan tugas, tidak sesuai antara rencana dengan praktek, serta penundaan tugas karena mengerjakan hal lain yang lebih menyenangkan. Prokrastinasi akademik dalam penelitian ini diukur dengan skala Prokrastinasi akademik yang disusun berdasarkan ciri-ciri yang dipaparkan oleh Ferarri (1995) yaitu : a. Penundaan untuk memulai dan menyelesaikan tugas b. Keterlambatan dalam mengerjakan tugas c. Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja actual d. Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan D. Subjek Penelitian Karakteristik subjek penelitian ini adalah : 1. Mahasiswa Psikologi 2. Dewasa Muda Usia Pemilihan subjek dalam penelitian ini menggunakan teknik probability sampling dengan simple random sampling. Simple random sampling yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak (Sugiono, 2009). E. Metode Pengambilan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode summated rating, yang disusun dengan menggunakan metode penskalaan model likert. Skala yang digunakan dalam penelitian

54 36 ini ada dua, yaitu skala pola asuh demokratis dan skala prokrastinasi akademik mahasiswa. Adapun skala untuk masing-masing variabel penelitian ini adalah : 1. Skala Pola Asuh Demokratis Alat ukur yang digunakan untuk mengukur pola asuh demokratis adalah skala pola asuh. Skala tersebut menggunakan pernyataan favorable dan unfavorable dengan empat alternatif jawaban yaitu Sangat Setuju, Setuju, Tidak Setuju, dan Sangat Tidak Setuju. Berdasarkan aspek-aspek di atas, penulis menyusun 48 pernyataan terdiri dari 24 butir pernyataan favorable dan 24 pernyataan unfavorable. Pernyataan-pernyataan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :

55 37 Tabel 1 Tabel Spesifikasi Item-item Skala Pola Asuh Aspek Aspek keseimbangan antara kendali dan otonomi yang diberikan oleh orang tua Aspek komunikasi antara anak dan orang tua (memberi dan menerima secara verbal) Aspek kehangatan dan keterlibatan orang tua terhadap perkembangan anak. No Item Favorable 24, 18, 33, 13, 6, 21, 29, 19 39, 16, 3, 7, 41, 43, 45,47 35, 22, 1, 15, 8, 10, 31, 26, No Item Unfavorable 25, 32, 2, 5, 30, 40, 14, 12 36, 20, 9, 4, 42, 44, 46, 48 37, 34, 38, 28, 11, 23, 17,27 Jumlah Presentase 16 33,3% 16 33,3% 16 33,3% Semakin tinggi skor subjek pada item favorable dan unfavorable berarti semakin tinggi pola asuh demokratis. Sebaliknya semakin rendah skor subjek pada item favorable dan unfavorable semakin rendah juga pola asuh demokratis yang diterima subjek pada aspek tertentu. Penilaian subyek untuk pernyataan positif (favorable) dan negative (unfavorable) pada skala pola asuh yaitu :

56 38 Tabel 2 Skor Butir-butir Favorable dan Unfavorable Skala Pola Asuh Respon Skor Favorable Unfavorable Sangat Setuju (SS) 4 1 Setuju (S) 3 2 Tidak Setuju (TS) 2 3 Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4 Semakin rendah skor subjek pada item favorable dan unfavorable berarti semakin rendah pola asuh demokratis. Sebaliknya semakin tinggi skor subjek pada item favorable dan unfavorable semakin tinggi juga pola asuh demokratis yang diterima subjek pada aspek tertentu. 2. Skala Prokrastinasi Akademik Mahasiswa Alat ukur yang digunakan untuk mengukur prokrastinasi akademik mahasiswa adalah skala prokrastinasi akademik mahasiswa. Skala tersebut menggunakan pernyataan favorable dan unfavorable dengan empat alternatif jawaban yaitu Sangat Setuju, Setuju, Tidak Setuju, dan Sangat Tidak Setuju( Azwar, 2007). Berdasarkan aspek-aspek di atas, penulis menyusun 40 pernyataan terdiri dari 20 butir pernyataan favorable dan 20 pernyataan unfavorable. Pernyataan-pernyataan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :

57 39 Tabel 3 Tabel Spesifikasi Item-item Skala Prokrastinasi Akademik Mahasiswa Aspek Penundaan untuk memulai dan menyelesaikan tugas Keterlambatan dalam mengerjakan tugas Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja actual Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan No Item Favorable 2, 35, 15, 11, 27 34, 13, 8, 22, 37 40, 38, 23, 30, 12 36, 7, 31, 9, 39 No Item Unfavorable 4, 30, 25, 19, 16 33, 21, 29, 24, 1 28, 10, 18, 32, 5 17, 26, 20, 6, 14 Jumlah Presentase 10 25% 10 25% 10 25% 10 25% Semakin tinggi skor subjek pada item favorable dan unfavorable berarti semakin tinggi prokrastinasi akademik mahasiswa. Sebaliknya semakin rendah skor subjek pada item favorable dan unfavorable semakin rendah juga prokrastinasi akademik mahasiswa yang diterima subjek pada aspek tertentu. Penilaian subyek untuk pernyataan positif (favorable) dan negative (unfavorable) pada skala prokrastinasi akademik mahasiswa yaitu :

58 40 Tabel 4 Skor Butir-butir Favorable dan Unfavorable Skala Prokrastinasi Akademik Mahasiswa Respon Skor Favorable Unfavorable Sangat Setuju (SS) 4 1 Setuju (S) 3 2 Tidak Setuju (TS) 2 3 Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4 Semakin rendah skor subjek pada item tertentu berarti semakin rendah prokrastinasi akademik mahasiswa. Sebaliknya semakin tinggi skor subjek pada item tertentu semakin tinggi juga prokrastinasi akademik mahasiswa yang diterima subjek pada aspek tertentu. F. Kredibilitas Alat Ukur 1. Estimasi Validitas Validitas seringkali dikonsepkan sebagai sejauhmana tes mampu mengukur atribut yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2006). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila alat ukur yang digunakan dapat mengukur apa yang hendak diukur. Pada penelitian ini skala pola asuh demokratis orang tua dan prokrastinasi akademik mahasiswa akan diukur validitas isinya melalui analisis rasional terhadap isi alat ukur yang penilainannya berdasarkan atas pertimbangan subjektif individual. Validitas isi bertujuan untuk mengetahui sejauhmana aitem-aitem dalam alat ukur tersebut mencakup keseluruhan kawasan dari isi yang diukur.

59 41 Salah satu cara mengetahui validitas isi telah terpenuhi dengan melihat kesesuaian aitem (pernyataan) dalam alat ukur dengan blue print dan memeriksa kesesuaian masing-masing aitem dengan indikator perilaku yang hendak diukur. peneliti menggunakan pendapat dari ahli (expert judgement) untuk melakukan validasi isi yang dalam hal ini adalah dosen pembimbing. Setelah itu, kumpulan aitem yang telah melewati proses review diujicobakan. Selanjutnya skala pola asuh demokratis dan prokrastinasi akademik yang telah diujicobakan akan dilihat daya beda butir aitem untuk membedakan kelompok yang mempunyai dengan kelompok yang tidak mempunyai atribut yang diukur (Azwar, 2007). Daya beda ini diperoleh dengan cara mengkorelasikan tiap butir aitem dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment. Perhitungannya menggunakan spss versi Seleksi Item Tahap pertama yang dilakukan untuk seleksi item adalah analisis dan seleksi aitem berdasarkan evaluasi kualitatif. Evaluasi ini melihat apakah aitem yang ditulis sudah sesuai dengan blue print dan indikator perilaku yang hendak diungkapkan, melihat apakah aitem telah ditulis sesuai dengan kaidah penulisan yang benar dan melihat apakah aitem yang ditulis masih mengandung social desirability yang tinggi.

60 42 Tahap kedua adalah prosedur seleksi aitem berdasarkan data empiris ( data hasil uji-coba pada kelompok subjek yang karakteristiknya setara dengan subjek yang hendak dikenai skala itu nantinya). Data dianalisis secara kuantitatif untuk memilih item-item yang benar yaitu item-item yang memiliki daya beda tinggi. Daya beda item adalah sejauhmana item mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan tidak memiliki atribut yang diukur (Azwar, 2007). Kualitas item yang diukur dengan analisis butir yang menggunakan parameter daya beda item. Kriteria yang digunakan batasan adalah 0,30 keatas (>0,30) dianggap memenuhi kriteria item yang sahih sedangkan item yang memiliki koefisien korelasi dibawah 0,30 (<0,30) digugurkan (Azwar, 2007) Uji coba dalam penelitian ini melibatkan 60 mahasiswa. Setelah data terkumpul, skala pola asuh demokratis kemudian diproses menggunakan SPSS 17.0 for windows. Hasil analisis pengukuran skala pola asuh demokratis menunjukkan bahwa dari 48 item yang diujikan, terdapat 38 item yang baik dan 10 item yang tidak baik. Besarnya koefisien korelasi berkisar 0,303 dari sampai 0,679. Pada skala ini, proporsionalitas tiap aspek tidak seimbang. Hal ini dapat dipertanggung jawabkan karena masingmasing aspek tidak mempunyai tujuan ukur yang berbeda secara

61 43 spesifik satu sama lain melainkan dimensi saja dari satu tujuan ukur yang lebih luas (Azwar, 2007). Selain itu, dari 38 item yang terpilih berdasarkan koefisien korelasi yang tinggi, item-item tersebut masih menghasilkan reliabilitas yang memuaskan. Tabel 5 Tabel Spesifikasi Pola Asuh Demokratis sebelum dan sesudah Try Out Aspek Aspek keseimbangan antara kendali dan otonomi yang diberikan oleh orang tua Aspek komunikasi antara anak dan orang tua (memberi dan menerima secara verbal) Aspek kehangatan dan keterlibatan orang tua terhadap perkembangan anak. No.Item Baik No. Item Tidak Baik Favorable Unfavorable Favorable Unfavorable 18, 33, 6, 25, 32, 2, 5, 29,13 21, 24, 19 30, 40, 14, 12 38, 41, 43, 45, 47 35, 22, 1, 15 10, 31, 26, 36, 20, 42, 46, 48 37, 38, 11, 12, 23, 17 16,3,7 44,4, Hasil analisis pengukuran skala prokrastinasi akademik mahasiswa menunjukkan bahwa dari 40 item yang diujikan, terdapat 33 item yang baik dan 7 item yang tidak baik. Besarnya

62 44 koefisien korelasi berkisar 0,308 dari sampai 0,787. Pada skala ini, proporsionalitas tiap aspek tidak seimbang. Hal ini dapat dipertanggung jawabkan karena masing-masing aspek tidak mempunyai tujuan ukur yang berbeda secara spesifik satu sama lain melainkan dimensi saja dari satu tujuan ukur yang lebih luas (Azwar, 2007). Selain itu, dari 33 item yang terpilih berdasarkan koefisien korelasi yang tinggi, item-item tersebut masih menghasilkan reliabilitas yang memuaskan. Tabel 6 Tabel Spesifikasi Prokrastinasi Akademik Mahasiswa sebelum dan sesudah Try Out Aspek Penundaan untuk memulai dan menyelesaikan tugas Keterlambatan dalam mengerjakan tugas Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja actual Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan No.Item Baik No. Item Tidak Baik Favorable Unfavorable Favorable Unfavorable 2, 35, 15, 4, 30, 19, , 27 34, 8, 22, 37, 13 38, 23, 30, 12 36, 7, 31, 9, 33, 21, 24, , 18, , 28 17, 26, 20,

63 45 3. Estimasi Reliabilitas Sugiyono (2009) menjelaskan bahwa reliabilitas mengacu pada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur yang mengandung makna instrumen bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Instrumen yang reliabel sudah dapat dipercaya dan akan menghasilkan data yang sangat dipercaya juga. Pengukuran reliabilitas dan uji analisis dalam penelitian ini dilakukan perhitungan reliabilitas koefisien alpha dari Cronbach. Pengukuran reliabilitas dianggap reliabel apabila mencapai rxx= 0,700. Berdasarkan pengolahan data diperoleh reliabilitas untuk alat ukur prokrastinasi akademik mahasiswa adalah 0,926, sehingga dapat dikatakan reliabilitas skala prokrastinasi akademik mahasiswa memuaskan. Sedangkan untuk alat ukur pola asuh demokratis adalah 0,919 sehingga dapat dikatakan reliabilitas skala pola asuh demokratis memuaskan. G. Metode Analisis Data 1. Uji Asumsi Uji asumsi dilakukan unuk melihat apakah data yang digunakan sudah memenuhi syarat untuk dilakukan korelasi. Uji asumsi terdiri dari uji normalitas dan linearitas.

64 46 a. Uji Normalitas Pada penelitian ini uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan rumus One Sample Kolmogorov Smornov Test pada program SPSS Versi 17. Distribusi data dinyatakan normal apabila nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (p>0,05). Sebaliknya nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (p<0,05) maka distribusi data dinyatakan tidak normal. b. Uji Linearitas Uji linearitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Test for Linearity pada program SPSS Versi suatu hubungan dinyatakan 2. Uji Hipotesis Uji hipotesis dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan negatif antara pola asuh demokratis dengan prokrastinasi akademik mahasiswa. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis korelasi Product Moment dengan perangkat SPSS 17.0 for windows.

65 BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN A. PELAKSANAAN PENELITIAN Pengambilan data dilakukan pada tanggal 7 Juni Penelitian ini dilaksanakan di Kampus III Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa semester II,IV,VI dan VIII Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Jumlah skala yang disebarkan oleh peneliti berjumlah 120 eksemplar dan setelah melakukan penyebaran terhadap 120 subjek penelitian kesemuanya kembali ke tangan peneliti dengan keadaan baik dan terisi. B. DESKRIPSI DATA PENELITIAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, peneliti memperoleh deskripsi data hasil penelitian sebagai berikut ini : 47

66 48 Tabel 7 Deskripsi data hasil penelitian Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation PROKRASTINASI POLAASUH Valid N (listwise) 120 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa variabel pola asuh demokratis orang tua mempunyai mean sebesar , nilai minimum sebesar 78, nilai maximum sebesar 152, dan standar deviasi sebesar sedangkan untuk variabel prokrastinasi akademik mahasiswa diperoleh mean sebesar 74,35, nilai minimum sebesar 35, nilai maximum sebesar 103 dan standar deviasi sebesar 13,184. Selanjutnya untuk mengetahui tinggi rendahnya tingkat pola asuh demokratis orang tua dan tingkat prokrastinasi akademik mahasiswa dapat diketahui melalui mean teoritis dan mean empiris yang diperoleh dari masing-masing subjek pada skala pola asuh demokrasi orang tua dan skala prokrastinasi akademik mahasiswa.

67 49 Tabel 8 Data Teoritis dan Empiris Skala Pola Asuh Demokratis dan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa Variabel N T P Teoritis Mean Empiris Pola Asuh Demokratis Prokrastinasi Akademik , Nilai t pada skala penelitian pola asuh sebesar sedangkan nilai P adalah 0,000 hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara mean teoritis dan mean empiris pada skala pola asuh demokratis orang tua. Mean teoritis adalah rata-rata skor pada alat ukur sedangkan mean empiris adalah rata-rata skor pada data penelitian. Mean teoritis skala pola asuh demokratis sebesar 95 dan mean empirisnya sebesar 119,48. Hal ini menunjukkan bahwa mean empiris lebih besar dari pada mean teoritis, sehingga dapat diartikan bahwa subjek penelitian mempunyai pola asuh demokratis yang tinggi. Nilai t pada skala penelitian prokrastinasi akademik mahasiswa sebesar sedangkan nilai P adalah 0,000 hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara mean teoritis dan mean empiris pada skala prokrastinasi akademik mahasiswa. Mean teoritis adalah rata-rata skor pada alat ukur sedangkan mean empiris adalah rata-rata skor pada data penelitian. Mean teoritis skala prokrastinasi akademik mahasiswa

68 50 sebesar 82,5 dan mean empirisnya sebesar Hal ini menunjukkan bahwa mean empiris lebih kecil dari pada mean teoritis, sehingga dapat diartikan bahwa subjek penelitian mempunyai prokrastinasi akademik mahasiswa yang rendah. C. UJI ASUMSI DAN HASIL PENELITIAN 1. Uji Asumsi a. Uji Normalitas Uji normalitas dimaksudkan untuk melihat apakah bentuk sebaran dari skor jawaban subjek normal atau tidak dalam penelitian ini. Pengujian normalitas dilakukan terhadap distribusi skor pola asuh demokratis orang tua dengan jumlah skor prokrastinasi akademik mahasiswa. Kaidah yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui normal atau tidaknya sebuah data adalah jika nilai signifikansi yang diperoleh lebih besar dari 0,05 (p>0,05). Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan teknik One Sample Kolmogrov Smirnov Test pada program SPSS versi Adapun hasilnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut ini :

69 51 Tabel 9 Hasil Uji Normalitas Varibel Kolmogrov Sminorv p>0.05 Keterangan Pola Asuh 1,164 0,133 Normal Prokrastinasi 1,276 0,077 Normal Hasil uji normalitas untuk skala pola asuh demokrasi orang tua dan prokrastinasi akademik mahasiswa dengan subjek 120 dapat memenuhi distribusi normal. Untuk skala pola asuh koefisien sebesar 1,164 dengan p sebesar 0,133 dan untuk skala prokrastinasi akademik mahasiswa koefisien sebesar 1,276 dan p sebesar 0,077. b. Uji Linieritas Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan yang linier antara variabel pola asuh demokrasi orang tua dengan prokrastinasi akademik mahasiswa. Uji linier yang digunakan dalam penelitian ini dengan Test for Linearity pada program SPSS versi Suatu hubungan dikatakan linier jika nilai signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari 0,05 (p<0,05). Adapun hasil uji linieritas dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut ini :

70 52 Tabel 10 Hasil Uji Linieritas Variabel F p(<0,05) Keterangan Pola asuh demokratis* Prokrastinasi akademik 34,9431 0,000 Linier Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi dari uji linieritas antara variabel pola asuh orang tua dengan prokrastinasi akademik mahasiswa adalah sebesar 0,00 (p<0,05). Dengan demikian antara variabel pola asuh demokrasi orang tua dengan prokrastinasi akademik mahasiswa dalam penelitian ini linier (p<0,05). 2. Uji Hipotesis Teknik uji hipotesis dalam penelitian ini adalah korelasi Pearson Product Moment yang terdapat dalam program SPSS versi Hasil uji hipotesis dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut ini :

71 53 Tabel 11 Hasil Uji Hipotesis Correlations PROKRASTINA SI POLAASUH PROKRASTINASI Pearson Correlation ** Sig. (1-tailed).000 N POLAASUH Pearson Correlation ** 1 Sig. (1-tailed).000 N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Berdasarkan hasil perhitungan, koefisien korelasi antara pola asuh demokratis orang tua dengan prokrastinasi akademik mahasiswa sebesar -0,479 dengan signifikansi sebesar Hasil tersebut menunjukkan adanya hubungan yang negatif dan signifikan antara variabel pola asuh demokratis orang tua dengan variabel prokrastinasi akademik mahasiswa. Semakin tinggi tingkat pola asuh demokratis orang tua maka semakin rendah tingkat prokrastinasi akademik mahasiswa. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah tingkat pola asuh demokratis orang tua maka semakin tinggi tingkat prokrastinasi akademik mahasiswa. Dengan demikian hipotesis dalam penelitian ini terpenuhi.

72 54 D. PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara pola asuh demokratis orang tua sebagai variabel bebas dengan prokrastinasi akademik mahasiswa sebagai variabel terikat. Berdasarkan hasil penelitian pada 120 sampel mahasiswa dengan menggunakan perhitungan korelasi Pearson Product Moment memperoleh hasil koefisien korelasi sebesar -0,479 dengan signifikansi sebesar 0,000 (p<0,01). Dengan demikian dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara pola asuh demokratis orang tua dengan prokrastinasi akademik mahasiswa. Mean teoritis skala pola asuh demokratis sebesar 95 dan mean empirisnya sebesar 119,73. Hal ini menunjukkan bahwa mean empiris lebih besar dari pada mean teoritis, sehingga dapat diartikan bahwa subjek penelitian mempunyai pola asuh demokratis yang tinggi. Esensi hubungan antara orang tua dengan anak sangat ditentukan oleh sikap orang tua dalam mengasuh anak, bagaimana perasaan dan apa yang dilakukan orang tua. Hal ini bercermin pada pola asuh orang tua, yakni cara-cara yang dipilih dan dilakukan oleh orang tua dalam mengasuh anak (Fini, 2008). Pola asuh demokratis orang tua adalah pola asuh yang memberikan kebebasan kepada anak dengan batasan dan pengendalian perilaku sesuai nilai-nilai standar yang ada, serta terdapat komunikasi timbal balik yang

73 55 hangat antara orang tua dan anak, sehingga orang tua bisa memberikan perhatian ataupun pngertian kepada anak tentang perilaku tertentu yang diharapkan (Mahrita,2007). Berdasarkan hasil penelitian Anastasia (2004) tentang hubungan antara pola asuh demokratis dengan kemandirian pada remaja, hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang positif dan signifikan antara pola asuh demokratis dengan kemandirian pada remaja, dengan nilai koefisien korelasi Pearson (xy ) sebesar 0,396 dengan P = 0,006 ( P < 0,01 ) yang menyatakan bahwa semakin tinggi pola asuh demokratis semakin tinggi kemandirian dan sebaliknya, semakin rendah pola asuh demokratis maka semakin rendah kemandirian. Nilai koefisien determinasi ( r2 ) sebesar 0,156 yang berarti sumbangan pola asuh demokratis terhadap pembentukan kemandirian adalah 15,6 %, sedangkan untuk sisanya 84,4 % disumbang oleh faktor-faktor lain, baik dari faktor internal maupun faktor eksternal menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif antara pola asuh demokratis orang tua dengan kemandirian pada remaja. Pola asuh demokratis orang tua merupakan salah satu factor yang mempengaruhi kemandirian pada remaja. Mean teoritis skala prokrastinasi akademik mahasiswa sebesar 82,5 dan mean empirisnya sebesar Hal ini menunjukkan bahwa mean empiris lebih kecil dari pada mean teoritis, sehingga dapat diartikan bahwa subjek penelitian mempunyai prokrastinasi akademik mahasiswa yang rendah.

74 56 Prokrastinasi adalah kecenderungan untuk menunda dalam memulai, melaksanakan dan mengakhiri suatu aktivitas. Prokrastinasi akademik adalah prokrastinasi yang terjadi di lingkungan akademik (Rumiani, 2006). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Solomon dan Rothblum (Nadia & Nela, 2013) bahwa prokrastinasi akademik yang paling banyak dilakukan oleh mahasiswa adalah mengerjakan tugas paper laporan, belajar untuk ujian, dan membaca tugas mingguan. Ketiga area tersebut mengindikasikan bahwa tugas ini harus dilihat sebagai sesuatu yang penting. Prokrastinasi merupakan masalah penting yang perlu mendapat perhatian, karena kebiasaan prokrastinasi akademik dapat berpengaruh terhadap hasil belajar yang tidak optimal. Pada mahasiswa prokrastinasi akademik saat awal kuliah dapat berkelanjutan pada saat mengerjakan tugas akhir atau skripsi. Kecenderungan prokrastinasi akademik juga dapat mengganggu pencapaian akademis. Unsur dari prokrastinasi akademik diantaranya yaitu Penundaan dan keterlambatan menyelesaikan ( Nadia & Nela, 2013). Faktor yang mempengaruhi prokrastinasi adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal diantaranya fisik dan psikologis. Faktor eksternal yaitu pola asuh orang tua, level sekolah, reward/ punishment, tugas terlalu banyak, linkungan.

75 57 Pola orang tua berpengaruh terhadap tingkat prokrastinasi mahasiswa, bagaimana orang tua mengasuh dan persepsi anak terhadap disiplin orang tua berpengaruh terhadap tingkat prokrastinasi akademik remaja. Pola asuh demokratis yaitu gaya mengasuh orang tua dengan memprioritaskan kepentingan anak, bersikap realistis pada kemampuan anak dan memberi kebebasan anak (Nadia & Nela, 2013). Hasil uji hipotesis dengan menggunakan perhitungan korelasi Pearson Product Moment memperoleh hasil koefisien korelasi sebesar - 0,479 dengan signifikansi sebesar 0,000 (p<0,01). Sehingga dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang negative dan signifikan antara pola asuh demokratis orang tua dengan prokrastinasi akademik mahasiswa. Semakin tinggi tingkat pola asuh demokratis orang tua semakin rendah tingkat prokrastinai akademik mahasiswa. Dan begitu pula sebaliknya semakin rendah tingkat pola asuh demokratis orang tua semakin tinggi tingkat prokrastinasi akademik mahasiswa. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Kristen Maranatha bahwa ada hubungan yang positif antara pola asuh orang tua dengan prokrastinasi akademik mahasiswa. Semakin sering mahasiswa menghayati menerima control dan afeksi dari orang tua maka kecenderungan derajat prokrastinasi akademik pun semakin tinggi.

76 58 Pola asuh demokratis orang tua memiliki karakteristik utama yaitu mengutamakan pendekatan berdasarkan nilai-nilai demokratis, kebebasan berpendapat serta hubungan yang bersifat terbuka, dan saling menghargai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola asuh demokratis memberikan sumbangan sebesar 4,1% terhadap peningkatan kemampuan remaja dalam pemecahan masalah ( Mahrita, 2007). Prokrastinasi yang dilakukan oleh seseorang menjadi indikasi kurangnya motivasi berprestasi ( need for achievement) seseorang untuk tampil optimal seperti sering terlambat, persiapan yang terlalu lama sehingga tidak mampu menyelesaikan tugas tepat waktu (Rumiani, 2006). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Slamet (2012) menunjukkan bahwa pola asuh demokratis memberikan pengaruh sumbangan terhadap kedisiplinan anak sebesar 48,1%. Secara umum faktor yang mempengaruhi prokrastinasi akademik dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal. Friend berpendapat bahwa prokrastinasi akademik dipengaruhi beberapa faktor yaitu tidak yakin diri, toleransi rendah, menuntut kesempurnaan, perbedaan jenis kelamin, pandangan fatalistic. Braid juga mengemukakan bahwa prokrastinasi akademik dapat dipengaruhi oleh faktor kerumitan dan ketakutan. Menurut burka dan yuen terbentuknya tingkah laku prokrastinasi dipengaruhi oleh faktor kecemasan terhadap evaluasi yang akan diberikan, kesulitan dalam mengambil keputusan, pemberontakan

77 59 terhadap control dari figure otoritas, kurangnya tuntutan dari tugas, standar yang terlalu tinggi mengenai kemampuan individu (Yemima, 2008). Prokrastinasi yang terjadi pada mahasiswa perlu untuk ditangani, cara menangani prokrastinasi dapat dilihat dari factor penyebab prokrastinasi akademik itu sendiri dan dapat dilakukan dengan pendekatan tertentu. Boice (Ilfiandra, 2006) mengemukakan sepuluh sepuluh prinsip efikasi diri untuk membantu procrastinator, yaitu : (1) bersikap tenang dan sabar sebelum menulis, (2) sebelum merasa siap menulis, kumpulkan informasi, susun dan buat kerangka gagasan, (3) rinci tugas ke dalam aktivitas harian, (4) berhenti dan lakukan istirahat ketika diperlukan, (5) seimbangkan antara kerangka gagasan dengan kerja actual, (6) cermati pikiran dan kebiasaan negatif selama mengerjakan tugas, (7) kelola emosi selama bekerja dengan cara menghindari sikap tergesa-gesa dan supervisial, (8) hindari melibatkan emosi yang terlalu berlebihaan dalam pekerjaan, (9) ijinkan orang lain untuk mengkritisi hasil pekerjaan, (10) hindari upaya menghamburkan energy, seperti bekerja sampai kelelahan dan tidak toleran terhadap kritik.

78 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN E. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara pola asuh demokratis orang tua dengan prokrastinasi akademik mahasiswa. Semakin tinggi tingkat pola asuh demokratis orang tua maka semakin rendah tingkat prokrastinasi akademik mahasiswa, demikian pula sebaliknya semakin rendah pola asuh demokratis orang tua semakin tinggi tingkat prokrastinasi akademik mahasiswa. F. SARAN 1. Bagi Mahasiswa Hasil penelitian yang menunjukkan prokrastinasi akademik mahasiswa rendah, meskipun demikian hendaknya mahasiswa tetap senantiasa mampu menentukan prioritas dalam kehidupannya baik yang berkaitan dengan akademik ataupun yang berkaitan dengan aspek kehidupan lainnya. Sehingga segala tugas dan tanggung jawab yang dimiliki dapat terealisasikan dengan baik. 2. Bagi Universitas Dengan hasil penelitian yang menunjukkan prokrastinasi mahasiswa yang rendah, hasil penelitian ini hendaknya dapat menjadi wacana untuk meningkatkan peran Universitas dalam menanggulangi 60

79 61 prokrastinasi akademik mahasiswa. Serta Universitas hendaknya melakukan seminar motivasi kepada mahasiswa sebagai cara menanggulangi prokrastinasi akademik pada mahasiswa. 3. Bagi Penelitian Selanjutnya Hasil penelitian ini hendaknya dapat menjai referensi bagi penelitian dalam bidang psikologi perkembangan dan pendidikan mengenai hubungan pola asuh demokratis orang tua dengan prokrastinasi akademik mahasiswa. Terdapat potensi penelitian yang masih luas terkait dengan pola asuh demokratis dan prokrastinasi akademik mahasiswa. Penelitian mengenai factor-faktor yang mempengaruhi prokrastinasi akademik mahasiswa sudah cukup banyak, sehingga perlu ada penelitian yang dapat merangkum semua itu untuk dapat dilihat perbandingan besaran konstribusi masingmasing variabel penelitian. Selain peneliti selanjutnya diharapkan memperhatikan factor-fakor lain yang mempengaruhi prokrastinasi akademik mahasiswa karena mengingat masih ada 77,1% sumbangan efektif diluar variabel pola asuh. 4. Bagi Orang Tua Hasil penelitian ini diharapkan mampu mendorong orang tua untuk lebih menerapkan pola asuh demokratis seperti memberikan kebebasan terkontrol kepada anak untuk mengeksplorasi lingkungan dan meningkatkan kualitas komunikasi

80 62 dengan memberikan peluang kepada anak untuk mengungkapkan pikiran, pendapat atau perasaan ketika ada masalah atau ikut menentukan rencana kegiatan yang akan dilakukan bersama-sama untuk keluarga.

81 DAFTAR PUSTAKA Ahmaini, D Perbedaan Prokrastinasi Akademik antara Mahasiswa yang Aktif dengan yang Tidak Aktif dalam Organisasi Kemahasiswaan USU. Skripsi (Tidak diterbitkan). Fakultas Psikologi Universitas Sumatra Utara. Anastasia dan Heni Nugraheni Hubungan Antara Pola Asuh Demokratis Dengan Kemandirian Pada Remaja. Azwar, S Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, S Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Berk, L.E. (2012). Development through the lifespan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bruno, F.J. (1998). Stop Procrastinating. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Burka, J.B., & Yuen, L.M Procrastination: Why you do it. What to do about it. New York : Perseus Books. Candra, U. dkk Faktor-faktor Penyebab Prokrastinasi Akademik Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri Kabupaten Temanggung. Dian, Satya Hubungan antara Gaya Pengasuhan Orang Tua Otoriter dengan Kecenderungan Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa Angkatan Fakultas Psikologi Universitas Hang Tuah Surabaya. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Hang Tuah Surabaya. Djamarah, S.B Rahasia Sukses Belajar. Jakarta : Rineka Cipta. Djamarah Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi dalam Keluarga. Jakarta : Rineka Cipta. Ferrari, J.R., & Ollivete Academic Anxiety, Academic Procrastination, and Parental Involvement in Students and Their Parent. Ferrari, J.R., Jhonson, J.L., & McCown, W.G Procrastination And Task Avoidance : Theory, Research and Treatment. New York : Plenum Press. Fini dan Ni Made Taganing Hubungan Pola Asuh Otoriter dengan Perilaku Agresif Pada Remaja. 63

82 64 Ghufron, M. Nur & Risnawati Teori-teori Psikologi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Ghufron, M. Nur Hubungan Kontrol Diri dan Persepsi Remaja terhadap Penerapan Disiplin Orang Tua terhadap Prokrastinasi Akademik. Tesis ( Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Ghufron, M. Nur Hubungan Kontrol Diri dan Persepsi Remaja terhadap Penerapan Disiplin Orang Tua dengan Prokrastinasi Akademik. Jurnal Psikologi Tabularasa. Vol.2, No 1. Gunawinata, V. A.R, Nanik dan Lasmono, H.K Perfeksionisme, Prokrastinasi Akademik dan Penyelesaian Skripsi Mahasiswa. Jurnal Anima. Vol. 23, No.3. Havinghurst. R. J. dan Neogarten Society and Education. Ed-2. Boston: Allyn and Bacon. Inc. Herasti Hubungan Kontrol Diri dengan Prokrastinasi Akademik pada Siswa SMP. Hurlock, E. B Perkembangan Anak, Jilid. Ed. Ke-6. Alih bahasa oleh Meitasari Tjandrasa dan Muslichah Zarkasih, Jakarta : Erlangga. Ilfiandra Penanganan Prokrastinasi Akademik Siswa Sekolah Menengah Atas : Konsep dan Aplikasi. Knaus, E Lakukan segera: Motivasi Dasar untuk Menumbuhkan Semangat Bekerja dan Bertindak (cetakan ketiga). Semarang: Effhar & Dahara Prize. Mahrita dan Rina Mulyani Hubungan Pola Asuh Demokratis Orang Tua dengan Kemampuan Pemecahan Masalah ( Problem Solving) Pada Remaja. Muryono, Sigit Empati, Penalaran Moral dan Pola Asuh. Yogyakarta : Gala Ilmu Semesta. Nela dan Nadia Prokrastinasi Akademik dan Self-Control pada Mahasiswa Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Surabaya. Nur, Cahyani Hubungan antara Pola Asuh Orang Tua, Motivasi Belajar, Kedewasaan dan Kedisiplinan Siswa dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI SMA N 1 Sidoharjo Wonogiri.

83 65 Purwanto, Slamet Hubungan antara Pola Asuh Demokratis dengan Kedisiplinan Anak Asuh Di Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah Ning Amriyah Soepardho Kendal. Pychyl, Timothy A., Coplan, Robert J & Reid, Pamela A.M Parenting and Procrastination: Gander Differences in the Relation Between Procrastination, Parenting Style and Self-Worth in Early Adolescence. Journal Personality and Individual Differences 33 ( ). Rachmahana, R.S Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa. Psikodimensia; Kajian Ilmiah Psikologi. Vol.2 No. 3 (h ) Rahmawati, D.A. Alsa, A. (2011). Hubungan antara Konsep Diri Akademik dan Dukungan Sosial Teman dengan Prokrastinasi Akademik Penulisan Skripsi pada Mahasiswa. Tesis. Yogyakarta. Universitas Gajah Mada. Electronic Thesis and Disertation (ETD). Gajah Mada. Ramadhani, Puput Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Prokrastinasi Akademik Pada Siswa Smp Negeri 2 Anggana. Jurnal Psikologi. Vol. 1 no Rizvi, A Pusat Kendali dan Efikasi Diri sebagai Prediktor Mahasiswa. Skripsi ( Tidak Diterbitkan). Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Rizvi, A., Prawitasari, J.E., & Soetjipto, H.S Pusat Kendali dan Efikasi Diri Roudhotul, Siti Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Pembentukan Kepribadian. Bersab vol. 1 no. 1 Januari Rumiani Prokrastinasi Akademik Ditinjau Dari Motivasi Berprestasi dan Stres Mahasiswa. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro Vol. 3 No. 2, Desember. Rumiani Prokrastinasi Akademik Ditinjau Dari Motivasi Berprestasi dan Stres Mahasiswa. Jurnal Psikologi. Vol. 3, No.2. Rumiani Prokrastinasi Akademik Ditinjau Dari Motivasi Berprestasi dan Stres Mahasiswa. Santrock, John W Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga. sebagai Prediktor terhadap Prokrastinasi Akademik Mahasiswa. Jurnal Psikologika No.3 tahun II. Yogyakarta. Sirois, F.M Procrastination and counterfactual thingking : avoiding what might have been. The british journa of social psychology. Diunduh tanggal 15 Maret Dari FTP : Proqust.umi.com/pqdweb.

84 66 Slamet, Hubungan antara Pola Asuh Demokratis dengan Kedisiplinan Anak Asuh Di Panti Asuhan Yatim Muh Ning Amriyah Soepardo Kendal. Stell, P The Nature Of Procrastination: A. Meta-analytic And Theoretical Review Of Quintessential Self Regulatory failure. Psycological Bulletin, Vol. 133/No. 1. Sugiyono Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sujanto, A., Lubis, H., Hadi, T Psikologi Kepribadian. Jakarta: Bumi Aksara. Surijah E. A & Tjundjing, S Mahasiswa Versus Tugas : Prokrastinasi Akademik dan Conscientiousness. Jurnal Anima. Vol. 22/ No.4. Syamaun, Nurmasyithah Dampak Pola Asuh Orang Tua & Guru terhadap Kecenderungan Perilaku Agresif Siswa. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media. Tim Penyusunan Kamus Pusat Pembinaan dan Perkembangan Bahasa Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Tjundjing, S Apakah Penundaan Menurunkan Prestasi? Sebuah Meta Analisis. Jurnal Anima. Vol.22/No. 1 Tondok, Ristyandi, & Kartika. (2008). Prokrastinasi akademik dan niat membeli skripsi. Asima Indonesian Psychological Journal 2008, 24 (1). Yemima Hubungan Asertivitas dengan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang. Yusuf, U., Yanuvianti, M., Coralia, F Profil Perilaku Prokrastinasi Akademik Berbasis Cognitif-Behavioral-Therapy (CBT) Pada Mahasiswa. Proyeksi Vol. 7. No. 1.

85 LAMPIRAN 67

86 68 Lampiran 1 SKALA PENELITIAN SEBELUM TRY OUT

87 69 A. Identitas Responden Nama : NIM : B. Petunjuk Pengisian Angket 1. Sebelum mengisi pernyataan-pernyataan dibawah, dimohon kesediaan Saudara untuk membaca terlebih dahulu petunjuk pengisian ini. 2. Setiap pernyataan memiliki 4 pilihan, pilihlah salah satu yang paling sesuai dengan keadaan anda, dengan cara memberi tanda centang ( ) pada salah satu pilihan. 3. Keterangan: SS ( Sangat Setuju), S ( Setuju), Tidak Setuju ( TS), Sangat Tidak Setuju (STS) C. Pernyataan SKALA PROKRASTINASI No Pernyataan SS S TS STS 1. Saya memulai mengerjakan tugas sebelum batas waktu yang ditentukan. 2. Saya segera melakukan tugas yang diberikan oleh dosen. 3. Saya dapat memenuhi target penyelesaian tugas yang saya tentukan. 4. Saya merasa memiliki banyak waktu untuk mengerjakan tugas, sehingga saya tidak terburuburu dalam mengerjakannya. 5. Saya m erasa bersalah saat target penyelesaian tugas tidak tercapai. 6. Saya berhenti belajar saat ada teman yang mengajak mengobrol.

88 70 7. Saya tetap mengerjakan tugas meski merasa kesulitan. 8. Saya mengumpulkan tugas jauh hari sebelum waktu pengumpulan. 9. Saya lebih suka membaca buku dari pada membaca Koran. 10. Saya sering melanggar target belajar yang telah saya tentukan. 11. Saya selalu menyelesaikan tugas degan segera. 12. Saya sering terlambat dalam penyelesaian tugas. 13. Saya mengerjakan tugas sebelum batas waktu yang ditentukan 14. Saya lebih suka menonton tv dari pada belajar. 15. Saya tidak menunda menyelesaikan tugas meski saya merasa kesulitan. 16. Saya menyerah saat merasa kesulitan. 17. Saya bermain game saat sedang belajar. 18. Saya sering gagal memenuhi rencana penyelesaian tugas. 19. Saya langsung mengerjakan tugas tanpa membuang-buang waktu. 20. Saya merasa bosan mengerjakan tugas dan melekukan hal lain yang lebih menyenangkan 21. Saya mengumpulkan tugas saat batas waktu pengumpulan. 22. Saya tidak mampu mengalokasikan waktu agar tidak terlambat menyelesaikan tugas. 23. Saya mempunyai jadwal belajar yang teratur. 24. Saya asik bermain dengan teman sehingga terlambat mengumpulkan tugas.

89 Saat tugas menumpuk saya malas untuk memulai mengerjakannya. 26. Saya lebih suka bermain dari pada mengerjakan tugas. 27. Saya mengerjakan tugas tepat waktu. 28. Waktu yang diberikan dosen terlalu sedikit, sehingga kurang untuk saya mengerjakan tugas. 29. Saya sering terlambat dalam mengerjakan tugas. 30. Saya membuat target deadline untuk menyelesaikan tugas. 31. Saya mematikan hp saat sedang belajar. 32. Banyak tugas yang tidak dapat saya selesaikan tepat waktu. 33. Saya sering mengerjakan tugas di akhir waktu pengumpulan 34. Saya tidak pernah terlambat dalam mengumpulkan tugas. 35. Saya mengerjakan tugas tanpa menunda-nunda terlebih dahulu. 36. Saya lebih suka mengerjakan tugas dari pada menonton film. 37. Saya tidak melakukan jeda istirahat saat sedang belajar. 38. Saya terbiasa membuat perencanaan saat akan mengerjakan tugas. 39. Saya tidak bermain hp saat sedang belajar. 40. Saya belajar sesuai dengan jadwal yang telah saya tentukan.

90 72 SKALA POLA ASUH No Pernyataan SS S TS STS 1. Orang tua memahami keinginan saya. 2. Orang tua tidak memberi izin saat saya berpamitan. 3. Orang tua menghargai pendapat saya. 4. Orang tua tidak bersedia mendengarkan ceritacerita saya 5. Orang tua melarang saya untuk bergaul dengan teman yang membawa pengaruh kurang baik. 6. Orang tua memeberi kebebasan kepada saya untuk memilih hal yang saya sukai. 7. Saya sering berbicara santai dengan orang tua. 8. Orang tua memantau waktu belajar saya. 9. Orang tua tidak menaggapi apa yang saya ungkapkan. 10. Orang tua memahami kemampuan saya dan tidak pernah memaksakan kehendak. 11. Orang tua tidak memberikan tanggapan ketika saya ada masalah. 12. Orang tua tidak mau tau perasaan saya. 13. Orang tua memberikan kebebasan kepada saya untuk menentukan pilihan. 14. Saya tidak diberi kesempatan untuk berpendapat. 15. Orang tua peduli dengan kesulitan yang saya hadapi.

91 Orang tua mengajak saya berdiskusi ketika ada masalah keluarga. 17. Orang tua jarang menanyakan aktivitas yang saya lakukan. 18. Orang tua memberikan dukungan kepada saya untuk mengikuti kegiatan-kegiatan di luar sekolah. 19. Orang tua mendukung kegiatan yang saya lakukan. 20. Orang tua tidak suka mendengarkan ceritacerita saya. 21. Orang tua tidak memaksa saya untuk menuruti keinginannya. 22. Orang tua memberikan teladan yang baik kepada saya. 23. Orang tua tidak mampu memahai keadaan saya. 24. Saya selalu diberikan kesempatan untuk mengambil keputusan. 25. Orang tua memilihkan jurusan dan sekolah sesuai keinginan mereka. 26. Orang tua selalu mengontrol apa yang saya lakukan. 27. Orang tua tidak mau mendengarkan pendapat saya 28. Orang tua tidak memahami apa yang saya butuhkan. 29. Orang tua tidak melarang saya untuk mengikuti kegiatan-kegiatan di luar sekolah. 30. Orang tua saya sibuk sehingga tidak banyak memberikan perhatian kepada saya.

92 Orang tua memahami kebutuhan saya. 32. Orang tua menyuruh saya di rumah saja dan melarang untuk bermain dengan teman. 33. Orang tua memberi kebebasan kepada saya untuk berteman dengan siapa saja. 34. Orang tua tidak memberikan teladan kepada saya. 35. Oang tua selalu memberikan perhatian kepada saya. 36. Orang tua melarang saya untuk berpendapat. 37. Orang tua tidak mendengarkan apa yang saya sampaikan. 38. Orang tua peka terhadap apa yang saya rasakan. 39. Saya dianggap oleh orang tua sudah mampu untuk menyelesaikan masalah. 40. Orang tua saya jarang memberikan dukungan. 41. Orang tua selalu memberi saran kepada saya 42. Orang tua tidak mau mempertimbangkan saran yang saya ungkapkan 43. Orang tua selalu menjalin komunikasi saat saya sedang tidak bersama dengan mereka 44. Orang tua tidak pernah menanyakan keadaan saya saat saya sedang tidak bersama mereka 45. Orang tua selalu menanyakan kabar saya 46. Orang tua tidak pernah mendengarkan pendapat saya 47. Orang tua selalu mendengarkan saran yang saya ungkapkan 48. Orang tua jarang mengajak saya untuk berbincang-bincang

93 75 Lampiran 2 SKALA PENELITIAN SETELAH TRY OUT

94 76 SKALA PENELITIAN Oleh: Evi Oktarina Damayanthi Hutajulu FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA 2016

BAB I PENDAHULUAN. pada setiap individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau statusnya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pada setiap individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau statusnya sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki era globalisasi sekarang ini, manusia dituntut untuk dapat menggunakan waktu dengan efektif sehingga efisiensi waktu menjadi sangat penting, namun sampai sekarang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik. Secara etimologis atau menurut asal katanya, istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin yaitu pro atau forward

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Kata prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan

BAB II LANDASAN TEORI. Kata prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Prokrastinasi Akademik 2.1.1 Pengertian prokrastinasi Kata prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak

Lebih terperinci

2014 GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PROKRASTINASI AKAD EMIK D ALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI PAD A MAHASISWA PSIKOLOGI UPI

2014 GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PROKRASTINASI AKAD EMIK D ALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI PAD A MAHASISWA PSIKOLOGI UPI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa dalam Peraturan Pemerintah RI No. 30 tahun 1990 adalah: Peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu. Mahasiswa akhir program S1 harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya belajar merupakan bagian dari pendidikan. Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya belajar merupakan bagian dari pendidikan. Selain itu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aktivitas yang berlangsung sepanjang hidup manusia. Pendidikan itu sendiri tidak dapat dipisahkan dari istilah belajar karena pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menjadi generasi-generasi yang tangguh, memiliki komitmen terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menjadi generasi-generasi yang tangguh, memiliki komitmen terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa sebagai generasi muda penerus bangsa sangat diharapkan dapat menjadi generasi-generasi yang tangguh, memiliki komitmen terhadap kemajuan bangsa, juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. siswa. Menurut Sarwono (1978) mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. siswa. Menurut Sarwono (1978) mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa terdiri dari dua kata yaitu maha yang berarti besar dan siswa yang berarti orang yang sedang melakukan pembelajaran, jadi mahasiswa merupakan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Dasar (SD). Di

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Dasar (SD). Di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah jenjang pendidikan pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Dasar (SD). Di Indonesia, SMP berlaku sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Perguruan Tinggi sebagai salah satu jenjang pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Perguruan Tinggi sebagai salah satu jenjang pendidikan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengembangan kualitas sumber daya manusia Indonesia tidak terlepas dari dunia pendidikan. Perguruan Tinggi sebagai salah satu jenjang pendidikan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode transisi dari anak-anak menuju. dengan tata cara hidup orang dewasa (Ali dan Ansori, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode transisi dari anak-anak menuju. dengan tata cara hidup orang dewasa (Ali dan Ansori, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi dari anak-anak menuju dewasa, dimana terjadi kematangan fungsi fisik, kognitif, sosial, dan emosional yang cepat pada laki-laki

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang. Hubungan Antara..., Bagus, Fakultas Psikologi 2016

1.1 Latar Belakang. Hubungan Antara..., Bagus, Fakultas Psikologi 2016 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan keaslian penelitian 1.1 Latar Belakang Memasuki era perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan masa yang memasuki masa dewasa, pada masa tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan masa yang memasuki masa dewasa, pada masa tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan peserta didik yang terdaftar dan sedang menempuh proses pendidikan di Perguruan Tinggi. Pada umumnya mahasiswa berusia antara 18-24 tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. maju dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jadi prokrastinasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. maju dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jadi prokrastinasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prokrastinasi 1. Pengertian Prokrastinasi Secara bahasa, istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendukung maju atau bergerak

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI MAGISTER PROFESI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG

PROGRAM STUDI MAGISTER PROFESI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG HUBUNGAN ANTARA KELELAHAN EMOSIONAL DAN KETANGGGUHAN PSIKOLOGIS DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA PROGRAM PROFESI PSIKOLOGI UNIKA SOEGIJAPRANATA SEMARANG TESIS Program Pendidikan Profesi Psikologi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Bab ini akan dibahas beberapa landasan teori sebagai dasar untuk melihat

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Bab ini akan dibahas beberapa landasan teori sebagai dasar untuk melihat BAB II LANDASAN TEORI Pada Bab ini akan dibahas beberapa landasan teori sebagai dasar untuk melihat gambaran prokrastinasi pada mahasiswa Jurusan Psikologi Universitas Bina Nusantara. Landasan teori ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di suatu lembaga sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan sebagai masa remaja.

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: Bagus Sidik Darmawan

SKRIPSI. Oleh: Bagus Sidik Darmawan HUBUNGAN ANTARA SELF REGULATION DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA, BEKASI YANG BEKERJA SKRIPSI Oleh: Bagus Sidik Darmawan 201210515026

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam suatu pendidikan formal, seperti SMA/SMK terdapat dua kegiatan yang tidak dapat terpisahkan yaitu belajar dan pembelajaran. Kedua kegiatan tersebut melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang. kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang. kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap perkembangan remaja akhir (18-20 tahun)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan suatu tahapan pendidikan formal yang menuntut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan suatu tahapan pendidikan formal yang menuntut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan suatu tahapan pendidikan formal yang menuntut manusia untuk bisa bertindak dan menghasilkan karya. Mahasiswa sebagai anggota dari suatu lembaga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prokrastinasi Akademik 2.1.1 Pengertian Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia, melalui upaya pengajaran dan pelatihan, serta

Lebih terperinci

A B S T R A K Solomon & Rothblum

A B S T R A K Solomon & Rothblum A B S T R A K Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui derajat Prokrastinasi Akademik pada mahasiswa Fakultas X Departemen Y ITB. Adapun yang menjadi sampel penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas X

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA. Wheny Ervita Sari Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA. Wheny Ervita Sari Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA Wheny Ervita Sari Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA MAHASISWA STT GMI BANDAR BARU SUMATERA UTARA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA MAHASISWA STT GMI BANDAR BARU SUMATERA UTARA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA MAHASISWA STT GMI BANDAR BARU SUMATERA UTARA SKRIPSI Diajukan Dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata 1 Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Solihah, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Solihah, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu fenomena yang kerap terjadi di kalangan mahasiswa adalah prokrastinasi akademik. Menurut Lay (LaForge, 2005) prokrastinasi berarti menunda dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk Tuhan yang diberi berbagai kelebihan yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia adalah akal pikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan pembangunan di berbagai bidang kehidupan, seperti pendidikan, ekonomi, teknologi dan budaya.

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: STEFANY DWI RAHARJO

SKRIPSI. Oleh: STEFANY DWI RAHARJO KECEMASAN MENGHADAPI ULANGAN HARIAN PARALEL PADA ANAK SEKOLAH DASAR KELAS V SD PL BERNARDUS SEMARANG DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH OTORITER ORANG TUA SKRIPSI Oleh: STEFANY DWI RAHARJO 09.40.0021

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa kini semakin banyak orang menyadari arti pentingnya pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Masa kini semakin banyak orang menyadari arti pentingnya pendidikan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa kini semakin banyak orang menyadari arti pentingnya pendidikan. Orang rela membayar mahal untuk dapat mengecap pendidikan di perguruan tinggi. Salah

Lebih terperinci

Hubungan Antara Motivasi Berprestasi dengan Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa Tingkat 3 Jurusan Psikologi Universitas Gunadarma Kalimalang

Hubungan Antara Motivasi Berprestasi dengan Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa Tingkat 3 Jurusan Psikologi Universitas Gunadarma Kalimalang Hubungan Antara Motivasi Berprestasi dengan Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa Tingkat 3 Jurusan Psikologi Universitas Gunadarma Kalimalang Nama : Novela Ayu Ratna Puri NPM : 16513511 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutlah ilmu setinggi bintang di langit, merupakan semboyan yang

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutlah ilmu setinggi bintang di langit, merupakan semboyan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Tuntutlah ilmu setinggi bintang di langit, merupakan semboyan yang sering didengungkan oleh para pendidik. Hal ini menekankan pentingnya pendidikan bagi setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta cakupan dan batasan masalah.

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta cakupan dan batasan masalah. BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini berisi mengenai gambaran dari penelitian secara keseluruhan. Isi dalam bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggunakan waktu dengan efektif sehingga efisiensi waktu menjadi sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggunakan waktu dengan efektif sehingga efisiensi waktu menjadi sangat penting 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki era teknologi dan globalisasi, manusia dituntut untuk menggunakan waktu dengan efektif sehingga efisiensi waktu menjadi sangat penting (Husetiya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh manusia. Pendidikan bisa berupa pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informal (seperti pendidikan keluarga dan lingkungan) dan yang terakhir adalah

BAB I PENDAHULUAN. informal (seperti pendidikan keluarga dan lingkungan) dan yang terakhir adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Di Indonesia, pendidikan terbagi menjadi tiga jenis, yang pertama adalah pendidikan non formal (seperti kursus dan les), yang kedua adalah pendidikan informal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian dalam bidang tertentu. Semakin tinggi penguasaan seseorang terhadap suatu bidang, semakin

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prokrastinasi Steel (2007) mengemukakan prokrastinasi sebagai suatu perilaku menunda dengan sengaja melakukan kegiatan yang diinginkan walaupun individu mengetahui bahwa perilaku

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN REFERENSI

BAB 2 TINJAUAN REFERENSI BAB 2 TINJAUAN REFERENSI Dalam bab ini, penulis akan membahas variabel tunggal penelitian yaitu prokrastinasi akademik, kemudian bahasan mengenai definisi prokrastinasi akademik, definisi kegiatan ekstrakurikuler,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PROKRASTINASI AKADEMIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PROKRASTINASI AKADEMIK BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PROKRASTINASI AKADEMIK 1. Pengertian prokrastinasi Prokrastinasi merupakan suatu fenomena yang seringkali terjadi saat ini terlebih dikalangan pelajar. Milgram (Ferrari, dkk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jika

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jika BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh kedua orang tuanya untuk mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan di

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh kedua orang tuanya untuk mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan di BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa atau peserta didik adalah mereka yang secara khusus diserahkan oleh kedua orang tuanya untuk mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan di sekolah, dengan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana ( S1 ) Psikologi Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Pada awal abad ke-21 ini, telah memasuki suatu rentangan waktu yang

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Pada awal abad ke-21 ini, telah memasuki suatu rentangan waktu yang BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Pada awal abad ke-21 ini, telah memasuki suatu rentangan waktu yang sangat menentukan, dengan ditandai perubahan-perubahan besar yang belum pernah terjadi sepanjang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Prokrastinasi Akademik. pro yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan akhiran crastinus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Prokrastinasi Akademik. pro yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan akhiran crastinus 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik Prokrastinasi berasal dari bahasa latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Prokrastinasi Akademik 1. Pengertian Prokrastinasi Kata prokrastinasi akademik sebenarnya sudah ada sejak lama, bahkan dalam salah satu prasasti di Universitas Ottawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dyah Kusuma Ayu Pradini, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dyah Kusuma Ayu Pradini, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perilaku belajar seorang siswa sangat berpengaruh terhadap kelangsungan pembelajarannya. Sesuai dengan pendapat Roestiah (2001), belajar yang efisien dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hari esok untuk menyelesaikannya. Menunda seakan sudah menjadi kebiasaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hari esok untuk menyelesaikannya. Menunda seakan sudah menjadi kebiasaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap individu mempunyai cara yang berbeda dalam menyelesaikan pekerjaan mereka. Ada yang menginginkan pekerjaan agar cepat selesai, ada pula yang menunda dalam menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kata, mahasiswa adalah seorang agen pembawa perubahan, menjadi seorang

BAB I PENDAHULUAN. kata, mahasiswa adalah seorang agen pembawa perubahan, menjadi seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menyandang gelar mahasiswa merupakan suatu kebanggaan sekaligus tantangan. Betapa tidak, ekspektasi dan tanggung jawab yang diemban oleh mahasiswa begitu besar. Pengertian

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 1 PRAMBANAN ARTIKEL E-JOURNAL

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 1 PRAMBANAN ARTIKEL E-JOURNAL Hubungan antara Persepsi... (Pratiwi Marisa Latief) 1 HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 1 PRAMBANAN ARTIKEL E-JOURNAL Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang semakin mengedepankan pendidikan sebagai salah satu tolak ukur dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang semakin mengedepankan pendidikan sebagai salah satu tolak ukur dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah menjadi kebutuhan mendasar bagi semua orang, apalagi di zaman yang semakin mengedepankan pendidikan sebagai salah satu tolak ukur dan penilaiannya, keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk membagi waktunya dengan baik dalam menyelesaikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk membagi waktunya dengan baik dalam menyelesaikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa sebagai subyek menuntut ilmu di perguruan tinggi tidakakan terlepas dari keaktivan belajar dan mengerjakan tugas. Salah satu kriteria yang menunjukkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Bandura self efficacy adalah kepercayaan individu pada kemampuannya untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Bandura self efficacy adalah kepercayaan individu pada kemampuannya untuk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Self Efficacy 2.1.1 Definisi Self Efficacy Menurut Bandura self efficacy adalah kepercayaan individu pada kemampuannya untuk berhasil melakukan tugas tertentu (Bandura, 1997).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Prokrastinasi. Prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dari kata pro yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Prokrastinasi. Prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dari kata pro yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prokrastinasi 1. Pengertian Prokrastinasi Prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dari kata pro yang artinya maju, ke depan, bergerak maju dan crastinus yang

Lebih terperinci

PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA PASANGAN PERKAWINAN BEDA USIA (SUAMI LEBIH MUDA DARI ISTRI)

PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA PASANGAN PERKAWINAN BEDA USIA (SUAMI LEBIH MUDA DARI ISTRI) PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA PASANGAN PERKAWINAN BEDA USIA (SUAMI LEBIH MUDA DARI ISTRI) SKRIPSI HENRETHA LEONTI LUMINGAS 11.40.0031 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2016 i

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR SKRIPSI Diajukan Oleh : AFIFAH NUR AINI F 100 070 127 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perguruan tinggi di Bandung sudah sangat banyak, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perguruan tinggi di Bandung sudah sangat banyak, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini perguruan tinggi di Bandung sudah sangat banyak, sehingga mahasiswa dapat memilih perguruan tinggi yang hendak mereka masuki. Dalam memilih perguruan

Lebih terperinci

PERBEDAAN PERILAKU MINUM MINUMAN BERALKOHOL PADA REMAJA DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN INTROVERT EKSTROVERT SKRIPSI RETNO WIJAYANTI

PERBEDAAN PERILAKU MINUM MINUMAN BERALKOHOL PADA REMAJA DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN INTROVERT EKSTROVERT SKRIPSI RETNO WIJAYANTI PERBEDAAN PERILAKU MINUM MINUMAN BERALKOHOL PADA REMAJA DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN INTROVERT EKSTROVERT SKRIPSI RETNO WIJAYANTI 09.40.0067 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATHOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, dan karena itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, dan karena itu pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, dan karena itu pendidikan sangat dibutuhkan baik bagi anak

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: korelasi, dukungan sosial teman sebaya, prokrastinasi akademik, mahasiswa. vii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata Kunci: korelasi, dukungan sosial teman sebaya, prokrastinasi akademik, mahasiswa. vii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara Dukungan Sosial Teman Sebaya dengan Prokrastinasi Akademik dengan metode korelasi. Responden pada penelitian ini adalah mahasiswa yang mengontrak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Universitas Bina Nusantara yang sedang mengerjakan skripsi. Penyebaran

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Universitas Bina Nusantara yang sedang mengerjakan skripsi. Penyebaran BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Profil Responden Responden terdiri dari 200 orang dan merupakan mahasiswa Universitas Bina Nusantara yang sedang mengerjakan skripsi. Penyebaran rentang usia responden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang dan karenanya kita dituntut untuk terus memanjukan diri agar bisa

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang dan karenanya kita dituntut untuk terus memanjukan diri agar bisa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam pembangunan dan merupakan kunci utama untuk mencapai kemajuan suatu bangsa. Pendidikan dapat memotivasi terciptanya

Lebih terperinci

HALAMAN JUDU L PERAN KETERLIBATAN ORANG TUA DAN REGULASI DIRI DALAM BELAJAR TERHADAP PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA TESIS HALAMAN JUDUL

HALAMAN JUDU L PERAN KETERLIBATAN ORANG TUA DAN REGULASI DIRI DALAM BELAJAR TERHADAP PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA TESIS HALAMAN JUDUL HALAMAN JUDU L PERAN KETERLIBATAN ORANG TUA DAN REGULASI DIRI DALAM BELAJAR TERHADAP PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA TESIS HALAMAN JUDUL ALFIL DORANANGTIYASKO S 300 120 024 PROGRAM MAGISTER PSIKOLOGI SEKOLAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Oleh. berharap agar sekolah dapat mempersiapkan anak-anak untuk menjadi warga

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Oleh. berharap agar sekolah dapat mempersiapkan anak-anak untuk menjadi warga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Oleh karena itu pendidikan sangat dibutuhkan baik bagi

Lebih terperinci

HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI UNIKA SOEGIJAPRANATA SEMARANG

HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI UNIKA SOEGIJAPRANATA SEMARANG HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI UNIKA SOEGIJAPRANATA SEMARANG Nindya Prameswari Dewi dan Y. Sudiantara Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata menyontek mungkin sudah tidak asing lagi bagi pelajar dan mahasiswa. Masalah menyontek selalu terjadi dalam dunia pendidikan dan selalu terkait dengan tes

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Mahasiswa yang telah menyelesaikan seluruh mata kuliahnya sesuai dengan program akademis dalam arti bahwa mahasiswa tersebut telah menempu

PENDAHULUAN Mahasiswa yang telah menyelesaikan seluruh mata kuliahnya sesuai dengan program akademis dalam arti bahwa mahasiswa tersebut telah menempu Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dan Prokrastinasi pada Mahasiswa yang Menyusun Skripsi di Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Sarah Devina Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma ABSTRAK Kecerdasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang akademik, dimana hasil akhir pendidikan dapat mempengaruhi masa depan seseorang

BAB I PENDAHULUAN. bidang akademik, dimana hasil akhir pendidikan dapat mempengaruhi masa depan seseorang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Salah satu aspek yang penting dalam kehidupan adalah kesuksesan atau kegagalan di bidang akademik, dimana hasil akhir pendidikan dapat mempengaruhi masa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini. BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Untuk menguji hipotesis penelitian, sebelumnya akan dilakukan

Lebih terperinci

ACHIEVEMENT MOTIVATION TRAINING (AMT) SEBAGAI UPAYA PREVENTIF PERILAKU PROKRASTINASI AKADEMIK MAHASISWA

ACHIEVEMENT MOTIVATION TRAINING (AMT) SEBAGAI UPAYA PREVENTIF PERILAKU PROKRASTINASI AKADEMIK MAHASISWA ACHIEVEMENT MOTIVATION TRAINING (AMT) SEBAGAI UPAYA PREVENTIF PERILAKU PROKRASTINASI AKADEMIK MAHASISWA Ela Minchah L.A, Tabah Subekti, VianaTety Anggraeni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DAYA JUANG DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA TINGKAT AKHIR YANG MENGERJAKAN SKRIPSI SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA DAYA JUANG DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA TINGKAT AKHIR YANG MENGERJAKAN SKRIPSI SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA DAYA JUANG DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA TINGKAT AKHIR YANG MENGERJAKAN SKRIPSI SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KINERJA GURU YANG SUDAH DISERTIFIKASI

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KINERJA GURU YANG SUDAH DISERTIFIKASI HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KINERJA GURU YANG SUDAH DISERTIFIKASI Disusun Sebagai Salahsatu Syarat Menyelesaikan Sarjana Strata I pada Fakultas Psikologi Diajukan oleh: ARUM DYAH RATNASARI

Lebih terperinci

ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA NASKAH PUBLIKASI

ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA NASKAH PUBLIKASI ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN SKRIPSI PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN SKRIPSI PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN SKRIPSI PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhui Sebagian Syarat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI DALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI PADA MAHASISWA UNIVERSITAS MURIA KUDUS

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI DALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI PADA MAHASISWA UNIVERSITAS MURIA KUDUS HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI DALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI PADA MAHASISWA UNIVERSITAS MURIA KUDUS Aliya Noor Aini Iranita Hervi Mahardayani 1 2 Abstract This study aims to examine the

Lebih terperinci

SELF REGULATION DAN PERILAKU MAKAN SEHAT MAHASISWA YANG MENGALAMI DYSPEPSIA UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA SKRIPSI

SELF REGULATION DAN PERILAKU MAKAN SEHAT MAHASISWA YANG MENGALAMI DYSPEPSIA UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA SKRIPSI SELF REGULATION DAN PERILAKU MAKAN SEHAT MAHASISWA YANG MENGALAMI DYSPEPSIA UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin procrastinasi dengan awalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin procrastinasi dengan awalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin procrastinasi dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak

Lebih terperinci

Motto. Jika semua pekerjaan dilakukan dengan niat tulus dan tekun, maka hasil yang diperoleh akan lebih baik UNIVERSITAS MEDAN AREA

Motto. Jika semua pekerjaan dilakukan dengan niat tulus dan tekun, maka hasil yang diperoleh akan lebih baik UNIVERSITAS MEDAN AREA Motto Jika semua pekerjaan dilakukan dengan niat tulus dan tekun, maka hasil yang diperoleh akan lebih baik v Persembahan Dengan sepenuh hati kupersembahkan karya sederhana ini untuk yang tercinta kedua

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF REGULATED LEARNING DAN KELEKATAN REMAJA AWAL TERHADAP IBU DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP N 6 DENPASAR

HUBUNGAN ANTARA SELF REGULATED LEARNING DAN KELEKATAN REMAJA AWAL TERHADAP IBU DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP N 6 DENPASAR HUBUNGAN ANTARA SELF REGULATED LEARNING DAN KELEKATAN REMAJA AWAL TERHADAP IBU DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP N 6 DENPASAR SKRIPSI Diajukan Kepada program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Self Efficacy 1. Pengertian Self Efficacy Self efficacy merupakan salah satu kemampuan pengaturan diri individu. Konsep self efficacy pertama kali dikemukakan oleh Bandura. Self

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN NASIONAL DENGAN MOTIVASI MEMBELI KUNCI JAWABAN SOAL-SOAL UJIAN NASIONAL PADA SISWA SMA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN NASIONAL DENGAN MOTIVASI MEMBELI KUNCI JAWABAN SOAL-SOAL UJIAN NASIONAL PADA SISWA SMA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN NASIONAL DENGAN MOTIVASI MEMBELI KUNCI JAWABAN SOAL-SOAL UJIAN NASIONAL PADA SISWA SMA SKRIPSI Oleh: CLAUDIA AYU FEBRIANI 12.40.0044 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. warga negara yang domokratis serta bertanggung jawab. sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. warga negara yang domokratis serta bertanggung jawab. sumber daya manusia yang berkualitas. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mengembangkan kemampuan dan kepribadian individu melalui proses atau kegiatan tertentu (pengajaran, bimbingan/latihan)

Lebih terperinci

PROKRASTINASI AKADEMIK DITINJAU DARI ASERTIVITAS PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK)

PROKRASTINASI AKADEMIK DITINJAU DARI ASERTIVITAS PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) PROKRASTINASI AKADEMIK DITINJAU DARI ASERTIVITAS PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) SKRIPSI RIZKI NURSAFITRI 09. 40. 0016 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PSIKOLOGI UNIKA SOEGIJAPRANATA SEMARANG

Lebih terperinci

HUBUNGAN LOCUS OF CONTROL INTERNAL DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI AKADEMIK MAHASISWA SKRIPSI

HUBUNGAN LOCUS OF CONTROL INTERNAL DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI AKADEMIK MAHASISWA SKRIPSI HUBUNGAN LOCUS OF CONTROL INTERNAL DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI AKADEMIK MAHASISWA SKRIPSI Oleh: FULGENSIA E. LAY CORBAFO 09.40.0064 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2015 HUBUNGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial setiap manusia mempunyai dorongan untuk berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai dorongan untuk bersosialisasi.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KETERGANTUNGAN MEDIA SOSIAL DENGAN RELASI INTERPERSONAL SAAT BERPACARAN PADA MAHASISWA SKRIPSI HERTANTY DELLA MAESTRY

HUBUNGAN ANTARA KETERGANTUNGAN MEDIA SOSIAL DENGAN RELASI INTERPERSONAL SAAT BERPACARAN PADA MAHASISWA SKRIPSI HERTANTY DELLA MAESTRY HUBUNGAN ANTARA KETERGANTUNGAN MEDIA SOSIAL DENGAN RELASI INTERPERSONAL SAAT BERPACARAN PADA MAHASISWA SKRIPSI HERTANTY DELLA MAESTRY 13.40.0282 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku prokrastinasi itu sendiri membawa dampak pro dan kontra terhadap

BAB I PENDAHULUAN. perilaku prokrastinasi itu sendiri membawa dampak pro dan kontra terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Prokrastinasi akademik merupakan masalah serius yang membawa konsekuensi bagi pelakunya (Gunawinata dkk., 2008: 257). Konsekuensi dari perilaku prokrastinasi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PROKRASTINASI DAN STRES KERJA PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL SKRIPSI QORINA AZZANIAR

HUBUNGAN ANTARA PROKRASTINASI DAN STRES KERJA PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL SKRIPSI QORINA AZZANIAR HUBUNGAN ANTARA PROKRASTINASI DAN STRES KERJA PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh : QORINA AZZANIAR 051301028 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. ProkrastinasiAkademik Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastinare, dari kata pro yang artinya maju, ke depan, bergerak maju, dan crastinus yang berarti besok

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DAN KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA DI SMK WIKARYA KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DAN KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA DI SMK WIKARYA KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 i HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DAN KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA DI SMK WIKARYA KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Skripsi Oleh: MANGESTI ZAKI SOPHEIA PHILEIN NIM K8405023 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA SISWA KELAS XII SMK DWI PUTRA TANGERANG SELATAN TAHUN 2016

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA SISWA KELAS XII SMK DWI PUTRA TANGERANG SELATAN TAHUN 2016 HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA SISWA KELAS XII SMK DWI PUTRA TANGERANG SELATAN TAHUN 2016 UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada masa ini remaja memiliki kecenderungan untuk tumbuh berkembang guna mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Riska Tyas Perdani, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Riska Tyas Perdani, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mahasiswa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti orang yang belajar di perguruan tinggi. Arnett (dalam Santrock, 2011) menyatakan bahwa mahasiswa dalam

Lebih terperinci

sendiri seperti mengikuti adanya sebuah kursus suatu lembaga atau kegiatan

sendiri seperti mengikuti adanya sebuah kursus suatu lembaga atau kegiatan BAB I PENDAHULUAN Pendidikan adalah salah satu cara yang digunakan agar sesorang mendapatkan berbagai macam ilmu. Pendidikan dapat diperoleh secara formal maupun informal. Pendidikan secara formal seperti

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian a. Persiapan Penelitian Persiapan penelitian perlu dilakukan agar penelitian yang akan diadakan dapat

Lebih terperinci

Hubungan Prokrastinasi dan Prestasi Akademik Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Ubaya. Ricky Pangestu Fakultas Psikologi

Hubungan Prokrastinasi dan Prestasi Akademik Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Ubaya. Ricky Pangestu Fakultas Psikologi Hubungan Prokrastinasi dan Prestasi Akademik Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Ubaya Ricky Pangestu Fakultas Psikologi Pangestu_ricky@yahoo.com Abstrak Penelitian ini merupakan yang bertujuan untuk memperjelas

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK MAHASISWA JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING FIP UNJ

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK MAHASISWA JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING FIP UNJ Hubungan Antara Self Efficacy Dengan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa Jurusan Bimbingan dan... HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK MAHASISWA JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING FIP

Lebih terperinci

KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM DITINJAU DARI SELF-EFFICACY MAHASISWA BARU UKWMS SKRIPSI. OLEH: Melisa Futri NRP

KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM DITINJAU DARI SELF-EFFICACY MAHASISWA BARU UKWMS SKRIPSI. OLEH: Melisa Futri NRP KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM DITINJAU DARI SELF-EFFICACY MAHASISWA BARU UKWMS SKRIPSI OLEH: Melisa Futri NRP 7103012041 Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya 2016 ii KECEMASAN

Lebih terperinci

Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN

Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN 2089-3590 GAMBARAN FAKTOR PENYEBAB PROKRASTINASI PADA MAHASISWA PROKRASTINATOR YANG MENGONTRAK SKRIPSI 1 Siti Qadariah, 2 Sukarti Hilmi Manan, 3

Lebih terperinci